Ceritasilat Novel Online

Babad Tanah Leluhur 7

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen Bagian 7


Tetapi ketika tadi malam kami memutuskan untuk menemui
Nyai Kembang Hitam ditempat ini, Diah Warih menguasainya.
Kami tidak mampu mencegahnya. Dan dia membawanya pergi
mencari mbakyu Lastri. Eeh, maafkan kami Kayan." Tutur
Ningrum. "Sudahlah," sudahlah?" Kayan tersenyum kecewa.
"Mari kita pergi. Huppp!" kata Anting Wulan sambil
menaiki kembali si Tunggul, dia menoleh ke arah Kayan
Manggala dan berseru mengajaknya,"Ayo Kayan!"
"Baik Bu, Hupp!" Kayan pun segera menaiki si Tunggul,
lalu berseru ke arah utara "Kami pergi paman Bantul!"
Ternyata Ki Bantul dan beberapa anggota Tongkat Merah
berada di sekitar tempat itu. Mereka masih tetap menjaga
Kayan Manggala hingga batas kota yang menjadi tempat tinggal
mereka. Ucapan salam Kayan itu menjadi isyarat bahwa Kayan
telah menerima pengawalan mereka dengan baik.
Anting Wulan segera menghela kudanya. Kuda itu meringkik,
lalu melesat melanjutkan perjalanan ke arah selatan. "Hiyyah"
hiyyah!" Anting Wulan memacu si Tunggul dengan kecepatan yang
sewajarnya. Sementara keenam belas muridnya mengikuti
dibelakangnya sambil berlari cepat. Beberapa saat kemudian
situasi di muka penginapan kota Bumi Batang menjadi sepi
kembali. Yang tinggal hanya Ki Tunggul (?"?") dan beberapa
614 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
orang muridnya, serta beberapa penduduk yang mengawasi
mereka dari kejauhan. (?"?"")
"Hehhhh,?" Ki Bantul menghela nafas, dia lalu berkata,
"Urus dengan sebaik-baiknya jenasah kawan kalian. Aku akan
menyelidiki situasi di sekitar kota ini. Tidak lama aku akan
kembali. Hupp!" Ki Bantul melesat cepat ke arah gerbang utama. Berlari
berlawanan arah dengan arah kepergian Anting Wulan dan
murid-muridnya. Beberapa saat, ketika Ki Bantul tiba di pintu
gerbang utama kota Bumi Batang.
"Aku akan menyelidiki disekitar tempat ini. Sedangkan
Nyai Wulan tentu memasang mata-mata di bagian selatan kota.
Walaupun secara sambil lalu." tekad Ki Bantul. Telinganya yang
peka mendengar derap kuda berlari ke arah gerbang kota.
"Heh, ada seekor kuda menuju kemari. Siapakah dia"!"
"Sepertinya," itu" tuan Saka." gumam Ki Bantul setelah
melihat pengendara kuda yang telah tampak olehnya. Dia
segera berjalan menghadang.
"Ah, ah" Maaf," maaf," saya menghentikan
perjalanan Tuan. Eh, bukankan tuan adalah raden Saka
Palwaguna?" Ki Bantul menyapa.
"Benar paman. Apakah paman anggota Tongkat
Merah"!" "Ooh, kebetulan sekali raden, kebetulan" eh," eh,?"
tergagap Ki Bantul kebingungan menjelaskan maksudnya.
"Putra raden, Kayan Manggala oh.. baru saja meninggalkan
615 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
kota ini." "Oh, Kayan"! Putraku Kayan bersama istriku Anting
Wulan" Dimanakah mereka sekarang"!"
"Benar raden. Ah, mereka menuju goa karang pantai
selatan. Baru saja mereka meninggalkan kota ini melalui
gerbang selatan." "Oh, terima kasih paman!" gembira sekali Saka
Palwaguna mendapatkan kabar demikian. Dia langsung
menghela kudanya. Kuda itu berderap meninggalan debu
dibelakangnya. Ki Bantul tercenung melihat kepulan debu didepannya. Bukan
debu itu yang membuatnya tercenung. "Beruntung sekali, tuan
Muda dapat bertemu ayahandanya. Tadi malam dalam
perbincangan, dia tampak begitu mendambakan kehadiran
ayahandanya." "Mereka baru saja meninggalkan kota ini. Ooh baru
saja. Aku harus menjumpainya, harus!" pikir Saka Palwaguna
demikian girang. "Wulan istriku pasti menunggangi si Tunggul.
Aku tidak dapat mengejarnya dengan kuda seperti ini. Hmm"
Aku harus mengejarnya dengan lebih cepat! Hupp!!"
Raden Saka Palwaguna melesat cepat meninggalkan kudanya.
Dengan ilmu lari cepat Kidang Mamprung dia melesat lebih
cepat lagi menuju arah selatan. Dan, beberapa saat kemudian"
"Oh, apa itu" Di depanku nampak serombongan wanita
dan seekor kuda. Hei, iya itu adalah si Tunggul. Warna bulunya
616 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
yang putih cemerlang sangat aku kenali. Aku harus
mengejarnya!" Saka Palwaguna menambah kecepatan larinya,
dia berteriak memanggil, "Dinda Wulan!"
"Oh, kanda Saka."
"Ah, Bu," Ayah?"
"Aku tau, tetapi kita tidak ada waktu untuk
melayaninya. Kita harus segera tiba di pantai selatan dan
kemudian mencari Lastri."
"Dinda Wulan, apakah engkau tidak bisa memberikan
kesempatan padaku untuk berbicara"!"
"Aku mempunyai urusan yang sangat penting untuk aku
selesaikan. Hiyyah.. hiyyah!!" Anting Wulan berkata dingin dan
datar. "Bu, kurangi kecepatan si Tunggul. Ibu sudah
meninggalkan murid-murid Ibu."
"Heeh, bodoh! Murid-murid tak berguna?" Anting
Wulan merutuk dan memaki dalam hati. Jelas bukan
kebodohan murid-muridnya yang menjadi penyebab. Hatinya
lah yang tengah sangat kacau karena bertemu kembali dengan
suaminya, suami yang membuat perasaannya berkecamuk
dengan dahsyat. Sebenarnya dia sangat enggan bertatap muka
dengan suaminya. Dan setelah mengetahui suaminya berada
dibelakang rombongan itu, tanpa sadar Anting Wulan telah
memacu si Tunggul dengan lebih cepat. Akhirnya Anting Wulan
berseru, "Kurangi kecepatanmu Tunggul!"
617 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Apakah Ibu tidak akan beristirahat" Sudah cukup lama
kita berkuda. Murid-murid Ibu tidak akan sanggup berlari
sampai setengah hari terus-menerus?"
"Mereka sanggup?"
"Mereka tidak akan sanggup! Kita harus berhenti Bu?"
bantah Kayan. "Kita akan berhenti nanti menjelang sore hari di pantai
selatan. Di tempat tujuan kita." Anting Wulan tetap berkeras.
"Ah, kita harus berhenti. Berhenti!!!" seru Kayan
Manggala. "Yah, baiklah" kita akan berhenti." Anting Wulan
menyerah pasrah. "Kemanakah sebenarnya tujuanmu, Kayan?" raden
Saka Palwaguna membuka pembicaraan.
"Pantai selatan, kami akan ke pantai selatan." jawab
Kayan Manggala. "Hmm, aku harap engkau tidak membuat malu diriku
dengan sikapmu. Peliharalah sikapmu Tuan Saka. Muridmuridku akan menonton pertunjukkan murahan ini?" mata
Anting Wulan mengirimkan pesan jiwa pada Saka Palwaguna.
"Ohh,.. aku mengerti Wulan. Aku tidak akan berbua
apapun yang dapat membuat malu dirimu. Tetapi
618 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
perkenankanlah aku mendampingi dirimu. Jangan buat malu
dirimu pula dengan sikapmu." balas Saka Palwaguna.
"Bagus. Jika demikian peliharalah sikapmu. Tutup
mulutmu!" "Iya,.. iya. Aku mengerti Wulan. Aku mengerti Dinda
Wulan." Anting Wulan menggamit putranya. Dan mengajaknya duduk
menjauhi Saka Palwaguna. Sementara Saka Palwaguna duduk
bersemedhi memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian, setelah makanan siap. Asap daging
burung bakar serta kelinci menusuk hidung, mereka pun mulai
bersantap. Akan tetapi Kayan kembali dirasuki oleh perasaan
gelisah. "Eh," bagaimana dengannya Bu?"
"Biarkan saja, kau tak perlu mengurusinya." jawab
ibunya pendek. "Tapi Bu?" "Biarkan saja!"
"Maaf, Bu" saya akan memberikan sepotong daging
kelinci bakar ini padanya."
"Heehhh?" dengus Anting Wulan kesal.
619 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ini, aku bawakan makanan untukmu?" Kayan
menyodorkan daging kelinci bakar yang dialasi dengan daun
jati. "Terima kasih, perutku memang sudah terasa lapar,"
kata Saka Palwaguna girang. Langsung saja kelinci bakar itu
disantapnya dengan lahap.
"Cepat selesaikan makan kalian! Kita akan segera
melanjutkan perjalanan!" Anting Wulan tiba-tiba berdiri dan
berseru dengan masam ke arah murid-muridnya.
Beberapa saat kemudian,"
"Jangan terlalu cepat, murid-murid Ibu tidak akan
sanggup mengikuti lari si Tunggul?" Kayan Manggala berusaha
agar ibunya tidak memacu si Tunggul terlalu cepat. Dia
berharap Ayahnya tidak tertinggal.
"Mereka semua sudah mengisi perut!" ketus sekali
jawaban Ibunya. Anting Wulan terus memacu si Tunggul. Raden Saka Palwaguna
dengan santai mengikuti derap si Tunggul yang berlari dengan
kecepatan biasa. Sementara murid-murid Kembang Hitam
segala kecepatan larinya untuk mengimbangi kecepatan lari si
Tunggul. (16) Pada kisah yang lalu diceritakan, Anting Wulan menuju
goa karang di pantai selatan bersama dengan murid620 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
murid Kembang Hitam, Kayan, dan juga raden Saka
Palwaguna suaminya. Menjelang malam hari mereka tiba di tempat tujuan mereka.
"Mari, masuklah. Jangan ragu-ragu. Didalam sana tidak
terlalu gelap. Cahaya bulan dan bintang menembus dari mulut
goa karang. Mari?" "Di sinilah tempat kalian. Tempat ini cukup luas untuk
kalian bersama-sama tinggal. Kalian boleh mengambil tempat.
Malam ini aku akan menemani kalian di sini. Tapi besok pagi
aku akan meninggalkan kalian untuk mencari Lastri."
"Kayan, beristirahatlah. Jika kau ingin tidur, kau boleh
mengambil tempat yang kau rasakan enak untuk kau tidur. "
"Ah,.. iya. Iya Bu."
Kayan Manggala duduk bersandar. Matanya dipentang lebar
dan bergerak kesana kemari mencari Saka Palwaguna, laki-laki
yang selalu menggelisahkan hatinya. Dan ketika matanya
tertumbuk pada tubuh orang yang dicarinya, dia menarik nafas
dalam-dalam. Matanya mulai dipejamkan. Dan tidak berapa
lama kemudian, bocah yang hampir berusia empat belas tahun
itu telah pulas tertidur.
Beberapa saat telah berlalu. Malam menjadi semakin larut.
Tiba-tiba saja kenikmatan tidur Kayan Manggala yang diusap
semilir angin laut dirusak oleh guncangan tangan seseorang.
"Raden," raden," bangun raden," raden?"
621 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ah,.. ada apa" Eh, bibi Ningrum"!"
"Ah" ibu," ibu raden,"sekarang tengah bertempur
dengan laki-laki itu."
"Ah"! di mana mereka?" kata Kayan Manggala tercekat.
"Di luar goa karang ini, Raden. Kami mendengar suara
gerak dan bentakan beberapa belas tombak dari goa karang ini.
Dengarlah raden," dengarlah?" mata Ningrum jelalatan
berusaha mengajak Kayan untuk mendengar suara
pertempuran di kejauhan. "Ah, sekarang tidak begitu jelas lagi?"
"Aku akan melihatnya keluar."
"Itu," itu dia disana! Kami tidak boleh meninggalkan
goa karang ini sebagaimana perintah ibu Raden."
Diantara deburan ombak laut selatan, Kayan Manggala sayupsayup mendengar suara orang yang tengah bertempur. Bocah
berusia hampir empat belas tahun itu tetap tegak berdiri.
Matanya memandang ke arah mana terdengar suara
pertempuran. "Raden tidak menghentikan mereka"! Cepatlah Raden.
Sebelum salah seorang dari mereka mendapat celaka.
Bukankah mereka," eh" kedua orang itu adalah ibu dan juga
ayah Raden"!" Ningrum bertanya dengan cemas.
622 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Bibi Ningrum, tolong sampaikan pada mereka,
terutama pada ibuku bahwa aku pergi. Dan jangan mencoba
mencari aku lagi." "Eh Raden, raden tidak boleh melakukan hal itu. Sudah
cukup lama raden berpisah dengan ibu dan juga ayah Raden."
"Dengar Bibi Ningrum, katakan aku tidak ingin ibuku
mencariku. Biarkan aku hidup sendiri. Aku pergi! Huuppp!!"
selesai berkata demikian, Kayan Manggala segera berlari dan
melompati punggung si Tunggul. Kuda Putih perkasa itu
langsung melesat membawa tubuh bocah itu.
"Nyai Guru!.. Nyai Guru!.. Simpan Nyai" Nyai! Kayan
putra Nyai pergi!" dengan panik Ningrum berlari dan berteriakteriak menuju kedua orang yang tengah bertarung itu.
"Apa katamu" Kayan pergi"!" Bukankah dia sedang
tidur"!" "Aa" Ampun" Ampun Nyai Guru. Saya tidak ingin ada
yang celaka diantara Nyai dan tuan Saka. Karena itu saya
membangunkan Kayan putra Nyai untuk menghentikan
pertarungan Nyai?" "Bodoh! Tolol! Hehh" Kemana arah perginya?"
"Kayan berpesan agar Nyai tidak usah mencarinya?"


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah"!..." Anting Wulan tertegun.
"Iya, Nyai" Dia," Dia berkata ingin hidup seorang diri.
623 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Dan,"eeh"ehh"
mencarinya." Nyai" Nyai jangan mencoba untuk "Ningrum, kemana perginya anakku itu?" tanya Saka
Palwaguna. "Ke arah sana, tuan," Ningrum menunjuk ke arah barat.
"Ah," aku harus mengejarnya. Hupp!" Saka Palwaguna
langsung melesat mengerahkan aji Kidang Mamprung ke arah
yang ditunjuk Ningrum. "Kembalilah ke goa karang itu. Dan jangan coba-coba
keluar dari sana sebelum aku kembali. Kau mengerti?"
"I..Iya Nyai." "Sampaikan itu pada kawan-kawan yang lain. Aku pergi.
Hupp!!" Anting Wulan melesat cepat ke arah mana yang
ditunjukkan Ningrum. Arah yang dilalui raden Saka Palwaguna.
Anting Wulan berlari sambil menangis. Beberapa saat saja, dia
telah berhasil mengejar raden Saka Palwaguna yang lari lebih
dahulu. "Hoii Dinda Wulan," tunggu. Engkau tidak akan berhasil
melunakkannya dengan cara begitu. Dinda Wulan! Dinda
Wulan!" seru Saka Palwaguna setelah berhasil terlewati oleh
Anting Wulan. "Oh, kanda Saka benar. Kepergian anakku Kayan adalah
karena sikapku yang kaku. Kepergiannya adalah karena
kekecewaan hatinya. Oh,"iya. Dia pasti menghendaki akau
624 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
kembali bersatu dengan suamiku. Apa yang dapat aku lakukan
untuk menghadapi kekerasan hati anakku Kayan kelak jika aku
berhasil mengejarnya"!?" batin Anting Wulan terisak. Dia
membenarkan seruan suaminya tadi. Jiwanya terguncang
keras. Hal mana hal itu berakibat fatal pada aliran tenaga dalam
tubuhnya yang tengah dikerahkkan untuk menumpu ilmu
Kidang Mamprung. Tak ayal lagi, tubuhnya ambruk seiring
pandangannya yang menjadi gelap. Mulutnya berseru
pendek,"Ooh!" Sementara itu, Raden Saka Palwaguna terus mengejar ke arah
mana Anting Wulan menghilang. Laki-laki perkasa murid
perguruan Goa Larang yang kini telah menjadi mahawira dari
kerajaan Mataram agung berlari terus hingga pagi hari.
Saka Palwaguna menghentikan larinya. Nafasnya sudah sangat
memburu. Dia berjalan tergontai, lalu jatuh terduduk. Dadanya
kembang kempis. Kepalanya lalu terkulai, "Oh.. Hyang Jagad
Dewa Bethara" aku lari tiada henti hingga pagi menjelang. Ah,
aku tidak kuat lagi" Ahh?"
Dengan susah payah, Saka Palwaguna membalik badannya
sehingga kini tubuhnya terlentang. Ditatapnya langit diatasnya.
"Angkasa raya demikian gelapnya," seharusnya langit
sudah mulai disinari mentari pagi. Agaknya hari akan hujan. Oh,
kegelapan diatas sana bukan lagi sisa-sisa dewa malam. Tetapi
awan hujan yang tebal?" pikir Saka Palwaguna setelah dia
menengadahkan kepalanya ke angkasa. Dan belum sempat
pikirannya itu berlanjut, kilat telah menyambar membelah
625 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
angkasa diatasnya. "Tidak salah dugaanku, kemana aku harus berlindung"
Sebentar lagi hujan akan turun. Oh, tetapi kakiku rasanya tak
sanggup lagi untuk kubawa berjalan. Oh,.. Tidak ada jalan lain,
kecuali ke bawah pohon besar itu?" dengan nafas memburu,
Saka Palwaguna nyaris merangkak ke arah sebuah pohon
beringin besar di hutan itu.
"Ahhh?" terdengar suara rintihan lamat-lamat.
"Hah"!" Sepertinya aku mendengar suara orang
merintih. Sepertinya di sebelah depan sana. Akan ku lihat."
dengan menguatkan dirinya Saka Palwaguna bangkit dan
berjalan ke arah suara yang didengarnya. Dan, tak lama
kemudian dia menemukan sesosok tubuh perempuan yang
sedang tergeletak lemah, "Oh,.. bukankah," bukankah itu
Wulan"! Oh, Iya" Anting Wulan istriku."
"Wulan," Wulan,"apa yang terjadi denganmu"
Wulan" Dinda Wulan!" Saka Palwaguna berhasil mendekati
Anting Wulan. Dia memanggil-manggil istrinya yang setengah
sadar. Tangannya segera memeluk tubuh istrinya, "Oh,
tubuhnya panas sekali. Apa yang terjadi dengan dirinya"
Mengapa bisa tiba-tiba seperti ini" Ahh, hujan mulai turun"
Aku harus membawanya mencari perlindungan."
Biasanya, mudah bagi Saka Palwaguna untuk menggendong
Anting Wulan. Akan tetapi, saat ini payah sekali bagi Saka
Palwaguna untuk dapat membopong tubuh istrinya. Beberapa
kali nyaris Anting Wulan terjatuh dari gendongannya.
626 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Oh, " oh celaka! Hujan turun! Tubuh Wulan tidak
boleh terkena hujan dalam keadaan seperti ini. Uppp!! Hahh!
Hahhh! Oh"! Apa itu!" Sepertinya sebuah gua?"
Di dalam keremangan cahaya hujan, mata raden Saka
Palwaguna sempat melihat sebuah gua kecil di tebing batu.
Dengan segera raden Saka Palwaguna masuk kedalam gua kecil
itu. Tetapi ternyata gua itu hanya merupakan ceruk yang tidak
lebih dari satu tombak dalamnya.
"Uh," goa ini kecil dan pendek. Tetapi cukup lumayan
untuk melindungi istriku dari siraman hujan yang lebat. Oh,...
Aku harus merapat benar ke ujung goa agar tidak terkena hujan
yang terbawa angin." Saka Palwaguna terus berusaha merapat
ke ujung goa kecil itu. "Wulan," dinda Wulan" " Saka Palwaguna berusaha
menyadarkan istrinya. "Oh, dingin" dingin sekali,?" terdengar suara rintihan
Anting Wulan. Saka Palwaguna sangat kebingungan, "Oh, Hyang Jagad Dewa
Batara hentikanlah hujan ini. Istriku Wulan membutuhkan
perawatan. Aku tidak mungkin merawatnya di tempat seperti
ini." Raden Saka Palwaguna memeluk tubuh istrinya yang merintih
seakan-akan kehilangan kesadaran. Air mata sang mahawira
dari Mataram mengalir membasahi wajah Anting Wulan yang
berada di dalam dekapannya. Sementara hujan menjadi
semakin deras. Air mulai memasuki gua kecil itu. Kaki raden
627 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Saka Palwaguna mulai digenangi air hujan yang sedikit-demi
sedikit mulai masuk kedalam gua.
"Oh, Hyang Jagad Dewa Bethara! Hentikanlah hujan ini!
Aku harus menolong istriku Wulan!!" bentak raden Saka
Palwaguna seraya mendongak ke langit.
Teriakan raden Saka Palwaguna hanya disambut oleh halilintar
yang menggelegar. Sementara itu hujan terus turun dengan
derasnya. Akan tetapi air hujan yang menggenangi kaki raden
Saka Palwaguna justru semakin lama semakin hilang.
"Ohh, air yang menggenangi kakiku" justru semakin
menyusut" Oh, aneh sekali. Rupanya ada lubang yang cukup
besar disampingku ini" Oh, lubang apa ini"! Hiihhh" Hihhh?"
Saka Palwaguna memperhatikan hal tersebut. Dia menyadari
ada sebuah lubang di samping kakinya. Dengan kakinya, dia
berusaha mengorek lubang tersebut. "Hei, lubang ini semakin
membesar. Sepertinya," sepertinya?"
Tanpa banyak berpikir lagi, Saka Palwaguna mengerahkan
tenaga yang tersisa. Di pukulnya dinding tanah diatas lubang
yang sempat digalinya tadi. "Hiyy"aahhh!!!"
"Lubang apa ini"!" gumamnya setelah melihat
beberapa bagian mulai rontok terkena pukulannya. Kali ini dia
mengerahkan tenaga dalamnya untuk melakukan gempuran
yang lebih kuat lagi. "Oh, rupanya gua kecil tadi merupakan pintu dari gua
yang lebih besar. Ooh, terima kasih dewata, tempat ini cukup
baik untuk merawat istriku. Cahaya matahari jika tidak sedang
628 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
turun hujan tentu dapat masuk melalui celah itu. Ohh,
berbaringlah disini kau Wulan. Aku akan mengusahakan sebuah
perapian untukmu. Jika mataku tidak salah, itu adalah
tumpukan kayu-kayu kering. Oh, dewata kau telah
menyediakan sebuah tempat yang tepat untukku." girang sekali
hati Saka Palwaguna. Raden Saka Palwaguna kemudian membuat perapian dengan
kayu-kayu kering yang tersedia di sudut gua bawah tanah. Dan
beberapa saat kemudian setelah perapian menyala"
"Oh," ah iya. Kau harus lebih dekat lagi ke perapian ini
Wulan." Raden Saka Palwaguna kembali membopong tubuh
Anting Wulan dengan susah payah, untuk lebih menghangatkan
tubuh istrinya. Anting Wulan mengeluh. Tepatnya mengigau.
"Wulan, dinda Wulan. Apakah engkau tidak dapat
mendengarkan suaraku?"
"Ohh," dingin" Dingin sekali?"
"Dinda"!" "Oh, aku harus berbuat apa padamu" Tubuhmu panas
seperti ini?" Raden Saka yang tidak tahu harus berbuat apa
hanya dapat mengurut-urut leher dan bagian punggung
istrinya. Dan kemudian mengawasi istrinya dengan air mata
yang berlinangan. Beberapa saat kemudian, hujan pun mulai menjadi reda. Dan
matahari mulai bersinar dari celah dinding goa karang.
629 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Oohh,?" Anting Wulan mengeluh.
"Dinda" Dinda Wulan,?"
"Siapakah kau"!" suasana gua itu belum terang benar.
"Aku suamimu, Saka." sambil tersenyum Saka
Palwaguna memperkenalkan dirinya. Tapi senyum itu tak
tampak ditengah gua yang masih agak gelap.
"Oh, dimanakah aku berada"!"
"Kita masih tetap di alam dunia. Kita belum sampai di
nirwana. Ah, apa yang terjadi pada dirimu dinda Wulan"
Mengapa engkau menjadi seperti ini?"
Anting Wulan tidak menjawab, dia hanya terisak. Dia teringat
putranya. "Kayan" Kayan," dimanakah putraku Kayan?"
"Kayan tidak apa-apa. Kita akan segera menemukannya
Dinda. Ah, bagaimanakah keadaanmu"!"
"Sebaiknya engkau pergi saja. Jangan mengurus diriku."
isak Anting Wulan. "Tetaplah berbaring Dinda Wulan. Keliatannya engkau
masih lemah." "Oh, tenagaku" tenagaku tak ada lagi" Oh apa yang
terjadi dengan diriku?"
630 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Aku menemukanmu pingsan di rerumputan. Dan
bajumu telah basah sebelum hujan turun."
"Oh, aku jatuh tidak sadarkan diri disebuah sungai kecil
yang dangkal. Ya, ketika aku sadar aku sempat merangkak
keluar dari sungai kecil itu" sesudah itu aku tidak tahu lagi apa
yang terjadi dengan diriku. Kanda Saka kah yang kemudian
menemukan aku?" Anting Wulan terus merenung berdiam diri.
Pertanyaan-pertanyaan raden Saka tidak digubrisnya lagi. Dia
mulai mencoba untuk mengembalikan kekuatan tenaga
dalamnya yang lenyap dengan begitu saja.
(17) Pada kisah yang lalu diceritakan, Raden Saka
Palwaguna yang menemukan tubuh istrinya yang tidak
sadarkan diri membawanya ke sebuah gua kecil di
tengah hutan. Ketika raden Saka tengah diamuk oleh
rasa gelisah akan keadaan istrinya yang diserang
demam, secara tidak sengaja dia menemukan sebuah
gua bawah tanah di tempatnya bernaung. Setelah
hujan berhenti, beberapa saat berikutnya Anting Wulan
pun mulai tersadar. "Dinda" Dinda Wulan,?"
"Oohh,?" Anting Wulan mengeluh."Siapakah kau"!"
"Aku Saka, suamimu,.." jawab Saka Palwaguna.
"Kayan" Kayan," dimanakah putraku Kayan" Oh,
tenagaku" tenagaku tak ada lagi" Tubuhku lemas sekali."
631 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Tetaplah berbaring Dinda Wulan. Keliatannya engkau
masih lemah. Diamlah."
?" Oh apa yang terjadi dengan diriku" Mengapa aku
bisa berada di tempat ini?"
"Aku tidak mengerti dinda Wulan. Aku justru
menemukanmu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Pakaianmu
basah, padahal hujan saat itu belum lagi turun."
"Oh, rupanya aku jatuh tidak sadarkan diri disebuah
sungai kecil yang dangkal. Oh, karena ketika aku tersadar aku
sudah ada di dalam sungai. Dan kemudian aku merangkak
keluar. Sesudah itu aku tidak tahu lagi. Aku tidak sadarkan diri
lagi. Setelah itu, mungkin Kanda Saka yang kemudian
menemukan aku. Ohh?"
"Dinda Wulan, hujan telah berhenti. Sebaiknya kita
meninggalkan tempat ini. Kita mencari tempat yang baik untuk
merawat keadaanmu. Engkau pasti membutuhkan bubur
hangat, air hangat."
"Tidak perlu, biarlah aku di sini saja. Aku dapat sembuh
dengan sendirinya." "Tidak mungkin. Tidak mungkin Dinda. Kau akan
bertambah parah. Kau juga membutuhkan ramuan-ramuan
untuk menurunkan demammu. Kita harus mencari tempat yang
baik. Setidak-tidaknya pondok petani di pinggiran hutan."
"Ooh," Oh," Oohh," " kembali Anting Wulan
mengeluh. Tubuhnya menggigil.
632

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Wulan, Wulan," Dinda Wulan. Wulan"! Oh, celaka
panasnya kembali menjadi semakin tinggi. Aku harus
membawanya keluar dari tempat ini."
Raden Saka Palwaguna bergegas menuju tempat dimana dia
masuk. Akan tetapi dalam remangnya cahaya, secara tidak
sengaja kakinya terantuk sebuah kotak kayu.
"Oh! Setan! Apa itu"!"
Dalam keremangan cahaya sambil mengucapkan sumpah
serapah, mata Raden Saka Palwaguna tertumbuk dengan
sebuah patung garuda yang tidak lebih dari satu jengkal
tingginya. Sesaat raden Saka tertegun melihat indahnya hasil
pahatan patung itu. Akan tetapi,"
"Gila! Tolol! Kenapa aku diam saja"! Aku harus segera
menolongmu, Dinda. Hupp!!" Raden Saka melesat cepat sambil
memondong tubuh istrinya.
Tidak berapa lama di hadapannya nampak sebuah desa kecil.
Tanpa membuang waktu lagi, raden Saka menuju pondokan
terdekat di pinggir desa itu. Dia mengetuk pintu pondokan
tersebut tiga kali. "Sampurasun!..."
"Rampess" Eh, Sebentar?" suara jawaban dari dalam
pondokan itu. "Nyai, tolonglah. Apakah saya dapat menggunakan
633 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
pondokan nyai untuk merawat istri saya yang terluka"!"
"Oh, tentu" tentu. Silakan masuk Tuan. Mari."
"Letakkanlah di balai-balai itu, apa yang terjadi pada
istri Tuan?" "Dia mendapat demam yang tinggi. Tubuhnya panas
sekali." "Hmm ya ya, bisa saya melihatnya?"
"Silakan Nyai, silakan. Lihatlah. Tolonglah jika Nyai bisa
menolongnya." "Hmm iya, panas tinggi sekali."
"Hmm iya, Nyai. Panasnya tinggi sekali. Maka dari itu
saya bawa kemari, Nyai. Mari Nyai."
"Hmm, biarlah. Saya buatkan ramuan untuk
menurunkan panas tubuhnya. Tuan jaga saja dan perhatikan
keadaannya. Jika ingin mengompresnya, Tuan bisa mengambil
air di belakang pondok ini."
"Baik, Nyai?" "Dan, kain kecil itu bisa Tuan pergunakan."
"Iya, Nyai." Wanita setengah baya itu kemudian bergegas ke dapur untuk
634 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
mempersiapkan ramuan penurun panas. Beberapa saat
kemudian setelah siap ramuan itu, dibalurkan ke tubuh Anting
Wulan. Dan ramuan yang harus diminum diberikan sedikit demi
sedikit dengan mempergunakan sendok. Anting Wulan
akhirnya tertidur pulas. "Biasanya setelah terbangun panasnya akan turun.
Tuan dapat beristirahat di sampingnya. Balai-balai itu cukup
besar Tuan?" "Biarlah saya menunggunya, Nyai. Eh" Nyai bersama
siapakah tinggal" Sepertinya itu ada pakaian laki-laki yang
tergantung, Nyai"!"
"Iya, suami saya sedang ke sawah."
"Ke sawah, Nyai?"
"Biasanya menjelang sore, dia baru kembali. Dan tuan
bisa berkenalan dengannya nanti."
Saka Palwaguna tertawa ramah, "Terima kasih Nyai. Nyai telah
menyelamatkan nyawa istri saya. Suatu saat saya akan
membalas budi Nyai yang tidak terhingga ini."
Perempuan pemilik pondok itu pun terkekeh senang,
"Sudahlah. Lupakan saja semua ini. Kita sebagai manusia
memang harus saling membantu. Saling tolong menolong.
Hmm, oya sudah lah. Saya akan ke dapur. Sebentar lagi jika istri
tuan terbangun, bubur hangat sudah harus tersedia dan untuk
Tuan kami hanya menyimpan ikan kering untuk lauk."
635 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Nyai tidak usah memikirkan saya. Eh," Apa yang Nyai
buat untuk istri saya sudah merupakan karunia yang tidak
terhingga sekali." tersenyum rikuh.
"Hehehehe, lucu. Lucu sekali. Jika begitu, nanti jika
istrimu sudah sembuh. Ganti engkau yang ku rawat."
Raden Saka kemudian memandang kembali pada istrinya,
Anting Wulan yang tengah pulas tertidur. Hampir tidak
berkedip dia memandang wajah yang telah dirindukan selama
belasan tahun. Dan tanpa terasa matanya mulai dirayapi oleh
rasa kantuk yang tidak tertahankan. Raden Saka menggeser
tubuhnya ke sudut balai-balai dan bersandar di dinding bilik.
Sampai akhirnya pulas tertidur.
Sementara itu, di keraton Sunda"
"Bibi! Bibi dayang merah!"
"Yaaaa!" Iya tuan putri"!"
"Apa ini"! Lihat! Apa aku minta ayam kalkun" Apa
telinga bibi tidak bisa mendengar dengan baik!?"
"Eh.. eh.. eh" Iya. Iya tuan putri. Tetapi saat ini
persediaan rusa telah habis. Dan baru saja paman Jalimur
mencari rusa ke pasar, dan bahkan mengirim beberapa prajurit
untuk mencari rusa-rusa di hutan Ciremai."
"Aku tidak butuh kalkun ini! Angkat cepat! Atau akan ku
lempar piring kalkun ini ke wajahmu!"
636 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Eh" eh,.. Iya" Iya" tuan putri"
"Dan segera bersihkan beling yang berantakan itu!"
"Baik," baik tuan putri."
"Ada apa Paramudita?"
"Oh, ibunda kembali?"
"Apa yang terjadi" Mengapa piring itu pecah
berantakan dan engkau berteriak sekeras itu" Bunda dapat
mendengarnya tadi." "Ehmm,.. tidak" tidak ada apa-apa bunda. Bibi dayang
merah memecahkan piring itu, dan?" mata bocah perempuan
berumur tiga belas tahun itu berputar-putar cepat. Dia
mencari-cari alasan. Dan dia pun segera mengalihkan
pembicaraan, "Oya, dimana ayahanda?"
"Ayahandamu sedang membersihkan tubuh." Cempaka
maklum bahwa putrinya sedang berusaha mengalihkan
pembicaraan, maka dia menasihati putrinya dengan lembut.
"Dengar Paramudita, Ibu tidak mau mendengar suara dan
sikapmu yang kasar. Kau seorang wanita, tidak baik bersikap
seperti tadi?" "Iya Bu, saya mengerti," kata Jaga Paramudita sambil
tertunduk. "Ah," ayahandamu ingin bertemu. Pergilah. Jumpai
637 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
beliau." "Iya Bu. Ibu pergilah dahulu. Saya akan membantu bibi
dayang merah membersihkan piring yang pecah ini."
Cempaka tersenyum pada putrinya, "Bagus. Ibu senang
dengan sikapmu itu. Ibunda menunggumu di bilik, ya!?"
Beberapa saat setelah Cempaka pergi, dayang merah kembali
untuk membersihkan pecahan-pecahan piring.
Jaga Paramudita mendengus, kemudian dengan mata
mendelik dia mengancam dayang pengasuhnya, "Hehh, bibi
dayang merah! Dengar! Ibuku sempat mendengarkan
teriakanku tadi. Awas! Jika sampai ibuku tau bawa aku yang
memecahkan piring itu," kau akan tau sendiri akibatnya. Kau
tau kan aku sudah belajar beberapa jurus ilmu silat. Aku dapat
membuat bibi kesakitan. Ini, walau tanganku kecil. Tapi dari
paman Jangkung aku telah diberitahu bagian tubuh seseorang
yang sangat lemah. Yang disentuh dengan tanganku ini pun
akan dapat menimbulkan rasa sakit."
"Eh.. eh, Iya tuan putri. Saya mengerti"
"Hmm, tunggu! Tunggu dulu bibi dayang merah, perlu
buktinya!" "Eh" eh" Jangan tuan putri. Ah.. ah" hamba tidak
berani. Jangan?" "Diam, jangan berteriak bodoh!" Jaga Paramudita
mendelik. 638 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ah,.. ah.. iya iya" iya tuan putri."
"Hmmm, ini" disini" disekitar tempurung dengkul bibi
juga ada. Hmmm, ah disini! Hiiihh" Jaga Paramudita meraba
kaki dayang merah, lalu menekan salah satu urat di sekitar
dengkul pengasuhnya dengan gemas. Dayang merah
menggelinjang kesakitan. Tapi dia tidak berani berteriak
dengan keras. "Ah" ah.. aduuhh" aduuuh" Su.. su"Aduh.. Sudah
tuan putri. Aduh. Aduh sakit." Dayang merah meringis
menahan sakit, tangannya berusaha menepiskan tangan kecil
Jaga Paramudita yang menekan dengkulnya.
Jaga Paramudita tertawa menang kemudian berkata
mengancam, "Hehehehehe, makanya jangan coba untuk cerita
apapun tentang kejadian tadi!"
"I" iyah" iyah" hamba berjanji tuanku. Hamba
berjanji." Setelah Jaga Paramudita mengancam dan menganiaya dayang
pengasuhnya, dia segera menemui kedua orang tuanya. Prabu
Purbaya bersama permaisurinya yang baru saja kembali dari
perjalanannya memburu siluman merapi melepas rindunya
pada Jaga Paramudita, putri kesayangannya. Setelah
beristirahat beberapa saat, menjelang malam hari Ki Pandu
Permana memohon menghadap untuk melaporkan beberapa
hal selama sang Prabu tidak berada di istana.
"Hmm, keadaan cukup tenang di istana maupun kota
639 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
raja. Tidak ada kejadian apapun. Tetapi, hmm.. penjagaan yang
sedikit berlebihan selama kepergian tuanku pada hari-hari
pertamanya sempat menimbulkan tanda tanya dan
kegelisahan" "Hmm, lalu apakah tidak ada tamu dari kerajaan lain
yang datang berkunjung?"
"Hmm, iya iya" kemarin ada utusan dari" kerajaan
Taruma Negara menyampaikan surat ini, tuanku." kata Ki
Pandu Permana sambil merogoh kantungnya, kemudian
sebuah gulungan lontar disampaikannya kepada Prabu
Purbaya. Prabu Purbaya membuka gulungan
membacanya, wajahnya tersenyum cerah.
lontar. Setelah "Hmm." Sang Prabu tersenyum "Adik Burangrang akan
mengunjungi istanaku. Tanggal sepuluh bulan depan. Penguasa
Taruma Negara akan datang berkunjung. Ahh.. Paman, tolong
urus persiapannya." "Kita masih mempunyai waktu dua belas hari lagi,
Tuanku. Tuanku tidak perlu khawatir. Hamba akan
mengurusnya dengan sebaik-baiknya."
"Lalu apakah ada hal lain yang ingin paman sampaikan?"
"Emm, eh" Ah, ada" Ada tuanku." Ki Pandu tampak
bimbang. "Apakah itu paman?"
640 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Eh,.. ampun. Ampunkan hamba sebelumnya Tuanku.
Hamba," hamba ingin melaporkan sesuatu yang mungkin
kurang berkenan di hati Tuanku."
"Hei?" Prabu Purbaya terheran, "Apakah itu paman"
Hal apakah itu" Ceritakanlah. Janganlah paman ragu."
"Eh, hamba"hamba akan menceritakan perihal tuanku
putri Jaga Paramudita."
"Putriku"! Ada apa dengan putriku paman?"
"Ampunkan hamba tuanku. Hamba mohon, tuanku
tidak menjadi marah dan menghukumnya. Pramudita masih
seorang bocah, tuanku."
"Ceritakanlah paman, ada apa dengan putriku?"
Purbaya makin penasaran. "Sikap tuanku Pramudita semakin menjadi-jadi saja,
Tuanku" Hmm, ampun tuanku jika hamba menggunakan istilah
itu. Sikap putri Paramudita semakin nakal saja. Selama tuanku
bersama tuanku permaisuri meninggalkan istana, tuanku putri
Paramudita tidak dapat hamba kendalikan. Dia sering sekali
keluar istana. Bahkan kini, dia berani keluar secara diam-diam."
"Heeh"! Benarkan demikian paman Pandu"!"
"Ampunkan hamba, tuanku. Semula" tuan putri
memaksa seorang prajurit untuk menemaninya keluar. Hamba
tidak mampu menghalanginya. Tuan Putri mengamuk,
641 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
melempar barang-barang, memecahkan gelas dan piring."
"Hooh" Kurang ajar Paramudita. Ah, apa lagi yang telah
dilakukannya selama aku tidak berada di istana?"
"Kemaren, walaupun hamba telah mengamat-amatinya
dia tetap saja keluar dari istana tanpa setau hamba."
"Heeh"! Bagaimana bisa begitu Paman Pandu"!"
"Seluruh penjaga pintu keluar memperhatikan perintah
hamba. Tetapi menjelang siang hari, seorang pengurus istal
istana yang tugasnya membawa rumput kuda serta kayu bakar
melaporkan pada hamba, bahwa di luar gerbang istana tuanku
putri Paramudita tiba-tiba saja muncul di atas pedatinya."
"Heeh!" Bagaimana bisa begitu Paman!?"
"Rupanya tuan putri Paramudita bersembunyi diantara
tumpukan karung-karung yang kosong di atas pedati itu,
Tuanku." "Hoohh! Anak itu harus aku beri hukuman!"
"Ah,.. Ampunkan hamba, Tuanku. Satu hal lagi yang
mungkin dapat tuanku selesaikan dengan kebijaksanaan
tuanku" Adalah,?" Ki Pandu bagai mengumpulkan
keberaniannya, kemudian melanjutkan "Seorang bocah lakilaki yang menjadi korban tuanku putri?"
"Korban"!?" Prabu Purbaya berseru kaget, "Apa yang


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilakukan Paramudita, Paman"! Ceritakanlah!!"
642 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Prabu Purbaya nampak menjadi semakin berang mendengar
cerita Ki Pandu Permana. Dadanya berdebar, hatinya menjadi
gelisah memikirkan sikap putrinya.
(18) Pada kisah yang lalu diceritakan, Prabu Purbaya
dikejutkan oleh berita tentang kenakalan putrinya, Jaga
Paramudita, yang disampaikan oleh Ki Pandu Permana,
wakilnya. "Satu hal lagi yang mungkin dapat tuanku selesaikan
dengan kebijaksanaan tuanku" adalah," Eh" Eh"Seorang
bocah laki-laki yang menjadi korban tuanku putri?"
"Korban"!?" Prabu Purbaya berseru kaget, "Apa yang
dilakukan Paramudita, Paman"! Ceritakanlah dengan sejelasjelasnya!!"
"Kemarin siang, setelah hamba mendapatkan berita
kepergiannya dari kusir pedati. Hamba yang merasa khawatir
karena tanggung jawab itu mencari tuan putri bersama dengan
dua orang pengawal?"
Kemudian Ki Pandu menceritakan kejadian kemarin siang
dengan seksama" "Coba kau tanyakan kepada prajurit di ujung jalan itu.
Apakah dia melihat tuan putri Paramudita berkeliaran disekitar
sini" "Baik tuan." Prajurit tersebut kemudian menghela
643 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
kudanya agar lekas menemui prajurit yang berjaga di ujung
jalan . "Hiyahhh" hiyaahh!"
"Hei, Japra! Apakah engkau melihat tuan putri
Paramudita?" "Hah!" Oh iya" iya. Tuan putri baru saja pergi dari
sana.Dan, ampun tuanku Pandu," eh" tuan Putri telah melukai
seorang bocah laki-laki. Itu, disana rumah bocah itu. Tuanku
dapat melihatnya dari sini kesibukan di muka rumahnya tuan."
"Ohh" aku akan melihatnya ke sana. Kalian berdua
teruskanlah mencari tuan putri. Jika bertemu, katakan aku
memintanya untuk kembali."
"Baik tuanku! Ayo!"
"Ooh, benar-benar keterlaluan Paramudita! Entah apa
yang telah dilakukannya dengan bocah itu." geram Ki Pandu
Permana sambil mengarahkan kudanya.
Kemudian Ki Pandu Permana bergegas menuju pondok di sudut
jalan. Melihat kedatangan pejabat utama dari keraton Sunda,
seluruh penghuni pondok itu menjatuhkan diri berlutut.
"Ampun tuanku, janganlah tuanku menghukum anak
hamba. Kasihanilah anak itu, Tuanku. Mungkin dia yang
bersalah, tetapi hamba mohon Tuanku dapat memaafkannya
dan menyudahi urusan ini, Tuanku. Jika memang Tuanku ingin
memberikan hukuman, berilah hukuman kepada hamba saja,
orang tuanya yang tidak dapat mendidik anak."
"Aah, Aku kemari hanya ingin tahu duduk persoalannya
dan melihat apa yang telah terjadi dengan putramu. Biarlah
hukuman itu kelak baginda yang memutuskannya. Nah, dimana
644 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
putramu?" "Sedang berusaha disembuhkan lukanya, Tuanku.
Mari" mari" silakan tuanku."
Ki Pandu Permana perlahan melangkahkan kakinya diantara
kerumunan orang yang berlutut di dalam pondok itu. Beberapa
laki-laki yang semula berusaha menyembuhkan luka seorang
bocah laki-laki berusia dua belas tahun segera menyingkir dari
balai-balai. Ki Pandu Permana berdiri di samping bocah yang
terlentang lemah. "Ohh, apa yang telah dilakukan Paramudita hingga
bocah ini begini parahnya"!" Ki Pandu Permana segera meneliti
tubuh bocah laki-laki yang tengah terbaring itu, "Hmm, Oh
bagian pinggangnya membiru seperti ini. Agaknya jalan
darahnya telah dibuatnya pecah."
"Putramu tidak apa-apa. Aku akan menyembuhkannya.
Kosongkanlah pondok ini. Suruh mereka yang tidak
berkepentingan untuk keluar."
"Ba..baik Tuanku, baik?"
"Ayo,.. ayo keluar," wah panas sekali di dalam sini?"
berbagai ucapan-ucapan orang yang ada di pondok itu sambil
berjalan keluar. Demikian penuturan Ki Pandu Permana dalam penjelasannya.
"Hamba mengurut jalan darahnya dan menyadarkan
bocah itu. Setelah itu hamba kembalikan semangatnya dengan
645 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
hawa sakti hamba. Bocah itu kemudian sadar kembali, akan
tetapi keadaannya sangat lemah sekali Tuanku."
"Hmm, Paramudita" benar-benar keterlaluan anak itu.
Ooh" tetapi kata-kata orang tua bocah itu sangat menyentuh
hatiku, Paman. Kesediaan dirinya untuk menerima hukuman
atas kesalahan anaknya justru menggugah hatiku. Hukuman
akibat ulah Paramudita adalah akulah yang sepantasnya
menerima. Karena aku tidak berhasil mendidik anakku dengan
sebaik-baiknya?" ucap Prabu Purbaya perlahan, air mukanya
tampak sendu dirundung kesedihan mendalam.
Ki Pandu Permana terkaget melihat junjungannya justru
merasa bersalah atas kejadian tersebut. Walau bagaimana
Prabu Purbaya adalah seorang maharaja yang memiliki banyak
kewajiban yang berada di pundaknya. Beliau maklum akan hal
itu. Dan tidak pada tempatnya jika seorang maharaja
mengalami kesedihan mendalam karena permasalahan seperti
itu. Maka segera dia berkata, "Oh! Ampunkan hamba!
Ampunkan hamba, Tuanku. Bukan maksud hamba
menceritakan hal itu sampai sedemikian jauhnya. Ohh, tidak
Tuanku. Tuanku tidak bersalah. Tuanku adalah seorang
maharaja. Tuanku mempunyai masalah yang sangat banyak.
Kepergian Tuanku meninggalkan istana adalah semata-mata
karena kepentingan rakyat Tuanku. Kepentingan masyarakat
luas. Kepentingan tanah Pasundan ini. Oh, ampunkan Tuanku.
Sesungguhnya Tuanku tidak bersalah!"
"Besok pagi, aku akan menemui keluarga itu. Aku akan
melihat keadaan bocah itu bersama dengan tabib istana. Jika
tidak ada lagi yang akan Paman sampaikan. Paman boleh
kembali beristirahat."
646 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Oh," iya" iya Tuanku. Hamba kira tidak ada lagi.
Hamba mohon diri Tuanku."
"Silakan Paman,?"
Prabu Purbaya kemudian bergegas ke dalam biliknya, mencari
putrinya Paramudita. "Dita! Dita!" "Kanda, ada apakah kanda mencari Paramudita seperti
itu" Apa Dita telah melakukan kesalahan"!"
"Di manakah Dita" Kau akan segera tahu bahwa anak itu
sudah bertindak terlalu jauh. Anak itu sudah terlalu liar!"
"Hei, apa kanda bilang"!"
"Cari segera Paramudita, dinda akan segera tahu apa
yang telah dilakukan anak kita."
Melihat sikap suaminya yang lain dari biasanya, Cempaka
segera bergegas mencari Paramudita di sekeliling istana. Dan
beberapa saat kemudian"
"Hmmm, bagus! Bagus! Duduk di sana!"
"Ehmm," ada apa ayahanda" Apa kesalahan saya"!"
"Apa yang telah engkau lakukan dengan bocah laki-laki
di kota raja ini?" 647 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ehmmm,"ehmmm,?" Paramudita tertunduk dan
tergagap mendapat pertanyaan dari ayahandanya seperti itu.
"Angkat kepalamu! Jangan menunduk seperti itu! Dan
jawab pertanyaanku!"
"Ehmmm, saya" saya berkelahi ayahanda?"
"Heiii"!" Engkau berkelahi dengan anak laki-laki"! Siapa
yang memberimu ijin meninggalkan istana ini, hmm?"
"Ehhmm"ehmmm.."
"Ayo jawab! Engkau keluar seperti seorang pencuri
layaknya! Bersembunyi di atas tumpukan karung di atas pedati.
Begitukan tingkah dan ulah seorang putri raja"!"
"Oh, Dita" kau seorang putri nak. Engkau putri agung.
Putri dari seorang maharaja besar. Jaga sikapmu. Jangan
membuat malu ayahandamu?"
"Tingkahnya tidak hanya membuat malu lagi. Tetapi
telah merusak nama baik keraton ini. Apa yang sudah engkau
lakukan dengan bocah itu" Ayo jawab! Kau apakan bocah itu
hingga terluka sedemikian parahnya"!"
"Ehmm," ehmm," Saya hanya mencengkeram jalan
darah di pinggangnya dan menariknya. Karena bocah itu
menarik rambut saya."
"Oh, kenapa kalian sampai berkelahi" Apakah anak itu
tidak mengenalmu?" 648 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Cukup! Cukup dinda! Jangan coba-coba mengurangi
kesalahan anak kita. Dia telah bersalah meninggalkan istana ini.
Dan aku yakin, dalam perselisihannya itu pun Dita yang
bersalah. Siapa yang telah mengajarimu tentang jalan darah"
Tentang cara mencengkeram"!"
"Ehmm,"ehmm" Kakek Jangkung?"
"Heehh"! Ki Jangkung"! Panggil segera paman
Jangkung!" "Ah, tapi kanda Prabu, bukankah kanda pernah
memberikan perintah padanya untuk memberikan dasar-dasar
olah kanuragan"!"
"Dinda tahu akibat dari cengkraman jalan darah"
Apakah dinda pernah melakukan hal itu, sekalipun dalam
pertempuran dengan musuh?"
"Oh," ya" tidak Kanda. Kita hanya mempergunakan
tepukan ataupun totokan pada jalan darah. Oh, Dita apakah
benar engkau telah diajarkan cara mencengkram jalan darah
oleh Aki Jangkung?" "Ehmm.. Eh,.. Iya ayahanda?"
"Panggil paman Jangkung menghadapku! Dan engkau
Dita, tetap disini!"
Cempaka memerintahkan pengawal dalam yang ada di muka
pintu kamarnya untuk memanggil Ki Jangkung yang merupakan
649 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
salah satu tokoh utama keraton Sunda. Dan tidak beberapa
lama kemudian" "Paman Jangkung, apakah benar paman mengajarkan
ilmu mencengkeram jalan darah pada putriku Paramudita?"
"Eeh," Ampun Tuanku. Ilmu mencengkeram jalan
darah"! Ah, hamba tidak mengerti. Hamba belum mengajarkan
sejuruspun aji yang merupakan gerak serangan."
"Paramudita!" Prabu Purbaya menggeram marah
kearah putrinya. "Ehmm,.. ehmm, tapi apakah yang paman ajarkan
beberapa hari yang lalu itu"!"
"Ahh," itu adalah saluran pernafasan serta jalan darah
yang berhubungan dengan dasar-dasar pelajaran semedhi."
"Nah," itulah ayahanda. Saya mendapatkan pelajaran
dari kakek Jangkung."
"Ampun, Tuanku. Hamba tidak pernah mengajarkan
sejuruspun serangan totokan, tepukan apalagi cengkraman.
Hamba hanya menjelaskan kegunaan dari jalan darah itu. Jalan
darah yang merupakan titik-titik kelemahan dari seseorang,
Tuanku." "Nah," itu ayahanda."
"Apakah gurumu itu mengajarkan cara mencengkeram,
menepuk ataupun menotok"!" Prabu Purbaya kembali
650 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
mendesak putrinya. "Emm,..Ehmm?" "Jawab! Dan jangan coba berdusta!"
"Tidak. Tidak ayahanda,?" Paramudita mulai terisak.
"Lalu dari mana kau dapat melakukan itu" Darimana kau
bisa melukai anak itu Paramudita"!"
"Saya?" Paramudita tetap terisak.
"Oh!" Apa yang telah dilakukan tuan Putri, Tuanku"!" Ki
Jangkung terkesiap. "Dia telah memecahkan jalan darah seorang bocah di
kota raja ini. Jawab Paramudita! Dari mana kau dapat
melakukan itu" Apakah ada seseorang yang mengajarkanmu?"
"Saya" saya hanya ingin sekedar membuktikan
ayahanda. Ingin membuktikan bahwa jalan darah merupakan
titik kelemahan seseorang?" sambil terisak.
"Hyang" Jagad dewa bethara,?" Prabu Purbaya
terhenyak lemas. Begitupun Ki Jangkung benar-benar tak
menduga alasan sepele itu dapat memakan korban.
Ki Jangkung menghela nafas, lalu dia berkata penuh sesal, "Oh,
tuan Putri" Bukankah hamba telah memberitahukan tentang
kegunaan dan kelemahan dari jalan darah itu"!"
651 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Paramudita hanya terisak.
"Hehh, sudahlah. Paman Jangkung, paman tidak
bersalah. Paman boleh kembali. Terima kasih atas keterangan
paman." "Ahh, baiklah Tuanku. Akan tetapi hamba tetap merasa
bersalah. Untuk itu hamba mohon ampun yang sebesarbesarnya karena hamba tidak bisa memberikan pengertian
yang sejelas-jelasnya tentang pelajaran-pelajaran yang hamba
berikan." "Iya, Paman boleh kembali, dan lupakanlah hal ini."
"Terima kasih, Tuanku. Hamba mohon diri?"
"Oh, sudahlah kanda Prabu. Maafkanlah kesalahan
putrimu kali ini. Dia masih seorang bocah."
"Heehh, iya. Kau boleh tidur. Dan besok kita akan
menemui anak itu. Biarlah dia yang menentukan hukuman
balasan untuk dirimu. Aku tidak ingin menang sendiri sebagai
seorang penguasa."

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayahanda tidak boleh bersikap begitu. Ayahanda
adalah seorang raja. Dan dia adalah rakyat ayahanda dan
merupakan seorang hamba."
"Kau tidak boleh mengambil sikap seperti itu
Paramudita. Mereka memang seorang hamba. Tetapi aturan
harus tetap dilaksanakan. Kita orang-orang keraton yang
merupakan penguasa tidak boleh bertindak semena-mena
652 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
dengan kekuasaan yang berada di tangan kita. Besok, kau harus
datang meminta maaf padanya. Dan aku akan menawarkan
hukuman untukmu dari keluarga anak itu."
"Tidak! Aku tidak mau meminta maaf kepada si penjol
yang jelek! Dia tidak mau menghormati aku, dia tidak
menyembah padaku. Dia! Dia harus?" jerit Paramudita kalap.
"Cukup! Aku tidak mau sikap seperti itu ada pada diri
anakku. Kau harus ikut aku ke rumah bocah yang menjadi
korbanmu besok pagi-pagi!"
"Dia telah menarik rambutku hingga rontok beberapa
helai. Aku tidak mau meminta maaf!"
"Dinda Cempaka, kau urus dia. Dia harus turut
bersamaku besok pagi."
"Oh," Dita. Sudahlah anakku. Ayahmu benar. Kau harus
datang padanya untuk meminta maaf. Perbuatan yang kau
lakukan sudah terlalu jauh. Dan hampir-hampir merenggut
nyawa anak itu?" Cempaka kemudian membimbing putrinya untuk membersihkan tubuhnya, dan kemudian mengajaknya masuk
ke tempat tidurnya di bilik kecil di samping biliknya.
Akan tetapi keesokan harinya,"
"Oh, kanda! Kanda Purbaya! putri kita Kanda! Putri kita
tidak ada dalam biliknya. Dia pasti pergi!" permaisuri Cempaka
menghambur masuk ke dalam bilik utama. Wajahnya teramat
cemas. Matanya berkaca-kaca nyaris menumpahkan airmata.
653 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ah, tidak mungkin Dinda. Aku sudah memerintahkan
para penjaga gerbang dan pintu-pintu di istana ini untuk lebih
memperhatikan anak itu. Beri tahu dayang agar mencarinya
dibagian lain istana ini."
"Oh, tidak Kanda, pintunya masih rapat tertutup.
Lihatlah ini Kanda." Cempaka segera menggamit suaminya dan
bergegas ke pintu bilik kaputren "Lihatlah. Pintunya masih
tertutup rapat tapi jendela di samping sana telah terbuka."
"Benarkah" Coba panggil pimpinan pengawal dalam.
Aku ingin mengetahui kerjanya tadi malam."
Cempaka keluar dari biliknya dan memerintahkan pengawal
penjaga di muka biliknya untuk memanggil pimpinan pengawal
dalam. (19) Pada kisah yang lalu diceritakan, Prabu Purbaya tengah
dibuat gelisah oleh ulah putrinya, Jaga Paramudita.
Jaga Paramudita telah melukai seorang bocah laki-laki
yang nyaris merenggut nyawanya oleh cengkraman
jalan darah. Ketika Prabu Purbaya memaksanya untuk
meminta maaf kepada anak yang menjadi korban
putrinya, pada malam harinya Jaga Paramudita yang
tidak mau meminta maaf pada bocah laki-laki yang
menjadi korbannya, melarikan diri meninggalkan istana
Sunda. "Hmm"! Ada apakah Tuanku" Apakah hamba telah
654 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
melakukan kesalahan?"
"Bagaimana kerja orang-orangmu paman Dasir" Putriku
telah hilang dari kamarnya."
"Hmm"! Ooh?"
"Kau periksa, dan tanyakan kepada seluruh pengawal
gerbang dan pengawal lainnya, apakah mereka melihat
putriku" Dan melihat hal-hal lain yang mencurigakan."
"Hmm, baik! Baik Tuanku. Akan hamba selidiki hal ini,
hamba permisi Tuanku."
"Kita akan mencarinya segera, dan untuk itu kita akan
berpencar." "Iya, kita akan mencarinya."
"Ooh, kanda terlalu keras menekannya. Belum tentu
semua itu adalah salahnya. Paramudita adalah anak yang
belum mengerti apa-apa. Kanda tidak bisa bersikap terlalu
keras. Usianya pun belum cukup tujuh tahun." Cempaka
mengungkapkan perasaannya.
"Ooh, hyang jagad dewa bethara. Iya, mungkin aku
terlalu keras. Jika memang dia melakukan kesalahan, kesalahan
itu sepantasnya aku lah yang menanggungnya. Oh,
Paramudita." Prabu Purbaya merenung, menyesali sikap
kerasnya tadi malam. "Oh, tuanku. Tuanku! Seorang
pengawal telah 655 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
menemukan sesuatu. Mungkin itu adalah pekerjaan dari tuan
putri, Tuanku." "Heeh"! Apa itu paman Dasir?"
"Seutas tambang yang tergantung disebelah kiri istana.
Tuanku dapat melihatnya."
"Marilah dinda Cempaka!"
Prabu Purbaya bergegas bersama dengan permaisurinya,
Cempaka mengikuti Ki Basir (?"?"") pimpinan pengawal dalam.
Setibanya ditempat tujuan, prabu Purbaya ditunjukkan pada
sebuah tambang yang tergantung dari atap bilik di samping
dinding istana. "Oh, Benar kanda. Itu adalah tambang sutra yang
kuberikan pada Paramudita. Oh kanda, kita harus mencari
Paramudita." "Baiklah, kita akan berpisah. Tapi menjelang senja kita
akan bertemu kembali di bilik istana."
"Baiklah kanda, dinda akan mengambil kuda dan segera
berangkat. Hupp!" Cempaka segera melenting bergegas
menuju istal kuda melalui atap.
"Paman Dasir, katakan pada paman Pandu Permana
untuk mengirimkan orang untuk mencari putriku. Aku pergi!"
seru prabu Purbaya sambil melenting pula ke atap, kemudian
melesat cepat ke arah luar keraton.
656 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Kita tinggalkan dahulu prabu Purbaya bersama permaisurinya
Cempaka. Sekarang marilah kita kembali mengikuti kisah
Paramudita yang melarian diri pada malam hari.
"Hmm," aku tidak mau meminta maaf pada si Penjol.
Anak itu sangat menyebalkan aku. Hmmpp, aku" aku akan
pergi dari istana ini. Aku tidak mau menemui si Penjol besok
pagi. Uh, aku akan tinggalkan istana ini malam ini juga!"
Dengan perlahan, Jaga Paramudita membuka pintu biliknya.
"Dimuka pintu bilikku, ada seorang dayang yang
menjaga. Hmm, karena itu aku keluar melalui jendela ini. Hmm,
hupp!!" Jaga Paramudita melompati jendela.
"Tali ini akan membantuku keluar dari istana tanpa
melalui gerbang. Karena penjaga gerbang dan pintu istana
semakin memperhatikan diriku."
"Hmm, itu ada peronda"
"Hmm, bagus kedua peronda itu sudah lewat. Aku akan
ke serambi kiri istana."
"Hmm, uhh bagus! Tidak ada penjaga disini"
"Hup!" mudah saja pengait dan tali "Bagus! Tali dan
pengait yang sudah kusiapkan terikat erat pada ujung atap bilik.
Heheh aku akan naik dan tiba diatas dinding istana."
Jaga Paramudita kemudian merayap naik keatas dinding istana
dengan bantuan tali yang telah dipersiapkannya.
657 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ah, sampai aku diatas dinding. Hmm, ah.. Tapi bagaimana aku
bisa turun" Dinding di sebelah luar tinggi sekali dan tali itu
sudah aku lepaskan. Oh, aku tidak mau turun kembali untuk
mengambil tali itu. Ah aku akan melompat turun saja!"
Jaga Paramudita merosot di dinding. Akan tetapi kaki nya masih
tergantung jauh. Lebih dari satu tombak. Dan anak yang keras
kepala itu tanpa ragu lagi melepaskan tangannya, dan"
"Aduh!" Jaga Paramudita jatuh terduduk den berdebam
cukup keras. Kaki dan pantatnya terasa panas. " Aku harus
segera pergi sebelum prajurit ronda sampai kemari?"
Saat itu sudah lewat tengah malam, suasana di jalan raya kota
raja demikian lengangnya. Sambil menyeret kakinya yang
kesakitan Paramudita mengendap-endap menuju gerbang kota
raja Sunda. Menjelang fajar, seorang bocah kecil disudut-sudut bangunan
bersembunyi sambil memperhatikan pintu gerbang yang di jaga
oleh beberapa prajurit. Dan nampak bocah itu sudah
mengenakan caping yang cukup lebar. Dan ketika serombongan
pedagang yang akan menjemput dagangan di desa terdekat
menuju gerbang kota raja, bocah kecil bercaping itu lari
mendekati dan kemudian menyelinap di antara rombongan
belasan orang dan beberapa ekor pedati (?"?"").
Beberapa saat kemudian, jauh di luar kota raja.
"Hmm, hari mulai terang. Sebentar lagi ibuku tentu
mengetahui kepergianku. Aku harus meninggalkan kota raja,
658 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
sejauh-jauhnya." "Semalam-malaman aku tidak tertidur. Hmm
mengantuknya. Sebaiknya aku tidur disini saja. Tempatnya
enak. Rumput-rumputnya pun bersih. Emm, eeh" Tetapi
rumput-rumputnya basah. Sebaiknya aku bersandar saja di
pohon itu. Uaahhh" " sambil menggeliat, Jaga Paramudita
menyandarkan tubuhnya di pohon yang dilihatnya.
Paramudita yang semalam-malaman tidak memejamkan mata
tak dapat lagi menahan rasa kantuknya. Tidak berapa lama
kemudian dia telah pulas tertidur. Dan ketika matahari menjadi
semakin panas menyengat kulitnya, dia terbangun.
"Hmm, bau apa ini" Sedap sekali. Hei! Siapakah
engkau?" "Siapa aku" Aku adalah penunggu hutan kecil ini. Ahh,
dan ini adalah daging seorang bocah perempuan kecil. Aku
menyukai daging seorang bocah perempuan yang dibakar
seperti ini. Nah, siapakah kau bocah"!"
"Heii, kau menakut-nakuti aku ya"! Aku tidak takut
padamu. Pada anak sebesar engkau!"
"Ahahahahahh. Sungguh pemberani sekali engkau adik
kecil. Siapakah engkau ini?"
"Aku adalah anak petani dari desa. Desaku"ehmm
ehmm.. di desa itu. Desaku disana itu."
"Oh, Hebat sekali ayahmu jika begitu. Seorang petani
659 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
memiliki pakaian tidur seindah itu."
"Ya, ayahku memang seorang petani yang kaya!"
"Ah" Dan engkau tidak takut jika sampai di culik.
Penculik itu tentu akan dengan mudah memeras ayahmu untuk
menukar dirimu yang cantik ini dengan uang emas yang
banyak" "Ummph. Aku akan melumpuhkannya. Aku tidak takut
pada penculik dan penjahat!"
"Lalu bagaimana caramu melumpuhkannya?"
"Engkau ingin bukti"!"
"Iya, bagaimana?"
Paramudita mendekati Kayan Manggala, dan kemudian
menepuk pinggang Kayan tepat pada jalan darahnya. Kayan
agak terkejut melihat arah serangan anak perempuan berusia
tujuh tahun itu. Tetapi Kayan yang telah mendapat didikan
berbagai macam ilmu olah kanuragan segera menutup jalan
darahnya. Karena itu tepukan yang keras dari anak perempuan
itu hanyalah ditanggapi dengan senyuman saja.
"Eeh" Kau"! Kau tidak merasakan sakit" Hmm, awas!
Sekarang aku akan mencengkramnya. Kau berani!"
"Silakan!" "Ihh! Iyyahhh!!" geram Paramudita mengerahkan
660 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
tenaga ke cengraman tangannya yang mungil. Kayan tergelak
merasakan rasa geli karena cengraman itu.
Paramudita mencengkram jalan darah di pinggang Kayan
Manggala. Tetapi berkali-kali dia melakukannya, Kayan tidak
merintih kesakitan. Bahkan anak laki-laki itu tertawa berkalikali serasa pinggangnya dikitik-kitik.
"Aduh, hahaha" sudah adik kecil" hahahaha, geli
sekali" geli sekali."
Melihat Kayan hanya menanggapi cengramannya dengan tawa
yang geli, Paramudita menjadi malu. Kemudian gadis kecil yang
berusia tujuh tahun itu menangis terisak-isak.
"Loh" Kok jadi nangis"!"
"Engkau jahat! Engkau menghina aku. Mengejek aku.
Mentertawakan aku. Huuu?"
"Eh, aku tidak menghinamu, tidak mengejek dan tidak
mentertawakan engkau."
"Lalu, kenapa engkau tertawa geli ketika aku cengkram
pinggangmu?" "Lho" Aku tertawa geli karena tanganmu itu
dipinggangku serasa mengitik-ngitik. Bagaimana tidak geli"
Apakah engkau mau mencoba aku kitik-kitik, nona kecil?"
"Hmm, engkau hebat sekali. Siapakah namamu" Pasti
engkau memiliki cara untuk menangkalnya."
661 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Namaku Kayan. Dan engkau, siapakah namamu, adik
kecil" Keliatannya engkau bukanlah anak seorang petani."
"Aku anak seorang petani. Engkau harus percaya
padaku. Dan namaku, hmm" Dita."
"Namamu bagus sekali. Aduh, celaka! Hangus! Kelinci


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bakarku ini! Ah.. Huff! Huff! Ah, padahal tadi ku kira apinya ini
sudah padam. Api perapian ini kian membesar dan
menghanguskan kelinci bakarku."
"Eheheh, tidak apa-apa. Mmm, masih ada beberapa
bagian yang bisa dimakan."
"Jika engkau mau, ambillah ini."
"Mmm, terima kasih, engkau sendiri?"
"Aku sendiri sudah memakan sebagian sebelum engkau
bangun. Lihatlah, kelinci itu berkaki tiga."
Paramudita menerima kelinci bakar yang nyaris hangus
seluruhnya. Dan kemudian dia mulai menikmati bagian-bagian
yang nyaris menjadi arang. Belum lagi Paramudita
menyelesaikan kelinci bakar itu, terdengar derap kuda di
kejauhan. "Hmm, celaka. Ah, kita harus bersembunyi!"
"Mengapa harus bersembunyi" Lihatlah itu yang
menuju kemari pengawal istana, apa yang kau takuti?"
662 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ehmm, ah" mereka orang jahat. Ayo cepatlah
sembunyi, disemak sana. Ayo!"
"Ehmm, bunyi seekor kuda. Kuda siapakah?"
"Kudaku, mengapa?"
"Sembunyi, masuk lagi kedalam semak-semak."
"Hei, kisanak! Keluarlah! Aku tau engkau membawa
seorang anak perempuan. Lepaskanlah anak itu."
"Ah, apakah engkau yakin bahwa laki-laki yang bersama
tuan putri itu adalah seorang penculik?"
"Iya! Aku yakin sebagaimana tadi, aku katakan aku yakin
bahwa diantara mereka adalah tuan putri."
"Aah, tapi kelihatannya yang bersama tuan putri adalah
seorang bocah laki-laki yang bertubuh agak besar. Kukira dia
bukanlah penculik." "Ah, kita lihat saja. Hei! Keluarlah, engkau penculik!
Atau kami tidak akan mengampuni engkau! Hei, ayo keluarlah!
Kami tau engkau menyembunyikan anak perempuan disemaksemak itu."
"Marilah keluar, jangan takut. Kita tidak bersalah."
"Jangan Kayan. Mereka adalah orang jahat. Mereka juga
pasti akan menangkapmu. Kita lari saja, dengan kudamu itu.
663 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Aku takut sekali. Mereka adalah orang-orang jahat."
"Ah, aku tidak takut. Aku sanggup menghadapi mereka.
Marilah, kita keluar dari semak ini."
"Jangan!" Kayan menyeret Paramudita keluar dari balik semak-semak.
Dua orang prajurit istana Sunda yang melihat junjungan mereka
keluar bersama seorang bocah laki-laki menjadi sangat
terkejut. "Heh, lihatlah kakang. Dia itu memang seorang bocah."
"Ah, aku tidak peduli! Bocah itu harus aku tangkap dan
kubawa menghadap sang Prabu." prajurit itu berseru ke arah
Paramudita, "Jangan khawatir tuan putri, saya akan menangkap
penculik itu dan membawanya kepada ayahanda tuan putri!"
"Tuan putri"!" Kayan Manggala tertegun.
"Kakang Kayan, kau harus menolong aku. Aku tidak mau
dibawa oleh orang jahat itu. Dia bohong. Aku tidak
mengenalnya, kakang Kayan. Ayo kita tinggalkan tempat ini
dengan kudamu." Dua orang prajurit sunda itu tertegun, ketika melihat sikap
Paramudita yang seakan-akan tidak mengenalnya.
(20) Pada kisah yang lalu diceritakan, Paramudita yang
664 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
melarikan diri dari keraton Sunda bertemu dengan
Kayan Manggala di pinggiran hutan tak jauh dari kota
raja. Tidak berapa lama, dua orang prajurit dari puluhan
prajurit yang dikerahkan, berhasil menemukan
Paramudita bersama dengan Kayan.
"Heh, lihatlah itu kakang. Tuan putri bersama dengan
seorang bocah laki-laki."
"Ah, aku tidak peduli! Aku harus menangkapnya dan
membawa kepada sang Prabu. Biar sang Prabu yang
menentukan hukumannya." prajurit itu berseru ke arah
Paramudita, "Ah, jangan khawatir tuan putri, saya akan
menangkap penculik itu!"
"Tuan putri"!" Kayan Manggala tertegun.
"Uh, jangan dengarkan mereka Kakang Kayan. Aku tidak
mengenal mereka. Mereka adalah orang jahat itu. Kakang harus
menolongku. Ayo kita tinggalkan tempat ini dengan kudamu."
Dua orang prajurit sunda itu tertegun, ketika melihat sikap
Paramudita yang seakan-akan tidak mengenalnya.
"Haa"! Tuan putri"! Ini hamba, Rawung."
"Aku tidak mengenalmu. Engkau pasti orang jahat. Ayo,
ayo kakang Kayan. Kita pergi dari sini."
Kayan tertegun menyaksikan keadaan yang aneh sekali.
Melihat keadaan Kayan, Paramudita segera saja mendekati si
Tunggul yang tak berada jauh darinya, dan kemudian berusaha
665 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
menaiki kuda yang tinggi itu. Si Tunggul meringkik keras.
"Awas! Jangan Tunggul!"
"Kita harus pergi Kakang."
"Baiklah, naiklah! Hupp!"
"Hei, jangan pergi. Hiyyah" hiyyah."
Si Tunggul meringkik keras. Dua ekor kuda yang mencoba
menghadang berserabutan lari ketakutan mendengar perbawa
dari ringkik si Tunggul. Dan seketika saja, Kayan Manggala dan
Paramudita telah melesat jauh meninggalkan dua orang
prajurit yang melongo keheranan.
"Heh"! Kenapa jadi seperti itu tuan Putri?"
"Mungkin tuan putri telah ditenung oleh bocah laki-laki
itu." "Ah, kau benar. Jika tidak, mana mungkin tuan putri jadi
seperti itu. Ayo, mari kita laporkan hal ini pada Baginda atau Ki
Pandu!" "Ah! Kau bodoh! Kita justru akan mendapat hukuman!"
"Ah, karena mengejarnya?" tidak menolongnya"! Kita harus "Walah, walah," ayo" kita harus mengejarnya."
"Hah, kecepatan kuda bocah tadi, huah" sungguh luar
666 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
biasa. Bayangannya saja, tidak kelihatan lagi."
"Kita memang harus mengejarnya jika tidak ingin
mendapatkan hukuman! Hiyyah! Hiyyah!"
"Nah, didepan kita ada sebuah desa. Desa Pancuran
Bambu. Kita akan mencari pengawal desa, dan kita suruh
mengabarkan tentang berita ini. Agar Ki Pandu memusatkan
perhatiannya ke daerah sekitar sini."
"Iya, kau benar Kakang. Lihat! Lihat itu di depan kita, ada
prajurit kota. Cepat kita kejar Kakang, hiyaahh hiyaaahh!"
Dua orang prajurit itu membedol kudanya mengejar prajurit
kota yang ada di mukanya. Beberapa saat setelah berhasil
mengejarnya. Prajurit Rawung menyapa dengan sapaan khas
prajurit sunda, kemudian dia menceritakan keadaan yang
mereka hadapi dengan singkat.
"Ya, kau lupakanlah dulu tugasmu. Ini adalah masalah
keraton. Masalah keluarga baginda. Jumpai baginda di keraton.
Jika tidak, kau dapat mencari Ki Pandu atau siapa saja.
Beritahukan bahwa aku melihat tuan putri diculik oleh seorang
bocah laki-laki berusia empat belas tahun. Dan dibawa menuju
sekitar daerah ini. Nah, pergilah. Dan sampaikan berita ini!"
"Baik Kakang, saya pergi."
"Marilah kita lanjutkan pencarian ini, Kakang."
Kita alihkan perhatian kita pada kisah pelarian Kayan Manggala
dan Paramudita. 667 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Kudamu larinya cepat sekali kakang Kayan! Aku suka
sekali dengan kudamu."
Kayan tidak menjawab, dia menarik bulu surai si Tunggul dan
berseru menghentikan laju larinya si Tunggul. "Huuppp!!"
"Oh"! Mengapa berhenti kakang. Bagaimana jika
mengejar kita. Aku tidak mau dibawa oleh orang-orang jahat
itu. Kita pergi lebih jauh lagi!"
"Jangan khawatir, aku sudah mengubah arah lari kuda
kita. Mereka tidak akan dapat menemukan kita."
"Oh, benarkah demikian?"
"Iya,.. "singkat jawabnya, lalu sejenak Kayan terdiam
sebelum melanjutkan ucapannya. "Ah, adik Dita?"
"Ehm, ya,.. kakang"!"
"Mengapa engkau lari dari rumahmu, dan benarkah
engkau adalah tuan putri?"
"Aku tidak mengenal mereka, Kakang. Jangan percaya
ocehan orang-orang jahat itu."
"Baiklah, selamat tinggal. Kau turunlah. Aku akan
melanjutkan perjalananku."
"Kakang"! Kakang akan meninggalkan aku"! Oh, jangan
kakang Kayan!" 668 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Aku tidak bisa dan tidak mau mempunyai teman
seorang pendusta! Turunlah." Kayan Manggala kemudian
menoleh kebelakang, lalu dengan cepat dia telah berhasil
menurunkan tubuh Jaga Paramudita dari punggung si Tunggul
dengan lembut. "Kau jahat! Kau jahat kakang Kayan!" protes Paramudita
sambil terisak. "Maaf, jika kau tidak mau berterus terang. Aku tidak
mau berteman denganmu. Tetapi jika kau mau berterus terang,
aku mau berteman denganmu." jawabnya datar.
"Baiklah, aku " aku sebenarnya bukan putra seorang
petani. Aku adalah putra dari Prabu Purbaya."
"Ahh!?" "Aku lari dari istana, karena ayah menyuruh aku untuk
meminta maaf dengan Penjol, anak laki-laki yang kurang ajar
padaku." "Siapakah Penjol itu Dita?"
"Aku tidak mengenalnya. Tetapi ketika aku sedang main
keluar, si Penjol sangat kurang ajar padaku. Dia tidak mau
menghormati aku. Ketika aku maki, dia menjewer telingaku.
Lalu aku tekan jalan darahnya. Mungkin karena kesakitan, dia
lalu menjambak rambutku. Aku tidak tahan sakit akibat
jambakan rambutnya, karena itu lalu aku cengkram jalan
darahnya hingga dia jatuh ke tanah."
669 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ah"! Celaka"!" Kayan Manggala terpana mendengar
penuturan bocah di depannya. Dia sadar akan seperti apa
keadaan si Penjol berdasarkan cerita tadi.
"Apa yang terjadi dengan anak itu?"
"Menurut ayahanda, dia hampir saja tewas."
"Syukurlah, jadi berhasil diselamatkan nyawanya."
Kayan merasa amat lega. "Kau harus kembali Dita. Jangan buat
cemas ayah dan ibumu."
"Tapi, aku" aku tidak mau meminta maaf pada anak
jelek itu." "Walaupun belum pernah berjumpa dengan
ayahandamu, baginda Purbaya. Aku sudah mengetahui akan
kebijaksanaan beliau. Kau harus mendengarkan kata-kata
ayahandamu. Kau harus kembali, dan meminta maaf pada anak
yang kau lukai itu. Ayahandamu benar. Temuilah anak itu."
"Tapi, kakang akan menemaniku"!"
"Baik, aku akan menemanimu Dita. Marilah kita kembali
ke kota raja. Ayo, naiklah. Aku juga akan menemui ayahanda
dan ibundamu." "Dan, setelah itu kakang jangan meninggalkan aku.
Kakang akan terus berteman denganku kan"!"
"Kau adalah temanku. Ayo naiklah!" kata Kayan untuk
670 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
meyakinkan Paramudita. Lalu tangannya segera meraih lengan
Paramudita. Tak lama, keduanya telah berada di punggung si
Tunggul yang dipacu Kayan menuju kota raja Sunda.
Kita tinggalkan dahulu Kayan Manggala bersama putri Jaga
Paramudita, yang tengah menuju kota raja untuk menemui
anak laki-laki yang menjadi korban putri dari keraton Sunda itu.
Sekarang marilah kita kembali mengikuti kisah dari Anting
Wulan dan Raden Saka Palwaguna.
"Nyai, nyai!" seorang kakek membuka pintu gubuk.
"Ki Ambu," sapa Raden Saka.
"Oh, siapakah engkau" Mengapa engkau berada di
rumahku?" kakek itu terkejut, dengan sigap diloloskannya
golok yang sedari tadi di tenteng-tentengnya.
"Hm, sarungkan kembali golok Aki. Saya adalah seorang
pengembara yang sangat membutuhkan pertolongan. Dan Nyai
Imun telah membantu saya."
"Hah! Penipu! Engkau laki-laki gagah dan sehat
membutuhkan pertolongan"!"
"Maaf Ki Ambu. Bukan saya yang membutuhkan
pertolongan, tapi istri saya yang dalam keadaan sakit. Itu?"
Raden Saka menoleh ke arah balai-balai kayu yang tampak
sudah usang. Anting Wulan tampak berbaring di sana. "Dia kini
tengah tertidur." "Hei, dimanakah kini istriku?"
671 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Dia akan memetik rebung serta mengambil daundaunan untuk ramuan penurun panas istriku."
"Hei, kau sudah kembali Ki?"
"Heeh, Nyai engkau tidak memberi tahu aku akan
kedatangan dua tamu ini."
"Istri dari tuan Saka, tamu kita itu dalam keadaan panas
yang tinggi, Ki." "Eh?"

Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bawa paka ini. Walah, kau tinggalkan bubur itu tuan
Saka" Hmm"! Cepat, kecilkan apinya dan angkat buburnya dari
perapian." "Ohoh, maaf Nyai." Saka Palwaguna bergegas ke arah
perapian. Melihat hal tersebut, Ki Ambu menggamit istrinya.
Lalu dia bertanya pada istrinya.
"Heh, Nyai! Sebenarnya siapa mereka itu?"
"Mana aku tahu Ki, tetapi mereka adalah orang baikbaik. Jadi aku menolongnya."
"Aaah, kau tahu dari mana mereka adalah orang baikbaik?"
"Dari pancaran wajahnya, Ki."
672 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Perbincangan kedua suami istri itu terhenti manakala terdengar
suara rintihan Anting Wulan yang sudah mulai siuman.
Tangannya memegang kepalanya. Anting Wulan masih tetap
berbaring di balai-balai itu.
"Tuan, tuan Saka" Istri tuan?" nyai Ambu memanggil.
"Ya, Nyai"! Oh, dia sadar!" seru Raden Saka Palwaguna
dengan gembira. "Dimanakah aku berada" Siapakah engkau?"
"Ini aku, suamimu, Saka. Kita berada di pondokan Ki
Ambu dan Nyai Imun."
"Kayan" Kayan putraku?" Anting Wulan tiba-tiba
terisak. "Percayalah dinda Wulan, Kayan menghendaki kita
bersama lagi. Marilah kita bersama-sama mencari anak kita."
"Heh, Ki. Marilah kita keluar sebentar?"
"Ada apa?" "Keluar?" Nyi Imun setengah mendorong suaminya.
"Eeh, mengapa kau mengajak aku keluar Nyai" Ada
apa?" "Heh, tulikah engkau Ki" Mereka agaknya mempunyai
urusan keluarga yang rumit. Mereka akan segan untuk
673 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
berbicara dengan adanya kita disana, Ki. Dan kita harus
memberikan kesempatan kepada mereka untuk bicara. Kau
bisa duduk saja di balai kecil itu."
"Iiihh, Nyai ini ada-ada saja. Huuh!"
"Kesalahanku sudah terlalu jauh, Kanda. Rasanya aku
sudah tidak mungkin bersama Kanda lagi. Namaku sudah
menjadi aib. Jangan rusakkan nama Kanda?" kata-kata Anting
Wulan terhenti dalam isaknya. Mulutnya dibekap dengan
lembut oleh suaminya. "Dinda Wulan, jangan kau berpikiran seperti itu lagi.
Lelah sudah aku mengulangi kata-kata itu. Dinda, aku tidak
perduli dengan semua masa lalu. Kita akan melupakannya. Kita
akan membangun kembali keluarga kita. Mataram telah
menantikan kita. Ayolah dinda?" Raden Saka Palwaguna
membelai rambut istrinya terus menerus. Dan tiada henti dia
merayu, membujuk. Sampai akhirnya"
"Tapi Kanda, aku" aku malu Kanda. Aku malu pada
dirimu. Dan juga aku malu pada diriku sendiri. Tiga belas tahun
dinda tinggalkan Kanda. Tiga belas tahun dinda membenci
Kanda. Tetapi tiga belas tahun pula rindu dan cinta didalam diri
Dinda ini bergemuruh. Wajah Kanda tidak dapat dinda
lupakan?" "Oh, Dinda Wulan" Istriku tersayang." Raden Saka
Palwaguna tidak dapat lagi menahan luapan gemuruh
rindunya. Dia kembali memeluk tubuh istrinya. Dibelainya
rambut panjang yang menutupi sebagian wajah istrinya.
Diciuminya wajah yang dipenuhi air mata.
674 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Oh, kanda" Kanda Saka!" kembali meledak isak Anting
Wulan di pelukan suaminya. Betapa kerinduannya selama ini
membuncah pada hari itu. Kebenciannya pada suaminya
menguap tanpa bekas sama sekali.
"Dinda" Dinda Wulan." Saka Palwaguna merasakan
keharuan yang teramat sangat. Hatinya amat gembira
mendapatkan kembali hati istrinya saat itu. Diciuminya leher
istrinya dari belakang. Lengannya memeluk pinggang istrinya.
"Oh, sudah" sudah. Lepaskanlah Kanda,?" tiba-tiba
Anting Wulan merasa malu.
"Dinda, dinda Wulan?"!" ucap Saka bagai tak ingin
berpisah. "Kita berada di pondokan orang. Kita harus pergi
mencari anak kita, Kanda." Anting Wulan beralasan.
"Iya,?" Saka Palwaguna sedikit tertegun menyadari hal
itu, dia kemudian berkata lagi, "Tetapi, Dinda harus
mengembalikan kesehatan Dinda terlebih dahulu."
Raden Saka Palwaguna memindahkan dekapan tangannya,
tangan itu kini meraba leher istrinya. "Oh, panas tubuh Dinda"
Oh, panas tubuhmu sudah jauh berkurang. Hei, rasanya telah
hilang sama sekali Dinda. Kau telah sembuh Dinda."
"Heheheheh," tiba-tiba suara parau Nyai Imun yang
tertawa terkekeh memotong kemesraan mereka.
"Nyai"!" sedikit terkesiap Saka Palwaguna menyapanya.
675 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Eeh, Tuan. Ini aku membawakan bubur hangat untuk
istrimu." "Terima kasih Nyai. Wulan, inilah Nyai Imun yang telah
menolongmu." "Terima kasih Nyai. Terima kasih atas segala susah
payah Nyai menyelamatkan nyawa saya." Anting Wulan turun
dari balai-balai lalu menjura menghaturkan salam.
Sementara itu di luar pondokan itu terdengar gemuruh kaki
kuda mendekat. Tak lama Ki Ambu tampak masuk ke dalam
pondokan itu. "Eh, Tuan" tuan" Ada lima orang prajurit menuju
kemari." Ki Ambu berkata pada Saka Palwaguna. Dari suaranya
tampak nada kecemasan. Nyai Imun, istrinya melihat
kecemasan suaminya itu. Ki Ambu tampak begitu gelisah,
begitupun dengan istrinya.
(23) Pada kisah yang lalu diceritakan, Prabu Purbaya tengah
memanggil Lastri dengan kekuatan gaibnya. Lastri yang
sudah menyadari kenyataan itu telah membentengi
dirinya dengan sebuah batu besar. Dan ketika kekuatan
itu datang" "Oh" Ah" Kekuatan itu muncul kembali. Aku dapat
merasakannya. Uahh! Aku harus dapat mengatasinya" Uh, aku
harus dapat mengatasinya! Kekuatan ini semakin tidak
terbendung lagi. Aku" aku tidak sanggup lagi menahannya"
aku" aku?" kesadaran Lastri makin melemah. Semakin lemah,
676 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
sampai beberapa saat kemudian tiba-tiba matanya kembali
nyalang. "Hmmm, heaahh Huaahhh, engkau tidak akan dapat
menguasai aku. Tidak! Engkau tidak akan dapat menguasai aku.
Huaahhh!!" Nenek Ranggis yang ternyata masih berada di
dalam tubuh Lastri segera menampakkan wujudnya. Seluruh
tubuh Lastri berubah menjadi sangat menyeramkan dipenuhi
dengan sisik-sisik yang tebal. Tawa seram yang biasa hadir
mengiringi kemunculannya kini tidak terdengar lagi. Sambil
terbungkuk-bungkuk, tubuh yang seram itu bergerak-gerak di
gua yang sempit itu seakan-akan tengah mengerahkan
kekuatannya untuk mengatasi kekuatan gaib yang dikirim oleh
Prabu Purbaya dan Istrinya.
"Hrrmmm, grhhaaaa! Hiaahhh!! Uaahhh!!" raungan
nenek Ranggis terdengar keras seiring tubuhnya yang
menggeliat, menggelepar ingin terlepas dari jeratan gaib.
Raungan-raungannya berlomba dengan gemericik air yang
menetes dari atas gua. Akan tetapi lama-kelamaan gerakannya menjadi
semakin lemah. Dan akhirnya tubuh yang menyeramkan itu
terjatuh tidak bergerak untuk beberapa saat.
Beberapa saat kemudian tubuh itu tampak bangkit dan
bergerak perlahan-lahan dan kemudian berjalan ke arah pintu
goa, seakan-akan ada yang mengendalikannya. Akan tetapi
tubuh seram itu terhalang oleh batu besar yang menutupi goa.
"Uuahhh! Uaahh!" tubuh seram itu berusaha untuk
keluar dari dalam gua dengan mendorong-dorong batu besar
677 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
yang menyumpal mulut gua. Sebagian besar kekuatan Lastri
yang telah berubah wujud menjadi nenek Ranggis telah lenyap
bersamaan dengan lenyapnya kesadarannya. Karena itu tubuh
seram yang terbungkuk-bungkuk itu tetap saja tidak berhasil
mendorong batu yang menyumpal mulut goa.
Sementara itu dari hutan kecil yang tak jauh dari kota raja
Sunda" "Dinda, dinda Cempaka."
"Oh, Kanda. Kita tidak berhasil."
"Iya, agaknya tubuh Lastri terkurung oleh sesuatu
kekuatan yang tidak dapat kita tembus."
"Iya sepertinya, Lastri terkurung dalam sebuah tempat
yang rapat dan kokoh!"
"Ah," Prabu Purbaya mengalihkan pandangannya ke
arah Anting Wulan dan Saka Palwaguna menunggu, lalu dia
memanggil, "Paman Saka! Bibi Anting!"
"Bagaimana Tuanku?"
"Ah, kami tidak berhasil memanggilnya kemari. Tetapi
rasanya kami telah berhasil menguasai dirinya."
"Iblis itu agaknya telah menyiapkan dirinya. Telah
membentengi tempatnya."
"Tetapi, kami dapat mengetahui perkiraan dimana dia
678 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
berada." "Iya, Kanda benar. Kita dapat menuju arah barat di
mana Lastri berada. Mudah-mudahan sebelum fajar kita akan
tiba di tempatnya." "Jika begitu, marilah Tuanku. Kita tidak boleh
membuang-buang waktu lagi."
"Paman benar, marilah Kanda Prabu. Huppp!"
Mereka berempat segera melompat ke punggung kuda masingmasing, lalu segera menghela kuda mereka ke arah barat. Debu
mengepul digebrak oleh derap kaki kuda di tengah kegelapan
malam. "Sudah hampir fajar kanda Purbaya. Apakah kita akan
mencoba menentukan tempatnya kembali dengan bantuan
kekuatan agung?" "Ya, kita akan melakukannya kembali." jawab Prabu
Purbaya, kemudian menarik hela kudanya. Tidak berapa lama
kudanya berhenti, begitu pula kuda yang ditunggangi istrinya
yang tidak berada jauh di belakangnya.
"Ah, kami akan mencoba melacak kembali keberadaan
Lastri, bibi Wulan. Kami harap bibi dan paman berjaga-jaga
disekitar tempat ini."
"Akan hamba lakukan, Tuanku."
Raden Saka Palwaguna dan Anting Wulan kembali duduk
679 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
beberapa tombak dari tempat Prabu Purbaya dan
permaisurinya bersemedi. Mereka memandang penuh
perhatian pada dua sosok yang tengah bersemedi. Tetapi
mereka juga tidak melupakan tugas mereka untuk mengawasi
situasi di sekeliling tempat tersebut. Akan tetapi, tiba-tiba saja
Anting Wulan merasakan sesuatu keanehan di dalam dirinya.
"Sepertinya ada yang mengusik batinku. Oh, sang
Dewi"! Sang Dewi kah" Yah, pastilah yang mengusik batinku
adalah sang Dewi dari laut selatan. Aku akan mencoba
menghubunginya." "Ah, kanda. Ah, tolong kau lebih mengamati situasi di
sekitar tempat ini. Aku akan bersemedi sebentar?" bisik Anting
Wulan pada suaminya. "Tetapi Dinda,?"
Tanpa menunggu persetujuan suaminya, Anting Wulan segera
menjauh dari tempat itu. Kemudian dia segera mengambil sikap
bersemedi khas murid penguasa laut selatan.
"Engkau kah itu, wahai sang dewi yang agung"!"
"Benar Anting Wulan. Aku tidak sabar lagi untuk
menumbuk siluman merapi itu. Cepatlah kau menuju arah
selatan dari tempat ini. Siluman itu sudah berada tidak jauh lagi
dari tempat ini." "Baik sang Dewi. Hamba akan menunggu tuanku
Purbaya dan mengabarkannya."
680 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Tetapi, siluman itu tengah bersiap-siap untuk
meninggalkan gua persembunyian nya."
"Hamba akan menunggunya."
"Itu agaknya baginda Purbaya telah melacak tempat
siluman itu. Kau bisa membuka matamu Wulan?"
"Dia berada tak jauh lagi dari tempat ini. Disebelah
selatan. Agaknya siluman itu mengurung dirinya di dalam goa
karang. Mari kita segera ke sana." ujar permaisuri Cempaka.
"Itu disana tuanku. Pastilah itu gua tempat
persembunyiannya!" seru Anting Wulan saat matanya melihat
sebuah ceruk goa karang. "Dia sudah tidak ada Tuanku." kata Anting Wulan.
"Kau yakin, ini adalah gua tempat persembunyiannya?"
tanya Prabu Purbaya. "Iya, pasti! Itu lihat," sebuah batu besar di samping
mulut goa. Pastilah itu penyebabnya hingga kita tidak dapat
memanggilnya. Dia mengunci mulut goa itu dengan batu
besar." jawab Cempaka meyakinkan.
"Dan sekarang kita akan dapat memanggilnya?" Prabu
Purbaya berkata lirih. "Tetapi, dia ah" dia berada tidak jauh lagi. Kita dapat
mengejarnya Tuanku. Dia berlari ke arah barat sana."
681 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Hei, bibi yakin!?" Cempaka terheran.
"Marilah tuanku, jangan membuang-buang waktu!"
desak Anting Wulan. "Baiklah, kita kejar siluman itu. Hup!" Prabu Purbaya
melesat bersama dengan Cempaka. Anting Wulan pun


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian bergerak menyusulnya. Dan gerak kilat yang telah
didapatkannya dipantai selatan segera digelarkannya.
"Maaf, hamba mendahului tuanku!" seru Anting Wulan.
Tubuh Anting Wulan melesat ke arah barat mendahului prabu
Purbaya, Cempaka dan raden Saka Palwaguna suaminya.
Sementara itu si Tunggul kudanya mengikuti di samping
mereka. Melihat hal tersebut, Raden Saka Palwaguna merasa
tidak enak hati. Karenanya dia berkata menyarankan agar si Tunggul
ditunggangi saja oleh kedua penguasa keraton Sunda di
sampingnya, "Tuanku berdua dapat menunggangi si Tunggul.
Biar hamba mengiringi disampingnya."
"Biarlah paman. Sekali-kali biarlah keringat mengalir di
tubuh kami berdua. Marilah kita berpacu menyusul istrimu."
ajak prabu Purbaya dengan penuh semangat.
"Oh, itu dia Lastri. Ada dihadapanku." Anting Wulan
telah berhasil menyusul Lastri. Kemudian dia berseru keras,
"Heiii, tunggu aku siluman jahat!"
"Engkau tidak akan bisa lari dariku Lastri. Agaknya
682 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
siluman itu benar-benar telah menyatu dengan dirimu.
Menyatu dengan aliran darah dan bahkan dengan nafasnya.
