Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen Bagian 5
Kumaruta?" tanya Cempaka.
"Oh i.. ya itu sangat bagus.." jawab Prabu Kumara Dewa
terlihat gugup. "Sudahlah Adeng, kau masuk saja dan potong ayam
untuk makan tamu kita ini.!" kata si nenek.
"Nek kemanakah orang tua Adeng?" tanya Cempaka.
"Ibunya meninggal dunia sewaktu melahirkan anak
yang bungsu, sedangkan ayahnya meninggal sewaktu terjadi
kerusuhan di desa kami. Ayah mereka mengangkat senjata
bersama-sama dengan penduduk melawan gerombolan
pengacau itu..." jawab si nenek.
414 26. LAYU YANG TERKEMBANG "Itu pasti terjadi ketika gerombolan aki kolot?" tanya
Prabu kumara Dewa. "Benar tuan," jawab si nenek lagi.
"Akibat dari gerombolan itu menyebabkan rusaknya
tatanan desa ini,.." kata Cempaka.
"Nona benar. Akibat kejadian itu kami semua
menderita.." kata si Nenek.
"Tapi bagaimana menurut nenek, jika ada sebuah
negara yang akan menyerang Kawali ini dan terjadilah
peperangan..?" tanya Purbaya yang semenjak tadi diam saja.
"Perang itu sangat kejam sikap dari kedua pemimpinlah
yang menentukan terjadinya perang. Tapi jika negara kami
rakyat Kawali akan di serang negara lain, kami rakyat Kawali
akan mengangkat senjata melawan mereka bersama-sama
dengan prajurit?" kata si nenek panjang dan tampak
bersemangat. "Yah, semoga saja perang itu tidak akan pernah
terjadi..." kata Purbaya sambil melirik pada Kumara Dewa yang
duduk di sampingnya. "Tuan benar. Semoga saja saya dan ketiga cucu saya tak
akan melihat lagi perang..." kata si nenek, lalu ia bangkit dan
masuk ke dalam pondok bagian belakang.
"Oh, marilah tuanku kita kembali, hamba sekarang
mengerti akan maksud tuanku mengajak hamba kemari.
415 26. LAYU YANG TERKEMBANG Marilah tuanku kita kembali. Hamba akan mencoba mencari
jalan untuk mencegah terjadinya peperangan," kata Prabu
kumara Dewa. "Terima kasih paman Kumara Dewa. Aku akan
membantu paman mencarikan jalan keluarnya. marilah dinda
Cempaka, paman..." kata Purbaya.
"Marilah kanda, paman Kumara Dewa..." kata Cempaka.
Dengan mengendap-endap mereka bertiga meninggalkan
tempat itu, lalu secepat itu pula mereka melesat kembali ke
keraton Kawali. Sementara itu Raden Saka yang tengah menuju perbatasan
Kawali dan Indraprasta terus memacu kudanya tiada henti.
Tepat ketika di hutan perbatasan Raden Saka melihat
pemandangan yang sangat menyedihkan. Sebuah desa di
perbatasan tersebut terlihat banyak mayat-mayat yang
bergelimpangan. Melihat pemandangan tersebut Raden Saka
Palwaguna marah sekali. Namun ketika dia berhasil menangkap
dua orang pelaku pembunuhan tersebut dia sangat terkejut.
Karena dua orang itu ternyata pengawal pribadi Prabu Pancar
Dungung. Keterkejutan Raden Saka semakin menjadi-jadi
ketika dia mengetahui pembunuhan terhadap penduduk yang
tidak berdosa itu di lakukan oleh para prajurit Indraprasta atas
perintah Pancar Dungung. Pembunuhan itu dilakukan hanya
untuk memancing kemarahan Prabu Kumara Dewa. Menurut
rencana Prabu Pancar Dungung ada empat puluh desa yang
akan dihancurkan dan dibunuh penduduknya.
Mengetahui hal itu darah kependekarannya menggebu-gebu
416 26. LAYU YANG TERKEMBANG melihat rencana licik dari Prabu Pancar Dungung. Dan dia
bermaksud menghalangi niat Prabu Pancar Dungung dan para
prajuritnya. Namun Prabu Pancar Dungung menyuruh
seseorang yang bernama Ki Tumpak Jala supaya melawan
Raden Saka. Akan tetapi setelah menyadari akan kemampuan
raden Saka maka Prabu Pancar Dungung menyuruh tiga orang
pengawal utamanya untuk ikut menyerang Raden Saka.
Belum lagi tiga orang pengawal itu menyerang Raden saka tibatiba terdengar suara halus yang menggema di pinggiran hutan
perbatasan itu suara itu tak lain dari suara prabu Purbaya.
"Mundurlah dulu paman Saka..!"
Mendengar suara yang penuh wibawa itu Raden Saka mundur
dan berpaling ke belakangnya. Tak jauh dari tempatnya berdiri
tampak berdiri seorang pemuda tampan dan gagah.
"Oh gusti Purbaya, kebetulan gusti datang..." kata
Raden Saka gembira. "Tetapi apa yang sesungguhnya telah terjadi paman..?"
tanya Prabu Purbaya. "Untuk menerobos Kawali pasukan khusus Indraprasta
membuka jalan darah bagi pasukan besar Indraprasta. Dan
yang menjadi korbannya adalah para penduduk yang tidak tahu
apa-apa." kata Raden Saka.
"Hey siapakah kau ini anak muda" Bangsawan muda
darimanakah kau ini" Dan mengapa kau menghentikan
pertempuran kami?" tanya orang yag bernama Ki Tumpak Jala.
417 26. LAYU YANG TERKEMBANG Sementara itu Prabu Pancar dungung yang berada di pinggir
segera menghampiri mereka sambil berteriak.
"Tunggu dulu paman Tumpak Jala..! Rasa-rasanya aku
mengenal orang itu. Hey bukankah engkau Prabu Purbaya"
Sang raja pongah dari Karang Sedana" Dan mengapa kau
kemari, apakah kau dan para prajuritmu akan membantu
Kawali?" tanya Prabu Pancar Dungung dengan suara agak tinggi
dan melecehkan Prabu Purbaya.
Prabu Purbaya hanya tersenyum simpul lalu menghela napas,
dia tahu sifat Prabu Pancar Dungung yang keras kepala dan
sering merendahkan orang lain. Ini bukan pertemuan mereka
untuk yang pertama kali, beberapa tahun yang lalu ia pernah
bertemu dengan adik tiri dari Anting Wulan itu.
"Hah kakang Prabu Pancar Dungung, marilah kita
bicarakan apa yang mengganjal di hati kita! Kita bicara dengan
paman Prabu kumara Dewa dan paman Prabu Tungga Dadali!
Tidak baik kalau semua yang terjadi ini akibat ulah orang lain,
orang ketiga." kata prabu Purbaya.
"Tidak.! Aku tidak mau lagi berbicara denganmu. Kawali
yang telah memulai ini semua, dan kau janganlah turut campur
dalam urusan kami!" sentak Prabu Pancar Dungung. Lalu Prabu
Pancar Dungung memandang Ki Tumpak Jala.
"Paman Tumpak Jala kau hadapilah raja sombong dan
pongah itu"!" teriaknya.
"Baik gusti. Maafkan aku hey bangsawan, siapa pun
dirimu aku Tumpak Jala dari kepulauan Madura tidak takut. Kau
418 26. LAYU YANG TERKEMBANG menyingkirlah..!" kata Ki Tumpak Jala.
"Maafkan paman. Gerakkan dari junjunganmu
merupakan sebuah roda angkara murka. Aku harus
menghentikan gerakkan angkara murka dari junjunganmu?"
kata Prabu Purbaya tenang.
"Baiklah. Sekarang kau hadapilah aku anak muda..!"
kata Ki Tumpak Jala. "Aku tidak dapat bermain-main lagi dalam suasana
seperti ini. Aku harus menunjukkan kekuatan puncakku.." kata
Purbaya dalam hati. Prabu Purbaya yang menyadari akan situasi yang akan
berkembang semakin buruk menunjukkan kekuatan
puncaknya. Tiga jurus pembuka dari aji Banyu Agung telah di
mainkannya dan kini ia berdiri dengan tegar dan tenang. Ki
Tumpak Jala merasa heran karena pukulannya tidak dielakkan
oleh lawannya. Namun seketika itu juga rasa keheranannya
berubah menjadi keterkejutan. Karena di tengah-tengah deru
angin pukulannya ia merasakan ada angin dingin menusuk ke
dalam tubuhnya. "Oh, syukurlah aku dapat menguasai aji Banyu Agung
dengan tepat. Sekarang aku akan melepaskan kekuatan dingin
yang menyerang tubuhnya," kata Purbaya dalam hati.
Lalu dia membebaskan Ki Tumpak Jala dari pengaruh aji Banyu
Agung. Seketika itu pula tubuhnya jatuh di tanah.
"Nah bagaimana paman" Apakah paman akan
419 26. LAYU YANG TERKEMBANG menghalangi niat saya untuk roda angkara murka dari
junjunganmu?" tanya Purbaya.
Ki Tumpak Jala tak menjawab dia masih merasakan hawa dingin
yang menyerang tubuhnya meskipun telah berkurang.
"Puih seharusnya diberi gelar raja sombong, bukannya
Raja Surya..! Hey Purbaya! baiklah sekarang ribuan prajuritprajuritku yang akan menyerang Kawali terpaksa kusuruh
mencoba kesaktianmu..." kata Prabu Pancar Dungung marah
karena pengawal kepercayaannya dapat dengan mudah
dikalahkan oleh Purbaya. Lalu dengan penuh amarah dia menghadap ke arah para
prajuritnya dan berteriak dengan lantang dan keras.
"Hai prajurit dengarlah barang siapa yang berhasil
menyarangkan pukulan atau senjata pedang, tombak ke tubuh
Prabu Purbaya akan mendapat hadiah! Serang prabu
Purbaya".! " teriaknya.
Tetapi belum lagi para prajurit itu menyerang Prabu Purbaya
tiba-tiba terdengar teriakkan dari seorang wanita. Disusul
dengan munculnya sesosok tubuh yang melesat ke arah
mereka. "Berhenti"! Lihatlah siapa yang datang bersamaku"
Lihatlah siapa yang berada dalam kereta itu"!" wanita yang
berteriak itu ternyata adalah Cempaka.
"Setan..! Siapakah wanita itu, dan darimanakah
datangnya dia itu?" maki Prabu Pancar Dungung. Prabu Pancar
420 26. LAYU YANG TERKEMBANG Dungung dan para prajurit Indraprasta yang memang belum
mengenal Cempaka. Sangat terkejut akan kedatangan
Cempaka yang secara tiba-tiba. Bersamaan dengan sebuah
kereta Kencana yang indah yang dikenali oleh Prabu Pancar
Dungung sebagai kereta istrinya ratu Seruni. Dada Prabu Pancar
Dungung semakin berdegup kencang begitu sais kereta yang
sangat dikenalnya menghentikan kereta tepat di depannya.
"Dinda Seruni.."!" katanya terkejut.
"Benar kanda. Dinda ingin melihat seberapa jauh
prajurit kita membunuh prajurit-prajurit Kawali" Dan melihat
sudah berapa orang jago utama Kawali telah berhasil kanda
bunuh?" kata ratu Seruni.
"Oh dinda Seruni rencana kanda terhambat oleh para
pengacau itu," kata prabu Pancar Dungung agak gugup dan
menunjuk pada prabu Purbaya dan raden Saka Palwaguna.
"Maafkan hamba gusti. Hamba bukanlah pengacau,
hamba yang tak tahu akan siasat perang dari gusti Prabu Pancar
Dungung.." kata Raden Saka. Dia maju ke depan mendekati
mereka dan membungkuk memberi hormat pada ratu Seruni.
"Hmm siasat..?" gumam ratu Seruni di tatapnya Raden
Saka, lalu suaminya Prabu Pancar Dungung.
"Hamba yang tidak mengerti akan siasat perang
menjadi marah karena prabu Pancar Dungung telah membuka
jalan darah bagi pasukan besar Indraprasta. Dan yang menjadi
korban adalah penduduk desa yang tidak tahu apa-apa," kata
Raden Saka. 421 26. LAYU YANG TERKEMBANG "Ooh, sejauh itukah kanda?" tanya ratu Seruni ada nada
kecewa dan sedih di wajahnya. Sementara itu Prabu Purbaya
yang berdiri agak dibelakang bersama Cempaka berjalan
mendekati mereka. "Bolehkah saya ikut bicara gusti ratu Seruni?" tanya
Purbaya. "Bukankah engkau adalah Prabu Purbaya, suami dari
Cempaka yang telah mengajakku kemari?" tanya ratu Seruni.
"Benar gusti ratu. Bisakah kami bicara dengan gusti ratu
dan kakang Prabu Pancar Dungung sebentar?" tanya Purbaya
lagi. "Oh tentu saja, aku kira kanda Prabu Pancar Dungung
pun tidak keberatan. Marilah kita bicara di bawah pohon itu!"
kata ratu Seruni. Lalu Prabu Purbaya, Cempaka dan Raden Saka Palwaguna
berjalan menuju pohon yang di tunjuk oleh ratu Seruni.
Sementara itu dari balik semak-semak keluarlah Prabu Kumara
Dewa setelah melihat tanda dari Prabu Purbaya. Suasana di
pinggiran hutan itu menjadi tenang kembali. Sementara itu
hampir secara bersamaan di sebuah semak-semak yang tak
jauh dari tempat itu. Tampak tiga orang laki-laki justru tengah
gelisah melihat itu semua.
"Setan..! Mengapa jadi begini" Aku benci suasana
seperti ini. Marilah kita tinggalkan tempat ini dan membuat
rencana baru agar mereka saling bertempur!" kata salah
422 26. LAYU YANG TERKEMBANG seorang di antara mereka.
Ternyata mereka bertiga adalah Raka Parungpang dan kedua
anak buahnya. Namun belum lagi mereka tingggalkan tempat
itu, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita tapi tidak ada
orangnya. "Hey mau kemana kalian?"!" bentak suara itu.
"Si... siapa kau" Tampakkan wujudmu"!" kata Raka
Parungpang terkejut. "Kau tak perlu tahu siapa aku. Sekarang keluarlah kalian
dan temui mereka!" kata suara itu.
"Tapi kami tidak tahu apa-apa?" elak Raka Parungpang.
"Setan licik! Aku tahu kalianlah yang telah
menyebabkan mereka saling bertempur. Jangan dikira aku
tidak tahu, aku sudah mendengar pembicaraan kalian sejak
tadi. Keluarlah" atau kau akan seperti ini!" kata suara itu.
Secepat itu pula tampak sebuah sinar keemasan berkelebat ke
arah salah seorang di samping Raka Parungpang.
"Cepat keluar dan minta maaf pada mereka semua atau
kalian akan bernasib seperti itu lihatlah"!" kata suara itu. Raka
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Parungpang bergidig melihat tubuh Aki Oray Kolot meleleh dan
lenyap seketika itu juga.
"Setan! Iblis dari manakah kau ini?" tanya Raka
Parungpang dengan nada ketakutan.
423 26. LAYU YANG TERKEMBANG "Cepat keluar! Kalau tidak kalian juga akan bernasib
sama dengan dia. Cepat keluar dan temui mereka semua! Serta
katakan pada mereka bahwa Nyai Kembang Hitam yang
melakukan ini semua." kata suara yang mengaku bernama Nyai
Kembang Hitam. Raka Parungpang yang ketakutan melihat tubuh Aki Oray Kolot
meleleh dia segera berlari menemui Prabu Purbaya, Prabu
Kumara Dewa, Prabu Pancar Dungung di belakang Aki
Pandeglang mengikutinya. "Tolong"tolong ada hantu yang ingin membunuh
saya?" teriaknya. "Hey bukankah itu paman Raka Parungpang?" tanya
Prabu Purbaya. "Ampun tuanku Prabu Purbaya, di semak-semak itu ada
seseorang yang telah membunuh pengawal hamba. Tolonglah
hamba tuanku?" kata Raka Parungpang.
Prabu Purbaya mengerutkan kening begitu melihat Raka
Parungpang, seorang buronan Karang Sedana yang telah
melarikan diri dengan Ratih Pudak Wangi ibunda dari Paramita.
Prabu Purabaya saling pandang penuh curiga dengan istrinya
Cempaka. Belum lagi dia mengutarakan kecurigaanya, tiba-tiba
matanya yang tajam menangkap sesuatu yang meluncur ke
arah mereka. Setelah mengetahui itu bukan senjata rahasia
maka dia segera menangkap benda tersebut.
"Hmm sobekkan kain. Paman Saka coba kau selidikilah
semak-semak di mana datangnya kain ini..!" kata Prabu
424 26. LAYU YANG TERKEMBANG Purabya. "Baiklah gusti.." Raden Saka lalu melesat ke arah di
mana tadi Raka parungpang keluar.
"Hm kain ini ada tulisannya," gumam Prabu purbaya,
lalu ia membaca tulisan dalam kain itu.
"Aku persembahkan laki-laki culas yang telah membuat
kalian saling bertempur satu sama lain." Dari Nyai Kembang
Hitam. "Jangan percaya kata-katanya tuanku. Wanita itu
hendak membunuh saya..." kata Raka Parungpang.
Prabu Purbaya menghela napas dalam. Di pandangnya Prabu
Pancar Dungung dan Prabu Kumara Dewa secara bergantian.
"Paman Prabu Kumara Dewa, kakang Prabu Pancar
Dungung ternyata orang inilah telah menyebabkan kalian
berperang. Dan perlu juga di ketahui bahwa dia adalah Raka
Parungpang orang yang telah merusak tatanan keraton Karang
Sedana sewaktu aku dan istriku tidak ada di di tanah Pasundan
ini," kata Prabu Purbaya.
"Tapi bagaimana aku dapat percaya kalau hanya pada
sobekkan kain itu?" tanya Prabu Pancar Dungung tak percaya.
Ketika terjadi keributan antara Prabu Purbaya dan Prabu Pancar
Dungung. Dari gerumbulan prajurit-prajurit Indraprasta terjadi
keributan. Seorang prajurit memaksa ke depan dan menemui
Prabu Pancar Dungung. 425 26. LAYU YANG TERKEMBANG "Ada apa ini kenapa kalian ribut-ribut"! Apa kalian ingin
mati?"!" bentak Prabu Pancar Dungung.
"Ampun tuanku. Hamba ingin menyampaikan sesuatu
pada tuanku, sesungguhnya hamba mengenal orang yang telah
membunuh prajurit-prajurit tuanku. Ya hamba kenal wajahnya
benar. Laki-laki itulah yang telah membunuh teman-teman
hamba! Hamba mohon hukum dan balaskanlah sakit hati kami
pada dua orang prajurit Kawali itu.." kata Prajurit Indraprasta.
"Ya, baiklah aku akan segera menyelesaikannya.." kata
Prabu Pancar Dungung. "Agaknya aku telah salah kira dan tergesa-gesa
mengambil keputusan.Tapi aku minta pada kalian, biarlah
kedua orang ini kami yang membawa. Mereka akan kami bawa
ke Indraprasta dan diberi hukuman.." kata Prabu Pancar
Dungung. "Tunggu dulu kakang Prabu Pancar Dungung, karena
paman Prabu Kumara Dewa masih berada di sini marilah kita
bicarakan apa yang mengganjal di hati kita..." kata prabu
Purbaya. "Biarlah di lain kesempatan kita berbicara aku harus
segera menarik kembali prajurit ke Indraprasta..." kata Prabu
Pancar Dungung menolak ajakkan prabu Purbaya. Lalu dia
berpaling ke arah pengawal pribadinya.
"Paman Tumpak Jala bawalah kedua muridmu itu!
Marilah dinda Seruni?" kata Prabu Pancar Dungung.
426 26. LAYU YANG TERKEMBANG Para prajurit Indraprasta segera saja membawa Raka
Parungpang dan Aki Pandeglang. Setelah mengucapkan banyak
terima kasih kepada prabu purbaya dan Cempaka, ratu Seruni
meninggalkan tempat itu kembali ke Indraprasta.
Kini di tempat itu hanya Prabu Purbaya, Cempaka dan Prabu
Kumara Dewa. Beberapa saat setelah para prajurit Indraprasta
pergi. Raden Saka yang di tugaskan oleh Prabu Purbaya untuk
menyelidiki semak-semak di mana datangnya kain itu telah
kembali. "Bagaimana paman Saka, apa yang paman temukan di
sana?" tanya Prabu Purbaya.
"Tidak ada apa-apa di sana tuanku," jawab Raden Saka.
"Hmm, aneh padahal aku tadi melihat dengan jelas dari
mana arah datangnya kain ini. Siapakah sesungguhnya Nyai
Kembang Hitam ini" Sungguh hebat dia?" kata prabu Purbaya.
"Maafkan hamba tuanku, apakah mungkin Nyai
Kembang Hitam itu adalah adalah?" Raden Saka Palwaguna
belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Maksud paman apakah mungkin Nyai Kembang Hitam
itu bibi Wulan?" potong Cempaka segera menebak.
"Benar gusti permasuri, karena hamba tahu hanya istri
hambalah yang memiliki kecepatan seperti itu. Ilmu Peringan
Tubuhnya jauh lebih sempurna di bandingkan denngan aji
Banyu Cakra Buana yang dimilikinya," kata Raden Saka.
"Kalau memang paman Saka merasa yakin bahwa dia
427 26. LAYU YANG TERKEMBANG adalah bibi Wulan, maka kita akan segera mencarinya. Tapi
sebelum itu kita antarkan dulu paman Prabu Kumara Dewa
kembali. Barulah kita mencari bibi Anting Wulan," kata prabu
Purbaya. Lalu mereka kembali ke keraton Kawali. Prabu Kumara Dewa
tak dapat membujuk Prabu Purbaya dan istrinya untuk tinggal
beberapa hari lagi di Kawali. Karena menyadari akan adanya
kepentingan lain yang harus segera di selesaikan oleh Prabu
Purbaya. Maka keesokan harinya tampak tiga ekor kuda keluar dari pintu
gerbang Kawali. Mereka tak lain dari Prabu Purbaya dan
permasurinya Cempaka serta Raden Saka Palwaguna.
Mereka menuju ke arah timur kembali ke arah hutan Loyang.
Sementara itu nun jauh di tengah-tengah hutan nampak
beberapa puluh orang tengah berlatih ilmu-ilmu kanuragan.
Tiba-tiba tampak sebuah bayangan wanita masuk kedalam goa,
lalu dia menangis tersedu-sedu. Wanita itu tak lain Nyai
Kembang Hitam atau Anting Wulan.
Keesokan harinya di tengah-tengah hutan Loyang itu menjadi
ribut karena tak jauh dari sebuah pohon di temukan dua sosok
tubuh manusia yang sudah mati. Tubuh itu penuh dengan
gigitan binatang kecil dan berbisa. Setelah kedua mayat itu
dikuburkan Nyai Kembang Hitam keluar hutan Loyang. Dia
bermaksud untuk mencari beberapa orang laki-laki yang masih
muda. Sementara itu tak jauh dari hutan Loyang tampak tiga ekor kuda
tengah berjalan dengan lambat. Mereka tak lain dari Prabu
428 26. LAYU YANG TERKEMBANG Purbaya, Cempaka dan Raden Saka, dua hari sudah mereka
mencari Anting Wulan namun tak di temukan.
"Sampai kapan kita akan mencari bibi Wulan kalau kita
sendiri tidak tahu di mana bibi Wulan sekarang ini?" kata
Cempaka seperti mengeluh.
"Dinda Cempaka..!"
mengelengkan kepalanya. tegur Purbaya, ia sedikit "Maaf kanda... Maafkan paman Saka. Dinda bukannya
marah atau kecewa karena kita tak menemukan bibi Wulan
sedangkan kita tidak tahu di mana dia sekarang..." keluh
Cempaka. "Gusti ayu benar. Sampai kapan kita mencari istri
hamba, kalau kita sendiri tidak tahu di mana dia berada" Begini
saja tuanku, kita kembali dulu. Keraton Sunda telah lama
tuanku tinggalkan hanya untuk mencari istri hamba yang tidak
tahu rimbanya?" kata Raden Saka.
"Kalau begitu baiklah paman. Kita kembali dulu dan
paman kembalilah dulu ke Mataram! Nanti apa bila kami telah
mendapat kabar tentang bibi Wulan kami akan memberitahu
paman di Mataram." kata Prabu Purbaya.
"Baiklah tuanku " kata Raden Saka setuju.
Tetapi belum lagi mereka meninggalkan pinggiran hutan
Loyang itu. Tiba-tiba terdengar teriakkan minta tolong.
"Tunggu dulu dinda Cempaka! Ada yang minta tolong,"
429 26. LAYU YANG TERKEMBANG kata Purbaya. "Kanda benar itu dari arah sana..." kata Cempaka sambil
menunujuk ke arah asal suara teriakkan. Lalu mereka segera
menghela kudanya menuju asal suara itu. Tak berapa lama
kemudian mereka telah sampai di pinggiran sawah
"Ada apa bu ?" tanya Cempaka.
"To... tolong anak muda ada yang menculik dua anak
muda dari desa kami..." jawab wanita yang teriak minta tolong
tadi. "Tenanglah bu, apakah ibu tahu siapa yang menculik
mereka?" tanya Cempaka lagi.
"Entahlah nona. Dia memakai cadar hitam dia menculik
dua anak muda itu ketika mereka tengah mencangkul
sawah.Wajahnya saya tidak melihat tapi saya tahu dari cara dia
memakai pakaian, dia adalah seorang wanita. Orang itu lari ke
arah sana tuan, nona muda?" jawab wanita itu.
Setelah mendapat keterangan itu mereka kembali ke tempat
semula, yaitu pinggiran hutan Loyang dan mengejar penculik
seperti yang di katakan wanita tua itu.Tak lama kemudian
mereka kembali ke tempat di mana kuda-kuda mereka di
tempatkan. "Pastilah wanita yang menculik dua anak muda itu ada
hubungannya dengan bibi Wulan atau Nyai Kembang Hitam,"
kata Cempaka. "Tidak mungkin gusti! Kalau yang menculik itu Anting
430 26. LAYU YANG TERKEMBANG Wulan. Tidak mungkin gusti ayu..." kata Raden Saka .
"Ya kau benar paman Saka. Pastilah wanita itu bukan
bibi Wulan tetapi Nyai Kembang Hitam." kata Purbaya.
"Tapi kanda gerakkannya sangat cepat, dan bukankah
menurut paman Saka ilmu lari cepat bibi Wulan tidak ada yang
dapat menandinginya di tanah Pasundan ini..." kata Cempaka.
"Dinda benar. Setidak-tidaknya kita mulai menemukan
jejak bibi Wulan atau juga jejak Nyai Kembang Hitam. Sekarang
lebih baik kita berpencar dan kita harus kembali ke tempat ini
sebelum hari menjadi gelap, dan terpaksa kita kembali ke
keraton Sunda dengan tangan hampa?" kata Purbaya.
"Baiklah gusti hamba sangat setuju dengan usul gusti
Prabu," kata Raden Saka menyetujui.
Lalu mereka berpisah Prabu Purbaya menuju arah utara
sedangkan istrinya Cempaka menuju arah timur dan Raden
Saka menuju arah barat. Tempat itu menjadi sunyi kembali hari
sudah agak gelap tak lama kemudian terdengar langkahlangkah seekor kuda yang tak lain dari Prabu Purbaya. Tak lama
kemudian Cempaka pun telah tiba lalu ia turun dari kudanya
dan duduk di samping suaminya. Untuk beberapa saat mereka
menunggu datangnya Raden Saka Palwaguna, namun yang di
tunggu tak kunjung datang juga padahal hari sudah semakin
gelap. Sepasang suami muda itu menjadi gelisah karenanya.
"Oh celaka pastilah telah terjadi sesuatu dengan paman
Saka. Bagaimana menurutmu dinda Cempaka" Apakah kita
akan mencari paman Saka ke arah yang di tujunya yaitu arah
431 26. LAYU YANG TERKEMBANG barat?" tanya Purbaya pada istrinya.
"Hari sudah semakin malam kanda, ada baiknya kita
mencari paman Saka ke arah barat. Siapa tahu dia menemukan
bibi Wulan atau Nyai Kembang Hitam." jawab Cempaka.
"Marilah dinda Cempaka kita cari paman Saka ke arah
barat, arah yang akan ditujunya." kata Purbaya.
Lalu keduannya bangkit dari duduknya dan kembali menaiki
kuda masing-masing. Lalu mereka pergi menuju arah barat,
arah yang menjadi tujuan Raden Saka Palwaguna.
Sementara itu Raden Saka telah bertemu dengan istrinya
Anting Wulan. Namun pertemuan itu bukannya membuat
senang sepasang suami istri itu. Namun sebaliknya hampir saja
terjadi pertempuran di antara mereka berdua. Lalu Raden Saka
membiarkan istrinya meninggalkan tempat itu. Untuk beberapa
saat dia termenung lalu dia menghempaskan tubuhnya di
rerumputan. Dia mengenang masa-masa yang indah saat masih
bersama dengan Anting Wulan. Dia tak peduli dengan
lingkungannya, hari sudah semakin gelap hingga akhirnya ada
sebuah suara menyadarkannya dari lamunannya.
"Paman Saka" Paman Saka, kaukah disitu.."!" teriak
suara itu yang tak lain dari Purbaya dan Cempaka.
"Oh ya.. ya. Hamba berada di sini gusti.." jawab Raden
Saka.
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang paman lakukan di situ, duduk seorang diri di
keremangan malam" " tanya Purbaya.
432 26. LAYU YANG TERKEMBANG "Paman Saka sudah bertemu bibi Wulan.." " tanya
Cempaka. "Sudah gusti ayu. Hamba sudah bertemu dengannya.
Gusti ayu benar, bahwa yang menculik dua anak muda itu
adalah Anting Wulan..." jawab Raden Saka sedih.
"Kalau begitu dimanakah dia sekarang" Kami akan
mencoba menyadarkannya..." kata Cempaka sambil
memandang kesekelilingnya.
"Tidak perlu gusti Ayu.." kata Raden Saka.
"Hey kenapa bisa begitu paman" Apa yang telah terjadi
antara paman dan bibi Wulan dan di manakah putramu Kayan
paman Saka?" tanya Cempaka.
"Hamba telah bertemu dengan Anting Wulan di tempat
ini, namun kami telah mengambil keputusan untuk berpisah
dan putra hamba Kayan akan dididik oleh Anting Wulan.
Sudahlah gusti ayu, kita akhiri saja pencarian ini sampai malam
ini juga. Hamba akan segera kembali ke Mataram. Terima kasih
atas semua bantuan gusti berdua. Hamba mohon pamit gusti
Prabu, gusti Permasuri..." kata Raden Saka Palwaguna.
Lalu dia melesat meninggalkan tempat itu, yang tinggal di
tempat itu kini hanyalah Prabu Purbaya dan istrinya Cempaka.
Untuk sesaat keduanya saling pandang Prabu Purbaya
menghela napas dalam-dalam.
"Sesuatu telah terjadi dengan mereka" gumam Prabu
433 434 Purbaya. "Ya kanda mungkin benar. Tapi dinda kira kita tidak usah
terlalu jauh ikut campur dengan urusan mereka." kata
Cempaka. "Marilah dinda hari sudah larut malam kita kembali. Kita
sudah terlalu lama meninggalkan keraton Sunda..!" kata Prabu
Purbaya. "Marilah kanda Purbaya.." kata Cempaka.
Lalu sepasang suami istri itu meninggalkan hutan Loyang itu.
Keesokan harinya langit sangat cerah beberapa hari telah
berlalu. Kini Kawali dan Indrprasta kembali membuka jalur
perdagangannya. Tak lama kemudian Prabu Tungga Dadali pun
membuka kembali hubungan perdagangannya dengan
Indraprasta. Kini kawasan hutan perbatasan Indraprasta dan
Kawali menjadi tenang kembali seperti semula. Itu semua
berkat saran dan nasehat dari prabu Purbaya.
*** 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
Hari berganti bulan, bulan berganti dengan tahun. Enam tahun
sudah berlalu tanah Pasundan kembali aman, tentram, dan loh
jinawi. Namun nun jauh di tengah-tengah belantara hutan
Loyang tanpa sepengetahuan orang-orang. Di tengah-tengah
hutan yang lebat itu ada sebuah perguruan. Perguruan itu
bernama perguruan Kembang Hitam gurunya adalah Anting
Wulan yang telah berganti nama menjadi Nyai Kembang Hitam.
Murid-murid dari Perguruan Kembang Hitam kebanyakan
adalah wanita. Anting Wulan memang khusus membuka
perguruan itu hanya untuk menggembleng wanita agar menjadi
pendekar wanita seperti dirinya. Murid-murid perguruan
Kembang hitam terdiri dari 30 orang murid wanita dan 20 orang
murid pria. Pada suatu hari Nyai Kembang Hitam atau Anting
Wulan membawa ke 30 muridnya keluar dari hutan Loyang.
Tujuan Anting Wulan adalah untuk membalaskan semua sakit
hati yang pernah di alami oleh sebagian besar murid-muridnya
terhadap kaum pria. Ada tiga tempat yang menjadi tujuan utama yang hendak di
tuju oleh mereka, yaitu: Perguruan Rajawali Emas, Keraton
Kawali dan yang terakhir adalah Keraton Sunda yang ada di
tanah Karang Sedana 435 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
Dua buah tempat yang menjadi tujuan dari perguruan yang di
pimpin oleh Nyai Kembang Hitam itu telah di datangi oleh
mereka. Di kedua tempat itu Anting Wulan membiarkan muridmuridnya membalaskan rasa sakit hati dan dendam mereka.
Hanya dalam waktu yang singkat tanah Pasundan menjadi
geger dengan ulah mereka. Setelah membuat kekacauan di
keraton Kawali dan perguruan Rajawali Emas Anting Wulan
membawa murid-muridnya menuju Karang Sedana. Namun
sesampainya di perbatasan kota raja Karang Sedana, Anting
Wulan tidak langsung menuju keraton Sunda.
Anting Wulan atau Nyai Kembang Hitam tak mau mengambil
resiko yang sangat besar dengan mengorbankan muridmuridnya. Karena dia tahu kalau dia dan murid-muridnya
memaksakan diri menyerang ke keraton Sunda saat itu juga.
Bukan tidak mungkin justru murid-murid dari perguruan
Kembang Hitam dapat dipukul mundur oleh Prabu Purbaya dan
Permasurinya yaitu Cempaka. Karena dia mengetahui siapa
sesungguhnya Prabu Purbaya dan Permasurinya itu. Dia sangat
sangsi akan kemampuannya untuk mengalahkan suami istri itu.
Sudah sejak lama ia tahu dan merasakan akan adanya kekuatan
gaib yang selalu melindungi sepasang suami istri itu.
Bersamaan dengan datangnya rombongan Nyai Kembang
Hitam ke tanah Karang Sedana. Saat itu di keraton Sunda
tampak seorang laki-laki muda tengah duduk merenung
seorang diri di taman sari. Laki-laki itu ternyata adalah Prabu
Purbaya, enam tahun sudah banyak merubah dirinya.
Tubuhnya tumbuh semakin besar dan tegap, namun wajahnya
436 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
tetap menunjukkan kearifan dan halus seperti beberapa tahun
yang lalu. "Enam tahun sudah berlalu ketentraman, keamanan
telah menyelimuti negeri tercintaku ini. Tetapi keamanan
sudah bosan, ketentraman terkatuk-katuk angkara murka akan
kembali merajalela di tanah Pasundan. Ooh Dewata Yang
Agung semoga saja angkara murka yang baru aku dengar ini tak
akan berlangsung lama." Prabu Purbaya ternyata tengah
gelisah memikirkan warta yang mengguncangkan tanah
Pasundan saat ini. Tentang kehadiran Perguruan Kembang
Hitam dan tindakkan yang telah mereka lakukan. Prabu
Purbaya yang tengah gelisah itu tak mengetahui akan
kedatangan seorang wanita muda yang cantik jelita yang
tengah berjalan ke arahnya. Wanita itu mengenakan pakaian
seorang Permasuri, ya wanita itu adalah Cempaka yang kini
telah menjadi Permasuri sekaligus istri yang teramat sangat
dicintai oleh Prabu Purbaya.
"Siapakah sesungguhnya Nyai Kembang Hitam" Rasarasanya aku pernah mendengar nama itu" Ya"Nyai Kembang
Hitam?" Prabu Purbaya menggumam pelan.
"Kanda Purbaya?" kata suara wanita yang tak lain
Cempaka yang telah berada di sampingnya. Prabu Purbaya
membalikkan tubuhnya dan beliau tersenyum begitu
mengenali sosok tubuh yang ramping itu.
437 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Oh dinda Cempaka, Kemarilah duduk di sini !" pinta
Prabu Purbaya sambil menggeser duduknya. Cempaka lalu
duduk di samping suaminya itu.
"Kanda sedang melamun?" tanya Permasuri Cempaka.
"Tidak dinda. Kanda hanya sedang memikirkan?"
"Nyai Kembang Hitam..?" Cempaka cepat memotong
ucapan suaminya. "Ya benar dinda. Rasa-rasanya kanda pernah
mendengar nama itu, tapi kanda lupa lagi di mana itu " jawab
Prabu Purbaya. "Untuk itulah dinda mencari kanda, bahkan dinda telah
menemukan jawabannya" kata Permasuri Cempaka.
"Oh ya?" jadi dinda telah mengetahui siapa dia "
katakan pada kanda Dinda, siapa dia itu!?" tanya Prabu
Purbaya. "Tentu saja kanda tak akan ingat, terlalu banyak yang
kanda pikirkan. Mulai dari pertanian, perdagangan, bahkan
sampai ke tetek bengek lainnya kehidupan penduduk" kata
Permasuri Cempaka. "Katakan saja pada kanda, jika memang dinda tahu
siapa sesungguhnya Nyai kembang Hitam itu!?" sergah Prabu
Purbaya. 438 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Ooh kanda, semakin hari semakin gagah saja!" goda
Cempaka katanya sambil menatap wajah tampan itu.
Tangannya terangkat hendak menyentuhnya.
"Sudahlah dinda, jangan permainkan kanda lagi!
Katakan siapa Nyai Kembang Hitam itu, kalau memang dinda
sudah tahu !?" prabu Purbaya tampak penasaran.
"Baiklah kanda. Hm kanda masih ingat akan kejadian di
perbatasan Kawali dan Indraprasta yang hampir saja terjadi
peperangan di antara kedua Negara itu?" kata Permasuri
Cempaka. "Oh ya" ya kanda ingat sekarang. Pada waktu itu kita
berhasil merukunkan mereka kembali. Dan di saat kita tengah
salah paham tiba-tiba ada seseorang yang mengirimkan paman
Raka Parungpang. Yang ternyata dialah penyebab kejadian itu
dan..dan orang itu bernama Nyai Kembang Hitam. Ya" ya
kanda ingat sekarang Nyai Kembang Hitam" kata Prabu
Purbaya. "Dan pada saat itu kita menduga bahwa Nyai Kembang
Hitam adalah bibi Wulan. Terakhir kali kita mengetahui dari
paman Saka bahwa perangai bibi Wulan telah jauh berubah
menjadi sangat ganas" kata Permasuri Cempaka.
"Itu semua terjadi menurut paman Saka akibat ulah dari
nenek Ranggis siluman ular dari gunung Wukir yang
bersemayam dalam pedang ular mas" kata Prabu Purbaya.
439 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Kemungkinan besar Nyai Kembang HItam adalah bibi
Wulan. Bukankah begitu dugaan kita dulu kanda?" kata
Permasuri Cempaka lagi. "Ya. Walau selang beberapa hari kita menemukan jejak
bibi Wulan tak jauh dari tempat Nyai Kembang Hitam
menghilang" kata Prabu Purbaya.
"Dan ketika itu juga paman Saka telah menemukan bibi
Wulan. Dan sesuatu telah terjadi antara mereka hingga mereka
sepakat untuk berpisah. Kasihan mereka?" kata Permasuri
Cempaka seraya menghela napas.
"Yah, kasihan paman Saka" kata Purbaya yang juga ikut
mendesah. "Kasihan mereka" kata Permasuri Cempaka.
"Kasihan paman Saka, kasihan " kata Prabu Purbaya.
"Cukup sudah kanda bilang kasihan. Kanda harus
berbuat sesuatu sebelum Nyai Kembang Hitam dan muridmuridnya merajalela" kata Permasuri Cempaka.
"Ya. Apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang
menurutmu dinda Cempaka?" tanya Prabu Purbaya.
"Meninggalkan istana ini dan bertualang mencari Nyai
Kembang Hitam " jawab Permasuri Cempaka.
"Meninggalkan istana ini" Meninggalkan urusan harian
yang telah kanda susun" " tanya Prabu Purbaya.
440 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Hey" Mengapa jadi begini" Prabu Purbaya yang
sewaktu kecilnya banyak di tempa marabahaya" Ayolah!
tunggu apalagi kanda, apakah urusan harian itu jauh lebih
penting bagi kanda ketimbang darah ribuan rakyat yang tak
berdosa akibat ulah Nyai Kembang Hitam dan muridmuridnya?" tanya Permasuri Cempaka.
"Ayolah kanda kita bertualang mencari Nyai Kembang
Hitam. Ayolah kanda, dinda sudah rindu dengan suara denting
pedang di samping telinga. Ayolah Kanda tunggu apalagi?" kata
Permasuri Cempaka. "Iyah"yah kita akan tinggalkan istana ini bertualang
mencari Nyai Kembang Hitam" kata Prabu Purbaya mengalah.
"Yah jadi kita akan tinggalkan istana ini !!?" kata
Permasuri Cempaka kegirangan.
"Ya dinda kita akan bertualang" kata Prabu Purbaya .
"Kita akan tinggalkan istana sekarang juga kanda
Purbaya?" kata Permasuri Cempaka.
"Ya. Sekarang juga kita akan tinggalkan istana ini.
Sekarang gantilah pakaianmu dinda Cempaka! Kanda akan
memberitahukan keinginan kita ini pada paman Pandu
Permana" kata Prabu Purbaya.
"Baiklah kanda Purbaya" kata Permasuri Cempaka. Lalu
ia bangkit dari duduknya lalu dengan langkah gembira Cempaka
melangkah meninggalkan taman sari. Sementara itu Prabu
441 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
Purbaya memandangi istrinya, lalu dia sendiri segera tinggalkan
taman sari menuju pendopo agung.
Beberapa saat kemudian tampak dua ekor kuda keluar lewat
pintu gerbang kota raja Karang Sedana. Mereka tak lain dari
Prabu Purbaya dan Permsurinya Cempaka mereka duduk di
atas kuda masing-masing. Namun pakaian yang mereka
kenakan bukanlah pakaian kebesaran seorang maharaja dan
permasurinya melainkan pakaian seorang pendekar.
"Dinda Cempaka ke arah manakah sebaiknya kita
mulai?" tanya Prabu Purbaya.
"Satu-satunya jalan ialah mulai dari perbatasan Kawali
dan Indraprasta. Bukankankah dulu juga kita menemukannya di
sekitar perbatasan itu kanda?" jawab Cempaka.
"Kau benar dinda Cempaka, sebaiknya kita mulai dari
sana" kata Purbaya setuju.
Purbaya dan Cempaka memacu kudanya, mereka berkuda
dengan dada menengadah dan menghirup udara petualangan
yang sudah lama sekali mereka tinggalkan. Ketika mereka
sampai di perbatasan Kota raja tanpa di sadari mereka berdua,
ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka. Dua
pasang mata itu tak lain dari Anting Wulan atau Nyai Kembang
Hitam. Dia jadi gembira karena ternyata orang yang sangat di
takutinya itu meninggalkan keraton Sunda. Sebelum Anting
Wulan memerintahkan murid-muridnya menyerang ke dalam
keraton Sunda. Nyai Kembang Hitam memberikan sebuah surat
442 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang di tujukan kepada salah satu pembesar keraton Sunda.
Maka mulai saat itu di keraton Sunda ada kesibukkan para
prajurit dikerahkan untuk menjaga rumah pembesar itu.
Sementara itu jauh di luar kerajaan Karang Sedana Purbaya dan
istrinya Cempaka telah sampai di hutan Loyang. Keduanya
menghentikan kuda mereka dan turun dari hewan
tunggangannya itu. "Enam tahun yang lalu" kata Cempaka.
"Ya. Di sini enam tahun yang lalu kita menemukan
paman Saka tengah melamun di keremangan malam. Seorang
diri setelah bertemu dengan bibi Wulan, kau masih
mengingatnya dinda" " tanya Cempaka.
"Sangat jelas semuanya masih terbayang dalam ingatan
dinda, kanda. Ya Kasihan sekali paman Saka, harus berpisah
dengan bibi Wulan " kata Cempaka.
"Ya kasihan sekali paman Saka. Marilah dinda kita
istirahat dulu di sini sebentar! " kata Purbaya. Lalu ia melangkah
dan duduk menyandar pada sebatang pohon, Cempaka pun
mendekatinya dan duduk tak jauh di samping suaminya itu.
"Kanda, kau nampak kelelahan sekali setelah cukup
lama duduk di singgasana," kata Cempaka sambil menatap
wajah suaminya. Dengan lembut disekanya sedikit keringat di
kening suaminya, seperti saat dia masih menjadi emban
pengasuh. 443 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Kau ini terlalu mengada-ada dinda Cempaka," kata
Purbaya sambil tersenyum.
"Ini kau bersihkanlah keringat di wajahmu itu kanda!"
kata Cempaka, sambil memberikan sehelai sapu tangan yang
tadi diambilnya dari balik ikat pinggangnya. Purbaya menerima
sapu tangan itu dan menyeka keringat di wajahnya, namun dia
tersenyum sambil menggeser duduknya mendekati istrinya.
"Hah mata aku masih cukup awas dinda, justru keringat
di wajah dan lehermu jauh lebih banyak" kata Purbaya.
"Iya yah?" kata Cempaka juga tertawa kecil.
Lalu dengan penuh kasih sayang Purbaya mulai menyeka peluh
yang membasahi wajah dan leher Cempaka. Sementara
Cempaka hanya diam dan membiarkannya saja, namun tibatiba saja ia merasakan perasaan aneh yang berdesir di dadanya.
Perasaan rindu bercampur dengan perasaan cemas. Cempaka
memegang tangan suaminya yang masih menyeka peluh di
wajahnya serta menciuminya.
"Kanda" oh kanda" kata Cempaka dengan wajah penuh
kecemasan dan bicaranya sedikit gemetar.
"Heh?" Ada apa ini dinda, apa yang telah terjadi dengan
dirimu dinda Cempaka?" kata Purbaya heran.
"Aku tidak ingin apa yang telah terjadi diantara mereka
terjadi pula pada kita." jawab Cempaka.
444 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Tidak dinda itu semua tidak akan terjadi pada kita
berdua. Agaknya dinda sangat terpengaruh oleh apa yang telah
terjadi di antara mereka." kata Purbaya.
"Yah kanda, kasihan sekali paman Saka" kata Cempaka.
"Sudahlah dinda, tak ada sesuatu yang terjadi antara
hubungan kita. Sekarang kita masih punya satu tugas yaitu?"
"Mencari Nyai Kembang Hitam!" kata Cempaka,
keduanya pun tertawa kecil. Purbaya kemudian memeluk
pinggang ramping istrinya.
"Sekarang kita akan kemana mencari Nyai Kembang
Hitam?" tanya Purbaya seraya memandang istrinya.
"Kita akan terus memasuki hutan Loyang ini. Bukankah
paman Saka juga bertemunya di sini?" jawab Cempaka.
"Hah" tapi itu bibi Wulan" Oh itu berarti kau semakin
yakin bahwa Nyai Kembang Hitam itu adalah bibi Anting Wulan,
dinda?" tanya Purbaya.
"Tentu saja kanda, untuk yang ini dinda sangat yakin"
jawab Cempaka mantap. Perlahan-lahan sepasang suami istri dari keraton Sunda itu
mulai menerobos hutan Loyang. Dengan langkah yang raguragu kuda-kuda itu mengikuti akan kemauan majikannya.
445 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Obor yang aku buat ini tak akan lama bertahan,
sedangkan untuk membuat obor lagi sangat sulit dinda. Kanda
harus mencari kayu-kayu kering." kata Purbaya pada istrinya.
"Jika begitu kita beristirahat di sini saja dulu kanda,"
jawab Cempaka, lalu keduanya menghentikan kuda mereka.
Baru saja Prabu Purbaya turun dari punggung kudanya tiba-tiba
obor di tangannya padam. "Hey begitu cepatkah matinya obor itu kanda?" tanya
Cempaka. "Oh tidak dinda, berhati-hatilah aku merasakan sesuatu
yang aneh di tempat ini! Obor ini mati secara tiba-tiba sekali."
jawab Prabu Purbaya. "Baiklah kanda," kata Cempaka, lalu ia berjaga-jaga di
samping suaminya yang tengah mencari kayu-kayu kering yang
banyak terdapat tak jauh dari mereka.
Suasana tampak sepi dan mencekam, namun suasana itu
berubah ketika Prabu Purbaya berhasil menyalakan api dan dia
berhasil membuat perapian yang cukup besar di sekeliling
mereka. "Berjaga-jagalah di sini dinda, sekarang aku ingin tahu
apa yang sesungguhnya terjadi di tempat ini dengan aji Empat
Arah Pembeda Gerak," kata Prabu Purbaya, Cempaka hanya
menganggukkan kepala. Lalu Prabu Purbaya menerapkan aji
pendengaran sakti yang merupakan ciri khas padepokkan Goa
446 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
Larang. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Prabu Purbaya dan
Permasurinya Cempaka semasa kecil pernah menjadi murid
padepokkan itu. Sedikit demi sedikit Prabu Purbaya mulai
mengerahkan aji itu namun tak ada sesuatu pun yang
mencurigakan dapat di dengarnya. Selain suara hewan-hewan
malam, gemerisiknya air sungai yang berada agak jauh dari
tempat mereka. "Aji pendengaran saktiku tak dapat mendengar suarasuara itu, selain suara yang sekarang kita dengar," kata Prabu
Purbaya setelah menarik kembali ajiannya itu.
"Aneh sekali, mengapa begitu kanda?" tanya Cempaka
heran begitu mendengar penjelasan suaminya.
"Entahlah dinda Cempaka. Aku pun tak tahu, kau
cobalah ! " jawab Prabu Purbaya.
"Baiklah kanda" kata Cempaka.
Cempaka mengerahkan segala kekuatannya pada aji
pendengaran saktinya. Aji sakti itu di dapatnya di padepokkan
Goa Larang, ajian ini mampu menangkap suara yang sangat
halus sekalipun. Tetapi kali ini seperti halnya Prabu Purbaya, dia
tak dapat mendengar suara yang mencurigakan sekalipun
selain suara-suara yang mereka dengar.
"Kau benar kanda Purbaya, tak ada sesuatu pun yang
dapat dinda dengar selain suara-suara yang sekarang kita
447 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
dengar ini," kata Cempaka sambil menghela napas berat. Tibatiba terdengar teriakkan Prabu Purbaya yang memperingatkan
istrinya. "Awas" ! Awas dinda lihat itu di dekatmu"!" teriaknya,
Cempaka seketika melompat menjauhi benda-benda aneh yang
berada di dekatnya. "Apa itu kanda" Hey sepertinya itu binatang-binatang
kecil kanda?" kata Cempaka.
"Itu adalah ular emas. Masih ingatkah kau dinda, ularular emas itu kita temukan di sekitar lereng gunung merapi ?"
kata Prabu Purbaya. "Yah kau benar kanda, dinda masih mengingatnya. tapi
mengapa ular-ular emas itu berada di sini ?" tanya Cempaka
setengah bergumam. "Sudahlah dinda, sekarang kau berjaga-jagalah kanda
akan berusaha mengusir ular-ular itu!" kata Prabu Purbaya.
Lalu prabu Purbaya berusaha mengusir ular-ular siluman itu
akan tetapi justru ular-ular semakin banyak.
"Setan ! Lihat itu kanda ular-ular itu semakin banyak
yang mendekati kita!" teriak Cempaka.
"Yah kau benar dinda Cempaka, kanda akan melempar
ular-ular itu dengan pukulan jarak jauh," kata Prabu Purbaya,
448 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
lalu ia melontarkan pukulan jarak jauh itu kearah ular-ular
siluman itu. "Bagaimana dinda Cempaka, apakah ular-ular emas itu
mati atau hilang" " tanya Purbaya.
"Entahlah kanda dinda tidak tahu. Oh kanda lihat itu"!
Ular-ular itu kembali bermunculan agaknya pukulan kanda tadi
tak mempan untuk mengusir hewan-hewan kecil itu," kata
Cempaka. "Iblis! Rupanya kita tengah berhadapan dengan
penunggu hutan Loyang ini. Tak ada jalan lain kanda akan
mengeluarkan kujang pusaka, kau juga keluarkanlah
warangkanya dinda Cempaka!" Kata Purbaya.
Lalu Prabu Purbaya mengumpulkan tenaga saktinya melalui
tangannya. Setelah itu ia melompat ke udara sambil berteriak
lantang seakan-akan hendak merobohkan seluruh isi hutan itu
dengan suaranya yang membahana. Sementara itu Cempaka
berteriak keras dan secara tiba-tiba di tangan mereka
tergenggam sebuah senjata yang memancarkan sinar kebirubiruan. Kujang pusaka berada di tangan Prabu Purbaya
sedangkan warangkanya berada di tangan Cempaka.
"Oh lihat itu kanda"! Ular-ular emas yang berada dalam
jangkauan sinar dari kujang pusaka kita menggeliat-geliat. Lihat
itu kanda kini ular-ular itu terkapar." kata Cempaka.
449 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Kau benar mereka terkapar dan mati dinda Cempaka,
lihat itu dinda ular-ular yang mati itu kini lenyap tak berbekas,"
kata Purbaya. "Kanda benar. Sekarang kita bunuh ular-ular siluman itu
dengan sinar dari kujang pusaka kita ini kanda!" kata Cempaka.
Lalu hanya dengan mengibaskan ke kiri dan ke kanan dalam
sekejap saja ular-ular siluman itu lenyap sama sekali.
"Bagaimana kanda, apakah sebaiknya kita kembalikan
saja kujang pusaka ini ke tempat semula?" tanya Cempaka
sambil menoleh ke arah suaminya.
"Yah, nampaknya ular-ular siluman itu tak akan
mengganggu kita lagi sebaiknya kita kembalikan saja pusaka ini
ke tempat semula" jawab Purbaya.
Cempaka membuka genggamannya dan seketika itu pula
warangka kujang itu lenyap, bersamaan dengan kujang pusaka
yang berada dalam genggaman Prabu Purbaya hilang seketika.
"Sebaiknya malam ini kita beristirahat saja dulu di
tempat ini. Barulah besok pagi kita akan meneruskan
perjalanan," kata Prabu Purbaya. Lalu ia berjalan ke arah
perapian dan melemparkan beberapa ranting pohon ke dalam
perapian itu.Perapian yang hampir padam itu pun kembali
menyala dan cukup menerangi sekeliling mereka.
450 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Baiklah kanda," kata Cempaka. Lalu dia duduk tak jauh
di samping suaminya yang telah bersandar di pohon tak jauh
dari hadapan perapian yang mereka buat.
"Kau tidurlah dinda! Biarlah kanda yang akan berjagajaga. Nanti tengah malam dinda akan kanda bangunkan." kata
Purbaya. "Masa bisa begitu kanda, justru aku terkesan dengan
suasana ini. Suasana yang indah, suasana inilah yang sangat
dinda kagumi kanda?" kata Cempaka seraya memeluk lututnya
karena merasakan udara malam itu cukup dingin.
"Cobalah kanda renungkan. Suasa seperti ini sudah
lama tak kita rasakan sudah lebih dari enam tahun bukankah
begitu kanda Purbaya?" tanya Cempaka sambil melirik ke arah
Prabu Purbaya yang tengah asyik melemparkan ranting pohon
ke dalam perapian "Ya?" jawab Purbaya singkat dan agak mendesah.
"Kita harus bersyukur kepada dua kekuatan suci itu
karena cintanya telah meyakinkan kita akan keutuhan
hubungan kita kanda. Mereka selalu menepati janji mereka, ya
mereka selalu menepati akan setiap janji-janjinya?" kata
Cempaka setengah bergumam. Tiba-tiba prabu Purbaya
tertawa kecil mendengar kata-kata istrinya itu.
"Hmmm, aku masih ingat dinda. Saat awa-awal
perkawinan kita kau meragukan akan kata-kata mereka.
451 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
Tentang cara mengeluarkan kujang pusaka dalam tubuh kita
tanpa harus berpegangan tangan." kata Purbaya.
"Yah, pada saat awal-awal perkawinan kita dinda
meragukan apa yang telah mereka katakan. Saat itu betapa
cerobohnya aku ini. Sudahlah kanda, aku sangat malu jika
mengingat akan semua itu, sudahlah kanda, sudahlah kanda,
dinda malu?" kata Cempaka wajahnya jadi sedikit merah
melihat suaminya terus tersenyum ke arahnya.
Cempaka yang merasa malu karena terus di goda oleh
suaminya dengan senyumannya menjadi salah tingkah. Lalu
Cempaka yang berada tak jauh dari Prabu Purbaya merapatkan
tubuhnya pada tubuh suaminya. Lalu dengan manjanya dia
menyandarkan kepalanya di dada Prabu Purbaya. Prabu
Purbaya kemudian memeluk tubuh istrinya itu dengan sangat
mesra, Cempaka pun balas memeluk suaminya dengan erat.
"Tidurlah dinda, aku akan berjaga-jaga nanti tepat
tengah malam kau akan kanda bangunkan!" kata Purbaya agak
berbisik di telinga Cempaka.
"Oh tidak. Aku tidak ingin tidur. Aku masih ingin
berbincang-bincang di alam terbuka ini. Suasana seperti ini tak
akan pernah kita dapatkan lagi. Aku tak ingin melewatkan
suasana malam indah ini kanda." jawab Cempaka pelan dan
lirih. Purbaya menghela napas panjang lalu ia mempererat
pelukkannya. 452 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
"Suatu saat aku akan mengajakmu untuk menikmati
suasana yang jauh lebih indah dari suasana sekarang. Tapi
entah kapan itu, entah lusa atau tahun depan, kita akan
mencari waktu yang tepat dan tidak mengganggu urusanurusan pemerintahan. Kita akan mengembara ke tanah
seberang, sebuah negeri yang belum pernah kita kenal, ke
Malaka atau jika perlu sampai ke India. Apakah kau suka itu
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dinda" Dinda?" tanya Purbaya, Prabu Purbaya yang tak
mendengar istrinya menjawab menunduk sedikit. Dan dia
tersenyum sendiri karena ternyata Cempaka telah tertidur
pulas dalam pelukkannya. Kemudian ia mencium kening
istrinya itu dengan mesra dan semakin erat memeluk tubuh
wanita cantik itu dengan tujuan agar tetap hangat.
Keesokan harinya setelah membersihkan badan serta berganti
pakaian. "Kita akan terus masuk ke hutan ini, agaknya dugaanmu
benar dinda Cempaka. Kita akan terus masuk sampai kita
menemukannya atau jika tidak kita dapat menemukan sesuatu
yang mencurigakan." kata Purbaya, seraya naik ke atas
punggung kudanya begitu pula dengan Cempaka.
"Baiklah kanda, mari?" kata Cempaka. Lalu kedua
pasang suami istri muda dari keraton Sunda itu segera
melanjutkan perjalanan mereka, namun tak lama kemudian.
"Oooh kanda lihat itu"kanda! Perapian itu" Bukankah
itu adalah perapian kita" Oh mengapa bisa jadi begini" " tanya
453 27. PERGURUAN KEMBANG HITAM
Cempaka pada suaminya dengan nada bingung dan tak
mengerti. "Yah padahal kita rasa sudah jauh meninggalkannya,
jauh di belakang kita " kata Purbaya yang juga heran.
"Bagaimana ini kanda, kenapa bisa sampai di tempat ini
kembali?" tanya Cempaka.
"Entahlah dinda, mungkin di depan kita ini terpampang
sebuah tirai gaib yang ingin menghalangi perjalanan kita."
jawab Purbaya. "Apa yang akan kita lakukan kanda" Apakah terus
menembus hutan Loyang ini?" tanya Cempaka.
"Ya, kita akan mencoba terus untuk masuk ke dalam
hutan Loyang ini. Pusatkan batinmu agar kita tidak di
permainkan penunggu hutan Loyang ini !"
454 28. KABUT GUNUNG SALAK 28. KABUT GUNUNG SALAK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 455 28. KABUT GUNUNG SALAK (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 456 457 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 29. REINKARNASI 29. REINKARNASI (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 458 29. REINKARNASI (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 459 460 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 30. BAYANG BAYANG ANGKARA
30. BAYANG BAYANG ANGKARA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 461 30. BAYANG BAYANG ANGKARA
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 462 463 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 31. MENDUNG DI PAGI HARI 31. MENDUNG DI PAGI HARI (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 464 31. MENDUNG DI PAGI HARI (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Pada kisah yang lalu diceritakan, raden Seta Keling dan
Sariti yang berhasil mengusir ular-ular yang menyerang
Ki Langkung dan kawan-kawannya segera mendekati
Kayan yang terikat di tonggak dengan sebagian
tubuhnya tertutup oleh kayu-kayu bakar. Akan tetapi
setelah tiba di dekat bocah itu, raden Seta Keling
terkejut bukan main. "Heeh" Ternyata kau" Kau" Dinda Sariti, kemarilah.
465 31. MENDUNG DI PAGI HARI Lihat! Kau pasti akan mengenal anak ini."
"Oh, iya. Kau benar kanda. Ternyata dia adalah bocah
yang kita temukan di rumah paman Jawung."
"Haehh, bukankah engkau ini bocah yang kami temukan
di desa Muncang" Apamukah wanita-wanita di atas atap itu"
Aaah, aku bertanya padamu, bocah. Kenapa kau diam saja?"
"Kanda, sebaiknya lepaskan dulu ikatan itu.
(20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) 466 467 (27) (28) (29) (30) 32. PERGURUAN TONGKAT MERAH
32. PERGURUAN TONGKAT MERAH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 468 32. PERGURUAN TONGKAT MERAH
(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 469 470 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 33. KEMELUT DESA TAMIYANG
33. KEMELUT DESA TAMIYANG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 471 33. KEMELUT DESA TAMIYANG
(11) (12) (13) (14)
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
(15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) 472 473 (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30) 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
(1) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan yang
berhasil melumpuhkan gerombolan Ki Gempang
bertemu Prabu Purbaya dan permaisurinya, Cempaka.
Dua manusia dari tanah Pasundan itu telah menyebutnyebut nama putranya Kayan Manggala yang
membuatnya menjadi terluka kembali hatinya. Dia
selama ini bagaikan tertidur, melupakan putranya yang
selama ini diculik mbakyu Lastri.
"Oh, Hyang Jagad Dewa Betara," putraku Kayan"
putraku Kayan" Dimanakah dia berada" Aku yang dahulu
mencarinya telah dicekam oleh keputus-asaan hingga
membuatku kecewa dan mengasingkan diri ke pantai selatan
ini. Prabu Purbaya telah kembali mengusik nuraniku."
"Aku" aku seorang ibu yang tak bertanggung jawab.
Seorang ibu yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Tapi
kemana aku dapat menemukannya" Kemana aku harus
mencarinya" Mencari Kayan, anakku" Oh, Hyang agung berilah
hamba petunjukmu." "Biarlah malam ini aku tinggal di gua karang ini. Aku
akan mencari petunjuk dari Hyang Agung di tempat ini. Dan aku
474 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
akan mempersiapkan diriku lahir batin untuk perjalananku
mencari puteraku besok hari."
Anting Wulan melenting tinggi dan kemudian melesat ke depan
ke arah laut selatan di hadapannya dan hinggap di atas gugusan
karang yang merupakan mulut dari gua besar itu. Gugusan
karang itu seakan-akan merupakan gigi-gigi yang tajam dari
mulut gua karang yang menganga ke arah lautan lepas.
