Ceritasilat Novel Online

Sekte Teratai Putih 8

Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp Bagian 8


Gubernur Ho-lam itu. Pikirnya, "Luar biasa.
Gadis ini lebih tangkas dari perajurit-perajurit
berkuda yang terbaik di ibu kota sekalipun. Di
Pak-khia, hanya ada beberapa gelintir orang
yang bisa menyamai ketangkasannya."
Wan Lui lalu bertanya, "Nona tahu letak
mata-air itu?" Sekte Teratai Putih 13 44 "Aku pernah melihatnya, Jenderal, bukanlah
aku sudah berada di sini beberapa hari?"
Wan Lui tidak berkata-kata lagi, ia mengikuti
saja Sun Cu-kiok sambil mengawasi sekitarnya
dengan waspada. Tidak lama kemudian, tibalah mereka di
mata-air itu. Ternyata letaknya masih tergolong
rendah, belum sampai ke pinggang bukit.
Pepohonan di sekitarnya rimbun sekali, subur
karena kelebihan air. "Kalau ingin memeriksa tempat ini lebih
cermat, mau tidak mau kita harus menyalakan
api, sebab tempat ini begitu gelap...." kata Sun
Cu-kiok. "Betul tidak, Jenderal?"
"Benar." sahut Wan Lui. "Tetapi hati-hatilah.
Dengan cahaya api, kita lebih mudah dibidik
oleh musuh yang mungkin ada dalam
kegelapan." "Jendral, Anda membawa batu-api?"
"Ya. Aku akan membuat obor. Lindungi aku,
Nona." "Baik." Sekte Teratai Putih 13 45 Wan Lui pun melompat turun dari kudanya.
Ia mengumpulkan daun-daun kering dan
rumput-rumput kering di tanah sebagai umpan
batu-apinya. Lalu sibuklah ia membuat api.
Tidak lama kemudian, api sudah menyala, dan
dengan dua potong kayu kering mereka masingmasing membuat obor. Api yang di tanah
diinjak-injak mati supaya tidak menyebabkan
kebakaran hutan. Mereka memeriksa sekitar mata-air sambil
memasang kewaspadaan tertinggi. Dan mereka
memang menemukan jejak yang samar, bahwa
belum lama di tempat itu ada orangnya. Ada
rerumputan yang bekas terinjak dan semak
belukar yang habis disibakkan karena rapatnya.
"Kita ikuti jejak mereka?" tanya Wan Lui.
"Tentu saja. Berhari-hari aku dan Paman
Sebun serta Liu Yok putar-kayuh seluruh Hongyang dan sekitarnya untuk menemukan jejak
mereka, dan tidak ada tanda-tandanya sedikit
pun. Sekarang jejak mereka sudah kita temui,
kenapa harus disia-siakan?"
Sekte Teratai Putih 13 46 Meskipun Sun Cu-kiok memanggil Wan Lui
dengan "Jenderal" tapi sikapnya kepada Wan
Lui tetap dipengaruhi sikap seorang puteri
Gubernur yang terbiasa dimanja dan
memerintah. Di Lok-yang, ada banyak bawahan
ayahnya yang berpangkat Cong-peng, yang
hampir sama dengan Jenderal, sehingga seorang
jenderal di mata Sun Cu-kiok tidaklah terlalu
"menakjubkan". Ia agak lupa bahwa Wan Lui
bukan Jenderal biasa, melainkan tangan kanan
Kaisar Kian-liong pribadi, pemimpin dari
Pasukan Rahasia yang gentayangan di manamana dan banyak menentukan jatuh bangunnya
pejabat-pejabat daerah, termasuk para Gubernur. Untung Wan Lui juga bukan orang
yang terlalu mempersoalkan hal-hal kecil
seperti sikap atau panggilan seseorang.
Mereka pun kemudian mengikuti jejak itu,
menyusup di antara pohon-pphon yang cukup
rapat, sehingga mereka tidak dapat menaiki
kuda, melainkan harus dituntun.
Sekte Teratai Putih 13 47 "Jalan ini akan turun ke lereng bukit sebelah
timur, dan kalau terus akan sampai ke Kuil
Hong-kak-si." "Hati-hatilah, Nona Sun."
* * * Di sebuah puncak bukit yang sepi, tidak jauh
dari Kuil Hong-kak-si maupun mata-air itu,
sesosok tubuh duduk dalam kegelapan.
Sebentar-sebentar terdengar dia menggertakkan gigi sambil menghantamkan
tinjunya ke tanah. Dan berulangkah pula dia mengutuki
keadaan, "Setan, semuanya berantakan! Entah
kenapa orang-orang kami menghilang semua
dari tempat mereka, sehingga aku tidak bisa
menghubungi seorang pun. Mungkinkah orangorang sudah diberi tahu tentang rencanaku
mengambil-alih kedudukan Cong-cu, dan
mereka sudah diberitahu oleh Serigala Keparat
itu agar tidak menggubris isyarat-isyaratku?"
Sekte Teratai Putih 13 48 Orang itu adalah Nyo Jiok. Tokoh nomor dua
Pek-lian-kau Utara yang berjulukan Hui-heng-si
atau Si Mayat Terbang. Ia menatap ke arah bayangan kuil Hong-kaksi di kejauhan, yang Nampak hanya seperti
sosok yang menggunduk hitam. Perasaannya
masygul. Kuil Hong-kak-si adalah tempat
keramat buat kaum Pek-lian-kau, sebab di kuil
itu ada patung Kaisar Hong-bu yang masa
mudanya bernama Cu Goan-ciang, raja pertama
dinasti Beng yang dipuja Pek-lian-kau. Dulu,
setahun sekali kaum Pek-lian-kau berbondongbondong menuju ke kuil itu meskipun harus
menyamar sebagai peziarah, mengadakan
sembahyang besar yang tidak jarang dilengkapi
upacara rahasia penyembelihan manusia
sebagai "tumbal" berdirinya kembali Kerajaan
Beng. Tetapi beberapa tahun yang lalu, Pek-liankau kena batunya. Mulanya mereka bangga
karena mereka berhasil menculik calon tumbal
sembelihan yang tidak tanggung-tanggung,
Pangeran Hong-lik yang adalah Putera Mahkota
waktu itu, namun "keberuntungan" itu menjadi
Sekte Teratai Putih 13 49 "kehancuran" besar buat Pek-lian-kau. Selain
timbul perpecahan antara golongan Pak-cong
(Sekte Utara) dan Lam-cong (Sekte Selatan),
juga tempat itu digempur pasukan pemerintah
yang kuat. Dan sejak tahun naas itu, kaum Pekiian-kau tidak berani lagi berkumpul-kumpul
secara menyolok dalam jumlah besar di Hongkak-si. Kalaupun ada yang nekad datang untuk
bersujud di depan patung Kaisar Hong-bu,
mereka akan datang diam-diam dengan
menyamar sebagai peziarah biasa, dan biasanya
datang secara perorangan untuk menghindari
kecurigaan. Karena kuil itu sudah diawasi
dengan ketat oleh pihak Mancu. Upacara
tahunan di kuil sudah beberapa tahun ini libur,
dan ini sangat membuat masygul orang yang
benar-benar mempercayai kekeramatan kuil itu
serta pokok-pokok kepercayaan Pek-lain-kau
lainnya. Orang macam itu, antara lain adalah
Nyo Jiok. Selain itu Nyo Jiok digelisahkan oleh soal
lain. Setahun yang lalu, dia tahu benar bahwa di
kota Hong-yang dan sekitarnya ada banyak
Sekte Teratai Putih 13 50 pengikut Pek-lian-kau. Biarpun pengikutpengikut itu bersembunyi, tidak berani terangterangan karena takut ditangkap pemerintah
Manchu, tetapi Nyo Jiok tahu pasti bahwa
mereka berjumlah banyak. Tetapi sudah dua
hari Nyo Jiok ada di Hong-yang dan mencoba
menghubungi mereka dengan berbagai isyarat,
dan hasilnya nihil. Isyaratnya tidak terjawab.
Ada dua kemungkinan yang dikuatirkan Nyo
Jiok. Pertama, orang-orang Pek-lian-kau
"diculik" pemerintah Manchu. Kedua, orangorang Pek-lian-kau di Hong-yang dan sekitarnya
sudah dipengaruhi oleh Kim-mo-long Mo Hwe
untuk menjauhinya, dan sudah mengetahui
niatnya untuk merebut kedudukan Cong-cu
(Kepala Sekte) utara yang sah. Berarti ia
dikucilkan. Kalau ditimbang-timbang dalam
pikirannya, dia lebih condong menduga
kemungkinan yang kedualah yang terjadi.
Tengah Nyo Jiok termangu-mangu menatap
bayangan kuil Hong-kak-si di kejauhan, tibatiba kupingnya yang tajam mendengar desir
langkah kaki yang mendekat. Bukan cuma satu
Sekte Teratai Putih 13 51 orang yang datang, tetapi beberapa orang,
mungkin empat atau lima, dengan ketinggian
silat yang berbeda-beda tapi hampir merata.
Nyo Jiok pun memasang kewaspadaannya.
Tidak lama kemudian dilihatnya empat sosok
tubuh muncul di kegelapan malam, tanpa obor.
Tetapi menilik bentuk rambut mereka, salah
seorang agaknya adalah Tojin (Imam) yang
rambutnya dikonde dan memakai jubah.
Orang-orang yang datang itu pun menghentikan langkah ketika melihat sosok
bayangan Nyo Jiok yang duduk dalam
kegelapan. Si ,Imam bertanya ragu-ragu, "Apakah.... Ji
Cong-cu (Ketua Sekte Kedua)?"
Nyo Jiok menjawab, "Ya. Apakah aku
berhadapan dengan Tong-hwe Tojin dari Hanking?"
"Benar." "Bersama siapa?"
Tong-hwe Tojin memperkenalkan tiga orang
yang datang bersamanya, yang adalah anggotaanggota Pek-lian-kau di Hong-yang dan
Sekte Teratai Putih 13 52 sekitarnya. Bukan anggota-anggota biasa
melainkan sudah memiliki kedudukan. Dua
orang dari mereka sudah dipercaya sebagai
"Cao-shia (Sandal Jerami, atau Kurir) dan satu
lagi berpangkat "Kan-ma" ("Penggiring Kuda")
yang tugasnya adalah mencari anggota-anggota
baru, tentu saja dengan cara rahasia. Tong-hwe
Tojin sendiri berpangkat "Hong-kun" (Tongkat
Merah) atau pemegang keuangan untuk Hanking dan sekitarnya. Jabatan-jabatan yang
bernama aneh-aneh seperti Cao-shia, Kan-ma,
Hong-kun, Thiat-pan (Palang Besi), Ya-te
(Saudara Malam), San-cu (Majikan Gunung),
Tau-siang-hua (Kepala Berbunga) dan sebagainya adalah jabatan-jabatan khas Peklian-kau dengan tugas masing-masing, itulah
yang membedakan Pek-lian-kau dengan
organisasi-organisasi lain yang memakai istilahistilah yang lebih umum seperti Tong-cu
(Kepala Kelompok) atau Hiang-cu (Hulubalang)
atau Tho-cu (Pemimpin Cabang). Istilah-istilah
umum itu tidak dipakai di Pek-lian-kau.
Sekte Teratai Putih 13 53 Kini meskipun Nyo Jiok sudah berhadapan
dengan sesama orang Pek-lian-kau yang
dinanti-nantinya, bahkan Tong-hwe Tojin sudah
dikenalnya cukup lama, namun ia tetap
bersikap hati-hati. Pecahnya permusuhan
antara dirinya dengan Cong-cu yang sah,
membuatnya patut berwaspada terhadap
anggota Pek-lian-zaaaaaakau yang mana saja,
yang belum diketahui sikapnya apakah
memihak dirinya atau memihak Mo Hwe. Nyo
Jiok memutuskan dalam hati, ia akan
mempertimbangkan baik-baik setiap patah
katanya. "Kenapa kalian baru sekarang menemui
aku?" tanya Nyo Jiok dengan sikap seorang
atasan. "Padahal sudah dua hari aku
menggoreskan isyarat-isyaratku di tempattempat tertentu di kota Hong-yang dan
sekitarnya. Apakah kalian sudah begitu lamban
bergerak" Atau sengaja tidak menggubris aku?"
Tong-hwe Tojin berkata dengan segan,
"Maafkan kami, Ji-cong-cu. Sesungguhnya
memang baru siang tadi ada yang melihat
Sekte Teratai Putih 13 54 isyarat itu, lalu malam ini kami bergegas
menuju kemari. Sebabnya ialah, bukan karena
kami berani mengabaikan isyarat-isyarat Jicong-cu, melainkan karena sudah belasan hari
segenap anggota di Hong-yang dan sekitarnya


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diperintahkan untuk menghentikan semua
kegiatan, bahkan anggota-anggota inti yang
mampu membaca dan mengartikan isyaratisyarat Ji-cong-cu itu malahan disuruh menjauh
dari Hong-yang, Hong-kak-si dan sekitarnya.
Soalnya, banyak musuh berkeliaran di Hongyang ini. Para anggota biasa banyak juga yang
melihat isyarat Ji-cong-cu, tetapi takut
menanggapinya karena kuatir isyarat lama itu
hanyalah perangkap yang dipasang pihak
Manchu untuk memancing keluar orang-orang
kita dan meringkusnya sekaligus."
"Isyarat lama?" Nyo Jiok heran.
"Ya. Mungkin Ji-cong-cu belum tahu, bahwa
kita di Utara ini telah mengganti kode-kode dan
isyarat-isyarat untuk berhubungan satu sama
lain, sebab isyarat-isyarat lama sudah bocor dan
diketahui musuh." Sekte Teratai Putih 13 55 "Siapa yang memerintahkan penggantian?"
"Tentu saja Cong-cu sendiri, meskipun tidak
menemui langsung tetapi hanya melalui Sucong-cu (Ketua Keempat) Mao Pin. Cong-cu juga
yang memerintahkan agar anggota-anggota inti
untuk sementara menyingkir dari Hong-yang
dan sekitarnya." Nyo Jiok terkesiap. Timbul prasangka dalam
hatinya, jangan-jangan Mo Hwe sudah
mengumumkan pemberontakan Nyo Jiok, dan
lebih dulu mengambil langkah-langkah untuk
menguasai seluruh organisasi" Kalau begitu,
kehadiran empat orang di hadapannya itu pun
perlu diwaspadai, jangan-jangan mereka
diperintah Mo Hwe untuk menghukumnya,
meskipun di antara empat orang itu tidak ada
yang berkedudukan sebagai Tiat-pan ("Palang
Besi") atau Petugas Pelaksana Hukum"
Namun pikiran lain muncul pula, "Tetapi
kalau untuk menghukum aku, Mo Hwe hanya
mengirim keempat orang ini, sungguh dia
terlalu meremehkan aku."
Sekte Teratai Putih 13 56 Karena itu, muncul niat Nyo Jiok untuk
menjajaki keempat orang di hadapannya itu.
"Kapan Kakak Mo mengeluarkan perintahperintah itu?"
"Kira-kira awal bulan perintah-perintah itu
kami terima, dibawa oleh Su-cong-cu Mao Pin."
Sedetik Nyo Jiok menghitung-hitung waktu,
dan legalah ia. Saat ini sudah tanggal tua, dan
pertentangannya dengan Mo Hwe pecah
belasan hari yang lalu. Itu artinya perintah
penyingkiran dan penggantian bahasa isyarat
Mo Hwe dilakukan sebelum perkelahiannya
dengannya, dan kemungkinan besar Tong-hwe
Tojin berempat ini belum tahu pertikaian
antara si Cong-cu dengan Adik seperguruan
Keduanya. Meskipun sudah lega, Nyo Jiok mencoba
memantapkan dugaannya, "Sejak itu, apakah
Kakak seperguruanku itu pernah mengirim
pesan kepada kalian, atau bahkan menemui
secara langsung?" Sekte Teratai Putih 13 57 "Tidak." sahut Tong-hwe Tojin hampir !
bersamaan dengan salah seorang Cao-shia alias
"Sandal Jerami".
Nyo Jiok semakin lega. Malah sekarang
timbul pikirannya untuk lebih dulu mempengaruhi orang-orang ini, mendahului
langkah sebelum mereka dipengaruhi Mo Hwe.
Mencari pengikut, begitulah istilah sederhananya. Nyo Jiok mengangguk-angguk, lalu memerintah. "Duduklah kalian."
Tong-hwe Tojin dan keempat temannya
mengambil tempat duduk di bebatuan di depan
Nyo Jiok. Duduk dalam kegelapan saja, tanpa
menyalakan api, sebab mereka sama-sama
sadar bahwa nyala api di atas bukit akan mudah
menarik perhatian. Sikap mereka duduk juga
tidak dalam formasi bertempur menghadapi
Nyo Jiok, sehingga Nyo Jiok semakin lega.
Bahkan Tong-hwe Tojin mengeluarkan
sebuah buku kecil dari balik jubahnya,
diserahkan kepada Nyo Jiok sambil berkata, "Jicong-cu, ini adalah catatan-catatan tentang
Sekte Teratai Putih 13 58 bahasa isyarat yang baru. Silakan Ji-cong-cu
menerimanya, agar dapat senantiasa berhubungan dengan kami dengan menggunakan bahasa isyarat yang baru. Kalau
Ji-cong-cu masih saja menggunakan bahasa
isyarat lama, akan menimbulkan keragu-raguan
dan kesalah-pahaman orang-orang kita."
"Terima kasih." sahut Nyo Jiok sambil
menerima buku kecil itu. Tentu saja ia tidak
dapat langsung membacanya di kegelapan
malam. "Nah, dengarkanlah, kalian."
Tong-hwe Tojin dan kawan-kawannya siap
mendengarkan. Nyo Jiok pun mulai dengan fitnahnya untuk
menjatuhkan Mo Hwe, "Sekarang aku tanya,
apakah kalian mengetahui rencana kita untuk
merampok iring-iringan anjing-anjing Manchu
yang membawa batangan-batangan "emas gaji
prajurit se-Propinsi Ou-lam?"
Kawan-kawan Tong-hwe Tojin yang kedudukannya kurang tinggi, belum pernah
mendengar "rencana tingkat tinggi" dari para
Sekte Teratai Putih 13 59 pimpinan Pek-lian-kau Utara. Maklum, kedudukan mereka hanyalah "sandal jerami"
alias kurir yang tugasnya hanyalah membawa
berita ke sana-kemari, penghubung satu sama
lain. Kadang-kadang berita yang mereka bawa
itu tertulis dan tertutup dalam sampul, sehingga
mereka sendiri tidak tahu. Namun Tong-hwe
Tojin adalah seorang "Hong-kun" atau "Tongkat
Merah", pemegang buku kas, kedudukannya
yang lumayan tinggi itu memungkinkan dia tahu
serba sedikit tentang rencana tingkat tinggi itu.
Meskipun demikian, ia ragu-ragu untuk
mengatakan bahwa dia pun pernah mendengarnya. Ia takut bahwa rencana itu
sedemikian dirahasiakan, sehingga orang-orang
yang tidak termasuk pimpinan puncak atau
pelaksanaannya tabu mengetahuinya. Dan
Tong-hwe Tojin tidak termasuk pimpinan
puncak maupun pelaksana, maka dia tidak mau
berlagak sok tahu, daripada nanti menjerat
lehernya sendiri. Tak terduga Nyo Jiok berkata, "Kalian pantas
mengetahuinya. Kalian adalah pejuang-pejuang
Sekte Teratai Putih 13 60 setia Pek-lia-kau kita, tak kenal bahaya demi
terwujudnya cita-cita kita, kenapa tidak boleh
tahu?" Orang-orang yang dipuji itu tentu saja
merasa bangga. Maklum, para "sandal jerami"
itu biasanya cuma disuruh-suruh tanpa tahu
apa-apa, bahkan kalau menemui ajal pun
mereka tidak tahu untuk apa. Sekarang Nyo Jiok
menyanjung mereka, keruan mereka terpengaruh. Hanya Tong-hwe Tojin yang sedikit berpikir,
apa maksud Nyo Jiok dengan kata-kata itu"
Kata Nyo Jiok pula, "Beberapa waktu yang
lalu, Pimpinan kita telah dihubungi secara
rahasia oleh suatu kelompok orang-orang
istana...." Tong-hwe Tojin berdesis kaget, katanya
penuh kebencian, "Anjing-anjing Manchu"
Anjing-anjing Manchu mengontak kita" Bagaimana bisa?" "Tentu saja bisa, sebab orang-orang Manchu
itu mengaku sebagai orang-orang Han yang
sebenarnya juga sedang memperjuangkan
Sekte Teratai Putih 13 61 kebangkitan kembali dinasti Beng, seperti kita.
Mereka berkata, bahwa mereka mengabdi di
istana Kaisar Kian-liong hanya pura-pura, untuk
mencari kesempatan merobohkan kekuasaan
orang-orang Manchu, katanya."
Tong-hwe Tojin menarik napas, "Dulu juga
pernah ada kejadian itu. Ada orang istana yang
menghubungi kita dengan seribu janji
manisnya. Dan apa yang kita peroleh" Kita
hampir-hampir tertumpas habis di Kuil Hongkak-si."
Nyo Jiok mengangguk-angguk dan berkata,
"Kau benar, Tong-hwe Tojin. Agaknya kita
sedang mengulangi ketololan yang sama. Kakak
seperguruanku Mo Hwe tidak mau mendengar
saran-saranku, dan sekarang terjadilah akibatnya-" Kini Nyo Jiok terang-terangan menuding
Kakak seperguruannya, tidak lagi sekedar
menyebut "pimpinan kita".
Wajah Tong-hwe Tojin pun menegang. "Jicong-cu, akibat apa yang sudah terjadi?"
"Apa kalian belum mendengar?"
Sekte Teratai Putih 13 62 "Beberapa bulan yang lalu, kami cuma
mendengar beberapa rekan kami di bawah
pimpinan Saudara Jing yang ditugasi
menghadang rombongan pembawa emas itu.
Aku cuma mendengar kalau rombongan
Saudara Jing itu menyamar sebagai rombongan
wayang boneka, setelah itu aku tidak lagi
mendengar kelanjutan beritanya. Mudahmudahan Saudara Jing berhasil."
Nyo Jiok mendengus, "Huh, berhasil apanya"
Orang, lain makan nangkanya, kita yang makan
getahnya. Orang lain dapat emasnya, kitalah
yang sekarang dikerubuti banyak musuh karena
disangka kitalah yang merampas emas itu!"
"Jadi?" "Inilah jadinya karena Kakak seperguruanku
tidak mau mendengar nasehatku. Dan setelah
keadaan jadi runyam begini, seenaknya saja dia
mengubah bahasa isyarat dan menyuruh orangorang
kita meninggalkan Hong-yang, membiarkan saja tempat suci kita yaitu Kuil
Hong-kak-si tidak terawat. Huh, tindakan
pimpinan macam apa itu?"
Sekte Teratai Putih 13 63 Sekarang Tong-hwe Tojin sudah jelas ke arah
mana pembicaraan Nyo Jiok. Tong-hwe Tojin
bukannya seorang yang tidak mampu, berpikir.
Kedudukannya sebagai Hong-kun lumayan


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi. Dan sudah bertahun-tahun dia mencium
ketidak-rukunan antara dua pimpinan puncak
Pek-lian-kau Utara, Kim-mo-long Mo Hwe dan
Nyo Jiok yang berjulukan Hui-heng-si, meskipun
ketidak-rukunan itu masih terselubung dan
beberapa orang yang mengetahuinya pun
belum berani membicarakan secara terbuka.
Antara tokoh nomor satu dan tokoh nomor dua
Pek-lian-kau utara itu ada perbedaan
pandangan. Nyo Jiok menginginkan agar Peklian-kau Utara meniru Pek-lian-kau Selatan
yang dianggap lebih maju, bahkan golongan
Lam-cong (Sekte Selatan) itu berhasil
menimbun dana dan senjata yang cukup besar
melalui kegiatan penyelundupan candu dengan
orang-orang kulit putih, mengelola rumahrumah
perjudian dan pelacuran, menyelenggarakan jasa "perlindungan keamanan" dan sebagainya. Bahkan, menurut
Sekte Teratai Putih 13 64 Nyo Jiok, golongan Lam-cong sudah memiliki
ratusan bedil dan ribuan "prajurit terselubung"
yang setiap saat bisa digerakkan untuk
mewujudkan cita-cita menegakkan kembali
dinasti Beng. Nyo Jiok menganggap Sekte Utara
ketinggalan jauh karena hanya sibuk terus
dengan upacara-upacara gaib dan kurang giat
"menggali sumber dana".
Bersambung jilid XIV Sumber Image : Koh Awie Dermawan
Yang Ngurutkan Halaman : Kang Hadi
first share in Kolektor E-book
Margoyoso, 15/06/2018 11:19 PM
Sekte Teratai Putih 13 65 Sekte Teratai Putih 14 1 CETAKAN PERTAMA CV GEMA SALA - 1991 Sekte Teratai Putih 14 1 << SEKTE TERATAI PUTIH >>
Karya : STEFANUS S.P. Jilid XIV *** S ETAHUN yang lalu, Nyo Jiok tiba-tiba saja
menghilang, entah ke mana. Tetapi ada
bisik-bisik yang mengatakan bahwa dia menuju
ke selatan untuk menjalin kerja sama,
memulihkan hubungan baik dengan Pek-liankau golongan Lam-cong. Maklum, puluhan
tahun antara golongan Pak-cong dan Lam-cong
itu bersaingan, bahkan bermusuhan. Golongan
Pak-cong menuduh Lam-cong tidak setia lagi
kepada tujuan perjuangan karena sibuk mencari
duit, sedang golongan Lam-cong mengejek Pakcong sebagai golongan yang ketinggalan jaman
dan tidak mungkin memenangkan perjuangan
hanya dengan mengandalkan ilmu gaib atau
boneka-boneka rumput. Maka kepergian Nyo
Jiok ke selatan dianggap sebagai uluran rujuk
Sekte Teratai Putih 14 2 kembali antara Pak-cong dan Lam-cong, tetapi
orang yang mencurigainya membisikkan desasdesus bahwa Nyo Jiok minta bantuan orangorang Lam-cong untuk menggulingkan Kakak
seperguruannya sendiri demi menggantikannya
menjadi Cong-cu. Tetapi dua bulan yang lalu,
Nyo Jiok muncul kembali di utara, bahkan
langsung bekerja sama dengan Mo Hwe untuk
menculik puteri Gubernur Ho-lam di kota Lokyang. Untuk sementara, dugaan tentang
keretakan hubungan Kakak beradik seperguruan itu terhapus, namun sekarang
muncul kembali di hadapan Tong-hwe Tojin
dan kawan-kawannya. Sejak lama Tong-hwe Tojin tidak memihak
siapa pun di antara Mo Hwe dan Nyo Jiok, malah
menyayangkan, dan menguatirkan perpecahan
itu akan menguntungkan pihak luar. Maka
sekarang mendengar omongan Nyo Jiok, Tonghwe Tojin mendengarkannya dengan hati-hati
sambil menyaring setiap kata-kata Nyo Jiok.
Sekte Teratai Putih 14 3 Sementara itu, Nyo Jiok terus saja
menyerocos dan berusaha menarik orang-orang
itu ke pihaknya, kata-katanya pun
campuran antara kebenaran dan kebohongan, "Kalian berhak mengetahui, sebab
kalian adalah anggota-anggota perjuangan yang
setia yang tidak boleh ditutup-tutupi dari
kenyataan. Kalian tahu apa yang terjadi?"
Tong-hwe Tojin dan teman-temannya
bungkam. Nyo Jiok meneruskan, "Rombongan saudarasaudara kita Jing Kuan-cu yang pura-puranya
diberi tugas menghadang dan merebut emas itu,
ternyata hanyalah jadi umpan untuk menarik
perhatian anjing-anjingnya Kian-liong. Ya,
nyawa mereka dipertaruhkan sekedar jadi
umpan untuk menarik perhatian, supaya
rombongan perampas emas yang sesungguhnya
bisa beraksi dengan leluasa. Dan nyatanya
mereka telah beraksi dan berhasil menggondol
batang-batang emas itu, mereka mungkin
sekarang sedang tertawa-tawa, aman di
persembunyian mereka bersama emas-emas
Sekte Teratai Putih 14 4 rampasan itu, sedang kitalah yang harus
menghadapi anjing-anjingnya Kian-liong. Coba
pikir, bukankah kita telah terjebak dan diperalat
orang secara konyol?"
Kedua "sandal jerami" yang baru saja
diangkat-angkat dan disanjung-sanjung itu
merasa keterlaluan kalau diam saja, maka
secara kompak mereka pun menjilat dan
mengiakan omongan Nyo Jiok itu, "Ah, sungguh
kasihan saudara-saudara kita yang telah
ditugaskan itu, seolah-olah mereka hanyalah
kayu kering yang dimasukkan ke dalam api."
Yang seorang menyambung, "Inilah hasil dari
salah perhitungan yang fatal. Harus ada
tindakan penanggulangan yang tepat!"
Nyo Jiok menepuk paha karena gembira
mendengar dukungan kedua orang itu, lalu
melirik ke arah Tong-hwe Tojin, menunggu
kata-kata yang keluar dari mulut imam itu,
tetapi Tong-hwe Tojin diam saja dan
kelihatannya sedang berpikir keras.
Kata Nyo Jiok lebih lanjut, "Tepat. Kita harus
mengadakan tindakan penanggulangan yang
Sekte Teratai Putih 14 5 tepat. Tetapi, sudah tepatkah tindakan
penanggulangan yang sekarang" Coba pikir."
Para pendengarnya sadar, itulah pertanyaan
yang jawabannya akan memperlihatkan sikap di
mana mereka berpihak. Kedua orang Cao-shia
itu sebagai orang rendahan masih ragu-ragu
untuk menjawab, namun Tong-hwe Tojin yang
lebih berani bersikap, menjawab tanpa raguragu, "Menurut aku, tindakan Cong-cu sudah
tepat. Dia menyuruh orang-orang inti kita di
Hong-yang dan sekitarnya untuk menyingkir
dan menghentikan kegiatan, itu berarti
menyelamatkan kami dari pemantauan musuh.
Begitu pula Cong-cu telah memerintahkan
penggantian bahasa isyarat, itu artinya
mencegah kebocoran ke pihak musuh. Rasanya
cukup, apa yang dilakukan Cong-cu itu."
Nyo Jiok mendehem menahan kegusarannya,
"Hem, mencukupi apanya" Justru dengan
tindakan tolol ini, bersembunyi, musuh akan
lebih yakin bahwa kitalah pelaku perampasan
itu." Sekte Teratai Putih 14 6 Tong-hwe Tojin sadar, bahwa pembicaraan
mulai masuk ke tahap yang berbahaya, penuh
perangkap-perangkap. Ia bersikap hati-hati,
karena tidak ingin memperparah bentrokan
intern di tubuh Pek-lian-kau sendiri. Ia diam
saja menanggapi omongan Nyo Jiok itu.
Sementara itu, Nyo Jiok semakin bernafsu
untuk menggalang pengikut guna mendongkel
Cong-cu, namun ia dengan kepekaannya
menanggapi sikap Tong-hwe Tojin sebagai salah
satu kerikil tajam yang harus disingkirkan dari
jalannya. Namun ia tidak akan menyingkirkan
Tong-hwe Tojin secara terang-terangan dan di
tempat itu, agar orang-orang yang mulai
berhasil dipengaruhinya tidak kehilangan
simpati terhadapnya. Kata-katanya lebih lunak, tetapi tetap saja
bernada menyalahkan Kakak seperguruannya,
"Kita sebenarnya tidak perlu lari terbirit-birit
seperti ini. Tindakan macam ini bisa
memerosotkan semangat juang anak buah kita
yang sedang terpukul setelah peristiwa
kegagalan merampas batang-batang emas.
Sekte Teratai Putih 14 7 Harusnya kita melakukan sesuatu yang bakal
mengobarkan kembali semangat orang-orang
kita." "Apa misalnya?" tanya Tong-hwe To-jin.
Tanpa sengaja, nadanya menantang.
Dalam hati Nyo Jiok makin kuatlah niat untuk
menyingkirkan imam itu. Katanya, "Aku ini
orangnya berani bicara, juga berani bertindak.
Aku tidak sudi lari terbirit-birit seperti anjing
mencawat ekor, mempermalukan Pek-lian-kau
dan seluruh pejuang. kebangkitan dinasti Beng."
"Musuh terlalu banyak dan terlampau kuat.
Bayangkan saja, Wan Lui datang berbondongbondong dengan jagoan-jagoan dari pasukan
rahasia yang saling bertebaran di mana-mana.
Belum Sebun Beng dengan keponakannya yang
pincang yang aneh itu. Tidak semua orang
berjiwa segagah berani Ji-cong-cu." sahutan
Tong-hwe Tojin itu lebih bernada sinis daripada
memuji. Namun Nyo Jiok pantang mundur dalam
memuji dirinya sendiri, "Apa pun yang
dikatakan orang, aku yakin, sebenarnya PekSekte Teratai Putih 14
8 lian-kau kita tidak perlu kabur terbirit-birit.
Kita akan cukup mampu membuat perlawanan
yang akan mengejutkan mereka. Memang,
musuh lebih banyak dan terdiri dari jagoanjagoan tangguh dalam silat. Tetapi bukankah
kita ini gudangnya ilmu-ilmu gaib yang tidak
akan terlawan oleh ilmu silat mereka yang
sekedar mengandalkan otot" Kita bisa
membingungkan mereka, menyerang mereka,
bahkan membuat mereka menjadi gila...."
Tak terasa nada suara Nyo Jiok menurun,
tidak seyakin di awal kata-katanya. Sebab
malam itu ia sudah mencoba menyerang rumah
kediaman Kwa Cin-beng dengan ilmu gaibnya,
yang ternyata membentur tembok tidak
kelihatan. Sehingga akhirnya dia menyebar
racun di mata air di bukit, suatu cara yang sama
sekali tidak gaib. Namun kegagalan itu sudah
tentu tidak akan diceritakannya kepada ketiga
orang di hadapannya, apalagi dihadapan Tonghwe Tojin yang tidak memperlihatkan sikap
yang mendukung. Sekte Teratai Putih 14 9 Toh Tong-hwe Tojin mengatakan juga, "Jicong-cu, sebenarnya Cong-cu bukannya tidak
melakukan apa-apa. Musuh yang datang
memang terlalu kuat, sehingga kita harus
bersembunyi kalau tidak mau musnah. Menurut
pesan dari Cong-cu yang dibawa oleh Si-congcu, ada seorang pemuda aneh keponakan Sebun
Beng yang..." "Aku sudah tahu!" bentak Nyo Jiok gusar. "Itu
bukan alasan untuk bersembunyi seperti kurakura!"
"Maaf, kalau hal ini menimbulkan kegusaran
Ji-cong-cu." Nyo Jiok menghirup udara beberapa kali,
meredakan kemarahannya, lalu berkata, "Aku
tahu pemuda itu. Namanya Liu Yok, dia memang
aneh. Tidak bisa sejurus pun ilmu silat, namun
sanggup memporak-porandakan segala macam
ilmu gaib kita. Bahkan aku juga sudah
mendengar kalau Liu Yok ini berani


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengeluarkan kata-kata hinaan terhadap para
Thian-ciang (Panglima Langit) dan Thian-peng
(Serdadu Langit) kita. Justru dengan adanya
Sekte Teratai Putih 14 10 orang macam ini di pihak musuh, kita tidak
boleh kabur. Kita harus tegar, berusaha mencari
kelemahannya dan membunuhnya kalau perlu.
Dengan demikian barulah nama Pek-lian-kau
kita berkibar!" ' "Ji-cong-cu sudah melakukannya?"
"Ya! Dengan mempertaruhkan nyawa, aku
mengikuti Sebun Beng sejak dari Han-king. Aku
berusaha mengetahui kelemahan pemuda Liu
Yok itu, dengan jalan memperalat adik tirinya
yang bernama Auyang Hou. Aku tidak rela nama
Pek-lian-kau dihina sejak peristiwa di Lok-yang!
Aku ingin membuat Sebun Beng dan kedua
keponakannya sebagai contoh paling buruk dan
paiing mengerikan di mata orang-orang rimba
persilatan, sebagai orang-orang yang berani
menentang Pek-lian-kau! Aku tidak percaya
pemuda pincang bernama Liu Yok itu tidak
terkalahkan!" Tong-hwe Tojin mendengar nada suara Nyo
Jiok yang "meninggi" dan "siap meledak" itu pun
memilih bungkam daripada menimbulkan
pertengkaran, apalagi dia merasa kalah tinggi
Sekte Teratai Putih 14 11 kedudukannya. Nyo Jiok adalah orang kedua di
Pek-lian-kau Utara. Ia sama sekali tidak tahu,
bahwa bersikap mengalah, pun dia sudah
masuk "daftar mati"nya Nyo Jiok.
Kemudian Tong-hwe Tojin bertanya,
"Baiklah, aku hanya ikut berharap semoga
usaha Ji-cong-cu berhasil. Sekarang kita kembali
ke pokok persoalan, ada apakah sehingga Jicong-cu mengundang kami ke tempat ini?"
Nyo Jiok pun terpaksa menyesuaikan diri
dengan menyabar-nyabarkan dirinya, "Aku baru
saja datang dari selatan, mencoba memperbaiki
hubungan dengan saudara-saudara ai selatan
sesuai dengan perintah Cong-cu. Aku tidak tahu
perkembangan di utara sini, bahkan belum tahu
kapan dan dimana Upacara Pengorbanan
Manusia kita hendak dilakukan untuk tahun
ini." "Oh, menurut keputusan Cong-cu, akan
dilaksanakan di In-hong (Puncak Mega), salah
satu puncak Pegunungan Kiu-liong-san.
Pertengahan bulan depan."
Sekte Teratai Putih 14 12 "Baiklah. Sebagai orang yang taat menjalani
ketentuan-ketentuan agama kita, aku akan
hadir di puncak itu. Hanya itu yang ingin
kuketahui." Tong-hwe Tojin pun bangkit dari duduknya
dan berkata, "Kalau begitu, kami juga mohon
diri." Sesaat Nyo Jiok ingin memutar otak,
bagaimana caranya untuk melenyapkan Tonghwe Tojin" Tentu kurang bijaksana kalau
dilakukan di hadapan teman-temannya itu.
Mereka harus dipisahkan. Tetapi bagaimana
caranya" Nyo Jiok pun berdiri, lalu berkata, "Baiklah.
Tetapi aku ada perintah-perintah untuk kalian,
tentu saja kalau kalian tidak sedang
mengemban perintah orang yang lebih tinggi
dari aku" Nyo Jiok adalah orang kedua, dengan
sendirinya orang yang lebih tinggi dari dia
hanyalah satu orang, yaitu orang pertama Teklian-kau Utara alias Cong-cu Mo Hwe.
Tong-hwe Tojin dan kawan-kawannya
memang tidak sedang bertugas apa-apa.
Sekte Teratai Putih 14 13 Keberadaan mereka di sekitar Hong-yang juga
sekedar mengamat-amati keadaan.
"Tidak. Kebetulan tugas kami hanya
mengamat-amati keadaan kota dan melaporkannya kepada Si-cong-cu (Ketua Sekte
Keempat) Mao Pin." "Kenapa harus laporan ke Si Nomor Empat;
itu?" "Sebab hampir sebulan ini kami tidak
mendapat hubungan dengan Cong-cu. Entah di
mana beliau." Setitik pikiran muncul di benak Nyo Jiok, lalu
katanya, "Aku berkedudukan lebih tinggi dari Si
Nomor Empat, karenanya mulai sekarang,
seluruh kendali untuk Hong-yang, dan
sekitarnya aku ambil-alih!"
Tong-hwe Tojin dan orang-orangnya saling
berpandangan, ragu-ragu mengiya-kan perintah
Nyo Jiok itu. Dan di antara mereka, lagi-lagi
hanya Tong-hwe Tojin-lah yang berani
membantah, "Maaf, Ji-cong-cu, Si-cong-cu tidak
memberikan perintah atas namanya sendiri,
Sekte Teratai Putih 14 14 melainkan atas nama Cong-cu karena diberi
tanda wewenang oleh Cong-cu."
Hati Nyo Jiok serasa terbakar, namun ia
menahan diri. Lalu ia berganti arah, "O, kalau
begitu aku tidak berani melangkahi wewenang
itu. Baik, aku batalkan kata-kataku tadi. Aku
hanya akan minta tolong beberapa hal kecil
kepada kalian." Mendengar istilah "minta tolong" yang
demikian merendah, salah seorang "sandal
jerami" menjadi sungkan sendiri. "Ah, Ji-congcu, jangan berkata sesungkan itu kepada kami,
malahan kami merasa tidak enak sendiri.
Perintahkan saja. Bagaimanapun juga Ji-cong-cu
berhak memerintah kami."
"Baiklah. Kalian aku perintahkah untuk
mengamat-amati Kuil Hong-kak-si kita, meskipun dengan cara yang aman tanpa
membahayakan diri kalian sendiri. Dua hari
saja." "Kenapa dengan kuil suci kita itu?"
Sudah tentu saja Nyo Jiok tidak dapat
menjawab terang-terangan, sebab Sekte Teratai Putih 14 15 sesungguhnya perintah itu hanyalah perintah
yang dibuat-buat. Itu hanyalah upaya Nyo Jiok
untuk memisahkan mereka dari Tong-hwe Tojin
yang hendak dibereskannya.
Sahut Nyo Jiok berdusta, "Pokoknya aku
mencium adanya usaha suatu kelompok musuh
yang akan membakar habis Kuil suci kita, dalam
usaha memancing kita keluar dari persembunyian. Tugas kalian hanya mengamatamati, kalau ada yang mencurigakan, carilah
dan laporkan kepadaku. Akulah yang akan
bertindak dengan kekuatan gaibku, sehingga
para perusak itu akan gentar kepada Pek-liankau kita!"
Orang-orang yang disuruh itu serasa
mendidih darahnya, terbakar omongan Nyo Jiok
itu. Sahut mereka gagah, "Biarpun harus hancur
lebur, kami siap membela Kuil suci Hong-kaksi."
"Berangkatlah. Awasi saja."
Mereka beranjak pergi, dan ketika Tong-hwe
Tojin akan ikut pergi bersama mereka, Nyo Jiok
Sekte Teratai Putih 14 16 buru-buru mencegah, "Untuk Tong-hwe Tojin
ada tugas lain!" Tong-hwe Tojin berhenti melangkah.
"Silakan memerintah, Ji-cong-cu."
"Aku perintahkan kau malam ini mengamatamati rumah keluarga Kwa, hanya malam ini
saja." "Boleh aku ketahui -sebabnya?"
"Di rumah itu berkumpul musuh-musuh kita.
Ada Sebun Beng dan kedua keponakannya, ada
puteri sulung Gubernur Ho-lam yang tidak
dapat dianggap remeh, dan ada juga Wan Lui
dan isterinya.Tugasmu hanya mengawasi
sampai pagi, jangan bertindak apa-apa. Paham?"
Tong-hwe Tojin sebenarnya mengantuk,
malam itu ingin tidur, tapi tugas itu tidak bisa
dihindarinya. Terpaksa ia menjawab, "Baiklah,
Cong-cu. Ada pesan lain lagi?"
"Tidak ada lagi. Berangkatlah."
Tong-hwe Tojin pun berangkat, Nyo Jiok
mengawasi punggungnya sambil menyeringai
dalam kegelapan, ancamnya dalam hati,
"Selamat jalan ke akherat, hidung kerbau!"
Sekte Teratai Putih 14 17 Lalu Nyo Jiok duduk bersila, mengeluarkan
selembar "hu" atao kertas jimat yang terbakar
hanya dengan dimanterai, tanpa menggunakan
batu api. Mulailah ia berkomat-kamit, mulai
dengan aksi pembunuhannya terhadap Tonghwe Tojin.
.Si Imam Tong-hwe Tojin yang sedang
melangkah menuruni lereng bukit itu, sendirian,
terpisah dari teman-temannya yang menuju ke
arah lain, melangkah tanpa curiga sedikit pun.
Kalaupun ada yang agak mengganggunya, itu
hanyalah rasa kantuknya. Tiba-tiba dia merasa ada kabut tipis seperti
melingkupinya, hanya sekejap dan kemudian
hilang kembali. Sebagai tokoh Pek-lian-kau, dia
segera menyadari artinya, dan ia sadar pula
bahwa dia telah kalah cepat bertindak.
"Bangsat Nyo Jiok...." hanya sepatah kata itu
yang sempat dikeluarkan sebelum dia rebah
dengan napas megap-megap, udara di sekitar
tubuhnya seolah-olah lenyap semuanya
sehingga ia tidak bisa bernapas. Ia menggelosergeloser di tanah, sepasang tangannya
Sekte Teratai Putih 14 18 memegangi lehernya sendiri, kakinya menyepak-nyepak dengan gerakan yang makin
lama makin lemah. Tong-hwe Tojin sadar, beberapa detik lagi
dia akan pindah ke negeri para arwah. la benarbenar tidak sempat menyiapkan pertahanan. Ia
merasa kesadarannya makin lemah, pandangannya makin kabur, hitamnya malam
seolah bertambah pekat. Sesosok bayangan dilihatnya melangkah
mendekatinya dan berseru kaget, "Hei, kalian
apakan dia?" Dengan sisa-sisa kesadarannya yang tinggal
sekelumit, Tong-hwe Tojin menyangka bahwa
sosok kabur yang dilihatnya mendekat itu
tentunya siluman penjaga neraka.
Tetapi Tong-hwe Tojin benar-benar tidak
mampu berpikir lagi untuk mengetahui siapasiapa yang disebut dengan "kalian" dari kalimat
"kalian apakan dia" tadi.
Yang aneh, Tong-hwe Tojin tiba-tiba merasa
napas dan lehernya lega kembali. Meskipun
masih agak terengah-engah, dia menghirup
Sekte Teratai Putih 14 19 dalam-dalam udara malam yang sangat
melegakan paru-parunya. Namun masih tersisa
juga rasa takutnya, jangan-jangan ia merasa
lega karena rohnya sudah copot dari raga
kasarnya" Ia takut membuka matanya, takut
melihat wajah dari manusia berkepala kuda
atau kerbau seperti yang sering didengarnya
dari dongeng tentang pasukan neraka, takut
melihat wajah Giam-lo-ong Si Raja Neraka.
Tetapi aneh, neraka kok tidak panas" Kenapa
udara yang masuk ke paru-parunya juga segar"
Terdorong, rasa herannya, Tong-hwe Tojin
membuka matanya, dan ia melihat seorang
pemuda berwajah polos dan lembut berjongkok
di samping tubuhnya. Wajahnya bersinar ceria.
Diam-diam Tong-hwe Tojin berpikir bahwa
siluman neraka tak mungkin berwajah macam


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini. Pemuda itu menempelkan telapak tangannya
yang hangat ke pipi Tong-hwe Tojin, sambil
bertanya penuh perhatian, "Bapak Imam, Bapak
tidak apa-apa?" Sekte Teratai Putih 14 20 Si Imam tidak segera menjawab, lebih dulu
menatap bintang-bintang di langit dan alam
sekitarnya, untuk meyakinkan bahwa dia masih
ada di alam fana. Setelah itu barulah ia bangkit
untuk duduk dan menjawab, "Tidak apa-apa,
anak muda. Terima kasih."
"Tadi aku lihat Bapak tiba-tiba rebah sambil
memegangi leher. Apakah Bapak punya
penyakit yang kambuh mendadak?"
Tong-hwe Tojin menggeleng, ia akan tetap
menyembunyikan identitasnya sebagai orang
Pek-liau-kau sebisa-bisanya.
Setelah itu barulah ia bangkit untuk duduk
dan menjawab, "Tidak apa-apa, anak muda.
Terima kasih." Tetapi dia heran juga, kenapa serangan Gaib
Nyo Jiok itu berhenti tiba-tiba" Apakah Nyo Jiok
memang tidak bermaksud membunuhnya"
Imam itu tidak tahu kalau Nyo Jiok sendiri
terkejut, sebab Nyo Jiok sebenarnya tidak
menghentikan serangan, dia benar-benar
menghendaki Tong-hwe Tojin mampus, namun
Sekte Teratai Putih 14 21 Setelah itu barulah ia bangkit untuk duduk dan
menjawab, "Tidak apa-apa, anak muda.
Terima kasih." Sekte Teratai Putih 14 22 Nyo Jiok dapat merasakan bahwa serangannya
tiba-tiba buyar tanpa diketahui sebabnya.
Berbagai dugaan pun muncul di pikiran Nyo
Jiok, "Keparat, apakah Tong-hwe Tojin itu sudah
mampu membuyarkan seranganku" Atau ada
orang lain yang ikut campur" Siapa?"
Lalu dalam dada Nyo Jiok pun menggumpal
tekad, bahwa Tong-hwe Tojin tetap akan
dihabisinya, bahkan siapa pun penolongnya
juga akan dihabisinya sekalian. Ia akan
menggunakan ilmunya yang lebih tinggi. Karena
itulah dia menguraikan rambutnya, dan
membakar "hu" lagi serta lebih gencar
membaca mantera. Bahkan matanya sampai
bersinar kehijau-hijauan.
Sementara itu, Tong-hwe Tojin yang sedang
bersama-sama pemuda yang menolongnya itu,
bagaimanapun masih belum punya kekuatan
untuk bangun. Ia masih duduk saja di tanah,
meskipun napasnya sudah mulai lega dan segar.
Anak muda tadi masih berjongkok di
sampingnya, perhatiannya yang sedemikian
tulus sangat mengesankan Tong-hwe Tojin.
Sekte Teratai Putih 14 23 Padahal antara dirinya dengan anak muda itu
tidak pernah saling mengenal. Berbeda sekali
dengan para pemimpin Pek-lian-kau yang saling
menjegal di antara sesama teman seperjuangan.
"Bagaimana kau sampai di tempat ini, anak
muda?" tanya Tong-hwe Tojin.
"Yah, aku sendiri jadi kurang tahu. Rasanya
hanya berjalan-jalan, dan tidak terasa sudah
sampai di tempat ini."
"Di mana rumahmu?"
"Di Se-shia di Propinsi Siam-sai."
"Astaga, jauh benar...."
Ketika itulah mata Tong-hwe Tojin terbelalak
kaget, sebab melihat ada serupa kabut tipis
melayang tiba di atas kepala mereka berdua,
lalu melayang turun. Tong-hwe Tojin sadar,
itulah serangan gaib gelombang ke dua.
Dengan wajah pucat ia mendorong pemuda
itu, sambil berkata tergagap, "Lari.... cepat!
Selamatkan dirimu! Aku akan bertahan di sini!"
Pundak pemuda itu hanya terdorong sedikit,
lalu dia malahan menengadah melihat kabut itu,
dan berkata, "Eh, kalian lagi! Belum jera?"
Sekte Teratai Putih 14 24 Dan Tong-hwe Tojin hampir-hampir tidak
mempercayai penglihatannya sendiri, ketika
melihat kabut itu buyar begitu saja!
Terpesona Tong-hwe Tojin menatap anak
muda itu, tanyanya, "Siapa kamu, Nak?"
Anak muda itu menjawab datar saja,
"Namaku Liu Yok. Marilah, Bapak Imam, Bapak
tentu belum kuat berjalan sendiri. Aku tuntun
Bapak menuju ke tempat yang Bapak
kehendaki." Nama itu membuat Tong-hwe Tojin tertegun.
Jadi inikah anak muda yang membuat tokohtokoh Pek-lian-kau utara semacam Mo Hwe,
Nyo Jiok dan Mao Pin gempar dan tak habis
heran" Tampangnya pernyata tidak istimewa,
kalau pun ada yang istimewa hanyalah
kelembutan matanya dan kehangatan sikapnya.
Itulah yang "melebihi normal .
Selagi Tong-hwe Tojin masih terheran-heran,
tangan-tangan Liu Yok yang hangat telah
mengangkatnya bangun sehingga Imam itu
berdiri. Tong-hwe Tojin sadar bahwa orang ini
"secara resmi" adalah musuhnya, musuh PekSekte Teratai Putih 14
25 lian-kau, namun jauh di dasar hatinya ia tidak
punya rasa permusuhan sedikit pun terhadap
anak muda ini. Aneh. Ke mana perginya rasa
permusuhan itu" Apakah karena mata yang
lembut itu" Atau lengan-lengan yang begitu
hangat merang kul tubuhnya"
"Tidak apa-apa, Anak muda. Aku bisa
berjalan sendiri. Aku tidak ingin merepotkanmu." "Benar Bapak bisa berjalan sendiri?"
"Ya, ya, aku tidak apa-apa. Aku akan berhatihati."
Namun sebelum Tong-hwe Tojin beranjak
pergi, dari jauh nampak dua orangpenunggang
ku da mendekat. Mereka berkuda sambil
membawa obor, dan setelah dekat, merekalah
Wan Lui dan Sun Cu-kiok. Mereka berdua baru
saja memeriksa mata air yang ditebari racun itu,
dan bermaksud memeriksa lagi ke Kuil Hongkak-si, kini mereka melihat Liu Yok dan Tonghwe Tojin di tempat ini.
"Saudara Liu!" hampir bersamaan Wan Lui
dan Sun Cu-kiok menyapa. Mereka heran bahwa
Sekte Teratai Putih 14 26 tiba-tiba saja mereka melihat Liu Yok berada di
suatu tempat yang berjarak lebih dari lima li
dari tempat kediaman Kwa Cin-beng. Apakah
Liu Yok bisa melangkah lebih cepat dari kudakuda tunggangan mereka" Bukankah tadi ketika
mereka hendak berangkat dari rumah Kwa Cinbeng, Liu Yok masih bersama-sama dengan
orang-orang di tempat itu dan kelihatannya
tidak akan pergi" Kenapa sekarang Liu Yok tibatiba berada di sini"
Lebih mengherankan Wan Lui dan Sun Cukiok melihat wajah Liu Yok yang dalam
kegelapan malam itu nampak agak bercahaya,
dan cara berdirinya yang tegap, tidak
menunjukkan kalau dia seorang pincang yang
kakinya panjang pendek. Sementara Tong-hwe Tojin sedang mengeluh
dalam hati. Ia tahu baik wan Lui maupun Sun
Cu-kiok adalah pemburu" Pek-lian-kau. Tapi
Tong-hwe Tojin tidak beranjak. Ia tahu, kalau ia
lari, malah akan dikejar dan pasti akan
tertangkap kembali. Lebih baik cari akal untuk
menyelamatkan diri. Sekte Teratai Putih 14 27 Wan Lui telah melompat turun dari kudanya
dan bertanya, "Saudara Liu, kapan kau kemari?"
"Belum lama." sahut Liu Yok berseri-seri.
"Bersama siapa?"
"Tadi bersama beberapa kawanku, tetapi
entah di mana mereka sekarang."
"Kawan-kawanmu siapa?"
"Aku sendiri tidak tahu nama-nama mereka,
tetapi mereka sering datang mendadak dan
pergi mendadak pula. Yang jelas mereka itu
orang-orang baik." Wan Lui geleng-geleng kepala, "Sungguh
berbahaya, Saudara Liu. Kota Hong-yang dan
sekitarnya saat ini sedang rawan karena adanya
pihak-pihak yang bermusuhan, bagaimana
Saudara Liu bisa menganggap sembarangan
orang sebagai kawan-kawanmu, dan tanpa pikir
panjang menuruti ajakan mereka untuk pergi
keluyuran sejauh ini" Bagaimana kalau ternyata
mereka adalah musuh?"
Saking cemasnya Wan Lui, sampai-sampai
caranya menasehati Liu Yok seperti berbicara
terhadap anak nakal yang masih kecil saja.
Sekte Teratai Putih 14 28 Namun jawaban Liu Yok begitu ringan dan
sering dianggap naif oleh siapa pun juga, "Ah,
Saudara Wan terlalu berprasangka, tidak baik
itu. Aku tidak punya musuh, di mana-mana yang
ada hanya kawanku." Wan Lui cuma menarik napas, merasa tidak
ada gunanya berdebat. Lalu pandangannya
diarahkan kepada Tong-hwe Tojin.
Sementara Sun Cu-kiok yang selama
pembicaraan Wan Lui dan Liu Yok tadi terus
mengawasi Tong-hwe Tojin dengan waspada,
kini mendapat giliran untuk bertanya kepada
Tong-hwe Tojin, "Bapak Imam, apakah Anda
adalah salah seorang dari yang mengajak
Saudara Liu sampai ke tempat ini?"
Liu Yoklah yang menjawab, "Nona salah
paham. Bapak Imam ini aku temukan di tempat
ini selagi.... penyakitnya kambuh. Aku berusaha
menolongnya." Tong-hwe Tojin tinggal mengiakan saja.
Tetapi Wan Lui dan Sun Cu-kiok takkan
berhenti sampai di situ. Mereka sedang melacak
jejak orang yang meracuni mata air sehingga air
Sekte Teratai Putih 14 29 di kediaman Kwa Cin-beng jadi beracun semua.
Orang yang diduga adalah orang Pek-lian-kau.
Meskipun ia mencurigai Tong-hwe Tojin,
namun mereka tidak ingin meninggalkan
tatakrama. Wan Lui memberi hormat kepada
imam itu, "Saya adalah Wan Lui dari ibu kota
Pak-khia. Bolehkah saya mengetahui siapa
nama Bapak Imam ini?"
Tong-hwe Tojin membalas hormat dan
berbohong dengan suara agak gugup, "Nama
saya.... Se-cui Tojin, seorang imam melarat yang
tidak punya kuil dan tidak punya umat
pengikut. Saya hanya mengembara kian kemari
untuk berbuat kebajikan."
Tong-hwe Tojin merasakan semacam
pengaruh aneh selama berdekatan dengan Liu
Yok. Biasanya dia lancar saja berbohong,
lingkungannya di Pek-lian-kau adalah lingkungan para pembohong, namun berdekatan dengan Liu Yok dia merasa seolaholah dirinya telanjang. Bohongnya bukan
bohong yang mantap lagi. Sekte Teratai Putih 14 30 "Tempat kediaman Bapak?" tanya Wan Lui
lagi. "Sudah aku katakan tadi, langit adalah atap
rumahku dan bumi adalah lantai rumahku."
"Kalau begitu, kami mengundang Bapak
Imam ke tempat Tuan-rumah kami, yaitu Kwa
Cin-beng...." kata Sun Cu-kiok tiba-tiba, sambil
melangkah maju dengan sikap yang menyiratkan ancaman. Gadis yang keras hati ini
memang tidak terbiasa dengan tatakrama yang
bertele-tele, karena dibesarkan di lingkungan di


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mana ia biasa main perintah saja.
Tong-hwe Tojin terkesiap, sesaat dia
bingung. Ingin melawan dengan ilmu silat yang
"normal" dia sadar bahwa ia berhadapan
dengan Wan Lui yang bernama besar dan bukan
tandingannya, ingin melawan dengan ilmu gaib,
ia sudah melihat sendiri betapa ilmu-ilmu gaib
Pek-lian-kau tidak berarti sama sekali di
hadapan Liu Yok. Terpaksa dia menggunakan "ilmu silat lidah"
saja. "Terima kasih, Nona. Aku akan
meneruskan perjalanan saja. Aku tidak berani
Sekte Teratai Putih 14 31 membuat repot Tuan-rumah yang Nona
tempati." Jawaban itu malah mengobarkan kecurigaan
Wan Lui dan Sun Cu-kiok. Dan kalau Wan Lui
masih memutar otak bagaimana caranya
mengajak "dengap baik-baik" Tong-hwe Tojin
ini ke rumah keluarga Kwa, maka Sun Cu-kiok
tidak telaten lagi berpikir berbelit-belit. Dia
langsung main tabrak saja, "Pak Imam, aku mau
terus terang saja. Kami sedang mencari orang
yang telah menyebarkan racun di mata- air, dan
kami terus terang saja mencurigaimu sebab
engkau berada sendirian di sini malam-malam.
Kau harus mengikuti kami untuk kami periksa."
Tong-hwe Tojin terkejut, ia mundur
selangkah dengan wajah tegang dan secara
otomatis tangannya siap mencabut pedang yang
tergantung di pinggang kirinya. "Nona,
bermaksud menangkap aku, dan memperlakukan aku sebagai pesakitan?"
"Ya!?"Aku tidak melakukan apa-apa. Aku
tidak meracuni mata air!" Kali ini jawaban
Tong-hwe Tojin begitu jujur.
Sekte Teratai Putih 14 32 Sementara itu, Liu Yok juga menunjukkan
ketidak-senangannya. Liu Yok melangkah
mendekat, dan sekali lagi Wan Lui dan Sun Cukiok heran melihat Liu Yok tidak pincang. Kata
Liu Yok kepada Sun Cu-kiok, "Nona Sun, aku
harap jangan bersikap keterlaluan kepada
Bapak Imam ini. Dia sedang sakit, dan tadi dia
datang dari arah utara, bukan dari arah mata air itu."
Namun Sun Cu-kiok yang sudah sekian lama
gelisah akan nasib adiknya, dan kegelisahannya
itu terus menumpuk karena sudah berhari-hari
dia tidak berhasil menemukan jejak orangorang Pek-lian-kau, kali ini bertekad akan
bertindak maksimal untuk melacak jejak atau
petunjuk yang paling lemah sekalipun. Dan Sun
Cu-kiok sudah terlanjur mencurigai Tong-hwe
Tojin. Sahut Sun Cu-kiok kepada Liu Yok, "Saudara
Liu, keselamatan Adikku menjadi pertaruhan."
"Nona Sun, sudah aku katakan bahwa aku
merasa Adikmu takkan diapa-apakan!"
Sekte Teratai Putih 14 33 "Aku butuh jaminan yang lebih kuat daripada
sekedar perasaanmu, Saudara Liu."
Lui Yok menoleh kepada Wan Lui dengan
pandangan memohon agar Sun Cu-kiok tidak
melakukan kekerasan. Tetapi Wan Lui kali ini
agaknya mendukung sikap Sun Cu-kiok
meskipun kurang setuju dengan sikap Sun Cukiok yang agak kasar. Kata Wan Lui. "Saudara
Liu, kalau Bapak Imam ini nanti ternyata tidak
bersalah, kami akan melepaskan beliau dan
memberinya bekal perjalanan."
Liu Yok nampak murung, dan berkata, "Kalau
demikian, lebih baik aku pergi daripada
menyaksikan manusia memaksakan kehendak
kepada manusia lainnya."
Kemudian Liu Yok memutar tubuhnya dan
benar-benar pergi begitu saja. Langkahnya
lurus, tidak pincang. Sesaat kemudian ia sudah
tidak kelihatan lagi ditelan pengkolan lereng
bukit. Wan Lui gelisah mengingat seribu satu
macam bahaya yang bisa mengancam Liu Yok di
daerah rawan itu. "Saudara Liu, tunggu!" dia
Sekte Teratai Putih 14 34 berseru, lantas dengan gerakan cepat dia
menyusul ke balik pengkolan itu, di mana
sedetik sebelumnya Liu Yok menghilang.
Dan di balik pengkolan itu, Wan Lui tidak
melihat apa-apa. Hanya ada kabut malam yang
mengalir tipis-tipis. Wan Lui heran, sedemikian
cepatkah gerakan Liu Yok sehingga sekarang
mungkin sudah tiba di tempat yang jauh
meskipun tadi nampaknya Liu Yok melangkah
seenaknya" Wan Lui menebarkan pandangannya, dan Liu Yok benar-benar sudah
tidak terlihat, padahal di tempat itu tidak ada
pepohonan atau lekuk bukit untuk bersembunyi. Wan Lui memang tahu kalau Liu Yok itu
"orang aneh" karena pemahamannya yang amat
mendalam tentang isi buku yang dibawanya ke
mana-mana, buku yang sama dengan yang
dimiliki Wan Liu namun lalu diberikan kepada
mertuanya, namun Wan Lui tidak menyangka
kalau "keanehan" Liu Yok seperti itu.
Sekilas muncul juga pikiran lain, "Janganjangan Liu Yok ini sebenarnya seorang jagoan
Sekte Teratai Putih 14 35 tingkat tinggi yang sehari-harinya berpura-pura
menjadi Si Pincang yang tidak berdaya?"
Tetapi pikiran lain membantahnya, "Ah, tidak
mungkin. Liu Yok justru seorang yang
menentang kalau ada orang yang mempelajari
ilmu silat, tidak peduli dijelaskan dengan alasan
apa pun. Katanya ilmu itu mengotori jiwa. Dan
dia bukan seorang yang pintar berpura-pura, la
akan mengatakan apa adanya, apa pun
akibatnya." Akhirnya Wan Lui melangkah balik ke
tempat semula, ke tempat Sun Cu-kiok dan
Tong-hwe Tojin masih berhadapan dengan
tegang. Tanya Wan Lui, "Bagaimana, Bapak Imam"
Mau menyerah atau harus dipaksa" Atau mau
coba-coba menggunakan ilmu gaib" Ingat, aku
adalah Wan Lui yang sekian tahun yang lalu
memporak-poran-dakan kalian kaum Pek-liankau, meskipun saat itu kalian dari Pak-cong dan
Lam-cong sedang bergabung. Peristiwa itu tentu
dikenal luas di kalangan Pek-lian-kau sampai
sekarang. Waktu itu ilmu gaib kalian tidak
Sekte Teratai Putih 14 36 berarti di hadapanku, dan sekarang lebih tidak
berarti lagi!" Dengan kata-kata itu, Wan Lui telah langsung
menebak bahwa Tong-hwe Tojin adalah
anggota Pek-lian-kau. Tong-hwe Tojin yang merasa masih agak
lemah itu, akhirnya merasa tidak ada gunanya
lagi bersikeras. Tangannya yang sudah
menggenggam tangkai pedang pun terkulai, dan
ia menjawab, "Aku menyerah. Tetapi aku
menjawab dengan jujur kalau tadi kukatakan
bahwa yang meracuni mata air itu bukan aku."
"Itu tergantung penjelasanmu nanti. Kami
juga yakin, bahwa namamu yang sebenarnya
pasti bukan Se-cui Tojin seperti katamu tadi.
Siapa namamu sebenarnya.?"
Tong-hwe Tojin menarik napas tetapi
menjawab juga, "Namaku Tong-hwe Tojin.
Sun Cu-kiok tertawa, "Pintar juga, kau
mencari nama palsu yang tinggal kebalikannya
saja dari nama yang asli. Tong ("timur") kamu
balik jadi "Se" (barat), Hwe (api) kamu jadikan
Cui (air)..." Sekte Teratai Putih 14 37 Tong-hwe Tojin bungkam saja, namun Wan
Lui tertawa, sambil memuji dalam hati bahwa
Sun Cu-kiok agaknya berbakat juga dalam
bidang bahasa sandi. Kemudian Tong-hwe Tojin pun dibawa ke
rumah keluarga Kwa sebagai tawanan. Sun Cukiok berjalan di depan, belasan langkah
kemudian barulah Tong-hwe Tojin yang
melangkah sambil menunduk, dan beberapa
langkah lagi adalah Wan Lui. Sun Cu-kiok dan
Tong-hwe Tojin merintis jalan namun tidak lagi
melewati jalan belukar ke mata-air tadi,
langsung ke rumah Keluarga Kwa.
Dari tempat yang tersembunyi, Hui-heng-si
(mayat terbang) Nyo Jiok melihat semuanya itu
sambil menggertakkan gigi saking geramnya,
namun tidak berani bertindak. Rambutnya
masih riap-riapan karena praktek ilmu
hitamnya yang gagal tadi. Ia benar-benar heran
akan diri Liu Yok. Untung juga Nyo Jiok tidak akan melihat apa
yang akan terjadi di rumah keluarga Kwa nanti.
Kalau ia menyaksikan adegan yang bakal
Sekte Teratai Putih 14 38 terjadi, barangkali ia akan menggigit lidahnya
sendiri saking gemas dan bingung tentang Liu
Yok. Inilah yang terjadi di rumah Keluarga Kwa.
Kedatangan Wan Lui dan Sun Cu-kiok
kembali di kediaman keluarga Kwa itu disambut
dengan bermacam-macam pertanyaan, apalagi
dengan membawa tawanan seorang Tojin yang
nampak lesu. Waktu itu sudah larut malam,
namun pegawai-pegawai keluarga Kwa nampak
berada dalam kesiagaan, semuanya membawa
senjata, obor dipasang di mana-mana sehingga
seekor jengkerik yang melompat di sudut
halaman pun rasanya takkan lolos dari
penglihatan. Kwa Cin-beng sendiri dengan pakaian
ringkas dan golok tergantung di pinggang serta
saputangan mengikat rambutnya yang putih,
menyambut Wan Lui dan Sun Cu-kiok dengan
pertanyaan langsung, "Bagaimana, Nona Sun,
Jenderal Wan" Bisa ditangkapkah orang Peklian-kau yang telah meracuni mata-air itu?"
Sekte Teratai Putih 14 39 Bertanyanya kepada Wan Lui dan Sun Cukiok, namun mata Kwa Cin-beng yang berapiapi itu menatap Tong-hwe Tojin.
Bukannya langsung menjawab, Wan Lui
malah lebih dulu bertanya, "Tuan Kwa,
bagaimana dengan air dalam rumah ini" Kena
racun semua?" "Untung tidak semuanya. Banyak air yang
ditimba sore tadi tidak keracunan, sudah kami
uji. Inikah orangnya yang meracun?"
Wan Lui tertawa, "Jangan terburu nafsu,
Tuan Kwa. Bapak Imam ini hanyalah orang yang
kami curigai, namun dia atau bukan yang
menyebar racun, kita putuskan nanti setelah
kita tanyai." Kwa Cin-beng sudah berusia enam puluh
tahun lebih, namun masih berangasan. Ia
mencengkeram baju Tong-hwe Tojin sehingga
robek di bagian dada. Maka nampaklah baju
dalamnya yang berwarna hitam dengan gambar
teratai putih lambang Pek-lian-kau.
"Orang ini gembong Pek-lian-kau!" kata Kwa
Cin-beng. Sekte Teratai Putih 14 40 Wan Lui menyahut dengan kalem saja, "Ya,
sejak tadi juga kami sudah tahu. Bahkan aku
juga sudah tahu kalau dia berpangkat Hong-kun
(Pentung Merah) alias Penanggung-jawab
Keuangan. Pangkat yang lumayan tinggi."
Tong-hwe Tojin terkejut, ia belum
mengatakan apa-apa tentang kedudukannya
dalam Pek-lian-kau, namun Wan Lui sudah
mengetahuinya. Tak terasa ia mengangkat
wajahnya dan bertanya, "Darimana Jenderal
mengetahui kedudukanku dalam Pek-lian-kau?"
Dengan kalem Wan Lui menjawab, "Sejak
tadi aku melihat jari telunjuk kananmu yang


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kutung, itulah tanda seorang Hong-kun dalam
Pek-lian-kau." Ketika Kwa Cin-beng dan Sun Cu-kiok serta
orang-orang lain mendengarnya, mereka ikut
memandang ke tangan kanan Si Imam, dan Si
Imam buru-buru menyembunyikan tangan
kanannya di balik lengan jubahnya yang
longgar. Sikap Tong-hwe Tojin itu sudah cukup
untuk "mengiyakan" kata-kata Wan Lui tadi.
Memang orang-orang Pek-lian-kau punya ciriSekte Teratai Putih 14
41 Ia mencengkeram baju Tong-hwe Tojin sehingga
robek di bagian dada. Maka nampaklah
baju dalamnya yang berwarna
hitam dengan gambar teratai putih
lambang Pek-lian-kau. Sekte Teratai Putih 14 42 ciri tertentu, kalau seseorang mendapat jabatan
Hong-kun, dalam sumpah pelantikannya di
antara lain harus menabas putus jari telunjuk
kanannya sendiri. Melihat perubahan wajah Tong-hwe Tojin,
Wan Lui sekalian menggunakan kesempatan itu
untuk menggertak dan meruntuhkan moril
pihak Pek-lian-kau melalui Tong-hwe Tojin.
Katanya sambil tertawa, "Kaisar menunjuk aku
dan orang-orangku untuk menumpas Pek-liankau bukannya tanpa pertimbangan. Segala
gerak-gerik Pek-lian-kau kalian, buat orang lain
mungkin dianggap misterius dan menakutkan,
tetapi di depan mata kami serba terbuka dan
tidak ada yang tersembunyi. Itulah sebabnya
kalian pihak Pek-lian-kau tidak punya peluang
menang sedikit pun untuk melawan kami.
Bahkan di dalam organisasi kalian sendiri
banyak orang-orang kami yang tidak kalian
ketahui!" Omongan Wan Lui itu adalah kenyataan
campur gertak sambal, namun bagi orang yang
suasana jiwanya sedang seperti Tong-hwe
Sekte Teratai Putih 14 43 Tojin, sudah barang tentu akan sulit
membedakannya. Mendengar omongan itu,
Tong-hwe Tojin benar-benar menjadi ciut
nyalinya. Ia benar-benar memandang Wan Lui
sebagai "pemburu spesialis Pek-lian-kau".
Tidak lupa Sun Cu-kiok juga menitipkan
gertakannya membonceng gertakan Wan Lui
itu, "Itulah sebabnya kalian jangan coba-coba
melukai seujung rambut pun kepada adikku Sun
Pek-lian. Ada anak buah Jenderal Wan yang
diam-diam terus melindungi adikku, biarpun di
tengah-tengah sarang kalian. Paham?"
Kemudian mereka melangkah masuk ke
sebuah adegan yang membuat bingung semua
orang, bahkan membuat bingung Tong-hwe
Tojin yang sudah biasa main gaib-gaiban.
Berawal dari pertanyaan Wan Lui kepada
Kwa Cin-beng, "Tuan Kwa, apakah Saudara Liu
Yok sudah kembali ke rumah?"
"Kembali?" Kwa Cin-beng heran. "Saudara
Liu Yok tidak pergi ke mana-mana. Tadi begitu
Jenderal Wan dan Nona Sun berangkat, Tuan
Sebun dan kedua keponakannya langsung
Sekte Teratai Putih 14 44 masuk ke dalam kamar, katanya ingin
beristirahat." "Ah, masa?" sanggahan bernada keraguan itu
keluar berbareng dari mulut Wan Lui dan Sun
Cu-kiok, juga dalam hati Tong-hwe Tojin tetapi
tidak terucapkan. Kwa Cin-beng heran menghadapi keraguan
orang-orang itu. Katanya penasaran, "Memangnya aku berbohong" Silakan lihat
sendiri ke kamar Tuan Sebun kalau tidak
percaya. Paman dan kedua keponakannya itu
menempati sebuah kamar besar di sayap kanan
bangunan ini!" Dalam keadaan biasa, tentu Wan Lui dan Sun
Cu-kiok tidak akan memperpanjang urusan.
Tapi keadaan kali ini sedemikian khusus, maka
Wan Lui pun berkata, "Maaf, Tuan Kwa,
bukannya aku tidak mempercayai kata-katamu,
tetapi aku ingin melihat sendiri Saudara Liu di
kamarnya." Kwa Cin-beng heran bahwa yang pertama
kali ditanyakan Wan Lui bukannya isterinya
Sekte Teratai Putih 14 45 namun malah urusan Liu Yok yang "tidak ada
apa-apanya" itu"
Sementara Wan Lui mulai melangkah ke
bangunan sayap-kanan setelah menyerahkan
kendali kudanya ke tangan seorang pegawai
Kwa Cin-beng, Sun Cu-kiok pun berkata,
"Jenderal, aku ikut."
Bahkan Tong-hwe Tojin pun berkata
meskipun ragu-ragu, "Jika diperkenankan,
apakah aku juga boleh... melihat anak muda
yang bernama Liu Yok itu?"
"Buat apa?" tanya Sun Cu-kiok.
"Aku belum mengucapkan terima kasih yang
sungguh-sungguh untuk pertolongannya tadi."
Sun Cu-kiok menatap Wan Lui meminta
pertimbangannya, lalu Wan Lui mengangguk.
"Baiklah. Tapi jangan macam-macam."
Mereka melangkah ke bangunan sayap kanan
yang berseberangan dengan bangunan induk,
melalui halaman samping yang ada kolam ikan
dan taman bunganya. Karena heran akan sikap
Wan Lui dan Sun Cu-kiok itu, semua orang jadi
mengikutinya. Sekte Teratai Putih 14 46 Tiba di depan kamar besar yang ditempati
Liu Yok bersama Sebun Beng dan Auyang Hou,
rombongan orang-orang itu melihat penerangan dalam kamar masih menyala.
Nampak bayangan dua sosok tubuh duduk
berhadapan, bayangan itu tercetak di kertas
jendela. Wan Lui mendekat ke pintu dan mengetuk,
"Saudara Liu...."
Yang menjawab dari dalam kamar malahan
suara Sebun Beng, "Kamukah itu A-lui?"
"Benar, Ayah." sahut Wan Lui kepada
mertuanya. "Apakah Saudara Liu sudah..." Wan
Lui jadi ragu-ragu sendiri apakah harus
melanjutkan kata-katanya dengan "kembali"
atau "tidur?" Pintu dibuka, Sebun Beng muncul di depan
pintu dan menjadi kaget melihat begitu banyak
orang di depan kamarnya. "Ada apa?" tanyanya.
Akhirnya Wan Lui nekad bertanya, "Ayah,
apakah Saudara Liu Yok sudah kembali?"
"Kembali" Kembali dari mana?"
Sekte Teratai Putih 14 47 Wan Lui menarik napas, menoleh-noleh
sejenak melihat orang-orang sekitarnya,
terutama Sun Cu-kiok. "Ayah, baru saja aku dan
Nona Sun keluar untuk menyelidiki orang yang
meracuni mata-air, kami berhasil menangkap
orang yang mencurigakan ini..." sambil
menunjuk Tong-hwe Tojin. "...di tempat itu kami
juga bertemu dengan Saudara Liu, katanya dia
keluar bersama kawan-kawannya namun kami
tidak melihat siapa kawan-kawannya..."
Sebun Beng tercengang, ia menengok ke
pembaringan di mana Liu Yok tidur meringkuk
dengan nyenyaknya. "Sudah hampir dua jam
aku dan Auyang Hou bermain Siang-ji (Catur
Gajah) di sini, dan Liu Yok tidur di situ,
demikian pulas sehingga mengigau beberapa
kali. Dia tidak ke mana-mana."
Wan Lui ikut menjenguk ke dalam kamar,
disusul Sun Cu-kiok, bahkan Tong-hwe Tojin
juga. Maka biarpun kamar itu besar, jadi penuh
sesak juga, hanya untuk menonton orang tidur.
Tong-hwe Tojin mengamat-amati wajah Liu
Yok, dan berkomentar, "Ya, inilah anak muda
Sekte Teratai Putih 14 48 yang telah menolongku tadi. Alangkah cepat
jalannya. Ia sudah mendahului langkah kami
sampai ke rumah ini dan bahkan sudah tidur
demikian nyenyaknya..."
Wan Lui menyeringai, "Bapak Imam,
menurut Ayah mertuaku, Sudara Liu ini tidak
meninggalkan tempat ini sama sekali."
"Ha" Lalu siapa yang menolongku tadi?"
Wan Lui cuma mengangkat bahu, sedangkan
Sun Cu-kiok menjawab asal bunyi saja,
"Mungkin orang yang sangat mirip dengan Liu
Yok. Begitu miripnya sehingga suaranya,
caranya bicara, sikapnya, pandangan hidupnya
sama persis. Demikian mirip segala-galanya, kecuali...
"Kecuali apa?" "Maaf, Paman Sebun dan Saudara Auyang,
kecuali cara.. melangkahnya yang tegap dan
sama sekali tidak pincang."
"Ada orang macam itu?"
"Ya, Paman. Baru saja kami melihatnya.
Jenderal Wan juga, Bapak Imam ini juga."
Sekte Teratai Putih 14 49 Sebun Beng menoleh kepada Tong-hwe
Tojin, "Siapakah Bapak Imam ini?"
Waktu itu Tong-hwe Tojin boleh dikata
sudah enam puluh persen takluk. Takluk karena
sadar berhadapan dengan lawan-lawan yang
tak bisa diatasinya baik dengan ilmu silat
maupun dengan ilmu gaib, juga terdorong rasa
kecewanya setelah ternyata Hui-heng-si Nyo
Jiok malah berusaha membunuhnya, namun
yang menyumbang andil terbesar dalam sikap
takluk Tong-hwe Tojin itu adalah pertolongan
Liu Yok, perasaan berhutang budi kepada Liu
Yok. Kini ditanyai Sebun Beng, Tong-hwe Tojin
menjawab dengan jujur dan sopan tanpa
berbelit-belit, "Namaku adalah Tong-hwe Tojin,
menjabat sebagai Hong-kun untuk cabangcabang Han-king dan Hong-yang. Aku ditangkap
oleh Jenderal Wan dan Nona Sun ini, dibawa
kemari dengan tuduhan meracuni air minum,
padahal tidak." Sekte Teratai Putih 14 50 Sebun Beng tercengang akan sikap Tong-hwe
Tojin itu. Inilah orang Pek-lian-kau yang "paling
sopan" yang pernah ! ditemuinya.
Ketika itulah Liu Yok menggeliat, lalu
membuka matanya. Rupanya karena kamarnya
dimasuki banyak orang yang bercakap-cakap
satu sama lain, tidurnya jadi terganggu.
"Eh, ada apa ini?" ia menguap sambil i duduk
di pembaringannya, lalu menggosok-gosok
matanya yang masih mengantuk.
Ketika pandangannya sudah lebih jelas
karena kantuknya berkurang, dia dapat
memandang Wan Lui dan Sun Cu-kiok berada di
kamar itu pula. Liu Yok tiba-tiba saja tertawa,
"Mimpi kok bisa begitu kebetulan. Baru saja aku
bermimpi bertemu dengan Jenderal Wan dan
Nona Sun, eh, tahu-tahu sudah Ketemu di sini."
Orang-orang dalam ruangan itu tidak tahu
harus omong apa. Liu Yok nampak begitu polos,
seolah-olah orang bisa menjenguk langsung ke
dalam isi hatinya. Mungkinkah orang semacam
ini bisa bersandiwara dengan pura-pura baru
saja bangun tidur" Kalau benar, inilah pemain
Sekte Teratai Putih 14 51 sandiwara nomor wahid yang tanpa tandingan
di kolong langit. Hanya Sebun Beng yang tiba-tiba teringat
beberapa "keanehan" Liu Yok. Ia ingat ketika dia
hampir putus asa karena dikeroyok empat
manusia jadi-jadian di rumah seorang petani
yang diinapinya. Keempat manusia jadi-jadian


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang di kalangan Pek-lian-kau dinamai Thianpeng itu, tiba-tiba rontok bertepatan dengan
ketika Liu Yok dalam tidur nyenyaknya
mengutuk, "Kalian hanya debu!" Begitu juga
Sebun Beng teringat sebuah pengalaman ganjil
di kota Han-king. Ketika ia didatangi oleh Kimmo-long (Serigala Bulu Emas) Mo Hwe di
penginapannya, karena Mo Hwe menyangka
dirinya sedang berada di warung dekat
dermaga, dan Mo Hwe bermaksud memanfaatkan kesempatan itu untuk mencuri
"kitab sakti" yang dibualkan Auyang Hou.
Sehabis pertempurannya dengan Sebun Beng,
Mo Hwe mengakui bahwa dia salah mata karena
sebelumnya dia juga melihat Sebun Beng duduk
di warung di dekat dermaga itu sehingga Mo
Sekte Teratai Putih 14 52 Hwe mengira penginapannya tentu kosong.
Mendengar itu Sebun Beng heran, apakah
dirinya baru saja terpecah dua, satu di
penginapan dan satu di warung dermaga pada
saat yang bersamaan" Kok waktu itu ia tidak
merasa apa-apa" Dan sampai saat itu Sebun
Beng tidak dapat menemukan kenapa Mo Hwe
melihatnya di tempat lain. Di tempat itu,
barangkali hanyalah Sebun Beng yang tidak
berani meremehkan mimpi Liu Yok, tidak
berani mengatakan "hanya kembangnya tidur"
atau "karena kelelahan" dan sebagainya. Mimpi
adalah bagian hidup Liu Yok yang sangat
berarti, bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain. Karena itulah Sebun Beng menanyai
Keponakannya itu, "A-yok, mimpi apa kamu?"
Liu Yok tertawa dan berkata, "Paman adaada saja. Siapa orangnya di dunia ini yang mau
mendengarkan mimpi?"
"Aku mau, setidak-tidaknya." sahut Sebun
Beng. "Juga aku." sambung Wan Lui.
Sekte Teratai Putih 14 53 "Juga aku." Sun Cu-kiok tidak mau
ketinggalan. Dan meskipun Kwa Cin-beng serta Tong-hwe
Tojin dan beberapa orang lainnya tidak
mengutarakan dengan kata-kata, airmuka
mereka menunjukkan kalau mereka juga ingin
mendengar. Mendengar cerita mimpi!
Liu Yok makin geli, tapi akhirnya berkata
juga, "Baiklah. Aku mimpi diajak beberapa
temanku keluar dari tempat ini, berjalan-jalan
di suatu lereng bukit yang belum aku kenal di
malam hari. Di tempat itu, kawan-kawanku tibatiba menghilang semua. Selagi aku celingukan
mencari mereka, tiba-tiba aku melihat
seseorang..." Liu Yok tiba-tiba menatap Tong-hwe Tojm
yang belum dikenalnya, mukanya jadi heran dan
katanya, "He, kenapa wajah Bapak Imam ini
serupa benar dengan yang aku lihat dalam
mimpi?" Orang-orang cuma saling berpandangan,
tidak ada lagi yang mencoba bersusah payah
untuk memahami dengan otaknya, bisa pecah
Sekte Teratai Putih 14 54 sendiri kepalanya nanti. Yang terjadi memang
sudah di luar pemikiran akal. Tetapi benarbenar terjadi.
"Terus bagaimana?" tanya Sebun Beng."
Sekali lagi Liu Yok melirik ke arah Tong-hwe
Tojin, lalu melanjutkan ceritanya, "Aku lihat
seseorang yang wajah maupun dandanannya
seperti Bapak Imam ini, sendirian berjalan di
lereng bukit. Dan aku melihat beberapa orang
yang tampangnya jahat-jahat melompat dari
balik kabut malam, menyergap Bapak.... eh,
maksudku orang yang tampangnya seperti
Bapak Imam ini. Orang-orang jahat itu adalah
yang menekap hidung orang itu sehingga sulit
bernapas, ada yang mencekik leher, sehingga
orang yang malang itu rebah dan kakinya
menyepak-nyepak, nampaknya akan mati..."
Tong-hwe Tojin menggeleng satu kali,
sehingga Wan Lui bertanya. "Kenapa" Apakah
benar seperti itu yang kaualami?"
Sahut Tong-hwe Tojin, "Tidak, Jenderal Wan.
Kata-kata Saudara Liu itu hanya betul sebagian.
Memang aku merasa dicekik dan susah
Sekte Teratai Putih 14 55 bernapas, bahkan benar juga kalau dikatakan
bahwa aku roboh dan kakiku menyepaknyepak, namun tidak ada siapa-siapa yang
menyerangku." Semua mata dialihkan kembali kepada Liu
Yok, seolah-olah menggugat, kenapa ceritanya
tidak cocok dengan yang dialami Tong-hwe
Tojin" Tetapi Liu Yok bersikap acuh tak acuh dan
tetap santai saja. Ia memang tidak peduli
ceritanya dalam mimpi itu cocok dengan
pengalaman Si Imam atau tidak ia cuma
memenuhi permintaan orang-orang di kamar
itu untuk bercerita dan dia pun menceritakan
apa adanya. Habis perkara.
Karena itu, jawabannya pun enak, "Itulah
yang aku lihat dalam mimpi. Perkara mimpiku
tidak cocok dengan pengalaman orang lain,
bukan urusanku..." Kembali Sebun Beng teringat
suatu Peristiwa, tanpa sengaja ia menoleh
kepada Wan Lui dan kebetulan Wan Lui juga
sedang menoleh ke arahnya, agaknya juga ingat
akan peristiwa yang sama. Yaitu peristiwa di
Sekte Teratai Putih 14 56 Lok-yang ketika penyelenggaraan pesta
pernikahan Wan Lui. Ketika itu ada pengacau orang-orang Peklian-kau, sehingga terjadi perkelahian antara
dua orang Pek-lian-kau, Oh Jiang dan Mao Pin,
melawan Si Kembar Tong San-hong dan Tong
Hai-long dari Hwe-liong-pang. Dalam perkelahian itu muncul suatu yang tidak wajar,
Tong San-hong dan Tong Hai-long terdesak dan
terancam secara aneh. Saat itu Liu Yok tiba-tiba
mengatakan bahwa Oh Jiang dan Mao Pin
dibantu "teman-teman" mereka, padahal orangorang di sekitar gelanggang tidak melihat apaapa. Kini kejadian serupa terulang. Liu Yok
bilang ada orang-orang jahat yang mencekik
dan mendekap hidung Tong-hwe Tojin, sedang
Tong-hwe Tojin bilang tidak melihat apa-apa.
Yang terang, jawaban seenaknya Liu Yok itu
membuat orang-orang mati kutu. Siapa suruh
mencocokkan mimpi seseorang dengan
pengalaman dari seorang lainnya" Urusan itu
saja kalau didengar orang luar akan
Sekte Teratai Putih 14 57 menimbulkan bahan tertawaan yang tidak
habis-habisnya Dan lucunya lagi, orang-orang itu masih saja
ingin mendengar kelanjutan Liu Yok. Tak
ubahnya anak-anak kecil yang tidak mau tidur
sebelum dongeng ibunya selesai.
"Dilanjutkan tidak, ceritanya?" tanya Liu Yok
sambil menguap. Sebun Beng menyengir lalu berkata, "Ya,
sudah sampai tengah jalan ya dilanjutkan saja."
"Baik. Lalu aku berlari mendekati mereka,
bermaksud menolong orang yang malang itu.
Aku bentak orang-orang jahat yang sedang
menganiaya orang itu, 'He, kalian apakan dia"'
dan orang-orang jahat itu kabur semua...."
Kata-kata Liu Yok kembali terhenti ketika
Tong-hwe Tojin bersuara tertahan. Semua
orang menoleh ke arahnya.
"Ada apa lagi, Bapak Imam?" tanya Sebun
Beng. Tong-hwe Tojin berdehem sekali lalu
berujar, "Memang ketika itu aku hampir mati,
dan muncul seseorang yang mirip dengan
Sekte Teratai Putih 14 58 Saudara Liu ini, bahkan namanya juga sama dan
asalnya juga dari Se-shia ketika kutanyai. Orang
itu, maksudku Liu Yok yang lain itu memang
membentak, 'He, kalian apakan dia dan seketika
itu juga kesulitan bernapasku lenyap. Napasku
lancar kembali." Para pendengar pun tidak bisa memastikan
apakah mereka ada di alam nyata atau di alam
mimpi. Batas antara kedua alam itu tiba-tiba
menjadi begitu tipis dan bisa dilompati
semaunya. Adegan-adegan yang berlangsung
berpindah pindah dari alam nyata ke alam
mimpi, dan kadang-kadang dua-duanya
sekaligus. Cerita itu pun menjadi cerita yang aneh. Liu
Yok dan Tong-hwe Tojin seolah jadi bercerita
berbareng dari sudut pandangan masingmasing. Liu Yok menyebut-nyebut "seseorang
yang wajah dan dandanannya persis Bapak
Iman ini" sedangkan Tong-hwe Tojin menyebut
"orang yang namanya dan asalnya sama dengan
Saudara Liu ini". Sekte Teratai Putih 14 59 Tetapi dasar manusia, makin aneh makin
membuat penasaran. "Lalu bagaimana, Saudara Liu?" tanya Sun
Cu-kiok. "Ya aku tolong orang itu, kami bercakapcakap beberapa saat. Dia tanya nama dan
asalku, dan aku jawab. Dan tiba-tiba orangorang jahat tadi muncul kembali dalam jumlah
lebih banyak, mereka kali ini tidak berjalan di
atas tanah, melainkan seperti kabut yang
melayang. Mereka hendak menyerang kami
berdua dari atas. Orang yang aku tolong itu
mendorong pundakku sambil berseru, 'Lari...
cepat! Selamatkan dirimu! Aku akan bertahan di
sini!' begitu dia menyuruhku. Tetapi aku tidak
lari, aku pandang orang-orang jahat yang
sedang melayang tadi dan aku bentak 'Eh,
kalian lagi! Belum jera"' dan orang-orang jahat
itu terbang menjauh dengan ketakutan."
"Lalu?" "Lalu aku bantu orang itu bangun untuk
berjalan, ketika itulah aku melihat Jenderal Wan
Sekte Teratai Putih 14 60 dan Nona Sun mendekati dengan menunggang
kuda sambil membawa obor."
Wan Lui menarik napas dan menengok ke
arah Sun Cu-kiok. Kini mereka berdua
mendapat giliran "masuk alur cerita" yang aneh
itu. Tetapi Sebun Beng tiba-tiba berkata, "Tahan
dulu, Liu Yok!" Lalu Sebun Beng menoleh kepada Tong-hwe
Tojin, tanyanya, "Bapak Imam, bagaimana
komentarmu tentang bagian cerita yang
terakhir tadi?" "Yah, rasanya tidak masuk akal. Semuanya
cocok dengan yang aku alami, kecuali orangorang jahat bersayap itu. Aku tidak melihatnya,
aku hanya melihat kabut yang amat tipis dan
hampir tidak dapat dibedakan dengan kabut
malam. Selebihnya cocok."
Sebun Beng, yang belakangan ini juga sedang
keranjingan membaca dan memahami kitab
yang sama seperti yang dibaca Liu Yok,
mendapat kesimpulan meskipun kurang
mantap, bahwa Liu Yok agaknya punya
Sekte Teratai Putih 14 61 kemampuan melihat "orang-orang tak terlihat"
yang tidak bisa dilihat orang lain, baik dalam
keadaan sadar maupun sedang tidur. Dalam
keadaan sadar, contohnya di Lok-yang, di
perjamu an pernikahan Wan Lui. Dalam
keadaan tidur, contohnya sekarang ini.
Sebun Beng mengangguk mendengar
keterangan Tong-hwe Tojin itu, lalu memerintah Liu Yok, "A-yok, coba teruskan
ceritamu." "Baik, Paman. Jenderal Wan dan Nona Sun
datang ke tempat itu, menunggang kuda dan


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawa obor. Mereka menanyai aku, lalu
menanyai orang yang aku tolong itu dan
agaknya ingin menangkap orang itu karena
mencurigai orang itulah yang meracuni mata
air. Aku mencoba mencegahnya tetapi tidak
berhasil. Aku lalu pergi."
"Cocok semua!" sahut Wan Lui tanpa raguragu lagu "Itulah yang aku alami bersama Nona
Sun!" Orang-orang pun tak habis heran men
dengar cerita mimpi seaneh itu. Sementara
Sekte Teratai Putih 14 62 Tong-hwe Tojin telah berlutut kepada Liu Yok
dan berkata, "Tuan Liu, kalau begitu tidak salah
bahwa Tuanlah yang tadi telah menolong aku,
meskipun saat itu Tuan sedang berada di luar
diri Tuan. Terimalah hormatku."
Liu Yok pun mulai mengerti. Apa yang
baginya tadi cuma dikira mimpi, ternyata terjadi
sungguh-sungguh. Namun dia tidak setuju
dengan kata Tong-hwe Tojin tentang "Tuan di
luar diri Tuan" itu. Sanggahnya, "Justru itulah
manusia yang asli, sebelum terkurung di wadah
tanah liat yang rapuh ini. Manusia yang
menyerupai Penciptanya, dan diberi kuasa di
bumi sebagai ciptaan tertinggi."
Caranya Liu Yok menyebut raga jasmani
dengan sebutan "wadah tanah liat" adalah
istilah khas Agama Thai-cin-kau yang juga
dikenali oleh Wan Lui dan Sebun Beng.
Sedangkan buat yang lainnya, masih membingungkan. Sementara itu, Tong-hwe Tojin sudah takluk
benar-benar. Bukan sekedar takluk terpaksa
karena sadar Pek-lian-kau tidak akan sanggup
Sekte Teratai Putih 14 63 membendung orang-orang ini sekalipun dengan
bantuan seluruh Panglima Langit, Prajurit
Langit atau apa pun namanya. Melainkan takluk
karena melihat betapa tenteramnya hidup Liu
Yok, sesuatu yang lama didambakan Tong-hwe
Tojin namun belum didapatkannya. Bahkan
dalam diri Tong-hwe Tojin terbesit niat, ia akan
meninggalkan Pek-lian-kau, dan sekalipun ia
sudah ubanan ia tidak akan malu-malu berguru
kepada Liu Yok yang dianggapnya amat luar
biasa. Bersambung jilid XV Sumber Image : Koh Awie Dermawan
Yang Ngurutkan Halaman : Kang Hadi
first share in Kolektor E-book
Margoyoso, 15/06/2018 14:04 PM
Sekte Teratai Putih 14 64 Sekte Teratai Putih 15 1 CETAKAN PERTAMA CV GEMA SALA - 1991 Sekte Teratai Putih 15 1 << SEKTE TERATAI PUTIH >>
Karya : STEFANUS S.P. Jilid XV *** M ALAM ITU, Tiong-hwe Tojin ditahan di
sebuah ruang tertutup yang dijaga oleh
orang-orangnya Kwa Cin-beng. Namun sebenarnya, tanpa dijaga pun Tong-hwe Tojin
sudah tidak bernafsu untuk kabur dari situ. Ia
malah tidur nyenyak. Tentang diri Liu Yok Tong-hwe Tojin
membatin di dalam hati, "Kali ini Pek-lian-kau
akan ketemu lawan yang aneh. Seorang lawan
yang jauh lebih berbahaya ketika sedang
bermimpi daripada ketika sedang sadar."
Keesokan harinya, Tong-hwe Tojin di-tanyatanyai oleh Wan Lui dan lain-lainnya tentang
Pek-lian-kau Utara. Di luar dugaan para
penanya, Tong-hwe Tojin begitu lancar
menjawab. Ia membeberkan semuanya, bahkan
Sekte Teratai Putih 15 2 juga tentang upacara keagamaan yang akan
diselenggarakan di puncak In-hong, salah satu
puncak Pegunungan Kiu-liong-san.
Lewat keterangan-keterangan Tong-hwe
Tojinlah maka Pek-lian-kau kini tidak
terselubung. lagi melainkan seolah-olah
telanjang bulat di hadapan mata Wan Lui, Sebun
Beng dan lain-lainnya. Kemudian tentang nasib Tong-hwe Tojin
selanjutnya, rencananya akan diserahkan
kepada Panglima di Hong-yang untuk
dimasukkan penjara. Tetapi Liu Yok ternyata
mempunyai usul lain, "Paman dan Saudarasaudara yang lain, mengingat ketulusan Tonghwe Tojin ketika menjawab pertanyaanpertanyaan kita tadi, apakah tidak baik kalau
kita membalas kebaikannya dengan melepaskan
dia saja?" Kwa Cin-beng garuk-garuk kepalanya yang
tidak gatal. Inilah usul paling tolol yang tidak
mungkin keluar dari mulut orang lain kecuali
mulut Liu Yok. Usul paling tolol dari
pertimbangan keamanan. Sebab kalau TongSekte Teratai Putih 15
3 hwe Tojin dilepas, bukankah dia bisa saja
kembali ke Pek-lian-kau dan memberitahu
orang-orang Pek-lian-kau bahwa rencana
mereka sudah bocor, lalu orang-orang Pek-liankau akan mengubah semua rencana dan Wan
Lui serta kawan-kawannya pun kembali akan
meraba-raba dalam kegelapan"
Sun Cu-kioklah yang pertama-tama menolak,
"Tidak!" "Kenapa, Nona Sun" Tidak percayakah
kepada ketulusan sesama manusia?"
Semula Sun Cu-kiok tidak memandang
sebelah mata pun kepada Liu Yok yang
dianggapnya tidak bisa apa-apa. Namun sejak
semalam, ia sudah berubah pandangan, ia
sekarang menganggap Liu Yok sebagai "anak
ajaib". Toh kali ini Sun Cu-kiok menentang usul
Liu Yok, sebab dia menguatirkan keselamatan
adiknya yang ditawan Pek-lian-kau, keselamatan yang bakal terancam gara-gara
usul yang "kelewat baik hati" itu.
"Saudara Liu, aku. membutuhkan waktu
untuk bisa mempercayai orang secara sungguhSekte Teratai Putih 15
4 sungguh. Aku tidak bisa seperti kau, Saudara
Liu. Jiwaku masih belum sebersih jiwamu,
sehingga kau begitu cepat mempercayai
ketulusan orang lain," jawaban Sun Cu-kiok itu
tidak bernada sinis, namun benar-benar
mengagumi. Agaknya keanehan-keanehan lebih lanjut
masih akan bermunculan, dan inilah salah satu
keanehan itu, ketika Tong-hwe Tojin tiba-tiba
berkata, "Tuan-tuan dan Nona Sun, jangan
bertengkar tentang aku. Kalau aku masih
berhak mengusulkan sesuatu untuk diriku
sendiri, aku lebih suka meringkuk dalam
penjara daripada dilepaskan kembali ke tengahtengah Pek-lian-kau."
Orang-orang pun tercengang mendengarnya.
Kata Wan Lui, "Kalau itu kemauan-mu, Bapak
Imam, sungguh akan sangat mempermudah
masalah kami. Tetapi apa alasanmu?"
Tong-hwe Tojin menjawab sambil menatap
Liu Yok, "Berada di antara Tuan-tuan, terutama
berdekatan dengan Saudara Liu, aku merasa
Sekte Teratai Putih 15 5 menemukan apa yang selama ini didambakan
oleh jiwaku. Itu saja."
Pendengar-pendengarnya pun tidak paham
benar akan jawaban itu, tetapi kebetulan
mereka menangkap adanya kejujuran dan
kesungguhan dalam kata-kata Imam Pek-liankau itu.
Wan Lui kemudian memutuskan, "Baiklah,
Bapak Imam. Bagaimanapun jasa Bapak Imam
kepada kami kali ini tidaklah kecil. Kami tetap
berterima kasih, dan aku akan memerintahkan
pengawal-pengawal penjara di Hong-yang
untuk memperlakukan Bapak dengan baik."
"Terima kasih, aku punya sebuah permintaan
lagi kalau boleh..."
"Coba katakan."
"Terutama kepada Tuan Liu Yok. Mau kah
Tuan Liu menerima aku sebagai murid untuk
belajar rahasia-rahasia kehidupan?"
Ganjil rasanya melihat seorang yang
rambutnya sudah ubanan memohon diterima
sebagai murid Liu Yok yang masih muda, di
mata orang banyak tidak ada apa-apanya.
Sekte Teratai Putih 15 6 Sahut Liu Yok, "Kalau Bapak Imam ini
menganggap akan menjadi orang sakti yang
sanggup menggugurkan gunung dan membunuh laksaan manusia dan mengeringkan
lautan, Bapak akan kecewa. Sejurus ilmu silat
yang paling sederhana pun aku tidak tahu."
"Bukan ilmu silat, Tuan Liu. Aku ingin belajar
bagaimana caranya agar mempunyai hati yang
hangat seperti Tuan, sehingga bisa tidur
nyenyak seperti Tuan tadi."
Beberapa orang hampir tertawa geli
mendengar permohonan itu. Baru kali ini ada
seorang calon murid hendak berguru untuk
mendapat "ilmu tidur nyenyak". Apakah selama
ini Tong-hwe Tojin tidak pernah, tidur nyenyak"
Namun Liu Yok bersungguh-sungguh
menanggapinya, "Bapak Imam, adanya keinginan dalam hatimu itu akan membuatmu
bisa belajar sendiri tanpa aku. Kau akan
menjadi seorang yang berhati hangat dan
berjiwa tenteram sehingga bisa tidur nyenyak,
karena memang untuk itulah manusia
diciptakan. Peliharalah saja keinginan itu dalam
Sekte Teratai Putih 15 7 hati Bapak, dan Bapak akan bisa belajar sendiri
dengan mengamat-amati kehidupan di sekitar
Bapak." "Dalam penjara?"
"Kenapa tidak" Meskipun di dalam penjara
itu Bapak mungkin lebih memerlukan
ketajaman untuk menemukan hikmah di balik
segala sesuatu yang terjadi."
Tong-hwe Tojin mengangguk-angguk mendengar kata-kata, dari seorang manusia
yang mendadak amat dikaguminya itu.
Wan Lui pun kemudian mengawal Tong-hwe
Tojin ke kota Hong-yang untuk diserahkan
kepada Panglima di Hong-yang. Pek-lian-kau
adalah sebuah sekte agama yang terlarang di
jaman pemerintahan Manchu saat itu, ada
undang-undang yang mengancamkan hukuman
bagi setiap orang Pek-lian-kau yang tertangkap.
Dan undang-undang itu tidak dikecualikan buat
Tong-hwe Tojin, bagaimana pun "bertobat"nya
dia. Namun selama dalam perjalanan dari
rumah Kwa Cin-beng sampai ke dalam penjara
di Hong-yang, Tong-hwe Tojin adalah tawanan
Sekte Teratai Putih 15 8 yang memecah rekor sebagai tawanan paling
alim di dunia. Karena itu, Wan Lui pun menjanjikan kepada
imam itu, bahwa kelak usai tugas nya di Puncak
In-hong di Pegunungan Kui-liong-san, kasus
Tong-hwe Tojin akan

Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimintakannya pertimbangan khusus, kalau perlu di hadapan
Kaisar sendiri. Tong-hwe Tojin mengucapkan
terima kasih untuk janji itu.
Sementara itu, di depan tempat kediaman
Kwa Cin-beng telah antri penjual penjual air
yang datang dengan tahang atau ember kayu
pikulan masing-masing. Meskipun sebagian air
di rumah Kwa Cin-beng belum sempat
keracunan, namun bagaimanapun juga Kwa Cinbeng membutuhkan banyak air untuk
keluarganya, tamu-tamunya dan pegawaipegawainya. Dan karena Kwa Cin-beng belum
percaya akan kemurnian mata air yang habis
diracuni itu, maka dia membeli air dari orangorang desa sekitar yang meng ambilnya dari
mata-mata air lain yang belum keracunan.
Begitulah, pagi hari itu lebih dari tiga puluh
Sekte Teratai Putih 15 9 orang memikul ember kayu untuk menjual air
kepada Kwa Cin-beng. Sudah begitu, Kwa Cin-beng juga tidak berani
gegabah. Setiap orang penjual air harus menguji
air bawaannya sendiri dengan cara meminumnya satu cedok. Untuk meyakinkan
bahwa benar-benar tidak ada musuh yang
memanfaatkan kesempatan itu untuk mengirim
air beracun. Auyang Hou berdiri bersama pegawaipegawai Kwa Cin-beng yang mengawasi
pembawa-pembawa air itu. Sisa keangkuhan
Auyang Hou masih beium lenyap sama sekali,
karena itulah dia tidak berdiri bergerombol,
melainkan agak memisahkan diri atau
menyendiri dari gerombolan pegawai-pegawai
Kwa Cin-beng. Cuma bedanya kali ini Auyang
Hou tidak mengenakan caping, mantel dan
membawa pedangnya. Ia sudah benar-benar
kapok. Meskipun kadang-kadang ia rindu juga
kepada benda-benda itu. Ia berniat suatu kali
akan membeli caping, mantel dan pedang yang
Sekte Teratai Putih 15 10 baru, yang belum dimantera jahati oleh orang
Pek-lian-kau. Auyang Hou ikut berdiri mengawasi tukangtukang air itu sebenarnya agak terpaksa, karena
disuruh Sebun Beng. Se-bun Beng tidak ingin
mentang-mentang sebagai tamu terus duduk
goyang-kaki saja, sementara pihak Tuan rumah
yang kerepotan luar biasa. Maka disuruhnya
Auyang Hou menyumbangkan tenaga, meskipun
tiada artinya. Ketika muncul pemikul air yang nomor
sekian, seorang yang wajahnya tidak kelihatan
karena memakai topi lebar dan terus
menunduk. Orang ini sudah "lulus" dari "tes
racun" yang dilakukan pegawai-pegawai Kwa
Cin-beng dekat pintu gerbang. Dengan demikian
dia dibiarkan lewat terus dengan pikulan airnya
untuk menuju ke penampungan air.
Namun ketika lewat di dekat Auyang Hou,
dia melambatkan langkahnya sambil terus
menyembunyikan wajahnya di balik topinya,
sambil berbisik, "Auyang Hou..."
Sekte Teratai Putih 15 11 Auyang Hou terkejut, merasa kurang yakin
terhadap kupingnya sendiri. Namun menjadi
betul-betul yakin ketika bisikan berikutnya
masuk telinga, "Temui aku di bawah pohon
cemara besar di dekat mata air, nanti sore
setelah matahari terbenam. Kalau kamu tidak
datang, tengah malam nanti kamu akan
mampus dengan perut penuh jarum dan
pecahan tembikar, dengan seluruh lubang di
tubuhmu mengalirkan darah."
Auyang Hou kaget dan berkeringat dingin,
karena segera mengenali suara itu sebagai
suara Nyo Jiok. Jadi pemikul air yang bertopi
lebar itu adalah Nyo Jiok! Dan Auyang Hou tahu
benar bahwa ancaman seperti itu tidak mainmain. Orang-orang Pek-lian-kau yang tingkat
pertengahan saja sudah diajari membunuh
orang dari jarak jauh dengan menggunakan
guna-guna, apalagi tokoh tingkat tingginya
macam Nyo Jiok. Ancaman "mati dengan perut
penuh jarum" itu bukannya ancaman yang
berlebih-lebihan. Sekte Teratai Putih 15 12 Beberapa saat Auyang Hou bimbang, sekilas
terpikir, tidaklah lebih baik kalau dia berteriak
membongkar kedok Nyo Jiok, mumpung di
tempat itu ada Sebun Beng, Sun Cu-kiok, Sebun
Hong-eng yang bisa diandalkan tenaganya
untuk menangkap Nyo Jiok" Dan ada pula Liu
Yok yang sudah terbukti mampu membuat
ilmu-ilmu gaib Pek-lian-kau tak ubahnya
mainan rongsokan saja"
Ya, asal ia berteriak, semua orang akan
bergerak dan biarpun seandainya Nyo Jiok
punya sayap pun takkan mampu kabur lagi.
Mulut Auyang Hou sudah bergerak, namun
mendadak melintaslah Sun Cu-kiok di tengahtengah kebun bunga. Nampak segar dan jelita
sehabis mandi di pagi itu, dan melemparkan
sekilas senyuman kepada Auyang Hou,
membuat angan-angan Auyang Hou melayanglayang mabuk kepayang. Dan pikiran Auyang
Hou pun berubah. Auyang Hou tidak dapat mengingkari suara
hatinya sendiri bahwa dia mulai menaruh hati
terhadap gadis ini, dan itulah antara lain yang
Sekte Teratai Putih 15 13 membuat Auyang Hou sampai nekad
mempelajari ilmu-ilmu di bawah pimpinan Nyo
Giok dulu. Tak lain karena ingin menunjukkan
"ke-pendekaran"nya di depan gadis puteri
Gubernur ini. Tetapi belakangan ini Auyang Hou
merasa ditekan rasa rendah diri, merasa dirinya
makin tidak berharga. Sun Cu-kiok sudah tahu
kalau kehebatan Auyang Hou adalah ilmu yang
"tidak beres" dan tanpa caping serta mantel itu
Auyang Hou tidak bisa apa-apa. Kemudian
sejak semalam, boleh dibilang yang menjadi
bahan pembicaraan hanyalah Liu Yok. Semua
orang membicarakan Liu Yok yang bisa
"menolong orang sambil tidur" dan berbagai
pujian lain. Juga Sun Cu-kiok yang nampaknya
mulai mengagumi Liu Yok. Sebenarnya
hubungan Auyang Hou dengan kakak tirinya itu
mulai membaik, Auyang Hou mulai tidak
menganggap kakak tirinya itu sebagai "sekedar
punakawan" dalam perjalanan. Tetapi rasa
cemburu tiba-tiba berkobar hebat dalam diri
Auyang Hou. Sekte Teratai Putih 15 14 Inilah yang membuat Auyang Hou batal
berteriak memanggil orang-orang untuk
menangkap Nyo Jiok, yang telah berani
menyelundup masuk ke tempat itu dengan
menyamar sebagai penjual air.
Pikir Auyang Hou, kalau ia berteriak,
bereslah masalahnya. Namun ia tidak ingin
dipandang oleh orang-orang, terutama Sun Cukiok, sebagai seorang yang tidak mampu
'menyelesaikan masalahnya sendiri. Apa-apa
minta tolong. Tentu nilai dirinya akan semakin
rendah dimata Sun Cu-kiok. Karena itulah
Auyang Hou tiba-tiba saja mengambil
keputusan untuk menyelesaikan masalah itu
sendiri. Ia memutuskan, nanti malam akan
menjumpai Nyo Jiok sendiri, dan ia akan
berusaha membunuh tokoh nomor dua Peklian-kau Utara itu. Biar semua orang mulai
membicarakan "nama besar" Auyang Hou yang
berjulukan Siau-pek-him alias Beruang Putih
Kecil. Sekte Teratai Putih 15 15 Begitulah, ambisi Auyang Hou yang tadinya
hampir padam setelah beberapa pengalaman
pahit, sekarang bangkit kembali.
Tapi betapapun juga, menunggu saat
matahari terbenam adalah saat-saatnya yang
menggelisahkan. Meski Auyang Hou sudah
menyiapkan sebilah pisau belati yang nanti
akan dibawanya dan akan dihujamkannya ke
tubuh Nyo Jiok. Sikap gelisah Auyang Hou terbaca juga oleh
Sebun Beng, Liu Yok maupun Wan Lui yang
sudah kerpbali dari Hong-yang setelah
mengantar tong-hwe Tojin. Tetapi setiap kali
Auyang Hou ditanyai apa yang menggelisahkannya, Auyang Hou tidak mau
menjawab. Auyang Hou benar-benar sudah
bertekad bahwa malam itu ia harus "melakukan
perbuatan menggemparkan" supaya mendapat
nama. Matahari berjalan melewati garis edarnya,
lalu tenggelam. Auyang Hou pun bersiap-siap.
Ketika hari sudah gelap, menyelinaplah
Auyang Hou keluar dari kediaman keluarga Kwa
Sekte Teratai Putih 15 16 itu diam-diam. Tanpa diketahui seorang pun.
Hanya berbekal belati dalam jubahnya dan
ambisi meluap dalam rongga dadanya, dia pun
mendaki lereng bukit yang gelap di belakang
rumah Kwa Cin-beng. la langsung menuju ke
mata-air yang sudah diketahui tempatnya,
tempat pertemuan yang dijanjikan Nyo Jiok.
Tiba di tempat itu, hari sudah semakin gelap.
Pohon-ponon hanya nampak seperti bayanganbayangan hitam dengan latar belakang biru tua
yang hampir sama kelamnya.
Auyang Hou menajamkan matanya melihat
ke sekelilingnya, tapi tidak melihat bayangan
siapa pun. "Guru Nyo! Guru Nyo!" panggil Au-yang Hou
dengan suara tertahan. Ia sengaja memanggilnya "guru" untuk menyenangkan
Nyo Jiok, untuk membuat Nyo Jiok sedikit
lengah dan itu akan mempermudah untuk
membereskannya. Sebenarnya Nyo Jiok sudah hadir lebih dulu
di tempat itu, namun ia bersembunyi di atas
pohon cemara besar di tepi mata-air. Ia
Sekte Teratai Putih 15 17 memastikan lebih dulu bahwa Auyang Hou
benar-benar datang sendirian.
Setelah yakin bahwa Auyang Hou memang
sendirian, di sekitar tempat itu juga tidak ada
tanda-tanda kehadiran orang lain, maka Nyo
Jiok pun keluar dari persembunyiannya. Ia
melompat dari persembunyiannya di atas
pohon, meluncur ke tengah-tengah mata-air
seolah-olah hendak mencebur, namun kakinya
hanya menutul ringan ke sebuah ranting yang
terapung-apung di air, lalu melambung naik lagi
dan mendarat di hadapan Auyang Hou. Memang
tidak percuma dia berjulukan Hui-heng-si alias
Si Mayat Terbang, karena kehandalan ilmu
meringankan tubuhnya itu. Meskipun sebagai
tokoh Pek-lian-kau mudah ditebak kalau ilmu
merinfcakan tubuhnya pun pasti bukan hasil
latihan keras, melainkan berasal-usul "tidak
beres". Toh Auyang Hbu terkesiap juga melihat
pameran ilmu itu. Tekadnya goyah sedikit, dan
di dalam hatinya dia mulai menurunkan
targetnya sendiri, "Hem, kalau tidak bisa memSekte Teratai Putih 15
18 Namun kakinya hanya menutul ringan ke sebuah
ranting yang terapung-apung di air, lalu
melambung naik lagi dan mendarat lagi di
hadapan Auyang Hou. Sekte Teratai Putih 15 19 bunuh dia malam ini, karena tidak ada
kesempatan, membunuhnya di lain kali pun
rasanya tidak akan mengurangi ketenaranku...."
Begitulah, tekad Auyang Hou merosot pada
saat tidak lagi menghadapi senyum manis Sun


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cu-kiok. Sementara itu, Nyo Jiok telah tertawa dingin
dan berkata, "He-he-he, Auyang Hou, kamu
tidak menyangka kalau hari ini aku dapat
mengejarmu, bukan?" Auyang Hou menenangkan debar jantungnya, lalu memberi hormat dan menyapa, "Aku menyampaikan hormatku kepada
Guru." "He, kau menyebutku Guru?"
"Ya, kenapa" Bukankah Guru yang mengajari
aku, sehingga nama Siau-pek-him sekarang
tidak menjadi sekedar nama kosong tanpa isi"
Setidak-tidaknya orang-orang Tiong-gi Piauhang sudah merasakan kehebatan Beruang
Putih Kecil ini!" "Kamu menganggapku Guru, kenapa kamu
berusaha kabur dari aku?"
Sekte Teratai Putih 15 20 "Kabur" Siapa yang kabur?"
"Bukankah ketika aku bertempur dengan
Kakak-seperguruanku, Kim-mo-long Mo Hwe,
kamu telah menggunakan kesempatan itu untuk
kabur?" "Aku tidak bermaksud kabur darimu, Guru.
Aku hanya ketakutan saat itu...."
"Apa yang kautakutkan?"
"Waktu itu pikiranku masih kacau, sebab
baru saja membunuh tiga orang pegawai Tionggi Piau-hang di Han-king, padahal sebelumnya
aku belum pernah membunuh orang.
Menyembelih ayam pun belum pernah. Selagi
aku bingung, muncul Kim-mo-long Mo Hwe
yang menambah panik diriku, apalagi dia dan
Guru kemudian berkelahi begitu dahsyat. Aku
tak dapat mengendalikan diriku, lalu kabur.
Tetapi aku tidak bermaksud meninggalkan
Guru, buktinya malam ini aku datang kepada
Guru, sendirian dan tidak ada yang
mengetahui." Sekte Teratai Putih 15 21 "Kedatanganmu ini apa bukan karena takut
kalau nanti malam perutmu kemasukan jarum
yang aku kirim dari jarak jauh?"
"Tidak, Guru. Aku percaya Guru benar-benar
baik." Sebagai seorang yang licik, Nyo Jiok tidak
mudah mempercayai begitu saja akan segala
omongan Auyang Hou itu. Namun demi
tercapainya maksudnya, dia bersikap pura-pura
tidak mempersoalkan lagi kaburnya Auyang
Hou dulu. "Kalau begitu, kamu ini murid baik, ya?"
"Ah, Guru, aku malah kuatir kalau aku ini
sebenarnya mengecewakan Guru."
"Sudahlah. Duduklah. Aku membawakan
oleh-oleh untukmu..." kata Nyo Jiok sambil
duduk di atas sebatang pohon roboh, sambil
melemparkan bungkusan besar ke depan
Auyang Hou. Auyang Hou pun duduk, menyentuh
bungkusan besar itu agak takut-takut sambil
bertanya, "Apa ini, Guru?"
Sekte Teratai Putih 15 22 "Caping, mantel dan pedangmu. Kenapa kau
meninggalkannya begitu saja setelah perkelahian dengan orang-orang Tiong-gi Piauhang kemarin dulu?"
Sesaat Auyang Hou geragapan menjawab,
"Waktu itu aku.... eh, aku.... eh, kenapa Guru
mengetahuinya?" "Aku melihatmu dari kejauhan."
"Yah, waktu itu aku bertemu dengan
Pamanku Sebun Beng. Ia sangat tidak suka,
dengan segala yang aku lakukan, maka untuk
mengambil hatinya, aku membuang bendabenda ini."
Nyo Jiok berkata sinis, "Huh, Pamanmu itu
berlagak suci dengan membenci ilmu-ilmu sakti
Pek-lian-kau kami. Padahal kalau kamu diajari
oleh Pamanmu yang sok suci itu, apakah bisa
dalam beberapa hari saja menjadi pendekar
yang mampu menghadang keroyokan belasan
orang Piau-su Tiong-gi Piau-hang?"
Auyang Hou tidak setuju dalam hati, namun
di luarnya dia mengangguk-angguk untuk
menyenangkan (dan melengahkan)
Sekte Teratai Putih 15 23 Nyo iJiok, "Guru memang benar. Aku
berterima kasih sekali atas pelajaran-pelajaran
yang Guru berikan." "Nah terimalah benda-benda itu. Mung kin di
suatu saat nanti masih berguna bagimu."
Auyang Hou mengambil bungkusan besar itu
sambil berkata, "Terima kasih bahwa Guru
masih mau membawakan barang-barang yang
sangat aku butuhkan ini."
Namun di dalam hatinya ia berkata lain,
"Barang-baiang rongsokan yang dihuni kekuatan-kekuatan gaib ini akan segera aku
bakar habis, begitu sampai di rumah nanti."
Rupanya Auyang Hou sudah menyadari,
benda-benda itulah yang membuat dirinya
sering kerasukan semangat membunuh.
Kemudian Nyo Jiok berkata, "Nah, sekarang
aku minta beberapa keterangan darimu."
"Keterangan apa, Guru?"
"Tentang Imam yang kemarin malam
ditawan Wan Lui, dan dibawa pulang ketempat
kediaman Kwa Cin-beng, sekarang di mana
dia?" Sekte Teratai Putih 15 24 "Di penjara Hong-yang."
Auyang Hou menjawab seperti itu karena
punya pikiran, "Kalau Si Mayat Terbang ini ingin
coba-coba membobol penjara Hong-yang untuk
membebaskan temannya itu, biar dia kena
batunya. Syukur-syukur kalau dja tertangkap
atau mampus sekalian. Sepulangnya dari sini
nanti, aku akan memberitahu 3enderal Wan
agar penjagaan di penjara kota Hong-yang
diperkuat berkali lipat..."
Sementara Nyo Jiok bertanya lebih lanjut,
"Apakah Imam itu sudah ditanya-tanyai?"
"Belum." Auyang Hou berbohong. Ia kuatir
kalau menjawab sebaliknya, pihak Pek-lian-kau
akan mengetahui kalau rencananya sudah bocor
dan mereka akan membuat rencana baru..
Namun Nyo Jiok tiba-tiba menggeram gusar,
"He, berani kamu membohongi aku, tikus kecil"
Tong-hwe Tojin sudah ditanya-tanyai atau
belum?" "Belum..." Auyang Hou nekad menjawab
seperti semula meskipun sambil menunduk.
Sekte Teratai Putih 15 25 Nyo Jiok bertambah gusar. "Auyang Hou,
lihat ke mataku!" Auyang Hou berusaha untuk tidak mematuhi
perintah itu, namun ada pengaruh gaib yang
mencengkam mengiringi kata-kata Nyo Jiok itu,
dan "manusia dalam" Auyang Hou terlalu lemah
untuk menentang pengaruh itu. Maka ketika
Nyo Jiok membentaknya sekali lagi, Auyang Hou
tidak kuasa bertahan lagi, dia pun mengangkat
wajahnya dan menatap mata Nyo Jiok dan
sekarang Auyang Hou bukan cuma runtuh tapi
bahkan hanyut oleh pengaruh yang terpancar
dari mata Nyo Jiok. "Nah, sekarang jawab yang betul!"
"Imam itu... sudah ditanya-tanyai oleh
Jenderal Wan dan yang lain-lainnya."
"Apa saja yang dikatakannya?"
"Tentang isyarat-isyarat baru yang digunakan Pek-lian-kau Utara. Juga waktu dan
tempat penyelenggaraan upacara keagamaan
tahunan." Segera di angan-angan Nyo Jiok terbayang
bagaimana pasukan kerajaan yang kuat
Sekte Teratai Putih 15 26 menyerbu Puncak In-hong di Pegunungan Kiuliong-san, dan terulang kembalilah pembantaian
besar-besaran orang-orang Pek-lian-kau seperti
beberapa tahun yang lalu. Namun ketika
teringat sesuatu, Nyo Jiok bukannya marah atau
sedih, dia malah tertawa. Sudah lama ia ingin
menyingkirkan Kakak seperguruannya, Mo
Hwe, untuk menggantikan kedudukan Kakak
seperguruannya sebagai Cong-cu, namun tidak
mampu. Sekarang, bukankah kesempatan itu
terbuka" Dia akan membiarkan Kakak
seperguruannya nantinya tewas oleh tentara
kerajaan yang menyerbu. Itulah sebabnya
setelah mendengar jawaban Auyang Hou, Nyo
Jiok bukannya prihatin dan ingin cepat-cepat
mengirim kabar ke Puncak In-hong, malahan
dia bermaksud untuk menyembunyikan berita
itu. Dan ia akan menyusun rencananya sendiri
untuk mengambil-alih kedudukan Cong-cu.
Nyo Jiok tertawa terkekeh-kekeh, pengaruh
gaib yang mencengkeram pikiran Auyang Hou
pun mengendor. Auyang Hou tiba-tiba
geragapan sadar, ia telah mengatakan segala
Sekte Teratai Putih 15 27 sesuatunya kepada Nyo Jiok. Celaka! "Kenapa
aku begitu lemah sehingga telah melakukan
sesuatu yang membahayakan Nona Sun Peklian?" Auyang Hou memaki dirinya sendiri.
Tetapi ketika ia hendak bangkit untuk
berlari, Nyo Jiok membentak, "Duduk!"
Kali ini Auyang Hou tidak taat, malahan dia
mencabut belatinya dari balik bajunya untuk
langsung ditikamkan ke dada Nyo Jiok.
Nyo Jiok kaget, tetapi tentu saja serangan
Auyang Hou yang serba tergesa-gesa dan
kurang perhitungan itu dengan gampang
dihindarinya. Bahkan dia berhasil memukul
pergelangan tangan Auyang Hou sehingga
belatinya jatuh, lalu kedua tangannya terulur
membekuk Auyang Hou, sehingga dalam
sekejap saja Auyang Hou telah diringkus tak
berkutik. "Kurang ajar, kau berniat membunuhku, ya?"
Auyang Hou tidak punya kata-kata untuk
membantah lagi, ia hanya mengertakkan gigi.
Sekte Teratai Putih 15 28 Sementara Nyo Jiok memaki pula, "Kamu
mengingini kematianku, baik, aku akan
membuatmu merasakan sesuatu yang lebih
dahsyat dari kematian! Aku akan membuatmu
sebagai alat di tanganku, mencengkeram
seluruh pikiranmu dan melakukan apa saja
yang aku perintahkan! Apa saja!"
Auyang Hou bergidik mendengar ancaman
itu. Itulah hidup yang mengerikan, lebih
mengerikan dari mati. Hidup sebagai alat di
tangan orang lain, tidak punya pikiran sendiri,
tidak punya kehendak sendiri. Auyang Hou
menyesali kegega-bahannya. Tetapi sudah
terlambat. Sambil memanggul tubuh Auyang Hou yang
terbelenggu tangan dan kakinya serta
tersumpal mulutnya, Nyo Jiok pun pergi dari
situ. Menghilang ke dalam kegelapan malam.
****** Sementara itu, di kediaman Kwa Cin-beng,
orang-orang mulai gelisah karena sekian lama
tidak melihat Auyang Hou. Terutama Sebun
Beng dan Liu Yok. Sekte Teratai Putih 15 29 Sambil merasa gelisah, Sebun Beng juga
menggerutu dan memaki-maki Au-yang Hou,
"Anak itu benar-benar bikin repot saja. Tidak
tahu ada urusan besar menghadang di depan
mata, dia maunya sendiri saja keluyuran ke
sana-sini. Akibatnya, apa yang dia alami


Sekte Teratai Putih Karya Stefanus Sp di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat repot orang lain!"
Liu Yok malahan lebih tenang dari
Pamannya, "Aku melihat A-hou sudah berubah
di hari-hari terakhir ini, Paman. Dia sering
bercakap-cakap dengan aku. Aku melihat dia
tidak lagi berambisi menjadi pendekar
termasyhur seperti dulu, dia mulai memahami
dirinya sendiri dan keadaan dirinya. Aku kira
kepergian-nya malam ini bukan dengan sengaja
membikin repot. Mungkin dia mengalami
sesuatu." Sebun Beng mendesah berat.
Malam itu juga, kembali para pendekar di
rumah Kwa Cin-beng itu berpencaran untuk
mencoba menemukan Auyang Hou. Tetapi kali
ini mereka hanya menemukan pisau belati
kepunyaan Auyang Hou di tepi mata air.
Pangeran Impian 1 Bujukan Gambar Lukisan Tukang Kayu Rimba Persilatan Lambang Penangkal Maut Dan Misteri Lambang Penangkal Maut Karya Wu Lin Qiao Zi Anak Dan Kemenakan 1

Cari Blog Ini