Ceritasilat Novel Online

Sepasang Rajah Naga 15

Sepasang Rajah Naga Karya Kho Ping Hoo Bagian 15


Perasaan hatinya memberontak, namun tubuhnya tidak melakukan perlawanan. la sudah bersumpah. Jantungnya berdebar keras, tubuhnya terasa panas dingin ketika Bhong Lam merangkulnya, merebahkannya di atas rumput tebal dan membelainya, membisikkan rayuan, la hanya memejamkan matanya dan membayangkan bahwa Wong Sin Cu yang sedang membelainya penuh kemesraan itu. la hanya merintih dan menangis dalam hati, namun badannya menyerah pasrah. Semua ini demi kekasihnya, demi Wong Sin Cu. la seperti terseret oleh gelombang ditelan badai, penuh kengerian, namun ia membayangkan betapa Wong Sin Cu masih hidup, lepas dari siksaan dan kini bebas lepas dan selamat. Bayangan ini menghIburnya, memberinya kekuatan menghadapi kenyataan yang bagaimanapun juga.
?Hui-moi, kekasihku. isteriku...? Bhong Lam mendekapnya dan Ouw Yang Hui memejamkan mata, kesadarannya menipis, ia dalam keadaan setengah pingsan atau seperti sedang mimpi.
Sin Cu berjalan agak terhuyung. Dia telah melakukan perjalanan secepatnya, mungkin menuruni Bukit Cemara yang oleh penduduk pedusunan dekat bukit itu disebut bukit Siluman. Dia melakukan perjalanan secepatnya untuk mengejar Ouw Yang Hui yang menurut pemuda penolongnya tadi sudah lebih dulu diselamatkan dan melarikan diri turun bukit.
Akan tetapi, sampai matahari muncul dan dia sudah jauh meninggalkan bukit itu, belum juga ia dapat menemukan Ouw Yang Hui. Timbul kekhawatirannya bahwa gadis itu mengambil jalan yang berlainan arahnya dengan yang dia ambil. Setelah tiba di kaki bukit, bebas dari ancaman alat-alat jebakan, dia mengerahkan tenaga dan berlari cepat. Akhirnya, dia terhuyung-huyung kelelahan. Dia terlalu banyak mengeluarkan tenaga, padahal tubuhnya penuh luka dan terlalu banyak darah keluar. Dia kehilangan banyak darah dan setelah mengerahkan tenaga semalam, kini dia lelah sekali, hampir tidak kuat melangkah lagi dan kepalanya pening, pandang matanya berkunang. Dia masih berusaha menguatkan diri, akan tetapi akhirnya Sin Cu terguling, roboh dipinggir hutan, telentang dan pingsan.
Tiba-tiba tampak bayangan merah muda berkelebat dan munculah seorang gadis muda cantik jelita berpakaian merah. Dengan sebatang pedang beronce kuning tergantung di punggungnya, gadis cantik itu tampak gagah. la adalah Ouw Yang Lan. Seperti telah diceritakan di bagian depan, Ouw Yang Lan yang ditemani Tan Song Bu telah bertemu dengan Sim Kui Hwa di gardu penjagaan depan Kuil Siauw-Lim-Si dan oleh Ibu tirinya ini Ouw Yang Lan mendengar bahwa Ouw Yang Hui diculik orang. la dan Song Bu segera melakukan pengejaran dan pencarian, kemudian ia dan Song Bu berpencar untuk mencari Ouw Yang Hui. Ouw Yang Lan menuju ke Kotaraja karena menduga bahwa Ayah kandungnya yang kini menjadi musuhnya itu tentu ada hubungannya dengan penculikan itu. Dalam perjalananan menuju Kotaraja itulah ia lewat di tepi hutan itu dan melihat Sin Cu menggeletak pingsan.
Sebetulnya Ouw Yang Lan adalah seorang gadis yang tidak mau mencampuri urusan orang lain. Akan tetapi melihat pemuda itu rebah telentang dengan pakaian koyak dan mandi darah, la tertarik. Wajah pemuda itu demikian memelas dan entah mengapa, melihat wajah yang bentuknya tampan itu penuh percikan darah dan juga bengkak-bengkak membiru, timbul perasaan iba di hatinya. la tahu bahwa pemuda itu masih hidup, pernapasannya masih normal, akan tetapi seperti orang tidur pulas. Tentu dia pingsan, pikir Ouw Yang Lan dan iapun menghampiri lalu herjongkok di dekat tubuh yang telentang tak bergerak itu. la mengurut tengkuk pemuda yang pingsan itu sambil mengerahkan tenaga sinkang. Sin Cu mengeluh dan membuka matanya. Begitu dia melihat wanita cantik berjongkok di dekatnya, segera dia berkata,
?Tidak, aku tidak sudi menuruti kehendakmu yang kotor!? Dan Sin Cu cepat melompat bangkit. Dia merasa heran dan girang. Ketika siuman tadi, dia mengira bahwa yang berjongkok itu Kim Niocu dan dirinya masih tertotok. Akan tetapi ternyata dia mampu bergerak dan dia sudah siap untuk menyerang.
?Heii! Apa-apaan engkau ini? Kehendak siapa yang kotor!? Ouw Yang Lan membentak marah sambil menudingkan telunjuknya kearah muka Sin Cu. Pemuda itu terbelalak. Setelah mendengar suara gadis itu, barulah dia menyadari sepenuhnya bahwa gadis itu sama sekali bukan Kim Niocu. Wajahnya berbeda, pakaiannya berbeda, biarpun sikap gadis ini bahkan lebih galak daripada Kim Niocu.
?Ah, maafkan aku nona...! aku kira tadi...?
?Jangan kira sembarang kira, ya? Aku membantumu agar siuman, engkau malah mengira aku mempunyai kehendak yang kotor! Huh, kurang ajar benar engkau ini!?
?Maaf, maaf...! Aku baru saja terlepas dari tangan seorang iblis betina yang kejam, nona. Ketika aku sadar, aku masih pening dan aku salah melihat... kukira engkau gadis itu... maafkan aku...? Sin Cu terhuyung dan hampir jatuh. Akan tetapi Ouw Yang Lan cepat menangkap lengan kanannya sehingga dia tidak jadi jatuh. Kemarahan gadis itu lenyap karena ia yakin ucapan pemuda itu tadi bukan ditujukan kepadanya dan rasa ibanya muncul kembali.
?Engkau luka-luka, perlu istirahat karena engkau lemah, mungkin terlalu banyak mengeluarkan darah,? katanya sambil menuntun Sin Cu ke bawah sebatang pohon besar.
?Nah, duduklah di sini. Aku mempunyai obat luka dan obat penguat tubuh.? Setelah Sin Cu duduk bersila di atas rumput, Ouw Yang Lan menurunkan buntalan pakaiannya, membukanya dan mengeluarkan sebungkus obat bubuk putih. Dengan jari-jari tangannya yang mungil dan cekatan, ia menaruh obat bubuk putih itu pada luka-luka di seluruh tubuh Sin Cu. Terasa sejuk dan nyaman oleh Sin Cu. Dia dapat menduga bahwa gadis ini tentulah seorang gadis kang-ouw, terbukti dari pedang yang tergantung di punggung dan dari bekalnya obat luka yang manjur. Setelah menaburkan bubuk putih pada luka-luka yang agak dalam, Ouw Yang Lan lalu menuangkan semacam anggur dari sebuah guci ke dalam sebuah cawan dan menyerahkannya kepada Sin Cu.
?Minumlah anggur penguat badan ini agar engkau merasa segar kembali.? Sin Cu menerima cawan itu dan tanpa curiga sedikitpun dia minum anggur itu. Terasa hangat di perut dan harus diakui bahwa obat kuat inipun amat manjur.
Rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhnya, terasa nyaman dan mengusir kelemahan. Dia sudah duduk bersila dan memejamkan kedua matanya, mengatur pernapasan dan menghimpun tenaga murni. Beberapa saat lamanya dia duduk diam dan melihat ulah pemuda itu, Ouw Yang Lan dapat menduga bahwa pemuda itu tentu seorang yang paham ilmu silat dan pandai pula memperkuat tubuhnya dengan menghirup hawa udara yang murni untuk memulihkan tenaga. Maka iapun mendiamkannya saja. Tak lama kemudian, Sin Cu yang merasa tidak enak karena mendiamkan saja gadis yang telah menolongnya itu, menghentikan samadhinya lalu membuka mata. Gadis itu masih berada di situ, duduk di atas sebuah batu tak jauh di depan Sin Cu. Dia memandang gadis itu, kemudian bangkit berdiri dan merangkap kedua tangan depan dada sambil menjura untuk memberi hormat.
?Lihiap (pendekar wanita) telah menolong saya, terimalah hormat dan rasa terima kasih saya yang mendalam.? Ouw Yang Lan tertawa, tawanya bebas seperti biasa. la memang seorang gadis yang bebas, tidak seperti para gadis lain, tidak ingin terlalu dikekang dan dibatasi gerakannya sehingga ia berani tertawa bebas tanpa menutupi mulut dengan tangan.
?Hi-hi-hik, engkau ini orang lucu. Bagaimana engkau tahu bahwa aku seorang pendekar wanita maka engkau menyebut Lihiap kepadaku?? Melihat sikap orang yang cerah gembira, Sin Cu juga tersenyum. Rasa nyeri di sekujur tubuhnya sudah mereda.
?Tentu saja engkau seorang pendekar, nona. Engkau membawa pedang di punggungmu, dan engkau membawa obat-obat untuk luka, hal ini menjadi kebiasaan seorang pendekar kalau sedang merantau.?
?Hemm, melihat caramu menghimpun hawa murni untuk memulihkan tenaga, aku tahu bahwa engkau juga seorang pendekar silat. Akan tetapi mana senjatamu dan mengapa pula engkau berada di sini dalam keadaan pingsan dan badanmu penuh luka bekas cambukan bukan?? Sin Cu menghela napas panjang dan teringatlah dia akan segala peristiwa yang dialaminya di puncak Bukit Cemara atau Bukit Siluman. Teringat dia bahwa tunangannya, Ouw Yang Hui, juga sudah dibebaskan oleh pemuda yang menolongnya tadi, akan tetapi yang tidak dapat dikejar dan ditemukan.
?Panjang ceritanya, nona,? kata Sin Cu sambil duduk kembali, di atas sebuah batu berhadapan dengan gadis itu. Akan tetapi sebelum dia melanjutkan kata-katanya, Ouw Yang Lan memotong.
?Nanti dulu. Kalau kita bercakap-cakap dan aku mendengarkan ceritamu, berarti kita sudah saling mengenal. Pada hal aku belum mengenalmu, bahkan namamu pun aku belum tahu.? Sin Cu tertegun, akan tetapi segera dapat menangkap maksud ucapan itu.
?Perkenalkan, nona. Aku bernama Wong Sin Cu, seorang yang kebetulan lewat di daerah ini dan mendengar bahwa di bukit itu terdapat banyak siluman dan penduduk di sekitar sini menyebutnya Bukit Siluman.? Sin Cu menuding ke arah Bukit Cemara. Ouw Yang Lan menoleh ke arah bukit itu dan ia tersenyum mengejek.
?Huh, tahyul orang-orang bodoh!?
?Akupun tidak percaya, nona. Akan tetapi aku tertarik ketika mendengar keterangan mereka bahwa sudah banyak orang tewas ketika mencoba untuk mendaki bukit itu. Maka aku lalu mendaki pada sore hari kemarin untuk menyelidiki.?
?Hemm, pemberani juga engkau, Wong Sin Cu! Agaknya engkau memiliki ilmu kepandaian yang boleh kau andalkan maka hatimu menjadi tabah.?
?Ah, ilmu silatku tidak terlalu tinggi, nona, akan tetapi aku tidak pernah undur kalau menghadapi orang jahat.?
?Bagus, engkau ternyata berwatak pendekar. Dan engkau tidak memiliki ilmu silat yang terlalu tinggi itupun aku tahu, buktinya engkau dicambuki orang sampai seperti ini. Lalu bagaimana??
?Ternyata bukit itu dipasangi banyak sekali alat rahasia jebakan, nona. Aku sudah berhasil naik ke puncak melewati alat-alat jebakan dan ketika tiba di sana, kiranya mereka itu adalah orang-orang Pek-Lian-Kauw yang dipimpin oleh seorang wanita yang seperti iblis betina bernama Kim Lian, panggilannya Kim Niocu. Aku dikeroyok dan aku melawan mati-matian. kan tetapi akhirnya aku terjebak dan roboh pingsan karena mereka mempergunakan asap beracun.?
?Hemm, Pek-Lian-Kauw, ya? Memang mereka orang-orang jahat yang kejam dan curang!? Ouw Yang Lan teringat akan cerita Ibu tirinya, Sim Kui Hwa tentang perbuatan orang berjubah Pek-Lian-Kauw yang menculik Ouw Yang Hui. ?Kemudian bagaimana??
?Aku pingsan dan ketika siuman, aku mendapatkan diriku sudah berada dalam sebuah ruangan besi dalam keadaan tertotok dan terbelenggu kaki tanganku. aku lalu disiksa dan dicambuki oleh Kim Niocu dan katanya aku akan dIbunuh pada keesokan harinya, kemudian ia meninggalkan aku dalam keadaan luka-luka cambukan. Akan tetapi tengah malam tadi, muncul seorang pemuda yang menolongku dan membebaskan aku keluar dari tempat tahanan di bawah tanah itu. Aku lalu melarikan diri turun bukit dan ketika tiba di sini, aku tidak kuat lagi lalu tidak ingat apa-apa.? Sin Cu merasa tidak perlu bercerita tentang Ouw Yang Hui, karena kalau dia sebut nama tunangannya itu, tentu dia harus berpanjang cerita tentang hubungannya dengan Ouw Yang Hui dan lain-lain. Ouw Yang Lan mengerutkan alisnya.
?Kau belum menceritakan mengapa ketika engkau siuman dari pingsan tadi engkau mengatakan tidak sudi menuruti kehendakku yang kotor. Hayo ceritakan sebabnya atau aku akan menganggap engkau telah menghinaku!?
?Maafkan aku, nona. Sungguh aku telah salah kira. Dalam keadaan masih pening aku mengira engkau adalah Kim Niocu.?
?Apa yang ia lakukan padamu?? Ouw Yang Lan mendesak.
?la hendak memaksa aku agar menjadi suaminya dan aku menolaknya.? Kata Sin Cu terus terang.
?Hemm, dan karena penolakanmu itu maka ia menyiksamu dengan cambukan??
?Begitulah. la memberi waktu semalaman kepadaku untuk menjawab dan kalau aku tetap menolak, pada keesokan harinya ia akan membakar kedua mataku lalu membunuhku?
?Hemm, perempuan rendah, hendak memaksa orang menjadi suaminya. Aku harus membunuh perempuan itu! Hayo, Wong Sin Cu, tunjukkan aku tempat tinggal perempuan itu, aku akan membunuhnya!?
Sin Cu merasa betapa tubuhnya sudah sehat kembali. Obat bubuk dan obat minum yang diberikan gadis itu ternyata manjur sekali. Dia memang harus kembali ke puncak Bukit Cemara. Pertama, dia harus mengambil kembali Pek-Liong-Kiam, pedangnya yang agaknya dirampas oleh Kim Niocu. Kedua, dia perlu menghajar Kim Niocu, iblis betina yang kejam itu, dan ketiga, ini yang penting sekali baginya, dia harus melihat apakah benar Ouw Yang Hui sudah lolos dari sana. Dia tidak mengenal pemuda yang membebaskannya, maka dia tidak tahu apakah pemuda itu bicara benar atau bohong bahwa Ouw Yang Hui telah ditolongnya meloloskan diri dari tempat tahanan. Akan tetapi, tempat itu berbahaya sekali, terutama berbahaya bagi gadis yang telah menolongnya ini.
?Nona, tempat itu amat berbahaya, Selain Kim Niocu itu memiliki ilmu silat dan ilmu sihir, juga pandai menggunakan racun sehingga ia merupakan lawan yang lihai dan berbahaya, juga ia masih dibantu tiga regu pasukan istimewa yang amat lihai. Aku memang harus ke sana untuk merampas kembali pedangku dan memberi hajaran kepada mereka, akan tetapi engkau lebih baik jangan mendekati tempat berbahaya itu, nona.? Mendengar ini, Ouw Yang Lan meloncat berdiri di depan Sin Cu, bertolak pinggang, matanya terbelalak marah dan ia membanting-banting kaki kanan, kebiasaan yang menunjukkan bahwa la marah sekali. Suaranya lantang ketika ia berkata sambil menudingkan telunjuknya ke arah muka Sin Cu yang menengadah dan memandangnya.
?Apa kau kata? Engkau berani bilang bahwa aku takut menghadapi mereka, takut melawan mereka? Engkau berani memandang rehdah kepadaku, ya?? Tak disangka sangka gadis itu demikian galaknya. Sin Cu terkejut sekali.
?Maaf, nona. Bukan begitu maksudku, Aku hanya hanya mengkhawatirkan keselamatanmu...?
?Itu namanya memandang rendah padaku, tahu? Kau kira aku tidak akan mampu membasmi mereka? Lihat ini? Gadis itu menggerakkan tangan kanan ke punggung.
?Singggg...? Tampak sinar menyilaukan mata dan ia sudah mencabut sebatang pedang beronce merah yang berkilauan, kemudian tubuhnya bergerak seperti menari pedang, gerakannya makin lama semakin cepat sehingga tubuhnya tidak tampak lagi, berubah bayangan yang terselimuti gulungan sinar putih yang menyambar-nyambar ke arah sebatang pohon tak jauh dari situ. Sin Cu memandang kagum. Memang hebat ilmu pedang gadis itu. Ujung-ujung ranting dan daun-daun pohon itu jatuh berhamburan disambar sinar pedang sehingga pohon itu menjadi gundul, seperti sebuah kepala yang rambutnya dibabat habis! Begitu sinar pedang lenyap, tahu-tahu Ouw Yang Lan sudah berdiri lagi di depannya dan pedang beronce merah sudah disarungkan kembali. Gadis itu tersenyum manis sambil memandang kepada Sin Cu.
?Bagus sekali! Kiam-Hoat (ilmu pedang) yang hebat!? Sin Cu memuji dengan kagum, walaupun hatinya masih meragukan apakah gadis ini akan mampu menandingi kelihaian Kim Niocu. Senang hati Ouw Yang Lan mendapat pujian Sin Cu. la menganggap pemuda itu memiliki ilmu kepandaian silat biasa saja maka sampai dapat tertawan musuh dan ia ingin agar penmuda itu percaya kepadanya dan merasa yakin ia akan mampu membasmi orang-orang Pek-Lian-Kauw.
?Engkau percaya kepadaku sekarang Untuk meyakinkan hatimu, lihatlah ini? Gadis itu lalu mengerahkan tenaga sinkangnya ke dalam kedua tangannya, lalu menghampiri batang pohon yang tadi digunduli, dalam jarak yang satu meter lebih ia lalu memukulkan kedua telapak tangannya dengan dorongan kuat. Sin Cu melihat ada uap putih keluar dari kedua telapak tangan itu.
?Braakk...!? Batang pohon sebesar pinggang Ouw Yang Lan itu tumbang dan roboh! Hebat, pikir Sin Cu, gadis itupun memiliki pukulan yang mengandung tenaga yang cukup kuat. Biarpun belum tentu dapat menandingi Kim Niocu, akan tetapi sinkangnya sudah cukup hebat dan akan merupakan teman yang boleh diandalkan.
?Bagaimana, apakah engkau masih menganggap terlalu berbahaya bagi keselamatanku kalau aku ikut engkau mendaki bukit itu? Pula, apa yang engkau andalkan untuk dapat merampas kembali pedangmu dan memberi hajaran kepada mereka? Akan tetapi kalau aku menyertaimu, aku tanggung pedangmu akan dapat kurampas kembali dan mereka itu akan kuberi hajaran, terutama sekali perempuan rendah itu pasti akan dapat kubunuh!? Sin Cu mengangguk-angguk. Gadis yang hebat. Ilmu silatnya tinggi, dan pemberani. Seorang pendekar wanita yang gagah.
?Terima kasih, nona, engkau telah menolongku tadi dan sekarang akan menolongku lagi, budimu amat besar...?
?Sudahlah, jangan bicara tentang budi. sebentar lagi engkaupun akan melupakan aku sama sekali!?
?Ah, tidak mungkin aku dapat melupakan budi pertolonganmu, nona.?
?Hemm, namakupun tidak pernah kau tanyakan, bagaimana engkau akan dapat mengingat aku sedangkan namakupun belum kau ketahui?? kata Ouw Yang Lan sambil tersenyum mengejek. Sin Cu tertegun dan kulit mukanya tentu akan tampak merah sekali kalau saja muka itu tidak terhias bilur-bilur dan bengkak-bengkak membiru.
?Ah, maafkan aku, nona. Aku tadi tidak berani lancang menanyakan, akan tetapi bolehkan aku mengetahui namamu yang mulia dan terhormat?? Ouw Yang Lan cemberut.
?Mulia dan terhormat apanya?? la teringat akan namanya. la bermarga Ouw Yang, sama dengan marga Ayahnya yang ia benci. Tidak, ia malu menggunakan nama Ouw Yang, lebih baik menggunakan nama marga Ayah tirinya.
?Namaku Ciang Lan, Ayahku adalah Thai-Lek-Kui Ciang Sek, majikan Bukit Awan Putih di pegunungan Thai-San!? Mendengar julukan Thai-Lek-Kui (lblis bertenaga Besar), biarpun dia sendiri belum pernah mendengar apa lagi bertemu orangnya, Sin Cu dapat menduga bahwa Ayah gadis ini tentu seorang tokoh kang-Ouw Yang amat terkenal,
?Ah, kiranya engkau puteri seorang datuk persilatan yang terkenal, nona Ciang Lan.?
?Wong Sin Cu, berapa sih usiamu??
?Dua puluh satu tahun lebih, nona.?
?Aku baru sembilan belas tahun. Karena kita akan bekerja sama menyerbu sarang Pek-Lian-Kauw, sudah sepatutnya kalau engkau menyebut aku adik dan aku menyebutmu Kakak.? Sin Cu menjadi girang sekali. Ternyata gadis ini hanya sikapnya saja yang kasar dan bahkan galak, akan tetapi sebetulnya ramah dan mudah akrab, tidak sombong, dan wataknya jujur dan terbuka.
?Terima kasih, tentu saja aku senang sekali kalau bisa mempunyai seorang adik seperti engkau, Lan-moi (adik Lan).?
?Sudahlah, Cu-Ko (Kakak Cu), jangan memuji terus atau aku akan menyangka engkau seorang penjilat yang menjemukan.?
?Maafkan aku, Lan-moi.? ?Sudahlah, sudahlah! Engkau ini terlalu sopan. Mari kita berangkat, engkau menjadi penunjuk jalan!? Mereka lalu berangkat mendaki Bukit Cemara. Sin Cu menjadi penunjuk jalan dan dia mengambil jalan yang dilewatinya kemarin sore ketika mendaki dan malam tadi ketika turun bukit. Biarpun dia sudah tahu di mana dipasangnya alat-alat perangkap, tetap saja dia bergerak hati-hati. Apalagi dia kini mendaki bersama gadis itu. Dia harus menjaga benar agar gadis itu tidak sampai tertimpa bencana.
?Hemm, apakah engkau tidak dapat bergerak lebih cepat lagi? Kalau kita merayap seperti ini, kapan sampainya di puncak?? Ouw Yang Lan mengomel dan menganggap bahwa pemuda itu memang tidak pandai melakukan perjalanan cepat mempergunakan ginkang (ilmu meringankan tubuh). Sin Cu tidak menjawab melainkan menunjuk ke arah puncak.
?Kita sudah tiba dekat bangunan tempat tinggal mereka.? Kata Sin Cu sete?ah mereka menaiki lereng terakhir. Ouw Yang Lan memandang dan ia sudah melihat genteng bangunan itu.
?Biar aku sekarang yang berjalan di depan, Cu-Ko, agar aku yang menghadapi kalau ada bahaya mengancam. Jangan khawatir, aku akan melindungimu!? kata Ouw Yang Lan dengan sikap gagah dan iapun melangkah cepat mendahului Sin Cu. Karena dari tempat itu sampai ke pintu pagar perumahan Pek-Lian-Kauw itu tidak ada alat jebakannya, maka Sin Cu mengangguk menyetujui walaupun dia tetap waspada karena maklum bahwa Kim Niocu dan anak buahnya tidak boleh dipandang ringan. Mereka merupakan lawan tangguh yang amat berbahaya. Kini mereka tiba di depan pintu pagar. Sin Cu melihat betapa keadaan di situ sunyi saja. Akan tetapi dia tetap waspada, maklum bahwa orang-orang Pek-Lian-Kauw itu licik dan suka mengatur siasat yang berbahaya bagi mereka.
?Hemm, aku tidak melihat ada orang!? kata Ouw Yang Lan sambil nencabut pedangnya.
?Mungkin melihat aku datang mereka takut keluar!?
?Heii, perempuan yang bernama Kim Lian dan antek-anteknya! Kalau kalian memang berani, hayo keluar menandingi aku!? Sin Cu terkejut. Menyesal juga hatinya mengajak gadis ini. Begitu sembrono dan terlalu berani, menantang-nantang secara terbuka seperti itu! Pada hal kalau dia bertindak sendiri, dia tentu akan menyusup secara diam-diam untuk menyelidiki apakah benar Ouw Yang Hui sudah lolos dari tempat itu. Sekarang, setelah Ciang Lan berteriak-teriak seperti itu, tidak mungkin lagi menyusup diam-diam dan harus menghadapi mereka secara tera?g-terangan. Akan tetapi karena sudah terlanjur diapun tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menunggu dan melihat perkembangan keadaan.
(Lanjut ke Jilid 25) Sepasang Rajah Naga (Cerita Lepas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 25 Sejenak hening saja. Suara Ouw Yang Lan yang dikeluarkan dengan pengerahan khikang kuat itu bergema diseluruh penjuru. Tiba-tiba terdengar bunyi suitan dan dari arah bangunan di balik pagar itu menyambar belasan batang anak panah ke arah Ouw Yang Lan yang berdiri di depan Sin Cu. Gadis perkasa itu memutar pedangnya dan semua anak panah runtuh tertangkis gulungan sinar pedang. Diam-diam Sin Cu merasa kagum. Kiranya gadis ini tidak hanya suaranya yang besar, melainkan memiliki ilmu kepandaian yang mengagumkan di samping keberanian yang luar biasa.
?Huh, begini sajakah kemampuan orang-orang Pek-Lian-Kauw yang sombong? Hanya menyerang orang secara menggelap... Pengecut-pengecut besar? teriak Ouw Yang Lan. Tiba-tiba terdengar bentakan-bentakan nyaring dan dari dalam rumah itu berserabutan keluar belasan orang laki-laki para anggauta Pek-Lian-Kauw yang bertugas menjaga rumah itu. Mereka berlarian menghampiri Ouw Yang Lan dengan golok di tangan. Sambil berteriak-teriak marah mereka menyerbu dan menyerang, mengeroyok gadis itu.
?Cu-Ko, mundurlah, biar aku menghajar anjing-anjing busuk ini!? kata Ouw Yang Lan dan iapun memutar pedangnya menjadi sinar bergulung-gulung menyambut belasan orang pengeroyoknya. Hebat memang permainan pedang dengan ilmu pedang Lo-Thian Kiam-Hoat (Ilmu Pedang Pengacau Langit) ini. Ilmu pedang ini pernah membuat nama Thai-Lek-Kui Ciang Sek menjadi terkenal di seluruh dunia kang-ouw.
Belasan orang pengeroyok itu terkejut bukan main, Silau pandang mata mereka oleh berkelebatnya sinar pedang. Setelah golok mereka bertemu dengan sinar pedang, terdengar suara berkerontangan dan empat batang golok patah menjadi dua. Mereka yang patah goloknya itu membuang golok buntung itu dan mencabut sepasang pisau belati, menggunakan sepasang senjata pendek ini untuk mengeroyok lagi. Belasan batang golok dan pisau belati menyambar-nyambar ganas. Akan tetapi Ouw Yang Lan sama sekal? tidak menjadi gugup. Dengan ilmu meringankan tubuh yang dapat membuat tubuhnya ringan ia bergerak cepat mengelak. Tubuhnya berkelebatan di antara sinar golok dan terkadang pedangnya membabat buntung golok para pengeroyok. Gadis ini lalu mempergunakan ilmu tendangan Soan-Hong-Tui (Tendangan Angin Puyuh).
Kedua kakinya bergantian mencuat dengan kecepatan kilat dan terdengarlah teriakan-teriakan kesakitan ketika kedua kaki itu menemukan sasaran. Dalam waktu beberapa menit saja empat orang terpelanting oleh tendangan kaki dara perkasa itu. Dan empat orang lain roboh terkena sambaran sinar pedang dan terluka oleh ujung pedang Lo-Thian-Kam. Mereka yang roboh itu masih dapat bangkit dan karena mereka sudah tidak mampu berkelahi, delapan orang itu mengundurkan diri dan pergi entah ke mana. Sisanya, sembilan orang lagi masih melawan mati-matian, akan tetapi mereka terdesak oleh sinar pedang yang dimainkan Ouw Yang Lan. Akhirnya seorang di antara mereka yang menjadi pimpinan memberi isarat dan cepat mereka mundur ketika pimpinan mereka membanting alat peledak. Terdengar ledakan keras dan asap hitam tebal memenuhi tempat itu.
?Lan-moi, mundur...? Sin Cu berseru, Ouw Yang Lan sudah tahu akan bahaya dan iapun sudah melompat jauh meninggalkan tempat itu. Untung ia bergerak cepat sekali karena asap hitam itu memang mengandung racun yang berbahaya. Setelah asap membuyar dan perlahan-lahan tertiup angin dan pergi, Ouw Yang Lan dan Sin Cu sudah tidak melihat lagi para pengeroyoknya tadi.
Sin Cu cepat mengajak Ouw Yang Lan memasuki bangunan. Akan tetapi ternyata bangunan itu telah kosong! Kim Niocu dan anak buahnya, juga para tawanan wanita sudah pergi dari situ. Bahkan belasan orang pengeroyok tadipun tidak dapat ditemukan. Sin Cu mengerutkan alisnya. Dia masih belum tahu bagaimana dengan nasib Ouw Yang Hui. Apakah Ouw Yang Hui benar benar telah ditolong pemuda penolongnya semalam dan telah lolos dari tangan Kim Niocu? Ataukah tunangannya itu sebetulnya ditawan oleh Kim Niocu dan sekarang ikut dibawa pergi meninggalkan tempat itu? ia tidak tahu pasti. Akan tetapi kalau benar masih berada di tangan Kim Niocu, lalu untuk apa pemuda itu membohonginya dan menolongnya? Rasanya tidak mungkin! betapapun juga, hatinya masih belum puas dan masih penasaran sebelum dia dapat menemukan Ouw Yang Hui.
?Mari kita geledah tempat ini dengan teliti. Engkau menggeledah bagian kiri dan aku bagian kanan,? kata Ouw Yang Lan.
?Baik, Lan-moi, akan tetapi engkau berhati-hatilah.? Kata Sin Cu.
?Hemm, Cu-Ko, sebaiknya nasihatmu itu kau tujukan kepada dirimu sendiri. Engkau yang harus berhati-hati dan kalau terjadi apa-apa, cepat berteriak memanggilku agar aku dapat menolongmu.? Sin Cu mengangguk dan mereka lalu berpisah. Sin Cu memeriksa seluruh ruangan dan kamar di sebelah kiri dan Ouw Yang Lan memeriksa sebelah kanan. Akan tetapi ternyata semua ruangan dan kamar benar-benar telah kosong. Ketika mereka bertemu di ruangan belakang, Ouw Yang Lan menyerahkan sebuah buntalan kain kuning kepada Sin Cu.
?Nih, Cu-Ko, untukmu,? katanya sambil menyerahkan buntalan itu. Sin Cu menerimanya dan memandang heran.
?Apakah ini, Lan-moi?? Ouw Yang Lan tersenyum dan memandang pakaian Sin Cu yang compang-camping.
?Apa lagi kalau bukan pengganti pakaianmu? Aku menemukan banyak pakaian pria yang indah-indah dalam almari di sebuah kamar. Aku mengambil beberapa stel pakaian dan kubungkus dengan kain kuning. Nah, sekarang engkau dapat berganti pakaian dan mempunyai bekal pakaian. Sekarang, engkau bersihkan badanmu dan berganti pakaian dulu, setelah itu kita makan lalu aku akan membakar bangunan ini.? Sin Cu memandang heran.
?Makan? Bakar rumah?? ?Tentu saja. Bukankah perutmu juga sudah lapar? Engkau kehilangan banyak darah dan kelelahan, perlu makan yang banyak. Dan tentang membakar rumah ini,pertama, rumah gerombolan penjahat ini memang perlu dibasmi dan kedua, kalau-kalau ada penjahat yang bersembunyi dalam ruangan rahasia, tentu dia akan terbakar atau terpaksa keluar.? Sin Cu menghela napas panjang.
?Sayang sekali aku tidak dapat menemukan kembali pedangku. Tentu dibawa oleh wanita iblis itu?
?Jangan khawatir, Cu-Ko. Aku akan membantumu mencari perempuan hina itu dan merampas kernbali pedangmu. Apakah pedangmu itu sebuah pedang pusaka??
?Pedangku itu pedang yang baik sekali, Lan-moi, dahulu milik seorang pahlawan gagah perkasa. Pedang pusaka itu bernama Pek-Liong-Kiam.?
?Hemm, tentu pedang yang baik sekali dan sayang kalau terjatuh ke tangan seorang penjahat. Sudahlah, nanti saja kita bicara lagi. Sekarang, mandilah dulu. Aku tadi melihat sebuah kamar rnandi, di sana tersedia banyak air jernih.? Ouw Yang Lan menunjuk ke sebuah pintu. Sin Cu tidak membantah lagi. Memang tubuhnya kotor oleh bekas darah dan bajunya juga compang camping.
Dia melangkah ke kamar mandi membawa buntalan pakaian itu. Tubuhnya terasa segar dan bersih setelah dia mandi dan berganti pakaian. Pakaian itu ternyata indah-indah, terbuat dari sutera halus sehingga terasa lembut di kulit. Selama hidupnya belum pernah Sin Cu memakai pakaian seindah itu sehingga dia merasa agak rikuh dan canggung, Akan tetapi ketika keluar dari kamar mandi, dia tidak melihat Ouw Yang Lan. Hatinya merasa khawatir sekali. Biarpun mereka tadi sudah menggeledah dan tidak menemukan seorangpun di rumah itu, namun dia masih curiga karena maklum betapa lihai, kejam dan curang orang-orang Pek-Lian-Kauw itu. Dia khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu dengan gadis lincah galak yang menolongnya. Sin Cu menoleh ke sekeliling dan setelah melihat bahwa gadis itu tidak berada di situ, tidak tampak bayangannya dia lalu berteriak memanggil.
?Adik Ciang Lan...! Lan-moi..., di mana engkau??? Tiba-tiba terdengar jawaban merdu,
?Cu-Ko, aku berada di dapur! Kesinilah!? Lega rasa hati Sin Cu mendengar jawaban itu dan dia segera menghampiri dapur di bagian belakang rumah itu. Ketika memasuki dapur sambil membawa buntalan pakaiannya, dia melihat gadis itu sedang sIbuk menghangatkan beberapa macam masakan yang telah diatur di atas meja dalam dapur itu.
Masakan itu masih mengepul dan Sin Cu mencium bau sedap yang membuat perutnya tiba-tiba terasa lapar sekali. Kini Ouw Yang Lan yang berdiri terbelalak menatap wajah Sin Cu. Biarpun kedua pipi pemuda itu masih sedikit biru, namun tampak olehnya bahwa pemuda itu tampan sekali, memiliki daya tarik yang luar biasa bagi Ouw Yang Lan. Hatinya terguncang dan ia merasa bahwa selama hidupnya belum pernah ia melihat wajah seorang pria yang demikian menarik seperti wajah Sin Cu. Tanpa diketahuinya, itulah tanda-tanda bahwa gadis itu telah jatuh cinta! Sin Cu tidak menyadari bahwa gadis itu terpesona dan kagum melihat dia yang kini telah berubah sama sekali setelah mukanya dibersihkan dan tubuhnya mengenakan pakaian yang membuatnya tampak seperti seorang Kongcu (Tuan Muda) atau seorang Siucai (Sastrawan) bangsawan.
?Aduh... sedapnya bau masakan itu, Lan-moi, Perutku mendadak menjadi lapar sekali!?
?Aih, Cu-Ko, aku hampir tidak mengenalmu! Engkau kelihatan seperti seorang Kongcu tulen!? Kata Ouw Yang Lan sambil tertawa. Ucapan ini membuat Sin Cu teringat akan penolongnya malam tadi. Pemuda itupun berpakaian indah seperti seorang Kongcu. Apakah pakaian yang ditemukan Ciang Lan itu pakaian pemuda penolongnya? Tanpa dia ketahui, memang dugaannya benar. Pakaian itu adalah pakaian milik Bhong Lam yang pergi bersama Ouw Yang Hui tanpa sempat membawa pakaiannya yang tertinggal dalam almari di kamarnya.
?Ah, bisa saja engkau ini, Lan-moi. Akan tetapi masakan itu... dari mana engkau dapat??
?Masakan-masakan ini sudah berada di meja dapur ini, Cu-Ko, agaknya karena tergesa-gesa hendak pergi, pemiliknya tidak sempat makan. Aku hanya tinggal memanaskannya saja lagi. Dan di sini ada anggur pula, Cu-Ko. Kita dapat makan besar seperti pesta!? Kata Ouw Yang Lan gembira.
?Hati-hati, Lan-moi. Masakan dan anggur itu tentu ditinggalkan oleh mereka. Orang-orang Pek-Lian-Kauw itu berbahaya sekali, jangan-jangan makanan dan minuman itu telah diberi racun!? Ouw Yang Lan tersenyum manis sekali. Kini pandang matanya yang ditujukan kepada wajah Sin Cu tampak bersinar-sinar.
?Aih, Cu-Ko, apakah engkau masih juga belum percaya sepenuhnya kepadaku.? Perempuan hina itu tidak mungkin dapat menipuku semudah itu!?
?Apa maksudmu, Lan-moi?? Sin Cu menghampiri.
?Lihat itu, Koko.? Gadis itu menuding ke bawah. Sin Cu memandang dan dia melihat seekor kucing gemuk sedang makan semua masakan itu, diambil sedikit-sedikit dan dicampur menjadi satu. ?Kucing itu telah mencicipi semua masakan, bahkan aku tuangkan anggur sehingga ia mencicipi anggur pula. Kalau ada racunnya, tentu sejak tadi ia sudah mati! Aku yakin masakan dan anggur ini memang untuk makan mereka, akan tetapi agaknya mereka tergesa-gesa pergi tanpa memakannya. Masakan itu sudah dingin, mungkin dimasak pagi tadi.? Sin Cu mengangguk-angguk, semakin kagum. Gadis itu masih muda akan tetapi cerdik dan berhati-hati sekali. Dengan kepandaian silat, kecerdikan dan sikap berhati-hati seperti itu, tidak heran kalau ia berani merantau. di dunia kang-ouw dan dapat menjaga diri sendiri.
?Hebat sekali engkau ini, Lan-moi. Masih begini muda sikapmu seperti seorang pendekar wanita yang penuh pengalaman saja.?
?Hemm, aku tidak banyak pengalaman akan tetapi banyak belajar tentang dunia kang-ouw dari Ayahku.? Kata gadis itu sambil melanjutkan pekerjaannya memanaskan beberapa macam masakan lagi.
?Lan-moi, masakan ini sudah terlalu banyak. Lihat, sudah ada lima macam, sudah lebih daripada cukup, kiranya yang lain itu tidak perlu dipanaskan lagi. Ini saja sudah cukup.?
?Eh, sudah lapar benarkah engkau, Cu-Ko?? Sin Cu tersenyum dan mengangguk. Tidak perlu berpura-pura lagi, dia memang lapar sekali. Ouw Yang Lan mengalah. la menurunkan kembali masakan yang sedang dipanaskan, meninggalkan perapian dan duduk bersama Sin Cu menghadapi meja makan. diraihnya dua buah mangkok, dua pasang sumpit dan dua buah cawan kosong. Akan tetapi sebelum ia menuangkan anggur kedalam cawan dan mengisikan nasi ke dalam mangkok, Sin Cu menahannya.
?Nanti dulu, Lan-moi. Orang-orang Pek-Lian-Kauw itu terkenal keji sekali, maka kita harus sangat hati-hati sekali dan mencurigai segalanya. Masakan dan anggur ini sudah kau uji kebersihannya, akan tetapi mangkok, cawan dan juga sumpit itu perlu juga diteliti.? Ouw Yang Lan mengangguk-angguk dan tersenyum.
?Hebat, engkau ternyata lebih teliti daripada aku, Cu-Ko. Terima kasih telah kau ingatkan. Aku mempunyai sepotong perak murni pemberian Ayahku dan aku selalu menguji ada tidaknya racun dengan itu. Kalau tadi aku tidak menggunakan perakku adalah karena aku melihat ada kucing dan aku ingin engkau yakin.? Sambil tersenyum gadis itu mengambil sepotong perak sebesar Ibu jari tangan dari buntalan pakaiannya. la menggosok-gosokkan perak itu pada permukaan dua mangkok dan dua cawan itu, juga dua pasang sumpit ia gosok-gosok dengan perak.
?Kalau ada racunnya, racun macam apa saja, potongan perak ini akan bernoda warna hitam,? katanya. Ternyata semua peralatan makan itu bersih. Mereka lalu makan minum dengan tenang dan aman. Benar seperti ucapan Ouw Yang Lan tadi, Sin Cu makan banyak sekali dan ini amat baik bagi kesehatannya setelah dia kehilangan banyak darah tadi. Setelah selesai makan, Ouw Yang Lan mengajak Sin Cu keluar dari rumah dan mereka berdua lalu membakar bangunan itu. Tak lama kemudian, muncul dua orang dari dalam rumah, melarikan diri terhuyung huyung meninggalkan rumah yang mulai terbakar itu. Ouw Yang Lan cepat melompat dan dua kali tangan kirinya bergerak, dua orang itu telah ditamparnya roboh.
?Hayo katakan, di mana perempuan hina bernama Kim Niocu itu dan di mana teman-teman kalian yang lain?? bentak dara perkasa itu.
?Mereka semua sudah pergi pagi-pagi tadi dan kawan-kawan kami para penjaga yang lain juga melarikan diri setelah kami tidak kuat melawan nona. Kami berdua terpaksa tinggal di sini karena kami terluka parah dan tidak dapat ikut melarikan diri.?
?Apakah ada tawanan yang dibawa pergi Kim Niocu?? tanya Sin Cu. Dua orang itu memandang Sin Cu dan agaknya baru sekarang mereka mengenal bekas tawanan ini. Seorang dari mereka menjawab,
?Semua tawanan dibawa pergi Nioocu,? Sin Cu mengerutkan alisnya. Ternyata kekhawatirannya terjadi. Ouw Yang Hui ternyata masih di tangan Kim Niocu dan dibawa pergi. Entah pemuda penolongnya itu berbohong dan Ouw Yang Hui tidak pernah lolos, atau gadis itu memang pernah lolos akan tetapi tertawan kembali.
?Ke mana perginya Kim Niocu? Hayo katakan atau kalian berdua akan kubuntungi kedua kaki tanganmu, daun telingamu, hidungmu, kemudian lehermu!? bentak Ouw Yang Lan dengan galak. Dua orang yang sudah biasa melakukan kekerasan atau pembunuhan itu kini menggigil ketakutan.
?Niocu dan rombongannya pergi ke Kotaraja, nona. Harap ampuni kami... kami hanya anak buah...?
?Kalian orang-orang jahat yang harus dibasmi!? Setelah berkata demikian, Ouw Yang Lan mengelebatkan pedangnya. Akan tetapi Sin Cu menangkap lengan gadis itu.
?Lan-moi, jangan bunuh mereka. Mereka hanyalah anak buah yang menjalankan perintah.? Ouw Yang Lan memandang heran dan menyimpan kembali pedangnya, lebih heran lagi ia kepada dirinya sendiri mengapa ia begitu penurut terhadap ucapan pemuda ini.
?Aih..., engkau ini sungguh aneh, Cu-Ko. Engkau sendiri telah disiksa sampai hampir tewas, tubuhmu penuh luka. Akan tetapi engkau malah mencegah aku membunuh mereka??
?Mereka memang bukan orang-orang baik, akan tetapi mereka hanyalah anak buah yang melakukan apa saja yang diperintahkan pimpinan mereka. Kim Niocu itulah yang harus kita cari dan kita tentang. Dua orang ini sudah terluka olehmu, biarlah itu menjadi pelajaran bagi mereka, Lan-moi.?
?Hemm, sudahlah kalau begitu. Kalian berdua, anjing busuk, pergilah!? Dengan gemas ia menendang dua kali dan tubuh dua orang anggauta Pek-Lian-Kauw itu terlempar dan jatuh terbanting sampai bergulingan. Mereka menjadi ketakutan akan tetapi juga girang sekali bahwa mereka tidak dIbunuh dan sambil terhuyung-huyung mereka melarikan diri sekuat tenaga. Setelah menanti sampai atap bangunan itu terbakar dan runtuh dan tidak melihat ada orang lain lagi yang muncul, Sin Cu dan Ouw Yang Lan meninggalkan puncak dan menuruni bukit yang penuh pohon cemara itu. Mereka berhenti melangkah ketika tiba di kaki bukit. Mereka menengok dan memandang ke arah puncak bukit. Masih tampak asap mengepul.
?Mudah-mudahan bukit ini tidak lagi disebut Bukit Siluman? kata Sin Cu.
?Cu-Ko, siapakah yang kau maksudkan dengan tawanan Kim Niocu itu?? Sin Cu meragu. Dia tidak ingin bercerita tentang tunangannya, maka dia menjawab sambil lalu saja.
?Seorang sahabat di tawan mereka. Aku harus menolong membebaskannya.?
?Ah, kalau begitu, untuk menolong sahabatmu dan merampas kembali pedangmu, kita harus cepat melakukan pengejaran terhadap mereka, Cu-Ko!?
?Memang aku harus mengejar mereka Lan-moi.?
?Aku akan membantumu, Cu-Ko.?
?Lan-moi, aku tidak ingin menyusahkanmu. Engkau tentu mempunyai banyak urusanmu sendiri yang harus kau selesaikan.?
?Menyusahkan apanya? Kalau menyusahkan, tentu aku tidak mau! Aku memang sedang menuju ke Kotaraja. Apakah engkau tidak senang kalau aku membantumu, Cu-Ko??
?Ah, tentu saja senang sekali, Lan-moi. Aku hanya tidak ingin kalau engkau bersusah pAyah dan waktumu terganggu hanya karena urusanku.?
?Hemm, menentang orang jahat adalah urusanku juga, Cu-Ko. Pula, apa yang kau andalkan untuk dapat menolong sahabatmu dan merampas kembali pedangmu? Tanpa bantuanku, engkau akan terancam bahaya, mungkin tertawan lagi dan nyawamu sendiri bahkan terancam maut.? Melihat kenekatan Ciang Lan, Sin Cu tidak berani melarang lagi, takut kalau-kalau akan menyinggung perasaan gadis yang cantik, lihai dan keras wataknya ini.
?Kalau begitu, mari kita berangkat, Lan-moi. Siapa tahu dengan perjalanan cepat kita akan dapat menyusul mereka sebelum mereka tiba di Kotaraja.? Berangkatlah kedua orang muda itu meninggalkan Bukit Cemara menuju ke Kotaraja. Sebetulnya tujuan utama dari Sin Cu adalah untuk segera dapat menemukan dan menolong Ouw Yang Hui yang dia belum tahu dengan pasti apakah tunangannya itu masih menjadi tawanan Kim Niocu ataukah memang sudah berhasil melarikan diri. Adapun Ouw Yang Lan menduga bahwa yang disebut sahabat yang tertawan oleh Sin Cu adalah seorang pria. Apa yang terjadi malam itu di bangunan puncak Bukit Cemara, tidak diketahui Kim Niocu dan anak buahnya. Lima orang yang tadinya berjaga di ruangan tahanan bawah tanah, percaya kepada Bhong Lam dan mereka lalu melakukan penjagaan di luar gedung seperti yang dikatakan Bhong-Kongcu.
Kim Niocu dan tiga pengawalnya tidak pernah menyangka buruk kepada Bhong Lam sehingga pemuda itu dapat dengan leluasa membebaskan Sin Cu dan mengajak Ouw Yang Hui melarikan diri dari bukit itu. Baru pada keesokan harinya, pagi pagi sekali, para anak buah Pek-Lian-Kauw menjadi gempar ketika melihat betapa Sin Cu tidak ada lagi dalam kamar tahanan. Tawanan itu telah lolos! Mereka segera mencari-cari dan suasana menjadi gempar ketika mereka mendapat kenyataan bahwa Bhong Lam juga menghilang bersama Ouw Yang Hui, seorang di antara para tahanan wanita. Kim Niocu terbangun oleh rIbut-rIbut itu dan ketika ia mendapat kenyataan apa yang telah terjadi, ia menjadi marah sekali! Sin Cu telah melarikan diri, lolos dari ruangan tahanan. Bhong Lam telah melarikan diri dan Ouw Yang Hui juga menghilang!
Karena Ia tahu benar bahwa Sin Cu adalah seorang yang amat lihai, sekilas timbul dugaannya bahwa pemuda perkasa itu mampu membebaskan diri dan telah dapat melarikan Ouw Yang Hui. Akan tetapi kalau benar demikian keadaannya, mengapa pula Bhong Lam menghilang? la mendengar pula betapa Bong Lam menggantikan lima orang anak buah menjaga Sin Cu dan minta kunci ruangan tahanan. Apa artinya ini? Andaikata benar Sin Cu berhasil melepaskan diri menolong Ouw Yang Hui lalu ketahuan Bhong Lam sehingga terjadi perkelahian, tentu Sin Cu merobohkan atau bahkan membunuh Bhong Lam. Akan tetapi Bhong Lam menghilang begitu saja, bahkan meninggalkan semua pakaiannya. Ini berarti bahwa Bhong Lam pergi dengan tergesa-gesa, melarikan diri. Teringatlah ia akan sikap pemuda putera ketua cabang Pek-Lian-Kauw itu terhadap Ouw Yang Hui!
?Keparat! Agaknya dia membebaskan Sin Cu untuk memaksa Ouw Yang Hui agar suka ikut bersamanya,? pikir Kim Niocu yang cerdik. la lalu memanggil semua pembantunya. Tiga regu pengawal dan belasan orang anak buah Pek-Lian-Kauw segera berkumpul menghadap Kim Niocu yang sedang marah itu.
?Pek Hwa, engkau dan regumu ikut aku ke Kotaraja, mengawal enam orang gadis tawanan itu.?
?Kami siap melaksanakan perintah, Niocu,? kata Pek Hwa.
?Ang Hwa dan Hek Hwa, kalian berdua bersama regu kalian cepat lakukan pengejaran dan pencarian terhadap Bhong Lam dan Ouw Yang Hui. Tangkap Ouw Yang Hui dan bunuh Bhong Lam kalau dia tidak mau menyerah!?
?Kami siap, Niocu!? kata gadis baju merah dan gadis baju hitam itu serempak.
?O ya, kalau kalian bertemu dengan Wong Sin Cu, tahanan yang lepas itu, usahakan sedapatnya untuk menangkap dia! Kalau kalian tidak berhasil menangkap dia, katakan kepadanya bahwa kalau dia menghendaki pedangnya kembali, suruh dia menemui aku.?
?Baik, Niocu.? ?Berangkatlah sekarang juga.? Setelah tiga orang gadis kepala tiga regu pengawal itu mundur untuk membuat persiapan. Kim Niocu lalu memerintahkan belasan orang laki-laki anggauta Pek-Lian-Kauw untuk menjaga gedung. Setelah persiapan selesai, berangkatlah mereka semua. Pagi-pagi sekali mereka menuruni bukit, dua regu Ang Hwa Tok-Tin dan Hek I Kiam-Tin berpencar untuk mencari jejak para pelarian, sedangkan Pek I Hoat-Tin mengawal Kim Niocu dan enam orang tawanan wanita menuju ke Kotaraja.
Kereta itu memasuki pintu gerbang Kotaraja. Kim Niocu duduk di depan sebagai kusir dan enam orang gadis tawanan itu duduk dalam kereta. Kim Niocu sudah mengatur sedemikian rupa agar ia dan rombongannya tidak menarik perhatian dan kecurigaan. la menyuruh sembilan orang anggauta regu Pek I Hoat-Tin untuk berpencar dan memasuki Kotaraja tidak secara bersamaan dan juga menutup pakaian putih mereka dengan pakaian biasa. la sendiri mengusiri kereta yang ditumpangi enam orang gadis tawanannya. Ketika beberapa orang perajurit yang bertugas jaga menghampiri kereta, Kim Niocu cepat menyerahkan sebuah kantung kain kecil kepada kepala regu penjaga dan berkata,
?Anak-anak manis ini pesanan beberapa orang pembesar Kotaraja, harap jangan diganggu dan ini sekedar hadiah dari kami.? Kepala jaga itu menerima dan membuka kantung, melihat gemerlapnya potongan emas dan perak dia tersenyum girang. Apalagi ketika menguak tabir kereta melihat enam orang gadis cantik yang dipesan oleh para pembesar, tentu saja dia tidak berani mengganggu. Dia menutupkan lagi tirai kereta dan mengangguk dengan hormat kepada Kim Niocu, mempersilakan nona cantik itu melanjutkan perjalanan memasuki Kotaraja. Kereta itu memasuki Kotaraja dan akhirnya berhenti dan memasuki pekarangan yang luas dari sebuah rumah besar, di sebelah timur Jembatan Rembulan.
Rumah ini mempunya? sebuah toko di samping depan, sebuah toko rempah-rempah yang besar dan lengkap. Itulah rumah Su Kian, atau yang terkenal sebagai Su Wangwe (Hartawan Su), seorang hartawan yang dikenal sebagai seorang dermawan di Kotaraja, juga seorang yang memiliki hubungan dekat dengan para pembesar, terutama dengan Thaikam Liu Cin. Kim Niocu mengajak enam orang gadis tawanannya memasuki rumah, disambut para pelayan gedung itu dengan ramah dan hormat. Agaknya semua pelayan mengenal baik gadis ini. Su Kian tidak tampak menyambut di luar rumah. Akan tetapi setelah Kim Niocu berada di dalam, ia disambut dengan sangat hormat oleh Su Kian. Orang yang dikenal sebagai hartawan di Kotaraja memberi hormat kepada gadis itu seperti menghormati seorang yang berkeduduk tinggi sekali.
?Selamat datang, Niocu! Maafkan kalau kami tidak dapat menyambut kedatangan Niocu lebih awal,? kata Su Kian sambil menjura dengan hormat sekali. Dia seorang laki-laki berusia empat puluh lima tahun bertubuh gemuk pendek dan wajahnya ramah dan tampak sebagai seorang yang baik hati dan pandai merendahkan diri seperti biasa seorang penjilat.
Akan tetapi sepasang matanya bergerak cerdik sekali. Inilah mata-mata yang amat diandalkan oleh Pek-Lian-Kauw, yang bergerak di Kotaraja dan mengepalai semua jaringan mata-mata di Kotaraja dan daerahnya. Tak ada seorangpun yang menyangka bahwa dia adalah mata-mata Pek-Lian-Kauw, karena dalam kehidupannya sehari-hari ia merupakan seorang pedagang yang berhasil dan seorang hartawan yang dermawan, mempunyai hubungan baik dengan Para pembesar. Bahkan di antara para pembesar, hanya Thaikam Liu Cin dan para pembantunya sajalah yang mengetahui bahwa Su Kian sesungguhnya adalah seorang mata-mata Pek-Lian-Kauw, seorang tokoh Pek-Lian-Kauw yang penting dan juga yang memiliki ilmu silat yang tinggi.
?Su Wangwe,? kata Kim Niocu dengan sikap resmi karena di depan enam orang gadis itu,
?Harap suruh orang membawa para gadis ini ke dalam dan layani mereka dengan baik.? Su Kian maklum akan maksud Kim Niocu. Dia memanggil pelayan dan enam orang gadis tawanan itu lalu dibawa masuk ke dalarn kamar besar yang berada di sebelah belakang. Setelah itu, barulah Kim Niocu dan Su Kian bicara berdua saja dalam sebuah ruangan tertutup dan Su Kian melaporkan tentang perkembangan di Kotaraja dan tentang hubungan yang dijalinnya dengan Thaikam Liu Cin. Dia melaporkan pula kepada pembesar-pembesar mana enam orang gadis itu akan diserahkan sebagai ?Hadiah? agar dia lebih dapat mempengaruhi mereka. Diam-diam Su Kian mengirim orang kepercayaannya untuk memberi tahu kepada Thaikam Liu Cin tentang kedatangan Kim Niocu dan mengundang pembesar itu untuk mengadakan pertemuan dan perundingan.
Thaikam Liu Cin yang tentu saja sangat berhati-hati menjaga diri agar hubungannya dengan Pek-Lian-Kauw tidak ketahuan orang, mengutus Ouw Yang Le dan Giam Tit, kepala pengawal pribadinya untuk mewakilinya mengadakan perundingan dengan puteri Ketua Umum Pek-Lian-Kauw itu. Agar tidak menarik perhatian orang dan menimbulkan kecurigaan, kedua orang tokoh pembantu Thaikam Liu Cin inipun mengunjungi rumah Su Kian dengan menyamar dan datang di waktu malam gelap. Mereka berdua diterima di rumah hartawan itu dan tak lama kemudian terjadilah perundingan rahasia dalam sebuah ruangan tertutup antara Ouw Yang Lee, Giam Tit dan Kim Niocu, dihadiri pula oleh Su Kian. Setelah menyampaikan salam dari Thaikam Liu Cin kepada Kim Niocu, Ouw Yang Lee lalu berkata,
?Kim Niocu, pihak kami telah melaksanakan rencana yang telah kita atur bersama. Dengan menyamar sebagai Hwesio Siauw-Lim-Pai, rekan kami Hek Pek Moko telah berhasil menyerang dan membunuh murid Bu-Tong-Pai dan Kong-Thong-Pai,? Kim Niocu tersenyum mengejek.
?Dan engkau mengira bahwa semua itu berhasil mengadu domba mereka? Sama sekali tidak, Paman Ouw Yang Lee. Tidak sampai terjadi bentrokan antara Siauw-Lim-Pai dan Bu-Tong-Pai atau Kong-Thong-Pai. Bahkan mereka bertiga sepakat untuk mencari pembunuh itu. Karena itu, kami telah mengutus orang kami untuk menggunakan ilmu-ilmu Bu-Tong-Pai dan Kong-Thong-Pai untuk membunuh beberapa orang murid Siauw-Lim-Pai. Tentu permusuhan antara mereka akan meledak dan berkobar.? Ouw Yang Lee dan Giam-Ciangkun (Panglima Giam) mengangguk-angguk dan Ouw Yang Lee bertanya kepada Kim Niocu,
?Dan bagaimana dengan puteriku, Niocu? apakah engkau sudah dapat menemukan dan menangkapnya untukku seperti yang kau janjikan?? Mendengar pertanyaan itu yang nadanya menuntut, Kim Niocu mengerutkan alisnya dan sepasang matanya menyinarkan api kemarahan kepada Ouw Yang Lee.
?Justeru inilah yang ingin kupertanyakan kepadamu, Paman Ouw Yang Lee. Engkau ini sebetulnya seorang pembantu dan kepercayaan Liu Taijin ataukah seorang pengkhianat yang hendak menentang kami?? Ouw Yang Lee adalah seorang datuk besar, majikan Pulau Naga yang biasa hidup sebagai raja kecil di Pulau yang dikuasainya, maka tentu saja dia memiliki keangkuhan. Kini dia dituduh sebagai seorang pengkhianat, maka tentu saja dia menjadi marah sekali. Wajahnya berubah merah dan dia segera bangkit berdiri dan matanya melotot ketika dia memandang kepada gadis cantik itu.
?Kim Niocu! Mentang-mentang engkau puteri Ketua Umum Pek-Lian-Kauw, kau kira boleh menghinaku begitu saja? Apa kau kira aku takut padamu?? Kim Niocu juga marah dan iapun bangkit berdiri.
?Ouw Yang Lee, biarpun engkau berjuluk Tung-Hai-Tok dan menjadi majikan Pulau Naga, akupun sama sekali tidak takut padamu! Kalau kulaporka? kepada Liu Taijin, engkau tentu akan dipecat sebagai seorang pengkhianat dan menerima hukuman,?
?Fitnah keji, keparat!? Ouw Yang Lee marah sekali dan diapun sudah menyerang dengan pukulan jarak jauh, menggunakan kedua telapak tangannya mendorong kearah gadis itu dan kedua telapak tangannya berubah merah. Itulah ilmu pukulan Ang-Tok-Ciang (Tangan Racun Merah) yang amat berbahaya dan merupakan serangan maut. Akan tetapi Kim Niocu yang juga sudah marah sekali tidak menjadi gentar, bahkan menyambut pukulan itu dengan kedua tangannya yang didorongkan pula ke depan.
?Wuuuuttt dess...!!? Dua tenaga sakti bertemu di udara dan akibatnya, tubuh Kim Niocu bergoyang-goyang akan tetapi tubuh Ouw Yang Lee terdorong sampai empat langkah ke belakang. Dari kenyataan ini saja terbukti bahwa tenaga sakti Kim Niocu masih lebih kuat! Pada saat itu, Giam-Ciangkun dan juga Su-Wangwe sudah melangkah maju melerai.
?Ouw Yang Sicu, harap sabar dulu, Diantara sahabat sendiri tidak perlu berkelahi, kalau ada urusan dirundingkan bersama,? kata Giam Tit, Panglima kepala pengawal pribadi Thaikam Liu Cin, sambil memegang lengan Ouw Yang Lee. Sementara itu, Su Kian juga memberi hormat kepada Kim Niocu dan berkata,
?Harap Niocu suka bersabar dan ceritakan dulu apa yang telah terjadi agar Ouw Yang Sicu mengetahui akan kesalahan yang Niocu tuduhkan kepadanya.? Setelah dIbujuk oleh dua orang itu, Ouw Yang Lee dan Kim Niocu lalu duduk kembali.
?Paman Ouw Yang Lee, maafkan sikapku tadi. Akan tetapi siapa tidak akan marah kalau dicurangi sekutu sendiri?? kata Kim Niocu.
?Ceritakanlah yang jelas mengapa engkau menuduhku seperti itu, Niocu. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Aku merasa tidak pernah menentang atau mencurangimu,? kata Ouw Yang Lee yang juga merasa telah terburu nafsu dan membahayakan hubungan rahasia antara Thaikam Liu Cin dan Pek-Lian-Kauw.
?Katakan dulu, Paman Ouw Yang Lee Apakah engkau mempunyai seorang murid bernama Tan Song Bu?? tanya Kim Niocu sambil memandang tajam penuh selidik.
?Benar, bahkan dia juga menjadi anak angkatku dan pembantu Liu Taijin. Kenapa dengan dia??
?Seperti direncanakan dahulu, aku mengutus Pangeran Yorgi dan dia berhasil menculik Ouw Yang Hui dari depan Kuil Siauw-Lim-Si. Akan tetapi di tengah perjalanan, Pangeran Yorgi dihadang oleh Tan Song Bu yang membebaskan Ouw Yang Hui. Terjadi perkelahian dan Tan Song Bu nekat menentang Pangeran Yorgi, walaupun tahu bahwa Pangeran Yorgi adalah utusan Pek-Lian-Kauw. Bukankah itu berarti bahwa Tan Song Bu menentang dan mengkhianati persekutuan kita? Dan karena dia itu muridmu, bahkan anak angkatmu, maka anehkah kalau aku kemudian menuduhmu?? Ouw Yang Lee mengerutkan alisnya mukanya menjadi merah sekali. mengepal tinju kanannya dan berkata dengan gemas.
?Keparat Song Bu! Kenapa dia melakukan hal itu? Akan tetapi, Niocu, memang dia kusuruh mencari Ouw Yang Hui dan membawanya k?padaku. Mungkin dia tidak percaya kepada Pangeran Yorgi. Akan tetapi, bagaimana selanjutnya? Kalau d?a berhasil merampas Ouw Yang Hui, seharusnya dia sudah datang ke sini menyerahkan anak itu kepadaku.? Kim Niocu menggeleng kepalanya.
?Walaupun dia mampu menandingi Pangeran Yorgi, akan tetapi dia tidak mampu melawan kecerdikan kami. Ouw Yang Hui tetap dapat kami bawa bersama para gadis lain.? Ouw Yang Lee memandang Kim Niocu dan wajahnya tampak berseri.
?Ah, kalau begitu sekarang ia berada di sini bersamamu, Niocu?? Kim Niocu menghela napas panjang.
?Sayang sekali, di Bukit Cemara Ouw Yang Hui lolos lagi...!?
?Ah, ia lolos lagi? Apakah Song Bu yang murtad itu yang melarikannya?? tanya Ouw Yang Lee tak sabar.
?Bukan. Ketika itu, seorang pemuda datang mencoba untuk membebaskannya dan kami berhasil menawan pemuda itu, namanya Wong Sin Cu.?
?Ah, Wong Sin Cu? Pemuda itu lihai sekali? kata Ouw Yang Lee, mengenal pemuda yang pernah merampas Ouw Yang Hui dari tangannya dan mengalahkan dia.
?Malam itu, pemuda itu dapat meloloskan diri dan bersama dia lolos pula Ouw Yang Hui. Kami sedang berusaha untuk mencari dan mengejarnya.?
?Akan tetapi apa yang terjadi? Ke mana Ouw Yang Hui pergi dan siapa yang meloloskannya??
?Kami belum tahu benar, akan tetapi jangan khawatir, kami pa?ti akan dapat menemukannya.? Mereka lalu merundingkan kepada siapa saja enam orang gadis tawanan itu diserahkan., Para pejabat yang kebagian hadiah gadis cantik ini adalah mereka yang berkedudukan tinggi dan tentu saja mereka yang tidak menentang kekuasaan Thaikam Liu Cin. Di antara mereka yang menerima seorang gadis cantik adalah Liu Wang, adik dari Thaikam Liu Cin yang menjadi jaksa tinggi di Kotaraja dan Liu Kui, adik ke dua yang menjadi Panglima pasukan pengawal Istana.
Setelah kembali ke Istana Thaikam Liu Cin, Ouw Yang Lee dan Giam-Ciangkun melaporkan kepada Thaikam itu apa yang mereka telah bicarakan dengan Kim Niocu. Ouw Yang Lee yang ingin sekali mendapatkan kembali Ouw Yang Hui yang ia anggap dan dapat dia manfaatkan dengan baik untuk mencari kedudukan, mengusulkan pada Thaikam Liu Cin bahwa pemuda bernama Wong Sin Cu itu akan menjadi lawan yang berbahaya sekali dan bahwa dia harus menemukan kembali puterinya yang agaknya dilarikan pemuda itu. Maka dia minta ijin kepada Thaikam Liu Cin untuk mencari puterinya dan Wong Sin Cu, dan untuk ini dia minta dibantu oleh Im Yang Tojin. Dia sendiri merasa tidak sanggup untuk menandingi pemuda itu. Berdua dengan Im Yang Tojin. Ouw Yang Lee lalu mulai mencari puterinya disekitar Bukit Cemara.
Ketika dia mendapat keterangan dari penduduk dusun sekitar sungai yang mengalir ke Kotaraja bahwa ada seorang pemuda dan seorang gadis cantik berperahu ke hilir, ke arah Kotaraja, Ouw Yang Lee cepat menghubungi segerombolan bajak sungai yang berkuasa di daerah itu. Sebagai seorang datuk para bajak, tentu saja Ouw Yang Lee sangat terkenal diantara para gerombolan penjahat itu. Dengan mudah dia bertemu dengan Ho-Coa-Ong (Raja Ular Sungai) Ci Song, seorang kepala bajak sungai yang lihai dan berkuasa di sepanjang sungai itu. Ketika Ouw Yang Lee minta bantuannya, dengan girang Ci Song lalu mengerahkan belasan orang anak buahnya dan cepat mereka menggunakan lima buah perahu untuk melakukan pengejaran terhadap dua orang muda-mudi itu. Dugaan Ouw Yang Lee yang sudah berpengalaman itu memang tidak terlalu jauh dari kenyataannya.
Sepasang orang muda yang dia duga adalah Wong Sin Cu dan Ouw Yang Hui itu sesungguhnya adalah Wong Sin Cu dan Ouw Yang Lan. Seperti kita ketahui, Sin Cu dan Ouw Yang Lan yang mengaku kepada Sin Cu bernama Ciang Lan, meninggalkan Bukit Cemara dan pergi menuju Kotaraja untuk merampas kembali pedang Pek-Liong-Kiam yang dirampas Kim Niocu dan untuk mencari Ouw Yang Hui. Biarpun Ciang Lan sama sekali tidak pernah mimpi bahwa sahabat? yang ditawan orang-orang Pek-Lian-Kauw itu adalah wanita, bahkan adik tirinya sendiri, yaitu Ouw Yang Hui, namun ia bertekad membantu Sin Cu untuk merampas kembali pedangnya dan menolong ?Sahabatnya? itu. Kesehatan Sin Cu sudah pulih kembali berkat obat-obat yang diberikan Ouw Yang Lan kepadanya. Karena gadis itu mengaku bernama Ciang Lan kepada Sin Cu, maka sebaiknya dalam perjalanan ini kita menyebutnya dengan nama itu.
Ketika mereka berdua tiba di lembah sungai, tiba-tiba tampak bayangan banyak orang berkelebatan. Bayangan-bayangan merah dan hitam bermunculan dengan gerakan cepat dan sembilan orang gadis berpakalan merah dan sembilan gadis berpakaian hitam telah mengepung Sin Cu dan Ciang Lan. Mereka itu bukan lain adalah Ang Hwa dan Hek Hwa bersama kedua pasukan mereka, yaitu Ang I Tok-Tin dan Hek I Kiam-Tin. Dua orang pimpinan pasukan pengawal Kim Niocu ini tadinya ketika melihat dari jauh, mengira bahwa pemuda dan gadis itu adalah Wong Sin Cu dan Ouw Yang Hui. Akan tetapi setelah mengepung, mereka melihat bahwa gadis itu bukan Ouw Yang Hui, walaupun ada persamaan pada wajahnya. Dan gadis ini sama sekali bukan gadis lemah seperti Ouw Yang Hui, melainkan seorang gadis yang galak sekali.
?Cu-Ko, jangan khawatir, aku akan melindungimu,? kata Ciang Lan dan ia menghadapi Ang Hwa dan Hek Hwa yang berdiri di depan pasukan masing-masing. Sambil bertolak pinggang dan sikapnya menantang sekali, sama sekali tidak kelihatan gentar walaupun ia dan Sin Cu sudah dikepung delapan belas orang gadis pengawal itu, Ciang Lan menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka dua orang pimpinan pasukan itu dan membentak dengan suara nyaring.
?Heii! Kalian ini anjing-anjing betina dari mana dan mau apa mengepung kami? Apa kalian sudah bosan hidup dan minta mampus?? Ang Hwa dan Hek Hwa menjadi merah mukanya karena ucapan Ciang Lan itu amat menghina mereka. Akan tetapi Ang Hwa tidak memperdulikannya dan ia berkata kepada Sin Cu yang berdiri di belakang Ciang Lan karena gadis itu tadi sengaja melangkah di depannya untuk melindungi.
?Wong Sin Cu, mari ikut dengan kami. Niocu memanggilmu!? Sebelum Sin Cu menjawab, Ciang Lan sudah mendahului dan gadis ini menjadi marah bukan main.
?Kiranya kalian ini anjing-anjing peliharaan perempuan hina, iblis betina tak tahu malu Kim Niocu itu? Hendak memaksa orang menjadi suaminya! Cih, tak tahu malu. Suruh Kim Niocu ke sini, akan kubuntungi kedua tangannya kemudian kupenggal lehernya!? Ang Hwa dan Hek Hwa adalah pembantu-pembantu yang setia dan juga mencinta nona majikannya. Kini mendengar Kim Niocu dimaki habis-habisan, tentu saja mereka menjadi marah. Terutama sekali Hek Hwa yang berwatak keras. la sudah mencabut pedangnya dan membentak.
?Perempuan sombong, berani engkau menghina Niocu kami!? Setelah berkata demikian, ia sudah menyerang dengan pedangnya, menusuk ke arah dada Ciang Lan. Akan tetapi dengan mudah Ciang Lan mengelak ke belakang dan begitu tangan kanannya bergerak ia telah mencabut Lo-Thian-Kam yang beronce merah dari punggungnya. Hek Hwa yang menjadi penasaran karena serangannya pertama kali tadi gagal, sudah menyerang lagi dengan bacokan pedangnya ke arah leher Ciang Lan. Dara perkasa ini menggerakkan pedangnya menangkis.
?Tranggg...!!? Hek Hwa juga memiliki sebatang pedang yang baik, maka pedangnya tidak sampai patah, akan tetapi pedang itu tergetar hebat sehingga tangannya yang memegang gagang pedang terasa pedih dan panas. Hek Hwa terhuyung ke belakang. Melihat kawannya terhuyung, Ang Hwa cepat menerjang maju dan ia menggunakan sehelai saputangan biru dikebutkan ke arah muka Ciang Lan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya menyusulkan pukulan.
Pukulan tangan kanan ini berbahaya sekali karena tangan itu berubah menghitam, tanda bahwa pukulan itu mengandung hawa beracun. Memang inilah keistimewaan Ang Hwa, yaitu menggunakan racun sesuai dengan regu yang dipimpinnya. Yaitu Ang I Tok-Tin (Pasukan Racun Baju Merah)! Akan tetapi, Ciang Lan bersikap waspada karena iapun tahu akan kelihaian orang-orang Pek-Lian-Kauw. Melihat lawan berbaju merah ini mengebutkan sehelai saputangan ke arah mukanya, ia cepat menahan napas dan mengelak ke kiri. Ketika tangan yang berwarna hitam itu menyambar ke arah dadanya, Ciang Lan menggerakkan tangan kiri untuk menangkis sambil mengerahkan sinkang untuk menolak hawa beracun pukulan itu dan pedangnya berkelebat menusuk ke arah leher lawan!
?Dukk!? Tangkisan itu membuat tubuh Ang Hwa terdorong ke belakang dan saat itu, sinar pedang Lo-Thian-Kam menyambar leher. Ang Hwa mengeluarkan teriakan kaget dan cepat melempar tubuh ke belakang. Saat itu, Hek Hwa datang membantu dan ia menggerakkan pedangnya menangkis pedang Ciang Lan untuk membela rekannya.
?Cringggg...!? Bunga api berpijar dan kembali Hek Hwa merasa betapa tangannya tergetar hebat. Ang Hwa juga terkejut sekali karena ia yang tadinya menyerang berbalik menjadi terdesak. la lalu menerjang lagi, kini menggunakan dua batang pisau beracun, mengeroyok Ciang Lan bersama Hek Hwa.
Dikeroyok dua, Ciang Lan memperlihatkan kelihaiannya memainkan Lo-Thian Kiam-Sut (Ilmu Pedang Pengacau Langit) sambil diselingi pukulan tangan kiri yang mengeluarkan uap putih karena tangan kirinya itu memainkan Pek-In Ciang-Hoat (Ilmu Silat Awan Putih), kakinya juga kadang menyambar dengan ilmu tendangan Soan-Hong-Tui (Tendanga Angin Badai)! Hebat bukan main sepak terjang gadis ini sehingga kedua orang pengeroyoknya itu menjadi kewalahan. Dua orang itu diam-diam memberi isarat kepada pasukan masing-masing untuk turun tangan melakukan pengeroyokan. Akan tetapi dua regu pasukan yang terdiri dari masing-masing delapan orang itu tidak segera turun tangan membantu pimpinan mereka, bahkan terjadi kekacauan di antara mereka. Apa yang terjadi? Banyak di antara para anak buah dua regu pasukan pengawal berjatuhan.
Ada kerikil-kerikil beterbangan menyambar ke arah mereka dan batu kecil ini tepat mengenai jalan darah sehingga mereka seperti tertotok dan roboh. Hal ini dilakukan oleh Sin Cu. ia ingin membantu Ciang Lan dengan diam-diam, maka melihat betapa Ciang Lan sudah dikeroyok dua dan gadis itu ternyata memang lihai dan mampu menandingi bahkan mendesak dua orang pengeroyoknya yang ahli pedang dan ahli racun. Akan tetapi kalau enam belas orang anak buah dua regu itu ikut mengeroyok, Sin Cu khawatir kalau-kalau Ciang Lan akan celaka. Karena itu, diam-diam dia membantu dan ternyata serangannya dengan kerikil itu membuat dua regu anak buah itu menjadi kacau balau. Mereka menolong kawan yang roboh, akan tetapi kawan lain berjatuhan sehingga mereka tidak sempat membantu Ang Hwa dan Hek Hwa. Ciang Lan tidak melihat bantuan Sin Cu itu.
Semua perhatiannya dicurahkan untuk melawan dua orang pengeroyoknya yang cukup lihai. Pedang di tangan gadis ini berkelebatan, sinarnya bergulung-gulung dan dua orang lawannya terus didesak mundur. Ang Hwa dan Hek Hwa berulang kali menengok memandang ke arah regunya yang belum juga bergerak membantu mereka dan akhirnya mereka tahu bahwa anak buah mereka juga sedang kacau dan banyak yang berjatuhan. Melihat ini, kedua orang gadis pimpinan regu itu yang sudah maklum akan kelihaian Sin Cu menjadi jerih. Mereka dapat menduga bahwa kacaunya anak buah mereka itu tentu karena ulah Sin Cu. Mereka menjadi khawatir. Kalau pemuda itu turun tangan, bukan tidak mungkin mereka semua akan roboh dan mungkin mereka semua akan dIbunuh gadis yang galak dan ganas ini. Ang Hwa bersuit nyaring dan ia membanting sesuatu ke atas tanah,
?Darrr...? terdengar ledakan dan asap hitam tebal memenuhi tempat itu.
?Lan-moi, cepat mundur...!? Sin Cu berseru, khawatir kalau-kalau asap hitam beracun. Tanpa diperingatkan pun Ciang Lan sudah menduga demikian dan ia melompat jauh ke belakang menghindarkan diri dari asap hitam. Sin Cu juga melompat dekat Ciang Lan dan pada saat itu, dari dalam asap tebal terdengar suara Ang Hwa.
?Wong Sin Cu, kalau engkau ingin mendapatkan kembali pedangmu, temuilah Niocu kami!?
?la berada di mana?? teriak Sin Cu, akan tapi tidak ada jawaban.
?Heii..., katakan di mana adanya pelacur Kim Niocu itu!? bentak Ciang Lan. Akan tetapi tetap saja sunyi. Sin Cu dan Ciang lan lalu menggunakan hawa pukulan mereka yang menyambar-nyambar ke depan, membuyarkan asap hitam tebal itu. Akan tetapi setelah asap itu membubung dan menghilang, tidak tampak seorangpun anak buah regu berpakaian merah dan hitam itu. Ouw Yang Lan atau Ciang Lan membanting-banting kaki kanannya dengan gemas.
?Sialan? gerutunya. ?Sayang mereka semua lolos! Kalau saja aku tadi dapat menangkap seorang di antara mereka, tentu akan dapat kupaksa ia mengaku di mana adanya perempuan cabul itu!?
?Sudahlah, Lan-moi. Masih untung bahwa kita dapat lolos dari bahaya. Mereka itu memang lihai dan berbah?ya sekali.?
?Huh, lihai apanya? Aku akan mampu merobohkan mereka semua. Kalau saja mereka tidak curang mempergunakan alat peledak tadi, mereka semua tentu sudah kubunuh. Jangan khawatir, Cu-Ko, aku akan melindungimu!? kata Ciang Lan dengan sungguh-sungguh dan sikapnya gagah sekali.
Sin Cu merasa kagum, berterima kasih dan juga diam-diam hatinya merasa khawatir. Gadis ini baru saja bertemu dan berkenalan dengan dia akan tetapi telah menolongnya, mengobatinya dan sekarang demikian sungguh-sungguh hendak membelanya! Hal ini hanya satu jawabannya, yakni cinta. Gadis ini jatuh cinta kepadaku, maka siap untuk membelanya mati-matian. Keadaan inilah yang dikhawatirkan Sin Cu. Dia tidak menghendaki wanita manapun mencintanya, kecuali Ouw Yang Hui, kekasih dan tunangannya. Dan rasanya juga tidak mungkin bagi dia untuk jatuh cinta kepada wanita lain seperti cintanya kepada Ouw Yang Hui.
?Lan-moi, walaupun kita tidak mendapat keterangan di mana adanya Kim Niocu, aku mempunyai dugaan bahwa wanita itu tentu pergi ke Kotaraja. Aku akan mencarinya ke sana.? Dalam hatinya, Sin Cu memang menduga demikian. Melihat tanda-tandanya, Kim Niocu itu tokoh Pek-Lian-Kauw tentu memiliki hubungan dengan Ouw Yang Lee dan kawan-kawannya, termasuk Hek Pek Moko yang dia sangka menyamar orang-orang Siauw-Lim-Pai melakukan pembunuhan terhadap murid Bu-Tong-Pai dan Kong-Thong-Pai.
Karena itu, besar kemungkinan Kim Niocu memiliki hubungan dengan para datuk sesat itu yang berada di Kotaraja dan kemungkinan besar mereka itu yang membuat pergolakan di Kotaraja. Bukankah Pangeran Ceng Sin nyaris dIbunuh Im Yang Tojin dan kawan-kawannya dan mereka itu besar kemungkinan disuruh oleh Thaikam Liu Cin? Kemudian Panglima Kwee Liang sekeluarga juga dIbunuh oleh Hek Pek Moko dan melihat surat yang ditemukan bersama pedang Pek-Liong-Kiam, jelas bahwa Pek Moko tentu menjadi kaki tangan Thaikam Liu Cin pula. Kemudian Ouw Yang Lee dan Cui-Beng Kui-Bo berusaha membunuh Gan Hok San dan merampas Ouw Yang Hui. Maka diculiknya Ouwyang Hui oleh Kim Niocu jelas ada hubunganya pula dengan Thaikan Liu Cin. Ini yang membuat Sin Cu mengambil keputusan untuk melakukan pengejaran terhadap Kim Niocu ke Kotaraja.
?Lihat, Cu-Ko. Ada orang mengantar perahu untuk kita!? Tiba-tiba Ciang Lan berseru. Sin Cu menoleh ke arah yang ditunjuk gadis itu dan dia melihat seorang laki-laki berusia enam puluhan tahun sedang mendayung sebatang perahu kecil. Melihat di perahu itu terdapat jala ikan, Ia menduga bahwa Kakek itu tentu seorang nelayan.
?Perahu? Diantar untuk kita bagaimana maksudmu? Kita tidak membutuhkan atau memesan perahu,? kata Sin Cu heran. Akan tetapi Ciang Lan sudah menggapai dan berseru kepada nelayan itu,
?Paman, ke sinilah. Aku ada keperluan penting, hendak kubicarakan dengan Paman!? Biarpun merasa heran, akan tetapi karena yang memanggil seorang gadis cantik, nelayan itu tidak takut atau curiga. Dia mendayung perahunya ke pinggir, lalu naik ke darat sambil membawa tali yang diikatkan pada perahu. Dia mengikatkan ujung tali pada batang pohon yang tumbuh di tepi sungai, lalu menghadapi Ciang Lan.
?Nona menanggil saya? Ada keperluan apakah, nona?? tanya nelayan bertubuh kurus berkulit kehitaman terbakar panasnya matahari setiap hari.
?Paman, kami memerlukan perahumu. Serahkan perahumu kepada kami!? kata Ciang Lan, suaranya menekan dan memerintah.
?Lan-moi, jangan...!? Sin Cu berkata, nadanya mencela. Ciang Lan menoleh, memandang Sin Cu dan bibirnya yang manis mencibir,
?Cu-Ko, jangan ikut-ikut, ini urusanku!? Kemudian ia memandang lagi kepada nelayan itu yang kelihatan kaget dan bingung.
?Bagaimana, Paman? Boleh atau tidak perahumu ini kuminta?? Nelayan itu mengangkat kedua tangan dan menggeleng kepalanya.
?Akan tetapi nona, Perahu ini merupakan alat mencari nafkah sehari-hari untuk menghidupi keluargaku!?
?Hemm, kami memerlukannya. Boleh atau tidak, engkau harus menyerahkannya kepadaku!?
?Lan-moi? Sin Cu menegur.
?Diamlah, Cu-Ko, kau dengar dan lihat saja!? Ciang Lan balas menegur, kemudian menghadapi nelayan dan bertanya,
?Bagaimana, Paman?? ?Maaf... nona...? ?Katakan, berapa banyak engkau harus mengeluarkan uang untuk membeli atau membuat sebuah perahu buruk seperti ini??
?Kurang lebih sepuluh tail perak, nona!? Ciang Lan merogoh buntalannya dan mengeluarkan empat potong perak.
?Nih, dua puluh tail untukmu. Bolehkah sekarang aku mengambil perahumu?? Mata nelayan itu terbelalak memandang empat potong perak yang berkilauan di kedua telapak tangannya, dan dia tertegun seolah tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Dia seperti lupa kepada gadis yang berdiri di depannya sambil tersenyum.
?Eh, bagaimana, Paman? Engkau mau menyerahkan perahumu kepadaku atau tidak?? Ciang Lan mendesak.
?Eh..., ohh... mau... mau boleh sekali, nona. Boleh kau ambil perahu itu dan eh... terima kasih banyak, nona.? Ciang Lan menoleh kepada Sin Cu sambil tersenyum.
?Nah, mari, Cu-Ko, kita naik perahu kita.? Gadis itu memegang tangan Sin Cu dan ditariknya untuk naik perahu. Sin Cu yang masih tercengang menurut saja, menuruni lereng tepian sungai dan melangkah ke dalam perahu, Ciang Lan melepaskan tali perahu dari batang pohon, lalu diapun turun dan melangkah ke dalam perahu kecil. Diambilnya jala ikan dari dalam perahu dan dilemparkannya ke arah nelayan itu.
?Nih, terimalah jalamu, Paman!? kata Ciang Lan. Nelayan itu tersenyum girang. Dia mengira bahwa uang itu untuk membeli perahu berikut jalanya. Ternyata jalanya dikembalikan kepadanya.
?Ah, terima kasih, nona, terima kasih!? katanya gembira. Dia merasa mendapatkan untung dua kali, Ciang Lan memegang dayung perahu itu untuk mengemudikan perahu yang meluncur terbawa arus air.
?Lan-moi, berikan dayung itu kepadaku, biar aku yang mengendalikan perahu,? kata Sin Cu, dan tanpa berkata sesuatu Ciang Lan menyerahkan dayungnya kepada Sin Cu yang tentu saja lebih pandai mengemudikan perahu karena dia memang mahir dengan segala macam permainan di air.
?Lan-moi, kenapa engkau melakukan ini??
?Melakukan apa?? ?Membeli perahu ini.? ?Bukankah kita hendak pergi ke Kotaraja, Cu-Ko? Aku tahu bahwa sungai ini mengalir ke Kotaraja, maka aku membeli perahu ini.?
?Kita dapat berjalan kaki, Lan-moi.?
?Berjalan kaki? Cu-Ko, bukankah engkau bilang hendak melakukan pengejaran kepada perempuan hina Kim Niocu itu.? Kalau berjalan kaki, mana mungkin bisa menyusulnya? Dengan perahu tentu akan lebih cepat, apa lagi ke hilir.?
?Akan tetapi engkau mengeluarkan banyak uang, Lan-moi. Pada hal ini untuk keperluanku.?
?Kalau tidak mengeluarkan uang untuk membelinya, habis apakah aku harus merampoknya seperti yang kau sangka tadi??
?Lan-moi...? ?Sudahlah, Cu-Ko. Apa engkau kira aku tidak tahu bahwa tadi engkau mengira aku hendak merampas perahu nelayan itu? Apa kau kira aku ini orang jahat yang suka merampok orang? Hendak kau samakan aku dengan para wanita Pek-Lian-Kauw itu??
?Ah, tidak, Lan-moi. Hanya aku heran karena melihat sikapmu yang keras tadi.? Sin Cu merasa tidak enak untuk melanjutkan kata-katanya. Bagaimanapun juga, dugaan gadis itu memang benar. Tadi memang dia mengira bahwa Ciang Lan hendak merampas perahu itu dengan kekerasan. Dia lalu mencurahkan perhatiannya kepada dayungnya, untuk mengendalikan perahu dan juga untuk membantu kecepatan luncurnya perahu yang terbawa arus air sungai.
?Cu Ko...? ?Hemm? Ada apakah, Lan-moi?? Sin Cu menoleh. Melihat pandang mata gadis itu yang menatapnya penuh selidik, dia memandang ke air kembali, ke depan perahu menjaga agar perahu itu jangan sampai menabrak batu yang menonjol di permukaan air atau kayu besar yang hanyut di situ.
?Cu-Ko, engkau tentu menganggap aku seorang gadis yang kasar, bukan? Engkau lebih senang dengan gadis yang lebih lembut sikapnya?? Pertanyaan itu begitu jujur, dan memang pada saat itu Sin Cu sedang teringat kepada Ouw Yang Hui yang watak dan sikapnya halus lembut.
?Ah, tidak, Lan-moi. Aku bagiku sama saja. Engkau tidak kasar, melainkan jujur dan terbuka.? Wajah yang cantik itu berseri dan sepasang mata itu bersinar-sinar, bibirnya tersenyum lebar dan jelas tampak bahw ia girang sekali mendengar ucapan Sin Cu itu.
?Benarkah itu, Cu-Ko? Engkau... engkau suka padaku?? Wajah Sin Cu menjadi kemerahan. Dia menjadi serba salah. Tentu saja dia kagum kepada dara perkasa yang pemberani, berwatak gagah dan jujur ini. Akan tetapi mengatakan suka dapat diartikan bahwa dia mencintanya, Pada hal dia dapat menduga bahwa gadis ini mencinta dia.
?Aku kagum kepadamu, Lan-moi, engkau seorang gadis yang baik budi, gagah perkasa dan jujur.?
?Dan engkau sederhana, lembut dan aku suka padamu, Cu-Ko,? kata gadis itu dengan terang-terangan. Tiba-tiba Sin Cu berbisik,
?Sssst, ada lima buah perahu di sana. Agaknya mereka mengejar kita.? Ciang Lan menoleh ke belakang dan ia melihat lima buah perahu bercat hitam mengejar dari belakang. Di setiap perahu terdapat empat orang sehingga jumlah mereka ada dua puluh orang. Tiap perahu didayung dua orang dan mereka agaknya berusaha untuk mengejar perahunya yang dikemudikan oleh Sin Cu. Agaknya mereka orang-orang Pek-Lian-Kauw yang mengejar kita,? kata Sin Cu.
?Hentikan perahunya, Cu-Ko, Jangan takut, aku akan membunuh mereka semua!? seru Ciang Lan sambil mencabut pedangnya dan berdiri di belakang perahu dengan sikap gagah. Sin Cu hendak mempercepat lajunya perahu, akan tetapi perahu itu kecil dan ringan, kalau terlalu banyak menggunakan tenaga, perahu itu dapat oleng dan ada bahayanya terbalik. Maka, tak lama kemudian, lima buah perahu itu sudah dapat menyusul. Dua buah perahu di samping kiri dan tiga buah perahu di samping kanan. Setelah perahu-perahu itu dekat, Ciang Lan atau Ouw Yang Lan melihat bahwa Ayah kandungnya, Ouw Yang Lee, juga berada di atas sebuah di antara lima buah perahu itu. la marah sekali.
?Manusia berhati iblis!? bentaknya marah. Akan tetapi dari kanan-kiri, beberapa orang anak buah bajak sungai sudah menggerakkan perahu mendekat dan banyak tangan dijulurkan dan mereka yang telah mendapat perintah untuk menangkap Ouw Yang Lan hidup-hidup sudah berlumba untuk menangkapnya. Ouw Yang Lan yang sudah marah sekali mengelebatkan pedangnya sambil memutar tubuhnya. Terdengar jerit-jerit kesakitan dan darah keluar dari luka di tangan beberapa orang anak buah bajak. Lima buah perahu itu rnakin mendekat dan terdengar seruan Ouw Yang Lee.
?Tangkap gadis itu hidup-hidup!? Datuk itu memang ingin menangkap puterinya yang kini telah menjadi seorang gadis cantik jelita yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dia tentu akan dapat memanfaatkan anaknya itu. Kini semakin banyak bajak yang berlumba untuk dapat menerkam dan membekuk gadis cantik itu. Akan tetapi, pedang di tangan Ouw Yang Lan bergerak cepat, berubah menjadi gulungan sinar menyambar-nyambar dan semakin banyak anak buah bajak yang terluka lengan atau pundaknya.
?Mundur...,!? Tiba tiba Hek Coa Ong kepala gerombolan bajak itu memberi aba aba dan para anak buahnya segera mendayung perahu mereka menjauhi perahu Ouw Yang Lan.
Setelah agak jauh dari perahu Ouw Yang Lan, kepala bajak itu memberi aba aba lagi dan dia sendiri meloncat ke dalam air. Tujuh orang anak buah bajak juga berlompatan masuk ke dalam air. Delapan orang itu menyelam dan berenang ke arah perahu yang ditumpangi Ouw Yang Lan dan Sin Cu. Tiba-tiba perahu kecil itu bergoyang keras karena ditarik dan digoyang dari bawah oleh delapan orang bajak itu! Ouw Yang Lan mempertahankan diri, siap menyerang dengan pedangnya kalau ada bajak muncul di permukaan air dekat perahu. la tidak dapat melompat ke perahu lain yang sudah menjauhkan diri. Melompat ke daratan pun tak mungkin karena jaraknya terlampau jauh. la mencoba untuk menebas-nebaskan pedangnya di pinggir perahu, akan tetapi tidak dapat mengenai para bajak yang menyelam di bawah perahu. Tiba-tiba perahu itu terguling dan membalik!


Sepasang Rajah Naga Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Byuurrrr...!? Tak dapat dihindarkan lagi tubuh Ouw Yang Lan dan Sin Cu terjatuh ke dalam air. Sejak ia kecil sampai berusia delapan tahun Ouw Yang Lan tinggal di Pulau Naga yang dikelilingi air laut. Tentu saja ia sudah terbiasa bermain di air dan pandai berenang. Pedangnya masih berada di tangannya. la mencari-cari dengan pandang matanya dan merasa khawatir sekali karena tidak melihat Sin Cu! Pada hal ia melihat tadi betapa Sin Cu juga terlempar ke dalam air.
la melihat dua orang bajak berenang dengan cepat ke arahnya. Setelah dekat, dua orang itu hendak meraih dan menangkapnya. Ouw Yang Lan memutar tubuh, menggerakkan pedangnya dan seorang dari mereka menjerit, darah mengucur dari luka di pundaknya. Yang seorang lenyap. Tiba-tiba Ouw Yang Lan terkejut sekali karena ada tangan menangkap kaki kirinya dan menarik tubuhnya ke bawah! Kiranya bajak kedua tadi menyelam dan menyerangnya dari bawah. la meronta dan menarik kakinya, akan tetapi ia hanya pandai berenang, tidak pandai bermain dalam air. Ouw Yang Lan meronta-ronta, sudah ada air memasuki perutnya. Tiba-tiba tangan yang memegang kakinya terlepas dan ada tangan lain memegang lengannya menariknya ke atas. Setelah muncul di permukaan air dengan terengah-engah dia terbatuk-batuk, baru Ouw Yang lan melihat bahwa yang menariknya ke atas itu adalah Sin Cu!
(Lanjut ke Jilid 26) Sepasang Rajah Naga (Cerita Lepas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 26 Pada saat itu, lima orang anak buah bajak berenang cepat sekali ke arah mereka. Para bajak sungai itu tentu saja mahir berenang. Melihat ini, Sin Cu mendorong pundak Ouw Yang Lan sehingga tubuh gadis itu meluncur ke samping.
?Lan-moi, cepat berenang ke tepi!? kata Sin Cu dan dia sendiri lalu berenang menyambut lima orang bajak itu. Ouw Yang Lan terkejut dan kagum. Kiranya Sin Cu pandai sekali bermain di air, dapat berenang seperti ikan cepatnya. la maklum bahwa di dalam air, ia tidak berdaya melawan para bajak, maka ia menurut desakan Sin Cu tadi, berenang secepatnya ke arah tepi sungai. Setelah ia melompat ke darat, ia cepat memandang ke tengah sungai. Dan ia menjadi semakin kagum. Sin Cu menerjang lima orang bajak itu bagaikan seekor ikan hiu menyergap sekelompok ikan yang menjadi mangsanya. Lima orang bajak itu berusaha untuk menyerang Sin Cu, akan tetapi Sin Cu dapat bergerak dengan tangkas dan cepat sekali. Tubuhnya menyelam dengan cepat lalu muncul dipermukaan sebelah belakang lima orang itu.
Ketika bajak-bajak itu membalikan tubuh, Sin Cu membagi-bagi tamparan. Para bajak itu mengaduh-aduh dan berenang menjauh, takut melawan karena tamparan satu kali itu saja sudah cukup membuat mereka hampir pingsan, Mendadak ada serangan yang amat dahsyat dari arah kanan Sin Cu. Sin Cu yang pernah digembleng oleh Can Kui dalam ilmu bermain dalan air, tahu bahwa serangan yang hebat mengancamnya dari arah kanan bawah permukaan air. Cepat ia berusaha untuk membuang tubuhnya ke kiri dan berjungir balik menyelam, Sebatang tombak muncul keluar dari permukaan air setelah luput mengenai tubuh Sin Cu. Penyerang itu bukan lain adalah Ho-Coa-Ong Ci Song (Raja Ular Sungai)! Tentu saja sebagai kepala bajak sungai dan sesuai dengan julukannya ?Raja Ular Sungai? Ci Song adalah seorang ahli bermain dalam air.
Dia bersenjata tombak pula. Dengan tombaknya itu, Ci Song dapat menangkap ikan dalam air. Akan tetapi kini dia bertemu tanding yang berat. Gerakan Sin Cu demikian lincah dan cepat sehingga serangan tusukan tombaknya yang bertubi-tubi itu tak pernah mampu menyentuh tubuh Sin Cu. Pemuda itu bergerak cepat bukan main, Tiada ubahnya seperti seekor ikan hiu! Ouw Yang Lan berdiri di tepi sungai dan menonton dengan mata terbelalak, kagum dan juga khawatir. Dia melihat betapa Sin Cu dihujani serangan oleh kepala bajak sungai yang berkepala botak itu. Tubuh si botak yang tinggi kurus itu bergerak lincah seperti seekor ular sungai, kadang menyelam, kadang meluncur di permukaan air. Akan tetapi Ouw Yang Lan melihat betapa gerakan Sin Cu lebih hebat lagi. Pemuda itu kadang menghilang dan tahu-tahu muncul di belakang lawan.
?Mampus kau...!? Ci Song yang sudah menjadi penasaran dan marah sekali membalikkan tubuh menusuk dengan tombaknya ke arah dada Sin Cu yang muncul di permukaan air. Sin Cu sekali ini tidak mengelak jauh atau menyelam. Ketika tombak mendekati dadanya, dia hanya miringkan tubuh dan membuka lengan kanannya. Tombak meluncur dekat dengan dada kanan dan lengan kanan Sin Cu turun menjepit tombak itu dengan dadanya. Ci Song terkejut, berusaha menarik tombanya, akan tetapi tombak tidak dapat terlepas dari jepitan lengan Sin Cu. Selagi mereka bersitegang, tiba-tiba kaki kiri Sin Cu mencuat dan menendang perut lawan. Tubuh Ho-Coa-Ong Ci Song terpental dan tombaknya terlepas dari jepitan dan dia terengah-engah, agaknya kesakitan oleh tendangan yang mengenai perutnya tadi.
Sin Cu juga melihat dan mengenal Ouw Yang Lee dan Im Yang Tojin yang berada diatas sebuah perahu. Dia mengkhawatirkan keselamatan Ciang Lan karena maklum betapa lihainya Ouw Yang Lee dan Im Yan Tojin. Maka dia tidak memperdulikan lagi kepada Ci Song yang marah sekali dan yang mulai berenang mengejarnya. Namun, dalam lumba renang menuju tepi sungai inipun Ci Song masih kalah jauh dan Sin Cu lebih dulu tiba di darat. Pemuda ini kagum melihat Ciang Lan berdiri di tepi sungai dengan pedang di tangan, siap menghadapi lawan. Rambutnya basah, pakaiannya basah kuyup, sehingga pakaian itu menempel ketat di tubuhnya, membuat lekuk lengkung tubuh itu tampak menonjol jelas. Gadis itu memandang kepadanya dengan kagum.
?Ilmu renangmu hebat sekali, Cu-Ko!? katanya dan ketika melihat kepala bajak yang membawa tombak itupun sudah mendekati tepi sungai, ia berkata lagi.
?Jangan khawatir, Cu-Ko. Kalau di darat, akulah yang akan menghajar mereka. Biar aku hadapi anjing ini!? Ho-Coa-Ong Ci Song sudah melompat ke darat. Dia seorang yang bertubuh tinggi kurus, berwajah tikus dengan kepala botak, kesannya tidak menyeramkan sebagai kepala bajak, melainkan lucu sehingga tidak aneh kalau Ouw Yang Lan yang berwatak lincah gembira itu tertawa geli melihatnya.
?Hi-hi-hik, lucunya! Cu-Ko, kau lihat, dia ini seperti seekor tikus botak tercebur minyak. Bawa-bawa tombak lagi, hi... hik, lucu sekali!? kata Ouw Yang Lan sambil terkekeh geli. Sin Cu mau tidak mau tersenyum. Gadis ini sungguh tabah luar biasa, padahal ada bahaya besar mengancamnya. Ci Song menjadi marah bukan main. Dia meloncat-loncat dan mencak-mencak.
?Keparat! Aku adalah Ho-Coa-Ong Ci Song yang merajai daerah sungai ini dan kalian berani menghinaku? Nyawa kalian telah berada di ujung tombakku! Hayo kalian berlutut dan menyerah sebelum aku menjadi marah dan mata gelap lalu membunuhmu!?
?Hi-hik, tikus comberan! Engkaulah yang akan mampus, karena engkau. menjemukan!? kata Ouw Yang Lan dan ia sudah menerjang ke depan, mengelebatkan pedangnya sambil membentak,
?Lihat pedangku!? Ci Song melihat teman-temannya juga sudah, mulai mendarat dan dia hendak berlagak gagah. Dia melompat ke belakang menghindarkan diri dari serangan pedang Ouw Yang Lan. Lalu berkata dengan sikap dan suara dibikin gagah.
?Nona, aku Ho-Coa-Ong Ci Song adalah seorang laki-laki sejati, seorang jantan yang gagah perkasa dan tidak ingin menghina seorang wanita muda! Aku ingin bertanding dengan pemuda itu yang sudah berani menghinaku!? Dia menudingkan tombaknya ke arah Sin Cu. Biarpun dia harus mengakui bahwa tadi ketika bertanding di air dia tidak mampu mengalahkan pemuda itu, namun dia yakin bahwa hal itu karena pemuda itu lihai bukan main ilmunya dalam air. Akan tetapi dia memiliki ilmu tombak yang lihai, dan kalau bertanding di darat dia yakin akan mampu mengalahkan pemuda itu. Akan tetapi Ouw Yang Lan menudingkan pedangnya ke arah hidung orang itu.
?Jangan banyak alasan kosong Kalau engkau tidak berani melawan aku, hayo berlutut delapan kali minta ampun dan benturkan kepala botakmu ke atas tanah sampai berdarah, baru aku mau mengampunimu!? Sepasang mata yang sipit itu dibelalakkan, muka yang tadinya agak pucat itu menjadi merah sekali. Kemarahan sudah menjalar naik ke kepala Ho-Coa-Ong Ci Song dan sambil berteriak nyaring dia sudah berlari maju sambil menggerakkan tombaknya, langsung saja menyerang Ouw Yang Lan dengan. tusukan kuat ke arah dadanya.
?Haaiiiittt...!? Tombak meluncur dengan cepat sekali dan Ouw Yang Lan dapat melihat bahwa gerakan orang itu cukup gesit dan ujung tombak yang bergetar itu menunjukkan bahwa tenaga si botak itupun cukup kuat.
?Eiittt...? Ouw Yang Lan mengelak dan tombak itu meluncur di samping tubuhnya. Akan tetapi dengan cepat sekali Ci Song sudah memutar tombaknya dan kini tombak itu menghantam ke arah kepala gadis itu. Ouw Yang Lan menggerakkan pedangnya menangkis.
?Tranggg...!? Bunga api berpijar ketika mata tombak bertemu pedang dan keduanya terdorong ke belakang. Ouw Yang Lan mundur dua langkah dan Ci Song mundur tiga langkah, membuktikan bahwa bagaimanapun juga, Ouw Yang Lan masih menang kuat.
Akan tetapi gadis ini berhati-hati karena harus diakui bahwa kepala bajak ini memiliki ilmu silat yang cukup lihai. Tentu saja Ci Song merasa malu kalau sampai kalah oleh seorang gadis muda, lagi di depan banyak orang, di depan anak buahnya dan terutama sekali di depan Tung-Hai-Tok Ouw Yang Lee dan Im Yang Tojin. Maka dia segera memutar tombaknya dan menyerang dengan dahsyat, mengeluarkan semua ilmu tombaknya yang paling lihai dan mengerahkan seluruh tenaganya. Akan tetapi yang dihadapinya bukan gadis sembarangan. Sejak kecil Ouw Yang Lan telah digembleng ilmu silat oleh datuk-datuk yang lihai. Pertama, sebagai dasar, dara ini dilatih oleh Ouw Yang Lee, kemudian sejak berusia delapan tahun sampai dewasa ia digembleng oleh Ayah tirinya, Thai-Lek-Kui Ciang Sek yang menyayangnya.
Maka ia telah menguasai ilmu silat yang tinggi dan memiliki tenaga sinkang yang amat kuat. Kini ia memainkan pedangnya dengan ilmu pedang Lo-Thian Kiam-Sut yang merupakan ilmu pedang andalan Ayah tirinya. Pedangnya lenyap bentuknya, berubah menjadi sinar bergulung-gulung sehingga Ci Song merasa terkejut sekali. Dia berusaha mempertahankan diri sekuat tenaga, akan tetapi lewat tiga puluh jurus, pandang matanya mulai bekunang-kunang. Gerakan pedang itu sedemikian cepatnya sehingga Ci Song kini hanya mampu melindungi dirinya saja dengan cara memutar tombaknya, hanya dapat menangkis tanpa dapat membalas serangan Ouw Yang Lan. Akan tetapi pertahanannya masih cukup kuat dan rapat sehingga pedang dara perkasa itu belum dapat melukainya. Ouw Yang Lan menjadi penasaran sekali.
?Hyaaaaaattt...!? Pedangnya meluncur, menusuk ke arah leher lawan. Ci Song menggerakkan tombaknya menangkis.
?Takkk...!? Ouw Yang Lan menggunakan sinkang sehingga timbul tenaga yang menempel melalui pedangnya. Tombak itu melekat pada pedang dan selagi Ci Song yang terkejut itu berusaha untuk melepaskan tombaknya dari lekatan pedang, kaki Ouw Yang Lan sudah mencuat dengan kecepatan kilat. Itulah satu jurus dari ilmu tendangan Soan-Hong-Twi. Kaki kiri yang yang kecil itu mencuat ke atas.
?Bukkk...!? Dada Ci Song disambar kaki dengan kuat sekali. Tubuh si botak tinggi kurus itu terpental sampai tiga meter dan jatuh terbanting dengan keras. Karena jatuhnya menelungkup, maka muka dan perutnya menimpa tanah dengan keras dan dia tak mampu bangkit lagi, setengah pingsan dan harus ditolong bangkit dan dipapah anak buahnya. Kini Ouw Yang Lee dan Im Yang Tojin yang tadi hanya menonton saja pertandingan antara Ouw Yang Lan dan Ho-coa ong Ci Song itu melangkah maju mengdapi Ouw Yang Lan.
?Lan-ji (Anak Lan), sudahlah jangan menentang kami. Mengingat bahwa bagaimanapun engkau adalah anak kandungku, biarlah kumaafkan engkau dan mulai sekarang engkau berdiri dipihakku, membantu Ayahmu sebagai seorang anak yang berbakti dan baik.? Ucapan Ouw Yang lee ini tentu saja amat mengejutkan hati Sin Cu. Gadis yang bernama Ciang Lan itu anak kandung Ouw Yang Lee? Jadi kalau begitu ia saudara Ouw Yang Hui? Pantas saja ada kemiripan dengan tunangannya itu. Akan tetapi Ouw Yang Lan menghadapi Ayah kandungnya dengan tangan kiri bertolak pinggang, pedang di depan dada dan matanya mencorong penuh kemarahan.
?Ouw Yang Lee! Jangan sebut aku anak Lan. Aku bukan anakmu lagi dan engkau bukan Ayahku!? kata Ouw Yang Lan galak.
?Hemm, namamu Ouw Yang Lan. Siapa lagi Ayah kandungmu kalau bukan aku Ouw Yang Lee? Engkau hendak menyangkal Ayah kandungmu sendiri?? kata Ouw Yang Lee marah. Ouw Yang Lan menudingkan pedangnya ke arah muka Ayah kandungnya itu.
?Tidak sudi aku mempunyai seorang Ayah yang amat jahat! Engkau hendak membunuh isteri-isterimu sendiri, hendak membunuh anak-anakmu! Engkau hendak membunuh Ayah Ciang Sek yang begitu baik telah menolong aku dan Ibu. Engkau bahkan merendahkan diri menjadi antek Thaikam Liu Cin yang jahat. Aku akan membunuhmu!?
?Siancai... Ouw Yang Sicu, kenapa anak begini dikasih hati? Anak yang durhaka kepada Ayahnya lebih jahat daripada seorang musuh yang kejam!? kata Im Yang To-jin. ?Biar Pinto yang menghajarnya untukmu!?
?Totiang, jangan ikut campur! Kalau dia harus mati, biar aku sendiri yang akan membunuhnya!? bentak Ouw Yang Lee yang sudah menjadi marah sekali mendengar ucapan anaknya yang amat menghinanya tadi.
?Bagus! Engkau atau aku yang akan mati! Lebih baik mati daripada menjadi anak manusia iblis seperti engkau dan nama ikut tercemar menjadi busuk!?
?Anak durhaka!? Ouw Yang Lee marah sekali. Semenjak mengabdikan diri kepada Thaikam Liu Cin di Kotaraja, datuk ini tidak pernah lagi menbawa senjatanya yang terkenal, yaitu sebatang dayung baja. Kini dia mencabut pedangnya karena dia sudah tahu bahwa puterinya ini telah digembleng oleh Thai-Lek-Kui Ciang Sek yang menjadi Ayah tiri anak itu dan telah menjadi seorang gadis yang lihai.
Bahkan dia pernah bertanding melawan Ouw Yang Lan, akan tetapi ketika itu gadis ini dibantu oleh Gu Tian, sute dari Ciang Sek, sehingga dia kalah dan terpaksa melarikan diri. Kini gadis itu maju seorang diri melawannya dan dia merasa yakin akan dapat membunuh anak ini. Akan tetapi Ouw Yang Lan juga sudah marah sekali. la membenci Ayah kandung ini setelah mendengar dari Song Bu tentang Ayahnya itu. Ayahnya itu jahat sekali, berusaha membunuh Ouw Yang Hui kemudian berusaha pula membunuh Ibu Sim Kui Hwa dan juga hendak membunuh Ibunya dan Ayah tirinya yang baik. Dan Ayahnya juga menjadi kaki tangan Thaikam Liu Cin untuk membunuh orang-orang yang tidak berdosa di Kotaraja. Kini, tanpa banyak cakap lagi ia mendahului, menerjang Ayahnya dan mengirim serangan maut dengan pedangnya.
?Singgg... tranggg...!? Ouw Yang Lee menangkis dan dua batang pedang bertemu mengakibatkan gadis itu terhuyung ke belakang, akan tetapi Ouw Yang Lee juga merasa lengannya tergetar dan dia mundur dua langkah.
Namun Ouw Yang Lan tidak menjadi jerih bahkan dengan semangat berkobar ia menerjang lagi dan mengirim serangan bertubi-tubi. Serangan gadis itu cukup berbahaya, maka Ouw Yang Lee lalu menggerakkan pedangnya, menangkis dan balas menyerang. Terjadilah perkelahian yang sengit dan mati-matian antara Ayah dan anak kandung itu. Im Yang Tojin tidak mau mencampuri perkelahian antara Ayah dan anak itu karena sudah dilarang Ouw Yang Lee. Melihat orang pemuda yang tadi menyelamatkan gadis itu dari air dan pemuda itu kini berdiri diam saja, dia lalu menghampiri. Im Yang Tojin pernah bertemu dan bertanding melawan Sin Cu, bahkan pernah dikalahkan pemuda itu ketika dia berusaha membunuh Pangeran Ceng Sin sekeluarga akan tetapi Sin Cu muncul dan melindungi keluarga itu. Akan tetapi sekarang dia tidak mengenal Sin Cu Juga tadi Ouw Yang Lee tidak mengenalnya.
Padahal datuk inipun pernah dikalahkan Sin Cu ketika pemuda itu membela Ouw Yang Hui yang hendak dibunuh olehnya. Hal ini adalah karena tadi ketika masih berada di perahu dengan Ouw Yang Lan, jarak antara mereka masih cukup jauh, dan sekarang keadaan Sin Cu memang membuat dia sukar dikenali. Pakaiannya basah kuyup, rambutnya juga basah dan awut-awutan, sebagian rambut basah itu menutupi mukanya. Karena melihat betapa pemuda itu tadi dalam air sanggup mengalahkan Ho-Coa-Ong Ci Song, Im Yang Tojin dapat menduga bahwa pemuda ini tentu memiliki ilmu kepandaian yang lumayan dan sebagai kawan Ouw Yang Lan tentu harus ditangkap pula. Im Yang Tojin memang rnemiliki watak tinggi hati dan mengagulkan kepandaian sendiri. Dia memandang rendah kepada Sin Cu. Setelah berhadapan dia berkata,
?Orang muda, berlututlah sebagai tanda menyerah agar Pinto tidak perlu harus menggunakan kekerasan merobohkanmu.? Sin Cu menatap wajah Tosu itu dan berkata,
?Im Yang Tojin, sungguh menyedihkan sekali melihat seorang murid Im-Yang-Kauw merendahkan diri menjadi antek Thaikam Liu Cin dan melakukan perbuatan-perbuatan jahat. Engkau mencemarkan nama besar Im-Yang-Kauw dengan semua sepak terjangrnu ini!? Im Yang Tojin terkejut dan merasa heran, akan tetapi perasaan marahnya lebih besar.
?Keparat! Berani engkau bicara seperti itu kepada Pinto? Engkau bosan hidup!? Setelah berkata demikian, Im Yang Tojin menekuk lutut kirinya, tangan kiri menyentuh tanah dan tangan kanan menuding ke atas.
Inilah pembukaan Im-Yang Sin-Ciang (Tangan Sakti Im Yang) yaitu ilmu yang amat dahsyat dan terkenal dari Im-Yang-Kauw. Sin Cu sebagai murid Bu Beng Siauwjin, seorang datuk besar Im-Yang-Kauw, tentu saja mengenal pembukaan Im-Yang Sin-Ciang ini. Dia siap dengan waspada. Ketika Im Yang Tojin melakukan serangan, meloncat dan kedua tangannya menyerang ke arah kepala dan perut, Sin Cu menggerakkan tubuhnya dengan Chit-Seng Sin-Po sehingga serangan pertama Tosu itu luput. Im Yang Tojin menjadi penasaran dan menyusulkan serangan bertubi-tubi. Akan tetapi karena Sin Cu sudah hafal akan jurus-jurus Im-Yang Sin-Ciang, dan dia mempergunakan langkah-langkah ajaib Chit-Seng Sin-Po, maka dengan mudah dia dapat menghindarkan diri dari semua serangan itu.
Bahkan dia sempat pula memecah perhatiannya dan melihat ke arah perkelahian antara Ouw Yang Lan dan Ouw Yang Lee. Dia melihat betapa Ayah itu berkelahi dengan sungguh-sungguh dan mendesak puterinya dengan serangan-serangan maut yang amat membahayakan sehingga gadis itu mulai terdesak. Biarpun Ouw Yang Lan telah mewarisi ilmu-ilmu yang tangguh dari Ciang Sek, namun menghadapi Ouw Yang Lee ia masih kalah pengalaman dan kalah matang. Tingkat ilmu silat mereka memang seimbang, akan tetapi karena kalah pengalaman dan juga sedikit kalah kuat dalam tenaga sakti, Ouw Yang Lan mulai terdesak. Melihat ini, Sin Cu merasa khawatir. Dia lalu mengubah gerakannya, tubuhnya bergerak cepat sekali karena dia mengerahkan ginkang sehingga tubuhnya tak tampak, yang tampak hanya bayangan yang berkelebatan.
Im Yang Tojin terkejut bukan main melihat bayangan yang berkelebatan di sekeliling dirinya itu. Dia menyerang dengan ngawur, memukul atau menendang kearah bayangan yang berkelebatan, akan tetapi semua serangannya gagal. Sin Cu membalas serangannya dengan It-Yang-Ci. Saking cepatnya dia bergerak, lawannya tidak dapat menghindar lagi dan sebuah totokan mengenai dada kanan Im Yang Tojin, Dia mengeluh dan rubuh terguling. Biarpun dia tidak sampai menjadi lumpuh, namun seluru tubuh terasa lemah dan panas dingin. Jalan darahnya menjadi kacau dan Im Yang Tojin cepat menggulingkan tubuhnya menjauh, kemudian dia duduk bersila dan mengatur pernapasan untuk memulihkan keadaan dirinya.
Pada saat itu, Ouw Yang Lee yang sudah berbalik menjadi marah sekali kepada Ouw Yang Lan sehingga timbul kekejamannya dan dia seperti lupa bahwa yang diserang adalah anak kandungnya sendiri, sudah memainkan pedang sampai ke puncaknya. Pedangnya menyambar-nyambar dengan ganas dan kuat sekali. Ouw Yang Lan berusaha melindungi dirinya dengan putaran pedangnya, namun setiap kali kedua pedang bertemu dia terhuyung dan Ayah kandungnya mulai mendesaknya dengan hebat, mengirim serangan-serangan maut tanpa mengenal ampun lagi. Ketika Ouw Yang Lan terdesak sampai terhuyung ke belakang, Ouw Yang Lee mengirim tusukan maut ke arah dada anaknya. Dalam keadaan gawat itu Ouw Yang Lan yang terhuyung tidak mungkin dapat menghindarkan diri dengan elakan, maka diapun cepat menangkis dengan pedangnya.
?Criing...!? Pedang Ouw Yang Lee yang ditangkis meleset dan masih mengenai pundak kiri gadis itu. Ujung pedang itu merobek baju bagian pundak itu dan merobek pula kulit pundaknya. Ouw Yang Lan melompat ke belakang, pundak kirinya berdarah. Sesosok bayangan berkelebat dan sudah berdiri di depannya, menghadapi Ouw Yang Lee yang hendak menyusulkan serangan berikutnya. Ouw Yang Lan melihat bahwa orang itu adalah Sin Cu! la merasa heran dan menengok ke belakang, mencari-cari dengan pandang matanya karena tadi ia melihat Sin Cu bertanding melawan seorang Tosu. Ternyata Tosu itu kini duduk bersila sambil mengatur pernapasan, tanda bahwa Tosu itu terluka dan sedang menghimpun hawa murni untuk memulihkan kesehatannya. Hal ini hanya berarti bahwa Sin Cu telah mengalahkan Tosu itu. la menjadi heran dan juga kagum.
Cepat ia memandang ke arah pemuda itu yang kini menghadapi Ayahnya dengan tangan kosong saja. Ouw Yang Lee marah sekali melihat pemuda yang tadi seperahu dengan puterinya itu tiba-tiba menghadapinya. Saking marahnya, dia lupa akan harga dirinya sebagai seorang datuk persilatan dan tanpa mengeluarkan kata apapun dia langsung menerjang dan menyerang pemuda yang sama sekali tidak membawa membawa senjata itu! Perbuatan seperti ini sebetulnya melanggar kesopanan orang-orang yang menganggap dirinya gagah perkasa, apalagi bagi seorang datuk besar seperti Ouw Yang Lee. Akan tetapi agaknya rasa penasaran karena tidak mampu merobohkan puterinya sendiri, kemarahan yang menyesak dada karena puterinya itu menentang bahkan menghinanya, membuat dia mata gelap dan tidak menghiraukan lagi segala macam aturan.
Lost Boy Salah Culik 1 Wiro Sableng 009 Rahasia Lukisan Telanjang Pertemuan Di Kotaraja 14

Cari Blog Ini