Ceritasilat Novel Online

Misteri Virus Maut 1

Dewi Ular Misteri Virus Maut Bagian 1


Misteri Virus Maut Serial Dewi Ular karya Tara Zagita Pembuat Djvu : Novo Edit teks dan Pdf : Saiful Bahri Situbondo
Selesai Diedit : 26 Agustus 2018,Situbondo
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://ceritasilat-novel.blogspot.com
Selamat Membaca ya !!! *** MISTERI VIRUS MAUT Oleh Tara Zagita Serial: Dewi Ular Cetakan pertama, 2003 Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta pada Penerbit Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian "atau seluruh isi buku ini tama izin tertulis dari penerbit
*** SEEKOR ular muncul di atas ranjang. Ular itu adalah ular kobra hitam yang kepalanya tegak dan siap menyembur mangsanya. Geany menjerit ketakutan. Baru saja ia keluar dari kamar mandi, langsung melihat ular itu. Tentu saja ia sangat kaget dan ketakutan. Jeritannya itu mengundang perhatian Morrsa, teman kencannya yang sedang menikmati pemandangan malam melalui balkon kamar. Morrsa langsing masuk dan menghampiri Geany. _ .
"Ada apa? Ada apa, Ge?!" Ia menangkap Geany yang berlari memeluknya. Gadis itu masih berteriak-teriak histeris, karena ia memang sangat takut pada ular.
"tu' . . itu... di ranjang.. !" Geany tak berani memandang ke arah ranjang. Hanya menuding dengan sekujur tubuh gemetar.
"Apa maksudmu? Di ranjang ada apa?!"
"Ituuu... ! Ooh, aku takut. Hiiii... !" seraya ia sembunyikan wajahnya di samping leher Morrsa.
Dengan dahi berkerut tajam Morrsa memandang ke arah ranjang. Ia bingung sekali dan tak mengerti maksud Geany. Yang ia lihat hanyalah ranjang kosong.
Ranjang yang masih acak-acakan akibat kencan indahnya tadi.Tak ada sesuatu yang menakutkan.
"Hey, lihatlah dulu... di ranjang nggak ada apa-apa, Gee!" '
"Ul... ulaaar... itu ada ulaaar...!" Geany menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil. ia masih belum berani melirik ke ranjang .Tetapi berkat bujukan sabar Morrsa, akhirnya gadis itu menatap ke arah ranjang. Jantungnya berdetak kuat-kuat. Tubuhnya masih menggigil disertai keringat dingin yang mengucur, membuat badannya dingin semua di tangan Morrsa
"Mana... ? Mana ular yang kau maksud? Nggak _ ada kan?" ' .
"Ta... tadi aku melihatnya. Dia..:dia ada ditengah ranjang. Sumpah, aku melihatnya, Mor?"
"Mungkin itu hanya halusinasimu saja. Nggak ada hewan apapun di sana kan? Coba perhatikan sekali lagi. Nggak ada kan?"
"Mungkin dia .. dia sudah turun dan.. ada di kolong atau ooh, cari! Cari dia, Mor! Dia pasti bersembunyi di sekitar sini! Cari!" Geany justru naik ke salah satu kursi. Takut kakinya tahu-tahu dipatuk ular kobra tadi.
Dengan malahan rasa kesal dalam hatinya, Morrsa mencari ular tersebut. Seluruh kolong dan tempat-tempat sempit diperiksanya. Tapi sampai sekian lama ia tidak menemukan apa-apa. Bahkan laci meja rias dan tempat-tempat yang kecil kemungkinannya dipakai untuk bersembunyi seekor ular tetap di
periksanya. Ternyata memang tidak ada seekor ular pun di seluruh tempat, di kamar itu.
"Mungkin dia. sudah keluar lewat pintu balkon, sebelum aku masuk kemari, atau saat perhatian kita tertuju di ranjang." kata Morrsa mencoba meyakinkan Geany sekali lagi. Gadis itu akhirnya dapat menerima pendapat Morrsa dan mulai tenang. Makin lama semakin tenang, walau masih dibayang-bayangi rasa was-was di hati kecilnya
Dulu, beberapa tahun yang lalu, Geany pernah bermimpi tentang ular. Menyeramkan sekali mimpinya .itu. Ia seperti jatuh terperosok di sebuah lubang besar, dan lubang itu penuh dengan ular berbisa. Ia dikerumuni ular-ular yang menjijikkan. Ada yang, sempat masuk ke mulutnya, mematuk apa saja yang ada di sekitar tubuhnya. Ketika ia terbangun dari mimpinya, ia masih berteriak-teriak ketakutan. Sejak itulah Geany sangat takut dengan ular. Melihat gambar ular di majalah saja ia sangat jijik dan menjerit ketakutan. Ia trauma pada sesuatu yang berbentuk seperti ular. Tambang plastik pun jika tahu-tahu jatuh di depannya, ia akan melonjak dan menjerit histeris karena disangka ular.
Anehnya, sekarang ia justru mendapat penglihatan ganjil tentang seekor ular. Kejadian tadi adalah yang ketiga kalinya. Beberapa hari sebelumnya, Geanyjuga mengalami kejadian ganjil seperti tadi. Ia seperti melihat seekor ular piton merayap di lantai tempatnya bekerja. Kontan ia menjerit histeris lalu pingsan di meja, Padahal
teman-teman sekantor yang punya meja Kerja berdekatan dengannya tidak satu pun ada yang melihat seekor ular piton di sekitar situ. Lalu, sekitar tiga hari yang lalu, Geany nyaris pingsan lagi di sebuah mall. Ia baru mau masuk ke mobilnya, tahu-tahu di tempat duduk sopir dilihatnya seekor ular kobra berwarna hitam kemerah-merahan sedang menjulurkan kepalanya, menghadap ke arah kaca pintu. Tapi setelah diperiksa oleh tukang parkir dan Satpam setempat, tidak ada ular di dalam mobilnya selain sebuah ikat pinggang milik Geany sendiri. Itupun ada di jok belakang. Bukan di jok sopir. '
"Kau harus memeriksakan diri ke seorang psrkiater, Ge,
" saran salah seorang rekan sekantornya.
"Kalau nggak segera dinetralisir, kau akan selalu tersiksa oleh gangguan pandangan matamu sendiri." '
"Kamu pikir aku ini sudah gila apa?"
"Pergi ke seorang psikiater bukan berarti gila, Ge. Jangan salah persepsi dulu kamu. Ini semua demi ketenanganmu di hari hari selanjutnya."'
*** Petang baru saja beralih malam. Geany harus menghadiri undangan makan malam dari seorang teman lama yang sekarang sudah menjadi seorang wanita karir cukup sukses. Mellia, namanya. Geany tak ingin datang sendiri, sebab sebelumnya dia sudah ada janji dengan Morrsa untuk melewatkan malam panjang di sebuah cottage, di tepi pantai. Itulah sebabnya Geany mengikut sertakan Morrsa dalam menghadiri undangan makan
malam . Karena, agaknya Mellia sendiri tidak sendirian. Ia bersama suaminya yang baru sebulan menikahinya .
Tetapi dalam acara itu, Geany mengalami suatu keanehan lagi .Ia bicara dengan seorang gadis yang sudah sangat dikenalnya, yaitu adik perempuan Mellia yang bernama Dinne. Sudah lama Genny mengenal Dinne, dan baru sekarang bertemu lagi. Sekitar satu tahun lebih mereka tidak saling jumpa. Maka, keramahan dan sukacita Gea pun terpancar jelas dari raut wajahnya yang cantik berhidung mancung dan berbibir sedikit lebar tapi sensual itu.
"Kenapa baru datang? Hampir saja kau terlambat mengikuti acara kami ini, Din! Kau masih sama seperti remaja, sintal dan langsing. Hebat kau. Rajin Sekali
merawat badanmu." "Ge. .-. " bisik Morrsa sambil menendang pelan kaki Gea.
"Oh, ya... kenalkan ini cowokku. Mor, kenalkan ini..." .
"Ge, kamu ngomong sama siapa sih?" Teguran Mellia membuat Geany tertegun sesaat. Pertanyaan itu terasa aneh dan ia baru menyadari bahwa sejak tadi ia diperhatikan oleh Mellia dan suaminya, juga oleh Morrsa sendiri. Mengapa mereka memandangnya dengan aneh begitu? '
"Bukankah kau datang bukan hanya berdua dengan suamimu, Mel?" _
"Kami hanya berdua."
"Lalu, dengan siapa adikmu ini datang ?"
"Adikku... ?!" Mellia semakin heran.Suaminya ikut bicara.
"Apakah yang kau maksud adalah. .. Dinne?"
"Ya. Tentu saja. Sebab..."
Morsa memberi isyarat lagi dengan sentuhan kakinya.
"Ge, sadar.... yang kau ajak bicara adalah kursi kosong." .
"Kursi kosong?! Ah... lalu ini siapa yang..."
Genny tak jadi melanjutkan kata-katanya. Ia melihat tempat duduk Dinne memang kosong. Ia bingung mencari Dinne ke sana-sini.
"Tadi Dinne ada di sini. Duduk di kursi ini!" Pundaknya dipegang Mellia.
"Ge, aku lupa mengabarimu, Dinne sudahmeninggal. Kecelakaan di kota Surabaya, tujuh bulan yang lalu."
"Ah...!" _Geany ngotot.
"Ge, aku bersumpah... adikku memang sudah tiada. Nggak mungkin dia ikut datang kemari."
Geany berteriak dalam satu jeritan histeris yang membuat semua orang memperhatikannya. Ia berteriak sambil menghamburkan pelukan kepada Morrsa .Mellia dan suaminya sangat terkejut dan menjadi panik, karena Geany seperti orang gila. Sempat menumpahkan hidangan di atas meja.
"Ulaar... ! Ada ulaaarr... ! Itu di meja situuu... !" sambil ia menangis meratap-ratap. Sungguh memalukan
bagi M0rrsa, Karena sebenarnya meja yang ditunjuk Gea itu tidak ada seekor ular pun. Telur ular pun tak ada. Bahkan benda yang menyerupai ular. tali atau karet gelang juga tak ada.
Selanjutnya, Geany meronta-ronta dalam tangis histerisnya. Ia seperti orang kesurupan. Tak bisa ditenangkan dengan cara apapun . Bahkan amukannya sempat merusakkan sebuah kursi stainless dan membuat hidangan semakin amburadul tak karuan. Dari celotehnya. yang berhamburan dari mulut, rupanya ia merasa dikerumuni banyak ular sehingga setiap sentuhan tangan siapa pun merasa seperti sentuhan ular. Tentu saja restoran eksklusif itu menjadi gempar dan para pengunjungnya pun merasa sangat terganggu. Mellie, suaminya, Morrsa, sangat kebingungan menenangkan Gcany. Mati akal !
"Maaf, mungkin aku bisa membantu. Biar aku yang tenangkan dia,
" ujar seorang gadis cantik jelita. Berdandanan eksklusif, berwajah sangat menarik, dan tubuhnya menyebarkan aroma parfum yang sungguh luar biasa wanginya Tidak norak, tidak tajam, cukup lembut namun penuh nuansa keromantisan. Mendengar gadis cantik yang tingginya sekitar 172 centimeter itu, Morrsa segera menyingkir dari Geany. Mellia dan suaminya pun menjauh. Geany yang sudah dalam keadaan acak-acakan baik rambut maupun pakaiannya, kini meraung-raung di salah satu sudut, jauh dari meja dan kursi. ,
"Jangan...!-Jangan dekati aku... ! Aaauuww... ! , Geany semakin ketakutan .Dalam pandangannya, gadis cantik itu adalah seekor ular yang luar biasa besarnya. Tapi gadis itu tenang sekali. Ia jongkok pelan-pelan, memandangi Geany dalam jarak tiga meter. Matanya yang indah bak sepasang berlian itu menatap tajam, namun penuh kelembutan .'
"Sadarlah. Pandanglah kemari. Teman. Pandanglah aku... !" '
Geany tidak ingin memandang. Tapi wajahnya seperti ada yang menarik pelan-pelan sehingga akhirnya ia menghadap ke gadis itu. Matanya yang terpejam kuat seperti ada yang membalikkan, sehingga kini ia menatap gadis itu. Hidungnya menjadi blong, tidak tersumbat ingus lagi, sehingga ia bisa mencium' keharuman yang muncul dari kehadiran gadis cantik itu. ,
"Kau tidak sendirian, Sobat Kau bersamaku. Jangan takut. Mari!" gadis itu mengulurkan tanganrya, namun juga meniupkan napasnya lewat mulut yang berbibir sangat indah itu .
Geany menyambut uluran tangan itu. Ia berangsur-angsur menjadi tenang. Setelah Wajahnya diusap satu kali oleh gadis cantik, Gea seperti baru sadar dari suatu tindakan yang diluar kemauannya sendiri. Ia masih terengah-engah ketika dituntun oleh gadis itu. Di dudukkan pada sebuah kursi kosong. Seorang pelayan mengantarkan segelas air minum, lalu gadis itu membujuk Geany agar meneguknya beberapa kali .Ia
menganjurkan untuk menghabiskan air minum itu, tapi Geany hanya mampu menghabiskan sepertiga saja.
S?mua orang menghembuskan napas lega. Termasuk pria berkumis tipis itu.. Morrsa, juga Mellia dan suaminya. Tentu saja Morrsa sangat berterima kasih kepada gadis cantik tersebut. Tapi diam-diam hampir setiap orang saling berkasak-kusuk bertanya-tanya sesama teman sendiri. '
"Siapa gadis itu?"
"sepertinya dia punya kekuatan supranatural"
"Mungkin memang dia seorang paranormal."
"Ah! paranormal kok trendy sekali begitu sih?" Bukan, ah!" _ . . '
"Gila! cuma didekati dan dipandang saja amukan gadis itu tadi bisa reda dengan sendirinya?"
"Sekarang malah gadis yang mengamuk tadi seperti nggak ingat apa saja yang tadi ia lakukan" _
"Iya; ya? Padahal belum ada dua menit. Dia sudah lupa"
"Mungkin gadis cantik itulah yang membuat dia lupa"
Tidak. Ternyata saat itu Gea tidak lupa seluruhnya .Ia masih ingat apa yang dilihatnya dan yang membuatnya ketakutan tadi. Hanya saja, ia bisa mengendalikan diri. 'Tidak seperti tadi. EmosinYa sulit dikendalikan. Ia menceritakan dengan lancar tentang apa yang membuatnya Sangat ketakutan tadi.
"Sekarang bagaimana?" tanya si cantik jelita
"Sekarang. ular-ular itu sudah nggak ada. Tadi saya lihat jelas sekali .Seekor ular sebesar betis melingkar di atas meja sana. Lalu, ular-ular lainnya memenuhi lantai ~ sini. Sepertinya ingin menyantap saya. Bahkan, disitu tadi juga kelihatan seperti ular besar."
Suami Mellia tertawa kecil.
"Masa nona secantik ini dibilang seperti ular besar sih? Untung saja nona ini nggak tersinggung"
"Maafkan kata-kata temanku, Nona," kata Mellia, dan gadis cant eik itu hanya tersenyum ramah. Senyumnya memiliki lesung pipit yang begitu indah, sangat mempesona. Ia juga tampil dengan anggun dan penuh persahabatan. Seorang pemuda berpenampilan sedang-sedang saja menghampiri gadis itu. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi gadis itu segera pamit untuk meninggalkan restoran tersebut
"Tunggu, hmmm... kami belum kenal siapa Anda, Nona," kata Morrsa. Lalu, gadis cantik itu menyodorkan selembar kartu nama.
"Hubungi aku kalau terjadi sesuatu lagi pada pacar Anda ini," ujarnya sambil melirik Geany. Morrsa menerima kartu nama, dan membacanya dengan cepat. Di dalam kartu nama itu tertera nama si gadis cantik yang berkulit putih mulus, lembut seperti kulit bayi ,jari tangannya lentik dan hangat sekali genggaman tangannya saat berjabat tangan dengan Morrsa, Mellie, suaminya dan Gea tadi, kini Gea pun ikut membaca nama yang tertera dalam kartu nama itu.
Kumala Dewi. "0, pantaaass.... !" gumam suaminya Mellia. Rupanya ia sudah pernah mendengar cerita tentang gadis cantik yang memiliki kekuatan supranatural cukup tinggi, dan banyak membantu orang yang sedang mengalami kesulitan di dunia gaib. Tapi suaminya Mellia itu belum tahu banyak tentang Kumala. Belum tahu bahwa Kumala adalah anak bidadari atau anak dewa yang dibuang dari Kahyangan dan jatuh ke bumi. Putri tunggal Dewa Pemrana dan bidadari Dewi Nagadini itu juga dikenal dengan nama Dewi Ular.
Waktu itu Kumala sedang bersama Sandhi, sopir pribadinya yang sudah seperti saudara sendiri dan menjadi asistennya dalam' urusan non gaib .Mereka janjian dengan seorang klien di rumah makan itu. Tapi karena suatu hal sang klien tidak bisa hadir, sehingga Kumala dan Sandhi harus segera meninggalkan restoran tersebut. Mereka segera menuju ke rumah seorang rekan yang sejak tadi sudah menelepon terus. Kumala sangat diharapkan agar segera datang ke rumah teman tersebut.
Sedan BMW warna hijau giok meluncur di keramaian malam kota Jakarta .Sandhi duduk di depan, karena dia yang, mengemudi mobil, sementara Kumala Dewi duduk di jok belakang sambil sesekali menerima telepon dari beberapa relasinya. Ketika Kumala tidak sedang bicara dengan telepon, Sandhi mengajukan pertanyaan dari sesuatu yang sejak tadi membuatnya keheranan.
"Gadis yang bernama Gea tadi kenapa sebenarnya?"
"Dia mengalami gangguan pandangan mata " '
"Apakah macam itu memelihara jin atau sejenisnya, yang berbentuk ular, seperti yang dilihat Gea?"
"Gangguan itu sepertinya bukan berasal dari restoran tersebut"
"Kau mengetahui dari mana gangguan Seperti itu?"
"Banyak kemungkinannya. Disebabkan karena kondisi stress kejiwaan yang cukup berat, juga bisa mengalami hal seperti itu. Atau memang dia menembus lapisan dimensi lewat pandangannya, sehingga ular di alam lain dapat terlihat olehnya."
"Menurut pacarnya tadi, katanya dia juga sebelumnya melihat adik temannya. Padahal adik temannya itu sudah lama meninggal "
"Besar kemungkinan pandangan matanya sesekali mampu menembus lapisan alam gaib,
jika memang begitu keadwrnya,
*** Rupanya Kumala Dewi tidak telalu memperhatikan penyebab keganjilan yang dialami Geany. Ia tadi hanya menyadarkan keadaan Geany dari kondisi yang sangat labil. Ada satu hal lain yang menjadi beban pikirannya saat itu. Yaitu, tenang temannya yang saat ini sedang dituju. Oleh karenanya Kumala segera mengalihkan pembicaraan dengan mada suara sedikit tegang
"Bisakah cepat sedikit, San?"
Sandhi melirik lewat kaca spion.
"Ya. Ada sesuatu yang mencemaskan hatimu, rupanya?"
"keadaan di sana semakin gawat "
Ia diam sebentar, lalu berkata lagi,
"Sepertinya aku lebih baik ke sana duluan, San."
Baru saja Sandhi ingin berkata lagi sambil melirik spion, tahu-tahu gadis cantik jelita itu sudah lenyap dari tempat duduknya. Kumala tidak ada lagi di jok belakang .Sandhi tidak terlalu kaget karena hal itu sudah biasa dilakukan Kumala dalam keadaan sangat kritis .Sandhi tahu, Kumala pasti mendului perjalanannya dengan menggunakan perjalanan jalur gaib ke tempat yang dituju. Maka, Sandhi pun tetap mengemudikan BMW hijau itu menuju ketempat yang sama. Ia yakin, Kumala akan lebih dulu tiba di sana, beberapa saat kemudian baru menyusul kehadirannya.
*** Pria bernama Zultom memang baru kali ini terlibat urusan gaib. Sepertinya nama itu nama baru dalam perjalanan hidup si anak bidadari asli dari Kahyangan itu Tapi sebenarnya Zultom sudah cukup lama mengenal Kumala Dewi, terutama dalam urusan bisnis. Zultom memiliki perusahaan kecil yang menjadi rekanan di PT-nya Pramuda. Perlu diketahui, bahwa Pramuda adalah pemilik perusahaan tempat Kumala bekerja sebagai konsultan. Pramuda juga kakak angkatnya Kumala, karena dialah orang pertama'yang menemukan Kumala ketika Kumala tiba di bumi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"ROH PEMBURU CINTA").
Sudah lama Zultom mengetahui eksistensi Kumala di dunia mistik. Tetapi ia kurang tertarik dengan masalah
gaib, sehingga jarang bicara mengenai hal itu .Ia cenderung mengutamakan pembicaraan bisnis daripada urusan sesuatu yang dianggapnya tahayul .Tetapi agaknya sekarang Zultom harus mau menerima kenyataan, bahwa gaib itu ada, bahwa gaib itu bisa terjadi dalam kehidupan siapa saja. Itulah sebabnya ia tak punya alternatif lain kecuali mengharapkan bantuan dari gadis cantik yang sering disebut-sebut sebagai paranonml jelita .Zultom sangat mengharap sekali kedatangan Kumala, sehingga berkali-kali menelepon dan memohon agar segera datang. Tapi Kumala harus memenuhi janjinya terlebih dulu dengan seseorang, sesuai agenda bisnisnya Tetapi karena lima menit sudah orang yang ditunggu tidak hadir di restoran tadi, maka Kumala merasa berhak untuk meninggalkannya dan pergi menemui Zultom.
"Hello '" Hello, Kumala ?!" Zultom gelisah sekali dalam usahanya menghubungi Kumala lewat HP gagal. Ia pikir karena signal kurang kuat atau adanya gangguan cuaca, maka ia pun keluar rumah dan mencoba menelepon Kumala lagi.
"Hallo...?! Hallo, Kumala... ! Kumala"?
"Aku di sini." '
Zultom terkejut mendengar jawaban itu ada di belakangnya. Ia berpaling secepatnya, dan ternyata Dewi Ular sudah ada di belakangnya. Berdiri dengan terang, dengan. senyum yang anggun sekali.
"Da... darimana kau masuk ke halaman sini, pintu pagarnya masih tertutup? Dan. .. dan mana mobiimu?
Katamu kau bersama Sandhi?"
"Nanti saja dibahasnya. Sekarang antarkan aku menemui istrimu" ,
"Ba... baik Dia dia ada dikamar. Mari...!"Zultom sangat gugup, karena jiwanya tegang sekali.
Ketegangan itu timbul karena istrinya mengalami suatu keanehan. Zultom menikah dengan Levida satu setengah tahun yang lalu. Mereka belum dikaruniai seorang anak pun. Pada awal pernikahan mereka, Levida sempat hamil, tapi baru usia tiga bulan sudah mengalami keguguran. Penyebab keguguran tak diketahui denganjelas. Tapi dokter bilang, Levida terlalu kecapekan. Dia seorang guru senam yang mengajar di berbagai tempat. Dalam seminggu hanya satu hari yang kosong. Dalam seminggu ia bisa mengajar sampai dua tiga kali.
Pengalaman pahit itu cukup memukul hati mereka berdua. Tapi tidak pernah lagi menjadi pokok pertengkaran dalam rumah tangga. Masing-masing saling, menyadari kekurangannya. Maka, Kini mereka punya kesepakatan sendiri, bahwa Levida tidak lagi seaktif dulu. Kalau toh dia sekarang masih mengajar sebagai guru senam, itu hanya dilakukan untuk satu tempat, dan hanya dua kali dalam seminggu. Sisa waktunya yang luang digunakan untuk aktivitas bisnis kecil-kecilan dengan Rifen, adik kandung Zultom yangg punya usaha pakaian jadi. '
Namun sejak kemarin malam. wanita berhidung
bangir dan bertubuh seksi itu mengalami penyusutan fisik yang cukup drastis. Penyusutan fisik itu diawali dengan berkurangnya berat badan. Dalam semalam saja Levida mengalami tiga kali pengurangan berat badan.Setiap pengurangan berat badan disertai dengan mengerutnya kulit di sekujur tubuhnya. Zultom yang kemarin malam sedang berada di luar kota segera ditelepon dan dipaksa pulang secepatnya. Pagi-pagi sekali Zultom tiba di rumah dan ia sangat terkejut melihat istrinya sangat kurus. Ia hampir saja tak mengenali. _ .
"Aku sudah membawanya ke dokter. Tapi dokter tidak menemukan penyakit apapun dan menyatakan istriku sehat-sehat saja .Hanya mengalami pengurangan berat badan. Maka, dia kubawa pulang."
Sambil berkata demikian Zultom membawa Kumala Dewi masuk ke kamar. Sebelumnya Kumala sempat dikenalkan dengan beberapa keluarga Zultom dan dari pihak Levida yang malam itu datang dengan wajah sedih. Di dalam kamar itu Levida berbaring lemah .Ditemani oleh seorang adik perempuannya, Rifen dan seorang sepupunya yang berwajah tampan; Romeo. Diam-diam Kumala sendiri kaget dan ikut prihatin melihat keadaan Levida yang sangat kurus .Perasaan sedihnya dipendam dalam-dalam dengan tetap menghadirkan senyum menawan dan ketenangan yang anggun di mata siapa pun. .
"Hay, Kumala... apa kabar?" Levida sempat menyapa dengan nada sangat lemah. Senyumnya begitu
hambar. Tatapan matanya kosong. Ia seperti orang yang sebentar lagi akan meninggal. Cekung, tulang pipinya bertonjolan, matanya kedalam, kulitnya berkerut-kerut lunak. Lengannya seperti tidak berdaging lagi. Sangat kurus .Bagaikan tulang terbungkus kulit. Dadanya sangat datar. Sungguh mengharukan Sekali bagi siapa pun yang pernah kenal Levida sebagai wanita sexy berbadan seksi dan cantik.
"Aku nggak menyangka kalau kau sampai akan seperti ini LeVida."
Kumala duduk di samping ranjang. Menggenggam tangan Levida. Lembut dan hati-hati sekali genggamannya Ia merasa seperti menggenggam tangan bayi. Kecil dan sangat lunak. Tulang jarinya bagaikan sudah tidak berfungsi lagi kekerasannya.
' "Tadi sore dia masih punya daging di lengannya." kata Romeo. . .
"Sekarang tampaknya sudah sama sekali tidak memiliki daging lagi." .
"Sudah sejak sebelum maghrib kuusulkan kepada Tom untuk menghubungi. ' !' tapi baru menjelang petang Tom menghubungimu, bukan?" kata Rifen kepada Kumala dengan nada sedikit kesal kepada kakaknya.
"Tom meneleponku sejak siang sekitar pukul dua "
"O? ya?" "Dia memintaku datang, tapi urusanku terlalu padat. jadi aku baru bisa datang sekarang."
Romeo berkata lagi. "Aku berharap sekali padamu.
Kumala. Aku yakin, cuma kamu yang bisa menolong sepupuku ini. Aku sudah sering, mendengar reputasimu ini di dunia supranatural" '
"Kau bisa ikut membantuku mendoakan sepupumu dari' luar kamar,
" kata Kumala dengan senyum manisnya. Hati Romeo berdebar-debar menerima tatapan mata dan mendengar suara Kumala sedekat itu. Ia mengerti maksud kata-kata Kumala. Menyuruhnya keluar kamar secara halus sekali. Romeo tidak tersinggung justru merasa kagum dengan cara seperti itu.
"Aku membutuhkan seorang' teman untuk di kamar ini. Levida butuh dua teman. Aku dengan siapa, terserah kalian." '
"Zultom saja tuh!" kata Rifen, kemudian dengan kesadaran tinggi dan sangat mengerti, mereka bertiga meninggalkan kamar tersebut.
"Uhk... !" Levida mengerang lirih. Ia menyeringai .Ada yang dirasakan cukup sakit di tubuhnya. Tapi tak jelas yang sebelah mana. Zultom menarik napas sambil memenangkan istrinya
"Lihat, Kumala. . penyusutan terjadi lagi." kata Zultom dengan nada sedih.
"Setiap kali dia mengalami rasa sakit di bagian tubuhnya, terjadilah penyusutan seperti ini" . .
Kumala melihat jelas sekali gerakan tubuh yang menyusut, seperti balon yang mengempis perlahan-lahan. wajah cantik Levida semakin sirna. Kepalanya mengecil, tinggal tulang tengkorak terbungkus kulit yang
sudah tak segar lagi. Levida bukan hanya menyedihkan, tapi juga tampak menakutkan bagi orang awam. nafasnya tampak berat sekali. Bibirnya berkerutkerut seperti tertarik ke dalam. Begitupula bola matanya seolah-olah semakin _lama semakin tenggelam ke dalam.
"Lakukan sesuatu, Kumala. Istriku semakin sekarat!" desak Zultom dengan ketegangan bertambah dan kesedihan kian menjadi, karena saat itu levida tersengal-sengal seperti diambang ajal. Desakan itu tidak mendapat respon dari Kumala. Anak bidadari itu diam _saja. Masih duduk di tepi ranjang dengan mata memandang lurus ke wajah Levida. Tangan kirinya masih bergenggaman dengan tangan Levida.
"Kumala, jangan diam saja! Lihat, dia semakin kritis!"
Tanpa gerakan dan suara Kumala masih tetap menatap Levida .Seakan desakan panik Zultom tak dihiraukan sama sekali. Namun, ketika memperhatikan tatapan lembut Kumala itu tidak berpindah fokus sedikit pun dari tadi, Zultom segera paham dengan maksud tatapan itu. Kumala ternyata sudah bekerja sejak tadi, sejak sebelum mendapat perintah yang bersifat mendesak darinya. '
Gemuruh suara angin mulai datang. Mereka yang menunggu di luar kamar menjadi semakin tegang. kecemasan meninggi. Saling bertanya-tanya dalam hati, Bagaimana nasib _Levida di dalam kamar? Pertanyan
di hati itu pun ada pada diri Sandhi yang baru saja
datang dan diterima kedatangannya oleh salah seorang keponakan Levida. Sandhi dipersilakan masuk. tapi _ia memilih untuk duduk di teras. Ia tidak berani ikut masuk sebelum ada perintah dari majikan cantiknya. Ia selalu menjaga kesopanan dan etika agar tidak mempermalukan Kumala didepan siapa saja. .
"Wah, kayaknya lewat nih orang,
" pikir Sandhi dengan cemas. Ia mendengar suara lolongan anjing dan bulu kuduknya menjadi merinding. Biasanya, lolongan anjing yang mengalun panjang diiringi oleh hembusan angin kencang menandakan ada roh yang akan keluar dari raganya, atau ada roh lain yang hadir di sekitar tempat itu .
*** NIKO MADAWI, mantan pacar Kumala yang kini menjadi selebritis itu datang ke restoran tempat Geany mengalami keanehan tadi. Niko mendapat kabar dari salah seorang kenalannya, bahwa saat itu Kumala Dewi terlihat berada di restoran tersebut. Ia segera meluncur ke restoran, tapi terlambat. Kumala sudah pergi satu menit yang lalu. Niko tak tahu ke mana arah kepergian Kumala. Sementara itu, ia mencoba menghubungi handphone Kumala ternyata gagal. Sebab pada saat ia menelepon, Kumala sedang bicara dengan Zultom. Setelah itu Kumala mematikan HP-hya, sebab ia akan menggunakan jalur gaib untuk cepat sampai ke rumah zultom. Praktis, Niko kehilangan jejak Kumala.
"Aduh, gawat! Mestinya sebelum aku meluncur ke restoran lebih dulu kuhubungi dia. Jadi dia tahu kalau aku mau ketemu dia di sini?"
Niko seperti orang gila. Bicara sendiri dalam ketegangan dan kebingungannya. Ia benar-benar dicekam kecemasan, karena rupanya ada suatu masalah yang cukup mendebarkan hatinya. Ia butuh bantuan kumala secepatnya.
Persoalan yang dihadapi Niko sama tegangnya
dengan masalah yang dihadapi Zultom. Seorang teman dekatnya diketahui menderita penyakit aneh, seperti yang diderita Levida. Niko mengetahui hal itu satu jam yang lalu. Ia telat mengmbil inisiatif menghubungi mantan pacar yang kini hubungannya seperti saudara sendiri itu.
"Mestinya aku nggak perlu menyempatkan datang ke rumah Fifin dulu, langsung saja mencari Dewi, ya? Uuh, gara-gara aku pakai datang dulu ke rumah fifin, menengok keadaannya dulu, akhirnya aku telat menemui Dewi .Kemana dia perginya, ya?"
Fifin adalah bintang iklan dan sebuah club_model . Tentu saja ia gadis yang cantik dan sexy. Hubungannya dengan Niko menjadi sangat dekat setelah terlibat kerjasama di bidang intertainment. Dan, agaknya Niko ingin melakukan hubungan lebih dekat lagi. sebab hati kecilnya mulai naksir Fifin.Mendengar Fifin mengalami penyakit aneh, Niko segera menelepon seorang temannya yang menjadi dokter kulit. Temannya yang sedang menikmati santap malam dengan keluarga itu merasa kurang yakin dengan penyakit aneh tersebut. Niko sempat menyinggung tentang pengobatan alternatif yang bisa dilakukan oleh Kumala. Dokter itulah yang memberitahu bahwa ia melihat Kumala di restoran.
Terlintas ide dalam benak Niko untuk mencoba menghubungi handphonenya Sandhi. Kebetulan saat itu Sandhi tidak mematikan HP-nya.
Sehingga ia berhasil dihubungi oleh Niko.
"Di mana kau, San?"
"Di rumah Bang Zultom. Ada apa, Nik?"
"Apakah Kumala Dewi ada bersamamu?"
"Nggak. Aku di teras. Kumala ada di dalam."
"Kebetulan kalau begitu. Tolong, berikan HP-mu pada Kumala, aku mau bicara dengannya. Penting sekali, San."
"Wah, kayaknya belum bisa tuh, Nik. Kumala sedang sibuk. Ada yang harus ia kerjakan saat ini, dan termasuk sangat penting juga."
"Hmm okey, okey" Niko mengerti maksud kata-kata Sandhi.
"Kalau begitu, beritahu alamat rumah Zultom.Aku akan meluncur ke sana sekarang juga."
Sandhi menyebutkan alamat rumah Zultom. Ia tidak tahu apakah Niko mengetahui persis alamat tersebut, yang jelas setelah itu Niko mematikan HP-nya. Sempat berpesan agar Kumala dan Sandhi jangan pergi dulu dari rumah Zultom sebelum ia datang. _Niko tak menjelaskan persoalan genting yang dihadapinya, tapi dari nada suaranya Sandhi dapat menduga pasti ada masalah yang gawat dan Niko merasa terbebani oleh masalah tersebut. '
Seandainya waktu sekarang ini Niko ada di dalam kamar bersama Kumala, ia akan semakin tegang bahkan panik melihat keadaan Levida. Guru senam itu sudah
seperti tengkorak hidup. Lebih tepatnya lagi seperti tengkorak sedang sekarat. Kulitnya yang keriput dan kulitnya mulai mengelupas, menjadi seperti bersisik. Suaminya gemetaran sekali melihat keadaan seperti itu.
karena Kumala Dewi masih belum bergerak dan bicara apapun dari tempatnya .Satu-satunya gerakan yang dilakukan oleh Kumala adalah gerakan mata yang mengisyaratkan agar Zultom menjauhi ranjang .Zultom paham dan menuruti perintah halus itu.
Begitu Zultom menjauh, Levida bergerak. Badannya yang tinggal kulit dan tulang itu bergetar.
Tangarnya masih digenggam Kumala. Getaran itu makin kuat, akhirnya seperti terpental ' ke atas.
Brussk! Dari mulutnya terdengar suara mengerang aneh. Seperti suara benda berat yang diseret di tanah berkerikil.
"Heecehhkkm... !!"
Levida meronta-ronta, berusaha lepas dari genggaman tangan Dewi Ular. Tetapi amukan itu tak Seberapa kuat. Kumala masih bisa menahan gerakan meronta itu dengan kekuatan supranaturalnya .Ia tetap tenang memandangi Levida yang memiliki sepasang mata putih menyeramkan .Terbelalak lebar, seolah-olah
ingin melejit keluar dari rongganya.
Lalu, dari tangan yang menggenggam itu Kumala Dewi menyalurkan energi gaibnya, yang membuat tubuh kurus Levida seperti transparan. Seperti terbuat dari fiberglass. Lalu, tubuh itu tampak dialiri cahaya hijau redup. Jelas sekali terlihat mengalir dari tangan menuju ke leher, ke kepala dan ke sekujur tubuh. Pada saat demikian, gerakan meronntanya semakin kuat. Suaranya semakin mengerang mrnycramkan.
"Heeeeehhkkm'. hooeeehhldcrrr.., !'"
Kini sekujur tubuh Levida bermandikan cahaya hijau. Semakin banyak cahaya di dalam tubuh itu semakin melemah gerakannya Zultom mengernyitkan kening dan menyipitkan matanya, karena cahaya itu berkumpul menjadi seperti kabut. Sosok tubuh Levida tidak terlihat lagi. Yang terlihat hanya gumpalan kabut hijau berpendar-pendar. Kumala Dewi pun tampak sudah melepaskan tangan Lexida Kini gadis itu justru bangkit, tidak duduk lagi di tepian ranjang.
Deru angin semakin kencang. Suara lolongan anjing kian bersahutan Seluruh perabot di dalam kamar itu bergetar." Berderak-derak. Menimbulkan kegaduhan yang mengerikan. Zultom tak dapat berbuat apa-apa karena diterkam ketakutan begitu besar. Ia hanya bisa menggigil di dekat meja rias yang barang-barang di atasnya menjadi berantakan semua. Tapi pandangan mata Zultom masih tertuju keranjang, sambil mengamati apa saja yang dilakukan oleh Kumala Dewi saat itu.
Kumala menggerak-gerakkan tangannya ke depan, seperti meraba gumpalan kabut bercahaya hijau yang membungkus tubuh Levida. Sesekali ia tersentak mundur, namun tak seberapa. Seolah-olah tangannya menyentuh sesuatu yang mengandung energi listrik. Kadang sentuhan di udara itu memercikkan bunga api. Kecil. Tapi sangat menegangkan bagi Zultom. Mulut Zultom tak bisa biCara apapun. Yang terdengar hanyalah suara deru angin, suara erangan aneh Levida seperti tersumbat sesuatu, dan lalu terdengarpula suara Kumala
yang berwibawa. "Siapa kau yang ada di dalam sana?!"
"Akuuuhhhnn. . !" suara aneh Levida terdengar menjawap samar-samar. Memancing bangkitnya seluruh bulu roma di tubuh Zultom.
. "Keluar kau dari raga temanku; Levida!"
"Haaaagggmhhh.. .. ! Dia sudah menjadi hakku!"
"Keluar kau sekarang juga!" Kumala semakin tegas.
"Aku ditempatkan di sini! Apa hakmu mengusirku!"
"Siapa yang menempatkan kau di sini?! Tidak ada!"
"Ada!" "Baiklah, kalau kau tak'mau keluar, aku terpaksa menggunakan caraku sendiri!"
Zzzzuubs. .. ! Kilatan cahaya biru bening keluar dari telapak tangan kanan Dewi Ular. Cahaya itu menembus nasuk ke dalam gumpalan kabut bercahaya hijau
"Haaahhhgggrm!!"
Terdengar suara orang tercekik kesakitan. Suara itu jelas bukan suara Levida walau berasal dari dirinya .
Gumpalan kabut hijau bergerak-gerak seperti meronta dari suatu jeritan kuat. Kumala Dewi melepaskan cahaya biru bening lagi.
Zzzzuuubs...! "'Ahhgggrr. .. !"
Kemudian tampaklah dengan mata telanjang sesuatu yang terpental keluar dari gumpalan kabut hijau itu. Seperti bara api yang berbentuk menyerupai tengkorak, namun tidak memiliki kaki. Bagian bawahnya menyerupai lidah api kecil. Makhluk aneh itu melesat keluar dan
melayang-layang di udara sakitar ranjang. Dewi Ular mcnyambarnya dengan tangan kosong.
Wuuus... ! Tidak berhasil. Tengkorak api itu melesat dengan cepat. Kibasan tangan Kumala yang kedua diiringi dengan melesatnya cahaya hijau menyerupai ekor naga
Wuuusst..! Melesat lagi. . '
"Heeeaaarrrhhhhkk... !!" Ia mengeluarkan suara menyeramkan saat lolos dari sabetan cahayanya Dewi Ular. Namun gerakannya semakin liar. Zultom merunduk, bahkan jongkok di tempat dengan menggigil .Tengkorak api itu membentur benda apa saja. Setiap benda yang ditabraknya menjadi rusak, hangus, membekas hitam. Dinding yang tersentuh olehnya mengalami keretakan dan menjadi hitam pada bagian yang retaknya. Makhluk itu ingin menyerang Kumala dengan kemarahannya. Namun berkali-kali Kumala berhasil menghindari terjangan si tengkorak api dengan gerakan-gerakan gesit dan cepat. '
Saat itu seluruh rumah bergetar. Semua tamu menjadi sangat tegang dan ketakutan. Aliran listrik terganggu berkedip-kedip. Jarum jam berjalan tidak normal. Kadang cepat, kadang malah tidak bergerak. Hanya Sandhi yang dapat mengerti bahwa saat itu sedang terjadi pertarungan cukup seru di dalam kamar antara Kumala dengan sesuatu yang menjadi lawannya .Hanya Zultom yang nantinya dapat bercerita panjang lebar bagaimana sulitnya Kumala menghentikan keliaran makhluk yang agaknya telah bermukim didalam raga
Levida dan sekarang sedang berusaha disingkirkan oleh Kumala Dewi. .
Tengkorak api itu pun merasa kewalahan menyerang ' Kumala. Sementara di sisi lain, Kumala dibatasi dengan suami gerak yang sangat terbatas, sehingga ia harus hati-hati sekali melepaskan serangannya. Ia tak ingin merusak kamar itu atau justru mencederai Zultom. Ia harus ekstra hati-hati agar sinarnya tidak menyambar ke atas ranjang, karena di atas ranjang sudah tidak ada kabul hijau. Kabut itu telah hilang. Yang ada sosok tubuh Levida dalam keadaan pingsan. Tubuh Levida sudah pulih menjadi segar, gempal, seperti sediakala .Tapi jika sabetan cahayanya mengenai tubuh Levida, bisa-bisa tubuh itu hancur atau terluka parah.
Dewi Ular mengepung dengan beberapa lesatan cahaya biru bening ke beberapa tempat. Tapi si tengkorak api itu masih saja dapat meloloskan diri dari
pengepungan tersebut. Kini ia bahkan menembus dinding dengan mudahnya;
Bluuusss... ! Ia melarikan diri keluar, Kumala Dewi tak ingin membiarkan lawannya lepas dalam keganasan yang membahayakan umum. Maka, dengan kesaktian yang dimiliki Kumalapun ikut ikutan melompat dan menembus dinding yang telah retak dan menjadi hangus itu.
Bleesss....! Beberapa saat kemudian Zultom mendengar suara ledakan cukup keras di luaran sana.
Bluaaarrr. .. ! ia tak tahu, apakah Kumala yang terkena serangan lawan hingga meledak dan hancur, atau si tengkorak api itu
yang terkena sabetan Sinar biru beningnya kumala. Hanya Sandhi yang mengetahuinya. Karena saat itu Sandhi ada di t?ras, dan melihat dua bentuk cahaya keluar dari kedalaman dinding. Yang satu adalah si tengkorak api. yang satu adalah cahaya hijau menyerupai seekor ular naga kecil. Dari si naga kecil itu keluar kilatan cahaya putih yang menghantam telak ke tubuh tengkorak api hingga terjadi ledakan cukup keras. Seketika itu sosok tengkorak api pecah menjadi bunga api dan lenyap di kegelapan malam. '
Sekejap kemudian Sandhi melihat cahaya seperti naga kecil itu lenyap pula.
Bluub... ! Tahu-tahu di depannya sudah berdiri Kumala Dewi yang rambutnya sudah terurai lepas. Tidak tertata rapi seperti tadi. Kumala sedang memperhatikan keadaan sekeliling, lalu menghempaskan napas lega setelah yakin betul bahwa keadaan telah menjadi aman. Bertepatan dengan itu, muncullah sebuah mobil yang tak lain adalah Niko Madawi. Deru angin berhenti, begitu pula lolongan anjing. Segala macam getaran pun hilang,. Yang tersisa hanya getaran hati mereka, karena masih dilanda ketakutan dan kecemasan. _
"Dewi, apa yang terjadi?"
"Biasa," jawab Kumala kalem, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
"Aku butuh bantuanmu, Dewi. Ini tentang Fifin."
"Ada apa dengan Fifin-mu? ' sambil Kumala menuju ke teras. Tapi belum sempat Niko menjawab, beberapa
orang dari pihak keluarga Zultom telah menghampirinya. Mereka menampakkan wajah-wajah ceria penuh kegembiraan.
"Kumala, Zultom ingin kau masuk ke kamar kembali," kata Romeo sambil memendam perasaan heran, mengapa-Kumala bisa ada di luar.
Niko sengaja dibawa masuk pula oleh Kumala. Tapi sampai ruang tengah langkah mereka terhenti, karena Zultom telah keluar dari kamar bersama istrinya. Levida tampak sehat tidak kurang satu apapun.
"Apakah Fifin bisa seperti dia?" pikir Niko setelah mendengar penjelasan tentang apa yang tadi dialami
Levida . *** Sebuah rumah berlantai dua menjadi salah satu rumah indah dari sekian banyak rumah yang ada di kompleks pemukiman elite. Semua rumah di situ dibangun tanpa pagar. Menunjukkan bahwa segi keamanannya sangat terjamin. Tetapi agaknya malam itu seksi keamanan yang bertanggung jawab di kawasan elite itu tidak dapat menjamin keselamatan para penghuni rumah rumah tersebut. Karena, ketika Kumala Dewi dan Niko Madawi tiba di tempat, suasana sudah berubah. Yang biasanya tenang dan damai, kini diliputi oleh duka dan ketegangan _
"Bersama siapa Fijin-mu tinggal di sini, Nik?"
"Bersama mamanya, dan seorang kakaknya yang sudah berumah tangga"
Niko memberi tanda kepada Sandhi yang mengikuti dari belakang dengan BMW hijaunya agar mengurangi kecepatan mobil.Niko merasa heran melihat rumah Fifin sudah semakin penuh orang. Lebih penuh sekarang dari saat ia datang beberapa jam yang lalu. Dan, anehnya di rumah sebelahnyajuga penuh dikunjungi orang. Banyak mobil yang berhenti di depan kedua rumah itu. Diparkirkan sembarangan saja.


Dewi Ular Misteri Virus Maut di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wah, kok jadi penuh orang begini sih? Kayaknya tadi cuma pihak famili saja yang datang menengok keadaan Fifin?!" gumam Niko pelan.
Kumala Dewi menarik napas dalam-dalam. Sepertinya ia sudah mengetahui tentang sesuatu yang sulit di ungkapkan di depan Niko. Ia menyimpan apa yang ia ketahui itu dengan wajah sedikit kaku. Seandainya Niko tidak bertanya padanya, Kumala Dewi tidak mengatakan apapun berkenaan dengan apa yang diketahui melalui indera keenamnya '
"Kita parkir di sini aja deh. Tapi, ada apa'di rumah itu? Menurutmu apakah ada sesuatu yang sangat urgent sehingga banyak orang yang berkumpul di rumah Fifin, Dewi?"
"Kira-kira begitu"
"Jelasnya bagaimana?!" Niko penasaran sekali. Tegang.
" jelasnya, kita lihat saja sendiri ke dalam sana."
Sandhi turun dari mobil dengan dahi berkerut. Ia juga punya kecemasan tersendiri atas sesuatu yang mencurigakan hatinya. Sebelum Kumala dan Niko melangkah memasuki halaman rumah itu. Sandhi sudah lekas menyusul dan mcngiaringi majikan cantiknya dari samping kiri.
"Sepertinya ada yang nggak beres di rumah ini,
" bisiknya kearah Kumala. Tapi bisikan itu hanya dijawab dengan gumam pendek dan pelan. Kumala membiarkan Niko mempercepat langkahnya. Buru-buru untuk mengetahui keadaan sebetulnya di dalam rumah. Kumala masih tetap melangkah dengan tenang, kalem, namun penuh waspada. Saat itulah ia baru berani berbisik kepada Sandhi karena yakin tak ada pihak lain yang akan mendengarkan bisikannya. ,
"Keadaan di sini lebih parah dari di rumah Zultom tadi, San."
"Maksudnya... ?!"
Mulai terdengar suara hujan tangis di antara keriuhan para tamu. Mulai dapat diduga apa yang terjadi di rumah Fifin itu sebenarnya. Sangat yakin hati Sandhi menyimpulkan suasana duka tersebut,. bahwa pada akhirnya tak seorang pun dapat menyelamatkan jiwa Fifin. Pasti gadis calon pacar Niko tak tertolong lagi. Maka didalam hatinya Sandhi pun berkata lirih.
"Innaliliahi wa innailaihi raji'un..."
Sesosok mayat terkapar di serambi samping. Sehelai tikar plastik menutupi mayat itu. Hujan tangis
paling deras di sekitar mayat. Wajah Niko sangat tegang saat kembali dari serambi samping, menghampiri Dewi Ular dan Sandhi. Pandangan mata Sandhi memang tertuju kepada Niko, seakan menunggu kabar yang penting tentang nasib Fifin. Tetapi pandangan mata Kumala Dewi tidak tertuju ke wajah Niko. Pandangan mata itu menuju ke beberapa tempat, bahkan sampai memutar sedikit tubuh, Kumala seperti sedang mcncari sesuatu yang amat penting di sekitar rumah tersebut.
"Tabah, Nik, " bisik Sandhi memancing ucapan Niko, karena mulut Niko ternganga namun agaknya sulit_ melontarkan sepatah kata. Setelah mendengar pancingan suara Sandhi, barulah Niko mulai bisa bicara
"Bu... bukan mayat Fifin yang tergeletak di sana."
"O, lalu?!" "Mayat kakak iparnya, Sam."
Sandhi sedikit kaget. Tapi Kumala Dewi tetap tenang, seakan sudah tahu apa yang akan dikatakan Niko saat itu.
"Aku akan ke rumah sebelah,
" kata Kumala, tanpa menunggu jawaban dan komentar dari siapa pun, ia langsung bergegas ke rumah sebelah. Sandhi masih mendengarkan penjelasan Niko tentang nasib Fifin.
Gadis itu telah berubah menjadi makhluk paling ganas menurut keterangan beberapa keluarganya Fifin yang dirongrong penyakit aneh itu memang telah menjadi tengkorak terbungkus kulit. Tapi keadaan itu hanya terjadi beberapa saat saja. Fifin segera bangkit dalam
kondisi menakutkan. Anehnya, ia memiliki kekuatan yang besar. Sehingga tahu-tahu ia menerkam Sam, kakak ipar yang ada di dekatnya saat itu. Sam melarikan diri, lalu Fifin mengejar dengan liar dan ganas. Ketika Sam tiba di serambi samping,, Fifin berhasil menerkamnya dari belakang _ ' .'
Kemudian ia menggigit leher Sam hingga bercucuran' darah. Ia menghisap banyak-banyak darah yang keluar dari leher Sam.
"Nggak ada seorang pun yang berani mendekati Fifin, sampai akhirnya Sam menghembuskan napas terakhir, Fifin masih menghisap darahnya Seperti makhluk yang sangat haus darah. Bahkan sebagian daging dari pundak Sam dimakannya. Fifin pergi sambil mengunyah daging hasil gigitan dari pundak mayat Sam."
Tentu saja kematian Sam membuat kakak kandung Fifin menjerit-jerit histeris. Namun masih tetap tak ada yang berani menghampiri Fifin. Gadis yang sudah berubah menjadi liar dan ganas itu segera lari meinnggalkan mayat Sam. Ia menuju ke rumah sebelah dengan suara menggeram-geram menyeramkan.
Banyak saksi mata yang melihat Fifin menuju ke rumah sebelah dengan memanjat dinding pagar. Dia memanjat seperti seekor cecak. Kedua tangan dan kakinya dapat menempel pada dinding dan bergerak dengan cepat. Di rumah sebelah ia mengamuk.
Tapi rumah itu sedang, ditinggal pergi oleh penghuninya. Yang ada hanya dua pelay an. Salah satu dari kedua pelayan
itu diterkam Fifin, lalu digigit lehernya. Fifin menghirup darah pelayan itu. Bahkan separoh bagian dadanya dimakannya dengan cepat. Rakus dan kanibal sekali. Setelah itu Fifin pergi. Lari ke jalanan. Kebetulan sebuah mobil bak terbuka lewat. Ia lompat ke dalam bak mobil ' tersebut. Sampai sekarang belum diketahui di mana ia dan mobil itu berada"
"Kapan hal itu terjadi?" ,
"Setengah jam yang lalu,
" jawab Niko dengan sedih.
"Beberapa petugas keamanan di sini sedang mengejarnya dengan menggunakan motor tapi kami belum menerima kabar selanjutnya." ,
Sandhi juga menyempatkan menyusul Kumala Dewi di rumah sebelah. Rupanya saat itu penghuni rumah sudah kembali, sepuluh menit yang lalu. Maka, hujan tangis pun terjadi. di sana Sandhi melihat sendiri mayat pelayan yang naas itu tergeletak di depan garasi dengan darah menggenangi sekelilingnya. Mayat itu sudah ditutup dengan kain seadanya. Kain itu menjadi basah dan lengket karena banyaknya darah yang diserap. Pemandangan itu sangat menyeramkan, sekaligus membuat siapa pun merasa merinding dan gemetar membayangkan kengerian yang dialami oleh korban .
"Setiap dia menghirup darah korban, badannya menjadi berisi kembali. Semakin banyak darah dan daging korban yang dimakan, semakin hilang kekurusannya yang menyerupai tengkorak itu,
" tambah Niko setelah mendapat keterangan lagi dari salah satu kerabat
korban . "Bagaimana?" bisik Sandhi kepada Kumala Dewi.
"sudah jauh dari sini." .
"Apakah kau tak . dapat mendeteksi gelombang energinya? "
"Hilang. Tadi sempat terdeteksi olehku, tapi baru saja aku mau bertindak. Gelombang energi itu lenyap begitu saja."
"Bersembunyi?" "Ya, tapi sepertinya bukan di alam ini."
"Maksudmu, dia bersembunyi di alam lain?"
Dewi Ular mengangguk pendek. Nyaris tak terlihat.
"Aku akan mengejarnya ke sana, supaya..."
Kata-kata Dewi Ular terputus oleh suara dering telepon genggamnya Sandhi. Dan' layar ponselnya Sandhi mengenali nomor telepon yang muncul saat itu.
"Bang Sersan... !" katanya kepada Kumala sambil menyodorkan HP.
"Terimalah dulu, aku mau bicara sebentar dengan petugas keamanan yang baru datang itu." '
Dewi Ular dan Niko bergegas menemui seorang satpam yang baru saja tiba dengan sebuah motor bebeknya .Sementara itu, Sandhi mengikuti pelan-pelan sambil menerima telepon yang datangnya dari Sersan Burhan. Agaknya polisi yang bertugas diunit reserse itu tadi sudah mencoba berkali-kali menghubungi HP-nya Kumala, tapi karena HP itu memang tidak diaktifkan, maka ia punya inisiatif untuk menghubungi HP-nya Sandhi.
"Ya, selamat malam, Bang,
" sapa Sandhi pertamakali.
"Dewi ada di dekatmu, San?" suara Sersan Burhan terdengar tegang. '
"Ada, Bang. Tapi... sedang sibuk mencari informasi dari seorang Satpam di TKP ini, Bang."
"Katakan padanya, suruh dia menemuiku di Jalan Pedati. Penting sekali, gitu!"
"Abang bicara sendiri saja, bagaimana?"
"Boleh, boleh...!"
"sebentar, ya Bang, Hmmm... ada peristiwa gawat, ya Bang?"
"Benar, San .Korban dihisap darahnya dan dimakan sebagian tubuhnya. Menurut keterangan..."
"Pelakunya makhluk liar dan ganas, ya Bang?"
"Benar" "Seorang gadiskah?" _
"Bukan. Dia jelmaan dari seorang lelaki paro baya"
"hm. .?!" . "Apakah di situ juga sedang terjadi..."
"Iya, Bang. Baru saja! " sahut Sandhi.
"Tapi pelakunya seorang gadis, Fifin, namanya. Calon pacarnya Niko, kalau nggak gagal."
"Gila! Sementara tadi baru sekitar dua menit aku mendapat kabar, di daerah Pulo Gadung, dekat terminal sana, juga terjadi peristiwa serupa. Pelakunya seorang wanita yang sudah bersuami dan mempunyai
dua orang anak. Ia berubah menjadi seperti tengkorak, lalu mengganas dan membunuh suaminya sendiri secara mengerikan"
"Tunggu, tunggu... ! Ini Kumala sudah bisa bicara sama Abang!" HP pun diserahkan kepada Kumala. Lalu, ketika Kumala bicara dengan Sersan Burhan, Sandhi bergabung dengan Niko Madawi dan beberapa penduduk setempat yang masih mengerumuni Satpam tersebut. Wajah Satpam pucat pasi. Sangat tegang. Diliputi kepanikan
"Apa katanya, Nik?" bisik Sandhi kepada Niko.
Niko masih terengah-engah karena ketegangannya makin bertambah
"Dia nggak berhasil menemukan Fifin. Dia melihat sendiri Fifin lenyap secara gaib saat berada di bak ' belakang mobil yang ditumpangi. Tetapi di tempat lain ada kejadian serupa." '
"Dimana?" ' ""Di tempat yang cukup jauh dari sini. Dia tadi melihat kerumunan massa dan mendapat infomasi, seorang pemuda berusia sekitar 24 tahun telah membunuh seorang adiknyajuga ayah dan ibunya."
"Apakah pemuda itu mengalami proses gaib seperti Fifin?"
"Katanya sih memang begitu. Setelah menerkam tiga korban, pemuda tersebut naik ke atas pohon dengan cepat. Seperti cicak. Kemudian massa beramai-ramai ingin menangkapnya. Tapi pohon itu kosong." ' '
"Anehnya, pemuda itu lenyap secara gaib seperti Fifin?"
"Benar." Niko menarik napas panjang.
"Gawat nih, San. Kayaknya di mana-mana terjadi kekacauan yang serupa di sini."
"Tadi Sersan Burhan juga bilang begitu. Gila! Kenapa bisa terjadi kengerian seperti ini di mana-mana? Apa penyebabnya??"
"Pasti ada penyebabnya! Mudah-mudahan Kumala Dewi bisa segera menghentikan musibah massa yang sangat misterius ini."
Terdengar suara Kumala berseru kepada Sandhi,
"San, baru saja ada kabar di Pondok Indah terjadi peristiwa serupa. Pelakunya masih mengganas di sana!" _
"Wah, dekat dari sini dong?!"
"Aku akan ke sana sekarang juga!" tegas Kumala Dewi, kemudian ia bergegas masuk ke sedan BMW-nya, Sandhi menyusul masuk ke dalam. Tapi ternyata Kumala sudah tidak ada, Sandhi segera mengerti, Kumala pasti menggunakan jalur gaib agar bisa segera sampai di daerah Pondok Indah. Supaya tidak memancing perhatian masyarakat setempat, ia terpaksa masuk ke dalam mobil dan menembus dimensi gaib dari sana. .
"Hey, tunggu. ! Aku ikut kalianr"'seru Niko sambil bergegas menuju ke mobilnya Ia pikir Sandhi masih bersama Kumala. Sekali pun hatinya ia tahu bahwa sebenarnya saat itu Kmnala sudah tidak bersama Sandhi, tapi yang terpenting baginya adalah sebuah pertanyaan : dapatkah Kumala Dewi menghentikan musibah gaib yang sangat mengerikan itu?
*** MAK BARIAH, pelayan setia Kumala untuk urusan dapur, malam ini masih duduk di depan pesawat teve, diruang tengah. Biasanya perempuan agak gemuk yang sudah berusia 40 tahun lebih itu sudah tertidur pada pukul sepuluh. Tapi karena malam ini ada tayangan Film nasional kesukaannya, maka sampai hampir pukul sebelas Mak Bariah belum tertidur. Dia asyik menikmati tayangan tersebut dengan cemilan kesukaannya; keripik singkong .
Lama-lama ia merasa terganggu oleh gerakan Buron yang sejak tadi mondar-mandir di sekitarnya. Sesekali langkah Buron melintas di depan teve layar lebar itu, sehingga Mak Bariah menjadi kesal.
"Apa emakmu dulu waktu hamil kamu dia ngidem setrikaan, ya?! Dari tadi kok mondar-mandir terus kau ini, Ron?!"
Buron yang tampil sebagai sosok anak muda itu tidak menggubris celoteh Mak Baiiah. Ia masuk ke kamar. Sebentar kemudian keluar lagi ke ruang tamu. Memandang ke arah luar, lalu kembali masuk menuju ke meja makan, melintas di depan teve
"Eh, kutu beras! Elu dengar omongan gue nggak sih?! Duduk diam yang manis apa nggak bisa luh??!" bentak Mak Bariah. Cablak sekali. Tapi tetap tidak dihiraukan sedikit pun oleh Buron. .
"Heran gue. .' ." gerutunya
"Dari tadi mondar-mandir melulu, bikin otak gue pusing melihatnya! Kayaknya gelisah amat tuh anak?! Jangan-jangan penyakit ayannya mau kumat?!"
Buron melintas lagi di depan teve. Mak Bariah kesal, dilemparnya pemuda berambut kucai itu dengan tutup kaleng tempat keripik singkong.
Praang...! Kena kepala Buron. Barulah pemuda itu nyengir kesakitan sambil mengusap-usap kepala .
"Gila apa kamu, Mak?! Ini kepala masih dipakai, main lempar seenaknya aja!"
"Habis, elu ngesalin! Disuruh diam malah mondar-mandir terus kayak setrika ayam-ayaman! Gue lagi nonton film kesukaan gue,
tahu?! Jangan bikin kesal gue luh, ntar kalengnya Yang gue lemparin ke jidat luh!"
Buron duduk di karpet samping Mak Bariah. Napasnya dihempaskan panjang panjang. Cemberut sambil mengusap-ngusap kepalanya yang tadi kena lemparan tutup kaleng.
"Nah, duduk manis begitu kan bisa luh?!" Mak Bariah bersungut-sungut. Buron pun demikian.
"Elu kan nggak tahu, Mak,
" kata Buron pelan. Meski pun sebenarnya dia adalah jelmaan Jin Layon yang bisa berbuat apa saja pada diri Mak Bariah, tapi
dia sangat menyadari bahwa Mak Bariah disitu dianggap sebagai orang yang paling tua. Kumala selalu menyarankan agar mereka menghormati orang yang lebih tua dari usia mereka sendiri. Karenanya, Baron punya rasa sungkan jika harus cekcok mulut berlebihan dengan Mak Bariah. Ia harus mengalah.
"Pale luh, gue dibilang nggak tahu elu?! Mata gue belum buta, tau?! Gue masih bisa lihat elu mondar-mandir kayak ingus! Mana mungkin bisa dibilang gue nggak tahu elu?!"
"Maksudnya, Mak nggak tahu apa yang sedang kurasakan saat ini." _
"Terang aja gue nggak tahu, orang gue bukan elu!"
"Huhhf ..! Payah ngomong sama orang pikun "
"Apa luh kata? Gue orang pikun?!" ?Mak Bariah nyolot. Buron bergeser menjauhi, takut digeprek memakai kaleng tempat keripik _
"Makanya dengar dulu kalau ada orang ngomong, Mak! Jangan main nyerocos aja!"
"Memangnya elu mau ngomong apa sih? Kok gue suruh dengarin?!"
"Gue mondar-mandir itu karena gue gelisah banget. Sepertinya ada sesuatu yang nggak beres di sekitar rumah ini."
Mak Bariah mencerna sesaat, lalu timbul kekhawatiran dihatinya. Nada suaranya tidak sekeras tadi.
"Sesuatu yang nggak beres gimana sih?"
"Nggak tahulah... yang jelas, gue merasakan ada
getaran gaib lain yang sesekali dapat kurasakan, sesekali lenyap begitu saja."
"Waduh, jangan-jangan rumah ini mulai disatronin sama iblis, Ron?"
"Iya kali... !" '
Mak Bariah bergeser mendekati Buron.
"Elu jangan nakut-nakutin gue, ya?! Ntar gue sembur pake kunyahan keripik singkong ini lho!"
"Gue serius, Mak. Gue tadi merasakan ada energi gaib yang melintas di sekitar sini. lalu hilang Lalu muncul lagi, panas dan menggetarkan, terus hilang lagi. Nah .. Nah... sekarang ada lagi, Mak!"
"Ah, elu, Ron .. !" Mak Bariah bersungut-sungut sambil semakin beringsut takut. Matanya memandang ke sana-sini dengan ngeri. Buron diam bagaikan patung, matanya menatap kosong.
"Ron. Ssst, Ron... jangan tambah nakutin gue dong!" '
"Makin jelas, Mak, " ucapnya sambil menatap kaku pada Mak Bariah. Menerima tatapan mata seperti itu bulu kuduk Mak Banah merinding secara serempak.
"Getaran hawa panas ini kurasakan. .. hmmm, kayaknya berasal dari arah barat, Mak."
"Bukan berada di rumah ini kan?" _
"Hmmm.. nggak. Kayaknya nggak di dalam rumah ini. Tapi dari arah barat sana .Entah dari rumah siapa "
Keduanya saling diam sebentar dengan kecamuk benak masing-masing. Mak Bariah mencoba mengalihkan pikirannya ke layar teve, tapi tetap merasa terganggu .Kenyamanannya nyaris hilang.
"Mak. aku keluar sebentar, ya?"
"Yeah, eluuh... masa' gue sendirian disini sih, Ron?" Mak Bariah buru-buru pegangi tangan Buron .
"Justru gue keluar buat memeriksa dari mana asalnya energi gaib ini. Mak. Kalau memang dia bergerak kemari, bakalan gue patahin sebelum sampai sini-."
Mak Bariah diam dicekam ketakutan
"Sebentar aja, Mak. Ntar gue buru-buru balik lagi kemari kok"
"Ya. udah. Tapi jangan lama-lama benar lho!"
Bluub. ..! Tiba-tiba Buron lenyap bagaikan ditelan bumi. Ia berubah menjadi seberkas sinar kuning seperti bintang berekor. Kecil seukuran telur burung dara. Sinar itu lenyap menembus langit-langit. Mak Bariah sudah terbiasa dengan kejadian seperti itu, sebab dia tahu bahwa pemuda berambut kucai itu bukan manusia biasa, melainkan jelmaan dari sesosok jin yang pernah ditaklukkan oleh Kumala Dewi. Oleh sebab itu, Mak Bariah tidak merasa kaget dan takut melihat Buron hilang begitu saja.
*** Angin malam berhembus dalam kelembaban udara embun. Dingin mulai mencekam. Energi gaib saktinya Jin Layon melayang-layang mengelilingi rumah indahnya Dewi Ular. Makin lama semakin menjauh. Rupanya ia mengikuti getaran energi gaib asing yang sangat mencurigakan. Getaran itu semakin kuat ketika ia mendekati
atap rumah bergenting hijau. Di halaman depannya memiliki sepasang pohon pinang kembar. Rumah itu berada dalam jarak empat rumah dari tempat tinggalnya Kumala dewi. Dan, Buron pun mengelabui rumah itu ditempati oleh seorang wanita berusia sekitar 35 tahun.
Sehari-hari nya perempuan itu dipanggil dengan nama Zus Rigga. Kabarnya dia adalah istri simpanan seorang pengusaha kaya. Di rumahnya yang berlantai dua itu ia membuka usaha salon kecantikan dengan tiga karyawati. Dua di antaranya tidur di tempat, satu lagi selalu pulang menjelang pukul tujuh malam. Buron mendeteksi adanya aktivitas gaib di rumah Zus Rigga, di lantai dua '
Kalau saja kedua karyawatinya yang bermalam di situ mendengar pendapat Buron. mereka pasti akan menyangkal pendapat Buron. Menurut mereka, di lantai dua, di kamar tidurnya Zus Ri gga, bukan sedang terjadi aktivitas gaib, melainkan aktivitas cinta yang mendebarkan. Sebab, mereka berdua melihat sendiri, tadi sekitar pukul delapan Zus Rigga pulang dari menyelesaikan urusan bisnisnya. Perempuan itu bukan pulang sendirian, melainkan berdua. Bersama seorang anak remaja, masih tergolong muda belia. Mungkin usianya baru 20 tahun. Tapi memang memiliki postur tubuh yang tinggi, sedikit kekar dan berkulit coklat bersih.
Sonna bukan anak yang baru dikenal Rigga. Beberapa waktu yang lalu Rigga sudah kenal Sonna sebagai adik dari teman bisnisnya; Petty. Tetapi sejak
terjadi kasus penipuan yang merugikan kedua belah pihak, Rigga tidak lagi berbisnis dengan Petty. Sejak itulah hubungan mereka agak renggang. Hanya sekali tempo mereka saling bertemu di telepon. Bahkan sekarang sudah tiga bulan Rigga tidak mengetahui bagaimana kabar Petty.
Tanpa diduga-duga tadi Rigga melihat Sonna berada tak jauhdari sebuah supermarket. Sonna seperti sedang kebingungan berjalan sedikit gontai diantara mobil-mobil yang diparkirkan. Ketika mendengar sapaan Rigga, anak muda bertampang imut-imut itu segera mengenalinya. Tetapi senyum keramahan Rigga tidak mendapat balasan yang setara. Wajah imut Sonna cenderung dingin. malas tersenyum. Tapi ketika Rigga menawarkan untuk ikut ke mobilnya, Sonna tidak menolak .Hanya saja, ia jarang bicara dan terkesan murung.
"Kamu cekcok lagi sama kakakmu, ya?"
"Ya, " jawabnya lirih sekali.
"Masalah apa sih? Duit?"
"Ya'" "Kamu butuh duit? Buat apa?"
Sonna tidak menjawab. Tampak sulit mengatakan sesuatu yang sebenarnya ingin dikatakannya.
"Pasti buat pacaran Iya kan?" goda Rigga sambil tertawa, dan Sonna menjawab dengan senyum kaku, terkesan malu-malu.
"Udah, nggak usah pusing-pusing begitu. Ntar kakak kasih duit. Tapi mesti ambil dulu ke rumahku.
Kamu mau ikut ke rumah Kak Ngga!"
"Boleh, "jawabnya pelan lagi. Seperti tidak memiliki gairah untuk hidup ceria. Tapi hal itu tak dipedulikan Rigga. Ia segera membawa pulang Sonna dengan sebuah rencana pribadi yang saat itu membuat hatinya berdebar-debar. Karenanya, begitu sampai rumah, ia langsung membawa naik Sonna ke lantai dua .Masuk ke kamarnya.
Zus Rigga sebenarnya tidak terlalu cantik. Dia memiliki hidung bangir dan sedikit besar. Bibir tebal agak lebar. Matanya pun besar terkesan galak. Tapi dengan rambut ikalnya yang sepanjang punggung Zus Rigga . memiliki penampilan yang sexy. Wajahnya yang tidak , terlalu cantik itu terkesan ngesex. Badannya seksi, montok dengan pinggang lebar dan bokong membusung padat di samping postur yang mengundang gairah lawan jenis, iajuga pandai merayu dengan suaranya yang sedikit serak itu. Ia mudah membuat lelaki berkhayal indah tentang kemesraan lewat kata-kata yang sesekali diiringi dengan desah kenakalannya itu.
"Kau sakit, ya Son?"
"Nggak, " jawab anak ini tetap pelan. Datar.
"Tapi wajahmu pucat begitu kok. Mana badanmu kotor, rambutmu acak-acakan, aah kacau sekali kau. Jangan-jangan kau habis pakai obat-obatan terlarang?"
"Nggak. kak." '
"Mandi dulu sih sana.. ."
"Ngak usah, ah."
"'Apa perlu Kak Rigga yang mandiin kamu, hm?"
sambil sebuah usapan nakal dilakukan di punggung
Sonna. Anak itu menunduk. seperti malu menerima usapan nakal seperti itu. , .
"Kalau kamu mau, biarin deh Kak Rigga yang mandiin. Mau?" '
Sonna menggeleng. "Ah, belum pernah kan kamu dalam keadaan udah gede begini dimandiin sama cewek? Belum pernah kan?"
"Belum, " Sonna menggeleng lugu.
"Enak lho, Son. Huuuh... asyik sekali lho."
Sonna tersenyum kaku. Menunduk lagi.
"Atau...kamu yang mandiin Kak Rigga aja deh. Mau nggak?"
Anak itu diam saja. Hanya tersenyum-senyum kecil. Masih menunduk. Tangan Rigga semakin berani mengusap dada Sonna .Melepas kancing kemeja yang dikenakan 'anak tersebut.
"Ditanya kok diam saja sih?" bisik Rigga.
"Mau nggak mandiin Kak Rigga? Yuk... ?"
"Nggak, ah..." ia menggeleng pendek.
"Nanti kakak ajarin deh bagaimana cara mandiin kakak. Gampang kok. Ambil sabun, usapkan ke leher kakak dulu, begini nih...." _
Rigga menuntun tangan Sonna ke lehernya. Sonna memandang dengan hampa. Tangan itu digerakkan di sekitar leher seperti membasuh dengan busa sabun.
"Setelah di sekilar leher, terus di sekitar sini... naah,
di sini juga disabunin, Son..." tangan itu dituntun turun. Makin lama tangan itu sengaja diselipkan ke balik blus. Sengaja disentuhkan di permukaan dada yang sangat tak rata. Sentuhan tersebut membuat Rigga semakin berdebar-debar indah. Ketika ia melepas tangan tersebut, ternyata Sonna melanjutkan dengan menggerakkannya sendiri.
"Ya-ah, begitu.. begitu indah sekali, Son...!"
Rigga menggigit bibirnya sendiri sambil tangannya melepas blusnya. memberi kesempatan agar jamahan Sonna menjadi lebih nikmat lagi.
Pancingan itu telah mengena pada sasaran. Rigga kegirangan .Bahkan ketika ia menarik kepala Sonna agar menunduk, lidah anak muda itu mulai terjulur mengulum lidah Rigga. Maka sentuhan itu membuat jiwanya mulai semakin melayang-layang dalam getaran asmara yang indah sekali. Untuk menyempurnakan keindahan yang diharapkan, Rigga duduk di sofa panjang itu dengan strategis. Kepalanya mendongak dengan mata terpejam, karena lidah Sonna mulai menyusuri setiap lekuk tubuh sexynya '
Rigga sangat kegirangan. Ternyata lidah Sonna pandai beraksi. Lidah itu memiliki tarian yang luarbiasa nikmatnya.
Rigga meremas-remas rambut kepala Sonna. Ia sangat kagum, alangkah hebatnya anak kemarin sore itu. Ia tak menyangka bahwa Sonna mampu memberikan kenikmatan yang luar biasa hanya menggunakan
mulutnya, termasuk juluran lidah yang lincah dan bisa mencapai di kedalaman cinta .
"Aoow...! !" pekik Rigga kaget sekali. Ia mengejang, menahan rasa sakit di sekitar pahanya. Kedua kakinya spontan merapat kaku. Kedua tangannya meremas rambut Sonna dalam satu tarikan agar wajah Sonna menjauh. Tapi anehnya ia masih merasakan sentuhan lidah Sonna yang menari-nari dengan liar dan penuh gairah. Maka, ia mengendurkan kembali seluruh urat uratnya tadi mengejang.
"Aneh?!" pikirnya.
"Kepalanya sudah hampir berada di lututku tapi lidahnya masih terasa menyentuh di bagian dalamku._...oohhh!?" . '
Perempuan yang sudah sebulan lebih tidak dikunjungi suaminya itu terkulai kembali. Hanyut lagi dalam keindahan dan kenikmatan asmaranya. Tapi seandainya saat itu ia mau berpikir menggunakan logikanya, maka ia akan buru-burt menghentikan adegan panas itu. .
Ia belum menyadari bahwa saat itu lidah Sonna telah terjulur cukup panjang. Tidak seukuran panjang lidah manusia biasa. Bahkan sekarang Rigga terbeliak sambil mengerang karena belum menyadari ukuran lidah Sonna menjadi lebih panjang lagi. _
"Aoow...! !" Rigga memekik kembali.
"Jangan gigit dengan keras! Aoww... ! Sakit, sakit...! Sonna....! Hahhh...??!"
Luar biasa kagetnya Rigga ketika memandang ke
bawah, ia melihat Sonna sudah berkulit abu-abu. Matanya merah bertepian hitam. Tangannya berkuku panjang. Kedua tangan itu mencengkeram kuat kedua paha Rigga. Terasa sangat sakit ketika kuku-kuku itu menembus kulit dan daging paha. Lebih sakit lagi ketika gigitan Sonna semakin kuat.
"Aaaaaaaoww... !!" Rigga berteriak sekuat tenaga. Histeris sekali. Ia berusaha meronta sebisanya walau ada bagian tubuhnya yang koyak akibat cengkeraman kuat dan gigitan dari gigi runcing bertaring .
Dengan gesit ia mencoba untuk berguling ke samping, lalu melompat ke ranjang. Saat itu Sonna yang sudah berubah seperti mayat hidup itu melompat pula, menerkamnya dengan liar dan ganas.
Bruussk. . .! Lalu, ia berhasil menggigit tengkuk Rigga.
Cress. .. ! Darah yang mengalir dari luka gigitan sangat menyakitkan itu dihirupnya kuat-kuat, Rigga masih sadar. Masih berteriak-teriak kesakitan. Namun kondisi fisiknya mulai lemah, selain karena shock juga karena darahnya banyak yang direguk oleh Sonna
Claaap... ! Seberkas sinar kuning menembus atap rumah. Langsung mendorong tubuh Sonna dengan kekuatan besar. Tubuh itu membentur dinding kaca dengan sangat kerasnya.
Praaaak. . .! Bruusssk. . .! Kaca menjadi hancur, Sonna terlempar keluar. Melayang jatuh di halaman depan. Tapi ia tidak mengalami cedera apapun, ia justru bangkit dengan menyeringai ganas. Pada saat itu cahaya kuning telah berubah menjadi sosok
pemuda berambut kucai berperawakan sedang. buron. '
"Grrrrrrhhhkkk. ! !" Sonna mengerang. Sudah bukan lagi anak remaja yang imut-imut. Wajahnya menampakkan ekspresi setan yang sangat membahayakan .Buron segera melepaskan pukulan jarak jauhnya yang menyerupai lidah api berwarna kuning kemerahan, sebesar salak
Wuuut... ! Duubsss, . ! Pukulan itu tepat mengenai dada Sonna .Anak itu terlempar melayang ke belakang bagaikan diterjang banteng. Tapi sebelum tubuhnya menyentuh pohon pinang, ia berbalik hingga menyerupai seekor monyet yang hinggap di batang pohon pinang. Bahkan ia bergerak cepat memanjat ke atas tanpa kesulitan sedikit pun.
Buron tidak mempedulikan jeritan yang terdengar berkali-kali. Jeritan itu berasal dari kedua pegawainya Rigga dan seorang pelayannya yang tadi sempat terkejut mendengar pekikan suara Rigga .Mereka segera menuju ke lantai atas, dan mendobrak pintu kamar Rigga. Mereka sangat histeris begitu melihat Rigga terkapar bersimbah darah di atas ranjang. Di sofa pun mereka lihat ada genangan darah segar yang semakin membuat mental mereka down .Jeritan-jeritan mereka telah memancing perhatian beberapa tetangga untuk keluar rumah dan menuju kerumah Rigga .Tetapi mereka tidak berani masuk karena dihalaman depan mereka lihat Buron sedang bertarung dengan makhluk aneh yang dapat bergerak dengan sangat cepat.
Sonna mampu melompat secepat kilat, menyambar
kepala Buron yang berusaha menghindar, Tapi tangan Buron robek akibat sambaran kuku yang tajamnya menyerupai mata pisau itu.
Craass. ..! Tiba-tiba Sonna sudah ada di atas genting. Dari sana ia melepaskan sinar merah dari kedua matanya.
Zuuuuut.. .' Buron menangkisnya dengan mengeluarkan cahaya kuning lebar dari telapak tangannya
Blaaaamr...! Ledakan sangat keras membuat mereka yang menyaksikan pertarungan itu menjadi terpekik dan ketakutan. Semua pohon dan bangunan ringan bergetar akibat dentuman besar tadi. Mereka pun khawatir akan menjadi korban dari ledakan yang terdengar sampai di kejauhan 2 kilometer.
"Siapa pun dirimu aku nggak peduli, Keparat! Kau telah merobek tanganku dan kau harus bertanggung-jawab!" geram Buron, lalu segera melesat bagaikan terbang dalam kecepatan tinggi. makhluk di atas genteng itu diterjangnya.
Bruuskk, blegaaa'rr. . .!
"Gila. . . ! !" seseorang tersentak jatuh akibat gelombang getaran dari ledakan tadi, ia buru buru bangkit dan menjauhi halaman rumah Rigga. Saat itu, yang lain melihat Buron terpental ke belakang. Melayang .sesaat dan jatuh terhempas ke tanah tanpa ampun lagi. Agaknya kesaktian yang digunakan masih belum seimbang dengan kekuatan gaib yang ada pada diri jelmaan dari Sonna itu. Terbukti, Sonna melayang memutari udara di atas rumah tersebut. Sebentar kemudian ia meluncur turun seperti roket di saat Buron
mau bangkit dengan terhuyung-huyung .Melihat musuh datang lagi, Buron tak jadi bangkit, melainkan segera berguling di rerumputan dengan cepat sekali .
Wuuust..!. Bummmm... ! Tanah di sekeliling tempat itu bergetar ketika Sonna yang meluncur seperti roket itu membentur tanah. Sebagian tanah terangkat ke atas, membentuk rongga cukup besar. Buron gelagapan terkena percikan tanah itu. Ketika ia sudah bisa sigap kembali, ia lepaskan kesaktiannya berupa sinar kuning dari semua jari-jarinya.
Zraab! Sinar-sinar itu segera melilit dan menjerat Sonna. Lalu bergetar dan memercikkan bunga api, selayaknya aliran listrik.
Zzzzrrrrbbb... ! Blaaaab...! Cahaya terang benderang keluardari tubuh Sonna. Begitu padam, sinar kuning Buron juga padam. Tapi dari tubuh yang terkapar hangus itu muncul gumpalan Cahaya merah seperti bara api. Bentuknya menyerupai tengkorak tanpa kaki. Tengkorak api keluar dari tubuh Sonna. Ia melayang menyerang Buron .Dengan sangat panik Buron berusaha menghindari hingga kepalanya membentur pohon pinang.
Prok..! "Aoow... !" Buron yang sudah babak belur itu terpaksa memekik kesakitan. Kepalanya berdarah akibat benturan tadi. Sitengkorak api masih mengganas. Melihat Buron terpuruk lemah, ia segera menyerang dengan mulutnya terbuka lebar.
Tapi sebelum. ia menyentuh Buron, seberkas cahaya
hijau berkelebat seperti mencambuknya dengan Kuat.
Wuuut, hmmm...! Prank! Tengkorak api itu hancur, menyemburkan percikan bunga api. Dalam sekejap saja telah hilang dan meninggikan sisa bau besi terbakar. Buron terengah-engah dengan perasaan lega.
Lawannya telah hancur. Namun jelas bukan_dari
tangannya kehancuran itu terjadi. Ia tahu persis siapa yang memiliki cahaya hijau tadi. Maka, ia pun berusaha bangkit berdiri sambil memandang ke arah pintu pagar.
Tampak Kumala Dewi sedang berjalan memasuki
halaman rumah itu dengan didampingi Sandhi di
belakangnya. "Ouuhkkk... !" Buron baru merasakan kesakitannya begitu Kumala sudah ada di depan matanya. Wajar jika ia merasa lemah dan kesakitan karena sekujur tubuhnya penuh luka sayatan. Bahkan di bagian pundaknya tampak koyak dan lukanya meninggalkan kehangusan kecil di sekitar pundak itu.
Pakaian Buron sudah compang-camping, seperti habis terkena ledakan bom.
"Kalau kau ingin melawannya, jangan tanggung-tanggung. Gunakan kesaktian andalanmu! Dia berbahaya sekali,
" kata Kumala Dewi dengan sikap prihatin sekali melihat orangnya tercabik-cabik seperti itu. '
"Untung kau datang tepat pada waktunya. Kalau tidak... entahlah. mungkin nasibku lebih buruk dari sekarang ini."
"Nggak juga. Kalau kau gunakan kesaktianmu yang tertinggi, kau bisa kalahkan dia!"
"Siapa itu tadi?"
"Atasi dulu luka-lukamu itu. Buron?"
"Ya, bisa. Aku bisa atasi sendiri luka ini."
"Kenapa kau bisa bertarung dengan tengkorak api itu, Ron? Kenapa ada di sini? Bukankah ini rumahnya Zus Rigga?" kata Sandhi.
"Aku menyelamatkan Zus Rigga yang... yang tadi terjebak pemainan asmara maut dengan pemuda itu,
" ia melirik Sonna yang terkapar sudah tak bernyawa lagi.
Hangus. Tapi masih bisa dikenali wajahnya.
Polisi segera datang, karena ditelepon oleh salah seorang tetangga yang tadi menyaksikan pertarungan seru. Zus Rigga dilarikan ke rumah sakit karena dalam kondisi terluka parah. Menurut Kumala, perempuan itu masih bisa tertolong jiwanya,. Luka di tengkuknya memang mengerikan dan masih mengucurkan darah segar, juga yang ada di sekitar pahanya. Tetapi dokter pasti masih sanggup menyelamatkan nyawa Zus Rigga.
Salah satu pegawainya mengenali siapa Sonna. Polisi menghubungi keluarga Sonna. Tak berapa lama kemudian Petty pun datang .Menurut keterangan Petty, Sonna sudah hilang selama duahari yang lalu. Ia sudah berubah menjadi liar sejak dua hari yang lalu. Perubahan tersebut berawal dari penyakit penuaan seperti yang dialami Levida, Fifin dan yang lainnya. Tetapi pada
waktu itu pihak kelurganya masih merahasiakan kondisi gawatnya Sonna.


Dewi Ular Misteri Virus Maut di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tahutahu pada lewat tengah malam, dia hilang dari kamarnya,
" tutur Petty di sela tangis duka.
"Kami mencarinya, tapi tidak menemukan dia. Yang kami temukan adalah dua mayat tetangga kami. Tewas seperti dimakan binatang buas. Kasusnya sudah kami laporkan kepada pihak kepolisian. Memang, ada saksi mata yang melihat Sonna menyerang kedua korban. Tapi polisi pun belum berhasil menemukan Sonna, hingga sekarang kami bisa menemukan dia ada di sini."
Dewi Ular menarik napas dalam-dalam. Meski pun tampak tetap tenang, namun Sebenarnya dalam benak Kumala penuh dengan rencana .Terutama rencana untuk menghentikan tragedi gaib ini. Menurutnya, bukan mustahil jika hilangnya Levida malam ini akan muncul kembali Levida di malam-malam berikutnya dalam keadaan seperti manusia biasa. Namun ketika mendapatkan mangsanya, Levida atau Fifin akan berubah menjadi makhluk paling ganas dan sadis, seperti halnya Sonna.
"Tengkorak api yang menunggangi raga mereka,
" kata Kumala Dewi kepada Sersan Burhan yang malam itu hadirjuga di rumah Rigga.
"Siapa tengkorak api itu?!"
"Belum kukenal, Bang,
" bisik Kumala. "Mengapa ia menteror kehidupan kita di sini?"
"Akan kuketahui alasannya. kalau sudah kutemukan sumber petakanya!" jawab Kumala dengan lembut dan terkesan anggun dan berwibawa '
*** SAMBILmenunggu lift, Kumala masih bicara dengan cowok yang meneleponnya. Cowok itu tak lain adalah kekasih yang masih berada di Bandung; Rayo Pasca. Meski pun di dalam lift ia didampingi Sandhi, tapi bagi Kumala tak perlu merasa malu bieara tentang kemesraan pribadinya dengan sang kekasih .Toh Sandhi sangat senang jika melihat Kumala Dewi bicara tentang keromantisan dengan Rayo Pasca.
"Siapa bilang aku nggak kangen sama kamu sih? Aku kangen sekali, Ray. Cuma, sudah beberapa hari ini aku disibukkan dengan kasus gaibku. Malahan,, sebaiknya kusarankan kau jangan pulang dulu deh. Tetaplah di Bandung untuk beberapa saat Yaaah. . . ini semua demi kebaikan kok, yang"
Ia melirik Sandhi dengan kerdipan mata indahnya .Sandhi tersenyum menahan geli mendengar Kumala memanggil Rayo dengan sebutan Yayank. _
"Benar. Jakarta masih dihinggapi banyak bahaya yang harus kulumpuhkan dulu. Aku nggak mau kamu ikut terjangkit seperti mereka. Yaah, katakanlah, memang seperti penyakit. Habis, di mana-mana
sekarang banyak manusia makan manusia. Iya. .. uuh, udah lebih dari sadis dan lebih ganas dari drakulaa Itulah sebabnya aku harus menghentikan aksi sadis ini. Hmmm, yaaah, doakan saja supaya aku bisa cepat selesaikan misi ini. Kalau memang kamu udah selesai dengan penyelidikan kamu di Bandung, ya nggak apaapa kalau mau pulang ke Jakarta. Tapi kalau memang belum, ya teruskan aja sampai selesai.Nggak perlu ambil libur untuk datang keJakarta deh. Biar kamu aman di sana. Kalau dijakarta aman, kamu memang harus cari waktu buat cuti.. . Oh, ya. .. kita jadi berlibur-ke Bali kan?"
Pintu lift terbuka. Tepat di lantai delapan. Mereka berdua keluar dari lift. Para penghuni apartemen yang kebetulan di luar kamarnya sempat tertegun memandangi kecantikan Kumala yang begitu menawan. Mereka memperhatikan kemana langkah kaki Kumala itu. Oh, ternyata ke kamar 409, tepat di sudut koridor.
Belum sempat Sandhi mengetuk pintu kamar itu, tahu-tahu sudah terbuka lebih dalu. Penghuni kamar 409 sepertinya sudah mengetahui kedatangan Kumala Dewi dengan sopir pribadinya. Bahkan sebelum Kumala bicara apa-apa, perempuan cantik yang menghuni kamar itu pun sudah lebih dahulu mengetahui maksud kedatangan tersebut.
Bangkitnya Ki Rawa Rontek 1 Rajawali Emas 15 Iblis Cadas Siluman Pedang Keadilan 25

Cari Blog Ini