Ceritasilat Novel Online

Kemelut Tahta Naga Ii 13

Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p Bagian 13


Giau, sebab mereka terdiri dari orang-orang nekad.
Di halaman dalam Yang-wan-kiong, terpisah
dari hiruk-pikuk di luar Yang-wan-kiong,
pertarungan antara Kam Hong Ti dan Yong Ceng
Kemelut Tahta Naga II/21-22
15 mulai memperlihatkan selisih ilmu mereka.
Dulu Yong Ceng selapis di bawah Kam Hong Ti,
kini setelah berlatih teratur selama belasan
tahun, ternyata malahan semakin jauh di bawah
Kam Hong Ti. Bukan karena ilmu Yong Ceng
mengalami kemunduran, melainkan karena
kemajuan ilmu Kam Hong Ti lebih cepat dari
kemajuan Yong Ceng. Yong Ceng tentu tidak menduga kalau saat
itu ilmu Kam Hong Ti malahan sudah selapis
lebih tinggi dari tokoh-tokoh puncak seperti Pak
Kiong Liong atau Kim Seng Pa. Bahkan
seandainya Tong Lam Hou atau Pun bu Hweshio masih hidup, keduanyapun belum tentu
bisa mengalahkan Kam Hong Ti.
Namun hebat juga Yong Ceng yang sanggup
menandingi Kam Hong Ti sampai puluhan jurus.
Tubuhnya yang tegap itu sudah basah keringat,
sepasang lengannya yang kuat itu memutar
toyanya demikian kencang sehingga membentuk gulungan cahaya hitam yang
berubah-ubah bentuk di bawah cahaya lentera
Kemelut Tahta Naga II/21-22
16 kaca. Langkahnya ringan namun kuda-kudanya
kokoh kuat. Maka seorang pesilat sekaliber Kam Hong Ti
pun harus memeras keringat untuk melawan
Yong Ceng. Sengaja Yong Ceng bertempur dengan agak
mengulur waktu, dengan menyusun per
tahanan sebaik-baiknya, la memang menunggu
datangnya bantuan dari pengawal-pengawal
istana. Seandainya dia tahu bahwa para pengawal
istana masih dikacaukan oleh Pun-seng Hweshio, Ma Sun Hian dan pendekar-pendekar
lainnya. Seandainya dia tahu pula bahwa kelompok
Hiat-ti-cu dan para pendeta Ang-ih-kau sudah
dipengaruhi oleh Liong Ke Toh yang berambisi
merebut tahta, sehingga mereka tetap
berpangku tangan biarpun di Yang-wan-kiong
ada keributan yang mengancam nyawa Kaisar.
Seandainya Yong Ceng tahu pula bahwa Kim
Seng Pa sebagai komandan Ci-ih Wi-kun sudah
berhasil "disetir" oleh Teng Jiu. Karena itu Teng
Kemelut Tahta Naga II/21-22
17 Jiu membiarkan saja Yong Ceng terancam
bahaya, sebab Kam-Hong Ti dan kawankawannya itu adalah kawan-kawan lama Teng
Jiu juga. Seandainya Yong Ceng tahu itu, tentulah
tumpuan harapannya tinggal toyanya. Ia tidak
lagi harus bertanggung jawab sebagai seorang
raja yang berpengawal banyak, tapi secara
pribadi sebagai seorang rimba persilatan.
Setelah bertempur sekian lama dan ban
tuan yang diharap-harapkannya belum datangdatang juga, padahal tekanan Kam Hong Ti atas
dirinya semakin berat, maka Yong Ceng mulai
dihinggapi rasa panik. Sam bil memutar toyanya
untuk bertahan rapat-rapat, dia tidak malumalu lagi berteriak, "Pengawal! Pengawal!"
Jawabannya cuma sorak orang bertempur di
luar dinding Yang-wan-kiong, gemerincing
senjata tak putus-putusnya dan sekali-sekali
letusan bedil. Teriakan Yong Ceng tak ada yang
menggubris. "Kurang keras teriakanmu, In-heng..."ejek
Kam Hong Ti sambil menggencarkan serangan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
18 pedangnya. Berturut-turut ia lakukan jurusjurus In-liong-sam-hian (Naga Muncul di Mega
Tiga Kali), Lian-cu-sam-kiam (Tikaman Tiga
Beruntun) dan Liong-bun-sam-tiap-liong (Tiga
Gelombang di Pintu Naga). Tiga serangan yang
"serba tiga" itu dilakukan dengan rapat tanpa
selisih waktu. Tiga bacokan pendek dan tiga
tusukan dengan pedang yang lebih lincah dari
toya yang berat. Yong Ceng tidak berhasil
membuat toyanya mampu mengantisipasi se
cara tepat perubahan-perubahan kilat itu. Ia
mundur untuk mencarikan ruang gerak toyanya
yang panjang, tapi Kam Hong Ti selalu lincah
menutup ruang yang ditinggalkannya.
Maka bagian terakhir dari serangan
beruntun yang disebut Liong-bun-sam-tiap-long
itupun berhasil. Sabetan pedang ke kepala dan
dada bisa ditangkis, namun yang ke kaki terlalu
cepat bagi Yong Ceng. Sabetan itu melukai
bagian samping betis-nya.
Sambil berteriak kalap, Yong Ceng me
nyambarkan toyanya agak ngawur, setelah itu
Kemelut Tahta Naga II/21-22
19 lalu melompat mundur dan lari ke dalam
bangsal. Kam.Hong Ti memburu tanpa takut.
Yong Ceng memacu kakinya tanpa peduli
betisnya yang meneteskan darah, ia berlari
seolah tidak teriuka. Titik-titik darah
berceceran di lantai bangsal yang mengkilap.
Namun Yong Ceng mengharap, kalau tidak ada
pengawal yang membantunya, setidak-tidaknya
bangsal yang banyak ruangan dan pintunya
yang sudah dikenalnya itu bisa dijadikan arena
kucing-kucingan untuk memperpanjang nyawanya. Ternyata bukan bantuan yang ditemui,
malah tambahan musuh. Belum habis lorong itu
dijalani, mendadak di ujung lorong itu muncul
seorang lelaki berusia empatpuluh tahun,
tampan, berjubah serba putih dengan model
potongan kaum terpelajar. Dengan tangan
memegang pedang, ia menghadang larinya Yong
Ceng, sementara Kam Hong Ti masih memburu
dari belakang. Kemelut Tahta Naga II/21-22
20 "Pek Thai-koan!" Yong Ceng terkesiap
ketika mengenali orang itu.
"Aha, In-heng belum juga lupa kepadaku.
Malam ini sahabat-sahabat lamamu datang
mengunjungi, sambutan apa yang sudah kau
siapkan untuk kami" Loteng menyala, hujan
panah, hidangan beracun, atau apa?"
Waktu itu Kam Hong Ti sudah berhenti
mengejar, dan cuma berdiri menjaga di
belakang Yong Ceng agar tidak lari. Kang-lam
Thai-hiap itu tidak mau merendahkan harga
dirinya dengan main keroyok, biarpun terhadap
seorang yang paling dibencinya.
Sedangkan Yong Ceng seperti binatang
buruan yang sudah terpojok. Sikap takut ter
lihat nyata di wajahnya, tidak bisa lagi ditutuptutupi di balik sikap congkaknya. Mukanya
seputih kapas dan mengkilat oleh keringat
dingin. Ia terjepit di sebuah lorong, terjepit
antara dua bekas sahabat yang telah menjadi
musuh, sementara betisnya yang terluka mulai
terasa nyeri berdenyut-denyut.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
21 Saat itulah tiba-tiba dilihatnya bagian
dinding yang amat dikenalnya tepat berada di
sampingnya. Harapannya yang hampir padam
menyala kembali, dan ia akan merebut
peluangnya. Tiba-tiba ia meraung hebat, toyanya di
hantamkan sekuat tenaga ke arah Pak Thai
Koan, membuat pendekar itu agak kaget dan
menangkis sambil terhuyung. Ilmunya memang
tidak setinggi Kam Hong Ti.
Habis menyerang Pek Thai Koan, Yong Ceng
berbalik menyerang Kam Hong Ti sama
hebatnya. Tapi hanya satu gebrakan. Selagi Kam
Hong Ti menangkis, secepat kilat Yong Ceng
melompat ke dinding lalu memutar sebuah
hiasan dinding berbentuk cu (mutiara) di depan
moncong lukisan naga. Dinding itu tiba-tiba
amblas berputar, seperti pintu berputar dan
menghilanglah Yong Ceng ke baliknya secepat
kilat. Dinding itupun dengan cepat merapat
kembali, seperti semula. "Dia lolos!" kata Pek Thai Koan menyesal.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
22 Tanpa menjawab, Kam Hong Ti memutarmutar hiasan timbul berbentuk "cu" itu dengan
harapan akan membuka pintu rahasia untuk
mengejar Yong Ceng. Tapi gagal. Pintu itu
agaknya "dikunci" dari dalam oleh Yong Ceng.
Yong Ceng yang sudah tiba di balik pintu
rahasia itu terengah-engah sambil mengusapusap keringatnya. Namun ia merasa lega,
nyawanya seolah baru saja lolos dari lubang
jarum. "Bangsat Kam Hong Ti, bangsat Pek Thai
Koan, bangsat pula semua kantong nasi seperti
Kim Seng Pa, Hap To dan Biau Beng Lama, Be
Kun Liong dan semuanya. Di saat aku terancam
bahaya, tidak ada yang muncul, biasanya
mereka muncul hanya kalau ingin mengadukan
teman sendiri untuk mencari muka kepadaku.
Hem, menjemukan!" Lalu ia melangkah di lorong di balik pintu
rahasia itu, lorong yang akan muncul di Gi-sipong (ruang belajar). Langkahnya pincang, baru
kini ia ingat luka di betisnya yang cukup parah
Kemelut Tahta Naga II/21-22
23 dan mengeluarkan banyak darah. Tubuhnya
agak lemas. Tiba di Gi-si-pong, dilihatnya ruangan itu
gelap gulita karena memang tidak digunakan
untuk membaca. Tapi Yong Ceng sudah hapal
tempat itu seperti telapakan tangannya sendiri.
Ia yakin biarpun gelap takkan menabrak meja,
kursi, rak buku ataupun perabotan lainnya.
Tak terduga baru saja maju selangkah,
kakinya sudah terantuk tiang penyangga lilin
yang terbuat dari perunggu, yang diletak kan
melintang di lantai. Yong Ceng terhuyung
hampir roboh dan memaki. Ia berbelok, dan
jidatnya terbentur rak buku yang entah kenapa
sudah berubah letaknya. Makiannya tambah
keras. "Keparat! Siapa merubah-rubah letak
barang-barang di sini" Besok akan kuhukum
mati dia!" Waktu itulah dari salah satu sudut bertabir
kegelapan amat pekat, terdengar sua ra seorang
perempuan yang merdu namun dingin, "Besok"
Kemelut Tahta Naga II/21-22
24 Kau pikir masih ada besok manusia keji
berjantung anjing?" Dengan terkejut Yong Ceng memutar tubuh
ke arah suara itu sambil menyiagakan toyanya.
"Siapa di situ?" bentaknya.
Tak terdengar jawaban, hanya suara dengus
napas Yong Ceng yang tegang yang mengisi
ruangan itu. Tiba-tiba nampak letikan api di
arah suara itu, lalu disusul menyalanya
sebatang lilin. Kini Yong Ceng melihat seorang
perempuan yang ramping dan cantik, biarpun
usianya mendekati empatpuluh tahun. Tatapan
matanya dingin, tangan kanannya memegang
pedang, tangan kirinya memegang lilin yang
baru saja dinyalakan-nya, lalu diletakkannya di
sebuah meja terdekat dengannya.
Lu Se-nio?" Yong Ceng agak ragu menyebut
nama itu. "Ya. Aku datang menagih janjimu di Hongnia dulu. Waktu itu kau bilang, kalau kau
memerintah dengan melanggar kebenaran dan
keadilan, kau rela dipenggal oleh temantemanmu sendiri. Masih ingat tidak?"
Kemelut Tahta Naga II/21-22
25 Menghadapi Kam Hong Ti memang Yong
Ceng takut. Tapi menghadapi Lu Se-nio yang
tingkat ilmu silatnya bahkan tidak setinggi Pek
Thai Koan, Yong Ceng merasa tidak sepatutnya
merasa gentar. "Mau mengambil kepalaku" Boleh saja kalau
mampu!" sahut Yong Ceng sambil tertawa


Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejek. Lu Se-nio melirik ke arah nyala lilin yang
perlahan sedang menggerogoti seutas tali yang
direntangkan di atasnya. Namun itu terlindung
dari pandangan Yong Ceng.
Kata Lu Se-nio, "Ilmu silatmu memang lebih
tinggi daripadaku, In Ceng, tapi malam ini
mudah-mudahan bisa kulaksanakan amanat
para pendamba yang selama ini menjadi korban
tangan-besimu!" Tali tersembunyi itu putus digerogoti api
lilin. Maka dari langit-langit ruangan itu, tibatiba runtuhlah beberapa buah kursi yang
digantung di situ, menghujani tempat
berdirinya Yong Ceng. Kemelut Tahta Naga II/21-22
26 Yong Ceng terkejut karena mengira telah
disergap musuh, ia melompat ke samping, tapi
tak melihat seutas tali yang direntang tegang
satu jengkal di atas lantai. Kakinya terjirat dan
robohlah ia, disusul dengan robohnya sebuah
rak buku sehingga Yong Ceng "kehujanan buku".
Dan untuk menghindari kejatuhan rak buku
yang berat itu, Yong Ceng merangkak lebih
cepat dari apapun yang berkaki empat, lolos ke
tempat aman. Tapi baru saja ia melompat bangun, Lu Senio telah turun tangan. Pedangnya yang
kemerah-merahan di bawah cahaya lilin itu
berkelebat ke arah Yong Ceng.
Yong Ceng mengangkat toya untuk
menangkis, sambil melompat mundur untuk
mencari posisi yang mapan.
Memang ilmu silat Yong Ceng lebih tinggi
dari Lu Se-nio, tapi saat itu ada beberapa hal
yang merugikan dirinya. Pertama, mentalnya
tidak siap kalau malam itu ia "dikunjungi
teman-teman lama". Kedua, pikirannya dipenuhi rasa jengkel dan kacau karena tak ada
Kemelut Tahta Naga II/21-22
27 seorangpun pengawal yang muncul membantunya. Ketiga, luka di betisnya yang
belum sempat dibalut itu terus meneteskan
darah, dan melemahkan tubuhnya perlahanlahan.
Sebaliknya Lu Se-nio dalam puncak
semangatnya. Tak dibiarkannya Yong Ceng
mendapatkan posisi yang betul-betul mapan, la
terus memberondong dengan pedangnya, dan
Yong Ceng dipaksanya jatuh dalam posisi
bertahan saja. Sambil bertahan, kembali Yong Ceng
memanggil-manggil, "Pengawal! Pengawal!"
Tapi panggilannya kali inipun sia-sia. Siasat
para penyerbu telah berhasil baik, berhasil
mengucilkan Kaisar Yong Ceng dari pengawalpengawalnya.
Namun selagi Yong Ceng dan Lu Se-nio
bertempur, pintu Gi-si-pong didobrak dari luar,
dan muncul seorang pengawal berseragam Ci-ih
Wi-kun. Kemelut Tahta Naga II/21-22
28 Kegiranganlah Yong Ceng melihat itu. "Teng
Jiu! Mana teman-temanmu yang lain" Suruh
kemari untuk membantu aku!"
Diluar dugaan Yong Ceng, Teng Jiu malahan
tertawa lalu berpeluk tangan sambil bersandar
di ambang pintu, "Temen-temanku dari Ci-ih
Wi-kun sudah kuanjurkan agar tidak usah
kemari. Lebih enak makan kacang goreng
sambil minum arak." Yong Ceng kaget. "Teng Jiu, apakah kau
sudah gila?" "Tidak. Sebab akupun termasuk orang yang
sudah kau kecewakan. Kau bujuk-bujuk aku dan
kedua kakak seperguruanku untuk mendukungmu, ternyata kau gagal memenuhi
janji untuk menjadi raja yang adil. Nah, kalau
kau tidak bisa, apa salahnya kalau orang lain
siap menggantikanmu sebagai Kaisar?"
"Pengkhianat kau, Teng Jiu!" teriak Yong
Ceng sengit. Karena pikirannya kacau, ia jadi
semakin terdesak oleh Lu Se-nio.
Begitulah kerjasama Lu Se-mo da Teng Jiu.
Lu Se-nio mengincar tubuh dengan pedang,
Kemelut Tahta Naga II/21-22
29 Teng Jiu meluluhkan semangat dengan katakata. Jadi Yong Ceng seperti dikeroyok.
Sambil tetap berpeluk tangan, Teng Jiu
mulai "mendongeng" panjang lebar, "ln Ceng,
ingin tahu sebabnya kenapa Biau Beng Lama
dan Hap To tidak muncul membantumu"
Karena mereka sekarang berkumpul semua di
bangsal pamanmu yang manis, Liong Ke Toh,
dan mereka takkan menolongmu biarpun kau
mampus. Kenapa Sebab pamanmu yang manis
itu sebelum masuk ke liang kubur ingin isengiseng merasakan bagaimana rasanya menjadi
Kaisar. Sedangkan Biau Beng Lama serta Hap To
telah berhasil mereka pengaruhi. Nah, kaget
ya?" Ucapan itu memang berpengaruh hebat,
semangat Yong Ceng goncang, konsentrasinya
buyar dan gerak silatnya ngawur. Maka pedang
Lu Se-nio berhasil menyusup pertahanannya
dan melukai lengannya. Sementara "serangan batin" Teng Jiu tidak
berhenti, "Buat pamanmu itu, dikiranya saat
inilah kesempatan terbaik. Kau sudah diambang
Kemelut Tahta Naga II/21-22
30 kematian, sementara dikiranya Pangeran Hong
Lik belum tiba di Pak-khia, maka meluaplah
ambisinya!" "Diam! Diam!" bentak Yong Ceng gusar.
Kecerewetan Teng Jiu itu benar-benar
merugikan dirinya, ingin rasanya dia tidak
menggubris cerita itu untuk lebih berkonsentrasi, apa mau dikata si tukang cerita
agaknya menyajikan topik yang menarik dan
susah dilewatkan begitu saja dari telinga.
Keruan Yong Ceng makin ngawur silat nya.
Detik itu jurus Giok-li-ciok-so (Gadis Ayu
Melempar Benang) yang dilancarkan Li Se-nio
berhasil mengecoh lawannya. Andai kata Yong
Ceng tidak sedang bingung, tentu susah juga Lu
Se-nio untuk berhasil sebaik, itu. Tapi karena
"bantuan" Teng Jiu, ujung pedangnya berhasil
amblas di pundak kanan Yong Ceng sehingga
lengan kanannya lumpuh. Padahal toya harus
dimainkan dengar dua tangan, dengan
lumpuhnya lengan kanan, permaianpun jadi
pincang. Kemelut Tahta Naga II/21-22
31 Sementara Teng Jiu dengan senang hati
melanjutkan ceritanya, "Tapi memang ku
biarkan ulah pamanmu itu. Setelah kau
mampus, jangan khawatir, takkan kubiarkan
tahta dikuasai ular tua berhati busuk itu. Tanpa
kau pesan, kami akan mendukung putera-mu,
Pangeran Hong Lik. Sedangkan kau dan
pamanmu, akan kami baringkan berdampingan
dalam tanah agar tidak kesepian dan cuma
berteman jangkrik-jangkrik."
Fisik maupun mental Yong Ceng ambruk,
kelegaan aneh ketika mendengar bahwa tahta
toh akan diteruskan oleh Pangeran Hong Lik,
anaknya, membuat suatu kelega =an yang satu
detik saja. Satu detik. Pedang Lu Se-nio juga tidak
membutuhkan waktu lebih dari itu untuk
menyambar lehernya. Mahkamah sejarah telah mengetokkan palu
tiga kali. Tubuh Kaisar Yong Ceng tertelungkup di
kubangan darahnya sendiri. Antara tubuh dan
kepalanya hanya dihubungkan selembar kulit
Kemelut Tahta Naga II/21-22
32 Tapi karena "bantuan" Teng Jiu, ujung
pedangnya berhasil amblas di pundak kanan
Yong Ceng sehingga lengan kanannya lumpuh.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
33 dan beberapa helai urat yang masih utuh.
Hampir putus. Lu Se-nio berdiri terengah-engah di dekat
tubuh itu, meredakan gejolak kesedihan dan
keharuan di hatinya. Sedih mengingat betapa
persahabatannya dengan Yong Ceng dulu,
betapa persahabatan itu menghasilkan langkah
yang keliru untuk mendukung Yon Ceng naik
tahta sehingga ribuan orang jadi korban.
Terharu karena merasa mendapat kehormatan
besar bahwa pedangnyalah yang menutup suatu
babak dalam sejarah. Berapa banyak orang yang
mendapat kesempatan seperti itu"
Teng Jiu mengucapkan selamat. "Selamat, Lu
Koh-nio." "Suatu kerja bersama, Teng Sam-ko," kata
Lu Se-nio. "Bagaimana kami berhasil,
seandainya Kim Seng Pa dan Ci-ih Wi-kunnya
tidak berhasil Teng Sam-ko minggirkan dulu
dari arena" Jasamu tak terkira besarnya bagi
masa depan negeri ini, Sam-ko."
"Suatu kerja bersama," Teng Jiu mengulangi
kata-kata Lu Se-nio tadi. "Tapi jangan larut
Kemelut Tahta Naga II/21-22
34 dalam perasaan. Lebih baik kau ajak semua
teman cepat pergi dari sini."
Lu Se-nio melompat keluar dari ruangan itu.
Tidak lama kemudian, di kancah pertarungan yang hebat di sekitar bangsal
Yang-wan-kiong itupun terdengar suitan
panjang bersahut-sahutan. Kerja besar menantang maut sudah selesai.
Para pendekarpun menarik mundur
gerakannya. Pun-seng Hwe-shio benar-benar
telah menjadi "hwe-shio porno", tapi dia pergi
sambil tertawa terbahak-bahak menandakan
kepuasannya. * * * Seorang thai-kam (sida-sida) terbirit birit
menerabas pohon-pohon bunga, melompati
mayat-mayat yang bergeletakan, menyusup di
antara prajurit-prajurit yang berjaga di segenap
sudut istana. Thai kam itu dibiarkan lewat,
sebab para praju =rit sudah mengenalnya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
35 sebagai salah seorang abdi pribadi Kaisar Yong
Ceng sendi ri. Larinya ke bangsal Leng-goat-kiong, tempat
kediaman Pamanda Kaisar, Liong Ke Toh.
Kompleks istana itu memang luas sehingga
diberi nama Kota Terlarang, karena memang
seperti kota tersendiri di tengah-tengah Pakkhia. Bangsal Leng-goat-kiong itu cukup jauh
letaknya dari Yang-wan-kiong.
Begitu mendekati bangsal itu, segera
dilihatnya banyak orang bersikap siaga. Ada
pendeta Ang-ih-kau, ada pula jago-jago Hiat-ticu.
Thai-kam itu dihadang oleh dua orang Hiatti-cu di depan gapura bangsal, dan ditanyai, "He,
bukankah kau Siau-tho-cu?"
"Ya, aku mau mengabarkan kepada Ong ya...
bahwa ...... bahwa....." terputus-putus Thai-kam
itu bicara karena napasnya yang hampir habis
setelah berlari cukup jauh.
"Ada apa" Bicara yang jelas!"
"Sribaginda ... terbunuh.."


Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemelut Tahta Naga II/21-22
36 Salah seorang Hiat-ti-cu segera lari secepat
kilat ke dalam bangsal untuk meneruskan berita
itu. Sudah larut malam, tapi Liong Ke Toh belum
tidur. Sejak dia mendengar tanda bahaya,
disusul laporan adanya serbuan hebat di Yangwan-kiong, bukannya cepat-cepat datang untuk
membantu, Liong Ke Toh malahan mengumpulkan jago-jago Ang-ih-kau dan Hiatti-cu di bangsalnya untuk melindungi dirinya
dan bersikap menunggu. Ketika Hiat-ti-cu pembawa berita itu tiba di
hadapannya, Liong Ke Toh tengah duduk
bersama Biau Beng Lama dan Hap To untuk
berbincang. Tapi ketika pembawa berita itu
masuk, perbincangan berhenti.
"Ada apa?" tanya Hap To.
Tanpa bertele-tele lagi, Si Hiat-ti-cu
menjawab langsung, "Ada laporan dari Yangwan-kiong bahwa Sribaginda telah terbunuh
oleh para perusuh" Hampir saja Liong Ke Toh menjerit
kegirangan mendengar berita itu, dalam angan
angannya sudah terbayang sebuah jalan lurus
Kemelut Tahta Naga II/21-22
37 baginya ke arah kekuasaan tertinggi. Untunglah
dia dapat menahan diri, biarpun tak
sepenuhnya berhasil menyelubungi rasa gem
biranya. Biau Beng Lama yang sudah sekian lama
dekat dengan Liong Ke Toh, dapat membaca apa
yang ada dalam pikirannya. Karena Kaisar
sudah mati, Biau Beng Lama merasa tidak bisa
lagi dituduh sebagai pengkhianat kalau
menyatakan dukungannya kepada Liong Ke
Toh, "Ong-ya, demi keamanan, rasanya tampuk
pimpinan jangan dibiarkan kosong terlalu lama.
Ong-ya haruslah mengambil langkah-langkah
seperlunya, hamba akan membantu sekuat
tenaga." Hap To tidak ketinggalan menunjukkan
dukungan, malah dengan kata-kata yang lebih
berani, "Pangeran Hong Lik sekarang
menghilang dan tidak diketahui mati hidupnya.
Tapi seandainya ada, dia masih terlalu muda
dan hijau, gampang dipengaruhi mulut usil
semacam Teng Jiu dan kakak-kakak seperguruannya, karena itu hanyalah Ong-ya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
38 yang pantas tampil di puncak kekuasaan.
Hamba mendukung sepenuhnya!"
Liong Ke Toh kegirangan dalam hati, tapi ia
pura-pura berkata, "Dalam suasana sedih ini,
mana boleh kita langsung berpikir untuk bagibagi rejeki" Tidak pantas bukan" Lebih baik kita
segera pergi ke Yang-wan-kiong untuk melihat
situasi." Dalam ucapannya yang terdengar prihatin
itu, tanpa sadar Liong Ke Toh membuka isi
hatinya sendiri. Ternyata dalam pandangannya,
tahta sama dengan "bagi-bagi rejeki".
Berangkatlah rombongan itu ke bangsal
Yang-wan-kiong. Liong Ke Toh berjalan di
depan, dengan diapit oleh Biau Beng Lama dan
Hap To. Di belakangnya berbarislah para
anggota Hiat-ti-cu dan pendeta Ang-ih-kau yang
berjumlah hampir limaratus orang dan
bersenjata lengkap. Sementara itu, suasana di Yang-wan-kiong
ramai sekali biarpun sudah larut malam. Di
dalam bangsal terdengar para anggota keluarga
kerajaan meratapi Kaisar Yong Ceng, entah
Kemelut Tahta Naga II/21-22
39 meratap sungguh-sungguh entah sekedar larut
dalam suasana, sulit dibedakan. Suara tangisan
bercampur aduk. Begitu Liong Ke Toh datang ke bangsal,
maka pengikut-pengikutnya segera menyebar
untuk menjaga sudut-sudut penting dan mulutmulut lorong seluruh bangsal, sementara Liong
Ke Toh sendiri masuk ke dalam, bergabung
dengan anggota keluarga kerajaan lainnya
untuk memperlihatkan bebe rapa tetes air mata.
Selesai pamer air-mata, mulailah ia de ngan
"acara pokok" nya. Kepada para kerabat istana,
terutama yang cukup berpengaruh, Liong Ke
Toh mulai mendekati dan meyakinkan dengan
kata-kata yang sugestif, didukung mimik muka
yang meyakinkan, bahwa singgasana tidak
boleh dibiarkan kosong hanya dalam waktu
singkat. "Kekosongan tahta bisa disalahgunakan
oleh pihak-pihak yang merasa tidak terikat lagi
dan berbuat semaunya!" begitu Liong Ke Toh
mulai menakut-nakuti para kerabat istana yang
tengah berkabung itu. "Kalau sampai kekuasaan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
40 jatuh ke tangan orang yang tidak menyukai kita,
mampuslah kita semua. Karena itu, langkah
pertama ialah menunjuk salah satu dari kita
untuk menjadi pemegang kekuasaan! Atau
pengendali ketertiban, begitulah."
Agar tidak terlalu menyolok, Liong Ke Toh
tidak berani langsung menyebut "Kaisar"
melainkan "pengendali ketertiban".
"Menurut paman, bagaimana?" tanya
Pangeran In Go, adik Kaisar Yong Ceng yang
dikenal sebagai Pangeran Ke Sepuluh.
Liong Ke Toh menjawab hati-hati untuk
sedapat mungkin menyelubungi ambisinya.
"Pewaris tahta jelas adalah Pangeran Hong Lik
sebagai Putera Mahkota. Tapi kita semua tahu,
Pangeran Hong Lik tidak tahu dimana
beradanya sekarang, tentu kita harapkan dia
selamat. Tapi kapan kembalinya?"
Suasana, ruangan tempat mayat Kaisar Yong
Ceng itu untuk sesaat menjadi sunyi, semua
mata menatap ke arah Liong Ke Toh. Banyak
kepala yang terangguk-angguk mendengar katakata meyakinkan itu.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
41 Sementara itu, biarpun dari mulutnya
keluar kata-kata "kita harapkan dia selamat"
namun dalam hati Liong Ke Toh mengharapkan
Putera Mahkota itu, sudah dipotong-potong
tubuhnya oleh orang-orang Pek-lian-kau.
"Menurut Paman, jadi siapa yang pantas
sebagai pengendali ketertiban sampa kembalinya keponakanku Hong Lik?" tanya.
Pangeran ln Go. Liong Ke Toh kelihatan amat bijaksana
ketika dia menjawab, "Sebaiknya orang itu
adalah yang selama ini mendampingi Sriba
ginda. Dengan demikian ia dapat melanjutkan
kebijaksanaan-kebijaksanaanSribaginda selama
ini." Rencana Liong ke Toh dalam hati, asal
dirinya bisa menjadi "pengendali ketertiban"
dan tidak usah jadi Kaisar dulu, maka dia akan
lebih dulu menyingkirkan pendukungpendukung Pangeran Hong Lik. Dan kalau
pendukung-pendukung sudah tiada, biarpun
kelak Pangeran Hong Lik masih hidup dan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
42 kembali ke istana, ia takkan lebih dan ikan
masuk ke dalam jaring. Para kerabat istana yang mendengar itu
segera sadar, biarpun Liong Ke Toh tidak
menyebut namanya sendiri, tapi jelas dirinyalah
yang dicalonkannya sendiri. Orang-orang sudah
paham kemana arah kata-katanya.
Beberapa anggota kerabat istana menunjukkan wajah tidak puas. Benar Liong Ke
Toh adalah paman Kaisar, tapi paman dari
pihak ibu, ipar dari mendiang Kaisar Khong Hi.
Jadi bukan berdarah keturunan dari kaisarkaisar terdahulu, karena ia masuk kerabat
istana berdasarkan perkawinan kakak perempuannya, bukan karena kelahiran. Kalau
sampai Liong Ke Toh pegang kekuasaan,
biarpun dengan embel-embel "hanya sementara", tidakkah yang sementara itu bisa
membahayakan keturunan lurus dari Aishin
Gioro, leluhur raja-raja Manchu" Siapa berani
menjamin bahwa Liong Ke Toh takkan tergoda
untuk menjadi orang nomor satu di kekaisaran
itu" Kemelut Tahta Naga II/21-22
43 Melihat kebimbangan di wajah beberapa
kerabat istana, Liong Ke Toh tidak mau
membiarkan kebimbangan itu "menular" ke
pada yang lain dan akhirnya membengkak
merintangi ambisinya. Maka dengan sebuah
isyarat anggukan kepala, ia memberi tanda
kepada Biau Beng Lama dan Hap To yang sejak
semula berdiri saja di pinggiran.
Biau Beng Lama segera berjalan ke tengah
ruangan dan berkata, "Hamba mohon maaf
kalau dianggap lancang bicara disini tanpa
diminta. Tapi demi kepentingan bersama,
rasanya memang hanya Liong Ong-ya yang
tepat sebagai pengendali ketertiban sementara
menunggu pulangnya Pangeran Hong Lik. Ongya adalah tangan kanan Sri-baginda selama
hidupnya. Tentu sekarang arwah Sribaginda
merestuinya." Hap To malahan lebih jelas lagi sikapnya.
Bukan dengan mulut, tapi ditepuk-tepuknya
kantong kulit Hiat-ti-cu sehingga berbunyi, dan
tiap orang yang masih punya kepala menoleh ke
arahnya. Semua tahu bahwa kantong terbang
Kemelut Tahta Naga II/21-22
44 itu kalau dilepaskan bisa melenyapkan kepala
korbannya. Akhirnya seluruh anggota kerabat istana
menyetujui mengangkat Liong Ke Toh sebagai
pengendali ketertiban dengan catatan "untuk
sementara". Tapi melihat betapa berminat dan
bernafsunya Liong Ke Toh berusaha merebut
posisi itu, semua kerabat istana meragukan
apakah "embel-embel untuk sementara itu akan
benar-benar ditaati, bahkan jika kelak Pangeran
Hong Lik kembali ke istana" Nampaknya Liong
ke Toh tidak ingin cuma sementara, tapi seumur
hidupnya. Banyak kerabat istana yang mengeluh
dalam hati, menyangka kekuasaan keturunan
Aishin Gioro hanya akan sampai di situ, beralih
ke garis lain. Tapi siapa berani mencegah
terang-terangan kalau melihat ''para pendeta
Ang-ih-kau dan jago-jago Hiat-ti-cu nampaknya
siap berbuat apa saja demi mendukung Liong
Ke Toh" Lupa akan suasana berkabung, Liong Ke Toh
tiba-tiba tertawa puas sambil mengusap-usap
Kemelut Tahta Naga II/21-22
45 jenggot putihnya. Katanya, "Baik, berarti kalian
semua kuanggap setuju sebab diam. Sekarang
semuanya harap mengikuti aku keluar, dan
tunjukkan pengakuan kalian terhadapku di
hadapan pasukan-pasukan yang masih berkumpul di halaman bangsal ini. Aku sebagai
pengendali ketertiban."


Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan ia tidak merasa perlu lagi
menambahkan kata-kata "untuk sementara"
atau "sampai Pangeran Hong Lik kembali.".
Dengan perasaan murung, para kerabat
istana itu mengikuti Liong Ke Toh keluar
bangsal. Mereka agak ngeri juga melihat di
segenap sudut dan lorong bangsal itu nampak
para pendeta Ang-ih-kau dan jago-jago Hiat-ticu berjaga-jaga dengan sikap angker dan senjata
lengkap. Yang paling cemas di antara mereka ialah
Pangeran In Go. Selama ini hubungannya
dengan Liong Ke Toh kurang baik, sebab dia
tidak senang melihat Liong Ke Toh makin
berpengaruh. Pangeran In Go jadi lebih dekat
dengan Pangeran Hong Lik. Kini kalau Liong Ke
Kemelut Tahta Naga II/21-22
46 Toh bakal memegang kekuasaan, jangan-jangan
nasib dirinya pun akan berubah seperti
Pangeran In Te, adiknya, yang kini entah di
mana" Tiba di tangga bangsal Yang-wan-kiong,
Biau Beng Lama segera berseru kepada para
prajurit yang masih bersiaga di situ. "Harap
dengarkan pengumuman resmi pihak istana!"
Para prajurit bersikap tegap, sedang para
komandan pasukan segera maju ke depan agar
jangan sampai salah dengar.
Waktu itu, kelompok Ci-ih Wi-kun juga
sudah hadir dengan dipimpin Kim Seng Pa
sendiri. Teng Jiu yang belakangan ini nampak
'akrab" di samping Kim Seng Pa, kini tidak
nampak. Namun Teng Jiu tadi sudah berpesan
kepada Kim Seng Pa agar sebisa-bisanya
memberanikan diri membendung ambisi Liong
Ke Toh untuk mengisi kekosongan tahta.
Ketika suasana sudah sunyi, berkatalah
Liong Ke Toh kepada seorang bangsawan tua
yang berdiri di sampingnya, "Saudara Hian Ti,
tolong kau umumkan hasil musyawarah seluruh
Kemelut Tahta Naga II/21-22
47 kerabat istana, yang sudah dihasilkan dengan
keikhlasan semua pihak."
Bangsawan tua yang sudah agak pikun itu
adalah Pangeran Hian Ti, adik dari mendiang
Kaisar Khong Hi, sesepuh kerabat istana
biarpun tidak punya kekuasaan dalam
pemerintahan. Liong Ke Toh mengharap kalau
Pangeran Hian Ti yang bicara, semua pende
ngar akan menganggap bahwa yang diumum
kan itu benar-benar hasil kesepakatan keluarga
istana. Bangsawan itu tertatih-tatih maju ke depan
dengan dituntun seorang buyutnya. Pengumuman istana didahului dengan batuk
batuk yang lama sekali sehingga Liong Ke Toh
tidak sabar, Tapi akhirnya keluar juga
pengumuman itu dari mulutnya yang kempot,
banyak suara mendesisnya karena giginya
sudah habis. Tapi masih jelas suaranya bahwa
Liong Ke Toh diangkat sebagai pengendali
ketertiban sampai pulangnya ahli-waris tahta
yang syah, Pangeran Hong Lik. Lalu
pengumuman ditutup pula dengan batuk-batuk
Kemelut Tahta Naga II/21-22
48 yang lebih hebat sampai matanya mendelik ke
atas. Kim Seng Pa tidak kaget mendengar
pengumuman itu, sebab memang tidak
menduga. Tapi ia ragu-ragu menjalankan pesan
Teng Jiu agar mencegah menguatnya kekuasaan
Liong Ke Toh. haruskah dirinya mempertaruhkan nyawa membela Pangeran
Hong Lik, padahal yang dibela belum tahu
kapan munculnya" Kalau kemudian Liong Ke
Toh berhasil menjadi Kaisar dan dirinya sudah
terlanjur rusak hubungan dengannya, bukankah
kedudukan empuknya selama ini akan jadi
berbahaya" Karena keragu-raguan itulah Kim Seng Pa
cuma berdiri mematung selama Pangeran Hian
Ti memberi pengumuman. Kim Seng Pa tidak
berani melaksanakan pesan Teng Jiu itu, tidak
peduli di belakang Teng Jiu ada Pak Kiong Liong
yang sudah siap dengan "ucapan terima kasih"
nya. Kim Seng Pa pikir, gertakan Pak Kiong
Liong itu kurang manjur lagi setelah matinya
Kaisar Yong Ceng. Ia paham, saat-saat
Kemelut Tahta Naga II/21-22
49 pergantian penguasa adalah saat yang tepat
untuk tawar-menawar kesegala arah, dan
semua orang ingin memperbaiki posisinya.
Kim Seng Pa tetap bungkam juga ketika
Liong Ke Toh dengan suara lantang
menyambung pengumuman Pangeran Hian Ti
tadi, "Jadi sejak sekarang, aku yang mengatur
segala-galanya! Siapa berani menjalankan
perintah orang lain, dia dianggap pengkhianat
dan diancam hukuman mati!"
Hampir saja Kim Seng Pa meneriakkan katakata dukungannya.
Namun saat itulah serombongan orang
berderap datang dengan langkah cepat, bahkan
dengan setengah berlari. Seratus orang prajurit
Gian-cian Si-wi datang, mengiringi Pangeran
Hong Lik, Wan Lui, Be Kun Liong dan tiga
saudara seperguruan dari Hang-san yang kali
ini lengkap, Ho Se Liang, Au-yang Kong dan
Teng Jiu. Waktu menjemput Pangeran Hong Lik tadi
sebetulnya Teng Jiu tidak ikut. Saat itu ia masih
harus mendapingi Kim Seng Pa untuk
Kemelut Tahta Naga II/21-22
50 "mengaturnya", pertama untuk membendung
Liong Ke Toh, kedua untuk tidak merintangi
serbuan Kam Hong Ti dan kawan-kawannya.
Setejah Kaisar Yong Ceng terbunuh, Teng Jiu
kuatir kalau Pangeran Hong- Lik terlambat
masuk istana tentu Liong Ke-Toh semakin luas
kesempatannya untuk mengambil tindakantindakan darurat yang mengokohkan posisinya.
Maka setelah meninggalkan pesan kepada Kim
Seng Pa, lalu Teng Jiu sendiri meninggalkan
istana untuk menyongsong Pangeran Hong lik
di tengah jalan, dan meminta agar mempercepat
perjalanan ke istana. Itulah sebabnya
rombongan itu jadi seperti serombongan orang
yang berlomba lari, semuanya berkeringat, tak
peduli saat-saat menjelang dini hari itu
udaranya dingin.... Kedatangan Pangeran Hong Lik disambut
perasaan lega oleh sebagian besar perwira
istana dan kerabat istana yang tidak suka
kepada Liong Ke Toh. Sebaliknya mengagetkan
Liong Ke Toh dan kaki tangannya.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
51 Barisan pengawal itu serempak berlutut dan
menggelegarlah seruan serempak mereka,
"Hormat untuk Thai-cu!"
Di antara yang berlutut itu termasuk Kim
Seng Pa yang merasa lega bahwa tadi ia belum
terlanjur mengucapkan kata-kata mendukung
Liong Ke Toh. "Bangkit!" perintah Pangeran Hong Lik.
"Terima kasih, Thai-cu!" kembali suara
serempak dari ribuan prajurit berbagai kesa
tuan yang ada di situ. Liong Ke Toh lupa berlutut karena kagetnya,
apalagi ketika melihat dari dalam tandu diseret
keluar Toh Hun, pengawal pribadinya yang
tangan kirinya terikat. Sore tadi, pengawal
pribadinya itu pamitan hendak menjumpai
seorang "pengkhianat Pek-lian-kau" untuk
membicarakan lebih lanjut urusan lama, tapi
kenapa sekarang Toh Hun sampai ke tangan
Pangeran Hong Lik" Insyaflah Liong Ke Toh
bahwa keadaan yang tadinya menguntungkan
dirinya, dalam beberapa detik saja telah
berubah menjadi membahayakan dirinya.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
52 Rahasianya menyewa orang Pek-lian-kau itu
mungkin sudah bocor, dan jelas itu
membahayakan dirinya. Dengan langkah tegap Pangeran Hong Lik
menaiki tangga bangsal Yang-wan-kiong, tetapi
dengan airmata mengalir. Ia diberitahu oleh
Teng Jiu yang menyusulnya, bahwa ayahandanya telah tewas. Cepat-cepat Liong Ke Toh menyambut
sambil mengucurkan airmata pula, dan pura
pura berkata dengan sedih, "Pangeran,
Sribaginda telah... telah.... wafat. Keparat
pembunuh-pembunuh itu. Untunglah Pangeran
tiba dengan selamat. Hamba telah...."
Nyata dengan sandiwara dan airmata
palsunya itu Liong Ke Toh masih mencoba
memperbaiki kedudukannya agar nantinya
lebih mudah membantah kesaksian Toh Hun.
Suatu upaya untung-untungan yang entah
berhasil entah gagal. Ternyata gagal. Dengan marah Pangeran
Hong Lik membentak, "Simpan dulu airmata
buayamu. Aku sudah tahu apa yang ingin kau
Kemelut Tahta Naga II/21-22
53 perbuat atas diriku dengan meminjam tangan
orang-orang Pek-lian-kau!"
Wajah Liong Ke Toh memucat dan masih
mencoba membantah, "Apa" Tidak ada
buktinya! Pangeran mendengar fitnah ini dari
siapa?" Pangeran Hong Lik tak menggubris dan
memerintahkan para pengawai, "Tangkap
pengkhianat ini!" Yang paling dulu menyambut perintah itu
adalah Kim Seng Pa. Ia merasa sudah bisa
menghitung "kemana angin bertiup" dan diapun
sudah berani "mengarahkan perahu" nya. Tiba
saatnya untuk menunjukkan diri sebagai orang
yang pertama kali berjasa terhadap calon Kaisar
baru. Ia mendekati Liong Ke-toh sambil berkata,
"Ongya, memang sudah lama aku mencurigai
kasak-kusukmu di istana ini mengandung niat
jahat. Beberapa hari terakhir ini aku telah
berusaha mencegahmu, tapi belum secara tegas
karena belum adanya bukti dan khawatir
menimbulkan ribut-ribut."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
54 Bicara sampai di sini, wajah Kim Seng-Pa
tiba-tiba menjadi tersipu-sipu sedikit karena
mendengar Teng Jiu tertawa perlahan. Tetapi
Teng jiu sendiri buru-buru lalu menutup
mulutnya, tidak pantas cengengesan dalam
suasana berkabung itu. Sedangkan Kim Seng Pa dengan menebalkan
kulit mukanya terus nekad menunjukkan
"jasa"nya, "...sekarang yang aku duga ternyata
ini ternyata benar, karena Pangeran Hong-lik
sendiri yang mengatakannya! Ongya, menyerahlah!" Terus tangannya terulur untuk membekuk
tengkuk Liong Ke-Toh. Namun Biau-Beng Lama tiba-tiba menghadang Kim Seng Pa dan membentak,
"Kim Congkoan, tuduhan kepada Ongya belum
ada buktinya, kau jangan bersikap begini
kasar!"

Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dasarnya Biau-Beng Lama membela Liong
Ke-Toh bukan karena "setia kawan" melainkan
karena merasa tidak ada jalan untuk mundur. Ia
tahu Pangeran Hong Lik tidak senang
Kemelut Tahta Naga II/21-22
55 kepadanya, kalau sampai Pangeran itu bertahta
tentu Ang-ih-kau akan tersingkir dari istana.
Karena itu Biau Beng Lama jadi nekad
mempertahankan Liong Ke-Toh sebagai satusatunya harapan.
Tangan Kim Seng Pa yang sudah terulur itu
tertangkis oleh tangan Biau Beng Lama. Dengan
geram Kim Seng Pa menggerakkan tangan
satunya lagi, tapi Biau Beng Lama menangkis
lagi. Sesaat kedua jagoan tingkat tinggi di istana
itu saling gebrak lalu sama-sama terhuyung
mundur dan kemudian saling melotot dengan
gusar. "Biau Beng Lama, kau menentang perintah
Pangeran Hong Lik?" bentak Kim seng Pa.
"Ongya hanya difitnah tanpa bukti!" entah
Biau Beng Lama semakin nekad, yang berarti
juga siap menentang Pangeran Hong Lik.
"Pangeran Hong Lik sudah memerintahkan
untuk menangkapnya, kau masih berani
membangkang?" sambil berkata demikian, Kim
Seng- Pa sudah siap menerjang kembali.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
56 Tapi Pangeran Hong Lik cepat mencegah,
"Hentikan, Cangkoan! Biau-Beng lama, kalau
kau ingin bukti pemberontakan Liong Ke Toh,
dengarkan orang ini. Siapaun tahu kalau dia
adalah pengawal terpercaya Liong Ke Toh!"
Lalu dua orang pengawal menyeret maju
Toh Hun yang janggutnya masih diperban garagara ditendang Tong Hai long siang tadi. Semua
mata segera tertuju kepadanya.
Dengan suara gemetar, Toh Hun lalu
menceritakan bagaimana dia di suruh Liong Ke
Toh untuk mengontak Pek-lian-kau untuk
mencelakai Pangeran Hong Lik yang sedang
dalam perjalanan penyamaran. Kesaksian itu
diperkuat oleh kesaksian Wan Lui yang pernah
menyusup ke tubuh Pek-lian-kau.
Rupanya karena pikirannya sedang kisruh,
Pangeran Hong Lik tidak sabar lagi menunggu
Sidang Kerajaan untuk mengadili Liong Ke Toh,
maka di tempat itu juga terselenggaralah
"pengadilan darurat".
Keruan orang-orang yang mendengarkan
jadi gempar, sedang Liong Ke Toh sendiri
Kemelut Tahta Naga II/21-22
57 sampai terkencing-kencing dalam celana karena
takutnya. Matanya jelalatan kesana kemari
mencari orang yang bisa menolongnya, tetapi
Biau Beng lama sendiri nampaknya mulai goyah
pendiriannya. Karena terpojok, akhirnya Liong Ke Toh jadi
nekad, teriaknya parau, "Siapa yang mendukung
aku, akan mendapat kenaikan pangkat tiga
tingkat!" Tetapi Kim Seng Pa muncul bagaikan
pahlawan yang langsung membekuk Liong Ke
Toh dengan gampang, dan kali ini Biau Beng
Lama tidak lagi merintangi. Kalau masih ada
peluang hidup, kenapa harus nekad mati"
Mungkin dibawah pemerintahan Pangeran
Hong Lik kelak pengaruh Ang-ih-kau akan
merosot, tapi jelas itu jauh lebih baik daripada
mati ditumpas di tempat itu.
Bahkan Biau Beng Lama kini mulai meniru
gaya Kim Seng Pa dalam mengikuti arah angin.
Katanya keras, "Pangeran, sebelum ini sungguh
hamba tidak tahu kalau Ong-ya sampai berbuat
Kemelut Tahta Naga II/21-22
58 sekeji itu. Selama ini hamba sungguh tolol telah
berhasil dikelabuhinya."
Hap To Si komandan Hiat-ti-cu juga tidak
berani menentang arus sendirian. Diapun
berlutut ke arah Pangeran Hong Lik sambil
berkata, "Liong Ong-ya sungguh berdosa berat.
Kalau hamba tahu begitulah tindakannya yang
keji, tentu hamba takkan didahului Kim
Congkoan dalam menindaknya.
Sementara itu Kim Seng Pa dengan sikap
bangga menyeret Liong Ke Toh untuk dipaksa
berlutut di depan Pangeran Hong Lik.
"Bagaimana dengan pengkhianat ini, Pangeran?" "Jebloskan ke penjara. Secepatnya akan
kutetapkan hukumannya di depan Sidang
Kerajaan!" "Baik, Pangeran."
Begitulah, Liong Ke Toh yang tinggal satu
langkah dari tahta yang diimpi-impikan nya itu
tiba-tiba mulai malam itu harus mendekam
dibalik terali besi. Kemelut Tahta Naga II/21-22
59 Dengan demikian, urusan pengkhianatan
Liong Ke Toh malam itu juga telah tuntas.
Semua pihak merasa pasti nasib apa yang bakal
menimpa si tukang fitnah itu.
Pangeran Hong Lik kemudian masuk ke
dalam bangsal untuk menjenguk ayahandanya
yang sudah jadi mayat. Bagaimanapun jahatnya
Kaisar Yong Ceng, dia tetap anaknya, Pangeran
Hong Lik terharu melihat jenazahnya, apalagi
ketika melihat betapa leher ayahandanya
hampir putus oleh sabetan pedang yang
tentunya telak sekali. Namun setelah kemarahan dan kesedih
annya mengendap, akal sehat yang dilandasi
hati-nuraninya lebih menguasai dirinya. Ia
sadar bahwa ayahnya agaknya cuma memetik
buah dari pohon yang ditanamnya sendiri.
Selama bertahta, ia terlalu mabuk kekuasaan,
kepada seluruh warga kekaisaran dia hanya
memberikan dua pilihan, menjadi budaknya
atau musuhnya. Budak untuk diinjak-injak
kepalanya tanpa melawan, musuh untuk
ditumpas habis sama sekali.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
60 Dalam saat-saat pahit itu Pangeran Hong Lik
justru mendapatkan setitik tambahan kebijaksanaan. Kenapa harus menjadikan orang
lain budak atau musuh" Kenapa tidak
menjadikan semua orang sebagai teman untuk
memecahkan masalah bersama" Sikap ini sudah
lama tumbuh dalam dirinya, berakar dalam, dan
kini semakin terasa tumbuh dan semakin
penting. Berbarengan dengan kesadaran bahwa
dirinya kini menghadapi tugas berat, karena
dirinyalah Putera mahkota, calon orang nomor
satu di pusat kekuasaan. Dengan kembalinya Pangeran Hong lik ke
istana, biarpun belum dinobatkan dalam
upacara, resmi sebagai Kaisar, namun perintahperintahnya sudah ditaati seperti perintah
Kaisar sendiri. Dengan demikian, kekosongan
yang dikhawatirkan itu tidak terjadi. Memang
Liong Ke Toh mencoba merebut kesempatan,
tapi langsung gagal. Menjelang pagi hari, Pangeran Hong Lik
mengirimkan perintah kepada Hap Lun,
Panglima Kiu-bun Te-tok, agar pengejaran dan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
61 pencarian terhadap pendekar yang menyerbu
istana itu dihentikan. Seandainya mereka bisa
ditangkap, Pangeran Hong Lik tidak tahu apa
yang harus dilakukan atas mereka, sebab
mereka cuma orang-orang yang menuntut
keadilan dengan cara paling keras, setelah caracara lain yang lebih lunak ditutup
kemungkinannya oleh Kaisar Yong Ceng.
Kepada beberapa Panglima yang menganjurkan agar pencarian diteruskan,
karena memperhitungkan bahwa "para perusuh" itu masih bisa ditangkap kalau masih
dalam kota, Pangeran Hong Lik menjawab,
"Kalau mereka tertangkap, mereka malah hanya
akan membingungkan aku, sebab aku tahu
mereka tidak pantas dihukum. Sedangkan aku
sebagai anak yang kematian ayah tidak
mungkin berterima kasih kepada pembunuhpembunuh ayahku. Jadi serba salah. Karena itu
kembalikan saja peristiwa ini sebagai salah satu
mata rantai gejolak alam semesta, ketentuan
yang tertib bahwa yang menanam akan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
62 memetik buahnya. Begitu saja. Dan biarkan
mereka kabur." Beberapa panglima menangkap makna yang
mendalam dibalik jawaban itu. Itulah
pengakuan jujur bahwa Pangeran Hong Lik
menyadari betapa buruknya pemerintahan
ayahandanya." Dan belum sempat Pangeran Hong Lik
beristirahat, seorang pengawal telah menghadapnya dan melaporkan bahwa ada
seorang komandan pasukan ingin menghadap.
"Siapa?" tanya Pangeran Hong Lik.
"Cong-peng Kim Thian Ki, komandan
pasukan tempur ke sembilan."
"Baik. Suruh dia sendiri menghadap."
"Ampun Pangeran, Kim Cong-peng juga
mohon diijinkan menunjukkan sesosok mayat
kepada Pangeran. Dia minta diijinkan membawa
masuk mayat itu." Alis Pangeran Hong Lik berkerut. Buat apa
Kim Thian Ki ingin menunjukkan sesosok mayat
kepadanya" Tentu bukan mayat sembarangan.
Karena itulah dia menjawab, "Baik, aku ijinkan.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
63 Hanya dia yang boleh menghadap, ditambah
dua prajurit untuk mengusung mayat!"
Setelah bersujud, pengawal itu keluar
menyampaikan perkenan itu kepada si calon
penghadap. Tidak lama kemudian, menghadaplah
seorang perwira berusia empatpuluh tahun,
berwajah nyaris bujur sangkar, berhidung
melengkung seperti paruh burung betet. Diikuti
dua prajurit yang membawa usungan mayat.
Tiba di hadapan Pangeran Hong Lik, Kim
Thian Ki dan kedua prajurit itu lalu berlutut
setelah meletakkan mayat itu. Kata Kim Thian
Ki "Ampun Pangeran, hamba berani mengganggu dengan mohon menghadap.
pertama-tama hamba mengucapkan ikut
belasungkawa atas peristiwa menyedihkan di
istana ini semalam." '
Terima kasih. Apa yang mau kau laporkan?"
Kemarin sore hamba menerima perintah
dari ayah hamba, Kim Seng Pa, perintah yang
disampaikan melalui Teng Jiu, agar hamba
membawa pasukan untuk menangkap orangKemelut Tahta Naga II/21-22
64 orang mencurigakan yang mengikuti perjalanan
Pangeran. Karena cemas akan ke selamatan
Pangeran, hamba langsung membawa pasukan
hamba untuk mengejar orang orang itu, sesuai
dengan arah yang ditunjuk Ikan Teng Jiu.
Hamba kejar sampai keluar kota."
"Berhasil mengejar?"
"Ya." "Apakah mereka orang-orang Pek-liankau?"
"Bukan, tapi gerombolan bandit dari Kiuliong-san, lengkap dengan empat pemimpin
mereka. Setelah hamba yakin bahwa mereka
memang bermaksud jahat terhadap Pangeran,


Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yaitu ingin menculik untuk memeras pihak
istana, maka hamba langsung menyerbu saja.
Tiga pemimpin mereka yang bernama Goh Kun,
Hok Tong Peng dan He Seng Boan ternyata
bernyali kecil. Setelah terdesak dan hamba
perintahkan untuk menyerah, merekapun
menyerah. Tapi pemimpin utama mereka yang
bernama ln Kiu Liong ternyata tidak mau
menyerah, ilmu silatnya hebat, sehingga hamba
Kemelut Tahta Naga II/21-22
65 harus menggunakan Liok-hap-ciang-hoat (ilmu
pukulan enam lapisan) untuk mengalahkannya.
Tapi dia memilih untuk mati daripada tertawan.
Mayatnyalah yang kubawa menghadap sekarang ini." Soal ilmu silat, Pangeran Hong Lik memang
tahu kalau Kim Thian Ki cukup tangguh, karena
dialah anak Kim Seng Pa. "Mayat seorang pemimpin bandit saja kau
usung ke depanku, apa maumu yang
sebetulnya?" "Ampun, Pangeran. Ketika hamba bertempur dengan orang ini, hamba melihat
jurus-jurus silatnya yang sudah hamba kenali.
Lalu hamba teringat akan seorang tawanan di
istana ini, yang kemudian berhasil melarikan
diri dan menjadi murid ketua Hwe-liong-pang.
Hamba ingat wajahnya maupun gaya silatnya."
"Pamanda In Tong," desis Pangeran Hong
Lik kaget. Cepat-cepat Pangeran Hong Lik meninggalkan kursinya untuk memeriksa mayat
di atas usungan itu. Dan diyakininya bahwa
Kemelut Tahta Naga II/21-22
66 mayat itu memang Pangeran In Tong, pangeran
ke sembilan, biarpun wajahnya agak berubah
setelah lewat banyak tahun. Jadi, dalam waktu
yang berdekatan, dua putera Kaisar Khong Hi
terbunuh. Dua orang yang dulu menjadi saingan
berat di jaman perebutan tahta Kaisar Khong Hi.
Pangeran Hong Lik menarik napas.
Tigabelas tahun sudah lewat ketika ayahnya
berhasil mewarisi tahta kakeknya, dan menutup
harapan pangeran-pangeran lainnya. Namun
tigabelas tahun belum bisa memadamkan
ambisii Pangeran In Tong. Pangeran Hong Lik
bisa menduga apa kira-kira yang dimaui
Pangeran In Tong kalau berhasil menangkap
dirinya, tentu untuk memeras ayahandanya,
sama seperti niat Pek-lian-kau. Kini si calon
pemeras dan yang hendak diperas sudah samasama tiada.
"Kenapa masih juga banyak orang belum
tahu bahwa mahkota adalah kewajiban berat,
dan bukan sekedar mainan yang menyenangkan?" desis Pangeran Hong Lik
sendirian. "Berebutan tahta, akhirnya hanya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
67 untuk mengabaikan kewajiban dan memburu
kepentingannya sendiri."
Sesaat ruangan itu sunyi, lalu kata
Pangeran Hong Lik kepada Kim Thian Ki,
"Memang ini adalah Paman In Tong. Tinggalkan
saja di sini, akan ada yang mengurusnya."
"Baik, Pangeran. Bagaimana dengan tiga
orang pimpinan berandal lainnya yang
tertangkap itu" "Serahkan ke Heng-po Ceng-tong (Kantor
Kehakiman)." Kim Thian Ki dan kedua prajuritnya
memberi hormat dengan berlutut, setelah itu
lalu mengundurkan diri. Sementara itu, di salah satu sudut istana,
Wan Lui nampak berjalan mendekati Teng Jiu
dan berkata, "Teng Taijin, boleh aku menagih
janjimu sekarang?" "Mempertemukanmu dengan Goan-swe Pak
Kiong Liong" Tentu saja bisa tapi tunggulah
sampai Iangit menjadi terang."
* * * Kemelut Tahta Naga II/21-22
68 Hari itu suasana Kotaraja Pak-khia tegang
sekali. Jalan-jalan sepi dari penduduk yang
biasa nilir-mudik, sebaliknya Nampak berjagajaga di segala sudut kota.
Rumah-rumah menutup rapat pintunya.
Penduduk menggigil ketakutan dan membayangkan tentunya sebentar lagi akan
ada penangkapan-penangkapan membabi-buta,
pendobrakan rumah-rumah, pemukulan sewenang-sewenang yang dicurigai diseret ke
jalanan untuk diperlakukan seperti bukan
manusia. Tetapi apa yang ditakuti itu ternyata
tidak terjadi. Belas kasihan Pangeran Hong Lik
kepada orang-orang kecil yang selama ini sering
ia rasakan sendiri penderitaannya, kini
diwujudkan dalam hal nyata, Pangeran Hong Lik
memerintahkan penjagaan, tapi melarang
pendobrakan rumah dan penangkapan semenamena. Dan ketaatan para Panglima juga sudah
menunjukkan kewibawaan Putera Mahkota, itu.
Teng Jiu mengajak masuk Wan Lui ke rumah
obat Khong Yan-ki, tapi tidak melalui pintu
Kemelut Tahta Naga II/21-22
69 depan yang ditutup rapat, hanya | melalui pintu
belakang. Dan orang yang membukakan pintu
belakang itu membuat Wan Lui tercengang.
Tergagap-gagap ia menyapa, "Nona Sebun....kau di sini?"
Se-bun Hong-eng pun tercengang, tak
menyangka menjumpai Wan Lui di tempat dan
waktu itu. Sesaat diapun jadi gugup, sekaligus
khawatir kalau sampai Wan Lui bertemu
dengan Tong Hai Long lalu baku hantam.
Namun sudah tentu Se-bun Hong-eng
takkan mengusir kedua orang itu, apala gi
mengusir Wan Lui, yang bagi Se-bun Hong eng
akan sama saja dengan mengusir separuh
jiwanya sendiri. Sesaat gadis itu tersipu dengan
muka merah, lalu berkata lirih, "Silahkan."
Teng Jiu tertawa. "He, rupanya kalian sudah
saling kenal. Kalau begitu aku mulai sangsi,
benarkah yang hendak ditemui Wan-heng di
tempat ini adalah Goan-swe Pak Kiong Liong?"
Wan Lui dan Se-bun Hong-eng sama-sama
menunduk malu. Kemelut Tahta Naga II/21-22
70 Sedang Teng Jiu berkata pula. "Nona Se-bun,
kalau kau sudah bilang silahkan, ya tolong
minggirlah dari pintu. Apa kami harus
melompati dinding agar digigit anjing penjaga
yang galak itu?" Se-bun Hong-eng benar-benar salah
tingkah. Akhirnya ia bukan cuma minggir dari
pintu, tapi cepat-cepat membalik tubuh dan lari
ke dalam bagaikan kilat. Teng Jiu mengajak Wan Lui masuk. Di
halaman samping dijumpainya Khong Yang-ki
sedang memberi makan dan mengelus-elus
anjing kesayangannya. Anjing itu "tersenyum"
sehingga kelihatan semua giginya ketika
melihat dua orang yang belum dikenalnya, tapi
Khong Yan-ki buru-buru menepuk-nepuk
dengan lembut. "Ah-kiranya Teng Ta-jin," sambut Khong
Yan-ki sambil berdiri. "Dan sobat muda
ini..siapa?" "Inilah Wan Lui, murid Goan-swe Pak Kiong
Liong. Dialah yang berjasa menyelamatkan
kekaisaran. Coba dia terlambat satu hari saja
Kemelut Tahta Naga II/21-22
71 membawa Pangeran Hong Lik kembali ke Pakkhia, tentu sekarang tahta sudah digenggam
erat oleh Liong Ke Toh dan begundalbegundalnya."
Wan Lui dan Khong Yan-kin pun saling
memperkenalkan diri dan saling memberi
hormat. "Khong-heng, apakah Goan-swe Pak Kiong
Liong masih di sini?"
"Ada. Sedang menerima tamu di ruang
tengah." "Siapa tamunya?"
"Namanya Kam Hong Ti. Dia datang untuk
mengantarkan pulang A-hai yang telah
menghilang sejak kemarin pagi."
"Ah, jadi cucu Goan-swe yang berwatak
keras itu sudah kembali?"
"Ya. Silahkan Teng Tai-jin dan saudara Wan
masuk ke dalam." Teng Jiu dan Wan Lui lalu melangkah masuk
lewat samping rumah. Setelah meninggalkan
Khong Yan-ki dan anjing kesayangannya
beberapa langkah, Wan Lui bertanya kepada
Kemelut Tahta Naga II/21-22
72 Teng Jiu dengan berbisik, "Tai-jin, rumah siapa
ini?" "Markas cabang Hwe-liong-pang."
Mereka masuk, kemudian sampai ke ruang
tengah, dan dilihatnya Pak Kiong Liong sedang
bercakap-cakap berdua saja dengan Kam Hong
Ti. Teng Jiu langsung menyapa, "Eh, Kam-heng,
jadi belum kau tinggalkan kota ini?"
Kam Hong Ti menjawab sambil tertawa,
"Kenapa harus buru-buru pergi" Aku masih
ingin beberapa hari lagi di kota ini."
Teng Jiu geleng-geleng kepala melihat nyali
pendekar ini. Tapi iapun bertanya dengan
berseloroh, "Masih mau jualan mi-pangsit?"
Pak Kiong Liong dan Kam Hong Ti tertawa
berbareng, namun hanya Kam Hong Ti yang
menjawab, "Tidak. Aku benar-benar p tus asa.
Menurut cucu Goan-swe Pak Kiong Liong yang
baru saja kuantarkan pulang kemari, pangsitku
paling tidak enak sedunia dan hanya orangorang gila yang mau mencicipinya. Jadi
daganganku bakalan tidak laku."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
73 Pendekar-pendekar itupun tertawa serempak. "Teng Heng, sobat muda ini..." tanya Pak
Kiong Liong yang agaknya tidak mengenali Wan
Lui. Maklum, ketika Pak Kiong Liong
meninggalkannya di Tiang-pek-san, Wan Lui
barulah jejaka cilik berusia sebelas tahun. Dan
sekarang sudah tambah umur sebelas tahun
lagi. Cepat-cepat Wan Lui maju dan bersujud
kepada Pak Kiong Liong sambil berkata penuh
haru, "Kakek, aku Wan Lui."
Tubuh Pak Kiong Liong tergetar, "Kau...A
Lui?" la bangun dari kursinya, mengangkat
bangun Wan Lui lalu menepuk-nepuk pundak
Wan Lui itu sambil dipandanginya dengan
bangga, "Astaga, sekarang kau sudah begini
gagah. Dari A-san dan A-hai, terutama A-Eng,
pernah kudengar betapa kemajuan ilmu silatmu
sekarang." "Semua itu tak lepas dari bimbingan Kakek."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
74 Maka ruang tengah itupun jadi tambah
meriah. Karena Teng Jiu baru saja datang dari


Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

istana, ia segera menceritakan perkembang an
di istana sampai pagi itu. Semua yang
mendengarkan jadi ikut lega ketika mengetahui
bahwa Pangeran Hong Lik berhasil mengendalikan keadaan sepenuhnya, dan Liong
Ke Toh telah dibikin tak berkutik.
"Kau benar-benar kejam terhadap kami,
Teng Heng..." kata Pak Kiong Liong selesai
mendengar tuturan Teng Jiu itu.
"Kenapa?" Teng Jiu heran.
"Semalam aku tidak bisa tidur sekejap pun
sampai pagi ini, karena gelisah. Apalagi ketika
mendengar genta tanda bahaya di istana
berbunyi, karena aku tahu itulah saatnya Kam
Heng dan kawan-kawannya mulai menyerbu
istana," kata Pak Kiong Liong. "Sudah
kubayangkan betapa Liong Ke Toh akan
menerkam singgasana yang kosong itu seperti
anjing menerkam tulang, selagi Pangeran Hong
Lik belum kembali." Kemelut Tahta Naga II/21-22
75 Ia bangun dari kursinya, mengangkat Wan Lui lalu
menepuk-nepuk pundak Wan Lui itu sambil
dipandanginya dengan bangga, "Astaga, sekarang kau
sudah begini gagah Kemelut Tahta Naga II/21-22
76 "Oh...." Teng Jiu tertawa sambil menggarukgaruk tengkuknya.
Sementara Pak Kiong Liong meneruskan,
"Hampir aku dan In Te pergi menghubungi
pasukan-pasukan yang kami perkirakan masih
setia kepada ln Te, untuk menggerakkan
mereka ke istana demi mencegah nafsu Liong
Ke toh. Tapi kami batalkan sendiri. Aku
khawatir, kalau prajurit-prajurit itu melihatku
tentu akan mendukungku mati-matian dan baku
hantam dengan pasukan lain, keadaan tentu
tambah ruwet. Aku tidak mau itu terjadi. jadi
terpaksa aku menunggu saja dengan gelisah!"
Teng Jiu menarik napas dan menjawab,
"Aku minta maaf karena tidak sempat
mengabari Goan-swe. Maklum saja. Sore
kemarin sampai dini hari tadi benar-benar saat
paling padat dalam hidupku, dan hampir
membuat syarafku putus. Bayangkan. Membujuk Kim Seng Pa agar jangan takut
menghadapi Liong Ke Toh, lalu saudara Wan Lui
muncul menunjukkan cincin Pangeran Hong Lik
dan mengajakku menemui Pangeran di tempat
Kemelut Tahta Naga II/21-22
77 tersembunyi. Maka akupun tergopoh pulang ke
istana untuk menyiapkan penyambutan dan
pengamanan Pangeran Hong Lik, yang
kupasrahkan kembali kepada Be Kun Liong dan
kedua Su-hengku. Lalu aku tergopoh-gopoh lagi
ke tangsi pasukan sembilan, menggerakkan Kim
Thian Ki agar menggerakkan pasukan untuk
menangkap orang-orang mencurigakan yang
membuntuti Pangeran Hong Lik. Habis itu aku
pulang ke istana, sudah gelap, kembali
menghubungi Kim Seng Pa agar tidak
menghalangi kalau Kam Heng dan kawankawan lainnya menyerbu untuk membunuh
Kaisar jahat itu. Nah, begitulah. Sampai pagi ini
pun aku hampir-hampir belum sempat
beristirahat seke-jappun."
"Memang tidak enak diangkat jadi panitia
pembunuhan Kaisar, ya?" seloroh Kam Hong Ti.
"Akupun tidak tahu kalau Pangeran Hong Lik
tidak ada di istana saat itu. Kalau aku tahu,
tentu saja dengan senang hati aku akan
mengundurkan rencanaku. Ah, hampir saja aku
menjerumuskan negeri ini ke tangan Liong Ke
Kemelut Tahta Naga II/21-22
78 Toh. Untunglah pada saat si ular tua itu hampir
menguasai keadaan, Pangeran Hong Lik
datang." "Sikapmu aneh, Kam Heng," kata Teng Jiu.
"Begitu ngotot kau ingin membunuh Yong Ceng,
tapi bersyukur lega ketika mendengar anak
Yong Ceng menang dalam per gulatan."
"Tidak aneh, Teng-heng. Jangan memandang
Yong Ceng dan Hong Lik sebagai ayah dan anak,
tapi sebagai wujud Keangkara-murkaan dan
Belas-kasihan. Aku cuma mau lihat Keangkaramurkaan lenyap dan Belas-kasihan bertahta. Itu
saja." Pak Kiong Liong mengangguk-angguk. "Jadi
bagaimana Kam-heng bersikap terhadap
kehaikan Pangeran Hong Lik ke tahta?"
"Menunggu dan melihat, baru menentukan
sikap. Rakyat sejahtera, kusimpan pedangku.
Rakyat ditindas, kuhunus pedangku."
Gaya bicara Kam Hong Ti adalah gaya lugas
kaum persilatan. Singkat dan jauh dari gaya
bahasa berbunga-bunga atau berbelit-belit.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
79 Menganggap bahwa Kam Hong Ti cukup
matang dalam berpikir, maka Pak Kiong Liong
mulai meningkat ke pertanyaan yang lebih
"berbahaya" tetapi juga amat mendasar.
Tanyanya, "Tidakkah Kam-heng memandang
pemerintahan Pangeran Hong Lik kelak sebagai
simbol penjajahan orang Manchu atas orang
Han?" Pertanyaan ini memang "berbahaya" karena
sudah menyangkut soal kesukuan. Di ruangan
itu ada Pak Kiong Liong dan Wan Lui yang
berdarah Manchu, dan Kam Hong Ti serta Teng
Jiu yang berdarah Han. Kalau ada satu saja dari
mereka yang berpikiran sempit dan dangkal,
jawaban Kam Hong Ti bisa membuat
tersinggung. Kam Hong Ti pun sadar hal itu. Jawabannya
atas soal mendasar itu akan menentukan
bagaimana bentuk hubungannya kelak dengan
banyak pihak. Karena itu diapun menjawab
tanpa tergesa-gesa, "Aku harus mengakui
dengan jujur, dulu waktu aku masih muda dan
berdarah panas, aku amat membenci orangKemelut Tahta Naga II/21-22
80 orang Manchu. Mungkin karena pengaruh
guruku, Tok-pi Sin-ni (biksuni berlengan
tunggal) yang adalah keturunan Kaisar Cong
Eng dari dinasti Beng. Tetapi sekarang
kuanggap pikiran itu tidak adil. Mana bisa
kesejahteraan negeri mutlak digantungkan
kesukuan dari Kaisarnya" Bukankah di jaman
Kaisar Cong Ceng, rakyatpun menderita biarpun
Kaisarnya seorang Han" Bukankah di jaman
Kaisar Khong Hi, ketenangan terjamin biarpun
rajanya seorang Manchu" Aku akan memandang
penguasa dan menilainya dari apa yang
diperbuatnya bagi rakyat, bukan sukunya atau
darah keturunannya. Ada kata-kata bagus yang
semalam ku dengar, begini : kuhukum siapapun
yang bersalah, entah Manchu entah Han, dan
kuhargai siapapun yang berjasa, entah Manchu
entah Han." "Kata-kata yang bagus itu. Siapa yang
bilang?" "Yong Ceng," sahut Kam Hong Ti sambil
menyeringai. "Kadang-kadang dari musuhpun bisa kita peroleh pelajaran berharga."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
81 "Lucu juga ya" Kalau sampai Yong Ceng
punya kata-kata sebagus itu, kenapa kita sampai
juga pada kesepakatan untuk menggusurnya
dengan senjata?" "Karena ada perbedaan penafsiran antara
kita dan Yong Ceng, tentang siapa yang bersalah
atau berjasa. Apa yang mesti dihukum dan
dihargai. Maka jadinya yang pedanglah yang
bicara." "Oh ya, ada berita yang perlu diketahui oleh
In-heng," kata Teng Jiu tiba-tiba dengan wajah
bersungguh-sungguh. "Berita menyedihkan."
"Kalau tidak terlalu pribadi, sampaikan saja
kepadaku, nanti aku yang menyampaikannya
kepadanya," kata Pak Kiong Liong. "Sebab dia
sedang murung. Maklumi saja, bagaimanapun
juga yang semalam terbunuh itu adalah
kakaknya, bagaimanapun jahatnya."
"Sayang sekali, beritakali akan menambah
kemurungannya, sebab orang-orang yang
mencurigakan dan hendak menangkap Pangeran Hong Lik ternyata adalah Pangeran In
Tong. Dalam pertempurannya melawan Kim
Kemelut Tahta Naga II/21-22
82 Thian-ki, dia terbunuh, begitulah yang
dilaporkan oleh Kim Thian-ki."
"Akan kusampaikan," sahut Pak Kiong Liong
sambil menarik napas. "Hem, dua saudara yang
mati hampir bersamaan waktunya sebelum
sempat saling bermaafan dan berdamai."
"Ah, seandainya mereka diberi tambahan
waktu masing-masing limapuluh tahun, belum
tentu bisa saling berdamai. Malah permusuhan
mereka akan makin sengit dan membahayakan
orang lain." "Ya, begitulah yang harus kusampai kan."
* * * Pangeran Hong Lik naik tahta tahun 1755
dengan sebutan Kaisar Kian Liong atau Cengko-cong. Seorang raja yang bukan hanya duduk
di singgasana sambil menuntut penyembahan
mutlak dari rakyatnya, melainkan tetap dengan
kegemarannya untuk menyamar dan keluar
istana demi me ngetahui penderitaan rakyat. Ia
Kemelut Tahta Naga II/21-22
83 bertahta selama enam puluh tahun, sampai
tahun 1795. Berakhir pulalah tigabelas tahun
pemerintahan berdarah Kaisar Yong Ceng alias
ln Ceng yang tidak gampang dipupuskan
bekasnya. Benih dendam yang ditaburkan
sudah terlanjur tumbuh di hati sementara
pihak. Namun kaki terus melangkah ke depan
dan masa pahit semakin jauh di belakang, tanpa
mengharap dan menghadang di depan.
TAMAT Kidul Tidar, 1 April 1988.
Cerita Selanjutnya Sekte Teratai Putih
Kemelut Tahta Naga II/21-22
84 Istana Ular Emas 3 Gadis Misterius Karya Sherls Astrella Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 5

Cari Blog Ini