Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p Bagian 12
bukan dengan memancing perlahan-lahan,
tetapi terlalu langsung. Karna itulah gerakgeriknya segera menarik, perhatian suatu
golongan manusia yang secara diam-diam juga
sedang mengamat-amat istana.
Setelah mengelilingi dinding luar istana,
satu kali sambil melihat-lihat, dan beberapa kali
berpapasan dengan peronda-peronda istana
yang menatapnya dengan curiga, maka Tong
Hai Long mulai merasa lapar. Maklum, saking
bersemangatnya ingin membunuh Liong Ke toh,
Tong Hai Long berangkat dari rumah obat
Kemelut Tahta Naga II/20 36 Khong Yan Ki itu tanpa makan pagi lebih dulu,
dan kini sudah hampir tengah hari.
Kebetulan di mulut sebuah lorong, tidak
jauh dari istana, nampak seorang penjual mi
pikulan sedang duduk terkantuk-kantuk di
bawah sebuah pohon rindang, agaknya d
gangannya kurang laku. Selain sebuah bangku
kecil yang didudukinya sendiri, didepan
pikulannya juga ada sebuah bangku kecil yang
rupanya disediakan buat pembeli. Bakul berusia
hampir setengah abad, kurus dan berbaju
rombeng itu, nampak begitu lelahnya sehingga
ia duduk sambil tertidur. Apalagi di bawah
pohon itu udaranya sejuk sekali.
Tong Hai Long berpikir, "Kalau bakul mi
pikulan ini berjualan secara tetap di tempat ini,
barangkali dia tahu juga sedikit seluk-beluk
istana, terutama bagian yang menjadi kediaman
Liong Ke Toh. Hem, bisa kudapat tambahan
keterangan dari dia."
Lalu dia mendekati penjual itu dan langsung
duduk di bangku kecil di depan pikulan itu
sambil berkata, "Pak, beli mi-nya."
Kemelut Tahta Naga II/20 37 Si penjual tergeragap bangun. Lalu sambil
terkekeh ia menunjuk pikulannya sambil
bertanya dengan suaranya yang gemetar dan
lemah, "Mau beli?"
"Betul, pak. Semangkok saja, komplit."
Si penjual mulai mengambil mangkok dan
meracik masakannya. Dan beberapa saat
kemudian Tong Hai Long harus merasakan
seporsi mi pangsit yang tidak keruan rasanya. "
"Pantas tidak ada yang beli," pikirnya.
Tapi makan mi pangsit memang cuma
urusan nomor dua, yang nomor satu ialah
mengumpulkan keterangan tentang kediaman
Liong Ke Toh. Setelah memaksa diri
menghabiskan satu mangkok, ia keluarkan
potongan perak seberat setengah tahil.
"Ini uangnya, pak. Kembalinya untuk bapak
saja, tapi tolong jawab pertanyaanku."
Terkekeh-kekeh si tukang mi memasukkan
uang itu ke laci pikulannya.
"Pak, apa benar jalan di samping timur
istana itu menuju ke gedung kediaman Liong Ke
Kemelut Tahta Naga II/20 38 Toh.... eh, maksudku Liong Ong-ya, Pamanda
Kaisar?" Si tukang mi pangsit melirik sekejap ke
tangkai pedang yang mencuat dari belakang
pundak Tong Hai Long. Jawabannya dengan
suara yang gemetar itu melenceng jauh dari
pertanyaannya, "Wah, memang bahan-bahan di
pasar sekarang naik semua harganya, jadi
daganganku ju ga harus ikut naik, kalau tidak ya
rugi. Tapi pembeli-pembeli jadi sepi... susah.....
susah......." Memang susah. Tong Hai Long pun susah
payah menyabarkan dirinya, tanyanya tambah
keras sambil menunjuk jalan yang dimaksud,
"Pak, apa betul kediaman Liong Ong-ya di jalan
ini?" "Jalan itu" O.ya, benar. Dulu ramai sehingga
daganganku laris. Tapi sekarang...ah, susah...
susah...." Tong Hai Long mendongkol sekali. Percuma
ia memaksa diri makan semangkuk mi pangsit
tak keruan rasanya, mengeluarkan uang
setengah tahil, dan yang diperolehnya cuma
Kemelut Tahta Naga II/20 39 jawaban simpang-siur macam ini. Pembicaraan
jadi ketemu jalan buntu, terpaksa Tong Hai
Long siap-siap meninggalkan tempat itu.
Belum seempat ia bangkit, tiba-tiba
dilihatnya dari ujung jalan itu muncul
serombongan orang. Sebuah tandu yang indah,
diiringi pengawal berjumlah puluhan orang
yang berjalan di depan, belakang dan kedua
samping tandu itu. Yang menarik, ada pula
enam pengiring yang berjubah merah dan di
atas kepala gundul mereka memakai topi kecil
lancip yang diikat ke bawah dagu. Lima di
antara mereka berusia empatpuiuh sampai
limapuluh tahun, dan satu orang yang berjalan
di samping tandu berusia tinggi, sekitar
tujuhpuluh tahun, alisnya putih, tapi jalannya
tetap tegap dan sorot mata nya tajam.
Melihat pendeta-pendeta Ang-ih-kau itu,
Tong Hai Long jadi ingat pengalaman pahit
masa kecilnya, ketika ia bersama Tong San1
Hong dan Se-bun Hong-eng diculik dari Tiauim-hong, dibawa ke istana dan disekap dalam
Kemelut Tahta Naga II/20 40 kerangkeng yang dijaga pendeta-pendeta Angih-kau ini.
Tong Hai Long tahu kalau para pendeta ini
berkedudukan terhormat dalam istana, bahkan
berkedudukan lebih tinggi dari komandankomandan pasukan istana. Hampir-hampir para
pendeta ini merupakan orang-orang kepercayaan atau pengawal-pengawal pribadi
Kaisar Yong Ceng sendiri, begitu kabarnya di
luaran. Para pendeta ini pula yang berjasa,
bukan dalam darma-bakti keagamaan mereka,
namun menciptakan senjata Hiat-ti-cu, kantong
kulit terbang yang bisa membunuh dari jarak
jauh dengan seutas rantai. Tapi kini para
pendeta itu mengawal tandu dengan sikap
seorang bawahan, tentunya orang dalam tandu
itu berkedudukan cukup istimewa.
Apakah Liong Ke Toh yang dalam tandu
itu?" Tong Hai Long mulai menduga-duga.
"Kalau benar, buat apa susah-susah aku
menunggu sampai malam untuk menyelundup
ke kediamannya" Sekarang juga bisa
kubereskan dia di sini."
Kemelut Tahta Naga II/20 41 Bukan Tong Hai Long kalau membuat
perhitungan yang rumit-rumit. Soal apapun
dianggapnya gampang saja.
Sementara Tong Hai Long dengan sikap
tetap duduk memperhatikan rombongan itu, si
tukang mi pangsit malah memperhatikan Tong
Hai Long dengan sikap cemas, seolah
mengetahui apa niat pemuda itu.
Tandu itu memang berisi Liong Ke Toh.
Mengingat pengalaman buruknya ketika.
dulu dicegat oleh perwira-perwira pengikut
fanatik Ni Keng Giau, maka kini Liong Ke Toh
apabila keluar dari istana-nya selalu membawa
barisan pengawal yang cukup kuat. Apalagi
hari-hari dimana persaingannya dengan
Pangeran Hong Lik menghangat, Liong Ke Toh
tambah hati-hati, sebab diapun tahu kalau
Pangeran Hong Lik juga memiliki pendukungpendukung yang tidak kalah gigihnya dengan
pengikut Ni Keng Giau dulu.
Pemimpin pengawal Liong Ke Toh ialah Toh
Hun yang melangkah tegap di depan tandu.
Namun bola mata Toh Hun yang selalu bergerak
Kemelut Tahta Naga II/20 42 itu menunjukkan hatinya yang tengah gelisah.
Maklum, dulu dia diserahi tugas oleh Liong Ke
Toh untuk menghubungi Pek-lian-kau lagi, ingin
menanyakan bagaimana kelanjutan "urusan
lama" tentang Pangeran Hong Lik. Ternyata
urusan sudah makin kacau. Ada kabar kalau
kaum Pek-lian-kau malah pecah sendiri, baku
hantam, dan tidak jelas lagi nasib Pangeran
Hong Lik. Buat Liong Ke Toh dan komplotannya,
syukur kalau Pangeran Hong Lik mampus dalam
huru-hara itu, tapi bagaimana kalau masih tetap
hidup dan tetap digunakan untuk memeras
pihak mereka" Kini Toh Hun tinggal mengharap ter
ciptanya kontak dengan "pengkhianat Pek liankau" yang dulu mengaku bernama "Gan Hong
Lui" dan sudah diberinya uang sepuluh tahil
emas dari janjinya yang limaribu tahil emas.
"Inilah akibatnya kalau berhubungan
dengan orang-orang yang tamak uang itu,
urusannya malah jadi ruwet tak keruan," kutuk
Toh Hun dalam hati sambil mengingat peristiwa
Kemelut Tahta Naga II/20 43 di gedung Cong-peng-hu di kota Seng-tin dulu.
"Mereka saling bunuhpun pasti gara-gara
rebutan Pangeran Hong Lik untuk digunakan
memeras kami, hem." Karena itulah sambil berjalan di depan
tandu Liong Ke Toh, ia juga memperhatikan
orang-orang di jalanan, kalau-kalau di antara
mereka ada "Gan Hong Lui".
Hatinya melonjak ketika di mulut jalan ia
melihat seorang pemuda duduk membelakangi
jalan, di hadapan seorang tukang mi pangsit
pikulan. Apalagi ketika melihat pemuda itu
berbaju hitam dan menggendong pedang.
Bukankah dulu "Gan Hong Lui" juga berbaju
hitam dan juga membawa pedang "
Gan Hong........." seruan Toh Hun yang penuh
harapan itu terputus ketika melihat pemuda itu
menoleh dan ternyata bukan orang yang
diharapkannya. "Tapi mudah-mudahan teman Gan Hong
Lui." Toh Hun belurn putus harapan.
Dilihatnya pemuda itu tiba-tiba melompat
ke tengah jalan, menghadang rombongan Liong
Kemelut Tahta Naga II/20 44 Ke Toh sambil mencabut pedang di
punggungnya. Kecepatan gerak lompatnya dan
menghunus pedangnya cukup mengejutkan,
menunjukkan ilmu silat yang tangguh.
"Liong Ke Toh, mampuslah!" Tong Hai Long
melompat deras bagaikan harimau, menerjang
pengawal-pengawal Liong Ke Toh yang di depan
tandu. Para- pengawalpun mencabut senjata, tapi
hanya itu yang sempat mereka lakukan sebab
kecepatan pedang Tong Hai Long mendahului
semua prakarsa mereka. Jadinya mereka cuma
sempat menghunus senjata tapi belum sempat
menggunakannya. Pedang Tong Hai Long
dengan gerak Tai-boh-liu-soa (Pasir Beterbangan di Gurun) berputar kencang
membentuk piringan perak yang berpusar
dengan diri Tong Hai Long sebagai sumbunya.
Sekaligus empat orang pengawal roboh dengan
dada tergores dalam oleh pedang itu.
Berkobarlah semangat Tong Hai Long oleh
hasil pertama yang begitu gemilang akan
Kemelut Tahta Naga II/20 45 membuat namanya disanjung oleh Se-bun
Hong-eng melebihi nama Wan Lui.
Sambil membentak, jurusnya dirubah
menjadi Thai-peng-tian-ci (Garuda Mem-[buka
Sayap). Piringan cahaya pedangnya mendadak
lenyap dan berubah menjadi dua jalur cahaya
perak yang bercabang memanjang ke kiri dan
kanan. Kembali dua orang pengawal Liong Ke
Toh tertikam roboh. Barisan pengawal Pamanda Kaisar itupun
jadi kacau. Merasa bertanggung-jawab untuk kelelamatan junjungannya, Toh Hun menghadang.
Senjatanya ialah sepasang Hou-thau-kou (kaitan
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepala harimau) yang berpelindung di
pegangannya. Ketika Tong Hai Long tiba dihadapannya
dengan gerak tipu Tok-coa-cut-tong (Ular
Berbisa Keluar Gua). Kaiatan kiri berusaha
mengait pedang untuk dipelintir dan diseret ke
samping, sedangkan kaitan kanan menyerang
dari bawah untuk "membongkar" perut Tong
Hai Long. Kemelut Tahta Naga II/20 46 Namun Tong Hai Long bukan cuma menang
semangat, tapi juga menang jauh dalam urusan
ilmu silat. Toh Hun gagal mengait pedang, dan
serangannya ke arah perut juga tertangkis.
Ketika lawannya yang berumur separuh dari
umurnya itu menendang secara kilat, Toh Hun
tak bisa menangkis atau menghindar lagi,
janggutnya kena tendangan sehingga ia
terhempas roboh dengan mulut berlumuran
darah. Teknik tendangan Tong Hai Long diambil
dari Pek-pian Lian-hoan-tui (Tendangan
Berantai Seratus Tipuan). Bukan saja amat
cepat, tapi gerakannya juga membingungkan
dan sulit diduga arahnya. Toh Hun menjaga
perutnya, ternyata janggut yang kena.
Kalau Toh Hun sebagai komandan pengawal
saja begitu gampang diminggirkan, nampaknya
pengawal-pengawal Liong Ke Toh lainnya
takkan ada lagi yang bisa membendung amukan
cucu Macan Selatan dan Naga Utara ini. Dengan
semangat berkobar, Tong Hai Long menjejak
tanah dan melompat datar, seperti sebatang
Kemelut Tahta Naga II/20 47 panah raksasa dengan pedang yang diacungkan
ke depan, ia menyerang tandu.
Dua pengusung joli sudah bertiarap di tanah
sambil memeluk kepala. Sementara Liong Ke
Toh di dalam joli sudah menjerit panik.
Namun tandu itu tiba-tiba seolah I terbang
ke atas ketika pinggiran bawahnya dicongkel
dengan kaki si pendeta ?Ang-ih-kau beralis
putih itu, lalu disangga tinggi-tinggi dengan satu
tangannya saja, seolah-olah tandu yang berat itu
menjadi seringan kurungan burung gelatik saja.
Tandu berhasil dihindarkan dari serangan
ganas Tong Hai Long, namun kini dada si
pendeta tua itulah yang menjadi sasaran ujung
pedang Tong Hai Long yang meluncur cepat
membelah udara. Orang lain boleh kaget menghadapi
Aerangan hebat Tong Hai Long itu, namun
pendeta tua itu, Biau Beng Lama, malahan
mendengus congkak sambil berkata, "Bocah
kemarin sore, jangan coba-coba jual tampang di
sini." Kemelut Tahta Naga II/20 48 Jubahnya berkibar ketika kakinya melakukan tendangan Pai-lian-ka (Batang Te
ratai Bergoyang) untuk menendang lengan
Tong Hai Long yang memegang pedang.
Kekuatan maupun ketangkasan pendeta tua
itu mengejutkan Tong Hai Long, menyadarkan
bahwa dia telah kepergok seorang jago
angkatan tua. Dengan agak gugup Tong Hai Long
mengubah arah luncuran tubuhnya dengan
membantingkan tubuh ke sisi.
Biau Beng Lama tertawa terbahak, lengan
yang tidak menyangga tandu itu mengebas
dengan lengan jubahnya. Segulung arus udara
kuat menerpa Tong Hai Long sehingga pemuda
itu seperti bola ditendang saja, terpental sampai
menabrak tembok di pinggir jalan. Si "calon
pahlawan" itu kini berkunang-kunang matanya,
tapi pedangnya masih terganggam erat di
tangannya. Memang jadi agak konyol. Tapi Biau Beng Lama sendiri biarpun
kelihatan tertawa-tawa, sebetulnya kaget dalam
Kemelut Tahta Naga II/20 49 hatinya. Baik tendangan Pai-lian-kanya tadi
maupun kebasan lengan jubahnya itu harusnya
bisa langsung membunuh pemuda baju hitam
itu. Tendangan itu harusnya kena dan
mematahkan tangan si pemuda, nyatanya luput.
Kebasannya seharusnya membuat di pemuda
muntah darah, namun si pemuda nampaknya
cuma terbanting dan pusing-pusing sedikit. Biau
Beng Lama kecewa dalam hati. Dulu ia pernah
dikalahkan Ketua Hwe-liong-pang Tong Lam
Hou, sejak itu ia berlatih ilmunya dengan keras,
dan belakangan ini mengira kalau ilmunya
sudah mencapai tingkatan yang luar biasa.
Ternyata peristiwa dengan Tong Hai Long itu
mengecewakan hatinya. Tambah kecewa lagi ketika melihat Tong Hai Long dalam waktu singkat telah berhasil
melompat bangun kembali, biarpun sambil
berkernyit kesakitan namun tidak ada cidera
serius nampaknya. Sementara itu, Liong Ke Toh yang di dalam
tandu itu berteriak-teriak ketakutan, "Turunkan
aku ..... turunkan......turunkan...."
Kemelut Tahta Naga II/20 50 Pelan-pelan Biau Beng Lama meletakkan
tandu itu. Lalu ia membungkuk hormat kepada
Liong Ke Toh dan berkata, "Hamba minta maaf,
Ong-ya. Karena keselamatan Ong-ya terancam,
hamba telah menyelamatkannya dengan cara
tadi." Liong Ke Toh berseru gusar, "Siapa berani
coba membunuhku" Cincang dia tanpa ampun!"
"Baik!" sahut Biau Beng Lama. Lalu dia
memberi isyarat kepada kelima pendeta Ang-ihkau yang menjadi muridnya itu. "Tangkap
pengacau itu hidup atau mati!"
Lima pendeta yang lebih ahli dalam
mencincang orang daripada membaca doa
itupun berlompatan maju untuk menjalankan
perintah guru mereka. Sedangkan sisa pengawal
Liong Ke Toh bersiaga di sekitar tandu Liong Ke
Toh untuk melindungi. Kelima murid Biau Beng Lama itu masingmasing adalah Po Goan Lama yang ber senjata
Hong-pian-jan (toya yang ujungnya berbentuk
bulan sabit), Hoat Kheng Lama yang bersenjata
golok melengkung, Ci Long Lama yang berkulit
Kemelut Tahta Naga II/20 51 hitam dan berhidung panjang karena keturunan
India dan bersenjata sebatang tongkat bambu
hitam yang mengkilap, Hwe Lun Lama yang
memegang sepasang gelang baja besar, dan Kim
Leng Lama yang bersenjata sepasang tongkat
pendek, dengan ujungnya berbentuk lonceng
dari emas. Tiap satu orang dari mereka adalah jagoan
tangguh, apalagi kalau maju lima orang
sekaligus. Namun mereka merasa malu juga
kalau harus mengeroyok seorang "anak
ingusan" macam Tong Hai Long. Karena itu Po
Goan Lama berkata kepada keempat adik
seperguruannya, "Kalian jaga di empat penjuru
agar dia jangan sampai lolos. Biar aku yang
mencoba menangkapnya!"
Keempat saudara seperguruannya itu pun
berlompatan mengambil "pos"nya masingmasing sehingga Tong Hai Long terkurung.
Sedangkan Po Goan Lama mendekati Tong Hai
Long dengan waspada. Tadi sudah! dilihatnya
kehebatan pemuda ini, dan ia tidak mau kurang
hati-hati agar tidak menelan pil pahit.
Kemelut Tahta Naga II/20 52 Sebaliknya Tong Hai Long pun merasa
sudah lenyap peluangnya untuk "menjadi
pahlawan". Kalau bisa melarikan diri, sudah
boleh dibilang beruntung.
Sesaat kedua orang itu berhadapan. Ta pi
belum lagi pertempuran dimulai, dari u-jung
jalan kembali muncul serombongan pra jurit.
Liong Ke Toh langsung melambai-lam baikan
tangan dari jendela tandu, sambil berteriakteriak, "He, kemari! Kemari! Ada pengacau!"
Para prajuritpun berlarian mendekat.
Hal itu makin mengkhawatirkan Tong Hai
Long. la sadar, mungkin takkan ada lagi peluang
untuk kabur kalau sampai tempat itu semakin
banyak prajuritnya. Maka begitu Po Goan Lama
menyerang, ia tidak menangkis atau membalas
serangan, tapi langsung melompat untuk kabur.
Tapi di hadapannya tiba-tiba muncul
bayangan tongkat bambu hitam, menderu
hendak memukul ubun-ubunnya. Si pendeta
Ang-ih-kau keturunan India, Ci Long Lama,
menghadang larinya. Kemelut Tahta Naga II/20 53 "Minggir, Hoan-ceng (pendeta asing)!"
bentak Tong Hai Long tergopoh-gopoh. Karena
ingin secepatnya pergi dari situ, bukan saja
pedangnya yang dimainkan dengan hebat, tapi
tangan kirinya ikut memukul dengan ilmu Hianim-ciang yang menimbulkan udara sangat
dingin, ajaran kakeknya almar hum, Tong Lam
Hou. Juga sepasang kakinya pun langsung
memainkan Pek-pian Lian-hoan-tui yang tadi
sempat meremukkan janggut Toh Hun.
Serangan total itu mengejutkan Ci Long
Lama. Tapi pendeta ini kelasnya jauh di atas
pengawal-pengawal yang tadi dibabat dengan
mudah. Memang mulanya Ci Long Lama terkejut
oleh serangan yang membanjir itu, namun
setelah melompat mundur untuk mengambil
jarak, ia berhasil menyusun pertahanan yang
memadai. Maka Tong Hai Long tak lagi bisa
menembus "pos jaga" murid Biau Beng Lama
ini. Bertarunglah kedua orang ini dengan sengit.
Cahaya pedang yang keperak-perakan dan
tongkat bambu yang kehitam-hitaman terlibat
Kemelut Tahta Naga II/20 54 Bertarunglah kedua orang ini dengan sengit.
Cahaya pedang yang keperak-perakan dan tongkat
bambu yang kehitam-hitaman terlibat rapat seperti
sepasang naga yang bertarung sengit di angkasa.
Kemelut Tahta Naga II/20 55 rapat seperti sepasang naga yang bertarung
sengit di angkasa. Kemudian Ci Long Lama mulai merasa
kehebatan lawannya, ia telah bersin beberapa
kali akibat kena aliran udara dingin Hian imkang yang begitu tajam melingkupi tubuhnya.
Pedang bisa ditangkis, tapi udara yang tak
kelihatan mana bisa ditangkis" Ruang gerak
tongkatnya juga perlahan-lahan mulai berhasil
ditekan dan dipersempit terus oleh gerak
pedang Tong Hai Long. Melihat kesulitan Ci Long Lama itu, saudara
seperguruannya, Hwe Lun Lama segera ikut
terjun ke gelanggang, la melakukan tubrukan
dari samping dengan gerakan Au-cu-hoan-sin
(Elang Berputar Badan), tubuhnya yang gemuk
itu ternyata mampu berputar ringan dan
berputar bagaikan gasing, sepasang gelang
bajanya dengan gerak melingkar hendak
menghantam pelipis Tong Hai Long kiri kanan.
Pemuda itu terpaksa harus memecah
perhatian, tekanan terhadap Ci Long Lama mau
tidak mau mengendor. Dan si pendeta India
Kemelut Tahta Naga II/20 56 bukan cuma menggunakan kesempatan itu
untuk memperbaiki posisi, melainkan balik
menekan bersama-sama Hwe Lun Lama.
Tak lama kemudian, biarpun hawa dingin akibat ilmu Hian-im-ciang itu masih membuat Ci
Long dan Hwe Lun Lama bersin beberapa kali,
tetapi kedua Lama-itu berhasil balik mendesak
Tong Hai Long. Kini Tong Hai Long harus banyak
mengurangi sikap menyerangnya yang ganas,
dan lebih banyak bertahan saja.
Para pengawal Liong Ke Toh dan prajurit
yang baru datang kini cuma menonton di
pinggir arena, karena merasa sulit ikut campur
dalam pertempuran serba cepat antara orangorang berilmu tinggi itu. Dimana gerak pedang,
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tongkat bambu hitam dan sepasang gelang baja
itu tak bisa diikuti dengan mata, belum lagi
hawa dingin Hian-im-ci-ang yang bagi para
prajurit berilmu rendah itu pasti akan
membekukan darah, bukan sekedar bersin
seperti Ci Long Lama dan Hwe Lun Lama yang
cukup tinggi tenaga dalamnya.
Kemelut Tahta Naga II/20 57 Sementara itu Biau Beng Lama yang
bermata tajam itu pelan-pelan mulai mengenali
gaya bertempur Hong Hai Long. Dilihatnya
bagaimana pemuda itu kadang-kadang merunduk rendah, meluncur sambil menyeret
kaki, langkah berputarnya maupun lompatan
pendeknya menunjukkan gaya khas ilmu
pedang Tiam-jong-kiam-hoat, ilmu andalan
almarhum Tong Lam Hou, ketua lama Hweliong-pang yang pernah mempecundangi Biau
Beng Lama. Tapi dilihatnya juga ong Hai Long
sering melompat tinggi, berputar dan
bergeliatan di udara, dengan gerak pedang
memanjang bengkang-bengkok, kadang-kadang
melengkung seperti pelangi. Gaya itu dikenali
oleh Biau Beng Lama sebagai gaya khas Thianliong-kiam-hoat andalan Pak Kiong Liong.
Artinya, dalam diri pemuda itu memiliki dua
macam aliran silat dari dua tokoh termasyhur
itu. Sebuah seringai mengembang di wajah Biau
Beng Lama, katanya kepada Liong Ke Toh. "Ongya, kali agaknya ada kakap masuk jaring kita.
Kemelut Tahta Naga II/20 58 Pemuda baju hitam itu nampaknya ada
hubungannya dengan Tong Lam Hou maupun
Pak Kiong Liong. Mungkin dia salah satu dari
cucu kembar mereka yang dulu pernah kita
tawan ketika masih kecil."
Liong Ke Toh yang sudah agak tenang,
terkekeh-kekeh ketika mendengar penjelasan
itu. Katanya, "Kalau benar dia cucu Pak Kiong
Liong, dia bukan cuma kakap, tapi arawana!
Jangan sampai dia lepas!"
Tidak usah diperintah, memang Ci Long dan
Hwe Lun Lama telah mendesak Tong Hai Long
sedemikian rupa sempat terjepit kepayahan.
Soal menangkapnya tinggallah soal waktu saja.
Sedang ketiga Lama murid Biau Beng Lama
lainnyapun berjaga-jaga, agar "arawana" ini
tidak sampai kabur. Tong Hai Long memang sudah dalam ke
sulitan hebat. Betapapun gigihnya, setapak demi
setapak ia terus didesak, bukan semakin
menjauhi arena namun malah semakin ke
tengah-tengah arena, ke tengah-tengah musuhmusuh mereka.
Kemelut Tahta Naga II/20 59 Saat itulah tongkat Ci Long Lama
mengulung dari depan bagaikan mega hitam.
Sedangkan Hwe Lun Lama mengintai dari
samping, menunggu terbukanya peluang untuk
sebuah serangan pamungkas.
Tong Hai Long mengertak gigi dengan
geram. Tekadnya sudah bulat sekarang, kalau
harus gugur hari itu, ia ingin "mengajak" paling
tidak satu dari para Lama itu. Terjangan Ci Long
Lama disongsongnya dengan terjangan pula,
sedangkan serangan Hwe Lun Lama dengan
gelang baja yang siap merontokkan tulangtulang punggung Tong Hai Long itu malahan
tidak digubrisnya sama sekali.
Tindakan nekad itu memang mengejutkan
lawan-lawannya, maupun orang-orang yang
menonton di seputar arena. Tibalah detik-detik
kritis di arena itu, semuanya merasa mungkin
akan segera jatuh korban jiwa, entah siapa.
"Mampus!" Hwe Lun Lama memperhebat
serangan untuk menyelamatkan saudara
seperguruannya. Namun tiba-tiba...."ha-ep!"
sepotong benda lunak, bahkan gurih, meluncur
Kemelut Tahta Naga II/20 60 deras dan masuk ke mulutnya. Pangsit. Itu
barang enak kalau dicampur mi, telur dan kuah
panas lalu diseruput pelan-pelan, tapi siapa
bilang enak kalau cara masuknya ke mulutpun
dengan merontokkan dua gigi depan Hwe Lun
Lama" Serangan Hwe Lun Lama yang hampir rhasil
jadi buyar, ia terhuyung mundur dengan mulut
berlumuran darah. Dan karena robohnya Hwe
Lun Lama, dalam sedetik itu Ci Long Lama harus
sendirian menghadapi Tong Hai Long yang
tengah nekad itu. Dua jurus maut bertabrakan. Ci Long Lama
hebat juga jurusnya, namun karena tekadnya
tak sebulat tekad lawannya, ia harus menerima
akibatnya. Tongkatnya memang berhasil
menghantam pundak kanan Tong Hai Long
sedemikian kerasnya sehingga lumpuh dan
pedangnya lepas. Namun pedang yang lepas itu
tidak jatuh ke tanah sebab mendapat "sarung"
yang baru, bersarang mantap di perut Ci Long
Lama sampai tembus ke belakang.
Kemelut Tahta Naga II/20 61 Biau Beng Lama kaget melihat nasib ke dua
muridnya, namun tak sempat menolong
mereka. Segera ia tanggap adanya pihak lain
yang ikut campur, pihak lain yang amat lihai
sebab mi pangsitnya begitu super sampai bisa
merobohkan Hwe Lun Lama yang bukan pesilat
kelas kambing. Di samping itu, alangkah
gusarnya Biau Beng Lama melihat Ci Long Lama
meringkuk diam di kubangan darahnya sendiri.
Mata Biau Beng-lama seolah menyemburkan api kemarahan, menyapu ke
sekelilingnya, mencari si tangan jahil itu.
Mungkinkah tukang mi pangsit yang terkantukkantuk di bawah pohon itu" Kecurigaan Biau
Beng Lama menghebat. Kalau tukang mi-pangsit
itu orang biasa, tentu sudah lari ketakutan
melihat perkelahian di situ, bukannya tetap
duduk menunggui pikulannya sambil terkantukkantuk macam itu.
"Orang ini bosan hidup rupanya!" geram
Biau Beng Lama. Kepada tiga muridnya yang
belum cidera, dia memerintah, "Tangkap tikus
Kemelut Tahta Naga II/20 62 kecil itu. Keterlaluan kalau kalian sampai tidak
bisa melakukannya." Biau Beng Lama berkata demikian, sebab
saat itu tangan kanan Tong Hai Long sudah
terkulai akibat gebukan keras Ci Long Lama
tadi. Setelah memberi perintah itu, Biau Beng
Lama melangkah lebar ke arah tukang mipangsit itu.
Namun tukang mi-pangsit itu tiba-tiba
mengangkat wajahnya, dan sorot matanya yang
amat tajam mampu menghentikan langkah Biau
Beng Lama yang terkesiap.
"Bapak pendeta, mau mencicipi pangsitku?"
tanya si penjual itu sambil terkekeh kekeh.
Habis berkata demikian, sungguh berlawanan dengan gerak-geriknya yang serba
mengantuk tadi, si tukang mi-pangsit dengan
kecepatan kiiat melompat bangkit dari
duduknya sambil melolos bambu pikulan dari
sepasang kotak pikulannya.
"Tapi hari ini biarlah aku beramal, aku
berikan semua dengan cuma-cuma..." kata
tukang mi-pangsit itu sambil mencongkel-kan
Kemelut Tahta Naga II/20 63 bambu pikulannya ke kotak pikulannya, sambil
membentak pula, "Silahkan makan!"
Kelihatannya saja dia mencongkel ringan,
tapi angkring itu tiba-tiba terangkat dan
berpusing, seolah diangkat angin putingbeliung, deras ke arah Biau Beng Lama. Karena
dalam angkring itu ada beberapa susun lagi
berisi mangkuk, sumpit, sambal, kecap dan lainlainnya, maka benda benda inipun seolah ikut
ditebarkan ketika angkring yang terbang
berpusing itu. Si tukang mi-pangsit tertawa berkakakan,
"Beramal tidak boleh tanggung-tanggung, nih,
kutambah lagi!" Dan ia mencongkel lagi dengan
bambu pikulannya ke arah angkring yang satu
lagi, pasangannya. Yang inipun terbang
berpusing ke arah angkring inipun terbang
berpusing ke arah para pengawal dan prajurit.
Isinya ialah pangsit mentah, mi, tahu, telor,
rajangan kobis, dan yang paling berbahaya ialah
kuah yang masih mendidih serta arang
membara dari anglo. Kemelut Tahta Naga II/20 64 Biau Beng Lama terkejut menemui lawan
yang tak diduga ini. Segera ia memutar
sepasang lengannya, sehingga lengan jubahnya
berkibaran seperti sepasang bendera. Maka
sumpit, mangkok, sambal, kecap dan sebagainya
tersapu menyingkir dari tubuhnya, tak ada yang
mengenainya. Yang sial adalah prajurit dan
pengawal di sekitarnya. Ada yang terluka oleh
pecahan mangkuk, tertancap sumpit, matanya
kecipratan sambal dan sebagainya.
Biau Beng Lama tak peduli penderitaan
kaum bawahan itu. Terhadap kotak pikulan
yang terbang ke arahnya, ia melancarkan
pukulan jarak jauh Pek-gong-ciang(Pukulan
Udara kosong) yang dahsyat. Angkring itu
bagaikan meledak di udara, pecah berkepingkeping menjadi serpihan-serpihan kayu dan
bambu. Lagi-lagi para pengawal dan prajurit yang
menjadi korban. Sedangkan angkring yang satu lagi menerjang ke arah kawanan pengawal dan
prajurit, setelah menciderai beberapa orang dan
Kemelut Tahta Naga II/20 65 "memandikan" beberapa orang dengan kuah
panas, barulah daya lontarnya habis sendiri dan
tergeletak di tanah. Begitulah sepasang angkring itu menim
bulkan korban yang cukup banyak.
Alangkah gusarnya Biau Beng Lama karena
ada orang berani malang-melintang di depan
hidungnya, seakan menantangnya. Ia hendak
menubruk ke arah tukang mi pang-sit itu,
namun tempat itu sudah kosong. Si bakul sudah
melesat di udara bagaikan elang, sambil
menjinjing kayu pikulannya melompati kepala
Biau Beng Lama dan para pengawal, tujuannya
ialah Tong Hai Long yang sudah dalam detikdetik kritis, hampir kehabisan perlawanan
menghadapi Hoat Kheng dan Kim Leng Lama.
Biau Beng Lama cepat lompat menyusulnya.
(Bersambung Jilid XXI) Kemelut Tahta Naga II/20 66 Kemelut Tahta Naga II/20 67 Kemelut Tahta Naga II/21-22
1 KEMELUT TAHTA NAGA Bagian : II Karya : STEFANUS S.P. Jilid XXI Namun saat itu si tukang mi-pangsit sudah
terjun di antara Tong Hai Long dan lawanlawannya, langsung menjadikan dirinya sebagai
penyekat antara dua pihak yang bertempur itu.
Tong Hai Long didorong lembut dengan
tangan kiri, sebaliknya kayu pikulannya ber
sikap keras terhadap kedua Lama. Membentuk
cahaya melebar yang bertenaga amat kuat yang
memukul mundur kedua Lama itu dalam satu
jurus. Secepat kilat si tukang mi-pangsit.
menyambar pinggang Tong Hai Long untuk
dikempit dengan tangan kirinya, kelihatan
ringan seperti menjinjing anak kucing saja
layaknya. Kemelut Tahta Naga II/21-22
2 "Jangan lari!" Hoat Kheng Lama masih
penasaran, sambil membentak maka goloknya
yang melengkung itupun menabas dari atas
dengan gerakan Thai-san-ap-teng (Gunung
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thai-san Menimpa Kepala), dengan arah
tengkuk si tukang mi-pangsit.
Tanpa menoleh ke arah serangan dari be
lakangnya itu, si tukang mi-pangsit berkelit
lincah. Bambu pikulan yang dipegang dengan
satu tangan itu menyapu telak kedua lutut Hoat
Kheng Lama. Pendeta Tibet itu melolong
kesakitan membarengi ambruknya tubuhnya ke
bumi, la merasa kedua kakinya begitu nyeri,
seolah-olah kaki itu hendak di cabut mentahmentah dari badannya.
Masih ada Kim Leng Lama yang nekad
merintangi dengan sepasang tongkat pendek
nya, yang ujungnya berbentuk lonceng emas
Baru saja ia mengangkat sepasang senjatanya
untuk menghantam kepala si tukang mi pangsit,
tahu-tahu batang bambu pikulan sudah lebih
dulu deras menabrak rusuknya, membuatnya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
3 terpental dengan beberapa tulang rusuk
berpindah tempat. Dan tak tertahan lagi si tukang mi-pangsit
lolos dari murid-murid Biau Beng Lama itu
dengan membawa Tong Hai Long.
Namun ada Biau Beng Lama yang menubruk
dari udara. Sepasang tinjunya sekaligus
mengincar ke batok kepala dan punggung si
baku! mi-pangsit dengan Pek-gong-ciang. Tidak
usah kena tangannya, cukup kena tekanan
udaranya saja pasti bangsat ini bakal jadi
pangsit benar-benar, begitu perkiraan banyak
orang yang menyaksikan adegan itu.
Tapi manusia sasarannya licin menyingkir
bagaikan belut. Tanah yang baru saja diinjaknya
segera berdebum keras kena angin pukulan
Biau Beng Lama. Debu mengepul, dan lalu
nampak di tanah itu ada dua lubang cekung
yang hampir sejengkal dalamnya.
"Hebat tenagamu!" seru si tukang mipangsit. Ketika Biau Beng Lama melayang turun,
ujung bambu pikulannya tiba-tiba di-sodokkan
secepat kilat ke hidung pendeta itu. Tersentuh
Kemelut Tahta Naga II/21-22
4 sedikit saja, akan runtuhlah nama besar Biau
Beng Lama sebab bisa dianggap kalah.
"Bangsat!" dengan kegeraman makin me
luap, Biau Beng Lama mengangkat cengkeramannya untuk mencengkeram remuk
bambu pikulan itu. Geraknya cepat, tapi gerakan
bambu itu lebih cepat, menghindari ceng
keraman dan berhasil menyapu jatuh topi kecil
lancip di atas kepala Biau Beng Lama.
Yang dikehendaki si tukang mi-pangsit
terlaksana, meruntuhkan pamor Riau Reng
Lama. Tukang mi-pangsit itu tertawa terbahak.
Sebaliknya Biau Reng Lama merasa harus
menghapus malu dengan tindakan kejam.
Langkahnya secepat kilat ketika memburu si
tukang mi-pangsit. Tinjunya yang sebesar
kepala bocah itu menjotos sekuat tenaga
sehingga angin menderu dan jubah merahnya
meiembung seperti layar perahu menampung
angin. Itulah pukulan sekuat tenaga dalam
kemurkaannya yang memuncak, kemurkaan
karena dipermalukan. Tak ada yang bisa
Kemelut Tahta Naga II/21-22
5 membayangkan, kalau pukulan sedahsyat itu
sampai kena ke tubuh si tukang pangsit
berperawakan cecak kejepit pintu itu.
Semua penonton menduga, tentunya si
tukang pangsit akan mengandalkan kelincah
annya. untuk mengelakkan pukulan gugur
gunung itu. Namun semuanya tercengang,
ketika melihat tukang pangsit itu tiba-tiba
malah berhenti melangkah dan memutar tubuh
untuk menghadapi lawannya, lalu dengan
beraninya menyongsongkan tangan kanannya
untuk menyongsong pukulan itu keras lawan
keras, sementara tangan kirinya tetap
mengempit tubuh Tong Hai Long. Si tukang
pangsit merendahkan kuda-kudanya ketika
tangannya hampir membentur tinju Biau Bcng
Lama. Bentrokan tenaga terjadi, lengan si tukang
pangsit tertekuk sedikit ke belakang, tubuhnya
pun agak mendoyong ke belakang. Orang-orang
mengira bahwa sebentar lagi tubuh kerempeng
itu akan terbang dengan tulang-tulang remuk.
Bentuk tubuhnya terlalu tidak sebanding
Kemelut Tahta Naga II/21-22
6 dengan lawannya yang mirip menara berjalan
itu. Baru saja gelegar bentakan Biau Beng Lama
lenyap, gantian si tukang pangsit yang
membentak pula sambil menegakkan pinggangnya dan meluruskan lengannya untuk
mendorong ke depan. Tukang pangsit ini telah menggabungkan
dua macam teknik bertempur. Ketika pukulan
Biau Beng Lama datang, ia gunakan Su-nio-pojian-kin (Empat Tahil Merobohkan Seribu Kati)
untuk mementahkan dorongan tenaga Biau
Beng Lama yang membanjir dahsyat. Lalu
disambung dengan teknik To-pah-kim-ciong
(Memukul Balik Lonceng Emas) untuk
membalikkan tenaga lawan plus tenaganya
sendiri. Biau Beng Lama mula-mula merasa seperti
memukul kubangan lumpur saja, bukannya
berhasil mendapat dampak benturan yang
diharapkannya, malah tubuhnya hampir saja
terseret ke depan. Tapi sedetik kemudian
tenaga lawannya balik membanjir ke arahnya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
7 dan ia terlambat untuk memperkokoh diri. Ia
terhuyung mundur dua langkah dengan wajah
pucat karena kaget. Tidak diperlukan wasit untuk memutuskan
siapa yang menang atau kalah dalam adu tenaga
itu. Semuanya sudah jelas terlihat.
Tukang pangsit tak dikenal itu sudah
mengalahkan Biau Beng Lama, jago nomor dua
dalam istana di bawah Kim Seng Pa.
Si tukang pangsit Jertawa terkekeh dan
melangkah mundur, di bekas tanah yang diin
jaknya tadi nampak jejak telapak kakinya yang
amblas sedalam dua jari. Katanya, "Kalau tidak
sekali-sekali kuladeni kau mengadu tenaga,tentu penasaran bukan?"
Sebenarnya, bukannya penasarannya hilang,
malahan Biau Beng Lama tambah penasaran,
tetapi tidak berani gegabah lagi. Dengan
menahan diri, ia bertanya, "Sobat, siapa kau
sebenarnya?" Tukang pangsit itu tidak menjawab. Tiba
tiba tubuhnya melesat tinggi dan jauh, mem
bawa Tong Hai Long melompati kepala para
Kemelut Tahta Naga II/21-22
8 pengawal dan prajurit yang bertebaran di
tempat itu, dan akhirnya menghilang di sebuah
kelokan. Biau Beng Lama merasa kebingungan dan
agak serba salah. Mau tidak mengejar ya kurang
pantas, tapi mau mengejar pun khawatir kalau
mendapat pengalaman pahit lagi mengingat
lihainya si tukang pangsit. Nama baiknya bisa
kedodoran. Ketika itulah dari ujung jalan tiba-tiba
muncul lagi serombongan pengawal yang kali
ini berseragam Ci-ih Wi-kun, kelompok
pengawal jubah ungu. Yang paling depan ialah
Kiin Seng Pa yang didampingi Teng Jiu, di
belakangnya barulah Toh Jiat Hong, Sat Siau
Kun, Su-ma Hek-long dan beberapa jagoan Ci-ih
Wi-kun lainnya. Biasanya kalau Kim Seng Pa berjalan
bersama rombongannya, yang berjalan di
sebelahnya tentu Toh liat Hong sebagai wakil
nya. Tapi kini malah Teng liu, dan Toh .liat Hong
berjalan di belakang Teng liu. Dilihat dari sini
Kemelut Tahta Naga II/21-22
9 saja nampaknya bisa diduga kalau Teng liu
sedang "naik ranking" nya.
Begitu melihat mereka, Biau Beng Lama
berseru, "Ha, kebetulan Kim Cong-koan datang!
Cong-koan bisa membantu kami mengejar
seorang pengacau yang mungkin belum lari
jauh." Waktu itu sikap dan mimik wajah Kim Seng
Pa nampak tidak seperti biasanya. Bia sanya
gagah dan tegap, berani melotot kepa da siapa
saja kecuali kepada Kaisar. Namun kali ini
nampak ragu-ragu, sikapnya seperti murid
nakal yang dituntun oleh ayahnya untuk dibawa
menghadap gurunya yang galak.
Cepat-cepat Teng liu mendekatkan mulut ke
kuping Kim Seng Pa untuk berbisik-bisik,
nampak wajah Kim Seng Pa amat sedih. Setelah
itu, dengan sikap ragu-ragu Kim Seng Pa
berkata kepada Biau Beng Lama. "Maaf, Toasuhu, aku tidak punya waktu untuk mengurus
yang lain-lainnya. Kedatanganku hanya untuk
mengingatkan Toa-suhu agar segera kembali
Kemelut Tahta Naga II/21-22
10 bertugas di istana, bukan malah berjalan-jalan
di luar istana macam ini."
Biau Beng Lama menjawab, "Cong-koan, apa
kau tidak lihat kalau sekarang ini aku sedang
mengawal Liong Ong-ya, untuk suatu keperluan
penting" Bagaimana kau bisa bilang kalau aku
hanya berjalan-jalan di luaran?"
Lebih dulu Kim Seng Pa memberi hormat
kepada Liong Ke Toh di dalam tandu, setelah itu
barulah ia melanjutkan berkata kepada Biau
Beng Lama, "Tapi kurasa kurang baik kalau kita
sebagai abdi-abdi Sriba ginda malahan
meninggalkan tugas di istana untuk keperluan
lain, apapun dalihnya. Bukankah melayani
Sribaginda adalah tugas utama kita?"
Sikap Kim Seng Paitu menyinggung pera
saan Liong Ke Toh. Biarpun Kim Seng Pa tidak
lupa memberi hormat kepadanya, tapi
bicaranya terus dengan Biau Beng Lama dan
Liong Ke Toh dianggapnya tidak ada di situ. Lagi
pula, Biau Beng Lama sedang mengawal dirinya,
kini tiba-tiba Kim Seng Pa menyuruh Biau Beng
Lama meninggalkan dirinya, bukankah soal ini
Kemelut Tahta Naga II/21-22
11 seperti menampar mukanya" Sebagai bangsawan tinggi, bagaimana kata orang kalau
sampai didengar bahwa perjalanannya dihentikan di tengah jalan lalu pengawalnya
"dipereteli" disuruh pulang" Ini soal muka.
Karena itulah Liong Ke Toh menyingkapkan
tirai tandu, dan membentak gusar, "Kim Seng
Pa, apakah kau lupa siapa aku"!"
Sebagai orang yang kerjanya "menunggu
arah angin", sungguh Kim Seng Pa tak pernah
siap mendapat bentakan macam itu dari kaum
atasan. Ia tergagap-gagap, nampak takut kepada
Liong Ke Toh, "Harap.....harap...Ong-ya maklumi
kalau hamba hanyalah meng......................meng"
la bingung melanjutkan kata-katanya dan
menoleh ke arah Teng Jiu. Buru-buru Teng Jiu
membisikinya, setelah itu barulah Kim Seng Pa
bisa melanjutkan, "... hamba hanya ingin setiap
tugas dijalankan dengan tertib di dalam istana."
Biau Beng Lama tertawa perlahan sambil
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
geleng-geleng kepala, "Kim Cong-koan. biasanya
kerjamu kan cuma duduk santai sambil minum
arak, kenapa sekarang jadi punya pokal macam
Kemelut Tahta Naga II/21-22
12 ini" Sejak kapan kau mentang Liong Ke Toh,
namun datanglah "suntikan keberanian" lewat
bisikan Teng Jiu di kupingnya. Sesaat wajah si
jago tua yang perkasa itu nampak begitu serba
salah, memelas. Lalu dengan wajah pucat Kim Seng Pa
berkata, "Maaf, Ong-ya. Kalau Ong-ya keberatan
Biau Beng Lama pulang ke istana, hamba juga
tidak bisa memaksa. Hamba terpaksa akan
melapor kepada Sribaginda bahwa.... bahwa...
orang-orang yang seharusnya bertugas dalam
istana untuk melindungi Sribaginda, telah
digunakan secara tidak semestinya sebagai
pengawal di luar istana."
Habis berkata demikian, tergopoh-gopoh
Kim Seng Pa hendak mengajak pergi
rombongannya. Tapi terhenti oleh bentakan
Liong Ke Toh, "Kim Seng Pa, berani kau hendak
mengadu domba Sribaginda dengan aku, he"!
Akulah pamannya dan penasehatnya yang
terpercaya, jangan harap kau akan berhasil! Dan
bekerja untuk komplotan busuk yang mana
kau?" Kemelut Tahta Naga II/21-22
13 Kim Seng Pa semakin mengerutkan kepala
seperti kura-kura, "Hamba tidak berani..hamba
cuma menginginkan ketertiban."
"Diam! Pergi dan biarkan Biau Beng Lama
tetap bersamaku!" Kim Seng Pa benar-benar memelas
dipandang saat itu. Berdiri kebingungan,
berkeringat dingin dijidatnya sehingga jidatnya
nampak berkelap-kelip. Apalagi ketika Teng Jiu
membisikinya lagi. Gerak-gerik Teng Jiu itu terlihat oleh Liong
Ke Toh, yang segera membentaknya, "He, siapa
kau" Membisik-bisiki Kim Seng Pa buat apa"
Apakah dia tidak punya otak sendiri sehingga
kau harus membantunya berpikir?"
Teng Jiu memberi hormat, dan segera
terlihat keanehannya. Dia berpangkat jauh lebih
rendah dari Kim Seng Pa, namun sikapnya
malah jauh lebih tenang. Sahutnya, "Hamba
cuma mengingatkan Cong-koan agar menjalankan tugasnya sesuai dengan pesan itu,
supaya tidak mendapat kesulitan."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
14 "Siapa yang memberi pesan itu?" tanya
Liong Ke Toh. "Hamba dilarang memberitahu kepada
siapapun, pemberi pesan itu hanyalah meng
harapkan semua petugas dalam istana bekerja
sesuai tugasnya masing-masing, tidak me
lenceng kesana kemari."
Sengaja Teng Jiu menimbulkan rasa ingin
tahu Liong Ke Toh tentang "pemberi pesan"
yang dibuat nampak misterius itu. Memang
segera nampak akibatnya, Liong Ke Toh
menduga bahwa Kim Seng Pa dan Teng Jiu
berani bersikap macam itu tentu ada
"backing"nya yang kuat.
"Mungkinkah si setan Hong Lik itu diam
diam sudah kembali ke istana, dan mulai
menggerakkan orang-orangnya untuk membendung pengaruhku?" pikir Liong Ke Toh
waswas. "Kalau benar begitu, aku harus ber
sikap lebih luwes." Dugaan Liong Ke Toh tambah kuat ketika ia
memperhatikan Teng Jiu, ia ingat pengawal itu
Kemelut Tahta Naga II/21-22
15 yang dulu sering kelihatan bersama-sama
Pangeran Hong Lik. Pamanda Kaisar itu tidak tahu kalau sampai
detik itupun Teng Jiu masih bingung
memikirkan Pangeran Hong Lik yang tak
keruan kabarnya. Tapi Liong Ke Toh terlanjur takut untuk cari
permusuhan terbuka dengan Putera Mahkota
yang betapapun pasti lebih kuat diangkat
menjadi kepala penertiban di istana?"
"Toa-suhu, hamba .... eh, aku....,"saking
gugupnya hampir saja Kim Seng Pa me nyebut
dirinya "hamba" di hadapan Biau Beng Lama,
padahal kedudukannya sejajar. "Toa-suhu, aku
... aku hanya mendambakan ketertiban dalam
tugas, dan kita semua mengutamakan
keselamatan Sribaginda."
Sementara itu Liong Ke Toh di dalam tandu
telah berkata keras, "Kim Seng Pa! Apakah
keselamatanku tidak penting" Biau Beng Lama
baru saja menyelamatkan aku. Kalau kausuruh
dia pulang ke istana, berarti kau memang ingin
melihatku celaka, ya?"
Kemelut Tahta Naga II/21-22
16 "Lho, aku kan cuma.......eh, hamba hanya
........................"
"Diam! Biarkan Biau Beng Lama mengawal
aku sampai selesainya urusan ini. Kau tidak
berhak mengatur Biau Beng Lama! Lebih-lebih
tidak berhak mengganggu perjalananku dan
menentang kemauanku!"
"Ya___ ya__ hamba____hamba tidak berani
lagi...." Nyaris Kim Seng Pa tidak berani lagi
mehadapan Kaisar daripada dirinya yang cuma
paman, sedang Pangeran Hong Lik adalah anak.
Karena itu, terpaksa dia mengalah, "Baik. Pulang
ke istana!" Rombongan itu kembali ke istana dengan
membawa mayat-mayat dan orang-orang
terluka. Setelah rombongan itu jauh, berkatalah Kim
Seng Pa kepada Teng Jiu dengan sedih,
"Permintaan Pak Kiong Liong itu benar-benar
menyulitkan aku. Hem, tidak tahu membalas
budi dia. Kapan dia menghentikan ini atas
diriku?" Kemelut Tahta Naga II/21-22
17 Teng Jiu pura-pura menunjukkan wajah
sedih sambil berkata, "Memang kurang ajar Pak
Kiong Liong itu, berani-beraninya dia
menggertak Cong-koan agar menuruti kehendaknya seperti ini. Ah, seandainya saja
kuketahui tempat persembunyiannya, tentu
akan kubantu Cong-koan menangkan dia. Sa
yangnya aku benar-benar tidak tahu dimana dia
bersembunyi di kota seluas ini, dialah yang
datang dan pergi menemui aku seperti hantu
saja." Sebenarnya Kim Seng Pa tidak percaya
kalau Teng Jiu tidak tahu, namun untuk
memaksa Teng Jiu menunjukkan juga belun
tentu berhasil. Akhirnya Kim Seng Pa pasrah
untuk sementara dijadikan "bidak catur"nya
Pak Kiong Liong untuk membendung pengaruh
Liong Ke Toh. Dengan perasaan kurang enak, terpaksa,
Kim Seng Pa kembali ke istana, la bahkan tidak
peduli ketika Teng Jiu memisahkan diri dengan
alasan "ada suatu keperluan". Kim Seng Pa ingin
Kemelut Tahta Naga II/21-22
18 membuntuti, karena khawatir hanya akan
terkecoh seperti semalam.
Sementara itu, sambil berjalan semakin jauh
dari Kim Seng Pa dan rombongannya, Teng Jiu
beberapa kali menoleh ke belakang dan yakin
bahwa Kim Seng Pa tidak membuntutinya. Maka
berpikirlah ia dengan puas, "Mulai jinak dia,
setelah semalam dia cuma berhasil menangkap
gelandangan yang kuberi uang dan kusuruh
berlari itu." Teng Jiu lalu mengayunkan langkah hendak
menuju ke rumah obat Khong Yan-ki untuk
berbincang dengan Pak Kiong Liong dan ln Te.
Tetapi, selagi ia berjalan di tempat yang
ramai, mendadak ada seorang pemuda mena
braknya sehingga Teng Kiu menoleh. Waktu itu,
dilihatnya pemuda itu dengan gaya seolah tidak
sengaja menunjukkan jari-jari tangannya. Dan
Teng Jiu terkejut melihat cincin batu giok hijau
di tangan si penabrak itu, sebuah benda yang
sudah amat dikenalnya, sedang wajah pemuda
itupun ia lupa-lupa ingat seperti pernah
dilihatnya pula. Tapi kapan dan entah dimana,
Kemelut Tahta Naga II/21-22
19 ia lupa. Hanya cincin batu giok hijau itulah yang
tidak dilupakannya, itulah milik Pangeran Hong
Lik. Cepat-cepat Teng Jiu menjambret pemuda
itu sambil membentak, "Siapa kau?"
Tapi pemuda itu dengan licin menghindari
tangkapannya sambil berkata, "Ikutilah aku."
Terus dia menghilang ke tengah-tengah
orang yang ramai di jalanan itu.
Urusan yang paling memusingkan Teng Jiu
saat itu ialah belum kembalinya Pangeran Hong
Lik, sementara pengaruh Liong Ke Toh semakin
kuat, dan Pak Kiong Liong sudah memberi
kabar tentang adanya komplotan pembunuh
yang akan masuk istana membunuh Kaisar. Kini
tiba-tiba Teng Jiu melihat seorang yang
memakai cincin Pangeran Hong Lik, tentu saja ia
tak mau melepaskan nya lagi. Tidak peduli di
depannya ada perangkap atau tidak, dia terus
mengikuti pemuda itu. * * * Kemelut Tahta Naga II/21-22
20 Tong Hai Long tidak tahu berapa lama ia
dikempit dan dibawa "terbang" oleh' si tukang
pangsit yang ternyata adalah seorang tokoh
silat berilmu tinggi itu. la dibawa cukup jauh,
namun masih dalam lingkungan tembok kota
Pak-khia juga, sampai akhirnya dibawa
melompati dinding sebuah rumah dan tiba di
sebuah halaman belakang. Seorang lelaki nampak tengah bersila
dengan mantap di halaman itu, berlatih me
mainkan Sam-ciat-kun (ruyung tiga ruas),
gerakannya hebat sehingga jemuran pakaian di
sisi halaman itu nampak berkibaran kena angin
senjatanya. Tapi ia menghentikan geraknya, ketika si
tukang pangsit melompat masuk dengai
mengempit tubuh Tong Hai Long. "He, Kam
heng (saudara Kam), siapa yang kaubawa itu?"
Kam Hong Ti, si tukang pangsit itu,
menurunkan Tong Hai Long sambil menjawab,
"Bocah ini telah melakukan suatu tindakan
gegabah yang nyaris mengacaukan rencana kita.
Terpaksa kubawa dia kemari..."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
21 "Siapa dia, dan apa yang sudah dilakukan
nya?" "Kalau melihat ilmu pedangnya, seperti cucu
ketua lama Hwe Liong Pang, betul tidak?"
pertanyaan itu ditujukan kepada Tong Hai Long
dan dijawab dengan satu anggukan. Sementara
Karn Hong Ti berkata lagi kepada lelaki yang
habis latihan silat itu, "Dia mau membunuh
Liong Ke Toh. Bukankah itu sama saja dengan
memukul rumput mengagetkan ular" Makanya
aku cegah..." Sementara itu Tong Hai Long membungkuk
hormat kepada Kam Hong Ti dan berkata, "Aku
mengucapkan terima kasih atas pertolongan
Tuan. Bolehkah aku mengetahui siapa nama
Tuan yang mulia?"
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kam Hong Ti mencabuti jenggot-jenggot
dan kumis putihnya yang ternyata palsu semua,
sehingga kelihatan tampang sebenarnya yang
lebih muda umurnya, baru sekitar limapuluh
tahun. Tanpa menjawab pertanyaan Tong Hai
Long, dia malah berkata, "Tindakanmu ngawur
sekali, anak muda. Apakah ini yang
Kemelut Tahta Naga II/21-22
22 diperintahkan oleh kakekmu Pak Kiong Liong,
pamanmu In Te atau kedua orang tuamu, Pak
Kiong Eng dan Tong Gin Yan?"
Tong Hai Long heran mendengar si tukangpangsit ini ternyata kenal kakeknya dan
keluarganya yang lain. Kecuali itu, ia masih
merasa malu juga karena kegagalannya untuk
"menjadi pahlawan". Sahutnya agak tersipu,
"Tidak, aku cuma berpikir bahwa salah satu
tugas kaum pendekar ialah membasmi biang
malapetaka macam Liong Ke Toh. Kalau dia
mati kan bagus?" "Bagus gundulmu!" bentak Kam Hong Ti.
"Kalau dia mati, di kota ini akan diadakan
penangkapan, pemeriksaan besar-besaran, dan
siapa yang menderita" Lagipula kematiannya
akan membuat sasaran kami yang lebih penting
lebih terjaga, dan berarti lebih sulit dijangkau
pula. Tahu tidak?" Tong Hai Long menyeringai, mencoba
tersenyum ramah biarpun dalam hatinya dia
mendongkol. Bakul pangsit ini seenaknya saja
membentak-bentaknya seperti kepada anaknya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
23 sendiri saja. Namun bagaimanapun juga orang
ini sudah menolong nyawanya. Katanya,
"Sungguh aku amat berterima kasih untuk
nasehat berharga ini. Sekarang aku mohon
diri..." Terus saja ia hendak mengeloyor pergi.
Tapi Kam Hong Ti membentak garang,
"Tidak boleh! Demi kerahasiaan rencana kami,
kau tidak boleh pergi dari sini sampai
selesainya pelaksanaan rencana kami!"
Mula-mula Tong Hai Long terkejut, namun
lalu marah, "Maaf, Tuan, aku kurang paham..."
"Kau tetap di sini sampai kami selesai
membunuh Yong Ceng, paham?"
"Alasan apa tuan pakai untuk bertindak
sewenang-wenang atas diriku" Apakah aku
perlu bersumpah untuk tidak membocorkan
letak tempat ini dan pertemuan dengan tuantuan?"
"Pokoknya tidak boleh. Sebab kau adalah
seorang pemuda yang berangasan serta suka
bertindak ceroboh. Untuk itu kau harus tetap di
sini sampai besok pagi. Selain demi keamanan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
24 rencana kami, juga demi keselamatanmu
sendiri!" Watak asli Tong Hai Long muncul kembali
"Dengan hak apa Tuan berbuat demikian atas
aku" Memangnya kau ini kakekku?"
Kain Hong Ti melangkah mendekati Tong
Hai Long sambil tertawa dan berkata, "Kalau
aku kakekmu, tentu tidak akan tega
mengurungmu. Justru karena aku bukan
kakekmu, aku tega melakukannya."
Lalu kedua jarinya meluncur untuk
menotok pinggang Tong Hai Long, tanpa sempat
dihindari anak muda itu. Lumpuhlah Tong Hai
Long seketika. Kam Hong Ti lalu berkata kepada lelaki yang
tadi bersilat dengan Sam-ciat-kun, "Ma-heng
(saudara Ma), tempatkan bocah ini di gudang.
Tidak usah diikat, tapi kunci saja dari luar.
Jangan sampai lolos, tapi perlakukan dengan
baik sebab bagaimanapun juga dia bukan
musuh. Setelah rencana kita selesai, aku sendiri
akan mengembalikannya kepada Goan-swe Pak
Kiong Liong dengan permintaan maaf."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
25 Begitulah Tong Hai Long menjadi "tamu
terpaksa" di rumah itu.
Selesai mengurung Tong Hai Long, lelaki she
Ma itu bertanya kepada Kam Hong Ti, "Kamheng, dimana pikulan pangsitmu?"
Kam Hong Ti menyeringai sambil
mengusap-usap mukanya dengan air, untuk
membersihkan dari sisa-sisa perekat untuk
menempelkan jenggot-jenggot palsu tadi.
"Ketika aku sedang mengamati keadaan di
jalan sebelah timur istana, muncul bocah itu
hendak membunuh Liong Ke Toh, tapi malah
bocah itu sendiri yang hampir celaka. Dengan
memandang muka Pak Kiong Liong dan
mendiang Tong Lam Hou yang pernah
menyelamatkan aku, ku tolong dia dan kubawa
kemari. Pikulan pangsitku pun berantakan."
Ma Sun Hian tertawa. "Jadi, mulai besok
Kam-heng sudah tidak jualan pangsit lagi?"
"Ini hari terakhir aku menyamar jadi tukang
pangsit. Nanti malam kita laksanakan rencana,
dan besok pagi mungkin kita harus secepatnya
kabur dari kota ini."
Kemelut Tahta Naga II/21-22
26 "Kam-heng," Ma Sun Hian merendahkan
suaranya dan sikapnya berubah menjadi seri us.
"Bagaimanakah peluang keberhasilan rencana
maut ini" Ada resiko gagal atau tidak?"
