Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen Bagian 6
setiap kali mendengar namamu"." seru Phoa Ceng Yan
sambil tertawa dingin. "Haaa?"haaa"..haaa"..
memuji.." Phoa heng terlalu "Kalau begitu silahkan Ban-heng suka membakar,
bakar dulu diri aku she Phoa."
"Maksud Phoa Jie-ya kau anggap siauw-te takut untuk
membakar dirimu?" seru Ban Cau dengan air muka
berubah hebat. "Sudah tentu Ban-heng berani melaksanakan
pekerjaan tersebut, tapi siauw-te merasa bahwa api dari
Ban-heng tersebut belum tentu bisa membakar habis
semua orang yang aku bawa ini, bersamaan itu pula
kemungkinan sekali perbuatan itu bakal memancing
serangan balasan dari kami."
"Haa".haaa?"haaa".soal itu sih aku tahu" Ban
Cau tetawa tergelak. "Maksud Phoa heng bukankah
sedang memperingatkan kepada siauw-te agar jangan
lupa terhadap serangan balasan dari gelang emas
pencabut nyawamu itu bukan?"
"Hee".heee?"heee". sedikitpun tidak salah" Phoa
Ceng Yan tertawa dingin. "Jikalau kau Ban Cau main api,
359 terpaksa aku pun harus mengandalkan anak panah serta
gelang emas untuk balas melancarkan seranganmu."
Dalam pada waktu Lie Giok Liong serta Ih Coen
masing-masing dengan golok tersoren di punggung dan
tangan mencekal anak panah berdiri di kedua belah sisi
jalan raya. Agaknya kedua orang itupun merasa rada jeri
terhadap permainan api dari Ban Cau, kurang lebih satu
tombak dari Ban Cau berada mereka berdua sama pada
berhenti. "Kalian berhati-hatilah memperhatikan" teriak Phoa
Ceng Yan dengan suara keras-keras. "Begitu aku turun
tangan, kalian umpan anak panah kepadanya."
"Turut perintah!" sahut Lie Giok Liong serta Ih Coen
berbareng. Sikap Ban Cau tetap sinis, serius, dan sepasang
matanya dengan memancarkan cahaya tajam memperhatikan sekejap keadaan di sekeliling empat
penjuru. "Dua buah kotak anak panah ditambah permainan
gelang emas dari kau Phoa Jie-ya belum tentu bisa
melukai aku Ban Cau" ejeknya.
"Asal Ban heng tidak main api kamipun tak akan
umpan anak panah serta senjata rahasia untuk balas
melancarkan serangan."
"Maksud Phoa Jie-ya?"
"Jikalau kau Ban Cau bisa mengalahkan aku orang
she Phoa barang satu atau setengah juruspun dengan
tidak menggunakan senjata api, maka aku akan segera
putar badan berlalu dan sejak ini hari tak akan
360 melakukan pekerjaan mengawal barang lagi dalam dunia
kangouw"." "Heee?""heee?"..heee?". sumpah Phoa-ya
terlalu berat?"?" jengek Ban Cau sambil tertawa
dingin. "Kau Ban-ya berani terima tantanganku?"
Sekonyong konyong terdengar suara tertawa panjang
bergema datang memecahkan kesunyian seraya
memotong pembicaraan Hu Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok yang belum selesai
itu. "Sekalipun menyetujui!." Ban Cau setuju, cayhe tak akan Bersamaan dengan munculnya suara, bayangan
manusiapun muncul di tengah kalangan.
Orang itu bukan lain adalah si Hoa Hoa Kongcu "Im
Yang Pan" atau si penguasa Im Yang Ke Giok Lang
adanya. Orang itu memakai jubah warna biru, walupun dalam
udara sangat dingin tangannya tetap juga mencekal
sebuah kipas. Dengan gaya seorang pelajar ia simpan kipasnya lalu
dengan hormat menjura ke arah Liauw Thay jien,
kemudian sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke
arah Phoa Ceng Yan, sambungnya lebih lanjut.
"Phoa-ya! Sejak semula cayhe sudah kirim orang
untuk memesan barang tersebut rasanya Phoa Jie-ya
masih ingat bukan?""
Diam-diam Phoa Ceng Yan menjerit pahit, seorang
Dewa Api Ban Cau saja sudah cukup merepotkan,
361 apalagi saat ini bertambah lagi dengan seorang Hoa Hoa
Kongcu Ke Giok Lang, bukankah hal ini sama halnya di
tengah hujan salju tertutup pula oleh badai kabut.
Tetapi justru dengan munculnya si Hoa Hoa Kongcu
Ke Giok Lang membuat situasipun terjadi suatu
perubahan yang sangat menguntungkan.
Setelah berpikir beberapa saat, ia lantas menyahut.
"Sedikitpun tidak salah, orang yang Ke Kongcu kirim
sudah tiba, cuma aku orang she Phoa belum ambil
keputusan." "Ooouw?".soal itu sih tidak penting," kata Ke Giok
Lang sambil goyang goyangkan kipas dan tertawa.
"Asalkan aku orang she Ke berjalan setindak lebih
didepan dengan menduduki posisi "Ceng li", maka
Siauw-te tidak percaya ada manusia yang bernyali cari
gara-gara dengan aku orang she Ke!"
Beberapa patah perkataan ini diucapkan dengan
sangat jelas sekali, agaknya ia sengaja mencari urusan
dengan si Dewa Api Ban Cau.
"Ke Kongcu, cayhe adalah si Dewa Api Ban Cau," kata
orang itu dengan alis berkerut.
"Ban Toa-ya, sewaktu aku orang she Ke berkelana
dalam dunia persilatan, agaknya Ban-heng telah lama
meninggalkan dunia kangowu bukan?" seru Ke Giok
Lang sambil goyang goyangkan kipasnya.
"Benar, sewaktu Ke Kongcu angkat nama dalam dunia
persilatan, cayhe memang telah mengundurkan diri."
"Setelah Ban-heng mengundurkan diri dari keramaian
Bu Lim, mengapa saat ini harus munculkan diri kembali"
Haruslah kau ketahui Ombak-ombak belakang sungai
Tiang Kang mendorong ombak yang ada di depannya,
362 manusiapun generasi baru mulai menghentikan generasi
lama, saat ini waktu masih belum terlambat, apabila Ban
heng suka jauh meninggalkan tempat ini mungkin masih
bisa meninggalkan akhir yang baik."
Air muka si Dewa Api Ban Cau langsung saja berubah
hebat. "Menurut apa yang Ke Kongcu katakan, jikalau aku
orang she Ban tidak pergi ada kemungkinan besar bisa
memperoleh akhir yang tidak baik."
"Pertarungan tak bermata, siapa orang yang bisa
menyakinkan suatu kemenangan dalam pertarungan
sengit.?" seru Ke Giok Lang tertawa.
"Heee?"heee?"heee".. tapi aku lihat agaknya Ke
Kongcu merasa begitu yakin bisa menekan para jago
lainnya?"." Ke Giok Lang ulapkan kipasnya memotong perkataan
Ban Cau ujarnya. "Siauw-te hanya bermaksud baik belaka, tapi jikalau
Ban-heng tidak suka mengikuti nasehat tersebut, maka
terpaksa kita harus selesaikan persoalan ini dengan
mengandalkan kepandaian kita."
Phoa Ceng Yan yang menonton kejadian tersebut dari
samping, begitu melihat pembicaraan kedua orang itu
makin lama diucapkan semakin ketus dan kaku, agaknya
sebentar lagi bakal terjadi suatu pertarungan, diam-diam
dalam hati berpikir. "Anjing menggigit anjing, bilamana mereka berdua
bisa bertarung terlebih dahulu maka aku bisa menjadi
nelayan yang tinggal pungut hasilnya?" inilah suatu
saat yang sangat menguntungkan."
363 Karena sudah ada perhitungan maka dari itu mulutnya
tetap membungkam, siapa nyana tiba-tiba Ke Giok Lang
menoleh, sambil memandang wajah Phoa Ceng Yan
katanya. "Phoa-heng, rasanya kau sudah mendengar seluruh
pembicaraan di antara kami bukan."
"Hmm"..! Sudah aku dengar semua."
"Jika ditinjau dari persoalan itu, rasanya orang yang
menginginkan lukisan pengangon kambing itu bukanlah
siauw-te seorang?" "Perduli siapapun bila ingin memperoleh lukisan
pengangon kambing itu, maka ia harus menerobos
dahulu barikade dari perusahaan Liong Wie piauw-kiok."
Ke Giok Lang dongakkan kepala tertawa terbahak
bahak. "Haaa?"..haaa?".haaa?".. Phoa-heng manusia
budiman cepat bicara, perkataan yang telah diucapkan
selalu teguh bagaikan karang, justru aku orang she Ke
punya satu persoalan ingin minta petunjuk."
"Aku orang she Phoa akan pentang telinga lebar untuk
mendengar perkataanmu itu."
"Lukisan pengangon kambing itu adalah Cayhe yang
pesan terlebih dahulu, bila semisalnya Phoa heng
hendak mengalah, bukankah siauw-te orang pertama
yang bakal memperoleh benda pusaka tersebut.?"
"Cuma sayang aku orang she Phoa sama sekali tidak
berniat untuk mengalah kepada siapapun."
"Aku orang she Ke cuma ingin menjelaskan terlebih
dahulu persoalan ini, tentang Phoa heng suka mengalah
atau tidak, rasanya itu merupakan persoalan lain."
364 Liauw Thayjien yang selama ini berdiri di samping
kalangan, tiba-tiba menimbrung.
"Jikalau He-koan rela menghadiahkan lukisan
pengangon kambing itu kepadamu, maka apa yang
hendak kau lakukan?"
"Soal ini tergantung barang tersebut hendak kau
serahkan kepada siapa!" sahut Ke Giok Lang.
Phoa Ceng Yan hendak mengutarakan pendapatnya,
tapi kena dicegah oleh goyangan tangan Liauw Thayjien.
"Barang itu milikku, sudah tentu akulah yang berhak
untuk mengambil keputusan, Hu Cong Piauw-tauw tidak
perlu ikut campuri dalam persoalan ini."
"Bisa menyelesaikan persoalan tanpa melakukan
hubungan di antara kita semua itulah yang paling bagus,
sekarang kau boleh membuka harga," kata Ban Cau.
"Syaratku sederhana, asalkan kami sekeluarga bisa
tiba di kota Kay Hong sebelum tutupan tahun maka
barang itu akan kuserahkan kepada kalian."
Ke Giok Lang tertawa dingin, dengan mulutnya tetap
membungkam. Phoa Ceng Yan sendiripun bungkam
memandang ke arah Liauw Thayjien.
sambil Sebaliknya Ban Cau alihkan sinar matanya menyapu
sekejap ke arah para jago di sisinya.
"Saudara bermaksud hendak serahkan
pengangon kambing itu kepada siapa?"
lukisan "Aku sama sekali tidak mengenal cuwi, siapa saja
sanggup menghantar aku sampai ke kota Kay Hong
maka lukisan pengangon kambing itu akan aku serahkan
kepadanya." 365 "Setiap orang munculkan diri di tempat ini sama
berharap bisa mendapatkan lukisan pengangon kambing
itu, dan saudara harus memilih salah satu di antara kami
semua," ujar Ban Cau lagi.
Liauw Thayjien mendehem perlahan.
"Siapakah di antara cuwi sekalian yang berkepandaian
silat paling tinggi cayhe sama sekali tidak tahu, secara
bagaimana aku bisa jatuhkan pilihan?"
"Jikalau demikian adanya, maka saudara harus
mengadu untung," seru si Dewa api seraya menggeleng.
"Phoa-ya!" kata Liauw Thayjien kemudian sambil
alihkan sinar matanya ke arah Phoa Ceng Yan. "Kau
sudah lama melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, rasanya tentu sudah lama mengenal kedua
orang ini bukan?" "Sedikitpun tidak salah, orang yang memakai jubah
warna biru itu adalah Ke Kongcu sedang orang yang
memakai jubah serba merah itu adalah si Dewa Api Ban
Cau." "Lalu lukisan pengangon kambing itu aku harus
serahkan kepada siapa?"
"Menurut jalan pikiranku, siapapun jangan diserahkan
lukisan tersebut karena siapapun diantara mereka tak
ada yang bertenaga untuk melindungi kalian tiba di kota
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kay Hong sebelum tutupan tahun."
Ke Giok Lang tertawa dingin serunya.
"Sekarang kecuali si Dewa Api Ban Cau boleh dikata
cayhepun terhitung salah satu jikalau kau Liauw Thayjien
suka menyerahkan lukisan pengangon kambing itu
kepadanya, itu berarti telah menyalahi orang baik, harap
366 kau suka berpikir keputusan!" tiga kali sebelum mengambil "Inilah syaratku, asalkan cuwi bisa melindungi aku
sekeluarga tiba di kota Kay Hong sebelum tutupan tahun,
lukisan pengangon kambing ini pasti cayhe serahkan
kepada kalian." "Menurut apa yang cayhe ketahui" ujar Ke Giok Lang
kembali sambil tertawa. "Kecuali kami masih banyak para
jago Bu Lim yang berusaha turun tangan membegal
barang kawalan kalian."
"Siapa mereka itu?" sela Liauw Thayjien.
"Pokoknya banyak orang, kau tak pernah berkelana
dalam dunia kangouw, sekalipun kusebut nama mereka
juga percuma saja." "Phoa-ya, sebetulnya apa yang telah terjadi".."
akhirnya saking bo-hoatnya Liauw Thayjien bertanya
kepada Phoa Ceng Yan. "Dunia kangouw sangat berbahaya dengan segala tipu
muslihat licik. Thayjien adalah keluarga berasal dari
kaum terpelajar, sudah tentu tak mungkin bisa hadapi
mereka!" Ia merandek sejenak untuk tukar napas, kemudian
tambahnya. "Thayjien, bila kau ingin kembali ke dalam kereta,
silahkan untuk beristirahat!"
"Tapi Phoa-ya, penyelesaiannya?"?"
urusan belum ada Ia perendah suaranya, lalu sambungnya lebih lanjut,
"Jikalau mereka berdua pada ngotot untuk sama-sama
367 bisa peroleh barang itu, lalu baiknya diselesaikan dengan
apa?" Phoa Ceng Yan termenung sejenak, kemudian
jawabnya, "Serahkan kepada siapapun sama saja, tapi di
antara mereka tentu akan terjadi suatu pertarungan yang
amat sengit." Suara jawabannya ini diutarakan sangat rendah,
sehingga Liauw Thayjien yang berdiri di sisinya pun
dengan paksa baru berhasil menangkap apa yang
dimaksudkan. "Ban-heng! Aku lihat kalian boleh segera berlalu!"
terdengar Ke Giok Lang berseru kembali.
"Lalu kenapa Ke Kongcu sendiri tidak pergi?"
"Ooouw Cayhe masih ada urusan."
"Siauw-te sih kalau tak ada urusan juga tak bakal
datang kemari di tengah hawa dingin yang menggigilkan
dengan tiupan angin utara yang amat dingin," balas si
Dewa api Ban Cau sambil tertawa kering.
"Ban heng!" seru Ke Giok Lang kembali seraya
tertawa hambar. "Tempat ini bukan tempat yang bagus
untukmu, kau tetap berdiam di sini bukannya bakal
memperoleh kebaikan sebaliknya malah akan mendapatkan kejelekan."
"Lalu Ke Kongcu sendiri apakah tidak takut?"
"Siauw-te ada maksud baik menasehati dirimu, jikalau
Ban-heng tidak mau percaya itupun merupakan suatu
persoalan yang tak bisa dipaksakan "!"
Melihat situasi yang dihadapi saat ini dalam hati Phoa
Ceng Yan lantas berpikir.
368 "Jika ditinjau dari tindak tanduk Ke Giok Lang,
agaknya ia ada maksud mencari gara-gara dengan Ban
Cau, sekalipun Ban Cau sendiri ada maksud untuk
mengalah tapi sebaliknya Ke Giok Lang selangkah demi
selangkah mendesak maju ke depan, demi muka dan
nama baik rasanya Ban Cau tak akan mengalah terus
menerus". jika mereka berdua sampai saling bentrok
dan terjadi pertarungan, maka aku bisa menonton suatu
pertunjukan bagus." Tiba tiba Ke Giok Lang menarik kembali kipasnya
sepasang mata dengan memancarkan cahaya tajam
melototi wajah Liauw Thayjien tak kejap, ujarnya.
"Ada pepatah yang mengatakan berani berderma
lenyapkan bencana. Saudara suka serahkan lukisan
pengangon kambing itu kepada kami hal ini menunjukkan
suatu tindakan yang cerdik, cuma situasi yang kita
hadapi pada saat ini sangat kacau, orang yang
menginginkan lukisan pengangon kambing pun sangat
banyak, di antara banyak orang ini kau harus memilih
salah satu diantaranya."
"Aku suka menyerahkan lukisan pengangon kambing
itu lantaran ingin melindungi keselamatan kami
sekeluarga," kata Liauw Thayjien sambil ulapkan
tangannya. "Bila aku sudah serahkan lukisan pengangon
kambing itu tapi tidak berhasil juga melindungi kami
sekeluarga, bukankah sama halnya tindakan cayhe
menyerahkan lukisan pengangon kambing itu hanya nihil
belaka dan sama sekali tak bernilai?"
"Maksudku bukan begitu, " kata Ke Giok Lang
mendehem, "Asalkan pilihanmu tepat, sudah tentu
keselamatanmu ditanggung beres."
369 Ketika itu, kedua gulung bola api yang berkobar di
tengah angkasa sudah punah sama sekali hingga udara
kembali pada keadaan semula.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" kata Liauw Thayjien
sambil melirik sekejap ke arah si orang tua itu. "Menurut
pandanganmu lukisan pengangon kambing ini harus
diserahkan kepada siapa?"
"Menurut pendapat cayhe, lukisan pengangon
kambing itu tak boleh diserahkan kepada siapapun, tapi
lukisan itu adalah milik Thayjien, jika kau paksa juga
hendak menyerahkan lukisan itu kepada mereka,
cayhepun tak akan terlalu paksa mencegah."
Perlahan lahan Liauw Thayjien menghela napas
panjang. "Bilamana setelah aku serahkan lukisan pengangon
kambing itu tidak juga berhasil mendapatkan
keselamatan kami sekeluarga, ada lebih baik ini tidak
kuserahkan," ujarnya.
"Menyimpan pusaka mencelakai diri sendiri, jikalau
saudara tidak suka serahkan lukisan pengangon
kambing itu kepada kami, walaupun kami kini suka lepas
tangan belum tentu orang lain berpendirian demikian,"
kata Ke Giok Lang sambil mendehem perlahan.
"Bila aku berikan kepada kalian apa untungnya
terhadap kami?"?" tanya Liauw Thayjien kembali.
"Jika kau serahkan lukisan pengangon kambing itu
kepada cayhe, maka cayhe suka memikul beban
melidungi kalian sekeluarga tiba di kota Kay Hong dalam
keadaan selamat bahkan sebelum tutup tahun."
"Sungguh?" teriak bekas pembesar she Liauw ini
dengan mata berkilat. 370 "Selamanya apa yang aku orang she Ke ucapkan
belum pernah diingkari kembali, kau boleh berlega hati."
"Heee?"heee?"heee".. aku lihat tidak bisa
dipertahankan kejujurannya." tiba-tiba si Dewa Api Ban
Cau menimbrung sambil tertawa dingin.
Air muka Ke Giok Lang berubah hebat setelah
mendengar perkataan tersebut.
"Ban heng " serunya keras. "Kau ada maksud mencari
satroni dengan diri siauw-te?"
"Hmmm! Delapan dewa menyeberangi lautan dengan
andalkan kepandaian masing-masing!" seru Ban Cau
dengan nada yang dingin. "Jikalau Ke Kongcu ingin
mengambil lukisan pengangon kambing itu seorang diri,
seharusnya perlihatkan dulu warnamu, agar kamipun
bisa tinjau apakah kau benar-benar becus atau tidak."
"Agaknya sebelum Ban heng melihat peti mati tak
akan mengucurkan air mata, tidak tiba di tepi sungai
Huang hoo tidak akan puas hati, jikalau kau betul betul
paksa siauw-te tunjukan atosnya baja, sekarang juga kita
bisa buktikan secara terbuka, hanya saja". berkelahi
tanpa alasan sama sekali tidak menarik hati."
"Jadi maksud Ke Kongcu?"
"Jika Ban heng paksa juga ingin melihat kepandaian
siauw-te, ada baiknya kita beri sedikit variasi dalam
pertarungan kita kali ini."
"Turut petunjukmu."
Ke Giok Lang tertawa dingin, sinar matanya lantas
dialihkan ke arah wajah Liauw Thayjien.
"Ada baiknya Liauw Thayjien pun ikut serta dalam
pertarungan kita kali ini."
371 "Tapi He-koan tak mengerti ilmu silat."
"Sampai detik ini walaupun jumlah orang yang
menginginkan lukisan pengangon kambing itu tidak
sedikit, tapi menurut peninjauan kekuatan masing-masing
orang seharusnya siauw-te serta Ban heng inilah
termasuk dua golongan manusia yan paling kuat."
"Dan apa sangkut pautnya urusan ini dengan Hekoan?"
"Saudara sedang kebingungan tak menentu,
sebaliknya dua golongan kekuatan yang kuat sudah siap
akan melangsungkan suatu pertarungan yang sengit."
"Secara bagaimana aku ikut serta dalam soal ini?"
"Kami harus bertempur mati-matian, ada seharusnya
kaupun memberi sedikit variasi sehingga pertarungan
tersebut semakin syahdu lagi, sebelum tercipta salah
satu luka atau sama sama terluka pertarungan ini belum
termasuk ramai." "Entah apa yang harus
memberikan variasi ini?"
aku lakukan dalam "Lukisan pengangon kambing."
"Untuk serahkan lukisan pengangon kambing, mudah
cuma urusan ini tiada sangkut paut dengan
keberangkatan kami sekeluarga ke kota Kay Hong."
"Sudah tentu ada sangkut pautnya".
"Silahkan menerangkan pendapatmu yang tinggi itu."
Ke Giok Lang dongakkan kepalanya tertawa terbahak
bahak. "Kau Liauw Thayjien adalah seorang terpelajar,
rasanya pernah mendengar pepatah yang mengatakan
372 dua ekor harimau berkelahi salah satu tentu ada yang
terluka bukan?" "Sedikitpun tidak salah, soal ini memang pernah
kudengar." "Dalam pertarungan sengitku melawan si Dewa Api
Ban Cau tentu ada salah seorang yang bakal kalah dan
salah satu yang menang, yang menang memperoleh
hadiah dan bertanggung jawab dalam melindungi kalian
keluarga Liauw tiba di kota Kay Hong dalam keadaan
selamat." "Ooouw?".kiranya begitu, cuma ?""
"Cuma apa?" "Untuk mengambil keluar lukisan pengangon kambing
buat He-koan sih tak ada persoalan, tapi lukisan itu cuma
ada sebuah saja, jikalau He koan tetapkan lukisan
tersebut sebagai hadiah pemenang dan didapatkan salah
seorang di antara kalian, jikalau di tengah jalan kembali
berjumpa dengan orang yang menginginkan lukisan ini,
kau suruh He-koan menghadapi dengan cara apa?"
"Tepat sekali pertanyaan yang kau ajukan, bilamana di
tengah jalan kau berjumpa lagi dengan orang yang ingin
merebut lukisan itu, maka ia harus menghadapi dahulu
diri aku orang she Ke?"."
"Hmmmm! Agaknya Ke heng sudah menganggap
kemenangan pasti terjatuh di tanganmu" jengek si Dewa
Api Ban Cau dingin. "Jika Ban heng tidak percaya, sekarang juga kita boleh
buktikan kebenaran ini."
Dalam soal gertakan Ke Giok Lang sudah menang
satu tingkat terlebih dahulu, sehingga semangat si Dewa
373 Api Ban Cau sedikit banyak tertindas dahulu oleh
kegagahan jago muda dari dunia kangouw ini.
Kembali terdengar Ke Giok Lang mendehem ringan
dan tambahnya. "Sekalipun misalnya bisa melewati rintangan siauw-te,
masih ada penjagaan dari kawan kawan perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok."
Diam-diam Phoa Ceng Yan mulai meninjau situasi
yang dihadapinya saat ini, bilamana semisalnya ia
biarkan antara Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang dengan si
Dewa Api Ban Cau melakukan dulu suatu pertarungan
sengit antara mati hidup, walaupun di luaran kelihatan ia
yang bakal menjadi nelayan mujur yang tinggal
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memungut hasilnya saja, tapi keadaan sesungguhnya
dikarenakan antara Ke Giok Lang dengan Ban Cau
selalu menjaga segala dengan cermat, bilamana dalam
pertarungan sengit itu salah satu berhasil merebut
kemenangan maka ia pasti akan segera turun tangan
pula untuk merebut lukisan pengangon kambing tersebut.
Tapi jikalau dalam pertarungan ini Liauw Thayjien ikut
campur dan setiap urusan pegang peranan sendiri, maka
hal ini akan mengganggu rencana dirinya yang hendak
memanfaatkan keuntungan tersebut.
Walaupun begitu ia tetap duduk tenang sambil
menanti perubahan situasi selanjutnya dengan mulut
membungkam. Sinar mata Liaw Thayjien perlahan dialihkan ke atas
wajah Phoa Ceng Yan, katanya, "Phoa Hu Cong Piauwtauw, tolong kau suka bantu He-koan pikirkan bolehkah
aku cantumkan lukisan pengangon kambing itu sebagai
hadiah bagi pemenang pertarungan ini?"
374 Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Jikalau Thayjien suka percaya terhadap omongan aku
orang she Phoa maka serahkan saja seluruh urusan ini
biar aku yang membereskan sendiri menurut jalan pikiran
aku orang she Phoa, apa yang hendak aku lakukan lebih
baik jangan Thayjien potong atau mencegah di tengah
jalan. Bilamana Thayjien merasa kekuatan orang she
Phoa tidak memadai untuk melindungi keselamatan
kalian sekeluarga serta thayjien ingin mencampuri sendiri
urusan dunia kangouw maka ada baiknya ambil
keputusan sendiri tanpa perlu berunding lagi dengan
cayhe." "Baiklah!" kata Liauw Thayjien kemudian dengan alis
berkerut. "He-koan tetapkan lukisan pengangon kambing
ini sebagai hadiah pemenang, jikalau salah satu di antara
kalian berhasil menangkan pertandingan ini maka lukisan
pengangon kambing ini menjadi milik si pemenang, cuma
He-koan harus terangkan dahulu?""
"Liauw Thayjien ada persoalan apalagi?" seru Ke Giok
Lang cepat. "Lukisan pengangon kambing itu tak dapat aku
serahkan pada saat ini "."
"Lalu kapan hendak kau serahkan?"
"Setelah tiba di kota Kay Hong baru kuserahkan
lukisan pengangon kambing itu kepadamu."
"Bicara sesungguhnya, perkataan kalian orang yang
memangku jabatan pemerintahan susah dipercaya
omongannya." "He-koan akan tulis tanda terima dengan diserta tanda
tanganku, setelah tiba di kota Kay Hong dengan
375 andalkan surat keterangan itu kau bisa menerima lukisan
pengangon kambing." "Ehmmm?"", perkataanmu ini memang cengli,
cuma kami harus lihat dulu gambar lukisan tersebut."
"Lukisan pengangon kambing yang He-koan bawa
cuma sebuah saja, jikalau kalian maksudkan dan
semisalnya cuwi sampai salah mencari, bukankah hal ini
merupakan suatu lelucon yang sangat menggelikan
sekali." "Maka dari itu, cayhe ingin melihat dahulu keaslian
lukisan tersebut." "Tidak bisa jadi, urusan ini tidak mungkin bisa
dilakukan." Liauw Thayjien menggeleng berulang kali.
"Kenapa?" "Cuwi semua memiliki kepandaian silat yang amat
tinggi, jikalau cayhe keluarkan lukisan pengangon
kambing itu, perduli siapa saja di antara kalian yang
berhasil rebut lukisan tersebut, bukankah He-koan hanya
bisa membelalakkan mata dengan mulut melongo?"
"Soal ini, cayhe rasa tidak mungkin terjadi."
"Maksud mencelakai orang tidak boleh ada, maksud
berjaga-jaga tidak boleh tak ada, He-koan tak bisa tidak
harus bikin persiapan terlebih dahulu?"."
Phoa Ceng Yan yang mendengar perkataan tersebut,
diam-diam lantas berpikir dalam hatinya, "Hanya
beberapa hari saja ternyata iapun berhasil mempelajari
cara untuk menghadapi kaum Bu Lim."
Ke Giok Lang sebaliknya malah dongakkan kepalanya
tertawa terbahak bahak. 376 "Haaa?""haaa?"..haaa?"" Bagus sekali,
bagus sekali, maksud menjaga diri tidak boleh tidak ada,
silahkan kau buat surat tanda terima tersebut."
Liauw Thayjien menyahut, ia suruh kacung bukunya
persiapkan pit, bak dan kertas lalu membuatnya sepucuk
surat tanda terima yang kira-kira berbunyi "
"Dengan berdasarkan surat ini dapat menerima
sebuah lukisan pengangon kambing." dibawahnya ia
cantumkan sekalian namanya.
Ke Giok Lang memandang sekejap ke arah kertas
tersebut, lalu tertawa. "Liauw Thayjien! Jikalau di atas bukti itu dicantumkan
pula nama besar dari Phoa Hu Cong Piauw-tauw, maka
surat tanda bukti itu bertambah laku lagi."
"Hmmm! Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kami, juga tiada
sangkut paut dengan aku orang she Phoa, mengapa aku
orang she Phoa harus ikut mencantumkan pula namaku
di atas surat tanda bukti itu?"
"Mohon Phoa heng suka mencantumkan pula
namamu di atas tanda bukti itu, aku rasa inipun tak akan
merugikan diri Phoa heng," kata Ke Giok Lang sambil
tertawa. "Hmmm! Silahkan kau mengajukan pendapatmu."
"Di atas nama Phoa heng kau boleh terangkan pula
jika barang tersebut sengaja diserahkan Liauw Thayjien
secara sukarela dan disetujui pula oleh Phoa-heng, dan
barang tersebut bukan direbut dengan kekerasan."
"Cuma itu saja?" tanya Phoa Ceng Yan setelah
termenung sejenak. 377 "Di lain waktu jikalau siauw-te menemui Liauw
Thayjien untuk minta lukisan tersebut dengan andalkan
surat bukti tadi, Phoa heng-pun bisa bertindak pula
sebagai saksi." Tiba-tiba Phoa Ceng Yan dongakkan kepalanya
tertawa terbahak-bahak, "Haaa"..haaa"..haaaa?".
Ke Kongcu, bukankah sudah berulang kali aku katakan
bahwa urusan ini sama sekali tiada sangkut pautnya
dengan aku orang she Phoa, jikalau kau paksa juga ingin
minta persetujuan dari aku orang she Phoa, maka cayhe
bisa terangkan bahwa aku sama sekali tidak setuju untuk
serahkan lukisan pengangon kambing itu kepada
siapapun." "Bilamana Siauw-te datang tidak tepat pada waktunya,
kemungkinan sekali kalian sudah dibakar hancur
berantakan oleh serangan senjata berapi dari si Dewa
Api Ban Cau." "Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" mendadak Liauw
Thayjien berseru. "Ada urusan apa?" sahut Phoa Ceng Yan dengan alis
berkerut. "Perkataan dari Ke Kongcu sedikitpun tidak salah,
rasanya Phoa Hu Cong Piauw-tauw hanya cantumkan
namamu di atas surat bukti itupun bukan merupakan
suatu persoalan yang merugikan dirimu."
"Jadi maksud Thayjien. kau ingin cayhe pun
cantumkan pula namaku di atas surat tanda bukti itu?"
"Mencantumkan nama untuk membuktikan bahwa
barang itu adalah cayhe yang rela serahkan kepadanya,
aku rasa persoalan ini tidak merugikan nama baik
perusahaanmu bukan?"
378 "Ke heng!" seru Phoa Ceng Yan kemudian sambil
menoleh kearah Ke Giok Lang.
"Nama besar Hoa Hoa Kongcu ternyata luar biasa
sekali, dengan dua tiga patah kata ternyata kau bisa bikin
tunduk si pemilik barang dari perusahaan kami."
Ke Giok Lang tersenyum. "Pil mujarab tersebut merupakan obat kuat yang susah
didapatkan, cayhe pun berhasil memperoleh barang
tersebut dengan kerahkan seluruh tenaga yang dipunyai,
aku rasa penyakit yang diderita nona Liauw sudah
banyak berkurang bukan!"
Phoa Ceng Yan tak bisa berbuat apa-apa lagi,
diterimanya surat tanda bukti itu seraya angkat pit siap
mencantumkan namanya. "Ke Kongcu!" ujarnya kembali. "Minta aku orang she
Phoa ikut mencantumkan namaku di atas surat tersebut
bukan suatu pekerjaan yang sukar, tapi aku orang she
Phoa pun ingin menanyakan dulu satu persoalan
kepadamu, asalkan Ke Kongcu suka memberikan
jawaban yang memuaskan hatiku, maka aku orang she
Phoa akan segera cantumkan pula namaku di atas kertas
tersebut." Jilid 12 "Apa yang ingin Phoa heng tanyakan?"
"Ke Kongcu sejak semula sudah punya maksud untuk
membegal barang ini sehingga tidak kenal susah payah
melakukan perjalanan beribu-ribu li dengan menempug di
tengah badai dan hujan salju datang kemari, walaupun
telah berjumpa dengan Chin Tayhiap sehingga timbulkan
sedikit percekcokan, tapi terhadap persoalan Ke Kongcu
379 untuk membegal barang pusaka itu sama sekali tidak
mendapatkan gangguan yang besar"."
Mendadak ia perendah suaranya dengan kata yang
lirih sehingga cuma Ke Giok Lang seorang yang bisa
menangkap, katanya. "Sewaktu Ke Kongcu menggunakan siasat memancing
harimau meninggalkan gunung, memancing aku orang
she Phoa berlalu dan kau menerjang masuk ke dalam
kamar penginapan, ditinjau dari keadaan pada waktu itu
dengan mudah rasanya Ke Kongcu bisa mendapatkan
lukisan pengangon kambing itu, tapi mengapa kau tidak
melakukan hal tersebut sebaliknya pergi dan kini balik
lagi dengan segala tipu muslihat, apakah hal ini tidak
terlalu banyak membuang waktu dan tenaga?"
"Dalam sepasang mata Phoa heng yang jeli dan tajam
rasanya tak bakal kemasukan pasir bukan" tapi siauw-te
tidak paham apakah Phoa heng sungguh-sungguh tidak
tahu" Ataukah sudah tahu tapi pura-pura bertanya?"
"Sudah tentu aku sungguh tidak tahu, bila aku sudah
tahu apa gunanya ditanyakan kembali?"
"Mengapa Phoa heng tidak tanyakan urusan ini
langsung dengan nona Liauw sendiri?"
"Jika semisalnya nona Liauw suka langsung
memberitahukan persoalan itu kepada cayhe, rasanya
aku orang she Phoa pun tidak perlu banyak mulut
menanyakan persoalan ini kepada Ke Heng."
Di atas selembar wajah Ke Giok Lang secara samar
terlintas suatu perasaan bimbang ragu-ragu, kebingungan kurang percaya, jelas ia tidak percaya
terhadap apa yang diucapkan Phoa Ceng Yan barusan
ini. Ketika itu Phoa Ceng Yan sedang gerakan pitnya
380 siap mencantumkan namanua di atas kertas tersebut,
tapi melihat air muka Ke Giok Lang kelihatan ragu-ragu
dan bimbang tak menentu, sepertinya ada satu
persoalan besar yang sukar diucapkan keluar, dalam hati
semakin heran lagi. Tak kuasa lagi katanya.
"Ke heng, ada urusan apa membuat Ke heng kelihatan
begitu bimbang, serba salah dan ragu-raguu?"
Air muka Ke Giok Lang berubah semakin serius lagi,
dengan menggunakan nada suara yang palin perlahan
katanya. "Siauw-te telah melakukan pemeriksaan terhadap urat
nadi serta denyutan jantung dari nona Liauw itu, ia
benar-benar seorang gadis yang tidak mengerti akan
ilmu silat, jikalau Phoa heng sendiripun tidak tahu
terhadap persoalan ini tentu masih ada rahasia yang
lebih mendalam lagi artinya."
Diam-diam Phoa Ceng Yan pun menghembuskan
napasnya panjang-panjang, pikirnya.
"Ternyata nona Liauw yang bersembunyi di dalam
kereta benar-benar menyembunyikan suatu rahasia yang
maha besar, bahkan rahasia ini menimbulkan tenaga
pengaruh yang membuat hati setiap orang merasa
bergidik dan ketakutan, Lam Thian Sam Sah serta Hoa
Hoa Kongcu sama-sama dipukul mundur dengan
ketakutan setelah melihat rahasia tersebut, tapi sungguh
aneh sekali setiap kali aku sendiri yang masuk ke dalam
kereta atau kamar tidurnya mengapa tidak berhasil
kujumpai sedikit tanda yang mencurigakan pun"
Terdengar Ke Giok Lang dengan suara lirih
menyambung, "Apakah antara kalian perusahaan
ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok dengan Lambang Naga
Sakti "Wan Liong Piauw Kie" yang pernah menggetarkan
381 seluruh daratan Tionggoan pada tiga puluh tahun
berselang serta ditakuti tiga bagian oleh seluruh kawan
kawan Bu-lim dari seluruh kolong langit betul-betul tiada
sangkut paut dengan kalian?"
"Lambang Naga Sakti?" seru Phoa Ceng Yan agak
tertegun. "Sedikitpun tidak salah, aku dilahirkan di dunia rada
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terlambat sehingga tidak kualami sendiri bagaimanakah
kedashyatan dari Lambang Naga Sakti tersebut, tapi
peristiwa ini telah diketahui setiap jago yang pernah
berkelana dalam Bu Lim bahkan seluruh partai, seluruh
perguruan telah turunkan perintah di mana lambang
naga sakti muncul maka siapapun tidak diperkenankan
mengganggu barang seujung rambut atau seujung
rantingpun, barang siapa yang melanggar maka
perguruan-nya ada kemungkinan ikut mengalami
kemusnahan, bila dia adalah seorang perampok maka
tiga keturunan akan menemui bencana."
"Di tempat manakah Ke heng telah berjumpa dengan
Lambang Naga Sakti tersebut?"
"Phoa heng, kau lagi pura-pura bodoh" Ataulah tidak
ingin rahasiamu diketahui orang?" seru Ke Giok Lang
dengan alis berkerut. Phoa Ceng Yan menggerakkan pitnya bagaikan
terbang menanda tangani tanda terima yang ditulis Liauw
Thay jien tadi, kemudian seraya menyerahkan tanda
terima tadi ketangan Ke Giok Lang ujarnya.
"Ke Kongcu, inilah tanda yang membuktikan aku orang
she Phoa benar bewnar bukan sedang berpura pura!"
Ke Giok Lang menerima tanda terima tersebut
kemudian tertawa tergelak.
382 "Ha".ha"..ha".. peristiwa ini sungguh membuat
orang engkau terselimut di balik kabut yang tebal, biarlah
aku singkirkan dulu hadangan dari si dewa api Ban Cau
kemudian baru kita bicarakan lagi persoalan ini dengan
lebih seksama." Ia berpaling memandang sekejap ke arah Ban Cau,
lalu seraya membentangkan kipasnya ujarnya kembali.
"Ban-heng, tanda terima ini ditulis pribadi oleh Liauw
Thayjien dan ditanda tangani oleh Phoa Hu Cong Piauwtauw, ini berarti lukisan pengangon kambin sudah
menjadi milik Ke Giok Lang, bilamana Ban heng masih
ada maksud hendak merampas barang tersebut, nah!
Terjanglah aku orang she Ke, setiap terjangan Ban heng
akan kuterima dengan senang hati".
Air muka Ban Cau berubah sangat dingin, ia melirik
sekejap ke arah Liauw Thayjien kemudian Phoa Ceng
Yan. "Kalian berdua rela serahkan lukisan pengangon
kambing itu buat Ke Giok Lang. Ini berarti kalian tidak
pandang sebelah matapun terhadap aku orang she
Ban?" Tidak menanti orang itu menyelesaikan kata-katanya,
Ke Giok Lang sudah memotong diiringi gelak tertawa
yang keras. "Haaa"..haaa".haaa"..sekarang,
nasi sudah menjadi bubur, kayu sudah menjadi perahu, sekalipun
Ban heng bicara keras juga percuma, perlu kau ketahui,
jikalau hatimu mengandung maksud tidak baik maka kita
berdua terpaksa harus bereskan urusan ini dengan
bergebrak, mau tentukan waktu di kemudian hari atau
sekarang juga kita selesaikan urusan ini terserah pada
Ban heng sendiri, siauw-te selalu menanti petunjuk!"
383 "Ke Kongcu, kau terlalu menghina orang." teriak Ban
Cau sambil tertawa dingin.
Tangan kanan diangkat hantaman ke muka. lantas mengirim satu Ke Giok Lang meloncat berkelit, kipas di tangan
kanannya menyambar keluar dalam gerakan mendatar
membabat lengan kanan Ban Cau.
Si Dewa Api yang melihat serangannya mencapai
sasaran kosong segera melejit ke atas, telapak tangan
diputar kemudian menyambar lewat dari sisi Ke Giok
Lang. Mendadak si Hoa Hoa Kongcu mengempos tenaga sin
kang, kemudia meloncat setinggi delapan sembilan depa
ke tengah udara laksana seekor kuda sembrani, ia
melayang sejauh satu tombak lebih.
Pada saat yang bersamaan sewaktu Hoa Hoa Kongcu
Ke Giok Lang berkelit ke samping, pada tempat semula
ia berdiri secara tiba-tiba terjadi suatu ledakan yang
keras, dalam sekejap mata asap biru itu membumbung
tinggi ke angkasa disertai jilatan api yang berkobar.
Phoa Ceng Yan yang melihat kejadian ini hanya bisa
berdiri terperanjat, sedang dalam hati pikirnya.
"Sungguh dahsyat, sungguh dahsyat, kepandaian Ban
Cau dalam penggunaan senjata berapi sungguh berhasil
mencapai taraf kesempurnaan."
Liauw Thayjien semakin terperanjat lagi melihat
peristiwa tersebut, badannya tak kuasa mundur dua
langkah ke belakang. Dalam sekejap mata itulah di tengah kalangan telah
terjadi suatu perubahan yang maha besar, sekonyong
384 konyong terdengar Ban Cau berteriak keras lalu putar
badan dan ngeloyor pergi.
Sedangkan si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang tetap
berdiri di atas permukaan salju dengan wajah serius, ia
memandang bayangan punggung Ban Cau yang makin
menjauh dengan wajah yang penuh senyuman dingin.
"Ke heng, apakah Ban Cau telah terluka?" tegur Phoa
Ceng Yan beberapa saat kemudian.
Perlahan lahan Ke Giok Lang berbalik memandang
sekejap wajah Phoa Ceng Yan lalu tersenyum.
"Ban heng telah terkena sebatang jarum beracun dari
siauw-te?"" "Kalau begitu luka dari Ban Cau sangat parah?"
"Bila dibicarakan berat memang berat, kalau
diucapkan ringan sebenarnya memang ringan, bila ia
tidak tahu bagaimana caranya mencegah menjalarnya
daya kerja racun yang mengeram di badannya, paling
tidak badan harus melakukan satu kali operasi!"
"Kepandaian silat yang Ke heng miliki sungguh luar
biasa dahsyatnya, hanya dalam sejurus dua jurus sudah
berhasil mengalahkan si dewa api Ban Cau, peristiwa ini
sangat jarang ditemui dalam Bu Lim."
Ke Giok Lang tersenyum. "Dalam pertempuran ini siauw-te lebih banyak
menggunakan kegesitan, cuma saja untuk menghadapi
manusia macam Ban Cau yang pandai menggunakan
senjata berapi, bila tidak berhasil merubuhkan dirinya
dalam dua tiga jurus yang rugi bakalnya adalah siauw-te
sendiri?"" 385 Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya lebih
lanjut. "Liauw Thayjien, kita berjumpa kembali di istana Kay
Hong." Ia putar badan lantas berlalu.
"Ke heng, tunggu sebentar." tiba-tiba Phoa Ceng Yan
berteriak. Ke Giok Lang berhenti, berpaling dan tertawa.
"Phoa heng, masih ada urusan apa?"
"Apakah Ke Kongcu hendak berlalu begitu saja?"
"Haaa?"..haaa?"".haaa?".
kami kaum penjahat punya peraturan bagi penjahat sendiri, setelah
siauw-te peroleh tanda terima ini tidaklah mungkin bagiku
untuk berpeluk tangan belaka, aku dengan membawa
anak buahku akan berjalan terlebih dahulu di muka, di
samping sebagai pembuka jalan sekalian singkirkan
beberapa kesulitan bagi Phoa heng serta Liauw Thayjien,
menurut penglihatanku aku orang she Ke, setelah
gerombolan Ban Cau yang merupakan rombongan
terkuat kena dibikin hancur maka sepanjang jalan raya ini
seharusnya tak ada yang berani turun tangan merampas
benda itu lagi." "Ehmm?""agaknya Ke Kongcu begitu yakin."
"Kecuali terjadi suatu peristiwa istimewa yang ada
diluar dugaan, atau munculnya jago lihay tanpa
sepengetahuan siauw-te, rasanya tak ada seorangpun
yang berani turun tangan mngganggu barang kawalan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian lagi."
"Semoga saja begitu."
386 "Kalau begitu siauw-te berangkat selangkah terlebih
dahulu!" seru Ke Giok Lang kemudian sembari ulapkan
tangannya. "Bila di tengah perjalanan tidak terjadi
peristiwa lagi, kita berjumpa di kota Kay Hong."
"Silahkan Ke Kongcu berangkat terlebih dahulu."
Ke Giok Lang tersenyum, ia meloncat pergi dan dalam
sekejap mata telah lenyap dari pandangan.
Liauw Thayjien dengan termangu mangu memandang
bayangan punggung Ke Giok Lang berlalu telah lenyap
dari pandangan sembari ia mengelus jenggotnya ia
mengangguk. "Ehmmm?"..sedikitpun tidak salah, kaum penjahat
seharusnya mempunyai peraturan sendiri."
Phoa Ceng Yan yang mendengar perkataan tersebut
hanya bisa menghela napas panjang.
Agaknya Thayjien merasa begitu cocok dengan orang
she Ke ini?" "Dugaan Hu Cong Piauw-tauw sedikitpun tidak salah,
walaupun ia berasal dari kalangan Liok-lim, tapi apa yang
diucapkan memang cengli semua dan ia pegang teguh
tata kesopanan." "Aaai".! Kelicikan serta kecurangan dalam dunia
kangouw tak bisa dibandingkan dengan kejujuran kaum
pembesar, Thayjien! Kau tak boleh hanya menilai
mukanya saja." Liauw Thayjien tidak ingin berdebat dengan Phoa
Ceng Yan hanya karena soal kecil ini, segera ia alihkan
bahan pembicaraan ke soal yang lain.
"Phoa ya, bagaimana kalau kita segera berangkat?"
387 "Ehmm". silahkan Thayjien naik ke dalam kereta, aku
segera perintah untuk melakukan perjalanan."
Liauw Thayjien putar badan, baru perjalanan beberapa
langkah mendadak seperti teringat akan satu persoalan
yang penting, ia berpaling kembali.
"Phoa ya, apakah Cong Piauw-tauw kalian sudah ada
kabarnya?" "Kecuali ia tidak menerima berita kami, kalau tidak
malam ini juga ia pasti telah berhasil mengejar kita?"
"Semoga begitu!" perlahan lahan ia naik ke dalam
kereta. Phoa Ceng Yan pun mendekati kereta sendiri.
"Giok Liong, kita segera berangkat."
Lie Giok Liong mengiakan, ia bergerak terlebih dahulu
di paling depan. Kereta melanjutkan perjalanan beiring-iringan, putaran
roda terdengar bergerak membelah permukaan salju.
"Jie-ya!" seru Nyoo Su Jan tiba-tiba sambil mengejar
datang. "Apakah Ke Giok Lang betul betul hendak
bukakan jalan kita?"
"Dalam hatinya punya maksud tertentu, aku kira ia tak
akan menunjukkan permainan setan lari kepada kita."
"Tapi orang ini berakal licik banyak siasat busuk,
hatinya keji dan telengas, seharusnya kita berhati-hati
menghadapi manusia semacam begini."
"Aaaaai! Jika ditinjau situasi ini hari seharusnya kita
menunggu di antara Ke Giok Lang serta Ban Cau
melangsungkan suatu pertarungan mati-matian kemudian kita yang jadi nelayan untuk tinggal ambil
388 hasilnya, perduli siapapun yang berhasil memperoleh
kemenangan tentu tidak mendatangkan kebaikan bagi
mereka"." "Jie-ya, bila dalam sekali hantam kita berhasil
taklukkan Ban Cau serta Ke Giok Lang, maka wajah kita
semakin cemerlang lagi," sambung Nyoo Su Jan.
"Semisalnya Liauw Thayjien tidak ikut campur,
sekalipun kita tidak mungkin berhasil menangkap mereka
berdua sekaligus, paling sedikit kita juga singkirkan
mereka dari sini." "Jie-ya." tiba-tiba Nyoo Su Jan memperendah
suaranya. "Apakah Liauw Thayjien betul-betul tidak tahu
rahasia dari lukisan pengangon kambing itu?"
"Kelihatannya ia bukan sedang berpura-pura jika ia
berani mencle-mencle dengan manusia macam Ke Giok
Lang, apakah kau kira si Hoa Hoa Kongcu suka
melepaskan dirinya dengan begitu saja?"
"Seharusnya kita beri penjelasan dulu kepadanya,
daripada nantinya tanpa ia sadari sudah kena dicelakai
orang," usul Nyoo Su Jan.
"Terhadap situasi yang berada di depan mata
sebetulnya banyak sudah rencana kudapatkan, tapi Liuw
Thayjien ngotot ingin mencampuri diri dalam persoalan
ini dan menghadapi sendiri Ke Giok Lang, menghadapi
perubahan tersebut aku tidak bertenaga untuk
menahannya, dan kini kayu sudah menjadi perahu,
rasanya susuah bagi kita untuk tarik kembali persoalan
tersebut." "Hamba punya satu cara untuk membuat Ke Giok
Lang repot dengan sia sia," tiba-tiba Nyoo Su Jan
mengajukan usulnya kembali.
389
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa usulmu?" "Kita berusaha untuk dapatkan lukisan pengangon
kambing itu terlebih dahulu."
"Apakah Ke Giok Lang suka lepas tangan dengan
begitu saja?" "Setelah Cong Piauw-tauw tiba di sini, apa yang perlu
kita takutkan lagi?"
"Su Jan" ujar Phoa Ceng Yan setelah termenung
sejenak, "Berapa banyak yang kau ketahui tentang
lukisan pengangon kambing itu?"
"Jie-ya, kau jangan salah paham" Buru-buru Nyoo Su
Jan menggeleng. "Terhadap lukisan pengangon kambing
hamba kurang tahu, tapi dengan ikut campurnya si Dewa
Api Ban Cau serta Ke Giok Lang dalam perebutan ini,
bukankah hal ini memberi tahu kepada kita seberapa
berharganya lukisan tersebut."
"Sekalipun lukisan pengangon kambing berharga
melebihi satu kota, kitapun tak bisa turun tangan untuk
merebutnya"." "Phoa ya, kita bukan merebut, tapi kita berusaha untuk
mencegah lukisan pengangon kambing itu jangan
sampai terhjatuh ke tangan Ke Giok Lang.
"Phoa Ceng Yan sebagai seorang jago kawakan
sudah tentu bisa meraba apa maksud yang sebenarnya
dari pembantunya ini, ia mendehem perlahan.
"Su Jan!" ujarnya lirih. "Untuk menghadapi persoalan
ini kita harus berunding secara seksama dan bertindak
berhati-hati, untuk melakukan pekerjaan pengawal
barang macam begitu justru yang paling ditakuti adalah
tersangkut dalam kancah pergolakan Bu Lim, jika bisa
menghindar itu lebih bagus lagi dan kini lukisan
390 pengangon kambing telah diserahkan Liuw Thayjien
secara sukarela menurut peraturan hal ini tak bisa
dimaksudkan orang lain merampas barang itu dengan
kekerasan, dan kini si Hoa Hoa Kongcu membawa surat
tanda terima yang ditulis Liuw Thayjien sendiri dan
tercantum pula tanda tanganku untuk menerima lukisan
pengangon kambing itu, hal ini makin sulit bagi kita untuk
mungkir." "Perkataan Jie-ya sedikitpun tidak salah bila kita
mengganggu lukisan pengangon kambing dan urusan ini
dibicarakan di atas meja perundingan, yang rugi adalah
kita, tapi lukisan tersebut dapat membuat Ke Giok Lang
jadi mabok, bahkan tidak sayang sayangnya bermusuhan
dengan Ban Cau, ini mengartikan seberapa berharganya
lukisan tersebut." "Maksudmu lukisan pengangon kambing ini menyangkut soal mati hidupnya seluruh umat Bu Lim,
bukankah hal ini merupakan suatu peristiwa yang maha
berat dan maha penting?" sambung Nyoo Su Jan dengan
cepat. "Soal ini?" soal ini?"" kita memang harus
berpikir panjang"."
Ia mendongak dan menghembuskan napas panjang
panjang sambungnya, "Aku hanya berharap Cong Piauwtauw bisa pagian tiba di sini."
Selagi Nyoo Su Jan ada maksud menjawab,
mendadak terdengar suara derapan kaki kuda
berkumandang datang. Ketika mereka berpaling, dilihatnya seekor kuda
laksana sambaran kilat berlari mendekat.
391 "Aaakh! Cong Piauw-tauw!" teriak Nyoo Su Jan tiba
tiba dengan kegirangan. Waktu itu kuda tersebut dengan cepatnya sudah
melewati iring-iringan kereta dan tiba di hadapan kedua
orang itu. Kuda tadi dengan cepatnya berhenti berlari.
Di atas kuda duduk seorang lelaki berusia empat
puluh tujuh, delapan tahunan, jenggot hitamnya terurai
sepanjang dada. Orang itu mempunyai wajah persegi empat dengan
telinga yang besar, sepasang mata bulat besar dengan
wajah keren, membuat setiap orang yang menemuinya
tanpa terasa menunjukkan sikap hormat kepadanya.
"Menghunjuk hormat buat Cong Piauw-tauw" buruburu Nyoo Su Jan menjura.
Orang itu bukan lain adalah Cong Piauw-tauw dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok Kwan Tiong Gak
adanya. "Su Jan, tidak usah banyak adat" seru Kwan Tiong
Gak seraya ulapkan tangannya.
Sinar matanya segera dialihkan ke arah Phoa Ceng
Yan, lalu sambil tersenyum serunya.
"Saudara, sungguh melelahkan dirimu."
"Siauw-te tidak becus, hanya persoalan yang kecil
saja harus menganggu ketenangan Cong Piauw-tauw"."
"Secara garis besarnya aku sudah tahu sedikit tentang
situasi yang kita hadapi, perubahan ini merupakan satusatunya perubahan terberat bagi kita perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok sejak didirikan."
392 "Ooooouw?".., kiranya Cong Piauw-tauw sudah
dengar orang berkata tentang hal ini!" seru Nyoo Su Jan
seraya menjura. "Aku hanya mendengar sedikit kabar saja, keadaan
yang sebetulnya masih belum begitu tahu."
"Hamba serta Phoa-ya sudah berapa kali menghantar
barang kawalan, selama ini belum pernah pula menemui
peristiwa seaneh ini, perubahan yangh terjadi di balik
peristiwa ini sungguh amat susah diduga."
Ketika itulah sembari keprak kudanya untuk bergerak
maju ujar Kwan Tiong Gak lagi, "Mari, sembari berjalan
kita berbicara." Phoa Ceng Yan serta Nyoo Su Jan mengiringi dari
kedua belah samping dengan berjalan kaki.
Sinar mata Kwan Tiong Gak perlahan menyapu
sekejap permukaan salju yang terbentang di depan mata,
setelah ditemuinya tak sesosok bayangan manusiapun
ada di sana, ia mendehem perlahan.
"Saudara Phoa, apakah tadi sudah terjadi sesuatu
peristiwa?" Iapun meloncat turun dari punggung kuda untuk
berjalan seiring kedua orang lainnya.
"Cong Piauw-tauw" jawab Phoa Ceng Yan perlahan.
"Jika kedatanganmu lebih pagi selangkah, maka kau bisa
berjumpa dengan si "Hoa Hoa Kongcu" Ke Giok Lang
serta si Dewa Api Ban Cau."
"Ooooouw". Ke Giok Lang pun sudah tiba?"
"Sebelumnya hamba mohon ampun dulu dari Cong
Piauw-tauw" seru orang she Phoa seraya menjura.
393 Melihat tindak tanduk Hu COng Piauw-tauwnya, Kwan
Tiong Gak kelihatan agak tertegun.
"Apa yang telah terjadi?"
"Baru saja hamba melakukan suatu perbuatan, entah
benar atau tidak tindakanku ini?"
"Apakah tindakanmu itu?"
Phoa Ceng Yan menghela napas panjang dan
perlahan lahan mulai menceritakan kisah yang baru saja
terjadi dengan penuh ketelitian.
"Menurut pemikiran kita pada umumnya" ujar Kwan
Tiong Gak setelah termenung sejenak, "tindakanmu ini
boleh dikata tidak jelek, tetapi "."
Ia melirik sejenak ke arah Phoa Ceng Yan lalu
sambungnya, "Urusan sudah lewat, kita anggap saja sudah selesai,
saudara Phoa pun tak usah memikirkannya kembali.
"Tentang lukisan pengangon kambing itu sendiri,
entah dimanakah letak keberhargaannya?" ujar Nyoo Su
Jan tiba-tiba. "Ke Giok Lang tidak sayang sayangnya
bermusuhan karena urusan ini, bahkan mereka rela pula
untuk mengikat permusuhan dengan perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok kita, tentu barang tersebut luar biasa
sekali." "Nyoo Piauw-tauw tadipun pernah mengusulkan bila
lukisan pengangon kambing mempengaruhi peristiwa
yang sangat besar, kita bisa berusaha untuk
menahannya," sambung Phoa Ceng Yan pula.
Kwan Tiong Gak menggeleng berulang kali.
"Saudara, kaupun sudah menanda tangani surat tanda
terima tersebut, mana boleh kau pungkiri kembali
394 pernyataanmu sendiri" rasanya gelar Thiat Ciang Kiem
Huan pun tidak seharusnya mendapat cemoohan dari
kawan kawan Bu lim bukan?"
"Hamba merasa sangat menyesal!"
Kwan Tiong Gak tersenyum.
Demi kepercayaan perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kita, lukisan pengangon kambing boleh kita serahkan
kepada Ke Giok Lang, tapi kitapun bisa merebutnya
kembali dari tangannya."
"Merebutnya kembali" Apakah tindakan ini tidak terlalu
banyak buang waktu dan tenaga?"
"Sedikit membuang tenagapun tak mengapa,
serahkan lukisan tersebut kepada Ke Giok Lang adalah
untuk membuktikan kepegang janjian kita, sedang
merebut kembali adalah demi menjaga nama baik
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok."
"Cong Piauw-tauw!" seru Nyoo Su Jan dari samping.
"Di dalam dua jurus saja Ke Giok Lang berhasil melukai
si Dewa Api Ban Cau ?"
"Akh "!" Kwan Tiong Gak merasa kaget setelah
mendengar laporan ini. "Menggunakan kepandaian ilmu
silat apakah ia berhasil melukai si Dewa Api Ban Cau
hanya dalam dua jurus saja?"
"Agaknya menggunakan senjata rahasia." jawab Phoa
Ceng Yan. "Kepandaian silat si Dewa Api Ban Cau justru
kelihayan-nya terletak pada alat-alat berapinya yang
ganas, Ke Giok Lang telah berusaha merebut posisi
terlebih dahulu dengan lepaskan senjata rahasia untuk
melukai diri Ban Cau."
"Ooooouw".. kiranya begitu."
395 Sinar matanya lantas dialihkan ke arah Phoa Ceng
Yan, tambahnya. "Tentang diri pribadi si "Hoa Hoa Kongcu" Ke Giok
Lang sudah banyak dengar dari orang, kecuali ia gemar
sekali mempermainkan kaum wanita, dalam urusan lain
ia masih suka mengalah satu tindak buat orang."
"Di antara berjuta-juta kejahatan, memperkosa adalah
kejahatan nomor wahid, cukup mengandalkan hal ini
sudah bisa kita tentukan dia bukanlah seorang jagoan
dari kalangan Pek-to" seru Nyoo Su Jan.
"Sebetulnya ia memang bukan seorang jago dari
kalangan Pek-to! Aku dengar orang berkata kecuali
memiliki serangkaian ilmu silat yang luar biasa
dahsyatnya ia masih memiliki satu kepandaian yang
sangat istimewa yaitu mendatangkan rasa simpatik dari
setiap orang yang dijumpainya."
"Sedikitpun tidak salah" Phoa Ceng Yan membenarkan. "Dia benar-benar memiliki kepandaian
tersebut, sewaktu ia berhasil menerjang masuk ke dalam
kamar Liuw Thayjien tentu membencinya sampai
merasup ke tulang sumsum, tapi bukan saja Liuw
Thayjien setuju untuk serahkan lukisan pengangon
kambing itu kepadanya, bahkan masih mengagumi dan
puji tiada hentinya terhadap setiap ucapan maupun
tindak tanduk Hoa Hoa Kongcu."
Kwan Tiong Gak kembali termenung lalu ujarnya, "Aku
dengar orang ini mempunyai kemampuan yang hebat di
berbagai bidang, baik kecerdasan maupun kepandaian
silat terhitung jago nomor wahid di kolong langit, di antara
jago-jago muda ia merupakan jago yang paling menonjol,
hanya sayang jalan yang ditempuh adalah jalan serong."
396 "Cong Piauw-tauw! Agaknya terhadap watak Ke Giok
Lang kau sudah mengetahui sangat banyak," kata Phoa
Ceng Yan lambat. "Ia pernah mengunjungi Peking bahkan suruh orang
menyampaikan surat kepadaku dan berharap bisa
berjumpa satu kali dengan diriku, cuma sayang aku
banyak urusan tidak bisa penuhi undangannya untuk
berjumpa." "Sewaktu ada di Peking apakah ia tidak timbulkan
keonaran?" "Justru inilah letak kecerdikan dari si "Hoa Hoa
Kongcu" Ke Giok Lang, setelah ia tiba di ibukota, gerak
gerik maupun tindak tanduknya sangat misterius, kecuali
dia ingin menjumpai orang yang hendak dijumpai
rasanya orang lain susah untuk menemukan dirinya."
"Aaakh".! Tentu urusan ini sudah terjadi banyak
tahun berselang bukan?"
"Tidak, peristiwa ini terjadi tahun yang lalu, waktu itu
nama besarnya barusan menanjak di dunia persilatan,
kudengar kabar kecuali aku, ia masih menjumpai dua
orang lainnya." "Siapakah mereka?"
"Siapakah kedua orang yang ia jumpai, aku tidak
begitu jelas, cuma bila kuselidiki dengan seksama,
rasanya tidak susah untuk mengetahui siapa siapakah
mereka, tapi justru waktu itu tidak kupandang di dalam
hati peristiwa ini. Aaaa?".! Bila kuingat sekarang
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tindakanku tersebut memang sedikit teledor."
"Cong Piauw-tauw! Apakah kau merasa adanya
hubungan antara persoalan itu dengan lukisan
397 pengangon kambing?" tiba-tiba Phoa Ceng Yan bertanya
setelah termenung sejenak.
"Kemungkinan besar memang benar, selama
belakangan ini Ke Giok Lang telah memperluas
hubungannya dengan berkenalan dengan banyak kawan,
agaknya di balik kesemuanya ini ia telah menyusun suatu
rencana besar. "Lukisan pengangon kambing termasuk salah satu
tujuannya?" sela Nyoo Su Jan.
"Dalam keadaaan seperti ini kita masih belum dapat
mengambil suatu kesimpulan, tapi terhadap lukisan
pengangon kambing aku telah melakukan suatu
penyelidikan untuk mengetahui latar belakangnya!"
Semangat Phoa Ceng Yan kontan berkobar kembali.
"Dapatkah Cong Piauw-tauw memberi keterangan?"
serunya. Kwan Tiong Gak tidak langsung menjawab pertanyaan
dari Phoa Ceng Yan, sebaliknya malah bertanya.
"Apakah kau pernah melihat lukisan pengangon
kambing itu?" "Pernah, cuma sayang pengetahuan serta kecerdikan
siauw-te tidak memadahi, susah bagiku untuk
mengetahui rahasia di balik peta lukisan pengangon
kambing tersebut." "Peta lukisan itu dinamakan lukisan pengangon
kambing, sesuai dengan namanya tentulah di atas
lukisan tersebut telah terlukis banyak sekali binatang
kambing, bukan begitu."
398 "Benar, bermacam macam kambing dengan gaya
yang berlainan, di samping itu terlukis seorang bocah
gembala yang mencekal cambuk panjang."
"Saudara, coba kau pikirlah dengan teliti, di bagian
manakah letak kecurigaanmu terhadap lukisan tersebut?"
"Siauw-te sudah memeriksa dengan teliti tapi tidak
kuketahui di manakah letak hal hal yang patut dicurigai."
Kwan Tiong Gak termenung sejenak kemudian
ujarnya. "Menurut berita yang kudapat, di atas lukisan tersebut
katanya tersembunyi suatu maksud yang sangat
mendalam, lukisan ini adalah hasil karya dari seorang
cianpwee, di dalam lukisan tersebut terkandunglah
seluruh jerih payah serta kepandaiannya."
"Ooouw?".jadi maksudnya ia sudah terangkan
seluruh kepandaian silatnya di atas lukisan pengangon
kambing tersebut?" "Artinya tidak akan segampang itu, aku dengar orang
kata lukisan itu mengandung rahasia yang mendalam,
bila tidak berhasil memahami rahasia yang meliputi
lukisan tersebut sekalipun dapatkan lukisan pengangon
kambing juga percuma."
"Siauw-te sudah memeriksanya dengan teliti" ujar
Phoa Ceng Yan memberi tanggapan. "Bila di atas lukisan
pengangon kambing benar-benar terkandung rahasia
yang mendalam, maka rahasia itu pasti bisa dipecahkan
dengan suatu kecerdikan yang benar-benar amat tinggi,
siauwte sudah periksa amat teliti tapi tak sesuatupun
yang berhasil kudapatkan."
"Bila kalian bisa mendapat persetujuan dari Liuw
Thayjien untuk memeriksa kembali lukisan pengangon
399 kambing itu, ada kemungkinan kita berhasil memperoleh
sedikit gambaran." "Urusan ini tidak sukar, biarlah aku temui Liuw
Thayjien, mungkin ucapanku berhasil mendapat
persetujuannya." "Kau harus ingat, urusan ini tak boleh dilakukan
dengan kekerasan atau menghardik dan menakut-nakuti
orang, asalkan diungkap secara sambil lalu cukuplah
sudah, disetujui atau tidak itu urusan orang lain"."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, "Yang membuat
orang menjadi tidak paham adalah lukisan pengangon
kambing itu secara bagaimana bisa terjatuh ke tangan
Liuw Thayjien?" "Tentang hal ini siauwte pun pernah bertanya
kepadanya tapi ia sendiripun tidak berhasil memberikan
suatu jawaban yang pasti, agaknya lukisan tersebut ia
bawa ke kota Kay Hong karena mendapat titipan dari
orang lain." "Siapa yang titipkan barang itu kepadanya" Asalkan
orang itu punya hubungan dengan orang-orang bu lim
maka dengan cepat kita berhasil menemukan asal
mulanya seluruh persoalan ini."
"Apakah Cong Piauw-tauw merasa urusan ini sangat
penting?" tanya Nyoo Su Jan.
"Jika lukisan pengangon kambing itu punya sangkut
paut dengan peristiwa Bu Lim, aku nilai dari lukisan ini
tak dapat dibandingkan dengan nilai uang lagi."
"Menurut apa yang Cong Piauw-tauw katakan tadi,
jelas lukisan tersebut terbukti ada sangkut pautnya
dengan orang-orang Bu Lim apakah seharusnya kita
400 melakukan penyelidikan?" kembali Piauw su she Nyoo ini
bertanya. Kwan Tiong Gak termenung sejenak, kemudian
jawabnya. "Bila dugaanku tidak salah, bukan saja Ban Cau serta
Ke Giok Lang bermaksud hendak merampas barang
kawalan kita, sekalipun jago jago dari kalangan luruspun
kemungkinan besar akan melibatkan diri dalam peristiwa
ini." "Maksud Cong Piauw-tauw, dari antara jago-jago
kalangan luruspun bisa turun tangan membegal barang
kawalan kita?" "Hal ini susah ditentukan, sekalipun mereka tidak
sampai turun tangan membegal, rasanya bisa jadi
mereka akan bertanya dan selidiki persoalan ini sampai
jadi terang." Agaknya Phoa Ceng Yan sama sekali tidak menduga
barang kawalannya kali ini bisa menimbulkan kekacauan
di dalam dunia persilatan, segera ujarnya.
"Jika demikian adanya, barang kawalan kita kali ini
tentu menggemparkan seluruh kolong langit."
"Sedikitpun tidak salah" Kwan Tiong Gak tersenyum.
"Ke Giok Lang. si Dewa Api Ban Cau sekalian masih
belum terhitung menggemparkan jika merekalah yang
turun tangan membegal barang kawalan kita, tapi lain
halnya bila sampai murid-murid dari perguruan kalangan
luruspun menghadang perjalanan kita, ini barulah suatu
peristiwa maha aneh yang belum pernah terjadi dalam
Bu lim." Phoa Ceng Yan rada tidak percaya atas perkataan
tersebut, tanyanya secara tiba-tiba.
401 "Semisalnya anak murid dari perguruan kaum luruslah
yang turun tangan membegal barang kawalan kita, hal ini
pasti timbulkan cemoohan dari orang banyak, bukankah
tindakan mereka ini akan menodai nama baik perguruanperguruan mereka?"
"Semisalnya peristiwa ini mempunyai sangkut paut
yang maha besar terhadap keutuhan Bu lim, keadaan
jauh berbeda lagi, tindakan mereka ini justru bermaksud
hendak mencegah lukisan pengangon kambing ini
jangan sampai terjatuh ke tangan jago-jago kalangan
Liok-lim." Ia menghembuskan sambungnya. napas panjang, kemudian "Tapi hal ini hanya menurut pikiranku sendiri,
bagaimanakah akhirnya detik ini tak dapat kuduga?"
"Bila demikian adanya, kerepotan yang kita alami
dalam mengawal barang hantaran kali ini boleh dihitung
belum pernah ditemui sejak jaman kuno," kata Nyoo Su
Jan. "Memang suatu peristiwa yang sangat merepotkan,
tapi bila dipandang dari pihak kita sebagai suatu
perusahaan Piauw-kiok, kita harus mencari akal untuk
melindungi lukisan pengangon kambing itu jangan
sampai terjatuh ke tangan kawanan Liok-lim, juga jangan
sampai membiarkan barang itu terjatuh ke tangan kaum
lurus, kita harus antar sekeluarga pembesar Liuw tiba di
kota Kay Hong dalam keadaan selamat."
Ke Giok Lang telah menyanggupi untuk bukakan jalan
buat kita, sekalipun diperjalanan ada kerepotankerepotan rasanya kini sudah disapu oleh Ke Giok Lang.
402 Kwan Tiong Gak berpikir sejenak kemudian ujarnya,
"Ke Giok Lang jadi orang sangat cerdik, di hadapan kita
ia berkata hendak membantu kita, tapi di dalam
pandangan orang mereka akan mengira kita sedang
bersekongkolan dengan Ke Giok Lang."
"Aaakh benar, kita sudah digunakan oleh si Hoa Hoa
Kongcu." teriak Phoa Ceng Yan tak tertahan lagi.
Air muka Kwan Tiong Gak berubah semakin serius.
"Urusan belum berubah sampai seburuk itu, walaupun
Ke Giok Lang sangat cerdik, tapi terhadap persoalan ini
ia sudah salah langkah."
"Di dalam anggapannya orang yang mengetahui
rahasia lukisan pengangon kambing tidak banyak,
semakin tidak menduga lagi bila orang-orang dari
kalangan luruspun ikut serta terjun dalam kancah
pergolakan ini "."
Phoa Ceng Yan mengangguk tiada henti memuji
kecerdikan Cong Piauw-tauw-nya.
"Sejak jaman kuno hingga sekarang kebanyakan
orang yang mau membegal barang kawalan perusahaan
Piauw-kiok hanyalah jago-jago kalangan Liok-lim belaka,
selamanya belum pernah jago dari kalangan lurus-pun
ikut campur dalam persoalan ini, sudah tentu Ke Giok
Lang tidak pernah berpikir sampai kesitu."
Kwan Tiong Gak menghela napas panjang, setelah
suasana sunyi beberapa saat lamanya, ia baru berkata
kembali. "Aku akan berangkat terlebih dulu ke muka, kalian
susullah perlahan-lahan."
"Cong Piauw-tauw silahkan berangkat."
403 "Akan kutunggu kalian di sebelah depan!" seru Cong
Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok lagi
seraya meloncat naik ke atas punggung kudanya dan
melarikan binatang tunggangan tersebut cepat-cepat ke
depan. Dalam sekejap mata bayangan punggungnya sudah
lenyap di ujung langit. Sembari memandang bayangan punggung Kwan
Tiong Gak yang menghilang, bisik Phoa Ceng Yan lirih.
"Su Jan, kau telah berhasil melihat belum?"
"Melihat apa?" "Walaupun selama berada di hadapan kita Cong
Piauw-tauw berusaha untuk menjaga ketenangan
wajahnya, padahal aku tahu hatinya sangat tertekan, aku
pikir di hatinya pasti masih tersembunyi banyak
persoalan yang belum diutarakan kepada kita."
"Soal ini, hamba kurang ambil perhatian, cuma ?"
"Cuma apa?" "Secara mendadak Cong Piauw-tauw hendak berjalan
dulu seorang diri di paling depan, hal ini membuat hamba
menaruh curiga." "Apa yang kau curigai?"
"Soal ini tak mungkin tiada alasan."
"Mari kita percepat perjalanan kita, coba kita lihat apa
yang terjadi di depan sana."
"Jie-ya! Kuda tunggangan Cong Piauw-tauw adalah
seekor kuda mustika yang bisa lari ribuan li dalam suatu
hari mana mungkin kita berhasil menyandaknya?" bisik
Nyoo Su Jan lirih. "Apalagi, apakah Ban Cau bersungguh
404 sungguh ingin mengundurkan diri masih susah diyakini
pada saat ini, jika kita pergi menyusul dengan kekuatan
Giok Liong beberapa orang rasanya terlalu lemah."
"Perkataanmu tidak salah, kita tak boleh bertindak
ceroboh. " Phoa Ceng Yan ternyata seorang lelaki yang
mau menerima nasehat, tampak ia tersenyum.
Mereka berdua dengan mengiringi iring-iringan kereta
bergerak maju ke muka. Kurang lebih sepuluh lie kemudian, tampaklah Kwan
Tiong Gak berdiri di bawah sebuah pohon tua di sisi jalan
raya sedang menanti kedatangan mereka.
Kwan Tiong Gak menuntun kuda melanjutkan
perjalanan, sedang Lie Giok Liong serta Ih Coen maju
menyongsong untuk menghunjuk hormat.
Kwan Tiong Gak buru-buru ulapkan tangannya.
"Kalian baik-baiklah menjaga kereta."
Kedua orang mengundurkan diri. itu mengiakan dan segera "Toako, apa yang telah kau temukan?" bisik Phoa
Ceng Yan kemudian dengan suara yang lirih.
"Baru saja aku berjumpa dengan si Hoa Hoa Kongcu
Ke Giok Lang." "Toako telah bergebrak melawan dirinya?" seru Phoa
Hu Cong Piauw-tauw sangat terkejut.
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak!" Kwan Tiong Gak menggeleng. "Kita bercakapcakap sangat baik sekali, ia telah bantu kita melenyapkan
dua pos pengintaian dari Ban Cau dan melukai tujuh
orang anak buahnya."
405 "Aaaakh! Jadi apa yang diucapkan Liuw Thayjien
sedikitpun tidak salah. Bajingan-pun mempunyai
peraturan kaum bajingan."
"Agaknya ia bukan lagi berbohong, anak buahnya Yen
San Ngo Koei ada dua orang terluka."
"Kalau begitu urusan ini sudah pasti dan tak bisa
diubah lagi." "Ehm! Ke Giok Lang beritahu kepadaku tak usah
merasa berterima kasih kepadanya, ia tiada sayangsayangnya mengikat tali permusuhan dengan orang
justru maksudnya ingin melindungi lukisan pengangon
kambing itu." "Aaaakh! Kelihatannya ia tidak mirip seorang keparat
berhati keji seperti yang tersiar dalam Bu lim." Phoa
Ceng Yan dan Hu Cong Piauw-tauw dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok berpekik tertahan.
"Saudara!" kata Kwan Tiong Gak lagi setelah
termenung sejenak. "Bila Ke Giok Lang tidak menipu
diriku, mungkin selama perjalanan selanjutnya menuju
kota Kay Hong, kita tak akan temui kesulitan lagi."
"Yang jadi persoalan sekarang justeru adalah apakah
ucapan dari Ke Giok Lang bisa dipercaya atau tidak."
"Maka dari itu, kita sendiripun harus bikin sedikit
persiapan." "Kita hendak bikin persiapan apa?"
"Aku berangkat dulu di paling depan, bila menemukan
sesuatu yang mencurigakan akan kuperiksa sendiri
terlebih dulu, kemudian menggunakan tanda hubungan
rahasia dari perusahaan kita memberi petunjuk kepada
kalian." 406 "Bagus sekali, kami akan mengikuti petunjuk dari
Cong Piauw-tauw." Kwan Tion Gak menghela napas panjang.
"Setelah aku tiba di sini, tidak seharusnya Liuw
Thayjien serta keluarganya merasa terkejut lagi, juga aku
berharap mereka bisa tiba di kota Kay Hong tepat pada
saatnya." ujarnya lambat lambat.
"Cong Piauw-tauw, ada satu persoalan belum siauwte
laporkan kepada dirimu?"
"Urusan apa?" "Lambang Naga sakti yang pernah menggemparkan
dunia persilatan pada puluhan tahun berselang kini
muncul lagi di dalam Bu lim, bahkan berada di dalam
kereta yang ditumpangi nona Liuw."
"Sungguhkah peristiwa ini telah terjadi?" seru Kwan
Tiong Gak tertegun. "Siauw-te tidak melihatnya dengan mata kepala
sendiri, ucapan ini diutarakan dari mulut Ke Giok Lang,
tapi bila kupikir dengan teliti rasanya perkataan ini
sedikitpun tidak salah, Ke Giok Lang telah menggunakan
siasat memancing harimau turun gunung untuk pancing
aku meninggalkan rumah penginapan kemudian
mengambil kesempatan itu ia mendatangi rumah
penginapan dan merobohkan dulu seluruh piauw su yang
berjaga-jaga di sana kemudian terobos masuk ke dalam
kamar Liuw siocia, menurut keadaan seharusnya waktu
itu ia bisa curi pergi lukisan pengangon kambing, tapi
detik itu pula ia telah berubah niat bahkan
menghadiahkan sebutir pil buat nona Liuw."
"Ke Giok Lang suka melepaskan cara merampas
dengan jalan membokong dan rela mengadakan
407 perjalanan dengan kita undurkan lawan, aku rasa di balik
kesemuanya ini masih tercantum alasan-alasan lain!"
seru Kwan Tiong Gak setelah termenung sejenak.
"Masih ada satu persoalan lagi hingga kini siauwte
belum mengerti di manakah letak sebab-sebabnya!"
"Ehmm! Coba katakan."
"Sewaktu kami bertahan di dalam sebuah kuil, Ban
Cau dengan membawa orang-orangnya telah mendekati
kuil di mnana kami bertahan dan agaknya hendak turun
tangan terhadap kami dari berbagai jurusan, tapi entah
apa sebabnya mendadak mereka bersama-sama bubar
dan ngeloyor pergi, peristiwa terjadi sangat mendadak,
walaupun sudah siauwte pikir sangat lama belum
berhasil juga mengetahui sebab-sebabnya."
"Ooouw". pernah terjadi peristiwa macam ini?" Kwan
Tiong Gak sendiripun agaknya dibikin tertegun.
"Terhadap peristiwa ini siauwte merasa keheranan, tak
kupahami apakah sebab-sebabnya sehingga terjadi
begitu?" "Si Dewa Api serta anak buahnya belum pernah
berjumpa dengan Lambang Naga Sakti, agaknya
peristiwa ini tiada sangkut pautnya dengan Lambang
tersebut." "Justeru karena itulah, hamba merasa bingung apa
sebabnya?" "Menurut peristiwa yang berlangsung di depan mata,
jelas ada seseorang yang bantu kita mengundurkan Ban
Cau sekalian dari suatu tempat yang tersembunyi."
"Siauwte pun pernah berpikir demikian, kemungkinan
sekali kesemuanya ini adalah hasil permainan setan dari
Ke Giok Lang, tapi setelah kupikir lebih teliti lagi, rasanya
408 keadaan tersebut salah besar, bila Ke Giok Lang tahu
peristiwa ini, seharusnya ia ungkap kembali persoalan
tersebut setelah berhadapan muka dengan kami, tapi tak
sepatah katapun yang ia utarakan."
"Waktu itu apakah kau berhasil temukan kunci dari
peristiwa ini?" "Tidak, hanya aku merasa bila sungguh sungguh ada
orang membantu kita secara diam-diam, maka
kepandaian silat yang dimiliki orang itu tentu luar biasa
dahsyatnya." Agaknya terhadap peristiwa ini Kwan Tiong Gak tidak
dapat menjawab, ia termenung dan membungkam.
"Toako!" sambung Phoa Ceng Yan lebih jauh.
"Mengungkap soal ikut campurnya jago-jago kalangan
lurus dalam peristiwa ini mungkinkah ada seorang jago
lihay dari perguruan Pek-to yang secara diam-diam
memberi bantuan kepada kita ?"".."
"Empat penjuru hanya salju nan putih, tempat macam
begini merupakan, perduli siapakah orang itu, ia bisa
merahasiakan jejaknya di depan mata jago lainnya
bahkan mengundurkan diri Ban Cau sekalian, jelas dia
bukan seorang jagoan biasa saja."
"Siauw-te pun telah berpikir sampai di sana, tapi yang
masih belum kupahami adalah siapakah orang itu dan
apa sebabnya ia suka memberi bantuan kepada kita"
Kembali Kwan Tiong Gak termenung beberapa saat.
"Mungkin sekali maksud hatinya sama pula dengan
maksud Ke Giok Lang, yaitu melindungi peta lukisan
pengangon kambing tersebut."
Tali les disentak derap kuda bergerak laksana terbang
berangkat ke arah depan. 409 Menanti bayangan punggung dari Kwan Tiong Gak
telah lenyap dari pandangan, Phoa Ceng Yan si Hu Cong
Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok baru
berpaling ke arah Nyoo Su Jan.
"Su Jan, suruh mereka percepat perjalanan, kita harus
cepat cepat tiba ditempat tujuan."
"Apakah Jie Ya tidak naik ke dalam kereta?" kata
Nyoo Su Jan seraya menjura.
"Tidak usah, aku akan berjalan di depan, bila terjadi
angin taupan yang meniup roboh rerumputan, akupun
bisa hadapi dengan lebih seksama."
"Jie-ya terlalu menyikda diri."
Phoa Ceng Yan hanya tersenyum dan mengangguk,
ia melanjutkan langkahnya ke depan.
Ternyata selama di perjalanan Kwan Tiong Gak tidak
munculkan diri kembali, Phoa Ceng Yan pun tidak
menemui peristiwa yang diluar dugaan lagi selama dalam
perjalanan kali ini. Hari ini mereka menyeberangi sungai Huang Hoo dan
melanjutkan perjalanannya ke kota Kay Hong.
Siang melanjutkan perjalanan malam beristirahat,
selama perjalanan aman tentram tidak menjumpai hal-hal
yang aneh lagi. Bulan dua belas tanggal dua puluh sembilan iringiringan kereta perusahaan Liong Wie Piauw-kiok akhirnya
tiba juga di kota Kay Hong dengan selamat.
Setelah masuk kota, Phoa Ceng Yan menghembuskan napas panjang, kepada Liuw Thayjien
katanya. 410 "Thayjien, beruntung nyawa kita tidak melayang,
akhirnya sebelum penutupan tahun sampai juga kita di
kota Kay Hong." "Sungguh bagus sekali, cepat hantar aku ke istana
Jendral, sesuai dengan janji aku akan perseni kalian
seperti telah kusetujui tempo dulu."
"Upah tambahan sih kami tidak berani terima, hanya
Cayhe ingin menjelaskan satu persoalan kepada Liuw
Thayjien." "Urusan apa?" "Lukisan pengangon kambing hendak Thayjien
selesaikan secara bagaimana" Apakah kau sungguh
sungguh hendak serahkannya ke tangan Ke Giok Lang,
atau tidak, soal ini kami tak berani ikut campur dan boleh
Thayjien selesaikan sendiri, tetapi semisalnya Thayjien
tidak ingin lagi berhubungan dengan orang-orang
kangouw, lukisan pengangon kambing bolehlah serahkan
kepada cayhe biar kami yang serahkan barang tersebut
buat Ke Giok Lang." "Soal lukisan pengangon kambing bisa aku serahkan
sendiri kepadanya" ujar Liuw Thayjien setelah termenung
sejenak. "Aku tidak ingin menyusahkan lagi kau Phoa Hu
Cong Piauw-tauw, bila kau berjumpa dengan Ke Giok
Lang boleh suruh ia mendatangi istana Jendral dan ambil
sendiri lukisan itu."
"Cayhe sama sekali tidak mengusulkan agar Liuw
Thayjien suka keluarkan lukisan tersebut untuk
diserahkan kepadaku." Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Cuma saya surat tanda terima kita sudah berada di
tangannya, secara terang terangan Ke Giok Lang bisa
menuntut barang tersebut dari tangan kami."
411 Kembali Liuw Thayjien tersenyum.
"Tentang soal ini Phoa Hu Cong Piauw-tauw boleh
berlega hati, walaupun Ke Giok Lang membawa surat
tanda terima tersebut, tapi ia harus berjumpa dulu
dengan diriku sebelum bisa terima lukisan tadi."
Pada mulanya Phoa Ceng Yan kelihatan rada tertegun
kemudian disusul tertawa hambar.
"Apakah Liuw Thayjien mengingkari janji ini?"
bermaksud hendak "Phoa heng, He kOan bukanlah bermaksud demikian"
Liuw Tahyjien menggeleng dan tertawa."Aku rasa jikalau
Ke Kongcu bisa berjumpa dengan diriku, sudah tentu
lukisan pengangon kambing itu akan kuserahkan
kepadanya, bila tidak berhasil menjumpai aku sekalipun
aku punya maksud untuk serahkan lukisan tadi
kepadanya pun tidak tahu harus serahkan barang ini
kepada siapa!" "Liuw Thayjien! Cayhe ingin menasehati sepatah kata
kepadamu." "Phoa ya silahkan berbicara."
"Mengandalkan tentara kerajaan tak bakal bisa
menahan kekuatannya kecuali kau sendiri memiliki
kemampuan untuk melindungi lukisan pengangon
kambing tersebut." "Soal ini He Koan sudah punya rencana tersendiri dan
tak perlu Phoa-ya ikut merasa kuatir."
Phoa Ceng Yan termenung sejenak, akhirnya dengan
perasaan apa boleh buat katanya.
412 "Ucapan cayhe akhiri sampai disini saja, Liuw Thayjien
siap berbuat bagaimana tentukanlah menurut pikiran
dirimu sendiri." Liuw Thayjien tertawa hambar.
"Phoa-ya, hantar aku ke istana jendral terlebih dahulu
kemudian kita berbicara lagi."
Phoa Ceng Yan mengiakan, ia perintahkan anak
buahnya untuk melanjutkan perjalanan ke muka.
Istana Tok Hu Kong Koan di kota Kay Hong sangat
terkenal, tak seorangpun yang tak tahu.
Phoa Ceng Yan dengan memimpin iring-iringan kereta
memasuki istana jendral. Kurang lebih satu tombak dari pintu gerbang istana,
dua orang tentara penjaga pintu menghadang jalan pergi
iring-iringan kereta tersebut.
Phoa Ceng Yan agaknya sudah dapat meraba
maksud Liuw Thayjien yang ingin mengingkari janji, ia
tidak ingin membuang banyak waktu lagi, setelah kereta
iring-iringan terhadang, ujarnya cepat.
"Thayjien, kereta sudah tiba di depan istana jendral,
kami tak bisa melanjutkan kembali perjalanan ke depan."
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar seruan tersebut, Liuw Thayjien menyingkap horden dan melirik sekejap ke arah kedua
orang tentara penjaga pintu itu.
"Si Thayjien adakah dalam istana?" tanyanya.
"Siapakah kau?" tanya salah seorang tentara penjaga
pintu yang menyoren golok itu dengan wajah dingin.
"He koan she Liuw, datang dari Peking."
Jilid 13 413 Mendengar orang itu datang dari Peking, air muka
kedua orang tentara penjaga pintu itupun agak berubah
melunak. "Apakah thayjien disampaikan?" punya kartu nama untuk "Tidak perlu kartu nama lagi, katakan saja orang she
Liuw dari Peking ingin berjumpa."
Melihat tamunya tidak suka mengeluarkan kartu nama,
kedua orang tentara itu jadi kerutkan keningnya.
"Kalau begitu thayjien harap tunggu sejenak di sini,
biarlah hamba laporkan hal ini ke dalam."
Ia putar badan dan berlalu dengan langkah lebar.
Sejurus kemudian, tentara tadi baik lagi dengan
membawa seorang lelaki berusia pertengahan, berjubah
hitam dengan topi terbuat dari kulit binatang serta tujuhdelapan orang bersenjata lengkap.
"Thayjien, agaknya istana jendral tak bisa ditembusi
secara mudah, iring-iringan kereta kitapun rasanya tak
dapat langsung masuk ke dalam," kata Phoa Ceng Yan
setelah melihat munculnya beberapa orang itu.
Ketika itu mendekat. tentara penjaga tadi telah berjalan "Tok Say telah menanti di pintu, sengaja beliau
mengirim Ho Su Ya dengan membawa sepuluh orang
tentara menyambut kedatangan tamu terhormat, harap
Thayjien segera mengikuti kami."
"Istri dan Siauw li ?"?"
"Hamba telah menyediakan dua buah tandu" buruburu Ho Su Ya yang memakai topi kulit menyambuti.
414 Ketika itulah dua buah tandu kecil telah berjalan
mendekat. Setelah semuanya diatur Ho Su Ya baru berpaling ke
arah Phoa Ceng Yan serta Nyoo Su Jan, tanyanya.
"Tentunya, cuwi dari perusahaan Piauw-kiok bukan?"
"Benar, kami mendapat pesanan untuk menghantar
Thayjien kemari" buru-buru Phoa Ceng Yan menjura.
Ho Su Ya tersenyum seraya balas memberi hormat.
"Istana jendral melarang sembarangan orang berjalan
masuk, aku lihat bagaimana kalau cuwi bongkar muatan
Liuw Tahyjien di sini saja?"
Phoa Ceng Yan mengangguk, ia perintahkan anak
buahnya untuk bongkar dan turunkan barang barang
milik Liuw Thayjien. Dua buah tandu kecil bergerak mendekati kereta dan
membawa Liuw Hujien serta nona Liuw meninggalkan
tempat itu. Setelah semua barang dibongkar, Phoa Ceng Yan pun
memberi perintah kepada Nyoo Su Jan.
"Su Jan, putar kereta dan kembali ke Piauw-kiok."
Nyoo Su Jan mengiakan, ia membawa beberapa
kereta kosong itu bergerak ke kantor cabang perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok yang berada di kota Kay Hong.
Mendadak Liuw Thayjien berjalan dua langkah ke
depan seraya berseru. "Phoa Hu Cong Piauw-tauw, bila He koan ada urusan
ingin berjumpa entah kemanakah aku harus mencari
Phoa ya?" 415 Phoa Ceng Yan yang mendengar pertanyaan itu
segera tertawa hambar. "Aku tinggal di jalan besar sebelah timur, kantor
cabang perusahaan Liong WIe Piauw-kiok."
"Lalu Phoa-ya bermaksud hendak tinggal di kota Kay
Hong berapa lama?""
"Soal ini sulit ditentukan, bila tak ada urusan yang
sangat istimewa, mungkin setelah lewati tahun baru
segera berangkat." "He-koan pikir dalam sehari dua hari ini ingin
mendatangi kantor Piauw-kiok kalian untuk menyambangi Phoa-ya."
"Tidak berani, tidak berani, sampai waktunya cayhe
akan menyambut kedatangan Thayjien." buru-buru Phoa
Ceng Yan menjura. Liuw Thayjien tertawa hambar, dengan di bawah
pengawalan beberapa orang tentara kerajaan ia
melangkah memasuki bangunan yang besar dari istana
jendral tersebut. Phoa Ceng Yan dengan membawa Nyoo Su Jan serta
sepuluh anak buah perusahaan Liog Wie Piauw-kiok pun
meninggalkan tempat itu dan kembali ke kantor cabang.
Baru saja kereta berhenti di pintu depan Kwan Tiong
Gak dengan memimpin empat orang piauw tau dari
kantor cabang kota Kay Hong telah menyambut
kedatangannya di pintu. Ketika waktu itu menunjukkan akhir tahun kantor
perusahaan piauw-kiok pun telajh berhenti bekerja,
seluruh anggotanya pada beristirahat dan kembali ke
kampung halamannya masing-masing.
416 Buru-buru Phoa Ceng Yan melangkah maju ke depan
seraya menjura. "Menyusahkan toako harus menyambut dari jauh."
Kwan Tiong Gak tersenyum.
"Selama dalam perjalanan kau tentu sangat letih,
siauw heng telah perintahkan mereka untuk persiapkan
sebuah meja perjamuan untuk menyambut kedatanganmu, silahkan saudara masuk ke dalam untuk
minum secangkir arak."
Phoa Ceng Yan tertawa getir.
"Siauwte merasa mengejutkan toako?" sangat menyesal harus "Saudara, peristiwa ini bukan suatu kejadian yang
kecil dan merupakan suatu peristiwa yang terbesar sejak
perusahaan Lionw Wie piauw-kiok didirikan, sekalipun
hitung-hitung aku sendiri yang mengambil barang itupun
belum tentu bisa aman tentram."
Keempat orang Piauw-tauw lainnya pun bersamasama menjura hormat.
"Menghunjuk hormat buat Hu Cong Piauw-tauw."
"Tak usah banyak adat," buru-buru Phoa Ceng Yan
berseru seraya tersenyum.
Segera mengandeng tangan kanan Phoa Ceng Yan,
Kwan Tiong Gak melangkah masuk ke dalam.
"Ayoh, kita semua masuk dan duduk di dalam, selama
melakukan perjalanan kalian sudah menderita terhembus
angin dan salju, seharusnya sekarang mereguk secawan
arak dan beristirahat."
417 "Terima kasih, toako," Phoa Ceng Yan tertawa
hambar. Dengan mengikuti dari belakang Kwan Tiong Gak
mereka melangkah masuk ke dalam ruangan.
Setibanya di ruangan belakang, meja perjamuan telah
dipersiapkan Kwan Tiong Gak dengan mengandeng
tangan Phoa Ceng Yan duduk di kursi pertama sedang
Nyoo Su Jan, Lie Giok Lang, Thio Toa Hauw serta Ih
Coen ditambah keempat Piauw-tauw penting dari kantor
cabang kota Kay Hong menempati di kursi-kursi kosong
lainnya. "Toako" ujar Phoa Ceng Yan sambil angkat cawan
arak di hadapannya. "Siauwte tidak becus dan hanya
persoalan kecil saja mengharuskan Toako turun tangan
sendiri, secawan arak ini biarlah anggap sebagai arak
hukuman buat siauwte."
Kwan Tiong Gak pun tidak turun tangan mencegah, ia
hanya duduk sambil tersenyum.
Phoa Ceng Yan setelah meneguk cawan pertama ia
penuhi cawannya kembali dengan arak.
"Berkat kasih sayang dan perhatian dari Cong Piauwtauw yang anggap aku melebihi sendiri, siauw-te merasa
sangat berterima kasih, tapi ternyata aku tidak
berkemampuan untuk membantu mereka menghilangkan
kesal dan murung dari Cong Piauw-tauw, bila diingat
sungguh membuat hatiku merasa amat kecewa sekali,
secawan arak ini biarlah aku hormati cuwi sekalian
sebagai hukuman atas ketidak mampuanku dalam
membantu kalian." "Nyoo Su Jan beberapa orang Piauw-tauw buru-buru
bangun berdiri. 418 "Hu Cong Piauw-tauw terlalu merendah!" serunya
hampir berbareng. "Mari kita sama sama bersantap sembari minum," ajak
Kwan Tiong Kag kemudian sambil pimpin menyumpit
sekerat daging. "Setelah kalian selesai minum dan
bersantap, aku masih ada dua urusan penting hendak
dirundingkan dengan kalian."
Pada hari hari biasa, ia selalu bersikap penuh wibawa,
cukup sepatah kata ucapan ini telah mempengaruhi hati
semua orang. Suasana seketika berubah jadi sunyi, saking
heningnya sampai tak kedengaran sedikit suarapun,
yang terdengar hanyalah suara tegukan arak serta
kecapan mulut. Sepertanak nasi kemudian, perjamuan itupun telah
selesai. Dua orang pelayan membersihkan
menghidangkan teh wangi. meja dan Sembari meneguk secawan teh ujar Kwan Tiong Gak
penuh keseriusan. "Seharusnya aku tidak patut membicarakan persoalan
ini setelah kalian bersantap tapi berhubung waktu yang
sangat mendesak terpaksa pembicaraan ini kulakukan
juga dalam keadaan tergesa-gesa dengan kalian."
Walaupun ucapan dari Kwan Tiong Gak ini diutarakan
sangat halus, tapi dengan keseriusan serta kewibawaan
pada hari-hari biasa seluruh piaut tauw yang ada di
dalam piauw-kiok kebanyakan jeri dan menghormatinya,
karena itu pada saat ini tak seorangpun yang berani
memotong. 419 "Toako, kau ingin membicarakan soal apa?" tanya
Phoa Ceng Yan. "Aku sudah berjanji dengan seseorang untuk
mengadakan pertemuan, sebelum sore nanti harus
sudah tiba di tempat yang telah ditentukan."
"Toako kau telah berjanji hendak mengadajan
pertemuan dengan siapa ?"" Phoa Ceng Yan
kelihatannya agak tertegun.
"Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang lalu si Dewa Api Ban
Cau serta tiga orang Liok-lim lainnya yang tidak
kuketahui namanya." "Bagaimana mungkin si Dewa Api Ban Cau bisa
berjalan searah dengan Hoa Hoa Kongcu Ke Giok
Lang?" "Di antara mereka berdua pada dasarnya memang
tiada terikat dendam yang sangat mendalam, mereka
bisa-bisa saja karena satu urusan bentrok dan bergebrak
kemudian setelah urusan lewat bersatu kembali."
"Ke Giok Lang sudah mendapat tanda terima yang
ditulis oleh Liuw Thayjien sendiri, setiap saat ia boleh
minta lukisan pengangon kambing itu dari tangan Liuw
Thayjien sedang Ban Cau di dalam kalangan
pertarungan sudah kena dipaksa berada di bawah angin
secara bagaimana kedua orang itu bisa bersatu
kembali?" agaknya Phoa Ceng Yan masih keheranan
dibuatnya. "Walaupun Ban Cau kena dilukai Ke Giok Lang
dengan jarum beracun, tapi sama sekali tidak menderita
kekalahan total di bawah pimpinannya masih terdapat
banyak jago-jago lihay, bilamana ia ada maksud
menerjang ke Giok Lang dengan sepenuh tenaga,
420 rasanya kitapun tak dapat tiba di kota Kay Hong dengan
selamat." "Aaaaai?"". lalu toako hendak pergi menghadiri
pertemuan tersebut dengan membawa berapa orang?"
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di dalam pertemuan ini aku rasa mereka tidak berniat
untuk turun tangan terhadap kita semua, tapi kitapun tak
boleh tidak harus melakukan persiapan, aku ingin
merepotkan saudara serta Su Jan ikut aku pergi
menghadiri pertemuan itu."
"Toako, kapan kau hendak berangkat?"
"Kita segera berangkat."
Mendengar keputusan Cong Piauw-tauw-nya, Phoa
Ceng Yan lantas menarik sekejap dari Nyoo Su Jan.
"Su Jan, kaupun harus bersiap-siap."
"Setiap saat hamba bisa berangkat." jawab Nyoo Su
Jan dengan cepat. "Bagus sekali" Phoa Ceng Yan segera berangkat
bangun. "Toako berjanji hendak berjumpa dengan
mereka di mana?" "Kuil Thian Ong Bio tujuh li di kota sebelah Timur."
Tampak seorang lelaki kekar berusia lima puluh
tahunan bangun berdiri. "Cong Piauw-tauw" ujarnya lantang. "Kuil Thian Ong
Bio sudah lama tidak digunakan sebagai tempat
sembahyang keadaan-nya sunyi dan liar, aku rasa
mereka tidak bermaksud baik mengundang Cong Piauwtauw ke sana entah bagaimana kalau hamba dengan
membawa orang melakukan penjagaan dab penyelidikan
terlebih dahulu?" 421 Orang yang barusan bicara bukan lain adalah ketua
Piauw-tauw dari kantor cabang perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok di kota Kay Hong, si "Hwee Huang Si" atau si
Batu Terbang Liem Toa Lek.
Kwan Tiong Gak tertawa hambar.
"Ini hari adalah tanggal dua sembilan bulan dua belas,
besok sudah ganti tahun, setelah para anggota repot
selama setahun, seharusnya sekarang beristirahat
nyenyak, kau tak usah mengganggu ketenangan mereka
lagi, apalagi pihak lawanpun rata-rata merupakan jago
lihay dari kalangan Liok-lim, kepergian mereka hanya
mendatangkan kerepotan belaka."
"Hamba sudah lama berdiam di kota Kay Hong,
terhadap situasi di sekitar sini sangat hapal, mohon Cong
Piauw-tauw suka memberi ijin kepada cayhe serta ketiga
orang Piauw-tauw lainnya boleh ikut menghadiri
pertemuan itu." Kwan Tiong Gak termenung sejenak kemudian
menggeleng. "Kalian tidak usah pergi, kebanyakan orang malah
mendatangkan kerepotan. Apalagi di dalam kantor
kitapun membutuhkan orang untuk menjaganya, baiklah
kau seorang saja yang ikut."
Liem Toa Lek mengiakan, ia pesan beberapa patah
kata kepada ketiga orang Piauw-tauw-nya kemudian
bangkit berdiri seraya menyambar senjata andalannya.
Kwan Tiong Gak pun ikut bangun berdiri.
"Mari kita berangkat?"
Pertama tama ia melangkah dahulu ke muka.
422 Phoa Ceng Yan, Nyoo Su Jan serta Liem Toa Lek pun
dengan iring-iringan mengikuti dari belakang Kwan Tiong
Gak berjalan meninggalkan kantor cabang perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok. Kedua orang petugas kantor telah mempersiapkan
kuda jempolan dari Kwan Tiong Gak serta tiga ekor kuda
lainnya menanti di depan halaman.
Tapi dengan cepat mengulapkan tangannya. Kwan Tiong Gak telah "Tidak usah, kita tak usah naik kuda, lebih baik jalan
kaki semua." Mendengar perintah Cong Piauw-tauw-nya, Liem Toa
Lek segera berpaling kepada beberapa orang anak
buahnya. "Tuntun kuda ke dalam istal dan beri rumput yang
banyak, kuda jempolan Cong Piauw-tauw tak ternilai
harganya, kalian harus menjaganya baik baik." bisiknya
lirih. Beberapa orang anggota perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok itu mengiakan dan berlalu.
Setelah memberi pesan kepada anak buahnya, Liem
Toa Lek segera berebur jalan di muka Kwan Tiong Gak.
"Biarlah hamba yang bawa jalan di depan!" serunya
cepat. Demikianlah dengan beriring-iringan Kwan Tiong Gak
sekalian meninggalkan kantor cabang perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok menuju ke kuil Thian Ong Bio di luar kota
sebelah timur. Perkataan Liem Toa Lek sedikitpun tidak salah, kuil
Thian Ong Bio adalah sebuah kuil kecil yang telah tak
423 terpakai lagi, pintu jendela sudah pada roboh, rumput liar
serta alang-alang tumbuh subur setinggi lutut, empat
penjuru tak ada penduduk yang tinggal di sana.
"Sungguh sunyi tempat ini," tak tertahan lagi Kwan
Tiong Gak berseru dengan kening berkerut.
"Setahun yang lalu," ujar Liem Toa Lek beri
keterangan. "Kuil Thian Ong Bio masih digunakan
beberapa orang Toojin untuk bersembahyang, tapi
setahun kemudian ketika hamba datang kemari lagi,
ternyata suasana sudah sunyi, entah mengapa mereka
telah meninggalkan kuil ini?"
"Mari kita berjalan masuk!" ajak sang Cong Piauwtauw.
Pertama tama ia melangkah terlebih dulu ke depan.
Phoa Ceng Yan serta Liem Toa Lek yang melihat
Cong Piauw-tauwnya menerjang terlebih dahulu, buruburu berebut maju ke muka.
"Cong Piauw-tauw, ada baiknya kita bukakan jalan
untukmu!" serunya hampis berbareng.
Tapi Kwan Tiong Gak sudah menggeleng dan
mencegah dengan suara lirih.
"Tidak usah, kalian berjalan ke belakang saja dan
jaraknya harus ada di antara enam depa."
Phoa Ceng Yan serta Liem Toa Lek mengiakan, buruburu mereka mengundurkan diri ke belakang.
Kwan Tiong Gak percepat langkahnya langsung
masuk ke dalam ruangan besar.
Phoa Ceng Yan, Liem Toa Lek serta Nyoo Su Jan pun
seraya kerahkan hawa sinkang untuk bersiap sedia
424 mengikuti dari belakang Cong Piauw-tauwnya Kwan
Tiong Gak. Beberapa orang dengan jalan beriring memasuki
ruangan besar. Tampaklah si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang sambil
goyang goyangkan kipasnya menyambut kedatangan
beberapa orang itu dari balik ruangan besar.
"Kwan Tiong Gak Piauw-tauw, ternyata kau seorang
yang patut dipercayai!" serunya memuji.
Kwan Tiong Gak berhenti dan tertawa hambar.
"Hanya saudara seorang?" balik tanyanya.
"Si Dewa Api Ban Cau serta beberapa orang
kawannya sedang menanti di ruangan dalam.
"Bagus sekali! Mari kita bicara di dalam ruangan
tengah saja." "Tunggu, tunggu sebentar, dengarkan dulu sepatah
dua patah kata dari aku orang she Ke."
"Ke heng, silahkan bicara."
"Aaaaai?""suatu peristiwa pembegalan barang
kawalan biasa yang sering terjadi dalam dunia kangouw,
karena ikut campurnya siauw-te tidak disangka telah
membuat urusan ini jadi begitu kacau."
"Silahkan saudara menjelaskan maksud ucapanmu
itu." "Sebelum Kwan Cong Piauw-tauw dari perusahaan
kalian dan mendatangkan banyak kerepotan buat
perusahaanmu." 425 "Soal ini, aku orang she Kwan sudha mendengar
laporan mereka." perlahan lahan Kwan Tiong Gak
mengangguk. "Pada saat ini ada beberapa orang kawan kawan kang
ouw sudah datang mencari aku orang she Ke untuk
diajak bicara," kata Ke Giok Lang. "Terus terang saja
kuberitahukan kepada kau Cong Piauw-tauw, sebelum
kedatanganmu kemari, di dalam kuil Thian Ong Bio
sudah terjadi dua kali pertempuran sengit, siauw-tepun
beruntun telah melukai tiga orang"."
"Siapa yang telah kau lukai?"
"Ketiga orang itu sangat jarang berkelana di dalam
dunia kangouw terutama di daerah utara, karena mereka
terlalu andalkan ilmu silatnya dan tidak pandang sebelah
mata terhadap siauw-te, maka barusan saja kuberi
sedikit pelajaran kepada mereka agar mereka pun tahu
seberapa tingginya langit dan berapa tebalnya bumi."
Kwan Tiong Gak tersenyum.
"Ke Kongcu sudah bicara setengah harian lamanya
belum juga menyebutkan siapakah nama ketiga orang
itu" tegurnya. "Oooow" hee"heee".sekalipun kuutarakan, belum
tentu Kwan Piauw-tauw mengenalnya."
"Coba siapakah mereka!"
"Lam Thian Sam Sah.!"
"Apakah mereka bukan terdiri dari dua lelaki dan satu
wanita" tiba tiba si telapak besi gelang emas Phoa Ceng
Yan menimbrung dari samping. "Salah satu diantaranya
adalah seorang lelaki berbaju hitam bersenjatakan
sebatang Thian Kui So yang di dalam disembunyikan
426 jarum beracun persis seperti kegunaan kipas Ke Kongcu
.?" "Aaaakh! Jika demikian adanya tentu Phoa Hu Cong
Piauw-tauw pun pernah berjumpa dengan mereka," kata
Ke Giok Lang diiringi senyuman hambar.
"Cayhe tidak pernah bicara takabur, terus terang saja
siauw-te pernah merasakan bagaimana hebatnya
sebatang jarum beracun yang dilepaskan dari senjata
Thian Kui So tersebut."
"Bagaimana daya kerja jarum beracun it?" sambung si
Hoa Hoa Kongcu lagi sambil tersenyum.
"Daya kerja racunnya sangat keras dan dahsyat,
seseorang setelah terkena jarum tersebut seketika itu
juga akan kehilangan daya tempurnya."
"Lalu secara bagaimana Phoa Hu Cong Piauw-tauw
menyembuhkan luka racun itu?"
"Untuk melepaskan bel harus mencari si pemasang
bel itu sendiri, yang melukai diriku adalah orang itu dan
yang menolong aku pun juga dia."
Sampai di situ Ke Giok Lang tidak ingin berbicara
terlalu panjang lagi, ia menyingkir ke samping membuka
jalan. "Dalam ruangan tengah masih banyak orang
menantikan kedatanganmu, silahkan cuwi masuk ke
dalam." Kwan Tiong Gak tertawa hambar.
"Ke Kongcu! Agaknya perkataanmu belum selesai
bukan?" 427 "Cayhe sudah selesai berbicara, apa yang harus
kutanyakan lagi" seharusnya Kwan heng-lah yang cepat
ambil keputusan." "Bagus sekali, cayhe pasti akan memberikan suatu
jawaban yang memuaskan untuk Ke Kongcu."
"Dan cayhe berharap jawaban itu adalah suatu
jawaban yang sangat bersahabat," sambung Ke Giok
Lang pula diiringi senyuman hambarnya yang menghiasi
bibir. Kwan Tiong Gak tersenyum dan mengangguk, ia tidak
bicara lagi dan langsung masuk ke ruangan tengah.
Phoa Ceng Yan, Nyoo Su Jan serta Liem Toa Lek
dengan salurkan tenaga sinkang-nya mempersiapkan diri
mengikuti dibelakang Cong Piauw-tauwnya Kwan Tiong
Gak masuk ke dalam ruangan tengah.
Ketika sinar mata mereka bersama-sama menyapu
keadaan di dalam ruangan itu, tampaklah dalam ruangan
yang sunyi dan terpencil berdiri dua puluh orang lelaki
kekar tinggi pendek tak menentu.
Si Dewa Api Ban Cau dengan memakai seperangkat
jubah warna hijau berdiri di tengah ruangan dengan
wajah penuh keseriusan. Sedangkan Lam Thian Sam Sah duduk bersila di
pojokan ruangan sedang menyembuhkan luka yang
diderita. Perkataan dari Ke Giok Lang tadi sedikitpun tidak
salah, Lam Thian Sam Sah telah menderita luka yang
sangat parah. Sepasang mata Kwan Tiong Gak bagaikan pelita di
tengah kegelapan menyapu sekejap seluruh wajah jago428
jago yang hadi di ruangan tengah tersebut, lalu seraya
menjura kepada Ban Cau serunya.
"Tentunya saudaralah yang disebut orang-orang
kangouw sebagai Si Dewa Api Ban Heng?"
Ban Cau tertawa hambar. "Kwan Piauw-tauw! Sungguh tajam pandanganmu,
walaupun kita berdua pernah berhubungan satu sama
lain tapi rasanya hanya melalui surat menyurat belaka
bukan" menurut ingatan cayhe di antara kita berdua
belum pernah berjumpa barang sekalipun."
"Terhadap Ban-heng yang merupakan seorang jago
kenamaan, kegagahan, gerak-gerik serta ketajaman
mata yang jauh berbeda dengan orang lain sudah tentu
tidak sukar bagiku untuk mengenalinya sekalipun di
antara kita berdua belum pernah berjumpa."
Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung-shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terima kasih, terima kasih, Kwan Cong Piauw-tauw
terlalu memuji." Sinar mata Kwan Tiong Gak perlahan lahan dialihkan
ke atas wajah para jago yang hadir dalam ruangan
tengah, ia temukan diantara mereka ada delapan sampai
sembilan puluh persen adalah anak buah Ke Giok Lang
serta Ban Cau yang pada menyoren senjata.
"Kwan-heng!" terdengar Ke Giok Lang berkata seraya
menggerak-gerakkan kipasnya.
"Perusahaan piauw-kiok kalian sudah berhasil
menghantar pembesar she Liuw sekeluarga serta seluruh
harta kekayaan tiba di kota Kay Hong dengan selamat,
terhadap nama besar Liong Wie Piauw-kiok pun boleh
dihitung tidak menderita suatu kerugian apapun, dengan
demikian bukankah tanggung jawab selanjutnya
429 terhadap keselamatan anggota keluarga she Liuw bukan
menjadi tanggung jawab kalian lagi"."
"Ada satu persoalan yang membuat aku orang she
Kwan merasa patut disayangkan!" kata Kwan Tiong Gak
dengan nada berat. "Urusan apa?" tanya Ke Giok Lang dengan sepasang
biji mata berputar-putar.
"Ke-heng, buat apa kau bikin jaring untuk menjerat diri
sendiri" tidak seharusnya kau paksa Phoa Hu Cong
Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok demi
ikut menanda tangani surata tanda terima tersebut."
"Hitam di atas putih tertera sangat jelas sekali,
semisalnya Liuw Thayjien dengan berdasarkan bukti
tersebut melaporkan hal ini kepada pihak pengadilan dan
menuduh kami perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
bersekongkol dengan jago kalangan Liok-lim untuk jebak
ia masuk perangkap, bukankah hal ini membuat kami
ada perkataanpun susah untuk membantah."
Beberapa patah ucapan ini sangat cengli sekali,
kendati Ke Giok Lang adalah seorang yang licik dan
banyak akal, untuk sesaat pun tak berhasil memperoleh
jawaban yang pantas. Lama sekali ia termenung, otaknya berputar keras dan
akhirnya ia bertanya, "Lalu menuruti pandangan Kwan
heng bagaimana baiknya?"
"Seharusnya kita utarakan dengan pepatah kuno yang
mengatakan, yang cerdik belum tentu cerdik dan yang
bodoh belum tentu bodoh, kesemuanya ini hanya salah
kau Ke heng dari pintar jadi keblinger, salah satunya cara
yang bagus pada saat ini adalah persilahkan Ke Kong cu
serahkan kembali tanda terima itu untuk kemudian
430 dimusnahkan di depan mata kita semua, setelah itu aku
orang she Kwan segera akan putar badan berangkat
balik ke utara dan tidak mencampuri urusan ini lagi."
"Kwan heng, sungguh amat ringan ucapanmu itu!"
seru Ke Giok Lang sambil tersenyum. "Apa kau lupa
bahwa kita orang-orang Bu lim paling mengucapkan apa
yang pernah diucapkan selamanya tak akan disesali"
Karena barang kawalan dari perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok kalian aku orang Ke Giok Lang tidak sayang
sayangnya telah bentrok dengan beberapa orang kawan
Liok-lim sehingga di dalam pertarungan tersebut banyak
anak buahku yang terluka, tahukah kalian apa tujuanku
berbuat demikian, walaupun aku orang she Ke merasa
amat kagum terhadap nama besar kau Kwan Cong
Piauw-tauw, tapi seharusnya di antara pihak aku dengan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian sama sekali tak
ada hubungan apapun, tujuanku melindungi kalian
selama ini semata-mata hanyalah ingin melindungi peta
lukisan pengangon kambing tersebut, jangan terjatuh ke
tangan orang lain karena benda itu sudah menjadi milik
aku orang she Ke dan aku tidak ingin benda milikku itu
kembali kena dirampas orang di tengah jalan, justru
karena tidak ingin merusak nama besar perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok kalian, selama nanti setelah kalian
menghantarkan keluarganya pembesar Liuw itu tiba di
kota Kayhong dan perusahaan kalian telah melepaskan
tanggung jawab kita baru bekerja kembali, coba kau pikir
apa salahku berbuat demikian?"
Kwan Tiong Gak tertawa hambar.
"Aku orang she Kwan percaya kau Ke Kongcu masih
punya cara yang lain untuk mendapatkan lukisan peta
pengangon kambing itu tanpa menggunakan tanda
terima yang ada." 431 "Aku Ke Giok Lang selama bekerja selalu berharap
setiap urusan bisa dibuat beres dengan tepat dan tidak
banyak buang tenaga, setelah Liuw Thayjien menulis
sendiri tanda terimanya, aku tidak takut ia pungkiri janji."
"Ke Kongcu, rasanya kaupun terlalu pandang enteng
pembesar she Liuw itu, jika ia benar-benar ada maksud
hendak serahkan lukisan tersebut kepadamu, seharusnya sebelum ia masuk ke dalam istana Jendral
paling sedikit menyapa dulu diriku, ternyata tak sepatah
katapun yang disampaikan kepada kami."
Ke Giok Lang tersenyum. "Apakah Liuw Thayjien bersungguh sungguh hendak
seahkan peta lukisan pengangon kambing itu kepadaku
atau tidak, tunggulah sebentar jawaban segera akan
kaliabn ketahui." Mendengar ucapan tersebut air muka Kwan Tiong Gak
kontan berubah hebat, tapi sebentar kemudian sudah
pulih kembali seperti sedia kala.
"Jika demikian adanya, Ke Kongcu sudah kirim orang
untuk menagih lukisan pengangon kambing itu?"
tanyanya. "Sedikitpun tidak salah".."
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya.
"Tapi saudara boleh berlega hati, orang yang cayhe
kirim untuk menagih lukisan tersebut sama sekali bukan
orang dari kalangan Liok-lim, dia adalah seorang
kenamaan di dalam kota Kay Hong, sekalipun Liuw
Thayjien ada maksud menghindarkan diri dari kenyataan
pun tidak akan menyangka aku bisa minta orang yang
mintakan lukisan pengangon kambing tersebut."
432 "Jikalau demikian adanya, pengaruh Ke Kongcu bukan
saja sudah tersebar di kalangan Liok-lim bahkan sudah
menerobos pula ke dalam kalangan kaum pembesar,
orang kenamaan?" "Aaaaaach".. haaa".haaa".. seseorang yang
sering melakukan perjalanan di dalam dunia kangouw,
seharusnya mencari kawan lebih baik, mereka suka
membantu aku orang she Ke sudah tentu bantuan ini tak
akan kutolak mentah mentah."
"Generasi muda menggantikan generasi tua, Ke
Kongcu belum lama terjunkan diri ke dalam dunia
persilatan tapi pengaruhmu berhasil kau sebar di segala
pelosok Bu Lim, keberhasilanmu ini sungguh membuat
orang merasa kagum," puji Kwan Tiong Gak.
Walaupun dimulut ia sedang berbicara dengan Ke
Giok Lang, tapi sepasang matanya melototi wajah si
Dewa Api Ban Cau tajam tajam di samping
memperhatikan perubahan wajahnya.
Tetapi air muka Ban Cau masih tetap dingin, kaku dan
serius, terhadap ucapan dari Kwan Tiong Gak sama
sekali tidak menunjukkan reaksi apapun.
Ke Giok Lang tertawa hambar.
"Kwan heng, watak siauwte, selamanya adalah tidak
dapat menahan perkataan di dalam hati, saudara Ban
heng ini sejak semula sudah menyetujui untuk bekerja
sama dengan siauw-te, sekarang kita merupakan satu
rombongan." "Haaa". haaa".. haaa".. Ke Kongcu!" seru Kwan
Tiong Gak sambil mendongak dan tertawa terbahak
bahak. "Tempo dulu waktu berada di Peking siauwte
sama sekali tidak memenuhi undanganmu untuk
Tengkorak Kaki Satu 3 Empat Serangkai - Pulau Rahasia The Secret Island Bayangan Berdarah 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama