Ceritasilat Novel Online

Warisan Jenderal Gak Hui 2

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung Bagian 2


Kiam Ciu telah mendapat didikan langsung dari Pek-hi-siu-si selama
sembilan tahun lamanya! Hampir seluruh ilmu kakek itu telah diturunkan kepada
Tong Kiam Ciu ! Bocah itu telah mempelajarinya dengan tekun sekali. Jadi
tidaklah mengherankan kalau kakek itu merasa puas dan sangat bangga sekali!
Ternyata Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang sangat cerdas dan cerdik
Oey Liong Kiam 2 17 sekali. Bukan saja Pek-hi-siu-si sangat mengagumi murid satu-satunya itu. Juga
ketiga bersaudara Sin-ciu-sam-kiat merasa kagum dan sangat bersyukur akan
perkembangan Kiam Ciu itu.
Pada suatu pagi ketika itu seperti
biasanya Kiam Ciu akan berangkat berlatih
silat dan menemui gurunya. Tiba-tiba
terdengar sebuah teguran pada dirinya.
Teguran yang sangat halus dan sangat
dikenalnya. "Koko Twa-supee memerintahkan kau
untuk menemuinya dirumah besar pagi ini!"
seru suara merdu yang segera dapat dikenal
oleh Kiam Ciu adalah suara Tong Bwee adik
angkatnya yang sudah menjadi seorang gadis
remaja puteri, gadis remaja yang cantik jeliia.
Kiam Ciu tersenyum manis dan
memandang tegas kepada Tong Bwee seraya bersera "Terima kasih adik manis,
aku akan segera kesana!"
Mereka berdua dengan sangat tergesa-gesa berjalan bersama menuju ke
bangunan rumah besar. Dimana sat itu diruangan tamu telah duduk Pek-hi-siusi dan ketiga Sin-ciu-sam-kiat yang tampak tersenyum ketika menyaksikan
Kiam Ciu dan Tong Bwee memasuki ruangan.
"Kiam Ciu . . apakah kau mengetahui mengapa aku memanggilmu ?" seru
Pek-hi-siu-si sambil tersenyum dan masih duduk sambil mengelus janggutnya
yang putih dan panjang. "Kiam Ciu bersedia menerima segala perintah suhu.. . ." jawab Kiam Ciu sambil
membongkok memberi hormat.
Pek-hi-siu-si tersenyum bangga dengan matanya yang tiada mau lepas dari
mengamati pemuda dihadapannya itu. Rupa-rupanya Kiam Ciu benar-benar
telah memikat hati Pek-hi-siu-si. Seorang murid yang sangat disayanginya
disamping memang pemuda itu mempunyai latar belakang yang menyedihkan
Oey Liong Kiam 2 18 dimasa lalunya. Maka sudah selayaknya kalau kakek itu menyayanginya dengan
ketulusan hati. Bukan saja Pek-hi-siu-si yang sangat sayang kepada Kiam Ciu
tetapi juga ketiga Sin-ciu-sam-kiat sangat bersyukur dapat turut memelihara
dan mendidiknya. "Kiam Ciu.. . . . . selama sembilan tahun teakhir ini kami berempat telah
menurunkan ilmu silat padamu. Segala ilmu yang kami punyai telah kami
ajarkan semuanya kepadamu, Ternyata kau sangat pandai dan cerdik sehingga
semua ilmu itu telah kau kuasai semua. Bahkan kami sendiri telah jauh
ketinggalan dengan ilmu yang kau miliki sekarang" Pek-hi-siu-si berseru dan
sejenak terhenti karena gangguan batuk-batuknya.
Batuk-batuk yang menyerang Pek-hi-siu-si itu adalah akibat luka dalam yang
masih mengendap dalam tubuhnya. Luka dalam itu telah diderita oleh Pek-hisiu-si selama lebih dari delapan tahun. Berkat ilmu Bo-kit-sin-kong maka dia
masih dapat bertahan. Tetapi dalam keadaan itu entah tinggal berapa lama lagi
kakek itu dapat bertahan, karena ternyata luka dalam yang dideritanya itu
sangat luar biasa. Menyaksikan hal itu Tong Kiam Ciu sangat terkejut. Karena selama dia
dibawah asuhan Pek-hi-siu-si dalam segala ilmu khususnya ilmu pedang dan
melatih Sin-kang bahkan memperdalam Siu-lan. Namun sama sekali kakek itu
tiada menyinggung sama sekali tentang luka dalam itu.
"Twa-supee . . apakah . . ?" seru Kiam Ciu dengan kerutkan kening.
"Sekarang . . . . !" Pek-hi-siu-si sambil mengangkat tangan kanan kearah Kim
Ciu, demi kepentinganmu dan juga untuk aku. Kau telah cukup membekal ilmu.
Maka sudah waktunya kau untuk memulai dengan pengabdianmu.. . . " demikian
Pek-hi-siu-si berhenti lagi dan ditatapnya wajah pemuda itu dengan helaan
napas dalam. Kiam Ciu merasa terperanjat dengan kata-kata itu, kemudian menunduk
kembali seolah-olah melihat ke ujung kaki kakek yang duduk dihadapannya
seraya menghormat. "Aku akan segera melaksanakan perintah. sekarangpun aku telah bersedia
jika itu kehendak Twa-supee" seru Kiam Ciu dengan penuh hormat dan halus.
Oey Liong Kiam 2 19 "Kiam Ciu, kurasa kinilah saatnya kau untuk mengetahui suatu rahasia yang
selama ini kami simpan. Rahasia tentang musuh besarmu, juga musuh besar
keluargamu.. !" seru Pek-hi-siu-si. "musuh besarmu itu tiada tentu tempat
tinggalnya dan mempunyai watak yang sangat ganas.. Terus terang aku sendiri
belum pernah melihat mukanya, hanya mendengar nama gelarnya dan sepak
terjangnya serta kehebatan ilmunya dikalangan Kang-ouw. Maka kau harus
mencarinya sendiri. Carilah orang yang bergelar Ciam Gwat!" seru Pek-hi-siu-si
seolah-olah telah menjadi lega dadanya telah mengeluarkan segala apa yang
selama ini disimpannya dalam dada.
Kiam Ciu mendengarkan penuiuran gurunya itu dengan penuh perhatian.
Bergolaklah harinya penuh kegusaran dan seolah-olah pemuda itu ingin dengan
cepat meloncat untuk mencari musuh besarnya yang telah membinasakan
seluruh keluarganya itu. "Baik aku telah pahan semuanya Twa-supee" sahut Kiam Ciu.
"Tunggu! Masih ada lagi pesanku . . . " seru Pek-hi-siu-si ketika menyaksikan
pemuda itu tampak tidak sabar lagi, "Pergilah kau terlebih dahulu untuk mencari
pemimpin golongan persilatan Bu-tong dan temui Hiong Hok Totiang. Ketika aku
mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw aku telah menitipkan pedang
pusakaku kepadanya, Oey-Liong-Kiam (pedang pusaka naga kuning). Aku juga
berpesan kepadanya bahwa sembilan tahun kemudian pedang putaka itu akan
kuwariskan kepada seorang pemuda yang bernama Tong Kiam Ciu, dan pedang
itu akan diambilnya. Muridku Kiam Ciu, tiga bulan lagi para pemimpin partai
persilatan dan para pendekar kenamaan akan bertemu dalam Bu lim-tahwee di
puncak Ciok yong-hong diatas pegunungan Heng-san yang hanya
diselenggarakan tiap sepuluh warsa sekali. Dengan . . . dengan.. . membekal Oeyliong-kiam kau dapat mewakili aku dalam pertemuan itu" kakek itu sekali lagi
terhenti karena gangguan batuknya.
Kemudian Pek-hi-siu-si mengambil sebuah bungkusan yang terletak diatas
meja seraya melanjutkan kata-katanya ; "Didalam bungkusan ini terdapat sebuah
kitab catalan kelahiranmu yang telah kusimpan selama enam belas tahun
lamanya. Disamping kitab catatan itu terdapat juga sebuah kotak hitam yang
berisi dua belas buah golok Liu-gian-to hadiah dari pamanmu Siauw Liang. Juga
Oey Liong Kiam 2 20 perak sebanyak seratus tahil untuk ongkos selama kau dalam perjalanan , , , "
seru Pek-hi-siu-si sampai disitu terhenti dan terbatuk lagi.
Tong Kiam Ciu menundukkan kepala dengan terharu atas segala kebaikan
itu, Dia sebenarnya tidak tega untuk meninggalkan Pek-hi-siu-si yang kelihatan
payah itu. walaupun kakek itu telah berusaba sedapat mungkin untuk
menyembunyikan penderitaan karena luka dalam. Pula pemuia itu sangat berat
untuk meninggalkan orangtua angkatnya, paman Siauw Liang dan adik angkat
yang sangat dicintainya Tong Bwee.
Bergemuruhlah dalam dada pemuda itu, berbagai-bagai perasaan
bersambung menjadi satu menghantam indranya menggempur jiwanya.
Berperanglah jiwanya antara kewajiban sebagai seorang jantan dan satria sejati,
Tiba-tiba dalam kegemuruhan kegoncangan jiwanya itu terdengar suara Pek-hisiu-si menegurnya.
"Kiam Ciu," tegur Pek-hi-siu-si datar, "dikalangan rimba persilatan nanti kau
akan mengalami banyak kejadian. Itu lebih baik bagimu untuk menambah
pengalaman dan menghayati hidup dan mendarmakan kepandaianmu untuk
sesama umat. Kau harus bersikap sabar dan berhati-hati, kenalilah dirimu
sendiri.. .". Nah kini saatnya kau harus berangkat !" sampai disitu Pek-hi-siu-si
berhenti dan memejamkan matanya menaban air mata keharuan yang tiada
terbendung lagi. Dalam keadaan itu Siauw Liang telah menghampiri Kiam Ciu dan memegang
bahu pemuda itu seraya berkata: "Kiam Ciu semenjak kau masih bayi aku sering
menggendongmu kau tahu bukan bahwa aku tidak pandai berkata panjang lebar.
Aku hanya dapat berdoa semogg kau dapat berhasil dalam segala usahamu . . . . . "
Dengan air nata berlinang Tong Kiam Ciu berlutut dihadapan Pek-hi-siu-si,
kemudian menghampiri Ji Han Su dan Pek Giok Bwee berlutut seraya berkata:
"Ayah, Ibu, aku telah melelahkanmu mengasuhku selama sembilan belas tahun
lamanya. Sekarang aku akan segera meninggalkan kalian orang budiman . . . Aku
mohon diri". demikian kata-kata iiu tidak dapat keluar dengan lancar seolah-olah
tersekat didalam kerongkongannya.
"Kiam Ciu , , " kata Pek Giok Bwee. "Aku berharap semoga kau berbesar hati
dan menghalaukan kesedihan karena perpisahan ini. Orang hidup tidak
Oey Liong Kiam 2 21 selamanya harus berkumpul, ada waktunya kita harus bepisah. Lagi pula se!ain
kau harus menunaikan tugas baktimu, kau harus banyak mencari pengalaman
dikalangan Kang-ouw." sampai disitu Pek Giok Bwee menasehati Kiam Ciu dan
menghiburnya agar pemuda itu menghilangkan perasaan hatinya yang sedih
karena akan berpisah. WaJaupun sebenarnya Pek Giok Bwee sendiri merasakan
betapa beratnya untuk berpisah dengan pemuda itu. Karena telah sembilan
belas tahun dia mendidik dan mengasuh pemuda itu dengan penuh kasih
sayang sebagai anaknya sendiri.
"Kiam Ciu.. kau dapat segera berangkat !" seru Ji Han Su. " Semakin lama kau
berdiam diri, bertambah sedih hati ibumu nanti. Setelah kelak kau berhasil
menunaikan tugasmu aku yakin kita masih banyak waktu untuk berkumpul
kembali. Hanya pesanku, pesanku anakku.. . kau baik-baiklah menjaga dirimu!"
Setelah Ji Han Su diam, maka tempat itu jadi hening. Hanya terdengar angin
mendesau bertiup menghembus tirai ruang tamu. Saat itu juga Tong Kiam Ciu
telah bangkit perlahan-lahan. Kemudian memutar tubuh dan meninggalkan
rumah itu tanpa menoleh lagi.
Makia lama dia melangkah maka tidak lama telah sampai dihutan bambu
dan cepat-cepat ia menuju ketepian telaga Cui-ouw. Kiam Ciu berdiri dibawah
pohon Liu. Matanya nanar memandang keatas air telaga yang bening, Melihat
kembang-kembang teratai yang daunnya menghijau pemuda itu mengenangkan
masa lampau meengenangkan masa kanak-kanak dimana dia sering bermainmain di telaga dengan Tong Bwee. Masa kanak-kanak yang sangat
menyenangkan dan sangat berkesan didalam hatinya.
Lama juga pemuda itu melamun dan mengenangkan masa lampau, tetapi
lamunannya itu menjadi buyar ketika dirasanya ada seseorang yang mendekati.
Disamping itu hidungnya telah mencium bau harum yang tiada terlupakan bau
harum itu. Karena tiada lain adalah keharuman rambut Ji Tong Bwee.
Dengan tiba-tiba pula Kiam Ciu memutar tubuh dan berseru : "Moy!" Hanya
sampai disitu kemudian tiada sepatah katapun yang terucapkan. Hanya
pandangan mata mereka saling bertemu dan senyuman manis gadis itu yang
menyentuh kedalam lubuk hati Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 2 22 Sembilan tahun yang lalu Kiam Ciu mencintai Tong Bwee sebagai adiknya.
Tetapi kemudian setelah mengetahui bahwa gadis itu bukan adik kandungnya
maka rasa cinta kasih itu telah berubah sangat berlainan.
Ji Tong Bwee melangkah lebih dekat dan tersenyum manja yang sangat
menyejukkan hati Kiam Ciu. Sesaat pemuda itu menarik napas panjang. Ketika
langkah kaki gadis itu bertambah dekat maka terlihatlah dengan nyata bahwa
gadis itu dikedua belah matanya yang bulat berkaca-kaca membendung luapan
tangis. "Moy . . . aku belum berpamitan padamu tadi, karena terasa berat harus
kuucapkan kata-kata perpisahan itu padamu" seru Kiam Ciu dengan senyuman
dibuat-buat, hatinya berat mengatakan kata-kata itu seolah-olah pemuda itu
akan meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Ji Tong Bwee melepaskan sebentuk cicin dari jari manisnya, sebentuk cincin
berwarna merah deiima. Kemudian gadis itu memegang tangan kanan Kiam Ciu
untuk memasukkan cincin itu ke jari kelingkingnya dan dibiarkan air matanya
membasahi pipi yang putih kemerah-merahan.
"Koko . . . aku tidak mempunyai kenangan yang lain kecuali cincin yang tiada
berharga itu. Namun aku berharap semoga koko suka memakainya terus hingga
perjumpaan kita kelak.. . ." seru Tong Bwee dengan rasa penuh keharuan harus
berpisah. "Bwee Moy.. . . cincin ini bukannya barang yang tiada berharga, tetapi cincin
ini kau berikan dengan penuh kasih sayangmu padaku. Maka percayalah bahwa
aku akan menjaganya dengan segenap jiwa dan ragaku" sambung Kiam Ciu
dengan memandangi cincin manikam merah itu dengan bergantian
memandang kearah orang yang memberikannya.
"Koko . . berangkatlah dengan hati yang tenang dan jagalah diri Koko baikbaik !" sambung gadis itu lagi dan membiarkan butiran-butiran air matanya itu
membasahi pipinya. Digenggamnya tangan gadis itn dengan sangat erat seolah-olah tidak akan
dilepaskan lagi. Diusapnya air mata yang membasahi pipi gadis itu dengan
Oey Liong Kiam 2 23 perasaan sayang. Kemudian Kiam Ciu memutar tubuh dan meninggalkan tempat
pertemuan mereka ditepi telaga Cui-ouw dengan cepat.
Dalam sekejap saja Kiam Ciu telah berjalan jauh dan Tong Bwee
ditinggalkannya seorang diri ditepi telaga dan memandanginya hingga
bayangan Kiam Ciu lenyap dibalik bayangan pepohonan didalam hutan.
Ji Tong Bwee menghela nafas panjang dan mengusap air matanya. Dengan
langkah lesu ditinggalkannya tepian telaga itu dengan hati penuh kenangan ke
masa-masa lalu. Sedangkan Tong Kiam Ciu terus menempuh hutan menuju
kemarkas partai persilatan Bu-tong. Untuk menunaikan perintah gurunya
menemui ketua partai Bu-tong ialah Hiong Hok Totiang dan untuk minta titipan
Twa-supeenya berupa sebuah pedang pusaka yang bernama Naga Kuning, Oeyliong-kiam.
Tiada terasa Kiam Ciu telah sampai disebuah hutan di pegunungan Tay-piesan yang terletak dipropinsi Ouw pak. Hutannya yang lebat dengan perengpereng jurang yang curam dan batu-batu gunung yang besar. Tiba-tiba
terdengar suara petir menyambar dengan kilatan api yang mengerikan. Dengan
suara desau angin kencang, tiba-tiba telah turun hujan lebat sekali.
Tong Kiam Ciu yang mengenakan jubah putih telah mengembangkan ilmu
meringankan tubuh dan lari menyusup hutan. Hujan terus bertambah hebat
seolah-olah air dicurahkan dari langit disertai badai dan halilintar seolah-olah
dunia akan kiamat Suasana yang sangat mengerikan beberapa pohon telah
tumbang dan dahan-dahan besar tertimpa sambaran petir patah dan salah saiu
hampir saja menjatuhi Kiam Ciu tetapi untung pemuda berpakaian serba putih
yang telah basah kuyup itu dengan tangkas dapat meloncat menghindar
meninggalkan bekas terlalu dalam. Kiam Ciu turun mengembangkan ilmu
Ginkangnya untuk menuju kearah sebuah gua.
Karena hujan yang sangat lebat itu walaupun bagaimana Kiam Ciu butuh
kehangatan dan berteduh. Maka dengan terlihatnya mulut gua itu dia sangat
ingin secepat-cepatnya untuk mencapainya.
Dengan sebuah loncatan yang sangat indah pemuda berpakaian serba putih
itu telah berdiri didepan pintu gua. Tetapi ketika kakinya baru saja menginjak
tanah didepan pintu gua, tiba-tiba sebuah hembusan angin keras kearah dirinya.
Oey Liong Kiam 2 24 Tahulah Klam Ciu bahwa angin yang menerpa itu adalah sangat berbahaya
mengandung hawa panas, Maka dengan mendadak pula pemuda itu melejit
diudara dan angin hembusan itu menghantam batu besar yang berada didepan
pintu gua dan terdengarlah sebuah derakkan riuh sekali dan batu besar itu
hancur. Kini tahulah Kiam Ciu bahwa angin yang menerpa keluar itu adalah
sebuah tenaga pukulan jarak jauh yang sangat luar biasa..
"Luar biasa !" seru Kiam Ciu dalam hati. Pemuda itu telah menduga bahwa
didalam gua telah ada seseorang, tetapi gegabah menyerang tanpa menegur
terlebih dahulu. "Siapa diluar!" terdengar suara tajam mengguntur dari dalam, tetapi jelas
terdengar bahwa suara itu keluar dengan sangat tertahan dan Kiam Ciu telah
dapat menduga bahwa yang berada didalam gua itu adalah seorang sakti tua
yang luar biasa. "Aku . . Tong Kiam Ciu. Aku datang akan berteduh dalam hutan lebat ini. Jika
aku telah mengganggu Locianpwee maka aku minta maaf!" sahut Kiam Ciu dari
luar dengan suara keras tetapi sopan.
Walaupun Kiam Ciu berlaku sangat merendah dan hormat tetapi ruparupanya orang yang berada didalam gua sama sekali tidak menggubris akan
kata-kata pemuda itu. Maka sekali lagi Kiam Ciu berseru,


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Locianpwee apakah aku diperbolehkan masuk?!"
"Anak muda yang diluar siapa namamu ?!" seru suara orang dari dalam gua
itu sekali lagl, "Aku bernama Tong Kiam Ciu" jawab Kiam Ciu dari luar gua dengan suara
keras dan sopan. "0hh.. . Kau Tong Kiam Ciu.. . kalau begitu kau boleh masuk!" seru suara itu
sekali lagi. Mendengar jawaban itu Tong Kiam Ciu melangkah kedepan untuk memasuki
pintu gua. Sekali lagi terasa datangnya angin pukulan yang berhawa panas dari
arah dalam gua. Tetapi kali ini Kiam Ciu sudah mengelakan serangan itu seperti
yang dilakukan diluar gua tadi. Keiika dirasakan angin pukulan itu telah dekat
maka Kiam Ciu mengangkat kedua tangannya dengan tapak tangan kedepan
Oey Liong Kiam 2 25 sambil mengerahkan ilmu Bo-kit-sin-kong yang telah diyakini ajaran dari Pekhi-siu-si. ternyata ilmu yang telah diyakini itu dapat membuyarkan tenaga
pukulan lawan. Kemudian Kiam Ciu melangkah lebih kedalam lagi.
Suasana didalam gua itu sangat sepi sekali samar-samar dia melihat bentuk
tubuh seorang kakek berjenggot panjang dan rambut yang awut-awutan, sedang
pakaiannya telah terkoyak-koyak dan tampak noda-noda darah.
Kakek itu tengah mengawasi Kiam Ciu dengan pandangan mata yang suram.
Sedang rambutnya yang awut-awutan bertebaran ke wajahnya tertiup angin
keras dari luar. "Rupa-rupanya kakek ini dalam keadaan terluka dalam" pikir Kiam Ciu.
"Torg Kiam Ciu?! Kau yang bernama Tong Kiam Ciu? Terimalah ini hadiahku!"
seru kakek itu diakhiri dengan sebuah pukulan dahsyat kearah dada Tong Kiam
Ciu. Tong Kiam Ciu hanya memiringkan tubuhnya sedikit tanpa membalas
menyerang. Tetapi orang tua itu mengirimkan pukulan dengan kekuatan luar
biasa, ketika pukulannya ternyata memukul tempat kosong hingga dia tidak
dapat menguasai tubuhnya lagi. Kakek itu terhuyung kedepan dan jatuh
tersungkur, dan pada saat itu juga dia memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Tetapi kakek itu lekas-lekas meloncat kembali berdiri memutar tubuh
menghadap Kiam Ciu dan tertawa cekakakan.
"Hemmmm.. . mengapa tertawa? Apakah kakek ini telah tergoncang hebat
otaknya hingga menjadi gila?" pikir Kiam Ciu dengan sangat heran memandang
kearah kakek itu. "Bo-kit-sin-kong! Tidak salah lagi kau telah dapat menguasai Bo-kit-sin-kong
dengan sempurna!" kakek itu berteriak-teriak seperti orang gila. Kemudian
menatap Kiam Ciu dengan pandangan mata seksama. "Hey, Tong Kiam Ciu
bagaimana kau dapat berada di pegunungan ini ?" sambung kakek itu dengan
kerutkan keningnya. Segala gerak dan tingkah kakek itu sangat aneh, sehingga pemuda itu
menjadi bingung dan tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang
tiba-tiba dan sangat ramah itu. Kemudian diamatinya orang tua yang berada
Oey Liong Kiam 2 26 dihadapanya itu. Tetapi ketika matanya menyaksikan sebilah pedang yang
bergantung dipinggang kakek itu sebilah pedang kepala Naga berwarna kuning.
Diam-diam Kiam Ciu jadi terperanjat.
"Hey Tong Kiam Ciu! Apakah kau tahu aku ini sapa ?" seru kakek awut-awutan
itu dengan lantang dan tiba-tiba pula.
"Apakah Locianpwee . . . bukan Hiong Hok Totiang ?" jawab Kiam Ciu dengan
hormat dan ragu-ragu sambil mengawasi mata kakek itu.
"Ha ha-ha. dari mana kau tahu bahwa aku Hiong Hok Totiang ? Hemmm . . "
seru kakek itu dan tampak keningnya berkerut seolah-olah kakek itu sedang
menahan perasaan sakit yang luar biasa.
"Dengan melihat pedang Oey-liong-kiam yang bergantung dipinggang
Locianpwee, Locianpwee terimalah hormatku, sudilah Cianpwee memaafkan
segala kekurang ajaranku tadi.. . . " seru Tong Kiam Ciu sambil membungkuk
memberi bormat Sesaat kemudian Tong Kiam Ciu telah berlutut dihadapan Hiong Hok Totiang
dan menghormat. "Sudahlah berdirilah dan jangan terlalu banyak memakai peradatan begitu"
seru Hiong Hok Totiang sambil mengangkat bahu Kiam Ciu
Sesaat lamanya suasana menjadi sepi lengang hanya napas kedua orang
itu yang terdengar. Diluar gua masih hujan dengan lebatnya dan sesekali
gebyaran sinar halilintar menerangi dalam gua.
"Sekarang dengarlah baik-baik pesanku ini Kiam Ciu! Sebenarnya aku harus
menantikan kedatanganmu dipegurungan Bu-tong. Tetapi pada sekira setengah
bulan yang lalu aku telah menerima sepucuk surat yang menyuruhku datang di
pegunungan ini untuk menyerahkan pedang pusaka Oey-Liong-Kiam. Maka saat
ini aku berada disini. Apakah kau telah pergi ke pegunungan Bu-tong untuk
mencariku?" "Ya. Tetapi aku mendapat keterangan bahwa Locianpwee telah berangkat ke
pegunungan T"ay-pie-san tiga hari yang lalu.. . . "
Oey Liong Kiam 2 27 "Hemm.. . . aku sama sekali tidak menduga kalau akan masuk perangkap. Aku
telah ditawan didalam gua ini dalam keadaan terluka dalam selama dua hari.. . "
kakek itu berhenti sebentar sambil meringis menahan rasa sakit kemudian
meneruskan; "Pedang Oey-Liong-Kiam ini adalah pedang pusaka Jenderal Gak
Hui, dikalangan Kang-ouw pedang itu termasuk pedang nomor satu di kolong
langit ini. Kini aku serahkan pedang ini kepadamu atas pesan gurumu Pek-hisiu-si dan aku minta padamu agar kau dapat menggunakannya dengan baik
pula dapat melindunginya. Nanti sekira lima belas hari lagi di puncak
pegunungan Heng-san akan diadakan pertemuan para tokoh persilatan dalam
pertemuan Bu-lim-tahwee diatas puncak Ciok yong-hong. Pesan gurumu bahwa
dengan pedang pusaka ini kau diharapkan untuk mewakilinya. Baiklah kau harus
menjunjung nama baik gurumu Pek-hi-siu-si yang telah menjagoi dunia
persilatan selama tiga puluh tahun lebih itu", kakek itu dengan menahan rasa
sakit yang amat sangat didadanya dan tampak meringis dan mengucurkan
keringat dingin. Setelah menyaksikan pedang pusaka, kemudian kakek itu merogoh dari saku
jubahnya sebuah benda mengkilat kuning selebar tiga jari tangan, diatas lebaran
berwarna kuning itu tertera ukiran seorang tojin (pendeta) tua yang berjenggot
panjang. Sambil menyerahkan benda mengkilat berwarna kuning itu Hiong Hok
Totiang berkata: "Aku kini aku sudah tidak lama lagi akan binasa, luka-lukaku
sangat hebat sekali didalam tubuh. Ohhh . . kuserahkan benda ini padamu Kiam
Ciu, benda ini adalah suatu tanda pengenal dari partai persilatan Bu-tong. Bila
kau menemui kesulitan dan menjumpai orang-orang dari partai persilatan Butong maka dengan memperhatikan tanda pengenal kuningan itu kau akan
segera mendapat bantuan . . .". Setelah kakek itu menyelesaikan kata-kata dan
menyerahkan dua benda itu kepada Kiam Ciu maka terhentilah sejenak dan
hening. Tiba-tiba terdengar kakek itu terbatuk dan meringis menahan rasa sakit
tetapi Hiong Hok Totiang memuntahkan darah bergumpal-gumpal dan
tersungkur jatuh ditanah, kedua tangannya menahan rasa sakit dengan
menekan dada. Kemudian terdengar pula jeritan panjang yang mengerikan
Oey Liong Kiam 2 28 kakek itu menggeliat, matanya terbelalak Hiong Hok Totiang binasa dalam
keadaan yang sangat mengerikan.
Saat itu berbareng pula petir menyambar dengan suara dahsyat. Hujan
belum lagi reda. Sinar kilatan petir itu sesaat menyinari wajah Kiam Ciu yang
kelihatan tegang dan ngeri ketika menyaksikan mayat Hiong Hok Totiang dalam
keadaan yang sangat mengerikan itu. Baru saat itu dia menyaksikan seseorang
binasa dengan sangat mengerikan akibat siksaan. Sekali lagi kilatan petir itu
menerangi dekat pintu gua dimana Kiam Ciu masih merenung dekat jenasah
pemimpin partai persilatan Bu-tong.
Tetapi ketika dia menyadari bahwa masih banyak tugas yang harus
diselesaikan, maka segeralah dia menggali lubang lahat didalam gua itu untuk
merawat mayat Hiong Hok Totiang. Semuanya itu dikerjakan dengan sangat
cepat dan mengerahkan tenaganya yang luar biasa. Maka tidaklah
mengherankan kalau dalam waku tiada lama telah selesai menyempurnakan
jenazah kakek itu dengan sangat sederhana,
Setelah selesai memakamkan jenazah pemimpin Bu-tong tadi, maka pemuda
itu memutar tubuh dan masih dengan kening berkerut dan tubuhnya lesu karena
sesalan dan rasa duka atas kejadian yang mengerikan itu, Kiam Ciu
meninggalkan gua itu. Tetapi langkahnya terhenti sejenak ketika dia menyadarinya bahwa dibawah
sebatang povon yang tinggi dan rindang didepan mulut gua tampak berdiri lima
orang Iaki-laki gagah berpakaian terbuat dari kulit singa. Orang-orang itu tampak
mengawasinya, mereka tampak seram dan geram dengan sorot mata menyalanyala.
"Tentu mereka inilah yang telah menjebak dan menganiaya Hiong Hok
Totiang . . " pikir Tong Kiam Ciu sambii melirik kearah kelima orang itu.
Kemudian Tong Kiam Cu membentak kearah kelima orang itu dengan suara
lantang dan tangan menuding kearah kelima orang dihadapannya.
"Hey kalian berlima harus bertanggung jawab atas kematian Hiong Hok
Totiang! Kalian harus mengganti jiwa atas kematian Hiong Hok Totiang !" seru
Tong Kiam Ciu dengan suara lantang dan gusar.
Oey Liong Kiam 2 29 Mendengar jeritan Kiam Ciu yang lantang dan marah itu membuat suasana
yang dingin karena hawa pegunungan dan hujan itu menjadi panas. Salah
seorang dari kelima orang itu yang bertubuh besar pendek segera meloncat
kedepan diantara kawan-kawannya sehingga kelihatan lebih nyata. Orang itu
berseru dengan suara yang tinggi dan seperti suara wanita.
"Apa katamu anak muda ? Kami harus membayar dengan nyawa ?
Seenaknya saja kau bersuara dihadapan kami, batok kepalamu yang akan kami
copoti !" bentak orang itu dengan suara melengking seperti suara wanita.
"Ayoh kita pergi !" serunya kspada keempat kawan-kawannya.
Tetapi sebelum orang-orang itu pergi meninggalkan dengan segeralah Kiam
Ciu berseru pula lebih lantang dan tandas membentak keras.
"Tunggu.. .!" bentak Kiam Ciu dengan keras dan berwibawa, "Akulah yang
mewakili Hiong Hok Totiang untuk membuat perhitungan dengan kalian !"
"Kau pernah apa dengan si keparat Totiang itu ?" seru sipendek gemuk yang
rupa-rupanya adalah pemimpin diantara keempat orang-orang yang berpakaian
kulit singa itu. "Peduli apa dengan kalian, hubunganku dengan Hiong Hok Totiang adalah
urusanku . . . !" seru Kiam Ciu dengan suara gusar, tetapi diam-diam pemuda itu
telah siap siaga. Sesaat Kiam Ciu memperhatikan gerak-gerik kelima orang yang berada
didepannya itu. Mereka tampak sangat mencurigakan sekali. Dengan berloncatan
mereka membentuk sebuah gerakan dan tahu-tahu mereka telah berdiri sederet
dihadapan Kiam Ciu. Ketika keadaan mereka telah siap sama sekali, maka mereka dengan
berbareng telah meloncat menyerang Kiam Ciu. Serangan dengan serentak
dengan loncatan dan serangan tangan berbareng keempat orang-orang
berpakaian kulit singa itu kearah dada dan bagian-bagian kelemahan Kiam Ciu.
Sedangkan Tong Kiam Ciu yang telah siaga secara diam-diam tadi kini telah
mempersiapkan sebuah hantaman kedua tinjunya untuk menggempur hardik
serangan lawan. Maka kedua tinju Kiam Ciu berbareng dengan datangnya
serangan itu memukul kedepan.
Oey Liong Kiam 2 30 Angin pukulan yang hebat telah mendampar dan menghalaukan serangan
pihak lawan dengan hebat sekali. Angin pukulan Kiam Ciu yang dilambari tenaga
dalam luar biasa itu sangat hebat pengaruhnya terhadap kelima orang lawan
yang kelihatan seram dan tegas itu.
"Kepandaian yang dahsyat sekali !" seru laki-laki bertubuh pendek gendut itu
dengan loncatan surut kebelakang tanpa sadar. "Ternyata kau dapat menahan
serangan kami tanpa kamu menderita luka dalam! Kitapun akan menyudahi
urusan ini jika kau sudi pula menyerahkan pedang pusaka Oey-Liong-Kiam
kepada kami.. .!" pemimpin orang-orang itu dengan nada membujuk dan
mengulurkan tangan kanan kedepan seraya mesem.
Tong Kiam Ciu merasa yakin bahwa dia dapat menundukkan lawannya
dalam beberapa jurus saja. Maka dia sangat berani untuk menantang dan
mendamprat kelima orang berbaju kulit singa itu.
"Menyerahkan pedang ini ? Hmmm . . kau seenaknya saja berbicara. Dengan
dalih apakah kau menghendaki penyerahan senjata pusaka ini?" seru Kiam Ciu
dengan kerutkan kening dan merasa gusar. "Pedang Oey-Liong-Kiam ini adalah
pedang warisan dari guruku, maka aku lebih berhak untuk menguasai benda
ini..!" sesaat Kiam Ciu terhenti karena menyaksikan gerak mencurigakan dari
kelima orang lawannya itu.
"Lagi pula kalau aku tidak sudi menyerahkan pedang ini kalian akan berbuat
apa terhadap diriku ?" seru Kiam Ciu dengan suara dampratan keras.
"Anak muda! Kau kira bahwa kau akan dapat lolos dari perangkap kami ?"
seru laki-laki pendek bertubuh gendut itu dengan mata mengkilat dan tidak luput
mengawasi terus pedang Oey-Liong-Kiam yang bergantung dipinggang Kiam
Ciu. Pedang berhulu kepala naga berwarna kuning.
"Kalian sudah berlima, masih juga akan menggunakan perangkap untuk
menangkap diriku seorang ?" seru Kiam Ciu dengan mata melotot dan mulut
dibulatkan kearah kelima orang berbaju kulit singa itu.
Tetapi kelima orang itu kini tidak menanggapi kata-kata Kiam Ciu, seo!aholah kata-kata itu tidak didengarnya. Kelima orang itu dengan tenang telah
memutar tubuh dan dengan tenangnya meninggalkan tempat itu.
Oey Liong Kiam 2 31 Kini Kiam Ciu menjadi sangat heran dan tidak tahu maksud orang-orang
yang berada didepannya itu. Sama sekali dia tidak memahami segala macam
sifat kelima orang yang dianggap aneh itu oleh Tong Kiam Ciu.
Sebenarnya Kiam Ciu akan meloncat menerjang kelima orang itu dengan
tendangan dan pukulannya. Bahkan dia betul-betul ingin lekas-lekas
membinasakan kelima orang itu. Karena dia yakin benar bahwa Hiong Hok
Totiang telah dibinasakan oleh kelima orang berbaju kulit singa itu, Namun
dengan tiba-tiba dia teringat pesan gurunya Pek-hi-siu-si yang memesankan
dengan sangat ditandaskan.
"Hmmm.. . kalau begitu aku harus sangat berhati-hati menghadapi lima
orang ini, aku harus sabar dan teliti untuk mengusut kelima orang ini sebelum
bertindak lebih lanjut.. . " pikir Tong Kiam Ciu dengan menahan hasratnya untuk
menerkam dan membinasakan kelima laki-laki itu.
Kelima orang itu meninggalkan depan gua dimana Hiong Hok Totiang
terkubur dan Kiam Ciu berdiri melompong dan membisu dengan menahan
gejolak amukan amarahnya. Kelima orang itu berjalan sangat cepat, kemudian
memasuki semak belukar. Ketika langkah itu berjarak lima puluh depa maka
muncullah dua orang yang berpakaian sama pula dengan kulit singa dan
menjura kepada kelima orang itu. Kemudian setelah kelima orang itu berlalu
segeralah mereka berdua meloncat kembali masuk ke dalam gerumbulan.
(Bersambung Jilid 3) Oey Liong Kiam 2 32 Oey Liong Kiam 3 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 3 K IAM CIU mengikuti jejak kelima orang iiu. Disamping dia memang berhasrat
untuk menuntut balas atas kematian Hiong Hok Totiang juga dia ingin
mendapatkan sesuatu pengalaman yang luar biasa dalam persilatan. Rahasia
berbagai peristiwa kehidupan manusia.
Tetapi segala gerak-gerik orang berpakaian kulit singa yang dipandang
sangat aneh itu, terus diintai dan diikuti oleh Kiam Ciu. Sampai akhirnya kelima
orang itu mendaki pegunungan dan ketika sampai disebuah gua empat orang
telah langsung memasuki gua dengan meninggalkan seorang diluar gua. Orang
yang ditinggalkan itu kemudian melihat kebelakang, setelah itu melompat masuk
kedalam gua juga. Tong Kiam Ciu merasa bingung juga menyaksikan keadaan itu. Dengan
tindakan berhati-hati dan mata mengawasi waspada kedalam gua itu dia
berpikir, "Jika aku turut memasuki gua ini. kemungkinan besar aku tidak akan
dapat keluar lagi dengan selamat. Lebih baik aku menunggu saja diiuar!"


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian pikir Tong Kiam Ciu sambil meraba-raba dinding depan mukut gua
dan matanya mengamati sekeliling gua itu.
"Hay.. hi.. hi. hi.. Apakah kau tidak rasa heran kalau sebentar lagi nyawamu
akan segera kami renggut ?!" suara itu keluar dari dalam gua yang semakin
lama semakin jauh. Suara itu berpantulan bergema membentur dinding gua
tetapi alunan suara itu bertambah jauh.
Setelah suara gema itu lenyap sama sekali, maka kini keadaan menjadi
sangat hening dari menyakitkan telinga. Kemudian terdengar titikan air dari
dinding atap gua jatuh dltampungan air yang melahangi batu. Suara air itu
sangat menusuk-nusuk hati terdengarnya dan dirasakannya.
Tong Kiam Ciu masih tetap berdiri didepan pintu gua. Suasana menjadi
sangat sepi dan gelap, hujan gerimis masib rintik-rintik dan sesekali terlihat
Oey Liong Kiam 3 1 bunga api menerangi bumi dan gelap kembali. Lebih gelap rasanya daripada
sebelum silau karena kilatan halilintar itu.
Tetapi dengian sangat mengejutkan telah terjadi. Berhamburanlah sinar
obor berjatuhan dari langit menghujani Kiam Ciu yang ma sih berhenti. Hujan
obor itu sesaat menjadi reda dan tahu-tahu telah berdiri orang-orang berpakaian
kulit singa dengan memegarg obor ditangan kanan. Mereka berjumlah dua ratus
orang banyaknya. Sangat terperanjatlah Tong Kiam Ciu menyaksikan semuanya
itu. Tetapi dia tidak bersuara hanya meningkatkan kewaspadaannya atas segala
kemungkinan yang mungkin terjadi.
Orang-orang itu telah berdiri dihadapan dan disekitar Kiam Ciu dengan sikap
mengancam, dengan memperhatikan gerak-gerik mereka itu tahulah Kiam Ciu
bahwa orang-orang itu sudah tidak sabar lagi untuk menerima tanda
penyerangan terhadap Tong Kiam Cui yang telah terjebak keatas puncak
pegunungan. Salah seorang diantata kedua ratus orang itu adalah seorang yang bertubuh
gendut dan pendek, Orang yang tadi telah berhadapan dengan Kiam Ciu didepan
gua dimana kakek Hiong Hok Totiang terkubur. Dia adalah pemimpin gerombolan
orang-orang yang mengepung Kiam Ciu saat itu.
"Hey anak muda ! Apakah sekarang kau bersedia menyerahkan pedang
pusaka Oey-Long-Kiam ? Kau memang lihay.. tetapi kau akan tewas juga
akhirnya jika berani melawan kita.. pertimbarakanlah masak-masak hal itu dan
lekas !" seru laki-laki pendek gendut itu berseru lantang. Sinar matanya
mengkilat seperti kilatan api obor ditangan anak buahnya.
"Aku belum pernah kenal dengan kalian sebelum ini, juga aku tidak akan
semudah seperti sangkamu untuk dengan begitu saja menyerahkan pedang
pusaka ini kepada siapapun. Hanya dengan melangkahi mayatku baru kalian
dapat merebut pedang ini ! Atas dasar melindungi pedang pusaka guruku inilah
aku tidak dapat sungkan-sungkan lagi untuk menghadapi kalian ?" seru Kiam Ciu
sambil menyilangkan kedua lengannya didada untuk menghadapi segala
kemungkinan yang datang dengan tiba-tiba.
"Jadi kau betkeras kepala ?" seru laki-laki gendut pendek itu dengan
membentak dan mata melotot mengeluarkan bunga api. "Kau akan menyesal
Oey Liong Kiam 3 2 kelak !" seru pemimpin itu sekali lagi dengan mengangkat tangan memberikan
isyarat kepada orang-orang yang berdiri dibelakang Kiam Ciu untuk menyerang
berbareng. Tong Kiam Ciu tahu babwa orang-orang yang ber diri dibelakangnya telah
mendapat aba-aba untuk meyerang. Maka dengan cepat Kiam Ciu
memutar tubuh dan surut selangkah untuk memasang kuda-kuda menghadapi
serangan hebat serentak dari lawannya.
Saat itu seolah-olah jantung Kiam Ciu terbang, karena sebelumnya
dirasakannya Kiam Ciu menginjak sesuatu yang lunak kemudian seperti terhisap
Kiam Ciu terdorong kebelakang dan terperosok kedalam sebuah lubang sumur
yang dalam. Ternyata musuhnya telah memasang perangkap dengan membuat lubanglubang sumur yang ditutupinya dengan tanah dan rumput. Setiap lawan yang
masuk dalam jebakan itu akan ditimpuki dengan batu-batu keras dan besar
serta ditimbuninya hingga binasa.
Tong Kiam Ciu meronta dan berusaha
malawan timpukan batu-batu berhamburan
dan hampir membentur kepala Kiam Ciu.
Namun dengan kepalan tinju yang luar
biasa ia telah menghantam hancur batubatu yang menimbuninya dengan gigih dan
batu-batu itu berhamburan.
Beberapa saat sebelumnya Hiong Hok
Totiang atau ketua partai silat Bu-tong telah
masuk kedalam jebakan itu dan menjadi
korbannya. Tetapi berkat kehebatan ilmu
tenaga dalamnya yang hebat, maka dia
sempat bertahan. Hiong Hok Totiang yang
dianggap telab binasa itu dibiarkan tertimbun hancur dalam lubang perangkap
yang penuh batu itu, Namun Hiong Hok Totiang yang dianggap telah tewas itu.
dengan usahanya yang bersusah payah telah dapat merangkak keatas dari
lubang jebakan, semuanya itu dilakukannya pada malam hari, ia bermaksud
Oey Liong Kiam 3 3 bersembunyi dalam gua sambil menantikan tenaga dalamnya pulih kembali
serta luka-lukanya menjadi sembuh. Terapi luka-luka yang tengah di deritanya
itu terlalu berat. Sehingga tubuh yang telah loyo dan tua itu serasa tiada tertahan lagi. Maka
ketika dia telah bertemu dengan Kiam Ciu merasa sangat senang hatinya dan
berarti satu tugasnya yang sangat diprihatintan itu dapat diselesaikannya.
Setelah kakek itu menyerahkan pedang pusaka Oey-Liong-Kiam kepada Tong
Kiam Ciu maka kakek itu lalu tersungkur dan binasa.
Tidak percuma Tong Kiam Ciu mempelajari ilmu sikat dari keempat gurunya.
Dengari tekun pemuda itu telah mempelajari dan memahami ilmu-ilmu dari
keempat gurunya dan tanpa rasa lelah. Terutama ilmu ginkang yang telah
diturunkan oleh Pek Giok Bwee. Ilmu yang sangat luar biasa dan pada saat-saat
seperti saat terjepit ini maka Kiam Ciu segera mengembangkan ilmu
meringankan tubuh hingga dirinya tidak terseret masuk kedalam lubang jebakan
itu dengan deras dan terbanting.
Ilmu meringankan tubuh yang dulu ditelaga Cui-ouw selalu dilatihnya
bersama dengan Ji Tong Bwee ternyata kini sangat berguna dan dengan
menghentakkan kaki kanan dengan jurus Pek-yan-ciong-thian atau asap putih
membumbung kelangit sambil menghunus pedang Naga Kuning ditangan kanan
Kiam Ciu langsung meloncat menyerang musuh.
Tiba-tiba suasana disekitar gua itu menjadi gelap gulita. Orang-orang yang
memegang obor berhamburan lari sambil melemparkan obor mereka kedalam
lubang perangkap. Tong Kiam Ciu tidak berani untuk meneruskan menyerang dan menghajar
musuhnya itu sangat khawatir dengan kelicikan lawan. Dia sangat berhati-hati
dan merasa seolah-olah dirinya masih dalam pengawasan dan pengintaian
lawan. Karena Kiam Ciu tahu bahwa lawannya sangat licik kemungkinan masih
dapat terjadi dan dia dapat mati konyol dan penasaran.
"Siauwhiap (pendekar muda) ! Kau walaupun masih muda usiamu, namun
ternyata betul-betul sangat lihay, kau beruntung telah dapat terbebas dari
bahaya maut! Tetapi.. " seru sebuah suara yang sudah dikenal sejak didepan gua
Oey Liong Kiam 3 4 dipegunungan Tay Pie san dipropiosi Ouw pak dimana pemimpin partai
persilatan Bu-tong terkubur.
"Tetapi apa!" seru Tong Kiam Ciu memotong kata-kata orang itu.
"Kita dari partai persilatan Kim-sai-pang (Singa kuning mas) tidak akan
menyerangmu lagi!" jawab laki-laki itu dengan suara tegas.
"Hey pengecut biadab!" bentak Kiam Ciu dengan suar gusar. "Kalian telah
banyak membinasakan orang-orang gagah dengan keji. Sekarang
pergunakanlah kekejianmu itu terhadapku !" seru Tong Kiam Ciu dengan
mendongak dan berseru kearah datangnya suara itu.
"Kita tidak akan menyerangmu lagi, karena partai kami mempunyai suatu
peraturan. Jika kita gagal menjebak musuh kita dilarang untuk bertindak lebih
lanjut ! Sekarang walaupun Siauwhiap minta kepada kami untuk diserang namun
kami sungkan untuk bertindak !" sambung suara itu lagi dengan datar.
Kemudian terdengar suara raungan seperti raungan singa jantan, raungan
itu bertambah jauh, semakin jauh dan sayup-sayup terdengar kemudian lenyap
sama sekali. "Hemm" aku telah sampai di markas partai Kim-sai-pang" guman Kiam Ciu
kemudian matanya menatap pedang Oey-Liong-Kiam, tampaklah kilatan kuning
memijar, kemudian terdengar pedang itu disarungkan kembali.
Tong Kiam Ciu teringat kembali tugasnya di puncak Ciok yong-hong
dipegunungan Heng-san untuk menghadiri pertemuan para pendekar Bu lim
pada pertemuan Bulim-tahwee lima belas hari lagi. Maka segeralah dia
meninggalkan tempat itu dan untuk sementara dia melupakan dulu persoalan
dengan golongan Kim-sai-pang. Dengan menarik nafas panjang pemuda itu
menyaksikan sekitar tempat dimana tadi dia terjebak. Semuanya gelap, tetapi
dia telah mengingat-ingat tempat itu dengan jelas dalam benaknya. Untuk suatu
ketika kelak dia akan kembali lagi,
Pegunungan Heng-san terletak di tengah Propinsi Ouw lam. Pegunungan itu
terdiri dari tujuh puluh lima banyaknya. Salah satu puncaknya yang sangat
terkenal diantara puncak-puncak yang lain ialah puncak Ciok yong-hong
sedangkan di kaki puncak Ciok yong-hong itu terdapat sebuah desa kecil
Oey Liong Kiam 3 5 bernama Pek mau. Pada waktu-waktu tertentu tempat itu banyak dikunjungi
orang untuk bersembahyang, orang-orang itu berkunjung dan bersembahyang
dipuncak Ciok yong-hong dan walaupun desa Pek-mau itu adalah desa yang
kecil, namun ada dua bangunan penginapan untuk menampung para
pengunjung itu. Saat-saat cepat berlalu, dengan tiada terasa telah dua minggu berlalu.
Kesibukan didesa Pek-mau sangat luar biasa. Telah berkumpul banyak sekali
pendatang dari segala jurusan dan propinsi. Karena adalah orang-orang yang
sangat tertarik dengan segala macam yang akan terjadi diatas puncak Ciok
yong-hong. Karena sehari lagi di puncak Ciok yong-hong akan diadakan
pertemuan para tokoh persilatan dari segala penjuru. Pertemuan jago-jago silat
dari kalangan Kang-ouw itu akan diakhiri dengan pertandingan ilmu silat di
arena Bu lim tahwee. Diantara orang-orang itu tampak pula Tong Kiam Ciu dengan mendengakkan
wajahnya pemuda itu mencari penginapan. Maka segeralah pemuda
itu menghampirinya dan langsung menemui seorang pengurus. Kudanya
ditambatkan diiuar, "Saudara aku ingin bermalam disini apakah masih ada tempat satu kamar
untukku?" seru Tong Kiam Ciu dengan penuh harapan. Karena dia khawatir juga
kalau sampai kehabisan kamar melihat begitu banyaknya para pengunjung di
desa Pek-mau itu, "Hemmmm . . . tuan, selama dua hari ini terlalu banyak tamu datang. Dua
penginapan di desa ini telah penuh semua kamarnya dipesan oleh tamu-tamu.
Tetapi untuk Tuan kami dapat menyediakan sebuah kamar.." jawab pengurus
penginapan itu dengan tersenyum ramah.
"Terimakasih. Tolong berilah makan kudaku itu. Aku akan memberi tambahan
nanti" seru Tong Kiam Ciu sambil menuding kearah seekor kuda yang tertambat
didepan, Karena dalam perjalanan tadi kuda yang dipergunakan Tong Kiam Ciu
belum diberi makan. "Baik Tuan. Kami harap tuan tidak usah merasa khawatir, semuanya akan
kami lakukan dengan baik dan memuaskan" seru pengurus penginapan seraya
Oey Liong Kiam 3 6 menghormat tamunya dan kemudian bertepuk tangan memanggil pelayan hotel
untuk mengurus segala sesuatu keperluan Tong Kiam Ciu.
Ketika Tong Kiam Ciu memutar tubuh dan bergerak untuk masuk ke ruang
tamu tampaklah beberapa orang telah mengangkat wajah dan ada pula yang
berpaling memandang pemuda itu. Namun Kiam Ciu tetap bersikap tenang saja.
Sedangkan pedang pusaka Oey-Liong-Kiam digendongnya dipunggung dan
tampak tersembul hulu naga kuning kelihatan dari bahu kanannya. Ruparupanya semua yang berada di tempat itu merasa heran menyaksikan pedang
pusaka Oey-Liong-Kiam dibawa oleh seorang pemuda belia.
Namun pemuda itu terus saja mengikuti pelayan penginapan yang
membawa dia ke kekamar yang telah disedhakab. Langkahnya tegap dan pasti,
menggambarkan bahwa pe muda itu adalah seorang pemuJa yang telah terlatih
untuk percaya kepada diri sendiri.
Sore harinya ketika Tong Kiam Ciu sedang makan sore seorang diri, tibatiba datang menghampiri ke tempat duduknya seorang pemuda yang lebih
muda dari Kiam Ciu sekira pemuda itu berumur dua puluh tahun. Pemuda itu
berwajah putih bersih, bertubuh kurus kering. Dengan hormat dan tersenyum.
"Aku bernama Li Hok Tian, orang-orang kalangan Kang ouw memanggilku
dengan sebultan Siauw kut-liong (Naga Kurus). Apakah diperbolehkan aku untuk
duduk bersama-sama dengan anda ?" seru pemuda kurus itu dengan suara
mendatar, sopan dan hormat.
Sesaat Tong Kiam C.u menatap wajah pemuda kurus itu. kemudian
tersenyum dan mempersilahkan pemuda itu untuk duduk semeja dengan Kiam
Ciu. "Aku bernama Tong Kiam Ciu. baru saja terjun kedalam dunia Kang-ouw.."
jawab Kiam Ciu dengan hormat dan ramah.
"Kuharap saudara Tong tidak bergusar hati, karena aku akan mengajukan
suatu pertanyaan. Dimanakah saudara Tong memperoleh pedang pusaka Oey
liong-kiam itu ?" seru Siauw kut-liong dengan berterus terang.
"Saudara Li, bukankah kita baru saja ber kenalan ? kukira pertanyaanmu itu
melewati batas kesopanin !" seru Kiam Ciu sambil menatap wajah pemuda
Oey Liong Kiam 3 7 dihadapannya. Kemudian Kiam Ciu acuh tak acuh dan menyuapkan
hidangannya. "Saudara Tong, kukira apa yang kulakukan ini bukan suatu kelancangan.
Apakah kau sudah tak tahu aku ini siapa ?" seru pemuda kurus itu seraya
menjulurkan kedua jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan kearah tangan
Kiam Ciu yang sedang mengumpit makanannya. Pemuda itu mencoba tenaga
dalam Kiam Ciu. Perbuatan kedua pemuda itu diperhatikan oleh para tamu. Terutama
diperhatikan betul-betul dengan seksama oleh seorang pemuda yang
berpakaian compang camping, rambutnya terurai dibiarkan menggerai dibahu
bahkan sebagian menyibak ke wajahnya. Pemuda itu duduk di suaiu sudut
menghadap kearah dimana Kiam Ciu duduk.
Sebetulnya Li Hok Tian atau Siauw kut-liong adalah murid kesayangan Hiong
Hok Totiang. Li Hok Tian telah turun kedunia persilatan dan berkelana
dikaiangan kangouw selama dua tabun. Partai persilatan Bu-tong sangat
termashur dengan ilmu pedangnya, Semenjak berkelana dikalangan Kangouw
Li Hok Tian hanya menemui dua orang pendekar yang kuat. Sedangkan musuhmusuh lainnya dia kalahkan dengan ilmu pedangnya Hui-liong-cit kiamsut atau
jurus naga terbang sehingga dikalangan Kangouw dia mendapat gelar si Naga
Kurus atau Siauw kut-liong.
Setelah merasakan tekanan sumpit Tong Kiam Ciu dia merasa terperanjat.
Karena dia belum peroab dipermainkan sedemikian rupa oleh siapapun. Maka
dengan sangat gusar dan merasakan dia ingin segera melabrak Kiam Ciu.
pemuda yang baru saja dikenalnya itu. Tetapi sesaat kemudian ketika matanya
melirik kearah hulu pedang yang bersembul dibahu Kiam Ciu pemuda kurus itu
menjadi sangsi dan dia tersenyum.
"Pedang Oey-liong-kiam itu telah dititipkan oleh Pek-hi-siu-si kepada Hiong
Hok Totiang pemimpin partai persilatan Bu-tong dan beliau adalah guruku." seru
Li Hok Tian dengan jelas dan tegas.
"Ohhh.. saudara Li adalah murid Hiong Hok Totiang ?. Adapun tentang pedang
ini sebetulnya aku ingin ceriterakan kepada warga mandala partai Bu-tong,
sewaktu-waktu bila aku mengunjungi markas partai Bu-tong. Sama sekali tidak
Oey Liong Kiam 3 8 diduga bahwa hari ini aku dapat berjumpa dengan saudara Li disini. Marilah
persoalan ini kita bicarakan dengan tenang!" seru Kiam Ciu dengan suara penuh
keramahan dan berhati-hati.
Sementara itu terliha.lah perubahan wajah Li Hok Tian, kelihatanlah pemuda
kurus itu agak tenang sedikit.
"Pedang pusaka ini aku terima dari tangan guru saudara Li hanya sayang
sekali Hong Hok Totiang telah wafat, dan sebelum menutup mata beliau telah.."


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seru Kiam Ciu menjelaskan terputus.
"Hah? Guruku telah binasa, apatah kau yang telah membunuh ?" desak Li Hok
Tian dengan suara gusar sekail.
Stelah berkata demikian Li Hok Tian meloncat berdiri dan langsung
mengirimkan serangan dengan dua jari tangan kanan menuju kearah kedua
mata Kiam Ciu. Tetapi Kiam Ciu memiringVan tubuhnya seraya membentak
lantang. "Saudara Li ! Tunggu dulu, sabar ! Kau jangan keliru, jangan salah paham dan
salah terka ! Gurumu telah dianiaya oleh orang-orang dari partai Kim-sai-pang.
Sebelum gurumu wafat, beliau telah memberikan pening kuningan ini kepadaku!"
Kiam Ciu merogoh sakunya dan mengubah mencari benda sebesar tiga jari
tangan berwarna kuning. Sebuah benda pengenal dari partai Bu-tong. Seketika
itu wajahnya pias dan berkeringat karena benda itu telah lenyap dari
sakunya. "Ohh.. mungkin pening kuningan itu jatuh ketika aku dikepung oleh
partai Kim-sai-pang?" pikir Kiam Ciu dengan diam-diam dan masih mencari
pening itu dalam sakunya.
"Kau dapat menipu terhadap orang lain. tetapi terhadapku kau jangan harap
dan sekali sekali jangan mencoba menipuku. Kau harus membayar dengan
nyawa untuk menebus kematian suhuku.!" gemboran itu diakhiri dengan sebuah
loncatan seraya mengirimkan tendagan ke arah Kiam Ciu.
Mendapat serangan yang datangnya dengan tiba-tiba itu, Kiam Ciu tampak
agak gugup. Tetapi segera telah berubah berdirinya dengan menarik lalu
geserkan kaki kanan hingga semuanya sangat berubah.
"Tahan dulu !" bentak Kiam Ciu menbentangkan kedua tangannya didepan.
Oey Liong Kiam 3 9 Tetapi Li Hok Tian telah melompat dari tampak sangat gusar sekali sehingga
kursi dan meja bergelimpangan dilantai,
"Saudara Li tahan dulu ! kau harus bertindak dengan kepala dingin, atau kau
akan menyesal dikemudian hari !" seru Kiam Ciu.
Siauw Kut Liong terus menyerang tanpa dapat menahan gejolak hatinya
yang dirangsang oleh amarah yang meluap. Sedangkan Tong Kiam Ciu telah
menyadari bahwa si Naga Kurus itu hanya salah paham, maka Kiam Ciu tidak
mau membalas menyerangnya. Hanya dengan gesit Kiam Ciu mengelakkan tiap
serangan yang datang. Kemudian untuk menghindari segala kemungkinan yang
tidak diinginkan maka pemuda itu lalu dengan gesit lelah meloncat melalui
jendela keluar dari ruang dalam hotel itu, loncatan dengan menggunakan ilmu
Hu-liong-jauw-jit atau Naga terbang melalui matahari.
Tetapi Li Hok Tian tak kalah gesitnya. Dengan Sekali loncatan pula telah
menyambar lengan kanan Kiam Ciu dan mengirimkan sebuah gablokan kearah
punggung Kiam Ciu. Secepat kilat pula Kiam Ciu telah memutar tubuh dan berhasil membuyarkan
serangan Li Hok Tian dan menyambar baju si Naga Kurus sambil membentak
lantang. "Saudara Li ! Kau janganlah salah paham jika aku nanti dapat menemukan
logam pengenal itu maka aku dapat membuktikan bahwa aku tidak berdusta.
Kuharap kelak kau tidak mengejar-ngejar aku lagi.. !" Setelah berseru
demikian Kam Ciu telah melepaskan cengkeramannya dan lari kearah kuda
putihnya. Saat itu banyak orang yang telah menyaksikan serangan-serangan yang
diiancarkan oleh Li Hok Tian dapat dihindari oleh Kiam Ciu. Walaupun Kiam Ciu
telah bertindak dengan bijaksana tidak membuat malu lawannya. Namun karena
terlalu banyak orang yang menyaksikan itu hingga Li Hok Tian menjadi sangat
malu dan bertambah gusar, maka tetap mengejarnya dan membentak kearah
Kiam Ciu. "Tahan ! Terima seranganku !" seru Li Hok Tian sambil menggerakkan tangan
kanan dan terdengarlah desingan-desingan.
Oey Liong Kiam 3 10 Bersamaan dengan meluncurnya bentakkan itu, Li Hok Tian telah
melemparkan senjata rahasia yang berupa cincin besi sejumlah enam buah
telah meluncur mengarah ketubuh Kiam Ciu. Sedangkan pemuda itu sedang
memegang pelana kudanya. Tong Kiam Ciu telah mendengarkan datang nya serangan keenam cincin
besi yang berdesing kearah enam tempat kelemahan Kiam Ciu. Tetapi pemuda
itu sengaja tidak akan menghindari datagnya serangan rahasia itu. Kiam Ciu
sengaja memang akao memamerkan kepada Li Hok Tian kehebatan ilmu Bu teksin-kang. Maka dengan mengembangkan ilmu andalannya itu yang dirangkapi
dengan tenaga dalam dan terdengarlah suara "Duk ! berturut-tueut enam kali.
Ternyata sangat luar biasa keenam cincin besi itu mental balik kearah
majikannya. Menyaksikan kilatan keenam senjita rahasia cincin besi yang balik
menyerang dirinya, maka Li Hok Tian menjadi sangat terperanjat. Maka dengan
sigap pemuda itu melocnat kesamping dan melindungi ketiga jalan darah yang
pokok untuk menghindari serangan senjata rahasianya sendiri yang dipukul
balik dengan kehebatan Bu tek sin-kang oleh Kiam Ciu. Para penonton hampir
serentak berseru kagum. Begitu pula LI Hok Tian merasa kagum juga akan
kehebatan Kiam Ciu. Karena baru kali ini pemuda yang bergelar si Naga Kurus
atau Siauw kut liong serangan senjata rahasianya gagai bahkan dapat dipukul
balik oleh pihak lawan. Karena sangat tergesa-gesa itu si Naga Kurus atau Siauw Kut Liong hingga
terhuyung hampir jatuh bahkan seperti orang yang tengah mabuk arak. Pada
saat itulah Kiam Ciu menghentakkan kakinya dan melompat kepunggung kuda
putihnya, dengan sekali gerak kuda itu telah meloncat bagaikan terbang
meninggalkan rumah penginapan.
Diantara orang-orang yang hadlir ditempat itu terdengar ada yang nyeletuk
memuji dengan nada suara penuh kekaguman.
"Ohh . . Hui-hong-bu-liu (Angin topan menghembus pohon Liu) suatu jurus
yang sangat hebat!" Oey Liong Kiam 3 11 Memang apa yang dilakukan oleh Tong Kiam Ciu adalah Jurus Hui-hong-buliu yang telah dilancarkan oleh Kiam Ciu. Ilmu yang telah diwarisinya dari Siauw
Liang. Tetapi yang sangat mengherankan justru yang berseru kagum itu adalah
seorang pemuda yang berpakaian compang-camping dan berambut awutawutan terurai bahkan sebagian rambutnya ada beberapa lembar menyibak
kedepan. Sehingga kelihatan terkadang pemuda itu menyibakkan rambutnya
kebelakang. Tong Kiam Ciu terus membedalkan kudanya. Dari desa Pek-mau terus
menerobos masuk kedalam hutan lebat dikaki pegunungan Heng san. Saat itu
bulan purnama yang bundar dan terang bersih sedang berkembang menyinari
mayapada. Tanpa penghalang mendung segumpalpun.
Kuda putih yang gagah dan Kiam Ciu dengan tenang telah duduk diatas
punggung kuda itu. Dipandangnya puncak Ciok yong-hong dengan tarikkan nafas
panjang dan terasalah kesegaran hawa sejuk pegunungan malam itu. Sesekali
terasa angin semilir menyentuh kulit halus pemuda itu.
Tong Kiam Ciu menarik tali kekang kudanya, pendengarannya yang telah
terlatih menangkap suatu suara yang aneh didalam hutan. Maka dengan sangat
berhati-hati diperhatikannya sekitar tempat itu dengan teliti. Dengan cepat dia
mengalihkan pandangannya kearah suatu tempat lebih kurang seratus depa
dari tempatnya mengintai. Apa yang dilihatnya menarik perhatian pemuda itu.
Tampak seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar dengan berjambang
bauk tetapi kepalanya botak, laki-laki botak itu tampak seolah-olah sedang
memikirkan sesuatu yang sangat berat. Tampak sebilah pedang terpancang
dipunggung laki-laki itu. Tetapi tiba-tiba orang itu mencabut pedangnya dan
berseru lantang dan "Crak !" terdengar suara bacokkan tahu-tahu pohon kecil
didepan laki-laki itu telah roboh dan putus. Kemudian dengan gerak memutar
dan cepat laksana kilat pedangnya telah meluncur di udara, kearah sebatang
pohon yang terletak sekira sepuluh depa jauhnya.
Sungguh sangat mengagumkan bahwa pedang itu bagaikan dikendalikan
oleh suatu kekuatan gaib telah memutari pohon besar itu dan meluncur balik
Oey Liong Kiam 3 12 kearah laki-laki yang melemparkannya. Permainan pedang itu adalah ilmu Huiki la-ki.
"Wah, beul-betul suatu ilmu pedang yang baik dan sangat mengagumkan.
Sungguh hebat kepandaian orang itu, kalau tidak salah orang itu adalah Eng Ciok
Taysu pemimpin partai persilatan Siauw-lim dipropinsi Hokkian. Aku sering
mendapat ceritera dari Twa-supee, dengan kepandaiannya itu dia dapat
memenggal kepala lawan dari jarak jauh" demikian pikir Tong Kiam Ciu dengan
diam-diam dalam persembunyiannya.
Kemudian tampak laki-laki yang berpakaian pendeta itu dalam keadaan
siaga seperti tadi. Kelebatan senjatanya dibarengi dengau robohnya sebatang
pohon besar disamping laki-laki gundul itu. Kemudian meloncat kesamping dan
beberapa kali membacokan pedangnya pada sebatang pohon itu dapat roboh.
"Hemmm.. . setelah beberapa kali baru pohon ini roboh. Sungguh aku telah
tua. Ternyata Eng Ciok sekarang sudah bukan Eng Ciok puluhan tahun yang lalu.
Kini untuk merobohkan sebatang pohon yang tidak berapa besar saja
memerlukan terlalu banyak, tenaga.. " gumam pendeta gundul itu dengan suara
yang ditujukan kepada dirinya sendiri.
Sesaat kemudian dia mendogak ke langit dan menyaksikan bulan purnama
yang bersinar terang dengan bintang-bintang bertaburan diangkasa tanpa
diganggu oleh mega dan mendung.
"Sepuluh tahun yang lalu aku tidak berhasil merebut pedang pusaka Oeyliong-kiam yang tersohor merupakan pedang nomor satu dikolong langit. Jika
kali ini aku juga tidak berbasil merebutnya, maka runtuhlah namaku sebagai
pemimpin pariai Siauw-lim dan aku tidak akan punya muka untuk mengampuni
saudara-saudara seperguruan dan murid-muridku" gumam taysu seorang diri.
"Hemmm.. tidak salah dugaanku. Ternyata betul-betul orang itu adalah
pemimpin partau persilatan Siauw-Lim. Tetapi mengapa dia mengeluh
sedemikian rupa, apakah kepandaiannya sekarang dirasakannya telah
menurun?" pikir Tong Kiam Ciu sambil mengelus-elus pedangnya yang masih
terpampang dipunggung, Terapi tiba-tiba kudanya meringkik keras dan
mengejutkan Tong Kiam Ciu sendiri.
Oey Liong Kiam 3 13 Mendengar ringkikan kuda itu Eng Ciok Taysu menegur.
Tetapi kakek itu tidak menghadap kearah Tong Kiam Ciu. Pemimpin Siauwlim itu menghadap kearah yang berlainan.
Berbareng dengan berhentinya suara teguran taysu itu terdengarlah suara
tertawa terbahak-bahak. Kemudian muncullah seorang laki-laki berumur
setengah abad. Laki-laki itu mengenakan jubah berwarna kuning. berwajah
muram dan matanya sipit, bermulat lebar dan hidungnya seperti bawang merah.
Tahu-tahu laki-laki setengah abad umurnya itu telah berada didepan Eng Ciok
Taysu. "Hey.. kepala gundul !" bentak orrang itu, kau berlagak betul, baru saja kau
tiba di tempat ini tahu-tahu kau telah memamerkan kepandaianmu! Kau seolaholah mearasa yakin bahha kau akan memperoleh pedang pusaka Oey-liongkiam. Kau sudah begitu tua. mengapa begitu bodoh ingin juga turut
memperebutkan pedang pusaka itu? ! Kalau begitu tujuanmu taysu. bukankah
kedatanganmu ke puncak Ciok yong-hong dalam pertemuan Bu lim Tahwee
berarti mengantarkan nyawa?" seru orang yang baru datang dan berhidung
seperti bawang merah itu kemudian diselingi dengan senyuman lebar.
Kemudian terdengarlah orang itu tertawa terbahak-bahak yang bersifat
sangat menyakitkan hati Eng Ciok Taysu. Orang yang berhidung
bagaikan bawang merah itu tiada lain adalah Kiat Koan yang angkuh, dia adalah
pemimpin partai persilatan Kong-tong.
"Hemmm.. . jika aku tidak akan mampu untuk merebut pedang itu, apakah kau
kira bahwa kau akan mampu untuk merebutnya?"
"Betul, aku pasti dapat merebut pedang itu!" seru Kiat Koan dengan nada
penuh kecongkakan . "Meskipun kau adalah seorahg tokoh persilatan yang penuh dengan
perbuatan-perbuatan kotor dimasa lampau tetapi jika ternyata kau dapat
merebut pedang itu maka aku bersumpah akan menjura tiga kali dihadapanmu!"
seru Eng Ciok Taysu dengan suara sinis.
"Hey kepala gundul, aku tiada gunanya berdebat denganmu! Karena ternyata
kau memang pandai berbicara. Aku telah datang ke puncak Ciok yong-hong
Oey Liong Kiam 3 14 untuk mengambil bagian dalam penemuan Bu lim-tahwee. Satu-satunya orang
yang paling kusegani adalah Pek-hi-siu-si. Tetapi aku tahu bahwa delapan tahun
yang lalu kakek itu telah mendapat luka dalam yang sangat hebat. dan dia telah
menyerahkan pedang Oey-liong-kiam kepada Hiong Hok Totiang dengan
demikian dia telah mengundurkan diri. Selama beberapa tahun ini aku telah giat
melatih dan memperdalam ilmu Bu sa ciang (tinju sapu jagad) maka kini aku
merasa yakin dapat merobohkan para pendekar termasuk kau sendiri!" seru Kiat
Koan dengan suara sombong dan senyumannya yang lebar memuakkan.
"Aiii.. Congkak benar si hidung bawang ini" pikir Tong Kiam Ciu "dia membual
seenaknya saja, apakah dia menyangka bahwa dirinya yang paling jago di
kolong langit ini ?!"
Pada saat itu tampaklah suatu perubahan pada diri sipendeta, sama sekali
dia tidak dapat meneriakan kata-kata sombong dan sangat merendah orang lain
itu. Maka sangat gusarlah hati Eng Ciok Taysu.
"Hayo iblis hidung bawang ! Sebetulnya siapa yang pandai bicara ? Aku atau
kau !" seru Eng Ciok Taysu dengan gusar.
"Hah ? Tidak perlu kita terlalu banyak bicara. Jika kau masih meragukan ilmu
Bu sa ciang kau dapat mencobanya !" seru Kiat Koan dengan nada suara
menantarg dan gusar. Saat itu bulan masih memancarkan sinarnya yang terang dengan beriburibu bintang berhamburan di langit.
Ketika mendengar kata-kata yang pedas dan bersifat menantang itu
tersinggunglah kesabaran Eng Ciok Taysu. Maka kakek gundul itu segera
memperbaiki kuda-kudanya sambil melangkah satu tindak. Dengan sorot mata
menyala Eng Ciok Taysu memandang sihidung bawang. Rupa-rupanya
pertarungan hebat diantara kedua orang itu tidak dapat dihindari lagi.
Dalam detik yang panas dan menegangkan itu, tiba-tiba tampak dua buah
bayangan tetah melayang dibarengi dengan seribitan angin sejuk. Bayangan itu
telah datang dengan tiba-tiba dan tampak dua orang yang telah berdiri
diantara kedua orang yang akan mengadakan pertandingan mengadu tebalnya
kulit kerasnya tulang dengan saling bersikeras.
Oey Liong Kiam 3 15 Bayangan yang satu adalah seorang laki-laki tua berpakaian seperti seorang
pelajar, rambut dan jenggotnya telah putih, dipunggungnya terpampang sebilah
pedang. Kakek itu yang terkenal dengan gelar Tie kiam suseng (si mahasiswa
berpedang baja) pemimpin partai persilatan Tie kiam bun yang bernama Pek
Giok Tong. Sedangkan bayangan yang satunya lagi adalah seorang rahib wanita yang
berwajah kejam dan bersenjata tongkat. Dikalangan persilatan dia dikenai
sebagai Siok-soat Shin-si.
Eng Ciok Taysu maupun Liat Kiat Koan merasa sangat terperanjat ketika
menyaksikan kedatangan kedua orang tokoh itu.
Dengan pandangan mata penuh keheranan Kiat Koan memperhatikan
kedatangan kedua orang itu dan berpikir, "Aneh, kakek dan nenek itu belum
pernah datang ke puncak Ciok yong-hong untuk turut serta menghadiri
pertemuan Bulim Tahwee. Tetapi sekarang.. . . "
Tie kiam su-seng tidak memperhatikan sama sekali keadaan pemimpin
partai Kong-tong yang congkak itu. Ia hanya tersenyum dan mengangkat kedua
tangannya menghaturkan hormat kepada Eng Ciok Taysu seraya berkata:
"Eng Ciok Taysu. kita sudah lama tidak saling berjumpa. apakah Taysu baikbaik saja ? Taysu tidak perlu bertengkar dengan sihidung bawang itu. Jika betulbetul memang dia adalah seorang jago, maka dia dapat membuktikan kehebatan
itu di puncak Ciok-yong hong nanti. Saat ini aku mempunyai suatu perkara yang
akan dirundingkan dengan Taysu, maka sebaiknya kita cepat-cepat
meninggalkan tempat ini sekarang !" seru kakek Pek Giok Tong.
Eng Ciok Taysu membalas hormat orang itu kemudian mengangkat
wajahnya dan berseru dengan suara ramah dan sopan.
"Sama sekali aku tidak menduga akan pertemuan ini. Aku tak pernah
memimpikan akan bertemu dengan saudara Pek dan Siok-soat Shin-ni ditempat
ini. Saat ini kurasa sudah pada waktunya kita harus cepat-cepat meninggalkan
tempat ini. Ayolah kita lekas meninggalkan tempat ini "
Kemudian tanpa menghiraukan lagi kepada Liat Kiat Koan, mereka bertiga
segera berlalu dari tempat itu.
Oey Liong Kiam 3 16 Diperlakukan seperti itu Liat Kiat Koan merasa gusar dan sangat mendongkol
sekali. Tetapi si Hidung Bawang itu masih sempat mendengar ketiga orang itu
menyebut- Ang-tok-ouw atau telaga Ang-tok dan kota Pek-seng.
"Kota Pek-seng. Apakah kitab ilmu silat Pek-seng betul-betul berada dikota
Pek-seng ?" pikir Liat Kiat Koan sambil berjalan dengan menundukkan kepala


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuju kepuncak Ciok yong-hong.
***** Pegunungan Heng san dengan puncaknya yang bernama Ciok yong-hong.
Ciok yong-hong adalah sebuah dataran tinggi seluas sekira seratus depa persegi
ditumbuhi oleh rumput yang hijau dan tebal. Terdapat jurang yang sangat
curam. Tiga sisi jurang itu terdapat hutan pohon beringin yang sangat rindang.
Memang tempat yang sangat mengagumkan dan tidak banyak terdapat di
tempat lainnya. Puncak Ciok yong-hong mempunyai keistimewaan
tersendiri. Dibawah sinar bulan purnama yang terang benderang itu tampaklah
bayangan orang-orang yang mengupengi lapangan rumput hijau. Mereka terdiri
dari tokoh-tokoh persilatan segala aliran. Baik aliran tua maupun muda yang
telah menjagoi dunia persilatan puluhan tahun sampai para pendekar yang
belum berpengalaman lama di dunia Bu-lim. Tetapi mereka telah bertemu dalam
pertemuan Bu-lim-tahwee di puncak Ciok yong-hong dengan penuh hikmad.
Mereka itu adalah orang-oramg dari dunia Kang-ouw yang datang karena
pertemuan itu untuk turut serta dalam perebutan pedang pusaka Oey-liongkiam. Meskipun sebagian besar adalah tokoh-tokoh tua dan berpengalaman
namun ada juga yang datang ke tempat itu hanya untuk mencari pengalaman
dan pengetahuan mereka saja. Mengingat bahwa mereka untuk memperebutkan
pedang pusaka Oey-liong-kiam harus berhadapan dengan tokoh-tokoh sakti dan
berkepandaian tinggi. Adapun bagi mereka yang pernah datang untuk yang kesekian kalinya dalam
pertemuan Bu-lim tahwee kali ini banyak dikunjungi dengan luar biasa sekali.
Tetapi mereka belum menyaksikan kehadiran Pek-hi-siu-si yang telah keluar
sebagai pemerang pada pertemuan yang lalu Pek-hi-siu-si yang berhasil
memboyong pedang pusaka Naga kuning itu dari puncak Ciok yong-hong. Saat
Oey Liong Kiam 3 17 itu mereka juga belum melihat Eng Ciok Taysu, Hiong Hok Totiang dan pendekarpendekar lainnya yang mempunyai ilmu hampir setarap dengan Pek-hi-siu-si.
Sebelum fajar menyingsing Liat Kiat Koan telah datang dan menghormat
kepada para hadirin yang berjubal di tempat itu. Pemimpin partai persilatan
Kong-tong itu menghormat dengan sikapnya yang angkuh sekali dan tampak
menjengkelkan. "Bukankah si gundul kakek dan nenek tadi telah mendahului menuju
kepuncak ini. Tetapi kemana perginya mereka itu ? Apakah mereka menuju ke
Ang-tok-ouw ?" pikir Liat Kiat Koan sambil matanya memandang ke mana-mana
mencari-cari ketiga orang itu.
Tetapi sesaat kemudian kakek Eng Ciok Taysu telah datang karena itu
dengan langkah tenang dan pasti mendekati orang-orang lan yang bergerumbel
menantikan pertandingan segera dimulai.
"Tidak diduga bahwa ternyata kau sangat terlambat !" seru Kiat Koan, katakata itu dilontarkan dengan nada mengejek, "kemana kawan-kawanmu tadi,
apakah mereka merasa gentar ? Juga kenapa pula Pek-hi-siu-si, mengapa belum
kelihatan berada di tempat ini ? Jika Pek-hi-siu-si merasa gentar dan takut
datang disini tetapi Hiong Hok Totiang yang telah me nyimpan titipan pedang
itu harus pula sudah berada ditempat ini" seru Kiat Koan dengan nada suara
seenaknya sendiri, congkak dan mencibir.
"Siapa bilang tidak berani datang!" bentak Kiam Ciu dengan gusar.
Suara bentakan yang keras dan berani itu ternyata mengejutkan semua
yang haditr dipuncak Ciok-yong-hong. Semuanya memandang kearah Kiam Ciu.
Mereka merasa heran dengan tertampaknya seorang pemuda tampan dan
masih sangat muda dengan pakaian serba putih perak sedang berdiri dengan
tenang dan bersidakep di bawah pohon beringin yang rindang, sedang di
punggungnya terpampang menyembul sebilah pedang pusaka. Pedang yang
selalu dijadikan perebutan dikalangan Kang-ouw, Pedang Oey-Liong-Kiam.
Kedatangan Tong Kiam Ciu membuat segenap orang yang menaruh simpati
kepada pemuda itu merasa sayang dan merasa sangat heran. Heran karena
dengan cara bagaimana pemuda itu dapat tiba ditempat pertemuan Bu lim
Oey Liong Kiam 3 18 tahwee. Sayang dan cemas bahwa usia pemuda tampan itu masih sangat muda
dan belum berpengalaman. Jika dia harus bertarung dengan jago-jago dari
golongan tua yang lihay dan ulung seperti Eng Ciok Taysu, Pek Giok Tong atau
si mahasiswa berpedang baja, juga masih banyak lagi tokoh-tokoh tua lainnya,
Bukankah kedatangannya di tempat itu hanya untuk mengantarkan nyawa
belaka. Ketika menyaksikan munculnya seorang pemuda tampan berpakaian serba
putih bagaikan perak itu, Liat Kiat Koan tertawa tergelak-gelak.
"Haaaa-haaaa.. kukira jago silai yang macam apa. Tidak tahunya hanyalah
seorang pemuda yang masih ingusan. Sudahlah kau akhiri sampai disini
ketololanmu, kau berlututlah di hadapanku dan serahkanlah pedang pusaka Oeyliong-kiam kepadaku. Aku akan mengampuni nyawamu tanpa mengucurkan
setetes darahpun dari tubuhmu!" seru Liat Kiat Koan sambil menyeringai kearah
Tong Kiam Ciu. Pemuda itu tampak tenang-tenang saja, lalu sambil menatap kearah wajah
Liar Kiat Koan dia berseru.
"Eng Ciok Taysu pernah mengatakan bahwa kau terlalu banyak berbuat
kekejian yang terkutuk!. Jika kau menhendaki pedang pusaka Oey-liong-kiam
maka kupersilahkan kau untuk mengambilnya sendiri!" seru Kiam Ciu dengan
suara halus mendatar tetapi cukup tajam.
Mendapat tantangan yang demikian rupa dari seorang pemuda yang pantas
menjadi anaknya itu, Liat Kiat Koan adalah seorang pemimpin partai persilatan
yang cukup besar, tak dapat lagi menahan kegusaran. Denjan tiba-tiba hawa
kemarahan telah berkobar-kobar membakar kesabaran dan kebijaksanaannya.
"Hay anak muda! Terimalah serangan awas" bentak Liat Kiat Koan sambil
mengirimkan serangan tinjunya kearah dada Kiam Ciu dengan jurus pukulan
Hong-ki-in-yong atau Angin bergerak mega melayang.
Tetapi Kiam Ciu tidak berusaha untuk menghindari serangan pukuan tinju
itu. Malah tampaklah pemuda itu melangkah maju seolah-olah memapaki
serangan lawannya dan membiarkan pukulan itu menumbuk dadanya. Kiam Ciu
mengan kat kedua tinu untuk balas menyerang.
Oey Liong Kiam 3 19 Benturan adu tenaga dalam itu mengakibatkan suara ledakan dan tampaklah
hal yang luar biasa. Liat Kiat Koan terpental sampai beberapa langkah
kebelakang dengan tindakan berat.
Semua yang hadir di tempat itu merasa kagum dan bergumam memuji
kehebatan Kiam Ciu. Ternyata hanya dalam permainan satu jurus saja, pemimpin
partai persilatan Kong-tong telah dapat dirubuhkan oleh seorang pemuda yang
tampaknya masih sangat muda dan belum berpengalaman. Padahal Liat Kiat
Koan seorang tokoh luar-biasa dan kejam, ternyata dapat dipermainkan oleh
seorang pemuda yang belum berpengalaman.
"Hay Liat Kiat Koan kau telah turut serta dalam pertemuan Bu lim-tahwee
ini, apakah kau tidak mengetahui peraturan Bu-lim?" tegur Eng Ciok Taysu
dengan suara lantang dan tegas.
Liat Kiat Koan merasa sangat malu dan gusar sekali karena telah
dipermainkan oleh Kiam Ciu dan hingga terhuyung hampir kehilangan
keseimbangannya. Ketika mendengar teguran dari Eng Ciok Taysu, maka dia
menjadi sangat marah sekali dat sambil menghunus pedang dia membentak:
"Hay gundul! Peraturan apa yang harus aku ketahui ?" bentak Kiat Koan
dengan congkak, "Dalam dunia Kang-ouw siapa yang tangguh maka dialah yang
selalu betul. Maka hari ini bukanlah siapa yang betul dalam hal ini"
"Aku tidak merasa gembira untuk bertarung denganmu !" sahut Eng Ciok
Taysu, "aku hanya merasa kecewa terhadap partai Kong-tong yang tidak
mengenal petaiuran Bu lim dan aku lebih kecewa lagi justru ketololan itu telah
sengaja dipamerkah dihadapan orang gagah dalam pertempuran ini oleh
pemimpin partai itu sendiri !" seru Eng Ciok Taysu dengan nada tajam dan
menghina. Setelah kakek itu mengakhiri kata-katanya, Kiat Koan sudah hendak
menyerangnya, tetapi tiba-tiba Tong Kiam Ciu telah meloncat kedepan dan
menghormat kepada Eng Ciok Taysu seraya berseru dengan sopan.
"Taysu . . sebenarnya Liat Kiat Koan ingin menghajarku. Biarlah persoalan
dengan orang ini aku yang menghadapinya!" setelah selesai dengan kata-kata
Oey Liong Kiam 3 20 itu sekali lagi pemuda itu membongkok dan memutar tubuh berpaling kepada
Liat Kiat Koan. "Jika kau memang tidak mengindahkan peraturan. ayolah serang aku !" seru
Tong Kiam Ciu dengan suara lantang menantang.
"Haa..ha.hahh ternyata kau sudah bosan hidup dan menginginkan tusukan
pedang !" seru Liat Kiat Koan dengan suara congkak.
"Aku tidak takabur, tetapi untuk melayani orang semacam dirimu ini. kurasa
dengan kedua belah tangan kosong ini saja sudah cukup." kata Tong Kiam Ciu
sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.
Apa yang diucapkan oleh Tong Kiam Ciu itu sangat sederhana dan biasa.
Tetapi Liat Kiat Koan merasa sangat gusar hingga tubuhnya menjadi gemetar
karena menahan gejolak kemarahannya itu, karena dia menganggap bahwa
Kiam Ciu sangat menghina dirinya. Maka dengan luapan gejolak kemarahan
yang tak terbendung lagi, Liat Kiat Koan telah meloncat menyerang dada Kiam
Ciu dengan jeritan kemarahan.
Tetapi Tong Kiam Ciu dengan tenang hanya mengegoskan tubuhnya
kesamping sedikit. Karena gerakan tiba-tiba Kiam Ciu itu sehingga lawannya
terhuyung membacok tempat kosong. Dalam keadaan itu maka dengan sigap
pula tangan kanan Kiam Ciu menghantam bahu kanan Kiat Koan, sehingga lakilaki kasar dan sombong itu terpaksa harus menggelundung kesamping
menghindari serargan Kiam Ciu yang berbahaya itu.
"Bagus !" seru Liat Kiat Koan dengan tidak sengaja memuji Kiam Ciu.
Sesaat kemudian dengan pura-pura terhuyung Liat Kiat Koan membalas
mengirimkan pukulan tinju tangan kiri kearah Kiam Ciu dengan mempergunakan
jurus Hui-Ing-pok-ciu atau Burung elang menerkam anak ayam. Tampaklah
kelebatan tangan kiri yang menyerang Kiam Ciu jari jemarinya mengembang
untuk mencengkeram tenggorokkan lawan.
Dengan bersikap tenang dan waspada Kiam Ciu memiringkan tubuh dan
meloncat kebelakang dua langkah sambil melindungi dadanya dengan lengan
menyilang. Kiam Ciu menyadari bahwa lawannya adalah seorang yang berilmu
Oey Liong Kiam 3 21 luar biasa dan disamping kehebatan ilmunya Liat Kiat Koan ini mempunyai
watak yang sangat licik sekail
Maka loncatan Kiam Ciu kebelakang itu dibarengi dengan sebuah tangkisan.
Ternyata serangan tangan kiri Liat Kiat Koan itu hanyalah suatu siasat
pancingan belaka. Dengan kecepatan luar biasa laki-laki itu telah meloncat keatas dengan
maksud melampaui kepala Kiam Ciu dan mengarah hulu pedang Oey-liong-kiam
yang terpapang dipunggung Kiam Ciu.
Tetapi betapa kagetnya Kiat Koan ketika menerima kenyataan yang sangat
luar biasa dan cepat sekali. Kiam Ciu dengan gerakkan yang sangat luar biasa
telah mengangkat kedua tapak tangannya menghadap kelangit. Berbareng
dengan itu kedua tapak tangan telah melekat ke tapak kaki Kiat Koan hingga
tidak sempat untuk berbuat apa-apa. Yang dirasakannya dirinya telah
melambung karena lontaran keras. Hingga Kiat Koan terbanting ditanah.
"Wuutt !" terdengar sebuah sambaran lengan baju pemuda itu kearah wajah
Kiat Koan, tamparan lengan baju yang sangat hebat dan bertenaga luar biasa
hingga laki-laki itu terjengkang.
"Aduhhh !" teriak Kiat Kan sambil meloncat kebelakang membuang diri
beberapa langkah dan tangan kirinya memegang pipi yang terasa panas.
Tenaga dalam sakti yang memang betul-betul luar biasa yang telah dikuasai
oleh Tong Kiam Ciu yang ternyata sangat berguna. Kiam Ciu telah menghajar
Kiat Koan dengan hebat, tetapi Kiat Koan tidak mengucurkan darah diri lukanya.
Luka yang tidak mengucurkan darah itu sebenarnya malah sukar untuk
diobati. Tamparan maut itu memang tidak nampak luar biaia, tetapi memang
disengaja oleh Kiam Ciu untuk mengajar adat kepada orang yang bersifat
sombong dan tidak menghargai orang lain itu.
Orang-orang yang berada ditempat itu hampir serentak memuji kehebatan
Kiam Ciu. Diantara orang itu tampik pula seorang laki-laki yang berpakaian
compang camping yang tampak selalu mengikuti jejak Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 3 22 Liat Kiat Koan menerima kenyataan kehebatan Kiam Ciu dengan perasaan
sangat gusar sekali. Pada saat itu dia belum merasakan akibat dari tamparan
Kiam Ciu tadi. Bahkan dia menjadi sangat marah sekali.
Dengan mengembangkan jurus Hong-lui-kiam-kie atau Badai dan Geledek
saling menyambar, Liat Kiat Koan menyerang lagi. Serangannya yang didasari
oleh gejolak kemarahan yang luar biasa melupakan itu membuat semua yang
dimaksudkan meleset. Bacokan dan tusukan pedangnya ternyata hanya menyambar tempat
kosong belaka, sedangkan Kiam Ciu nampak memiringkan tubuhnya sambil
melindungi dada dengan menyilangkan kedua tapak tangan.
Dengan gerakkan cepat sekali Kiam Ciu memutar tubuh dan sisa tapak
tangannya menghantam bahu Kiat Koan. Hantaman itu dapat dihindari oleh
lawan dengan menggelundung ketanah beberapa kali menjauh. Kemudian Kiat
Koan meloncat berdiri dan menyerang lagi dengan serangan pedang kearah
dada Kiam Ciu. Kembali Kiat Koan menyerang Kiam Ciu dengan jurus Hong-lui-kiam-kie.
Kiam Ciu meloncat kebelakang dua langkah dan serangan membadai Kiat Koan
mendesak terus. Tetapi lor.ca tan kebelakang Kiam Ciu itu hinya ?uatu lo?ca ran
untuk membetulkan porsinya saja, ketika tu aukan ujuDg pedang Kiat Koan
hampir meoyen tuh ulu hati Kiam Cju, maki pemuda itu dengan gerakkan
meloncat dan cepat sekali sarnbil mei g hantamkan tinju bajanya kepergelangan
tangan Kiat Koan yang menggenggam pedang.
"Dess! Trang . . aduh!" terdengar suara-suara berbareng. Tampaklah tangan
kanan Kiat Koan terkulai sedangkan tangan kiri menggenggam pergelangan
tangan kanan dan pedangnya telah menggeletak ditanah patah menjadi dua.
Tampaklah Kiat Koan melompat kebelskang kira-kira lima langkah sambil
menggenggam pergelangan tangannya. Laki-laki congkak itu merasa khawatir
kalau sampai mendapat tamparan lagi dari Kiam Ciu. Dengan mata memandang
penuh kekaguman kepada anak muda itu Kiat Koan berusaha memulihkan rasa
nyeri ditangan kanannya. Sedangkan Kiam Ciu hanya berdiri memperhatikan
Liat Kiat Koan dengan tersenyum-senyum dan wajahnya berseri.
Oey Liong Kiam 3 23 Hampir berbareng pula segenap hadirin di lapangan rumput dipuncak Ciok
yong-hong berseru kagum atas kelihayan pemuda tampan yang membekal
pedang pusaka Jendral Gak Hui ialah pedang Oey-liong-Kiam. Kemudian Eng Ciok
Taysu telah melangkah ditengah-tengah arena. Laki-laki gundul itu merasa
sangat kagum atas kesudahan pertempuran yang luar biasa itu. Mulai saat itu
dia berjanji tidak akan lagi menginginkan untuk turut memperebutkan pedang
pusaka Oey-liong-kiam. "Saudara-saudara sekalian! Kita sekalian yangb telah mendatangi pertemuan
Bulim tahwee, harus mentaati segala macam peraturan Bu lim. Tetapi
pertemuan ini ternyata telah dikacau oleh seseorang yang tidak mau menaati
segala peraturan itu !" Eng Ciok Taysu berhenti sejenak. dia menunggu reaksi
dari ucapannya itu. Tetapi segenap hadirin tetap tenang dan tidak ada yang
memberikan reaksi. Maka kakek itu lalu meneruskan kata-katanya:
"Kini aku ingin mengajukan sebuah usul dalam pertemuan orang-orang
gagah hari ini. Kita tidak akan memperebutkan lagi pedang pusaka nomor satu
dikolong langit Oey-liong-kiam. Tetapi kita.. .kita akan membicarakan tentang
sebuah kitab pusaka. Saudara-saudara sekalian, tentunya saudara-saudara telah
mengetahui sebuah telaga yang bernama Ang-tok-ouw yarg terletak dlsebelah
Utara Propensi Anhwee. Didalam telaga itu terdapat reruntuhan kota kuno yang
bernama Pek seng. Di kota itulah katanya terdapat sebuab kitab kuno ilmu silat
yang didahamnya tertulis ilmu merawat tubuh agar menjadi kuat dan awet
muda serta kebal terhadap senjata tajam dan racun. Juga telah memuat
pelajaran ilmu silat yang luar biasa hebatnya. Inilah usulku : Barang siapa yang
berhasil memperoleh kitab pusaka itu maka dialah pula yang berhak atas
pedang pusaka Oey-liang-kiam, sebagai imbalan atas kemampuannya mendapat
kitab pusaka Pek Seng itu !" sesaat Eng Ciok Taysu terhenti.
"Kini kita tidak akan memperebutkan pedang pusaka Oey-liang-kiam yang
berada ditangan Tong Kiam Ciu Siawhiap, Pendekar muda ini baru saja telah
membuktikan bahwa untuk saat ini dialah yang pantas melindungi pedang
pusaka Oey-liang-kiam itu.!" Eng Ciok Taysu berhenti sampai disini usulnya dan
menyerahkan kepada pendapat hadirin semuanya.
Oey Liong Kiam 3 24

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada umumnya segenap hadirin menyetujul usul kakek itu. Kedatangan Pek
Giok Tong dan Siok soat Shin-ni ditempat itu bukannya untuk turut
memperebutkan pedang pusaka Oey-liang-kiam. Mereka berdua datang di
dataran tinggi puncak Ciok-yong-hong untuk mengajak Eng Ciok Taysu untuk
mencari kitab pusaka seperti yang diutarakan tadi. Hanya mereka merasa
khawatir kalau sampai kitab pusaka itu jatuh ketangan golongan hitam yang
kejam dan keji tindak tanduknya. Karena merasa khawatir dan telah mendengar
khabar bahwa dikalangan Bu-lim telah muncul seseorang yang sangat lihay,
orang itu telah datang dari propinsi dekat tapal batas dan bermaksud untuk
mencari kitab kuno Pek-seng. Banyak orang telah menjadi korban. Dia terkenal
dengan nama "Kwa Sit". Itulah salah satu sebab hingga Pek Giok Tong dan Sioksoat Shin-ni dalam pertemuan Bu lim tahwee. Ialah disamping mereka datang
untuk mengajak Eng Ciok Taysu untuk mencari kitab pusaka kuno Pek-seng,
Mereka juga ingin menggabungkan semua orang yang telah berada dipadang
rumput itu untuk mengepung bersama Kwa Sit. Kwa Sit yang terkenal sangat
lihay. Eng Ciok Taysu telah berhasil mengajukan usul didepan pertemuan kaum
gagah dari segala aliran itu. Ternyata usul itu dapat diterima dengan saksama.
Perebutan pusaka Oey-liang-kiam ditunda dulu. Tetapi dia ragu-ragu apakah
dia akan berhasil mengajakkan kepada segenap hadirin untuk serentak dan
beramai-ramai untuk menangkap dan menggempur orang she Kwa.
"Hadirin sekalian itulah usulku dan sekarang kuharapkan agar saudarasaudara sekalian menyiarkan berita ini, barang siapa yang ingin merebut
pedang pusaka Oey-liang-kiam. harap mereka terlebih dahulu pergi ke telaga
Ang-tok-ouw untuk mencari kitab Pek-seng.. " seru Eng Ciok Taysu dengan cukup
keras dan wajah berseri penuh keyakinan.
Tetapi belum lagi Eng Ciok Taysu selesai mengucapian kata-kata itu dengan
tiba-tiba Liat Kiat Koan meloncat menerkam Tong Kiam Ciu yang tengah
memperhatikan dan tekun mengikuti pembicaraan Eng Ciok Taysu. Sebelum
menerkam tadi Liat Kiat Koan telah melemparkan kewajah Kiam Ciu seraup
benda-benda hitam yang ternyata adalah jarum-jarum yang sangat beracun
dengan jurus Bu-sa-to-ciang atau Tinju Sapu Jagad. Senjata rahasia yang paling
keji dan terampuh. Oey Liong Kiam 3 25 "Awas!" seru Eng Ciok Taysn dengan suara lantang kearah Kiam Ciu.
Toog Kiam Ciu merasa terkejut sekali dan dengan gerak lincah dia telah
meloncat menghindari serangan senjata rahasia jarum beracun itu. Namun
walaupun bagaimana gerakan kelincahan pemuda itu, luput pula beberapa buah
jarum telah mengeram ditubuhnya.
Karena jumlah jarum yang dikerahkan dengan ilmu Bu-sa-to-ciang oleh Liat
Kiat Koan itu sangat banyak, maka tidak mungkin bagi Kiam Ciu untuk
menghalau semuanya walau bagaimana hebatnyapun ilmu pemuda itu.
Beberapa saat kemudian terasalah matanya berkunang-kunang, jarum-jarum
yang telah membenam dalam daging pemuda itu telah mulai menjalankan
tugasnya dan mengadakan reaksinya. Racun ganas itu telah menyerap dalam
darah dan sedikit demi sedikit telah menguasai simpul-simpul syarafnya
menghantam ke otak dan jantung Kiam Ciu dengan cepat.
Suasana ditempat itu menjadi gaduh akibat dari asap hitam yang telah
dikeluarkan dari jarum-jarum berbisi Liat Kiat Koan itu. Sedangkan Kiam Ciu
telah menotok jatuh terduduk dengan tubuh lunglai, secara lamat-lamat
kesadarannya masih ada, pendengarannya masih dapat menangkap kegaduhan
secara lemah sekali. Tetapi sekilas pandangan matanya masih dapat melihat
kelebatan bayangan Liat Kiat Koan menyambar pedang Oey-liong-kiam yang
terpampang dipunggung Kiam Ciu. Tetapi pemuda iiu sudah tidak dapat berbuat
apa-apa. Dia hanya pasrah dan sebelum kesadarannya hilang sama sekali dia
mendengar bentakan Liat Kiat Koan.
"Hey Cong San Lokoay! Jangan kau bermaksud memancing diair
keruh!" Kemudian Tong Kiam Ciu telah menjadi sangat lemah sendi-sendi tulangnya.
Barulah pemuda itu teringat dengan ilmu Bo-kit-sin-kong. Dengan memusatkan
pikiran dan mengerahkan Bo-kit-sin-kong, namun racun telah menyarap lebih
kedalam lagi dan menghantam kesadaran pemuda itu hingga tiada gunanya lagi
mengerahkan Sinkang yang maha hebat itu. Semuanya telah menjadi gelap dan
dia telah tidak mendengarkan apa-apa lagi, setelah itu dia merasakan tubuhnya
diangkat seseorang dan Tong Kiam Ciu tidak ingat sama sekali.
Oey Liong Kiam 3 26 Sampai berapa lama pemuda itu dalam keadaan pingsan tidak
mengetahuinya. Hanya saat itu telah lewat terlalu lama sekali kemudian dengan
cepat Kiam Ciu membuka kelopak matanya. Ketika baru saja dia membuka
kelopak matanya tiba-tiba sebuah suara yang parau kedengarannya telah
menegur. "Hey bocah cilik ! Sudah lama sekali tidak bertemu ! Kau sekarang
ternyata sudah besar dan dewasa, apakah kau masih ingat padaku.. ?!" seru
seorang laki-laki berwajah kuning dan tersenyum kepada Kiam Ciu.
Suara orang itu seperti pernah dikenalnya tetapi sampai sekian saat pemuda
itu belum ingat dimana dan kapan dia pernah bertemu dengan orang itu.
Sedangkan kepalanya masih terkadang terasa pening.
Tiba-tiba ketika Kiam Ciu mengamati orang tua yang berdiri disampingnya
dan terlihat pedang pusaka Oey-liong-kiam. Maka dengan tidak berpikir panjang
lagi Kiam Ciu telah mengerahkan tenaga Sin-kang dan berusaha untuk meloncat
menerkam orang yang memegang pedang pusaka Oey-liong-kiam dan kini
tengah tersenyum-senyum dengan wajah yang sangat mengerikan itu.
Tetapi ternyata loncatan itu justru mengakibatkan suatu rasa yang lebih
parah lagi. Kiam Ciu ternyata tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Justru
gerakkannya itu membuat seluruh tubuhnya bagaikan dipotong-potong dan
nyeri sekali. Kiam Ciu terkulai lemah tetapi dari mulutnya tidak keluar sebuah rintihanpun.
Dipandanginya kakek itu dengan mata penuh rasa keheranan karena seolaholah Kiam Ciu pernah bertemu dengan kakek itu. Tetapi lupa-lupa ingat.
Hingga lama Kiam Ciu memandang kakek itu dengan kening berkerut.
Sedangkan kakek berwajah kuning itu tersenyum membiarkan pemuda itu
penuh tanda tanya. Hingga sesaat Kiam Ciu mengingat-ingat, ketika tiba-tiba dia
menjadi kaget berbareng girang. Ternyata orang itu adalah sikakek berwajah
kuning mengerikan yang pernah merampas buah merah sembilan tahun yang
lalu ialah kakek Kun-si Mo-kun.
"Locianpwee !" seru Tong Kiam Ciu dengan suara tertahan.
Oey Liong Kiam 3 27 "Heh hee hehh.. Hemmm.. sudah sembilan tahun ya ? Sudah lama sekali.
Selama itu aku sudah mengelilingi dunia mengelilinfi dunia he.he.he" kata kakek
itu seraya tertawa-tawa lucu, kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan
sesuatu sejenis akar dan diperlihatkan kepada Kiam Ciu.
"Inilah hasilnya , , , dari jerih payahku mengelilingi pelosok dunia ini selama
sembilan tahun lamanya. Akar ini bernama Lok-bwee-kim-keng.hemm.. akar ini
khasiatnya sama hebatnya dengan buah merah yang pernah kau berikan
kepadaku dulu. Hee.. hehhee.. aku sama sekali tidak menyangka bahwa hari ini
dapat bertemu denganmu dan dapat membalas budimu itu.. heh.hee heeheh.
Selama ini aku merasa tidak tenang karena berhutang nyawa denganmu
jebeng.. " kata-kata kakek itu sangat sederhana tetapi mengharukan hati Kiam
Ciu dalam keadaan seperti sekarang itu. Kemudian Kun-sif Mo-kun mencium
akar yang digenggam ditangan kanan itu.
"Siapa namamu jebeng ? Nanti dulu kuingat-ingat ya . .Tong. Tong . hingga
lama sekali tetapi kakek itu belum menemukan kelanjutan perpanjangan nama
pemuda itu. "Kiam Ciu !" seru pemuda itu meneruskan. "Ohhh iya. Tong Kiam Ciu. Nama
yang bagut sekali ! Makin tua makin tumpul otakku ini rasanya.. hee..hee..heh"
sambung Kun-si Mo-kun dengan tertawa-tawa riang.
"Mengapa Locianpwee juga berada disini?" tegur Kiam Ciu.
"Heeee heee aku berhak berada dimana saja bukan?" jawab Kun-si Mo-kun
dengan sangat lucu sekali.
"Hey bocah Kiam Ctu, apakah kau tahu mengapa aku bersusah payah untuk
mendapatkan akar ini?" tegur Kun-si Mo-kun.
"Mungkin Locianpwee ingin menjadi lebih lihay lagi!" jawiab Kiam Ciu dengan
tegas dan memperhatikan sorot mata kakek itu dalam-dalam.
"Heeee heee dengan tak langsung tebakkanmu itu betul juga, dipuncak Hionglo-hong di pegunungan Bu kong-san yang terletak di Propinsi Sansi, terdapat
satu lembah itu tersembunyi sebuah kitab pusaka yang bernama Kiam-si-bukong (ilmu silat sakti) tetapi dilembah itu terdapat serangga-serangga berbisa
yang sangat ganas. Sehingga siapapun yarg menghendaki kitab pusaka itu
Oey Liong Kiam 3 28 selalu menemui kebinasaan dilembah itu karena bisa serangga-serangga itu.
Kitab itu begitu besar daya tariknya, sehingga jago-jago silat kenamaan dan jago
silat aneh seperti Ji-lui sam-ki, Thian-hia-ji-kun, Tok giam lo dam Ciam Gwat.. "
belum selesai kata-kata kakek itu ditukas oleh Tong Kiam Ciu dengan suara
lantang dan terperanjat. "Ciam Gwat ?" seru Kiam Ciu dengan perubahan wajah meradang.
"Ya ! Apakah kau pernah melihat atau mengenalnya ?" sambung Kun-si Mokun dengan sorot mata mendesak.
"Tidak ! E.. maksudku belum !" jawab Kiam Ciu gugup.
"Kau agaknya menjadi baru mendengar namanya saja ? Hee-heh-heh-heee"
sambung Kun-si Mo-kun menyelidik dan curiga.
"Aku hanya pernah mendengar bahwa Ciam Cwat adalah jago silat luar biasa
yang kejam !" sambung Kiam Ciu ingin tahu lebih lanjut.
"Apakah kau percaya bahwa dia betul-betul kejam?" sambung Kun-si-Mo-kun
sambil memandang kearah Kiam Ciu dengan tajam.
"Ya!" seru pemuda itu dengan singkat dan tegas.
"Ya? Tetapi meagapa tentang cerita diriku bahwa kau tidak merasa yakin
benar-benar bahwa aku seorang yang kejam?" seru Kun-si Mo-kun.
Kiam Ciu tertunduk tidak dapat menjawab seolah-olah pemuda itu tersudut
pada suatu persoalan. "Sudahlah, sudahlah, aku akan melanjutkan ceritaku yang barusan tadi", sela
kakek (Bersambung Jilid 4) Oey Liong Kiam 3 29 Oey Liong Kiam 4 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 4 K UN-SI MOKUN. Ternyata kitab pusaka itu juga menarikku. Itulah sebabnya
aku berusaha dengan bersusah payah untuk mendapatkan akar ini. Aku
sudah merasa tidak takut lagi terhadap segala macam bisa walau yang
bagaimana ganasnyapun. Tetapi aku telah tua untuk apa segala macan itu, kitab
pusaka yang aneh dan segala ilmu silat yang luar biasa semuanya tidak ada
artinya lagi bagiku. Tadi aku menyaksikan kau telah mengalahkan si Hidung
Bawang tadi. Maka aku berkeyakinan bahwa kau adalah seorang pemuda yang
berkepandaian tinggi. Kau sangat berbakat dan kau masih muda maka kau harus
memiliki kitab itu.. ." seru Kun-si Mo-kun orang aneh yang luar biasa.
Lalu kakek itu mematahkan akar
Lok-bwee-kim-keng. Kemudian akar
yang berada dii tangan kanan
dimasukkan kedalam mulut Tong Kiam
Ciu. Sedangkan yang sebagian lagi dia
genggam dalam tangan kiri dan berseru:
"Kunyahlah akar itu Kiam Ciu !
Setelah kau mengunyah dan menelan
akar Lok-bwee-kim-keng, bukan saja
racun yang mengendap dan menjalar
dalam tubuhmu itu akan musnah,
bahkan kau akan menjadi kebal
terhadap racun yang manapun dan
bagaimana ganasnyapu. Kemudian.. yang sebagian ini simpanlah baik-baik,
mungkin kelak berguna !" seru kakek itu seraya menyodorkan keratan potongan
akar Lok-bwee-kim-keng kepada Kiam Ciu sambil tersenyum tetapi wajahnya
bersungguh-sungguh. Oey Liong Kiam 4 1 "Terima kasih Locianpwee" seru Kiam Ciu sambil mengunyah akar dalam
mulutnya dan tangan kanan menerima uluran Kun-si Mo-kun.
"Jika kau tidak ingin mencari kitab sakti Kiam-si-bu-kong itupun tidak menjadi
persoalan bagiku. Namun kini yang jelas aku telah membalas budi dan hutang
nyawa padamu. Nah Kiam Ciu terimalah kembali pedang pusaka Oey-liong-kiam
ini jagalah baik-baik jangan sampai jatuh ke tangan orang yang keji.. " sambil
menyodorkan pedang itu ketangan Kiam Ciu yang telah menerimanya pula
dengan tangan dua. Kemudian kakek itu menepuk bahu Kiam Ciu sambil
melanjutkan kata-kata : "Nah anak baik Kiam Ciu, sampai diiini dulu dikemudian hari mungkin kita
masih dapat bertemu lagi.. .aku.. harus pergi sekarang . ." seru Kun-si Mo-kun
dengan suara datar dan tercekat haru.
Setelah meletakkan pedang pusaka Naga Kuning atau Oey-liong-kiam di
tangan Tong Kiam Ciu, Kun-si Mo-kun memutar tubuh dan bergerak
meninggalkan Tong Kiam Ciu dengan langkahnya yang pincang.
Kiam Ciu menyaksikan itu dengan hati penuh keharuan. Pemuda itu merasa
sangat terharu menyaksikan sikap Kun-si Mo-kun yang budiman.
"Locianpwee tunggu dulu ! Lo.. ." seru Kiam Ciu dengan tekanan rasa haru dan
pilu, namun Kun-si Mo-kun sudah lenyap. Sungguh keliru dan terlalu kejam dunia
ini memberikan suatu penilaian hanya dari suatu sudut, seorang yang budiman
separti itu mengapa dicap sebagai seorang yang kejam dan keji . ." pikir Tong
Kiam Ciu sambil merenungi tempat nan jauh dimana kakek budiman itu tadi
telah lenyap. Setelah tenang sejenak maka Tong Kiam Ciu melanjutkan mengunyah akar
Lok-bwee-kim-keng. Akar yang tampaknya sangat jelek tu ternyata sangat
harum baunya. Setelah dikunyah-kunyah menjadi lembut maka ditelannya
dengan susah payah. Tetapi akhirnya akar itu tertelan juga. Mula-mula darahnya
dan urat syarafnya seperti terangsang. Kemudian Kiam Ciu mengerahkan
tenaga Bo-kit-sin-kong. Terasalah seluruh tubuhnya seperti dilalui berjuta-juta
semut. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh pemuda itu bagaikan mandi
keringat dan dari mulutnya telah keluar asap berbau amis.
Oey Liong Kiam 4 2 Dari sedikit demi sedikit maka berkuranglah rasa nyeri dan ngilu disetiap
persendian, kemudian rasa lemahnya telah berkurang. Kini dicobanya untuk
menggerak-gerakan tangan dan kakinya. Sesaat kemudian terasalah seluruh
derita akibat racun si Hidung Bawang itu telah lenyap dan Kiam Ciu telah dapat
berdiri serta telah pulih seperti sedia kala. Sungguh akar Lok-bwee-kim-keng
sangat manjur dan hebat. Ketika angin sejuk bertiup halus membuat wajah
Kiam Ciu, maka pemuda itu tampak berseri. Diperhatikannya keadaan disekitar
tempat itu. Tiba-tiba telinganya menangkap ringkikan seekor kuda. Wajah Kiam
Ciu bertambah cerah dan bergirang hati. Karena dia yakin bahwa ringkikan kuda
itu adalah ringkikan kuda putih miliknya. Kiam Ciu berdiri dan menggeliat
ditangan kanan tergenggam pedang pusaka Naga-Kuning. Dihampirinya kuda
putih yang tampak menggerak-gerakan kepalanya dan mengais-ngaiskan kaki
depannya. "Ohh . . Putih . ternyata kau masih berada disini" seru Kiam Ciu sambil
menghampiri kuda itu. Setelah dekat dielusnya leher kuda jantan itu yang
tampak sangat manja. Ketika Kiam Ciu naik ke puncak Ciok yong-hong tadi telah menambalkan
kudanya pada sebatang pohon yang rindang. Sekarang setelah berjalan
beberapa saat dan dia telah menjadi sehat dan segar kembali sesuatu yang
menyulitkan telah terpecah dengan adanya kuda kesayangan itu masih berada
di tempatnya tanpa kurang suatu apa.
Terdengar sekali lagi kuda putih itu meringkik, tetapi ringkikannya kali ini
tampak berlainan dengan ringkikan yang tadi. Mata kuda itu tampak gelisah dan
mendekati liar. Kiam Ciu berusaha membujuk dan mengelus-elus leher kuda itu.
Namun siputih tidak juga mau tenang seolah-olah ada sesuatu yang
mengintainya. Kiam Ciu menyandang pedang pusaka Naga Kuning kepunggungnya.
Membetulkan ikat pinggangnya dan meraba saku meneliti akar Lok-bwee-kimkeng pemberian dari Kun-si Mo-kun.
Sesaat Kiam Ciu tersenyum. Kemudian mengelus leher kudanya dan sekali
lagi membujuknya.

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oey Liong Kiam 4 3 "Sabar putih sabar kita akan segera berangkat dan meninggalkan lereng
terkutuk ini.. ." bisik Kiam Ciu kepada kudanya.
Tetapi kuda itu seolah-olahh tidak mendengarkan bujukan itu. Tampak lebih
gelisah lagi. Akhirnya Kiam Ciu berpikir bahwa tempat itu pasti ada binatang
buas yang baunya tercium oleh kudanya itu.
Maka Kiam Ciu kini siap siaga menjaga segala kemungkinan. Dia berusaha
untuk selekas-lekasnya meninggalkan tempat itu. Namun baru beranjak
beberapa langkah untuk melepaskas tali kekang yang terikat pada batang
pohon hutan itu, tiba-tiba kuda putih itu tampak lebih liar dan tampak sangat
ketakutan. Dari semak belukar berlompatanlah lima orang yang mengenakan kedok
kulit singa. Mereka itu ialah lima orang anggota partai Kim-sai-pang.
Kiam Ciu mendengar keresekan-keresekan yang ditimbulkan oleh kelima
orang yang baru muncul itu. Lagipula mereka berdiri tidak begitu jauh dari
tempat dimana Kiam Ciu menahan langkahnya. Dengan sangat tenang Kiam Ciu
yang tengah mengulurkan tangan kanan dan akan melepaskan tali kekang
kudanya tertahan juga. Kemudian memutar tubuh menghadap kearah orangorang Kim-sai-pang yang telah berdiri berjajar. Kiam Ciu agak terkejut dan
bergetar keras dadanya "Anak muda kau sungguh sangat beruntung. Kau telah terbebas dari
perangkap kami dan kini terbebas pula dari kebinasaan !" seru salah seorang
diantara kelima pendatang itu, "tapi jangan kau terburu menepuk dada dan
tertawa girang. Kami orang-orang Kim-sai-pang tidak akan membiarkan kau
berlalu kali ini !" "Hem rupa-rupanya mereka telah membuntutiku dari ketika aku dalam
keadaan lemah sepanjang malam mereka telah tahu. Tetapi mereka
mengapa tidak mau menyergapku dalam keadaan lemah ?" pikir Kiam Ciu
sambil mengamati orang-orang itu persatu, "Kalau saja mereka memang
bersifat satria itulah baik sekali !"
"Hey anak muda mengapa kau longang-longong seperti orang bingung ?"
seru salah seorang diantara kelima orang-orang berkedok singa itu.
Oey Liong Kiam 4 4 Sesaat Kiam Ciu jadi malu. Kemudian terseyum.
"Ohh. selamat pagi saudara. Rupa-rupanya dunia ini bagi kita hanya sempit.
Kemana-mana kita selalu bertemu. Dulu aku pernah beruntung dapat bebas dari
perangkapmu dan selamat! Tetapi aku kehilangan sebuah pening kuningan dari
partai Bu-tong yang kuduga terjatuh ketika mengbadapl kalian. Apakah kalian
menemukannya ? Sebenarnya aku akan pergi mencari markas partai Kim-saipang untuk menanyakan hal pening kuningan itu !" seru Kiam Ciu sambil
menghormat. Sejenak suasana menjadi sepi. Mereka terdiam. Kiam Ciu memandang
pemimpin partai persilatan Kim-sai-pang dengan berharap.
"Ya kami memang menemukan pening kuningan itu!" tiba-tiba terdengar
orang itu berseru. "Tetapi untuk mendapatkan kembali benda itu kau harus memenuhi syarat
kami !" "Kalau begitu, katakanlah syarat apa yang harus kupenuhi ?" seru Kiam Ciu
dengan mendesak. "Sabar dulu, kau tentunya paham maksud kami ! Kami dari kalangan
silat.. . . lalu kalau kau dapat menerobos kepungan kami barulah kau bebas dan
dapat menerima pening itu kembali !" seru pemimpin partai Kim-sai-pang
dengan suara lantang dan pasti.
Sesaat Kiam Ciu tertegun. Dalam hati dan mengeluh karena dia tidak senang
Lembah Karang Hantu 2 Goosebumps - Semalam Di Menara Teror Asleep Or Dead 16

Cari Blog Ini