Ceritasilat Novel Online

Warisan Jenderal Gak Hui 7

Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung Bagian 7


belum sampai ke tempat yang dituju, lagi pula tempat yang kita lalui yang iniini saja. Rupa-rupanya kita hanya berputar-putar di tempat yang sama"." seru Cit
siocia. Tong Kiam Ciu hanya tersenyum, pemuda itu melihat hutan-hutan cemara
disekitarnya. Begitu pula Sio Cien merasa heran dengan pengalaman itu. Mereka
telah berjalan lama sekali tetapi mengapa tempat-tempat itu saja yang mereka
lalu lagi. Akhirnya Cit siocia mengeluarkan peta Pek-seng dan dia bermaksud
untuk memeriksanya. Tetapi ketika dia membuka peta itu ternyata gambar-gambarnya yang tadi
dilihat kini telah lenyap. Peta itu ternyata kini hanya merupakan sehelai kertas
putih tanpa sebuahpun goresan yang tampak.
Tong Kiam Ciu melirik dan dalam hati dia tersenyum. Tetapi pemuda itu
sengaja tidak memberitahukan kalau belum ditanya tentang rahasia melihat
peta Pek-seng ttu. Tampaklah Cit siocia bingung mendapat kenyataan itu. Begitu
Oey Liong Kiam 10 13 pula Sio Cien dayang setia Cit sio cia itu tampak heran menyaksikan keadaan
itu. Namun karena watak Cit siocia yang tinggi hati dan maunya dia serba diatas
kepandaian orang lain itu, maka dia tidak mau bertanya kepada Tong Kiam Ciu.
Dia berpura-pura memeriksa psta itu seolah-olah dia dapat melihat eari?2
gambar dalam peta itu. Tetapi Sio Cien yang sudah hafal dengan sifat Cit siocia segeralah
menghampiri Tong Kiam Ciu. Tetapi ketika dia akan berbicara dengan pemuda
itu dengan tiba-tiba jadi ragu2. Kembali dia menghampiri Cit siocia dan
memandang kearah gadis jelita itu.
Tong Kiam Ciu pura-pura tidak memperhatikan keadaan dayang yang
bingung dan Cit siocia yang gelisah. Tong Kiam Ciu tersenyum tetapi pura-pura
melihat ketempat yang lain. Burung-burung beterbangan diangkasa, angin
berhembus menggoyang-goyangkan pucuk pohon Liu dan beberapa helai daun
berguguran, ada beberapa helai daun Liu yang jatuh dikepala Cit siocia. Gadis itu
mengusap rambutnya dan kemudian tersenyum memandang kearah Tong Kiam
Ciu yang kebetulan juga tengah melihat kearah gadis itu.
"Cit siocia, mungkin Tong siauwhiap dapat memberikan penjelasan tentang
peta Pek-seng itu !" bisik Sio Cien.
Akhirnya Cit siocia menuruti pula nasehat dayangnya yang setia itu. Sambil
tersenyum dan sebenarnya merasa sangat segan, gadis jelita itu lalu bertanya
kepada Tong Kiam Ciu. "Ya Tong siauwhiap, apakah kau dapat memberitahukan padaku bagaimana
rahasia untuk membaca peta Pek-seng ini ?" tanya Cit siocia dengan wajah
merah karena malu. Tong Kiam Ciu tersenyum, tetapi dia tidak dapat menolak pertanyaan gadis
itu, walaupun sebenarnya dia saat itu belum berniat untuk pergi kembali ke kota
Pek-seng. Karena dia belum dapat memenuhi janjinya untuk menolong gadis
she Gan yang terkurung di kota itu. Tong Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang
setia kepada janjinya, Dia harus mendapatkan dulu biji buah Cu-sik untuk
menolong gadis she Gan di kota Pek-seng yang hilang itu. Tetapi kini Cit siocia
Oey Liong Kiam 10 14 menanyakan rahasia peta Pek-seng itu kepada Tong Kiam Ciu, dia tidak dapat
menolak pemintaan gadis itu:
"Cit siocia, peta itu harus dilihat di tempat yang gelap. Tetapi". sebenarnya
aku saat ini belum berminat untuk pergi mencari kitab Pek-seng-ki-su"." jawab
Tong Kiam Ciu "Mengapa ?" tanya Cit siocia heran.
"Sebenarnya aku pernah tiba dikota Pek-seng yang hilang, tanpa petunjuk
peta Pek-seng itu. Didalam kota Pek-seng, ada sebuah gedung mungil dan indah
tertawan seorang gadis. Gadis yang malang itu adalah cucunya Gan Hua Liong
yang memberikan peta Pek-seng itu kepadaku". Kiam Ciu menjelaskan.
"Kakek Gan Hua Liong telah memberikan peta Pek-seng kepadaku dengan
pengharapan agar aku memenuhi permintaannya yang terakhir. Ialah untuk
menolong cucunya dari kurungan gaib didalam kota Pek-seng itu. Itulah sebuah
amanat yang harus kupenuhni ! Gadis she-Gan itu dapat terbebas dari pengaruh
gaib kalau dia makan buah Cu-sik dan akar batang Lok-bwee-kim-keng. Akar
Lok-bwee- kim-keng aku telah punya, ialah pemberian Kun-si Mo-kun. Tinggallah
kini aku harus mencari biji Cu-sik itu yang sampai kini aku belum
mendapatkannya. Barulah kalau kedua benda itu kudapatkaa aku akan dapat
datang kembali ke kota Pek-seng. Gadis she-Gan itu sebenarnya telah
menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su dan kini dia telah menyimpannya
didalam gedung mungil itu. Dia telah berjanji kalau saya menyerahkan kedua
benda itu akar Lok-bwee-kim-keng dan biji Cu-sik diapun akan menyerahkan
kepadaku kitab pusaka Pek-seng-ki-su"
Cit siocia dan Sio Cien mendengarkan kisah Tong Kiam Ciu itu dengan penuh
perhatian, setelah Kiam Ciu berhenti bercerita maka Cit siocia lalu menyahut
dengan nada suaranya penuh kegirangan.
"Rupa-rupanya kita beruntung! Biji Cu-sik itu aku punya! Aku
mendapatkannya dari pemberian ibuku dan kusimpan baik-baik dalam kotak
obat-obatanku. Aku perlu pulang dulu untuk mengambil, kemudian kita dapat
segera pergi ke kota Pek-seng !" seru Cit siocia dengan girang.
Oey Liong Kiam 10 15 Tong Kiam Ciu juga merasa gembira mendengar penuturan gadis itu.
kemudian dia mendesak kepada Cit siocia.
"Sekarang begini saja, Cit siocia dan Sio Cien dapat segera pulang dulu untuk
mengambil biji Cu-sik itu. Sedangkan aku akan mencari sebuah penginapan dulu
untuk mengobati luka-luka dalamku serta memulihkan kembali tenaga dalamku
yang telah kacau balau ini"."
Usul Kiam Ciu itu dapat diterima juga oleh Cit siocia. maka sampai di tempat
itu mereka berpisah Cit siocia dan Sio Cien pergi keutara untuk mengambil biji
Cu-sik. Sedangkan Kiam Ciu sesaat lamanya memandangi kepergian Cit siocia
dengan hati penuh keharuan.
"Gadis itu begitu jelita dan menawan hati, lagi pula telah banyak menolongku.
Hem.. . sayang sekali.." pikir Kiam Ciu.
Kembali dia teiingat adiknya Tong Bwee dan juga kedua orangtua serta
pamannya yang telah lenyap dan tiada mendengar kabar beritanya semenjak
pertemuan di atas telaga Ang-tok-ouw dan kemudian datang bencana angin
topan hebat itu dulu. Sedangkan dengan Shin Kai Lolo dia belum sempat
bertanya tentang keadaan ketiga Shin-ciu-sam-kiat serta adiknya Ji Tong Bwee,
karena ternyata keadaan terlalu gawat.
Saat itu Kiam Ciu masih merasakan keadaan tubuhaya sangat lemah. Dia
memerlukan istirahat selama beberapa hari lamanya untuk memulihkan
kembali kesehatan tubuhnya dan mengembalikan tenaga dalam serta tenaga
intinya yang kacau akibat luka dalam yang dideritanya. Maka kini Kiam Ciu lalu
meninggalkan tempat itu untuk mencari tempat penginapan.
Diceritakan bahwa pada saat itu Kwi Ong telah tersadar dari tidurnya. Dia
telah meraba tempat pedang Oey Liong Kiam ternyata pedang itu telah lenyap.
Dia jadi gelisah dan telah menduga hal2 yang tidak, baik. Maka segeralah dia
meloncat dan memasuki kedalam pagoda untuk mencari Tong Kiam Ciu.
Alangkah kagetnya ketika ternyata Tong Kiam Ciu tidak diketemukan didalam
pagoda itu. Dia telah mengobrak-abrik tempat itu tetapi Tong Kiam Ciu tidak
diketemukannya. Maka segeralah dia lari keluar dan membangunkan semua
jago-jago silat yang pada tertidur itu.
Oey Liong Kiam 10 16 Mereka semuanya bangun dengan perasaan heran. Mereka sama sekali tidak
merasakan keadaan dirinya yang telah tertidur begitu saja. Maka tampaklah
kacau keadaan saat itu. "Tong Kiam Ciu telah lenyap! Dia telah mengecoh kita lagi!" seru Kwi Ong
dengan suara lantang penuh kegusaran.
Tetapi saat itu yang merasa girang adalah Kun-si Mo-kun dan kawankawannya. Mereka gembira karena ternyata Tong Kiam Ciu dapat terluput lagi
dari bencana. Sedangkan pedang Oey Liong Kiam juga telah terpegang kembali
ditangan pemuda itu menurut perhitungan Kun-si Mo-kun. Tetapi lain halnya
dengan Kwi Ong yang bergusar hati dan juga Liat Kiat Koan yang berwatak
kejam juga merasa sangat penasaran.
"Sekarang apa yang akan kita perbuat !" seru Liat Kiat Koan.
"Kita cari saja dan kita bunuh mati beres !" seru Kwi Ong dengan berakhirnya
kata-kata itu langsung dia meloncat meninggalkan pagoda.
Dibelakang menyusul pula Liat Kiat Koan dan beberapa orang lagi
mengiringkan kepergian Kwi Ong. Namun Kun-si Mo-kun dan beberapa orang
yang bersimpati terhadap Kiam Ciu telah membayangi mereka.
Kwi Ong yang hatinya terasa panas dan meluap-luap kemarahannya itu telah
berjalan dengan cepat sekali. Dia telah bertekad untuk membinasakan Kiam Ciu
bila dia bertemu dengan pemuda itu. Dimanapun pemuda itu berada akan selalu
diubernya. Dengan kemarahan yang meluap-luap. Maka perjalanan itu dengan
cepatnya telah menyusuri tepian telaga Ang-tok-ouw. Tiada seberapa lama dia
telah menemukan sebuah mulut gua yang menghadap ke tepi telaga dikaki
pegunungan. "Aneh sekali tempat ini ada guanya, baru sekali ini aku melihatnya. Ayohlah
kita masuk memeriksanya" seru Kwi Ong kepada Liat Kiat Koan.
"Ya, suatu keanehan juga!" seru Kiat Koan dengan memandangi keadaan
sekitar gua itu. Karena diapun juga baru kali ini melihat gua itu.
Maka mereka segeralah memasuki pintu gua itu. Dengan sangat berhati-hati
dan penuh kewaspadaan mereka menyusuri lorong gua itu. Ternyata tidaklah
begitu sulit dan seolah-olah suatu jalan yang halus dan tidak sukar. Kwi Ong dan
Oey Liong Kiam 10 17 Kiat Koan telah melihat sinar didepan mereka. Sinar yang terpancar dari sebuah
lubang yang luas. "Itulah tembusan gua ini! "seru Kwi Ong sambil menunjuk kearah lubang yang
kelihatan orang. "Mungkin! "sambung Kiat Koan meneruskan langkahnya.
Ternyata benar juga. Ketika mereka sampai didekat pintu gua itu mereka
telah mendengar suara kicau burung dan melihat pepohonan yang rindang dan
mereka terus berjalan mendekati lubang itu. Ketika sampai maka mereka telah
dibuat keheranan. Ternyata didepan mereka adalah sebuah padang rumput hijau terbentang
luas, hijau dan rapi sekali. Kemudian tampak berjajar-jajar pepohonan Liu yang
sangat teratur. "Ayo kita memeriksa keadaan disekitar tempat ini !" seru Kwi Ong.
Adapun Kiat Koan hanya menurutkan saja ajakan Kwi Ong tanpa membantah
lagi. Mereka beramai-ramai meninggalkan tempat itu menyebrangi padang
rumput halus dan hijau itu. Tampaklah kemudian sebuah taman bunga yang
sangat bagus dengan tanaman bunga-bunga yang beraneka warna. Ditengahtengah petamanan itu terlihat sebuah kolam ikan yang cukup luasnya, tampak
diatas air kolam itu teratai yang sedang berbunga juga. Kwi Ong siraja iblis yang
kasar dan keji itu sempat pula merasa kagum akan semua keindahan di tempat
itu. "Lihat disana !" seru Kiat Koan kepada Kwi Ong.
Mereka semuauya melihat kearah dimana Kiat Koan menunjuk.
"Oh. sebuah bangunan rumah mungil dan bagus sekaii.. . " bisik Kwi Ong
seolah-olah kata-kata itu terucapkan tanpa sengaja.
Orang-orang yang mengikuti pada terpesona menyaksikan keadaan itu
semua. Sungguh suatu tempat yang selamanya baru kali ini mereka lihat.
Tempat yang sangat aneh dan indah sekali.
"Tempat apakah ini ?" tanya Kwi Ong heran.
Oey Liong Kiam 10 18 "Kukira kita telah sampai dikota Pek-seng yang hilang itu" jawab Kiat Koan
sambil melihat-lihat keadaan sekitarnya.
"Hem" gumam Kwi Ong sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Adapun cucu Gan Hua Liong yang tinggal didalam bangunan gedung mungil
dan indah itu ketika mendengar suara orang memasuki petamanan dan
kegaduhan dia merasa girang. Dia menyangka bahwa Tong Kiam Ciu telah
datang dan akan menolong dirinya. Maka terburu-buru gadis malang itu berlarilari gembira untuk menyambutnya.
Tetapi alangkah terkejutnya ketika dia baru saja sampai diluar ternyata
orang yang mendatanginya begitu banyaknya, Gadis itu menahan langkahnya
dan balik memasuki gedung lagi.
Kwi Ong dan Kiat Koan menyaksikannya. Mereka segera memburu kegedung
itu. Tetapi mereka terlambat ketika tiba didalam gedung itu telah mencium bau
kertas terbakar. Semula Kwi Ong dan Kiat Koan menganggap gadis itu membakar barang
tidak berharga. Dengan terburu-buru mereka menghampiri gadis cantik itu dan
menegurnya: "Apa yang sedang kau kerjakan disini ?'' tegur Kwi Ong kepada gadis itu dari
arah belakang. Namun gadis itu masih terus merenungi seonggok debu bekas kertas yang
terbakar. Tampaklah gadis itu begitu tenang dan seolah-olah telah mengerjakan
sesuatu yang menggoncangkan batinya.
"Apakah yang telah kau bakar itu ?" ta nya Kwi Ong sekali lagi.
Tetapi gadis she-Gan itu dengan tiba-tiba memutar tubuh dan tampaklah
wajahnya yang cantik telah berubah beringas serta matanya terbeliak
mengerikan. "Hi-bi-hi-hik! Musnah sudah! Semuanya tidak akan mendapatkannya!
Kuhancurkan, kulumatkan ha-ha-ha!" seru gadis itu dengan suara tertawa yang
menyeramkan pendengararan.
Oey Liong Kiam 10 19 "Hey gadis gila! Apa yang kau musnahkan?! "bentak Kwi Ong yang kini telah
memegang kedua bahu gadis itu, menggoncang-goncangkannya dan menatap
wajah gadis itu dengan mata melotot.
"Ha-ha-ha-ha-ha." lihat puing-puing itu ! Kitab Pek-seng ki-su yang kalian
cari" seru gadis itu dengan tertawa-tawa pula.
"Buk! "tedengar sebuah tumbukan.
Tanpa menjerit lagi, tubuh gadis itu telah jatuh lunglai dengan kepala pecah.
Kwi Ong menjadi sangat bergusar hati ketika mendapat keterangan gadis itu dia
telah membakar kitab Pek-seng-ki-su. Kini harapan Kwi Ong telah patah. Untuk
yang sekian kalinya dia telah dikecewakan. Pedang Oey Liong Kiam lenyap kini
kitab Pek-seng-ki-su telah musnah pula.
Kemudian Kwi Ong memeriksa keadaan dalam rumah itu. Semua tempat
diobrak-abriknya untuk mencari sesuatu yang mungkin berharga.
Tetapi di tempat itu dia tidak menemukan apa-apa. Jengkel hati Kwi Ong, Kiat
Koan yang menyaksikan kekejaman Kwi Ong yang telah menghantam kepala
gadis she-Gan yang tidak berdosa itu hingga kepala gadis itu pecah dan tanpa
sempat menjerit lagi, hati Kiat Koan merasa ngeri juga.
Walaupun dia juga bersifat kejam tetapi tidak sekeji Kwi Ong itu.
"Aku harus mencari Tong Kiam Ciu, dia telah menipu kita! Bocah itu harus
dibunuh!" gerutu Kwi Ong sambil melangkah meninggalkan gedung mungil dan
kata-kata itu diucapkan ketika dia melewati samping Liat Kiat Koan.
Liat Kiat Koan yang masih terhenyak saking bingungnya menyaksikan sepak
terjang Kwi Ong itu jadi seperti orang tidak sadar. Ketua partai persilatan Kongtong itu hanya menurutkan saja langkah Kwi Ong untuk meninggalkan gedung
mungil dan membiarkan mayat gadis yang malang itu tetap menggeletak di
tempat. Mereka beramai-ramai pula meninggalkan kota Pek-seng. Wajah Kwi Ong
tampak lebih membara lagi. Dia tampak sangat gusar dengar peristiwa-peristiwa
yang dialaminya. Oey Liong Kiam 10 20 Dendamnya ditumpahkan kepada Tong Kiam Ciu seluruhnya, dia bertekad
akan membinasakan pemuda itu. Dia akan merasa sangat puas kalau sudah
berhasil membunuh Tong Kiam Ciu. Itu sumpahnya.
Kalau tadi Liat Kiat Koan telah berhasil menyaksikan keaslian sipat Kwi Ong
membunuh orang yang sama sekali bukan lawannya seorang wanita lemah dan
sama sekali tidak melawannya. Maka dapat dipastikan bahwa iblis itu dapat
bertindak sewenang-wenang terhadap siapapun tanpa memandang bulu dan
tidak mengingat perikemanusiaan.
Saat itu Tong Kiam Ciu yang telah mendapatkan tempat penginapan tiada
jauh dari tepian telaga Ang-tok-ouw, karena memang disekitar tempat itu
banyak dikunjungi para pelancong untuk menghirup udara sejuk serta
menikmati keindahan telaga Ang-tok-ouw. Lebih-lebih pada musim semi yang
semuanya tampak lebih indah. Bunga-bunga dan semian-semian daun yang
sedang tunas. Indah dan harum baunya.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah kamar untuk Tong Kiam Ciu disiapkan, maka pemuda itu segera akan
istirahat membaringkan tubuhnya yang loyo diatas pembaringan. Tong Kiam Ciu
telah memesankan kepada pengurus penginapan untuk menyediakan makanan
didalam kamarnya karena Tong Kiam Ciu akan beristirahat dan untuk beberapa
hari lamanya tidak keluar dari kamar.
"Kalau ada dua orang gadis mencariku, tunjukkanlah kamarku. Dia adalah
saudariku." pesan Tong Kiam Ciu kepada pengurus penginapan itu.
Pengurus penginapan itu menghormat dan tersenyum ketika Tong Kiam Ciu
memberikan persen beberapa keping uang perak. Hingga berkali-kali pengurus
itu membongkok-bongkok menghormat Tong Kiam Ciu.
Setelah itu pintu kamar segera ditutup. Kiam Ciu merebahkan tubuhnya dan
memulai mengatur pernafasan dan mengalirkan rasa untuk memulihkan
kembali saluran hawa murni dan peredaran darahnya.
Tetapi malangnya, tepat pada saat itu Kwi Ong dan Liat Kiat Koan telah mulai
mencari Tong Kiam Ciu. Semua penginapan telah diperiksanya. Juga kini telah
tiba gilirannya penginapan dimana Tong Kiam Ciu saat itu sedang istirahat.
Oey Liong Kiam 10 21 Pengurus penginapan itu tidak dapat berkata apa-apa. Karena Kwi Ong
memaksa untuk minta keterangan dengan kekasaran. Memang dia telah tahu
kalau orang-orang yang baru datang itu mempunyai maksud kurang baik
terhadap Tong Kiam Ciu. Namun dibawah ancaman keras dia terpaksa
menerangkan kamar Tong Kiam Ciu.
"Tetapi, dia berpesan jangan diganggu karena sedang istirahat" pengurus
penginapan itu menerangkan.
"Diam !" damprat Kwi Ong dan memukul leber orang itu hingga jatuh.
Untungnya Kwi Ong menghantam hanya dengan tenaga biasa, jadi orang itu
tidak mengalami patah leher. Walaupun begitu pengurus penginapan itu telah
jatuh tersungkur di lantai.
Kwi Ong dan Liat Kiat Koan menuju ke kamar Tong Kiam Ciu. Suara ributribut itu terdengar juga oleh Tong Kiam Ciu. Sebenarnya dia akan bangun dan
ketika dia mendengarkan namanya sedang disebut-sebut orang dia telah
menduga bahwa yang sedang mencarinya itu pastilah Kwi Ong. Tahu-tahu telah
berada didalam rumah penginapan itu, sebenarnya pengurus penginapan telah
memberikan peringatan kepada Tong Kiam Ciu dengan bersuara keras menahan
Kwi Ong agar dapat didengar oleh Kiam Ciu dan mengulur waktu agar pemuda
itu dapat lari. Bukan Tong Kiam Ciu tidak mempunyai kerempatan untuk melarikan diri,
tetapi jiwa kesatria pemuda itu yang membuat dia tetap tinggal didalam
kamarnya. Dia merasa tidak berharga seandainya harus melarikan diri dari
sergapan lawannya. Maka dia nantikan ke datangan Kwi Ong dan kawankawannya. Maksud Kiam Ciu juga akan keluar kamar dan langsung akan
menghadapi Kwi Ong. Walaupun dia telah menyadari kalau dia tidak mungkin
mampu berhadapan dengan Kwi Ong dalam keadaan terluka itu. Namun dia
bertekad lebih baik binasa sebagai satria daripada mati meringkuk sebagai
pengecut. Bertepatan dengan langkah Kiam Ciu menghampiri pintu. tiba-tiba daun pintu
ditendang oleh Kwi Ong Terdengarlah suara derakan hebat hampir saja daun
pintu itu merobohi Kiam Ciu. Untung pemuda itu lekas menghindar kesamping.
Oey Liong Kiam 10 22 "Brakkk !" terdengar papan tebal itu jatuh berderak di lantai.
Didepan pintu tampak Kwi Ong yang telah mengepalkan tinjunya dengan
mata membara. Sedangkan Kiam Ciu telah siap sedia menerima serangan Kwi
Ong. Rupa-rupanya Kwi Ong sudah tidak sabar lagi.
Ketika Kwi Ong melihat Tong Kiam Ciu yang berdiri didepan pintu, maka
dengan cepat dan tenaga penuh langsung mengirimkan sebuah pukulan kearah
dada Kiam Ciu. Kiam Ciu tidak sempat berkelit karena serangan itu datangnya
sangat cepat. Pemuda itu hanya dapat menangkisnya dengan mengangkat dan
menyilangkan kedua belah lengannya melindungi dada. Tetapi pukulan itu begitu
hebat, sedangkan Kiam Ciu dalam keadaan terluka parah, maka tidak dapat
menahan serangan Kwi Ong lagi.
Kiam Ciu terlempar jatuh menubruk dinding kamar. Begitu pula Kwi Ong
langsung meloncat menerkam Tong Kiam Ciu yang tidak berdaya itu. Dengan
ilmu cengkeraman Garuda Sakti dia telah menerkam dada Kiam Ciu dan sekali
menghantamkan tinjunya kewajah dan dada Kiam Ciu.
Kiam Ciu sama sekali tidak berdaya dan jatuh tersungkur ketika dilemparkan
oleh Kwi Ong. Masih juga belum merasa puas, laki-laki berhati iblis itu telah
menerkam lagi tubuh Tong Kiam Ciu dan dihantamnya dengan tinju berantai,
tubuh Kiam Ciu lemah lunglai. Menurut dugaan Kwi Ong pemuda itu binasa.
Karena memang betul-beiul saat itu Kiam Ciu terlihat seperti telah mati,
tubuhnya lemah dan tidak bernafas lagi.
Kwi Ong melemparkan tubuh Tong Kiam Ciu yang sudah lemah lunglai itu
ke dingding. Begitu membentur dinding jatuh melumpruk ke lantai tanpa berkutik
lagi. Liat Kiat Koan juga menyaksikan kejadian itu.
Dengan rasa bangga dan puas telah dapat membinasakan seorang pemuda
yang telah berkali-kali membuat pusing kepalanya itu, maka Kwi Ong lalu keluar
dari kamar yang lelah berantakan itu.
Sambil membersihkan tangannya dengan menepuk-nepuk tapak tangan dan
menepiskan pakaian luar, Kwi Ong berseru kepada Liat Kiat Koan dengan suara
lantang. Oey Liong Kiam 10 23 "Hai Liat Kiat Koan, kita berpisah sampai disini! Tolong berilahukan kepada
segenap jago silat di daerah pertengahan ini, suatu saat nanti aku akan kembali
lagi kesini dan akan membasmi semua jago silat di daerah pertengahan ini!"
seru Kwi Ong dengan suara penuh kesombongan.
Liat Kiat Koan hanya mengangguk-nganggukan kepala, sambil menyaksikan
kepergian Kwi Ong dari tempat itu.
Begitu pula setelah Kwi Ong lenyap dari tempat itu, barulah Kiat Koan pergi
meninggalkan penginapan itu. Dia yakin pula bahwa Tong Kiam Ciu telah benarbenar binasa ditangan Kwi Ong. Kepergian Liat Kiat Koan diikuti oleh beberapa
orang anak buahnya. Setelah orang-orang yang berhati kejam dan bersipat lelengas itu pergi
semuanya dari penginapan itu. Maka pengurus penginapan itu baru berani
mendekati kamar Tong Kiam Ciu. Kamar yang daun pintu telah hancur dan
perabotan didalamnya telah berserakan. Kemudian mereka melihat tubuh Tong
Kiam Ciu menggeletak tidak bergerak-gerak lagi.
Keadaan tubuh Tong Kiam Ciu saat itu tampak seolah-olah telah hancur dan
darah berlepotan dimana-mana. Seolah-olah Kiam Ciu telah mati.
Pengurus penginapan itu memeriksa keadaan Kiam Ciu. Ternyata tubuh
pemuda itu masih hangat. Pengurus itu yakin bahwa Kiam Ciu belum mati dan
masih dapat ditolong asal dengan berhati-hati.
Maka tubuh pemuda yang dalam keadaan tidak sadarkan diri itu lalu
diusungnya kekamar lain yang kosong. Kemudian dibaringkannya diatas tempat
pembaringan. Pengurus penginapan itu telah berusaha untuk merawat dan
menolong Tong Kiam Ciu. Setelah tiga hari berlalu, saat perpisahan Tong Kiam Ciu dengan Cit siocia
dan Sio Cien untuk mengambil biji Cu-sik. Barulah tampak gadis jelita itu
memasuki penginapan untuk mendapatkan Tong Kiam Ciu.
Cit siocia sama sekali tidak mengetahui kalau didalam penginapan itu telah
terjadi sesuatu bencana yang hampir saja membinasakan Tong Kiam Ciu. Gadis
jelita yang selalu diiringkan oleh Sio Cien itu dengan tenang dan tersenyum
memasuki ruangan depan penginapan itu.
Oey Liong Kiam 10 24 Kedatangannya disambut oleh pemilik penginapan itu. Kemudian pengurus
penginapan itu telah mendatanginya pula.
"Apa siocia ini saudara siauwhiap?" tanya pengurus itu ketika
diperhatikannya kedua gadis itu benar-benar.
"Ya" jawab Cit siocia.
"Marilah . . ." sambung pengurus penginapan itu selanjutnya sambil
memberikan isyarat untuk mengikutinya.
Cit siocia memandang Sio Cien. Dayang setia itu menganggukkan kepala
mengiayakan. Maka mereka berdua mengikuti pengurus penginapan itu setelah
menghormat pemilik penginapan yang telah memandang kearah mereka
dengan sinar mata yang aneh.
Hati Cit siocia berdebar ketika menyaksikan keanehan sikap pengurus
penginapan serta pemilik rumah itu. Pasti ada apa-apa yang tidak beres telah
terjadi di tempat itu. Begitu pengurus penginapan itu membukakan pintu kamar. Cit siocia melihat
diatas tempat tidur dalam kamar itu seorang yang telah menggeletak tenang.
Cit siocia tanpa menun gu dipersilahkan lagi langsung masuk dan dalam hatinya
penuh kekhawatiran. "Ai Tong siauwhap !" seru Cit siocia sambil setengah melompat kearah
tempat tidur di mana Tong Kiam Ciu menggeletak.
"Sabat nona !" pengurus penginapan itu menghampiri.
Tetapi Cit siocia tidak mendengarkan teguran itu. Gadis jelita itu langsung
melangkah mendekati pembaringan Tong Kiam Ciu. Disamping gadis iiu berdiri
pula dayang setianya ialah Sio Cien.
"0h Tong siauwbiap kau mendapat luka. Seandainya aku tahu akan begini
jadinya aku tidak akan meninggalkan kau seorang diri" bisik Cit siocia dengan
nada rawan dan sedih sekali.
Kemudian gadis jelita itu memerintahkan Sio Cien untuk mengembalikan
kotak obat-obatan. Sio Cien telah keluar dan Cit siocia seorang diri melap wajah
Oey Liong Kiam 10 25 Tong Kiam Ciu yang tampak dengan bintik-bintik keringat. Sedangkan pengurus
penginapan juga telah keluar bersama dengan dayang setia Cit siocia tadi.
Ketika Sio Cien masuk lagi dengan membawa sebuah kotak yang berisi obatobatan, maka gadis itu lalu mengambil sebuah tabung yang didalamnya berisi
Yok wan. Diambilnya dua butir lalu dimasukannya kedalam mulut Tong Kiam
Ciu. Sio Cien keluar untuk mengambilkan air teh.
Tong Kiam Ciu telah dua hari dua malam tidak sadarkan diri. Tetapi pemuda
itu tampak selalu mandi keringat. Mungkin akibat bergolaknya Cinkie didalam
pembuluh darah pemuda itu pergolakan yang akibat racun dan benturan tenaga
dalam Kwi Ong dan racun Tok Giam Lo. Hebat sekali akibatnya. Menurut
perhitungan Cit siocia, jika dalam waktu tiga hari tiga malam tidak siuman, maka
Kiam Ciu akan binasa. Setelah merundingkan segala sesuatunya tentang semua kerugian dan
ongkos bermalam Tong Kiam Ciu, kemudian Cit siocia membawa Tong Kiam Ciu
keluar dari penginapan itu.
Kepergiannya dilakukan pada menjelang senja. Semuanya berjalan dengan
lancar tanpa ada yang melihat dan mencurigai. Hingga kemungkinan dibuntuti
oleh kaki tangan Kwi Ong juga tidak ada.
Dengan kereta yang indah yang biasa dipakai untuk berkelana oleh Cit siocia,
Tong Kiam Ciu dibawanya pulang kerumah gadis itu. Sama sekali pemuda itu
tidak merasakan apa-apa selama dalam perjalanan. Karena dia selama
beberapa hari sampai saat itu belum sadarkan diri.
Setelah tiba didalam rumah Cit siocia, segeralah Tong Kiam dibawa masuk
seadiri oleh Cit siocia. Dengan sangat berhati-hati sekali gadis itu mengusung
Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu telah dirawat oleh Cit siocia. Dengan penuh rasa kasih sayang
gadis jelita itu merawatnya. Cit siocia bukan saja lihay ilmu silatnya, tetapi juga
mempunyai keahlian mengobati orang sakit yang kesemuanya itu dipelajarinya
dari ibunya. Setelah beberapa saat kemudian Sio Cien sipelayan setia itu telah mengetuk
pintu kamar kemudian memasuki kamar itu.
Oey Liong Kiam 10 26 "Bagaimana keadaan Tong siauwhiap?" tanya Sio Cien.
"Dia terluka parah, aku khawatir sekali akan jiwanya. Jika dia tidak sadarkan
diri dalam waktu tiga hari, aku khawatir dia akan mati. Jika dia sampai mati
hidupku tak ada artinya" bisik Cit siocia dengan suara rawan.
"Semoga usaha siocia dapat berhasil. Kalau sampai Tong siauwhiap
meninggal maka yang kehilangan bukan hanya siocia seorang tetapi dunia
Kang-ouw akan merasa sangat menyesal" sambung Sio Cien menghibur.
Kamar dimana Tong Kiam Ciu dirawat itu sangat indah hiasannya, warnawarni yang dipilihnya adalah warna yang kontras dan dihiasi dengan ukiranukiran yang serba indah. Sepasang pedang berjajar disudut ruang kemudian
sebuah lampion besar terletak ditengah ruangan itu. Semuanya sangat serasi
dan menimbulkan rasa kerasan tinggal didalam kamar itu.
Tong Kiam Ciu masih belum sadarkan diri. Namun pemuda itu telah
mendengarkan suara nafas dan matanya telah mulai bergerak-gerak. Cit siocia
menyaksikan itu dengan hati berdebar. Dia mengucapkan rasa syukur dan
sangat mengharapkan akan kesembuhan Tong Kiam Ciu.
Bau harum yang sangat segar tercium oleh Tong Kiam Ciu. Pemuda itu
merasakan dadanya sangat enak sekali. Ringan sekali perasaannya. Terasa
Seolah-olah dia telah terbebas dari semua ikatan ataupun himpitan yang
membelenggunya selama ini.
Dengan perlahan-lahan Tong Kiam Ciu membuka matanya. Saat seperti itu
yang dituuggu-tunggu dan diharapkan oleh Cit siocia selama menunggui Tong
Kiam Ciu. Hatinya berdebar dan menjerit girang.
Saking girangnya Cit siocia sampai menangis, air matanya meleleh karena
kegembiraan dan keharuan. Pandangan matanya bertemu dengan pandangan
mata Tong Kiam Ciu. Gadis itu tersenyum walaupun air matanya membasahi
pipinya. "Oh. aku dimana sekarang ?" bisik Tong Kiam Ciu yang masih sangat lemah
nada suaranya. "Kau. . . kau berada dikamarku" bisik Cit Siocia dengan suata penuh keharuan.
Oey Liong Kiam 10 27 "Aku berada didalam kamarmu?" Tong Klam Ciu terperanjat dengan jawaban
Cit siocia itu. Dia ingin bangun tetapi kepalanya terasa sangat berat dan dia jatuh
lagi dipembaringan itu. "Hati-hati, kau harus banyak istirahat dulu untuk memulihkan semangatmu.
Kau telah tertidur selama tiga hari tiga malam." bisik Cit siocia sambil memegang
bahu Tong Kiam Ciu untuk membetulkan tidurnya.
"Mengapa ?" bisik Tong Kiam Ciu dan memandang ke arah jendela.
Walaupun Tong Kiam Ciu dalam keadaan masih sangat lemah tubuhnya.
Namun pikirannya lelah kembali terang dan dia memang adalah seorang
pemuda penggemar keindahan dan kerapian. Ketika matanya melihat keluar itu
tampaklah pemandangan yang sangat indah. Dengan pohon-pohon yang
berdaun hijau muda serta bunga-bunga beraneka warna.
Diluar angin berhembus sangat kencang, bahkan tampaklah pusaranpusaran yang meniup daun-daun kering berterbangan. Langit yang berawan
putih bergulung-gulung tampak sangat jelas dari dalam kamar itu.
Hanyutlah Tong Kiam Ciu kedalam pusaran-pusaran mega itu, kembali
teringat kedalam masa-masa silamnya, Teringat kembali orang-orang yang
pernah mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Shin-ciu-sam-kiat adalah
orang-orang yang sangat berjasa dalam hidupnya, Pek-hi-siu-si yang telah
menurunkan ilmu pedang dan ilmu Bo-kit-sin-kong, juga kasih sayang yang telah
dicurahkan oleh adik Ji Tong Bwee, kemudian peristiwa demi peristiwa yang
telah dialaminya dalam pengembaraan dikalangan Kang-ouw. Pertemuanpertemuannya dengan Cit Siocia. Kemudian yang terakhir ialah ketika dia telah
berhadapan dengan Kwi Ong dan dia telah menerima hajaran yang hebat dan
tidak mampu untuk mengelakkan lagi. Terpaksa dia memapaki hantaman maut
raja iblis dari selatan itu. Semuanya jadi gelap dan dia telah bermimpi hal yang
sangat menakutkan. Kemudian Tong Kiam Ciu terhentak dari lamunannya ketika
terdengar teguran lembut dan menawan hati.
"Tong siauwhiap janganlah kau pikirkan hal-hal yang bukan-bukan . . . Lebih
baik Tong siauwhiap istirahat dulu" bisik Cit Siocia.
Oey Liong Kiam 10 28 Tong Kiam Ciu tergagap suara lembut yang diucapkan oleh Cit siocia itu
seakan-akan dekat benar dihatinya. Tersentuhlah keharuan Kiam Ciu.
"Lagi-lagi kau telah menolong jiwaku. Aku hanya dapat mengucapkan rasa
terima kasihku saja !" bisik Tong Kiam Ciu dengan suara tandas dari dasar
hatinya. "Bagiku semuanya itu merupakan kewajiban, sebagai darmaku dalam
kehidupan. Tetapi disamping itu kau patut juga mengucapkan rasa terima
kasihmu kepada Sio Cien yang telah menolong membebaskan jalan darahmu
sehingga jantungmu tetap berdenyut. Sio Cien bukan lagi sebagai dayangku
tetapi dia sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri !" jawab Cit siocia sambil
tersenyum dan pipinya yang pulih itu tampak kemerahlan ketika matanya
bertemu pandang dengan Kiam Ciu.
Sio Cien telah menghampiri pintu kamar dan ketika pintu terbuka, terciumlah
bau sedap dan dayang itu ternyata membawa mangkuk yang berisi jamu hangat


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan mengepul asapnya. "Cit siocia ini jamunya Tong Kiam Ciu sudah tersedia !" seru Sio Cien sambil
menuturkannya dengan hormat disamping Cit siocia.
"Sio Cien, terima kasih atas segala pertolonganmu" seru Tong Kiam Ciu
dengan suara halus, tetapi pumuda itu belum dapat bangun dari tempat tidurnya.
Mendengar ucapan itu maka Sio Cien merah wajahnya karena malu:
"Aku sangat malu untuk menerima ucapan terima kasih itu. Karena
sesungguhnya aku tidak berbuat banyak. Tanpa adanya Cit Siocia kukira Tong
siauwhiap sudah meninggal . . . ketahuilah Tong siauwhiap, bahwa sebenarnya
Cit Siocia itu sangat mencintaimu . . ."
Sio Cien menundukan muka dan tersenyum serta menutupi mulutnya sendiri,
kemudian menyerahkan mangkuk yang berisi ramuan obat untuk Tong Kiam
Ciu. Mangkuk itu diterima oleh Cit Siocia, kemudian diserahkan kepada Tong
Kiam Ciu yang telah duduk di tempat tidur.
Sio Cien mengundurkan diri dan keluar dari kamar itu. Sedangkan Tong Kiam
Ciu meniup air yang masih hangat itu sambil matanya mengawasi wajah Cit
Siocia. Gadis itu dipandang seperti itu merasa sangat kikuk, maka akhirnya Cit
Oey Liong Kiam 10 29 Siocia menundukkan muka dan melemparkan pandang ketempat lain. Namun
Tong Kiam Ciu memandangi terus.
Lama-lama Tong Kiam Ciu merasa serba salah. Dia memang sangat
mencintai Ji Tong Bwee dengan segenap jiwa dan raganya. Namun dengan
diam-diam pula dia telah menaruh sayang dan merasa banyak berhutang budi
kepada Cit Siocia, telah berkali-kali dia ditolong oleh Cit Siocia.
Tanpa disadarinya telah tumbuh pula suatu perasaan yang luar biasa pada
diri Tong Kiam Ciu. Suatu perasaan seolah-olah tidak dapat berpisah terlalu lama
dengan gadis jelita itu. Lagi pula dia telah menyadari betapa besarnya rasa kasih
sayang Cit Siocia terhadap dirinya.
"Tong siauwhiap, minumlah jamu itu selagi masih hangat !" seru Cit Siocia
sambil memain-mainkan ujung bajunya dan melirik Kiam Ciu.
"Hem. . ." hanya itu jawab Tong Kiam Ciu. Kemudian menempelkan bibir
mangkuk itu kebibirnya dan mengbirup cairan yang ada didalam mangkuk itu.
Ternyata Tong Kiam Ciu biasa minum jamu juga, dengan sekali teguk isi
mangkuk itu telah kering tandas. Cit Siocia telah menerima mangkuk yang sudah
kosong itu dan meletakannya diatas meja.
Sejak mata mereka saling beradu pandang, kemudian Tong Kiam Ciu
memecahkan kesunyian itu dengan sebuah pertanyaan.
"Apakah siocia tidak melihat adik Tong Bwee ditepi telaga tadi?"
"Tidak . . ." jawab Cit siocia singkat.
"Aku sangat khawatir akan keselamatannya, sejak ada angin topan dan
keributannya yang ditimbulkan oleh Kwi Ong diatas telaga Ang-tok-ouw aku
belum mengetahui kabar beritanya . . ." sambung Tong Kiam Ciu.
"Kukira Shin-ciu-sam-kiat dan adik Bwee telah dapat menyelamatkan diri" Cit
siocia menghibur Kiam Ciu.
"Mudah-mudahan" sambung Kiam Ciu hampa.
Namun demikian Tong Kiam Ciu tampak berubah wajahnya dan kelihatan
sayu serta kecut. Cit siocia merasa khawatir melihat perubahan itu. Maka gadis
itu menghiburnya pula. Oey Liong Kiam 10 30 "Sudahlah Tong siauwhiap, kau perlu istirahat sebanyak-banyaknya !" bisik
Cit siocia "percayalah bahwa mereka pasti selamat".
"Hemm . . ." hanya itu yang terdengar dari mulut Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu dipaksa oleh Cit siocia untuk berbaring kembali, agar obat
yang telah diminumnya tadi dapat bekerja dengan sempurna dalam tubuh,
walaupun bagaimana Tong Kiam Ciu akhirnya menurut juga atas anjuran itu.
Tong Kiam Ciu berbaring kembali, namun matanya belum juga mau dipejamkan,
sedangkan Cit siocia tetap duduk disampingnya.
"Cit siocia" bisik Tong Kiam Ciu tanpa melihat kearah orang yang diajak
berbicara. "Ya Tong siauwhiap" jawab Cit siocia sambil mengamati pemuda itu!.
"Kamarmu indah benar dan rapi sekali".
"Ah . . ." "Dimanakah letak rumahmu ini?? Hawanya begini segar" bisik Tong Kiam Ciu
dengan suara sangat dalam.
"Di sebuah desa yang terpencil diatas gunung" jawab Cit siocia.
"Desa manakah ?" tanya Kiam Ciu mendesak.
"Desa Cit Wi diperbatasan propinsi Yunan diatas gunung" jawab Cit siocia
dengan memandang kearah wajah Tong Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu teringat akan pembicaraannya dengan Shin Kai Lolo diatas
perahu layar milik Ouw Hin Lee. Dia harus menemui seorang pendekar pertapa
yang telah memencilkan diri dipegunungan. Seorang kakek dengan gelar Kiamleng-Ji-su yang memencilkan diri di puncak gunung Jit liauw hong dipegunungan
Tiam-cong-san dipropinsi Yunan.
Untuk memulihkan kembali kesehatan Tong Kiam Ciu perlu beristirahat
selama beberapa hari. Dibawah pengawasan dan perawatan yang teliti dan
penuh kasih sayang. Ternyata Cit siocia sangat baik merawat Kiam Ciu. Gadis itu
selain parasnya cantik, ternyata juga mempunyai jiwa sabar dan kasih sayang
yang tulus. Hal itu sangat dirasakan oleh Kiam Ciu. Sehingga pemuda itu
merasakan hatinya tenteram dan tenang sekali. Walaupun kadang-kadang dia
Oey Liong Kiam 10 31 merasa sangat sungkan menjadi beban seorang gadis yang selalu
dikecewakannya itu. Namun apa boleh buat karena dirinya belum kuat untuk berjalan dan
tangannya belum pulih kembali.
Tugas-tugasnya masih menumpuk, semua persoalan belum dapat
dikerjakannya. Dia harus dapat menyelesaikan tugasnya membalaskan dendam
keluarganya kepada Ciam Gwat.
Tetapi Ciam Gwat adalah seorang yang berilmu sangat lihay. Menurut pesan
gurunya bahwa untuk menundukan Ciam Gwat dia harus mempelajari dan
menguasai ilmu dari kitab Pek-seng-ki-su. Maka dia harus dapat mendapatkan
kitab Pek-seng-ki-su dan mempelajari serta memahami ilmunya.
Untuk mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su dia harus mendapatkan dua benda
yang berupa akar Lok-bwee-kim-keng dan biji Cu-sik. Dua benda itu telah
didapatnya. Lok-bwee-kim-keng didapat dari Kun-si Mo-kun, sedangkan biji Cusik didapat dari Cit siocia. Hatinya telah menjadi lega. Kalau kedua benda itu
telah ditangannya dan dia segera akan pergi ke kota Pek-seng dan menemui
gadis she-Gan cucu Gan Hua Liong yang terkurung pengaruh jiwanya di gedung
indah kota Pek-seng yang aneh itu. Tetapi untuk pergi ke tempat itu
membutuhkan tenaga juga, apalagi kalau sampai ditengah perjalanan dia
bertemu dengan orang-orang yang mempunyai minat juga dengan kitab Pekseng-ki-su, dia pasti akan menemui bencana.
Walaupun tekadnya sudah bulat dan sanggup untuk menghadapi segalagalanya. Namun setelah dipikirvlebih lanjut bukankah kalau dia dalam keadaan
masih lemah harus menghadapi lawan berarti akan menyerahkan nyawa. Bukan
saja badannya akan sengsara, tetapi kitab pusaka akan jatuh ke tangan orang
lain. Maka setelah memikirkan untung ruginya dalam tindakannya itu. Kiam Ciu
telah mengambi kesimpulan untuk memulihkan dulu semangat dan
menyembuhkan luka dalamnya.
Dengan perawatan Cit siocia yang dibantu oleh Sio Cien dan Peng Nio
dirumah Cit Siocia yang tenang didesa Cit Wi itu maka Kiam Ciu merasakan
kesehatannya berangsur-angsur baik.
Oey Liong Kiam 10 32 Tiap pagi dan sore Kiam Ciu telah mulai latihan kembali. Pemuda itu mulai
sedikit demi sedikit melatih gerakan-gerakan tangan dan kakinya yang begitu
lama tidak di gerak-gerakan karena dia harus selalu berada di tempat tidur
selama dalam penderitaan itu. Latihan-latihan yang di lakukannya itu dengan
sangat berhati-hati dan perlahan-lahan. Selama satu bulan Kiam Ciu dirawat
oleh Cit siocia dengan penuh kasih sayang itu. Karena ketenteraman dan
ketulusan Cit siocia itu, lama-lama Kiam Ciu dapat melupakan segala
kegelisahannya. Dengan tiada terasa telah berlalu sebulan dia berada di rumah
Cit siocia. "Cit Sio Wie, aku telah terlalu banyak menyusahkan dirimu" kata Kiam Ciu
suatu hari. Ketika itu Kiam Ciu dan Cit Sio Wie berjalan-jalan dan menikmati
indahnya tanah pegunungan menjelang senja.
"Ah, Tong siauwhiap jangan terlalu memikirkan itu" bisik Cit Sio Wie sambil
memegang lengan pemuda itu dengan menggelendotkan tubuhnya kebahu
Kiam Ciu. "Kau terlalu baik padaku" bisik Kiam Ciu.
Namun gadis jelita itu tidak menjawab. Cit Sio Wie hanya tersenyum dan
melirik ke arah Kiam Ciu.
Gadis yang berjiwa pengembara dan angin-anginan itu ternyata mempunyai
kehalusan hati juga. Dia telah begitu menyintai Kiam Ciu hingga berkorban untuk
apapun. Dirinya memang diabdikan untuk cinta.
Lebih baik dia berkorban dari pada melihat kekasihnya menderita. Ilmunya
lihay. (Bersambung Jilid 11) Oey Liong Kiam 10 33 Oey Liong Kiam 11 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 11 T ETAPI sifatnya kadang-kadang kemanjaan dan memang dia adalah murid
satu-satunya dari keluarga itu. Ibunya adalah seorang pendekar yang selalu
sibuk dengan kependekarannya, selalu mengembara dikalangan Kang-ouw.
Hingga Cit Sio Wie atau yang biasa dipanggil hanya dengan sebutan Cit Siocia
menurutkan kehendak hatinya dimana dia mau saja.
Gadis itu selalu mengembara dengan pakaian yang serba indah dan selalu
mengendarai kereta bagus pula. Kecantikannya sebenarnya sangat menarik
perhatian banyak tokoh-tokoh persilatan, namun karena dia memiliki ilmu yang
lihay tiada yang berani mengganggunya. Cit siocia mempunyai ilmu yang hebat
yang selalu dapat menundukkan lawannya atau orang-orang yang dikehendaki
ialah ilmu Pan-yok-sin-im. Telah banyak dia menjatuhkan lawannya dengan ilmu
itu. Namun dengan ilmu itu pula dia telah berusaha merebut dan menundukkan
hati Kiam Ciu. Ternyata Kiam Ciu bagaikan kuda liar yang sukar untuk ditaklukan. Justru
dengan kekerasan dia bahkan bertambah binal dan lari dari samping gadis itu.
Kini maksud Cit siocia hampir tercapai, justru gadis itu tidak begitu memikirkan
lagi. Walaupun hatinya tetap tidak akan lenyap dari rasa cinta kasihnya terhadap
Kiam Ciu. Tapi seolah-olah dia telah memandang biasa saja dalam persoalannya
itu. "Aku sangat berterima kasih padamu Cit Sio Wie, kau telah berkali-kali
menyelamatkan jiwaku" bisik Kiam Ciu dengan hati penuh dengan keharuan.
"Ah itulah hanya suatu perbuatan yang tak berarti. Siapapun orang yang
berhati lurus akan menolongmu, karena kau adalah seorang pemuda yang
budiman dan kesatria" jawab Cit siocia sambil memandang Kiam Ciu dan
tersenyum. Oey Liong Kiam 11 1 "Aku benar-benar merasa sangat berhutang padamu, entahlah kapan aku
dapat membalasnya" sambung Kiam Ciu dengan bersungguh-sungguh dan
menggenggam tangan Cit siocia.
Hati Cit siocia berdebar karen genggaman Kiam Ciu itu. Wajah gadis itu
menjadi merah karena gejolak hatinya mendesak hebat. Namun Kiam Ciu tidak
memperhatikan perasaan gadis itu. Kiam Ciu memang seorang pemuda yang
masih polos dan belum banyak pengalamannya dalam pergaulan dengan
wanita. Jadinya dia tidak dapat mengerti tentang keadaan wanita.
Keduanya terus berjalan, sedangkan langit bertambah merah karera
matahari telah menyembulkan sinarnya dari balik pegunungan. Warna merah
itu bertambah meredup dan angin halus membelai dengan kesejukan hawa
pegunungan menjelang senja itu.
"Sudah kukatakan aku tidak mengadakan hutang-piutang dengan Tong
siauwhiap. Apa yang telah kulakukan padamu berdasarkan rasa kasih sayang
yang tulus.. . " sambung Cit siocia dengan tersenyum dan kerling mata ke arah
Kiam Ciu. Kebetulan saat itu Kiam Ciu juga sedang memandang kearah Cit siocia. Hati
Kiam Ciu yang sebenarnya keras itu. dengan tiba-tiba saat itu telah mencair.
Berdebar hati Kiam Ciu. Pemuda itu membuang muka dan memandang
ketempat lain. Cit siocia merasakan perubahan sikap Kiam Ciu itu.
"Karena aku telah sembuh kembali, kukira Cit siocia dapat melepaskan aku
untuk pergi kekota Pek-seng" berkata Kiam Ciu kepada Cit Sio Wie.
Namun gadis itu tidak menjawab, hanya dipandangi wajah Kiam Ciu dengan
wajah sayu dan sorot mata redup.
"Mengapa kau memandangku sedemikan rupa?" tanya Kiam Ciu heran.
"Kukira kau telah melupakan kitab Pek-seng-ki-su." jawab Sit siocia dengan
suara hambar. "Maksudmu?" tanya Kiam Ciu dengan kening berkerut.
Oey Liong Kiam 11 2 "Kita dapat tinggal didesa sepi dan damai ini. Kemudian melupakan
pergolakan dikalangan Kang-ouw. Kita hidup tenteram dan damai meninggalkan
dunia persilatan.. ." bisik Cit Sio Wie dengan suara penuh rayuan dan bujukan.
Kiam Ciu tahu kemana arah pembicaraan Cit siocia itu. Namun Kiam Ciu
tidak dapat menjawab pembicaraan gadis itu dengan cepat, dia hanya
memandanginya dengan sorot mata penuh sayang.
Karena merasa bahwa dirinya telah banyak berhutang budi dan berkali-kali
pula Cit siocia itu menolong menyelamatkan jiwanya. Maka Kiam Ciu tidak dapat
berbuat apa-apa. Dengan seringnya pula bergaul dan lama-lama Kiam Ciu dapat
merasakan betapa Cit Sio Wie telah merawat dengan penuh kasih sayang pula.
Maka akhirnya Kiam Ciu hatinya jadi lemah dan terharu atas pernyataan gadis
itu. "Aku masih banyak tugas yang belum dapat kuselesaikan" bisik Kiam Ciu
dengan kening berkerut. Cit Sio Wie melepaskan cekalan tangannya dan lari meninggalkan Kiam Ciu.
Gadis itu lari terus kearah matahari tenggelam. Kiam Ciu berlari-lari pula
mengejar gadis itu sambil memanggil-manggil namanya. Namun Cit Sio Wie
tanpa memperdulikan seruan-seruan Kiam Ciu.
Kiam Ciu mengejarnya terus. Pemuda itu benar-benar tidak mengerti apa
maksud gadis itu lari meninggalkannya. Sungguh Kiam Ciu tidak mengerti
maksud gadis itu. Namun Kiam Giu lerus mengejarnya.
Ketika jarak mereka begitu dekat dengan tiba-tiba Cit Sio Wie berhenti. Tahutahu Kiam Ciu lelah berada didekatnya. Pemuda itu langsung menerkam
punggung Cit siocia. Memegangnya dan menggoncang-goncangkannya.
"Mengapa ? Cit Sio Wie marahkah kau padaku ?" tanya Kiam Ciu sambil
menggoncangkan bahu gadis itu.
Cit Sio Wie memutar tubuh dan kini mereka berhadapan. Keduanya saling
bertatapan pandang. Namun gadis itu menundukkan wajahnya dihadapan Kiam
Ciu. Sekilas Kiam Ciu melihat butiran air mata meleleh disudut mata gadis itu.
Maka dengan cepat-cepat dipegangnya dagu gadis itu dan ditengadahkannya.
Oey Liong Kiam 11 3 "Kau menangis? Mengapa ?" tanya Kiam Ciu sambil mengusap air mata gadis
itu dengan ibu jarinya. Namun Cit Sio Wie hanya menggelengkan kepala dan memaksakan diri
untuk tersenyum. Melihat keadaan itu Kiam Ciu jadi bertambah bingung. Sama
sekali dia tidak mengerti maksud gadis itu.
"Mengapa Cit Sio Wie ?" tanya Kiam Ciu.
"Karena aku belum rela melepaskan kau yang masih dalam keadaan belum
sehat benar . . . " jawab gadis itu.
"Kukira bukan itu alasannya !" sambung Kiam Ciu ragu-ragu.
"Tong Kiam Ciu, pandanglah diriku" berkata gadis itu seraya menekan bahu
Kiam Ciu dan mendorongnya.
Tong Kiam Ciu seperti anak kecil yang penurut, dipadanginya kearah gadis
itu. Wajahnya, rambutnya lehernya dadanya dan seluruh tubuhnya. Setelah itu
Kiam Ciu bagaikan orang dungu, memandang Cit Sio Wie dengan pandang tajam.
Cil Sio Wie merasakan seolah-olah pandangan mata Kiam Ciu itu menembusi
jiwanya. Serasa dia telah ditelanjangi. Tampaklah wajah gadis itu bersemu
merah karena merasa malu. Namun Kiam Ciu tetap memegang dagu gadis itu


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan tetap menatapinya dengan sinar mata yang tiada berkedip.
"Maafkan diriku Wie moay" bisik Kiam Ciu.
Betapapun saat itu senja yang cerah, namun karena kata-kata Kiam Ciu yang
telah memanggilnya dengan perkataan "moay" tanpa disadarinya gadis itu
terpekik perlahan. "Ai !" terdengar pekikan tertahan meluncur dari gadis itu.
Akhirnya Kiam Ciu tahu juga. Bahwa benar-benar gadis itu telah
mencintainya. Terbukti dengan perawatan, pertolongan yang selalu diberikan
padanya. Seolah-olah Kiam Ciu merasa bersalah besar karena dia selalu
menyia-nyiakan gadis itu. Maka mulailah luntur benteng pertahanannya yang
dia hanya mencintai Tong Bwee. Sesaat itu benar-benar telah mengambil
keputusan. Kiam Ciu tidak sampai hati untuk menyia-nyiakan cinta kasih gadis
itu. Oey Liong Kiam 11 4 Cit Sio Wie sebenarnya akan melepaskan diri dari pandangan Kiam Ciu.
Namun pemuda itu memegang bahunya dengan erat genggaman tangan
pemuda itu bertambah erat. Akhirnya sesuatu yang sama sekali tidak terduga
tetapi selalu diharapkan telah terjadi. Cit Sio Wie terperanjat tetapi senang ketika
bibir Kiam Ciu mengulum bibir gadis itu. Suatu reaksi yang datangnya dengan
tiba-tiba ialah seolah-olah Cit Sio Wie menolak pelukan pemuda itu. Tetapi
akhirnya dia menyerah dengan perasaan penuh gelora.
Saat itu Kiam Ciu telah memberikan kasih sayangnya kepada Cit siocia.
Bahagialah hati Cit Sio Wie menerima curahan kasih sayang Tong Kiam Ciu itu.
Pemuda yang selalu dikejar-kejarnya, pemuda yang telah dicintainya. Kini
segala rindu dendam dan kasih sayang serta kerisauan hati telah terobatkan.
Kiam Ciu juga tidak merasa menyesal telah meninggalkan adiknya yang sangat
dicintai ialah Tong Bwee karena dia juga tahu apa artinya kasih sayang ini.
Senja telah terhimpit malam dan di cakrawala masih tetap merah
lembayung. Sedangkan burung-burung tetap berkicauan mencari tempat untuk
berteduh. Awan berarak tertiup angin. Angin bertiup menimbulkan suara
bagaikan siulan panjang, seolah-olah suara itu menyayat hati dan merisaukan
perasaan. Namun Kiam Ciu dan Cit Sio Wie telah bergandengan tangan dan tangan
mereka saling menggenggam. Sedangkan pandangan mereka memandang jauh
kedepan. Bibir Cit Sio Wie tersenyum-senyum puas. Seolah-olah mereka berdua
telah mendapat kemenangan. Namun Kiam Ciu juga tersenyum karena dia tidak
merasa sebagai orang yang dikalahkan.
"Tong Ko, kukira kalau kau akan ke kota Pek-seng itu menunggu dulu sampai
akhir tahun ini. Pada akhir tahun ibuku pasti pulang, aku bermaksud perjodohan
kita ini direstui ibu sekalian kau akan kuperkenalkan dengan ibu" usul Cit Sio Wie
sambil memandang wajah Kiam Ciu penuh harap.
Mau tak mau Kiam Ciu harus menganggukkan kepala juga. Ternyata Kiam
Ciu tidak dapat menolak lagi segala permintaan Cit Sio Wie. Karena pemuda itu
telah merasakan betapa kasih sayang yang telah diberikan oleh gadis itu
kepadanya. Maka karenanya Kiam Ciu tidak menginginkan untuk menyakitkan
hati gadis itu. Oey Liong Kiam 11 5 Maka kini mereka berdua bersama-sama menuju ke rumah. Mereka
berkejaran, seperti anak kecil. Tertawa dan berlari-lari. Sio Cin dan Peng Nio
memandangi kedua muda-mudi yang sedang asyik dan bergembira itu. Mereka
menyaksikan dengan rasa senang dan terharu sekali.
Mereka itu adalah orang-orang yang selalu memanjakan dan melayani
segala kemauan Cit Sio Wie dengan penuh sayang.
Namun Kiam Ciu dan Cit Sio Wie tidak menyadari kalau mereka selalu
diperhatikan oleh Sio Cin dan Peng Nio. Karena kegembiraan yang menyelubungi
mereka itu. Mereka bergurau bagaikan anak kecil.
Ketika bahwa telah menjadi dingin, maka Kiam Ciu telah membopong Cit Sio
Wie masuk kedalam ruangan tamu sambil mendorong pintu depan.
"Ha ha ha ha. Kan kenal Tong Ko!" seru gadis itu sambil menekan hidung
Kiam Ciu dengan ujung jari telunjuk.
Mereka berdua tampak sangat gembira. Kiam Ciu tertawa-tawa dan berdiri
dibelakang kursi panjang yang diduduki Cit Sio Wie. Karena mereka sedang
gembira dan selama ini baru saat itu Sio Cin dan Peng Nio menyaksikan putri
majikannya itu dapat bergembira. Maka mereka itu tanpa disadarinya telah
menitikkan air mata karena rasa haru dan gembira.
Begitulah mulai saat itu Kiam Ciu telah mencurahkan kasih sayangnya
kepada Cit Sio Wie dengan sepenuh hati. Semua pikirannya yang berat-berat
telah dibuangnya jauh-jauh. Walaupun demikian dia telah tidak akan melalaikan
tugasnya. Dia harus menemukan Ciam Gwat dan menunaikan tugasnya, ialah
membalas dendam dan sakit hati orang tuanya serta saudara-saudaranya
Sio Cin yang setia telah menyediakan minuman dan hidangan sore di kamar
Cit Sio Wie, Karena dayang itu tahu bahwa mereka pasti menginginkan saatsaat kegembiraan itu jangan sampai terganggu.
Saat itu adalah hari-hari yang paling bahagia bagi Cit Sio Wie karena dia
telah mendapatkan suatu kenyataan bahwa Kiam Ciu dapat menanggapi isi
hatinya dan telah pula memberikan suatu imbangan cintanya. Maka keduanya
kini telah terlibat dalam suatu permainan hati dan cinta asmara.
Oey Liong Kiam 11 6 Sesuai dengan hawa yang dingin dan suasana yang syahdu saat itu.
Gemerisiknya angin meniup dedaunan serta gemuruhnya hati kedua remaja itu
dalam pertemuan yang telah begitu masak. Kiam Ciu memandang wajah Cit Sio
Wie dengan sorot mata tajam penuh arti. Gadis jelita yang kemanja-manjaan itu
tersenyum. Manis sekali senyumannya itu. Sepasang bibirnya yang merah dan
pipinya yang tampak semburat merah sampai ketelinganya, menandakan kalau
gadis itu sedang dipengaruhi oleh suatu kegairahan.
"Kita harus menunggu sampai ibu dalang" bisik Cit Sio Wie.
"Hemm, apa yang akan kau katakan pada ibumu ?" tanya Kiam Ciu.
"Aku akan mohon idzin ibu untuk perkawinan kita" jawab Cit Sio Wie dengan
senyum menggairahkan. Suasana menjelang tahun baru sangat berlainan dengan hari-hari biasa.
Walaupun bagaimana dan ditempat yang sesepi seperti di desa Cit Wi sekalipun,
tampak juga suasana kemeriahan itu. Karena Peng Nio dan Sio Cin telah
membuat keadaan dalam rumah itu benar-benar berubah dan bertambah
semarak. Dengan hiasan lampion berwarna warni dan bermacam-macam
bentuknya. Kiam Ciu dan Sio Wie tampak bergembira pula. Mereka belum pernah
segembira saat itu. Maka ketika dua pelayan itu menyaksikan kegembiraan Cit
Sto Wie dan Tong Kiam Ciu merekapun merasa terharu.
Tiba-tiba ketika Cit Sio Wi mengangkat cawan dan akan meneguk arak untuk
menghangatkan badan, matanya melihat ke jendela. Di kejauhan tampaklah
sesosok tubuh yang sedang mendekati rumah itu.
"Oh, itu ibu telah datang!" seru gadis itu dengan gembira.
Cit Sio Wie telah meletakan mangkuknya dan mengempit tangan Kiam Ciu
untuk diajak keluar. Pemuda itupun menurutkan saja tanpa mengeluarkan katakata. Hatinya berdebar dan gelisah dengan tiba-tiba. Apalagi ketika pandangan
matanya bertemu dengan pandangan wanita yang baru datang itu, Hati Kiam
Ciu seolah-olah tercekam dan mulutnya terbungkam.
"Ibu, putrimu menghatur sembah." seru Sio Wie menyambut kedatangan
ibunya dengan menghormat.
Oey Liong Kiam 11 7 Kemudian gadis jelita itu menubruk dada ibunya dan mereka berdua anak
dan ibu berpelukan saling mencurahkan rasa kerinduannya! Kerena biasa gadis
itu dimanjakan oleh ibunya dan oleh siapa saja yang selalu didekatnya.
Pertemuan itu adalah pertemuan yang sangat mengenangkan bahkan mungkin
yang paling menyenangkan saat itu.
"lbu maafkan putrimu ingin memperkenalkan seoraag pemuda pada ibu"
bisik Cit Sio Wie, gadis itu masih dalam pelukan ibunya.
Tetapi dengan pelukan ibunya terasa mengendor Sio Wie telah dilepaskan
dari pelukan ibunya, tampaklah wanita itu memandang kearah Tong Kiam Ciu
yang telah membongkokan tubuhnya menghormat,
"Toug Kiam Ciu" berkata Cit Sio Wie kepada ibunya sambil tersenyum
memperkenalkan kekasihnya itu.
"Bibi terimalah salam hormatku!" sambung Kiam Ciu seraya mengucapkan
kata-katanya itu dengan sikap taklim.
"Hemmm, ya aku telah mengetahui banyak tentang namamu Tong Kiam Ciu.
Tetapi . . . "seru ibu Cit Sio Wie sambil memandang tajam kearah Kiam Ciu.
"Mengapa ibu?" tanya Cit Sio Wie heran.
"Aku telah mendengar banyak tentang namamu di kalangan Kang-ouw.
Kemudian aku menyelidiki tentang dirimu, sekarang kita telah bertemu disini"
kata-kata ibu Sio Wie belum selesai telah disahut oleh anaknya.
"Ibu mengapa kita tidak omong-omong didalam saja. Hawa begini dingin?!"
usul Cit Sie Wie. "Hemmm, apakah kau mencintai dia?" tanya ibunya sambil memandang
putrinya kemudian memandang wajah Kiam Ciu.
Gadis jelita itu terkesima malu dan memandangi ujung sepatunya sambil
mempermainkan jari-jemari tangan, kemudian tersenyum matanya memancarkan sinar penuh arti.
"Aku tidak setuju!" seru ibu Sio Wie dengan suara lantang.
Oey Liong Kiam 11 8 Cit Sio Wie terperanjat mendengar kata-kata ibunya itu. Gadis itu akan
mengejar dan menubruk ibunya yang telah membelakangi mereka dan
melangkah akan memasuki rumah.
"Ibu!" seru Cit Sio Wie.
Tetapi ibunya memutar tubuh lagi dan memandang kearah putrinya
kemudian memandang kearah Kiam Ciu seraya mendamprat dengan suara
serak dan bergetar. "Lupakan dia, dan suruh pergi." seru wanita itu dengan suara lantang dan
memutar tubuh lagi untuk kemudian melangkahkan kaki.
"Ibu, aku mencintai Ciu koko sepenuh hati!" seru Sio Wie sambil memburu
ibunya. "Suruh pergi dia." seru ibunya tanpa menggubris lagi kata-kata dan seruan
Cit Sio Wie, Gadis itu jadi bingung menerima kenyataan dan perkataan ibunya itu. Hatinya
tercekam dan bingung. Dipandangnya Tong Kiam Ciu kemudian memandang
kearah ibunya yang telah memasuki rumah.
Dalam kegelisahan itu Kiam Ciu telah menghampirinya.
Baru kali itu Kiam Ciu mendapatkan hinaan yang sangat sedih. Sama sekali
dia tidak mengetahui apa sebabnya ibu Sio Wie begitu benci kepadanya.
"Sudahlah Wie moay, kau jangan membuat suatu keretakan dengan ibumu"
bujuk Kiam Ciu sambil membelai rambut gadis itu.
"Tidak! Aku.. . Aku harus dapat melunakan hati ibu!" seru gadis itu sambil
memandang kearah pintu rumahnya dan akan melangkah.
Tetapi Tong Kiam Ciu menahan dengan menggenggam tangan gadis itu.
Kemudian Sio Wie memalingkan wajahnya dan memutar tubuh menghadap
Tong Kiam Ciu. "Cit Sio Wie!" bisik Tong Kiam Ciu sambil menarik lengan kanan gadis itu.
Oey Liong Kiam 11 9 Sio Wie terdorong kedepan dan merebahkan tubuhnya kedada Tong Kiam
Ciu sambit menangis. Pemuda itupun mendekapnya dengan mesra dan
membelai rambut sambil membujuk.
"Sio Wie, tenangkan pikiranmu" bisik Tong Kiam Ciu halus.
"Oh, Ciu Ko, bagaimana sekarang?" bisik Sio Wie putus asa.
"Rupa-rupanya ibumu memang tidak menyukaiku." sambung Kiam Ciu.
"Tidak ! Dia harus menyetujui perjodohan kita !" seru Sio Wie dengan suara
lantang dan melepaskan dekapan Kiam Ciu.
"Mengapa kau marah padaku Wie moay ?" tanya Kiam Ciu.
"Aku tidak marah padamu, tetapi aku.. aku... oh.. ." jawab gadis itu dan tampak
bingung sekali. Cit Sio Wie menarik tangan Tong Kiam Ciu untuk diajaknya masuk dan
menemui ibunya didalam. Tetapi belum lagi mereka melangkah tiba-tiba
terdengar ibu Cit Sio Wie membentak.
"Tong Kiam Ciu! Aku harapkan kau lekas menyingkir dari hadapanku!"
"Tidak! Jangan !" seru Cit Sio Wie. "lbu, mengapa ibu begitu kejam
menghancurkan hati anakmu? Kau telah mengatakan bahwa aku bebas untuk
menentukan perjodohanku sendiri, tetapi sekarang kenyataannya kau
menghalangi hubunganku dengan Ciu Ko." seru gadis itu selanjutnya dengan
suara yang rawan kedengarannya.
"Diam kau atau pemuda itu kuhancurkan kepalanya !" bentak ibunya.
Tong Kiam Ciu sebenarnya merasa tersinggung perasaannya. Tetapi karena
wanita itu adalah ibu Sio Wie, sedangkan gadis itu telah banyak berjasa dan
diapun telah mulai menyintainya, maka dengan menekan rasa marahnya Tong
Kiam Ciu menutar tubuh akan meninggalkan tempat itu.
"Sio Wie moay.. ." hanya itu kata-kata yang terucapkan dari mulut Tong Kiam
Ciu. "Tong Kiam Ciu! Jangan tinggalkan aku!" seru Sio Wie dengan suara yang
menyayat hati kedengarannya. Gadis itu mengejar Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 11 10 "Sio Wie, sudahlah turutilah nasehat ibumu. Aku memang orang yang tidak
berharga dan tidak setimpal menjadi sisihanmu.. . ." jawab Tong Kiam Ciu
membujuk gadis itu. "Tidak, aku akan ikut kau!" kata-kata Sio Wie terucapkan dengan suara yang
sangat memelas. Dilain pihak Sio Cin dan Peng Nio menyaksikan kejadian itu dengan hati
terharu dan mereka meneteskan air mata. Maklumlah mereka sangat
menyayangi Cit Sio Wie dan selalu memanjakan gadis itu, dengan demikian
perasaan mereka sangat hanyut karena derita yang sedang dialami oleh Sio
Wie. "Sio Wie minggir ! Atau kalian berdua kubinasakan !" seru ibu Sio Wie.
"Lebih baik bunuhlah kami berdua ibu !" seru Sio Wie menantang ancaman
ibunya. "Sio Wie ! Sejak kapan kau berani menentang ibumu ?" bentak wanita itu
dengan suara lantang dan matanya merah membara karena marah.
"Terserah apa yang akan ibu katakan terhadap diriku ! Aku sangat mencintai
Tong Kiam Ciu dengan sepenuh hati !" seru Sio Wie sambil memeluk lengan
pemuda itu. Tong Kiam Ciu tampak bengong. Dipandanginya Cit Sio Wie, kemudian
memandang kearah ibunya dan kepada dua orang pembantu rumah itu.
Bimbang hatinya, karena Kiam Ciu masih mencintai Ji Tong Bwee, bayangan
wajah gadis itu yang saat itu membayang terang dikelopak matanya. Dia raguragu.
"Hey Tong Kiam Ciu, apakah kau benar-benar menyukai anakku ?" tanya ibu
Sio Wie dengan suara lantang dan nyaring.
Lama juga Tong Kiatn Cm diam dan hanya menundukkan kepala. Tetapi dia
ketika mengangkat wajahnya dan matanya bertemu pandang deagan mata ibu
Sio Wie, Tong Kiam Ciu berdebar hatinya.
"Ya !" hanya itu jawabannya, singkat dan tegas.
Oey Liong Kiam 11 11 "Kau juga menyintai pemuda ini Sio Wie ?" tanya wanita itu kepada anaknya
sambil menuding kearah Tong Kiam Ciu.
Cit Sio Wte mengangguk sambil menempelkan tubuhnya kebahu Tong Kiam
Ciu. Sedangkan Tong Kiam Ciu memegang bahu gadis itu hingga keduanya
tampak saling berhimpitan bahu.
"Aku melarangnya dan sama sekali menentang perjodohan ini !" bentak
wanita itu dengan suara lantang dan marah.
"Ibu !" seru Sio Wie dengan suara lantang pula.
"Sio Wie kau minggir ! seru ibunya dengan suara keras membentak
"Ibu mengapa ibu begitu kejam ? Aku menyintai Tong Kiam Ciu, apapun yang
akau terjadi !" seru Sio Wie dengan suara pasti.
"Tidak! Kau harus binasa!" seru ibu Sio Wie sambil mengirimkan pukulan
maut kearah Tong Kiam Ciu.
Tetapi Tong Kiam Ciu berhasil mengelak hingga pukulan itu meleset
mengenai tempat kosong, Namun ketika wanita itu akan mengulangi
perbuatannya, tiba-tiba Sio Wie telah meloncat menghalangi.
"Jangan!" seru gadis itu sambil membantingkan kedua tangannya.
"Sio Wie minggir!" seru wanita itu seraya mengayunkan tangan kanannya
dan menotok urat dibahu dan leher Sio Wie.


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa menjerit, gadis itu lelah jatuh terduduk dengan tubuh lemas karena
terkena totokan. "Enyahlah dari depanku sebelum aku menurunkan tangan kejam padamu!"
seru wanita itu Kepada Kiam Ciu.
Tetapi Kiam Ciu tidak menggubris peringatan itu. Tong Kiam Ciu meloncat
menghampiri Sio Wie dengan maksud akan menolongnya.
"Wie moay!" seru Kiam Ciu.
Tetapi tiba-tiba terdengar suara angin pukulan menderu mendampar Kiam
Ciu. Oey Liong Kiam 11 12 "Wut! "Kiam Ciu menangkisnya dengan lengan tangan kanan dan terlempar
beberapa tombak jauhnya. Karena merasakan bahwa tidak ada artinya menghadapi wanita itu maka
Kiam Ciu melompat menjauhinya dan lari meninggalkan tempat itu. Dengan hati
yang gundah Tong Kiam Ciu meninggalkan tempat yang selama sebulan lebih
telah banyak berkesan dan berarti dalam hidupnya. Ditempat itu dia telah
mendapat perawatan dari Sio Wie, ditempat itu dia telah mendapatkan arti kasih
sayang dan ditempat itu pula hatinya telah dihancurkan oleh ibu gadis yang
dicintai. Namun dia harus pergi dan harus menghindarkan kemungkinankemungkinan yang akan merugikan cita-citanya sendiri. Dia harus dapat
menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Harus dapat menunaikan tugas
keluarganya membalas dendam terhadap musuh besar keluarganya.
Mengemban amanat suhunya.
Dengan ilmu meringankan tubuh dan mengetrapkan ilmu Cin-li-piauw-hong
menuruni desa Cit Wi. Maka bagaikan terbang dengan cepat sekali Tong Kiam
Ciu telah meninggalkan desa Cit Wi.
Beberapa saat kemudian tampaklah ibu Sio Wie juga mengejar. Tetapi belum
seberapa jauh dia telah berhenti dan memperhatikan kelebatan bayangan Tong
Kiam Ciu yang telah lenyap dibalik bayangan pepobonan yang gelap.
Tujuan utama Tong Kiam Ciu ialah menuju ke perbatasan propinsi Yunan.
mendaki pegunungan Tiam-cong-san. Dihalaukannya kepedihan hati yang
memepatkan pikirannya itu. Dia telah bertekad untuk menemui seorang pertapa
sakti di puncak Jit-liauw-hong. Karena dengan menemui pertapa tua itu dia akan
mendapatkan suatu keterangan yang berharga. Keterangan ciri-ciri orang yang
selama ini dicarinya sebagai musuh besarnya.
Ketika Tong Kiam Ciu merasa badannya sangat payah maka pemuda itu lalu
istirahat di bawah sebatang pohon besar dan dari lembah telah bertiup angin
kencang sekali. Terasa amat dingin dan tiupan angin itu begitu kencang
bagaikan menyayat kulit wajah Tong Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 11 13 Tubuh Tong Kiam Ciu menggigil karena dingin, digosok-gosokannya
sepasang tapak tangannya untuk menimbulkan rasa hangat. Seolah-olah
tangannya menjadi beku karena kedinginan. Ketika dia telah menggosokkan
kedua tapak tangannya itu terasalah kebekuan itu menjadi hilang dan hangat
perasaannya. Tiba-tiba Kiam Ciu dikejutkan dengan suara gemerisiknya daun terpijak. Maka
Kiam Ciu memasang kewaspadaannya dan berdiri untuk menghadapi segala
kemungkinan. Suara gemerisik itu bertambah dekat dan Kiam Ciu telah
bertambah waspada. Ketika suara itu telah dekat benar, maka terasalah suara angin menerpanya.
Kiam Ciu telah siap siaga menghadapi serangan. Tetapi ketika dia menyaksikan
kelebatan sebuah bayangan lewat samping tubuhnya, tetapi bayangan itu tidak
menyerangnya. Bahkan menegurnya dengan suara lantang dan ramah sekali
"Tong Siauwhiap. Aku khawatir kalau tidak dapat menyusulmu!" seru sosok
tubuh itu yang tiada lain adalah Sio Cin.
Walaupun Tong Kiam Ciu dalam keadaan kalut, tetapi ketika berhadapan
dengan Sio Cin tersenyum juga.
"Oh, kau, kukira.. .!" seru Tong Kiam Ciu.
"Tons siauwhiap, aku telah mengikuti jejakmu untuk menyampaikan biji Cusik padamu!" seru Sio Cin sambil mengangsurkan sebuah bungkusan kecil
kepada pemuda itu. "Biji Cu-sik? Dari mana kau mendapatkannya ?" tanya Kiam Ciu.
"Dari Cit siocia" jawab Sio Cin.
"Cit Sio Wie? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Kiam Ciu dengan
suara gugup dan tangannya menerima bungkusan biji Cu-sik.
"Ibunya memang kejam, Cit siocia dalam keadaan tertotok lumpuh dan ketika
dia teringat apa yang kau butuhkan untuk mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su
maka Cit siocia lalu menyuruhku untuk mengambil biji Cu-sik itu dan untuk
diserahkan kepadamu" sambung Sio Cin sambil menunduk dan wajah dayang
setia itu tampak sayu. Oey Liong Kiam 11 14 "Lalu bagaimana sekarang keadaan Cit siocia?" tanya Kiam Ciu.
"Entahlah, aku tidak yakin benar keadaannya, Ketika kuterima biji Cu-sik maka
aku segera pergi mengejarmu" jawab Sio Cin dan tiba-tiba saja wajah dayang
setia itu tampak gelisah.
"Mengapa kau tampaknya begitu gelisah" kata Kiam Ciu.
"Lekaslah kau menyingkir, dan pergilah ke kota Pek-seng untuk menolong
cucu Gan Hua Liong!" berkata gadis pelayan itu.
"Ya, tetapi.. Cit Sio Wie bagaimana keadaannya? Apakah pantas aku harus
pergi pada saat dia dalam keadaan menderita?" sambung Tong Kiam Ciu tampak
bimbang. "Sudahlah! Kau pergi dulu, Cit siocia serahkan saja kepada kami! Kau harus
menunaikan tugasmu dulu!" seru Sio Cin menganjurkan kepada Tong Kiam Ciu.
Tanpa berpikir panjang lagi Tong Kiam Ciu telah memutar tubuh dan
bermaksud untuk pergi meninggalkan Sio Cin. Tetapi tiba-tiba terdengar suara
seorang wanita yang membentak Sio Cin.
"Sio Cin pantas kelakuanmu ya ?!" terdengar suara menegur pelayan setia
itu. Baik Sio Cin maupun Tong Kiam Ciu telah mengenal dengan baik suara itu
yang tiada lain adalah suara ibu Cit Sio Wie. Saat itu wajah Sio Cin tampak
memucat. Pelayan itu telah dapat memastikan bahwa umurnya tidak panjang
lagi. Dia akan binasa ditangan ibu Sio Wie. Karena memang wanita itu bersifat
kejam sekali. "Sio Cin apa yang kau perbuat ?" bentak wanita itu dengan suara lantang dan
matanya bersinar tajam dan membara.
Namun Sio Cin membisu, gadis pelayan itu menundukkan mukanya tanpa
memberikan jawaban. Karena menurut pikiran gadis pelayan itu dijawab
ataupun tidak akibatnya sama saja. Dia harus mati! Itu sudah menjadi peraturan
dan Sio Cin paham benar dengan watak ibu Sio Wie.
"Tong Kiam Ciu, insyapilah bahwa kedatanganmu dikeluargaku kau
membawa bencana maka tak ada jalan lain bagiku kecuali hanya untuk
Oey Liong Kiam 11 15 membinasakan dirimu dan tanpa ampun lagi" seru wanita itu dengan suara
lantang dan menuding-nuding kemuka Tong Kiam Ciu.
Wajah Tong Kiam Ciu menjadi panas, kini dia merasa dirinya terlalu
mendapat hinaan dari wanita itu, tanpa mengingat bahwa wanita itu adalah ibu
Sio Wie maka Tong Kiam Ciu telah naik pitam. Sikap berdirinya telah berubah
dan sepasang tangannya telah tergenggam disisi tubuh dan matanya bersinar.
Dengan tatapan pasti Tong Kiam Ciu memandang kearah ibu Sio Wie.
"Aku dan bibi belum pernah bertemu tiada ikatan permusuhan diantara kita,
tetap mengapa bibi begitu berhasrat untuk membunuhku dan tampaknya sangat
benci ?" tanya Tong Kiam Ciu dengan kata-kata yang masih sopan dan teratur.
"Karena aku ingin membinasakanmu!" bentak wanita itu masih
menyembunyikan alasan-alasannya yang tepat.
"Kalau memang aku mempunyai kesalahan. maka aku rela dibunuh tanpa
melawan, tetapi jelaskanlah dulu kesalahan yang manakah ?" desak Tong Ciu.
"Baiklah, kau dengar baik-baik dan bersiap-siaplah untuk kukirim ke akherat!"
seru wanita itu dengan berkecak pinggang dan mata bercahaya memandang
Tong Kiam Ciu. Baik Tong Kiam Ciu maupun Sio Cin terdiam. Bahkan Sio Cin tampak sangat
ngeri menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan menimpa diri Tong
Ktam Ciu. Untuk membela Tong Kiam Ciu diapun rela berkorban demi
keselamatan orang budiman itu. Segala sepak terjang dan kebaikan Tong Kiam
Ciu telah banyak disaksikan dan didengar oleh Sio Cin. Gadis pelayan itu
menaruh hormat kepada pendekar muda itu bukan saja karena Tong Kiam Ciu
adalah kekasih majikannya tetapi karena keluhuran budi pemuda itulah maka
Sio Cin rela berkorban pula demi keselamatan Tong Kiam Ciu. Maka seandainya
sampai terjadi sesuatu akan membantunya.
"Sebenarnya sejak aku mendengar namamu, aku telah menyelidikinya
hingga sampai dimana kehebatanmu. Kau sebenarnya adalah orang yang harus
kubinasakan karena kau.. ." belum selesai kata-katanya itu tiba-tiba terdengar
suara orang mendekati dan wanita itu menghentikan kata-katanva.
Oey Liong Kiam 11 16 Perhatian wanita itu beralih kepada orangyang baru datang. Beberapa saat
kemudian telah tampak dua bayangan melesat dan tahu-tahu yang seorang
telah menubruk Tong Kiam Ciu.
"Ciu Ko bawalah aku serta !" serunya dan ternyata yang menubruk Tong
Kiarn Ciu itu tiada lain adalah Cit Sio Wie.
Ketika Peng Nio atau ibu pengasuh Cit Sio Wie menyaksikan peristiwa itu
hatinya merasa sedih dan tercekam. Wanita pengasuh itu merasa terharu atas
peristiwa yang menimpa diri Cit Sio Wie. Memang Peng Nio bukanlah ibu
kandung gadis itu, tetapi sejak kecil dia telah mengasuhnya dengan penuh kasih
sayang maka serasa bagai anak kandungnya. Cit Sio Wie selalu dimanjakan dan
tak pernah dikecewakannya.
"Peng Nio ! Apa ini ?" seru ibu Sio Wie dengan mata melotot menyaksikan
Cit Sio Wie didalam dekapan Tong Kiam Ciu.
"Biarlah puterimu pergi bersama pemuda yang dicintainya, kalau memang
kau tidak ingin melihatnya dia berbahagia !" jawab Peng Nio.
Peng Nto adalah wanita yang berparas cantik juga. Dia telah bertahun-tahun
mengikuti ibu Cit Sio Wie karena mengasuh Cit Sio Wie yang masih bayi, masih
menyusui. Sedangkan ibu Cit Sio Wie selalu bepergian dan pulangnya dapat
dikatakan hanya tiap tahun baru saja, maka Peng Nio merasakan seolah-olah
Cit Sio Wie sebagai puteri kandungnya. Segala penderitaannya adalah
penderitaan ibu pengasuh itu juga. Karena kasih sayangnya yang begitu
mendalam. "Peng Nio kau tahu apa ? Ini adalah urusanku !" bentak wanita itu dengan
marah. "Benar Cit Sio Wie adalah puterimu, kau yang melahirkannya, tetapi siapa
yang mengasuhnya hingga sebesar ini ? Aku yang bersusah payah dalam
keadaan apapun, kau tidak mengetahuinya dan tidak pernah membelainya. Kini
kau akan menimpakan kekejaman padanya! Biarlah dia mengenyam kebahagian,
hidup berbahagia bersama kekasihnya dan kita orang merestuinya" berkata
Peng Nio. Oey Liong Kiam 11 17 "Diam kau!!" sambil membentak ibu Cit Sio Wie meloncat menerjang Tong
Kiaui Ciu. Namun Tong Kiam Ciu telah waspada pemuda itu dengan mendorongkan Cit
Sio Wie kesamping dapat terhindar dari terkaman ibu Sio Wie.
"Tong siauwhiap bawalah Cit Sio Wie pergi menyingkir!" seru wanita
pengasuh itu sambil melemparkan buntalan kearah Tong Kiam Ciu.
"Apa?" bentak ibu Cit Sio Wie sambil mengirimkan hantaman kearah Kiam
Ciu. Untung Tong Kiam Ciu sambil melemparkan tubuh menyandak bungkusan
dan sekaligus menghindari serangan ibu Sio Wie. Kemudian bersiap-siap untuk
menghadapi berikutnya. "Tong siauwhiap lekaslah pergi jangan layani!" seru Peng Nio.
Begitu pula Cit Sio Wie tampak meraih tangan kanan kekasihnya dan
mengapitnya diajak pergi. Namun pemuda itu masih ragu-ragu dan memandang
kearah ibu Cit Sio Wie. Karena dia masih merasa heran mengapa ibu Cit Sio Wie
begitu membencinya bahkan hingga rela bertindak kejam terhadap puterinya
sendiri. Puteri tunggal yang selalu dimanjakannya itu.
"Ibu mengapa kau terlalu kejam? Baiklah kalau memang ibu telah merelakan"
seru gadis itu dengan suara penuh haru.
"Cit Sio Wie. kalau kau nekad aku rela kehilangan anak !" seru wanita itu
saking marahnya. Sebenarnya Tong Kiam Ciu merasa bingung menghadapi kenyataan itu. Dia
tidak ingin kekasihnya menjadi seorang durhaka. Maka sekali lagi Tong Kiam Ciu
membujuk kekasihnya untuk kembali kepada orang tuanya.
"Wie moay, baiklah kau turutkan nasehat ibumu, mungkin kita memang tidak
berjodoh . . . . . " bujuk Tong Kiam Ciu.
"Tidak ! Aku lebih baik mati daripada harus berpisah dengan Ciu-ko !" seru
Cit Sio Wie dengan suara lantang dan pasti.
"Gara2 kau!" seru ibu Cit Sio Wie berbareng kata-katanya itu dia telah
mengirimkan hantaman kearah Tong Kiam Ciu.
Oey Liong Kiam 11 18 Sekali lagi Tong Kiam Ciu berhasil menghindar. Namun kini tampaklah
kemarahan wanita itu telah memuncak. Dari sinar matanya telah dapat diterka,
karena sorot matanya tajam kearah Tong Kiam Ciu. Ibu pengasuh Cit Sio Wie
waspada dan tahu pasti apa yang akan dilakukan oleh ibu Cit Sio Wie itu. Maka
wanita pengasuh itu telah siap-siap pula untuk menjaga segala kemungkinan.
Saat itu dengan gerakan cepat ibu Cit Sio Wie telah meloncat dan
mengirimkan pukulan maut dengan ilmu Hian-hiong-kong-ki melesat sangat
cepat dan berhawa panas. "Tong Siauwhiap menyingkir! Aduh." terdengar seruan lantang dan pengasuh
setia itu dan suaranya tertahan dengan keluhan. Kemudian tampaklah wanita
pengasuh itu terjatuh dan tidak berdaya dan memuntahkan darah.
"Nai Ma!" seru Cit Sio Wie akan menubruk tubuh wanita yang terkapar mandi
darah itu, namun Kiam Ciu menariknya.
"Kau mau pergi kemana ?!" seru ibu Cit Sio Wie dan bermaksud akan
mengirimkan jotosan lagi kearah Tong Kiam Ciu.
Namun ketika wanita itu meloncat tiba-tiba Sio Cin telah meloncat pula untuk
menerkam dan menahan ibu Cit Sio Wie.
"Lekaslah kalian lari dan menyingkir jauh dari tempat ini!" seru pelayan setia
yang selalu mengikuti kemana saja Cit Sio Wie pergi.
Sio Cin telah dapat menahan ibu Sio Wie sampai beberapa saat lamanya
dengan jalan memeluk kaki wanita itu. Sedangkan Tong Kiam Ciu serta Cit Sio
Wie telah membulatkan tekad untuk meninggalkan tempat itu. Walaupun hatinya
merasa sangat sedih dan ngeri menyaksikan peristiwa itu. namun demi untuk
keselamatan dan karena Tong Kiam Ciu masih harus menyelesaikan banyak
tugas maka dengan menyingkirkan segala perasaan itu mereka meninggalkan
lereng gunung dekat desa Cit Wie itu.
Mereka berdua telah meninggalkan kedua orang yang seiia. Dua orang yang
telah mencurahkan segala perhatian dan kasih sayangnya kepada Cit Sio Wie.
Mereka telah memanjakan dan telah memberikan segala kasih sayang kepada
Cit Sio Wie. Selama bertahun-tahun telah bersama. Betapa berat rasa hari Cit
Oey Liong Kiam 11 19 Sio Wie sebenarnya untuk berpisah dan meninggalkan begitu saja kedua orang
yang telah banyak pengorbanan itu.
Tetapi karena memang cintanya terhadap Tong Kiam Ciu begitu dalam,
akhirnya semua sama lalunya bahkan ibunya sendiri dia telah rela untuk
meninggalkannya. "Mulai hari ini aku bukan putri ibu lagi!", seru Cit Sio Wie sambil memandang
ibunya yang masih kalap dan kakinya masih dipeluk oleh Sio Cin dengan erat.
Sio Cin sebenarnya berilmu sangat lihay setarap dengan ilmu Cit Sio Wie.
Maka tidaklah mengherankan kalau untuk sementara dia dapat menahan ibu Sio
Wie yang kejam dan berilmu lihay.
Kesempatan itu telah dipergunakan oleh Tong Kiam Cin untuk menarik pergi
kekasihnya. Kini tanpa ragu-ragu lagi Tong Kiam Ciu membawa Cit Sio Wie
berlalu dari desa Cit Wie. Karena Tong Kiam Ciu telah menyadari betapa
besarnya cinta Cit Sio Wie terhadap dirinya.
Dengan mengembangkan ilmu Cin-li-piauw-hong. Tong Kiam Ciu dan Cit Sio
Wie telah kabur dari hadapan wanita kejam itu. Mereka tanpa memperdulikan
lagi apa yang telah terjadi kemudian. Begitu pula telah memepatkan hati untuk


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melupakan Peng Nio dan Sio Cin. kenapa mereka menghendaki pengorbanan
mereka untuk Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie agar mereka tetap dapat mengurus
perjodohannya. Sampai beberapa lamanya Tong Kiam Ciu dan Sio Wie berlari-lari menjauhi
desa Cit Wie menuju kepegunungan Tiam-cong-san. Dengan tiada menghiraukan
rasa lelah dan dahaga. Mereka berusaha untuk lari sejauh-jauhnya. Suatu
keanehan pula, ternyata ibu Sio Wie tidak tampak mengejarnya. Mungkinkah
telah dapat ditundukan oleh Sio Cin?
Tong Kiam Ciu memandang wajah Cit Sio Wie. Namun gadis itu tersenyum
dan belum memperlihatkan tanda-tanda bahwa dia merasa lelah.
Maka Tong Kiam Ciu menggamit tangan gadis itu dan mereka berdua
bagaikan sepasang burung Hong yang sedang beterbangan dan memadu
asmara di pegunungan yang berhawa dingin itu. Mereka beterbangan dan
Oey Liong Kiam 11 20 melayang-layang dengan pesat sekali. Hanya kadang-kadang mereka berjalan
biasa dan bergandengan tangan.
Begitulah selama setengah bulan mereka terus berjalan mengelilingi
pegunungan Tiam-cong-san yang berpuncak sebanyak lima belas buah dan
tinggi-tinggi itu. Mereka tanpa lelah-lelahnya mencari pertapa tua yang bergelar
Kim-leng-ji-su. Untuk mencari puncak Jit-liauw-hong ternyata tidak mudah.
Ternyata selama beberapa hari mereka mengelilingi dan mendaki puncakpuncak yang terdapat disitu belum juga menemukan orang yang dicarinya itu.
"Adik Cit Sio Wie, selama setengah bulan kita berjalan terus menerus tanpa
lelah tetapi mana puncak Jit-liauw-hong yang didiami oleh Kim-leng-ji-su ?" katakata itu terucapkan oleh Kiam Ciu ketika mereka berdua sedang beristirahat.
Setelah mereka merasa lelah dan beristirahat dibawah sebatang pohon
besar yang rindang. Dari Pauw-hoknya telah dikeluarkan bekal makanan kering.
Mereka makan sedikit dan minum secukupnya, terasalah pulih kembali
tenaganya. Saat itu siang yang sunyi, musim dingin dan angin deras berhembus
dari lembah. Walaupun matahari tidak tampak namun terang tampaknya.
"Ya, kita harus sabar tetapi aku yakin bahwa kita tidak lama lagi pasti dapat
menemukan tempat yang Ciu Ko cari itu" bisik Cit Sio Wie dengan senyum.
"Semoga, tetapi apakah kau tidak kesal dan menyesal bersamaku. Kau terlalu
banyak menderita karenaku Wie moay" bisik Tong Kiam Ciu dengan suara yang
dalam. Dipandanginya wajah Cit Sio Wie, hati Tong Kiam Ciu merasa haru
menyaksikan keadaan gadis yang sangat mencintai dirinya itu. Betapapun keras
hati Kiam Ciu, namun menyaksikan ketulusan dan pengorbanan Cit Sio Wie yang
telah melepaskan ikatan keluarga ibunya demi cintanya kepada Tong Kiam Ciu.
"Hemmm, maafkan aku Wio moay". bisik. Tong Kiam Ciu.
"Ciu Ko, aku merasa bahagia kalau kau mencintaiku dengan benar-benar"
tukas Cit Sio Wie. "Kau banyak menderita karenaku" bisik Tong Kiam Ciu.
"Akupun bahagia karenamu Ciu Ko" bisik Cit Sio Wie dan tersenyum malu.
Oey Liong Kiam 11 21 Tiba-tiba telinga Tong Kiam Ciu yang tajam telah mendengar sesuatu suara
yang mencurigakan. "Kau dengar suara kelintingan Wie moay?" bisik Tong Kiam Ciu. "kukira bunyi
kelintingan mas!" bisik Tong Kiam Ciu.
"Kalan begitu kita tidak salah lagi, disinilah tinggalnya Kim Leng ji-su tidak
jauh lagi !" seru Tong Kiam Ciu dan tampaklah kegembiraan yang membayang
diwajah Kiam Ciu. "Ya!" seru Cit Sio Wie.
"Mari kita cari dari mana asal suara itu! "ajak Kiam Ciu seraya berdiri dan
tangannya menggamit tangan kekasihnya.
"Hey siapapun yang berada disana yang membawa kelintingan tunggu! "seru
Cit Sio Wie sambil mengerahkan ilmu Pan-yok-slm-im.
Setelah selesai dengan kata-katanya itu mereka segera mengembangkan
ilmu meringankan tubuh dan lari cepat menuju kearah tempat dimana suara
kelintingan itu berasal. Beberapa saat setelah mereka berlari-lari itu terlihatlah disuatu tanah datar
dan disekitarnya batu-batu besar menonjol. Batu-batu cadas putih dan gersang
itu begitu tinggi dan besar. Dua orang kakek yang masing-masing mengenakan
jubah putih. Seorang berambut putih dan berjanggut putih pula. Rambutnya
digelung diatas kepala, sedangkan yang seorang lagi seorang kakek dengan
tubuh tegap tetapi kepalanya licin tandas dan tidak berjenggot. Ditangannya
menggenggam kelintingan yang berkilau-kilauan tampaknya.
Kakek yang bergelung telah melancarkan sebuah serangan dengan
meloncat dan mengirimkan tendangan tumit kearah lawannya itu. Lawan kakek
itu telah terlonjak terpental dan jatuh. Tangannya yang menggenggam kelinting
emas diangkat tetapi jatuh terduduk lagi. Dari mulutnya memuntahkan darah
segar. "Keparat kau !" hanya itu yang diucapkan oleh si kakek Botak.
Oey Liong Kiam 11 22 "Ha ha-ba kini kau telah tidak berdaya. Sebentar lagi kau akan binasa, Kimleng-ji-su, Karena kau yang kalah maka kau harus meninggalkan tempat ini
dengan segera !" bentak kakek berambut putih dan tertawa sinis.
"Cepat-cepat bunuhlah aku !" seru si kakek botak dengan suara lantang pula.
"Untuk membunuhmu semudah membalikkan tangan, tetap biarlah kau
merasakan bagaimana orang menderita menjelang kematian. Sekarang aku
akan pergi dan besok pagi aku akan datang kesini untuk mengubur mayatmu.. !"
seru kakek berambut putih.
Tahu-tahu tubuh kakek itu telah melesat pergi bagaikan menghilang karena
cepatnya bergerak dan ilmu ringankan tubuh yang sudah sempurna. Sedangkan
Kim-leng-ji-su hanya memandangnya dengan napas terengah-engah dan ingin
berusaha berdiri tetapi tubuhnya terasa telah begitu lemah hingga dia terjatuh
lagi dan memuntahkan darah kental serta napasnya sesak.
Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie meloncat menghampiri kakek botak yang
tengah berjuang untuk mempertahankan hidupnya itu. Tetapi karena dia adalah
seorang sakti yang telah puluhan tahun menjagoi kalangun dunia persilatan
maka tidaklah tampak dengan jelas penderitaannya itu.
"Apakah locianpwee bernama Kim-leng-ji-su?!" tanya Kiam Ciu sambil
berlutut si samping tubuh kakek botak.
Kakek yang tengah menderita luka dalam yang sangat parah itu
memandang kearah Tong Kiam Ciu kemudian memperhatikan Cit Sio Wie. Dari
bibirnya tampuk sekilas senyuman.
"Kau siapa dan dari siapa kau mengenal namaku?" tanya kakek itu.
"Namaku Tong Kiam Ciu. aku mengenal locianpwee dari Shin Kai Lolo" jawab
Tong Kiam Ciu. Kakek yang masih menggeletak ditanah berbatu-batu itu terkatup bibirnya
ketika mendengar nama Shin Kai Lolo itu. Dipandanginya wajah Tong Kiam Ciu.
Kemudian kakek menganggukikan kepala, sikutnya menahan tubuh yang masih
menggeletak. "Oh jadi dia masih hidup?" tanya Kim-leng-jie-su.
Oey Liong Kiam 11 23 "Ya" sambung Tong Kiam Ciu.
"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya kakek botak bersemangat sekali
tampaknya. "Dia titip salam buat locianpwee" sambung Tong Kiam Ciu sambil tersenyum
memegangi bahu kakek itu untuk membantu mendudukkannya.
Setelah sejenak kakek itu bersemedhi dan mengatur peredaran darah. maka
dia kembali berbicara : "Sebenarnya ada keperluan apa siauwhiap menemuiku? tanya kakek Kimleng-ji-su dengan suaranya yang sangat dalam dan berat.
"Aku mendapat keteiangan dari Shin Kai Lolo tentang seseorang tokoh
persilatan yang maha lihay, teiapi ada hubungannya dengan locianpwee"
sambung Tong Kiam Ciu menjelaskan.
"Maksudmu?" kakek itu tidak paham dengan kata-kata Tong Kiam Ciu.
"Aku mempunyai musuh besar yang telah membinasakan seluruh
keluargaku, ayah dan ibu serta saudara-saudaraku tetapi aku tidak mendapat
keterangan yang jelas dari suhuku siapakah sebenarnya orang itu. Aku hanya
mengetahui namanya saja ialah Ciam Gwat, keterangan lainnya aku tidak paham.
Menurut Shin Kai Lolo, Locianpwee mengetahui" kata-kata Kiam Ciu diucapkan
dengan jelas disamping Kim-leng-ji-su.
"Ciam Gwat? "sambung kakek itu tampak terperanjat.
"Ya" jawab Tong Kiam Ciu singkat.
"Oh, kalau tentang dia.. . ." terdiam dan memandang kearah Cit Sio Wie,
kemudian ia memandang lagi kepada Tong Kiam Ciu
"Katakanlah padaku siapakah sebenarnya Ciam Gwat itu? Wie moay tidak
apa-apa mendengarnya. kita akan segera mengikat tali perkawinan setelah
tugasku selesai nanti!" seru Tong Kiam Ciu menjelaskan dan mendesak kakek
tua itu untuk memberikan keterangan.
"Sebenarnya Shin Kai Lolo juga mengetahui benar tentang Ciam Gwat. namun
dia takut kalau menyinggung perasaan orang, memang dia lalu menyuruhmu
untuk menanyakan hal itu kepadaku" sambung Kim-leng-ji-su menjelaskan.
Oey Liong Kiam 11 24 "Lekaslah katakan siapa sebenarnya Ciam Gwat itu!" tanya Kium Ciu tidak
sabar. Sesaat suasana menjadi sepi. Tong Kam Ciu menantikan keterangan Kimleng-ji-su dengan hati berdebar. Walaupun kakek tua telah berusaha untuk
mengatasi segala penderitaannya dengan sekuat tenaga.
Namun tampak sangat payah juga. Kiam Ciu merasa khawatir
menyaksikannya "Baiklah, sebelum aku menerangkan tentang Ciam Gwat, aku akan
menjelaskan dulu tentang sesuatu. Bukankah ayahmu bernama Tong Kiam Seng
yang bergelar si Tinju besi?" tanya Kim-leng-ji-su.
"Ya benar" jawab Tong Kiam Ciu menganggukkan kepala.
"Dan gadis ayu itu bukannya puterinya tunggal Cit Cai Hui ?" tanya kakek
gundul itu lagi. "Ya benar." jawab Kiam Ciu.
"Sabarlah, untuk menghadapi Ciam Gwat memang sangat sukar. Wanita itu
mempunyai ilmu yang sangat lihay. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, palingpaling hanya janji yang dapat kusanggupkan karena aku akan segera mati
karena luka dalam yang kuderita ini . . . " sambil berkata begitu kakek itu terbatukbatuk dan memuntahkan darah kental.
"Janganlah locianpvvee berkata begitu !" seru Kiam Ciu.
"Apa yang akan kukatakan padamu tentang diriku dalam keadaan bagini. Aku
tidak lama lagi akan mati. Sekarang dengarkanlah sebuah kisah yang telah
berlalu lebih setengah abad." sambung Kim-leng-ji-su mulai memberikan
harapan kepada Kiam Ciu. Lebih dari setengah abad yang lalu ada sepasang pendekar yang maha sakti.
Pendekar muda belia dan yang laki-laki tampan sedangkan yang perempuan
jelita. Mereka telah banyak menundukan orang-orang sesat dengan ilmu mereka
berdua yang sangat lihay tanpa tandingan. Sehingga mereka mendapat gelar
Liong-Hong-Hiap-lu. Hidup mereka sangat rukun dan serasi sekali. Tampak
Oey Liong Kiam 11 25 bahagialah mereka itu. Namanya harum dikalangan Kang-ouw karena budinya
yang mulia. Tiba-tiba datang suatu bencana, dengan munculnya seorang wanita jelita
yang berilmu tinggi pula. Rupa-rupanya wanita itu mempunyai sifat yang tidak
baik dan keji. Dia adalah wanita yang haus napsu sex, bahkan condong kearah
napsu sex yang menggila. Tiada puasnya mencari korban pemuda napsunya.
Karena dia berkeyakinan bahwa orang-orang gagah atau para pendekar itu
mempunyai tenaga yang hebat maka dia berkeyakinan kalau nafsunya dapat
terputuskan kalau berhubungan dengan pendekar-pendekar itu.
Mulailah ramai dibicarakan orang kemunculan pendekar wanita itu yang
mempunyai paras cantik jelita dan mempunyai hasrat sex yang berIebihlebihan. Wanita seperti itu memang idaman para hidung belang atau para
pendekar yang memang berjiwa kotor. Tetapi mereka satu persatu telah
berjatuhan dan ditendang begitu saja oleh wanita itu karena ternyata tiada
seorangpun yang dapat mengalahkan keinginannya.
Setelah wanita jelita itu mendengar kalau ada sepasang pendekar sakti. Maka
dia lalu mencoba menggodanya. Mula-mula si pendekar muda itu dapat
bertahan, tetapi akhirnya jebol pula benteng pertahanannya. Mulailah pemuda
gagah itu bentrok dengan istrinya dan lama-lama karena istrinya merasa tidak
betah dan patah hati lalu ditinggalkannya suaminya yang telah berubah itu.
Hancurlah rumah tangga sepasang pendekar remaja itu. Hancurlah Liong-HongHiap-lu.
Wanita jelita dan pendekar muda itu telah membentuk suatu ikatan
kekeluargaan. Mereka telah membangun sebuah rumah yang bagus dan mereka
hidup bersama dalam rumah itu sebagai-suami-istri.
Mula-mula memang mereka hidup bahagia dan tenteram. Pasangan itu
tampak serasi dan mereka sangat bahagia. Pendekar muda itu telah melupakan
istrinya yang pertama dan kini telah lenyap. Pikirnya semuanya itu tidak penting
lagi toh dia telah mendapatkan seorang wanita yang sangat jelita dan seribu
kali lebih memuaskan dari pada istrinya.
Namun kebahagiaan itu ternyata tidak lama. Mulailah kebosanan wanita iblis
itu timbul kembali. Dia telah berkenalan dengan seorang pendekar perkasa yang
Oey Liong Kiam 11 26 terkenal dengan gelar si Tinju besi bernama Tong Kim Seng ialah ayah Tong
Kiam Ciu. Wanita itu terus menggoda Tong Kim Seng. Walaupun bagaimana
hebatnya benteng pertahanan Tong Kim Seng namun akhirnya karena digoyahgoyah terus jebol juga.
Tong Kim Seng telah mulai berhubungan dengan wanita itu. Benar-benar
wanita iblis itu telah dapat menguasai Tinju besi. Memang wanita itu mempunyai
paras yang cantik dan potongan tubuhnya yang menggairahkan serta pandai
merayu dan merangsang laki-laki.
Suatu hari, ketika mereka sedang berbuat maksiat dirumahnya sendiri maka
datanglah suaminya hingga perbua.an mereka itu kepergokkan dan mereka
tidak dapat berbuat apa-apa.
Dengan hati patah laki-laki itu mencabut pedangnya dan akan membunuh
mereka. Namun dengan tangkas istrinya dapat menghalangi tindakan suaminya.
Tong Kim Seng meninggalkan tempat itu. Ketika itu suaminya sebenarnya masih
sangat marah dan akan dibunuhnya wanita iblis itu, namun ketika suaminya
memandang kecantikan wanita itu maka lemahlah jiwanya.
Kesadarannya telah timbul, ketika laki-laki itu berpikir lebih lanjut tentang
istrinya yang berjiwa bejat dan cabul itu, maka akhirnya bertekad untuk
meninggalkannya. Hatinya telah sadar dan menyesali atas perbuatannya itu. Dia
mencari istrinya kemana-kemana, istrinya yang pertama yang telah melarikan
diri karena merasa terhina dan patah hati. Laki-laki yang tersesat itu telah
membalik kepuasan untuk meninggalkan si wanita iblis dan cabul itu dengan
membiusnya terlebih dahulu. Ketika wanita cabul itu tertidur maka dikeningnya
telah diguratkan satu tanda berbentuk bulan sabit, dengan ujung pedang yang
tajam. Kemudian ditinggalkannya.
Dahi wanita cabul dan keji itu membekas luka membentuk bulan sabit.
Akhirnya karena rasa dendamnya itu dia bukannya menjadi baik bahkan meraja
lela. Dikalangan Kang-ouw dia disebut Ciam Gwat.
Adapun wanita yang malang dan terpaksa harus mengalah dan menyingkir
dengan menanggung derita itu adalah Shin Kai Lolo. Wanita yang semula cantik
jelita dan pernah mendapat gelar Liong-hong-hiap-lu bersama suaminya.
Oey Liong Kiam 11 27 Adapun laki-laki yang malang dan sadar setelah semuanya berantakan itu
adalah Kim-leng-ji-su. Seperti juga laki-laki lainnya yang telah diganggu ketenteramannya oleh
Ciam Gwat. Maka Tong Kim Seng begitu juga telah menjadi berantakan, Mulamula terjadi kehebohan didalam itu, kemudian terjadilah pembunuhan dan
akhirnya sampai Tong Kim Seng Tinju Baja itu telah binasa dihadapan Pek-hisiu-si.
"Lalu Ciam Gwat itu sekarang berada di mana Locianpwee ?" tanya Tong
Kiam Ciu mendesak. "Dengarkan baik-baik, Ciam Gwat itu tiada lain adalah Cit Cai Hui yang kini
tinggal di desa Cit Wi" jawab Kim-leng-ji-su.
"Oh jadi . . . ." sambung Tong Kiam Ciu berubah pucat wajahnya.
"Jadi ?" seru Cit Sio Wie pura-pura menutup mulutnya dengan tapak tangan
kanannya. "Ya dan aku dapat selamat dari siksaannya berkat kelinting emas ini. Tiaptiap Ciam Gwat melontarkan ilmu Pan-yok-sin-im maka kubunyikan keliting
emas ini dan ilmu itu akan buyar sendiri ! kakek itu menjelaskan dan tampaknya
sangat payah. Setelah menceritakan tentang riwayat Ciam Gwat dan seluk beluk tentang
Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie maka kakek itu tampak bertambah payah.
Nafasnya mulai tampak sangat sesak dan tubuhnya telah mandi keringat karena
mengerahkan tenaga untuk menahan pergolakan didalam tubuhnya. Kemudian
terdengar dia terbatuk dan menuntahkan darah segar.
"Tong Siauwhiap terimalah kelintingan pusaka ini" belum selesai dengan


Warisan Jenderal Gak Hui Oey Liong Kiam Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata-katanya dia telah tampah gemetar dan wajahnya menjadi sangat pucat
kemudian lunglai. Kim-leng-ji-su telah jatuh terjungkal dan menghembuskan nafas yang
penghabisan. "Locianpwee! Locianpwee!" seru Tong Kiam Ciu seraya menubruk tubuh
kakek itu. Ternyata telah menjadi kaku.
Oey Liong Kiam 11 28 "Sudahlah Ciu Ko! Marilah kita kuburkan janazah Kim-leng-ji-su dan kita
meneruskan perjalanan!" bisik Cit Sio Wie.
"Cit Sio Wie. kau telah mendengar sendiri kisah yang diturunkan oleh Kimleng-ji-su cianpwee. Ternyata musuh besar yang kucari-cari selama ini adalah
ibumu sendiri. Maka sekarang lebih baik kita berpisah sampai disini saja," seru
Tong Kiam Ciu dengan suara hampa.
"Ciu Ko! Mengapa kaupun bertindak begitu kejam padaku? Aku rela hancur
demi cintaku padamu. Apakah ada halangannya aku untuk mencintai orang
yang ternyata orang itu adalah musuh besar dengan ibuku? Lagi pula apakah
Koko lupa bahwa aku telah bersumpah memutuskan ikatan kekeluargaan
dengan ibuku?" tanya Cit Sio Wie.
"Ya aku tahu Cit Sio Wie. Tetapi Ciam Gwat adalah ibu kandungmu, aku tidak
percaya bahwa seorang anak yang telah dikandung dan telah dilahirkan oleh
wanita itu akan tega menyaksikanrya ibunya dibunuh oleh seorang didepan
matanya sendiri!" seru Tong Kiam Ciu tetap pada pendiriannya untuk berpisah
dengan Cit Sio Wie. "Tidak! Aku tetap akau mengikuti Tong Kiam Ciu Siauwhiap. Biarlah aku kau
anggap sebagai pembantu atau sahayamu, asal aku boleh selalu bersamamu!"
seru Cii Sio Wie tetap pa da pendiriannya.
"Tiadakah kau menyadari bahwa kelak kau akan menderita karena tiap kali
kau ingit bahwa ibumu yang membunuhnya adalah aku. Maka Wie moay,
sebaiknyalah kita berpisah saja sampai disini dan lupakanlah bahwa kita pernah
bahagia karena cinta kasih kita" bujuk Tong Kiara Ciu.
"Oh, Ciu Ko, mengapa kau begitu tega menyiksa dan menghancurkan hatiku
hingga berkeping-keping karena kata-katamu itu" rintih Cit Sio Wie sambil
memeluk tubuh kekasihnya itu.
Benar-benar Cit Sio Wie telah bertekad untuk selalu bersama sehidup semati,
senang dan derita sama-sama dihayatinya. Dia telah bertekad bulat untuk
mengarungi bahtera yang cintanya penuh derita itu.
"Wie moay, walaupun cintaku juga sangat besar padamu, namun aku pantang
untuk mengingkari semua sumpahku dan semua amanah suhuku. Aku tetap
Oey Liong Kiam 11 29 akan membalas sakit hati keluargaku. Aku harus membunuh Ciam Gwat untuk
menenteramkan roh ibu, ayah dan saudara-saudaraku di akherat" sambung
Kiam Ciu dengan suara tegas dan tandas.
"Ya aku tidak akan menghalang-halangimu untuk membalas dendam dan
membunuh ibuku. Tetapi ajaklah aku serta selalu bersama mu Ciu Ko !"
"Bagaimana dapat terjadi Wie moay? Maapkanlah diriku dan aias segala
perawatan serta pertolonganmu aku ucapkan terimakasih sebesar-besarnya
Wie moay" seru Tong Kiam Ciu.
Dengan berakhirnya kata-kata itu tiba-tiba Tong Kiam Ciu telah melesat pergi
dengan mengerahkan ilmunya Cien-li-piauw-hong melesat bagaikan terbang,
Sedangkan Cit Sio Wie pada saat itu saking gugupnya tanpa dapat mengejar.
Gadis itu hanya berseru sambil mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im.
"Ciu Ko tunggu !" seru Cit Sio Wie.
Saat itu Kiam Ciu mendengar seruan Cit Sio Wie yang dilambari dengan ilmu
Pan-yok-sin-im maka benar-benar dia telah berhenti. Tetapi ketika ingat kelinting
saktinya. Maka digerakannya kelintingan itu hingga terdengar bunyi nyaring dan
bunyarlah pengaruh ilmu Pan yok stn im.
Begitulah berkali-kali terjadi dan akhirnya Tong Kiam Ciu lelah dapat kabur
jauh sekali. Sedangkan Cit Sio Wie sudah tidak mampu untuk mengejarnya. Lagi
pula dia tidaklah mengetahui kemana yang akan dituju oleh Tong Kiam Ciu.
Dalam pada itu Tong Kiam Ciu terus melanjutkan perjalanannya menuju ke
kota Pek-seng yang hilang itu. Dia masih ingat betul jalan-jalan yang harus
dilaluinya. Ketika dia memasuki taman bunga hatinya berdebar. Tiada sambutan
dari gadis she-Gan itu seperti pada waktu kedatangannya yang pertama, dimana
gadis itu telah menyanyikan lagu sedih. Hari itu Tong Kiam Ciu merasakan
seolah-olah dia telah berada ditempat itu seorang diri. Burung-burungpun ikutikutan tidak berkicau.
Dengan tergesa-gesa Tong Kiam Ciu berlari-lari menuju ke gedung mungil
satu-satunya di tempa t itu. Tong Kiam Ciu akan menolong membebaskan gadis
she Gan itu untuk keluar dari kota Pek-seng. Dia telah mendapatkan biji Cu-sik
dari Cit Sio Wie, sedangkan akar pohon Lok-bwee-kim-keng lelah diterimanya
Oey Liong Kiam 11 30 dari pemberian Kun-si Mo-kun, kedua benda syarat pembebas gadis itu telah
ada ditangan Tong Kiam Ciu saat itu. Maka dengan hati gembira Tong Kiam Ciu
mendekati bangunan gedung itu.
Namun ketika beberapa langkah dia mendekati gedung mungil itu dia
menjadi ragu-ragu dan menahan langkahnya. Karena ketika angin berhembus
terciumlah bau yang memualkan dan hampir saja Tong Kiam Ciu tidak tahan
lagi. Namun dia harus mendekati gedung dan harus mengetahui keadaan gadis
she-Gan itu. Maka dengan mengenyahkan perasaan muak dan menahan
pernafasan dia telah mendekati gedung. Bau yang memuakan itu bertambah
menyolok, rupa-rupanya memang digedung itu ada mayat manusia atau
binatang. Ketika Tong Kiam Ciu melangkah menghampiri ruang pintu depan dia telah
dikejutkan dengan suatu pemandangan. Di tempat itu tampaklah mayat seorang
gadis yang dalam keadaan menyedihkan. Tubuh mayat itu benar-benar telah
menimbulkan bau yang memuakan hampir tidak tertahan.
Walaupun bagaimana Tong Kiam Ciu ingin pula untuk melihat wajah mayat
itu. Tiba-tiba ketika dia menghampiri mayat itu terdengarlah pekikan tertahan.
"Oh Gan siocia !" seru Tong Kiam Ciu dan menutupi mulutnya dengan tapak
tangan. Ternyata mayat gadis she Gan itu telah membusuk. Sedangkan debu bekas
membakar kitab Pek-seng-ki-su masih berserakan di tempat itu, Maka dengan
tangkas Tong Kiam Ciu lalu membuat liang dan menguburkan mayat Gan siocia.
Tong Kiam Ciu menggeledah tempat di dalam rumah gedung mungil itu dan
mencari kitab Pek-seng-ki-su. Namun rupa-rupanya telah keduluan orang lain
terbukti benda-benda pada berserakan.
(Bersambung Jilid 12) Pendekar Bunga Merah 4 Dewa Arak 84 Nyawa Kedua Dari Langit Ilmu Ulat Sutera 16

Cari Blog Ini