Anting Wulan berdiri tegak. Sesekali menyeka wajahnya yang
basah oleh air mata yang bercampur percikan ombak yang
menerpa wajahnya. Anting Wulan masih tegak berdiri. Dia
terus berdiri di atas karang itu seakan-akan ingin tetap tegak
selamanya, menyatu dengan gugusan karang. Sementara itu
mentari senja di samping kanannya memperhatikannya dengan
cahaya lembayungnya. Akan tetapi ternyata wanita perkasa itu tidak hanya sekedar
tegak berdiri. Tubuhnya terlihat bergetar perlahan. Nampak
terasa adanya kekuatan yang teramat dahsyat yang bergelora
didalam tubuhnya. Dan ketika matanya yang semula terpaku
lurus bergerak nyalang dan kemudian tertumbuk pada sebuah
kelapa kering yang dipermainkan gelombang, wanita perkasa
itu melengking tinggi, "Hiyaaaaatttt!"
Dan bersamaan dengan lengkingannya yang panjang itu, dara
perkasa tersebut melesat ke tengah gelombang dan kemudian
hinggap dengan sebelah kaki di atas buah kelapa kering. Wanita
perkasa itu tampak turun naik di atas gelombang besar. Akan
475 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
tetapi tubuhnya tetap tegak berdiri tanpa goyah hanya dengan
sebelah kaki. Pada saat berikutnya"
"Huup! Hiyaatt!"
Anting Wulan tertawa-tawa, "Ayo, kalian semua ombak-ombak
yang gagah. Ayo coba runtuhkan aku dari atas gugusan karang
ini. Terjanglah aku! Lemparkanlah aku dari atas karang ini jika
kalian mampu!" "Kalian tidak akan mampu! Kalian tidak akan dapat
menjatuhkan aku" Justru aku yang akan melemparkan engkau!
Melemparkan kalian! Menghancurkan kalian! Mampus kau
nenek siluman jahat!"
Bagaikan taufan yang sangat hebat, angin pukulan yang
dilontarkan wanita yang tengah terluka hatinya mendorong
gelombang besar dihadapannya hingga beberapa puluh
tombak. Akan tetapi gelombang itu hanya sesaat saja
terdorong. Gelombang itu telah kembali lagi menerjangnya.
Anting Wulan menggeram marah.
"Oh, kau" kau tidak menyerah siluman jahat. Kau telah
mempengaruhi Lastri sahabatku. Kau telah menghancurkan
keluargaku. Kau penyebab perpisahanku dengan kakang Saka,
suamiku. Juga anakku telah kau raih dari sisiku. Mampuslah
kau!" Anting Wulan mengirimkan pukulan demi pukulan. Ombakombak laut itu seakan-akan tidak diberinya kesempatan
476 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
kembali menuju ke pantai. Karena itulah untuk sesaat terjadi
suatu pemandangan yang sukar untuk dipercaya. Lautan di
hadapan wanita perkasa itu menjadi kering. Karena Anting
Wulan dengan sangat cepat membagi pukulannya ke depan
serta juga ke kiri dan kanannya. Karang-karang di dasar lautan
nampak jelas. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat bertahan lebih lama lagi.
Pengerahan kekuatan yang terlalu berlebihan menyebabkan
Anting Wulan tidak dapat lagi bertahan. Dan pada saat
berikutnya, wanita perkasa itu terkulai lemah. Dan ombak
gelombang besar yang semula tertahan oleh kekuatannya,
menerjangnya! Dan ketika tubuh wanita yang malang itu tergulung gelombang,
dua sosok tubuh berkelebat cepat ke atas gugusan karang.
"Kau tunggulah dinda Cempaka, biarlah aku yang akan
menolong bibi Wulan!"
Dua sosok tubuh yang ternyata adalah prabu Purbaya dan
Cempaka hinggap di atas gugusan karang, dan kemudian prabu
Purbaya melompat masuk kedalam gelombang dan mencari
tubuh Anting Wulan yang timbul tenggelam. Beberapa saat
kemudian" "Dinda Cempaka! Tangkaplah tubuh bibi Wulan ini!"
Prabu Purbaya yang telah mendapatkan tubuh Anting Wulan
mencengkram erat kerah baju Anting Wulan. Dan ketika dia
477 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
telah berhasil tegak, diangkatnya tubuh tersebut dengan kedua
tangan hingga melampaui kepalanya. Lalu dengan sekali
hentak, dilemparkan tubuh tersebut dengan mantap.
Cempaka yang berada di atas gugusan karang melompat
ringan. Kedua tangannya terjulur dan dengan sigap
disambutnya tubuh Anting Wulan yang telah dilemparkan oleh
prabu Purbaya ke arahnya. Sebagian air yang membasahi tubuh
Anting Wulan memercik ke wajahnya. Baju biru yang
dikenakannya pun turut menjadi basah karenanya.
Setelah prabu Purbaya naik kembali, keduanya segera beranjak
ke arah goa karang yang lebih kering.
"Oh, bibi tenaganya?" Wulan terlalu berlebihan menguras "Iya, lihatlah itu" Bibi Wulan mulai tersadar?"
"Bibi Wulan," Bibi?"
"Matanya terpejam kanda. Dinda rasa dia tidak apa-apa.
Hanya kelelahan yang membuatnya seperti ini."
"Iya, engkau benar Dinda. Lihatlah, sekarang dia
tertidur." "Ah, kasihan sekali bibi Wulan." Cempaka yang terharu
melihat keadaan Anting Wulan menyadari bahwa Anting Wulan
seperti itu dikarenakan memikirkan puteranya. Oleh karena itu
478 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
tiba-tiba dia pun merasakan hal yang sama."Oh, Kanda" Dinda
jadi cemas dengan Jaga Paramudita."
"Hei?" "Iya, Dinda khawatir akan terjadi sesuatu dengan
dirinya. Dinda" Oh?" Cempaka tidak meneruskan katakatanya. Dia hanya menggigit bibirnya.
"Dinda, Jaga Paramudita tidak apa-apa. Dia dalam
perawatan paman Pandu Permana, juga tidak sedikit tokoh
yang menjaga keraton kita, Dinda."
"Ah, iya" Tapi" Entahlah Kanda. Hampir sepuluh hari
kita meninggalkan istana. Dinda?"
"Ah, lalu bagaimana dengan bibi Wulan" Dinda ingin
meninggalkannya disini" Ataukah kita bawa sekarang bersama
kita ke istana?" "Iya, Dinda rasa sebaiknya demikian Kanda. Kita bawa
bibi Wulan langsung ke dalam bilik kita dengan aji Halimunan."
"Iya. Urusan di desa Tamiyang juga sudah selesai.
Marilah kita kembali."
"Baiklah kanda Prabu."
Cempaka yang sudah tidak sabaran lagi segera saja meraih
tangan Anting Wulan yang tengah pulas tertidur karena
kecapaian. Sementara itu angkasa yang nampak melalui mulut
gua karang mulai menghitam. Cempaka berkomat-kamit
479 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
perlahan. Seluruh kekuatan batinnya ditujukan ke istana Sunda,
tepatnya ke bilik utama di keraton Sunda. Dan sesaat kemudian
tubuh Cempaka lenyap bersama dengan Anting Wulan yang
tertidur di sampingnya. Yang sesaat kemudian disusul dengan
lenyapnya tubuh prabu Purbaya.
Dan sekejap kemudian tubuh mereka semula telah beralih ke
dalam bilik istana mereka.
"Lihatlah itu Dinda. Jaga Paramudita tengah tertidur."
Cempaka tersenyum bahagia, "Syukurlah Hyang Jagad
Dewa Betara. Syukurlah, tidak terjadi sesuatu dengan anakku."
"Ssst, jangan. Kau tidak perlu membangunkannya
Dinda. Dia baru saja tidur. Bukankah malam baru saja tiba."
"Tidak kanda prabu. Aku" Aku hanya ingin
memeluknya. Dan menciumnya perlahan-lahan. Aku rindu
sekali, meninggalkannya sepuluh hari tanpa kembali."
Cempaka mendekati Jaga Paramudita yang tertidur di bale-bale
kecil. Sementara itu di ranjang yang lain Anting Wulan masih
tertidur pulas. "Anting Wulan?"
"Oh, engkau" Engkau datang sang Dewi?"
"Iya. Aku datang hanya untuk menyampaikan isyarat
yang aku dengar dari dewata. Yaitu isyarat tentang putramu
Kayan." 480 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Oh, putraku Kayan"! Dimanakah sekarang dia berada"
Aku" aku sudah rindu sekali. Katakanlah sang Dewi, dimana
sekarang Kayan putraku berada."
"Engkau kini sudah berada tak jauh darinya. Sebentar
lagi engkau akan dapat menjumpainya. Berbahagialah engkau,
Wulan?" "Tapi," tapi dimanakah anakku itu" Katakanlah wahai
Dewiku. Wahai dewi agung penolongku. Aku ingin sekali
bertemu dengan puteraku. Katakanlah dimana Kayan anakku
berada." "Kau akan segera menjumpainya, Wulan. Segera, kau
akan bertemu dengan Kayan putramu. Selamat, dan
berbahagialah engkau" Selamat tinggal, Wulan."
"Engkau belum menceritakan di mana puteraku
berada" Sang Dewi" Sang Dewi" Katakanlah" katakanlah di
mana puteraku. Di mana Kayan puteraku" Oh, Kayan" Kayan
Manggala puteraku" Oh, Kayan!"
"Bibi Wulan" Bibi" Bibi Wulan?"
Anting Wulan terjaga. "Oh"! Dimana" Dimana aku berada?"
"Oh, kau tuanku Permaisuri" dan tuanku prabu. Apa
yang telah terjadi dengan diri hamba" Bagaimana hamba tibatiba bisa berada di tempat ini?"
481 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Bibi tidak sadarkan diri sejak sore tadi. Ketika bibi
berlatih di gua karang."
"Iya, dan kami" kami membawa bibi ke istana Sunda
ini." "Istana Sunda" Sore tadi" Jadi" jadi Tuanku berkuda
sepanjang malam membawa saya kemari" Saya" saya telah
menyusahkan tuanku berdua."
"Tidak apa Bibi. Bibi tidak menyusahkan kami.
Bangkitlah bibi Wulan, jangan berlutut seperti itu. Bagi kami
berdua, bibi bukanlah orang lain. Bibi tidak bedanya seperti
keluarga kami sendiri. Bangkitlah?"
"Terima kasih sekali lagi Tuanku, dan hamba hendak
meminta diri. Hamba harus segera mencari putera hamba,
Kayan." "Sebaiknya Bibi beristirahat sajalah. Besok pagi-pagi
sekali baru Bibi pergi mencari putera Bibi itu?"
"Eh," satu hal lagi Bibi" Ehmm, paman Saka dua atau
tiga purnama sekali selalu mampir kemari. Dia selalu
menanyakan perihal bibi Wulan. Oh, kasihan sekali...
Kelihatannya paman Saka sudah tidak sanggup lagi untuk hidup
sendiri terus menerus."
Anting Wulan tidak menjawab, dia hanya terisak.
482 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Bi," lupakanlah semua masa lalu. Bangunlah kembali
keluarga bibi Wulan. Kami sangat mengharapkan sekali hal itu.
Bibi tentu mau mendengarkan kata-kata saya, bukan?"
"Hamba akan mencari putera hamba dahulu, Tuanku.
Biarlah hal itu sementara berlalu seperti waktu-waktu yang lalu.
Rasanya hati ini tidak dapat" tidak sanggup dipadukan lagi.
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kesalahan hamba masa lalu, sudah teramat besar."
"Ah, bibi Wulan" membuat kesalahan bagi kita manusia
adalah suatu hal yang lumrah. Manusia tidak mungkin dapat
lepas sama sekali dari yang namanya kesalahan. Ketidak
sempurnaan merupakan ciri kita sebagai manusia. Tetapi satu
hal yang terpenting adalah usaha kita untuk bangkit dari
kesalahan. Kesadaran kita, nalar kita pada akhirnya harus dapat
membandingkan mana yang baik dan mana yang benar.
Kesalahan itu dapat kita jadikan pijakan untuk membenahi diri
kita?" Anting Wulan menangis sedih. Dia kini tidak dapat lagi
membohongi dirinya sendiri. Betapa dia sangat mendambakan
kehadiran raden Saka Palwaguna.
(2) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan
mendapatkan wejangan dari baginda prabu Purbaya di
dalam bilik utama kraton Sunda.
483 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Lupakanlah segala kisah masa lalu. Sebagaimana sikap
paman Saka. Saling memaafkan adalah satu tindakan yang
terpuji. Bibi tentu mau mendengarkan kata-kata saya?"
"Ampun" Ampunkan hamba, Tuan. Sesungguhnyalah
hamba tidak bisa membohongi kata hati hamba sendiri. Hamba
sangat mendambakan kehadiran suami hamba. Tapi betapa
malunya hamba, yang telah bertindak keji, yang
mempermalukan nama perguruan, nama Mataram, serta yang
paling utama adalah nama baik suami hamba."
"Paman Saka telah memakluminya. Paman Saka
mengerti. Bibi melakukan semua itu adalah karena pengaruh
pedang yang dahulu berada bersama bibi Wulan. Eh, lalu" bila
saya boleh mengetahui, dimanakah pedang ular emas itu?"
"Pedang itu telah raib entah kemana. Dan sebagai
gantinya seekor ular emas yang hidup muncul secara tiba-tiba.
Mungkin pedang itu telah berubah menjadi seekor ular emas."
"Lalu, apa yang terjadi dengan ular emas itu?"
"Saat itu hamba tengah tirakat untuk menyatukan diri
hamba dengan nenek Ranggis, dan ular emas itu agaknya
merupakan sebuah persyaratannya?"
"Maksud Bibi"!"
"Nenek Ranggis, siluman ular itu meminta hamba
menghirup darah ular itu. Hamba tidak sanggup melakukannya.
Oya, entah mengapa saat itu secara tiba-tiba saja hati hamba
484 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
berontak. Hamba menolak untuk melakukan perintahnya.
Nenek Ranggis yang menjadi murka memilih sahabat hamba
yang menemani hamba tirakat. Dan agaknya dialah yang telah
melanjutkan cita-cita Nenek Ranggis untuk lahir kembali
dengan bersekutu dengan manusia."
"Ooh, puji syukur padamu Ya Dewata" Engkau telah
menyelamatkan bibi Wulan dari malapetaka yang sangat
hebat." "Siapakah yang berada di atas atap bilik kita, Kanda
Prabu?" "Iya, biarlah akan kulihat keluar bilik."
Begitu pintu terbuka, prabu Purbaya tertegun ketika melihat
banyak orang yang berdiri di muka pintunya. Para pengawal
dalam, tokoh-tokoh utama keraton Sunda dan tidak
ketinggalan Ki Pandu Permana yang merupakan wakilnya.
"Oh, tuanku"! Tuanku telah kembali rupanya.
Ketiwasan tuanku. Ampunkanlah hamba semua, Tuanku"
"Sst, jangan berisik paman Pandu. Puteriku Jaga
Paramudita sedang pulas tertidur. Ada apa paman?"
"Segerombolan wanita siluman datang dan membuat
kekacauan yang hebat sekali. Banyak prajurit kita yang tewas
juga beberapa orang tokoh utama kita."
"Wanita siluman" Siapakah mereka?"
485 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Benar. Siapakah paman, yang telah berani kurang ajar
membuat kekacauan di keraton kita?"
"Mereka menamakan diri mereka Kembang Hitam."
"Oh" Kembang Hitam"!"
"Marilah kita bicarakan di balairung, Paman. Tidak enak
bicara sambil berdiri seperti ini."
"Ayolah kita segera ke sana, paman Pandu."
Cempaka segera menggamit lengan suaminya dan berjalan ke
arah balairung istana. Diiringi oleh Anting Wulan, Pandu
Permana dan beberapa tokoh utama yang lainnya. Sementara
sebagian lainnya tetap berjaga-jaga di sekitar bilik utama,
menjaga keamanan Jaga Paramudita puteri junjungan mereka.
"Hmm," jadi wanita itu mencari paman Saka
Palwaguna?" "Iya, begitulah yang hamba dengar darinya, Tuanku."
"Apa yang telah terjadi dengan kanda Saka" Mengapa
Lastri jadi berurusan dengannya" Ah, aku harus mencari tahu?"
"Dan selain itu, hamba juga menerima laporan dari
panglima kota Rupada. Bahwa disana telah terjadi peristiwa
yang sangat mencurigakan. Para pengemis Tongkat Merah
mengadakan pertemuan yang luar biasa. Mereka berkumpul
dalam jumlah yang sangat besar. Tidak kurang dari delapan ribu
pengemis berkumpul di padang rumput yang tidak jauh dari
486 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
gerbang kota Rupada. Dan di antara petugas sandi ada yang
melihat prabu Sora di tengah-tengah mereka."
"Ooh, dia"! Bukankah, kanda telah melumpuhkannya"
Bagaimana mungkin dia melibatkan diri lagi dalam urusan dunia
kependekaran?" "Ah, tentang prabu Sora" sangat luar biasa sekali
permaisuri. Mungkin kehadirannya yang bersama wanitawanita siluman juga mempunyai hubungan lain dengan
pengemis Tongkat Merah di pinggir kota Rupada."
"Oh, ampun tuanku Prabu" Hamba tidak sabaran lagi
rasanya. Hamba mohon pamit, karena tindakan Lastri juga
merupakan tanggung jawab hamba. Selain itu, hamba juga
ingin segera bertemu denganya untuk menanyakan keadaan
putera hamba." "Hm, ah" baiklah. Baiklah bibi Wulan. Bibi boleh segera
pergi jika merasa keadaan bibi sudah sehat sebagaimana
sediakala." "Hamba tidak apa-apa, gusti. Jika begitu, hamba mohon
pamit, dan terima kasih atas segala pertolongan Tuanku.
Permisi?" Anting Wulan bergegas meninggalkan balairung keraton Sunda.
Segenap mata memandang kepergiannya. Prabu Purbaya
mendesah. Permaisuri Cempaka pun menghela nafasnya.
487 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Bagaimana, Kanda" Apakah kita tetap akan berdiam
diri saja di istana" Setelah wanita siluman itu memporakporandakan martabat kita?"
"Kita akan pergi" tetapi bukan untuk itu Dinda. Bukan
untuk semata-mata martabat. Tetapi untuk melenyapkan
malapetaka bagi dunia kependekaran di tanah Pasundan ini.
Hmm, kapankah sebaiknya kita pergi?"
"Sebaiknya sekarang juga, Kanda. Dinda khawatir
dengan keselamatan bibi Wulan. Apakah dia akan dapat
menghadapi siluman ular yang Kanda katakan sangat
berbahaya sekali itu?"
"Baiklah. Jika memang kegelisahan dan kerinduan Dinda
sudah terobati dengan melihat keadaan Jaga Paramudita yang
tertidur. Kita dapat segera berangkat."
"Ampun Tuanku, tetapi bagaimanakah dengan keadaan
di sini" Apakah hamba dapat menyiapkan segala kekuatan kita"
Karena keadaan di kota Rupada sangat mencemaskan sekali.
Delapan ribu kaum Tongkat Merah adalah kekuatan yang
sangat berbahaya sekali, Tuanku..."
"Aku percaya pada Tongkat Merah, paman Pandu.
Tetapi paman dapat saja bersiap-siap. Karena bukan tidak
mungkin telah terjadi sesuatu di dalam tubuh perguruan
Tongkat Merah. Siapkan saja kekuatan kita. Juga kirimkan
utusan ke kerajaan-kerajaan tetangga, karena bukan tidak
mungkin merekalah yang akan menjadi sasaran."
488 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Perintah itu sangatlah bijaksana sekali, Tuanku. Hamba
akan melakukannya." "Nah, paman Pandu. Kami segera pergi. Dan katakan
pada Paramudita untuk tidak bermain-main keluar istana. Itu
adalah perintah dari ibunya."
"Baiklah tuanku permaisuri."
"Iya. Nah, paman Pandu" Kami berangkat." Cempaka
kemudian menoleh pada suaminya, "Marilah kanda Prabu."
"Baiklah Dinda. Kami pergi paman."
Kita tinggalkan dahulu prabu Purbaya bersama dengan
permaisurinya. Sekarang marilah kita ikuti kisah perjalanan
Anting Wulan" "Hmm, dimanakah kelompok pengemis Tongkat
Merah" Ini adalah padang rumput yang dimaksudkannya.
Beberapa ratus tombak dari gerbang kota Rupada. Hmm, tapi"
ya benar. Sore tadi pastilah tempat ini dipenuhi dengan ribuan
orang. Kemana lagi aku harus mencari jejak Lastri sebagaimana
mimpiku tadi" Agaknya hal itu akan menjadi kenyataan. Aku
akan menghubungi sang Dewi untuk memohon petunjuknya."
Anting Wulan duduk bersila di rerumputkan. Matanya
dipejamkan. Seluruh perhatiannya dipusatkan pada wanita
agung yang telah banyak berjasa pada dirinya. Beberapa saat
kemudian Anting Wulan bangkit dan wajahnya memandang ke
489 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
arah mana Lastri dan murid-muridnya mengejar Kayan yang
pergi bersama dengan Sariti dan Ning Cilik.
"Oh, Hyang Jagad Agung,
menemukan puteraku, Kayan."
semoga aku dapat Seperti yang kita ketahui, pada kisah yang lalu diceritakan
Anting Wulan pada akhirnya dapat menemukan murid-murid
Kembang Hitam yang tengah mengepung Sariti, Watu Galong
dan Watu Dulur. Dari balik kegelapan Anting Wulan dapat
mengejutkan murid-murid Kembang Hitam dengan suaranya
yang sangat mereka kenal.
"Tindakan kalian semua sudah teramat keterlaluan
sekali. Aku membentuk kalian menjadi wanita-wanita perkasa
yang pantang dihina lelaki, bukanlah untuk bertindak sejauh
ini." Murid-murid Kembang Hitam yang merasa yakin dengan suara
yang baru saja didengarnya segera menundukkan kepalanya.
Mereka tiba-tiba saja digelut oleh perasaan serba salah.
Kesetiaannya terhadap Nyai Kembang Hitam tiba-tiba saja
terusik. Sikap keras tetapi penuh dengan perhatian dari Nyai
Kembang Hitam membuat tujuh belas wanita muda itu menjadi
gelisah. Setelah beberapa saat kesunyian menerpa tempat itu, Diah
Warih yang memimpin murid-murid Kembang Hitam menjadi
yakin bahwa Anting Wulan yang berbicara dari kegelapan telah
meninggalkan tempat persembunyiannya. Karena itu dia
490 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
segera memerintahkan untuk mengejar Anting Wulan ke arah
Timur dan meninggalkan Sariti dan Sepasang Iblis Kembar.
"Oh, Kayan puteraku" Hyang Jagad Dewa Betara,
jangan kau tunda lagi pertemuanku dengan Kayan anakku.
Tujuh tahun sudah hamba berpisah darinya?"
Beberapa saat kemudian, ketika malam telah melewati titik
puncaknya, Anting Wulan yang berlari dengan diiringi petunjuk
gaib ratu pantai selatan tiba di pondok kecil dimana Lastri
tengah bersiap meringkus Kayan dan raden Saka Palwaguna.
"Oh, itu dia anakku Kayan. Itu pasti kanda Saka. Hmm,
kurang ajar! Lastri akan melumpuhkan kanda Saka."
"Tahan umbar nafsumu, Lastri!"
"Ibu!" "Oh, Kayan?" "Ibu, tolonglah aku, Bu."
"Jangan khawatir, anakku. Kemarilah! Berdirilah
disisiku. Lastri tidak akan berani mengganggumu."
"Ah, tapi" tapi" Dia Bu?"
"Oh, Dinda Wulan" kemana saja engkau selama ini"
Aku" Aku rindu sekali denganmu, Dinda?"
491 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Hahahahaha, sungguh menarik sekali kisah pertemuan
kalian di tempat ini. Akan tetapi sayang sekali, pertemuan ini
tidak akan berlangsung lebih lama lagi. Aku akan
menghentikannya sampai di sini saja. Aku akan melenyapkan
keluargamu seluruhnya. Tidak terkecuali bocah tersayangmu
itu." "Aku mencarimu saat ini, karena aku telah siap. Aku siap
menghadapimu, maupun kekuatan siluman ular yang ada di
belakangmu." "Hahahaha, kau tidak akan mungkin mengalahkan aku
Nyai Kembang Hitam! Hemm, kau tidak akan mungkin
mengalahkan Lastri. Lastri yang saat ini bukanlah Lastri
pembantumu yang dulu. Aku kira kau pun sudah tahu siapa aku
sebenarnya. Korban pertama yang akan kutunjukkan padamu
adalah laki-laki itu. Laki-laki yang telah membunuh dua orang
muridku." Lastri yang berusaha mencuri kesempatan untuk membunuh
raden Saka Palwaguna secepatnya menjadi terkejut ketika
melihat bayangan Anting Wulan yang berkelebat cepat dan
berhasil menahan serangannya.
"Bagus sekali Nyai Kembang Hitam. Kecepatan gerakmu
benar-benar tidak pernah kuduga sehebat itu. Tapi kau jangan
berbangga dulu. Saat ini kau sedang berhadapan dengan aku!"
"Khhhauuwww!!!"
492 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Menyadari kepandaian Anting Wulan yang meningkat pesat,
Lastri segera saja merubah bentuknya menggelarkan aji
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cengkar Bala. (3) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan yang
mencari Kayan puteranya, akhirnya berhasil
menemukannya disebuah pondok kecil milik kakek dan
nenek tua. Dan di tempat tersebut Anting Wulan juga
menemukan suaminya raden Saka Palwaguna. Dan
ketika Lastri hendak mencelakai raden Saka Palwaguna
dengan serangannya yang sangat hebat, Anting Wulan
mengeluarkan gerak kilatnya, memburu kehadapan
Lastri dan menerima serangan itu dengan Aji Banyu
Cakra Buananya. "Kau"!... Kau"!..." Lasti berkata tergagap menghadapi
kenyataan tersebut. Tapi tak lama, dia kemudian tertawa-tawa
sambil berkata, "Bagus sekali Nyai Kembang Hitam. Kecepatan
gerakmu benar-benar tidak pernah kuduga sehebat itu. Tapi
kau jangan berbangga dulu. Saat ini kau sedang berhadapan
dengan aku!" "Khhhauuwww!!!"
"Hmm, persekutuan hitam. Aku harus berhati-hati, kali
ini yang aku hadapi adalah kekuatan siluman ular Merapi,
nenek Ranggis. Oh, tubuh Lastri berubah menjadi demikian
493 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
menyeramkan. Oh, Hyang Jagad Dewa Betara untunglah kau
selamatkan aku dari persekutuan iblis itu."
"Anting Wulan, hampir saja aku salah memilih orang.
Kau wanita bodoh yang mencari mati. Tidak ada lagi
persahabatan di antara kita. Aku akan membunuhmu malam
ini, dan juga seluruh keluargamu."
"Ibu, berhati-hatilah"!"
"Diamlah kau disitu. Biar
menyelesaikan siluman ular ini."
ibumu "Hehehe, Banyu Cakra Buana dihadapanku" Mampuslah kau Anting Wulan!"
yang akan dibanggakan "Luar biasa sekali dinda Wulan. Kepandaiannya sudah
jauh meningkat. Tetapi lawannya itu bukanlah wanita biasa.
Wanita siluman yang juga susah untuk diukur kehebatannya.
Walaupun kepandaianku belum pulih, aku akan maju
membantunya jika dinda Wulan mendapat kesulitan."
"Awas, mundurlah Kayan. Angin pukulan mereka
sangatlah hebat. Kau bisa celaka kalau sampai tersentuh angin
pukulannya." "Ah, iya" Iya. Apakah ibuku akan dapat mengalahkan
bibi Lastri?" "Entahlah, aku sendiri tidak sanggup menghadapinya.
Kepandaian siluman itu sangatlah luar biasa sekali. Tetapi
494 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
kepandaian ibumu pun, juga sangatlah hebat. Menyingkirlah
lebih jauh, atau masuklah saja. Temani kakek dan nenek pemilik
pondok ini." "Tidak, aku harus menyaksikan pertempuran ibu
dengan bibi Lastri."
Malam yang merayap terus akhirnya tiba di ujungnya. Jauh di
bagian barat cakrawala cahaya fajar nampak kemerahmerahan. Sementara pertempuran antara Lastri yang telah
berubah bentuk menjadi siluman ular dan Anting Wulan masih
berlangsung dengan serunya.
"Jangan lari kau siluman jahat!"
"Heheheh, lari" Ah, mana mungkin aku nenek Ranggis
lari menghadapi kau, anak kemarin sore, Wulan. Kau akan
mampus sebelum matahari itu bersinar dengan terang, Anting
Wulan. Bersiaplah untuk mampus dengan aji pamungkas
Cengkar Bala." "Ilmu apa lagi yang akan digelarkannya" Banyu Cakra
Buana tingkat akhir tidak dapat menahan serangannya."
"Mampuslah kau Anting Wulan!"
"Gila! Kekuatan siluman ini menjadi semakin luar biasa.
Aku" Aahhh!" "Dinda Wulan!" 495 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Heheheh, ahahaha. Kau lihat itu. Ini adalah akhir dari
segala-galanya. Akhir dari keluargamu Anting Wulan."
"Kayan! Tinggalkanlah tempat ini. Biar aku dan ibumu
yang menahan siluman ular ini beberapa saat."
"Tidak! Aku tidak akan meninggalkan ibuku. Aku akan
menjaganya. Aku akan mengadu nyawa dengan siapa saja yang
akan mengganggu keselamatan ibuku."
"Mundurlah kalian?"
"Dinda Wulan!" "Ibu"!" "Marilah, kita lanjutkan pertempuran ini siluman ular.
Aku rasa kita memang sepadan untuk saling berhadapan."
"Kau" kau siluman laut selatan?"
"Aku bukanlah siluman yang kejam seperti engkau
Ranggis. Aku tidak membuat ulah, tidak menciptakan
malapetaka. Aku hidup di duniaku sebagaimana manusia hidup
di dunianya yang lain. Tetapi karena Anting Wulan yang
merupakan manusia yang sangat kusayangi, aku tidak akan
membiarkan engkau mengganggunya."
"Jika memang kita harus berhadapan, ayolah. Aku dari
lereng Merapi tidaklah gentar menghadapi laut selatan."
496 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Ibu" Mengapa sikap
ibu menjadi sedemikian anehnya?"
"Ibumu telah dirasuki kekuatan dari wanita agung dari
laut selatan. Wanita agung itu adalah guru dari ibumu..."
Ketika pertempuran kembali berlangsung dengan serunya, tibatiba dari balik kegelapan muncul belasan sosok tubuh wanita.
Dan ternyata mereka adalah murid-murid dari perguruan
Kembang Hitam yang kemudian segera saja bergabung dengan
Ningrum yang telah tiba lebih dahulu bersama dengan Lastri.
"Bagaimana, Ningrum" Apakah baru saja terjadi
pertempuran itu?" "Sudah lama sekali Warih. Lihatlah itu" Nyai Kembang
Hitam yang semula tidak berdaya, kini dibantu oleh kekuatan
lain." "Kita akan membantu mbakyu Lastri. Tetapi tidak
dengan cara terjun menghadapi lawannya. Tetapi meringkus
suami dari Nyai Kembang Hitam beserta Kayan. Ayo!"
"Eh, tapi" tapi?"
"Apa lagi, Ningrum" Dan kalian semua, ayo. Bersiaplah!
Kita tangkap laki-laki itu, dan juga bocah yang liar itu. Heh!
Kalian diam saja. Ada apa dengan kalian?"
497 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Apakah kalian semua siap menerima hukuman dari
mbakyu Lastri" Kalian tau hukuman apa yang akan kalian terima
untuk sikap pengkhianatan ini?"
"Kau Ningrum," kau juga tidak akan mendengarkan
kata-kataku" Kau akan mengkhianati mbakyu Lastri?"
"Mmm, eh" tidak Warih. Iya, marilah teman-teman,"
kita tangkap mereka."
Tujuh belas murid perguruan Kembang Hitam bergerak
perlahan-lahan, mulai mengepung Kayan dan raden Saka
Palwaguna. Kayan yang menyaksikan keraguan pada diri wanita-wanita
murid Kembang Hitam, berusaha untuk memanfaatkan
kesempatan itu. "Tahan, bibi-bibi yang baik. Malam ini ibuku telah
kembali. Kalian semua tentu mengerti siapa ibuku itu. Ibuku
adalah Nyai Guru kalian yang telah membentuk kalian menjadi
wanita-wanita perkasa. Apakah kalian akan melupakannya
dengan begitu saja" Dan kini bahkan mengkhianatinya?"
"Jangan dengarkan ocehannya! Cepat ringkus bocah itu,
dan laki-laki disampingnya."
"Jangan jauh-jauh dari sisiku, Kayan. Aku akan berusaha
melindungimu." 498 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Wanita-wanita pengecut, hadapi aku saja dan juga
istriku. Tetapi jangan ganggu anakku yang tidak punya urusan
dengan kalian." "Bocah liar itu akan menjadi duri dalam daging jika kami
biarkan dia tetap hidup di dunia ini."
"Berhati-hatilah Kayan!"
Di halaman pondok kakek dan nenek pemilik pedati itu, telah
terjadi dua arena pertempuran. Anting Wulan dengan Lastri,
dan di bagian lain raden Saka Palwaguna dan Kayan Manggala
dikepung oleh tujuh belas wanita muda murid-murid perguruan
Kembang Hitam. "Oh, celaka sekali. Kayan puteraku dalam bahaya. Apa
yang harus aku lakukan?"
Kekuatan dari wanita agung dari laut selatan yang tengah
menguasai diri Anting Wulan menjadi berkurang manakala
Anting Wulan terganggu pemusatan pemikirannya. Hal
tersebut tidak disia-siakan lagi oleh Lastri.
"Hup, hiaaattt!!!"
"Aaahhh!" "Ibuuu!" Kayan berseru kaget.
Saka Palwaguna yang sedang berusaha bertahan sekuat tenaga
menghadapi tekanan-tekanan murid Kembang Hitam menjadi
lengah manakala melihat Anting Wulan terlempar jauh dan
499 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
jatuh di belukar. Dan kesempatan itu dipergunakan dengan
sebaik-baiknya oleh Diah Warih untuk mengirimkan
serangannya. "Hahahaha, aku juga berhasil merobohkannya mbakyu.
Mari, sekarang kita berlomba untuk melenyapkan nyawa
mereka." Anting Wulan tertatih bangkit. Saka Palwaguna terhuyung
kesakitan. Keadaan mereka nampak sangatlah berbahaya.
Kayan yang menjadi gelisah segera lari kepada ibunya. Tetapi
tiba-tiba saja terjadi hal yang tidak mereka sangka-sangka.
"Warih! Ayo tinggalkan tempat ini! Ikuti aku, cepat!"
suara parau Lastri yang tengah dirasuki kekuatan nenek Ranggis
memerintahkan Diah Warih untuk segera meninggalkan
tempat itu. Bahkan tanpa menunggu lebih lama lagi, Lasti
langsung melesat meninggalkan Diah Warih.
"Mbakyu!?" Diah Warih kebingungan.
"Mari kita pergi, Warih."
Diah Warih tidak mempunyai pilihan lain. Dia segera menyusul
mbakyu Lastri dan kemudian diikuti oleh teman-temannya yang
memang menjadi serba salah menghadapi keluarga Nyai
Kembang Hitam, disamping Nyai Kembang Hitam sendiri.
"Hah"! Apa yang terjadi" Mengapa mereka tiba-tiba
saja pergi?" 500 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Matahari pagi yang bersinar itu yang telah mengusir
siluman itu, Tuan." "Ah, matahari" Hyang Jagad Dewa Betara," untunglah
engkau menyelamatkan kami. Jika tidak, tentu" Oh?"
"Marilah masuk, Tuan. Dan" eh ajak juga wanita itu,
dan juga bocah yang hebat itu. Aku akan masuk ke dalam
mencari istriku. Pastilah dia tengah bersembunyi di kolong
balai-balai." Sementara itu, Anting Wulan tengah memeluk putranya Kayan
Manggala sambil menangis gembira.
"Oh, anakku Kayan. Maafkan ibumu, nak. Maafkan ibu
yang tidak bertanggung jawab ini. Ibu telah membiarkan
engkau hidup menderita di samping bibi Lastri. Maafkan ibu
nak. Mulai saat ini kita tidak akan berpisah lagi. Ibu tidak akan
meninggalkanmu dan membiarkan orang-orang mengganggu
mu. Marilah kita pergi, kita mencari tempat yang tenang. Yang
aman dan damai. Kita hidup di sana?"
"Dinda Wulan?" "Marilah nak, kita pergi. Kau tentu sudah rindu sekali
dengan ibumu. Seperti halnya ibumu ini. Marilah?"
"Dinda Wulan," Kau masih juga tidak dapat memaafkan
aku?" 501 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Anting Wulan menoleh ke arah raden Saka Palwaguna, air
matanya mengalir semakin cepat. Karena itu dia segera
memalingkan wajahnya kembali ke arah lain dan menyeret
Kayan puteranya untuk meninggalkan tempat itu. Akan tetapi"
"Tidak. Aku tidak akan pergi. Sebelum urusan kita
selesai, Bu." "Urusan" Urusan apa?"
"Dia itu," laki-laki itu," bukankah dia orang jahat yang
telah membuat ibu menderita" Aku berkali-kali telah gagal
membunuhnya. Ayolah, sekarang mari kita bersama-sama
membunuhnya." Anting Wulan tersentak tidak terkira mendengar kata-kata
puteranya. Wanita perkasa itu bergetar sementara air matanya
mengalir semakin deras. (4) Pada kisah yang lalu diceritakan, pertempuran antara
Anting Wulan dengan Lastri berjalan dengan serunya.
Tetapi ketika Anting Wulan dalam keadaan yang gelisah
memikirkan suami dan juga puteranya, Lastri berhasil
menyarangkan pukulannya. Raden Saka yang dikepung
oleh murid-murid Kembang Hitam pun berhasil
dilempar oleh pukulan Diah Warih. Dalam keadaan
yang cukup berbahaya bagi Saka dan Kayan, Lastri
502 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
memerintahkan seluruh murid-muridnya untuk pergi
meninggalkan tempat itu. Meninggalkan lawannya.
Anting Wulan menangis haru bertemu dengan putranya
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kayan. Saka Palwaguna yang menyapanya dengan
lembut tidak mendapat perhatian dari Anting Wulan.
"Dinda Wulan," Apakah kau juga tidak dapat memaaf
kan aku" Marilah dinda, kita bina kembali keluarga kita.
Baginda Sanjaya menantikan kedatanganmu. Kita akan dapat
hidup mulia di Mataram."
Anting Wulan tidak menjawab, dia masih saja mengisak.
"Dinda Wulan, maukah kau?"
"Kayan, marilah kita tinggalkan tempat ini."
"Dinda Wulan?" Anting Wulan menoleh sesaat kepada raden Saka Palwaguna,
air matanya semakin deras mengalir. Akan tetapi segera dia
memalingkan wajahnya kembali dan kemudian menyeret
puteranya untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Akan
tetapi" "Dinda!" "Tidak. Aku tidak akan pergi dari tempat ini. Sebelum
urusan kita diselesaikan di tempat ini."
"Apa maksudmu Kayan" Urusan apa?"
503 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Dia. Dia itu adalah laki-laki yang telah menyakiti ibu.
Yang telah membuat ibu menderita" Laki-laki jahat itu harus
kita bunuh. Aku telah mencobanya berkali-kali, tetapi selalu
gagal. Kita harus membunuhnya sekarang juga."
"Kau" Kau telah melakukan hal itu?"
"Iya! Tetapi selalu gagal. Sekarang dengan bantuan Ibu,
aku yakin kita akan berhasil."
Mendengar perbincangan Kayan dan Ibunya itu, hati raden
Saka menjadi lemas. "Hyang Jagad Dewa Betara" Barangkali aku telah begitu
bodoh. Aku tidak melihat kesalahanku sudah sejauh itu.
Menyakiti hatimu, Dinda Wulan." Raden Saka berhenti sesaat
dan mendesah. Kemudian lanjutnya, "Jika kematian adalah
obatnya, silakan. Silakan kau lontarkan pukulanmu ke dadaku
ini. Aku tidak akan menahannya sedikitpun. Aku rela mati ! Aku
rela! Asal kau mau mengatakan kepada Kayan, siapa aku
sesungguhnya. Bunuhlah aku Wulan! Aku siap mati untuk
keluargaku" Untukmu, Dinda Wulan. Dan juga untuk Kayan
puteraku yang sangat aku damba-dambakan selama tiga belas
tahun." "Oh,?" "Cepatlah! Pergunakanlah kesempatan ini. Pukullah
laki-laki jahat itu."
504 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Ya, rasa cinta yang ada di dalam dada Anting Wulan namun
dibalut rapat dengan rasa bersalah dan rasa malu membuat
sikapnya kembali menjadi keras. Anting Wulan menyambar
tangan Kayan dan kemudian melesat meninggalkan halaman
pondok kakek dan nenek pemilik pedati.
"Dinda Wulan!..."
Kayan Manggala yang dicekal erat oleh ibunya tidak mampu
untuk bergerak lagi. Namun bocah itu masih sempat melihat
laki-laki gagah yang telah menggelisahkan dadanya, terhuyunghuyung dan jatuh pingsan di atas tanah.
Beberapa saat setelah tubuh Kayan dan Anting Wulan lenyap
dari pandangan mata, si Tunggul yang juga telah rindu pada
majikannya lama berderap menyusul ke arah mana Anting
Wulan pergi. Pintu pondok berderit terbuka, kakek pemilik pondok keluar
dengan hati-hati. Dan manakala dia melihat tubuh raden Saka
yang tergeletak di atas tanah, dia berseru.
"Oh, ayo cepat kita tolong laki-laki gagah itu. Kasihan
sekali dia, Nek." "Iya, iya. Tapi bagaimana aku dapat mengangkatnya.
Tubuhnya tentu berat sekali, Kek."
"Kau ambillah air dan kain. Kita akan menyadarkannya.
Tinggalkan aku disini, biar aku akan mencoba menyadarkannya,
ya?" 505 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Baik" baik, Kek."
"Hmm, aku akan coba menyadarkannya dahulu. Siapa
tahu dia bisa sadarkan diri hingga aku tidak perlu bersusah
payah mengangkatnya ke dalam."
"Tuan, tuan Saka" Sadarlah. Sadarlah tuan. Tuan
Saka?" "Hmm, aku akan mencoba mengurut di sekitar
tengkuknya. Mudah-mudahan dia dapat segera tersadar."
"Heiii, apa yang kau lakukan!"
"Heh! Mundur kau wanita siluman! Aku akan merelakan
nyawa tuaku ini jika kau masih juga tidak tau malu menyusah
kan orang yang sudah tidak berdaya seperti ini."
"Oh, engkau salah menduga, Kek" Eh, juga aku. Aku
justu mengira engkau akan menyakiti kakang Saka. Laki-laki itu
adalah sahabatku." "Bagaimana aku dapat tahu engkau bukanlah dari
kelompok wanita jahat itu?"
"Oh?" Sariti yang baru saja tiba bersama Watu Galong dan Watu Dulur
untuk sesaat menggeram serba salah. Dia merasa cemas
melihat tubuh raden Saka Palwaguna yang tergeletak di atas
tanah. Tetapi pada saat berikutnya"
506 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ini... Ini adalah bukti aku bukannya berniat jahat?"
Sariti bergerak cepat menotok ringan kakek itu. Lalu katanya,
"Nah, inilah buktinya. Jika aku akan berniat jahat apa susahnya
aku membunuhmu dan juga laki-laki ini. Ketahuilah, laki-laki ini
adalah sahabatku." "Maafkan aku jika begitu. Mari bantulah aku membawa
nya ke dalam. Kita harus merawatnya di pondokku."
"Biarlah aku yang mengangkatnya?"
Raden Saka diletakkan di atas balai-balai, sementara diluar
kakek Watu Galong dan Watu Dulur duduk bersila berusaha
menyembuhkan luka dalamnya akibat pertempuran dengan
murid-murid Kembang Hitam.
"Adik Saka?" "Oh, Sariti" Dimanakah istriku Wulan, anakku Kayan?"
"Apa yang telah terjadi di sini, adik Saka" Dimana Lastri"
Apakah kau tidak bertemu dengannya?"
"Lastri telah pergi. Dia pergi begitu matahari bersinar
terang. Setelah itu istriku meninggalkan aku bersama dengan
Kayan putraku. Oh, Hyang Jagad Dewa Betara sampai kapankah
kau akan siksa hati ini dan diri ini?"
"Aku akan mencari mereka, adik Saka. Aku akan
berbicara dengan mereka. Dengan Kayan dan juga Anting
507 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Wulan istrimu. Ketahuilah, Kayan putramu kami sangat
harapkan untuk menjadi pimpinan perguruan."
"Kau" Apakah kau" apakah tidak salah aku mendengar
nya?" "Upacara penobatan telah dilakukan olehku atas
permintaan kakek Pungkur sesaat sebelum dia menghembus
kan nafasnya yang terakhir"
"Oh, anak yang luar biasa. Anak baik. Sayang sekali" dia
tidak mau menganggapku sebagai ayahnya?"
"Tuan Saka salah besar. Tidaklah begitu yang sesungguh
nya. Bocah itu sangatlah menyayangi tuan. Dialah yang telah
menyelamatkan tuan. Dan dari tangan dialah saya menerima
tuan yang dalam keadaan pingsan. Dia benar-benar sangat
menyayangi tuan." "Iya," tetapi mengapa sikapnya tadi demikian kejamnya
pada diriku?" "Jika itu," Ya, entahlah. Aku tidak mengetahuinya,
Tuan. Tetapi aku yakin dibalik sikapnya tersembunyi maksudmaksud tertentu."
Pintu bilik terbuka, nenek pemilik pondok masuk.
"Kek" Kek" Bantulah aku."
"Hmm" Ada apa Ni" Ada apa ini" Bantu apa?"
508 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Kau ini benar-benar tidak tahu sopan santun. Mereka
semuanya tentu sudah kelaparan. Terutama tuan Saka yang
telah bertempur sejak tengah malam tadi. Cepat bawakan
bubur hangat ini. Aku akan mengambilkan minuman hangat
yang kutambahkan gula Aren sebagai penambah tenaga."
"Ini Tuan," Nona. Hanya sekedar bubur hangat. Ya dan
sebentar lagi istriku akan membawakan minumannya. Silakan"
Silakan?" "Terima kasih, Kek."
"Makanlah adik Saka, kau sangat membutuhkannya."
"Kau pun tidak berbeda, Sariti. Marilah kita santap
hidangan ini." "Kedua kawanmu itu aneh sekali, Nyai. Aku menyuruh
mereka masuk untuk makan di dalam tapi dia malah
menghendaki di luar saja. Jadi aku terpaksa membiarkan
mereka makan di luar."
"Siapakah mereka?"
"Mereka adalah dua orang pembantu paman Alap
Kadugampit yang telah tewas bersama-sama dengan kakekku."
"Ah"! Kakek Parang Pungkur tewas?"
"Iya" Kakek tewas. Akan tetapi Tongkat Merah kini
bersatu kembali. Dan anakmu telah terpilih sebagai pengganti
kakek. Sudahlah jangan bicara saja, habiskan bubur ini."
509 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Raden Saka Palwaguna segera saja menghabiskan bubur yang
disediakan kakek dan nenek pemilik pondok itu. Baru saja Sariti
dan Saka menghabiskan bubur hangat itu, dari dalam melalui
pintu pondok yang terbuka dia melihat seorang laki-laki muda
dan seorang wanita yang cantik berjalan menuju pondok
tempat mereka beristirahat.
"Oh, itu" Lihatlah adik Saka. Itu prabu Purbaya dan
permaisurinya." "Oh iya, mari kita menjemputnya."
"Tapi, bagaimana keadaanmu?"
"Aku tidak apa-apa, Sariti."
"Ah, ternyata dewata telah memimpin langkahku."
"Paman Saka juga berada di tempat ini" Dimanakah
siluman ular itu" Dan apakah," Bibi Wulan telah tiba di tempat
ini?" "Siluman ular itu telah pergi dalam wujud siluman ketika
matahari mulai bersinar, gusti Prabu. Sedangkan bibi Wulan"
menurut adik Saka dia pergi dari tempat ini setelah bertemu
dengan putranya, Kayan."
"Syukurlah, kasihan sekali bibi Wulan. Tetapi apakah
paman Saka tidak bertemu dengan bibi Wulan?"
"Oh, Sudah Tuanku?"
510 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Sudah?" "Iya, sudah Tuanku."
"Eeh, Oh iya" Bangkitlah paman, bibi... Jangan
bersimpuh saja di situ."
Prabu Purbaya memandang ke arah dua orang yang belum
dikenalnya yang juga berada di sekitar pondok itu. Sariti
menjadi maklum, dan segera memperkenalkan mereka.
"Mereka adalah sepasang iblis kembar. Tokoh utama
dari ujung timur tanah Jawa. Mereka berdua tidak tahu menahu
tentang wilayah Pasundan. Mereka sedang mencari seorang
bocah wanita yang menjadi murid tuannya."
Sementara Sariti dan raden Saka Palwaguna bicara dengan
prabu Purbaya, kakek dan nenek tua pemilik pondok itu berdiri
di muka pondok mereka. Keduanya mendengarkan semua
pembicaraan tamu-tamunya yang aneh. Pada akhirnya mereka
menyadari bahwa di muka pondoknya benar-benar telah
berdiri maharaja tanah Pasundan yang merupakan
junjungannya. Karena itu dengan serta-merta kakek tua itu
menjatuhkan diri berlutut di hadapan prabu Purbaya yang
kemudian disusul oleh istrinya.
"Oh, salam hormat kami haturkan untuk tuanku yang
mulia dan permaisuri. Hamba Dipanala adalah salah seorang
abdi bodoh yang telah mengabdi pada ayahanda tuanku prabu
511 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Aji Konda. Ampun" Maafkan hamba yang tua, yang tidak
segera mengenali tuanku berdua."
"Oh, iya. Paman Dipanala. Aku mengenal paman.
Bukankah dahulu paman adalah seorang prajurit dalam."
"Betul sekali tuanku permaisuri?"
"Ah, paman Dipanala. Iya" Aku mengenal paman. Aku
mengingat paman. Eh, apakah saya dapat meminjam tempat
paman untuk berbincang-bincang dengan sahabat-sahabat
saya?" "Oh, silakan" Silakan tuanku. Kehormatan yang tiada
taranya bagi hamba dengan kehadiran tuanku ke dalam pondok
hamba yang buruk ini. Tetapi apakah yang dapat hamba
persembahkan pada tuanku?"
"Tidak usah merepotkan diri, paman. Cukup air hangat
saja jika paman berkehendak memberikan suguhan pada kami
berdua." "Oh, iya-iya, baik" baik. Marilah tuanku,.. mari" mari."
Maka terjadilah pertukaran berita di antara mereka-mereka
yang berbincang di pondok kakek Dipanala. Prabu Purbaya
menceritakan pertemuannya dengan raden Seta Keling yang
terluka di kota Rupada. Setelah mendapat kabar tersebut, Sariti
meminta diri untuk menemui raden Seta Keling, suaminya.
512 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Sariti kemudian melesat menuju kota Rupada. Kakek Watu
Galong dan Watu Dulur yang melihat kepergian Sariti segera
saja bangkit dan mengejarnya.
(5) Pada kisah yang lalu diceritakan, di pondok kakek tua
yang dikenal dengan nama Ki Dipanala telah dipenuhi
oleh tokoh-tokoh utama, bahkan prabu Purbaya dan
permaisurinya hadir di tempat tersebut. Ketika Sariti
mengetahui bahwa suaminya raden Seta Keling terluka
dan telah meninggalkan istana Sunda, dia segera minta
Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diri untuk mencarinya di kota Rupada. Sementara di
pondok itu prabu Purbaya masih bersama raden Saka
Palwaguna. "Oh, aku harus segera menemukan kanda Seta.
Dewata" semoga tidak terjadi suatu apapun dengan diri
suamiku. Dan setelah itu, baru aku bersama-sama dengan
kanda Seta akan mencari Kayan. Bocah yang kini telah terpilih
menjadi pimpinan Tongkat Merah?"
"Hoooi, Nyai ! Mengapa engkau pergi meninggalkan
kami" Tunggu Nyai !"
"Oh, kalian kakek Watu"!"
"Mau kemana engkau Nyai?"
513 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Aku pergi untuk menyelesaikan urusanku sendiri.
Sebaiknya engkau pergilah sendiri. Jangan mengikuti aku."
"Heh, engkau mempermainkan kami Nyai Sariti! Kami
tidak akan mencari perkara kembali dengan kalian semua dari
Tongkat Merah. Tapi jika engkau mempermainkan kami, heeh,
kami akan melupakan pesan tuan Kadu Gampit!"
"Ya, engkau harus mengantarkan kami mencari Ning
Cilik murid dari junjungan kami."
"Iya, dan itu adalah janjimu Nyai"
"Ah, iya. Tadi malam aku memang berjanji demikian.
Tapi?" "Kau tidak bisa membatalkannya, Nyai"
"Kau harus menemani kami mencari murid Tuan kami!"
"Ah, aku tidak mungkin bersikeras menghadapi kedua
kakek sakti ini. Seorang dari antara mereka saja belum tentu
dapat kuhadapi. Aku harus mencari cara yang lebih baik?"
"Ketahuilah, aku tidak mengetahui di mana anak itu
berada. Dan lagi, saat ini aku harus mencari dan menemukan
dahulu suamiku. Tapi jika engkau mau mencarinya, engkau
dapat ikut bersama dengan prabu Purbaya. Beliau akan
mencari siluman ular itu. Aku yakin anak murid tuanmu, Paman
Kadu Gampit dibawa pergi oleh kelompok wanita siluman itu."
514 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Aaah?" dengan nada kesal, Watu Galong bertanya
pada kakaknya, "Bagaimana kakang Dulur?"
"Kita akan mencoba menemui mereka. Prabu Purbaya
dan permaisurinya!" Watu Dulur menegaskan tekadnya.
"Eeeh, tapi satu hal yang harus kalian ketahui. Beliau
selain bijaksana, beliau juga seorang tokoh maha sakti.
Bersikaplah baik-baik."
"Kami sepasang iblis kembar tidak mengenal arti kata
takut, Nyai. Tetapi mengingat akan pesan dari tuan kami untuk
tidak membuat keributan, kami tidak akan berbuat macammacam."
"Ayolah, kita pergi adik Galong!"
"Kasihan sekali kedua kakek itu. Pengabdiannya sangat
hebat. Mudah-mudahan dia dapat bersikap baik-baik
menghadapi Baginda" Ah, aku harus segera menuju Rupada."
Saat itu, di muka pondok Ki Dipanala"
"Karena tujuan kita berbeda, biarlah kita berpisah. Aku
akan mencari Lastri. Engkau mencari istri dan anakmu. Tetapi
satu hal paman, jika paman yang justru berjumpa dengan Lastri,
usahakanlah untuk menghindari berbenturan dengannya.
Siluman itu sangatlah berbahaya."
"Akan hamba ingat-ingat pesan gusti Prabu. Dan terima
kasih atas perhatian tuanku kepada hamba."
515 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Marilah kanda prabu. Kita harus segera mengejar
siluman ular yang jahat itu."
"Baiklah. Kami permisi paman."
"Jagalah diri paman sebaik-baiknya."
"Terima kasih tuanku."
Prabu Purbaya bersama dengan permaisurinya segera melesat
ke arah timur. Ke arah mana Lastri lenyap bersama para
pengikutnya. Tetapi sekejap saja, dua sosok bayangan
mengejar ke arah mana keduanya pergi.
"Hei, siapa itu" Sepertinya bayangan dua kakek yang
datang bersama dengan Sariti. Mau apa mereka mengejar gusti
prabu Purbaya" Yah, tapi sudahlah. Apapun yang akan terjadi,
aku tidak perlu mencemaskannya. Prabu Purbaya dan
permaisurinya saat ini merupakan pasangan manusia yang sulit
untuk dicari bandingannya. Tidak akan terjadi sesuatu yang
akan membahayakannya?"
Raden Saka kemudian berpamitan kembali kepada kakek
Dipanala. Dan berterima kasih atas segala perawatan mereka.
Setelah itu laki-laki perkasa murid dari perguruan Goa Larang
pergi meninggalkan pondok kecil itu menuju arah yang tak pasti
guna mencari anak dan istrinya.
"Hooi, tunggu tuanku! Kami mempunyai kepentingan
dengan tuanku!" 516 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Oh, dua orang kakek yang datang bersama bibi Sariti
mengejar kita. Mau apakah mereka kanda Prabu?"
"Kita lihat saja, Dinda."
"Maaf kami berdua lancang mengganggu tuanku
berdua. Kami berdua membutuhkan bantuan Tuanku."
"Bantuan" Bantuan apakah, Kek?"
"Nyai Sariti semula berjanji akan membantu kami untuk
mencarikan murid dari majikan kami. Tetapi sekarang dia
meninggalkan kami hanya untuk mencari suaminya?"
"Iya. Dan atas saran Nyai Sariti, kami sebaiknya
meminta petunjuk tuanku berdua."
"Oh, aku benar-benar tidak mengerti Kek. Mengapa
harus aku" Harus kami?"
"Ning Cilik, murid majikan kami melarikan diri bersama
dengan Kayan. Mereka melarikan diri dari kejaran silumansiluman ular yang jahat itu."
"Tetapi di pondok itu, kami mendengar berita bahwa
Kayan pergi beserta dengan ibunya. Lalu kami mengambil
kesimpulan bahwa murid majikan kami dilarikan oleh kelompok
wanita-wanita jahat itu."
"Jadi jelasnya, kalian hendak merecoki perjalanan
kami?" 517 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ah, hamba berdua tidak berani tuanku. Tetapi hamba
mohon kebijaksanaan tuanku berdua."
"Demi murid majikan kami itu, kami rela untuk
melakukan tindakan apapun. Memasuki lautan api, menerjang,
membantai ratusan tokoh-tokoh yang akan menghalangiku."
"Benar. Kami melakukan hal ini, memohon bantuan
tuanku bukan semata-mata kami takut menghadapi tokohtokoh di tanah ini. Tapi semata-mata karena kami buta dengan
wilayah di sekitar Pasundan."
"Uhh?" Cempaka mendengus gemas karena kesal.
Prabu Purbaya yang melihat perubahan wajah permaisurinya
itu segera menyabarkannya. "Sudahlah dinda?"
"Ah, baiklah. Aku mengerti kesulitan kalian. Tapi harap
kalian tahu, Pasundan bukanlah merupakan wilayah yang kecil.
Rasanya aku pun akan kesulitan mencarinya.
"Uh, kanda terlalu mengambil hati pada kedua kakek
sombong ini." "Sudahlah Dinda?"
"Jika begitu, ikutilah kami."
Prabu Purbaya dan Cempaka kemudian melesat cepat. Kedua
kakek tua mengikutinya beberapa tombak dibelakang mereka.
518 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Jangan ganggu aku, Kanda! Aku akan memberi sedikit
pelajaran pada mereka, untuk melunakkan sikap sombong
mereka." "Eh, apa yang akan kau lakukan, Dinda Cempaka?"
"Tidak apa-apa!"
Sambil berlari cepat, Anting Wulan (Cempaka ngkali ah!!!)
mengerahkan Aji Banyu Agungnya. Dan kekuatan maha sakti
yang berhawa dingin itu ditebarkannya ke arah belakang
tubuhnya. Dan" "Oh, ada apa ini kakang Dulur" Mengapa tiba-tiba
suasana disekitar tempat ini menjadi sedemikian dinginnya?"
"Benar-benar ini adik Galong. Rasa-rasanya langkahku
tidak lagi dapat kukuasai. Lihatlah kita tertinggal jauh. Celaka!"
"Tuan.. tunggu kami."
"Aku tidak kuat lagi, adik. Aku akan menghilangkan
kekuatan dingin yang aneh ini dengan hawa saktiku."
Sepasang iblis kembar itu mulai mengerahkan kekuatan
saktinya guna mengatasi serangan hawa dingin yang
menyerangnya secara tiba-tiba. Baru saja mereka berdua
mengatasi hawa dingin itu, tiba-tiba saja hawa dingin itu
kembali menyerang bersamaan dengan Cempaka yang datang
menghampiri. Semakin dekat Cempaka melangkah, semakin
hawa dingin itu dirasakan menusuknya.
519 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Eh, ada apa dengan kalian berdua" Bukankah kalian
hendak segera mencari murid majikan kalian" Mengapa kalian
duduk dan menggigil saja disitu" Ayo, bangkitlah?"
"Kami tidak kuat tuanku, tiba-tiba saja ada hawa dingin
yang tiada terkira menyerang kami. Tolonglah?"
"Kasihan, kalian memang kakek tua yang patut
dikasihani. Baiklah kami akan menolong dan menemani kalian
mencari murid majikan kalian?"
"Hawa dingin itu tiba-tiba lenyap, dik?"
"Ah, sudahlah. Marilah kita segera berangkat lagi. Mari
kanda Prabu." Kata Cempaka tak sabar.
Cempaka melesat cepat melanjutkan perjalanannya kembali.
Sementara Prabu Purbaya tetap di sampingnya.
Dua orang kakek kembar itu kini menyadari apa yang tengah
terjadi sesungguhnya dengan diri mereka. Kejadian yang baru
saja menimpanya adalah perbuatan dari salah seorang tokoh di
depannya. Karena itu kini keduanya kini menjadi tunduk
dengan dua orang tokoh yang berlari di depannya.
Kita tinggalkan dulu prabu Purbaya yang tengah mencari Lastri.
Sekarang marilah kita ikuti kembali kisah perjalanan Anting
Wulan bersama dengan Kayan, putranya.
"Berhenti, Bu. Berhenti. Turunkan aku. Turunkan aku.
Berhenti." 520 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ada apa Kayan, mengapa kau bersikap seperti itu?"
"Sayalah yang seharusnya bertanya pada ibu. Mengapa
ibu menjadi bersikap aneh" Sikap ibu sangatlah
membingungkan saya. Ibu telah menanamkan rasa kebencian
kepada laki-laki tadi. Pada orang yang bernama Saka
Palwaguna. Tetapi kenapa ketika laki-laki itu ibu jumpai, ibu
tidak berbuat sesuatu apapun. Kenapa Bu?"
"Kau tidak mengerti, Nak" Kau tidak mengerti?"
"Apa yang saya tidak mengerti, Bu" Apa" Kebencian itu
telah melahirkan dendam di dalam diri saya ini. Saya telah
berusaha menghabisi nyawa laki-laki itu. Saya telah mencoba
melakukannya, membalaskan sakit hati Ibu yang sejak kecil ibu
tanamkan pada diri saya. Tetapi, setelah Ibu sendiri berjumpa
dengannya, Ibu tidak berbuat sesuatu terhadapnya"! Bukankah
itu adalah perbuatan yang aneh?"
"Kau tidak mengerti, Kayan" Maafkan aku, Nak.
Maafkan Ibumu ini?" "Katakanlah" siapakah sesungguhnya laki-laki itu, Bu?"
"Maafkan Ibumu ini, Nak" Sesungguhnya laki-laki itu
adalah ayah kandungmu."
"Ahh"!" "Maafkan Ibumu ini, Nak?"
521 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Kayan bersandar di pohon besar. Matanya memandang jauh ke
langit biru. Air matanya mengalir deras, seakan-akan
bendungan yang runtuh. Hatinya gelisah tiada terkira. Ayah
kandung yang selama ini hanya ada dalam mimpi dan anganangannya, kini telah menjadi suatu kenyataan. Akan tetapi
kenyataan yang dihadapinya adalah sebuah kenyataan yang
Cintai Gue Kalo Berani 2 Pendekar Mabuk 076 Ratu Maksiat Teror Orang Orangan Sawah 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama