Ceritasilat Novel Online

Tamu Dari Gurun Pasir 19

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 19


Mendadak ia seperti ingat sesuatu, dengan cepat dari dalam sakunya mengeluarkan sebutir pil Suat-som-wan, lalu maju melesat hendak masukkan dalam mulut Lim Tiang Hong.
Henghay Kouw-loan salah duga. Ia mengira bahwa gadis cilik itu hendak merampas diri Lim Tiang Hong, maka lantas ia serang dengan telapakan tangannya.
Tapi Yu-kok Oey-eng dengan cepat sudah sambuti serangan itu sambil membentak: "Kau hendak berbuat apa?"
Henghay Kouw-loan sempoyongan, karena dia tidak menduga Yu-kok Oey-eng akan menyambuti serangannya.
Dalam gusarnya ia lantas menghunus pedang panjangnya sembari berkata dengan suara bengis: "Apa kalian benar2
hendak berlaku secara tidak aturan?"
"Lekas kau letakkan dia, segalanya akan beres" jawab Yu-kok Oey-eng dingin.
"Mengapa aku harus tinggalkan dia?"
Orang dalam keadaan cemas kadang2 memang suka
bicara tanpa dipikir panjang, Hang-hay Kouw-loan sedang 108
murka, ia sudah lupa untuk menjelaskan duduknya perkara yang sebenarnya.
Selagi semua orang masih belum tahu bagai mana harus berbuat, di lorongan tiba2 tertampak satu bayangan orang yang bergerak dengan cepat ke arah mereka.
Daiam waktu sekejap saja, orang itu sudah berada di depan mereka, kemudian maju ke depan Henghay Kouw-loan sembari berkata: "Keadaan sudah mendesak, mengapa kalian masih belum mau keluar" Lekas serahkan saudara Lim kepadaku!"
Dengan cepat ia sudah menyambuti tubuh Lim Tiang Hong dari tangan Henghay Kouw-loan, kemudian
digendong dan melesat keluar.
Kedatangan orang itu secara tiba2, tapi tiada seorangpun yang merintangi segala tindakannya, sebab ia adalah sahabat baik Lim Tiang Hong, juga adik angkat Henghay Kouw-loan.
Henghay Kouw-loan percaya padanya, Yu-kok Oey-eng kenal padanya. Kalau mereka berdua tidak merintangi, sudah tentu yang lainnya tidak bisa berbuat apa2.
Orang itu bukan lain daripada Hong-gwat Kongcu dari Toa-hoa-to.
Empat wanita bersama Yong-jie segera mengikuti jejak Hong-gwat Kongcu berlalu dari kamar tawanan tersebut.
Begitu tiba diluar, baru tahu bahwa pusatnya kepala berandal ini sudah menjadi medan pertempuran sengit, suara jeritan dan teriakan menggema di seluruh gunung Thay-heng-san.
Orang2 dari enam partai golongan Hian-bun, Siauw-lim-pay,. Ngo thay pay, Bu san, Tho hoa to dan lain2nya lagi, 109
hampir semua sudah datang. Yang mengherankan ialah orang dari Hong hong-tie, ternyata tidak kelihatan seorangpun yang datang.
Mungkin orang2 dari Hong-lui-po itu sedang repot menghadapi musuh2nya, maka ketika rombongan Honggwat Kongcu keluar dari kamar tahanan itu, tiada satupun yang merintangi.
Rombongan itu ketika tiba di bawah bukit masih berjalan lagi ke jarak yang agak jauh, Hong-gwat Kongcu baru hentikan kakinya.
Ia senderkan diri Lim Tiang Hong di bawah sebuah pohon besar, lalu membuka bajunya, untuk diperiksa keadaan tubuhnya. Mendadak ia menotok bagian jalan darah dengan cepat, kemudian meng-urut2 sampai Lim Tiang Hong menjadi sadar.
Tapi, Kong-gwat Kongcu nampaknya sangat lelah
sekali, dengan napas memburu ia berkata: "Kawanan iblis ini sangat kejam sekali. Pada satu hari apabila ketemu dengan aku Hong-gwat Kongcu, hm...."
Pada saat itu, empat wanita muda dan Yong-jie semua sudah berkumpul di bawah pohon besar itu.
Yong-jie dengan air mata berlinang mengeluarkan sebutir pil Suat-som-wan, dimasukan ke dalam mulut Lim Tiang Hong. Tapi karena mulut pemuda itu masih terkancing, pil itu tidak bisa masuk ke dalam
tenggorokannya. Henghay Kouw-loan dengan airmata mengalir deras.
Sambil pondong tubuh Lim Tiang Hong ia bertunduk hendak masukkan pil itu dengan mulutnya.
110 Yu-kok Oey-eng yang menyaksikan keadaan demikian lantas berkata sambil ketawa dingin: "Heran ia dapat melakukan itu!"
Henghay Kouw-loan mendadak berdiri dan balas
menanya: "Mengapa tidak" Dia toh bukan tunanganmu, melainkan suamiku, tahukah kau?"
Yu-kok Oey-eng yang hatinya masih cemas, telah merasa geli ketika mendengar jawaban itu, sampaipun Pek-hong dan Sin-lie Hongcu juga turut ketawa.
Henghay Kouw-loan merasa sangat malu, selagi hendak menjelaskan duduknya perkara, mendadak terdengar suara ketawa yang sangat aneh.
"Haha, bocah ini sesungguhnya sangat beruntung, ada begitu banyak wanita yang berebut menjadi isterinya, hahaha!....".
Semua orang terperanjat, segera siap dengan senjata masing2. Pada saat itu, dari dalam rimba ada muncul serombongan orang yang dikepalai oleh seorang yang sangat jumawa, yang bukan lain dari pada Ham-hay Liongkun dan di belakang orang tua itu ada diikuti oleh tiga wanita yang dandanannya sangat aneh.
Hong-gwat Kongcu segera lompat melesat dan menegur mereka dengan alis berdiri: "Kau siapa" Dengan To-liong Koncu ada mempunyai permusuhan apa?"
Sebab empat orang itu semuanya tidak mengenakan pakaian kulit warna merah yang khusus bagi orang2 Hong-lui-po, maka Hong-gwat Kongcu majukan pertanyaan demikian.
111 Ham-hay Liong-kun mengawasi Hong-gwat Kongcu
sejenak, dengan sikap sangat menghina ia dongakan kepala, agaknya tidak pandang mata anak muda itu.
Sebaliknya dengan tiga wanita yang berada di
belakangnya. Begitu melihat Hong-gwat Kongcu, lantas pada maju ke depan, satu diantaranya dengan gerak kaki lemah gemulai menghampiri Honggwat Kongcu seraya berkata: "Siapakah nama Kongcu ini yang mulia?"
Tanpa menunggu jawaban Hong-gwat Kongcu, wanita itu sudah berkata pula sambil ketawa terkekeh-kekeh. "See-hek (daerah barat), Wie-ngo-sam-hoa (tiga bunga), kiranya Kongcu sudah pernah dengar nama itu bukan" Aku adalah Pek-bouw-tan, orang yang tertua dari tiga bunga itu".
Setelah itu ia menunjuk satu diantaranya yang usianya kira2 duapuluh tahunan, dengan badannya yang langsing dan berparas angkuh, lalu berkata pula: "Ini adalah adikku yang kedua Si Mawar berduri, dan itu adalah adikku yang ketiga Sian-jin-ciang....".
Hong-gwat Kongcu segera angkat tangan memberi
hormat seraya berkata: "Nama besar itu memang sudah lama aku dengar. Aku yang rendah adalah Hong-gwat Kongcu dari Tho-hoa-to. Kalian telah membuat sahabatku To-liong Kongcu ini sampai begini rupa dan kini masih merasa belum puas, hendak menumpas habis rasanya, apakah kalian sudah anggap bahwa di daerah Tionggoan tidak ada orang lagi?"
"Astaga, Kongcu ini adalah Hong-gwat Kongcu dari Tho-hoa-to yang namanya sangat tersohor itu" Kalau begitu, kita benar2 berlaku kurang sopan!" berkata Pek-bouw-tan sambil ketawa terkekeh-kekeh,
112 Kembali ia maju dua langkah, hingga jaraknya berdiri dengan Hong-gwat Kongcu tidak cukup satu kaki, hampir beradu muka.
Hong-gwat Kongcu geser kakinya, mundur dua langkah, kemudian berkata sambil dongakan kepala dan ketawa terbahak-bahak: "Aku meski mempunyai gelar Hong-gwat yang agak mengandung arti romantis, namun tidak kenal perbuatan romantis. Aku harap supaya kau jangan coba berlagak romantis di hadapanku"
Kemudian ia mendadak membentak dengan suara keras:
"Malam ini tidak perduli siapa, kalau berani mengganggu seujung rambut saja diri To-liong Kongcu, awas, pedangku tidak kenal kasihan!"
Pek-bouw-tan yang mendengar perkataan itu ternyata tidak gusar sedikitpun juga, kembali ia maju dua tindak sambil pelembungkau dadanya dan berkata sambil ketawa terkekeh-kekeh: "Semua adalah sahabat muda, perlu apa begitu?"
Kali ini ia berada di depan Hong-gwat Kongcu makin dekat, hingga badannya hampir menempel dengan anak muda itu.
Hong-gwat Kongcu wajahnya berubah seketika, ia sudah angkat tangannya hendak turun tangan.
Mendadak di tengah udara terdengar suara bentakan orang: "Bocah yang begitu jumawa, perlu apa diajak banyak bicara?"
Perkataannya itu ditutup oleh hembusan serangan tangan yang seolah-olah hendak menggempur kepala Honggwat Kongcu.
113 Dengan cepat Hong-gwat Kongcu geser kakinya dan lompat sejauh tiga kaki.
Sebentar terdengar suara seperti ledakan petasan, tepat di mana Hong-gwat Kongcu berdiri, terdapat sebuah lubang besar bekas serangan orang itu.
Orang itu karena serangannya tak mengenakan
sasarannya, badannya berputaran di tengah udara, setelah tiba di tanah, kembali melancarkan serangannya dengan kedua tangan.
Hong-gwat Kongcu sangat mendongkol, sambil
keluarkan suara dari hidung ia ulur tangan untuk menyambuti serangan tersebut.
Di tengah udara lantas timbul suara beradunya dua kekuatan, kemudian timbul angin santer yang berputaran lama sekali.
Hong-gwat Kongcu nampak mundur dua tindak, sedang orang itu juga sempoyongan lama baru bisa berdiri tegak.
Hong-gwat Kongcu kini baru lihat tegas bahwa orang yang menyerang kepadanya itu ternyata ada seorang laki2
setengah umur berbadan tinggi besar dengan memakai topi kulit warna merah di atas kepalanya.
Pada saat itu, kembali melayang turun beberapa orang berpakaian kulit warna merah, yang segera mengurung rombongan Hong-gwat Kongcu.
Hong-gwat Kongcu yang menyaksikan keadaan
demikian, diam2 merasa kaget, kemudian dengan semangat menyala-nyala ia dongakan kepala ketawa terbahak-bahak dan berkata: "Kalian ini mungkin adalah orang2 dari Hong-lui-po" Malam ini aku mendapat kesempatan untuk belajar 114
kenal dengan orang2 kuat dari daerah luar perbatasan, sesungguhnya merasa beruntung!"
Laki2 setengah umur berbadan tinggi besar itu setelah mengadu kekuatan dengan Hong-gwat Kongcu, diam2 juga merasa kaget. Kekuatan orang Tho-hoa-to benar saja berbeda dengan lainnya. Kalau tadi ia memandang ringan, kini berbalik berlaku sopan, sambil memberi hormat ia bekata: "Hong-lui-po dengan Tho-hoa-to, satu sama lain tidak ada mempunyai permusuhan apa2, apa perlunya tuan turut campur dalam urusan ini?"
"Enak benar kau berkata, jangan kata orang yang kau ganggu itu ada sahabat karibku sendiri. Walaupun orang yang baru kenal, aku juga tidak akan mengizinkan kalian menganiaya seorang yang sedang terluka parah" jawab Hong-gwat Kongcu sambil ketawa terbahak bahak.
Laki2 berbadan tinggi besar itu adalah Lam-tao Suncu, sebab ia tidak ingin bentrok dengan orang2 Tho-hoa-to, maka terpaksa berlaku sopan. Tapi ketika melihat sikap Hong-gwat Kongcu ada begitu keras. seketika lantas timbul lagi keganasannya, dengan suara dingin ia berkata: "Kalau kau tetap hendak campur tangan, jangan sesalkan kalau kita orang dari Hong-lui-po tidak memandang sehabat!"
Hong-gwat Kongcu segera menghunus pedangnya, lalu dikibaskan dengan seenaknya, tapi ujung pedang itu mengeluarkan suara "ser, ser" dan daun pohon yang berada ditempat sejauh kira2 satu tombak, sudah pada rontok berterbangan.
Perbuatannya itu merupakan jawaban bagi orang Hong-lui-po yang sangat jumawa itu.
Ham-hay Liong-kun yang sejak tadi berdiri di samping tidak perdengarkan suaranya, mendadak membuka mulut: 115
"Lam-tao Suncu, tidak usah banyak bicara dengannya.
Bereskan dulu kawanan kelinci yang tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi ini, kemudian kau bawa pulang itu bocah yang kita tawan!"
Dengan keluarnya perintah pemimpin Hong-lui-po itu, suasana mendadak berubah gawat. Orang2 Hong-lui-po lantas pada menghunus senjata masing2 dengan sikap mengurung mereka maju pelahan2.
Hong-gwat Kongcu dengan pedang ditangan, matanya mengawasi empat wanita itu dengan bergiliran.
Segera dapat lihat bahwa Yu-kok Oey-eng sudah
keluarkan senjata pusakanya. Sepasang matanya
memandang Ham-hay Liong-kun dengan tanpa berkedip.
Nona ini agaknya sudah bertekad hendak menyerang lebih dulu kepada pemimpin itu.
Pek-hong dan Sin-lie Hongcu sebaliknya mengambil sikap siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan.
Hanya Yong-jie si gadis kecil itu, nampaknya seperti tidak ada kejadian apa2, kadang2 jongkokkan badan untuk mengurut dada Lim Tiang Hong sedang mulutnya tidak hentinya memanggil-manggil "Kongcu! kongcu! sadarlah!"
Gadis cilik ini perhatiannya terhadap Lim Tiang Hong ada begitu besar. Henghay Kouw-loan yang berdiri didamping Lim Tiang Hong, sampai merasa terharu, hingga mengeluarkan airmata.
Tiba2 terdengar suaranya yang berkata kepada dirinya sendiri: "Kongcu, kau ada mempunyai kepandaian luar biasa. Bagaimana bisa terluka sampai begini rupa"....Aih!
jika Kokcu ada disini, siapa yang berani menghina kau....
Hm! andaikata Kongcu benar2 tidak tertolong lagi, tidak perduli kemana saja aku pasti akan mencari Kokcu, untuk 116
ber-sama2 pergi ke sarang Hong-lui-po, supaya terbasmi habis sampai akar2nya....".
Pada saat itu, orang2 Hong-lui-po mengurung semakin rapat.
Mendadak terdengar suara perintah dari pemimpin mereka, maka mulailah suatu pertempuran yang amat dahsyat.
Orang2 Hong-lui-po segera menyerbu dari berbagai penjuru.
Hong-gwat Kongcu menggeram hebat. Pedangnya
menyerang dengan hebat. Dalam waktu sekejapan saja, ujung pedangnya sudah berhasil makan korban. Dua orang Hong-lui-po yang menyerbu padanya, sudah jatuh menggelak di tanah dalam keadaan terkutung menjadi dua potong. Kemudian ia putar pedangnya demikian rupa menyerbu setiap orang yang berada di depannya.
Mendadak terdengar suaranya Lam-tao Suncu: "Tuan jangan berlaku terlalu jumawa, sambutilah dulu seranganku!"
Berbareng dengan itu, ia sudah melancarkan
serangannya dengan tangan kosong yang amat dahsyat.
Hong-gwat Kongcu mendadak putar badannya. Sinar pedang ikut berputaran bagaikan mata rantai yang mengurung dirinya, lapisan sinar pedang itu se-olah2
gelombang air laut yang sedang mengamuk. Ternyata sudah menyapu bersih hembusan angin yang meluncur keluar dari serangan Lam-tao Suncu.
Ia sudah kalap benar2 bagaikan banteng ketaton.
Badannya berputaran dengan pedangnya dalam waktu 117
sekejapan saja, kembali sudah melancarkan delapan kali serangan dengan beruntun.
Lam-tao Suncu dalam keadaan kaget dan ter-heran2, badannya juga berputaran seperti roda, begitu pula kedua tangannya, untuk mengimbangi serangan Hong-gwat Kongcu.
Dilain pihak, Yu-kok Oey-eng yang semula hendak menyerang Ham-hay Liong-kun, sudah dipegat oleh orang tua pendek yang membawa payung besar.
Orang tua itu menghujani serangan Yu-kok Oey-eng dengan senjata payung besinya yang besar secara aneh dan hebat sekali, hingga Yu-kok Oey-eng terpaksa balikkan badannya untuk melayani orang tua pendek itu.
Orang tua pendek yang menggunakan senjata payung besar itu adalah Pak-kek Suncu yang pernah jatuh di tangannya Lim Tiang Hong. Ia ada mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat hebat. Kepandaiannya masih di atas Lam-tao Suncu: maka meski Yu-kok Oey-eng mendapat warisan kepandaian Kie-lin Kokcu dan mendapat pelajaran dari Hong-hong-pit-kok, untuk sementara juga masih belum mampu menjatuhkan lawannya.
Setelah Yu-kok Oey-eng dan Hong-gwat Kongcu
mendapat lawan sendiri2, semua kekuatan orang2 Hong-lui-po lalu dipusatkan kepada Pek Hong, Sin-lie Hongcu, Yong-jie dan Henghay Kouw-loan.
Sedangkan mereka berempat karena harus melindungi Lim Tiang Hong, maka masing2 berdiri diempat sudut dan menempatkan Lim Tiang Hong di tengah2.
Oleh karena itu, maka tugas mereka itu sesesunguhnya sangat berat. Tekanan orang2 Hong lui-po dirasakan semakin hebat, masih untung Ham-hay Liong-kun karena 118
tidak mau turun tangan terhadap tingkatan muda, maka untuk sementara masih dapat pertahankan kedudukan masing2.
Dalam pertempuran sekalut itu, dari rombongan orang2
Hong-lui-po mendadak lompat keluar seorang muda ke depan Sin-lie Hongcu, sambil ketawa cengar-cengir orang itu berkata: "Hongcu, apa masih kenali diriku Giok-bin Long-kun" Kalau kau sekarang mau berbalik pikiran, sudah tentu aku akan ingat persahabatan yang lalu, untuk menjamin keselamatan jiwamu".
Sin-lie Hongcu masih kenali pemuda itu, ternyata adalah Giok-bin Long-kun Cu Tek, yang sewaktu masih di gunung Busan berkali-kali pernah menyatakan cinta terhadap dirinya. Berhadapan dengannya tiba2 lantas tersadar, bahwa tindakan orang2 Hong-lui-po yang menyerbu gunung Bu-san, ternyata ada anjurannya pemuda itu!
Maka seketika itu parasnya lantas berubah pucat pasi, tanpa banyak bicara, pedangnya lantas menikam pemuda jahat itu.
Giok-bin Long-kun cepat berkelit dan berkata padanya sambil ketawa dingin: "Bocah itu sudah akan tamat riwajatnya, perlu apa kau masih mengharapkan padanya"
Bukankah lebih senang mengikuti aku saja?"
Bukan kapalang gusarnya Sin-lie Hongcu, sampai dirasakan dadanya mau meledak, kembali ia menyerang hebat dengan pedangnya.
Giok-bin Long-kun yang dicecer terus menerus lantas naik dara. Pemuda yang sudah bejat moralnya itu, timbullah sifatnya yang seperti srigala. Dalam kurungan sinar pedang si nona ia lompat keluar kemudian 119
membentak dengan suara keras: "Budak hina! kau cari mampus!"
Dengan cepat ia sudah balas menyerang dengan tangan kosong. Serangannya itu hebat sekali, hingga Sin-lie Hongcu terdesak mundur. Tapi ia adalah seorang wanita berhati keras seperti baja, sekalipun lengannya sudah dirasakan ngilu, ia masih melawan dengan gigih, dengan secara nekat ia menyerang lagi.
Sin-lie Hongcu berempat, sebetulnya menjaga di empat penjuru sekitar Lim Tiang Hong, tapi kini ia terganggu oleh Giok-bin Long-kun, hingga tempat penjagaannya menjadi lowong. Dua orangnya Hong-lui-po yang dapat melihat itu segera nerobos masuk hendak menyambar Lim Tiang Hong.
Tapi Yong-jie ternyata bermata celi, dengan gesit sekali ia sudah menggunakan seluruh tenaganya untuk menyerang dua orang tersebut, sehingga pada jatuh rubuh.
Namun orang2 Hong-lui-po yang jumlahnya lebih
nanyak, nampak maju merangsak terus. Henghay Kouw-loan yang merupakan orang terkuat di antara ampat wanita itu. Dengan cepat balikkan badannya untuk memberi pertolongan. Ia putar pedangnya begitu rupa hingga dalam waktu sekejapan saja sudah ada beberapa orang yang binasa di ujung pedangnya.
Keadaan dalam medan pertempuran semakin kalut.
Orang2 Hong-lui-po yang menyerbu jumlahnya semakin banyak. Beradunya senjata tajam, bentakan, teriakan dan jeritan manusia, menjadi paduan suara yang menyeramkan.
Pek-hong, Henghay Kouw-loan dan Yong-jie yang harus berkelahi sembari melindungi diri Lim Tiang Hong, benar2
sangat ripuh! 120 Tapi, orang2nya Hong-lui-po yang berdaya hendak merebut kembali dirinya Lim Tiang Hong juga merasa kuwalahan mendapat perlawanan nekat dari tiga jago betina itu. Dalam pertempuran yang berlangsung hampir satu jam lamanya, masih tidak mendapat kemajuan apa2.
Ham-hay Liong-kun yang menyaksikan orang2nya tidak mampu merubuhkan lawannya, menjadi murka, sehingga merasa perlu untuk menghentikan pertempuran itu.
Setelah memerintahkan orang2nya hentikan
pertempuran, dengan kecepatan bagaikan kilat ia melayang ke arah Lim Tiang Hong.
Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng meski sedang bertempur sengit dengan lawan mereka masing2. Tetapi mereka tetap menaruh perhatian kepada Lim Tiang Hong, maka ketika mendengar suara Ham-hay Liong-kun menghentikan orang2nya, mereka lantas mengetahui bahwa pemimpin itu kini hendak turun tangan sendiri. Dengan serentak ke-dua2nya lantas pukul mundur musuh2nya, kemudian balikkan badan memburu ke arah Lim Tiang Hong.
Ketika tangan Ham-hay Liong-kun hendak menjamah tubuh Lim Tiang Hong, pedang Hong-gwat Kongcu dan gendewa Yu-kok Oey eng sudah mengancam berbareng di kedua sisinya. Dengan kecepatan bagaikan kilat kedua senjata itu mengarah jalan darah penting di-bagian geger dan lambung Ham-hay Liong-kun.
Ham-hay Liong-kun meski seorang yang sangat
jumawa, tapi menghadapi serangan yang mematikan itu, terpaksa juga tarik kembali tangannya dan segera geser kakinya untuk menghindarkan serangan tersebut.
121 Sambil delikkan mata ia keluarkan bentakannya:
"Kalian apa benar2 hendak mencari mampus?"
Hong-gwat Kongcu lintangkan pedangnya, menjawab sambil ketawa panjang: "Tidak perlu omong besar, sambuti dulu serangan kongcumu!"
Dari ujung pedang sudah mulai menikam, tapi di tengah jalan mendadak ia rubah menjadi serangan yang menotol dan mengarah berbagai jalan darah badan lawannya.
Mendadak terdengar suara bentakan orang: "Kau masih belum pantas menjadi lawan Liong-kun, mari nonamu main2 beberapa jurus denganmu!"
Lalu sesosok bayangan orang melayang turun dan sebuah sinar biru meluncur dari samping mengarah jalan darah Yu-bun dan Hok-kiat.
Hong-gwat Kongcu memutar ujung pedangnya
digunakan untuk menangkis serangan tersebut. Kini ia baru lihat bahwa orang yang menyerang padanya itu adalah Pek-bouw-tan.
"Sekalipun kalian bertiga maju berbareng, apa kalian kira aku Hong-gwat Kongcu akan takut menghadapi?"
katanya sambil ketawa terbahak-bahak.
Pedangnya lantas diputar, dengan beruntun melakukan serangan sampai tujuh kali.
Ia memang seorang ahli pedang kenanaan. Namanya sudah lama terkenal di kalangan Kangouw. Serangannya itu dilakukan sekaligus, hingga membuat Pek bouw-tan kelabakan dan terpaksa mundur berulang-ulang.
Dengan alis berdiri ia berkata: "Nonamu karena melihat kau masih seperti manusia, maka berlaku merendah terhadap kau, tidak nyana kau ada seorang yang tidak tahu 122
diri. Mari! nonamu kepingin tahu sampai dimana kepandaianmu sih?"
Pecutnya lalu digentak, sinar biru nampak berkelabatan.
Dalam waktu yang singkat saja sudah menyerang sampai dua belas kali. Serangannya itu ternyata sangat ganas, aneh dan nampaknya diluar batas prikemanusiaan.
Hong-gwat Kongcu selamanya tidak suka turun tangan terhadap kaum wanita, tapi malam itu keadaannya adalah lain. Ia terpaksa keluarkan seluruh kepandaiannya untuk menghadapi wanita yang ganas itu. Ia menerobos ke dalam sinar pecut, dan balas menyerang secara ganas pula.
Pek-bow-tan yang baru tiba di daerah Tionggoan, inilah untuk pertama kalinya berhadapan dengan orang dunia Kongouw daerah Tionggoan. Ia tidak sangka bahwa orang yang pertama kali menjadi lawannya itu ternyata ada satu ahli pedang kenamaan, maka sekalipun ia sudah
mengeluarkan seluruh kepandaiannya, juga masih belum mampu merubuhkan lawannya.
Selagi Pek-bouw-tan bertempur sengit dengan Honggwat Kongcu, si Mawar berduri dan Sian jin-ciang keduanya juga lantas turun tangan mengerubuti Yu-kok Oey-eng.
Dua saudara itu meski parasnya cantik, tapi sifatnya kejam dan telengas. Dengan tanpa banyak bicara, mereka sudah melakukan serangan dengan tipu2 serangan yang paling ganas.
Yu-kok Oey-eng merasa cemas dan gusar, karena sejak minum pil Suat-som-Wan, Lim Tiang Hong masih belum kelihatan sadar dan apa sebabnya orang Hong-hong-tie sampai saat itu masih belum unjukkan diri"
123 Serangan dua saudara itu membuat ia semakin gusar, senjatanya diputar demikian rupa, sehingga membuat dua lawannya menjadi kewalahan.
Lam-tao Suncu dan Pak-kek Suncu, sejak Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng meninggalkan mereka, juga lantas berkumpul kebawah pohon besar. Tapi karena Ham-hay Liong-kun sudah keluarkan perintah menghentikan pertempuran, maka mereka juga pada berdiri di samping, tidak berani bergerak.
Mereka dapat lihat mata Ham-hay Liong-kun hanya ditujukan kepada Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng yang sedang bertempur melawan musuh2nya, se-olah2
sudah melupakan dirinya Lim Tiang Hong hingga mereka merasa cemas dan menanya padanya dengan sikap sangat menghormat: "Liong-kun, bagaimana kita harus bertindak"
Malam sudah makin larut!"
Dengan acuh tak acuh Ham-hay Liong-kun menjawab:
"Sungguh tidak nyana rimba persilatan daerah Tionggoan ternyata juga ada orang yang mempunyai kepandaian begitu tinggi!"
Lam-tao Suncu melongo, ia bingung mendengar
jawaban yang melantur ini, maka ia berkata pula:
"Sebaiknya kita tangkap dulu bocah ini, bagaimana dengan pikiran Liong-kun?"
"Bagus! gerak tipu ini bagus sekali! bocah perempuan itu melawan dua bunga, nampaknya mempunyai kemampuan untuk memberi perlawanan sampai tiga atau limaratus jurus".
Lam-tao Suncu semakin heran, tapi ia tidak bisa berbuat apa2, lalu menengok kemedan pertempuran.
124 Mendadak terdengar suara Ham-hay Liong-kun yang berseru: "Hei, bocah! dari mana kau dapatkan ilmu pedang itu"....".
Berbareng dengan itu, terdengar pula suara jeritan kaget Pek-bouw-tan. Perempuan itu nampak lompat sampai lima kaki jauhnya, gaunnya ternyata sudah terpapas sebagian oleh ujung pedang Hong-gwat Kongcu.
Mendadak Ham-hay Liong-kun melayang turun di
hadapan Hong-gwat Kongcu dan berkata padanya: "Aku si orang tua selamanya tidak suka turun tangan terhadap orang tingkatan muda tapi malam ini nampaknya
kecualian, aku ingin main2 beberapa jurus denganmu, jangan malu2, majulah!"
Dengan pedang di dada, Hong-gwat Kongcu dongakan kepala dan ketawa ter-bahak2. "Siapa sudi menjadi orang tingkatan mudamu" Keadaan pada malam ini ialah: siapa kuat akan hidup dan siapa lemah akan mati. Masing2 boleh mengandalkan kepandaian sendiri2, perlu apa kau berlaku begitu jumawa?"
Ham-hay Liong-kun wajahnya berubah, sambil
keluarkan suara ketawanya yang aneh, ia berkata:
"Nampaknya kau masih ingin bermusuhan dengan aku?"
"Haha! apakah perlu main2?".
Mendadak Ham-hay Liong-kun berseru: "Kau berani!"
Tubuhnya lantas melesat tinggi, kemudian berputaran di tengah udara dan melayang turun ke arah bawah pohon dimana ada duduk Lim Tiang Hong. Dan secara mendadak pula ia melancarkan serangan jarak jauh yang amat hebat.
Kiranya selagi semua perhatian dipusatkan kepada Ham-hay Liong-kun dan Hong-gwat Kongcu, Henghay 125
Kouw-loan yang kuatirkan luka2 Lim Tiang Hong, diam2
geser kakinya dan lompat ke sisi Lim Tiang Hong. Baru saja ia hendak pondong dirinya anak muda itu, tidak nyana Ham-hay Liong-kun yang berkepandaian sangat tinggi, meski jatuhnya daun kering sejarak sepuluh tombak juga dapat ditangkap oleh daya pendengarannya, maka ia segera dapat dengar dan lihat gerakan Henghay Kouw-loan itu, oleh karenanya, ia lantas keluarkan seruan dan melesat menyerang padanya.
Serangan itu kalau mengenai dengan tepat, bukan saja akan membikin luka atau binasa dirinya Henghay Kouw-loan, tapi buat Lim Tiang Hong juga tidak akan terhindar dari kematian.
Karena perubahan yang terjadi secara mendadak itu, semua orang pada menjerit. Pek-hong Cu Giok Im, Sin-lie Hongcu, Yong-jie, Hong-gwat Kongcu dan Yu-kok Oey-eng yang tengah bertempur dengan dua bunga dari Wie-ngo, semua pada memburu untuk memberi pertolongan.
Tapi, gerakan mereka itu nampaknya agak terlambat....
=dw~kz= Bab 48 Pada saat yang sangat kritis itu, sesosok bayangan orang dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, meluncur ke arah Ham-hay Liong-kun. Kegesitan dan kecepatan bayangan orang itu mengejutkan semua orang.
Kemudian di tengah udara timbul beberapa kali suara ledakan, lalu disusul oleh menghembusnya angin santer, hingga daun2 pohon pada rontok beterbangan.
126 Setelah semua itu telah berlalu, nampak dua bayangan orang melayang turun. Ham-hay Liong-kun terpental balik kira2 lima kaki, tatkala kakinya menginjak tanah, tanah itu nampak amblas kira2 setengah kaki dalamnya.
Bayangan orang yang muncul secara mendadak itu nampak berputaran tiga kali baru melayang turun dengan tanpa menimbulkan suara apa2, ilmu meringankan tubuhnya itu benar2 membikin kagum semua orang.
Saat itu semua orang baru tahu bahwa orang yang muncul secara tiba2 itu adalah Kokcu Hong-hong-tie yang baru, To-liong Kongcu Lim Tiang Hong!
Ini benar2 merupakan suatu kegaiban dan keganjilan besar!
Bukan saja Lam-tao Suncu dan Pak-kek Suncu pada merasa terheran-heran, sehingga pada mundur dua tindak sambil berseru: "Apakah bocah ini mempunyai ilmu membagi diri menjadi dua..."!"
Sekalipun Yu-kok Oey-eng dan Sin-lie Hongcu juga merasa bingung. Hanya Henghay Kouw-loan yang tahu.
Begitu pula Hong-gwat Kongcu. Seketika itu lantas sadar dan tahu apa yang telah terjadi, maka lantas berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Kiranya Lim heng tidak terganggu apa2, siauwtee hampir saja mengadu jiwa karena bocah itu!"
Lim Tiang Hong semula menyaksikan sikapnya orang2
itu merasa heran. Tapi setelah melihat keadaan Lim Tiang Hong yang menggeletak di tanah, ia lantas berkata sambil angkat tangan memberi hormat: "Terlebih dulu aku ucapkan banyak2 terima kasih atas perhatian para saudara terhadap diriku seorang she Lim. Tunggu sebentar setelah 127
aku melayani orang kuat dari luar perbatasan ini, nanti beromong-omong lagi".
Saat itu Ham-hay Liong-kun nampak alisnya sudah berjengit, wajahnya merah padam, dengan tindakan lebar ia maju menghampiri "Bocah, kau ini barangkali adalah Toliong Kongcu yang namanya banyak tersiar di kalangan Kongouw?"
"Tidak salah, aku adalah Lim Tiang Hong, tuan siapa"
Mengapa berlaku begitu kejam terhadap dirinya seorang yang sudah terluka parah" Apakah itu perbuatan seorang gagah?"
Lim Tiang liong meski usianya masih muda, tetapi ucapannya nampak berwibawa. Barusan ketika Ham-hay Liongkun mendadak turun tangan terhadap Henghay Kouw-loan, sebetulnya cuma menggunakan kekuatan tenaga kira2 5-6 bagian saja, setelah disambut oleh Lim Tiang Hong yang menggunakan ilmu Sian-thian-cin-ie-sinkang dengan kekuatan kira2 8-9 bagian, lantas mengalami kerugian, hingga dalam hati merasa gusar dan kini dituduh pula sebagai laki2 pengecut, sudah tentu semakin gusar.
"Lohu adalah Ham-hay Liong-kun, sebenarnya segan turun tangan terhadap orang dari tingkatan muda. Cuma karena kau berulang kali bersumbar hendak menyapu bersih semua iblis dunia Kangouw, maka kalau aku tidak memberi kau sedikit hajaran, bagaimana kau akan tahu bahwa di atasnya orang pandai masih ada yang lebih pandai, di atas langit masih ada dunia luar lagi"
"Jika demikian halnya, adakah maksud tuan masuk ke daerah Tionggoan ini hanya semata-mata hendak
menghadapi aku si orang she Lim saja" Tapi apa sebabnya dengan tanpa sebab tuan menyerbu orang2 gunung Bu-san, menyerang gunung Heng-san serta merampas panji 128
persekutuan mereka dan setelah itu kembali menduduki pusat kepala berandal tujuh propinsi di gunung Thay-heng-san" Perkataanmu tadi, mungkin bukan merupakan maksud kalian yang sebenarnya?"
Ham-hay Liong-kun sebetulnya bukan seorang yang pandai bicara. Ia tidak menduga akan mendapat pertanyaan demikian, maka seketika lalu ia lantas kememek.
Lim Tiang Hong kembali ketawa terbahak-bahak dan berkata "Maksud Hong-lui-po datang ke daerah Tionggoan kali ini, maksudnya barangkali bukan melulu karena aku Lim Tiang Hong saja, melainkan ada mengandung maksud dan tujuan lain?"
Dalam gusarnya Ham-hay Liong-kun cuma dapat
menjawab: "Kalau iya bagaimana" Dan kalau tidak bagaimana pula" Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk adu mulut dengan kau. Karena mengingat kau pernah mendapat sedikit nama, maka aku ingin coba2
kepandaianmu, sebetulnya sampai dimana tingginya!"
"Andai kata aku yang menang bagaimana?"
"Itu mudah sekali, aku seorang tua akan meninggalkan daerah Tionggoan dengan segera"
"Hah, siapa mau percaya perkataannya orang2 Hong-lui-po" menyela Yong-jie yang nakal.
Ham-hay Liong-kun gusar, ia ulur tangannya hendak menampar gadis ciiik yang yang mulut itu sambi berteriak.
"Budak, kau berani menghina orang?"
Tapi sebelum berhasil mencapai rnaksudnya senjata Yu-kok Oey-eng mendadak sudah mengancam dl jalan darah
'Beng-buti-hiat' di belakang gegernya,
129 Ham-hay Liong-kun mendadak melesat ke atas,
kemudian berputar di tengah udara dan menyerang Yu-kok Oey-eng.
Yu-kok Oey-eng putar badannya sambil ketawa dingin, kembali dengan senjata gendewanya ia menyerang dengan beruntun sampai tiga kali, yang di arah adalah jalan darah
'Hoa-kay', Hian-kie' dan 'Thian-tok'. Serangannya itu ada begitu cepat dan aneh, agaknya tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk balas menyerang.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong sudah memburu, ketika melihat Yu-kok Oey-eng sudah turun tangan dengan Ham-hay Liongkun, alisnya nampak dikerutkan, karena ia tahu benar kekuatan Ham-hay Liong-kun yang jarang terdapat di dunia rimba persilatan, kalau ia sendiri belum mempelajari ilmu Sian-thian-cin-it-sin-kang dan makan obat mujijat yang terbuat diri nyalinya naga, masih belum tahu dapat merubuhkan orang tua itu atau tidak!
Walaupun Yu-kok Oey-eng berkepandaian, tinggi, namun masih bukan tandingannya orang tua itu, tapi sebaliknya ia juga tidak dapat menghalangi atau maju mengeroyok maka ia cuma bisa berdiri di samping dengan perasaan cemas.
Ham-hay Liong-kun yang tidak menduga akan diserang, maka Yu-kok Oey-eng berhasil mencecar padanya sehingga mundur berulang-ulang.
Sebagai seorang jumawa, sudah tentu ia meraba
penasaran. Maka segera kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya dan balas menyerang dengan kedua tangannya.
Hembusan angin yang sangat dingin segera meluncur keluar dari bawah telapakan tangannya. Dengan berputaran menggulung ke arah Yu-kok Oey-eng.
130

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu-kok Oey-eng terperanjat, segera putar senjatanya untuk menahan hembusan angin yang dingin itu dan ia sendiri lompat ke samping.
Tapi, kepandaian Ham-hay Liong-kun bukan cuma itu saja. Ketika mengetahui serangannya tertahan, segera tarik kembali tangannya dan melakukan serangan kedua yang lebih hebat.
0o-dw=kz-o0 Jilid ke 3 Yu-kok Oey-eng merasa sudah tidak dapat mengelakkan serangan tersebut, terpaksa ia hendak menyambuti serangan itu dengan kekerasan.
Lim Tiang Hong lantas berseru: "Jangan disambuti!"
Tapi karena ia berdiri agak jauh, sudah tidak keburu memberi pertolongan.
Mendadak dari samping menghembus angin lembut, yang segera menggabung dengan kekuatan Yu-kok Oey-eng untuk menyambuti serangan Ham-hay Liong-kun.
Setelah terdengar suara ledakan bebat, Ham-hay Liongkun dengan wajah bingung mundur dua tindak.
Sedangkan Yu-kok Oey-eng juga mundur sampai lima kaki, tapi orang yang melancarkan hembusan angin lembut dari samping tadi, karena tekanan agak ringan, hingga tidak bergerak sama sekali.
Saat itu semua orang baru tahu bahwa orang yang membantu Yu-kok Oey-eng menyambuti serangan Ham-hay Liong- kun tadi adalah Henghay Kouw-loan.
131 Kiranya Henghay Kouw-loan tadi yang hendak
membawa kabur Lim Tiang Hong palsu yang terluka, hampir saja mati di bawah tangan Ham-hay Liong-kun dan ketika melihat Lim Tiang Hong yang tulen memburu dan menolong dirinya, hatinya merasa sangat pilu, hingga seketika berdiri di tempatnya tidak mengeluarkan suara.
Setelah melihat Yu-kok Oey-eng dengan tanpa
mengukur kekuatan sendiri hendak menyambuti serangan Ham-hay Liong-kun, hatinya merasa cemas, maka segera menggunakan Bu-siang-sin-kang yang baru mempunyai kekuatan setengahnya saja, bersama-sama Yu kok Oey-eng menyambuti serangan Ham-hay Liong kun. Dengan
demikian hingga Yu-kok Oey-eng terhindar dari bencana.
Yu-kok Oey-eng setelah tenangkan kembali pikirannya, sambil mengawasi Henghay Kouw-loan ia berkata dengan suara pelahan. "Terima kasih enci Kouw-loan!"
Henghay Kouw-loan cuma menyambuti dengan ketawa getir tidak menjawab.
Saat itu, Lim Tiang Hong sudah lompat ke hadapan Ham-hay Liong-kun dan berkata padanya: "Kedatangan tuan toh hendak mencari aku si orang she Lim, maka persoalan ini sebaiknya kita bereskan secara laki2!"
Ham-hay Liong-kun barusan sudah mengadu kekuatan dengan dua wanita, meski di luarnya nampak ia yang berada di atas angin sedikit, tapi dalamnya sesungguhnya merasa tidak enak, sebab ilmu Sian-thian-cin-sinkang semuanya merupakan ilmu kekuatan tenaga dalam yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan, meski belum cukup latihan, tapi kekuatannya sudah cukup hebat.
Setelah beberapa kali mengalami kerugian, sifatnya yang ganas, adatnya yang sombong nampak mulai menggila.
132 Maka ketika mendengar tangtangan Lim Tiang Hong, ia lantas berkata sambil ketawa dingin. "Baik, baik! setelah membereskan kau, nanti aku bikin perhitungan lagi dengan budak perempuan itu. Nah, bocah, sekarang keluarkanlah senjatamu!"
"Untuk menghadapi orang2 kelas dua atau tiga dari Hong-lui-po, buat apa menggunakan pedang segala" Aku si orang she Lim, adalah salah satu ketua satu partai persilatan, lagipula dalam hal ini aku adalah merupakan tuan rumah, sudah selayaknya kalau kau yang membuka serangan lebih dulu". kata Lim Tiang Hong sambil ketawa panjang.
Ucapanya itu sebetulnya bukan sombong, melainkan sebenarnya. Sebab Ham-hay Liong-kun meski mempunyai kedudukan tinggi di kalangan Hong-lui-po, tapi ia bukan pocu atau ketuanya, tapi Lim Tiang Hong sekarang sudah menjadi ketua partai Hong-hong-tie yang sah.
Ham-hay Lion-kun ada seorang jumawa dan selamanya tidak pandang mata orang lain, lagipula ia sudah banggakan sebagai orang tingkatan tua. Ia anggap Lim Tiang Hong sengaja omong besar, maka dalam hatinya semakin gusar.
Sambil keluarkan geraman hebat ia keluarkan serangannya yang amat dahsyat.
Dengan tenang Lim Tiang Hong geser kakinya dan putar badanya untuk menghindarkan serangan tersebut sembari berkata. "Sebagai tuan rumah, aku harus mengalah memberi kesempatan padamu untuk membuka serangan sampai tiga kali"
Ham-hay Liong-kun semakin gusar, katanya dengan suara keras: "Siapa suruh kau mengalah?"
133 Kedua tangannya lantas bergerak. Dalam waktu
sekejapan sudah melancarkan serangan hebat entah beberapa puluh kali banyaknya. Hingga tempat di sekitar itu terdengar mendesirnya angin yang meniup kencang, diri Lim Tiang Hong seolah-olah berada dalam gulungan angin taufan.
Lim Tiang Hong menghadapi musuh tangguh, tidak berani berlaku gegabah. Ia kerahkan seluruh kekuatan ilmunya Sian-thian-cin-it-sin-kang untuk melindungi seluruh tubuhnya, kemudian pe-lahan2 keluarkan serangannya untuk menyambuti serangan musuhnya.
Gerakan dua orang itu mulai pelahan berubah cepat, dalam waktu sebentaran saja sudah seperti berputarnya roda, hingga sukar dibedakan mana orangnya mana bayangannya.
Makin lama pertempuran makin hebat, saat itu cuma kedengaran suara angin menderu-deru, tempat, sekitar 3-4
tombak tidak apa yang berani berdiri karena sambaran angin yang amat dahsyat sedang suara beradunya kekutan terdengar nyaring dan menggetarkan telinga.
Tiga puluh jurus, lima puluh jurus, seratus jurus....
dengan cepat telah dilalui. Semua orang yang menyaksikan hatinya sangat cemas dan tegang!
Sebagai orang yang terdekat, sudah tentu Yu-kok Oey-eng yang paling besar memperhatikan diri Lim Tiang-Hong, dengan senjata di tangan, pe-lahan2 mendekati medan pertempuran.
Hong-gwat Kongcu dengan tangan tidak terlepas dari gagang pedangnya, matanya memandang jalannya
pertempuran tanpa berkedip.
134 Lam-tao dan Pak-kek kedua Suncu, juga dengan
perasaan tegang pe-lahan2 mendekati medan pertempuran.
Hanya Wie-ngo Sam-hoa itu tiga wanita genit yang nampaknya tidak ambil perhatian sama sekali, mata mereka ditujukan ke wajah Hong-gwat Kongcu yang tampan....
Henghay Kouw-loan harus membagi perhatiannya.
Badannya menjaga di sisi Lim Tiang Hong palsu yang rebah di tanah, sedangkan matanya terus tidak beralih dari badan Lim Tiang Hong tulen yang sedang bertempur sengit.
Karena barusan ia sudah mengadu kekuatan dengan Ham-hay Liong-kun, maka ia tahu benar bahwa orang tua itu kekuatan tenaga dalamnya sangat hebat.
Pertempuran hebat yang jarang terjadi itu, membuat Ham-hay Liong kun yang makin lama bertempur makin terheran-heran. Saat itu ia baru tahu bahwa nama To-liong Kongcu yang sangat kesohor itu, benar2 bukan didapatkan secara kebetulan saja. Ia sendiri yang harus menjaga nama baiknya, sangat menyesal sudah berlaku gegabah mencari gara2 dengan pemuda itu.
Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, ia makin lama makin bersemangat, makin lancar setiap serangannya. Ia cuma merasa bahwa kekuatan tenaga dalam mengalir terus menerus tanpa putus2nya, se-olah2 belum merasa lega kalau belum dikeluarkan. Walaupun demikian, hatinya masih merasa cemas, sebab terhadap utusannya saja ia masih belum mampu menjatuhkan, bagaimana ada muka hendak membicarakan soal pembasmian kepada Hong-lui-po"
Karena memikir demikian maka semangatnya lantas berkobar. Sambil keluarkan pekikan nyaring, mendadak ia lompat maju. Kedua tangannya diputar, dalam waktu sekejapan sudah melancarkan serangan sampai 17 kali.
135 Keadaan Ham-hay Liong-kun saat itu sangat
menyedihkan. Wajahnya beringas, rambut di atas kepalanya yang sudah putih seluruhnya nampak berdiri, sedang mulutnya tidak hentinya mengeluarkan suara geraman dan kedua tangannya menyambuti setiap serangan yang dilancarkan oleh Lim Tiang Hong.
Suara benturan terdengar ber-kali2, keduanya setelah saling bergumul nampak terpisah lagi.
Lim Tiang Hong yang sudah ingin mempercepat
jalannya pertempuran, lantas membentak dengan suara keras: "Sambutilah seranganku!"
Lalu dari jarak yang agak jauh melancarkan satu serangan....
Semua orang yang menyaksikan serangan itu
nampaknya ter-heran2, sebab seperti tidak bertenaga bahkan seperti main2.
Tapi tidak demikian dengan Ham-hay Liong-kun,
wajahnya nampak sungguh2, sepasang matanya terbuka lebar. Mendadak ia keluarkan geraman hebat dan kedua tangannya mendorong keluar.
Kembali suara ledakan hebat terdengar menggeleger, Lim Tiang Hong nampak ter-goyang2 kedua pundaknya, tapi masih berdiri tegak di tempatnya.
Tapi di pihaknya Ham-hay Liong-kun, wajahnya
mendadak berubah menjadi sangat menyeramkan, itu adalah gabungan dari perasaan sedih, kecewa dan putus harapan.... yang terwujud di wajahnya.
Memang, betapa ia tidak sedih dan kecewa" Sebab nama baiknya yang dipupuk selama beberapa puluh tahun, kini telah runtuh dalam waktu sekejapan saja! Semua cita2 dan 136
ambisinya telah ludes, lenyap musna seperti asap tertiup angin....
Sejenak nampak ia berdiri kesima, mendadak menjadi loyo seperti ayam kejalu dan kemudian dongakan kepala sambil menghela napas panjang.
Hong-gwat Kongcu lantas berkata sambil ketawa
terbahak-bahak: "Gelombang air sungai selamanya terdorong maju oleh arus dari belakang. Orang dari tingkatan muda sudah waktunya untuk menggantikan
kedudukan yang tua, hanya mengandalkan usia tua saja apa gunanya?"
Yu-kok Oey-eng juga berkata sambil menuding dengan gendewanya: "Pulanglah ke tempatmu sendiri! Di daerah Tionggoan tidak ada tempat bagi kalian untuk mencari kedudukan".
Ham-hay Liong-kun mendadak ketawa bergelak-gelak.
Suara ketawa itu berlangsung lama, suaranya aneh dan tajam, orang2 yang kepandaiannya masih rendah
telinganya merasa pengeng.
Hakekatnya, itu bukanlah suara ketawa, melainkan suara tangisan!
Sehabis ketawa, mendadak ia mengeluarkan perintah dengan suara keras: "Pulang!"
Dengan mendahului orang2nya, ia sudah menghilang di tempat gelap.
Lim Tiang Hong mengawasi berlalunya lawan sangat berat itu, rupa2 perasaan timbul dalam otaknya. Ia merasa sayang atas kepandaian dan nama baiknya Ham-hay Liongkun yang hanya dalam waktu sekejapan saja telah ludes di bawah tangannya.
137 Saat itu, hari sudah mulai terang, sinar emas sudah muncul dari ufuk timur, menyinari wajah2 para anak muda yang pada unjukkan muka berseri-seri.
Yu-kok Oey-eng menghampiri Lim Tiang Hong dengan nada mengandung sesalan berkata: "Selama dua hari ini kemana saja kau pergi" Benar2 membikin cemas perasaan orang!"
"Panjang kalau mau diceritakan! biarlah aku tengok dulu lukanya saudara Im, nanti kuceritakan lagi!"
Ia lalu berjalan menuju mendekati Henghay Kouw-loan.
Henghay Kow loan memandang padanya sejenak, lantas berkata: "Dia sudah tidak ada halangan apa2, tidak usah kau capekkan hati". Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Yu-kok Oey-eng: "Sekarang kau tentunya mengerti, dia adalah suamiku Im Tay Seng, tidak salah bukan?"
Cepat ia segera memondong diri Im Tay Seng dan lantas lompat melesat tanpa pamit lagi. Lim Tiang Hong lantas me-manggil2: "Enci Kouw-loan! enci Kouw-loan..."
Tapi tidak ada jawaban dari Henghay Kouw-loan, hingga Lim Tiang Hong merasa heran dan menanya kepada mereka: "Apakah sebab yang sebenarnya bisa terjadi demikian?"
Karena yang lainnya juga tidak tahu apa sebabnya, maka tiada seorang yang memberi jawaban.
Hong-gwat Kongcu melirik Yu kok Oey-eng sejenak, ia agaknya hendak mengatakan sesuatu tapi diurungkan, akhirnya tidak berkata sama sekali.
Pada saat itu, Pek-hong Cu Giok Im, Sin-lie Hongcu dan lain2nya sudah maju berkumpul, Lim Tiang Hong
mengawasi orang2 itu sejenak lalu berkata: "Diwaktu 138
kesulitan, kita baru tahu harganya persahabatan, tapi entah bagaimana saudara2 mengetahui berita tertangkapnya siauwtee".
Sin-lie Hongcu berkata: "Hal ini sangat panjang kalau mau dibicarakan. Aku sebetulnya berdiam di gunung Ngo-thay-san ber-sama2 Cit-seng Hongcu toako, kemudian mendengar kabar bahwa orang2 Hong-lui-po hendak menyerang Ngo-thay-pay untuk merampas kitab ilmu silat Hiau-hian Pit-kip. Khe-tek Taysu anggap, dari pada berdiam diri mudah digebuk, lebih baik memberi pukulan kepada mereka lebih dulu. Kebetulan sekali, Siauw-lim-pay dan enam partai dari golongan Hian-bun juga mengirim utusan untuk mengadakan pertemuan, merundingkan soal mengadakan serangan serentak terhadap pusat kepala berandal tujuh propinsi yang sudah diduduki oleh orang2
Hong-lui-po. Oleh karena itu, maka kita lantas bersama-sama berangkat menuju kemari. Berita mengenai dirimu yang katanya telah tertawan oleh orang2 Hong lui-po, kita dapat dengar di tengah jalan".
"Belum lama barselang, dua kali aku pernah dengir orang kata, ada orang yang menggunakan namaku untuk bermusuhan dengan orang2 Hong lui-po, sebab yang dilakukan itu semua ada bermaksud baik, maka aku tidak perlu menyelidiki. Kemudian aku mendengar kabar pula, bahwa orang2 Hong-iui-po sudah berhasil menangkap diriku, dalam hatiku merasa geli dan panas. Aku duga yang mereka tangkap itu pasti adalah orang yang menggunakan namaku, aku tidak sangka kalau dia!" berkata Lim Tiang Hong.
"Bukankah orang itu ada anak laki2nya Pek-tok Hui-mo" Bagaimana sucimu menikah dengannya" tanya si burung Hong putih Cu Giok Im.
139 Sebab ia sejak memegang pimpinan partai Tiang-lim-pay, hampir seluruh perhatiannya ditumplekan kepada urusan dalam partainya, maka peristiwa yang mengenakan diri Henghay Kouw-loan, sama sekali ia tidak tahu.
"Panjang ceritanya, untung dia sekarang sudah berubah menjadi orang baik". jawabnya Lim Tiang Hong.
"Jikalau dia tidak lekas berubah, barangkali siang2
sudah binasa di bawah pedangku," berkata Hong-gwat Kongcu.
Melihat si Kongcu dari Tho-hoa-to itu, Lim Tiang Hong mendadak ingat persoalannya dengan Im-san Mo-lie, maka lantas berpaling dan berkata padanya: 'Kabarnya ayahmu sudah terjun ke dunia kang-ouw. Entah saudara Hong-gwat sudah ketemu padanya?"
Mendengar pertanyaan itu, Hong-gwat Kongcu
menjawab sambil ketawa hambar. "Barusan ketika di dalam sarang kepala berandal tujuh propinsi, aku sudah melihat, sebab buru2 hendak menolong saudara, maka tidak keburu mengadakan pembicaraan?"
Pada saat itu dari jauh mendadak terdengar suara orang berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Kiranya orang yang ditangkap oleh Hong-lui-po adalah barang tiruan, aku si tua bangka hampir tertipu olehnya"
Dan hampir berbareng dengan itu, Tho-hoa To-cu sudah melayang turun serta berdiri di hadapan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong buru2 memberi hormat dan berkata:
"Terima kasih atas perhatian lopek!"
Tho-hoa Tocu menepuk pundaknya dan berkata sambi!
ketawa bergelak-gelak: "Tidak usah banyak aturan. Kita semua sahabat lama. Tentang kepandaianmu itu, aku 140
benar2 sangat kagum. Jikalau bukan kau saudara kecil yang sudah berhasil merubuhkan si tua bangka itu, mereka benar2 akan anggap bahwa di daerah Tionggoan sudah tidak ada orangnya"
Orang tua ini walaupun belum pernah mengadu
kekuatan secara langsung dengan Ham-hay Liong-kun, tapi barusan ketika di ruangan pusat kepala berandal tujuh propinsi, sudah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana ia seorang diri tadi menghadapi tiga paderi dari gereja Siauw-lim-sie. Ia sudah merasa bahwa kekuatannya sendiri belum sanggup menghadapi padanya. Tapi kini Lim Tiang Hong telah berhasil mengalahkan dengan seorang diri, sudah tentu kekuatan dan kepandaiannya masih di atas Ham-hay Liong-kun.
Lim Tiang Hong lantas menjawab dengan merendah:
"Untuk selanjutnya, masih mengharapkan banyak petunjuk dari lopek!"
Tho-hoa Tocu mendadak berkata dengan sungguh2:
"Antara Hong-hong-tie dengan To-hoa-to sebenarnya mempunyai hubungan baik sekali. Di kemudian hari kita bekerja bersama sama untuk menegakkan keadilan dalam dunia kang-ouw".
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada anaknya.
"Selama ini kau kemana saja" Mari lekas ikut aku pulang!"
Hong-gwat Kongcu tundukan kepalanya tidak
menjawab. Tho-hoa Tocu tidak berkata apa2 lagi, lalu menepuk pundak Lim Tiang Hong dan berkata padanya "Nanti kalau kau hendak gempur Hong-lui-po, boleh kirim orang untuk memberi kabar. Aku pasti segera membantu. Sekarang ini 141
aku masih ada sedikit urusan yang perlu kubereskan, maka aku hendak berangkat dulu".
Setelah itu ia lalu berlalu bersama Hong-gwat Kongcu.
Sebelum pergi, Hong-gwat Kongcu berpaling mengawasi Lim Tiang Hong sambil angkat pundak tapi tidak berani buka mulut.
Urusan telah selesai, orang2 sudah mulai bubaran. Lim Tiang Hong mendadak ingat rombongan Tian-lie Tui-hong, mengapa tidak muncul" Maka ia lantas berkata dengan perasaan heran: "Eh. Tui-hong Congkoan dan lain2nya kemana perginya" Kenapa sampai sekarang belum
muncul?" "Siapa tahu" Kalau mereka ada di sini, tadi malam kawanan penjahat itu pasti tidak akan jual lagak begitu tengik," jawabnya Yu-kok Oey-eng mendongkol, sebab kalau mengingat kejadian semalam, ia masih merasa ngeri.
Lim Tiang Hong setelah berpikir sejenak lalu berkata:
"Mereka pasti terhalang oleh urusan lain. Jikalau tidak mereka tentu sudah datang, mari sekarang kita pergi ke kota untuk mencari tempat mengaso dulu.
Saat itu, Pek-hong mendadak maju dan berkata:
"Saudara Lim sudah tidak apa2, siauwmoay sudah seharusnya pulang ke Cin-nia"
Lim Tiang Hong menyoja memberi hormat untuk
menyatakan terima kasih sambil berkata: "Karena urusan siauwtee, telah membuat nona melakukan perjalanan begitu jauh, hatiku sebetulnya merasa tidak enak".
Pek-hong berkata sambil ketawa: "Satu sama lain ada sahabat2 dunia kang-ouw, sudah seharusnya saling membantu, buat apa dibeda-bedakan. Siauwmoay ada 142
sedikit permintaan, sudilah saudara terima baik"
Dikemudian hari jika bertemu dengan susiok Cin-nia Ciehong, harap saudara suka pandang mukaku, tolonglah berikan sedikit kelonggaran".
Mendengar permintaan itu, Lim Tiang Hong melongo tapi, kemudian ia lantas mengerti, maka segera menyahut sambil ketawa: "Susiokmu adalah seorang berhati lapang, tidak nanti bepikiran demikian sempit. Kalau benar ia sudah tidak dapat melupakan apa yang telah terjadi, biarlah siauwtee yang mengalah, supaya ia jangan sampai kehilangan muka".
Pek-hong tidak berkata apa2 lagi. Ia berpaling kepada Yu-kok Oey-eng dan Sin-lie Hongcu, kemudian
menganggukan kepala kepada mereka, lantas berlalu.
Yu-kok Oey-eng agaknya mendapat kesan baik terhadap dirinya nona itu, kemudian ia berkata sambil mengawasi berlalunya Pek-hong: "Ia benar2 adalah seorang polos, jauh lebih baik kalau dibandingkan dengan encimu!"
Mendengar komentar itu, Lim Tiang Hong cuma bisa menghela napas, tidak menjawab.
Sin-lie Hongcu nampak semakin diam. Bayangan Lim Tiang Hong sudah melihat dalam hatinya, tapi kalau ia ingat bahwa pemuda itu sudah ditunangkan dengan Yu-kok Oey-eng, apalagi kalau dipikir bahwa baik paras maupun kepandaiannya tunangan itu masih jauh di atas dirinya sendiri, maka ia cuma dapat memikirkan nasibnya sendiri dengan hati pilu.
Saat itu tiba2 terdengar suara Yong-jie yang berseru kaget: "Celaka! nona Kouw-loan berjumpa dengan musuh lagi!"
143 Lim Tiang Hong yang juga dengar suara bentakan Henghay Kouw-loan, lantas berkata dengan suara gusar:
"Pastilah itu kawanan manusia dari Hong-lui po yang masih panasaran!"
Serta merta ia lompat melesat ke arah dimana datangnya suara tadi, dan dalam waktu sekediap saja sudah berada sejauh kira2 50-60 tombak.
Yu-kok Oey-Eng, Sin-lie Hongcu dan Yong-jie juga lantas bergerak mengikuti jejak Lim Tiang Hong.
-dkz- Bab 49 DARI jauh Lim Tiang Hong sudah dapat lihat Henghay Kow-loaa sedang bicara dengan tiga paderi tua.
Lim Tiang-Hong segera dapat kenali bahwa tiga paderi tua itu adalah tiga sesepuh Tat-mo-ie gereja Siauw-lim-sie, yang juga merupakan kenalan lamannya.
Saat itu ia dengar suara Henghay Kouw-loan yang amat nyaring, "Aku beritahukan padamu, jangan harap kalian dapat ambil lagi kitab Tat-mo-keng dari tanganku".
Salah satu dari tiga paderi itu, Hian-thong Tianglo lalu menjawab: "Harap Lihiap jangan berkukuh, agar tidak mengganggu persahabatan kita".
"Apapun yang kau katakan, nonamu sudah tetap tidak akan kembalikan".
"Kalau demikian, apa nona hendak paksa kita
menempuh jalan yang terakhir?"
"Terserah kepada kalian!"
144 Wajah Hian-thong berubah seketika, ia ketawa terbahak-bahak: "Bukannya lo-ceng tidak berani menggunakan kekerasan, melainkan karena masih mengingat dan memandang muka Heng-thian It-ouw dan Lim Siecu, maka kita mengalah sedikit terhadap kau. Jangan kau kira kita takut berurusan".
Setelah itu, ia lalu lompat maju serta berkata pula:
"Sekali lagi lo-ceng memberi peringatan terakhir padamu.
Kalau kau tetap membandel, jangan sesalkan kalau lo-ceng berlaku keterlaluan!"
Henghay Kouw-loan gusar, ia putar pedangnya dan menyerang paderi tua itu secara mendadak.
Hian-thong kebutkan lengan jubahnya yang
gerombongan antuk menyampok pedang, kembali maju satu tindak dan balas menyerang dengan tangan kosong.
Tepat pada saat itu, Lim Tiang Hong telah tiba, ia lantas berseru: "Harap jangan turun tangan dulu, dengarlah ucapanku si orang she Lim"
Hian-thong yang sudah mahir ilmu silatnya dengan cepat sudah menarik kembali serangannya dan mundur tiga kaki, kemudian memberi hormat kepada Lim Tiang Hong seraya berkata: "Siauw Siecu ingin memberi nasehat apa?"
Lim Tiang Hong membalas hormat sembari berkata:
"Mengenai urusan ini, aku si orang she Lim sudah tahu semuanya. Sekarang saudara Im sedang terluka parah, pikiran enci Kouw-loan juga sedang kusut, hingga bukan waktunya untuk menyelesaikan soal ini. Menurut pikiranku yang sempit, sebaiknya Siansu pulang dulu. Dalam waktu singkat nanti aku si orang she Lim akan datang sendiri ke gunung Siong-san, menjumpai ketua partai Siauwu-lim-pay, 145
untuk membereskan persoalan ini, entah bagaimana pikiran siansu?"
Tiga sesepuh gereja Siauw-lim-sie itu sudah tahu benar watak Lim Tiang Hong yang tegas dan jujur. Ketika melihat ia campur tangan, bertiga lalu berunding sejenak, kemudian berkata kepada pemuda itu: "Kalau benar Lim Siauwhiap ingin membantu membereskan persoalan ini, sudah tentu Lo-ceng sekalian merasa lega hati. Sekarang begini saja, loceng sekalian hari ini segera balik ke Siauw-lim-sie, di sana akan menantikan kedatangan Siauw-hiap"
Setelah itu, mereka lantas berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Lim Tiang Hong menghampiri Henghay Kouw-loan dan berkata padanya: "Kau dapatkan kitab itu sudah cukup lama, kiranya sudah dapat memahami isinya, lebih baik kau pulangkan saja kepada yang punya!"
"Hmm! kau memang pintar mencari muka....".
jawabnya Henghay Kouw-loan dingin.
Im Tay Seng yang terluka parah, karena sudah dapat pertolongan Hong-gwat Kong-cu dan makan obat mujarab buatan Hong-hong-tie, kini mulai sudah bisa bicara, dengan suara serak ia berkata: "Barang itu lekas kau kembalikan kepada yang punya! mengapa kau mempersulit kepada saudara Lim" Kitab itu memang bukan kepunyaan kita, bukan?"
"Kau juga bantu bicara kawanan kepala gundul itu, aku justru tidak mau kembalikan kitab ini kepada mereka, lebih baik kurobek saja" jawabnya Henghay Kouw-loan gusar, dan kemudian dengan tiba2 mengeluarkan kitab itu dari dalam sakunya, yang segera hendak dirobeknya.
146 Lim Tiang Hong cemas dengan cepat tangannya
bergerak menyambar pergelangan tangan Heug-hay Kouw-loan, merebut kitab itu dari tangannya, sedang mulutnya berseru: "Enci jangan berbuat demikian!"
Henghay Kouw-loan merasa gemas dan cemas. dengan secara kalap ia menggunakan tangan satunya untuk menyerang dada Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang tidak menduga sang enci itu berlaku demikian, serangan itu mengenakan dadanya dengan telak. Karena kekuatan tenaga dalam Henghay Kouw-loan sejak ia mempelajari ilmu silat dalam kitab Tat-mo-keng itu jauh lebih hebat daripada dulu, membuat Lim Tiang Hong darahnya bergolak dan hampir saja buyar kekuatan tenaga dalamnya.
Ia mundur sempoyongan, wajahnya berubah.
Pada saat itu, Yu-kok Oey-eng dan Yong-jie sudah tiba di tempat tersebut.
Yu-kok Oey-eng yang memang ada sedikit ganjalan hati terhadap Henghay Kouw-loan, maka ketika melihat ia turun tangan kejam terhadap Lim Tiang Hong, seketika lantas naik pitam. Sambil berseru: "Budak hina! kau berani!"
Kedua tangannya lantas bergerak dengan cepat
melancarkan serangan terhadap Henghay Kouw-loan.
Henghay Kouw-loan barusan dalam sengitnya sudah menyerang Lim Tiang Hong, ketika melihat keadaan pemuda itu, dalam hati juga merasa menyesal. Sebetulnya ia ingin maju menghampiri untuk menanyakan
keadaannya, tidak nyana Yu kok Oey-eng sudah menyerang padanya secara kalap, terpaksa ia menyambuti serangan 147
tersebut, sedangkan balas memaki: "Budak hina tidak tahu diri, apa kau kira aku takut padamu?"
Lim Tiang Hong yang mempunyai kekuatan dan
kepandaian melebihi manusia biasa, meski tadi kena diserang dengan telak, tapi setelah berdiam sejenak mengatur pernapasannya, kekuatannya sudah pulih kembali. Ketika ia membuka mata, ia baru lihat bahwa kedua jago betina itu sedang bertempur dengan sengitnya.
Sambil kerutkan keningnya Lim Tiang Hong berseru:
"Tahan!" Dengan cepat ia lompat ke dalam kalangan dan
memisahkan mereka seraya berkata: "Semua adalah saudara sendiri, perlu apa harus bertempur?"
"Dia hendak agulkan ilmu kepandaian warisan Hong-hong-tie, untuk diunjukkan kepadaku, dikiranya aku merasa jeri". jawabnya Henghay Kouw-loan dingin.
"Hmm, apa kau masih penasaran?" berkata Yu-kok Oey-eng yang tidak kalah sengitnya.
"Buat orang lain barangkali masih mau mengalah terhadap kau. tapi muridnya Hong-thian It-ouw, sedikitpun tidak pandang mata orang semacam kau ini".
"Jangan banyak tingkah. Pada satu hari, nonamu nanti akan kau tahu sampai di mana lihaynya kedua tanganku".
"Buat apa menunggu sampai lain hari, sekarang saja kita selesaikan dengan kekuatan!"
Henghay Kouw-loan nampaknya semakin sengit,
mendadak ia gerakan tangannya dan mulai menyerang lagi.
Serangannya itu menggunakan ilmu pelajaran dari Tat-mo-keng peninggalan Siauw-lim-sie, yang sudah lama 148
menghilang dari dunia kang-ouw. Itu dinamakan Bu-siang Sin-kang yang tidak tertampak wujudnya, tapi merupakan ilmu silat tertinggi dalam kalangan Buddha.
Serangan tersebut cuma mengeluarkan hembusan angin lunak dan pelahan sekali, namun luar biasa hebatnya....
Lim Tiang Hong yang mempunyai banyak pengetahuan tentang berbagai cabang ilmu silat, ia lantas merasa kaget.
Tiba2 di belakang dirinya terdengar suara orang menjerit: "Ini apa perlunya...."
Yang kemudian disusul oleh suara gedebukan.
Ia berpaling dan segera dapat lihat Im Tay Seng dengan wajah pucat pasi, rebah terlentang di tanah.
Dengan tanpa perdulikan dua wanita yang sedang hendak bertempur lagi, Lim Tiang Hong sudah lompat memburu sambil berseru: "Saudara Im, saudara Im....!"
Tangannya dengan cepat menepuk beberapa bagian jalan darah di badannya Im Tay Seng, kemudian
menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya sendiri untuk menambah tenaga sahabatnya itu.
Henghay Kouw-loan juga segera hentikan serangannya dan lari memburu.
Sejenak kemudian, tubuh Im Tay Seng merasakan ada hawa panas yang keluar dari telapak tangan Lim Tiang Hong. Setelah hawa itu menyusuri seluruh tubuhnya, badannya merasa segar, maka ia lantas berkata kepada anak muda itu: "Terima kasih atas pertolongan saudara, sekarang siauwtee sudah tak ada halangan apa2".
Mendengar ia sudah pulih kembali seperti biasa, Lim Tiang Hong segera tahu bahwa pemuda itu memang sudah 149
tidak ada halangan lagi. Ia baru tarik kembali tangannya, kemudian mengeluarkan obat jamurnya Ciok-Liong-Ci-ce yang sangat mujarab, diberikan kepada Im Tay Seng.
"Saudara Im baru sembuh dari lukamu, harap makan obat ini, lalu atur pernapasanmu sejenak, nanti akan pulih kembali semua kekuatanmu seperti sedia kala".
Im Tay Seng mengawasi padanya dengan sorot mata terima kasih, ia lakukan seperti apa yang dikatakan oleh Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong berpaling ke arah Yu-kok Oey-eng. Ia lihat tunangannya itu masih berdiri di sana dengan paras dingin.
"Dalam segala hal harus bisa kendalikan diri. Jangan terlalu menuruti adat sendiri. Segala perkara kecil saja sudah perlu adu tenaga, apakah itu pantas bagi kaum wanita?" demikian katanya yang agak mengandung sesalan.
"Semua orang toh tidak seperti kau yang mempunyai tulang rendah, menyerah saja dipukul orang. Tapi aku tidak mempunyai kesabaran yang serupa itu. Bagaimana aku bisa mendiamkan suami sendiri dipersen bogem mentah oleh segala wanita begituan?" jawabnya Yu-kok Oey-eng dingin.
"Kau ngaco!" "Kau berani memaki aku....?" jeritnya
Yu-kok Oey-eng yang lantas kabur sambil menekap mukanya.
"Enci Oey-eng.... enci Oey-eng.... balik dulu....". Lim Tiang Hong memanggil ber-ulang2.
Tapi Yu-kok Oey-eng tidak perdulikan, ia terus kabur dengan caranya sendiri.
150 Lim Tiang Hong tertegun, namun ia tidak mengejar.
Mendadak ia lihat Yong-jie mengawasi padanya dengan mata terbuka lebar. Ia segera ulapkan tangannya dan berkata padanya: "Yong-jie, lekas kau ikuti ia pulang!"
Yong-jie terima baik perintah Kokcu-nya. Dengan sekali enjot kakinya sebentaran sudah melesat tinggi, hanya tertampak berkelebatnya bayangan merah, bagaikan peluru saja. Dan dalam waktu sekejapan saja sudah menghilang dari depan mata.
Hati Lim Tiang Hong pada saat itu entah bagaimana rasanya, sebab waktu tunangannya ternyata terlalu ketus dan tinggi hati.
Semua itu disebabkan perlakuan Kie-lin Kokcu terhadap dirinya, karena mengingat nasib sahabat karibnya yang sudah meninggal dunia, serta kasian nasib anak perempuan itu yang sudah menjadi piatu, hingga selalu dituruti semua kehendaknya. Tegasnya, sejak masih kanak2, Yu-kok Oey-eng sudah terlalu dimanja oleh Kie-lin Kokcu yang menggantikan ayahnya merawat dirinya hingga dewasa, sehingga membuat dirinya menjadi seorang gadis yang suka membawa adatnya sendiri.
Selain dari pada itu, karena ia sudah ditunangkan dengan Lim Tiang Hong. maka dengan sikapnya sebagai seorang isteri ia hendak perlakukan bakal suaminya itu, dalam segala urusan ia coba hendak campur tangan.
Dengan adatnya seperti Lim Tiang Hong itu sudah tentu tidak sanggup menerimanya.
Henghay Kouw-loan yang pada saat itu juga mengetahui Yo-kok Oey-eng mendadak tinggalkan Lim Tiang Hong, dalam hatinya merasa tidak enak, tapi ia tidak berkata apa2.
Hakekatnya, ia juga tidak dapat mengatakan apa2. Ia hanya 151
mengawasi berlalunya Yu-kok Oey-eng sambil menghela napas panjang.
Sedang Im Tay Seng, pada saat itu sudah nampak pulih kembali kewarasannya, ia lantas ajak Keng-hay Kouw-loan berlalu.
Sebelum meninggalkan tempat itu, ia menghampiri Lim Tiang Hong, sambil menyoja dalam2 ia berkata: "Selama hari belakangan ini, siauwiee sebagai orang yang dulu sudah pernah berdosa, maka kini timbul hasrat untuk berbuat sedikit kebaikan bagi saudara2 kita di dunia Kangouw. Sayang karena kepandaian siauwtee yang belum cukup tinggi, keinginan itu belum tercapai, sebaiknya mendapat kemaluan besar, bahkan membikin noda nama baik saudara Lim. Maka siauwtee merasa sangat malu.
Sejak hari ini dan selanjutnya, siauwtee sudah ambil putusan hendak mengasingkan diri, tidak akan mencampuri urusan dunia kang-ouw lagi!"
Setelah itu, kembali ia memberi hormat, lalu bersama Henghay Kouw-loan meninggalkan Lim Tiang Hong.
Mendengar perkataan tadi, Lim Tiang Hong baru tahu bahwa semua perbuatan yang dilakukan dengan
menggunakan namanya sendiri itu ternyata adalah perbuatannya Im Tay Seng. Ia merasa lega hati, karena apa yang diharapkan olehnya ternyata tidaklah sia2, karena pemuda she Im itu kini benar2 telah berubah menjadi orang baik2.
Ia berdiri membatu sekian lama. Tiba2 ingat kitab Tat-mo-keng yang ia ambil dari tangan Henghay Kouw-loan. Ia lalu buka lembarannya, ternyata merupakan pelajaran ilmu silat yang sangat dalam. Meski yang didapatkan cuma merupakan jilid terakhir, tapi masih merupakan barang yang sangat berharga.
152 Mengingat janjinya dengan sesepuh gereja Siauw-limsie, maka seketika itu juga ia lantas berangkat menuju ke gunung Siong-san.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedatangan Lim Tiang Hong ke gereja Siauw-lim-sie kali ini, merupakan kunjungannya yang ketiga kalinya. Ia ingat pertama kali kunjungi gereja itu, adalah untuk mengantar kembali patung Buddha dari gading, oleh kerena perbuatannya yang menuruti hawa nafsu pada kala itu, sehingga membuat pihak Siauw-lim-sie mengalami banyak kesulitan dan hingga kini, kitab Tat-mo-keng begian atas masih berada dalam tangannya Pek-tok Hui-mo. Kalau mengingat itu semua, ia sebetulnya merasa tidak enak terhadap para paderi gereja Siauw-lim-sie.
Ia hanya berjalan sambil tundukan kepala, hingga sudah berada di depan pintu gereja. ia sendiri masih belum tahu.
Tiba2 terdengar suara genta 9 kali, pintu gereja terbuka lebar, lalu disusul oleh suara pujian2an Buddha Yang Mulia dan dari dalam gereja berjalan keluar dua baris paderi yang berpakaian jubah warna merah. Dengan tangan memukul
'kayu hikan' (semacam kayu kecil yang biasa dipukul oleh kaum suci golongan Buddha), lalu berbaris rapi di kedua sisi pintu.
Lim Tiang Hong diam2 merasa heran. Kalau mau
dikata sedang menghadapi musuh, tidak mirip. Mau dikata sedang melakukan upacara sembayangan, juga tidak semestinya demikian
Tidak antara lama, dari dalam gereja muncul pula tiga paderi yang berkedudukan agak tinggian. Setelah memuji nama Buddha, lalu berkata dengan suara nyaring: "Pinceng Hian-thong sekalian, dengan ini mewakili dan atas nama Ciang-bunjin partai kita, menyambut kedatangan Kokcu dari Hong-hong-tie, Lim siauwhiap!"
153 Mendengar perkataan itu barulah Lim Tiang Hong tersadar, kalau kini dirinya sudah merupakan salah satu ketua atau pemimpin dari salah satu partai besar!
Dengan cepat ia melangkah untuk menyambut, sembari menyuja untuk memberi hormat ia berkata: "Aku si orang she Lim ada mempunyai jasa kepandaian apa, sehingga Taysu sekalian menyambut dengan upacara besar seperti ini?"
Hian thong menyahut dengan sangat hormat: "Ciangbunjin kita kini telah menunggu kedatangan siecu di ruangan pendopo, silahkan siece masuk!"
Tiga Paderi tua itu lantas mengiring Lim Tiang Hong masuk ke pendopo. Di dalam pendopo itu ada seorang paderi tinggi besar, berdiri di tengah2 ruangan. Di kedua sisinya berdiri empat paderi kecil dengan membawa hiolo.
Lim Tiang Hong menduga paderi itu pasti ketua atau Ciang-bunjin partai Siauw-iim-pay, maka buru2 maju menghampiri, sambil memberi hormat ia berkata: "Taysu telah keluar menyambut kedatangan boanpwee. hal ini benar2 membuat boanpwee merasa berat untuk menerima".
Paderi tinggi besar itu menjawab sambil rangkapkan kedua tangannya: "Siecu terhadap partai kita telah mendirikan pahala sangat besar. Baru2 ini siecu menjabat pula kedudukan sebagai ketua partai Hong-hong-tie, sudah seharusnya kalau lolap dengan upacara ini menyambut kedatangan siecu, sekedar untuk menghormat siecu!"
Dalam sejarah gereja selama seratus tahun ini, Siauwlim-sie dengan upacara begitu besar menyambut kedatangan tetamu, inilah merupakan yang pertama kalinya. Kalau orang itu bukan seorang yang mendapat nama baik dalam kalangan kang-ouw, serta berjasa besar terhadap Siauw-limsie, tidak nanti akan disambut secara demikian.
154 Ketua atau Ciang-bunjin partai Siauw-lim-pay yang baru, Pek-lap Siansu, karena Lim Tiang Hong baru2
menjabat kedudukan ketua Hong-hong-tie, tapi karena belum mempunyai kewibawaan, apalagi dalam dunia kangouw masih merupakan orang tingkatan muda, maka sengaja menyambut kedatangannya dengan penghormatan besar, untuk mempertinggi kedudukannya.
"Terima kasih atas bimbingan Taysu!" demikian Lim Tiang Hong ucapkan terima kasihnya sambil menyoja.
Kemudian dari dalam sakunya ia mengeluarkan sejilid kitab, dengan kedua tangan ia angsurkan kepada Pek-lap Siansu seraya berkata: "Inilah kitab yang suci dapatkan dari tangan Pek-tok Hui-mo, dan kini boanpwee bawa kemari untuk dikembalikan kepada yang punya, harap Taysu suka menerimanya".
Pek-lap Siansu menyambuti dengan kedua dua
tangannya sambil mengucapkan terima kasih ber-ulang2.
Beberapa paderi yang berkedudukan tinggi telah antar Lim Tiang Hong ke kamar Pek-lap Siansu.
Setelah mereka duduk, Pek-lap Siansu berkata padanya sambil menghela napas: "Lolap adalah seorang yang tidak berguna, sehingga membuat gereja Siauw-lim-sie yang begitu kesohor beberapa ratus tahun, telah runtuh. Apa yang aneh ialah kematian Hui-hui suheng, ternyata mati di bawah ilmu 'Kana Kim-kong Siau-ciang' dari golongan partai kita sendiri, yang sudah lama menghilang di kalangan Kang-ouw.
"Diantara kepandaian ilmu silat keturunan partai Siauwlim-sie, manakah yang paling sulit dipelajari?" tanya Lim Tiang Hong kaget.
155 Pek-lap Taysu berpikir sejenak, baru menjawab: "Ilmu silat keturunan partai kita, adalah ilmu silat Jie-kin-keng yang sudah banyak diketahui dunia kang-ouw sebagai inti, dibantu dengan 72 rupa kepandaian ilmu silat yang umumnya tidak mudah dipelajari. Semua ilmu ini, walaupun menggunakan waktu seumur hidup, semua orang paling banter cuma dapat mempelajari sepuluh rupa lebih saja. Selain dari pada itu, adalah ilmu Tay-cong Bu-siang Sin-kang dan (Kana Kim-kong Sian-ciang) yang paling dalam dan paling sulit dipelajari. Tahun2 belakangan ini, kedua rupa kepandaian ilmu tersebut, di atas hampir sudah hilang di dunia kang-ouw".
"Ilmu silat Tay-cong Bu-siang Sin-kang apakah itu ilmu silat yang setelah dilancarkan ada mengandung kekuatan lunak dan tidak berwujut, namun luar biasa hebatnya" Ilmu ini kabarnya dapat melukai lawannya dengan tanpa kelihatan, dan berapa lama kiranya dapat mempelajari ilmu itu?"
Mendengar pertanyaan itu, wajah Pek-lap Siansu berubah seketika. "Bagaimana Siecu mengetahui itu?"
demikian tanyanya. Tapi kemudian ia merasa bahwa sikapnya itu kurang pantas, maka cepat2 ia berkata pula: "Ya, benar, itulah ilmu Tay-cong Bu-siang Sin-kang. Jika orang yang mempelajari itu sudah mempunyai dasar baik, dalam waktu setengah atau satu tahun saja, juga dapat mengerti sedikit. Tapi ilmu serupa itu kalau kau menghendaki mahir benar2, setidak-tidaknya harus memakan waktu duapuluh tahun. "
Seolah-olah ingat apa2, Lim Tiang Hong angguk2kan kepalanya, sedang dalam hatinya berpikir "ilmu silat yang digunakan oleh enci Kouw-loan, bukankah ilmu ini" Tapi 156
entah bagaimana dengan ilmu Kana Kim-kong Sian-ci-ang itu?"
Segera ia menanya pula: "Dan termasuk golongan apakah ilmu silat Kana Kim-kong Sian-ciang itu?"
"Dulu pernah Siansu berkata, bahwa ilmu silat tertinggi dari golongan Buddha ini. Kekuatannya dapat menembus emas dan menghancurkan batu keras. Sayang kini sudah menghilang dari dunia kang-ouw"
"Kalau begitu bagaimana Siansu bisa tahu, kalau Hui-hui Taysu binasa di dalam ilmu silat ini?"
"Dengan hilangnya ilmu silat keturunan Siauw-lim-pay saja, sudah merupakan suatu hal yang sangat memalukan bagi partai kita. Jikalau tidak dapat mengenali ilmu silat dari partainya sendiri, bukankah lebih memalukan?" jawab Pek-Iap Siansu sambil menghela napas.
Lim Tiang Hong merasa telah telanjur omong, maka buru2 alihkan pembicaraannya ke lain soal: "Apakah orang2 dari Hong-lui-po ada yang berhasil mempelajari silat dari partai Siauw-lim-pay yang sudah lama hilang itu?"
"Inilah yang merupakan suatu hal yang tidak habis dimengerti oleh Lolap".
"Apakah di masa yang lalu partai Siauw-lim-pay pernah bermusuhan dengan Hong-lui-po?"
"Hong-lui-po toh belum pernah injak kaki ke daerah Tionggoan".
"Belum lama berselang ketika berbagai partai
menyerang ke pusatnya berandal dari tujuh propinsie, apakah mendapat sedikit keterangan?"
157 Hian-thong Tianglo segera menjawab: "Kalau kita dengar dari mulutnya Ham-hay Liong-kun, perbuatan Hong-lui-po itu agaknya merupakan semacam perbuatan pengaruh semata mata dari antara orang2 kang-ouw. Tapi menurut pandangan lo-ceng sekalian, dalam hal ini ada tersembunyi maksud tertentu".
"Boanpwee juga mempunyai pandangan serupa itu.
Akan tetapi, tidak perduli apa maksud mereka sebenarnya, bagi rimba persilatan daerah Tionggoan, sudah tentu tidak dapat membiarkan mereka setelah melakukan pembunuhan lantas pergi semuanya saja. Dalam waktu tidak lama lagi, boanpwee pasti akan melakukan perjalanan ke barat, untuk membikin perhitungan atas perbuatan mereka terhadap rimba persilatan".
Pek-Iap Siansu mendadak berkata dengan suara lantang dan memancarkan sinar mata tajam: "Mulai hari ini, partai Siauw-lim-pay akan mempersiapkan diri, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mencari pembunuh ketua kita serta minta kembali kitab yang dicari".
Saat itu mendadak terdengar suara orang bicara sambil ketawa dingin: "Untuk mengambil kembali kitab yang hilang, jangan harap kau bisa dapatkan!"
Suara itu seperti burung hantu. Dalam waktu malam yang sunyi, kedengarannya sangat menusuk telinga!
Hian-thong Tianglo segera keluarkan bentakan:
"Siapa....?" Lantas lompat melesat melalui jendela, dan segera diikuti oleh Hian-kak dan Hian-thian.
Sebagai tetamu, Lim Tiang Hong tidak berlaku
sembarangan. Ia hanya memandang ke atas payon dengan sinar mata dingin. Sedang Pek-lap Siansu sebagai ketua 158
partai, meski mengalami kejadian aneh secara tiba2, namun masih tetap duduk di tempatnya dengan tenang.
Sebentar terdengar suara saling bentak dari jauh, kemudian disusul oleh suara orang ketawa terbahak-bahak.
Suaranya itu menandakan bahwa orang itu mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna.
Kini baru tertampak perubahan wajah Pek-lap Siansu, dengan alis berdiri ia berkata kepada Lim Tiang Hong:
"Siecu, mari kita pergi lihat!"
Dengan gerak badan ringan sekali ia sudah lompat melesat keluar dari jendela. Setelah melalui atap jendela pendopo, terus menuju ke pintu depan.
Tatkala ia melayang turun segera berpaling dan dapatkan Lim Tiang Hong sudah berdiri di sebelah kanannya dengan sikap tenang sekali. Diam-diam ia terperanjat kini ia mengakui bahwa pemuda itu benar2
bukan cuma nama kosong belaka.
Ketika ia melihat keadaan di luar pintu gerbang, di situ ada beberapa paderi Siauw-lim-sie yang berkedudukan tinggi, tengah mengitari seorang paderi tinggi besar yang wajahnya ditutup oleh kerudung hitam, rupanya sedang ditegur oleh kawanan paderi dari Siauw-lim-sie.
Tapi paderi berkerudung itu tidak perdulikan orang menegur padanya, hanya mendongak ke atas dengan sikapnya yang sangat jumawa. Agaknya tidak pandang mata sama sekali terhadap kawanan paderi dari Siauw-limsie.
Terdengar suaranya Hian-thong Siansu yang bicara padanya sambil rangkapkan kedua tangannya: "Malam buta Siansu telah memasuki Siauw-lim-sie tanpa permisi serta tidak menerangkan apa maksudnya, apa kau anggap 159
pinceng sekalian ini ada bangsa yang tidak berharga atau takut kepadamu?"
Paderi tinggi besar dengan wajah berkerudung itu perdengarkan suara ketawa, kemudian berkata sambil menunjuk Hian-thong bertiga: "Kalian bertiga boleh bertindak sebagai wakil yang lain2nya. Jika setiap orang sanggup menyambuti pukulanku sampai tiga kali, aku nanti akan segera meninggalkan tempat ini. Tapi kalau kalian tidak mampu menadahi pukulanku, heh, heh.... kalian segera sampaikan kepada pemimpin kalian, bahwa dalam waktu tiga hari harus serahkan kedudukannya padaku".
Setelah mendengar perkataan yang sangat jumawa itu, Hian-thong bertiga terperanjat. Meskipun tiga sesepuh dalam Tat-mo-ie ini bukan merupakan orang2 terkuat dalam golongan paderi Siauw-lim-sie, tapi juga tidak mudah dihina demikian rupa, apalagi hal itu telah menyangkut nama baik gerejanya.
Tiba2 terdengar suaranya Pek-lap Siansu: "Manusia temberang dari mana, begitu berani menghina gereja kami"
Hian-thong, kau boleh layani padanya dengan besar hati!"
Mendengar perintah pemimpinnya, Hian-thong segera rangkapkan kedua tangannya, untuk melancarkan
serangnnnya yang hebat ke arah paderi tinggi besar itu.
Paderi berkerudung itu acuh tak acuh tetap berdiri ditempatnya, kemudian kibaskan lengan jubahnya, untuk memapaki hembusan angin yang keluar dari serangan tangan Hian-thong.
Dengan cepat dua orang itu sudah bergebrak dua kali, kemudian terdengar suara tertahan, keduanya lantas berpencaran. Hian-thong agaknya sudah kena terpukul, 160
wajahnya merah, badannya sempoyongan. Ia segera duduk numprah di tanah.
Paderi berkerudung itu lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Masih ada dua lagi, lekas maju!"
Pada saat itu, Hian-kak sudah lompat maju, kepalannya melancarkan ilmu silat Pek-poa-sin-koan atau tinju dari jarak seratus tindak, dari Siauw-lim-pay yang sudah menjagoi di dunia kang-ouw.
Paderi berkerudung itu segera ulur tangannya yang besar itu. Dari telapakan tangannya yang menghadap keluar, telah meluncur hembusan angin, yang kemudian
mengeluarkan suara ledakan di tengah udara. Lalu disusul oleh 'crak', maka patahlah pergelangan tangan Hian-kak, ia mundur terhuyung-huyung, hingga 5-6 langkah baru dapat berdiri tegak.
Dari rombongan paderi segera ada orang yang memburu untuk memberi pertolongan.
Dalam watu sekejapan paderi berkerudung itu sudah menjatuhkan dua sesepuh, hingga menggemparkan semua orang yang ada disitu. Serangan yang keluar dari tangan paderi itu, agaknya ada mengandung kekuatan luar biasa hebatnya.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan dari samping, juga tidak mengerti entah ilmu apa yang digunakan oleh paderi kerudung itu, Ketika ia melirik ke arah Pek-Lap Siansu, pemimpin Siauw-lim-pay ini nampak mengkerutkan keningnya, agaknya sedang memikirkan suatu persoalan yang sangat pelik.
Setelah Hian-kok terluka, Hian-thian sudah maju melayani paderi berkerudung itu, karena kekalahan Hian-thong dan Hian-kak, maka ia kini berubah tipu silatnya.
161 Ia putar kedua tangannya laksana titiran dan dalam waktu singkat saja sudah melancarkankan 7 kali serangan, dengan 7 macam tipu pukulan yang berlainan, serta dari 7
arah yang berlainan kedudukannya.
Benar saja, pukulannya secara demikian itu kelihatan membawa hasil, paderi berkerudung itu nampak mundur ber-ulang2. Tapi, selagi pukulan Hian-thian agak lambat sedikit, paderi berkerudung itu sudah balas menyerang dengan tipu pukulan yang tidak kalah cepatnya.
Apa yang mengherankan ialah. bahwa tipu pukulannya itu agaknya memang khusus dilatih untuk menghadapi tipu pukulan dari Siauw-lim-pay. Maka dalam waktu sekejap saja Hian-thian sudah terpental sejauh satu tombak lebih..
Paderi berkerudung itu setelah merubuhkan Hian-thian, tangannya mengayun ke arah sebuah pohon tua, kemudian badannya melesat tinggi teatas pohon itu dan berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Sampaikan kepada Pek-lap bahwa tiga hari kemudian aku akan ambil alih
kedudukanya..." Setelah itu, ia lantas bikin rubuh pohon tua yang tinggi besar itu.
Tiba2 sesosok bayangan orang, dengan kecepatan bagaikan peluru kendali meluncur ke tengah udara, kemudian terdengar suaranya: "Sahabat, tunggulah sebentar, aku si orang she Lim ingin melayani kau barang sejurus saja".
Paderi berkerudung yang sudah akan berlalu itu segera urungkan maksudnya, hingga sebentar lagi dua bayangan orang melayang turun ke atas bumi.
Semua orang tidak melihat dengan cara bagaimana mereka berdua itu mengadu kekuatannya, hanya terdengar 162
suara ledakan hebat dua kali, lalu hembusan angin berpencaran keempat penjuru yang kemudian menggulung-gulung semua benda yang ada di tanah.
Kedua bayangan orang itu lantas berpencaran, mereka ternyata adalah pedari berkerudung tadi bersama Lim Tiang Hong.
Mereka berdiri terpisah sejarak kira2 satu tombak, masing2 saling memandang dengan wajah sungguh2.
Sedang di kaki mereka terdengar suara keresekan.
Mendadak paderi berkerudung itu mengeluarkan suara dehem keras, kemudian putar tubuhnya dan lantas pergi tampa pamit.
Lim Tiang Hong tidak mengejar, ia masih berdiri di tempatnya dengan perasaan mendelu.
Ia baru tersadar ketika dikejutkan oleh suara pujian Buddha yang sangat pelahan. Di hadapannya ada berdiri Pek-lap Siansu. Dengan wajah sungguh2 ia menanyakan padanya. "O-mie-to-hud! apakah siecu terluka?"
"Dengan kekuatannya orang itu, tidak mudah membikin terluka diriku, Cuma...." jawabnya Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
"Barang kali siecu merasa heran terhadap tipu pukulan yang digunakan olehnya?"
"Tepat ilmu ini, bukan golongan sesat. Dari
kekuatannya yang begitu hebat, agaknya dari golongan kaum Buddha".
"Siecu benar2 cerdik. Pinceng tadi juga sudah dapat lihat, bahwa ilmu silat yang digunakan oleh paderi keparat tadi, adalah ilmu silat Kana Kim-kong Sian-ciang dari 163
golongan partai kami, yang sudah lama menghilang dari dunia kang-ouw".
"Kana Kim-kong Sian-ciang?"
"Ini adalah ilmu silat tertinggi dari golongan Buddha.
Kalau dugaan pinceng tidak keliru, ilmu silat yang siecu gunakan tadi pasti juga ilmu dari Khi-kang golongan Bian-bun. Jikalau tidak, tidak nanti sanggup menahan serangan paderi aneh tadi".
"Pandangan Siansu benar2 tajam. Ilmu boanpwe
gunakan tadi, memang benar adalah Sian-ciang Cin-it Khie-kang dari golongan Hong-hong-tie".
"Dalam usia siecu yang masih begitu muda, ternyata sudah mempunyai kekuatan yang melebihi manusia biasa, benar2 sangat mengagumkan"
"Siansu terlalu memuji"
Pada saat itu, mendadak terdengar suara orang berkata nyaring: "Lekas suruh Ciang-bunjin kalian keluar untuk menjumpai aku!"
Pek-lap Siansu dan Lim Tiang Hong terperanjat, mereka buru2 lari ke arah datangnya suara itu.
Mereka segera dapat lihat seorang Pengemis Pincang, dengan menunjang kakinya dengan tongkat besi, berdiri di depan pintu gerbang dengan mata mendelik dan rambut berdiri.
Lim Tiang Hong segera dapat mengenali bahwa
pengemis itu adalah Ciang-lie Tui-hong maka segera menanya dengan perasaan heran: "Tui-hong Congkoan, ada urusan apa demikian gusar?"
164 Pek-lap Siancu tidak kenal Cian-lie Tui-hong, ia maju menghampiri dan berkata padanya sambil rangkapkan kedua tangannya: "Loceng adalah Ciang-bunjin partai Siauw-lim-pay, Pek-lap, ada urusan apa Sinkay mencari lolap?"
"Kau...."!".
Cian-lie Tui-hong delikkan matanya, berdiri tertegun, sehingga tidak dengar pertanyaan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong menjadi gusar, dengan suara keras ia menegur: "Cian-lie Tui-hong! Ingatlah kau peraturan Hong-hong-tie" Dengan sikapmu demikian, apa kau sudah tidak kenal peraturan?"
Meski usianya masih muda, tapi, sudah mempunyai kewibawaan. Cian-lie Tui-hong barusan dalam keadaan gusar, tidak perhatikan adanya Lim Tiang Hong dan kini setelah ditegur ia baru terperanjat, buru2 letakkan tongkatnya dan berdiri sambil luruskan dua tangannya, kemudian menjawab sambil bongkokkan badan: "Hamba barusan karena dalam pikiran cemas sehingga melanggar peraturan partai, kini rela menerima hukuman"
Lim Tiang Hong berkata sambil ulapkan tangannya:
"Kau jelaskan dulu perkaranya kepada Taysu".
Cian-lie Tui-hong lalu putar tubuhnya, ia memberi hormat kepada Pek-Iap Taysu seraya berkata "Apakah partai Siauw-lim-pay ada seorang paderi bartubuh tinggi besar yang memakai kerudung di wajahnya?"
"Ow! sekarang lolap mengerti!" demikian pek-lap Siansu berkata. Ia segera dapat memahami keadaan Pengemis Pincang itu. Kemudian pula sambil menunjuk pohon besar yang barusan dirubuhkan oleh paderi berkeruding itu.
165 "Barusan binatang itu telah pertunjukan tingkah lakunya yang jumawa di sini. Sekarang sudah digebah pergi oleh Lim Siauwcu! Dia bukan paderi gereja kita"
Biar bagaimana Pek-lap Siansu adalah seorang beribadat. Walaupun diperlakukan kasar, dalam
pembicaraannya masih tetap sopan dan ramah.
"Kalau begitu, aku si Pengemis tua inilah yang sudah berlaku sembrono!" berkata si Pengemis Pincang ita sambi!
memberi hormat dalam2 kepada Pek-lap Siansu.
Pek-lap Siansu balas hormat sambil rangkapkan kedua tangannya.
Karena masing2 sudah mengerti duduknya perkara, Lim Tiang Hong anggap tidak perlu berdiam lebih lama lagi, maka lalu pamitan kepada Pek-lap: "Boanpwee masih ada sedikit urusan yang harus diselesaikan, dengan ini hendak mohon diri".
Pek-lap juga tahu bahwa dewasa ini keadaan dunia kang-ouw sedang gawat, Lim Tiang Hong sebagai
pemimpin salah satu partai besar, sudah tentu tidak perlu berdiam lama2 dalam gereja, maka ia juga tidak menahan.
"Kalau Siecu masih ada urusan, lolap juga tidak perlu menahan. Di lain waktu jika ada jodoh kita akan berjumpa lagi".
Setelah berpisahan dengan Pek-lap Siansu, Lim Tiang Hong lalu ajak Cian-lie Tui-hong, ber-sama2 meninggalkan gereja Siauw-lim-sie. Cong-pian Jie-lo dan Mo-ie Kim-kho serta yang lain2nya kala itu pada menunggu di bawah gunung. Beberapa orang dari Hong-hong-tie itu setelah berkumpul dengan pemimpinnya, malam itu juga lantas berangkat menuju ke kota Lok-yang.
-dw-kz- 166 Bab 50 DALAM perjalanan, Ciang-Iie Tui-hong menanyakan Lim Tiang Hong, dalam tindakannya yang dilakukan seorang diri secara tiba2 itu. Setelah berdiam sejenak, Lim Tiang Hong lalu menceritakan sebab-sebabnya dan apa yang telah dialami selama itu.
Kiranya pada hari itu, setelah ia mendengar dua berita dari mulutnya Lam-hay Theng-kao, yang menceritakan bahwa: Kesatu tentang munculnya lagi Pek-tok Hui-mo di dunia kang-ouw dan Kedua, tentang puteri Heng-lim Chun-loan, Yan-jie, yang telah bergerak di daerah Hwa-pak dengan beberapa wanita berbaju merah.
Tentang berita yang pertama, sebetulnya bukan
merupakan satu rahasia lagi, tapi mengenai berita kedua, membuat ia merasa terheran-heran. Mengapa Yan-jie berada dan bergerak ber-sama2 di kalangan kang-ouw dengan murid2nya Ban-ciang Nio-nio"
Untuk mendapat kepastian, ia lalu berkeputusan hendak menyelidiki sendiri.
Ketika masuk di kota Kay-hong, mendadak teringat bahwa daerah Hwa-pak ada sangat luas. hendak mencari orang yang tidak keruan jejakoja, sesungguhnya bukan soal mudah. Selain daripada itu, hawa udara kala itu juga sangat dingin, jalan raya nampak sepi, hendak mencari orang untuk menanyakan perjalanan juga tidak mudah, dengan menuruti gerak kakinya, ia masuk ke sebuah rumah makan.
Rumah makan itu keadaannya ternyata sangat ramai.
Berbeda jauh dengan keadaan di jalan raya, bau arak 167
menusuk hidung, sekalipun orang yang tidak suka minum, juga merasa kepincuk (terpikat ).
Ia mencari tempat duduk dan minta disediakan
makanan. Ia dahar dengan seenaknya, tapi matanya selalu
'langsir' kearah semua tetamu yang ada disitu.
Disalah satu meja disudut dekat jendela, ia lihat seorang seperti Kongcu yang tidak pandai ilmu silat, sedang bicara dengan asyiknya dengan seorang Kongcu yang seperti mengerti ilmu silat.
Kongcu yang seperti tidak pandai limu silat itu sikapnya sombong dan menjemukan, mungkin karena kebanyakan minum arak, bicaranya agak melantur. Tiba2 ia dengar suara Kongcu yang agaknya mengerti ilmu silat "Jangan minum terlalu banyak! Malam ini masih ada perjanjian di kelenteng Lie-ho-bio!"
Kongcu yang agaknya tidak mengerti ilmu silat itu ketawa terbahak-bahak dan lantas menjawab! "Bukan aku Hong-sau Lang-tiap omong besar. Untuk menghadapi beberapa kaum wanita itu, sekalipun diikat kedua tanganku, juga dapat membereskan mereka".
"Aku anggap, karena lawan kita itu adalah murid2 Ban-ciang Nio-nio, sebaiknya kalau kita berlaku hati2". berkata pula sang Kongcu yang satunya itu.
Lim Tiang Hong tergerak hatinya.
Mendadak ia dengar pula suaranya Kongcu yang
menjemukan itu: "Kabarnya anak murid Ban ciong Nio-nio setiap orang mempunyai kepandaian istimewa. Saudara Tan kalau suka, mari kita nanti hadapi bersama-sama.
Kabar di luaran itu entah benar atau tidak"
168 Dalam hati Lim Tiang Hong diam2 merasa heran,
mengapa partai Hoa-san-pay yang merupakan salah satu partai golongan orang2 benar, ada mempunyai murid sombong dan tidak keruan sepak terjangnya"
Kongcu yang seperti mengerti ilmu silat itu agaknya juga merasa jemu, karena itu ia segera bangkit dan berkata:
"Saudara barangkali sudah mabuk! mari kita pulang!"
Tapi kawannya itu masih belum mau diajak pergi, dengan susah payah, baru ia berhasil mendorong temannya keluar dari rumah makan.
Dari dua pembicaraannya dua Kongcu tadi, Lim Tiang Hong mendapat sedikit keterangan tentang murid2nya Ban-ciang Nio-nio hingga dalam hati diam2 merasa girang.
Ia buru2 membayar uang makannya, lalu mencari
rumah penginapan. Kepada pelayan penginapan ia menanyakan alamatnya kelenteng Lie-ho-bio, barulah ia menutup kamar untuk menantikan tibanya sang malam.
Ketika suara kentongan berbunyi tiga kali, seluruh kota Khay-hong sudah sunyi senyap. Orang sedang tidur dengan enaknya! Dalam keadaan sesunyi itu, tiba2 kelihatan sesosok bayangan hitam, dengan gerakan sangat lincah dan gesit sekali, lari menuju ke luar kota.
Tidak antara lama, tibalah bayangan itu di depan sebuah kelenteng yang dikitari oleh tembok merah.
Dari dalam kelenteng mendadak melesat keluar satu wanita baju merah yang berkata sambil ketawa ter-kekeh2:
"Aku sudah tahu kalau kau akan datang! Sayang
kedatanganmu ini sudah agak terlambat!"
169 Bayangan orang yang ada di depan kelenteng itu bukan lain daripada Lim Tiang Hong yang hendak menguntit Hoa-san Long-tiap.
Ketika mendengar perkataan wanita itu, ia terperanjat, karena ia sudah kenali bahwa wanita itu adalah Yan-jie.
"Adik Yan! kau"....". demikian tegurnya.
"Kau merasa heran bukan?"
"Ya, ketika aku dengar kau telah diculik oleh Ban-ciang Nio-nio, bersama Sin-soan lo-cianpwee dan Kiong-sin cianpwee, semua merasa cemas!"
Lim Tiang Hong maju mendekati, hendak memegang tangannya.
Tapi Yan-jie menolak, ia berkata sambil monyongkan mulutnya: "Siapa kata aku diculik. Yang benar justru adalah suhu yang menolong jiwaku!"
"Kalau begitu kau sudah menjadi muridnya Ban-cioag Nio-nio?"
"Apa yang musti diherankan. Toh sama halnya dengan, kau sendiri yang menjadi muridnya Bu-ceng Kiam-khek bukan?"
Lim Tiang Hong tidak menyatakan pikiran apa2. Meski ia belum tahu bagaimana orangnya Ban-ciang Nio-nio itu, tapi setidak-tidaknya ia mendapat kesan, bahwa ia itu mungkin bukan orang dari golongan baik2.
Setelah hening sejenak, ketika matanya melihat keadaan di sekitarnya, mendadak dapat lihat dua sosok bangkai manusia yang rebah menggeletak di depan pintu kelenteng.
Ia segera maju menghampiri dan dapat lihat bahwa kedua bangkai itu adalah dua Kongcu yang tadi siang 170
dilihatnya dirumah makan, Di depan perut bangkai itu ada terdapat tanda palang, yang digurat dengan ujung pedang.
"Kaukah yang membunuh mati dua orang ini?"
demikian ia menanya Yan-jie.
"Apa perlunya harus kujelaskan?"
"Mengapa kau berlaku begitu kejam?"
"Apa ini terhitung satu perbuatan kejam" Aku anggap masih belum cukup! Banyak orang laki2 anggap, bahwa kaum wanita itu adalah barang permainan, gampang dihina. Begitu melihat perempuan muda, seperti juga binatang lalat yang melihat darah, pada datang mengerumuni. Tujuan Ban-ciang Nio-nio adalah hendak memberi hukuman kepada laki2 hidung belang itu, termasuk kau sendiri".
"Termasuk aku?" Lim Tiang Hong balik menanya
sambil ketawa terbahak-bahak, "benar2 gila! apa kau masih ingat, bahwa kau adalah puterinya Heng-lim Cun-loan tabib daerah Kang-lam yang kenamaan itu?"
"Mengapa tidak ingat" musuh besar yang membunuh mati ayahku, adalah Pek-tok Hui-mo. Aku hendak berserikat dengan Lok-hee Susiok, untuk membunuh itu iblis yang suka permainkan kaum wanita dan itu sahabatmu, si Hong-gwat Kongcu, juga suruh dia hati2
dengan batok kepalanya".
Lim Tiang Hong mendapat kesan, bahwa nona cilik itu kini telah berubah sifatnya, tapi pembicaraannya seperti bukan orang yang sudah berubah pikirannya.
"Ada keperluan apa kau datang ke kota Hay-hong ini?"
"Untuk menyelidiki jejak Pek-tok Hui-mo".
171 Lim Tiang Hong percaya, sebab ia sendiri juga sudah dapat kabar tentang munculnya lagi Pek-tok Hui-mo, dikalangan kang-ouw.
"Dengan kepandaian dan kekuatanmu, apa kau kira kau dapat menangkap Pek-tok Hui-mo"
"Apa kau tidak pandang mata padaku" Aku beritahukan badamu, muridnya Ban-ciang Nio-nio sudah tentu mempunyai caranya sendiri untuk menundukkan
lawaunya". Lim Tiang Hong tidak mau meladeni lagi. Ia merasa paling baik dapat menundukkan hatinya dengan perkataan, supaya ia mau kembali ke samping Sin-soan Cu-kat lagi.
Dengan begitu hingga ia sudah selesaikan sebagian tugasnya, maka ia lalu alihkan pembicaraannya ke lain soal:
"Kau mau pergi menemui Sin-soan Cu-kat atau tidak"
Supaya ia tidak selalu memikirkan dirimu".
Di parasnya Yan-jie tiba2 terkilas suatu senyuman.
"Sudikah kau mengawani aku?"
Lim Tiang Hong merasa serba salah, ia anggap untuk mengawani Yan-jie ke Kang-lam, memang paling baik.
Tapi ia sendiri sebagai satu ketua dari satu partai besar, bagaimana dapat meninggalkan orang2nya begitu saja.
Apalagi soal penggempuran kesarang penjahat dari tujuh propinsi, orang2nya itu masih menugggu kedatangannya untuk mengatur siasat.
Yan-jie melihat Lim Tiang Hong diam saja, lantas berkata pula: "Tidak sudi mengantarkan aku ya" Hm!"
kemudian ia ketawa terkekeh-kekeh: "Aku tahu deh, kau tentunya tidak tega meninggalkan tunanganmu yang bernama Yu-kok Oey-eng itu, betul tidak?"
172 Digoda begitu rupa, Lim Tiang Hong merasa jengah, kemudian ia berkata: "Kita pulang dulu ke rumah penginapan, nanti kita bicarakan lagi! besok kita berangkat toh belum terlambat!"
Diparas Yan-jie yang manis, mendadak terlintas semacam perasaan atau nafsu membunuh, tapi sebentar sudah lenyap lagi. Lalu senderkan kepalanya dilengan Lim Tiang Hong dan berkata padanya dengan lemah: "Ooh dingin sekali!"
Sepasang tangannya mendadak memeluk pinggang Lim Tiang Hong, kemudian meraba dadanya.
Mendengar perkataan dingin dari mulut Yan-jie, dengan tanpa sadar Lim Tiang Hong tubuhnya menggigil. Hawa dingin menyerang dengan tiba2, se-olah2 berada di-tengah2
salju, hingga dalam hatinya merasa heran, karena pengalaman semacam itu, selamanya belum pernah ia rasakan.
Selagi hendak menggunakan ilmunya Sian-thian Cin-it Khi-kang untuk melawan hawa dingin itu, mendadak kepalanya dirasakan puyeng dan kemudian rubuh di tanah.
Melihat Lim Tiang Hong sudah rubuh, Yan-jie berkata sendiri sembil ketawa: "Kali ini kau harus tahu, muridnya Ban-ciang Nio-nio, sudah tentu ada mempunyai akal untuk merubuhkan kau!"
Selagi ketawa bangga, tiba2 angin santar menggulung dirinya. Dalam kagetnya ia buru2 lompat sampai lima kaki jauhnya. Setelah angin kencang itu berlalu, Lim Tiang Hong yang menggeletak di tanah, sudah lenyap tanpa bekas. Dalam gusarnya ia lantas berteriak-teriak: "Siapa yang main gila di hadapan nonamu" Kalau berani lekas keluar, kita bertanding secara terang2an!"
173 Tapi, hanya suara menderunya angin sebagai jawaban.
Yan-jie menjadi semakin sengit, lalu enjot kakinya dan sebentar sudah menghilang di tempat gelap.
Mari kita balik kepada Lim Tiang Hong yang terpedaya oleh Yan-jie sehingga rubuh tanpa sadarkan diri.
Entah berapa lama telah berlalu, ia baru mendusin.
Ketika ia membuka mata, ternyata sudah tidur di atas pembaringan dalam kamar penginapan. Sinar lampu dari pelita masih menyala, di mulutnya merasakan hawa tajam, entah dari barang apa.
Buru2 ia coba mengatur jalan pernapasannya. Ternyata dalam tubuhnya tidak mengalami perubahan apa2, ia baru merasa lega dan lompat bangun dari pembaringannya.
Di atas meja ia dapat lihat sepotong kertas yang ditindih oleh batu Hie. Kertas itu ada tulisannya yang bunyinya sebagai berikut:
"Nona Yan-jie sudah kehilangan sifatnya sendiri. Tuan harus memaafkan padanya. Ban-ciang Nio-nio ada mengandung maksud jahat, harap hati2 terhadap dia. Orang yang bernasib malang seperti aku ini, sedianya hendak bertemu sekali saja dengan tuan. Sayang sang waktu tidak mengizinkan, dilain waktu saja kita berjumpa lagi".
Tulisan itu ditulis oleh seorang wanita yang sangat halus, tapi tidak menyebutkan nama penulisnya. Ia masih ingat betul, bahwa tulisan di atas kertas ini mirip benar dengan surat yang dibawa oleh si pengemis Mata Satu pada hari itu, namun ia tidak dapat ingat siapa orangnya"
Mengingat akan diri Yan-jie yang sudah dibikin lupa terhadap dirinya sendiri oleh Ban-ciang Nio-nio, hatinya merasa cemas. Ia sebetulnya hendak segera
174 memberitahukan soal ini kepada Sin-soan Cu-kat dan Pengemis Mata Satu. Tapi kalau ingat lagi tugasnya terhadap sarang berandal tujuh propinsi yang ada lebih penting, terpaksa ia urungkan makradnya dan malam itu juga lantas berangkat menuju ke gunung Thay-heng-san.
Cian-lie Tui-hong setelah mendengar penuturan Lim Tiang Hong, lantas berkata: "Sungguh berbahaya! Bisa mujijat Ban-ciang Kio-nio, sudah lama kesohor di dunia kang-ouw. Kecuali obat pemunahnya ia sendiri, tiada obat lain yang dapat menyembuhkan. Kalau kongcu sampai seperti nona Yan-jie, yang kehilangan sifatnya sendiri, entah apa yang akan terjadi".
Lim Tiang Hong kalau ingat pengalamannya itu, juga mengeluarkan keringat dingin. Sebagdai ketua atau pemimpin satu partai besar, kalau sampai kehilangan sifatnya sendiri sehingga melakukan perbuatan yang melanggar keadilan, bukankah hebat akibatnya"
Kemudian ia menanyakan kepada Cian-lie Tui-hong dan kawan2nya, mengapa mereka tidak pergi ke gunung Thay-heng-san, sebaliknya datang ke gereja Siauw-lim-sie"
Cian-lie Tui-hong lalu memberi keterangan: "Inilah sebabnya sehingga aku si pengemis kali ini telah terjungkal"
Kiranya Cian-lie Tui-hong yang mengetahui benar, bahwa kongcunya itu banyak pengalamannya yang
romantis, dengan mendadak telah mengatakan hendak bertindak seorang diri, segera dapat menduga bahwa dalam urusan itu pasti ada menyangkut soal wanita. Di hadapannya Yu-kok Oey-eng. sudah tentu ia tidak berani mengatakan apa2. Setelah ia berpencaran dengan Yu-kok Oey-eng, barulah ia menanyakan kepada Lam-hay Theng-kao, apa sebabnya kongcu gusar"
175

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lam hay Theng-kao lalu beritahukan padanya tentang berita yang ia dengar.
Tentang munculnya lagi Pek-tok Hui-mo di dunia kangouw, Cian-lie Tui-hong tidak ambil dihati. Sebaliknya dengan kabar yang mengenai munculnya Yan-jie di daerah Hwa-pak, yang membuat ia kuatir. Karena ia tahu benar wataknya Ban-ciang Nio-nio. Barang siapa yang diincar olehnya, sebelum sifatnya sendiri hilang dan rela menjadi muridnya, tidak nanti akan dilepas secara sembarangan.
Lim Tiang Hong yang mempunyai hubungan baik
dengan Yan-jie, kalau gadis cilik itu hendak melepaskan bisanya terhadap Lim Tiang Hong, sebetulnya sangat mudah sekali, Itulah sebabnya ia tidak perdulikan lagi maksudnya hendak menggempur sarang penjahat di gunung Thay-heng-san dan mengambil keputusan hendak
menguntit jejak Lim Tiang Hong, untuk menjaga
keselamtannya. Dalam perjalanan, mendadak berpapasan dengan
seorang paderi tinggi besar yang mengenakan kerudung di wajahnya, yang lantas menegur mereka. "Kalian
gerombolan orang2 ini. Barangkali adalah sahabat dari Hong-hong-tie"
Cian-lie Tui-hong maju menghampiri dan berkata padanya: "Benar, ada keperluan apakah Siansu kepada kita?"
Paderi berkerudung itu mendadak dongakan kepalanya, dan menjawab sambil ketawa dingin: "Kalau baru mendengar namanya saja, rasa2nya ingin sekali melihat orangnya. tapi setelah bertemu muka, kiranya cuma begitu saja, yang tidak lain daripada setumpuk sampah yang tidak ada gunanya! Ha! ha....".
176 Cian-lie Tui-hong yang adatnya memang berangasan, seketika itu lantas naik pitam. Ia sudah angkat tongkat besinya dan selagi hendak melakukan kekerasan, Mo-ie Kim-kho sudah melesat maju serta berkata dengan suara keras: "Sampah atau bukan, cobalah sambuti dulu seranganku ini!"
Dengan senjatanya yang se-olah2 mengandung
hembusan angin kuat, ia melakukan serangan hebat.
Paderi berkerudung itu cuma ganda dengan ketawanya sembari berkata: "Apa cuma kepandaian yang tidak berarti ini saja?"
Lalu kibaskan lengan jubahnya, hembusan angin kuat sekali meluncur keluar dari tangannya, hingga senjata Mo-ie Kim-kho hampir dibikin terbang keudara, sedang orangnya terpental mundur sampai 3-4 langkah.
Siang Kiong, salah satu dari dua orang tua daerah perbatasan Thibet, sudah maju ke depan sambil menyerang dengan ilmunya Kim-see-ca-ing atau serangan pasir emas.
Diantara suara orang tertawa, tiba2 terdengar suara keras dan paderi berkerudung itu, dengan kecepatan bagaikan kilat, sudah melesat tinggi ke atas, kemudian perdengarkan suaranya: "Pinceng adalah penjabat ketua baru partai Siauw-lim-pay. Kalau kau ada mempunyai nyali, boleh datang ke gunung Siong-san mencari aku"
Setelah meninggalkan pesan demikian, ia lantas menghilang.
Tinggal Cian-lie Tui-hong yang berjingkrak-seperti orang gila. Karena penasaran, lantas ia mengejar.
177 Tapi dalam keadaan gelap gulita, hanya suara burung hantu yang memenuhi angkasa. Sedangkan bayangan paderi tadi sudah tidak kelihatan.
Dan ketika ia balik menengok keadaannya Si-ang-Kiong, ternyata sudah terluka bagian dalamnya. mulutnya mengeluarkan darah matang. Untung ia ada membawa obat Soat-som-wan yang sangat mujarab, hingga setelah makan obat itu sudah pulih kembali kawarasannya.
Dalam gusar dan penasaran Cian-lie Tui-hong, Lim Tiang Hong lantas berkata sambil menepok paha sendiri:
"Menurut dugaanku, paderi berkerudung itu, andaikata bukan orangnya Hong-lui-po, tapi setidak-tidaknya juga komplotannya. Ia sengaja naemegat perjalanan kamu. Ada dua kemungkinan, kesatu: hendak mengadu domba antara Hong-hong-tie dengan Siauw-lim-pay. Kedua: sengaja membikin kami gusar, supaya pergi ke gunung Siong-san untuk membuat perhitungan dengan Siauw lim-sie, sehingga mengurangi kekuatan partai golongan kebenaran yang hendak membasmi ke sarang penjahat"
"Dugaan Kokcu ini mungkin benar, tapi siapakah paderi berkerudung itu?" Sian Kiong turut menyatakan pikirannya.
"Inilah yang terus kita selidiki pada dewasa ini"
Rombongan Lim Tiang Hong ketika tiba di kota Lok-yang, cuaca sudah terang.
Lim Tiang Hong usulkan supaya mencari rumah penginapan dulu untuk mengaso.
Mereka akhirnya dapat penginapan disalah satu rumah penginapan besar, hingga masing2 dapat satu kamar.
-dw*kz- 178 Bab 51 ESOK hari Lim Tiang Hong telah memanggil Cian-lie Tui-hong dan kawan2nya datang ke kamarnya. Kemudian ia mengadakan perundingan.
"Hong-lui-po kali ini masuk kewilayah Tionggoan, agaknya sudah mengadakan penyelidikan lebih dulu terhadap keadaan rimba persilatan daerah Tionggoan. Pada dewasa ini meski mereka nampaknya sudah angkat kaki, tapi hal yang sebenarnya ialah merupakan suatu siasat untuk mengadakan persiapan, yang akan digunakan pada serangannya yang akan datang. Maka bagaimana kita harus mengadakan persiapan untuk menghadapi mereka?"
demikian Lim Tiang Hong mulai utarakan pikirannya.
Api Di Bukit Menoreh 11 Wiro Sableng 045 Manusia Halilintar Pusaka Gua Siluman 5

Cari Blog Ini