Ceritasilat Novel Online

Ikro 3

Ikro Karya Reza Nufa Bagian 3


menendang perut asep hingga asep melengking di
166 atas lantai. Hantaman itu sungguh membuatnya
kesakitan, kepalanya terasa pusing dan dia kesulitan
untuk berdiri. "rasain tuh! makanya jangan macem-macem sama
gw!" bentak dodi kepada asep.
Semua orang yang tadinya diluar kelas
menjadi berkumpul ke dalam, bahkan menjadi ramai
dengan datangnya anak-anak dari kelas lain. nisa
yang beberapa menit kemudian mengetahui kejadian
tersebut langsung memberi kabar kepada orang
tuanya. hari itu asep dipulangkan lebih awal. Dia
mengalami kesakitan di sekujur tubuhnya, dia diantar
oleh seorang guru setelah sebelumnya diobati terlebih
dahulu. Sesampainya di rumah asep hanya mampu
tertidur, dan baru terbangun di keesokan harinya. Dia
tidak masuk sekolah, kepalanya masih terasa pusing,
dan perutnya masih sakit.
Ibu nisa yang sedang duduk santai di ruang tengah
meihat asep keluar dari kamarnya. "kamu kenapa
nak, kok bisa sampe berantem?" ucap ibu nisa. Saat
itu asep baru saja bangun tidur dan berjalan menuju
kamar mandi. "aku bukan berantem ummi. aku Cuma
mengingatkan dia, eh dia malah mukul." Ucap asep
seraya menghentikan langkahnya.
167 Ibu nisa beranjak dari tempat duduknya, lalu
menghampiri asep. "gimana sakit di dagu kamu?
Masih terasa?" tanya ibu nisa.
"alhamdulillah udah baikan." Jawab asep.
Kang jalal turut keluar dari kamarnya. Dia
menghampiri asep, lalu memperhatikan wajah asep.
"ada apa ini sebenarnya nak. kamu punya masalah ya
di sekolah?" tanya kang jalal.
"nggak kok abi. Cuma salah paham aja. Nanti juga
beres." Ucap asep. "hati-hati ya nak, tidak semua orang senang dengan
kebaikan. kita harus pintar-pintar menempatkan diri."
Tutur kang jalal. "iya abi. aku paham." Jawab asep.
"aku tidak menyangka dia bakal semarah itu..
padahal aku mengingatkan agar dia tidak terjerumus
dalam keburukan.. hhh. Aku harus lebih hati-hati."
pikir asep. Orang tua nisa sudah tahu penyebab kejadian
tersebut dari nisa. Mereka pun tidak mengungkitungkit masalah tersebut, karena mereka tahu hal
tersebut adalah baik meski berbuah kesakitan.
Mereka membiarkan asep tumbuh dengan benar dan
menjaganya agar tetap dalam keadaan yang baik,
tidak terpengaruh oleh teman-temannya yang nakal.
168 Setelah itu asep melanjutkan langkah kaikinya
menuju kamar mandi. Dia membersihkan wajahnya,
mengambil wudlu kemudian kembali ke kamar. lalu
dia kembali tertidur. Asep terbangun. Kala itu sudah jam 2 siang.
Seperti biasanya, siang itu sangat berisik. Suara anakanak kecil yang sedang bermain di depan rumah, ada
juga yang sedang menangis, suara kendaraan
bermotor menambah ramai suasana. semuanya
bercampur membuat alunan nada yang tidak
menyenangkan, sangat berbeda dengan suasan
kampung yang damai dan menenangkan. Asep
bergegas bangkit kembali untuk mengambil wudlu
dan menegakkan shalat dzuhur.
Selesai shalat itu dia kembali merebahkan
badannya di tempat tidur. Dan kembali merenungkan
apa yang telah terjadi. "kenapa dodi begitu tidak senang ketika diingatkan?
Kenapa juga dia bisa senakal itu, apa orang tuanya
tidak pernah mengajarinya baik dan buruk? Apa
tidak pernah ada yang mengingatkannya ketika
masih kecil? Video porno itu tidak bagus,
melemahkan akal.. Pasti dia belum pernah belajar
tentang itu. kenapa tidak ada yang mengajarinya?
..aku berdo?a kepada-Mu ya Allah, semoga dia sudah
menjadi lebih baik ketika aku berjumpa lagi
dengannya... kenapa kehidupan di sini banyak yang
169 berbeda? banyak hal yang tidak menyenangkan,
hhh.. seandainya aku bisa pulang.." pikir asep.
"tokkeee.. tokkee.." suara tokek itu kembali muncul.
"itu tokek kok ada lagi sih, mengganggu lamunanku
aja.. padahal udah lama ngilang, kenceng banget
lagi suaranya. Tapi biarin aja lah, mungkin dia lagi
ngobrol sama temennya.. tapi berisik.. hey tokek!
jangan lama-lama ngomongnya, suaramu berisik.."
Pikir asep. Kemudian suara tokek itu pun hilang dengan
sendirinya. Entah ada di mana tokek itu, dia
bersembunyi di suatu tempat yang tidak asep ketahui.
Tokek itu sudah sering terdengar, dan suaranya
sangat keras. Bab 14 Kesempatan pulang Asep sedang duduk menonton televisi dengan
nisa, belakangan ini dia semakin sering menonton
televisi. Dia menonton semua acara yang dia anggap
menarik, kadang berita, film, kartun. Dan dia selalu
mencerna segala yang dia lihat dalam otaknya, selalu
bisa menyaring mana yang baik mana yang buruk.
ketika menonton dengan orang lain, dia juga sering
170 mengomentari langsung hal-hal yang menurutnya
aneh. kali ini nisa sedang menonton acara gosip, dan
asep ada di sana. "Kenapa artis-artis kok sering cerai? Apa janganjangan mereka tidak nikah sungguhan.. Terus banyak
juga yang selingkuh, apa mereka tidak tahu kalau itu
tidak baik.. dan lebih anehnya, kok hal buruk itu
disiarkan oleh televisi? Apa ga malu banyak yang
lihat.. Benar kata nenek, televisi itu punya sisi buruk.
Tapi kenapa masih banyak yang menonton acara
seperti ini, apa mereka benar-benar terhibur? Hmm..
gimana kabarnya nenek ya? Jadi rindu pengen
pulang." pikir asep.
Ketika itu Asep menegur nisa. "eh nis! acara itu
kurang baik. Cari aja yang lain."
"aku juga jarang nonton gosip kok, ini Cuma lagi
iseng-iseng aja." Jawab nisa.
"aku pindah aja ya. kita nonton yang bermanfaat aja."
Ucap asep. Dia mengambil remote TV yang ada di
dekat nisa, lalu mulai memindahkan channel. Nisa
pun hanya terdiam. Kali ini asep dan nisa menonton acara berita.
Kala itu ada berita tentang penggerebekan hotel yang
di dalamnya ada pasangan bukan suami isteri yang
melakukan hubungan intim. Polisi menggerebek
171 hotel tempat para pelaku sex bebas itu dan
menangkap beberapa pasangan liar.
Asep kembali nyeletuk. "itu orang kok mukanya
ditutupin pake baju, tapi dadanya ke mana-mana."
Ujar asep. "ya kan, kalau mukanya kelihatan jadi lebih malu
sep. apalagi ada kamera!" ucap nisa.
"ooh, iya juga sih. gawat juga kalau orang tuanya di
rumah lihat acara ini." ucap asep seraya tertawa kecil.
"iya laah." Nisa terdiam sesaat. "eh tapi ga tau juga
sep. mungkin aja dia itu PSK yang ga punya keluarga
dan ga punya rumah." Lanjut nisa.
"hmmm." Gumam asep.
"sebenarnya siapa yang salah? PSK mencari uang
karena mereka butuh uang.. mereka tidak punya
orang tua yang bisa membimbing mereka, mereka
terjerumus.. ...tapi yang aneh itu.. kenapa dia malu
pada kamera tv, tapi tidak malu kepada Tuhan..
kamera Tuhan kan ada dimana-mana.. bahkan bisa
melihat ke dalam hati yang paling dalam.. dan
sekarang kamera itu pasti sedang melihat isi hatiku
ini.. hhhmmm.. yaa Allah.. Engkau sekarang pasti
sedang mendengar kata hatiku ini.. aku titip salam
kepada Rasulullah.. kata kan padanya bahwa kami
rindu.." pikir asep.
172 Asep keluar dari lamunannya dan kembali
serius menonton televisi. Di sampingnya ada nisa
yang sedang serius sekali, seakan-akan juga sedang
memikirkan banyak hal dalam pikirannya.
"oiya nis! tadi aku mau nanya ini loh. kamu tuh kenal
sama nenekku ga?" tanya asep.
Nisa tersenyum. "nenekmu ya nenekku juga sep,
gimana sih kamu." Tutur nisa.
Asep kaget mendengar ucapan nisa. Mana
mungkin nisa ini adalah cucu nenek, karena
neneknya belum pernah menceritakan tentang nisa
ataupun keluarganya. "hah! Masa sih! Beneran nis?"
ucap asep yang terkejut. "beneran lah, ngapain bohong." Ucap nisa.
"masa sih, nenek ga pernah cerita kalau dia punya
cucu lain selain aku. dia kan tinggal di desa terus,
sejak kapan dia punya anak di kota. berarti orang tua
kamu itu ada yang anaknya nenek ya? kamu punya
buktinya?" ucap asep dengan cepat dan penuh rasa
penasaran. "pelan-pelan ngomongnya. tunggu deh aku ambil
fhotonya dulu." Ucap nisa. Nisa membuka sebuah
laci di dekat televisi, dia mengambil sebuah album
fhoto. Dibuka lembar demi lembar, dia amati
perlahan tiap fhoto yang ada di dalamnya dan
berhenti di sebuah halaman. "ini sep." Ucap nisa.
173 "yang mana?" tanya asep.
Nisa mengarahkan telunjuknya. "ini abi sama nenek."
ujar nisa. "jadi ini nenek pas masih muda ya, abi juga masih
kecil. Tapi kenapa nenek belum pernah cerita sama
aku? Kamu tahu kenapa nis?" tanya asep. Dia
kebingungan dengan kenyataan yang baru dia ketahui
itu. "aku juga ga tau sep. tapi kamu beruntung sep, kamu
liat nenek setiap hari. Aku Cuma pernah ketemu
sama nenek itu dua kali doang, itu pun bukan di
rumah nenek, tapi di rumah orang." Ucap nisa.
"kok gitu, kenapa?" tanya asep. Kali ini dia ditimpa
rasa heran yang semakin besar.
"ya aku ga tau sep! itu juga udah lama, pas aku masih
kecil." Tutur nisa. Tiba-tiba kang jalal datang memotong
pembicaraan nisa dan asep. Dia duduk disamping
nisa yang sedang memegang album fhoto keluarga.
Kang jalal sadar bahwa kedua anak itu sedang
membicaarakan neneknya, dia pun langsung
membuka percakapan dengan mereka. "lagi pada apa
ini anak-anak abi?" tanya kang jalal.
"jadi abi sebenarnya anak nenek ya? Atau umi yak
anak nenek?" asep balik bertanya.
174 Kang jalal terdiam cukup lama. "yang anak nenek itu
abi. Wah ceritanya panjang, kamu kangen sama
nenek ya? Gimana kalu minggu depan kita pulang
kampung, kalian juga sudah liburan semeter kan?"
ajak kang jalal kepada asep dan nisa.
"setuju! setuju abi. aku pengen ke kampung lagi,
udah lama ga ke sana." Ujar nisa.
"pulang.. waah, tidak terasa ternyata aku sudah
enam bulan tinggal di jakarta. Gimana ya kabar
nenek. Kabar imam, ubed, vita, apa mereka baik-baik
saja. Sekolah dimana mereka?" pikir asep.
"nah nisa sudah setuju, kamu gimana sep?" tanya
kang jalal kepada asep. "aku setuju abi." Jawab asep dengan pasti.
"baiklah! semua sudah setuju. persiapkan diri kalian,
jaga kesehatan. Minggu depan kita berangkat." Tegas
kang jalal. Kemudian terdengar suara adzan dhuhur,
mereka semua menyudahi obrolan tersebut. Ayah
nisa pergi ke masjid, sedangkan asep shalat di rumah.
Dia shalat berjama?ah menjadi imam untuk nisa dan
ibunya. *** 175 Seminggu kemudian. pagi yang cerah
menyambut asep dan keluarga barunya. Mereka
sudah siap, semuanya ikut dan sangat antusias. Nisa
yang sudah lama tidak berjumpa dengan nenek sudah
tidak sabar ingin cepat sampai ke sana, dan berharap
sang nenek masih ingat kepadanya. Keluarga ini
berjalan menuju jalan raya kemudian mereka naik
angkot. dan akan dilanjutkan dengan kereta api
selama beberapa jam. Perjalanan kali ini terasa sangat berbeda bagi
asep. Dia lebih merasakan guncangan kereta yang
lembut, lebih menghayati indahnya pemandangan di
sepanjang perjalanan, dan tentunya dia lebih
merasakan kebahagiaan, sebentar lagi kerinduannya
akan segera terbayarkan. Sesampainya di jalan desa, cuaca dingin mulai


Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meyambut mereka. Ada mendung bermain di langit
siang, angin laut tergesa-gesa mengejar matahari, dia
menyisakan belaian-belaian tajam di sepanjang jalan
yang menusuk kulit hingga ke dalam tulang,
mencipta dingin yang sangat terasa. Keluarga ini
mengenakan jaket yang mereka bawa, sedangkan
asep tetap cuek dengan kaos tipisnya. Dia sudah
rindu dengan suasana rumahnya yang sejuk.
Tak lama kemudian Mereka tiba di rumah nek
minah. Seorang nenek yang kini hidup sendirian.
"assalamu ?alaikum nek. ini asep nek, cepat buka."
Ucap asep dengan tergesa-gesa.
176 "Wa ?alaikum salam.." nek minah menjawab dari
dalam rumah. Nek minah terkejut ketika membuka
pintu dan melihat ternyata asep pulang dengan jalal
dan keluarganya. Sudah lama mereka tidak jumpa,
dan pertemuan ini sangat tidak terduga bagi nek
minah. Asep masuk ke dalam rumahnya, dia
memeluk neneknya sebentar dan pergi menengok
kamarnya, dia rindu kepada ranjangnya yang
nyaman. Nek minah mempersilahkan masuk kang jalal
dan keluarganya. asep keluar dari kamarnya dan
mengajak neneknya mengobrol. "gimana kabarnya
nek?" tanya asep. "alhamdulillah baik nak. Kamu sehat?" tanya nek
minah. "kurang baik nek. ada banyak hal yang ingin aku
ceritakan sama nenek."ujar asep.
Kemudian nenek menghentikan percakapannya dengan asep, dia lekas menyambut
jalal dan keluarganya. Dia menggelar tikar di lantai,
karena di dalam rumah nenek memang tidak ada
ruang tamu yang bersofa, hanya lantai semen yang
dingin dan tanpa karpet. "gimana kabarmu jalal?"
tanya nek minah kepada kang jalal.
"alhamdulillah baik. maafkan aku.." ucap kang jalal.
Seraya merangkul dan menciumi tangan nek minah.
177 Asep kaget ketika melihat kang jalal yang
mencium tangan nenek, merangkul, bahkan hingga
menangis. Dia merasa penasaran apa yang
sebenarnya tidak dia ketahui. siapa sebenarnya kang
jalal ini, siapa nenek yang sebenarnya. tiba-tiba dia
merasa asing berada di sana, karena kang jalal
dengan neneknya terlihat begitu akrab.
Perlahan asep keluar dari rumah melalui pintu
dapur, dia tidak mau mengganggu nostalgia antar
nenek dengan kang jalal. Ketika asep di samping
rumah, dia berhadapan dengan pohon cabai yang
sudah lama dia tinggalkan. Pohon itu masih segar,
berbuah banyak, di sekitarnya juga bersih. nenek
masih rajin merawat kebun kecil tersebut.
"wahai pohon cabe.. apa yang sebenarnya sedang
terjadi? Apakah kamu tahu sesuatu yang mereka
sembunyikan? Yaa, aku merasa ada sesuatu dari
mereka yang tidak aku ketahui." Pikir asep.
"Asep! kemari nak." Nenek memanggil asep.
"iya nek." jawab asep. Asep segera menghampiri
neneknya yang sedang duduk di ruangan depan, lalu
dia duduk bersandar di dinding yang bersebrangan
dengan nek minah, sehingga mereka berhadapan.
Ketika dia melihat sekeliling rumah, dia sadar
ternyata kang jalal sudah tidak ada di sana.
"bagaimana sekolahmu? Lancar?" tanya nek minah.
178 "lancar. tapi aku sempet kaget pertama kali sekolah
di sana. Aku kurang nyaman." Terang asep.
"itu biasa nak, makanya kamu harus cepat
beradaptasi. Jangan malu-malu sama lingkunganmu
yang baru." Ucap nek minah.
"nek! aku mau nanya serius, jawab dengan jujur!
siapa sebenarnya kang jalal itu?" tanya asep.
Wajahnya terlihat sangat serius.
"oo kamu sudah tahu ya. dia itu anak nenek." jawab
nek minah seraya tersenyum.
Asep terdiam sejenak, lalu berkata "tapi sejak kapan
nenek punya anak? Aku belum pernah sekalipun
melihat dia, aku juga belum pernah mendengar
bahwa nenek punya anak, warga kampung juga
sepertinya ga ada yang tahu.. kalau ada yang tahu
pasti aku pernah dengar. Aku masih heran nek. kok
bisa gitu nek." "tidak usah heran. nanti juga kamu terbiasa." Ucap
nek minah seraya kembali memberikan senyum
kepada asep. "terus mereka sekarang kemana? kok tiba-tiba
hilang." Tanya asep.
"mereka keluar, tadi si nisa ngajak jalan-jalan."
Jawab nek minah. 179 "ooh. gimana kabar temen-temenku nek?" tanya
asep. "mereka baik-baik saja. setiap hari nenek lihat imam
lewat depan rumah, Tapi kalau vita nenek jarang
lihat. dia sudah tidak pernah main ke sini." Terang
nek minah. Asep kemudian bangkit dari duduknya, lalu berkata
"kalau begitu aku pamit dulu ya nek, aku mau
ketemu sama mereka." Dia terlihat begitu tergesagesa. Asep pergi ke rumah imam, masih lekat
ingatannya terhadap kampung tersebut. Jalanan
berkerikil, warga yang sepi, hanya beberapa orang
tua yang berpapasan dan memberikan senyum. Enam
bulan yang terasa sangat lama ketika dia melihat
kembali suasana kampungnya. Dari kejauhan asep
melihat imam yang sedang duduk-duduk di beranda
rumahnya, dia kaget ketika melihat imam sedang
menghitung uang, dan imam terlihat sangat serius.
"heh uang siapa tuh.." asep mengejutkan imam.
"ya Allah!" imam terkejut, lalu dia mengangkat
wajahnya tepat ke arah asep. "eh ada orang kota
pulang kampung!" ucap imam.
"gimana kabar mam? Itu uang siapa, banyak juga
tuh?" tanya asep. 180 "kabar selalu baik. ini uangku lah! sekarang aku
sering bantu-bantu di kebun teh sep. sekali kerja
langsung dapet upah. kan lumayan sep." ujar imam.
"kamu pasti ga sekolah. terus gimana kabarnya vita?
Anter aku ke rumahnya yuk mam. Sekarang! aku
pengen banget ketemu sama dia." Ajak asep tergesagesa, dia menarik tangan imam.
Imam tetap terlihat malas. "yah telat sep. vita itu
udah ga di sini, dia sekolah di kota. Yang di rumah
itu tuh Cuma orang tuanya aja." Tutur imam.
"ah! ga percaya! dia kan dulu bilang mau sekolah di
sekitar sini."ucap asep.
"tadinya sih gitu. tapi tiba-tiba aja dia pergi tanpa
pamit, sama kayak kelakuan kamu tuh." Ucap imam
seraya menatap asep dengan serius.
Asep terdiam, dia sangat berharap bisa
bertemu dengan vita, namun ternyata gagal. pemuda
ini tidak bisa menguasai rasa hatinya, dan dia
mendapat luka kekecewaan yang lumayan dalam.
"terus mam, pas aku pergi ke jakarta itu apa vita
pernah nanyain aku?" tanya asep.
"pernah sih. beberapa hari setelah kamu pergi, waktu
itu pas pulang ngaji. aku jawab aja kalau kamu itu ke
jakarta." Terang imam.
181 Asep terdiam sejanak. "ya udah kalau gitu. aku
pulang mam. Assalamu ?alaikum." Asep meninggalkan imam dan berjalan penuh rasa
kekecewaan. "yeee. ujug-ujug datang, ujug-ujug pergi lagi. jadi
tambah aneh tu anak." Ujar imam.
Asep tetap melanjutkan langkahnya yang
penuh rasa kecewa. Pulang kampung ini terasa
kurang lengkap baginya. dia tidak bertemu dengan
vita, dia sempat berpikir untuk pergi menanyakan
vita kepada kedua orang tuanya, namun pikiran itu
langsung sirna ketika mendung bertambah kelam dan
rintik hujan mulai berjatuhan.
Setibanya di rumah dia mendapati neneknya
yang sedang duduk di ranjang kamar. Sedangkan nisa
dan keluarganya belum juga kembali. "nek, sudah
lama aku ga dapet nasehat dari nenek." ucap asep.
"kamu mau nasihat apa, kamu kan sudah besar, bisa
menasehati dirimu sendiri." Ucap nek minah.
"bagaimana menasehati diri sendiri? Kalau ada
masalah itu aku masih sering bingung nek." tutur
asep. "bingung itu proses belajar nak. jika kamu punya
masalah, jangan jadikan dirimu masalah pula. Jangan
larutkan pikiranmu ke dalam masalah, bawalah
pikiranmu itu keluar, perhatikan masalah itu, lalu
182 temukan penyelesaian. Kamu bisa paham?" terang
nek minah. "jadi aku harus keluar dari diriku yang bermasalah,
mencari sumber masalahnya lewat pikiranku,
kemudian mencari penyelesaiannya, begitu?" asep
balik bertanya kepada nek minah.
"Tepat! Dan ketika pengetahuanmu sudah bertambah,
mulailah menyelesaiakan masalah-masalah yang
lebih besar. Seiring berjalannya waktu, kamu akan
menemukan jalanmu sendiri. Dan satu lagi pesan
nenek, Banyak-banyaklah belajar dan mendengarkan,
kurangi bicara yang tidak penting dan jauhi dulu
urusan dengan perempuan." Tutur nek minah.
"kenapa nenek sering melarangku mendekati
perempuan nek, aku kan sudah semakin besar?"
tanya asep. "kamu pasti sering mendengar, bahwa tiga hal yang
paling menggoda di dunia adalah harta, tahta dan
wanita, dan godaan itu bisa membuat manusia
terlena, yang terlena itu nanti hatinya akan mati. Nah,
biasanya nak, yang paling cepat menggoda tiap
manusia adalah wanita. Kemudian Harta akan
menggodamu setelah datang wanita, dan tahta akan
datang menggoda setelah harta. Bumi ini tidak akan
pernah cukup meski hanya ada dua orang yang
mengikuti hawa nafsu. kamu harus bisa kendalikan
183 hatimu. jauhi dulu wanita karena belum saat untuk
kamu." Tutur nek minah.
"maaf nek! bukannya aku tidak mau, tapi perempuan
itu hal yang paling sulit bagiku untuk dihindari. aku
sudah pernah menutup mata dari vita, namun aku
kembali menatapnya dengan penuh hayalan. Dan
barusan aku pergi mencari dia lagi.. ..meski ternyata
dia tidak ada.." Pikir asep.
"aku juga selalu mencoba nek." ucap asep dengan
pelan. "sibukkan dirimu dalam kesibukan yang bermanfaat.
Di jakarta pasti banyak hal-hal yang menggoda,
kunci untuk menjauhinya adalah berbahagia dengan
yang kau punya, itu cukup. dan kamu harus lebih
berbahagia jika mampu berguna bagi alam semesta,
tidak usah menjadi seorang raja agar bisa berguna
nak. Mulai dari sekarang kamu harus belajar
membantu orang lain, gunakan ilmumu semaksimal
mungkin." Tutur nek minah.
"selalu terdengar sangat mudah jika nenek yang
mengucapkan.. tapi ketika berhadapan langsung
dengan masalah aku pasti bingung, mungkin aku
memang masih kecil.." Pikir asep.
Nenek menyambung perkataannya "kok diam. apa
yang kamu pikirkan? 184 "oh. nggak nek! aku pikir, semua itu pasti sulit."
Tutur asep. Nenek terdiam sejanak. Lalu berkata "sulit itu bukan
mustahil nak. Dalam sulit itu masih ada kesempatan
untuk berhasil. Lakukan secara bertahap, pasti kamu
bisa. Ingat! semua ada takarannya. sekarang kamu
belajar, lalu selesaikan masalah yang sesuai dengan
kemampuanmu. jangan dulu dekati masalah yang
terlalu besar. nanti kamu kewalahan. Nenek sangat
berharap sekali kamu bukan hanya pintar, tapi juga
berguna bagi lingkungan." Tegas nek minah.
Keluarga nisa tiba-tiba datang dalam keadaan
basah kuyup, mereka tetap tersenyum dalam tubuh
yang terlihat kedinginan. Karakter keluarga yang
sudah sangat jarang ditemukan. siang itu pun
berakhir dengan baik bagi mereka.
Keesokan harinya asep dan keluarga jalal
kembali ke kota. liburan yang cukup menyenangkan
bagi mereka terutama bagi nisa. Meskipun sebentar
namun sangat memberi kesan yang mendalam di
benaknya, kebun teh, jalanan yang sepi dan tenang,
orang-orang yang ramah, segala sesuatunya terlihat
lebih baik daripada di kota.
185

Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bab 15 Si ikat kepala putih dan si tokek
Asep sudah mulai menemukan sisi yang lebih
baik dari dirinya. Dia terus mempelajari
lingkungannya, dia pun mulai tahu bahwa ayah nisa
adalah anggota sebuah kelompok muslim yang ada di
jakarta. Di daerah dekat rumahnya sering ada
kegiatan-kegiatan mereka, seperti mengaji, rapat dan
sebagainya. Bulan ramadhan sudah menjelang. Sudah
banyak stasiun televisi yang mempromosikan acaraacara terbarunya, seperti ceramah ustadz-ustadz baru,
acara mengaji dan tafsir Qur?an, dan tidak
ketinggalan acara masak-masak menu berbuka. Nisa
kala itu sedang menonton televisi, sedangkan asep
tengah belajar di kamarnya yang berdekatan dengan
ruang tengah. Asep terbiasa belajar dengan duduk di lantai,
menjadikan pinggir ranjang sebagai meja. Diatas
ranjangnya itu ada beberapa buku yang telah dia
baca, dan sekarang dia sedang mengerjakan soal-soal
matematika dan sudah satu jam lebih dia
mengerjakan soal-soal tersebut.
hari semakin malam, otaknya mulai
kelelahan, dia rebahan di atas lantai yang tanpa
186 karpet. "Nisa! maaf tolong kecilin TV-nya! aku
keganggu." Pinta asep.
"tapi kan aku lagi nonton, jadi ga kedengeran sep."
ucap nisa. "ya kecilin sedikit aja. yaaa?" rayu asep.
"iya, iya! nih aku kecilin." Jawab nisa seraya
mengambil remot, lalu mengecilkan volume televisi.
Akhirnya. Terasa dingin, menenangkan
syaraf-syaraf otak asep yang tertekan oleh
kerunyeman angka-angka dan bilangan. Suara
televisi yang tadi terdengar sangat keras kini sedikit
berkurang, tinggal suara derum mobil yang sayup
terdengar dari kejauhan. "aku ingin istirahat, tapi nisa lagi nonton tv..
kayanya dia marah tuh keganggu.. begini nih
makhluk sosial, tidak bisa benar-benar bebas, ada
orang lain yang ternyata juga punya keinginan.
Hmm.. kalau saja nisa tidak mengalah, maka aku
yang akan kesal. Untungnya dia pengertian.. tapi dia
marah ga ya.. ga mungkin ah." Pikir asep.
Tiba-tiba ibu nisa berlari dari dapur kemudian
membuka pintu kamarnya dengan keras. Nisa segera
menghampiri ibu yang tidak seperti biasanya. Saat itu
wajah ibu sangat panik, dia melipat beberapa baju
jalal dan memasukkannya ke dalam sebuah tas.
"ummi ada apa? Jangan buat aku jadi takut." Ucap
187 nisa. dia merasa heran, terlebih lagi dia melihat
ekspresi wajah ibunya yang tidak seperti biasanya.
Ibu nisa sibuk memasukkan baju ke daam sebuah tas.
"abi mu nis!" jawab ibu nisa sambil terus
memasukkan beberapa baju lagi ke dalam tas. "dia
masuk rumah sakit!" tegasnya.
Nisa begitu terkejut mendengar ucapan ibunya. "abi
kenapa!?" tanya nisa dengan suara yang keras.
"nanti saja ceritanya. ummi buru-buru!" jawab ibu
nisa. "aku ikut ummi." Pinta nisa.
Ibu nisa tergesa-gesa pergi dari rumahnya,
kemudian nisa mengikutinya dari belakang. Asep
yang kala itu keluar kamar dan mencoba untuk ikut
namun dilarang oleh ibunya nisa. Dia diperintahkan
untuk menjaga rumah. Asep turut panik memikirkan
apa yang sedang terjadi. Selang beberapa jam akhirnya nisa kembali
ke rumah. Asep yang duduk di beranda langsung
menyambut nisa dengan rentetan pertanyaan. "ada
apa nis?" tanya asep seraya menggenggam kedua
pundak nisa. "hiks.. hiks.." nisa menangis dan menundukkan
wajahnya. 188 "nis! Ada apa?" tanya asep.
"abi di.. pukulin preman." Jawab nisa. ucapannya
terpotong-potong tangisan, begitu sedih tangisannya
saat itu. "kalau gitu aku ke rumah sakit dulu. assalam." Ucap
asep. Dia hendak masuk ke rumah. Namun nisa
berteriak kepadanya. "asep! ngapain ke sana! Kamu mau niggalin aku di
rumah sendirian?" nisa terdiam sejenak. Lalu berkata
"kalau kamu kesana juga ga ada yang bisa kamu
lakukan. Di sana ada banyak orang." Tutur nisa. Dia
mencoba menghapus air mata yang terus mengalir di
pipinya. Pada akhirnya, asep mengurungkan niatnya.
Dia kembali menatap nisa yang sedang dalam
kesedihan, semampu mungkin dia menghiburnya
dengan ucapan-ucapan yang menenangkan. Asep ikut
panik, namun dia uga tidak tahu harus berbuat apa.
Perasaan yang sangat tidak menyenangan.
"terus keadaan abi gimana?" tanya asep.
"aku ga tau. aku ga sempet liat, di sana banyak orang.
ini udah sering kejadian, tapi abi masih aja ga kapokkapok." Tutur nisa.
"maksud kamu abi sering dipukulin? Siapa nis yang
mukulin abi?" tanya asep.
189 Nisa masih menyisakan tangisan-tangisan kecil. Dia
melanjutkan perkataannya "warga sini sering ribut
sama preman-preman diskotik. Dulu-dulu juga
banyak yang udah jadi korban. ini yang ke-2 kalinya
abi yang kena pukul." Tutur nisa.
Baru saja asep dan nisa hendak masuk ke
dalam rumah ketika tiba-tiba gerombolan orang
berteriak. mereka berjalan bergerombol dan mulai
mendekat. "Allahu Akbar..! Allahu Akbar..!" asep
semakin bingung apa yang sebenarnya terjadi. Siapa
lagi orang-orang ini, mereka berbaju rapih berwarna
putih, melilitkan sorban di kepala mereka, membawa
tongkat bambu dan berteriak lantang.
"ada apa ini nis?" tanya asep.
"mungkin mereka mau nyerang preman yang tadi
mukulin abi. beginilah kalau udah mau bulan puasa,
pasti ada ribut-ribut. Aku ga tau apa yang mereka
pikirin, udah tahu itu bahaya." Ujar nisa.
"ya udah kamu tenangin diri ya, abi pasti sembuh.
Tenang! Oke!" Ucap asep mencoba menenangkan
nisa. Malam itu ibu nisa tidak kembali ke rumah,
dia menginap di rumah sakit. Pagi harinya asep
bangun seperti biasa, namun dalam otaknya
berkecamuk kehawatiran. Dia membangunkan nisa
190 untuk shalat subuh, sekaligus bermaksud mengecek
keadaannya. "nisa! kamu belum shalat subuh ya nis?" ucap asep
dari depan pintu kamar nisa, dia mengetuk kamar
nisa beberapa kali. Tak lama setelahnya nisa menjawab "aku sudah
shalat sep! tumben bangunin. aku ga apa-apa kok
sep!". Asep yang tidak bisa menenangkan
pikirannya kemudian menyalakan televisi untuk
mencari hal yang bisa mengalihkan pikiran. Jam pagi
televisi selalu dipenuhi oleh acara-acara berita, Asep
pun meimilih salah satu acara berita yang dia suka.
Dia kaget ketika melihat berita orang-orang yang
berikat kepala putih sedang merusak pusat hiburan,
kemudian dia memperbesar suara televisi tersebut.
Nisa yang dari kamarnya bisa mendengar suara berita
itu langsung keluar mendatangi ruang tengah, dia
berdiri beberapa meter di hadapan televisi. Mereka
berdua memperhatikan berita itu dengan seksama,
namun hingga kata-kata terakhir habis, gambar
terakhir hilang, berita tersebut ternyata tidak
memberikan kabar tentang ayahnya, yang dia dengar
hanyalah berita tentang pengrusakan tempat hiburan
yang tidak terdapat korban di dalamnya, yang ada
hanya kerugian material yang diderita pemilik tempat
hiburan tersebut. Mereka berdua terdiam, dan tidak
bersiap untuk pergi ke sekolah.
191 Sepertinya pagi itu langit sangat mendung,
jalanan sangat licin, hingga membuat mereka malas
untuk bergeras. Ditambah lagi sarapan belum ada
yang menyajikan. Masalah ini membuat mereka
hanyut dalam lamunan yang dalam, hingga sangat
sulit menjalankan rutinitas pagi seperti biasa, ini di
luar kemampuan mereka meskipun mereka ingin
berbuat banyak. "ternyata di sini telah terjadi peperangan.. Ada
banyak hal yang belum aku ketahui. berita di televisi
itu sangat terlihat menakutkan, Orang-orang
berteriak Allahu Akbar, menghancurkan meja-meja
dan tempat hura-hura.. namun yang ada di televisi
itu tidak lebih menyeramkan dari yang sekarang aku
rasakan.. Nenek, rasanya aku tidak mampu merubah
dunia ini menjadi lebih baik.. terlalu banyak masalah
yang besar. Apa yang harus aku lakukan nek?
...masalah ini terlalu besar untuk pengetahuanku,
aku belum mampu untuk mencari penyelesaiannya.
Lalu apa yang bisa aku lakukan? apa yang harus aku
lakukan? ....iya.. benar.. aku tahu.. lebih baik aku
pergi sekolah. Tidak ada gunanya aku berpikir
namun jawabannya belum mampu aku jangkau. Aku
belum cukup untuk itu.." Pikir asep.
Asep beranjak dari tempat duduknya. Dia
bergegas merapihkan diri untuk berangkat sekolah.
Namun nisa sepertinya sudah tidak punya semangat
untuk sekolah, terlebih lagi ada SMS dari ibunya
yang mengatakan bahwa ayahnya belum juga sadar.
192 "nis! ayo sekolah!" ucap asep mengajak nisa yang
sedang duduk menonton TV.
Nisa menatap asep. "aku ga sekolah sep! aku hawatir
sama abi. aku di rumah aja." Ucap nisa.
"Nis! kebahagiaan itu kadang membuat kita larut dan
lupa kepada yang menderita. Tapi, kesedihan juga
bisa membuat kita larut dan lupa loh, bahkan bisa
membuat kita menjadi sangat tidak berguna. Hawatir
boleh, tapi jangan sampe kita ini Cuma diam nis!"
Tegas asep. "aku ga peduli meskipun aku ga berguna. meskipun
aku ke sekolah, aku ga bakal bisa mikir. Pikiranku
lagi kacau sep! kamu pergi sendiri aja sana!" ucap
nisa dengan nada yang serius.
Akhirnya asep berangkat sendirian. dia lewati
jalan-jalan seperti biasa, dia amati kegiatan-kegiatan
di sekelilingnya. Tiba-tiba dia kembali melihat anakanak jalanan, sudah berbulan-bulan dia tidak melihat
anak-anak tersebut. Dari atas angkot dia memandang
ke arah para anak jalanan, merasa iba namun tidak
bisa berbuat apa-apa. "anak-anak itu ada lagi di sana.. sudah lama mereka
tidak ada, tapi kemudian mereka muncul lagi.. malng
sekali mereka. Sedihnya, sampai sekarang pun aku
masih belum bisa berbuat apa-apa.. masalah ini pun
masih terlalu besar untukku.. aku bingung!!
193 Masalah-masalah di sini begitu besar bagiku. Apa
ada yang bisa aku selesaikan? Entahlah.. semuanya
terlalu sulit." Pikir asep.
Sesampainya di sekolah, dia belajar seperti
biasa dan tetap dapat menangkap ilmu yang diberikan
oleh gurunya. Dia pulang ke rumah dengan cepat.
Asep tidak punya telpon genggam sedangkan dia
ingin segera tahu kabar abi. Dia berusaha secepat
mungkin sampai ke rumah dan menanyakan hal
tersebut kepada nisa. Nisa sedang melamun di kamarnya, pintunya tidak
dikunci. Asep berdiri di pintu dan menanyakan kabar
abi, saat itu tubuhnya berkeringat dan masih sedikit
terengah-engah. "nis! gimana abi?" tanya asep.
"udah baikan sep! ummi tadi telpon." Jawab nisa
seraya mengarahan pandangannya kepada asep. Dia
hanya tiduran di ranjangnya, telungkup menghadap
tembok, entah apa yang ada di pikirannya.
"alhamdulillah." Ucap asep. Asep sangat bersyukur
karena abinya dalam keadaan baik. Dia tidak bisa
menjenguk abi di rumah sakit, yang bisa
dilakukannya hanya berdo?a dan terus berdo?a.
*** Belajar untuk malam ini telah selesai, asep
kembali merebahkan dirinya di atas lantai. Asep
194 kembali merenungkan kejadian yang terjadi kemarin
malam. "jika orang-orang berikat kepala putih itu orang
yang berjalan di jalan yang benar, maka apakah
kebenaran itu memang harus dipaksakan, dengan
kekerasan? ..iya sep pasti harus.. jika saja kebenaran
itu tidak dipaksakan, maka keburukan yang akan
menghacurkan kebaikan. Aku selalu ingat kata-kata
nenek.. "Yang Benar itu Mutlak, sedangkan baikburuk itu selalu bergeser".. Mereka yang berikat
kepala putih adalah orang-orang yang mencoba
bertahan dari segala keburukan." Pikir asep.


Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tokkee.. tokkee" Tiba-tiba suara tokek itu kembali
muncul, sudah lama sekali asep tidak mendengar
suara tokek tersebut. Semakin lama suaranya semakin
keras, asep membiarkan tokek tersebut meskipun dia
mendengarnya. Kemudian asep kembali berpikir
dalam lamunannya. "lagi-lagi si tokek mucul.. apa yang harus aku
lakukan denganmu wahai tokek! kamu itu berisik,
kadang ada kadang hilang! kenapa tidak hilang
untuk selamanya! kenapa tidak perlihatkan wujudmu,
supaya ku buang ke luar rumah!
..tapi tunggu.. Suara tokek itu kadang ada kadang hilang?..Ataukah
dia selalu ada? namun aku tidak pernah benar-benar
195 mendengarkan.. Seperti beberapa bulan lau aku
melihat ada anak jalanan.. tadi aku melihat kembali
anak jalanan itu.. mungkin saja selama ini mereka
ada di sana namun aku tidak benar-benar
memperhatikan.. aku juga melihat dodi yang sangat
sangat nakal, namun belakangan ini aku sudah tidak
menghiraukannya.. mungkin selama ini mereka ada
di sana, mereka masih seperti itu.. hanya saja aku
tidak benar-benar memperhatikan mereka.. mungkin
saja setiap hari si tokek itu bersuara, setiap hari juga
anak jalanan itu ada di sana, tapi aku tidak sadar..
Lalu kenapa aku tidak sadar? Apakah aku lupa?
............... Aku tahu! Ya Allah.. terima kasih Ya Allah..
sekarang aku mengerti! Aku tahu! ternyata tanpa
sadar selama ini aku telah hanyut! Aku yakin! Aku
telah hanyut dalam rutinitasku hingga aku tidak
mendengar tokek yang bersuara.. aku sibuk
mengobrol dengan nisa sehingga aku tidak melihat
anak-anak jalanan itu.. aku tidak peduli kepada dodi
karena aku sibuk membaca buku..
..aku hanya mendengar suara si tokek ketika aku
merasa terganggu.. tapi kenapa aku bisa hanyut?
Aku tidak mengejar kesenangan seperti hura-hura
atau maen PS? Aku terus belajar dan ibadah.. tapi..
tunggu dulu.. ..mungkinkah yang telah membuatku
hanyut itu adalah belajar dan beribadah,
196 mungkinkah itu? ..aku terus belajar dan beribadah
hingga lupa pada suara tokek, lupa pada anak
jalanan, lupa pada dodi yang nakal.. kenapa aku
melupakan mereka? kalau begini aku tetap saja tidak
berguna! iya benar! aku hanyut dalam ibadah pada
Allah namun aku lupa pada saudaraku yang di
jalanan.. aaaarrghh!! percuma ilmu dan nasehatnasehat nenek yang selama ini aku dapat..
sebenarnya banyak yang bisa aku lakukan.. kenapa
aku Cuma satu kali mengingatkan dodi, kenapa aku
tidak terus mengingatkan dia tiap kali dia berbuat
buruk? Ya Allah.. tolong aku ya Allah, Engkau Maha
Perkasa.. semua ini menumpuk di pikiranku.. apa
yang harus aku lakukan? Terlalu banyak hal yang
ternyata belum bisa aku selesaikan. Aku masih harus
belajar mencari jawabannya.. ajari aku ya Allah..
ajari! ajari aku agar bisa berguna! Aku ingin
merubah lingkunganku! ..................................................................
..................................................................
..................................................................
................IQRA! Iya! Iqra! benar.. iqra.. iqra itu adalah cara Allah
mengajari manusia.. kalam.. baca dan tulis, aku
harus terus membaca dan menulis.. benar.. mungkin
197 selama ini aku telah bisa membaca lingkunganku,
namun aku masih seringkali lupa dengan pelajaran
alam itu, aku hanyut tanpa aku sadari..
Lalu apa yang kurang? Iqra.. kalam.. baca tulis! Iya,
benar sep! selama ini aku membaca namun tidak menulis.. itulah
kekuranganku.. aku membaca namun aku tidak
menulis. Hhh. mulai sekarang aku harus menulis,
menulis apapun yang aku telah pahami dalam
lingkunganku.. menulis segala hal yang belum aku
selesaikan.. agar aku tidak lupa.. hingga mungkin
suatu saat aku akan menyelesaikan semuanya.. aku
pasti mampu menyelesaikannya!
Asep bergegas bangkit dari tempat tidurnya,
dia mengambil sebuah buku yang masih kosong. Dia
mengambil sebuah pensil dan mulai mengguratkan
pikirannya di atas buku tersebut. Kali ini dia benarbenar menemukan kunci yang selama ini dia cari.
Menulis adalah cara agar tidak lupa terhadap masalah
yang dia hadapi, ketika dia lupa maka masalah itu
tidak akan terselesaikan, dan itu artinya dia tidak
pernah belajar untuk menggunakan pengetahuan dan
hatinya. 198 Bab 16 Mulai menulis Asep mulai menulis dan mencoba belajar
tanpa harus melupakan masalah-masalah di
sekitarnya. Ketika dia masuk kelas, dia belajar dan
memperhatikan sekitarnya.
Hari ini asep sudah duduk di kursinya yang
nyaman, dia akan belajar bahasa inggris. Di belakang
kelas terjadi keributan yang sangat mengganggu
anak-anak kelas yang lain, padahal di kelas sebelah
sedang ada yang belajar. Ternyata lagi-lagi genk dodi
dkk., mereka bermain dengan menggunakan kertas
yang dibentuk menjadi bola kecil, kemudian mereka
menepuk bola itu seperti bermain badminton. Asep
yang sadar bahwa perbuatan dodi itu mengganggu
orang lain kemudian mengingatkan dodi.
"dod! tolong jangan berisik. kelas sebelah lagi
belajar." Pinta asep dengan pelan.
"yang lain aja ga protes! kenapa lo protes!?" jawab
dodi. Dia melotot ke arah asep.
"karena yang lain itu ga peduli sama kamu dod! aku
protes, karena kamu itu main di tempat dan waktu
yang salah. orang lain punya hak buat belajar dengan
nyaman." Tegas asep.
199 Dodi menggebrak meja, lalu membentak asep
"alaaaah! berisik lo nyet!". seketika seisi kelas
menatap ke arah dodi dan asep. Dodi menghampiri
asep yang hanya berjarak 3 meter darinya. Tiba-tiba
dia menghajar asep lagi, namun kali ini asep yang
sudah siap akhirnya berhasil mengelak dari pukulan
tersebut. Dodi yang kesal mencoba lagi dengan
pukulan yang kedua, kali ini tangan kirinya yang
bergerak. "jebb.." asep tidak mampu mengelak, pukulan itu
menghantam perutnya. Asep membungkuk memegang perutnya, kesakitan, lalu tersungkur. dodi
pun menghentikan perbuatannya, dia pergi
meninggalkan asep yang kesakitan.
Asep dibantu oleh teman-temannya, namun
kali ini dia tidak pulang, karena dia masih bisa
menahan rasa sakit yang dideritanya. Dia ikhlas atas
itu semua, dia sadar bahwa itulah resiko ketika
mengingatkan seseorang. Dia belajar seperti biasa,
tidak melaporkan perbuatan dodi tersebut kepada
guru, karena dia tahu orang seperti dodi tidak akan
jera oleh hukuman guru yang hanya menggunakan
bentakan, selalu tidak berhasil mengobati namun juga
tidak pernah mampu mencegah.
Keesokan harinya. Bel istirahat berbunyi,
asep dan temannya yang bernama farhan pergi ke
kantin untuk makan dan ngobrol-ngobrol.
Gerombolan dodi kemudian datang ke kantin, mereka
200 selalu berisik, seperti bebek yang bersuara ketika
lapar. kali ini asep cuek dengan suara-suara mereka
karena dia sedang menghabiskan makanannya, dan
dia menganggap bahwa kantin memang tempat untuk
santai-santai. Dodi merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah
HP canggih keluaran terbaru. Dia memang anak
orang kaya, jadi tidak heran jika HP-nya bisa sebagus
itu. teman-temannya memperhatikan dodi dan HP
barunya. Kemudian salah satu teman dodi yang baru datang
bertanya pada dodi "dod! HP baru ya? Ada bokepnya
ga?" Dodi menjawab tanpa menolehkan wajahnya dari
layar HP. "baru bro! kalo bokep selalu ada dong!
Percuma HP kalo ga ada hiburannya." Ucap dodi.
"nonton dong! W lagi pengen liat nih." Pinta teman
dodi. "ada banyak nih yang baru! kemaren gw dapet yang
bagus banget! yang maennya cwe jepang. Beuuh!! Lo
musti liat!" ucap dodi seraya mengotak-atik HP-nya.
"ya udah, cepet buka dong! Bikin penasaran aja lo!"
ucap teman dodi. Asep yang kala itu mendengarkan percakapan
mereka merasa harus untuk mengingatkan dodi. apa
201 gunanya tahu baik dan buruk jika hanya
menyimpannya untuk diri sendiri, sedangkan
lingkungan dibiarkan menanggung keburukan dalam
ketidaktahuannya. Asep bangun dari kursinya, menyapa dodi dengan
pelan dan tenang. Asep yakin bahwa yang akan dia
lakukan ini adalah hal yang benar. "Dodi! maaf..
bukankah lebih bagus kalau HP kamu itu buat hal-hal
yang berguna." Ucap asep.
Dodi menatap asep. "mulai! Mulai! lo cari-cari
masalah mulu ya ma gw! Apa mau lo?" bentak dodi.
"mungkin karena jodoh kita jadi ketemu terus. aku
juga heran, kenapa tiap kali kita ketemu pasti ada halhal yang ga baik. aku ga mau ganggu kamu! aku
cuma ga mau kalian-kalian ini rusak! Kalian bisa
terjerumus ke dunia seks bebas kalau terus-terusan
nonton kaya gitu!" tegas asep. Terlihat kepercayaan
diri dalam tatapan dan ucapan asep.
"seks bebas juga enak kok! Gw rela ikutan seks
bebas! Hahaha..." ucap dodi. Dia dan temantemannya tertawa terbahak-bahak.
Asep diam sejenak, lalau berkata "suatu saat kalau
kamu terbaring karena AIDS kamu pasti nyesel dod!
Semua ini menghanyutkan, makanya kita itu harus
pegangan. jangan ngikutin arus, karena arus itu
sedang membawa kamu menuju jurang. Sekarang
202 kalian tertawa, menganggap ini lelucon. Tapi suatu
saat nanti ga ada yang tahu dod. Kamu menggelepar
di atas kasur, kurus, borokan, penyakitan. Sex bebas
itu bukan lelucon, itu bahaya dod! jangan tertipu oleh
kesenangan yang akan membawa pada kehancuran!
Berpikirlah! Kalian-kalian ini sudah dewasa! Sudah
tahu mana yang baik atau tidak! Ya sudah, cukup
banyak yang aku omongin, semoga kalian sadar
bahwa aku ini bukan sedang menggurui atau merusak
kesenangan kalian. Aku sedang menolong kalian!"
ucap asep. Dia kemudian pergi meninggalkan dodi
dan teman-temannya. Dodi dan teman-temannya terdiam. Kemudian
dia memasukkan kembali HP-nya ke dalam kantong
celananya. dia beranjak meninggalkan kantin dan
teman-temannya tanpa sepatah kata pun. Namun ada
yang berubah dari dodi, wajah yang tadinya angkuh
berubah menjadi menunduk, tatapan mata yang
tadinya sombong berubah menjadi lemah, langkah
yang tadinya tegak kini terlihat begitu lelah.
Dodi telah menerima kekalahan, kekalahan
dari sebuah kebaikan. Hatinya telah dijajah, dijajah
oleh kebenaran. Manusia tidak ada yang benar-benar
hitam atau benar-benar putih. Hati ini pekat, sukar
untuk dibaca, namun pasti ada dalam kalbu itu satu
warna yang tersembunyi, dia itu bisa hitam yang
tertutupi putih, atau putih yang tertutupi hitam. Dodi
yang kasar, tidak sopan, sangat nakal, pada akhirnya
203 melihat titik putih itu, dan kini titik putih itu berusaha
mencemari kubangan hitam yang ada di hatinya.
*** Keesokan harinya. Asep masuk seperti biasa,
duduk di kursinya dan tidak banyak berbicara.
Kemudian dodi datang ke kelas, hari ini dia datang
lebih awal dari biasanya. Dodi juga tidak banyak
berbicara, dia membuat teman-temannya merasa
aneh. Seorang pentolan kelas yang biasanya sangat
berisik sekarang menjadi pendiam. Dan itu
berlangsung sepanjang hari, hingga bel tanda pulang
berbunyi. Asep yang seharian itu telah menyadari
perbedaan dodi, berharap dodi memang teah benarbenar berubah. Asep pulang dan merebahkan
tubuhnya di kasur, kemudian dia mengambil buku
catatannya. Di dalam buku catatannya ada tulisan
"ingatkan dodi dan teman-temannya yang nakal", di
bawah tulisan itu ada bagian kertas yang masih
kosong, kemudian dia memberi catatan di atas kertas
yang masih kosong tersebut "aku sudah
menghadapinya dengan sabar, semoga dia menjadi


Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih baik.", dia memberi catatan lagi di bawahnya
"di luar sana masih banyak orang yang seperti dodi,
dan aku akan bersabar menghadapi mereka."
"di luar sana masih banyak orang seperti dodi, terus
apakah orang seperti aku juga masih banyak? Di
204 kelas saja Cuma aku yang berani menegur dodi.
Hmm.. tapi pasti masih ada lah, aku yakin Allah
masih peduli pada dunia ini." pikir asep.
Asep menutup kembali buku catatannya,
kemudian dia pergi mengambil wudlu dan
menegakkan shalat. Hatinya mendapatkan kebahagiaan karena telah maksimal dalam
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya.
Namun dia juga terus berdo?a, berharap agar
kemampuannya terus meningkat. Di luar sana masih
banyak dodi-dodi yang lainnya yang juga butuh
bantuan. Asep tetap saja memiliki kegeisahan
terhadap lingkungannya, karena tidak mungkin dia
bisa menyelesaikan masalah-masalah itu sendirian.
Bab 17 Sang anak jalanan Sore itu asep pulang sekolah sepert biasa.
Namun dia berencana untuk menyempatkan diri
mampir di tempat anak-anak jalanan biasa dilihatnya.
dia naik angkot bersama nisa. ketika sampai di
tempat anak-anak jalanan itu asep memberitahu
kepada nisa bahwa dia tidak bisa pulang sekarang.
205 Asep menarik tali tas nisa yang panjang, lalu berkata
"nis! aku turun di sini. kamu kasih kabar aja ke ummi
ya." Ucap asep. "kamu mau kemana sep?" tanya nisa.
"Cuma mau jalan-jalan sedikit, aku mau lihat anakanak jalanan." ucap asep.
"buat apa?" tanya nisa. Dia terdiam sesaat. Lalu nisa
melanjutkan perkataannya. "Kalau aku ikut boleh?"
"kamu mau ikut? Aduuuh. nanti ummi hawatir loh
nis." Ucap asep. "aku telpon ummi aja buat minta izin. gimana? Ummi
pasti setuju, perginya kan sama kamu." Ujar nisa.
"ooh.. ya udah terserah." Ucap asep singkat.
Terdengar nisa yang menelpon orang tuanya, dia
meminta izin untuk pergi bersama asep ke tempat
anak-anak jalanan. beberapa menit percakapannya
berlangsung, hingga akhirnya ibunya memberi izin.
"Kiri bang!" ucap asep menghentikan mobil angkot
yang dia tumpangi. Lalu asep berkata "ayo turun
nis!" ajak asep kepada nisa.
"iya sep!" jawab nisa.
206 Mereka turun dari angkot. Mulai berjalan
menyusuri trotoar, mencari-cari kumpulan anak
jalanan. sebelumnya asep telah membeli beberapa
permen, dia ingin memberi sesuatu kepada anak-anak
itu meskipun tidak banyak.
"emang kamu mau ngapain sep?" ucap nisa. Mereka
mengobrol sambil mengarahkan mata mereka ke
segala penjuru angin. Mencari sosok kumal yang
bermain di jalanan. "aku pengen ngobrol-ngobrol aja ma mereka." Jawab
asep. Tak lama kemudian asep melihat seorang anak
sedang duduk malas di trotoar, dia dan nisa segera
menghampiri anak tersebut, mereka jongkok
berhadap-hadapan dengan anak itu. Anak jalanan itu
berumur sekitar 10 tahun, dia sangat kumal dan
kurus. Menggenggam sebuah alat musik yang terbuat
dari tutup botol sirup yang dipipihkan, disusun
bertumpuk, digoyang sehingga menghasilkan suara
gesekan. Hanya itulah mungkin harta anak tersebut.
"assalamu ?alaikum adek." Salam asep.
"iya kak! ada apa ya?" jawab anak jalanan tersebut.
Dia merubah posisi duduknya menjadi lebi tegak.
"nggak, kakak tadi lagi jalan-jalan aja di sini terus
liat kamu lagi duduk di jalan. Emangnya lagi apa?"
tanya asep seraya memperhatikan keadaan tubuh
anak itu yang sangat memperihatinkan.
207 "lagi istirahat kak. abis ngamen." Ujar anak jalanan
itu. "orang tua kamu di mana?" tanya asep.
"ga tau! Mungkin ngamen di bis." jawab anak
jalanan. "kamu mau permen ga? Kakak punya nih banyak.
Temen-temen kamu mana? Kamu Kok Cuma
sendirian?" tanya asep.
"permennya ga ada apa-apanya kan?" ucap anak
jalanan. terlihat wajahnya sedikit takut kepada asep.
Entah apa yang anak itu pikirkan. Mungkin janggal
baginya ada seorang yang berbaju sekolah rapih
menghampiri dia, karena itu sangat jarang atau
bahkan tidak pernah terjadi kepadanya.
"emang kamu kira kakak ini siapa? Ya permen biasa
dek." Ucap asep seraya membuka sebuah permen
yang ada di tangannya. kemudian dia memakan
permen tersebut. Lalu asep merogoh saku bajunya
dan memberikan beberapa buah permen. "niha buat
kamu, permennya manis kok!" ucap asep seraya
tersenyum kepada anak jalanan itu. Dia merasa
sangat kasihan kepada anak ini. tatapan anak ini
begitu kosong seakan tidak ada masa depan dalam
hidupnya. Anak itu menerima pemberian asep,
Setelah itu asep berkata "dek! kamu pernah sekolah?"
"aku ga sekolah!" Ucap anak jalanan.
208 Asep terdiam sejenak. "ooh. ya udah kakak pulang
dulu ya dek. udah sore. Kamu juga cepet pulang ya!
jangan maen di jalan terus." Tegas asep.
Anak itu menundukkan pandangannya, lalu berkata
"aku bukan maen kak! aku ngamen!".
Asep kembali terdiam. Dia merasa sangat iba kepada
anak ini, namun tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.
Dia kembali menatap sekujur tubuh anak itu yang
sangat kumal. "hhh. ya udah. Nih kakak ada sedikit
uang buat kamu. beliin makanan oke! Kakak pulang
dulu." Ucap asep. Asep memberikan sisa uang
jajannya hari itu dan yang kemarin. Dia memberikan
beberapa lembar uang seribuan, Anak itu pun hanya
tertunduk, entah apa yang dia rasakan. Asep dan nisa
pergi menjauh dari anak tersebut kemudian pulang ke
rumah. *** Sesampainya di kamarnya. Asep membuka
laci meja dan mengambil buku catatannya, dia
kembali menulis beberapa hal yang dia ketahui hari
ini. "anak jalanan itu akan kembali melahirkan
anak jalanan, karena keluarganya hidup di jalanan.
mereka tidak akan menjadi orang yang lebih baik
selama tidak ada yang merangkul mereka. Mereka
tidak belajar, mereka tidak dididik, mereka
209 berkeluarga dan akan terus bertambah karena mereka
tidak punya kemampuan untuk membuat hidupnya
menjadi lebih baik. Anak-anak itu tidak diajari
tentang baik dan buruk, pencurian adalah hal yang
terdengar biasa bagi mereka, penodongan adalah
santapan mata mereka setiap hari, mengemis adalah
mata pencaharian yang terhormat bagi mereka,
karena mereka anak-anak, mereka tidak pahan apa itu
norma atau nilai agama. Sejauh ini aku belum bisa
berbuat banyak, kecuali hanya menghiburnya.
Mengenalkan keramahan kepadanya."
Itulah catatan asep hari ini.
Bab 18 Penolakan yang manis Desember sudah membusuk, Januari pun
telah layu, sedangkan Februari tengah mekar merona.
Di tanggal 13 bulan februari ini di tahun yang lalu,
asep mengenal satu hari istimewa orang-orang kota
yang biasa disebut "hari valentine".
Hari valentine adalah hari yang dipenuhi
"cinta", kasih sayang dan harapan. Di hari itu orangorang akan memberikan sesuatu yang berharga untuk
orang lain yang mereka sayangi. Entah itu bunga,
210 puisi, pernyataan cinta, sebuah pesta, sebatang coklat,
atau bahkan "mahkota" yang paling berharga.
Valentine tahun ini sudah di depan mata.
Banyak orang bersiap-siap menyambutnya, temanteman kelas asep juga sudah ramai bergerombol dan
mengobrol dalam kelompok-kelompoknya. Valentine
sehari lagi, mereka memasang target, laki-laki
mengincar perempuan, perempuan mengincar lakilaki. Layaknya bidadari penggoda, mereka cantik
namun murah, mereka indah namun semu. Kasih
sayang tertumpah dalam satu hari valentine, sehari
kemudian menyisakan tetesan-tetesan kecil yang
berceceran, hingga ia benar-benar habis, kering dan
dilupakan. *** hari valentine tiba. bel tanda pelajaran
berakhir telah berbunyi, asep tenang-tenang saja dan
tidak terburu-buru untuk pulang. Dia keluar kelas dan
duduk di bangku taman yang panjang sambil
membaca buku, dia menunggu nisa yang sepertinya
masih di dalam kelasnya. Ada pohon yang rindang
menaungi asep, asep sangat sering membaca buku di
bawah pohon ini. suasana yang sejuk dan
pemandangannya membuat pikiran menjadi tenang.
suasana hari ini lebih ramai dari sebelumnya.
Ada seorang lelaki yang memberi coklat pada
perempuan, ada yang bergerombol dan pergi dengan
211 mobil pribadinya, ada yang mengobrol sambil
bergandengan tangan, dan banyak kegiatan yang
lainnya. Kemudian seorang anak mendekati asep
menyapanya. "hai asep" sapa anak tersebut.
dan "eh tia! hai juga! ada apa ti?" tanya asep seraya
tersenyum. "lagi apa sep? aku ganggu kamu ga?" tanya tia. Dia
berdiri di hadapan asep. Melipat tangannya ke
belakang dan sedikit menundukkan wajahnya.
Rambutnya yang panjang terlihat indah ketika
dihembus angin taman. "lagi baca buku nih. sama sekali ga ganggu kok.
Duduk ti!" jawab asep. Dia menawari tia untuk
duduk. Bangku taman yang cukup panjang itu bahkan
cukup untuk 4 orang. "ooh.." ucap tia seraya duduk di samping asep.
Mereka hanya berjarak dua jengkal tangan. Asep
tetap serius membaca bukunya, lalu tia kembali
berkata "buku apa aja yang udah kamu baca?"
Asep menutup bukunya, meletakkannya di samping.
Setelah itu dia berkata seraya menatap tia "buku apa
aja aku baca ti, yang penting yang bukan porno."
Ucap asep. Dia dan tia tertawa kecil bersama-sama.
212 "kamu ga ngerayain valentine?" tanya tia dengan
lembut dan pelan. "ga!" jawab asep, dengan singkat dan sangat dingin.
dia kembali membuka bukunya, asep semakin
mampu mengendalikan hatinya, meskipun di
sampingnya sekarang sedang duduk seorang
perempuan yang cantik. Perempuan yang menjadi
rebutan cowok-cowok sekolahan, tipe perempuan
idola lelaki jaman sekarang. Asep tetap berusaha
untuk mengatur mata dan hatinya, agar tidak terjerat
sosok dewi kecantikan yang sedang menghampirinya.
"kenapa?" tanya tia. Tia pun hanya tertunduk dan
sesekali menatap asep. "kurang pas ti, dengan keyakinan agamaku." jawab
asep. "kurang pas apanya sep?" tanya tia penasaran.
Asep terdiam sejenak. Dia meletakkan bukunya
kembali, dia harus lebih serius untuk menjawab
pertanyaan tia, terlebih karena tia adalah seorang non
muslim. Asep tidak mau ada salah pengertian tentang
keyakinan agamanya. "begini ti, dalam islam itu ada
yang disebut aqidah. Keyakinan seorang penganut
terhadap Tuhannya. Aqidah itu salah satu pilar
agama, kalau dia rusak, maka pilar yang lain juga
ikut retak, malah bisa ikut hancur. Yang aku yakini
sih seperti itu ti." Tegas asep.
213 "lalu apa hubungannya dengan valentine? Aku ga
ngerti." Ucap tia. "ya valentine itu bisa merusak aqidah ti. Valentine itu
kan acaranya agama lain, semua yang ada dalam
perayaannya juga tidak sesuai dengan agamaku,
contohnya mesra-mesraan, sampai hal paling parah
pun kadang dilakukan. Makanya aku ga ikutan."
Ucap asep. "kenapa ga boleh ngerayain acara agama lain? kalau
ngucapin "Selamat valentine" aja bisa ga?" tanya tia.
"tetep ga boleh ti!" tegas asep.
"agama kamu kok gitu ya. semua agama itu sama
sep. ga boleh gitu!" tegas tia.
"kalau semua agama itu sama berarti semua agama


Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu benar dong ti. Mana bisa kayak gitu, ga masuk
akal." Ucap asep. "ga masuk akal gimana?" tanya tia. Dia sangat
bingung dengan yang asep katakan, namun wajahnya
masih menyimpan rona kecantikan seorang wanita
muda yang modern. Sesekali dia membetulkan
rambutnya yang acak-acakkan karena tertiup angin.
"kalau semua agama itu benar, maka Tuhan ada
banyak. Tuhan islam benar, Tuhan yahudi benar,
Tuhan kristen benar, Dewa-dewa juga benar, jadi ada
berapa Tuhan yang benar? Kan ga mungkin.
214 Pancasila juga bilang "ketuhanan yang Maha Esa".
berarti Tuhan itu Esa." Jelas asep.
Tia terdiam cukup lama. Lalu berkata pelan kepada
asep "uuh! kamu itu.. terus kalau ngasih coklat aja
gimana?" tanya tia. "hmm.. aku kurang tahu ti! Tapi buat amannya aku
lebih baik menghindar aja ti, aku ga mau ambil
resiko. Agama itu kan bukan mainan. Lagian kalau
Cuma mau ngasih coklat doang kenapa harus hari
valentine, hari kemerdekaan juga bisa." Ucap asep
seraya tersenyum. Tia juga tertawa kecil mendengar
ucapan asep. "ih.. malah becanda!" ucap tia, dia terdiam kembali
lalu berkata "Tapi aku sering lihat temen-temenku
yang islam ngerayain valentine, mereka biasa-biasa
aja." Ucap tia. ""islam" itu nama agamanya, sedangkan orang-orang
yang beragama islam itu namanya "muslim". Muslim
itu bukan berarti islam, jadi jangan menilai islam
hanya dari perilaku seorang muslim, karena seorang
penganut bisa saja melanggar aturan panutannya.
silahkan-silahkan saja mereka melakukan itu, selama
tidak mengganggu orang lain maka urusannya
langsung dengan Tuhan. Begitu ti.." jelas asep.
"oooh gitu ya." Ucap tia.
215 "kok kita malah ngobrolin valentine. Emang ada
perlu apa kamu ke sini?" tanya asep. Dia memandang
tia yang dari tadi hanya tertunduk dan menyerangnya
dengan pertanyaan seputar hari valentine.
"nggak. aku iseng aja!"
memalingkan wajahnya. jawab tia seraya "ooh iseng doang toh." Ucap asep seraya tertawa.
"ya udah sep! aku pergi dulu ya. Bye asep!" ucap tia.
Tia beranjak dari tempat duduknya, dia kemudian
membalikkan badan dan berjalan menjauhi asep.
Baru beberapa langkah dia berjalan, asep kembali
memanggil namanya. "Tia!" asep memanggil tia
dengan suara yang cukup keras.
Tia membalikkan badannya lalu berkata "apa lagi
sep? aku udah kenyang denger ceramah kamu!
Bye!". Kemudian dia kembali melanjutkan
langkahnya. "sebentar aku mau nanya dulu! itu coklat buat
siapa?" tanya asep. Ternyata ketika tia membalikan
badannya tadi asep sempat melihat coklat yang
disembunyikannya. Mendengar teriakan asep tersebut Tia kaget dan
menjadi gugup. "ooh.. ini.. aku.. ini buat temenku..
tuh dia nuggu di sana.." ucap tia. Kemudian tia
216 melanjutkan langkahnya dengan lebih cepat, sedang
wajahnya tetap saja tertunduk.
"hhh.. apa dia bermaksud ngasih coklat itu ya?
semoga aja Cuma perasaanku.. tapi kalau benar dia
tadi mau ngasih coklat itu, waah.. berarti aku udah
ngecewain orang yang berniat baik. Dia kan ga tau
tentang islam, dia juga ga ada niat buat ngerusak
aqidahku.. yang dia tau itu ngasih coklat, udah itu
aja.. aaahh.. udah biarin ah.. semoga terkaan ini
salah.. kenapa juga aku jadi kepedean gini..hihi.."
Pikir asep. *** Sesampainya di rumah asep langsung
mengeluarkan buku catannya, kemudian dia mencatat
masalah yang tadi dia dapat.
"pemuda-pemudi di kota bergaul tanpa bimbingan,
pergaulannya itu sudah parah, mereka sangat berani
bertindak tanpa berpikir akibatnya. Mungkin ini yang
disebut pergaulan bebas. Bebas pergi kemana saja,
dengan siapa saja, bebas makan apa saja, bebas
menghisap apa saja, minum apa saja. tidak ada
manusia yang menemani mereka ketika di luar
rumah. Sedangkan hati mereka juga belum mengenal
baik yang namanya kebaikan dan disiplin terhadap
kebaikan tersebut. Belum ada yang bisa aku lakukan
untuk masalah besar yang satu ini, ini juga masih di
luar jangkauan kemampuanku. Aku hanya bisa
217 mengingatkan beberapa orang dekatku saja. jutaan
remaja di luar sana, mereka temanku juga, namun
aku belum mampu mengingatkan mereka. Tapi aku
yakin aku bisa, semoga lingkungan ini masih sempat
terselamatkan, karena aku merasa kebaikan sudah
sangat diasingkan di dunia ini."
itulah kata-kata yang dia tulis dibuku
catatannya. Dia menyisakan tempat kosong di bawah
tiap permasalahan yang dia tulis untuk menulis
perkembangan masalah tersebut.
*** Satu minggu kemudian. asep sedang makan
siang di kantin sekolah. Dia duduk di pojok, ditemani
Sepiring nasi, dua buah tempe goreng dan segelas air
putih. Sesuap demi sesuap nasi itu dipecah dan
dikunyah giginya. Asep berhenti ketika perutnya
hampir kenyang, kemudian seteguk demi seteguk air
itu diminum hingga membuatnya kenyang. dia selalu
menjaga agar perutnya tidak terlalu kenyang, karena
baginya rasa kenyang itu bisa mendatangkan
kemalasan berpikir. Selesai sudah makan itu disantap, asep
berencana akan kembali ke kelas, namun tiba-tiba tia
kembali menghampirinya. "eh ada tia. ada apa ti?" tanya asep kepada tia yang
baru saja menghampirinya.
218 Tia duduk di kursi kantin dekat asep, lalu berkata
"gini loh sep.. kemarin itu aku sebenernya pengen
ngasih coklat ke kamu, tapi ga jadi. Tapi aku juga ga
bisa ngasih coklat itu ke orang lain. sekarang kan
bukan hari valentine kan sep, boleh ga kalau aku
ngasih coklat ini ke kamu?" ucap tia. Tia
memberikan sebuah coklat yang ada di tangannya.
kepalanya menunduk, pipinya memerah namun
bukan marah, wajahnya memberi ekspresi yang sulit
untuk dimengerti. Asep terdiam sesaat, dia mencoba menguasai suasana
dirinya. Lalu asep mulai berkata "ooh itu.. lagian
kemarin kamu ga ngomong langsung. kalau aku tahu
mungkin kemarin aku ngomongnya lebih baik. maaf
ya ti soal kemarin." Ucap asep.
"udah ga apa-apa sep. udah nih cepet ambil
coklatnya! mumpung ga ada yang liat. kalau ada
orang lain kan aku malu." Ucap tia.
"kenapa harus malu ti? Ini pemberian biasa kan?
Bukan yang aneh-aneh?" tanya asep.
"iya. tadinya sih aku juga.." tia terdiam cukup lama,
dia masih memegang coklatnya dia atas meja kantin
yang licin. Setelah itu dia melanjutkan perkataannya
"Tapi aku yakin pasti kamu ceramah lagi. Udah ah,
terima ya coklat ini!" ucap tia.
219 Asep menerima coklat pemberian tia, namun
perutnya sudah sangat kenyang oleh makanan tadi.
dia juga baru pertama kali mendapatkan pemberian
seperti itu, sehingga dia kebingungan apa yang
selanjutnya harus dilakukan. "ooh. ya udah makasih
ya coklatnya. Aku buka sekarang aja boleh ti?" tanya
asep. Tia tersipu, dia meletakkan kedua tangannya di atas
meja, lalu berkata "terserah kamu sep, itu kan udah
jadi punya kamu." Asep membuka bungkus coklat tersebut. Coklat yang
cukup besar dan tidak mungkin habis jika dimakan
sendirian. asep mematahkan coklat itu menjadi dua
bagian, kemudian diberikan sebagian kepada tia. "ini
ti, aku kasih lagi setengah ke kamu. Hehe.. aku tadi
udah makan, kenyang banget, jadi kamu harus
bantuin ngabisin coklatnya." Ucap asep.
Tia mengambil coklat tersebut. terlihat rona
pengharapan di wajahnya. Ada suatu maksud yang
tersampaikan meski tidak dikatakan. Asep pun
mengerti apa yang sebenarnya tia ingin katakan
dalam benaknya, namun dia tetap berusaha agar tia
tidak mengatakan itu. bahkan asep hendak berusaha
untuk menghilangkan perasaan tia itu dengan cara
yang baik. "ti! aku mau nanya nih. kamu udah berapa kali
pacaran?" tanya asep.
220 "sekali. itu juga waktu SMP, emang ada apa sep?"
tanya tia yang perlahan menatap asep. Mereka
mengobrol sambil memakan coklat. Coklat yang
begitu manis. "oh, tadinya aku pikir kamu udah berkali-kali
pacaran." Ucap asep.
"kok bisa mikir gitu." Tanya tia.
"bisa berani nyamperin cowok sendirian gini, berarti
kan kamu udah terbiasa." Ucap asep.
"ini pertama kalinya sep aku nyamperin cowok!
Asep.." "stop!" asep memotong perkataan tia. "giliran aku
yang ngomong." ucap asep, lalu melanjutkan
perkataannya "gini ti, aku mohon kamu jangan
nyamperin cowok lagi, oke! Jaga diri kamu itu, kalau
cowok yang kamu samperin itu punya niat jahat kan
repot. Bisa bahaya ti. kalau nanti kamu udah hancur,
mana ada cowok yang mau deketin kamu. rugi tuh
kamu." Ucap asep. Tia terdiam, dia terkejut mendengar ucapan asep.
Setelah itu dia burbicara dengan suara yang semakin
kecil "asep.. iya aku juga bukan anak kecil, aku pasti
ga sembarangan nyamperin cowok, aku kan udah
kenal kamu dari pertama masuk sini." Ucap tia.
221 "kenal sih udah lama, tapi kan cuma di sekolah
doang. kamu ga tau kegiatanku di luar sekolah.
Kadang kala penilaian kita terhadap orang lain itu
salah loh ti." Ucap asep seraya menatap tia dengan
serius. "iya aku ngerti, udah dong sep jangan ceramahin aku
terus. aku malu." Ucap tia.
Asep tersenyum. "maaf ya ti." ucap asep. Lalu asep
berkata "gini ti. Aku tahu kamu itu cewek baik-baik.
aku ga mau orang-orang kaya kamu ini rusak. Kalau
nanti kamu suka sama cowok, lebih baik kamu
ungkapkan perasaan itu dengan cara yang lebih rapih,
yaitu jadi temannya. Maaf.. bukannya aku sok ngatur,
maaf banget.. jaga tubuhmu itu ti, seperti berlian
yang harganya mahal, jarang dilihat, jarang disentuh,
dan hanya orang-orang yang berhak yang dapat
menyentuhnya.. begitu berharga berlian itu, begitu
beruntung dan hebat orang yang bisa mendapatkannya. Aku juga pasti berusaha dapet yang
seperti berlian, bukan sampah atau barang
rongsokan." Asep tersenyum kepada tia, senyum
yang lebih tulus dari sebelumnya, dia ingin
meyakinkan tia dengan kata-katanya, dia ingin tia
tidak ikut hanyut oleh pergaulan remaja yang mulai
kacau. "udah itu ceramah yang terakhir, ayo kita
masuk kelas!" ucap asep. Kemudian dia bangkit dari
tempat duduknya. 222 Tia tersenyum menegakkan kepalanya, wajahnya
terlihat lebih manis dan lebih ceria dibanding
sebelumnya. "iya ustat! nanti kalau aku ada masalah
aku minta ceramah sama kamu aja deh." Ucap tia
seraya tertawa. Asep ikut tertawa mendengar ucapan tia. "harus ada
bayarannya baru aku mau ti." Ucap asep sambil
berjalan meninggalkan kantin. Tia mengikuti di
belakangnya. Mereka kembali masuk ke kelasnya
masing-masing. Asep merasa lebih tenang karena
ternyata tia baik baik saja.
*** Setibanya di rumah, asep langsung membuka
kembali buku catatannya. Namun dia berpikir
kembali apa yang akan dia tulis.
"iya aku ingat.. masalah para pemuda indonesia
adalah kurangnya bimbingan dari orang tua,


Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga mereka menginduk pada lingkungan.
Sedangkan jaman sekarang itu informasi bisa datang
dari mana saja.. Beruntungnya aku.. meskipun tidak
punya orang tua tapi aku punya seorang nenek yang
hebat.." Pikir asep.
Kemudian dia menulis pikiran terbarunya itu
dibawah tulisan permasalahan yang kemarin dia tulis.
Asep paham bahwa masalah akan terus berkembang
seiring berjalannya waktu, sehingga dia selalu
223 berusaha agar permasalahan yang dia tulis itu cepat
terselesaikan. Meskipun lagi-lagi kemauannya sering
berbenturan dengan kemampuan.
"remaja masa kini sangat haus ilmu pengetahuan,
sayangnya pengetahuan yang kurang baik. Mereka
mudah memasukkan apa saja ke dalam pikirannya,
tanpa saringan atau batasan. Mungkin sebab
utamanya adalah kurangnya penanaman moral dari
orang tua. kemudian juga pengetahuan yang paling
mudah mereka temukan adalah lewat teknologi
informasi yang semakin maju. Televisi dan majalah
yang selalu membahas perkembangan mode pakaian
namun tidak pernah membahas perkembangan
intelek. Hasilnya adalah remaja-remaja itu menjadi
egois, hedonis, lebih senang fashion, HP terbaru, baju
terbaru, cowok terbaru, dan mereka akan terus
berkecimpung dalam hal itu jika tidak ada yang
bergerak untuk membatasi mereka. pengetahuan yang
paling dekat kepada mereka adalah tetang hedonisme
itu sendiri, di situlah letak permasalahannya. Terakhir
kali aku pulang, Seorang anak di desa sudah berani
meminta HP kepada ibunya yang miskin karena anak
itu melihat di TV. perpustakaan sangat jarang, acara
keilmuan di TV sangat sedikit, kurang sekali
pecutan-pecutan semangat untuk belajar pada diri
anak muda jaman sekarang. Mereka tersesat."
Itulah catatan asep untuk hari ini.
224 Bab 19 Wanita yang ronda? Pagi itu asep sedang duduk di kelasnya. Dia
sedang menunggu pelajaran dimulai. Di sampingnya
ada seorang temannya yang bernama farhan. Farhan
adalah teman sebangku asep, sejak dari kelas satu
mereka selalu bertemu dalam satu kelas.
"pagi sep! eh sep. di senayan ada pameran buku loh.
Ke sana yuk!" ajak farhan.
"pameran buku?" tanya asep.
"iya. Kamu ini di sini sudah hampir dua tahun tapi
masih belum tahu pameran buku. Hadeuuh, masih
kampungan ternyata. Hehe. Di sana ada banyak buku
sep, harganya juga didiskon!" Ucap farhan seraya
tersenyum kepada asep. Farhan seringkali meledek
asep, namun asep juga sudah terbiasa dengannya,
karena mereka sudah akrab.
"kapan ke sana nya?" tanya asep.
"sekarang aja sep, pulang sekolah." Jawab farhan.
"hmm. gimana ya, aku pengen ikut sih." Terdiam
sesaat, lalu berkata "iya deh, tapi pulang sekolah kita
ke kelas sebelah dulu." Ucap asep.
225 "oke sip!" ucap farhan.
*** Setelah semua pelajaran hari itu selesa, asep
dan farhan keluar dari kelas dan menunggu nisa
keluar dari kelasnya. Tak berapa lama mereka
menunggu akhirnya nisa keluar.
Asep mrnghampiri nisa. "nisa! bilangin ke ummi ya,
aku pergi ke pameran buku. Oke!" ucap asep. Di
umurnya yang sudah mulai dewasa asep masih
merasa penting untung memberi kabar kepada kedua
orang tua angkatnya itu. dia tidak ingin ada
kehawatiran dalam benak mereka.
"sama siapa?" tanya nisa.
" nih! temen kelas, oke oke." Ucap asep. Seraya
menunjuk farhan yang ada di sampingnya.
"iya." Ucap nisa.
Farhan dan asep kemudian berangkat menuju
tempat pameran buku, mereka kesana menggunakan
sepeda motor milik farhan. Sebuah motor cepat
dengan merk terkenal dan harga yang mahal.
*** Sesampainya di sana asep sangat terkejut.
Begitu banyak buku, semuanya menarik untuk
226 dibaca. dia baca beberapa lembar dari buku yang ada
di sana, dia dapatkan ilmu semampunya.
"seandainya aku punya uang.. aku mau beli bukubuku yang sangat bagus ini.. kalau bisa semua buku
ini mau aku beli.. semuanya penuh ilmu pengetahuan
yang menarik.." pikir asep.
Farhan terlihat sudah membeli beberapa buku,
dan asep pun membeli sebuah buku yang tipis. Tubuh
mereka ahirnya kelelahan. hari sudah mulai sore,
mereka memutuskan untuk pulang. Farhan mengajak
asep untuk ikut terlebih dahulu ke rumahnya, asep
sudah sangat akrab dengannya, namun belum pernah
sekali pun main ke rumahnya.
"ke rumahku dulu yuk sep. kalau tahu kan nanti
kamu bisa main lagi." Ajak farhan.
Asep terdiam cukup lama. Dia memikirkan ongkos
untuk pulang, dia juga belum hafal arah dan jalur
jalanan ibu kota. "rumah kamu di mana?" tanya asep.
Farhan sudah mengerti apa yang asep pikirkan. "ga
jauh dari arah kamu pulang. ah jangan terlalu lama
mikir! kalau masalah pulang gampang sep, nanti aku
anter pake motor!" ucap farhan.
Asep tertawa mendengar ucapan farhan. Lalu berkata
"oohh.. oke deh kalau gitu." Ucap asep.
227 Mereka meluncur menuju rumah farhan. Asep
melihat sekeliling perjalanan, begitu banyak gedunggedung bertingkat, kendaraan dan orang-orang di
pinggir jalan. *** sampailah mereka di rumah farhan. Rumah
yang besar, dengan pagar yang sangat tinggi, taman
yang luas dan indah. Sangat berbeda dengan
lingkungan rumah kang jalal yang sempit dan berbau
aneh. Farhan tinggal di sebuah perumahan elit,
lingkungannya sangat bersih, jalanannya juga tidak
kotor dan berisik. "ini rumah kamu han?" tanya asep. Asep tidak
menyangka ternyata teman sebangkunya selama ini
adalah orang yang sangat kaya. Sangat kaya melebihi
perkiraan dia sebelumnya. Farhan orangnya pendiam
dan jarang mengobrol, mirip dengan asep. Sehingga
mereka berdua jarang berbagi informasi pribadi,
namun mereka sudah saling mengenal tabiat masingmasing.
"iya sep. ayo masuk, jangan malu-malu! ga ada
siapa-siapa kok di dalem." Ucap farhan. Mereka
mengobrol sambil berjalan ke dalam rumah. Rumah
itu sangat indah. Ada beberapa lukisan di dinding,
punya dua lantai, atapnya sangat tinggi dan sangat
luas. 228 "orang tua kamu ke mana han?" tanya asep.
"kerja laah." Jawab farhan.
"ibu kamu juga kerja?" tanya asep.
"iya kerja juga sep." jawab farhan.
"terus yang di rumah ini siapa?" tanya asep.
"yang nungguin rumah itu pembantu sep! mau
minum apa nih? biar aku ambilin." Tanya farhan.
Farhan sangat sopan kepada asep. Meskipun dia
orang yang kaya namun dia berperilaku baik, tidak
seperti teman-teman asep yang lain. bahkan ada
orang miskin yang terkadang sombongnya melebihi
orang kaya. "rumah sebesar ini yang menikmati hanya para
pembantu. Sibuk kerja untuk beli rumah. Tapi ketika
rumahnya sudah mampu dibeli justru tidak
ditinggali. Aneh, Lalu apa sebenarnya tujuan bekerja
itu? bukankah memenuhi kebutuhan? apakah rumah
yang besar dan indah ini belum cukup? atau mungkin
mereka sedang menumpuk uang untuk memenuhi
rumah ini? hhh.. di luar sana ada orang yang hanya
beralas karung untuk tidur." pikir asep.
Asep termenung cukup lama, lalu berkata "minum
apa aja deh. kamu ngapain aja kalau di rumah?".
229 "yaa paling maen PS, maen komputer sambil OL,
baca komik, gitu-gitu lah!" ucap farhan.
"oooh." Ucap asep. "kamu punya adik kan? Di mana
adik kamu?" lanjut asep.
"mungkin lagi main sama si mba." Jawab farhan.
"mungkin ini yang disebut emansipasi wanita.. lakilaki dan wanita punya peranan yang sama dalam
lingkungan. Laki-laki kerja, wanita juga ingin kerja,
namun anak terbengkalai.. terkesan sangat
memaksakan.." pikir asep.
Hari itu hingga sore sekali asep menemani
farhan di kamarnya. Segala macam permainan farhan
kenalkan pada asep. Hingga hari mulai gelap dan
asep diantarkan oleh farhan menuju rumahnya.
*** Sesampainya di rumah langit sudah gelap.
asep langsung membereskan diri dan menunaikan
kewajibannya sebagai muslim. Setelah itu semua
beres, asep kemudian duduk di samping nisa yang
sedang menonton TV. "gimana di sana? Rame ga?" tanya nisa.
"rame banget nis! bukunya juga banyak." Jawab
asep. 230 "terus beli buku apa?" tanya nisa.
"apa aja deh. mau tau aja! Hehe." Jawab asep seraya
tertawa. "huuhh!" nisa sedikit kesal dengan perkataan asep.
"eh nis! aku mau nanya sama kamu. Kamu kan
wanita, bagaimana pendapat kamu tentang
emansipasi wanita?" tanya asep.
Nisa terdiam sesaat. Lalu berkata "bagus lah! wanita
punya kedudukan dan hak yang sama dengan lakilaki. Jadi wanita itu tidak lagi disepelekan!"
"ooh.. tapi bukankah itu terkesan memaksa? Wanita
kan tetap saja tidak sekuat laki-laki." Asep menatap
nisa. "wanita juga kuat-kuat kok. bisa jadi apa aja." Ucap
nisa dengan yakin. "hmm." Asep terdiam cukup lama. "sekarang begini.
Kamu mau ga kalau wanita digilir buat jaga
keamanan alias ngeronda?" lanjut asep.
"bisa-bisa aja sep. tapi ga tahu juga deh aku mau apa
nggak. Hehe." Jawab nisa yang kemudian tertawa.
"itulah yang aku maksud dengan memaksa. ada yang
tidak bisa diberikan wanita, yaitu rasa aman. wanita
itu tidak bisa memberi rasa aman kepada laki-laki,
231 karena laki-laki lebih suka memberi rasa aman
kepada wanita. Laki-laki yang memimpin, wanita
yang dipimpin. Kalau para isteri ngeronda, suamisuaminya juga pasti ga bisa tidur nis. Entah karena
hawatir atau juga karena anaknya di rumah nangis
terus. Hehe." Ucap asep.
"jadi menurut kamu wanita ga bisa jadi pemimpin?
itu namanya diskriminasi." Ujar nisa.
"wanita itu pemimpin untuk dirinya dan anakanaknya. jangan memaksakan nis! Aku setuju kalau
wanita itu belajar sampai tinggi, sampai dia pintar.
Tapi kalau sudah berkeluarga ya bagusnya dia itu
ngurusin anak, mendidik anak, gunakan kepintarannya itu, ciptakan seorang anak yang
nantinya jadi seorang pemimpin. Nah, suami itu
tugasnya bekerja. Hhhh.. ga kebayang kalau yang
jaga anak dan masak itu suami sedangkan isteri justru
bekerja di luar rumah.. ga lucu ih. Bisa kacau dunia."
Tutur asep. Nisa terdiam sejenak lalu berkata dengan pelan "iya
juga siih." Sepertinya dia sudah mulai setuju dengan
pendapat asep. Asep melanjutkan perkataannya "dan juga nis!
wanita kan dianugerahi dengan perasaan yang
lembut, makanya dia bisa lebih sabar ketika
menemani anaknya tumbuh. laki-laki dianugerahi
dengan kemampuan yang lebih, baik itu kemampuan
232 tenaga ataupun pikiran, ya gunanya untuk menjaga
dan membahagiakan isteri dan anak." Asep terdiam,
setelah itu kembali berkata "kamu kalau nanti punya
anak, kamu harus didik anak kamu nis! jangan Cuma
ditinggal kerja terus kasih game doang! Hehe.
Kecuali keluarga kamu itu sangat kekurangan dalam
materi." Ucap asep. "iya pak ustad!" jawab nisa. Dia membiarkan asep
berbicara dan matanya tetap saja menonton TV.
"jangan kebiasaan sebut ustadz gitu ah! sedih nih
hati. juz ?amma aja ga hafal!" tutur asep.
Nisa tertawa seraya menatap asep. "terus apa lagi
stad?" ujar nisa menggoda asep. Dia sengaja terus
memangil asep yang sering kali menasehatinya.
"ih ni anak! jadi kesimpulannya adalah, emansipasi
itu harusnya bukanlah persamaan gender, tapi


Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadilan gender. Harus tepat dalam menempatkan
sesuatu, hak wanita adalah untuk dihormati laki-laki.
Lalu laki-laki itu menghormati wanita dengan cara
memberi penghidupan yang baik dan membahagiakan. hehe. gimana nis?" tutur asep.
Nisa masih saja tertawa. "setuju aja deh stad!" ucap
nisa. "iih dasar nisong! Orang ngomong serius dia malah
becanda!" ucap asep yang sedikit kesal dengan
233 kelakuan saudarinya itu. namun mereka pada
akhirnya tertawa bersama.
Kemudian Mengalihkan perhatian mereka
menuju layar kaca. Menit-menit berlalu hingga asep
mulai merasakan kantuk. dia bangkit lalu berjalan
menuju kamarnya. Sesampainya di kamar asep
langsung mengambil kembali buku catatannya. dia
menulis beberapa hal yang dia dapat hari ini.
"ketika seorang ibu terlalu lama di luar rumah atau
jauh dari anaknya, maka anaknya akan belajar pada
televisi, internet, game, dan lingkungan. Emansipasi
itu jangan salah disikapi. Ibu kartini juga pasti sedih
kalau melihat para ibu justru meninggalkan anakanaknya demi mengejar rupiah."
Itulah catatannya hari ini. catatan selesai, dia pun
segera berdo?a dan menyambut lambaian mimpi
malam itu. Bab 20 Islam berbeda-beda Tahun telah melangkah maju sekali lagi.
Kang jalal sudah kembali sehat, hanya menyisakan
bekas jahitan yang panjang di lengannya. Banyak
yang telah asep tulis di bukunya, ada pula beberapa
234 hal yang sudah dia perbuat untuk lingkungannya, dan
ada pula permasalahan yang belum tersentuh sama
sekali. Setiap lima atau enam bulan sekali dia pasti
menyempatkan diri untuk pulang, mengecek keadaan
neneknya, meminta nasihat darinya karena masalah
yang dihadapi semakin kompleks. Dia juga tidak lupa
mengecek kebun kecil yang ada pohon-pohon
cabainya, memastikan pohon cabai itu punya
keturunan, setidaknya asep ingin memastikan bahwa
cabai itu akan selalu ada ketika nenek
membutuhkannya. Beberapa bulan yang lalu dia sudah mengenal
dan menggunakan yang namanya "internet". Dia
menggunakannya sebagai sarana untuk berbagi
pemikiran dengan orang lain, saling mengingatkan,
dia juga mencari tahu terus perkembangan bangsa
dan lingkungannya. Hari minggu yang lumayan cerah. Ada langit
polos yang digambar oleh polusi kendaraan.
Terdengar derum dentum mesin dan baja yang
menghantam daratan, suara-suara keras tidak punya
keindahan menyayat daun telinga, lalu menghantam
keras ke dalam pikiran. Asep keluar dari rumah, dia
berencana pergi ke warnet. Di hari libur seperti ini,
dia selalu menyempatkan diri untuk mengecek
facebook dan surel-nya, mungkin saja ada pesan
235 yang penting, atau ada berita baru yang tidak terlihat
oleh mata lahirnya secara langsung.
satu langkah meninggalkan pintu rumah, asep
sudah mengerutkan dahinya, begitu panas, matanya
terasa sangat tegang menghadapi tatapan matahari
yang lebih tajam. Hanya perlu berjalan beberapa
langkah saja menuju warnet, di kota seperti jakarta
ini warnet memang sudah sangat banyak bertebaran,
seperti rumput yang tumbuh di musim hujan.
*** tak lama kemudian asep sudah terhubung ke
jaringan. Dia buka FB-nya, ada beberapa permintaan
teman dari beberapa orang yang tidak dia kenal. Ada
beberapa pemberitahuan tentang teman-teman yang
ngasih jempol di statusnya. Dan ada beberapa pesan
masuk. Ada info beasiswa, ada pesan dari sebuah
group, dan satu lagi pesan dari teman SMA-nya.
dia baca satu persatu. Ada satu Pesan dari
salah satu group yang membuatnya sangat penasaran
dan ingin memperdalam pengetahuannya, pesan
tersebut berjudul "sekilas teologi islam". Dia tidak
bisa berhenti hanya dengan membaca pesan tersebut,
dia mencari tahu lagi tentang islam dan aliran-aliran
teologi yang ada. Dia buka mbah google, dan dengan
hitungan detik informasi yang dia inginkan langsung
bisa ditemukan. 236 Artikel demi artikel dia baca. Asep sangat
terkejut, ternyata islam itu banyak sekali jenisnya,
meskipun Tuhannya Cuma satu. Ada aliran khawarij
yang sangat keras, ada mu?tazilah yang rasionalis,
ada jabariyah yang serba pasrah, ada syi?ah, dan lain
sebagainya. Tadinya asep hanya tahu sebatas islam
NU dan Muhammadiyah yang ada di indonesia, dan
tentang 4 madzhab. ternyata ada lebih banyak
golongan-golongan dalam islam. Yang lebih
membuat dia kaget adalah golongan-golongan
tersebut saling mengkafirkan satu sama lain. dia
membaca pula perberdebatan antara suni dengan
syi?ah, sufi dengan wahhabi.
"ada banyak sekali golongan itu.. mereka
mengkotak-kotakan diri, mereka saling membiarkan,
mereka tidak bersatu. apakah memang Rasulullah
pernah memerintahkan untuk membuat kelompokkelompok baru?
Apakah Rasulullah pernah mengatakan dia islam golongan apa? Ataukah
mereka punya Nabi lagi setelah Rasulullah? Hmm..
yang aku tahu, Rasulullah itu membawa islam saja,
bukan islam suni, islam syi?ah, islam wahhabi dan
islam-islam yang lainnya. ..Berbeda pendapat
memang anugerah, tapi ketika pendapat itu
menjadikan manusianya turut terpisah, maka itu
tidak baik! aku hanya ingin islam yang Rasulullah
ajarkan..tidak lebih. Karena tidak mungkin islam itu
rahmat bagi semesta alam jika sesamanya saja masih
bertengkar." pikir asep.
237 Satu jam sudah asep lewati untuk membaca
tulisan-tulisan tentang islam. Dia memutusan untuk
mengakhiri perjalanan dunia maya kali ini. sudah ada
pengetahuan yang dia dapat, satu jam yang
bermanfaat. kemudian dia melangkahkan kakinya
kembali menuju rumah. *** Sesampainya di kamar. Dia kembali
menyempatkan diri untuk berpikir sejenak atas apa
yang dia dapat. "internet adalah ladang ilmu.. namun di sana
juga ada jurang-jurang yang terjal.. sudah beberapa
bulan ini membuka-buka.. Di sana ada banyak hal
yang bagus, berita-berita yang lebih beragam
dibanding di TV, diskusi-diskusinya juga bagus, juga
ada debat-debat yang panas.. namun di sana juga
ada hal-hal yang sangat buruk seperti pornografi..
anehnya, semua orang boleh masuk, buka internet,
bayar 2500 terus bisa pulang.." pikir asep.
Dia kembali mengambil buku catatannya.
Diguratkan beberapa kata yang dia dapat hari ini.
"pembatasan internet itu baik. Jangan biarkan semua
orang bisa membukanya, akan berbahaya jika anak
kecil yang membuka. Lebih bahaya lagi jika orang
jahat yang ingin menyebarkan video porno membuka
238 internet. Internet itu ladang ilmu, namun juga ladang
ranjau." "islam harus bersatu. Ini masalah yang sangat sulit,
butuh kepintaran dan pengaruh yang kuat agar bisa
mempersatukan jalan pikiran yang berbeda.
Permasalahan ini mungkin setingkat dengan masalah
pemanasan global. Setidaknya aku harus menjadi
seorang presiden negara yang kuat agar bisa
menyelesaikan permasalahan ini. akan ku satukan
para pemuka agama, para pemimpin dunia, aku ajak
mereka berdiskusi, memikirkan arah yang lebih baik
dari dunia ini." Beberapa baris dia tuliskan di bukunya.
Namun asep juga sadar bahwa permasalahan yang
satu ini sangat sulit, kemampuannya belum sampai ke
sana. dia hanyalah pemuda yang punya keinginan
besar namun masih belum mampu mewujudkannya.
Tidak lama kemudian terdengar suara adzan,
dia bergegas mengambil pecinya dan berangkat
menuju masjid. Setelah shalat, dia membaca Alqur?an 1-2 lembar, berharap ketenangan hatinya tetap
terjaga, agar Allah memberinya kekuatan untuk terus
meneriakkan kebaikan menurut pandangan yang
diyakininya. 239 Bab 21 Jimat dan pemerintah hari-hari berlalu. Yang lewat tak bisa
diperbaiki, yang kini sedang diperjuangkan, yang
nanti harus direncanakan. Asep semakin tumbuh
dewasa, pengetahuannya juga terus bertambah. Asep
sudah mulai membawa buku catatannya kemanapun
dia ketika keluar rumah, dia tidak mau kehilangan
ingatan tentang segala sesuatu yang dia dapatkan
dalam lingkungan. Liburan sekolah sudah kembali tiba. asep
memutuskan untuk pulang ke kampung. Dia selalu
merindukan neneknya untuk menceritakan banyak
hal yang dia temukan di kota jakarta. Pagi itu dia
berangkat menuju rumah, kali ini dia sudah berani
pulang ke rumah sendirian. sebelum-sebelumnya dia
selalu merasa was-was dan takut nyasar.
Matahari sudah condong ke barat ketika asep
sampai di rumahnya. Nek minah kala itu sedang
memasak air, dia menyambut dengan sapaan singkat
dan kembali ke depan tungku yang apinya hampir
padam. Asep duduk di lantai dekat dapur. "gimana kabarnya
nek?" tanya asep. 240 "uhuk.. uhuk.." nek minah batuk karena terlalu
banyak menghisap asap. "alhamdulillah baik. Gimana
kabarmu nak? Badanmu itu tambah besar saja,
hampir-hampir nenek lupa." ujar nek minah.
Asep tersenyum, lalu berkata "alhamdulillah baik
juga. Biarpun aku tambah besar, tapi kalau ketemu
nenek aku selalu merasa kecil nek. eh nek tadi dijalan
aku lihat ada ramai-ramai di kantor desa, orang-orang
sampe desak-desakan. itu ada apa ya?"
"ooh. itu ada pembagian uang dari pemerintah." Ujar
nek minah. "bantuan langsung tunai. Iya, pasti itu uang BLT!"
pikir asep. "terus nenek dapet?" tanya asep.
"nenek dapet. hampir semua orang di sini dapat, tapi
nenek tidak ambil nak." Ucap nek minah.
"kenapa ga diambil nek? kan lumayan buat bantubantu keuangan nenek." ucap asep.
"nenek sudah merasa cukup. nenek tidak punya
hutang ke siapa pun, nenek juga tidak punya anak
yang cerewet dan banyak maunya. hehe." Nek minah
tertawa seraya menatap asep. Lalu dia melanjutkan
perkataannya "Nak, apa kamu sudah bisa memahami
lingkungan?" 241 Asep terdiam cukup lama "itu." ucap asep dengan
pelan. "aku masih bingung nek. kenapa ketika aku
ingin memahami lingkungan, yang aku pahami itu
justru adanya masalah? Masalah dan masalah!" ujar
asep. Nenek tersenyum. "hehe. ya karena memang yang
ada di sana itu masalah. coba kalau kamu Cuma di
desa, apa yang bisa kamu pahami? Cuma pohon
pisang?" ucap nek minah seraya kembali tertawa
kecil yang diselingi batuk.
"iya juga sih nek! di desa itu tidak banyak keributan.
Mungkin orang-orang kota itu sudah terlalu pintar
jadinya saling menyalahkan." Ucap asep.
"mungkin." Jawab nek minah.
"ya sudah nek. aku mau ke rumah imam dulu ya!"
ucap asep. Asep kemudian pergi ke rumah imam. Dia
berharap imam ada di rumah, karena dia ingin
menanyakan lagi tentang vita. Setiap kali pulang ke
rumah asep selalu menanyakan kabar vita kepada
imam, dia tidak berani untuk langsung pergi ke
rumah vita karena dia tidak begitu akrab dengan
keluarga vita, dan dia sudah lama tidak bertemu
dengan mereka. *** "assalamu ?alaikum. Imam! ini asep mam!" salam
asep dari depan rumah imam.
242 Imam keluar dari pintu rumahnya yang
sempit. dia terlihat lebih hitam, mendekati asep


Ikro Karya Reza Nufa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan langahnya yang santai. "baru dateng sep? ada
apa nih? hmmm. pasti soal vita lagi?" tanya imam.
"iya mam! gimana kabarnya vita? Dia udah ada
pulang?" ucap asep. "setahuku sih dia belum pulang-pulang sep! mungkin
dia betah di kota. Hehe" ujar imam seraya tertawa.
Imam masih saja punya selera humor dan masih
sering menjaili orang lain, meskipun dia bukan lagi
anak kecil. "yah.. kapan ya aku bisa ketemu lagi sama dia,
pengen rasanya ngobrol bertiga lagi." Ujar asep
seraya tersenyum pada imam. "Ngomong-ngomong
itu apa yang di jari kamu? Udah kayak dukun aja
pake cincin gede gitu." Ucap asep yang melihat
cincin berwarna merah dan besar. Di pasang di jari
tengah imam. "eh.. jangan ngomong macem-macem kamu sep. Ini
cincin sakti sep!" ucap imam.
"hmmm. jangan pake-pake yang kayak begitu ah
mam. Ga baik!" tegur asep.
"ga baik kenapa? Ini kan buat jaga-jaga sep." ujar
imam. 243 "emangnya dia bisa apa? Kalau kamu mau ketabrak
mobil apa dia bisa loncat terus nyelametin kamu?"
tanya asep. Imam tertawa mendengar ucapan asep. "hehe. ya
caranya sih ga tau. pokoknya dia ini bisa bikin kita
kuat." Ujar imam. "jangan ah mam! itu syirik mam. Kita jangan
memberi kepercayaan kepada sesuatu yang
penjelasannya tidak masuk akal." Ucap asep.
"kata guruku sep. ini tuh seperti obat asma sep. buat
jaga-jaga. kita sewaktu-waktu bisa aja butuh." Tutur
imam. "ya, kalau obat asma kan memang masuk akal, ada
penjelasannya. Di dalamnya ada berbagai zat yang
bisa menyembuhkan. nah kalau cincin kamu itu
gimana penjelasannya? Masa cincin batu bisa bikin
kita jadi kuat. lewat apa? pasti ada jinnya. jin itu
ghaib mam, tidak bisa kita lihat dan jelaskan." Ujar
asep. "belajar dari mana tuh? Kayaknya ngerti amat?" ucap
imam. "dari mana aja deh! hehe." Asep terdiam sesaat, lalu
berkata "Dari buku mam!"
"jadi ga boleh nih pake cincin ini?" tanya imam.
244 "lebih baik jangan! percayakan saja segala sesuatu
yang diluar pengetahuan kita atau yang ghaib kepada
Allah. jangan kepada yang lain." ujar asep.
"okelah kalau begitu!" ucap imam.
Asep tersenyum. "ngomong-ngomong
kabarnya ubed?" tanya asep.
gimana "dia kan sekarang kerja bareng aku sep di kebun
teh!" tutur imam. "ooh. ya sudah saudaraku. Aku hendak kembali ke
rumah. sampai jumpa lagi di lain waktu dan lain
tempat." Ucap asep dengan gaya bicara yang serius.
"haalaaaah! bahasamu itu sep, gaya benget! Hehe"
imam tertawa melihat perilaku temannya yang sudah
semakin berbeda semenjak tinggal di kota. Asep
terlihat lebih bersih, dia juga lebih pintar dan lebih
cakap ketika berbicara. "wassalamu ?alaikum mam." Salam asep.
"wa ?alaikum salam." Jawab imam.
Asep kembali ke rumah dengan perasaan
kecewa. Lagi-lagi dia tidak bisa berjumpa dengan
vita. sudah dua tahun lebih dia tidak berjumpa
dengan vita, perpisahannya pun sangat tidak
menyenangkan. Hanya kenangan-kenangan kecil
yang selalu asep ingat, kenangan itu yang membuat
245 asep ingin kembali bertemu dengan vita. kenangan
manis masa lalu, tergurat indah meski yang terjadi
hanya canda tawa bocah yang tidak begitu bermakna
dalam. *** Sesampainya di rumah, nenek sedang tertidur
di kamar. asep yang tahu bahwa nenek sedang
istirahat kemudian masuk ke kamar dan berusaha
agar tidak mengganggu neneknya.
"penduduk bangsa ini masih menderita, mereka
miskin dan kebanyakan masih bodoh dalam
pengetahuan ilmu. mereka memberikan kepercayaan
penuh kepada pemerintah yang sama sekali tidak
mereka kenal. Uang BLT itu tidak akan berpengaruh
banyak. Mungkin akan habis untuk membelikan
anak-anak baju baru, atau untuk menuruti anak
perempuan yang mulai ngambek ingin beli kosmetik.
Harus ada pengelolaan uang tersebut agar tidak
habis dengan begitu saja, sedangkan rakyat kecil itu
selalu terburu-buru karena didesak kebutuhan.
mereka tidak bisa membuat rencana yang lebih
matang." Pikir asep.
Asep mengambil buku catatannya yang ada
di dalam tas, dia mulai menulis sesuatu yang dia
dapat hari itu. 246 "kepercayaan rakyat kepada pemerintah lebih
seperti kepercayaan seorang manusia terhadap sebuah
jimat. Pemimpin itu dipilih tanpa penjelasan sama
sekali tentang kemampuannya, rakyat hanya
bermodal percaya dan bersabar setelahnya.
selanjutnya jimat itu akan sering memberi muslihat
kepada si pemilik yang kepercayaannya mulai pudar.
jimat itu tidak baik, aku harus mulai merubah jenis
kepercayaan buta seperti itu. suatu saat nanti aku
akan menjadi pemimpin bangsa ini, aku akan
mengubah pola pikir masyarakat yang mudah
percaya. mungkin semua itu akan sulit, namun sulit
itu bukanlah mustahil."
Itulah catatannya hari ini. dia kemudian
membaringkan tubuhnya di ranjang yang selalu dia
rindukan. Ranjang reyot dengan suaranya yang khas.
Sedikit bergoyang seakan memberi pijatan, menuntun
raga yang kelelahan menuju alam peristirahatan.
Bab 22 Semangat Mahasiswa Dua hari kemudian asep memutuskan untuk
kembali ke jakarta. Cukup banyak hal yang sudah dia
lakukan di desa. Meskipun masih terasa kurang
karena dia belum bisa bertemu dengan vita.
247 Pagi berwarna indah seperti biasa, mentari
tidak pernah berhenti memberi sinarnya. Pemuda itu
sedang bersiap di kamarnya. Langkah kakinya akan
kembali dijilat beton dan aspal. Tangannya akan
kembali mengaduk polusi udara. Asep sudah bersiap
untuk kembali ke kota. Dia memakai sebuah kemeja
panjang yang digulung hingga di bawah siku. Dengan
celana panjang yang berkantong besar pemberian
kang jalal. Dan sebuah tas punggung besar yang juga
adalah pemberian kang jalal.
Pagi itu nek minah sedang di kebun kecilnya.
Mencabuti rumput-rumput yang tumbuh di sekitar
pohon cabainya. Asep menghampiri nek minah. Namun dia hanya
berdiri di belakang nek minah, punggungnya
bersandar di pintu dapur. "nek! aku hendak
berangkat!" asep diam sejenak, nek minah pun belum
berkata apa-apa, lalu asep kembali berkata "Aku
minta nasehat nek!" Nenek menarik nafas panjang. "hmm.. nasehat
apalagi nak? Kamu sudah besar, pasti sudah lebih
pintar dari nenek." ucap nek minah.
"tidak nek. sampai kapan pun aku pasti butuh
nasehat." Ucap asep dengan pelan.
"baik. kamu kan sekarang sudah semakin besar,
kamu sudah melihat banyak hal. Nenek harap kamu
248 juga punya kepedulian terhadap lingkungan
sekitarmu, jangan egois." Tutur nek minah dengan
lembut. "iya nek." ucap asep.
Nek minah kemudian melanjutkan perkataannya
"kamu tahu pendaki gunung?" tanya nek minah
kepada seorang cucunya yang kini telah tumbuh
dewasa. "iya nek." jawab asep.
"semakin tinggi dia mendaki, maka pandangan yang
dia dapat akan semakin luas. Begitulah orang yang
sedang menuntut ilmu. semakin dia belajar, semakin
banyak ilmu pengetahuannya, maka cara pandangnya
akan semakin luas. Ketika sampai di puncak, pendaki
gunung itu bisa melihat sungai, jurang, lubang, dia
juga bisa melihat jalan yang lebih bagus. Nah,
pendaki gunung yang paling pintar itu adalah yang
bisa memanfaatkan penglihatannya. Dia bisa
memperbaiki jalannya, menghindari jurang, menambal lubang, dia juga bisa mengingatkan orang
lain agar waspada, agar tidak menginjak lubang."
Tegas nek minah. "intinya aku harus menggunakan ilmuku untuk
menyelesaikan masalah telah ku lihat." Ucap asep.
"iya. Kamu harus mencoba menambal lubang yang
kamu lihat, jangan sampai orang lain yang masih
249 bodoh masuk ke dalam lubang itu. semakin kamu
pintar, kamu pasti semakin menyadari perbedaan dan
akan semakin lembut. Kamu juga akan merasa bahwa
ilmu yang kamu dapat itu masih sedikit dan masih
banyak ilmu yang belum kamu dapat." Ucap nek
minah. Dia terdiam sejenak, lalu kembali berkata
"kamu juga akan lebih luas dalam berpandangan dan
tidak sembarangan dalam menghakimi orang lain.
paham nak?" "iya nek, aku paham. terima kasih nek. aku pamit
berangkat." Ucap asep. Dia merasa perpisahan kali
ini terasa sangat berat, terasa nenekya sangat dekat
dengannya, dia masih merindukan suasana kecil dulu.
Dia merasakan kesedihan. "sebenarnya aku masih
rindu tempat ini.. tapi aku harus berangkat." Gumam
asep. Lalu dia kembali berkata "Ya sudah nek. asep
berangkat. wassalamu ?alaikum." Asep mencium
tangan nek minah. Dia menahan air mata
kesedihannya tetap tersimpan dalam hati.
"wa ?alaikum salam. hati-hati di jalan ya nak. Belajar
yang benar!" tegas nek minah.
Asep berangkat menuju jakarta. Dia kembali
harus meninggalkan neneknya sendirian. dia masih
harus menuntut ilmu meskipun dia sangat ingin untuk
tinggal dengan neneknya. Asep lalu berjalan keluar
dari rumah. Sesampainya di pinggir jalan desa,
pikirannya kembali menatap ke arah rumah vita, dia
kembali teringat kepada perempuan muda itu.
250 "mungkin aku masih lama kembali ke sini.. salah
tidak ya kalau aku ke rumah vita, aku tanyakan vita
langsung ke orang tuanya. Imam itu tidak pernah
serius kalai di tanya, dia juga kadang berbohong..
hmm.. aku ke sana sekarang.. iya.. aku harus berani,
kenapa harus malu, aku tidak punya salah apa-apa.
Tapi kalau nenek tahu hal ini dia pasti marah.. hmm,
jangan sampai nenek tahu." Pikir asep.
Asep berjalan menuju rumah vita. dia sangat
Summer In Seoul 3 Cinta Sepanjang Amazon Karya Mira W Ghost Campus 5

Cari Blog Ini