Ceritasilat Novel Online

Pendekar Tanpa Tandingan 8

Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang Bagian 8


dua senjata untuk menyerang. Bun Liong memang ingin mencoba dan melihat
permainan senjata cambuk rantai Li Kay yang belum pernah dilihatnya, maka ia
menjawab, mengandalkan ke dua tangan
Li Kay sangat marah karena ia merasa dipandang rendah, maka setelah ke dua
tangannya memegang senjatanya di bagian tengah dan jarak dari tangan kiri ke tangan
kanan kira-kira setengah depa sehingga kedua ujung rantai di kanan kirinya terjuntai
menyerang! Dan ternyata ketika ia menggerakkan tangan kanan dan kirinya, rantai itu
menyambar sambil mengeluarkan angin bendesing-desing. Ujung rantai yang
digerakkan oleh tangan kirinya meluncur ke atas dan menyambar ke arah tenggorokan
hendak menotok jalan darah di leher lawan.
Sebenarnya gerakan ini hanya untuk memecah pertahanan Bun Liong belaka,
karena yang lebih berbahaya adalah ujung rantai yang digerakkan oleh tangan
kanannya yang menyabet ke bawah hendak membelit kaki pemuda itu. Tetapi Bun
Liong yang menghadapi dua serangan rantai dengan hanya bertangan kosong benarbenar sangat mengagumkan, baik pihak kawan maupun pihak lawan karena gerakan
pemuda ini lebih luar biasa dan juga lebih cepat!
Bu Tek Enghiong - Halaman 340
Dengan berbareng, tangan kanan dan kaki kirinya bergerak. Tangan kanan
menyampok ke bawah ujung rantai yang akan menotok tenggorokannya, sedangkan
kaki kirinya menendang untaian rantai yang hendak membelit kakinya itu dan
karenanya, ujung rantai yang disampok jadi mencong ke bawah dan ujung rantai yang
dipapaki tendangannya lalu mental ke atas!
Terdengarlah suara gemerincing nyaring dan Li Kay terkejut sekali karena tahutahu senjatanya telah saling tangkis sendiri. Dan Li Kay tambah terkejut lagi karena
pada saat itu, tahu-tahu jari tangan Bun Liong telah meluncur ke arah lehernya untuk
balas menotok jalan darah!
Akan tetapi Li Kay adalah seorang yang berkepandaian paling unggul di dalam
Shan-tung-ngo-hiap, maka biarpun amat terkejut, ia tak menjadi gugup. Ia cepat
melompat ke belakang untuk menghindarkan totokan jari tangan pemuda itu sambil
kaki kanannya menendang untuk memapaki tubuh lawan yang datang menerjang.
Dan berbareng dengan itu, senjata rantainya digerakkan dari kanan dan kiri dan
kedua ujung rantai itu jadi menyambar dari sebelah kanan dan kiri Bun Liong dengan
gerakan menggunting! Terdengar Bun Liong berseru nyaring dan Li Kay menjadi girang hatinya karena ia
mengira bahwa pemuda itu telah kena dihajar oleh rantainya. Tetapi pada saat
berikutnya kembali ia terkejut ketika ia melihat pemuda itu telah lenyap dari depannya
dan tiba-tiba ia merasa ada angin yang menyambar di atas kepalanya.
Maklumlah ia bahwa pemuda itu berseru keras bukan kena dihajar rantainya,
melainkan telah melompat ke atas dan kini dengan kecepatan luar biasa telah berada
di atas kepalanya dan melakukan serangan. Maka tanpa melihat lagi ke arah sasaran
ia segera mengayunkan rantai kanan kirinya ke atas kepala.
Akan tetapi sabetan ini ternyata terlambat karena pada saat Bun Liong sudah turun
ke bawah, dan kini sudah berdiri di belakangnya dan kedua tangannya pemuda sudah
menotok jalan darah Kian-keng-hiat di kedua pundak Li Kay! Ketua Lima pendekar dari
Shan-tung merasakan sepasang lengannya menjadi kaku kejang.
Akan tetapi berkat lweekangnya yang tinggi sehingga sesaat saja jalan darahnya
pulih kembali. Namun sungguhpun demikian, ia tidak keburu menahan ketika dengan
sebat sekali Bun Liong memberat dan merampas rantainya dari belakang!
Seperti sudah diterangkan, Li Kay walaupun adatnya berangasan, tapi memiliki
watak jujur dan meskipun ia merasa malu dikalahkan oleh lawannya yang masih begitu
Bu Tek Enghiong - Halaman 341
muda, namun berkat kejujurannya ia menerima kekalahan dengan hati rela. Ia menarik
napas panjang sambil membalikkan tubuh dan memberi hormat kepada Bun Liong.
katanya. Bun Liong cepat menjura dan mengulurkan tangannya yang memegang rantai itu.
Ia mengembalikan senjata itu kepada pemiliknya sambil berkata:
-tung lo-enghiong, kau jangan terlalu memuji aku yang muda karena
sebenarnya kau sendirilah yang banyak mengalah dan sengaja memberi kesempatan
bagiku untuk merampas senjatamu LoSambil men
berkepandaian tinggi, tapi masih merendah, inilah watak seorang gagah perkasa dalam
menerima puji terdengar orang menukas: -enghiong, aku tak dapat -tiba -main dengan si Bu- Bun Liong memandang kepada orang yang agaknya masih mau mengejeknya itu
dan Li Kay pun menoleh. Ternyata orang itu adalah Lo Kin yang sudah merasa gatal
tangan melihat betapa kakak seperguruannya dikalahkan dengan begatu mudah oleh
pemuda itu. Lo Kin maklum bahwa suhengnya itu berkepandaian sangat lihay, tapi ia merasa
heran mengapa dapat dikalahkan dengan semudah itu. Ia menganggap bahwa Li Kay
dalam pertandingan pertama tadi terlalu ceroboh dan dalam pertandingan kedua yang
baru saja berakhir, ia berpendapat bahwa suheng berlaku terlalu sungkan.
Dan karena anggapan dan pendapat inilah ia menjadi penasaran! Masakan ilmu
golokku tak dapat mengalahkan bocah itu" pikirnya dengan hati panas!
memberi peringatan kepada sutenya dengan harapan sutenya tidak memperbesar rasa
malu mereka. Di antara Lima Pendekar dari Shan-tung itu Lo Kin terkenal selain berhati keras
juga mempunyai perangai sombong, maka ketika mendengar perkataan Li Kay hatinya
sangat tidak puas dan sahutnya,
Bu Tek Enghiong - Halaman 342
lihat sikap orang kedua dari Shan-tung-ngo-hiap ini dan ia lalu menyilahkan Li Kay supaya mundur.
Li Kay lalu mundur dan berkumpul di antara kawan-kawannya sambil tak hentihentinya menggeleng-gelengkan kepala. Agaknya ia amat menyesalkan kekerasan hati
dan kejumawaan adik seperguruannya itu.
ke atas, seperti seorang ayah menanyakan sesuatu kepada anaknya yang masih kecil.
iapan apakah yang menimpali kesombongan orang itu.
Ketika itu tiba-tiba Yang Hoa tampil dan langsung berkata kepada calon suaminya,
-ko biarlah aku mewakilimu untuk mencoba kehebatan ilmu goloknya. Sudah
pernah kudengar bahwa ilmu golok keluaran Shan-tung hebat sekali, maka kesempatan
-moay, bagaimana kalau kau
Dengan lantang dara yang keras hati itu menjawab:
bertambahnya pengalaman dan kalah berarti tambah pelajaran. Kau rela bukan
Sambil mengucapkan perkataan yang terakhir yang kedengarannya bernada manja
ini Yang Hoa menggerak-gerakan alis mata sebelah kanannya.
Bun Liong maklum bahwa gerakan alis itu adalah sebagai isyarat baginya. Bahwa
ia lebih baik mengaso dulu dan sambil mengaso ia memperhatikan permainan silat
orang itu sehingga kalau calon isterinya sampai kalah, ia akan dapat mengalahkan
orang itu, yang permainan goloknya masih amat asing baginya karena ia sudah
mempunyai kesempatan untuk memperhatikan sepak terjang dan perkembangan ilmu
golok orang itu. Tanpa menunggu jawaban dari Bun Liong, Yang Hoa telah menghadapi Lo Kin dan
-tung yang gagah, Bu Tek Enghiong - Halaman 343
karena Bu-tek Enghiong tidak biasa bersenjata, maka ilmu golokmu takkan dapat
dilayaninya secara memuaskan bagimu. Oleh karena itu, marilah kita bermain-main
Lo Kin memandang dara itu dengan mata kesima. Ia kesima melihat kecantikan
kudengar dijuluki Pauw-an-diam hati nona ini merasa bangga
bahwa nama julukannya sudah didengar oleh orang dari Shan-tung ini.
-tek Enghiong, tiada buruknya
kalau aku mencoba juga ilmu
Lo Kin mulai menyerang tanpa sungkan-sungkan dan ilmu golok dari cabang Shantung benar-benar hebat. Karena gin-kangnya sudah tinggi maka gerakan tubuh dan
permainan goloknya amat cepat.
Memang benar kata orang bahwa golok yang dimainkan oleh tangan seorang ahli,
merupakan raja senjata yang berbahaya sekali. Golok yang tipis dan lebar itu setelah
dimainkan oleh Lo Kin lenyap bentuk goloknya dan berubah menjadi sinar putih yang
bergulung-gulung dan menyambar-nyambar mengeluarkan angin dan suara bersuitan!
Menyaksikan kehebatan ilmu golok orang Shan-tung ini, sambil memperhatikan
perkembangan dan gaya ilmu goloknya, diam-diam Bun Liong jadi khawatir akan
keselamatan Yang Hoa. Sanggupkah calon isterinya itu menghadapi permainan golok
sehebat ini" Akan tetapi Yang Hoa adalah seorang gadis berbakat yang telah mendapat
gemblengan cukup dari subonya, ditambah lagi dara itu telah mendapat pelajaran
tambahan dari Bun Liong, maka gadis yang keras hati ini sedikitpun tidak merasa
gentar. Ia memainkan pedangnya dengan sama cepatnya dan mempergunakan ginkangnya untuk berkelebat ke sana ke mari dengan gesit sekali menghindarkan diri dari
sambaran golok dan membalas dengan serangan-serangan yang cukup kuat dan cepat.
Makin lama gerakan mereka makin cepat sehingga akhirnya semua mata yang
menyaksikannya menjadi berkunang-kunang dan kabur karena tubuh kedua orang itu
telah lenyap terbungkus gulungan sinar golok dan pedang. Hanya bunyi golok beradu
dengan pedang serta bunga api yang berhamburan menyatakan kepada mereka bahwa
di dalam gulungan sinar golok dan pedang itu terdapat dua orang yang sedang
mengadu kepandaian. Bu Tek Enghiong - Halaman 344
Hanya kedua orang yang sedang bertempur itu saja yang maklum bahwa dalam
hal kepandaian silat, ilmu kepandaian silat, ilmu kepandaian Lo Kin lebih tinggi
tingkatnya dan permainan goloknya lebih matang, dan tenaganya pun lebih besar
sehingga setiap serangan goloknya sangat kuat dan mantap! Akan tetapi Lo Kin harus
mengakui bahwa biarpun paling tinggi di antara saudara-saudaranya, namun kalau
dibandingkan dengan lawannya, ia kalah.
Sebentar saja, pertempuran itu sudah mencapai limapuluh jurus dan sementara itu
Lo Kin merasa kagum sekali melihat kegagahan lawannya karena selama dalam
perantauannya belum pernah ia menyaksikan kelihayan seorang muda seperti gadis
ini. Ia memperhebat gerakan goloknya sambil mengeluarkan tipu-tipu yang lihay
sehingga karenanya Yang Hoa terpaksa main mundur dan melindungi diri dengan
putaran pedangnya dan gin-kangnya.
Tiba-tiba Lo Kin merobah gerakan goloknya dan memainkan Tee-tong-to, yakni
permainan golok sambil bergulingan di atas tanah. Sambil bergulingan, goloknya
membabat ke arah kaki lawan.
Melihat serangan yang cepat dan berbahaya ini, Yang Hoa terkejut sekali, hingga ia
terpaksa melompat tinggi dengan maksud membalas serangan dari atas dengan kaki
di atas dan kepala di bawah. Akan tetapi Lo Kin ternyata memiliki kegesitan yang hebat
sehingga sebelum gadis itu dapat berjungkir balik di udara, telah melompat berdiri dan
menggunakan gagang golok untuk memukul kaki Yang Hoa.
yang sulit, ia tak dapat menghindarkan kakinya dari pukulan gagang golok itu.
Akan tetapi sebelum gagang golok itu menghantam tulang kering di kakinya, tibatiba berkelebat bayangan biru melerai mereka dan tahu-tahu golok itu telah terpental
karena terlepas dari tangan Lo Kin dan orang Shan-tung ini melompat mundur karena
ia rasakan tubuhnya terdorong oleh sesuatu yang kuat sekali dan lengan tangan
kanannya menjadi lumpuh seketika!
-moay, ternyata kau kalah tangguh dan kekalahan ini harap kau anggap
pemisah itu yang tak lain dari Bun Liong.
Yang Hoa Yang ketika itu sudah berdiri pula menjadi merah wajahnya, akan tetapi
-benar aku memuji kehebatan Shan-tung-to-hoat (ilmu golok Shan-tung)! Sekarang giliranmu
Bu Tek Enghiong - Halaman 345
untuk merasakan kehebatannya, Liongsetelah alis matanya yang sebelah kanan bergerak-gerak pula.
Bun Liong memungut golok Lo Kin yang menggeletak di tanah dan sambil
golokmu dan maaf aku telah berlaku lancang membuat golokmu terlepas dari tanganmu. Dan kuharap
Lo Kin menerima senjatanya dengan tangan kanannya, karena kelumpuhannya tadi
sudah sembuh kembali, berkat pengerahan lweekangnya yang tinggi, dalam sesaat saja
jalan darahnya menjadi normal kembali. Akan tetapi sikap dan penyahutannya sungguh
di luar dugaan Bun Liong ketika orang, Shan-tung yang jumawa itu berkata,
bisa puas kalau hanya Jelas sekali Lo Kin menghina Yang Hoa. Dan karena calon isterinya dihina, tentu
saja hati Bun Liong jadi kurang senang, sungguhpun ia harus mengakui bahwa tingkat
kepandaian si nona masih jauh di bawah tingkat kepandaian orang kedua dari Shantung-ngo-hiap yang sombong dan kasar ini.
memancing. karena kepandaianku juga tak berapa tinggi. Apalagi aku sama sekali tak bisa
Lo Kin ketawa bergelak. Ternyata sindiran pemuda itu telah disalah tafsirkan
artinya. Dianggapnya pemuda itu berlaku cerdik untuk menghindarkan pertempuran
dengannya. Kemudian sambil menyarungkan goloknya ia berkata:
akupun takkan memaksam pemuda itu. Bagi seorang gagah, dikatakan takut adalah penghinaan yang paling besar dan
demikianlah dengan Bun Liong, pemuda ini merasakan dadanya sangat panas.
Bu Tek Enghiong - Halaman 346
Lo Kin kembali membalikkan tubuh menghadapinja.
kutakutkan"! Marilah kita saling menguji kepandaian barang beberapa jurus, walaupun
aku hanya bertangan kosong saja, aku sanggup merampas golok dari tanganmu dan
membuat tubuhmu tergulingengkau bermulut besar berani melawan golokku dengan tangan kosong! Benar-benar
Akan tetapi marilah kita sama-sama membuktikan siapakah sebenarnya yang diberi
kata Bun Liong dengan kasar karena dadanya
panas, padahal selamanya tak pernah ia bicara sekasar itu.
Dada Lo Kin serasa hampir meledak karena marahnya sehingga tak mampu
berkata lagi ketika ia mulai maju dan menerjang. Mula-mula ia menggerakkan goloknya
di atas kepala, lalu secepat kilat ia membacok dengan gerak tipu Geledek Menyambar
di Atas Kepala. Liong mengejek sambil melompat ke pinggir dan mengelak dengan cepat sekali,
Melihat bacokannya tak berhasil, ditambah diejek pula, Lo Kin berseru marah dan
menyerang lagi lebih hebat. Kini dengan gerak tipu Pat-hong-hong-i (Hujan Angin di
Delapan Penjuru), gerakan goloknya benar-benar cepat, dahsyat dan ganas karena ia
ingin merobohkan pemuda itu dengan segera.
Ia telah lupa bahwa pertempuran ini hanya untuk saling menguji kepandaian belaka,
sehingga gerakan goloknya dilakukan dengan nafsu membunuh, kedua matanya berapiapi.
Keruan saja Lo Kin jadi bertambah marah. Lalu ia mengirim serangan susulan dan
ia mulai mengeluarkan jurus-jurus yang terlihay dari Shan-tung-to-hoat! Dan karena
kini serangan golok itu benar-benar hebat serta cepat sekali, maka Bun Liong tak
Bu Tek Enghiong - Halaman 347
sempat mengejeknya dan pemuda ini lalu mengandalkan gin-kangnya sehingga
tubuhnya lincah dan gesit sekali, berkelebatan di bawah gulungan sinar golok yang
menyambar-nyambar bagaikan seekor naga sakti mengamuk!
Yang Hoa yang melihat betapa tubuh calon suaminya terkurung di dalam gulungan
sinar golok lawan, sangat mengkhawatirkan keselamatan pemuda itu. Karena ia sudah
merasakan sendiri kehebatan ilmu golok Lo Kin.
Akan tetapi Bun Liong takkan berani berkata takbur kalau saja ia tak merasa lebih
gin-kangnya yang sudah mencapai tingkat tinggi dan tentu saja jauh lebih tinggi
daripada gin-kang Lo Kin, maka selama duapuluh jurus ia bisa mempermainkan
lawannya dengan seenaknya, bagaikan seekor tikus yang gesit sekali mempermainkan
seekor kucing tua yang lambat gerakkannya!
Kalau dibandingkan dengan pertempuran-pertempuran yang sudah dialaminya, Bun
Liong mengakui bahwa Lo Kin ini merupakan lawan yang paling tangguh karena ilmu
goloknya benar-benar hebat dan ia belum pernah menemukan ilmu golok hebat seperti
yang dimiliki oleh lawannya dari Shan-tung ini.
Sementara itu Lo Kin makin gemas dan marah karena biarpun ia sudah
mengerahkan tenaga dan mengeluarkan jurus-jurus yang hebat dari ilmu goloknya,
namun sama sekali ia belum berhasil menyentuh tubuh pemuda itu dengan goloknya.
Padahal ia memainkan goloknya demikian gencar dan melancarkan seranganserangan yang amat berbahaya.
Sambaran-sambaran dan bebatan-bebatan golok dari Lo Kin itu seakan-akan
menyerang sehelai bulu yang ringan sehingga yang diserang telah melayang pergi
sebelum samberan goloknya tiba!
Dan betapa takkan makin gemas dan marahnya hati Lo Kin karena sambil
mempergunakan gin-kangnya yang luar biasa Bun Liong sempat juga mengirim
serangan-serangan balasan, yaitu pada satu saat, setelah mengelak cepat dari sebuah
sambaran golok, kena ditamparnya! Lo Kin merasakan betapa pipinya panas dan pedas sedangkan mulutnya terasa
asin tanda bahwa lidahnya mencecap darah yang keluar dari bibirnya yang pecah
akibat tamparan itu. Bu Tek Enghiong - Halaman 348
Sambil menggerang seperti harimau mengamuk ia mengirim serangan dengan
makin dahsyat, ingin sekali ia membacok tubuh lawannya itu sampai hancur seperti
bakso! Akan tetapi sambaran goloknya yang dahsyat lagi-lagi menyambar angin saja
karena pemuda itu telah dapat mengelak dengan hanya merendahkan tubuh sedikit
saja. Dan sebelum Lo Kin sempat menarik kembali goloknya untuk kemudian mengirim
serangan, Bun Liong telah bergerak luar biasa cepatnya. Kaki kanan pemuda itu telah
menyambar bagaikan sambaran ki


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dada Lo Kin kena ditendangnya sehingga ia terhuyung-huyung ke belakang. Lo Kin
merasa dadanya sakit sekali dan napasnya agak sesak, akan tetapi Bun Liong memang
tidak bermaksud mencelakakannya sehingga tendangannya itu tidak mendatangkan
luka berat. Namun, dasar Lo Kin berwatak sombong dan jumawa sekali, maka tamparan dan
tendangan tadi yang seharusnya memperingatkan ia bahwa lawannya tidak bermaksud
kejam, bahkan diterimanya dengan salah dan dianggapnya bahwa lawannya itu tidak
memiliki tenaga yang cukup besar!
Dianggapnya bahwa biarpun ia terkena pukulan tendang berkali-kali kalau tenaga
lawannya hanya sedemikian saja, ia takkan roboh dan sebaliknya bila sekali saja ia
berhasil membalas, akan mampuslah pemuda itu. Maka ia tidak mundur atau gentar,
bahkan dengan nekad ia lalu mendesak maju sambil melancarkan serangan-serangan
maut! Sekali ia mempergunakan gerak tipu Penebang Pohon Membelah Kayu, goloknya
menyabet dari atas ke bawah secara menyerong dengan maksud hendak membelah
tubuh pemuda itu menjadi dua keping!
Melihat kebandelan orang kedua dari Shan-tung-ngo-hiap ini, Bun Liong menjadi
sebal dan penasaran juga. Ia maklum bahwa orang dari Shan-tung ini sekarang bukan
bermaksud pibu lagi, melainkan terang sekali hendak membunuhnya.
Maka begitu melihat datangnya bacokan golok, ia cepat menotol kedua kakinya dan
mengerahkan tenaga sehingga sebelum golok itu datang membabat, tubuhnya sudah
mencelat ke atas bagaikan seekor burung terbang dan gayanya indah sekali.
Inilah gerakan Lompatan si Lutung Sakti, satu jurus cara mengelak dari Sin-wanpek-houw Kun-hoat yang diwarisinya!
Bu Tek Enghiong - Halaman 349
Lo Kin memang mempunyai ilmu meringankan tubuh yang tinggi sehingga ia dapat
bergerak cepat dan begitu dilihatnya lawannya melompat ke udara, dengan sigap ia
melompat pula menyusul dan goloknya digerakkan hendak membabat kaki lawannya
selagi lawan itu masih berada di udara! Benar-benar serangan ini berbahaya sekali
bagi Bun Liong! Akan tetapi begitu melihat lawannya melompat menyusul dan kakinya hendak
dibabat, Bun Liong mementangkan kedua tangannya untuk menguasai keseimbangan
tubuh. Ke dua kakinya ditekuk sebatas dengkul dan ketika golok menyambar datang
tepat di bawah kakinya, kaki kanannya tiba-tiba bergerak mengirim tendangan
menyerang yang kelihatannya ditujukan ke arah kepala lawannya, akan tetapi
sesungguhnya menendang ke arah golok!
Seorang yang tidak memiliki ilmu gin-kang yang luar biasa tingginya tidak mungkin
melakukan tendangan selagi tubuhnya masih berada di udara. Dan kalau tidak
mengandalkan lweekang yang hebat serta keberanian yang luar biasa dan perhitungan
yang tepat, juga tidak mungkin orang akan berani menendang golok yang justeru
sedang disambetkan! Akan tetapi pemuda Souw Bun Liong sebagai murid tunggal dari Bu Beng Lojin,
yang telah menjadi ketua Pauw-an-tui dengan mendapat nama julukan Tong-koan Hohan dan kini mendapat nama julukan baru Bu-tek Enghiong dari Ti-koan sebagai
penghargaan atas jasa-jasa dan kegagah-beraniannya benar-benar memperlihatkan
kelihayannya yang patut dipuji!
Tendangan kakinya tepat mengenai pinggiran golok dan pada saat itu terdengar
seruan kaget dari Lo Kin dan golok itu terlepas dari pegangannya terus meluncur ke
bawah dan menancap di tanah sampai setengahnya! Adapun tubuh Lo Kin
sempoyongan ke belakang akan tetapi berkat gin-kangnya yang tinggi, ia tidak sampai
jatuh terjengkang! Ternyata Bun Liong telah melakukan dua macam serangan sekali gus, yakni selain
kakinya menendang golok, tangan kanannya pun mengirim hawa pukulan Lui-lek-ciang
ke arah dada lawan. Dan karena pemuda ini tidak bermaksud membuat lawannya
celaka, maka pukulan ampuhnya itu hanya ia lakukan dengan sedikit tenaga saja! Itulah
sebabnya maka tubuh Lo Kin jadi sempoyongan!
Bu Tek Enghiong - Halaman 350
Tetapi Lo Kin yang bandel itu masih juga belum mengakui keunggulan pemuda itu.
Begitu dilihatnya lawannya sudah berdiri lagi di depannya, ia lalu menerjangnya dengan
cepat! Tingkah laku Lo Kin ini benar-benar membuat Bun Liong sangat gemas, orang ini
benar-benar sangat bandel dan kalau tidak dihajar sampak roboh bergulingan kiranya
tidak akan kapok, pikirnya.
Laku Lo Kin benar-benar seperti kerbau gila. Sambil menubruk, tangan kanannya
dikepalkan menyodok ke arah lambung dan tangan kirinya menyusul mengirim
serangan dengan telapak tangan dimiringkan menyabet leher Bun Liong!
Kalau dengan ilmu goloknya yang hebat Lo Kin tidak dapat mengalahkan Bun Liong
dan bahkan sebaliknya ia telah dipermainkan, apalagi dengan bertangan kosong! Hal
ini benarSambil tersenyum mengejek Bun Liong menyambut serangan Lo Kin. Pertama ia
menyampok sodokan kepalan lawannya yang mengarah lambungnya itu dengan
sebuah kipratan jari-jari tangan kirinya. Dan sambil merendahkan tubuh sedikit untuk
mengelakkan serangan tangan kiri lawan yang menyabet lehernya, tinju tangan
kanannya disodokan perlahan ke perut Lo Kin.
Lo Kin yang wajahnya meringis karena perutnya sakit dan mules sekali!
Serangan Bun Liong tak sampai di situ saja karena ia sangat gemas dan ingin
membuat lawannya benar-benar kapok maka cepat ia menangkap lengan tangan kiri
Lo Kin yang masih menjulur di atas kepalanya. Lengan itu ditariknya ke bawah dan
karenanya tubuh lawannya yang berada di belakangnya jadi merapat di punggungnya.
Bun Liong mengerahkan tenaga sambil membungkuk dan lengan kiri lawan terus
ditariknya ke depan. Dan tak ampun lagi tubuh Lo Kin jadi melayang ke depannya lalu
jatuh terbanting dan bergulingan di atas tanah!
Pecahlah tempik sorak dari para penonton yang melihat Lo Kin telah dibanting oleh
Bun Liong itu! Lo Kin ditolong oleh Ho Kim dan Ho Kun si sepasang saudara kembar.
Dan ternyata Lo Kin tidak menderita luka apa-apa akibat bantingan itu. Ia dapat
bangun lagi dengan segera, sungguhpun ia rasakan kepalanya sangat pening,
punggungnya sakit dan perutnyapun masih mules!
Bu Tek Enghiong - Halaman 351
terang sekali tak mungkin
dapat menandingimu, maka yang terakhir sekarang marilah kau coba menghadapi Ngoseng-kun yang akan kami mainkan lima saudara bersamaSungguhpun Li Kay berkata sejujurnya dan bersikap menghormat akan tetapi oleh
karena hati Bun Liong sudah merasa jengkel maka ia lalu menantangnya:
-buang waktu percuma ini lebih cepat
berakhir lebih baik. Nah, kalian berlima mulailah dan mudah-mudahan kau akhirnya
s Li Kay sambil tersenyum dan jelas sekali senyumannya ini
membayangkan ejekan. Dan sekali saja orang tua ini memberi tanda, maka serempak
saudara-saudaranya sudah menyamber goloknya yang tertancap di tanah tadi dan
dengan senjata sudah siap di tangan ia memandang, kepada Bun Liong dengan mata
berapi-api. Akan tetapi sebelum mereka bergerak, lagi-lagi Yang Hoa maju menyelak dan
-ko, sebelum kau memberi kepuasan pada
mereka, baiklah aku mencoba dulu kehebatan Ngo-seng-kun dari Shan-tung-ngo-hiap
Bun Liong maklum apa yang disiasati oleh nona ini ketika ia melihat alis calon
isterinya bergerak-gerak. Tapi ia merasa kurang enak hati kalau-kalau siasat ini dapat
diketahui oleh Lima Pendekar dari Shan-tung itu.
Tentu mereka akan mengatakannya licik kalau sebelum melawan mereka, terlebih
baginya. Maka ia cepat berkata:
-moay, yang mereka maksudkan adalah aku, bukan kau. Maka sebaiknya kau
si Bu-tek Enghiong, dan bukan ingin bermainBukan main panasnya dada Yang Hoa mendengar ucapan Li Kay itu dan sebelum
ia menyemprotkan kemarahannya, tiba-tiba terdengar Lo Kin ketawa mengejek:
Bu Tek Enghiong - Halaman 352
Melawanku seorang saja kau sudah tak becus, mana mungkin kau mampu menghadapi
g Hoa marah sambil menudingkan pedangnya
tadikan belum kalah. Kalau kau masih penasaran, marilah kita bertempur sekali lagi
-moay kau harus menghormati tamu-tamu kita ini yang bermaksud
Liong menukas, untuk menyabarkan dara yang keras hati itu.
Yang Hoa memandang calon suaminya, bibirnya yang merah dan mungil itu tampak
bergerak-gerak hendak berkata, tetapi didahului oleh ucapan Li Kay.
Bun Liong merasa serba salah. Kalau ia mundur, ia sangat menguatirkan
keselamatan calon isterinya karena betapa pun juga ia merasa kurang yakin bahwa
nona itu akan dapat menandingi Shan-tung-ngo-hiap itu.
Masih mending kalau si nona kalah tanpa mendapat celaka. Tapi akan celakalah
kalau si nona itu sampai melukai ke lima orang itu dan kalau hal ini terjadi, maka berarti
tertanam bibit permusuhan dengan mereka!
Sebaliknya kalau ia tidak mundur, ia akan dianggap tidak berterima kasih oleh calon
isterinya yang sudah demikian baiknya dengan memberi kesempatan kepadanya
supaya ia memperhatikan jalan dan gaya ilmu silat bintang lima itu, agar nanti dengan
mudah ia menghadapinya. Selagi ia masih bimbang dan belum memperoleh keputusan,
ia mendengar ucapan Yang Hoa yang berkata dengan nada tidak sabar:
g-ko, mengapa kau masih tegak seperti patung saja" Keberatankah hatimu
Bun Liong menghela napas, ia menyesali adat calon isterinya yang seperti batu,
tapi disamping itu ia merasa kagum akan sikap si nona yang gagah itu. Maka setelah
-moay, hatikalangan dan menonton dengan berdebar-debar.
Bu Tek Enghiong - Halaman 353
-tiba pedangnya berkelebat
menyambar ke arah leher Lo Kin karena selain orang ini berada paling dekat di
depannya, juga Yang Hoa merasa marah sekali terhadap orang ini.
Lo Kin berkelit ke samping dan Yang Hoa merasa aneh karena orang yang
diserangnya itu tidak mempergunakan goloknya menangkis dan selagi ia merasa
keheranan ini, tahu-tahu pedangnya ditangkis oleh senjata rantai yang diayunkan Li
Kay. -tung-ngo- katanya terdengar ketus sekali.
kita bermain-main selama seratus jurus! Ketentuannya ialah, kalau sebelum seratus
jurus kau sudah kami robohkan, berarti kau kalah dan sebaliknya kami berarti kalah
bilamana kau dapat membobolkan kepungan ilmu silat Bintang Lima yang kami
-tiba rantainya disabetkan ke arah si
nona. Yang Hoa cepat menangkis dengan pedangnya. Akan tetapi berbareng dengan
gerakannya ini tiba-tiba golok tipis di tangan Lo Kin telah menyambar ke arah kakinya
dan pada saat itu pula tongkat Lim Cu, orang ke tiga dari Lima Pendekar Shan-tung
yang berpakaian seperti pengemis itu, sudah hendak menotok lambungnya.
Yang Hoa terkejut dan ia dapat menangkis golok Lo Kin, sedangkan tongkat Lim Cu
ia kelit dengan mempergunakan gin-kangnya. Akan tetapi baru saja kedua serangan
dapat ia patahkan, dari arah belakangnya tiba-tiba senjata kampak dari Ho Kun
membacok pinggangnya, Ho Kim menyerampang kakinya dengan tombaknya panjang
dan dari samping kanan rantai Li Kay sudah meluncur dengan gerakan hendak
membela lehernya! Kewaspadaan dan kecepatan gerakan Yang Hoa sungguh mengagumkan karena
dengan tangkas dan terampil ia dapat mematahkan lagi tiga macam serangan yang
dilakukan oleh tiga lawan dan datangnya dari tiga jurusan ini.
Bu Tek Enghiong - Halaman 354
Kampak Ho Kun ia tangkis dengan pedangnya, dan kaki kanannya menendang
batang tombak Ho Kim. Rantai dari Li Kay yang hendak membelit lehernya tadi ia
kelitkan dengan sedikit membungkukkan punggung.
Dan dengan gerakan yang luar biasa cepatnya ia balas menyerang, pedangnya
berkelebat mengarah pundak Lo Kin! Akan tetapi sekali lagi Yang Hoa merasa heran
karena yang diserang hanya berkelit saja tanpa menangkis atau balas menyerang,
sedangkan yang menangkis pedangnya adalah tongkat Lim Cu si pengemis dari
samping kirinya dan ketika itu ia sudah diserang pula oleh kampak dan tombak dari Ho
Kun dan Ho Kim dari lain jurusan!
Sadarlah Yang Hoa bahwa ke lima lawannya itu melakukan serangan secara teratur
dan berantai. Hal ini mengingatkannya pada pertempuran dengan lima perampok anak
buah Houw-jiauw Lo Ban Kui yang mengeroyoknya dengan ilmu silat Ngo-heng-tin,
yang mempunyai dasar yang hampir serupa yaitu apabila yang seorang diserang, yang
lain menangkis dan tiga orang lainnya penyerangan lawan jadi tiada putusnya!
Mereka mengurung dari lima sudut dan kedudukan mereka selalu berobah-obah. Li
Kay bertindak sebagai komando.
Yang Hoa segera melihat bahwa Ngo-seng-kun ini daya tempurnya tidak banyak
berbeda dengan Ngo-heng-tin. Hanya tentu saja daya kepung dan gempur yang
dilakukan oleh Lima Pendekar Shan-tung ini jauh lebih hebat, apalagi senjata-senjata
mereka beraneka macam sehingga Yang Hoa benar-benar merasa tidak mudah untuk
melayani dengan hanya sebatang pedang.
Akan tetapi Yang Hoa adalah seorang dara pendekar yang pantang mundur
sebelum mendapat kekalahan yang mutlak. Biarpun ia sudah merasa repot sekali
menghadapi keroyokan mereka, dan biarpun ia yakin takkan menang, namun sambil
menggertak gigi ia mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk terus bertahan dan ia
selalu berusaha untuk membobolkan kurungan sebelum sampai seratus jurus!
Lima perampok yang mengeroyok dengan Ngo-heng-tin tempo hari, Yang Hoa
dapat mengalahkannya dengan jalan menyerangnya secara menggelap, yaitu dengan
mempergunakan senjata rahasia. Akan tetapi terhadap Shan-tung-ngo-hiap ini tentu
saja ia tidak berani berbuat licik dengan mempergunakan senjata piauwnya karena
mereka bukan musuh-musuh yang harus dibasmi, melainkan justeru merupakan lawanlawan yang bermaksud saling menguji kepandaian, sehingga betapapun juga ia harus
menghadapinya secara jujur!
Bu Tek Enghiong - Halaman 355
Pertempuran baru saja berlangsung empatpuluh jurus dan Yang Hoa sudah merasa
kewalahan sekali. Ia terus dihujani senjata-senjata dari ke lima lawannya sehingga
jangankan mempunyai kesempatan untuk balas menyerang, untuk menjaga diri saja ia
sudah sangat ripuh! Dan begitulah, ketika menjelang jurus yang kelimapuluh, tiba-tiba senjata rantai Li
Kay telah meluncur dan membelit ke dua kakinya. Yang Hoa menggerakkan pedangnya
menyabet ke arah rantai, tetapi golok Lo Kin menangkis pedangnya itu dan tongkat Lim
Cu sudah menyamber menotok iganya.
Dan ketika Li Kay membetot rantainya sambil berseru keras, maka tak dapat
dicegah lagi tubuh Yang Hoa terguling dan pedangnya terlepas dari pegangan!
tanah! Bangkitlah dan aku anjurkan supaya kau belajar lagi ilmu silat sedikitnya sepuluh
Dengan wajah merah Yang Hoa bangkit dan mengambil pedangnya, kemudian ia
menghampiri Bun Liong yang berdiri di luar kalangan. Bun Liong merasa lega karena
biarpun Lima Pendekar Shan-tung itu kelihatan kasar-kasar, tapi mereka ternyata
berlaku jujur, merobohkan Yang Hoa tanpa melukainya!
Bun Liong mengh -sengcerdik. Ia sengaja memperpendek waktu pertempuran karena maklum akan kelihayan
pemuda itu. Shan-tung-ngo-hiap memang sudah bersiap, maka sekali saja Li Kay yang bertindak
selaku komando memberi tanda, serempak mereka melakukan serangan terhadap Bun
Liong yang sudah dikepung ditengah-tengah mereka!
Ternyata Lima Pendekar Shan-tung sekarang menghadapi pemuda itu gaya
serangnya tidak dimulai dari jurus permulaan seperti mereka lakukan terhadap Yang
Hoa tadi, melainkan mereka mulai dengan jurus yang kelimapuluh satu. Jadi jurus
selanjutnya dari taktik tempur tadi!
Bu Tek Enghiong - Halaman 356
Tentu saja siasat cerdik ini sama sekali diluar dugaan Yang Hoa dan Bun Liong
sendiri. Sehingga diam-diam Yang Hoa yang menyaksikannya jadi mengeluh, kiranya
sia-sia saja ia capeBun Liong juga merasa terkejut dan ia jadi maklum bahwa Shan-tung-ngo-hiap ini
agaknya sudah mengetahui apa yang disiasatkan oleh calon isterinya tadi. Tadinya Bun
Liong bermaksud hendak melayani mereka dengan bertangan kosong saja, akan tetapi
setelah mengetahui bahwa Shan-tung-ngo-hiap itu bersiasat cerdik sehingga ia merasa
kalau dengan bertangan kosong saja tak mungkin dapat menang, maka cepat ia
merenggut tali di pinggangnya dan pada detik berikutnya senjata cambuknya sudah
berada di tangan! Akan tetapi seperti biasa kalau ia menghadapi pertempuran tidak segera balas
menyerang, hanya mengandalkan gin-kangnya mengelak ke sana ke mari sambil
memperhatikan perkembangan taktik gempur dari ke lima lawannya. Maklum bahwa
lima lawannya melancarkan serangan-serangan secara dahsyat dan bertubi-tubi, maka
sesingkat mungkin. Bun Liong memainkan ilmu silat Sin-wan Kun-hoat dicampur dengan Pat-kwa Kunhoat. Sin-wan Kun-hoat membuat gerakannya selincah seekor lutung, sedangkan
gerakan-gerakan atau langkah-langkah kakinya disesuaikan dengan kedudukan patkwa (segi delapan), dan akibatnya ternyata hebat sekali!
Kelima orang Shan-tung itu terkejut sekali dan kagum akan kehebatan ilmu ginkang pemuda itu. Serangan mereka yang cukup teratur berangsur-angsur menjadi
kacau-balau karena mereka seakan-akan melihat pemuda itu menjadi delapan orang
yang bergerak-gerak di antara senjata-senjata mereka dengan luar biasa gesitnya!
Bukan mereka berlima yang mengurung, bahkan kini mereka merasa seperti
terkurung oleh delapan orang! Nampaknya pemuda itu berada di depan, akan tetapi
baru saja mau diserang, yang kelihatan hanya kelebatnya bayangan biru dan tahu-tahu
pemuda itu sudah berada di belakang atau disampingnya. Pemuda itu seakan-akan
dapat memecahkan dirinya menjadi delapan orang!
Berkali-kali Li Kay berseru memberi komando keoada saudara-saudaranya supaya
kepungan dan taktik Ngo-seng-kun tidak sekacau itu. Akan tetapi sia-sia saja karena
barisan kepungnya selalu berantakan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 357
Kini Bun Liong berada di tengah-tengah keroyokan biasa yang kacau balau. Setiap
serangan yang dihadapinya hanya mengandalkan kekuatan dan kepandaian para
pengeroyok masing-masing. Jauh bedanya dengan penyerangan Ngo-seng-kun yang
amat teratur dan kuat seperti yang dihadapi oleh Yang Hoa tadi!
Li Kay berkata keras selama ini tidak melihat serangan dari pemuda itu. Ia merasa


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

amat penasaran dan hendak melihat bagaimana hebatnya pemuda itu kalau
menyerang. Sebagai jawabannya, terdengarlah suara lecutan cambuk tiga kali yang disusul oleh
teriakan-teriakan tiga orang di antara mereka!
Ternyata Bun Liong telah menggerakkan pecutnya dengan luar biasa. Sekali sapu
saja ia telah berhasil merampas tiga macam senjata dari tangan ke tiga lawannya yang
dianggapnya paling lemah dengan menggunakan belitan ujung cambuknya!
Ternyata ujung cambuknya yang lihay itu dalam waktu yang sama telah melibat
tombak di tangan Ho Kim, kampak Ho Kun dan tongkat Lim Cu. Sekali Bun Liong
menyentakkan cambuknya ke atas, senjata yang tiga macam itu terlepas dari pegangan
mereka dan diterbangkan ke udara di dalam belitan ujung cambuk itu!
Lim Cu dan si Sepasang saudara kembar she Ho cepat melompat mundur. Dan
mereka melihat dengan heran betapa Bun Liong membuat senjata-senjata mereka kini
berjatuhan ke bawah dan jatuhnya mengarah kepala Li Kay dan Lo Kin.
Dengan kaget kedua orang itu mengelak dan dalam kesempatan ini mereka
langsung menyerang pemuda itu. Biarpun senjata tiga kawannya sudah dirampas, itu
belum berarti kalah, maka mereka merasa berhak untuk terus menyerang!
Golok Lo Kin membacok ke arah lehernya, sementara rantai Li Kay yang dimainkan
oleh tangan kanan dan kirinya disabetkan dengan gerakan menotok ke arah iga dan
kaki pemuda itu. Bun Liong menyambut dua serangan ini dengan gerakan cepat. Ia
melompat ke samping, lalu kaki kanannya menendang pergelangan tangan Lo Kin yang
menyabetkan golok. Lo Kin cepat menarik tangannya akan tetapi terlambat karena pergerakan hendak
menarik tangannya ini, ujung sepatu pemuda itu jadi menghantam jari-jari tangan yang
mencekal golok. Golok itu terpental dan terdengar teriakan kesakitan dari Lo Kin yang
Bu Tek Enghiong - Halaman 358
segera melepaskan goloknya, dan ternyata tulang dari dua buah jari tangannya telah
remuk akibat serempetan ujung sepatu Bun Liong.
Karena Bun Liong melakukan tendangan maka otomatis ujung rantai yang
mengarah kakinya itu jadi dielakkan. Sedang ujung rantai yang hendak menotok iganya,
Bun Liong tangkap dengan tangan kirinya.
Li Kay mengerahkan tenaga untuk membetot. Dan untuk sesaat ia dan pemuda itu
jadi saling mengadu tenaga lweekang tenaga dalam, saling menarik rantai itu.
Tiba-tiba Bun Liong melepaskan tarikannya dan cambuknya dipecutkan ke arah Li
Kay. Dan karena tidak menduga, Li Kay jadi terjengkang sambil berteriak kesakitan
karena ia rasakan dadanya sakit dan pedas dihajar cambuk pemuda itu dan baju di
bagian dadanya robek pula!
-tung-ngomeninggalkan mereka.
Di bawah suara tempik sorak yang gemuruh Li Kay cepat bangun dari
terjengkangnya dan ke lima pendekar dari Shan-tung itu saling berpandangan dengan
wajah pucat. Belum pernah mereka mengalami kekalahan yang demikian mutlak dan
mereka seakan-akan kurang mempercayai peristiwa yang baru saja mereka alami.
Akan tetapi akhirnya Li Kay menghadap ke arah Bun Liong, sambil tersenyum puas
dan menjura, ia berkata: -benar merasa puas dengan kegagahan dan kelihayanmu,
dan sepantasnyalah kalau kau mendapat nama julukan Bu-tek Enghiong. Terima kasih
Melihat mereka memungut senjata-senjata mereka yang terlepas tadi, Cio wan-gwe
selaku tuan rumah yang mengadakan pesta itu lalu berkata:
-wi (Tuan berlima), jangan tergesa-gesa pergi. Marilah ngo-wi mampir ke
pondokku bercakapAkan tetapi, ke lima orang tersebut sudah tak kelihatan lagi, pergi dengan jalan
menyelinap di antara orang banyak.
Gemuruhlah suara orang banyak itu membicarakan kelihayan Souw Bun Liong. Dan
sejak hari itu, nama Souw Bun Liong tambah tenar, pemuda ini menjadi pujaan dan
kebanggaan seluruh penduduk wilajah Tong-koan dan nama julukan Bu-tek Enghiong,
mereka anggap cukup pantas dan sesuai dengan kelihayan pemuda itu!
Bu Tek Enghiong - Halaman 359
ooOoo Setelah keamanan dipulihkan, keadaan kota Tong-koan berangsur-angsur hidup
kembali seperti sedia kala. Para saudagar banyak datang dan singgah di kota yang
merupakan pintu gerbang antara tiga propinsi ini!
Toko-toko banyak yang sudah dibuka lagi dan hotel-hotel sudah banyak menerima
tamu-tamu yang menjadi langganan mereka dahulu! Pendeknya dapat dikatakan bahwa
kota Tong-koan yang untuk beberapa waktu mengalami kematian, akhirnya sudah
menjadi hidup kembali dengan segala keramaian dan kesibukannya.
Pada suatu hari, dua bulan kemudian sejak pemulihan keamanan, dusun Lo-keecun berada dalam suasana gembira, yakni merayakan pemikahan Souw Bun Liong
dengan Ho Yang Hoa. Rumah keluarga Souw itu dihiasi dengan kertas-kertas berwarna, bunga-bunga
kertas dan bunga-bunga asli. Semenjak pagi hari para tamu sudah datang berduyunduyun, ratusan orang jumlahnya.
Sebagaimana kebiasaan dalam setiap pesta yang diadakan orang pada masa itu,
ruang bagi para tamu terbagi dalam beberapa bagian. Para pembesar setempat
bersama dengan para hartawan sahabat-sahabat Cio wan-gwe, ditempatkan di ruang
depan rumah itu yang sudah dirombak sehingga cukup luas, mereka ini disambut oleh
Cio wan-gwe sendiri yang bertindak sebagai wakil tuan rumah.
Sedangkan tamurakyat jelata dan sebagian besar adalah anggauta-anggauta Pauw-an-tui sehingga
sudah diperlengkapi dengan atap darurat yang khusus dibangun untuk keperluan pesta
itu. Dan tamu golongan ini cukup disambut oleh Can Po Goan dan Kwe Bun.
Sepasang pengantin duduk bersanding di ruangan depan di mana tamu-tamu
golongan pertama tadi ditempatkan. Sepasang pengantin ini sebentar-sebentar harus
berdiri karena harus menyambut dan menerima ucapan selamat dari para tamu yang
baru datang. Pengantin pria yang tampan itu berseri-seri gembira dan bahagia, sedangkan
pengantin wanita yang cantik jelita itu lebih sering menundukkan muka karena malu.
Disamping mereka, duduk ibu-ibu mereka, yakni nyonya janda Souw dan nyonya janda
Ho atau jelasnya Kho In Hoa dan Li Lan Eng.
Bu Tek Enghiong - Halaman 360
Di sebuah sudut kiri dari tempat duduk mereka, yaitu di pojok ruangan, bertumpuktumpuk barang sumbangan memenuhi sebuah meja panjang dan besar. Dan barangbarang hantaran lainnya lagi yang berupa pigura-pigura berisikan lukisan indah atau
pengantin) dipajang di dinding ruangan tersebut dan jumlahnya banyak sekali, sehingga
merupakan pameran lukisan dan lian!
Di antaranya, ada sebuah yang istimewa dan ukurannya pun paling besar. Yang
istimewa ini hanya berupa sekeping papan berukuran besar dan tak beda dengan
papan nama toko. Papan besar ini dasarnya dicat merah darah dan berisi empat buah
hurup besar berwarna emas yang berbunyi:
Bu-tek-eng-hiong! Papan ini digantung di atas ambang pintu dan ini adalah hadiah dari Ti-koan kota
Tong-koan yang memberi nama julukan pada Bun Liong pada dua bulan yang lalu itu.
Pesta itu berlangsung dengan amat meriah dan ramai. Hidangan-hidangan lezat
dikeluarkan dan arak wangi yang mahal dituang ke dalam cawan para tamu berkalikali sehingga makin lama makin riuhlah gelak tawa para tamu yang sudah mulai
mabok! Pesta pernikahan ini lebih besar dan lebih meriah kalau dibandingkan dengan pesta
pernikahan putera tunggal Cio wan-gwe pada dua bulan yang lalu.
Bun Liong dulu tidak pernah mengira bahwa hari pernikahannya bakal dirayakan
sedemikian meriah dan royal. Ia sangat berterima kasih kepada Cio wan-gwe karena
dialah yang menanggung biaya pesta ini.
Akan tetapi, di antara kemeriahan itu ada hal yang mengecewakan kedua mempelai,
yaitu tiada hadirnya guru-guru mereka dalam pesta ini. Beberapa hari sebelumnya,
Yang Hoa sudah pergi sendiri ke kuil Thian-an-si untuk memberitahukan tentang
pernikahannya kepada Gwat Im Nionio dan mengharapkan kedatangan nikouw itu.
Akan tetapi pendeta wanita itu menyatakan kemenyesalannya karena ia tidak bisa
hadir dan hanya memberikan doa restunya saja sehingga nona ini menjadi sedih dan
kecewa. Bun Liong sendiri juga sudah pergi ke gunung Hoa-san dan alangkah besar hati
pemuda itu karena Bu Beng Lojin selain memudji dan kagum akan kelihayan Bun Liong
Bu Tek Enghiong - Halaman 361
yang sudah dapat memulihkan keamanan sebagaimana yang diharapkannya. Juga ia
janji akan turun gunung guna menyaksikan hari pernikahan murid kesayangannya ini.
Akan tetapi, mengapa orang tua sakti itu belum muncul juga" Hari sudah begitu
siang. Itulah sebabnya maka di samping kesibukan menerima ucapan selamat dari para
tamu, Bun Liong sebentar-sebentar melayangkan pandang ke arah pintu.
Ia sangat mengharapkan kehadiran gurunya. Akan tetapi apa yang diharapkan tak
kunjung tiba, bahkan sebaliknya apa yang tidak diharapkan dan di luar dugaan, tibatiba terjadi!
Selagi pesta itu sedang dipuncak kemeriahannya, tiba-tiba semua orang dikejutkan
oleh suara barang jatuh. Dan ternyata papan yang tergantung di atas ambang pintu,
yaitu papan yang berukiran huruf Bu Tek Eng Hiong tadi, telah jatuh dan pecah menjadi
beberapa keping! Bahkan kalau Cio wan-gwe yang berdiri di bawahnya tidak cepat
mengelak dengan sebuah lompatan, kepalanya tertimpa!
-mi-todengan itu seorang hwesio kepala gundul dan tubuhnya bundar seperti bal karet, telah
berdiri di ambang pintu, tepat dihadapan Cio wan-gwe! Semua orang, yaitu para tamu,
tercengang melihat kedatangan hwesio gendut yang tiba-tiba ini.
Bun Liong segera bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangan
tamu yang tak diundang itu, yang ternyata sudah lama dikenalnya karena hwesio
teromok itu adalah si pendeta gadungan Ceng-kin-ciu Ci Lun Hosiang! Akan tetapi
sebelum mempelai ini berbuat sesuatu dan baru saja beranjak dari tempat duduknya,
tiba-tiba terdengar seruan dari nyonya janda Souw:
awas dan ingatanmu masih tajam! Memang benar, aku adalah pembunuh suamimu dan
sekarang tahukah hwesio atas kematian ayahnya, juga merasa marah sekali karena hari bahagianya telah
diganggu oleh kedatangan musuh besarnya ini yang datang-datang telah menjatuhkan
- Bu Tek Enghiong - Halaman 362
tidak memuntirkan batang lehermu! Kiranya dengan mengandalkan kepandaian
warisan si Ong Kim Su kau sudah berbuat ugal-ugalan membunuh kedua orang muridku
dan seorang suhengku. -cucu muridku! Kalau kau mengatakan kedatangan pinceng ini untuk mengantar nyawa, sebaliknya pinceng
sendiri hendak mencuci dosaBukan main terkejutnya Bun Liong, juga para hadirin, mendengar ucapan si pendeta
gadungan ini, dan maklumlah mereka bahwa para pemimpin penjahat yang sudah
diganyang habis itu adalah anak-anak murid si hwesio murtad ini!
Akan tetapi Bun Liong adalah seorang pemuda yang cerdik, ia ingin mendapat
penjelasan dan bertanya: i agar penebusan dosamu tidak menjadi penasaran, baiklah kuterangkan. Bahwa kedua muridku itu adalah Houwjiau Lo Ban Kui dan Huang-ho-sin-mo Ma Gu Lin, suhengku adalah ayah angkat dari Ma
dengan suara lantang cepat pula melanjutkan perkataannya ditujukan kepada para tamu:
-lay-ping (para hadirin yang terhormat) dan saudara-saudaraku sekalian.
Dengarlah! Hwesio ini adalah dedengkot dari komplotan penjahat musuh kita. Tindakan
apa yang Serempak terdengar seruan-seruan dari para anggauta Pauw-an-tui yang berada
di halaman depan: berkumpul dengan kambratAir muka Ci Lun Hosiang jadi beringas dan tiba-tiba ia mendapat serangan kilat dari
Cio wan-gwe yang berdiri didekatnya! Cio wan-gwe telah melancarkan tendangan
geledek ke arah lambung si gendut akan tetapi sebelum kaki yang menendang itu
mengenai sasaran, tahu-tahu Cio wan-gwe menjerit dan tubuhnya terpental jauh sekali.
Sekali saja mengebutkan lengan jubahnya, Ci Lun Hosiang telah mengirim serangan
ke arah dada si hartawan itu. Dan serangan yang segebrakan ini ternyata telah
Bu Tek Enghiong - Halaman 363
mendatangkan maut, karena tubuh Cio Song Kang jadi terpental dan napasnya seketika
itu juga jadi terhenti! Berbareng dengan serangan yang mematikan Cio wan-gwe itu, tangan kanan Ci
Lun Hosiang melancarkan serangan ke lain jurusan, yaitu ke arah Bun Liong, dengan
pukulan Ceng-kian-ciu yang amat hebat! Bun Liong maklum bahwa pukulan ini sangat
berbahaya dan ia sudah tahu bahwa pukulannya saja dapat menghancurkan batu
karang. Maka ia cepat melompat ke samping.
Juga Yang Hoa sudah dapat menghindarkan diri dari serangan ini dengan sebuah
kebutan. Akan tetapi tiba-tiba terdengar jeritan dan tahu-tahu tubuh Kho In Hoa, ibu Bun
Liong yang duduk disamping kursi penganten, telah roboh terjengkang berikut kursi
yang didudukinya! Ternyata, hawa pukulan Ci Lun Hosiang yang telah berhasil dielakkan oleh Bun
Liong dan isterinya, telah menghantam nyonya yang tidak mengerti ilmu silat itu!
Peristiwa ini tentu saja membuat kemarahan Bun Liong dan Yang Hoa jadi memuncak!
Sementara itu para anggauta Pauw-an-tui yang dipimpin oleh Can Po Goan telah
maju mengeroyok Ci Lun Hosiang, sedangkan para tamu lainnya yang tidak mengerti
ilmu silat telah lari berserabutan dan cepat-cepat meninggalkan tempat itu dengan
sangat ketakutan! Keadaan di tempat itu kini menjadi ribut dan kacau balau!
Menghadapi keroyokan para anggauta Pauw-an-tui yang tidak bersenjata itu,
karena memang untuk menghadiri pesta perkawinan ini mereka tidak membawa
senjata, Ci Lun Hosiang ketawa mengejek. Dan beberapa kali saja ia mengebutkan kedua
lengan jubahnya, robohlah beberapa orang pengeroyoknya!
Juga Can Po Goan yang langsung berhadapan sambil mengeluarkan ilmu silat
Siauw-lim-kun-hoatnya, biarpun sudah melancarkan serangan-serangan gigih dengan
tipu-tipu yang paling diandalkan, akhirnya jadi roboh juga dalam keadaan pingsan
karena kepalanya telah ditampar oleh kebutan ujung lengan jubah si dedengkot kaum
penjahat yang luar biasa lihaynya itu!
Sementara itu Bun Liong, sudah menanggalkan baju pengantinnya sehingga ia
tinggal mengenakan baju biasanya yang berwarna serba biru. Juga Yang Hoa meniru
perbuatan suaminya, pakaian pengantinnya ditanggalkannya dan setelah menyambar
pedangnya yang tergantung di dinding ruangan tengah. Ia melompat keluar mengikuti
suaminya diikuti oleh ibunya yang sudah mempergunakan senjata-senjata rahasianya
di tangan! Bu Tek Enghiong - Halaman 364
menerjang musuh besarnya sambil melancarkan pukulan Lui-lek-ciang!
Betapapun juga Ci Lun Hosiang jadi terkejut karena ia tidak menyangka sama sekali
bahwa pemuda itu memiliki ilmu pukulan yang berdasarkan lweekang tinggi. Hawa
pukulannya saja sudah mendatangkan angin yang sangat kuat!
Ia dapat mengelak ke samping akan tetapi gerakannya mengelak ini justeru dipapak
oleh pedang Yang Hoa yang membacok kepala gundulnya!
bukan main terkejutnya isteri Bun Liong ini, karena pedangnya kembali terpental
seakan-akan mengenai kepala yang terbikin dari baja saja!
Ci Lun Hosiang ketawa mengejek. Akan tetapi sebelum hwesio gadungan sempat
mengirim serangan balasan kepada sepasang pengantin baru itu, tiba-tiba lima batang
senjata rahasia yang dilepaskan oleh nyonya Li Lan Eng telah meluncur bagaikan kilat
ke arah lima jalan darahnya yang berbahaya!
Akan tetapi luar biasa sekali gerakan yang dilakukan Ci Lun Hosiang ketika
menyambut luncuran lima batang piauw yang datangnya secara berbareng itu. Ujung
lengan jubahnya yang sebelah kiri dikebutkan untuk menangkis serangan Bun Liong
yang ketika itu sudah mengirim serangan susulannya pula.
Kakinya melangkah ke depan dua tindak untuk menghindarkan pedang Yang Hoa
yang semula hendak menusuk lambungnya. Sedangkan ujung lengan jubah sebelah
kanannya membuat gerakan memutar dan sekali gus lima batang senjata rahasia dari
Lan Eng itu dapat digulung lengan jubahnya.
Dan sebagai gerakan lanjutan, ia mengebutkan lengan jubahnya ke depan dan hebat
sekali. Ke lima batang piauw yang ditangkap oleh gulungan lengan jubahnya tadi
meluncur kembali ke arah penyambitnya!
Ibu Yang Hoa itu terkejut sekali dan meskipun ia sudah mencoba berkelit dengan
cepat, namun sebatang senjata rahasia telah menancap tepat di dada sebelah kirinya!
Nyonya itu menjerit, tubuhnya roboh berkelojotan dan tewas seketika itu juga karena
senjata rahasia tersebut bukan saja menancap di dada kirinya, bahkan telah menembus
sampai ke punggungnya! Bu Tek Enghiong - Halaman 365
Yang Hoa berteriak dan dengan amarah yang meluap-luap nyonya muda ini
memutarkan pedangnya sedemikian hebat. Pedang di tangannya telah merupakan
segulungan sinar putih menyambar-nyambar ke arah tubuh Ci Lun Hosiang.
Begitu pula Bun Liong, pemuda yang biasanya dapat berlaku tenang ini setelah
melihat bahwa hwesio itu sudah menewaskan ibu dan mertuanya, jadi berlaku nekad
karena marahnya. Pukulan Lui-lek-ciang telah dilancarkannya secara tak segan-segan
karena maklum bahwa musuh besarnya ini merupakan lawan yang luar biasa
tangguhnya! Benar-benar ilmu kepandaian hwesio gadungan itu luar biasa hebatnya dan
memang jauh lebih tinggi dari kepandaian Bun Liong. Apalagi kalau dibandingkan
dengan Yang Hoa. Ci Lun Hosiang menang tenaga, menang pengalaman dan karenanya ia dapat
menghadapi keroyokan ke dua orang muda itu sambil terus ketawa-tawa mengejek.
Dan setelah pertempuran mencapai tigapuluh jurus, dengan hanya mempergunakan
kebutan-kebutan ujung lengan jubahnya yang lebar, ia sudah mulai mendesak kedua
lawannya! Semua orang yang melihat kenyataan ini mulai merasa cemas dan bingung. Akan
tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantu karena kepandaian mereka
sama sekali tak berarti untuk menghadapi hwesio yang lihay itu!
Kemudian terdengar Ci Lun Hosiang ketawa bergelak ketika ujung lengan jubahnya
berhasil membelit pedang Yang Hoa. Dan berbareng dengan itu ujung lengan jubah
yang satunya lagi dikebutkan dengan gerakan menotok ke bagian ulu hati Yang Hoa.


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan kaget Yang Hoa berkelit sambil membalikkan tubuh, akan tetapi justeru
dengan demikian ujung lengan jubah si hwesio itu jadi menyabet punggungnya. Yang
Hoa menjerit. Pakaian di bagian punggungnya robek dan tubuhnya terhuyung-huyung,
lalu roboh mulutnya memuntahkan darah!
Peristiwa ini tentu saja menyebabkan hati Bun Liong bukan main kaget, sedih,
marah dan bingungnya. Maka ia terus mengirim serangan-serangan maut, seluruh
kepandaian yang ada padanya dikeluarkan semua untuk merobohkan musuh besarnya.
Akan tetapi, setelah merobohkan Yang Hoa, Ci Lun Hosiang kini dapat mencurahkan
seluruh perhatiannya pada pemuda lawannya itu dan sambil tak henti-hentinya ketawa
mengejek dan memperolok-olokkan ia melancarkan serangan balasan. Kedua ujung
lengan jubahnya menyambar-nyambar mendatangkan angin taufan yang kuat sekali
Bu Tek Enghiong - Halaman 366
dan manakala dilihatnya kesempatan, ia melancarkan pukulan Ceng-kin-ciu yang
dahsyat bertubi-tubi! Bun Liong terdesak terus dan berkat gin-kangnya yang tinggi tubuhnya bergerak
seperti seekor burung walet yang gesit mengelak kian kemari, lincah sekali akan tetapi
terus terdesak! Adakalanya ia sempat juga mengirim pukulan geledeknya, akan tetapi
hasilnya nihil belaka karena sebelum hawa pukulannya ini mendekati tubuh yang
gendut itu, telah patah di tengah jalan karena kena digempur oleh hawa pukulan Ci Lun
Hosiang yang lebih kuat! Keadaan Bun Liong benar-benar berbahaya sekali. Kalau pemuda ini hatinya tidak
begitu sedih dan bingung karena malapetaka yang menimpa ibu, ibu mertua dan
isterinya karena kekejaman musuh besar ini, biarpun ia takkan dapat mengalahkan
lawannya namun sedikitnya ia tak mungkin akan terdesak secepat itu!
Melihat keadaan pemuda itu Ci Lun Hosiang menjadi gembira sekali.
saja kebecusan si BuIa mendesak terus dengan serangan yang bertubi-tubi, walaupun gerakan pemuda
itu sangat gesit mengelak ke sana ke mari, tetapi Ci Lun Hosiang tak kalah gesitnya.
Tubuhnya yang bundar itu seperti menggelundung ke sana ke mari mengejar dan terus
mendesak pemuda itu! Bun Liong menggigit bibirnya sehingga berdarah. Pemuda gagah perkasa ini sudah
yakin bahwa bakal roboh, namun ia tidak mau menyerah mentah-mentah sungguhpun
ia merasa lelah sekali karena ia sudah terlalu banyak menghamburkan tenaga
lweekangnya dalam melakukan pukulan Lui-lek-ciang yang sia-sia itu!
Akhirnya sebuah serangan dan Ci Lun Hosiang mengenai pundak Bun Liong. Hebat
sekali pukulan ini karena dilakukan dari jarak yang tidak berapa jauh dan ketika itu
tubuh Bun Liong masih dalam keadaan miring untuk mengelakkan serangan yang lebih
dulu sehingga ia tidak sempat mengelak, maka tubuh pemuda itu terpental dan jatuh
bergulingan di atas tanah!
Lagimengejar Bun Liong sambil mengirim pukulan lagi yang hawa pukulannya mengenai
pungggung pemuda itu. Akan tetapi, biarpun keadaannya sudah payah sekali karena
tenaganya sudah hampir habis dan merasakan pundaknya sakit sekali, Bun Liong masih
Bu Tek Enghiong - Halaman 367
dapat memaksakan diri mengerahkan tenaga lweekangnya untuk mencegah pukulan
musuhnya itu melukai tubuh bagian dalam!
Bahkan ketika Ci Lun Hosiang menubruknya, pemuda itu masih dapat
menyelamatkan diri sambil melompat bangun. Akan tetapi baru saja berdiri, Ci Lun
Hosiang sudah mengirim serangan lagi, kini dengan tenaga Ceng-kin-ciu sepenuhnya
dan pukulan ditujukan ke arah kepalanya.
Untuk menghindari serangan yang berbahaya dan mematikan ini tiada jalan lain
lagi bagi Bun Liong, kecuali cepat menggulingkan tubuhnya di atas tanah.
Ci Lun Hosiang merasa heran dan penasaran sekali. Biasanya, sekali pukulannya
mengenai lawan, pasti lawan itu akan roboh binasa. Akan tetapi kini, biarpun pukulannya
sudah dua kali mengenai pundak dan punggung Bun Liong, pemuda ini masih dapat
bergerak cukup gesit. Diam-diam ia mengagumi kekuatan yang dimiliki oleh lawan mudanya itu! Dan,
keadaan Bun Liong benar-benar berbahaya sekali ketika hwesio ini maju menubruk
pula! Bun Liong merasakan dirinya sudah terlalu lemah dan payah dan dalam keadaan
tidak berdaya ini. Ia sudah rela untuk menerima kematian di bawah tangan pendeta
gadungan yang murtad itu!
Akan tetapi, sebelum tubrukan Ci Lun Hosiang mengenai sasarannya, tiba-tiba
berkelebatlah sesosok bayangan menyambar di depannya. Ci Lun Hosiang merasakan
ada tenaga terjangan yang kuat sekali menghadang di depannya.
Juga tangan kanannya yang sudah terulur ke depan untuk mengirim pukulan
terakhir kepada pemuda yang sudah tidak berdaya itu, telah disampok oleh tenaga
yang luar biasa kuatnya. Dan karenanya, ia cepat melompat mundur dengan hati kaget.
bangun dan ia sangat besar hati melihat suhunya datang menolong!
Memang sesosok bayangan yang menghadang dan menolak pukulan Ci Lun
Hosiang tadi tidak lain dari guru Bun Liong, Bu Beng Lojin, si kakek sakti yang entah
dari mana datangnya jahu-jauh telah berada di situ pada waktu yang tepat bagi
keselamatan muridnya. ujar kakek itu kepada muridnya.
Bu Tek Enghiong - Halaman 368
Perintah ini ditaati oleh Bun Liong yang segera duduk bersila dan bersamadhi untuk
memulihkan tenaganya. Bu Beng Lojin lalu menghadapi Ci Lun Hosiang dan menegur:
-tama aku mengucapkan selamat bertemu kembali dengan
perjumpaan kita di tempat ini. Dan dua, terpaksa aku harus menyatakan bahwa kau
hendak membunuh seorang lawan yang sudah tidak berdaya itu bukanlah perbuatan
Setelah melihat bahwa orang di depannya itu adalah Bu Beng Lojin dan setelah
mendengar perkataannya, tiba-tiba Ci Lun Hosiang ketawa bergelak-gelak:
tua makin kurus kering seperti tubuh
seorang pemadatan, tetapi aku melihat dan merasakan bahwa tenagamu makin kuat.
Selamat bertemu, kawan, dan pertemuan kita ini sungguh menggembirakan hatiku
karena dengan demikian pinceng tidak usah susah-susah ke gunung Hoa-san untuk
sangat tandas ketika melanjutkan perkataannya:
kali, dengan kepalamu yang licin dan jubah yang menutupi tubuh
terokmokmu, perbuatanmu telah mencemarkan para alim ulama yang menjalankan
Su, datang-datang kau sudah memaki pinceng. Apakah sangkut pautnya aku ini dengan
Kakek yang kelihatan tua renta itu tersenyum tatkala berkata:
pribadi, akan tetapi ketahuilah bahwa segala sepak terjangmu sungguh mengotorkan
dunia yang memang sudah sangat kotor ini! Aku tidak tahu betapa tingginya sudah
dosa-dosa yang kau tumpuk, yang kutahu hanyalah kau menjadi pendeta palsu sudah
merupakan dosa yang pertama.
kehidupan yang sesat. Ini sudah merupakan dosamu yang kedua.
Bu Tek Enghiong - Halaman 369
dari para pemimpin penjahat dan kau hendak menuntut balas atas kematian para
muridmu itu. Jadi berarti kau adalah biang keladi segala penjahat!
air sesungai Huang-ho sekalipun agaknya takkan dapat mencuci bersih dosa-dosamu,
hanya merupakan tantangan terhadapku!
hendak menebus dua kali hinaan waktu dulu! Pinceng berjanji bahwa kalau sekali ini pinceng
merantau ke daratan Tiongkok ini, pernah kudengar cerita tentang seorang budak
tukang sapu di dalam kuil yang melakukan perbuatan kotor memperkosa seorang gadis
di dalam tempat suci itu sehingga mendapat hukuman dari para pendeta Lhama.
sapu itu dibakar dan budak murtad itu
sendiri lalu diusir dan tidak diakui lagi sebagai bangsa Tibet. Tidak tahu apa hubungan
Merahlah wajah Ci Lun Hosiang yang bundar itu mendengar sindiran si kakek yang
mengungkat perbuatannya sewaktu ia masih muda itu. Saking marahnya ia tidak bisa
berkata-kata lagi. Ia hanya mampu berseru keras dan secara tiba-tiba sekali ia
mengirim pukulan Ceng-kin-ciu ke arah kakek itu.
Bu Beng Lojin sudah maklum betapa lihay dan berbahayanya pukulan dari si
Tangan Seribu Kati ini. Akan tetapi ia tidak mengelak atau berkelit, bahkan
menyambutnya dengan tubuh agak direndahkan dan kemudian kedua tangannya
dengan telapak tangan terbuka mendorong ke depan sambil berseru keras.
Dua macam hawa pukulan bertenaga raksasa dari dua pihak ini beradu. Ci Lun
Hosiang mundur terhuyung-huyung dan Bu Beng Lojin juga sempoyongan karena
mereka telah dihantam hawa pukulan sendiri yang terpukul membalik!
Memang hebatlah kalau dua orang yang sama tinggi berkepandaiannya bertempur,
baru segebrakan saja merupakan jangkauan maut!
Bu Tek Enghiong - Halaman 370
Para anggauta Pauw-an-tui yang sejak tadi mengelilingi tempat itu pada bubar dan
mereka menonton dari tempat jauh. Karena takut terkena hawa pukulan yang nyasar.
Selanjutnya mereka menyaksikan dua datuk persilatan yang berilmu tinggi itu
bertempur hebat. Akan tetapi mereka tak dapat melihat bagaimana cara kedua orang
itu bertempur karena yang mereka dapat lihat hanyalah dua sosok bayangan yang
berkelebat ke sana ke mari bagaikan dua iblis sedang berhantam.
Tak terdengar suara tangan atau kaki saling beradu, akan tetapi di sekitar tempat
pertempuran itu bertiup angin keras dan debu mengebul menggelapkan penglihatan!
Kemudian mereka melihat betapa kedua bayangan yang tadi berkelebatan itu berhenti
bergerak. Dan ternyata ketika itu kedua tangan Bu Beng Lojin dan Ci Lun Hosiang saling
menempel dan saling mendorong! Tubuh kedua orang itu tidak bergerak, akan tetapi
tampaknya benar-benar menegangkan.
Pertempuran yang dilakukan dengan tangan, kaki, bahkan dengan senjata sekalipun,
masih belum begitu menegangkan seperti pertempuran adu tenaga dalam seperti yang
dilakukan oleh Bu Beng Lojin dan Ci Lun Hosiang pada saat itu. Sedikit saja kalah tenang,
penyerangan dari lawan berarti membahayakan jiwanya.
Dan dalam hal adu lweekang ini kalah menang hanya diputuskan oleh kematian
seorang di antaranya! Seluruh tubuh Ci Lun Hosiang yang bundar itu tampak menggigil menandakan
bahwa ia sedang mengerahkan segenap tenaga dalamnya. Wajahnya merah dan
sikapnya sangat nekad. Akan tetapi Bu Beng Lojin benar-benar seorang sakti setengah dewa. Sikapnya
tampak tenang seperti biasa, bahkan kakek kosen ini masih dapat bicara, padahal kalau
sedang mengadu tenaga dalam seperti ini, berbicara adalah suatu pantangan yang
paling besar! -kesesatanmu dan kalau kau benar-benar akan
Sambil berkata dennkian Bu Beng Lojin sengaja mengendurkan tenaga
dorongannya, untuk memberi kesempatan kepada hwesio itu supaya menarik tenaga
dorongannya dan mengakhiri pertempuran ini sebelum maut merenggut nyawa!
Bu Tek Enghiong - Halaman 371
Kalau saja Ci Lun Hosiang bukan seorang sombong yang mempunyai dasar buruk,
tentu ia segera mengetahui bahwa kepandaiannya jauh lebih rendah dari lawannya.
Dalam pergulatan mengadu tenaga lweekang ini saja dia sudah mengerahkan seluruh
tenaga yang ada padanya, akan tetapi sebaliknya Bu Beng Lojin masih dapat berkatakata dengan seenaknya. Hal ini membuktikan bahwa tenaga kakek sakti yang
dikerahkan dalam pergulatan itu paling banyak hanya setengahnya saja!
Akan tetapi Ci Lun Hosiang tidak mau menerima usul Bu Beng Lojin itu. Ia maklum
bahwa dengan mengakhiri pertempuran itu begitu saja dan menerima usul lawannya,
sama halnya dengan mengaku kalah dan hal ini akan menjatuhkan namanya.
Maka, melihat Bu Beng Lojin mengurangi tenaganya, Ci Lun Hosiang yang curang
itu hendak mengambil keuntungan dari kesempatan baik ini. Benar ia menarik kembali
tenaga dorongannya, akan tetapi secara tidak diduga ia tiba-tiba melakukan serangan
mendadak! Dalam gerakan kilat kaki kirinya menendang ke arah selangkangan dibarengi
tangan kanannya dengan gerakan eng-jiauw-kang atau Cengkeraman Kuku Garuda
menyerang ke arah dada kakek itu! Kalau salah satu dari kedua serangan ini mengenai
sasaran dengan tepat, orang yang diserang pasti mati seketika!
Ci Lun Hosiang yakin bahwa serangan mendadak yang dilakukan dalam jarak
berdekatan dengan lawannya ini salah satu akan mengenai sasaran!
seru marah. Dengan gerakan yang sama cepatnya, kakek ini mengirim pukulan yang dilakukan
dengan pengerahan lweekang sepenuhnya ke arah kepala gundul itu. Dan tangan
kirinya menyampok tendangan kaki lawan dengan sebuah sentakan ke samping,
sedangkan cengkeraman pada dadanya tidak dihiraukan sama sekali!
Dua hal yang aneh dan hebat terjadi dalam waktu yang sama. Ketika cengkeraman
hwesio itu mengenai sasaran, yang kena dicengkeram hanya kain baju yang menjadi
robek saja sedangkan dada yang dicengkeramnya itu, dadanya sudah tidak berdaging
atau berkulit yang dapat dicengkeram, agaknya kulitnya sudah mengeras dan rata
dengan tulang sehingga keras sekali!
Hal ini tak lain disebabkan Bu Beng Lojin mengerahkan tenaga sin-kangnya ke arah
dada untuk menahan cengkeraman. Melihat serangannya tidak berhasil, Ci Lun Hosiang
merubah cengkeramannya menjadi sebuah pukulan yang dilakukan dalam gerakan
lanjutan tanpa menarik tangannya terlebih dulu!
Bu Tek Enghiong - Halaman 372
Sementara itu, pukulan Bu Beng Lojin dengan jitu sudah menghantam kepala gundul
itu. Beradunya pukulan dengan kepala gundul itu mengeluarkan suara keras.
Akan tetapi anehnya kepala gundul itu tidak pecah, bahkan tiba-tiba kepalan
tangannya meleset seakan-akan kepala itu terbuat dari baja yang dilumuri minyak,
sangat keras dan licin. Akan tetapi, dua serangan dari dua pihak yang masing-masing
dibentengi oleh kekuatan sin-kang yang terjadi pada saat yang sama itu mendatangkan
akibat yang hebat sekali!
Tubuh Bu Beng Lojin karena dadanya ditumbuk oleh pukulan tangan Ci Lun Hosiang,
yang kurus kering itu jadi terhuyung-huyung. Dan tubuh Ci Lun Hosiang yang bunder
terokmok itu karena akibat kepala pelontosnya dihantam oleh kepalan kakek itu dan
kakinya disentakkan ke samping oleh tenaga sampokan lawannya yang luar biasa
kuatnya, jadi berpusing seperti gangsing!
Bun Liong yang pada saat itu segenap tenaganya sudah pulih kembali setelah
bersamadhi selama pertempuran antara si gundul dan gurunya tadi berlangsung.
Bu Beng Lojin tidak menjawab. Akan tetapi sambil batuk-batuk kakek ini lalu
menubruk tubuh Ci Lun Hosiang yang masih berputar itu dan tahu-tahu ia telah berhasil
menangkap tubuh lawannya.
Dan dengan gerakan yang luar biasa diangkatnya ke atas. Lalu sambil berseru keras
tubuh bundar yang beratnya sedikitnya duaratus kati itu dilemparkan ke arah Bun Liong
yang berada sejauh kurang lebih enam tombak!
Ci Lun Hosiang sebenarnya masih keadaan setengah pingsan karena pukulan Bu
Beng Lojin yang menghantam kepalanya tadi dan yang membuat tubuhnya berputar
seperti gangsing. Itulah sebabnya maka ia sama sekali tak berdaya ketika tubuhnya
tiba-tiba ditangkap, diangkat dan kemudian dilemparkan oleh lawannya!
Bun Liong ketika itu sudah berdiri tegak dan siap menyambut tubuh besar yang
melayang ke arahnya seakan-akan hendak menimpanya. Kedua tangannya diulurkan
ke atas dan pada lain saat tangan kanannya secara tepat sekali menangkap tengkuk Ci
Lun Hosiang dan tangan kirinya dengan jari-jari tangan dikembangkan menyanggap
pinggul yang penuh daging dan gajih itu.
Kemudian sambil mengerahkan tenaga barunya, ia berseru keras. Tubuh hwesio
gadungan musuh besarnya itu didorongkan ke udara sehingga terlempar dan melayang
kembali ke arah Bu Beng Lojin.
Bu Tek Enghiong - Halaman 373
Ketika tubuh yang seperti gulungan kasur itu masih melayang di udara menuju Bu
Beng Lojin yang masih batuk-batuk. Kakek ini menahan batuknya lalu menggunakan
tangan kanannya melakukan gerakan seperti mendorong ke udara.
Dan sebelum tubuh Ci Lun Hosiang sampai di tangannya, tubuh itu telah kena
didorong oleh tenaga hebat yang keluar dan telapak tangan kakek sakti itu dan terpental
kembali ke arah muridnya! Inilah tenaga khi-kang yang sudah mencapai tingkat tinggi
hingga tenaga dorongan yang keluar dari telapak tangan kakek itu cukup hebat untuk
mementalkan kembali tubuh Ci Lun Hosiang yang begitu besar dan berat!
Pada saat itu tenaga Bun Liong sudah pulih kembali dan ia segera mencontoh
perbuatan gurunya. Iapun menggunakan khi-kangnya dalam serangan melancarkan
pukulan Lui-lek-ciang yang dilakukan oleh tangan kanannya dengan telapak tangan
terbuka untuk mendorong tubuh yang masih berada di udara itu sehingga terpental
kembali ke arah gurunya! Semua orang yang menyaksikan peristiwa hebat itu, yang belum pernah mereka
lihat, jadi bersorak-sorak riuh rendah. Mereka merasa gembira melihat kemenangan
kakek itu dan baru sekarang mereka mengetahui bahwa kakek itu sebenarnya guru
pang-cu mereka. Yang menarik perhatian mereka adalah pertunjukan istimewa dan
luar biasa itu. Ci Lun Hosiang yang sial itu agaknya memang sudah ditakdirkan mengalami
peristiwa malang seperti itu. Yaitu seakan-akan menjadi sebuah bola yang
dipermainkan dan dilemparkan pulang balik oleh Bu Beng Lojin dan Bun Liong!
Dan ketika tubuh Ci Lun Hosiang sudah dipulang-pergikan sampai lima kali pada
suatu ketika selagi tubuh si hwesio itu berada di udara di tengah-tengah antara Bu
Beng Lojin dan Bun Liong, guru dan murid ini telah melakukan dorongan dalam waktu
yang sama. Dan karenanya tubuh Ci Lun Hosiang untuk seketika jadi berhenti di udara
karena digencet oleh hawa pukulan dari dua jurusan!
Akhirnya tubuh itu jatuh ke bawah dengan mengeluarkan suara berdebuk. Dan
ternyata Ci Lun Hosiang sudah tidak bernyawa lagi dalam keadaan genjor-genjor seperti
buah pepaya yang terlalu tua!
suhu. Kalau suhu tidak keburu datang pada waktu yang tepat, selain teecu takkan dapat
membalas dendam atas kematian ayah terhadap si pendeta sesat itu, juga entah apa
Bu Tek Enghiong - Halaman 374


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bu Beng Lojin kembali batukmaafkanlah aku yang terlambat menolongmu. Padahal, sebenarnya sudah sejak tadi
pintunya terdapat papan yang tertuliskan Bu-tek Enghiong! Dan aku merasa terlalu
Bun Liong maklum bahwa gurunya menyindir dan menyesalinya, maka cepat ia
ma julukan itu sesungguhnya bukan
t Bun Liong baru teringat bahwa Ci Lun Hosiang tadi sudah merobohkan Cio wangwe, ibunya, Can Po Goan, ibu mertuanya dan isterinya serta beberapa orang kawannya.
Maka cepat ia bangkit dan bersama gurunya yang masih batuk-batuk.
Can Po Goan hanya pingsan saja dan setelah mendapat pertolongan dari Bu Beng
Lojin, guru silat yang hanya menderita luka ringan itu segera siuman. Begitu juga Yang
Hoa, ia hanya pingsan saja, akan tetapi lukanya ternyata sangat berat karena sudah
menderita luka dalam sehingga tak dapat dibikin siuman dengan segera.
Adapun Kho In Hoa, Lan Eng, dan Cio Song Kang wan-gwe ternyata sudah tidak
bernyawa lagi! Betapa sedihnya hati Bun Liong melihat peristiwa malapetaka ini! Sebenarnya ia
ingin menangis sekeras-kerasnya, akan tetapi tentu saja hal itu tak dapat dilakukannya
sehingga ia tinggal bengong saja untuk beberapa saat lamanya.
Kemudian penglihatannya berkunang-kunang dan kabur, kepalanya pening,
tubuhnya lemas seperti tak bertulang dan akhirnya ia roboh pingsan! Ketika ia sadar
kembali karena pertolongan suhunya, ia mendengar kakek itu berkata:
malang ini, tetapi hadapilah dengan keteguhan dan ketabahan! Mana kekuatan batin
yang pernah kuajarkan kepad
Bu Tek Enghiong - Halaman 375
Dengan matanya yang mulai membasah dan dadanya turun naik karena menahan
sedu sedan, ia memandang wajah gurunya yang penuh keriputan tapi membayangkan
keagungan itu. melukai jantungnya! Maukah kau membawa isterimu ke tempatku dan kita
ang sangat mengasihi muridnya.
Sebentar Bun Liong ragu, dilihatnya mayat ibu, ibu mertuanya dan Cio Song Kang
-jenazah ini, suhu" Bukankah
-kawanmu, dan menolong isterimu yang
masih mempunyai kemungkinan hidup perlu segera kita lakukan. Cobalah minta
pertolongan kawan-kawanmu untuk mengurus dan mengubur jenazah-jenazah itu
sebagai Bun Liong menurut nasehat gurunya. Biarpun hatinya merasa berat sekali akan
tetapi iapun sependapat dengan gurunya bahwa menolong isterinya adalah lebih
penting. Maka dengan suara penuh permohonan ia lalu berkata kepada Can Po Goan
yang berdiri di depannya dengan muka pucat dan sedih.
-saudaraku sekalian. Aku memohon pertolongan dan
bantuan dari kalian supaya mengurus dan mengubur jenazah ibu dan ibu mertuaku
sebagaimana mestinya. gku seadanya yang disimpan di bawah
kasur di dalam kamarku. Dan jenazah Cio Song Kang wan-gwe, bawalah ke Tong-koan
dan sampaikanlah ucapan dukacita dan kemenyesalanku kepada putera dan
menantunya. -san membawa isteriku yang akan
dirawat dan diobati oleh guruku ini di sana. Kuminta doa dari kalian untuk keselamatan
diucapkan dengan suara pilu dan mata membasah.
Bu Tek Enghiong - Halaman 376
terkapar di tanah itu. rag berkata begitu kakek ini mengajak muridnya.
Kemudian kakek itu melangkah perlahan dan tindakan kakinya seperti terseok-seok.
Akan tetapi sebentar saja ia sudah pergi jauh dan lenyap dari penglihatan semua orang.
Sementara itu Bun Liong sudah memanggul tubuh isterinya dan berlari cepat
menyusul gurunya ooOoo Hari sudah senja tatkala Bu Beng Lojin dan Bun Liong tiba di puncak gunung Hoasan. Dengan seijin gurunya yang terus batuk-batuk Bun Liong membaringkan tubuh
isterinya di dalam sanggar pertapaan kakek itu.
-apa atas pukulan apa, hanya tubuh teecu terasa sakitTapi alangkah kagetnya hati pemuda ini ketika ia menoleh kepada kakek yang
duduk bersila itu. Ia melihat wajah gurunya demikian pucat dan meringis-ringis,
sedangkan batuknya makin menjadi dan kedua tangannya menekan-nekan dadanya.
kakek itu dan kemudian sepasang matanya dipejamkan hendak mulai bersamadhi.
Bu Tek Enghiong - Halaman 377
Akan tetapi batuk-batuknya selalu mengganggunya, tapi sungguhpun begitu Bun
Liong tidak berani mengganggunya. Beberapa saat kemudian suara batuk-batuk itu
berhenti dan kakek kosen yang sudah menderita luka dalam amat parah itu, kakek itu
dapat bersemadi dengan tenang.
Bun Liong mendekati tubuh isterinya dan kebetulan sekali ketika itu Yang Hoa mulai
siuman. Mula-mula sepasang pelupuk matanya membuka perlahan-lahan kemudian
manik matanya melirik ke kanan kiri. Akan tetapi tiba-tiba matanya ditutupkan lagi,
wajahnya meringis dan pucat agak kebiru-biruan, dari mulutnya keluar suara keluhan
yang tertahan oleh rasa nyeri yang sangat hebat!
Melihat isterinya mulai siuman, hati Bun Liong merasa lega, akan tetapi ia jadi amat
bingung melihat perobahan isterinya itu. Ia maklum bahwa isterinya juga menderita
luka dalam. Lalu ia memangku tubuh isterinya, kepalanya disandarkan pada lengan kirinya.
Sementara tangan kanannya menotok jalan-jalan darah di beberapa bagian tubuh
isterinya, dengan harapan supaya isterinya tidak terlalu merasakan kenyerian
penderitaannya. Dan benar saja sesaat kemudian Yang Hoa membukakan kembali pelupuk matanya.
Setelah matanya melirik-lirik lagi ke kanan ke kiri, ia menatap ke wajah suaminya dan
terdengar suara pertanyaannya yang perlahan setengah berbisik dan terputus-putus:
-san, Yang-moay. Apa yang kau rasakan sakit, YangYang Hoa menggigit bibirnya dan wajahnya meringis pula. Akan tetapi tatkala
kemudian ia berkata, kata-katanya bukan jawaban atas pertanyaan suaminya,
dengan si Hwesio jahat musuh
-ibu kita dan Cio wanamat, Cio wan-ragu untuk berkata
lebih lanjut, karena kalau berkata terus terang ia takut akan mengagetkan isterinya
yang keadaannya sangat mengkhawatirkan ini.
Bu Tek Enghiong - Halaman 378
dan ibuku juga Bukan main bingungnya Bun Liong. Untuk sesaat lamanya ia membisu saja,
sehingga suasana di tempat itu yang memang hening semakin sunyi.
Keheningan di puncak gunung Hoa-san itu tentu saja akan terasa sangat
menenteramkan, kalau saja Bun Liong tidak sedang menghadapi keadaan yang
demikian mengecilkan hatinya.
mendesak. Bun Liong menekan perasaan hatinya dan sebagai jawaban, ia hanya mengangguk
perlahan. Disangkanya isterinya itu akan menangis dan pingsan lagi.
Akan tetapi kenyataannya sungguh mengherankan Bun Liong karena sama sekali
Yang Hoa tidak menangis seperti lajimnya seorang anak yang ditinggal mati oleh orang
tuanya. Yang Hoa hanya memeramkan kedua matanya sebentar kemudian
membukanya lagi tatkala berkata,
seperti mendapat pirasat bahwa ibu-ibu kita sudah tak mungkin hidup lagi mengingat
hebatnya kelihayan hwesio jahat itu. Dan biarpun aku sendiri akan menyusul mereka,
begitu! Apakah kau akan meninggalkan aku sendiri dengan hati puas
Kau harus ingat bahwa musuh-besarmu, Cio Leng Hwat dan si perampok tunggal yang
Yang Hoa menyingkirkan tangan suaminya yang menutupi mulutnya dengan
menggerakkan tangan kirinya yang lemah. Bun Liong heran sekali ketika melihat
isterinya tiba-tiba tersenyum,
udkan bahwa Bu Tek Enghiong - Halaman 379
Yang Hoa menggelenglangsung oleh tuntutan balasku, namun artinya sama juga, arwah mereka pasti akan
menerima pe Karena tak mengerti Bun Liong mendesak dan ia lupa bahwa isterinya sedang
menderita sakit payah. Yang Hoa meringis sambil menggigit bibir. Agaknya luka dalamnya kembali terasa
nyeri. Dan sesaat kemudian, setelah rasa nyeri itu agaknya lenyap dengan sendirinya,
ia berkata dan kini suaranya sangat lemah dan parau:
-ko. Sebenarnya aku dan ibuku sudah mengadakan penyelidikan yang
seksama. Pada hari diselenggarakannya pibu dimana kemudian kau menjadi ketua
Pauw-an-tui, kami sudah menemukan musuh besar yang kami cari itu! Akan tetapi
waktu itu kami, yaitu aku dan ibuku, belum berani segera turun tangan karena kami
belum yakin benar dan takut keliru.
etelah kami selidiki, ibuku dapat mengenal wajah si piauwsu penghianat ini dan
juga potongan tubuh serta raut muka si perampok tunggal tepat seperti yang pernah
digambarkan oleh pegawai-pegawai mendiang ayahku. Tak salah lagi mereka adalah
kedua orang yang sedang kami cari.
Bun Liong menunggunya, hatinya sangat tertarik akan lanjutan penuturan isterinya.
-ko. Suboku, Goat Im Nionio pernah
mengatakan bahwa seorang yang tadinya jahat dan merupakan musuh besar kita, akan
tetapi kemudian ia insaf dan merobah hidupnya ke arah jalan yang benar, maka ia
disebut tidak boleh penjahat lagi. Begitu juga dengan yang membunuh ayahku itu.
massa dan terkenal dengan jiwanya yang besar dan kesosialannya, bahkan
menanggung segala biaya perkawinanku pula. Karena itu, aku jadi tidak berani
membunuhnya dan aku serta ibuku bahkan jadi merasa berhutang budi yang sangat
TibaYang- -gwe, Bu Tek Enghiong - Halaman 380
karang menjadi seorang hartawan dan memiliki
jiwa besar itu sebenarnya tak lain dari pada Cio Leng Hwat, si piauwsu penghianat yang
Bun Liong mendadak merasakan kepalanya amat pening. Pembukaan rahasia itu
benar-benar membuat pikirannya kalut dan hampir saja ia tak mau percaya atas
keterangan isterinya itu.
Bun Liong menghela napas dan sambil menggoyang-goyangkan kepala ia
percaya. Hal ini benar-benar sangat mengejutkan hatiku, Yang-moay, karena aku sama
sekali tak pernah menyangka bahwa Cio Leng Hwat itu adalah Cio wanKembali ia menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas pula. Kemudian ia
Tang ketika terjadi keributan di dalam kota TongMakin bertambah peninglah kepala Bun Liong.
-musuh besarmu, i dunia ini jarang kening isterinya dengan penuh rasa bangga, penuh rasa kasih sayang sebagai
pengantin baru dan penuh rasa haru yang menyayat-nyayat kalbu.
Akan tetapi Yang Hoa ketika keningnya dikecup oleh suaminya, mukanya meringisringis pula, kaki dan tangannya menggeliat-geliat dan gemetar, dan dari mulutnya
Bun Liong seakan-akan baru sadar bahwa dalam keadaan seperti itu isterinya tak
boleh banyak bicara. Ia merasa bersalah telah membiarkan dan bahkan mengajak
isterinya bicara terlalu banyak.
Selagi ia menyesali perbuatannya dan kebingungan karena tidak mengetahui apa
yang ia mesti perbuat untuk menolong isterinya, tiba-tiba ia mendengar suara suhunya:
Bu Tek Enghiong - Halaman 381
Ia cepat menoleh dan tampaklah gurunya yang masih duduk bersila itu
memandang kepada ia dan isterinya, ia melihat bibir kakek itu seperti menggigil tatkala
berkata lebih lanjut: n Ang-cauw (rumput merah)
sebanyak lima genggam, buah Houw-bak (mata harimau) sepuluh biji dan kembang
Kim-hoa (bunga emas) tujuh tangkai. Biarlah isterimu dibaringkan dulu dan aku
Tanpa banyak membuang waktu lagi Bung Liong melepaskan isterinya dari
pangkuannya dan membaringkannya dengan perlahan. Ia maklum bahwa suhunya
menyuruh mengambil bahan-bahan obat itu adalah untuk mengobati dan menolong
isterinya. Maka ia segera keluar sambil mengingat-ingat bahan-bahan obat yang
dikatakan suhunya tadi. Tanpa menghiraukan tubuhnya yang sangat letih dan sakit-sakit serta perutnya
yang lapar, ia berlari cepat ke arah lereng sebelah selatan, di mana banyak terdapat
tetumbuhan bahan obat-obatan. Bun Liong sudah hapal akan bentuk dan warna bahanbahan obat yang mesti dipetiknya karena ketika ia tinggal di gunung ini, ia sering
diberitahu oleh gurunya tentang jenis-jenis bahan obat dan faedahnya.
Akan tetapi untuk mengambilnya ternyata memakan waktu lama juga karena
bahan-bahan obat itu tumbuhnya terpisah-pisah sedangkan hutan obat-obatan ini luas
sekali hampir sepanjang dan seluas lereng sebelah selatan sehingga sangat sukar
mencarinya. Apalagi ketika itu hari hampir gelap, maka makin sukarlah.
Ketika bahan-bahan obat yang diperlukan itu sudah semua diambilnya dan
dibungkus menjadi satu dalam kain pengikat kepalanya, Bun Liong cepat berlari kembali
ke atas puncak. Napasnya terengah-engah karena jalan yang sangat nanjak yang
ditempuh dengan berlari tergesa-gesa itu sungguh melelahkan tubuhnya yang sudah
letih. Ia mesti berhenti beberapa kali untuk mengumpulkan napas dan tenaganya,
sungguhpun sebenarnya ia sangat ingin lekas-lekas menyerahkan bahan-bahan obat
itu kepada gurunya, supaya isterinya cepat diobati. Ia percaya bahwa gurunya ahli
dalam pengobatan dan ia percaya pula bahwa nyawa isterinya pasti tertolong.
Akhirnya ia tiba di gubuk gurunya itu. Walaupun ketika itu sudah setengah gelap,
namun ia masih dapat melihat dengan jelas bahwa gurunya masih duduk bersila di
tempatnya semula dan matanya dipejamkan.
Bu Tek Enghiong - Halaman 382
Bun Liong tidak berani mengganggu gurunya yang masih bersamadhi, maka
diletakkannya bungkusan bahan-bahan obat itu di depan kakek itu. Dan kemudian ia
menghampiri isterinya yang masih berbaring.
Dirabahnya kening isterinya sambil dipanggil-panggilnya perlahan, akan tetapi Yang
Hoa diam saja seakan-akan sedang tidur nyenyak. Kemudian ia merasai detik nadi di
pergelangan tangan isterinya.
Ia jadi bengong sesaat karena, nadi itu sudah tidak berdetak lagi! Pada detik
berikutnya Bun Liong jadi menangjs tersedu-sedu sambil memeluk tubuh isterinya yang
Ia maklum bahwa isterinya menderita luka dalam yang hebat, akan tetapi sama
sekali ia tidak menyangka bahwa isterinya akan mati begitu cepat! Betapa hancur
luluhnya perasaan pemuda ini. Dapatlah dibayangkan dan tak terlalu berlebihanlah
Kemudian pemuda yang sangat malang itu seperti menjadi kalap. Ia melepaskan
tubuh isterinya yang tadi dipeluk-peluknya, dan sambil meratap seperti anak kecil ia
menghampiri gurunya yang masih duduk bersila itu.
Ia hendak memprotes dan menyalahkan kakek itu mengapa tidak menolong
isterinya. Untuk sekali ini dengan membuta ia berani melanggar larangan suhunya yang
bersamadhi. sedannya sambil berlutut di depan kakek itu.
Akan tetapi, kakek itu diam saja dan hal ini benar-benar membuat Bun Liong yang
pikirannya seperti mendadak gila itu bertambah nekad. Dipegangnya kedua pundak
kakek itu dan diguncang-guncangkannya sambil meratap dan memohon:
Akan tetapi Bun Liong tiba-tiba jatuh tersungkur dan menindih tubuh gurunya yang
tiba-tiba terguling menjengkang! Dan makin hebatlah tangis Bun Liong setelah
diketahuinya bahwa kakek yang tadi duduk bersila seperti sedang bersamadhi itu,
Kesunyian di puncak gunung Hoa-san yang sudah mulai gelap itu dipecahkan oleh
suara tangis yang mengharukan dari seorang pemuda yang meratapi nasibnya yang
Bu Tek Enghiong - Halaman 383
sangat malang. Hari itu adalah hari perkawinannya, akan tetapi juga merupakan hari
naasnya yang luar biasa, hari kematian ibu, ib
Tapi, suara tangis itu hanya sebentar saja dan pada saat selanjutnya suasana
menjadi benar-benar sepi, karena ketika itu Bun Liong sudah tak sadarkan diri.
Tubuhnya terkapar menggeletak di antara mayat isteri dan gurunya di dalam gubuk
itu. Kesadaran pemuda ini sudah tak kuasa lagi menerima pukulan batin yang luar biasa
hebatnya itu! Pada keesokan harinya, ketika sang Surya baru saja muncul di ufuk timur,
tampaklah seorang pemuda yang berwajah kuyu berjalan dengan langkah-langkah lesu
dari puncak gunung Hoa-san menuju ke arah lereng sebelah timur. Sambil melangkah,
sebentar-sebentar ia membalikkan kepalanya melihat ke arah puncak yang makin lama
makin jauh ditinggalkannya.
Air matanya berlinang-linang membasahi ke dua belah pipinya yang pucat dan dari
kerongkongannya terdengar suara sedu sedan yang ditahan-tahan. Makin lama ia
berjalan makin ke bawah dan akhirnya menghilang di antara semak belukar dalam
hutan yang mulai ramai dalam suara kicau burung-burung dan kokok-kokok ayam
Pemuda itu adalah Bun Liong. Ia pergi meninggalkan gunung Hoa-san setelah
mengubur mayat-mayat isteri dan gurunya di dalam hutan yang penuh ditumbuhi
pohon-pohon yang-liu, penguburan itu dilakukannya ketika fajar baru menyingsing.
Ia pergi dengan membawa kesedihan dan pikirannya seperti kurang beres. Kalau
ia hendak kembali ke dusun Lo-kee-cun, ia harus menempuh lereng sebelah utara,
sedangkan ia justeru menuju ke lereng sebelah timur dan entah akan kemana ia
ooOoo Sementara itu Can Po Goan dan kawan-kawannya telah mengubur jenasah-jenasah
ibu dan ibu mertua Bun Liong di pekarangan belakang dari rumah keluarga Souw.
Penguburan itu didahulukan sebagaimana mestinya.
Sedangkan mayat Ci Lun Hosiang dikubur di pinggir hutan. Dan karena semua orang
merasa benci terhadap mayat gendut ini, maka mayat itu dikubur tanpa peti dan hanya
dikubur begitu saja seperti mengubur bangkai anjing.
Bu Tek Enghiong - Halaman 384


Pendekar Tanpa Tandingan Bu Tek Enghiong Karya Tjo Beng Siang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rumah keluarga Souw serta bekas pesta perkawinan itu tidak seorangpun yang
berani mengganggu, semua pintu-pintunya tinggal terbuka dan orang tak berani
memasukinya. Rumah itu terus dijaga oleh anggauta Pauw-an-tui siang malam secara
bergiliran sambil menanti kedatangan Bun Liong.
Akan tetapi setelah menanti sampai sepekan lamanya dan pemuda itu masih belum
muncul juga, akhirnya pada suatu hari mereka mengambil keputusan untuk pergi
menyusul ke gunung Hoa-san. Namun mereka kecewa karena di gunung itu tak
seorangpun yang mereka jumpai, yang mereka dapatkan di puncak gunung itu hanya
sebuah gubuk sederhana yang kosong.
Mereka menunggu di situ sampai tiga hari tiga malam sambil terus berusaha
mencari di hutan-hutan. Akan tetapi baik Bun Liong maupun Yang Hoa atau kakek sakti
itu tetap tak dapat mereka jumpai dan karena itu, akhirnya mereka kembali pulang
dengan kecewa dan sedih. Can Po Goan memutuskan untuk membereskan segala perabotan rumah tangga di
dalam rumah keluarga Souw itu. Pintu rumahnya dikunci dan terus dijaga.
Bahk perbaiki dan dipancangkan pula di atas ambang pintu rumah yang sudah ditinggalkan
oleh penghuninya itu! Walaupun Pangcu mereka sudah tidak ada, namun organisasi Pauw-an-tui terus
berdiri dipimpin oleh Can Po Goan dengan dibantu muridnya, Kwe Bun. Pauw-an-tui
tetap bekerja aktif, walaupun keadaan sudah aman, namun organisasi keamanan ini
terus mempertinggi kewaspadaan dan memperkuat penjagaan supaya keamanan
seluruh wilayah Tong-koan tetap terjamin.
Dan mereka, terutama Can Po Goan, tetap menunggu Bun Liong dan Yang Hoa
kembali. Akan tetapi harapan mereka hanya merupakan harapan kosong belaka karena
mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa Pauw-an-tui Sianli Ho Yang Hoa sudah
meninggalkan dunia yang fana ini. Bun Liong entah pergi ke mana karena pemuda itu
sampai saat cerita ini berakhir, tidak pernah datang kepada mereka yang selalu
mengharap- TAMAT Bu Tek Enghiong - Halaman 385
Naga Merah 3 Golok Naga Kembar Karya Hong San Khek Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 3

Cari Blog Ini