Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp Bagian 1
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
0 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Karya : Stevanus SP. Sumber Image : Awie Dermawan
Scan Image/Rewrite : Siti, Andrew & Andi
Convert to PDF : Andi Di Upload di Grup Facebook : Kolektor E-Book
1 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Jilid I M entari sudah menempuh sepertiga dari
lengkung langit perjalanannya, namun pegunungan itu masih teduh, bahkan kabut tipis
yang tergantung rendah masih menyelubungi
beberapa bagian permukaannya, karena cahaya
mentari tertahan oleh tebing-tebing pegunungan.
Suasana pegunungan itu sungguh tenteram
dan damai, jauh dari hiruk-pikuknya perang
perebutan kekuasaan yang terjadi di pusat-pusat
negeri. Penduduk pegunungan ini tidak berkelompok melainkan berpencaran jauh satu
sama lain. Yang namanya "tetangga dekat",
jaraknya bisa setengah hari perjalanan, namun
penduduk pegunungan itu mengenal baik satu
sama lain meski tidak tiap hari bertemu.
Pekerjaan dan pembicaraan mereka sehari-hari
hanya menyangkut tanah ladang, pupuk, binatang
buruan, musim dan hal-hal sederhana lainnya.
Sedikitpun mereka tidak mau tahu soal Kaum
Pelangi Kuning mengambil-alih pemerintahan dari
dinasti Beng melalui pemberontakan besar.
2 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Orang-orang pegunungan ini juga tidak tahu
sedikit pun bahwa kaum Pelangi Kuning sudah
meninggalkan Ibukota Pak-khia setelah sempat
memerintah kurang dari dua bulan, karena Pakkhia diserbu tentara asing Manchu setelah kaum
Pelangi Kuning menderita kekalahan hebat di Itpian-sek. Lingkungan pegunungan ini seolah suatu
dunia tersendiri, terpisah, tak ada sangkut-paut
dengan dunia luar. Yang belum jemu berperang di
luaran sana, berperanglah sesuka hatimu, tapi
jangan dekat-dekat kami, begitu kalau bisa
dirumuskan sikap penghuni pegunungan ini.
Siang itu, di bawah keteduhan bayangbayang pegunungan dan pohon-pohon besarnya
yang masih alami, dua sosok tubuh berjubah putih
melangkah ringan di atas jalan setapak, mendaki
pegunungan. Mereka adalah dua orang nikouw
(Bhikuni) yang kepala gundulnya memakai topi
tebal yang menutupi kuping dan tengkuk mereka.
Yang seorang berusia kira-kira empat puluhan
tahun, tegap mirip laki-laki, kulitnya agak gelap
dan sorot matanya keras. Seorang lagi berusia dua
puluhan tahun, cantik, dan kecantikan itu tak
pudar dalam dandanannya sebagai pendeta
3 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
wanita. Langkah-langkah mereka tangkas dan
ringan. Karena jarak antara rumah penduduk
pegunungan berjauhan satu sama lain, mereka
jarang bertanya orang. Namun agaknya kedua
Bhikuni itu sudah punya tujuan yang pasti.
Setelah sekian lama melangkah di tanah yang
seolah belum terjamah, mereka menjumpai
ladang sayuran dan buah-buahan yang ditanam
secara sederhana di lahan yang miring letaknya.
Macam-macam tanamannya, ada buah-buahan,
sayur-sayuran, kacang-kacangan dan umbiumbian. Bahkan terdengar juga kambing
mengembik biarpun tidak kelihatan ujudnya.
Lalu mereka jumpai sebuah rumah berdinding tanah liat, atapnya atap ilalang,
halamannya luas. Di samping rumah ada seorang
lelaki berusia dua puluh tujuh atau dua puluh
delapan tahun, sedang membelah kayu. Wajahnya
yang keras dan tubuhnya yang berotot tanpa baju
itu bermandi keringat. Si Bhikuni yang muda tersenyum sambil
geleng-geleng kepala, komentarnya perlahan,
"Wah, wah, wah..... batang-batang kayu yang
4 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
malang itu mana bisa menahan Si Panglima
kenamaan dinasti Beng?"
Si pembelah kayu membalikkan tubuh dengan
cepat, matanya berkilat waspada. Tetapi demi
melihat siapa yang bicara, ia tercengang dan
kewaspadaannya mengendor. Kapak pembelah
kayunya terkulai ke tanah, bibirnya tergagap,
"Tu..... Tuan..... Pu....."
Si Bhikuni muda mengangkat tangannya
menghentikan bicara Si pembelah kayu, "Panglima
Helian Kong, aku bukan lagi Tuan Puteri Tiangping yang kau kenal dulu. Aku sekarang adalah
Bhikuni Siok-sim. Semoga Buddha memberkatimu." "Aku pun bukan panglima lagi."
"Mungkin. Tetapi darma-baktimu tetap
dibutuhkan negeri ini."
"Itu aku tahu, Tuan Pu....."
"Bhikuni Siok-sim!" Si Bhikuni meralat
sebutan Si pembelah kayu. "Dan ini saudara
seperguruanku dalam bidang agama, Bhikuni Siokbing."
"Baiklah, Bhikuni Siok-sim. Tapi kalau
seorang Tuan Puteri bisa menjadi seorang
5 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
biarawati, kenapa seorang panglima tidak boleh
menjadi seorang peladang di pegunungan?"
"Dalam kemelut negeri seperti ini, sungguh
tidak bertanggung jawab melarikan diri ke
pegunungan dan mencari ketenteraman diri
sendiri." Hampir saja Helian Kong menjawab, "Dan
tidak pantas seorang Bhikuni masih begitu terikat
oleh masalah-masalah keduniawian."
Namun kata-kata itu tak terucapkan, meski
Bhikuni cantik di depannya itu tidak lagi
berdandan sebagai seorang puteri istana, namun
terlalu sulit bagi Helian Kong untuk melupakan,
bahwa yang di hadapannya ini adalah Puteri
Tiang-ping, puteri Kaisar Cong-ceng dari dinasti
Beng yang dulu diabdi Helian Kong. Helian Kong
juga sulit menahan rasa haru melihat salah satu
lengan jubah Bhikuni Siok-sim kosong melambailambai, tanpa isi, karena Bhikuni yang muda dan
cantik ini hanya memiliki satu tangan. Salah satu
tangannya terbacok putus oleh ayahandanya
sendiri. Kaisar Cong-ceng, ketika istana kerajaan
diserbu kaum Pelangi Kuning.
6 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Wah, wah, wah..... batang-batang kayu yang malang itu
mana bisa menahan Si Panglima kenamaan dinasti Beng?"
7 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong menjawab, "Aku tetap berbakti.
Aku tidak sekedar berladang, beternak dan
berburu untuk mencari ketenteraman diri sendiri,
tetapi aku mengajar anak-anak di sekitar sini....."
"Mengajar apa" Silat" Ilmu keprajuritan?"
"Tidak. Membaca dan menulis dan sedikit
pengetahuan." "Buat apa" Sekarang negeri ini butuh lelakilelaki pemberani yang bisa memainkan senjata
untuk membendung meluasnya wilayah yang
sudah diduduki Manchu. Bukan orang-orang yang
sekedar pintar membaca, menulis atau bersyair."
"Hanya itu yang bisa kulakukan sekarang,
Bhikuni." "Kau tidak lagi mempedulikan lagi nasib
negeri ini?" "Aku..... sudah berulang kali dikecewakan.
Semua berjalan di luar perhitunganku. Ada atau
tidaknya seorang Helian Kong tidak mempengaruhi jalannya sejarah negeri ini. Yang
akan terjadi, terjadilah. Bukan urusanku lagi."
"Saudara Helian, soal sahabatmu Bu Sam-kui
menakluk kepada Manchu dan membawa tentara
Manchu ke negeri ini, bukan salahmu. Aku tidak
8 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menyalahkanmu. Juga tidak seorang pun dari
teman-teman seperjuangan kita menyalahkanmu.
Kami semua tahu bagaimana Saudara Helian
bekerja mati-matian untuk menghindarkan
terjadinya hal buruk ini, bahkan Saudara
mengabaikan diri Saudara dan keluarga Saudara
sendiri. Kami tahu itu, dan kami menghargai
itu....." Pengakuan betapa berartinya Helian Kong itu
mestinya bisa mengobarkan kembali semangat
Helian Kong untuk terjun ke kancah perjuangan.
Tetapi kekecewaan berat demi kekecewaan berat
yang mendera jiwanya membuat Helian Kong
tidak bersemangat lagi untuk ikut dalam
pergulatan kekuasaan di dunia ramai sana. Dunia
yang terlampau sulit diduga. Helian Kong bahkan
belum bisa terima, bahwa sahabat baiknya, Bu
Sam- kui, menjadi penjual negara ke tangan orang
Manchu, gara-gara diamuk cemburu setelah
mendengar bahwa Si Cantik Tan Wan-wan
dikehendaki oleh Li Cu-seng, pemimpin Pelangi
Kuning. Tan Wan-wan sendiri pernah mengisi hati
Helian Kong, sebelum sekarang ini Helian Kong
9 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menjadi suami Siangkoan Yan, bahkan sudah
punya anak berumur lima bulan.
"Terima kasih kalian tidak menyalahkan
aku....." "Kami ini punya otak. Kami tahu yang sudah
kau lakukan, bahkan sejak Si Dorna Co Hua-sun
masih berpengaruh dulu. Kami belum gila untuk
mencampuradukkan antara jasa-jasamu dengan
kesalahan Bu Sam-kui."
"Terima kasih."
Bhikuni Siok-sim yang dulunya adalah Puteri
Tiang-ping, agak bingung juga bagaimana caranya
membangkitkan semangat juang Helian Kong yang
sudah padam ini. Nampaknya Helian Kong lebih
suka mengganti pedangnya dengan cangkul, dan
terbius ketenteraman di pegunungan sunyi ini.
Namun setitik harapan Bhikuni Siok-sim
terbangkitkan lagi ketika mendengar Helian Kong
tiba-tiba bertanya, "Bagaimana Bu Sam-kui
sekarang?" Ini tandanya Helian Kong masih ada sedikit
perhatian terhadap perkembangan dunia luar.
Bhikuni Siok-sim langsung menyambar kesempatan
10 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
ini untuk menyalakan kembali semangat Helian
Kong. Katanya, "Teman kita itu....."
"Kumohon, jangan sebut lagi dia sebagai
'teman kita' biarpun hanya bercanda atau
berkelakar. Terlalu menyakitkan hati."
"O, maaf. Kusebut saja bekas teman kita itu
berhasil mendapatkan wanita impiannya, Tan
Wan-wan, yang dia rebut dari tangan Li Cu-seng
dengan menggunakan kekuatan orang Manchu.
Tetapi dia belum puas hanya dengan memiliki Tan
Wan-wan. Dia memimpin pasukan besar orang
Manchu untuk mengejar Li Cu-seng. Dia jepit Li
Cu-seng di Pegunungan Kiu-kiong-san. Kabarnya Li
Cu-seng sendiri akhirnya tewas kena perangkap
harimau di pegunungan, perangkap yang dipasang
para pemburu....." Helian Kong tiba-tiba menarik napas sedih.
Padahal Li Cu-seng yang diceritakan Bhikuni Sioksim itu adalah bekas musuh besar Helian Kong,
sebab Helian Kong adalah bekas panglima
Kerajaan Beng dan Li Cu-seng adalah pemimpin
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemberontak Pelangi Kuning yang menyudahi
riwayat dinasti Beng. Tetapi mendengar nasib
akhir Li Cu-seng itu, Helian Kong yang semestinya
11 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
gembira malahan tidak gembira. Sebaliknya
mendengar kemenangan Bu Sam-kui, bekas
sahabat karibnya, Helian Kong malah tidak
bergembira sedikit pun. Ia membayangkan
negerinya diserbu tentara asing dan Bu Sam-kui
malah memihak tentara asing itu, hanya demi
seorang perempuan bernama Tan Wan-wan.
Gejolak hati Helian Kong itu dapat dirasakan
oleh perasaan Bhikuni Siok-sim yang sudah
bertahun-tahun menjadi sahabatnya. Diam-diam
pendeta wanita ini berharap agar ia dapat
menggerakkan Helian Kong untuk "keluar sarang"
kembali. Kata Bhikuni Siok-Sim lebih lanjut, "Aku kenal
Bu Sam-kui. Ia bukan orang jahat sebenarnya.
Tetapi kelemahannya adalah, dia menganggap
Tan Wan-wan sebagai sesuatu yang paling
penting, bahkan lebih penting dari negeri
leluhurnya sendiri. Kelemahan inilah yang
dimanfaatkan oleh Manchu sehingga Bu Sam-kui
dapat diperalat demikian rupa. Sekarang ini Tan
Wan-wan ada di Pak-khia, di tangan orang-orang
Manchu, maka orang-orang Manchu dapat
menyuruh Bu Sam-kui pergi ke mana saja dan
12 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menggempur siapa saja. Sehabis membereskan Li
Cu-seng di Kiu-kiong-san, sekarang Bu Sam-kui
sedang membawa pasukan besar Manchu ke barat,
ke Propinsi Siam-sai, untuk membentuk basis di
sana. Dari sana akan mencoba menyerbu ke
Propinsi Se-cuan, merebut Propinsi 'gudang beras'
itu....." Helian Kong menarik napas, "Berarti Bu Samkui akan berhadapan dengan Jenderal Thio Hiantiong yang mempertahankan Propinsi itu.
Jenderal kita yang terkenal dengan pasukan Thaise-kunnya yang gagah perkasa, dan empat
perwiranya yang merupakan macan-macan di
medan laga. Li Teng-kok yang cerdik, Sun Kobong, Ngai Leng-ki dan Lau Bun-siu. Hem, anjinganjing Manchu itu akan kena batunya ketemu
dengan macan-macan dinasti Beng ini....."
Waktu mengucapkan ini, tak terasa Helian
Kong mengepal-ngepalkan tinjunya. Bhikuni Sioksim diam-diam memperhatikannya dan tertawa
dalam hatinya, "Kalau matahari terbit dari
sebelah barat, baru aku percaya bahwa Helian
Kong tidak lagi menggubris nasib negeri ini....."
13 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tetapi Bhikuni Siok-sim menahan diri, tidak
menunjukkan perasaan senang bahwa "pancingan"nya kena. Kata-katanya tetap seperti
orang berkisah biasa, tidak ada kata-kata
menghasut atau membakar emosi, "Entahlah.
Kedua pasukan besar itu sedang menempati
posisinya masing-masing dan belum kontak
senjata." Seolah seorang "supporter" saja, Helian Kong
membayangkan dua pasukan yang berhadapan itu,
dan berkata dengan geregetan, "Ayo, kawankawanku. Bikin anjing-anjing Manchu itu tahu
bahwa tidak semua dari kita sekualitas dengan Bu
Sam-kui yang lembek. Ayo, tunjukkan kegagahanmu, Thio Hian-tiong, Thio Hong-goan,
The Ci-liong, Su Kho-hoat....."
Begitu mendengar nama terakhir yang
diucapkan Helian Kong ini, Bhikuni Siok-sim tibatiba mengusap matanya yang basah sambil
mendesah sedih, "Ah, Jenderal Su Kho-hoat....."
Saudari seperguruannya, Bhikuni Siok-bing
cepat menghibur, baru kali ini ia bersuara dan
ternyata suaranya juga mirip suara laki-laki.
"Sudahlah, Adik Siok-sim. Guru kita sering bilang
14 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bahwa ikatanmu dengan masa lalu membuat kau
sulit meningkat dalam pelajaran agama. Jiwamu
belum bersih....." "Aku hanya menyesali kepergian seorang
pahlawan besar, juga gugurnya ribuan rakyat
dinasti Beng yang tak bersalah....." sahut Bhikuni
Siok-sim sambil terus mengusap-usap matanya.
Perkataan-perkataan kedua Bhikuni itu
membuat Helian Kong mematung kaget. "Apa
maksud..... Bhikuni..... dengan kepergian seorang
pahlawan besar?" "Jenderal Su Kho-hoat yang tulus dan setia
itu sudah tiada. Gugur ketika mempertahankan
Yang-ciu dari serbuan Manchu. Habis merebut
Yang-ciu, serdadu-serdadu Manchu melampiaskan
kebiadaban mereka dengan membantai rakyat tak
berdosa....." Kali ini sulit untuk mengatakan bahwa
omongan Bhikuni Siok-sim tidak menghasut, sebab
Helian Kong tiba-tiba berdiri dengan wajah merah
padam dan dua tinju terkepal keras. "Bangsatbangsat Manchu....."
Peristiwa itu yang di kemudian hari dalam
sejarah tercatat sebagai peristiwa "pembantaian
15 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sepuluh hari di Yang-cui dan tiga hari di Ke-teng"
yang selalu digunakan oleh sisa-sisa dinasti Beng
untuk mengobarkan kebencian terhadap orang
Manchu. Dan kali ini juga berhasil membakar hati
Helian Kong. Apalagi waktu Bhikuni Siok-sim menambahkan, "Dua pasukan besar Manchu saat
ini bergerak ke dua arah. Yang menuju ke barat
dipimpin Bu Sam-kui untuk merebut propinsi
gudang beras alias Se-cuan, pasukan besar yang
lain bergerak ke selatan dan mengincar
pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai timur.
Dua pasukan besar itu bagaikan dua lengan
raksasa yang hendak merangkul dan mencekik
seluruh Tiong-goan ini ke dalam rangkulannya....." Bhikuni Siok-bing menukas, "Adik Siok-sim,
penyembah-penyembah Buddha seperti kita ini
bukan saja harus mampu menghilangkan dendam
dalam diri sendiri, tetapi juga harus menerangi
hati orang lain agar orang lain pun tidak diracuni
dendam. Bukan malah mengobarkan dendam di
hati orang lain." 16 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Aku tahu, Kakak Siok-bing. Aku sekedar
memberitahukan kenyataan kepada Saudara
Helian ini, supaya dia jangan tidak tahu apa-apa.
Bukankah pembantaian di Yang-ciu dan Ke-teng
serta gugurnya Jenderal Su Kho-hoat itu adalah
kenyataan" Aku sekedar memberitahu, tanpa
menambah dan menguranginya."
Bhikuni Siok-bing tidak mampu membantah
lagi. Sementara Helian Kong berkata pula, "Jangan
sembunyikan apa-apa dari aku. Ada berita apalagi
di luaran?" Bhikuni Siok-sim melirik dulu ke arah kakak
seperguruannya sebelum berkata, "Di Lam-khia,
ibukota lama dinasti Beng, akan berkumpul orangorang yang masih setia kepada dinasti Beng. Para
jenderal, para pembesar daerah, para pangeran.
Kemungkinan besar mereka akan menobatkan
seorang Raja baru. Bukankah separuh negeri ini,
belahan selatannya, masih milik kita?"
"Di Lam-khia?" "Ya." "Kalau begitu, Pangeran Hok-ong yang
menjadi tuan rumah pertemuan ini?"
17 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Betul." "Ada kabar siapa saja yang akan hadir?"
"Aku peroleh kabarnya.
Antara lain Kakanda....." Bhikuni Siok-bing buru-buru mengingatkan,
"Adik Siok-sim, ingat, kau sekarang sudah menjadi
Jut-keh-jin (Orang yang meninggalkan ikatan
keluarga untuk mengabdi kepada agama)."
Bhikuni Siok-sim tersadar bahwa sebutan
"kakanda" tadi tidak lagi sesuai dengan statusnya
saat itu. Maka diubahnya istilahnya, "Kudengar
akan hadir Pangeran Kong-ong, Pangeran Tongong, Pangeran Lou-ong dan Pangeran Kui-ong....."
Kalau membicarakan bekas teman-temannya
sesama panglima-panglima dinasti Beng, maka
semangat Helian Kong jadi berkobar-kobar karena
terkenang kegagah-perkasaan mereka dan pengabdian tulus mereka kepada dinasti. Tetapi
begitu membicarakan kaum bangsawannya,
semangat Helian Kong sepertinya padam kembali.
Teringat akan kaum bangsawan dinasti Beng,
benar-benar membuat Helian Kong agak jemu.
Merekalah kaum tukang berfoya-foya yang tidak
henti-hentinya saling sikut-sikutan berebutan
18 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pengaruh di antara mereka sendiri. Membayangkan bahwa di antara sisa-sisa dinasti
Beng itu tak akan bakal ada persatuan, membuat
Helian Kong putus-asa dan itulah salah satu
alasannya kenapa dia bersembunyi di pegunungan
dan mencoba mengacuhkan perkembangan di
luar. Kini mendengar para bangsawan sisa dinasti
Beng hendak berkumpul di Lam-khia, bukannya
Helian Kong senang, malahan ia khawatir janganjangan Ibukota Lama dinasti Beng itu akan jadi
arena gontok-gontokan para pangeran itu
memperebutkan kedudukan sebagai Kaisar dinasti
Beng" Kalau gontok-gontokannya secara pribadi
antara para pangeran itu, Helian Kong tidak akan
terlalu ambil pusing, tetapi bagaimana kalau
mereka melibatkan pasukan-pasukan besar yang
mendukung mereka" Bukankah rakyat kecil akan
menderita lagi, dan tidak berketentuan nasibnya"
Helian Kong tahu, di antara para pangeran di
selatan itu ada yang kuat, ada yang lemah, tetapi
semuanya punya ambisi menduduki tahta dan
meneruskan dinasti. Yang kuat adalah Pangeran
Hok-ong di Lam-khia sebagai tuan rumah
pertemuan kali ini, Pangeran Tong-ong yang
19 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berkedudukan di Hok-kian dan erat hubungannya
dengan ayah-beranak Jenderal The Ci-liong dan
anaknya Laksamana The Seng-kong yang
menguasai angkatan laut kerajaan di wilayah
selatan. Ada lagi Pangeran Lou-ong di Ciat-kang
yang mungkin dekat hubungannya dengan
Jenderal Thio Hong-gan yang juga punya pasukan
kuat. Ada lagi Pangeran Kui-ong alias Cu Yu-long
di Propinsi Kui-sai dan Hun-lam yang belakangan
ini gigih menjalin hubungan baik dengan Jenderal
"penguasa gudang beras" Thio Hian-tiong di Secuan. Tetapi pangeran-pangeran yang lemah
seperti Pangeran Kong-ong belum tentu tinggal
diam, bisa saja memakai taktik mengadu domba
di antara saudara-saudaranya yang kuat sehingga
dirinya sendiri bisa mengambil keuntungan. Belum
lagi para penguasa daerah yang bukan keturunan
Kaisar, yang tentu akan bingung menentukan
pilihan. Atau..... daripada bingung-bingung,
bagaimana kalau mencalonkan diri sendiri saja"
Gambaran ruwet itu membuat Helian Kong
putus asa kembali. Ada jenderal-jenderal yang
berdedikasi, tetapi apa gunanya kalau para
pangerannya sendiri sulit bersatu"
20 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Bhikuni Siok-sim memahami gejolak hati
Helian Kong, lalu ia berkata, "Saudara Helian,
barangkali tak satu pun di antara pangeran itu
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang cukup pantas untuk disujudi jutaan rakyat
yang masih di wilayah dinasti Beng, mengingat
Kepribadian mereka. Tetapi aku percaya, di
bawah tekanan dari para jenderal, para pangeran
itu mau tidak mau harus menyesuaikan diri.
Mungkin akan terpilih seorang sebagai Kaisar baru
dinasti Beng, yang baik karena terpaksa, baik
karena ditekan, tetapi itu lebih baik daripada kita
tercerai-berai sehingga menguntungkan Manchu."
Tak sepatah kata pun dari Bhikuni Siok-sim
yang terang-terangan mengajak Helian Kong
datang "ikut ramai-ramai" di Lam-khia. Tapi
dalam perkataan itu, seperti memberi harapan
bahwa meskipun tak ada satu pun pangeran yang
cukup baik menjadi Kaisar, namun para jenderal
dengan kekuatan pasukannya bisa menjadi
kelompok yang mampu mempengaruhi para calon
Kaisar untuk menuruti ukuran moral mereka.
Jalan pikiran Bhikuni Siok-sim bisa Helian Kong
pahami. Kaisar menjadi pengikat persatuan dalam
21 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menghadapi Manchu yang semakin mendesak dari
utara. "Mudah-mudahan....." hanya itu komentar
Helian Kong. Bhikuni Siok-sim menjadi agak gemas juga
melihat sikap acuh tak acuh itu. Akhirnya ia tidak
lagi bicara berbelit-belit, melainkan langsung
mendorong Helian Kong, "Saudara Helian, kau bisa
menjadi salah satu unsur dalam kelompok para
jenderal yang harus memilih dan menetapkan
ukuran bagi para calon Kaisar itu....."
Helian Kong menggeleng, "Tidak. Aku bukan
apa-apa di antara patriot-patriot besar seperti
jenderal-jenderal itu, aku juga tidak punya lagi
pasukan puluhan ribu orang seperti jenderaljenderal itu. Aku tidak punya sesuatu yang pantas
untuk bisa menekan para calon Kaisar. Pertemuan
di Lam-khia itu takkan ada bedanya baik aku
hadir atau tidak. Sebaliknya di tempat ini aku
sangat berguna. Aku mengajar anak-anak gunung
yang buta huruf itu membaca dan menulis dan
sedikit pengetahuan."
Sekarang Bhikuni Siok-simlah yang gelenggeleng kepala sambil menarik napas, "Helian
22 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kong, kau terlalu memandang rendah dirimu
sendiri, padahal teman-temanmu tidak memandangmu seperti itu. Kau memang tidak
punya puluhan ribu prajurit yang berbaris di
belakangmu, bahkan satu pun tidak punya, tetapi
orang tahu ketulusan dan kesetianmu sudah teruji
dalam berbagai peristiwa genting. Orang kagum
kepadamu. Kau adalah sebuah kekuatan moral.
Siapapun yang berjuang sepihak denganmu akan
yakin bahwa dia di pihak benar, dan ini
menaikkan semangat. Dengan semangat berlipat
ganda, jumlah prajurit kita yang ada sekarang ini
pun seakan-akan juga akan berlipat-lipat
kekuatannya!" "Bukan aku terlalu memandang rendah diriku,
tetapi teman-teman di luar itulah yang terlalu
memandang tinggi aku....."
"Saudara Helian Kong, berhentilah berbasabasi."
"Aku tidak berbasa-basi. Kenyataannya, aku
gagal mengumpulkan prajurit-prajuritku kembali,
mereka minggat entah ke mana setelah peristiwa
itu." "Peristiwa apa?"
23 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Peristiwa ketika pasukanku diracuni secara
massal di sebuah desa oleh rencana busuk Gu
Kim-sing. Habis peristiwa itu, aku berpisah
dengan pasukanku dan berjanji akan bergabung
kembali di suatu tempat untuk meneruskan
perjuangan. Ternyata mereka tidak berkumpul
lagi di tempat itu."
"Saudara Helian, kau sudah melakukan
banyak perbuatan gagah berani yang dikagumi.
Jangan sampai kegagalan yang hanya satu kali itu
melenyapkan semangatmu. Datanglah ke Lamkhia, kau akan bertemu dengan teman-teman
lamamu dan saling menceritakan kejadiankejadian di masa lalu dan kau akan bergembira.
Seandainya kau tidak berminat untuk berjuang
lagi, setidak-tidaknya bisa bertemu teman-teman
lama untuk melepas rindu."
Helian Kong sebenarnya sudah mulai agak
tertarik, namun masih ada satu soal yang
mengganjal hatinya. "Aku anggap mereka sebagai
teman-temanku, tetapi belum tentu mereka
anggap aku sebagai teman mereka lagi."
"Kenapa kau punya perasaan demikian?"
24 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Karena aku temannya Bu Sam-kui Si penjual
negara." "Saudara Helian Kong, kapan kau mau
berhenti menuduh diri sendiri dan bersikap tidak
adil kepada dirimu sendiri" Teman-teman tahu
masalah ini, dan tak ada yang menyalahkanmu.
Mereka bisa berpikir, Bu Sam-kui ya Bu Sam-kui,
Helian Kong ya Helian Kong. Orangnya berbeda,
perbuatanmu juga berbeda.
"Apa betul begitu?"
"Aku tidak bohong. Teman-teman merindukanmu. Pertemuan di Lam-khia pasti
terasa kurang tanpa kehadiranmu."
Helian Kong termangu-mangu. Hatinya
terbelah dua, sebagian ingin ke Lam-khia untuk
bertemu teman-teman lama, sebagian ingin tetap
tinggal di tempat sepi ini menjauhi hiruk-pikuknya
orang berebutan kekuasaan duniawi. Helian Kong
sadar, begitu bertemu teman-teman lamanya,
sulit untuk bersikap acuh terhadap apa yang
teman-temannya sedang perjuangkan. Pasti ia
akan terlibat atau dilibatkan.
"Bagaimana, Saudara Helian?"
25 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Tidak mudah memutuskan. Beri aku berpikir
beberapa waktu." Bhikuni Siok-sim tidak mendesak lebih jauh.
Ia sudah cukup lama kenal sifat Helian Kong yang
tidak mungkin acuh tak acuh terhadap
keselamatan negeri. Rasanya biarpun Helian Kong
belum mengucapkan kepastian jawabannya,
Bhikuni Siok-sim sudah bisa menerka jawaban
Helian Kong. Itulah sebabnya ia tidak lagi terlalu
mendesak. "Baiklah, aku hanya mengetuk hati-nuranimu
sebagai anak negeri ini. Bagaimana tanggapanmu,
terserah kepadamu sendiri."
"Aku mempersilahkan kepada Bhikuni berdua
untuk bermalam beberapa malam di pondok
kami." "Tidak bisa. Aku masih harus ke Hok-kian.
Menemui dan menengok keadaan Adinda..... eh,
Pangeran Cu Sam yang dulu kutitipkan kepada
Yan-peng Kun-ong." Pangeran Cu Sam adalah putera Kaisar Congceng, adik Bhikuni Siok-sim. Ia masih kecil ketika
Pak-khia direbut laskar Pelangi Kuning, kemudian
ketika Pak-khia direbut lagi oleh tentara Manchu
26 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang memperalat Bu Sam-kui, bekas anggota
keluarga Kerajaan Beng banyak melarikan diri.
Puteri Tiang-ping dan adik laki-lakinya yang masih
kecil, Pangeran Cu Sam, diselamatkan oleh
seorang Bhikuni tua yang kemudian menjadi guru
Puteri Tiang-ping yang mengubah nama jadi
Bhikuni Siok-sim. Sedang Pangeran Cu Sam
dititipkan kepada Laksamana The Seng-kong yang
bergelar Yan-peng Kun-ong tadi.
"Jadi Pangeran Cu Sam selamat?" tanya
Helian Kong antusias. "Benar, dalam asuhan Yan-peng Kun-ong."
"Bukankah dia Putera Mahkota, pewaris tahta
yang syah?" "Sebenarnya begitu. Tetapi adikku itu masih
terlalu kecil, maka aku singkirkan dia dari arena
perebutan tahta yang terlalu berbahaya buat dia.
Tindakanku mudah-mudahan juga
menjadi teladan buat calon-calon Kaisar yang tahu dirinya
kurang mampu, agar mengundurkan diri secara
suka rela." "Teladan orang-orang yang mengundurkan
diri dari arena kekuasaan biasanya sulit dicontoh,
Bhikuni. Orang lebih senang mencontoh seorang
27 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
penakluk, yang berhasil mendapatkan sesuatu
meskipun yang bukan haknya."
"Jangan kecil hati, Saudara Helian. Bukankah
kukatakan tadi, para jenderal bisa menjadi
kelompok yang akan menekan dan mempengaruhi
para bangsawan agar tingkah laku mereka tidak
merugikan negeri?" "Ya. Kalau para jenderal itu sendiri tidak
terpecah-belah dan mendukung pilihan favoritnya
masing-masing." "Karena itu, supaya jangan sampai jenderaljenderal itu terpecah-belah dan berbeda pilihan,
harus ada yang mempengaruhi mereka untuk
bersatu. Kau bisa menjadi pemersatu itu, Saudara
Helian." "Belum-belum Bhikuni sudah menaruh
sesuatu yang terlalu besar dan terlalu berat di
pundakku." "Tidak terlalu berat, tidak terlalu besar, buat
yang benar-benar mencintai negeri ini."
Kedua Bhikuni sudah berdiri untuk berpamitan dan memberi salam dengan merangkapkan dua telapak tangan di depan
tubuh. Bhikuni Siok-sim berkata, "Kami 28 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berpamitan. Sampaikan salamku kepada isterimu." "Baik, Bhikuni."
Waktu itu isteri Helian Kong sedang pergi ke
tetangga terdekat untuk membantu seorang
wanita yang hendak melahirkan. Di pegunungan
itu, yang disebut "tetangga terdekat" rumahnya
bisa sepuluh atau dua puluh li dari situ, maka
Helian Kong tidak sempat memanggil isterinya
untuk menemui Bhikuni Siok-sim, meskipun
keduanya bersahabat sejak Bhikuni Siok-sim
disebut Puteri Tiang-ping.
Kedua biarawati itu pun meninggalkan Helian
Kong. Sepeninggal mereka berdua, Helian Kong
tidak lagi melanjutkan membelah kayu. Ia
memakai bajunya dan cuma duduk termangumangu seharian, merenungkan percakapannya
dengan Bhikuni Siok-sim tadi. Pergulatan dalam
hatinya berlangsung antara keterikatannya
dengan tempat yang sepi itu, melawan semangat
juangnya yang kembali berkobar setelah
"dinyalakan" oleh Bhikuni Siok-sim tadi.
29 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Menjelang matahari terbenam, penghunipenghuni rumah yang lainnya berkumpul kembali.
Siangkoan Yan isteri Helian Kong dalam pakaian
seorang perempuan gunung, datang dengan
menggendong anaknya dalam sebuah keranjang
rotan di punggungnya. Anak yang bernama Helian
Beng itu tidur pulas. "Persalinannya lancar....." kata Siangkoan
Yan ketika melewati suaminya di halaman
samping. Kurang diperhatikannya air muka
suaminya yang sedang mencerminkan pergulatan
batinnya. "Dapat anak kembar dia."
Isterinya terus masuk ke dalam rumah.
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian kakak laki-laki Siangkoan Yan,
yaitu Siangkoan Heng, juga datang membawa
seikat kayu bakar dan beberapa ekor binatang
buruan. Dandanannya pun tidak ubahnya orang
gunung lainnya, tidak peduli ayahnya dulu adalah
seorang menteri Kerajaan Beng.
"Besok kita bisa pesta besar!" katanya
gembira, sambil melangkah masuk rumah.
Waktu makan malam, barulah Helian Kong
menceritakan pertemuannya dengan Bhikuni Sioksim yang bukan lain adalah mantan Puteri Tiang30
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
ping, dan apa yang didengarnya di luaran serta
yang mereka perbicangkan.
Kakak beradik Siangkoan sama-sama prihatin
mendengar berita gerakan pasukan Manchu dan
gugurnya Jenderal Su Kho-hoat mempertahankan
Yang-ciu. Tetapi ketika membicarakan pertemuan
di Lam-khia, nampaknya ada setitik harapan yang
muncul. Sebagai anak-anak Siangkoan Hi
almarhum, seorang menteri yang sangat berbakti,
kedua anak itu mendapat didikan cinta tanah air
sejak kecil, mereka juga tidak bisa acuh tak acuh
akan keadaan di luaran. Malam itu tidur seisi rumah jadi gelisah
semuanya. Esoknya mereka bertiga bicara terangterangan, dan mereka temukan suatu pernyataan
jujur lewat kata-kata Siangkoan Heng, "Selama
kita berdiam di tempat ini, kita tidak benar-benar
tenteram. Kita cuma berlagak tenteram. Ternyata
semangat yang menyala di dada kita tidak pernah
padam, memang pernah mengecil dan hampir
padam, tetapi tidak pernah benar-benar padam."
"Jadi?" tanya Siangkoan Yan dengan mata
berkilat-kilat. 31 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sorot mata Siangkoan Yan yang bergairah itu
menunjukkan kalau dia pun sebenarnya hanya
"pura-pura tenteram" di tempat sepi ini. Dan
sekarang ibu muda ini agaknya siap memegang
pedang kembali di kancah perjuangan, meski
dengan seorang anak berumur setengah tahun di
gendongannya. "Kita ke Lam-khia," kata Helian Kong dan
Siangkoan Heng bersamaan, meski tidak berjanji
sebelumnya. Persiapan pun diadakan. Perjalanan akan
cukup jauh, apalagi dengan membawa seorang
anak kecil. Dan sebagian besar bekal yang
disiapkan adalah bekal bagi Si Kecil ini, sedang
ketiga orang dewasanya tidak membawa banyak
barang, yang terutama adalah pedang mereka.
Selain itu, mereka menyerahkan ladang dan
ternak mereka untuk diteruskan perawatannya
oleh para tetangga. Yang tidak kalah pentingnya
adalah kuburan dari Menteri Siangkoan Hi, ayah
Siangkoan Heng dan Siangkoan Yan, yang
berkubur di pegunungan sepi itu.
*** 32 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Beberapa hari kemudian, setelah bersembahyang di kuburan Menteri Siangkoan Hi,
rombongan kecil itu pun berangkat meninggalkan
pegunungan yang untuk beberapa waktu menjadi
tempat tinggal mereka. Langkah mereka menuju
ke Lam-khia. Belasan hari kemudian, mereka sudah
meninggalkan daerah pegunungan yang sepi, dan
mulai berjalan di jalan raya. Selama masih di
pegunungan, suasana perang tidak terasa, namun
begitu menginjak dunia ramai, suasana itu
terlihat. Rombongan-rombongan pengungsi berjumlah banyak atau sedikit sering terlihat.
Semuanya menuju ke arah selatan. Berita
pembantaian di Yang-ciu dan Ke-teng membuat
orang-orang kecil yang seumur hidup didera
ketakutan akan perang ini mengungsi, berpisah
dengan harta benda, kadang-kadang juga berpisah
dengan orang-orang tercinta.
Rombongan Helian Kong juga nampak seperti
pengungsi, apalagi karena mereka menyembunyikan pedang-pedang mereka. Sepanjang jalan, rombongan Helian Kong tidak
henti-hentinya mendengar orang mengutuk Bu
33 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sam-kui sebagai biang dari semua "bencana
nasional" ini, bahkan sampai leluhur Bu Sam-kui
juga ikut dikutuki. Diam-diam Heliang Kong membatin, "Hanya
oleh tindakan satu orang, sekian banyak orang
lain terkena akibatnya. Mudah-mudahan para
pangeran yang berkumpul di Lam-khia itu
menyadari hal ini." Kalau ingin perjalanan lebih cepat,
sebetulnya Helian Kong dan rombongannya bisa
naik kapal melayari Terusan Kaisar, sebuah sungai
buatan yang dibuat di jaman dinasti Cin ribuan
tahun yang silam, tetapi Helian Kong tidak punya
ongkosnya dan memilih untuk berjalan kaki lewat
daratan saja, meski bakalan jauh lebih lama.
"Kita bukan tokoh-tokoh penting yang harus
segera ada di Lam-khia....." kata Helian Kong.
Lalu tanyanya kepada isterinya, "Kau capek?"
Siangkoan Yan mengusap wajahnya yang
berkeringat kemerahan meskipun sudah memakai
tudung bambu penahan panas, sambil menggeleng, "Tidak."
"A-beng?" Helian Kong menanyakan anaknya,
yang kali ini giliran digendong oleh Siangkoan
34 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Heng di punggungnya. Siangkoan Heng yang
menjawab dengan menirukan suara anak kecil,
mewakili keponakannya, "Tidak, Ayah. Aku kan
calon orang hebat?" Helian Kong dan Siangkoan Yan tertawa.
Namun jauh di dasar hati mereka ada juga sedikit
rasa nelangsa, hanya saja mereka tidak ijinkan
perasaan itu berkembang menjadi rasa iba-diri.
Bahkan sepanjang jalan, rombongan Helian
Kong masih sempat memberikan bantuan kepada
para pengungsi yang membutuhkan bantuan.
Pernah Helian Kong menggendong seorang neneknenek yang sakit. Namun sebelum si nenek
ketemu orang yang bisa mengobati, sudah
terlanjur menghembuskan napas terakhir di
gendongan Helian Kong. Oleh keluarganya
terpaksa dimakamkan di tepi jalan, di mana
banyak makam-makam darurat lainnya.
"Mudah-mudahan perang cepat selesai....."
keluh seorang pengungsi tua yang diajak ngobrol
Helian Kong di pinggir jalan. "Tidak peduli
bendera apa yang berkibar, model rambut macam
apa yang dikehendaki penguasa yang menang,
pokoknya perang cepat selesai. Perang kok tidak
35 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
habis-habis. Dulu Pelangi Kuning lawan dinasti
Beng, lalu Pelangi Kuning lawan Manchu, sekarang
Manchu lawan sisa-sisa dinasti Beng di selatan.
Huh....." Kalau kata-kata itu diucapkan di depan
pendukung dinasti Beng yang fanatik atau kurang
memahami isi hati rakyat kecil, bisa saja batok
kepala si pengeluh itu dibabat protol seketika.
Sebab orang itu berani berkata "tidak peduli
bendera apa yang berkibar, model rambut apa
yang dikehendaki penguasa". Sebab waktu itu,
setelah orang Manchu menguasai Cina Utara,
pemerintah baru itu mengeluarkan peraturan agar
setiap lelaki bangsa Han juga menguncir
rambutnya seperti lelaki-lelaki Manchu, dengan
alasan "menghilangkan perbedaan". Untung orang
itu mengeluh di hadapan Helian Kong, yang meski
setia kepada dinasti Beng namun juga dapat
memahami kenapa rakyat sampai berkeluh-kesah
di jaman perang yang berlarut-larut itu. Maka
Helian Kong cuma memperingatkan orang itu agar
tidak lagi mengucapkan perkataan itu di hadapan
sembarang orang, sambil sedikit menakut-nakuti,
demi keselamatan orang itu sendiri.
36 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Ketika matahari begitu terik, si bocah Helian
Beng terbangun dan menangis, rupanya kepanasan, meskipun sudah ditudungi kain. Maka
rombongan Helian Kong pun terpaksa menepi,
memberi kesempatan Si bayi yang kehausan susu
ibunya. Di tempat teduh yang agak tersembunyi dari
pinggiran jalan, Siangkoan Yan menyusui anaknya.
Kemudian anaknya itu dibiarkannya melemaskan
otot sebentar dengan tiduran di rerumputan,
sebentar miring dan sebentar telungkup.
Siangkoan Heng menggodanya, sehingga bayi itu
tertawa-tawa, lupa akan kelelahannya.
Begitulah, buat si bayi ada susu ibunya,
namun buat kedua orang tua si bayi dan
pamannya tidak ada makanan. Helian Kong lalu
bangkit sambil berkata, "Kalian di sini dulu, aku
carikan makanan buat kalian."
"Uangnya jangan dihabis-habiskan, perjalanan masih jauh," pesan Siangkoan Yan
kepada suaminya. Bekal mereka memang tidak
banyak. Helian Kong mengiakan lalu pergi.
37 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sepanjang jalan memang banyak orang buka
warung makanan. Baik dengan tenda maupun
sekedar dengan pikulan. Tetapi pedagangpedagang ini ternyata malah mengambil
keuntungan dalam kesempitan orang lain. Tahu
banyak orang butuh makanan, mereka pasang
harga yang mencekik leher. Menurut kata orang,
sampai ada pengungsi wanita muda yang cantik
sampai menggunakan kemolekan tubuhnya untuk
membayar makanan bagi anak-anaknya dan
suaminya. Begitulah, di tengah-tengah kesusahan,
muncul orang-orang tak berbelas-kasihan yang
mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Helian Kong sendiri sudah mendatangi
beberapa warung darurat yang ada, menanyakan
harga makanan-makanan di situ. Setiap kali
Helian Kong hanya bertanya namun tidak jadi
membeli, karena..... uangnya tidak cukup!
Begitulah, mantan panglima dinasti Beng
yang bertumpuk-tumpuk jasanya itu sekarang
luntang-lantung kelaparan. Yang terang, Helian
Kong lebih senang mati kelaparan daripada
mencuri atau merampok atau memperoleh
keuntungan tidak halal lainnya.
38 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong termangu-mangu di pinggir jalan
yang ramai, sambil menggenggam erat uangnya
yang ternyata tidak cukup biarpun hanya untuk
sebuah bakpao yang harganya naik berkali lipat.
Ia putar otak, bagaimana bisa mendapatkan uang
tambahan dengan cara halal"
Ia mengamat-amati orang-orang yang lewat
di jalan, memperhatikan kalau-kalau ada orang
yang kelihatannya cukup berduit namun membutuhkan tenaganya. Si mantan jenderal
dinasti Beng ini siap menyewakan tenaganya
sebagai kuli sekalipun, demi sekeping dua keping
uang! Namun orang yang butuh tenaga macam itu
agaknya tidak ada. Waktu itulah tiba-tiba muncul seorang
penunggang kuda berpakaian bagus, menjalankan
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kudanya perlahan-lahan sambil menabuh canang,
kemudian berseru kepada orang-orang di jalanan
dengan lantang, "Rakyat kerajaan Beng yang
gagah berani dan setia! Yang rela menderita
dalam perjalanan jauh karena tidak mau tunduk
di bawah telapak kaki anjing-anjing Manchu!
Selamat datang di wilayah kekuasaan Pangeran
Hok-ong yang masih merdeka dan akan tetap
39 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
merdeka! Pangeran Hok-ong sangat menghargai
kesetiaan dan pengorbanan kalian, juga sangat
tersentuh oleh penderitaan kalian sepanjang
perjalanan! Karena itu, dua li di depan sana,
Pangeran Hok-ong menyelenggarakan pembagian
makanan gratis untuk siapa saja yang membutuhkan, tidak dibatasi! Boleh makan
sekenyangnya! Dua li di depan! Dua li di depan!"
Kata-kata bernada "kampanye" itu disambut
sorak gembira orang-orang yang kelaparan namun
tidak mampu membeli makanan. Kemudian orangorang itu berlarian ke arah yang ditunjukkan.
Helian Kong tidak ikut bersorak segala, namun
jelas ikut berlari ke tempat pembagian makanan
gratis itu. Sambil dalam hatinya membatin, "Hem,
perebutan pengaruh antar pangeran sudah mulai
terasa di sini. Tapi aku tidak peduli Pangeran
Hok-ong ini sungguh-sungguh baik hati atau hanya
pura-pura, rakyat kecil sedikit tertolong."
Tidak lama kemudian Helian Kong sudah
berada dalam antrian panjang orang-orang yang
menghendaki makanan gratis itu. Ada puluhan
orang bawahan Pangeran Hok-ong yang menertibkan orang-orang lapar itu, selain puluhan
40 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pengawal pribadi yang berseragam dari kediaman
Pangeran Hok-ong sendiri.
Tempat itu sendiri adalah sebuah tempat
lapang di pinggir jalan. Untuk mempercepat
pembagian, tidak hanya ada satu tempat antrian
melainkan ada belasan. Jadi ada belasan jalur
orang-orang antri juga. Di antara orang-orang
yang antri itu terdapat beberapa orang yang
terus-menerus memuji-muji kebaikan Pangeran
Hok-ong. Mata Helian Kong yang awas mampu
melihat, bahwa orang-orang yang memuji-muji ini
meskipun berpakaian sederhana seperti yang lainlain, tapi kulit mereka terlalu bersih dan tubuh
mereka terlalu segar dibandingkan yang lain.
Mudah menerka bahwa mereka inilah orangorangnya Pangeran Hok-ong yang ditugaskan
mengambil simpati banyak orang, bukan
pengungsi-pengungsi tulen.
Para pengungsi pertama-tama diberi masingmasing sebuah mangkok gerabah, kemudian
beringsut maju dalam antrian untuk mengisi
mangkuk-mangkuk mereka dengan bubur yang
dicedokkan dari tong-tong kayu besar oleh
seorang pegawai bawahan Pangeran Hok-ong.
41 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong sendiri minta dua mangkuk,
dengan alasan isterinya tidak diajak dalam
antrian itu. Dengan sedikit mengeluarkan katakata pujian akan kemurahan hati Pangeran Hokong, permintaan Helian Kong itu dikabulkan.
Sementara banyak orang yang sudah
mendapat bagian, dengan lahap memakan
bagiannya sambil duduk di rerumputan. Yang mau
tambah boleh, asal antri dari belakang lagi.
Namun suasana yang tertib itu tiba- tiba
menjadi agak kacau. Orang-orang yang mendapat
bubur dari antrian tertentu, tiba-tiba banyak yang
muntah-muntah dan kemudian mengerang-erang
sambil memegangi perutnya dan berkelojotan di
tanah. Orang-orang gempar, jerit tangis meledak
dari orang-orang yang sakit perut itu.
Orang-orang juga mulai berteriak-teriak,
"Bubur itu ada racunnya!"
"Kita diracun!"
Keadaan jadi makin ribut, orang-orang yang
sudah mendapat bubur lalu membuang bubur
mereka dan tidak mau memakannya.
42 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Orang-orangnya Pangeran Hok-ong jadi sibuk
menjelaskan. "Saudara-saudara, Pangeran Hok-ong yang
budiman tidak mungkin bermaksud meracuni
kalian! Tidak mungkin!"
"Ini pastilah perbuatan musuh-musuh beliau
yang ingin menjatuhkan nama baik beliau!
Merenggangkan beliau dari hati rakyat!"
Orang-orangnya Pangeran Hok-ong yang tidak
berseragam melainkan membaur di antara orang
banyak, juga ikut mendukung suara yang
membela Pangeran Hok-ong.
"Bukan Pangeran Hok-ong yang hendak
meracuni kita, tetapi saingan-saingannya yang
dengki!" "Buktinya tidak semua kita keracunan!"
"Ya, yang keracunan hanya yang makan dari
antrian nomor lima!"
Riuh-rendah suara orang dengan pendapatnya
sendiri-sendiri, namun kelihatannya suara yang
membela Pangeran Hok-ong lebih kuat.
Saat itulah seseorang yang semula menjaga
tong bubur di antrian nomor lima, antrian yang
dituduh sumber bencana itu, tiba-tiba saja
43 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
melompat menerobos orang banyak dan berlari
sekencang-kencangnya meninggalkan tempat itu.
Di saat seribut itu dan suasana penuh dengan
kecurigaan, tiba-tiba ada orang yang lari seperti
itu, tentu saja orang itulah yang jadi sasaran
kecurigaan. "Itulah orangnya yang menaburkan racun ke
dalam bubur!" "Kejar dia!" "Tangkap!" "Kalau tidak bersalah, kenapa lari?"
Bukan semuanya cuma berteriak-teriak, ada
belasan orang mulai mengejar. Beberapa orang
pegawai Pangeran Hok-ong juga mengejar. Namun
orang yang dituduh meracuni itu berlari
terlampau cepat, pengejar-pengejarnya kedodoran di belakang. Bahkan pengawalpengawal bersenjata anak buah Pangeran Hok-ong
yang kelihatannya tangkas-tangkas itu juga tak
sanggup mengejar. Kelihatannya si penabur racun itu akan lolos.
Sampai dari tengah-tengah kerumunan para
pengungsi itu melesat terbang dua buah mangkuk
bubur, melayang lurus, mantap dan cepat, juga
44 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tepat menghantam belakang sepasang lutut dari si
penabur racun itu. Si penabur racun kontan
terjungkal rebah, wajahnya menampakkan
ketakutan. Anak buah Pangeran Hok-ong mestinya
gembira karena buruan mereka bakal tertangkap,
dan bisa ditanyai siapa yang menyuruh menabur
racun. Tetapi anak buah Pangeran Hok-ong malah
nampak kebingungan akan kejadian tak terduga
itu. Lari mereka menjadi lambat dan ragu-ragu
sehingga didahului oleh orang-orang yang marah
dan ingin menghajar si penabur racun.
"Hajar mampus orang ini!"
"Betul! kita ini orang sudah susah, ingin
dibuat lebih susah lagi oleh dia!"
"Suruh dia mencicipi bubur beracun!"
Tetapi ada juga suara lain, suara orang-orang
Pangeran Hok-ong, baik yang berseragam resmi
maupun yang menyamar dan menyusup di antara
orang-orang lapar itu. "Tunggu!'' Jangan main hakim sendiri!"
"Tangkap hidup-hidup dan biarkan diperiksa
sendiri oleh Pangeran Hok-ong yang adil dan
bijaksana!" 45 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Namun orang yang dituduh meracuni itu berlari terlampau
cepat, pengejar-pengejarnya kedodoran di belakang.
46 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Namun suara orang-orangnya Pangeran Hokong itu tenggelam dalam teriakan kemarahan
orang banyak. Pukulan dan tendangan menghujani
tubuh si tertuduh, bahkan ada yang memukul
dengan kayu atau batu. Terdengar jeritan
menyayat dari si tertuduh sebelum akhirnya
terdiam selamanya. Bahkan tubuhnya yang
setengah hancur serta berlumuran darah itu masih
disepak beberapa kali. Orang-orangnya Pangeran Hok-ong dengan
tatapan mata ngeri menyaksikan jalannya
peristiwa itu tanpa mampu berbuat apa-apa.
Mereka hanya puluhan orang, sedang yang harus
dihadapi adalah ratusan orang yang beringas
karena lapar dan marah. Helian Kong sendiri, si pelempar kedua
mangkuk bubur tadi, termangu-mangu, kaget
karena tak menyangka demikianlah hasil akhirnya.
Padahal yang Helian Kong inginkan, orang itu
tertangkap oleh anak buah Pangeran Hok-ong lalu
dimintai keterangan siapa yang menyuruhnya.
Kemudian Helian Kong sendiri mendapat
masalah. Pemimpin dari para anah buah Pangeran
Hok-ong, seorang lelaki berumur tiga puluh lima
47 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tahun yang membawa golok di pinggangnya, kini
menatap penuh selidik ke arah orang-orang yang
antri bubur gratis itu. Mencari siapa yang
melemparkan mangkuk tadi.
"Siapa yang melemparkan mangkuk tadi?"
tanyanya. Ia tidak usah mencari-cari terlalu lama,
sebab bagaimanapun juga Helian Kong melakukannya di tempat terbuka yang banyak
orangnya dan di siang hari bolong pula. Orangorang yang tadi melihat Helian Kong melempar
mangkuk-mangkuk itu, sekarang menatap ke arah
Helian Kong dan ini menjadi penunjuk yang cukup
bagi si pemimpin pengawal untuk mengetahui
siapa orangnya. "Kau?" tanyanya kepada Helian Kong sambil
mengamat-amati penampilan Helian Kong yang
tak ada bedanya dengan penampilan pengungsipengungsi kelaparan lainnya. Baik sederhananya
pakaiannya maupun dekilnya badannya. Kalau ada
perbedaannya, hanyalah pada sepasang matanya
yang tajam. Helian Kong menjawab dengan sesopan
mungkin, "Benar, Tuan."
48 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Apakah maksudmu dengan mencampuri
urusan ini?" Orang-orang tercengang mendengar pertanyaan ganjil ini. Bukankah Helian Kong
malahan sudah membantu menangkap si peracun"
Kenapa sekarang para pengawal Pangeran Hokong kelihatannya malah tidak senang"
Jawab Helian Kong tetap sopan, ''Bukankah
tadi kita semua menginginkannya?" Dan Tuan juga
ikut mengejar dia tadi" Apa salahku dengan ikut
membantu, meskipun hanya dari jauh?"
"Aku tidak menyalahkanmu, cuma heran
melihat lemparanmu tadi. Cepat, mantap dan
tepat." "Hanya kebetulan, Tuan. Kebetulan ditambah
keberuntungan." "Kau pasti pernah belajar silat."
"Dulu. Hanya sebentar, Tuan."
"Sekarang tujuanmu?"
"Ke..... selatan. Menjauhi peperangan di
utara." "Kau menarik perhatianku. Kau harus ikut
menghadap atasan kami untuk kami periksa. Ayo
jalan!" 49 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Ternyata Helian Kong beringsut pun tidak.
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tidak bersalah, Tuan. Mau diperiksa apanya?"
"Tidak bersalah namun mencurigakan. Kau
datang dari utara yang sudah dikuasai musuh, bisa
jadi kau adalah mata-mata musuh. Selain itu, kau
juga memiliki kemampuan silat yang tidak
rendah, kau berbeda dengan pengungsipengungsi biasa. Ayo ikut kami!"
"Tuan, daripada Tuan merepotkan diri
dengan orang tak berarti seperti aku, tidaklah
lebih berguna kalau Tuan menolong dan
mengobati orang-orang yang keracunan tadi?"
"Mereka sudah diurus. Tugasku ialah
mengawasi orang-orang yang mencurigakan,
untuk menjaga agar wilayah Pangeran Hok-ong
tidak kesusupan mata-mata Manchu!"
Habis berkata demikian, ia memberi isyarat
pada orang-orangnya untuk meringkus Helian
Kong. Dua orang bertubuh tegap segera maju dan
menyambar kedua lengan Helian Kong dari kirikanan untuk diseret pergi. Namun kedua orang itu
kecele, mereka seolah-olah sedang berusaha
menggerakkan sebuah bukit batu. Helian Kong
tidak bergeming seujung rambut pun, juga ketika
50 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kedua orang tegap itu sudah mengerahkan
tenaganya sampai jidatnya berkeringat.
Si kepala pengawal agaknya gusar, namun
juga gentar. Kelihatannya Helian Kong berdiri
begitu santai, tidak pasang kuda-kuda segala,
namun toh dua orang anak buahnya yang terkuat
tak mampu menyeretnya pergi.
Lebih menggemaskan lagi adalah sikap Helian
Kong yang tetap seperti umumnya orang-orang
kecil kalau berurusan dengan pejabat-pejabat
resmi, ketakutan. Helian Kong menunjukkan sikap
ketakutan dan menghormat, demi menjaga
wibawa Pangeran Hok-ong di mata orang banyak,
namun sikapnya itu malahan diartikan sebagai
ejekan oleh si kepala pengawal. Namun untuk
bertindak keras, si kepala pengawal juga raguragu, sudah dilihatnya kelebihan Helian Kong
meski Helian Kong berusaha membuatnya tidak
kentara. Kata Helian Kong pula sambil membungkukbungkuk dengan nada memelas, "Tuan, Tuan
adalah abdi Pangeran Hok-ong yang hari ini
menunjukkan kedermawanannya kepada kami,
orang-orang malang ini. Tindakan Tuan mewakili
51 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
juga nama baik Pangeran Hok-ong. Hendaklah
golok Tuan yang melambangkan kekuasaan ini
Tuan gunakan untuk melindungi orang-orang
lemah seperti aku, sebagaimana Pangeran Hokong juga menggunakan kekuasaannya untuk
melindungi kami." Waktu mengucapkan "golok Tuan" tadi tangan
Helian Kong juga menepuk perlahan dan cuma
sekali kepada golok bersarung yang tergantung di
pinggang si kepala pengawal.
Perkataan Helian Kong itu menyudutkan si
kepala pengawal. Waktu itu, ia sedang
mengemban tugas dari Pangeran Hok-ong untuk
menarik simpati rakyat. Kalau ia bertindak
menangkap Helian Kong dengan tuduhan yang
mengada-ada, jelas malah akan mengurangi
simpati orang banyak. Pangeran Hok-ong bisa
marah besar kepadanya kalau sampai mendengar.
Lagi pula, untuk meringkus Helian Kong tidak ada
jaminan pasti berhasil, salah-salah malahan
mencoreng wajah sendiri. Akhirnya ia memberi isyarat kepada orangorangnya untuk melepaskan Helian Kong.
52 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Namun sebelum berlalu dari hadapan Helian
Kong, ia ingin sedikit menggertak, ia bermaksud
membacok sebatang pohon besar untuk memamerkan ilmu goloknya, bukan kepada Helian
Kong saja tetapi juga kepada orang banyak di
tempat itu. Sambil menggenggam gagang goloknya di
pinggang, ia berkata, "Kalau kau tidak bermaksud
jahat, dengan senang hati kau diterima di wilayah
kekuasaan Pangeran Hok-ong. Tapi kalau kau kaki
tangan musuh yang hendak mengusik ketenteraman rakyat yang berlindung di wilayah
kami, awas, nasibmu akan seperti batang pohon
ini!" "Jangan!" cegah Helian Kong.
Helian Kong mencegah jangan sampai kepala
pengawal itu dipermalukan, cukup nanti kalau dia
sampai di rumah dan memeriksa goloknya maka
dia akan mendapat peringatan agar lain kali
jangan menganiaya rakyat kecil. Namun teriakan
"jangan" tadi di kuping si kepala pengawal
disalah-tafsirkan sebagai ketakutan Helian Kong,
maka si pengawal tetap saja mencabut goloknya
53 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
secepat kilat dan mengayunkan ke batang pohon
di sampingnya. Tapi..... kenapa goloknya jadi ringan sekali"
Dan kenapa pula pohonnya tidak tertebas putus"
Karena golok itu tinggal gagangnya, tentu
saja jadi sangat ringan. Senjata itu patah
sejengkal di atas pegangannya. Dan si pohon yang
menjadi sasaran pun tentu saja aman-aman saja.
Wajah si kepala pengawal memucat,
kemudian merah padam sampai hampir ungu,
kemudian memucat lagi. Ia jadi ingat tepukan
ringan Helian Kong atas sarung goloknya tadi,
tepukan ringan dan hanya sekali itulah yang
mematahkan batang goloknya yang lebarnya
hampir sejengkal dan tebalnya hampir satu jari
serta terbuat dari baja pilihan. Hebatnya lagi,
tadi ketika Helian Kong menepuk goloknya, si
kepala pengawal tidak merasa guncangan keras
sekalipun golok itu menempel di pinggangnya.
Si kepala pengawal sadar, dirinya sudah
ketemu "Gunung Thai-san di depan mata", sadar
pula bahwa bersikeras hanya akan menambah
malu pihaknya, tidak peduli di pihaknya ada
belasan anak buahnya yang tegap-tegap.
54 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Dengan geram ia membuang gagang
goloknya, lalu berbalik meninggalkan tempat itu.
Sementara itu, beberapa orang yang
keracunan bubur tadi dapat ditolong dengan cara
dikorek tenggorokannya supaya muntah-muntah,
namun ada seorang yang tak tertolong meskipun
keluarganya menangis keras.
Keributan tadi tak menghalangi diteruskannya pembagian bubur gratis buat para
pengungsi itu, bubur yang tidak beracun
tentunya. Helian Kong mendadak jadi dihormati
oleh orang-orang di situ karena kejadian tadi.
Maka ia tidak usah lagi antri, ia didahulukan
bahkan dengan agak kerepotan ia diijinkan
membawa dua mangkuk bubur buat Siangkoan
Heng dan Siangkoan Yan, setelah jatahnya sendiri
dimakannya di situ. Waktu sampai ke tempat isteri, anak dan
iparnya, Siangkoan Yan langsung bertanya,
"Kenapa begitu lama?"
Helian Kong menceritakan semuanya, mulai
ia berniat menyewakan tenaganya menjadi kuli
bayaran sampai ia memperoleh bubur gratis ini.
Siangkoan Yan tersenyum mendengarnya, 55 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sekaligus terharu juga. Suaminya ini sebetulnya
bisa menjadi orang yang hidup enak dan kaya,
kalau mau, dengan membungkam tuntutan
keadilan dalam dirinya sendiri. Ia pernah berkalikali mendapat kesempatan untuk menjadi kaya.
Di jaman Ibukota Pak-khia dipenuhi kebusukan
dalam pengaruh si maha-durna Co Hua-sun dulu,
Co Hua-sun pernah menawarkan 500 batangan
emas kepada Helian Kong. Begitu juga
kesempatan-kesempatan lain, bahkan Siangkoan
Yan yakin bahwa di Lam-khia nanti kalau pihakpihak yang bersaing tahu Helian Kong ada di
tengah-tengah mereka, maka godaan harta benda
berlimpah pasti kembali akan bermunculan dari
berbagai pihak. Namun Siangkoan Yan yakin
suaminya akan tetap berpegang teguh kepada
sikapnya yang sekarang ini. Dan Siangkoan Yan
bangga. Bubur gratis pembagian amal Pangeran Hokong itu tanpa rasa sama sekali, namun buat
orang-orang kelaparan tentu terasa bukan main
lezatnya. Begitu juga Siangkoan Heng dan
Siangkoan Yan yang makan dengan lahap,
56 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sementara si kecil Helian Beng bermain-main di
rerumputan bersama ayahnya.
Selesai makan buburnya, Siangkoan Yan
berkelakar, "Suamiku, sekarang kita sulit bersikap
netral lagi dalam persaingan para pangeran di
Lam-khia nanti." "Kenapa?" Helian Kong dan Siangkoan Heng
menanggapinya dengan bersungguh-sungguh,
membuat Siangkoan Yan tambah geli.
"Kenapa" Tentu saja karena kita sudah
berhutang tiga mangkuk bubur kepada Pangeran
Hok-ong....." Helian Kong dan Siangkoan Heng pun
tertawa. Helian Kong menanggapi kelakar itu, "Supaya
kita netral kembali, para pangeran lainnya juga
harus memberi masing-masing semangkuk bubur
kepada kita bertiga....."
Kemudian Siangkoan Heng menggeser pembicaraan ke arah yang lebih serius, "Mungkin
benar yang dikatakan Bhikuni Siok-sim alias Puteri
Tiang-ping. Para pangeran seolah-olah berlomba
berbuat kebajikan karena hendak mengambil hati
para panglima. Maklumlah, para panglima itulah
57 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang memiliki kekuatan nyata dengan pasukanpasukan besar mereka. Para pangeran tak berarti
apa-apa tanpa dukungan para jenderal lapangan
itu." Mereka berbincang-bincang sejenak, menyegarkan tubuh dan semangat, kemudian
mereka pun berangkat kembali. Helian Beng kali
ini digendong oleh Helian Kong, sedangkan
Siangkoan Heng menggendong bungkusan perbekalan. Siangkoan Yan sebagai perempuan
dibebaskan dari membawa apa-apa, meski
Siangkoan Yan sendiri bukan perempuan lemah.
Mereka berharap, sebelum hari menjadi
gelap, mereka akan menemukan tempat yang
memadai buat bermalam. Bukan buat diri mereka
sendiri, tetapi buat Helian Beng yang tentu saja
kurang sehat kalau setiap malam terkena embun
malam. Namun ternyata sulit mencari penginapan di
sepanjang jalan. Meski banyak rumah penduduk
yang ditemui, namun setiap pintu rumah
ditempeli tulisan, "Tidak ada tempat untuk
menginap". Kata orang, pernah sebuah rumah
menerima sekawanan pengungsi yang menginap,
58 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tapi malam harinya si pemilik rumah dan
keluarganya malah diikat, lalu harta bendanya
diangkut habis, terutama bahan makanan. Situasi
yang maha sulit membuat orang-orang kepepet
jadi nekad. Jilid II Dengan begitu, Helian Kong dan
rombongannya pun tidak menemukan tempat
menginap yang baik. Mereka harus menginap lagi
di tempat terbuka, untuk si kecil Helian Beng
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terpaksa dibuatkan rumah-rumahan kecil dari
ranting-ranting pohon yang sudah dibersihkan dari
ulat dan semut, sebagai penahan embun di malam
hari. Perapian juga dinyalakan, untuk mengusir
serangga dan menakut-nakuti binatang-binatang
buas. Giliran jaga semalaman pun disusun.
Biarpun perempuan, Siangkoan Yan tidak ingin
dikecualikan dari giliran berjaga malam, karena
tidak tega membiarkan suaminya dan kakaknya
59 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
terlalu lama berjaga sementara dirinya sendiri
kebagian waktu tidur paling banyak.
Malam itu mereka makan umbi-umbian liar di
tepi hutan yang dibakar, juga daging beberapa
ekor burung yang mereka jatuhkan dengan
sambitan batu. Mereka masih bercakap-cakap sebentar
sambil duduk di sekitar perapian, dan ketika
embun mulai mendinginkan malam, mereka
bersiap-siap untuk memasuki waktu istirahat
sampai fajar. Namun saat-saat istirahat mereka tertunda,
sebab kuping Helian Kong yang paling tajam
kemudian mendengar desir langkah mendekati
tempat mereka dari beberapa arah.
"Ada orang datang," ia memperingatkan isteri
dan iparnya, tanpa mengubah sikap duduknya,
agar orang-orang yang datang mendekati itu
belum tahu kalau mereka sudah bersiaga.
Kuping kakak-beradik Siangkoan tidak
setajam Helian Kong, mereka belum mendengar
apa-apa. Tanya Siangkoan Heng kepada Helian
Kong, "A-kong, banyakkah yang datang?"
60 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Kedengarannya sekitar..... lima atau enam
orang." "Para pengungsi barangkali, yang ingin minta
makanan dari kita," Siangkoan Yan menduga.
"Tidak. Dua orang dari yang datang ini
bahkan langkahnya amat ringan namun kokoh."
Itulah ciri langkah orang yang berlatih silat,
bahkan sudah cukup mahir. Maka kata-kata Helian
Kong itu sekaligus merupakan "isyarat lampu
kuning" bagi isteri dan iparnya agar mereka
bersiap-siap. Dengan gerakan sewajar mungkin, Siangkoan
Heng meraih bungkusan barang mereka,
membukanya, lalu membagikan tiga batang
pedang buat dirinya sendiri serta buat adik dan
iparnya. Pedang Helian Kong adalah yang paling
istimewa. Pada pelindung pegangan pedangnya
terukir bentuk burung elang mementangkan
sayap. Itulah pedang Tiat-eng Po-kiam (Pedang
Pusaka Elang Besi), pedang yang hanya boleh
dimiliki orang yang menjadi ketua perguruan Tiateng-bun (Perguruan Elang Besi). Helian Konglah
ketua Tiat-eng-bun saat itu.
61 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Waktu orang-orang yang datang itu kian
mendekat, kuping kakak-beradik Siangkoan itu
pun dapat menangkap suara langkah mereka.
Siangkoan Yan sempat berdesis, "Jangan
dilupakan perlindungan terhadap Si Kecil....."
"Itu yang utama....." jawab Helian Kong
melegakan isterinya. Siangkoan Heng pun
mengangguk setuju. Kemudian dari kegelapan malam bermunculanlah orang-orang itu, mendekati ke
arah perapian. Ketika wajah-wajah mereka sudah
cukup jelas tersorot api, nampaklah bahwa dua
orang yang paling depan dari rombongan itu
ternyata adalah dua orang To-jin (Imam Agama
To) berjubah kelabu, keduanya berusia sejajar,
sama-sama separuh abad. Juga sama-sama
membawa hud-tim (kebut pertapa) di tangan
mereka. Dua orang yang oleh Helian Kong
didengar langkahnya paling ringan dan paling
mantap adalah kedua imam ini.
Di belakang kedua imam ini masih ada
beberapa orang lain yang terlindung di belakang
punggung imam-imam itu. 62 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong berdiri untuk menyambut
dengan hormat, "Selamat malam, Bapak-bapak
Imam. Kami mendapat kehormatan kalau malam
ini kedua Bapak Imam dan Tuan-tuan yang lain
sudi menemani kami melewatkan malam."
Kedua imam itu dengan angkuh tidak
mempedulikan sambutan Helian Kong, malahan
salah seorang imam itu menoleh ke arah
seseorang yang di belakangnya sambil bertanya,
"Yang mana orangnya?"
Dari antara orang-orang yang berdiri dalam
kegelapan di belakang kedua imam itu, seseorang
menjawab, "Benar, Susiok (Paman Guru), itulah
orangnya. Yang berdiri itu."
Yang dimaksud adalah Helian Kong, sebab
Siangkoan Heng dan Siangkoan Yan tetap duduk
meskipun tetap bersiaga. Helian Kong merasa pernah mendengar suara
itu. Kemudian waktu orang yang berbicara itu
maju ke depan dan wajahnya diterangi cahaya
api, barulah Helian Kong mengenalinya sebagai
kepala pengawal bawahan Pangeran Hok-ong di
tempat pembagian makanan tadi. Cuma kali ini
dia tidak mengenakan seragamnya, melainkan
63 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dalam pakaian ringkas biasa. Ia membawa golok
seperti siang tadi, tetapi sudah tentu bukanlah
golok yang sudah patah tadi.
Melihat orang ini, Helian Kong sadar bahwa
urusan yang bakal dihadapinya sekarang adalah
kelanjutan dari urusan siang tadi. Helian Kong
benar-benar penasaran, heran, bahwa ia yang
sudah membantu mencegah larinya orang yang
dicurigai meracuni makanan, malahan terusmenerus direcoki urusan yang ia anggap urusan
kecil" Apakah bawahan Pangeran Hok-ong ini
merasa jengkel karena gengsinya dipermalukan"
Padahal Helian Kong merasa sudah menahan diri
untuk tidak berkelahi, ia hanya memamerkan
kekokohan berdirinya yang tidak tergoyahkan,
sedang soal mematahkan golok itu Helian Kong
berharap agar menjadi pelajaran sesampainya si
kepala pengawal di rumah. Tak disangka sekarang
orang itu menyusul langkah rombongan Helian
Kong dengan membawa kawan sebanyak ini. Kalau
bawahan Pangeran Hok-ong bertingkah laku
seperti ini, sungguh memprihatinkan.
Helian Kong teringat, tujuannya ke Lam-khia
adalah untuk membantu merekatkan persatuan
64 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
antara kekuatan-kekuatan dinasti Beng yang
masih ada, agar dapat menahan majunya tentara
Manchu, bahkan kalau bisa merebut kembali
wilayah utara. Maka di hadapan bawahan
Pangeran Hok-ong ini pun Helian Kong tetap
berusaha bersikap simpatik, tidak sungkansungkan mengaku salah lebih dulu, "Dalam
kejadian siang tadi, aku mohon maaf sebesarbesarnya kalau aku dianggap terlalu pamer. Bukan
maksudku demikian. Aku hanya ingin membantu
menangkap Si Pengacau....."
"Bukan tindakanmu itu yang kami persoalkan,"
kata si kepala pengawal. "Tetapi kau telah
menghina perguruan kami."
Helian Kong tercengang, "Menghina perguruan Tuan" Tahu nama perguruanmu saja
tidak, bagaimana bisa menghinanya?"
"Kami dari Perguruan Koai-to-bun (Perguruan
Golok Kilat). Golok yang kau patahkan tadi adalah
lambang kebanggaan setiap murid Koai-to-bun!"
Dalam hati Helian Kong menggerutu, selagi
banyak orang berusaha menggalang persatuan
demi menyelamatkan tanah air dari tentara asing,
kok sempat-sempatnya ada orang yang membesar65
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
besarkan perkara kecil hanya demi nama baik
sebuah perguruan" Masih lumayan kalau
perguruan-perguruan besar yang sudah punya
nama macam Siauw-lim-pai maupun Bu-tong-pai,
ini perguruan yang namanya pun baru Helian Kong
dengar kali ini. Toh dengan mengingat persatuan yang harus
digalang, Helian Kong tetap bersikap mengalah,
"Sungguh tak kusangka kesalahanku sebesar itu.
Aku mohon diampuni."
Tojin yang bertubuh sedikit lebih tinggi dari
Tojin yang satunya, berkata dengan angkuh
karena mengira Helian Kong mulai ketakutan
mendengar nama perguruannya, "Urusan kehormatan perguruan adalah urusan hidup-mati
seluruh warga perguruan itu. Ini tidak bisa
diselesaikan hanya dengan minta maaf saja."
"Apa yang Tuan-tuan kehendaki?"
"Ada peraturan perguruan kami, kalau golok
pemberian perguruan sampai cacad atau hilang,
nyawa Si Murid pemegang golok itulah gantinya.
Tetapi nyawa Si pemegang golok boleh juga luput,
asal diganti dengan nyawa orang yang
66 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bertanggung-jawab atas rusaknya atau hilangnya
golok itu. Jadi tetap ada nyawa melayang."
Helian Kong menarik napas, "Kenapa kalian
bikin peraturan perguruan sesulit itu" Perguruan
harusnya menjadi tempat murid-muridnya menggembleng diri dan membentuk moral, bukan
menjerat dengan peraturan aneh-aneh macam
itu." "Kau berani mengkritik peraturan perguruan
kami?" "Habis, peraturan perguruan Tuan sulit
sekali." "Peraturan keras itu diperlukan, agar
perguruan berwibawa!" sergah Si Tojin yang
tubuhnya lebih pendek, sambil tidak hentihentinya melirik ke arah Siangkoan Yan si ibu
muda yang cantik. "Tapi mengingat kau belum
tahu, belum pernah bermusuhan dengan kami,
kami bisa berlaku sedikit bijaksana. Asalkan.....
he-he-he....." Kalau perkataan dan tingkah-laku Si Tojin
Pendek digabung, bisa disimpulkan kalau dia
menghendaki "damai" tetapi dengan "memakai"
Siangkoan Yan. 67 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong dan rombongannya tahu ke mana
arah kata-kata Si Tojin Pendek, sindirnya,
"Sungguh hebat. Peraturan perguruan kalian
benar-benar membuat nama besar perguruan
kalian berwibawa!" Tojin yang lebih tinggi merah padam
wajahnya, namun agaknya ia kalah kedudukan
dari Si Tojin Pendek dan tidak bisa mencegah
kemauan kakak-seperguruannya yang agak mata
keranjang itu. Sementara Si Tojin Pendek kembali
menawarkan jalan keluarnya sambil cengengesan,
"Bagaimana" Kami sudah bermurah hati lho. Jadi
tidak ada nyawa melayang....."
Sahut Helian Kong, "Dia isteriku."
"Aku tidak tanya dia isterimu atau Adikmu
atau Ibumu atau Nenekmu. Kalau kau ijinkan kami
bawa dia beberapa hari, urusan boleh dianggap
selesai!" Siangkoan Yan sudah mendidih darahnya,
namun menahan diri. Ia percayakan segala
sesuatunya kepada Helian Kong.
Helian Kong pun sudah panas darahnya,
namun masih coba menghindari bentrokan dengan
68 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pengikut-pengikut Pangeran Hok-ong ini, katanya,
"Apakah begini tingkah laku pengikut-pengikut
Pangeran Hok-ong" Siang hari berlagak dermawan
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membagikan makanan gratis, malam hari
berkeliaran bak serigala-serigala menyusahkan
orang lain dengan berdalih peraturan perguruan?"
Orang-orang itu bungkam, agak gawat kalau
ada yang mengkait-kaitkan kelakuan mereka
dengan Pangeran Hok-ong. Padahal saat itu
Pangeran Hok-ong sedang berusaha menarik
simpati rakyat untuk memperkuat posisinya.
Kalau sampai Pangeran Hok-ong mendengar
kelakuan orang-orangnya ini.....
Orang-orang itu berbisik-bisik satu sama lain,
berunding, akhirnya mereka mengambil keputusan untuk memusnahkan sama sekali
"rombongan pengungsi" ini, kecuali Siangkoan Yan
yang akan ditangkap hidup-hidup dulu untuk
"menghibur" beberapa hari, kemudian baru
dibereskan sekalian. Jangan sampai Pangeran
Hok-ong mendengar kejadian ini.
Maka dengan sebuah isyarat dari Si Tojin
Pendek, orang-orang itu serempak menebar
mengurung Helian Kong berempat. Senjata69
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
senjata sudah dihunus, dan sebagian besar dari
mereka memang bersenjata golok, kecuali
seorang yang bersenjata pentung besi. Bahkan
kedua imam itu masing-masing membawa senjata
rangkap. Tangan kanan memegang golok, tangan
kiri memegang kebut pertapa. Kombinasi senjata
yang agak aneh, karena sifat permainan kedua
macam senjata itu berbeda, bahkan bertentangan. Helian Kong beserta isteri dan iparnya pun
sudah bersiap, mereka saling membelakangi
dalam posisi segi tiga, karena musuh berjumlah
dua kali lipat dari mereka. Juga untuk melindungi
si kecil Helian Beng yang tetap tidur dengan
nyenyaknya tanpa peduli apa yang terjadi di
sekitarnya, bahkan ia tertawa-tawa dalam
tidurnya. Si Imam Pendek yang begitu yakin pihaknya
akan menang, melirik ke arah Si Kecil sambil
mengejek, "Bayi yang malang, ia akan menjadi
korban kekeras-kepalaan orang tuanya....."
Kata-kata itu meledakkan kemarahan Siangkoan Yan si ibu, yang dulu melahirkannya
dengan pertaruhan nyawa dan sekarang bayi itu
70 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
adalah mutiara hidupnya. Ucapan Si Imam Pendek
ibarat membangunkan seekor induk macan yang
garang. Belum sampai Si Imam Pendek mengatupkan
bibirnya, Siangkoan Yan melengking marah, lalu
menerkam dengan pedangnya ke arah Si Imam
Pendek, meskipun imam pendek itu kebetulan
tidak sedang persis di hadapannya.
Gerakan Siangkoan Yan mengejutkan lawanlawannya, sekaligus juga mengejutkan Helian
Kong dan Siangkoan Heng sendiri. Mengejutkan
lawan-lawan, khususnya Si Imam Pendek, sebab
gerak Siangkoan Yan begitu cepat dan mantap
serta berbahaya. Mengejutkan Helian Kong dan
Siangkoan Heng, sebab gerakan itu membuat
posisi segi tiga di pihak mereka jadi buyar.
Terpaksa Helian Kong dan Siangkoan Heng harus
bergeser menyesuaikan diri untuk menutup
kelemahan formasi yang agak kacau karena
Siangkoan Yan diguncang naluri keibuannya itu.
Si Imam Pendek yang masih cengengesan itu
amat kaget. Tahu-tahu pedang si "induk macan"
sudah begitu dekat ke lehernya. Amat panik dia
71 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menjatuhkan dirinya, toh konde keimamannya
terbabat sehingga rambutnya jadi berantakan.
Siangkoan Yan terus memburu dengan sengit,
sambil berjongkok dia membabatkan pedangnya
dari atas ke bawah, hendak memotong si imam
pendek yang masih bergulingan.
Si imam yang lebih jangkung tidak
membiarkan kakak seperguruannya terbantai. Dia
pun menyerang punggung Siangkoan Yan dengan
goloknya. Dengan bergeraknya mereka, maka pertempuran pun dimulai. Semua orang bergerak,
untuk sementara kelihatannya semua orang belum
mendapat lawan tertentu, masih serabutan saling
menyerang siapa saja yang di pihak lawan. Tadi
Siangkoan Yan menyerang Si Imam Pendek, lalu Si
Imam yang lebih jangkung menyerang Siangkoan
Yan, maka Siangkoan Heng pun menyerang Si
Imam yang lebih jangkung untuk menolong
adiknya. Helian Kong tidak mau terbawa emosi, ia
tetap berada di tempatnya untuk mengawasi
keselamatan anaknya. 72 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Amat panik dia menjatuhkan dirinya, toh konde keimamannya
terbabat sehingga rambutnya jadi berantakan.
73 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Namun dua orang bersenjata golok menerjang ke posisi Helian Kong, kelihatannya
cukup tangkas mereka ini. Salah seorang bahkan
melompati api unggun. Helian Kong tidak ingin permusuhan berlarutlarut dengan pengikut-pengikut Pangeran Hok-ong
ini, tetapi musuh-musuh begitu ganas demi
memaksakan berlakunya sebuah peraturan
perguruan mereka, membuat Helian Kong mau
tidak mau harus bersikap keras juga, meskipun
belum terbetik keinginannya untuk mencabut
nyawa. Dua golok musuh yang berkelebat di
depannya itu dirangkumnya sekaligus dengan
gerakan putaran lebar pedangnya dalam tipuan
Kun-tun-jut-kai (Alam Semesta Mekar Terkembang), dalam gebrakan pertama ini Helian
Kong langsung menggunakan sebagian besar
tenaganya. Kedua penyerang itu merasa golok mereka
tiba-tiba seperti memasuki pusaran tenaga yang
amat kuat, begitu kuat sehingga telapak tangan
mereka tidak sanggup lebih lama memegangi
gagang golok mereka. Telapak tangan mereka
74 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
serasa panas dan pedih, bersamaan dengan
"terbang"nya kedua golok mereka jauh-jauh.
Helian Kong susulkan tendangan berganda.
Satu orang kena pahanya dan jatuh bergulingguling. Satu lagi kena perutnya dan jatuh dengan
punggungnya tepat ke api unggun, orang ini
menjerit dan bergulingan pula dengan baju pada
punggungnya menyala. Robohnya dua orang ini dalam segebrakan
mengejutkan kelompok dari Koai-to-bun ini.
Mereka mulai sadar bahwa sasaran mereka kali ini
adalah "sasaran keras".
Sementara itu, di gelanggang pertempuran
sebelah lain, dalam waktu singkat berturut-turut
terdengar suara-suara mengaduh, membentak dan
juga senjata-senjata yang berdentang. Semuanya
terjadi dalam waktu yang singkat.
Si Imam Pendek berhasil lolos dari maut
dengan menggulingkan diri, tetapi lengannya
tetap tergores panjang oleh pedang Siangkoan
Yan. Sedang Siangkoan Yan yang dalam luapan
emosi itu juga kurang waspada terhadap Si Imam
yang lebih jangkung. Untung Siangkoan Heng
menolong adiknya dengan menangkiskan golok si
75 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
imam yang lebih jangkung, namun Siangkoan Heng
sendiri kena sabetan kebut pertapa dari si imam
yang lebih jangkung yang bersenjata rangkap itu.
Ia kena lambungnya, baju di lambungnya sampai
hancur, kulitnya pedih, panas dan berdarah
menandakan benang-benang kebut pertapa itu tak
boleh diremehkan. Pihak orang-orang Koai-to-bun tinggal empat
orang setelah dua orang yang kena tendang Helian
Kong tadi tak mampu melanjutkan pertempuran.
Keempat orang itu adalah dua imam, lalu si lelaki
yang sehari-harinya bekerja sebagai bawahan
Pangeran Hok-ong, dan laki-laki yang membawa
pentung besi, yang agaknya bukan anggota Koaito-bun karena senjatanya tidak sesuai dengan ciri
khas perguruan itu. Si pemegang pentung besi ini bertubuh agak
gemuk, kokoh, usianya lima puluhan tahun.
Kepalanya bagian tengah botak licin, yang
ditumbuhi rambut hanya pinggir-pinggirnya dan
rambut-rambut pinggiran ini dibiarkannya memanjang. Matanya tajam. Pakaiannya agak
kedodoran. 76 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Berbeda dengan dua orang murid Koai-to-bun
yang dihajar Helian Kong tadi, yang sikapnya
ceroboh waktu menyerang Helian Kong, maka Si
Botak berpentung besi ini kelihatan jauh lebih
tenang. Dengan langkah santai sambil menyeret
pentung besinya, ia mendekati Helian Kong.
Sikapnya menunjukkan seolah-olah tidak hendak
berkelahi. Tetapi naluri Helian Kong memperingatkan,
justru orang macam ini patut diwaspadai.
Di hadapan Helian Kong, orang ini tetap
berdiri santai dengan pentung besinya terkulai ke
tanah, katanya, "Gerakanmu waktu membereskan
kedua gentong nasi tadi sungguh hebat."
"Terima kasih."
"Siapa namamu, orang muda?"
Menghindari urusan berlarut-larut dengan
pihak Pangeran Hok-ong, Helian Kong sengaja
menyembunyikan namanya, "Aku biasa dipanggil
A-kong saja. Aku cuma orang gunung. Tuan pun
boleh memanggilku demikian, kalau Tuan suka."
"Hem, sikap sederhanamu ini sungguh
merupakan perangkap bagi lawan-lawan yang
77 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kurang berhati-hati. Kenyataannya kau menjungkalkan dua orang murid Koai-to-bun
dengan sekali gebrak. Aku jadi gatal tangan ingin
menjajalmu." "Boleh aku mengetahui nama besar Tuan, dan
julukan Tuan kalau ada?"
"Memang sebaiknya kau tahu namaku, jadi
kelak arwahmu tidak mencari orang lain tetapi
mencari aku saja. Namaku Au Ban-hoa. Orangorang berkelakar menyebutku Kang-tau-tiat-pang
(Si Tongkat Besi Kepala Botak)."
Jantung Helian Kong berdesir mendengar
nama itu. Itu bukan nama sembarangan, itulah
nama seorang tokoh besar di kawasan barat daya.
Au Ban-hoa adalah adik seperguruan dari Kangtau-siang (Gajah Berjidat Baja) Ko Ban-seng yang
merupakan tokoh kepercayaan si pemimpin
Pelangi Kuning, Li Cu-seng. Jadi Au Ban-hoa ini
adalah paman guru (Su-siok) dari Thai-lik-ku-hou
(Macan Kurus Bertenaga Raksasa) Oh Kui-hou, dan
Yo Kian-hi. Kedua-duanya adalah musuh
bebuyutan Helian Kong. Namun Helian Kong
dengar kalau Au Ban-hoa tidak akur dengan kakak
78 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
seperguruannya dan keponakan-keponakan
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
muridnya, entah soal apa.
Helian Kong berdebar-debar harus berhadapan dengan orang ini. Diam-diam Helian
Kong membuat perbandingan dalam hati. Dulu
Helian Kong unggul tipis dari Yo Kian-hi,
keponakan murid orang ini. Kemudian setelah
Helian Kong mendalami Tiat-eng Pit-kip (Kitab
Elang Besi) maka Helian Kong meninggalkan Yo
Kian-hi agak jauh di belakangnya, meski
tingkatannya belum sama dengan angkatan tua
macam Ko Ban-seng atau Kat Hu-yong si
penasehat militer Manchu itu. Namun selama
setengah tahun menyepi di pegunungan, Helian
Kong kendor dalam melatih silatnya, ia hanya
seperti bersenam dengan pedangnya, karena
waktu itu berpendapat bahwa ia takkan lagi
menggunakan ilmu silat seumur hidupnya, hidup
damai di pegunungan. Dan sekarang setelah
sekian lama tidak bersungguh-sungguh berlatih,
tahu-tahu ia harus berhadapan dengan seorang
tokoh tingkat tinggi seperti Au Ban-hoa ini.
Namun waktu Helian Kong melirik anaknya
yang tidur pulas di rerumputan, semangatnya
79 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bangkit menyala. Bagaimanapun juga, sekarang
dia tidak hanya sekadar berurusan dengan
keselamatannya sendiri, tetapi juga dengan
keselamatan anaknya. Helian Kong membulatkan tekad dalam hati,
"Biarpun harus mempertaruhkan nyawa, takkan
kubiarkan si botak ini seenaknya bertindak kepada
keluargaku." Dengan tekad seperti itu, dia pun bersiaga
dengan pedangnya. Ia tidak mau meniru lawannya
yang bersikap sangat santai, ia tahu lawannya
adalah tokoh yang tingkatannya ada di atasnya,
sedang di pihaknya ada nyawa keluarganya yang
terlalu mahal nilainya. Sementara di sekitarnya sudah terjadi
pertempuran, kakak-beradik Siangkoan harus
"bermain ganda" menghadapi tiga lawan. Yaitu
kedua imam, ditambah pegawai bawahan
Pangeran Hok-ong itu. Pertarungan dua lawan tiga
itu agaknya sulit diramal siapa yang bakal
menang. Melihat itu, Helian Kong merasakan
betapa kritisnya keadaan bagi pihaknya.
Sementara Au Ban-hoa tidak membatalkan
niatnya untuk berkelahi dengan Helian Kong.
80 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Katanya, "Bersiaplah, A-kong. Aku senang dan
bergairah kalau mendapat perlawanan sengit
darimu. Aku akan kecewa sekali kalau dengan
sekali kepruk saja bisa memecahkan kepalamu."
Helian Kong membungkam, cuma berharap
dalam hati, "Mudah-mudahan dia lengah."
Au Ban-hoa masih bersikap santai dan amat
meremehkan, "Aku akan bersikap adil kepadamu,
orang muda. Mengingat bobot kita memang tidak
seimbang, maka aku memberimu kesempatan
sepuluh pukulan untuk menyerangku tanpa
kubalas. Nah, silakan mu....."
Sedikit pun Helian Kong tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu, lawannya belum menyelesaikan
kalimatnya sewaktu Helian Kong meluncur maju
sambil merendah, pedangnya dengan gerak
tersembunyi karena tertutup tubuhnya sendiri
lebih cepat dari kilat meluncur ke arah
tenggorokan Au Ban-hoa. Sedetik jantung Au Ban-hoa serasa berhenti
mengalir melihat kecepatan serangan itu.
Pentung besinya yang terkulai di tanah terlalu
tidak menguntungkan posisinya untuk menangkis,
dan hal ini rupanya sudah diperhitungkan Helian
81 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kong. Tak ada jalan buat Au Ban-hoa selain
mundur selangkah sambil menarik kepalanya ke
belakang. Ternyata Helian Kong tidak mengganti
gerakan, hanya kakinya mendorong tubuhnya
lebih cepat meluncur ke depan, masih dengan
ujung pedang mengincar tenggorokan.
"Setan!" umpat Au Ban-hoa, kali ini terpaksa
membanting tubuhnya di rerumputan, sebab
kalau tidak di tenggorokannya bakal muncul
pancuran darah oleh ujung pedang Helian Kong. Ia
sadar sekarang bahwa dirinya terlalu meremehkan
"A-kong si anak gunung" ini.
Berlawanan dengan janjiinya untuk memberi
kesempatan lawannya sepuluh pukulan tanpa
dibalas tadi, Au Ban-hoa sudah harus membalas
dengan serangan untuk memperbaiki kedudukannya, meski Helian Kong baru melakukan dua serangan. Kalau menunggu Helian
Kong melakukan sepuluh serangan, barangkali
sudah terlambat. Sambil bergulingan ia menghantamkan pentung besinya ke lutut Helian
Kong dengan tipuan Bu-siang-toat-beng (Setan
Jahat Mencabut Nyawa). 82 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong bergerak serba cepat, ia tidak
menggunakan pedangnya untuk "mengurus"
gebukan ke arah lututnya, melainkan menyelamatkan lututnya dengan langkah silang
berputar sambil tetap mengaktifkan pedangnya
membabat musuh. Bagaimanapun juga Au Ban-hoa bukanlah
tokoh silat kelas kambing. Meskipun pertamanya
kaget akan serangan Helian Kong yang gencar dan
serba cepat, namun terlalu muluk kalau Helian
Kong berkhayal untuk terus menerus memojokkan
musuhnya di pihak bertahan. Bacokan Helian Kong
berhasil disapu dengan pentung besi, Helian Kong
merasa lengannya bergetar. Kemudian Au Ban-hoa
melompat bangkit secepat kilat dan balas
mengepruk kepala Helian Kong dengan Tok-pihoa-san (Lengan Tunggal Menggempur Hoa-san).
Deru angin dahsyat mengiringi pentung besinya
yang bergerak dengan tenaga besar.
Helian Kong tidak mau adu tenaga, sadar
bahwa tenaganya selapis di bawah lawannya. Ia
melejit pendek ke samping sambil merunduk dan
membabat sepasang kaki lawan dengan gerak tipu
Peng-pou-te-gun (Menggelar Permadani di Tanah).
83 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Begitulah, di malam sunyi itu berkobar dua
kelompok perkelahian. Kelompok pertama adalah
duel satu lawan satu antara Helian Kong dan Au
Ban-hoa, di mana sambil bertempur Helian Kong
juga coba menggeser arena menjauhi anaknya.
Kelompok kedua adalah kelompok keroyokan dua
lawan tiga, yang dua adalah kakak-beradik
Siangkoan dan tiga lawannya ialah dua imam dan
keponakan murid mereka. Pertempuran kelihatannya seru, belum bisa diramalkan dengan
pasti pihak mana bakal menang.
Si Kecil Helian Beng yang sedang tidur
nyenyak itu agaknya juga mulai digelisahkan oleh
derap kaki-kaki yang berlompatan dari orangorang yang bertempur di sekitarnya, serta
dentang senjata yang suaranya kadang memekakkan telinga. Maka terbangunlah bocah
itu, dan mulai menangis. Hati Siangkoan Yan terasa diaduk-aduk
mendengar tangis itu. Ingin rasanya ia melompat
meninggalkan pertempuran dan memeluk anaknya
lebih dulu supaya tenang, namun pikiran sehatnya
pun masih memperingatkannya bahwa kalau ia
tinggalkan gelanggang, berarti ia tinggalkan
84 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kakaknya sendirian dalam marabahaya karena
harus menghadapi tiga lawan tangguh sekaligus.
Ternyata bukan cuma Helian Kong yang kendor
latihannya karena terbuai alam damai di
pegunungan, melainkan kakak-beradik she
Siangkoan itu pun jarang latihan juga.
Begitulah, di tengah-tengah suara saling
membentak dan senjata yang berdentangan,
sekarang bertambah suara tangis anak kecil yang
makin lama makin keras. Bukan cuma hati Sang ibu, namun hati Sang
ayah dan paman pun seakan tercabik-cabik, apa
daya mereka pun terbelenggu oleh lawan-lawan
mereka. Sebaliknya suara tangis bayi itu menimbulkan
gagasan licik di benak salah satu dari dua murid
Koai-to-bun yang dirobohkan Helian Kong tadi.
Yang satu tidak bisa bangkit lagi, kulit
punggungnya melepuh karena terbakar. Ia
terbaring merintih-rintih di rerumputan, meski
api di punggungnya sudah padam.
Namun yang seorang lagi, yang pahanya kena
tendang tetapi tidak sampai jatuh menimpa api,
masih ada sisa-sisa kekuatan biarpun tulang
85 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pahanya terasa berdenyut-denyut. Ia bangkit, lalu
melangkah terpincang-pincang sambil meringisringis kesakitan, menjumput goloknya yang jatuh.
Lalu, dengan langkah setengah diseret karena
sakitnya, dia mendekati si bayi Helian Beng
dengan golok di tangan! Awalnya, orang-orang yang sedang berkelahi
terlalu sibuk untuk memperhatikan orang ini.
Tetapi makin dekat ia dengan si bocah, maka
beberapa orang yang bertempur dari kedua pihak
pun mulai melihat ulahnya dan mengerti
maksudnya. Orang-orang Koai-to-bun serta jago undangan
mereka, Au Ban-hoa, diam-diam girang. Kalau
terjadi sesuatu atas bayi itu, tentu konsentrasi
lawan-lawan mereka akan terganggu dan itu akan
mempercepat teraihnya kemenangan.
Sebaliknya bagi ayah, ibu dan paman si
bocah, kecemasan hebat mengaduk-aduk jiwa
mereka. Yang terutama adalah Siangkoan Yan, ibu
yang melahirkan buah hatinya dengan pertaruhan
nyawa. Helian Kong pun menggeram, "Kalian
kelompok pengecut rendah. Tadi kalian bicara
86 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tentang harga diri dan martabat perguruan, tapi
sebenarnya kalian tidak cukup layak membicarakan itu!" Au Ban-hoa menjawab sambil tetap menggempur dengan gencar, "Silakan omong apa
saja, yang jelas kalian semua takkan terhindar
dari bencana besar malam ini. Kecuali ibu Si
Bocah yang masih ada sedikit gunanya untuk
penghangat malam-malam yang dingin beberapa
hari, he-he-he....."
"Memuakkan sekali. Beginikah kelakuan
pengikut-pengikut Pangeran Hok-ong yang sering
pura-pura memperhatikan rakyat kecil?"
Au Ban-hoa masih tertawa-tawa tanpa
mengendorkan serangannya, "Aku sih bukan
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengikut Pangeran Hok-ong atau pangeran yang
mana pun. Aku bertindak apa-apa demi
keuntunganku sendiri, terus terang saja. He-hehe....."
Disambung oleh perkataan orang yang sehariharinya menjadi pegawai bawahannya Pangeran
Hok-ong, "Dan tidak ada gunanya mengharap kami
akan dihukum oleh Pangeran Hok-ong, sebab
87 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
peristiwa malam ini akan tertutup rapat-rapat
dan terkubur dalam-dalam....."
Helian Kong menggertakkan gigi. Sekilas
muncul pikiran untuk menyebutkan siapa dirinya
sebenarnya, mudah-mudahan "sedikit nama" yang
dipunyainya bisa membuka suatu peluang untuk
menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Tapi
niat itu dibatalkan sendiri dalam hatinya, ia
khawatir orang-orang ini malahan akan semakin
bernafsu membasminya. Sementara orang yang terpincang-pincang
membawa golok itu semakin dekat dengan si bayi,
Helian Kong membentak gusar, "Seujung rambut
saja anak itu terluka, aku akan mengadu jiwa
dengan kalian! Kami akan tertumpas, tetapi di
antara kalian pun pasti akan ada sedikitnya dua
orang yang berangkat ke akherat!"
Gertakan penuh kemarahan itu terasa
pengaruhnya juga. Orang yang terpincang-pincang
tadi tertegun sejenak, agak gentar mendengar
gertakan Helian Kong. Tetapi Au Ban-hoa membakar semangatnya
dengan teriakan, "Teruskan saja! Orang ini takkan
88 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bisa berbuat apa-apa, dia sepenuhnya dalam
kendaliku!" Maka orang itu pun kembali melangkah ke
arah Helian Beng. Helian Kong tahu waktunya tidak boleh
ditunda-tunda lagi, ia harus membuat suatu
terobosan nekad untuk menghadapi masalah
rumit itu, dan itu butuh sedikit pengorbanan.
Maka suatu saat Helian Kong membuat
sebuah perangkap buat lawannya. Sengaja ia
tangkis pentung besi lawannya secara keras lawan
keras, lengannya terasa pegal, dan Helian Kong
sengaja mundur terhuyung-huyung. Memang
sebetulnya Helian Kong kalah tenaga dari
lawannya. Lengannya yang memegang pedang itu
tidak pura-pura merasa pegal melainkan benarbenar pegal, namun terhuyungnya itu pura-pura.
Taktik "sungguh-sungguh campur pura-pura"
ini berhasil mengecoh Au Ban-hoa. Si botak
bertongkat besi ini memang sejak mulainya sudah
tahu kalau ia lebih unggul, maklum karena ia
adalah pendekar angkatan tua yang satu generasi
dengan almarhum gurunya Helian Kong. Melihat
Helian Kong terhuyung setelah menangkis
89 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
serangannya, Au Ban-hoa merasakan itu normal
saja, dianggapnya sudah seharusnya begitu,
sedikit pun tidak dilihatnya ada perangkap. Maka
sambil membentak keras, ia melangkah maju
setengah melompat sambil mengayunkan pentung
besinya ke ubun-ubun Helian Kong, diharapnya itu
akan menjadi serangan pamungkas untuk
mengakhiri lawannya. Helian Kong benar-benar mempermainkan
nyawanya sendiri. Ia tidak cepat-cepat menangkis
atau mengelak, melainkan sengaja menunggu
untuk meyakinkan bahwa gerak tipu lawannya tak
bisa diubah lagi. Itu artinya Helian Kong harus
menunggu sampai serangan lawannya begitu
dekat. Lalu ketika satuan waktu sepersekian detik
yang ditunggu itu tiba, Helian Kong mengerahkan
segenap kekuatannya ke pundak sebelah kirinya,
ia mengelak dan membiarkan pundak kirinya kena
gebuk tongkat lawan. Helian Kong merasa langit seakan ambruk
dan bumi terjungkir balik, bagian dalam tubuhnya
terguncang, pandangan matanya kabur, namun ia
90 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tetap sadar dan tekadnya tetap melanjutkan
rencananya. Sepersekian detik selagi Au Ban-hoa
menyoraki kemenangannya dan agak lengah,
pedang Helian Kong justru berkelebat cepat,
teramat cepat menyambar ke arah jantung Au
Ban-hoa. Mulut Au Ban-hoa saat itu sudah terbuka
hendak tertawa penuh kemenangan, namun mulut
yang terbuka itu mengeluarkan desis kaget waktu
melihat serangan balik Helian Kong. Bahkan Au
Ban-hoa sudah merasakan kulit dadanya pedih
disusupi ujung pedang yang dingin. Dengan
seluruh kemampuannya Au Ban-hoa membanting
dirinya agar ujung pedang jangan mencapai
jantungnya, kalau soal mencapai kulit dan
dagingnya memang sudah berlangsung namun
jangan sampai ke jantung. Karena gugupnya,
gerak Au Ban-hoa itu agak miring sehingga ujung
pedang Helian Kong yang sudah terlanjur
menyusup hampir dua jari itu, merobek daging di
dada Au Ban-hoa sampai ke dekat rusuk.
Robeknya daging bukan karena gerakan Helian
91 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kong melainkan karena gerakan Au Ban-hoa
sendiri. Au Ban-hoa jatuh terkapar dengan luka di
dada menyemburkan darah, mengerang kesakitan.
Helian Kong sendiri sebenarnya tinggal
setengah sadar. Bukan main akibat gebukan
musuh tadi, bagian dalam tubuhnya terasa nyeri,
darahnya bergolak dan kalau tidak ditahan akan
menyembur keluar. Namun kesadarannya yang
tersisa bergabung dengan kebulatan hatinya
membuat Helian Kong memaksakan diri untuk
tetap berdiri tegak seolah-olah tidak sakit sedikit
pun. Ia berhasil. Ia tetap kokoh menjulang dengan
pedang tergenggam di tangannya.
Pandangan Au Ban-hoa yang berkunangkunang itulah sekarang memandang kabur ke arah
sosok tegak Helian Kong. Perasaan Au Ban-hoa
campur-aduk. Kaget, heran, penasaran dan juga
gentar. "Kau..... kau tidak..... mampus?" desis Au
Ban-hoa sambil mencoba bangkit, namun
tubuhnya terlalu lemah. 92 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sepersekian detik selagi Au Ban-hoa menyoraki
kemenangannya dan agak lengah, pedang Helian Kong justru
berkelebat cepat, teramat cepat menyambar ke arah jantung
Au Ban-hoa. 93 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong mengeraskan hati dan berlagak
tetap garang, "Kau pikir pukulan tongkat selemah
itu bisa menembus Kim-ciong-tohku?"
Kim-ciong-toh atau Ilmu Kebal Lonceng Emas
adalah salah satu dari sekian banyak ilmu-ilmu
kebal. Helian Kong sebenarnya tidak menguasai
ilmu itu, namun ia sengaja menggertak lawannya.
Kalau lawannya cermat, sebenarnya kebohongan
Helian Kong bisa diketahui. Ilmu Lonceng Emas
membuat seorang lelaki yang melatihnya jadi
impoten, tidak bisa punya isteri apalagi sampai
punya anak, itulah sebabnya Ilmu Lonceng Emas
umumnya dilatih hanya oleh kaum pertapa yang
tidak menggubris hidup berkeluarga. Sedangkan
Helian Kong punya isteri dan anak. Namun Helian
Kong tidak sempat menemukan cara lain untuk
bohong, pikirannya sudah kabur, tidak pingsan
saja sudah untung. Dan untungnya lagi, bualannya
itu dipercayai lawan-lawannya yang terguncang
hatinya. Ambruknya Au Ban-hoa tak pernah terbayangkan oleh orang-orang Koai-to-bun yang
mengajaknya. Apalagi ambruknya di tangan "Akong si anak gunung" yang tidak bernama.
94 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tiga orang Koai-to-bun yang bertempur
dengan kakak-beradik Siangkoan lalu berlompatan
mundur. Siangkoan Yan yang masih dikuasai
emosinya masih hendak melabrak mereka, namun
kakaknya menahan lengannya, "Adik Yan, yang
penting adalah keselamatan anakmu. Kita sudah
menang saat ini." "Seandainya kita yang kalah, mereka sudah
siap berbuat kebiadaban terhadap kita, bahkan
terhadap A-beng yang belum tahu apa-apa....."
Siangkoan Yan masih terengah-engah gusar.
"Sudahlah. Sekarang yang penting kau
tenangkan dulu A-beng."
Diingatkan akan anaknya, Siangkoan Yan lalu
mendekati anaknya yang masih menangis,
mengangkatnya ke pangkuannya dan mendekapnya. Waktu ia mengangkat wajahnya
dan menatap si orang Koai-to-bun yang hendak
membunuh anaknya, maka sorot mata tajam si
macan betina ini membuat orang itu melangkah
mundur dengan gentar. Suasana sunyi beberapa saat, kedua pihak
hanya saling mengawasi dengan tegang. Kemudian
terdengar suara Helian Kong, "Kali ini aku
95 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
memandang wajah Pangeran Hok-ong yang sudah
berbuat kebaikan kepada rakyat, aku takkan
membunuh kalian. Aku akan coba melupakan
bahwa kalian sudah merencanakan keji atas diriku
sekeluarga. Lain kali, rasanya belum puas
sebelum memotong leher kalian dan memancangkan batok-batok kepala kalian di atas
batang-batang kayu dan memamerkan di tepi
jalan!" Orang-orang Koai-to-bun itu gentar, mereka
menyangka bahwa Helian Kong benar-benar masih
segar, dan kalau sudah mampu merobohkan Au
Ban-hoa, tentu akan mampu merobohkan yang
lain-lainnya. Begitulah, mereka tidak tahu bahwa
Helian Kong merasa ada ribuan batang jarum
menusuk-nusuk di bagian dalam tubuhnya,
pandangan matanya sudah bercampur warna
kuning dan hijau. Maka waktu Helian Kong memerintah pergi
sekali lagi, orang-orang itu pun angkat kaki sambil
membawa Au Ban-hoa yang lukanya amat parah,
dan seorang anggota Koai-to-bun yang punggungnya melepuh terbakar, dan satu lagi
berjalan terpincang-pincang.
96 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong tetap berdiri tegak dengan gagah
sampai yakin bahwa orang-orang itu tidak
melihatnya lagi. Maka daya tahannya pun habis.
Ia memuntahkan segumpal darah, kemudian
ambruk terkulai. Siangkoan Yan hampir menjerit,
sementara Siangkoan Heng cepat-cepat menyambar tubuhnya agar tidak terhempas
tanah. "Ba..... bagaimana dia?" tanya Siangkoan Yan
menahan isaknya. "Dia masih hidup," sahut Siangkoan Heng.
"Tempat ini bukan tempat istirahat yang baik,
terlalu dekat jalan raya ke Lam-khia, dan
sembarang waktu orang-orang tadi bisa datang
kembali dengan membawa kekuatan yang lebih
besar." "Jadi?" "Kita harus pergi dari sini, mencari tempat
Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sepi untuk memulihkan keadaan suamimu."
Siangkoan Yan mengangguk. Ia memperlihatkan sikap tabahnya, ia tidak ingin
membuat bingung kakaknya dengan isak
tangisnya. 97 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Siangkoan Heng bekerja cepat membuat
sebuah usungan yang biasa diseret oleh satu
orang. Setelah alat darurat itu selesai, dibawanya
Helian Kong pergi dari tempat itu, menjauhi jalan
raya. *** Mereka mendapat tempat di tepi sebuah
sungai kecil berair jernih. Siangkoan Heng dan
Siangkoan Yan mendirikan gubuk darurat di situ.
Sementara hari demi hari Helian Kong pun pulih
kembali kekuatannya. Hari ke sepuluh, Helian Kong sudah berkata
kepada isterinya dan iparnya, "Rasanya sudah bisa
kita lanjutkan perjalanan ke Lam-khia. Tidak
terlalu jauh lagi." Siangkoan Yan nampak bimbang, lalu tanya,
"Apakah kehadiran kita di Lam-khia masih perlu?"
"Apa maksudmu, Adik Yan?"
"Melihat sedemikian rupa perlakuan orangorangnya Pangeran Hok-ong, masih perlukah kita
ke Lam-khia untuk mendukung Pangeran Hok-ong
menjadi Kaisar dinasti Beng?"
98 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Eh, ngawur saja omonganmu, siapa bilang
kita ke Lam-khia untuk mendukung Pangeran Hokong?"
"Habis, buat apa?"
"Bersama-sama para jenderal yang setia
untuk menekan para pangeran agar jangan
menimbulkan perpecahan di antara kekuatankekuatan dinasti Beng yang masih tersisa. Perkara
pangeran yang mana yang bakal menjadi kaisar,
kita belum tentukan sekarang. Kita masih harus
melihat-lihat dulu."
"Asal jangan Pangeran Hok-ong saja. Lihat
saja kelakukan orang-orangnya yang seperti kaum
berandal pasaran." "Adik Yan, bedakan antara Pangeran Hok-ong
dan orang-orangnya. Kalau didengar omongan
orang-orang Koai-to-bun itu, jelaslah mereka
sendiri tidak mau kelakuan mereka diketahui
Pangeran Hok-ong. Terbukti mereka begitu
bernafsu menumpas kita, supaya perbuatan busuk
mereka tidak tersebar dan menggusarkan
Pangeran." "Jadi, Pangeran sebenarnya orang baik?"
99 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Setidak-tidaknya 'terpaksa baik' dan bukan
baik sungguhan. Mungkin untuk menarik simpatik
para jenderal." "Kakak Kong, apakah kau..... benar-benar
mempelajari Ilmu Lonceng Emas?"
Helian Kong tertawa, ia menoleh ke kejauhan
dan melihat Siangkoan Heng sedang di pinggir
sungai, tentunya tidak bakal mendengar katakatanya kepada Siangkoan Yan yang akan sangat
pribadi sebagai kelakar antara suami isteri.
Kata Helian Kong dengan suara dilirihkan,
"Kalau aku belajar Ilmu Lonceng Emas, Si Kecil Abeng takkan bakal nongol di dunia."
Siangkoan Yan belum paham, "Lho, kenapa?"
"Sebab aku takkan bisa bertindak sebagai
suami yang normal. Lelaki yang melatih Ilmu
Lonceng Emas, akan kehilangan kejantanannya
sebagai lelaki. Alat kelaminnya tak dapat
berfungsi terhadap lawan jenisnya."
Kini Siangkoan Yan paham, mukanya pun jadi
merah jengah. "Ilmu yang kejam....."
"Banyak ilmu beladiri yang kejam, menuntut
pengorbanan besar dari yang mempelajarinya.
100 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sehingga orang itu jadi budak ilmu, bukannya
memanfaatkan ilmu." "Tapi apa benar ada ilmu begitu" Bagaimana
melatihnya?" Helian Kong menggoda, "Kenapa tanya-tanya"
Ingin melatih ilmu itu?"
Siangkoan Yan mencubit suaminya, "Jangan
macam-macam. Apa tidak boleh sekedar tahu?"
"Aku tidak tahu banyak, hanya dengar-dengar
dari orang-orang saja. Kabarnya memang masih
banyak orang yang mempelajarinya, terutama
orang-orang pertapaan yang memang tidak butuh
keluarga. Salah satu cara latihannya, pagi-pagi
sekali setelah bangun tidur, kalau orang-orang
normal biasanya langsung kencing, maka orangorang yang melatih Ilmu Lonceng Emas ini
dilarang kencing." Siangkoan Yan tertawa. "Peraturan aneh."
"Ya. Dalam keadaan menahan kencing, orangorang itu melatih senam pernapasan tertentu,
sampai rasa ingin kencing tadi lenyap sama sekali.
Demikian bertahun-tahun. Kata orang, tubuhnya
lalu jadi kuat dan kebal, bahkan....." bicara
sampai di sini Helian Kong tertawa.
101 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Siangkoan Yan penasaran. "Kenapa tertawa?"
"Percaya atau tidak, orang ini bisa
memainkan otot perutnya sedemikian rupa
sehingga..... alat kelaminnya tersedot masuk ke
dalam perut. Dalam pertempuran, kalau bagian
kelaminnya kena pukulan atau tendangan, maka
dia akan tenang-tenang saja. Sedang kalau lelaki
normal pasti gulung-koming saking sakitnya."
"Jadi sudah tidak punya kelemahan, ya?"
"Tentu saja ada. Mana ada ilmu yang tidak
ada kelemahannya?" "Apa kelemahannya?"
"Itu yang aku belum tahu."
Ketika itu terdengar si kecil Helian Beng
menangis, maka buru-buru Siangkoan Yan bangkit
untuk menyusuinya. Sementara Siangkoan Heng
sudah melangkah dari tepian sungai ke arah
gubuk, wajahnya gembira, sambil menenteng
beberapa ekor ikan. Hari itu mereka mulai melanjutkan perjalanan ke Lam-khia. Esok harinya, pagi-pagi
benar, barulah mereka menuju ibukota lama
dinasti Beng itu. 102 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Keadaan jalanan masih seperti beberapa hari
yang lalu, ramai dengan pengungsi dari utara ke
selatan, penjual-penjual makanan dengan harga
mencekik leher, patroli-patroli prajurit-prajurit
bawahan Pangeran Hok-ong, dan di beberapa
tempat masih ada tempat pembagian makanan
gratis oleh Pangeran Hok-ong.
Ketika Siangkoan Yan nampaknya mulai
kelaparan, Helian Kong berkata, "Tunggu di sini,
kucarikan lagi bubur gratis seperti dulu."
"Jangan!" cegah isterinya.
"Kenapa?" "Nanti bertemu orangnya Pangeran Hok-ong
yang dulu itu, dan timbul keributan lagi."
"Jangan khawatir, begitu kulihat orang itu di
sana, aku akan menghindar."
"Lebih baik jangan, aku belum lapar sekali
kok." Siangkoan Heng tiba-tiba bicara, "Hari ini
bolehlah kita makan sedikit enak di warung. Aku
punya uang kok....."
Helian Kong dan Siangkoan Yan menatap
heran ke arah Siangkoan Heng. Tanya Siangkoan
Yan kepada kakaknya itu, "Darimana Kakak tiba103
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tiba dapat uang" Dulu waktu meninggalkan
pegunungan kan tidak punya sepeser pun?"
Siangkoan Heng berkata, "Jual ikan. Sungai
kecil tempat kita mengaso selama sepuluh hari itu
ternyata banyak ikannya. Aku tangkapi ikannya,
aku jual ke sebuah kampung yang agak jauh."
"Berapa uang Kakak?"
Siangkoan Heng merogoh kantongnya dan
memperlihatkan potongan-potongan perak di
telapak tangannya. Tetapi Siangkoan Yan berkata, "Lebih baik
Kakak simpan dulu, buat bekal di Lam-khia nanti.
Lam-khia itu kota besar lho, bahkan lebih besar
dari Pak-khia." "Kau ini, suamimu mau cari makanan gratis
kau larang. Aku mau membelikan makanan juga
kau larang. Memangnya siang ini kita harus makan
rumput seperti kambing?"
Siangkoan Yan sebenarnya merasa amat
terharu akan perhatian dari kakaknya dan
suaminya yang begitu besar. Katanya, "Kalian
istirahatlah sambil menjaga A-beng, biar aku yang
cari bubur gratis itu."
104 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Kita bertiga sudah dikenali oleh si
pegawainya pangeran brengsek itu. Sama saja
kalau dia melihat salah satu dari kita, pasti
timbul keributan. Siang ini kita makan di warung.
Kau sebagai Ibu yang sedang menyusui haruslah
mendapat makanan yang agak baik, biar anakmu
juga sehat." Akhirnya tak tercegah lagi keinginan
Siangkoan Heng itu. Helian Kong memperingatkan,
"Tetapi sebelum pesan makanan tanya dulu harganya.
Jangan pesan dulu baru tanya harga. Harganya
gila-gilaan." "Iya, iya, aku mengerti."
Mereka mencari warung, dan kemudian
ketemu juga sebuah warung. Bangunannya agak
permanen, meskipun hanya dari kayu. Warung ini
tidak hanya beratapkan sepotong kain lebar yang
sudut-sudutnya diikat di batang-batang bambu
yang ditancapkan di tanah seperti warung-warung
darurat lainnya. Tidak. Yang ini ada dindingnya,
biarpun hanya setinggi perut, ada tempat
menambatkan kuda, dan agaknya si empunya
105 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
warung dan pegawai-pegawainya juga menetap di
situ. Tetapi begitu Helian Kong dan rombongan
kecilnya hendak melangkah masuk ke dalam
warung itu, seorang pegawai warung yang di
pundaknya tersampir lap meja, menghadang
mereka bertiga sambil berkata, "Maaf, Saudarasaudara, bukannya warung kami tidak mau tahu
tentang penderitaan kalian para pengungsi, tetapi
sisa-sisa makanan dari dapur baru saja kami
Golok Kelembutan 11 Pengemis Tua Aneh Ouw Bin Hiap Kek Karya Kho Ping Hoo Api Di Bukit Menoreh 24
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama