Ceritasilat Novel Online

Tamu Dari Gurun Pasir 18

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 18


hubungannya dengan diri si anak muda. Maka ia lantas menanya sambil mendorong diri Lim Tiang Hong:
"Saudara Lim, apakah sebetulnya yang kalian bicarakan itu?"
Lim Tiang Hong lalu memberitahukan adanya tentang ramalan Sin-soan Cu-kat bahwa di wajahnya terdapat tanda2 bahaya, tapi kemudian ia berkata sambil ketawa:
"Mati atau hidup adalah takdir, maka aku tidak anggap apa2 soal itu".
Tapi tidak demikian dengan Sin-lie Hongcu, ketika mendengar penuturan Lim Tiang Hong, perasaannya menjadi tegang. "Ramalan Sin-soan locianpwee mungkin tidak salah. Aku lihat sebaiknya kau berlaku hati2"
"Pada dewasa ini, dalam dunia kang-ouw sudah timbul banyak urusan, pembunuhan besar2an mungkin akan terjadi tidak lama lagi. Aku yang mempunyai sedikit kepandaian ilmu silat, sudah pada tempatnya kalau bantu keluar tenaga untuk menolong dunia rimba persilatan dari malapetaka atau kemusnahan. Jika setiap orang cuma mementingkan diri sendiri, tidak mau ambil perduli kepentingan orang banyak, niscajayakan mengecewakan suhu yang telah mendidik aku menjadi orang sempurna seperti sekarang ini"
38 Sin-lie Hongcu sebetulnya hendak nasehati padanya supaya jangan terlalu banyak campur urusan orang lain, untuk menghindarkan bahaya yang mengancamnya. Tapi ketika menyaksikan sikap berapi-api dari si anak muda itu, ia terpaksa diam.
"Enci, apa perkataanku tadi salah?" demikian Lim Tiang Hong menanya dan mendadak mencekal kedua tangan Sin-lie Hongcu.
"Jiwa dan ambisimu begitu besar, aku hanya merasa malu terhadap diri sendiri, bagaimana dapat menyalahkan kau" jawabnya si jago betina itu sambil bersenyum manis.
Sia-suan Cu-kat yang pandai meramal, ketika
menyaksikan dua anak muda itu sedang asyik bicara, diam2
hatinya berpikir "bocah ini yang mendapat kurnia berlimpah-limpah dari Tuhan. Hari depannya sangat gilang gemilang, sayang perasaannya begitu tebal, dikemudian hari pasti akan dibikin ruwet oleh soal asmara"
Memikir demikian, diam2 ia menghela napas.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya pendengaran sangat tajam, segera dapat menangkap suara helaan napas itu, maka segera tarik kembali tangannya dan wajahnya merah seketika. Ia melirik ke arah Sin-soan Cu-kat lalu tundukkan kepala.
Si Pengemis Mata Satu yang sedang enak tenggak arak, mendadak tertawa terbahak-bahak dan berkata: "Toakomu kali ini mencari kau, sebetulnya ada mempunyai banyak urusan yang hendak dirundingkan denganmu. Cuma oleh karena Sin-soan situkang ramal itn mengatakan bahwa pada dewasa ini kau ada mempunyai tanda2 kurang baik di wajahmu, hingga aku tidak berani bicarakan lagi".
39 Lim Tiang Hong yang sedang merasa canggung, ketika mendengar perkataan si Pengemis Mata Satu itu lantas berkata: "Ada urusan apa2 kau boleh ceritakan saja, supaya kita dapat rundingkan bersama-sama, bukankah ada lebih baik daripada kau simpan di dalam hati?"
"Terus terang kuberitahukan padamu, dunia rimba persilatan sudah terancam bencana, hari kiamat mungkin tidak lama lagi akan tiba". berkata si Pengemis Mata Satu sambil tenggak araknya.
"Koko tahu benar hal itu?"
"Tidak perlu aku si Pengemis tua menakut-nakuti, hal yang sebenarnya memang begitu".
"Yang kau maksudkan ini apakah peristiwa diserangnya gunung Bu-san dan enam partai golongan Hian-bun?"
"Bukan cuma dua peristiwa itu saja".
"Apa masih ada lagi yang lebih penting?"
"Banyak sekali!" Dengan matanya yang cuma tinggal satu, Pengemis tua itu menyapu sekitar ruangan rumah makan itu, ia dapat lihat bahwa para tamu yang datang makan kebanyakan orang2 desa yang hendak pergi kepasar, tidak ada yang dicurigakan, maka ia lantas berkata:
"Kesatu, gereja Siauw-lim-sie digunung Siong-san, pada satu malam yang gelap gulita, mendadak diserbu oleh sekawanan manusia yang memakai kedok muka aneh.
Murid2 gereja Siauw-lim-sie yang binasa lebih dari seratus orang. Rangon tempat menyimpan kitab pusaka dalam gereja itu juga dibakar. Ketua Siauw-lim-pay Hui-hui Taysu binasa dimalam itu juga. Yang paling mengherankan adalah kematian Hui-hui Taysu itu ternyata disebabkan terkena serangan ilmunya Siauw-lim-pay sendiri yang dinamakan 40
Kana Kim-kong-kang. Sekarang Siauw-lim-sie sudah menggeluarkan perintah untuk minta pulang semua murid2
Siauw-lim-pay yang tersebar diseluruh pelosok.
Kedua, dewasa ini dikalangan kang-ouw mendadak muncul satu partai atau golongan baru yang terdiri dari kaum wanita yang mempunyai kepandaian sangat ajaib dan aneh pula sepak terjangnya. Mereka itu melulu
mempermainkan dan membunuh mati murid2 tingkatan muda dari golongan partai baik2, seperti Siang-kiam (sepasang pedang) dari partai Kun-lun pay, Sam-ing (tiga jago muda) dari partai Ngo-bie-pay dan banyak lagi orang gagah dari tingkatan muda yang sudab dibinasakan. Yang sudah ketahuan namanya kira2 sudah 50-60 orang. Partai2
yang bersangkutan meski sudah kirim banyak orang2nya yang kuat untuk mengusut dan mencari pembunuhnya, tapi sehingga saat ini masih belum mendapat hasil apa2.
"Ketiga, Hong-lui-po dari luar daerah perbatasan, pengaruhnya sudah dipentang ke daerah Tionggoan, hal ini sudah kalian ketahui bahkan sudah alami sendiri, tidak perlu aku tuturkan lagi. Satu hal yang aneh ialah, kau yang berada disini, tapi di berbagai daerah Tionggoan telah ramai membicarakan bahwa satu pemuda yang menyebut dirinya To-liong Kongcu secara terang2an sudah berani menantang Hong-lui-po. Mnurut orang yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sudah banyak orang2 Hong-lui-po yang memakai pakaian kulit warna merah yang dibunuh, bahkan meninggalkan tanda To-liong Kongcu, apakah kau bisa membagi dirimu menjadi dua?"
Mendengar panuturan si Pengemis Mata Satu, Lim Tiang Hong diam2 terperanjat, pikirnya: "gangguan Thian-cu-kauw belum disingkirkan, sekarang dunia kang-ouw kembali timbul begini banyak persoalan, nampaknya 41
bencana penumpahan darah benar2 tidak dapat dihindarkan lagi"
Si Pengemis Mata Satu melihat si anak muda itu diam saja, lantas berkata lagi: "Pada dewasa ini, pengaruh kejahatan semakin merajalela, jumlahnya partai golongan orang baik2 meski tidak sedikit, tapi hampir semuanya tidak dapat melindungi dirinya sendiri, untuk selanjutnya, mungkin akan mengadakan orang seperti kau ini!"
Lim Tiang Hong seolah-olah baru tersadar dari
lamunannya. "Pujianmu ini barangkali agak ketinggian, tapi urusan sudah menjadi begini. Siauwtee juga cuma dapat sediakan kemampuan yang ada, untuk menghadapi kawanan manusia jahat itu".
Ia berhenti sejenak, kemudian berkata kepada Sin-soan Cu-kat: "Tapi bagaimana harus bertindak, harap Sin-soan locianpwee dan koko suka memberi petunjuk"
Sin-soan Cu-kat urut jenggotnya yang panjang, setelah berpikir sejenak baru menjawab: "Hong-lui-po yang sudah bermaksud hendak menjagoi daerah Tionggoan, sudah pasti mengetahui bahwa dirinya sendiri mempunyai kekuatan cukup. Maka, untuk menghadapi mereka, tidak cukup hanya mengandal kekuatan kita sejumlah sedikit ini saja, hal ini kau harus berlaku hati2. Sementara mengenai itu wanita yang membunuh anak2 muda, perbuatanya itu mungkin terdorong oleh perasaan benci, tidak ada lain motif, untuk sementara boleh kita kesampingkan dulu.
Yang terpenting pada dewasa ini ialah soal dirinya Yan-jie, yang segera perlu didapatkan kembali. Kemudian pergi kegunung Siong-san untuk menyaksikan keadaan yang sebenarnya, ada kemungkinan besar diserangnya gereja Siauw-lim-sie itu ada hubungannya dengan Hong-lui-po!"
42 "Kita sebetulnya juga sudah siap hendak mencari adik Yan-jie, kemudian karena mendengar kabar Hong-lui-po hendak menyerang Heng san-pay, maka lantas tertunda".
"Kalian hendak kemana mencari Yan-jie" Aku sudah perintahkan saudara2 dari golongan pengemis untuk mengadakan penyelidikan di daerah sekitar sungai Huangho, tapi ternyata tidak kelihatan bayangannya". berkata si Pengemis Mata Satu.
Sin-lie Hongcu lantas berkata: "Kabarnya nona Yan-jie telah diculik oleh seorang wanita yang mahir dengan ilmu pedang sangat aneh, maka, siauwlie ingin ajak Lim siauwhiap pergi ke daerah Biauw-ciang".
Sin-soan Cu-kat lantas berkata sambil menepok pahanya sendiri "Kau maksudkan, wanita itu apakah Boan-ci-ong Nio-nio!"
"Benar!". "Aih...." Sin-soan Cu-kat mendadak menghela napas panjang.
Si Pengemis Mata Satu lantas garuk2 kepalanya yang tidak gatal, lalu berkata: "Celaka! kalau benar dia, urusan ini menjadi sangat berabe!"
Lim Tiang Hong sama sekali tidak tahu, bagaimana sebetulnya wanita yang bernama Boan-ciong Nio-nio itu, ia merasa heran mengapa dua orang tua itu nampaknya begitu jeri terhadap padanya"
"Aku tidak perduli siapa itu Boan-ciong Nio-nio, jika ia tidak mau serahkan kembali dirinya Yan-jie, aku akan suruh dia rasakan tajamnya pedang To-liong-kiam".
Si Pengemis Mata Satu samber cawan arak di mejanya, setelah tenggak sampai kering, baru berkata dengan 43
sungguh2: "Terhadap lain orang masih boleh dihadapi dengan kekuatan tenaga, tapi buat dia, tidak cukup cuma mengandalkan kekuatan atau kepandaian ilmu silat saja".
"Kalau demikian halnya, apa kita harus tinggal diam saja?" berkata Lim Tiang Hong.
Sin-soan Cu-kat kuatir nanti akan timbul salah faham antara dua orang itu, maka ia lantas nyeletuk: "Tiang Hong, kau juga tidak perlu terburu nafsu. Menurut pikiranku dan pengemis tua ini, bukanlah demikian. Kita cuma anggap bahwa wanita tua yang adatnya aneh itu sesungguhnya memang sulit dilayani, kalau dia sudah dapatkan dirinya itu orang yang diincar, jangan harap bisa terlepas dari tangannya".
"Tapi jika adik Yan-jie tidak suka menjadi muridnya?"
"Dia ada mempunyai akal untuk membuat padanya
terima baik permintaannya".
"Aku tidak percaya dia ada mempunyai kekuatan gaib seperti itu. Jikalau kalian tidak berani menghadapi dia biarlah aku seorang diri yang pergi, aku kepingin lihat apakah wanita itu ada mempunyai ilmu sihir?"
Setelah itu, ia lantas berbangkit dan berjalan keluar.
Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu dibikin tercengang atas sikap keras Lim Tiang Hong itu.
Mendadak.... Sin-lie Hongcu lompat melesat dan menghadang
dihadapan Lim Tiang Hong seraya berkata: "Kegusaranmu ini kau tujukan kepada siapa" jiwie locianpwee itu toh tidak mengatakan kau tidak boleh pergi! mereka cuma minta kau supaya berlaku hati2, lekas balik!"
44 Perkataan si nona yang terakhir ini agaknya mengandung sesuatu perintah.
Lim Tiang Hong sebetulnya cuma mungumbar hawa
napsunya saja, setelah dikatakan demikian oleh si nona, ia juga merasa bahwa perbuatannya itu agak keterlaluan, maka wajahnya lantas merah seketika, kemudian balik ke tempatnya.
Terdengar suara ketawanya si Pengemis Mata Satu, setelah itu ia berkata: "Lotee, apa kau kira engkomu ini benar2 ada seorang penakut" Dengan memandang persahabatan kita dengan Heng-lim Cun-loan, sekalipun harus menerjang bukit tombak atau terjun ke dalam lautan air mendidih, aku bersama Sin-soan si tua bangka ini, juga tidak akan menolak! tenangkan dulu pikiranmu, dengarlah perhitungannya Sin-soan yang lebih matang".
Mendengar keterangan itu, Lim Tiang Hong merasa malu. Ketika ia melirik ke arah Sin-soan Cu-kat, orang tua itu nampak masih tetap tenang-tenang saja. Kemudian, sambil mengurut jenggotnya orang tua itu berkata:
"Menurut pikiranku, sebaiknya aku bersama si pengemis miskin yang pergi lebih dulu. Kalau rasanya dapat menggerakkan hati wanita aneh itu dengan mengandal nama kosong kita dikalangan kang-ouw, itulah yang paling baik. Tapi jika dia tetap keras kepala tidak terima baik permintaan kita, selanjutnya kita boleh mencari lain jalan.
Dengan demikian berarti kita berlaku sopan lebih dulu barulah turun tangan, ini rasanya yang paling sempurna".
Betapapun juga, Sin-soan Cu-kat ada seorang tua yang bisa berpikir panjang, maka lebih tenang menghadapi segala soal yang bagai mana ruwet juga. Tiga orang itu anggap bahwa jalan ini yang paling baik, maka mereka ambil keputusan menurut rencana itu,
45 Setelah membayar uang makan, baru saja hendak
berlalu dari rumah makan tersebut, mendadak dari luar muncul seseorang berpakaian biru dengan kopiahnya model persegi. Sikap orang itu nampak tenang sekali, hingga Sin-soan Cu-kat dan si pengemis tua diam2 berpikir "eh! Di tempat yang sepi seperti ini, bagaimana bisa muncul seorang demikian?"
Tapi Lim Tiang Hong yang melihat kedatangan orang itu lantas maju menghampiri sembari memberi hormat, setelah itu ia perkenalkan tetamunya itu kepada dua kawannya.
"Ini adalah murid Kie-lin Kokcu, Yam-kiong Kiam-khek, juga merupakan toasuheng boanpwee".
Sin-soan Cu-kat dan Pengemis Mata Satu meski sudah lama dengar tentang Hong-hong-tie dikalangan kang-ouw, tapi karena tindak tanduknya sangat misterius, belum pernah mereka berhadapan dengan orang2nya Hong-hongtie. Kini setelah diperkenalkan oleh Lim Tiang Hong, mereka agaknya tercengang.
Yam-kiong Kiam-khek setelah memberi hormat kepada mereka berdua, lalu berkata kepada Lim Tiang Hong: "Atas perintah Kokcu, sutee diminta supaya segera berangkat ke Hong-hong-tie, ada soal penting yang perlu dirundingkan".
Lim Tiang Hong terperanjat, meski ia sudah lama kepingin tahu dimana adanya Hong-hong-tie, siapa adanya Kokcu yang misterius itu, tapi saat itu ia perlu segera berangkat ke Biauw untuk menolong dirinya Yan-jie, bagaimana ia bisa tunda lagi"
Yam-kiong Kiam-khek menyaksikan suteenya itu
agaknya bersangsi, lantas mendesak pula: "Tidak perduli kau sekarang ada urusan penting bagaimana, semua harus 46
kau tinggalkan dulu, yang penting segera menjumpai Kokcu".
"Tidak bisa, menolong orang seperti menolong bahaya kebakaran, sedikitpun aku tidak bisa tunda lagi".
Jawaban ini ada diluar dugaan Yam-kiong Kiam-khek, sejenak nampak ia tercengang kemudian berkata pula:
"Perintah Kokcu seolah-olah satu firman raja, harap sutee jangan berlaku begitu!"'
"Aku toh belum menjadi muridnya secara resmi, juga belum tahu benar hubungannya dengan Kokcu. Perintah Kokcu ini tidak berlaku buat aku, kalau kau menghendaki aku musti pergi, seharusnya juga menunggu sampai aku kembali dari daerah Biauw,"
Dengan demikian, Yam-kiong Kiam-khek merasa sulit kedudukannya.
Sin-soan Cu-kat kuatir keadaan menjadi runyam, maka lantas memberi nasehat kepada Lim Tiang Hong. "Kokcu suruh kau lekas pergi, pergilah menjumpai padanya lebih, dulu! Nanti setelah urusanmu di Hong-hong-tie sudah selesai, baru kau menyusul, rasanya masih keburu".
Kini Lim Tiang Hong baru mengerti. "Kalau begitu, nanti setelah urusan boanpwee di Hong-hong-tie selesai, pasti segera aku menyusul".
Suasana yang agak tegang, akhirnya dapat dibikin beres secara memuaskan. Yam-kiong Kiam-khek juga tidak sesalkan Lim Tiang Hong, ia masih tetap dengan sikapnya yang ramah dan sabar. "Kalau kau memang ada urusan didaerah Biauw, maka kita sekarang lekas berangkat ke-Hong-hong-tie"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala.
47 Karena melihat Lim Tiang Hong hendak pergi ke Hong-hong-tie, maka Sin-lie Hongcu juga merasa tidak perlu pergi ke daerah Biauw. Ia lalu pamitan dengan Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu, kemudian berangkat ke gunung Ngo-thay-san untuk mencari Cit-seng Hongcu, toakonya.
Sedangkan Sin-soan Cu-kat bersama si Pengemis Mata Satu, dengan hati tidak tenang, berangkat menuju ke daerah Biauw.
--dkz--- Bab 45 MARI kita mengikuti perjalanan Lim Tiang Hong lebih dulu, yang malam itu. juga bersama sama Yam-kiong Kiam-khek berangkat ke Hong-hong-tie.
Setelah melakukan perjalanan yang melalui banyak gunung, tibalah di bawah sebuah puncak gunung yang tinggi dan sunyi. Lim Tiang Hong meng-ingat2 perjalanan yang dilalui, mendadak menanya kepada suhengnya:
"Apakah ini bukan gunung Thian-thay-san?"
Yam-kiong Kiam-khek hanya tersenyum, tidak
menjawab. Mendadak ia lompat ke atas gunung, di lamping gunung itu mereka mendaki perjalanan yang sulit, barulah tiba disebuah lembah sepi yang dikitari oleh tebing tinggi, untuk mencapai tempat itu harus melalui perjalanan yang berliku-liku, tempat itu seolah-olah satu dunia baru.
Dilamping gunung itu kedua orang itu mendaki terus ke atas puncak gunung, diantara puncak gunung yang tinggi itu ternyata ada terdapat satu tanah lapang yang sangat luas. Pusatnya perkumpulan Hong-hong-tie.... Kie-lin-kok justru terletak di belakang puncak gunung itu.
48 Setelah melalui puncak gunung yang tinggi, di
belakangnya terdapat satu tempat kosong yang luas dan indah permai. Seputar tempat itu terdapat banyak pohon dan bunga2 beraneka warna.
Ditengah-tengah pohon bunga itu ada terdapat sebuah bangunan megah yang depan pintu gerbangnya terdapat tiga hurup besar warna emas: "KIE LIN KOK".
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu semua, dalam hati merasa kagum.
Mendadak dari dalam gerombolan bunga ada satu
bayangan merah meluncur ke arahnya sambil
mengeluarkan suaranya yang merdu: "Kongcu, mengapa sampai sekarang kau baru datang Kokcu sedang
menantikan kau!" Mendengar suara itu, Lim Tiang Hong segera kenali itu adalah suaranya Yong-jie si gadis cilik yang lincah dan nakal itu. Kini ternyata sangat beraleman terhadap Lim Tiang Hong, begitu meluncur turun lantas menubruk dan geiendoti si anak muda.
"Kongcu, kau nampaknya agak kurusan!" katanya pula.
Sambil mengelus rambutnya Lim Tiang Hong
menjawab: "O! apa iya?"
Tiba2 dari dalam muncul dua orang tua berpakaian baju hijau yang menegur Yong-jie: "Yong-jie, bagaimana kau tidak tahu adat" Lekas memberi hormat kepada Kongcu!"
Dua orang tua ternyata adalah Gin-sie-siu dan Ceng-pao-siu, mereka berjalan berendeng menghampiri, dengan sikapnya yang sangat menghormat mereka berkata:
"Selamat datang Kongcu!"
49 "Lojinkee, jangan berbuat demikian". jawabnya Lim Tiang Hong merendah.
Saat itu, YoUg-jie juga sudah lepaskan diri Lim Tiang Hong, ia leletkan lidahnya dan meringis.
Beberapa orang antar Lim Tiang Hong ke Kie-lin-kok duduk dipertengahan ruangan tamu. Yam-kiong Kiam-khek dengan wajah berseri-seri berkata: "Sutee, kau mengaso dulu sebentar, suheng-mu hendak melapor kepada Kokcu".
Setelah Yam-kiong Kiam-khek berlalu, Lim Tiang Hong baru mendapat kesempatan untuk menyaksikan keadaan dalam ruangan itu serta pemandangan alam diluar ruangan.
Ia merasa bahwa hiasan dalam ruangan itu hampir seluruhnya merupakan barang2 yang sangat berharga, rasanya tidak kalah jauh dengan istana kerajaan.
Yong-jie berdiri rapat di sisi Lim Tiang Hong, ia memperkenalkan satu persatu namanya barang2 itu, sejak masuk ke dalam ruangan, mulutnya tidak berhentinya nyerocos. Gin-sie-siu yang berdiri disampingnya, beberapa kali ingin mencegah, tapi kerena melihat Lim Tiang Hong agaknya ketarik oleh keterangan gadis cilik itu, maka ia tidak berani mencegah.
Tidak lama Lim Tiang Hong menanti dalam ruangan itu, nampak Yam-kiong Kiam-khek sudah muncul lagi, sambil ketawa suheng itu berkata padanya: "Kokcu suruh sutee segera masuk ke dalam"
Lim Tiang Hong lantas berbangkit, dengan mengikuti Yan-kiong Kiam-khek, ia berjala melalui banyak ruangan dan tikungan, baru tiba di luar sebuah bangunan mungil, mereka lalu berhenti.
Dari dalam bangunan itu terdengar suara nyaring: "Apa Hong-jie yang datang" Masuklah".
50 Dua kacung kecil menyingiap tirai yang menutupi daun jendela dan pintu, Lim Tiang Hong lalu melangkah masuk dan segera dapat melihat seorang laki2 seperti anak sekolah pertengahan umur yang pernah bertemu di dalam biara, sedang duduk bersila di atas dipan sambil membaca buku.
Mungkin karena hubungannya antara anak dengan
ayah, Lim Tiang Hong dengan tanpa sadar sudah maju setindak dan berlutut di hadapan laki2 setengah umur itu.
Laki2 setengah umur itu lemparkan bukunya, lalu berkata dengan suara lemah lembut dan penuh kasih sayang: "Anak, bangunlah! selama beberapa tahun ini, kau tentunya banyak menderita"..
Lim Tiang Hong tidak tahu apa maksudnya dalam
perkataan itu, ia merasa tenggorokannya seperti terkancing, sehingga tidak dapat menjawab. Ia berbangkit dan kembali menyoja memberi hormat.
Laki2 setengah umur itu menunjuk kursi di sisinya, suruh ia duduk.
Lim Tiang Hong berpaling mengawasi Yam-kiong
Kiam-khek. Melihat sang suheng itu masih tetap berdiri dengan sikapnya yang sangat menghormat, sudah tentu ia sendiri tidak berani duduk.
Laki2 setengah umur itu agaknya mengerti maksudnya, maka lantas berkata: "Kamu berdua duduklah!"
Dua anak muda itu baru berani duduk di kursi masing2.
Laki2 setengah umur itu berkata pula: "Dalam dunia kang-ouw, cuma tahu adanya partai Hong-hong-tie, tapi tidak tahu kepandaian ilmu silat orang2-nya berasal dari mana. Mereka cuma tahu adanya Kie-lin Kokcu, tapi tidak tahu bahwa Kokcu itu sebetulnya siapa".
51 Yah, itu memang merupakan suatu teka teki yang sudah lama Lim Tiang Hong kepingin mengetahui, maka ketika mendengar perkataan demikian, ia lantas pasang telinga untuk mendengerkan penuturan selanjutnya.
Laki2 setengah umur itu setelah berkata sampai disitu, mendadak menghela napas lama baru terdengar suaranya lagi "Anak, aku ingat kau pernah panggil aku satu kali:
'Ayah', juga kau pernah mencari keterangan tentang diriku, betul atau bukan Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun. Dari sini aku mulai mendapat kesan bahwa terhadap asal usul dirimu, sedikit banyak sudah mulai tahu".
Ia berhenti sejenak dan perdengarkan suara batuk2 kecil, kemudian berkata pula: "tidak salah, aku adalah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun, juga adalah ayahmu yang kau sedang cari2"
"Ayah....". Lim Tiang Hong segera bangun dari tempat duduknya dan menubruk ayahnya.
Mendadak semacam kekuatan yang tidak berwujud
seperti mencegah padanya, kemudian terdengar pula suara Ho-lok Siu-su: "Anak, tenanglah sedikit duduklah kembali, ayahmu masih ada banyak perkataan yang hendak
dibicarakan dengan kau!"
Perlahan2 Lim Tiang Hong mulai tenang kembali, ia duduk ditempatnya.
"Seumur hidupnya," demikian ia dengar suara ayahnya,
"ayahmu selalu berlaku hati2, rasanya tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak patut diketahui orang, cuma... cuma urusan dengan ibumu itulah, yang
merupakan satu titik hitam yang tidak dapat dicuci untuk selama lamanya dalam sejarah hidup ayahmu...."
52 Dari si Pengemis Mata Satu Lim Tiang Hong sudah dengar urusan diri Ho-lok Siu-su pada masa yang lampau, maka ia lantas barkata: "Tapi dalam urusan ini juga tidak dapat salahkan ayah! mungkin itu ada satu akal muslihat Pek-tok Hui-mo untuk menjebak ayah".
Mendengar disebutnya nama Pek-tok Hui-mo, wajah Ho-lok Siu-su mendadak berubah, tapi sebentar sudah pulih seperti biasa, dengan tenang ia berkata pula: "Sebab musabab dalam urusan ini, kau tidak akan mengerti, sudahlah jangan dibicarakan lagi".
Ia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan kata2nya
"sebetulnya aku tidak pikir begitu cepat menyerahkan tugas berat ini di atas pundakmu, tapi keadaan dunia kang-ouw pada dewasa ini, sudah tidak mengijinkan aku menunda lagi, maka aku suruh suhengmu mencari kau dan panggil kau datang kemari, mulai besok pagi kau sudah harus memangku jabatan Kokcu!"
"Anak....?" Demikian serunya Lim Tiang Hong sambil lompat dari tempat duduknya, "ini mana boleh. Kesatu anak masih terlalu muda dan bodoh, kedua masih ada suheng".
"Kau tidak usah kuatir, segala-galanya ayahmu sudah atur beres. Tentang suhengmu, dia sudah tawar terhadap urusan duniawi, tidak lama lagi akan mengasingkan diri dengan sucimu".
Kemudian ia menghela napas, "ayahmu sebetulnya mempunyai ambisi besar, sudah lama ingin menggunakan kepandaian ayahmu yang ada untuk membasmi kawananan penjahat dan berbuat kebaikan bagi rimba persilatan. Tapi, ah! karena kesalahan pada masa yang lampau, sudah tidak ada muka untuk mencari nama dikalangan kang-ouw lagi.
53 Harap kau supaya jaga diri baik2, agar dapat
mempertahankan nama baiknya Hong-hong-tie".
Lim Tiang Hong masih hendak menolak, tapi Ho-lok Siu-su sudah berkata lagi sambil ulap2kan tangan:
"Sekarang kau boleh beristirahat dulu dengan suhengmu!
Putusanku sudah tetap, kau tak usah menolak".
Lim Tiang Hong terpaksa mengikuti suhengnya, yang ajak padanya kelain kamar yang disediakan untuknya.
Sehabis kekamarnya, Lim Tiang Hong diajak pula menjumpai orang2 Hong-hong-tie disatu ruangan di dalam taman bunga.
Ternyata dalam ruangan itu sudah berkumpul banyak orang. Diantaranya terdapat Hiang-ie Sian-cu, Yu-kok Oey-eng, Yong-jie, Gin-sie-siu, Ceng-pao-siu, si Pengemis Pincang Cian-lie Tui-hong dan lain2 lagi.
Jauh2 sudah terdengar suaranya Hiang-ie Siancu:
"Kokcu kita yang baru telah tiba!"
"Suci jangan menggoda!" katanya Lim Tiang Hong dengan muka merah.
"Berita ini siang2 sudah sampai ditelingaku, apa kau masih hendak membohongi aku?" berkata Hiang-ie Siancu sambil ketawa terkekeh-kekeh. Kemudian ia menunjuk sebuah meja perjamuan yang sudah penuh hidangan, "ini adalah perjamuan yang kita sediakan untukmu, lekas duduk!"
Dengan tanpa banyak rewel lagi ia sudah dorong Lim Tiang Hong duduk kekursi bagian atas.
"Ini mana boleh, disini masih ada orang2 yang lebih tua daripadaku serta suci dan suheng sekalian yang tingkatnya 54
lebih tinggi dari aku, bagaimana aku boleh duduk di bagian atas?" Lim Tiang Hong menolak.
"Ah, kau terlalu banyak rewel, hari ini kita adakan perjamuan hanya untuk menyambut kedatanganmu, sudah tentu kau menjadi orang yang harus duduk di bagian teratas!" kata Hiang ie Siancu sambil ketawa.
Ia tetap menghendaki supaya Lim Tiang Hong duduk di bagian atas, kemudian ia tarik tangan Yu-kok Oey-eng dan disuru duduk disisi Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng coba menolak, tapi Hiang-ie Siancu tidak perdulikan itu semua akhirnya Yu-kok Oey-eng menyerah.
Perjamuan telah berlangsung dalam suasana riang gembira. Dari mereka, Lim Tiang Hong baru mendapat tahu kira2nya keadaan dalam Hong-hong-tie.
Ternyata Kie-lin Kokcu kecuali ada mempunyai tiga murid ialah Yam-kiong Kiam-khek, Hiang-ie Siancu dan Yu-kok Oey-eng, masih ada lagi beberapa puluh orang kuat dari rimba persilatan yang sudah lama mengundurkan, diri dari dunia kang-ouw, serta 200 atau 300 orang2 gagah budiman yang melakukan usaha berbagai rupa pekerjaan.
Gin-sie-siu, itu orang tua berambut dan berjenggot putih laksana perak, ada memangku jabatan sebagai kepala urusan bagian dalam. Si Pengemis Pincang atau Cian-lie Tui-hong memangku jabatan sebagai kepala urusan bagian luar. Yang lainya, karena masing2 mempunyai pekerjaan tertentu, jarang sekali datang kelembah Kie-lin-kok.
Malam itu telah berlalu tampa kejadian apa2. Esok paginya, Kie-lin Kokcu sudah panggil Lim Tiang Hong kekamarnya.
55 "Ayahmu tidak lama lagi akan meniggalkan Hong-hongtie". demikian kata sang ayah, "untuk menyelesaikan persoalan pribadi yang menyangkut diri ayahmu, setelah itu, nanti akan mengasingkan diri ke tempat sunyi, tidak akan mencampuri urusan dunia lagi. Selanjutnya kau adalah menggantiku sebagai Kie-lin Kokcu. Hong-hong-tie jauh berbeda dengan partai atau golongan yang lainnya. Di sini ada terdapat banyak orang yang berkepandaiaan sangat tinggi, tapi tidak suka tonjolkan kepandaiannya. Kau meski mendapat banyak pengalaman gaib, tapi untuk menangkan mereka, sesungguhnya tidak mudah. Nyali naga yang kau dapatkan digunung Hong-hong Pit-kok, sekarang sudah kucairkan dengan campuran ramuan yang lain menjadi obat yang sangat mujarab, minum obat itu kekuatanmu akan bertambah berlipat ganda,"
Setelah itu, ia lalu mengeluarkan sejilid kitab pelajaran ilmu silat dan diberikan kepada Lim Tiang Hong. "Ini adalah pelajaran ilmu silat ciptaan ayahmu sendiri, namanya 'Sian-thian-cin-ie-khie-kang'. Dengan dasarmu sekarang, tidak susah buat kau pelajari ilmu silat ini. Selama beberapa hari ini, kau boleh melatih dalam kamarku ini, soal soal yang lain kau boleh tak usah pikirkan".
Kemudian ia mengambil sebuah botol kecil dan
diberikan kepadanya: "Ini obat dari nyali naga itu, sekarang kau boleh minum!"
Obat itu merupakan obat cair yang hijau bening, selagi ia hendak menanyakan kepada ayahnya, tapi sejak kapan, sang ayah itu sudah berlalu dari depan matanya.
Ia lalu tenggak habis obat cair dalam botol kecil itu, setelah itu la lantas duduk bersila untuk bersemedi.
Entah berapa lama telah berlalu, ia haru mendusin, ia sekarang merasakan dirinya berubah menjadi ringan segar 56
hingga ia tahu bahwa kekuatan tenaga dalamnya bertambah sempurna.
Ia mengambil kitab pemberian ayahnya dan buka2
lembarannya. Ia dapat kenyataan pelajaran itu hampir mirip dengan pelajaran ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang. Ia mulai pelajari ilmu baru itu, setelah itu ia baru tahu bahwa ilmunya yang baru ini jauh lebih dalam daripada ilmu Siauw-yang-it-ku-sin-kang, tapi karena ia sudah faham ilmu yang terdahuluan, maka untuk mempelajari ilmunya yang baru ini tidak sulit baginya.
Sehari lewat sehari, sepuluh hari telah dilibati tanpa dirasa, selama sepuluh hari itu Lim Tiang Hong sudah berhasil menyelesaikan pelajarannya yang baru itu.
Selama sepuluh hari itu, kecuali orang yang
mengantarkan makanan dan minuman untuknya, tiada seorangpun yang datang mengganggu. Sampai pada hari kesepuluh petang hari Yam-kiong Kiam-khek muncul dengan tiba2, sambil ketawa terbahak-bahak suheng itu berkala padanya: "Sutee benar2 ada mempunyai kecerdasan luar biasa, hanya dalam waktu sepuluh hari saja, kau sudah berhasil mempelajari ilmu Sian-thian-cin-it-khie-kang!"
Lim Tiang Hong buru2 berbangkit dan menjawab
dengan nada merendah. "Semua ini adalah berkat suheng yang membantu secara diam2".
"Saudara sendiri, kau tidak usah merendah, mari kau ikut aku, semua orang sudah menantikan kedatanganmu!''
Dua saudara itu berjalan berendeng menuju keruangan besar Kie-lin-kok, disana sudah disediakan tempat untuk upacara besembahyang.
Hiang-ie Siancu, Yu-kok Oey-eng, Yong-jie, Cian-lie Tui-hong, Gin-sie-siu dan lain2nya, semua sudah berdiri di 57
kedua samping meja sembahyang dengan tidak bersuara, sekalipun Yong-jie yang nakal juga nampak diam sambil tundukkan kepala.
Yam-kiong Kiam-khek memberi isyarat kepada lam Tiang Hong, supaya mengambil hio untuk melakukan upacara sembayang di hadapan leluhur, setelah itu ia sendiri berdiri disamping sambil berseru nyaring bahwa upacara telah dimulai.
Lim Tiang Hong tahu bahwa saat itu ia sudah tidak mungkin untuk menolak lagi, terpaksa maju kedepan dan sembahyang dihadapan leluhur serta gambar Couwsunya.
Yang agak mengherankan padanya ialah: menurut
kebiasaan dalam partai atau golongan persilatan, selain memuja patung atau gambar Koan-kong, disitu ada terdapat patung atau gambar couwsunya atau pendiri partai atau cabang atau golongan persilatan tersebut. Tapi dalam Hong-hong-tie ini sebaliknya cuma memuja gambar dan patung Khong-hu-cu.
Setelah upacara selesai, semua orang pada maju memberi hormat kepada pemimpin mereka yang baru itu.
Akhirnya tibalah gilirannya Yam-kiong Kiam-khek dan Hiang-ie Sian-cu suami isteri, untuk minta diri: "Suheng dan sucimu sudah dapat perkenan suhu, setelah sutee melakukan upacara sembahyang di depan couwsu, akan mengasingkan diri, maka kini akan minta diri, harap sutee baik2 mempertahankan nama baik Hong-hong-tie".
Lim Tiang Hong tercengang. "Untuk selanjutnya
siauwtee masih memerlukan petunjuk lebih banyak dari suheng. Bagaimana selagi sutee belum melakukan kewajiban2nya, suheng sudah akan meninggalkan?" demikian katanya Lim Tiang Hong.
58 '"Dengan kepandaian sutee, tidak sulit untuk
melanjutkan pekerjaan besar ini. Apalagi disamping itu masih ada Cian-lie Tui-hong dan Gin-sie-siu sekalian locianpwee yang memberi bantuan tenaga, kau tidak usah knatir, lakukanlah kewajibanmu dengan hati teguh!"
Setelah itu, bersama isterinya ia meninggalkan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong meski belum lama berkumpul dengan suheng dan suci-nya itu, tapi begitu ditinggalkan, hatinya seperti merasa kehilangan. Sudah lama dua suami isteri itu pergi, ia masih berdiri bingung.
Tiba2, satu tangan halus diletakkan di atas pundaknya, kemudian terdengar suara Yu-kok Oey-eng yang merdu merayu: "Toako dan toaso sudah pergi jauh! perlu apa kau masih berdiri bingung disini?"
Ia baru seperti tersadar dari mimpinya, lalu berkata sambii menghela nafas: "Suheng dan suci adalah orang2
yang baik, aku merasa berat ditinggalkan oleh mereka!"
Mendengar jawaban itu, Yu-kok Oey-eng juga merasa terharu, ia tundukkan kepala.
Pada saat itu, diruangan besar sudah tersedia perjamuan makan, Gin-sie-siu menghampiri, minta Lim Tiang Hong membuka perjamuan itu.
Dalam perjamuan, Lim Tiang Hong mendadak ingat harus pergi ke daerah Biauw untuk menyusul Sin-soan Cukat dan si Pengemis Mata Satu. maka ia lantas menanya kepada si Pengemis Pincang: "Tui-hong cianpwee, tahukah kau siapa itu Boan-ciong Nio-nio?"
Cian-lie Tui-hong terperanjat, lalu menjawab: "Tua bangka beradat aneh ini, adalah raja bisa dan ilmu gaib 59
didaerah Biauw, apakah Kokcu ada perselisihan faham dengannya?"
"Perselisihan faham sih tidak, cuma baru2 ini ia telah menculik anak perempuannya Heng-lim Chun-loan, aku harus minta kembali dari padanya!"
"Ini....". "Apa semua orang takut padanya?" tegurnya Lim Tiang Hong dengan sorot mata tajam mengawasi Cin-lie Tui-hong.
Si Pengemis Pincang itu mendadak ketawa terbahak-bahak. "Di dalam dunia ini, tidak ada seorang musuhpun yang ditakuti oleh orang2 dari Hong-hong-tie...."
Mungkin, ia merasa bahwa kelakuannya di depan
Kokcu nya itu agak kurang sopan, maka ia buru2 hentikan ketawanya dan berkata pula dengan sabar: "Tapi. menurut pikiranku yang bodoh, Boan-ciong Nio-nio meski jahat, namun bukan merupakan musuh utama kita. Kita harus pusatkan tujuan kita kepada Hong-lui-po yang hendak menimbulkan bencana di daerah Tionggoan".
"Perkataanmu ini memang benar, tapi menurut
pikiranku, lebih dahulu kita harus cari kembali putrinya Heng-lim Chun-loan, kemudian kita kerahkan seluruh kekuatan untuk menghadapi Hong-lui-po, jikalau perlu kita pergi menyerbu sarangnya".
Setiap perkataan Lim Tiang Hong pada saat itu, sudah seperti firman raja. tiada seorangpun yang berani membantah. Cian-lie Tui-hong terpaksa diam saja.
Kemudian terdengar pula suara Lim Tiang Hong: "Tui-hong Congkoan, harap kau segera kirim orang untuk mengamat-amati gerak-gerik orang2 Hong-lui-po, dan kau 60
sendiri bersama Cong-pian Jie-lo dan Mo-ie Kim-kho hari ini juga ikut aku pergi ke daerah Biauw, urusan dalam Kie-lin-kok biar dipegang oleh Gin-sie Congkoan".
Selesai memberi perintah, Lim Tiang Hong lantas berbangkit dan hendak berangkat. Kini ia sudah dapat tahu bahwa Boan-ciong Nio-nio itu pandai menggunakan guna2
dengan ilmu hitam atau racun berbisa, maka ia lebih kuatirkan dirinya Yan-jie.
Mendadak tertampak berkelebat bayangan orang., Yu-kok Oey-eng sudah berada dihadapannya dengan perasaan masgul ia berkata: "Hunjuk bertanya kepada Kokcu, aku boleh turut dalam perjalanan ini?"
Si gadis jelita ini karena melihat Lim Tiang Hong tidak segan2 mengerahkan hampir seluruh kekuatan Hong-hongtie untuk menolong dirinya Yan-jie, sebagai orang perempuan, sedikit banyak ada rasa cemburuannya, maka itu ia majukan pertanyaan demikian.
Lim Tiang Hong melirik padanya, sejenak, lalu berkata sambil bersenyum: "Asal kau suka, mengapa tidak boleh?"
"Kalau begitu, sebaiknya Yong-jie juga turut!'
Kiranya gadis cilik yang binal ini, kerena ia sendiri tidak berani buka mulut maka dengan matanya yang kecil, ia kedap kedip mengawasi Yu-kok Oey-eng, dengan maksud supaya Yu-kok Oey-eng suka membantu padanya untuk menyampaikan maksudnya kepada Lim Tiang Hong.
Yu-kok Oey-eng agaknya dapat memahami maksud si gadis cilik itu, maka lantas majukan usul di atas.
Tapi Lim Tiang Hong tidak segera memberi jawaban, sebaliknya berkata kepada Gin-sie-siu: "Gin-sie Congkoan, bagaimana pikiranmu tentang usul ini!"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

61 "Terserah kepada Kokcu"..
"Kalau begitu biarlah ia ikut serta!"
Dengan demikian, maka Lim Tiang Hong telah
memecah rombongannya menjadi, ia sendiri bersama Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie berangkat lebih dulu. Cian-lie Tui-hong dan Cong-pian Jie-lo serta Mo-ie Kim-kho menyusul belakangan.
Perjalanan jauh ini merupakan gerakan yang pertama kali Hong-hong-tie dengan secara terang-terangan unjukkan muka didunia kang-ouw, dan musuh pertama yang
dihadapinya adalah Boan-ciong Nio-nio dari daerah Biauw yang selama itu sudah membikin pusing kepala orang2
dunia kang-ouw. Gin-sie-siu sebagai seorang tua yang sudah banyak pengalaman dan segala tindakannya selalu berhati-hati, ia tahu bahwa perjalanan Lim Tiang Hong ini sesungguhnya membawa banyak resiko, apalagi apabila terjadi apa2 atas diri anak muda itu, hal ini ada menyangkut nama baiknya Hong-hongtie. Maka setelah Lim Tiang Hong berangkat, ia segera mengeluarkan perintah untuk semua anggota Hong-hong-tie yang tersebar luas disegala pelosok, kecuali memberi tahukan kepada mereka bahwa To-liong Kongcu sudah menggantikan ayahnya menjadi Kokcu yang baru, juga menyampaikan berita tentang perjalanannya Kokcu baru itu dan diminta supaya semua anggota Hong-hong-tie setiap saat siap sedia memberi bantuan.
Kita balik kepada Lim Tiang Hong, setelah keluar dari lembah Kie-lin-kok, ia melakukan perjalanan siang malam tidak kenal mengaso, sebab terhadap Heng-lim Chun-loan dan puterinya, ia merasa menanggung budi terlalu besar, maka sepanjang jalan itu ia nampak sangat gelisah, belum 62
terang tanah, ia sudah melakukan perjalanan beberapa ratus lie jauhnya.
Yu-kok Oey-eng yang berjalan bersama-sama,
pikirannya merasa tidak enak. Ia anggap Lim Tiang Hong yang melakukan perjalanan begitu tergesa-gesa, semata-mata karena perhatiannya yang besar terhadap Yan-jie, sedang ia yang belum tahu persoalannya Lim Tiang Hong dengan Yan-jie, sudah tentu timbul dugaannya yang bukan2. Maka begitu terang tanah, ia mendadak hentikan kakinya dan berkata sambil urut dadanya: "Aku merasa letih, sebetulnya perlu apa kita harus lari seperti diuber setan ini?"
Lim Tiang Hong terpaksa turut berhenti, lalu berkata padanya: "Baiklah kita mencari tempat untuk beristirahat!"
Mereka bertiga berlari-lari sepanjang jalan hampir satu hari dan satu malam, sebetulnya selalu berendeng, Yong-jie meski usianya masih terlalu muda, tapi karena sejak kanak2
sudah dapat bimbingan dan didikan istimewa dari Kie-lin Kokcu serta makan banyak obat mujarab, hingga sudah mempunyai dasar yang baik. Oleh karenanya, sedikitpun ia tidak merasa letih dan kini setelah mendengar Yu-kok Oey-eng berkata letih, dalam hati kecilnya merasa heran. Ia tidak percaya bahwa sang enci yang berkepandaian sangat tinggi itu, baru lari satu hari satu malam saja sudah merasa letih.
Gadis cilik itu meski dalam hati merasa heran, tapi ia tidak berani menanya, biar bagaimana ia masih terlalu muda untuk dapat menyelami perasaan orang dewasa, apalagi ia masih suka main2, begitu berhenti, mendadak ia berseru: "Disana ada orang, mari kita ke sana!"
Dengan tanpa menantikan jawaban yang lainnya, ia sudah melesat ke arah yang ditunjuk.
63 Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng yang
menyaksikan kenakalannya gadis cilik itu cuma bersenyum saja. Mereka berjalan perlahan dengan berendeng.
Tidak antara lama mendadak terdengar suara Yong-jie melengking. "Manusia busuk! kau berani mengganggu kaum beribadat, nonamu akan ambil jiwamu!"
Kemudian disusul oleh suara bentakan berulang-ulang.
Yu-kok Oey-eng terkejut ia berkata: "Celaka! Yong-jie entah berkelahi sama siapa".
Ia lalu menotol dan melesat setinggi 6-7 tombak, dengan gayanya yang sangat manis melayang ke arah Yong-jie.
Lim Tiang Hong juga tanpa ayal lantas menyusul.
Mereka tiba disebuah perdesaan yang sepi, segera dapat lihat seorang paderi pertengahan umur, sedang berdiri kesima menyaksikan pertempuran Yong-jie.
Yong-jie saat itu seolah-olah seekor kupu2, berterbangan diantara dua laki2 berpakaian kulit warna merah.
Dua laki2 pakaian kulit itu nampaknya sudah keluarkan seluruh kepandaiannya untuk menghajar gadis cilik yang nakal ini, tapi nampaknya sangat ripuh, ujung bajunya saja mereka tidak dapat raba, hingga matanya pada melotot, mulutnya dengan tidak berhenti mengeluarkan geraman hebat.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan demikian, tahu pasti ada sebabnya, maka ia lantas berseru: "Yong-jie, tahan!"
Sebentar kelihatan berkelebatan satu bayangan merah, Yong-jie sudah melayang turun ke samping Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng, sambil ketawa haha, hihi!
64 Dua laki2 pakaian kulit yang mendadak kehilangan bayangan Yong-jie, seketika itu berdiri melongo.
Terdengar suaranya Lim Tiang Hong dengan tenang:
"Sahabat, kalian tentunya orang2 dari Hong-lui-po" Apa sebab kalian membikin sulit kepada toasuhu ini?"
Satu diantara dua laki2 itu yang kehilangan sebelah daun telinganya perdengarkan geramnya sambil mata melotot ia menjawab: "Urusan tuan besarmu, apa kau berhak campur tangan" Kau benar2 tidak tahu diri!"
"Betulkah demikian....?". katanya Lim Tiang Hong sambil ketawa te-bahak2.
Tapi mendadak sebuah benda hitam meluncur,
kemudian disusul oleh suara gedebukan, ternyata dua laki2
buas itu sudah rubuh tampa mengetahui apa sebabnya.
Mereka ternyata sudah dibikin rubuh oleh senjata gendewa Yu-kok Oey-eng, sedang Lim Tiang Hong yang hendak mencegah, ternyata sudah tidak keburu lagi.
"Kau terlalu keburu napsu, kalau tidak, alangkah baiknya kalau kita dapat mengkompres keterangan dari mulutnya!" demikian Lim Tiang Hong sesalkan tindakan si nona yang agak gegabah.
"Aku merasa sebel terhadap tingkah laku manusia yang begitu tengik".
Pada saat itu, paderi pertengahan umur itu sudah berjalan menghampiri Lim Tiang Hong dan sambil bungkukan badan memberi hormat ia bertanya: "Siecu adalah murid Bu-ceng cianpwee, yang bergelar To-ling Kongcu itu?"
(dkz) 65 Jilid ke 2 "Benar. Toasuhu dari gereja mana?" Lim Tiang Hong menjawab sambil anggukkan kepala.
"Pinceng murid Siauw-lim, Hong-tie, dengan membawa perintah suhu hendak mengantar surat kepada Ceng-shia-pay, tidak nyana di tengah jalan dikejar-kejar oleh dua orang jahat ini. Kalau bukan nona kecil ini yang datang memberi bantuan, barangkali sukar lolos dari tangan mereka".
"Kabarnya ketua partai Siauw-lim-pay Hui-hui Taysu sudah mendapat celaka?"
"Benar". "Dan sekarang bagaimana hendak bertindak?"
"Kita sendiri juga tidak tahu....".
Lim Tiang Hong merasa bahwa pertanyaannya itu
bukan pada tempatnya, sebab suatu rahasia sangat besar, tidak seharusnya ditanyakan di tempat terbuka seperti itu.
Maka ia lantas berkata pula sambil ketawa berseri-seri:
"Toasuhu kalau masih ada tugas penting, silahkan jalan dulu! aku yang rendah tidak lama lagi barangkali akan berkunjung ke gunung Siong-san untuk menjumpai ketuamu yang baru".
"Pinceng nanti setelah balik ke gunung, pasti akan sampaikan ucapan Kongcu ini kepada ketua kami".
Sehabis itu ia lantas berlalu meninggalkan Lim Tiang Hong.
66 Oleh karena urusan itu, hingga perjalanan Lim Tiang Hong tertunda dan sudah kesusul oleh rombongan Cian-lie Tui-hong.
Si Pengemis Pincang itu lantas menghampiri Lim Tiang Tiu Hong dan berkata dengan suara perlahan: "Punco (bahasakan diri sendiri) semalam dapat kabar, bahwa sebagian besar kekuatan Hong-lui-po sudah mulai masuk ke daerah Tionggoan. Mereka melakukan serangan terhadap partai Heng-san-pay dan Siauw-lim-pay serta sudah berhasil menundukan kepala berandal dari tujuh propinsi, rasanya sudah kepingin menggulung antara rimba persilatan....".
"Nampaknya bahaya sudah sangat mendesak!"
"Bukan cuma begitu saja, kabarnya Hong-lui-po sudah mengambil sarang berandal dari tujuh propinsi sebagai pusat atau markas besarnya. Mereka akan menggunakan siasat yang tidak terduga duga, menyerang semua partai2
rimba persilatan, kemudian pusatkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi Hong-hong-tie".
"Menghadapi Hong-hong-tie. Mereka berani?"
Wajah Lim Tiang Hong nampak gusar, lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri: "Boan-ciang Nio-nio, Hong-lui-po, sebetulnya yang mana aku harus hadapi lebih dulu....".
Menurut pikiran Cian-lie Tui-hong, seharusnya
kerahkan kekuatan Hong-hong-tie menyerang pusat kepala berandal dari tujuh propinsi, supaya dapat mengusir kekuatan dan pengaruh Hong-lui-po dari daerah Tionggoan serta melenyapkan ancaman semua partai rimba persilatan.
Tapi ia tahu benar pikiran Lim Tiang-Hong, yang sudah bertekad bulat hendak menolong dirinya Yan-jie lebih dulu.
Meski tindakan yang pertama itu berarti menolong jiwa banyak orang, sedangkan tindakan yang belakangan itu 67
berarti cuma menolong jiwanya satu anak perempuan, tapi ia tidak berani utarakan pikirannya itu secara terus terang di hadapan Kokcu barunya.
Lim Tiang Hong setelah berpikir sekian lama. ia dongakan kepala untuk melihat cuaca, kemudian berkata:
"Dari sini ke daerah Biauw, dalam tempo empat hari sudah bisa kembali, kita menggunakan waktu satu hari untuk menghadapi Boan-ciang Nio-nio rasanya sudah cukup ...
aku pikir, meski Hong-lui-po sudah berhasil menguasahi pusatnya kepala berandal tujuh propinsi, dalam waktu 5
hari, rasanya tidak akan melakukan pergerakan apa2?"
Keputusan Lim Tiang Hong Ini meski agak
mengabaikan urusan yang lebih penting, tapi tiada seorangpun yang berani membantah, sebab ia kini sudah sebagai Kokcu, setiap perintah Kie-lin Kokcu, harus ditaati oleh anak buahnya.
Dengan demikian, rombongan itu kembali melanjutkan perjalanannya.
Tiba2 dari jauh kelihatan dua orang lari mendatangi.
Lim Tiang Hong yang bermata tajam, segera kenali bahwa dna orang itu adalah Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat. Belum lagi mendekati ia sudah buru2 menyambut lebih dulu dan majukan pertanyaan set.jara tidak sabar:
"Bagaimana?" "Sia-sia saja!" jawabnya si Pengemis Mata Satu sambil menghela napas panjang.
Dari dalam sakunya lalu mengeluarkan sepucuk surat dan disesepkan dalam tangan Lim Tiang Hong "Kau kenal dengan orang ini?"
Lim Tiang Hong membuka surat itu, di atasnya ternyata cuma terdapat tulisan yang bunyinya sangat ringkas: 68
"Tolong sampaikan kepada To-liong Kongcu, nona Yan-jie dalam keadaan sehat walafiat".
Di bawah tulisan itu terdapat lukisan setangkai bunga Bwee. Tulisan dalam surat itu sangat bagus, agaknya ditulis oleh tangan seorang wanita, tapi Lim Tiang Hong tidak ingat lagi siapa adanya orang itu, maka lantas menanya sambil kerutkan kening: "Sebetulnya bagaimana ini?"
Si Pengemis Mata Satu perdengarkan batuk2, lalu berkata: "Pengemis tua kali ini benar2 telah terjungkal....".
lalu ia menceritakan pengalamannya dalam perjalanannya itu.
Ternyata si Pengemis Mata Satu berdua, begitu tiba di daerah Biauw, lalu langsung menuju ke sarangnya Boan-ciong Nio-nio, tidak nyana, wanita beradat aneh itu ternyata sudah pindah kediaman. Mereka mencari keterangan ke sana kemari, tidak seorangpun yang tahu.
Walaupun mereka berdua sama2 orang kang-ouw
kawakan, menghadapi soal seperti itu juga tidak berdaya sama sekali. Terpaksa mereka balik kembali, tapi siapa tahu di tengah perjalanan pulang telah berpapasan dengan empat wanita baju merah, dengan tanpa banyak bicara lantas menyerang.
Dengan kepandaian mereka berdua, sudah tentu tidak pandang mata serangan empat wanita muda itu.
Diluar dugaan mereka, begitu bergerak, dua orang tua itu telah dibikin ripuh oleh serangan2 empat wanita muda yang sangat aneh itu.
Mereka itu semuanya menggunakan pedang di tangan kiri, sedang lima jari tangan kanan, setiap jari diselubungi oleh lapisan baja, runcing sepanjang lima chun.
69 Selagi si Pengemis Mata Satu dan In-suan Cu-kat dalam keadaan sangat berbahaya, dari dalam rimba tiba2 lerdengar suara pekikan tajam melengking, empat wanita muda yang mendengar suara itu. segera hentikan serangannya dan mundur teratur.
Si Pengemis tua berdua setelah terlepas dari ancaman bahaya, mereka saling berpandangan sambil ketawa getir.
Dan di saat itulah dari dalam rimba tersebut melayang sepucuk surat yang ditujukan kepada mereka.
Karena mengetahui berdiam lebih lama disitu juga tidak ada gunanya, maka malam itu juga mereka meninggalkan daerah Biauw dan mencari Lim Tiang Hong.
Setelah mendengar penuturan si Pengemis Mata Satu, Lim Tiang Hong dalam hati merasa heran, siapakah adanya empat wanita muda itu, apakah mereka murid2nya Boan-ciong Nio-nio, tapi muridnya Boan-ciong Nio-nio bagaimana ada yang kenal padanya"
Pada saat itu, Yu-kok Oey-eng dan Cian-lie Tui-hong serta lain2nya sudah datang berkumpul Lim Tiang Hong lalu memberikan surat aneh itu kepada mereka.
Yu-kok Oey-eng setelah membaca surat tersebut, lantas berkata sambil ketawa ter-kekeh2: "Nona ini pasti ada kenalanmu yang kau sudah lupakan!"
Lim Tiang Hong diam saja tidak menjawab. Mendadak terdengar suaranya si Pengemis Pincang yang seperti geledek: "Kalau benar nona Yan-jie sudah tidak perlu dikuatirkan jiwanya, kita seharusnya balik untuk melabrak orang2 Hong-lui-po. Sebagai satu partai yang hendak menegakkan azas kebenaran, kita tidak boleh membiarkan banyak orang-orang rimba persilatan menjadi korban keganasan Hong-lui-po".
70 Pengemis Pincang itu akhirnya umbar isi perutnya.
Dengan alis berdiri Lim Tiang Hong berkata dengan suara perlahan: "Baiklah! sekarang kita hancurkan dulu pusatnya kepala berandal itu, kemudian menyerbu ke pusat sarangnya Hong-lui-po diluar perbatasan".
Keputusan itu segera disambut dengan gembira oleh Cian-lie Tui-hong, dengan cepat ia sudah bergerak lebih dulu dan sebentar saja sudah tidak kelihatan bayangannya.
Setelah Cian-lie Tui-hong berlalu, Lim Tiang Hong lalu menyoja kepada Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu sembari berkata: "Boanpwee kini sudah menjadi Kokcu Kie-lin-kok, karena sedang menghadapi tugas berat, maka urusan adik Yan-jie untuk sementara harus ditunda dulu".
Setelah itu ia lalu berangkat menyusul Cian-lie Tui-hong.
Musim dingin di daerah utara, hawa udara sangat dingin, salju turun bagaikan kapas berterbangan, jarang sekali orang keluar rumah.
Rombongan Lim Tiang Hong yang terdiri dari tujuh orang, dengan tidak menghiraukan buruknya hawa udara, terus melanjutkan perjalanannya ke daerah Tionggoan.
Kira2 diwaktu senja, hujan salju semakin lebat, maka Cianlie Tui-hong lantas berhenti dan usulkan untuk beristirahat dulu.
Lim Tiang Hong terima baik, ia berkata sambil
menunjuk ke depan: "Di bawah bukit itu apa sebuah gereja kecil, mari kita beristirahat di sana!"
Gereja itu ternyata ada satu gereja yang sudah tua, rupa2nya sudah lama tidak terawat. Setelah semua orang 71
sudah masuk ke dalam, Cong-pian Jie-lo dan Mo-ie Kimkho lantas repot membuat perapian, kemudian ramai2 pada makan bekal kering mereka.
Mendadak Lim Tiang Hong dongakan kepala menengok keluar, si Pengemis Pincang segera lompat keluar dan tidak lama kemudian ia balik kembali bersama seorang muda berusia kira2 tigapuluhan.
Pengemis Pincang berkata kepada pemuda itu sambil menunjuk Lim Tiang Hong. "Lekas beritahukan apa yang kau tahu kepada Kokcu kita yang baru!"
Pemuda itu lalu memberi hormat kepada Lim Tiang Hong, kemudian berdiri tegak di samping dan
menyampaikan laporannya: "Teecu adalah Liong-bun-pian Khu Liang, yang
mendapat perintah untuk menyelidiki gerak-gerik orang2
Hong-lui-po di daerah sekitar sungai Huang-ho utara. Baru2
ini telah mendapat kabar bahwa orang2 Hong-lui-po itu tidak lama lagi akan melakukan serangan terhadap Ngo-thay-pay, maksudnya ialah hendak merampas Kitab Hian-hian Pit-kit".
"Sudah tahu, kau mengasolah dulu!" perintahnya Lim Tiang Hong sambil anggukan kepala.
Khu Liang segera mundur sambil memberi hormat.
Lim Tiang Hong mengorek-orek perapian, mendadak berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Orang2 Hong-lui-po begitu brutal berani menghina rimba persilatan daerah Tionggoan, kita perlu segera bergerak secepatnya!"
Mendadak ia hentikan ketawanya dan berkata dergan suara lantang: "Tui-hong Congkoan, harap segera keluarkan perintah, suruh murid2 sekitar sungai Huang-ho 72
mencari keterangan sampai jelas, orang2 Hong-lui-po yang datang kecuali Lam-tao dan Pak-kek kedua suncu, masih ada siapa lagi yang terhitung orang kuat?"
Cian-ie Tui-hong menjawab sambil bungkukan badan:
"Baik!" Ia segera balikan badan dan memberi pesan kepada Khu Liang. Setelah menerima pesan si Pengemis Pincang. Khu Liang segera berlalu.
Dengan berlalunya Khu Liang, dalam gereja tua itu kembali menjadi sunyi, hanya suara pletak peletoknya kayu yang dibakar yang terdengar nyata.
Tiba2 Lim Tiang Hong dongakkan kepalanya lagi, sambil mengawasi Mo-ie Kim- kho ia berkata: "Tolong saudara Han keluar lihat sebentar, di atas jalan raya ada siapa yang datang?"
Semua orang terkejut mendengar perkataan Kokcu nya itu, sebab di luar kecuali suara menderunya angin yang meniup kencang, sudah tidak terdengar suara apa2 lagi.
Namun demikian, Mo-ie Kim-kho tetap terima baik perintah itu, segera lompat keluar dan sebentar saja sudah berada di suatu tempat 30-40 tombak jauhnya.
Belum lama Mo-ie Kimkho berlalu, semua orang baru dengar derapnya kaki kuda, diduga suara itu masih berada kira2 5 lie dari tempat itu. Saat itu mereka baru merasa kagum atas daya pendengaran Kokcu mereka yang baru itu.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suaranya si Pengemis Pincang yang seperti geledek: "Jahanam, bagaimana begitu bertemu muka lantas main serang saja" Kurang ajar, kalian berani berlaku brutal di hadapan harimau?"
73 Lim Tiang Hong menyahut sambil ketawa dingin: "Buat orang lain tidak berani berlaku demikian, sudah tentu orang itu adalah orang2nya Hong-lui-po. Mari jalan! mereka begitu memandang muka kepada kita, maka kita harus melayani mereka dengan sepantasnya!"
Setelah itu, lebih dahulu ia sudah lompat melesat keluar gereja.
Sebentar kemudian, enam orang itu sudah berangkat untuk menyambut kedatangan orang2 Hong-lui-po itu.
Di atas jalan raya, tampak tersebar dua puluh ekor lebih kuda merah. Di atas kuda duduk orang-orang berpakaian seragam, semuanya baju kulit warna merah.
Dilain sudut, Mo-ie Kim-kho dengan senjatanya yang pendek sedang bertempur sengit dengan empat orang berpakaian kulit warna merah itu.
Lim Tiang Hong kelika tiba di tempat tersebut lantas berkata: "Saudara Han, harap kau mundur dulu".
Sebentar terdengar beberapa kali suara trang, empat golok tebal pada berterbangan di tengah udara, kemudian disusul oleh suara orang ketawa ter-bahak2, dan Mo-ie Kim-kho sudah tarik senjatanya dan mundur ke samping.
Orang2 berbaju kulit itu ketika menampak datangnya bala bantuan, semua lantas lompat turun dari atas kuda tungganganya, lalu berpencaran mengepung tujuh orang itu.
Lim Tiang Hong mengawasi perbuatan orang2 itu
dengan sorot mata dingin, kemudian ia berkata: "Siapa yang menjadi kepala diantara kalian, harap lekas keluar untuk bicara".
74 Dari rombongan orang itu lalu bertindak keluar seorang laki2 berbadan tegap berewokan dan banyak terdapat jendol2 merah di mukanya.
"Kalian orang2 ini datang dari mana" Berani sekali kalian merintangi perjalanan tuan besarmu sekalian. Apa kau tidak mencari tahu dulu, orang Hong-lui-po itu kau kira boleh kau perlakukan sembarangan?" demikian katanya dengan jumawa.
"O, kiranya adalah jago2 dari Hong-lui-po, kalau begitu kita berlaku kurang sopan!"
Mendadak ia berpaling dan berkata kepada Cian-lie Tui-hong: "Tui-hong Congkoan, setiap orang kau boleh tinggalkan satu tanda, biarlah mereka pergi!"
"Baik!" Hanya tertampak berkelebatnya satu bayangan orang.
Cian-lie Tui-hong dengan kecepatan bagaikan kilat menyerbu ke dalam rombongan orang-orang Hong-iui-po itu. Tmdakannya itu segera ditelad oleh Mo-ie Kim-kho dan Cong-pian Jie-lo.
Sebentar kemudian, dalam rombongan orang2 Hong-lui-po itu terjadi kegegeran, lalu disusul oleh suara bentakan serta diselingi oleh suara jeritan, hingga dalam suasana yang sunyi itu menjadi geger dan di atas tanah yang putih dengan salju itu terdapat tetesan darah warna merah.
Dalam, waktu sekejap saja, dari duapuluh lebih rombongan orang2 Hong-lui-po itu tidak ada satu yang keliatan utuh, setiap orang di wajahnya terdapat satu tanda pemberian si Pengemis Pincang. Ada yang dipapas batang hidungnya, ada yang kehilangan daun telinganya, hingga orang2 itu merintih rintih kesakitan.
75 Cuma laki2 tegap yang banyak jendolnya itu masih tetap bertempur sengit dengan Mo-ie Kim-kho.
Lim Tiang Hong sambil menggendong kedua
tangannya, menyaksikan pertempuran itu dengan sorot mata dingin.
Mendadak ia maju ke depan dan kaoki Mo-ie Kim-kho:
"Saudara Han minggir!"
Dengan cepat ia sudah bergerak, diantara
berkelebatannya bayangan orang, laki2 tegap itu sudah jatuh ngusruk di tanah.
Lim Tiang Hong masih nampak berdiri dengan sikapnya yang dingin, lalu ia berkata dengan nada suara dingin:
"Sahabat, sebaiknya kau bicara terus terang, kalian ada orang2 di bawah kekuasaan siapa" Dan kedatanganmu ini ada keperluan apa?"
Laki2 itu meski sudah ditotok jalan darahnya, tapi masih bisa buka mulut. "Tuan besarmu adalah perwira di bawah Lam-tao Suncu, apa kau berani mengganggu?"
"Oh, kiranya adalah orangnya Lam-tao Suncu dan diwaktu malam dingin seperti ini kau keluar gelandangan apa maksudnya?"
"Tentang ini kau tidak perlu tahu!"
"Apa iya....?" Dengan ujung kaki Lim Tiang Hong menendang dengan pelahan di bagian pinggang orang itu, dan orang itu mendadak jeritan seperti babi disembelih.
Lim Tiang Hong tarik kembali kakinya dan berkata padanya dengan suara dingin: "Orang2 sebangsa gentong 76
masih seperti kalian ini, rasanya juga tidak mampu berbuat apa2"
Setelah itu ia lalu berkata dengan suara keras: "Hong-lui-po selain Lam-tao Suncu dan Pak-kek Suncu, siapa lagi yang turut datang?"
"Hm! banyak sekali, kalau aku sebutkan kau nanti akan mati berdiri. 'Wie-ngo Sam-hoa', Thian-san Sie-to', 'Ham-hay Liong-kun' mereka semua sudah datang!".
Laki2 itu menyebutkan serentetan nama orang, tapi tiada satu yang dikenal oleh Lim Tiang Hong. Sekalipun orang seperti Cian-lie Lui-hong yang sudah banyak pengalaman juga belum pernah dengar itu nama. Mungkin orang2 yang disebutkan namanya itu ada orang2 kuat dari daerah luar perbatasan.
"Tidak perduli siapa yang datang, mereka itu ada merupakan orang2 jahat yang hendak mengganas, sekarang dengan meminjam mulutmu, kau sampaikan kepada
mereka. Katakan saja bahwa To-liong Kongcu dari Hong-hong-tie sudah berangkat menuju ke utara, suruh mereka jaga diri baik2!"
Sehabis berkata kakinya kembali menendang badan laki2 itu.
Laki2 itu ketika mendengar nama To-liong Kongcu, wajahnya nampak terkejut belum sempat ia membuka mulut, mendadak dapat lihat kaki Lim Tiang Hong menendang tubuhnya, ia kira kali ini pasti binasa, maka lantas pejamkan matanya.
Siapa tahu gerakan kaki Lim Tiang Hong itu ternyata cuma membuka totokannya saja, meski badannya laki2 itu terpental setinggi satu tombak lebih, tapi tidak membuat luka,
77 Laki2 yang seperti baru lolos dari lubang jarum itu lantas lari sipat Kuping.
Saat itu mendadak terdengar pula suara derap kaki kuda, diselingi pula oleh suara geramnya binatang buas.
Lim Tiang Hong terkejut, tapi laki2 tegap itu mendadak unjukkan perasaan girang....
-odw-kzo- Bab 46 TIDAK antara lama, ada 16 orang Hog-lui-po iang berpakaian kulit warna merah sudah-tiba ditempat tersebut.
Ketika melihat keadaan orang-orangnya, mereka
nampaknya sangat gusar sekali, dengan cepat pada menghunus golok tebal dari geger masing-masing dan lantas berdiri berpencaran, namun tiada seorangpun yang buka suara, agaknya sedang menantikan kedatangan pemimpin mereka.
Selanjutnya terdengar pula suara derap kaki kuda.
Rombongan orang yang kedua juga lantas tiba, yang berjalan paling depan ada empat laki-laki bengis yang duduk di atas binatang onta.
Begitu tiba, empat laki-laki bengis itu lantas berkata dengan sikap sangat jumawa sambil menuding ke arah rombongan Lim Tiang Hong: "Itu siapa?"
Pada saat itu, laki-laki yang mukanya jendolan itu sudah lari ke hadapannya dan berbicara padanya dengan suara perlahan.
Empat orang itu setelah mendengar keterangan laki-laki jendolan itu lantas balikan matanya serta perdengarkan 78
suara ketawanya yang aneh. Kemudian salah satu diantaranya berkata: "Benar-benar cuma merupakan sekelompok gentong nasi saja, sampai terhadap seorang yang lemah gemulai dan tertiupan lain bisa rubuh, harus menderita kekalahan begitu hebat?"
Salah satu diantara mereka, seorang tua yang usianya kira-kira 50 tahun ke atas, mendadak melangkah maju dan berkata dengan suara lantang: "Siapa orangnya yang bernama To-liong Kongcu, harap maju ke depan".
Dengan tenang Lim Tiang Hong menghampiri dan
berkata padanya: "Aku adalah Lim Tiang Hong, kau siapa?"
Orang tua itu memandang dengan mata menghina, lalu berkata: "Kepala dari Thian-san Sie-to (empat algojo dari gunung Thian-san), Thian-too Kiu-Ho adalah aku. Kau satu bocah yang masih bau pupuk bawang, sudah begitu ganas.
Dari sini ternyata bahwa kabar yang tersiar di kalangan kang-ouw, yang mengatakan kau hendak membasmi
penjahat bukanlah bohong!"
"Aku memang ada kandung maksud hendak belajar
kenal dengan kepandaian ilmu silat orang-orang dari Hong-lui-po, dan perjalananku ke utara ini, memang sengaja hendak menghadapi kalian manusia buas dari luar perbatasan ini, supaya kalian tahu, bahwa dalam rimba persilatan daerah Tionggoan, bukan yang kalian boleh perhina seperti apa yang kalian bayangkan".
Kiu Ho mendadak dongakan kepala dan ketawa
tebahak-bahak. "Hanya kalian beberapa gelintir manusia ini saja".... Hahahah....".
Lim Tiang Hong tidak perdulikan kelakuan manusia sombong itu, ia sengaja dongakan kepala meihat cuaca, 79
kemudian berkata kepada Cong-pian Jie-lo: "Malam sudah hampir larut, tolong kalian berdua capaikan diri sedikit!"
Ia sendiri lalu minggir ke samping sambil peluk tangan, seolah olah tidak ada urusan apa2 dengan dirinya.
Kiong Ie dan Kiong Siang, itu dua saudara dari daerah Thibet, yang biasanya disebut Cong-pian Jie-lo, lantas maju memberi hormat seraya berkata: "Sudah seharusnya kita berdua saudara keluarkan tenaga".
Thian-san Sie-to atau empat algojo dari gunung Thiang-san, adalah empat manusia sangat buas yang sudah terkenal dari daerah selatan dan utara gunung Thian-san. Dari gelar mereka saja sudah dapat dibayangkan, betapa kejamnya mereka itu.
Gelar masing2 itu ada Thian-to, Tee-to, Jin-to dan Long-to. Kedudukan mereka dalam Hong-lui-po cuma di bawah suncu (kedudukan yang agak mirip dengan kepala daerah).
Oleh karena itu, ketika melihat Lim Tiang Hong tidak pandang mata mereka, lantas menerjang Lim Tiang Hong secara kalap.
Tapi, baru saja Jin-to dan Long-to hendak melancarkan serangannya, sudah dipegat oleh Kiong Ie dan Kiong Siang.
Dua saudara Kiong yang sudah lama namanya sangat terkenal, di daerah Thibet. Ilmu Kim-see-ciang atau pukulan tangan pasir emas, sudah lama menjagoi di dunia kang-ouw dan merupakan salah satu ilmu pukulan terampuh yang disegani oleh musuh2nya, sudah tentu orang2 kasar sebangsa algojo dari Thian-san itu tidak dipandang mata sama sekali.
80 Dengan tanpa banyak bicara mereka masing2
mengeluarkan serangannya yang sangat ampuh itu.
Jin-to dan Long-to ada orang2 jumawa yang anggap diri sendiri paling kuat, ketika menghadapi serangan dua saudara itu, mereka sengaja tidak menyingkir atau berkelit.
Malah sambil keluarkan ketawa dingin mereka menyerbu ke dalam hembusan serangan tersebut dengan menggunakan tipu serangan masing2.
Sebentar terdengar suara beradunya kekuatan dari kedua pihak, masing2 pada mundur beberapa tindak kemudian bertempur lagi.
Disaat Jin-to dan Long-to bertempur dengan dua saudara Liong, Thian-to dan Tee-to lantas menyerbu Lim Tiang Hong.
Tapi, orang2 Hong-hong-tie bagaimana dapat
membiarkan dua manusia itu mengganggu Kok-cu mereka"
Maka Mo-ie Kim-kho dengan cepat menghalangi tindakan dua orang itu.
Mo-ie Kim-kho meski hanya seorang diri, tapi senjata pendeknya yang terdiri dua batang itu, di bawah menderunya angin Utara, hanya tertampak berkelebatnya sinar emas yang melibat dua algojo dari Thian-san. Dua algojo yang sangat jumawa itu tidak mampu memberi perlawanan yang berarti.
Sedangkan orang-orangnya Hong-lui-po yang jumlahnya tidak kurang dari 40 orang, pada berdiri mengitari dengan senjata terhunus, agaknya semua telah siap sedia hedak menyerbu begitu mendapat perintah dari pemimpin mareka.
Saat itu, si Pengemis Pincang Cian-lie Tui-liong mendadak berjalan ke depan Lim Tiang Hong dan berkata 81
dengan suara perlahan: "Kokcu, apakah orang-orang ini perlu segera dibereskan?"
"Untuk sementara jangan dulu!" jawabnya sang Kokcu sambil gelengkan kepala.
Pada saat itu juga, sesosok bayangan orang tiba-tiba melayang turun ke medan pertempuran itu, setelah tiba di depan Lim Tiang Hong, lalu memberi hormat seraya berkata: "Hamba Lam-hay Theng-kao datang menjumpai Kokcu!"
Lim Tiang Hong baru lihat bahwa orang itu adalah itu nelayan muda yang dulu pernah bawa padanya ke pulau Tho-hoa-to, maka ia lantas menjawab sambil bersenyum:
"Tidak usah banyak adat!"
Lam-hay Theng-kao maju setindak lagi dan berkata kepada Lim Tiang Hong dengan suara perlahan: "Honggwat Kongcu dari Tho-hoa-to sejak malam itu bertanding dengan Kongcu, sudah pergi entah kemana. Tho-hoa Tocu sudah membawa beberapa orang2nya yang terkuat, terjun ke dunia kang-ouw untuk mencari puteranya itu. Oleh karena itu, maka kesanggupannya terhadap Lok-hee Hujin, dalam waktu singkat juga tidak dapat dilaksanakan".
"Apa kau sudah ketemu dengan Lok-hee Hujin?"
"Ya". "Apa kedatanganmu hari ini hanya khusus untuk
melaporkan itu saja?"
"Ini cuma merupakan salah satu diantaranya, selain dari pada itu, masih ada lagi soal yang lebih penting....".
Persoalan itu agaknya sangat rahasia, karena Lam-hay Theng-kao tidak berani mengucapkan di hadapan orang 82
banyak, sebaliknya berbisik-bisik di telinga Lim Tiang Hong.
Setelah mendengar penuturan itu, wajah Lim Tiang Hong mendadak berubah. Dengan sorot mata beringas ia mengawasi orang2 di sekitarnya, kemudian memanggil Cian-lie Tui-hong: "Tui-hong Congkoan, kemari!"
Cian-lie Tui-hong maju menghampiri, ia menanya dengan sikap sangat hormat: "Kokcu ada perintah apa?"
Lim Tiang Hong lalu berkata padanya dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara ke dalam telinga:
"Aku sekarang ada urusan penting, yang perlu segera diurus. Perkara disini aku serahkan padamu yang membereskan. Setelah urusan di sini selesai, boleh tunggu aku di dekat sarangnya kepala berandal tujuh propinsi".


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian ia berkata kepada Yu-kok Oey-eng: "Aku ada urusan penting yang perlu segera di bereskan, kau tersama Yong-jie boleh berjalan bersama-sama Tui-hong
Congkoan!" Sehabis memberi pesan, ia lantas bergerak meninggalkan tempat tersebut.
Lapat2 telinganya masih bisa dengar suaranya Yu-kok Oey-eng: "Urusan apa yang membuat ia begitu gelisah?"
Cian-lie Tui-hong mengawasi padanya sejenak, tidak menjawab pertanyaannya, mendadak ia putar tongkatnya dan berseru: "Mari kita maju semua! Lebih dulu kita bereskan dulu kawanan manusia dari daerah luar perbatasan ini".
Dengan mendahului yang lainnya, ia melesat ke arah Thian-to dan menghantam dengan tongkatnya.
83 Oleh karena kekuatan tenaganya sangat besar, apalagi dilakukan dengan bernafsu, maka serangannya itu tidak ubahnya bagaikan gunung menindih.
Thian-to dan Tee-to yang sedang melayani Mo-ie Kimkho dengan sepenuh tenaga, mendadak dapat lihat Cian-lie Tui-hong menyerbu dengan hebat, bukan kepalang kagetnya. Mereka buru2 lompat mundur sampai 8 kaki.
Dan dari ikatan pinggangnya lantas ia mengeluarkan senjatanya yang berupa dua batang Phoan-koan-pit, (alat tulis Tiong hoa) kemudian berkata sambil cekikikan.
"Sudah lama kita dengar namanya Cian-lie Tui-hong Congkoan yang hebat kepandaian ilmu silatnya, malam ini kita empat saudara mendapat kesempatan untuk belajar kenai, benar2 merasa sangat beruntung!"
Lalu ketrukkan senjatanya dan menyerbu si Pengemis Pincang.
Berbareng dengan bergeraknya Cian-lie Tui-hong, Yu-kok Oey-eng, Yong-jie dan Lam-hay Theng-kao yang barusan tiba, juga bergerak menyerbu kepada orang2
berpakaian kulit yang berdiri di sekitar mereka.
Dalam waktu sekejap saja, suara bentakan dan teriakan terdengar sangat riuh, di atas tanah yang putih terdapat banyak tetesan darah warna merah, diantara berputarnya senjata dan bergeraknya orang, satu persatu sudah mulai ada yang rubuh....
Yu-kok Oey-eng yang ditinggal secara mendadak oleh Lim Tiang Hong, telah lampiaskan semua
kemendongkolannya kepada orang2 Hong-lui-po, hingga tidak sedikit jumlahnya yang rubuh binasa di tangannya.
Tapi, orang2 dari luar perbatasan ini, hampir seluruhnya merupakan orang2 buas yang tidak kenal takut. Sekalipun 84
jumlah yang mati sudah bertumpuk-tumpuk, sisanya yang masih hidup terus melawan dengan gigihnya, tiada satu yang mundur atau kabur.
Setengah jam telah berlalu, dari kurang lebih 40 orang, yang masih hidup kira2 cuma 7-8 orang saja, sedangkan pemimpin mereka Thian-san Sie-to juga nampak terdesak mundur, sudah tidak mempunyai kemauan untuk melawan.
Selagi orang2 Hong-lui-po itu sudah hampir mengalami kehancuran total, tiba2 tertampak sesosok bayangan orang yang lari mendatangi dan berkata kepada Thian-san Sie-to:
"To-liong Kongcu sudah tertangkap hidup2. Suncu minta Thian-san Sie-to supaya lekas mundur!"
Orang itu setelah menyampaikan berita demikian lantas balikkan badannya dan pergi lagi.
Berita yang datangnya secara tidak terduga-duga itu, membuat heran dan terkejut orang2 Hong-hong-tie, terutama Yu-kok Oey-eng dan Cian-lie Tui-hong.
Thian-san Sie-co telah menggunakan kesempatan itu, semuanya lantas kabur.
Setelah keadaan menjadi sunyi kembali, Cian-lie Tui-hong baru seperti orang terjaga dari tidurnya, sehingga ia menjadi kalap seperti orang gila.
Yu-kok Oey-eng segera menghampiri padanya dan
berkata: "Dia baru saja pergi, bagaimana bisa tertangkap?"
"Tidak perduli urusan ini betul atau bohong, kita ubrak abrik dulu pusatnya berandal dari tujuh propensi, nanti kita bicarakan lagi".
Cong-pian Jie-lo dengan tenang menghampiri si
Pengemis Pincang seraya berkata: "Cong-koan dan nona, harap jangan keburu nafsu dulu. Dalam urusan ini, menurut 85
pikiranku sangat mencurigakan. Kokcu berkepandaian sangat tinggi, bagaimana dapat secara mudah tertangkap oleh musuhnya" Apalagi, belum satu jam ia meninggalkan kita!"
"Ucapannya ini meski ada benarnya, tapi kawanan orang jahat itu tidak kenal peraturan dunia Kangouw siapa tahu kalau Kokcu telah terjebak oleh akal muslihat licik mereka" Biar bagaimana Kokcu sudah pesan kepada kita, kalau urusan disini sudah beres, supaya segera berkumpul di dekat pusat kepala berandal tujuh propinsi untuk menunggu padanya. Marilah kita berangkat sekarang juga, kerena dalam urusan ini, kita lebih baik percaya kebenarannya dari pada tidak".
Yu-kok Oey-eng yang mendengar kabar bahwa Lim
Tiang Hong tertangkap, hatinya sangat gelisah, maka ia segera menyetujui pikiran Cian-lie Tui-hong, "Kalau memang mau pergi, lekas kita berangkat, jika terlambat mungkin sudah tidak keburu lagi!"
Ia lalu menghampiri Yong-jie dan bergerak lebih dulu.
Dengan demikian, rombongan orang2 Hong-hong-tie itu di bawah pimpinan si Pengemis Pincang lantas berjalan menuju ke pusat kepala berandal tujuh propinsi.
0odw-kzo0 Bab 47 PENGARUH Hong-lui-po dari luar perbatasan, setapak demi setapak mulai masuk ke daerah Tionggoan.
Hanya dalam waktu satu bulan saja, sudah menyapu bersih kekuatan Duabelas Hongcu dari gunung Bu-san.
86 Mematahkan pertahanan persekutuan enam partai
golongan Hian-bun serta merampas panji sekutu mereka.
Membakar rangon penyimpan kitab ilnri silat dalam gereja Siauw-lim-sie dan membunuh mati ketua atau ciang-bunjinnya Hui-hui Taysu.
Menundukkan kepala berandal yang menguasai tujuh propinsi serta menduduki sarang mereka.
Dan, yang paling akhir telah berhasil menangkap hidup2
To-liong Kongcu yang dalam waktu belakangan ini namanya menggetarkan dunia kang-ouw.
Berita ini tersiar luas di kalangan kang-ouw, sehingga menggetarkan dunia kang-ouw seolah-olah sedang menghadapi hari kiamat.
Tiada seorang yang dapat menduga, kapan bencana itu akan menimpa diri sendiri. Partai2 tersebut di atas yang sudah dilanda bencana, sudah tentu terpaksa bubar lagi.
Sedang yang masih belum diganggu, pada memanggil pulang semua muridanya yang tersebar di luaran, guna menghadapi musuh yang ganas itu.
Maka, dalam waktu belakangan ini, banyak orang rimba persilatan yang nampak ripuh untuk berkumpul kemasing-masing partainya. Dan suasana tegang telah meliputi dunia rimba persilatan yang sudah lama tidak mengalami apa2
Mari kita balik kepada Cian-lie Tui-hong yang
memimpin orang2 Hong-hong-ti yang berjalan menuju ke pusat kepala berandalan tujuh propinsi di gunung Thay-heng-san.
Hanya satu hari saja, gunung Thay-heng-san sudah berada di depan mata mereka.
87 Yu-kok Oey-eng mendadak hentikan kakinya, berpaling dan berkata kepada Cianlie Tui-hong: "Sekarang kita akan bertindak bagaimana?"
"Dengan cara terang2an, kita jumpai mereka untuk minta orang" jawabnya si Pengemis Pincang.
"Begini kurang tepat! Karena, kesatu, kita belum mendapat kepastian betul atau tidak kalau Kokcu tertawan oleh mereka. Lagipula, Kie-lin Kokcu yang namanya sedang harum dan kesohor, dengan mudah ditawan oleh musuh, bukankah ini merupakan satu hal yang memalukan"
Kedua, jika perbuatan kita ini membuat gusar mereka sehingga mencelakakan diri Kokcu secara diam2, bagaimana" Bukankah akan lebih runyam?"
"Dan menurut pikiran Sam-siocia bagaimana?".
"Menurut pikiranku, kita berpencar menjadi beberapa rombongan dan masuk nyelundup ke sarang mereka, lalu mengadakan penyelidikan secara menggelap. Andai kata Kokcu benar2 tertawan, kita segera berdaya untuk membebaskan dan andai kata ini ada akal muslihat mereka yang sengaja menyiarkan kabar bohong, kita dari dalam penyelidikan ini juga akan mendapat gambaran yang agak jelas".
"Pikiran Sam-siocia ternyata lebih luas, baiklah kita bertindak begitu saja"
Dengan demikian, rombongan itu lantas dipecah
menjadi tiga kelompok. Yu-kok Oey-eng bersama Yong-jie, Cian-lie Tui-hong bersama Mo-ie Kim-kho dan Cong-pian Jie-lo bersama Lam-hay Theng-kao. Dengan berpencaran mereka menyelundup masuk ke gunung Thay-heng-san.
Selewatnya jam dua malam. Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie sudah masuk ke bagian dalam gunung tersebut. Mereka 88
mendadak dapat lihat berkelebatnya sesosok bayangan orang kecil langsing. Dengan kecepatan bagaikan kilat melayang dari lereng bukit, hanya beberapa kali gerakan saja, sudah menghilang ke tempat gelap.
Yu-kok Oey-eng sejak makan jamur pemberian Lim Tiang Hong, daya pandangan matanya sangat tajam. Meski dalam keadaan gelap gulita, ia dapat melihat tegas. Saat itu ia lantas menyentuh Yong-jie dan berkata dengan suara peiahan: "Seorang wanita yang menggendong pedang!"
Belum lagi menutup mulutnya, kembali ada sesosok bayangan orang melesat melalui sisinya. Ia lalu berkata pula dengan kagetnya: "Eh! kembali ada satu wanita yang menggendong pedang!"
Malam itu cuaca sangat gelap, seluruh gunung Thay-heng-san diliputi oleh kegelapan. Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie maju terus tanpa menaruh jeri, angin gunung meniup santar, hingga hawa dingin dirasakan meresap masuk ke dalam tulang.
"Huh, malam ini pusat kepala berandal di gunung Thai-heng-san benar2 sangat ramai!"
"Menurut keadaannya, Kokcu benar2 terjebak oleh musuhnya!" berkata Yu-kok Oey-eng dengan suara sedih.
"Bagaimana kau tahu?"
"Apa kau tadi tidak lihat" Bayangan orang tadi bukankah wanita semuanya" Sedangkan To-liong Kongcu di kalangan kang-ouw kenalannya kebanyakan terdiri dari kaum wanita!"
Yong-jie mendadak ketawa terkekeh-kekeh: "Haha!
Sam-siocia nampaknya cemburu nih!"
89 "Pui! kau gila, berani menggoda aku?" Dalam gusarnya Yu-kok Oey-eng hendak menampar mulut Yong-jie.
Tapi Yong-jie dengan gesit sudah mengelakkan diri dan minta ampun berulang-ulang. Setelah itu ia leletkan lidahnya.
Yoe-kok Oey-eng tidak berdaya menghadapi gadis ciiik yang sangat nakal ini
Mendadak lompat melesat untuk mengejar bayangan tadi. Yong-jie tidak berani menggoda lagi, ia segera mengikuti jejak sam-siocianya.
Yong-jie yang sejak kanak2 mendapat didikan langsung dari Kie-Lin Kokcu, maka kepandaiannya sangat tinggi, terutama ilmu meringankan tubuhnya. Sayang usianya masih terlalu muda, hingga merupakan handicap bagi kepandaian ilmu silatnya yang tinggi sekali itu.
Oleh karena kepandaian ilmu meringankan mereka ada berimbang, maka tidak antara lama sudah berada di tengah-tengah puncak gunung yang menjadi pusat markasnya kepala berandal tujuh propinsi.
Sarang penjahat itu merupakan sebuah bentengan kuno yang terbuat dari batu gunung, seram, misterius, hingga menimbulkan rasa seram bagi siapa yang mendekati.
Yu-kok Oey-eng berdua takala tiba di lamping
bentengan tua itu, mendadak melayang tinggi, tepat melalui tembok bentengan dengan tanpa mengeluarkan sedikit suara .
Setelah melalui tembok yang tinggi, di dalamnya terdapat taman bunga yang sangat luas lengkap dengan bangunan2 yang sangat indah. Tapi tidak terdapat pesawat 90
rintangan, baik yang terang maupun yang menggelap, hingga membuat Yu-kok Oey-eng diam2 merasa heran.
Pada saat itu, sesosok bayangan orang mendadak melayang dari luar. Kaki bayangan orang itu menotol ke atas pohon, kemudian meluncur ke sebuah gedung bertingkat di tengah2 itu taman yang masih menyala lampunya.
Selanjutnya, dari sebuah gunung2an, mendadak lompat keluar dua bayangan orang yang segera mengeluarkan suara bentakan. "Sahabat dari mana" Harap tahan dulu gerak kakimu!"
Tapi, seruan dua orang itu tidak dihiraukan oleh orang yang terdahulu, bahkan sudah melesat masuk ke dalam ruangan gedung tersebut.
Dua orang tadi karena kalah jauh ilmunya meringankan tubuh, tidak berdaya menghalangi masuknya orang itu, terpaksa cuma mengikuti jejaknya, masuk ke dalam.
Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie menggunakan
kesempatan itu, dengan cepat terbang melayang ke atas atapnya genteng gedung bertingkat tersebut. Dari atas mereka dapat lihat keadaan dalam ruangan, yang ternyata ada disediakan dua meja perjamuan.
Di sepanjang teras yang menuju ke ruangan, ada berdiri berbaris pasukan pengawal. Di tengah tengah ruangan ada berdiri seorang tua tinggi kurus yang berpakaian seperti raja. Orang tua itu hidungnya bengkok seperti burung elang, sepasang matanya mendelong ke dalam, memancarkan sinar tajam, pelipisnya tinggi menonjol. Suatu type yang khas bagi seorang ahli tenaga ilmu dalam yang sangat tinggi.
91 Di sebelah kiri orang tua itu ada berdiri seorang laki2
pertengahan umur yang berbadan tinggi besar dan di sebelah kanannya adalah seorang tua pendek yang menggendong sebatang payung besar. Dilihat sepintas lalu, sudah dapat dipastikan bahwa tiga orang itu pasti ada orang2 penting dari Hong-lui-po.
Berdiri berhadapan dengan tiga orang tua itu adalah seorang tua berpakaian perlente. Saat itu ia dengan sikapnya yang keren berkata sambil menuding dengan jari tangannya: "Dengar kabar bahwa To-liong Kongcu dari Hong-hong-tie telah tertawan oleh kalian apakah hal itu ada benar?"
Orang tua hidung bengkok itu menjawab dengan suara dingin sambil delikkan matanya: "Tidak salah, apakah tuan ada Kie-lin Kokcu sendiri?"
"Untuk sementara kau jangan tanya aku siapa, aku hanya tanya padamu, bagaimana cara tertangkapnya?"
Orang tua hidung bengkok itu mendadak ketawa
terbahak-bahak: "Apa itu masih perlu ditanya" Bocah semacam dia itu, di bawah tanganku 'Ham-hay Liong-kun', hanya dalam beberapa gebrakan saja sudah dengan mudah dapat kugulingkan dan tertawan hidup2".
Orang tua berpakaian perlente itu setelah mendengar keterangan yang agak jumawa itu. diam2 merasa kaget dan heran. Ia tahu benar kekuatan dan kepandaian Lim Tiang Hong. Dalam kolong langit ini, yang mampu merubuhkan padanya dalam waktu 2-3 jurus, boleh dikata tidak ada.
Jikalau keterangan yang diberikan orang tua yang mengaku dirinya Ham-hay Liong-kun ini benar, maka sungguh hebat sekali kekuatan orang tua ini.
92 Tapi ia ada seorang tua yang beradat tinggi, ia tidak mau percaya bahwa Ham-hay Liong-kun ini ada mempunyai kepandaian begitu tinggi.
Maka ia lantas berkata pula sambil ketawa terbahak-bahak serta mengurut jenggotnya yang panjang: "Jikalau tuan tidak membual, aku To-hoa Tocu, ingin pertaruhkan nama baikku, menjunjung sebagai orang kuat nomor satu dalam kolong langit ini. Tapi, hanya dengan perkataan saja tidak ada gunanya, yang penting ialah kenyataan. Kalau benar kau ada mempunyai kepandaian semacam itu, bagaimana kalau kau bebaskan bocah itu dan coba bertanding sekali lagi di hadapanku, supaya aku dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri".
"Ini apa susahnya" jawabnya Ham-hay Long-kun
sambil ketawa dingin. Laki2 tua pendek yang berdiri disisi kanannya
mendadak berkata sambil turunkan payungaya yang besar:
"Tunggu dulu! dalam berapa hari ini keadaan sangat genting. Kabarnya orang2 Hong-hong tie sudah keluar bergerak semua hendak merampas bocah itu, sebaiknya kita berlaku hati2".
Laki2 tua pendek itu adalah Pak-kek Suncu yang pernah mengadu kekuatan dengan Lim Tiang Hong. Sejak ia memasuki daerah Tionggoan, terhadap kekuatan berbagai partai persilatan di daerah Tionggoan, ia sudah dapat gambaran agak jelas. Ia tahu bahwa kekuatan Hong-hong-tie memang benar2 tidak boleh dipandang ringan. Di samping itu iapun tahu bahwa kekuatan Tho-hoa To juga tidak boleh dipandang remeh dan kini Tho-hoa Tocu sudah datang sendiri, tentunya bukan cuma ia seorang diri saja, maka ia lantas maju mencegah.
93 Tapi Ham-hay Liong-kun andalkan kekuatannya sendiri yang dianggapnya sudah jarang yang mampu menandingi.
Karena begitu tiba di daerah Tionggoan, dengan sangat mudah sudah berhasil menangkap hidup dirinya Lim Tiang Hong yang mendapat nama baik di kalangan kang-ouw, maka ia semakin mangkak.
Ketika mendengar perkataan Pak-kek Suncu supaya berlaku hati2, lantas ketawa terbahak bahak kemudian berkata: "Jangan kata Hong-hong-tie hanya beberapa gelintir manusia tidak ada namanya saja. Sekalipun seluruh kekuatan partai rimba persilatan daerah Tionggoan digabung menjadi satu, aku juga tidak takut!"
Dengan tidak mengindahkan nasehat Pak-kek Suncu, ia sudah berkata kepada orang di belakangnya: "Bawa itu bocah kemari!"
Dua laki2 berpakaian kulit, warna merah lantas berjalan menuju ke belakang.
Tho-hoa Tocu yang menyaksikan tingkah laku tengik orang yang menamakan diri Ham-hay Liong-kun ini, kemurkaannya hampir sudah tidak dapat ditahan lagi, tapi seberapa bisa ia menekan perasaannya itu. Sebab maksud kedatangannya adalah untuk menolong diri Lim Tiang Hong. Dengan kedudukannya seperti ia, biar bagaimana ia tidak percaya kalau orang tua berhidung bengkok ini dalam waktu 2-3 jurus mampu membekuk dirinya Lim Tiang Hong. Ia merasa curiga dalam hal ini pasti ada sebab musababnya yang lebih dalam.
Maksudnya minta dikeluarkannya Lim Tiang Hong
supaya bertanding sekali di hadapannya, sudah tentu ia kepingin tahu bagaimana Lim Tiang Hong bisa terjungkal di tangannya orang tua ini. Dilain pihak, ialah memikirkan keselamatan anak muda itu. Ia kuatir apabila orang2 Hong-94
lui-po diam2 akan bawa kabur padanya atau diam2
mencelakakan jiwanya. Berbareng pada saat Ham-hay Liong-kun suruh
membawa keluar Lim Tiang Hong kepada orang2nya, dari atas genteng melayang turun seorang imam dan seorang berpakaian biasa.
Begitu melihat Tho-hoa Tocu, segera maju memberi hormat sembari berkata: "Sungguh tidak nyana Tho-hoa Tocu yang sudah lama menikmati kebahagiaan hidup di pulau nirwana, kini juga terlibat dalam kancah pergolakan ini!"
Tho-hoa Tocu lantas menjawab sambil membalas
hormat: "Kedatangan siauwtee ini, semata-mata cuma karena To-liong Kongcu, soal yang lainnya tidak ingin, turut campur tangan, entah ada keperluan apa kedatangan To-tiang dan Gek-siuheng ini?"
Kedua orang yang baru datang itu, memang benar adalah pemimpin Heng-san-pay Heng-san Gek-siu dengan suhengnya yang sudah lama tidak mau tahu urusan dalam dunia Kangouw, suhengnya itu adalah Kim-leng Totiang, Maksud kedatangannya ini sudah tentu hendak minta kembali panji sekutu yang disimpan oleh orang2 Hong-lui-po. Disamping itu ia juga ingin menuntut balas sakit hati terhadap perbuatan orang2 Hong-lui-po kepada Heng-san-pay.
Ketika mendengar pertanyaan Tho hoa Tocu, segera menjawab sambil menghela napas panjang: "Kecuali urusannya To-liong Kongcu, Heng. san-pay dengan Hong-lui-po juga masih ada mempunyai ganjalan sakit hati!"
Tho-hoa Tocu lantas mengetahui apa sebabnya, maka ia cuma anggukan kepala tidak menanyakan lagi.
95 Baru saja Kim-leng Totiang dan Heng-san Gek-siu hendak bicara dengan Ham-hay Liong-kun, di atas genteng tiba2 terdengar suara nyaring, kemudian disusul oleh melayang turunnya tiga orang paderi yang segera memberi hormat dan berkata kepada Tho-hoa Tocu bertiga: "Samwie ternyata sudah datang lebih dulu!"
Tho-hoa Tocu angkat kepala. Ia baru lihat bahwa tiga paderi itu ternyata ada Hian-thong, Hian-kak dan Hian-thian dari gereja Siauw-lim-sie, maka segera angkat tangan membalas hormat.
Ham-hay Liong-kun yang sejak tadi berdiri dengan sikap dingin mengawasi dan mendengarkan pembicaraan mereka, mendadak berkata sambil ketawa terbahak bahak:
"Sungguh kebetulan sekali! lohu baru saja tiba di daerah Tionggoan, sudah lantas berkenalan dengan begini banyak orang kuat dari rimba persilatan, benar2 merasa sangat beruntung,"
Yu-kok Oey-eng dan Yon-jie yang sembunyi di atas gelap, menyaksikan orang2 yang datang hendak menolong Lim Tiang Hong makin banyak, diam2 merasa girang.
Yu-kok Oey-eng lantas menarik tangan Yong-jie sambil berkata: "Mari kita lekas pergi tolong kongcu!"
Ia segera melayang turun mengikuti itu dua orang yang mendapat perintah untuk membawa keluar Lim Tiang Hong.
Dengan melalui perjalanan berliku liku yang sangat panjang, tibalah mereka di sebuah kamar yang terbuat dari batu seluruhnya, hanya pintunya yang terdiri dari besi tebal, diselop dengan kunci besar, namun di sekitar kamar itu tidak terdapat satu manusia yang menjaga.
96 Dua orang baju kulit itu ketika berada di depan pintu kamar , lantas memanggil-manggil: "Ah-gu! Ah-gu!....".
Tapi tidak terdengar suara jawaban orang, hingga mereka merasa heran. "Eh"!.... Apa telah terjadi apa2....?".
Dalam keadaan gelap itu mendadak tertampak
berkeiebatnya sinar pedang, Dengan kecepatan bagaikan kilat sudah menyambar badan dua orang berpakaian kulit merah itu.
Belum keburu mengeluarkan suara, dua orang itu sudah tertabas putus pinggangnya, hingga jiwanya melayang seketika itu juga.
Di depan pintu kamar itu ada berdiri seorang wanita muda yang berbadan sangat ringkas, di depan dada wanita itu terdapat sulaman seekor burung Hong putih.
Yong-jie yang dulu pernah melihat satu kali di hadapan kuburan palsu Lim Tiang Hong, segera dapat mengenali siapa adanya si nona itu. Ia menarik tangan Yu-kok Oey-eng dan berkata padanya dengan suara pelahan: "Nona ini ada sahabat baiknya kongcu!"
Yu-kok Oey-eng cuma bisa gigit bibir, tidak menjawab, Wanita muda itu mengambil sebuah anak kunci dari dalam sakunya, untuk membuka pintu besi kamar tawanan itu setelah pintu terbuka, dengan cepat ia lompat masuk.
Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie tidak mau ketinggalan, seolah-olah bayangan setan mereka mengikuti jejak wanita tadi.
Ilmu meringankan tubuh dari Hong-hong-tie, sudah lama menjagoi dunia Kangouw, maka perbuatan Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie tadi, tidak diketahui oleh wanita itu.
97 Keadaan dalam kamar batu itu ternyata sangat kokoh.
Kecuali sebuah pintu besi yang sangat tebal, dalamnya cuma terdapat dua lubang sebesar kepelan tangan sebagai lubang angin
Begitu masuk ke dalamnya, harus melalui jalan lorong yang panjang dan sempit, disitu kembali terdapat pagar besi yang sangat kokoh, tapi tidak ada pintunya. Dengan melalui sela2 ruji besi itu dapat melihat ke dalam. Di sebuah pilar besi besar ada terikat tubuhnya seseorang yang rambutnya awut2an kedua tangannya diikat ke atas, kedua kakinya diikat dengan rantai besar, begitu pula bagian pinggangnya juga terikat kust2, hingga tidak dapat bergerak sama sekali.
Dilihat dari dandanannya dan potongan badannya, bukankah itu ada Lim Tiang Hong. Cuma sayang mukanya menghadap ke dalam, hingga tidak dapat dilihat dengan tegas.
Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie yang sembunyi di tempat gelap, melihat keadaan demikian, terutama Yong-jie yang sangat disayang oleh Lim Tiang Hong, hampir saja menjerit untung segera dicegah oleh Yu-kok Oey-eng.
Saat itu, wanita tadi sudah berada di depan terali besi, ia ulur tangannya dan mendorong dua kali, tapi sedikitpun tidak bergeming, hingga ia terpaksa memanggil manggil:
"Saudara Lim, Saudara Lim!....".
Tapi panggilannya itu juga tidak mendapat jawaban.
Ia menjadi sangat gusar, lalu mengulur pedang
panjangnya, berulang ulang ia membacok terali besi yang kokoh kekar itu, tapi juga tidak bergerak sama sekali.
Diantara cipratan lelatu dan suara gemerincing, mendadak muncul seorang wanita lain yang berpakaian 98
warna hijau dan di belakang gegernya ada menggendong sebilah pedang Ceng-kong-kiam.
Dengan suara dingin wanita yang baru muncul itu menegur: "Kau membacok terali besi seperti tukang besi ini, apakah kau ingin mengundang orang datang kemari?"
Wanita yang pertama itu cuma membacok seenaknya saja, ternyata sudah tidak tahu ada orang lain masuk.
Tatkala ia mendengar suara teguran itu, nampaknya terkejut, mendadak ia balikan badannya, dan ketika melihat orang yang baru masuk itu juga sejenis dengan dirinya, lantas menjawab sambil monyongkan mulutnya. "Kau siapa" Apa maksudmu datang kemari?"
"Siauwmoy adalah Sin-lie Hongcu dari gunung Bu-san.
Dengan melihat dandananmu ini, kau barangkali adalah ketua Tiang-lim-pay, nama Cu Giok Im yang bergelar Pek-hong atau burung Hong putih itu bukan?"
Pek-hong tahu benar bahwa Sin-lie Hongcu baik sekali hubungannya dengan Lim Tiang Hong. Maksud
kedatangannya ini, tidak perlu ditanya juga sudah dapat diketahui, sudah tentu juga hendak menolong dirinya itu anak muda. Dengan tanpa disadari mendadak timbul perasaan jelus. Tiba2 ia tertawa dingin dan tidak berkata apa2 lagi. Kemudian balikkan badannya terus berdaya hendak membuka itu terali besi.
Sin-lie Hangcu ada seorang wanita yang tinggi hati.
Diperlakukan begitu dingin oleh Pek-hong, sudah tentu merasa tidak senang, maka ia lantas berkata dengan suara dingin: "Hm! sombong benar!"
Lalu maju ke depan, kedua tangannya memegang terali besi yang kasar itu, kemudian mengerahkan seluruh 99
kekuatan tenaganya, menarik besi kasar itu, tapi ternyata juga tidak bergerak sama sekali.
Pek-hong melirik padanya sejenak, lantas tertawa geli.
Sin-lie Hongcu yang menyaksikan keadaan Lim Tiang Hong begitu mengenaskan, hatinya merasa gusar dan cemas dan kini tidak berdaya pula mendobrak terali besi yang merintang di depannya itu. Maka setelah diketawai Pek hong, lantas tumpahkan kemarahannya diatas pundak gadis itu. Cepat ia balikkan badannya dan menegur dengan suara keras: "Kau ketawa apa?"
"Aku ketawa sendiri, ada hubungan apa dengan kau?"
"Hm! kalau Sin-lie Hongcu sudah naik darah, tidak perduli kau siapa".
"Jangan banyak bertingkah di hadapan Cu-Giok Im, aku tidak suka dengan sikap demikian".
Pek-hong ternyata tidak mau mengalah, kontan ia balas dengan ucapan pedas. Mengapa begitu" Sudah tentu dalam soal ini perasaan jelus mungkin memegang peranan besar!
Sin-lie Hongcu mendadak menghunus pedangnya dan berkata sambil menuding Pek-hong: "Mungkin kau andalkan ilmu pedang Tiang-lim-pay yang kesohor itu"
Malam ini nonamu kepingin belajar kenal dengan ilmu pedangmu yang hebat itu!"
Pek-hong yang memang sudah memegang pedang, tidak perlu banyak rewel, ia segera bolang balingkan pedangnya sembari berkata: "Majulah, aku terima baik tantanganmu!
Dengan paras merah padam, Sin-lie Hongcu lantas menyerang dengan pedangnya.
100 Mendadak ada sinar hitam menyambar dan
menghalangi meluncurnya pedang, kemudian disusul oleh munculnya seorang wanita berkerudung dan seorang gadis kecil berpakaian warna merah jambu.
Pek-hong dan Sin-lie Hongcu terperanjat. Wanita berkerudung itu tidak perdulikan mereka, langsung menuju ke terali besi, sedang gadis kecil itu memandang mereka berdua sambil leletkan lidahnya dan menyengir.
Dua orang itu bukan lain daripada Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie yang sejak tadi rnenyaksikan semua gerak gerik dua wanita muda itu ditempat sembunyinya. Menurut pikiran Yu-kok Oey-eng, sebetulnya ingin membiarkan dua wanita itu baku hantam sendiri lebih dulu. Tapi Yong-jie yang hatinya masih putih bersih, terhadap siapa saja tidak mempunyai pikiran untuk pilih kasih. Ia tidak tega melihat Lim Tiang Hong tersiksa lebih lama, maka lantas tarik tangan Yu-kok Oey-eng untuk segera bertindak. Begitulah setelah Yu-kok Oey-eng mengenakan kerudung di
mukanya, lantas turun tangan di waktu yang tepat.
Sebetulnya, Yu-kok Oey-eng juga memperhatikan
keselamatan Lim Ting Hong, tapi oleh karena perasaan cemburu sudah menguasai akal budinya, maka ia
mengharap agar salah satu diantara dua wanita itu ada yang mati atau terluka.
Dan kini setelah ia turun tangan untuk memisah, masih juga tidak mau perdulikan dua wanita itu, sebaliknya dengan menggunakan senjata gendewanya, untuk
membabat terali besi yang kokoh kekar itu.
Diluar dugaan semua orang, terali besi yang kokoh itu ternyata dengan mudah sudah dibikin putus oleh senjata Yu-kok Oey-eng. Di situ terdapat sebuah lubang kira2 dua kaki lebarnya.
101 Yong-jie yang sudah tidak sabaran, melesat masuk lebih dulu, kemudian disusul oleh tiga yang lainnya.
Tapi tepat pada saat itu, di lorongan jalan mendadak terdengar suara bentakan orang: "Jangan bergerak! kalian sesungguhnya bernyali besar sekali!"
Semuanya merasa kaget, ketika mereka berpaling, di belakang mereka ada berdiri tiga laki2 berpakaian kulit, menjaga tempat lubang bekas mereka masuk tadi.
Berbareng dengan itu, di dalam kamar tawanan itu, kembali terdengar suara orang ketawa cekikikan. Dua laki2
berpakaian kulit, dengan tangan masing2 ditempelkan depan dada Lim Tiang Hong, berkata kepada tiga wanita itu: "Kalau kalian berani maju setindak lagi, aku akan bereskan jiwa bocah ini lebih dulu".
Sin-lie Hongcu dengan paras merah padam berseru:
"Kau berani!" Tapi ia hanya bisa pelototkan matanya saja, tidak berani maju lagi.
Pek-hong acungkan pedang panjangnya, dengan mata beringas, sedang Yong-jie hampir saja menangis, tapi tiada satu yang berani bertindak.
Hanya Yu-kok Oey-eng yang kelihatannya agak tenang, ia tetap berdiri di tempatnya tanpa bergerak. Walaupun demikian, tapi dalam hatinya merasa semakin cemas, sebab ia tahu bahwa Ham-hay liong-kun yang berada di dalam ruangan depan, kini tengah menantikan Lim Tiang Hong yang akan dibawa keluar!.
Dalam suasana tegang seperti itu, diluar terali besi tiba2
nampak berkelebatan sesosok bayangan orang. Tiga laki2
yang menjaga lubang masuk tadi, dua diantaranya sudah 102
rubuh binasa di tanah, sedang yang masih hidup selagi hendak berteriak, sudah dicekel lekernya, hingga tidak dapat bernapas dan mati seketika itu juga.
Selanjutnya, bayangan orang itu melayang masuk melalui lubang terali besi, dengan tanmpa bersuara menerjyang kepada dua orang berpakaian kulit yang mengancam diri Lim Ting Hong.
Yu-kok-Oey menjadi cemas. Dengan tampa banyak
bicara, sudah melanjutkan serangan dengan tangan kosong dari samping sembari berseru: "Tahan dulu! apa kau menghendaki dia mati lekas?"
Bayangan orang yang saat itu masih mengapung di tengah udara, ketika merasa diserang orang, dengar, cepat sudah menyambuti dengan telapakan tangannya.
Setelah dua kekuatan saling beradu, orang itu terpental mundur sehingga sempoyongan, sedang Yu-kok Oey-eng sendiri juga mundur dua tindak.
Orang itu ada sucinya Lim Tiang Hong, Hong-hay Kouw-loan. Yu kok Oey-eng ketika menampak kedatangan Henghay Kouw-loan, parasnya berubah seketika.
Hong-hay Kouw-loan sejak mempelajari kitab Tat-mo-keng bagian terakhir, kepandaiannya mendapat banyak kemajuan. Ketika melihat Yu-kok Oey-eng dengan tanpa sebab menyerang dirinya, lantas berkata dengan suara gusar: "Apa maksudmu ini?"
"Matamu toh tidak buta, apa kau tidak dapat lihat?"
jawabnya Yu-kok Oey-eng dingin.
Sebetulnya Henghay Kouw-loan juga sudah melihat keadaan yang membahayakan jiwa Lim Tiang Hong.
Jikalau saat itu Yu-kok Oey-eng menjawab dengan baik, 103
mungkin tidak akan timbul persoalan. Apa mau Yu-kok Oey-eng karena hubungannya dengan Lim Tiang Hong, sedikit banyak ada mengandung rasa permusuhan terhadap Henghay Kouw-loan, maka ia menjawab dengan ketus.
Henghay Kouw-loan yang begitu dalam mencintakan Lim Tiang Hong, meski kemudian terhalang dan dirusak oleh Im Tay Seng, sehingga merupakan suatu penyesalan besar, tapi terhadap Yu-kok Oey-eng juga sedikit banyak merasa cemburu, maka ketika diperlakukan demikian, ia juga lantas marah. "Kau mau apa?" katanya.
Tapi Yu-kok Oey-eng masih tetap perlakukan padanya dengan sikap dingin.
Henghay Kouw-loan yang adatnya juga berangasan, sudah tidak dapat kendalikan perasaannya lagi. Dengan tanpa banyak bicara ia sudah melancarkan serangannya yang tidak tertampak ujudnya, sehingga seperti tidak bertenaga.
Yu-kok Oey-eng yang mendapat didikan langsung dari Kie-lin Kokcu, banyak pengetahuanya tentang ilmu silat dari berbagai cabang persilatan, maka diam2ia merasa kaget, karena serangan yang dilancarkan oleh Henghay Kouw-loan itu ternyata suatu ilmu silat tertinggi dalam golongan Buddha yang dinamakan Bu-siang atau ilmu kekuatan tenaga dalam yang lidak terwujud.
Oleh karena itu, maka ia tidak berani berlaku gegabah, ia segera balikkan tangannya, menyambuti serangan tersebut.
Swbentar kemudian, dalam ruangan kamar itu cuma terdengar suara menderunya samberan angin, hingga pakaian mereka pada berkibar-kibar.
104 Dugaan Yu-kok Oey-eng sedikitpun tidak meleset.
Serangan yang digunakan oleh Henghay Kouw-loan memang adalah ilmu silat tenaga dalam tertinggi dari golongan Buddha yang dinamakan Bu-siang sin-kang.
Meski belum lama Henghay Kouw-loan mempelajari, tapi kekuatannya sudah cukup hebat, ternyata dapat mengimbangi kekuatan ilmu Sian-thian-cin-it-sin kang yang dilancarkan oleh Yu-kok Oey-eng.
Dalam gusarnya, Yu-kok Oey-eng lantas mencecar Henghay Kouw-loan dengan serangan bertubi-tubi, namun tidak dapat berbuat apa2 terhadap padanya.
Jago betina ini karena masing2 menuruti perasaan hati, telah bertempur mati-matian sendiri, tidak memikirkan dirinya dalam goa macan.
Tiba2 di luar kamar terdengar suara bentakan dan teriakan yang amat riuh, kadang2 diseling suara jeritan yang mengerikan.
Dua laki2 berpakaian kulit yang menjaga, Lim Tiang Hong nampak terperanjat. Dengan tampa sadar sudah lepaskan tangan mereka yang menempel didada anak muda itu. Kedua2nya saling berpandangan.
Dalam saat yang sangat kritis itu, mendadak berkelebat satu bayangan merah, secepat kilat meluucur ke arah dua orang berpakaian kulit itu.
Dua orang itu masih belum tahu benar apa yang terjadi, mendadak pada jatuh terjengkang sambil menjerit.
Bayangan merah itu bukan lain daripada Yong-jie.
Gadis cilik ini meski usianya masih terlalu muda, tapi pikirannya sangat tajam.
105 Ia merasa tidak senang atas perbuatan Yu-kok Oey-eng dan Henghay Kouw-loan yang tidak memperdulikan nasibnya Lim Tiang Hong, yang baku hantam antara kawan sendiri. Meski pertandingan itu merupakan suatu pertandingan yang amat dahsyat dan banyak ilmu2 pukulan yang aneh2 tapi ia tidak ambil pusing, seluruh perhatiannya cuma ditujukan kepada itu dua laki2 yang menjaga Lim Tiang Hong. Maka ketika dua laki2 itu lepaskan tangannya dengan tanpa sadar, ia lantas lompat melesat memberi pukulan yang telak dengan kepalan tangan dan tendangan kaki secara berbareng.
Usahanya itu ternyata berhasil baik, dua laki2 itu lantas rubuh terjengkang.
Hampir berbarengan dengan bergeraknya Yong-jie, Pek-hong dan Sin-lie Hongcu juga sudah bergerak ke arah Lim Tiang Hong. Begitu pula dengan Yu-kok Oey-eng dan Henghay Kouw-loan. Ketika menyaksikan keadaan
demikian juga segera berhenti bertempur, kedua-duanya lari ke arah pemuda itu-Dengan senjata pusakanya, Yu-kok Oey-eug dengan mudah sudah dapat membabat putus semua rantai yang membelenggu tubuh Lim Tiang Hong.
Henghay Kouw-loan yang menyaksikan anak muda itu sudah tidak keruan macam wajahnya mesum, rambutnya awut2an, air matanya lantas mengucur keluar, ia lantas maju dan memondong tubuhnya sembari berkata:


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sungguh kejam kawanan iblis itu, telah membuat ia menjadi begini rupa, kalau aku tidak dapat menuntut balas sakit hati ini, aku bersumpah tidak mau jadi orang".
Dengan cepat ia pondong tubuh Lim Tiang Hong dan hendak berjalan keluar.
106 Mendadak di sisinya terdengar suara bentakan:
"Letakkan!" Berbareng dengan itu, nampak berkelebat bayangan Yu-kok Oey-eng yang sudah menghadang di hadapannya seraya berkata dengan suaranya yang dingin: "Tidak usah kau capek hati, sudah ada orang Hong-hong-tie yang akan merawatnya".
Henghay Kouw-loan melengak, kemudian me-ny aut sambil ketawa terkekeh-kekeh: "Tidak usah berlaku begitu menyayang! dia bukan tunanganmu, melainkan suamiku!"
Mendengar perkataan Henghay Kouw-loan yang secara terang2an anggap Lim Tiang Hong sebagai suaminya, seketika itu merasa cemas dan gusar. Perasaan jelusnya kembali timbul, maka lantas berkata sambil ketawa dingin:
"Sungguh tidak sangka bahwa di dalam dunia ada seorang wanita yang tidak tahu malu seperti kau ini. Aku juga tidak perlu banyak bicara denganmu kau letakkan padanya".
Ketika mengucapkan perkataan yang terakhir itu, nampaknya sangat murka sekali.
Pek hong Cu Giok Im yang sifatnya seperti laki2, terhadap Lim Tiang Hong sebetulnya hanya berdasar kecintaan yang tidak lebih sebagai sahabat biasa saja. Maka ketika melihat dua jago betina itu bertengkar, dalam hati merasa tidak puas. Ia lalu maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Kalian berdua sama2 ada sahabat2nya, maka segala hal harus kita utamakan keselamatan jiwanya.
Menurut peadapatku yang picik, sekarang ini kita masih berada dalam goa macaan, paling baik keluar dulu dari sini.
Persoalan yang lainnya nanti kita bicarakan lagi setelah berada di luar".
107 Sin-lie Hongcu lain pula sifat dan pikirannya. Kecuaii tidak puas melihat tindakan mereka berdua, dalam hatinya masih ada mengandung sedikit perasaan jelus yang ia tidak mampu kendalikan, maka ia tidak mau maju memisah. Ia cuma bersikap masa bodoh, sembari peluk tangan dan ketawa dingin ia mengawasi dari jauh.
Yong-jie karena usianya masih terlalu muda, ia tidak berani mencegah Yu-kok Oey-eng, juga tidak berani membikin gusar Henghay Kouw-loan, maka ia cuma berdiri di samping sambil melongo saja.
Dewi Dua Musim 3 Wiro Sableng 121 Tiga Makam Setan That Summer Breeze 3

Cari Blog Ini