Ceritasilat Novel Online

Lambang Naga Panji 5

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen Bagian 5


menghajar dirinya adalah jarum ekor walet pengejar
sukma." "Nyawa manusia sangat berharga, Phoa Hu Cong
Piauw-tauw, apa yang hendak kau lakukan saat ini?"
285 Mendengar pertanyaan itu, Phoa Ceng Yan jadi
melengak, tapi mengingat Liauw Thayjien adalah
seorang yang pernah menjabat sebagai pembesar maka
tidak aneh kalau nada ucapannya tidak terlepas dari
nada seorang pembesar walaupun sudah menghadapi
peristiwa macam begini. Pikirannya segera berputar, beberapa saat kemudian
ia baru menyahut. "Thayjie! Aku sendiripun tidak tahu semisalnya aku
tidak berhasil menolong hidup orang ini apakah hal
tersebut merupakan suatu perbuatan melanggar hukum
atau tidak, tapi menurut peraturan dari dunia kangouw,
setiap kali kami menemui persoalan yang sangat
merepotkan, jikalau semisalnya aku tidak berhasil
menolong hidup dirinya maka akupun tidak usah ganti
nyawa sendiri, tapi kejadian yang sebenarnya kami harus
jelaskan kepada sanak keluarganya dan kepada
perguruannya pun aku harus memberikan suatu
pertanggungan jawab."
"Setelah orang itu mati, kenapa tidak kalian laporkan
saja kepada kaum pembesar negeri?" kata Liauw
Thayjien. "Dalam dunia kangouw terdapat peraturan dunia
kangouw yang harus kami taati, peristiwa ini sudah tentu
tidak perlu kami laporkan kepada kaum pembesar."
"Tidak salah!" Liauw Thayjien mengangguk. "Kalian
sebagai orang kangouw memang memiliki cara
penyelesaian kalian sendiri."
Ia menghela napas panjang.
"Hee-koan sudah selesai membuat surat!" tambahnya.
286 "Bagus! Kau serahkan saja kepadaku, akan kubantu
kirimkan surat ini sampai kealamatnya."
Dari dalam sakunya Liauw Thayjien mengambil keluar
selembar kertas putih dan diangsurkan kepada si orang
tua itu. "He-koan sudah menurut nasehatmu, surat yang aku
tulis amat singkat sekali."
"Thayjien boleh berlega hati, dalam satu dua hari ini
Besan dari thayjien tentu sudah menerima surat ini," kata
Phoa Ceng Yan seraya menerima angsuran surat itu.
Perlahan lahan Liauw Thayjien mengalihkan sinar
matanya ke arah dada pemuda berbaju biru itu, ia
berbatuk batuk kering. "Phoa-ya! He-koan menyimpan berbagai macam obat
mujarab yang dapat digunakan untuk memunahkan
racun-racun ganas tersebut, entah dapatkah obat-obat
itu digunakan buat ini?"
"Obat apa?" "Sewaktu He-koan masih menjabat sebagai pembesar
di kota Tok-Hu pernah mendapat hadiah dari seorang
tabib kenamaan?" Tiba-tiba pemuda berbaju biru itu menggerakkan jari
tangannya dan menuding dada sendiri.
"Sungguh hebat lweekang yang dimiliki orang ini."
diam-diam pikir Phoa Ceng Yan ketika melihat pemuda
tersebut menunjukkan suatu gerakan."setelah terhajar
senjata rahasia beracun Yen Wie Tui Hun Ciam nyatanya
dalam waktu singkat ia bisa menggerakkan jari-jari
tangannya, sungguh suatu kejadian yang luar biasa!"
287 Berpikir akan persoalan itu, mendadak suatu ingatan
bagus berkelebat di dalam benaknya, dengan cepat ia
meraba dada pemuda berbaju biru itu.
Di mana jari-jari tangannya bergerak, si orang tua ini
dengan cepat meraba sebuah botol kumala di balik
sakunya. Buru-buru Phoa Ceng Yan merogoh ke dalam saku
orang itu dan diambilnya keluar sebuah botol porselen.
Botol porselen itu panjangnya ada dua coen
danberwarna hijau bening, setelah membuka gabus
penutupnya mengelinding keluarlah dua butir pil.
Di dalam botol tersebut hanya terdapat dua butir pil,
satu warna hijau kemerah-merahan dan yang lain
berwarna putih keperak-perakan.
Phoa Ceng Yan letakkan kedua butir pil tersebut ke
telapak tangannya dan memandang benda itu dengan
terpesona, warna kedua butir pil itu tidak sama rasanya
penggunaannya sama sekali berbeda.
Ia mengetahui jelas maksud pemuda berbaju biru itu
menuding dada sendiri adalah minta ia mengambil keluar
botol porselen yang ada di dalam sakunya, tapi ia tidak
mengerti pil warna yang manakah merupakan obat
pemunah dari racun tersebut.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Apakah pil obat itu
cukup memberitahukan kepadamu maksud tujuannya
menuding botol porselen tersebut?"" tanya Liauw
Thayjien sembari terbatuk-batuk.
"Dalam keadaan luka parah ia masih tidak melupakan
botol porselen yang disimpan dalam saku, sudah tentu
jelas sekali membuktikan bila isi dari botol porselen itu
adalah obat pemunah racun yang mujarab!"
288 "Dan kini di dalam botol tersebut semuanya terdapat
dua butir pil yang berlainan warnanya, salah sebutir
diantaranya tentu bukan merupakan obat pemunah
bukan?" "Benar! Di antara kedua butir pil tersebut yang satu
adalah pil pemunah sedang yang lain bukan pil
pemunah, saat ini aku sendiripun susah untuk
membedakan mana yang pil pemunah dan mana yang
bukan pil pemunah!" "Perlahan-lahan Liauw Thayjien menghela napas
panjang. "Heeei"! Jikalau kita tak berhasil membedakan
butiran pil yang mana adalah pil pemunah racun,
sekalipun saat ini kita miliki obat pemunah juga sama
saja tak dapat digunakan untuk menyelematkan jiwanya.
"Cara lain sih masih ada!" kata Phoa Ceng Yan
setelah termenung sebentar. "Tapi berhasil atau tidak
masih susah dibicarakan."
"Apa caramu itu?"?"
"Cabut dulu jarum Yen Wie Ciam yang menghajar
pada punggungnya, salurkan tenaga dalam akan
kubantu menyadarkan dirinya dari pingsan, kemudian
biar ia sendiri yang menunjukkan butiran pil mana adalah
pil pemunah racun!" "Obat tersebut ia yang membawa sendiri, sudah tentu
pemuda tersebut dapat menentukan sendiri mana yang
merupakan pil pemunah racun!"
"Cuma cara inipun merupakan suatu tindakan sangat
berbahaya," kata Phoa Ceng Yan kembali berat.
"Bagian mana yang kau maksud bahaya."
289 "Jikalau aku tidak berhasil menyadarkan dirinya, maka
kita tak akan berhasil menyelamatkan jiwanya lagi."
"Kecuali bertindak demikian, masih adakah cara-cara
yang kiranya dapat digunakan"."
"Bilaman dibicarakan dalam situasi seperti ini, kecuali
cara tersebut rasanya tak ada cara lain lagi"."
Selagi mereka bercakap-cakap, Nyoo Su Jan dengan
membawa baki berisi makanan sudah berjalan masuk.
"Jie-ya, siapakah orang ini?" tanya Nyoo Su Jan
sambil meletakkan baku berisi makanan itu ke atas
tanah. "Aku sendiripun tidak tahu." perlahan-lahan Phoa
Ceng Yan menggeleng. "Ia menunggang kuda dan
kesasar sampai ke sini, sedang pemuda itu sendiri jatuh
pingsan karena terhajar senjata rahasia."
Sinar mata Nyoo Su Jan dialihkan ke atas jarum
beracun Yen Wie Tui Hun Ciam yang masih melekat
pada punggungnya. "Aaaakh! Ia sudah terhajar oleh jarum beracun Yen
Wie Tui Hun Ciam".." serunya tiba-tiba dengan rasa
kaget. "Tidak salah, bahkan kalau sudah tak ditolong lagi,
maka jiwanya bakal melayang."
"Kuda putih yang berada di luar ruangan apakah kuda
tunggangannya?""." kembali Nyoo Su Jan bertanya.
"Ehmmm! Jikalau kuda tunggangannya bukan seekor
kuda jempolan yang cerdik, mungkin ini hari jiwanya
sudah melayang." "Jadi Jie-ya mau menolong dirinya?"
290 "Benar, urusan sudah menjumpai diriku sudah tentu
aku harus berusaha keras".."
"Jika ditinjau dari perubahan air mukanya, jelas ia
sudah keracunan hebat, bila tidak berhasil kita tolong
dirinya, maka kesulitan bakal menimpa diri kita."
"Soal ini aku sendiripun tahu, jika kita tidak berhasil
menyelamatkan jiwa maka kerepotan bakal saling
berdatangan, dan bila kita berhasil menolong dirinya
kerepotan tetap bakal datang. Sekarang urusan ini sudah
menjumpai kita, kalau memang apapun terjadi kita tetap
merasakn kerepotan, bukankah jauh lebih baik kita coba
dulu tolong orang itu. Kedatanganmu sungguh amat
bagus, coba perintahkan mereka perketat penjagaan,
mungkin satu dua jam ini aku tak bisa lepaskan diri
dalam ruangan, sebentar lagi aku mau turun tangan
menolong dirinya." Dirobeknya pakaian kulit kambing pada pundak
pemuda itu, lalu jari-jari tangan kanan mulai bekerja
mencabut keluar jarum beracun yang menghajar di atas
jalan darah "Hong Hu Hiat" pada pundak pemuda berbaju
biru itu, sedangkan tangan kirinya angsurkan pil
pemunah tadi ke tangan Liauw Thayjien.
Liauw Thayjien terima obat pemunah itu, Phoa Ceng
Yan lantas gunakan tangan kirinya membimbing bangun
pundak pemuda tersebut, telapak tangan ditempelkan ke
atas jalan darah "Ming Bun Hiat" pada punggung diamdiam hawa murni disalurkan menerjang masuk ke isi
perutnya. Liauw Thayjien yang belum pernah mencampurkan diri
dalam urusan dunia kangouw, ketika melihat Phoa Ceng
Yan tempelkan telapak kanannya ke atas punggung
pemuda berbaju biru itu dalam hati jadi keheranan.
291 "Eeei". terhitung cara apakah ini" masa menyembuhkan luka keracunan hanya dengan
tempelkan tangan ke atas punggung?"
Tampaklah beberapa saat kemudian batok kepala
Phoa Ceng Yan mulai dibasahi oleh keringat yang makin
lama semakin deras bagaikan curahan hujan, dari ujung
kepala sampai bawah basah kuyup semua.
Melihat kejadian itu, Liauw Thayjien jadi semakin
terkejut bercampur keheranan.
"Phoa-ya, kau lelah?" tak tertahan lagi tanyanya.
Ketika itu Phoa Ceng Yan sedang pusatkan seluruh
perhatian untuk paksa keluar racun dari dalam tubuh si
lelaku berbaju biru itu dengan kerahkan tenaga
lweekang, sudah tentu tak ada waktu baginya untuk
menjawab pertanyaan dari Liaw Thayjien.
Ia tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Liauw Thayjien yang melihat Phoa Ceng Yan tetap
duduk bersila sambil pejamkan mata, agaknya sama
sekali tidak mendengar pertanyaan, iapun tidak
mengajukan pertanyaan lebih lanjut.
Kembali lewat beberapa waktu, mendadak si orang
berbaju biru itu menghembuskan napas panjang,
perlahan-lahan ia membuka matanya.
Agaknya ketika itu Phoa Ceng Yan sudah kecapaian,
sesudah menghembuskan naoas ringan buru-buru
katanya. "Liauw Thayjien, cepat tunjukkan pil itu kepadanya dan
suruh ia tunuk pil mana yang pemunah racun."
292 Liauw Thayjien menurut, ia keluarkan telapak
tangannya dan menunjukkan kedua butir pil kepada sang
pemuda. "Dia antara kedua butir ini mana yang merupakan pil
pemunah racun?" "Pil berwarna putih keperak-perakan adalah pemunah
racun." Liauw Thayjien segera mengambil pil yang dimaksud
dan diserahkan ke mulut pemuda tersebut.
"Phoa-ya, apakah pil ini diberikan saja kepadanya."
"Tanyakan saja kepadanya."
Si orang berbaju biru itu tidak menjawab tapi
pentangkan mulut lebar-lebar.
Liauw Thayjien pun lantas hantar pil warna putih ke
dalam mulut si orang berbaju biru.
Setelah itu dimasukkannya pula pil berwarna merah
tadi ke botol kumala, lalu menutup gabusnya dan
diletakkan di depan tubuh sang pemuda.
Setelah semuanya beres ia baru bangun berdiri dan
bertindak keluar dari ruangan.
Si lelaki berbaju biru itu setelah menelan pil pemunah
racun segera pejamkan matanya pula untuk mengatur
pernapasan. Phoa Ceng Yan dengan kerahkan sisa tenaganya


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengirim hawa lweekang ke dalam isi perut sang
pemuda dan bantu ia perlancar jalannya peredaran
darah di badan. Sepeminum teh kemudia, mendadak si orang berbaju
biru itu buka suara, katanya.
293 "Terima kasih atas bantuan dari Locianpwee,
boanpwee sudah bisa atur pernapasan sendiri, cianpwee
tidak usah repot repot lagi."
Cara menyembuhkan luka dengan menggunakan
tenaga dalam merupakan suatu pekerjaan yang sangat
berat dan banyak mengeluarkan tenaga murni, Phoa
Ceng Yan yang ada maksud menolong orang telah
kerahkan seluruh hawa murni yang dimilikinya.
Sesudah lewat beberapa saat hawa murni di dalam
badan hampir boleh dikata sudah tinggal sedikit, keringat
ngucur keluar menembusi mantel bulunya, sekalipun si
orang berbaju biru itu tidak menyuruh ia beristirahat pun
ia tak akan meneruskan pekerjaannya.
Si orang berbaju biru itu melirik sekejap ke atas wajah
Phoa Ceng Yan yang penuh diliputi keletihan, setelah itu
ia baru pejamkan mata atur pernapasan.
Phoa Ceng Yan menghembuskan napas panjang,
tubuhnya langsung dijatuhkan ke belakang dan rebah ke
atas tanah, kelelahan yang dialami saat ini bagaikan
kelelahan yang dialami setelah mengalami suatu
pertarungan yang maha sengit.
Waktu itu Nyoo Su Jan dengan jalan merindik-rindik
masuk ke dalam ruangan, sebagai seorang jago
kawakan yang sering melakukan perjalanan setelah
melihat sekejap keadaan ruangan perlahan-lahan ia
menutup pintu kembali dan mengundurkan diri untuk
berjaga-jaga di luar. Kiranya ia takut keadaan Phoa Ceng Yan yang sangat
mengenaskan itu dapat diketahui oleh pihak lawan, maka
dari itu untuk amannya sengaja ia berjaga-jaga di depan
pintu untuk menghalangi setiap orang yang bermaksud
untuk masuk ke sana. 294 Setelah berbaring beberapa saat, perlahan-lahan
Phoa Ceng Yan bangun duduk dan mulai atur
pernapasan. Menanti ia selesai salurkan hawa murninya
mengelilingi seluruh badan satu lingkaran dan rasa lelah
lenyap dari dalam tubuh pada waktu itu si orang berbaju
birupun sudah selesai bersemedi dan sedang duduk di
sudut ruangan. Ketika Phoa Ceng Yan buka mata untuk kedua
kalinya, keadaan dari si orang berbaju biru itu sudah
berubah dari keadaan semula, wajah sembab hijau yang
semula menghiasi wajahnya kini sudah tersapu lenyap
berganti dengan selembar wajah tampan dan gagah
perkasa. "Loo-Cianpwee sudah selesai bersemedi, boanpwee
pun seharusnya mohon diri" kata si orang berbaju biru itu
hambar. Ia bangun berdiri, membuka pintu dan berjalan keluar
dengan langkah lebar. Ia tidak menanyakan kisahnya sehingga ditolong, juga
tidak mengucapkan sepatah kata terima kasih bahkan
tidak menanyakan pula nama Phoa Ceng Yan maupun
meninggalkan nama sendiri, begitu keluar dari ruangan
segera meloncat naik ke atas kuda, menarik tali les dan
diiringi suara ringkikan kuda putihnya laksana sambaran
petir meleset sejauh delapan depa untuk kemudian
lenyap di balik hutan sana.
Menanti Phoa Ceng Yan tiba di depan pintu kuil
bayangan manusia sudah lenyap tak berbekas.
295 Nyoo Su Jan yang melihat kejadian itu tak bisa
menahan golakan dihatinya lagi, kontan ia bentang bacot
memuji. "Sungguh seekor kuda yang bagus?".."
Ia bepaling, sewaktu melihat Phoa Ceng Yan pun
sudah keluar, buru-buru sambungnya dengan berganti
nada. "Jie-ya, siapakah orang itu" Agaknya di dalam
kalangan Bu Lim sebelah utara belum pernah menemui
jejak orang ini." "Ia tidak menggeleng. tinggalkan nama" Phoa Ceng Yan "Ehmmm! Apakah Jie-ya tidak menanyakan hal
tersebut kepadanya?"
"Kepergiannya teramat cepat, sang manusia amat
gesit kudanya lincah, sama sekali tidak memberi suatu
kesempatan bagiku untuk mengajukan pertanyaan.
Thio Toa Hauw yang berdiri di samping pintu kuil
sehabis mendengar perkataan itu hawa gusarnya kontan
bergelora. "Hmmm! Bangsat cilik itu benar-benar tidak tahu
kesopanan, bikin dongkol. Jie-ya! Kau sudah sia-sia
menolong selembar nyawanya, kurang ajar benar, masa
sepatah kata terima kasihpun tidak diucapkan, jika di
kemudian hari aku si Loo Thio menemui dirinya lagi,
tentu akan kukasih sedikit hajaran kepadanya."
"Toa-Hauw, lain kali aku larang kau ungkap kembali
persoalan ini " cegah Phoa Ceng Yan sembari ulapkan
tangannya. "Kita sebagai orang kangouw yang sering
melakukan perjalanan sudah sepatutnya sering tolong
menolong dan membantu, urusan telah lewat biarkanlah
296 berlalu, apalagi kitapun menolong bukan mengharapkan
upah orang lain. Walaupun di dalam hati tidak puas, Thio Toa Hauw
tidak berani membantah perkataan Hu Piauw-tauw-nya,
dengan hati mendongkol segera putar badan berlalu.
"Jie-ya, jika ditinjau dari kudanya kemungkinan besar
orang ini mempunyai asal-usul yang luar biasa." bisik
Nyoo Su Jan dengan suara lirih. "Budi tidak mengenal
terima kasih, inilah baru dinamakan wajah seorang
pendekar sejati!" "Su Jan, jangan bicarakan urusan ini lagi " potong
Phoa Ceng Yan sambil terbatuk batuk kering. "Tadi kau
keluar sebentar dan apa yang sudah kau temui di sana?"
"Hamba serta Giok Liong sekalian bekerja untuk
kumpulkan sedikit bahan makanan yang kira-kira bisa
digunakan untuk penuhi ransum selama empat-lima hari
buat manusia maupun kuda, selain itu secara teliti dan
cermat kamipun sudah periksa keadaan di empat
penjuru, tapi tak sebuah tanda yang mencurigakan pun
berhasil kita temukan. Hamba merasa keadaan sekeliling
kuil ini sangat tenang bahkan ketenangan yang
membawa rasa keheranan."
"Semakin hening, suasana semakin menakutkan! Kita
jangan terlalu bertindak gegabah?"" kata Phoa Ceng
Yan seraya tertawa getir.
Ia dongakkan kepala memandang cuaca.
"Waktu masih pagi, sekalipun bakal terjadi urusan juga
tak akan berlangsung pada saat ini. Menggunakan
kesempatan ini ada baiknya suruh mereka makan yang
kenyang lalu beristirahat sebentar. Semisalnya si Dewa
Api Ban Cau betul-betul sudah pasang jebakan di
297 sebelah sana dan ini hari tidak berhasil menjumpai kita,
maka nanti malam pihak mereka pasti akan adakan
suatu gerakan." Agaknya Nyoo Su Jan secara tiba-tiba teringat akan
suatu persoalan yang penting, buru-buru ujarnya.
"Eeeeii?"".Piauw-tauw, pemuda tadi sudah kena
terhajar senjata rahasia macam apa?"
"Jarum beracun Yen Wei Tui Hun Ciam" seru Phoa
Ceng Yan rada melengak. "Jarum Yen Wie Tui Hun Ciam adalah sebangsa
senjata rahasia tunggal yang sangat istimewa, jarang
sekali orang-orang Bu-lim yang menggunakan senjata
tersebut." "Tentang hal ini aku sih tahu" Phoa Hu Cong Piauwtauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok ini tertawa
getir. "Dan didalam dunia kangouw saat ini hanya
seorang saja yang menggunakan senjata rahasia ini
sebagai senjata andalan."
"Si "Kui Siu" atau Tangan Setan Mo Cing."
"Tidak salah, memang si tangan setan Mo Cing."
"Menurut apa yang hamba ketahui, selamanya antara
Kui Siu serta Shia Kiam atau si pedang sesat belum
pernah berpisah." "Tentang hal ini akupun tahu," kembali si orang tua
mengangguk. "Di mana si tangan Setan Mo Cing
munculkan diri maka "Shia Kiam" atau si pedang Sesat
pasti menguntil datang."
"Jie-ya" Nyoo Su Jan berbisik rendah.
"Sudah ada banyak tahun si Tangan Setan serta si
Pedang Sesat tidak pernah munculkan dirinya di dalam
298 dunia kangouw, kemunculan mereka di tempat ini ada
kemungkinan disebabkan karena suatu maksud tertentu."
"Maksudmu, kedatangan mereka-pun disebabkan oleh
barang kawalan kita kali ini?" teriak Phoa Ceng Yan
tertegun. "Soal ini hamba tidak berani terlalu memastikan,
hanya saja peristiwa ini terjadi sangat kebetulan, dalam
musim dingin yang menggigilkan badan serta jalan raya
yang tertutup lapisan salju tebal apalagi menjelang tutup
tahun, kebanyakan jago-jago Liok-Lim kenamaan sudah
masanya beristirahat menyambut kedatangan Tahun
Baru, seharusnya Kui So serta Shia Kiam tidak akan
dikarenakan jual beli ini lantas cari sangu untuk melewati
Tahun Baru bukan?" "Tidak salah, si Dewa Api Ban Cau ditambah tangan
dan pedang sesat, urusan memang sedikit rada
kebetulan." "Bahkan mereka masih tinggalkan suatu bukti kepada
kita bahwa si tangan setan Mo Cing pun telah unjukkan
diri." "Tapi diantara perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita
dengan pihak mereka belum pernah terlibat sengketa!"
seru Phoa Ceng Yan. "Kita sudah menolong orang yang pernah dilukai si
Tangan Setan Mo Cing, bukankah hal ini berarti sudah
memberikan suatu kesempatan yang baik buat mereka
untuk mencari gara-gara?"
"Su Jan!" kata si Orang tua seraya tertawa getir.
"Jikalau kedatangan mereka adalah membawa maksud
tujuan, sekalipun kita tidak menolong orang itupun
mereka sama saja tak akan melepaskan kita orang."
299 "Perkataan dari Jie-ya memang tidak salah, agaknya
urusan makin lama berubah semakin merepotkan,
hamba segera akan perintahkan mereka untuk banyak
bikin persiapan." Ia merandek sejenak. "Walaupun keadaan pihak musuh jauh lebih kuat,
paling banterpun kita harus bertempur sampai mati,
justru persoalannya sekarang terletak pada diri keluarga
Liauw. Heee?"! Sekarang, hamba malah sebaliknya
sangat mengharapkan nona Liauw benar-benar seorang
gadis yang memiliki rangkaian ilmu silat lihay."
"Kalau rejeki bukan bencana, kalau bencana tak akan
terhindar, sampai waktunya aku kepingin sekali agar
mereka suka memberi sedikit keterangan tentang
maksud kedatangannya, setelah itu kita lakukan suatu
pertarungan sepuas-puasnya, daripada harus merasakan
kemasgulan, kemurungan serta kesumpekan sebanyak
ini, jauh lebih baik semuanya berlalu dengan blakblakan."
"Jie-ya, maafkan hamba akan bicara terus terang.
Kemungkinan sekali Cong Piaut tauw sudah mulai
melakukan perjalanan, dengan kecepatan lari kudanya,
mungkin dalam beberapa hari ini akan tiba di sini,
sekarang kita harus berusaha keras menahan siksaan
serta kepahitan getir untuk mengesampingkan semua
persoalan yang tak berguna, kita harus mencari akal
untuk bertahan hingga kedatangan Cong Piauw-tauw
kita." "Perkataanmu tidak salah, pergilah melakukan
persiapan." Phoa Hu Cong Piauw-tauw mengangguk.
300 Agaknya secara tiba-tiba ia sudah teringat akan suatu
persoalan yang penting, sembari mengelus jenggot
sambungnya lagi. "Su Jan, aku sudah teringat akan suatu persoalan!."
Nyoo Su Jan yang sudah putar badan dan melangkah
keluar mendengar perkataan itu lantas berhenti dan
berpaling. "Jie-ya, kau masih ada urusan apa yang hendak
diperintahkan?""
"Toa-hauw memiliki kekuatan alam luar biasa, hanya
jurus-jurus ilmu silatnya kurang sempurna, setelah
menemui jago lihay kadangkala hanya dalam tiga lima
jurus kena didesak bergebrak jarak dekat kemudian
tertotok jalan darahnya. Bila kita hendak bertahan
seharusnya kau aturkan penjagaan sedemikian rupa
sehingga Toa Hauw bisa unjukkan

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikit kegagahannya." Ia tarik napas panjang panjang dan beristirahat
sebentar. "Jikalau kita bisa lewatkan hadangan ini akan
memohonkan kepada COng Piauw-tauw untuk carikan
satu akal menyempurnakan diri Toa Hauw, menambah
kecerdikannya dan wariskan beberapa rangkaian ilmu
silat yang sesuai bagi dirinya."
"Perkataan dari Jie-ya sedikitpun tidak salah, soal ini
sudah lama kita rundingkan, dan akhirnya berhasil kami
dapatkan satu cara, cuma cara ini harus bekerja sama
pula dengan Jie-ya kau orang tua."
"Harus bekerja sama dengan diriku?"
"Tidak salah. Gelang terbang dari Jie-ya beserta du
alat bandring otomatis dan empat busur panjang yang
301 keras bisa kita gunakan berbareng, sekalipun kita jumpai
seorang jago lihay kelas wahidpun hamba percaya masih
bisa menghadapinya, cuma?"".."
"Su Jan, teruskan kata katamu, tidak mengapa!" seru
Phoa Ceng Yan tertawa. "Jie-ya harus bisa menahan hina, makian serta
hasutan musuh, kita jangan gubris makian serta
tantangan mereka". "Baik! Akan kudengarkan siasatmu itu."
"Hamba sudah periksa situasi di sekitar sini, jikalau
kita akan bertahan di dalam kuil ini maka ruang tengah
harus kita jadikan titik pusat, soal keluarga Liauw sana
terpaksa hamba harus merepotkan Jie-ya untuk bikin
takluk dulu Liauw Thayjien."
"Heeeei"..! Jikalau kau suruh aku bicarakan lagi
tentang sesuatu dengan mereka sebenarnya Loohu
sudah malu untuk buka suara, bagaimana kalau titik
pusat penjagaan dari ruang tengah kita pindahkan ke
ruang yang mereka tempati saja?"
"Hamba serta Giok Liong sudah bikin perhitungan
yang cermat, kami merasa bahwa ruangan itu tidak
kuat?"" Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
"Hamba sudah gunakan papan serta kulit pohon untuk
membangun sebuah ruang kecil di dalam ruangan
tengah, rasanya ruangan tersebut cukup digunakan
sebagai tempat persembunyian beberapa orang keluarga
Liauw! Apalagi tempat itupun jauh lebih aman daripada
ruangan sekarang." Beberapa patah perkataan ini sengaja diucapkan
dengan suara keras, sehingga para pembantu Piauw302
kiok yang meronda di luar pintu besar pun dapat
mendengar perkataan itu jelas.
Selagi Phoa Ceng Yan bersiap hendak memberi
jawaban, tiba-tiba Liauw Thayjien munculkan dirinya dari
balik ruangan. "Phoa-ya, kau tidak perlu bersedih hati!" serunya
seraya ulapkan tangannya. "Urusan sudah jadi begini,
terpaksa kau harus berbuat sesuai dengan perintah dari
Nyoo Su Jan Piauw-tauw."
"Thay-jien, kau terlalu sungkan" buru-buru Nyoo Su
Jan menjura. "Di dalam keadaan dan situasi macam
begini terpaksa kita harus saling percaya mempercayai
dan saling bantu membantu, dengan demikian hadangan
bahaya ini baru bisa kita lalui."
"Aku paham, entah kapan kami harus pindah!" potong
Liauw Thayjien tertawa hambar.
"Lebih baik sekarang juga pindah kemari! Bilamana
kedatangan mereka adalah benar-benar dikarenakan kita
orang, rasanya sebentar lagi orang-orang itu pasti sudah
tiba di sini, bahkan ada kemungkinan besar malam nanti
bakal terjadi suatu perubahan besar".."
"Baiklah, sekarang juga cayhe akan suruh merekap
pindah masuk ke ruang tengah."
"Su Jan! Tidak bisa salahkan orang lain merasa tidak
senang" sela Phoa Ceng Yan seraya tertawa hambar
menanti Liauw Thayjien telah berlalu. "Orang lain adalah
buang uang meminta kita jadi pengawalnya, bukannya
kami yang menurut perintah sekarang merekalah yang
setiap langkah harus mendengar petunjuk kita orang."
303 "Keadaan kritis dan tidak mengijinkan kita banyak
berpikir panjang, rasanya kejadian inipun merupakan
suatu peristiwa yang tidak terhindarkan."
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya.
"Jie-ya, kau harus baik-baik beristirahat sebelum Cong
Piauw-tauw tiba di sini maka semua urusan masih harus
andalkan kepandaian Jie-ya.
Selesai berkata, Nyoo Su Jan lantas berlalu untuk
adakan persiapan persiapan seperlunya.
Liauw Thayjien dengan membimbing Liauw Hujien
serta nona Liauw pindah masuk ruang tengah kuil.
Sedikitpun tidak salah, Nyoo Su Jan sekalian sejak
semula sudah persiapkan sebuah rumah kecil yang
sangat kuat dan tertutup di tengah ruang kecil itu ditutup
oleh papan serta kulit pohon yang tebal dan kokohnya
luar biasa di bawah jendela bertumpukan batu batu
cadas dalam jumlah yang sangat banyak.
Jelas membuktikan bila Phoa Ceng Yan sekalian
sudah bulatkan tekad untuk bertahan mati-matian di
dalam kuil tersebut dengan titik pusat di dalam ruang
tengah tadi. Cuaca makin lama semakin gelap, suasana di
sekeliling tempat itupun mulai kelihatan samar-samar,
rasa tegang mulai mencekam hati setiap orang semua.
Ketika itu salju sudah berhenti, awan gelap mulai
buyar dan muncullah langit nan biri dengan separuh
bagian rembulan memancarkan cahayanya menyinari
permukaan jagat yang putih menyilaukan mata.
Dalam kuil sudah disulut lampu, suasana empat
penjuru sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun
304 kecuali ringkikan-ringkikan kuda yang menambah
keseraman di tengah malam yang bening itu.
Kurang lebih mendekati kentongan kedua di luar kuil
tiba-tiba muncul empat sosok bayangan manusia, suara
berdetaknya kaku kuda berlari di atas permukaan salju
kedengaran sangat jelas. Phoa Ceng Yan yang bersembunyi di tempat
kegelapan di balik pintu besar kuil dengan meminjam
cahaya rembulan dapat melihat pemandangan di luar kuil
dengan sangat jelas. Di lihatnya empat sosok bayangan manusia
menghentikan larinya kuda pada kurang lebih sepuluh
kaki di luar kuil dan sama-sama meloncar turun ke ats
permukaan tanah. Agaknya keempat orang itu sama sekali tiada
mengandung maksud hendak melancarkan serangan
bokongan, setelah menyerahkan keempat ekor kuda itu
pada seorang, sisanya tiga orang dengan langkah lebar
berjalan ke arah kuil. Melihat kejadian itu Phoa Ceng Yan lantas berpaling
dan memandang sekejap ke arah Nyoo Su Jan.
"Agaknya mereka siap-siap menantang kita untuk
bergerak " bisiknya lirih.
"Jika memang begitu, pasti mereka adalah jago-jago
kenamaan." Gerakan tubuh ketiga orang itu sangat cepat, di dalam
sekejap mata sudah berada kurang lebih tiga kaki di luar
kuil. Pihak lawan tidak buka suara untuk menantang
perang, sedang dari pihak Phoa Ceng Yan pun tidak
kedengaran suara bentakan maupun teguran, mereka
305 hanya memandang orang-orang itu dengan pandangan
dingin. Menanti ketiga orang itu sudah mencapai tiga kaki dari
kuil mendadak bersama-sama menghentikan langkahnya, salah seorang diantaranya seorang kakek
tua berjubah panjang warna hijau dengan jenggot
melambai sepanjang dada maju ke depan seraya
menjura, katanya. "Siapakah yang sedang bertugas" Harap suka
laporkan kepada si telapak besi gelang emas Phoa Hu
Cong Piauw-tauw dari perusahaan kalian, katakan saja si
Dewa Api Ban Cau malam-malam datang berkunjung."
Selagi Phoa Ceng Yan siap-siap hendak memberi
jawaban, Nyoo Su Jan yang ada disisinya sudah keburu
menyahut. "Oooooouw?"..! Kiranya Ban Loo-yacu yang
namanya sangat terkenal di dalam Bu Lim, cayhe aturkan
selamat datang! Maaf kami menyambut kurang hormat."
Sembari menjawab, lambat-lambat ia berjalan keluar
dari tempat persembunyian.
Ban Cau dongakkan kepala memandang sekejap ke
arah Nyoo Su Jan. "Maaf, Loohu punya mata tak berbiji, tidak berhasil
kukenali sebutan dari kawan."
"Cayhe Nyoo Su Jan! Ban Loo-yacu adalah cianpwee
loojien, sudah tentu tak akan mengenali aku orang she
Nyoo yang sama sekali tak bernama di dalam dunia
persilatan," kata Nyoo Su Jan seraya menjura.
Ban Cau mendengus dingin.
306 "Kau tidak usah meluncurkan sindiran dalam katakatamu, sana beritahu kepada Phoa Ceng Yan, coba
lihat maukah dia orang menemui aku sebagai si tetamu."
Phoa Ceng Yan yang bersembunyi di belakang pintu
dapat mendengar jelas semua perkataan dari kedua
orang itu, tapi berhubung belum mendapat tanda dari
Nyoo Su Jan maka ia merasa kurang leluasa untuk
unjukkan diri. Terdengar Nyoo Su Jan kembali berkata, "Bilamana
dibicarakan dari nama serta kedudukan Ban Loo-yacu
saat ini sudah tentu seharusnya Phoa Hu Cong Piauwtauw dari perusahaan kami munculkan diri untuk
menemui tamu, cuma saja".."
Ban Cau ulapkan tangannya memotong pembicaraan
selanjutnya dari Nyoo Su Jan, sahutnya.
"Kau tidak usah bukakan pintu buat aku orang, Loohu
malam-malam datang berkunjung bukannya dikarenakan
ingin mengikat persahabatan, jika kau tidak ingin
sampaikan berita ini jangan salahkan Loohu segera akan
terjang masuk ke dalam."
Melihat Nyoo Su Jan terdesak dan sulit untuk memberi
jawaban lagi, Phoa Ceng Yan batuk0batuk kering sambil
melangkah keluar dari tempat persembunyian.
"Siapa yang datang mencari aku orang she Phoa."
Seraya menyahut lambat-lambat ia munculkan dirinya
dan berjalan keluar ke pintu kuil, melihat munculnya
Phoa Hu Cong Piauw-tauw ini, Ban Cau segera
merangkap tangannya menjura, "Si telapak besi gelang
emas Phoa Jie-ya, di sini Ban Cau menghunjuk hormat."
Buru-buru Phoa Ceng Yan balas menjura.
307 "Tidak berani"..tidak berani, cayhe tidak berani
menerima penghormatan besar dari Ban Toa-ya."
Si Dewa Api Ban Cau tertawa hambar.
"Selama beberapa tahun ini siauw-tee bersembunyi
terus di gunung dan jarang berkelana di dalam dunia
persilatan, tapi aku dengar nama besar dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok kalian beserta kedashyatan dari
gelang terbang pencabut nyawa dari Phoa Jie-ya,
katanya kau sudah berhasil mkendesak kawan-kawan
Liok-lim di daerah utara sampai tak bisa berkutik."
Phoa Ceng Yan mendengus dingin sahutnya.
"Jikalau kedatangan Ban Heng pada malam ini
dikarenakan soal kawan-kawan di sekitar daerah Utara,
maka aku orang she Phoa dengan suka hati akan
menyampaikan pendapat dari Ban heng ini kepada Cong
Piauw-tauw kami, aku rassa Cong Piauw-tauw tentu akan
memberikan satu jawaban yang memuaskan hati Ban
Heng, aku orang she Phoa hanya menjabat kedudukan
kecil, di atas masih ada COng Piauw-tauw dan maaf aku
orang tak bisa ambil keputusan sendiri".."
"Haaaa?"".haaa?"?"..haaaa?"..kalau
begitu Phoa heng hanya bisa berbuat apa saja?" potong
Ban Cau sembari dongakkan kepalanya tertawa tergelak.
Melihat kejadian itu, diam-diam di dalam hati Phoa
Ceng Yan berpikir. "Bila aku ulur sedikit waktu lagi berarti memberi
kesempatan pada mereka untuk mengadakan persiapan
lebih teliti, jikalau ia tidak suka memberi muka kepadaku,
akupun tidak usah menggunakan kata-kata untuk
menyanjung dirinya lagi."
Berpikir akan hal tersebut, ia lantas menyahut.
308 "Pertanyaan dari Ban-heng betul-betul membuat
Siauw-te jadi tidak paham, di bawah kolong langit tak ada
orang kedua. Di dalam rumah tak ada dua majikan, di
dalam perusahaan pengawal barang-barang kita punya
peraturan kami sendiri aku orang she Phoa tidak ingin
bicara terlalu besar?""
"Heee"..heee?"heee?" di dalam persoalan
barang walaupun kali ini, apakah kau Phoa Jie-ya bisa
ambil keputusan," kembali potong Ban Cau diiringi suara
tertawa dingin. Phoa Ceng Yan segera tertawa terbahak-bahak.
"Ooouw.. jika demikian adanya, tujuan Ban-heng pun
terletak pada barang-barang kawalan kami?"
"Barang kawalan dari perusahaan Liong Wie Piauwkiok selamanya tak ada yang berani mengutak-ngatik,
dalam hati siauw-tee merasa tidak puas, kami ingin cobacoba menahan barang kawalan dari perusahaan kalian


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali ini." "Mau merampok katakan saja terus terang mau
merampok, seorang lelaki sejati selamanya bicara blakblakan, cara Ban-heng belak-belok tak menentu apakah
tidak berarti membuang tenaga terlalu banyak?"
Disindir oleh Phoa Ceng Yan, air muka Ban Cau
kontan berubah jadi merah padam, serunya gusar.
"Kalau begitu anggap saja aku orang she ban ada
maksud merampok barang kawalan kalian, kau Phoaheng bersiap-siap hendak berbuat apa?"
"Siauw-tee berani mengawal barang sudah tentu
bakal takut menghadapi mereka-mereka yang
maksud merampok barang kawalan kami, jikalau
heng punya kesadaran tunggulah sebentar, setelah
tidak ada Bankami 309 bereskan dulu orang-orang piauw-kiok kami, rasanya
turun tangan kemudian pun belum terlambat".."
"Ban-heng, kau baik-baik jaga diri, maaf siauw-tee tak
bisa menemui lebih lanjut," sambungnya kemudian
sambil ulapkan tangannya.
Dengan sinar mata tetap melototi diri Ban Cau, si
orang tua ini lambat-lambat mengundurkan diri ke dalam
ruangan kuil. Ban Cau adalah seorang manusia yang licik dan
banyak akal, sebenarnya maksud kedatangannya di sini
adalah ingin mencari tahu beberapa persoalan dari mulut
Phoa Ceng Yan. Siapa sangka Phoa Ceng Yan jauh lebih lihay
daripadanya, hanya di dalam beberapa patah kata saja ia
berhasil menyelamuri diri Ban Cau sehingga lupa dengan
maksud kedatangannya. Menanti Phoa Ceng Yan sudah balik ke dalam
ruangan kuil, Ban Cau baru teringat kembali akan
maksud kedatangannya adalah ingin mencari sedikit
keterangan, tapi kini tak sedikit keteranganpun yang
berhasil ia dapatkan. Senjata rahasia gelang emas dari Phoa Ceng Yan
sudah amat terkenal di dalam dunia kangouw. Si Dewa
api Ban Cau tidak berani bersikap terlalu gegabah,
melihat Phoa Ceng Yan mundur ke belakang.
Selama ini Nyoo Su Jan terus menerus bersembunyi
di tempat kegelapan di balik pintu, ketika dilihatnya Ban
Cau dengan membawa anak buahnya mengundurkan
diri, dalam hati jadi keheranan.
Jilid 10 310 Si Dewa Api merupakan seorang iblis kenamaan di
dalam kalangan Liok-lim, kenapa mereka mengundurkan
diri sebelum berhasil mencapai pada sasarannya?""
Phoa Ceng Yan yang melihat kejadian inipun rada
keheranan dibuatnya. "Su Jan, mereka mengundurkan diri?"" bisiknya lirih.
"Mungkin waktu yang mereka janjikan untuk turun
tangan belum tiba, dan sekarang mereka mengundurkan
diri terlebih dulu sambil menunggu waktu."
"Dengan watak si Dewa Api Ban Cau yang licik dan
banyak pengalaman sebelum punya pegangan kuat, ia
tak akan berani datang kemari untuk menempuh
bahaya," kata Phoa Ceng Yan setelah termenung
sejenak. "Kini mereka sudah datang bahkan ajak aku
bicara secara berhadapan muka, tak mungkin ia suka
mengundurkan diri sedemikian mudah, paling tidak ia
akan tunjukkan dulu dua-tiga macam senjata apinya
sebagai tameng dalam pengunduran diri tersebut."
"Perkataan Jie-ya tidak salah," Nyoo Su Jan
mengangguk. "Di antara persoalan ini pasti sudah ada
perubahan, tetapi perubahan apakah tang telah terjadi
sehingga bisa membuat si iblis tua itu berubah pendapat
menjelang saat-saat kritis dan mengundurkan diri?""
"Mungkinkah mereka sedang gunakan siasat licik
untuk menipu kita?" seru Phoa Ceng Yan tiba-tiba.
"Sengaja mereka munculkan diri kemudian mengundurkan diri, setelah itu mengambil kesempatan
sewaktu penjagaan kita sedikit mengendor, secara diamdiam mereka menyelundup masuk ke dalam kuil".."
311 Belum sempat Nyoo Su Jan memberikan jawabannya,
mendadak nampaklah Lie Giok Liong berlari masuk
dengan langkah cepat. "Giok Liong, bukannya berjaga-jaga di posmu, buat
apa lari kemari dengan gugup dan gelagapan?" tegur
Phoa Ceng Yan sang Hu Cing Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok dengan alis berkerut.
"Jie-siok! Siauw-tit telah menemui suatu kejadian yang
mengherankan, karena itu sengaja datang minta
pendapat dari paman Jie-siok!" lapor Lie Giok Liong
seraya menjura. "Ada Urusan apa?""
"Sewaktu Siauw-tit berjaga-jaga di pos penjagaan
mendadak menemukan empat sosok bayangan manusia
dengan gerakan menyelinap mendekati kuil kita".."
"Kalian sudah tahu ada orang hendak menyelinap
masuk ke dalam kuil, kenapa kau orang malah
meninggalkan pos penjagaan, jangan bergurau!"
"Paman Jie-siok, Siauw-tit belum selesai menceritakan
keadaan selanjutnya."
"Baiklah! Kau teruskan lebih lanjut."
"Keempat sosok bayangan manusia itu sewaktu tiba
kurang lebih tiga kaki di luar tembok kuil, mendadak
salah satu di antaranya tanpa sebab mendadak jatuh
tertelungkup seperti menubruk katak."
"Aaaakh! Kemudian?"" Phoa Ceng Yan berseru
tertahan. "Justeru keistemewaannya terletak di sini, baru saja
orang yang jatuh itu bangun berdiri, orang yang berada di
sampingnya mendadak jatuh rubuh ke atas tanah, empat
312 orang itu jatuh ke atas tanah saling bergilir, ketika orang
terakhir berhasil meronta bangun dari tanah, maka
mereka berlalu terbirit-birit tanpa menoleh lagi, karena
siauw-tit tidak paham di manakah letak keistemewaan
dari persoalan ini, maka sengaja datang kemari untuk
laporkan urusan ini pada paman Jie-siok."
Sembari mengelus jenggotnya Phoa Ceng Yan
termenung berpikir keras, beberapa saat kemudia ia baru
berkata, "Soal ini"..soal ini".. benar-benar membuat
orang merasa sedikit tidak paham."
"Jie-ya, mungkinkah ada jagoan lihay yang membantu
kita secara diam-diam?" timbrung Nyoo Su Jan dari
samping. "Nona Liauw?"?"
"Apa yang berhasil Giok Liong lihat serta
mengundurkan diri si Dewa Api Ban Cau secara
mendadak, tidak mungkin kalau tak ada sebabsebabnya?""
"Kalau begitu, biarlah aku pergi tengok diri Liauw
Thayjien." Habis berkata orang tua she Phoa ini bangun dan
melangkah menuju ruangan tengah.
"Cepat kembali dan berjaga-jaga di tempat semula."
bisik Nyoo Su Jan kemudian kepada diri Lie Giok Liong
sepeninggal Phoa Ceng Yan. "Peristiwa yang terjadi
pada malam ini rada sedikit kabur, sungguh membuat
orang jadi kebingungan, sekalipun jelas ada jago lihay
yang secara diam-diam membantu kita dengan gunakan
kepandaian lihaynya mengundurkan musuh tangguh, tapi
kitapun jangan terlalu bersikap gegabah,"
313 Perlahan-lahan Lie Giok Liong menghela napas
panjang. "Cahaya rembulan menyinari permukaan salju dengan
terangnya, pemandangan di sekitar beberapa kaki dari
pos penjagaanku dapat dilihat dengan jelas, tapi ?"".
kecuali keempat orang itu jatuh bangun dipermainkan
orang belum pernah kutemukan lagi bayangan manusia
yang lain, jika benar-benar ada orang yang membantu
kita secara diam-diam maka kepandaian silat dari orang
itu betul-betul luar biasa lihaynya."
"Bila kepandaian silat dari orang itu biasa saja,
rasanya iapun tak bakal bisa kejutkan musuh tangguh
sehingga melarikan diri terbirit-birit."
"Heee?"".. apalagi jika jago lihay itu adalah nona
Liauw, kita seharusnya merasa sangat malu."
"Sedikitpun tidak salah! Orang lain hamburkan uang
minta kita mengawal keselamatan mereka sepanjang
jalan, tidak disangka sewaktu kita hadapi persoalan yang
kritis sebaliknya orang lain yang melindungi keselamatan
kita." "Aku mau pergi" kata Lie Giok Liong kemudian seraya
menjura. "Jikalau paman Jie-siok menemukan sesuatu
harap dia orang suka cepat-cepat beri kabar kepadaku."
"Kenapa" Agaknya terhadap persoalan ini kaupun
sudah timbul perasaan ingin tahu?"
"Kepandaian silat seseorang ternyata bisa dilatih
hingga tahap mengundurkan musuh tangguh tanpa
perlihatkan sedikit jejak, kejadian ini benar-benar susah
dipercaya dengan pikiran manusia, cayhe kepingin sekali
bisa bertemu dengan manusia macam begini."
314 Ia merandek sambungnya. sejenak, setelah tukar napas "Terus terang saja aku beritahu pada Nyoo-heng,
sejak Lam Thian Sam Sah mengundurkan diri secara
misterius, selama ini siauw-te terus menerus
memperhatikan segala gerak-gerik dari kereta yang
ditumpangi nona Liauw".
"Lalu apakah Lie-heng sudah pernah menemukan
sesuatu tanda yang mencurigakan ataupun istimewa?"
"Belum, selama ini cayhe belum berhasil menemukan
suatu tanda-tanda yang aneh ataupun mencurigakan."
"Jie-ya sudah pergi tanyakan persoalan ini pada Liauw
Thayjien, jikalau jago lihay yang barusan saja bantu kita
mengundurkan musuh tangguh ini adalah hasil
perbuatan nona Liauw, rasanya kali ini ia pasti berhasil
menemukan tanda-tanda tersebut."
"Mengapa?" "Di dalam ruang tengah cuma terdapat sebuah jalan
keluar saja, peduli nona Liauw memiliki kepandaian silat
seberapa lihaypun tidak mungkin dia orang bisa masuk
keluar dengan menembusi dinding?""
Ia rada merandek sejenak, lantas tambahnya.
"Musuh tangguh telah mengundurkan diri, untuk
beberapa saat tak mungkin bisa balik kemari, bagaimana
kalau kitapun pergi ke ruang tengah untuk melihat-lihat
keadaan?" "Meninggalkan tugas pos penjagaan, aku takut paman
jie-siok akan menegur?"
"Sekalipun kita pergi menengok sejenak rasanya tak
akan buang banyak waktu?"?"
315 "Baiklah!" akhirnya Lie Giok Liong setuju. "Nyoo
Piauw-tauw selama ini mendapat penghargaan dari
paman Jie-siok, asalkan kau berjalan di depan rasanya
paman Jie-siok tak akan menegur."
Nyoo Su Jan tersenyum, setelah ia serahkan tugas
pos penjagaan mereka kepada dua orang pembantu
piauw-kiok, katanya. "Kalian baik-baiklah berjaga di pintu besar, bilamana
menemukan sesuatu tanda yang mencurigakan
berusahalah secepat mungkin sampaikan berita itu ke
dalam ruangan tengah."
"Nyoo-ya harap berlega hati" sahut kedua orang
pembantu piauw-kiok itu seraya menjura.
Kemudian Nyoo Su Jan baru berpaling
memandang sekejap ke arah Lie Giok Liong.
dan "Mari kita pergi"
Dengan langkah lambat ia berjalan ke depan.
Lie Giok Liong dengan cepat menguntil dari belakang
Piauw-tauw she Nyoo ini menuju ke dalam ruangan.
Ketika kedua orang itu mendekati ruangan, pada
waktu itu Phoa Ceng Yan sedang bercakap-cakap
dengan Liauw Thayjien. Terdengar Phoa Ceng Yan dengan suara lirih sedang
berkata. "Putri kasayanganmu apakah masih ada di dalam
ruangan?" "Sejak Siauw-li masuk ke dalam ruangan tengah,
hingga kini belum pernah meninggalkan tempat ini
barang selangkahpun," sahut Liauw Thayjien perlahan.
316 "Apakah Thayjien yakin tidak salah melihat?"
"Tidak salah. He-koan tahu siauw-li belum pernah
meninggalkan ruang kecil ini barang selangkahpun."
"Dapatkah Thayjien masuk sejenak untuk memeriksa
sendiri?"?" Liauw Thayjien manggut. tampak termenung, akhirnya ia "Baiklah! He-koan akan periksa sebentar ke dalam!"


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia lantas bangun berdiri dan melangkah masuk ke
dalam ruang kecil di tengah ruang besar kuil tersebut.
Sesaat kemudian ia sudah melangkah ke luar.
"Siauw-li sudah tidur pulas!"
"Apa" putrimu sudah tertidur nyenyak?" Phoa Ceng
Yan jadi tertegun dibuatnya.
"He-koan melihat hal tersebut dengan mata kepala
sendiri dan siauw-li betul-betul sudah tertidur pulas,
apakah aku masih bisa menipu kalian?"
"Oouw?".oouw?" sudah tentu Thayjien tak bakal
berbicara bohong." "Phoa Hu Cong Piauw-tauw! He-koan ada beberapa
patah kata bila tak kuucapkan keluar rasanya mengganjel
di tenggorokan." "Silahkan Thayjien mengutarakan keluar."
"Aku sudah banyak menuruti kemauan kalian semua,
tapi lebih baik kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw sedikit tau
keadaan, masa di tengah malam buta kau paksa aku
yang jadi ayah pergi tengok putriku sendiri, walaupun
keadaan tidak sama dengan waktu waktu biasa, tapi
kejadian ini telah melanggar tata kesopanan?".."
317 Phoa Ceng Yan terbatuk batuk kering, buru-buru ia
rangkap tangannya menjura.
"Teguran dari Thayjien memang tepat!" sahutnya
perlahan. "Kebanyakan keluarga pembesar paling ketat
menjaga peraturan rumah tangga, tapi keadaan kita
hadapi saat ini jauh berbeda dengan keadaan biasa,
sedikit teledor kemungkinan besar kita akan kehilangan
nyawa bersama-sama, oleh karena itu di banyak tempat
terpaksa aku orang she Phoa harus mendapatkan bukti
dengan sangat berhati-hati."
Setelah mendengar perkataan itu hawa gusar dalam
dada Liauw Thayjien pun rada reda.
"Agaknya suatu peristiwa besar kembali terjadi pada
malam ini?" "Tidak salah, walaupun Thayjien harus tidur di pojokan
kuil yang sempit dan banyak menderita siksaan lahir
maupun bathin, tapi orang-orang perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok dari kedudukan teratas aku orang she Phoa
hingga bagian bawah para pembantu piauw-kiok yang
terluka semuanya berjaga di atas tanah lapang bersalju
yang sangat dingin, kita sudah salurkan seluruh kekuatan
yang kita miliki untuk melindungi keselamatan dari
Thayjien sekeluarga."
Liauw Thayjien menghela napas panjang.
"Sebenarnya kalianpun sudah cukup menderita?".cuma, apa sangkut pautnya urusan itu
dengan diri Siauw-li?""
"Liauw Thayjien! Terus terang saja kukatakan barusan
ada beberapa kelompok jago-jago Liok-lim dengan
mengambil arah yang berlainan sama-sama menyerang
kuil kita, tapi sewaktu mereka mendekati kuil secara
318 mendadak mengundurkan diri kembali dengan terbirit
birit?" "Ooouw?"?".. ada urusan demikian?"
"Tidak salah, justeru disinilah letak rasa curiga di hati
cayhe, setelah aku pikir bolak balik akhirnya berhasil
kamu dapatkan dua kesimpulan."
"Dan apa hubungannya dengan Siauw-li"
"Pertama ada seorang jago lihay yang memiliki
kepandaian silat dashyat bersembunyi di sekitar tempat
ini dan bantu kita mengundurkan para penjahat. Kedua,
mereka sengaja menjalankan siasat licik untuk mencobacoba kekuatan kita apa benar-benar mengandalkan
persiapan. Kita jangan bicarakan kesimpulan yang
kedua, jikalau semisalnya benar-benar ada seorang jago
lihay yang membantu kita, lalu siapakah orang itu" Inilah
yang membuat kami harus berpikir dan menduga-duga ."
"Maka dari itu kalian lantas mencurigai Siauw-li?"
sambung Liauw Thayjien cepat.
"Lam Thian Sam Sah setelah membuka horden kereta
putrimu buru-buru mengundurkan diri terbirit-birit, HoaHoa Kongcu menerjang masuk ke dalam ruang tidur
putrimu dan akhirnya mengundurkan diri serta
menghadiahkan obat mujarab, sebegitu banyak hal-hal
yang mencurigakan benar-benar membuat orang merasa
tidak paham di manakah letaknya alasan-alasan
tersebut! Bila kau Liauw Thayjien berkedudukan seperti
aku Phoa Ceng Yan sekarang ini, maka apa yang
hendak kau lakukan?"
Sekali lagi Liauw Thayjien menghela napas panjang.
"Perkataanmu memang betul, kejadian ini memang tak
bisa salahkan kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw."
319 "Thayjien bisa memahami kesusahan aku orang she
Phoa, dengan demikian aku orang she Phoa pun bisa
berlega hati. " segera Phoa Ceng Yan merangkap
tangannya menjura. "Baiklah!" kembali Liauw Thayjien berbatuk-batuk
kering. "Besok pagi, setelah semangat Siauw-li sedikit
baikan, kau Phoa Hu COng Piauw-tauw boleh bercakapcakap dengan dirinya, aku rasa di balik kesemuanya ini
memang benar-benar masih tersembunyi suatu rahasia.."
"Tia! Aku sudah bangun ?"" tiba-tiba terdengar
suara seseorang yang lemah lembut memotong
pembicaraan. Ketika Phoa Ceng Yan berpaling, dilihatnya nona
Liauw dengan rambut panjang terurai di pundak
melangkah keluar dari balik ruang kecil itu lambat-lambat.
"Malam sudah kelam, hawa diluarpun dingin, cepat
pergi beristirahat, ada perkataan kita bicarakan besok
hari saja" buru-buru Liauw Thayjien menegur seraya
mendehem. Liauw Wan Jie tersenyum manis.
"Selama dua hari ini secara mendadak aku merasa
badanku jauh lebih baikan, bahkan semangatpun sudah
pulih kembali. Tia! Kau tidak usah kuatir buat diriku lagi."
"Apakah setelah menelan pil mujarab pemberian Hoa
Hoa Kongcu?"." sela Phoa Ceng Yan dari samping.
"Ehm! Tidak salah, sejak menelan pil pemberiannya,
aku merasa penyakitku rada baikan?".."
Gadis she Liauw ini merandek sejenak, lantas
tambahnya. "Bukankah kalian sangat mencurigai diriku?"
320 "Berhubung banyak urusan berlangsung sangat
bertepatan waktu, mau tak mau terpaksa kami harus
mencurigai diri nona" Phoa Ceng Yan membenarkan.
"Sekarang aku berdiri di sini, ada persoalan apa
silahkan ditanyakan semua."
Phoa Ceng Yan termenung sejenak, akhirnya ia
rangkap tangannya menjura.
"Nona memiliki kepandaian silat yang lihay bahkan
berulang kali membantu kami mengundurkan musuhmusuh tangguh, bukan saja cayhe merasa sangat
berterima kasih, sekalipun Cong Piauw-tauw kamipun
ikut merasa kagum bercampur girang."
"Apa maksud perkataanmu itu?" Liauw Wan Jie
segera menggeleng. "Badanku lemah tak bertenaga,
untuk turun tangan menyembelih seekor ayam pun tak
becus, mana mungkin bisa memiliki kepandaian silat."
"Walaupun manusia pandai tidak suka unjukkan muka,
tapi jejak dari nona sudah bocor dan diketahui banyak
orang, agaknya tiada berguna kau orang berbohong
lagi." "Setiap perkataan yang kuucapkan adalah kata-kata
sejujurnya, jika kau tak percaya itupun merupakan suatu
kejadian yang tidak bisa dibuktikan lagi."
Phoa Ceng Yan jadi melengak.
"Cayhe sama sekali tidak bermaksud untuk
menciptakan kesalah-pahaman dengan diri nona".."
"Perduli kau ada maksud menganggap soal ini
kesalah-pahaman atau tidak, yang jelas apa yang aku
ucapkan adalah kata-kata sejujurnya." potong Liauw Wan
Jie cepat. "Aku tidak bisa ilmu silat, jangan dikata orang
321 yang bisa ilmu silat sekalipun orang biasapun cukup
sekali tinju bisa membinasakan diriku."
"Ada kalanya cayhepun merasa bahwa nona tidak
mirip dengan seorang yang pandai bersilat."
"Kalau memang sudah melihat betul, kenapa kau ubah
kembali pendapatmu itu?"
"Karena cayhe tidak berhasil menjelaskan persoalanpersoalan yang terjadi secara beruntun dan kebetulan itu
secara tepat! Oleh sebab itu cayhe merasa di balik
kesemuanya ini tentu masih ada sebab-sebab lain."
Nona Liauw menghela napas panjang.
"Aku berharap kalian bisa mempercayai perkataanku."
"Mana berani kami tidak mempercayai perkataan
nona, cuma cayhe sangat berharap nona suka
menceritakan semua rahasia di balik kesemuanya ini,
semisalnya nona merasa jalan inipun susah ditempuh,
maka kami berharap nona suka membuka suatu jalan
yang rasanya bisa kita lampaui."
"Heeeeeiii! Tindakan kalian ini bukankah sama dengan
bertanya jalan dengan orang buta" Kau suruh aku
berbuat apa, bagaimana aku bisa tahu?""
Dalam hati Phoa Ceng Yan tahu sekalipun ditanyakan
lebih lanjut tak berguna, karena itu ia lantas alihkan
bahan pembicaraan. "Nona, silahkan kau kembali untuk beristirahat."
"Pada malam ini semangatku luar biasa segar, lebih
baik kau tumpahkan keluar seluruh kecurigaan yang
mencekam di dalam dadamu."
"Baiklah," kata Phoa Ceng Yan kemudian setelah
ragu-ragu sejenak. "Kenapa sewaktu Hoa Hoa Kongcu
322 menerjang masuk ke dalam ruangan tidur nona bukan
saja ia tidak melukai dirimu bahkan menghadiahkan obat
yang sangat mujarab?"
"Liauw Wan Jie termenung tidak bicara, agaknya ia
sedang berpikir cermat sebelum menjawab.
"Bocah, kau harus bicara terus terang," sela Liauw
Thayjien dari samping. "Bicara sejujurnya, aku sendiripun kurang begitu
paham mengapa ia hadiahkan sebutir obat mujarab
kepadaku," kata Liauw Wan Jie seraya mengangguk.
"Tapi aku jelas mengetahui bahwa diapun tidak punya
alasan yang kuat untuk mencelakai diriku."
"Jikalau perkataan yang nona ucapkan adalah
sejujurnya, maka rasanya baik Hoa Hoa Kongcu maupun
Lam Thian Sam Sah tiada alasan untuk datang kemari."
"Tidak salah, tapi mereka pada berdatangan lalu
dikarenakan apa "."
Phoa Ceng Yan tertegun, kemudian tertawa getir.
"Karena apa" Pertanyaan dari nona sangat bagus!
Hingga sekarang aku orang she Phoa pun masih belum
paham, apa sebabnya?"
"Jadi maksudmu, kedatangan mereka dikarenakan
aku?"" kata Liauw Wan Jie sambil membereskan
rambutnya yang panjang terurai.
"Soal ini si bukan" Phoa Hu Cong Piauw-tauw
menggeleng. "Jikalau kedatangan mereka disebabkan
nona, agaknya tindakan yang diambil tidak perlu
sedemikian buas dan keji, mereka bisa mohon bertemu
secara blak-blak kan?""
"Aaakh! Lalu karena apa mereka datang kesini?"
323 "Jikalau nona betul-betul tidak tahu, maka persoalan
ini harus ditanyakan ayahmu."
Sinar mata Liauw Wan Jie perlahan-lahan dialihkan ke
atas wajah Liauw Thayjien, perasaan curiga mulai
melintasi alisnya. "Tia, sebenarnya barang berharga apakah yang kita
bawa sehingga menimbulkan inceran sebegitu banyak
orang-orang?" "Menurut perkataan dari Phoa Hu Cong Piauw-tauw,
kedatangan orang-orang ini bukannya dikarenakan untuk
merampok emas, perak ataupun barang-barang mustika
lainnya".." kata Liauw Thayjien menggeleng.
"Tidak salah!" sambung Phoa Ceng Yan pula.
"Sekalipun Thayjien sudah kumpulkan banyak emas,
perak maupun barang antik, tapi barang-barang tersebut
masih tidak termasuk suatu barang kawalan yang besar.
Perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kami sudah pernah
mengawal beberapa ratus laksa tahil perak di daratan
Tionggoan sebelah Utara tetapi belum pernah ada orang
yang berani menempuh bahaya mengikat tali
permusuhan dengan kami ataupun menghadang barangbarang kawalan kami, sekalipun beberapa orang
pentolan Liok-lim yang tak dapat diajak kompromipun tak
akan berani banyak ribut, tapi kali ini". beberapa orang
iblis kenamaan dari kalangan Liok-lim sudah pada
munculkan diri." "Jadi maksudmu barang yang kami bawa sudah
melampaui nilai beberapa ratus laksa tahil sehingga
memancing perhatian mereka?"
"Tidak salah," jawab Phoa Ceng Yan dengan air muka
serius. "Kemungkinan sekali barang-barang itu sama
sekali tidak bernilai di mata kalian dan tiada berharga
324 beberapa ratus laksa tahil, tapi bagi mereka benda itu
betul-betul bernilai."
"Tia! Sebenarnya apa yang sudah kita bawa?" Harta
adalah benda sampingan yang tidak berguna?"."
"Aku sendiripun tidak paham tentang soal ini," Liauw
Thayjien menggeleng dan memotong perkataan putrinya
yang belum selesai. "Menurut apa yang cayhe ketahui, lukisan peta
pengangon kambing itu termasuk salah satu di
antaranya," sela orang tua she Phoa dari samping.


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liauw Thayjien nampak termenung berpikir keras,
sesaat kemudian ia baru mengambil keputusan.
"He-koan akan bertanggung jawab, asalkan yang
mereka minta adalah lukisan peta pengangon kambing
itu maka kalian boleh serahkan peta tersebut kepada
mereka asalkan kita bisa melanjutkan perjalanan dengan
selamat!" Agaknya Phoa Ceng Yan sama sekali tidak menduga
kalau Liauw Thayjien bisa berkata demikian, ia
mendehem. "Sungguh?" "Sudah tentu sungguh, kemungkinan sekali lukisan
peta itu benar-benar bernilai, tapi di tanganku tak
kumengerti dimanakah letak berharganya benda
tersebut." "Walaupun perkataan bisa diucapkan demikian," sela
Phoa Ceng Yan sambil menghela napas panjang. "Tapi
asalkan aku orang she Phoa masih ada napas tiga cun
yang bergetar, maka aku tak akan membiarkan orang
lain mengganggu barang seujung rambutpun terhadap
kalian sekeluarga Liauw?"
325 Liauw Thayjien pun menghela napas panjang seraya
menggeleng. "Phoa-ya, uang dan harta adalah barang sampingan,
aku menjabat sebagai pembesar kelas dua walaupun
pernah tenggelam di dalam kemakmuran serta
kelimpahan harta, tapi dalam pandanganku pribadi
benda tersebut tak berguna bagai awan di langit,
perkataan dari Siauw-li kemungkinan besar tak bakal
salah, sesudah He-koan pikir tiga kali rasanya pikiranku
tak berhasil menyimpulkan kapankah Siauw-li mendapat
kesempatan untuk belajar ilmu silat?".."
Ia merandek sejenak, lalu dengan air muka serius
sambungnya lebih lanjut. "Hingga detik ini agaknya kau Phoa Hu Cong Piauwtauw masih belum berhasil mengetahui jelas apa yang
sebenarnya mereka inginkan dari kami?"
Phoa Ceng Yan tertegun, pikirnya.
"Perkataan ini sedikitpun tidak salah, hingga detik ini
aku masih belum berhasil memahami apa sebabnya
mereka gerakan masa untuk atur jebakan dengan
menghadang barang kawalanku ini ".."
Kedengaran ucapannya. Liauw Thayjien melanjutkan lagi Kemungkinan sekali orang lain sudah mengetahui
jelas tentang soal ini!"
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw, lain kali jikalau kau
bertemu lagi dengan pihak musuh maka jangan lupa
tanya pada mereka sebenarnya apa yang mereka
kehendaki" Asalkan benda tersebut ada di dalam
tumpukan barang-barang kami, cayhe pasti akan
326 menyerahkan keluar."
Phoa Ceng Yan merasa sangat malu sekali, tapi untuk
beberapa saat iapun tak mengerti jawaban apa yang
harus diutarakan. "Bocah, kau kembalilah ke bilik untuk beristirahat!" ujar
Liauw Thayjien kemudian kepada Liauw Wan Jie seraya
berpaling. Liauw Wan-jie mengiakan, perlahan-lahan ia putar
badan bertindak masuk ke dalam ruangan.
Liauw Thayjien pun mengikuti dari belakang tubuh
Liauw Wan Jie melangkah masuk ke dalam ruangan.
Lama sekali Phoa Ceng Yan memandang bayangan
punggung kedua orang itu hingga lenyap dari
pandangan, akhirnya dengan hati murung ia putar badan
berjalan keluar dari ruangan.
Ketika Nyoo Su Jan serta Lie Giok Liong sudah
menanti di atas permukaan salju di luar ruangan.
Menemui kedua orang itu Phoa Ceng Yan langsung
tertawa getir. "Sudah kalian dengar semua?"
"Semua telah kami dengar."
membungkuk dan menjura. Nyoo Su Jan "Perkataan dari Liawu Thayjien sedikitpun tidak salah,"
kata Phoa Ceng Yan setelah mendehem. "Kita hanya
tahu keadaan disekeliling kita penuh terkurung oleh
keadaan bahaya, tapi apa yang mereka kehendaki kita
orang masih belum jelas."
Nyoo Su Jan termenung, lalu manggut.
327 "Perkataan dari Jie-ya sedikitpun tidak salah, barang
kawalan kita kali ini bukan saja mempunyai banyak
perubahan bahkan masih terbungkus pula oleh suatu
rahasia yang sangat misterius dan susah diketahui,
jikalau dikatakan si Dewa Api Ban Cau sekalian sama
sekali tidak mendapatkan kabar berita, rasanya
merekapun tak bakal munculkan dirinya kembali di dalam
Bu lim setelah lama cuci tangan mengasingkan diri."
"Yang menggelikan lagi adalah pihak bajingan sudah
tahu benda apa yang akan diincer, sebaliknya kita orang
yang melindungi barang tersebut masih tidak tahu barang
apa yang sedang kita kawali!"
"Kemungkinan sekali Liauw Thayjien hanya dipergunakan orang" dengan demikian sudah tentu ia
sendirianpun tak bakal tahu rahasia di balik semuanya
ini".." Phoa Ceng Yan kerutkan alisnya, lama sekali ia
termenung, akhirnya mengangguk.
"Perkataanmu ini memang rada ceng li!"
"Jie-ya, bilamana dikemudian hari kau bisa berjumpa
lagi dengan mereka, baiknya gunakan sedikit siasat
untuk jebak mereka dalam perkataan." bisik Nyoo Su Jan
lagi sambil dongakkan kepalanya memandang rembulan.
Phoa Ceng Yan mengangguk.
"Kelihatannya hanya satu-satunya jalan yang bisa kita
tempuh!" Ia lantas ulapkan tangannya.
"Giok Liong, coba kau pergi meronda sebentar,
bilamana menemukan jejak musuh laporkan padaku
secepatnya." 328 Lie Giok Liong menjura lalu putar badan berlalu.
Menanti Lie Giok Liong sudah lenyap dari pandangan,
Phoa Ceng Yan baru berpaling, bisiknya, "Su Jan, mari
kita kongkouw!" Ia melangkah keluar dari ruangan kuil.
Dengan kencang Nyoo Su Jan membuntuti dari
belakang, sekeluarganya dari kuil ia baru menegur.
"Jie-ya, kita akan kemana?"
"Walaupun si Dewa api Ban Cau sudah
mengundurkan diri, tapi aku percaya mereka pasti sudah
tinggalkan mata-mata di sekitar tempat ini untuk
mengawasi segala gerak-gerik kita."
"Apakah Jie-ya akan menangkap dan cari keterangan
dari mulut mereka?"."
"Soal itu sih bukan!" potong Phoa Ceng Yan. "Aku
ingin agar supaya mereka suka membawakan sepucuk
suratku buat si Dewa Api Ban Cau."
"Jie-ya, bila besok malam Cong Piauw-tauw belum
datang, maka lusa sebelum menjelang siang hari ia pasti
sudah tiba di sini, rasanya kalau mau bicara saat itulah
merupakan waktu yang paling tepat."
"Su Jan! Coba kau bayangkan, jikalau Cong Piauwtauw sudah tiba di sini dan ia bertanya apa sebabnya
mereka ada maksud untuk mengganggu barang kawalan
kita jikalau aku tak dapat menjawab pertanyaan ini
bukankah peristiwa tersebut merupakan suatu kejadian
yang sangat memalukan?"
Nyoo Su Jan tersenyum. 329 "Maka dari itu Jie-ya ingin menemui si Dewa Api dan
menanyakan keadaan sejelasnya sebelum Cong Piauwtauw tiba di sini?"
"Tidak salah, aku ingin menanyakan urusan ini
sampai jelas, dengan demikian bila Cong Piauw-tauw
mengajukan pertanyaan aku bisa menjawab dengan
lancar." Waktu itu kedua orang itu sudah berjalan
meninggalkan kuil sejauh enam-tujuh kaki di bawah
sorotan sinar rembulan dilihatnya permukaan tanah
hanya tertutup oleh selapis salju nan putih, seluruh jalan
raya telah diselimuti dengan salju.
"Situasi di sekeliling tempat ini tidak begitu kita
pahami, berjalan di malam hari rasanya kurang leluasa"
bisik Nyoo Su Jan lirih. "Jika Jie-ya memang ada maksud
hendak bertanya, Rasanya besok pagi cari merekapun
masih belum terlambat."
"Baiklah! Kalau begitu kita tinjau dulu di sana dan
selidiki apa sebabnya mereka mengundurkan diri,
kemungkinan sekali di atas permukaan salju kita bakal
berhasil menemukan sesuatu jejak yang banyak
membantu kita di dalam pengungkapan rahasia ini."
"Benar!" Nyoo Su Jan memperdengarkan tanda
setujunya. "Kecuali orang itu sudah berhasil melatih
kepandaian silatnya hingga mencapai taraf tidak
menempel tanah kalau tidak sepatunya di atas
permukaan salju tertinggal telapak kaki atau sedikitnya
tanda-tanda yang bisa diselidiki."
"Heiii?""! Marilah kita pergi adu untung! Selama
separuh hidupku aku berkelana di dalam dunia kangouw
dan banyak menemui manusia aneh maupun peristiwa
330 aneh tapi belum pernah berjumpa dengan situasi yang
sulit dan membingungkan semacam kali ini ?"."
Ia merandek sejenak, lantas sembari memandang
sekejap ke arah Nyoo Su Jan tampaknya.
"Giok Liong berjaga di pos sebelah utara."
"Tidak salah, biar hamba bawa jalan."
Nyoo Su Jan berebut jalan terlebih dahulu di depan
Phoa Ceng Yan, lalu sambungnya, "Jie-ya, situasi yang
kita hadapi pada saat ini walaupun penuh diliputi awan
gelap ini masih berada dalam keadaan ada kekejutan
tanpa mara bahaya".. kita tidak tahu mengapa mereka
bermaksud mengganggu barang kawalan kita, jago-jago
Liok-lim serta iblis-iblis tua yang telah mengasingkan diri
satu demi satu saling susul menyusul munculkan dirinya
di dalam Bu-lim tapi kemudian seorang demi seorang
mengundurkan diri dalam keadaan sangat mengherankan, suasana sekeliling kita rasanya penuh
diliputi oleh kemisteriusan, jikalau bukan dikarenakan
beban yang kita pikul untuk melindungi seluruh keluarga
Liauw terlalu berat, kepingin sekali hamba melakukan
suatu penyelidikan secara teliti."
"Keadaan kita saat ini sama halnya dengan minum
arak di bawah pohon pare, mencari kesenangan di
tengah kepahitan." Sewaktu bercakap-cakap, mereka sudah tiba di kuil
bagian Utara. Mereka berdua tidak bicara lagi, seluruh perhatian
dipusatkan jadi satu dan menyapu seluruh permukaan
salju dengan sinar mata tajam.
Sedikitpun tidak salah, di atas permukaan salju nan
putih mereka temukan sebaris bekas tapak kaki yang
331 kacau balau tidak karuan tapi seluruh bekas kaki tersebut
hanya terdapat di dalam lingkungan tiga kaki di luar
tembok kuil. Tiga kaki di balik lingkungan tersebut salju
tetap putih, jelas tidak pernah dijamah orang.
Jika ditinjau dari bekas telapak kaki yang tertera di
atas permukaan salju, agaknya orang-orang itu sudah
menemui suatu kejadian yang sangat mengejutkan
sewaktu tiba di tempat kurang lebih tiga kaki dari kuil
sehingga mereka terburu-buru putar tubuh dan lari
ngacrit, dengan demikian bekas kaki yang tertera di atas
permukaan salju pun jadi kacau balau tidak karuan.
"Di bawah sorotan sinar rembulan serta pantulan
cahaya dari permukaan salju, seharusnya dengan
ketajaman mata Giok Liong, benda dalam jarak tiga kaki
bisa ia lihat dengan sangat jelas sekali" kata Phoa Ceng
Yan. "Benar, orang-orang itu pasti sudah menemui sesuatu
kejadian yang sangat mengejutkan sewaktu tiba kurang
lebih tiga kaki dari tembok kuil, sehingga mereka ngacrit
pergi dengan ketakutan," sambung Nyoo Su Jan.
"Saat itu keadaan apa yang sudah mereka temukan di
tempat ini?" Sinar mata Nyoo Su Jan dengan tajam menyapu
sekeliling kalangan, dan akhirnya sinar mata berhentu du
atas sebuah pohon kayu besi yang tumbuh pada suatu
tempat pemberhentian, hatinya jadi sedikit bergetar.
"Jie-ya, jika ada orang bersembunyi di balik pohon
sambil melancarkan serangan mengundurkan para
penjahat, rasanya ia tidak perlu undurkan diri".
"Sedikitpun tidak salah," Phoa Ceng Yan menengok ke
sana. 332

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hawa murnipun disalurkan mengelilingi seluruh badan,
dalam dua tiga loncatan ia sudah tiba di sisi pohon
tersebut. Sinar mata dengan tajam melakukan pemeriksaan,
tampak di sekeliling pohon tersebut sama sekali tidak
terdapat bekas-bekas telapak kaki yang menandakan
pernah dilalui orang, permukaan salju nan putih halus
bersih dan rata bagaikan kaca.
"Jie-ya, apakah berhasil menemukan sesuatu?" tanya
Nyoo Su Jan yang mengejar dari belakang.
Phoa Ceng Yan menggeleng.
"Tidak, sedikitpun tidak terdapat bekas kaki."
"Aku lihat lebih baik kita tak usah buang tenaga
dengan percuma lagi, semua urusan tunggu saja setelah
Cong Piauw-tauw kita datang!" kata Nyoo Su Jan sambil
menghembuskan napas panjang.
"Dalam keadaan seperti ini rasanya kita hanya dapat
berbuat demikian, kecerdikan serta kepandaian silat dari
Cong Piauw-tauw jauh melebihi kita orang semua,
kemungkinan sekali ia bisa berhasil menemukan sedikit
titik terang dalam keadaan aneh yang beruntun kita temui
ini." "Siapa, cepat berhenti!" tiba-tiba terdengar Lie Giok
Liong membentak keras. "Giok Liong, aku! Seru Phoa Ceng Yan dengan air
muka berkerut. Tapi bagaimanapun juga dia adalah jago yang
berpengalaman sangat luas baru saja ucapan meluncur
keluar ia sudah merasa keadaan sedikit tidak beres,
dengan cepat badannya berputar ke belakang.
333 Nyoo Su Jan pun mengikuti gerakan Piauw-tauwnya
ikut putar badan ke belakang.
"Dalam waktu mereka berdua sama-sama putar
badan, hawa murnipun secara diam-diam disalurkan
mengelilingi tubuh siap melakukan penjagaan terhadap
segala kemungkinan. Kurang lebih tiga kaki dari mereka muncul seorang
lelaki kasar berpakaian ringkas berwarna hitam gelap.
"Kawan! Setelah datang kemari seharusnya sebutkan
nama besarmu!" seru Phoa Ceng Yan sembari menjura.
"Cayhe adalah Phoa Ceng Yan, terimalah hormatku."
Sehabis berkata ia rangkap tangan memberi hormat.
"Sudah lama aku mendengar nama besar Phoa Jieya!" sahut si orang berbaju hitam itu singkat.
Selangkah demi selangkah Phoa Ceng Yan maju ke
depan. "Kawan, siapa namamu" maaf aku orang she Phoa
punya mata tak berbiji sehingga tidak tahu kapan kita
pernah berjumpa" Orang berbaju hitam itu tetap berdiri tak bergerak di
tempat semula, hanya suara tertawa dingin bergema
tiada hentinya. "Phoa Jie-ya! Ada baiknya jika kau jangan mendesak
terlalu maju ke depan di tengah malam buta begini cayhe
sama sekali tidak bernapsu untuk turun tangan terhadap
kalian." "Asalkan saudara tiada berniat untuk mengganggu
barang kawalan kami, itu berarti kawan karib dari aku she
Phoa, kawan, kenapa tidak masuk ke dalam kuil untuk
duduk-duduk sebentar" di tengah malam buta dalam kuil
334 kami walaupun tak ada hidangan lezat yang bisa
dihidangkan untuk menyambut tamu, tapi aku orang she
Phoa masih membawa sedikit arak bagus, bagaimana
kalau kita minum secawan untuk menghangatkan
badan?" "Sungguh patut disayangkan cayhe masih ada urusan
di badan, tidak berani menerima tawaran baik dari Phoa
Jie-ya" potong si orang berbaju hitam itu cepat.
Mendengar jawaban tersebut, Phoa Ceng Yan jadi
melengak. "Kawan! Jikalau kau tidak ingin memberi tahu nama
besarmu, entah bolehkah cayhe ketahui apa maksud
kunjunganmu pada malam begini?"
"Jikalau urusan ini tiada sangkut paut dengan kau
Phoa Jie-ya, cayhepun tak akan datang berkunjung di
tengah malam buta yang dingin dengan menempuh
perjalanan di atas permukaan salju yang tebal ini."
"Jika demikian adanya, kawan! Tentu kau sedang
menjalankan tugas penting."
"Tidak salah! Cayhe memang sedang menjalankan
tugas perintah." "Entah perintah dari siapa?"
"Ke Kongcu". "si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang?"
"Tidak salah! Majikan kami memerintahkan cayhe
untuk memberitahu kepada Phoa Jie-ya kalian bahwa
keadaan kalian sudah terkepung rapat-rapat, si Dewa Api
Ban Cau dengan beberapa orang iblis sakti yang telah
mengundurkan diri dari kalangan dunia persilatan kini
335 sudah menunjukkan gerakan-gerakannya berjaga-jaga
untuk mengawasi daerah sekitar tempat ini."
"Maksud baik dari Ke Kongcu akan kami terima
dengan senang hati, cayhe ucapkan banyak terima
kasih!" sahut Phoa Ceng Yan segera.
Si Orang berbaju hitam itu tertawa hambar.
"Majikan kami masih menitipkan pula sepatah kata."
"Apa yang ia katakan?"
"Menurut majikan kami, jikalau Phoa Jie-ya
membutuhkan tenaga bantuannya, majikannya kami rela
turun tangan membantu kalian."
Beberapa patah kata itu benar-benar berada di luar
dugaan Phoa Ceng Yan, maka setelah termenung
beberapa saat katanya. "Antara Ke Kongcu dengan perusahaan expedisi Liong
Wie Piauw-kiok selama ini tiada ikatan dendam maupun
hubungan erat, aku rasa dibalik kesemuanya ini tentu
ada maksud tertentu bukan?"
"Phoa Jie-ya tidak malu disebut orang jago kangouw
kawakan, didalam mata tidak dapat dikotori dengan batu
kerikil, Majikan kami tidak sayang-sayangnya rela
mengikat dendam dengan banyak pentolan iblis sudah
tentu tak mungkin bekerja tanpa suatu balas jasa yang
besar pula." "Dapatkah kau orang jelaskan dulu berapa besar balas
jasa yang ia inginkan?"
"Liauw Si-cu tersebut memiliki sebuah lukisan, tolong
kau Phoa Piauw-tauw suka mengajak ia berunding, bila
ia suka hadiahkan barang itu kepada kami maka majikan
kamipun akan kerahkan semua tenaga yang dipunyai
336 untuk melindungi seluruh anak buah perusahaan piauwkiok kalian beserta keselamatan mereka sekeluarga".."
Ia merandek sejenak lalu sambungnya.
"Jika Phoa Piauw-tauw bisa menyampaikan maksud
hati majikan kami ini sudah tentu jauh lebih bagus lagi,
tapi bila Phoa Piauw-tauw tidak suka menyampaikan
pesan ini, maka cayhe mohon bisa bertemu dengan
Liauw Sicu dan menerangkan sendiri urusan ini
kepadanya." Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Tolong sampaikan kepada Ke Kongcu, katakan saja
maksud baiknya akan kami terima di hati, sedang
mengenai kau ingin membicarakan persoalan ini dengan
Liauw Thayjien sendiri, cayhe rasa itu tidak perlu."
"Jadi kau Phoa Hu Cong Piauw-tauw suka mewakili
kami untuk sampaikan urusan tersebut kepadanya?"
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan menggeleng.
"Kami perusahaan expedisi Liong Wie Piauw-kiok
sudah ada puluhan tahun melakukan pekerjaan ini, tapi
belum pernah berbuat begitu bodoh dengan menasehati
si pemilik barang untuk menyerahkan harta bendanya,
peraturan ini tak boleh rusak di tanganku."
"Phoa Jie-ya, kau pikirlah dengan lebih cermat,
majikan kami punya maksud baik."
"Tadi aku orang she Phoa sudah katakan bahwa
maksud baiknya akan kuterima di hati saja, kawan!
Silahkan kau tinggalkan tempat ini!"
"Jika dilihat dari keadaan, agaknya Phoa Jie-ya tidak
suka minum arak kehormatan sebaliknya malah memilih
arak hukuman!" 337 "Kawan! Kalau bicara ada baiknya sedikit tahu aturan"
seru Phoa Ceng Yan dengan air muka berubah
membeku. "Selama ini aku orang she Phoa selalu
pandang kau sebagai seorang utusan, sekembalinya dari
sini kau boleh utarakan seluruh perkataanku ini kepada
majikan kalian, jikalau Ke Kongcu ingin mencari diriku,
setiap saat aku orang she Phoa menunggu
kedatangannya di kuil ini."
Si orang berbaju hitam itu tidak banyak bicara lagi, ia
tertawa dingin lalu putar badan berlalu dari sana.
Menanti si orang berbaju hitam itu sudah pergi sangat
jauh, Nyoo Su Jan baru menghela napas panjang.
"Jie-ya! Ke Giok Lang terang-terangan menginginkan
lukisan tersebut, aku lihat pandangan kita pasti tak bakal
salah lagi, bencana yang kita temui terus menerus dalam
melakukan perjalanan kali ini justeru penyakitnya pasti
terletak di atas gambar lukisan!"
"Setelah berhasil temukan sebab dari bencana yang
terjadi beruntun ini hatipun bisa lega, setelah Cong
Piauw-tauw tiba di sini, kitapun bisa memberikan
pertanggung jawaban!" kata Phoa Ceng Yan seraya
mengangguk. "Jie-ya, jikalau Ke Giok Lang sungguh akan datang
mengunjungi kuil ini, maka Jie-ya siap menggunakan
cara apa untuk menghadapi dirinya?"
"Jika ia sungguh datang kemari terpaksa kita harus
melakukan suatu pertarungan melawan dirinya, cuma
setelah kupikir dua tiga kali rasanya ia tidak bakal datang
jika ia serius menginginkan gambar lukisan tersebut,
sekalipun kita halangi juga percuma saja. Sudah tentu
338 iapun tidak perlu menggunakan cara putar kalangan
macam begini lagi." "Perkataan Jie-ya sedikitpun tidak salah, kita tidak
takut serangan terang, justeru yang membuat kita jeri
adalah kemungkinan serangan gelap. jika semisalnya Ke
Giok Lang benar-benar mencari satroni ke dalam kuil ini
ada baiknya Jie-ya jangan terlalu banyak berbicara
dengan dirinya maupun menggubris dirinya."
"Maksudmu ?""."
"Pertama bisa dihindari pertarungan satu lawan satu
dengan dia orang dan kedua memaksa ia mempunyai
pikiran yang tak menentu dan rasa curiga yang besar."
Phoa Ceng Yan mengangguk.
"Aku harus berpikir lebih cermat dahulu baru bisa
mengambil keputusan"."
Sejurus kemudian ?". kurang lebih dua kaki dari
tembok pekarangan tiba-tiba tampak bayangan manusia
berkelebat lewat. Lie Giok Liong dengan meloncat
tembok pekarangan melayang datang.
"Menghunjuk hormat buat paman Jie-siok!" katanya
sembari menjura. "Tidak perlu banyak adat?".."
Nyoo Su Jan buru-buru melangkah ke depan dan
mendekati ke sisi Lie Giok Liong, katanya lirih.
"Giok Liong, keadaan musuh sewaktu datang dan
pergi apakah ada menunjukkan sikap yang aneh?"
Lie Giok Liong termenung sejenak, akhirnya ia
menggeleng. "Aku tidak berhasil menemukan hal yang aneh!"
339 "Kau tidak usah terburu-buru, coba dipikirkan lebih
teliti lagi, walaupun hanya urusan yang kecilpun jangan
kau lepas begitu saja."
"Ada suatu titik yang rasanya sangat istimewa,
kedatangan orang itu sangat bernafsu dan ganas tetapi
sewaktu tiba dekat dengan kuil mendadak seperti telah
berjumpa dengan suatu peristiwa yang sangat
mengejutkan sekali kemudian buru-buru putar badannya
melarikan diri. Pada waktu itu mereka berada sangat
dekat dengan kuil sehingga secara lapat-lapat bisa
kelihatan sikapnya gugup dan cemas."
"Jie-ya, saat ini paling sedikit satu soal yang berhasil
kita buktikan kebenarannya!" seru Nyoo Su Jan
kemudian. "Ehmmm?". urusan apa?"
"Ada seorang jago berkepandaian tinggi yang secara
diam-diam membantu diri kita, orang lihay itu berhasil
mengejutkan para penjahat sehingga melarikan diri
terbirit-birit, sedang kita sama sekali tidak berhasil
temukan tempat persembunyiannya."
"Orang lihay yang secara diam-diam membantu tidak
ingin kita mengetahui siapakah dirinya, aku rasa kitapun
tidak perlu terlalu paksakan diri cari akal untuk menemui
dirinya." Ia percepat langkahnya berjalan masuk ke dalam kuil
seraya tambahnya. "Suruh mereka berjaga-jaga di sekitar tempat ini
menurut giliran, malam ini cahaya rembulan memancarkan cahaya yang tajam di seluruh permukaan
salju, kecuali seorang jago lihay yang telah berhasil
melatih ilmu silatnya hingga mencapai taraf terbang, aku
340 rasa tak bakal lolos dari pengawasan maupun


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengintaian kita, setelah menemui tanda bahaya
cepatlah kirim kabar kepadaku."
"Paman Jie-siok boleh berlega hati." Lie Giok Liong
bungkukkan badan menjura.
Setibanya di dalam ruang kamar dalam kuil, Phoa
Ceng Yan jatuhkan diri berbaring ke atas tanah,
pejamkan mata dan beristirahat.
Walaupun begitu otaknya masih berputar terus
memikirkan segala peristiwa aneh yang baru ditemuinya
selama beberapa hari ini. Ia merasa setiap peristiwa
yang telah terjadi merupakan kejadian aneh yang belum
pernah ditemuinya selama dua puluh tahun bekerja
sebagai pengawal barang. Semalaman berlalu dengan cepat tanpa menimbulkan
suatu peristiwa apapun. Hari kedua seharian penuh juga aman tenteram tidak
terjadi segala kerepotan, suasana di sekitar kuil sunyi
sehingga seperti orang yang mengepung di sekeliling
sana sudah pada bubaran semua.
Liauw Thayjien yang harus menganggur seharian
menanti sang surya lenyap di balik gunung tak sabaran
lagi, tegurnya. "Phoa-ya, ini hari seharian penuh tidak kelihatan
gerakan apapun, jika ada orang yang mau datang
rasanya sejak semula sudah datang."
"Kita tunggu satu malam lagi, besok siang mungkin
Cong Piauw-tauw kami sudah bisa tiba di sini, begitu ia
tiba kita segera melanjutkan perjalanan kembali."
"Antara keluarga besanku serta He-koan mempunyai
hubungan yang sangat erat, ia sudah meminta
341 kedatanganku sebelum tutupan tahun, seharusnya Hekoanpun tidak boleh bikin kecewa harapannya, tolong
kau Phoa-ya suka memberitahu kepada anak buahmu
sekalian, katakan saja apabila kita bisa tiba di kota Kay
Hong Hu sebelum tutupan tahun maka setiap orang yang
ikut mengawal He-koan kali ini mendapat upah tambahan
sebesar tiga puluh tahil perak."
"Tiga puluh tahil perak bukan suatu jumlah yang kecil,
Thayjien bisa timbul maksud semua ini tentu akan
disambut mereka dengan rasa terima kasih yang bukan
kepalang cuma Cong Piauw-tauw kami sudah peroleh
kabar melalui burung merpati, ia pasti berhasil temukan
tempat ini dan bila dihitung lamanya perjalanan, besok
siang tentu sudah akan tiba disini. Bilamana di tengah
jalan tidak terjadi peristiwa lagi, perjalanan bisa kita
lakukan lebih cepat sehingga memenuhi harapan Liauw
Thayjien untuk melewati akhir tahun di kota Kay Hong."
"Semoga saja begitu" kata Liauw Thayjien perlahan. Ia
merandek sejenak lalu tambahnya.
"Phoa-ya! He-koan ada suatu urusan yang merasa
kurang paham, entah dapatkah kau memberi sedikit
keterangan?" "Tiada halangan, pertanyaan." silahkan Thayjien ajukan "Kau adalah Hu Cong Piauw-tauw, dalam perusahaan
expedisi kalian kecuali Cong Piauw-tauw, apakah
kepandaian silatmu boleh disebut paling tinggi?"
Phoa Ceng Yan termenung sejenak, kemudian baru
menyahut. "Kecuali Cong Piauw-tauw, kedudukan cayhe di dalam
perusahaan expedisi Liong Wie Piauw-kiok memang
342 dapat dihitung yang tertinggi, tapi dalam hal kepandaian
silat tak bisa dikatakan nomor dua lagi."
"Akh! Phoa-ya terlalu merendah ?".."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
"Jikalau sampai besok siang Cong Piauw-tauw dari
perusahaan kalian masih belum kelihatan juga, apa yang
hendak kalian lakukan?"
Justeru karena persoalan ini Phoa Ceng Yan merasa
serba sulit apa lagi sekarang ditanyai secara langsung.
Setelah termenung beberapa saat baru jawabnya.
"Soal ini aku rasa tidak mungkin terjadi! Menurut
perhitungan kami sampai waktunya Cong Piauw-tauw
tentu bisa tiba di sini atau paling banter akan terlambat
satu dua keuntungan belaka."
"Phoa-ya! Bukannya He-koan tidak mempercayai
dirimu. He-koan hanya ingin tahu waktu yang benar bagi
pemberangkatan kita."
"Baiklah! Jikalau Cong Piauw-tauw kami tidak bisa tiba
pada sore hari, kita segera berangkat besok."
"Baiklah! Kita tetapkan demikian saja." Liauw Thayjien
mengangguk. "He-koan percaya atas perkataan dari
Phoa-ya." "Liauw Thayjiem!" kata Phoa Ceng Yan sambil tertawa
getir. "Aku orang she Phoa berulang kali membatalkan
perjalanan kesemuanya adalah dikarenakan keselamatan kalian sekeluarga, terus terang aku beritahu
kepada Liauw Thayjien, di balik kesunyian di sekeliling
kuil ini telah penuh tersebar jago-jago yang siap
merampok barang kawalan kita kali ini."
343 "Apa yang mereka inginkan" Phoa-ya, tahukah kau
soal ini dengan jelas?"
"Cayhe berhasil mengetahui sebagian kecil saja?""
"Barang apa yang mereka inginkan?"
"Gambar lukisan pengangon kambing termasuk salah
sebuah barang yang diincar."
"Kecuali lukisan pengangon kambing itu masih ada
barang apa lagi yang diinginkan?"
"Jika ditinjau dari keadaan mereka agaknya bukan
lukisan pengangon kambing saja yang diinginkan."
"Jadi berarti masih ada yang lain" Apakah barang itu?"
"Hingga saat ini cayhe masih belum paham cuma
seharusnya dalam hati Liauw Thayjien sudah punya
perhitungan sendiri, bukan?"
"Aku benar tidak tahu barang apa yang diinginkan,"
kata Liauw Thayjien sembari menggeleng.
"Kalau begitu urusan jadi sulit, sewaktu kami terima
permintaan kalian dari pihak perusahaan benar-benar
tidak tahu barang apa saja yang dibawa Liauw Thayjien"
Tapi di pihak orang yang punya maksud untuk membegal
ternyata sejak lama sudah pusatkan pikiran cari berita
hingga sangat jelas sekali."
"Hingga sampai saat ini aku lihat agaknya kau Phoa
Hu Cong Piauw-tauw masih tidak percaya terhadap Hekoan" seru Liauw Thayjien kembali sembari tertawa getir.
"Thayjien terlalu curiga, aku orang she Phoa
bukannya tidak percaya terhadap Liauw Thayjien cuma
situasi yang kita hadapi saat ini sangat aneh, dan aku
orang she Phoa sendiri masih merasa kurang paham
344 terhadap urusan di balik kesemuanya ini, mau tak mau
harus kami selidiki urusan ini sampai jelas."
Jilid 11 "Demikian Saja!" kata Liauw Thayjien kemudian
setelah mendehem perlahan. "Jikalau Phoa-ya berjumpa
lagi dengan mereka katakan saja kepada orang itu, coba
lihat apa yang mereka inginkan" Asalkan barang yang
diminta ada di tanganku, He-koan rela menyerahkan
kepadanya, perkataan Siauw-li sedikitpun tidak salah,
harta kekayaan merupakan barang sampingan, apalagi
barang yang dimintapun tidak akan lebih merupakan
uang atau emas, barang-barang ini walaupun merupakan
benda berharga tapi sama sekali tidak berguna bagi
kami." "Sekalipun Thayjien siap serahkan barang yang
mereka inginkan, tapi cayhe tak akan menyanggupi".."
"Phoa-ya, urusan ini tiada sangkut pautnya dengan
perusahaan expedisi kalian, urusan ini adalah aku sendiri
yang rela serahkan padanya."
"Sekalipun Thayjien ada maksud berbuat demikian,
aku berharap bisa melakukan hal ini dalam waktu yang
tepat." "Baiklah! Kita putuskan besok siang melanjutkan
kembali perjalanan, jika ada musuh mencegat lagi maka
He-koan akan serahkan barang yang mereka inginkan."
"Dapatkah besok siang COng Piauw-tauw tiba di sini,
dalam hati Phoa Ceng Yan pada saat ini masih belum
punya pegangan yang kuat, karena itu iapun tidak
banyak bicara lagi. Liauw Thayjien sendiripun tidak banyak bicara lagi, ia
putar badan meninggalkan tempat itu.
345 Semalaman lewat dengan cepat, hari keduapun telah
tiba. Tapi hingga mendekati siang hari masih belum
kelihatan munculnya Cong Piauw-tauw mereka di kuil
tesebut. Liauw Thayjien tidak sungkan-sungkan lagi sambil
mengerutkan alisnya ia menegur diri Phoa Ceng Yan.
"Phoa-ya, menurut apa yang He-koan ketahui,
kebanyakan jago kangouw mengutamakan janjinya yang
telah diucapkan, kemarin malam kau sudah menyanggupi untuk melanjutkan perjalan setelah
menjelang siang hari?""
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan dongakkan kepala
memeriksa keadaan cuaca sedikitpun tidak salah kiranya
siang hari sudah lewat karena itu ia mengangguk.
"Baiklah! Jikalau Thayjien ngotot ingin melanjutkan
perjalanan kitapun segera berangkat."
Ia menoleh dan memandang sekejap ke arah Lie Giok
Liong, kemudian ujarnya, "Giok Liong, suruh mereka
siapkan diri kita akan segera berangkat."
Lie Giok Liong bongkokkan badan terima perintah, ia
segera perintahkan beberapa orang anak buahnya untuk
persiapkan kereta. Gerak-gerik beberapa orang itu ternyata cukup terlatih,
tidak selang beberapa waktu keretapun telah disiapkan.
Phoa Ceng Yan mendehem ringan, ujarnya kemudian,
"Silahkan nyonya dan putrimu naik ke dalam kereta, kita
segera berangkat?""."
Liauw Thayjien tidak banyak bicara ia panggil kacung
bukunya, dayang sang nyonya serta Siao-cia naik ke
dalam kereta, setelah itu baru ujarnya, "Phoa-ya! Jika
346 ditengah jalan kita berjumpa lagi dengan para penjahat,
apa yang mereka minta katakanlah kepadaku."
"Baiklah, cuma cayhe ada beberapa patah perkataan
harus diutarakan dulu sebelumnya."
"Urusan apa?" "Thayjien serahkan barang yang akan mereka minta
adalah untuk mengganti nyawa kalian suami istri serta
putrimu, kami orang-orang perusahaan Liong Wie Piauwkiok tidak pernah makan macam begini?".."
"Phoa-ya, jika orang-orang itu memiliki kepandaian
silat yang sangat lihay?" potong Liauw Thayjien.
"Itu urusan kami sendiri, kau Liauw Thayjien tidak
perlu kuatir." Liauw Thayjien yang ketanggor batunya tidak banyak
bicara lagi, ia turunkan horden dan berdiam diri tak
berbicara lagi. "Giok Liong" teriak Phoa Ceng Yan kemudian dengan
suara keras. "Kau dengan Toa Hauw berjalan di depan
kereta." "Siauw-tit menerima perintah!"
Dengan Thio Toa Hauw ia melangkah ke depan cepat.
"Jie-ya, kau sungguh-sungguh hendak berangkat?"
bisik Nyoo Su Jan lirih. "Disekitar kuil yang terasa agak menyolok letaknya
tinggali tanda rahasia perusahaan katakan saja kita
berangkat siang ini dan suruh ia mengejar datang cepatcepat."
"Hamba terima perintah!"
347 Ia lantas meninggalkan tanda di depan pintu besar kuil
tersebut. Setelah keluar dari kuil melakukan perjalanan di atas
jalan raya tidak ada berapa lagi lama mendadak muncul
tiga orang lelaku kekar yang menggembol senjata
menghadang jalan pergi mereka.
Lie Giok Liong ulapkan tangannya, rombongan
keretapun pada berhenti. Tidak sampai menanti laporan dari Lie Giok Liong, si
kakek tua she Phoa ini sudah menerjang maju ke depan
kereta. "Giok Liong, kembali jaga keretamu."
Kiranya sejak semula Phoa Ceng Yan sudah
persiapkan perubahan dalam menghadapi musuh, oleh
karena itu begitu melihat jejak lawan masing-masing pun
segera berdiri pada posisi-posisinya sendiri.
Terdengar suara ringkikan kuda yang memanjang,
lima buah kereta kuda dengan cepat menggabungkan
diri membentuk lingkaran bulat.
Phoa Ceng Yan selangkah demi selangkah berjalan
mendekati ketiga orang itu, setelah menjura ujarnya.
"Cayhe Phoa Ceng Yan, kawan bertiga setelah
menghadang kereta barang kami aku rasa tentu ada
urusan hendak bicarakan bukan?"
Dalam hati ia mengerti yang baik tidak akan datang,
yang datang pasti tidak mengandung maksud baik, tapi
urusan sudah berada di depan mata memberi


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penjelasanpun tak berguna, jauh lebih baik bila
memperlihatkan keangkeran dari seorang Hu Cong
Piauw-tauw. 348 Usia ketiga orang lelaki itu rata-rata berada di antara
empat puluh tahunan, orang yang berada di sebelah kiri
menyoren sepasang kaitan Hauw Tauw Siang Kouw,
orang yang ditengah menggembol golok Yen Ling To
sedang orang yang ada disebelah kanan menggembol
sebuah cambuk lemas tiga belas ruas yang dilibatkan
pada pinggang. Si orang yang berada di paling tengah berjalan dua
langkah ke muka, katanya.
"Sudah lama aku mendengar nama besar dari Thiat
Ciang Kiem Huan, Phoa Jie-ya, ini hari bisa bertemu
sungguh merupakan suatu keuntungan seumur hidup."
Phoa Ceng Yan tetap bertangan kosong, ia rangkap
tangannya menjura dan tertawa hambar.
"Tidak berani".tidak berani, maaf cayhe bermata tak
berbiji susah mengenal siapakah kawan bertiga?"
"Phoa-ya adalah seorang jago kenamaan dalam dunia
persilatan, sudah tentu saja tak bakal kenal kami tiga
orang prajurit tak ternama dalam Bu-lim."
"Hmmm!" Phoa Ceng Yan mendengus dingin.
"Kawan! Di tengah hawa dingin yang membekukan
badan, rasanya kalian bertiga mencari aku bukan untuk
mengajak aku orang she Phoa kongkouw bukan!"
"Kedatangan kami memang sedang membawa
tugas?""." lelaku yang berada di tengah itu tertawa
seraya mengangguk. "Mendapat perintah dari siapa kalian bertiga?"
"Si Dewa Api Ban Cau, menurut Ban-ya katanya ia
pernah berjumpa dengan Phoa-ya."
349 "Sedikitpun tidak salah, urusan apa yang diperintahkan Ban Cau agar kalian bertiga suka
menyampaikan kepada aku orang she Phoa?"
Lelaki kasar yang berdiri di tengah kalangan itu
tertawa terbahak-bahak. "Haaa?"haaa"..haaa".. kata Ban-Toaya ia dengan
pihak perusahaan expedisi Liong Wie Piauw-kiok tidak
pernah terikat dendam sakit hati apapun, ia tidak ingin
dikarenakan persoalan kecil telah menyesetkan kulit
muka, karena peristiwa ini lantas terikat dendam sedalam
lautan?"" "Haaa?" haa"..haaa".. kalau begitu bagus sekali"
Phoa Ceng Yan pun tertawa terbahak-bahak memotong
pembicaraannya yang belum selesai itu. "Si Dewa Api
Ban Cau bisa timbul maksud hati yang begitu baik aku
orang she Phoa merasa sangat berterima kasih sekali,
harap Cu-wi beberapa orang suka menyampaikan rasa
terima kasihku yang sedalam-dalamnya, katakan saja,
setelah aku orang she Phoa selesai menghantar barang
kawalan kami ini, tentu akan naik ke gunung akan
menyambangi dirinya dan mengucapkan terima kasih
atas maksud baiknya kali ini."
"Phoa-ya, siauwte masih ada beberapa urusan belum
disampaikan." "Baik! Katakanlah, aku orang she Phoa akan pentang
telinga lebar untuk mendengarkan perkataanmu itu."
"Walaupun Ban-ya punya maksud untuk berpikir
demikian, tapi di dalam hatinya pun punya kepahitan
sendiri dan berharap Phoa-ya suka memaafkan."
"Soal apa yang perlu dimaafkan?"
350 "Majikan yang Phoa-ya lindungi kali ini, Liauw Thayjien
katanya memiliki gambar lukisan.."
"Lukisan pengangon kambing!" sambung Phoa Ceng
Yan dingin. "Tidak salah, Phoa-ya! Kau sudah mengetahui jelas
bukan?" "Hee".hee".hee" lukisan pengangon kambing yak
kau maksudkan" sungguh sayang cuma sebuah."
Ternyata si lelaki kasar yang berdiri di tengah itu
mempunyai mulut tajam dan pandai berbicara, ia tertawa
hambar. "Phoa-ya! Jika di kolong langit terdapat sepuluh atau
delapan buah lukisan pengangon kambing, si Dewa Api
Ban Toaya pun tak akan memohon bantuan dari Phoaya."
Mendengar perkataan tersebut tiba-tiba Phoa Ceng
Yan merasakan hatinya rada tergerak, pikirnya, "Apa
yang dibawa oleh Liauw Thayjien agaknya sudah
diketahui jelas oleh orang luar, mengapa aku tidak pinjam
kesempatan yang sangat baik ini untuk melakukan
penyelidikan?" Teringat akan persoalan itu, segera ujarnya, "Lukisan
pengangon kambing itu" sungguh sayang dia sudah
dipesan terlebih dahulu oleh orang lain, jikalau kecuali
lukisan pengangon kambing itu, masih ada barang lain
yang bisa menggantikan benda tersebut mungkin cayhe
bisa bantu-bantu diri Ban Cau untuk membujuk sang
pemilik barang dan suka memberikan kepada kalian."
"Siapa yang sudah pesan lukisan pengangon kambing
itu terlebih dahulu"..?" seru si lelaki tadi dengan nada
tertegun. 351 "Sekalipun aku beritahu kepadamu kawan belum tentu
cuwi bernyali untuk pergi menanyakan persoalan ini
kepadanya!" "Kami bertiga mungkin tidak bernyali, tapi Ban Toaya
serta beberapa orang kawan mungkin bisa bertindak
tolong silahkan Phoa Jie-ya mengutarakan secara terus
terang!" "Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang rasanya kalian
bertiga sudah pernah mendengar namanya bukan!"
Mendengar disebutkannya nama orang itu, ketiga
orang lelaki tadi segera berubah muka, setelah
termenung beberapa saat lamanya si lelaki yang berdiri
di tengah berkata kembali.
"Perkataan dari Phoa-ya berat bagaikan sembilan
Hioloo, kami percaya kau Phoa Jie-ya tidak sedang
berbohong." "Ke Giok Lang sudah mengirim orang datang untuk
memesan lukisan pengangon kambing itu, tapi aku orang
she Phoa belum setuju untuk berikan barang itu
kepadanya." jawab Hu Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok ini dingin.
"Ooouw?". kiranya begitu."
Perlahan lahan Phoa Ceng Yan menoleh dan
memandang sekejap ke arah formasi kereta kawalannya,
setelah melihat barisan telah siap iapun berkata kembali.
"Ban Cau mengirim kalian bertiga datang kemari,
rasanya ia sendiripun sudah berada di dekat sini bukan?"
"Bila Phoa Jie-ya ada perkataan, utarakan saja
kepadaku!" 352 "Begitupun baik, tolong saudara suka memberi laporan
kepada Ban Cau, katakan saja aku orang she Phoa dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok tidak senang membeli
hubungan persahabatan ini, Cong Piauw-tauw kami
sebentar lagi bakal tiba, jika Ban Cau ada urusan hendak
dibicarakan dengan aku orang she Phoa maka suruh ia
muncul sendiri, bila terlambat terpaksa aku akan
persilahkan dia orang membicarakan sendiri persoalan
ini dengan Cong Piauw-tauw kami."
"Cong Piauw-tauw kalian apakah benar "Thian Tan
Kim Leng Ceng Pat Fang" atau si Lempengen Besi
Genta Emas yang menggetarkan delapan penjuru Kwan
Tiong Gak, Kwan Toaya?" seru si lelaki itu rada tertegun.
"Di kolong langit saat ini baik dari kalangan Pek to
sama pada tahu bila COng Piauw-tauw dari perusahaan
Liong Wie piauw-kiok adalah Kwan Tiong Gak, Kwan
Toaya, Kawan! Agaknya kau rada kurang percaya?"
Kwan Tiong Gak punya gelar manusia yang
menggetarkan delapan penjuru, ia benar-benar punya
kemampuan untuk mengusir dan menumpas gangguan
iblis, begitu menyebutkan nama besarnya seketika itu
juga membuat ketiga orang itu merasa terperanjat dan
bergidik. "Phoa-ya!" ujar si lelaki yang berdiri di tengah itu
seraya menjura."Kami datang kemari karena sedang
menjalankan tugas, apa yang Phoa Jie-ya katakan tadi
pasti akan kami sampaikan seadanya tanpa ditambahi
dengan sepatah katapun."
"Heee"..heee"..heee?" sekalipun kalian bertiga
ada maksud menambahi perkataanku pun boleh saja,"
sambung Phoa Ceng Yan sambil tertawa dingin.
"Phoa Jie-ya terlalu banyak curiga!"
353 Ia mendehem perlahan, kemudian tambahnya.
"Kami telah mengganggu perjalanan Phoa Jie-ya
dengan beberapa perkataan yang tak berguna, dalam
hati merasa sangat tidak enak kesalahan yang telah kami
perbuat masih mengharapkan Phoa Jie-ya suka
memaafkan, kami mohon diri terlebih dahulu."
Ia putar badan lantas berlalu dengan langkah lebar.
"Saudara bertiga harap tunggu sebentar" tiba tiba
Phoa Ceng Yan berseru setelah termenung beberapa
saat. Ketiga orang itu sama-sama langkahnya dan putar badan.
menghentikan "Phoa Jie-ya, masih ada pesan apa lagi?"
Sinar mata Phoa Ceng Yan perlahan-lahan menyapu
sekejap ke atas wajah ketiga orang itu, lalu sambil
tertawa katanya. "Sewaktu kalian bertiga berjumpa dengan si Dewa Api
Ban Toaya, tolong sampaikan salam dari aku orang she
Phoa." "Pesan Phoa Jie-ya pasti akan kami sampaikan,"
sahut si lelaki itu mengiakan.
"Kalau begitu bagus sekali, aku orang she Phoa
mengucapkan terima kasih dahulu kepada kalian
bertiga?" Ia mendehem berat, setelah merandek sejenak
sambungnya, "Burung belibis lewat meninggalkan suara,
manusia lewat meninggalkan nama, kalian bertiga
bersemangat jantan, mengapa tidak suka meninggalkan
nama?" 354 "Jika Phoa Jie-ya masih ingin bertanya cayhe pun
tidak bisa tidak harus memberitahu juga, kami
bersaudara adalah Lam Thian Sam Yen atau Tiga Belibis
dari Lam Thian." "Selamat berjumpa!" seru Phoa Ceng Yan sambil
ulapkan tangannya. Si lelaki itu menjura setelah itu bersama-sama putar
badan berlalu. Gerakan tubuh ketiga orang itu cepat bagaikan kilat,
tidak selang beberapa saat lamanya jejak mereka sudah
lenyap tak berbekas. Beberapa buah kereta kuda itu masih tetap berada
dalam posisi bulat siap menghadapi serbuan musuh.
Perlahan-lahan Lie Giok Liong melangkah maju ke
depan. "Paman Jie-siok!" bisiknya lirih. "Kita akan melanjutkan
perjalanan ataukah tetap berada dalam posisi begini
sambil menanti perubahan situasi?"
"Lam Thian Sam Yen tidak lebih cuma kaki tangan
pembantu belaka, saat ini mereka kembali untuk
menyampaikan laporan. Si Dewa Api Ban Cau selama ini
bergerak di sekitar daerah utara sedangkan Lam Thian
San Yen muncul di daerah sekitar Kang Lam, kali ini jago
Liok-lim dari kalangan Kang Lam serta kang Pok bisa
bersekongkol sudah tentu urusan tidak sedemikian
gampang, sekarang kita masih belum bisa melanjutkan
perjalanan, tunggu sebentar lagi baru ambil keputusan."
"Perkataan dari paman Jie-siok sedikitpun tidak salah,"
kata Lie Giok Liong seraya menjura. "Aku akan pergi
memberi kabar kepada mereka dahulu."
355 Pada wajtu itu, tiba-tiba Liauw Thayjien muncul dari
balik kereta seraya berjalan mendekat.
"Phoa Jie-ya!" sapanya.
"Thayjien ada pesan?" tanya Phoa Ceng Yan dengan
alis berkerut. "Bagaimana mereka?" pembicaraan Phoa Jie-ya dengan "Bicarakan soal apa?"
"He-koan telah berunding dengan hujien dan siauw-li,
selain lukisan pengangon kambing, kamipun rela untuk
memberikan semua yang ada pada kami asal bisa
selamat tiba di tempat tujuan."
"Thayjien terlalu royal".."
Sewaktu mereka sedang berbicara, mendadak muncul
dua butir benda hitam sebesar telor itik menggelundung
datang di atas permukaan salju.
Melihat benda itu Phoa Ceng Yan jadi sangat


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terperanjat. "Thayjien cepat menyingkir!" teriaknya keras.
Sebaliknya dibuatnya. Liauw Thayjien malah tercengang "Aaaaakh! Dua ekor tikus tanah!" serunya.
Dalam pada itu, kedua gulung bayangan hitam tadi
telah tiba kurang lebih enam-tujuh langkah di depan
kedua orang itu. "Bluuum?".! Bluuum"..!" diikuti dua kali ledakan
keras, kedua gulung bayangan hitam tadi telah meledak
di atas permukaan salju. 356 Bila dibicarakan sungguh aneh sekali, kedua benda
bayangan hitam tadi ternyata memercikan bunga-bunga
api yang amat besar di atas permukaan salju kemudian
berkobar menjadi suatu kebakaran yang sangat besar.
Selama hidup Liauw Thayjien belum pernah menemui
kejadian macam begini, ia jadi amat terperanjat.
"Apa yang telah terjadi?" tanyanya lirih.
"Suatu permainan dari si Dewa Api Ban Cau!"
Tampak dua gulung bunga api yang menimbulkan
kebakaran di atas permukaan salju itu makin lama
berkobar makin besar dalam sekejap mata percikan api
sudah meluap hingga mencapai ketinggian tiga depa
dengan luas enam depa lebih, separuh bagian jalan raya
sudah dijilati oleh kobaran api, salju mencair dan
mengalir kemana mana tapi sama sekali tidak
mempengaruhi kobaran api tersebut.
Melihat jilatan api yang makin lama meninggi itu Liauw
Thayjien berdiri termangu mangu, jelas dihatinya merasa
amat terperanjat oleh kejadian tersebut.
Lain halnya dengan Phoa Ceng Yan, ia sama sekali
tidak terpengaruh oleh oleh kobaran api yang membakar
permukaan salju itu, sepasang matanya dengan tajam
memperhatikan perubahan situasi di empat penjuru.
"Bluum"..! Bluum?""..!" kembali terjadi dua kali
ledakan keras yang memekakkan telinga, dua gumpalan
api yang sedang berkobar memenuhi angkasa itu
kembali menyalakan cahaya biru yang menyilaukan mata
membumbung jauh tinggi ke angkasa mencapai
ketinggian tiga tombak lalu punah dalam bentuk asap
biru yang tebal. 357 Ketika itu sang surya tepat di atas kepala, sinar
matahari sangat tajam?"..semisalnya ketika itu malam
hari maka bunga api yang terpercikkan dari asap biru
tersebut tentu sangat menarik untuk dilihat.
Perhatian Phoa Ceng Yan tanpa terasa ikut tersedot
oleh kobaran cahaya biru yang membumbung tinggi ke
angkasa itu. Menanti ia tersadar kembali si Dewa Api Ban Cau
sudah muncul dari balik dua gumpalan asap biru itu.
Keadaan dari si Dewa Api Ban Cau pada saat ini
sangat aneh, ia memakai baju warna merah padam yang
menyolok, bahkan sampai kepalapun memakai topi
warna merah darah, tangan memakai kaos tangan warna
merah pula. "Thayjien, silahkan mengundurkan diri ke belakang,
jangan sampai terluka badanmu!" seru Phoa Ceng Yan
dengan nada berat. Liauw Thayjien menurut dan berturut-turut mundur
lima langkah ke belakang, tapi ia tetap tidak suka
mengundurkan diri ke dalam kereta.
Phoa Ceng Yan kerutkan alisnya, tetapi ia tetap tidak
menegur lebih lanjut. Terdengar Ban Cau mendehem berat.
"Phoa-heng! Siauw-te sama sekali tiada minat untuk
mencari keonaran dengan dirimu tapi Phoa-heng tidak
suka mengalah satu tindak untuk orang lain, maka
Siauw-te terpaksa harus mengenakan kembali pakaian
yang sudah ada dua puluh tahun lamanya belum pernah
dikenakan." 358 "Saudara telah berganti dengan mengenakan pakaian
ini, aku pikir tentu kau sudah bulatkan tekad untuk
membegal barang kawalanku kali ini bukan?""
"Saat ini rasanya kita masih bisa saling merundingkan
persoalan ini secara damai."
"Heee?"heee"..heee"..heee?" tempo dulu Banheng dengan mengenakan pakaian merahmu ini telah
main bakar sesukanya sehingga membuat kawan-kawan
Bu-lim di sekitar daerah Kiang Pak pada jeri dibuatnya
Memburu Iblis 2 Pendekar Bloon 20 Perintah Dari Alam Gaib Pendekar Sadis 3

Cari Blog Ini