Ceritasilat Novel Online

Tamu Dari Gurun Pasir 2

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 2


Meskipun dengan Siao lim pay ia tidak mempunyai
hubungan apa2, akan tetapi oleh kerena urusan patung kuno itu, ia merasa tidak enak. Sebab jika kejadian malam ini apabila benar2 terjadi karena urusan patung kuno itu, ia akan merasa lebih tidak enak terhadap orang2 Siao-lim-pay.
Meskipun dipihaknya Siao lim-pay sudah
menyatskan supaya mereka jangan bergerak lebih jauh, tapi Lim Tiang Hong sedapat mungkin mau mencari jaian lain supaya tetap dapat masuk terus kedalam. Dengan ilmu meluncurkan badannya, dengan caranya yang bagus sekali digunakannya, sebentar saja sudah menghilang orangnya dari situ.
Masih baik baginya jika ia tidak menuruti perasaan hatinya untuk masuk terus kegereja Siao-lim sie. Karena dengan perbuataannya ini, tidak beda seperti hendak mencari gebukan sendiri.
105 Ketika ia sampai dipintu gerbang sejarak tiga puluh tombak, didengarnya suara saling membentaknya dua pihak yang sedang bertempur. Seluruh gereja tampak sudah bergolak sangat. Di-mana2 terdapat beberapa macam orang2 dari dunia Kang-ouw yang saat itu
sedang bertempur mati2an dengan kawanan padri dari Siao-lim sie.
Dalam keadaan sekalut itu, ia tidak dapat melihat dirinya Hui Hui Taysu. Dan ia yang menyaksikan keadaan demikian, benar2 tidak berani maju lebih jauh.
Sebab apabila ia perlihatkan diri, pasti akan
menimbulkan kesalah pahaman dari kaum padri.
-00dw00- Jilid Ke 2 --0dw0-- Pada saat itu tiba2 ada dua orang dengan gerakan
bagai kilat menerjang kearahnya. Salah seorang
diantaranya lantas berkata sambil ketawa aneh: "Bocah!
Sungguh besar nyalimu. Kau sudah dapat barang, belum mau pergi dan masih berani berdiri disini untuk
menonton keramaian!"
106 Lim Tiang Hong terperanjat. Ia segera berdiri
menghadapi kedua orang yang menghampirinya itu. Kini ia baru dapat melihat tegas bahwa dua orang itu adalah Lam-hay Giam-mo dan si Kampret Terbang.
"Barangkali adalah kalian kawanan iblis ini yang
datang mengacau ke gereja Siao-lim-sie" Kata Lim Tiang Hong dengan suara gusar.
Si Kampret Terbang dengan wajah kaku dingin
menyahut: "Benar, yang mengacau memang kami. Tapi, yang memetik buahnya adalah kau sendiri. Sebaiknya patung kuno itu kau serahkan baik2 kepada kami. Kalau tidak, hmmm, jangan harap kau bisa keluar lagi dari gunung Siong-san ini!"
Lim Tiang Hong melengak. "Pengacau! Kapan aku
dapatkan patung kuno itu!" bentaknya sangat gusar.
"Terang2an adalah kau yang membawa kabur, apa
kau masih berani menyangkal?" Lam-hay Giam-mo
mengejek dengan suara bengis.
Lalu sambil mengibaskan lengan bajunya yang
gerombongan ia menyerang pada si anak muda.
Lim Tiang Hong yang sedang gusar, sengaja tidak
berkelit maupun menyingkir, ia menunggu serangan
lawan datang dekat, baru menyambuti dengan yang
hebat. Sebentar kemudian lalu terdengar suara gempuran
hebat. 107 Badan Lim Tiang Hong tampak bergoyang dan
mundur tiga tindak, sedang Lam-hay Giam-mo juga
mundur satu tindak. Pada saat itu kembali terdengar satu suara nyaring, si Kampret Terbang ternyata sudah melancarkan
serangannya dari samping ke arah Lim Tiang Hong.
Si pemuda lompat ke samping tiga kaki, tapi belum lagi kakinya berdiri tegak, serangan kedua dari Lam-hay Giam-mo sudah meluncur ke badannya dengan hebat.
Lim Tiang Hong menggeram. Kedua tangannya
lantas didorong lempang di depan dada. Suatu kekuatan tenaga yang maha hebat lantas menyambuti serangan iblis dari Lam-hay itu. Sebentar lagi terdengar suara gemuruh, di udara timbul angin puyuh.
Lim Tiang Hong yang kekuatan tenaga daiamnya
masih kalah setingkat tampak mundur sampai lima
tindak. Dadanya dirasakan bergolak. Dalamnya sudah mulai terluka.
Tapi, Lam-hay Giam-mo sedikitpun tidak memberi
kesempatan padanya beristirahat. Dengan beruntun
kembali melancarkan serangannya sampai tujuh kali.
Sedang si Kampret Terbang juga tidak mau tinggal diam.
Dengan menggunakan ilmu serangan tangan tunggalnya ia turut pula membantu lam-hay Giam-mo mengeroyok Lim Tiang Hong.
108 Kedua iblis buas itu telah menganggap Lim Tiang
Hong sudah mencuri kembali patung kunonya, maka
tanpa menghiraukan tata tertib dunia Kang-ouw mereka lalu mengepung satu anak muda.
Lim Tiang Hong sambil menahan sakit dilukanya,
dibawah kepungan dua orang kuat kelas satu dalam
kalangan Kang-ouw, ternyata masih dapat melayani
dengan ulet sampai lima puluh jurus lebih.
Pada saat itu dari luar kalangan mendadak
terdengar suara siulan aneh. Disitu lantas muccul dua orang. Seorang adalah si Manusia Aneh Dari Utara dan yang lain adalah si Burung Sakti Sayap Besi.
Kedua iblis itu tiba2 menerjang hingga tiga orang yang sedang bertempur menjadi buyar berpencaran.
Setelah itu, empat kawanan iblis itu telah mengambil sikap mengurung Lim Tiang Hong dari empat penjuru.
Si Manusia Aneh Dari Utara lantas berkata: "Bocah ini sekarang sudah ada dalam tangan kita. Kini aku hendak ajukan pertanyaan, kita bekerja sama atau
sendiri" Si Kampret Terbang lantas menanya: "Bagaimana
kalau bekerja sama dan bagaimana lagi kalau kita kerja sendiri sendiri?"
"Kalau bekerja sama, siapa saja diantara kita yang dapatkan patung kuno itu, kita berempat sama2
mengambil kitab wasiat itu kemudian sama2
109 mempelajarinya. Jikalau masing2 hendak bertindak
sendiri2, terpaksa harus diputuskan oleh kekuatan kita masing2"
Lam-hay Giam-mo ketawa dingin. "Kau sungguh
pandai memungut keuntungan" katanya "orang lain
dengan susah payah, baru berhasil melibat kawanan padri dari Siao-lim-sie dan sekarang ketika menyaksikan barang itu sudah akan masuk ke dalam tangan, kau
lantas datang minta bagian"
Si Manusia Aneh Dari Utara lantas ketawa terbahak bahak. "Kalau begitu" jawabnya. "Terpaksa kita melihat saja bagaimana kesudahannya"
Lam-hay Giam-mo lantas berkata dengan suara
gusar: "Jangan banyak bicara. Kau ingin tangkap ikan di air keruh sebaiknya kau ukur dulu tenagamu!"
Setelah mengucapkan perkataannya itu, mendadak
ia melancarkan serangannya terhadap Lim Tiang Hong yang saat itu tengah mengatur pernapasannya.
Tapi Manusia Aneh Dari Utara itu tiba2
menghadang di depan dirinya Lim Tiang Hong. Sambil perdengarkan suara ketawa seramnya ia berkata: "Sudah lama aku dengar kepandaianmu Lo-sat Im kang yang
katanya sangat ganas. Aku si tua bangka sekarang ingin coba2 menyambuti ilmumu itu beberapa jurus saja"
Lam-hay Giam-mo melotot matanya. Sepasang
tangannya yang macam tangan setan tampak ditarik
110 keluar dari lengan bajunya, kemudian disodorkan
kedepan. Sambaran angin yang disertai bau amis telah meluncur keluar dari tangan itu dan menyerang Manusia Aneh Dari Utara.
Ini adalah inti serangan Lam-hay Giam-mo yang
paling istimewa dan paling ganas pula.
Si Manusia Aneh Dari Utara yang sudah malang
melintang dalam dunia Kang-ouw selama beberapa puluh tahun, memiliki ilmu silat yang terampuh yang
dinamakan Kek tee Han-taociang, yang ia sudah latih hampir lima puluh tahun lamanya, ternyata dalam
menghadapi iblis dari Lam-hay itu, ia juga tidak berani berlaku sembrono.
Ia lantas mengebaskan lengan jubahnya, ilmu
serangannya yang ampuh itu lantas meluncur keluar.
Ketika dua kekuatan saling beradu, badan dua
orang itu tampak ber goyang2 sedikit.
Diwayahnya Lam-hay Giam-mo yang pucat pasi
telah terlintas kabut hitam. Iblis ini sambil menggeram hebat menggerakkan tangannya menjambret ketengah
udara. Dari lima ujung jari2nya itu lantas meluncur keluar kabut hitam.
Manusia Aneh Dari Utara perdengarkan suara
dihidung. Satu tangannya juga tampak didorong keluar, hingga lagi2 dua pihak mengadu kekuatan.
Sebentar kemudian terdengar suara bergemuruh.
111 Lam-hay Giam-mo dengan badan sempoyongan
mundur sampai lima tindak. Manusia Aneh Dari Utara itu mendadak berubah wayahnya. Badannya tampak
memendek dua kaki, kiranya dua kakinya sudah ambles ke tanah.
Teranglah sudah, dari mengadu kekuatan secara
kekerasan itu, kedua2nya sudah mendapat luka yang tidak boleh dibilang ringan.
Menggunakan kesempatan selagi dua orang itu
sedang bertempur hebat, si Burung Sakti Sayap Besi dengan kecepatan kilat menerjang ke arahnya Lim Tiang Hong hendak menyambarnya. Ia menduga bahwa
tindakannya yang sangat licik itu pasti akan berhasil.
Siapa tahu, Lim Tiang Hong yang sangat tinggi
kekuatan tenaga dalamnya, hanya dalam waktu sekejap saja sudah dapat menyembuhkan luka dalamnya.
Karena sedang berada di tengah kurungan empat
iblis, jika tidak berdaya siang2 melarikan diri, akibatnya pasti akan tidak menguntungkan diri sendiri.
Selagi si Burung Sakti Sayap Besi menerjang
padanya, ia juga sudah menggerakkan tanaganya
melancarkan serangannya. Dengan kekuatan tenaga Im (lunak) dan Yang
(keras) pada kedua telapak tangannya ia sudah
melancarkan serangannya. Kali ini serangannya jauh 112
berbeda dengan serangan2 duluan, tidak bersuara, juga kelihatan sepintas lalu tidak bertenaga.
Si Burung Sakti Sayap Besi yang terlalu gegabah
tindakan, yang begitu melihat Lim Tiang Hong
mengeluarkan serangannya, lantas cepat2 menyambuti.
Tapi begitu kekuatan dua orang itu saling beradu, mendadak dadanya dirasakan sesak, ia lantas
menggeram hebat dan melesat setinggi dua tombak
keatas, kemudian jatuh lagi ke tanah, mulutnya
menyemburkan darah segar.
Serangan Lim Tiang Hong itu telah menimbulkan
luka yang tidak ringan di tubuhnya.
Si Kampret Terbang yang sudah hendak turun
tangan mencegah, ketika menyaksikan kejadian itu, lantas berdiri ternganga.
Tiba2 satu bayangan orang tampak meluncur.
Lim Tiang Hong yang menggunakan kesempatan
lantas melayang menuju ke pintu gereja Siao-lim sie.
Tiba2 ditempat gelap terdengar orang yang
memanggil dengan suara nyaring "Bocah, kau kemari.
Aku hendak bicara dengan kau...."
Lim Tiang Hong yang badannya masih berada
ditengah udara dan sedang melesat cepat, ketika
mendengar ada orang memanggilnya lantas memaksa
menghentikan gerakannya, dengan cara berputar
melayang turun ke arah orang yang bicara tadi.
113 Orang itu berada ditempat gelap. Ia melihat
caranya Lim Tiang Hong bergerak, lantas ketawa bergelak2 "Satu gerakan yang bagus sekali".
Begitu kakinya menginjak tanah, Lim Tiang Hong
baru mengetahui bahwa orang yang memanggil padanya itu adalah si pengemis mata satu, maka seketika itu ia lantas memberi hormat seraya berkata: "Ada urusan apakah Locianpwee memanggil boanpwee?"
Pengemis tua mala satu itu lantas berkata "Pada
saat ini kau mau masuk kedalam gereja, bukanlah sama saja artinya dengan kau sendiri yang turut membuat kekeruhan disini". Sekarang keadaan didalam sedang kalut, kalau kau mau pergi kesana, sebentar lagi boleh pergi supaya jangan sampai orang anggap kita
mengubek dalam air keruh"
"Ucapan Cianpwee ini memang benar" kata Lim
Tiang Hong sambil anggukkan kepala.
"Kau dari golongan mana?"
"Boanpwee tidak mempunyai golongan, juga tidak
punya suhu yang mengajar. Tentang itu orang aneh yang menurunkan ilmu silatnya kepada boanpwee, maaf kalau boanpwee tidak bisa memberiritahukan namanya"
Pengemis tua mata satu itu lantas berkata sambil
tertawa ber-gelak2: "Sekalipun kau tidak mau
menyebutkan namanya, aku juga sudah dapat lihat
beberapa bagian. Dikemudian hari apabila kau ketemu 114
lagi dengan orang tua itu, tolong sampaikan perkataanku bahwa aku si pengemis miskin mata satu mengirimkan ucapan selamat kepadanya"
Ia berhenti sejenak, kemudian dengan sikap keren
ia berkata pula "Kau dengan orang2 dari golongan Hianbun sebetulnya mempunyai permusuhan apa" Bolehkan kau beritahukan kepadaku si pengemis tua ini" Mungkin sedikit2 aku bisa membantu kau"
"Boanpwee dengan orang Hian-bun tidak
bermusuhan, juga tidak mempunyai ganjalan apa2.
Sebaliknya adalah mereka yang ber-kali2 mencari setori dengan boanpwee. Boanpwee sendiri belum tahu apa
sebabnya" Pengemis mata satu itu tampak berpikir sejenak,
lalu berkata pula: "Kalau begitu, kedatanganmu ke kota Lok-yang ini ada urusan apa?"
"Kota Lok-yang adalah tempat kelahiran boanpwee.
Kedatangan boanpwee ini maksudnya hendak mencari
dimana adanya ayah bunda boanpwee sekarang ini"
"Siapakah ayahmu itu?"
"Tidak tahu. Boanpwee cuma tahu, pada 14 tahun
yang lalu, ayah boanpwee pergi ke gunung Dewa dan lantas tidak kembali lagi. Selanjutnya, ibu juga lantas meninggalkan boanpwee dan menikah dengan orang lain lagi"
115 Ketika ia menceritakan hal ibunya, wayahnya Lim
Tiang Hong dirasakan panas, ia merasa malu sendiri.
Empatbelas tahun yang lalu, pergi ke Gunung
Dewa, dan istrinya ikut orang lain lagi.
Pengemas mata satu itu berkemak kemik sendiri
sambil memejamkan matanya. Mendadak ia membuka
matanya dan berkata: "Sahabat kecil, kau tidak usah kuatir. Mungkin aku si pengemis tua bisa membantu dalam usahamu itu"
Lim Tiang Hong maju setindak. Sambil memberi
hormat ia berkata: "Kalau begitu, lebih dulu boanpwee mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
Cianpwee" Si pengemis tua berkata sambil ketawa bergelak2:
"Kau tak usah merendah. Mari kita masuk lihat"
Pada saat itu suara bentakan dan suata
pertempuran didalam gereja sudah berhenti.
Didalam keadaan tampak sunyi, tidak kedengaran
suara orang bicara. Si pengemis tua bersama Lim Tiang Hong sesudah
memasuki pintu gerbang, matanya dapat melihat bangkai pada bergelimpangan disana sini dalam keadaan
mengerikan. Bangkai2 itu kebanyakan adalah orang2
Kang-ouw dengan dandanan ringkas, tapi diantaranya juga terdapat beberapa padri. Sedang kawanan padri dari gereja Siao-lim sie tampak sedang repot
116 membersihkan tempat bekas pertempuran. Mereka
melakukan pekerjaannya dengan sibuk tidak seorangpun yang berani membuka mulut mengeluarkan suara.
Ketika si pengemis tua dan Lim Tiang Hong berjalan menuju ke pendopo, agaknya tidak ada orang yang
memperhatikan mereka. Diantara paderi itu juga tidak kelihatan satupun yang berkedudukan tinggi.
Si pengemis mata satu lantas berkata: "Mari kita
lihat kedalam pendopo"
Lim Tiang Hong mendadak menghentikan
langkahnya dan berkata: "Ada orang datang"
Memang benar, suara berkereseknya baju saat itu
masuk dalam telinga mereka. Sebentar kemudian dari luar tampak mendatangi empat orang padri.
Si pengemis mata satu segera mengenali mereka
yang ternyata adalah empat padri dari bagian ranggon penyimpan kitab. Maka itu, ia berjalan maju memberi hormat seraya berkata: "Malam ini, sebetulnya apa yang telah terjadi dalam gereja Siao-lim-sie ini?"
Hui Beng Siansu menggeleng-gelengkan kepala dan
menjawab sambil menghela napas panjang "Panjang
sekali kalau mau diceritakan. Kejadian kali ini boleh dikata merupakan satu bencana hebat yang pernah
dialami di gereja Siao-lim sie selama seratus tahun ini...."
Ketika matanya mendadak melihat Lim Tiang Hong
yang berdiri di tengah2 pendopo, ia lantas maju
117 menghampiri sambil menyebut nama Buddha ia berkata:
"Hud-cow sungguh2 masih mempunyai roh. Kau si
penjahat ini ternyata berani muncul sendiri kemari"
Lim Tiang Hong melengak....
Tiga orang padri yang lainnya lantas mengambil
sikap mengurung. Kejadian yang timbul secara tiba2 itu membuat si
pengemis mata satu yang banyak pengalamannnya, juga merasa tidak habis mengerti. Dengan tangannya, ia meng-garuk2 kepalanya yang tidak gatal, kemudian
berkata "Taysu, kalian berbuat begitu apa artinya?"
Hui Beng Siatsu lantas berkata dengan suara
rendah: "Perkara ini paling baik kau si pengemis sakti jangan turut ambil bagian. Malam ini kami tidak akan melepaskan dia begitu saja"
Lim Tiang Hong yang diperlakukan secara demikian, dalam hatinya lantas timbul kesan tidak baik terhadap orang2 beribadat. Filsafatnya Im-san Mo-lie kembali kerkumandang didalam telinganya. Maka dalam hatinya saat itu ia lantas berpikir "Apa benar aku terlalu lemah"
Kenapa begitu muncul didunia Kang-ouw, aku sudah
dihinakan oleh begitu banyak orang" Hm! Aku toh bukan penakut! Jikalau mereka bicara tidak mengenai aturan, terpaksa aku tidak mau mengalah lagi"
118 Selagi pikirannya masih dikerjakan keras, kembali didengar nya suara Hui Beng Siansu membentak:
"Jahanam! Sekarang kau mau kata apa?"
Lim Tiang Hong menjawab sambil ketawa dingin
"Lebih dulu aku peringatkan pada kalian orang2 Siao-lim-sie, Aku Lim Tiang Hong bukan itu orang yang suka dihina. Kalau aku sudah mengalah sampai disuatu batas, hm! Aku tidak perduli apa akibatnya yang akan terjadi lagi...."
Hui Beng Siansu tercengang. Mendadak ia
mendongakkan kepala dan ketawa ber-gelak2. Suaranya itu agaknya mengandung perasaan sangat gusar.
Setelah melampiaskan kegusaran dalam hatinya,
Hui Beng Siansu berkata pula sambil menuding Lim Tiang Hong: "Gereja Siao-lim sie rumah suci tempat beribadat telah kau bikin kacau balau begini, sampai darah dan bangkai manusia membikin kolor dan rusak
pemandangan dalam tempat suci ini dan kau sendiri mengggunakan kesempatan itu mencuri patung kuno.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apa begitu kau masih belum puas dan mau masuk lagi untuk kedua kalinya mengacau kembali" Apa kau kira digereja Siao-lim-sie tidak ada orang yang bisa
membekuk kau?" Si pengemis mata satu yang berdiri disamping,
agaknya merasa terkejut, maka ia lalu berkata: "Apa kau kata" Soal ini aku berani tanggung bukanlah perbuatan sahabat kecil ini. Sebab...."
119 Hui Beng Siansu dalam gusarnya lantas berkata
sambil ulapkan tangannya: "Paling baik kau jangan turut campur dalam urusan Siao-lim-pay kami"
Sebagai seorang yang mempunyai kekuatan tenaga
dalam sangat hebat, meskipun hanya mengebas lengan jubahnya secara seenaknya saja, namun sudah cukup dengan itu saja membuat si pengemis tua mundur ter-huyung2 karena ia tidak menyangka sama sekali akan diperlakukan demikian rupa maka seketika itu ia lantas membelalakkan matanya yang tinggal satu dan berkata dengan suara gusar: "Apa artinya perbuatanmu ini!"
Pada saat itu Hui Kak dan dua padri yang lainnya
dengan memusatkan kekuatan tenaganya, berjalan maju dengan tindakan perlahan. Terhadap ucapannya si
pengemis mata satu, Hui Beng Siansu sama sekali tidak mau ambil pusing. Matanya masih terus menatap
wayahnya Lim Tiang Hong dan tangannya lambat2 mulai diangkat tinggi.
Pengemis mata satu yang beradat tinggi, begitu
pula karena kedudukannya didalam dunia Kang-ouw
sudah sangat tinggi, maka ketika mendapat hinaan orang deaikan rupa, tidaklah heran kalau saat itu lantas naik darahnya. Setelah tertawa bergelak2 ia lantas berkata:
"Kalau kalian mau mengandalkan kedudukan dan
menghina orang secara tidak tahu aturan, mari kita berkelahi duiu. Nanti baru aku cari Hui Hui Taysu untuk mencari lagi mencela padanya".
120 Setelah berkata, ia lantas berdiri bahu membahu
dengan Lim Tiang Hong. Lim Tiang Hong sebetulnya masih ingin memberi
penjelasan, akan tetapi, dalam keadaan demikian, ia tahu sudah bahwa penjelasannya itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Maka begitu melihat perbautannya si
pengemis mata satu, semangatnya terbangun seketika.
Sambil ketawa dingin ia juga memusatkan semua kekuatan tenaganya diatas kedua tangannya.
Dalam waktu sekejapan suasana dalam pendopo itu
tampak sangat gawat, tapi saat itu keadaan sangat sunyi hingga suara napas dapat terdengar amat nyata. Tetapi, dalam kesunyian macam itu, sebetulnya terkandung satu nafsu pembunuhan.
Selagi enam orang2 kuat itu sedang siap sedia
hendak segera membuka pertempuran, tiba2 diri atas payon, terdengar suara bentakan nyaring, kemudian disusul dengan berkelebatnya sinar perak yang
berputaran ditengah udara se-olah2 bunga api yang sedang menyala dan meluncur ke arahnya empat orang padri Siao-lim-sie
-0odwo0- Bab 4 BENDA berkeredepan itu ada membawa hawa
dingin, hingga 4 paderi tua itu merasa kaget dan buru2
lompat mundur sampai 3 kaki jauhnya.
121 Sebentar kemudian, diantara bau harum yang
menusuk hidung, di tengah2 kalangan sudah berdiri seorang wanita muda berbaju hijau.
Wanita muda itu bukan lain dari pada Henghay
Kow-loan. Dengan matanya yang jeli ia menyapu 4
paderi tua itu sejenak., kemudian berkata dengan suara nyaring: "Liatwie adalah paderi yang beribadat tinggi dari golongan Siao-lim, bagaimana bisa bertindak begitu sembrono dengan tanpa membedakan yang mana hitam
dan yang mana putih" Jikalau dia ada maksud hendak merampas patung kuno itu, buat apa jauh2 dia bawa kemari untuk diantarkan kepada kalian?"
Wanita itu bicaranya cepat dan nyaring suaranya,
hingga kedengarannya macam petasan sedang disundut.
Hui Beng juga sudah memikirkan tentang itu. Hanya ia ragu2 karena ia telah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri bahwa patung kuno itu adalah si pemuda didepan matanya ini yang mencuri, bahkan dilihatnya pula pemuda ini ada berserikat dengan kawanan iblis dari berbagai golongan mengacau didalam gerejanya. Dan kini, jikaiau ia hanya mendengarkan ucapannya wanita itu saja dan lantas melepaskan si pemuda, bagaimana dikemudian hari Siao-lim-sie bisa menaruh muka"
Maka seketika itu ia lantas menyebut nama Buddha
seraya berkata: "Segala keterangan sudah tidak ada gununya. Karena Loceng sekalian telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sekarang kami hanya mau 122
minta orang2 yang diluar urusan ini suka keluar dulu sementara waktu. Loceng malam ini bersumpah biar
bagaimana harus menahan penjahat ini"
Henghay Kouw-loan ketawa dingin. "Aku justru
tidak mau pergi" katanya "aku kepingin tahu bagaimana kalian akan bertindak menghadapi aku"
Lim Tiang Hong tahu bahwa kawanan paderi ini
sudah sangat benci terhadap dirinya, maka segala
penjelasan rasanya sudah tidak akan ada gunanya lagi.
Segala kejadian yang membuat pikirannya selama
beberapa hari ini menjadi ruwet, saat itu menambahkan kejengkelannya dan hati menjadi panas.
Kalau ia ingat lagi akan ucapannya Im-san Mo lie
yang sebenarnya membakar hatinya. Lalu timbul
niatannya hendak membuat huru hara didalam gereja itu. Ia berpikir "Tampaknya memang benar semua orang didunia Kangouw tidak ada yang kenal aturan. Sekalipun Siao-lim-pay yang namanya begitu cemerlang, juga tidak ada kecualinya. Untuk apa aku bersabar lebih jauh" Lebih baik aku bertindak sesukaku!
Karena memikir demikian, maka ia lantas bergerak
maju dan berkata dengan suara keras: "Aku ulangi sekali lagi! Pencaya tidaknya terserah pada kalian sendiri.
Kesatu: Kalau aku ada maksud hendak mengangkangi
patung kuno kalian, tidak perlu aku antarkan kemari. Aku toh bisa langsung pergi sendiri mengambil kitab wasiat.
Kedua: Malam ini ketika aku datang ke gereja, Sin Kay 123
(pengemis sakti) Cianpwee ini pernah menguntit
dibelakangku. Juga dia merupakan satu saksi yang dapat menerangkan bahwa hal itu bukanlah perbuatanku. Kalau kalian hendak mengandalkan pengaruh dan kekuatannya Siao-lim-sie ingin menahan aku dengan cara kekerasan, barangkali tidak begitu gampang"
Sehabis berkata, kedua tangannya dilintangkan ke
depan dada dan berdiri dengan sikap gagah. Terhadap empat Siao-lim-sie yang saat itu romannya hendak
menerkam padanya, sedikitpun ia tidak merasa jeri.
Hui Beng Siunsu berubah wayahnya. Sambil ketawa
melengking, ia berkata: "Begitupun baik juga. Kalau kau bisa keluar dari gereja Siao-lim Sie ini dalam keadaan selamat, Loceng akan menanggung segala resikonya dan membiarkan kau berlalu dengan aman"
Perkataannya yang terakhir ini diucapkan dengan
tegas. Kemudian ia menunjuk kearah pintu gerbang dan berkata pula: "Tidak perlu berputaran. Kau boleh dari dalam pendopo ini langsung masuk kedalam pintu
gerbang. Dan waktu itu Loceng minta Sinkay dan nona ini supaya suka menjadi saksi. Tapi disamping itu harap supaya kalian tidak turun tangan. Ini perlu untuk menghindarkan kesalah pahaman"
Setelah itu, dengan mengajak tiga padri yang lain, lebih dulu ia lompat melesat menuju kepintu gerbang.
Lim Tiang Hong dengan gagah tertawa ber-gelak2.
Ia juga iantas berkata: "Aku si orang she Lim sungguh 124
beruntung malam ini bisa menguji kepandaian Siao-limpay yang sudah lama di-sohor2kan Barangkali tidak percuma perjalananku malam ini"
Siao-lim-pay yang menguasai dunia rimba persilatan hampir beratus tahun, peraturannya sangat keras.
Orang2nya yang pandai juga banyak jumlahnya disitu.
Kepandaian ilmu silat orang2nya jarang mendapat
tandingan diantara orang 5 partai yang lain.
Walaupun jalan dari pendopo kepintu gerbang
hanya memerlukan melewati tiga pintu yang jaraknya cuma seratus tombak lebih, namun karena banyaknya rintangan, perjalanan itu dirasakan cukup berat.
Lim Tiang Hong bukan tidak tahu akan hal ini. Ia
bukan tidak mengerti bahwa jalanan yang menuju
kepintu gerbang itu bukannya jalanan mudah yang dapat dilalui orang, akan tetapi oleh karena ia sudah bertekad bulat hendak mengadu jiwa untuk membela nama
baiknya, ia sudah tidak menghiraukannya itu semua.
Sekalipun ia harus mengucurkan darah didalam gereja itu, ia rela untuk mencuci penghinaan orang.
Setelah mengucapkan perkataannya, lalu tanpa
menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya, juga tanpa menghunus pedangnya lagi, ia terus berjalan dengan prlembungkan dada dan tindakan lebar menuju ke pintu gerbang.
Sin-kay yang berdiri disamping dan lama tidak
berkata apa2, ketika menyaksikan sikap gagahnya Lim 125
Tiang Hong, yang tidak sudi menyerah mentah2, diam2
merasa kagum dalam hati. Tapi. berbareng dengan itu, ia juga merasa sangat kuatirkan keselamatan si pemuda.
Sebab, sekalipun anak muda ini sudah mendapat didikan dari satu orang berilmu tinggi, kalau terbatas usianya dan kurang latihannya, mungkin akan sukar ia dapat melalui segala rintangan yang terdapat disitu.
Tepat pada saat Lim Tiang Hong baru melangkah
keluar dari pintu gerbang, dari samping, mendadak terdengar suara nyaring dari orang yang menyebut nama buddha.
Dua padri muda yang wayahnya cakap sudah
menghadang di depan pintu.
Lim Tiang Hong lalu berkata kepada mereka sambil
menyoja "Siao Suhu, numpang jalan".
Perkataannya itu dibarengi dengan satu serangan
tangan yang mengandung kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat. Maka, meskipun kelihatannya seperti ia berlaku seenaknya, tapi kenyataannya sangat hebat.
Dua paderi muda itu adalah anak2 murid terpandai
dan terkuat dari golongan Siao-lim-pay generasi ketiga.
Ketika Lim Tiang Hong melancarkan serangannya,
mereka tidak mundur. Sebaliknya malah maju memapaki, lalu dengan menggunakan ilmu serangan "Hok-mo-ciang", salah satu ilmu serangan simpanan dari golongan Siao-lim, maju merangsek pada Lim Tiang Hong.
126 Serangan dari dua padri muda itu ketika meluncur
keluar. lantas timbul satu gelombang angin yang hebat se-olah2 gelombang laut menerjang Lim Tiang Hong.
Anak muda itu yang melihat keluarnya ilmu silat
simpanan tertinggi dari Siao-lim. semangatnya makin menyala-nyala. Sambii bersiul panjang ia me-mutar2
tangannya, dalam waktu sekejap saja ia sudah
melancarkan tujuh kali serangan beruntun.
Akan tetapi, tipu serangan "Hok-mo-ciang" dari
Siao-lim-pay ini sungguh sangat mujijat. Begitu
dikeluarkan, ditempat yang datar itu se-olah2 sudah timbul kekuatan yang mengandung tenaga sebesar
gunung. Betapapun hebatnya serangan tangan Lim Tiang Hong, tetapi begitu masuk kedalam bayangan tangan lawannya, lantas hilang musnah tanpa bekas. Sedangkan tekanan dari empat penjuru dirasakan semakin
bertambah. Lim Tiang Hong sudah melancarkan serangan
berantai sampai delapan belas kali bulan saja ia tidak berhasil maju setengah tindakpun saja, sebaliknya malah sudah didesak mundur sampai diambang pintu, hingga dalam hatinya diam2 merasa cemas. Pikirnya: "Dua anak murid Siao-lim si generasi ketiga saja masih belum mampu aku tundukkan, bagaimana nanti aku biia
merebut kedudukan didunia Kang-ouw?"
Seketika itu ia lantas merubah tipu serangannya.
127 Tiba2 ia menerobos masuk dalam bayangan tangan
lawan2nya dan menyambar pergelangan tangan salah
seorang diantara dua padri muda itu. Ia menggentak dan melemparkan tubuh padri muda itu terbang melesat
keluar. Sedang tangan kirinya tidak tinggal diam. Ia gunakan untuk mengadu kekuatan dengan padri muda
yang satunya lagi. Kali ini, si padri muda dengan badan sempoyongan berjungkir balik jatuh sampai delapan kaki jauhnya.
Masih untung Lim Tiang Hong tidak bermaksud
melukai lawannya, maka tadi ia hanya menggunakan
kekuatan tujuh bagian saja.
Lim Tiang Hong yang hanya bertujuan hendak
keluar, begitu berhasil membuat iawannya ini mundur, badannya lantas melayang ke depan, menuju ke pintu kedua.
Tapi belum lagi kakinya berdiri tegak, ia sudah
disambut oleh satu serangan yang sangat hebat. Maka terpaksa ia berputaran di tengah2 udara dan kemudian melayang turun ke tanah. Kini ia baru mengetahui bahwa ia sedang berhadapan dengan empat padri pertengahan umur yang berdiri berbaris di hadapannya.
Seorang diantaranya yang berperawakan tinggi
besar dengan wayah warna sawo matang lantas
membentak suara keras: "Ilmu pukulan tangan sicu
sungguh hebat. Jikalau sicu benar2 punya nyali, mari coba2 sambuti ilmu pukulan Ciu-pek Lo han koan kami"
128 Lim Tiang Hong tidak suka adu mulut. Ia lantas
berseru "Lihat serangan!"
Dan badannya maju dengan gerakan cepat.
Tangannya disodorkan. Kekuatan tenaga dalam yang
sangat hebat se-olah2 angin puyuh menggulung dirinya padri tinggi besar yang baru menutup mulutnya tadi.
Padri tinggi besar itu mengeluarkan suara dihidung.
Mendadak kepalan tangannya diputar. Suatu kekuatan tenaga yang sangat dahsyat menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Setelah terdengar suara benturan hebat, mendadak
muka padri itu berubah. Lim Tiang Hong juga merasakan badannya tergetar.
Tepat pada saat itu, dua padri dari sisi kanan dan kirinya juga sudah turun tangan dan padri tinggi besar tadi sambil membentak juga memutar tangannya laksana kitiran.
Ilmu pukulan Lo-han-koan dari Siao-lim-pay sudah
sangat terkenal dengan kekuatan tenaga kerasnya. Siapa saja yang menggunakan tenaga pukulan itu, kebanyakan adalah padri2 yang mempunyai tenaga besar. Maka
begitu dilancarkan, hebatnya juga bukan main.
Empat padri itu yang sekali turun tangan dengan
bergabung kekuatannya bertambah hebat berlipat ganda, hingga sebentar saja sambaran angin meng-gulung2.
129 Ditempat sejarak tiga tombak di sekitar mereka, semua berada dalam pengaruh angin serangan mereka.
Lim Tiang Hong meski baru pertama kali
berhadapan dengan musuh2 kuat, tetapi sikapnya tenang luar biasa. Dengan gerak badannya yang lincah ia lompat ke atas dan meluncur turun ke bawah. Sikapnya tenang dan sungguh2.
Saat itu tipu serangan Lo han koan dari empat padri tersebut per-lahan2 sudah memasuki ketempat yang
lebih tinggi, hingga Lim Tiang Hong merasakan tekanan dari empat penjuru makin bertambah. Diam2 ia merasa terkejut.
Tiba2 ia bersiul nyaring. Kemudian dengan
menggunakan tipu serangannya yang selama ini pertama kali digunakan, ia telah menyerang empat padri itu.
Ternyata serangan ini mengandung kekuatan yang luar biasa hebat.
Justru padri tinggi besar berkulit sawo matang tadi adalah orang yang menjadi korban pertama. Dengan
diikuti suara jeritannya, badannya melayang setinggi dua tambak lebih dan kemudian jatuh lagi di tanah.
Tepat pada saat padri tinggi besar itu dibikin
terpental oleh serangan Lim Tiang Hong, serangan kedua sudah menyusul menyapu tiga padri yang lain.
Diantara suara jeritan ngeri badannya ketiga padri itu tersapu oleh kekuatan serangan Lim Tiang Hong 130
sehingga bergelindingan sampai sejauh enam kaki. Dari mulut masing2 merah menyemburkan darah dan
membasahi lantai di dalam gereja.
Dalam gusarnya, Lim Tiang Hong telah
menggunakan tipu silatnya yang paling ampuh. Dan tipu ini belum pernah ia gunakan dimana saja.
Tidak nyana, dalam dua gebrakan saja ia telah
berhasil membuat tiga orang tadi binasa dan yang
seorang lainnya terluka parah.
Kini ia baru mengetahui betapa hebatnya tipu
serangan simpanannya itu hingga seketika itu hatinya berdebaran keras.
Ia masih ingat orang tua yang menurunkan
pelajaran kepadanya dulu pernah memesan wanti2
bahwa tipu serangan itu bukan main hebatnya, jikalau tidak sangat terpaksa, tidak boleh digunakan secara sembarangan. Dan sekarang ia telah menggunakan serangan itu untuk menghadapi kawanan padri dari Siao-lim sie yang tidak ada permusuhan suatu apa dengan ia.
Bagaimana dikemudian hari ini dipertanggung jawabkan.
Si Pengemis Mata Satu yang mengikuti
dibelakangnya, diam2 juga merasa kaget dan cemas.
Kaget, pemuda ini bukan saja ilmu serangan
tangannya sangat mujijat yang belum pernah ia lihat dan temukan, tapi kekuatan tenaga dalamnya juga sangat hebat. Dan cemas, karena dia dengan orang2 Siao-lim-131
pay sudah menanam bibit kesalahan paham dan kejadian penumpahan darah yang minta korban jiwa manusia ini, tentu akan berakibat lebih runyam.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suara menyebut
nama Buddha kemudian disusul oleh perkataannya yang nyaring dan mengharukan: "Penjahat! Sungguh telengas perbuatanmu!...."
Itu adalah suaranya Hui Beng Siansu.
Sebentar kemudian, berkelebatnya sinar senjata
dan suara riuh terdengar dalam ruangan itu. Dari
ruangan sebelah selatan telah muncul barisan paderi yang sangat rapi. Barisan itu terdiri 4 rombongan. Setiap rombongan 9 orang. Dua rombongan pada membawa
senjata golok Kay to. Dua rombongan yang lain, pada membawa senjata sodokan, yang biasa digunakan dalam kalangan Buddha.
Setiba didalam kalangan, rombongan barisan itu
pencarkan diri keempat penjuru. Dalam 9 orang itu terbagi lagi menjadi 3 rombongan, setiap rombongan 3
orang. Si Pengemis Mata Satu yang sudah banyak
pengalamannya, sudah tahu bahwa partay Siao-lim-pay hendak membentuk barisan (tin) yang dinamakan "Tian-cao tin" maka diam2 dalam hati lantas memaki "kawanan kepala gundul ini benar2 hendak membesar-besarkan urusan kecil saja"
132 Tapi ia tidak tahu, bahwa kejadian yang menimpa
gereja Siao-lim-sie selama seratus tahun ini. Hui Hui Taysu didalam gusarnya, sudah memperintahkan semua paderi Siao-lim-sie yang terkuat untuk mencari atau mengejer orang yang mencuri patung kuno itu.
Berbarang dengan itu, dengan mendobrak tradisi Siao-lim-sie ia sendiri juga sudah terjun sendiri kedunia Kangouw untuk menyelidiki soal tersebut.
Sebab apabila patung kuno itu tidak berhasil direbut kembali atau kitab pusakanya diambil oleh orang yang merampas patung kuno tersebut, tanggung jawabnya
amat besar sekati terhadap Couwsu-nya.
Oleh karena itu, maka didalam gereja itu hanya 4
paderi bagian ranggon simpan kitab yang bertugas
menjaga keamanan gereja tersebut dan yang lain2nya, anak2 murid dari generasi kedua atau ketiga.
Lim Tiang Hong ketika menampak kawanan paderi
itu membentuk barisan, diam2 kerutkan alisnya. Ia bukannya takut barisan tersebut, tapi justru karena berlaku demikian, pertempuran itu akan meminta korban jiwa lagi.
Meskipun dalam hati memikir demikian, tapi kakinya per-lahan2 berjalan menuju ke tengah barisan.
Tiba2, ada bau harum menyambar hidung, tahu2
Henghay Kouw-loan sudah berada di tengah kalangan, berdiri bahu membahu dengan Lim Tiang Hong
133 Tanpa banyak rewel, ia lantas menghunus
pedangnya, sambil menuding dengan ujung pedangnya ia membentak dengan suara nyaring: "Kalian orang2 dari Siao-lim-pay masih tahu malu atau tidak" Apakah ini artinya menguji kepandaian orang" Kalau menurut pikiranku, ini adalah satu perbuatan membabi buta! Sebab, yang satu kalah, lantas maju dua. Dua kalah, maju ampat. Empat kalah, lantas main keroyok dengan jumlah lebih banyak. Sebagai seorang Kang-ouw, nonamu tidak suka melihat perbuatan mengeroyok yang sangat rendah ini"
Hui Beng Siansu dari jauh lantas berkata sambil
rangkapkan kedua tangannya diatas dada: "Nona, paling baik nona jangan turut campur urusan ini. Pertempuran malam ini tidak bisa disamakan dengan pertandingan"
"Apa sebabnya?"
"Kami terpaksa mengeluarkan semua kepandaian
yang kami miliki untuk menahan penjahat ini"
Hui Beng siansu nampak sebisa-bisa menekan
perasaannya sendiri, maka ucapannya masih terdengar sangat lunak.
Tapi Henghay Kouw-loan yang sejak kanak2
mengikuti seorang nenek yang adatnya sangat kukoay dengan sendirinya adatnya pun teturutan menjadi
kukoay. Bahkan tinggi hati dan berangasan. Ia
selamanya tidak mau mengalah barang setapak,
134 meskipun urusan malam itu bukan urusannya, tapi ia anggap sudah seperti urusannya sendiri.
Disatu pihak karena ia telah dapat lihat kepandaian ilmu silatnya Lim Tiang Hong dan asal usulnya, yang tidak jauh dengan kepandaian suhunya. Dilain pihak, ada lain sebab pula yang tidak dapat dijelaskan. Yang mendorong ia berlaku demikian, ini juga berarti, bahwa terhadap dirinya anak muda itu, ia ada mempunyai kesan sangat baik.
Maka seketika itu ia lantas berkata sambil ketawa dingin "Sebaliknya, nonamu malam ini justru hendak campur tangan dalam urusan ini. Aku kepingin lihat, sampai dimana sebetulnya kepandaian ilmu silat Siao-limpay?"
Lim Tiang Hong meski merasa berterima kasih atas
perbuatannya si nona yang gagah berani dan setia
kawan, namun ia tidak ingin si nona terlibat dalam pertikaian ini, maka ia lantas berpaling padanya, sambil menyoja ia berkata "Nona silahkan mengaso dulu!.
Urusan ini sebaiknya aku sendiri yang membereskan"
"Kau tidak sudi menerima bantuanku, bukan?" si
nona balas menanya dengan sikap tidak senang.
"Bukannya aku tidak sudi menerima bantuanmu,
oleh karena urusan ini hanya aku sendiri yang tersangkut dan harus membereskannya sendiri"
135 "Aku tidak percaya, apa sebabnya aku tidak bisa
membereskan?" Henghay Kouw-loan benar2 sangat "bandel",
dengan tanpa menghiraukan nasehatnya Lim Tiang
Hong, ia sudah putar pedangnya dan menyerang padri di sampingnya.
Lim Tiang Hong cuma bisa mengurut dada melihat
si nona turun tangan.

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi apa boleh buat, ia harus membela
kehormatannya sendiri dan dirinya nona itu. maka lantas menghunus pedang To liong-kiam-nya dan menyerbu ke dalam barisan.
Pada saat itu, barisan sudah mulai bergerak. 3
golok besar bergemerlapan, meluncur keluar dari dalam barisan menyerang Henghay Kouw-loan, sedang 6
senjata sodokan, juga mengurung dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tarik mundur dirinya, dengan satu
gerakan "Han-kong Sia-jit" atau "Sinar Dingin Menembus Matahari", ia mengelakkan serangan dari 6 senjata sodokan tadi. Tapi tiba2 tertampak berkelebatnya sinar putih, 9 buah golok Kayto telah mengancam dirinya.
Dalam waktu sekejapan, golok dan sodokan
berseliweran seperti datang menyerang saling susul, hingga sebentar saja, kedua muda-mudi itu seolah-olah sudah ditelan dalam barisan kepala gundul itu.
136 Si Pengemis Mata Satu, tetap berdiri dipinggir
kalangan. Dengan sorot mata dingin menyaksikan
pertempuran hebat itu. Tapi dalam hatinya timbul satu perasaan yang tidak dapat dikatakan.
Siao-lim-pay adalah satu partai besar kenamaan,
sedang dua anak muda itu juga adalah anak2 murid dari orang2 berkepandaian tinggi yang sudah mengasingkan diri. Karena sedikit kesalah-pahaman mereka saling hantam begitu hebat. Ia sendiri yang mempunyai
kedudukan sebagai Tiang-lo (orang golongan tua) dalam golongan pengemis (kay-pang), sebetulnya bisa turun tangan untuk memisahkan. Tapi karena kedua pihak
keiihatannya sudah sama2 menempuh jalan pendek,
membuat ia tidak berdaya turut campur tangan.
Dalam pada itu, didalam medan pertempuran berulang2 terdengar orang menyebut nama Buddha.
Kekuatan barisan Tian-cao tin itu sudah dijalankan kebatas puncaknya yang paling tinggi. Empat padri tua itu dengan perlahan-perlahan mulai membikin kecil kurungan barisan mereka dan gerakannya juga tampak mulai agak lambat. Senjata2 berupa golok dan sodokan tiap kali melancarkan serangannya, selalu beruntun sampai tiga kali. Serangan itu merupakan serangan yang terhebat dan ganas sekali.
Mendadak terdengar suara orang bersiul laksana
suara naga mengaung yang kemudian disusul dengan
meluncurnya sinar kehijau2an ke angkasa. Lalu disusul 137
pula oleh serentetan suara batang logam yang saling bentur.
Enam batang senjata sodokannya kepala gundul
ternyata sudah melesat terbang keu dara.
Diantara bergeraknya bayangan banyak orang,
terdengar suara jeritan kaget.
Kembali sembilan buah golok Kay-to terlepas dari
tangan penyekalnya masing2. Kemudian lagi terdengar suara orang perempuan.
Henghay Kouw-loan bersama Lim Tiang Hong
sudah melesat keluar dari dalam barisan dan ke-dua2nya turun didepannya empat padri tua.
Mereka berdua kali ini dapat memecahkan barisan
Thian cao-tin, sebetulnya sangat beruntung. Sebab, orang2 Siao-lim-sie yang termasuk golongan kuat
kebanyakan sudah diutus keluar. Yang tinggal didalam gereja hanya tinggal tiga atau empat orang saja, dan mereka itu tidak ada yang cukup kuat yang dapat
memgendalikan kedua muda mudi ini. Sedangkan empat padri tua dari bagian ranggon penyimpan kitab karena kedudukannya yang tinggi, mereka tidak mau turut ambil bagian. Jikalau tidak demikian, tidak mudah kedua anak muda itu bisa keluar dari dalam barisan dalam keadaan selamat.
Hui Beng Siansu yang menyaksikan dua anak muda
itu lompat keluar dari dalam barisan, sikapnya segera 138
berubah. Wajahnya yang tadi merah mendadak terhias satu perasaan kejam. Dengan suara rendah padri
menyebut nama Buddha, kemudian bersama tiga
kawannya mendadak memencarkan diri.
Sambil terus mengawasi Lim Tiang Hong, Hui Beng
Siansu berkata dengan suara dingin: "Jikalau sicu bisa berhasil pula menerobos keluar dari bawah tangan kami berantai, maka urusan malam ini untuk sementara kita bikin habis"
"Apakah itu perlu kau jelaskan juga?" Kata Henghay Kouw-loan sambil ketawa dingin.
Hui Beng Siansu dengan sorot mata dingin menatap
si nona sejenak. Tapi ia tidak mengucapkan sepatahpun kata2nya. Dan kemudian dengan seorang diri ia berdiri tenang sambil pejamkan matanya.
Henghay Kouw-loan yang terjunkan diri kedalam
dunia Kang-ouw lebih dulu dari munculnya Lim Tiang Hong, sudah mengetahui benar bahwa empat padri tua dari bagian ranggon penyimpan kitab Siao-lim-si ini mempunyai kepandaian tinggi yang tidak koleh dibuat gegabah. Ia sendiri meski besar mulut, tapi dalam hati juga merasa ragu2. Dengan perlahan ia menyentuh
pundaknya Lim Tiang Hong sambil berbisik ditelinganya
"Hati2 sedikit...."
Lim Tiang Hong mengangukkan kepala. Diam2 ia
mengerahkan kekuatan tenaga dalam untuk menghadapi pertempuran yang terakhir ini.
139 Didalam kalangan, pada saat itu nampak luar biasa suasananya. Tapi dalam suasana kesunyian itu, ada sedikit tersembunyi perasaan tegang.
Pengemis Mata Satu yang sudah kenyang makan
asam garam dalam dunia Kang-ouw. Entah berapa
banyak pertempuran besar atau kecil pula sudah ia lakukan dan toh masih dibikin terperanjat oleh
ketengangan suasana disitu. Ia tahu benar bahwa
apabila pertempuran kali ini sampai terjadi, sudah pasti sangat hebat akibatnya. Bahkan satu pihak yang mana saja yang akan terluka, akan mengakibatkan kegemparan di dunia rimba persilatan.
Sang waktu sedetik demi sedetik berlalu.
Kedua pihak sudah mulai memusatkan kekuatan
masing2 dan pertempuran juga akan segara dimulai....
Tiba2 muncul seorang padri setengah tua, yang
lantas berkata dengan suara nyaring: "Atas perintah Ciangbunjin supaya Siao sicu ini segera diantar keluar.
Siapa saja tidak boleh merintangi"
Empat padri tua itu dengan mulut terbuka lebar,
mengawasi padri yang membawa perintah tadi, sedang si pengemis mata satu agaknya baru bisa bernapas lega.
Hatinya yang tadi kebal-keblt kini mulai agak tenteram.
Ia sangat gembira. 140 Lim Tiang Hong tidak memperlihatkpn sikap apapun
juga. Tapi tidak demikian dengan Henghay Kouw-loan yang lantas ketawa ter-kekeh2.
Pada saat itu empat padri tua itu per-lahan2 telah menyingkir dan memberi jalan keluar bagi Lim Tiang Hong.
Henghay Kouw-loan lalu menarik tangannya Lim
Tiang Hong seraya berkata: "Mari kita jalan"
Dengan tangan memegang gagang pedangnya,
lebih dulu ia melangkah keluar pintu.
Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu
mengikuti di belakangnya.
Kedua pihak saat itu tidak memperdengarkan suara
apa2, hingga suasananya sunyi kembali.
Ketiga orang ini setiba dikota Lok-yang, hari sudah terang tanah.
Si pengemis mata satu membuka lebar2 matanya
yang hanya tinggal satu dan berkata sambil ketawa bergelak2: "Semalam suntuk tidak mengaso, aku si
pengemis tua benar2 sudah merasa sangat letih. Anak muda, apa kalian tidak bersedia mengajak aku minum arak?"
Henghay Kouw-loan lantas nyeletuk: "Mari jalan.
Akulah yang akan menjamu kalian"
141 Si Pengemis Mata Satu kelihatan menelan ludah,
lalu berkata sambil ketawa lebar: "Asal ada arak buat diminum, siapa saja yang mengundang tidak menjadi soal"
Lalu bersama kedua kawan mudanya itu lantas
berjalan ke salah satu rumah makan.
Karena hari masih terlain pagi. rumah makan baru
saja membuka pintunya. Didalamnya seorang tetamupun tidak tertampak.
Setelah mereka duduk menghadapi meja, Lim Tiang
Hong lantas berkata kepada si Pengemis Mata Satu
sambil kerutkan alisnya: "Tahukah Locianpwee bahwa pada baru2 ini didalam dunia Kang-ouw sebetulnya ada urusan apa" Mengapa begitu banyak kejadian salah
paham dan semua justru ditumplekkan ke atas diri
boanpwee seorang?" Si Pengemis Mata Satu tampak berputaran biji
matanya yang sebuah itu lama sekali baru ia menjawab:
"Belakangan ini didunia Kang-ouw mendadak
muncul seorang yang sangat misterius tindak tanduknya.
Kerjanya selalu bermusuhan dengan orang2 golongan Hian-bun (golongan orang baik2). Para imam yang
melakukan pekerjaan diluar, entah sudah berapa banyak yang binasa. Belum lama belakangan ini, kawanan imam di kelenteng Tang-gak-bio telah dibunuh habis2an.
Imam2 dari Tang-gak-bio itu meskipun tidak mempunyai golongan, tapi dengan orang2 Hian-bun semua mengikat 142
tali persahabatan baik. Terutama mereka itu dengan golongan Bu-tong-pay, satu sama lain masih mempunyai sangkut paut yang agak rapat. Maka, setelah terjadinya peristiwa yang sangat mengenaskan itu orang2 kuat dari berbagai golongan semua pada menuju ke kota Lok-yang sini"
Ketika bicara sampai disitu, pelayan rumah makan
sudah menyediakan arak beserta hidangannya sekali.
Dengan sangat lahapnya si Pengemis Mata Satu
lantas menyerobot hidangannya dan minum arak sampai dua cawan.
Setelah itu baru ia berkata pula: "Ilmu silatnya
orang itu rada2 mirip dengan ilmu silatmu. Mungkin wajahnya juga sangat mirip sekali dengan kau. Maka semuanya lantas menujukkan perhatiannya atas dirimu.
Ha, ha.... jikalau tidak disebabkan karena aku melihat kau orangnya selalu mengalah dan juga belum
mempunyai pengalaman didalam dunia Kang-ouw,
mungkin aku sendiri, si pengemis tua, juga akan
mencurigai kau. Terutama kejadian tadi malam, aku si pengemis tua berani memastikan kembali adalah kerena perbuatanya si jahanam itu, sebab aku terus menguntit kau. Sudah tentu pula aku berani mengatakan bahwa perbuatan itu bukanlah kau yang melakukan"
Henghay Kouw-loan mendadak berkata: "Aku juga
karena mendengar begitu itu, maka lantas datang ke kota Lok-yang ini. Tahukah kau beliau si orang tua 143
kecuali mewariskan kepandaiannya kepadamu, apa
masih ada mempunyai murid lain lagi?"
Lim Tiang Hong terperanjat. Diam2 ia berpikir:
"Bagaimana ia bisa mengetahui halnya aku begitu
jelas?". Meskipun dalam hati ia memikir demikian, namun
diluarnya masih tetap bersikap wajar, tidak
memperlihatkan apa2. Dan atas pertanyaan itu lantas ia menjawab sambil geleng2kan kepala: "Rasanya tidak ada lagi"
Inilah ada bukti sikap hati2nya Lim Tiang Hong.
Sebelum ia mengenal betul siapa orangnya yang
menanya, ia tidak mau menceritakan bagaimana si orang tua yang menurunkan kepandaiannya kepadanya itu
telah menciptakan seorang buas nomor satu didalam dunia. Apalagi, menurut keterangan si orang tua, usia orang buas nomor satu itu sedikitnya juga sudah lima puluh tahun keatas.
Henghay Kouw-loan berkata dengan perasaan
terheran2 "Ini betul2 merupakan suatu kejadian yang sangat aneh."
Si Pengemis Mata Satu setelah mengeringkan lagi
satu cawan araknya, lalu berkata sambil menghela
napas: "Menurut pengalamanku yang sudah ber-puluh2
tahun berkelana didalam dunia Kang-ouw, aku berani pastikan bahwa untnk selanyutnya didalam rimba
persilatan akan terjadi lagi banyak urusan ber-belit2 ber-144
turut2. Selama beberapa tahun belakangan ini, aku selalu merasa bahwa didunia Kang-ouw agaknya sudah
dipengaruhi oleh pengaruh jahat yang per-lahan2 akan mulai meningkat pada taraf paling tinggi. Apa yang terjadi selama beberapa hari ini, cuma sedikit saja permulaan dari rencana yang datang itu. Ah! Rupanya yang lebih hebat akan segera menyusul, tidak lama lagi...."
Lim Tiang Hong yang mendengarkan dengan penuh
perhatian semua keterangan itu, seketika merasakan dadanya bergolak, semangatnya terbangun. Dan ia
lantas berkata: "Jikalau benar terjadi seperti apa yang telah Locianpwee ramalkan, Lim Tiang Hong, ingin
menggunakan kepandaian yang dimilikinya untuk
menempur iblis itu supaya jangan sampai terlaksana tujuannya yang hendak mencelakakan orang2 dunia
rimba persilatan" Heng hay Kouw-loan berkata sambil monyongkan
mulutnya: "Sabar sedikit bagaimana sih. Urusanmu
sendiri sampai sekarang masih belum bisa kau bereskan"
Perkataan itu jika keluar dari mulutnya seorang
sahabat karib yang mempunyai hubungan erat dengan Lim Tian Hong, masih tidak menjadi soal. Akan tetapi kali ini keluarnya justru dari mulut seorang sahabat yang baru dikenal, betul2 sangat menyinggung perasaan si pemuda.
145 Maka seketika itu ia lantas menyahut sambil ketawa panjang: "Urusanku pribadi bisa aku bereskan sendiri, tidak perlu orang lain turut capai2 memikirkan"
Heng-hai Kouw-loan tadi sebetulnya berkata
dengan maksud baik, juga boleh dikata itu ada keluar dari seorang wanita terhadap seorang yang disukainya.
Tidak nyana, Lim Tiang Hong tidak menerima maksud baiknya itu, hingga ucapan si pemuda itu membuat
selebar wajahnya si nona merah membara. Cepat2 ia bangkit berdiri, dan baru saja ia hendak mengumbar amarahnya. tiba2 satu tangan yang besar menekan
pundaknya. Si Pengemis Mata Satu sudah lantas ketawa dan
berkata: "Kalian berdua jangan ribut, dengar kataku si pengemis tua. Menurut pikiranku, pada dewasa ini apa yang perlu kita perhatikan ialah: pertama, semua orang telah menganggap bahwa patung kuno itu sudah berada di tanganmu. Orang2 yang menginginkan kitab pusaka itu mungkin nanti pada mencari kau. Kedua, Siao-lim-pay pasti tidak mau gampang2 melepaskan kau begitu saja.
Ketiga, 6 partay dari golongan Hian-bun, 5 diantaranya ketuanya sendiri sudah terjun ke dunia Kang-ouw.
Jikalau berjumpa dengan kau, barangkali tidak baik akibatnya. Maka sebaiknya kau bisa mencari tempat untuk menghindarkan bentrokan lebih jauh"
"Tentang ini boanpwee juga sudah pikirkan, cuma
saja boanpwee anggap tidak pernah berbuat salah, perlu 146
apa harus menyingkir" Lagi pula, sekalipun untuk
sementara dapat dihindarkan, tapi sampai kapan bisa menyuci bersih noda itu?" jawabnya Lim Tiang Hong sambil menghela napas.
Henghay Kouw-loan lantas nyeletuk: "Kalau begitu
kau akan menunggu digebuk orang saja!"
Lim Tiang Hong berubah wajahnya, ia ingin
membantah, tapi akhirnya urungkan maksudnya itu.
Ketiganya hening sejenak, si Pengemis Mata Satu
mendadak membuka mulutnya: "Bukankah kau hendak
mencari keterangan tentang ayahmu" Aku boleh
menunjukkan suatu jalan. Sekarang paling baik kau pergi ke Kim-leng untuk mencari tabib sakti didaerah Kang-lam yang terkenal dengan julukannya Heng-lim Cun-loan.
Tabib itu mempunyai banyak kenalan. Pasti kau dapat minta sedikit keterangan daripadanya"
Ini adalah akalnya si Pengemis Mata Satu yang
hendak menyelamatkan dirinya Lim Tiang Hong, sebab kalau disuruh menyingkir secara terang2an, melihat adatnya yang keras seperti batu, pasti dia tidak mau.
Akan tetapi dengan caranya ini, Lim Tiang Hong yang ingin sekali mendapat tahu dimana ayah bundanya
berada, ada kemungkinan besar ia lantas bisa pergi.
Sebenarnya, pada saat itu Lim Tiang Hong didalam
dunia sangat berbahaya, sebab orang yang secara diam2
mengincar dirinya entah sudah berapa banyak
jumlahnya. Sekalipun ia benar mempunyai kepandaian 147
cukup tinggi, tetapi dua kepalan bagaimana mampu
melayani empat tangan" Maka itulah untuk sementara digeser dari kota Lok-yang tentu adalah suatu tindakan yang dirasa paling baik dilakukan.
Sebagai seorang yang mempunyai nama dan
kedudukan baik dalam rimba persilatan seperti pengemis Mata Satu itu sudah tentu ucapannya dapat dipercaya oleh Lim Tiang Hong. Maka ia mengucapkan terima
kasihnya ber-ulang2 pada orang tua itu.
Si Pengemis Mata Situ lantas ketawa ber-gelak2.
"Urusan sekecil, buat apa kau mengucapkan terima
kasih. Aku si pengemis sebenarnya terlalu repot. Jikalau tidak, aku bisa mengawani kau untuk pergi bersama"
Sahabis berkata, ia lantas tepuk2 perutnya sendiri dan berjalan meninggalkan rumah makan.
Pada saat itu disitu hanya tinggal Lim Tiang Hong dan Henghay Kouw-loan berdua.
Henghay Kouw-loan kelihatan berdiam saja dengan
wajah ke-merah2an. Sedang Lim Tiang Hong sendiri saat itu juga tidak mengetahui bagaimana harus berbuat, hingga ke-dua2nya jadi pada membisu.
Setelah agak lama berlangsung dalam keadaan
saling tutup mulut itu, akhirnya Lim Tiang Hong juga coba memecahkan.
"Aku pikir, hari ini juga aku akan berangkat ke
selatan. Bagaimana dengan nona?"
148 "Perlu apa kau mau tahu urusan orang lain?" kata si nona yang agaknya masih mendongkol.
"Aku toh tidak melakukan perbuatan yang menyakiti hatimu kenapa kelihatannya kau begitu gusar padaku?"
kata Lim Tiang Hong yang merasa tidak enak dalam hati.
"Urusanmu aku tidak boleh tahu, sudah tentu kau
juga tidak perlu tahu tentang urusanku"
Lim Tiang Hong paham bahwa si nona tentunya
masih merasa mendongkol karena urusannya tadi, dalam hatinya lalu berpikir "ia ada kenal baik ilmu silatku, tentunya bukan orang luar. Apalagi anak perampuan kebanyakan suka mengumbar adatnya, perlu apa ladeni padanya?"
Karena memikir demikian, maka ia lantas maju dan
memberi hormat seraya berkata: "Atas perhatian nona yang begitu besar terhadap diriku, disini aku
mengucapkan banyak2 terima kasih. Barusan karena
kurang pikir, jikalau ada kesalahan, minta supaya nona suka maafkan!"
Henghay Kouw-loan tertawa geli. "Tidak tahu malu, siapa yang perhatikan kau?" demikian katanya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa nona itu sudah lenyap
perasaan mendongkolnya, maka lantas berkata pula
sambil bersenyum: "Aku tahu, didepan mataku memang ada orang yang begitu baik hati"
149 Bagi Lim Tiang Hong, perkataannya ini sebetulnya
cuma bersifat menggoda, tapi bagi Henghay Kouw-loan, enak sekali didengarnya. Sebab setiap pemuda atau pemudi, jika merasa ketarik oleh fihak satunya, yang ditakuti ialah apabila perasaannya itu tidak diketahui oiehnya, hingga membuat kecewa dirinya sendiri. Dan kalau sudah diketahui perasaannya tapi tidak menolak, bukankah itu berarti menerima baik perhatiannya.
Dengan demikian, kedua muda mudi itu maju lagi
setindak. Setelah masing2 mengucapkan akan bertemu lagi dilain waktu, lantas saling berpisahan. Lim Tiang Hong menuju ke selatan dengan naik kuda sedang
Henghay Kouw-loan melanjutkan rencananya sendiri.
--dw-- Bab 5 MATAHARI senja sudah mendoyong kesebelah
Barat. Burung2 sudah pulang kembali ke sarangnya
masing2. Orang2 yang berlalu diatas dijalanan besar sudah berkurang jumlahnya.
Lim Tiang Hong dengan mengikuti jalan raya yang
menuju ke kota Kim-leng, mengaburkan kudanya dengan amat pesat. Sebagai seorang jujur dan masih hijau dalam kalangan kang-ouw, maka sama-sekali ia tidak
menyembunyikan perjalanannya, tidak terlepas dari matanya orang2 yang mengincarnya.
150 Sambil berjalan, ia memikirkan apa yang telah
terjadi di gereja Siao-lim-sie. Mengapa dari semula hingga ia meninggalkan lagi gereja tersebut, tidak kelihahatan Hui Hui Taysu munculkan diri" Dan ketika ia hendak bertempur dengan empat padri tua dari bagian ranggon, mengapa mendadak Hui Hui Taysu
mengeluarkan perintah cepat suruh ia meninggalkan gereja" Ada dimana Hui Hui Taysu saat itu. Ia tidak tahu.
Mungkinkah sedang berada didatang gereja" Jikalau benar ia sedang berada di dalam gereja, mengapa ia tidak mau perlihatkan diri"
Soal ini sebetulnya sangat sukar dapat dimengerti.
Akan tetapi, menurut dugaan si anak muda, dalam hal ini pasti ada sebabnya yang masih tersembunyi.
Tidak lama, sang malam sudah tiba. Tatapi ia masih juga melarikan kudanya didalam sebuah rimba yang
lebat pohon2nya. Mungkin karena perasaannya yang
tajam, mendadak ia seperti merasakan ada banyak orang sedang membuntuti dirinya. Maka dalam hati ia lalu berpikir: "Apa ini, kembali itu kawanan imam busuk yang mengejar aku?".
Dengan cepat ia menahan les kudanya.
Tepat pada saat itu dari dalam rimba kedengaran
suara orang ketawa. Tidak lama kemudian lantas muncul Lam-hay Giam-mo yang lalu berkata sambil ketawa terkekeh2: "Orang2 golongan Lam-hay sudah mengeluarkan tenaga tidak sedikit untuk menyerbu gereja Siao-lim-sie.
151 Tidak nyana kau si bocah ini yang memungut hasilnya.
Kalau kau kenal gelagat, lekas kau serahkan patung kuno itu. Dan aku si orang tua akan membiarkan kau pergi.
Kalau kau ingin mengandalkan kepandaianmu untuk
melawan, maka rimba inilah nanti yang akan merupakan tempat bersemayammu yang abadi"
Lim Tiang Hong lantas lompat turun dari kudanya.
Ketika matanya menyapu keadaan disekitarnya, ia segera mengetahui behwa dalam rimba itu ternyata sudah


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersembunyi banyak orang. Seketika itu ia lantas berkata sambii ketawa dingin: "Jangan kata patung kuno itu tidak ada dibadanku. Sekalipun ada, aku juga tidak akan menyerahkan kepala kalian kawanan iblis"
Lam-hay Giam-mo dengan sorot mata buas maju
setindak menghampiri dan berkata dengan suara bengis:
"Untuk penghabisan kali lohu peringatkan padamu. Kalau kau tidak mau serahkan patung kuno itu dengan baik, jangan kau sesalkan kalau lohu nanti berlaku telengas"
Dalam waktu sekejapan saja sudah ada dua puluh
lebih orang2 kuat dari golongan Lam-hay yang
mengambil sikap mengurung disekitar Lim Tiang Hong.
Tiba2 dari tengah udara terdengar suara ketawa
aneh yang menyeramkan. Kemudian disusul dengan
munculnya dua orang yang tanpa banyak bicara tapi sudah lantas menyerang Lim Tiang Hong dengan
kecepatan bagai kilat. 152 Lim Tiang Hong meski sedang dalam kepungan
banyak musuh, tetapi karena sejak mulanya ia sudah bersiap sedia, maka kini sambil membentak keras dengan beruntun tiga kali ia melancarkan serangannya.
Sambaran angin yang keluar dari tangannya itu dengan keras menyambar lawannya.
Dua orang yang menyerang secara menbokong,
karena serangan Lim Tiang Hong tadi, lantas berpencar kekanan dan kiri. Tatkala mereka kembali ketanah lagi, baru diketahui bahwa dua orang tersebut adalah Manusia kukoay dari Utara dan Burung Sakti Sayap Besi.
Kedua iblis ini karena tidak berhasil dengan
serangannya, lalu membalikkan badan dan berkata
kepala Lam-hay Giam-mo sambil delikkan matanya:
"Sungguh kebetulan sekali. Malam ini kembali kita bertemu dengan kau!"
Lam-hay Giam-mo perdengarkan suara dihidung.
Pada saat itu satu bayangan orang diam2
mendekati belakang dirinya Lim Tiang Hong.
Lain hay Giam-mo delikkan matanya yang tajam
dan membentak dengan suara bengis "Kau berani...."
Dan orangnya lantas melompat sambil menyerang.
Sebetulnya Lim Tiang Hong sudah bergerak lebih
cepat dari padanya, sebab begitu pemuda ini merasa dibelakang dirinya ada terdengar suara, kakinya lantas 153
bergeser dengan sendirinya dan tangannya pun lantas bergerak pula dengan babatannya ke belakang.
Tetapi orang yang membokong itu ternyata cukup
lihay. Di bawah gencetan dua orang kuat ia sudah dapat meloloskan diri sambil ketawa ber-gelak2 dan sudah lompat melesat ke dalam gerombolan rumput yang
berada ditempat satu tombak jauhnya dari tempat itu, kemudian ia berkata kepada Lam-hay Giam-mo dengan suara seram: "Baru saja bertemu muka tuan lantas
berani turunkan tangan keji. Apa tuan hendak mengandal jumlah lebih banyak melawan orang" Hm! Kalau benar2
mau main keroyokan, sahabat2 rimba hijau dari tujuh propinsi rasanya tidak akan merasa jeri terhadap orang2
golongan Lam-hay kalian. Ha, ha, ha., ha...."
Lam-hay Giam-mo segera mengenali bahwa orang
itu adalah pemimpin kawanan rimba hijau dari tujuh propinsi daerah Tiongkok Utara. Didalam kalangan Kangouw, orang ini terkenal dengan nama julukannya Biauw-chiu Thian-koan. sedang namanya sendiri adalah Su-khong Yauw. Karena orang ini mempunyai kepandaian istimewa, yaitu kepandaian merogoh saku, maka Lam-hay Giam-mo takut kalau orang itu mengeluarkan
kepandaiannya untuk mencuri patung kuno dibadannya Lim Tiang Hong. Dalam gelisahnya, maka ia lantas
bergerak menyerang padanya. Kini, setelah ditegur oleh Su-kong Yauw dan disamping itu ia juga dapat melihat bahwa tidak jauh dari tempat tersebut banyak
bersembunyi orang2nya pemimpin rimba hijau ini dan 154
karena ia tidak ingm sebelum barang didapatkan belum2
sudah menanam banyak musuh kuat, maka dengan tipu liciknya ia lantas ketawa ber-gelak2 dan berkata:
"Saudara Su khong, jangan salah mengerti. Siaotee tidak mempunyai maksud serupa itu"
Biauw-chiu Thian-koan tidak mengatakan apa2 lagi, hanya matanya saja yang kelihatan berputaran, sambil menatap wajahnya Lim Tiang Hong ia berkata sambi!
ketawa dingin "Sungguh tidak nyana, dalam usiamu yang begini muda, kepandaiannya sebagai pencuri ternyata lebih tinggi daripada aku si tukang copet, lagi sudah berhasil dapat mencuri barang dari dalam gereja Siao-lim-sie. Sayang kau agak bodoh sedikit. Banyak orang kuat dari rimba persilatan sedang mengincar barang itu.
Apa kau kira kau sudah mempunyai kepandaian cukup tinggi untuk menjamin keutuhan barang tersebut
dibadanmu" Menurut pikiranku, jikalau kau suka bekerja sama2 dengan aku si pencuri tua.... barangkali masih ada....sedikit harapan...."
Lim Tiang Hong yang menyaksikan cecongornya
pemimpin kawanan rimba hijau itu yang mirip betul dengan sifat2nya yang suka mencuri, dalam hati sudah merasa sangat mendongkol. Maka ketika ia dengar
ucapan terakhir si tukang copet, ia lantas berkata sambil menggeram: "Kentut!"
Lalu dengan cepat tangannya digerakkan dan
mengeluarkan serangan yang sangat hebat.
155 Biauw-chiu Thian-koan wajahnya berubah seketika
"Bocah, kau cari mampus!" bentaknya
Tangannya yang besar lalu dikibaskan. Dari situ,
serangan angin hebat meluncur keluar.
Ketika dua kekuatan saling beradu, lantas terdengar suara nyaring.
Badannya Biauw-chiu Thian-koan tampak
bergoncang, tapi Lim Tiang Hong sedikitpun tilik berubah kedudukannya.
Meskipun itu karena salah dari si Copet yang terlalu memandang rendah terhadap lawannya sehingga tidak menggunakan tenaga sepenuhnya, tapi itu saja sudah cukup dapat mengejutkan hatinya.
Lim Tiang Hong yang sudah berhasil dengan sekali
gebrak menundukkan musuh jumawanya itu, dalam
hatinya lalu berpikir: "Didepan mata begini banyak kawanan iblis, sungguh tidak mudah aku bisa melepas diri. Seandainya mau dijelaskan duduknya perkara, belum tentu mereka bisa percaya. Biarlah mereka saling cakar lebih dulu, nanti aku pikir2 lagi."
Maka ia sengaja berlaga sombong, dan sambil
tertawa ber-gelak2 ia berkata: "Apa kalian ingin
mendapat patung kuno" Gampang saja"
Dengan dikeluarkannya ucapan serupa itu, keadaan
disitu lantas menjadi sunyi. Semua pada maju mendekati pemuda ini untuk mendengar keterangan selanjutnya 156
dari ia, sedang Biauw-chiu Thian-koan dengan diam2
memberi isyarat pada kawan2nya diluar rimba.
Sebentar kemudian telah muncul empat puluh lebih
orang2 kuat dari kawanan rimba hijau dan lompat masuk ketempat itu.
Lam-hay Giam-mo dengan perasaan gemas
mengawasi orang2 itu sejenak, lalu tidak lama terdengar ia menggerendeng sendiri, sedang orang2nya dari
golongan Lam-hay lantas pada ber-jaga2, siap sedia hendak menghadapi segala kemungkinan.
Lim Tiang Hong mengawasi kejadian didepan
matanya itu dengan sikap dingin. Dalam hati ia merasa geli, ia lalu berkata pula dengan suara keras: "Siaoyamu masih tetap dengan peraturan yang lama. Kepandaian ilmu silat yang menetapkan siapa yang tepat
mendapatkan barang itu"
Manusia Aneh Dari Utara lantas berkata sambil
ketawa ber-gelak2: "Itulah cara yang paling adil. Lohu yang paling dulu menyatakan setuju seratus persen"
Diantara kawanan iblis itu, adalah Pak-mo It-koay (Manusia Aneh Dari Utara) yang kepandaiannya paling tinggi, tapi kedudukannya paling tidak menguntungkan, karena ia hanya seorang diri saja. Maka jika dengan jalan mengadu kepandaian ilmu silat untuk menetapkan siapa2
yang berhak atas barang itu, setiap orang yang
bertanding karena harus menjaga nama baiknya
157 masing2, tentunya tidak akan menggunakan cara
keroyokan. Lam-hay Giam-mo mengawasi Pak-mo It-koay
dengan sorot mata gusar, kemudian berkata sambil
ketawa dingin: "Buat golongan Lam-hay juga tidak
keberatan!" Biauw-chiu Thian-koan Su-khong Yauw kelihatan
berputaran matanya yang sipit, lalu berkata sambil geleng2kan kepala: "Untuk sementara, jangan bicara hal2 yang lain2nya. Kita dapatkan barangnya lebih dulu, baru bicara lagi. Jangan sampai orang2 yang sudah ubanan kena dikibuli oleh anak kemarin sore. Ini benar2
sial dangkalan!" Ia lalu berpaling dan berkata kepada Lim Tiang
Hong: "Bocah, barang itu ada pada kau atau tidak" Lekas jawab sejujurnya!"
Lim Tiang Hong gusar, ia menjawab dengan suara
keras: "Siaoyamu disini ada sebilah, sepasang tangan besi. Kalau kalian hendak berkelahi, aku layani. Lain2
barang aku tidak punya"
Lam-hay Giam-mo sambil kibaskan tangannya
berkata dengan suara bengis: "Tidak perduli ada atau tidak, lebih dulu bereskan padanya baru bicara lagi!"
Dengan serentak terdengar suara bentakan
berulang-ulang. Orang2 golongan Lam-hay sudah ada 4
yang masuk golongan terkuat, sudah menyerbu dirinya 158
Lim Thian Hong. Dengan putar tangan masing2, 4 orang itu melakukan serangan terhadap jalan darah penting lawannya dengan kecepatan bagaikan kilat.
Lim Tiang Hong yang sudah beberapa kali
menghadapi musuh, pengalamannya dalam medan
pertempuran sudah bertambah banyak. Maka dengan
tenang ia geser kakinya ke samping. Badannya lalu berputaran dan kedua tangannya dikerjakan untuk
menghajar lawannya yang licik itu.
Ketika kedua tangannya itu diputar dengan cepat
bagaikan kilat, suatu kekuatan tenaga dalam lantas meluncur keluar dari telapakan tangannya.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan ngeri, 4 dari lawannya sudah ada 2 yang jungkir balik sambil
berlamuran darah. 2 yang lainnya dalam keadaan
ketakutan, juga sudah ditotok rubuh oieh Lim Tiang Hong.
Biauw-chiu Thian-koan perdengarkan suara ketawa
dingin, kemudian berkata mengejek: "Sungguh tidak nyana orang2nya golongan Lam-hay ada begitu tinggi kepandaiannya dan malam ini siaotee baru menyaksikah dengan mata kepala sendiri"
Lam-hay Giam-mo yang memang sudah merasa
malu dan gusar, ditambah lagi diejek demikian rupa, sudah tentu kegusarannya semakin meluap. Mendadak ia maju dan berkata: "Kalau kau merasa tidak puas, kita boleh main2 beberapa jurus saja"
159 Biauw-chiu Thian-koan sambil dongakkan
kepalanya, menyahut dengan sombong: "Perlu apa kau begitu kerupukan seperti orang kebakaran jenggot"
Setelah membereskan bocah ini, kau dengan aku nanti bertempur mati2an toh masih belum terlambat!".
Kemudian ia berkata kepada anak buahnya dengan
suara nyaring: "Saudara2 dari 7 propinsi, mari maju!".
Lam-hay Giam-mo agaknya takut ketinggalan
kereta, maka juga ia lantas berseru: "Anak2 dari
golongan Lam-hay, semua maju!"
Anak buahnya Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay
Giam-mo, jumlahnya tidak kurang dari 80 orang, kini telah mengurung Lim Tiang Hong dengan rapat. Golok, pedang, dan lain2nya senjata tajam serta serangan tangan kosong dengan menggunakan kekuatan tenaga
dalam, dalam sejarak 10 tombak persegi, sudah
membuat bendungan kuat yang sukar ditembus.
Biauw-chiu Thian-koan, Lam-hay Giam-mo, Pak-mo
It-koay dan Thiat-ie Sin Tiauw masing2 berdiri diempat penjuru sambil mengerahkan kekuatan tenaganya, untuk menjaga kalau Lim Tiang Hong lolos dari kepungan.
Ini adalah suatu lelucon besar, juga merupakan
suatu keganjilan dalam rimba persilatan selama seratus tahun ini, terutama kalau diingat bahwa yang dikepung itu adalah Lim Tiang Hong, satu pemuda yang baru saja muncul di dunia Kang-ouw.
160 Lim Tiang Hong yang terkurung di-tengah2 lautan
manusia ini, kegusarannya sudah men-jadi2 begitu pula rasa penasarannya. Dalam hatinya lalu timbul macam2
pertanyaan. Apakah dunia Kang-ouw itu ada begitu jahat dan berbahaya" Apakah dalam rimba persilatan benar2
sudah tidak ada orang yang bisa membedakan mana
yang benar dan mana yang salah" Jikalau tidak
mendapat warisan kepandaiannya orang tua Penyipta, sekalipun 10 Lim Tiang Hong juga akan dibikin musnah.
Saat itu, perkataannya Im-san Mo-lie kembali
berkumandang dalam telinganya: "Manusia didalam dunia ini, kebanyakan menghina yang lemah dan takut pada yang kuat. Jika kau berlaku kejam sedikit, mereka lantas pada menyingkir sendiri".
Dengan kemurkaannya yang sudah melewati
takaran, ia putar kedua tangannya untuk melawan setiap serangan yang dilancarkan dari berbagai penjuru.
Sedang dalam hatinya diam2 berpikir: "Kawanan iblis ini sudah ber-tumpuk2 takaran kejahatannya, cuma dengan jalan membunuh, rasanya baru bisa menghentikan
pembunuhan. Cuma dengan jalan membunuh rupanya
baru bisa dan menolong diri sendiri...."
Napsu membunuhnya makin berkobar. Ilmu
serangannya yang terampuh sudah dikeluarkan. Baru saja dua jurus, dari sana sini sudah terdengar suara jeritan mengerikan sedikitnya sudah ada 5 orang yang rubuh binasa.
161 Lim Tiang Hang semakin bernapsu. Sambil bersiul
nyaring ia melancarkan serangan yang ketiga.
Kawanan iblis itu telah digulung hebat oleh
kekuatan serangan tersebut. Badannya pada jutuh
bergelimpangan, suara jeritan2 terdengar disana sini.
Sepuluh jago lebih dari rimba hijau dihajar sungsang sumbel dan jatuh bergelimpangan hanya dengan satu kekuatan serangan saja. Betapa hebatnya serangan itu dapatlah kita bayangkan! Tapi orang yang menggunakan serangan itu kalau kekuatannya belum cukup sempurna, akan terlalu banyak meminta tenaga. Maka Lim Tiang Hong kelihatan agak tidak beres pernapasannya, agak memburu. Cepat2 ia lalu menghunus pedang To-liong kiamnya. Setelah mengumpulkan kembali kekuatannya, ia lantas mulai menggerakkan ilmu pedangnya yang
dinamakan To liong Keng-hong.
Sebentar saja, diantara berkelebatnya sinar pedang yang amat tajam. Lalu terdengar suara jeritan disana sini dengan disertai darah yang muncrat dari orang2 yang terluka dan binasa.
Akan tetapi, kawanan bajak laut dan kawanan
rimba hijau itu nampaknya tidak menghiraukan semua itu, mereka malah mengepung makin rapat dan makin gehcar melakukan serangan. Yang didepan rubuh, yang dibelakang, yang maju. Mereka seperti sudah mempunyai pedoman: Maju terus pantang mundur.
162 Lim Tiang Hong yang menggunakan pedang dan
tangannya dengan berbareng, sudah tentu kekuatannya banyak diobral, cepat terhambur dan terlalu banyak terbuang, sehingga permainan pedangnya per-lahan2
mulai kalut. Dalam keadaan demikian, tiba2 terdengar suara
bentakan amat keras. Biauw-chiu Thian-koan se-olah2 lakunya seekor
burung garuda mendadak menyerbu kedalam kalangan.
Selanjutnya terdengar pula suara bentakan berulang2. Lam-hay Giam-mo, Pak-mo It-koay dan si Garuda
Sakti Sayap Besi pada bergerak turut mengepung Lim Tiang Hong.
Kawanan iblis ini semuanya mengandung maksud
sama jahatnya. Apa yang mereka kuatirkan ialah
terhadap Biauw-chiu Thian-koan si pencuri tua yang sudah sangat terkenal kepandaiannya sebagai tukang copet. Siapa asal saja tangannya menempel dibadan orang, benda apa saja yang ada dibadan orang
tersangkut lantas bisa pindah ke dalam tangannya. Maka ketika melihat pencuri tua itu bergerak, kawanan iblis itu juga tidak mau ketinggalan.
Lim Tiang Hong yang sudah bertempur hampir dua
jam lamanya, sekalipun sudah berhasil membunuh
163 banyak musuhnya, tetapi tenaganya sendiri juga sudah diobral terlalu banyak.
Tambahan pihak lawan mendapat bantuan tenaga
dari beberapa kawanan iblis yang berkepandaian sangat tinggi, sudah tentu keadaan Lim Tiang Hong semakin ripuh.
Pak-mo It-koay lalu berkata sambil ketawa dingin:
"Bocah, kalau kau masih sayang jiwamu lekas serahkan patung Buddha itu! Aku si orang tua nanti bisa menjamin keselamatanmu kalau kau mau turut"
Lim Tiang Hong sedikitpun tidak mau menggubris
ucapan iblis itu. Dengan mengerahkan sisa tenaganya, sekaligus ia melancarkan tiga serangan.
Serangan hebat yang keluar dari tangannya itu
membuat kawanan iblis yang mengepungnya terpaksa
harus pada mundur serabutan.
Tapi bagi Lim Tiang Hong sendiri, setelah tiga kali serangan pedangnya itu meiuncur keluar, tiba2 badarnya sempoyongan, hampir saja orangnya jatuh.
Ternyata ia sudah hampir kehabisan tenaga.
Si Burung Sakti Sayap Besi yang melihat ada
kesempatan sangat baik baginya, lantas mementang dua tangannya yang seperti sayap. Badannya melesat tinggi keatas, kemudian menukik lagi untuk menyerang.
Pak-mo It-koay bergerak lebih cepat lagi. Iblis ini menyerbu seperti orang kerasukan setan.
164 Dalam saat2 kritis itu, satu kekuatan lunak yang
tiada tampak mendadak meluncur masuk ke dalam
kalangan. Malang adalah Burung Sakti Sayap Besi. Dia adalah orang pertama yang menjadi sasaran dari serangan itu.
Badannya lantas terpental balik dua tombak lebih. Ia mengeluarkan jeritan seperti setan, darah segar
menyembur. Orangnya juga lantas jatuh di tanah tak sadarkan diri.
Sedang Pak-mo It-koan juga mengeluarkan suara
jeritan tertahan, dengan badan sempoyongan ia mundur 7-8 kaki jauhnya.
Di-tengah2 medan pertempuran mendadak
melayang turun dua bayangan se-olah2 dua daun kering tertiup angin. Dua orang tua berjenggot putih laksana perak dengan mengenakan pakaian warna hijau dan
kopiah kecil tampak pada maju kehadapan Lim Tiang Hong dan berkata sambil memberi hormat "Silahkan
Kongcu mengaso sebentar. Biarlah dua budak tuamu ini yang menghajar kawanan manusia buas ini"
Mendadak mereka balikkan badan dan lantas
berkata dengan bengis kearah kawanan iblis itu: "Apa kalian tidak mau lekas enyah dari sini?"
Biauw-chiu Thian-koan dan Lam-hay Giam-mo serta
yang lain2nya pada saling pandang. Mereka, meskipun hampir seumur hidupnya mempelajari ilmu silat, akan tetapi belum pernah melihat kepandaian ilmu silat yang 165
begitu tinggi seperti diunjuk oleh dua orang tua tadi, yang se-olah2 bukan dipunyai oleh manusia. Dan apa yang paling mengherankan ialah, kedua orang tua itu yang memiliki kepandaian begitu tinggi, mengapa
membahasakan dirinya "Budak tua" dihadapan Lim Tiang Hong" Kalau begitu bukankah bocah ini asal usulnya semakin mencurigakan"
Untuk sesaat lamanya mereka pada berdiri
menjublek. Dan ketika mendengar kedua orang tua itu mendamprat mereka dengan sikap bengis, semuanya
pada mengerti bahwa apabila tidak menurut, sama
artinya dengan cari mampus sendiri. Maka orang2 itu lantas pada putar balik dirinya sambil memerintahkan orang2nya masing2 membawa kawan2nya yang terluka.
Sebentaran saja, mereka sudah pada lari sipat kuping!
Setelah kawanan iblis itu berlalu jauh, salah satu dari dua orang tua yang baru muncui itu tiba2 berseru:
"Yong-jie, lekas ambil obat pil Soat som wan untuk kongcu"
Dari jauh terdengar suara jawaban yang
melengking "Ya, aku segera datang"
Sebentar tampak berkelebat satu bayangan merah.
Seorang gadis cilik yang badannya mengenakan pakaian serba merah, dengan gerak cepat bagai kilat sudah meluncur turun kehadapan kedua orang tua termaksud.
Gadis cilik itu usianya kira2 baru dua belas tahun.
Diwajahnya yang bundar telur tertampak dua sujen
166 dikedua pipinya, sehingga kalau ketawa tampak semakin manis. Rambutnya dikepang menjadi dua.
Setelah tiba didepan kedua orang tua itu si gadis cilik dengan kelakuan mungil berkata: "Yaya, kenapa kalian melepaskan kawanan manusia jahat itu....?"
Orang tua itu membentak dengan suara perlahan:
"Kongcu ada disini kau harus kenal aturan sedikit!
Bukannya lekas menemui Kongcu!"
Gadis cilik itu setelah mendapat bentakan, lantas diam tak bersuara. Dengan lakunya yang sangat
menghormat ia lalu berjalan ke hadapannya Lim Tiang Hong. lalu nienyura dan berkata: "Disini Yong-jie menghadap Kongcu"
Lim Tiang Hong yang tenaganya diobral terlalu
banyak, badannya dirasakan sangat lelah. Dadanya
dirasakan bergolak hebat. Setelah mendapat kesempatan sebentar untuk mengatur pernapasannya, meskipun
sudah agak mendingan, tatapi kelihatannya seperti masih letih. Ketika ia mendengar dua orang tua dan gadis cilik itu semua pada memanggil ia "Kongcu", hatinya merasa heran bukan main sehingga bengong ter-longong2.
Dengan perasaan ter-heran2 ia berkata: "Aku yang
rendah ada seorang she Lim bernama Tiang Hong.
Lojinkee barangkali kesalahan melihat orang"
Pada saat itu si gadis cilik sudah mengeluarkan
sebutir pil yang putih laksana perak dari dalam botolnya dan lalu diberikan dalam tangannya salah satu dari dua 167
orang tua itu, siapa lalu menyodorkan obat pil tersebut kebibirnya Lim Tiang Hong sambil berkata: "Kekuatan tenaga Kongcu sudah diobral terlalu banyak, kini
makanlah dulu ini pil Soat-som-wan, hal yang lain nanti kita bicarakan lagi"
Lim Tiang Hong menyambuti pil tersebut yang terus dimasukkan kedalam mulutnya. Begitu obat itu ditelan, bau harum dan rasa sejuk memenuhi mulutnya. Sebentar saja otaknya lantas dirasakan jernih.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang tua itu lalu berkata pula: "Kongcu boleh
mengaso dulu dan gunakan ilmu kekuatan tenaga dalam, sebentar lagi pasti pulih kembali kesehatanmu"
Lim Tiang Hong menurut. Ia duduk bersemedi
menenangkan pikirannya. Sebentar ia seperti orang tertidur nyenyak dan tatkala mendusin, dua orang tua tadi sudah tidak kelihatan batang hidungnya. Hanya itu gadis cilik berkepang dua yang masih berdiri
disampingnya. Lim Tiang Hong lantas berbangkit. Setelah
gerak2kan tangan serta kakinya sekian lama, ia merasa kekuatannya sudah pulih kembali seperti sediakala.
Ia lalu menjura pada si nona cilik sembari berkata:
"Aku haturkan terima kasih kepada nona dan kakek nona atas budi kalian yang telah menolong jiwaku. Aku yang rendah, selamanya tidak akan melupakan"
168 Gadis cilik itu lompat kesamping menghindarkan
pemberian hormat si anak muda. Sambil ketawa
cekikikan ia berkata "Kongcu jangan begitu, ini benar2
membuat aku sangat tidak enak. Aku dipanggil Yong-jie, selanjutnya kau panggil aku Yong-jie saja sudah cukup"
Lim Tiang Hong menyaksikan sikap gadis cilik itu
yang ke-kanak2an, dalam hati merasa senang. Maka ia lantas menghampiri sambil menarik tangannya dan
berkata pula: "Nona Yong, eh Yong-jie, siapa dia itu"
Mengapi dia kenal aku" Dan mengapa dia panggil aku Kongcu?"
Sepasang matanya Yong jie yang bulat hitam
tampak berputaran, lalu sambil bersenyum ia menjawab:
"Yayaku dipanggil orang2 namanya Gin-sie siu (si kakek jenggot perak). Dan itu orang tua yang mukanya persegi orang2 memanggil padanya Ceng-phao siu (si kakek baju hijau) tapi aku panggil padanya Siok-kong. Apa sebabnya mereka panggil kau Kongcu aku sendiri juga tidak tahu.
Oh ya, benar2 Kau memang Kongcu, bukan?"
Lim Tiang Hong dibikin tertegun oleh jawaban gadis cilik yang jenaka....
Kenapa dan dari mana asal usulnya julukan Kongcu
yang diberikan padanya itu"
"Dan kalian tinggal dimana?" tanyanya.
"Hong hong-tie (danau burung hong)"
"Hong-hong tie?" ulang Lim Tiang Hong.
169 Kemudian menyebut nama itu ber-ulang2, ia belum
pernah dengar nama tersebut. Maka kembali ia bertanya
"Hong-hong tie itu dimana letaknya?"
"Aku tidak mau beritahukan palamu. Cuma
dikemudian hari kau pasti akan tahu sendiri" demikian jawab Yong jie sambil kedip2kan matanya yang bulat
"Apa sebabnya kau tidak mau beritahukan
sekarang?" "Yaya tidak suruh aku memberitahukan padamu"
Sehabis berkata ia lalu dongakkan kepala melihat
keadaan cuaca, kemudian berkata pula: "Aku hendak pergi. Yaya tentu sedang menanti.... Dikemudian hari, kalau bertemu pula, kita boleh bicara lagi se-puas2
nya...." Dan gadis cilik itu lalu goyang kedua kepangnya.
Cepat bagai kilat tubuhnya melesat terbang. Se-olah2
bianglala berwarna merah dadu yang melingkar setengah di angkasa, sebentar saja nona cilik itu sudah
menghilang dari hadapan Lim Tiang Hong.
Tapi sebentar kemudian dengan tiba2 si nona
muncut lagi badannya di tengah udara, se-olah2 bintang dari langit turun meluncur kebumi, terus balik ke hadapan Lim Tiang Hong. Gerakannya yang begitu gesit dan gayanya yang manis menarik, se-olah2 bidadari yang turun dari kayangan kelihatannya.
170 Lim Tiang Hong yang menyaksikan tingkah lakunya
telah dibikin ter-mangu2 dan merasa sangat kagum
sekali. Sebab ilmu mengentengi tubuhnya sendiri yang diberi nama It-shia Cian-lie (Begitu meluncur mencapai jarak seribu lie), meskipun sudah boleh dikatakan sangat hebat, tapi toh masih merasa dirinya kalah kalau
dibandingkan dengan ilmunya gadis ciiik itu.
Pada saat itu Yong-jie dengan paras muka ber-seri2
berdiri di hadapannya. Ia lalu berkata sambil mendorong pundaknya si anak muda: "Kongcu, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, tapi aku tidak berani
mengeluarkannya" "Tidak ada halangan, kau katakan saja"
"Ilmu pukulan tangan kosong dan ilmu pedang yang
barusan Kongcu perlihatkan boleh dibilang sudah tidak ada tandingannya dalam kolong langit ini, cuma.... cuma sayang rupanya kau belum yakinkan dengan sempurna betul, atau waktu latihannya terlalu singkat, sehingga belum menemukan bentuk yang sebenarnya"
Hanya beberapa patah kata ini saja cukup untuk
mengukur berapa tingginya kepandaian gadis cilik itu.
Ilmu pukulan tangan dan ilmu pedang clptaannya orang tua penyipta yang dikatakan sudah tidak ada
tandingannya dalam dunia oleh gadis mungil itu,
mengapa kalau dimainkan oleh Lim Tiang Hong masih ada kekurangan apa2nya" Ini karena Lim Tiang Hong merasa agak sangsi tentang kekuatan dan
171 kapandaiannya sendiri. Kini, setelah si gadis cilik mengatakan hal itu, ia jadi sadar dan mengerti apa sepabnya. Maka ia iantas berseru sambil menepuk
pahanya sendiri "Aaah, aku sekarang mengerti...."
Yong-jie terkesiap, sambil pentang lebar matanya
yg bulat lalu berkata dengan parasaan agak kuatir: "Apa perkataanku tadi ada salah?"
"Bukan. Adik kecii, aku sangat kagum kepadamu.
Apa yang kau ucapkan tadi sedikitpun tidak salah. Waktu latihanku terlalu singkat" demikian kata Lim Tiang Hong sambil me-nepuk2 pundak gadis kecil itu.
Yong-jie ketawa cekikikan dan berkata "Aku mana
mengerti begitu banyak" Semua itu adalah Kok-cu yang mengatakan. Ia kata bahwa sesuatu ilmu harus dilatih dengan seksama dan dari latihan yang sungguh-sungguh itu baru dapat dimengerti akan artinya yang terdapat dalam ilmu itu, kemudian baru dapat memahami
keseluruhan dari kebagusannya ilmu tersebut"
Sehabis berkata kembali ia mengeluarkan sebuah
botol obat dari sakunya yang lalu diberikan kepada si anak muda.
"Sebotol obat Soat-som wan ini boleh kau simpan
baik2 dan aku sekarang benar2 hendak pergi. Kongcu"
katanya. Kelakuannya mungil jenaka.
172 Baru saja habis mengucapkan perkatannya, Lim
Tiang Hong cuma melihat berkelebatnya sinar marah dan sebentar saja gadis cilik itu sudah berada di suatu tempat dua puluh tombak jauhnya dari padanya.
Lim Tiang Hong masih berdiri terpaku ditempatnya.
Ia merasa bahwa kepandaian ilmu silat itu benar2 tidak ada batasnya. Gunung tinggi masih ada gunung lain yang lebih tinggi lagi. Yong-jie dalam usianya yang begitu muda sudah bisa memahami begitu dalam tentang
kepandaian ilmu silat. Dari sini bisa diduga bahwa kok-cu yang ia sebutkan tadi entah berapa kali lebih tinggi lagi kepandaiannya.
Setelah merenung sejenak, ia lalu memasukkan
botol obat tadi kedalam sakunya, lalu melanjutkan lagi perjalanannya ke arah selatan.
Selewatnya satu perjalanan semalam suntuk, hari
sudah menjelang pagi. Disebelah timur sudah nampak warna ke-merah2an,
sedang halimun pagi yang berwarna putih seperti asap nampak mengarungi seluruh jagat. Se-olah2 hendak
memperlihatkan Lim Tiang Hong dan kudanya yang
sedang berjalan di tengah2 gumpalan awan.
Baru saja ia putar kudanya kesuatu tikungan di satu jalanan gunung, tiba2 terdengar suara beberapa orang yang menyebut nama Buddha dan dari arah sebelah
depan tampak mendatangi lima orang imam.
173 Lima imam itu sudah pernah bertemu semuanya
dengan Lim Tiang Hong. Mereka itu adalah para Ciangbun-jin dari lima partai besar golongan Hian-bun. Yang pernah dilihatnya digunung Siong-san. Untuk sesaat lamanya hatinya bercekat. Tapi pada saat itu ia sudah tidak bisa membelokkan arah kudanya lagi, maka ia pura2 seperti orang tidak mempunyai urusan apa2
hendak melanjutkan perjalanan lagi.
Giok Hie Totiang dari Kun-lun pay lantas berkata
sambil kibaskan kebutannya: "Sicu, kenapa saat ini baru tiba" pinto sekalian hampir semalam suntuk menunggui kedatangan Sicu"
Lim Tiang Hong lalu menjawab sambil menyoja:
"Entah ada urusan apa Totiang sekalian menunggu
kedatangan diriku yang rendah?"
Ciak-yan Ie-su dari Ngo bie pay lantas berkata
sambil pelototkan matanya "Sicu, buat apa musti pura2
menanya" Kau sudah mempunyai nyali untuk berbuat, seharusnya ada mempunyai nyali juga untuk
bertanggung jawab" Lim Tiang Hong kerutkan keningnya. "Apa yang
dimaksudkan kalian itu kejadian salah paham yang
terjadi dikota Lok-yang?" tanyanya Tentang ini tidak lama lagi pasti bisa dibikin terang. Aku yang rendah juga sedang menyelidiki persoalan ini"
Lam-gak Koan-cu dari Hengsan-pay berkata sambil
ketawa dingin: "Banyak orang pada menyaksikan
174 kejadian itu. Apa bisa jadi salah paham" Orang" yang beribadat tidak gampang2 menjadi gusar. Hari ini kami juga tidak ingin menyulitkan kau. Cuma kami minta kau supaya suka ikut Pinto untuk tinggal sementara di dalam kuil Lam gak. Setelah urusan itu nanti menjadi terang, kami boleh membebaskan kau lagi"
Buat pihaknya orang2 golongan Hian-bun, ucapan
Lam-gak Koan-cu ini sebetulnya sudah terhitung yang paling merendah. Akan tetapi, mana mau Lim Tiang
Hong dijadikan tawanan oleh mereka. Apalagi soal itu sebetulnya memang merupakan suatu soal penasaran
hati baginya. Maka seketika itu sepasang alisnya lantas berdiri.
Sambil ketawa ber-gelak2 ia berkata: "Lim Tiang Hong bukan satu anak kecil, bagaimana mandah dipermainkan orang" Dengan terus terang kuberitahukan pada kalian, Aku si orang she Lim dengan orang2 dari golongan Hianbun sebetulnya tidak mempunyai dendaman dan
permusuhan apa2. Tidak ada sesuatu alasan bagiku
untuk melukai orang secara serampangan. Tapi, jika kalian kukuh menganggap bahwa perbuatan itu aku yang melakukan, aku si orang She Lim juga bukan itu orang gampang2 mandah dihina oleh segala orang"
Thian-hian Totiang dari Ciong-lam san lantas
membentak dengan suara gusar: "Kau rupanya ada
seorang yang belum mau mengucurkan air mata jika
belum melihat peti mati. Lekas turun dari kudamu!
175 Toaya-mu akan suruh kau belajar kenal dengan ilmu Thian-cao-ciang dari Ciong lam-pay"
Lim Tiang Hong tahu bahwa ia tidak mudah
menghindarkan diri dari suatu bentrokan hebat, maka segera ia lompat tuun dari atas kudanya, dengan sikap menantang ia lalu berkata dengan suara dingin: "Kalian menghendaki bertempur satu lawan satu atau maju
berbareng" Silahkan lekas turun tangan, Siaoya-mu ingin melanjutkan perjalanannya lagi:"
Thian-hian Totiang sudah bertekad bulat hendak
menuntut balas bagi Liang-gie Kiam-khek yang sudah binasa, maka ia lantas membentak dengan suara keras:
"Bocah, kau sungguh jumawa!"
Ia lantas melesat dan menyerang dengan tangan
kosong. Serangannya itu sungguh hebat. Apalagi ia lakukan dengan sangat bernapsu hingga se-olah2
gelombang angin puyuh yang menyapu dari langit.
Lim Tiang Hong sudah tahu bahwa lima imam ini
masing2 memiliki kepandaian tinggi dan kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat, hingga tidak mudah untuk menghadapi mareka. Maka tatkala melibat datangnya sambaran angin, ia lantas berkelit ke samping. Kemudian dengan menggerakkan satu tangannya ia memunahkan
serangan Thian-hian Totiang yang hebat itu.
Thian-hian Totiang, setelah melancarkan serangan
yang pertama, lantas menyusulkan serangan lanjutannya dengan menggunakan ilmu Thian-cao-ciangnya. Dalam 176
waktu sekejapan saja secara beruntun ia telah
mengeluarkan dua belas kali serangan dengan tangan kosong.
Ini adalah untuk pertama kalinya bagi Lim Tiang
Hong bertempur menghadapi musuh kuat sejak ia
muncul didunia Kang-ouw. Saat itu ia kerahkan seluruh kekuatannya dan
secara berani maju menyambuti satu serangan sangat hebat yang dikirim lagi oleh Thian-hian Totiang. Kedua tangannya diputar sedemikian rupa sampai
mengeluarkan sambatan angin laksana gelombang air laut. Dengan cepat ia sudah balik menyerang sampai sebelas kali.
Mereka berdua yang satu adaiah seorang berbakat
luar biasa dan yang lain merupakan satu tokoh rimba persilatan yang sudah mempunyai latihan puluhan tahun lamanya. Begitu bergebrak masing2 sudah bergerak
cepat dan gesit se-olah2 pertempuran antara harimau dan singa sampai anginnya yang timbul dari tangan keduanya membuat keadaan di sekitar medan
pertempuran menjadi gelap kerena berhamburannya abu dan batu2
Thian-hian Totiang mengeluarkan seluruh
kepandaiannya. Ilmu pukulan Thian-cao Ciang hoat-nya telah diulangi sampai dua kali. Akan tetapi, lawannya yang masih berusia sangat muda bukan saja belum
memperlihatkan tanda2 akan kalah, bahkan gerakan ti-177
pu2 siiatnya makin lama kelihatan makin aneh dan
kekuatan tenaga dalamnya semakin lama tampak
semakin bertambah, sehingga dalam hati imam itu diam2
merasa cemas. Sebab dengan kedudukannya sebagai
Ciang-bunjin dari salah satu partai besar, bertempur dengan seorang yang jauh lebih muda usianya, sudah merupakan satu ha! yang sangat memalukan. Apalagi sudah lama belum juga mampu menjatuhkan lawan
mudanya itu, lebih2 akan membuat namanya tercela.
Maka seketika itu ia lantas memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya dan menyerang secara hebat sambil membentak: "Bocah rebah!"
Berbareng dengan seruannya itu, tangannya
menyambar dada lawan. Karena serangannya kali ini dilakukan dengan
seluruh kekuatannya yang ada, maka sambaran anginnya juga tampak lebih hebat daripada yang sudah2. Sebelum serangan itu sampai anginnya saja sudah membikin
kawannya yang menonton pada beterbangan jubahnya.
Lim Tiang Hong agaknya sudah mulai naik darah.
Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa ber-gelak2:
"Belum tentu!" Bersamaan dengan itu, ia juga melancarkan
serangannya, yaitu kekuatan tenaga dalam yang sudah berpusat dikedua tangan anak muda ini lantas meluncur keluar menyambuti serangan Thian-hian Totiang.
178 Diantara suara benturan dan bentakan. Lim Tiang
Hong tiba2 membentak pula: "Aku si orang she Lim juga akan membalas seranganmu ini!"
Mendadak badannya tampak bergerak maju.
Tangannya mendorong perlahan kedepan. Angin Caokhie yang keluar dari tangan itu se-olah2 angin puyuh meluncur keluar! Dengan itu saja sudah keluar suara gemuruh!
Dalam mengadu kekuatan untuk kedua kalinya itu,
wajahnya Thian-hian Totiang berubah seketika. Sudah terang ia telah mendapat luka didalam yang amat parah.
Lim Tiang Hong agaknya tidak mau berbuat
keterlaluan, maka ia tidak menyusulkan serangannya yang lain. Jikalau tidak, jiwa imam Ciong-lam-pay itu pasti sudah tidak ada lagi.
Tiba2 terdengar satu suara bentakan nyaring. Ciak-yan Ie-su dengan serangannya yang sangat bebat telah menyerang Lim Tiang Hong dari samping! Ketua dari Ngo-bie-pay ini sudah lama terkenal karena kekuatan tangan kosongnya. Kali ini ia melancarkan serangannya dalam membela kawan, maka kehebatannya lebih2 dari yang biasa ia gunakan.
Lim Tiang Hong dengan cepat memutar tubuhnya.
Dengan satu tangan memutar keluar dipakai untuk
menyambuti serangan imam Ngo-bie tersebut.
179 Setelah kedua kekuatan saling beradu, Lim Tiang
Hong mundur tiga tindak. Ciak-yan Ie-su dengan mata beringas kembali melancarkan serangan lanjutannya.
Lim Tiang Hong kretak gigi dan mengangkat
tangan. Ia hendak menyambuti serangan kedua dari
ketua Ngo bie-pay itu. Tepat pada saat itu, Cek-siong cu dari Kong-tong
pay tiba2 berseru "Ciak yan To heng silahkan kau
mengaso dulu! Biarlah Pinto yang melayani bocah
sombong ini" Dan tanpa menantikan jawaban dari Ciak-yan Ie-su
ia sudah maju menyerbu sambil ayunkan kedua
tangannya. Dengan kecepatan kilat beruntun sampai sembilan kali ia melancarkan serangan2 hebatnya.
Lim Tiang Hong yang memang sudah terluka
didalam, belum dapat kesempatan mengaso, sekarang sudah mendapat serangan hebat lagi yang datangnyapun secara tiba2, saat itu ia sudah murka benar. Dengau menahan rasa sakit didalam badan anak muda ini
mengeluarkan semua kepandaian warisannya si orang tua Penyipta, tanpa merubah kedudukan menyambuti
serangan Cek-siong-cu yang hebat itu.
Diantara berkelebatnya tangan dan bayangan orang
serta sambaran angin yang gemuruh saling seliwer, terlihat pula dirinya Giok Hie-cu dari Kun-lun-pay yang tiba2 turut menyerbu kedaiam kalangan untuk
menggantikah kedudukan Cek siong-cu.
180 Sejak saat itu, kecuali Thian-hian Totiang yang
sudah terluka didalam, empat ketua dari empat partai besar telah maju berbareng. Mereka menempur Lim
Tiang Hong secara bergiliran. Mereka anggap diri dan kedudukan sendiri sebagai ketua partai tidak mau
bertempur secara mengeroyok. Tetapi dengan
mengambil siasat bertempur secara bergiliran demikian, tidak banyak bedanya lengan cara mengeroyok.
Lim Tiang Hong sekalipun sudah mendapat warisan
kepandaian amat tinggi, juga merasa berat melayani begitu banyak orang2 kuat dari empat partai besar itu.
Pada satu saat ia telah terkena serangan Giok-hie-cu dengan telak. Ia yang sudah terluka, kembali mendapat hajaran telak, keadaannya bertambah tidak
menguntungkan bagi dirinya. Darah nampak menyembur keluar dari mulutnya, badannya kelihatan sempoyongan seperti orang hendak rubuh.
Lam-gak Koan-cu yang menyaksikan itu lantas
berkata sambil ketawa dingin: "Sekarang aku mau lihat apa kau masih berani keras kepala"
Berbareng dengan itu, tangannya cepat bagai kilat sudah menyambar pergelangan tangan si anak muda
Lim Tiang Hong mendadak pentang matanya
lebar2. Sembari membentak ia balikkan tangannya
dengan cara mendadak dan sudah berbalik mencekal
pergelangan tangan Lam-gak Koan-cu.
181 Bukan kepalang kagetnya Lam-gak Koan-cu Tapi
tiba2 ia merasakan lima jari2 tangan Lim Tiang Hong-yang menyekalnya itu sudah tidak mempunyai kekuatan banyak lagi. Ia merangsek. Dua tangan berbareng sudah dipakai. Tangan yang satu mengebas hingga berhasil melepaskan cekalan pemuda itu, sedang tangan yang lain dipakai menyerang dada si anak muda.
Lim Tiang Hong saat itu keadaannya sangat payah,
sama sekali tidak mempunyai sisa kekuatan sekalipun berkelit saja. Dan tangannya Lam-gak Koan-cu saat itu cuma lima enam dim saja terpisah di depan dada Lim Tiang Hong. Asal kekuatan tenaga imam itu ditambah sedikit saja, pasti jiwanya Lim Tiang Hong melayang tanpa ampun lagi.
Dalam keadaan kritis serupa itu, ditengah udara
tiba2 terdengar suara bentakan halus. Satu bayangan putih melayang turun dari tengah udara. Hawa dingin sekali sudah mengurung di kepala Lam-gak Koan-cu!
Lam-gak Koan-cu yang harus melindungi kepalunya
dari serangan gelap itu, lantas urungkan maksudnya meagambil jiwa Lim Tiang Hong. Kakinya menotol tanah dan badannya melejit ke samping.
Saat itu orang2 pada tahu bahwa orang yang
datang secara mendadak itu sudah berdiri disamping si anak muda. Orang itu dengan pedang dan sikap keren memandang mereka. Itu adalah Henghay Kouw-loan
182 yang pernah bersama dengan Lim Tiang mengaduk
gereja Siao-lim sie. Dengan alis berdiri dan menuding Lam-gak Koancu, nona itu memaki: "Sungguh tidak nyana kalian yang berkedudukan sebagai ketua dari partai2 besar
semuanya berani menggunakan cara rendah begitu
untuk menghadapi satu pemuda yang baru muncul
didunia Kang-ouw! Nonamu ingin menanya kepada
kalian: Apakah cara itu pantas kalian lakukan". Akan kalian kemanakan kedudukan kalian yang sudah begitu tinggi?"
Ciak-yan Ie-su sambil delikkan matanya menjawab
"Untuk menghadapi satu penjahat besar seperti dia ini tidak perlu kami gunakan tata tertib rimba persilatan"
Henghay Kow-loan berkata pula sambil ketawa
dingin "Hari ini untuk sementara biarlah kalian merasa bangga dengan tindakan kalian itu. Lain hari nonamu akan cari kalian satu persatu membuat perhitungan hari ini!"
Lalu sambil menarik tangan Lim Tiang Hong si nona hendak berlalu.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lam-gak Koan-cu ketawa dingin. "Apa kau pikir bisa berlalu dengan cara begitu gampang?" ia mengejek.
Henghay Kow-loan goyang2kan pedang
ditangannya. Ia lantas membentak dengan suara
nyaring: "Apa kalian masih hendak bertempur?"
183 Tepat pada saat itu satu suara bentakan bengis
tiba2 terdengar, "Kawanan imam durhaka! Sungguh
besar nyali kalian...."
Orang2 yang berada disitu semuanya pada
terperanjat. Seorang aneh berperawakan tinggi besar dengan rambutnya yang merah tampak melayang turun se-olah2 burung elang hendak menyambar mengsanya.
Sepasang mata biru dari orang rambut merah itu
menyapu kawanan imam sejanak, kemudian berjalan
kehadapan Lim Tiang Hong Lalu dengan sikap sangat menghormat orang itu membungkukkan badannya
seraya berkata: "Hek-sa Tancu Leng Hin disini, harap Kauwcu muda suka memberi perintah, kawanan imam
durhaka ini yang berani mengganggu Kouwcu muda
bagaimana harus dibereskan"
Lim Tiang Hong yang masih berdiri berusaha
mengatur pernapasan sambil pejamkan matanya. Ketika mendengar perkataan orang yang baru datang itu,
agaknya terkejut sekali. Kejadian sebelum itu sudah ada lain orang menyebutnya Kongcu. Dan sekarang
pangkatnya dijadikan lebih tinggi lagi. Ia dipanggil Kauwcu muda. Ini sesungguhnya membuat ia tidak habis mengerti.
Tapi oleh karena pada saat itu ia masih perlu
cepat2 menggunakan kekuatan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan luka2 dalamnya, lagi pula ketika
menyaksikan wajah orang yang mengaku bernama Leng 184
Hin itu begitu jelek yang menyebalkan hatinya lantas timbul kesan tidak baik terhadapnya. Maka atas
pertanyaan orang itu ia hanya meng-goyang2kan kepala, tidak menjawab permintaan Leng Hin tadi. Ia juga lalu pejamkan kembali matanya. Orang aneh berambut
merah itu mendadak membalikkan badannya. Wajahnya yang hijau dan kelihatan seperti tidak ada darahnya itu tiba2 kelihatan sangat bengis. Sepasang matanya yang biru tampak mendelik, dengan sikap garang ia berkata sambil ketawa dingin: "Hai kawanan imam durhaka!
Kalian sungguh terlalu memandang tinggi kepada Thian-cu-kauw. Sampai perlu dengan kedudukan sebagai lima ketua partai besar mengeroyok satu anak muda. Leng Hin kini ingin tanya kalian, dengan mengandalkan jumlah banyak itu apakah tidak pandang mata Thian-cu kauw kami atau menganggap Thian-cu kauw kami tidak ada orang...."
Perkataan orang she Leng itu selain galak, juga
sangat pedas menusuk hati.
Lam-gak Koan-cu sudah lama berkelana didunia
Kang-ouw. Ia tahu benar keadaan diseluruh dunia Kangouw. Tapi ia belum pernah dengar dikalangan rimba persilatan ada satu partai golongan atau perkumpulan yang namanya Thian-cu kauw. Malah bukan cuma Lam
gak Koan-cu saja yang tidak tahu, empat ketua partai besar yang lainya juga semuanya belum pernah ada
yang dengar nama itu. 185 Cek Siong-cu maju kedepan dan berkata dengan
suara nyaring: "Asal ada orang yang unjukkan diri urusan gampang diurus. Orang2 dari golongan Hian-bun yang sudah binasa ditangan bocah itu sudah hampir seratus orang jumlahnya. Kalau benar Thian-cu-kauw mau
mengakui dan menanggung dosa orang jahat itu,
barangkali rekening ini nanti akan kami perhitungkan atas diri kalian orang2 Thian-cu-kauw"
Pada saat itu dari dalam rimba terdengar lagi satu suara aneh yang lantas disusul dengan munculnya dua orang yang aneh bentuk rupa dan tubuhnya. Yang satu adalah seorang gemuk pendek dengan potongan seperti gentong dan yang lain ialah seorang kurus kering tinggi macam galah bambu. Kedua orang itu tatkala berada di dalam kalangan, yang kurus kering sambil ulurkan
tangannya yang panjang lantas berkata sambil menuding Cek-siong-cu.
"Urusan hari ini kalian hendak putuskan begitu saja atau menantikan kami turun tangan dulu?"
Ciak-yan Ie-su yang adatnya paling berangasan,
ketika mendengar perkataan itu berewoknya lantas pada berdiri. Dengan mata mendelik ia membentak dengan suara keras "Kau siapa! Berani kau keluarkan perkataan2
begitu sombong didepan kami?"
Orang kurus kering itu dengan sikap lebih bengis
berkata dengan suara dingin "Kami adalah Thian-long Tancu Ie Tiang Siang dan Tec-im Tancu Thian Lui.
186 Dengan kedudukan kami sebagai Tancu, hendak
membereskan kalian bangsa imam durhaka rasanya tidak terlalu menghina, bukan?"
Ngo-bie, Kun-lun dan tiga partai lainnya didalam
rimba persilatan merupakan partai2 besar dari golongan orang baik2. Sedang kedua orang itu hanya merupakan orang2 yang berkedudukan sebagai Tancu dari
perkumpulan Thian-cu-kauw yang belum menonjol dan sama sekali belum keluar namanya, kini orang2 itu ternyata sudah berani mengucapkan perkataan demikian dihadaaan para ketua partai2 besar itu, dapatlah diduga betapa gila dan sombongnya orang2 kurus dan gemuk itu.
Ciak-yan Ie-su merasakan dadanya hampir
meledak. Lam-gak Koan-cu dan lainnya juga sudah pada gusar.
Selagi orang2 lima partai besar itu hendak
membalas dengan kata2 pedas, pada saat itu Lim Tiang Hong yang berdiri disamping setelah mengatur
pernapasannya sebentar. Luka2nya sudah mulai sembuh.
Ia yang sejak tadi merasa jemu terhadap tiga orang yang mengaku dirinya sebagai Tancu dari Thian-cu-kauw itu, lantas berpaling dan berkata kepada Henghay Kow-loan
"Mari kita pergi"
Tapi selagi ia melangkahkan kakinya, Cek-siong-cu membentak: "Jahanam, apa kira masih pikir bisa pergi"
187 Berbareng dengan kata2nya itu, badan imam dari
Khong-tong ini sudah bergerak naik keatas. Se-olah2
lakunya seekor burung besar. Badannya melayang turun lagi sambil pentang lima jari2 tangan, ia menyambar kepada Lim Tiang Hong.
Sebelum tangan itu sampai, angin yang keluar dari jari2nya sudah menyambar lebih dulu.
Lim Tiang Hong sangat gusar. Se-konyong2 berbalik satu putaran. Tangannya juga terangkat dan jarinya menyentil. Kekuatan tenaga sebesar biji kacang yang tiada tampak ujudnya lantas meluncur keluar.
Dengan memperdengarkan suara "Srr"-nya lantas
menembusi serangan tangan Cek-siong-cu yang terus mengarah jalan darah Hoa-kay dan Soan-kie di tubuh imam itu.
Ilmu tertinggi yang sulit dipelajari dari golongan Hian-bun ini sudah tentu dikenal baik oleh Cek-siong-cu sampai dimana kelihayannya. Maka ia lantas
berjumpalitan ditengah udara sambil memutar kedua tangannya. Dengan susah payah baru akhirnya berhasil juga ia menghindarkan serangan lihay itu. Bukan
kepalang terkejutnya hati imam ini hinggga setelah melayang turun kembali, imam Khong-tong ini cuma
dapat berdiri melongo, tidak bisa berkata apa2 dan tidak mampu menggerakkan lagi kaki tangannya.
Pada saat itu didalam rimba tampak berkelebat satu bayangan padri tinggi besar. Setelah keluar seruan kaget 188
dari mulutnya, bayangan tinggi besar itu lantas
menghilang kembali. Lim Tiang Hong yang setelah mengeluarkan
ilmunya yang dinamakan Cek-shie Seng-wan-kang,
kakinya tidak berhenti. Ia masih berjalan dengan
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 14 Pendekar Pedang Dari Bu-tong Karya Liang Yu Sheng Sunset Bersama Rosie 1

Cari Blog Ini