Ceritasilat Novel Online

Puing Puing Dinasti 4

Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp Bagian 4


lelaki maupun perempuan, "Tolong! Tolong! Ada
penjahat pemetik bunga!"
315 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Hadang dia!" "Panggil petugas keamanan!"
Dan teriakan-teriakan kacau lainnya, yang
menandakan ketidak-berdayaan orang-orang di
pihak yang menjadi korban.
Waktu Siangkoan Heng mengangkat kepalanya, dia melihat sesosok tubuh laki-laki
melompat ke atas dinding sambil memanggul
sesosok tubuh gadis yang terkulai lemas.
Geraknya cepat dan mantap. Tembok setinggi tiga
meter bisa dilompatinya sambil membawa beban
seorang manusia, lalu dengan gerak bagaikan
angin, orang itu berlari menyusur bagian atas
tembok. Hati Siangkoan Heng tergerak, dia pun punya
seorang adik perempuan dan bisa membayangkan
pedihnya sebuah keluarga kalau ada anggota
keluarganya yang wanita dinodai orang tak
dikenal. Karena itu Siangkoan Heng pun melompat
ke atas tembok itu dan mengejar Si penculik.
Biarpun tidak membawa senjatanya, Siangkoan
Heng mengejar terus dengan nyali yang besar.
Mereka berkejaran, lewat bagian atas
dinding rumah, lewat lorong-lorong dan kadang316
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kadang berlari-lari di atas atap rumah orang pula.
Si penculik agaknya sudah tahu kalau dikejar,
makanya nampak ia beberapa kali menoleh ke
belakang. Sementara Siangkoan Heng mengejar penasaran, dan karena buruannya membawa
beban maka Siangkoan Heng berhasil mengejar
semakin dekat. Bentak Siangkoan Heng, "Lepaskan
korbanmu, Sobat. Nyalimu sungguh besar,
sehingga baru saja matahari terbenam kau sudah
berani beroperasi!" Namun Si penculik tetap membandel dan
terus berlari. Kejar mengejar tiba di sebuah tempat
belukar yang agak sepi, meski letaknya masih di
sebelah dalam dari tembok kota Lam-khia yang
amat luas itu. Siangkoan Heng jengkel karena Si penculik
tidak menggubris kata-katanya, tubuhnya melesat
ke depan dan mengirim sebuah jotosan ke
punggung si penculik. Namun agar tidak disebut
menyerang secara curang, Siangkoan Heng juga
menyertakan seruan, "Bangsat, aku bertindak
kepadamu!" 317 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Waktu Siangkoan Heng mengangkat kepalanya, dia melihat
sesosok tubuh laki-laki melompat ke atas dinding sambil
memanggul sesosok tubuh gadis yang terkulai lemas.
318 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tak terduga tiba-tiba penculik itu berhenti,
membalikkan tubuh dan kemudian malahan
melemparkan tubuh gadis yang diculiknya itu ke
arah Siangkoan Heng. Siangkoan Heng jadi kelabakan, jotosannya
yang kuat itu bisa mencederai gadis yang mau
ditolongnya. Maka buru-buru jotosan diubah
menjadi gerak menerima tubuh yang melayang
deras ke arahnya. Tubuh gadis yang diterimanya
itu tidak berkutik, mungkin pingsan atau ditutup
jalan darahnya. Siangkoan Heng tidak sempat
mengurusi gadis itu kecuali meletakkannya
dengan hati-hati di tanah, lalu ia bersiap
menghadapi Si penculik yang ternyata bersikap
mengajak berkelahi. Penculik itu mengenakan kedok muka,
malam juga cukup gelap, sehingga Siangkoan
Heng tidak melihat tampangnya. Kemudian
Siangkoan Heng tahu bahwa ia tidak hanya akan
menghadapi satu musuh, melainkan tiga musuh.
Sebab dari dalam kegelapan muncul pula dua
sosok tubuh berkedok lainnya, yang bersama yang
pertama tadi langsung mengambil posisi segitiga
untuk mengepung Siangkoan Heng.
319 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Diam-diam Siangkoan Heng menaksir kekuatan
sendiri untuk dibandingkan dengan kekuatan
pihak lawan. Tadi ia bisa menaksir kepandaian si
penculik pertama lewat ketangkasannya lari dan
berlompatan di atas genteng, Siangkoan Heng
menaksir orang itu masih bisa dikalahkannya.
Tetapi kalau dua kawannya yang baru muncul ini
juga setingkat dengan yang pertama tadi, lalu
mereka bertiga bergabung, Siangkoan Heng
menaksir dirinya bakal menghadapi kesulitan
berat. Gerutu Siangkoan Heng dalam hati, "Kalau
nasib lagi sial, batal menikmati makanan enak di
pesta, malahan bakal dikeroyok orang di tempat
ini." Biarpun sudah tahu resikonya, Siangkoan
Heng sedikit pun tidak terpikir untuk kabur
terbirit-birit, yang berarti meninggalkan si korban
penculikan menjadi korban orang-orang jahat. Itu
bukan sifat Siangkoan Heng.
Untungnya, tiga kawan itu agaknya juga tidak
membawa senjata, seperti Siangkoan Heng. Jadi
gebuk-gebukan akan dilakukan dengan tangan
kosong. 320 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sesaat keempat orang itu saling mengintai,
saling bergeser mencari posisi. Siangkoan Heng
tidak ingin terkepung, tiba-tiba saja dia membuat
gerakan cepat ke sebelah kiri, kaki kirinya juga
langsung naik setinggi kepala untuk menyambar
kepala lawan di sisi itu dengan sapuan Pai-lian-ka
(Tendangan Teratai Bergoyang).
Lawan bertubuh lebih pendek, namun
tangkas. Ia menunduk dan malahan hendak
menubruk kaki Siangkoan Heng yang sedang
bertumpu tanah. "Cara berkelahi yang aneh....." komentar
Siangkoan Heng sambil membuat lompatan,
melompati orang yang menubruk kakinya itu
untuk langsung menyerang lawannya yang kedua
dengan Hui-hou-tui (Tendangan Macan Terbang)
yang dilakukan sambil melompat.
Yang diserang agak kelabakan, melompat ke
samping. Sementara lawan yang ketiga tidak
menunggu diserang, melainkan lebih dulu
menyerang Siangkoan Heng.
Begitulah, di tempat belukar yang gelap itu
perkelahian tangan kosong berlangsung seru, satu
321 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
lawan tiga. Sabetan tangan dan kaki berseliweran, diselingi tubrukan-tubrukan.
Menghadapi tiga lawan, Siangkoan Heng
harus benar-benar mengerahkan seluruh ketangkasannya, padahal dia sudah jarang
berlatih sejak diam di pegunungan. Maka sekarang
menghadapi tiga musuh dengan tiga corak
bertempur yang berbeda-beda, Siangkoan Heng
lebih banyak bertahan dan menghindar, namun
benar-benar ngotot tidak mau pergi dari situ.
Siangkoan Heng harus selalu berlompatan
berpindah posisi, tidak membiarkan tiga lawannya
berada di tiga arah pada saat yang sama.
Perpindahan posisi yang terus-menerus serba
cepat itulah yang membuat napas Siangkoan Heng
lebih cepat terkuras dari lawan-lawannya.
Biarpun malam sangat dingin, namun keringat
Siangkoan Heng membuat tubuhnya basah kuyup.
Suatu kali karena geraknya mulai melambat,
lengan Siangkoan Heng berhasil ditubruk dan
ditangkap oleh si tukang tubruk yang agaknya ahli
dalam soal mencengkeram dan memelintir.
Lengan Siangkoan Heng terus hendak dipelintirnya
ke belakang tubuh Siangkoan Heng sendiri.
322 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Cepat Siangkoan Heng menggunakan gerak
tipu Ling-yo-kui-kak (Kambing Melepas Tanduknya), ia mengikuti saja putaran lawannya,
sambil membiarkan lengannya dipelintir seraya
merapatkan tubuhnya ke tubuh lawan, dan tahutahu siku dari tangan yang masih bebas menyiku
ke belakang dan mengenai rusuk lawannya dengan
keras. Lawannya mengaduh, jatuh terduduk dan
cengkeramannya lepas. Namun Siangkoan Heng yang tertahan sekian
detik di satu posisi tadi sudah cukup memberi
kesempatan kepada dua lawan yang lain untuk
mengambil keuntungan. Sebuah jotosan dan
tendangan beruntun masih sempat dihindari
Siangkoan Heng, tetapi sebuah tendangan rendah
dari lawan yang lain berhasil menjejak bagian
belakang lututnya dan membuat kakinya tertekuk
sehingga Siangkoan Heng jadi setengah berlutut.
Belum sempat ia bangkit, si tukang tubruk tadi
sudah melekat di punggungnya seperti seekor
lintah saja, sepasang lengan-lengannya menyelusup melalui sepasang ketiak Siangkoan
Heng dan bertemu kembali tepat di tengkuk
Siangkoan Heng dan menjalinkan jari-jarinya
323 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
begitu kuat. Agaknya orang ini memang seorang
pegulat yang terampil. Biar tubuhnya kecil,
namun lengan-lengannya begitu kuat.
Siangkoan Heng meronta, membungkuk,
mencoba menghempaskan lawan yang menempel
di punggungnya itu, namun segala usahanya siasia. Ingin menyikut ke belakang juga tidak bisa,
sebab lengan-lengannya sudah dikunci, bahkan
sepasang kaki si pegulat itu kemudian ikut
melingkar ke perut Siangkoan Heng pula.
Agaknya dalam urusan main pedang atau
main jotos dan tendang Siangkoan Heng jago, tapi
urusan gulat dan ringkus-meringkus, dia tidak
punya bekal yang cukup sedangkan lawannya
seorang ahli. Maka kelabakanlah dia.
Sementara Siangkoan Heng jadi repot dan
tidak leluasa dengan orang yang "digendong"nya
itu, dua lawannya yang lain tentu saja tidak
tinggal diam, mereka terus berusaha menyerang.
Agaknya tidak cuma ingin mencederai Siangkoan
Heng, tetapi ingin membunuhnya.
Yang bisa dilakukan Siangkoan Heng sekarang
adalah memberi perlawanan dengan kakinya,
menendang-nendang dalam berbagai variasi, atau
324 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
untuk bergeser ke sana kemari menghindari
serangan. Kalau tadi saja ia sudah kelelahan
dalam pergeseran-pergeserannya,
apalagi sekarang sambil "menggendong" seseorang yang
tidak ringan bobotnya. Tenaga Siangkoan Heng
pun juga cepat terkuras habis.
Saat Siangkoan Heng dalam keadaan kritis
begitu, tiba-tiba di tempat itu datang pula satu
orang. Tidak jelas wajahnya, karena tempat itu
gelap. Tetapi kalau didengar suaranya dan dilihat
bentuk tubuhnya, agaknya yang datang ini
seorang gadis, bahkan gadis pendekar.
Gadis itu langsung melompat ke tengah
gelanggang, dan langsung membentak nyaring,


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"He, jadi inikah kawanan bandit yang selama ini
meresahkan gadis-gadis di Lam-khia" Sudah
beberapa malam kutunggu kemunculan kalian dan
baru kali ini kutemui!"
Siangkoan Heng melihat bahwa senjata Si
Gadis agaknya adalah sehelai..... selendang!
Diam-diam Siangkoan Heng membatin, "Kalau
seorang pesilat sudah berani menggunakan
senjata yang aneh-aneh, ia pasti sudah
menguasainya." 325 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sementara itu salah seorang penculik dengan
gusar membentak, "Lam-kin Sianli (Bidadari
Selendang Biru)! Kapan kau mau berhenti usil
terhadap urusan kami?"
Si pendatang menjawab, "Sampai kalian,
orang-orang yang tidak menghargai martabat
kaumku, lenyap dari bumi!"
Selendangnya pun berkibaran cepat dan
lincah di tengah gelanggang. Selendang yang
demikian lemas, ternyata kalau mengenai akan
menyakitkan korbannya. Salah seorang penculik
tersabet pipinya, dan ia mengaduh keras serta
terjungkal jatuh. Di lain saat, selendang itu tiba-tiba menjadi
kaku seperti toya dan hasil gebukannya pun
sehebat toya. Orang yang menempel di punggung
Siangkoan Heng itu kena gebuk sekali agaknya. Ia
mengaduh, belitan tangan dan kakinya kendor,
dan Siangkoan Heng berhasil menghempaskannya
ke tanah. Ketiga penculik itu jadi kocar-kacir dan
lenyap keberaniannya. Mereka kabur lintangpukang. Siangkoan Heng tidak mengejar,
melainkan lebih dulu mengurus gadis yang
326 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menjadi korban penculikan. Gadis itu masih
ketakutan, tetapi sudah dapat mengendalikan
dirinya, dan dengan suara tergagap-gagap dia
menjelaskan apa yang terjadi.
Lam-kin Sianli yang ikut mendengarkan,
mendengarkan dengan gemas, lalu berkata sambil
mengepal tinjunya, "Kurang ajar bangsat-bangsat
itu, lain kali akan kukejar mereka dan tidak
kuberi ampun mereka."
Siangkoan Heng pun memberi hormat kepada
gadis itu, "Terima kasih, Nona yang bergelar
Bidadari Selendang Biru. Kedatangan Nona yang
tepat telah menyelamatkan nyawaku juga."
Bidadari Selendang Biru membalas hormat,
sahutnya, "Aku pun berterima kasih, Tuan mau
mempertaruhkan nyawa membela martabat
kaumku dari kawanan pemetik bunga tadi. Boleh
kuketahui nama dan julukan Tuan?"
"Namaku Siangkoan Heng. Tidak punya
julukan apa-apa, karena aku bukan apa-apa di
kalangan persilatan."
"Tuan terlalu merendah. Tadi kulihat Tuan
berkelahi dengan hebat dengan gaya Bu-tong-pai."
327 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Selendang yang demikian lemasnya, ternyata kalau mengenai
akan menyakitkan korbannya. Salah seorang penculik tersabet
pipinya, dan ia mengaduh serta terjungkal jatuh.
328 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Siangkoan Heng menyeringai dalam kegelapan, "Hebat kok hampir mati. Nona terlalu
memuji. Tetapi bolehkah kuketahui nama Nona?"
"Namaku Kongsun Giok. Aku punya she ganda
seperti dirimu, Tuan Siangkoan."
Mereka lalu mengurus Si Gadis korban
penculikan, diantar sampai ke rumahnya.
Keluarga gadis itu rupanya adalah keluarga cukup
berada, mereka menyambut kedatangan Si Gadis
yang diculik itu dengan suka cita, ditambah
ucapan syukur luar biasa kepada sepasang
pendekar yang sudah menolong anak gadis
mereka. Sulit bagi Siangkoan Heng dan Kongsun Giok
untuk menolak ajakan tuan rumah untuk
menikmati perjamuan. Antara Siangkoan Heng
dan Kongsun Giok pun cepat menjadi akrab.
Tadi waktu dalam kegelapan Siangkoan Heng
tak dapat memperhatikan Kongsun Giok, sekarang
di tempat yang terang benderang Siangkoan Heng
dapat memperhatikan Si Bidadari Selendang Biru
ini dan Siangkoan Heng terpesona. Alangkah
cantiknya, dengan pakaian ringkas berwarna
serba biru dan mantel biru pula, pitanya juga
329 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
biru, dan selendang birunya yang menakutkan
para penculik tadi dilibatkan di pinggangnya.
Kongsun Giok yang merasa sedang diperhatikan, bersikap malu-malu dan ini
menambah geregetan Siangkoan Heng.
Maka lupalah Siangkoan Heng akan janjinya
kepada Helian Kong untuk ikut hadir dalam
pertemuan para jenderal di rumahnya Phoa
Taijin. Siangkoan Heng juga diobati di rumah gadis
yang ditolongnya dari malapetaka. Beberapa
bagian permukaan kulit Siangkoan Heng biru
bengkak karena perkelahiannya dengan para
penculik itu. Tapi hatinya sedang berbungabunga, rasanya disuruh tambah bengkaknya juga
mau asal didampingi Si Bidadari Selendang Biru.
Keluarga dari Si Gadis yang diculik itu
memohon Siangkoan Heng dan Kongsun Giok
untuk bermalam di situ, sebagai luapan terima
kasih keluarga itu. Kongsun Giok pura-pura
menolak, kemudian akhirnya menerima. Karena
Kongsun Giok menerima, Siangkoan Heng pun
menerima, agar bisa bersama-sama lebih lama
dengan Kongsun Giok. 330 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Malam itu, di taman rumah itu, Siangkoan
Heng berkesempatan mengobrol panjang-lebar
dengan Kongsun Giok. Apa saja mereka obrolkan,
tentang situasi politik, tentang sepak-terjang para
pendekar dan seribu satu macam lainnya.
Siangkoan Heng memperoleh kesan bahwa teman
barunya ini adalah seorang pendekar yang
mempedulikan banyak orang tertindas. Ia jadi
kagum. Waktu Siangkoan Heng tanya tujuannya
Kongsun Giok ke Lam-khia yang sedang "membara"
itu, Kongsun Giok menjawab, "Aku tidak tahumenahu soal politik. Aku cuma ingin melihat
kuburan kaisar-kaisar Beng yang terkenal itu,
selain itu tidak punya tujuan tertentu. Sambil
sepanjang jalan membantu orang-orang kesusahan....." Mereka mengobrol sampai jauh-malam, lalu
masuk tidur ke kamarnya masing-masing yang
sudah disediakan oleh tuan rumah.
Siangkoan Heng mimpi indah, tetapi waktu ia
bangun keesokan harinya, ia mendapat laporan
dari seorang bujang di rumah itu bahwa Kongsun
331 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Giok sudah meninggalkan rumah itu, entah ke
mana. Siangkoan Heng agak masygul, toh dia
berharap masih dapat berjumpa lagi. Ia pun
kemudian berpamitan kepada tuan rumahnya, dan
tidak dapat menolak hadiah-hadiah yang harus ia
bawa. Kedatangannya kembali di rumah sewaan
melegakan Helian Kong dan Siangkoan Yan.
Sekaligus mengherankan, sebab muka Siangkoan
Heng masih kelihatan agak babak-belur karena
perkelahian semalam, tetapi orang babak-belur
kok seceria itu" *** Para jenderal dan perwira merencanakan
untuk mengadakan ziarah dan sembahyang di
Beng-hau-leng (Kuburan Raja-raja Dinasti Beng).
Sengaja beritanya disebar-luaskan, untuk memancing reaksi para pangeran, dari reaksi
itulah para jenderal berharap akan memperoleh
"bahan penilaian" siapa yang paling tepat
melanjutkan kepemimpinan dinasti Beng.
332 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong tentu saja tidak bisa tidak ikut,
Siangkoan Heng juga ikut. Siangkoan Heng ingat
Kongsun Giok pernah mengatakan kalau dia pun
ingin mengunjungi Beng-hau-leng, maka Siangkoan Heng berharap dapat bertemu dengan
gadis itu. Para jenderal dan perwira yang akan pergi ke
Beng-hau-leng itu berkumpulnya di rumah Phoa
Taijin. Helian Kong dan Siangkoan Heng sudah
tidak punya pakaian kebesaran mereka semenjak
jadi orang pegunungan. Tetapi Helian Kong
dipinjami seragam perwira militer oleh seorang
perwira bawahannya Li Teng-kok. Agak kedodoran, tapi gagah juga. Sedang Siangkoan
Heng dipinjami baju pembesar sipil oleh Phoa
Taijin. Phoa Bian-li, "murid" Helian Kong itu ngotot
mau ikut juga. Helian Kong sempat mamatut-matut diri
dengan pakaian pinjamannya di depan Siangkoan
Heng yang juga mengenakan pakaian pinjaman.
Kata Helian Kong sambil tertawa, "Tidak kentara
kalau pinjaman, ya?"
"Jangan-jangan lalu lupa mengembalikan?"
333 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Rombongan itu berangkat dalam iring-iringan
megah dari rumah Phoa Taijin. Pembesarpembesar yang bisa menunggang kuda ya
menunggang kuda, yang tidak bisa menunggang
kuda menaiki joli-joli yang indah.
Jenderal The Ci-liong sebagai jenderal yang
paling senior, jolinya berada paling depan,
didampingi anak laki-lakinya, Laksamana The
Seng-kong yang menunggang kuda dan diiringi
pengawal-pengawal pribadinya. Yang lain-lain
berderet-deret ke belakang.
Helian Kong tahu diri, pangkat terakhirnya
baru Cong-peng, maka ia menempatkan diri di
bagian tengah iring-iringan, tidak di depan dan
tidak di belakang juga. Bersama-sama Li Tengkok, Gai Leng-ki dan Lau Bun-siu yang sederajat
dengannya. Phoa Bian-li juga di sini, dekat
gurunya. Nampak gagah dan bangga.
Namun salah seorang pengawal pribadi The
Ci-liong mendekat dan berkata kepada Helian
Kong serta Li Teng-kok, "Jenderal The mohon agar
Helian Cong-peng dan Li Cong-peng berada di
dekat jolinya." 334 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kedua Cong-peng ini agak sungkan, sebab
berjalan di dekat Jenderal The berarti berjalan di
depan panglima-panglima yang lebih tinggi seperti
Thio Hong-goan ataupun utusan dari Bangsawan
Bok Thiam-po dari Hun-lam. Tetapi karena The
Ci-liong meminta dengan sungguh-sungguh, Helian
Kong dan Li Teng-kok tidak dapat menolak.
Mereka pun akhirnya berjalan dengan Jenderal
The di depan, tetapi untuk menghormati para
panglima yang lebih senior yang ada di belakang
mereka, Helian Kong dan Li Teng-kok tidak
menaiki kuda mereka, cukup berjalan kaki di
sebelah tandu. The Ci-liong mengerti maksud kedua perwira
ini, hingga dia diam-diam memuji dalam hatinya,


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Li Teng-kok adalah bawahan Thio Hian-tiong,
kabarnya Li Teng-kok dijuluki secerdas Cukat
Liang karena siasat-siasat cemerlangnya di medan
perang, ternyata dia juga seorang yang tahu
membawa diri. Helian Kong juga, jasanya dalam
menumpas pengaruh Co Hua-sun dulu, juga
jasanya dalam membongkar jaringan mata-mata
Pelangi Kuning di istana, cukup untuk
membuatnya besar kepala. Tetapi ia tetap rendah
335 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
hati. Hem, dinasti Beng membutuhkan lebih
banyak lagi orang-orang seperti mereka. Aku
harus mengangkat mereka agar pengaruh mereka
bertambah dan dapat menjadi pengikat persatuan
para jenderal." Dengan mengajak berbincang-bincang kedua
perwira itu, sebenarnya The Ci-liong sudah
memberi muka terang kepada keduanya. Biarpun
sepanjang perjalanan, yang dibicarakan cuma
soal-soal ringan. Menjelang tengah hari, mereka tiba di
kompleks pemakaman raja-raja dinasti Beng itu.
Di gerbang kompleks, semua peziarah turun dari
tunggangan masing-masing. Yang naik joli keluar
dari jolinya, yang naik kuda turun dari kudanya,
kemudian berjalan kaki saja sebagai tanda hormat
kepada raja-raja dinasti Beng.
Para pengiring dan pengawal juga ditinggalkan di pintu gerbang, yang masuk ke
kompleks hanyalah Jenderal The Ci-liong,
Laksamana The Seng-kong, Thio Hong-goan, Im
Hai-lip yang mewakili Keluarga Bok di Hun-lam,
Helian Kong, Siangkoan Heng, Li Teng-kok dan
kedua temannya yang mewakili Jenderal Thio
336 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Hian-tiong yang tidak hadir karena membendung
serbuan Manchu yang hendak merebut Se-cuan.
The Ci-liong tetap meminta Helian Kong dan
Li Teng-kok berada di dekatnya.
Mereka tidak membawa perlengkapan
sembahyang, sebab perlengkapannya semua sudah
disediakan dulu di situ, sudah diatur oleh orangorang dari sebuah kuil yang dimintai tolong.
Pertama mereka semua akan bersembahyang di
makam pendiri dinasti Beng, Kaisar Hong-bu,
sebelum di makam-makam lainnya.
Di kota lain, kota Hong-yang, sebenarnya
juga ada tempat ziarah untuk menghormati raja
pertama dinasti Beng ini. Di kuil Hong-kak-si di
kota Hong-yang, tempat di mana Kaisar Hong-bu
waktu masih bernama Cu Goan-ciang pernah
menjadi seorang pendeta miskin, juga ada patung
besar Kaisar Hong-bu yang disembahyangi orang.
Tapi di tempat itu sering dipakai oleh penganutpenganut sekte Pek-lian-kauw (Sekte Teratai
Putih) yang fanatik dan gemar ilmu gaib, tidak
cocok dengan para panglima yang tidak suka
takhayul. 337 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Makin dekat Jenderal The dan rombongannya
dengan makam Kaisar Hong-bu, makin tercium
bau dupa terbakar. Makam itu tidak hanya
berwujud sebuah gundukan kecil, melainkan
hampir sebesar bukit, dan di dalamnya dilubangi,
dibentuk ruangan-ruangan batu. Selain ruang
untuk meletakkan jenazah, juga ada banyak
lorong-lorong dan kamar-kamar yang penuh
perangkap. Yang paling terkenal adalah ruangan
"pengawal-pengawal batu" yaitu ratusan patung
batu berseragam prajurit, dengan ratusan kuda
batu pula. Tetapi menurut rencana Jenderal The
dan rombongannya, mereka tidak akan masuk ke
dalam, melainkan hanya bersembahyang di
luarnya saja. Di depan pintu masuk makam Kaisar Hong-bu
itu pun ada pelataran luas berlapis batu yang
cukup untuk berdiri seribu orang. Tak ketinggalan
patung-patung besar berbentuk manusia maupun
hewan-hewan di kiri kanan jalannya.
Waktu rombongan Jenderal The tiba, puluhan
meja sesajian sembahyang yang disambungsambung jadi satu dan dibungkus kain putih,
sudah tergelar. Jenis sesajiannya tak terhitung
338 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
macamnya. Belasan kaum agamawan yang akan
memimpin sembahyang pun sudah siap.
Namun yang mencengangkan Jenderal The
dan rombongannya ialah hadirnya semua
pangeran di situ. Mulai dari Pangeran Hok-ong,
Kui-ong, Lou-ong, Tong-ong dan Kong-ong.
Semuanya memakai pakaian sederhana berwarna
putih. Kalau para pangeran kelihatan begitu rukun,
entah rukun sungguh-sungguh entah cuma rukun
dibuat-buat, maka sebaliknya dengan para
pengawal pribadi mereka. Para pengawal pribadi
itu tidak berdiri bergerombol jadi satu, melainkan
saling berjauhan satu sama lain dan saling
menatap kelompok yang lain dengan curiga.
Dalam kelompok pengawal-pengawalnya Pangeran Hok-ong, terlihat Kang-tau Tiat-pang
(Tongkat Besi Kepala Botak) Au Ban-hoa yang tak
henti-hentinya menatap dengan geram ke arah
Helian Kong yang berada di samping Jenderal
The. Helian Kong juga memakai seragam perwira.
Au Ban-hoa hanya berani memelototi tetapi tidak
berani lebih dari itu, khawatir mengacau acara.
339 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Dia mengenali aku sekarang." pikir Helian
Kong. "..... tetapi pastilah dia belum mengenali
aku kalau aku sedang jadi Ek Beng-ti atau yang
lainnya." Jenderal The melangkah maju terus hendak
berlutut di hadapan para pangeran, panglimapanglima lainnya tentu mengikuti tindak-tanduk
jenderal senior itu, tetapi Pangeran Hok-ong
buru-buru menahan sepasang lengan Jenderal The
agar tidak melanjutkan niat berlututnya. Kata
Pangeran Hok-ong simpatik, "Jangan, Jenderal
The. Kami Keluarga Cu, kamilah yang seharusnya
berlutut kepada kalian yang begitu setia untuk
memihak kami, meskipun kami sudah tidak punya
apa-apa." "Jangan berkata demikian, Pangeran. Kita
masih punya separuh negeri leluhur di wilayah
selatan. Dan kalau kita satukan kekuatan,
hapuskan permusuhan dalam keluarga, maka
belahan utara yang sudah diduduki Manchu pun
tidak mustahil kita rebut kembali." sahut Jenderal
The. Helian Kong yang berada di dekat The Ciliong, sekarang mendapat kesempatan untuk
340 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
memperhatikan Pangeran Hok-ong dari dekat.
Bangsawan penguasa Lam-khia dan sekitarnya itu
seorang lelaki setengah baya berwajah lebar,
berkulit putih bersih, bentuk wajahnya agak
persegi, dihiasi kumis kelabu dan tiga jalur
jenggot panjang yang kelabu pula. Helian Kong
membayangkan, kalau orang ini memakai Jubah
Naga Kuning, tampangnya cocok juga.
Namun Helian Kong ingat tingkah laku orangorang bawahannya Pangeran Hok-ong, yang
pernah mengeroyoknya dan hendak menodai isteri
Helian Kong. Helian Kong juga ingat ketika ia
sebagai "Ek Beng-ti" disuruh membunuh Helian
Kong dengan beberapa pembunuh bayaran
lainnya, dan pengecutnya, disuruh meninggalkan
bendera kecil sebagai tanda dari Pangeran Kuiong, agar Pangeran Kui-onglah yang dituduh.
Ingat hal-hal itu, Helian Kong jadi kecewa.
Sementara itu, para pangeran yang lain pun
tidak membiarkan simpati para jenderal akan
direbut sendirian oleh Pangeran Hok-ong dengan
sikapnya yang manis itu. Ramai-ramai mereka pun
melangkah maju dan menyapa para perwira
dengan manis. 341 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Pangeran Tong-ong yang berkedudukan di
Propinsi Hok-kian, menyapa Laksamana The Sengkong yang pangkalan tentara lautnya juga di Hokkian, "Saudara The, senang sekali kita bertemu
lagi di sini. Kita bisa mengobrol mengenang
pengalaman kita, waktu di laut kita menghadang
kapal-kapal perang Ang-mo."
Sengaja Pangeran Tong-ong berkata demikian, menimbulkan kesan bahwa ia pernah
ikut dalam pertempuran laut. Namun The Sengkong hanya tertawa dalam hati. Yang benar,
suatu hari Pangeran Tong-ong berminat ikut
tamasya laut dengan kapal-kapalnya The Sengkong. Tapi pangeran itu mabuk laut, muntahmuntah dan pingsan. Kapal-kapal The Seng-kong
memang berpapasan dengan kapal-kapal Ang-mo
("Rambut Merah" sebutan untuk orang-orang
Inggris dan Belanda, membedakannya dengan
orang Portugis yang berambut hitam) dan terjadi
tembak-menembak dengan meriam. Tetapi bukan
suatu pertempuran, bahkan saat terjadinya itu
Pangeran Tong-ong sedang teler di kapal, tidak
tahu apa-apa. 342 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tetapi The Seng-kong bersikap bijaksana,
tidak mau mempermalukan Pangeran Tong-ong di
hadapan pangeran-pangeran lainnya dan juga
para jenderal, khawatir kalau timbul saling-ejek
yang memperhebat perpecahan. Jawabnya,
"Hamba senang bertemu kembali dengan
Pangeran. Selesai upacara nanti, kita akan bicara
banyak." Dengan halus The Seng-kong memperingatkan
bahwa mereka datang bukan untuk mengobrol,
melainkan untuk bersembahyang.
Pangeran Kong-ong mendekati sambil tertawa-tawa, tanyanya, "Wah, suatu yang tak
terduga bahwa Kakanda Tong-ong bernyali begitu
besar sehingga ikut dalam perang lautnya Yanpeng Kun-ong."
Wajah Pangeran Tong-ong berkerut jengkel,
jawabnya, "Setidak-tidaknya aku pernah berbuat
sesuatu yang nyata bagi negeri kita, tidak hanya
sibuk bermain-main dengan ilmu meramal."
Pangeran Tong-ong menyindir Pangeran
Kong-ong yang memang gemar nujum, sangat
percaya takhayul, dan suka hal-hal gaib itu.
Tetapi Pangeran Kong-ong tidak menjadi malu
343 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dengan sindiran itu, bahkan ia berkata dengan
bangga, "Suatu kali aku datang ke sebuah kuil
yang terkenal tukang nujumnya, aku menyamar
sebagai rakyat jelata, tanpa pengawal. Tetapi
tukang nujum itu memelototi aku, katanya dia
melihat ada seekor naga emas di atas kepalaku.
Pertanda apa itu?" Naga emas sering dianggap melambangkan
kekaisaran, menurut orang-orang yang percaya
hal-hal gaib, seorang calon kaisar sering kelihatan
ada naga emas di kepalanya.
Pangeran Kui-ong tertawa mengejek dan
menjawab, "Itu tandanya di atas kepalamu akan
ada 'naga kuning' yang membawahimu."
Dengan kata lain Pangeran Kui-ong berkata
bukan Pangeran Kong-onglah si "naga kuning" itu,
tetapi orang lain. Begitulah, sindir-menyindir agaknya takkan
habis-habis, kalau Pangeran Hok-ong tidak buruburu melerai dengan gayanya yang kebapakbapakan dan bijaksana, "Keponakan-keponakanku,
kita di sini untuk menghormati leluhur kita."
Para pangeran itu diingatkan, mereka harus
mengendalikan emosinya. 344 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Upacara sembahyang pun dijalankan. Jenderal The Ci-liong hendak menyerahkan
pimpinan upacara kepada para pangeran, tetapi
Pangeran Hok-ong menyatakan ketidaksetujuannya, alasannya karena para jenderal-lah
yang memprakarsai upacara ini. Pangeran lain
yang hampir saja menerima tawaran Jenderal
The, lalu buru-buru putar arah dengan "simpatik"


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengembalikan pimpinan upacara kepada Jenderal The. Para pangeran bertindak hanya sebagai pihak
keturunan dari Kaisar Hong-bu yang berterimakasih kepada para pemberi hormat itu.
Selama upacara berjalan, diam-diam Helian
Kong menilai tingkah-laku para pangeran itu.
Pikirnya, "Pangeran Kui-ong terlalu kasar,
menurut Li Teng-kok juga dia terlalu berterusterang dalam kata-katanya akan ambisinya
menduduki tahta. Pangeran-pangeran lain terlalu
rapuh. Pangeran Lou-ong terlalu pendiam, entah
bagaimana sikapnya. Pangeran Hok-ong mudah
menarik simpati. Nampaknya Pangeran Hokonglah yang mendapat nilai terbanyak dalam
acara itu." 345 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Upacara berlangsung khidmat, para pangeran
berusaha menimbulkan kesan sebaik-baiknya di
mata para jenderal. Maklum, ratusan ribu prajurit
terlatih yang tersebar di Hok-kian, Ciat-kang, Kuisai, In-lam dan Se-cuan, semua di bawah komando
jenderal-jenderal ini. Bukan di bawah para
pangeran. Memang para pangeran punya pasukan
pribadi, namun jumlahnya masing-masing hanya
ribuan orang, jauh dari memadai untuk menguasai
sebuah negeri. Para pangeran dan para jenderal itu
kemudian berjalan-jalan mengelilingi kompleks
makam yang amat luas itu, setelah upacaranya
selesai. Pangeran Hok-ong kelihatannya lebih
menahan diri, bicaranya terkendali dan amat
hati-hati. Ia menimbulkan kesan seorang paman
yang bijak dan sabar sedang mengasuh empat
keponakan yang bandel-bandel.
Waktu The Ci-liong memperkenalkan Helian
Kong yang berjalan di sebelahnya, Pangeran Hokong tercengang, lalu dengan akrab dia memegangi
sepasang pundak Helian Kong sambil berkata,
"Jadi inikah yang menyelamatkan dinasti dari
kebusukan Co Hua-sun" Yang membongkar
346 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
jaringan mata-mata Pelangi Kuning di Pak-khia"
Luar biasa. Begini muda, begini gagah. Atas nama
seluruh Keluarga Cu, aku mengucapkan terima
kasih." Helian Kong jadi kikuk dipuji begitu hebat,
sedang Au Ban-hoa yang mengiringi dari jarak
puluhan langkah, diam-diam khawatir kalau
Helian Kong melaporkan tingkah-lakunya kepada
Pangeran Hok-ong, sebab ada banyak tindakan Au
Ban-hoa yang di luar tahu Pangeran Hok-ong.
Helian Kong memang sudah ingin mengatakan
kelakuan anak buah Pangeran Hok-ong di luaran,
namun ia tidak ingin waktu ini. Kurang bijaksana.
Sedangkan Pangeran Kong-ong malahan
menyindir Helian Kong, "Jenderal Helian, apa
kabar dengan sahabatmu Si Bu Sam-kui itu?"
Helian Kong kelabakan ditanya soal itu,
namun menjawab juga, "Soal jatuhnya San-haikoan, aku ikut bersalah juga. Aku kurang cermat
memperhitungkan kelemahan Bu Sam-kui dan
kelicikan kaki tangan Manchu yang bertebaran di
sana-sini. Sekarang, di hadapan makam leluhur
dinasti Beng, aku siap dijatuhi hukuman apa saja.
Dipenggal kepalaku pun aku bersedia."
347 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Li Teng-kok, sahabat baik Helian Kong,
tampil membela sahabatnya, "Kesalahan itu kalau
mau dicari-cari, siapa di antara kita yang tidak
pernah bersalah sama sekali" Gampang saja
menyalahkan dan menghukum Saudara Helian,
tetapi siapakah yang tahu pertaruhan matihidupnya membela dinasti?"
Jenderal-jenderal lainnya mendukung katakata Li Teng-kok itu, kecuali Im Hai-lip, orang
kepercayaan Bangsawan Bok Thiam-po yang selalu
berdandan sebagai sastrawan dan membawa kipas
besar itu. Ia acuh tak acuh saja sambil
menggoyang-goyang kipasnya.
Jilid VII M elihat pembelaan para jenderal begitu
rupa kepada Helian Kong, Pangeran Kong-ong
segera menyadari bahwa dirinya telah melakukan
suatu kesalahan besar yang bisa menghambat
ambisinya menduduki tahta. Sekaligus ia tahu
bahwa Helian Kong rupanya menjadi "maskot"
348 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
para jenderal, lambang keberanian dan kejujuran
mengabdi dinasti. Tepat seperti omongan Puteri
Tiang-ping alias Bhikuni Siok-sim, biarpun Helian
Kong tidak punya satu prajurit pun, tapi menjadi
semacam kekuatan moral yang mengikat para
jenderal. Siapa yang berjuang di pihak yang sama
dengan Helian Kong, dia diyakinkan kalau
pihaknya benar, meskipun Helian Kong juga
manusia biasa yang punya kelemahan.
Pangeran Kong-ong sadar melakukan kekeliruan, tetapi bingung bagaimana harus
memperbaiki kekeliruan itu. Ia jadi cuma
bungkam saja. Pangeran Kui-ong cepat memanfaatkan
kesempatan untuk keuntungan citranya sendiri di
mata jenderal, "Adinda Kong-ong memang
sembrono, tidak bisa menghargai orang yang
sudah begitu berjasa bagi negeri."
Pangeran Kong-ong semakin tersudut, dasar
ia memang tidak pintar menghadapi situasi, ia
malahan gusar dan berkata, "Aku memang orang
bodoh yang tidak tahu apa-apa. Aku tidak pantas
berada di antara orang-orang pintar macam
kalian. Lebih baik aku pergi saja!"
349 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Keempat pangeran lainnya serempak bersorak gembira dalam hati. Dengan tindakan
Pangeran Kong-ong yang terdorong emosinya itu,
Pangeran Kong-ong kehilangan simpati dari para
jenderal, tindakannya yang berdasar hatinya yang
panas itu juga seolah-olah mengundurkan diri dari
gelanggang pencalonan kaisar. Satu saingan
berkurang. Yang terkejut adalah pengiring-pengiring
Pangeran Kong-ong. Para pengiring itu bukan
cuma terdiri dari jago-jago kepruk tetapi ada juga
seorang penasehat yang bernama Liao Lun,
seorang penasehat urusan politik dan militer
namun nasehatnya tidak pernah digubris oleh
Pangeran Kong-ong. Selain Liao Lun, ada Mo Huntong yang adalah penasehat dalam hal-hal gaib
alias tukang nujum pribadinya, yang nasehatnya
paling sering dituruti Pangeran Kong-ong.
Para pengiring itu tentu saja tidak setuju
kalau Pangeran Kong-ong mengambil tindakan
emosional yang bisa menutup peluangnya sendiri.
Peluang untuk menjadi kaisar. Para pengikut itu
berpikir, sudah susah-payah mendukung Pangeran
Kong-ong dengan harapan akan ikut mukti di
350 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kemudian hari, kalau yang didukung tiba-tiba
kehilangan kesempatan, apa gunanya"
Melihat Pangeran Kong-ong sudah melangkah
keluar dari rombongan para pangeran dan para
perwira, maka Liao Lun dan Mo Hun-tong buruburu mendekati junjungannya dan berkata,
"Pangeran, hamba mohon agar Pangeran....."
Tetapi Pangeran Kong-ong yang sedang
tersinggung itu, membentaknya, "Tutup dulu
mulut kalian! Kita pergi dari sini!"
Dan pergilah Pangeran Kong-ong serta
pengiring-pengiringnya, kedua penasehatnya mengikutinya dengan muka serba salah.
Pangeran Tong-ong mengejek, "Hem, sifatnya
seperti anak kecil begitu, tetapi cita-citanya
setinggi langit. Mana dapat?"
Kembali Pangeran Hok-ong menunjukkan
sikapnya yang menawan hati, "Biar sajalah.
Bagaimanapun, dia masih keluarga kita."
Sementara itu, Pangeran Kui-ong yang cerdas
itu diam-diam memperhatikan bahwa sikap yang
mengesankan para jenderal adalah sikap
bijaksana modelnya Pangeran Hok-ong, maka
Pangeran Kui-ong pun memutuskan untuk ganti
351 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
haluan agar "laku" di mata para jenderal. Meski
sifat Pangeran Kui-ong sendiri pada dasarnya
adalah agak kasar dan terlalu blak-blakan,
sekarang ia menahan diri dan ikut mengomentari
kepergian Pangeran Kong-ong tadi, "Betul kata
Pamanda Hok-ong. Kita ini semuanya sekeluarga,
tidak perlu terpecah-belah oleh hal-hal sepele."
Gaya bicaranya juga berbeda dari biasanya.
Lembut, tidak meledak-ledak.
Justru sikap yang kalem inilah yang menjadi
semacam "tanda bahaya" bagi Pangeran Hok-ong,
bahwa inilah saingan terberat.
Mereka berjalan cukup jauh dan sampai ke
makam Kaisar Yung-lo, raja ketiga dari dinasti
Beng, yang terkenal dengan pengiriman armadaarmada lautnya ke negeri-negeri yang jauh di
bawah pimpinan Laksamana The Ho. Kaisar Yunglo ini adalah putera dari Kaisar pertama yaitu
Hong-bu, naik tahta setelah memberontak
terhadap Kaisar Hui-te, penguasa kedua, yang
adalah keponakannya sendiri. Ceritanya, Kaisar
Hong-bu menurunkan tahtanya tidak kepada anakanaknya melainkan langsung kepada cucunya yang
kemudian bergelar Kaisar Hui-te. Tetapi
352 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pemerintahan Kaisar Hui-te ini lemah dan moratmarit, maka salah seorang putera Kaisar Hong-bu
yaitu Pangeran Yan-ong, memberontak dan
berhasil memaksa Kaisar Hui-te kabur ke negeri
jauh dengan kapal. Pangeran Yan-ong menobatkan diri menjadi Kaisar Yung-lo, dialah
yang memindahkan Ibukota Kerajaan dari yang
semula di Lam-khia ke Pak-khia, sampai habisnya
dinasti Beng. Ketika para pangeran dan para jenderal tiba
di depan makam Kaisar Yung-lo dan mulai
membicarakan kehidupannya, Pangeran Kui-ong
menggunakan kesempatan itu untuk "berkampanye" bagi dirinya sendiri secara
terselubung. Ia memuji-muji tindakan tepat
Pangeran Yan-ong mengambil pemerintahan dari
tangan keponakannya sendiri, Kaisar Hui-te.
Alasannya, dalam keadaan darurat, diperlukan
orang yang mampu bertindak keras untuk
menyelamatkan negeri. Semua pendengarnya
tahu, yang disebut "orang yang mampu bertindak
keras" itu pastilah Pangeran Kui-ong sendiri, yang
sifatnya memang keras, meski Pangeran Kui-ong
tidak menyebut namanya terang-terangan.
353 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Dengan kata lain, Pangeran Kui-ong menyamakan
dirinya dengan Pangeran Yan-ong beberapa abad
yang silam, sang penyelamat negara di masa tidak
menentu. Pangeran Hok-ong tentu saja ingin membantah itu, namun kembali ia menunjukkan
kelihaiannya. Ia justru menahan diri, ia
memperhitungkan kalau dirinya tutup mulut maka
Pangeran Tong-ong dan Lou-ong tentu akan
membantah Pangeran Kui-ong.
Betul juga, Tong-ong dan Lou-ong malahan
mengatakan bahwa Pangeran Yan-ong punya
pamrih pribadi, mengambil keuntungan dalam
kesempitan, meskipun semuanya itu dikatakan
"demi tanah air". Dikatakan pula Pangeran Yanong tidak setia kepada rajanya, bukan membantu
rajanya membenahi keadaan malahan mengobarkan pemberontakan untuk mendudukkan


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya sendiri di singgasana.
Begitulah, meski yang disindir adalah
Pangeran Yan-ong, sebenarnya sasarannya adalah
Pangeran Kui-ong. Sewaktu keadaan memanas, para pangeran
hampir bertengkar, kembali "paman yang
354 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bijaksana" Pangeran Hok-ong melerai keponakankeponakannya dengan lemah-lembut. Dan kembali
Pangeran Hok-ong "menambah nilai" di mata para
jenderal. Demikianlah, dalam acara ziarah itu,
Pangeran Hok-ong yang paling pintar mengendalikan diri, telah berhasil menarik
simpati paling banyak dari para jenderal. Tiga
perwira bawahan Jenderal Thio Hian-tiong yang
dikirim ke Lam-khia, yaitu Li Teng-kok, Gai Lengki dan Lau Bun-siu, yang semula cenderung
mendukung Pangeran Kui-ong, sekarang mulai
goyah dalam hatinya melihat betapa "bijaksana"nya Pangeran Hok-ong dibandingkan
Pangeran Kui-ong yang keras dan berangasan,
Pangeran Lou-ong yang terlalu pendiam, Pangeran
Tong-ong yang penakut tetapi gemar mengejek
orang, atau Pangeran Kong-ong yang percaya halhal gaib dan sifatnya agak kekanak-kanakan.
Pangeran Hok-ong sendiri sadar bahwa
"babak ini milikku" maka sikapnya pun terjaga
benar. Ia tidak terlalu menonjolkan diri. Ia sadar
kalau terlalu menonjolkan diri malahan bisa
"dikurangi nilainya" dalam kontes itu.
355 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mereka semua berkeliling makam itu cukup
lama, kemudian bersama-sama menuju ke pintu
gerbang. Di situ mereka saling memberi hormat
lalu berpisah satu sama lain. Sebelum berpisah,
Pangeran Kui-ong dengan kelemah-lembutan yang
mencoba meniru Pangeran Hok-ong, mengundang
para jenderal untuk berkunjung ke "kemah
perangku yang butut".
Lim Kui-teng, komandan pengawal pribadinya
Pangeran Kui-ong, menangkap kesempatan itu
untuk memuji junjungannya sendiri, "Tuan-tuan,
harap dimaklumi kalau kami memang berkemah di
luar kota dalam kemah-kemah sederhana. Itu
sebagai tanda keprihatinan Pangeran Kui-ong atas
situasi negeri." *** Beberapa hari Siangkoan Heng bermuram
durja, dan adiknya maupun iparnya mengetahui
penyebabnya. Siangkoan Heng tidak bisa
melupakan Lam-kin Sian-li Kongsun Giok yang
menawan hati. Kerapkali Siangkoan Heng
keluyuran mengelilingi kota besar Lam-khia untuk
356 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menjumpai gadis itu, tetapi tidak pernah
bertemu. Siangkoan Yan kasihan kepada kakaknya yang
masih bujangan itu, sambil menggendong
anaknya, Siangkoan Yan berkata, "Dulu waktu
bertemu, apakah Kakak tidak tanyakan dia tinggal
di mana?" Siangkoan Heng menggeleng lesu, sahutnya,
"Dia seorang gadis pendekar, bisa berada di mana
saja. Bahkan kalau perlu bisa tidur di atas
genteng rumah." Helian Kong juga ikut prihatin, namun
dengan kesibukannya bersama para jenderal,
kesibukan yang terpusatkan di rumah Phoa Taijin,
Helian Kong tidak dapat memberi banyak
perhatian kepada urusan Siangkoan Heng itu.
Namun di suatu malam, Helian Kong yang
baru pulang dari rumah Phoa Taijin itu,
mencetuskan sebuah gagasan, "Saudara Siangkoan, kalau gadis itu belum meninggalkan
Lam-khia, kita bisa memancing dia keluar dari
persembunyiannya." Siangkoan Heng terbangkit semangatnya,
"Caranya?" 357 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Bukankah gadismu itu sangat membenci
kaum pemetik bunga" Kita bisa pura-pura jadi
kaum pemetik bunga yang beroperasi di kota ini.
Kalau dia ada di kota ini, pastilah akan muncul."
Wajah Siangkoan Heng cerah, ganti wajah
adik perempuannya yang cemberut, "Hem,
gagasan bagus. Pura-pura jadi pemetik bunga,
kalau sungguhan sekalian?"
Siangkoan Yan agak cemburu, sebab tadi
Helian Kong mengatakan "kita" artinya Helian
Kong sendiri juga ikut menemani Siangkoan Heng
pura-pura jadi pemetik bunga, berarti pula
berurusan dengan gadis-gadis cantik.
Helian Kong paham perasaan isterinya, ia
tertawa dan berkata, "Sekian lama jadi suamiisteri, baru kali ini kau cemburu."
"Cemburu" Siapa cemburu?" Siangkoan Yan
membelalakkan matanya, tetapi kemudian ia tahu
sikapnya kurang tepat untuk Helian Kong, maka
dia pun tertawa pula, "Baik, silahkan pura-pura
jadi penjahat pemetik bunga, asal jangan jadi
penjahat sungguhan."
"Isteriku, memangnya aku ke Lam-khia ini
untuk iseng" Ini demi Kakakmu."
358 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Iya, iya. Sana berangkat."
Malam itu, Helian Kong dan Siangkoan Heng
mengenakan pakaian ringkas serba hitam, keluar
"mencari korban". Pakai tutup muka segala.
Mereka melompat ke atas genteng, dan
setelah berdiri di atas genteng, Helian Kong
tertawa geli sendiri. Tanyanya, "Nah, siapa gadis
cantik yang akan menjadi korban pertama kita?"
Siangkoan Heng garuk-garuk kepala, katanya
dari balik kedoknya, "Beginilah kalau pemetik
bunga gadungan. Tidak tahu di rumah mana yang
ada gadis cantiknya."
"Kita jalan dulu, siapa tahu akan muncul
gagasan atau kesempatan." usul Helian Kong.
"Tetapi tidak usah di atas genteng. Jalan di bumi
sajalah." Mereka pun melompat turun dan menyusuri
lorong-lorong gelap kota Lam-khia. Entah
kemana. "Jangan sampai tersesat dan tidak bisa
pulang, kota ini punya ribuan lorong besar dan
kecil dan ada banyak bagian yang kelihatannya
sama." kata Helian Kong.
359 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Malam itu Helian Kong dan Siangkoan Heng mengenakan
pakaian ringkas serba hitam, keluar mencari korban. Pakai
tutup muka segala. 360 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Sebenarnya Helian Kong punya maksud lain.
Bukan hanya menolong Siangkoan Heng menemukan gadis idamannya, tetapi juga untuk
melibatkan lebih dalam kehidupan "arus bawah
tanah" di Lam-khia. Helian Kong datang ke Lamkhia memang tidak berniat tampil di permukaan,
tetapi niatnya ingin melihat "arus bawah tanah".
Tetapi sekarang Helian Kong sudah terlanjur
tampil di permukaan, sudah terlanjur banyak
orang yang tahu, itu karena ia mau tidak mau
harus muncul demi mempersatukan sikap para
jenderal. Namun Helian Kong berharap ia masih
akan bisa "menyelam" di arus bawah itu, tentu
saja dengan identitas lain. Entah Ek Beng-ti entah
siapa lagi. Helian Kong berharap bisa berkenalan lebih
banyak dengan orang-orang bawah tanah
semacam pembunuh-pembunuh bayaran yang
dikenalnya. Lewat mereka, ia berharap bisa
melihat tindakan tersembunyi para pangeran,
bukan tindakan yang sengaja dipamer-pamerkan
di muka umum untuk mendapat simpati.
Tak terduga yang beruntung lebih dulu
adalah Siangkoan Heng. Suatu kebetulan satu
361 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
banding sejuta kesempatan, kebetulan yang
rajanya kebetulan, sebab baru saja mereka keluar
dari lorong yang ke sekian, tiba-tiba dari depan
nampak sesosok tubuh berjalan terhuyunghuyung.
Malam gelap, dari jarak puluhan langkah sulit
mengenali wajah orang itu, tetapi bentuk
tubuhnya bisa dikenali kalau seorang perempuan
yang berpakaian ringkas. "Jangan-jangan dia....." Siangkoan Heng
sudah hendak berlari menyongsong sosok
perempuan yang dari depan itu, namun Helian
Kong mencegahnya. "Hati-hati....."
"Mungkin dia luka....."
"Kita dekati perlahan-lahan."
Mereka berdua makin dekat dengan
perempuan itu. Perempuan itu agaknya juga
sudah melihat dua sosok bayangan lelaki di
depannya, maka dia pun menghentikan langkahnya. Desis perempuan itu, "Jangan harap
kalian bangsat-bangsat ini dapat....."
Itulah suara Kongsun Giok, sehingga
Siangkoan Heng menukasnya cepat, "Adik Giok, ini
aku! Ingat aku?" 362 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Terdengar engah napas berat dari Kongsun
Giok,suaranya pun berubah nada, jadi amat lega,
"Kakak Siangkoan aku....."
Ia tidak menyelesaikan kata-katanya, tubuhnya roboh. Siangkoan Heng cepat maju
menangkap tubuh itu agar tidak terhempas tanah.
Helian Kong juga maju memeriksanya.
Helian Kong menaruh jari-jari tangannya di
depan lubang hidung gadis itu, dan merasakan
betapa lemah napasnya. Lalu meraba urat besar
di lehernya, juga terasa betapa lemah denyut
jantungnya. Dalam sekejap Helian Kong menyingkirkan
segala pertimbangan bahwa kerahasiaan tempat
berteduhnya di Lam-khia masih diperlukan,
keselamatan Si Gadis lebih perlu, maka katanya,
"Kita bawa ke rumah untuk diobati."
"Parahkah lukanya?" tanya Siangkoan Heng
cemas. "Setelah kita periksa di tempat terang, baru
ketahuan. Mungkin terpukul keras oleh Tiat-seciang (Telapak Pasir Besi) atau sejenisnya. Cepat
angkat." 363 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mereka pun bergegas pulang, dengan
Siangkoan Heng mengangkat tubuh Kongsun Giok.
Siangkoan Yan yang menunggu rumah, kaget
waktu melihat suaminya dan kakaknya sudah
kembali begitu cepat, dengan membawa seorang
gadis yang terluka. "Siapa dia?" "Inilah yang dicari Kakakmu, namanya
Kongsun Giok. Gelarnya Lam-kin Sianli (Bidadari
Selendang Biru)." sahut Helian Kong kepada
isterinya. Maka si kecil Helian Beng untuk sementara
ditaruh dulu, untung bayi itu sedang tidur
nyenyak dan kesehatannya juga sedang membaik,
lalu Siangkoan Yan ikut sibuk mempersiapkan
segala sesuatunya. Tubuh Kongsun Giok ditaruh di sebuah
ruangan yang hangat, diperiksa dan tidak terlihat


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di mana lukanya. Tetapi wajahnya pucat pasi dan
ada setitik darah dekat ujung mulutnya, napasnya
perlahan dan begitu berat.
Siangkoan Heng ingin mengusulkan untuk
membuka pakaian Kongsun Giok, namun tertahan
364 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
oleh rasa sungkan kepada adik perempuannya dan
iparnya. Helian Konglah yang tidak sungkan, katanya,
"Adik Yan, buka pakaiannya!"
Siangkoan Yan tidak ragu-ragu lagi segera
bertindak, ia tahu suaminya bukan lelaki mata
keranjang yang suka melihat perempuan
telanjang. Perintah suaminya itu pasti demi
alasan keselamatan gadis berbaju biru itu.
Waktu baju gadis itu dibuka, di bagian dada
tidak nampak bekas luka apa pun, tetapi dibagian
punggungnya nampak bekas telapak tangan
berwarna hitam. Untungnya tidak tepat di
jantung, melainkan sedikit di bawah pundak.
Untung pula pukulan itu agaknya juga kurang
telak. "Tepat dugaanku. Ia terpukul sejenis Tiat-seciang yang dilatih hampir sempurna." desis Helian
Kong. Dengan hati-hati ia meraba kulit di sekitar
bekas telapak tangan itu, sambil memusatkan
perasaannya. Lalu katanya pula, "Mujur pukulannya tidak terlalu telak, jadi tidak ada
tulang yang cedera. Tetapi ia membutuhkan
pertolongan yang bersungguh-sungguh."
365 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Apa yang bisa kita lakukan?" tanya Siangkoan
Heng gelisah. Helian Kong berpikir sebentar, lalu katanya,
"Kita keluarkan dulu darah mati yang masih
tertinggal di dalam. Dudukkan dia dan pegangi
dia." Dengan hati-hati Siangkoan Heng dan
Siangkoan Yan mendudukkan Kongsun Giok dan
memegangi tubuh yang lemas terkulai itu. Helian
Kong duduk di belakangnya dan menempelkan
sepasang telapak tangannya ke punggung
telanjang Kongsun Giok, memejamkan mata dan
mengatur pernapasan. Sepasang telapak tangannya seperti mengurut dan mendorong.
Beberapa saat kemudian tubuh Kongsun Giok
terguncang pelan dan dari mulutnya terlontarlah
segumpal darah hitam berbau amis. Siangkoan
Heng cepat keluar mengambil air dan kain lap
untuk membersihkannya, sementara Siangkoan
Yan tetap memegangi. Helian Kong turun dari pembaringan,
mengusap keringat di jidatnya. Sementara
Kongsun Giok dibaringkan kembali dan diselimuti.
366 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Apalagi yang bisa kita lakukan?" tanya
Siangkoan Heng. "Pengobatanku hanya bersifat pertolongan
darurat, untuk bisa sembuh sama sekali haruslah
ditangani oleh tabib yang baik," kata Helian Kong.
"Apakah kalian tahu ada tabib yang baik di dekatdekat sini?"
Biar kucari malam ini juga." Siangkoan Heng
bangkit dan pergi, padahal saat itu sudah larut
malam, tentu kalau ketemu tabibnya pun sudah
tidur. Sementara itu suami-isteri Helian Kong dan
Siangkoan Yan sekarang jadi ketambahan
"momongan" baru. Mereka tidur bergantian dan
sebentar-sebentar memeriksa keadaan Kongsun
Giok. "Keadaannya membaik....." komentar Helian
Kong. "..... napasnya bertambah ringan."
Sementara isterinya memikirkan sesuatu yang
lain, "Suamiku, kalau benar kita temukan tabib
yang baik, dengan apa kita hendak membayar dia"
Uang kita sudah menipis. Uang pemberian Li
Teng-kok itu." 367 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Mau tak mau Helian Kong berpikir ke situ
juga. Tiba-tiba ia teringat hadiah-hadiah dari
para pangeran buat dirinya, hadiah-hadiah yang
dibiarkannya tetap terbungkus dan dititipkan di
rumah Phoa Taijin itu. Helian Kong memang
belum membuka hadiah-hadiah itu, khawatir
kalau ia menerimanya maka ia sudah "terikat"
dengan si pemberi. Namun sekarang isterinya
mengingatkan hal itu, mau tak mau Helian Kong
pikirannya melayang ke sana.
"Suamiku....." "Jangan khawatir, Adik Yan. Besok aku akan
ke rumah Phoa Taijin."
"Pinjam uang?" "Tidak. Ada hadiah-hadiah mahal dari para
pangeran kepadaku. Kutitipkan di sana."
Sebagai isteri yang kenal baik kepribadian
suaminya, Siangkoan Yan langsung paham kenapa
selama ini suaminya tidak pernah bicara sepatah
kata pun tentang hadiah-hadiah itu. Suaminya
pasti tetap menganggap hadiah-hadiah itu bukan
miliknya, makanya tidak membicarakannya.
Namun sekarang demi menyelamatkan sebuah
nyawa, nyawa Kongsun Giok, suaminya terpaksa
368 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
harus sedikit membengkokkan pendiriannya
selama ini. Siangkoan Yan terharu. Ia sadar bahwa
suaminya melakukan itu dengan hati yang berat.
Helian Kong membelai kepala Siangkoan Yan
yang duduk di tepi pembaringan Kongsun Giok,
hiburnya, "Jangan risau, Adik Yan. Aku tidak
menjual pendirian kok. Hadiah yang akan kuambil
dan kujual itu akan kupilih dari pengirim yang
tidak bisa mengikat aku lagi, mengikat dengan
hutang budi." "Siapa?" "Pangeran Kong-ong. Dia juga mengirimiku
hadiah. Namun dalam acara sembahyang di Benghau-leng tadi, Pangeran Kong-ong menunjukkan
tingkah kekanak-kanakan yang menutup kesempatannya sendiri. Kalau Pangeran Kong-ong
pintar memperhitungkan situasi, harusnya ia
angkat kaki dari Lam-khia ini karena kesempatannya untuk menjadi Kaisar sudah
tertutup sama sekali."
"Ya, kalau bisa memperhitungkan situasi.
Kalau tidak?" 369 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Percayalah, pokoknya takkan seorang pun
bisa mengikat aku." Menjelang dini hari, Siangkoan Heng kembali
dengan tangan kosong. Tentu saja, mana bisa
ketemu tabib buka praktek di malam selarut itu"
Tetapi Helian Kong merangkul dan menghibur
iparnya itu, "Jangan panik. Cemas sedikit
bolehlah, tetapi panik jangan. Ia membaik.
Kesempatannya untuk sembuh terbuka lebar."
Sebelum matahari terbit, Helian Kong sempat
beristirahat sekejap. Begitu pagi, ia bangun dan
membersihkan diri, langsung berangkat ke rumah
Phoa Taijin. Tetapi untuk melindungi penyamarannya, ia tidak berangkat dari rumah
sewaan yang didiami Siangkoan Heng dan
Siangkoan Yan, melainkan dari kelenteng bobrok
tak berpenghuni yang beradu belakang dengan
rumah sewaan itu. Kedatangan Helian Kong di rumah Phoa Taijin
mencengangkan orang-orang di rumah itu. Li
Teng-kok yang baru saja berolah raga di halaman
belakang, masih dengan telanjang dada dan
berkeringat berleleran dan tombak di tangan,
370 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
menyongsong Helian Kong. Tanyanya, "Ada apa,
Saudara Helian?" Helian Kong agak kikuk mengatakannya,
namun kepada sahabat baik ia tidak berbohong,
"Aku ingin mengambil salah satu hadiah yang
kutitipkan di sini. Aku..... membutuhkannya."
"Hadiah dari para pangeran?"
"Benar." Li Teng-kok tercenung, sekilas prasangka
berkelebat di benaknya, apakah Helian Kong si
"kekuatan moral" ini sudah mulai menjual
idealismenya demi desakan kebutuhan hidup" Li
Teng-kok mengibaskan kepalanya kuat-kuat. Ia
kenal siapa Helian Kong dan ia tidak percaya
Helian Kong berubah. Helian Kong heran melihat sikap Li Teng-kok
yang rada aneh, samar-samar dia bisa menebak
apa penyebab keanehan itu. Katanya, "Saudara Li,
aku tidak akan berubah pendirian biarpun hadiah
ditumpuk di depanku. Lagi pula, kalau kita sudah
diberi, kita berhak atasnya bukan" Dan kita pun
tidak terikat syarat apa-apa dengan si pemberi."
Gelagapan Li Teng-kok menjawab, "O, tidak,
aku tidak menuduh Saudara Helian akan berubah
371 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pendirian karena menerima hadiah. Tidak. Seperti
aku tidak kenal kepribadian Saudara Helian saja.
Mari, kuantar ke tempat hadiah-hadiah itu."
Li Teng-kok lebih dulu memakai bajunya,
kemudian melangkah ke sebuah ruangan di
bangunan sayap kiri. Helian Kong mengikutinya.
Ketika pintu dibuka, terlihatlah dalam ruangan itu
hadiah-hadiah yang mahal-mahal, ada yang dalam
kotak indah, bahkan ada yang kotaknya saja
berharga mahal karena dibuat dari batu giok hijau
berukir. Masing-masing ditaruh di atas taplak yang
indah. Helian Kong berpikir, "Mungkin sehelai
taplaknya saja sudah bisa dijual dan untuk
menjamin hidup orang sederhana sebulan lebih."
"Inilah hadiah-hadiahnya," kata Li Teng-kok
sambil mengedangkan tangannya.
"Yang untukku mana?"
Hampir-hampir Helian Kong tidak percaya
waktu mendengar Li Teng-kok berkata, "Yang di
ruangan ini untukmu semua, Saudara Helian."
"Semua" Bukankah rekan-rekan yang lain juga
mendapat kiriman hadiah dari para pangeran"
Bukan aku saja?" 372 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Ya. Aku juga. Tetapi kami sudah menyimpan
hadiah kami masing-masing. Tinggal bagianmu
yang masih dititipkan di sini."
Sengaja Li Teng-kok berkata demikian, untuk
menghilangkan rasa sungkan Helian Kong
andaikata mau memanfaatkan hadiah-hadiah itu.
Li Teng-kok bisa maklum bahwa Helian Kong
punya kebutuhan menghidupi keluarganya di kota
Lam-khia yang harga-harga apa-apanya serba
mahal itu. Helian Kong menangkap maksud tersembunyi
di balik kata-kata Li Teng-kok, sorot matanya pun
memancarkan terima kasih. Katanya, "Aku hanya
mengambil sekedar untuk membayar tabib dan
menghidupi anak-isteriku secara sederhana."
"Tabib" Siapa yang sakit?"
"Seorang pendekar sahabat Siangkoan Heng.
Saudara Li, tahukah kau tabib yang baik di Lamkhia ini?"
"Apa sakitnya?"
Helian Kong ragu-ragu sejenak, haruskah ia
merahasiakannya" Tetapi kalau dirahasiakannya,
mana bisa mendapat keterangan yang tepat"
Akhirnya ia menjawab, "Luka dalam kena pukulan
373

Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
berat seorang pesilat. Tetapi tolong, jangan
ceritakan kepada siapa-siapa, apalagi kepada.....
Phoa Bian-li. Nah, kira-kira siapa tabibnya yang
bisa mengobatinya?" "Di Lam-khia ini, kudengar ada seorang guru
silat yang mahir Tiat-se-ciang. Mungkin dia bisa
mengobatinya." Helian Kong ragu, jangan-jangan malah orang
itu yang melukai Kongsun Giok" Tetapi ia diam
dan terus mendengarkan Li Teng-kok berbicara,
"Guru silat itu bernama Lam Peng-hi. Rumah
kediamannya di ujung barat Goat-tah-kai. (Jalan
raya Pagoda Rembulan). Mudah dikenali, sebab ia
memasang papan bertuliskan "Tiat-ciang Bu-siau"
(Sekolah Silat Telapak Besi) di depan rumahnya."
"Baiklah, Saudara Li. Terima kasih."
"Jadi mengambil hadiahnya tidak?"
"Tentu saja jadi. Eh, dari siapa saja hadiahhadiah ini?"
Li Teng-kok menunjuk-nunjuk sambil memberi keterangan, "Kotak batu kemala yang
isinya entah apa, itu dari Pangeran Hok-ong. Ada
kartu namanya kok. Baju perang dari emas itu
dari Pangeran Kui-ong, sesuai dengan watak
374 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
militernya. Sepasang kuda dari giok hijau itu
kalau tidak salah ingat dari..... Pangeran Lou-ong.
Pedang pusaka Gu-hong-kiam (Burung Hong
Menangis) itu dari....."
Helian Kong terkesiap, "Pedang pusaka Guhong-kiam?"
Li Teng-kok adalah orang militer murni, sama
sekali buta akan seluk-beluk rimba persilatan, ia
heran melihat sikap Helian Kong itu. "Ya. Pedang
pusaka Gu-hong-kiam. Kenapa kau begitu kaget,
Saudara Helian" Begitu bernilaikah pedang itu?"
Helian Kong menarik napas, katanya, "Ya,
bahkan tak ternilai. Aku pernah mendengar dari
almarhum guruku, pedang pendek itu dibuat dari
bahan yang belum diketahui. Selain tajamnya bisa
memotong logam segampang memotong tahu,
pedang itu kalau dihunus juga akan mengeluarkan
suara lembut seperti rintihan burung hong."
Li Teng-kok tertawa dengan sikap kurang
percaya, "Ada-ada saja kaum persilatan kalau
mencipta dongeng. Yang namanya burung hong
saja entah ada entah tidak, karena itu cuma
terdapat dalam dongeng. Mana ada yang pernah
mendengar suara rintihan burung hong sehingga
375 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
dapat membandingkannya dengan suara pedang
itu ketika dihunus?"
Helian Kong tidak ingin berdebat dengan Li
Teng-kok soal itu, ia hanya menjelaskan apa yang
ia ketahui tentang pedang itu, "Kata orang, suara
itu tidak berpengaruh sama sekali buat si
pemegang pedang sendiri, tetapi bagi orang lain,
akan merasa hatinya seperti diaduk-aduk sehingga
tidak dapat berkonsentrasi penuh dalam
pertempuran." "Singkatnya, hadiah itu yang paling berharga?" "Betul, Saudara Li. Siapa pengirimnya?"
"Dari Pangeran Tong-ong di Hok-kian. Kaulah
pemilik pedang hebat itu, Saudara Helian."
Helian Kong menggeleng, "Hadiah sehebat itu
sulit untuk tidak menimbulkan ikatan. Lebih baik
aku tidak menerimanya. Harap juga jangan
sampai diketahui banyak orang kalau pedang Guhong-kiam di sini. Kalau sampai beritanya
menyebar, rumah ini akan diserbu orang-orang
rimba persilatan yang menginginkan pedang itu.
Saudara Li akan repot sekali."
376 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Baik. Kuperhatikan sungguh-sungguh peringatanmu, Saudara Helian. Nah, aku
lanjutkan. Pangeran Kong-ong menghadiahimu
sekotak batu permata dari Thian-tiok (India)."
Helian Kong menyeringai, "Saudara Li, kita
jadi orang-orang kaya, ya" Bagaimana kalau kau
dipanggil Li Taipan saja?"
Li Teng-kok tertawa terbahak, "Lalu aku
letakkan pedangku dan ganti jadi pengusaha saja"
Ha-ha, Saudara Helian, tunggulah kalau matahari
terbit dari barat dan tenggelam di sebelah timur."
Helian Kong membuka kotak permata kiriman
Pangeran Kong-ong, matanya jadi silau melihat
warna-warni cahaya dari batu permata yang
mahal-mahal dari India itu. Cukup dengan sekotak
kecil itu, rasanya ia tidak perlu lagi berpikir keras
untuk mencukupi kehidupan keluarganya sampai
akhir hayatnya. Tetapi Helian Kong hanya
mengambil sebutir permata kecil untuk dikantonginya, katanya kepada Li Teng-kok,
"Sengaja yang kuambil adalah yang dari
pemberian Pangeran Kong-ong, sebab menurut
perhitunganku, dia sudah tidak laku lagi di
gelanggang persaingan calon kaisar, karena
377 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
tingkahnya kemarin di Beng-hau-leng. Jadi dia
tidak mungkin mengikatku, bahkan mungkin saat
ini ia sudah angkat kaki dari Lam-khia."
Li Teng-kok memahami perhitungan Helian
Kong itu, dalam hatinya ia hormat kepada
keteguhan hati sahabatnya ini. Yang tidak mabuk
melihat hadiah-hadiah bernilai besar itu.
Namun soal pedang Gu-hong-kiam, Helian
Kong tidak jadi menitipkannya di rumah Phoa
Taijin itu, sebab mengkhawatirkan Phoa Taijin
akan banyak direpotkan oleh orang-orang yang
menyerakahi pedang itu. Helian Kong akhirnya
memutuskan untuk membawa pedang pendek Guhong-kiam ke kediamannya, bukan untuk
memilikinya, tapi sekedar meringankan beban Li
Teng-kok. Pedang pendek itu dibungkus kain, lalu
disembunyikan di balik bajunya.
Dari rumah Phoa Taijin, Helian Kong lebih
dulu menuju ke sebuah toko permata untuk
menjual sebutir permata dari hadiah Pangeran
Kong-ong itu. Dengan pakaiannya yang sederhana,
Helian Kong menjual permata yang sangat mahal,
maka ia sempat dicurigai oleh Si pemilik toko
permata. Dikira Helian Kong menjual barang
378 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
curian. Tetapi Si pemilik toko tidak peduli asalusul barang itu, ia menawar dengan harga miring,
kalau dijual kembali bakal banyak menguntungkan
Si pemilik toko. Helian Kong yang tidak tahumenahu soal harga, akhirnya melepasnya saja.
Dan uangnya dari "harga miring" itu saja membuat
kantong Helian Kong penuh uang sampai terasa
berat. Keluar dari toko permata, Helian Kong
bertanya kepada orang di jalanan, apakah jalan
Goat-tah-kai jauh atau tidak. Kata orang itu
ternyata agak jauh, karena Lam-khia adalah kota
besar. Helian Kong yang sedang banyak duit itu
lalu menyewa joli untuk diantar ke Sekolah Silat
Telapak Besi di jalan raya Goat-tah-kai.
Sambil duduk melenggut dalam joli, Helian
Kong mentertawakan dirinya sendiri, "Enak juga
jadi orang banyak uang, Pantas kalau ada yang
sampai menghalalkan segala cara demi memperoleh banyak uang."
Perjalanan yang ditempuh sampai ke sekolah
silat itu memang cukup jauh untuk ukuran
perjalanan dalam kota. Waktu sampai di
depannya, Helian Kong melihat sebuah gedung
379 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
besar, di atas pintu gerbangnya bertuliskan Tiatciang Bu-siau. Ia turun dari joli dan membayar
tukang-tukang jolinya. Sepasang daun pintu yang tebal dan bercat
merah saat itu dalam keadaan setengah terbuka.
Kemudian di belakang pintu ada dinding
penghalang pandangan agar orang-orang yang
lewat di jalanan tidak bisa melihat langsung ke
dalam rumah. Kata para ahli hong-sui
(perhitungan gaib tentang tata-letak suatu
tempat), itu kurang baik. Helian Kong melihat
pada dinding penghalang itu bergambar telapak
tangan raksasa berwarna hitam.
Dari balik dinding, terdengar suara bentakan
dari puluhan orang pria dan wanita yang berulangulang secara teratur. Helian Kong membayangkan
saat itu mungkin murid-murid Tiat-ciang Bu-siau
sedang berlatih. Ia melangkah melewati dinding penghalang
pandangan itu, dan benar, ia lihat sepetak
halaman luas berlantai lempengan-lempengan
batu. Halaman itu dipenuhi puluhan orang
berseragam latihan dalam jajaran-jajaran rapi,
sedang melakukan gerakan-gerakan yang sama di
380 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bawah aba-aba seorang pelatih berewokan.
Orang-orang yang berlatih itu ada pria ada
wanita, ada yang sudah hampir setengah abad
dan ada yang masih kanak-kanak sepuluh tahun.
Semuanya bermandikan keringat.
Kedatangan Helian Kong langsung dilihat oleh
salah seorang pembantu pelatih yang mengawasi
di pinggir lapangan. Pembantu pelatih itu seusia
Helian Kong, potongan tubuhnya juga mirip,
sama-sama tegap berotot. Bedanya, Helian Kong
menyembunyikan ketegapannya itu di balik jubah
kasar yang longgar, sedang orang itu memamerkannya dengan memakai baju buntung.
Orang itu segera mendekati Helian Kong
sambil menggerak-gerakkan otot pundaknya, lalu
tanyanya, "Bung, ada keperluan apa kemari?"
Helian Kong memberi hormat, biarpun tidak
dibalas, "Aku ingin bertemu dengan Guru Lam
Peng-hi." "Untuk apa?" "Meminta petunjuk penyembuhan, atau obat,
untuk seorang kenalanku."
"Sobat, tidakkah kau baca tulisan di depan
tadi, bahwa tempat ini adalah sebuah sekolah
381 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
silat, bukan toko obat ataupun tempat tabib
membuka praktek?" "Aku tahu, tetapi kenalanku yang terluka itu
lukanya kena pukulan Tiat-se-ciang. Maka kuharap
Gurumu bisa memberi petunjuk menyembuhkannya." "Siapa namamu?"
"Liao Beng-it," sahut Helian Kong sekenanya
saja. "Tunggulah di sini, aku akan bicara dengan
Guruku dulu. Kalau diperkenankan menghadap,
nanti kuberitahu kau, Sobat Liao."
"Terima kasih."
Orang itu berjalan masuk, sementara Helian
Kong berdiri tanpa mengerjakan apa-apa, kecuali
menonton orang latihan silat itu. Murid-murid
yang berlatih di halaman depan itu ternyata baru
mempelajari gerak-gerak dasar yang sederhana,
bahkan kuda-kudanya pun masih banyak yang
salah dan para pembantu pelatih atau muridmurid senior membantu membetul-betulkan yang
salah. Beberapa saat kemudian, orang tadi muncul
kembali, katanya, "Kau beruntung, Sobat. Guruku
382 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kebetulan sedang longgar

Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatinya, kau diperkenankan menjumpainya. Mari kuantar."
"Terima kasih."
Helian Kong pun berjalan menyusuri
pinggiran lapangan latihan. Ternyata tempat itu
luas sekali, bukan cuma ada satu lapangan
latihan. Lapangan-lapangan latihan yang di
sebelah dalam agaknya diperuntukkan muridmurid yang sudah lebih tinggi kelasnya. Gerakan
mereka juga lebih mantap dan lebih bervariasi.
Perguruan-perguruan silat biasanya menutup
diri terhadap orang luar, takut dijiplak teknikteknik khususnya. Tetapi Tiat-ciang Bu-siau ini
agaknya bersifat komersil, untuk mengumpulkan
uang, maka malah dipamer-pamerkan kepada
Helian Kong sebagai "promosi".
Di suatu lapangan tertutup yang tidak begitu
luas, Helian Kong melihat seorang murid
mematahkan lempengan ubin batu dengan
telapak tangannya. Tidak percuma sekolah silat
ini dinamai "Telapak Besi".
"Bagaimana pendapatmu, Sobat Liao?"
"Luar biasa," puji Helian Kong berbasa-basi.
"Apakah sekolah ini juga mendidik murid383
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
muridnya agar berkelakuan baik di luaran, dan
tidak sembarangan melukai orang?"
"Sobat Liao, apakah kau menuduh orang dari
pihak kami yang melukai temanmu yang katamu
dilukai oleh Pukulan Pasir Besi itu?"
"Tidak menuduh, cuma bertanya."
"Kami ini sekolah silat, tugas kami adalah
mendidik orang agar sekeluarnya dari sini bisa
main silat. Itu saja. Perkara urusan mereka di
luaran, itu tanggung-jawab masing-masing. Tidak
ada sangkut-paut dengan sekolah ini."
Helian Kong cuma mengangguk-angguk, tidak
ingin berdebat. Ia bertemu dengan Lam Peng-hi di sebuah
ruangan setengah terbuka yang perabotannya
antik dan dikelilingi taman yang indah.
Nampaknya kehidupan Lam Peng-hi sehari-hari
amat santai dan mewah. Urusan mengajar murid
diserahkannya kepada murid-murid seniornya.
Ia sendiri seorang berusia enam puluhan
tahun yang masih tegap dan punggungnya masih
tegak. Rambut dan sepasang alisnya sudah putih,
tetapi matanya masih tajam. Ia memakai jubah
384 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sutera tipis berwarna biru laut untuk merangkapi
pakaian ringkasnya yang berwarna putih.
Ia sedang duduk santai di sebuah bangku
panjang, sewaktu Helian Kong datang diantar
salah seorang murid seniornya.
Murid itu melapor, "Guru, inilah Saudara Liao
Beng-it yang ingin menemui Guru."
Lam Peng-hi nampaknya acuh tak acuh saja,
juga waktu Helian Kong memberi hormat
kepadanya. Kata Lam Peng-hi sambil tetap berbaring
miring di bangku panjangnya, "Ceritakan
keperluanmu, orang she Liao."
"Seorang temanku terluka kena pukulan Tiatse-ciang agaknya."
"Kenapa kau pakai kata 'agaknya'?"
"Karena aku tidak melihat sendiri perkelahiannya, tahu-tahu ketemu teman itu dia
sudah luka." "Kau bisa menaksir itu luka kena Telapak
Pasir Besi, rupanya kau paham silat juga ya?"
Sengaja Helian Kong menjawab dengan sikap
pura-pura malu, "Ah, silat kucing kaki tiga
385 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mungkin. Dulu pernah belajar juga sedikit Tamcap Hua-hong dan main pedang Pat-hong-kiam."
Kedua ilmu silat yang disebutkan "Liao Bengit" itu adalah silatnya para tukang obat di pinggir
jalan, yang sedikit pun tidak dipandang sebelah
mata oleh para ahli. "Jadi kedatanganmu ini mau apa?"
"Minta obat khusus untuk penyembuhan luka
pukulan Tiat-se-ciang."
"Kenapa tidak kau bawa temanmu yang luka
itu kemari?" "Ia terlalu lemah untuk dibawa-bawa kesanakemari, takut terjadi apa-apa di jalanan."
"Kalau begitu tinggalkan alamatmu, nanti
biar kami kirim orang untuk mengantarkan
obatnya ke alamatmu."
"Tuan Lam sungguh murah hati, semoga
Langit memberkati Tuan, tetapi aku tidak berani
merepotkan Tuan dan orang-orang Tuan yang
tentunya punya urusan lebih penting dari
urusanku. Biar aku menunggu Tuan di sini."
"Kalau begitu, kutuliskan resepnya dan cara
mencampurnya. Eh, kau bisa membaca?"
"Bisa, Tuan." 386 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Nampaknya kau bukan orang kebanyakan,
Liao Beng-it." "Ah, sama dengan yang lain, Tuan Lam."
Seorang pelayan Lam Peng-hi menyodorkan
kertas dan pena serta tinta yang sudah digosok
dan dicampur air. Lam Peng-hi memperbaiki
duduknya, menuliskan resepnya, sambil sekalisekali menanyai "Liao Beng-it" tentang keadaan
temannya yang sakit itu. Ia menulis cukup lama, dan sering sambil
menggerutu, antara lain, "Keadaan di luaran
sekarang sudah tidak aman, penjahat-penjahat
berkeliaran bebas dan menyusahkan orang. Ada
Sepasang Serigala, ada Si Tali Maut, ada Si Pedang
Buruk, semuanya berbuat kejahatan demi
memburu uang. Ada juga penjahat yang baru
muncul, namanya Ek Beng-ti."
Helian Kong berdehem keras sehingga Lam
Peng-hi berhenti menulis dan mengangkat
wajahnya, "Kenapa?"
"Maaf, cuma..... tenggorokanku agak gatal."
Lam Peng-hi pun melanjutkan menulis, dan
melanjutkan gerutunya pula, "Keadaan kacau
begini karena tidak ada pemegang kekuasaan
387 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang tunggal, jadi banyak yang mengail di air
keruh. Coba andainya kita sudah punya satu
Kaisar, tentu keadaan tidak sekacau ini."
"Nah, ini mulai menjurus....." pikir Helian
Kong, namun ia diam saja dan terus
mendengarkan. Kata Lam Peng-hi lebih lanjut, "..... yang
tidak tahu diri ialah orang-orang yang lebih muda
tetapi mau melangkahi yang lebih tua, ingin
merebut tahta kekaisaran begitu saja. Kenapa
tidak mengalah saja sehingga negeri cepat punya
Kaisar dan cepat tenteram dan cepat pula
memusatkan perhatian kepada Manchu?"
Helian Kong pun tahu Lam Peng-hi agaknya
adalah pendukung Pangeran Hok-ong. Tidak
mengagetkan, sebab begitulah sikap sebagian
besar orang-orang berpengaruh di Lam-khia. Yang
dimaksud dengan "yang lebih tua" tadi siapa lagi
kalau bukan Pangeran Hok-ong yang memang
adalah paman dari pangeran-pangeran lainnya
yang bersaing di ibukota lama dinasti Beng itu"
Diam-diam Helian Kong membatin, "Entah
dengan umpan apa Pangeran Hok-ong merangkul
388 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
orang-orang seperti ini. Yang terang bukan
dengan pembagian bubur gratis."
Resep pun selesai ditulis, lalu diberikan
kepada "Liao Beng-it". Helian Kong menerimanya
sambil bertanya, "Aku harus membayar berapa?"
"Kali ini cuma-cuma."
"Terima kasih, Guru Lam. Kau sungguh
berbudi. Aku pamit."
Helian Kong pun pergi, diantar oleh murid
senior Lam Peng-hi tadi. Lam Peng-hi kembali sendiri, namun tiba-tiba
ia bicara ke arah sebuah penyekat ruangan
berlukisan pemandangan alam, yang letaknya
belasan langkah dari tempat duduknya, "Sudah
kau lihat jelas orangnya?"
Dari balik penyekat ruangan itu muncul
seorang yang sebaya dengan Lam Peng-hi,
bedanya ini berpakaian kedodoran dan berkepala
botak. Karena dia bukan lain adalah Kang-tau
Tiat-pang (Si Pentung Besi Kepala Botak) Au Banhoa.
Au Ban-hoa menjawab, "Benar. Dialah Helian
Kong. Dulu dia dengan licik mengelabuhi aku
dengan mengaku sebagai orang gunung biasa yang
389 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
bernama A-kong, sehingga aku menganggapnya
agak remeh dan aku harus membayar mahal,
hampir mampus di ujung pedangnya. Sekarang dia
mengelabuhimu dengan mengaku bernama Liao
Beng-it pula. Hem....."
Mata Au Ban-hoa nampak menyala penuh
dendam kesumat yang belum terlampiaskan
kepada Helian Kong. Lam Peng-hi berkata, "Tenangkan dulu
emosimu, Sobat. Jangan merusak rencana
junjungan kita. Jangan apa-apakan dulu Helian
Kong." Au Ban-hoa mengangguk dengan terpaksa, ia
menyambar guci arak dan langsung dituang ke
tenggorokannya. *** Waktu Kongsun Giok mulai sadarkan diri,
melihat Siangkoan Heng, maka yang pertama
dikatakannya adalah, "Kakak Siangkoan, selamatkan Jenderal The Ci-liong."
Keruan Siangkoan Heng terkesiap. The Ciliong sebagai perwira paling senior yang dianggap
390 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
sesepuh dari para perwira yang berkumpul dari
berbagai daerah, bahkan menjadi pemimpin tidak
resmi yang berwibawa. Kalau sampai sesuatu
terjadi dengan jenderal itu, entah apa jadinya
dengan situasi di Lam-khia yang sudah semrawut
itu, mungkin akan makin semrawut. Para jenderal
mungkin akan saling berbeda pendapat tanpa
terkendali lagi, sulit dipersatukan lagi seperti
pesan Puteri Tiang-ping. Maka mendengar perkataan Kongsun Giok itu,
Siangkoan Heng kaget, lalu bertanya, "Kenapa
dengan Jenderal The?"
"Ada komplotan yang mau membunuhnya,
aku memergoki mereka dan mendengar pembicaraan mereka, itulah sebabnya aku
terluka." "Rencananya kapan, dan di mana, pembunuhan itu hendak dilaksanakan?"
"Sekarang..... tanggal berapa?"
"Empat belas." Kongsun Giok nampak kaget, ia berusaha
bangun namun rebah kembali, mukanya pucat dan
napasnya terengah-engah. "Astaga..... tinggal
satu hari." 391 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Kau dengar rencana pembunuhan akan
dilaksanakan tanggal lima belas, Adik Giok?"
Kongsun Giok mengangguk lemah.
"Di mana?" "Saat Jenderal The dalam perjalanan hendak
menemui Pangeran Hok-ong."
Telapak tangan Siangkoan Heng berkeringat
dingin, bagaimanapun sebagai anak laki-laki
almarhum Menteri Siangkoan Hi yang berjiwa
patriot, ia tetap peduli dengan nasib negerinya.
"Helian Kong harus segera diberitahu." Ia
gelisah sendiri. Waktu itu hari sudah hampir sore, Helian
Kong sudah pergi sejak pagi namun sampai
sekarang belum kembali juga. Katanya hendak ke
rumah Phoa Taijin dulu, lalu mencarikan obat


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tepat untuk Kongsun Giok.
Siangkoan Heng sudah nekad hendak untunguntungan menyusul ke rumah Phoa Taijin, sedang
adik perempuannya pun tidak dapat mencegahnya. Namun saat ia hampir berangkat,
Helian Kong datang dengan melompati dinding
belakang. 392 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Saudara Helian!" sambut Siangkoan Heng
agak panik. Helian Kong mengira paniknya iparnya itu
karena mengkhawatirkan Kongsun Giok, maka
sambil tertawa dia pun melambaikan bungkusan
di tangan kirinya, "Jangan khawatir, kudapatkan
obatnya. Bagaimana keadaan Nona Kongsun?"
"Dia membaik, tetapi apa yang dikatakannya
sungguh mengejutkan. Katanya dia dilukai karena
menguping pembicaraan sekelompok orang yang
hendak membunuh Jenderal The Ci-liong."
Helian Kong terkesiap, namun tidak terlalu
kaget lagi. Sudah biasa dalam situasi politik yang
keruh begitu, ada pihak-pihak yang akan
menghalalkan segala cara demi mencapai
maksudnya. Apalagi di Lam-khia juga sedang
berkeliaran banyak pembunuh bayaran yang "cari
pesanan" yang mau disuruh melakukan apa saja
terhadap siapa saja asalkan dibayar.
"Apa lagi yang Nona Kongsun katakan?"
"Rencana pembunuhan itu adalah besok,
ketika Jenderal The dalam perjalanan untuk
menjumpai Pangeran Hok-ong."
393 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
"Dari tempat Jenderal The menginap
sekarang sampai ke purinya Pangeran Hok-ong ada
puluhan li jauhnya. Dan ada pula belasan tempat
strategis yang bisa dijadikan titik penghadangan.
Di mana menghadangnya?"
"Entahlah, hanya itu yang Nona Kongsun
katakan. Silahkan tanya sendiri, ia sudah bisa
bicara sekarang." Helian Kong pun masuk menemui Kongsun
Giok, pertama menanyakan kesehatannya,
kemudian menanyakan keterangan tentang
rencana pembunuhan Jenderal The itu. Ternyata
keterangan yang diberikan Kongsun Giok tidak ada
tambahannya sedikit pun dengan yang dikatakan
Siangkoan Heng tadi. Helian Kong percaya bahwa
Kongsun Giok memang tidak tahu lebih dari itu.
Helian Kong cuma menengok isteri dan
anaknya sebentar, kemudian ia berkata, "Aku
harus memberitahu Li Teng-kok dan kawankawannya, agar ada persiapan untuk melindungi
Jenderal The." Kemudian bungkusan obat diserahkannya
kepada isteri dan iparnya, "Ini ramuan untuk
orang yang kena pukulan Tiat-se-ciang, 394 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
kutanyakan sendiri dari seorang guru yang ahli
pukulan jenis itu. Cara meramunya tertulis di
catatannya." Lalu ia kosongkan kantong-kantongnya dari
uang hasil menjual sebutir permata hadiah
Pangeran Kong-ong. Uang itu ditaruhnya semua di
meja, membuat Siangkoan Yan terbelalak, "Wah,
banyak sekali. Uang siapa ini?"
"Uang kita," sahut Helian Kong sambil
tersenyum. "Simpanlah, pakai kalau ada
keperluan." Kemudian sore itu juga Helian Kong kembali
ke rumah Phoa Taijin. Seperti biasa, yang
bersemangat menyambutnya adalah Phoa Bian-li
si pemuda remaja yang menganggap dirinya
sebagai murid Helian Kong itu. Helian Kong hanya
sekedar berbasa-basi dengan tuan rumah, setelah
itu mohon dipertemukan langsung dengan Li
Teng-kok. Li Teng-kok heran melihat Helian Kong
datang lagi. Baru pagi tadi Helian Kong datang
mengambil sebagian kecil dari hadiahnya, apakah
sekarang akan mengambil lagi"
395 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tetapi berita yang dibisikkan Helian Kong ke
kuping Li Teng-kok membuat perwira dari Se-cuan
itu terkejut dan gusar. "Sungguh hebat rencana
orang jahat itu. Jenderal The ibarat tali pengikat
di antara para panglima yang berkumpul di Lamkhia saat ini. Kalau sampai dia terbunuh, akan
timbul saling curiga, para panglima militer akan
mengambil langkah sendiri-sendiri dan sulit
dipersatukan kembali. Sungguh, komplotan mana
yang sejahat itu?" "Seperti pernah kukatakan dalam perjamuan
dulu, Saudara Li, bisa jadi ini adalah ulah sisa-sisa
kaum Pelangi Kuning yang berpikiran sempit dan
masih mendendam kepada dinasti Beng."
"Atau....." "Kenapa, Saudara Li" Kenapa berhenti bicara"
Atau apa?" "Ah, prasangkaku berlebihan. Lebih baik
tidak kukatakan." "Tidak ada yang berlebihan dalam keadaan
sekalut ini, Saudara Li. Ada banyak hal yang di
luar perkiraan bisa terjadi. Katakan saja, kita
patut mempertimbangkan berbagai kemungkinan." 396 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Li Teng-kok menarik napas dengan wajah
murung karena prihatin, "Selain kemungkinan ulah
kaum Pelangi Kuning, juga bisa ulah..... pihakpihak yang tidak senang kalau Pangeran Hok-ong
akan semakin kuat peluangnya."
Tanpa tunjuk hidung pun Helian Kong paham
pihak-pihak mana yang dimaksudkan oleh Li Tengkok. Siapa lagi kalau bukan para pangeran saingan
Pangeran Hok-ong" "Masuk akal, Saudara Li. Tetapi Pangeran
manapun yang melakukan itu tentulah pangeran
yang tolol. Kurang memperhitungkan bahwa
tindakannya itu bisa merenggangkan hubungannya
dengan kalangan kita, karena Jenderal The adalah
sesepuh terhormat di kalangan kita."
"Tentu dalangnya akan memakai taktik kuno
'lempar batu sembunyi tangan' sehingga apabila
orang-orang suruhannya berhasil, ia akan
menikmati hasilnya. Sebaliknya kalau gagal, ia
dengan mudah mencuci tangan dan pura-pura
tidak bersalah." "Sekarang yang penting adalah mengamankan
Jenderal The." "Saudara Helian ada akal?"
397 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong membisiki telinga Li Teng-kok,
lalu Li Teng-kok mengangguk-angguk setuju. Kata
Helian Kong tanpa berbisik lagi, "Jangan
dibocorkan kepada siapa-siapa dulu. Pokoknya
besok rencana ini kita jalankan secara
mendadak." "Baik, baik." Helian Kong kemudian meninggalkan tempat
itu. Sebelum pulang, Phoa Bian-li memohonnya
sungguh-sungguh untuk diajari. Maka Helian Kong
mengajarkan sebuah jurus tangan kosong dan
sebuah tipu pedang, yang membuat Phoa Bian-li
kegirangan. Habis itu barulah Helian Kong pulang.
*** Esok harinya, bahkan sebelum fajar
menyingsing, Helian Kong sudah bangkit
meninggalkan isterinya yang masih nyenyak di
sebelahnya. Langsung menuju rumah Phoa Bian-li
melalui jalanan yang masih berkabut dan tak ada
seorang pun manusia. 398 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tetapi sepagi itu ternyata Li Teng-kok dan
teman-temannya, para perwira dari Se-cuan,
sudah berseragam rapi semuanya. Tanpa banyak
omong, mereka lalu berangkat bersama-sama
Helian Kong ke rumah besar yang didiami
Jenderal The, yang rencananya hari itu akan
mengadakan kunjungan ke puri kediaman
Pangeran Hok-ong. Dalam iring-iringan yang meninggalkan rumah
Phoa Taijin itu, hanya Helian Kong yang tidak
mengenakan seragam militer. Ia tetap dengan
dandanan rakyat kecilnya yang sederhana,
meskipun dengan gagah menunggang kuda
pinjaman. Waktu tiba di tempat kediaman Jenderal
The, yang dikawal ketat oleh pengawal-pengawal
Jenderal The sendiri yang dibawa dari Hok-kian,
langit sudah agak cerah. Pengawal-pengawal Jenderal The sudah
dipesan agar membiarkan rombongan Li Teng-kok
dan panglima-panglima lain langsung masuk. Maka
Li Teng-kok dan kawan-kawannya tidak mengalami hambatan berarti.
399 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Ternyata rombongan Jenderal Thio Honggoan dari Ciat-kang yang akan bersama-sama
mengunjungi Pangeran Hok-ong, belum berkumpul
di situ. Juga rombongan orang-orang dari Hun-lam
dan Kui-sai. Li Teng-kok jadi lebih leluasa untuk
menjumpai Jenderal The dan anaknya, Laksamana
The Seng-kong, dengan hati-hati memberitahu
tentang rencana pembunuhan itu.
Jenderal ubanan dan berjenggot putih itu
ternyata bernyali besar. Mendengar kisikan itu, ia
malah tertawa sambil mengelus jenggotnya,
"Wah, aku kira batok kepalaku ini sudah tidak ada
harganya, ternyata masih ada juga yang berani
pasang harga tinggi di atas kepalaku. Ha-haha....."
Kalau Sang Ayah menanggapinya dengan
tenang, yang kelabakan adalah anaknya, The
Seng-kong. Katanya, "Ayah, harap menanggapi
dengan sungguh-sungguh peringatan yang dibawa
Saudara Li dan Saudara Helian."
"Siapa bilang aku tidak menanggapinya
sungguh-sungguh?" Helian Kong ikut bicara, "Jenderal, sekiranya
Jenderal berkenan, aku dan Saudara Li sudah
400 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
punya rencana untuk mengecoh pembunuhpembunuh itu."
"Bagaimana?" "Aku akan menyamar jadi Jenderal, biar
pembunuh-pembunuh itu menyerang aku....."
kata Helian Kong. "Jenderal sendiri dengan
pengawalan yang kuat tetapi terselubung, akan
mengambil jalan yang lain sampai ke kediaman
Pangeran Hok-ong." "Helian Kong, kenapa harus kau yang
menempuh bahaya buat aku yang sudah tua dan
memang sudah dekat liang kubur ini" Sedang kau
masih muda, kesetiaan dan kemampuanmu masih
dibutuhkan oleh negeri ini" Kau kira aku takut
mati sehingga harus mengorbankan tunas muda
seperti kau?" Helian Kong menahan senyum melihat
semangat yang masih menggebu dari jenderal tua
ini. Katanya, "Tidak ada yang meragukan
keberanian Jenderal. Masalahnya sekarang
Jenderal di Lam-khia ini adalah tali pengikat para
panglima dari berbagai daerah yang berkumpul di
sini. Kalau pembunuh-pembunuh itu..... maaf,
berhasil, para panglima akan seperti sapu lidi
401 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang diambil pengikatnya. Negeri ini juga susah
diselamatkan lagi." "Benar, Ayah," dukung The Seng-kong yang
mencemaskan ayahnya. "Tetapi Helian Kong lalu dikorbankan....."
The Ci-liong masih hendak mendebat, tetapi Li
Teng-kok menukasnya sambil tertawa, "Saudara
Helian tidak dikorbankan. Penjahat-penjahat


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itulah yang dikorbankan kalau mereka ketemu
Saudara Helian." Akhirnya The Ci-liong bersedia menerima
rencana itu. Tetapi rencana itu hanya diketahui
mereka berempat. Dan nanti bila tiba saatnya
berangkat, hanya sepuluh pengawal pribadi
terbaik The Ci-liong yang akan diberitahu untuk
mengawalnya lewat jalan lain. Sedang dalam
arak-arakan megah yang mencolok mata hanya
akan ada The Ci-liong palsu yang diperankan
Helian Kong. Maka Helian Kong pun sibuk dirias, dimiripmiripkan sepersis mungkin dengan The Ci-liong.
Rambut hitamnya diputihkan, dipasangi kumis dan
jenggot putih. Perutnya diganjal sedikit karena
402 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
perut The Ci-liong agak gendut dan perut Helian
Kong ramping. Biarpun Helian Kong bukan jagoan menyamar, tetapi samarannya lumayan juga.
Sementara itu, Jenderal Thio Hong-goan dan
rombongannya sudah datang pula. Yang menjumpainya untuk bercakap-cakap ialah The
Ci-liong asli, sementara The Ci-liong palsunya
masih bersembunyi di kamar. Begitu pula waktu
menyambut rombongan orang-orangnya Bangsawan Bok Thiam-po dari Hun-lam, yang
dipimpin Im Hai-lip. Waktu orang-orang menanyakan kenapa
Helian Kong tidak kelihatan, Li Teng-kok sambil
tertawa menjawab bahwa Helian Kong sedang
punya "suatu tugas istimewa."
Tiba saatnya berangkat, Helian Kong yang
sudah mirip The Ci-liong itu menyelinap ke dalam
tandu bertirai tipis yang dibawa masuk sampai ke
halaman tengah. Langsung berangkat dengan
Laksamana The Seng-kong berkuda di samping
tandu itu sehingga orang akan benar-benar
mengira Jenderal The Ci-lionglah yang dalam
tandu itu. Sedikit yang tahu bahwa Jenderal The
403 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang asli sudah menyelinap dengan tandu lain
yang bercat kusam lewat pintu belakang, hanya
diiringi sepuluh pengawal pribadi terbaiknya,
yang juga menyamar. Sementara itu, iring-iringan Jenderal The
gadungan sengaja dibuat menarik perhatian,
pakai genderang dan bendera segala, hingga
orang-orang di pinggir jalan menepi.
Pertanyaan-pertanyaan dari perwira-perwira
di sepanjang jalan dilayani oleh The Seng-kong.
Biarpun masih dalam lingkungan tembok kota
Lam-khia, tetapi banyak tempat-tempat sepi yang
diperkirakan bisa dijadikan titik penghadangan.
Maka setiap melewati tempat sepi, pengawalpengawal "Jenderal The" berwaspada.
Sambil jalan, Li Teng-kok juga membisiki
Thio Hong-goan tentang kabar rencana pembunuhan itu. Setengah perjalanan, akhirnya pembunuhpembunuh itu muncul juga. Ketika melewati
sebuah jalan sepi dengan pohon-pohon di kiri
kanannya dan jembatan kecil di depan, tiba-tiba
dua pengawal yang berjalan paling depan
bersuara tertahan, masing-masing roboh dengan
404 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mata melotot karena leher mereka ditembus anak
panah berukuran pendek. "Awas serangan!" komandan pengawal pribadi
Jenderal Thio berteriak sambil menghunus
pedangnya. Pengawal-pengawal pribadi Jenderal
The bercampur dengan anggota rombongan para
jenderal lainnya, segera mengatur diri. Mereka
secara perorangan memang bukan pendekarpendekar tangguh, namun mereka pun prajuritprajurit yang dilatih menghadapi bermacam
keadaan. Sementara dari pepohonan muncul hujan
panah. Panah-panah pendek. Sialnya para
pengawal tidak ada yang membawa perisai karena
mereka memang bukan berangkat perang. Maka
mereka hanya coba menangkis panah-panah
pendek itu dengan senjata-senjata mereka yang
dikibas-kibaskan sekenanya.
Untung di antara para pengawal pribadi itu
ada juga beberapa pesilat tangguh. Mereka tidak
bertahan saja di tempat, melainkan dengan
berani menyerbu maju ke arah pepohonan.
Seorang pengawal pribadi yang tubuhnya
pendek, bersenjata siang-khek (sepasang tombak
405 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pendek), memutar senjatanya bagaikan dua
gulung cahaya yang menyelubungi tubuh pendeknya, geraknya lincah bagaikan seekor
kelinci liar melompat-lompat menuju ke balik
sebuah pohon besar. Pemanah yang bersembunyi di balik pohon
itu pun sadar, tidak akan bisa lagi main panah.
Sebelum terlambat membela diri, ia letakkan
busur panah pendeknya dan menghunus senjatanya yang sepasang. Tangan kiri mengenakan sarung tangan kuku serigala sampai
sebatas siku, tangan kanan memegang tongkat
penuh gerigi macam gigi serigala yang disebut
Long-ge-pang (Pentung Gigi Serigala).
Jilid VIII Dari dalam joli, Helian Kong yang menyamar
jadi Jenderal The itu kaget melihat orang yang
pertama ke luar dari persembunyian itu, yang
bukan lain adalah orang tertua dari Siang-long
(Sepasang Serigala), yang bernama Cong Liu,
406 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
pembunuh bayaran dari Kam-siok. Biarpun orang
itu mengenakan kedok dari kain, tetapi Helian
Kong tetap mengenali sepasang senjatanya yang
unik dan juga gaya tempurnya. Karena Helian
Kong pernah "bekerja-sama" dengan orang ini
waktu Helian Kong menyamar jadi Ek Beng-ti
dulu. Helian Kong heran karena ia tahu dulu
Sepasang Serigala itu dibayar oleh Pangeran Hokong, untuk menghentikan menyebarnya cerita
lama tentang wihara yang digusur itu" Kenapa
sekarang justru menghadang calon tamu Pangeran
Hok-ong yang bisa menguntungkan posisi
Pangeran Hok-ong" Helian Kong geleng-geleng kepala sambil
membatin, "Dasar pembunuh bayaran, sebentar
memihak sini, sebentar memihak sana, asal ada
uangnya." Demikian perkiraan Helian Kong tentang
Cong Liu. Si pendek bersenjata sepasang tombak
pendek langsung menggebrak lebih dulu dengan
sepasang senjatanya yang menggempur ke dua sisi
407 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
wajah lawannya dengan gerak tipu Ji-kui-pak-bun
(Dua Setan Menggedor Pintu).
Cong Liu merunduk dan menerkam, cakar
serigala di tangan kirinya coba merobek ke perut
lawannya, sedang tongkat gigi serigalanya untuk
berjaga-jaga. Dua orang itu segera saling terjang dengan
hebat, nampaknya seimbang.
Para pengawal pribadi Jenderal The lainnya
juga beberapa sudah berhasil memaksa pemanahpemanah gelap itu untuk muncul dan meladeni
dalam pertempuran jarak dekat.
Begitulah, di sekitar joli itu kemudian
berkobar pertempuran hebat. Jenderal Thio
Hong-goan, Li Teng-kok dan kawan-kawannya, Im
Hai-lip dan kawan-kawannya pula, bahkan
Laksamana The Seng-kong sendiri, secara pribadi
sudah terlibat dalam pertempuran. Orang-orang
militer itu bukan pesilat-pesilat ulung, sekarang
menghadapi kawanan pembunuh bayaran yang
rata-rata mahir dalam pertarungan perorangan,
mereka merasakan kerepotan juga.
"Kita bekerja sama!" seru Li Teng-kok kepada
rekan-rekannya. 408 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Orang-orang militer itu sebisa-bisanya
menerapkan "ilmu militer" mereka dalam kerja
sama. Maka mereka jadi tidak terlalu kerepotan
menghadapi para pembunuh bayaran yang
jumlahnya ternyata 30 orang lebih dan semuanya
ganas-ganas itu. Meskipun sudah bekerja sama,
tetap saja terasa beratnya tekanan musuh.
Di pihak para pengawal, yang tidak
membutuhkan kerja sama agaknya hanyalah
pemimpin rombongan orang-orangnya Bok Thiampo dari Hun-lam, yaitu Im Hai-lip yang berjuluk
Thai-hong-si (Kipas Prahara).
Lelaki ganteng setengah baya yang selalu
berjubah sastrawan ini memang berilmu tinggi.
Dan ia sendiri dengan senang hati memamerkan
ilmunya di gelanggang pertempuran itu.
Langkahnya ringan seperti air mengalir waktu
ia memasuki gelanggang, sambil berseru
menggertak, "Kawanan celurut, kalian bermainmain nyawa kalian sendiri di depan Si Kipas
Prahara!" Kipasnya mengebut berulang kali, maka di
tempat itu seakan muncul badai besar yang
mengangkat pasir, debu dan daun-daun kering
409 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
yang "ditiupkan" ke arah kawanan pembunuh
bayaran. Banyak pembunuh bayaran yang jadi
terganggu gerak-geriknya karena harus menjaga
agar mata mereka tidak kemasukan pasir.
Dalam joli, Helian Kong mengangguk-angguk
melihat kehebatan Im Hai-lip ini, sambil
mengomentari dalam hati, "Orang ini agak
sombong, tetapi kepandaiannya memang tinggi."
Sementara dari antara kawanan pembunuh
bayaran itu, Helian Kong kenali juga orang kedua
dari Sepasang Serigala, yaitu Cong Seng, ada lagi
Sai-hong-kiam (Pedang Secepat Angin) Giam Bintong, semuanya pernah disewa tenaganya secara
tidak langsung oleh Pangeran Hok-ong. Sekarang
mereka melakukan perbuatan yang bisa merugikan Pangeran Hok-ong, mungkin sekali
mereka sudah berganti majikan. Di kalangan
pembunuh bayaran tidak dikenal etika "mengabdi"
dengan setia sampai mati kepada satu majikan.
Yang membayar, itulah majikannya.
Selain orang-orang yang sudah Helian Kong
kenali itu, juga banyak yang belum Helian Kong
kenali, tetapi menunjukkan kwalitas yang tidak
kalah dari Sepasang Serigala ataupun Si Pedang
410 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Secepat Angin. Lalu Helian Kong mengenali pula
satu orang lagi, yaitu Kui-tau-to (Golok Kepala
Setan) Hap Yu-hoat, juga pernah bekerja sama
dengan "Ek Beng-ti" untuk "membunuh Helian
Kong". Helian Kong mengamati pertempuran itu, dan
menaksir bahwa pihak para pengawal mendapat
kesulitan besar menghadapi para pembunuh
bayaran berkedok itu. Beberapa pengawal sudah
roboh atau minggir karena luka-lukanya dan tak
mampu bertempur lagi. Memang Im Hai-lip masih kelihatan gagah
perkasa dengan Kipas Praharanya, namun dia pun
sudah mendapatkan tandingan rupanya. Yaitu Si
Pedang Secepat Angin Giam Bin-tong. Kedua
jagoan yang sama-sama angkuh dan sama-sama
ingin mengangkat nama di Lam-khia itu segera
terlibat pertarungan mati-hidup berkecepatan


Puing Puing Dinasti Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi. Segala tipu-tipu mematikan langsung
diboyong keluar semua. Senjata mereka nampak
menjadi berpuluh-puluh banyaknya saking cepatnya bergerak dan entah sudah berapa ratus
kali berbenturan. 411 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Kipas Im Hai-lip kelihatannya terbuat dari
kayu dan kertas belaka, namun setelah beradu
dengan pedang Giam Bin-tong, segera terbukti
bahwa kipas itu agaknya dibuat dari baja dan
benang-benang baja, hanya warnanya dibuat
sedemikian rupa sehingga orang menyangka
dibuat dari kayu dan kertas.
Pertempuran sudah terasa berat bagi para
pengawal, padahal pihak para pembunuh bayaran
masih punya satu rencana "simpanan" yang belum
keluar. Rupanya serangan gelombang pertama itu
hanya sebagai taktik untuk mengendorkan
penjagaan atas diri Jenderal The. Begitu para
pengawal sudah sibuk, mereka akan menjalankan
langkah berikutnya, membunuh Jenderal The Ciliong.
Waktu itu para pembunuh bayaran agaknya
merasakan sudah tiba saatnya untuk "membunuh
Jenderal The". Maka terdengar salah satu bersuit
panjang. Lalu dari depan, dari arah jembatan,
tiba-tiba muncul seorang lelaki tegap terbungkus
pakaian ringkas serba hitam dan kedok hitam
pula. Pada pundak kirinya mencuat gagang empat
batang lembing pendek yang digendongnya,
412 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
begitu pula di pundak kanannya. Total dia
membawa delapan lembing pendek.
Dengan langkah tenang dan mata tajam
menusuk, dia melangkah dari jembatan menuju
ke joli yang disangkanya berisi Jenderal The Ciliong. Untuk sampai ke joli, tentu harus melewati
orang-orang yang bertempur, namun Si Serba
Hitam ini enak saja melangkah terus tanpa
memperhatikan orang-orang di sekitarnya.
Dalam joli, Helian Kong waspada. Si Serba
Hitam dengan delapan lembing ini kelihatannya
yang paling berbahaya di antara para pembunuh
bayaran. Tentu dengan pertimbangan masak
bahwa dia dipilih sebagai "kartu truf" dari rencana
pembunuhan itu. Dua orang pengawal pribadi Jenderal The
menghadang Si Serba Hitam dengan pedangpedang mereka. Tetapi Si Serba Hitam dengan
tangkas menyelinap-nyelinap di antara sabetansabetan kedua pedang itu, tahu-tahu kedua
tangannya sudah mencengkeram lengan-lengan
yang menggenggam pedang dari kedua penyerangnya, lalu dengan gerak yang susah
diikuti mata, penyerang sebelah kiri jadi menusuk
413 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
penyerang sebelah kanan dan sebaliknya, pedangpedang mereka menembus tubuh teman-teman
mereka sendiri. Helian Kong menarik napas, "Gong-jiu-jippek-to (Tangan Kosong Menyelinap Seratus Pisau)
yang sudah dilatih matang."
Kemudian Si Serba Hitam dengan delapan
lembing itu meraih sebuah lembing pendek dari
belakang pundaknya. Sekejap kemudian lembing
itu pun meluncurlah bagai kilat, menembus tirai
joli. Helian Kong sengaja tidak menghindar,
dengan gerak bernyali besar yang diperhitungkannya dengan amat tepat, ia
membiarkan lembing itu menyusup di ketiaknya
lalu dijepitnya kuat. Sengaja Helian Kong
memperdengarkan suara seperti ia benar-benar
kena. Keruan Si Serba Hitam dengan delapan
lembing itu kegirangan, sikapnya yang angkuh
kukuh bagaikan gunung es itu kontan "mencair"
dalam lonjakan kegirangan, disertai teriakan,
"Teman-teman, aku berhasil! Mampuslah jenderal
tua dari Hok-kian itu!"
414 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Keruan para pembunuh bayaran pun ikut
kegirangan, membayangkan hadiah besar yang
dijanjikan oleh orang misterius yang mengupah
mereka. Orang misterius yang entah dari pihak
mana, pokoknya menyuruh mereka membunuh
Jenderal The. Sebaliknya para pengawal pribadi terkejut,
meskipun mereka tahu yang di dalam joli itu
bukan Jenderal The sungguhan melainkan Helian
Kong, mereka tak menduga Helian Kong yang
kabarnya hebat itu kok begitu gampang dihabisi"
Li Teng-kok yang paling akrab dengan Helian
Kong adalah yang paling cemas. Ia tinggalkan
lawannya dan berlari ke arah joli.
Namun sebelum ia tiba dekat joli, tiba-tiba
terlihat atap joli itu mencelat berputar di tengah
udara, bahkan kemudian terbang berputar-putar
seperti bernyawa. Agaknya Helian Kong juga sedang tergelitik
untuk ikut-ikutan pamer kepandaian. Tubuhnya
menyusul mencelat naik melalui bagian atas joli
yang sudah berlubang, lalu sepasang kakinya
hinggap di atap joli yang masih berputaran itu,
begitu ringan tanpa bobot.
415 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Tubuhnya menyusul mencelat naik melalui bagian atas joli
yang sudah berlubang, sepasang kakinya hinggap di atap joli
yang sedang berputaran itu, begitu ringan tanpa bobot.
416 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
Helian Kong yang masih menyamar sebagai
Jenderal The Ci-liong itu tertawa terbahak sambil
berteriak, "He, tikus-tikus busuk, kalian ingin
membunuhku bukan" Ayo, arahkan semua senjata
kepadaku." Si Serba Hitam dengan delapan lembing yang
sekarang tinggal tujuh itu pun kaget melihat itu.
Bukan saja lemparan andalannya gagal, tetapi
juga melihat ilmu meringankan tubuh yang
sedemikian mahir. Namun pembunuh bayaran ini tidak mau
mengecewakan si "pemberi order", dengan
gerakan cepat kedua tangannya, seolah-olah ia
jadi memiliki tiga pasang lengan, berturut-turut
ia sambitkan tujuh lembing yang masih tersisa
padanya. Helian Kong melompat bersalto beberapa
kali, meninggalkan "kendaraan terbang"nya yang
kemudian berputar-putar menabrak pohon,
sekilas nampak ia seperti berhasil dikenai oleh
lembing-lembing pendek yang beterbangan itu.
Namun waktu ia mendarat di tanah, ternyata
tujuh lembing yang dilontarkan musuh, ditambah
satu yang permulaan tadi, semuanya hanya
417 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
terjepit di ketiak kanan dan kiri. Kalau dilihat
sekilas seperti menancap di tubuh, tapi tidak.
Sambil tertawa, Helian Kong sedikit
merenggangkan jepitan kedua ketiaknya, maka
runtuhlah ke delapan lembing pendek itu ke
tanah. Para pembunuh bayaran melongo, pertempuran berhenti dengan sendirinya. Tanpa
sepatah kata pemberitahuan pun para pembunuh
itu sadar bahwa mereka sudah salah sasaran.
Yang tidak berhenti bertempur adalah Im
Hai-lip Si Kipas Prahara dan Giam Bin-tong Si
Pedang Secepat Angin. Mereka bertarung di suatu
tempat yang agak jauh dari gelanggang. Bagi
kedua jagoan itu, agaknya motif perkelahian
sudah berubah, bukan soal yang satu ingin
membunuh Jenderal The dan yang lain ingin
membelanya, bukan itu, melainkan ambisi pribadi
yang biasanya dimiliki kaum pendekar untuk
menentukan siapa yang lebih unggul.
Si Serba Hitam pelempar lembing-lembing
tadi menggeram. Ia nampak kecewa dan gusar,
merasa dibodohi, dipermalukan. Katanya dengan
418 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mata bersinar kejam menakutkan, "Kau bukan tua
bangka The Ci-liong itu. Siapa kau?"
Laksamana The Seng-kong menggeram marah
pula, mendengar sebutan tidak hormat kepada
ayahnya itu. Namun ia membiarkan Helian Kong
sendiri yang menangani. Sahut Helian Kong, "Siapa diriku, akan
kuberitahu apabila kalian juga memberitahu siapa
yang menyuruh kalian!"
Sementara itu, di pihak para pembunuh
bayaran, Sepasang Serigala Cong Liu dan Cong
Seng serta Si Golok Kepala Setan Hap Yu-hoat
merasa seakan-akan mengenal suara orang yang
menyaru Jenderal The itu, tapi kapan dan di
mana mereka tak dapat mengingat-ingat. Mereka
memang terlalu singkat berkenalan dengan "Ek
Beng-ti". Helian Kong tahu sebenarnya, para pembunuh itu takkan bakal bisa memberi tahu
siapa "pemberi order" mereka yang tentu bekerja
secara rahasia. Ia bicara asal bicara saja.
Si Serba Hitam agaknya orang yang tidak
gampang runtuh nyalinya biarpun sudah melihat
pameran kehebatan Jenderal The gadungan ini. Ia
419 https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook
mengeluarkan senjatanya yang lain, rantai yang
tadi dilibatkan di pinggangnya. Kedua ujung
rantai itu ada bola-bola besinya sebesar jeruk.
Sebagai jawaban dari pertanyaan Helian Kong
tadi, ia putar rantainya, lalu bola besi di ujung
kanan rantainya membandring deras ke pelipis
Helian Kong. Helian Kong menunduk, membiarkan
bola besi itu lewat berdesing, namun bola yang
lain tahu-tahu sudah meluncur datang.
Sejak tadi Helian Kong sudah tidak berani
meremehkan orang ini, dan sadar kalau ia
menghadapi orang ini akan "berolah-raga" cukup
keras. Ia cuma berharap mudah-mudahan kumis
dan jenggot palsunya tidak copot.
Dengan sepasang tangan kosongnya Helian
Kong menghadapi bandringan berkepala ganda.
Ternyata teknik bandringan orang itu memang
cukup tinggi. Seluruh gelanggang seperti dipenuhi
Elang Terbang Di Dataran Luas 1 Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Api Di Bukit Menoreh 23

Cari Blog Ini