"Mana ada rencana manusia yang begitu
sempurna sehingga tidak mungkin gagal Tentu
saja resiko itu ada. Namun tidak perlu kita
membebani pikiran kita dengan itu. kita
lakukan saja sebaik-baiknya. Mati atau hidup,
gagal atau berhasil, kita serahkan suratan takdir
saja. Begitu pula teman-teman yang lain sudah
bertekad sama." Semangat Ma Sun Hian berkobar mende
ngar kata-kata itu. "Benar, Kam-heng. Sean
dainya mati, kematian kita itu berharga. Aku
hampir-hampir tidak sabar menantikan
pelaksanaannya malam nanti. Mudah-mudahan
tidak ada pengunduran rencana lagi."
"Ya. Malam nanti."
Begitulah Kam Hong Ti dan puluhan pen
dekar berani mati lainnya sudah siap dengan
rencana mereka. Membunuh Kaisar Yong Ceng.
Mereka adalah orang-orang rimba persilatan,
Kemelut Tahta Naga II/21-22
27 dengan demikian tidak berpikir serumit Pak
Kiong Liong, In Te dan Teng Jiu. Kalau Pak Kiong
Liong berpikir setelah begini lalu bagaimana
dan bagaimana dan bagaimana, maka orangorang macam Kam Hong Ti begitu memutuskan
bertindak ya langsung bertindak. Mereka cuma
ingin menghukum Yong Ceng yang telah ingkar
janji kepada sahabat-sahabatnya yang pernah
mendukungnya sampai ke singgasana.
Malam nanti. * * * Matahari baru saja membelakangi bumi dan
sorepun tiba. Jalanan mulai gelap, tapi sinar
lentera dari warung-warung pinggir jalan
menyorot dan berusaha menahan kekuasaan
mutlak sang kegelapan. Di warung arak gang Pek-toh-kang ada
seorang tamu yang sudah datang sejak siang,
menjelang sore tadi, namun sampai hari benarbenar gelap dua masih juga nongkrong di
Kemelut Tahta Naga II/21-22
28 warung itu. Padahal makanan dan minuman
yang di hadapannya sudah habis, namun ia
masih duduk sambil terus menatap ke pintu
warung, memperhatikan tiap orang yang masuk
ke warung. Ia seorang pemuda berbaju hitam dan
menggendong pedang. Si tukang warung arak jengkel terhadap
tamu ini, namun lebih takut kepada pedang si
pemuda, maka terpaksa dibiarkan saja tanpa
ditegur. Di ibukota kekaisaran itu memang tidak
kurang orang berperangai aneh, orang yang
kalau tersinggung sedikit saja bisa menimbulkan kerusuhan. Para tukang warung
sudah hafal hal ini dan lebih suka banyak
mengalah daripada warungnya berantakan.
Pemuda baju hitam itu nampaknya sabar
sekali menunggu. Di mejanya dia menumpul
dua buah mangkuk, yang bawah telungkup dan
yang atas menghadap ke atas. Sejak ia datang,
posisi mangkuk itu tidak berubah ubah. Untuk
meredam ketidak-sabarannya pemuda itu
Kemelut Tahta Naga II/21-22
29 sering bertopang dagu sambil memain-mainkan
sumpit. Dan si tukang warung tambah gentar untuk
mengusik pemuda baju hitam ini, sebal
dilihatnya pemuda itu dengan gaya santai se
enaknya, sambil tetap bertopang dagu,
menggunakan sumpitnya untuk menangkap
lalat-lalat yang beterbangan di atas meja Pada
jari tangan pemuda itu juga nampak bentuk
cincin batu giok hijau. Hampir saja pemuda itu, Wan Lui, angkat
kaki dari warung itu untuk kembali saja
keesokan harinya. Namun saat itulah yang
ditunggu-tunggunya muncul di pintu warung
Toh Hun, kepala pengawal pribadi Liong Ke
Toh. Hampir-hampir Wan Lui tidak mengenalinya, sebab orang yang dulu di Sengtin nampak gagah ini, sekarang nampak janggut
nya diperban dan bibirnya bengkak, kelihatan
begitu menderita. "Sudah lama menunggu, Gan Hong Lui?" ia
bertanya sambil menyeringai kesakitan,
bicaranya pelan, lambat dan susah-payah.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
30 Namun toh sinar matanya penuh harapan ke
tika menemui "Gan Hong-lui" yang dikenalnya
di Seng-tin sebagai "pengkhianat Pek-lian-kau"
itu. Apalagi ketika melihat cincin batu giok hijau
di jari tangan "Gan Hong Lui".
"Lho, kenapa mukamu, Tai-jin?"
"Tadi siang kutemui seorang muda yang
mulanya kusangka kau. Dialah yang menendang
mukaku sampai jadi begini...aduh....hhh..."
Wan Lui mengangguk-angguk. Kemudian
tidak lupa peranannya sebagai "pengkhianat
rakus uang" yang dulu telah ditunjukkan
kepada Toh Hun, kini diapun mulai nyengirnyengir sambil bertanya, "Tai-jin, kalau
sekarang sudah kubawakan Pangeran Hong Lik
untukmu, aku mau dibayar berapa?"
"Sesuai kesepakatan kita dulu. Lima ribu
tahil emas. Dan kau sudah dapat sepuluh."
"Tidak ditambah sedikit?" Wan Lui kembali
nyengir-nyengir sambil menggosok gosok
sepasang telapak tangannya.
"Tapi... benar sudah kaudapatkan Hong
Lik?" Kemelut Tahta Naga II/21-22
31 Wan Lui mengangkat tangannya sehingga
cincin batu giok hijau itu berkilau kena cahaya
lampu warung. "Bukti ini cukup tidak"',"
"Hem, aku tidak tolol, Gan Hong Lui. Dulu si
tangan panjang Hoa Cek Gui juga menunjukkan
cincin itu kepadaku di Seng-tin, dan nyatanya
dia tidak membunuh Hong Lik, tapi malah
hendak memeras kami. Hem, tidak. Bukti itu
tidak cukup. Kalau kulihat sendiri mayat Hong
Lik, barulah kuam bilkan uangnya."
Karena bicara banyak itu, rahang Toh Hun
terasa berdenyut. Wan Lui pura-pura jengkel. "Dan akupun
tidak goblok. Masa harus kuusung mayat Pu
tera Mahkota itu di jalan seramai ini, apalagi di
Ibukota, supaya aku ditangkap dan dipancung?"
Toh Hun termangu-mangu. Sedangkan Wan Lui bertanya pula.
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagaimana dengan tambahan duaribu tahil,
setuju tidak?" "Baik. Asal sudah kulihat sendiri mayat
Hong Lik." Kemelut Tahta Naga II/21-22
32 "Kalau mau lihat, ikuti aku. Mayat itu
kusembunyikan di suatu tempat. Tapi jangan
lupa uangnya, lho." Dua hal yang membuat Toh Hun percaya
ialah, pertama, cincin kumala hijau di jari-jari
"Gan Hong Lui". Ke dua, sikap "Gan Hong Lui"
yang nampaknya benar-benar mata duitan. Toh
Hun pikir, orang macam ini asalkan diberi uang,
disuruh mencekik mertuanya sendiri pun pasti
disanggupi. Keduanya kemudian pergi meninggalkan
warung, lalu menyusup ke lorong-lorong kota
Pak-khia yang semakin gelap disungkup malam.
Sambil berjalan, "Gan Hong Lui" bercerita
bagaimana beratnya usaha merebut Pangeran
Hong Lik. Toh Hun cuma mendengarkan sambil
mengangguk-angguk. Tabib di istana sudah
berpesan, kalau rahangnya mau cepat sembuh
haruslah mengurangi gerakan rahang sesedikit
mungkin, termasuk bicara.
Mereka tiba di sebuah gubuk kayu yang
suram, karena di dalamnya hanya diterangi
sebatang lilin. Wan Lui mengajak Toh Hui
Kemelut Tahta Naga II/21-22
33 masuk, lalu menutup pintunya dari dalam. Toh
Hun tidak melihat orang lain lagi di dalam
rumah itu. "Silahkan duduk dulu, Tai-jin."
"Mana bangkai Hong Lik?" tanya Toh Hun
tidak sabar. "Sabarlah, Tai-jin," kata Wan Lui dengan
lagak yang meyakinkan. "Biar kusuruh temanku
membawa mayat itu kemari untuk Tai-jin lihat."
Lalu Wan Lui menjenguk ke halaman
belakang gubuk yang gelap gulita lewat pintu,
dan berkata keras, "Hei, ambil barang itu ke
mari! Yang mau beli sudah datang dan ingin
melihat!" Toh Hun cuma mendengar di halaman be
lakang itu ada yang menyahut dengan suara
tidak jelas, seperti gumaman saja. Namun hal itu
cukup menimbulkan rasa percayanya.
"Lho, apakah mayat itu tidak di sini?" tanya
Toh Hun sambil menahan nyeri di rahangnya
yang dibalut. "Tidak jauh dari sini, biar diambil dulu oleh
temanku," kata Wan Lui sambil tersenyum.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
34 "Kita bisa menunggu sambil minum-minum dan
berbincang-bincang. Wan Lui lalu menyuguhkan teh.
Sementara Toh Hun begitu patuh kepada
anjuran sinshe agar tidak banyak menggerak
kan rahang, maka Wan Lui lalu mengoceh, "Aku
ingin mengucapkan kekagumanku kepada
junjunganmu, Liong Ong-ya, yang kabarnya
belakangan ini kedudukannya makin kokoh.
Apalagi setelah Pangeran Hong Lik kubunuh,
Liong Ong-ya pasti tak punya saingan berarti
lagi..." "Ong-ya adalah pamanda Sri Baginda, jadi
dipercayai sekali..." kata Toli Hun bangga.
"Hampir tidak pernah ada usulnya yang ditolak
oleh Sri Baginda..."
Wan Lui lalu menarik napas sambil gelenggeleng kepala, menimbulkan kesan seolah amat
iri kepada Toh Hun. Lalu kata nya, "Ah, Taijin
betul-betul beruntung menpunyai tempat
berlindung yang makin lama makin kuat. Beda
benar dengan nasibku Masuk Pek-lian-kau
karena tertipu bujukan manis, nyatanya cuma
Kemelut Tahta Naga II/21-22
35 omong kosong semua. Bukan saja perjuangan
tidak tercapai, malah akhirnya hancur karena
berselisih antara sesama teman. Berarti masa
depan ku ikut suram pula..."
Perangkap Wan Lui agaknya amat menarik
Toh Hun, apalagi setelah mendengar suara Wan
Lui yang makin sedih, "Taijin, jangan
memandangku sebagai bekas orang Pek-liankau. Aku masuk Pek-lian-kau karena tidak tahu
apa-apa, bahkan kaget ketika tahu tujuan Peklian-kau ternyata adalah melawan pemerintah
yang syah. Aku benar benar tidak setuju tujuan
itu. Aku cuma ingin hidup dengan nyaman,
karena itu bisa kah Taijin menolong aku?"
"Bukankah setelah kaubuktiKan kematian
Pangeran Hong Lik, kau akan segera menerima
empat ribu Sembilan ratus sembilan puluh tahil
emas, ditambah lagi duaribu yang kusetujui
malam ini" Nah, apakah ini kurang cukup untuk
hidup enak?" Wan Lui menggeleng-gelengkan kepala dan
berkata, "Aku mau kedudukan, tempat
bernaung sampai hari tua. Karena itu kumohon
Kemelut Tahta Naga II/21-22
36 Taijin mengusahakan agar aku bisa bekerja
mengabdi Liong Ong-ya. Aku siap mengabdi
dengan bersungguh-sungguh, disuruh mengerjakan apapun mau. Tolonglah aku,
Taijin..." "Soal ini aku tidak bisa memutuskan
sendiri..." sahut Toh Hun. "Aku cuma bisa
menyampaikan permohonanmu kepada Ong-ya.
Tapi ingat, Ong-ya tidak mau punya anak buah
yang tidak berguna, yang hanya menghabiskan
beras dan terima gaji setiap bulan.."
"O, jangan kuatir, aku pasti takkan menjadi
orang macam itu. Hampir lima tahun aku
menjadi orang Pek-lian-kau, aku bisa Hoat-sut
(ilmu gaib), biarpun tidak sepandai para
pimpinan Pek-lian-kau."
"Membunuh dengan tenung dari jarak iauh,
bisa tidak?" "Bisa, asal aku ketahui tanggal kelahiran
dan shio dan bintang pelindung orang itu.
Kubuatkan boneka dan kutusuk boneka itu
dengan jarum, nah, orang itu akan muntul darah
lalu mampus..." Kemelut Tahta Naga II/21-22
37 "Kau berani membunuh siapa saja yang
diperintahkan Ong-ya?"
"Berani saja, kenapa tidak" Toh tidak akan
ada yang tahu, sebab, yang melakuku:
pembunuhan itu ialah mahluk-mahluk gaib
tidak kelihatan. Kami menyebutnya Thian peng
(prajurit langit)...nah, bisa segera diterima
bekerja tidak?" "Seandainya...seandainya
Ong-ya memerintahkan membunuh...membunuh..." sam
pai di sini Toh Hun ragu-ragu melanjutkan.
"Membunuh siapa?" tanya "Gan Hong Lui"
bernafsu. Beberapa saat Toh Hun bergulat dengan
keraguannya, akhirnya iapun berkata, "Tapi kau
harus merahasiakan, kaulah si kambing hitam
yang paling malang dan bakal mampus paling
dulu..." "Ya...ya...harus kutenung siapa?"
"Sri Baginda...." ,
Jantung Wan Lui berdenyut keras. Ternyata
telah sebegitu jauh keberanian komplotan Liong
Ke Toh, sehingga setelah menyingkirkan Hong
Kemelut Tahta Naga II/21-22
38 Lik, sekarang ingin pula menyingkirkan Kaisar
Yong Ceng sendiri. Ketika itulah tiba-tiba dari balik pintu
halaman belakang terdengar suara orang
menggeram marah, sehingga Toh Hun
terperanjat. Lalu dari balik pintu itu muncul
seseorang yang membuat Toh Hun hampir
pingsan. Mula-mula ia mengira yang muncul itu
cuma sesosok arwah gentayangan. Setelah
melihat orang itu ada bayangannya di dinding
oleh cahaya lilin, dan kakinya menginjak tanah,
barulah Toh Hun yakin bahwa yang
dihadapinya itu adalah manusia hidup. Namun
manusia hidup yang jauh lebih menakutkan dari
arwah gentayangan. "Pep...Pangeran...Hong Lik..."
"Betul,"' sahut Pangeran Hong Lik
dngin."Tidak senang melihat aku belum disem
belih oleh orang-orang Pek-lian-kau?"
Toh Hun merasa tulang-tulangnya seolah
dilolosi, ketakutan dan keputus-asaan mencengkam jiwanya, jauh lebih hebat daripada
nyeri di rahangnya. Mau membantah bagaimana
Kemelut Tahta Naga II/21-22
39 "Betul,"' sahut Pangeran Hong Lik dngin."Tidak senang
melihat aku belum disem belih oleh orang-orang
Pek-lian-kau?" Kemelut Tahta Naga II/21-22
40 lagi, kalau Pangeran Hong Lik sudah mendengar
pembicaraannya sejak tadi dari balik dinding"
Sedang "Gan Hong Lui" itu ternyata cuma
menjebaknya... Kini dilihatnya "Gan Hong Lui" itu melepas
cincin hijaunya untuk dikembalikan kepada
Pangeran Hong Lik, sambil bertanya, "Nah, Kuiheng, percayakah sekarang apa yang kukatakan,
bahwa tindakan orang orang Pek-lian-kau itu
didalangi pengkhianat pengkhianat dalam
istana?" Dengan wajah merah padam, Pangeian
Hong Lik berkata, "Memang sudah lama aku
tahu Liong Ke Toh Udak menyukai aku, karena
aku sering menjegal tindakannya yang
bertentangan dengan keadilan. Tapi sungguh
tidak kusangka kalau dia sampai meminjam
tangan gerakan terlarang macam Pek-lian-kau,
untuk melenyapkan aku. Hem, ingin kulihat
bagaimana mukanya, kalau sampai besok
kulaporkan soal ini kepada Hu hong (ayahanda
Kaisar)." Kemelut Tahta Naga II/21-22
41 Sementara itu, kini Toh Hun bertiarap di
lantai, mukanya kini jauh lebih putih dari kertas
kwalitas nomor satu. Suaranya gemetar lak
keruan. "Ampun....ampun.... Pangeran... hamba.....hanya diperintah Ong-ya...mohon
kebijaksanaan dan belas kasih un Pangeran."
Pangeran Hong Lik memang marah, tapi
akhirnya berhasil meredakan kemarahannya
dan berkata, "Aku akan mohon Hu-hong me
ringankan hukumanmu, asal kau bersedia
menjadi saksi untuk membongkar kejahatan
Liong Ke Toh di hadapan sidang kerajaan.
Bersaksi sesuai dengan kenyataan."
"Hamba.... hamba.... ber.... sedia...."
Sesaat ruangan itu sunyi mencekam. Hanya
cahaya lilin yang melenggok genit membuat
suasana jadi tidak begitu mati. Toh Hun belum
berani bangkit dari sujudnya, hanya dengus
napasnya yang tidak teratur itulah yang
membuat dia belum disangka mayat.'
"Kui-heng, sekarang bagaimana?" pertanyaan Wan Lui mengakhiri kesenyapan
pendek itu. Kemelut Tahta Naga II/21-22
42 Setelah mengetahui "Kui Thian-cu" adalah
Putera Mahkota, sebetulnya Wan Lui ingin
bersikap resmi dengan memanggil "Pangeran"
serta membahasakan dirinya "hamba". Tapi
Pangeran Hong Lik menganggapnya sebagai
sahabat yang sederajat dan tidak ingin
kehilangan seorang sahabat hanya untuk ke
tambahan seorang bawahan, maka menolak
keinginan Wan Lui itu. Ia tidak mengijinkan
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wan Lui menyebut "Pangeran" dan "hamba"
kecuali dalam acara-acara resmi di hadapan
banyak orang. "Aku ingin segera ke istana untuk
menghadap Hu-hong dan menggulung komplotan jahat Liong Ke Toh malam ini juga!"
geram Pangeran Hong Lik. "Tidak sabar lagi aku
ra sanya." "Jangan ceroboh, Kui-heng," cegah Wan Lui.
"Tempat ini memang sudah tidak jauh lagi dari
istana, namun dalam situasi tak menentu,
apalagi dalam malam gelap ini, apapun tidak
mustahil terjadi di tengah perjalanan pendek
itu. Juga hal-hal yang buruk. Sabarlah. Sore tadi
Kemelut Tahta Naga II/21-22
43 dengan petunjuk Kui-heng, aku berhasil
menghubungi orang yang bernama Teng Jiu
dengan menunjukkan cincin Kui-heng kepadanya, maka tidak lama lagi tentu akan
sepasukan pengawal terpercaya yang menjemputmu. Sabarlah."
Baru saja ucapan Wan Lui selesai, di luar
rumah terdengar derap kaki orang banyak yang
berhenti di depan rumah. Lalu pin tu itu diketuk
dengan keras. Wan Lui tidak membiarkan Pangeran Hong
Lik sendiri yang membuka pintu, melainkan
dialah yang melompat ke pintu untuk
membukakan dengan sikap penuh kewaspadaan. Di depan rumah itu telah
berbaris sebuah pasukan yang terdiri dari kirakira seratus orang, bersenjata lengkap dan
membawa obor-obor. Agak berbeda dengan
prajurit-prajurit biasa yang pernah dilihat Wan
Lui, pasukan ini bukan saja berseragam kuning
emas yang mentereng, juga rata-rata mereka
lebih tegap dan berdiri dalam sikap lebih
sempurna dari prajurit-prajurit biasa. Karena
Kemelut Tahta Naga II/21-22
44 inilah Gi-cin Si-wi (Pengawal pribadi Kaisar)
yang terdiri dari prajurit-prajurit pilihan.
Yang tadi mengetuk pintu adalah seorang
perwira gagah yang memanggul tombak Hongthian-kek, seperti senjata Si Jin Kui, tokoh
dinasti Tong yang terkenal. Namun dua orang
yang mengapit di kiri kanan si "Si Jin Kui" ini
ternyata lain seragamnya. Keduanya memakai
seragam Ci-ih Wi-kun. Yang membawa Hong-thian-kek itu adalah
Be Kun Liong, komandan Gi-cian Si-wi. Sedang
kedua jagoan Ci-ih Wi-kun di kiri kanannya
adalah orang pertama dan kedua dari Heng-sansam-kiam (tiga pedang dari Hong-san) masingmasing adalah Jian-ing-kiam (Pedang Seribu
Bayangan) Ho Seliang dan Lam-thai-hong
(Prahara Selatan) Au-yang Kong. Keduanya
adalah kakak-kakak seperguruan dari Teng Jiu
yang bergelar Hui-kiam-eng (Pendekar Pedang
Terbang). Be Kun Liong yang bertanya kepada Wan
Lui, "Mana Pangeran Hong Lik?"
Kemelut Tahta Naga II/21-22
45 Wan Lui sudah mendengar dari Pangeran
Hong Lik bahwa pengawal-pengawal istana saat
itu terpecah-pecah dalam beberapa golongan
yang bersaing satu sama lain. Wan Lui raguragu, apakah pasukan yang datang dari
golongan yang mendukung ataukah memusuhi
Pangeran Hong Lik" Tengah ia ragu-ragu, tiba-tiba Pangeran
Hong Lik mendekati ke pintu dan menepuk
pundaknya dari belakang, sambil berkata,
"Wan-heng, mereka teman-teman terpercaya."
Hembusan napas lega keluar dari hidung
Wan Lui. la minggir dari ambang pintu dan
membiarkan Pangeran Hong Lik menampakkan
diri. Seluruh pasukan penjemput serempak
berlutut dan menggelegarlah seruan serempak,
"Hormat untuk Thai-cu!"
Pangeran Hong Lik mengangguk dalam
sikap anggun dan berkata, "Bangun."
Sekali lagi seman penghormatan serempak,
setelah itu barulah pasukan itu bangkit dalam
sikap tegap hormat. Kemelut Tahta Naga II/21-22
46 Bergetarlah hati Wan Lui melihat peristiwa
itu. Kemudian Pangeran Hong Lik menunjuk ke
dalam rumah, sambil berkata, "Ada seorang
tawanan penting di dalam sana. Bawa dia."
Be Kun Liong memberi isyarat kepada
pasukannya. Empat prajurit segera masuk
untuk menyeret keluar Toh Hun yang amat
lemah dan pucat, wajahnya memancarkan
kepasrahan. Dan biarpun rahangnya diperban,
tapi masih juga wajahnya bisa dikenali di bawah
cahaya obor, sehingga Be Kun Liong terkejut,
"Lho, bukankah ini Toh Hun, komandan
pengawal pribadi Liong Ong-ya" Apa yang telah
dilakukannya terhadap Pangeran?"
"Besok akan terbongkar sebuah komplotan
jahat dalam istana yang hendak mencelalakai
aku dengan meminjam tangan orang luar.
Untung ada Wan Lui yang menolongku..." katakata Pangeran Hong Lik itu membuat semua
orang memandang pemuda gagah berbaju
hitam yang berdiri di samping Pangeran Hong
Lik itu. Kemelut Tahta Naga II/21-22
47 Sementara Pangeran Hong Lik berkata lagi,
"Be Congkoan, tawanan ini kuserahkan ke
bawah tanggung jawabmu, dan tentang dia
tidak boleh ada perintah lain kecuali yang
langsung dari mulutku,"
"Hamba siap, Pangeran," sahut Be Kun
Liong. Melihat betapa bersungguh-sungguh Pangeran Hong Lik ketika berpesan tentang
tawanan itu, semuanya sadar bahwa Toh Hun
sekarang adalah "kunci" untuk membongkar
komplotan jahat dalam istana. Dan mengingat
bahwa Toh Hun adalah orang kepercayaan
Liong Ke Toh, maka semua orang tidak susah
menebak siapa "kepala ular"nya. Selain girang
karena komplotan yang memuakkan itu akan
segera tergulung, Be Kun Liong juga cemas
mengingat bahwa Liong Ke Toh pun punya
pendukung yang kuat. Bahkan Kaisar Yong Cer.g
sendiri amat mempercayai hampir semua katakata pamannya ini.
Pasukan itu kemudian mulai berbaris
mengiringi Pangeran Hong Lik. Sebetulnya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
48 sudah dibawakan sebuah tandu untuknya. Tapi
Pangeran Hong Lik memilih untuk berjalan kaki
saja bersama pasukan itu. Yang dinaikkan tandu
malahan Toh Hun, tapi dengan kaki dan tangan
terikat. Sambil berjalan, kemarahan Pangeran Hong
Lik agaknya mulai reda. Lebih dulu ia bertanya
kepada Ho Se Liang dan Auyang Kong sambil
tertawa, "He Toako, Auyang Kong, baik-baik saja
kalian selama ini?" "Baik-baik saja. Terima kasih, Pangeran..."
sahut Ho Se Liang yang sudah biasa bersikap
akrab terhadap Pangeran Hong Lik. "Cuma urat
syaraf hambamu ini yang rasanya hampir putus
dan hampir-hampir membuat hamba gila..."
"Lho,kenapa?" "Karena Pangeran menghilang tanpa kabar,
sedangkan Liong Ke Toh semakin malangmelintang di istana..."
Pangeran Hong Lik, Be Kun Liong, Au yang
Kong dan Wan Lui tertawa mendengar
kata-kata Ho Se Liang itu.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
49 "Dimana Teng Samko" Bukankah sore tadi
dialah yang berhasil kami hubungi?" tanya
Pangeran Hong Lik pula. "Memang benar, Pangeran, tadi sore dia
tergopoh-gopoh bilang kepada hamba berdua
agar segera menyiapkan penjemputan dan
pengamanan Pangeran. Sesudah itu, dia terus
pergi lagi entah kcrnana..." kata Ho Se Liang.
"Bukannya dia tidak menghormat Pangeran
sehingga tidak ikut menjemput Pangeran, tapi
beberapa hari terakhir ini ia nampak sibuk
sekali. Sering keluar istana sendirian, pergi
entah kemana, dan kalau pulang dari
bepergiannya terus bicara dengan Kim Cong
Koan saja, entah apa saja yang mereka
omongkan..." "Oh begitu" Dan bagaimana dengan Kim
Congkoan" Apa masih suka bersiul-siul?"
"Belakangan ini tidak, mukanya murung
terus." "Kenapa" Sakit gigi?"
"Entahlah. Sejak Teng Jiu sering mendekatinya dan mengajaknya bicara, maka
Kemelut Tahta Naga II/21-22
50 semua kegembiraan hidup Kim Congkoan
seperti lenyap semua. Tidak pernah tersenyum,
tidak pernah bersiul..."
"Tapi ada kemajuan, lho ." tukas Be Kun
Liong. "Kemajuan bagaimana?"
"Biasanya Kim Congkoan acuh saja demi
mengamankan kedudukannya. Tapi beberapa
hari ini dia berani menentang Liong Ke Toh
biarpun dengan lutut gemetar..."
"Dengan didampingi Teng Jiu."
Pangeran Hong Lik tercengang mendengarnya. Sementara itu, ketika Wan Lui melihat
betapa akrabnya Pangeran Hong Lik terhadap
para bawahannya, mulai ikut merasakan juga
bahwa Putera Mahkota itu lebih merupakan
orang yang dicintai bawahan dari pada ditakuti.
Kemudian Pangeran Hong Lik bertanya
pula, "Be Congkoan, bagaimana dengan
gerombolan orang-orang mencurigakan yang
terus mengikuti aku dari Hong-yang sampai ke
Pak-khia ini?" Kemelut Tahta Naga II/21-22
51 Be Kun Liong menjawab, "Sudah diambil
tindakan, Pangeran, begitu kami mendengarnya,
segera saudara Siau Ting Peng dan Ciu Hong
Siau dan Ci-ih Wikun. dengan petunjuk Teng Jiu
lalu menghubungi pasukan duri tangsi ke
sembilan untuk diajak menghadang orangorang yang mencurigakan itu. Sore tadi,
pasukan dari tangsi sembilan serta saudara Siau
dan saudara Ciu su-I dah berangkat ke arah
larinya orang-orang mencurigakan itu."
Pangeran Hong Lik bertanya dengan heran,
"Tangsi ke sembilan" Bukankah komandauntangsi itu adalah Kim Thian Ki,
putera Kim Cong-koan?"
"Ya. Entah dengan cara apa, belakangan ini
memang Kim Congkoan dan puteranya itu
seolah tergenggam di tangan Teng Jiu, dimintai
tolong apa saja mereka mau..."
"Aneh sekali. Dengan mantera ajaib macam
apa Teng Samko bisa menyuruh-nyuruh Kim
Seng Pa, sehingga bisa pula memerintahkan Kim
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thian Ki?" Kemelut Tahta Naga II/21-22
52 Bahkan Ho Se Liang dan Auyang Kong
sebagai kakak-kakak seperguruan Teng Jiu pun
tidak tahu bagaimana "mantera ajaib" itu. Yang
lain-lainnya lebih-lebih tidak habis mengerti
bagaimana Teng Jiu, pengawal biasa yang
tadinya tidak menonjol itu, tiba-tiba saja bisa
menjadi "kunci" yang begitu berpengaruh" Tapi
pernah mereka tanyakan itu kepada Teng Jiu,
dan Teng Jiu cuma tertawa saja.
Tapi Pangeran Hong Lik tidak risau akan
"keanehan" Teng Jiu itu. Toh Ternyata Teng Jiu
menggunakan kelebihannya itu untuk tetap
berpihak kepadanya. Sambil berjalan ke istana, Ho Se Liang dan
Au-yang Kong juga mengajak Wan Lui
bercakap-cakap. Mereka ternyata bisa mengingat, kalau mereka pernah berhadapan
sebagai lawan dulu. Ho Se Liang dan Auyang
Kong sedang mengawal Ni keng Giau ke Hengciu, sedangkan Wan Lui waktu itu menolong
Tong Hai Long dan lain-lainnya yang berusaha
membunuh Ni Keng Giau, namun gagal dan
malahan hampir saja tertangkap oleh kawanan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
53 Ci-ih Wikun. Namun kali ini karena sama-sama
berpihak kepada Pangeran Hong Lik, maka
merekapun dapat segera saling berbicara
dengan ramah. Wan Lui menceritakan pengalamannya
ketika menghadapi orang-orang Pek-lian-kau.
Ketika ceritanya sampai tentang gugur nya Koh
lian Hong, maka Ho Se Liang dan Auyang Kong
menjadi berduka. "Kami kehilangan seorang teman yang
jujur..." suara Ho Se Uang terdengar seperti
keluhan. "Berpuluh tahun Koh Hian liong
bekerja di Hou-po Ceng-tong (kantor keuangan
negara). Teman-teman seangkatan-nya dengan
cepat berhasil mengumpulkan kekayaan yang
mencengangkan, sedang Koh Hian Hong tetap
saja hidup sederhana karena jujurnya. Ia benarbenar hidup hanya dari gajinya..."
Wan Lui mengangguk-angguk. Namun dari
situ ia dapat semakin lengkap mengenal pribadi
Pangeran Hong Lik secara tidak langsung. Kalau
Pangeran Hong Lik begitu menghargai orang
semacam Koh Hian Hong, maka bisa
Kemelut Tahta Naga II/21-22
54 disimpulkan sendiri bagaimana pula sikap
Pangeran Hong Lik terhadap nilai-nilai
kehidupan yang dipegang teguh Koh Hian
Hong., Sambil berjalan dan bercakap-cakap, tak
terasa atap istana kekaisaran yang bersusunsusun itu sudah kelihatan di depan mata. Di
kegelapan malam nampak kehitam hitaman
seperti deretan puncak pegunungan. Tapi di
sudut-sudut atap |uga digantung kan lenteralentera kaca yang entah berapa jumlahnya, dan
cahayanya terpantul di genteng istana yang
terbuat dari kaca pula. Mau tidak mau bertambah juga debar
jantung Wan Lui melihat itu. Ia akan memasuki
tempat yang selama berabad-abad menjadi
lambang kekuasaan dinasti yang silih berganti,
sejak Kim, Goan, Beng dan sekarang Ceng
(Manchu). Padahal dirinya cuma bocah gunung
dari Tiang-pek-san yang terpencil. Kini ia akan
memasuki tempat itu, berdampingan bersama
Pangeran Hong Lik, Putera Mahkota. Bukan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
55 sebagai pengiring biasa, namun sebagai sahabat
yang dihargai. . Sebagai manusia biasa, tentu boleh-boleh
saja ia merasa bangga karena kehormatan itu.
Entah bagaimana girangnya kedua orangtuanya
kelak kalau diceritakan tentang hal itu..
Tapi tiba-tiba Pangeran Hong Lik dan lainlainnya terkejut, ketika sayup-sayup di istana
itu terdengar suara genta dibunyikan malammalam seperti itu, ada bahaya mengancam
istana! Pangeran.Hong Lik terkejut. "Mungkinkah
Liong Ke Toh sudah tahu kedatanganku, lalu
sekarang nekad hendak merebut kekuasaan
dengan pengikut-pengikutnya?"
Maka rombongan Pangeran Hong Lik itu
tidak lagi berjalan santai sambil bercakapcakap, melainkan mulai berlari-lari kecil.
Namun toh ada semacam firasat, mereka akan
kalah berlomba dengan goresan pena sejarah
yang hendak memulai era baru dengan lebih
dulu menutup era lama. Kemelut Tahta Naga II/21-22
56 Firasat disingkirkan dulu. Kaki diayun lebih
cepat lagi. * * * Malam hari, bagian dalam istana yang
disebut Ci-kim-shia (kota terlarang) itu
biasanya sepi, tak ada suara ribut karena kuatir
mengganggu anggota-anggota keluarga kerajaan yang umumnya sudah beristirahat.
Memang para hamba istana dan para pengawal
masih hilir mudik sekali-sekali, namun dengan
mulut bungkam dan langkah dilembutkan
hampir tanpa suara. Aman tapi sepi.
Namun malam itu, suasana sepi mendadak
buyar dan digantikan suara gaduh di salah satu
sudut istana. Sekelompok prajurit Gi Cian Siwi
yang sedang meronda liba -tiba saja melihat
sesosok bayangan asing berkelebat. Ketika
dibentak disuruh berhenti, sosok tubuh itu
tetap saja kabur dengan arah ke bagian dalam
bangsal peristirahatan keluarga istana.
Tentu saja para pengawal tidak membiarkannya, dan terus memburu. Namun
Kemelut Tahta Naga II/21-22
57 bayangan tinggi besar itu bergerak terlalu
cepat, membuat para pengawal pontangpanting tak mampu menyusul. Karena itu,
kepala regu terpaksa berteriak, "Gunakan
senapan!" Sambil tetap berlari, terburu-buru para
pengawal mengisikan bubuk mesiu lewat
moncong bedil, tidak banyak yang berceceran,
sebab mereka sudah terlatih untuk itu. Lalu
mengisi peluru dan memasang sumbu serta
menyalakannya, dan siaplah bedil bedil itu
dibidikkan. Yang agak aneh, orang yang dikejar itu
bukannya cepat-cepat mencari tempat tersembunyi, melainkan terus berlari-lari
di tempat-tempat terbuka, seolah-olah
malah kuatir kalau sampai pengejar-pengejarnya tak bisa mengikuti lalu berhenti
mengejar. Kepala regu pengawal berpangkat Sip-huthio (kepala sepuluh prajurit) itupun terpaksa
memberi aba-aba, "Tembak!"
Kemelut Tahta Naga II/21-22
58 Sesuai dengan perkembangan persenjataan
abad delapan belas itu, yang sudah banyak
dipengaruhi cara-cara Eropa, maka para
pengawal Gi-cian Siwi itu bukan cuma pesilatpesilat tangguh, tapi juga penembak penembak
yang cukup latihan. Mereka bukan asal
menembak saja, tapi mengincar dengan cermat,
bahkan ahli juga menghadapi sasaran yang
bergerak. Sedetik kemudian terdengarlah letusan
bedil berturut-turut. Di luar dugaan bahwa
bayangan berkepala gundul dan bertubuh tinggi
besar itu tiba-tiba malah berhenti, berbalik, dan
membusungkan dada, hempasan peluru-peluru
itu ditadahinya dengan kulit dada dan perutnya!
Biarpun pelor di jaman itu masih berbentuk
kelereng tumpul, tapi lontarannya hebat sekali
sebab terdorong ledakan bubuk mesiu yang
dipadatkan di dalam laras. Kelereng besi itu
bisa menembus sehelai papan. Namun kini para
prajurit Gi-cian Si-wi melongo melihat
"kelereng-kelereng panas" mereka cuma
melubangi baju tapi tak bisa menembus kulit.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
59 Setelah orang itu berhenti, nampaklah dia
seorang hwe-shio berkulit hitam, bertubuh
raksasa, dan memakai jubah keagamaan
berwarna abu-abu. Pendeta itu berteriak, "Mana
si iblis haus darah Yong Ceng, murid murtad
Siau-lim-pai itu"! Suruh dia keluar, dan bilang
bahwa paman gurunya Pun-seng Hwe-shio
datang untuk mengantarkan hukuman!"
Lalu hwe-shio itu menyambar sebuah
jarnbangan bunga besar yang tentunya berat
sekali, apalagi berisi tanah. Namun dengan
ringannya benda itu dilontarkan dan disambitkan ke arah kelompok pengawal itu. Para
pengawal berlompatan minggir.
Pun-seng Hwe-shio kemudian maju menerjang dengan hebat seperti seekor gajah
mabuk. Para pengawal tidak sempat lagi
mengisi bedil, secepatnya mereka menghunus
pedang masing-masing untuk melawan.
Perkelahian pun berkobar.
Pun-seng Hwe-shio yang terhitung paman
guru Kaisar Yong Ceng itu adalah seorang yang
telah mempelajari banyak ' ilmu silat Siau-limKemelut Tahta Naga II/21-22
60 pai, namun kemudian tidak sabar kalau harus
melatih ilmu-ilmu itu satu persatu, maka
"diperasnya" saja ilmu itu sampai ke intisarinya
untuk dilebur dan terciptalah sebuah ilmu silat
yang diberi nama seenaknya saja, Hong-gu-kunhoat (Silat Kerbau Gila). Suatu ilmu silat yang
jelek gayanya, jelek namanya, dan berkali lipat
lebih jelek akibatnya terhadap lawan. Sebab
kekuatan ilmu itu diambil dari Thai-lik-him
kong-ciang (Pukulan Malaikat Raksasa) dan
kulitnya dilindungi oleh ilmu kebal Tiat-po-san
(Pelindung Baju Besi). Karena itulah dalam pertempuran, Pun-seng
Hwe-shio tidak terlalu menggubris kalau
tubuhnya kena senjata lawan, asal bukan
tempat-tempat yang memang tidak mungkin
dikebalkan, seperti mata, kemaluan, bagian
bawah dagu, di belakang telinga dan
sebagainya. Tapi sebagian besar permukaan
kulitnya kebal senjata. Maka biarpun jubahnya
robek-robek kena senjata, tapi kulitnya tetap
utuh. Sedangkan sepasang tinju dan sepasang
Kemelut Tahta Naga II/21-22
61 kakinya benar-benar senjata yang berbahaya,
bahkan juga kepalanya yang mengkilap itu.
Begitulah, kelompok pengawal itupun
mendapat pekerjaan berat.
Kemudian datang pula dua kelompok
pengawal lainnya ikut membantu, tapi tetap
tidak mudah menundukkan Pun-seng-Hwe-shio
biarpun dengan tiga puluh pengawal tangguh.
Tetapi Pun-seng Hwe-shio pun terkepung
dan tidak bisa semaunya, sebab ketiga puluh
lawannya adalah prajurit-prajurit pilihan yang
telah disaring ketat dari semua pasukan. Ketika
mereka tahu Pun-seng Hwe shio kebal, mereka
tidak lagi sembarangan menyerang, tapi
memilih sasaran-sasaran yang lemah. Keruan si
pendeta muka hitam itu jadi tambah kerepotan.
Selagi Pun-seng Hwe-shio belum bisa
diatasi, tiba-tiba di bagian lain Ci-kim-shia
terdengar suara teriakan para pengawal dan
letusan senjata api pula. Ternyata di situ
muncul Ma Sun Hian, si jagoan main Sam-ciatkun yang tidak kalah merepotkannya dengan
Pun-seng hwe-shio biarpun ia tidak kebal.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
62 Ma Sun Hian belum teratasi, di bagian lain
muncul lainnya pula, muncul lagi di sini, muncul
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi di sana. Puluhan orang muncul mengamuk
di mana-mana. Semua yang datang itu berilmu
tinggi, sehingga para pengawal jadi sibuk bukan
main. Bahkan kemudian beberapa bagian istana
telah terbakar. Maka pihak pengawal istanapun sadar
bahwa malam itu mereka mendapat serangan
yang terencana. Itulah maka genta besar tanda
bahaya yang menganggur bertahun-tahun itu
kini terpaksa dibunyikan kembali.
Gi-cian Si-wi sebagai pasukan yang paling
bertanggung-jawab untuk keselamatan Kaisar
dan keluarganya, segera mengatur diri. Tetapi
mereka agak bingung, sebab komandan mereka
Be Kun Liong, tidak nampak batang hidungnya.
Maka si wakil korrian dan He Hou Ciang segera
mengambil alih komando. "Lindungi Yang-wan-kiong, jangan terpancing jauh dari Yang-wan-kiong!' teriaknya ketika melihat di mana-mana terjadi
pertempuran dan kebakaran. "Musuh yang
Kemelut Tahta Naga II/21-22
63 meninggalkan lingkungan Yang-wan-kiong,
akan diurus pasukan lain. tugas kita hanyalah
mengamankan Yang-wan-kiong!"
Berulang kali kata "Yang-wan-kiong" di
ucapkan, tanpa sadar memberi petunjuk kepada
para penyerbu bahwa di bangsal itulah Kaisar
Yong Ceng berada malam itu.
Selain Gi-cian Si-wi, di istana itu banyak
pasukan lain seperti Lwe-teng Wi-su
(bayangkara Istana), Han-lim-kun (bayangkara
Ruang Pusaka), serta kelompok-kelompok lain
yang berjumlah lebih kecil tetapi tangguh
seperti Hiat-ti-cu yang dipimpin Hap To, Ci-ih
Wi-kun yang dipimpin Kim Seng Pa, para
pendeta Ang-ih-kau yang dipimpin Biau beng
Lama, lapi ketiga kelompok ini, dalam keributan
itu belum muncul di arena.
Sementara para penyerbu bermunculan,
memang munculnya satu demi satu, tapi karena
semuanya berilmu tinggi, tidak heran kalau
para Gi-Cian Si-wi kebingungan menghadapi
gerak cepat para penyerbu yang berpindahpindah tempat seperti hantu itu. Hanya dengan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
64 kegigihan yang mendekati semangat berani
matilah maka para pengawal itu masih berhasil
membendung para penyerbu agar tidak
memasuki bangsal Yang-wan-kiong.
Tapi karena beratnya tekanan, pasukanpasukan istana yang lainpun terpaksa ditarik ke
lingkungan Yang-wan-kiong untuk membantu
Gi-cian Si-wi yang tak sanggup lagi sendirian
membendung amukan para pe nyerbu itu.
Bahkan setelah semua pasukan istana ikut
membantu, tak ada tanda-tanda kalau ! para
penyerbu bakal terpukul mundur, maka para
komandan pasukan istana pun mulai
mempertimbangkan untuk minta bantuan dari
pasukan Kiu-bun Te-tok (Garnisun Ibukota)
yang sebenarnya bukan termasuk pasukan
istana, tapi kalau mendesak ya terpaksa akan
dipanggil ke istana. Dulu, laskar gabungan Pek-lian-kau dan Jitgoat-pang juga pernah hampir-hampir berhasil
merebut istana. Tapi saat itu bisa dimaklumi,
karena penyerbunya berjumlah puluhan ribu
orang. Kini, penyerbu yang datang tidak lebih
Kemelut Tahta Naga II/21-22
65 dari limapuiuh orang, namun beratnya tekanan
yang mereka hasilkan sungguh-sungguh lebih
berat dari tekanan orang-orang Pek-lian-kau
dan Jit-goat-pang dulu. Ketika akhirnya pasukan Kiu-bun te-tok pun
ditarik masuk istana, para pendekar penyerbu
saling bertukar isyarat dengan suitan-suitan
pendek. Para penyerbu pun berganti siasat. Mereka
tidak lagi bertempur di satu tempat, namun
mulai berlari-larian ke segala arah sambil
memancing para pengawal agar menyebar dan
kacau. "Semua pengawal Gi-cian Si-wi jangan
terpancing!" He Hou Ciang mencoba mengendalikan pasukannya menghadapi perubahan itu. "Utamakan melindungi Yangwan-kiong! Pengejaran bisa oleh pasukan la in!"
"Saudara He Hou, mana itu para Hiat-ti-cu,
pendeta Ang-ih-kau dan Ci-ih Wi-kun?" dengan
wajah mengkilat karena keringat, Hap Lun si
komandan Kiu-bun Te-tok berlari-lari Kemelut Tahta Naga II/21-22
66 mendekati He Hou Ciang. "Apa mereka tidur
semua?" "Entahlah. Setelah mendengar tanda
bahaya, mestinya mereka segera muncul. Tapi
nyatanya sampai detik ini mereka tidak
kelihatan batang hidungnya."
"Kantong-kantong nasi yang tidak becus!
Pantas kalau dulu Ni Keng Giau membenci
pemalas-pemalas yang cuma pintar jual
tampang selagi keadaan aman itu! Kebiasaan
mereka cuma melakukan intrik-intrik busuk,
tapi dalam keadaan ini mereka tak berguna!"
"Sudah, tidak perlu kita bicarakan mereka,
membuat tambah mendongkol saja. Lebih baik
kita tanggulangi dulu perusuh-perusuh itu!"
Waktu itu para penyerbu seperti sekawanan
burung pipit yang sarangnya diusik, beterbangan kesana kemari, namun tidak
pernah jauh dari Yang-wan-kiong. Maka yang
menyerbu dan yang bertahan segera terlibat
dalam pertempuran yang campur aduk dan
bergerak kesana kemari. Seperti beras ditampi.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
67 Letusan-letusan senapan yang masih sering
terdengar dan hamba-hamba yang berteriakteriak ketakutan, membuat suasana di bangsal
Yang-wan-liong malam itu benar benar
"meriah" sekali. Mana bisa orang tidur dalam
suasana macam itu" Begitu pula Kaisar Yong Ceng. Ia kaget
mendengar keributan di luar bangsal itu, lalu
melompat bangun dari ranjangnya. Setelah
berpakaian ringkas, ia lalu menjinjing toyanya
untuk melihat apa yang terjadi. Sebagai murid
mendiang Pun-bu Hwe-shio yang tak pernah
lalai melatih ilmu silatnya setiap pagi dan sore,
Yong Ceng bernyali besar. Meskipun melihat
pengawal di sekitar ruang tidurnya hanya
sedikit, dia keluar juga.
"Ada apa?" tanyanya kepada pengawalpengawal itu.
(Bersambung Jilid XXII) Kemelut Tahta Naga II/21-22
68 Kemelut Tahta Naga II/21-22
69 Kemelut Tahta Naga II/21-22
1 KEMELUT TAHTA NAGA Bagian : II Karya : STEFANUS S.P. Jilid XXII Pengawal-pengawal itu tidak berlutut dan
tidak menjawab, mereka tetap berdiri seperti
patung. Sebagai pesilat berpengalaman, Yong
ceng langsung tahu kalau pengawal-pengawal
itu sudah kena totokan (tiam-hiat-hoat).
Segera Yong Ceng mencium betapa
dekatnya bahaya dengan dirinya. Kalau
pengawal-pengawal di depan ruang tidurnya
saja sudah tertotok, berarti musuhpun ada di
dekat-dekat situ. Namun Yong Ceng tidak gentar karena
percaya akan ketangguhan ilmu silatnya. Sambil
memanggul toyanya, dia bermaksud pergi
memanggil pengawal-pengawal lainnya. Seandainya dia tahu caranya membebaskan
totokan, tentu pengawal-pengawal yang di situ
Kemelut Tahta Naga II/21-22
2 akan dibebaskannya lebih dulu. Tapi ia tidak
menguasai ilmu itu. Baru saja ia melintasi halaman, mendadak
sesosok tubuh meluncur datang seolah-olah
dijatuhkan dari langit. Itulah seorang lelaki
kurus, kulitnya kuning pucat seperti penderita
penyakit berat, rambutnya campuran hitamputih, usianya kira-kira lima tahun lebih tua
dari Kaisar Yong Ceng. Namun, sungguh tidak
sesuai, bahwa sosok tubuh yang nampak begitu
keropos itu memiliki sepasang mata yang tajam,
yang kini menatap Yong Ceng sambil berkata
dingin, "Selamat malam, saudara In. Terganggu
tidurmu?" Bergetarlah hati Yong Ceng ketika me
ngenal siapa yang berdiri di hadapannya itu.
Sahabat lamanya dari Kang-lam, Kam Hong Ti
yang bergelar Kang-lam Thai-hiap (pendekar
agung dari Kang-lam), nama besarnya
menggetarkan belahan selatan wilayah kekaisaran. Yong Ceng sadar pula, betapa tinggi ilmu
yang tersimpan dalam tubuh keropos itu.
Kemelut Tahta Naga II/21-22
3 Namun Yong Ceng berusaha meredakan
getaran hatinya. Belasan tahun yang lalu, ketika
Yong Ceng masih mengembara di rimba
persilatan dengan nama samaran, ilmu silatnya
selapis dibawah Kam Hong Ti. Hanya selapis,
dan itu amat membanggakannya sebab saat
itupun Kam Hong Ti sudah disebut Kang-lam
Thai-hiap. Kini hampir duapuluh tahun lewat.
Selama ini pula Yong Ceng tak pernah libur
latihan Lo-han-tung-hoat (ilmu toya Lo-han),
Lo-han-kun-hoat (ilrnu pukulan Lo-han) dan
senam Ih-kin-keng untuk memupuk tenaga
dalam dan tenaga luarnya. Maka rasanya tidak
ada alasan untuk takut lagi kepada si keropos
ini. Sambil memutar-mutar toyanya dengan
satu tangan, ia berkata dengan cong kak,
"Selamat bertemu kembali, Kam-heng. Apa
maumu kau datang malam-malam seperti ini
dengan cara yang begini kampungan?"
Kam Hong Ti tertawa dingin, "Ya memang
aku orang kampungan yang kurang tahu tatakrama
istana. Kedatanganku ingin Kemelut Tahta Naga II/21-22
4 mengingatkanmu akan janjimu di Hong-nia
dulu. Waktu itu kau minta dukungan para
sahabat dari Kam-lam agar membantu mu naik
tahta, untuk menyingkirkan Pangeran In Te
yang kau jelek-jelekan sebagai calon raja yang
lalim, sehingga kami mendukungmu. Aku akui
tindakan kami itu sebagai suatu ketololan besar.
Sebab kau ternya ta ingkar janji."
"Kam-heng, aku ingkar dalam soal apa"
Bukankah waktu itu aku berjanji akan
menjalankan pemerintahan tanpa berat sebelah
terhadap orang Manchu dan Han" Nah, tidakkah
kau lihat bahwa aku sudah memenuhi janjiku"
Siapa Ni Keng Giau" Bukankah dia orang Han
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adik dari Tan-liu" Tapi kuangkat dia menjadi
Panglima Tertinggi yang ke kuasaannya nomor
dua di kekaisaran ini, hanya dibawahku
seorang. Nah, bagaimana kau bisa bilang aku
ingkar janji?" Sebagai orang dunia persilatan asli, Kam
Hong Ti memang kurang mahir bersilat lidah,
maka mendengar debatan Yong Ceng itupun dia
Kemelut Tahta Naga II/21-22
5 bungkam tak berkutik. Hanya giginya
gemeretak menahan amarah.
Sedangkan Yong Ceng tertawa puas, lalu
melanjutkan, "Kalau akhirnya Ni Keng Giau
kuhukum, itu bukan karena dia orang Han dan
aku membencinya, melainkan hanya karena aku
ingin meluruskan pemerintahanku. Dia mencoba menyaingi kekuasanku, dan raja yang
manapun juga tentu akan bertindak seperti aku.
Siapa yang membiarkan kewibawaannya
ditantang" Banyak pula pejabat tinggi Manchu
yang kuhukum, misalnya Pak Kiong Liong yang
masih terhitung pamanku. Nah, berarti aku
tidak berat sebelah. Aku menghukum siapapun
yang bersalah, entah Manchu entah Han. Aku
menghargai siapapun yang berjasa, tidak peduli
Manchu atau Han, tanpa kubeda-bedakan."
"Diam!" bentak Kam Hong Ti dengan wajah
merah padam. "Dan aku akan membunuhmu,
raja iblis, demi rakyat yang kau tindas, entahkah
rakyat kecil itu orang Man chu atau Han!"
"He-he-he....karena kau tidak punya alasan
untuk menyalahkan aku, terus kau hendak
Kemelut Tahta Naga II/21-22
6 nekad, Kam Hong Ti" Bertindak membabi-buta
seperti bandit-bandit picisan?"
"Tidak! Terlalu banyak alasan untuk
membunuhmu, bangsat! Bagaimana dengan
wihara Siau-lim yang kau bakar, dan Pun-bu
Hwe-shio yang kau bakar hidup-hidup dalam
wihara" Padahal wihara itu adalah perguruanmu, sedang Pun-bu Hwe-shio adalah
guru yang mendidikmu dengan penuh kasihsayang sejak kau minggat dari istana"
Bagaimana dengan penumpasan Hwe-liongpang, padahal Tong Lam Hou pernah menye
lamatkan nyawa kita berdua dari tangan Ji-atjiu-lo-koai (Siluman Tua Bertangan Maut)"
Bagaimana dengan ratusan orang sahabat
karibmu yang kau bakar hidup-hidup pula di
loteng Hong-thian-lau" Itu juga akan kau sebut
tindakan yang adilkah?"
"Ya! Coba pikir, kuhormati pendeta-pendeta
Siauw-lim-pai itu, tapi mereka semakin tidak
tahu diri dan mencoba mengatur jalannya
pemerintahanku, menuruti selera mereka.
Mereka lupa, aku ini bukan hanya murid SiauwKemelut Tahta Naga II/21-22
7 lim-pai tetapi juga Kaisar yang berkuasa atas
mati hidupnya jutaan rakyatku! Tahu apa
pendeta-pendeta itu tentang pemerintahan"
Tahunya mereka cuma agama dan ilmu silat,
tapi mau berlagak lebih pintar daripadaku.
Mereka patut dihukum! Dan Tong Lam Hou itu
biarpun pernah menolongku, apa disangkanya
lalu dirinya dan orang-orang Hwe-liong-pang
itu kebal hukum" Mereka menyembunyikan
buronan seperti Pak Kiong Liong, berani
menyatroni istana, bahkan menyusupkan Ji Han
Lim ke dalam istana untuk membunuhku!
Mereka pengacau dan patut kutumpas sampai
ke akar-akarnya!" "Bangsat! Bedebah! Kaulah yang sewenangwenang. Kau tidak mau tahu kalau sikap Siauwlim-pai dan Hwe-liong-pang itu hanyalah reaksi
dari kelalimanmu. Aku kenal watak mereka.
Kalau kau tidak jahat, mereka tidak akan
melawanmu. Mereka bukan pembenci orang
Manchu seperti Jit-goat-pang, Pek-lian-kau atau
Thian-te-hui. Bukan! Mereka bukan seperti itu.
Tapi kau risih kepada mereka, sebab mereka
Kemelut Tahta Naga II/21-22
8 menggugat kecuranganmu, keingkaranmu,
ketidak-adilanmu! Mereka kau tumpas karena
kau tidak senang digugat!"
Kam Hong Ti sampai terengah-engah karena
gelombang kemarahan yang hampir menjebol
dadanya. Telunjuknya pun nampak bergetar
ketika menuding wajah Kaisar Yong Ceng,
"Bagaimana dengan ratusan orang sahabatmu
yang kau undang ke Hong-thian-lau, dan
mereka dengan tulus memenuhi undanganmu
karena masih menganggap mu sebagai sahabat.
Tapi kenapa kau jebak mereka, dan kau bakar
hidup-hidup?" "Ah, yang terjadi di Hong-thian-lau itu
sekedar kecelakaan, tidak disengaja. Orangorangku agaknya lupa menyingkirkan bendabenda mudah terbakar yang bertumpuk di
lantai satu. Begitu kudengar Hong-thian-lau
terbakar, aku amat sedih dan bingung, lalu
kusuruh regu penolong segera memadamkan
api dan menolong mereka. Tapi sahabatsahabatku itu malah salah paham dan
Kemelut Tahta Naga II/21-22
9 menyerang orang-orangku.......yah, bagaimana
lagi?" Kam Hong Ti tertawa terbahak sampai
menengadah ke langit, bukan karena gembira,
tapi pelampiasan kemarahan dan kesedihan
yang menyayat hati. Kepada bintang-bintang di
langit dia berseru, "Kalian dengar, sahabatsahabat yang gugur di Hong-thian-lau" Kalian
dengar sahabat kita yang berhati emas ini
bilang dulu sebenarnya ingin menolong
kalian"Regu penolong yang tidak membawa
ember air atau alat-alat pemdam api, tapi
membawa senjata lengkap! Kalian percaya,
sahabat-sahabatku yang sudah di alam baka?"
Habis melampiaskan kepedihan hatinya,
Kam Hong Ti tiba-tiba menghunus pedangnya
secepat kilat sambil membentak Yong Ceng,
"Manusia iblis! Malam ini harus kau
pertanggung-jawabkan semuanya!"
Yong Ceng terkejut dan mundur selangkah.
"Tahan, Kam-heng, penjelasanku belum selesai,
dan aku masih.." Kemelut Tahta Naga II/21-22
10 "Aku tidak butuh penjelasan lagi! Pedangkulah jaksa, dan toyamu pembela, kita lihat
keputusan mahkamah sejarah!"
Lalu sang "jaksa" mulai bertindak dengan
bahasa yang paling dimengerti semua mahluk
hidup, bahasa yang cuma terdiri dari dua kata
"hidup" dan "mati". Jurus Kim-ciam-toh-jiat
(Jarum Emas Memunahkan Maut) segera
dilancarkan ke arah Yong Ceng. Pedang itu
menyambar ke depan dan menimbulkan cahaya
keperakan yang menyilaukan.
Yong Ceng pun segera mengaktifkan
"pembela" nya. Gesit ia menghindar ke samping
sambil balas menghantam kepala Kam Hong Ti
dengan tipu Hong-liu-tian-siam (Petir dan Angin
menyerbu serempak). Kang-lam Thaj-hiap memutar pinggang dan
menangkis. Pedang dan toya bekas dua sahabat
itu berbenturan hebat. Toya lebih berat dan
mantap, namun dalam benturan itu ternyata
justru toya itu yang terpental. Cepat Yong Ceng
mengulur jarak selangkah agar toyanya tidak
Kemelut Tahta Naga II/21-22
11 terkunci dalam jarak yang tidak menguntungkan. Namun sambil mendorongkan pedangnya
melintangi toya, Kam Hong Ti maju dua langkah
sehingga jaraknya malahan makin rapat. Sambil
mencoba menginjak jempol kaki Yong Ceng,
jari-jari tangan kiri Kam Hong Ti hendak
menusuk ke pinggang Yong Ceng.
Yong Ceng tahu jari-jari itu bisa menembus
papan keras, apalagi cuma perutnya. la juga
dikejutkan oleh tenaga besar Kam Hong Ti.
Yong Ceng sendiri bertenaga besar. Di masa
mudanya ia pernah menggemparkan kota Seshia dengan memindahkan patung singa
ratusan kati dari depan gedung Hek-hou Piautiam ke tengah jalan. Dan selama ini ia telah
mengembangkan tenaganya lebih hebat. Namun
toh dia terdorong mundur oleh Kam Hong Ti
yang kurus kering itu. Sigap sekali Yong Ceng melenturkan diri
untuk melangkah mundur, dengan gerakan
Boan-liong-jiau-po (Naga Melangkah Berputar)
sambil merendahkan kuda-kuda. Ujung toyanya
Kemelut Tahta Naga II/21-22
12 direndahkan untuk menyodok perut Kam Hong
Ti. "Hebat tenagamu, Kam-heng!" bentak Yong
Ceng ketika berhasil menghentikan kejaran
Kam Hong Ti, lalu dilanjutkan gerak kilat
pentungnya dalam kemplangan Siok-lui-kekteng (Petir Menyambar Kepala).
Dua kali Kam Hong Ti menangkis, sambil
berkata, "Mau kuberitahu caranya aku latihan
agar terus bersemangat! Ialah selama latihan
membayangkan orang yang amat ku benci!"
"Siapa orang itu?"
"Kau!" Sambil bertanya-jawab singkat, tak berarti
gerak pedang dan toya mereka mengendor,
namun tetap saling sambar dengan hebat.
Seperti naga dan harimau yang saling terkam,
atau dua prahara yang bertabrakan, begitulah
dahsyatnya pertarungan dua bekas sahabat itu.
Sementara itu, pertempuran di seputar
bangsal Yang-wan-kioog masih berlangsung
sengit antara kawan-kawan Kam Hong Ti de
ngan pengawal-pengawal istana. Para pengawal
Kemelut Tahta Naga II/21-22
13 istana masih tetap menghadapi tugas berat
biarpun pasukan Kiu-bun Te-tok dari luar istana
sudah didatangkan untuk membantu.
Yang menjengkelkan para pengawal istana
ialah kenyataan bahwa pengawal-pengawal Ciih Wi-kun, para pendeta Ang-ih-kau serta para
Hiat-ti-cu tetap belum kelihatan bayangannya
untuk muncul membantu. Di antara musuh-musuh, nampak Pun-seng
Hwe-shio mengamuk dengan hebat. Tubuhnya
yang tinggi besar itu sekepala lebih tinggi dari
rata-rata orang di situ. Maka ia jadi nampak
menyolok. Jubahnya sudah hancur, begitu pula
celananya, sehingga ia tinggal memakai cawat
dan sepatu. Pakaiannya itu hancur kena senjata,
tapi tubuhnya sendiri tidak apa-apa.
Sebentar lagi kalau cawatnya juga hancur,
diapun akan menjadi "hwe-shio porno".
Tapi tinju dan kaki Pun-seng Hwe-shio itu
entah sudah makan berapa banyak korban.
Selain si "hwe-shio porno" itu masih ada lagi
banyak pendekar yang mengamuk dengan ilmu
silat masing-masing. Kemelut Tahta Naga II/21-22
14 Pihak pengawal istana terus bertahan
dengan gigih. Karena kacaunya pertempuran,
maka prajurit-prajurit Gi-cian Si-wi, Lwe-teng
Wi-su, Han-lim-kun dan Kiu-bun Te-tok itupun
sudah bercampur aduk semuanya. Bertempur
bersama tanpa pembagian tugas lagi.
Sebetulnya di dalam kota Pak-khia masih
ada sebuah pasukan yang tangguh, yaitu Tiat-kikun, pasukan maut penggempur di medan laga.
Tapi pasukan itu tidak dimintai bantuan ke
istana, sebab pasukan itu adalah hasil didikan
mendiang Ni Keng Giau yang terkenal keras dan
fanatik. Biarpun Ni Keng Giau sudah mati,,
banyak yang masih khawatir kalau Tiat-ki-kun
masuk istana, jangan-jangan pihak pengawal
istana bukannya ketambahan kawan tapi malah
ketambahan musuh" Siapa tahu Tiat-ki-kun
malah akan membalaskan kematian Ni Keng
Hafalan Shalat Delisa 4 Roro Centil 16 Tiga Siluman Bukit Hantu Hantu Putih Mata Elang 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama