Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 13
suka mendesak terus, sebab pemuda itu adalah anak seorang Kauwcu yakni Kauwcu Thian-cu-kauw.
Heng hay Kouw-loan, muridnya, sudah tentu tidak
bisa dinikahkan dengan anak dari seorang penjahat besar.
Oleh karena itu, maka terpaksa dengan menelan
perasaannya sendiri, menghiburi muridnya.
(dw-kz) Jilid ke 13 Hong-gwat Kongcu yang semenjak munculkan diri
tadi belum pernah buka mulut, meski dia pun seorang pemuda sombong, tetap telah mengerti, bahwa
perbuatan tidak baik itu kebanyakan adalah Im Tay Seng yang melakukan. Tetapi tatkala melihat pemuda she Im itu terus menerus menyangkal segala dakwaan,
mengetahui kalau pemuda itu tentu adalah orang yang kejam tak berperasaan dan tak mempunyai rasa
tanggung jawab. Maka perasaan benci dan nafsunya
ingin menyingkirkan pemuda itu, lantas timbul dalam otaknya.
1208 Tiba2 sekali Kongcu ini hunus pedang panjangnya,
kemudian membabat sebuah pohon besar yang berada
dibelakang Im Tay Seng hingga pohon tersebut tumbang seketika. Kemudian sambil tudingkan ujung pedangnya itu ke depan muka Im Tay Seng, berkata: "Bocah, ingat: jika urusan ini tidak dibereskan secara baik2, Kongcumu segera bisa ambil jiwa anjingmu! Dan dengar! Bukan cuma itu saja! Akupun akan membalas perbuatanmu
terhadap nona itu dengan kelakuan yang serupa! Aku bisa acak2 saudara perempuanmu itu! Pertu barangkali kalau dengar lagi: Henghay Kouw-loan adalah encieku!
Encie dari Kongcu mu ini, tidak boleh dihinakan siapapua juga, kau tahu"!"
Sehabis berkata demikian, dimasukkannya
pedangnya kembali, berkata kepada Lim Tiang Hong
sambil menjura: "Saudara Lim ingat perjanjian kita.
Dalam setahun ini, aku menantikan kedatanganmu di Tho-hoa-to. Hari ini untuk sementara kita berpisahan".
Setelah itu lantas bergerak badannya dan
menghilang ke dalam rimba.
Heng-thian It-ouw kala itu telah menotok urat
tidurnya Henghay Kouw-loan dan dipondong di
1209 pangkuannya. "Aku perintahkan kau" katanya kepada Lim Tiang Hong, "dalam wakiu 3 bulan ini harus kau bereskan perkara ini, kalau tidak jangan kau akui lagi perguruanmu itu!"
Lim Tiang Hong terpaksa terima baik permintaan itu dan mengangguk.
Im Tay Seng juga secara diam2 telah meninggalkan
tempat itu, hingga ditempat tersebut cuma Lim Tiang Hong seorang saja yang ada.
Benar2 ruwet pikiran anak muda ini. Ia tidak tahu bagaimana harus mulai dengan usahanya mengatur
perkara itu. Dan karena segala beban telah dijatuhkan kepundaknya, dia harus berusaha. Tapi selain itu masih ada lagi urusannya Heng-lim Cun-loa yang terbunuh dalam kabut kemisteriusan, dalam dunia yang luas ini kemana harus mencari jejak pembunuhnya"
Tiba2 ia ingat tanda besi yang berukiran seekor
binatang Kie-lin. Bukankah pelajar penengahan umur itu pernah mengatakan, jikalau ada arusan apa2 dan
memerlukan bantuan, bisa mempergunakan tanda cap
besi itu untuk menyampaikan kabar. Bagaimana kalau sekarang dicoba" demikian pikirnya.
1210 Maka lantas juga dikeluarkan tanda cap besi itu,
dan di tempat yang agak terang meninggalkan banyak tanda2 cap, kemudian mencari rumah penginapan untuk menantikan perkembangan selanjutnya dari soal yang dianggap ganjil itu.
Keesokan sorenya, selagi Lim Tiang Hong tengah
duduk di kamrnya, melatih ilmu, tiba2 datang seorang pemuda yang berdandan sebagai kacung. Begitu masuk kamar, dengan lakunya demikian menghormat kepada
penumpang kamar, kemudian berkata: "Disekitar seratus lie daerah ini, anak murid golongan kita semua sudah berkumpul di kelenteng Thian-cie-bio. Kami menantikan kedatangan Kongcu disana"
Lim Tiang Hong ke-heran2an dan bertanya: "Kau
dari golongan mana" Mengapa menantikan
kedatanganku yang harus mengeluarkan perintah?"
Orang yang dandanannya semacam anak sekolah
itu berkata sambil ketawa: "Teecu, murid Hong-hong-tie generasi ketiga. Datang menjenguk Kongcu karena
melihat ada tanda perintah Kie-lin. Bukankah Kongcu yang tinggalkan tanda itu disitu?"
1211 Lim Tiang Hong seperti baru sadar. Pikirnya, begitu cepat adanya reaksi tanda cap binatang Kie-lin. "Benar"
katanya "tanda perintah itu akulah yang mencapkan. Dan sekarang mereka sudah pada datang, bukan"
Antarkanlah aku ke sana"
Orang itu sewaktu mengatakan "Baik, Kongcu"
Wajahnya menunjukkan roman gembira ber-seri2, baik dan sopan sikapnya ketika dia putar tubuh hendak
berlalu. Tetapi begitu berada di luar pintu kamar, badannya lantas terapung tinggi, sebagai asap meluncur atau peluru ditembakkan miring ke udara lepas, sebentar saja telah melalui beberapa ratus wuwungan rumah2
penduduk. Lim Tiang Hong diam2 juga memperhatikan
gerakan orang hal ini. Membuat dia jadi terkenang kepada seorang gadis cilik Hong-jie, yang dapat
memperlihatkan gerakan lari cepat sebagai asap merah mengepul. Untuk memperlihatkan kepandaiannya sendiri ia tidak segera kerahkan tenaganya melainkan hanya berjalan lambat2 keluar, sehingga sewaktu dia berada diambang pintu keluar, orang itu entah-telah melalui beberapa atap rumah orang. Orang itupun melihat Lim 1212
Tiang Hong belum lagi gerakkan kaki menyusul, namun dia tidak menunggu, rupanya segan menanti atau
mungkin dia akan menyelesaikan sesuatu urusan lain disamping tugas menunjukkan jalan kepada Lim Tiang Hong. Tetapi sebenarnya bukan dugaan2 itu yang
menyebabkan dia tidak mau menunggu. Dia yang
sebetulnya telah mendengar bagaimnra hebat
digambarkan orang2 akan kepandaian Kongcunya itu.
Memikir ingin menggunakan kesempatan selagi dapat bertemu dengan Kongcu ini menjajal kepandaiannya
sampai seberapa tinggi dibandingkan dengan Kongcunya.
Maka demikianlah, begitu lekas dia keluar dari dalam pintu rumah penginapan tadi, telah dikerahkan seluruh kebisaannya hal meringankan tubuh, hingga oleh orang dibelakangnya waktu itu terlihat badannya se-akan2 asap mengepul terbawa angin.
Tetapi sebetulnya sudah cepat gerakan seperti itu, karena sebentar saja dia sudah sampai ditempat yang akan dituju, yakni kelenteng Thian-cie-bio.
Baru kakinya menginjak bumi, baru dia bermaksud
ingin duduk menunggu napas yang engos2an mereka
kembali atau menanti sang Kongcu yang selama itu tidak 1213
dengar suaranya tidak dilihat bayangannya. Ketika tahu2
Lim Tiang Hong bertanya kepadanya dengan suaranya yang halus perlahan: "Apa sudah sampai?".
Ini adalah diluar dugaannya. Karena terang saat itu Kongcu-nya telah berada di belakang tubuhnya. Terkejut sekali dia sudah barang tentu "Hebat sungguh Kongcu ini"
begitu barangkali dia memuji dalam hatinya.
Dan dicobanya untuk menjawab sesegera
pertanyaan sang Kongcu, dengan suara setengah
memburu berkata: "Sudah sampai, harap Kongcu suka menunggu sebentar. Biarlah teecu masuk terebih dulu akan minta orang2 menyambut keluar...."
"Tidak usah! Marilah kita masuk sama2" demikian
kata Lim Tiang Hong. Tangannya segera menggandeng tangan orang
dalam dandanan anak sekolah itu. Dan orang itu tidak berani membantah lagi. Tidak pula berani banyak
omong, terus membawa Lim. Tiang Hong ke suatu
jalanan yang ber-belok2, melalui sebuah pendopo.
Dan ketika tiba disebuah kamar dibelakang
pendopo, didepan pintunya tepat tampak dua orang laki2
berpakaian serba ringkas yang menyoren pedang. Orang 1214
itu berhenti dan menyilahkan Lim Tiang Hong terus ke depan.
Dua laki2 tersebut begitu melihat Lim Tiang Hong, segera bungkukkan badan memberi hormat seraya
mereka berseru se-kuat2 eja: "Kongcu sampai! Kongcu sampai!"
Sesaat tampak pinta kamar terbuka lebar. Dari
dalam lalu kelihatan berjalan keluar seseorang pria, berdandan sebagai pelajar yang berusia antara tiga puluhan tahun. Di belakang pria ini lalu tampak lagi oleh Lim Tiang Hong seorang wanita pertengahan umur pula yang berpakaian serba merah. Kemudian lagi di belakang wanita ini muncul ber-turut2 dua orang tua, seorang pertengahan muka biru dan banyak lagi orang2 rimba persilatan yang kesemuanya rata2 berperawakan tingggi tegap, kekar2 badan mereka. Saat itu semua orang ini sudah membungkukkan badan seperti mereka sedang
menyambut tamu agung. Salah seorang diantara mereka berkata: "Dengar2
kabar, Kongcu kita dalam kesulitan. Kami sekalian datang dari daerah2 yang beberapa ratus lie dari sini, ingin melancarkan urat2 tangan dan kaki sekedar buat coba2
1215 mengatasi kesulitan Kongcu. Harap sukalah Kongcu
duduk2 di dalam" Lim Tiang Hong sama sekali tak pernah menduga,
sampai demikian besar adanya pengaruh tanda Kie-lin yang di-cap2kan sembarangan. Mendengar perkataan
orang tersebut barusan, ia jadi merasa yang
perbuatannya itu sesungguhnya terlalu gegabah untuk keperluan yang tak berarti begini saja harus
mengundang begini banyak tenaga pembantu". Demikian pikir anak muda ini.
Tetapi karena merasa telah terlanjur, sudah tak bisa tarik diri lagi, lantas menjawab sambil balas menyoja:
"Siauwte tidak menduga akan membikin saudara2
sekalian jadi begini repot. Hal ini sungguh, membikin Siauwtee menyesal dan tidak enak sekali"
Dengan sendirinya, dia belum mengetahui siapa2
orang itu. Apa kedudukan mereka satu2 dan bagaimana tingkat derajat mereka kalau dibandingkan dengan dia sendiri. Dan menjawab tadi, sebetulnya cuma sekenanya saja.
Orang yang seperti pelajar pertengahan umur
berkata sambil ketawa, menyambuti kata2 Lim Tiang 1216
Hong: "Kita semua adalah orang2 sendiri. Tidak perlu terlalu banyak lakukan adat peradatan dan jangan terlalu merendah"
Setelah berkata demikian, tangannya nampak
menunjuk ke belakang, kepada wanita baju merah dia memperkenalkan: "Dia adalah Jie Suciemu. orang2 kita suka menyebutnya Hiang-ie Sian-cu juga boleh dibilang adalah Susomu. Dan aku suhengmu yang bodoh ini biasa dipanggil Yam-kiong Tiauw-khek"
Kemudian lagi Yam kiong Tiauw-khek
memperkenalkan dua orang tua yang berada di belakang wanita baju merah dan seorang laki-laki pertengahan umur bermuka biru.
"Dua orang itu adalah orang2 asal daerah
perbatasan, dari Thibet dua2nya. Yang dikiri namanya Kiong Cun dan yang disebelah kanan Siang-ie. Dan itu, laki2 pertengahan umur muka biru Bok-ie Kim-kho
namanya. Semua adalah orang2 Hong-hong-tie, semua orang2 sendiri!"
Setelah memperkenalkan semua orang kepada Lim
Tiang Hong sambil ber-cakap2 orang2 itu masuk ke
dalam kamar. 1217 Yam-kiong Tiauw-khek minta Lim Tiang Hong
duduk dikursi kepala, tetapi anak muda itu keras
menolak dan minta Yam-kiong Tiauw-khek yang duduk di kursi kehormatan itu hingga ke-dua2nya jadi sama saling dorong.
Hiang-Ie Sian-cu yang melihat keadaan demikian
mula2 diam saja tetapi kemudian berkata: "Sudahlah, dengarlah aku! Siapa yang membawa tanda perintah Kie-lin, dialah yang kami pandang sebagai pengganti Kokcu.
Terhadapnya kami tidak berani lancang atau kurang sopan, kau sajalah yang duduk, biarkan dia sama2 kami disini".
Begitulah Lim Tiang Hong yang merasa kalah suara, akhirnya duduk juga dikursi kehormatan. Setelah ber-omong2 beberapa saat kepada urusan2 remeh yang
tidak perlu, Yam-kiong Tiauw-khek mengalihkan
pembicaraan, menanyakan urusan apa sebenarnya yang diinginkan oleh pembawa tanda kepercayaan Kie-lin supaya diselesaikan ber-sama2.
Lim Tiang Hong merasa malu sendiri, karena
sebetulnya dia tidak menemukan kesulitan apapun, tidak juga ada bahaya apa2 menimpa dirinya. Setelah
1218 kelihatan berpikir agak sejenak, berkata juga pemuda ini.
Dengan suaranya yang perlahan ke-malu2an: "Waktu ini Siauwtee mempunyai dua rupa kesulitan, yang tidak seberapa besar tapi memerlukan bantuan saudara2
sekalian. Kesatu adalah mengenai soal kematian tabib kenamaan buat daerah Kang-lam yang namanya Heng-lim Cun-loan. Karena ingin menolang memecahkan
persoalan pribadi Siauwtee telah diracuni orang, hingga siauwtee merasa malu sampai sekarang belum mampu
membekuk penjahatnya. Maka itu sukalah saudara2
sekalian menolong Siauwtee bantu mengadakan
penyelidikan, siapa pembunuh itu dan sebab apa dia meracuni orang. Sedang satu hal lainnya, yaitu perihal Heng-thian It-ouw Locianpwee yang sudah lama
mengasingkan diri di selat Bu-ceng hiap dan belum pernah bertengkar atau ribut mulut dengan orang2 luar, tapi nyatanya, pada waktu Siauwtee datang ke sana, selat itu mendadak diserbu orang. Malahan seseorang yang memakai nama siauwtee membikin siauwtee jadi malu karena dia merusak kehormatan murid perempuan Cianpwee itu... Siauwtee minta tolong juga, orang2 itu sebetulnya dari golongan mana, mengapa menyerbu
1219 selat itu dengan tiba2" Cobalah saudara2 tolong selidiki sekalian...."
Yam-kiong Tiauw-khek mendadak tertawa bergelak2. Tertawanya ini menyetop perkataan Lim Tiang Hong selanjutnya, yang diteruskan oleh perkataannya juga: "Ha, Ha..... Soal ini mudah sekali! Serahkan sajalah kepada Suhengmu yang bodoh ini, biar aku yang
mengurusi. Bagaimana kalau kepadaku kau berikan batas waktu satu bulan untuk memberikan jawaban pastinya kepadamu?"
Lim Tiang Hong mengucapkan terima kasih. Baru
dari percakapan tadilah dia mengetahui kalau Yam-kiong Tiauw-khek adalah murid kepalanya Kokcu perkumpulan Hong-hong-tie.
"Masih ada satu hal yang Siauwtee juga ingin minta keterangan dari saudara2 sekalian. Sebetulnya Hong-hong-tie dengan Siauwtee apakah hubungannya"
Mengapa setiap orang2 Hong-hong-tie membahasakan
Siauwtee dengan sebutan Kongcu" Karena Siauwtee
dalam urusan Siauwtee pribadi, mengenai asal usul serta keluarga Siauwtee sendiri juga masih belum tahu jelas.
Dapatkah kiranya saudara2 menjelaskan atau memberi 1220
keterangan sejujurnya. Disini sebelumnya Siauwtee lebih dulu mengucapkan terima kasih se-besar2nya"
Sehabis berkata demikian, dengan wajah nampak
penuh pengharapan akan mendapat jawaban yang
diminta. Dipandangnya bergantian satu2 orang yang berada dalam ruangan itu. Diapun melihat perubahan air muka Yam-kiong Tiauw-khek, yang jelas karena sejak semula menyambutnya tadi wajahnya itu penuh ramai dengan senyuman, tapi kini mendadak jadi agak masam.
Setelah berkerut keningnya beberapa lama, menjawab juga akhirnya dia: "Hiantee, sejujurnyalah Suhengmu katakan, sebetulnya terhadap siapapun yang membawa tanda kepercayaan Kie-lin-leng, orang-orang Hong-hong-tie harus memberi keterangan yang diajukan kepadanya.
Tetapi mohon maaf dan sekali lagi Suhengmu minta
maaf, karena Kokcu pernah pesan wanti2 kepada kami, siapapun tidak boleh membocorkan rahasia ini
kepadamu. Hiantee, Apa kau paham akan maksudku"
Sukalah Hiantee, kau maafkan Suhengmu yang bodoh ini sekali lagi"
Lim Tiang Hong yang mendengar Yam-kiong Tiauwkhek selama berkata2 tidak lupa mengatakan minta
1221 maafnya, jadi menyesal juga telah mengeluarkan
pertanyaan tadi kepadanya. Diapun segera mengetahui betapa sulit kedudukan Suhengnya kala itu. Mengatakan, salah, tidak menerangkanpun sama tidak benarnya
Karena mengetahui yang Suheng tentu akan terus
merasa serba salah kalau tidak dihibur, maka dia lantas berkata, demikian: "Kalau Suheng punya kesulitan, mana bisa Siauwtee memaksa. Sudahlah, Suheng. Hitung2
Siauwtee tidak pernah menanyakan soal itu sajalah sudah. Cuma sebagai pengganti pertanyaan tadi
Siauwtee minta sedikit keterangan, apakah Kokcu itu perawakannya jangkung tinggi, senang memakai pakaian seperti pelajar?"
"Ya, benar Hiantee. begitulah kira2, tidak kurang tidak lebih"
Kini adalah Lim Tiang Hong yang melongo. "Oh-ya!"
Demikian serunya didalam hati. Itu orang berdandan sebagai pelajar yang jangkung, yang malam itu pernah memberi dua carik kertas yang berisi ilmu silat tinggi dan yang memberikan tanta Kie-lin itulah yang diartikan dengan sang Kokcu"
1222 Hatinya jadi berdebaran. Pernah apakah Kokcu itu
dengan dia" Ya, adakah hubungan antara dia dengan Kokcu Hong-houg-tie.
Meskipun orang2nya Hong-hong-tie tiada
seorangpun yang mau memberikan keterangan
kepadanya mengenai hubungan itu, tetapi seperti makin terang saja apa yang telah dilakukan oleh pihak Hong-hong-tie itu kepadanya. Apakah kiranya masih terlalu sukar dibade kalau si Pengemis Mata Satu telah berhasil dalam usahanya menyelidik asal usul seseorang yang gelarnya Ho-lok Siu-su"
Yam-kiong Thiaw-khek yang melihat Lim Tiang
Hong terus berdiam tak mengatakan apa2, lalu berkata setelah unjuk senyumnya: "Antara kau dengan aku,
sebagai saudara seperguruan yang baru kali ini bertemu muka, sudah seharusnya kalau kita sama2 riang, sama2
gembira. Buat apalah kau Hiantee, memikirkan terus urusan2 yang tidak penting begitu" Marilah kita bersuka ria!"
Hiang-ie Sian-cu menimpali kata2 suaminya sambil
tersenyum. "Ensomu juga sudah perintahkan orang2
sediakan hidangan istimewa. Malam ini kita bisa makan 1223
minum sepuasnya. Baiklah kita tunda sementara dua urusan yang menjadikan kesulitan dalam hatimu,
serahkan sajalah kepada kami. Mari kita bergembira!"
Pada saat itu, orang yang berdandan sebagai anak
sekolah, ber-sama2 dengan dua pria berperawakan
tegap, membawa keluar barang2 santapan. Lim Tiang Hong yang semenjak kecil hidup terlunta-lunta sebagai anak piatu, tanpa sanak tiada keluarga, tidak berkakak pun tiada mernpunyai adik, sekarang mendadak di-pesta porakah dengan hidangan hidangan demikian harum
dalam suasana serba meriah, sudah barang tentu jadi buyar kesukarannya, lambat laun jadi gembira juga.
Dalam waktu sekejapan itu telah ditengguknya dua
cawan arak. Sebenarnya, buat minum minuman keras
seperti itu bukan kebiasaannya, apalagi pada saat itu dalam hatinya masih penuh dihinggapi rupa2 persoalan pelik yang masih belum terjawab.
Setelah tenggak arak untuk cawan ketiga, pemuda
ini merasakan hatinya semakin ruwet. Ketika di-coba2nya memikirkan peristiwa yang selama itu dialami dan
dirasakannya, betapa dia merasa, bahwa selama
terjunkan diri ke dunia kang-ouw, selama menaiknya 1224
nama To-liong Kongcu bukan membuat jasa buat orang2
rimba persilatan, bahkan karena terjunnya dia itu telah merembeti banyak orang dan membikin orang2 itu
bercelaka. Kesatu: Tentang kitab Tat-mo-keng milik Siauw-limpay. Lim Tiang Hong yang menuruti hatinya sendiri yang dibikin panas oleh seseorang padri, akhirnya membuat pindahnya kitab tersebut kelain tangan. Jikalau dibiarkan kitab tersebut berada ditangan Kauwcu dari Thian-cu-kauw itu tiga sampai lima tahun lagi, kalau Kauwcu itu sudah berhasil mempelajari ilmu simpanan Siauw-lim-pay yakni yang disebut Thay-seng Bu-siauw Sian-kang atau Ka-na Kim-kong Sian-kang yang mana saja satu, apalagi kalau ke-dua2nya dapat dipelajari olehnya dan kemudian hari menerbitkan bencana buat umum, maka dengan
sendirinya dialah pula yang harus bertanggung jawab.
Kedua: Heng-lim Cun-loan yang ingin
membentangkan rahasia besar tentang asal usul Lim Tiang Hong, mendadak dibinasakan orang jahat. Sampai pada waktu ini masih belum terbongkar rahasia
pembunuhan itu, apa dia tidak mau bertanggung jawab.
1225 Ketiga: Tugas yang diberikan kepadanya oleh si
orang Tua Penyipta supaya membunuh Manusia Buas
Nomor Satu, tetapi hingga pada waktu itu bukan saja masih belum dapat dilaksanakan bahkan orangnya saja pun belum lagi diketemukan, bagaimana apabila
dikemudian hari diminta pertanggungan jawabnya"
Keempat: Mengenai pengantaran surat yang harus
diserahkan sendiri kepada Heng-thian It-ouw. Meskipun boleh dibilang sudah terlaksana semua dengan baik, tetapi bukankah oleh karena kedatangannya ke selat Bu-ceng-hiap itu yang mendatangkan pula bencana besar buat penghuni selat itu" Bagaimana pertanggung
jawabannya dalam hal kehilangan keperawanannya
Henghay Kow-loan" Apakah dia nanti yang harus
menggantikan orang lain buat menebus dosa2 orang itu"
Selain daripada itu, teka teki mengenai dirinya
sendiri sampai pada waktu itu masih belum juga
tersingkap. Salah satu urusan yang juga membikin
pusing kepalanya, bagaimana harus diselesaikan.
Waktu itu dia telah mencoba buka sedikit matanya
yang mulai sinting mengawasi Yam-kiong Tiauw-khak dan Hian-ie Sian-cu ber-ganti2, tertampak olehnya suami 1226
isteri itu sedang ber-cakap2 sambil ter-tawa2, demikian gembira. Dengan tiba2 saja, didalam otaknya seperti timbul bayangan dua orang. Seorang adalah Yo-kok Oey-eng yang cantik manis laksana bidadari tapi yang agak membawa sikap misterius, sedang yang lain adalah Yan-jie, yang kecil mungil seperti burung kenari dan lincah gesit serta aleman ke-kanak2an. Terutama apabila
mengenangkan Yan-jie, dia seperti merasa bertanggung jawab. Bukankah gadis itu menjadi piatu oleh karena kematian ayahnya itu disebabkan karena gara2nya"
Jikalau dia mengingat pula bagaimana cara dia
memperlakukan Yan-jie dengan perbuatan yang boleh dikata tidak baik, selalu menjauhi gadis ini, dengan paras agak menyesal dan sedih, tanpa sadar akhirnya dia menarik napas sendiri....
Hiang-ie Siancu agaknya dikejutkan oleh tarikan
napas Lim Tiang Hong sambil ketawa cekikikan Sucie ini bertanya: "Adik Hong, kau kenapa?"
Lim Tiang Hong terkejut, sementara Hiang-ie Siancu telah meneruskan berkata: "Apa kau teringat kepada adik Oey-eng?"
1227 Karena pertanyaan itu, dia jadi berjingkrak. Dengan suara keheranan bertanya: "Kau kenal dia?"
Hiang-ie Sian-cu kedipkan matanya dan menjawab
pertanyaan itu: "Kita toh sama2 dibesarkan, sama2 juga belajar disatu perguruan, mana bisa disuruh bilang tidak kenal?"
Lim Tiang Hong melongo. Nyatalah kepadanya kini
bahwa-Yu-kok Oey-eng pun sebenarnya adalah orangnya Hong-hong-tie, itu pulalah yang menyebabkan dia jadi ketawa menertawakan kebodohannya sendiri. Saat itulah Yam-kiong Tiauw-khek yang mau hirup isi cawannya jadi berseru: "Eeeei! Baru dibicarakan, orangnya sudah datang. Bukankan Sam-moay yang datang itu?".
Dari atas payon seketika itu terdengar suara orang tertawa cekikikan. "Bagus benar ya! Kiranya Toako dan Toaso di belakangku diam2 sudah membicarakan
urusanku!" Sebentar kemudian tertampak masuk kekamar itu
seseorang dara manis, dia bukan lain daripada Yu-kok Oey-eng sendiri.
Hiang-ie Sian-cu berkata sambil ketawa,
menyambut kedatangan Yu-kok Oey-eng: "Fui, orang
1228 memikirkan kepentinganmu, siapa yang mau bicarakan kau?"
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lim Tiang Hong yang melihat kedatangan calon
isterinya itu merasa hatinya rada2 tidak enak, dia juga segera berbangkit menyapanya. Sementara itu Yu kok Oey-eng yang pun sedang memandangnya, lantas
mengangguk dan duduk di sebelah pemuda. Dia lantas unjuk senyumnya yang ramai diwajah, kemudian
katanya: "Ada apa sih sebetulnya sampai begitu ter-buru2 kau keluarkan tanda Kie-lin?"
Lim Tiang Hong sebetulnya berhadap bakal
isterinya ini, telah timbul semacam pikiran yang dia sendiripun tidak mengerti. Terhadap wanita yang agak misterius itu, disamping timbulnya rasa cinta dia juga merasa takut. Dipuncak Bong-kiap-hong dia ditinggalkan dalam keadaan gusar, tapi sekarang, seperti tidak gusar lagi sama sekali, malah sambil ter-senyum2 manis
menanyakan mengapa sampai mengeluarkan tanda Kielin segala. Maka seketika itu dengan perasaan hati tidak enak Lim Tiang Hong lalu menjawab: "Sebab ada dua soal yang ingin kuperoleh keterangannya. Tetapi aku sama 1229
sekali belum pernah menyangka kalau tanda itu begini besar pengaruhnya"
Kemudian, diapun menjelaskan kembali kedua
persoalannya yang ingin dia dapatkan jawabannya itu.
Yu-kok Oey-eng monyongkan mulutnya yang kecil,
dengan suara hambar berkata: "Kiraku ada urusan
penting bagaimana, kiranya cuma sebegitu saja. Baiklah kuberitahukan kepadamu: Penjahat yang membunuh
Heng-lim Cun-loan itu, meski belum dapat diketahui betul siapa orangnya, tapi aku dapat memastikan bahwa hal itu adalah perbuatannya orang Thian-cu-kauw. Dan
mengenai peristiwa yang terjadi di selat Bu-ceng-hiap, juga adalah perbuatan Kauwcu muda Thian-cu-kauw itu.
Kau sendiri tentu pun masih ingat, bahwa antara suami isteri Bu-ceng Kiam-khek dan Heng-thian It-ouw
sebetulnya ada ganjalan sakit hati yang dalam. Orang2
Thian-cu-kauw tahu kalau kau akan pergi mengantar surat ke selat itu, maka lantas mereka mengatur rencana mereka yang keji. Disatu pihak dia telah menyuruh orang2nya memancing Heng-thian It-ouw keluar selat, sedang dilain pihak mereka lalu turun tangan akan mencelakakan Henghay Kouw-loan. Im Tay Seng,
1230 Kauwcu muda itu, siang2 sudah tahu kalau kau dengan Henghay Kouw-loan ada hubungan baik, maka dia
menggunakan kesamaan paras dan dedak badan yang
mirip dengan kau. Ketika murid Heng-thian It-ouw itu berada dalam kesulitan, dalam kepungan oraag2 Thian cu-kauw dia pura2 memberi pertolongan untuk
belakangan sekali mencuri keperawanan gadis itu. Dia juga tahu, kalau dikemudian hari kau tidak akan
mengakui perbuatan seperti itu, sedang Heng-thian It-ouw adatnya sangat berangasan, yang pasti tanpa
penyelidikan se-teliti2nya akan membuat perhitungan terhadapmu. Dan kalau rencana demikian itu terjadi benar2, dia boleh peluk tangan jadi penonton gratis, se-tidak2nya antara kau dengan Heng-thian It-ouw pasti ada yang terluka atau dua2nya terluka parah. Siapa tahu Heng-thian It-ouw sudah banyak berubah adatnya.
Bukan cuma kesalah pahamannya terhadap Bu-ceng
Kiam-khek sudah reda sedikit, bahkan terhadapmu dia juga menaruh simpati malah ada maksudnya juga akan merecokkan kau dengan Henghay Kouw-loan. Maka itu terhadapmu tentu dia tidak bisa terlalu keras cuma mau desak kau supaya bisa cepatan bikin jelas urusan itu"
1231 Dia berhenti sejenak akan membereskan rambutnya
yang awut2an, kemudian berkata pula sambil ketawa:
"Mengenai urusan ini, entah bagaimana caranya kau nanti akan menyelesaikannya?"
Lim Tiang Hong telah dapat menduga maksud
perkataan itu, tentu ingin bertanya bagaimana akan menempatkan Henghay Kow-loan" Sudah tentu dalam
hal ini sedikit banyak gadis ini ada mengandung
perasaan cemburunya, maka ia lantas menjawab. "Dia adalah Sucieku, bukan apa2ku...."
Bicara sampai disitu ia merasa sukar untuk
melanjutkan, cuma belakang-belakangan baru bisa
berkata lagi: "Aku mau cari Im Tay Seng buat bikin perhitungan ini"
Yu kok Oey-eng lantas berkata sambil ketawa
dingin: "Urusan seperti ini barangkali tidak begitu sederhana seperti apa yang aku duga. Sekalipun kau dapat menemukan Im Tay Seng, tapi apa kau bisa paksa dia" Tahukah kau, ada pertalian apa dia dengan kau?"
Lim Tiang Hong mendadak lompat dari tempat
duduknya. "Dia...." Dia Kauwcu mudanya Thian-cu-kauw.
Tidak ada hubungan apa2 dengan aku!"
1232 Tetapi pada saat itu mendadak perkataan Lok-hee
Hujin yang diucapkan diluar lembah Loan-phiauw-kok seperti mengumandang lagi ditelinganya "Pada beberapa waktu berselang, aku pernah mengirim engkomu ke
kelenteng Tang-gak-bio. Tidak nyana orangnya tidak dibawa pulang, malah dia bikin karewelan..."
"Engko" atau abang yang disebut oleh Lok-hee Hujin kala itu, adakah dia yang dimaksud Im Tay Seng".
Selain dari pada itu, sekalipun orang berkedok yang berbadan tinggi besar itu bukanlah ayahnya pribadi, tetapi Im Tay Seng adalah anak dari ibu yang sama, rasanya tidaklah dapat terlalu disangkal. Memikir akan lai itu, dalam hatinya semakin cemas, sebab jikalau
kematian Heng-lim Cun-loan itu juga adalah perbuatan Im Tay Seng dan Im-san Mo-lie, maka semua soal itu justru terjadi dalam orang2 yang semuanya masih
sekeluarga dengannya. Inilah yang benar2 dikatakan runyam.
Yu-kok Oey-eng yang melihat sikap cemas
gelisahan Lim Tiang Hong kuatir akan menusuk hati pemuda itu terlalu hebat. Lantas berkata setelah tarik napas perlahan: "Benar, dialah Kauw-cu mudanya
1233 perkumpulan Thian-cu-kauw. Dengan kau juga dia masih ada sedikit hubungan yang tidak bisa di-pisah2kan.
Pendek kata, segala kerewelan pasti ada satu hari nanti kisa dibereskan keseluruhannya. Sekarang kau juga tidak perlu terlalu cemas atau gelisah, duduklah"
Tapi Lim Tiang Hong seperti mendadak menjadi
gusar, lantas berkata: "Aku justru akan segera cari dua orangnya Thian-cu-kauw itu buat bikin perhitungan. Aku dengan mereka tidak punya ganjalan sakit hati atau permusuhan, kenapa mereka ber-kali2 menggunakan
namaku buat lakukan rupa2 kejahatan diluaran" Hmm!
Sekalipun mereka dengan aku sidang she Lim masih ada hubungan dekat, biar mereka sekandung dengan aku, aku tidak bisa biarkan mereka seterusnya berbuat se-maunya...."
Sehabis berkata, pemuda itu mendatang mejanya,
meninggalkan meja perjamuan.
Dia berjcalan mundar-mandir dalam kamar itu,
mendadak seperti ingat kepada sesuatu.
Ia menggerutu sekarang. "mereka berbuat begitu
tidak lain ialah karena menghendaki aku si orang she Lim namanya jadi rusak, supaya aku dapatkan musuh di-1234
mana2, supaya akhirnya mau tidak mau terpaksa harus mengikuti kehendak mereka. Ha, ha, ha... Apa kalian kira aku Lim Tiang Hong begitu macamnya seperti orang otak udang?"
Nyata sekali bahwa pikiran dan perasaan Lim Tiang Hong pada saat itu begitu hebat terpukulnya. Alisnya nampak berdiri, matanya memancarkan sinar buas.
Yam-kiong Tiauw-khek tiba2 tertawa ber-gelak2
dan berkata: "Sutee, pengertianmu dalam ilmu silat sangat tinggi. Malah terhadap segala persoalan, juga punya dugaan dan pertimbangan yang melebihi
kecerdasan orang biasa. Suhengmu merasa amat
kagum!" Kemudian, dengan tindakan lambat2 Suheng ini
berjalan menghampiri Suteenya, lalu berkata pula setelah me-nepuk2 pundak Lim Tiang Hong: "Mengenai sebab
dan akibat urusan ini, Suhengmu juga mengerti sedikit.
Pada mulanya, sewaktu Thian-cu-kauw mencari
permusuhan dengan orang2 dari partay hian-bun,
sebetulnya hanya ingin membereskan soal permusuhan mereka dimasa lampau, tapi kemudian mendadak
menyeret2 kau juga sampai terlibat dalam kerewelan itu.
1235 Thian-cu-kauw juga merasa heran, setelah melalui suatu masa dan mereka dapat menyelidiki namamu. Diluar
dugaan mereka kauwcu dapat tahu bahwa kau adalah itu orang yang sedang di-cari2 oleh itu Lok-hee Hujin. Dan mereka semakin terkejut dan ter-heran2 ketika
mengetahui kau mempunyai kepandaian silat luar biasa tinggi, maka Kauwcu lantas mengutus banyak orangnya, secara diam2 disuruh mengikuti jejakmu, sambil saban2
coba melepas sedikit budi kepadamu, maksudnya tak lain tak bukan ialah untuk memikat hatimu, untuk menarik kau supaya suka gabungkan diri dengan mereka. Tapi kemudian kenapa sikap baik itu mendadak berubah jadi sikap bermusuhan dan malah sering2 berbuat hal2 yang tidak menguntungkan kau sekali. Dalam hal inilah
Suheng-mu tidak mengerti"
Hiang-ie Sian-cu lantas menyambungi kata2
suaminya sambil ketawa dingin: "Apa yang kau kata tidak mengerti" Kesatu karena mereka telah mengetahui
bahwa Sutee adalah Kongcu kita orang2 Hong-Tiong-tie.
Kedua, Sutee sudah mengatakan terus terang, yang
Sutee adalah muridnya Bu-ceng Kiam-khek. Sedang yang ketiga, Pek tok Hui-mo atau si kauwcu sendiri, orangnya 1236
memang buas dan ganas tanpa bandingan keduanya
Setelah tahu yang Sutee punya kedudukan rangkap
seperti itu, mana mau dia biarkan Sutee terus hidup?"
Lim Tiang Hong setelah mendengarkan
pembicaraan mereka, merasa bahwa dugaan demikian
memang masuk dalam akal. Maka lantas dipotong
perkataan Hiang-ie Siancu dan berkata "Sesudah
mendengar keterangan kalian, aku sekarang jadi dapat akal. Sekarang tidak perduli apa hubungan aku dengan mereka, aku harus pergi mencari mereka. Kalau bisa lebih cepat lebih bagus buat cari Pek-tok Hui-mo atau ibuku Lok-hee Hujin. Aku akan membikin urusan sampai jelas"
Pada saat itu, orang2 yang duduk makan minum
kebanyakan juga sudah tinggalkan tempat masing2. Kala itu, dua orang tua dari perbatasan Thibet berjalan ke depan Lim Tiang Hong, sambil menyoja mereka berkata:
"Tentang jejak Pek-tok Hui-mo" demikian mereka hampir berbareng berkata, "kami sudah menyelidiki, sampai sekarang belum tahu dimana dia bersembunyi. Sedang menurut perkiraan kami, iblis itu barangkali sudah adakan perserikatan dengan Kui-ban-po dari daerah 1237
Biauw-ciang dan barangkali juga sudah mencari tempat lain tersembunyi buat sama2 meyakinkan ilmu yang lebih tinggi. Diantara mereka dua orang, yang seorang telah dapatkan kitab ilmu silat asal dari golongan sesat, sedang yang lain sudah berhasil meyakinkan sedikit ilmu dari kitab peninggalkan Tat-mo Cauwsu. Jikalau mereka sama2 melatih dan berhasil memperdalam ilmu itu, hal ini memang merupakan bencana besar bagi dunia
persilatan dikemudiian hari"
Lim Tiang Hong yang mendengar berita demikian,
hatinya tergoncang keras. Dia merasa tidak enak hati, sebab terjatuhnya kitab Tat-mo-keng ketangan Pek-tok Hui-mo, meskipun bukan keseluruhannya menjadi
tanggung jawabnya, tetapi se-tidak2nya bukankah dia yang menimbulkan gara2 sampai terjatuhnya kitab
pusaka itu ke dalam tangan orang jahat" Maka mau tidak mau dia jadi kesal. Sambil menghela napas berkata:
"Kalau benar2 nanti akan kejadian huru hara hebat, yang memikul dosa paling besar adalah aku si orang she Lim...."
Yam-kiong Tiauw-khek tidak mengerti akan maksud
dan perkataan Lim Tiang Hong, anggapnya hanya karena 1238
Pek-tok Hui-mo sedang menyakinkan ilmu baru, jadi kuatir atau dikalahkan. Maka ia lantas berkata sambil ketawa besar: "Hiantee tidak usah kuatir. Tentang berhasil tidaknya seseorang memperdalam ilrnu, sudah tentu tergantung dari guru kenamaan yang mendidik.
Tetapi yang utama ialah, pandanglah bakat dan
kecerdasan berpikir orang itu. Sekalipun dia dapat atau berhasil mempelajari ilmu silat yang tertulis dalam kitab Tat-mo-keng itu, apa kau kira Hong-hong-tie akan jadi runtuh namanya" Lagipula jikalau sampai pada waktu ini Hong-hong tie masih belurn unjuk dan terjunkan kedunia kang-ouw, semata2 karena disebabkan oleh perasaan kuatir pihak kami juga, yang kuatir akan menggebrak rumput bikin ular kaget. Pada Suatu waktu, jika saatnya yang tepat sudah sampai, permusuhan dalam antara
Kok-cu kita dengan Kauwcu Thian cu-kauw nanti akan dibuatkan suatu perhitungan sekaligus. Jikalau saat itu tiba, biar dia punya sayap bisa terbang ke langit, juga pasti akan ditarik kembali"
"Apa"! Hong-hong-tie dengan Thian-cu-kauw kata
Suheng ada permusuhan dalam" Yang hebat....?"
1239 demikian Lim Tiang Hong berseru kaget, karena
perkataan itu sesungguhnya diluar dugaannya.
Yam-kiong Tiauw-khek menjawab sambil
anggukkan kepala: "itu adalah satu hutang darah! Kokcu sudah sumpah akan menggunakan tetesan darah si Pek-tok Hui-mo sendiri untuk membayar darah"
Lim Tiang Hong setelah mendengar lagi keterangan
ini jadi tambah terkejut. Pikirannya pada saat itu dirasakan kusut sekali.
Tiba2 dia menyoja kepada Yam-kiong Tiauw-khek
sembari berkata: "Pikiran Siauwtee pada saat ini begitu kusut sekali, Siauwhe rasa perlu pulang ke rumah
penginapan buat istirahat sebentar. Nanti sebulan yang akan datang kita boleh adakan pertemuan lagi
dikelenteng ini. Malam ini biarlah Siauwte berpamit lebih dulu dari kalian"
Karena Lim Tiang Hong membawa tanda2
kepercayaan Kokcu Kie-lin-leng, maka setiap
perkataannya merupakan amanat bagi orang2nya Hong-hong-tie yang tak perlu dibantah.
Begitulah, sehabis berkata demikian Lim Tiang
Hong keluar dengan tindakan lebar. Seluruh pikirannya 1240
penuh dengan persoalan yang ruwet itu, sampai lupa dia pamitan kepada Yu kok Oey-eng. Setelah sampai ke
depan pintu dan mendengar suara tertawanya Yu-kok Oey-eng, barulah dia ingat kalau dia sudah lupa berpamit kepada wanita calon isterinya itu. Tetapi karena diapun seorang pemuda yang tinggi hati, waktu itu dalam
hatinya berpikir: "Karena aku tidak sengaja, buat apa aku mesti pikirkan soal ini"
Oleh karena itu dia terus berjalan dengan tindakan lebar dan tanpa menoleh-noleh lagi.
(dw-kz) Bab 31 SEMASUKNYA Lim Tiang Hong ke dalam kamarnya,
dia mengaso baru sebentar hari sudah mulai terang lagi.
Pagi2 hari itu juga dia pergi kekasir rumah
penginapan buat membayar sewa menginap, maksud
hati itu akan pergi kekota Kim-leng buat cari si Pengemis Mata Satu, lebih tepat buat minta kererangan tentang orang yang disebut Ho-lok Siu-su.
Baru sampai di depan rumah penginapan, sudah
dilihatnya si Pengemis Mata Satu, Sin-soan Cu-kat 1241
bersama Yan-jie yang tengah datang menghampiri. Dari jauh si Pengemis Mata Satu sudah ber-kaok2 memanggil
"Kongcu. Kongcu!"
"Nasib kita ternyata tidak jelek, Kongcu. Hari ini biarpun secara selanang selonong, kami berhasil juga dapatkan kau di sini"
Lim Tiang Hong yang melihat kedatangan mereka
bertiga merasa sangat gembira. Segera maju
menyongsong. Setelah satu sama lain menceritakan perjalanan
masing2, si Pengemis Mata Satu menelan ludah dan
lantas berseru "Eh! Kenapa kita bicara ditengah jalan ini"
Mari kita cari saja tempat tangsal perut lebih dulu paling penting"
Sehabis berkata, di-goyang2kannya tangannya yang
cuma tinggal satu, terus berjalan menuju ke rumah makan.
Sin-soan Cu-kat tersenyun penuh arti yang dibalas oleh Lim Tiang Hong dengan senyum dikulum juga.
Mereka sama2 ingin mengatakan, pengemis ini
kecuali arak tidak inginkan apa2 lagi.
1242 Keduanya lalu berjalan lambat2 mengikuti si
Pengemis Mata Satu. Ketika Lim Tiang Hong menengok, dilihat Yan-jie,
yang telah berubah sikapnya daripada yang dulu2.
Meskipun tetap cantik, parasnya seperti selalu tertutup awan gelap, selain itu agaknyapun nona ini masih
menyimpan banyak urusan. Melihat keadaan demikian, Lim Tiang Hong
menahan langkahnya, mendekati si nona dan tanyanya:
"Adik Yan, apa hari2 belakangan ini kau tidak mendapat sakit?"
Suaranya itu mengandung rasa perhatian besar,
namun demikian sebagai jawaban Yan-jie banya
terdengar helaan napasnya yang berat, dia tidak berkata2.
Lim Tiang Hong merasa bahwa suara helaan napas
Yan-jie itu mengandung perasaan pedih yang tidak
terhingga. Untuk sesaat lamanya perasaan menyesal dan tidak enak timbul dalam hatinya. Ia merasa, bahwa dia sendiri tidak memenuhi kewajibannya tidak
memperhatikan kepentingan2 gadis cilik itu. Tetapi 1243
sebetulnya, itu cuma merupakan suatu perasaan dan pikirannya sendiri saja.
Yan-jie sudah ditilik dan dilindungi oleh sahabat karib ayahnya yakni Sin-soan Cu-kat. Selain dari itu pun masih ada lagi si Pengemis Mata Satu. Sebetulnya
tidaklah memerlukan seorang anak muda untuk begitu memperhatikan dan menilik tingkah laku seorang gadis.
Tetapi oleh karena Lim Tiaag Hong merasa telah
menerima budi besar dari orang tua gadis itu, maka dia merasa pula berhak menjadi pelindung keselamatan Yan-jie. Dia pun merasa, apabila ada apa2 atas diri Yan-jie, tidak enak dia terhadap Heng-lim Cun-loan yang telah bersemayam di alam baka, semua itu se-mata2 hanya untuk membalas budi, tidak lainnya.
Dan setelah melihat kelakuan Yan-jie demikian,
lebih mendekati gadis itu dan berkata pula: "Adik Yan, Kau juga tidak perlu begitu sedih. Ayahmu yang sudah meninggal toh tidak bisa bangkit kembali. Terhadap musuh2 ayahmu kita pasti bisa balaskan. Aku sudah perintahkan orang2, dalam satu bulan pasti mendapat kabar, legakanlah hatimu, jangan sampai membikin kurus 1244
badanmu sendiri, itu tidak baik kalau ayahmu
mengetahui". Semua perkataannya itu keluar dari hati sejujurnya, tetapi sayang seribu kali sayang, perkataan2 itu tidak diterima pada tempatnya.
Semua ucapan yang keluar dari hati yang bersih itu, sedikitpun tidak dapat menghibur hati Yan-jie yang terluka. Sebab Yan-jie bersedih bukan karena itu, maka setelah mendengar itu bukan makin baik hatinya, bahkan merasa jadi sangat sedih. Air mata keluar dari kelopak matanya, sedang dalam hatinya diam2 menyesalkan
kecerdasan anak muda itu. "Kau sungguh tolol! Kau sengaja barangkali berlaku tolol atau dibikin butek otakmu oleh perempuan yang kau sebut2 Kow-loan itu?"
Lim Tiang Hong yang melihat Yan-jie mengalirkan
air mata, hatinya semakin bingung. Lantas berkata ber-ulang2, maksudnya untuk menghibur: "Ah! Aku tidak seharusnya. Tidak seharusnya aku bikin kau lebih
terduka...." Pada saat itu semua orang sudah sampai di depan
pintu rumah makan. 1245 Sin-soan Cu-kat tahu mengapa Yan-jie berduka,
tetapi berlagak tidak tahu dan mengatakan kepada
mereka berdua: "Mari lekasan naik keatas loteng, jangan sampai pengemis tua itu menunggu terlalu lama"
Mendadak terdengar suara si Pengemis Mata Satu
dari atas loteng: "Aku tidak perlu cemas lagi. Sejak tadi aku sudah minum dan puas"
Sewaktu tiga orang itu tiba di atas loteng, benar saja pengemis itu tengah minum seorang diri.
Karena mereka satu sama lain sudah jadi kenalan2
lama, sema sekaln tidak perlu lagi saling merendah.
Maka setelah masing2 duduk semua lantas memilih
masing2 makanan yang jadi kesukaaanya.
Lim Tiang Hong selama makan itu matanya tiada
lepas dari "intaian" nya ke diri Yan-jie, diperhatikannya wajah kusut nona itu, walau se-waktu2 dia masih dapat perlihatkan senyumnya. Karena hari ini tidak seperti tadi yang seperti hatinya dirundung kesedihan selalu, kini pemuda ini merasa hatinya lega. Kepada Pengemis Mata Satu berkata: "Locianpwee...."
Pengemis Mata Satu tiba2 dongakkan kepala dan
delikkan matanya yang cuma tinggal satu. Ini
1246 mengejutkan Lim Tiang Hong sekali, maka buru2 dia rubah sebutannya. "Lo ko-ko, urusan yang tempo hari minta bantuan penyelidikanmu, berhasil atau tidak?"
Pengemis Mata Satu tepok2 jidatnya sendiri.
Setelah mengeringkan secawan arak pula, lalu angkat sumpitnya menjepit sepotong daging bebek. Setelah digayam dalam mulutnya, barulah dia buka suara:
"Mengenai urusanmu mana bisa aku si pengemis tua
tidak melakukan dengan sungguh2. Urusan ini sebagian besar sudah kuketahui, sebagian lagi aku yakin tidak lama lagi akan mendengar kabar se-jelas2nya....
Mengenai Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun yang ingin kau cari tahu, dengarlah! Dia adalah seorang pelajar alam untuk daerah Holok. Semula pernah pelajar itu menikah dengan anak perawan seseorang aneh yang sudah lama asingkan diri. Orang aneh itu kabarnya dulu adalah suhunya. Belum lama, Lim Thian Sun kawin, istrinya meninggal dunia karena susah melahirkan. Ho-lok Siu-su yang menderita pukulan bathin begitu hebat, waktu itu semua pikirannya sudah buyar dan selanjutnya tiap hari pergi ke-gunung2 yang sepi atau di tempat2 yang indah permai-permai pemandangan alamnya. Maksudnya ingin 1247
mencari tempat yang sepi dan indah permai
pemandangannya, ialah untuk menghabiskan sisa
hidupnya....." Berkata sampai disitu, di tangga loteng tiba2
terdengar suara orang berjalan dan kemudian nampak mendatangi dua orang tetamu.
Seorang diantara mereka adalah seorang Kongcu
yang berusia dua puluhan dan yang iain adalah seorang tua kepala gundul yang usianya ditebak diatas tujuh puluh tahun.
Lim Tiang Hong yang duduk menghadap kedalam,
tidak mengetahui siapa2 yang datang, tidak demikian dengan si Pengemis Mata Satu dan Sm soan Cu-kat.
Mereka ini sebagai orang2 kang-ouw kawakan. Sewaktu melihat tetamu2 baru itu, seperti telah merasa ada apa2nya yang agak ganjil, yang menggerakkan hati
mereka. Namun demikian, tetap si Pengemis Mata Satu dengan penuturannya.
"Maksud Ho-lok Siu-su ialah ingin bertapa, katanya mau jadi dewa. Tapi semua orang tentunya tahu, dalam dunia mana ada yang bisa jadi dewa" Perbuatan Ho-lok Siu-su itu tidaklah lain daripada untuk mencari hiburan 1248
bagi hatinya yang patah. Dengan cara begitu dia
keluyuran ke-mana2, tidak dirasanya telah dilaluinya masa yang cukup panjang. Tetapi selama itu tetap dia tidak mendapatkan tempat yang mencocoki hatinya. Siapa nyana, pada suatu waktu yang tak ada ter-duga2 dia menemukan sebuah lukisan gambar peta dari itu tempat yang dinamakan Gunung Dewa.
Gunung Dewa, yang membayangkan kepada
orang2 kang-ouw sebagai dunia impian, begitupun
kepada Ho-lok Siu-su, sudah barang tentu membuat dia jadi kegirangan sekali. Dia pulang dulu kekotanya, Lok-yang akan mempersiapkan barang2 keperluan buat
keberangkatannya ke tempat cita2nya tersebut.
Selama waktu itu berita telah diketemukannya
gambar peta, telah didengar pula oleh seseorang
penjahat dari golongan hitam. Orang itu begitu cerdik tapi licik. Dia tahu kalau dengan kemampuan silatnya masih belum becus menggulingkan Ho-lok Siu-su, tidak berani merampas secara berterang. Karena secara ber-terang2an dia tidak berani, dia lalu cari jalan menggelap.
Ia mengatur rencana menggunakan kecantikan seorang wanita untuk memikat Ho-lok Siu-su. Anggannya, Ho-lok 1249
Siu-su yang telah kematian istri, mungkin dapat terpincuk paras cantik.
Begitulah kisahnya. Dalam perjalannya dari daerah utara, baru Ho-lok Siu-su berangkat pulang dengan membawa unta yang baru dibelinya. Ditengah jalan dia melihat beberapa orang kang-ouw sedang mengeroyok satu orang wanita muda
Wanita itu amat letih kelihatannya. Ho-lok Siu-su yang berjiwa besar berhati budiman, tidak bisa masa bodoh kan pertumpahan darah didepan matanya, segera turun tangan. Dalam beberapa jurus orang2 yang
mengeroyok itu dibikin kocar kacir olehnya. Wanita muda itu tampak begitu letih lesu. Wajahnya masih kaget rupanya tapi ia paksa mendekati Ho-lok Siu-su buat mengucapkan terima kasihnya.
Sewaktu ditanyakan oleh Ho-lok Siu-su mengapa
sampai terjadi pengeroyokan tadi, dijawab dengan
keterangan wanita itu iamj mengatakan bahwa suaminya adalah seorang Piauw-su yang setelah mendapat banyak keuntungan dimusuhi oleh orang2 kang-ouw. Kemudian tidak lama setelah diancam, kedapatan sang suami itu mati terbunuh. Si isteri ini lalu mengambil keputusan 1250
untuk membalaskan sakit hati suaminya. Seorang diri, dia terjunkan diri ke dunia kang-ouw, maksudnya ingin mencari jejak musuh2nya yang membunuh suaminya.
Siapa tahu sebelum maksudnya tercapai lebih dulu, dia sudah didatangi oleh orang2 itu tadi yang boleh jadi ingin sekalian membereskan jiwanya sekalian.
Ho-lok Siu-su yang melihat dalam menuturkan
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
riwayatnya itu, si wanita muda demikian menyedihkan wajahnya, membuat timbul rasa kasihannya, mengatakan kepada wanita itu pengalaman wanita tersebut begitu pahit, membuat dia merasa bersimpati, lalu dalam bercakap2 kemudian dia menyatakan akan membawa
wanita itu pulang ke rumahnya sementara menunggu
datangnya musuh2 wanita tersebut.
Tetapi karena dia baru kematian isterinya,
kemudian pada wanita itu pantas atau tidak kalau dia berbuat demikian, yang waktu itu tidak dijawab oleh si wanita. Hanya dia ini mengatakan bahwa tekadnya telah bulat akan mengadu jiwa dengan musuh2 suaminya itu.
Habis mengatakan begitu, wanita tersebut lalu angkat kaki sambil masih manangis ter-sedu2..
1251 Ho-lok Siu-su yang berhati budiman mana dapat
membiarkan seorang wanita lemah menempuh bahaya
begitu besar sendirian" Diburunya wanita muda itu, dihiburinya dia dengan kata-kata lemah lembut. Lalu karena merasa berkewajiban menolong silemah buat
menindas yang kuat, akhirnya diambilnya juga keputusan buat membawa saja wanita muda itu ke rumahnya.
Maksudnya se-mata2 buat melindungi wanita itu dari keroyokan musuh2 suaminya, sekalian menanti mereka buat dibereskan satu2.
Wanita muda itu mungkin girang mungkin tidak,
tetapi nyatanya kemudian dia mengatakan suka diajak ke rumah Ho-lok Siu-su.
Ho-lok Siu-su yang sudah ambil keputusan kalau
ingin menolong orang tidak ingin tanggung2, juga karena wanita muda itu tidak keberatan, begitulah akhirnya jadi juga wanita itu tinggal ber-sama2 dengannya di
rumahnya, di kota Lok-yang.
Wanita muda itu sudah tinggal bebarapa lamanya di rumah Ho-lok Siu-su, tingkah lakunya disitu sudah seperti nyonya rumah saja. Segera kepentingan Ho-lok Siu-su 1252
diperhatikannya benar2, seperti juga dialah istrinya yang setia.
Ho-lok Siu-su orangnya jujur dan hatinya putih
bersih. Anggapnya, perbuatan wanita muda itu demikian adalah sebagai rasa balas budinya yang ingin
diperlihatkan kepadanya, maka sama sekali tidak ditaruh dihatinya. Dia masih terus repot dalam perjalanannya untuk pergi ke Gunung Dewa.
Pada suatu hari dia mendapatkan rahasia dalam
peta itu, jadi dapat tahu kalau gunung Dewa tersebut baru akan muncul di permukaan tanah pada 3 tahun
kemudian. Maka dengan terpaksa ditundalah hari
keberangkatannya. Pada waktu itu telah beberapa bulan wanita muda
itu tinggal di rumah keluarga Lim. Ternyata tiada kedapatan ada orang yang cari setori atau permusuhan dengan dia dan dia serdiri juga sama sekali tidak suka ungkit2 lagi soal kematian suaminya itu. Terhadap Ho-lok Siu-su pergaulannya nampak kian hari kian erat.
Ho-lok Siu-su yang kematian isteri, merasakan
jiwanya telah kotor, tentu tidak berani berpikir yang bukan2. Tetapi dia yang setiap hari ditungkuli oleh 1253
seorang wanita cantik sebagai bunga yang baru mekar itu, lama2 gugur juga imannya, mulai bersemi rasa cinta baru. Demikianlah akhir2nya jadilah keduanya sebagai pasangan mempelai yang bahagia.
Tidak lama setelah pernikahan mereka, wanita itu
melahirkan sorang bayi laki2. Selama itu, wanita itu kecuali merasakan adanya sedikit perubahan dalam
pikirannya yang terkadang dilihat suami barunya seperti sedang termenung, dalam hal lainnya tidak lagi
memperlihatkan tanda2 yang boleh dikata luar biasa. Holok Siu-su yang berhati jujur, cuma mengira kalau wanita itu sedang mengenangkan suaminya yang terdahulu,
maka tidak begitu taruh perhatian makanya terus
melanjutkan penyelidikannya kepada peta yang
didapatkannya. Gambar peta itu, siang malam disimpan di tubuhnya, tidak pernah terpisah dari badannya itu.
Begitulah 3 tahun yang di-nanti2kannya sudah
dekat lagi tiba. Ho-lok Siu-su tidak lama kemudian sambil selamat berpisah dari isteri barunya, sendirian dia menempuh perjalanannya yang melalui padang pasir luas itu.
1254 Tak lama setelah berlalunya Ho-lok Siu-su dari
rumahnya, wanita muda itu menyerahkan anak lelakinya yang waktu itu usianya belum lagi cukup 3 tahun kepada seorang hweeshio tukang masak di kelenteng Tang gak-bio, dia sendiri kemudian tidak pernah terlihat lagi berada dirumah keluarga Lim, entah kemama perginya"
Demikianlah si Pengemis Mata Satu sekaligus telah menceritakan demikian panjang lebar, baru berhenti dia dan menarik napas panjang2, diangkatnya cawan
araknya dan ditenggak isinya.
Sin-soan Cu-kat dan Yan-jie semenjak tadi
mendengarkan penuturan si Pengemis Mata Satu tanpa menyela sekalipun, tetapi pada saat itu tampak sikap mereka yang sudah tidak sabaran, agaknya menunggu penutup cerita. Inilah yang di-harap2kan oleh mereka.
Tidak demikian halnya dengan Lim Tiang Hong, Pemuda ini selama si Pengemis Mata Satu menuturkan kisahnya itu, begitu serius dia mendengarkan tebang hatinya, tegang berdebaran dan perasaannya cemas berkuatir.
Tetapi manakala si Pengemis Mata Satu mengakhiri
kata2nya dan agak lama tidak melanjutkan, dia ini lantas meminta diteruskan lagi untuk diteruskan
1255 "Teruskan ceritamu" demikian pintanya.
Tetapi si Pengemis Mata Satu itu cuma pendelikkan matanya yang tinggal satu itu, sambil ge!eng2kan kepala dia menjawab: "Apa yang aku tahu cuma sebegitu tidak lebih tidak kurang. Kelanjutannya, aku si pengemis tua mana tahu lagi?"
Lim Tiang Hong pentang lebar2 matanya. Nampak
dua matanya yang memancarkan sinar buas, kemudian sebagai orang liar tak terdidik dia berteriak2 sendiri "Aku mengerti! Ho-lok Siu-su tidak salah adalah ayahku! Dan wanita muda itu.... Lok-hee Hujin! Sedang yang
mengatur rencana busuk di belakang layar itu, pasti adalah itu dia si penjahat Pek-tok Hui-mo. Jahanam! Pek-tok Hui-mo! Jahanam!! Awas kau nanti kalau ayahku sampai kejadian mendapat bahaya, aku siorarg she Lim sebagai anaknya pasti akan cincang tubuhmu sampai 70
keping!" Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat melihat
perubahan sikap anak muda itu se olah2 telah ganti rupa sebagai singa murka tanpa merasa kedua2nya jadi jeri.
Diam2 kedua orang tua ini mengeluh serdiri, se
akan2 berkata kepada hati kecilnya sendiri: "Bocah ini 1256
begitu besar nafsunya kalau sudah hendak
membunuh...." Sln-soan Cu-kat agaknya tidak sampai hati
membiarkan Lim Tiang Hong terus dalam keadaan
setengah kalap itu, lalu menarik tangannya, minta supaya anak muda itu duduk tenang dan menghiburnya, katanya: "Untuk sementara kau janganlah berbuat
menuruti hawa nafsumu. Dugaan2mu barusan mungkin
ada benarnya, namun biar bagaimana toh mesti
menunggu kabar ayahmu sendiri yang pasti, baru boleh kau ambil tindakan"
Si Pengemis Mata Satu juga menimbrung berkata:
"Bukankah kau sudah berjumpa kepada ibumu" Apa
salahnya kalau kau mencoba sekali lagi cari dia.
Kepadanya boleh kau tanyakan, minta keterangannya yang benar. Barangkali kalau kau bisa terus desak dia, dia bisa ceritakan kepadamu urusan yang se-benar2nya"
Lim Tiang Hong yang saat itu telah terpukul hebat hatinya sebab tabir rahasia yang menutupi dirinya selama itu per-lahan sudah mulai tersingkap, yang ternyata adalah sebagai suatu tragedi rumah tangga yang
mengenaskan dan ruwet sekali. kalau nanti sudah
1257 terbuka betul2 semuanya, mungkin ia juga akan merasa sukar untuk menjelajahi hidup nyatanya di-hari2
mendatang. Pada saat itu didalam otaknya lagi2 teringat dia
akan ucapan orang berkedok tinggi besar yang selalu mengatakan padanya "anak haram". Maka dalam hatinya diam2 dia jadi berpikir, bahwa jikalau wanita muda itu benar2 Lok-hee Hujin adanya, bukankah benar seperti apa yang dikatakan orang berkedok itu dia dilahirkan oleh seorang ibu yang berzina kepada laki2 lain"
Mengingat sampai dlsini, otaknya seperti dipukul
martil besar, matanya ber-kunang2, wajahnya serasa panas seperti dibakar.
Tiba2 dia ingat lagi kepada orang2 Hong-hong-tie
yang membahasakannya dalam sebutan Kongcu.
Apakah...." Pada saat itu tiba2 kedengaran suara ketawa aneh
yang membuyarkan lamunan anak muda ini. Orang tua kepala botak dan Kongcu yang tadi naik ke loteng sudab berdiri di depan mejanya.
Lim Tiang Hong yang sedang melamun, merasa
dikejutkan sekali oleh suara ketawa itu. Dia yang. sedang 1258
kusut pikiran dan jengkel, lantas berbangkit dengan sikap gusar. Saat itulah dia dapat melihat tegas si Kongcu, siapa ternyata tak lain tak bukan daripada Gok-bin Liong-kun Cu Tek. Itu orang yang dulu pernah coba2 cari setori dengannya dan kena dihajar di atas bukit Bu-san.
Kini dia segera mengerti, kalau anak muda yang
mengajak suhunya si kepala botak itu akan menuntut balas sakit hatinya dulu.
Orang tua kepala botak itu setelah perdengarkan
tertawa anehnya itu, mendadak berkata sambil menuding Lim Tiang Hong dengan jari2 tangannya yang kasar:
"Apa kau ini yang di-sebut2 orang To-liong Kongcu" Kau yang baru2 mendapatkan nama itu sampai tersiar luas didunia Kang-ouw" Lohu yang sudah lama asingkan diri di daerah Biauw-ciang, tidak pernah turut campur dalam urusanmu. Tapi kau ternyata tidak pandang mukaku.
Dengan terang2an kau menantang aku. Hei bocah! Kau amat jumawa!"
Lim Tiang Hong menjawab segera: "Dengan bukti
apa kau bisa keluarkan kata2mu" Sedangkan nama
besarmu orang she Lim sama sekali belum pernah
dengar. Mana bisa seseorang tanpa sebab2 nyata
1259 menyatakan menantang seseorang lain yang tidak
dikenalnya!" Orang tua kepala botak itu memang adalah gurunya
Cu Tek, namanya Cu Sim Bin dengan gelarnya si Garuda Kepala Botak. Orangnya degil, sombong serta tinggi hati.
Tidak pernah mem-beda2kan orang golongan sesat dan orang2 golorgan baik. Dimana dulu pernah mendapat nama dikalangan persilatan daerah barat dan selatan.
Dia mendapat didikan ilmu silat Thian-tong-pay, yang kemudian setelah dirubah dan diperbaikinya sendiri, berhasil dia menciptakan suatu gerak tipu yang aneh2.
Pada tahun2 belakangan ini, dimana jago2 muda
banyak yang ber-angsur2 naik namanya, kepandaian
silatnya juga telah berangsur-angsur dapatkan kemajuan, maka lantas timbul lagi pikirannya akan tonjolkan diri pula kedunia persilatan. Kebetulan ia dengan murid tunggalnya, yakni Gok-bin Liong-kun Cu Tek, terjungkal dalam suatu pertarungan dengan Lim Tiang Hong. Dan atas hasutan murid kesayangannya itu, yang mengadu biru dengan mengatakan Lim Tiang Hong menantang
gurunya dengan terang2an. Tentu saja dia tidak mau mengerti. Garuda Kepala Botak yang tinggi hati dan 1260
berangasan seketika mendengar hasutan muridnya jadi merah padam mukanya. Dan lantas berangkat ke daerah Ho-pak dengan niat menghajar Lim Tiang Hong.
Ketika saat itu dia mendengar Lim Tiang Hong
mengatakan namanya juga belum dikenalnya, sesaat itu nampak dia bingung, sementara si Giok-bin Long-kun Cu Tek yang ketakutan rahasia kebohongannya terbuka, nyeletuk mem-bakar2: "Hmm! Kau benar2 terlalu
jumawa! Sampai nama dan gelaran suhuku kau sudah
tidak kau pandang lagi barangkali?"
Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat yang
mendengar disebutnya nama serta gelaran si Garuda Botak itu, tentu saja terperanjat.
Sebab telah diketahui oleh mereka, nama dan
gelaran itu, pada empat puluh tahun berselang. Mereka dua orang ini yang baru saja terjunkan diri kedunia kang-ouw, sudah dengar nama itu tengah mumbul naik. Dan kini setelah dikabarkan orang mengasingkan diri sekian tahun lamanya, kepandaian silatnya sudah tentu telah dapatkan banyak kemajuan. Mereka sama2 kuatirkan
kalau2 urusan jadi runcing dan Lim tiang Hong nanti 1261
sambal kena dirugikan dalam perkelahian maka lantas pada berdiri dari tempat duduknya.
Si Pengemis mata satu yang berkata lebih dahulu:
"Kiranya adalah Cu Lo Eng-hiong! Ha, ha.... Silahkan duduklah dulu, mari kita berunding secara tenang. Dalam urusan ini barangkali ada sedikit kesalah pahaman"
Garuda Botak itu buka matanya yang sipit, dengan
sorot mata dingin diawasinya orang yang bicara
kepadanya itu, kemudian katanya satelah tertawa bergelak2: "Kau siapa" Beraninya kau ikut2 dalam urusan ini?"
Si Pengemis Mata Satu yang hampir sebagian besar
hidupnya cuma dalam kalangan kang-ouw, tapi belum pernah merasa dihina seperti itu. Pada saat itu perasaan amarahnya telah meluap, setelah menengadah dan
tertawa ter-bahak2, baru berkata: "Pengemis tua Mata Satu, itu adalah aku sendiri. To-liong Kongcu adalah saudara angkatku. Menanya saja rasanya toh tidak ada halangannya, bukan?"
Garuda Botak itu keluarkan suara dari hidung,
kemudian dengan unjuk sikap menghina, mengatakan
"Bu-beng Siauw cut (serdadu kecil tanpa nama)"
1262 Dan kemudian berpaling dan berkata menghadap
Lim Tiang Hong. "Kau begitu berani menghina aku, tentu kau kira tinggi sekali kepandaianmu. Sekarang tidak perlu bicara banyak, nanti jam 3 malam kita bertemu dibukit Loan-co-kang diluar kota. Jikalau kau tidak punya nyali sekarang kau boleh berlutut dan mengaku salah
dihadapanku, barangkali belum terlambat buat aku beri kelonggaran"
Lim Tiang Hong, yang memang kala itu sedang
kusut pikiran dan kini ada orang yang tanpa sebab cari setori demikian dengan kata2 yang begitu jumawa,
sudah tentu lantas naik darah. Mata begitu kata2 orang kepala botak tadi berhenti, dia berkata sambil ketawa dingin: "Kau rupa2nya memang cuma cari setori dengan aku si orang she Lim Apa mau dikata, sebentar malam boleh kuiringi kehendakmu"
Pada saat itu si pengemis Mata Satu juga turut
berkata dengan suaranya yang keras. "Aku si pengemis tua juga mau ikut ambil bagian. Kepingin tahu aku, kau si Garuda Botak selama 40 tahun yang pernah melatih berapa rupa ilmu2 baru sampai berani menghina orang begitu macam?"
1263 Pengemis Mata Satu ini nampak demikian naik
darah, mukanya merah padam. Sewaktu mengucapkan
kata2nya tadi, matanya yang cuma tinggal satu itu nampak begitu beringas buas.
Si Garuda Botak Ciu Sin Bun perdengarkan suara
ketawa hambar, lalu mengajak muridnya turun ke
bawah. Seberlalunya si Garuda Botak, Sin-soan Cu-kat baru bertanya kepada Lim Tiang Hong, mengapa sampai bisa berbentrokan dengan manusia beradat ganjii itu.
Lim Tiang Hong beri keterangan: "Semua itu cuma
karena gara2 Giok-bin Long-kun Cu Tek tadi. Dia
tentulah yang mengadu biru menghasut kepada
gurunya". Setelah itu, lalu diceritakannya pula semua kejadian yang pernah dialaminya di bukit Bu-san.
Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat setelah mendengar penuturan anak muda itu, tidak merasa
heran. Tidak demikian halnya dengan Yan-jie. Reaksi anak dara ini agak lain. Dalam hatinya barangkali dia memikir bahwa urusan Lim Tiang Hong itu terjadinya karena gara2 orang perempuan, maka dia lalu monyong-1264
kan mulutnya dari berkata dengan suara tawar. "Mana bisa itu disalahkan kepada orang" Kau sudah merebut Sin-lie Hong-cu kekasih dia sudah tentu kalau dia boleh saja cari kau buat adu jiwa"
Mendengar pernyataan itu, Lim Tiang Hong
melongo. "Apa arti perkataanmu ini?" demikian tegur anak muda ini, tetapi Yan-jie sudah balikkan kepalanya den jawabnya: "Aku tidak tahu!"
Dua orang tua itu dalam hati mengerti, tetapi
siapapun merasa tidak dapat turut campur tangan, sebab asal usul Lim Tiang Hong masih belum lagi jelas bagi mereka. Apalagi disamping Yu-Kok Oey-eng yang
menamakan dirinya sebagai calon isteri Lim Tiang Hong, juga masih ada lagi Sucie arak muda itu, Henghay Kouw-loan. Jikalau mereka paksa Yan-jie dijodohkan kepada Lim Tiang Horg, dikemudian hari bisa2 nanti terjadi suatu tragedi yang mengenaskan.
Sebentar kemudian terdengar si pengemis Mata
Satu berdehem lalu berkata setelah tertawa ter-bahak2:
"Kalian berdua masih kanak2, tidak perlu ribut2. Urusan itu tidak perduli bagaimana, pokoknya, nanti malam kita 1265
sudah ambil keputusan buat bertemu lagi dengan si Garuda Kepala botak. Itu saja sudah cukup"
Lim Tiang Hong berdiam. Dalam hatinya makin
tambah rasa jengkelnya. Mengapa jadi demikian sikap Yan-jie" Demikian pikirnya. Meskipun dia merasa
berkewajiban juga melindungi dara itu, tetapi merasa tidak pantas nona itu mengurusi urusan pribadinya, karena dia merasa telah berbuat sejujurnya. Yan-jie selalu seperti curiga saja atas dirinya.
Tetapi pada hakekatnya, Lim Tiang Hong sendiripun belum dapat memahami sifat anak perempuan yang baru mangkat dewasa. Sebab pada umumnya, anak gadis
yang baru meningkat umurnya itu, kebanyakan
pikirannya serta napsunya begitu keras buat
mengangkangi apa2 yang dikehendaki. Apa lagi kalau apa2 itu adalah pemuda yang dicintainya, mereka selalu menganggap itu sebagai barang permata kepunyaannya sendiri yang tidak boleh dijamah oleh lain tangan.
Karena Lim Tiang Hong tampaknya dengan suka
hati memenuhi permintaan Sin-lie Hong-cu, jauh2
memerlukan pergi ke bukit Bu-san untuk membantu dia menghadapi musuh2nya, itu saja memang sudah
1266 membuat Yan-jie merasa tidak senang, apalagi kemudian nona ini dengar pula Lim Tiang Hong pernah ribut
dengan Giok-bin Long-kun yang katanya meng-gila2i Sin-lie Hong-cu itu. Mana dia tidak jadi lebih mendongkol"
Oleh karena itulah, Yan-jie sebegitu jauh masih
monyongkan terus mulutnya, dan tidak mau buka suara lagi. Suasana saat itu seperti penuh dengan kejengkelan.
Sin-soan Cu-kat yang bertindak sebagai orang tua
Yan-jie, kala itu ingin berdaya buat meredakan suasana tegang disitu, maka per-lahan2 nampak dia bangkit dari tempat duduknya dan katanya: "Kalian berdua nanti malam masih ada urusan, mari kita pulang kerumah
penginapan buat mengaso"
Usulnya itu tidak ditolak siapapun, begitulah
kemudian tampak empat orang itu berempat turun dari atas loteng.
Rumah makan, memang merupakan suatu tempat
berkumpulnya orang2 dari segala tingkat dan golongan.
Cekcok mulut yang terjadi antara Lim Tiang Hong
dan Yan-jie ternyata sudah menarik perhatian saiah seorang tetamu rumah makan itu.
1267 Di dalam penglihatan tamu itu, diantara Yan-jie dan Lim Tiang Hong apabila tidak adanya hubungan yang sangat dalam, sudah tentu tidak akan terjadi kerewelan seperti itu dan lalu membuat la menarik duga2, kalau Yan-jie tentu adalah seseorang yang penting
hubungannya dengan Lim Tiang Hong.
Kini tetamu itu mengawasi berlalunya Lim Tiang
Hong sekalian sambil tersenyum menyeringai, kemudian dia sendiripun menyusul keluar setelah membereskan rekening makanannya. Siapa gerangan adanya tetamu rumah makan ini" Dibagian belakang kelak pasti akan disuguhi kisahnya.
Sekarang balik kepada Lim Tiang Hong empat
orang, begitu meninggalkan rumah makan mereka
menuju ke rumah penginapan.
Mujur bagi mereka, rumah penginapan kebetulan
kosong, hingga empat orang ini masing2 menempati satu kamar.
Kamar Yan-jie, letaknya berdekatan dengan ruang
tidurnya Sin-soan Cu-kat, sedang kamar si Pengemis Mata Satu berendengan dengan kamar yang ditempati Lim Tiang Hong.
1268 Karena mengira disini dua anak muda itu dapat
bicara sepuas2nya, setiba di rumah penginapan dengan suatu alasan kedua orang tua ini pergi keluar.
Lim Tang Hong yang merasa kesepian, baru saja
mau mendekati karnar Yan-jie, maksudnya buat
menjelaskan kesalah-pahaman tadi, siapa tahu baru sampai di pintu kamar dara itu, nampak Yan-jie berjalan keluar dengan muka cemberut. Sewaktu nona ini melihat Lim Tiang Hong, tidak disapanya, terus berjalan dengan mengangkat muka.
Lim Tiang Hong cukup tinggi adatnya. Melihat
keangkuhan Yan-jie, merasa harus mundur teratur,
dibiarkannya dara itu berlalu sesukanya. Kemudian, sendirian dia kembali masuk ke kamarnya, mondar
mandir beberapa balik, pikirannya tetap dirasakan kusut.
Mendadak dari luar kamar terdengar suara
seseorang yang berkata dengan suara lantang. "Saudara Lim ada urusan apa kelihatan begitu jengkel?"
Lim Tiang Hong mendongak, diluar dugaannya
orang yang menegurnya itu ternyata adalah si Burung Hong Putih Cu Giok Im. Nona ini dengan wajah ramai 1269
senyuman bertindak masuk, benar2 polos tanpa
sungkan2 terus menuju ke tempat tidur, duduk disitu.
Lim Tiang Hong menghela napas, menjawab
pertanyaan itu. "Panjang sekali kalau mau
dibicarakan...." "Jikalau dugaanku tidak salah, urusan yang
membuat jengkel tentu ada hubungannya dengan soal anak perempuan. Bukankah begitu?"
Si Burung Hong Putih mengatakan demikian, lalu
tertawa cekikikan. "Kok kau tahu?" Lim Tiang Hong bertanya demikian, alisnya campak berkerut.
Burung Hong Putih dengan senyumnya yang
banyak arti lalu menjawab. "Saudara Lim dalam usiamu semuda ini sudah menggegerkan dunia persilatan. Sejak muncul dikalangan kang-ouw belum pernah bertemu
dengan tandingan yang boleh dikata setimpal. Apalagi yang perlu dibuat jengkel kalau bukannya urusan
asmara?" Lim Tiang Hong kememek. Hanya bisa menggeleng2kan kepalanya, tiada menjawab.
1270 Sementara itu, si Burung Hong Putih telah berkata pula dengan iringan senyumnya yang manis: "Sejak
dahulu kala, orang yang mempunyai banyak clnta kasih itu memang selalu meninggalkan kemenyesalan saja.
Saudara Lim, kau punya kepandaian tinggi sekali, sudah sepantasnya kalau kau keluarkan pedang buat basmi segala kejahatan, bantu rakyat lemah. Sekarang kau kelihatan begitu jengkei dalam urusan perempuan, apa itukah yang wajib keluar dari sikap seorang laki2
berkepandaian tinggi seperti kau" Maafkan aku berkata begitu terus terang, kalau menyinggung perasaanmu.
Tapi rasanya memang begitulah. Kalau tetap kau
membawa kelakuanmu seperti itu, percuma kau
dikatakan laki2 gagah"
Dikatakan secara blak2an demikian oleh gadis itu, merah membara selebar wajah Lim Tiang Hong.
Mendadak dia bangun berdiri dan setelah menjura
berkata: "Perkataan2 nona betul2 telah membuka
pikiranku. Tapi, aku sesungguhnya karena sangat
terpaksa...." Burung Hong Putih memotong sambil tertawa:
"Tidak perlulah kau katakan lagi, aku sudah maklum!
1271 Buat sementara jangan kita bicarakan lagi soal itu. Apa kau tahu antara Tiang-lim-pay dan Bu-ceng Kiam-khek masih ada ganjalan sakit hati yang masih belum
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibereskan hingga kini?"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, mengatakan
tidak tahu. Gadis polos itu lalu perlihatkan wajah bersungguh2, katanya lagi: "Kedatangan Cu Giok Im kemari hari ini, adalah buat sampaikan titah suhu. Aku undang saudara Lim supaya segera berkunjung ke Tiang-lim-pay untuk kita bereskan ganjalan antara kita itu. Jikalau saudara Lim anggap tidak punya kemampuan buat wakili gurumu Bu-ceng Kiam-khek, suhuku juga tidak
memaksa, kita bisa undang Bu-ceng Kiam-khek sendiri"
Ucapan nona itu benar2 terlalu blak2an terbuka,
menyakiti hati Lim Tiang Hong. Dengan serentak, dengan alis berdiri anak muda itu nampak tertawa, kemudian katanya: "Nona, kau sungguh terlalu tidak pandang mata pada aku si orang she Lim. Tiang-lim-pay toh bukan sebagai tempat macan atau sarang naga" Perlukah buat kesitu suhu turun tangan sendiri" Aku si orang she Lim pasti akan datang menenuhi undanganmu ini"
1272 "Baiklah! Sekarang aku mau balik dulu ke Tiang-lim buat sampaikan kabar kedatanganmu ini"
"Siiakan berangkat dulu, aku akan segera
menyusul" "Sekarang urusan yang mengenai itu sudah selesai.
Mari kita bicarakan soal pribadi. Apa kau suka kiranya kalau mecgawani aku pergi pesiar?"
Lim Tiang Hong yang saat itu merasakan pikirannya kusut dalam soalnya dengan Yan-jie, mana ada keinginan buat pesiar. Begitulah sambil geleng2kan kepala
jawabnya: "Atas permintaan nona, sebetulnya ingin aku bisa memenuhi dengan lantas. Cuma sayang, sedikit waktu ini pikiranku terlalu kusut, rasanya tidak punya kegembiraan buat pesiar"
"Kalau begitu, biarlah nanti saja kita berjumpa lagi di Tiang-lim" demikian si Burung Hong Putih ini berkata sambil ketawa riang, kemudian dia mengenjot badannya, berlalu dengan melompati tembok pagar.
Waktu itu cuaca mulai gelap, si Pengemis Mata Satu bersama Sian-soan Cu-kat sudah kembali dengan wajah mereka nampak ramai senyumnya. Dalam dugaan kedua orang tua ini, dua anak muda yang mereka tinggalkan 1273
tentu sudah rukun kembali. Siapa tahu begitu mereka masuk ke dalam kamar, cuma dilihat Lim Tiang Hong seorang diri dengan wajah muram.
Kedatangan orang tua itu dengan perasaan terheran2 saling pandang sejenak. Si pengemis Mata Satu Yang adatnya selalu tidak sabaran, segera bertanya "Lho!
Kemana Yan-jie?" "Dia seperti ngambul, sudah pergi dari tadi"
"Kenapa sampai sekarang belum pulang?"
"Mana kutahu?" Jawaban singkat Lim Tiang Hong itu terang
menyatakan bila dia sedang jengkel.
Yan-jie sejak tinggal dirumah Sin-soan Cu-kat,
jarang keluar pintu sendirian. Sin-soan Cu-kat yang mengetahui itu, begitu lama si nona pergi dan belum kembali hatinya mulai gelisah. Sambil kerutkan alisnya bertanya orang tua ini: "Apa tidak mungkin ada kejadian apa2"
Pengemis Mata Satu menyahuti pertanyaan ini:
"Budak itu selalu menuruti adatnya tendiri. Mungkin memang kalau dia bisa kenapa2"
1274 Lim Tiang Hong sendiri seperti merasa dengan tidak kembalinya Yan-jie sampai pada saat itu terlalu ganjil.
Pemuda ini segera ajukan usul: "Kalau begitu mari kita cari dia secara berpencaran"
Dengan tidak berayal lagi ketiga orang itu keluar rumah penginapan, untuk mencari Yan-jie yang masih belum kambali.
Namun meski mereka telah mencari di pelosok,
setiap gang tetap tiada menemukan Yan-jie.
Mereka kemudian bertemu lagi di rumah
penginapan, ternyata sudah jam dua tengah malam.
Lim Tiang Hong tiba2 ingat undangan Tiang-lim-pay yang mengajak bertanding, maka lalu diceritakan
kedatangan Cu Giok Im tadi kepada dua orang tua itu.
Sin-soan Cu-kat lalu berkata sambil goyang2kan
kepala: "Antara Tiang-iim-pay dengan Bu ceng Kiamkhek meskipun pernah kejadian kepada kesalah pabaman dalam perebutan nama, tapi biar bagaimana Tiang-limpay adalah salah satu partai dari orang baik2, maka janganlah anggap mereka itu mengundang kau datang kesana dengan maksud2 tertentu yang tidak baik"
1275 Pengemis Mata Satu berkata sambil garuk2
kepalanya: "Menurut pikiranku, Yan-jie yang sedang mendongkol boleh jadi sudah mendahului kita pula ke Kim-leng"
Sin-soan Cu-kat sampak kerutkan keningnya, selang tak lama, dia berkata: "Boleh jadi juga"
Lim Tiang Hong seperti tidak senang romannya saat itu. Dia tidak bisa membenarkan sikap Yan-jie. Namun biar bagaimana, dia tidak bisa lepaskan juga tanggang jawabnya buat lindungi gadis tersebut. Maka lantas berkata lagi: "Menurut pikiran boanpwee, ingin minta Cukat Cianpwet segera berangkat keselatan buat iihat dia sudah pulang atau belum kemudian minta Lo Ko-ko
supaya segera kerahkan bantuan tenaga orang2 Kaypang, juga buat cari jejak Yan-jie. Sementara tentang perjanjian malam ini dengan si Garuda Kepala Botak, rasanya buat boanpwee seorang diri sudah cukup untuk, melayani"
"Buat sekarang ini cuma bisa atur begitu saja
rasanya, tapi buat kau pergi sendirian apa tidak akan merasa kesepian?" demikian Sin-soan Cu-kat berkata, kepalanya di-angguk2kan.
1276 "Pertempuran semacara apa saja sudah sering
dialami boanpwee, barangkali malam ini si Garuda Kepala Botak inipun tidak akan dapat membuat banyak terhadap boanpwee"
Pengemis Mata Satu mempunyai keyakinan pada
pendiriannya bahwa Lim Tiang Hong terang tidak dapat dicela, maka lantas menyela: "Sekarang waktu sudah terlalu mendesak. Mari segera berangkat dengan tugas kita masing2. Lotee supaya kau suka berhati2 sedikit malam nanti, sampat kita bertemu lagi di kota Kim-leng"
Pengemis Mata Satu ini benar2 gelisah hatinya.
Setelah habis dengan kata2nya dia sudah lantas bergerak lompat keluar melalui lubang jendela. Dari situ lantas melesat melewati genteng.
Sin-soan Cu-kat menelad perbuatan kawannya,
sebentar kemudian dua orang tua itu sudah lenyap
diantara kegelapan. Lim Tiang Hong yang ditinggalkan tidak segera
menyusul, tetapi setelah tenangkan pikirannya juga segera lompat keluar melalui lubang jendela ke tempat perjanjian, Loan-ce-kang.
1277 Mengenai pertandingan, boleh dikata buat Lim
Tiang Hong dianggap sepele karena sering dihadapi.
Cuma permusuhan seperti malam ini dianggapnya tidak berharga sama sekali. Tetapi megingat lagi sikap serta kelakuan si Garuda Kepala Botak yang terlampau
jumawa, mau tidak mau membuat hatinya jadi panas.
Loan-ce-kang ternyata adalah sebuah tempat
berupa bukit bukit juga sebagai tanah pekuburan.
Letaknya sekitar lima lie di luar kota.
Lim Tiang Hong yang memiliki ilmu lari pesat yang luar biasa, dalam waktu sekejap sudah sampai di tempat tersebut.
Garuda Kepala Botak dengan muridnya ternyata
sudah sampai duluan. Begtu mereka melihat Lim Tiang Hong mendatangi, dua2nya memapaki dengan berlari2
juga. Garuda Kepala Botak sendiri terus keluarkan suara ketawa anehnya dan kemudian katanya "Apa kau datang sendirian" Kemana kawan2mu?"
"Orang yang kau butuhkan cuma satu. Cuma aku
seorang she Lim, rasanya tidak perlu rembet2 orang lain.
Lagipula rasanya aku si orang she Lim dengan kalian 1278
guru dan murid tidak punya ganjalan terlalu hebat, juga tidak perlu buat bertempur mati2an"
Lim Tiang Hong mengucapkan kata2nya tadi
dengan nada ketus, disahuti dengan segera oleh si Garuda Kepala Botak. "Enak benar kata2mu! Apa kau kira murid si Garuda Kepala Botak bisa dihina begitu saja" Lagian juga Lohu yang sudah lama asingkan diri di daerah Biauw-ciang, selama itu tidak pernah keluar pintu buat cari2 setori. Kau yang lebih dulu menantang Lohu, kalau tidak diajar adat tentu kau tidak tahu nama Garuda Kepala Botak ini bagaimana macamnya, bukan?"
Lim Tiang Koig tahu bahwa orang tua itu sudah
salah paham dan semua itu disebakan karena gara2
hasutan Giok-bin Long-kun yang meng-ogok2 gurunya itu. Karena berpikir demikian, maka dia juga berkata:
"Apa Locianpwee dengar dari satu pihak saja" Tentang perselisihan antara aku dengan muridmu, terjadi karena dia lebih dahulu yang cari2 setori. Dan kau kata aku pernah menghina dan menantang, semua itu bohong
tidak benar. Karena aku belum pernah bertemu muka dengan kau, apalagi barkenalan. Mana bisa menyebut dan menantang orang yang belum diketahui namanya"
1279 Maka dalam hal ini kenapa kau sebagai orang tua tidak suka pikirkan dulu matang2?"
Tetapi si Garuda Kepala Botak tidak menggubris
kata2 itu. Setelah membentak "Bohong!" lalu katanya lagi: "Aku tahu di kalangan kang-ouw kau sudah
dapatkan nama baik. Tentu dalam matamu kau tidak
pandang orang lain lagi. Malam ini tidak perlu omong terlalu banyak. Lohu kepingin tahu nama kosongmu itu dengan cara bagaimana kau dapatkan?"
Pikiran Lim Tiang Hong sedang kusut. Kini setelah dipepatkan lagi dengan kata2 tentangan sudah tentu tidak dapat dikendalikan lagi. Begitulah, Lim Tiang Hong Yang sudah timbul marahnya, kerutkan jidatnya, dengan suara ketus berkata: "Kalau benar2 kau mau paksa aku adu kepandaian, silahkan turun tangan! Aku si orang she Lim masih banyak urusan yang perlu dibereskan"
Sehabis berkata, dengan cepat dihampirinya guru
murid itu. Tepat pada saat itu tiba2 sesosok bayangan orang
meluncur dan berdiri di depan dua orang itu.
Orang ini tidak menyapa si Garuda Kepala Botak,
pun tiada menegur Lim Tiang Hong. Kedatangannya
1280 kesitu seolah2 seperti yang ingin menonton keramaian saja.
Lim Tiang Hong mengira orang itu adalah kawan si
Garuda Kepala Botak, tidak diperhatikannya sama sekali.
Sebaliknya bagi si Garuda Kepala Botak, yang pun
sama mengira bahwa orang itu pembantu buat pihak
lawan. Dengan diam2 sudah berkeputusan buat turun tangan cepat membereskan Lim Tiang Hong.
Begitulah dengan suara keras si Garuda Kepala
Botak berteriak: "Awas sambut!"
Perkataannya itu dibarengi dengan serangan tangan kosong. Lengan bajunya yang gedombrongan lantas
menimbulkan angin keras yang menyampok muka Lim
Tiang Hong. Lim Tiang Hong hanya nampak kerkisar sedikit
badannya, serangan dengan mudah dihindarkannya.
Tetapi serangan si Garuda Kepala Botak itu ternyata cuma tipu kosong, sebab setelah mana badannya
kelihatan maju merangsak dari kiri, beruntun dia
melancarkan serangannya sampai tujuh kali, sedang dari kanan kakinya menendang secara beruntun sampai
delapan kali. Maka untuk sesaat lamanya sambaran2
1281 angin yang keluar dari tenaga dalam orang tua itu telah mengurung badan Lim Tiang Hong dan dalam waktu
sekejapan sudah melakukan serangannya secara
beruntun sampai delapan belas kali.
Setiap gerak tipu serangan orang itu begitu aneh, tidak menuruti aturan2 yang berlaku bagi orang2 rimba persitatan, namun kekuatannya hebat luar biasa.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong yang
dihujani serangan gencar demikan rupa, telah mundur sampai delapan kaki jauhaja. Pemuda ini kemudian
dapatkan kenyataan betapa hebat dan licin tipu2 si Garuda Kepala Botak. Nyata orang tua itu mempunyai kekuatan hebat sekali, kepandaian bersilatnyapun lain daripada yang lain.
Dalam keadaan demikian, Lim Tiang lalu mencoba
keluarkan ilmunya gerak silat yang dinamakan Sam-sam Po-hoat hingga dengan sangat gesit dan amat lincah sekali dapat dihindarkannya setiap serangan yang datang dari pihak orang tua itu.
Si Garuda Kepala Botak yang lama telah
mengasingkan diri di daerah Biauw-ciang, telah
menganggap ilmunya tinggi, kepandaiannya sudah tidak 1282
ada yang bisa menandingi. Siapa nyana, baru pertama kali keluar pintu sudah ketemu batu. Kesempatan baik yang dikiranya dapat mengharumkan kembali namanya yang lama ternyata tidak sebagai yang di-harap2kannya.
Setelah melihat Lim Tiang Hong selalu
rnengutamakan kegesitan tubuhnya saja mengelit tanpa adakan penyerangan balasan, lantas mengira bahwa
anak muda itu jeri kepadanya, lalu mengirim serangan2
yang bagai bergelombang makin lama makin hebat. Seolah2 begitu kuat sudah keyakinannya dapat
merobohkan seorang kuat nomor satu dari tingkatan muda.
Tetapi nyatanya kemudian, betapa hebat sekalipun
serangannya, Lim Tiang Hong selalu dapat mengelit atau menghindar secara manis sekali, sampai2 ujung bajunya saja tidak pernah sekalipun tersenggol.
Garuda Kepala Botak itu rupanya sudah amat gusar
sekali. Dengan mata melotot karena hatinya panas dia membentak dengan suara kuat2: "Kepandaian To-liong Kongcu nyatanya cuma sebegini! Kalau kau berani,
bertempurlah secara jantan cuma kelit saja! Itu bukan perbuatan satu Eng-hiong namanya!"
1283 Lim Tiang Hong yang mempunyai kepandaian
sangat tinggi, dalam waktu sekejapan saja sudah dapat memahami dengan baik tipu2 aneh si Garuda Kepala
Botak. Sewaktu dia tadi berseru, Lim Tiang Hong terus
menyambuti dengan ketawa besar: "Apa benar2 kau mau aku turun tangan" Ini sambutlah!"
Dengan mendadak To-liong Kongcu menyodorkan
tangan kanannya, bagai angin puyuh dalam waktu
sekejapan dia telah mengeluarkan 18 kali serangannya.
Tiap kali tangannya disodorkan begitu hebat
kekuatannya, hingga anginnya yang menimbulkan suara menderu2 itu se-olah2 angin puyuh yang menyapu
bersih gelombang air laut.
Garuda Kepala Botak kaget sekali. Dia yang semula mengangap kepandaian paling banter pemuda yang
dihadapinya ini cuma punya gerakan gesit dan lincah, sama sekali tidak menduga kalau tenaga dalamnyapun ada demikian tingginya.
Dalam waktu sekejapan itu dia merasa kerepotan
sangat sampai mundur punya mundur tahu2 telah
terdesak satu tombak lebih jauhnya.
1284 Garuda Kepala Botak itu sungguh tinggi
kepandaiannya, pengalamannya juga banyak. Meski baru segebrakan saja sudah dilihatnya bahwa lawanaya yang masih terlalu muda itu ternyata lawan yang paling kuat yang pernah dihadapi, maka sekarang dia tidak berani berlaku semberono lagi. Dia lalu mengerahkan seluruh kepandaiannya, dengan laku yang hati2 sekali
dihadapinya lawan yang masih sangat muda itu.
Dipihaknya Lim Tiang Hong, begitu dia melancarkan serangan pembukaannya, benar2 laksana mengalirnya gelombang air bah yang sukar dapat dibendung lagi.
Si Garuda Kepala Botak yang nampak terdesak,
meskipun telah berusaha sekuat tenaga, masih belum berhasil memperbaiki posisinya.
Giok-bin Long-kun melihat juga betapa suhunya
terdesak demikian hebat, maka tak berapa lama
kemudian dia menghunus pedangnya, maksudnya buat
berikan bantuannya, itu diketahui oleh suhunya yang segera mencegahnya: "Mundur! Siapa suruh kau ikut campur!"
Dengan wajah ketakutan sekali Giok-bin Long-kun
buru2 tarik mundur dirinya. Pada saat itulah si Garuda 1285
Kepala Botak rupanya sudah murka benar2, keadaannya tidak beda bagaikan orang gila. Dengan laku nekad dia keluarkan serangan2 simpanannya menyerang Lim Tiang Hong.
Dengan demikian, pertempuran disitu jalannya
menjadi semakin seru, masing2 dengan kepandaian
tunggalnya buat merebut kemenangan dari musuh.
Dalam pertempuran sengit demikian, yang kelihatan hanya berkelebatnya bayangan2 orang yang sebentar saling menyerang dan berputaran, dan sebentar lagi meloncat tinggi ke atas.
Sambaran angin yang keluar asal dari kekuatan
tenaga dalam, menerbangkan pasir2 dan tanah ditempat sekitar tiga tombak lari kalangan pertempuran itu.
Si Garuda Kepala Botak yang sudah kerahkan
seluruh kemahirannya, bertempur dengan lawannya yang masih terlalu muda baginya itu, sudah lebih dari 120
jurus, ternyata masih belum berhasil merebut
kemenangan Lim Tiang Hong agaknya merasa tidak sabaran lagi, merasa harus lekas mengakhiri pertempurannya supaya bisa terus mencari Yan-jie.
1286 Begitulah sekali tempo nampak pemuda ini tarik
dirinya sampai lima kaki, tapi kemudian berseru: "Tahan!
Bagaimana kalau kita anggap seri saja pertempuran Ini"
Aku masih perlu mengurus lain urusan penting"
Garuda Kepala Botak yang saat itu masih kelihatan gusar, sudah menjadikan dia mata gelap. Seperti sudah ditetapkan olehnya buat menang saja, tentu saja
sewaktu mendengar Lim Tiang Hong menyerukan
demikian, lantas mengira kalau anak muda ini tentu kehabisan tenaga. Maka segera juga dia tertawa bergelak2 dan katanya: "enak saja kau berkata. Malam ini kalau belum ada yang menang, aku tidak mau sudah!"
Lim Tiang Hong mendongkol, tetapi juga tertawa
besar dan berkata "Aku masih mau beri muka terang kepadamu, tapi ternyata kau menampik, ini sama artinya dengan cari susah sendiri!"
Dengan cepat badannya nampak terbang menjaub,
untuk kemudian balik lagi dengan mengirim serangan ber-tubi2. Kali itu sudah ditetapkan akan mengakhiri pertempuran se-cepat2nya. Maka serangan itu juga
dilakukan secara sengit dan tidak kena! kasihan.
1287 Setelah terdengar beberapa kali suara benturan di-mana2, si Garuda Kepala Botak nampak sempoyongan
seperti orang mabuk sampai 10 tombak lebih. Dari ujung bibirnya nampak mengalir darah matang.
Lim Tiang Hong tidak mau banyak bicara lagi,
melihat lawannya sudah terluka parah, lalu ketawa besar dan segera ayun langkah, maksudnya mau tinggalkan pecundangnya.
Waktu itulah mendadak dilihatnya bayangan
seseorang, dan itu orang yang tadi dilihatnya dan dikira sebagai pembantu musuh sudah menghadang di
depannya dan berkata "Harap tuan tunggu sebentar! Aku si orang she Peng ingin bicara dengan tuan!"
Lim Tiang Hong terkejut, berhenti bertindak dan
katanya: "Aku tidak pernah kenal kau, perlu apa lagi untuk dibicarakan?"
Sementara itu matanya terus mengawasi orang
tersebut, yang ternyata adalah seorang anak muda
berusia kira2 tigapuluh tahun.
Pada saat itu si Garuda Kepala Botak bersama
muridnya, dengan diam2 sudah ngeloyor pergi.
1288 Orang yang mengaku she Peng itu dengan sikap
menghina mengawasi berlalunya guru-murid tersebut, kemudian dengan sikap yang sangat mesterius berkata lagi: "Tuan, apa kau pernah merasa kehilangan
seseorang yang hubungannya paling dekat dengan
tuan?" Tergerak hati Lim Tiang Hong mendengar
pertanyaan orang itu, lalu tanyanya: "Siapa adanya tuan ini dari mana mengetahui soal itu?"
Orang itu lantas perdengarkan suara tertawanya,
lalu katanya: "Aku yang yang rendah Peng It Kie, orang2
biasa memanggil gelaranku Pecut Ekor Kalajengking. Aku yang rendah memang sengaja datang kemari untuk
memberikan sedikit kabar kepada tuan. Jikalau tuan sekiranya suka mencari itu nona yang tuan anggap
hilang, dalam waktu 10 hari ini bolehlah tuan berangkat ke puncak gunung Lok-yan-hong. Jangan se-kali2
kelambatan, sebab bisa merugikan tuan sendiri. Selain daripada itu, boleh jugalah sekalian kuberitahukan kepada tuan tempat di atas gunung itu berbahaya sekali, boleh juga dibilang tempat naga sarang macan. Siapa saja pernah kesana tidak bisa pulang dengan salamat!
1289 Maka boleh pikirkah masak2 dulu apabila tuan
bermaksud mau berkunjung ke sana"
Sehabis berkata, orang misterius itu ayun kakinya, laksana anak panah lepas dari busurnya lompat melesat ke dalam rimba.
Lim Tiang Hong masih ingin menanyakan apa2,
tetapi orang itu ternyata sudah menghilang entah
kemana. Dia kemudian cuma bisa berpikir dalam hatinya,
siapa gerangan orang she Peng itu dan puncak gunung Lak-yan-hong itu didiami oleh siapa" Apakah perkataan2
orang tadi boleh dipercaya"
Sesaat itu berbagai pertanyaan melintasi otaknya, kemudian diputuskan melalui dugaannya, begitu besar dia pernah menerima budi Hong-lim Cun-loan dan
kematian orang tua itu sebagian besar masih tetap dianggapnya karena gara2 kedatangannya. Itulah pula yang tidak mengijinkan dia tinggal peluk tangan
membiarkan putri orang tua tersebut dalam bahaya.
Maka tanpa pikir betul atau tidak perkataan orang aneh tadi, memutuskan akan menerjang puncak gunung Lok-yan-hong. Sekalipun tempat itu benar2 merupakan
1290 sarang naga gua macan seperti dikatakan orang she Peng tadi.
Tetapi kemudian mendadak pemuda ini mengingat
lagi kepada janji yang pernah diberikan kepada Cu Giok Im buat tantangan Tiang lim-Pay. Soal dengan partai tersebut erat sekali hubungannya dengan rusak tidaknya nama perguruannya. Sebab Cu Giok Im adalah murid
Tiang-lim-pay, menantang dia sebagai murid Bu-ceng Kiam-khek, tentu tak boleh diingkari janjinya itu.
Di-hitung2 harinya, untuk pergi ke Tiang-lim kalau tidak menjumpai rintangan apa2, dalam waktu 10 hari masih keburu sampai ke puncak gunung Lok-yan-hong.
Begitulah kemudian ditetapkan buat dahulukan
perjanjiannya dengan Tiang-lim-pay. Setelah
menetapkan urusan disitu baru maksudnya ingin naik ke puncak Lok-yan-hong buat menolong Yan-jie.
(dw-kz) Bab 32
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
HARI sudah mulai terang. Dibawah penerangan sinar matahari pagi itu,
tertampak sesosok bayangan manusia bergerak dengan 1291
amat lincahnya seperti peluru ber-lompat2an, dalam waktu sekejapan sudah sampai ke tempat sejauh seratus tombak lebih. Dialah Lim Tiang Hong sendiri yang tergesa2 lari.
Mendadak disuatu tanah datar yang luas, Lim Tiang Hong yang sedang lari kencang melihat beberapa
bayangan orang berkelebatan yang diselingi oleh sinar2
senjata tajam kena sinar matahari.
Dalam kabut pagi yang tipis, kelihatan semacam
ada beberapa orang di sana. Orang2 itu sedang
mengepung satu orang yang juga keluarkan teriakan2.
Lim Tiang Hong yang sedang merasakan hatinya
gelisah sekali, sebetulnya tidak ingin mencampuri segala urusan kecil, akan tetapi keadaan yang pincang yang terlihat didepan matanya itu, agaknya mendorong serta mengisiki hati kecilnya supaya turut campur.
Baru saja kakinya bergerak menghampiri tempat
tersebut, dari jauh sudah terdengar suara bentakan orang "Di depan sana, ada sahabat dari mana lekas berhenti! Tuan boleh ambil tindakan memutar supaya jangan menyesal kemudian kalau kita tidak pandang persahabatan".
1292 Lim Tiang Hong yang mendengar teguran orang2
itu, dalam hati merasa sangat mendongkol. Pikirnya
"siapa rombongan orang2 ini dan kenapa sikapnya begitu jumawa"
Tidak, diperdulikan peringatan orang yang
menegurnya tadi, terus lari ke depan bahkan selekas itu ia sudah menyahuti peringatan berupa ancaman tadl
"Suatu jalan besar boleh dilewati siapapun. Kalian tidak ada hak buat melarang orang lain jalan di sini"
Sebagai sahutan perkataan2 Lim Tiang Hong, dari
dalam rimba waktu itu kelihatan empat laki2 berpakaian ringkas yang tadi menegur lagi dengan suara keras.
"Sahabat kau tidak dengar peringatan. Rupanya kau sengaja cari mampus. Kalau kau berhenti dan tidak menerjang barangkali kau tidak akan merasakan tangan2
orang Thian-cu-kauw. Tindakan kami tidak boleh
seorangpun mengetahui, tahu?".
Empat orang begitu menyebut nama Thian-cukauw, mengira kalau orang didepan itu akan lantas ngiprlt balik. Siapa tahu itu malah mendatangkan
kemalangan buat mereka, sebab Lim Tiang Hong begitu 1293
mengetahui mereka itu adalah orang2 Thian-cu-kauw, tanpa berayal lagi terus turun tangan.
Dilabraknya orang2 itu, sebentar terdengar suara
beledak beleduk dan keempat orang itu yang masih
belum tahu duduknya perkara atau berhadapan dengan siapa, semua sudah dapatkan hajaran sedemikian rupa membuat mereka harus ber-guling2an di pinggir jalan besar itu dengan mulut berlumuran darah.
Lim Tiang Hong setelah melewati berbagai
rintangan kecil, se-olah2 melesatnya peluru, telah menerjang ke dalam rombongan orang yang sedang
mengeroyok orang itu. Begitu sampai dia di medan pertempuran, apa yang
disaksikan ternyata jauh diluar dugaannya.
Itulah, disitu dilihatnya ada Hong-gwat Kongcu
yang sedang berdiri ber-hadap2an dengan Kaucu muda Thian-cu-kauw, Im Thay Seng. Sedang di sekeliling dua orang2 Thian-cu-kauw itu mengepung bagai tidak
mamperbolehkan dua jago itu lolos dari situ.
Semua orang2 itu dengan sorot mata beringas dan
sikap gusar mengawasi Hong-gwat Kongcu.
1294 Lim Tiang Hong terus menerjang kedalam kalangan,
membuat semua orang2 Thian-cu-kauw kaget sekati,
Mereka umumnya rata2 telah mengetahui dan mengenal balwa kedua Kongcu muda mereka adalah Hong-gwat
Kongcu dan To-liong Kongcu, sudah lantas berkelahi dengan bahu membahu menghadapi orang2 Thian-cu-kauw. Terang sekali mereka berdua adalah sahabat2
erat. Maka dengan kedatangan Lim Tiang Hong kesitu, mereka lantas memastikan pemuda itu pasti akan turut camput tangan dalam urusan Hong-gwat Kongcu. Sesaat itu banyak sudah diantara mereka yang alihkan dan pecahkan perhatian yang semula hanya ditujukan kepada Hong-gwat Kongcu.
Lim Tiang Hong tidak menggubris orang2 itu, hanya menegur Hong-gwat Kongcu "Saudara berurusan dengan mereka dari urusan apa?"
Hong-gwat Kongcu hanya tertawa menyeringai,
tidak menjawab. Tetapi Im Thay Seng, si Kauwcu muda Thian-cu-kauw, lantas meneriakkan suaranya yang keras:
"Lim Tiang Hong! Aku peringatkan padamu yang urusan disini sekarang jangan kau campuri! Urusanmu dengan 1295
aku biarlah belakangan kita bicarakan lagi setelah kubereskan maling cabul ini! kau dengar tidak"!"
"Maling cabul", ini membuat duga2 dalam pikiran
Lim Tiang Hong. "Siapa yang kau maksud dengan "maling cabul" itu?" demikian tanyanya dalam kegeramannya.
Im Thay Seng tidak menjawab pertanyaan Lim
Tiang Hong, dengan paras gusar sampai otot2nya
diwajahnya pada menonjol keluar, ia berpaling dan menggeram: "Maling cabul! Sungguh besar nyalimu! Hari ini kalau tidak ikut Kauwcu mudamu dengan baik2 masuk kemarkas Thian-cu-kauw buat dengar keputusan
Kauwcu, lebih dulu aku akan bikin putus tangan2mu!"
Hong-gwat Kongcu dongakkan kepala dan tertawa
ter-bahak2. "Kau selalu katakan Kongcumu ini maling cabul! Tapi kau tidak merasa dirimu sendiri. Orang macam apa kau ini" Terus terang kuberitahukan padamu.
Kau sudah memperkosa encie angkat ku, kalau aku
permainkan adikmu yang manis itu, bukankah sudah
semestinya" Jikalau aku tidak ingat nasib encie angkatku dihari kemudiannya, juga supaya kau bisa dapatkan kesempatan buat perbaiki sifatmu, niscaya siang2 kau suduh mampus dalam tusukan pedangku!"
1296 Mendengar ucapan itu Im Tay Seng mengerti
bahwa yang disebut dengan "encie angkat" itu pasti adalah Henghay Kouw-loan. Maka wajahnya segera
berubah pucat, hatinya ciut berdebaran. Pitam sebab sedikit banyak dia masih merasa tidak enak hati atas perbuatannya atas diri Henghay Kouw-loan, dilain sebab ia merasa bahwa dua anak muda yang sedang
dihadapinya ini sebetulnya sukar sekali dilayani.
Jangan kira dia mempunyai pembantu begitu
banyak. Tapi jika kedua anak muda itu benar2 turun tangan, belum tentu dia dengan orang2nya sekalian itu bisa lolos. Maka seketika diliriknya Lim Tiang Hong, dan berteriak pada Hong-gwat Kongcu: "Kau jangan
sembarang tuduh orang! Kauwcu mudamu masa, sudi
berbuat semacam itu?"
Lim Tiang Hong yang mendengarkan percakapan
mereka, hatinya tergoncang hebat. Pikirnya, Henghay Kouw-loan adalah kakak seperguruannya sendiri,
sedangkan Im-san Mo lie, pun masih terhitung sebagai encie sekandung ibu. Kedua gadis itu diluar kehendak mereka telah tercemar kesuciannya, entah bagaimana dikemudian hari urusan seperti itu bisa dibereskan"
1297 Maksud Im Tay Seng menodai kesucian Henghay
Kouw-loan, adalah antuk mencelakakan Lim Tiang Hong.
Sedang tindakan Hong-gwat Kongcu, tentu sebagai
pembalasannya yang terlalu radikal. Apakah perbuatan semacam itu patut dihargai" Ataukah mesti dibuat
penyesalan" Akan tetapi biar bagaimana semua sudah kejadian,
dan biangnya adalah Im Tay Seng sendiri. Kalau perlu, tentu Im Tang Seng yang mesti didesak dulu supaya ketua muda Thian-cu-kauw itu suka pikul tanggung
jawab atas perbuatannja, barulah bereskan urusan Im-san Mo-lie.
Demikianlah dengan gesit dan secara kilat
disambarnya pergelangan tangan Im Tay Seng.
Begitu gesit adanya gerakan Lim Tiang Hong
sampai semua orang2 Thian-cu-kauw yang sudah berjaga2 itu tidak lagi keburu memberi pertolongan pada Kauwcu muda mereka.
Im Thay Seng yang juga bukan seorang lemah,
coba berusaha melepaskan pegangan Lim Tiang Hong
ditangannya. Tetapi mendadak pargelangan tangan itu 1298
dirasakannya separti terjepit tang besar hingga dia tidak berdaya lagi.
Selanjutnya hanya terdengar suara Lim Tiang Hong
yang menegur Im Thay Seng: "Aku cuma mau tegur kau.
Mengenai perbuatan dengan Henghay Kouw-loan, mau
kau pertanggung jawabkan atau tidak"!"
Pada saat itu Im Thay Seng telah merasakan
separuh badannya kesemutan, sedikit juga barangkali tak ada tenaganya buat adakan perlawanan Dia hanya
tundukkan kepala dan menghela napas panjang.
Helaan napas ketua muda Thian-cu-kauw itu terang
menyatakan kebenciannya yang tak dapat dilampiaskan, bersamaan dengan keluarnya rasa menyesal dari hatinya.
Lim Tiang Hong yang mendengar pemuda itu
mengeluh, menyangka dia sudah akan mengaku, lalu
kendurkan pegangannya, berkata: "Melihat sikapmu, rasanya liangsim-mu masih belum hilang musnah.
Dengarkan nasehatku: Kalau dihari-hari kemudian kau bisa merubah kelakuanmu, rasanya masih tidak susah.
Aku juga bisa bantu dengan sekuat tenagaku buat
berikan keterangan kepada Heng-thian Cianpwee dan encie Kouw-loan, barangkali mereka bisa memberi maaf 1299
padamu hingga tidak sampai jiwamu melayang dalam
kemenyesalan. Tapi kalau kau tidak mau menurut, tidak mau berlaku baik, pedang To-liong-kiam tidak punya mata dan tidak pernah kena! apa artinya kasihan".
(dw-kz) Jilid Ke 14 IM TAY SENG adalah Kauwcu mudanya
perkumpulan Thian-cu-kauw, pun adalah putera
satu2nya dari Kauwcu perkumpulan itu, Pek-tok Hui-mo Biasanya putera Pek-tok Hui-mo ini bisa berbuat
gagah2an menurut adat dan kemauannya. Tetapi setelah diperingatkan sedemikian rupa oleh Lim Tiang Hong didepan anak buah dalam pimpinannya yang begitu
banyak, dia hanya menunduk. Akan tetapi, sedikit
banyak pemuda ini masih mewarisi sifat ayahnya.
Sekalipun dalam hati dia merasa panas, tetapi diluar seperti tenang2 saja. Saat itu dia masih tidak mau kebentrok langsung dengan Lim Tiang Hong. Dia
agaknya tahu apa yang akan terjadi sebagai akibatnya, bagaimana kalau Hong-gwat Kongcu bahu-membahu
dengan adik lain bapak itu menghadapinya"
1300 Selain daripada itu agaknya Kauwcu muda inipun
masih memikir kepada pengaruh serta kekuatan
dekingan buat To-liong Kongcu, begitu kuat dan
berpengaruh besar dekingan itu, telah diberitahukan dari pengalamannnya yang menjadikan kenyataan.
Dibelakangnya Lim Tiang Hong atau To-liong Kongcu selalu dibayangi oleh orang kuat dari pihak Hong-hong-tie.
Maka sewaktu didengarnya perkataannya Lim liang
Hong berupa pemberitahuan atau nasehat-nasehat itu, wajahnya entah berapa kali memperlihatkan perubahan.
Mendadak dia mendongak, dan tertawa ter-bahak2.
"Lim Tiang Hong! Kau tidak perlu desak aku terus2an.
Dalam urusan itu aku sendiri bisa atur se-baik2nya. Kau tidak usah banyak pikiran dalam urusan ini! Disamping itu aku perlu peringatkan kau sekali lagi, urusan hari ini adalah urusan rumah tanggaku, sebaiknya kau jangan ikut2an!"
"Baik! Aku cuma mau lihat dengan cara bagaimana
soal ini bisa kau bereskan" demikian Lim Tiang Hong berkata sambil ketawa dingin, dan setelah mana dia mengesot kaki, mundur sejauh setombak diluar
1301 kalangan. Dengan tenang matanya mengawasi dua
orang dalam kalangan, memperhatikan perkembangan
selanjutnya. Im Tay Seng yang tahu benar Lim Tiang Hong
dengan suka rela mengundurkan diri, merasa lega juga dalam hati. Setelah keluarkan dahan napas panjang, kakinya menindak ke depan dua langkah, dengan sorot mata buaja ditatapnya Hong-gwat Kongcu dan katanya:
"Maling cabul! Sekarang apa mau kau kata?"
Hong-gwat Kongsu berdiri tegak di dalam kurungan
orang2 Thian-cu-kauw itu. Dengan sikap tenang juga menjawab pertanyaan Kauwcu muda itu.
"Perbuatan Kongcumu selamanya tidak pernah tidak
adil. Apa yang kulakukan kepada adikmu, serupa juga dengan apa yang pernah kau perbuat kepada orang
perempuan lain. Supaya kau sebagai saudara tua,
adikmu yang manis itu diperbuat tidak pantas, juga merasakan perbuatan semacam itu patut atau tidak. Aku baru berbuat begitu. Umpama kata kau sendiri mengotori tubuh encie angkatku, akupun bisa memperkosa adikmu.
Balas membalas, sudah merupakan perbuatan yang
wajar. Sekarang kau tanya padaku aku harus berbuat.
1302 Bagaimana misalnya, ha, ha.... tanya dulu kepada dirimu sendiri!"
Sangat gusar sekali tentunya Im Tay Seng
mendengar kata-kata Hong-gwat Kongcu tadi. Badannya nampak gemetaran menahan amarah. "Jahanam!"
bentaknya "Hari ini kalau aku tidak mampu bunuh kau si hidung belang aku sumpah tidak mau jadi orang!"
"Sombong sekali kau berkata begitu tidak punya
malu, kepada siapa kau ucapkan" Dengan terus terang kuberitahukan: Selembar jiwamu, kau si orang she Im, sudah kucatat dalam buku matiku. Cepat atau lambat kau bisa jadi setan gorokan pedang Kongcumu!"
Im Tay Seng menggeram kuat, lakunya bagai orang
kalap waktu dia lompat menerjang Hong-gwat Kongcu.
Begitu Im Tay Seng bergerak, dikalangan itu lalu
terdengar suara geraman atau bentakan ber-sahut2an.
Orang2 Thian-cu-kauw yang sudah sejak tadi
mengepung dua orang di dalam kurungan mereka, juga sudah lantas turun tangan mengeroyok Hong-gwat
Kongcu, hingga buat sesaat nampak Kongcu itu seperti berada dalam gulungan angin puyuh.
1303 Namun Hong-gwat Kongcu yang meski dikeroyok
orang banyak, tidak merasa kecil hati, malah menantang Im Tay Seng sambi ketawa ber-gelak2: "Bagus! Im Tay Seng sekalian, inilah baru yang dinamakan pertempuran yang cukup berarti"
Dan ia segera melakukan serangan sekali, hingga
sebentar kemudian diantara bergeraknya bayangan
orang2 itu, terlihat sesosok bayangan yang beterbangan naik dan turun. Pakaian Hong-gwat Kongcu yang sangat mewah dan menterang, dibawah sinar matahari merupakan suatu pemandangan yang indah.
Perhubungan antara Lim Tiang Hong dan Honggwat Kongcu sesungguhnya ganjil sekali. Mereka boleh dikata kawan, tapi boleh juga dibilang dua anak muda itu lawannya tetapi Lim Tiang Hong yang melihat begitu banyak orang mengepung seseorang, alisnya mengkerut.
Dia gusar. Namun karena memikir bahwa itu adalah urusan
pribadi rumah tangga orang lain, ia tidak lekas berani turun tangan. Apapula orang2 kang-ouw umumnya
membenci maling2 cabul yang suka mencemarkan
kesucian wanita dari orang baik2.
1304 Tindakan Hong-gwat Kongcu sendiri, meskipun
sebagai tindakan pembalasan, namun tindakan demikian itu agaknya dikatakan keterlaluan.
Telah beberapa kali dikerahkannya tenaga
dalamnya, ingin memberikan tenaganya, tetapi akhirnya tidak jadi dan tidak jadi juga.
Pada saat itulah keadaan pertempuran makin seru.
Kepandaian dan kekuatan Hong-gwat Kongcu yang masih kalah setingkat dari Lim Tiang Hong, setelah dikepung dan diserang, dengan cara demikian, rupa2nya sudah mulai keteter. Dalam gelisahnya Kongcu ini lalu
menghunus pedangnya. Dengan pedang itu, beruntun
beberapa kali dia melancarkan serangan mematikan, hingga orang2 yang tadi begitu mendesak kelihatan sudah balik terdesak mundur.
Menggunakan kesempatan itu, Hong-gwat Kongcu
mendadak tarik kembali serangannya dan berkata sambil ketawa ber-gelak2 "Apa kalian mau lakukan pertempuran secara berar2an". Bagus sekali"
Selanjutnya lantas terdengar siulan panjang.
1305 Siulan itu dikeluarkan oleh si Kongcu dengan
menggunakan kekuatan tenaga dalam, sehingga
berkumandang lama disekitar rimba.
Selang tak lama orang2 Thian-cu-kauw itu nampak
menghunus senjata mereka masing2 dan sudah maju
menyerang lagi, sedang Im Tay Seng lantas berkata sambil ketawa dingin: "Hari ini sekalipun Tho-hoa-Tocu datang sendiri kemari, Kaucu mudamu juga tidak akan melepaskan kau begitu saja!"
"Iparku yang baik, apa kau mampu berbuat
begitu?" demikian Hong-gwat Kongcu mengejek dan
tertawa. Tiba2 dari jauh terdengar suara mengaung yang
amat nyaring. Suara itu berkumandang lama diudara, sampai tempat itu seperti tergetar.
Orang Thian-cu-kauw mengeroyok Hong-gwat
Kongcu, pada terperanjat. Dan tepat saat itulah dari jauh terdengar suara orang berkata: "Sahabat! Kalian
seharusnya juga mencari tahu lebih dulu apa orang2 dari Tho-hoa-to boleh dihina dengan gampang?"
Suara itu terdengar tidak lama, lalu muncul seorang gemuk dengan membawa perutnya yang gendut dan
1306 kepalanya botak dan berewok disekitar mulut bagian bawah yang begitu lebat.
Dibelakang orang gemuk itu ada delapan laki2 yang sama berpakaian perlente, sehingga kedatangan orang itu se-olah2 sembilan batang anak panah yang melayang turun dari udara. Dalam waktu sakejapan sudah turun ke tengah2 kalangan. Si gemuk kepala botak yang
berewokan itu, dengan sinar mata yang tajam menyapu wajah orang2 Thian-cu-kauw sejenak, kemudian ketawa dan bertanya kepada Hong-gwat Kongcu: "Hiantit!
Putri Randu Walang 1 Teror Di Satelit Yupiter Tom Swift 2 Jodoh Si Naga Langit 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama