Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p Bagian 9
yang cuma empat ratus orang ini sanggup
menahan serbuan anjing-anjing Manchu tanpa
bantuan Thian ciang dan Thian-kun?"
Saat itulah baru Wan Lui tahu bahwa di
perkemahan itu membuang jerohan binatang
saja bisa menimbulkan akibat segawat itu.
Dan soal "Thian-kun" itu, dalam ajaran
agama yang dipeluk Wan Lui juga disebut kan.
Namun agama Wan Lui menyebut "Tentara
langit" itu adalah malaikat-malaikat yang sesat
karena ingin disembuh oleh manusia. sedang
dalam ajaran Pek-lian kau, mahluk-mahluk gaib
itu bukannya dijauh, agaknya malah disembahsembah dan diandalkan pertolangannya.
Sementara itu, setelah puas memaki-maki,
Cu-sian cin-jin lalu, pergi, namun masih sambil
mengomel, "Orang-orang Lam cong memang
sengaja semuanya menjengkelkan aku, Keparat!
Agaknya disengaja demikian, agar aku marah
lalu pergi dari sini, dan mereka bisa berbuat
Kemelut Tahta Naga II/15 29 sesuka hati dengan tawanan itu! benar-benar
bangsat semua!" Selelah Cu-sian Cin-jin pergi, orang-orang
Pek-lian-kau itu saling berpandangan dengan
muka sungguh-sungguh, tidak ada lagi yang
cengengesan, lalu Cang lotoa berkata, "Memang
kita yang keterlaluan. Karena lapar dan tergesagesa ingin makan, sampai lupa pantanganpantangan yang bisa menggusarkan para Thian
-ciang pelindung kita. Ayu, sekarang kita
bersihkan tempat itu!"
"Malam-malam begini?"
"Ya. Bukannya kila takut kepada imam dari
Pak-cong itu, melainkan sebagai tanda hormat
kita kepada para Thian-ciang dan Thian-kun
yang selama ini sudah banyak membantu
perjuangan kita. Bukankankah ketika kita
mengalahkan begundal-begundal Manchu dari
Kim-teng itu, kita juga banyak mendapat
bantuan para Thian-kun dan Thian-ciang?"
"Ya. Ayo ambil cangkul dan sekop."
Karena ingin tahu lebih banyak tentang
situasi perkemahan itu, Wan Lui ikut bangkit
Kemelut Tahta Naga II/15 30 mengambil cangkul dan sekop bersama orangorang itu. Kemudian dengan membawa oborobor, mereka berjalan menuju ke ujung
perkemahan dimana tadi mereka menyembelih
rusa buruan. Di tempat itu, orang-orang itu mulai dengan
bersungguh-sungguh, nyaris khidmat, menggali
lubang dan mengubur bekas-bekas binatang
sembelihan itu. Wan Lui ikut-ikut saja, namun
dalam hatinya ia heran melihat sikap
bersungguh-sungguh dari orang-orang yang
baru saja bersenda-gurau itu.
Pikirnya, "Menilik kesungguhan mereka,
agaknya memang mereka percaya akan
kekuatan-kekuatan gaib pelindung mereka. Dan
mengingat pengalamanku sendiri di Kim-teng
pada malam yang menyeramkan itu, aku tidak
boleh menganggap remeh apu yang mereka
yakini." Pembersihan selesai, dan orang-orang itupun
berjalan kembali ke perkemahan.
Kemelut Tahta Naga II/15 31 "Mudah-mudahan para Thian-ciang mengampuni kecerobohan kita," kata Ceng
Lotoa dengan khidmat. Malam semakin larut, dan perkemahan
itupun semakin sepi dari suara manusia. Banyak
perapian padam sendiri karena ditinggal tidur
begitu saja oleh orang-orang yang tadinya
menungguinya. Sebagian dari orang orang itu
masuk ke kemah untuk tidur, namun Wan Lui
tidak tahu harus tidur di kemah mana, ia takut
keliru memilih kemah dan menimbulkan
kecurigaan. Maka ketika dilihatnya banyak pula
orang Pek-lian-kau yang tidur bergeletakan di
tanah berumput tebal, tidak di dalam kemah,
Wan Lui pun merebahkan diri di rerumputan
saja. Lagipula Wan Lui memang tidak benar-benar
ingin tidur, ia hanya menunggu sampai seisi
perkemahan tidur, setelah itu akan diselidikinya
perkemahan itu untuk mencari jalan
menyelamatkan Pangeran Hong Lik. Seandainya
belum ada kemungkinan untuk membebaskannya malam itu juga, setidakKemelut Tahta Naga II/15
32 tidaknya ingin tahu dimana pangeran itu
disekap. Ketika malam makin larut, semua orang Pekliari-kaii pun benar-benar tidur. Tidak ada yang
berkawal malam. Agaknya mereka, percaya
sepenuhnya perlindungan gaib dan "panglimapanglima langit" mereka.
"Keyakinan yang patut dipuji, biarpun
keyakinannya sendiri salah menurut aku."
komentar Wan Lui dalam hati ketika melihat itu.
Perlahan-lahaan Wan Lui bangkit tanpa
suara. Sekali lagi ia menyakinkan kalau se-isi
perkemahan itu sudah tidur. Tapi kalau ada juga
yang bangun dari menanyainya Wan Lui sudah
siap dengan jawaban yang paling alamiah, "Mau
kencing." Namun mereka tak ada yang bangun.
Wan Lui pun mulai melangkah seringanringannya.
Ia mulai berjalan keliling perkemahan.
sambil menduga-duga dimana Pangeran Hong
Lik disekap." Bagaimana kalau menjenguk ke
dalam setiap kemah" Ah, tidak, penuh resiko.
Kemelut Tahta Naga II/15 33 Belum tentu yang dicarinya ditemukan, malah
kalau ada penghuni kemah yang belum tidur
maka usahanya bisa gagal.
Setelah memutari lokasi perkermahan itu
satu kali, tiba-tiba dilihatnya sebuah kemah
didirikan terpencil sendirian, letaknya jauh dari
kemah-kemah lainnya. Di sekitar kemah itu tak
nampak satu orangpun. Sejenak Wan Lui dengan ragu-ragu
memperhatikan kemah terpencil itu. "Mungkinkah Kui-heng (saudara Kui di dalam
kemah itu" Tetapi kenapa tidak dijaga" Atau
penjagaannya sepenuhnya diserahkan kepada
pelindung-pelindung gaib yanq mereka percayai?" Dengan nyali yang besar Wan L ui melangkah
mendekati kemah itu. Ketika melangkah, tanpa
sadar ia melangkahi enam bintang hio (dupa
lidi) yang menyala dan ditancapkan berjajar di
tanah. Hanya selanqkah ia maju, namun apa yang
dijumpainya selangkah di depannya sungguh
tak terhayangkan sebelumnya. Wan Lui tibaKemelut Tahta Naga II/15
34 tiba merasa dirinya terjun ke kubangan tinta
yang hitam pekat, apapun tak bisa lagi
dilihattnya. Kegelapan mutlak. Masih untung
kalau Wan-Lui kemudian mundur, namun dia
justru dengan bandel melangkah maju, maka
berputar-putarlah ia dalam kegelapan. Kelima
jari tangannya sendiripun tak bisa dilihatnya
biarpun didekatkan ke hidung.
Kemudian yang dihadapinya bukan cuma
kegelapan, tapi juga suara-suara campur aduk
dari segala arah yang menimbulkan tekanan
hebat diperasaannya sampai dadanya tersa
sesak. Ada suara ringkik kuda, aum harimau,
pekik kera, bayi menangis, perempuan meratap
seram, orang tertawa terkekeh-kekeh, namun
semuanya tanpa wujud dan membanjiri kedua
lubang telinganya. Muncul pula angin yang menderu makin
lama makin keras, dingin sekali, sehingga pasir
dan rumput terangkat dan menerpa wajah Wan
Lui. Angin, suara-suara dan kegelapan rr.embuat
Wan Lui mulai panik. Sebentar ditutupnya
Kemelut Tahta Naga II/15 35 matanya untuk menangkis pasir, di lain saat
ditutupnya telinganya erat-erat namun suarasuara campur aduk yang menggoncangkan jiwa
itu tetap saja terdengar. Kadang-kadang Wan
Lui merasa ada seseorang yang berdiri di
dekatnya, namun ketika ia mengibaskan tangan'
ke samping, ia tidak menyentuh apa-apa...
Menghadapi keadaan yang tak bisa dilawan
sekedar dengan ilmu silat itu, mau tak mau Wan
Lui mulai panik juga, la membayangkan dirinya
benar-benar sedang bertempur dengan "panglima-panglima langit" seperti yang
dipercayai orang-orang Pek-lian-kau.
Secara untung-untungan Wan Lui mencoba
mengulangi keberhasilan menangkal ilmu gaib
yang pernah dialaminya di Kim-teng. la
menggigit bibirnya sehingga berdarah, lalu
disemburkannya ludah berdarah itu ke
sembarangan arah saja. Namun kali ini tidak mempan. Ilmu gaib yang
dihadapinya kali ini lebih lihai dari ilmu yang
sekedar mengirimkan rasa kantuk kepada
musuh dulu, atau menghadang musuh dengan
Kemelut Tahta Naga II/15 36 kertas kuning yang digunting menjadi orangorangan. Yang ini tidak bisa dipunahkan hanya
dengan semburan ludah berdarah.
Wan Lui jadi nekad. Dengan segenap
kekuatannya, ia melontarkan tubuh tanpa
melihat arah lagi, la tidak tahu apakah
kepalanya akan pecah menumbuk pohon atau
jatuh kelingkaran ilmu gaib yang lebih
mengerikan lagi, ia tidak peduli.
Tak disangkanya bahwa lontaran tubuhnya
itu justru melewati enam batang dupa biting
yang ditancap berjajar di tanah, tubuhnya
terhempas dan terguling-guling di rerumputan.
Ketika ia melompat bangun, pandangannya
tidak segelap tadi, suasana mengerikan yang
melingkupinya tadi juga sudah lenyap. Ia
mengangkat wajahnya dan bintang-bintang di
langit yang biru bersih-pun nampak kembali,
berkedip-kedip ramah. Wan Lui menarik napas. Sungguh tak
disangka, dua tempat yang hanya dibatasi enam
batang dupa itu ternyata suasananya bisa begitu
berbeda. Kini dia memandang ke seberang
Kemelut Tahta Naga II/15 37 "perbatasan dupa" itu dengan melihat suasana
di tempat itupun biasa-biasa saja, tidak ada
yang aneh, dan kemah itu juga masih terlihat
seperti tadi. Sunyi, sendiri, seperti tak
berpenghuni. "Sekarang aku yakin, Kui Thian-cu tentu
disekap di kemah itu, buktinya kemah itu diberi
penjagaan gaib. Untuk bisa mengambil Kui
Thian-cu, agaknya aku harus mencari hewan
untuk diambil jerohannya..." pikir Wan Lui.
Baru saja ia memutar tubuh untuk
melangkah pergi, tiba-tiba didengarnya suara
langkah kaki mendekat. Cepat-cepat Wan Lui
melompat bersembunyi ke balik serumpun
semak, diringkaskannya badannya dan diaturnya napasnya agar tidak kedengaran.
Tiga orang nampak berjalan dari arah
perkemahan, mendekati kemah terpencil itu.
Salah satu dari mereka dikenal Wan Lui sebagai
Cu-sian Cinjin, si imam yang canggung kalau
disuruh mengabdi kesejahteraan sesama, tapi
justru mahir menenung orang sampai gila atau
membuat celaka lainnya. Kemudian di samping
Kemelut Tahta Naga II/15 38 Cu-sian Cinjin adalah lelaki bertubuh tinggi
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besar seperti beruang, berewokan pula. Di
sampingnya lagi ada seorang bertubuh biasa,
namun justru sepasang tangannya kelewat
panjang sampai di bawah lututnya.
Sambil melangkah, antara si imam dan si
berewokan itu sedang mempertengkarkan
sesuatu, maka Wan Lui lalu pasang kuping baikbaik.
"Kalau memang begitu ketetapan kalian, itu
artinya Hiang-cu berdua sudah tidak
menganggap kami dari Pak-cong sebagai teman
seperjuangan lagi, sebab kalian sudah mau
berjalan sendiri dengan meninggalkan kami!"
kata Cu-sian Cin-jin dengan nada tinggi dan
emosional. "Kalau begitu, buat apa aku tinggal
lebih lama di tempat ini, dimana aku tidak
kalian hargai " Bahkan anak buah kalian pun
berani meremehkan pesanku ! mereka
seenaknya saja menyembelih rusa dan
membuang isi perut binatang itu berceceran,
menyalahi pesanku. Itu tandanya kalian dari
Lam-cong sudah tidak mnghargai lagi kami dari
Kemelut Tahta Naga II/15 39 Sambil melangkah, antara si imam dan si
berewokan itu sedang mempertengkarkan sesuatu,
maka Wan Lui lalu pasang kuping baik-baik.
Kemelut Tahta Naga II/15 40 Pak-cong !" Si imam menyerocos begitu panjang,
sehingga beberapa saat kemudian barulah Thio
Yap berkesempatan bicara dengan nada
membujuk, "Jangan cepat salah paham, Cin-jin.
Tentu saja Pek-cong tetap teman seperjuangan
Lam-cong, bukankah kita sama-sama bernaung
di bawah bendera Pek-lian-kau, disatukan pula
oleh cita-cita menegakkan kembali kerajaan
Beng. Kami juga menghargai keterangan yang
diberikan pihak Pak-cong, sehingga kami bisa
menangkap Pangeran Hong-lik yang akan jadi
sangat berharga buat kita. Karena berharganya
tawanan itu, apakah penjagaan atas dirinya
hanya akan..." "Hanya " Kau bilang hanya ?" kata-kata Thio
Yap terputus oleh suara Cu-sian Cin-jin yang
melengking marah. "Hanya ilmu gaib Cu-sian
Cin-jin yang tak berarti, begitu maksud kalian"
Dan karena itu kalian memandang remeh dan
tak yakin kalau ilmu gaibku bisa memagari
tawanan itu cukup kuat ?"
Kemelut Tahta Naga II/15 41 "Sabar, Cin-jin. Sabar..." Thio Yap membujuk
pula. "Siapa bilang aku memandang rendah ilmu
sakti Cu-sian Cin-jin " Bukankah kami kaum
lam-cong juga mempelajari ilmu yang sama"
Mana berani kami merendahkan ilmu sakti
peninggalari leluhur kita sejak jaman Siau-bengong ?"
"Kalau begitu, kenapa kau masih ingin
menambahkan anak buahmu untuk ikut
menjaga tawanan itu" Kau anggap ilmuku
kurang sempurna,-sehingga harus ditambahi
anak buahmu" Bukankah itu namanya
memandang remeh " "Dalam soal ini Cin-jin jangar terlalu banyak
berprasangka. Usulku itu hanya demi
kepentingan bersama, Jauh dari Pikiran
meragukan kesaktian Cin-Jin. Makin kuat
penjagaan akan makin baik, kita harus hati-hati
mengingat tawanan kita kali ini adalah..."
"Tawanan itu tidak akan lepas Kuulangi,
takkan lepas Tak seorangpun bisa menembus
penjagaan gaib yang kupasang sekitar kemah
tawanan itu. Tidak perlu lagi anak buahmu
Kemelut Tahta Naga II/15 42 untuk menjaganya, biarpun dari kejauhan.
Kalau kau berani menyuruh anak buahmu
untuk menjaga, berarti kau memang ingin
mempermalukan pihak Pak-cong kami !"
Mereka sudah dekat ke kemah tawanan itu.
Thio Yap tiba-tiba menghentikan langkahnya,
sehingga Cu-sian Cin-jin dan Hoa Cek-gui yang
berjalan di sebelahnya ikut berhenti pula.
Biarpun Hoa Cek-gui selama ini bungkam saja,
tidak ikut bicara, namun tempatnya berdiri saja
sudah menunjukkan kalau ia memihak Thio
Yap. Sementara, suara Thio Yap yang tadinya
bernada sabar dan membujuk, kini menggeram
memperdengarkan kejengkelannya. "Sikap
ngotot Cin-jin ini apa tidak keterlaluan" Aku jadi
semakin curiga, jangan-jangan memang benar
bahwa pihak Pak-cong ingin menguasai
tawanan itu sendiri, memperlakukannya
menurut rencana kalian sendiri, padahal kami
dari Lam-cong inilah yang telah bersusah-payah
menangkapnya ?" Kemelut Tahta Naga II/15 43 Nampaknya Cu-sian Cin-jin marah sekali.
Napasnya yang terengah-engah karena marahnya itu sampai terdengar dari tempat
persembunyian Wan Lui. Diam-diam Wan Lui
geli dan berpikir, "Kiranya Kui Thian-cu telah
menjadi semacam benda pusaka yang
diperebutkan oleh kedua sekte Pek-lian-kau ini.
Masing-masing pihak ingin menjaganya sendiri
tanpa mengikut sertakan pihak lainnya, dan
bukan mustahil suatu saat mereka akan
berbaku hantam." Suasana sesaat menjadi tegang. Cu-sian Cinjin berhadapan dengan Thio Yap yang agaknya
akan dibantu Hoa Cek-gui kalau sampai terjadi
pertengkaran. Terdengar suara Thio Yap yang semakin jelas
nada menuduhnya, "Benar bukan " Kalian dari
pihak Pak-cong ingin menguasai tawanan itu
sendririan ?" Cu-sian Cin-jin menjawab dengan sengit,
"Jangan menuduh sembarangan, Thio Hiangcu.
Tuduhan itu sebenarnya membuka kedok kalian
sendiri. Kalianlah yang ingin menguasai
Kemelut Tahta Naga II/15 44 tawanan itu sendiri bukan " Bukan kami ! Bukan
Pak-cong, tetapi Lam-cong !"
Sambil tertawa dingin, Thio Yap menjawab
tanpa tedeng aling-aling, "Ya. Kami tidak
sependapat dengan kalian yang ingin
menyembelih Hong-Lik, sebab dia lebih berguna
kalau hidup, dapat digunakan untuk menekan
Kaisar Yong-ceng! Tapi apa yang akan kami
lakukan itu bukan hanya untuk kepentingan
kaum Lam-cong saja, tapi kepentingan seluruh
Pek-lian-kau! Bahkan mungkin juga seluruh
golongan yang bercita-cita membangun kembali
kerajaan Beng, seperti Jit-goat-pang dan Thiante-hui !"
Cu-sian Cin-jin merasa kalah debat, mau
ngotot pun percuma, sebab kalau sampai terjadi
pertikaian fisik tentu dirinya yang akan kalah
melawan kedua Hiang-cu dari lam-cong itu.
Akhirnya setelah membanting kaki, Ciu-sian
Cin-jin kembali ke perkemahan dengan
menggerutu. Persellaihan paham antara golongan utara
dan golongan selatan dalam Pek-lian-kau Itu
Kemelut Tahta Naga II/15 45 sebenarnya disebabkan cara berpikir masingmasing pihak, golongan Pak-cong teguh
berpegang kepada ajaran-ajaran dari kitab kuno
yang serba mistis, serba gaib. Sedangkan
golongan Lam-cong kendati juga mempelajari
ilmu-ilmu gaib, namun percaya bahwa ilmuilmu itu mempunyai kegunaan yang hanya
terbatas saja, misalnya dalam suatu pertempuran untuk membingungkan musuh.
Sedang untuk urusan besar seperti membangun
kembali Kerajaan Beng, mereka yakin akal
sehatlah yang berperanan. Perhitunganperhitungan politik dan militer yang tidak perlu
harus gaib, dan bukan berdasar nujum-nujum
lewat batok kulit kura-kura dan tulang-tulang
ikan belaka... Biarpun kedua sekte itu berselisih, namun
setahun sekali wakil-wakil mereka bertemu di
kuil Hong-kak-si di Hong-yang. Kuil itu mereka
anggap bersejarah, sebab pendiri dinasti Beng,
Cu Goan-ciang, sebelum mulai perjuangannya
melawan kekuasaan Kerajaan Goan waktu itu,
pernah menjadi pendeta di kuil itu. Dalam
Kemelut Tahta Naga II/15 46 pertemuan tahunan Pek-lian-kau itu selalu
diadakan sembahyang besar, dan pembaharuan
tekad. Tiap kali pula mereka menangkap
seorang pejabat Manchu entah dari mana saja,
untuk disembelih dan "dipersembahkan"
kepada arwah leluhur-leluhur dinasti Beng.
Namun biarpun setahun sekali berupacara
bersama, tak terhindar semakin lebarnya
keretakan antara Pak-cong dan Lam-Cong. Pakcong menuduh Lam-cong "semakin jauh dari
a|aran murni", sebaliknya Lam-cong menuduh
Pak-cong kulot, ketinggalan jaman, tidak pakai
otak dan sebagainya. Begitu putu soal penculikan Pangeran Honglik. Mula-mula kaum Pak-cong yang mendapat
"info" dari pengkhianat-pengkhinat dalam
istana, kemudian kaum Lam-kong mendapat
"bocoran" lalu ikut bertindak. Berhasil. Dan
keberhasilan itu malah menimbulkan masalah
baru dalam hubungan Pak-cong dan Lam-cong,
sementara masalah-masalah lama masih
bertumpuk-tumpuk tidak terselesaikan.
Kemelut Tahta Naga II/15 47 Thio Yap geleng-geleng kepala, dengan
pandangan matanya ia mengantar perginya Cusian Cin-jin. Gumamnya, "Benar-benar keras
kepala. Berpegang ajaran leluhur ya bolehboleh saja, tapi jangan ketinggalan jaman. Tak
pernah dalam sejarah ada ilmu gaib mengubah
jalannya sejarah, tak pernah ada pendiri dinasti
yang membuat perhitungannya dengan batok
kulit kura-kura dan tulang-tulang ikan..."
Hoa Cek-gui yang bungkam sejak tadi, kini
ikut mengomentari, "Teman-teman kita dari
Pak-cong itu masih berpikir seperti jaman Cunciu dulu. Jaman dimana para dewa, malaikat dan
iblis ikut berperang untuk mempengaruhi tegak
atau runtuhnya kerajaan-kerajaan manusia.
Tapi bagiku, cerita itu hanyalah dongeng yang
tidak bisa dipercayai kebenarannya..."
"Benar. Kalau benar ilmu gaib bisa
menyelesaikan semua masalah, kenapa tidak
kita kirim saja pedang Ti-sian-kiam untuk
membunuh Yong-ceng tanpa susah payah"
Bukankah semua urusan jadi beres ?"
Kemelut Tahta Naga II/15 48 Kedua Hiangcu dari Lam-cong tu tertawa
berbareng. Pedang Ti-sian-kiam menurut cerita
adalah pedang milik Ong Cian, jenderal
Kerajaan Cin di jaman Liat-kok. Dalam cerita
dikisahkan, apabila pedang Ti-sian-kiam diberi
sesaji dan disembahyangi, pedang itu bisa
terbang sendiri untuk membunuh musuh yang
dikehendaki. "Sekarang bagaimana rencana Toako
selanjutnya?" tanva Hoa Cek-cui.
"Tidak peduli Cu-sian Cin-jin tersinggung
atau tidak, pokoknya mulai besok pagi kita akan
ikut menjaga tawanan itu dengan orang-orang
kita. Kita bukan saja harus berjaga-jaga dari
anjing-anjing Manchu yang pasti akan berusaha
menyelamatkan Hong Lik, tapi juga dari temanteman kita sendiri kaum Pak-cong yang juga
mengingini Hong Lik, hanya untuk disembelih di
altar tanpa mengingat kegunaan lainnya."
"Toa-ko benar. Jangan sampai angsa ajaib
yang bertelur emas itu disembelih secara bodoh
oleh teman-teman dari Pak-cong itu."
"Oh ya ...." Thio Yap l.iba-tiba seperti
Kemelut Tahta Naga II/15 49 teringat sesuatu. "Apakah belum ada laporan
dari orang-orang kita yanq disuruh
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menghubungi pengkhianat-pengkhinnat dalam
istana Manchu itu" Sudah ada jawaban kontak
kontak kita atau belum?"
Sahut Hoa Cek Gui, "Orang-orang kita
mengamati, agaknya Panglima di kota Seng-tin
adalah anggota komplotan pengkhianat istana
itu. Komplotan itu nampaknya sudah
menangkap isyarat-isyarat kita, namun pihak
mereka ragu-ragu untuk membalas isyarat itu.
Mereka ragu-ragu karena kita bukan orang yang
sama dengan yang dulu pernah menghubungi
mereka. Dulu mereka dihubungi orang-orang
Pak-cong, dan sekarang mereka tidak mengenal
kita." "Kalau begitu, besok kau pergilah sendiri
menemui orang-orang dari istana itu, untuk
mengajukan syarat-syarat kita. Kita bikin
hubungan langsung saja dengan mereka, tidak
usah lagi melewati teman-teman dari Pakcong!"
"Baik, Toa-ko."
Kemelut Tahta Naga II/15 50 Kedua orang itu kemudian berjalan pergi
Sementara itu, di tempat persembunyiannya
Wan Lui berpikir keras. Mendengar percakapan
tokoh-tokoh Pek-lian-kau itu jelaslah sudah
bahwa penculikan Kui Thian Cu alias Pangeran
Hong Lik itu ternyata di dalangi sekelompok
orang-orang istana sendiri, yang tidak
menyenangi Pangeran Hong Lik lalu "menyewa"
tenaga Pek-lian-kau untuk menyingkirkan
Pangeran Hong Lik. "Dalam usahaku menolong seorang sahabat.
baik, haruskah aku akhirnya mencebur kedalam
pusaran intrik istana yang penuh kelicikan itu?"
pikir Wan Lui ragu-ragu. Kebimbangannya
timbul setelah mendengar percakapan orangorang Pek-lian-kau tadi. Namun sebuah pikiran
lain mendesak pikiran terdahulu. "Ah, aku
hanya menolong seorang sahabat, menolongnya
sebagai Kui Thian Cu yang baik, dan bukan
sebagai Pangeran Hong Lik kendati dia Putera
Mahkota. Setelah dia diselamatkan dari tangan
orang-orang Pek-lian-kau, persetan dengan
Kemelut Tahta Naga II/15 51 intrik-intrik istana yang melibatkan dirinya.
Bukan urusanku." Setelah keadaan aman, Wan Lui keluar dari
persembunyiannya. Dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuhnya, dia mengelilingi tepian
danau untuk lebih dulu mengambil pakaiannya
yang disembunyikan tadi sore, dibawa ke
perkemahan. Hanya topi bulu binatang serta
rompi kulit binatang berbulu yang tidak
dibawanya. Benda-benda itu hanya akan
membuka kedoknya, sebab Cu-sian Cin-jin
pernah mengenali benda-benda itu.
Kemudian Wan Lui kembali ke tengahtengah orang-orang Pek-lian-kau dan tidur.
Cukup puas ia dengan apa yang didapatinya
malam itu. Pertama, menemukan tempat di
mana Kui Thian Cu disekap, meskipun agak nya
akan sulit sekali untuk membawanya kabur
begitu saja. Kedua, omongan orang Pek lian-kau
tentang "panglima langit" dan tentara langit" itu
patut diperhitungkan, sebab Wan Lui telah
mengalaminya sendiri. Ketiga, dalam tubuh PekKemelut Tahta Naga II/15 52 lian-kau ternyata ada dua golongan, Pak-cong
dan Lam-cong yang tidak rukun.
Hal-hal yang didapatinya malam itu agaknya
bisa digunakan di kemudian hari untuk lebih
memperhitungkan langkah-langkahnya.
Tapi Wan Lui sadar, pekerjaannya tidak
ringan. * ** Sinar matahari pagi yang menyorot lewat
sela-sela dedaunan, jatuh tepat di wajah Wan
Lui, membuat matanya silau dan akhirnya
membangunkannya. Begitu bangun, dilihatnya orang-orang Peklian-kau di sekitarnya juga sudah banyak yang
bangun, namun masih banyak pula yang tidur
menggeletak begitu saja di rerumputan beralas
tikar. Seolah bersaing dengan kicau burung di pagi
hari, dari sebuah kemah sudah terdengar suara
orang bertengkar keras. Itulah yanq Wan Lui
kenal sebagai sebagai suara Cu-sian Cin-jin dan
Thio Yap. Kemelut Tahta Naga II/15 53 Orang-orang yang sudah bangun itu nampak
berwajah tegang gara-gara pertengkaran itu.
Yang melakukan berbagai pekerjaan pun
melakukannya dengan wajah murung.
Bukan lahyul, tapi semacam perasaan yang
sering benar, bahwa perjuangan "membangun
Kerajaan beng" itu akan semakin sulit kalau di
antara teman sendiri saja belum-belum sudah
terpecah-belah. Tapi itulah celakanya, setiap
orang merasa dirinya yang lebih benar dan
memaksa orang lain agar menyesuaikan diri.
Wan Lui menggamit pundak seorang anggota
Pek-lian-kau yang ada di dekatnya, dan berkata
perlahan, "Ada apa?"
Yang ditanyai menjawab dengan mendongkol, namun suaranya ditahan agar
tetap lirih, "Cu-sian Cin-jin kembali bersikap
mau menangnya sendiri, memang begitulah
watak orang-orang Pak-cong umumnya. Dia
marah karena pagi ini Thio Hiang-cu
menempatkan penjaga di sekitar kemah
tawanan. Kata Cu-sian Cin-jin, belum tentu para
Kemelut Tahta Naga II/15 54 tentara langit suka bekerja sama dengan temanteman kami itu."
Wan Lui mengangguk-angguk, namun dalam
hati ia berkata, "Kalau para tentara langit yang
gaib itu minggat semua karena tidak suka,
kebetulan bagiku. Jadi aku menghadapi temantemanmu yang tidak gaib saja."
Sementara itu, telah terlihat Cu-sian Cin-Jin
keluar dari kemah Thio Yap dengan wajah
merah padam dan dengan langkah lebar. Sambil
berjalan, ia sering menendangi kerikil atau
potongan-potongan ranting untuk melampiaskan kemarahannya. Orang-orang
Pek-lian-kau tidak ada yang berani dekat jalan
yang akan dilewati imam itu, kuatir kalau diri
mereka disangka kerikil atau ranting pohon.
Kemudian dari dalam kemah muncul pula
Thio Yap dan Hoa Cek-gui. Wajah merekapun
nampak asam. Wajah khas orang yang baru saja
bangun tidur langsung harus "sarapan"
pertengkaran. Kemelut Tahta Naga II/15 55 Nampak kedua Hiangcu itu berbisik-bisik
sebentar di depan pintu kemah, lalu Hoa Cekgui mengangguk-angguk.
Setelah mengangguk, si tangan panjang ini
dengan langkah lebar mendekati gerombolan
orang Pek-lian-kau. Anggota-anggota itu cepat
berdiri dengan sikap hormat. Termasuk Wan
Lui si anggota gadungan. Setelah dekat, dengan telunjuknya, Hoa-Cekgui menunjuk empat orang berturutan sambil
berkata, "Kau, kau, kau dan kau, empat orang,
bersiaplah. Lepaskan seragam Pek-lian-kau
kalian dan ganti dengan pakaian biasa, tapi
jangan lupa bawa senjata. Kalian mengawal aku
ke kota Seng-tin." "Untung semalam sudah kuambil pakaianku
sendiri..." pikir Wan Lui lega, sebab dia adalah
salah satu dari empat anggota yang dipilih itu.
Keempat orang yang dipilih itu dalam waktu
singkat telah siap. Tidak lama kemudian, berlima dengan Hoa
Cek-gui yang berjalan di depan, mereka
meninggalkan perkemahan itu. Mula-mula
Kemelut Tahta Naga II/15 56 menyusup hutan, mendaki sebuah bukit,
menuruninya dan tiba di sebuah jalan yang
cukup ramai. Mengikuti jalan itu ke arah utara,
mereka masuk sebuah kota kecil bernama Sengtin. Sambil mengikuti, Wan Lui menduga-duga
apa yang akan dilakukan orang-orang Pek-liankau itu, namun tidak berani bertanya. Wan Lui
membawakan peran seorang anak buah yang
patuh. Seng-tin lebih tepat disebut kampong besar
dari kota, sebab biarpun ramai namun tatatetaknya acak-acakan, di sembarang tempat ada
tumpukan sampah yang membukit dan hari
demi hari terus bertambah tinggi. Tidak ada
tembok kota yang melingkari kota itu, tiap
orang bisa masuk dari mana saja.
Hoa Cek-gui berjalan dengan mantap,
nampaknya sudah pasti arah yang ditujunya
Sedang keempat orang dibelakangnya berjalan
dengan gaya jagoan-jagoan Kelas kambing.
Tidak sulit bagi Wan Lui menirukan gaya tengik
itu. Tangan dilipat di dada. wajah dibuat angker,
otot dada dan pundak digelembungkan.
Kemelut Tahta Naga II/15 57 Mereka melewati sebuah pasar. Di sudut
pasar terlihat ada panggung wayang yang
dikerumuni orang banyak. Suara gembreng dan
tambur memeriahkan suasana, biar bunyi
tamburnya sudah sumbang karena kulitnya
sudah kendor. Seandainya tidak sedang
mengikuti Hoa Cek-gui, ingin rasanya Wan Lui
ikut menonton rombongan wayang keliling
yang sedang pentas itu. Namun mata Wan Lui yang tajam itu tibatiba menangkap sesosok tubuh yang seperti
sudah dikenalnya, di sela-sela orang-orang
dalam pasar itu. Seorang lelaki yang sebetulnya
berperawakan gagah, namun kegagahannya jadi
berkurang karena ia selalu memakai sebuah
topi rumput yang ditekan rendah untuk
menyamarkan wajahnya, lagipula kalau
berjalan ditempat ramai selalu celingukan
seperti maling takut ketahuan.
In Kiu Liong. Hampir saja Wan Lui berteriak
memanggilnya, kalau ia tidak segera ingat
dirinya pun sedang dalam penyamaran sebagai
anggota Pek-lian-kau. Dilihatnya In Kiu Liong
Kemelut Tahta Naga II/15 58 menyusup ke sana kemari di antara orangorang di pasar, la lu menghilang tak kelihatan
lagi. Sementara itu Hoa Cek Gui tanpa ragu-ragu
terus melangkah ke sebuah gedung yang bagus
dan besar, tidak jauh dari pasar. Melihat betapa
pintu gerbang gedung itu dijaga empat
perajurit, bisa diduga kalau tempat itu adalah
kediaman pembesar Kerajaan. Namun Hoa Cek
Gui mendekatinya tanpa takut-takut. Kepada
penjaga-penjaga itu dia berbicara langsung dan
dingin. "Aku ingin bertemu Cong-peng dan
tamunya yang dari Pak-khia"
Para penjaga mengerutkan alis dan menatap
Hoa Cek Gui tajam-tajam. Kewaspadaan mereka
meningkat ketika melihat Hoa Cek Gui juga
diiringi empat orang pengiring bersenjata.
Sementara Wan Lui bertanya-tanya dalam
hati, kenapa seorang tokoh Pek-lian-kau yang
kabarnya membenci orang-orang Manchu, kini
datang ke rumah seorang pembesar negeri"
"Untung aku ikut terpilih mengawal orang
bertangan panjang ini," pikir Wan Lui. "Dengan
Kemelut Tahta Naga II/15 59 begini, akan banyak yang bisa ku ketahui
tentang sekte bawah tanah yang selama mi
misterius." Para penjaga itu sudah tentu takkan
membiarkan sembarangan orang tidak dikenal
menemui panglima mereka. Mereka segera
memberondongkan bermacam-macam pertanyaan, sambil menanti peluang untuk
memeras uang dari calon penghadap ini.
Hou Cek Gui tidak mau menerangkan
bertele-tele, la cuma mengeluarkan sekuntum
bunga teratai yang terbuat dari kertas, ukuran
kecil, agak lusuh, diberikan kepada penjagapenjaga itu sambil berkata, "Berikan saja ini.
Panglima-mu akan tahu artinya."
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah menerima kembang kertas itu, para
perajurit tidak segera melaporkannya ke dalam,
melainkan masih juga bicara bertele-tele.
Sambil cengar-cengir dan mengedip-ngedipkan
mata segala, minta uang pelicin tapi masih
malu-malu. Hoa Cek Gui meludah dan menjawab dengan
dingin, "Mau kalian laporkan kedatanganku
Kemelut Tahta Naga II/15 60 atau tidak, tereserah kalian. Kalau urusan gagal,
bukan pihak kami yang rugi, tapi panglima
kalian, dan kalian yang harus bertanggungjawab."
Habis berkata begitu, Hoa Cek Gui terus pergi
mengajak pengiring-pengiringnya, tanpa menggubris perajuril-perajurit mata duitan itu
lagi. Keempat penjaga itu terkesiap, mereka
terpengaruh oleh kata-kata Hoa Cek Gui itu, lalu
ketakutan sendiri. Kalau benar mereka
menggagalkan suatu urusan penting, bukankah
mereka akan dihukum oleh atasan mereka
sendiri" Setelah mereka saling pandang
sebentar, sebuah kesepakatan ditemukan
biarpun tidak keluar dari mulut. Cepat-cepat
mereka menyusul dan memanggil) "Eh, tunggu!
Tunggu!" Hoa Cek Gui berhenti dan kembali ke de pan
pintu. "Kalau mau melapor, cepatlah. Aku tidak
banyak waktu!" Tanpa berani macam-macam lagi, seorang
penjaga laporan ke dalam.
Kemelut Tahta Naga II/15 61 Tidak lama kemudian, perajurit yang
melapor itu keluar kembali. Sikapnya tidak lagi
cengar-cengir, melainkan sungguh-sungguh
berusaha nampak sebagai "perajurit teladan"
yang melangkah tegap, dan sopan sekali ketika
berkata kepada Hoa Cek Gui, "Tuan dipersilakan
ke ruang tengah. Cong-peng dan Toh Tai-jin
menunggu di sana." Hoa Cek Gui dan keempat pengawalnya pun
masuk, diiringi perajurit yang bertindak sebagai
penunjuk jalan. Sebelum masuk, Hoa Cek Gui
berdesis kepada pengiring-pengiringnya, "Ikut
masuk dan selalu bersiaga. Dalam perundingan
sepenting ini mudah terjadi pertengkaran."
Keempat pengawal itu, termasuk Wan Lui,
mengangguk. Ketika masuk ke ruang tengah yang
ditunjukkan si perajurit, Hoa Cek Gui langsung
mengambil tempat duduk yang berhadapan
dengan dua tempat duduk di pihak tuan rumah,
tanpa menunggu dipersilahkan. Sedangkan Wan
Lui berempat berpencaran dan berdiri dengan
Kemelut Tahta Naga II/15 62 punggung merapat dinding, dekat pintu, dalam
sikap bersiaga. Diam-diam Wan Lui merasa amat beruntung,
bahwa dia mendapat kesempatan yang begitu
kebetulan untuk ikut mendengarkan apa yang
oleh Hoa Cek Gui sendiri disebut "perundingan
sepenting ini." Tanpa harus merunduk-runduk
di luar jendela atau bertiarap di atas genteng,
yang mudah diketahui di siang hari bolong
seperti itu. Di pihak tuan rumah ada dua orang. Yang
satu berseragam perwira tinggi, mungkin dialah
penanggung-jawab keamanan di kota kecil itu.
Yang lainnya berpakaian jubah sutera yang
bagus, biarpun pakaiannya tidak menunjukkan
seperti pembesar militer atau sipil, tapi agaknya
cukup berpengaruh, sehingga si perwira
kelihatan bersikap hormat. Kedua orang itu
duduk diantara sebuah meja yang merapat
dinding, dan di atas meja itu tergeletak
kembang dari kertas yang merupakan "kartu
nama" Hoa Cek Gui tadi.
Kemelut Tahta Naga II/15 63 Ternyata yang membuka pembicaraan
bukanlah si perwira, melainakan si jubah su
tera itu. Tanyanya bimbang, "Benarkah kau
mewakili pihak Pek-lian-kau" Kenapa aku
belum pernah melihatmu?"
Acuh tak acuh Hoa Cek Gui melepaskan
pedangnya yang amat panjang itu, seperti juga
tangannya yang panjangnya abnormal, dilepas
dari gendongannya di punggung untuk
disandarkan di meja sebelahnya. Pertanyaan si
jubah sutera itu tidak bu ru-buru dijawabnya,
melainkan harus menunggu dia menepuknepuk jubahnya untuk membersihkan dari debu
yang menempel. Si jubah sutera itu keruan mendongkol.
Dialah Toh Hun, komandan dari pengawal
pribadinya Liong Ke Toh, Pamanda Kaisar, di
lingkungan istana cukup terpandang baik
kedudukannya maupun ilmu silatnya. Maka
sikap seenaknya yang ditunjukkan Hoa Cek Gui
itu membuatnya agak naik darah.
Ia menggebrak meja sambil bangkit.
"Bagaimana aku bisa percaya bahwa kau benarKemelut Tahta Naga II/15
64 benar suruhan Pek-lian-kau" Lebih baik kau
pergi, dan tidak usah menunggu."
Ucapan Toh Hun tiba-tiba macet dari
kelanjutannya, ketika melihat Hoa Cek Gui
mengeluarkan suatu benda dan diletakkan di
meja di sampingnya. Sebuah cincin batu giok
hijau putih berukiran naga. Toh Hun melotot
melihat cincin yang dikenalinya sebagai milik
Pangeran Hong Lik itu. "Percaya tidak?" tanya Hoa Cek Gui dingin,
sambil mengantongi kembali cincin itu.
"Jadi .... kalian benar-benar berhasil
menangkap Pangeran Hong Lik?" Wajah Toh
Hun menampakkan kegirangan luar biasa. "Jadi
kabar dari kota Kim-teng itu bukan sekedar
desas-desus kosong, tapi bisa dipercaya?"
"Benar," sahut Hoa Cek Gui. "Kami minta sisa
hadiahnya." Dengan wajah berseri-seri, Toh Hun
menjawab, "Asal kamu berhasil meyakinkan
kami, dengan menunjukkan batok kepala Hong
Lik, soal uang jangan kalian khawatirkan lagi.
Kemelut Tahta Naga II/15 65 Kami cuma butuh bukti bahwa Hong Lik benarbenar mampus, itu saja!"
Hoa Cek Gui tertawa dingin, "Soal Hong Lik
akan kami biarkan hidup atau kami bunuh,
tidak perlu kau coba-coba mendikte kami. Hong
Lik sepenuhnya kami yang menentukan, sebab
dia ada di tangan kami. Bahkan kami pikir, Hong
Lik bisa menjadi sumber dana perjuangan
kami." Wajah Toh Hun yang mulanya nampak
gembira, tiba-tiba berubah hebat mendengar
itu. "Sumber pembiayaan" Apa maksudmu?"
Hoa Cek Gui menjawab santai, "Hong Lik
akan jadi terlalu murah kalau cuma dihargai
seribu tahil emas, padahal dialah mustikanya
bangsa Manchu kalian."
"Tapi dulu dalam perjanjian dengan pihakmu
di kelenteng Tin-kang-bio di Hang-ciu, pihakmu
sudah menyetujui jumlah itu."
"Itu kan harga lama. Sekarang ini apa-apa
naik harganya." "Apa maksudmu" Bicara jelas!"
Kemelut Tahta Naga II/15 66 "Baik. Dengan Hong Lik di tangan kami, kami
akan memeras dua pihak. Pertama, Kaisar Yong
Ceng. Kedua, Liong Ke Toh junjunganmu. Nah,
paham?" Wajah Toh Hun kelihatan jadi tak keruan.
Tadinya dia menyangka, hari ini pihaknya
menyerahkan sisa upah, pihak Pek-lian-kau
menyerahkan batok kepala Hong Lik sebagai
bukti, lalu "transaksi" itupun beres, tidak ada
hubungan lagi. Tak terduga pihak Pek-lian-kau
berubah pikiran. Ia menoleh kepada si perwira
di sampingnya untuk minta pendapat, namun
dari wajah perwira itu bisa dilihat kalau
perwira itupun sama bingungnya dengan
dirinya. (Bersambung Jilid XVI) Kemelut Tahta Naga II/15 67 Kemelut Tahta Naga II/15 68 Kemelut Tahta Naga II/16 1 KEMELUT TAHTA NAGA Bagian : II Karya : STEFANUS S.P. Jilid XVI Dalam bingungnya, Toh Hun untunguntungan coba berkelit, "Kau salah alamat kalau
mau memeras kami dengan mengancam Hong
Lik. Bukankah kau tahu sendiri kalau kami tidak
menggubris keselamatan Hong Lik, malahan
mengingini kematian-nya" Kalau mau memeras,
yang harus kealamat Keluarga Kaisar Yong Ceng
yang berkepentingan dengan keselamatan Hong
Lik. Bukan kami." Hoa Cek Gui tertawa ringan sambil
mengangkat sebelah kakinya untuk ditumpangkan ke kaki lainnya, katanya
mengejut kan, "Memang untuk memeras Kaisar,
kami gunakan cara mengancam keselamatan
Hong Lik. Tapi untuk si tua Liong Ke Toh
junjunganmu itu, ada cara lainnya."
Kemelut Tahta Naga II/16 2 "Cara bagaimana?" tanya Toh Hun tegang
dan panik. "Kalau junjunganmu tidak menuruti tuntutan
kami, segera akan kami kirim orang untuk
membisiki Kaisar Yong Ceng, bahwa Liong Ke
Toh lah yang membantu kami dari dalam
sehingga berhasil menangkap Pangeran Honglik. He-he-he... saat itu masih bisakah Liong Ketoh dan semua kaki tangannya, termasuk kau,
menyelamatkan leher dari golok algoio ?"
"Bangsat, pemeras busuk ! Kubunuh kau !"
Toh Hun melompat dari kursinya bagaikan
singa menerkam. Tinjujya menderas ke muka
Hoa Cek Cui, dibarengi tendangan maut ke arah
selangkangan. Sengit sekali ia.
Cepat sekali Hoa Cek Gui menghindari
dengan meninggalkan tempat duduknya, maka
remuklah kursi itu kena pukulan dan tendangan
Toh Hun sekaligus. Dengan kegusaran meluap, Toh Hun telah
memutar tubuhnya untuk menerkam kembali.
Tapi si perwira buru-buru memegangi kedua
lengannya dari belakang. sambil membujuk
Kemelut Tahta Naga II/16 3 untuk menyabarkan. "Tahanlah emosi, Taijin.
Urusan tidak bisa diselesaikan dengan
mengumbar kemarahan saja, malah bisa
tambah ruwet nanti ..."
Susah-payah panglima Seng-tin itu meredakan teman sekomplotannya itu. singa
menerkam. Sampai akhirnya bisa juga
menuntun Toh Hun yang terengah-engah dan
bermuka merah padam itu kembali ke tempat
duduknya. "Benar-benar licik Pek-lian-kau ! Pemeraspemeras tak tahu malu !" kutuk Toh Hun.
Tapi sikap Hoa Cek-gui tetap dingin saja
menghadapi semua itu. Tenang saja ia duduk
kembali, ketika Wan Lui dengan gaya pengikut
setia mengambilkan sebuah kursi lain untuk
duduk. Sahutnya sambil tersenyum, "Habis,
memang beginilah mata pencaharian kami. Ya
harap dimaklumi saja."
Beberapa saat lamanya Toh Hun mengusapusap keringat, berusaha mengendalikan
kemarahannya kuat-kuat. Setelah merasa cukup
tenang, barulah ia berani mencoba mengajukan
Kemelut Tahta Naga II/16 4 Toh Hun Melompat dari kursinya bagaikan
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Singa menerkam. Tinjunya ke muka Hoa Cek Gui,
dibarengi tendangan maut kearah selangkangan.
Sengit sekali ia. Kemelut Tahta Naga II/16 5 usul baru, "Serahkan mayat Hong-lik kepada
kami. Dan kalian akan mendapat selaksa tahil
emas. Selaksa tahil emas, aku ulangi. Asal aku
diberi waktu untuk mengambilnya dulu di Pakkhia !"
"Selaksa tahil emas?" Hoa Cek-gui mengusapusap janggutnya dan bersikap tidak tertarik.
"Lumayan sebagai pembukaan. Siapkan dalam
waktu satu bulan dan pada batas waktunya
kami akan menghubungimu."
Selain nada suaranya yang tak bisa ditawar,
bahkan sedikitpun dalam kata-katanya tidak
menyebut apakah Pangeran Hong-Lik akan
diserahkan atau tidak. "Bagaimana dengan Pangeran Hong Lik?"
hampir saja Toh Hun berteriak.
Hoa Cek Gui tidak menggubris, dia bangkit
dan meninggalkan ruangan itu, diikuti keempat
orang yang mengiringinya.
"Keparat!" Toh Hun mengutuk, tapi tidak
berani berbuat apa-apa. Seandainya saat itu
juga dia berhasil membunuh Hoa Cek Gui dan
keempat pengiringnya, belum tentu rahasia
Kemelut Tahta Naga II/16 6 pihaknya dijamin tetap aman. Sebab Hoa Cek
Gui itu cuma utusan. Dan kalau pihak Pek-liankau gusar oleh kematian utusannya, urusan
malah bisa tambah kacau. Diam-diam ia
menyesal juga kenapa dulu memakai tenaga
Pek-lian-kau untuk penyingkiran Pangeran
Hong-Lik" Kenapa tidak memakai tenaga-tenaga
bayaran yang lain saja, yang tidak selicik Peklian-kau" Kini sudah terlambat menyesalinya,
pihaknya sudah terjerat oleh pemerasan.
Si perwira yang termasuk komplotannya
itupun tak bisa menghibur. Urusan macam itu
memang tak terselesaikan dengan mengandalkan kekuatan perajurit saja. Mereka
menghadapi suatu pihak yang seperti hantu,
sulit disentuh, suatu gerakan bawah tanah yang
lihai dalam muncul mendadak dan menghilang
mendadak pula, sulit dilacak jejaknya.
Tiba-tiba Toh Hun bangkit dan melangkah ke
pintu keluar, sehingga si perwira bertanya, "Taijin, mau kemana?"
Tanpa menghentikan langkahnya, Toh-Hun
menjawab, "Kita jangan mau dijadikan sasaran
Kemelut Tahta Naga II/16 7 pemerasan mentah-mentah. Setidak-tidaknya
harus kubuntuti kemana perginya bangsatbangsat itu, dan kalau bisa kita ketahui
persembunyian mereka, barangkali bisa kita
siapkan serbuan untuk menumpas mereka. Dan
merebut Pangeran Hong Lik."
Si perwira tak bisa mencegahnya.
Sementara itu, Hoa Cek-gui dan keempat
pengiringnya telah tiba di luar kota Seng-tin.
Mereka sudah berbelok meninggalkan jalan
besar, dan menempuh jalan setapak di antara
rumpun-rumpun ilalang yang tinggi berselangseling dengan semak-semak bunga liar. Sambil
berjalan, wajah Hoa Cek-Gui menampilkan rasa
puasnya. Puas karena dengan "memegang"
Hong Lik di tangan, pihaknya bisa memeras dua
pihak sekaligus. Memeras Kaisar Yong-Ceng
yang tentu kuatir akan keselamatan anaknya,
dan memeras Liong Ke-Toh yang takut
terbongkar rahasia pengkhianatannya terhadap
Pangeran Hong-Lik. Dua sumber uang sekaligus
Pihaknya bakal kebanjiran uang emas.
Kemelut Tahta Naga II/16 8 Sementara Wan Lui yang berjalan di
belakang Hoa Cek Gui itupun punya pikiran
sendiri. Hatinya masih goncang mengingat
betapa ia baru saja menyaksikan bagaimana
seorang Putera Mahkota "diperdagangkan".
Pangeran Hong Lik ternyata adalah korban dari
dua komplotan. Komplotan Pek-lian-kau yang
bercita-cita mendirikan kembali Kerajaan Beng,
dan komplotan dalam istana yang agaknya takut
kalau kelak Pangeran Hong-lik berkuasa.
Kelompok istana itu lalu "menyewa" Pek-liankau untuk membunuh Pangeran Hong-lik, tak
terduga malahan berbalik kena peras oleh Peklian-kau yang mau mengambil keuntungan dari
semua pihak. Belum lama Wan Lui mengenal Pangeran
Hong-lik alias Kui Thian C.u, namun sudah
tumbuh kesan baiknya. Pikirnya, "Memang tak
kusangka sebelumnya kalau dia itu ternyata
adalah Putera Mahkota. Pantas nasib dirinya
menjadi titik persilangan antara beberapa
kepentingan dari beberapa pihak, dalam istana
maupun diluar istana. Namun bagiku, dia cuma
Kemelut Tahta Naga II/16 9 seorang ternan yang baik, dan kelak kalu
menjadi penguasa tentunya juga penguasa yang
baik. Kalau tidak demikian, tidak-nanti dia jauhjauh meninggalkan ibukota hanya untuk
membuktikan keluhan rakyat kecil di sekitar
Kiu-liong-san. Menyelamatkan Pangeran Honglik sama saja dengan menyelamatkan masa
depan jutaan rakyat kekaisaran. Menumpas
Pek-lian-kau juga bermakna sama.,."
Tak terasa kesan baik dalam diri Wan Lui itu
mengembang. Ingat salah satu ajaran gurunya,
Pak kiong Liong, yang mengatakan bahwa
seorang lelaki harus berbuat sesuatu yang baik
buat negerinya. Kini kesempatan itu seperti
ditawarkan kepadanya. Tapi semangat menggelora itu juga tidak
menggusur akal sehat serta perhitungan cermat
begitu saja. Wan Lui sadar, untuk itu diperlukan
kesabaran dan rencana yang rapi, la
memutuskan, Pek-lian-kau lah yang harus
dimusnahkan dulu, karena kelompok berkedok
kebatinan itulah yang secara langsung lebih
membahayakan kehidupan orang banyak.
Kemelut Tahta Naga II/16 10 Kelompok yang siap melakukan apa saja,
menghalalkan segala cara, asal tujuan mereka
tercapai. Kelompok dalam istana itu juga jahat,
tapi tidak secara langsung membahayakan
orang banyak, sebab mereka bergerak di
"lapisan atas"..
Tengah Wan Lui berjalan, tiba-tiba
kupingnya yang tajam mendengar suara
langkah lembut di belakangnya, dalam jarak
belasan langkah. Hoa Cek Gui sendiripun tidak
mendengarnya, karena ia berjalan terus ke
depan tanpa menoleh-noleh.
Wan Lui agak melambatkan langkah
sehingga berjalan paling belakang, lalu menoleh
secepat kilat. Masih sempat dilihatnya sesosok
tubuh berkelebat cepat untuk bersembunyi.
Namun Wan Lui mengenali bahwa si penguntit
itu adalah si Taijin di kota Seng-tin tadi. Toh
Hun. Sesaat Wan Lui berpikir, lalu ia menemukan
suatu akal yang bisa dicoba untung-untungan, la
telah berhasil menyusup ke dalam Pek-lian-kau,
namun ingin juga dia menyusup ke dalam
Kemelut Tahta Naga II/16 11 komplotan rahasia di istana yang mendalangi
penculikan Pangeran Hong-Lik itu, agar kelak
tidak sulit untuk menghacurkan komplotan itu.
Maka diapun tiba-tiba berkata kepada Hoa
Cek-Gui dengan lagak seorang anggot Pek-liankau tulen, "Hiangcu, aku lihat ada seekor anjing
Mancu membuntuti kita. Ijinkan aku menghajarnya, biar anjing anjing Mancu itu
tahu, kita sebagai prajurit prajurit Kerajaan
Beng tidak bisa dibuat main-main..."
Hoa Cek-Gui sedikit melambatkui langkahnya dan menoleh ke arah "anak
buahnya" yang nampaknya begitu bersemangat
ingin mendapat jasa "demi kerajaan Beng" ini...
"Kau sanggup?"tanyanya.
"Dengan bantuan para Thian-peng (prajurit
langit) gaib, pasti akan berhasil kubikin dia lari
terbirit-birit..." bual Wan Lui persis orang Peklian-kau. Belajar membual memang tidak sulit.
"Baik, bawa seorang temanmu..." sahut Hoa
Cek-Gui, lalu ditunjuknya seorang anak buahnya
yang lain. "Kau. Bantu dia menggebah anjing
Manchu yang membuntuti kita itu."
Kemelut Tahta Naga II/16 12 Beberapa saat lamanya mereka berlima
masih berjalan bersama tanpa menoleh-noleh
ke belakang. Tapi ketika melewati sebuah
lorong pepohonan besar, Wan Lui dan anggota
Pek-lian-kau yang ditunjuk itu cepat memisahkan diri dan bersembunyi. Sedangkan
Hoa Cek-Gui dan dua orang lainnya berjalan
terus. Wan Lui dan "teman"nya itu bersembunyi
dengan sabar, sampai mereka melihat "si anjing
Manchu" Toh Hun itu berjalan mengendapendap di kejahuan. Celingukan sambil menjulurjulurkan lehernya, agaknya agak kebingungan
mencari kernana arah orang-orang yang
dibuntutinya. Orang Pek-lian-kau itu membisiki Wan Lui,
"Kita harus hati-hati. Anjing Manchu itu cukup
hebat, bukankah tadi kita lihat bagaimana ia
sanggup menghancurkan sebuah kursi dengan
pukulannya ?" Wan Lui diam tak menjawab, ia sedang
berjuang mengatasi kebimbangannya. Orang
lain ada yang membunuh banyak orang tanpa
Kemelut Tahta Naga II/16 13 ragu-ragu, namun Wan Lui ini mau membunuh
satu orangpun harus melewati keragu-raguan
sekian lama. Tak lama kemudian, tengah Toh Hun maju
dengan hati-hati, tiba-tiba ia dikejutkan oleh
dua orang anggota Pek-lian-kau yang
menghadangnya dengan senjata terhunus. Toh
Hun pun bersiaga mengha dapinya.
"Anjing Manchu, mau mencoba membuntuti
kami, untuk mengetahui tempat kami ?" gertak
si anggota Pek-lian-kau. Sebagai pesilat tangguh, Toh Hun tidak
gentar dan menganggap kedua anggota Peklian-kau itu tidak berarti. Namun ia merasa risih
juga bahwa tindakannya membuntuti dari
kejauhan itu diketahui pihak sana. Selagi ia
memutar otak untuk mencari jawaban yang
tepat, tiba-tiba dihadapannya terjadilah sesuatu
yang sama sekali diluar dugaan.
Sebab dilihatnya salah satu penghadangnya,
yang bersenjata pedang, tiba-tiba mengayunkan
senjata secepat kilat. Menyerang sesama
Kemelut Tahta Naga II/16 14 anggota Pek-lian-kau yang baru saja membentak Toh Hun. Si anggota tulen Pek-lian-kau itu tak
menyangka akan tindakan Wan Lui itu. la roboh
menemui ajalnya, bahkan tanpa suara
sedikitpun juga. Wan Liu membersihkan pedang dengan
rumput, lalu menyarungkannya. Kepada Toh
Hun yang memandangnya dengan keheranan
Wan Lui bertanya,"tidak mnduga tindakanku ?"
"Ya, memang. Kenapa kau bunuh temanmu
sendiri ?" Wan Lui kini berusaha berperan sebagai
seorang pengkhianat yang rakus uang.
Jawabnya, "Karena aku sudah bosan menjadi
orang melarat terus setelah bertahun-tahun
mengikuti Pek-lian-kau. Yang mereka omongkan cuma perjuangan, perjuangan dan
pecjuangaaaaaan terus, sampai tebal kupingku
mendengarnya. Padahal aku ingin segera
menikmati hasil perjuangan itu, menjadi orang
kaya dan hidup nyaman..."
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemelut Tahta Naga II/16 15 Toh Kun menyeringai paham, katanya dalam
hati, "Wah, asalkan kuberi uang. ketidakpuasan
orang ini bisa kumanfaatkan..."
Sementara malutnya mengatakan lain "Oh,
begitu " tetapi bukankah tidak lama lagi
pihakmu akan mendapat uang banyak dengan
memeras pihak kami " Bukankah kau sebagai
anak buahnya akan kebagia rejeki juga ?"
Sambil membanting kaki dan menunjukkan
sikap jemu, Wan Lui berkata, "Kebagian angin.
Kebagian pidato kosong tentang perjuangan
menegakkan kembali Kerajaan Beng, sedang
rejekinya disimpan sendiri untuk para
pemimpin. Aku sudah jemu. Aku mau uang,
untuk beli rumah, kawin, berdagang, hidup
makmur. Aku mau belajar cari uang sendiri!"
Toh Kun mengangguk-angguk dan senyumannya tambah lebar, "Jadi apa sekarang
maksudmu, dengan membunuh temanmu
sendiri ?" "Supaya bisa bicara empat mata denganmu!"
Karena sudah menduga hal itu, Toh Kun
tidak kaget, bahkan sudah siap menyambutnya,
Kemelut Tahta Naga II/16 16 "Apa yang mau kau bicarakan denganku?"
"Aku tawarkan harga bersaing. Pemimpinku
tidak mau membunuh Pangeran Hong Lik,
tetapi aku mau dari pihakmu sediakan duaribu
tahil saja. Harga semurah ini menandakan
bahwa aku bukan tukang gorok yang serakah,
bagaimana ?" Toh Hun menjawab, "Sejam yang lalu,
urusannya masih sederhana. Asal kalian
serahkan batok kepala Pangeran Hong-Lik lalu
terimu uag sesuai perjanjian, nah, beres sudah.
Tapi itu sejam yang lalu. Sekarang lain,
keserakahan pemimpinmu membuat urusan
jadi tidak ssederhana perkiraanmu. Pemimpinpemimpinmu
sudah mengancam untuk memeras kami, tadi sudah kau dengar sendiri,
dan pihak kami jadi sulit. Jadi, batok kepala
Pangeran Hong Lik saja sekarang tak cukup
members kan urusan ini..."
"Hitung-hitung belajar dagang..." pikir Wan
Lui. "Dagang nyawa di arena politik..."
Dalam hati berkata demikian, namun
mulutnya berkata lain. "Apa maksudmu?"
Kemelut Tahta Naga II/16 17 Kata Toh Hun, "Pihakku tidak sudi diperas.
Karena itu, uang untukmu kunaikkan jadi lima
ribu tahil emas, tapi jangn hanya bunuh
Pangeran Hong Lik. Tapi bunuh semua
pemimpinmu." "Wah, sulit...sulit..." Wan Lui geleng-geleng
kepala dengan gaya seorang penjual yang
barangnya ditawar kelewat rendah.
"Kalau sulit, aku punya beberapa orang
terpercaya, beberapa pembunuh mahir.
Bantulah mereka menyusup ke dalam tubuh
Pek-lian-kau, biar mereka yang mengerjakan,
sedang hadiahnya tetap untukmu tanpa kurang
sepeserpun. Bagaimana?"
Ucapan Wan Lui untuk membunuh Pangeran
Hong Lik itu hanya pura-pura, sekedar menarik
minat Toh Hun agar bisa diajak bicara. Sudah
tentu ia tak sudi menyelundup kan pembunuhpembunuh seperti usul Toh Hun itu, apalagi di
antara sasaran itu termasuk Pangeran Hong Lik
pula. Di samping itu dia geli juga dalam hati.
Dirinya sendiri juga seorang penyelundup
dalam Pek-lian-kau, sekarang malah diminta
Kemelut Tahta Naga II/16 18 tolong untuk menyelundupkan lagi orang-orang
lain. Karena itu tawaran Toh Hun ditolaknya,
"Aku bilang sulit, tapi kan tidak berarti tidak
bisa" .langan khawatir, kalau tidak bisa dengan,
kekerasan, ya dengan racun, Beres kan?"
"Benar-benar sanggup" Ingat, sasaran-mu
bukan cuma Hong Lik, tapi juga pimpinanpimpinan Pek-lian-kau. Ini betul-betul berat,
benarkah kau sanggup?"
"Demi masa depanku yang makmur, aku
harus berjuang dengan segenap tenaga dan
akalku!" "Kau tahu, siapa saja pimpinan-pimpinan
Pek-lian-kau yang cukup penting" Artinya, yang
terlibat dalam pengambilan keputusankeputusan yang penting" Agar kau dapat
membunuh orang yang tepat, bukan keliru
membunuh orang-orang yang tak berarti."
Sejenak Wan Lui berlagak menghitunghitung, lalu menjawab, "Dari golongan Lam cong
mungkin ada dua orang, dari golongan Pak-cong
Kemelut Tahta Naga II/16 19 juga dua orang. Ya cuma empat itulah. Ya,
empat. Cuma empat. Bisa, bisa."
"Tidak ada lainnya?"
"Dalam urusan penculikan Pangeran Hong
Lik, memang hanya empat orang itulah yang
selalu berunding, kadang-kadang lama sekali
dan dibumbui pertengkaran segala.
Meskipun Wan Lui bicara dengan gaya wajar,
tapi Toh Hun masih bimbang. Dulu waktu
pihaknya "menyewa" tenaga Pek-lian-kau untuk
menyingkirkan Pangeran Hong Lik, sudah
dirasakan bahwa tindakan itu sebetulnya
mengandung resiko, tapi dilaksanakan juga.
Liong Ke Toh benar-benar nekad menempuh
resiko itu demi tersingkirnya Pangeran Hong
Lik yang diben cinya. Kini resiko yang
dibayangkan itu men jadi kenyataan, pihak Peklian-kau malah berusaha untuk memeras. Kalau
urusan sudah jadi begitu, ya terpaksa harus
berusaha menyelesaikan urusan itu dengan
mengambil tindakan lain yang tidak kalah
resikonya, Memanfaatkan seorang "pengkhianat
Pek-lian-kau" untuk melenyapkan Pangeran
Kemelut Tahta Naga II/16 20 Hong Lik, sekaligus pimpinan-pimpinan Peklian-kau
yang menjadi saksi-saksi pengkhianatan komplotan Liong Ke Toh. Apa
boleh buat. Lagipula "harga bersaing" yang
ditawarkan "pengkhianat Pek-lian-kau" ini
cukup menarik. "Baiklah," akhirnya Toh Hun nekad
melangkah. "Lima ribu tahil emas untuk lima
butir kepala, kepala Hong Lik dan empat pe
mimpinmu." "Ah, aku hampir jadi orang kaya nih," lagak
Wan Lui pura-pura amat bersemangat "Kalau
aku sudah berhasil membunuh mereka, dimana
aku harus memberikan barang bukti kernatian
mereka, sambil sekaligus mengambil hadiahnya?" "Berapa lama bisa kau rampungkan
tugasmu?" "Bisa gampang bisa sulit, karena itu juga bisa
sebentar bisa lama."
"Baik, dengarkan. Kalau bisa kau selesaikan
dalam waktu empat hari, kau masih bisa
menghubungi aku di Seng-tin, di tempat yang
Kemelut Tahta Naga II/16 21 tadi. Kalau lebih dari empat hari, hubungi kami
di Pak-khia. Datanglah di sebuah warung teh
yang pintunya bercat hijau, di jalan kecil Pektoh-kang sebelah utara Istana. Duduk di tempat
yang gampang dilihat dan susunlah dua
mangkuk di meja mu, mangkuk bawah
telungkup dan mangkul atas telentang, maka
kau akan mendapat hubungan dari kami.
Paham?" "Paham, paham," sahut Wan Lui kegirangan.
la telah berhasil mencapai apa tujuannya, yaitu
mencari hubungan dengan kelompok dalam
istana yang merencanakan kejahatan terhadap
Pangeran Hong Lik. Diam-diam ia mengingat
baik-baik petunjuk Tol Hun itu.
Kemudian, untuk memperkuat kesan bahwa
dirinya benar-benar seorang pengkhianat mata
duitan, Wan Lui lalu nyengir-nyengir sambil
menggosok-gosokkan sepasang telapak tangannya. Katanya, "Yah, tapi.... tapi.... apakah
tidak ada semacam. yah .... uang muka, begitu"
Biar aku kerja lebih bersemangat?"
Kemelut Tahta Naga II/16 22 Toh Hun merogoh sepuluh tahil dari
kantongnya, diletakkan di telapak tangan Wan
Lui yang sudah "menodong", sambil berkata,
"Aku belum bisa memberimu banyak karena
belum melihat hasil kerjamu, baru sekedar
percaya saja. Oh ya, namamu siapa?"
"Gan Hong Lui. Jadi besok aku tinggal terima
empatribu sembilanratus sembilan puluh tahil,
ya" Catat." "Kalau berhasil." Toh Hun menambah kan
dengan dingin. "Nah, Gan Hong Lui, bekerjalah
dengan cermat. Kalau berhasil, pihak kami
benar-benar akan menjadikanmu sebagai
jutawan." Habis berkata demikian, Toh Hun membalik
tubuh dari berjalan kembali ke Seng-tin.
Wan Lui berjalan ke arah yang berlawanan,
untuk memberi kesan bahwa dirinya benarbenar akan pulang ke sarang Pek-lian-kau.
Namun ketika ia yakin bahwa Toh Hun tidak
memperhatikannya lagi, ia memutar langkah
untuk balik ke Seng-tin. Masuk dari suatu arah
Kemelut Tahta Naga II/16 23 yang dperhitungkannya tidak bakal berpapasan
dengan Toh Hun. Sambil berjalan, dalam hati Wan Lui
mengomentari tindakannya sendiri saat itu,
"Tipu harus dihadapi dengan tipu. Tidak
mungkin dihadapi dengan permainan terbuka
yang serba terang-terangan."
Dan mengingat sepuluh tahil emas
pemberian Toh Hun yang sudah ada dalam
kantungnya, dia tersenyum sendiri. "Inilah
biaya untuk menghancurkan Pek-lian-kau, tapi
untuk menyelamatkan Pangeran Hong Lik. Haha, Toh Hun bisa gila kalau tahu sebenarnya
hendak kugunakan untuk apa uang ini."
Karena kota Seng-tin tidak bertembok, maka
orang bisa masuk kota dari arah mana saja,
tidak usah melewati jalan besar, itulah yang
dilakukan Wan Lui. Ia melompati sebuah parit
berair busuk di pinggiran kota, dan sambil
menutup hidung melewati tempat rerumputan
di mana biasanya para gelandangan buang
hajat. Kemelut Tahta Naga II/16 24 Di dalam kota Seng-tin, ia langsung menuju
ke pasar. Tadi dilihatnya ada panggung
rombongan wayang keliling main di sudut
pasar, dan itu menimbulkan suatu gagasan
dalam benak Wan Lui. la melangkah dengai
hati-hati agar tidak berpapasan dengan Toh
Hun.. Tapi kalau bertemu juga, Wan Lui sudah
siap berperanan sebagai pengkhianat rakus
yang pemboros. Yang begitu mengantongi uang
lalu siap menghabiskannya di pasar.
Rombongan wayang kelilingan itu baru saja
selesai melakonkan "Pangeran Yan Hong
merebut Lam-khia." Diiringi tepuk-tangan
penonton, kain layar kusam yang dicantelkan di
atas tiang-tiang barnbu itupun ditutup, dengan
bantuan seutas tali. Lalu seorang lelaki bertopeng badut muncul
dari kolong panggung, membawa sebuah
nampan. Dengan pakaian warna-warni yang
juga agak kumal, dan gerak-gerik yang dibuat
jenaka, ia berkeliling di antara penonton sambil
menyodorkan nampan.
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Uang recehan berhamburan dan berjatuhan di nampan itu,
Kemelut Tahta Naga II/16 25 ada juga orang jahil di deretan belakang yang
tidak melemparkan uang melainkan sebuah
batu. Si topeng badut berkeliling sampai hujan
uang campur batu itu berhenti dan
penontonnya bubar semua, lalu membawa
nampan itu ke kolong panggung.
Kolong panggung itu rupanya berfungsi
sebagai tempat persiapan para anak wayang
sebelum naik panggung, untuk merias diri dan
sebagainya. Ketika si topeng badut masuk, sebagian anak
wayang sedang menghapus rias wajahnya, atau
dengan hati-hati melipat kostum-kostum
wayang sebelum disimpan kembali.
Si topeng badut melepaskan topeng nya, dan
nampaklah wajahnya yang kurus karena hidup
susah bertahun-tahun. Itulah sebabnya ketika
minta uang dari penonton, ia harus memakai
topeng, agar para penonton tidak sebal melihat
wajah melaratnya. "Dapat banyak?" sambut si pemimpin
rombongan, seorang tua kurus yang tak hentihentinya menyedot pipa tembakau.
Kemelut Tahta Naga II/16 26 Si topeng badut yang tak bertopeng lagi
itupun menjawab lemas, "Seperti biasa. Malah
tambah banyak yang melempar batu ke
nampan. Tega juga meledek orang orang susah
seperti kita ini." Helaan napas berat terdengar hampii
berbareng dari semua anggota rombongan yang
berada di kolong panggung itu. Dan suara si
pimpinan rombongan seolah mewakili keluhan
anak-buahnya, "Yah, seperti biasa. Itu berarti
hari-hari berat kita belum lewat. ikat pinggang
masih dibutuhkan mengikat erat perut kita,
sebelum tiba saatnya mengikat leher kita."
"Mangan putus asa, paman Phoa. begini saja
terus kau mau gantung diri?"
"Orang sekarang kurang sekali penghargaannya terhadap kesenian, terlalu
sibuk mengejar duit semua."
"Sudah.... sudah.... hitung uangnya!" perintah
si pemimpin rombongan. Si topeng badut menuangkan uang campur
batu itu ke meja. Lalu dengan dibantu oleh
"Pangeran Yan Ong" serta "Gui-kok-kong Ji Tat"
Kemelut Tahta Naga II/16 27 yang belum melepaskan kostum wayang
mereka, bertiga mereka menghitung recehan
uang perolehan hari itu. Sambil menghitung, tak
henti-hentinya diselingi keluhan beratnya hidup
sehari-hari. "Salahmu sendiri," si topeng badut berkata
kepada "Pangeran Yan Ong" yang terus-terusan
menggerutu. "Bukankah ayahmu adalah
pedagang hasil bumi yang berhasil" Mestinya
kau belajar dagang seperti dia, kenapa malah
minggat dari rumah untuk jadi anak wayang?"
"Pernah belajar dagang aku. Kena sikut dari
kiri kanan, mau balas menyikut tidak tega, ya
rugi," kata si "pangeran Yan Ong." "Ah,
sudahlah."Enambelas.....tujuhbelas...delapanbela
s...." Tiba-tiba tirai kusam yang membatasi kolong
panggung itu dengan dunia luar itu pun
tersibak, dan seseorang pemuda berdiri di
ambang "pintu" sambil tersenyum ramah.
"Selamat siang. Maaf mengganggu kesibukan
saudara-saudara." Kemelut Tahta Naga II/16 28 Si pemimpin rombongan mendekati dan
bertanya dengan hormat, kalau ada orang yang
menghubungi rombongan wayangnya, biasanya
akan ditanggap dengan bayaran yang lumayan
untuk menyambung hidup. Entah ada orang
kaya darimana yang akan mengadakan pesta.
"Silahkan duduk, tuan. Silahkan. Maaf,
tempat kami yang berantakan."
Wan Lui melangkah masuk dan menduduki
sebuah kursi reyot. Katanya, "Permainan
saudara-saudara di atas panggung tadi benarbenar hebat, inilah baru kesenian tingkat tinggi.
Aku datang untuk menyampaikan pujian."
Begitulah, selagi para anggota rombongan
wayang hampir putus-asa soal penghargaan
masyarakat, tiba-tiba datang muncul ucapan
Wan Lui yang ibarat tetesan embun di gurun
pasir. Wajah-wajah yang cemberut kini jadi
agak cerah. Lebih cerah lagi ketika melihat Wan Lui
meletakkan setahil emas di atas meja. Para anak
wayang melotot tak percaya. Satu tahil emas.
Setelah dipelototi agak lama, ternyata juga tetap
Kemelut Tahta Naga II/16 29 sekian, itu artinya mereka tidak sedang mimpi.
Si pemimpin rombongan dengan takut-takut
menjulurkan ujung jarinya untuk menyentuh,
lalu mundur kembali, dengan ragu-ragu
menatap Wan Lui. "Maksud tuan ... bagaimana ini?"
Wan Lui tersenyum sambil berlagak sebagai
jutawan besar, didorongnya potongan emas itu
perlahan ke depan. "Ambillah, Pak. Ambil saja.
Aku amat menghargai kesenian."
Si pemimpin rombongan wayang yang
biasanya bergerak lamban digerogoti usia serta
nasib buruknya yang tak kunjung selesai, kini
mendadak bisa bergerak begitu keras dan
tangkas ketika menyambar uang itu untuk
dimasukkan ke kantongnya.
"Tuan seorang dermawan yang berjiwa
luhur," pujinya. "Seorang manusia yang berwatak halus dan
tahu apa artinya seni," sambung "Pangeran Yan
Ong" yang untuk sementara berhenti
menghitung, uang recehan.
Kemelut Tahta Naga II/16 30 "Tuan patut menjadi pelindung kehormatan
kami!" tak ketinggalan "Gui-kok-kong Ji Tat"
memuji pula. Wan Lui merasa boleh juga sekali-sekali
disanjung orang. Setelah sanjung puji mereda,
diapun berkata, "Selain terdorong kekagumanku, aku datang juga karena adanya
keperluan." "Akan menanggap kami?" si pemimpin
rombongan melonjak kegirangan.
Wan Lui menggeleng dan agak mengecewakan si pemimpin rombongan,
namun kata-katanya kemudian kembali
menimbulkan harapan, "Biarpun tidak mau
menanggap, tapi aku sungguh terpesona oleh
permainan kalian, terutama peranan Kaisar
Kian Bun yang dibawakan dengan baik sekali.
Karena itu, jika kalian perbolehkan, aku ingin
membeli pakaian wayang Kian-bun tadi,
selengkapnya. Aku sanggup membeli dengan
harga yang pantas. Bagaimana ?"
Pimpinan rombongan dan para anak wayang
saling berpandangan dengan heran. Dan saling
Kemelut Tahta Naga II/16 31 pandang itu segera menemukan semacam
kesepakatan tak terucapkan. Rombongan
wayang sedang sekarat dalam hal keuangan,
dan mereka semua tadi sudah melihat betapa
royal Wan Lui mengeluarkan uang. Karena itu,
apa salahnya menjual satu set kostum "Kaisar
Kian-bun" asal harganya cocok " Toh pakaian
itu sudah cukup tua, dan untuk membuatnya
lagi juga tidak sukar asal ada uangnya.
Dan untuk sementara, pilih saja lakon-lakon yang
tidak ada kaisarnya. Ketika semakin banyak anggota rombongannya memberi isyarat anggukan
setuju kepadanya, si pemimpin rombongan
semakin mantap. Bahkan dari sebuah sudut di
belakang Wan Lui, ada yang memberi isyarat
dengan menggoreskan telunjuk melintang leher,
artinya : gorok. Pemimpin rombongan lalu menyuruh
seorang anak buahnya mengambil satu setel
pakaian wayang yang sudah dilipat dalam
kotak, untuk diletakkan di meja di depan Wan
Lui. Selain itu ada pelengkap b.erupa "mahkota"
Kemelut Tahta Naga II/16 32 Kaisar Kian-bun yang dipegang dengan hatihati, sebab dibuat dari kertas disumpal kapas.
Dipegang keras sedikit saja bias penyok.
"Berapa" Tanya Wan Lui agak berdebar juga.
Jangan-jangan para anak wayang ini akan
memasang harga tinggi " Padahal ia sudah
terlanjur berlagak jadi orang kaya, sedang
pemberian Toh Hun yang sepuluh tahil itusudah
berkurang satu tahil. Si pemimpin wayang mengelus-ngelus
pakaian berlipat itu dengan rasa saying, lalu
menyebutkan harganya, "Dua tahil"
Wan Lui lega dan kontan membayarnya.
"Terimakasih. Pakaian ini akan menjadi
koleksiku, maklum akau kebetulan banyak uang
dan senang mengoleksi benda-benda seni. Tapi
masi kucari beberapa barang yang kuinginkan
juga?" "Apalagi, tuan"
"Kakalu kalian sedang pentas, sering pakai
asap buatan tidak." Misalnya dalam adegan
dewa turun dari langit, atau munculnya
siluman?" Kemelut Tahta Naga II/16 33 "Tuan butuh itu. ?"
"Kalau ada". Para anggota rombonga wayang itu heran,
mana asap tiruan itu juga termasuk benda seni
yang mau dikoleksi " Tapi si pimpinan
rombongan telah menyahut juga, Tentu saja
ada, karena membuatnya agak sulit, kami beri
saja harga untuk sepuluh biji, satu tahil."
Keserakahan yang bisa "dimaklumi" setelah
bertahun-tahun hidup melaran, Untung ketemu
Wan Lui yang juga sedang berlagak jadi
dermawan besar, yang tanpa pikir panjang lagi
berkata, "Beri aku sepulu"
"Akan tuan koleksi juga.?"
Ah, tidak. Buat mainan keponakankeponakanku."
"Bungkuskan sepuluh !" si pemimpin
rombongan memerintah anakbuahnya. Sambil
meraup tiga tahil emas yang baru saja
diletakkan Wan Lui di meja.
Setelah Wan Lui pergi membawa barangbarang yang dibelinya sipemimpin rombongan
dengan gagah langsung sesumbar, "layar
Kemelut Tahta Naga II/16 34 panggung akan segera kita ganti dengan yang
baru, begitu pula beberapa pakaian panggung
yang sudah tidak pantas."
Sementara Wan Lui melangkah pergi sambil
membawa bungkusan itu. Namun belum sampai
keluar pasar, ia teringat akan sesuatu yang
belum dibeli. Lalu baliklah ia ke dalam pasar
untuk membeli segulung tali ijuk berwarna
hitam. Setelah benda ini disatukan dalam
bungkusannya, pulanglah ia ke perkemahan
Pek-lian-kau di lembah di tepi danau kecil itu.
Begitu gembiranya dia, sampai tidak merasa
kalau ada seseorang yang membuntutinya.
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seorang yang berilmu jauh lebih tinggi dari Toh
Hun, sehingga geraknya ringan bagaikan hantu,
kendati di siang hari bolong.
In Kiu Liong. * * * Wan Lui tidak langsung keperkemahan
dengan membawa bungkusan-bungkusannya
Kemelut Tahta Naga II/16 35 melainkan lebih dulu menyembunyikan
bungkusan itu tidak jauh dari perkemahan
Setelah itu, sejenak ia termangu-mangu
memikirkan sesuatu. Tiba-tiba ia menghunus
pedangnya, membalik pegangannya atas gagang
pedang, lalu sambil mengertak gigi dia tikamkan
pedang ke pundaknya sendiri sehingga tubuh
dan bajunya berlumuran darah, biarpun luka itu
tidak berbahaya. Setelah itu, ia berjalan ke perkemahan
dengan berlagak sempoyongan sambil mengaduh-aduh kesakitan. Beberapa orang Pek-lian-kau melihatnya,
beberapa orang bahkan mengenalinya sebagai
"sesama anggota", lalu mereka merubung
menyongsong Wan Lui. "He, bukankah kau salah satu dari yang tadi
pagi ditunjuk untuk mengawal Hoa Hiangcu
pergi ke Seng-tin ?"
"Kenapa kau terluka"Siapa yang melukaimu?" Wan Lui memperdengarkan keluhan keras,
dan tubuhnya miring hendak roboh.
Kemelut Tahta Naga II/16 36 Dua orang anggota Pek-Tian-kau cepat cepat
melompat maju dan memapah tubuh Wan Lui
dari kiri kanan. "Parah lukamu ?"
"Siapa melukaimu ?"
"Anjing Manchu..." desis Wan Lui sambil
berlagak benar-benar kesakitan, tapi agak
menyesal juga dalam hati, bahwa jawaban itu
berarti ia memaki dirinya sendiri. "Cepat, antar
aku meng..hadap Hoa Hiang-cu..."
"Tapi lukamu..."
"Jangan pedulikan lukaku. Ini urusan penting
yang menyangkut perjuangan luhur kita dalam
menegakkan Kerajaan Beng kembali. Aduh...
aduh " Terpengaruh oleh "semangat perjuangan"
Wan Lui, orang-orang Pek-lian-kau itu lalu
membawa Wan Lui ke kemah Hoa Cek-Gui.
Ketika dekat dengan kemah itu, dan dalam
kemah terdengar suara pertengkaran sengit.
Suara Hoa Cek Gui sendiri malah tidak
terdengar, sebab tokoh itu memang, dikenal
pendiam. Yang terdengar keras ialah suara Thio
Kemelut Tahta Naga II/16 37 Yap dan Cu-sian Cin-jin, seperti biasanya,
melambangkan selisih pendapat antara cabang
utara dan cabang selatan Pek-lian-kau yang
semakin sulit didamaikan.
"Kebetulan..." pikir Wan Lui. "Mudah
mudahan laporanku akan semakin menipu
hebat perpecahan mereka."
Salah seorang anggota Pek-lian-kau kemudian mendahului berlari masuk kemah itu,
untuk melaporkan kedatangan Wan Lui.
Hoa Cek-Gui cepat keluar dari kemah, dan ia
kenali Wan Lui sebagai salah satu dari dua
orang yang dia suruh menghadang Toh Hun
yang membuntuti mereka. Sekarang ia lihat
Wan Lui pulang sendirian dengan berlumuran
darah. "Kenapa " Mana kawanmu ?"
Wan Lui kembali menyeringai seolah amat
kesakitan, tapi memaksa diri untuk bersikap
hormat, tapi "tidak kuat" dan terhuyung hampir
jatuh, sehingga dua orang anggota Pek-lian-kau
dikiri-kanannya buru-buru menyangga tubuhnya. Kemelut Tahta Naga II/16 38 "Sudahlah, yang perlu ada laporanmu," kata
Hoa Cek-Gui yang diam-diam terkesan juga oleh
lagak-lagu Wan Lui itu. "Mana kawanmu ?"
"Anjing Manchu keparat," sahut Wan Lui
terengah-engah. "Dia memang membuntuti kita,
dan ketika kami hadang, dia melawan. Temanku
terbunuh dan aku terluka, tetapi diapun tak
berhasil mengejarku."
"Hem, rupanya dia mau mencari tahu, tempat
kita, mau berbuat curang dan berusaha
mengelakkan tekanan kita," gerau Hoa Cek Gui.
Ketika itulah Thio Yap dan Cu-sian Cin-jin
keluar pula dari dalam kemah, begitu diluar, Cusian Cin-jin langsung membentuk Wan Lui
keras-keras, "He, bilang terus terang, apakah
kau tadi mengawal Hoa Hiang cu ke kota Sengtin menjumpai penghubung dari Pak-khia itu"!"
Menghadapi Cu-sian Cin-jin, Wan Lu
menunduk dalam-dalam karena khawatir d
rinya dikenali oleh si imam yang pernah
bertempur dengannya di kota Kim-teng.
Untung, saat bertempur di Kim-teng itu
cuacanya gelap, sehingga Cu-sian Cin-jin
Kemelut Tahta Naga II/16 39 agaknya tak bisa mengenali wajah lawannya
waktu itu. Dalam anggapan Cu-sian Cin-jin, tunduknya
Wan Lui itu dianggap karena ketakutan sebab
bersalah, dan seolah-olah menbenarkan
tuduhannya. Keruan imam itu makin gusar.
Sementara itu Hoa Cek Gui dan Thio Yap
yang berdiri agak di belakang Cu-sian Cin-jin itu
nampaknya berusaha memberi isyarat kepada
Wan Lui dengan mengedip-ngedipkan mata.
Agaknya mereka ingin supaya Wan Lui
menyangkal pertanyaan Cu-sian Cin-jin itu. Wan
Lui paham, tapi pura-pura berlagak ketololtololan melirik ke arah kedua Hiang-cu itu.
Sikapnya itu membuat Cu-sian Cin-jin menoleh
ke sampingnya, dan masih sempat melihat ThioYap mengedip-ngedipkan mata.
"Kenapa" Kau kelilipan?" seru Cu-sian Cin-jin
murka. "Atau memberi isyarat perintah kepada
anak-buahmu agar tidak menjawab dengan
jujur, begitu" Hem, terbukalah sekarang kedok
kecurangan kalian dari cabang Lam-cong!"
Kemelut Tahta Naga II/16 40 Thio Yap cuma tertawa dingin, dan belum
mampu menjawab. Keruan kemarahan Cu-sian Cin-jin makin
meluap, "Kalian makin keterlaluan, makin mau
menangnya sendiri saja! Kalian lupa, siapa yang
susah-payah berhasil menyambut isyarat orangorang dalam istana" Bukankah kami, cabang
Pak-cong, yang dengan bertaruh nyawa berhasil
membuat kontak dengan mereka, sehingga
dapat kami ketahui arah perjalanan Pangeran
Hong Lik yang menyamar" Kami, cabang Pak
cong, yang telah merintis jalan sehingga
Pangeran Hong Lik berhasil kita tangkap. Se
karang setelah iblis cilik Manchu itu sudah. di
tangan kita, kalian mau mengangkanginya
sendiri untuk kepentingan cabang Lam cong
saja, yang sudah menjadi mata duitan dan
melupakan cita-cita utama kita untuk.
membangun kembali Kerajaan Beng kita! Kalian
tentu telah pergi ke Seng-tin untuk berunding
dengan penghubung dari istana itu. Kalian tidak
mengajak aku, sebab perundingan kalian
dengan penghubung istana itu pasti untuk
Kemelut Tahta Naga II/16 41 kepentingan Lam-cong sendiri, tanpa mengingat
lagi kami dari Pak-cong."
Dan masih banyak caci-maki serta tuduhan
yang begitu emosional sampai ludahnya
muncrat-muncrat. Wan Lui sebenarnya ingin
mendengar terus, tapi dua orang anggota Peklian-kau yang memapahnya tadi mengajaknya
pergi untuk mengobati luka lukanya. Terpaksa
Wan Lui harus menurut. Seharian itu Wan Lui merasa dimanjadiobati, diambilkan makanan, lalu disuruh tidur
dan ia benar-benar tidur sampai sore. Sore
harinya dengan pundak terbalut sebagai tanda
"kepahlawanannya", dia kelur dari kemah untuk
ikut bercakap-cakap dengan "teman-teman"
Pek-lian-kaunya. Segera saja didapatinya
percakapan yang menarik. "Biar saja Cu-sian Cin-jin pergi!" kata seorang
anggota Pek-lian-kau yang berkerumun dekat
api unggun yang mulai dinyalakan, karena hari
mulai gelap. "Kalau dia tetap disini, susah kita,
maunya dia mengatur terus. Begini tidak boleh,
begitu tidak boleh, sedikit-sedikit marah.
Kemelut Tahta Naga II/16 42 Bahkan dengan kedua Hiang-cu kita-pun tak
pernah rukuh." Wan Lui menyisipkan diri dalam kerumunan
itu. "Hem, kalau Cu-sian Cin-jin tidak disini lagi,
berarti kita bebas menyembelih rusa atau
binatang buruan apa saja."
"Ya, asal jangan membuang darah dan
jerohannya sembarangan, tapi harus diuruk
tanah." Dari arah danau kecil itu sayup-sayup
terdengar suara kecipak-kecipak air dari orangorang Pek-lian-kau yang agaknya belum selesai
mandi sore, sementara dengung serangga
malam mulai terdengar di hutan.
Wan Lui tetap duduk di dekat salah satu
perapian itu, untuk mendengarkan percakapan
orang-orang Pek-lian-kau. Ada juga seorang
yang menanyakan bagaimana luka Wan Lui, dan
oleh Wan Lui dtjawaib "sudah baik" disertai
kutukan sengit kealamat anjing Manchu.
"Tapi kalau Cu-sian Cin-jin marah dan
menggerakkan orang-orang Pak-cong, tidak-kah
Kemelut Tahta Naga II/16 43 keadaan kita berbahaya?" kata seorang anggota
dengan cemas. "Bukankah saat ini kita masih
berada di wilayah pengaruh Pak cong?"
"Ah, buat apa kita takut" Ilmu mereka. sama
dengan kita, biarpun mereka mengaku kalau
mereka lebih gaib, tapi kita tetap dapat
menangkal mereka. Takut apa" Bahkan kita
lebih unggul dalam penggunaan akal sehat di
bandingkan hamba-hamba tahyul itu."
"Kupikir mereka takkan berani bertindak
kepada kita, bagaimanapun jengkelnya Dalam
perjuangan mereka, mereka tidak boleh
mengabaikan dukungan kita di selatan
Bukankah pihak kita banyak membantu mereka
dalam hal keuangan, sebab mereka tidak becus
mencari uang sendiri?"
Begitulah percakapan mereka, dan Wan Lui
semakin paham kenapa dua cabang Pek-liankau itu, Pak-cong dan Lam-cong, tidak rukun.
"Eh, kapan kita akan berangkat ke kelenteng
Hong-kak-si untuk sembayang tahunan?"
"Tadi siang kudengar Thio Hiang-cu berkata,
besok kita berangkat semua ke sana."
Kemelut Tahta Naga II/16 44 Ketika itulah Wan Lui ingat bungkusan yang
disembunyikannya. Ia pikir, kalau tidak diambil
malam ini, mungkin besok pagi akan terlambat
repot sebelum mengikuti keberangkatan
rombongan Pek-lian-kau ini.
Maka dengan alasan ingin beristirahat agar
lukanya cepat sembuh, Wan Lui bangkit
meninggalkan api unggun dan kerumunan
orang-orang yang bercakap-cakap itu. Selama
orang-orang Pek-lian-kau masih melihatnya,
Wan Lui berjalan dengan langkah lemah dan
sebentar-sebentar berhenti sambil menyeringai
kesakitan. Namun begitu sampai ke tempat gelap
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dimana tak seorangpun melihatny Wan Lui tibatiba bergerak seperti seekor burung. Ia
mengambil bungkusan yang disembuyikannya
tadi, membawanya ke perkemahan, lalu tidurlah
ia berada dekat bungkusan itu sambil
menunggu pagi. Pagi harinya, ternyata Thio Yap benar benar
memerintahkan agar perkemahan di bongkar
dan semuanya bersiap berangkat. Menurut apa
Kemelut Tahta Naga II/16 45 yang Wan Lui dengar, seluruh rombongan itu
akan pergi ke kuil Hong kak-si di distrik Hongyang. Di tempat itu. akan diadakan pertemuan
dan sembahyang besar kaum Pek-lian-kau, baik
golongan Pak-cong maupun golongan Lamcong. Dalam upacara itu, biasanya kaum Peklian-kau memperbarui ikrar untuk setia dalam
perjuangan menegakkan kembali Kerajaan
Beng. Lalu upacara biasanya dimeriahkan
dengan menyembelih seorang pembesar
Manchu yang berhasil mereka culik.
Kuil Hong-kak-si di distrik Hong yang dipilih
sebagai tempat upacara itu, sebab memang ada
sejarahnya. Cu Goai ciang, pendiri dinasti Beng
yang hidup di abad 14, pernah menjadi pendeta
di kuil itu. Di kuil itu pula pernah hidup tokohtokoh pendiri dinasti Beng lainnya, seperti
Pheng Eng-giok dan Thio Su-seng.
Ketika para anggota Pek-lian-kau mulai
bekerja membongkar kemah, Wan Lui sengaja
bekerja di tempat yang dekat dengan kemah
tempat mengurung Pangeran Hong Lik. Kalau
Kemelut Tahta Naga II/16 46 ada kesempatan, ingin ia melihat bagaimana
keadaan Pangeran Hong Lik.
"Kau jangan ikut membongkar kemah dulu,
ingat luka dipundakmu belum sembuh," kata
seorang anggota berkumis putih ketika melihat
Wan Lui bergabung dengan sekelompok
anggota yang berjalan ke kemah Pangeran Hong
Lik. "Tidak apa-apa, lukaku sudah sembuh." sahut
Wan Lui. Akhirnya Wan Lui dan belasan orang Peklian-kau mengikuti Thio Yap menuju ke kemah
yang sengaja ditaruh terpencil dari kemahkemah lainnya.
Namun begitu dekat kemah itu, Thio Yap dan
anggota-anggota yang mengiringinya terkejut.
Ternyata di sekitar kemah tawanan itu nampak
ada seorang lelaki asing yang tengah berjalan
hilir-mudik dengan sikap amat kebingungan.
Lelaki yang nampak nya bukan anggota Peklian-kau.
Yang pahng terkejut adalah Wan Lui, sebab ia
kenal lelaki itu adalah In Kiu Liong, yang pernah
Kemelut Tahta Naga II/16 47 dikenalnya di Tan-liu dan kemudian bersamasama membuntuti perjalanan Ni Keng Giau ke
Hang-ciu. Tetapi baru setengah jalan, dia tibatiba memisahkan diri dari Wan Lui dan tak tahu
kemana perginya. Kalau orang cuma melihatnya dari luar
"batas gaib" berupa enam batang dupa yang
ditancapkan di tanah, kelihatannya In Kiu Liong
hanya kebingungan, sambil sekali-sekali
nampak melakukan gerakan silat, entah
bertempur dengan siapa. Lawannya tidak
kelihatan. Tapi bagi Wan Lui yang dua malam yang lalu
sudah merasakan sendiri betapa angker tempat
di seberang "batas gaib" itu, ia maklum apa yang
sedang dialami In Kiu Liong.
Entah dengan alasan apa In Kiu Liong sampai
nyasar ke tempat itu. Agaknya dia hendak
menuju ke kemah tawanan itu, tapi tanpa sadar
masuk perangkap ilmu hitam yang dipasang di
sekitar kemah tawanan ittu. Wan Lui cemas
melihat betapa In Kiu Liong semakin kelelahan.
Kadang-kadang ia membentak sambil memukul
Kemelut Tahta Naga II/16 48 dan menendang. kadang-kadang berteriak kaget
sambil menggulingkan diri. Pakaian dan rambut
nya sudah morat-marit, wajahnya yang penuh
keringat itu nampak ketakutan dan panik luar
biasa. Rupanya ia sedang bertempur dengan
musuh yang tak terlihat orang lain, tapi terlihat
olehnya sendiri. Thio Yap tertawa dingin melihat adegan itu.
Geramnya, "Semalam rupanya muncul cecunguk
ini, yang entah dari mana, mencoba mengambil
tawanan kita. Kalau bukan kaki-tangan para
anjing Manchu, tentunya ya orang suruhan
teman-teman kita dari Pak-cong."
Seorang anggota mengomentari, "Kemungkinan yang lebih besar ya anjing
Manchu. Kalau suruhan orang-orang Pak-cong,
setidak-tidaknya dia tahu bagaimana menyingkirkan perangkap gaib kita."
"Sekarang dia tentu sedang bertempur
dengan para Thian-peng (prajurit langit).Hem,
dia melawan terus tanpa sadar bahwa mahluk
yang dihadapinya bukanlah sama dengan kita,
melainkan mahluk-mahluk gaib yang tak bisa
Kemelut Tahta Naga II/16 49 kelelahan, heh-heh.... anjing Manchu itu akan
mampus kelelahan sendiri,"
"Tapi orang itu berilmu tinggi juga. Lihat,
geraknya cepat, mantap dan kadang-kadang
mengeluarkan deru angin hebat. Tapi dia kira
siapa yang sedang dilawattma?"
Begitulah anggota-anggota Pek-lian-kau itu
mentertawakan ulah In Kiu Liong. Wan Lui ikut
tertawa-tawa, namun dalam hati amat
mengkhawatirkan In Kiu Liong vang betapapun
juga pernah tadi temannya. Tapi, bagaimana
cara menolongnya tanpa membuka kedoknya
sendiri sebagai anggota Pek-lian-kau gadungan '
Kalau kedoknya terbongkar, lenyaplah kesempatan baiknya untuk menolong Pangeran
Hong Lik yang juga temannya.
"Bagaimana, Hiang-cu?" tanya seorang anakbuah kepada Thio Yap. "Kita biarkan dia mati
kehabisan tenaga ?" "Akan terlalu banyak makan waktu, padahal
kita harus segera berangkat ke kuil Hong-kak-si
kata Thio Yap. "Aku akan menggunakan
Kemelut Tahta Naga II/16 50 kesaktian Ngo-lui-ki (bendera lima Guntur)
untuk menghajarnya mampus.
Detak jantung Wan Lui menghebat
mendengar ucapan Thio Yap itu, tapi masi
belum tahu bagaimana cara menolong
temannya itu. Sementara itu Thio Yap telah mengeluarkan
sebuah bendera kecil segitiga dari balik
jubahnya, bendera yang terdiri dari lima warna.
Selain itu juga selembar hu, kertas jimat.
"Kalian semua mundur duapuluh langkah,"
perintah Thio Yap kepada anggota-anggota Peklian-kau.
Semua anak buahnya pun melakukan
perintahnya, termasuk Wan Lui
Sementara itu Thio Yap mulai dengan ilmu
gaibnya, "hu" dijepit dengan dua jari tangan kiri
dan digoyoang perlahan sambil membaca
mantera, dan entah dari mana datangnya api,
tahu-tahu kerta kuning itu menyala terbakar,
lalu kini Thio Yap Mengibaskannya berhamburan ke udara. Bersamaan dengan itu
mulai terasa udara hangat pagi hari tiba-tiba
Kemelut Tahta Naga II/16 51 menurun suhunya menjadi lebih dingin. Angin
keras yang entah dari mana pula datangnya,
berjangkit dan berputar di tempat itu. Anehnya,
hanya ditempat itu. Gumaman mantera Thio Yap makin keras,
lalu bendera kecil lima warna itu mulai
digoyang-goyangkan perlahan seperti orang
menari. Melihat matanya yang setengah
terpejam, agaknya Thio Yap memasuki tahap
kemasukan roh halus. Tiba-tiba ia membentak sambil mengayunkan bendera itu keras-keras. Di
tengah pusaran angin itu lalu terdengar suara
gemuruh tanpa wujud, berbarengan terlihat In
Kiu Liong jatuh terjungkal sambil berteriak
ketakutan. Ketika ia melompat bangun kembali,
nampak wajahnya pucat pasi ketakutan,
bajunya dibagian pundak nampak robek
terbakar, Nampak pula kulitnya melepuh.
Selagi tertatih-tatih In Kiu Liong mencoba
bangkit, Thio Yap kembali membentak sambil
mengibaskan benderanya. Kembali In Kiu Liong
kena serangan tak berwujud, agaknya di bagian
Kemelut Tahta Naga II/16 52 punggung, sampai dia terjungkal telungkup.
Baju di punggungnyapun robek hangus.
Saat itulah Wan Lui merasa tidak sampai hati
untuk terus berpeluk tangan, la siap berbagi
nasib dengan In Kiu Liong, tidak peduli
kedoknya bakal terbongkar. Urusan menolong
Pangeran Hong Lik bisa diusahakan lain waktu,
namun In Kiu Liong bisa mati kalau tidak
ditolong saat itu juga. Apalagi ketika dilihatnya Thio Yap siap-siap
mengayunkan bendera Ngo-lui-kinya lagi.
Tapi sebelum Wan Lui bertindak, mendadak
dari dalam hutan di sebelah perkemahan itu
terdengar derap langkah banyak orang berlari
mendekat. Muncul belasan lelaki bertumpang
sangar-sangar yang tidak berpakaian seragam
Pek-lian-kau. Biarpun membawa senjata,
mereka juga masih membawa ember-ember
kayu yang entah apa isi nya.
Pemimpin dari orang-orang yang baru
tjatang ini adalah seorang lelaki raksasa
berambut merah, berbaju kulit macan tutul,
senjatanya adalah sebatang toya Long ge-pang
Kemelut Tahta Naga II/16 53 (toya gigi serigala) yang nampak berbobot
berat. Sambil memimpin orang-orangnya menyerbu, ia berteriak, "Kawanan pemuja
siluman! Bebaskan Toa-ko kami!"
Dialah Ang-mo-Liong (naga rambut merah)
Goh Kun, bekas pimpinan pertama gerombolan
bandit Kiu-liong-san, yang setelah diambil alih
In Kiu Liong maka kedudukan Goh Kun merosot
jadi nomor dua. Namun ia tidak dendam kepada
In Kiu Liong, bahkan merasa beruntung, sebab
sejak itu gerombolan Kiu-liong-san jadi tambah
kuat dan berhasil menaklukkan gerombolangerombolan lain. Lebih dari itu, Goh Kun benarbenar mengharap terwujudnya omongan In Kiu
Liong tentang "perjuangan sampai menduduki
tempat-tempat terhormat dalam pe pemerintahan masa depan." Itulah sebabnya
Goh Kun tidak membiarkan In Kiu Liong dalam
bahaya. Kepada orang-orangnya, Goh Kun berkata,
"Pecahkan ilmu siluman itu!"
Kemelut Tahta Naga II/16 54 Beramai-ramai para berandal Kiu-liong-san
menyiramkan isi ember-ember kayu mereka.
Isinya ternyata adalah benda-benda najis yang
dianggap bisa menangkal ilmu gaib, seperti
jerohan binatang, darah kucing hitam, burung
hitam, anjing hitam, ayam hitam, kambing hitam
dan binatang serba hitam lain. Ada pula
beberapa ember tinja yang baunya tentu saja
bukan main, kaena diciduk dari jamban-jamban
umum di pasar. Tapi memang manjur. Thian-peng Ngo-lui-tin
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
(formasi perajurit langit dan lima guntur) yang
dipasang Thio Yap di tempat itu, kini pecah.
In Kiu Liong yang baru saja dikungkung
kegelapan dan pusaran angin dingin, serta
diserang mahluk-mahluk menakutkan, bahkan
dua kali disambar petir yang tidak ketahuan
asal-usulnya, kini melihat cuaca cerah kembali.
Kegelapan, angin dingin, petir dan mahlukmahluk gaib yang mengeroyoknya tiba-tiba
sirna semua setelah dilempari benda-benda
najis oleh berandal-berandal Kiu-liong-san.
Kemelut Tahta Naga II/16 55 In Kiu Liong terengah-engah kelelahan,
setelah setengah malaman ia dilelahkan oleh
ilmu gaib itu. Kini dilihatnya dirinya berada di sisi kemah
berisi Pangeran Hong Lik yang semalam ingin
dicurinya. Di sisi hutan nampak para berandal
Kiu-liong-san bersama pemimpin-pemimpin
mereka, masing-masing Ang-mo-liong Goh Kun,
Toat-kak-liong (Naga Kaki Besi) Hok Tong Peng
dan To Cai Liong (Naga Banyak Hutang) He
Seng Boan yang tampangnya selalu murung,
tepat seperti orang kebanyakan hutang.
Di hadapan mereka nampak Thio Yap dan
segerombol orang Pek-lian-kau, menyusul
datang Hoa Cek Gui dan ratusan orang Pek-liankau dalam sikap siap tempur.
Dengan mata mencorong gusar, In Kiu Liong
menatap orang-orang Pek-lian-kau itu sambil
menggeram, "Bangsat-bangsat pengecut kalian,
hanya berani mengandalkan hoat-sut (ilmu
gaib) untuk menghadapiku. Sekarang kutantang
kalian, berani beradu ilmu silat denganku atau
tidak?" Kemelut Tahta Naga II/16 56 Habis berkata demikian, ln Kiu Liong
melompat ke sebuah pohon yang batangnya
sebesar pinggang orang dewasa. Sekali hantam
dengan telapak tangannya, pohon itu tergetar
dahsyat sehingga sebagaian besar daunnya
rontok beterbangan, lalu patah batangnya tepat
yang dikenai telapak tangan.
Orang-orang Pek-lian-kau terkesiap, tak
terkecuali Thio Yap dan Hoa Cek Gui yang ilmu
silatnya dianggap paling tinggi di perkemahan
itu. Melihat pukulan sedahsyat ttu, baik Thio
Yap maupun Hoa Cek Gui sama-sama tidak
punya keyakinan bisa menang kalau harus
melawan In Kiu Liong, bahkan juga jika maju
berdua sekaligus. Kalau mengerahkan seluruh
anak buah mereka, ya memang bisa menang,
tapi entah berapa banyak anak buahnya yang
bakal jadi korban. Itulah kemenangan yang
terlalu dipaksakan. Sementara itu, Goh Kun dan Hok Tong Peng
yang juga punya tenaga raksasa biarpun tidak
sehebat In Kiu Liong, juga tidak ketinggalan
main gertak. Masing-masing mengayunkan
Kemelut Tahta Naga II/16 57 senjata untuk menggebuk patah satu pohon
besar, Goh Kun dengan Long ge-pang, Hok Tong
Peng dengan Kim-kong-cu (gada malaikat)nya.
Melihat itu, Thio Yap membuat pertim
bangan baru. Orang-orang yang dihadapinya itu
toh nampaknya bukan "anjing-anjing Manchu"
yang dimusuhi Pek-lian-kau. Menilik pakaian
mereka, agaknya cuma sekelompok berandal
biasa. Thio Yap menganggap tidak ada perlunya
bermusuhan dengan kelompok berandal yang
nampaknya tangguh ini. Karena itulah Thio Yap bersikap ramah.
Lebih dulu ia membungkuk hormat, lalu
berkata, "Aku minta maaf kepada tuan, agaknya
karena kita belum saling kenal, maka terjadilah
kesalah pahaman ini. Maka perkenankanlah
kami memperkenalkan diri. Namaku Thio Yap,
salah satu Hiang-cu (hulu-balang) Pek-lian-kau
cabang Lam-cong, dan yang di sebelahku ini
adalah Hoa Cek- Gui, juga seorang hulubalang
Lam-cong Pek-lian-kau. Kami mohon maaf kalau
perangkap gaib Thian-peng Ngo-lui-tin yang
kupasang di tempat ini membuat tuan tidak
Kemelut Tahta Naga II/16 58 berkenan. Kami sebetulnya hanya berjaga-jaga
terhadap musuh, dan tadi kugunakan kesaktian
Ngo-lui-ki karena mengira Tuan adalah
musuh..." Kedongkolan In Kiu-liong sebetulnya belum
terhapus sama sekali. Sebenarnya dia datang
kesitu bukannya tidak sengaja, melainkan
sengaja mau menculik Pangeran Hong Lik,
karena ia sudah mengikuti rombongan penculik
itu diam-diam sejak dari kota Kim-teng, sejak
Siau Gin-heng membisikinya bahwa Kui ThianCu adalah penyamaran Pangeran Hong Lik.
Tujuan ln Kiu-Uong tidak jauh berbeda dari
tujuan Thio Yap dan kawanannya itu, yaitu
menggunakan Pangeran Hong Lik memeras
pihak istana habis-habisan. Pangeran Hong-lik
jadi semacam "tambang harta karun" yang
diperebutkan beberapa pihak.
Namun melihat betapa ratusan orang Peklian-kau yang sudah siap tempur di belakang
Thio Yap itu, sudah tentu ln Kiu liong takkan
menunjukkan niat yang sebenarnya, la juga
Kemelut Tahta Naga II/16 59 sadar, kalau ngotot main kekerasan, bakal berat
untuk pihaknya sendiri. Dengan menimbang gelagat, terpaksa ln Kiu
Liong berkata dengan sopan, "Kalau cuma
kesalah-pahaman, tidak apa-apalah. Biarpun
nyawaku hampir melayang karenanya..."
"Sekali lagi aku minta maaf..." kata Thio Yap
sambil membungkuk hormat sekali lagi. "Thianpeng Ngo-lui-tin yang kupasang tidak
bermaksud mencelakakan orang, hanya sebagai
penjagaan..." "Ah, sudahlah. Akupun tidak berrnaksud apa-apa terhadap kalian, hanya sekedar lewat
tempat ini tanpa sengaja, dan tanpa sengaja
pula memasuki pintu Thian-peng Ngo-luitinmu..."
"Kalau Tuan berkenan, sudikah Tuan-tuan
menjadi tamu di perkemahan kami untuk
memperdalam persahabatan kita ?"
In Kiu Liong membalas menghormat sambil
menjawab, "Terima kasih. Tapi kami ada urusan
penting lain yang harus kami selesaikan, jadi
kami minta diri saja."
Kemelut Tahta Naga II/16 60 Undangan Thio Yap itu memangnya juga
cuma basa-basi dan tidak bersungguh-sungguh,
maka ketika In Kiu Liong menolak, Thio Yap
juga tidak mau repot-repot menahannya kecuali
minta maaf sambil mengucapkan selamat jalan.
In Kiu Liong dan rombongannya pun segera
berlalu. Setelah mereka pergi, Thio Yap tertawa
dingin dan berkata, "Hem, kalian anggap kami
ini anak kecil yang gampang dikelabuhi" Kalian
sudah menyiapkan ember-ember berisi barangbarang najis untuk memecahkan barisan
gaibku, bagaimana kalian masih berani
mengaku bahwa kalian cuma kebetulan lewat?"
Tanya Hoa Cek Gui, "Apakah mereka anjinganjing Manchu?"
Sahut Thio Yap, "Bukan anjing Manchu tapi
sama-sama anjingnya. Anjing yang mencari
tulang besar. Agaknya soal kita menawan
Pangeran Hong Lik bukanlah rahasia lagi
kawanan anjing tadi pasti datang untuk
merebut Hong Lik dari tangan kita, untuk
keuntungan diri mereka sendiri."
Kemelut Tahta Naga II/16 61 "Darimana kira-kira mereka mendengarnya"
"Mungkin di Kim-teng. Peristiwa penculikan
Hong Lik cukup menggemparkan mustahil bisa
ditutup rapat." "Kenapa Toa-ko tadi tidak memerintah kan
saja untuk menumpas mereka" Kita berjumlah
ratusan orang, dan mereka cuma puluhan."
Thio Yap menunjuk tiga batang pohon yang
dipatahkan oleh ln Kiu Liong, Goh Kun dan Hok
Tong Peng tadi, sambil berkata, "Mereka bukan
lawan enteng. Kalau kita suruh anak-buah kita
maju semua, memang bisa menang, tapi
separuh dari orang-orang kita akan ikut mati
bersama mereka. Lagipula kita seperti
menambah musuh, menambah kerepotan di
kemudian hari. Maka lebih baik kalau kita
segera bersiap menuju ke Hong-kak-si saja."
Hoa Cek Gui mengangguk-angguk.
"Nah, sekarang aturlah orang-orang kita
menjaga sekitar tempat ini," kata Thio Yap
kemudian. "Jangan sampai ada gangguan
sementara aku bersembahyang membubarkan
Thian-peng Ngo-lui-tin."
Kemelut Tahta Naga II/16 62 Hoa Cek Gui segera mengatur sebagian besar
anak-buah di sekitar tempat itu. Sedangkan
Thio Yap dibantu beberapa anak-buah mulai
mengatur meja sembahayang, lengkap dengan
lilin, sesaji buah-buahan, dupa dan sebagainya.
Thio Yap lalu mengurai rambutnya, setelah itu
tenggelamlah ia dalam sembahyangnya yang
asyik. Melihat itu, Wan Lui tak mampu
membendung rasa ingin tahunya, dan berbisik
kepada seorang anggota Pek-lian-kau di
sebelahnya, "Bukankah para Thian-peng
seharusnya sudah pergi, karena orang-orang
tak dikenal tadi telah melemparkan bendabenda najis" Kenapa sekarang masih diadakan
sembahyang pembubaran Thian-peng Ngo-luitin lagi?"
Sahut anggota Pek-lian-kau yang lainnya,
"Sembahyangnya Thio Hiang-cu kali ini sebagai
ucapan terima kasih, agar para Thian-peng itu
biarpun sudah pergi, kelak masih berkenan
datang kalau kita mintai bantuan. Jangan
sampai sakit hati." Kemelut Tahta Naga II/16 63 "Ooooh, begitu?"
"Selain itu juga meminta para Thian-peng
agar tetap membelenggu sukma dan naga
pelindung Pangeran Hong Lik."
"Naga pelindung?"
"Lho, kau ini kak apa-apa tidak tahu, seperti
bukan anggota Pek-lian-kau saja tawanan kita
ini bukan sembarangan. Bahkan Cu-peng Cin-jin
dari Pak-cong pernah menujumnya, dan melihat
si Hong Lik kelak akan menjadi Kaisar selama
enam puluh tahun. Orang yang dipilih Langit
semacam dia, biasanya didampingi naga
pelindung yang biarpun tidak nampak tetapi
amat kuat. Kalau naga pelindung itu tidak
ditahan para Thian-peng yang memihak kita,
entah apa jadinya. Kita semua bisa terancam
bahaya." Orang Pek-lian-kau itu bicara dengan serius,
bahkan hampir-hampir khidmat, sebaliknya
Wan Lui tanpa sadar garuk garuk kepala, karena
tak menyangka sekuat itu keyakinan orangorang Pek-lian-kau terhadap unsur-unsur gaib.
Namun Wan Lui juga tidak mungkin tidak
Kemelut Tahta Naga II/16 64 percaya begitu saja, toh dua malam yang lalu
diapun mengalami peristiwa menyeramkan di
sekitar kemah itu. Tapi dalam hatinya ada
semacam keyakinan yang tak tergoyahkan,
"Bumi yang nyata ini kepunyaan kami, manusiamanusia yang masih hidup. Dalam urusan
apapun, tidak perlu campur tangan Thian-peng
segala. Aku harus berhasil menyelamatkan
Pangeran Hong Lik, biar berhadapan dengan
apa saja." Sementara itu, Thio Yap telah selesai
bersembahyang. Sejumlah anggota Pek lian-kau
maju untuk menyingkirkan meja sembahyang
dan segala perabotannya. Setelah itu, mereka
maju dengan membawa cangkul dan sekop
untuk menggali beberapa tempat di sekitar
kemah. Tidak lama mereka menggali, bau busuk luar
biasa mulai tersebar di tempat itu. Beberapa
anggota Pek-han-kau sampai menutup hidungnya, apalagi Wan Lui
yang belum terbiasa, hampir saia muntah-muntah tapi
Kemelut Tahta Naga 2 Karya Stefanus S.p di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditahannya kuat-kuat. Kemelut Tahta Naga II/16 65 Ternyata dari tempat-tempat yang dicangkul
itu tergalilah benda-benda busuk. Dan sebelah
utara kemah, digali tubuh seorang perempuan
hamil yang sudah membusuk karena dikubur
beberapa hari. Tangan mayat perempuan itu
terikat kebelakang, dan menilik wajah maupun
posisi tubuhnya, agaknya perempuan itu telah
dikubur selagi masih hidup. Dari sebelah timur
digali keluar sepasang bocah lelaki dan
perempuan, masing-masing sekitar sepuluh
tahun, dan tangan merekapun diikat |adi satu.
Di sebelah selatan digali dua butir batok kepala
tanpa tubuh, masih ada rambutnya namun
wajahnya sudah hancur penuh belatung. DI
sebelah barat tergali tubuh busuk yang melihat
pakaiannya dan kepala gundulnya, agak-nya
adalah seorang hwe-shio, juga terikat
tangannya. Tanpa diterangkan lagi, Wan Lui mulai
paham. Korban korban itu, entah diculik dari
mana tentu dijadikan semacam "persembahan"
untuk memperkuat keampuhan
Kemelut Tahta Naga II/16 66 Thian-peng Ngo-lui-tin yang disebut Thio
Yap tadi. Tak terasa timbul kemarahan Wan Lui
terhadap Pek-lian-kau. "Benar-benar sebuah
kepercayaan sesat. Entah berapa banyak orang
tak berdosa yang telah dan akan menjadi
korban upacara-upacara mereka yang tidak
masuk akal." (Bersambung Jilid XVII) (Bersambung Jilid XVII) Kemelut Tahta Naga II/16 67 Kemelut Tahta Naga II/16 68 Kemelut Tahta Naga II/17 1 KEMELUT TAHTA NAGA Bagian : II Karya : STEFANUS S.P. Jilid XVII Tubuh-tubuh busuk yang digali itu ditumpuk
di satu tempat. Kepada "mereka" Thio Yap
berkata, "Kalian jangan penasaran. Kami cukup
berterima kasih karena bantuan kalian selama
ini. Sekarang kembalilah ke alam kalian yang
semestinya, tanpa penasaran, dan akan kami
sempurnakan jasad kalian."
Sejumlah orang Pek-lian-kau lalu menumpukkan kayu bakar ketumpukan daging
busuk itu, menyirami dengan minyak, lalu
menyalakannya. Si jago merahpun mulai
menelan tubuh orang-orang malang itu untuk
dijadikan abu. Thio Yap membungkuk hormat sekali lagi ke
arah kobaran api itu, lalu menuju ke kemah
tawanan. Setelah pengaruh gaib di sekitar
Kemelut Tahta Naga II/17 2 kemah itu dibersihkan, maka kemah itu jadi
tidak ada bedanya lagi dengan kemah-kemah
lainnya. Dengan tegang Wan Lui mengikuti langkah
Thio Yap dengan tatapan matanya. Sesaat
lamanya Wan Lui tergoda untuk menerjang dan
menyelamatkan Pangeran Hong Lik. Asal
gebrakannya dilakukan dengan mendadak Wan
Lui yakin betul bahwa di antara orang-orang
Pek-lian-kau yang ada di situ takkan ada yang
bisa merintanginya. Namun begitu melihat Pangeran Hong Lik
dituntun keluar dari kemah itu oleh Thio Yap,
kagetnya Wan Lui bukan kepalang. Pangeran
Hong Lik yang sebelum ini segar, cerdas dan
periang itu, kini kelihatan kurus dan pucat. Tapi
yang lebih menyedihkan Wan Lui ialah ketika
melihat tatapan mata Pangeran Hong Lik itu
cuma lurus ke depan, kosong, seolah tidak ada
sukmanya. Pangeran Hong Lik masih hidup, masih bisa
menggerakkan kaki menuju tandu yang telah
disiapkan, namun raga yang hidup itu "kosong"
Kemelut Tahta Naga II/17 3 semangat. Hidup macam itu patut disebut
"hidup-hidupan".
Bergolak hebat dada Wan Lui oleh
kemarahan yang hampir tak tertahan. Tapi
pertimbangan akal sehatnya masih mampu
mengatasi gejolak emosinya, la sadar kalaupun
berhasil merebut Pangeran Hong Lik saat itu,
takkan menguntungkan apa-apa bagi Pangeran
Hong Lik. Apa artinya berhasil membawa tubuh
yang "kosong semangat?"
"Harus kuselidiki dulu, ilmu siluman macam
apa yang membuat Pangeran Hong Lik jadi
seperti itu. Setelah kupunahkan ilmu itu,
barulah aku bisa membawa Hong Lik pergi,"
tekad Wan Lui. "Benar-benar harus sabar
menghadapi penyembah-penyembah setan ini."
"Anjing Manchu cilik ini terbelenggu oleh Sohun Hoat-sut (Ilmu Gaib Pembelenggu Sukma)
yang diterapkan oleh Thio Hiang cu," anggota
Pek-lian-kau di sebelah Wan Lui itu
menerangkan dengan bangga. "Itu jauh lebih
sulit dipatahkan daripada sekedar belenggu
fisik yang berupa tali atau rantai."
Kemelut Tahta Naga II/17 4 Namun begitu melihat Pangeran Hong Lik dituntun
keluar dari kemah itu oleh Thio Yap, kagetnya
Wan Lui bukan kepalang. Kemelut Tahta Naga II/17 5 Wan Lui tidak menjawab, khawatir kalau
suaranya yang bergetar oleh kemarahan itu
terdengar orang-orang Pek-lian-kau dan
menimbulkan kecurigaan. Setelah perkernahan dibongkar, pengaturan
perjalananpun ditetapkan. Karena rombongan
itu berjumlah hampir empat ratus orang, maka
tentu akan mencolok sekali kalau berjalan
seperti pawai, maklum Pek-lian-kau adalah
gerakan terlarang di jaman Manchu itu. Karena
itulah mereka dipecah-pecah dalam rombongan
kecil-kecil yang akan menyamar dalam berbagai
wujud, dan berjalan berpencaran pula, tapi
tidak terlalu saling berjauhan agar kalau ada
musuh bisa cepat saling membantu.
Khusus untuk tandu yang membawa
Pangeran Hong Lik, rombongan pengiringnya
agak melebihi rombongan-rombongan lain.
Dipimpin sendiri oleh Thio Yap dan Hoa Cek
Gui, yang dengan bangga akan memamerkan
"hasil buruan"nya itu dihadapan orang-orang
Pek-lian-kau yang akan berkumpul di Hongkak-si. Sedang orang-orang terpilih mengawal
Kemelut Tahta Naga II/17 6 tandu itu adalah anggota-anggota pilihan yang
dikenal tangguh dalam ilmu silat, ilmu gaib dan
kesetiaan terhadap cita-cita Pek-lian-kau.
Maka tidak heran kalau Wan Lui tidak
terpilih dalam kelompok itu, biarpun ingin,
sebab ia belum termasuk anggota yang
"tangguh dan setia". Namun dengan usahanya
sendiri yang menggunakan bermacam-macam
akal, Wan Lui berhasil masuk ke rombongan
kecil yang tepat di belakang rombongan
pembawa Pangeran Hong Lik itu. di
punggungnya tergendong bungkusan barangbarang yang dibelinya dari rombongan wayang
kelilingan di Seng-tin itu.
Lalu berangkatlah kelompok demi kelompok,
menuju Kuil Hong-kak-si di distrik Hong-yang,
siap mengikuti upacara besar Kaum Pek-liankau setahun sekali. Meninggalkan api unggun
yang melahap tubuh-tubuh membusuk korban
Pek-Lian-kau itu. * ** Kemelut Tahta Naga II/17 7 Semakin dekat ke tujuan, semakin sering
berpapasan dengan kelompok-kelompok Peklian-kau, baik cabang-cabang Pak cong (sekte
utara) maupun cabang-cabang, Lam-cong (sekte
selatan). Semuanya menuju ke arah yang sama.
biarpun semuanya menyamar, tetapi sesama
anggota Pek lian-kau bisa saling mengenali
dengan kode kode rahasia mereka. Entah kode
itu berupa gerakan tangan, ucapan, coretan di
tembok, bahkan cara memegang mangkuk atau
sumpit di warung makan. Diam-diam Wan Lui
memperhatikan semua itu, laiu mengingatingatnya dalam otak. Kalau yang tidak mudah
diingat, dicatatnya di sebuah buku kecil yang
selalu disembunyikan dalam bajunya.
Semakin dekat dengan kelenteng Hong-kaksi yang bersejarah itu, semakin banyak orangorang Pek-lian-kau yang kebanyakan menyamar
sebagai peziarah. Bahkan di sekitar bukit
tempat berdirinya Hong-kak-si, ada belasan
desa yang semua penduduknya adalah orang
Pek-lian-kau semua. Sengaja mereka berdiam di
situ, agar setiap ada upacara tahunan itu
Kemelut Tahta Naga II/17 8 mereka dapat menyediakan tempat tinggal,
makanan dan keperluan lain.
Bersamaan dengan itu, Wan Lui juga semakin
jelas melihat ketidak-rukunan antara cabang
Pak-cong dengan Lam-cong. Biarpun belum
sampai bertikai terang-terangan, namun sudah
kentara dari sikap dingin masing-masing pihak
kala bertemu dengan pihak lainnya.
Dengan memperhatikan beberapa percakapan, Wan Lui bertambah pengetahuan
bahwa sumber keretakan itu antara lain karena
kedua cabang Pek-lian-kau itu mendukung
calon-calon yang berbeda untuk kelak
menduduki tahta setelah "Kerajaan Beng
Perawan Pembawa Maut 2 Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin Rahasia Cinta Tua Gila 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama