Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung Bagian 3
pedang, yang patah menjadi dua !
Timbul perasaan menyesal yang merangsang Su-to Yan.
Wajah Tong-hong Cie Bun yang sudah menjadi pucat seperti
mayat memandang sangat menyeramkan, dia memandang
pedangnya yang putus, tentu saja tidak percaya, bahwa kejadian itu
betul-betul telah terjadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dia sudah kalah ditangan Ciok Pek Jiak, kini kalah lagi ditangan
muridnya, Lebih mengenaskan, lebih memalukan.
Tubuhnya melesat, meninggalkan tempat itu. Dari jauh, dia
memberikan ancamannya: "Ingat kejadian dihari ini, aku akan menuntut balas."
Dikala kata-kata yang terakhir selesai diucapkan, bayangan Tong
hong Cie Bun sudah tiada tampak lagi.
Cin Bwee dan Sie An memandang sang kawan dengan sinar mata
takjub. Su to Yan sedang memikirkan kejadian yang belum lama dialami,
bila dikenang kembali, bulu tengkuknya bangun berdiri. Sungguh
berbahaya ! Lengah sedikit, jari-jarinya akan terpapas putus oleh
tajam pedang Tonghong Cie Bun.
Dan dia berhasil inilah kejadian yang belum pernah dibayangkan.
Sie An menghampiri kawan itu, dia berkata:
"Saudara Su-to, belum pernah aku tunduk kepada orang,
Menyaksikan ilmu kepandaianmu, betul-betul aku harus bertekuk
lutut. Sungguh ajaib. Dunia adalah kepunyaanmu, siapakah yang
menandingi ilmu silat seperti itu?"
Cin Bwee segera berteriak:
"Kau telah berhasil meyakinkan ilmu Hin ciok-kang !"
Ilmu Bambu-bung Han-ciok-kang adalah semacam ilmu yang
dapat menerima latihan tenaga orang lain, inipun termasuk salah
satu dari sepuluh ilmu silat peninggalannya jaman purba-kala.
Su-to Yan menganggukkan kepalanya: Ternyata, sebelum si
pendekar Silat Raja Sesat Ciok Pek Jiak menghembuskan napasnya
yang terakhir, dia telah menyerahkan semua tenaga dalamnya,
dengan menggunakan ilmu Han-ciok-kang, Su-to Yan berhasil
mengambil oper semua tenaga sang guru, maka dia dapat
mematahkan pedang Tong Cie Bun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tanpa bantuan Cin Bwee dan Sie An, bila Sute Yan mempunyai
keberanian untuk menandingi Tong-hong Cie Bun, bukanlah
mustahil, bila si Pendekar pedang kidal dapat dikalahkan olehnya,
karena dia telah mewarisi tenaga gurunya, berarti mempunyai
gabungan tenaga dua orang.
"Su-to toako," Berkata Cin Bwee. "Bersediakah kau memberi
pelajaran ilmu itu " ingin sekali aku dapat meyakinkannya."
"Bila mempunyai kesempatan,
kepadamu." Su-to Yan memberi janji.
tentu akan kuturunkan Sie An berteriak. "Kau ingin menurunkan ilmu itu kepadanya" Celaka ! Siapakah
yang dapat menandinginya" Akulah yang paling celaka, tidak berani
menggoda kalian lagi."
Cin Bwee mendelikkan mata.
"Tentu." ia berkata puas, "Berani kau menggoda aku, akan
kuhajar sampai terkuing-kuing ditanah."
"Memangnya anjing ?" Sie An mendebat.
"Manusia pendek memang banyak akalnya!" berkata Cin Bwee.
Sambil bergurau, mereka meneruskan perjalanan mereka yang
telah terganggu. Untuk tiba ditempat lembah Hui-in, mereka harus menjelajahi
sepuluh puncak-puncak didaerah pegunungan Bu-san. itulah bukan
perjalanan mudah. Mereka telah mengarungi dua puncak lagi, Dikala hendak
meninggalkan puncak gunung yang ketiga, dikala melewati suatu
lembah mereka menemukan sesuatu yang aneh.
Keadaan ditempat itu sangat sepi dan sunyi, tidak terdengar
suara kicau burung, tidak terdengar suara blnatang-binatang hutan,
seolah-olah melangkahkan kaki kedalam suatu dunia yang kosong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kabut putih agak lebat. Semacam bau harum bercampuran
diantaranya. Su-to Yan, Cin Bwee dan Sie An menghentikan langkah mereka,
memandang sekelilingnya, tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
Sie An tertawa. "Kukira kabut racun, tahu-tahunya bukan." Dia belum jatuh
pingsan. "Berhati-hatilah dengan racun Thian-lam lo-sat." Su-to Yan
memberikan peringatan. "Huh!" Cin Bwee menyebirkan bibir, "Berani dia mengganggu ?"
Sie An mengemukakan pendapat:
"Racun orang lain tidak kutakuti, tapi racun yang manis dari
Thian-lam Lo-sat itu sangat menyeramkan."
Dikala mengalami keadaan itu, Su-to Yan menduga Jie Ceng
Peng menyebarkan racun Thian-lam Lo-Sat. Dan ia berpikir,
keadaan ini seperti tidak mungkin, Jie Ceng Peng berkesan baik
kepadanya, tentunya tidak mengganggu lagi, dengan alasan apa
gadis itu menyerahkan pedang In-liong"
Tentu bukan bermaksud jahat, Mereka telah bernapas sekian
lama, tidak ada tanda tanda dari bisa racun, tentunya keadaan
lembah itu yang memang sepi.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati kebat~kebit.
Sie An mengemukakan pendapat:
"Mungkinkah orang-orang dari Thian-lam Lo-Sat?"
"Kukira bukan." Berkata Su to Yan.
"Huh!" Cin Bwee
mengatakan bukan?" bersungut-sungut. "Dengan alasan apa "Bila hendak melakukan sesuatu yang merugikanku, tentunya
tidak menyerahkan pedang In-liong." Berkata Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Betul." Berteriak Sie An.
Mereka telah mendaki puncak yang keempat.
Tiba-tiba . . . Jauh di atas mereka, terlihat satu bayangan, berdiri di tengah
jalan, diam tidak bergerak, seolah-olah patung batu, tapi bukan
patung batu, bajunya berkibar-kibar, itulah seorang manusia.
Siapakah orang itu. Su-to Yan, Cin Bwee dan Sie An saling pandang.
Orang didepan mereka masih tidak bergerak, dia mengenakan
pakaian berwarna hitam, memandang ke arah bawah lembah.
Su-to Yan dan dua kawan bukanlah manusia-manusia pengecut,
mereka melangkahkan terus, naik keatas, menghampiri orang itu.
Semakin jelas, orang yang mengenakan pakaian hitam itu
mengenakan tutup kerudung muka, juga berwarna hitam, serba
hitam, sangat menyeramkan.
Su-to Yan bertiga telah berhadap-hadapan.
Orang yang berpakaian dan berkerudung hitam melintang
ditengah jalan, jalan itu tidak besar, untuk meneruskan perjalanan
Su-to Yan harus melewatinya.
Sangat bahaya! Mengingat mereka telah berada di puncak itu. Di
kanan kiri dan dibelakang mereka adalah lembah.
Si Pendekar Pedang Bayangan Sie An segera membentak:
"Heii siapa yang menyuruh kau datang di tempat ini?"
Orang berkerudung itu membuka suara:
"Lucu! Adakah suatu larangan untuk datang di tempat ini?"
"Apa maksud kehadiranmu?" Bertanya Sie An lagi.
"Apa pula maksud kalian datang di tempat ini?" Balik bertanya
orang berkerudung hitam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kami akan..." Sie An tidak dapat meneruskan kata-katanya, dia
sudah jatuh ngeloso. Su-to Yan terkejut. Disaat yang sama, Cin Bwee juga turut jatuh.
Orang berkerudung itu, tertawa berkakakan
"Roboh... Roboh... Kau juga roboh."
Dia menunjuk ke arah Su-to Yan.
Dengan tenaga dalam yang luar biasa. Su-to Yan berhasil
mempertahankan diri. Orang berkerudung itu terkejut, ia tidak percaya kepada
kenyataan itu, mengapa lawan yang satu ini tidak dapat dibius,
mungkinkah kebal kepada racun "
Su-to Yan melesat, tangannya dijulurkan, maksudnya hendak
meringkus orang ini, hal itu penting, mengingat keadaan Cin Bwee
dan Sie An yang belum sadakan diri, dia wajib meminta obat
antinya. Orang berbaju hitam tidak tinggal diam, membalikkan badan,
melarikan diri! Disaat yang sama, dari semak-semak pohon muncul belasan
orang-orang berbaju hitam, semua mengenakan kerudung, mereka
mengurung Su-to Yan. "Ssreeet..." Su-to Yan mengeluarkan pedang, Dia siap untuk
menghadapi keroyokan orang-orang itu.
Tiba-tiba kepalanya menjadi berat, pandangan matanya menjadi
suram, dunia dirasakan berputar, dan tanpa berdaya Su-to Yan
jatuh, Racun yang disedot tidak sedikit, akhirnya pemuda kitapun
jatuh juga. Orang-orang berbaju hitam itu membawa ketiga tawanannya,
mereka menuju kesalah satu gua, Dimana terdapat sedang duduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
se orang pemuda berbaju hitam, dia tentu adalah pemimpin dari
orang-orang tadi. Beberapa saat, Su-to Yan tidak sadakan diri, Dikala ia membuka
kedua matanya, keadaannya telah berada dalam ringkusan orang,
dia adalah tawanan orang-orang berbaju hitam tadi.
Jalan darah Cian-hui, Ca-bun dan Bo-Sok Su-to Yan ditotok
orang, tidak dapat berkutik.
Seorang pemuda berbaju hitam menantikannya dengan sabar,
pemuda inilah yang menjadi pemimpin rombongan.
Siapakah orang-orang berbaju hitam ini "
Su-to Yan sedang berpikir-pikir.
Mungkinkah golongan Thian-lam Lo Sat "
Menengok kekanan dan kekiri, tidak terlihat kedua kawannya,
Entah dimana Sie An dan Cin Bwee " Su-to Yan tidak tahu.
Pemuda berbaju hitam membuka mulut. "Hei, murid Ciok Pek
Jiak, siapa namamu?"
"Su-to Yan." Berkata pemuda kita dengan gagah.
"Kau tahu, mengapa kami menangkap dirimu?" bertanya lagi
pemuda itu. Su-to Yan menggeleng-geleng kepalanya, "tidak tahu." ia
menjawab terus terang. Dengan tenaga dalam Su-to Yan,
melepaskan totokan jalan darah yang terkekang agak mudah. Yang
penting, orang didepannya tidak boleh tahu.
Menyaksikan ketenangan lawannya, pemuda itu berkata:
"Hei, begitu tenang sekali kau " Ketahuilah, jiwamu telah berada
ditanganku, mengapa kau tidak memikir kedepan?" Su-to Yan
tertawa. "Apa guna memimikirkan keadaan, bila jiwaku telah berada
ditanganmu?" Dia tidak menjadi gentar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pemuda itu menganggukkan kepalanya.
"Kau memang jantan sejati," dia memuji, "tidak tahukah, bahwa
aku hendak membunuh mu !"
"Alasanmu ?" "Ha, ha . . . tidak perlu alasan, Kau sudah jatuh kedalam
tanganku, Dan aku hendak membunuh, seharusnya kau meminta
pengampunan." "Bila tidak ?" "Ha, ha.,., membunuhmu," Kau nanti lihat bagaimana caranya aku Su-to Yan mementang sepasang matanya lebar-lebar, dia belum
tahu, cara bagaimana pemuda itu hendak membunuh dirinya.
Orang itu sudah berteriak "Bawa tempat perapian."
Dua orang berbaju dan berkerudung hitam menggotong sebuah
anglo yang merah membara, api panas memerahkan seluruh anglo
itu, tiga batang besi didalam anglo panas juga telah membara.
Orang itu membulak balikan besi panas.
Kemudian mengulapkan tangan, Dua orang berkerudung hitam
yang membawa anglo meninggalkannya.
Disana hanya dua orang, Su-to Yan dan orang itu.
"Akan kurusak kedua matamu" Berkata pemuda berbaju hitam,
"Kemudian melumerkan kedua kupingnya, setelah itu, sepasang
tangan dan sepasang kakimu, Demikian sehingga kau meminta
ampun." Mata Su-to Yan membara, seolah-olah hendak mengeluarkan api.
Apa dendam orang ini kepada dirinya, mengapa berbuat sekejam
itu" "Hei." Dia memanggil "Apakah permusuhan diantara kita berdua"
Dengan alasan apa kau hendak menyiksa orang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ha, ha... Siapa yang menyuruh kau menjadi murid Ciok Pek
Jiak?" berkata orang itu.
Lagi lagi berhadapan dengan musuh-musuhnya.
"Kau bermusuhan dengan guruku?" bertanya Su-to Yan.
"Ng..." "Kukira kau anak buah golongan Thian-lam Lo-sat, ternyata
bukan." berkata Su-to Yan.
"Thian-lam Lo-sat" Aku tidak kenal."
"Anak buah Thian-lam Lo-sat adalah golongan yang pandai
menggunakan racun, dan kalian mahir didalam bidang ini,
bagaimana tidak mempunyai hubungan dengan mereka?"
"Ha, ha, ha . . . Apakah hanya Thian-lam Lo-sat yang pandai
menggunakan racun" Ha. ha, ha . . . ."
"Mengapa kau tertawa" bertanya Su-to Yan.
"Belum dengar nama lembah Cui-goat-kok dari gunung Insan?"
"Aaaaa...," Su-to Yan berteriak. Ternyata lawan dari lembah Cutgoat-kok.
Lembah Cui goat-hoat-kok mempunyai hubungan baik dengan
lebah Maha Bisa. Setelah lembah Maha Bisa hilang kekuasaan,
lembah Cui goat-kok telah mewarisi semua ilmu racun-racunnya,
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekuatannya tidak berada dibawah Thian-lam Lo-sat.
Perbedaan lembah Cui-goat-kok adalah tidak mencampurkan
dirinya kedalam rimba persilatan, maka jarang orang yang
mengenal tindak tanduk mereka.
Pernah juga Thian lam Lo-sat bentrok dengan kekuatan itu,
tetapi dengan hasil kekuatan seimbang.
Dan hari ini, Su-to Yan berhadapan dengan orang-orang dari
lembah Cui-goat-kok. Su-to Yan menarik napas dalam-dalam, dia berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Setahu ingatanku, belum pernah aku bentrok dengan anak buah
Cui-goat-kok." "Ha, ha . . . pernah dengar nama Cu-kat Sian, tentunya kau tidak
lupa kepada nama ayahku itu, bukan" Beliau adalah ayahku!"
Berkata sipemuda berbaju hitam.
Su-to Yan terkejut Nama Cu-kat Sian adalah nama dari salah
seorang musuh gurunya yang terhebat. Setelah mengalami
kekalahan dibawah tangan Ciok Pek Jiak, orang yang bernama Cukat Sian itu telah mengasingkan diri. Diduga telah meninggal dunia.
Ternyata Cu-kat Sian lari kedalam lembah Cui-goat-kok, dan yang
berada dihadapan Su-to Yan sekarang adalah putera Cukat Sian itu.
Dia hendak menuntut balas, Pemuda berbaju hitam itu berkata lagi.
"Namaku Cu-kat Hong," Dia memperkenalkan diri.
"Ada sesuatu yang belum kau ketahui," berkata pemuda berbaju
hitam Cu-kat Hong, "Ayahku telah kalah dibawah tangan gurumu,
karena itu, dia menaruh rasa sakit hati, dendamnya tidak dapat
terbalas, semakin lama, sakitnya sakitnya semakin keras, akhirnya
beliau meninggal dunia."
Su-to Yan tertawa. "didalam rimba persilatan setelah mengalami beberapa
pertempuran, soal menang dan kalah itu sudah menjadi biasa." Dia
berkata, "Seandainya semua orang mempunyai perangai dan
ambekan setelah kalah masih menaruh dendam, dan bahkan sampai
merongrong jiwanya, wah dunia ini bisa tak habis-habisnya dengan
dendam. Setiap orang pasti pernah dikalahkan lawan yang
berkepandaian tinggi, diandaikan semua orang mati jengkel, satu
persatu membawa dendam kedalam dunia akherat, Apakah ada
pendekar-pendekar silat lainnya?"
Cu-kat Hong membentak: "Kau telah jatuh ke dalam tanganku, jangan banyak ribut, tidak
ada kasihan bagimu, tahu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Di mulut Su-to Yan mendebat. Diam-diam, dia berusaha
melepaskan diri dari kekangan-kekangan totokan lawannya. Kini dia
berhasil membebaskan disatu tempat, masih dua tempat lagi.
Dia berkata: "Memang.. Aku tidak membutuhkan kasihanmu, yang hendak
kuketahui, di manakah kedua kawanku tadi?"
Cu-kat Hong berkata: "Mereka tidak mempunyai dendam permusuhan denganku, telah
kuperintahkan kepada orang-orangku untuk melepaskannya. Di saat
ini, tentunya telah pergi ke lain tempat." Hati Su-to Yan agak
terhibur, dia tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan kedua
kawan itu, Mereka telah bebas diri kekangan musuh.
Su-to Yan masih berusaha untuk melepaskan dirinya dari
kekangan-kekangan yang ditotokan kepada dua tempat jalan darah
lainnya. Dia mendapat tiga totokan, satu sudah bebas, masih ada
dua lagi, Dia harus membebaskan kekangan-kekangan ini, sebelum
besi yang dipanaskan membara.
Cu-kat Hong berkata: "Memohonlah ampun padaku. Mengingat kau sebagai murid Ciok
Pek Jiak, setelah meminta ampun, besar kemungkinannya aku
membebaskanmu." Su-to Yan tertawa. "Aku jatuh ketangan kalian, karena siasat licik." Dia berkata,
"Sudahkah terpikir olehmu, apa akibatnya dari perbuatan tadi"
Seluruh rimba persilatan akan menertawakan Cui-goat-kok, huh,
menangkap orang dengan menggunakan racun."
"Ha ha....ha..., Orang yang menangkap kalian bukan aku."
berkata Cu-kat Hong. Su-to Yan gagal meminta kebebasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Cu-kat Hong menghampiri tempat perapian disana, besi yang
bersetempel Lembah Cui-goat kok telah menjadi panas sekali,
merah membara seperti matahari.
Cu-kat Hong mengambil besi itu.
Sukma Su-to Yan hampir mencelos keluar dari tempatnya, bila
sampai terjadi besi berstempel lembah Cui goat-kok mampir di salah
satu bagian dari tubuhnya, untuk seumur hidup dia tidak dapat
menemui orang seperti itu, pengalaman itu tentu akan tetap
terkenang. "Hei, beri kesempatan aku untuk bicara." Su-to Yun berteriak.
Cu-kat Hong menurunkan besi panas, dengan tertawa dia
berkata: "Bagaimana".... Bersediakah kau meminta ampun?"
"Kau tidak mempunyai perikemanusian."Su-to Yan berteriak.
"Ha....ha..." Cukat Hong tertawa.
Su-to Yan mempercepat usahanya dan dia berhasil menerobos
lain jalan darah yang tersumbat. Dua dari tiga jalan darah yang di
sumbat orang telah dibebaskan dari segala macam kekangan dan
gangguan. Hanya satu lagi ! Cu-kat Hong mengayun besi panas, dia membentak.
"Hayo katakan, segera kau minta ampun!"
Su-to Yan belum membuka mulut. Disaat itu tiba-tiba mulut goa,
ada berkelebat satu bayangan, mata Su to Yan yang tajam dapat
menangkap bentuk tubuh bayangan itu, sangat pendek, sangat
gemuk, tentu si Pendekar Pedang Bayangan Sie An, Dia sangat
girang. Cu-kat Hong waktu itu sedang membelakangi mulut goa,
sehingga dia tidak melihat datangnya bayangan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sie An memasuki goa. Gerakan tubuh Sie An membawa geseran angin, telinga Cu-kat
Hong yang tajam dapat menangkap suara itu, dia lantas
membalikkan badan. "Hei.,.Kau?" Cu-kat Hong berteriak, Sie An sudah berhadapan
dengan Cu-kat Hong. Su to Yan mendapat pertolongan, hatinya menjadi girang, bila
Sie An dapat mempertahankan diri dari serangan-serangan Cu-kat
Hong, belasan jurus saja, tentu dia sudah dapat membebaskan
kekangan totokan orang. Terdengar suara Cu-kat Hong, yang membentak.
"Hei, siapa yang menyuruh kau balik kembali ?"
Sie An juga tidak kalah suara, dia mengeluarkan suara geraman:
"Bebaskan kawanku !"
Sie An telah menyerang dengan pedangnya.
Cu-kat Hong menggunakan besi panas menangkis datangnya
ayunan pedang Sie An. "Traaaannngggg . . . ."
Pedang Sie An patah ditengah, terbang keluar gua.
Wajah si pendekar Pedang Bayangan menjadi pucat.
Su-to Yan turut terkejut, hanya satu gebrakan, Sie An kehilangan
senjata, kekuatan Cu-kat Hong sungguh luar biasa, Untuk menolong
kawan itu. dia berteriak:
"Cu-kat Hong, hentikan gerakanmu." Cu-kat Hong hendak
meneruskan usahanya, mau membunuh Sie An yang menjadi
penghalang dirinya, Mendengar teriakan Su-to Yan, dia
membalikkan kepala, dengan kedua alis yang dikerutkan tinggitinggi, ia berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Eh, kau dapat menggunakan cara-cara tertentu memecahkan
totokanku ?" Suatu kejadian yang berada diluar perhitungannya.
Meninggalkan Sie An yang masih bengong Cu-kat Hong
membalikkan badan mendapati Su-to Yan kembali. Besi panas
diacung kan kearah pemuda kita.
Su-to Yan menunggu datangnya maut.
Setapak demi setapak, Cu-kat Hong mendekati pemuda itu.
Sie An tertegun untuk sekian saat, dikala ia sadar dari
lamunannya, keadaan Su-to Yan sudah sangat bahaya sekali, tanpa
pikir panjang gagang pedang dilempar ke arah Cu-kat Hong.
Cu-kat Hong liehay, desiran suara itu tidak lepas darinya, dia
mengelak, membiarkan benda itu lewat disamping kiri.
Cu-kat Hong sangat jengkel, dia mengelaki serangannya.
Serangan Sie An tidak mengenai sasaran, tubuhnya yang gemuk
bergelinding pergi, mengingat bentuk badannya yang pendek,
gerakan tadi sangat mudah dilakukan.
Su-to Yan membentak keras, dengan semua tenaga, akhirnya ia
bebas dari kekangan totokan orang.
Diganggu oleh Sie An, Cu-kat Hong tidak dapat meneruskan
usaha. Dari keadaan Su-to Yan yang sudah bersiap-siap bangun,
tentu saja tidak akan menguntungkan dirinya, dengan tangan kiri,
dia ingin menotok jalan darah murid musuh ayahnya.
Su-to Yan masih terlalu lemah, maka dia membuang diri ke arah
samping. Cu-kat Hong mengejar maju. Disaat yang sama, karena
kelengahan musuhnya, Sie An berhasil memukul tangan pemuda
baju hitam itu, besi di tangan Cu-kat Hong diterbang pergikan.
Dengan jurus Sin-mo Ju-sian atau iblis Sakti menampilkan diri,
Su-to Yan berputar di udara, kemudian merentangkan kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tangannya, satu diantaranya berhasil menjangkau tangan Cu-kat
Hong. Cu-kat Hong rupanya agak lengah, sehingga Su-to Yan berhasil
melempar tubuh orang itu.
Dikala berdiri lagi, Cu-kat Hong merasa pergelangan tangannya
sakit sekali, itulah hasil cengkeraman Su-to Yan, Dia telah dikepung
dua jago kelas satu. Tentu tidak ada harapan untuk memenangkan
pertandingan itu. Su-to Yan berdiri dengan sikap yang sangat tenang.
"Kau telah melepas kedua kawanku, mengingat budi ini, aku
tidak mencelakaimu." berkata Su-to Yan.
"Huh," Cu-kat Hong tidak puas. "Tahukah akibat dari kejadian
hari ini " Aku tidak akan melepaskanmu tahu?"
"Aku diharuskan membunuhmu?" Berkata Su-to Yan membentak,
-ooo0dw0ooo- Jilid 6 MATA CU KAT HONG berkilat-kilat.
"Baiklah." Berkata jago ini. "Kau sebagai murid Ciok Pek Jiak
tentu mempunyai keberanian untuk berkunjung kelembah Cui-goatkok. Aku menunggu kedatanganmu."
Tubuh Cu Kat Hong melesat, meninggalkan tempat itu.
Su-to Yan menghampiri Sie An.
"Saudara Sie." katanya, "untung kau datang, kalau tidak, niscaya
aku menderita siksaan-siksaannya."
Dia menghaturkan rasa terima kasihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sie An sangat menyayangi pedangnya dikala bertempur Cu-kat
Hong, pedang itu telah dipatahkan maka ia harus mencari pedang
lain, hal itu sangat melesukan hatinya,
Su-to Yan dan Sie An meninggalkan gua yang telah digunakan
oleh Cu-kat Hong. Dikala Su-to Yan akan mengajukan pertanyaan kepada Sie An,
kemanakah perginya Cin Bwee, didepan mereka telah terbentang
secarik sapu putih. Kain putih itu bertulisan demikian bunyinya:
"Kawan wanitamu telah kubawa kelembah Cui Goat-kok. Berani
kau datang untuk mengambil pulang dirinya ?"
Tertanda tangan: Cu kat Hong.
Su-to Yan mengerutkan keningnya, bukanlah suatu tugas yang
mudah, mengingat kehebatan lembah Cui-goat-kok yang disertai
barisan yang bernama Cian-tok Toa-tin, dimana tersebar racunracun terkenal jahatnya, siapa lengah, dia akan terkena racunracun itu.
Sie An turut berduka atas kejadian itu, Tugas untuk menyerahkan
pedang In-liong tentu kalah penting, bila dibandingkan menolong
jiwa Cin Bwee. Yang menjadi pengecualian adalah perbedaan tempat, mengingat
dia sudah berada didaerah gunung Bu-san. Su-to Yan mengambil
keputusan untuk menemukan le Han Eng, menyerahkan pedang Inliong, setelah itu dia akan menuju lembah Cui-goan-kok, menolong
Cin Bwee. Perjalanan dilanjutkan, menuju kearah kelembah Hui-in.
Pada saat itu, haripun sudah menjadi malam, gelap mengusir
mata hari yang menerjunkan diri dibagian barat.
Rembulan timbul remang-remang diantara gumpalan awan-awan,
seolah-olah berusaha menyatukan diri diatas permukaan awan-awan
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan dan Sie An meneruskan perjalanan mereka. Bagaikan
dua ekor kera cekatan mereka mendekati sebuah tebing, akhirnya
tiba ditempat bekas persemayaman Ie Siauw Hu. tempat yang
bernama lembah Hui-in itu.
Dikala Ie Siauw Hu masih ada, tokoh-tokoh silat dari golongan
sesat maupun dari golongan benar, ada yang menaruh perhatian
besar, tidak seorangpun yang berani sembarangan mendatangi
tempat ini. Dan bila ingin masuk kedalamnya harus dengan jalan
mundur. Su-to Yan dan Sie An tidak berani melupakan peraturan itu,
mereka mengendurkan langkah kakinya.
Tiba dimulut lembah Hui in, seorang tua telah menghadang
kedua pemuda kita. Su-to Yan dan Sie, An menunduk hormat.
"Lo-tiang," Berkata Su-to Yan. "dapatkah memberi sedikit
petunjuk, bagaimana harus dapat menemui nona le Han Eng?"
Orang tua itu menatap kedua tamunya, dengan singkat
memberikan jawaban: "Menyesal sekali, nona kami sedang tidak menerima tamu."
Su-to Yan tidak cepat putus harapan, dia berkata lagi:
"Kami datang dari tempat jauh, dapatkah memberi tahu
kepadanya, bahwa Su-to Yan cucu Su to Pek Eng hendak melunasi
janji yang dicetuskan pada 40 tahun berselang."
Orang tua itu terkejut. "Kau anak dari keluarga Su to tayhiap?" Dia ragu-ragu.
Bukan saja orang tua itu yang kaget, Sie An turut terkejut,
ternyata kawan yang didampingi olehnya selama beberapa hari itu
adalah anak dari keluarga Su to Pek Eng, seorang tokoh akhli
pedang yang pernah menguasai rimba persilatan pada 40 tahun
yang lalu " Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Orang tua itu memandang tamunya untuk sekian lama, kemudian
dia berkata : "tidak kusangka, hari ini dapat menjumpai keluarga dari turunan
Su-to tayhiap, silahkan masuk, Nona Ie Han Eng berada diatas
tebing Ciat-seng-gay."
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Su to Yan menganggukkan kepala, langkahnya diayun lagi,
menuju ke dalam lembah. Sie An tidak leluasa untuk mengikuti jejak kawan itu, ia berkata:
"Saudara Su-to, aku menunggu ditempat ini."
Su-to Yan memandang kawan itu, dia berpikir sebentar dan
akhirnya menyetujui putusan kawan itu.
"Baiklah, Setelah menyerahkan pedang-In-liong, segera aku
keluar lagi." Dan Su-to Yan meneruskan perjalanan seorang diri.
Untuk tiba diatas tebing Ciat-Seng-gay tidak terlalu sulit,
memasuki daerah lembah Hui-in, terdapat papan-papan petunjuk
jalan yang menyebut nama-nama tempat disekitar tempat itu, Su to
Yan mengambil jalan yang menuju kearah tebing Ciat seng gay, bila
ada persimpangan jalan, selalu terpasang papan yang bertulisan
Ciat seng gay. Seorang gadis berbaju hitam sedang membelakangi jalan naik
kearah tempat ini, dia memandang belasan pohon Siong yang
menjulang tinggi, dibawah pohon pohon itu terdapat beberapa meja
dan bangku yang terbuat dari pada batu, tersorot sinar rembulan,
pemandangan diatas tebing agak menjernihkan pikiran.
Dikala Su-to Yan tiba diatas tebing itu, sang gadis membalikkan
badannya, mereka saling pandang.
Su-to Yan maklum bahwa dirinya berhadapan dengan Ie Han
Eng, cepat-cepat ia memberi hormat.
"Su-to Yan menyampaikan salam kepada nona." Dia berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Gadis berbaju hitam adalah Ie Han Eng, dia menatap pemuda di
hadapannya. "Saudara bernama Su-to Yan" Bermaksud apakah datang ke
tempat ini?" "Su-to Yan datang untuk menempati janji pada 40 tahun yang
lalu, menyerahkan pedang In-liong kepada nona." Berkata Su to
Yan, dia melepaskan pedang In liong dan diserahkan kepada gadis
yang berhak menerimanya. Ie Han Eng tidak segera menyambut pedang itu, dia menatap
pemuda dihadapannya, Dengan sinar matanya yang tajam, dibawah
sinar rembulan semakin menonjolkan kecantikannya, wajahnya
bercahaya, membuat Su-to Yan sangat kesima.
Betul-betul membuktikan bahwa Su-to Yan tidak mempunyai
maksud jahat, dia berkata:
"Bagaimana kau dapat membuktikan, bahwa pedang In-liong
betul-betul menjadi hak milikmu?"
Su-to Yan tertawa, tubuhnya mundur dua tapak, dengan tangan
kiri, dia memegang sarung pedang, tangan kanannya yang
merekam gagang menarik keluar pedang Pusaka, Cepat sekali dia
memainkan dua gerakan tipu pedang, itulah jurus yang terdapat
dari tipu Hauw-tong Pat-kiam atau berarti menyapu delapan
penjuru, tipu lihay dari ilmu pedang kakeknya.
Su-to Yan terkenal sebagai raja pedang, dan jurus itu dapat
membuktikan bahwa pedang bukan didapat dari lain orang, Dia
telah mewarisi pedang, juga mewarisi ilmu pedang, Dia telah
membuktikan bahwa dirinya ada turunan keluarga Su-to.
Memperhatikan permainan pedang sipemuda, Ie Han Eng
mengasah otak, akhirnya dia menganggukkan kepala.
Su-to Yan sudah menyarungkan pedang In-liong, diserahkan
kepada sigadis. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
le Han Eng menerima pedang itu. Dengan suaranya yang sangat
merdu, dia berkata : "Terima kasih."
Su-to Yan telah selesai menunaikan tugasnya, dia sedang
berhadapan dengan seorang gadis yang terlalu cantik, siapakah
yang tidak kenal kepada bidadari dari lembah Hui-in" Kecantikan
dan keluwesan le Han Eng telah menimbulkan rasa cemburu semua
orang, termasuk Jie Ceng Peng dan Cin Bwee.
Terlalu lama di tempat itu berarti mempunyai kesempatan yang
lebih banyak untuk memelihara benih kasih sayang, besar
kemungkinan berakhir dengan suatu kisah cinta.
Segera Su-to Yan meminta diri.
"Pedang In-liong telah kuserahkan. Mengingat banyak orang
yang menghendaki pedang tersebut, kuanjurkan nona berhati-hati
menjaganya." Berkata Su-to Yan, "sampai disini pertemuan kita, aku
hendak kembali." Kata-kata Su-to Yan yang berada diluar dugaan le Han Eng, dia
mengajukan pertanyaan: "Mengapa kau terburu-buru ?"
Sinar mata le Han Eng memancakan cahaya bening, Su-to Yan
tidak berani menantang sinar cahaya mata itu, dengan
menundukkan kepala, sipemuda memberikan jawaban.
"Ada seorang kawan telah diculik oleh orang-orang lembah Cuigoat-kok, aku harus segera memberikan pertolongan kepadanya."
Su-to Yan tidak menyebut nama Cin Bwee, le Han Eng berkata:
"Ada sesuatu yang hendak kuberikan sebagai tanda mata,
bersediakah kau turut untuk mengambilnya ?"
Su-to Yan berkerut kening sebentar, dan tidak menolak tawaran
seorang gadis cantik yang seperti le Han Eng, dia menganggukkan
kepalanya. Sang gurupun pernah meninggalkan pesan, dia
diwajibkan menerima sesuatu yang akan diserahkan oleh gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Mendapat kesedian sipemuda yang tidak keberatan untuk
menerima hadiahnya, Ie Han Eng meninggalkan tebing Ciat-senggay.
Su-to Yan mengikuti dibelakang gadis itu. Disepanjang jalan,
mereka tidak mengadakan percakapan lagi.
Dibawah sinar bulan purnama, pemandangan lembah Hui-in ada
sangat indah, pohon pohon siong yang tinggi berbaris dikedua sisi,
cukup menarik dan menawan hati.
Langkah le Han Eng yang lemah gemulai menuruni tanggatangga batu, tubuhnya begitu langsing, cukup padat dan berisi,
menambah keserasian pemandangan malam itu.
Pikiran Su-to Yan jauh terbang kemasa-masa yang akan
mendatang, dia senang kepada keindahan ditempat itu, timbul
suatu niatannya untuk mencari suatu tempat melewatkan hari tua,
seperti keadaan Ie Han Eng, bila dia mendapatkan suatu tempat
yang bagus, suatu tempat yang aman, alangkah senangnya hidup
tanpa gangguan orang" Hidup tentram disuatu daerah pegunungan
yang indah " Apa lagi didampingi oleh seorang gadis yang lemah
gemulai seperti . . . Su-to Yan menutup lamunannya itu, dia tidak berani berpikir
lebih jauh. Mereka telah tiba dirumah kayu, le Han Eng menyilahkan si
pemuda memasuki rumah itu.
Su-to Yan menduga rumah itu tempat kediaman sigadis, ternyata
dugaannya salah, perabot didalam rumah sangat sederhana, hanya
sebuah tempat tidur dan sebuah kursi meja kayu.
Ie Han Eng meletakkan pedang In-liong diatas meja, kemudian
menuju ketempat pembaringan, dari balik kain penutup tempat tidur
itu, dia mengeluarkan sebilah pedang, bentuk dan ukurannya sama
dengan pedang In-liong, pedang ini diserahkan pada Su-to Yan dan
berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ayahku memberi pesan untuk menyerahkan pedang ini kepada
Su-to kongcu, terimalah sebagai hadiah."
Su-to Yan tertegun sebentar, walaupun demikian, dia menerima
juga hadiah pemberian itu.
"Terima kasih." Dan sipemuda memeriksa pedang yang
dihadiahkan kepada dirinya. Kecuali bentuk dan ukuran pedang
yang sangat mirip dengan pedang In liong, ukiran kata di gagang
pedang dengan huruf-huruf yang indah juga diciptakan oleh satu
tangan, ukiran tersebut berbunyi Lay-Hong.
Ie Han Eng menghadiahkan pedang Lay-Hong kepada pemuda
itu. Su-to Yan sudah selesai memeriksa pedang, yang dihadiahkan
kepada dirinya, itulah pedang kembar untuk pedang In-liong.
Pasangan pedang In-liong dan Lay-hong tercipta sebagai pedang
kembar, tentunya ada sesuatu rahasia yang tersembunyi di balik
kembaran sepasang pedang ini, apakah rahasia dari pedang
tersebut" Su-to Yan menyorenkan pedang Lay-hong di pinggangnya, dia
sedang berpikir: Dengan maksud dan tujuan apa Sang guru
memberi tugas kepada dirinya untuk menyerahkan pedang In-liong
kepada Ie Han Eng" Tugas telah selesai dan hadiah si gadis juga telah di terima,
sekali lagi Su-to Yan mengucapkan selamat berpisah:
"Aku meminta diri."
Ie Han Eng menganggukkan kepala.
"Tentunya kau masih menguatirkan keselamatan kawanmu yang
tertahan di dalam lembah Cui-go.it-kok bukan?" Dia berkata:
Su-to Yan memberi keterangan: "Dia terseret ke dalam pertikaian
ini karena urusanku, sudah menjadi suatu kewajiban untuk
menolong kawan dari kesusahan, apalagi mengingat kawan tersebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menderita karena urusan kita, Patutlah rasanya untuk mendapat
perhatian khusus." "Berhati-hatilah kepada racun jahat lembah Cui-goat-kok." le Han
Eng berpesan, "Bila ada waktu luang, boleh sering-sering datang
lagi kesini." Su-to Yan memberikan janjinya dan lalu berpisah.
tidak menceritakan le Han Eng di dalam lembah Hui-In, marilah
kita menceritakan perjalanan Su-to Yan.
Pemuda itu telah berada di mulut lembah Hui-In, dimana masih
menunggu orang tua penjaga lembah dan Sie An. Mereka
menyambut munculnya Su-to Yan.
"Su-to kongcu tidak hendak bermalam di tempat ini?"
"Terima kasih, Aku hendak mengurus perkara lain." Su-to Yan
mengerutkan alisnya, mana mungkin bermalam di tempat
bersemayam nya seorang gadis.
"Bila Su-to kongcu kembali lagi?" Orang tua itu bertanya lagi.
Su-to Yan tertegun, Ucapan le Han Eng yang memperbolehkan
dirinya datang ke lembah Hui-in di anggap sebagai ucapan biasa
dan kini orang tua inipun mengucapkan kata-kata yang sama, entah
apa yang diharapkan oleh mereka.
"Bila ada waktu, aku akan datang lagi." Berkata Suto Yan.
"Kami harapkan kongcu cepat kembali," berkata orang tua itu.
Su-to Yan mengajak Sie An meninggalkan lembah Hui-in, Di
tengah jalan, Sie An menarik tangan pemuda itu dan berkata
padanya: "tidak kusangka bahwa kau adalah akhli waris seorang raja
pedang, pantas berkepandaian sangat tinggi, Kalian keluarga Su-to
Yan dan keluarga le adalah turunan pendekar besar, mengapa tidak
pernah bercerita?" Su-to Yan tidak menjawab pujian kawan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hei," Sie An berkata lagi. "Bagaimana kecantikan le Han Eng"
siapakah yang lebih cantik, bila dibandingkan dengan Cin Bwei atau
Jie Ceng Peng?" Su-to Yan berkata: "Belum pernah aku melihat ada gadis secantik le Han Eng."
"Ha, ha, ha. . ." Sie An tertawa, "Jangan-jangan kau terpikat oleh
kecantikannya He,.... Bagaimana dengan Cin Bwee" Kau harus
maklum kepada sifat tabiat kawan wanitamu itu, dia besar cemburu,
bila tidak baik-baik mengenal dirinya, besar kemungkinan timbul
perang piring mangkuk."
"Jangan kau pikir yang bukan-bukan, kau kira aku Su-to Yan
orang apa?" Mereka telah meninggalkan lembah Hui-in, mengarungi puncak
puncak di pegunungan Bu-san. Tiba-tiba terlihat pedang yang
tergembol di pinggang Su-to Yan, dengan heran Sie An mengajukan
pertanyaan: "Eh, kau bilang menyerahkan pedang In-liong?"
Su-to Yan tertawa, dia memberi keterangan:
"Jangan salah paham, yang ini bukan pedang In-liong."
Mereka sedang melalui suatu jalan yang menanjak, sebelum Suto Yan memberi keterangan yang lebih jelas, tiba tiba delapan bilah
kampak tipis telah beterbangan, mengancam Su-to Yan dan Sie An.
Kampak-kampak itu adalah ciri ciri dari 12 anak buah Auw-yang
le yang paling diagulkan, adanya senjata kampak kampak tipis itu
adalah hasil buah tangan dari para Setan Kampak.
Dengan tangan bergantian, Su-to Yan berhasil menyampaikan 6
kampak kampak tipis, dan Sie An menjatuhkan dua dari sisanya.
Serangan-serangan kampak terbang digagalkan!
Didepan Su-to Yan telah muncul beberapa orang, dikanan KongSun Giok dan dikiri Auw-yang le, di belakang mereka berbaris
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
beberapa orang anak buahnya. Untuk menghadapi Su-to Yan, kedua
akhli pedang itu menggabung kan diri.
Kehadiran mereka sudah berada di dalam perhitungan Su-to Yan
dan Sie An, mereka telah siap-siap untuk menghadapi musuh, tentu
saja tidak begitu kaget. Pendekar pedang Utara Auw-yang le mengeluarkan suaranya
yang tidak sedap: "Ha, ha, semua akhli pedang telah berkumpul menjadi satu."
Kong-sun Giok mempunyai perangai yang lebih tajam dari Auwyang le, dia berhadapan dengan Su-to Yan.
"Bagaimana saudara Su-to, kau sudah berhasil menjumpai le Han
Eng?" Demikian ia mengajukan pertanyaan.
Matanya masih berkilat-kilat memandang pedang Lay-hong yang
tergantung dipinggang Su-to Yan. Bentuk dan ukuran pedang
sepasang pedang kembar In-liong dan Lay-hong tidak mempunyai
perbedaan, Kong-sun Giok menyangka bahwa itu adalah pedang Inliong, maka dia telah mengajukan pertanyaan seperti tersebut.
Su-to Yan meninggalkan kerlingan matanya, dia berkata:
"Pentingkah kejadian itu bagimu" Ada hubungan apa dengan
saudara Kong-sun ?" "Penting sekali." Berkata Kong-sun Giok "Sebagai bengcu untuk
daerah Kang-lam, aku wajib mengetahui semua kejadian yang
terjadi didaerah kekuasaanku, bukan ?"
"Suatu hal yang mungkin menjengkelkan kalian." Berkata Su-to
Yan. "Pedang In-liong telah kuserahkan kepada yang
berkepentingan." "Pedang itu?" tunjuk Kong-sun Giok pada pedang Su-to Yan.
"Ini yang nona Ie Han Eng hadiahkan kepadaku."
"He, betul-betul telah kau serahkan pedang In-liong kepada Ie
Han Eng?" Auw-yang le turut berteriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"tidak salah." "Bagus." Berkata Kong-sun Giok, "Ie Siauw Hu pernah berjanji,
tidak akan mengajarkan pada siapapun ilmu pedang Maya Nada,
juga tidak menurunkan ilmu pedang tersebut kepada semua anak
turunannya. Tentunya, ilmu pedang tersebut telah jatuh kedalam
tanganmu, bukan ?" "Aku tidak tahu menahu dengan ilmu pedang Maya Nada,"
berkata Su-to Yan. "Jangan memutar balikkan takta." Berkata Kong-sun Giok, "Apa
tugasmu menjelajahi lembah Hui-in, bila bukan untuk mendapatkan
ilmu pedang Maya Nada?"
"Aku mendapat tugas dari guruku untuk menyerahkan pedang
In-liong kepada nona le Han Eng didalam lembah Hui-in, kecuali itu,
tidak ada pesan lain. Belum pernah guruku menyebut nama ilmu
pedang Maya Nada, jangan kau memaksakan orang."
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ha, ha... Kau takut kami mengeroyokmu?"
Su-to Yan mendelikkan mata.
"Siapa yang takut kepada kalian?" Dia membentak.
Kong-sun Giok berkata lagi:
"Takut kehilangan ilmu pedang itu" Berani kau menyangkal ?"
Su-to Yan menepuk dada, dia berkata:
"Aku Su-to Yan bersedia menerima tantangan setiap orang yang
hendak mencari gara-gara, termasuk juga kalian berdua, jangan
membuat cerita burung. Siapa yang lebih dahulu hendak memberi
pelajaran kepadaku ?"
Kong-sun Giok tertawa berkakakan, "Su-to Yan," Dia
menudingkan tangan. "Lupakah akan kejadian disungai Tiang-kang"
masih berani menantang !"
Su-to Yan tidak menjadi marah, dengan tenang dia berkata:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kejadian itu telah berlangsung lebih dari satu bulan, mungkinkah
tidak ada perubahan?"
Kongsun Giok sangat marah.
"Bagus." Dia menggeram, "Tentunya kau telah mendapat
kemajuan, hendak mengulangi tantangan?"
"Mengapa tidak boleh?"
"Bagus, Hari ini kau boleh mengulang ketajaman pedangku, kau,
Su-to Yan, tidak akan keluar dari daerah Bu-san."
Pendekar pedang Bayangan Sie An mendenguskan suaranya
yang sangat memandang rendah, dengan suara dingin dia berkata:
"Kau mempunyai kepandaian itu?"
"Ha, ha, kau kira Kong-sun Giok tidak dapat membunuhnya?" si
Pedang Selatan sudah sesumbar.
Su-to Yan masih berada dalam situasi tenang, tidak marah atas
cemoohan itu. Sie An telah menyaksikan ilmu kepandaian sang kawan, bila
Kong-sun Giok berani mengulangi pertandingan, jago pedang itu
akan menderita kerugian dibawah tangan Su-to Yan, penyakit yang
dicari sendiri, seolah-olah ular yang mengikuti penggebuk, mana
mungkin Kong-sun Giok dapat menandingi Su-to Yan yang gagah
perkasa " "Boleh dicoba dahulu, bukan?"
Kemarahan Kongsun Giok tidak tertahan.
"Sreeet..." dia mengeluarkan pedangnya.
Pendekar Pedang Selatan Kong Sun Giok jarang menemukan
tandingan, apalagi tandingan yang dapat mengalahkan dirinya.
Kong sun Giok berkata: "Su to Yan cabut keluar pedangmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mengeluarkan suara dari hidung: "Kong-sun Giok,
jangan terkebur, Kau kira harus mempergunakan pedang, baru
dapat mengalahkan dirimu?"
"Bagus." Berkata Kong-sun Giok, "Terimalah seranganku."
Kata tadi disertai dengan serangannya, dia menusuk kearah
pundak kanan Su-to Yan. Sangat cepat dan tajam.
Su-to Yan harus segera tiba dilembah Cui goat-kok, tidak mau
terlalu lama melibatkan diri didalam pertempuran itu, tangannya
terangkat naik, dengan kelima jarinya, dia mementil pergi
datangnya ujung pedang lawan.
Melihat keberanian musuh itu, Kong-sun Giok semakin marah,
pedang dimainkan demikian rupa sehingga sekaligus mengancam
semua jari-jari yang hendak menyentil pedang itu.
Su to Yan menarik diri, tentu saja, dia mundur tanpa
membelakangi musuhnya. Kong-sun Giok Menyusul larinya musuh itu, pedang masih
digerakkan, dengan tipu Ceng hong Kwa-cay atau Biang lalat hijau
melintang dilangit, membuntuti setiap gerakan Su-to Yan, Tujuan
utama adalah memapas belah pundak lawannya.
Su-to Yan tertawa, yang ditakuti adalah ujung pedang tajam, kini
Kong-sun Giok menyerang cepat, Menekuk sedikit perutnya, Su-to
Yan melepaskan diri dari ancaman pedang itu, kemudian dia
berjungkir balik, dan tubuhnya sudah berada diatas udara, bebas
dari kekuasaan pedang lawannya, bagai seekor alap-alap yang
menerkam mangsanya, dia menukik kebawah.
Pundak Kong-sun Giok terluka, baju di bagian itu pecah
beterbangan. Dikala Su-to Yan melepaskan diri dari kurungan pedang KongSun Giok, Auw-yang Ie mengeluarkan pedang, maksudnya hendak
menolong Kong-Sun Giok, pedang itu ditusukkan ke arah Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan dapat membunuh mati Kong Sun Giok, tapi dia tak
mau, hanya melukai pundaknya, dan berjumpalitan sekali lagi, dia
menghindari diri dari serangannya Auw-yang Ie.
Sie An turut maju, memukul Auwyang Ie. Hanya dua gebrakan,
merekapun terpisah kembali.
Su-to Yan menyapu kearah semua orang, sinar mata itu sangat
tajam. Kong-sun Giok harus menerima kekalahan, dia dikalahkan oleh
Su-to Yan, dengan wajah muram dia berkata:
"Selama belasan tahun aku berkelana di dalam rimba
persilatan,belum pernah menderita kekalahan seperti apa yang hari
ini kuderita, Dan mungkin, bila aku kalah dibawah tangan jago
ternama, kau tidak akan menyesal, Yang disayangkan aku jatuh
dibawah tanganmu." "Pletak..." Dengan
mematahkan pedang. menggunakan tenaga dalamnya, dia Memandang Su-to Yan yang sangat dibenci, dia berkata lagi:
"Su-to Yan, walau kau melupakan kejadian ini, Aku Kong-sun
Giok tidak akan melupakannya, pada suatu hari, aku akan datang
kembali menuntut balas atas kekalahan yang telah kuderita."
Demikian Kong-sun Giok menutup perkataannya, kemudian dia
memutar badan dan pergi meninggalkan tempat itu, tanpa
mengucapkan selamat berpisah dengan Auw-yang Ie.
Su-to Yan tidak melarang kepergian orang, mengingat dia ada
maksud untuk meredakan situasi panas dengan segala golongan,
termasuk anak buah si Pedang Selatan Kong-sun Giok.
Bukan maksud Su-to Yan untuk menanam bibit permusuhan, dia
menempur orang untuk memberi bukti kepada orang bersangkutan
tidak boleh menghina setiap insan hidup, walau tidak mempunyai
ilmu kepandaian silat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Auw-yang te tidak mempunyai ilmu silat yang lebih tinggi dari
Kong-sun Giok, setelah Kong-Sun Giok kalah, dia harus mengikuti
jejak akhli pedang itu, memberi hormat kepada Su-to Yan seraya
berkata. "Kulihat ilmu kepandaianmu terlalu tinggi, akupun bukan
tandinganmu. Selamat tinggal sampai berjumpa dilain hari."
Mengajak orang-orangnya, Auw-yang Ie-melenyapkan diri.
Su-to Yan bengong menyaksikan kepergian orang-orang itu.
"Hei," Sie An menegur kawannya. "Apa yang sedang kau
pikiranku" Mengapa melamun seperti seorang yang kehilangan
sukma?" "Aku sedang memikirkan mereka." berkata Su-to Yan memberi
jawaban. "Biar saja mereka pergi, Mari kita meneruskan perjalanan!"
berkata Sie An. Mereka meninggalkan lembah Hui-in, keluar dari daerah Bu san.
Suatu ketika, mata Sie An terbelalak, dia mengawasi puncak
gunung ketiga, dibawah cahaya sinar bulan purnama, disana terlihat
asap mengepul tinggi, entah apa yang telah terjadi ditempat itu.
"Saudara Su-to," Dia memberi tahu kejadian itu kepada
kawannya, "Lihat, kenalkah kepada asap itu ?"
Su-to Yan berpaling kearah yang ditunjuk oleh kawannya.
"Entahlah." Dia menggelengkan kepala, "Pernah dengar nama
Debu Merah Cian-cang-ang-tin ?" Sie An memberi keterangan.
"Kukira inilah yang diartikan dengan debu merah itu."
Debu Merah Thian-cang-ang-tin adalah tanda-tanda dari partay
Thian-san-pay. Kepada musuh mereka diberi keputusan untuk
menyingkirkan diri, sebelum bergebrak, bila musuh dapat
menjauhkan diri sampai sepuluh lie, maka semua dendam
dibebaskan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan sedang berpikir-pikir, apa maksud kunjungan partay
Thian-san-pay" Mungkinkah berjuang merebut kitab ilmu pedang
Maya Nada " Suatu kejadian yang sangat lucu, dia tak tahu menahu akan
adanya ilmu pedang itu, tapi semua orang mengatakan bahwa ilmu
pedang tersebut berada pada dirinya, mereka ingin merebut ilmu
pedang yang maha dahsyat tersebut.
Yang pasti, ilmu pedang Maya Nada berada didalam tangan si
Bidadari dari lembah Hui-in Ie Han Eng. Dan ilmu pedang itu tidak
diberikan kepada dirinya. Dia tidak mempunyai hak untuk meminta
ilmu tersebut, juga tidak ada niatan untuk mengangkanginya.
Mengikuti datangnya gumpalan asap merah, disana telah berlari
datang dua bayangan, mereka terdiri dari lelaki yang mempunyai
ukuran badan sangat tegap dan kekar, berpakaian serba merah,
memandang Su-to Yan dan Sie An, mereka berkata:
"Yang mana bernama Su-to Yan ?"
Pemuda kita melambungkan dadanya.
"Ada apa?" Dia tidak menyangkal dari kenyataan.
"Saudara Su-to Yan?" Bertanya lagi kedua orang berbaju merah
meminta kepastian. "Betul." Berkata Su-to Yan menganggukkan kepalanya.
"Ketua partay kami mengundang saudara ketempat kami."
Berkata kedua orang itu. "Dimanakah ketua partay kalian ?"
"Mari ikut kami."
Kedua orang berbaju merah membalikkan badan mereka
meninggalkan tamu yang diundang begitu saja.
Su-to Yan dan Sie An saling pandang, Sie An menganggukkan
kepala, suatu tanda bersedia untuk menerima undangan itu, dan
Su-to Yan berkata: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mereka mengundang aku, kukira ada baiknya kau menunggu
disini." "Boleh juga." Sie An tidak keberatan.
Su-to Yan mengikuti kedua bayangan merah itu. Didalam sekejap
mata, mereka telah tiba didepan sebuah gua, kedua orang berbaju
merah berkata dengan hormat:
"Ketua kami berada didalam, silahkan saudara Su-to masuk."
Su-to Yan tidak gentar untuk menempuh bahaya itu, apa yang
hendak dikatakan oleh ketua Thian-san-pay. Dia harus mendapat
penjelasan. Su-to Yan masuk kedalam gua itu. Seorang tua berbaju merah
menyambut kedatangannya, sikapnya sangat dingin, adem tidak
bersemangat, jenggotnya orang itu cukup panjang, umurnya diduga
diatas enam puluhan. Menatap wajah Su to Yan sekian lama, orang tua itu berkata:
"Kau yang bernama Su-to Yan?"
Pemuda kita memberikan jawaban: "tidak Salah."
"Murid Ciok Pek Jiak?" Bertanya lagi orang tua berbaju merah itu,
"Betul." "Kau tahu sedang berhadapan dengan siapa?" Orang tua itu
menunjuk hidung sendiri. "Boanpwee belum tahu. Bagaimanakah sebutan cianpwee yang
mulia ?" Orang tua itu mengeluarkan suara dari hidung.
"Huh! Ciok Pek Jiak belum pernah menyebut namaku?"
Ciok Pek Jiak termasuk orang biasa. Sebagai seorang manusia
tentu mempunyai kealpaan atau sesuatu yang dilupakan, tidak
menyebutnya nama orang tua ini bukan berarti memandang rendah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
terlalu banyak orang yang terkenal, tidak mungkin menceritakan
ciri-ciri semua orang itu.
Su to Yan menganggukkan kepalanya.
Orang tua berbaju merah itu berkata lagi:
"Aku adalah ketua partay Cian san pay" pedang Berapi Su In
Seng." "Ternyata Su In Seng cianpwee, boanpwe Su-to Yan menyatakan
hormat." Su-to Yan merangkapkan kedua tangannya, Orang yang berada
didepan dirinya adalah seorang akhli pedang golongan tua, dia wajib
menaruh hormat. "Dimana kini gurumu itu?" Ketua partay Cian San-pay Su In-seng
mengajukan pertanyaan, "Beliau sudah tiada." Berkata Su-to Yan.
"Hee... Ciok Pek Jiak dikeroyok orang?" Su In Seng terkejut.
"tidak." "Mana mungkin dia mati?" Su In Seng tidak percaya, "Bila orang
yang seperti gurumu itu sudah mati lebih dahulu, orang-orang yang
sebangsaku ini sudah menjadi tulang berulang, hanya kerangkakerangka tengkorak saja."
Su-to Yan memberi penjelasan:
"Suhu telah melakukan suatu Pemindahan Tenaga, menyalurkan
semua tenaga dan kekuatannya yang ada ke dalam tubuhku."
Ketua Cian-san-pay Su In Seng tertawa, tiba-tiba ia
berjumpalitan memukul ke kanan dan ke kiri, beruntun sampai 18
kali, Dia bersilat seorang diri.
Keadaan di dalam gua itu menjadi panas semakin panas,
sehingga menyesak jalan pernapasan orang, Su-to Yan terdorong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mundur, begitu keras kekuatan yang tidak terlihat itu, hampirhampir dia jatuh jungkir balik.
Su-to Yan mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan hawa
panas didalam gua, dia sedang mendapat ujian dari orang tua itu.
Su In Siang selesai bersilat dengan tangan kosong, dia menarik
diri dan berkata. "Bagus." Dari pinggangnya, dia mengeluarkan pedang.
"Kini giliran pedang." Dia berkata, segera mengirim satu tusukan,
Untuk menghindari diri dari tusukan pedang itu, Su-to Yan
mundur ke belakang, sepasang tangannya di miringkan ke samping,
inilah tipu terbaik dari Sin mo Cap-pat-sek atau iblis Sakti Bersilat
yang bernama Sin-mo Ciok-po atau berati iblis Sakti Mengejar
Gelumbang" Keistimewaan dari tipu Sin-mo Ciok-poo atau iblis Sakti Mengejar
Gelumbang adalah telapak tangan yang bergetar, terjadi bayanganbayangan yang tidak menetap, seolah-olah ilmu biasa, tapi
mengandung perubahan istimewa, di misalkan musuh tidak tahu diri
dan masih berani menyerang masuk kedalam posisi pertahanannya,
tipu Sin mo Ciok-po dapat diubah menjadi tipu Sin-mo-lay kut atau
iblis Sakti Membanting Tulang.
Ketua partay Cian-San-pay Su In seng dapat mengenal
keistimewaan Sin-mo Ciok po, dia belum mempunyai cara-cara yang
terbagus untuk memusnahkannya, jalan satu-satunya adalah
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menarik pulang pedang yang diangsurkan kedepan. Dengan
demikian seolah-olah dia menarik diri dari inisiatif penyerangan.
Su-to Yan membuang ilmu pelajaran gurunya, tangan yang di
rentangkan berkepal cepat dan menegakkan jari-jarinya, itulah tipu
Tiga Belas Jari Menguasai Alat Pie-pa, salah satu dari 10 macam
ilmu silat dari jaman purbakala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su In Seng terkejut, tidak diduga sama sekali, bahwa dia dapat
menyaksikan ilmu kepandaian yang sudah lenyap dari permukaan
bumi, pedangnya mengancam jari-jari lihay Su-to Yan.
Su-to Yan tidak membiarkan jarinya dipapas pedang, diapun
menarik pulang serangan tadi, berganti siasat, kali ini dia
menggunakan tipu Thian-mo-nie-hun cauw yang berarti
cengkeraman iblis dari Langit, juga salah satu dari 10 macam ilmu
silat terpendam di jaman purba kala.
Su In Seng telah memutar pedang, seolah-olah blaing-blaing
cepatnya, membuat suatu payung bayangan, tanpa takut mendapat
serangan, dia maju merangsak Su-to Yan.
Si pemuda betul betul menemukan tandingan, beberapa macam
ilmu silat telah dikeluarkan belum berhasil menekan kakek tua itu,
dengan ilmu It-bok Cin-khie yang melindungi diri, dia bersilat cepat,
sebentar mengeluarkan tipu Thian-mo-nie-hun-cauw, sebentar
dengan ilmu Sin-mo Kiu-sek, sebentar dengan ilmu Pie-pi-sa-chiu.
Aneka macam ilmu gabungan itu memberikan pelayanan yang hebat
dan dahsyat. Masing-masing mempunyai gerakan yang cepat, masing-masing
hendak mengalahkan lawannya, didalam sekejap mata, mereka
telah bergerak hampir lima ratus jurus.
Su In Seng tidak ada hasrat untuk menghabiskan jiwa Su-to Yan,
manakala sipemuda terdesak, dia mengundurkan serangannya,
memberi kesempatan untuk Su-to Yan memperbaiki posisinya, maka
pertempuran itu berlangsung lama.
Tentu saja, untuk mengalahkan Su-to Yan yang kurang
pengalaman, Su In Seng dapat menggunakan tipu. Tapi dia tidak
mau. maksud tujuannya hanya menguji pemuda itu.
Kini, dia sudah puas mengadakan ujian, tiba-tiba mengundurkan
diri, menarik pulang semua serangan dan berkata keras:
"He, kau tidak hanya berguru kepada Ciok Pek Jiak seorang,
bukan?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan memuji kepintaran dan ketajaman mata orang tua ini,
apa yang harus dikatakan olehnya"
Terdengar suara Su In Seng yang mengoceh panjang:
"Ciok Pek Jiak pernah menanam sedikit budi, sedikit banyak, aku
kenal kepada tipu pelajaran silatnya, Aku hendak membuktikan
dugaan-dugaanku, dan kau benar murid tuan penolongku itu.
Sekian lama aku menyelidiki gurumu lainnya, aku gagal, tidak
berhasil menyelami gerakan-gerakan silat yang sangat lihay, kau
sangat beruntung mendapat didikan luar biasa, sayang terlalu acakacakan, kurang sempurna, belum dapat menggabungkan semua
pelajaran-pelajaran yang ada pada dirimu.
"Bila tidak, dengan kepandaian kepandaian tersebut, kau dapat
merajai rimba persilatan Aku percaya, Ciok Pek Jiak telah
memindahkan semua kekuatan dan tenaganya, tapi dia mempunyai
kekuatan yang berada diatas orang, kukira tidak akan mati, Dengan
alasan apa kau mengatakan sudah tiada" Katakan terus terang, aku
adalah kawan dari gurumu, bukan musuh, Kukira dia mendapat budi
dari keluarga kakekmu, maka mengerahkan semua tenaga, dan
kekuatannya untuk menciptakan seorang pemuda mandraguna
karena itulah, tentunya dia kehabisan tenaga, tidak mempunyai
kekuatan lagi, kukira dia tidak mau menampilkan diri lagi, mungkin
mengganti nama, mungkin pula mengasingkan diri didalam hutan
belantara, atau di suatu pegunungan yang tersembunyi dia tidak
mau diganggu, maka memberi perintah kepadamu untuk tidak
menyebut dirinya, bukan?"
"Orang yang tidak mempunyai ilmu kepandaian tidak bedanya
dengan orang mati, tidak salah untuk menyebutnya tiada." Berkata
Su-to Yan tertawa. Su In Sieng menganggukkan kepala, "Dugaanku tidak salah." Dia
berkata, "Di kemudian hari, bila menjumpai gurumu, katakan
kepadanya, bahwa aku Su In Seng tidak melupakan budimu, setiap
saat dan setiap waktu aku bersedia menyumbangkan tenaga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Atas nama suhu, sebelumnya boanpwee mengucapkan banyak
terima kasih." "Aku belum dapat menduga," berkata lagi Su In Seng, "Siapakah
orang lainnya yang memberikan ilmu-ilmu pelajaran tadi
kepadamu?" Su-to Yan ragu-ragu untuk memberi keterangan, dia tertawa
beberapa saat, dan apa boleh buat, akhirnya ia membuka mulutnya
juga: "Guru kedua bukan tokoh rimba persilatan, secara tidak terduga,
beliau menemukan pelajaran-pelajaran ilmu silat dari jaman
purbakala. Setelah menurunkan ilmu-ilmu itu, beliaupun meninggal
dunia." Mengetahui bahwa pemuda itu tidak ada maksud untuk
menyebut nama guru lainnya, Su In Seng tidak memaksa.
"Aku tidak mempunyai kesempatan untuk membalas budi
gurumu, hari ini aku bertemu denganmu, kukira sangat berguna
untuk mengajarimu ilmu Cian-San Kiam-hoat, ilmu pedang Cian-sanpay yang bernama Cian-San Kiam-hoat, Bersediakah kau menerima
pelajaran ini?" Su-to Yan tertawa, dengan halus dia menolak:
"Boanpwee belum pernah melakukan sesuatu untuk kepentingan
Cian-san-pay, boan pwee kira tidak berhak untuk menerima
pemberian yang maha besar itu. Terima kasih"
Su In Seng tertawa berkakakan, katanya: "Seorang pemuda yang
mempunyai ambekan besar. Bagus... Bagus... Tapi kau belum.tahu,
betapa pentingnya ilmu pedang ini bagimu, Aku tidak akan mengikat
kau dengan suatu perjanjian, juga tidak memaksa kau menjadi
muridku, jangan kuartikan dengan pemberian, hanyalah semacam
demontrasi ilmu silat, baik-baik kau perhatikan gerakanku, aku
mainkan tiga kali, berapa banyak kau dapat tangkap dari permainan
ini, terserah dari kepintaran otakmu. Nah, perhatikanlah baik-baik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tanpa ambil peduli dengan orang yang hendak diberi ilmu
pelajaran, sang ketua partay Ciansan pay Su In Seng bersilat
dengan pedang, itulah ilmu pedang Cian San pay Kiam-hoat yang
ternama. Su-to Yan adalah cucu dari Su-to Pek Eng yang sangat mahir
didalam ilmu pedang, sangat disayangkan akhli-akhli pedang itu
tidak mempunyai kesempatan untuk menurunkan keakhliannya
kepada sang cucu, maka Su-to Yan jarang menggunakan pedang.
Dia lebih mahir-menggunakan sepasang telapak tangan, pelajaranpelajaran yang didapat dari Ciok Pek Jiak, dan pelajaran-pelajaran
dari beberapa macam ilmu silat jaman purbakala yang
mengutamakan kelincahan jari-jari dan telapak tangan. Bilamana
Su-to Yan menghadapi seorang penantang dengan tangan kosong,
itu bukan berarti dia memandang rendah kepada lawan, melainkan
menggunakan kemahirannya didalam telapak tangan, untuk
mengalahkan musuh. Sampai disini, kita maklum, mengapa Su-to Yan mengalahkan
Pendekar Pedang kidal Tong hong Cie Bun dan Pendekar Pedang
Selatan Kong-sun Giok tanpa menggunakan pedang.
Dia lebih mahir menggunakan sepasang tangannya !
Ilmu pedang sangat penting, mengingat di masa itu, semua
orang mengutamakan gerakan-gerakan silat dibilang senjata tajam
yang enteng dan ringan itu.
Ketua partay Cian-San-pay Su In Seng telah bersilat khas dimasa
itu, maksudnya agar Su-to Yan memperhatikan ilmu pedang CianSan Kiam-hoat.
Selesai satu serie, Su In Seng mengulang kembali. Lebih lambat
dan lebih perlahan. Su-to Yan memperhatikan ilmu pedang Cian-san Kiam-hoat yang
dimainkan oleh ketua partay Cian san-pay.
Su In Seng memainkan ilmu pedang partaynya untuk ketiga kali,
Dengan kepintaran yang Su-to Yan miliki, cukup panjang waktu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
waktu untuk memperhatikan ilmu pedang yang didemontrasikan
didepannya, Selesai bersilat Su In Seng tertawa berkakakan, tubuhnya
melayang keluar gua, menyelipkan pedang, dan meninggalkan
pemuda itu. Masih terdengar suara yang ditinggalkan oleh ketua partay itu,
demikian bunyinya: "Kau bukan anak murid Cian-san-pay, kau bebas bekerja untuk
siapapun juga. Selamat bertemu dilain waktu."
Tubuhnya lenyap tanpa bekas.
Su-to Yan termenung memikirkan kejadian aneh yang dialami
olehnya, Bayangan-bayangan ilmu pedang Cian-san-pay, yang
mempunyai ciri ciri tertentu masih mengarungi benak pikirannya.
Dia mengeluarkan pedang Lay-hong. mengikuti bayanganbayangan ilmu pedang tersebut pemuda kita bersilat.
Hebat ! Permainan Su-to Yan tidak kalah dengan apa yang telah
dipertontonkan oleh Su In Seng. Hanya kecepatan yang belum
dapat memadai kecepatan ketua partay itu.
Su-to Yan menutup akhir pelajaran Cian-san Kiam-hoat, dia
teringat kepada Sie An yang masih menunggu dirinya, mereka wajib
segera kelembah Cui-goat-kok, disana Cin Bwee masih menderita.
Meninggalkan gua Su In Seng, haripun telah menjadi pagi, Su-to
Yan tidak berhasil menemukan jejak Sie An, entah kemana perginya
manusia pendek itu. Dia melakukan perjalanan seorang diri.
Tugasnya untuk menyerahkan pedang kepada Ie Han Eng telah
selesai, sebagai hadiah dia mendapatkan pedang Lay-hong. Su-to
Yan belum dapat menerka, apakah maksud kombinasi didalam
pertukaran kedua pedang ini. Dia boleh puas, karena dapat
menyerahkan pedang ke tempat tujuan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan sudah kecantol asmara, adanya Cin Bwee yang besar
cemburu itu akan mengikat dirinya, Cin Bwee telah dibawa oleh Cukat Hong, kini dia menuju kearah lembah Cui goat-kok.
Satu bayangan kuning melesat, itulah Padri Mangkuk Mas dari
gunung Ngo tay san Kim Pun Ceng.
Apa maksud tujuan Kim pun Ceng berlari seperti itu" Seolah-olah
sedang melakukan suatu tugas penting, dia tidak melihat akan
kehadirannya Su-to Yan. Su-to Yan bukanlah seorang pemuda yang gemar bertempur
musuh tidak mengganggu diri nya, diapun tidak pernah
mengganggu orang, Dibiarkan saja Kim Pun Ceng berlalu.
Hweesio dari Ngo tay san telah berangkat pergi.
Su-to Yan melanjutkan perjalanan, menuju kearah lembah Cui
goat kok. Kadangkala nasib suka mengganggu usaha manusia, Su-to Yan
tidak mempunyai maksud untuk mencari urusan, tapi urusan yang
selalu mendatangi dirinya, lagi-lagi ada dua hweesio yang
melintangi jalan, setelah menyebut nama Budha, kedua hweesio itu
berkata: "Su-to sicukah yang datang?" Su-to Yan menghentikan
langkahnya, menatap kedua hwesio itu, mereka mengenakan
pakaian warna kelabu, pelipisnya cekung ke dalam, suatu tanda
berkepandaian ilmu silat.
"Betul." Dia membenakan pertanyaan mereka.
Hwesio yang dikanan memperkenalkan diri: "Pinceng Hian-hoat
dari Siau-lim-Sie." Dan menunjuk kawannya, dia berkata: "Suheng
pinceng yang bernama Hian-goan, Kami berdua mendapat tugas
untuk mengundang Su-to Sicu."
Hwesio Siauw limpay yang mengadakan gangguan.
Su-to Yan maklum akan permusuhan gurunya dengan partay
tersebut, pernah juga sang guru bercerita, suatu ketika guru itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menerjang gereja Siauw-lim-sie dan membunuh beberapa jago dari
partai yang bersangkutan.
Bibit permusuhan Ciok Pek Jiak dengan pihak Siauw-lim-pay
jatuh keatas dua pundak Su-to Yan.
Su-to Yan berkata: "Siauw-lim-pay mengundang" Suatu keberuntungan bagi Su-to
Yan. Sayang jika menolak undangan ini, apa mau urusan sangat
penting, bolehkah kalian memberi tahu, bahwa aku ingin
meninggalkan kunjungan itu?"
Hian-hoat dan Hian-goan berkata.
"Ketua partay telah memberi tugas kepada kami berdua untuk
mengundang Su-to sicu, kami kira tanggung jawab ini terlalu berat."
"Maksud kedua taysu?" Su-to Yan memandang kedua hwesio itu,
"Kami harapkan kedatangan sicu diatas gunung," Berkata Hiangoan.
"Bukan hari ini?" Berkata Su-to Yan.
"Tung... tung..." dua hwesio itu mementingkan kedua tongkat
mereka, itulah suara tanda bahwa pertempuran tidak dapat
dihindari. Sret... Su-to Yan mengeluarkan pedang Lay-hong.
"Sicu tidak mau ikut, bagaimana kami harus memberikan
pertanggung jawaban kami?" Bertanya Hian-hoat.
Su-to Yan berkata beringas:
"Aku akan ikut ke gereja Siauw-lim-Sie, manakala kalian dapat
mengalahkan aku." "Baik, terpaksa kami harus menggunakan kekerasan." Berkata
Hiat-goan yang mulai mengayun tongkatnya.
Gerakan mana diikuti oleh Hian-hoat. Dari kiri dan kanan, kedua
hweshio ini memberikan suatu tekanan kekuatan atas diri Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sebab musahab dari bentroknya Ciok Pek Jiak dan Siauw-lim-pay
dikarenakan adanya persamaan ilmu silat, sedikit banyak Su-to Yan
mempunyai penilaian tertentu atas gerakan Siauw lim-pay. Cara
penyerangan Hian-hoat dan Hiat-goan adalah cara-cara yang biasa
digunakan oleh anak murid Siauw-lim pay.
Su-to Yan menunggu sampai kedua gerakan hwesio itu bekerja
sampai setengah jalan, dan dengan suatu kecepatan kilat, dengan
tipu Gim liong Nu-hauw atau Menangkap Naga Mencekal Harimau,
menggunakan tangan dan pedang, mendahului gerakan lawan.
Tipu Gim-liong Nu"hauw juga termasuk salah satu tipu pelajaran
Siauw lim-pay, sengaja Su-to Yan menggunakan ilmu tadi,
maksudnya memberi tahu kepada kedua hwesio itu, bahwa diapun
telah mewarisi kepandaian Ciok Pek Jiak, masih mahir menggunakan
tipu-tipu silat Siauw-lim-pay. Ada baiknya tidak meneruskan
pertempuran itu. Hian-hoat dan Hian-goan mendapat tugas khusus untuk
mengundang Su-to Yan, perintah Siauw-lim-pay ini harus ditaati,
mereka telah berhasil menemukan orang yang bersangkutan tentu
saja harus membujuknya untuk turut serta.
Yang mengganggu usaha adalah kebandelan pemuda itu, Su-to
Yan menolak undangan, maka terjadi pertempuran.
Su-to Yan memainkan tipu silat Gim-liong Nu-hauw. Cara yang
terbaik untuk menghadapi gerakan ini adalah permainan Cap-pat
Lo-han-kun atau 18 jurus pukulan, Hian-goan dua saudara
menggunakan tipu itu untuk menghadapi Su-to Yan.
Hian-hoat dan Hian-goan menggencet Su-to Yan ditengah
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tengah, dari kiri dan kanan, mereka menyerang bergantian.
Su-to Yan memutar badan, bayangannya menerjang kearah
Hian-hoat, maka pedang mengikuti musuh itu. Walau demikian,
pukulan tangannya tidak meninggalkan Hian-goan, berbareng
menyerang dua orang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Hian-hoat lari menghindari tusukan pedang tajam, celaka lagi
Hian-goan, ia mendapat tekan yang lebih erat, Menyingkirnya Hianhoat dari serangan Su-to Yan berarti menambah beban baginya.
Su-to Yan lebih mahir menggunakan sepasang telapak
tangannya, dia berhasil menjauhkan Hian-hoat, tangannya
mengibrik, dengan jurus Kui-ong Hui-san, dia mencengkeram
pundak hwesio itu, disentil sedikit, melemparkan tubuhnya.
Hian-hoat merasa ditipu mentah-mentah, tongkatnya diayun
datang, mengepruk kearah kepala Su-to Yan.
Su-to Yan sudah berhasil menyingkirkan Hian-goan, datangnya
serangan tongkat sudah berada didalam perhitungan, dia
kembalikan tangan, dengan tipu Sin mo da kie atau iblis Sakti
Menarik Kereta, dia menangkap tongkat, membiarkan Senjata dan
tubuh sipemiliknya melewati diatas kepala, terbang kedepan.
Dua hwesio Siauw-lim-pay telah di jatuh kan oleh jago kita.
"Masih ada minat untuk meneruskan pertandingan?" Su-to Yan
menantang kedua pecundangnya.
Hian-hoat dan Hian-goan tidak mengalami cedera, hanya di
dalam beberapa gebrakan saja, mereka telah di sisihkan oleh anak
muda itu, tentu tidak berani memaksanya lagi.
"Kami berdua tidak mempunyai kekuatan untuk memaksa sicu
turut kepada kami. Sampai disini saja pertemuan kita, jangan lupa,
bila ada waktu, kedatangan sicu di gereja Siauw-lim pay masih
sangat di harapkan." Demikian kedua hweesio itu berkata.
"Aku tahu." Berkata Su-to Yan. Hian-hoat dan Hian goan
merangkapkan kedua tangannya, mereka memberi hormat dan
meninggalkan Su-to Yan. Su-to Yan mengeluarkan napas lega, bukan satu dua orang saja
yang mengganggu perjalanan itu, Hian hoat dan Hian-goan hanya
dua diantaranya, kecuali mereka, entah masih berapa banyak lagi
orang-orang yang ingin menempur dirinya" Mengingat keadaan itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dia khawatir atas keselamatan Cin Bwee, gadis itu masih berada
didalam lembah Cui-goat-kok.
Su-to Yan meneruskan usahanya.
Kini dia berada di bawah kaki sebuah puncak gunung,
maksudnya hendak melintasi puncak itu, jauh diatas, terlihat satu
bayangan orang berdiri tegak tidak bergerak.
Su-to Yan memperlambat langkahnya, cara-cara orang itu adalah
cara Cu-kat Hong beserta orang-orangnya, hendak menipu dan
memancing dia masuk perangkap"
tidak, Orang di atas puncak pun telah melihat datangnya pemuda
kita, bayangan itu bergerak, melayang turun, menghampirinya. Kini
terlihat semakin jelas, itulah bayangan seorang gadis cantik,
tubuhnya sangat langsing, siapa lagi bila bukan pendekar pedang
Emas Jie Ceng Peng" Jie Ceng Peng menghampiri Su-to Yan.
Hati sipemuda bergoncang keras, memberi hormat kepada gadis
tersebut, dia berkata: "Nona Jie, baik-baik sajalah kesehatanmu?"
"Terima kasih." berkata sigadis, "Kesehatanku cukup baik,
kesehatanmulah yang mungkin akan terganggu. Mari kau ikut aku."
"Eh, apa artinya kata-katamu tadi?" Su-to Yan tidak mengerti.
"Lekas kau turut aku." berkata Jie Ceng Peng, "Kau telah berada
didalam kurungan orang-orang ayahku."
"Ayah nona?" Su-to Yan membelalakkan mata. "Bagaimanakah
gelar sebutan ayah nona yang mulia ?"
"Pernah dengar nama Ie Han Liu ?"
"Aaa...." Su-to Yan terkejut Ie Han Liu adalah musuh nomor satu
dari Ciok Pek Jiak, Disini dia telah berhadapan dengan puteri musuh
guru itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"tidak percaya?" Berkata lagi Jie Ceng Peng.
Timbul sipat kejantanan Su-to Yan, maksud baik Jie Ceng peng
tidak bisa dikabulkan, Dan mungkinkah dia takut kepada keroyokan
orang-orang itu" Tentu tidak, Dengan sikapnya yang kaku, dia
berkata: "Atas kebaikan hati nona, dengan
mengucapkan beribu-ribu terima kasih."
ini, aku Su-to Yan Alis lentik Jie Ceng Peng terungkit kemudian menurun kembali,
dia sangat sedih. "Kau...." suaranya terputus.
"Aku hendak melanjutkan perjalanan," Berkata Su-to Yan,
"Selamat tinggal."
Tubuh sipemuda melesat ke puncak gunung, Jie Ceng Peng
berteriak: "Tunggu dulu..."
Su-to Yan menghentikan gerakannya, menoleh kebelakang,
menunggu kata-kata penjelasan sigadis dari golongan Thian-lam Losat.
Jie Ceng Peng berkata: "Kemana kau hendak pergi?"
"Lembah Cui-goat-kok." Berkata
menyertai keterangan lainnya.
Su-to Yan singkat, tidak "Hendak menolong Cin Bwee?"
"Kau....Kau bagaimana tahu?" Su-to Yan terkejut.
"Mengapa tidak tahu?" Jie Ceng Peng tertawa tawar. "Cin Bwee
telah dibawa oleh Cu-kat Hong. Kau telah mendapat kemajuan di
biang ilmu pedang, Anggapanmu sudah bisa menguasai dunia"
Hendak menjadi seorang raja Silat" Kau belum kenal keadaan
lembah Cui-goat-kok, hendak mengantarkan jiwa ketempat itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Semakin lama, mata Su-to Yan semakin besar, ternyata gadis
dari golongan Thian-lam Lo-sat ini telah mengikuti geraknya, seolaholah bayangan saja. tidak satupun kejadian yang luput dari
pemeriksaannya. -ooo0dw0ooo- Jilid 7 "BAGAIMANA kau tahu?" Dia bertanya.
"Kau hendak menolong Cin Bwee, bukan?" Jie Ceng Peng tidak
menjawab pertanyaan orang.
"Betul." Su-to Yan menganggukkan kepalanya.
"Mari ikut aku."
Su-to Yan batal meninggalkan gadis itu, diketahui bahwa Jie
Ceng Peng mempunyai banyak jalan pikiran, tentu mempunyai caracara yang terbagus untuk menolong Cin Bwee dari lubang
kesusahan, maka dia harus taat kepada gadis tersebut.
Jie Ceng Peng berjalan didepan, memasuki sebuah rumpun
bambu, berliku-liku didalam pohon-pohon itu, dia membawa Su-to
Yan ke suatu tempat. "Sungguh membuat aku tidak mengerti." Suatu ketika Jie Ceng
Peng mengucapkan kata-kata itu, "Bagaimana kau dapat tertarik
kepada Cin Bwee yang nakal berandalan."
Su-to Yan tidak menjawab pertanyaan itu.
"Hei, kau tidak dengar kata-kataku?" Bertanya Jie Ceng Peng
menoleh ke belakang. "Ng..." "Hubunganmu dengan Cin Bwee hanya terjadi didalam hari-hari
belakangan ini, bukan?"
"Ng..." Su-to Yan menganggukan kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Baikkah dia kepadamu?"
"Nggg..." "Kalian telah saling cinta?"
"Kukira demikian." Berkata Su-to Yan menundukkan kepala.
"Aku tidak mengerti." Berkata Jie Ceng Peng, "Dimanakah letak
kecantikan Cin Bwee?"
"Setiap wanita mempunyai kecantikan-kecantikan yang tersendiri.
Katakan dia cantik, tapi belum tentu orang lain dapat menyetujui
kesan pendapatku itu."
"Betul." "Kau menyetujui pandanganku?" bertanya Su-to Yan.
"Pandangan tentang apa?" bertanya Jie Ceng Peng.
"Tentang Cin Bwee." Su-to Yan membanggakan gadisnya.
"Huh..." Jie Ceng Peng menghentikan langkahnya, memandang
Su-to Yun. "Bagaimana kesanmu kepadaku?"
Su-to Yan tertegun, Dua pasang mata saling pandang.
"Bagaimana?" Desak gadis itu. "Cantikkah aku?"
Su-to Yan menganggukkan kepalanya, "Kau pun termasuk salah
seorang gadis yang sangat cantik," Dengan terus terang, pemuda
itu mengucapkan kata-kata hatinya.
"Bagaimana kecantikanku, bila dibandingkan dengan Cin Bwee?"
bertanya lagi Jie Cin Peng.
"Aku tidak tahu," Su-to Yan mengalihkan pandangan.
Si Pedang Emas Jie Ceng Peng menarik napas, jawaban pemuda
itu sangat mengecewakan dirinya.
Akhirnya Su-to Yan mendongakkan kepala, masih menantang
sinar mata Jie Ceng Peng yang sangat menantikan sesuatu.
"Sungguh." Su-to Yan memberi ketegasan, "Aku tidak tahu !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Jie Ceng Peng tidak mendesak lagi, dia mengangkat kaki
melanjutkan perjalanan mereka.
Su-to Yan mengikuti dibelakang bayangan gadis itu. Mereka telah
tiba disebuah rumah kayu, memasuki rumah itu, Jie-Ceng Peng
berkata: "Duduklah sebentar."
Dan memanggil kedalam: Seorang gadis pelayan muncul didepan
mereka, itulah dayang Jie Ceng Peng yang setia.
"Aaaa . . . " Siauw In berteriak girang. "Telah kembali" Ekh, Suto kongcu juga turut serta?"
"Bawakan air minum untuk Su-to kong-cu." Jie Ceng Peng
memberi perintah kepada sang pembantu.
Cepat-cepat Siauw In membawakan air.
"Su-to kongcu, silahkan minum." Gadis ini sangat ramah sekali,
Su-to Yan memandang Jie Ceng Peng.
"Mengapa kau bawa aku ketempat ini?" Dia menaruh curiga.
"Jangan khawatir." Berkata sipedang Emas, "Duduklah sebentar,
aku hendak melihat keadaan mereka."
Tanpa menunggu reaksi sang tamu yang hendak mengajukan
protes, Jie Ceng Peng meninggalkan ruangan itu.
Su-to Yan memperhatikan keadaan didalam rumah kayu,
semacam bau wangi-wangian menusuk hidung, tentunya rempahrempah yang sering digunakan oleh kaum wanita, Jie Ceng Peng
pandai ilmu silat, tapi sifat kewanitaannya tidak lepas, dia masih
mempunyai kesenangan untuk hidup didalam alam kebenaran.
Dari bayangan Jie Ceng Peng, kenangan Su-to Yan lari kembali
kerumah kayu Ie Han Eng. Kecantikan Jie Ceng Peng tidak kalah
dengan Sang bidadari dari lembah Hui-in, mengapa tidak ada yang
memberi gelar bidadari kepada-Jie Ceng peng"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tiba-tiba satu suara tertawa memecahkan lamunan Su-to Yan.
"Kongcu," inilah suara Siauw In. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Su-to Yan menganggukan kepala, dia berkata:
"Siapakah yang menggunakan tempat ini"
"Nona Jie," jawab Siauw In "Dan aku hanya menyediakan segala
kebutuhannya. Kecuali ayahnya, dia melarang setiap orang masuk
ketempatnya. Aku heran, mengapa ia mengundang kau datang"
Dan membiarkan kau memasuki tempatnya?"
Su-to Yan merasakan sesuatu yang terselip dari kata-kata Siauw
In tadi, dia tidak berani membayangkan kejadian-kejadian yang
akan menimpa dirinya. Siauw In berkata lagi: "Begitu baik nona Jie Ceng Peng memperlakukan dirimu,
bagaimana kau membalas kebaikan itu?"
"Maksudmu?" Su-to Yan semakin tidak enak.
Sebelum Siauw In memberikan jawaban Jie Ceng Peng melayang
masuk, maka pelayan tersebut menutup mulut.
Jie Ceng Peng berkata: "Mereka tidak berhasil menemukan jejakmu, kukira segera
membubarkan diri. Sebentar lagi kau boleh pergi."
Su-to Yan tertawa nyengir, dia sedang berhadapan dengan
musuh gurunya yang nomor satu, bukan memberi pelayanan yang
selayaknya tapi bersembunyi ditempat putri musuh itu.
Jie Ceng Peng berkata lagi:
"Eh. Kau berhasil menemukan Ie Han Eng?"
"Ng. . . . " Su-to Yan menganggukkan kepala.
"Cantikkah orang yang mendapat julukan bidadari itu?" Bertanya
lagi sipedang Emas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Lagi-lagi Su-to Yan menganggukan kepala.
"Bagaimana kecantikan Ie Han Eng, bila dibandingkan dengan
diriku?" Jie Ceng Peng tertawa.
"Kalian mempunyai ciri-ciri yang tersendiri dia lemah darimu,
mempunyai tipe yang pendiam, Kau berkepandaian silat tinggi
mempunyai tipe yang agak agung, wajib dijunjung orang. Kedua
macam tipe yang tidak bersamaan ini tidak dapat dinilai dengan
angka pertandingan. "Dan tipe mana yang kau lebih suka " Yang pendiam atau yang
agung?" Mata Jie Ceng Peng berkilat-kilat.
Su-to Yan tertegun, dia mendapat ujian berat, pertanyaan Jie
Ceng Peng berarti memberi dua jalan untuk dirinya, Mana yang
disukai olehnya" Jie Peng Ceng atau sibidadari dari lembah Hui-in Ie
Han Eng " "Aku tidak tahu." Su-to Yan tidak mau membiarkan otaknya
dikalutkan oleh pikiran-pikiran itu.
Jie Ceng Peng tertawa, dia berkata lagi:
"Eh, bagaimana bila aku menyertaimu pergi kelembah Cui-goatkok?"
Nona itu menawarkan jasa baiknya, ilmu silat Jie Ceng Peng
lihay, otaknya juga lihay, Bila mendapat bantuan dirinya, tentu lebih
mudah untuk menundukkan lembah Cui-goat-kok.
Tujuan Su-to Yan yang hendak pergi ke lembah Cui-goat-kok
untuk menolong Cin Bwee, sedang gadis itu mempunyai ambekan
yang besar cemburu, bila dia tahu sang kekasih melakukan
perjalanan dengan seorang gadis yang dicemburui olehnya, Tentu
berakibat lain. Su-to Yan terpaksa menolak, katanya perlahan:
"Dia akan menjadi tidak senang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tidak perlu menyebut nama itu, Jie Ceng Peng juga sudah dapat
menduga, tentunya Cin Bwee yang diartikan oleh si pemuda.
"Aku tahu." Dia berkata, "tidak mungkinkan mau melakukan
perjalanan dengan diriku, seorang gadis dari golongan Thian-lam
Lo-sat yang ditakuti. Akupun tahu, cintamu kepada Cin Bwee tidak
mungkin dipadamkan. Anggap saja aku yang tidak tahu malu, tidak
tahu diri. Kata-kataku tadi hanya bersifat menjelajahi hatimu, bukan
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sungguh-sungguh." Su-to Yan tidak pandai bicara. Lebih baik bungkam seribu
bahasa. "Mari kuantar kau dari daerah ini." berkata Jie Ceng Peng,
"Kuberi petunjuk, kemana Cu kat Hong melarikan kekasihnya itu."
Jie Ceng Peng mengantarkan Su-to Yan keluar dari tempatnya.
Mereka menuju kearah utara. Sigadis hanya mengantar Su-to Yan
sampai disuatu tempat yang aman, setelah itu, dia kembali kedalam
lembah yang semula. Su-to Yan menuju kearah lembah Cui-goat-kok. Cepat sekali, dia
telah keluar dari daerah Bu-san, tentunya sudah tidak ada orang
yang hendak meminta ilmu pedang Maya Nada dan dia belum
pernah melihat kitab ini.
Betulkah tidak ada orang yang mengganggu perjalanan Su-to
Yan " Kenyataan sering berlawanan dengan apa yang kita harapharapkan.
Satu bayangan putih memantul dari arah tebing gunung,
langsung menuju kearah jalan yang hendak ditempuh oleh Su-to
Yan. "Ha, ha, ha, ha..." Orang berbaju putih itu tertawa puas.
Didepan si pemuda telah muncul seorang berbaju putih, caracara dia mengenakan pakaian seperti kaum sastrawan, tapi sudah
terlalu tua untuk menggunakan pakaian itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan tidak dapat menduga, siapa sastrawan tua yang
melintangkan diri dihadapannya.
Orang itu memantek sepasang sinar matanya, seolah-olah
hendak menembus isi badan Su-to Yan.
"Kau inikah yang bernama Su-to Yan?" Akhirnya dia mengajukan
pertanyaan. "Betul." Pemuda kita membenakan dugaan itu. "Bagaimana
dengan sebutan cianpwee yang mulia?"
Orang itu mengacungkan tangan kanannya, dia memegang kipas
sastrawan dan dibukanya kipas tersebut.
"Kenalkah dengan kipas ini?" Demikian dia bertanya.
Diatas kipas terdapat tulisan yang berbunyi seperti ini:
"Berjibakulah untukku"
"Aaaaa..." Su-to Yan hampir berteriak.
"Ha, ha..." Orang itu tertawa, "Untuk mengenal diriku memang
tidak mudah, tapi siapakah yang tidak kenal kepada kipas ini?"
Siapakah yang tidak kenal kepada sepasang Manusia Jibaku"
Yang mendapat julukan sebagai Sepasang Manusia Jibaku adalah
dua tokoh rimba persilatan, mereka bukan dua saudara juga bukan
dua sahabat baik, tapi mereka mempunyai ciri-ciri yang sama,
mereka mempunyai pengorbanan.
Arti dari pengorbanan adalah berkorban untuk menolong orang,
boleh juga diartikan dengan orang lain harus berkorban untuk
kejayaan diriku. Dua macam pengertian yang tidak sama.
Sepasang Manusia Jibaku adalah dua orang yang tidak
meninggikan pengorbanan, Seng-mo Leng Kho Tiok menggunakan
kipas "Berjibakulah" Untukku. Dia mementingkan diri sendiri, demi
kepentingan dan kejayaannya, semua orang diwajibkan memberi
pengorbanannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dan seorang lagi yang menggunakan motto pengorbanan adalah
Su-mo Min Kho- Siong, dia menggunakan kipas, Aku Wajib
Berjibaku, demi kepentingan umat manusia, dia wajib
menyumbangkan tenaganya. Karena itulah, pada suatu hari, dia kehilangan kipas itu,
pengorbanannya telah banyak, Hampir-hampir kehilangan jiwa,
betul-betul hendak berjibaku.
Bercerita Seng-mo Leng Kho Tiok pada Su-to Yan.
Su-to Yan agak gentar menghadapi tokoh silat yang satu ini
Sepasang Manusia Berjibaku belum pernah menemukan tandingan,
tentu saja mereka berani memaksakan orang berjibaku atau
berjibaku untuk orang. Seng-mo Leng Kho Tiok berkata: "Bagaimana?"
"Ternyata Seng-Mo Leng Khio Tiok Cianpwee." Su-to Yan
memberi hormat. "Ha, ha ha, ha... Belum melupakan namaku, bukan?" Seng-mo
Leng Kho Tiok sangat puas. "Tentu belum melupakan peraturanperaturan yang kutetapkan juga?"
Su-to Yan berkata: "Kedudukan cianpwee berada diatas generasi tertinggi,
mungkinkah bersedia menurunkan martabat, menempur seorang
anak muda yang baru menampilkan diri seperti aku?"
"Ha, ha..." Seng-mo Leng Kho Tiok tertawa, "Aku manusia, kau
juga manusia, derajad manusia tidak ada perbedaan, bukan?"
Mengetahui bahwa Seng-mo Leng Kho Tiok tidak mementingkan
urutan generasi tua dan muda, tidak sungkan-sungkan untuk
menggempur siapa saja, lenyaplah harapan Su-to Yan untuk
mencegah pertempuran. "Apa yang kau ingini?" Bertanya Su-to Yan secara blak-blakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau memiliki sebuah kitab ilmu yang bernama ilmu pedang
Maya Nada, Aku tahu. jangan mencoba untuk menyangkal." Sengmo Leng Kho Tiok sangat rakus kepada kekayaan dan kepusakaan,
Dan masih menghendaki catatan ilmu silat itu. "Dan aku
menghendaki kitab itu."
Su-to Yan menggeleng-gelengkan kepala, lagi-lagi persoalan ilmu
pedang Maya Nada, ilmu pedang yang tak diketahui sama sekali.
"Aku tidak mengerti." Dia menyangkal.
Seng-lo Leng Kho Tiok tidak marah, dia tertawa berkakakan.
"Ha, ha... jawaban yang sudah berada didalam perhitunganku
Tentunya kau tidak mau nyerah, sebelum dikalahkan olehku, bukan
?". Memang demikian sifat-sifat manusia, maunya dipaksa saja,
seperti seekor kuda, harus mendapat cambukan-cambukan, baru dia
mau berlari kencang, setelah itu, dia lambat-lambatan lagi. Akan
kupaksa kau mengeluarkan kitab tersebut, dan waktu itu, kau akan
kehilangan kedua tangan dan kedua kaki."
Su-to Yan mengajukan protes:
"Kau kejam, Kau belum pernah merasakan, bagaimana
sengsaranya seorang yang telah tiada berkepandaian, ingin sekali
aku dapat memuaskan semua ilmu kepandaianmu, maka kau baru
tahu, betapa sakitnya orang persakitan yang menjadi korban
kejahatanmu." "Ha, ha, ha .." Seng mo Leng Kho Tiok tertawa, "Sudah lama aku
tidak menampakkan diri, hari ini dapat menjumpai Setelah kau
kukalahkan maka kedua tangan dan kakimu tidak akan terhindar
dari kerusakan." Seng-mo Leng Kho Tiok hendak memapas putus kaki dan tangan
Su-to Yan. Berbareng kata-katanya yang terakhir, tubuh manusia yang
senang mengorbankan kepentingan orang itu terbang keatas, dan
begitu cepat gerakannya, dengan sepasang jari, dia mengancam
jalan darah Leng-tay. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan bertepuk tangan, memecah kekanan dan kekiri,
kemudian mendorong semua sisa tenaga kearah datangnya jari
tangan Seng-mo Leng Kho Tiok.
Serangan Seng mo Leng Kho Tiok tertahan di luar benteng
pertahanan Su-to Yan, tubuhnya mumbul tinggi, dengan kecepatan
yang sangat luar biasa, dia menggunakan kipas menepuk kepala si
pemuda. Su-to gerakan datang, Pertama Yan menyedot napas, tubuhnya mumbul keatas, dengan
yang tidak kalah cepat, dia lari, sebelum serangan musuh
ini tipu yang bernama Sin-mo ju sian atau iblis Sakti
Kali Menampilkan diri. Seng-mo-Leng Kho Tiok mengeluarkan pujian:
"Luar biasa, tidak percuma kau menjadi murid Ciok Pek Jiak yang
ternama." Tanpa mengurangi kecepatannya, Seng-mo Leng-kho Tiok
mengancam jalan darah kie-bun hiat lagi.
Menyaksikan kecepatan tubuh lawannya yang dapat bicara
sambil menyerang tanpa mengurangi kecekatannya, Su-to Yan
goyang kepala, dia mengerahkan ilmu It-bok Cin-khie atau ilmu
Kabut Hijau untuk melindungi diri.
Seng mo Leng Kho Tiok menggunakan kipas dan jari, bergantian
mencari lolongan dari penjagaan seluruh bagian tubuh Su-to Yan
yang terlindung kuat, bermain seperti ular kecil. Seolah-olah hendak
melilit tubuh sang korban, Su-to Yan dikurung oleh bayanganbayangannya.
Perkutetan yang seperti itu memakan waktu yang cukup lama,
siapa lengah, orang-orang itu lah yang akan kalah.
Seng mo Leng Kho-Tiok lebih berpengalaman, suatu saat, dia
memberi kelonggaran-maksudnya memancing datang serangan
balasan sipemuda, dan itulah waktu-waktu untuk menemukan
kekosongan penjagaannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mempunyai mata yang tajam, sayang belum dapat
menembus tipu muslihat musuh, dia mengetahui suatu keuntungan,
ketika kipas Seng-mo Leng Kho Tiok hampir tidak terjaga, dengan
satu jurus tipu Thian-mo-nie hun-ciauw, melepaskan penjagaan dirisendiri, Su-to Yan menarik diri dari lingkaran Kabut Hijau, tangannya
dipanjangkan, merebut kipas musuh.
Tepat! Kipas berhasil dicengkram,
Seng mo Leng Kho Tiok tidak dapat disamakan dengan
pendekar-pendekar muda yang kurang pengalaman, didalam hati
tukang gasak harta benda milik orang ini tertawa, begitu kekuatan
Su-to Yan menempel dikipas, Seng - mo Leng Kho Tiok menggentak
keras, dengan satu geraman yang memekikkan telinga dia
membentak. "Lepas!" Menyalurkan tenaga dalamnya yang menembus kipas, Seng-mo
Leng Kho Tiok hendak menerbangkan tubuh lawannya.
Su-to Yan telah mewarisi semua kekuatan tenaga dalam Ciok Pek
Jiak, walau belum dapat menguasai semua kekuatan-kekuatan itu,
dia masih cukup tangguh. Dirinya telah masuk kedalam jaring lawan yang terpasang bagus,
jari-jarinya dikerahkan, masih berusaha merebut senjata kipas Sengmo Leng Kho Tiok.
Terjadi pergumulan tenaga dalam, Seng-mo Leng Kho Tiok
berdengus: "Tenagamu cukup hebat, hee?"
Secara bertahap, dia menambah tenaga dalamnya jalur-jalur ini
saling susul diantara gagang kipas, menerjang Su-to Yan, Terasa
betul selisih perbedaan tenaga kekuatan mereka. Seng mo Leng Kho
Tiok dapat memperhatikan turunnya butiran keringat diatas jiat
lawan. Su-to Yan menggeretek gigi, dia masih hendak mempertahankan
kedudukannya, melepas tangan berarti mendatangkan maut tenaga
dalam Seng-mo Leng Kho Tiok beserta tarikan tenaganya akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menghancur luluhkan isi badan, Maka dia wajib bertahan diatas
kipas. Seng-mo Leng Kho Tiok memperlihatkan senyum iblisnya.
Su-to Yan menyengir bukan waktunya dia mengadu tenaga,
berapa lamapun dia bertahan pasti tidak sanggup menguasai diri
sendiri, sedikit demi sedikit, Seng-mo Leng Kho Tiok mendesak
dirinya. Dari harus menyerahkan diri begitu saja, timbul niatan untuk
mengadu jiwa. Tangan kirinyapun turut maju, dia memecah
kekuatan dikedua tangan, dan secara mendadak sekali, menarik
semua kekuatan yang ada, tangan kanan memainkan tipu Kui-ong
Hui-san, memukul Seng-mo Leng Kho Tiok, inilah cara mengadu
jiwa, jika dia berhasil memukul musuh itu, karena semua kekuatan
berpindah kekiri, dirinyapun tidak luput dari kematian.
Seng-mo Leng Kho Tiok tidak mau mati bersama, dia tidak
meneruskan pukulannya dan menarik sebagian untuk mempertahankan diri. Terdengar suara benturan, masing-masing menerima hadiah
bagian lawan. Tubuh Su-to Yan terpukul jatuh kebelakang, setelah
berhasil memukul pundak lawannya. Pukulan Kui-Ong Hui-san
memaksa Seng-mo Leng Kho Tiok memuntahkan darah segar.
Su-to Yan hanya menerima setengah dari pukulan Seng-mo Leng
Kho Tiok, inipun sudah cukup untuk dirasakan, lukanya lebih parah
dari musuhnya, dia hampir jatuh tertelungkup, sedapat mungkin dia
mempertahankan diri, dan dia berhasil, dia mempertahankan dirinya
di hadapan musuh itu. Mereka saling pandang.
Su-to Yan menelan semua luka-lukanya, dia berdiri dengan
gagah. Hampir Seng-mo Leng Kho Tiok berteriak, belum pernah ada
orang yang dapat menerima seperempat bagian tenaga pukulannya,
dan pemuda ini telah menerima sebagian besar dari pukulan
dahsyat itu, yang aneh, dia belum mati, bahkan masih sangat sehat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kini musuh itu maju lagi, tentunya hendak menamatkan jiwanya
yang sudah menderita luka. Dia tidak tahu, bahwa Su-to Yan juga
menderita luka parah. Inilah cara cara Su-to Yan untuk menundukkan musuh, langkah
kakinya digeser lagi kedepan.
Seng-mo Leng Kho Tiok adalah seorang kejam, dia sering
melakukan pembunuhan-pembunuhan, belum pernah dia mengenal
kasihan, dan kali ini dia mendapat giliran untuk menghadapi tangan
elmaut, untuk mengadu kekuatan lagi, dia sudah kehilangan
pegangan, demi memperpanjang hidup tuanya, dia membalikkan
badan melarikan diri! Su-to Yan nyaris dari kematian, Bila meneruskan pertarungan
seperti tadi, tentu dia akan mati lebih dahulu.
Seng-mo Leng Kho Tiok telah melarikan diri, iman sipemuda yang
terpegang kuat jatuh runtuh, tubuhnya menggelesot, dan dia jatuh.
Dia masih berada didalam daerah berbahaya, bukan mustahil bila
Seng-mo Leng Kho Tiok menerka kekosongan tenaganya, dan itu
waktu, bila dia tidak cepat cepat lari dari tempat itu, pasti celaka.
Su-to Yan bangun dan melanjutkan perjalanannya.
Hanya belasan langkah, dia tidak kuat. sekali lagi jatuh ditanah,
"Celaka." Sipemuda mengeluh. "Mungkinkah aku ditakdirkan
untuk mati ditempat ini?"
Dia memiliki ilmu It-bok Cin khie, dengan ilmu ini, dia berusaha
mengembalikan tenaganya. Dia duduk bersila, menerangkan
matanya dan mengatur jalan peredaran darahnya.
Berapa lama kemudian, Su-to Yan berhasil memutarkan jalan
peredaran darah sehingga beberapa kali, pukulan Seng-mo Leng
Kho Tiok terlalu kuat, tidak berhasil menghancurkan semua
kekuatannya. Perlahan-lahan, Su-to Yan membuka kedua matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tiba-tiba . . . .
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaaa...." dia berteriak kaget.
Dihadapannya telah berdiri seorang tua berbaju hitam, entah
kapan datangnya orang ini, tiada tanda tanda dan tiada terdengar
suara geseran angin yang ditimbulkan boleh langkah langkah
kakinya, Orang tua berbaju hitam sedang memperhatikan perubahan
perubahan wajah Su-to Yan, mengetahui bahwa pemuda itu telah
melek mata, dia berkata: "Kau masih menderita luka." sikapnya cukup ramah.
Su-to Yan menganggukan kepala, dia mempunyai kesan yang
agak baik kepada orang tua berbaju hitam yang berdiri
dihadapannya. Orang tua itu berkata lagi:
"Luka yang kau derita cukup parah, paling cepat, kau harus
menggunakan waktu selama tiga bulan, baru dapat memulihkan
semua kekuatan dan tenagamu."
Tiga bulan " Su-to Yan mengerutkan alis, siapakah orang tua ini" Matanya
cukup tajam, hati nya sepintas lalu, luka didalam tubuhnya telah
dapat disebut tepat, Tiga bulan untuk memulihkan semua
tenaganya lagi" Sungguh suatu jangka waktu yang cukup lama.
Bagaimana usahanya untuk menolong Cin Bwee dilembah Cui goatkok" Akh, sungguh kejadian yang memusingkan kepala.
Orang tua berbaju hitam itu masih mengoceh terus, katanya:
"Seng-mo Leng Kho tidak telah melarikan diri, Tapi dia
mempunyai otak yang tidak cukup lihay, seharusnya dia tahu,
bahwa kau juga menderita luka, luka yang kau derita lebih berat
dari dirinya, Mana kala dia sadar dari kelengahan ini, pasti dia akan
kembali lagi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan membuka mulut: "Bagaimana kah sebutan cianpwee yang mulia?"
"Aku?" Orang tua berbaju hitam tertawa, "Pernah dengar nama
Su-mo Min Kho Siong?"
Ternyata salah satu dari pasangan dua Manusia Jibaku, orang tua
berbaju hitam adalah Su-mo Min Kho Siong.
Su-to Yan terbelalak. "Cianpwee..,. Cianpwee yang bernama Su-mo-Min Kho Siong?"
Dia agak gugup. Mungkinkah ada kejadian yang begitu kebetulan" Belum lama
Seng-mo Leng Kho Tiok munculkan diri, dan kini dia berhadapan
dengan Su mo Min Kho Siong, sepasang Manusia Jibaku yang telah
lama mengasingkan diri, manusia-manusia yang sudah lama tiada
khabar cerita bermunculan didalam rimba persilatan kembali.
Su-mo Min Kho Siong menganggukkan kepala, dia berkata:
"Semua pokok persoalan ditimbulkan karena ilmu pedang Maya
Nada." "Ilmu pedang Maya Nada?" Su-to Yan tidak mengerti, lagi-lagi
ilmu pedang itu yang menjadi buah bibir orang, Bagaimanakah
kehebatan dari ilmu pedang Maya Nada"
Su-mo Min Kho Siong memberi keterangan:
"Kau cucu Su-to Pek Eng, bukan?"
"Betul." "ltulah, Su-to Pek Eng menyerahkan ilmu pedang kedalam
lembah Hui-sin, maka tidak seorangpun yang berani membuktikannya, Setelah kau meminta kembali ilmu pedang itu,
seharusnya menekunkan didalam lembah Hui-sin, disana tidak
terganggu Mengapa kau meninggalkan tempat tersebut?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"ilmu pedang tidak berada didalam tanganku." Su-to Yan
berteriak. "tidak seorangpun yang akan percaya keteranganmu." Berkata
Su-mo Min Kho Siong. "Betul." Timbrung satu suara lain, "tidak seorangpun yang akan
percaya kepada keterangannya, termasuk aku."
Disana bertambah seorang tua berwajah putih, mempunyai
potongan badan tinggi besar, orang inilah yang mengganggu
percakapan Su-to Yan dan Su-mo Min kho Siong.
Kemudian, orang tua berwajah putih itu menatap Su-mo Min kho
Siong dan berkata kepadanya:
"Sahabat lama, belum melupakan diriku bukan?"
Su-mo Min kho Siong menganggukkan kepala, Dengan tenang ia
berkata: "Kukira siapa yang datang. Ternyata kawan lamaku, siapakah
yang tidak kenal kepada Jie Han Liu yang ternama."
Hati Su-to Yan terkejut, dia sedang berhadapan dengan ayah Jie
Ceng Peng, orang tua berwajah putih inikah yang bernama Jie Han
Liu" Sungguh tidak disangka sama sekali.
Dengan senyum riang, Jie Han Liu berkata:
"Su-mo Min kho Siong, tahukah akan maksud kedatanganku ke
tempat ini ?" "Masih belum tahu," Berkata orang yang ditanya, "Tapi kukira
ada hubungan dengan ilmu Pedang Maya Nada, bukan ?"
"Salah besar!" Berkata Jie Han Liu "Ketahuilah, bahwa Su-to Yan
ini adalah cucu dari Su-to Pek Eng, seorang sahabat baikku juga,
bagaimana aku dapat membiarkan sengsara dan terlantar didalam
dunia persilatan" Aku ada maksud untuk mengajaknya pulang. Aku
wajib menjaga cucu sahabat lama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ha, ha, ha..." Su-mo Min kho Siong tertawa. "Kau memang
pandai menggunakan istilah kata kata Sastra, bagaimana cara-cara
kau menjaganya keamanan orang-orang" Mengurungnya didalam
suatu kamar. Istilah "Diamankan", ini sudah terlalu umum. tidak
guna kau menggunakan kata-kata diplomatik lama."
Jie Han Liu naik darah, ia membentak.
"Su-mo Min Kho Siong, kau kira aku takut kepadamu?"
"Ha, ha, ha . ." Su-mo Min Kho Siong tertawa.
Jie Han Liu mendekati Su-to Yan, dan mulut orang tua berwajah
putih itu mengaco: "Aku wajib memeriksa keadaan luka yang diderita oleh cucu dari
seorang kawan lama."
Su-mo Min Kho Siong menghadang perjalanan Jie Han Siu.
"Tunggu dulu!" Dia membentak. Jie Han Liu meremehkan
ancaman itu, dia membelakanginya dan masih mendekati Su - to
Yan. Su-mo Min Kong Siong membalikkan tangan cepat sekali,
pukulannya sudah menempel digeger orang.
Jie Han Liu merendengi nama Ciok Pek Jiak, tentu saja
mempunyai ilmu kepandaian yang ada isinya, sengaja menjajal
kecepatan Su-mo Min Kho Siong, dia berputar, tangan kirinya
termiring-miring membacok orang itu.
Su-mo Min Kho Siong tidak berani menerima bacokan tangan,
dengan sepasang kaki, dia menendang, maksudnya menyingkirkan
serangan. Jie Han Liu menyusul dengan enam pukulan tangan kosong.
Su-mo Min Kho Siong dipaksa mundur ke belakang. Tangannya
telah menarik keluar sebuah panji hitam, inilah senjata yang
menggantikan kipasnya, ternyata kipas aku Wajib Jibaku telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dihancurkan oleh beberapa musuh kuatnya, itu akibat dari suka ikut
campur urusan orang lain.
Dikala masa mudanya, Su-mo Min Kho Siong sering melakukan
perbuatan-perbuatan mulia, menolong siapa yang membutuhkan
pertolongan, karena itu dia menanam banyak bibit permusuhan dan
kekuatan musuh Su-mo Min Kho Siong bergabung menjadi satu,
mereka mengeroyoknya. Tentu saja Su-Min Kho Siong tidak sanggup melayani seranganserangan ribuan tangan, akhirnya dia melarikan diri, kipas hancur,
demikian kisah cerita lenyapnya semula dari Manusia Jibaku ini.
Sedari saat itu, dia bersumpah, tidak mau usil perkara lagi, dan
senjatanya digantikan oleh panji hitam, semacam senjata yang
mempunyai banyak persamaan dengan kipas.
Bercerita Jie Han Liu yang melayani serangan-serangan panji
hitam Su-mo Min Kho-Siong. Mereka menemukan tandingan,
Bilamana Su-mo Min Kho Siong dapat menyerang dengan gencar
suatu saat, Jie Han Liu pun mempunyai kekuatan untuk
mengadakan serangan balasan. Dia mendesak orang berbaju hitam
itu. Su-mo Min Kho Siong mengebut panji hitam, terdengar suara
benturan yang keras, untuk sementara mereka terpisah.
Su-to Yan menyaksikan suatu pertandingan seru dari kedua jago
itu. Dikala mereka hendak meneruskan pertarungan itu, lain
bayangan melesat maju, bayangan itu berteriak:
"Hai, aku hendak turut serta didalam keramaian ini."
"ltulah Seng-mo Leng Kho tidak yang balik kembali, Dia
menghentikan pertempuran yang terjadi diantara Su-mo Min Kho
Siong dan Jie Han Liu. Terdengar lagi suara Seng-mo Leng Kho-Tiok: "Kalian tidak
menduga kepadaku, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-mo Min Kho Siong berdengus: "Kedatanganmu untuk kedua
kakinya sudah berada didalam perhitunganku."
Jie Han Liu tertawa, dia menyapa orang itu:
"Ah, bagaimana keadaanmu selama belasan tahun belakangan
ini?" "Atas perhatianmu, aku mengucapkan terima kasih." Berkata
Seng-mo Leng Kho Tiok" Mengapa kalian mengadu urat" Ada yang
sedang dicekcokkan?"
Jie Han Liu berkata: "Ha, ha... Kedatanganmu juga bermaksud memiliki ilmu pedang
Maya Nada" Bagus kita boleh mengadu kekuatan."
"Dugaanmu tidak benar." Berkata Seng-mo Leng Kho Tiok. "Aku
tidak ada maksud untuk mengangkangi ilmu pedang Maya Nada."
"Huh," Su-mo Min Kho Siong berdengus. "Siapa yang percaya
kepada keterangan ini?"
Seng mo Leng Kho Tiok mendelikkan matanya dia berkata:
"Orang menyebut kita sebagai Sepasang Manusia Jibaku,
seharusnya kita bekerja sama gandeng-bergandeng menjelajahi
rimba persilatan. Tapi kau tidak, kau berdiri ditempat yang
bertentangan dengan diriku, selalu bersitegang, Ketahuilah, bahwa
ilmu pedang Maya Nada belum tentu berada didalam tangannya,
Tapi dia lihay, dibiarkan hidup didalam dunia rimba persilatan
bagaimana kita dapat mempertahankan gengsi kita!
Dia akan menggantikan kedudukan semua tokoh-tokoh silat
termasuk kita berdua, untuk melenyapkan bahaya latent, lebih baik
kita menyingkirkan Su-to Yan.
Su-mo Min Kho Siong menggoyangkan kepalanya.
"Aku tidak sependapat dengan pendirianmu." Dia berkata.
Jie Han Liu juga mengemukakan pendapatnya, menyelak
pembicaraan: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mungkin saudara Seng-mo Leng Kho Tiok tidak tahu, bahwa aku
mempunyai hubungan baik dengan kakek pemuda ini, tidak dapat
kubiarkan dia jatuh kedalam tangan orang, Aku melarang kau
membunuhnya." Seng-mo Leng Kho Tiok mendelikan mata, Su-mo Min Kho Siong
tertawa gelak-gelak. "Ha., ha, ha . . . Betul . . . Betul . . . " Dia memberi tanggapan
atas keterangan Jie Han Liu. "Saudara Jie Han Lui ini melarang kau
membunuh Su-to Yan, dia akan melarang setiap orang mendekati
Su-to Yan. Hanya dia seorang yang boleh mendekatinya, Maka
dikemudian hari, tentu saja ilmu pedang Maya Nada akan jatuh ke
dalam tangannya." Jie Han Liu bergeram! "Kurang ajar." Dan tangannya memukul kearah orang tua berbaju hitam itu, dia
meneruskan pertandingan yang terlantar.
Su-mo Min Kho Siong melayaninya dengan senang hati, Mereka
berkutet lagi. Suata ketika, Seng-mo Leng Kho Tiok menyelak ditengah, dia
berkata: "Kalian jangan melupakan kehadiranku." Su-mo Min Kho Siong
tertawa semakin riang. "Bagus, mari kita mengadakan pertandingan segi tiga." Dan dia
menyerang kepada dua orang.
Jie Han Lui menerima saran ini, sehingga terjadi saling gebrakan,
bilamana Seng-mo Min Kho Siong memukul Su-mo Leng Kho Tiok.
dia menyerang si kakek baju hitam Dan bila mana Su-mo Leng Kho
Tiok yang menyerang Seng-mo Min Kho Siong, dia menerjang orang
tua baju putih itu. Sepasang Manusia Jibaku dan Jie Han Liu adalah tokoh-tokoh
silat golongan tua, mereka telah gatal tangan, adanya kesempatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
untuk melatih diri tidak akan dibuang percuma, hal itu sangat
menggirangkan mereka. Dan kejadian berikutnya ketiga orang itu
saling serang. Su-to Yan berada dalam keadaan kondisi badan terluka, angin
angin pukulan dari ketiga jago tua bukan ditujukan kepada dirinya,
tapi itupun cukup untuk menyesakkan peredaran jalan napas, dia
tidak sanggup mengikuti jalannya pertandingan suatu saat, dia jatuh
pingsan. Pikiran Su-to Yan kosong melompong, apapun tidak teringat lagi.
Berapa lama Su-to Yan jatuh pingsan, dia sendiri tidak tahu,
dikala sipemuda sadar dari ingatannya, suasana ditempat sekitar itu
sudah menjadi sangat sunyi, sepi sekali, tidak terdengar deru angin
dari pertempuran tiga jago yang mengadu tenaga.
Dia membelalakan sepasang mata.
Sebelum Su-to Yan dapat mengetahui apa yang telah terjadi,
sebelum dia dapat memeriksa keadaan disekeliling dirinya,
terdengar satu suara yang gagah menegur:
"Kau sudah ingat orang?"
Seorang laki laki setengah umur berdiri didepan pemuda itu, dia
mengenakan pakaian warna hijau, dengan sikapnya yang tenang
memperhatikan perubahan wajah Su-to Yan.
Su-to Yan melesetkan diri, dia mundur jauh, Haaa.... tenaganya
telah pulih kembali. Aneh, bukan" Siapa yang menyembuhkan
dirinya dari luka-luka yang diderita karena pukulan Seng-mo Leng
Kho Tiok" Dan kemana pula Su-mo Min Kho Siong" Dimana Jie Han
Yiu" Dari mana munculnya laki laki berbaju hijau" Siapa yang
menyembuhkan luka dalamnya"
Pertanyaan ini mengejang alam pikiran Suto Yan.
Lelaki berbaju hijau itu membuka suara. "Obat Tong-hay Sinkauw telah berhasil merapatkan semua luka-lukamu. Kau bebas
untuk bergerak." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Cianpwee yang memberi obat Tong-hay-Sin-kauw?" Su-to Yan
bertanya.
Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lelaki itu menganggukkan kepala.
Su-to Yan terkejut, obat Tong-hay Sin-kauw adalah obat pusaka
dari daerah Tong-hay, sifatnya mujarab, dapat merapatkan segala
luka-luka parah, mungkinkah sedang berhadapan dengan salah satu
dari tiga tokoh silat dari daerah itu" Cepat-cepat dia mengucapkan
terima-kasihnya. Lelaki berbaju hijau membawakan sikapnya yang congkak, dia
berkata: "Tahukah kau, mengapa aku menolong diri mu" itulah atas
permintaan Ie Han Eng."
"le Han Eng"!" Su-to Yan tidak mengerti, ada hubungan apa
tokoh silat dari golongan Tong-hay datang kemari" Bagaimana Ie
Han Eng dapat berkenalan dengan tokoh-tokoh silat seperti ini "
Lelaki berbaju hijau memberi keterangan yang lebih jelas:
"Sepuluh tahun yang lalu, aku pernah berjanji dihadapan Ie Ceng
Hauw untuk menjaga keselamatannya, dan melarang semua orang
memasuki Lembah Hui-in, kecuali orang yang bersangkutan
langsung dengan dirinya, dan orang itu tidak mempunyai maksudmaksud jahat. Dan hari ini, Ie Han Eng meminta pertolonganku
untuk menarik dirimu dari kalangan orang."
Ie Cang Bauw adalah nama dari ayah-Ie Han Eng.
Su-to Yan, mengerti mengapa tidak seorangpun yang berani
mengganggu ketenangan Ie Han Eng, ternyata ada beberapa tokoh
kuat yang melindungi keselamatan gadis itu.
Lelaki berbaju hijau seperti dapat menduga isi hati Su-to Yan, dia
berkata lagi: "Jangan terlalu cepat gembira, tugasku bukan untuk mengawal
Ie Han Eng seumur hidup, aku berjanji didepan ayahnya, Ie Han
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Eng hanya boleh mengajukan tiga permintaan. Dan lewat dari
permintaan-permintaan itu, aku wajib memperistrikan dirinya."
Su to Yan meludah: "Cih, kau ingin mendapatkan Ie Han Eng?"
Orang itu tidak marah. sikapnya masih tenang, seolah-olah tidak
ada sesuatu yang dapat mengganggu usaha kerjanya.
"Aku tahu," Dia berkata, "Kau telah ditunangkan kepadanya, Tapi
aku tidak takut kepadamu."
"Aku?" Su-to-Yan berteriak. "Aku ditunangkan kepada Ie Han
Eng?" Laki-laki berbaju hijau tidak menjawab pertanyaan Su-to Yan,
tubuhnya melesat, meninggalkan tempat itu.
Su-to Yan telah memakan obat Tong-hay Sin-kauw, obat mujarab
yang mempunyai khasiat melengketkan luka-luka yang meletak,
tenaganya telah pulih, dia melejitkan diri dan menghadang didepan
laki-laki berbaju hijau, "Jangan pergi." dia menahan orang.
"Eh, ingin mengadu silat ?" orang itu membalikkan tangan,
maksudnya hendak menyingkirkan tubuh Su-to Yan.
Su-to Yan berusaha mengelakkan serangan tadi. Tapi, lagi-lagi
orang itu membalikkan tangannya, menelungkup kearah
pergelangan tangan Su-to Yan.
"Kenalilah ilmu kepandaian khas dari daerah Tong-hay." berkata
orang itu sangat sombong, "lnilah ilmu yang bernama Siauw-hithian-hoan-chin."
Su-to Yan mendapat tandingan, dengan ilmu cengkeraman maut
Thian-mo-nie-hun-cauw, dia melayani cengkraman-cengkraman
lawannya, "Kenalilah ilmu kepandaian dari Tionggoan." Dia tidak
mau kalah suara, "lnilah ilmu Thian-mo-nie-hun-cauw."
Laki-laki berbaju hijau bergebrak sampai lima jurus, dan dia
mengeluarkan suara pujian: "Hebat, ilmu peninggalan jaman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
purbakala memang luar biasa. Aku lebih kenal dengan cengkraman
maut Thian-mo-nie-hun cauw, sayangkan hanya pandai sebagian
dari ilmu ini." Su-to Yan terdesak. Laki-laki itu adalah jago ternama dari daerah Tong-hay,
mendesak lagi beberapa gebrakan, dia menarik diri dari gelanggang
pertempuran. "Bagaimana " Masih tidak mau mengakui akan keunggulan pihak
Tong-hay?" Tubuhnya mumbul, melesat tinggi dan meninggalkan
Su-to Yan. Sipemuda bengong kesima. Dia menyesalkan diri sendiri yang
kurang tekun mempelajari ilmu silat, sehingga tidak dapat
menundukkan jago dari luar daerah itu.
Seorang gadis berjalan perlahan, mendekati Su-to Yan.
Cepat Su-to Yan berpaling kearah gadis itu. hampir dia berteriak,
itulah sang bidadari dari lembah Hui-in Ie Han Eng.
"Kau?" Su-to Yan mulai mengerti akan permainan pertukaran
pedang In-liong, itulah suatu tanda dari pertunangannya dengan
gadis le Han Eng, Dan dia sedang berhadapan dengan tunangan itu.
Ie Han Eng mendekati Su-to Yan, dekat sekali, setelah itu,
dengan suara yang datar, suara yang tidak membawakan kesan
hidup manusia, dia berkata:
"Bagaimana dengan keadaan lukamu" Sudah sembuh?"
"Terima kasih." berkata Su-to Yan. "Obat Tong-hay Sin-ciauw
sungguh mujijat, aku telah sembuh."
Mereka saling pandang, lama sekali.
Ie Han Eng mendapat julukan bidadari dari lembah Hui-in, suatu
bukti betapa cantik gadis ini. Bila dibandingkan dengan Jie Ceng
Peng atau Cin Bwee, tentu saja dia keluar sebagai juara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Perbedaan dari ketiga gadis adalah ciri-ciri mereka yang berbedabeda, bila Ie Han Eng sangat halus dan lemah gemulai, Jie Ceng
Peng gagah perkasa, Cin Bwee manja. Tiga macam Tipe yang tidak
sama. Su to Yan sedang membandingkan ciri-ciri dari kecantikan ketiga
gadis itu. Ie Han Eng mengeluarkan sejilid kitab, diserahkan kepada Su-to
yan dan berkata: "Aku datang untuk menyerahkan ini kepadamu."
"Kitab?" Su-to Yan terkejut.
"Betul, Kitab ilmu pedang Maya Nada."
"ilmu pedang Maya Nada?" Su-to Yan terkejut, Dia mendapat
ilmu pedang yang sedang diidam-idamkan orang" Catatan yang
sedang di dambakan oleh setiap tokoh rimba persilatan" itulah suatu
kenyataan, le Han Eng menyerahkan kitab catatan ilmu pedang
tersebut kepada pemuda yang bersangkutan, Su-to Yan menolak
cepat: "Jangan."
le Han Eng berkata: "Kitab catatan ilmu pedang maya nada adalah benda yang
menjadi hak milikmu. Berhubung adanya pertunangan kita yang
telah di tetapkan oleh orang tua masing-masing, maka kitab catatan
ilmu Pedang ini berada didalam tanganku. Aku tidak tahu bahwa
kau tidak setuju dengan janji-janji itu, maka tidak menyerahkan
kitab pusaka milikmu. Kini aku tahu, kau tidak membutuhkan aku,
maka kitab ini harus kukembalikan kepadamu, Terimalah."
Melempar kitab catatan ilmu pedang Maya Nada kedalam
pangkuan Su-to Yan, le Han Eng membalikkan badan dan pergi lagi.
Su-to Yan berteriak: "Tunggu! jangan kau pergi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
le Han Eng tidak menghentikan langkahnya, juga tidak menengok
kebelakang, tanpa membalik, dia berkata:
"Bila kau ada maksud untuk memperbaiki hubungan kita,
bagaimana kau menempatkan kedudukan Cin Bwee?"
"Aaa..." Su-to Yan terkejut, Dia melamun ditempat. Lupa
mengejar le Han Eng. Suatu kejadian yang membingungkan dirinya,
bagaimana le Han Eng tahu, bahwa dia mempunyai hubungan baik
dengan seorang gadis yang bernama Cin Bwee" siapakah yang
memberitahu kejadian itu kepada Ie Han Eng"
Dan Ie Han Eng menyekap diri didalam lembah Hui-in, dengan
alasan apa, sigadis tersebut menyusul dirinya" Mengapa
mengembalikan kitab catatan ilmu pedang Maya Nada" Mengapa
cepat-cepat naik darah, tanpa menunggu keterangannya"
Dia bingung memikirkan hubungan mereka, mana diketahui,
bahwa dia telah ditunangkan kepada Ie Han Eng"
Hubungan baiknya dengan Cin Bwee telah berekor panjang,
karena urusannyalah, gadis itu tersangkut didalam lembah Cui-goatkok, maka dia wajib menolongnya.
Teringat akan lembah Cui-goat-kok, Su-to Yan harus segera
menolong Cin Bwee. Adanya sigadis didalam tangan Cu-kat Hong
adalah suatu kejadian yang tidak menguntungkan dirinya.
Segera Su-to Yan melanjutkan perjalanan.
Singkatnya cerita, dia sudah ada diperbatasan lembah cui-goatkok. Menjelang malam hari, keadaan disekitar lembah cui goat kok
sangat gelap, racun-racun bertebaran disekitar tempat itu, sungguh
berbahaya bagi mereka yang tidak paham seluk beluk tempat
tersebut. Su-to Yan memperhatikan disekitar lembah itu, untuk
menghindari racun-racun yang terpasang disepanjang jalan masuk,
dia mengitar ke-lain bagian, tempat ini sangat tinggi, adalah tebing
curam, Memandang tinggi tebing, Su-to Yan bergumam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku harus berusaha mendaki tebing ini."
Dengan ilmu cek-khoe Leng in, dia merayap naik keatas tebing,
Dari sana, memperhatikan letak yang tepat, Su-to Yan merayap
turun kembali. Dengan cara itu, dia berhasil memasuki lembah Cui
Sepasang Ular Naga 36 Pendekar Rajawali Sakti 74 Siluman Penghisap Darah Memperebutkan Bunga Wijaya 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama