Ceritasilat Novel Online

Pendekar Tanpa Tandingan 2

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang Bagian 2


keamanan kota kita ini. Dan dengan demikian berarti bahwa Pauw-an-tui ini ialah suatu
badan konfrontasi untuk menghadapi komplotan-komplotan penjahat musuh kita yang
harus diganyang itu! -koan ini banyak terdapat orang-orang gagah,
akan tetapi oleh karena tidak ada persatuan maka pihak kita menjadi sangat lemah
sekali sehingga seakan-akan merupakan barang empuk yang dengan seenaknya
dicaplok oleh para serigala murtad itu. Oleh karena ini, maka setelah kami mendapat
wewenang dari pembesar negeri dan persetujuan kawan-kawan, kami membentuk
organisasi penjaga keamanan ini dengan harapan setelah organisasi Pauw-an-tui ini
berdiri akan merupakan badan persatuan dimana para orang gagah akan turut serta
menjadi anggauta dan kita bekerja sama dengan haluan bersatu padu, yaitu
Tiba-tiba terdengarlah suara tempik sorak dari para penonton yang menandakan
bahwa mereka sangat setuju dan menyambut dibentuknya Pauw-an-tui ini dengan
gembira. Setelah suara tempik sorak itu lenyap dan keadaan menjadi sepi kembali maka Cio
wan-gwe melanjutkan pengumumannya.
Bu Tek Enghiong - Halaman 49
untuk memilih atau merebut kedudukan pangcu. Jadi tegasnya pibu ini merupakan
sayembara! -tama yang mengikuti sayembara terdiri dari
kedua guru silat yang membuka bu-koan di kota ini, ialah Lu Sun Pin, si Pagoda Besi,
pemimpin dari Tong-koan Te-it Bu-koan dan Can Po Goan, si Kepalan Sakti Pemecah
Kepala, kauw-su dari Sin-kun BuKembali terdengar pula tempik sorak dari para penonton sehingga pidato Cio wangwe jadi terganggu dan dihentikan sebentar. Dari para penonton yang sekian banyaknya
terdengar teriakan-teriakan:
Dan dibarengi teriakan-teriakan dari mereka yang berpihak kepada Can Po Goan:
-su dan pasti ia menjadi pangcu dari Pauw-anTeriakan-teriakan ini membuat Lu Sun Pin jadi berseri-seri wajahnya karena
merasa bahwa daripada penonton ternyata ia mendapat dorongan semangat yang
hebat, berarti bahwa mereka menaruh simpati kepadanya. Akan tetapi Can kauw-su
yang mendengar bahwa dirinya diseru-serukan oleh para penonton yang berpihak
kepadanya hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela napas karena
baginya seruan-seruan mereka itu hanya memperuncing suasana dan menyebabkan
hati mereka yang bersangkutan semakin panas!
Cio wan-gwe mengacungkan sepasang lengannya pula sebagai isyarat supaya para
penonton jangan gaduh, dan ketika suasana sudah tenang kembali hartawan ini
melanjutkan kata-katanya:
-saudara sekalian, sebagai penduduk kota Tong-koan ini tentu sudah
maklum atau sedikitnya pernah mendengar bahwa antara murid-murid dan guru dari
kedua bu-koan ini telah terjadi peristiwa-peristiwa bentrokan! Maka sayembara ini
disamping untuk mengakhiri bentrokan-bentrokan antara kawan sendiri dan untuk
memilih pang-cu, juga dapat diartikan bahwa diselenggarakannya lumba yuda ini untuk
menentukan siapakah yang memiliki ilmu silat terbaik di kota Tong-koan ini, yang
dilakukan dalam suasana persahabatan, saling mengisi kekurangan, menambah
pengalaman guna kerja sama dalam sebuah organisasi Pauw-an-tui ini!
Bu Tek Enghiong - Halaman 50
kedua pihak. Dan pertandingan diserahkan kepada mereka yang bertanding untuk
mengadakan perjanjian sendiri, hendak pakai senjata atau tangan kosong dan karena
pibu bersifat persahabatan dan bahkan justeru guna kerja sama dalam sebuah
organisasi maka bagi mereka yang bertanding tidak boleh sampai menjatuhkan tangan
maut! diakui sendiri misalnya siapa merasa sudah tidak tahan
menghadapi lawannya, harus secara gagah dan jujur menyatakan kekalahannya dan
mesti turun dari panggung ini dengan segera. Dan siapa yang menang, dilarang keras
melakukan penyerangan terhadap lawannya yang sudah mengaku kalah itu!
-koan Te-it Bu-koan akan keluar bertanding So Ma Tek, Sim Kang
Bu dan gurunya sendiri, ialah Lu Sun Pin sianseng! Dan dari pihak Sin-kun Bu-koan ialah
Kwe Bun, Tan Seng Kiat dan Can Po Goan sianseng!
alon atau jago dari kedua pihak ini akan berlumba merebut kedudukan
Pang-cu, dan selain ia berhak pula mendapat gelar Tong-koan Hohan atau Orang gagah
dari kota TongKembali terdengar suara riuh pula dengan teriakan-teriakan dan seruan-seruan
seperti tadi, bahkan di antara mereka ada yang berteriak supaya pibu ini segera dimulai!
Agaknya ia merasa jengkel dengan pidato Cio Wan-gwe yang dianggapnya membuangbuang waktu itu.
Cio wan-gwe memberi tanda pula dengan lengannya meminta ketenangan publik
dan kemudian, hartawan ini menyatakan pengumuman yang terakhir:
-saudara sekalian! Sehubung dengan ini ada sebuah pengumuman penting
yang mesti kalian ketahui, ialah mengingat bahwa organisasi Pauw-an-tui adalah untuk
kepentingan kita bersama, maka ujian untuk memilih pang-cu atau yang berhak
mendapat julukan Tong-koan Hohan ini tidak terbatas hanya bagi ke dua pihak yang
sudah kami sebutkan tadi. Akan tetapi terbuka bagi umum, asal saja yang menjadi
penduduk kota Tong-koan atau dusun-dusun yang menjadi wilayahnya!
bertanding dan siapa yang menjadi pemenang terakhir, seperti misalnya Can sianseng
maupun Lu sianseng, maka jika di antara saudara-saudara sekalian ada yang berminat
menjadi pemimpin dari Barisan Penjaga Keamanan dan mendapat gelar kehormatan
Tong-koan Hohan, kami persilahkan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 51
coba-coba berolah raga, dengan harapan barangkali saja menjadi pemenang terakhir
dalam lomba yuda ini sehingga benar-benar ia merupakan seorang yang berharga
menjadi ketua dan pantas mendapat gelar kehormatan Tong-koan Hohan!
mempunyai minat menjadi anggauta Pauw-an-tui, kami menyambutnya dengan
gembira dan justru dengan jalan ini kami serukan.
-koan, kami minta perhatian dan kesadaran
saudara, mengingat bahwa Pauw-an-tui adalah sebuah badan untuk kepentingan kita
bersama, maka kekuatan dan kelemahan Pauw-an-tui ini terletak dalam tangan saudara
sendiri! -an-tui beranggauta sedikit, maka diselenggarakannya
pibu untuk memilih pemimpin atau ketua ini akan siapa saja ketua dan para
anggautanya merupakan dwitunggal yang tak dapat dipisah-pisahkan.
pada kepalanya. Tanpa jenderal, sepasukan perajurit masih merupakan kekuatan hebat.
Tanpa pemimpin, rakyat masih merupakan massa yang kuat!
menghadapi lawan. Tanpa rakyat, pemimpin hilang sifatnya sebagai pemimpin.
-an-tui kita ini, biarpun pemimpinnya gagah berani,
akan tetapi kalau anggautanya hanya sedikit sekali, maka kekuatan apakah yang ada
padanya untuk menanggulangi dan memulihkan kembali keamanan kota kita daripada
gangguan gerombolan penjahat yang beranak buah demikian banyak itu"! Oleh karena
itulah, maka sekali lagi kami serukan kepada saudara-saudara bahwa Pauw-an-tui ini
adalah sebuah organisasi milik saudara, maka sudah sewajibnyalah bila saudarasaudara mendukungnya!
ntuk mengikuti sayembara guna menjadi pemimpin dan mendapat gelar kehormatan Tongkoan Hohan. Sementara bagi saudara-saudara yang tidak mengerti ilmu silat jadilah
anggauta Pauw-an-tui supaya organisasi kita ini benar-benar merupakan sebuah
Barisan Keamanan yang kuat dan dapat mengganyang gerombolan penjahat musuh
kita itu! Bu Tek Enghiong - Halaman 52
pibu ini selain untuk memilih pang-cu, juga merupakan lomba yuda persahabatan untuk
mengakhiri persaingan antara pihak Tong-koan Te-it Bu-koan dan Sin-kun Bu-koan. Dan
setelah dari kedua pihak ini keluar pemenang terakhir yang dapat juga disebut sebagai
juara pertama, maka baru kami persilahkan para hadirin untuk mengikuti sayembara
Dari para penonton terdengar teriakan-teriakan yang menyatakan bahwa pidato
dan pengumuman yang panjang lebar serta seruan dari si hartawan itu telah jelas dan
disetujui. -gwe, sambil menjura dan sebelum mengundurkan diri
dari panggung, Setelah itu, Cio wan-gwe membalikkan diri dan turun dari panggung melalui tangga
dari mana ia naik tadi. Lalu duduk si sebuah kursi yang masih kosong, yaitu di deretan
kursi dimana Can Po Goan dan kedua muridnya duduk.
Dari pihak Lu Sun Pin keluarkan seorang peserta pibu, yaitu So Ma Tek dibarengi
munculnya Kwe Bun dari pihak Can Po Goan sebagai pasangan yang akan bertanding
dalam babak pendahuluan. Kedua anak muda ini menaiki tangga dan terus ke atas
panggung dengan tindakan gagah yang disambut oleh para penonton dengan sorakan
dan tepuk tangan yang riuh sekali karena lomba yuda yang mereka tunggu sejak tadi,
kini dimulai tentu saja mereka sangat gembira.
Ke dua orang muda itu saling berhadapan dan saling memberi hormat sambil
bersenyum mengejek. murid kedua dari Can kauwkepada calon
tandingannya karena memang kedua pemuda dalam peristiwa yang lalu, belum pernah
saling bertemu, kecuali ketika dari pihak Tong-koan Te-it Bu-koan mengadakan
penyerbuan tempo hari dimana So Ma Tek ada turut serta.
gat, benarkah saudara ini bernama So Ma Tek yang
Kwe Bun dengan suara tandas oleh karena pemuda yang berwatak kurang sabar ini
merasa benci sekali terhadap orang-orang dari Tong-koan Te-it Bu-koan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 53
merasa sangat tersinggung, karena dianggapnya calon tandingannya ini membangkitrid
kepala kedua dari Sin-kun Bu-koan sehingga kedudukan kita jadi setingkat, maka aku
sambil sepasang kakinya dipentangkan ke depan dan ke belakang, tubuhnya agak
dimiringkan, yaitu semacam posisi yang merupakan kuda-kuda atau dapat juga disebut
bahwa kedudukan demikian ini berarti suatu tantangan.
tanpa membawa senjata, maka baiklah kita berpibu tanpa senjata oleh karena memang
aku ingin merasakan kelihayan kepalanmu yang dapat memukul mati seekor kerbau
Kwe Bun memang mudah sekali marah, maka mendengar ucapan yang agaknya
So Ma Tek cepat memasang kudamenubruk maju dengan tangan kanan yang dikepalkan menyodok lambung, diberengi
tangan kirinya dengan jari-jari terbuka mengarah mata lawan.
Kwe Bun menyambut serangan ini dengan menggunakan sepasang tangannya
yang digerakkan ke atas dan ke bawah sehingga serangan dari lawan yang dalam
sekali gebrak mengarah kedua sasaran itu, dapat ditangkisnya sekaligus, dan kemudian
pemuda ini lalu balas menyerang. Suara penonton yang tadinya berisik menjadi diam
dan sunyi karena kini semua mata dan perhatian ditujukan ke arah mereka yang
berkelahi di atas panggung.
Ketika sepasang lengannya beradu dengan ke dua lengan Kwe Bun yang
menangkis, So Mak Tek merasa terkejut sekali karena sama sekali tidak disangkanya
bahwa lawannya benar-benar memiliki tenaga hebat. Akibat beradunya lengan itu ia
merasakan kedua lengannya sakit sekali sehingga tanpa disadarinya, wajahnya jadi
meringis karena menahan rasa sakit.
Maka dalam jurus selanjutnya ia berlaku sangat hati-hati dan tidak berani pula
mengadu kekuatan tenaga karena ia maklum bahwa tenaga lawan lebih besar dari
tenaganya, sehingga kalau terus-terusan ia mengadu tenaga, terang sekali ia akan rugi
sendiri. Dalam jurus-jurus berikutnya ia mempergunakan kegesitannya, seranganBu Tek Enghiong - Halaman 54
serangan yang dilancarkannya demikian gesit dan tangkas dan apabila serangannya
tampak akan ditangkis oleh lawan, cepat ia menarik kembali tangan mau pun kakinya
dan berbareng dengan itu ia mengirim serangan pula dari lain jurusan dengan
menggunakan tangan atau kakinya yang menganggur.
Kwe Bun maklum bahwa lawannya ini berlaku cerdik, maka iapun mengandalkan
kegesitan tubuhnya untuk meladeninya sehingga keduanya bertempur secara sebat
dan gesit serta seru sekali. Dan ternyata kepandaian mereka sangat seimbang.
Setelah bertempur beberapa belas jurus, maka Kwe Bun mendapat kenyataan
bahwa So Ma Tek ini ternyata memiliki kepandaian yang lumayan juga. Dan ketika ia
melihat betapa lawannya melakukan serangan dengan hebat dan bertubi-tubi secara
nafsu sekali, diam-diam ia merasa girang karena ia maklum bahwa untuk menghadapi
lawan yang bernafsu, ia mempunyai siasat untuk melayaninya dan akan membuat
lawan itu cepat dikalahkan.
Memanglah, So Ma Tek sesungguhnya mempunyai ilmu silat yang tidak boleh
dipandang ringan, kepandaiannya dengan Kwe Bun adalah setingkat. Hanya sayang
sekali So Ma Tek kurang tahan uji dan dalam bertempur ia tak dapat mengekang hawa
nafsu yang ingin merobohkan lawan dengan secepat mungkin.
Ketika ia mengetahui bahwa Kwe Bun ternyata sangat sulit untuk dapat
dikalahkannya dengan segera ia melakukan serangan dengan nekad dan bernafsu
sekali dan justru inilah kesalahannya.
Melihat betapa So Ma Tek berkelahi secara nekad dan bernafsu sekali, Kwe Bun
sengaja menghadapinya tanpa membalas serangannya. Akan tetapi secara cerdik
sekali ia mengganti siasat, yaitu hanya berkelit saja kian kemari sehingga seranganserangan lawan selalu mengenai angin saja.