Karena itu?" "Karena itu apa"!" sergah Lastri.
"Karena itu aku terpaksa akan bertindak keras, demi
ketentraman tanah ini."
"Hm"! Kau akan membunuhku?"
"Aku akan melenyapkan keangkaramurkaan yang
bersarang di tubuhmu!"
"Hm" Hm"! Hahahaha" Apakah engkau tidak sanggup
menghadapiku seorang diri"! Marilah kita cari tempat yang
sepi. Tempat yang tidak akan dapat dijamah oleh temantemanmu itu."
"Aku tidak dapat diperdaya oleh dirimu lagi. Tempat ini
juga akan kubuat menjadi kuburanmu. Hupp!" Anting Wulan
mulai menggelarkan aji Banyu Cakra Buana.
Sementara di hadapannya Lastri telah berubah bentuknya
menjadi makhluk bersisik yang sangat menyeramkan. Tubuh
yang dipenuhi sisik, kini terbungkuk-bungkuk. Pertanda nenek
Ranggis siluman ular dari lereng merapi itu telah hadir di dalam
diri Lastri yang telah berubah menjadi makhluk yang
menyeramkan. "Hmm!" Ahahahahahh!" geraman dan seringai tawa
menyeramkan terdengar. Tawa itu mengejek dengan berkata,
683 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Hahahaha ayo lontarkanlah! Lontarkanlah Banyu Cakra Buana
andalanmu itu, Heh, Dewi Pengung!"
"Apa ini" Kekuatan apa yang memasuki diriku" Oh, Sang
Dewi kah" Oh, iya agaknya guru" wanita agung itu telah
membantu diriku." Anting Wulan merasakan sebuah kekuatan
merasuki dirinya. Kekuatannya bertambah. Dengan gembira
dia berseru pada lawannya, "Hai jaga seranganku nenek
siluman! Hiyaatt!!" Ketika pertarungan baru saja dimulai, dari arah timur muncul
tiga sosok tubuh saling susul menyusul. Dan ternyata, mereka
adalah raden Saka Palwaguna, prabu Purbaya dan
permaisurinya. "Saya akan membantunya, Tuan." kata Saka Palwaguna
bagaikan meminta ijin. "Biarkanlah dahulu. Aku kira istrimu masih dapat
mengimbanginya. Jangan khawatir, aku pun tidak akan
membiarkan bibi Wulan mendapat celaka." jawab Prabu
Purbaya menenangkannya. "Terima kasih, Tuan."
Sementara itu, pertarungan itu masih berjalan alot. Nenek
Ranggis dalam tertawaannya bersiasat untuk memenangkan
pertarungan. Pikirnya,"Wahhahahah, aku akan mengubah cara
pertempuran ini. Dan aku yakin dewi laut selatan itu tidak akan
mengikuti caraku." Lalu, sontak tubuh Lastri yang dibantu oleh nenek Ranggis yang
684 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
menjadi lawan Anting Wulan itu bergetar hebat, semakin lama
getarannya itu semakin tidak kentara karena semakin kuat.
Hingga akhirnya tubuhnya lenyap dari pandangan mata.
"Oh, lawanku menggunakan aji Halimunan." Anting
Wulan terkesiap. "Ayolah dewi Pengung, kejarlah aku!" terdengar ejekan
Lastri tanpa wujudnya. Anting Wulan nampak menjadi kerepotan ketika tiba-tiba
mendapat serangan dari arah yang tidak diketahuinya. Dalam
kerepotannya, Anting Wulan merasakan suatu keanehan.
Kekuatan yang menggemuruh di dalam dirinya dirasakan
lenyap dalam seketika. "Oh, apa yang terjadi pada diriku" Tiba-tiba saja
kekuatanku lenyap sebagian. Oh" apakah sang dewi guruku
telah meninggalkanku, meninggalkan tubuhku"!"
"Dinda, pusatkan seluruh kekuatan saktimu pada indra
pendengaran. Berhati-hatilah. Kita akan menghadapi serangan
itu hanya dengan pendengaran kita."
"Kanda benar, itu adalah jalan satu-satunya yang dapat
kita lakukan." "Hei, dimana prabu Purbaya dan permaisurinya itu?"
"Bukankan tadi dia berada bersama Kanda?"
"Entahlah Dinda. Ketika aku mendekatimu keduanya
685 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
masih berdiri disana."
"Oh, apakah kedua junjungan kita itu mengejar siluman
itu dengan aji Halimunan?"
"Entahlah Dinda, tetapi hmm iya ya" agaknya demikian.
Lihatlah sekarang, kita tidak lagi merasakan gangguan dari
siluman ular itu." "Ah, kita terus waspada. Agaknya di sekitar tempat ini
tengah terjadi pertarungan. Entah sang dewi guruku, entah itu
sang Prabu dan permaisurinya."
Kita tinggalkan dahulu Anting Wulan dan suaminya, Saka
Palwaguna. Sekarang marilah kita ikuti kepergian prabu
Purbaya dan permaisurinya.
Ketika melihat Lastri yang telah berubah bentuk itu lenyap dari
pandangan mata. Prabu Purbaya dan Cempaka saling pandang.
Keduanya kemudian membaca matra. Dan sesaat setelah raden
Saka melompat mendekati istrinya, tubuh prabu Purbaya dan
Cempaka lenyap dari pandangan mata.
"Lihatlah itu Dinda, ada seorang wanita cantik tengah
menghadapi Lastri." "Dia pastilah penguasa laut selatan, guru dari bibi
Wulan." "He he he he... Kau mengejar aku dewi Pengung" Heh,
apakah engkau tau apa akibatnya jika kau menghadapiku
dengan cara seperti ini" Ha ha ha ha ha! Kekuatanku masih
merupakan kekuatan gabungan dengan manusia, dewi
686 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Pengung! Ha ha ha ha ha!"
(24) Pada kisah yang lalu diceritakan, Nenek Ranggis yang
telah bersekutu dengan Lastri menghilang dari
pandangan mata. Prabu Purbaya dan Cempaka yang
melihat hal tersebut segera mengejarnya. Akan tetapi di
alam lain... "Lihatlah itu Dinda, ada seorang wanita cantik yang
nampak begitu agung tengah menghadapi nenek Ranggis."
"Dia pastilah penguasa laut selatan, guru dari bibi
Wulan." "He he he he... Kau berani mengejar aku dewi
Pengung" Apakah engkau tidak tau apa akibatnya
menghadapiku dengan cara seperti ini" Ha ha ha ha ha!"
Terdengar Nenek Ranggis tertawa terkekeh, lalu dia berkata
lagi. "Kekuatanku masih merupakan kekuatan gabungan dari
siluman dan manusia. Aku saat ini bukan hanya merupakan
mahluk halus, bukan sekedar siluman, tetapi aku juga adalah
manusia. Ha ha ha ha ha ha!"
"Aku menyadari akan kekuatanmu saat ini, tapi aku
tidak gentar wahai siluman jahat!" tanpa basa basi, dewi
Pengung alias penguasa laut selatan segera mengerahkan
serangan ajian Banyu Cakra Buana tingkat tertinggi yang
dimilikinya ke tubuh siluman ular dihadapannya. Akan tetapi...
687 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Oh, lihatlah kanda, serangan penguasa laut selatan itu
hampir tidak ada artinya. Siluman ular jahat itu mulai
mendesak." "Iya, kita harus menolongnya. Jika tidak, penguasa laut
selatan akan mendapatkan kesulitan. Persekutuan nenek
Ranggis dengan Lastri membuatnya menjadi semakin tangguh.
Sementara penguasa laut selatan itu tidak mampu membawa
tubuh bibi Wulan ke alam ini."
"Iya, karena kekuatan penguasa laut selatan dengan bibi
Wulan bukan merupakan kesatuan. Oh lihatlah itu kanda..."
Tanpa berbicara lebih lama lagi, Cempaka segera
melesat memapaki serangan nenek Ranggis. Telapak tangan
yang halus tapi berisi kekuatan ajian Banyu Cakra Buana paling
sempurna mampu mendorong mundur nenek Ranggis hingga
dia menggeram marah. Walau demikian, nenek iblis itu tidak
terluka sedikitpun. "Engkau mencampuri urusanku lagi. Engkau berada di
alamku, engkau tidak akan dapat mengalahkan aku!"
"Kita akan menghadapinya dengan pusaka kita, Kanda."
"Ya, mari Dinda."
Menyadari kedua lawannya akan mengeluarkan senjata
pusaka ampuhnya, kembali Nenek Ranggis melesat menerjang
dua lawannya. Tetapi penguasa laut selatan yang berdiri
disampingnya, melesat menghadang serangan siluman ular itu.
688 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Mundurlah, sang Dewi..." berkata Prabu Purbaya.
Nenek Ranggis kembali ke alam nyata, di tengah hutan
di kaki bukit Burangrang. Setibanya di alam nyata, bagaikan
meteor cepatnya nenek Ranggis menerjang Anting Wulan.
"Awas dinda, Wulan!" seru Saka Palwaguna.
"Mundurr!!! jangan coba-coba mendekat."
Prabu Purbaya bersama istrinya dan sang dewi
penguasa laut selatan tidak mampu untuk berbuat apapun
untuk beberapa saat. "Eh, hahahahahaha! Ah hahahaha!! Engkau pun jangan
coba-coba untuk merasuk kedalam tubuhnya. Aku akan
memutuskan nadi muridmu ini, wahai dewi Pengung!"
Raden Saka tertegun, tubuhnya gemetar. Sementara
Anting Wulan sendiri telah lumpuh secara total. Bahkan untuk
mengeluarkan suara pun ia tidak lagi mempunyai kekuatan.
Raden Saka kemudian memandang prabu Purbaya dan
permaisurinya seakan-akan meratap memohon pertolongan.
Dan wanita agung penguasa laut selatan melangkah perlahanlahan mendekati prabu Purbaya dan Cempaka...
"Hanya tuanku berdua lah yang mampu menyelamatkan murid hamba. Untuk itu, hamba mohon agar
tuanku yang mulia mau menolongnya. Selamatkanlah murid
hamba." Prabu Purbaya dan Cempaka tidak menjawab 689 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
permohonan tersebut. Akan tetapi keduanya justru menjadi
cemas tiada terkira. Untuk beberapa saat, suasana di hutan
menjadi sunyi. Melihat hal tersebut kembali penguasa laut
selatan membungkukkan tubuhnya untuk menghaturkan
sembahnya. "Wahai sang penjaga alam, pencipta ketentraman
bumi... tolonglah... selamatkanlah wanita perkasa yang jujur
dan berhati bersih itu. Selamatkanlah dia wahai sang penjaga
alam yang agung." Mendengar kata-kata itu, prabu Purbaya dan
permaisurinya tertegun. Akan tetapi tiba-tiba ia merasakan
suatu keanehan. Hawa hangat yang mulai mengalir di seluruh
tubuhnya. Dan pada saat itu juga, cahaya keemasan yang
gemilang memancar dari tubuh pasangan suami istri dari
keraton kerajaan Sunda. Prabu Purbaya dan Cempaka tidak
dapat mencegah ketika melihat Saka Palwaguna dan penguasa
laut selatan itu menjatuhkan diri dan berlutut menghaturkan
sembah. Sementara itu... "Engkau tidak boleh mencampuri urusanku! Hyang
Agung telah memberikan wewenang kepadaku untuk bertindak
di mayapada ini sesuai dengan kutukan yang dijatuhkannya
kepadaku!!" nenek Ranggis berteriak kalap.
"Dan aku pun mendapat tugas untuk melebur iblis jahat
seperti dirimu!" "Benar kanda Wisnu. Sudah tidak ada kesempatan lagi
bagi iblis itu untuk hadir di mayapada ini. Lepaskanlah wanita
itu wahai siluman ular!"
690 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Kau tidak bisa memaksaku... Aku dapat membunuh
wanita ini jika kau terus memaksaku. Menyingkirlah kau! Dan
jangan mengganggu urusanku"
"Lepaskan wanita itu!" suara dewi Pohaci menggema.
"Tidaaak!" jerit nenek Ranggis kalap.
"Lepaskan wanita itu!" kali ini suara dewa Wisnu
menggema. "Aku, ... aku dapat membunuhnya. Menyingkirlah
kalian! Aku dapat membunuh wanita ini! Menyingkirlah


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hehehehehhh! Menyingkirlah kalian! Jika kalian terus memaksa
aku dapat membakar wanita ini bersama tubuhku.
Menyingkirlah!" "Kau harus melakukan perintahku!"
Prabu Purbaya yang telah dirasuki oleh kekuatan yang agung itu
kemudian memejamkan matanya. Cahaya gemilang yang
memancar diseputar tubuhnya tiba-tiba membias semakin
jauh. Merambat mendekati nenek Ranggis yang tengah
memeluk erat-erat tubuh Anting Wulan yang tidak berdaya.
"Jangan coba main-main dengan ku. Aku akan
membawa wanita ini mati bersamaku, jangan coba-coba..."
Nenek Ranggis dalam kegelisahan bergerak mundur menjauhi
cahaya yang mencurigakannya. Sementara itu Raden Saka
Palwaguna menjadi gelisah melihat istrinya yang terus diseret
691 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
mundur dengan nadi utama disekitar lehernya ditekan oleh
nenek siluman itu. Akan tetapi tiba-tiba saja, cahaya itu
melonjak cepat menyelimuti nenek Ranggis yang mundur
perlahan-lahan. Dan seketika itu juga nenek Ranggis nampak
menjadi lemah tidak berdaya dan kemudian jatuh ke bumi. Dan
tubuh yang menyeramkan kembali menjadi wanita muda
dengan rambut terurai. Melihat hal tersebut raden Saka
Palwaguna melompat cepat memeluk tubuh istrinya.
"Huppp! Dinda, dinda Anting Wulan!?"
"Kanda Saka, ohh... dimanakah nenek siluman itu?"
"Lihatlah itu, prabu Purbaya yang telah dirasuki
kekuatan agung telah menolongmu."
"Ohh... terima kasih tuanku yang mulia, tuanku yang
agung." "Hmmm... Lastri,.. aku harus membunuhnya. Aku harus
membunuh siluman jahat ini. Huupppp!!!"
"Tunggu!!" "Kenapa tuanku menahan saya yang hendak
melenyapkan penyebab malapetaka di tanah Pasundan ini?"
"Bukankah kau sahabatmu, Lastri?" dahulu akan "Iya, akan tetapi bukankah..."!"
menyelamatkan 692 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Aku mampu untuk memisahkan siluman itu dari tubuh
sahabatmu" "Oh,...Mungkinkah itu, tuanku?"
"Tetapi kanda, siluman itu,... siluman itu tidak akan
dapat kanda musnahkan secara sempurna"
"Kanda akan mampu mencegah murkaannya. Mundurlah Anting Wulan."
keangkara "Baiklah tuanku..."
Prabu Purbaya mendekati tubuh Lastri yang tergeletak tidak
berdaya. Tepat disamping tubuh Lastri Prabu Purbaya yang
telah dirasuki kekuatan agung mengangkat kedua tangannya
tinggi-tinggi, dan... secara tiba-tiba ditangan prabu Purbaya
muncul sebuah pundi-pundi kecil terbuat dari emas murni
lengkap dengan penutupnya. Kemudian prabu Purbaya
meletakkan tangannya diatas kepala Lastri, dan kemudian dari
ubun-ubun kepala Lastri keluar seekor ular mas kecil yang
kemudian dipegang oleh prabu Purbaya dan dimasukkan
kedalam pundi yang terbuat dari emas.
"Marilah ikut aku dinda Pohaci..."
"Oh mereka lenyap dinda Wulan, apa yang sebaiknya
kita lakukan!?" "Kembalilah ke kraton Sunda segera, kami menunggu
kalian disana" 693 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Itu kanda, kita diharapkan untuk segera kembali ke
Karang Sedana. Mari..."
"Ya, naiklah kau ke punggung si Tunggul, biar aku akan
mengiringimu disampingnya."
"Ah mengapa demikian, kita bisa tunggangi si Tunggul
bersama-sama. Lastri di muka bersamaku"
"Terima kasih dinda, biarlah dinda bersama Lastri saja,
kasihan si Tunggul kita tunggangi bertiga"
"Baiklah" Raden Saka Palwaguna mengerahkan ajian Kidang Mamprung
menjejeri Anting Wulan yang mengendarai kuda hitam.
Matahari pagi naik semakin tinggi, tetapi belum lagi tepat
tengah hari Raden Saka Palwaguna telah tiba di gerbang kraton
Sunda. "Selamat datang tuan. Baginda sudah lama menunggu
tuan berdua." "Ha" Baginda Purbaya dan permaisurinya?"
"Iya, baginda dan permaisurinya"
"Hmm, marilah Dinda... kita tambatkan si Tunggul. Kita
mencuci muka dulu. Dan kemudian kita menghadap baginda
Purbaya." 694 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Eh.. iya. Mari kanda" tergagap Anting Wulan
menanggapi Saka Palwaguna, karena benaknya terus dilanda
keheranan tak bertepi. Bagaimana bisa Purbaya dan Cempaka
yang dikenalnya bahkan sering ditolongnya sejak kecil telah
memiliki kesaktian yang jauh diatasnya. "Oh, rupanya Baginda
Purbaya bukan hanya memiliki aji Halimunan, tetapi sekaligus
berpindah tempat. Ohh... Luar biasa sekali."
"Salam hormat kami ucapkan, kepada tuanku berdua
yang agung." "Terima kasih kami, ucapkan kepada paman dan bibi
berdua yang telah membantu kami melenyapkan siluman
angkara murka itu" "Tetapi bolehkah kami tau, apa yang telah tuan lakukan
pada nenek Ranggis itu?"
"Aaah... baiklah, tetapi bagaimana dengan Lastri
sahabat bibi Wulan?"
"Dia baru saja tersadar dan kini ini tengah beristirahat
ditemani oleh Kayan dan Paramudita"
"Aah.. ketahuilah Bibi Wulan, paman Saka... aku telah
menguburkan siluman ular itu di tempat mana dulu bibi
bersemadhi" "Oh" Gunung Wangun?"
"Ya. Gunung Wangun"
695 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Mengapa di tempat itu, jika hamba boleh tau?"
"Tempat itu tempat yang aman bagi kuburan siluman
ular itu. Karena tempat itu merupakan tempat yang paling
ditakuti oleh penduduk disekitarnya. Aku telah menanamnya di
dalam gua itu." "Ohh iya, tuan benar. Tempat itu memang sangat aman.
Tidak ada seorangpun yang akan berani naik hingga kesana."
"Lalu sekarang bagaimana rencana paman dan bibi
berdua" Ingin kembali ke Mataram" Eh tetapi aku masih
mengharapkan paman dan bibi tetap beristirahat disini untuk
beberapa hari lagi."
"Sebenarnya kami sangat senang berada disini tuanku,
tetapi awal purnama depan kami berdua sangat diharapkan di
mataram." "Hei, apakah kakang prabu Sanjaya sudah mengetahui
tentang kebersamaan kalian kembali?"
"Belum tuanku, kehadiran... kehadiran hamba berdua
sangat diharapkan untuk membantu beliau menaklukkan
beberapa kerajaan diseberang lautan."
"Ooh hebat sekali kakang prabu Sanjaya... Hebat
sekali." Prabu Purbaya menghela nafas dalam-dalam. Secara
pribadi ia sangat mengagumi ambisi dari prabu Sanjaya. Namun
jauh dalam lubuk hatinya, dia mengkhawatirkan keselamatan
696 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
prabu Sanjaya yang sangat mengikuti ambisinya.
(25) Pada kisah yang lalu diceritakan, Prabu Purbaya telah
berhasil melumpuhkan siluman ular dan kemudian
mengurungnya di dalam pundi emas. Dan pundi emas
yang berisi ular mas yang merupakan ruh dari Nenek
Ranggis, siluman ular jahat itu dipendam di dalam
tanah di sebuah gua dipuncak gunung Wangun. Dengan
demikian Lastri berhasil diselamatkan Prabu Purbaya.
Siang harinya, di keraton Sunda"
"Lalu, kapankah kalian akan kembali?" Prabu Purbaya
bertanya. "Secepatnya Tuanku, karena rencana baginda Sanjaya
hanya tinggal sepuluh hari lagi?" jawab Raden Saka Palwaguna.
"Baiklah. Jika engkau akan berangkat, sampaikanlah
salam kami berdua pada kakang prabu Sanjaya." pinta prabu
Purbaya. "Akan hamba sampaikan. Jika tidak ada lagi yang akan
tuanku berdua sampaikan, hamba akan bersiap-siap. Dan
melihat keadaan Lastri." balas raden Saka. Dia kemudian
menjura, menghaturkan sembah.
"Ah baiklah, silakan Paman. Ehm, aku pun akan
menjenguknya." kali ini permaisuri Cempaka yang menimpali.
697 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Jika begitu, hamba berdua pamit terlebih dahulu."
giliran Anting Wulan yang kini berpamitan.
"Silakan?" kedua penguasa Karang Sedana menjawab
berbarengan. Anting Wulan dan suaminya, Saka Palwaguna kembali ke bilik
mereka untuk mengemasi pakaian dan perbekalan. Belum
sampai mereka di bilik, keduanya mampir di kamar yang
ditempati Lastri. Ada Kayan tengah duduk di meja kecil sambil
membaca sebuah kitab. Adapun Lastri tampak tertidur di
peraduan bilik itu. "Bagaimana keadaan bibi Lastri, Kayan?" sapa Anting
Wulan. "Ah, tadi bibi Lastri tersadar, tetapi agaknya sekarang
Bibi tertidur kembali." jawab putranya. Ditutupnya buku yang
tengah dibacanya. Lalu diletakan di meja. Kemudian pimpinan
pengemis Tongkat Merah itu bangkit dan menyalami ayah
bundanya dengan khidmat. Anting Wulan dan Saka Palwaguna
duduk menghadapi putranya, mereka berbincang-bincang
ringan. Dibelakang mereka, Lastri mulai tersadar karena suara
perbincangan mereka itu. "Ehmm" ehmm Oh, Nyai"! Nyai.."
"Eh, Lastri, engkau sudah sadar kembali?" sapa Anting
Wulan yang kemudian berjalan mendekati pembaringan
dimana Lastri terbangun. "Oh Nyai, apa sebenarnya yang telah terjadi dengan
698 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
diriku" Apa yang telah aku perbuat selama ini pada Nyai" Aku"
aku benar-benar tidak mengerti. Aku pantas mendapat
hukuman yang seberat-beratnya. Segalanya terjadi adalah
karena keserakahanku. Karena keinginanku untuk menjadi
wanita perkasa seperti halnya engkau. Maafkan aku Nyai?"
"Itu bukan salahmu Lastri. Apakah engkau lupa bahwa
aku lah yang justru menumbuhkan sikap itu dalam tubuhmu.
Didalam tubuh setiap murid kembang hitam. Engkau tidak
bersalah. Sekarang semuanya telah sirna. Iblis itu sudah
musnah. Iblis itu sudah lenyap dari percaturan tanah ini."
"Benarkah itu Nyai" Iblis itu dapat dikalahkan" Nyai kah
yang mengalahkannya?"
"Baginda Purbaya. Beliau yang memisahkan siluman itu
dari tubuhmu." "Oh?" "Jika tidak mungkin kami akan membunuhmu sekaligus
dengan siluman ular itu. Karena itu berterima kasihlah pada
beliau." "Ya, saya akan berterima kasih. Beliau seorang raja
besar. Seorang bangsawan agung. Masih juga mau
menyusahkan dirinya untuk memikirkan keselamatan saya,
seorang wanita yang tidak berarti. Bahkan wanita keji yang
telah menciptakan malapetaka sekalipun saat itu saya berada
dalam kekuasaan nenek Ranggis."
Pintu bilik itu kemudian terbuka. Prabu Purbaya dan permaisuri
699 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Cempaka yang ternyata sedari tadi menunggu di luar, kemudian
memasuki bilik. "Tidak ada bedanya nyawa aku dan nyawa kaum Sudra
sekalipun. Dimataku semuanya adalah sama." Sambil
tersenyum, prabu Purbaya berkata-kata.
"Oh, terima kasih Tuanku. Karena tuanku lah nyawa
hamba yang dikuasai oleh siluman pembawa bencana masih
berada pada raga ini. Terima kasih, Tuanku." Lastri serentak
bangkit, kemudian bersujud dan menjura menghaturkan
sembah. "Bangkitlah, Nyai. Dengan lenyapnya siluman itu aku
mengharapkan engkau kini kembali menjadi seorang pendekar
wanita mengikuti jejak gurumu, Bibi Wulan"
"Itu memang adalah cita-cita hamba. Mengabdi,
menyerahkan seluruh jiwa raga ini pada Nyai Kembang Hitam
yang telah membentuk saya menjadi wanita perkasa."
"Oh, ya" Kayan dimanakah Paramudita, mengapa dia
tidak berada bersama mu?" tanya Cempaka pada Kayan karena
tidak tampak olehnya keberadaan putrinya di bilik itu.
"Adik Dita pergi meninggalkan saya yang tengah
menjaga bibi Lastri setelah ibu saya menemui baginda di
balairung." Kayan menjelaskan.
"Oh, Kanda biarlah aku pergi mencari Paramudita. Aku
khawatir anak itu macam-macam lagi." Cempaka menggamit
prabu Purbaya, kemudian berbisik lirih meminta izin pada


Babad Tanah Leluhur Karya Tizar Sponsen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

700 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
suaminya. "Baik. Marilah kita bersama mencarinya." Lalu Purbaya
berkata, "Kami permisi Bibi, Paman. Dan kau baik-baiklah
beristirahat Lastri."
"Oh, terima kasih Tuanku." ucap Lastri yang masih
bersimpuh. Kedua penguasa keraton Sunda itu kemudian keluar dari bilik
tamu. Keduanya berjalan berdampingan melalui bilik mereka.
"Kanda, kanda tunggu sajalah di bilik. Dinda akan
mengitari serambi kiri kemudian melalui taman sari. Dinda akan
kembali lagi. Dinda yakin setidak-tidaknya Paramudita berada
di taman sari." "Baiklah. Kanda menunggu di bilik. Berhati-hatilah
berbicara padanya, Dinda" pesan prabu Purbaya.
"Dinda mengerti?"
Cempaka bergegas cepat menyusuri serambi kiri. Sambil
sesekali menegur dayang atau pun pengawal dalam, kalaukalau melihat putrinya. Dan dari seorang dayang akhirnya dia
mendapat kepastian bahwa putrinya berada di taman sari.
"Oh, benar. Itu dia Paramudita di bawah pohon besar
itu." mata Cempaka berhasil menemukan putrinya tengah
terisak lirih, terduduk di bawah sebatang pohon besar di taman
sari. Cempaka lalu menyapa lembut, "Dita" Dita" Oh, Dita
mengapa engkau bermain sendiri" Engkau tidak bersama
701 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
bersama Kayan?" "Dita sedih, Bu. Dita tau kakak Kayan akan pergi sebab
ibunda dan ayahanda yang pergi bersama orang tua kakak
Kayan sudah kembali." tutur Paramudita dengan suara sedih.
"Dita, bukankah ibu dan ayahanda sudah bicara
kepadamu kemarin. Kami akan mengajakmu main ke Mataram
untuk mengunjungi sahabatmu Kayan dan engkau sudah
berjanji tidak akan bersedih lagi?"
"Iya Dita memang sudah berjanji. Tapi tidak tahu
kenapa Dita jadi sedih lagi.."
"Ah, Dita. Dengarlah apakah Dita tidak ingin menjadi
seorang wanita yang gagah?"
"Dita ingin menjadi wanita yang gagah. Dita ingin pandai
seperti kakang Kayan."
"Apakah Dita suka menjadi wanita yang lemah?"
"Ya tidak, Bu?"
"Naah jika begitu Dita tidak boleh menangis."
"Dita tidak menangis?" sembari lengannya menyusut
air mata di pipinya. "Dita juga tidak boleh menunjukkan sikap murung dan
bersedih seperti ini. Wanita gagah tidak akan bersedih hati.
Wanita gagah harus bisa mengatasi rasa sedih."
702 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ya, ya Bunda, Dita tidak akan bersedih." Paramudita
kembali mengusap sisa air mata di pipinya.
"Nah nanti jika kakangmu Kayan pamit untuk pergi, Dita
harus mengantarkan nya dengan hati yang tegar, tersenyum itu
adalah ciri wanita yang gagah."
"Iya, Bu. sekarang juga Dita akan menemui kakang
Kayan. Dita tidak akan lari bersembunyi dan bersedih lagi. Dita
ingin menjadi wanita yang gagah?"
"Kau tidak ingin bertemu dengan ayahandamu?"
"Nanti Bu, Dita akan menemui ayahanda. Biarlah Dita
menemui kakang Kayan dahulu."
"Oh, Paramudita?" gumam Cempaka lirih. Hatinya
dipenuhi perasaan iba pada putrinya itu. Paramudita berjalan
bergegas keluar taman sari, bagai hendak kehilangan sesuatu
yang amat berharga. Setelah putrinya itu menghilang dari pandangan matanya,
Cempaka pun beranjak menuju bilik. Di dalam bilik, suaminya
bertanya cemas, "Oh, dimana Paramudita" Engkau tidak
menemukannya?" "Dia sekarang main bersama Kayan. Nanti dia akan
kemari." jawab Cempaka singkat. Dia lalu berlari manja menuju
Purbaya. "Ehm kanda prabu?" Cempaka berkata meragu.
703 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Ada apa dinda?"
"Eh Putri kita, Paramudita. Hatinya begitu keras, tidak
beda dengan kanda." "Heh apa yang dinda temukan pada dirinya?"
"Aku terpaksa mengusik kembali keinginannya untuk
belajar olah kanuragan?"
"Heh"!" "Yah, terpaksa kanda prabu. Karena ehm" aku
mencoba untuk menghilangkan kelemahannya, sikap
sedihnya." "Tetapi dengan demikian dinda telah menanamkan janji
Dita kelak akan menagihnya" Purbaya tampak masih
menyesalkan sikap istrinya.
"Apakah memang kanda tidak akan memberikan
pelajaran olah kanuragan" Kanda akan membiarkan Dita
tumbuh menjadi seorang wanita yang lemah."
"Apakah tanpa olah kanuragan Dita akan mendapat
kesulitan" Aku justru merasa sebaliknya. Dengan mempelajari
olah kanuragan dia akan terseret oleh kesulitan dan
marabahaya." "Tapi kanda prabu?"
704 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
"Pernahkan dinda membayangkan mempelajari olah
kanuragan tanpa suatu masa pendadaran?"
"Mengapa tidak kanda prabu?"
"Siapakah yang kelak akan menjadi temannya berlatih"
Apakah selamanya hanya kita dan tokoh-tokoh keraton ini"
Heeh"! Apa jadinya dengan anak kita itu" Siapa yang akan bisa
menghadapi putri kita secara bersungguh sungguh" semua
pelajarannya tidak akan ada artinya tanpa masa pendadaran."
"Oh iya, kanda benar. Tetapi itu semua jauh lebih baik
daripada dia tidak memiliki kepandaian olah kanuragan kanda
prabu." "Tanpa mempelajari olah kanuragan dia tidak akan
melewati masa pendadaran. Dan dia akan dapat hidup damai
dan tenteram di dalam keraton ini. Apa dinda dapat
menahannya jika suatu saat anak itu terusik hatinya untuk main
keluar istana ini?" "Jadi kita tetap tidak akan memberi pelajaran olah
kanuragan" Lalu bagaimana dengan perintah kanda pada
paman Jangkung pengawal utama keraton ini?"
"Kanda hanya memerintahkannya untuk memberikan
pelajaran semedhi. Pelajaran itu kanda maksudkan untuk
membentuk tubuhnya agar menjadi sehat. Olah kanuragan
bukanlah segala-galanya. Aku sangat menyayangi anak itu."
"Iya kanda dinda pun demikian?"
705 34. GEMURUH DENDAM GEMURUH RINDU
Sementara itu Anting Wulan dan raden Saka Palwaguna mulai
berkemas. Lastri pun yang sudah dapat mengembalikan
tenaganya mengiringi anting wulan dan keluarganya untuk
berpamitan pada prabu Purbaya dan permaisurinya.
"Berangkatlah paman dan bibi, doa kami menyertai
kalian. Dan sampaikan pula salam kami pada kakang prabu
Sanjaya junjungan kalian."
"Akan hamba sampaikan. Kami permisi?"
Anting Wulan bersama dengan keluarganya dan Lastri
menuntun kuda mereka hingga ke pintu gerbang istana.
Api Di Bukit Menoreh 11 Satria Gendeng 05 Perempuan Pengumpul Bangkai Dewi Maut 2

Cari Blog Ini