Ceritasilat Novel Online

Wallbanger 1

Wallbanger Karya Alice Clayton Bagian 1


1Wallbanger - Alice Clayton - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com
1Wallbanger - Alice Clayton
Bidadari Pendekar Naga Sakti Wallbanger
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
BY Alice Clayton Sinopsis: Berkisah tentang Caroline Reynolds, seorang desainer
interior muda awal dua puluhan, yang merasa bahwa dirinya sudah kehilangan
kemampuan untuk mendapatkan "O"-nya, yes you heard that right...O stands for
Orgasm. Caroline baru saja pindah ke sebuah apartemen indah yang tampaknya
sempurna, namun sejak hari pertama dia pindah ke apartemen baru yang disarankan
oleh atasannya, Caroline mendapat gangguan dari tetangganya...yang tak lain adalah
Simon Parker, fotografer freelance yang melakukan perjalanan ke seluruh dunia untuk
melakukan pengambilan gambar. Jadi ketika berada di kota, Simon terkadang
mengundang teman wanitanya, tiga orang wanita tepatnya, secara bergantian
menemaninya melewatkan malam yang dingin, dan ternyata teman wanitanya itu
berisik! Caroline sangat terganggu oleh aktivitas tengah malam yang dilakukan oleh
Simon dan teman wanitanya, perlahan-lahan Caroline mulai membenci tetangganya
hingga akhirnya dia tidak tahan lagi dan menggedor pintu apartemen Simon untuk
mengomelinya. Belakangan diketahui bahwa Simon kenal baik dengan tunangan atasan
Caroline yaitu Benjamin, yang merawat Simon setelah kedua orangtuanya meninggal
saat ia masih remaja. Mereka bertemu lagi di pesta yang diadakan Benjamin dan Jillian
(atasan Caroline), Caroline membawa teman-teman ceweknya, sedangkan Simon juga
membawa teman-teman cowoknya. Pada awalnya mereka saling membenci satu sama
lain, namun akhirnya mereka melakukan gencatan senjata. Mereka berteman dan
semakin mengenal satu sama lain, dan pertemanan mereka mengarah pada sesuatu
yang lebih mendalam. Dengan kepribadian Caroline yang keras dan selera humor
Simon, ada banyak hiburan muncul dari hubungan mereka, belum lagi chemistry
diantara mereka. So if you like funny, engaging, swoony, sexy, yet touching adult
contemporary romance, or if you wanting to take a little break every now and then from
YA books, you should definitely give Wallbanger a try. Genre: Novel, Humor,
Copyright" 2012 by Alice Clayton Bab 1 "Oh, Tuhan." Duk. "Oh. Tuhan." Duk, Duk.
Apa-apaan" Oh Tuhan, nikmat sekali!" Roman Aku buru-buru bangun dari tidurku,
bingung saat melihat sekeliling ruangan yang asing. Kotak-kotak berjatuhan dilantai.
Gambargambar bergantung di dinding. Kamar baruku, di apartemen baruku, aku
teringat, menempatkan kedua tanganku di atas selimut, membenamkan diriku sendiri
dalam seprai tenun mewahku. Bahkan dalam keadaan setengah tertidur, aku masih
menyadari jenis sepraiku. "Mmmmm"Yeah, sayang. Betul disana. Ya seperti
itu"Jangan berhenti, Jangan berhenti!" Oh Boy... Aku terduduk, mengucek mata dan
berbalik untuk melihat dinding di belakangku, mulai mengerti apa yang sudah
membuatku terbangun. Tanganku masih menggosok selimut tanpa sadar, menangkap
perhatian Clive, kucing hebatku. Menyerudukkan kepalanya dibawah tanganku, Clive
meminta untuk ditenangkan. Aku mengelusnya saat memperhatikan sekeliling dan mulai
membiasakan diri dengan tempat baruku. Aku baru pindah tadi pagi. Apartemen ini
bagus: kamar yang luas, lantai kayu, pintu lengkung, bahkan perapian pun ada! Aku
tidak tahu bagaimana menyalakan perapian itu, tapi itu tidak penting. Aku lebih tertarik
untuk menempatkan sesuatu diatas tungku. Sebagai desainer interior, aku punya
kebiasaan berpikir untuk menempatkan sesuatu di hampir setiap tempat, apakah tempat
itu milikku atau bukan. Hal ini yg kadang membuat teman temanku kadang marah setiap
kali aku selalu mengatur ulang barang-barang mereka. Aku menghabiskan seharian
untuk pindah dan setelah berendam dalam bak mandi, sampai kulitku lebih dari keriput,
aku menempatkan diriku di tempat tidur dan menikmati suara deritan dan decitan
sebuah apartemen baru: lampu lalulintas di luar, musik yang tenang, dan hiburan bunyi
1Wallbanger - Alice Clayton
click-click dari Clive yang sedang menjelajah. Suara klik-klik itu berasal dari bintil di
kukunya, kau mengerti kan... Rumah baruku, aku berpikir dengan bahagia saat aku
mulai tertidur, Itulah sebabnya aku terkejut saat dibangunkan pada"coba kita
lihat"02.37 a.m. Aku menemukan diriku sedang menatap bodoh pada langit-langit,
mencoba kembali tenang, tapi kemudian aku terkejut lagi saat headboardku bergerak,
membanting dinding lebih tepatnya. Kau pasti bercanda" Kemudian aku mendengar,
dengan sangat jelas: "Oh Simon, sangat nikmat! Mmmm?" Aw, astaga. Sambil
berkedip, aku merasa lebih sadar sekarang dan sedikit terpesona dengan apa yang baru
saja jelas terjadi di kamar sebelah. Aku menatap Clive, dia menatapku dan jika aku tidak
begitu lelah aku pasti sudah cukup yakin jika Clive mengedipkan mata. Aku kira
seseorang sedang akan mendapatkan sesuatu. Aku memang mengalami "masa kering"
beberapa lama. Saat yang lama. Seks panas dan cepat yang buruk dan seks satu
malam yang tidak tepat waktu telah mencuri Si Orgasmeku. Dia telah pergi liburan
sekitar 6 bulan sekarang. 6 bulan yg sangat lama. Tanda-tanda awal dari "Carpal
Tunnel Syndrome" terancam akan muncul saat aku mencoba membuat diriku
mendapatkan pelepasan. Tapi O sepertinya sedang dalam masa tidur yang permanen.
Dan O disini maksudku bukan Oprah. Aku menyampingkan pikiran tentang O ku yang
hilang dan meringkuk di sisi tempat tidur. Semuanya tampak hening sekarang dan aku
mulai untuk tertidur kembali. Clive mendengkur puas disampingku. Tiba-tiba terjadi lagi
kehebohan. "Ya! Ya! Oh, Tuhan...Oh Tuhan." Lukisan yang aku gantung di rak diatas
tempat tidurku jatuh dan 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
memukul keras kepalaku. Itu akan mengajariku selama aku tinggal di San Fransisco dan
tidak memastikan segala sesuatu dipasang dengan aman. Ngomong-ngomong soal
memasang.... Menggosok kepalaku dan sambil memaki yang cukup membuat Clive
merona " jika kucing bisa merona " aku melihat kembali dinding di belakangku.
Headboardku serasa harfiah membanting dinding saat keributan berlanjut di rumah
sebelah. "Mmmm"Ya, sayang, ya, ya, ya!" si mulut ribut mengoceh"dan diakhiri
dengan sebuah desahan puas. Kemudian aku mendengar, demi Tuhan, pukulan di
pantat. Kau tidak mungkin salah duga suara pukulan pantat yang bagus, dan seseorang
sedang menerimanya di rumah sebelah. "Oh Tuhan, Simon. Ya. Aku telah menjadi gadis
nakal. Ya, ya!" Ini Tidak Nyata"lebih banyak pukulan dan kemudian tidak diragukan
lagi itu suara laki-laki yang sedang mendesah dan menggeram. Aku bangkit,
menggerakkan seluruh tempat tidur beberapa inci menjauh dari dinding, dan
menggerutu di balik selimutku, memelototi dinding sepanjang waktu. Aku tertidur malam
itu setelah bersumpah aku akan balas memukul dinding jika aku mendengar sekali lagi
keributan. Atau geraman. Atau pukulan. Selamat datang di lingkungan baru... *** *Carpal
Tunnel Syndrome adalah penyakit yang menyerang pergelangan tangan dimana syaraf
tangan menyatu di bagian pergelangan tangan sehingga menyebabkan nyeri. Bab 2
PAGI BERIKUTNYA, pagi resmi pertamaku di tempat baru, aku menyeruput secangkir
kopi dan mengunyah sisa donat dari sisa pesta pindahan kemarin. Aku tidak cukup
terjaga seperti yang aku harapkan untuk mulai pesta gila membongkar barang-barang,
dan aku diam-diam mengutuk kekonyolan di sebelah tadi malam. Wanita
yangdisetubuhi, ditampar pantatnya, orgasme, lalu tertidur. Begitu pula dengan Simon.
Aku menduga nama laki-laki itu Simon, sebagaimana wanita yang suka ditampar
pantatnya itu terus memanggilnya demikian. Dan sungguh, jika dia mengarang untuk
membuatnya nama itu lebih panas daripada Simon untuk diteriakkan selama pergolakan
nafsu. Pergolakan itu,,,,Tuhan, aku merindukan pergolakan itu. "Masih belum ada, ya,
O?" aku mendesah sambil menunduk. Selama empat bulan dari Kehilangan O, Aku
1Wallbanger - Alice Clayton
mulai berbicara dengan Oku seolah-olah dia adalah entitas yang sebenarnya. Dia terasa
cukup nyata ketika dia menguncang duniaku dulu, tapi sayangnya sekarang O telah
meninggalkanku, aku tidak yakin aku akan mengenalinya jika dia melihatnya. Ini
menyedihkan, hari yang menyedihkan ketika seorang gadis bahkan tidak tahu
orgasmenya sendiri, pikirku sambil melihat dengan sedih keluar jendela langit San
Fransisco. Aku berdiri dan melangkah ke wastafel untuk mencuci cangkir kopiku.
Menempatkannya di rak cucian, aku menarik rambut pirang terangku menjadi ekor kuda
tak rapi dan mengamati kekacauan yg mengelilingiku. Tidak peduli seberapa baik aku
berencana, tidak peduli seberapa baik sudah aku memberi label pada setiap kotak, tidak
peduli seberapa sering aku memberi tahu pria tukang pindah idiot itu jika labelnya
mengatakan DAPUR itu tidak seharusnya berada di KAMAR MANDI, tetap saja jadi
berantakan. "Bagaimana menurutmu Clive" Haruskah kita mulai disini atau ruang
tamu?" Dia meringkuk di salah satu kusen jendela. Sejujurnya, ketika aku mencari
tempat baru untuk tinggal, aku selalu mengamati kusen jendelanya. Clive suka melihat
dunia, dan menyenangkan melihat dia menungguku ketika pulang ke rumah. Saat ini ia
menatapku, dan kemudian sepertinya mengangguk ke arah ruang tamu. "Oke, ruang
tamu kalau begitu." kataku, menyadari bahwa aku hanya bicara 3 kali sejak bangun pagi
ini, dan setiap kata yang diucapkan telah diarahkan pada pussy (pussy = kucing atau
vagina). Ehem". Sekitar 20 menit kemudian Clive mulai saling menatap dengan seekor
merpati dan aku mulai memilah DVD saat aku mendengar suara-suara di lorong.
Tetanggaku yang bising! Aku berlari ke pintu, hampir tersandung sebuah kotak dan
mengintip melalui lubang pintu hanya bisa melihat pintu masuk apartemen di seberang
lorong. Aku seperti orang cabul, sejujurnya. Tapi aku tidak berusaha untuk berhenti
mengintip. Aku tidak bisa melihat dengan jelas, tetapi aku dapat mendengar
percakapan mereka: Suara si pria pelan dan menenangkan,, diikuti oleh tak diragukan
desahan dari temannya. "Mmm, Simon, semalam sangat fantastis." "Aku pikir pagi ini
juga fantastis," katanya, memberikan sesuatu yang terdengar seperti ciuman yang
sangat dalam pada wanitanya. Huh. Mereka pasti ada di ruangan lain pagi ini. Aku tidak
mendengar apapun. Aku menekan mataku kembali ke lubang pintu. Dasar cabul.
"Memang iya, hubungi aku segera?" Kata wanita itu sambil merunduk untuk sebuah
ciuman lagi. "Tentu saja, aku akan menelponmu jika aku pulang," janjinya, sambil
menampar pantatnya saat si wanita mengikik lagi dan berjalan pergi. Sepertinya dia
wanita yang pendek. Selamat Tinggal Spanx. Sudut penglihatannya salah bagiku untuk
melihat si Simon ini dan ia kembali masuk ke apartemennya sebelum aku bisa
melihatnya. Menarik. Jadi wanita ini tidak tinggal bersamanya. Aku belum mendengar
kata-kata "Aku mencintaimu" ketika wanita itu pergi, tapi mereka kelihatannya sangat
nyaman satu sama lain. Aku mengunyah tanpa sadar ekor kudaku. Mereka harusnya
seperti itu, dengan semua tamparan di pantat dan segalanya. Mendorong jauh pikiranku
tentang tamparan pantat dan Simon, aku kembali ke DVDku. Spanking Simon (Simon si
Penampar Pantat). Nama yang bagus untuk sebuah band" aku pindah menyusun DVD
berawalan Huruf H. Satu jam kemudian aku baru saja menempatkan DVD Wizard of Oz
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
setelah Willy Wonka saat aku mendengar ketukan. Ada pertengkaran di lorong saat aku
mendekati pintu, dan aku menahan cengiranku. "Jangan jatuhkan, kau bodoh," sebuah
suara serak menegur. "Oh, tutup mulut. Jangan suka memerintah," suara kedua
membentak kembali. Memutar mataku, aku membuka pintu untuk menemukan 2
sahabatku, Sophia dan Mimi, memegang sebuah kotak besar. "Tidak ada perkelahian,
nona-nona. Kalian berdua cantik." Aku tertawa, menaikkan satu alis pada mereka. "Ha
Ha lucu," jawab Mimi, terhuyung-huyung masuk ke dalam. "Apa-apaan itu" Aku tidak
1Wallbanger - Alice Clayton
percaya kalian mengangkatnya ke lantai 4 lewat tangga!" Teman-temanku tidak akan
melakukan pekerjaan berat ketika mereka bisa menemukan orang lain yang bisa
melakukannya. "Percaya padaku, kami menunggu di luar taksi untuk berharap bantuan
dari seseorang yang lewat, tapi tidak berhasil. Jadi kami melakukannya sendiri, Selamat
Pindah Rumah." kata Sophia. Mereka meletakkannya, dan Sophia jatuh ke kursi santai
dekat perapian. "Yeah, berhentilah pindah rumah. Kami lelah membelikan barangbarang
untukmu." Mimi tertawa, berbaring di sofa dan menempatkan lengannya menutupi
wajahnya secara dramatis. Aku menyentuh kotak dengan jempol kakiku dan bertanya,
"jadi apa itu" Dan aku tidak pernah bilang kau harus membelikan sesuatu. Sejujurnya,
Mesin Pembuat Jus The Jack Lalane tidak diperlukan tahun lalu." "Jangan tidak tahu
berterimakasih, buka saja," Sophia mengintruksikan, menunjuk ke kotak dengan jari
tengahnya, kemudian ditegakkanya dan diperlihatkannya ke arahku. Aku menghela
napas dan duduk di lantai di depannya. Aku tahu itu dari 1Williams Sonoma, karena
memiliki pita tanda khas dengan nanas kecil terikat padanya. Apapun itu kotaknya berat.
1Williams Sonoma: Sebuah waralaba yang menjual peralatan masak, furniture dan
kain berkualitas tinggi dan barang-barang yang berkaitan dengan peralatan rumah
tangga serta bahan makanan khusus, sabuh dan lotion. "Oh tidak, apa yang kalian
berdua lakukan?" Tanyaku, menangkap sebuah kedipan mata dari Mimi ke Sophia.
Menarik pita dan membukanya, aku senang dengan apa yang kutemukan. "Kalian
berdua, ini berlebihan!" "Kami tahu betapa kau merindukan yang lama," Mimi tertawa,
tersenyum padaku. Bertahun-tahun sebelumnya, aku mendapatkan warisan sebuah
mixer merek Kitchen Aid tua dari bibiku yang sudah meninggal. Usianya sudah lebih dari
40 tahun, tapi masih bekerja dengan hebat. Barang itu dibuat sampai akhir masanya,
oleh Tuhan dan bertahan sampai beberapa bulan yang lalu, ketika akhirnya menjadi
rusak parah. Mengeluarkan asap dan melemah pada suatu sore saat mencampur
adonan roti zukini dan sebenci apapun aku melakukannya, aku melemparnya
keluar. Sekarang saat aku menatap kotak itu, sebuah mixer KitchenAid baja anti karat
yang mengkilap, baru, berdiri sedang menatap balik padaku, visi-visi tentang kue-kue
dan pai mulai menari-nari dikepalaku. "Kalian, ini sangat cantik," aku menarik napas,
menatap dengan gembira bayi baruku. Aku mengangkatnya dengan lembut untuk
mengaguminya. Menjalankan tanganku diatasnya. Melebarkan jariku untuk merasakan
garis-garis halusnya, aku senang merasakan logam dinginnya di kulitku. Aku mendesah
lembut dan benar-benar memeluknya. "Apakah kalian berdua ingin ditinggal sendirian?"
Sophia bertanya. "Tidak, aku baik-baik saja. Aku ingin kau menjadi saksi disini untuk
cinta kami. Selain itu, ini adalah satu-satunya mesin instrumen yg mungkin membawaku
dalam kepuasan di waktu yangg akan datang. Terima kasih. Ini
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
sangat mahal, tapi aku benar-benar menghargainya." Kataku. Clive mendekat,
mengendus mixer dan melompat senang masuk ke dalam kotak kosong. "Hanya
berjanjilah untuk membawakan kami kue-kue enak, dan semua ini sepadan, sayang."
Mimi duduk menatapku penuh harap. "Apa?" tanyaku hati-hati. "Caroline, bisakah aku
mulai dari lacimu sekarang?" tanyanya, sambil melangkah sempoyongan menuju kamar
tidur. "Apa yang akan kau mulai lakukan dengan laciku?" jawabku sambil menarik tali
celana dipinggangku lebih erat. "Dapurmu! Aku sangat ingin mulai menatanya!" serunya,
dan mulai bergerak menata tempatku. "Oh tentu saja! silakan! Selamat Natal, Manusia
Aneh," aku mengejek saat Mimi berlari dengan gembira ke ruangan lain. Mimi adalah
seorang Organizer Profesional. Dia membuat kami gila saat kami semua sekolah di
Berkley, kecenderungannya 2OCD dan perhatiannya terhadap detail sangat parah.
Suatu hari Sophia menyarankan dia untuk menjadi profesional organizer, dan setelah
1Wallbanger - Alice Clayton
lulus dia melakukannya. Dia sekarang bekerja di hampir semua daerah Bay membantu
keluarga-keluargA disana menata ruangan mereka. Perusahaan desainku kadang
berkonsultasi padanya, dan dia bahkan sudah muncul di beberapa pertunjukan HGTV.
Pekerjaannya itu cocok sempurna untuknya. 2OCD (Obsessive Compulsive Disorder):
Gangguan mental suka menata ulang barang-barang. Jadi aku hanya membiarkan Mimi
melakukan hal itu, tahu barangbarangku akan diatur secara bagus sehingga membuatku
terkejut. Sophia dan aku tetap bersantai di ruang tamu, tertawa menyaksikan DVD yang
kami putar selama bertahun-tahun. Kami berhenti di setiap film Brat Pack tahun 80an,
memperdebatkan apakah Bender berakhir dengan Claire setelah mereka semua
kembali sekolah pada hari Senin. Aku memilih tidak, dan aku yakin dia tidak akan
pernah mendapatkan anting-anting itu kembali". *** Malam setelah teman-temanku
pergi, aku duduk di sofa ruang tamu dengan Clive untuk menonton tayangan ulang
3The Barefoot Contessa di saluran Food Network. Sementara memimpikan kreasiku
yang akan aku kocok dengan mixer baruku dan bagaimana suatu hari aku ingin dapur
seperti milik Ina Garten, aku mendengar langkah kaki di luar pintuku dan 2 suara. Aku
menyipitkan mataku pada Clive. Si Spanx pasti kembali. 3The Barefoot Contessa:
Acara masak-memasak di Amerika yang pertama kali mengudara 30 November 2002
yang dipandu oleh Ina Garten, seoorang celebrity chef. Meloncat dari sofa, aku
mengintip di lubang pintu sekali lagi, mencoba untuk melihat tetanggaku. Aku
melewatkannya lagi, hanya kulihat punggungnya saat dia memasuki apartemennya di
belakang seorang wanita yangg sangat tinggi dengan rambut coklat panjang. Menarik. 2
wanita yang berbeda dalam beberapa hari. Playboy. Aku melihat pintunya tertutup dan
merasa Clive melengkung disekitar kakiku dan mendengkur. "Tidak, kau tidak bisa pergi
kesana, anak nakal," bujukku, membungkuk dan meraihnya. Aku mengusap bulu
halusnya di pipiku, tersenyum saat ia berbaring dalam pelukanku. Clive adalah palyboy
di area sini. Dia akan berbaring bagi siapa saja yg mengusap perutnya. Kembali ke sofa,
aku menyaksikan Barefoot Contessa mengajarkan kami semua bagaimana menjadi tuan
rumah di pesta makan malam Hampton dengan sederhana dan elegan dan rekening
bank seukuran Hampton. Beberapa jam kemudian dengan bantal sofa yang menekan
keningku, aku kembali ke kamarku untuk tidur. Mimi telah mengorganisir lemariku
dengan efisien sehingga hal yang terakhir harus aku lakukan adalah hanya
menggantung gambar-gambar dan mengatur beberapa hal dan selesai. Aku sengaja
tidak memasang gambar di atas rak tempat tidurku. Aku tidak mau mengambil resiko
malam ini. Aku berdiri di tengah ruangan, mendengarkan suarasuara di rumah sebelah.
Semua tenang di sebelah barat. Sejauh ini semua baik. Mungkin semalam hanyalah
kencan satu malam. Saat aku bersiap-siap untuk tidur aku melihat bingkai foto keluarga
dan teman-temanku, orang tuaku dan aku bermain ski di Tahoe, teman-temanku dan
aku di 4Coit Tower. Sophia senang mengambil gambar di samping sesuatu dengan
simbol phallus (Dewa Kesuburan Yunani). Dia bermain cello dengan San Fransisco
Orkestra, dan meskipun sudah memainkan alat musik sepanjang hidupnya, dia tidak
pernah bisa melewatkan lelucon ketika melihat suling. Dia sinting. 4Coit Tower: atau
Lillian Coit Memorial Tower yang monumen yang dibangun oleh arsitek Arthur Brown Jr.


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

and Henry Howard dengan uang warisan dari Lillie Hitchock Coit sendiri untuk
menghormati dirinya, sosialita wanita kaya raya yang konsen terhadap kebakaran yang
sering terjadi di kota San Fransisco.Tower ini berbentuk seperti suling atau mulut selang
pipa pemadam kebakaran. Kami bertiga saat ini tidak ada yang terikat suatu hubungan,
sesuatu yang langka. Biasanya, salah satu dari kami ada yang berkencan dengan
seseorang, tapi sejak Sophia putus dengan pacar terakhirnya beberapa bulan yang lalu,
kami semua berada di musim kering. Beruntung bagi teman-temanku, kekeringan
mereka tidak sepertiku. Sejauh yang ku tahu mereka masih berhubungan baik dengan O
1Wallbanger - Alice Clayton
mereka. Aku teringat kembali dengan bergidik mengingat malam ketika O dan aku telah
berpisah. Aku mengalami serangkaian kencan pertama yang buruk dan begitu frustasi
secara seksual sehingga aku membiarkan diriku kembali ke apartemen pria yang aku
tidak berniat untuk melihatnya lagi. Bukan berarti aku menentang kencan satu malam.
Aku sering pergi dengan malu di waktu pagi. Tapi orang ini" Aku seharusnya tahu lebih
baik. Cory Weinstein, bla bla bla.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Keluarganya memiliki sebuah jaringan bisnis pizza di seluruh daerah pantai barat. Hebat
di atas kertas kan" Hanya di atas kertas. Ia cukup baik, tapi membosankan. Tapi saat itu
aku sudah lama tidak berhubungan dengan pria, dan setelah beberapa martini dan
berbicara sendiri di mobil, aku mengalah dan membiarkan Cory "melakukan caranya
denganku." Sekarang, sampai pada titik tertentu dalam hidupku, aku percaya teori tua
bahwa seks itu seperti pizza. Bahkan ketika itu buruk, itu masih cukup baik. Untuk
beberapa alasan. Ini adalah jenis seks yang paling buruk. Gaya senapan mesin: cepat,
cepat, cepat. Hanya 30 detik pada payudara, 60 detik pada sesuatu sekitar 1 inci diatas
dimana tempat dia seharusnya berada, dan kemudian masuk. Dan keluar. Dan masuk.
Dan keluar. Tapi setidaknya itu cepat berakhir, kan" Tapi tidak. Hal menyedihkan ini
berlangsung selama berbulan bulan. Ok, tidak. Tapi untuk hampir 30 menit. Dari masuk
dan keluar. Kasihan vaginaku terasa seperti telah disembur pasir. Pada saat itu
berakhir, dan ia berteriak, "Nikmat sekali!" sebelum jatuh diatasku, aku secara mental
mengatur ulang semua serpihan diriku dan mulai membersihkan semuanya di wastafel.
Aku berpakaian, tidak butuh waktu lama berpakaian karena pakaianku masih hampir
lengkap dan pergi. Malam berikutnya, setelah membiarkan Lower Caroline (Caroline
bagian bawah) sembuh, aku memutuskan untuk memperlakukannya dalam sebuah sesi
bercinta sendiri yang nikmat dan lama, dengan kekasih fantasi semua orang, George
Clooney alias Dr.Ross. Tapi penyesalanku yang sangat dalam, O telah meninggalkan
tempatnya, aku mengangkat bahu, berpikir mungkin dia hanya perlu pergi semalam,
masih mengalami sedikit 5PTSD dari Pemilik Pizza Parlor, Cory. 5PSTD Post traumatic
stress disorder atau Gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan yang dapat
berkembang setelah seseorang terkena satu atau lebih peristiwa traumatis, seperti
kekerasan seksual, cedera serius atau ancaman kematian. Gejalanya bisa berupa
kilasan peristiwa berulang. Tapi malam berikutnya" Tidak ada O. Tidak ada tanda-tanda
dia minggu itu, atau minggu berikutnya. Saat hitungan minggu berubah menjadi bulan,
dan bulan membentang terus, mulailah berkembanglah kebencian mendalamku
untuk Cory Weinstein. Senapan mesin keparat" Aku menggelengkan kepala,
membersihkan pikiran tentang O dari kepalaku sewaktu aku merangkak naik ke tempat
tidur. Clive menunggu sampai aku rebah sebelum meringkuk dibawah lututku. Dia
mengeluarkan dengkuran terakhir saat aku mematikan lampu. "Malam, Mr.Clive," bisikku
dan jatuh tertidur. *** Duk " Oh Tuhan." Duk Duk "Oh Tuhan." Yang benar saja" Aku
bangun lebih cepat kali ini, karena aku tahu apa yang kudengar. Aku duduk di tempat
tidur, melotot dibelakangku. Tempat tidur sudah ditarik dengan aman menjauh dari
dinding, jadi aku tidak merasa ada gerakan, tapi yakin sekali ada sesuatu yang bergerak
disana. Lalu aku mendengar"desisan" Aku menatap Clive, yang ekornya berdiri tegak.
Dia melengkungkan punggungnya dan mondar mandir di kaki tempat tidur. "Hei Mister,
tidak apa-apa. Kita hanya punya tetangga berisik itu saja," aku menenangkannya,
meregangkan tanganku padanya. Saat itulah aku mendengarnya. "Meow." Aku
memiringkan kepalaku ke samping, mendengarkan lebih seksama. Aku memperhatikan
Clive, yang melihat ke belakang seolah-olah mengatakan, "Itu bukan aku" "Meow! Oh
Tuhan, Meow. Me-yow!" Wanita di sebelah mengeong. Demi Segala Isi Dunia jenis
1Wallbanger - Alice Clayton
ereksi apa yang dimiliki oleh tetanggaku sehingga bisa membuat hal itu terjadi" Clive
pada titik ini, benar-benar gila dan meluncurkan dirinya di dinding. Dia benar-benar
mendaki dinding, mencoba untuk mendekati asal keributan itu, dan menambahkan bunyi
meow-nya sendiri untuk menambahkan paduan suara. "Oooh, Yaaa, seperti itu
Simon,,,,,,,mmmmm, meow, meow, meow!" Demi Tuhan, ada kucing yang lepas kendali
di kedua sisi dinding malam ini. Wanita itu memiliki aksen, meskipun aku tidak
mengenali asalnya. Daerah Eropa Timur pastinya. Ceko" Polandia" Apakah aku
benar-benar terjaga, mari kita lihat jam 1.16 dini hari dan masih mencoba untuk
membedakan asal Negara dari wanita yang tengah disetubuhi di sebelah" Aku mencoba
untuk memegangi Clive dan menenangkannya. Tidak beruntung. Dia dikebiri, tapi dia
masih laki-laki dan dia menginginkan sesuatu yang ada dibalik dinding itu. Dia terus
berteriak mengeong, suara meow miliknya berpadu dengan wanita itu sampai yang
hanya aku bisa kulakukan adalah untuk tidak menangis pada keriuhan momen ini.
Hidupku telah menjadi teater absurd dengan paduan suara kucing. Aku menyadarkan
diriku karena aku sekarang bisa mendengar Simon mengerang. Suaranya rendah dan
dalam, dan sementara wanita itu dan Clive terus memanggil satu sama lain, aku
mendengarkan semata-mata padanya. Dia mengerang dan dentuman di dinding
dimulai. Dia 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
benar-benar sungguh-sungguh melakukannya. Wanita itu mengeong keras dan lebih
keras sepertinya dia tanpa diragukan lagi akan klimaks ke puncak. Meownya berubah
menjadi teriakan tak jelas dan dia akhirnya memekik," Da! Da! Da!" Ah. Wanitu itu
adalah orang Rusia. Demi Tuhan. Satu dentuman, satu erangan lagi dan ngeongan
terakhir. Akhirnya semuanya hening. Kecuali untuk Clive. Dia terus merindukan cintanya
yang hilang sampai jam 4 pagi. Perang dingin kembali".. *** Bab 3 Pada saat Clive
sudah diam dan menghentikan teriakan kucingnya, aku benar-benar lelah dan sudah
terjaga. Lagipula aku harus bangun satu jam berikutnya dan aku menyadari aku telah
mendapatkan apapun tidur yang bisa aku dapatkan. Aku lebih baik bangun dan
membuat sarapan. "Pengeong bodoh," kataku, berkata pada dinding di belakangku
dan aku melangkah ke ruang tamu. Setelah menyalakan TV, aku menyalakan mesin
pembuat kopi dan melihat cahaya fajar baru mulai mengintip di jendelaku. Clive
meringkuk dikakiku dan aku memutar mataku padanya. "Oh, sekarang kamu
menginginkan cinta dariku, huh" Setelah mengabaikanku karena Purina semalam"
Clive kau jahat," aku bergumam, merentangkan kakiku dan menggosoknya dengan
tumitku. Dia merebahkan dirinya ke lantai dan berakting untukku. Dia tahu aku tidak bisa
menolak ketika dia berakting. Aku tertawa kecil dan berlutut di sampingnya. "Ya, ya, aku
tahu kau mencintaiku sekarang karena akulah yang akan menjaga makananmu." aku
menghela napas, menggaruk perutnya. Aku kembali ke dapur, Clive masih diantara
tumitku, dan menuangkan beberapa makanan ke dalam mangkuknya. Sekarang dia
telah mendapatkan yang ia butuhkan, aku dengan cepat terlupakan. Saat aku menuju ke
kamar mandi, aku mendengar gerakan di lorong. Aku segera berubah kembali menjadi
Caroline Si Pengintip, saat aku menekan mataku pada lubang intip untuk melihat apa
yang terjadi dengan Simon dan Purina. Simon berdiri di pintu masuknya, cukup jauh
kedalam aku tidak bisa melihat wajahnya. Purina berdiri di lorong dan aku bisa melihat
tangan Simon mengelus rambut Purina yang panjang. Aku bisa mendengar Purina
mendengkur melalui pintu sialan itu. "Mmm, Simon semalam".mmmm," dia
mendengkur, bersandar ke tangannya yang sekarang menempel ke pipinya. "Aku
setuju. Cara yang baik untuk menggambarkan malam dan pagi ini," katanya pelan saat
mereka berdua tertawa. Bagus sekali. Seks dua ronde lagi. "Hubungi aku jika kau
1Wallbanger - Alice Clayton
kembali ke kota?" kata Purina saat Simon menyingkirkan rambut yang ada di wajahnya.
Wajah segar terpuaskannya. Aku rindu wajah seperti itu. "Oh, Kau bisa
mengandalkanku," Simon menjawab dan kemudian menariknya kembali ke pintu yang
hanya bisa kuasumsikan sebagai ciuman mematikan. Kakinya terlihat seperti dia sedang
berpose. Aku mulai memutar mata, tapi ternyata sakit. Mataku tertekan di lubang intip,
kau tahu kan" "Do, svidaniya (Selamat Tinggal)," dia berbisik dengan aksen yang
eksotis itu. Terdengar lebih baik sekarang dia tidak berteriak seperti suara rengekan
kucing yang kepanasan. "Sampai jumpa," Kata Simon sambil tertawa dan dengan
anggun dia berjalan pergi. Aku berusaha melihatnya sebelum ia masuk ke dalam, tapi
tidak bisa. Kehilangan sosok dia lagi. Aku harus mengakui, setelah pukulan pantat dan
mengeong, aku sangat ingin melihat bagaimana wajahnya. Ada suatu keahlian seksual
hebat di rumah sebelah. Aku hanya tidak bisa melihat mengapa hal itu harus
mempengaruhi kebiasaan tidurku. Aku paksa diriku menjauh dari pintu dan mandi. Di
bawah air, aku merenungkan apa sih sebenarnya yang diperlukan untuk membuat
wanita bisa mengeong. Saat menjelang pukul 7. aku menaiki sebuah mobil kabel dan
meninjau kembali jadwalku hari ini. Aku akan bertemu klien baru, menyelesaikan
beberapa rincian tentang proyek yang baru saja selesai dan makan siang dengan
bosku. Aku tersenyum ketika aku memikirkan Jilian. Jilian Sinclair mempunyai
perusahaan desainnya sendiri, di mana aku bernasib baik untuk magang di sana selama
tahun terakhirku di Berkley. Usianya di akhir tigapuluhan, tetapi terlihat seperti akhir
duapuluhan, dia telah membuat namanya sendiri terkenal di komunitas para desainer
pada awal karirnya. Dia menantang konvensi, merupakan yang pertama kali
membersihkan apa yang disebut shabby chic dari peta desain, dan telah menjadi
trendsetter yang membawa kembali ketenangan yang netral dan cetakan geometris dari
tampilan "modern" yang sekarang sedang menggila. Dia mempekerjakanku setelah
magangku berakhir dan dan menyediakan pengalaman terbaik yang diimpikan bagi
seorang desainer muda sepertiku. Dia penuh tantangan, cerdas, memiliki naluri
mematikan dan mata pembunuh terlebih untuk detail. Tetapi bagian terbaik bekerja
untuknya" Dia menyenangkan. Saat aku keluar dari mobil, aku melihat "kantorku". Jillian
Designs berada di Russian Hill, bagian kota yang indah : seperti mansion dalam kisah
dongeng, jalanan yang tenang dan pemandangan yangg fantastis dari ketinggian.
Beberapa rumah tua yang besar telah dirubah menjadi ruang komersial dan bangunan
kami adalah salah satu yang terbaik. Aku mendesah lega ketika memasuki kantorku.
Jillian ingin masingmasing desainer mengatur ruangan mereka sendiri. Itu adalah cara
untuk menunjukkan kepada klien potensial apa yang bisa mereka harapkan, dan aku
menuangkan banyak pemikiranku ke ruang kerjaku. Warna abu-abu gelap dinding
dihiasi dengan tirai mahal warna pink salmon. Mejaku terbuat dari kayu eboni gelap
dengan kursi terbungkus sutra bewarna sampanye dan emas lembut. Ruanganku
tenang-dengan sedikit sebuah sentuhan berbeda dari lelucon yang berasal dari koleksi
iklan Sup Campbell sekitar tahun 1930-1940an. Aku banyak menemukannya di took
barang bekas, semua dipotong dari majalah Life edisi lama. Dibingkai dan dipasang
didinding, dan aku masih tertawa setiap kali aku melihatnya. Aku menghabiskan
beberapa menit membuang bunga minggu lalu dan menyusun rangkaian yang baru.
Setiap hari Senin aku berhenti disebuah toko untuk memilih bunga-bunga selama
seminggu. Mekarnya berubah, tapi warnanya cenderung memudar. Aku sangat
menyukai orange dan pink, peach dan emas yang hangat. Hari ini aku memilih mawar
hibrida dengan warna karang yang indah, ujung
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kelopaknya semburat warna raspberi. Aku menahahan kuap dan duduk di mejaku,
1Wallbanger - Alice Clayton
mempersiapkan hari ini. Aku melihat Jillian saat ia melenggang melewati pintuku dan
melambai padanya. Dia datang kembali dan melongokkan kepalanya. Selalu rapi, dia
tinggi, ramping dan manis. Hari ini berpakaian hitam dari atas ke bawah tapi dengan
sepatu pantofel warna fuchsia yang menggoda, dia terlihat cantik. "Hei nona, bagaimana
apartemennya?" tanyanya, duduk di kursi seberang mejaku. "fantastis. Terima Kasih!
Aku tidak pernah bisa membayarmu untuk ini. Kau yang terbaik" jawabku. Jillian telah
menyewakan apartemennya kepadaku, yang dia miliki sejak pindah ke kota ini
bertahun-tahun lalu. Sekarang dia memperbaiki rumah di Sausalito. Menyewa tempat
tinggal yang berada di kota itu adalah kewajiban. Peraturan Kontrol Harga Sewa
menjadikan harganya rendah. Aku siap untuk membahas lebih lanjut ketika dia
menghentikanku dengan lambaian tangannya. "Ssst, itu bukan apa-apa. Aku tahu aku
harus menyingkirkannya, tapi itu adalah tempat pertama saat aku dewasa dan itu akan
menghancurkan hatiku jika aku menjualnya! Selain itu, aku suka tempat itu ditinggali
lagi. Lingkungannya bagus." Dia tersenyum dan aku menahan kuapan lain. Mata
tajamnya memperhatikanku. "Caroline ini senin pagi. Bagaimana kau bisa sudah
menguap?" Dia menegur. Aku tertawa. "Kapan terakhir kali kau tidur di sana, Jillian?"
aku menatapnya dari atas bibir cangkir kopiku. Ini adalah yang ketiga kalinya. Aku akan
sadar tak lama lagi. "Oh, sudah lama sekali. Mungkin setahun yang lalu" Benjamin
sedang keluar kota dan aku masih menyimpan tempat tidur di sana. Terkadang saat aku
bekerja lembur aku menginap di sana. Mengapa kau menanyakannya" Benjamin adalah
tunangannya. Seorang millioner, pengusaha dan sangat tampan. Aku dan
teman-temanku sangat naksir padanya. "Apakah kau mendengar sesuatu dari rumah
sebelah?" tanyaku. "Tidak, Tidak. Aku rasa tidak. Seperti apa?" "hmm, hanya suara.
Suara ditengah malam." "Tidak, tidak saat aku berada di sana. Aku tidak tahu siapa
yang tinggal di sana sekarang, tapi aku pikir seseorang pindah tahun lalu, mungkin"
tahun sebelumnya" Tidak pernah bertemu dengannya. Kenapa" Apa yang kau dengar?"
Wajahku merah merona dan menyesap kopiku. "Tunggu sebentar. Suara-suara tengah
malam" Caroline" Serius" Apakah kau mendengar orang berhubungan seks?" Dia
tertarik. Aku memukul kepalaku dia atas meja. Oh, Tuhan. Kilas balik. Tidak ada lagi
pukulan. Aku mengintip kearahnya, dan ia tertawa keras. "Oh Ya Ampun, Caroline. Aku
tidak tahu! Tetangga terakhir yang kuingat berusia 80an dan satu-satunya suara yang
pernah kudengar datang dari kamar itu adalah tayangan ulang Gunsmoke. Tapi kalau
aku pikir-pikir, aku bisa mendengar acara TVnya dengan sangat baik?" Dia terdiam.
"Yah, bukan Gunsmoke yang terdengar dari dinding itu sekarang. Seks langsung yang
terdengar melalui dinding itu. Dan bukan seks yang manis dan membosankan pula. Kita
membicarakan seks yang".menarik." Aku tersenyum. "Apa yang kau dengar?" Dia
bertanya, matanya menyala. Aku tidak peduli berapa usiamu atau latar belakangmu,
selalu ada dua kebenaran yang universal. Kita akan selalu mentertawakan" buang
angin jika terjadi pada waktu yang salah, dan kita selalu ingin tahu tentang apa yang
terjadi di kamar tidur orang lain. "Jillian, ini serius. Itu belum pernah kudengar
sebelumnya. Malam pertama mereka membenturkan dinding begitu keras, lukisan
terjatuh dan memukul kepalaku!" matanya melebar dan ia mencondongkan tubuh ke
depan di mejaku. "Diamlah!" "Aku tidak akan diam! Lalu aku mendengar".Ya Tuhan,
aku mendengar pukulan pantat." Aku membahas pukulan pantat dengan bosku. Kau
tahu sekarang mengapa aku mencintai hidupku" "Tidakkk," desahnya, dan kami
cekikikan seperti anak sekolah. "Yaaa. Dan dia membuat tempat tidurku bergerak,
Jillian. Membuatnya bergerak! Aku melihat wanita itu keesokan hari, saat si Spanx itu
pergi." "Kau memanggilnya Spanx?" "Kau mau bertaruh! Dan kemudian semalam"!"
"Dua malam berturut-turut! Spanx mendapat pukulannya lagi?" "Oh, Tidak, semalam aku
mengetahui ada makhluk aneh yang aku beri nama Purina" Lanjutku "Purina" Aku
1Wallbanger - Alice Clayton
tidak mengerti." Dia mengerutkan kening. "Seorang wanita Rusia yang dibuatnya
mengeong semalam." Dia tertawa keras lagi, menyebabkan Steve si akuntan
menolehkan kepalanya ke pintuku. "Apa yang kalian berdua ceritakan di sini?" tanyanya
sambil menggeleng. "Tidak ada" jawab kami pada saat yang bersamaan, kemudian
tertawa menggila lagi. "2 wanita dalam 2 malam, impresif." Dia mendesah. "Ayolah,
impresif, bukan. Playboy" Ya." "Wow, apakah kau tahu namanya?" "Aku tahu. Namanya
Simon. Aku tahu ini Karena Spanx dan Purina selalu menjeritkan keras namanya
terus-menerus. Aku bisa mendengarnya diantara suara gedoran mereka"si Bodoh
Penggedor Dinding," gumamku. Dia diam sejenak dan kemudian tersenyum." Simon
Penggedor Dinding"Aku suka itu!" "Ya Kau menyukainya. Kau tidak memiliki kucing
yang mencoba untuk kawin dengan Purina melalui dinding semalam." Aku tertawa sedih
dan meletakkan kepalaku kembali ke meja saat kami melanjutkan cekikikan. "Ok.
Kembali bekerja," Jillian akhirnya berkata sambil menyeka air matanya. "Aku ingin kau
berhasil mendapatkan klien baru hari ini. Jam berapa mereka datang?" "Ah Tuan dan
Nyonya Nicholson di sini jam satu siang. Aku sudah siapkan presentasi dan rencana
untuk mereka. Kupikir mereka akan benar-benar menyukai caraku mendesain ulang
kamar tidur mereka. Kita akan dapat menawarkan tambahan ruang duduk dan kamar
mandi yang baru. Hal ini cukup bagus." "Aku mempercayaimu. Bisakah kau
mengutarakan ide-idemu denganku saat makan siang?" "Ya, Aku bisa." jawabku saat
dia keluar menuju pintu. "Kau tahu Caroline, jika kau bisa mendapatkan pekerjaan ini, itu
akan menjadi hasil yang sangat bagus bagi perusahaan," katanya, melihatku diatas
kacamata kulit penyunya. "Tunggu sampai kau melihat apa yang aku sarankan untuk
home theater baru mereka."
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Mereka tidak memiliki home theater." "Belum, mereka belum punya," kataku,
melengkungkan alis dan menyeringai nakal. "Bagus," dia memuji dan pergi untuk
memulai harinya. Pasangan Nicholson adalah klien yang aku inginkan, demikian juga
semua orang. Mimi telah melakukan beberapa pekerjaan untuk Natalie Nicholson,
berdarah biru dan berkelakuan baik, saat dia melakukan reorganisasi kantornya tahun
lalu. Dia menyebutku saat sedang mereka membutuhkan desain interior meja, dan aku
segera mulai merencanakan untuk merombak kamar tidur mereka. Penggedor Dinding.
Pfffft. *** "Fantastis, Caroline. Fantastis," puji Natalie saat aku berjalan bersamanya dan
suaminya ke pintu depan. Kami telah menghabiskan hampir 2 jam merancang
perencanaan, dan selama kami berkompromi di beberapa poin penting, ini akan menjadi
proyek yang menarik. "Jadi, kau pikir kau desainer yang tepat untuk kita?" Tanya Sam,
mata coklatnya menggelap sambil menaruh tangannya di pinggang istrinya dan bermain


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan ekor kudanya. "Kau yang mengatakannya." Godaku, tersenyum pada mereka
berdua. "Aku pikir kami akan senang untuk bekerja denganmu pada proyek ini," kata
Natalie saat kami berjabat tangan, aku melakukan tos dengan diriku sendiri secara
mental, meskipun wajahku harus kujaga tetap tenang. "Bagus Sekali. Aku akan
menghubungi kalian segera, dan kita bisa mulai membuat sebuah jadwal," Kataku
sambil memegang pintu untuk mereka. Aku berdiri di ambang pintu saat aku
melambaikan tangan pada mereka, kemudian membiarkan pintu tertutup sendiri. Aku
melirik Ashley, resepsionis kami. Dia mengangkat alisnya ke arahku dan aku juga.
"Jadi?" Tanyanya. Oh, Ya, aku berhasil menggaet mereka." Aku mendesah dan kami
berdua memekik. Jillian turun tangga saat kami berdansa dan dia berhenti." Apa yang
terjadi di sini?" Tanyanya sambil menyeringai. Caroline dipekerjakan oleh Nicholson!
Ashley memekik lagi. "Bagus." Jillian memberikanku pelukan singkat. "Bangga padamu,
Nak," bisiknya dan wajahku bercahaya. Wajahku benar-benar bercahaya. Aku menari
1Wallbanger - Alice Clayton
kembali ke kantorku, bergoyang dan berputar mengelilingi jalan menuju meja. Aku
duduk, memutar-mutar kursiku dan melihat keluar Teluk. Permainan yang bagus
Caroline, Permainan yang bagus. *** Malam itu ketika aku pergi keluar untuk merayakan
keberhasilanku dengan Mimi dan Sophia, aku mungkin sudah memyesap lebih banyak
margarita. Aku lanjutkan dengan beberapa tequila shot dan aku masih menjillati garam
yang sekarang sudah tidak ada dibagian dalam pergelangan tanganku saat mereka
mengangkatku menaiki tangga. "Sophia kau sangat cantik, kau tahu itu, kan?" rayuku,
bersandar padanya sambil merangkak menaiki tangga. "Ya, Caroline, aku cantik.
Kesimpulan bagus untuk sesuatu yang sudah jelas," katanya. Tingginya hampir 6 kaki
dengan rambut merah menyala, Sophia sangat menyadari penampilannya. Mimi tertawa
dan aku menoleh padanya. "Dan kau Mimi, kau sahabatku. Dan kau sangat kecil! Aku
yakin aku bisa membawamu berkeliling di dalam sakuku." Aku terkikik mencoba
menemukan sakuku. Si mungil Mimi dari Filipina dengan kulit caramel dan rambut paling
hitam. "Kita harusnya menghentikannya setelah guacamole meninggalkan meja,"
gumam Mimi. "Dia tidak diperbolehkan minum tanpa makan." Dia menyeretku menaiki
beberapa tangga terakhir. "Jangan bicara padaku seolah aku tidak ada di sini," aku
mengeluh, melepas jaketku lalu mulai melepas bajuku. "Ok ayo jangan sampai telanjang
di lorong sini, huh?" bentak Sophia, mengambil kunciku dari dompetku dan membuka
pintuku. Aku mencoba mencium pipinya dan dia mendorongku. "baumu seperti tequila
dan seorang yang tertekan seksualnya, Caroline. lepaskan aku." Dia tertawa dan
membuka pintuku. Ketika kami menuju kamar tidur, aku mengamati Clive diambang
jendela." Hei Clive di sana. Bagaimana kabarmu. big boy?" aku berdendang. Dia
memelototiku dan berjalan cepat ke ruang tamu. Dia tidak setuju dengan konsumsi
alkoholku. Aku menjulurkan lidahku padanya. Aku menjatuhkan diriku di tempat tidur
dan mengamati gadis-gadisku diambang pintu. Mereka menyeringai padaku dengan
cara yang berarti kau-yang-mabuk-dan-kami-tidak-jadi-kami-tidak-suka. "Jangan
berakting berlebihan dan sok, nona-nona, Aku pernah melihatmu lebih mabuk daripada
ini di banyak kesempatan," aku mencatat, celanaku sudah terlepas dari bajuku. Tanya
mengapa aku tetap memakai sepatu hak tinggiku, dan aku tidak akan bisa
memberitahumu. Keduanya menarik selimut untukku dan aku merangkak di bawah
selimut dan melotot. Mereka menyelipkanku di dalam selimut begitu bagus sehingga
yang mencuat hanyalah bola mataku, hidungku dan rambut berantakanku. "mengapa
ruangan berputar" Apa yang kalian lakukan dengan apartemen Jillian" Dia akan
membunuhku jika aku mengacaukan rumah sewanya!" "aku menangis, merintih saat
aku melihat ruangan bergerak. "Ruangan ini tidak berputar. Tenanglah." Mimi tertawa,
duduk disampingku dan menepuk bahuku. "Suara benturan itu, mengapa ada suara
benturan?" bisikku ke ketiak Mimi, yang kemudian mengendus dan memuji pilihan
deodorannya. "Caroline, tida ada benturan.Ya Tuhan, kau pasti minum lebih banyak
daripada yang kami pikirkan!" seru Sophia, yang ada di ujung tempat tidur. "Tidak
Sophia, aku mendengarnya juga. Kau tidak mendengarnya?" kata Mimi dengan suara
berbisik. Sophia diam, dan kami bertiga mendengarkan. Ada suara gedebuk yang
berbeda, dan kemudian suara erangan yang jelas. "Bersiaplah kitten, kau akan
menyaksikan aksi Wallbanger, "aku menyatakan. Mata Sophia dan Mimi melebar, tapi
mereka tetap tenang. Apakah itu Spanx" Purina" Mengantisipasi apabila itu Purina,
Clive memasuki ruangan dan melompat di tempat tidur. Dia menatap dinding dengan
penuh perhatian. Kami berempat duduk dan menunggu. Aku nyaris tak bisa
menggambarkan apa yang kami alami saat ini. "Oh Tuhan." Duk.
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Oh, Tuhan." Duk Duk. Mimi dan Sophia menatap Clive dan aku. Kami hanya
1Wallbanger - Alice Clayton
menggelengkann kepala satu sama lain. Lama kelamaan senyum mengembang di
wajah Sophia. Aku masih fokus pada suara yang ada dibalik dinding. Itu
berbeda".nadanya lebih pelan, dan yah, aku tidak bisa benar-benar menyatakan apa
yang wanita itu katakan. Itu bukan Spanx atau Purina". "Mmm, Simon?" cekikikan
?"tepat?" cekikikan ?"di sana!" cekikikan. Huh" "Ya,ya?" dengusan ?"ya, Sial,
sial?" cekikikan-hee-haw! ?"Sial, ya!" Dia cekikikan. Dia ternyata adalah pengikik
cabul. Kami bertiga terkikik bersamaan berbarengan dengannya saat dia terkikik dan
mendengus menuju apa yang terdengar seperti klimaks yang hebat. Clive menyadari
dengan cepat bahwa kekasihnya tidak ada, dan mundur tergesa-gesa ke dapur.
"Apa-apaan ini?" Mimi berbisik, matanya selebar pai apel. "Ini adalah penyiksaan
seksualku yang sudah aku dengarkan selama dua malam terakhir. "Kau tidak tahu,"
gerutuku, merasakan efek dari tequila. "Si Celana Tertawa telah mendapatkan
perlakuan seperti ini selama 2 malam terakhir?" Sophia berteriak sambil menutup
tangan diatas mulutnya saat terdengar lagi suara erangan tertawa melalui dinding. "Oh
tidak. Malam ini adalah malam pertama aku menyaksikan kenikmatan wanita ini. Malam
pertama adalah nona Spanx. Dia adalah wanita nakal dan harus dihukum. Dan Clive
bertemu dengan cinta dalam hidupnya saat Purina mengawali debutnya" "Kenapa kau
memanggilnya Purina?" sela Sophia. "Karena dia terus mengeong saat si Pria
membuatnya klimaks," kataku, bersembunyi di bawah selimut. Buzz-ku mulai hilang,
digantikan oleh kurangnya tidur yang kualami sejak pindah ke sarang yang penuh pesta
aususila. Sophia dan Mimi mengambil selimut dari wajahku dan saar wanita itu menjerit,
"Oh Tuhan itu".itu?" hahahaha ?"begitu nikmat!" "Pria di sebelah bisa membuat
seorang wanita mengeong?" Tanya Sophia, mengangkat alis. "Tampaknya begitu" aku
tertawa, merasakan gelombang pusing pertama yang melingkupiku. "Kenapa dia
tertawa" Kenapa seseorang tertawa saat mereka mendapat perlakuan seperti itu?"
Tanya Mimi. "Tidak tahu, tapi bagus mengetahui bahwa dia sedang menikmatinya," kata
Sophia tertawa sendiri saat mendengar tawa terbahak-bahak keras di sebelah. Tertawa
terbahak-bahak bibi fannyku" "Pernahkah kau melihat pria ini?" Tanya Mimi, masih
menatap dinding. "Belum, Lubang pintuku sudah berusaha keras, meskipun begitu."
"Senang mendengar setidaknya ada lubang yang mendapatkan kesenangan di sekitar
sini," gumam Sophia. Aku melototinya. "Anggun sekali Sophia, aku pernah melihat
bagian belakang kepalanya, hanya itu," jawabku sambil duduk. "Wow 3 wanita dalam 3
malam. Itu stamina yang hebat," kata Mimi, masih menatap heran dinding itu. "Stamina
yang menjijikan yang benar. Aku bahkan tidak bisa tidur di malam hari! Kasihan
dindingku!" keluhku ketika aku mendengar erangan dalam dari pria itu. "Dindingmu, apa
yang dimaksud dengan dindingmu-" Sophia ingin bicara, dan aku angkat tanganku.
"Tunggu sebentar, please," kataku. Dia mulai beraksi. Dinding mulai berguncang
dengan seritme dengan gedoran dan cekikikan wanita itu lebih keras dan lebih keras.
Sophia dan Mimi menatap takjub, saat aku hanya bisa menggeleng. Aku bisa
mendengar Simon mengerang dan aku tahu ia semakin mendekat. Tapi suaranya
dengan cepat tenggelam oleh suara teman malamnya. "Oh?" cekikikan ?"ya?"
cekikikan ?"itu?" cekikikan ?"jangan ?" cekikikan ?"berhenti?" cekikikan
?"jangan?" cekikikan ?" berhenti?" cekikikan ?"oh?" cekikikan-dengusan
?"Tuhan?" cekikikan-cekikikan dengusan-dengusan ?"jangan?" cekikikan ?"
berhenti!" cekikikan. Please. Please. Tolong berhenti, pikirku. Terkikik-tersedak. Dan
dengan satu kikikan terakhir kemudian erangan, keheningan jatuh di sebelah sana...
Sophia dan Mimi saling menatap. dan Sophia berkata "Oh." "YA." lanjut Mimi. "TUHAN."
mereka bicara bersamaan. "Dan itulah penyebab mengapa aku tidak bisa tidur."
desahku. Sementara kami bertiga pulih dari Pengikik itu, Clive kembali bermain di sudut
dengan bola kapas. Pengikik, aku pikir aku paling membencimu diantara yang lain" ***
1Wallbanger - Alice Clayton
Bab 4 MALAM-MALAM BERIKUTNYA menyenangkan dan tenang. Tidak ada
dentuman, tamparan pantat, suara mengeong, dan cekikikan. Kuakui Clive semakin
sedih dari waktu ke waktu, tetapi selain itu segala sesuatu di sekitar lingkungan
apartemen baik. Aku bertemu dengan beberapa tetanggaku, termasuk Euan dan
Antonio yang tinggal di lantai bawah. Aku tidak pernah mendengar atau melihat Simon
sejak semalam dengan si Pengikik dan walaupunku aku bersyukur untuk tidur yang
sempurna setiap malam, aku ingin tahu kemana dia menghilang. Euan dan Antonio
dengan senang hati berbagi gosip denganku. "Sayang, tunggu sampai kau melihat
Simon tercinta kami. Seorang contoh sosok sempurna bagi laki-laki!" seru Euan. Antonio
menangkapku di pintu masuk dalam perjalanan pulang dan koktail sudah ada
ditanganku dalam hitungan detik. "Oh iya, dia indah! kalau saja aku beberapa tahun
lebih muda," gumam Antonio, mengipasi dirinya saat Euan melongo padanya dari balik
gelas cocktail Bloody Mary miliknya. "jika kau beberapa tahun lebih muda kau akan
apa" Yang benar saja. Kau tidak akan pernah sebanding dengan Simon. Dia adalah
filet, sementara itu, hadapilah, cinta-kau dan aku seperti steak murahan." "Kau akan
tahu," Antonio terkekeh, mengisap batang seledrinya. "Tuan-tuan, tolonglah, ceritakan
tentang orang ini," aku mengakui, setelah pertunjukan yang dia hadirkan minggu lalu,
kalau aku sedikit tertarik dengan pria di belakang dinding yang berdentum. Aku akhirnya
membuka rahasia dan memberitahu mereka tentang kejenakaan Simon saat larut
malam setelah menyadari jika aku tidak membuka cerita mereka tidak akan
membalasnya. Mereka menyimak setiap perkataanku seperti anak gemuk di depan
sajian 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
prasmanan. Aku mengatakan kepada mereka tentang wanita-wanita yang bercinta
dengannya, dan mereka mengisi kekosongan beberapa misteri Simon. Simon adalah
seorang fotografer freelance yang berpergian di seluruh dunia. Mereka menduga ia
sedang bertugas, yang menjelaskan kualitas tidurku. Simon mengerjakan beberap
proyek Discovery Channel, The Cousteou Society, National Geographicsemua stasiun
penting. Dia memenangkan beberapa penghargaan untuk karyanya dan bahkan
menghabiskan beberapa waktu meliput perang Irak beberapa tahun yang lalu. Dia selalu
meninggalkan mobilnya ketika ia bepergian, sebuah Range Rover Discovery hitam tua
usang, seperti jenis mobil yang akan kau temukan di semak Afrika. Jenis mobil yang
orang kemudikan sebelum yuppies menangkap mereka. Diantara Euan dan Antonio
yang katakan kepadaku, mobil, pekerjaan dan rumah internasional orgasme dari sisi lain
dinding, aku mulai bisa menyusun sebuah profil pria ini, yang mana belum pernah
kulihat. Dan aku akan berbohong kalau aku katakan aku tidak makin penasaran hari
demi hari. Pada suatu sore, setelah mengantar beberapa sampel genteng di rumah
keluarga Nicholson, aku memutuskan untuk berjalan pulang. Kabut sudah habis,
menyingkap kota dan ini adalah malam yang bagus untuk berjalan-jalan. saat aku
mengitari sudut apartemenku, aku melihat Range Rover tidak ada di tempat biasanya di
belakang bangunan. Yang artinya baru keluar dan ada di sekitar sini. Simon kembali ke
San Fransisco. *** Meskipun aku mempersiapkan diri untuk benturan dinding lainnya,
kenyataannya beberapa hari berikutnya tidak ada peristiwa. aku bekerja, aku berjalan,
aku mengurus Clive. Aku pergi keluar dengan teman-temanku, aku membuat roti zukini
yang enak yang lebih baik dengan KitchenAidku yang sekarang, dan aku menghabiskan
waktu mencari tempat liburan. Setiap tahun aku mengambil waktu seminggu untuk
berlibur di suatu tempat dan benar-benar sendirian. Di tempat yang menarik dan aku
tidak pernah pergi ketempat yang sama kedua kali. Satu tahun kuhabiskan hiking di
Yosemite. Satu tahun lainya aku pergi menghilang di hutan hujan kanopi ecolodge di
1Wallbanger - Alice Clayton
Kostarika. Satu tahun lagi aku menghabiskan seminggu menyelam di lepas pantai
Belize. Dan tahun ini aku tidak yakin dimana aku akan pergi. Pergi ke Eropa sangat
mahal dalam perekonomian saat ini, jadi itu bukan pilihan. Aku sedang
mempertimbangkan Peru, aku selalu ingin melihat 1Machu Picchu. Aku punya banyak
waktu, tapi bagian yang menyenangkan adalah memutuskan dimana aku ingin
menghabiskan waktu liburanku. 1Kota Inca yang hilang, adalah bekas kota peninggalan
suku Inca (Indian Kuno), dibangun diatas lembah suci 80 km dari barat daya kota
Cusco melalui sungai Urumbamba, terletak di Provinsi Urubamba, Peru Aku juga
menghabiskan banyak waktu di lubang intipku. Ya, itu benar. Setiap kali aku mendengar
pintu mendekat, aku buru-buru berlari ke pintu. Clive menatap dengan seringaiannya.
Dia tahu persis dengan apa yang kulakukan. Mengapa dia menilaiku, namun aku tidak
akan pernah tahu karena telinganya juga naik setiap kali mendengar suara yang datang
menaiki tangga. Dia masih merindukan Purinanya. Aku masih belum benar-benar
melihat Simon. Suatu hari aku ke lubang intip pada waktu aku melihatnya masuk
apartemen, tapi aku hanya melihat T-Shirt hitam dan rambut hitam berantakan.
Meskipun begitu bisa jadi pirang gelap-sulit untuk dikatakan dalam cahaya lorong yang
redup. Aku butuh pencahayaan lebih terang untuk menjadi detektif yang lebih baik.
Suatu saat lainnya aku melihat Rang Rover mendekat dari tepi jalan saat aku sampai di
belokan dalam berjalan pulang dari kerja. Dia akan berpapasan denganku! saat aku
akan mendapatkan kilasan pertama dirinya, benar-benar melihat pria dibalik mitos, aku
tersandung dan pantatku jatuh diatas troli di trotoar. Untungnya Euan melihatku dan
membantuku, egoku yang terluka, dan pantat memarku karena beton dan hatiku dengan
sedikit 2Bactine dengan chaser wiski. 2merek antiseptik cair oles produksi Bayer untuk
mencegah infeksi dan menghilangkan rasa sakit akibat luka Tapi semua tetap tenang di
malam hari. Aku tahu Simon di rumah dan aku bisa mendengarnya kadang-kadang, kaki
kursi bergerak dilantai, atau suara tawa pelan satu dua kali. Tapi disana tidak ada harem
karena tidak ada tembok yang berdentum. Meskipun begitu, kami tidur bersama hampir
setiap malam. Dia memainkan lagu Duke Ellington dan Glenn Miller di sisi dindingnya
dan aku berbaring di tempat tidur disisiku mendengarkan tanpa malu-malu. Kakekku
dulu suka memainkan piringan hitam tua miliknya pada malam hari dan suara pop dan
gemertak jarum pada vynil menenangkan saat aku jatuh tertidur, Clive meringkuk
disisiku. Aku akan mengatakan pada Simon ini, ia memiliki selera yang bagus dalam
musik. Ketenangan dan kedamaian ini terlalu bagus untuk berlanjut, dan terjadi
keributan lagi pada beberapa malam berikutnya. Pertama aku disuguhi ronde lainnya
dari si Spanx. Dia sekali lagi menjadi gadis yang sangat, sangat nakal dan pastinya
layak menerima tamparan pantat yang bergema, sebuah tamparan yang berlangsung
hampir setengah jam dan berakhir dengan seruan, "itu dia disana, ya Tuhan, ya disana!
Sebelum dinding mulai gemetar. Aku berbaring terjaga malam itu, memutar mata dan
semakin lama semakin frustrasi. Keesokan paginya dari pos di lubang intipku, aku
melihat Spanx pergi dan mendapatkan kilasan pertama yang jelas dirinya. Berwajah
merah muda dan bercahaya, dia wanita yang sedikit montok dengan pinggul dan paha
berlekuk, dan memiliki payudara yang besar. Dia pendek, sangat pendek dan agak
gemuk. Dia harus berjinjit untuk memberi ciuman selamat tinggal ke Simon dan aku
melewatkan melihat wajahnya saat melihat wanita itu berjalan menjauh. Aku kagum
pada seleranya terhadap wanita. Dia adalah kebalikan total dari Purina yang tampak
seperti model. Mengantisipasi kedatangan Purina di daftar berikutnya, malam berikutnya
aku memberikan Clive kaus kaki penuh catnip dan semangkuk tuna. Harapanku untuk
membuat Clive kekenyangan dan pingsan sebelum aksi dimulai. Perlakuanku berefek
sebaliknya. Kucingku sudah siap untuk berpesta ketika siksaan pertama jeritan
1Wallbanger - Alice Clayton
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Purina yang datang melalui dinding sekitar jam 1.15 pagi. Jika Clive bisa memakai jaket
kecil keren, pasti sudah dilakukannya. Dia mengintai ruangan, berjalan mondar mandir
di depan dinding, berpura-pura santai. Ketika Purina mulai mengeong, dia tidak bisa
menahan diri. Dia sekali lagi meluncurkan diri ke dinding. Melompat dari meja ke meja
rias di rak, ke bantal dan bahkan lampu untuk lebih dekat dengan kekasihnya. Ketika ia
menyadari ia tidak akan pernah bisa membenamkan diri ke dalam plester tembok, ia
mendendangkannya raungan aneh versi kucing dari BarryWhite, raungan hebatnya
seirama dengan intensitas jeritan Purina. Ketika dinding mulai bergoyang dan Simon
mulai beraksi, aku kagum mereka bisa mempertahankan kendali mereka dan fokus
dengan segala keributan yang terjadi. Jelas jika aku bisa mendengar mereka, mereka
pasti bisa mendengar Clive dan semua yang dilakukannya. Apabila aku dimasuki oleh
Wallbanger Wondercock (Ereksi Hebat si Penggedor Dinding), aku membayangkan aku
mungkin bisa juga memfokuskan diri secara mental ... Untuk saat ini, sayangnya aku
tidak dimasuki apapun dan menjadi marah. Aku lelah, aku terangsang dengan tidak ada
pelepasan yang terdekat dan kucingku punya Q-tip mencuat keluar dari mulutnya yang
tampak menakutkan seperti rokok kecil. Setelah tidur malam yang singkat itu, keesokan
paginya aku menyeret diri ke lubang intip untuk melakukan ronde MenontonHarem
berikutnya. Aku dihadiahi dengan profil samping singkat Simon saat ia membungkuk
untuk mencium Purina selamat tinggal. Itu cepat tapi itu cukup untuk melihat rahang:
kuat, jelas dan bagus. Dia memiliki rahang yang bagus. Hal terbaik tentang hari itu
adalah penampakan rahang. Sisa hari itu adalah menyebalkan. Pertama ada masalah
dengan mandor kontraktor di rumah keluarga Nicholson. Tampaknya ia tidak hanya
mengambil istirahat makan siang yang sangat lama, dia suka mengisap ganja di loteng
keluarga Nicholson setiap hari. Seluruh lantai ketiga berbau seperti konser yang mati.
Kemudian keseluruhan paket ubin untuk lantai kamar mandi yang tiba retak dan
terkelupas. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memesan ulang dan pengiriman ulang
akan menyebabkan keseluruh proyek terhenti setidaknya 2 minggu, sehingga tidak
mungkin penyelesaian tepat waktu. Setiap kali konstruksi besar berlangsung, tanggal
akhir proyek adalah perkiraan waktu penyelesaian. Namun aku tidak pernah
melewatkan tenggat waktu dan ini menjadi pekerjaan yang high-profile, membuatku
merasa sangat hangat (bukan dalam cara yang baik) untuk menyadari tidak ada yang


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa kulakukan untuk mempercepat penerbangan ke Itali dan membawa sendiri ubin
sialan itu. Setelah makan siang yang cepat dimana aku menumpahkan semua soda di
seluruh lantai dan mempermalukan diriku sendiri, Aku kembali menuju pekerjaan dan
berhenti di sebuah toko untuk melihat sepatu bot hiking baru. Aku punya rencana baru
untuk pergi hiking di Tanjung Marin akhir pekan ini. Saat memilih-milih sepatu, aku
merasakan napas hangat di telinga sehingga secara naluriah aku tersentak menjauh.
"Hei Kau" aku mendengar dan aku membeku ketakutan. Kilas balik membanjiriku dan
mataku berkunang-kunang. aku merasa dingin dan panas pada saat bersamaan, dan
pengalaman paling mengerikan dalam hidupku langsung terlintas di pikiranku. Aku
berbalik dan melihat Cory Weinstein. Si Senapan Mesin keparat yang telah merampok
Oku. "Caroline, terlihat bagus di lingkungan sini" rayunya, Menyalurkan gaya batin Tom
Jones-nya. Aku menelan ludah pahitku dan berjuang untuk tetap tenang. "Cory, senang
melihatmu. Bagaimana kabarmu?" kataku. "Tidak ada keluhan. hanya melakukan
pemeriksaan keliling restoran untuk orang tuaku. Bagaimana kabarmu" Bagaimana
bisnis dekorasi yang kau lakukan?" "Bisnis desain dan itu berjalan baik. Bahkan aku
baru dalam perjalanan kembali kesana, jadi permisi," aku tergagap dan mulai berjalan
melewatinya. "Hei jangan terburu-buru, cantik. Apakah kau sudah makan siang" Aku
bisa memberimu diskon pizza hanya beberapa blok jauhnya. Bagaimanan jika 5 %
1Wallbanger - Alice Clayton
untukmu?" katanya. Jika mungkin untuk sebuah suara terdengar terlebih angkuh, dia
baru saja melakukannya. "Wow, 5 %. Walaupun tawaran itu menggiurkan, tapi aku akan
menolaknya." aku tertawa. "Jadi Caroline kapan kita bisa bertemu lagi" Malam
itu"sialan. Itu cukup hebat, kan?" dia mengedipkan mata, dan kulitku memohon padaku
untuk merobekkan diri dari tubuhku dan melemparkan itu padanya. "Tidak, tidak Cory.
Tidak akan lagi," aku berseru, kemarahanku naik lagi. Kilasan-kilasan masuk dan keluar,
dan masuk dan keluar. Vaginaku menjerit mempertahankan diri. Kuakui, walaupun kami
berdua tidak dalam hubungan yang sedang baik, tapi paling tidak aku tahu betapa
takutnya dia pada si Senapan Mesin. Tidak dalam pengawasanku. "Oh, ayolah sayang.
Mari kita membuat beberapa keajaiban." Rayunya. Ia membungkuk dan aku tahu dia
baru saja makan sosis. "Cory kau harus tahu aku akan muntah di sepatumu, jadi aku
akan mundur jika aku jadi kau." Dia pucat dan melangkah mundur. "Dan sebagai
catatan, aku lebih suka membenturkan kepalaku ke dinding dari pada membuat
keajaiban denganmu lagi. Kau dan aku dan diskon 5 % mu" Tidak akan terjadi. Bye
bye," kataku dengan gigi terkatup dan berjalan keluar dari toko. Aku menginjakkan kaki
kembali bekerja, marah dan sendirian. Tidak ada ubin-ubin Italia, tidak ada sepatu
hiking, tidak ada pria dan tidak ada O. Aku menghabiskan malam di atas sofa merasa
tidak bahagia. Aku tidak menjawab telepon. Aku tidak membuat makan malam. Aku
makan sisa makanan cepat saji Thailand dari wadahnya dan menggeram pada ke Clive
ketika ia mencoba menyelinapkan sepotong udang. Dia kabur kesudut dan
memelototiku dengan marah dari bawah kursi. Aku menonton Barefoot Contessa yang
biasanya memberikanku semangat. Malam ini dia membuat sup bawang Prancis dan
membawanya ke pantai untuk makan siang dengan suaminya, Jeffrey. Biasanya
menonton mereka berdua membuatku hangat dan syahdu. Mereka begitu manis. Malam
ini mereka membuatku mual. Aku ingin duduk di pantai South Hampton, terbungkus
selimut dan makan sup dengan Jeffrey. Yah, bukan Jeffrey persisnya tapi setara dengan
Jeffrey. Jeffreyku sendiri. Jeffrey sialan. Barefoot Contessa sialan. Makan makanan
cepat saji sisa kesepian sialan. Ketika malam cukup larut sehingga aku bisa beralasan
untuk pergi ke tempat tidur dan menempatkan hari yang mengerikan di belakangku, aku
menyeret karung kesedihan yaitu diriku kembali ke
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kamarku. Aku pergi untuk mencari piyama dan menyadari aku belum mencuci baju
sama sekali. Sialan. Aku menggali laci piyamaku, mencari sesuatu, apa saja. Aku punya
beberapa gaun tidur seksi, hari dimana O dan aku masih bersama. Aku menggerutu dan
mengomel dan akhirnya mengeluarkan gaun tidur baby doll pink. Gaun berenda dan
manis, sementara dulu aku suka tidur dengan lingerie yang cantik, saat ini aku
membencinya. Itu adalah bukti fisik pengingat O-ku yang hilang. Meskipun sudah cukup
lama sejak aku berusaha untuk menghubunginya. Mungkin malam ini akan menjadi
malam itu. Aku memang tegang. Tidak ada orang yang butuh pelepasan lebih daripada
aku. Aku menyuruh Clive keluar dan menutup pintu. Tidak ada yang perlu melihat ini.
Aku menghidupkan beberapa lagu INXS, karena malam ini aku membutuhkan semua
bantuan yang aku bisa dapatkan. Michael Hutchence selalu membuatku dekat. Aku naik
ke tempat tidur, mengatur bantal dibelakangku dan menyelinap diantara selimut. Dalam
gaun tidur mungil, kaki telanjangku menyelip di sepanjang katun yang dingin. Tidak ada
perasaan yang menyamai kaki yang baru saja dicukur pada pada selimut rajutan
benang berkualitas tinggi. Mungkin ini memang adalah ide yang baik. Aku memejamkan
mata dan mencoba untuk memperlambat pernapasanku. Beberapa kali terakhir aku
mencoba unbtuk mencari O, aku begitu benar-benat frustasi sehingga pada akhirnya
aku hampir menangis. Malam ini aku mulai dengan mengumpulkan fantasi yang biasa.
1Wallbanger - Alice Clayton
Aku mulai dengan sedikit Catalano, memungkinkan tanganku untuk menyelinap di
bagian bawah gaun tidurku dan naik ke payudaraku. Ketika aku memikirkan 2Jordan
Catalano/Jared Leto mencium Angela Chase/Claire Danes di lantai dasar sekolah,
aku membayangkan itu adalah aku. Aku merasakan ciumannya tebal dan berat di
bibirku dan sentuhan itu menjadi tangannya ketika bergeser menuju putingku. Saat
jariku/jari Jordan mulai memijat, aku merasakan tarikan yang akrab itu di perutku,
semakin hangat diseluruh tubuh. 2 Tokoh-tokoh fiksi di serial drama remaja My
So-Called Life di saluran TV ABC yang mengudara tahun 1994 Dengan mataku masih
tertutup, imajinasi berubah menjadi Jason Bourne/Matt Damon menyerang kulitku.
Dengan kami berdua kabur dari pemerintah, hanya koneksi fisik yang menjaga kami
untuk tetap hidup. Jariku/jari Jason menyusuri ringan menuruni perutku, meluncur
didalam celana dalam serasiku. Aku bisa merasakan ini bekerja. Sentuhanku
membangunkan sesuatu, menggerakkan sesuatu di dalam. Aku terkesiap ketika aku
merasakan betapa siapnya aku untuk Jason dan Jordan. Tuhan. Memikirkan mereka
berdua bersama-sama bekerja untuk mebawa kembali O membuatku benar-benar
berkedut. Aku mengerang dan mulai untuk sajian utama. Aku membayangkan Clooney.
Kilatan Clooney datang kepadaku saat jemariku membelai dan berputar, melingkar dan
mengejek. Danny Ocean".George dari Fact Of Life". Dan kemudian, aku mulai
beraksi. Dr Ross. Musim ketiga ER, setelah potongan rambut Caesar diperbaiki.
Mmmmm". Aku merintih dan mengerang. Ini berhasil. Aku benar-benar dapat
terangsang. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, otakku dan sisa diriku
tampak selaras. Aku berguling ke sampingku, tangan diantara kedua kakiku saat aku
melihat Dr.Ross berlutut di depanku. Dia menjilati bibirnya dan bertanya kapan terakhir
kali ada orang yang membuatku berteriak. Kau tak tahu. Buatlah aku menjerit. Dr.Ross.
Di balik mata tertutup rapat, aku melihat dia bersandar ke arahku, mulutnya semakin
dekat dan dekat. Dia dengan lembut menekan lututku agar terbuka, menempatkan
ciuman di dalam masing-masing paha. Aku benar-benar bisa merasakan napasnya di
kakiku, yang membuatku menggigil. Mulutnya terbuka dan lidah Clooney yang
sempurna itu keluar untuk mencicipiku. Duk. "Oh, Tuhan." Duk Duk. "Oh, God." Tidak.
Tidak. Tidak! "Simon"mmm ?" cekikikan. Aku tidak percaya ini. Bahkan Dr. Ross
tampak bingung. "Begitu ?" cekikikan ?" sialan ?" cekikikan ?" nikmat" hahahaha!"
Aku mengerang saat aku merasakan Dr. Ross meninggalkanku. Aku basah, aku
frustrasi dan sekarang Clooney pikir seseorang sedang menertawakannya. Dia mulai
mundur". Tidak, jangan tinggalkan aku, Dr. Ross. Jangan kau! "Disitu!Disitu!
Oh"oh"hahahahaha!" Dinding mulai bergetar dan dentuman tempat tidur di mulai.
Sudah cukup, Pengikik jalang, rasakan ini". Aku segera bangkit berdiri, Catalano dan
Bourne dan Clooney yang kucintai memudar dalam gumpalan testosteron sarat asap.
Aku melemparkan selimut, menarik gagang pintu dan berjalan keluar dengan marah dari
kamar tidurku. Clive mengulurkan kaki dan
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mulai menyalahkanku karena mengurungnya tapi ketika dia melihat wajahku, dengan
bijaksana dia membiarkanku lewat. Aku menghentakkan kaki menuju ke pintu depanku,
kakiku berdentuman di lantai kayu. Aku marah. aku sangat marah. Aku sudah begitu
dekat. Aku membuka pintu depanku dengan kekuatan seribu O yang marah, pelepasan
yang ditahan selama berabad-abad. aku mulai menggedor pintu Simon. Aku menggedor
dengan keras dan lama, seperti Clooney yang sedang akan menghentakku. Aku
menggedor lagi dan lagi, tidak pernah berhenti, tidak pernah menyerah. Aku bisa
mendengar langkah kaki berjalan menuju pintu, tapi aku masih tidak menyerah.
Frustrasi dari hari dan minggu dan bulanbulan tanpa O melepaskan dirinya dalam
1Wallbanger - Alice Clayton
sebuah tirade yang tidak seorangpun pernah melihatnya sebelumnya. Aku mendengar
gemeretak kunci dan rantai diturunkan, tapi aku masih terus menggedor. Aku mulai
berteriak. "buka pintu ini, kau bajingan atau aku akan datang melalui dinding!"
"Tenanglah dan hentikan gedoran itu, "aku mendengar Simon berkata. Kemudian pintu
terbuka dan aku menatap. Disanalah dia. Simon. Siluet cahaya lembut dari belakang,
Simon berdiri dengan satu tangan menggenggam pintu dan tangannya memegang
selembar kain putih di sekitar pinggulnya. Aku melihat dari atas ke bawah, tanganku
masih menggantung diudara, mengepalkan tinju. Tanganku berdenyut, aku sudah
menggedor begitu keras. Dia memiliki rambut yang hitam legam yang berdiri tegak,
mungkin dari tangan si Pengikik yang terkubur didalamnya saat ia memasuki dirinya.
Matanya biru tajam dan tulang pipi sama kuat seperti rahang. Pelengkapnya" Bibirnya
bengkak karena ciuman dan apa yang tampak seperti bakal janggut tiga hari. Ya Tuhan,
disana ada bakal janggut. Bagaimana bisa aku melewatkan itu pagi ini" Aku menatap
ke bawah pada tubuh tinggi rampingnya. Berkulit coklat, tapi bukan coklat buatan, coklat
karena lingkungan luar, coklat karena cuaca, coklat yang jantan. Dadanya naik turun
saat ia terengah engah, kulitnya dilapisi kemilau tipis keringat dari sex. Saat mataku
turun lebih lanjut aku melihat segelintir rambut hitam rendah di torsonya, yang mengarah
ke bawah handuk. Dibawah six pack. Di bawah V yang beberapa pria yang memilikinya,
dan yang mana pada dirinya tidak tampak aneh atau hasil pahatan alat olahraga
BowFlexed. Dia menakjubkan. Tentu saja dia menakjubkan. Dan mengapa harus ada
bakal janggut" Aku tersentak saat pandanganku turun lebih rendah daripada yang
kumaksudkan. Tapi mataku tertarik seolah olah ada magnet, lebih rendah dan lebih
rendah. Di bawah handuk yang sudah lebih rendah dipinggul daripada yang seharusnya.
Dia Masih Keras *** Bab 5 "Ya Tuhan." Duk "Ya Tuhan." Duk Duk. Aku terangkat ke
atas tempat tidur dengan kekuatan dorongannya. Dia menghujam padaku dengan
kekuatan yang gigih, memberi apa yang bisa kuambil, kemudian memaksaku melewati
batasan. Dia menatapku, tajam, sekilas memberikan seringainya. Aku memejamkan
mata membiarkan diriku merasakan seberapa jauh aku terpengaruh. Dan dengan
dalam, maksudku dalam" Dia menggenggam kedua tanganku dan membawanya ke
atas kepalaku pada kepala ranjang. "Kau harus berpegangan kuat untuk ini," bisiknya
dan melemparkan salah satu kakiku diatas bahunya saat ia mengubah irama
pinggulnya. "Simon!" aku menjerit, merasakan tubuhku mulai kejang. Matanya, mata
biru sialan itu, menggali ke dalam mataku saat aku bergetar di sekelilingnya. "Mmm,
Simon!" aku menjerit lagi. Dan segera bangun dengan lengan di atas kepalaku, tangan
menggenggam erat kepala ranjang. Aku memejamkan mata sejenak dan memaksa
jariku untuk melepaskan genggamannya. Ketika aku melihat lagi aku bisa melihat
lekukan di tanganku dari mencengkeram yang begitu erat. Aku berusaha keras untuk
duduk. Aku tertutupi keringat dan terengah-engah. Benar-benar terengah-engah. aku
menemukan selimut bergulung di kaki tempat tidur dengan Clive terkubur di bawahnya,
hanya hidungnya yang mengintip keluar. "Oh, Clive, apa kau bersembunyi?" "Meow,"
terdengar jawaban marah dan sebuah wajah kecil mengikuti hidung kucing. "Kau bisa
keluar, kucing konyol. Mommy sudah selesai menjerit. Kupikir." aku tertawa, sambil
menyisir rambut basahku. Sejak malam Simon dan aku "bertemu" di lorong, aku tidak
bisa berhenti bermimpi tentangnya. Aku tidak ingin, benar-benar tidak mau tapi pikiran
bawah sadarku telah mengambil alih dan memiliki caranya sendiri. Secara nocturnal,
tubuh dan otakku terpisah pada saat ini : otak lebih tahu, LC tidak begitu yakin" Clive
mendorong melewatiku dan berlari ke dapur untuk melakukan tarian kecil di samping
mangkuknya. Aku berkeringat dengan sangat menarik melalui piyamaku, jadi aku
bangun untuk berdiri di depan lubang AC, mendinginkan diri dan mulai merasa tenang.
"itu sangat dekat, ya, O?" aku meringis, menekan kakiku bersama-sama dan merasakan
1Wallbanger - Alice Clayton
nyeri yang tidaknyaman di antara pahaku. "Yah, yah, yah tenang," suaraku serak saat
Clive menggesekkan dirinya masuk dan keluar dari pergelangan kakiku. Aku menuang
sesekop kibble (merk makanan kucing) di mangkuknya dan membuat kopi. Aku duduk di
meja dapur dan mencoba menenangkan diri. Aku masih agak terengah. Mimpi itu"well,
sangat intens. Aku memikirkannya lagi saat tubuhnya berada di atasku, sebutir keringat
meluncur dari hidungnya dan jatuh di dadaku. Dia menurunkan tubuhnya dan menyeret
lidahnya ke atas perutku, menuju payudaraku dan kemudian" Ping! Ping! Mr. Coffe
(merk mesin pembuat kopi otomatis) menyadarkan aku dari pikiran nakalku, dan aku
bersyukur. Aku bisa merasakan diriku mulai terangsang kembali. Apakah ini akan
menjadi masalah" Aku menuangkan secangkir kopi, mengupas pisang dan melihat
keluar jendela. Aku mengabaikan keinginanku untuk memijat pisang dan
menghujamkannya ke mulutku. Ya Tuhan, gerakan menghujam itu! Sensasi ini menuju
ke selatan dengan cepat. Dan yang kumaksud selatan".
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Aku menampar wajahku dan memaksa pikiranku untuk memikirkan sesuatu selain
laki-laki pelacur yang aku berbagi dinding dengannya. Hal konyol. Hal berbahaya. Puppy
dogs (anak anjing)"doggy style (gaya bercinta) Es krim cone"menjilati cone Simon
dan dua sekop es krimnya. Permainan anak-anak"sialan, apakah aku ingin
melakukan apapun yang Simon minta...oke, cukup! Sekarang bahkan kau tidak mau
mencoba. Sambil mandi aku bernyanyi "The Star Spangled Banner" (lagu kebangsaan
Amerika Serikat) lagi dan lagi untuk menjaga tanganku dari melakukan apapun selain
membersihkan tubuhku. Aku harus mengingat apa yang si brengsek itu lakukan, bukan
bagaimana dia terlihat dengan hanya berbalut sprei dan sebuah seringai. Aku
memejamkan mata dan bersandar ke semprotan air, mengingat malam itu lagi. Begitu
aku berhenti menatap miliknya, well, di bawah seprai, aku membuka mulut untuk
berbicara: "Sekarang dengar, Tuan, apakah kau tahu bagaimana berisiknya kau" Aku
butuh tidurku! Jika aku harus mendengarkan semalam lagi, satu menit lagi, bahkan, kau
dan selirmu sedang menggedor dindingku, aku akan menjadi gila!" Aku berteriak untuk
melepaskan ketegangan yang akan aku miliki, dapat, seharusnya sudah dilepaskan
dengan cara yang sangat Clooney. "Tenanglah. Tidak mungkin seburuk itu. Dinding ini
cukup tebal." dia menyeringai, memukulkan tinjunya ke kusen pintu dan mencoba untuk
melepaskan sedikit pesona. Dia jelas menggunakannya untuk mendapatkan apa yang ia
inginkan. Dengan otot perut seperti itu, aku bisa melihat mengapa. Aku menggeleng
untuk tetap fokus, "Apakah kau gila" Dinding ini tidak setebal otakmu. Aku bisa
mendengar semuanya! Setiap tamparan, ngeongan, setiap kikikan, dan aku
mengetahuinya! Omong kosong ini berakhir sekarang!" jeritku, wajahku terasa terbakar
karena marah. Aku bahkan menggunakan tanda kutipan untuk menekankan tamparan,
meong dan kikikan. Ketika aku berbicara tentang selirnya, ia mulai mengalihkan
pesonanya menjadi tersinggung. "Hei, itu sudah cukup!" balasnya. "Apa yang kulakukan
di rumahku adalah urusanku. Maaf kalau aku mengganggumu, tetapi kau tidak bisa
datang kesini di tengah malam dan mendikte apa yang bisa dan tidak bisa kulakukan!
Kau tak melihatku mendatangi kamarmu dan menggedor pintumu." "Tidak, kau hanya
menggedor dinding sialanku. Kita berbagi dinding kamar tidur, kau tepat di balik
dindingku ketika aku mencoba untuk tidur. Milikilah sedikit sopan santun." "Well,
bagaimana kau bisa mendengarku dan aku tidak bisa mendengarmu" Tunggu, tunggu
tidak ada yang membenturkan dindingmu, ya?" Dia menyeringai dan aku merasakan
pelan-pelan warna menghilang dari wajahku. Aku menyilangkan tangan erat-erat di
dada, dan saat aku melihat ke bawah, aku ingat apa yang kupakai. Gaun tidur pink.
Cara tepat untuk menanamkan kepercayaan diri. Saat aku kesal, mata Simon melayang
1Wallbanger - Alice Clayton
ke bawah tubuhku, tanpa malu-malu mengamati gaun tidur pink dan rendanya dan
pinggulku bergoyang saat aku menghentakkan kakiku. Matanya akhirnya kembali ke
atas, dan bertemu dengan tatapanku, tanpa ragu-ragu. Kemudian dengan binar yang
ada di mata birunya, ia mengedipkan matanya padaku. Aku langsung marah.
"Oooohhh!" aku menjerit dan masuk lalu membanting pintu apartemenku. Sekarang aku
malu, aku membiarkan air mencuci rasa frustasiku. Aku tidak melihatnya sejak itu, tapi
bagaimana jika aku bertemu dengannya" Aku membenturkan kepalaku ke dinding
kamar mandi. Ketika aku membuka pintu depan 45 menit kemudian, aku mengucapkan
selamat tinggal ke Clive dari balik bahuku dan berdoa dalam hati bahwa tidak ada
wanita selir yang lain lagi di lorong. Semua aman. Aku mengenakan kaca mata hitamku
pada saat aku berjalan keluar pintu bangunan apartemen, nyaris tidak memperhatikan
sebuah Range Rover. Dan dengan nyaris, maksudku aku nyaris memperhatikan bahwa
kata Rover berima sama dengan over (pada), seperti membungkukkan aku pada (over)
kursi di ruang keluargaku dan" Caroline! Sepertinya aku memiliki masalah di sini. ***
Sore itu Jillian melongok kedalam kantorku. "Tok, tok," katanya, tersenyum. "Hei! Ada
apa?" aku bersandar di kursi. "Tanyakan padaku tentang rumah di Sausalito." "Hei
Jillian, bagaimana rumah di Sausalito?" tanyaku sambil memutar bola mataku. "Beres,"
bisiknya dan melemparkan tangan ke udara. "Yang benar!" bisikku kembali.
"Sepenuhnya sudah terselesaikan, benar-benar beres!" dia menjerit dan duduk di
depanku. Aku menawarkan tinju kecil dari seberang meja "Sekarang itu adalah kabar
baik. Kita harus merayakannya." Aku merogoh sebuah laci. "Caroline jika kau
mengeluarkan sebotol scotch aku harus berkonsultasi dengan bagian personalia," ia
memperingatkan, sambil menyeringai. "Pertama-tama, kau adalah bagian personalia.
Dan kedua, seperti aku akan menyimpan minuman scotch di kantorku saja!
Kenyataannya botol itu terikat di pahaku." Aku terkekeh, mengeluarkan sebuah Blow
Pop (merk permen lolipop). "Bagus. Bahkan rasa semangka, favoritku," katanya saat
kami membuka bungkusnya dan mulai menghisap. "Jadi, ceritakan semua tentang hal


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu," pintaku. Aku sudah berkonsultasi sedikit dengan Jillian saat ia memilih sentuhan
akhir di rumah yang ia dan Benjamin telah renovasi, dan aku tahu itu salah satu jenis
rumah impianku selama bertahun-tahun. Seperti Jillian, rumah itu akan hangat,
mengundang, elegan, dan penuh dengan cahaya. Kita mengobrol beberapa saat, dan
kemudian dia membiarkan aku kembali bekerja. "Ngomong-ngomong, pesta pindah
rumah diadakan akhir pekan depan. Kau dan tim ceriamu diundang," katanya dalam
perjalanan keluar pintu. "Apakah kau baru mengatakan tim ceria?" tanyaku. "Mungkin
saja. Kau akan datang?" "Kedengarannya bagus. Bisakah kami membawa sesuatu, dan
dapatkah kami menatap tunanganmu?" "Jangan kau berani, dan aku tidak
mengharapkannya," dia membalas. Aku tersenyum saat kembali bekerja. Pesta di
Sausalito" Terdengar menjanjikan. ***
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kau tidak serius naksir dia, kan" Maksudku berapa banyak mimpi yang pernah kau
miliki tentangnya?" Tanya Mimi, sambil mengisap sedotannya. "Naksir" Tidak, dia
seorang bajingan! Kenapa aku mau?" "Tentu saja Caroline tidak naksir dia. Siapa yang
tahu penisnya sudah pernah kemana saja" Caroline tidak akan pernah mau," Sophia
menjawabnya untukku, sambil melemparkan rambutnya ke bahu dan membuat
terpesona para pria pebisnis di meja seberang yang dari tadi menatap takjub sejak
Sophia berjalan masuk. Kami bertemu untuk makan siang di bistro kecil favorit kami di
pantai utara. Mimi duduk kembali ke kursinya dan terkikik, menendangku di bawah meja.
"Minggirlah, pipsqueak (tukang gossip)." aku menatap tajam ke arahnya, mukaku
memerah dengan cepat. "Yeah, minggirlah pipsqueak! Caroline tahu lebih baik
1Wallbanger - Alice Clayton
daripada?" Sophia tertawa kemudian terdiam, akhirnya melepas kacamata hitamnya
dan mengalihkan tatapannya padaku. Sang pemain cello dan tukang gossip itu
memperhatikan aku yang gelisah. Salah satunya tersenyum dan lainnya mengumpat.
"Oh Ya Ampun, Caroline jangan bilang kau naksir pada orang itu" Oh tidak, kau
memang menyukainya, kan?" Sophia mendengus, saat seorang pelayan pria
meletakkan sebotol Pellegrino. Pelayan itu menatapnya saat jari-jari Sophia memainkan
rambutnya dan Sophia melambaikan tangan menyuruhnya pergi dengan sebuah
kedipan mata hati-hati. Dia tahu bagaimana cara pria memandangnya, dan
menyenangkan untuk melihat ia membuat mereka menggeliat. Mimi berbeda. Dia begitu
kecil dan lucu awalnya pria tertarik oleh pesona bawaannya. Kemudian mereka
benar-benar melihat dan menyadari bahwa dia manis. Ada sesuatu tentangnya yang
membuatnya laki-laki ingin merawat dan melindunginya, sampai mereka membawanya
ke kamar tidur. Atau yang pernah aku dengar. Benar-benar bisa menjadi sesuatu yang
gila" Aku telah diberitahu bahwa aku cantik, dan kadang-kadang aku mempercayainya.
Di hari yang menyenangkan aku tahu aku bisa mengusahakannya. Aku tidak pernah
merasa seseksi Sophia atau semenarik Mimi, tapi aku cukup bisa merawat diri. Aku tahu
ketika kami bertiga keluar kami dapat benar-benar diperhatikan oleh para lelaki, dan
hingga saat ini kami menggunakannya untuk keuntungan kami. Kami masing-masing
memiliki tipe yang sangat berbeda, yang mana adalah bagus. Kami jarang menyukai
lelaki yang sama. Sophia sangat spesifik. Dia menyukai prianya tinggi, ramping dan
tampan. Ia suka yang tidak terlalu tinggi tapi lebih tinggi daripadanya. Ia menginginkan
pria yang sopan dan cerdas dan sebaiknya memiliki rambut pirang. Itu adalah
kelemahannya. Ia juga seorang yang mudah terayu dengan seseorang yang mempunyai
aksen selatan. Serius, jika seorang pria memanggilnya "sugar" ia langsung basah. Aku
pernah mengalami langsung ini karena aku menganggu dia di suatu malam ketika dia
sangat mabuk menggunakan aksen Oklahoma terbaikku. Aku harus menghindarinya di
sisa malam itu. Ia mengklaim itu adalah masa kuliah, dan ia ingin mengadakan
percobaan. Mimi, di sisi lain juga spesifik, tetapi tidak dengan tampilan tertentu. Ia
menyukai segala ukuran. Ia menyukai pria yang besar, sangat besar, tinggi dan kuat. Ia
amat suka saat mereka harus mengangkatnya untuk menciumnya atau menaikkannya di
bangku kecil sehingga mereka tidak mendapatkan kram leher. Ia menyukai prianya
punya sedikit sisi kasar (dalam artian baik) dan membenci rendah diri. Karena ia mungil
ia memiliki kecenderungan untuk menarik lelaki dengan tipe yang suka melindungi. Tapi
ia telah berlatih karate sejak ia masih kecil dan ia tidak membutuhkan perlindungan
siapapun. Ia adalah seorang jagoan dalam balutan rok. Aku lebih sulit untuk
dijabarkan, tapi aku mengenalnya ketika aku melihatnya. Seperti dalam Supreme Court
(pengadilan agung) dan pornografi, aku menyadarinya. Aku cenderung mengarah ke
orang yang suka kegiatan luar ruangan-penjaga pantai, penyelam, pemanjat tebing. Aku
menyukai mereka berpotongan rambut yang rapi, tapi sedikit berantakan, sopan dengan
sedikit sentuhan nakal dan punya uang yang cukup sehingga aku tidak harus berperan
sebagai ibu. Aku telah menghabiskan musim panas dengan peselancar
sangat-begituseksi yang bahkan tidak mampu membeli selai-kacangnya sendiri. Bahkan
orgasme-sepanjang-waktu Micah tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri ketika aku
menemukan ia telah menggunakan kartu kredit AmEx-ku (American Express) untuk
membayar lilin seksnya. Dan tagihan telepon selularnya. Dan perjalannannya ke Fiji
yang bahkan aku tidak diundang. Menyingkir, surfer boy. Menyingkir. Aku bisa saja
mengajaknya bercinta sekali di jalan sebelum ia pergi. Ahh, hari-hari sebelum O pergi.
Orgasme-sepanjang-waktu. Mendesah. "Jadi, tunggu dulu, apakah kau melihatnya lagi
sejak pertemuan di lorong?" Tanya Sophia setelah kami memesan dan aku kembali dari
kenangan surferku. "Tidak." aku mengerang. Mimi menepuk-nepuk lenganku
1Wallbanger - Alice Clayton
menenangkan. "Dia manis, bukan?" "Sialnya"iya! Terlalu manis untuk kebaikannya
sendiri. Dia benarbenar seorang bajingan!" Aku menggebrak meja dengan tanganku
begitu keras membuat peralatan makan perak memantul. Sophia dan Mimi saling
pandang, dan aku menunjukkan jari tengahku pada mereka. "Dan kemudian pagi itu dia
di lorong dengan Purina, sedang menciumnya! Itu seperti kota ogasme sinting yang
kacau ada disana dan aku tidak ingin jadi bagian dari itu!" Kataku, mengunyah marah
seladaku setelah memberitahu mereka cerita ini untuk ketiga kalinya. "Aku tidak percaya
Jillian tidak memperingatkanmu tentang orang ini," Sophia merenung, mendorong
crouton (sejenis roti bawang) di sekeliling piringnya. Ia pada kondisi tidak-makan-roti
lagi, khawatir pada kelebihan lima pound (" 2.5 kg) yang dia akui sudah hilang sejak
tahun lalu. Sebenarnya itu tidak benar, tapi tidak ada gunanya berdebat dengan Sophia
saat dia menetapkan pikiran pada sesuatu. "Tidak, tidak, dia bilang dia tidak kenal orang
ini," aku melaporkan. "Simon pasti pindah saat terakhir kali Jillian berada di sana.
Maksudku, Jillian hampir tidak pernah tinggal di tempat itu. Mereka hanya
mempertahankannya sehingga mereka selalu punya tempat untuk tinggal di kota.
Menurut para tetangga Simon tinggal di gedung ini baru setahunan lebih. Dan ia
melakukan perjalanan sepanjang waktu." Saat aku berbicara, aku menyadari aku sudah
mengumpulkan cukup dokumen tentang orang ini. "Jadi apakah dia sudah
menggedor-gedor dinding sepanjang minggu ini?" tanya Sophia. "Relatif tenang
sebenarnya. Entah dia benar-benar mendengarkanku dan menjadi tetangga yang baik,
atau penisnya akhirnya patah di dalam salah satu dari mereka dan sedang
mendapatkan perawatan medis," kataku, sedikit terlalu keras. Meja seberang para
pebisnis pasti telah mendengarkan cukup dekat karena mereka semua tersedak sedikit
dan menggeliat di kursi mereka, mungkin menyilangkan kaki mereka dan tanpa disadari
bersimpati. Kami 1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
cekikikan dan melanjutkan makan siang kami. "Berbicara tentang Jillian, kalian diundang
ke rumah di Sausalito pekan depan untuk pesta pindah rumah mereka," aku
memberitahu mereka. Mereka berdua segera mengipasi diri mereka sendiri. Benjamin
adalah salah satu pria yang kami sepakati bersama. Setiap kali kami memberikan Jillian
minuman yang cukup keras, kami akan mengakui naksir pada Benjamin dan membuat
dia menceritakan kisah-kisah tentang dia. Jika kami beruntung dan berhasil memberikan
martini esktra keras untuk Jillian"well, katakan saja menyenangkan mengetahui seks
tetap layak dilakukan bahkan setelah priamu sudah empat puluhan. Salah satu tentang
Benjamin dan Tonga Room di Fairmont hotel" Wow. Dia seorang wanita yang
beruntung. "Itu akan menyenangkan. Mengapa kita tidak datang dan bersiapsiap di
tempatmu, seperti dulu?" Mimi menjerit, Sophia dan aku menutup telinga. "Ya, ya itu
bagus, tapi jangan memekik atau kami akan meninggalkanmu di sini dengan tagihan,"
Sophia mengomel saat Mimi duduk kembali kembali ke kursi matanya berbinar. Setelah
makan siang Mimi berjalan menuju janji berikutnya di persimpangan. Sophia dan aku
berbagi taksi. "Jadi mimpi nakal tentang tetanggamu. Ayo kita dengar," mulainya,
menjadi kesenangan bagi sopir taksi kami. "Mata ke jalan, sir," aku mengarahkan, aku
menangkapnya memperhatikan kami di kaca spion belakang. Aku membiarkan pikiranku
melayang ke mimpi yang datang setiap malam selama seminggu terakhir. Aku, di sisi
lain bukanlahpenyebab bertambahnya rasa frustasi seksualku ke titik kritis. Ketika aku
bisa mengabaikan O, aku baik-baik saja. Sekarang aku disuguhi mimpi tentang Simon
setiap malam, O semakin terlihat. Clive sekarang tidur di atas lemari, aman dari kakiku
yang menendangnendang, kau paham kan. "Mimpi-mimpi itu" Mimpi itu menyenangkan
tapi dia seorang bajingan!" seruku sambil meninju tanganku ke pintu. "Aku tahu. Itulah
1Wallbanger - Alice Clayton
yang selalu kau katakan," tambahnya, menatapku dengan hati-hati. "Apa" Apa arti
pandangan itu?" "Tidak ada. Hanya melihatmu. Kau benar-benar berusaha sangat keras
pada seseorang yang brengsek," katanya. "Aku tahu." aku mendesah memandang
keluar jendela. *** "Kau menyodokku." "Aku tidak menyodokmu." "Serius, apa sih yang
ada di sakumu, Mimi" apakah kau punya penis?" Seru Sophia, meyentakkan kepalanya
menjauh saat Mimi menekan alat pengeriting di rambutnya. Aku tersenyum dari
tempatku tidur, mengikat tali di sandalku. Aku sudah memasang penggulung rambut
sendiri sebelum para gadis sampai di sini, jadi aku sudah terhindar dari perawatan
penuh Mimi. Mimi membayangkan dirinya semacam anak yang putus sekolah dari
sekolah kecantikan, dan jika dia juga bisa membuka toko di kamarnya, dia juga sudah
memikirkannya secara mendalam. Mimi mengeluarkan sikat rambut dari kantongnya
dan menunjukkannya kepada Sophia sebelum mulai menyisir (tease=menggoda).
Dengan sikatnya itu. Kami berpesta sebelum pesta sama seperti yang kami lakukan di
Berkeley, lengkap dengan serutan es untuk minuman koktail daiquiri. Meskipun kami
sudah bisa meminum alkohol berkualitas baik dan perasan jus lemon segar, ini masih
membuat kami sedikit tinggi dan pusing. "Ayolah, ayolah"kau tidak pernah tahu siapa
yang akan kau temui malam ini! Kau tidak ingin bertemu Pangeran Tampan dengan
rambut rata, kan?" Mimi beralasan saat ia memaksa Sophia untuk membalik rambutnya
untuk mendapatkan kesan "mengangkat rambut pada mahkotanya." Kau tidak boleh
membantah-kau hanya membiarkan dia melakukannya. "Aku tidak merasa rata
dimanapun. Jika payudaraku sudah terlihat, Pangeran Tampan bahkan tidak akan
memperhatikan aku punya rambut," gumam Sophia yang membuatku menyemburkan
badai tawa lainnya. Kemudian di antara suara tawa kami, aku mendengar suara dari
rumah sebelah. Aku bangkit dari tempat tidur dan mendekat ke dinding dimana aku bisa
mendengar lebih baik. Kali ini daripada mendengar Simon, ada dua suara keras pria
lainnya. Aku tidak bisa menangkap apa yang mereka katakan, tapi tiba-tiba suara Guns
N Roses menggelegar melalui dinding cukup keras untuk membuat Sophia dan Mimi
menghentikan apa yang mereka lakukan. "Apa-apaan itu?" bentak Sophia, mencari
dengan liarnya di sekitar ruangan. "Simon adalah penggemar GNR kurasa," aku
mengangkat bahu, diam-diam menikmati disambut "Welcome to the Jungle". Aku
meletakkan ikat kepala rendah di dahiku dan melakukan gerakan menari kepitingnya Axl
(vokalis GNR) bolak balik, hanya untuk menyenangkan Mimi dan mencemooh Sophia.
"Tidak, tidak, tidak, bukan begitu, bodoh," marah Sophia lebih ke musik dan meraih ikat
kepala lainnnya. Mimi menjerit dengan tawa saat Sophia dan aku perang tarian kepiting
Axl. Tentu saja sampai Sophia mulai mengacaukan rambutnya. Kemudian Mimi
menerjang. Sophia melompat di tempat tidur untuk menjauh darinya dan aku bergabung
dengannya. Kami melompat-lompat, berteriak-teriak mengikuti liriknya dan menari
dengan liar. Mimi akhirnya menyerah, dan kami akhirnya menari seperti orang gila yang
bodoh. Aku mulai merasakan tempat tidur bergerak dibawah kami dan aku menyadari itu
membentur dengan gembira ke dinding- dindingnya Simon. "Terima itu! Dan Itu! Dan
sedikit...itu! Tak seorang pun yang membentur di dindingku, huh" Hahahahahaha!" aku
berteriak tak karuan saat Mimi dan Sophia menyaksikan dengan takjub. Sophia turun
dari tempat tidur, lalu dia dan Mimi saling mencengkram satu sama lain saat mereka
tertawa dan aku mulai menghentak. Aku bergerak maju mundur seperti sedang
berselancar, menghantamkan kepala tempat tidur ke dinding lagi dan lagi. Musik
terputus tiba-tiba dan aku jatuh seperti baru saja di tembak. Mimi dan Sophia
menggenggam tangan mereka di atas mulut masing-masing sementara aku berbaring
ditempat tidur, menggigit buku jariku sendiri untuk menahan tawa. Kegilaan di ruangan
seperti kau sedang ketahuan melakukan TP1 di rumah seseorang, atau tertawa di
belakang gereja. Kau tidak bisa berhenti, dan kau tidak bisa tidak berhenti. Bang bang
1Wallbanger - Alice Clayton
bang. Tidak mungkin. Dia menggedorku" Bang bang bang. Dia menggedorku" Bang
bang bang! Aku memberikan gedoran sebaik yang aku terima. Aku tidak percaya dia
punya nyali untuk mencoba membuatku diam. Aku mendengar suara-suara pria
terkekeh. Bang bang bang datang sekali lagi dan emosiku berkobar. Oh dia benar-benar
seorang bajingan... Aku menatap para gadis tak percaya dan mereka melompat kembali
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
ke tempat tidur denganku. Bang bang bang kami menggedor, enam tinju marah
menghujani plester dinding. Bang bang bang berbalik ke kami, jauh lebih keras kali ini.
Para pria ini sudah mulai bersungguh-sungguh. "Menyerahlah tuan! Tidak ada seks
untukmu!" aku berteriak pada dinding yang membuat para gadisku terkikik gila-gilaan.
"Banyak seks untukku, nona. Tidak ada untukmu" teriaknya dengan terlalu jelas melalui
dinding. Aku mengangkat tinjuku untuk menggedor sekali lagi. Bang bang bang
terdengar dari sisiku. Bang bang! satu tinju menjawab kembali, dan kemudian semua
diam. "OOOOHHHHHHHHHH!" aku berteriak pada dinding, dan aku mendengar Simon
dan teman prianya tertawa. Mimi dan Sophia menatapku dengan mata terbelalak satu
sama lain hingga kami mendengar sebuah desahan kecil dari belakang kami. Kami
berbalik dan melihat Clive duduk di atas nakas. Dia menatap kembali pada kami,
mendesah lagi dan terus menjilati pantatnya. *** "Beraninya, maksudku sangat
beraninya pria itu! Dia punya untuk bisa benar-benar menggedor dindingku, di
dindingku" maksudku, Ya Tuhan, dasar ba-" "Bajingan, yang kami tahu," kata Mimi dan
Sophia serempak saat aku terus mengomel. "Ya, bajingan!" aku melanjutkan, masih
marah. Kami berada di mobil dalam perjalanan ke pesta Jillian. Mobil jemputan tiba
tepat pukul delapan tiga puluh, dan kami segera menuju ke jembatan. Saat aku
memandang keluar kerlip lampu-lampu di Sausalito, aku mulai sedikit tenang. Aku
menolak membiarkan pria itu membuatku marah. Aku keluar dengan 2 sahabatku, akan
menghadiri acara pindah rumah fantastis yang diselenggarakan oleh bos terbaik di
dunia. Dan jika kami beruntung, tunangannya akan membiarkan kami melihat foto-foto
dirinya ketika ia menjadi perenang di perguruan tinggi, foto saat dia masih hanya
mengenakan celana dalam seksi yang ketat. Kami akan menghela napas dan menatap
tanpa henti sampai Jillian menyingkirkannya. Dan kemudian dia biasanya akan
menjauhkan Benjamin juga, untuk semalam. "Aku mau bilang, aku punya perasan yang
benar-benar baik tentang malam ini. Aku merasa seperti ada sesuatu yang akan terjadi,"
Mimi merenung menatap serius keluar jendela. "Sesuatu akan terjadi pasti, memang iya.
Kita akan bersenangsenang, minum terlalu banyak dan aku mungkin akan mencoba
menggerayangi Caroline di mobil selama perjalanan pulang," kata Sophia, mengerling
padaku. "Mmm, manis," godaku, dan dia meniupkan ciuman padaku. "Oh, bisakah
kalian berdua lupakan romansa pseudo-lesbian kalian" Aku serius di sini," ia
melanjutkan, mendesah dengan nada suara seperti drama harlequin yang
kadang-kadang dia gunakan. "Siapa yang tahu" Aku tidak yakin dengan diriku, dan
mungkin kau akan bertemu Pangeran Tampanmu malam ini, "aku berbisik, tersenyum
balik ke wajah penuh harapnya. Mimi yang paling romantis dari kami bertiga. Dia teguh
dengan keyakinannya bahwa setiap orang memiliki Soulmate (belahan jiwa). Eh...aku
hanya cukup dengan Soul-O-ku. Ketika kami berhenti di rumah Benjamin dan Jillian, ada
banyak mobil yang diparkir dimana-mana di sepanjang jalan berkelok-kelok, ada banyak
lentera Jepang dan lampion yang berjajar sepanjang halaman menuju rumahnya.
Seperti kebanyakan rumah-rumah yang dibangun di atas kaki bukit, dari jalanan tak
tampak apapun. Kami terkikik saat kami berjalan melalui pintu gerbang, dan aku
tersenyum ketika para gadis menatap pada alat aneh yang ada didepan kami. Aku telah
1Wallbanger - Alice Clayton
melihat rancangan seperti ini, tetapi belum pernah menaikinya. "kereta sialan jenis apa
ini?" celetuk Sophia, dan aku tidak bisa menahan tawa. Jillian dan Benjamin telah
merancang dan memasang hillevator, pada dasarnya ialah sejenis lift yang naik dan
turun melalui bukit. Sangat praktis ketika kau mempertimbangkan jumlah langkah yang
dibutuhkan untuk mencapai rumah. Halaman depan rumah bukit mereka diselimuti
dengan taman yang bertingkat dan bangku serta berbagai pola taman, diatur dengan
artistik di jalanan setapak berbatu yang menyala dengan obor patung tiki yang berukir
memandu menuruni bukit menuju rumah. Kecuali untuk berbelanja dan pendekatan
lainnya yang kurang santai, hillevator sebenarnya dibuat untuk berkendara dengan
mudah. "Apakah kalian para nona-nona bersedia menaiki lift tersebut atau tetap turun
sendiri dengan berjalan?" Tanya seorang petugas, yang muncul dari sisi lain kereta.
"Maksudmu menaiki benda itu?" Mimi mencicit. "Tentu, untuk itulah alat ini dibuat.
Ayolah," aku mengajaknya, melangkah melalui pintu kecil yang dibukakan si petugas di
samping. Ini hampir mirip seperti lift ski, kecuali ini menuruni bukit bukannya melayang
di udara. "Ya, baiklah, mari kita lakukan," kata Sophia, naik dibelakangku dan
menjatuhkan tubuhnya ke kursi. Mimi mengangkat bahu dan mengikuti. "Akan ada
seseorang di bawah menunggu untukmu. Nikmati pestanya, nona-nona." Petugas itu
tersenyum, dan kami pun bergerak. Setelah kami menuruni bukit, rumah mulai terlihat
menyambut kami. Jillian telah menciptakan dunia yang benar-benar ajaib di sini, dan di
sana terdapat jendela besar di seluruh rumah, kami bisa melihat pesta yang
berlangsung saat kami melanjutkan perjalanan kami. "Wow, banyak orang di sini," kata
Mimi, matanya membesar. Suara dari sebuah band jazz di salah satu teras di bawah
berdenting terdengar oleh kami. Aku merasakan sedikit gelitikan di perutku saat kereta


Wallbanger Karya Alice Clayton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhenti dan petugas lain datang untuk membuka pintu. Saat kami keluar dan sepatu
hak kami berbunyi klik klik di jalan setapak berbatu, aku bisa mendengar suara Jillian
dari dalam rumah dan langsung tersenyum. "Girls, kalian datang!" serunya saat kami
berjalan masuk. Aku berbalik menghadapi ruangan, meresapi semuanya sekaligus.
Rumah ini hampir seperti segitiga, didirikan di sisi bukit dan terhampar keluar. Lantai
kayu mahoni yang berwarna gelap terhampar dibawah kami, dan barisan dinding bersih
kontras dengan sangat indah. Selera Jillian secara pribadi adalah modern yang nyaman,
warna-warna rumah ini mencerminkan warna-warna yang menggelilingi lereng bukit,
hijau daun yang hangat, coklat tanah yang semarak, krem yang sangat lembut dan
sedikit warna biru laut dalam. Hampir seluruh belakang rumah dua lantai ini adalah
kaca, mengambil keuntungan dari pemandangan yang spektakuler. Cahaya bulan
menari diatas air di teluk dan di kejauhan kau bisa melihat lampu-lampu dari San
Fransisco. Air mata mengalir di mataku saat melihat rumah yang dia dan
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
Benjamin telah ciptakan untuk diri mereka sendiri dan saat aku melihat kearahnya, aku
melihat kegembiraan dimatanya. "ini sempurna," bisikku dan Jillian memelukku erat-erat.
Sophia dan Mimi memuji-muji Jillian saat seorang pelayan membawakan kami
masing-masing segelas sampanye. Ketika Jillian pergi untuk berbaur, kami bertiga
berjalan keluar dari salah satu banyak teras untuk mengambil persediaan lagi. Para
pelayan lewat dengan nampan-nampan dan saat kami mengunyah udang panggang
dan menghirup minuman bergelembung kami, kami mengamati para tamu untuk
mencari orang yang kami kenal. Tentu saja banyak dari klien Jillian berdiri di sana dan
aku tahu akan bercampur dengan sedikit pekerjaan malam ini, tapi sekarang aku sudah
puas untuk makan udang mewahku dan mendengarkan Sophia dan Mimi menilai
setiap pria. "Oooh, Sophia aku melihat seorang koboi untukmu tepat di sana, tidak, tidak
tunggu dia telah diambil oleh koboi lain. Bergeraklah." Mimi mendesah sambil
1Wallbanger - Alice Clayton
melanjutkan pencariannya. "Aku menemukan dia! aku melihat pria untukmu malam ini,
Mimi!" Sophia menjerit dalam bisikan. "Di mana, di mana?" Mimi berbisik kembali,
menyembunyikan mulutnya di balik seekor udang. Aku memutar mataku dan meraih
segelas minuman saat pelayan lewat. "Di bagian dalam, lihat" Tepat di sana di meja
dapur, sweater hitam dan celana khaki" Ya Tuhan, dia tinggi, hmmm rambutnya juga
bagus." Sophia merenung, menyipitkan matanya. "Dengan rambut keriting coklat" Ya
aku pasti sesuai dengannya," kata Mimi, targetnya sudah diperoleh. "Lihat betapa tinggi
dia, sekarang siapa si yummy lawan bicaranya itu" Jika saja bimbo (perempuan genit)
itu bergerak minggir," gumam Mimi sambil mengangkat alisnya, sampai wanita yang
diduga bimbo itu akhirnya menyingkir, memberikan kami pemandangan yang lebih jelas
dari pria yang dipertanyakan tadi. Aku melihat juga dan saat jalan terbuka, sekarang
kami bisa melihat kedua pria yang mengobrol. Si Pria Besar itu, well, besar. Tinggi dan
bahu lebar, hampir seperti bahu pemain gelandang. Badannya mengisi sweater dengan
cukup baik dan ketika ia tertawa wajahnya bersinar. Ya dia memang tipe Mimi. Pria lain
memiliki rambut pirang bergelombang yang selalu dia dorong ke belakang telinganya.
Dia memakai kacamata kutu buku yang benar-benar cocok untuknya. Dia tinggi dan
ramping dan terlihat serius, hampir terlihat klasik di dalam ketampanannya. Jangan
salah, orang ini adalah si Culun yang Tampan dan Sophia menarik napas dengan cepat
saat melihatnya. Saat kami terus menyaksikan adegan yang terlihat, orang ketiga
bergabung dengan mereka dan kami semua tersenyum. Benjamin. Kami segera menuju
dapur untuk menyapa pria favorit kami di planet ini. Tidak diragukan Sophia dan Mimi
juga senang mengetahui Benjamin yang akan memperkenalkan mereka. Aku melirik
keduanya saat mereka secara bersamaan mempersiapkan diri. Mimi diam-diam
mencubit kedua pipinya, ala Scarlett O'hara2 dan aku melihat Sophia menyelipkan
pengganjal payudaranya dengan cepat. Para pria malang ini tidak akan bisa memiliki
kesempatan kabur. Benjamin melihat kami dalam perjalanan menyeberang ke arahnya
dan tersenyum. Para pria membuka lingkaran mereka untuk membiarkan kami masuk
dan Benjamin menyelimuti kami bertiga dalam pelukan raksasa. "Tiga gadis favoritku!
Aku bertanya-tanya kapan kalian akan muncul. Kebiasaan terlambat seperti biasa,"
godanya dan kami semua cekikikan. Benjamin selalu melakukan itu, dia membuat kami
seperti siswi-siswi sekolah yang konyol. "Hai, Benjamin." kata kami serempak, dan aku
tersadar betapa kami terdengar seperti Angelnya Benjamin pada saat itu. Si Pria Besar
dan si Kacamata berdiri di sana menyeringai dan mungkin menunggu untuk dikenalkan
saat kami bertiga hanya menatap Benjamin. Dia benar-benar menua dengan sempurna;
rambut bergelombang coklat, hanya sedikit ada warna perak dipelipisnya, jeans, kemeja
biru gelap dan sepasang sepatu bot koboi tua. Dia bisa menjadi model catwalk Ralph
Lauren. "Ijinkan aku untuk melakukan perkenalan di sini. Caroline yang bekerja dengan
Jilian, Mimi dan Sophia adalah, oh bagaimana kalian menyebutnya, BFF (Best Friends
Forever=sahabat selamanya)?" Benjamin tersenyum, menunjuk kepadaku. "Wow, BFF"
siapa yang mengajarimu bergaya bahasa, daddy-o?" aku tertawa dan mengulurkan
tanganku kepada si Pria Besar. "Hai, aku Caroline. Senang mengenalmu." Dia menelan
tanganku dengan cakarnya. Ini benar-benar seperti cakar. Mimi akan kehilangan
pikirannya dengan yang satu ini. Matanya penuh dengan kegembiraan saat ia
tersenyum kearahku. "Hei Caroline, Aku Neil. Si Aneh ini adalah Ryan," katanya, sambil
mengangguk dibalik bahunya pada si Kacamata. "Terima kasih, ingatkan aku tadi saat
lain kali kau tidak dapat mengingat kata kunci emailmu." Ryan tertawa ramah dan
mengulurkan tangannya padaku. Aku berjabatan dengannya, memperhatikan betapa
matanya hijau terang. Jika Sophia memilki anak dengan orang ini, mereka pasti akan
menawan. Aku memastikan untuk mengurus perkenalan selanjutnya setelah Benjamin
melangkah pergi. Kami mulai berbasa basi, dan aku tertawa saat keempat dari mereka
1Wallbanger - Alice Clayton
mulai gerakan kecil Ingin-Lebih- Mengenal-Mu mereka. Neil melihat seseorang yang ia
kenal dibelakangku dan berteriak, "Hei Parker, bawa pantat tampanmu kesini dan
bertemu dengan teman-teman baru kita." "Aku datang. Aku datang." Aku mendengar
sebuah suara berkata di belakangku dan aku berbalik untuk melihat siapa yang
bergabung dengan kelompok kami. Hal pertama yang kulihat adalah biru. Sweater biru,
mata biru, biru. Biru yang indah. Lalu aku melihat merah saat aku mengenali pemilik si
biru. "Penggedor dinding sialan," desisku, membeku di tempat. Seringainya menghilang
juga saat dia mengamati wajahku sejenak. "Gadis Bergaun Tidur Pink sialan," akhirnya
dia menyimpulkan. Dia meringis. Kami bertatapan, saat udara menggelegak berubah
seperti ada listrik diantara kami, gemertuk dan berderak. Keempat orang di belakang
kami terdiam, mendengarkan perkelahian kecil ini. Kemudian mereka sadar. "Itu si
Penggedor Dinding." Pekik Sophia. "Tunggu sebentar, itu si Gadis Bergaun Tidur Pink?"
Neil tertawa, Mimi dan Ryan mendengus. Wajahku menjadi merah padam saat aku
memproses informasi ini dan seringai Simon menjadi cengiran terkutuk yang kulihat di
malam itu di lorong ketika aku menggedor pintu dan membuatnya berhenti memberikan
si Pengikik cekikikan dan berteriak padanya. Ketika aku sedang memakai...
1Wallbanger - Alice Clayton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
"Gadis Bergaun Tidur Pink, Gadis Bergaun Tidur Pink!" aku tersedak, lebih dari kesal.
Lebih dari marah. Menjadi sangat murka. Aku menatapnya, menuangkan semua
keteganganku ke dalam satu tatapan. Semua malam tanpa tidur dan hilangnya O ku dan
mandi air dingin dan sodokan pisang dan mimpi basah tanpa ampun masuk kedalam
satu tatapan. Aku ingin mengalahkannya dengan mataku, membuatnya meminta
ampun. Tapi tidak...bukan Simon. Direktur dari Rumah Internasional Orgasme. Dia
Masih Menyeringai. *** TP1: menggunakan kertas toilet gulung untuk menghias rumah
seseorang sebagai lelucon Scarlett O'hara2: wanita di novel roman klasik popular Gone
With the Winds karangan Margaret Mitchell tahun 1936 Bab 6 Kami berdiri menatap
satu sama lain, gelombang amarah dan rasa kesal memantul bolak-balik diantara kami.
Kami melotot, dia dengan seringainya dan aku sambil mencibir, sampai aku menyadari
bahwa galeri kacang kami sendiri telah terdiam lagi, bersama dengan setiap tamu lain di
dapur. Aku memandang melewati tetanggaku dan melihat Jillian berdiri bersama
Benjamin dengan ekspresi ingin tahu di wajahnya"tidak diragukan lagi bertanya-tanya
mengapa anak didiknya siap bertarung di tengah-tengah rumah barunya. Tunggu
sebentar"bagaimana bisa dia kenal Simon" Mengapa Simon bahkan berada di sini"
Aku merasa ada tangan kecil di bahuku dan berputar dengan cepat untuk melihat Mimi.
"Tenang, Trigger. Kau tak perlu marah pada Jillian, okay?" Bisiknya sambil tersenyum
malu-malu pada Simon. Aku melemparkan pandangan kearahnya dan berbalik kembali
menghadap Simon, mendapati dia sudah bergabung dengan tuan rumah kami.
"Caroline, Aku tak sadar kalau ternyata kau kenal Simon. Dunia memang kecil!" Seru
Jillian, sambil menangkupkan tangannya. "Aku tidak akan bilang kalau aku kenal dia,
tapi aku akrab dengan hasil perbuatannya," jawabku dengan gigi terkatup. Mimi menari
dalam lingkaran di sekitar kami seperti anak kecil dengan rahasianya. "Jillian, kau
takkan percaya ini, tapi?" ia memulai, suaranya meluap dengan kegembiraan yang
nyaris tak dapat disembunyikan. "Mimi..." aku memperingatkan. "Simon itu Simon dari
apartemen sebelah! Simon Wallbanger!" Sophia berseru, menggenggam lengan
Benjamin. Aku yakin Sophia melakukannya hanya agar dia bisa menyentuh Benjamin.
"Sialan," aku menarik napas saat Jillian meresapi informasi ini. "Tidak mungkin,"
desahnya, tangan menutup mulutnya saat ia mengucapkan kata-kata kotor. Jillian selalu
berusaha untuk menjadi wanita baik-baik. Benjamin terlihat bingung, dan Simon ternyata
punya rasa malu dengan sedikit tersipu. "Bajingan," aku berucap tanpa suara ke
1Wallbanger - Alice Clayton
arahnya. "*Cockblocker," ujar Simon membalas tanpa suara, seringai kembali
sepenuhnya. Aku terkesiap. Aku mengepalkan tangan dan siap untuk mengatakan
kepadanya apa yang bisa dia lakukan dengan cockblocker ketika Neil menerobos
masuk. "Benjamin, lihat ini"gadis cantik ini adalah Pink nightie Girl! Bisakah kau
menghadapinya!" Dia tertawa saat Ryan berusaha tidak tertawa. Mata Benjamin
melebar, dan ia mengangkat alis ke arahku. Simon menelan tawanya. "Pink nightie
Girl?"Tanya Jillian, dan aku mendengar Benjamin bersandar di dan memberitahu bahwa
ia akan menjelaskannya nanti. "Oke, sudah cukup!" Teriakku dan aku menunjuk kearah
Simon. "Kau. Mari bicara, tolong?" Bentakku dan mencengkeram lengannya. Aku
menarik Simon keluar dan membawanya ke salah satu jalan setapak yang mengarah
menjauh dari rumah. Dia bergegas mengikuti di belakangku, tumitku menghentak
dengan marah di atas batu ubin. "Ya Tuhan, pelan-pelan saja, kenapa?" Responku
Neraka Hitam 8 Dewa Arak 64 Satria Sinting Strangers 6

Cari Blog Ini