Pada suatu kali, kaki So Ma Tek terpeleset setelah ia menubruk tempat kosong
karena lawannya yang akan diterkam telah berpindah tempat, sehingga hampir saja ia
terjatuh karenanya. -hatilah, jangan kau jatuh sendiri
menyindir sambil ketawa-tawa ketika melihat betapa lawannya itu hampir jatuh.
Untuk sejenak So Ma Tek kehilangan keseimbangan badan karena terpeleset, ia
mengira Kwe Bun akan menyerangnya dan celakalah ia. Namun hatinya merasa lega
Bu Tek Enghiong - Halaman 55
karena lawannya tidak mempergunakan kesempatan itu untuk menyerangnya dan
diam-diam ia sangat berterima kasih.
Akan tetapi ketika ia merasa disindir, ia menjadi malu dan sangat marah sehingga
segera saja ia mengirim serangan dahsyat yang dilakukannya dengan sepenuh tenaga.
Papan panggung itu bergerak-gerak tergetar oleh gerakan kakinya yang cepat dan
berat. Kwe Bun masih ketawa-tawa dan dengan kegesitannya ia membuat lawannya
berputar-putar karena ia selalu berkelit sambil berputar-putar mengelilingi panggung
itu. Setelah mengetahui bahwa lawannya yang nekad dan bernafsu itu menjadi pusing,
Kwe Bun membesarkan ketawanya sehingga terdengar suaranya bergelak-gelak
nyaring dan ketika lawannya yang makin panas hati itu memukul keras dari depan ke
arah dadanya, ia meloncat ke samping.
Dan sebelum So Ma Tek keburu menarik kembali kepalanya, Kwe Bun sudah berada
di belakangnya sambil mengayunkan kepalannya ke arah punggung So Ma Tek, yaitu
sebuah pukula Karena kepalanya telah pening dan kini ditambah lagi punggungnya dijotos dengan
dahsyatnya kini So Ma Tek benar-benar merasakan kelihayan kepalan lawannya seperti
.yang kehendaknya dalam ketakburannya tadi. Pemuda ini terloncat ke depan dan tidak
ampun lagi tubuhnya terpelanting ke luar panggung dan jatuh ke bawah dalam keadaan
pingsan! Terdengar tempik sorak gegap gempita menyambut kemenangan Kwe Bun ini. Di
bawah panggung, tubuh So Ma Tek digotong oleh kawan-kawannya untuk kemudian
diberi pertolongan dan bersamaan dengan itu tampak berkelebatan sesosok tubuh yang
melayang ke atas panggung dan ketika sudah berdiri berhadapan, ternyata yang
melompat naik ini adalah murid kepala dari Lu Sun Pin, yaitu Sim Kang Bu!
Wan-gwe tadi bahwa dalam lomba yuda ini tidak boleh saling mencelakakan"! Akan
pinggang, Sim Kang Bu menegur Kwe Bun dengan sangat marah!
Melihat sikap musuh lamanya ini Kwe Bun mengangkat dada dan kemudian
-datang menyalahkan aku dan kau
menganggap bahwa aku melanggar peraturan pibu yang sudah ditentukan"! Sungguh
Bu Tek Enghiong - Halaman 56
seenakmu saja kau bicara! Tidakkah kau dengar tadi bahwa kepalanku mampir di
harus mengerti akan kekurang ajaranmu yang melanggar
Kemudian, tanpa memberi peringatan lagi terhadap lawannya sebagaimana
biasanya orang gagah yang mulai membuka serangan, Sim Kang Bu mengirim
serangan kilat dengan gerak tipu Go-houw-pok-yong (Harimau lapar menubruk
kambing)! Akan tetapi sebelum serangannya ini dilanjutkan, tiba-tiba dari bawah panggung
Seruan ternyata dari Lu Sun Pin dan mau tak mau Sim Kang Bu harus mentaati
suhunya dengan sinar mata heran.
Pemuda she Sim itu melompat turun dan mendapatkan suhunya yang kemudian
ternyata memberi teguran kepadanya karena dalam babak kedua ini,
menyerang pemenang babak pertama, berarti kau sendiri melanggar peraturan! Lawan
bertandingmu bukan murid kedua si Kwe Bun itu, melainkan adalah murid kepala dari
Demikian dalam tegurannya itu Lu Sun Pin memberi keterangan kepada muridnya.
Kini Sim Kang Bu mengerti mengapa ia dilarang menyerang Kwe Bun dan ia
merasa malu sekali karena telah berlaku keliru dalam tata cara lomba yuda yang
ditonton oleh masyarakat kota Tong-koan ini.
Sementara itu Kwe Bun pun sudah turun dari panggung karena pemuda ini juga
dipanggil oleh gurunya supaya mengundurkan diri dari gelanggang.
Ketika itu tampak Cio wan-gwe naik ke atas panggung dan sebagai panitia yang
merangkap juri dalam pertandingan yang diselenggarakannya ia lalu menyatakan
pengumuman dengan suara nyaring:
Bu Tek Enghiong - Halaman 57
-saudara yang terhormat! Babak pertama sudah selesai dengan
kemenangan murid kedua dari Sin-kun Bu-koan sehingga dengan demikian bu-koan
tersebut menang satu biji atau tegasnya kosong-satu untuk Sin-kun BuTiba-tiba pecahlah tempik sorak yang riuh sekali dari para penonton yang berpihak
kepada Can Po Goan sehingga pengumuman Cio wan-gwe yang belum habis itu
terputus karenanya. Kemudian, setelah publik tenang kembali, Cio wan-gwe berkata
pula. murid kepala -gwe turun dan duduk lagi
di tempatnya semula.

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian tampaklah Sim Kang Bu naik ke atas panggung. Pemuda ini sekarang
tidak meloncat biasa seperti tadi, akan tetapi dari bawah, yaitu dari tempat dimana ia
berdiri menerima peringatan dari suhunya tadi.
Ia sengaja memperlihatkan aksinya dengan gaya lompat yang indah sekali sambil
mempergunakan gerak tipu Yan-cu-tui-oh (Burung Walet Pulang ke Sarang). Tubuhnya
melayang cepat dan tiba di atas panggung dengan ringan bagaikan seekor burung
hinggap di atas cabang pohon.
Penonton menyambut demonstrasi ini dengan tepuk tangan memuji. Ternyata kini
Sim Kang Bu telah memiliki ginkang yang lumayan dan jauh lebih baik daripada ketika
ia pertama kali meloncat pagar di belakang Sin-kun Bu-koan yang menjadi gara-gara
timbulnya permusuhan antara Can Po Goan dan Lu Sun Pin ini.
Bu dengan suara jumawa dan sikap sombong sambil memandang ke arah tempat
duduk pihak Can kauw-su. Sebagai jawabannya, tampak Tan Seng Kiat berdiri dari tempat duduknya di
samping Can kauw-su dan sekali sepasang kakinya digerakkan, maka tubuhnya
melompat ke atas panggung dengan kedua tangan dipentang lebar. Kemudian selagi
tubuhnya mengapung dan sudah berada di atas panggung, ia melakukan gerakan
jungkir balik dua kali dan kakinya tiba di atas papan panggung tanpa mengeluarkan
suara sedikitpun. Gerak lompat yang disebut Sin-liong-jip-hay (Naga sakti turun ke laut)
ini memang kelihatannya indah sekali, karena itu para penonton kembali bertepuk
tangan dan bersorak memuji ketangkasan pemuda itu.
Bu Tek Enghiong - Halaman 58
Begitu berhadapan dengan Sim Kang Bu, Seng Kiat membungkukkan tubuhnya
sedikit memberi hormat sambil menjura dan b
lomba yuda ini, saudara Sim. Dan bagaimana, pundakmu yang kudengar diseruduk
Sim Kang Bu yang beradat berangasan, ketika mendengar pertanyaan yang
diucapkan dengan nada halus dan sikap sungguh-sungguh akan tetapi mengandung
ejekan itu, hatinya mendongkol sekali dan ia menjadi marah, maka dengan sangat.
nyaring dan ketus ia berkata:
siapa yang sebenarnya lebih u
-buru, maka kupersilahkan kau
Pemuda sabar ini sama sekali tidak kelihatan memasang bhesi (kuda-kuda),
sungguhpun ia maklum bahwa lawannya itu akan segera maju menyerangnya.
Akan tetapi ternyata pemuda she Sim itu tidak segera menerjang, melainkan
berdiam diri saja seperti ragu. Memang, Sim Kang Bu merasa sangsi untuk bertempur
dengan tangan kosong karena dalam ilmu silat ini, dahulu ia pernah merasakan
kelihayan Tan Seng Kiat. Oleh karena itu ia ingin bertanding dengan mempergunakan
senjata sekalian mencoba ilmu silat senjata lawan.
yang dihadapinya itu. babak kedua bagi kita ini lebih baik dengan bersenjata, karena Pauw-an-tui ini selain
merupakan Barisan Penjaga Keamanan merupakan barisan tempur karena harus
mengganyang gerombolan penjahat.
kosong. Untuk kepentingan kita bersama ini, beranikah kau berpibu sambil memainkan
Kini Tan Seng Kiat yang bersikap seperti ragu dan untuk sesaat ia tidak menjawab,
ia merasa ragu bukan karena takut berpibu dengan senjata, melainkan karena pihaknya
datang tanpa membawa senjata dan ia tidak berani mengambil keputusan sebelum
mendapat izin dari suhunya, maka dari atas panggung ia memandang ke arah suhunya
Bu Tek Enghiong - Halaman 59
dengan sinar mata minta keputusan. Can kauw-su yang juga mendengar pertanyaan
pemuda she Sim tadi dan mengerti akan keraguan muridnya lalu berkata:
bagi kita sebagai anggauta Pauw-an-tui, harus mau terima. Akan tetapi karena pihak
kita datang kemari sengaja tidak membawa senjata, maka kupikir pihak Lu sianseng
Kata-kata Can Po Goan ini selain memberi jawaban kepada muridnya, juga
merupakan permintaan kepada Lu Sun Pin, yaitu minta pinjam senjata.
Dan Lu Sun Pin ketika mendengar hal ini, segera berseru dari tempat duduknya:
di ata Tan Seng Kiat membungkuk memberi hormat dan menjawab dengan sopan:
Pencabut Nyawa (Toat-beng Sinto) tentu saja mewarisi ilmu golok dari gurunya dan kebetulan sekali muridku, Sim Kang
Setelah berkata demikian, Lu Sun Pin menyuruh para muridnya yang duduk di
belakang untuk mengeluarkan dua batang golok, dan setelah dua batang golok itu
berada di dalam tangannya segera ia berseru:
Tangan kanannya bergerak dan sebatang golok yang dipegangnya tadi, tampak
melayang karena dilontarkan dengan gerakan Lutung Sakti Melontar Buah. Dengan
bagian pangkal terlebih dulu, golok itu meluncur cepat ke arah muridnya.
Dan ketika Sim Kang Bu hendak menyambut golok yang melayang di atas
kepalanya itu, ia menggunakan gerakan Lutung Sakti Menyanggap Buah sebagai
imbangan gerak lontar dari suhunya. Kaki kirinya, dengan sedikit dijingkikkan berdiri di
atas papan panggung dan kaki kanannya diangkat dan ditekuk ke depan, sedangkan
tangan kirinya dengan jari-jari terbuka diletakkan di depan dada, adapun tangan
kanannya diulurkan ke atas dan menangkap golok yang datang meluncur bagaikan
anak panah dan dengan cepat sekali, ia menangkap bagian pangkalnya!
Sorak sorai dan tepuk tangan memuji terdengar riuh sekali sebagai pernyataan
kagum akan caranya Sim Kang Bu menyambut golok itu. Dan sementara itu, dari bawah
Bu Tek Enghiong - Halaman 60
sebatang lagi kepada Tan Seng Kiat:
golok dilontarkannya pula ke atas panggung dan langsung mengarah Tan Seng Kiat,
persis ke bagian ulu hatinya!
Para penonton menahan napas karena kaget dan bahkan berapa orang kedengaran
berseru ngeri. Karena golok yang dilontarkan oleh Lu Sun Pin kali ini bukan bagian
pangkalnya yang meluncur terlebih dahulu, akan tetapi sebaliknya golok itu dilontarkan
dengan bagian ujungnya yang runcing dan tajam itu terlebih dulu hingga tak ubahnya
seperti sebatang tombak yang meluncur dan menyerang.
Untuk menangkap golok terang sukar dan berbahaya dari pada Sim Kang Bu tadi.
Apalagi golok mengarahkan bagian ulu hati dan bukan ke atas kepala seperti yang
dilakukan terhadap Sim Kang Bu tadi, inilah sebabnya maka para penonton merasa
kaget dan ngeri. Can Po Goan Yang lihat muridnya diperlakukan demikian rupa oleh Lu Sun Pin,
maklum bahwa pihak lawan itu mempunyai dua maksud. Pertama bermaksud menguji,
serangan golok itu, niscaya ia akan celaka, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Lu
Sun Pin mempunyai maksud keji.
Namun sungguhpun Can Po Goan maklum betapa bahayanya keselamatan
muridnya ketika itu. Sama sekali ia tidak cemas, bahkan sikapnya tetap tenang saja,
karena guru silat tua ini yakin bahwa muridnya itu dapat berbuat sebagaimana
mestinya! Benar saja, ketika melihat betapa golok itu dilontarkan kepadanya secara demikian
maka maklumlah Tan Seng Kiat bahwa dirinya sedang diancam bahaya. Karena golok
tersebut dilontarkan dengan sepenuh tenaga oleh seorang ahli silat tinggi dan lagi
berjarak demikian dekat sehingga meluncurnya seperti kilat dan sukar sekali untuk
dikelit apalagi menangkapnya!
Akan tetapi Tan Seng Kiat harus merasa malu mengaku murid kepala dari Can
kauw-su kalau ia tidak mampu menyelamatkan diri dari luncuran golok yang mengarah
bagian ulu hatinya. Kalau hanya berkelit saja, memang tidak susah, akan tetapi
disamping menyelamatkan diri ia harus menangkap golok.
Bu Tek Enghiong - Halaman 61
Hal ini benar-benar tidak mudah dilakukan. Namun justru inilah yang hendak
didemonstrasikan oleh Tan Seng Kiat untuk memperlihatkan kepandaiannya dan untuk
mempertinggi gengsi suhunya bagi mata pihak lawan dan masyarakat Tong-koan
umumnya. Demikianlah, Tan Seng Kiat yang sikapnya selalu tenang namun sangat waspada
itu, ketika melihat golok meluncur cepat mengarah dadanya, ia sekali-kali tidak menjadi
gugup karena ia sudah mempunyai perhitungan yang tepat untuk gerakan yang
dilakukannya. Ia tidak berusaha melompat atau berkelit, melainkan dadanya sengaja
dipentangkan seakan-akan hendak membiarkan ujung golok itu menancap di ulu
hatinya! Akan tetapi ketika ujung golok yang tajam dan mengerikan hampir menghunjam
dadanya kira-kira sejengkal lagi, pemuda itu membuat gerakan sedikit yang
dilakukannya sangat cepat sehingga tidak kelihatan. Tubuhnya digoyangkan ke arah
kanan dan lengan kirinya sebatas ketiak agak dipentangkan.
Oleh karena pergerakkannya yang sedikit ini maka golok yang tadinya mengarah
dada kini meluncur dan molos melewati ketiak kiri yang lengannya tidak dipentangkan
itu, dan tiba-tiba Tan Seng Kiat merapatkan lengan kirinya sehingga luncuran golok jadi
tetapi sangat tepat dan gerakan yang dilakukan oleh Tan Seng Kiat ini disebut gerak
tipu Dewa Mabok Menggepit Guci Arak!
Para penonton yang tadi merasa cemas akan keselamatan Tan Seng Kiat kini
gembira sekali dan tepik sorak mereka lebih gemuruh menandakan bahwa pujian dan
kekaguman mereka terhadap Tan Seng Kiat lebih besar.
Memang diam-diam para penonton merasa simpati kepada Tan Seng Kiat. Karena
mereka mengetahui bahwa pemuda ini biarpun memiliki kepandaian silat tinggi
sikapnya tidak sombong dan wataknya yang sabar itu menyebabkan orang
menyukainya. karena muridnya belum tentu dapat berbuat seperti itu.
Kemudian rasa malunya bertambah lagi ketika ia melihat betapa Tan Seng Kiat dari
atas panggung memandang kepadanya dengan sinar mata tajam dan bibir
Bu Tek Enghiong - Halaman 62
menyunggingkan senyuman sindir tatkala pemuda itu berkata kepadanya sambil
menjura dan golok itu masih berada di dalam jepitan ketiak kirinya:
Kemudian tangan kanan Tan Seng Kiat mengambil golok yang dijepitnya itu dan
memandang ke arah Kang Bu yang ketika itu ternyata sudah bersiap sedia sambil
menimangkan goloknya di depan dada.
dengan sikapnya yang tenang sekali dan bahkan goloknya dipegang secara
sembarangan saja seakan-akan tidak akan bertempur.
Dan sebelum kedua orangmuda bergerak, tiba-tiba dari bawah panggung terdengar
seruan dari Cio wan-gwe yang memberi peringatan:
kalian harus hatin Tan Seng Kiat hampir bersamaan, tanda
keduanya maklum akan peraturan pibu yang sudah ditentukan. Dan pada detik
berikutnya keduanya telah saling serang.
disabetkan ke arah leher lawan.
Tan Seng Kiat menggerakkan goloknya dengan tenang dan menangkis. Kemudian
setelah menangkis itu, secepat kilat goloknya disabetkan ke bawah menyambar ke arah
kaki Sim Kang Bu dan pemuda ini terkejut sekali karena dalam menangkis, lawannya
dapat melanjutkan gerakan goloknya sedemikian rupa, sehingga kalau ia tidak cepat
meloncat, pasti sepasang kakinya akan terbabat putus!
Dan demikianlah selanjutnya, mereka sudah bertempur seru. Masing-masing
mengeluarkan geraktipu-geraktipu yang berbahaya dan mematikan. Golok mereka
berkelebatan sedemikian rupa dan kadangkala ke dua senjata ini saling bentrok,
menimbulkan suara nyaring dan mengeluarkan bunga-bunga api berpijar.
Bagi para penonton yang tidak mengerti ilmu silat, tentu saja pertandingan ini
membuat hati mereka berdebar dan cemas karena khawatir kalau-kalau seorang di
antara kedua pemuda itu akan menjadi korban.
Bu Tek Enghiong - Halaman 63
Setelah kedua pemuda itu bertempur selama duapuluh jurus lebih, maka bagi mata
Lu Sun Pin dan Can Po Goan dan juga Cio wan-gwe yang melihat pertempuran itu,
ternyata bahwa gerakan golok Sim Kang Bu lebih kuat dan ganas, seranganserangannya selalu bersifat mematikan! Sedangkan Tan Seng Kiat bertempur dengan
tenang dan lebih banyak melakukan pertahanan daripada menyerang, setiap gerakan
goloknya selalu diatur dengan perhitungannya yang tepat.
Akan tetapi hal ini tentu saja tidak diketahui oleh para penonton yang tidak mengerti
ilmu silat tinggi karena mereka hanya melihat betapa sinar golok di tangan Sim Kang
Bu sangat mengerikan, bagaikan gelombang samudera yang bergulung-gulung
memukul pantai. Sedangkan golok di tangan Tan Seng Kiat berkelebatan laksana
halilintar dan bergulung bagaikan sebuah benteng pertahanan yang kuat!
Kalau diukur, kepandaian kedua orang muda ini memang seimbang. Sim Kang Bu
boleh dikatakan menang tenaga, akan terapi dalam hal ginkang, pemuda ini kalah oleh
Tan Seng Kiat. Oleh karena Sim Kang Bu beradat berangasan, melancarkan seranganserangannya secara bernafsu, beda dengan Tan Seng Kiat yang berwatak sabar dan
selalu tenang itu. Sengaja ia mengambil kedudukan bertahan saja, karena ingin
mengetahui besar tenaga lawan dan siasatnya.
Melihat bahwa lawannya hanya bertahan saja, Sim Kang Bu maklum bahwa ia
sedang disiasati. Ia menjadi mendongkol dan penasaran sekali, karena itu ia segera
mengeluarkan tipu-tipu yang paling diandalkan warisan dari suhunya.
Sambil berseru keras, pemuda ini tiba-tiba melakukan serangan yang luar biasa
ganasnya, yakni dengan gerak tipu Hong-sauw-pay-yap atau Angin Menyapu Daun
Rontok. Goloknya benar-benar merupakan angin taufan yang menderu-deru dan
menyambar-nyambar dengan kuat serta cepat sekali sehingga golok itu seakan-akan
menjadi empat batang yang mengancam tubuh lawan dari empat penjuru!
Melihat perobahan yang tiba-tiba dan hebat ini, diam-diam Tan Seng Kiat merasa
kagum, akan tetapi oleh karena ia memiliki sifat tenang maka dalam menghadapi
serangan ini ia tidak gugup. Dengan ketenangan disertai kegesitannya yang
mengagumkan berkat gin-kangnya yang sudah tinggi, serangan lawan yang dahsyat
itu ditangkisnya dengan memainkan tipu silat dalam jurus yang disebut Seng-siok-hutsi atau Musim Panas Mengebut Kipas. Goloknya diputar bagaikan kitiran untuk
melindungi seluruh tubuhnya sehingga tiap tusukan atau babatan golok lawannya
selalu tertangkis dengan kuatnya.
Bu Tek Enghiong - Halaman 64
sejak tadi hanya bertahan saja, maka sekarang ia mulai mengadakan serangan balasan.
Dan demikianlah, tiba-tiba Tan Seng Kiat berseru nyaring sambil melompat ke depan,
golok di tangannya berkelebat menyambar dengan serangan Hui-pau-liu-coan atau Air
terjun Bertebaran. Dan benar saja, serangan ini membuat Sim Kang Bu terkejut dan gugup dan justeru
karena emosinya inilah sebentar saja pemuda she Sim ini menjadi kewalahan dan
mulai mundur, bertempur sambil mundur berputar-putar. Tan Seng Kiat tidak memberi
hati lagi. Ia terus menghujani dengan serangan yang bertubi-tubi, sehingga lawannya
terdesak dan setiap saat bisa tergelincir jatuh ke bawah panggung!
Para penonton yang menyaksikan pertandingan ini, menjadi tegang dan cemas
sekali. Biarpun tidak mengerti ilmu silat mereka dapat merasakan bahwa pertandingan
ke dua pemuda itu tidaklah secara pibu lagi, melainkan sudah menjadi pertempuran
yang sungguh-sungguh dan tidak akan selesai kalau salah seorang belum roboh.
Menurut aturan, Sim Kang Bu yang sudah terdesak itu semestinya melompat dari
kalangan dan mengaku kalah, akan tetapi karena ia bersifat berangasan dan angkuh,
maka baginya lebih baik mati di bawah golok lawan dari pada ia mesti mengaku kalah.
Oleh karena inilah, maka biarpun sudah terdesak sehingga mundur terus, namun ia
terus saja mengadakan serangan secara nekad dan mati-matian!
Tan Seng Kiat merasa penasaran dan gemas juga melihat kebandelan lawan yang
tidak tahu diri itu sehingga ia maklum bahwa pertandingan ini tidak akan cepat selesai
selama kawannya ini belum dibikin luka atau dirobohkan. Dan karena seranganserangan Sim Kang Bu yang sambil mundur berputaran itu juga amat berbahaya, maka
terpaksa ia mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk mendesak lebih
hebat sambil mengirim serangan-serangan yang mematikan.
Akan tetapi, ternyata Sim Kang Bu terlalu keras hati. Meskipun keadaannya sudah
payah sekali dan napasnya terengah-engah, sedangkan harapan menang dalam pibu
ini sudah setipis kulit bawang, namun ia pantang menyerah dan mengaku kalah,
lakunya bagaikan seorang pahlawan yang mempertahankan nyawanya sampai titik
darah terakhir! Pada suatu saat, serangan Tan Seng Kiat demikian cepat datangnya sehingga ketika
Sim Kang Bu dengan terkejut menangkis, api memancar keluar dari ke dua batang
Bu Tek Enghiong - Halaman 65
golok yang saling bentur. Sim Kang Bu merasa betapa lengannya gemetar dan telapak
tangan yang mencekal gagang golok, terasa sakit dan pedas!
Dan ketika ia hendak menggerakkan senjatanya untuk menyerang, Tan Seng Kiat
mendahuluinya dengan serangan kilat ke arah batang leher! Sim Kang Bu masih dapat
menangkis serangan ini, akan tetapi karena ia sudah lelah maka ketika ia
menggerakkan goloknya untuk menangkis ia terhuyung hampir jatuh, sedangkan pada
saat itu Tan Seng Kiat tidak mau memberi hati dan menubruk dengan goloknya yang
berkelebat seperti halilintar!
Tepat dalam detik yang sangat berbahaya bagi Sim Kang Bu, tiba-tiba terdengar
Dan Tan Seng Kiat merasa betapa pundaknya ditolak orang hingga ia terdorong
mundur sampai tiga langkah, sedangkan orang yang datang memisah itu, sekali
memegang tangan Sim Kang Bu telah berhasil menarik pemuda itu turun dari
panggung. Kemudian orang yang memisah itu melompat kembali ke atas panggung
dan berdiri di muka Tan Seng Kiat sambil berkata:
Tan Seng Kiat memandang dan setelah melihat bahwa orang itu adalah Lu Sun Pin,
maka ia menjura sambil berkata:
Setelah berkata demikian, Tan Seng Kiat melompat turun dan duduk di dekat
suhunya yang menyambutnya dengan wajah gembira dan bangga. Lu Sun Pin juga
sudah turun lagi dan sementara itu, tempik sorak para penonton gegap gempita
membelah angkasa menyambut kemenangan Tan Seng Kiat, pemuda yang mereka
sangat sukai itu. Kemudian sang juri, yaitu Cio wan-gwe tampil ke atas panggung dan menyatakan
bahwa pertandingan babak kedua sudah berakhir dan dimenangkan oleh murid Can
kauw-su pula, hingga dengan demikian kedudukan berobah menjadi kosong-dua untuk
kemenangan pihak Sin-kun Bu-koan.
wan-gwe selanjutnya. Yang terlebih dulu tampil adalah Lu Sun Pin, guru silat dari Tong-koan Te-it Bukoan. Ia naik ke atas panggung dengan melakukan gerak lompat Sin-eng Seng-thian
Bu Tek Enghiong - Halaman 66


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau Garuda sakti melayang ke langit, sebuah gerakan yang amat indah dipandang.
Sambil melompat, ia membuka kedua tangannya ke kanan dan ke kiri bagaikan sayap
garuda, kedua kakinya ditekuk ke atas seakan-akan cakar garuda hendak menyambar
dan siap mencengkeram mangsa, tubuhnya seakan-akan telungkup di udara.
Ketika tubuhnya yang tinggi besar itu turun ke atas papan panggung, ke dua kakinya
diturunkan dan hinggap di atas papan demikian ringannya bagaikan seekor kupu-kupu
yang menclok di atas setangkai bunga mawar. Tentu saja gerakannya ini disambut
dengan tempik sorak penonton yang merasa kagum sekali.
Dengan lagak seorang jago nomor satu guru silat yang menamakan bu-koannya
Nomor Satu di kota Tang-koan ini menjura ke arah para penonton. Kemudian berdiri
mengangkat dada, bertolak pinggang, menanti kedatangan lawan.
Setelah ditunggu sesaat lamanya, baru Can Po Goan kelihatan berdiri dari tempat
duduknya dan dengan langkahnya yang tenang ia mendekati panggung. Dan cara guru
silat tua ini menaiki panggung, sungguh di luar dugaan siapapun.
Ia bukan melompat sebagaimana yang diakukan oleh Lu Sun Pin atau menaiki
tangga seperti halnya Cio wan-gwe, melainkan menggunakan tangan dan kakinya untuk
memanjat balok tiang yang tegak di sebuah sudut lui-tay itu. Seperti seekor monyet
memanjat pohon! Tentu saja cara Can kauw-su ini kelihatannya lucu dan penonton pada ketawa
ramai. Tetapi mereka yang berpihak kepadanya menjadi kecewa sekali karena kalau
meloncat ke atas panggung saja tidak becus, bagaimana pula hendak melawan kauwsu dari Tong-koan Te-it Bu-koan yang benar-benar gagah itu"
Akan tetapi Lu Sun Pin dan Cio wan-gwe yang berdiri di atas panggung, melihat
gerakan yang dilakukan oleh Can Po Goan itu menjadi kagum dan terkejut. Karena
mereka mengetahui bahwa guru silat tua itu sedang menunjukkan ilmu memanjat Pekhouw-yu-chong (Cecak merayap tembok) yang hanya dapat dilakukan oleh seorang
yang sudah mempunyai tenaga lweekang tinggi!
Kedua telapak tangan dan kaki Can kauw-su bagaikan kaki tangan binatang cecak
dapat lengket di balok yang bundar licin itu tanpa terpeleset sedikit juga! Ilmu ini
sesungguhnya sepuluh kali lipat lebih sukar dipelajari daripada meloncat panggung
yang tingginya dua kali panggung ini!
Bu Tek Enghiong - Halaman 67
Setelah tiba di atas panggung, Can kauw-su berdiri menghadapi Cio wan-gwe dan
-gwe. Kau keterlaluan sekali membuat panggung ini semakin tinggi,
Para penonton yang berdiri di dekat panggung dan mendengar ucapan ini, tertawa
riuh rendah karena menganggap guru silat tua itu sangat lucu dan benar-benar tidak
bisa melompati panggung: -gwe. Kemudian hartawan ini berseru kepada para penonton:
-saudara semua, seperti sudah kukatakan tadi, bahwa pertandingan yang
akan dilakukan antara kedua guru silat ini adalah babak terakhir dari acara yang sudah
ditentukan. Jadi tegasnya, setelah keluar pemenang dari babak terakhir ini maka pibu
ini merupakan acara bebas, artinya siapa saja, asal warga kota Tong-koan, dipersilahkan
mengajukan diri untuk menandingi si pemenang.
Acara bebas ini diselenggarakan tanpa batas, atau jelasnya dilakukan terus
menerus selama satu hari ini sehingga akhirnya terdapat orang yang benar-benar
terpandai dan pantas menjadi ketua Pauw-an-tui serta mendapat gelar Tong-koan
Hohan! Nah, sekarang Lu kauw-su dan Can kauw-su yang sudah tampil ini akan segera
berlomba yuda untuk membuktikan siapa yang lebih unggul dan juga untuk mengakhiri
persaingan dan permusuhan yang tiada gunanya itu.
kauw-su dan Can kauw-su yang pasti akan menarik perhatian saudaraCio wan-gwe turun, kini di atas panggung tinggal Lu Sun Pin dan Can Po Goan yang
sudah saling berhadapan. Semua penonton menahan napas. Semua mata dengan tegang ditujukan ke arah
dua jago silat yang hendak bertanding itu.
Kedua jago tua itu tampak saling menjura, dan seperti yang sudah pernah terjadi
dalam pada saling memberi hormat keduanya sudah sama-sama menunjukkan
kepandaian mereka. Hanya hal ini tidak dapat dilihat oleh para penonton yang tidak
paham ilmu silat tinggi. -diam mereka sudah bergebrak mengadu tenaga
lweekang yang mereka kerahkan melalui kepalan-kepalan tangan mereka yang
bersikap seperti menjura itu. Akan tetapi karena tenaga dalam mereka dapat dikatakan
seimbang dan serangan dari yang lain sebelum mengenai sasaran, maka adu tenaga
Bu Tek Enghiong - Halaman 68
dalam ini tidak kelihatan oleh para penonton. Yang mereka lihat hanya ialah kedua jago
silat itu saling memberi hormat biasa.
-su, mari kita tua sama tua mencari penentuan dari pibu ini. Keluarkanlah
-su, terus terang kukatakan bahwa suara hatiku sangat berlawanan dengan adanya pibu ini. Oleh karena
kita yang sama-sama saling menunjukkan kebodohan di atas panggung ini tidak
ubahnya seperti badut-badut sandiwara!
-an-tui dan kepentingan kita penduduk kota ini semuanya maka secara terpaksa sekali aku harus
tunduk kepada syarat dan saran yang sudah ditentukan Cio wan-gwe. Dan karena pibu
ini hanya bersifat persahabatan, maka sebaiknya kita bermain-main dengan tangan
Lu Sun Pin ketawa bergelak dan terang sekali mencemoohkan kata-kata Can Po
-su menghentikan senyumnya.
at tinggi tentu maklum bahwa bagi seorang yang masih rendah kepandaiannya, kalau mematahkan
sebatang kayu mesti menggunakan golok atau kampak. Sebaliknya bagi orang yang
ilmunya sudah sempurna, kayu dapat dipatahkan tanpa mempergunakan senjata tajam
apa pun! mempergunakan senjata, bahkan tidak jarang orang-orang gagah di kalangan bulim
(rimba persilatan) yang tewas dengan menderita luka hebat di bagian dalam tubuhnya.
Padahal ia hanya diserang dengan tangan kosong saja!
Sahabat Lu, tadi kau mengatakan bahwa aku merasa ngeri mendapat luka dan takut
mati, dan kalau kau tetap menghendaki pibu ini bersenjata, maka berani kukatakan
bahwa masih rendah sekali tingkat kepandaianmu. Dan sungguh memalukan kalau kau
menamakan bu-koanmu itu Tong-koan Te-it BuPanas dada Lu Sun Pin mendengar kata-kata ini dan sambil tersenyum masam ia
berkata sebagai balasan: Bu Tek Enghiong - Halaman 69
tanpa senjata dan kita buktikan kepada umum kepalan siapa yang lebih ampuh.
Memang aku ingin membuktikan betapa hebatnya julukanmu Po-thauw Sin-kun itu!
Maka, Can kauw-su dari Tong-koan Te-it Bu-koan yang berjuluk si Pagoda Besi, sejak
Can kauw-su sambil memasang bhesi yang biasa dilakukannya sejak masa mudanya,
yaitu kedua kaki dipentang ke kanan kiri, kedua lengannya bersidakap di depan dada
sambil menghadap lawan. Melihat betapa lawannya telah memasang bhesi Gunung Thay-san Menjulang
kakinya dan menyerang dengan tipu pukulan Ki-hok-sauw-thian atau Mengangkat Obor
Membakar Langit! Tangan kirinya mengacung ke atas seakan-akan sedang memegang obor dan
hendak membakar langit. Gerakan ini sebenarnya sebuah pancingan belaka untuk
mengalihkan perhatian lawan supaya dicurahkan kepada tangan kirinya itu.
Akan tetapi berbareng dengan itu tangan kanannya dengan telapak tangan terbuka
membuat gerakan mendorong ke arah tubuh lawan. Semacam dorongan yang
mengandalkan lweekang tinggi hingga sebelum tangan yang mendorong ini mengenai
tubuh yang menjadi sasaran, angin dorongan itu telah terasa kekuatannya oleh Can Po
Goan. Guru silat she Can itu dapat memiringkan tubuhnya sedikit ke samping dan
sepasang lengannya yang bersidakap itu lalu bergerak, yakni telapak tangan kanannya
yang terbuka diletakkan di depan dada untuk menolak hawa pukulan lawan, sedangkan
tangan kirinya juga dengan telapak dibuka membalas dengan pukulan dalam gerak tipu
Hong-tan-tiam-ci atau Burung Hong Rentangkan Sebelah Sayap. Pukulan ini walaupun
tampaknya perlahan saja, akan tetapi di dalamnya mengandung tenaga lweekang
dahsyat yang menggetarkan dada Lu Sun Pin meski pukulan itu belum mengenai
tubuhnya! Maklum bahwa lawannya juga membalas serangan dengan tenaga lweekang hebat,
Lu Sun Pin tidak berani berlaku ayal. Dengan cepat ia mengelak dan mempergunakan
tangan kirinya yang diangkat ke atas tadi menyampok lengan kiri Can Po Goan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 70
-sama sebelah kiri dari dua jago silat ini beradu
dengan dahsyatnya yang menyebabkan mereka terpental mundur sampai tiga langkah.
Ke duanya terkejut dan maklum akan kehebatan tenaga dalam lawan. Ke duanya
merasakan lengan kiri masing-masing sangat sakit dan linu!
Kemudian mereka saling serang dan saling gempur pula dengan dahsyatnya dan
karena ke duanya ahli silat tinggi, maka gerakan mereka sangat sebat dan cepat dan
makin lama makin sukar diikuti oleh mata para penonton.
Bukan main ramai dan hebatnya pertempuran ini, sehingga murid-murid ke dua
pihak sendiri menjadi pening kepala, gelisah dan tegang! Belum pernah mereka
menyaksikan kelihayan suhu masing-masing dalam sebuah pertempuran yang
sungguh-sungguh seperti kali ini.
Para penonton yang ketika menyaksikan pertandingan pibu babak pertama tadi
merasa gembira dan selalu bersorak-sorai. Dalam babak kedua merasa ngeri karena
pibu dilakukan dengan bersenjata. Dalam babak ketiga ini, dilangsungkan tanpa senjata,
mereka tidak lagi bergembira dan bersorak, melainkan kini mereka menonton dengan
tidak bergerak, mata terbelalak, hati berdebar-debar dan napas seakan-akan berhenti!
Sebagaimana sudah diketahui oleh pembaca, bahwa kepandaian yang dimiliki oleh
Lu Sun Pin si Pagoda Besi itu adalah ilmu silat dari cabang Bu-tong dan karenanya,
selain kaki dan tangannya selalu merupakan bahaya dalam setiap gerakannya,
terutama sekali Lu Sun Pin sangat mahir dalam ilmu thiam-hoat (menotok jalan darah)
model cabang Bu-tong yang disebut Coat-meh-hoat.
Ilmu totok ini berbeda dengan thiam-hoat dari Siauw-lim-pay yang disebut Thiamhwe-louw atau dengan cabang persilatan lainnya yang kalau digunakan harus
mengarah sasaran pada jalan darah yang penting, sedangkan ilmu totok Coat-meh-hoat
dari cabang Bu-tong tidak perlu mencari jalan darah yang tepat sehingga di mana saja
totokan ini mengenai tubuh akan melumpuhkan lawan.
Pertempuran itu sudah berlangsung limapuluh jurus dan selama itu, Lu Sun Pin
merasa sangat kecewa, terkejut dan juga kagum akan kekuatan tubuh lawan sehingga
Coat-meh-hoat yang terkenal ini seakan-akan hilang keampuhannya.
Tentu saja Lu Sun Pin tidak mengetahui bahwa Can Po Goan, seorang ahli silat
bekas tentara yang mewarisi ilmu silat dari cabang Siauw-lim. Selain mempunyai
kepalan bertenaga dahsyat yang pernah memecahkan banyak dada dan kepala musuh
Bu Tek Enghiong - Halaman 71
semasa dalam peperangan dahulu sehingga ia mendapat julukan Po-thauw Sin-kun
atau Kepalan Sakti Pemecah Kepala disamping julukan Toat-beng-sin-to atau Golok
Sakti Pencabut Nyawa berkat ilmu goloknya yang lihay dan hebat, juga guru silat tua
ini memiliki ilmu weduk yang disebut Tiat-pou-san (Baju besi) yang membuat tubuhnya
kebal menghadapi ilmu totokan dan hal ini sangat tepat sekali untuk menghadapi ilmu
totok dari Lu Sun Pin yang sangat berbahaya itu!
Ilmu weduk Tiat-pou-san ini selain kebal terhadap totokan, juga terhadap senjata
tajam yang mengenai badannya, asal datangnya tidak mengenai bagian badan yang
lemah dan tidak dilakukan dengan tenaga dalam yang tinggi! Dan karena itu, maka ilmu
totok dari Lu Sun Pin itu baginya tidak mendatangkan kelumpuhan maupun rasa sakit,
apa yang dirasakannya hanya sedikit sesemutan saja!
totokan terhadap dirinya dan sungguhpun totokan itu tidak melukainya, namun dengan
demikian berarti ia kalah set atau kalah angka karena ia masih belum berhasil memberi
-jurus berikutnya kekalahannya ini ternyata dapat ditebusnya dengan baik.
Kepalan saktinya pernah dua kali mampir di pundak dan lambung lawan, akan
tetapi tidak mendatangkan akibat yang berarti karena Lu Sun Pin yang menerima
pukulan itu hanya terhuyung sebentar dan kemudian sambil ketawa mengejek:
Can Po Goan tidak terlalu heran akan kekuatan lawannya karena ketika ia mengirim
dua kali pukulan tadi, sengaja ia hanya mengerahkan enam bagian saja dari tenaga
dalamnya. Kalau dilakukannya dengan sepenuh tenaga ia khawatir lawannya itu akan
menderita hebat atau bisa juga tewas.
Sebagai seorang yang berwatak sabar tentu saja ia tidak sampai hati untuk
membuat lawannya itu tewas! Akan tetapi, ketika lawannya itu bahkan mengejek,
betapapun juga sabarnya ia, tak urung hatinya merasa mendongkol juga, maka ia
berusaha pula mencari kesempatan untuk mengirim pukulan yang benar-benar akan
mematikan lawannya itu! Lu Sun Pin yang berangasan dan keras hati, yang ilmu totoknya telah menjatuhkan
banyak lawan semasa ia malang melintang dalam dunia perantauan, dan yang belum
pernah bertempur sampai enampuluh jurus tanpa menjatuhkan lawan seperti sekarang
ini, jadi sangat gemas dan marah.
Bu Tek Enghiong - Halaman 72
Demikian juga Can Po Goan, melihat lawannya demikian tangguh, menjadi jengkel
dan penasaran dan karena itu, maka keduanya terus bertempur dan makin lama makin
sengit! Setelah menjelang jurus ketujuhpuluh dan mereka masih tetap sama-sama
tangguh, maka mereka maklum bahwa sukarlah merobohkan lawan tanpa memberi
pukulan yang mematikan dan yang berbahaya.
Kini mereka menyadari bahwa pertandingan pibu ini bukanlah pengukuran tenaga
dan kepandaian masing-masing lagi akan tetapi lebih tepat disebut pertempuran matimatian yang dikendalikan oleh nafsu ingin membunuh lawan! Mereka merasa sudah
kepalang untuk mundur, karena siapa yang mundur berarti mengaku kalah dan hal ini
sama sekali tidak dikehendaki oleh dua orang guru silat yang sedang membela nama
dan kehormatan masing-masing itu.
Apalagi bagi Si Pagoda Besi Lu Sun Pin, setelah dua orang muridnya berturut-turut
kalah dalam babak pertama dan kedua tadi maka dalam babak terakhir ini. Ia ingin
menebus kekalahan-kekalahan muridnya, karena kalau dalam pertandingan ini ia
berhasil mengalahkan Can kauw-su si guru silat tua itu, maka kekalahan muridmuridnya dapat ditutup dan ia takkan malu mempunyai bu-koan yang namakannya
nomor wahid di Tong-koan.
Sedangkan Can Po Goan sendiri, biarpun sejak semula hatinya sangat bertentangan
dengan adanya pibu ini, kini ia bertempur mati-matian, bukan untuk mencari nama,
bukan karena ingin menjadi ketua Pauw-an-tui dan mendapat gelar kehormatan Tongkoan Hohan, melainkan ia berjuang guna menjaga nama dan kehormatan semata.
Supaya dirinya tidak dipandang rendah oleh lawan dan kalau dalam pibu ini ia keluar
sebagai pemenang, maka nama rumah perguruan yang diasuhnya, yang mengalami
kesuraman bagaikan sinar bulan yang menyuram dan lenyap dikalahkan oleh sinar
matahari berupa Tong-koan Te-it Bu-koan yang baru muncul itu akan menjadi terang
dan gemilang kembali! Yah, hanya untuk inilah Can Po Goan bertempur. Bukan untuk mencari nama, karena
segala kedudukan dan gelar kosong itu baginya yang sudah berumur setua itu sama
sekali tidak berarti! Pertempuran sudah memasuki jurus kesembilanpuluh dan pada suatu saat, Can Po
dengan kepalan saktinya yang dilakukan dengan sepenuh tenaga dalam gerak tipu Payin-cut-sui atau Mendorong Awan Keluar Puncak! Pukulan kali ini benar-benar tidak
Bu Tek Enghiong - Halaman 73
keburu ditangkis atau dikelit oleh Lu Sun Pin dan ia hanya dapat mengerahkan segenap
tenaga khi-kangnya ke bagian dada!
menghantam dada yang berkhi-kang tinggi itu! Can Po Goan yakin bahwa dengan
pukulannya ini, lawannya akan terpental jauh dan nyawanya akan sukar ditolong lagi!
Akan tetapi kenyataannya.. ." Benar-benar guru silat tua ini menjadi kaget dan kagum.
Lu Sun Pin si Pagoda Besi itu benar-benar memiliki kekuatan tubuh seperti pagoda
besi karena setelah dadanya yang sama sekali tanpa penjagaan itu dibentur oleh
kepalan yang dilepas oleh Can kauw-su dengan sepenuh tenaga dan yang mematikan.
Ia sama sekali tidak terpental maupun jatuh seperti yang diduga oleh guru silat she
Can tadi. Melainkan ia hanya terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang dan
setelah itu kelihatan limbung sesaat, tiba-tiba ia melompat maju lagi biarpun kini
wajahnya meringis-ringis.
Benar-benar Can kauw-su merasa kaget dan kagum melihat kekuatan dan
kegagahan lawannya ini, dan disamping itu iapun sangsi. Apakah benar-benar
lawannya demikian kuat sehingga dapat bertahan terhadap pukulannya yang sedikitnya
bertenaga seratus kati ini tanpa terguling roboh" Ataukah tenaga kepalannya sendiri
yang sudah berkurang karena umurnya yang makin tua ini"
Akan tetapi Can kauw-su tak sempat berpikir terus. Oleh karena sambil meringisringis itu dan setelah melompat maju mendekati, tiba-tiba dan dengan kecepatan kilat
dan sambil menggereng seperti harimau terluka, Lu Sun Pin menyerang hebat dengan
tangan kanannya. Karena serangan ini datangnya cepat sekali, maka dengan tak kalah cepatnya, Can
Po Goan menggerakkan tangan kanannya yang tadi digunakan untuk memukul itu, ke
atas dan menangkis serta mencengkeram tangan lawan itu. Ternyata maksudnya pun
sama dengan maksud si Pagoda Besi yang merobah pukulannya itu dengan sebuah
cengkeraman serupa Eng-jiauw-kang (pukulan cakar garuda)!
Maka secara tepat dan cepat sekali kedua, tangan kanan mereka saling
mencengkeram dan saling memegang hingga jari-jari tangan mereka saling
menggenggam. Karena gerakan ini dilakukan berbareng, maka kini mereka tak dapat
melepaskan tangan lagi dan ke duanya mengerahkan tenaga lweekang untuk
menjatuhkan lawan! Bu Tek Enghiong - Halaman 74
Tubuh mereka diam bagaikan patung, tangan kiri diacungkan ke atas guna
mengimbangi tenaga dan ke dua mata mereka yang seakan-akan mengeluarkan
cahaya api, saling memandang dengan tak berkedip! Kedua orang ini seperti sedang
berpanco sambil berdiri menunggu siapa yang menjerit lebih dulu karena jari-jari dan
telapak tangannya diremas oleh tangan yang ber lweekang lebih tinggi!
Sungguh tegang dan mengkhawatirkan sekali keadaannya kedua orang ahli silat
tinggi yang sedang mengadu kepandaian dan lweekang ini, sehingga semua orang yang
melihatnya menahan napas. Memang sukar bagi kedua pihak untuk mundur lagi, karena


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalau mengalah sedikit saja selain jari-jari dan telapak tangan mereka akan hancur,
bahkan akan menderita luka dalam yang berbahaya!
Tiba-tiba Cio WanIa berdiri ditengah-tengah dua jago yang bertempur itu dan tahu-tahu Lu Sun Pin dan
Can Po Goan terhuyung mundur seperti ditolak oleh suatu tenaga besar!
Orang-orang yang melihat perbuatan Cio wan-gwe ini kaget dan tercengang. Kaget
karena keberaniannya menghampiri dan memisah dua jago yang sedang bertempur
mati-matian dan tercengang karena mereka selama mengenal Cio wan-gwe, baru kali
ini mereka menyaksikan bahwa hartawan itu ternyata pandai ilmu silat!
Memang, selama menjadi penduduk kota Tong-koan, Cio wan-gwe baru kali ini
memperlihatkan bahwa dirinya memiliki ilmu silat. Hal ini agaknya dilakukannya tanpa
disadarinya atau mungkin karena terpaksa sebab ke dua jago silat itu kalau tidak dapat
dilerai, niscaya salah seorang akan celaka dan hal ini bertentangan dengan maksud
pibu. Ketika ia melompat ke atas panggung, orang hanya melihat bayangan berkelebat
di antara ke dua orang yang bertanding itu dan gerakan tangannya cepat sekali tatkala
ia memisahkan, sehingga tidak terlihat oleh para penonton!
Sebenarnya, dengan mempergunakan ilmu totok yang tinggi, Cio wan-gwe telah
melakukan penotokan dengan tangan kanan dan kirinya ke pergelangan tangan
masing-masing dan setelah itu, ke dua lengannya mendorong tubuh yang bertempur
itu ke belakang. Baik Lu Sun Pin, maupun Can Po Goan ketika pergelangan mereka
ditotok merasa tenaga mereka lenyap dan tangan mereka yang saling genggam dan
saling cengkeram itu lumpuh tak bertenaga, maka mudah saja mereka dipisahkan oleh
Cio wan-gwe dan didorong ke belakang hingga genggaman masing-masing terlepas.
Bu Tek Enghiong - Halaman 75
kelahian kalian ini. karena kulihat pertempuran kalian tidak bersifat pibu, akan tetapi seperti dua harimau
yang hendak saling membunuh! Sedangkan sebenarnya, seorang di antara kalian ini
-gwe terhadap kedua jago yang baru dipisahkannya itu.
Can Po Goan melihat kepada hartawan dengan sinar mata heran karena guru silat
tua pun merasa tercengang akan kepandaian si hartawan yang baru kali ini dilihatnya.
Dulu ia menyangka, seperti juga sangkaan orang-orang lain, bahwa si hartawan itu tidak
mengerti ilmu silat. Diam-diam Can Po Goan merasa kagum dan maklumlah ia bahwa
Cio wan-gwe selama ini sengaja menyembunyikan kepandaiannya.
Adapun Lu Sun Pin ketika itu, tiba-tiba menjura kepada Can kauw-su dan berkata
dengan suara seperti orang yang menahan rasa sakit:
-su, kau benar-benar lihay dan aku Lu Sun Pin secara jujur mengaku
Kemudian tanpa menanti jawaban, dengan wajah meringis ia melompat turun ke
bawah panggung, akan tetapi sebelum tiba di tempat duduknya, ia memuntahkan darah
merah dan roboh pingsan. Para muridnya bukan main kagetnya, mereka serempak
menghampirinya dan menolong guru mereka yang ternyata sudah dikalahkan oleh Can
kauw-su ini! Cio wan-gwe pun terkejut melihat betapa Lu Sun Pin muntah darah, maka ia cepat
berseru kepada muridberi tiga butir kimTubuh Lu Sun Pin lalu digotong oleh para muridnya dan dibawa ke dalam rumah
gedung Cio wan-gwe di bagian kamar obat-obatan dengan Cio Swi Ho, putera tunggal
Cio Wan-gwe sebagai petunjuk jalan dan juga yang mengambilkan obat dari lemari
tempat obat. Benar-benar obat kim-tan itu sangat mujarab. Sesaat kemudian setelah tiga butir
kim-tan itu dimasukkan ke dalam mulut dan dibantu dengan semangkok air sehingga
tertelan, maka Lu Sun Pin siuman dari pingsannya. Wajahnya yang tadi pucat dan agak
biru, kini berangsur-angsur segar kembali.
perkenankanlah -kata ini diucapkan oleh Sim Kang Bu, murid kepala dari Lu Sun Pin yang berwatak kasar dan
Bu Tek Enghiong - Halaman 76
yang marasa malu dan panas hati sekali setelah ternyata dalam pibu itu pihaknya kalah
semua. Akan tetapi alangkah tercengang dan kecewa hati Sim Kang Bu dan juga sebagian
para suteenya ketika mendengar suhunya menyahut sambil membentak marah.
-gara dan hendak memperpanjang lagi
permusuhan yang tiada artinya itu. Dengarlah, permusuhan ini sudah kita habisi melalui
pibu yang adil dan jujur, sehingga luka atau tewas sudah sewajarnya dan tak perlu
dibuat malu dan panas hati!
-su, aku harus mengakui bahwa kepandaian Can kauw-su jauh tinggi daripada kepandaianku dan
karena ini, aku harus menerima kekalahan ini dengan rela. Aku peringatkan kepadamu,
Kang Bu dan juga kepada kalian, murid-muridku semuanya, jangan menaruh dendam
dan rasa penasaran terhadap pihak Can kauw-su, supaya peristiwa seperti yang sudahSetelah berkata demikian, Lu Sun Pin bangkit dan berjalan menuju panggung luitay lalu duduk pula di kursinya yang tadi, diikuti oleh para muridnya yang diam-diam
merasa heran akan sikap guru mereka yang di luar kebiasaan ini. Mereka pun memuji
bahwa guru mereka benar-benar seorang yang berhati jujur dan berjiwa gagah, dapat
menerima kekalahan dengan hati puas dan bahkan melarang mereka menyimpan
dendam maupun hati penasaran!
Ketika itu, Cio wan-gwe masih berdiri di atas panggung dan ketika melihat Lu Sun
Pin sudah hadir pula di tempatnya dalam keadaan segar bugar berkat kemanjuran kimtannya, maka ia mengangguk sambil tersenyum dan berkata:
Lu Sun Pin hanya tersenyum sambil mengangguk dan Cio wan-gwe yang agaknya
maklum akan jawaban sambil membisu ini, berkata pula:
selagi kau berada di dalam, telah kuumumkan bahwa
pertandingan antara kau dengan Can kauw-su telah dimenangkan oleh Can kauw-su.
Bu Tek Enghiong - Halaman 77
AMBIL tetap tersenyum, Lu Sun Pin kembali mengangguk dan kemudian
mata jago silat yang sudah mengakui kekalahannya sendiri ini dipandangkan
ke arah Can Po Goan, yang ketika itu sedang duduk bersila, dikursinya.
Ternyata guru silat she Can itu setelah melihat lawannya tadi digotong ke
dalam rumah Cio wan-gwe dan mendengar dirinya dinyatakan menang, ia menjura
kepada hartawan itu sambil mengucapkan terima kasih dan kemudian menjura kepada
para penonton yang bersorak riuh rendah menyambut kemenangannya.
Akhirnya ia turun dari panggung dan duduk bersila dikursinya, kedua matanya
dipejamkan dan kedua lengannya diletakkan di atas pangkuannya. Dalam keadaan
begini ia mengatur napas untuk memulihkan kembali tenaganya yang telah banyak
dikerahkan. Selama Can kauw-su beristirahat, Cio wan-gwe tinggal berdiri di atas panggung dan
kadang-kadang berjalan mondar mandir sambil mendengarkan riuh dan ramainya
pembicaraan para penonton yang umumnya memuji kegagahan Can kauw-su.
Kemudian setelah dilihatnya Lu Sun Pin keluar lagi dalam keadaan tidak kurang
suatu apa dan dilihatnya pula Can Po Goan masih duduk bersamadi, sedangkan suara
para penonton yang berisik itu kini sudah berkurang, maka Cio wan-gwe lalu
menghadap ke arah para penonton dan berkata lantang:
-saudara sekalian yang terhormat! Seperti sudah kami katakan tadi, bahwa
apabila pertandingan babak ketiga selesai, akan diadakan acara bebas, yakni memberi
kesempatan kepada orang gagah untuk turut serta dalam sayembara ini.
penduduk wilayah kota Tong-koan. Untuk mempersingkat waktu kami beri ketentuan
sebagai berikut: diwajibkan bertanding dengan pemenang dari babak ketiga tadi, yakni Can Po Goan
sianseng. Kemudian, pemenangnya nanti bila benar-benar tidak ada yang mengajukan
diri lagi untuk mencoba-coba, maka dengan secara mutlak dialah yang berhak menjadi
pang-cu Pauw-an-tui dan mendapat gelar kehormatan Tong-koan Hohan atau
Pahlawan gagah kota Tong-koan yang dalam arti kata benar gagah dan tanpa
Bu Tek Enghiong - Halaman 78
tandingan di daerah Tong-koan ini! Maka sekarang, kami persilahkan peserta atau dapat
Setelah ditunggu sesaat, tiba-tiba terdengarlah suara gelak tertawa dibarengi
berkelebatnya bayangan hitam dan tahu-tahu seorang laki-laki yang wajahnya
menyeramkan, matanya yang besar seperti mata ba-rong-say dan cambang bauknya
yang tumbuh seperti rumput-rumput liar di hutan. Pakaian juga hitam, dan serangka
golok yang tergantung di pinggangnya pun berwarna gelap pula, telah berdiri di atas
panggung dan berhadapan dengan Cio wan-gwe, ia masih tertawa berkakakan!
dan coba-coba mengadu kepunsuan untuk menjadi ketua Pauw-an-tui dan menjadi
Tong-koan Homenghadap kepada para penonton dan matanya yang menakutkan itu bergilar-gilar ke
sana ke mari seakan-akan mencari lawan yang ditantangnya.
Semua orang, yaitu para penonton, Cio wan-gwe, Lu Sun Pin dan Can Po Goan, bukan
main terkejutnya karena mereka umumnya sudah mengenal bahwa orang itu adalah Ji
Tay-ong (Raja Kedua) atau wakil kepala dari gerombolan perampok, yang bernama Ciam
Tang berjuluk di kota Tong-koan selama ini.
Seperti diketahui, gerombolan perampok yang bersarang di hutan sebelah selatan
dari kota Tong-koan dipimpin oleh Si Cakar Harimau (Houw-jiauw) Lo Ban Kui. Adapun
Si Srigala Hitam ini adalah tangan kanannya atau selaku wakil yang setiap kali
wajah yang menyeramkan dari si Srigala Hitam ini sudah dikenal oleh sebagian besar
penduduk daerah Tong-koan, yaitu mereka yang pernah disatroni dan dimintai
Hari itu agaknya Cim Tang kebetulan melihat pertandingan pibu tersebut, maka
ketika diadakan acara pertandingan bebas, ia sengaja naik ke panggung dan sesumbar
karena ia yakin, bahwa semua orang yang sudah mengenalnya pasti takut atau
Seperti diketahui, pibu itu diselenggarakan untuk membentuk dan memilih ketua
barisan keamanan yang pada hakekatnya guna mengganyang gerombolan perampok
dan gerombolan bajak sungai. Maka ketika semua orang melihat Ciam Tang si wakil
kepala garong itu naik panggung dan sesumbar, mereka terkejut karena kehadiran
Bu Tek Enghiong - Halaman 79
orang ini benar-benar diluar keinginan mereka. Ciam Tang adalah musuh rakyat, karena
terkenal kekejaman dan kebiadabannya.
Namun kini ia berani terang-terangan muncul di atas lui-tay yang justeru tengah
mengadakan pemilihan ketua untuk memimpin sebuah organisasi guna
mengganyangnya. Hal ini membuktikan betapa besar nyalinya si Srigala Hitam itu!
demikian tegur Cio wan-gwe dengan dada berdebar-debar, bukan karena merasa takut,
akan tetapi karena sangat marah melihat kekurang ajaran orang itu yang terangterangan menghinanya.
Ciam Tang menghentikan suara ketawanya dan sambil tetap bertolak pinggang, ia
terhormat dan kaya raya. Aku merasa beruntung sekali berkesempatan mengikuti
sayembara pibu ini dan barangkali saja aku bisa menjadi ketua Pauw-an-tui.. . Ha, ha,
Sudah sikapnya menghina, kini jawabannya pun sangat menghina pula, maka Cio
Wan-gwe yang biasa menerima penghormatan dan sanjungan dari orang, bukan main
murkanya sehin tapi kalau setiap kali aku bertamu ke rumahmu, mengapa badanmu menggigil seperti
orang diserang penyakit demam mendadak.. ."
pibu ini" Lupakah bahwa kau tadi menyerukan bahwa setiap penduduk dalam daerah
Tong-koan, berhak menjadi pang-cu dan Tong-koan Hohan melalui sayembara yang
kau selenggarakan ini. Karena akupun penduduk daerah Tong-koan, maka aku pun
berhak memperebutkan kedudukan pang-cu dan gelar kehormatan yang hebat itu! Ha,
Kemarahan Cio wan-gwe sudah sampai dipuncaknya dan hartawan ini segera
membuka jubah luarnya yang merah itu yang lalu dilemparkan ke bawah panggung
dan ditanggap oleh puteranya, Cio Swi Ho yang kebetulan waktu itu sedang berdiri di
bawah panggung! Ternyata setelah baju luarnya ditanggalkan, tampaklah pakaian
hartawan itu serba ringkas yaitu pakaian seorang ahli silat. Dan sambil bertolak
pinggang, ia melampiaskan hawa amarahnya:
Bu Tek Enghiong - Halaman 80
-kawanmu adalah musuh kami, maka kau tidak
berhak menyertai lomba yuda ini dan sebelum kau kuusir, kuminta dengan hormat
su -gwe, kenapa kau melanggar peraturan yang kau keluarkan sendiri" Bukankah tadi telah kau
katakan bahwa setiap orang penduduk Tong-koan boleh turut serta dalam lomba yuda
tanpa pengecualian"!
tegasnya aku dan orang-orang dari golongan kami tidak diperbolehkan, sudah tentu
akupun tidak sudi naik panggung sandiwara badut ini! Namun, sekarang, setelah aku
berdiri di atas lui-tay ini, tidak nanti aku mau turun begitu saja dan agaknya kau sendiri
Saking marahnya terhadap orang yang terang-terangan datang dengan membawa
maksud tidak baik itu, Cio wan-gwe tidak berkata pula. Melainkan dengan sebat ia
mengirim tendangan kilat ke arah selangkangan Ciam Tang sambil berseru:
Kini secara terang-terangan Cio wan-gwe memperlihatkan bahwa ia sebenarnya
memiliki kepandaian silat dan tingkat kepandaiannya memang lebih tinggi setingkat
dari Lu Sun Pin. Akan tetapi mengapa selama ini ia menyembunyikan kepandaiannya
itu, adalah sebuah rahasia yang menarik dan akan diceritakan kemudian.
Tendangan yang dilakukan olehnya itu adalah semacam ilmu tendang yang lihay
dan berbahaya dari cabang Bu-tong yang disebut Lian-hoan-twi. Tendangan ini
dilakukan sambil melompat dan gerakan kedua kakinya secara berantai.
Tendangan pertama yang dilakukan oleh Cio wantadi, merupakan gerakan kilat yang dilancarkan oleh kaki kiri dengan lutut ditekuk, dan
segera dengan gerakan kilat pula disusul oleh samberan kaki kanan dan terus ke dua
kaki bergantian dan berulang-ulang melakukan tendangan bertubi-tubi ditujukan ke
arah anggauta berbahaya si Srigala Hitam itu.
Inilah serangan pertama yang berbahaya dan sekali saja tendangan ini mengenai
sasaran, jiwa yang diserang sukar ditolong lagi! Dilihat dari gerak tendangan Lian-hoantwi ini, maka jelaslah bahwa ilmu silat yang dimiliki oleh Cio Wan-gwe adalah sama
dengan Lu Sun Pin, yaitu dari cabang Bu-tong!
Bu Tek Enghiong - Halaman 81
Terdengar kembali suara yang bergelak-gelak dari Ciam Tang ketika menghadapi
tendangan Cio Wan-tiba ia merendahkan diri setengah berjongkok dan ketika
tendangan kaki si hartawan itu melayang ke arah mukanya, Ciam Tang segera
mengulurkan kedua tangannya dan secara tepat sekali ia menangkap kaki Cio wangwe itu.
-gwe berseru karena sama sekali tidak
menduga bahwa Ciam Tang akan menerima tendangannya secara demikian rupa,
bukan berkelit atau balas menyerang, akan tetapi justeru menangkap kakinya!
Dan sebelum Cio Wan-gwe sempat melakukan gerakan lain dan dapat menguasai
keseimbangan badan karena sebelah kakinya ditangkap itu, tiba-tiba terdengar Ciam
Tang berseru keras dan ternyata orang ini setelah menangkap kaki yang menendang
itu lalu berdiri dan mendorongnya sekuat tenaga ke depan hingga Cio wan-gwe tidak
ampun lagi terlempar ke bawah panggung. Cio wan-gwe sudah memiliki gin-kang tinggi
dan ketika tubuhnya dilontarkan, ia membuat salto di udara, sehingga ketika jatuh di
bawah panggung, ia dalam keadaan berdiri!
Bukan main kagetnya semua orang, apalagi Cio wan-gwe sendiri, karena hanya
dalam segebrakan saja ia dilemparkan oleh Ciam Tang ke bawah panggung. Suatu bukti
yang nyata bahwa si Srigala Hitam itu berkepandaian sangat tinggi!
Biarpun Cio wan-gwe tidak mendapat celaka, namun terlempar ke bawah panggung
berarti bahwa ia sudah dikalahkan oleh lawan maka sungguhpun hatinya sangat marah
sekali, akan tetapi ia tidak ada muka untuk naik ke atas lui-tay lagi. Hanya dengan wajah
pucat ia memandang Ciam Tang dengan rasa kaget, marah dan juga kagum akan
kelihayan lawan! Ha, ha, ha! Lawanku yang pertama sudah kuterbangkan ke bawah panggung! Hayo,
menantang, lagaknya amat menyebalkan, akan tetapi wajahnya yang bengis itu
sungguh menakutkan. Tiba-tiba tampak seorang pemuda melompat ke atas panggung, tangannya
Bu Tek Enghiong - Halaman 82
yang muncul wan-gwe muda atau Cio Swi Ho kongcu yang ketika tempo hari aku
Benarlah pemuda itu adalah putera Cio wan-gwe. Dan meskipun maklum bahwa ia
bukan tandingan Ciam Tang, namun karena melihat ayahnya dikalahkan hanya dalam
segebrakan saja, maka pemuda ini telah melupakan kepandaian sendiri, yang masih
rendah saking marahnya, dan tanpa memperdulikan cegahan ayahnya, ia melompat ke
atas panggung sambil tangan membawa pedang!
Pada suatu kali rumahnya didatangi Ciam Tang dan kamrat-kamratnya melakukan
penggarongan, pemuda ini sangat ketakutan sekali sehingga kaki tangannya menggigil
hebat dan celananya basah karena tanpa dirasa lagi, ia telah ngompol.. .! Maka ketika
soal ngompol itu dikatakan oleh Ciam Tang di muka umum, Cio Swi Ho merasa amat
malu dan marah, maka tanpa banyak cakap lagi ia maju menubruk sambil menyabetkan
pedangnya ke arah leher Ciam Tang.
sangat muda dan belum bergigi dan tumbuh ku
Ciam Tang mengejek dan dengan tenang tapi amat cepat, ia miringkan tubuhnya dan
ketika tangan kirinya bergerak, ia telah menepuk pergelangan tangan pemuda itu yang
memegang pedang hingga pedang tersebut terlepas dan lalu ditangkap oleh Ciam Tang
yang mempergunakan tangan kanannya.
Cio Swi Ho merasa betapa tangannya menjadi kaku karena tepukan perlahan itu
dan tahu-tahu pedangnya telah berpindah tangan, maka maklumlah kalau Ciam Tang,
mau dalam seketika juga akan dibalas dengan serangan sambil mempergunakan
pedang rampasan itu. Ia melangkah mundur dengan kaget dan tanpa melihat lagi
kepada lawan, ia segera melompat turun dengan wajah merah karena jengah dan
lengan kanan dalam keadaan setengah lumpuh!
a macam cacing pisang, mana bisa bermainCiam Tang dan tibatelah dipatahkan menjadi dua potong dan yang hebat sekali, ia mematahkan pedang itu
hanya dengan menggunakan tekanan jari telunjuk dan ibu jari saja.
Hal ini membuktikan bahwa Ciam Tang memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi!
Ia lemparkan potongan pedang ini ke tempat kosong di belakang panggung. sambil
ketawa besar dan nyaring.
Bu Tek Enghiong - Halaman 83
anya dan matanya yang bergilar liar itu melirik ke
arah Can Po Goan. Can Po Goan yang ketika itu sudah pulih kembali tenaga dan semangatnya, maklum
bahwa si Srigala Hitam itu sudah menantangnya. Seperti sudah diterangkan, bahwa


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

guru silat tua ini tidak mempunyai maksud untuk merebut kedudukan ketua Pauw-antui. Setelah mengalahkan Lu Sun Pin ia sudah merasa cukup puas dan apabila dari
pertandingan acara bebas yang menyusul ini keluar seorang gagah dan bertanding
dengannya, ia sengaja akan mengalah!
Akan tetapi, kenyataannya kini yang selalu menang dari lomba yuda bebas ini
adalah seorang yang justeru menjadi musuh rakyat dan kalau ia tidak dapat
menjatuhkan orang ini pasti komplotan garong akan lebih kurangajar lagi. Dia berdiam
diri lagi sesaat lamanya sambil menanti kalau-kalau ada orang lain yang akan
menghadapi si Srigala Hitam itu.
Tetapi ternyata tiada orang yang muncul ke atas lui-tay berarti tiada orang yang
berani bertanding dengan wakil kepala perampok yang sudah diketahui kelihayannya
ini, sedangkan sementara itu si Srigala Hitam sudah berkali-kali melirik kepadanya yang
dimakluminya sebagai tantangan. Guru silat tua ini beranjak dari tempat duduknya dan
sekali saja tubuhnya bergerak, dalam sekejap ia sudah berada di atas panggung dan
berhadapan dengan Ciam Tang yang menyambutnya dengan ketawa besar.
Ketika melihat Can kauw-su muncul, para penonton bersorak dengan gembira dan
dari mereka terdengar seruan-su! Bikin mampus
si Srigala Hitam itu! Ganyanglah segala bent
-buru naik" Bukankah tuan panitia tadi menentukan bahwa peserta lomba yuda bebas ini harus
menangkan perkelahian dulu sampai tiga kali, dan baru bertanding dengan Can
Ciam Tang bertanya kepada Can kauw-su dengan sikap seperti orang yang
sungguh-sungguh menghormat. Sedangkan wajahnya jelas sekali berseri-seri sombong.
tidak membawa maksud baik bagi
-su menjawab dengan suara ketus karena merasa sebal akan sikap
dan pembicaraan peserta lomba yuda yang tidak diharapkan ini.
karena untuk ketiga kalinya ini ternyata setelah kutunggu tiada orang yang muncul
Bu Tek Enghiong - Halaman 84
menghadapimu, maka terpaksalah aku si orang tua yang tak berguna ini coba-coba
bermain-main denganmu untuk membuktikan siapa sebenarnya yang keluar menjadi
juara dari pertandingan sil
maka aku yang rendah ini merasa berterima kasih sekali akan menerima pelajaran
Hati Can kauw-su berdebar tegang karena melihat gerakan orang ini tadi sudah
pasti ia berkepandaian sangat tinggi dan ia merasa bahwa tak mungkin dapat
merobohkannya. Akan tetapi Can kauw-su bukan seorang pengecut, betapapun juga ia
akan mengandalkan kepandaian yang dimilikinya dan berusaha merobohkan lawan
yang sudah nyata sekali ketangguhannya itu, demi kebaikan nama dan kehormatannya
dan demi kepentingan Pauw-an-tui!
-su sambil memasang kudakuda yang teguh.
Menyuruh lawan maju dan ia sendiri menanti, ini adalah tata cara yang sopan
dalam pibu maupun dalam saat memulai perkelahian. Memberi kesempatan kepada
lawan untuk bergerak lebih dulu dianggap kelakuan sopan dan penghormatan, karena
pada umumnya di kalangan persilatan, yang menyerang lebih dulu dianggap telah
menang setingkat atau boleh juga disebut menang set.
Akan tetapi bagi para yang sudah tinggi ilmu kepandaiannya, hal ini bahkan
sebaliknya. Mereka tahu bahwa sikap yang terbaik ialah menanti lawan bergerak lebih
dulu, oleh karena pihak yang diserang dapat berlaku lebih waspada dan hati-hati, dapat
melihat permulaan gerakan lawan lebih dulu.
Sehingga dengan demikian, ia dapat membuat perhitungan secara tepat betapa
untuk menyambut serangan lawan itu, yaitu menangkis, mengelak dan kemudian dapat
melancarkan serangan balasan yang lebih berbahaya karena sukar dijaga oleh si
penyerang yang bergerak lebih dulu itu. Hal ini diketahui baik oleh Can kauw-su, ia
selalu menyuruh pihak lawan membuka serangan lebih dulu.
Ciam Tang kembali ketawa bergelak ketika melihat guru silat tua itu sudah
memasang kuda-kuda dan sambil tertawa-tawa mengejek ia melangkah dua tindak
mendekati Can kauw-su serta mulai menyerang dengan pukulan tangan kanannya ke
Bu Tek Enghiong - Halaman 85
Can Po Goan dapat merobah kedudukan kuda-kudanya dan merendahkan tubuh
sambil mengangkat lengan kirinya menangkis dan tangan kanannya yang mempunyai
kepalan sakti itu menyerang dengan sodokan ke arah perut Ciam Tang. Si Srigala Hitam
berlaku sebat dan mengelak dari kepalan sakti pembawa maut itu dan kemudian ia
menggunakan gerakan lain pula menyerang.
Dan demikianlah, pada detik berikutnya ke dua orang itu sudah terlibat dalam suatu
pertempuran yang bukan sekadar mengukur kepandaian, akan tetapi lebih tepat disebut
usaha pembunuhan! Can kauw-su bergerak lincah berkat gin-kangnya yang tinggi, dengan semangat
tuanya yang ulet dan dengan mengandalkan kepalan saktinya yang ampuh. Ia
bertempur secara gigih sekali.
Sebaliknya Ciam Tang lebih hebat lagi. Setiap serangannya sangat ganas dan
gerakannya lebih cepat daripada lawannya dan yang hebat lagi, sambil bertempur ia
dapat terus ketawa-tawa! Ternyata pertempuran ini tidak berlangsung lama, oleh karena ketika menjelang
jurus kelimabelas, Can Po Goan sudah mulai terdesak hebat dan sungguhpun guru silat
ini sudah mengerahkan seluruh kepandaian simpanannya dalam pertarungan yang
sebentar itu, akan tetapi kenyataannya ia harus mengakui bahwa wakil kepala
perampok itu benar-benar memiliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi! Gerakangerakannya demikian cepat dan sukar diduga dan pula sangat ganas sekali.
Can kauw-su maklum, bahwa selain ia kalah napas karena ia sudah bertempur
dengan Lu Sun Pin tadi sehingga membuatnya cepat lelah, juga tingkat lweekangnya
kalah jauh oleh lawannya. Sudah beberapa kali ia mencoba mengukur tenaga dalam,
dan kenyataannya ia selalu terpental dan terhuyung-huyung!
Dalam pertempuran itu ternyata Ciam Tang lebih banyak menggunakan totokantotokan yang sangat hebat hingga ilmu weduk yang dimiliki Can kauw-su seakan-akan
lenyap daya tahannya. Biarpun Can kauw-su seorang ahli silat tinggi dan sudah banyak
pengalaman, akan tetapi menghadapi ilmu silat dan totokan dari si Srigala Hitam ini
benar-benar ia merasa kewalahan dan ia tidak tahu ilmu silat lawannya itu dari cabang
mana! Tiga jari Ciam Tang itu, yakni telunjuk, jari tengah dan jari manisnya, baik dari tangan
kanan maupun kiri, biarpun tidak runcing akan tetapi dapat menembus kulit dan daging.
Bu Tek Enghiong - Halaman 86
Dan celakalah Can kauw-su kalau sampai terkena secara telak oleh totokan yang dapat
menembus dinding bata dengan sekali tusuk itu.
Apalagi Ciam Tang berhati kejam dan ganas sekali. Terbukti dari seranganserangannya yang selalu ditujukan ke bagian-bagian yang berbahaya dari tubuh
lawannya, yakni jari tangan yang kuat itu ditusukkan secara bertubi-tubi ke arah leher,
lambung, perut, mata dan pusar secara sambung menyambung sehingga Can kauw-su
menjadi sibuk sekali menangkis, mengelak dan sama sekali tidak mempunyai
kesempatan untuk membalas.
Dan diam-diam orang tua ini hatinya mengeluh karena segala ilmu kepandaian
yang dimilikinya ternyata sama sekali tidak berdaya menghadapi kelihayan Ciam Tang!
Biarpun Can kauw-su sudah kewalahan dan napasnya sudah terempas-empis dan ia
terus terdesak mundur, akan tetapi ia masih belum menerima kalah. Juga tidak ada
kesempatan untuk mengaku kalah, karena Ciam Tang sambil tertawa-tawa mengejek
terus mendesak dengan serangan-serangan maut!
Akhirnya detik-detik yang sangat berbahaya bagi Can kauw-su tibalah, yaitu ketika
tusukan jari tangan dari Ciam Tang mengarah matanya. Can kauw-su cepat mengelit
akan tetapi ternyata kelitan yang cepat ini masih kurang cepat karena jari-jari tangan
si Srigala Hitam yang kuat itu telah menyerempet pipinya sehingga kulit pipi itu terobekterobek dan darah merah segera memenuhi bagian pipi yang terluka dan terus ngucur
ke dagunya! Can kauw-su terhuyung-huyung karena selain pipinya dirasakan sakit dan perih.
Juga totokan itu agaknya dikerahkan dengan tenaga dalam yang dahsyat sehingga
membuat kepalanya menjadi pening dan pandangan matanya berkunang-kunang!
Akan tetapi Ciam Tang tidak mau berhenti dan terus maju menyerang dengan
tusukan jari tangan kanannya ke arah uluhati yang tentu akan mendatangkan maut
apabila terkena. Can kauw-su cepat menjatuhkan dirinya untuk mengelak dari serangan
maut ini, akan tetapi pada saat itu, kaki kanan Ciam Tang menyamber sehingga tubuh
guru silat tua ini terguling di atas panggung.
Untung tendangan itu hanya mengenai pahanya, dan ia melihat Ciam Tang maju
mengejar dan hendak menendangnya pula, maka cepat Can kauw-su mengadakan
pembelaan diri. Ia bergulingan dengan gerakan Naga bermain-main dengan mustika.
Tubuhnya bergulingan dengan cepat di atas papan panggung sehingga sepakansepakan kaki Ciam Tang beberapa kali dapat dielakkan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 87
Akan tetapi Ciam Tang benar-benar kejam, sepatunya yang bersol besi itu terus
dilayangkan dan pada suatu saat, sambil tertawa-tawa besar ia hendak mengirim
tendangan yang terakhir, yaitu hendak membuat tubuh Can kauw-su ditendangnya
sampai terlempar ke bawah panggung! Dan benar-benar, jiwa Can Po Goan terancam
hebat, karena tendangan itu ditujukan ke arah lambungnya!
Para penonton menahan napas, bahkan ada yang berteriak karena
mengkhawatirkan keselamatan Can kauw-su!
Akan tetapi tiba-tiba Ciam Tang mengerang dan kakinya yang ditendangkan itu
sebelum mengenakan sasaran ditarik kembali. Sambil menggigit bibir menahan sakit,
ia melihat ke arah sepatunya dan ia melihat bahwa sepatunya berlubang dan kakinya
luka, biarpun hanya luka kecil saja, akan tetapi mendatangkan rasa sakit bukan main!
Dan tidak jauh dari kakinya, ia melihat sebutir batu kecil.
Ternyata tanpa diketahui oleh Ciam Tang dan semua orang, kakinya telah disambit
orang dan karena batu itu kecil sekali, maka dapat menembus sepatu dan melukai kaki.
Ciam Tang maklum bahwa si penyambit tentulah seorang yang berkepandaian tinggi.
Kesempatan itu digunakan oleh Can Po Goan untuk cepat-cepat melompat turun
dari panggung. Bukan main marahnya Ciam Tang. Mukanya yang menyeramkan menjadi merah
bagaikan warna kepiting direbus dan matanya bergilar liar kepada para penonton.
memb Semua orang merasa bersyukur karena Can kauw-su telah terhindar dari bahaya
maut, akan tetapi sekarang Ciam Tang menjadi demikian marah. Karena mereka
maklum bahwa si wakil kepala perampok itu bila sudah marah akan mengumbar
kekejaman dan kebengisannya!
Dan semua orang merasa heran sekali, mengapa si bengis itu tiba-tiba menjadi
marah"! Sebagai sambutan pada makian Ciam Tang itu tiba-tiba dari bawah panggung, yaitu
dari para penonton, tampak bayangan biru dengan gerakan gesit sekali seperti seekor
burung walet. Dan tahu-tahu di depan Ciam Tang telah berdiri seorang pemuda yang
tampan dan gagah. Bu Tek Enghiong - Halaman 88
Pakaian yang dikenakannya berwarna biru langit dan pinggangnya diikat dengan
tali pengikat semacam tali yang panjang dan agaknya terbuat dari benang sutera
berwarna kuning emas. Topinya juga berwarna biru dihias ronce-ronce benang emas
dan pemuda ini sambil tersenyum lebar berdiri di depan Ciam Tang yang
memandangnya dengan mata terbelalak.
tegur Ciam Tang sambil memandang tajam wajah tampan dari pemuda yang paling banyak berusia duapuluh
tahun itu. -tayitu dan dengan wajahnya tetap berseri-tay-ong, tadi kau memakiku
dengan menyebut bangsat keji yang curang, sebenarnya kekejian dan kecurangan
Bukan main herannya hati para penonton mendengar ucapan pemuda yang luar
biasa beraninya ini. Dan bukan main marahnya hati Ciam Tang melihat sikap dan
mendengar ucapan si anak muda yang seakan-akan memandang rendah sekali
kepadanya sehingga ia menggertakkan gigi menahan marah.
-benar bernyali besar! Caramu menyambit tadi
bukankah sudah membuktikan perbuatan keji dan curang yang pantas dilakukan oleh
-taypenuh ejekan. Baru kau kusambit dengan sebuah kerikil saja kau telah memakiku curang, keji dan
pengecut! Akan tetapi sebaliknya kau sendiri, yang sok mengepalai perampokan,
pembunuhan, pembakaran, dan penculikan, dapatkah perbuatanmu itu disebut
perbuatan gagah dan terh Orang-orang yang berada di sekelilingnya mulai merasa gembira mendengar
ucapan dan melihat sikap pemuda yang lucu dan berani itu. Dengan sikapnya yang
Bu Tek Enghiong - Halaman 89
lucu dan sama sekali tidak memperdulikan kemarahan orang yang diganda senyumsenyum mengejek saja itu, pemuda yang mereka belum kenal itu melenyapkan suasana
tegang dan menimbulkan kegembiraan dalam hati para penonton.
Sungguhpun mereka sangat cemas akan keselamatan si pemuda mengingat
kelihayan dan kekejaman si Srigala hitam Ciam Tang itu.
Selama menjadi wakil kepala perampok, belum pernah Ciam Tang dihina dan
diperlakukan kurangajar oleh seorang bocah cilik seperti anak muda yang kini berdiri
di hadapannya itu! karena menahan marahnya. Pemuda baju biru itu tersenyum lucu dan menjawab sambil miringkan kepalanya
dan memandang penuh ejekan:
penduduk daerah Tong-koan, maka aku berhak turut serta dalam sayembara pemilihan
ketua Pauw-an-tui itu! -tay-ong, rakyat Tong-koan sudah bangkit semangatnya untuk
mengganyang gerombolanmu dan aku selaku rakyat, terlebih dulu aku akan
mengusirmu dari panggung ini, karena kedatanganmu ke sini dan turut sertanya kau
memandang rendah terhadap pemuda itu, maka Ciam Tang masih dapat mengejek
sambil tertawa. tentu takkan berani berdiri dihadapanmu lantaran melihat wajahmu yang seperti barong-say dan kedua matamu yang besar seperti mata kerbau sudah cukup membuatku
Para penonton ketawa riuh karena hati mereka merasa gembira sekali mendengar
sindiran si pemuda yang sangat berani dan tepat itu. Akan tetapi suara ketawa mereka
serempak terhenti ketika tiba-tiba terdengar bentakan yang nyaring sekali dari Ciam
Tang: Bu Tek Enghiong - Halaman 90
oleh tangannya yang mengirim serangan kilat.
Souw Bun Liong ketawa mengejek dan tangannya bergerak menangkis. Kemudian
dengan tangannya yang sebelah lagi ia balas menyerang tanpa merobah kedudukan
kakinya yang berdiri tetap pada tempatnya yang tadi.
Si Srigala Hitam terus melancarkan serangan-serangan dengan jari-jari tangannya
dan seperti tadi ketika ia bertempur dengan Can Po Goan, setiap serangannya sangat
cepat, kuat dan ganas! Dengan mengandalkan kepandaiannya yang lihay, Ciam Tang
yang sangat memandang rendah terhadap lawan mudanya yang seperti anak
sekolahan itu, tadinya hendak menjatuhkan lawannya dalam waktu yang singkat.
Can kauw-su yang tangguh tadipun dapat dibikin tidak berdaya hanya dalam
belasan jurus saja, maka bocah yang masih ingusan ini masak tidak dapat dirobohkan
hanya dalam beberapa gebrakan saja, pikirnya.
Akan tetapi, benar-benar Ciam Tang tidak mengerti dan juga tidak mengenal ilmu
silat apa yang dimainkan oleh pemuda itu. Memang Souw Bun Liong cara bersilatnya
aneh sekali. Meskipun ia menghadapi serangan yang bertubi-tubi dan sangat berbahaya sekali
dari Ciam Tang, namun pemuda itu hanya menggerakkan tubuh bagian atasnya saja,
yaitu kedua tangannya bergerak-gerak secara tidak keruan akan tetapi dapat
melakukan tangkisan atau sampokan dengan jitu sekali. Sedangkan sepasang kakinya
yang berdiri di atas papan panggung itu tanpa sedikitpun berpindah dari tempat, kecuali
hanya bergerak seperlunya untuk melayani lawan yang melancarkan serangan sambil
mengitari tubuhnya itu. Ciam Tang telah melakukan segala macam serangan yang serba cepat, ganas dan
mematikan. Akan tetapi selalu dapat ditangkis dengan tepat oleh lawan mudanya yang
tersenyum-senyum dan karena anak muda ini tidak mau berpindah dari tempat
berdirinya, maka Ciam Tang harus selalu menghampirinya!
Ciam Tang, dengan segala kegesitannya tak ubahnya seperti sedang melawan
sebuah patung saja. Tidak bergerak, tidak mengejar, namun tidak dapat didekati karena
selain tangkisannya yang selalu jitu, juga pukulan balasan yang dilakukan pemuda itu
sangat berbahaya sekali walaupun seakan-akan dilakukan sambil berdiri diam saja!
Telah tiga kali Ciam Tang mencoba mengadu tenaga, ternyata ia merasa betapa
lengannya sesemutan! Ia terkejut dan maklum bahwa anak muda ini ternyata ahli
Bu Tek Enghiong - Halaman 91
lweekeh yang mempunyai tenaga lweekang sangat tinggi, maka setelah maklum bahwa
-hati! Sesudah sekian jurus berlangsung dan pemuda itu hanya menangkis sambil berdiri
hingga merupakan benteng yang amat kokoh, Si Srigala Hitam menjadi gemas dan
pikirnya kalau pemuda itu menyerang, tentu akan ada kesempatan baginya untuk
merobohkannya. Kalau hanya bertahan, tentu saja anak muda itu kuat sekali karena
seluruh perhatian dan tenaganya dikerahkan untuk bertahan dan membela diri.
Kalau ia membalas menyerang tentu harus bergerak kian kemari sehingga
sepasang kakinyapun mesti berpindah-pindah pula, dan dengan demikian tenaga serta
perhatiannya terpecah. Maka setelah benaknya menelurkan siasat ini, Ciam Tang
berseru marah: pemuda itu sambil mengangkat hidungnya,
semacam sikap mengejek. -benar berani melanjutkan pertempuran
adalah permintaanmu, maka jangan menyesal kalau sebentar lagi tubuhmu kubikin
pula tubuhnya bergerak. Sebentar saja ia berkelebat ke sana ke mari dengan kecepatan yang melebihi
lawannya sehingga si Srigala hitam menjadi terkejut sekali. Dan tak lama kemudian,
dengan menggunakan gerak tipu Liok-tee-heng-houw (Menolak Perahu di Darat) Souw
Bun Liong berhasil mendorong dada lawannya sehingga sambil berseru kaget, marah
dan kesakitan Ciam Tang terdorong hingga tubuhnya yang tinggi besar seperti raksasa


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu bergulingan di atas panggung kemudian menggelinding dan jatuh ke bawah!
Tetapi kerena ia memang berkepandaian tinggi, ketika tubuhnya menggelinding ke
bawah ia masih dapat menguasai keseimbangan tubuh sehingga jatuh dalam keadaan
berdiri. Ia merasa kesakitan sambil tangannya mengusap-usap dadanya. Dan setelah
mengawasi pemuda itu sebentar dengan sinar mata bernyala-nyala, ia berjalan
menyelinap dan akhirnya menghilang di antara orang banyak.
Bu Tek Enghiong - Halaman 92
Gegap gempitalah suara sambutan dari para penonton melihat kemenangan
pemuda yang baru muncul secara tak disangka-sangka ini. Can Po Goan dan Lu Sun
Pin juga bersorak dan bertepuk tangan di tempat duduknya, sementara Cio wan-gwe
cepat melompat ke atas panggung dan menjura kepada Souw Bun Liong,
-benar gagah dan aku berterima kasih sekali kau dapat
mengalahkan si Srigala Hitam yang muncul ke sini hendak mengacau upacara yang
tayjin, siauwtee tidak berani menerima pujian dan ucapan terima kasihmu itu, oleh karena hal yang terjadi
Cio wan-gwe merasa senang melihat pemuda yang tampan, berkepandaian tinggi,
tapi bersikap sopan dan sangat merendah ini dan memang demikianlah seharusnya
sifat yang dimiliki oleh seorang gagah, sederhana, dan merendah.
yang tersimpan di dalam dirimu tidak dapat disembunyikan, Souw sicu, Dan jika boleh
pernah mempelajari beberapa macam ilmu pukulan kampungan warisan dari seorang
Jawaban ini yang bagi orang lain hanya berupa jawaban biasa saja dari seorang
pemuda yang tidak mau menyombongkan kepandaian dan menonjolkan nama gurunya.
Akan tetapi bagi telinga Cio Wan-gwe, Can Po Goan dan Lu Sun Pin yang juga
mendengarnya, jelaslah pemuda itu sudah memberikan penyahutan yang
selengkapnya. gwe menegaskan dengan wajah berseri karena hatinya dipenuhi perasaan kagum,
sambil menatap wajah pemuda yang tampan itu.
-pun-su (tidak berkepandaian) itu memang suhu siauwtee, maka harap tayjin sudi memaafkan
siauwtee yang bodoh telah lancang turut serta dalam acara pibu bebas yang tayjin
selenggarakan ini. Bu Tek Enghiong - Halaman 93
Cio Wan-gwe ketawa bergelak karena hatinya gembira, ke dua tangannya
memegang ke dua pundak pemuda itu sambil tatapnya baik-baik, lalu katanya:
dunia kang-ouw pada beberapa belas tahun yang lalu. Akan tetapi sebelum aku sempat
bertemu dengan beliau, ternyata beliau sudah mengundurkan diri dari pergaulan dunia
yang selalu penuh huru hara ini, sehingga hatiku merasa menyesal sekali!
temu dengan engkau dan sebagai murid dari Bu Beng Locianpwee, maka sangat pantaslah kedudukan ketua
Pauw-an-tui dan gelar Tong-koan Hohan menjadi milikmu, Souw sicu! Hal ini benarsiauwtee tampil ke atas lui-tay ini, bukan maksud siauwtee ingin menjadi ketua Pauwan-tui maupun gelar yang mentereng itu. Kalau saja si Srigala Hitam tadi ada yang
mengatasi kecongkakannya, niscaya siauwtee yang bodoh ini takkan berani
mengunjukkan kebodohan. Maka sekali lagi siauwtee harap tayjin memberi maaf sebanyak-banyaknya karena siauwtee tidak berani menerima tawaran tayjin yang sangat
lu, Souw sicu! Kenyataan sudah tak dapat
dipungkiri dan berani kupastikan bahwa di dalam wilayah Tong-koan ini, kepandaianmu
sukar mendapat tandingan.
warga kota Tong-koan, pasti kau merasa berkewajiban mendukung organisasi yang
kami bentuk demi kepentingan kita bersama ini, maka sekali lagi kuharapkan kau jangan
Setelah berkata begitu dan sebelum Souw Bun Liong sempat mengajukan
sanggahan lebih jauh terhadap kata-kata si hartawan yang bersifat menyanjung itu, Cio
wan-gwe telah menghadap ke arah para penonton dan berkata nyaring:
-saudara sekalian! Seperti kalian sudah saksikan tadi bahwa si Srigala
Hitam yang terkenal tinggi ilmu kepandaiannya dan sengaja hendak mengacau serta
mempermainkan pembentukan Pauw-an-tui ini, telah digulingkan oleh pemuda gagah
kawan kita ini. Maka menurut hemat kami, Souw sicu murid dari Bu Beng Locianpwee
ini pantaslah menjadi ketua Pauw-an-tui dan mendapat gelar kehormatan Tong-koan
Bu Tek Enghiong - Halaman 94
Hohan! Bagaimana, menurut pendapat dan pandangan saudara-saudara sekalian,
Serempak terdengar sambutan dari para penonton riuh rendah,
-gwe dengan hati puas dan tanpa menoleh lagi kepada Souw
Bun Liong yang berdiri di belakangnya, hartawan itu lalu berpidato pula:
-saudara, sebelum kita mengangkat Souw sicu menjadi ketua
Pauw-an-tui dan memberikan gelar Tong-koan Hohan dengan resmi. Demi menjaga dan
untuk mencegah kerewelan nantinya, yaitu kerewelan dari orang-orang yang masih
merasa penasaran karena belum menjajal kepandaian Souw sicu ini.
-han yang hadir di sini untuk mengajukan diri dan coba bermain-main dengan Souw sicu dengan
harapan barang kali saja dapat merebut kedudukan pang-cu dan mendapat gelar
kehormatan seperti yang sudah disebutkan berkali-kali tadi.
tinggal satu babak lagi berhubung waktu yang sudah kami tentukan, sudah hampir habis! Kami
beri waktu dengan sepuluh hitungan, yaitu dari satu sampai sepuluh dan apabila
hitungan sudah habis, namun tiada orang yang tampil dan berpibu dengan calon pangcu ini, maka pengangkatan ketua dan gelar Tong-koan Hohan secara mutlak menjadi
hak Souw sicu dan tak dapat diganggu gugat lagi oleh siapapun.
kami selaku ketua panitia pembentukan organisasi massa ini. Sekian, harap cuwi
maklum dan sekarang kami mulai menghitung: Satu.. .! Dua.. .!! Tiga.. .!!!
Dan seterusnya Cio wan-gwe menghitung sambil menggerak-gerakkan lengan
kanannya ke atas dan ke bawah, seakan-akan seorang wasit sedang menghitung bagi
seorang petinju yang roboh dalam keadaan semaput di atas gelanggang!
Dan, manakala Cio wanternyata tiada orang yang muncul, maka serempak hagaikan suara gunung roboh, para
penonton bersorak: -an- Bu Tek Enghiong - Halaman 95
Akan tetapi oleh karena seruan-seruan ini mereka lakukan dalam waktu yang sama
dan secara serempak pula, maka apa yang terdengar hanya sorak-sorak saja yang
gegap gempita memekakkan anak telinga!
Souw Bun Liong maklum bahwa sorak sorai itu adalah berupa pujian baginya, maka
ia lalu menjura terhadap mereka. Akan tetapi, mendadak, sorak sorai berhenti dan
semua orang memandang ke atas panggung dengan mulut setengah ternganga karena
hati mereka terkesiap dan terkejut!
Ternyata selagi para penonton bersorak-sorak itu, tiba-tiba tampak berkelebat dua
bayangan hitam dan tahu-tahu di depan Souw Bun Liong dan Cio wan-gwe telah berdiri
dua orang yang tak asing lagi bagi penduduk Tong-koan.
Dua orang itu, yang seorang berbadan tinggi kurus dan berwajah kecil lancip seperti
potongan muka kambing gunung. Pakaiannya serba hitam dan di pinggangnya
menyoren pedang. Dan yang seorang lagi, baik pakaian yang dikenakan maupun senjata
yang dibawanya sama seperti kawannya, hanya bedanya orang ini tubuhnya tegap
kekar dan wajahnya tampak angker apalagi karena kulit mukanya berwarna sedemikian
hitam seperti pantat kuali, maka benar-benar orang ini tampaknya sangat
menyeramkan! Kedua orang, ini adalah dua tokoh dari bajak sungai yang mempunyai nama julukan
Huang-ho-ji-go (Sepasang Buaya Sungai Kuning) dan masing-masing bernama Bu Kiam
dan Bong Pi. Huang-ho-jim bajak sungai,
setingkat lebih bawah dari si Raja Bajak Huang-ho Sin-mo Ma Gu Lim.
kejam dan tinggi ilmu silatnya dari pada si Srigala Hitam Ciam Tang tadi! Itulah
sebabnya. maka ketika semua orang melihat dua orang penjahat ini muncul serempak
menghentikan sorak sorai mereka dan hati mereka terkesiap serta terkejut!
Tampilnya si Huang-ho-ji-go ini tentu membawa maksud yang sama dengan si
Srigala Hitam tadi, yaitu hendak mengacau dan membuat gara-gara pikir mereka.
Cio wanjiwi tampil terlambat, maka betapapun juga jiwi tak dapat mengganggu gugat keputusan
Bu Tek Enghiong - Halaman 96
Bu Kiam si Muka Kambing b
bahwa sesudah hitungan tadi habis, kami tidak berhak untuk coba-coba merebut
kedudukan pangcu. Dan oleh karena kami sendiri pun maklum bahwa betapapun juga
kami takkan diterima menjadi pangcu Pauw-an-tui lantaran kami justeru terdiri dari
kaum yang kalian musuhi dan akan diganyang.
kedudukan, melainkan kami hanya ingin menjajal betapa kosennya pangcu yang masih
muda ini, maka inilah sebabnya kami sengaja tampil sesudah hitungan wan-gwe tadi
pibu tadi ada sesuatu yang kurang adil, yaitu kekalahan yang diderita oleh si Srigala
Hitam tadi bukan semata-mata karena kepandaiannya lebih rendah dari Souw sicu ini,
melainkan mungkin karena si Srigala Hitam sudah terlalu lelah karena sebelum
berhadapan dengan Souw sicu ini, ia sudah berkempur dengan tiga lawan.
bertempur menghadapi tiga lawan lagi dan kalau ternyata ia menang, benar-benarlah ia seorang
yang pantas mendapat julukan Tong-koan Hohan! Bagaimana menurut pendapat wangwe selaku panitia dan juri, gagasanku ini cengCio wan-gwe tak dapat menjawab dengan segera, melainkan ia berpaling kepada
Souw Bun Liong dengan maksud menyerahkan gagasan si muka hitam itu kepada
pertimbangan pemuda itu sendiri. Souw Bun Liong maklum akan apa yang dimaksud
oleh hartawan itu, maka dengan sinar mata tajam, ditatapkan kepada kedua orang itu,
ia berkata, -benar dapat mengalahkan kami, baru kami mau mengakui bahwa kau benar-benar pangcu yang gagah dan Tongn supaya dikatakan benar-benar adil seperti kata saudara Bong tadi,
bahwa aku mesti bertempur menghadapi tiga orang lawan lagi, maka untuk
mempercepat wakku, sebaiknya kau panggil seorang kawanmu lagi dan kalian boleh
maju bersama- Bu Tek Enghiong - Halaman 97
Cio wan-gwe merasa kaget juga mendengar tantangan Souw Bun Liong yang
biarpun diketahui berkepandaian tinggi, akan tetapi menurut anggapannya pemuda itu
terlalu sembrono oleh karena maklum bahwa si Sepasang Buaya Sungai Kuning itu
hebat sekali ilmu pedangnya, apalagi bila mereka maju bersama-sama. Demikian juga
semua orang merasa tercengang dan hati mereka menjadi cemas, karena mereka pun
menganggap bahwa pemuda itu terlalu gegabah.
-ho-ji-go ini hebat sekali ilmu pedangnya apabila
mereka maju berbareng, maka kau hati-gwe berbisik di
telinga Bun Liong. saksika Tanpa banyak cakap lagi Cio wan-gwe turun dari panggung lalu duduk di kursi
dengan perasaan tegang dan dada berdebar.
-ho-ji-mo yang terkenal akan kehebatan ilmu pedangnya, sekarang kita
boleh mulai main-main. Akan tetapi, mana
Liong kemudian. jangan terlalu sombong dan takbur, anakmuda! Jangankan kami maju bertiga atau
berdua, sedangkan melawanku seorang saja belum tentu kau dapat menjadi Tong-koan
Hohan yang patut dibanggakan! Hayo, keluarkanlah senjatamu kalau kau benar-benar
kaki adalah senjata yang kita bawa sejak lahir dan kegunaannya tidak kalah oleh
pedang atau golok, maka baiklah kugunakan tangan dan kaki saja untuk melayani
-mentang kau sudah dinobatkan menjadi ketua Pauw-an-tui dan
berjuluk Tong-koan Hohan, maka kau merasa paling pandai. Baiklah, dengan melupakan
pantangan orang gagah tidak boleh menghadapi lawan yang bertangan kosong dengan
Bu Kiam merasa dihina sekali oleh pemuda itu, maka ketika ia berbicara tadi, ia
telah menghunus pedangnya dan begitu ucapannya habis, ia segera mengirim
serangan kilat dengan tusukan pedang ke arah dada Bun Liong tanpa memperdulikan
Bu Tek Enghiong - Halaman 98
bahwa pemuda itu masih belum mengadakan persiapan, yaitu belum memasang kudakuda.
secepat kilat ia miringkan tubuhnya ke kiri, sehingga tusukan pedang Bu Kiam meleset
di sisi tubuhnya. Dan sambil dengan menggunakan dua jari tangannya yang terbuka,
yaitu jari telunjuk dan jari tengah, diluncurkan dengan gerakan hendak mencokel ke
dua mata Bu Kiam. Melihat serangan balasan dari lawan yang dianggapnya sangat remeh ini, Bu Kiam
ketawa mengejek sambil menggunakan gerak tipu Hong-hong-thiam-tauw (Burung
Hong Menganggukkan Kepala). Kepalanya ditundukkan ke bawah sehingga tusukan dua
jari tangan si pemuda yang hendak mencokel keluar biji matanya itu jadi nyasar ke
tempat kosong di atas kepalanya.
Dan ketika ia hendak menarik kembali pedangnya untuk melanjutkan serangan
berikutnya, tiba-tiba tangan Bun Liong yang sebelah kanan telah bergerak cepat dan
menghantam pergelangan tangan Bu Kiam yang mencekal pedang, sambil
menggerakkan kaki kirinya, yaitu dengan menggunakan ujung sepatunya yang runcing
menotok jalan darah di bagian sambungan tulang dengkul si Muka Kambing!
Maka terdengarlah tiga macam suara yang berbedapergelangan Bu Kiam secara jitu dan keras sekali sehingga pedang terlepas dari
Madakaripura Hamukti Moksa 1 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Senja Jatuh Di Pajajaran 12

Cari Blog Ini