Ceritasilat Novel Online

Pedang Wucisan 9

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung Bagian 9


Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bagus." berkata Su-to Yan, "Kalian hendak bertanding satu
persatu" Boleh juga."
"Bong Bong Cu," berkata Cit-su Hiat-kun. "Sudah kau dengar,
lekas serbu, biar aku nanti yang kirim jiwanya menemui Giam loong. Kau hajarlah lebih dahulu."
Giam lo-ong adalah nama dari Raja Akherat dialam baka.
"Tunggu dulu." berkata Su-to Yan, "Aku minta kepastian, bahwa
inilah pertarungan kita yang terakhir. Aku tidak mau diganggu terus
menerus, bilamana aku kalah, aku menyerah, apa yang menjadi
kehendakmu terserah! Tapi sebaliknya bilamana aku yang berhasil
memenangkan pertandingan ini, aku meminta kepastian kalian aku
meminta kalian tidak lagi mengganggu diriku. Sanggup"
Bersediakah kalian dengan janji itu?"
"Haaaa, haaa, haaa...." Pek-ie Kauwcu Bong Bong Bu tertawa.
"Lucu." berkata Cit-su Hiat-kun, "Permintaan yang lucu. Tentu
saja kita berjanji bila mana kalah, tidak nanti mengganggu dirimu
lagi." Su to Yan sudah bersedia menerima tantangan dari salah satu
dari dua orang itu. Tapi disaat inilah, terjadi lain perobahan, dari
jauh terdengar suara tertawa dua orang, dua bayangan muncul
ditempat itu, masing-masing adalah Kiu-han Sin-kun Ko Cio dan
Hoan thian Mo-kun Thiat-kiam Seng.
Adanya Hoan thian Mo-kun Thiat-kiam Seng, dan ketua lembah
Cui goat kok ditempat itu juga buah hasil karya Biarawati Jaya.
Golongan Biarawati jaya kurang begitu yakin, bilamana Pek-ie
Kauwcu Bong Bong Cu bisa membikin penyergapan karena itu
mereka hanya dengan sedikit tipu muslihat, berhasil mengadu
domba dan menghasut Kiu-han Sin kun Ko Cio dan Hoan thian Mo
kun Thiat Kiam Seng, masing-masing ditugaskan untuk menempur
Su-to Yan. Wajah Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu menjadi asam kecut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Cit su Hiat kun memalingkan wajahnya kearah kedatangan kedua
orang itu, dengan dingin ia berkata:
"Selalu tidak kebetulan, setiap kali kita bisa menjumpai saudara
Hoan-thian Mo kun Thiat Kiam Seng dan Kiu-han Sin-kun Ko Cio."
"Memang tidak kebetulan." berkata Hoan-thian Mo-kun Thiat
Kiam Seng. "Selalu kita bertemu menjadi satu, selalu kita membawa
persengketaan hanya karena Su-to Yan, Kita mendapat berita
bahwa Su-to Yan berada ditempat ini, secepat itu pula, kami datang
menyusul. Tapi masih terlambat, telinga kalian lebih panjang lagi,
kalian lebih dahulu tiba dari pada kita."
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu menuju ke-arah Su to Yan dan
bertanya kepada sipemuda:
"Bagaimana dengan urusan kita ?"
"Terserah!" berkata Su-to Yan.
Kiu-hoan Sin-kun ko-cio dengan suara dingin berkata:
"Su-to Yan, disini kau menghadapi empat musuh tangguh, aku
percaya, kau tidak bisa mendatangkan ketua Cian-San pay Su-in
Seng, juga tidak mungkin bisa meminta bantuan Put-in Taysu lagi,
karena mereka itu berada jauh dari tempat itu."
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu memandang kepada dua orang yang
baru datang dan berkata: "Kukira kalian harus bersabar, sudah terjadi persepakatan, Aku
hendak menempur Su-to Yan terlebih dahulu, Satu Persatu, Ya! Kita
harus bergilir, bukan" Yang datang lebih dahulu harus bertempur
lebih dahulu, dan yang belakangan harus menunggu giliran."
"Aku tidak setuju." berteriak Hoan-thian Mo kun Thiat Kiam Seng.
"Betul" turut bicara Kiu hoan Sin kun Ko-Cio. "Kami mendapat
berita lebih dahulu seharusnya kami yang mendapat prioritas
pertama." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak mungkin, Terbukti bahwa kami datang lebih dahulu dari
kalian." berkata Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu.
"Hendak bertempur dahulu?" hati Cit-su Hiat-kun panas sekali,
"Terserah." Hoan thian Mo-kun Thiat Kiam Seng menantang.
Belum tentu kalian bisa menang." berkata juga Kiu-han Sin kun
Ko Cio. "Sabar. Tunggu dulu!" berkata Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu
menengahi. "Pertaruhan diantara sesama orde sendiri akan
menguntungkan kepada fihak lawan, disini aku mempunyai satu
cara yang terbaik untuk memecahkan kesulitan-kesulitan, tanpa
menggunakan kekerasan, juga tidak merusak persahabatan, Entah
bagaimana dengan kalian, setujukan dengan usulku ?"
"Usul apa itu?" bertanya Hoan thian Mo kun Thiat kiam seng.
"Betul" turut bicara Kiu-hoan Sin-kun Ko Cio. "Katakan dahulu."
Su-to Yan sedang mengharap harapkan bila mana keempat orang
ini saling gempur, yang untung pasti adalah dirinya.
Tapi Pek ie Kauwcu Bong Bong Cu ada-ada saja, entah dengan
usul apa pula, ia hendak meredakan ketegangan disini "
Tampak Pek ie Kaucu Bong Bong Cu merogoh saku, dan
dikeluarkan lagi, tertawa kepada semua orang.
Sesudah mengepalkan tangannya, Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu
berkata: "Didalam genggaman tanganku terdapat biji catur, mungkin
putih, mungkin juga hitam, coba kau duga, hitam atau putih" Bila
mana dugaanmu itu tepat, Aku dan Cit-su Hiat Kun akan mengalah.
Kami mengundurkan diri, bila dugaan itu salah, maka kalian berdua
harus mengalah, mengundurkan diri. Setuju ?"
Hoan thian Mo kun Thiat Kiam Seng dan Kiu hoan Sin-kun Ko Cio
saling pandang, akhirnya orang yang tersebut duluan menudingkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
diri sendiri, dan orang yang tersebut belakangan menganggukkan
kepala. Setuju ! Kiu hoan Sin kun Ko Cio setuju bilamana Hoan Thian Mo kun
Thian Kiam Seng yang menebak biji catur didalam tangan Pek-ie
Kauwcu Bong Bong Cu. Hoan thian Mo-kun Thian Kiam Seng menganggukkan kepala, ia
berkata: "Baik, Sangat setuju !"
Pek-ie Kauwcu Bong Bong Cu tertawa dan berkata:
"Nah, boleh dimulai. Hitam atau putih" Katakan !"
Hoan Thian Mo kun Thian kiam Seng berpaling kearah Kiu hoan
Sinkan Ko Cio dan berkata perlahan: "Kukira hitam !"
Kiu hoan Sin kun Ko Cio mempentang suara, katanya. "Hitam !"
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu membuka genggaman tangan,
disana terdapat sebuah biji catur, warnanya putih.
"Salah!" ia berkata girang. Kiu hoan Sin kun Ko Cio dari Hoan
thian Mo kun menghela napas, mereka harus mengakui keunggulan
lawan itu,dengan apa boleh buat, mereka membalikkan badan, dan
ngeloyor pergi. Sesudah Kiu-hoan Sinkan Ko Cio dan Hoan thian Mo kun Thian
kiam Seng meninggalkan tempat itu, Pek ie Kaucu Bong Bong Cu
berhadapan dengan Su-to Yan lagi.
"Nah, kin kita boleh bertanding secara bebas."
"Silahkan," Su-to Yan pantang mundur.
Pek-ie Kaucu tertawa berkakakan, katanya.
"Hendak kulihat, sampai dimana ilmu kepandaianmu dahulu itu."
Su-to Yan sudah membikin persiapan, tapi Ie Han Eng masih
berada tidak jauh dari dirinya, karena itu ia berkata kepada sigadis:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Adik Eng, pergilah menyingkir dibawah pohon itu, Agar kita bisa
bertempur dengan bebas. Tanpa takut mengganggu dirimu, Kau
bisa menonton, bagaimana akan kuberi hajaran kepada kakek-kakek
berengsek." Ie Han Eng sangat jinak sekali, segala perintah Su-to Yan
dilakukannya semua, ia berkata:
"Baik. Aku hendak menonton pertandingan ini."
Tubuh Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu mulai bergerak, dengan ilmu
tipu Kui-hie Sin-kang ia menyerang Su-to Yan. Kedua telapak
tangannya digosok-gosok sebentar dan langsung mengeluarkan
asap putih. Sekali ia merangkapkan kedua telapak tangan itu lagi,
asap putih yang mengandung tenaga ajaib itu langsung menyerang
Su-to Yan. Sangat hebat sekali.
Su-to Yan bertahan sedapat mungkin.
Asap putih dari Pek Ie Kaucu Bong Bong Cu menggulung-gulung
membungkus tubuh Su-to Yan.
Dengan pedang Lay-hong ditangan Su-to Yan membikin
pembelaan, Memutarkan pedangnya, ia melindungi diri, dan mulai
timbullah sinar kehijau-hijauan, menekan kekuatan asap putih Pekie Kaucu Bong Bong Cu.
Semakin lama, cahaya hijau semakin keras, semakin bersinar.
Semakin lama asap putih semakin menipis, akhirnya pudar.
Adu silat secara tenaga dalam itu telah dimenangkan oleh Su-to
Yan. Tiba-tiba... Su-to Yan melempar pandangan, dan senjata itu bergulung
gulung meluncur kearah sang lawan, tujuannya tepat dan gesit.
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu menggunakan akal, memukul
pedang Su to Yan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pedang Lay-hong terpukul kesamping, tapi meluncur balik lagi,
tetap mengancam Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, inilah ilmu Pedang
Maya Nada yang pernah dimahirkan, dapat dikuasai tanpa dipegang
oleh tangan, ilmu Pedang yang terhebat.
Menyaksikan keadaan itu. Cit-Su Hiat-kun juga terkejut. Ternyata
Su-to Yan bisa menguasai ilmu pedang tanpa dipegang, memainkan
permainan pedang dari jarak jauh, inilah ilmu pedang terbang yang
hanya didalam cerita kuno saja.
Tapi mereka harus berhadapan dengan kenyataan dengan
adanya ilmu pedang terbang tadi, tidak mungkin Pek-ie Kaucu bisa
mempertahankan diri, Cit-su Hiat-kun segera turun tangan, dengan
sepasang telapak tangannya yang merah mengandung bau amis,
menyerang Su-to Yan. Tentu saja Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu dan Cit-su Hiat-kun tidak
tahu, bahwa ilmu pedang yang digunakan oleh Su-to Yan adalah
ilmu pedang Maya Nada. Terdengar suara geraman tertahan, dibarengi oleh mundurnya
tubuh Pek ie Kaucu Bong Bong Cu, terhuyung-huyung orang tua itu
lari ke belakang, dengan bibir mulut berdarah, ternyata ia telah
menderita luka yang cukup parah.
Keadaan Cit Su Hiat-kun juga tidak lebih baik dari pada keadaan
Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, tertekan oleh hawa sinar pedang,
terpental mundur sehingga lima tombak.
Su-to Yan menarik pulang pedang Lay-hong, ia begitu girang,
ternyata ia sudah berhasil meyakinkan ilmu pedang Maya Nada yang
terhebat. Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu telah menderita luka, dengan
perasaan bingung dan tidak mengerti, menatap Su-to Yun, Siapa ini
Su-to Yan" Dia cukup tahu, Su In Seng tidak mungkin mempunyai
kepandaian yang begitu tinggi, Sam kie Ju su In Kong juga tidak
mungkin, Siapa lagi" Mengapa bisa melainkan ilmu pedang terbang
" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tentu saja, ilmu pedang Maya Nada yang telah dimahirkan oleh
Su-to Yan melebihi ilmu pedang yang telah diyakinkan oleh KhongSun Put-hay almarhum dahulu.
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu tidak percaya, Cit-su Hiat-kun juga
hampir tidak percaya. Mereka telah kalah dibawah kehebatan ilmu
pedang Maya Nada. Su-to Yan sudah berhasil mengalahkan Cit-su Hiat-kun dan Pek-ie
Kaucu Bong Bong Cu. inilah hasil kerjanya yang paling gemilang!
Dengan menenteng pedang ditangan, Su-to Yan menghampiri
kedua orang itu. Hati Pek-ie kaucu Bong Bong Cu dan Cit Su Hiat lun
menjadi kebat-kebit, keadaan mereka telah tidak mengijinkan untuk
meneruskan pertempuran. Besar kemungkinannya mereka bisa mati dihajar ketajaman
pedang Su-to Yan. Di saat inilah terdengar satu suara yang merdu memanggil
"Engkoh Yan." Itulah suara Ie Han Eng, ia memanggil kekasihnya.
Su-to Yan menoleh, mengetahui bahwa Sang kekasih memanggil
ia menyimpan kembali pedangnya.
"Engkoh Yan." panggil lagi Ie Han Eng, "Kau kemari."
Meninggalkan Pek-ie kaucu Bong Bong Cu dan Cit-Su Hian-kun,
Su-to Yan menghampiri Ie Han Eng.
"Adik Eng," katanya, "Ada apa" Kau memanggilku?"
"Engkoh Yan," berkata Sigadis, "Kau sudah memenangkan
pertandingan ini, kulihat mereka sangat ketakutan, jangan dibunuh
mereka itu sungguh kasihan. Betul-betul sangat kasihan."
Su-to Yan menganggukan kepalanya, ia bisa meneruskan anjuran
sang kekasih. Disaat ini, tiba-tiba terdengar suara tertawa
berkakakan: Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ha, ha, ha,...Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu yang ternama telah
dikalahkan oleh seorang muda!"
Entah kapan Kiu-hoan Sin kun Ko Cio dan Hoan Thian Mo kun
Thian kiam-Seng sudah balik kembali,
Ternyata Kiu hoan Sin kun Ko Cio dan Hoan thian Mo kun Thian
kiam Seng masih penasaran, mereka kurang rela meninggalkan Suto Yan begitu saja. Beberapa saat kemudian, mereka balik kembali
Mereka balik kembali. Sesudah Su-to Yan mengalah kedua jago toa itu, Kiu-hoa Sin kun
Kho-cio dan Hoan-thian Mo kun Thian kiam-Seng tidak tahu, dengan
cara bagaimana sipemuda menjatuhkan lawan-lawannya, tapi
mereka tahu bahwa keadaan Pek ie kaucu Bong Bong Cu dan Cit-su
Hian kun telah menderita satu cidera, dan kejadian ini bisa
dipastikan dari wajah kedua jago tua itu yang sudah menjadi sangat
pucat sekali. Su-to Yan mengerutkan keningnya. Sungguh tidak mudah
menjadi seorang manusia. Terlalu banyak sekali racun-racun dunia.
Tidak sedikit godaan-godaan sengsara.
Memandang kepada Ie Han Eng, Su-to Yan berkata:
"Adik Eng, coba kau minggir lagi, Dua kakek brengsek ini juga
hendak mengenal kelihaian, biar kuberi hajar dahulu."
Lagi-lagi Ie Han Eng dipaksa menjauhi si pemuda.
Su-to Yan menghadapi Kiu hoan Sin kun Ko Cio dan Hoan thian
Mo kun Thia-kiam Seng. "Dua kakek berengsek," katanya, "Mengapa kalian balik kembali
?" "Kami tidak balik kembali, bilamana kau sudah terjatuh kedalam
tangannya." berkata Kiu han Sin kun Ko Cio. "Lain lagi halnya,
bilamana kau berhasil memenangkan pertandingan ini. Dilihat
sepintas selalu, kau telah memenangkan pertandingan tadi, Mari
mari, kita bertanding."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Silahkan. Silahkan." berkata Su-to Yan, "Siapa yang hendak
bertanding denganku, silahkan maju. Silahkan maju. Satu, dua, atau
berapa orang sajapun boleh maju."
Menduga sampai dimana kehebatan Su-to Yan. Kiu-hoa Sin-kun
Ko Cio dan Hoan thian Mo kun Thian kiam song maju berbareng,
menyerang dari kiri dan kanan, tidak memberi kesempatan untuk


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sipemuda mengeluarkan pedang.
Diserang seperti itu, Su to Yan tidak menjadi takut. Dengan ilmu
pedang, walaupun tangan kosong, tetap ia akan unggul, ilmu
kepandaiannya bukan terjadi dari satu macam. Aneka cara telah
dimahirkan olehnya, walau khusus istimewa didalam permainan ilmu
pedang Maya Nada, tokh ilmu lain cukup hebat, ia tidak perlu
gentar. Pergumulan terjadi, bilamana disaat pertama-tama, hak inisiatif
penyerangan berada di tangan Kin-hoan Sin-kun Ko Cio dan Hoanthian Mo Kun thiat Kim Seng, kini perobahan telah terjadi, perlahanlahan, tapi pasti, inisiatif penyerangan telah diambil alih oleh Su-to
Yan. Kiu Hoan sin kun Kho Cio dan Hoan thian Mo kun Thiat Kiam
Seng mulai terdesak mundur.
Dikala Su-to Yan hampir menyelesaikan pertandingan itu, tibatiba terdengar satu suara bentakan yang keras.
"Su-to Yan, jangan kau bergerak." inilah suara Ci Su Hiat kun.
Su-to Yan menoleh ke arah datangnya Suara, dadanya dirasakan
hampir meledak, ternyata entah kapan Cit Su Hiat kun telah
mendekati Ie Han Eng, dengan memberi ancaman kepada sang
gadis, Cit Su Hiat kun hendak menjadikan sebagai seorang sandera,
ia membentak dan hendak menggunakan keselamatan jiwa Ie Han
Eng memaksa Su-to Yan bertekuk lutut.
Wajah Su-to Yan sudah berubah begitu ganaS, ia membentak:
"Cit su Hiat kun, mempunyai rasa malukah kau?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Haaa, haaa.,.," Cit Su Hiat kun tertawa, "Apa artinya rasa malu"
kita menang, kita tidak perlu malu. Tapi bila mana kita kalah, rasa
malu itu sulit dihapuskan kini kedudukan sangat menguntungkan.
Berani kau melakukan sesuatu, gadismu ini akan mati terlebih
dahulu, ingat baik-baik, dengar segala perintah kami."
"Apa maumu?" bertanya Su-to Yan. "Kitab ilmu pedang Maya
Nada." Ternyata, disaat Su-to Yan menempur Hoan thian Mo kun Thiat
Kiam Seng dan Kiu han Sin kun Ko Cio, pikiran Cit-su Hiat-kun
terputar, ilmu pedang yang seperti apakah yang di pergunakan oleh
Su-to Yan, mengapa bisa terbang" Mengapa bisa dilepaskan dan
ditarik kembali menurut kemauan hatinya"
Begitu cepat sekali, jawabannyapun mudah diterka, itulah ilmu
Pedang Maya Nada! Maka dengan secara diam2, menghampiri Ie Han Eng.
Su-to Yan sedang menempur dua jago lihay, tidak sadar akan
kejadian itu, terakhir ia mengetahui sesudah Ie Han Eng jatuh
kedalam tangan Cit-su Hiat kun.
Ini waktu, Kiu hoan Sin kun Ko Cio dan Hoan thian Mo kun Thiat
kiam Seng juga mengundurkan diri.
Kiu hoan Sin kun Ko Cio memandang ke arah Cit Su Hiat kun dan
berteriak: "Cit-Su Hiat kun jangan lupa bagi warisan kitab ilmu pedang
Maya Nada itu." ia meminta bagian.
Tapi tuntutan ini segera ditolak oleh Cit-su Hiat-kun, katanya:
"Tidak mungkin, Kitab ilmu pedang Maya Nada hanya berada
didalam tangan kami, kalian tidak berhak sama sekali."
"Mengapa tak ada hak " Bilamana bukan kami yang bergebrak
dengan Su-to Yan, mungkinkah kau bisa berhasil?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Menurut perjanjian, kalian berdua
mengundurkan diri." berkata Cit-su Hiat-kun.
sudah seharusnya "Kami sudah mengundurkan diri," berkata Kiu-hoan Sin kun Ko
Cio." Tapi kalian tidak berhasil. Karena itu kami balik kembali."
"Siapa yang tidak berhasil?" bertanya Pek ie Kaucu Bong Bong
Cu. "Kau . . . .dan kau . . .!" berkata Hoan-ih-an Mo kun Tiat Kiam
Seng, Sambil menudingkan jarinya kearah Pek ie Kaucu Bong Bong
Cu dan Cit su Hiat kun. "Tidak tahu malu," berkata Cit su Hiat-kun. "la sudah mengerti
siapa yang tidak berhasil."
Dengan dingin, Kiu hoan Sin kun Ko Cio berkata:
"Cit Su Hiat kun, dengan menggunakan Ie Han Eng sebagai
sandera, kalian hendak menekuk lutut Su-to Yan" Kukira belum
tentu bisa." "Betul" berteriak juga Hoan thian Mo-kun Thiat kiam Seng, "Su-to
Yan bukan seorang pemuda yang mudah digencet seperti itu."
Betul betul Su-to Yan menjadi marah, ia membentak Cit su Hiat
kun, katanya: "Cit su Hiat kun, lekas lepaskan Ie Han Eng."
"Aku segera melepaskannya, sesudah kau menyerahkan kitab
ilmu pedang Maya Nada." berkata Cit su Hiat kun.
"Bila tidak mau kuserahkan?" berkata Su-to Yan.
"Tidak menjadi soal. Aku tidak memaksa." berkata Cit Su Hiat
kun, "Hanya kasihan saja tunanganmu ini, kukira belum tentu ia
bisa memperpanjang jiwanya."
Su-to Yan bertindak dua langkah, hendak mendekati Cit su Hiat
kun lebih cepat, segera membentak:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Berhenti! Kau berani melangkah lagi, Ie Han Eng segera menjadi
korban." Tapi Si-to Yan tidak mendengar perintah -itu, ia maju lagi satu
tapak. Dengan menenteng Ie Han Eng, Cit su Hiat kun mundur satu
tapak. Su-to Yan menggerakkan kakinya maju tiga langkah.
Dengan tetap masih mengekang kebebasan Ie Han Eng, dengan
memaksakan tubuh gadis tersebut, Cit su niat Kun juga mundur tiga
langkah. Semakin lama Su-to Yan maju semakin cepat, semakin lama Cit
su Hiat kun mundur semakin jauh.
"Lepaskan!" Su-to Yan membentak.
Entah segan kepada kewibawaan Su-to Yan, entah takut kepada
kegagahan Su-to Yan, entah sesuatu sebab lainnya, Cit-su Hiat kun
melepaskan pegangannya yang mengekang kebebasannya Ie Han
Eng. Ie Han Eng lari kedepan, dengan menangis menubruk kearah Suto Yan.
Su-to Yan mengeluarkan helahan napas panjang.
Belum lama, ia sedang mempertaruhkan jiwanya, bilamana Cit su
Hiat kun betul-betul membunuh Ie Han Eng, pasti ia mencincang
orang itu, kemudian ia akan membunuh diri.
Beruntung sekali kejadian ini tidak sampai terjadi.
Dengan keringat membanjiri seluruh tubuhnya, Su-to Yan
mengelus-elus rambut Ie Han Eng.
Pek ie Kaucu Bong Bong Cu menjadi panas sekali, ia membanting
banting kaki. Menyesalkan perbuatan Cit su Hiat kun, mengapa mau
melepaskan orang yang sudah menjadi sandera" Lain pikiran Pek le
Kaucu Bong Bong Cu, lain pula pikiran Cit su Hiat kun, ia maklum,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
betapa hebat ilmu kepandaian Su-to Yan, bila mana ia membunuh
Ie Han Eng, apa yang didapat olehnya"
Tentu saja, Su-to Yan yang akan menjadi kalap, bagaimana bila
Su-to Yan menyiksanya, mati tidak, hiduppun tidak"
Karena itu ia melepaskan pegangan Ie Han Eng.
Su-to Yan dikelilingi oleh empat jago kelas satu, tapi ia tidak
gentar kepada keempat orang itu. Dengan menggandeng tubuh Ie
Han Eng, ia meninggalkan mereka.
Seorang manusia lemah akan dihina terus menerus. Demikianlah,
sehingga selamanya mesti tersiksa.
Tapi bagi mereka yang kuat, tidak mungkin ada yang berani
menghina. Demikianpun keadaan Su-to Yan, dengan penuh kewibawaan ia
merampas hak kebebasan diri sendiri. Tidak satupun dari keempat
orang yang berada ditempat itu, berani menghadang dirinya.
Su-to Yan juga mempunyai pikiran yang seperti ini, ilmunya telah
menjadi begitu tinggi, siapakah yang bisa menandingi dirinya lagi "
Kedatangan Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu sekalian dengan maksud
tujuan merebut kitab ilmu pedang Maya Nada, kini angan-angan itu
tidak mungkin terlaksana. Musuh terlalu tangguh, bagaimana
mereka bisa merebutnya "
Mengetahui bahwa Su-to Yan juga tidak ada niatan untuk
membunuh mereka, satu persatu ngeloyor pergi, meninggalkan
tempat itu. Dengan berpeluk-pelukan dengan Ie Han Eng, Su-to Yan
memberikan hiburan kekasihnya:
"Adik Eng, kini kita sudah bebas dari bahaya, Ditempat ini hanya
kita berdua saja." Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, Cit-su Hiat-kun. Kiu-han Sin-kun Ko
Cio dan Hoan Thian Mo-kun Thiat Kiam Seng telah meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tempat itu. Tentu saja mereka tidak tahu, apa yang diucapkan oleh
pemuda itu. Disaat Su-to Yan mengajak Ie Han Eng dengan maksud ke arah
pulau Tong-hay, datang lagi lain bayangan, bayangan ini sangat
gesit, tidak lain dia adalah jago nomor satu dari daerah Tong-hay!
In Hay Hong ! In Hay Hong ada niatan untuk memperistri Ie Han Eng, tapi ia
ditolak, dan Ie Han Eng lebih suka kepada Su-to Yan, inilah
perjodohan yang sudah dijodohkan oleh kakek-kakek mereka.
Memandang kearah Ie Han Eng, Su-to Yan berkata:
"Kita tidak bisa pergi lagi."
"Tentu." menyambung In Hay Hong. "Ku dengar Sam kie Ju-su
In Hong telah meninggal dunia dan ilmu kepandaiannya diserahkan
kepadamu, bukan ?" Su-to Yan menyedot napasnya dalam-dalam, ia berkata:
"Dari mana kau dapat berita yang seperti ini ?"
"Jangan kau menyangkal." berkata In Hay Hong. "Kitab
peninggalan guruku, juga telah jatuh kedalam tanganmu. Sudah
pasti, Ie Han Eng juga akan jatuh kedalam tanganmu, Sudah pasti.
Kukira, tidak boleh kau terlalu serakah, hanya boleh memilih satu
diantaranya, memiliki kitab peninggalan pulau Tong hay, atau
memiliki Ie Han Eng, satu saja. Lebih baik kau ambil kitab intisari
pulau Tong hay, dan serahkan Ie Han Eng kepadaku, Bersediakah?"
"Jangan sembarangan menghina orang." berkata Su to Yan. "Ie
Han Eng bukan benda, mana boleh dijual, diserah-serahkan seperti
itu" Tak mungkin diserahkan kepadamu ?"
In Hay Hong tertawa jumawa, ia berkata: "Kau percaya bisa
memenangkan diriku?"
Mengetahui bahwa dirinya ditantang, Su-to Yan menganggukan
kepala. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Baik," ia menerima tawaran orang itu.
Tentu saja, bilamana Su-to Yan belum berhasil meyakinkan ilmu
pedang Maya Nada dengan sempurna, ia bukan tandingan In Hay
Hong. Tapi, lain dulu lain sekarang, Su-to Yan dihari ini bukanlah Su-to
Yan yang kemarin lagi, Siapa saja berani ditempur olehnya.
In Hay Hong mengkerutkan alisnya, "Betul-betul kau berani
bertempur dengan aku?"
Tanda terima dan kesanggupan Su-to Yan itu sangat
mengejutkan Su-to Yan. ia minta ketegasan yang lebih pasti.
"Mengapa tidak?" Su-to Yan balik bertanya, dengan satu
senyuman yang tidak memandang mata.
"Bagus. Sekarang begini saja, kau boleh menggunakan senjata
pedang, atau senjata lain, Aku dengan tangan kosong. Kita
bertempur. Bilamana ilmu pedangmu betul-betul hebat, bisa
mengalahkan sepasang tangan kosongku, aku In Hay Hong berjanji,
tidak akan merongrongmu lagi, bagaimana" Setuju ?"
Su-to Yan agak terhina karena kata-kata In Hay Hong yang
seperti ini, akan tetapi ia juga tahu, sampai dimana tingginya ilmu
kepandaian In Hay Hong, sangat tinggi sekali, maka dengan senjata
pedang, ia bisa menarik keuntungan. Karena itu dia
menyanggupinya, "Baiklah." jawabnya dengan suatu anggukkan kepala.
Disaat Su-to Yan Sudah mengeluarkan pedang, In Hay Hong
tertawa memandang rendah, ia telah memasang kuda-kudanya
sangat kuat, inilah persiapan tempur yang hebat.
Hati Ie Han Eng menjadi gelisah, berdiri dengan keadaan tidak
tenang. Sigadis berpikir, apakah kekasihnya dapat mengalahkan In Hay
Hong yang sudah kesohor namanya diseluruh jagat"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tapi kenyataan sudah berada diambang mata, ia tak dapat
berkata apa-apa lagi, kecuali memohon kepada yang berkuasa, agar
bisa melindungi kekasihnya dari godaan-godaan manusia-manusia
tertentu. In Hay Hong mengirim satu tantangan, katanya:
"Hayo, lekas mulai menyerang" Su-to Yan berkata:
"Aku menggunakan pedang, kau bertangan kosong, seharusnya
kau lebih dahulu, membikin penyerangan."
"Baiklah." berkata In Hay Hong.
Rupanya ia tidak sungkan-sungkan lagi, maka tangannya
bergerak, mengirim satu serangan pertama.
Kekuatan In Hay Hong sungguh luar biasa, angin pukulan itu
bergemuruh, seperti datangnya angin puyuh, seolah-olah
menggulung sesuatu yang berada didepannya menerbitkan
gelombang sehingga merontokkan daun-daun pohon yang berada
disekitar tempat itu. Sungguh hebat, Didalam hati Su-to Yan berpikir.
Tapi si pemuda sudah begitu percaya, kepada ilmu
kepandaiannya, tenaga dalamnya juga telah berlipat ganda, ia tidak
takut. Bila dibandingkan ilmu kepandaian In Hay Hong, hanya
berada diatas Pek-ie Kaucu Bong Bong Cu, Cit-Su Hiat kun, Kiu hoan
sin kun Ko Cio dan Hoan thian Mo kun Thiat Kiam seng, sedangkan
keempat tokoh silat itu bisa dikalahkan olehnya, mengapa tidak bisa
mengalahkan In Hay Hong"
Su-to Yan memutarkan pedang ditangan menggulung dirinya
didalam selaput uap hijau yang berlapis tipis.
Pertempuran terjadi cepat sekali, diam-diam Su-to Yan
mengagumi kekuatan musuh, didepannya ini, ilmu kepandaian In
Hay Hong betul-betul sangat tinggi, sukar ditandingi kalau saja
belum memiliki kepandaian baru yang diandalkan, terang dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
segebrakan saja, ia akan terjungkal jatuh dibawah tangan jago dari
Tong hay itu. Dilain pihak, In Hay Hong juga terkejut, menyaksikan kemajuan
ilmu silat Su-to Yan yang begitu pesat ia terheran-heran, tidak
menduga sama sekali, mana mungkin ada seorang pemuda yang
bisa meyakinkan ilmu kepandaian seperti apa yang Su-to Yan
pertontonkan dihadapan dirinya"
Kini Su-to Yan hanya melakukan pertahanan, tapi sebentar lagi
pasti akan mengubah melakukan penyerangan Mungkinkah In Hay
Hong dapat menyambutnya "
Berpikir seperti itu, hati In Hay Hong semakin tidak tentram.
In Hay Hong menyesal karena telah membuka mulut besar,


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyilahkan Su-to Yan menggunakan pedang, dan akan dilawan
olehnya dengan tangan kosong. Coba kalau ia menggunakan
pedang, melawan Su-to Yan, meskipun belum bisa dikatakan pasti
menang, setidak-tidaknya kedudukan dapat berobah lebih baik.
Oleh karena tadi ia sudah omong besar dan berani melawan Suto Yan dengan tangan kosong, walau kini ia mengeluarkan
pedangnya, berarti ia mengingkari janji. Hal ini tidak mau terjadi
Semakin lama, terasa semakin berat untuk melayani Su-to Yan.
Tiba-tiba saja, dengan satu kesempatan yang baik, In Hay Hong
lompat mundur kebelakang mulutnya berteriak: "Tahan !"
Su-to Yan menutup satu serangan pedang berdiri dengan tenang,
memandang ke-arah lawan itu dan bertanya: "Apa lagi ?"
"Kau sudah berhasil meyakinkan ilmu pedang Maya Nada?"
bertanya In Hay Hong. "Tepat!" berkata Su to Yan.
"Pantas kau berani begitu sombong."
"Yang sombong Kukira bukan aku," berkata Su-to Yan, "Kau
berani omong besar dengan tangan kosong hendak melawan ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pedangku" Kini rasakanlah, apa akibat dari pembicaraan yang muluk
muluk ini." Dari arah sungai, meluncur datang pula sebuah perahu besar,
menyaksikan kedatangan perahu itu, In Hay Hong tertawa, ia
berkata kepada Su-to Yan:
"Su-to Yan, kukira sudah waktunya aku menyerahkan
pertempuran ini kepada orang ke tiga, dia sudah datang, tentu
hendak menemuimu." Su-to Yan melirik kearah datangnya perahu baru datang itu,
itulah perahu dari golongan istana Belang Khong kiok kiong.
Golongan Khong kiok kiong tidak mau ketinggalan, ternyata
membikin gangguan pula kepada Su-to Yan. Sebentar kemudian,
perahu itu sudah menepi, dimana telah tampil beberapa orang,
dibawah pimpinannya ketua maka Khong kiok kiong Bun In Hian.
Sigadis ini begitu gagah, cukup berwibawa untuk mengepalai
sesuatu rombongan besar. Bun In Hian langsung menghadapi In Hay Hong dan berkatalah
kepada sijago Tong hay itu:
"Kukira aku sedang berhadapan dengan In Hay Hong, jago dari
Tong hay yang ternama?"
"Betul." membenarkan In Hay Hong. "Nona inikah yang menjadi
ketua muda dari golongan istana Belang Khong kiok kiong?"
"Namaku Bun In Hian." berkata sigadis, "Lebih tepat bila
memanggil diriku dengan sebutan nona Bun saja."
"Nona Bun, ada urusankah dengan diriku?"
"Tentu." berkata Bun In Hian.
"Mungkinkah disebabkan perselisihan lama" karena aku telah
melukai orang-orangmu?" berkata In Hay Hong.
"Tepat!" berkata Bun In Hian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
In Hay Hong tidak segan untuk berhadapan dengan golongan
istana Belang Khong kiok kiong, tapi didalam keadaan yang seperti
ini, di dalam keadaan yang terjepit sekali, tentu saja tidak
menguntungkan dirinya. Terdengar suara Bun In Hian yang sudah berteriak kepada
orang-orangnya: "Bawa kemari pedangku !"
Sersan Lima Tiang Sun Hoa sudah cepat berlari, ia menyerahkan
pedang Bun In Hian. Tiang Sun Hoa sudah menyerahkan pedang yang diminta.
Berbeda dengan golongan Biarawati jaya golongan istana Belang
Khong kiok kiong memang terlalu banyak pernik, sampai mengantar
pedang saja harus diserahkan kepada seorang yang mempunyai
kedudukan cukup tinggi. Ketua istana Belang Khong kiok kiong Bun In Hian telah
menerima pedang, ia menghadapi In Hay Hong.
Terdengar suara tertawanya Hay Hong yang galak, katanya:
"Hendak kulihat, bagaimana anak-anak kemarin seperti kalian ini
mempermainkan ilmu pedang."
In Hay Hong belum melihat, bagaimana Su-to Yan menggunakan
pedangnya, memainkan ilmu pedang Maya Nada yang sudah
dikombinasikan dengan sembilan macam kepandaian ilmu silat
purbakala lainnya, bila saja ia sudah menyaksikan permainan
pedang itu, kata-kata yang seperti tertera diatas, tidak mungkin
berani diucapkan olehnya!
Kini In Hay Hong sedang berhadapan dengan Bun In Hian.
Sebagai seorang gadis, Bun In Hian cukup penasaran, segera ia
mengeluarkan bentakan. "Lihat pedang !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Itulah tanda-tanda penyerangan disertai dengan satu tusukan
yang langsung menuju ke arah ulu hati.
In Hay Hong adalah jago nomor satu dari daerah Tong hay, ia
meremehkan semua orang, belum pernah ia menemukan tandingan,
walau diserang seperti itu, dengan sikapnya yang acuh tak acuh, ia
tertawa berkakakan. Tubuhnya melejit keatas, dan seperti terbang mumbul tinggi,
Betapa cepatnyapun ilmu pedang Bun In Hian, tidak mungkin
menelikung sembilan puluh derajat, karena In Hay Hong sudah
berada ditengah udara, tusukan tadi menubruk tempat kosong.
Bun In hian juga bukan seorang yang lemah, pedang tadi sudah
ditarik kembali, dan kini ditujukan keatas, Tetap mengincar In Hay
hong. In Hay hong masih meluncur kearah tinggi.
Ternyata Bun In Hian juga melejitkan kakinya, turut terbang
keatas, menyusul kearah larinya In Hay Hong.
Pertandingan ini cukup mempersonakan semua orang, tidak
terkecuali juga Su-to Yan, di dalam hati sipemuda bergidik, pantas
saja In Hay Hong berani mengucapkan kata-kata sembarangan,
memang betul bahwa jago Tong hay itu memiliki ilmu silat yang luar
biasa. Bun In Hian juga bukan seorang yang lemah, pantas saja nama
istana Belang begitu tenar, terbukti dari seorang gadis yang sangat
lemah gemulai seperti Bun In Hian, mempunyai kekuatan dan
kehebatan seperti itu. Didalam sekejap mata, kedua orang tersebut telah terbang diatas
dua puluh tombak. Ilmu meringankan tubuh Bun In Hian jauh berbeda diluar dugaan
In Hay Hong, betul-betul tidak ia sangka, bahwa gadis ini juga
mengejarnya. Karena itu ia menjadi bingung, bagaimana bisa
mengelakan kejarannya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kejar mengejar ditengah udara itu sungguh menarik, belum
pernah ada pertandingan yang seperti itu, pandangan semua orang
diarahkan tubuh-tubuh In Hay Hong dan Bun In Hian, kadangkadang mereka menukik, tapi hanya satu kali kibasan baju, kedua
tubuh itupun mumbul kembali.
Kejar mengejar masih diteruskan, Su-to Yan menarik tangan Ie
Han Eng dan membisikinya:
"Mari kita meninggalkan tempat ini." Ie Han Eng menganggukan
kepala dengan dituntun oleh Su-to Yan, secara berindap-indap,
mereka meninggalkan semua orang.
Jago-jago dari golongan istana Belang tidak ada perintah Sang
ketua, mereka tidak berani menahan kepergian Su-to Yan dan Ie
Han Eng. Ada juga yang bermaksud menahan, tapi pusat perhatian mereka
sedang diarahkan keatas udara, orang-orang ini tidak melihat
kepergian Su-tO Yan. Begitu juga dengan In Hay Hong dan Bun In Hian, begitu
asyiknya mereka kejar mengejar di tengah udara, karena Bun In
Hian menggunakan pedang, karena In Hay Hong bersilat dengan
tangan kosong, maka In Hay Hong lebih banyak menyingkirkan diri,
Bun In Hian lebih banyak menyerang daripada bertahan.
Dilihat sepintas lalu, In Hay Hong seperti terdesak, Di kejar terus
menerus, tapi kenyataan bukanlah demikian, ilmu kepandaian In
Hay Hong masih berada diatas ketua golongan istana Belang Khong
kiok kiong itu. Meninggalkan pertandingan Bun In Hian dan In Hay Hong
mengikuti perjalanan Su to Yan dan Ie Han Eng.
Dengan cepat mereka telah menghilang dari semua orang, kini
mereka memasuki kearah kota. Sudah terlalu lama tidak menangsal
perut mereka, mengajak Ie Han Eng, Su-to Yan masuk kedalam
sebuah rumah makan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tergesa-gesa sekali mereka memesan makanan, dan tergesagesa pula mereka melahap pesanan barang-barang itu.
Su-to Yan segera membikin perhitungan rekening, mereka siap
melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba... Berkelebat satu bayangan, disana telah bertambah seorang
kakek tua, berpakaian putih, tentu saja mengejutkan sepasang
muda mudi kita, "Betul Aku Su-to Yan, Apa maksud
kedatanganmu?" "Huaa, ha....ha..." kakek serba putih itu tertawa "Namaku Tie It
Ya, pernah kau dengar ?"
"Siapakah kakek tua berbaju putih ini?" Tidak henti-hentinya Suto Yan berpikir.
Si Kakek tua berdiri dihadapan Su-to Yan dan Ie Han Eng,
memperhatikan kedua orang muda-mudi itu.
Su-to Yan hilang sabar, segera ia membentak:
"Siapa kau?" Kakek tua serba putih itu tertawa, katanya:
"Tidak kenal kepadaku" Haa, ha.tentu saja, pasti kau tidak kenal
kepadaku, Tapi aku kenal kepadamu, kukira kau adalah Su-to Yan
yang sedang menjadi bahan pembicaraan semua orang rimba
persilatan. Betulkah?"
Lagi-lagi ada orang yang hendak mengganggu dirinya, kini Su-to
Yan tertawa dan berkata: "Betul, Aku Su to Yan. Apa maksud kedatanganmu?"
"Huaa, haa, ha ...." kakek serba putih itu tertawa, "Namaku Tie It
Ya, pernah dengar, bukan" Aku hendak berurusan denganmu."
Hati Su-to Yan tercekat Tie It Ya" Tie It Ya adalah murid terakhir
dari si Manusia Super Tanpa tandingan Thian Kho Cu. Tie It Ya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
adalah adik seperguruan dari Kongsun Put-hay, apa maksud
kedatangan Tie It Ya ditempat ini"
Dari ilmu kepandaian Kongsun Put-hay yang bisa menyempurnakan ilmu pedang Maya Nada, tentu saja sudah
diduga, ilmu kepandaian Tie It Ya juga sangat luar biasa.
Su-to Yan memandang ke arah Ie Han Eng, kini ia sangat
menguatirkan keselamatan diri kekasihnya.
Tampak Tie It Ya menggapaikan tangan, seraya berkata:
"Mari, ada sesuatu urusan yang hendak kurundingkan denganmu,
mari kau ikut kepadaku."
Su-to Yan masih berpikir-pikir, apa maksud tujuan Tie It Ya "
Baikkah " Jahatkah"
Mengetahui bahwa Su to Yan disaat itu berada didalam keadaan
bimbang, Tie It Ya sudah melesatkan tubuhnya dan jauh berada
diluar. Su to Yan tidak segera mendengar perintah kakek tua serba putih
itu. Mengetahui bahwa Su-to Yan tidak berkumandang :
"Hei, takut kepadaku " Mengapa tidak berani turut?"
Su-to Yan memberikan jawaban: "Ada urusan apa?"
Apa boleh buat Tie It Yan itu balik kembali memandangi Su-to
Yan dan berkata: "Kau pernah dengar nama Tie It Ya bukan?"
Su-to Yan menganggukkan kepala.
"Aku adalah murid terakhir dari Thian Kho Cu almarhum" Tie It
Ya memperkenalkan diri. "Aku tahu," jawab Su-to Yan singkat.
"Menurut cerita orang, kau telah mendapatkan sepuluh macam
ilmu silat penjaga jaman purbakala, itulah ilmu silat suhengTiraikasih Website http://kangzusi.com
suhengku. Termasuk juga ilmu pedang Maya Nada yang sudah
dikombinasikan oleh Kong-Sun Put-hay. Betulkah ada kejadian yang
seperti ini?" Su-to Yan semakin terkejut, begitu cepatkan tersiar kabar
tentang pengombinasian ilmu pedang Maya Nada"
Ilmu Pedang Maya Nada dimahirkan belum terlalu lama, hanya
beberapa gelintir orang saja yang mengetahui, bagaimana bisa
dikatakan oleh Tie It Ya, sudah ada orang yang bercerita kepadanya
" Oh, pasti golongan Biarawati jaya. Pasti permainan golongan
Biarawati jaya " Su-to Yan menjerit, ia menganggukan kepala pelahan dan
berkata: "Betul." Tidak perlu dan tidak guna baginya untuk menyangkal.
"Hua. hah, ha, ha.,.,." Tie It Ya tertawa berkakakan, "Cukup
jujur, cukup jujur, Tapi kau tahu bukan" Bahwa aku Tie It Ya adalah
murid Thian Kho Cu almarhum yang syah. Kongsun Put hay itu
belum tentu diakui oleh suhuku, ilmu ilmu pedang yang kau dapat
darinya, wajib kau serahkan kepadaku."
"Mengapa?" bertanya Su-to Yan. "Mengapa" Huh! Kembalikan
saja semua ilmu ilmu itu kepadaku, Beres bukan?"
-ooo0dw0ooo- Jilid 20 SU-TO YAN mengerutkan sepasang alisnya. Tie It Ya menatapnya
tajam-tajam, seraya berkata:
"Kau kira aku tidak mempunyai hak?"
"Hak apa ?" Su-to Yan marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hak untuk menuntut ilmu pedang Maya Nada. Untuk menarik
kembali sepuluh macam ilmu peninggalan jaman purbakala."
Kerut didahi Su to Yan semakin dalam, bila betul bahwa kakek
serba putih ini adalah Tie It Ya, tentunya telah berumur diatas
seratus tahun, tapi sepintas lalu, seperti tidak mungkin bisakah
dipalsukan oleh seseorang "
Tidak mungkin ! Siapa yang berani melakukan pemalsuan kurang
ajar seperti ini. Terdengar sikakek serba putih Tie It Ya berkata lagi:
"Anak muda, hayo kita selesaikan persengketaan ini di luar."
"Maaf !" Su-to Yan menolak. "Untuk sementara tidak bisa
kuterima tawaranmu."
Tie It Ya menoleh kearah In Han Eng sebentar maka ia
mengetahui bahwa gadis ini tidak berkepandaian silat, dengan
suaranya yang dingin ia berkata:
"Kau takut ia diculik orang " Atau takut tidak bisa menandingiku


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?" "Bukan urusanmu." bentak Su-to Yan. "Bagus! Bagus! Seorang
pemuda yang mempunyai ambekan, Tapi aku bukanlah seorang
biasa, mau tak mau, kau harus mengikuti perintahku, tahu ?"
"Sudah kukatakan, hari ini
permintaanmu." berkata Su-to Yan.
aku tidak bisa memenuhi "Bagus, Aku lebih tertarik lagi kepadamu." berkata Tie It Ya.
"Untuk sementara aku belum ada niatan untuk membunuhmu.
Legakan hatimu, Tapi biar bagaimana aku tidak bisa membiarkan
ilmu-ilmu seperguruan terjatuh kedalam tanganmu, sebentar
malam, pasti aku balik kembali."
Su-to Yan terkejut, ilmu meringankan tubuh In Hay Hong sudah
sangat tinggi, ilmu meringankan tubuh Bun In Hiong cukup istimewa
tapi ilmu kepandaian orang kakek tua serba putih ini lebih tinggi lagi
dari kedua orang yang disebut terdahulu, inilah yang dinamakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sepandai-pandainya katak didalam tempurung, masih ada lagi yang
masih tinggi. Kepergian Tie It Ya itu bisa melegakan hati Suto Yan, tapi ia
harus berpikir, sebentar malam, ia akan datang lagi, bagaimanakah
harus menghadapinya "
Tiba-tiba. . . Terdengar suatu suara gemuruh yang hebat dibarengi oleh
meluncurnya benda merah keatas langit tinggi.
Su-to Yan terkejut, tubuhnya melejit dan hendak menyaksikan,
apakah yang sudah terjadi "
Dikala ia tiba diluar, hanya tampak buntut roket merah yang
meluncur dan asapnya lenyap dilangit lepas.
Tidak ada sesuatu yang terjadi. Entah permainan apa lagi yang
berada di tempat itu "
Su-to Yan menggoyang-goyangkan kepalanya, sungguh banyak
sekali kejadian-kejadian yang melewatkan dirinya, Mengetahui tidak
ada sesuatu yang perlu dilihat, Su-to Yan balik kembali dengan
maksud menjemput Ie Han Eng. Mereka hendak meninggalkan
tempat itu. Hati Su-to Yan dirasakan copot, manakala ia menengok ke
belakang, disana sudah tidak terlihat bayangan Ie Han Eng. Gadis
itu lenyap tanpa bekas. Su-to Yan berusaha menguasai gejolak hatinya, dikala itu
tertumbuk oleh secarik kertas, demikian bunyi tulisan diatas kertas
tersebut: "Belum pernah kupercaya kepada orang. Sebentar malam, belum
tentu kau datang. Cara-cara yang terbaik adalah membawa Ie Han
Eng, kuberi waktu tiga hari, kita akan berjumpa kembali dipuncak
gunung Ngo-bie-san."
tertanda tangan TIE IE YA
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mematung beberapa waktu, tubuhnya melejit,
menyusul kearah lenyapnya bayangan Tie Ie Ya tadi.
Tenaganya dikerahkan penuh semaksimum apa yang ia bisa
Dengan harapan, dapat menyusul Tie Ie Ya. Mengingat keadaan Tie
Ie Ya yang belum bisa lari cepat karena menenteng-nenteng Ie Han
Eng yang cukup berat. Su-to Yan hendak menyusul Tie Ie Ya. Su-to Yan hendak
menolong Ie Han Eng dalam cengkramannya kakek tua serba putih
itu. Berlari dan berlari terus . . .
Hari mulai menjadi malam,
Pikiran Su-to Yan disaat itu sangat kosong, putih bersih, hanya
satu tujuan, itulah menolong Ie Han Eng, menolong sigadis, Ie Han
Eng wajib kembali kedalam pelukannya.
Tiba-tiba. . . . Satu bayangan hitam bergulung-gulung datang, seolah-olah
burung sakti yang gesit sekali, arahnya adalah Su-to Yan.
Tidak perduli siapa, Su-to Yan harus merintangi maksud
tujuannya, Kedua tangannya didorong kedepan, memukul
datangnya bayangan tadi. Bayangan tadi juga bukan manusia biasa, disaat yang sama,
mendorong kedua tangannya memapaki serangan Su to Yan.
Terdengar suara jelegur hebat, pukulan-pukulan tenaga itu
terbentur menjadi satu. Dan akibatnya berbeda, tubuh masingmasing terpisah dan ditengah-tengah ditempat bekas pukulanpukulan itu terdapat suatu lubang, debu dan abu disertai tanahtanah terpisah berterbangan.
Su-to Yan dipaksa mundur kebelakang, ia sangat bingung sekali,
marah sekali, tapi tidak berdaya, ilmu kepandaian tenaga lawannya
betul-betul sangat hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kini ia hendak mengetahui
merintangi dirinya didepan itu"
siapa orangnya yang berani Disana berdiri seseorang, tubuhnya sangat langsing, wajahnya
sangat cantik, dengan rambut hitam yang panjang, inilah ketua
istana Belang Khong kiok kiong, Bun In Hian.
Su-to Yan terkejut, Bun In Hian memiliki ilmu meringankan tubuh
yang hebat, ini tidak heran, mengingat sigadis telah meyakinkannya
dengan hebat sekali. Yang mengejutkan Su-to Yan adalah tenaga dalam Bun In Hian
juga luar biasa, tidak kalah dari seorang pria.
Su to Yan kaget, Bun In Hian juga kaget, Tenaga Su-to Yan
betul-betul berada diluar dugaan, bilamana sebelumnya ia
mengagulkan diri tanpa tandingan, kini pikirannya itu sudah menjadi
goyah, sampai dimana ilmu kepandaian Su-to Yan, ia belum tahu.
Tapi yang jelas, bahwa pemuda ini bukanlah satu pemuda yang
tidak mudah dihadapi. Su-to Yan dan Bun In Hian saling pandang, dua pasang mata itu
bertumbuk menjadi satu, akhirnya Su-to Yan harus mengalah, ia
merendahkan pandangannya ketanah, dengan menghela napas
perlahan ia berkata: "Bisakah kau memberi jalan kepadaku" Aku ada urusan penting,
kuminta jangan diganggu. Semua urusan ditangguhkan sehingga
lain kali." Bun In Hian memperlihatkan jempolnya, "ilmu kepandaianmu
hebat sekali!" ia memuji.
"Tolong beri aku jalan," Su-to Yan memohon.
"Jangan terburu-buru," berkata Bun In Hian.
"Mengapa ?" "Urusan kita belum selesai."
"Bisakah diselesaikan lain waktu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak bisa !" Su-to Yan menjadi marah, ia membentak:
"Urusan apakah menggangu diriku?" yang begitu mendesak, sehingga harus Bun In Hian tertawa tawar, katanya:
"Mengapa harus bertanya tentang ini, maksud tujuan kami,
golongan Khong kiok kiong adalah berpokok pangkal pada ilmu
pedang Maya nada, kau sudah tahu pasti. Kukira tidak perlu tanya
lagi." Su-to Yan berkata: "Tentang ilmu pedang Maya nada, telah kuceritakan kepada
Sersan Lima Tiang Sun Hoa. Kau boleh tanya saja kepadanya."
"Aku tahu pasti bahwa kau telah memiliki kitab ilmu pedang Maya
nada, Karena kau bisa menggunakan ilmu tersebut dengan mahir.
Mengapa harus mencari orang tidak mencari dirimu."
Su-to Yan maklum, betapa hebatnya ilmu kepandaian ketua
golongan istana Belang ini. Bila sampai terjadi pertempuran, tidak
mungkin bisa diselesaikan cepat. Karena ia harus mengalah, dengan
setengah memohon ia berkata:
"Sekali lagi kuminta kepadamu, agar urusan kita diselesaikan lain
waktu saja, beri aku jalan. Aku mempunyai urusan penting."
"Tentu saja aku beri jalan, sesudah menyerahkan kitab ilmu
pedang Maya nada," berkata Bun In Hian.
Su-to Yan tidak tahu, mulut usil siapa lagi yang bercerita kepada
Bun In Hian, bahwa kitab ilmu pedang itu berada didalam tubuhnya
tapi kini ia mempunyai urusan yang mendesak, karena itu harus
menyingkir dari gangguan Bun In Hian.
"Ku ulangi sekali lagi permintaanku," berkata Su-to Yan, "Minggir
!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bila kau mempunyai itu kemampuan untuk meminggirkan diriku,
silahkan!" berkata Bun In Hian tenang.
Su-to Yan tidak bicara, tangannya bergerak mengeluarkan
pedang, digoyangkan cepat, dengan ilmu pedang Maya Nada yang
sudah dimahirkan ia menerjang ketua istana Belang Khong-kiokkiong itu.
Bun In Hian juga merasa sakit hati karena dirinya diperlakukan
seperti itu, ia juga mengeluarkan pedang, inilah pedang yang telah
mengejar-ngejar jago Tong-hay untuk beberapa waktu, kini
dihadapi untuk menghadapi Su-to Yan.
Gerakan dua bilah pedang itu begitu cepat, terdengar suara tang,
tang, ting yang riuh sangat cepat, dibarengi oleh muncratnya lelatu
api, puluhan kali telah saling bentur dan membentur-bentur lagi.
Dikala kekuatan kedua orang itu hampir mereda, masing-masing
mundur kebelakang, memeriksa pedang milik mereka, tidak
gompal,juga tidak lecet, pedang-pedang itu adalah pedang-pedang
istimewa, tenaga dalam mereka cukup sempurna, seimbang, karena
itu tidak terjadi sesuatu.
Bun In Hian memang sengaja hendak melintang di jalan,
sikapnya sangat tenang selalu.
Berbeda dengan keadaan Bun In Hian, hati Su-to Yan semakin
gelisah. Bagaimana ia bisa mengejar Tie It Ya, bila diganggu terusmenerus seperti ini"
Terdengar si pemuda mengeluarkan suatu lengkingan panjang,
lagi-lagi menggerakkan ilmu Pedang Maya Nada, menyerang dari
menerjang. Terjadi hujan bayangan pedang, dengan target sasaran Bun In
Hian. Bisa saja Bun In Hian menyerang diri Hay Hong, tanpa takut
diserang, tapi kali ini ia tidak berani membentur lagi, tenaga Su-to
Yan terlalu kuat, terlalu hebat, betul-betul ilmu pedang Maya Nada
yang luar biasa! Karena itu untuk menghindari dirinya menderita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
luka Bun In Hian memutar pedang sedemikian rupa, dengan
mengenjot tubuhnya, ia melejit tinggi, menghindari gempuran dan
tekanan yang lebih hebat.
Inilah yang dikehendaki Su-to Yan, ia tidak mengejar lagi.
Tubuhnya melejit, dan mengejar Tie It Ya yang melarikan Ie Han
Eng. Bun In Hian berteriak marah, dia merasa diperdayai, tubuhnya
melejit dan menyusul Hanya salah set, ini sudah cukup untuk membuat Su-to Yan
berlari cepat, jarak mereka itu sudah cukup, tidak perduli,
bagaimana Bun In Hian berteriak-teriak dibelakang, Su-to Yan
meluncur terus. Bagaikan anak panah meluncur dari busurnya
kecepatan itu sukar dilukiskan.
Dibelakang Su-to Yan tidak perduli kejaran orang itu, yang
penting adalah menyandak Tie Ie Ya, menolong Ie Han Eng.
Berlari beberapa jenak, tiba-tiba lain bayangan memotong,
disertai dengan suara tertawanya gelak-gelak, bayangan ini berkata:
"Su-to Yan, kau melarikan diri dari siapa ?"
Terjadi saling gempuran, kekuatan kedua tenaga ini seimbang
Su-to Yan tertekan ke belakang.
Disana telah berdiri seorang berbaju hijau, inilah jago utama
Tong-hay, In Hay Hong. Munculnya In Hay Hong ditempat ini, menggagalkan usaha Su-to
Yan. Didepan ada In Hay Hong, dan dibelakang ada Bun In Hian.
Bagaimana ia bisa meneruskan pengejarannya pada Tie It Ya "
Tidak perlu ia berpikir panjang, ilmu pedang Maya Nada lagi-lagi
dikerahkan, kini tujuannya bukan Bun In Hian. tapi In Hay Hong
yang berani melintang dijalan, menerjang keras dan cepat.
Sikap Su to Yan yang terburu napsu ini, mengakibatkan
perubahan yang lain sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Keadaan In Hay Hong begitu tenang, kelengahan Su-to Yan bisa
dipergunakannya dengan baik, ia sudah mengeluarkan pedang dan
mentrapkan permainannya, memapaki serangan Su-to Yan.
Pedang Su-to Yan telah membentur pedang In Hay Hong.
Yang aneh ialah seperti terpendam, tidak ada serangan balik,
Seolah-olah menubruk tempat kosong. Hampir Su-to Yan
sempoyongan ngusruk kedepan.
Cepat sipemuda menarik kembali tenaganya, dan waktu inilah
serangan balikan In Hay Hong menyusul, menampilkan
kekuatannya. Su-to Yan terkejut, mengapa hari ini ia begitu tolol" Dikerahkan
tenaganya lagi, dan tenaga In Hay Hong punah. Sungguh betulbetul mengherankan sekali.
Permainan ilmu Pedang ln Hay Hong ada suatu permainan yang
betul-betul luar biasa, belum pernah Su-to Yan menemukan ilmu
pedang yang seperti ini, ditekan dia hilang, dan ditarik, dia
menyerang. Dikala Su to Yan hendak menarik kembali serangannya, kekuatan
In Hay Hong pun menyusul datang.
Keringat dingin mulai membasahi tubuh Su to Yan, dia
mengulang penyerangannya, dan secara bergelombang dan teratur
In Hay Hong menyedot tenaga-tenaga itu.
Sembilan digagalkan. kali Su-to Yan menyerang, sembilan kali pula Bilamana In Hay Hong menggerakkan lagi tenaganya, pasti Su-to
Yan tidak bisa menerima karena itulah, Su-to Yan segera
melepaskan pedang, dengan tubuh melejit kebelakang. ia
menggunakan ilmu pedang terbang, menguasai pedang Lay-hong
dari jarak jauh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Berhasil juga Su-to Yan menekan keajaiban permainan pedang In
Hay Hong, toh ia menderita luka dalam, dari sela-sela bibirnya
meleleh darah merah. In Hay Hong tertawa jumawa, ia berkata: "Sudah kau rasakan


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelihayan ilmu pedang Tong-hay ?"
Su-to Yan mempertahankan napasnya, ia mengetahui bahwa
dirinya telah menderita luka yang agak berat, bila tidak berhati-hati,
luka dalam itu segara terpecah menjadi luka yang berat, sulit
ditolong. Dengan senyuman yang menghina, In Hay Hong mengajukan
pertanyaan: "Dimana Ie Han Eng ?"
Seperti apa yang kita ketahui, In Hay Hong tergila-gila kepada Ie
Han Eng, sedangkan Ie Han Eng menyerahkan diri kepada Su-to
Yan, inilah keputusan kakek-kakek moyang sepasang anak muda
itu. Tentu saja ln Hay Hong menganggap ganjelan kepada Su-to Yan,
yang dianggap telah merebut gadis yang telah dicintainya.
Su-to Yan mengatupkan mulutnya rapat-rapat, ia sedang mencari
jalan, bagaimana bisa meloloskan diri dari kesulitan-kesulitan ini.
In Hay Hong mendongakkan kepala, dengan menengadah keatas
langit, ia mengeluarkan suara dengusan terlebih dahulu, baru
berkata: "Su-to Yan, bilamana aku mau, dengan satu kali tusukan, aku
bisa membikin tamat riwayat hidupmu."
Ancaman In Hay Hong ini bukan ancaman kosong, didalam
keadaan yang seperti itu, tidak mungkin Su-to Yan bisa
mempertahankan diri dari tusukan si jago Tong hay.
Tapi suara tadi disambung oleh satu suara yang sangat nyaring
dan merdu, itulah suara Bun In Hian, katanya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Jangan terlalu membuat penilaian yang terlalu rendah, disini
masih ada aku." Su-to Yan masih mengenali suara Bun In Hian, ia berpikir-pikir,
dengan alasan apa Bun In Hian mengejarnya terus menerus, ada
hubungan apa perkara ini dengan golongan istana Belang "
Bun In Hian menyusul tiba ditempat itu.
Terjadi pertarungan hebat, diantara In Hay Hong dan Su-to Yan,
menyaksikannya sebentar, ia karena dua orang yang sedang
mengadu pedang memusatkan perhatian mereka kepada lawan
masing-masing, mereka tidak sadar bahwa masih ada jago lain lagi
yang berdiri disamping sisi itu.
Kini sudah waktunya Bun In Hian menampilkan diri, maka ia
membuka mulut dan mengucapkan kata-kata yang seperti tadi.
Maksud tujuan mengejar Su-to Yan adalah hendak meminta ilmu
kitab ilmu pedang Maya Nada, dia dihasut oleh golongan Biarawati
Jaya, dikatakan bahwa kitab ilmu pedang Maya Nada ada masih
berada dalam kantong saku baju Su-to Yan, dikatakan bahwa Su-to
Yan sedang menuju ketempat itu, dengan cepat Bun In Hian
berhasil menyusul tiba. Tapi Su-to Yan menderita luka dalam karena kekuatan istimewa
dari In Hay Hong, rasa simpatiknya timbul mendadak, kini ia
memihak dibelakang Su-to Yan.
Kedatangan Bun In Hian berada diluar dugaan, In Hay Hong
mengetahui bahwa ilmu meringankan tubuh dan ilmu pedang gadis
tersebut sangat luar biasa, inilah bukan lawan ringan, tapi ia tidak
bisa mengembalikannya begitu saja, dengan mengeluarkan
dengusan dari hidung, In Hay Hong terkata:
"Hendak menolong dirinya" Kukira kau belum tentu mempunyai
itu kemampuan." Bun In Hian mesem-mesem, melirik kearah Su-to Yan sebentar,
karena menderita tenaga pedang In Hay Hong yang luar biasa, SuTiraikasih Website http://kangzusi.com
to Yan belum bisa bangkit, entah bagaimana keadaan luka
sipemuda itu, Su-to Yan tahu bahaya, Bun In Hian lihay, tapi In Hay Hong lebih
lihay, cepat-cepat ia mengalirkan peredaran darahnya, membenarkan keadaan luka-luka yang diderita.
Bun In Hian telah berdiri ditengah-tengah In Hay Hong dan Su-to
Yan, bilamana pemuda itu mengalami tekanan-tekanan In Hay Hong
yang lebih kuat. "Hei," berteriak In Hay Hong kepada Bun In Hian, "Bersediakah
kau bertempur ilmu pedang denganku?"
In Hay Hong bukan tandingan Bun ini Hian bilamana melawan
pedang sigadis dengan pukulan tangan kosong, dengan susah
payah dan dengan setengah mati, baru ia berhasil meloloskan diri
dari kejaran tusukan pedang gadis itu.
Tapi keadaan bisa terbalik, bilamana In Hay Hong diberi
kesempatan untuk menggunakan ilmu pedang juga, ilmu pedang
dari golongan Tong hay adalah ilmu pedang yang sangat luar biasa.
"ln Hay Hong," berkata Bun In Hiang, "Kau adalah bekas
pecundangku, biasanya lari ngiprit pergi. Urusan kita disambung
kembali, apa lagi mengingat Su-to Yan juga menjadi buronan orang
istana Belang kami. Kami melarang kau mengganggu atau melukai
dirinya." "Huh," In Hay Hong mendengus. "Kau kira aku takut kepadamu"
Kau memang gadis yang tidak tahu diuntung, Gadis yang tidak tahu
bahwa kau adalah dijunjung orang, aku mengalah kepadamu, aku
bertangan kosong melawan ilmu pedangmu, karena itu aku tidak
berhasil menundukkan dirimu, ini bukan berarti aku kalah, inilah
suatu penghormatan lain. Tapi kau salah terima, Baik! Kita boleh
bertanding lagi. Sama-sama menggunakan pedang. Hendak kulihat,
ilmu pedang siapa yang lebih lihay?"
Bun In- Hian menyedot napasnya dalam-dalam, ia mengeluarkan
pedang dan melintangkan didepan dada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Mata In Hay Hong berkilat-kilat, adanya Bun Hian ditempat ini
bisa mengganggu urusan dengan Su-to Yan yang sedang
membenarkan peredaran jalan darahnya.
Tidak lama lagi, bilamana sipemuda sudah berhasil memulihkan
kesehatannya, ia bisa dikeroyok oleh dua orang, itu waktu lebih
berbahaya lagi. Putusan In Hay Hong adalah harus cepat-cepat menjatuhkan Bun
In Hian. Baru saja Bun In Hian membikin persiapan, pedang In Hay Hong
sudah meluncur datang. Bun In Hian terkejut, badannya disentak, membuat sepuluh
macam jurus ilmu pedang, itulah perobahan-perobahan yang siap
menyelinap ke dalam kekosongan lawan.
In Hay Hong tertawa panjang, pedangnya seperti air mancur,
menekan Bun In Hian. Bun In Hian menggentak keatas, dan kini sepasang pedang
itupun telah beradu, lengket menjadi satu.
Ilmu pedang lengket dari golongan Tong-hay adalah ilmu terakhir
dari golongan yang bersangkutan. Belum pernah menampilkan
dirinya didalam rimba persilatan, apalagi rimba persilatan
Tionggoan. Su-to Yan adalah orang pertama yang merasakan kehebatannya
ilmu pedang lengket dari Tong hay itu.
Bun In Hian adalah orang kedua yang dipaksa berhubungan
dengan getah lengketnya lima pedang Tong hay itu.
Seperti juga keadaan Su-to Yan tadi, pedang Bun In Hian seperti
mati tenggelam, bilamana ia menggerakan tenaga, Tapi mau tidak
mau, tenaga itu tidak bisa ditarik kembali, tekanan balik dari
kekuatan In Hay Hong akan menyerang segera, bilamana ia
melalaikan kekuatannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Bun In Hian turut menyaksikan pertandingan pedang tadi, kini ia
mengerti, mengapa Su-to Yan kalah, mengapa Su-to Yan menderita
luka. Inilah yang menjadi sebab musabab, ilmu pedang lengket dari
Tong-hay memang hebat luar biasa !
Secepat itu pula Bun In Hian telah menemukan cara untuk
menghadapi ilmu pedang lengket dari daerah Tong-hay, ia tidak
mengerahkan tenaganya lagi, mempasrahkan diri, bilamana
gelombang pertama dari tekanan In Hay Hong datang, ia
mengikutinya mundur kebelakang.
Dan disusul oleh gelombang kedua tenaga In Hay Hong, ia
mundur lagi empat langkah, Demikian main mundur terus menerus
empat langkah, lima langkah, dan seterusnya.
Berapa hebat ln Hay Hong merangsek, secepat itu pula Bun In
Hian mundur kebelakang, ia tidak mau menerima tekanan itu, tapi
menyertainya selalu. Cara-cara yang digunakan Bun In Hian adalah cara-cara yang
terbaik untuk menghadapi ilmu pedang lengket dari Tong-hay, In
Hay Hong harus memuji kecerdikan otak gadis Khong-kiok kiong itu,
Hanya cara inilah yang bisa memberi perlawanan atas dirinya.
Terlambat beberapa detik saja, pasti Bun In Hian celaka, bila
sampai terjadi persatu paduan yang melekat, untuk mengikuti arus
itupun sudah tidak mungkin lagi. Masih beruntung Bun In Hian
bergerak cepat, sebelum mengerahkan tenaga lengket In Hay Hong,
ia telah menunggangi situasi itu.
In Hay Hong pertandingan itu. menarik pulang pedangnya mengakhiri Disini letak kepintaran In Hay Hong, ia maklum, sampai keujung
langitpun didesak, pasti tidak mungkin terjadi kelengketan, Bun In
Hian tidak mau menerima tenaganya. Ia maju sepuluh langkah, Bun
In Hian mundur sepuluh langkah, ia maju seribu kali, Bun In Hian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mundur seribu kali, ia maju keujung langit, Bun In Hianpun akan
mundur keujung langit. Pertempuran yang seperti itu tidak beda dengan pertempuran
tadi. Bilamana tadi In Hay Hong yang dikejar kejar oleh ilmu pedang
Bun In Hian, kini perobahan lain sekali, Kini Bun In Hian yang harus
mengelakkan kekuatan lengket dari In Hay Hong.
Melihat In Hay Hong menarik pedangnya demikian juga
menyudahi pertempuran itu, ia sangat puas atas hasil hasil tadi.
Tapi In Hay tiang bukan jago dari Tong hay bilamana ia sudahi
sampai disitu. Secepat itu pula menggerakkan pedang, kali ini tidak
ditujukan kepada Bun In Hian, karena mengetahui kecerdikannya
gadis ini, kali ini ujung pedang diarahkan kearah Su-to Yan yang
masih duduk bersila. Tentu saja Su-to Yan tidak tahu akan adanya bahaya itu, ia
masih diam ditempat. Terdengar jeritan kaget Bun In Hian, bilamana ia membiarkan
kejadian itu berlangsung, pasti Su-to Yan celaka, Membarengi
jeritan tadi, tubuhnya melejit, dan menangkis ilmu pedang In Hay
Hong. In Hay Hong tertawa berkakakan, membarengi suara trang dari
beradunya kedua pedang, terjadi kelengketan, Bun In Hian masuk
perangkap. Kini ia dipaksa mengerahkan kekerasan, dan kekerasan
itu telah di tempel oleh In Hay Hong kekuatan lengket dari ilmu
pedang yang seperti getah nangka itu, melekat keras sekali.
Bun In Hian hendak menarik kembali pedangnya, tapi tidak
berhasil, kini ia tertekan terus menerus.
Keringat dingin mulai membasahi tubuh gadis itu.
Apa boleh buat, Bun In Hian mengerahkan tenaga. Tapi betapa
kuatpun tenaga yang dikerahkan, terpendam lenyap sama sekali.
In Hay Hang tertawa berkakakan, pedangnya dipentilkan, ia
hendak membikin serangan yang terakhir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Terdengar satu suara pekikan panjang dibarengi oleh
berkelebatnya sinar pedang, itulah pedang dari luar pertandingan,
pedang ketiga yang menyelak masuk.
Pedang yang baru datang adalah pedang Su-to Yan.
Pedang Su-to Yan dan pedang Bu In Hian menekan kekuatan
pedang In Hay Hong. Rasa terkejutnya In Hay Hong tidak kepalang, sungguh diluar
dugaan Su-to Yan bisa sembuh begitu cepat, sedapat mungkin ia
menekan rangsakannya dua pedang itu.
"Traaaaang !" Tiga pedang terpisah, terhuyung-huyung Su to Yan lompat ke
belakang, dengan wajah yang pucat pasi, tidak berdarah.
In Hay Hong berdiri tanpa membuka mulut, memandang kedua
lawannya yang berada di depan itu.
Bun In Hiat luput dari bahaya luka dalam, tapi wajahnya sudah
menjadi putih kebiru-biruan, dikejutkan oleh kejadian tadi, juga
sudah cukup membuat tidak lupa untuk seumur hidupnya.
Ternyata Su-to Yan begitu memperhatikan dirinya, mengetahui
bahwa ia dalam keadaan bahaya. Tanpa memperhitungkan keadaan
lukanya yang belum sembuh betul, menempur In Hay Hong segera,
Dan kini Su to Yan sudah terkena kekuatan balik In Hay Hong, lagilagi menderita luka.
Bun In Hian tidak berani memikir panjang, akibat itu sungguh
berbahaya sekali, segera ia melejitkan diri, menangkap sebelah
tangan Su-to Yan, dan bagaikan seekor alap-alap yang menenteng
anak ayam, menjinjing si pemuda pergi meninggalkan tempat itu,
gerakannya cepat sekali. Menunggu bayangan Su-to Yan dan Bun In Hian lenyap dari
tempat itu, baru In Hay Hong berani membuka mulutnya, hoooaaak,
dari sana terhambur keluar butiran darah mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ternyata In Hay Hongpun sudah menderita luka, tapi dia
menekan semua luka-luka itu di perlihatkan kegagahannya dan
berhasil menipu Su-to Yan dan Bun In Hian. Bun In Hian menyangka
bahwa In Hay Hong akan mengambil tindakan lain, maka cepatcepat melarikan diri.
Bilamana Bun In Hian tahu bahwa In Hay Hong juga sudah
menderita luka, pasti si gadis tidak mau meninggalkan tempat itu.
Mengingat keadaan gadis itu masih sehat walafiat
In Hay Hong terpekur, memandang keatas langit tinggi,
kecongkakannya lenyap mendadak. Kini mengetahui bahwa didalam
dunia ini bukan hanya ia seorang diri yang menjadi jago. Ternyata
masih banyak jago-jago lainnya yang bisa menandingi dirinya.
Kesombongannya telah lenyap. Menyusul larinya Bun In Hian
yang menenteng Su-to Yan, Dalam keadaan malam gelap mereka
berlarian untuk beberapa waktu.
Mengetahui betul bahwa In Hay Hong tidak membikin pengejaran
sehingga jarak mereka sudah cukup jauh, Bun In Hian
mengendorkan langkahnya dan akhirnya berhenti di tepi sebuah
sungai kecil. Mendudukkan dan membiarkan Su-to Yan mengatur peredaran
jalan darahnya, Bun In Hian memandang air sungai yang jernih itu,
pikirannya melayang-layang jauh.
Dikala fajar menyingsing, perlahan-lahan Su-to Yan menarik kulit
penutup mata, bangkit berdiri, dan mulai memikirkan apa yang telah
terjadi.

Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara desiran itu mengejutkan Bun In Hian, cepat-cepat ia
menoleh ke belakang, tampak olehnya, Su-to Yan telah segar bugar
seperti sedia kala, Si gadis terkejut, ternyata pemuda itu telah
berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yang tertinggi, bisa
menyembuhkan luka-luka dalam secepat itu.
Teringat kejadian-kejadian yang belum lama berlangsung, Su-to
Yan terluka di bawah tangan In Hay Hong, dan In Hay Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menggempur Bun In Hian, keadaan gadis tersebut terdesak, dengan
melupakan keadaan dirinya yang belum pulih betul, Su-to Yan
menerjang datang, dengan kekuatan bersama, akhirnya berhasil
mengalahkan In Hay Hong. Di depan Su to Yan berdiri Bun In Hian maka mengetahuilah ia
ketua golongan istana Belang Khong kiok-kiong inilah yang
menolong. "Mengapa kau menolong diriku?" bertanya si pemuda.
Sepasang sinar mata Bun In Hian tertatap di atas wajah Su-to
Yan, iapun tidak mengerti apa alasannya sehingga menyebabkan ia
mau turun tangan membantu Su-to Yan. seharusnya kejadian ini
tidak perlu terjadi. Tujuannya hanya meminta kitab ilmu pedang Maya Nada, bukan
menjadi pengawal pribadi si pemuda kosen itu, terasa olehnya ada
sesuatu yang sulit dikatakan, perasaan ini adalah perasaan luar
biasa dari seorang gadis remaja.
Mungkinkah cinta" Sedapat mungkin Bu In Hian menahan gejolak hatinya yang
seperti itu, dengan berusaha membiasakan diri ia berkata:
"Diantara sesama manusia, sudah wajib tolong menolong.
Mengapa tidak boleh menolong dirimu?"
"Terima kasih." secara jujur dan terus terang, Su-to Yan sangat
bersyukur sekali. "Kukira kau tidak perlu mengucapkan terima kasih," berkata Bun
In Hian. "Akulah yang harus mengucapkan terima kasih kepada mu,
karena adanya bantuanmu. Aku bisa mengalahkan In Hay Hong.
Kau begitu baik, bersedia mengorbankan diri dalam keadaan belum
pulih betul, karena itu kau menderita lagi."
"Sekali lagi kuucapkan terima kasih." berkata Su-to Yan, "Tapi
aku masih ada urusan, aku hendak minta diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tiba-tiba saja wajah Bun In Hian menjadi murung, nampak sekali
sangat berduka, dengan menundukkan kepala ke bawah,
memandang tanah, ia berkata perlahan:
"Mungkinkah karena urusan gadis itu?"
Tentu saja Ie Han Eng yang dimaksudkan olehnya.
Su-to Yan menganggukkan kepala, tidak bicara lagi.
Bun In Hian seperti hendak mencari sesuatu yang tidak mungkin
bisa berhasil, sedapat mungkin ia berdaya upaya, apa guna lagi"
Maka ia berkata: "Isterimu?"
Su-to Yan bergoyang kepala. "Belum." ia berkata.
Menyaksikan keadaan Su-to Yan yang malu-malu, seperti
seorang pemuda pingitan, Bun In Hian menjadi geli, dengan tertawa
ia berkata: "Pergilah. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Kudoakan kau
agar bisa berhasil. Kuucapkan selamat bahagia kepada kalian
berdua. Di-misalkan ada sesuatu yang hendak memerlukan bantuan
tenaga, dengan suka rela aku akan menggerakkan kekuatan istana
Belang-belang, membantu usahamu."
Inilah perobahan yang sangat mendadak dari seorang musuh
menjadi seorang kawan, tentu saja itu tidak mudah.
Dengan adanya bantuan Istana Belang Khong kiok kiong, mana
mungkin Su-to Yan tidak berhasil "
"Atas janjimu pada hari ini, sebelum dan sesudahnya aku
mengucapkan banyak terimakasih." Su-to Yan memberi hormat.
Merangkapkan kedua tangannya dan berkata. "Selamat berjumpa
dilain waktu." Tubuh si pemuda melejit dan masih berusaha menyusul ke arah
larinya Tie Ie Ya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Adanya Su-to Yan di depan Bun In Hian membuat ia sangat
bergairah, dan bayangan itu sudah lenyap mendadak, seolah-olah
kehilangan suatu benda kesayangannya, murung!
Si gadis istana Belang juga ngelamun, seolah-olah ia hidup
kembali, Hidup sunyi dan sepi, tidak ada kawan, dan tidak ada
bantuan, ia berjalan dengan menundukkan kepala, keadaannya
begitu bingung. Su-to Yan mengambil arah barat, sesudah terjadinya gangguan
ini, tentu saja tidak mungkin bisa menyelidik Tie It Ya, sedangkan
ilmu kepandaian kakek serba putih itu begitu hebat sekali, tanpa
adanya gangguanpun belum tentu ia bisa menyandak, apa lagi
sudah terlantar sekian waktu, inilah harapan kosong.
Tapi Su-to Yan masih mencoba, mencoba dan mencoba terus.
Satu hari penuh Su-to Yan melakukan perjalanan yang seperti
itu, akhirnya ia tiba di gunung Ngo-bie san. Tempat yang dijanjikan
oleh Tie It Ya untuk bertemu kembali,
Tie It Ya pernah meninggalkan pesan, agar Su-to Yan menunggu
di puncak Kim-teng dari gunung Ngo-bie san.
Tapi waktu janji itu, ditetapkan tiga hari kemudian.
Dan kini Su-to Yan tiba lebih cepat dari waktu yang dijanjikan
hatinya berpikir: "Entah apa maksud dan tujuan kakek serba putih itu"
Mungkinkah membawa Ie Han Eng turut serta?"
Su-to Yan menuju ke arah puncak Kim-teng.
Di puncak ini pun belum ada orang, Su-to Yan sangat kecewa,
Sampai ini waktu baru ia merasa lelah, perlahan-lahan dia duduk
mengatur peredaran jalan darahnya, menenangkan gejolak hati
yang tak karuan. Su-to Yan duduk seorang diri, dadanya di rasakan sesak sekali,
sulit untuk dia bisa mempertahankan ketenangannya, Disebabkan
pikiran-pikiran yang banyak menggoda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tidak henti-hentinya bayangan Tie It Ya dan bayangan Ie Han
Eng muncul ditempat itu. Tapi Semua itu hanya khayalan belaka,
belum menjadi suatu kenyataan.
Di dalam keadaan samar-samar, tiba-tiba tampak sesuatu
bayangan meluncur datang.
Hati Su-to Yan tergerak, tidak perduli siapa orang itu, karena Tie
It Ya yang menjanjikannya menunggu dipuncak ini, pasti
mempunyai hubungan dengan sikakek serba putih. Karena
mempunyai hubungan dengan sikakek serba putih pasti ada sedikit
sangkut paut dengan Ie Han Eng, Orang ini tentu adalah orang Tie
It Yan. Tapi, segera sipemuda menjadi kecewa, ia maklum, yang datang
bukannya Tie It Ya ! Su-to Yan tidak menduga pada Tie It Ya, karena gerakan orang
ini jauh berbeda dibawah sikakek serba putih itu.
Waktu tiga hari yang dijanjikan sudah hampir tiba, walau belum
tepat waktunya, Tokh sama sama saja.
Semakin lama, bayangan ini semakin mendekat, Su-to Yan
mementangkan sepasang matanya lebar-lebar, ia terbelalak, orang
itu adalah orang yang tidak asing baginya, kekasih pertama yang
memasuki lubuk hatinya, itulah Cin Bwee !
Eh, bagaimana Cin Bwee bisa datang ke tempat ini "
Betul-betul Su-to Yan tidak mengerti Apa lagi yang
disandiwarakan oleh orang " Mana mungkin Cin Bwee bisa turut
serta dalam persengketaan ini!
Cin Bwee telah mendekati Su-to Yan, gerakannya seperti sangat
berat, sepasang air matanya berlinang turun, membasahi pipinya
yang sudah tidak botoh lagi, ia menghampiri pemuda itu.
Su-to Yan jadi masih bingung, sesudah ia tahu bahwa kakek
moyangnya menunangkan dirinya dengan Ie Han Eng, perasaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kepada Cin Bwee itu harus ditekan, tidak mungkin ia merangkul dua
gadis sekaligus. Sedapat mungkin Cin Bwee menahan rasa cintanya, tapi tidak
berhasil jarak dengan sipemuda itu terlalu dekat, dengan satu kali
tubruk ia menangis sedih didalam dekapan sipemuda.
"Engkoh Yan," berkata Cin Bwee sesenggukan, "Tidak kusangka,
aku masih mempunyai waktu untuk bertemu denganmu lagi,"
Cin Bwee menangis semakin sedih.
Su to Yan mengusap-usap pundak gadis itu, ia berkata perlahan:
"Adik Bwee, kau kurus sekali."
"Karena memikirkan dirimu." berkata Cin Bwee.
"Jangan terlalu memakan hati, segala sesuatu tidak bisa
dipaksakan." Cin Bwee menangis lagi. "Eh," berkata Su-to Yan terkejut. "Mengapa kau menangis
melulu?" Cin Bwee menyusut air matanya, ia berkata.
"Aku senang karena bisa bertemu denganmu lagi."
"Simpanlah air matamu itu. Ubahlah dengan senyum yang riang
dan ramai." berkata Su-to Yan.
Cin Bwee memaksakan untuk tertawa, tapi sangat pahit sekali,
tertawa itu lebih-lebih cepat dikatakan tertawa kesedihan, boleh
juga di katakan tertawa meringis.
Cin Bwee masih tetap bersedih.
"Aku juga senang bisa berjumpa denganmu." berkata Su-to Yan.
"Kini hubungan kita sudah bukan hubungan biasa lagi, tahukah kau,
bahwa ayah angkatku dan suhumu itu adalah dua saudara
seperguruan, maka kitapun saudara seperguruan, aku adalah
Suhengmu, untuk selanjutnya aku memanggilmu sumoay saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Cin Bwee berkata: "Aku memanggilmu suheng ?"
"Tentu." "Aku bergembira sepertimu." bisa mempunyai seorang suheng yang "Eh, dimana supek dan sukow?"
Yang diartikan supek oleh Su-to Yan adalah Put-in Taysu dan
yang diartikan Sukow adalah guru Cin Bwee, si jago wanita dari
gunung Kun-lun. Cin Bwee menjawab pertanyaan itu, katanya:
"Aku tidak tahu, Aku melakukan perjalanan seorang diri, Aku
meninggalkan gunung Kun-lun secara diam-diam. Tidak memberi
tahu kepada mereka."
Hati Su-to Yan tercekat, apa maksud tujuan Cin Bwee
meninggalkan gunung Kun lun seorang diri, tentu hendak mencari
dirinya mengapa harus mencari dirinya" Karena Cin Bwee masih
cinta. Lenyaplah wajah terang Su-to Yan, Tidak mudah untuk
mengatasi persoalan yang seperti ini.
Teringat kepada Ie Han Eng, dimanakah Ie Han Eng itu berada"
Mengapa Tie It Ya menculiknya "
Terdiam beberapa saat Cin Bwee berkata lagi:
"Disepanjang jalan, aku mendapat berita bahwa kau menuju ke
tempat ini, maka cepat-cepat aku menyusul. Kudengar kau baik
sekali dengan Ie Han Eng, betulkah ada kejadian yang seperti itu ?"
Lagi-lagi Su to Yan menganggukkan kepala, ia tidak membuka
mulut. Semua gerak-gerik Su-to Yan itu tidak lepas dari penilaian Cin
Bwee, rasa sigadis semakin sedih. Air matanya sudah membendul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
dikelopak kembali. Mulutnya bergerak-gerak, berat
mengucapkan kata-kata, akhirnya tercetus juga suaranya:
sekali "Kau sudah bosan kepadaku ?" suara Cin Bwee sangat serak.
Dengan rasa penuh penyesalan, Su-to Yan menggenggam tangan
Cin Bwee, ia berkata perlahan.
"Siapa yang bosan kepadamu" Kita adalah suheng dan sumoay,
bukan ?" Cin Bwee melempar pegangan tangan Su-to Yan, dengan
menahan air matanya ia berkata:
"Kau pernah berjanji kepadaku untuk tidak menerima hati gadis
lain lagi, kini mengapa kau melanggar janji sendiri?"
Su-to Yan menundukkan kepalanya, dengan lemah ia berkata:
"Terlalu banyak kejadian-kejadian yang berada di luar dugaan.
itu waktu, aku tidak tahu bahwa aku telah ditunangkan pada Ie Han
Eng, Dan selama terjadi hubungan kami, Ie Han Eng juga cinta
kepadaku, aku cinta kepadanya."
"Hanya aku yang tidak cinta?" berkata Cin Bwee.
"Aku juga cinta kepadamu. Cinta seorang suheng kepada seorang
sumoay." Rasa kecewanya Cin Bwee tidak kepalang, dia membelakangi Suto Yan, dan bertindak pergi, gerakannya lembut sekali.
Cepat-cepat Su-to Yan menyusulnya, memegang pundaknya dan
berkata perlahan: "Marah kepadaku?"
"Siapa yang berani marah kepadamu?" berkata Cin Bwee.
Hatinya seperti diiris-iris, pedih sekali.
Tiba-tiba saja, Cin Bwee mengenjot tubuhnya, melemparkan
pegangan Su-to Yan dan pergi begitu saja.
"Sumoay!" berteriak Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tapi Cin Bwee tidak menjawab pertanyaan itu, bayangan sigadis
telah lenyap dibawah gunung.
Su-to Yan berdiri dipuncak gunung Kim-teng seorang diri.
Maksudnya hendak mengejar Cin Bwee, tapi bila ia meninggalkan
tempat itu, lenyap harapannya untuk bisa bertemu dengan Tie It Ya
dan tanpa bertemu dengan Tie It Ya, bagaimana ia bisa
menemukan Ie Han Eng"
Cin Bwee lenyap dari pandangan mata si pemuda, ia tidak
memperdulikan betapa kerasnya Su-to Yan memanggil, ia sudah
putus harapan, ia pergi begitu saja.
Atas nasib Cin Bwee yang dialami itu, Su-to Yan juga merasa
kasihan, tapi apa daya, tidak ada lain jalan.
Su-to Yan tertegun ditempat itu, malam berlarut-larut lalu duduk
terus menantikan kedatangan Tie It Ya
Orang yang diharap-harapkan itu belum juga kunjung datang,
kini fajar mulai menyingsing.
Matahari pagi membentangkan sinarnya yang gilang gemilang,
menyilau seluruh jagat. Itu suatu pemandangan yang sangat indah, tapi hati Su-to Yan
risau, tidak ada minat untuk merasakan dan menikmati keindahan
alam yang permai ini. Jauh diujung jalan, meluncur sebuah titik hitam, datang cepat
sekali, dan dibarengi oleh terdengarnya suara pekikan burung, itulah
sibiru, burung rajawali dari daerah Tong hay.


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Su-to Yan cukup kenal dengan pekikan suara burung itu, ia
terkejut, lagi-lagi Khong Bun hendak mencari dirinya, Urusan apa
lagi" Rajawali biru dari daerah Tong-hay menukik turun, dari sana
tampil sijago wanita. Keadaan Khong Bun ini sama seperti sediakala,
Cukup gagah, sedang dikucilkan oleh Su-to Yan, seharusnya ia
kembali kedaerah Tong hay, tapi tidak tahan hasutan, dan kini balik
kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan tidak niat memberi hormat, ibu angkat ini sudah
meracuni ayah angkatnya, itulah kesalahan yang terbesar, tapi Samkie Ju-su In Hong tidak berpesan kepadanya, tidak meminta ia
mengadakan penuntutan balas itu, maka ia menyerahkan kepada
kodrat alam, Bagai mana takdir memberi hukuman kepada Khong
Bun. Khong Bun sudah menghadapi Su-to Yan, dengan dingin ia
berkata: "Su to Yan, mungkinkah kau menganggap musuhmu masih
kurang banyak" Menyebar-nyebarkan berita tentang pertandinganmu dengan Tie It Ya dipuncak gunung ini" Apa maksud
tujuan utama dari hatimu itu" Sungguh aku tidak mengerti."
Su-to Yan tertegun, janjinya dengan murid bontot Manusia Super
tanpa tandingan Thian Kho Cu hanya diketahui oleh orang-orang
yang bersangkutan, bagaimana ia menyebar-nyebarkan berita"
Tentu saja, didalam hal ini, terdapat pihak ketiga.
Siapa yang bisa mengetahui jelas keadaan dirinya" Hanya
golongan Biarawati jaya yang selalu mengintil dan membayangi
dirinya, hanya golongan lemah tanpa ilmu kepandaian itulah yang
mengetahui seluk beluk keadaan dirinya.
Pasti, pasti sekali, sangat pasti bahwa berita yang dikatakan oleh
Khong Bun adalah bersumber dari golongan Biarawati jaya !
Su-to Yan diam, Tidak bicara.
Khong Bun menggendong sepasang tangannya, memperhatikan
keadaan itu, sebentar, baru ia berkata lagi:
"Su-to Yan, biar bagaimana aku adalah ibu angkatmu. Dahulu,
kau pernah berlaku kurang ajar, menghajar diriku, pikirlah baik-baik,
patutkan seorang anak angkat memukul ibu angkat sendiri?"
"Aku hanya mempunyai seorang ayah angkat, Tapi tidak
mempunyai ibu angkat," berkata Su-to Yan singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Huh !" Khong Bun mendengus. "Su-to Yan, ketahuilah bahwa
musuhmu itu berjumlah sangat besar! Tidak sedikit! Ie Han Eng
sudah lenyap, In Hay Hong tidak mungkin bisa melepaskan begitu
saja. Banyak jago-jago kelas satu hendak mengejar dirimu. Tahukah
kau, betapa tenaga yang harus kau sediakan untuk menghadapi
mereka" Kuatkah kau menghadapi mereka" Tanpa bantuan
seseorang ?" Su-to Yan menengadahkan kepala kelangit tinggi, sikapnya ini
seperti orang yang sangat congkak, Tidak memandang mata kepada
manusia yang bicara didepan dirinya.
Khong Bun sudah mulai berdiplomasi, ia berkata lagi:
"Su-to Yan, aku sendiri menyediakan tenaga untuk membela
dirimu, inilah itikat baikku. Bersedia kau menerima uluran
tanganku?" "Terima kasih." berkata Su-to Yan singkat.
"Berpikirlah baik-baik." berkata lagi Khong Bun. "Apa untungnya,
dan apa ruginya berselisihan denganku, Bilamana kau bersedia
menerima tawaranku, kukira tak mungkin ada orang yang berani
mengganggu lagi. Tapi menolak tawaranku, berarti menambah satu
musuh baru. Berpikirlah baik-baik."
"Musuhku terlalu banyak." berkata Su-to Yan, "Hilang satu atau
bertambah satu tidak menjadi soal bagiku."
Khong Bun berkata: "Khie Tojin, orang yang menjadi guru dari ayah angkatmu itu
adalah pamanku, ia menurunkan ilmu kepandaian kepada tiga
orang, aku, In Hay Hong dan Sam kie Ju-Su In Hong. Dan dari
ketiga orang ini, ilmu kepandaian yang diturunkan kepadakulah
yang paling sedikit mana mungkin kubiarkan ilmu itu kubiarkan
terjun di kedalam tanganmu, aku berhak menuntut kembali, sebagai
kemenakannya yang syah, aku berhak menuntut kembali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kukira kau sudah kehilangan hak ahli waris itu." berkata Su-to
Yan: "Segala tindak tandukmu melanggar kemanusiaan, melanggar
tata tertib keduniaan."
Atas sikap kedatangannya Khong Bun, Su-to Yan membawakan
sikapnya acuh tak acuh, ia sedang memikirkan, bagaimana harus
menghadapi Tie It Ya, bagaimana harus menolong Ie Han Eng, dan
bagaimana harus mengatasi kesulitan itu.
Untuk menempur jago-jago lihay yang hendak merebut hak milik
pribadinya, Su-to Yan tidak perlu gentar, ilmunya telah cukup tinggi
tidak mungkin bisa dikalahkan oleh mereka.
Ada atau tidaknya bantuan Khong Bun, tidak menjadi soal, pasti
Su-to Yan bisa mengalahkan orang-orang itu.
Dikala Su-to Yan sedang melamun, tiba-tiba terdengar desiran
tajam yang meluncur, inilah penyerangan gelap, secara diam-diam
Khong Bun sudah mengeluarkan pedang, termasuk ke-arah pemuda
itu. Disini letak liciknya kejahatan Khong Bun, mengetahui tidak
mungkin dapat mengalahkan pemuda itu secara berterus terang, ia
hendak membokong, dan hendak merebut kembali kitab pelajaran
peninggalan Kie Toojin. Sungguh diluar dugaan, didalam posisi yang seperti ini, sesudah
mengalami kekalahannya, Khong Bun masih berani mencoba-coba,
dengan mengirim satu serangan bokongan ini berani mengungkit
macan yang sedang tidur. Su-to Yan bergerak cepat, maju kedepan dengan mengenakan
pedang penyabet kearah serangan bokongan, Terdengar suara
ngeberebet panjang, baju luar Su-to Yan koyak oleh serangan
pedang Khong Bun. Tapi Su Yan tidak menderita luka, ia sudah mengambil posisi
baru, menghadapi Khong Bun, secara berhadap-hadapan, dengan
sinar mata penuh kehinaan ia menatap wajah wanita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Hati Khong Bun lebih kaget lagi, ia menduga pasti bahwa tusukan
pedang gelapnya tadi bisa mematikan sipemuda, sedikit-dikitnya
membuat luka terberat, tapi dengan hanya satu gebrakan saja Su-to
Yan sudah lolos dari maut.
Disini letak kehebatan dan kepandaian ilmu Su-to Yan.
Bila seorang yang membokong seperti itu, dan tanpa hasil yang
sempurna, orang ini pasti merasa malu, karena ia telah melakukan
sesuatu yang tidak patut dilakukan, tapi Khong Bun sudah hilang
rasa malunya. Sesudah ia dikalahkan oleh Su-to Yan, dendam itu tidak bisa
terbalas, ia bermaksud membunuh Su-to Yan tidak peduli secara
terang atau secara menggelap, yang penting mengalahkannya.
Penyerangan gelap Khong Bun tidak mengenai sasarannya.
Su-to Yan menarik napas dalam dalam, ia membentak:
"Lekas kau pergi dari tempat ini, bilamana bersikap bandel,
jangan katakan aku yang keterlaluan !"
Menghadapi ancaman yang seperti itu, Khong Bun tidak menjadi
gentar, ia tahu tidak lama lagi, pasti bakal terjadi kekalutan, banyak
jago-jago yang hendak merebut kitab ilmu pedang Maya Nada,
banyak jago-jago yang hendak memusuhi Su to Yan, bilamana ia
bertahan beberapa saat, menunggu sampai kedatangan jago jago
itu, tidak mungkin Su-to Yan berani kepadanya, Kekuatan mereka
sangat besar. Kehadiran Khong Bun ditempat itu sangat menjengkelkan Su-to
Yan, kemarahannya meluap luap, teringat kembali kematian Sang
ayah angkat Sam kie Ju-su In Hong, itulah akibat racun perahan
dari Khong Bun. Teringat kematian Seng mo Leng Kho Tiok, itulah
akibat dari pukulan Khong Bun.
Ujung pedang Su-to Yan diarahkan ketempat Khong Bun berdiri,
segera sipemuda membentak:
"Lekas enyah dari tempat ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Khong Bun masih memegang pedang, inilah senjatanya, ia
pernah menderita kekalahan dari Su-to Yan. Tapi bilamana ia
berhati-hati, dan dilihat dari keadaan Su-to Yan, yang seperti itu
mana mungkin menyerang dirinya" Maka sikap Khong Bun sangat
tenang. Khong Bun tidak menghiraukan ancaman Su-to Yan.
Tiba-tiba Su-to Yan berteriak: "Awas !"
Ujung pedang membuat suatu lingkaran kecil, dan semakin lama
semakin besar, arah tujuannya Khong Bun.
Khong Bun mundur dua langkah, dan memainkan pedangnya,
dengan maksud tujuan menangkis serangan Su-to Yan.
Terdengar suara gemerincing yang saling susul menyusul, Khong
Bun tersentak mundur tiga langkah, Dikala ia memperhatikan
pedang di tangannya tajam pedang itu sudah lenyap, hanya gagang
pedang saja yang masih terpegang.
Terjadi hujan logam yang berkeping-keping, itulah pedang Khong
Bun yang sudah hancur, dipukul pecah oleh tenaga dalam Su-to
Yan. Bagaikan gelas kristal yang mudah dihancurkan, pedang Khong
Bun rontok berceceran. Sedapat mungkin Su-to Yan mengendalikan kelihayannya, tapi
itupun sudah cukup. Dengan kejadian ini, ia memberi suatu bukti
yaitu, bilamana ia ada maksud untuk membunuh wanita berbaju
hijau itu, dengan mudah saja bisa dilakukan. Tapi ia tidak mau,
hanya bermaksud mengusir pergi dari tempat tersebut.
Sudah dua kali Khong Bun terjungkal di bawah Su-to Yan, kini
ketangkasannya mulai lumer, ia memekik memanggil burung
tunggangannya, si biru datang meluncur dan dengan satu kali
lompatan, Khong Bun menunggangi burung itu meluncur pergi
Meninggalkan puncak Kim teng di gunung Ngo-bie-san.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan mengeluarkan helaan napas dalam-dalam. Biar
bagaimana Khong Bun adalah ibu angkatnya, ia hampir terluka
karena tipu muslihat Khong Bun yang memancing Cin Bwe pergi,
maka ia jatuh dari jurang sihir.
Sesudah itu kematian Sam-kie Ju su In Hong disusul dengan
kematian Seng-mo Leng Kho Tiok, semua ini adalah akibat dari
keganasan Khong Bun. Tapi dia tidak bisa membunuh wanita itu.
Akhirnya Su-to Yan berhasil mengusir Khong Bun pergi dari
tempat tersebut. Su-to Yan masih menunggu, dengan sabar ia menunggu.
Satu bayangan bergulung-gulung naik ke atas puncak, sangat
cepat sekali dan gesit sekali, Su-to Yan segera menduga kepada Tie
It Ya. Dugaan Su-to Yan tidak salah, orang yang datang adalah Tie It
Ya, murid bontot dari Manusia Super tanpa tandingan Thian Kho Cu,
Tie It Ya sudah berada di atas puncak Kim-Teng, ia hanya seorang
diri ia tidak membawa Ie Han Eng.
Kejadian ini sangat mendebar-debarkan Su-to Yun, tidak
hadirnya Ie Han Eng di tempat itu adalah suata beban baginya.
Jauh di belakang bayangan Tie It Ya, bergulung-gulung pula satu
bayangan hijau, kegesitannya tidak kalah Tie It Ya, dan secepat itu
pula bayangan hijau sudah terpeta.
Jelas inilah jago ternama pulau Tong Hay, In Hay Hong!
Terlihat wajah kecut Tie It Ya yang mengkerut masam,
memandang ke arah kedatangan In Hay Hong dan kini mereka
berhadap-hadapan. Sedianya Tie In Ya hendak tertawa gelak gelak, karena sangat
puas atas kedatangan su-to Yan, tapi dia tidak membutuhkan In
Hay Hong, memperhatikan orang itu beberapa saat, dengan suara
yang sangat dingin ia berkata:
"Apa maksud kedatanganmu di sini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hoa ... hoa... ha... ha..." In Hay Hong tertawa besar.
"Tutup mulutmu!" Tie It Ya membentak keras, "Tentunya kau
inilah yang bernama In Hay Hong. Kukira hanya seorang yang
berani berlaku sombong padaku."
-ooo0dw0ooo- Jilid 21 "BETUL." jawab In Hay Hong dengan satu anggukkan kepala,
"Tentunya kau ini yang bernama Tie It Ya. Hanya kau seorang yang
berani berlaku sombong kepadaku."
"Manusia congkak!" Memaki Tie It Ya.
"Manusia angkuh!" balas maka In Hay Hong.
"Rasakan pukulanku!" Berkata Tie It Ya. Betul-betul ia menerjang
In Hay Hong. In Hay Hong tidak mau kalah, dia juga bergebrak, terjadilah
pertempuran antara Tie It Ya dan In Hay Hong.
Disaat ini Su-to Yan bertindak tiga langkah, dengan suara yang
sangat keras seperti guntur ia membentak:
"Hentikan pertempuran ini!"
Suara itu bagaikan guntur membelah angkasa, mengejutkan
kedua orang itu. Akan tetapi tidak satu dari kedua orang itu yang
mau berhenti. Su-to Yan marah besar, dengan satu tangan saja, ia menyelak di
tengah-tengah mereka. Tangan kanan memukul Tie It Ya, tangan
kiri memukul In Hay Hong.
Tie It Ya dan In Hay Hong tidak berani menangkis serangan Suto Yan ini, maka mereka pun terpisah.
Terjadi kedudukan segi tiga, di timur Su-to Yan, di barat daya Tie
It Ya, dan di tenggara In Hay Hong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan memandang ke arah Tie It Ya dan membentak:
"Hei, dimana kau sembunyikan Ie Han Eng"!"
"Ie Han Eng sudah hilang," acuh tak acuh sikakek serba putih itu
menjawab. "Apa?" pandangan mata Su-to Yan dirasakan menjadi gelap, "Ie
Han Eng hilang?" "Mana mungkin Ie Han Eng bisa lenyap."
"Diculik orang," berkata Tie It Ya singkat.
Su-to Yan memperhatikan keadaan kakek tua serba putih itu, dari
cahaya mukanya, kata-kata dan keterangan tadi pasti bukan isapan
jempol, Tapi mungkinkah ia bisa percaya" Masakan ada orang yang
bisa menculik Ie Han Eng dari bawah tangan Tie It Ya "
Bukan, Su-to Yan saja yang tidak percaya, In Hay Hong juga
ragu-ragu, ia baru tahu Ie Han Eng telah diculik oleh Tie It Ya, Dan
dari tangan Tie It Ya ada suatu golongan lain yang menculiknya
pula. Siapa yang menculik Ie Han Eng" Mungkinkah ada orang yang
bisa mengalahkan ilmu kepandaian Tie It Ya"
Tiba-tiba Su-to Yan memancarkan suara geramannya:
"Tie It Yan, percuma saja kau menjadi ahli waris seorang
Manusia Super Tanpa Tandingan seperti Thian Kho Cu, Bisanya
hanya menculik seseorang yang sangat lemah, kau tidak bisa


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjamin keselamatannya, sehingga membiarkan orang menculiknya dari tanganmu, tidak tahu malu !"
Sinar mata Su-to Yan seperti sinar mata harimau yang mau
menerkam, hati Tie It Ya bergidik, tanpa disadari olehnya, ia telah
mundur setengah tapak. Su-to Yan menggeram lagi:
"Tidak kusangka, sebagai seorang locianpwe, kau mempunyai
kebejatan moral yang seperti ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Wajah Tie It Ya juga berubah, ia membentak:
"Su-to Yan, berani kau berlaku kurang ajar kepadaku ?"
"Kau apa" Kau hanya seorang binatang yang berkulit manusia,
kau hanya seorang cecunguk yang menjatuhkan pamor guru sendiri,
Kau adalah seorang tua yang paling tidak tahu malu." kata-kata
makian Su-to Yan seperti meriam yang nyerocos terus.
Tie It Ya juga menggeram marah, rambutnya berdiri tegak,
seolah-olah landak putih, tubuhnya melejit dan kini menerkam ke
arah Su-to Yan. Kemarahan Su-to Yan tidak berada dibawah kemarahan Tie It Ya,
tentu saja bisa dimaklumi bahwa seorang yang mengetahui
kekasihnya diculik orang, dan orang yang menculik ini tidak bisa
mempertahankan keselamatan kekasihnya, sehingga membiarkan
lagi diculik oleh orang lain, dua kali penculikan ini adalah disebabkan
oleh keisengan Tie It Ya.
Hal ini tentu saja semua kemarahan dijatuhkan kepada si kakek
serba putih, pedangnya dilempar, dengan ilmu pedang terbang ia
hendak melukai orang tua tersebut.
Kedua orang itu sama-sama dibawah kekuasaan kemarahan.
Angkara murka membakar hati masing-masing, disaat Tie It Ya
menerkam, terlihat pedang itu berkelebat terlepas dari tangan Su-to
Yan, mengincar dirinya. Tie It Ya menggunakan sepasang telapak tangan kosong
memukul Su-to Yan. Dari sini tersembur sesuatu kekuatan tenaga dalam, membentur
tajamnya pedang, Terdengar suara gemuruh yang keras, ternyata
pedang yang dilempar oleh Su-to Yan juga digerakkan oleh tenaga
dalam dan tenaga dalam Tie It Ya beradu.
Sikakek serba putih terhuyung kebelakang.
Su-to Yan memainkan Pedang Maya Nada, pedang itu terbang,
dengan dikuasakan oleh tenaga dalam dari jarak jauh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Saking hebatnya kekuatan tenaga dalam Su-to Yan, Tie It Ya
terpukul mundur. Tie It Ya juga seorang jago lihay, ia terpukul mundur, tapi tidak
menderita cidera. Sekali ia menggerakkan sepasang tangan
memukul pedang. Su-to Yan mengempos tenaga lwekangnya, masih tetap meluncur
kedepan. Terdengar lagi suara benturan kekuatan tenaga dalam Tie- It Ya
membentur kekuatan tenaga pedang dan lagi-lagi sikakek serba
putih mundur kebelakang. Tapi ia tidak puas memukul lagi, terdesak
kebelakang lagi, memukul lagi, dan terdesak kebelakang lagi.
Walaupun demikian Tie It Ya masih tidak puas, dia kebal senjata,
kekuatan tenaga dalamnya hebat sekali, memukul pedang itu
berkali-kali, dengan menjatuhkannya.
Sungguh sangat tidak masuk diakal sekali bila hal itu bisa terjadi.
Tapi kenyataan tidak bisa dielakkan. Hanya sebatang pedang
ditengah udara. Dipukul terus menerus oleh It Ya, yang terpukul
pergi bukan pedang itu, hanya tubuh Tie It Ya, yang terus terdesak
kebelakang. Disini telah terbukti betapa hebatnya tenaga dalam Su-to Yan.
Seorang jago tua berpakaian serba putih dan jenggot putih
kontra sebatang pedang. In Hay Hong bisa turut menyaksikan ilmu kepandaian seperti itu,
menonton beberapa saat hatinya memuji atas kehebatan dan
kemajuan ilmu pedang Su-to Yan. Memuji akan kehebatan tenaga
dalam Su-to Yan. Pertandingan itu begitu hebat, sepasang tangan Tie It Ya silih
berganti memukul sebatang pedang yang berterbangan di udara.
Tenaga dalam Su-to Yan terlalu kuat, Tie It Ya mulai kewalahan.
Tapi Tie It Ya bukan murid Manusia Super tanpa tandingan Thian
Ko Cu, bila ia menyerah begitu saja, secepat kilat, sreet ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengeluarkan pedang, dan dengan pedang ditangan, ketangkasannya bertambah. Kini dengan pedang itu, ia membentur
pedang Su-to Yan. Bilamana tadi Tie It Ya menggunakan tenaga dalamnya
membentur pedang, tanpa menyentuh senjata tersebut. Kini ia tidak
segan-segan lagi membuat kedua pedang itu beradu dan pedang
Su-to Yan yang terdesak mundur.
Tentu saja, pedang Su-to Yan dikerahkan dari jarak jauh, dan
pedang Tie It Ya digerakkan dari dekat, langsung berada dibawah
genggaman tangan Tie It Ya.
Pedang yang dipegang tangan pasti lebih kuat dari pedang yang
terlepas, pedang Su-to Yan digerakkan dari jarak jauh, hanya
mengandalkan tenaga dalam, tentu kalah tenaga.
Berulang kali Su-to Yan mengempos tenaga, tapi tidak berhasil
Perlahan demi perlahan, yang sudah pasti ialah pedang itu mundur
ke-belakang. Pedang terbangnya terdesak, perlahan-lahan sudah
mendekati tangannya kembali.
Su-to Yan mengulurkan tangan, dan siap menyanggah pedang
itu. Kegarangan Tie It Ya bertambah, kedudukan yang sudah mundur
jauh, dibalikkan lagi, terus menerus ia memukul mundur pedang Suto Yan.
Su-to Yan bisa mengambil putusan cepat dengan sekali gerak, ia
berhasil menggenggam gagang pedang, dan secepat itu pula ia
membuat lingkaran kecil, diperkeras dan semakin lama semakin
besar, terdengar lelatu api yang berkencringan, dibarengi oleh
suaranya gemerincingan benda-benda logam yang pecah, terjadi
begitu saja, pedang Tie It Ya dipukul hancur menjadi berkeping
keping, dan bagaikan hujan saja, rontok jatuh ditanah.
Hanya itulah kekuatan yang terakhir sesudah berhasil
merontokkan pedang Tie It Ya, napas Su-to Yan sendiri menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sengal-sengal, Tie It Ya terdesak dan ia lompat mundur ke
belakang. Dua bayangan itu terpisah, Tie It Ya dan Su-to Yan saling
pandang, Tapi terlebih-lebih kecewa lagi adalah Tie It Ya, karena
ditangannya hanya tinggal gagang pedang.
Wajah Tie It Ya menjadi pucat, ia sebagai seorang ahli waris
Thian Kho Cu, jatuh di bawah tangan Su-to Yan.
In Hay Hong juga membelalakkan mata, kekalahan Tie It Ya itu
sungguh berada diluar dugaan, Lebih berada diluar dugaan lagi ialah
kekecewaan itu adalah yang sangat mengenaskan sekali.
Betul-betul ilmu pedang Maya Nada terlalu hebat, walau berada
didalam tangan Su-to Yan bisa saja menjatuhkan seorang murid
Manusia Super tanpa tandingan.
Su-to Yan berhasil menenangkan gejolak hatinya, ia mengatur
kembali peredaran jalan darahnya, dan disaat ini, segar bugar
seperti sedia kala, bila ia mau dengan satu tusukan pedang, ia bisa
membikin tamat riwayat hidup Tie It Ya.
Tetapi ia tidak mengambil langkah seperti itu, ia menyimpan
kembali pedangnya, Apa gunanya membunuh Tie It Ya" Tokh belum
tentu Ie Han Eng bisa balik kembali.
Su-to Yan maju tiga langkah, mendekat Tie It Ya dan
membentak. "Lekas katakan, Ie Han Eng jatuh kedalam tangan siapa ?"
"Biarawati jaya " suara Tie It Ya sangat lemah.
Lagi-lagi buah karya Biarawati jaya ! Sudah berada didalam
dugaan Su-to Yan hanya golongan cerdik pandai itulah yang bisa
menculik seseorang dari bawah kekuasaannya Tie It Ya.
Kini urusan sudah tidak ada hubungan dengan Tie It Ya. Su-to
Yan membalikkan badan, dengan langkah yang sangat lesu ia turun
gunung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
In Hay Hong telah menyaksikan betapa hebat ilmu pedang Maya
Nada yang digerakkan oleh Su-to Yan, tidak mungkin ia bisa
melawannya. Karena itu, ia mengundurkan diri dari persengketaan.
Bercerita keadaan Su to Yan, setapak demi setapak, kakinya
dirasakan sangat berat, dimana ia bisa mencari golongan Biarawati
Jaya" Sedangkan golongan tersebut sangat misterius sekali.
Su-to Yan bersedih atas nasib sengsara yang menimpa sang
kekasih. Angin utara bertiup keras, memukul-mukul baju Su-to Yan, Tapi
tidak dirasakan, semua kejadian ini. Si pemuda berada didalam
kesusahan, pukulan bathin yang lebih hebat jauh berada diatas
pukulan-pukulan angin itu.
Matahari ditimur meluncur keatas, dan akhirnya terbenam diarah
barat. Su-to Yan berjalan tanpa arah tertentu, maksudnya hendak
kembali ketempat dimana ia menjadi tawanan golongan Biarawati
Jaya tadi, tak mudah diketemukan golongan Biarawati Jaya adalah
satu golongan yang sangat misterius sekali, hanya mereka yang bisa
menemukan jejak orang, sulit untuk orang menemukan jejaknya
Seseorang berlarian datang, dengan mengenakan pakaian warna
belang seperti macan, itulah anak buah khong-kiok-kiong.
Untuk sesaat Su-to Yan menghentikan langkahnya dan
memperhatikan kedatangan orang tersebut. Orang yang datang
adalah Sersan Lima dari istana Belang Khong-kiok-kiong namanya
Tiang Sun Hoa. Tiba dihadapan Su-to Yan, Tiang Sun Hoa memberi hormat
seraya berkata kepada pemuda itu:
"Ketua kami ada urusan penting yang hendak dirundingkan
denganmu, silahkan saudara Su-to Yan turut."
"Beritahu kepada ketuamu itu, bahwa aku ada urusan penting,
Tidak bisa hadir," berkata Su-to Yan, ia menolak undangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Urusan sangat penting," Tiang Sun Hoa memberi keterangan.
"Sudah kukatakan," berkata Su-to Yan tidak puas, "Aku
mempunyai urusan lain, tidak bisa hadir."
"Kedatanganmu membawa akibat besar, mati hidup nona Bun
berada ditanganmu itu?"
Disaat terakhir Bun In Hian berpisah, gadis itu pernah
memberikan janji, ia bersedia menolong Su-to Yan, bila si pemuda
membutuhkan pertolongannya.
Mengingat janji itu, mengingat keadaan diri sendiri yang belum
tahu letak markas besar golongan Biarawati Jaya, Su-to Yan timbul
harapan lain. Tiang Sun Hoa, berkata: "Mari ikut."
Tanpa memberi tahu dimana letak sang ketua, Tiang Sun Hoa
membalikkan badan, ia per gi melesat.
Su-to Yan belum tahu, dimana adanya Ie Han Eng, ia juga tidak
tahu, dimana adanya Bun In Hian. Karena itu lebih baik berkunjung
kepada golongan istana Belang dulu, mengingat kekuatan Khong
kiok-kiong yang cukup besar, masih ada harapan ia mendapat berita
tentang dimana letak markas besar golongan Biarawati Jaya yang
telah menculik Ie Han Eng.
Tiang Sun Hoa mengajak Su-to Yan, akhirnya mereka tiba
didepan sebuah goa. "Silahkan masuk." berkata Tiang Sun Hoa.
"Apa nona Bun In Hian berada didalam?" bertanya Su-to Yan.
"Betul." berkata Tiang Sun Hoa "Tapi kebebasannya telah
terganggu." "Apa?" Su-to Yan membelalakan matanya.
"Silahkan kau masuk." berkata Tiang Sun Hoa. "Maka kau segera
tahu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan menggerakkan langkah kakinya memasuki goa
tersebut. Keadaan ini berada diluar dugaan Su-to Yan, apa yang telah
terjadi dengan Bun In Hian" Mengapa ia mengundang dirinya"
Dalam goa tersebut, seseorang tua yang mempunyai potongan
badan tinggi besar dengan mengenakan pakaian warna kuning
sedang membelakangi Su-to Yan, langkah kaki sipemuda segera
menarik perhatian orang tua tersebut, ia membalikan badan.
Berhadap hadapan dengan Su-to Yan.
Tiang Sun Hoa memberi hormat, segera sersan Lima itu
mengundurkan diri. Didalam goa, kecuali orang tua berbaju kuning ini, tidak ada
orang lain. Sesudah menunggu sampai Tiang Sun Hoa keluar meninggalkan
goa, baru orang tua berbaju kuning itu berkata pada Su-to Yan:
"Maafkan aku, terpaksa menggunakan nama keponakanku
mengundang dirimu." Su-to Yan tertawa, ternyata orang tua ber baju kuning ini adalah
paman Bun In Hian, tapi apa maksud undangannya" Baikkah" Buruk
kah" "Aku pernah menerima budi nona Bun." berkata Su to Yan.
"Bagaimana keadaannya" Baik-baikkah?"
"Terima kasih, ia dalam keadaan sehat wal'afiat." berkata orang
tua berbaju kuning itu. "Apa maksud panggilan yang mengundang diriku?" bertanya Suto Yan.
Orang tua berbaju kuning itu memandang Su-to Yan beberapa
saat, kemudian dengan sepatah demi sepatah ia berkata:
"Seperti apa yang kau tahu, golongan kami sangat
mengutamakan disiplin keras, peraturan-peraturan sangat streng,
tidak boleh dilanggar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Su-to Yan tertawa, tidak menjawab dan juga tidak menolak katakata itu, hendak diketahui apa maksud tujuan yang sebenarnya dari
kata-kata orang tua berbaju kuning itu.
Orang tua itu segera berkata kepada Su-to Yan:
"Keponakanku telah menduduki ketua istana Belang Khong-kiokkiong, tugasnya berat, dia wajib menarik pulang kembali kitab ilmu
pedang Maya Nada, Tapi kenyataannya tidak. ia telah mengikat tali
persahabatan denganmu, dan mengabulkan tugas berat itu, ini tidak
mengapa. Tapi kedudukannya sudah mulai goyah, bilamana ia tidak
berhasil mengambil pulang kitab ilmu pedang Maya Nada, kukira ia
bakal dicopot dari kedudukannya."
Lagi-lagi soal kitab ilmu pedang Maya Nada.
Orang tua berbaju kuning itu meneruskan pembicaraannya:
"Sudah kuanjurkan kepada keponakanku itu, agar ia meminta
kembali kitab ilmu pedang Maya Nada kepadamu. Tapi ia berkepala


Pedang Wucisan Ilmu Pedang Maya Nada Kitab Wasiat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

batu, dia kukuh, tidak mau melakukan tugas itu. Dia lebih suka
meninggalkan kedudukannya, dari pada dipaksa bertempur dengan
dirimu." Su-to Yan bersyukur kepada kepribadian Bun In Hian, syukur
atas kerelaan hati dari ketua Khong-kiok kiong itu, bilamana Bun In
Hian bersikeras, menggerakkan orang-orangnya sudah tentu akan
terjadi pertempuran pertempuran yang lebih hebat.
Kedalam tangan siapa terjatuhnya kitab ilmu pedang Maya Nada
masih belum ditentukan, yang sudah pasti akan jatuh korbankorban, Tidak sedikit jatuh pengorbanan yang harus diserahkan.
Langkah Bun In Hian cukup bijaksana, dengan penolak
pengembalian kitab ilmu pedang Maya Nada ia bisa
mempertahankan jiwa beberapa orang-orangnya.
Tapi hal ini bisa membawa akibat lain, ia bisa dicopot dari
kedudukannya sebagai ketua, Sesudah memberi keterangan yang
panjang lebar, orang tua berbaju kuning itu memandang ke arah
Su-to Yan, hendak melihat, bagaimana reaksi si pemuda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Untuk beberapa waktu, Su-to Yan juga tidak menjawab, ia harus
berpikir lama. "Kami sangat membutuhkan kitab ilmu pedang itu," berkata si
orang tua berbaju kuning "Bisakah saudara Su-to menyerahkan
kepada kami?" "Kitab ilmu pedang Maya Nada sudah tidak ada." berkata Su-to
Yan. "Darimana saudara Su-to bisa meyakinkan permainan ilmu
pedang Maya Nada?" orang tua berbaju kuning itu tidak percaya.
"Dari sebuah goa peninggalan Kong-Sun Put-hay."
Orang tua berbaju kuning berpikir lama, dan soal ini ia harus
mengambil keputusan yang tepat.
"Bisakah saudara Su-to memberikan catatan ilmu pedang itu?"
"Aku masih mempunyai urusan," berkata Su-to Yan. "Dilain hari,
mengingat muka terangnya nona Bun In Hian, dan kemungkinan
aku bisa membuat satu catatan yang baru, dan diserahkan kepada
kalian, Tapi bukan ini waktu " Berkata Suto Yan.
"Baiklah" orang tua berbaju kuning itu akhirnya mengalah "Kami
membutuhkan catatan catatan itu."
Setelah berkata, orang tua berbaju kuning segera memanggil
keluar: "Lekas antar tamu kita."
Segera muncul sersan Lima Tiang Sun Hoa menghormat kepada
Su-to Yan dan berkata: "Silahkan." Mengikuti Tiang Sun Hoa, Su-to Yan meninggalkan goa itu.
Ia tidak berhasil menemukan Bun In Hoan tapi kesulitankesulitan itu belum selesai sampai disitu.
Su-to Yan melanjutkan perjalanan seorang diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kemana ia hendak mengambil arah tujuan. Mengingat keadaan
golongan Biarawati jaya yang masih misterius itu"
Hari menjadi pagi kembali.
Setapak demi setapak, Su-to Tan melanjutkan perjalanan.
Angin utara masih bertiup kencang, seolah-olah marah kepada
dunia yang tidak adil. Seseorang berlari datang, dengan keadaan sempoyongan,
menuju kearah Su-to Yan, dikala sipemuda mementangkan matanya
besar-besar ia mengenali orang itu, itulah pendekar Rajawali Emas
Kie Eng. Cepat-cepat Su-to Yan menyongsong kedatangan Kie Eng, dan
bertanya kepadanya: "Cianpwee,kan mengapa ?"
Kie Eng sangat lelah sekali, dan ia berteriak girang.
"Kau Su-to Yan ?"
Su-to Yan menganggukkan kepala, Dengan girang Kie Eng
berkata: "Syukur akhirnya aku bisa menjumpai dirimu."
"Bagaimana cianpwee berada ditempat ini?" bertanya Su-to Yan.
"Kau menderita luka?"
Kie Eng menyedot napasnya dalam-dalam ia berkata:
"Aku sedang mencari dirimu."
"Ada urusan apa?" berkata Su-to Yan.
"Golongan Biarawati Jaya telah merusak tempat kediamanku.
Golongan Biarawati jaya telah melukai Wie Biauw."
Lagi-lagi golongan Biarawati Jaya, Betul-betul golongan yang
sangat istimewa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku juga selalu diganggu oleh mereka." berkata Su-to Yan.
"Bahkan, Ie Han Eng juga jatuh kedalam tangan mereka, Kini aku
hendak mencari tahu, dimana letak sarang mereka itu."
"Aaaah... Ie Han Eng jatuh kedalam tangan mereka ?"
"Betul." "Baik, Dalam hal ini, pertemuan kita sangat kebetulan. Hanya aku
yang bisa memberitahukan, dimana letak sarang Biarawati jaya itu.
"Dimana?" berteriak Su-to Yan girang.
"Tapi kau harus berhati-hati." berkata Kie Eng, "Tempat itu
bukanlah tempat yang mudah didatangi. Kecuali Kong Sun Put-hay,
belum pernah ada orang kedua yang bisa memasuki sarang
Biarawati jaya tanpa jiwa kembali. Kau harus berhati-hati."
Ternyata Kong-Sun Put-hay pernah bentrok dengan golongan
Biarawati Jaya, hal ini menggirangkan Su-to Yan, apalagi mengingat
bahwa Kong-sun Put-hay itu tidak mati didalam markas besar
golongan Biarawati Jaya. Mengapa ia harus takut, sedangkan ilmu kepandaiannya tidak
berada dibawah Kong-sun Put-hay.
"Lekas katakan, dimana letak sarang mereka itu," berkata Su-to
Yan. "Dari sini kau berganti arah kearah barat." Kie Eng memberi
keterangan "Lima ratus lie kemudian disana terdapat sebuah
gunung, sarang Biarawati jaya terletak dalam gunung itu. Di-atas
puncak gunung terdapat sebuah kelenteng, namanya kelenteng
Biarawati Jaya. inilah sarang mereka."
"Terima kasih. Aku harus segera pergi ke-tempat "itu." berkata
Su-to Yan, ia hendak melejitkan diri meninggalkan Kie Eng.
"Tunggu dulu." berteriak Kie Eng.
"Ada apa lagi." bertanya Su-to Yan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tempat ini hanya aku yang tahu, tapi bukan maksudku untuk
menjerumuskan dirimu, pesanku sekali lagi ialah berhati-hatilah."
"Terima kasih." berkata Su-to Yan.
Dengan satu lejitan kaki, ia meluncur dan meninggalkan Kie Eng.
Apa lagi langkah yang harus dilakukan, kecuali mendatangi
sarang Biarawati jaya itu"
Ie Han Eng telah menjadi tawanan orang-orang golongan
Biarawati Jaya, Su-to Yan wajib memberi pertolongan dan
pertolongan itu harus diberikan. Segera, Tidak menunggu-nunggu
lagi, Su-to Yan menuju kearah tempat yang sudah diberitahu oleh Kie
Eng. Su-to Yan berlari dengan mengikuti arah yang ditunjuk oleh Kie
Eng. Betul! Ditempat itu terdapat sebuah gunung sangat tinggi sekali,
puncaknya menjulang sehingga seperti mau menembus awan.
Su-to Yan berpikir, inilah puncak yang menjadi sarang besar
markas Biarawati Jaya. Untuk mengumpulkan semangat, Su-to Yan tidak segera menaiki
tempat itu, ia duduk bersila, mengatur peredaran jalan darahnya,
agar bertambah kuat bertambah sehat.
Su-to Yan harus membikin satu kekuatan tempur yang terberat,
bukan suatu mustahil, bahwa golongan Biarawati jaya itu
mengumpulkan jago-jago undangan untuk menghadapi dirinya.
Satu jam kemudian, Su-to Yan berhasil memulihkan tenagatenaga yang Susut itu, kini ia mulai menaiki puncak.
Su-to Yan sangat berhati-hati. Bilamana golongan Biarawati jaya
itu bisa memancing banyak jago-jago yang mau diadu domba
dengan dirinya, tentu melepas banyak mata-mata, dan mata mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
itu tersebar diseluruh pelosok, tidak terkecuali disekitar daerah
mereka. Tiba dilereng gunung, Su-to Yan menoleh kebelakang, Rasa
terkejutnya tidak kepalang, satu bayangan putih meluncur datang,
kecepatannya seperti awan, gesit sekali, dan didalam sekejap mata
bayangan itu telah terpeta jelas, itulah sikakek serba putih Tie It Ya.
Tie It Ya sudah menyusul tiba, memandang kearah Su-to Yan
sebentar kakek ini berkata:
"Eh, kupingmu cukup panjang juga, he" Baru saja aku mendapat
berita tentang letak sarang markas besar Golongan Biarawati jaya
ditempat ini, kau sudah tiba lebih dahulu dari-ku."
Su-to Yan terkejut, ternyata Tie It Ya juga hendak menyatroni
Biarawati Jaya, Tapi karena adanya permusuhan ini, Tie It Ya
memburu satu tujuan, mereka bisa menjadi kawan bukan lawan.
Jatuhnya Ie Han Eng kedalam golongan Biarawati Jaya, diambil
alih dari tangan Tie It Ya. Sedikit banyak, sikakek putih wajib
bertanggung jawab. Kehadiran Tie It Ya ditempat ini tentu hendak menolong Ie Han
Eng. Su-to Yan juga hendak menolong Ie Han Eng.
Karena itu mereka mempunyai
Bermusuhan dengan Biarawati Jaya.
kedudukan yang sama, "Darimana kau tahu, bahwa golongan Biarawati Jaya menempati
gunung ini?" bertanya Su-to Yan.
"Inilah rahasia.", berkata Tie It Ya.
"Hei, lihat!" jari Su-to Yan menunjuk ke-arah bawah. Disaat tadi,
Pisau Kekasih 4 Golok Naga Kembar Karya Hong San Khek Panglima Gunung 7

Cari Blog Ini