Gembira Karya Oom Arthur Bagian 1
COVER 1 SUMBER IMAGE : AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOKS
2 GEMBIRA TJERITA UNTUK
ANAK2 DAN ORANG MUDA
Oleh : OOM ARTHUR
DJILID II ?Anak tjutju-tjitji mendjadi makota orang tua-tua,
dan kemuliaan anak-anak jaitulah bapa-bapanja."
(Solaiman)
TJETAKAN KE-3.
INDONESIA PUBLISHING HOUSE
Post Box 85 ? Bandung.
JAVA. 3 Kata Pengantar
DENGAN terbitnja buku GEMBIRA djilid jang ke-II ini,
kami suka menggunakan kesempatan ini untuk
membilang terimakasih kepada sekalian sahabat jang
telah mengirimkan surat kepada kami sebagai tanda
penghargaan dari segala pendjuru Indonesia tentang
segala tjerita jang telah diterbitkan pada djilid jang
pertama. Kami merasa gembira mendengar tentang anakanak nakal jang telah berubah mendjadi baik dan
anak-anak gadis jang baik makin bertambah baik oleh
membatja tjerita itu. Pada hakekatnja, inilah tudjuan
segala tjerita itu. Terbungkus dalam tiap-tiap tjerita ?
tiap-tiap tjerita adalah semata-mata tjotjok dengan
keadaan jang sebetulnja ? ada terdapat satu peladjaran batin jang dimaksudkan untuk mengadjar
kebenaran, mendjagakan terhadap jang djahat, dan
membangunkan tjita-tjita jang elok kedalam lembaga
pikiran anak-anak.
Moga-moga buku GEMBIRA berhasil kiranja
dalam usahanja, dan mendatangkan bahagia serta
kerinduan akan perkara-perkara jang lebih mulia
kedalam hati banjak orang.
PENERBIT. (Semua gambar dalam buku ini terbikin oleh
Preanger Studio, Bandung).
4 ISI BUKU 1. Tatang dan Polisi............................ Hal. 13
2. Anak jang kehilangan uang setalen ...... 17
3. Kebakaran............................................. 20
4 Nenek..................................................... 25
5. Orang sakit............................................ 29
6. Merokok ............................................... 33
7. Dua anak jang berani............................ 37
8. Bara api................................................. 42
9. Tentang kebersihan.............................. 47
10. Bermimpi............................................ 51
11. Ibu jang kelaparan.............................. 55
12. Musim Kemarau................................. 59
13. Dua Anak jang baik hati...................... 63
14. Berbagai Tjerita Binatang .................. 71
15. Satu lagi tjerita Hari Natal.................. 79
16. Tiga njanjian jang amat merdu.......... 87
5 Tatang dan Polisi
KALAU kamu terus ribut-ribut. Tatang." kata
Minah. ?saja akan panggil polisi." ?Bohong," sahut
Tatang dengan marah, ?kamu tidak tahu dimana ada
polisi."
?Saja tahu," kata Minah, ?dan ia akan datang
dan membawa kamu supaja dikurung dalam pendjara,
dimana anak nakal seperti kamu harus ada."
..Saja tidak mau." Tatang berteriak, ?saja akan
lari ?" ?Ia akan mengedjar dan kamu ditangkapnja ?
" ?Apa sebabnja kamu ribut-ribut sadja V' kata ibu,
jang sedang masuk kedalam kamar dimana kedua
anak itu bermain-main.
?Tatang mau berbuat sesukanja sadja." sahut
Minah. ?dan ia marah kalau dilarang."
?Minah bilang seorang polisi akan menangkap
saja," kata Tatang, ?dan ia akan membawa saja
kedalam pendjara."
?Itu tidak baik, Minah," kata ibu, ?kamu pat,ut
lebih tahu. Tidak boleh kamu berkata begitu kepada
adikmu. Polisi adalah orang jang paling baik hati dalam
dunia, dan mereka suka kepada anak-anak. Kita mau
supaja Tatang djadi besar dan suka sama polisi, ganti
takut kepada mereka itu. Polisi adalah sahabat kita,
bukan musuh kita."
Tetapi Tatang tidak berpikir begitu. Minah telah
berkata kepadanja begitu sering bahwa polisi sedang
6 datang hendak menangkap dia sehingga ia selamanja
takut kepada mereka itu. Kalau ia melihat polisi
didjalan, ia akan berlari setje-pat-tjepatnja lalu
menjembunjikan dirinja. Kalau seorang polisi
berdjalan didepan rumahnja. tentu ia akan mendjerit
dan pergi bersembunji.
Pada satu hari ia sedang bermain-main
dihalaman rumah, membikin kueh-kueh tanah dengan
satu ember ketjil dan sodok ketjil. Ia rindu kalau boleh
bermain-main dengan pasir seperti ia pernah melihat
dipinggir laut. Apa salahnja kalau ia pergi kepinggir
laut ? Tempat itu rasanja tidak begitu djauh. Ia masih
ingat telah pernah pergi kesana naik kereta api. tetapi
dipikirnja ia dapat pergi kesana dengan berdjalan kaki.
Dalam hatinja timbul banjak perkara-perkara jang
baik, dan tidak lama kemudian ia pun sudah mulai
keluar halaman ru-mahnja dan berdjalan dipinggir
djalan besar. Nasihat ibu supaja djangan keluar dari
pekarangan tidak lagi diingatnja.
Tatang pun sampailah dibahagian kota jang
ramai. Barang-barang jang dilihatnja dipertundjukkan
dalam toko-toko hampir membikin dia lupa kepada
perdjalanannja kepinggir laut. Dengan perlahan-lahan
ia berdjalan dari satu djendela toko kepada jang lain,
melihat-lihat segala barang jang bagus-bagus, dan
berpikir-pikir apa jang akan dibuatnja kalau segala
barang jang dilihatnja itu kepunjaannja.
Setelah beberapa djam lamanja tidak ada lagi
toko-toko dan Tatang pun berdjalan sendirian diluar
7 kota sambil membawa ember dan sodok ketjilnja. Ia
seperti merasa tjapek, tetapi diteruskannja djuga
perdjalanan itu, karena pikirnja pinggir laut sudah
tidak djauh lagi. Tetapi ia tidak tahu bahwa laut masih
ada 30 kilometer lagi djauhnja dari sana.
Lalu Tatang berdjalan terus, dengan tiada
memperduli-kan waktu dan tempat ataupun
ketjemasan ibunja oleh keper-giannja itu. Dengan
tiba-tiba ia melihat satu tumpukan pasir dipinggir
djalan. Hatinja amat senang sekali. Pasir! satu
timbunan pasir! Bukan pasir bohong-bohong! Inilah
jang ditja-harinja. Ia pun sudah sampai dipinggir laut.
Tatang lalu duduk ditengah-tengah pasir itu,
membikin kueh-kueh dan segala matjam benteng
dengan sepuas-puas hatinja.
Setelah beberapa lama bermain itu ia melihat
dengan rasa takut bahwa hari sudah mulai gelap. Ia
tidak tahu sudah pukul berapa pada waktu itu, tetapi
dalam hatinja timbul perasaan bahwa ibu barangkali
sedang mentjahari dia. Hawa pun makin
bertambah sedjuk. Barangkali lebih baik ia
pulang sadja. Tetapi padi ketika itu ia baru merasa
bahwa ia tidak tahu djalan pulang.
Ia berdiri dan memandang sekelilingnja. Tidak
ada orang kelihatan, segala sesuatu sunji, dan haripun
makin lama makin gelap dan amat sedjuk. Tatang
mulai menangis. Sekarang inginlah ia kalau ada orang
datang dan membawa dia pulang.
8 ,,Hai 'nak," kedengaran satu suara dari
belakangnja. ?Mengapa kamu disini pada waktu begini
lambat T' Tatang menoleh kebelakang. Jang berkata
kepadanja itu adalah seorang polisi. Takutnja jang
lama segera timbul kembali.
?Djangan datang kemari!" Ia berseru. ?Saja
tidak mau dimasukkan kedalam pendjara."
?Wah," polisi itu tertawa. ?Buat apa saja
memasukkan kamu kedalam pendjara ? Saja hanja
datang mentjahari kamu."
Budjukan jang manis dan senjuman polisi itu
mulailah mematahkan perlawanan Tatang. ?Saja mau
pulang kerumah," katanja, air matanja pun keluar.
?Baiklah," kata polisi itu, ?dimanakah rumahmu
itu ?"
?Saja tidak tahu," kata Tatang sambil menangis.
?No-mornja 16, tetapi nama djalannja saja tidak ingat
lagi."
?Tidak mengapa, djanganlah menangis lagi.
Kamu suka makan gula-gula?"
Tatang memandang kepada polisi itu dengan
ragu-ragu, tetapi ia sudah begitu penat, dan haripun
sudah makin gelap, sehingga ia menjerah. Dalam
sekedjap mata ia sudah diangkat pada bahu polisi itu,
dan keduanja tertawa dengan gembira sepandjang
9 djalan. tangannja memegang leher polisi dengan kuatkuat.
Sementara itu orang dirumah sudah ribut. Ibu
sudah seperti orang gila oleh karena susah hatinja. ?Ia
sudah digiling mobil," ia menangis terseduh-seduh.
?Barangkali ia sudah mati. Saja punja Tatang sudah
mati!"
Sahabat-sahabat dan tetangga-tetangga datang
berkumpul menghiburkan dia. Kata mereka itu
barangkali ia sedang bermain-main dengan anak-anak
jang lain. Minah, jang sedang menangis pula, berlarilari sepandjang djalan membunjikan lontjeng jang
mereka biasa pakai kalau hendak makan, dengan
pengharapan bunji lontjeng itu didengar oleh Tatang.
Dengan tiba-tiba kedengaran satu orang
berteriak dihudjung djalan, karena rupanja semua
orang sudah pergi mentjahari anak jang hilang itu.
?Disini dia, disini dia!" Ter-riak itu kedengaran dari
mulut kemulut sehingga semua orang berlari
kedjurusan itu. Minah dimuka, dengan lontjeng makan
itu terus berbunji dengan kuatnja ketika ia berlari.
Betullah begitu. Tatang sedang didukung diatas
bahu polisi, dengan amat gembiranja, dan sedang
menudju rumahnja dengan tjepat.
?Aduh, Tatang. anak nakal !" ibunja berteriak
sambil tersenjum dan air matanja bertjutjuran. ?Dari
mana Tatang selama waktu ini?"
10 ?Saja dengan polisi ini," kata Tatang. ?Tahukah
ibu? ia mendukung saja sepandjang djalan dari pinggir
laut. Saja tidak takut lagi kepadanja. Polisi baik sekali.
Ia memberikan gula-gula kepada saja, inilah dia, saja
masih belum habis makan."
Anak Jang Kehilangan Uang Setalen
\/|AR." panggil bapa jang sedang bekerdja
keras dibe->.l * lakang rumah. ..mari dulu sebentar."
?)a. Pa." kedenga ran satu suara orang jang
masih tidur dari dalam rumah.
..Lekaslah, tjoba tolong saja sebentar."
..Tidak mau pak." kata suara itu.
..Datanglah dengan lekas, nak. Saja sedang
menunggu kamu."
Umar berpikir sudah waktunja untuk bergerak,
lalu keluar dari kamar makan.
?Bapa mau saja buat apa ?" ia bertanja.
..Buat apa?" Bapanja berteriak. ..Banjak sekali
jang harus dibuat. Saja sedang mau mendirikan satu
kandang ajam dipinggir pekarangan, dan saja mau
supaja Umar. menolong saja mengangkat papanpapan ini kesana."
Umar bersungut-sungut: ?Saja sedang hendak
bermain"
11 ..Inipun adalah satu permainan jang bagus."
sahut bapanja. ?Ajuhlah, bekerdjalah. Papan-papan
ada disitu, dan kamu tahu kemana membawanja."
?Kemana saja bawa kaju itu?" tanja Umar.
mentjari-tjari akal supaja djangan lekas bekerdja.
?Dipinggir pekarangan disana."
?Papan mana bapa mau saja bawa?"
?Papan ini," kata bapanja, mulai berkurang
sabarnja. ,,Tetapi saja tidak kuat membawa itu
semuanja." ?Ja, kamu dapat. Lekaslah. Saia akan pergi
kesana lebih dahulu membawa perkakas."
Umar berdjalan
timbunan papan
perlahan-lahan
kepada itu. ?Aduh, pak." ia merengut, ?terlalu berat."
..Terlalu berat? Seorang anak besar seperti kamu?"
?Tidak kuat angkat," kata Umar. ..Mengapa
tidak T' ..Terlalu berat."
Umar mengangkat
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
satu papan lalu melepaskannja kembali sehingga djatuh diatas papan
jang lain dengan suara jang keras.
?Aduh, pak," katanja, ?tidak bisa pak."
Satu pikiran jang baik timbul dalam hati
bapanja. ?Hai. Mar," berapa lama kamu pikir papan ini
12 kamu pindahkan kepinggir pekarangan itu kalau saja
memberikan uang setalen kepadamu?"
?Setalen?" tanja Umar, dengan tiba-tiba lupa
kepada segala keberatan jang baru dikatakannja.
?Sungguhkah bapa mau berikan setalen kepada saja
buat melakukan pekerdjaan ini?"
?Saja tidak djandjikan," sahut bapanja, ?saja
hanja ber-tanja berapa lama kamu dapat
memindahkan papan ini kesana kalau saja berikan
uang setalen."
?Saja tidak tahu." kata Umar dengan ragu-ragu,
merasa bimbang apakah sebetulnja jang dimaksudkan
oleh bapanja.
?Sukakah kamu setalen buat melakukan
pekerdjaan itu?" tanja bapanja dengan riang.
?Tentu sadja. saja suka!" kata Umar.
?Baiklah," sahut bapanja, ?sebelum kita
mengadakan perdjandjian, saja kepingin lihat berapa
lama kamu dapat memindahkan papan itu kalau saja
berikan setalen kepadamu."
?Baiklah," kata Umar. lalu mengangkat papan
jang paling atas ialti melarikannja dengan tjepat
kepinggir pekarangan itu. Dalam sebentar sadja ia
sudah balik kembali pada tempat papan itu.
?Apakah itu tjukup tjepat?" ia bertanja.
13 ?Ja, baik," kata bapanja. ?Papan itu rupanja
tidak begitu berat. Sekarang kamu boleh masuk
kerumah."
?Masuk kerumah !" Umar merasa heran:
?kenapa? Bukankah semua papan ini harus
dipindahkan kesana?"
..Saja tahu." sahut bapanja. ..Tidak mengapa.
Saja nanti membawanja kesana."
?Tetapi saja mau membawanja." kata Umar.
?Saja ingin mendapat uang setalen itu jang bapa bilang
saja boleh dapat."
?Saja pikir djuga tentu kamu mau." kata
bapanja. ?tetapi sekarang sudah terlambat."
..Terlambat?" Umar berseru. ..Masih banjak
waktu sebelum gelap."
?Bukan itu jang saja maksudkan," kata bapanja
dengan sedikit sedih. ?Maksud saja jaitu kalau kamu
mau mengerdja-kannja dengan tidak bersungutsungut dan merengut seperti tadi. tentu saja suka
sekali memberikan kepadamu uang setalen. boleh
djadi lebih lagi. karena sudah menolong saja. Tetapi
kalau saja punja anak tidak mau bekerdja buat saja
karena f jintanja kepada saja, tentulah saja tidak suka
ia bekerdja buat saja oleh karena uang sadja. Saja lebih
suka mengerdjakan pekerdjaan itu sendiri."
14 Umar tidak berkata-kata lagi. dan iapun
masuklah kedalam rumah untuk memikir-mikirkan
perkara itu.
Pagi-pagi benar pada esok harinja. ketika
bapanja sedang bertjukur dikamar mandi, satu suara
jang datang dari pekarangan belakang menjebabkan
dia memandang keluar dari djendela. Dipinggir
pekarangan ia melihat satu timbunan papan jang tak
pernah ada disana. Dipekarangan ia melihat Umar
sedang pulang kerumah. mukanja berseri-seri
memikirkan rahasia jang dimaksudkan hendak
membikin bapania kaget.
Dalam saat itu djuga bapanja pun mengerti.
Dengan lekas ia pergi keluar.dari kamar mandi dengan
mukanja masih penuh sabun tjukur.
Tetapi dengan segera pula ia kembali kekamar
mandi, untuk menghabiskan pekerdjaannja jang
terganggu itu. Hampir sadja tidak sempat ia menaruh
sesuatu dibawah piring bubur Umar.
Itulah uang setalen jang sudah hilang tetapi
didapatnja kembali.
Kebakaran AMAT, Minah!" kata ibu, ?kalau kamu tidak
berhenti berkelahi, saja akan pukul kamu berdua lalu
disuruh tidur. Saja belum pernah mendengar kakak
dan adik berkelahi seperti ini dahulu."
15 ?Amat menempeleng muka saja," kata Minah
dengan marah; ?lalu saja menampar mukanja."
?Ia menendang saja punja kereta api dari relnja
dengan sengadja." Amat berteriak, ?itu sebabnja saja
menempeleng dia."
?Ingat baik-baik, kalau saja dengar ribut-ribut
lagi, kamu berdua masuk kamar, dan tidak boleh
makan tengah hari". ?Salahnja sendiri." Amat
bersungut-sungut. ?Bukan," sahut Minah. ..Belumkah
habis?" tanja ibu.
Perkataan itu diutjapkan oleh ibu dengan berisi
tindakan dalam suara dan sikapnja sehingga kedua
anak itu berdiam diri.
Apa jang sudah djadi kepada keduanja tidak ada
orang jang tahu. Dahulu pernah mereka suka satu
sama lain dan bermain bersama-sama dengan baiknja;
tetapi sedjak mereka sudah bersekolah, sikapnja
terhadap satu sama lain sudah berubah sama sekali.
Amat suka membawa teman-temannja
kerumah dan bermain-main dengan mereka itu dalam
keadaan jang gembira dan senang. Minah pun suka
berbuat begitu dengan teman-temannja perempuan.
Tetapi kalau Amat dan iMinah sama-sama dirumah
berdua, mereka pasti berbantah-bantah dan tjektjok d
an berkelahi seperti dua ajam djago. Tidak ada satu
soal jang disetudjuinja, dan apa sadja dikatakan jang
satu tentu akan dibantah jang lain.
16 ..Saja akan pergi kepasar," kata ibu tidak lama
kemudian. ..Hati-hatilah, djangan kamu berkelahi
selama saja tidak ada. Ingat, djangan bikin ribut."
Tetapi setelah ibu sudah pergi Amat dan Minah
mulai berbantah-bantah lagi.
?Hati-hati djangan pegang saja punja kereta
api," kata Amat dengan suara jang menantang.
?Kalau saja mau, mengapa !!" kata Minah
sambil menggenangkan kepalanja.
?Tjobalah," kata Amat, ?dan lihat apa jang
djadi."
?Saja tidak perduli," sahut Minah, ?kamu ta'
berani memukul saja."
?Tidak berani? Asal sadja djangan kamu
memegang saja punja barang-barang, habis perkara."
Amat dengan segera mengurus kereta apinja
jang sudah mulai dinjalakan dan sedia hendak
berdjalan. Kereta api itu mempunjai satu locomotief
jang kuat menurut model ?srream-line", dan
mempunjai banjak gerbong2 dan wagon penumpang.
Locomotief itu didjalankan dengan minjak tanah, dan
asap api itu sudah mulai keluar dari tjerobongnja.
sedia hendak berdjalan, dan rupanja persis seperti
kereta api biasa.
?Penumpang naik! Penumpang naik!" Amat
berteriak, lupa akan pertjektjokannja dengan Minah.
17 Ia membukakan remnja, lalu kereta api pun
berdjalan. makin lama makin tjepat diatas rel jang
sudah diatur berbelok-belok dibawah kerosi, diantara
kaki medja, melalui terowongan, berkeliling-keliling
kamar makan.
Dengan tiba-tiba terdjadilah sesuatu. Apakah
Minah se-ngadja atau tidak, hal itu tidak akan pernah
diketahui, tetapi tepat pada ketika kereta api itu
berdjalan dekat dia dengan setjepat-tjepatnja, ia
melangkah diatas relnja. Tjerobong Jo-comotiefnja
terbentur pada tumitnja, lalu locomotief itu terbalik
bersama-sama dengan semua gerbongnja.
Perempuan nakal!" Amat berteriak dengan
marah lalu bangun berdiri mengedjar Minah.
Untunglah Minah lari tjepat, dan pergi diseberang
medja dimana Amat berdiri. Amat
mengedjar dia berputar-putar keliling medja itu
dan Amat makin lama makin marah karena ta' dapat
menangkap Minah.
Dengan tiba-tiba Minah berteriak ketakutan.
..Api! rumah sudah terbakar!"
Api sudah bernjala-njala. Karena marahnja,
Amat sudah lupa kepada locomotiefnja, dan minjak
tanahnja sudah tumpah dan mendjalar diatas lantai.
Njala api sudah mendjalar dimana-mana. Satu
tumpukan surat kabar sudah bernjala-njala. dan njala
api sudah membakar penutup bale-bale. ?Lekas!"
18 Amat berteriak, ?lemparkan gosokan kaki diatasnja
sementara saja mengambil air"
Minah berlari mengambil gosokan kaki itu, lalu
melem-parkannja diatas api itu. Dengan kakinja jang
ketjil ia berusaha mengindjak-indjak api jang tidak
tertutup dengan gosokan kaki itu, tapi sia2. Tikar
permadani telah terbakar, dan sedang bernjala-njala
dengan hebat. Pada saat itu Amat masuk dengan
ember airnja, tetapi tidak tjukup. Kain djen-dela dan
kain pintu mulai pula terbakar. Amat lari pula
mengambil air.
Minah menangis-nangis dengan kuatnja.
sementara ia berusaha dengan sekuat tenaganja
hendak mematikan api itu. Melihat kain djendela
terbakar Minah menariknja kebawah dengan sekuat
tenaganja. agar supaja loteng djangan terbakar, lalu
mengindjak-indjak dia dengan kakinja. Pada ketika ini
Amat pun sudah kembali.
?Awas!" ia berseru, ?badjumu sudah terbakar."
Dan dengan tidak membilang apa2 lagi ia segera
menuangkan air itu kepada Minah.
Pada saat itu pintu belakang dibuka, lalu
tetangga mereka masuk. Ia telah melihat njala api itu
dari djendelanja. dan mengetahui apa jang sudah
djadi. Dengan segera ia membantu Amat mengambil
air, lalu api itupun dapatlah dipadamkan.
19 ?Aduh, saja punja kaki!" kata Minah jang sudah
basah kujup, ketika njala api jang penghabisan sudah
dimatikan dan kegaduhan itu sudah habis.
..Kasihan." kata tetangga itu ketika ia melihat
kaki Minah, ?kakimu sudah terbakar, dan luka2. Lekas,
Amat, larilah memanggil dokter dengan setjepattjepatnja."
Amat lari seperti kilat, dan dalam beberapa
menit sadja dokterpun sampailah.
..Tjoba telefon mobil Ambulance," katanja
kepada tetangga itu. ?Ia mesti dibawa kerumah sakit
dengan segera."
Setengah djam kemudian ibupun pulanglah dari
pasar dan melihat perkakas rumahnja jang terbakar
itu, dan Amat menangis terseduh-seduh ditengahtengah kamar makan itu. Ketika ibu mendengar bahwa
Minah sudah dibawa kerumah sakit karena terbakar,
ia hampir djatuh pingsan.
?Tetapi ia berani betul," kata Amat. ?Saja tidak
tahu kalau perempuan ada seperti itu beraninja. Ia
berusaha sekuat-kuatnja memadamkan api itu."
Tiap-tiap hari pada beberapa minggu jang
berikut. Amat selalu pergi kerumah sakit dan melihat
saudaranja seberapa kali ia dibolehkan. Tiap-tiap kali
ia membawa sesuatu untuk saudaranja, buah-buah
atau kueh atau buku, dengan menuliskan surat
kepadanja. Ia tidak pernah berpikir bahwa ia merasa
begitu sedih dan susah kalau Minah tidak ada.
20 Tidaklah heran ketika Minah dibolehkan pulang
dari rumah sakit, sikap Amat kepadanja sudah lain
sekali. Meskipun keduanja tidak pernah bitjara
tentang kedjadian itu, mereka telah mengambil
keputusan dalam hatinja masing-masing bahwa mulai
dari sekarang mereka akan baik satu sama lain.
Nenek MARI kita bermain-main dikamar makan," kata
Minah kepada temannja Frieda. Minah sedang
merajakan hari ulang tahunnja dan ia mengundang
Frieda jang baru datang dan tinggal dalam rumah jang
sebelah mereka.
?Lebih baik kita bermain dipekarangan," kata
Frieda. ?Djangan kita main dikamar makan itu."
?Tetapi mengapa?"
?Karena si nenek ada disana," kata Frieda, ?dan
?" ?Si nenek!" kata Minah. ?Itu saja punja nenek."
?Djangan marah," kata Frieda dengan menjesal,
?apakah ia tidak akan marah kalau kita nanti ributribut?"
?Ah, tidak!" kata Minah. ?Kamu belum kenal
saja punja nenek. Ia suka sekali kalau kami bermainmain didekatnja. Marilah lihat."
Lalu keduanja pun pergi kekamar makan, dan
Minah memperkenalkan Frieda kepada neneknja.
Nenek menjambut dia dengan senjuman jang begitu
21
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gembira sehingga perasaan takutnja pun dengan
segera hilang lenjap."
?Nenek tidak keberatan kalau kami main disini,
bukan, "nek?" tanja Minah.
?Sekali-kali tidak," sahut nenek. ?Saja akan
menjesal kalau kamu tidak bermain-main disini. Saja
suka sekali melihat anak2 bermain-main. Permainan
anak2 membikin saja punja perasaan djadi muda
kembali."
Begitulah dengan pertolongan ibu, anak2
segera ramai bermain-main dan membuat segala
matjam permainan jang disukai oleh anak2 kalau
mereka berkumpul bersama-sama. Nenek kadang2
mengikuti permainan mereka itu dari kursi
maJasnja. dan tidak mempcrduiikan sorak dan
teriak mereka, bahkan tidak diperdulikannja ketika
mereka main orang buta, dan Minah sebagai orang
buta mengedjar anak2 jang lain berkeliling kursinja itu
berulang-ulang.
Achirnja anak2 itupun merasa bosan dengan
permainan-nja, lalu mereka datang duduk keliling
tempat nenek.
?Nenek, tjoba bertjerita kepada kami." kata
Minah. ?Nenek selalu mempunjai tjerita jang begitu
bagus."
?Tjerita?" tanja nenek. ?Tjerita apakah jang
kamu suka dengar?"
22 ?Nenek, tjoba bertjerita kepada kami." kata
Minah. jang rupanja tidak pernah bosan mendengar
tjerita nenek tentang hal ini.
?Aduh, sudah begitu lama," sahut nenek,
?tetapi saja masih ingat beberapa perkara jang saja
sudah buat ketika saja masih ketjil. Saja sudah
mentjeriterakannja kepada kamu begitu sering, tetapi
ada djuga satu perkara jang saja sedang kenangkan
ketika anak2 datang kemari tadi."
?Tjeritakanlah, 'nek." kata Minah dengan
senang hati.
?Saja takut tjerita ini tidaklah betul kedjadian,"
sahut nenek, ?dan lagi tjeritanja pun sedih."
?Lebih baik lagi," kata Minah dan Frieda
bersama-sama. lalu mereka dan anak2 jang lain turut
berkeliling sambil memandang kepada nenek. ?Saja
paling suka sama tjerita jang sedih", kata Solaiman.
?Kalau begitu, baiklah." kata nenek. ?Ketika saja
duduk disini tadi, teringatlah saja kepada anak2
kenalan saja dahu-lukala ketika saja masih ketjil,
terutama saja punja saudara laki2 dan perempuan."
?Adakah saudara nenek, laki- dan perempuan?"
tanja Frieda.
?Ja, tentu sadja." sahut nenek. ?Dan kami
semua sajang satu sama lain. Kami punja ibu baik
sekali sehingga keluarga kami amat gembira. Kami
pergi kesekolah bersama-sama ?
23 dengan gembira sekali ? dan kami pun suka
bersanda gurau dan bermain-main seperti kamu. Pada
waktu itu segala sesuatu adalah serba susah, dan kami
tidak mendapat segala kesenangan jang didapat orang
pada waktu ini, tetapi kehidupan kami bolehlah
dikatakan senang djuga."
Nenek berhenti sebentar lalu menarik napas
pandjang sementara ia melihat segala hari-hari
mudanja jang sudah lalu untuk selama-lamanja.
Kemudian ia meneruskan tjerita-nja..
?Waktu berdjalan tjepat sekali, tetapi
sementara tahun lalu berganti-ganti saja telah melihat
anak2 jang bersekolah bersama-sama dengan saja
mendjadi besar dan dewasa. Saja pergi melihat pesta
perkawinan banjak diantaranja. dan kemudian,
setelah mereka mendjadi bapa2 dan ibu2, saja mendjaga dan bermain-main dengan anak2 mereka.
Waktu pun berdjalan terus, dan satu demi satu
mereka pun mulailah penat hidup didunia ini, lalu
pulang ketempatnja jang baka. Ketika anak2 tadi
datang nenek sedang berpikir bahwa diantara kami
semuanja, hanjalah nenek sadja jang tinggal hidup
sekarang"
Sekali lagi nenek diam, anak2 pun sunji senjap,
dan Frieda tidak dapat menahan air matanja.
?Nenek tentulah merasa sedih," katanja dengan
penuh kasihan.
24 ?Ah, sekali-kali tidak," kata nenek dengan
menghilangkan kesedihan mukanja. ?Sedikit pun
tidak. Itulah sebabnja saja suka sekali kalau anak2
datang dan bermain-main sekeliling saja. Anak2 tidak
mau membiarkan saja merasa sunji."
Pada saat itu kedengaran orang mengetuk pintu
depan. Ada orang datang mengatakan bahwa sudah
waktunja Frieda pulang kerumah lalu tidur.
Ketika Minah membawa Frieda kepintu, Frieda
berbisik, ?saja senang sekali kita tidak djadi bermainmain didapur, bukan?"
?Ja," sahut Minah. ?Bukankah nenek saja itu
baik sekali? Tidaklah baik kalau kita berlaku seolaholah ia tidak disukai."
?Ja." sahut Frieda. ?Saja mau datang melihat
nenek, kalau saja dapat."
Barangkali adalah nenek2 disana sini jang
mengenangkan waktu mudanja, dan dalam hatinja
mengharapkan belas kasihan dan tjinta jang anak2
dapat berikan kepadanja.
Orang Sakit
A DUH, kasihan!" Frieda mengeluh. ?Mengapa si
Tuti t? /V begini sadja? Saja mesti panggil dokter
dengan segera."
Dengan begitu Frieda dengan segera
meletakkan Tuti ditempat tidurnja lalu pergi kepada
kuntji pintu lalu membi-kinnja seolah-olah telepon.
25 ?Hallo! Apakah saja bitjara dengan dokter
Aspirin ?" ?Ja, njonja," kedengaran satu suara dari
sebelah pintu. ?Disini dokter Aspirin. Ada perlu apa
njonja?"
?Aduh, dokter, saja punja anak Tuti sedang sakit
keras. Dapatkah dokter datang dengan segera?"
Saja segera datang," kata suara jang dibalik
pintu itu. ?Saja punja mobil sudah siap, dalam tempoh
beberapa menit saja tentu disana."
Frieda pergi duduk disebelah tempat tidur Tuti,
dan berusaha keras membikin seperti orang
menangis. Tidak lama kemudian kedengaranlah orang
mengetuk pintu.
?Ah, dokter Aspirin, lekas tuan datang. Saja
merasa senang sekali dokter sudah datang "
Dokter Aspirin, jang memakai topi bapa dan
membawa tasnja, berdjalan langsung ketempat tidur
Tuti. Mukanja dibikin bersungguh-sungguh.
?Tjoba saja periksa panasnja," katanja lalu
memegang tangan Tuti.
?Aduh, tjepat betul, tjepat betul," ia berkata
pada diri'
nja. ?Kasihan! Tuti," kata Frieda.
?Sekarang saja mau lihat lidahnja," kata dokter
Aspirin. ?Saja takut ta' dapat ia membuka mulutnja
26 karena terlalu sakit," kata Frieda. ?Dokter pikir apakah
sakit anak ini?"
?Satu penjakit jang amat sulit." kata dokter
Aspirin. ?Amat sulit."
..Aduh. apa jang saja harus buat. dokter?"
Frieda mengeluh.
?Buat?" kata dokter Aspirin. ?Hanja satu
perkara njonja dapat buat. Njonja harus mengurus
anak ini lebih baik. Njonja telah memberi makan
kepadanja dengan salah. Ia sakit perut dan barangkali
akan mati."
?Mati, aduh, kasihan!" Frieda berseru.
?Makanan apakah harus saja berikan kepadanja
supaja ia sehat dan kuat kembali?"
?Hmm!" kata dokter Aspirin. ?Tjoba saja lihat.
Anak njonja ini sudah makan terlalu banjak gula-gula.
Ia telah makan gula-gula sepandjang hari sehingga
perutnja telah rusak. Njonja sekali-kali tidak boleh
berikan gula-gula kepadanja ketjuali pada waktu
makan."
?Tetapi ia akan menangis terus!" kata Frieda.
?Itu tidak mengapa," kata dokter Aspirin. ?Lebih
baik menangis daripada mati. Anak-anak tidak boleh
makan kalau bukan pada waktu makan. Perbuatan
demikian membikin mereka sakit. Dan adakah anak
njonja diberikan makan sajur-sajuran?"
27 ?Tidak, dokter. Ia sekali-kali tidak suka makan
sajur. Kalau saja membawa sajur kemedja makan, ia
tentu akan merengut."
?Tidak mengapa," kata dokter Aspirin dengan
streng. ?Lebih baik merengut daripada sakit. Ia harus
makan sajur tiap-tiap hari ? kangkung, kol, salderi,
wortel, dan lain-lain sajur."
?Tidak semuanja tiap-tiap hari, dokter!"
?Ah, tentu tidak!" kata dokter Aspirin. ?Tetapi
satu ma-tjam tiap-tiap hari, paling sedikit. Dan lagi,
adakah anak ini makan tjukup buah-buah?"
?Ia suka sekali makan pisang dan djeruk, tetapi
buah-buah ada terlalu mahal sehingga saja ta' dapat
memberikan banjak buah kepadanja."
?Ia harus makan banjak buah-buah. Djangan lagi
berikan kepadanja kueh-kueh jang manis dan banjak
gula. lebih baik berikan pisang dan djeruk atau nanas
kepadanja."
..Saja dengar," kata Frieda. ?kalau makan satu
djeruk tiap-tiap hari tentu dokter tidak perlu datang
lagi. Benarkah perkataan itu, dokter?"
?Tentu," sahut dokter Aspirin. ?Saja tidak akan
pernah datang lagi kalau njonja berbuat begitu ?
ketjuali, tentu, kalau anak njonja dapat tampak atau
penjakit tjatjar."
?Ah. terimakasih banjak, dokter Aspirin." kata
Frieda. ?Berapa harus saja bajar?"
28 ?Bajar?" kata dokter Aspirin. ?Saja biasa minta
sepuluh rupiah."
?Agak mahal, bukan?" kata Frieda, lalu
mengambil dua lembar kertas ketjil dari dompetnja.
?Harga biasa,"
kata dokter Aspirin. ?Terimakasih. Saja harap anak njonja akan lekas baik.
Dan djangan lupa menurut saja punja petundjuk."
?Ja. dokter," kata Frieda ketika ia menutup
pintu. ?Tatang." ia memanggil, ?djangan lupa
menjimpan topi bapa kembali ditempatnja, ja?"
Merokok pADA satu hari Umar pulang dari sekolah,
mukanja amat ' putjat. Setelah ia masuk kerumah
dengan segera ia pergi kekamar makan lalu
merebahkan dirinja diatas bale-bale.
?Mengapa kamu, Umar?" tanja ibu. ?Kamu
kelihatan seperti orang sakit."
?Badan saja tidak enak," sahut Umar.
?Kamu makan apa disekolah?" tanja ibu.
?Saja tidak makan apa-apa," sahut Umar. ?Saja
punja badan lemas. Ibu tidak usah kuatir. Besok saja
tentu sudah baik kembali."
?Kalau begitu, tunggulah sebentar, makanan
sudah hampir sedia."
?Saja tidak mau makan."
29 ?Habis, Umar mau apa?"
?Tidak apa-apa, ibu. Saja pikir saja mau tidur."
?Bapa nanti tentu tidak lama lagi akan pulang;
lebih baik tunggu sebentar; bapa suka kamu disini
kalau ia pulang."
?Tidak, ibu," kata Umar, ?saja mau tidur ? lekaslekas sekali ini." Dengan berkata begitu ia lantas pergi
kekamar-nja, dan mendengar suara ribut-ribut
dikamar itu ibu menjang-ka ia sedang mengganti
pakaian dengan segera.
Tidak lama, kemudian bapa pun pulang.
?Dimana Umar?" ia bertanja.
?Tidur," sahut ibu.
?Tidur!" kata bapa dengan agak terperandjat.
?Mengapa tidur? Saja akan melihat dia."
Dengan segera bapa pergi kekamar Umar.
?Mengapa, 'nak?" ia bertanja.
Umar pura-pura tidur, tetapi bapa mengetahui
djuga sedikit tentang halnja itu, karena ia sendiri pun
rupanja sudah pernah berbuat demikian ketika ia
masih ketjil.
?Ajuh, Umar. Kamu tidak tidur. Apa kamu
sakit?"
..Saja merasa pusing," Umar merengut.
30 ,.Tjoba saja pegang kamu punja tangan."
Umar mengundjukkan tangannja. Bapa
memegang per-gelangan tangannja lalu melihat apaapa.
..Apakah ini pada djanmu, 'nak?"
Umar menarik tangannja kebawah selimutnja.
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
..Tidak apa-apa, 'pak; tjat, barangkali."
,,Tjoba saja lihat kamu punja lidah."
Umar membukakan
mulutnja. Bapa membongkok, begitu dekat lebih daripada jang perlu
kalau hanja melihat sadja kedalam. Kemudian ia
berdiri dari tempat tidur itu lalu pergi kekursi dimana
pakaian Umar diletakkan deng'an semba-rangan. \a
mengambil pakaian itu dan memeriksa kantongnja
satu per satu. Pekerdjaan itu agak tidak
menjenangkan. karena beberapa kantong Umar ada
berisi berbagai matjam barang-barang, potonganpotongan tali. paku. saputangan jang kotor, gula-gula
jang sudah setengah hantjur, bidji sawo. dan
hantjuran roti. Tetapi dari kantong sebelah kanan
tjelana Umar bapa mengeluarkan satu bungkusan
ketjil jang kuning warnanja.
Ia datang kembali kepada Umar, jang tidur
dengan diam dan tidak bergerak ketika bapanja
memeriksai pakaiannja itu.
..Umar, buat apa ada geretan didalam saku
tjelanamu?"
31 ..Membakar perasan," sahut Umar dengan
pelahan. ..Betulkah begitu. Umar?" tanja bapa dengan
streng. ..Benarkah apa jang kamu katakan itu?"
Umar berdiam diri.
..Tjobalah djawab." kata bapa\ ..benarkah
perkataanmu
itu?"
?Tidak, 'pak," sahut Umar dengan amat
perlahan sekali.
?Saja tahu kamu bohong." kata bapa. ..Segera
setelah saja melihat tanganmu dan mentjium
napasmu, saja tahu kamu sudah bermain-main
dengan tembakau. Betulkah begitu?"
?Ja, pak," sahut Umar, ?ada seorang anak jang
mengatakan saja tidak berani merokok," katanja
sambil air matan ja bertjutjuran.
?Aduh, Umar! saja menjesal sekali," kata bapa.
?Saja selalu harap kamu tidak akan pernah
mempeladjari tabiat jang djahat. kotor, dan pemboros
itu. Saja sendiri tidak\per-nah merokok sepandjang
umur saja. dan saja mau supaja saja punja anak sekalikali tidak pernah memegang tembakau itu."
?Saja tahu bapa tidak merokok, dan saja pun
sebetulnja tidak mau," kata Umar dengan menangis.
32 ?Saja tahu kamu tidak mau," kata bapa. ?Tetapi
lain kali kamu harus berani mengatakan Tidak!
Merokok itu tidak pernah membikin orang baik. Rokok
merusakkan kesehatan, melemahkan djantung,
mentjemarkan tangan, membikin napas bau, dan
membakar uang."
Bapa berhenti sebentar, lalu kamar itu sunjisenjap, jang kedengaran hanjalah napas Umar jang
keras dan tangisnja jang berhenti-henti.
?Umar!" kata bapa.
,.Ja, 'pak.
?Saja minta kamu berdjandji kepadaku satu
perkara." ?Ja, 'pak."
?Kasihkan tanganmu
menjorongkan tangannja.
pada bapa. Umar ?Berdjandjilah kepadaku," kata bapa sambil
menjarnbut tangan Umar didalam tangannja,
?berdjandjilah kepadaku bahwa kamu sekali-kali tidak
akan menaruh tembakau dalam rupa apa pun pada
mulutmu mulai dari sekarang."
?Saja berdjandji," kata Umar.
Keduanja memegang tangan satu sama lain, lalu
djandji itu, sudah ditutup.
Dna Anak Jang Berani
NENEK sedang duduk sendirian dikamar makan.
Anak-anak bermain-main
dengan ramainja 33 dipekarangan rumah. Dengan tiba-tiba turunlah
hudjan dengan lebatnja sehingga mereka masuk
berlari-lari kedalam rumah. Melihat nenek duduk
dikursinja dengan memegang satu buku Minah datang
lalu berkata. ..Buku apa ini. nenek?" ?Aduh, gambar
apa ini, 'nek?" tanja Tatang sambil menondjolkan
kepalanja keatas gambar itu.
?Ini gambar satu menara," sahut nenek. ?Tjerita
ini adalah tentang dua anak jang berani. Maukah anakanak mendengar tjerita itu?"
?Mau, 'nek," sahut anak-anak itu ramai-ramai,
sambil duduk diatas lantai dihadapan nenek. Lalu
nenek pun bertje-rita:
Djauh dari sini pada satu pinggir laut dimana
banfak batu besar-besar didirikanlah satu menara api.
Tiap-tiap malam lampu itu menjinarkan tjahaja jang
amat terang sekali diatas air jang gelap dan amat
berbahaja disekelilingnja.
Dengan perlahan-lahan tjahaja itu berputar,
kadang-kadang terang, kadang-kadang agak gelap,
kemudian terang lagi, tidak pernah berhenti, selalu
memberikan amaran bahwa dibawahnja ada batubatu jang berbahaja. Kapal-kapal jang lewat disana
pada waktu malam mengerti maksud menara api itu
lalu meneruskan perdjalanannja dengan selamat
kepada pelabuhan jang ditudjunja.
Baik musim dingin baikpun musim panas tjahaja
menara itu selalu bersinar-sinar. Baik pada malam jang
34 terang apabila bulan dan bintang kelihatan dilangit,
baikpun pada malam jang gelap dan angin ribut, lampu
itu tidak pernah mati. Kalau malam makin gelap,
makin teranglah lampu menara itu kelihatan; makin keras angin Tibut. makin
senanglah orang-orang pelaut melihat tjahaja jang
memberitahukan bahaja itu.
Pada menara jang tersebut dalam tjerita ini.
tinggallah seorang orang pendjaga menara, isterinja,
dan dua anaknja. Paul dan Reine. Menara itu sunji
betul karena hanjalah mereka sadja penduduk tempat
itu. Rumah mereka jaitu menara jang tinggi dan sempit
itu. Usaha mereka setiap hari berputar atas tjahaja
jang diatas menara itu. Itulah sebabnja mereka disana,
mendjaga supaja lampu menara itu tetap memantjarkan tjahajanja.
Pada satu sore, ketika hari sudah mulai subuh,
si bapa naik tangga jang tjuram dan sempit, seperti
telah dibuatnja tiap-tiap hari hendak menjalakan
lampu menara. Sebentar kemudian ia turun kembali,
mukanja putjat betul, dan sakit.
?Saja sakit," katanja lalu merebahkan dirinja
pada satu kursi. Ibu berlari kepadanja dengan
dukatjita besar, karena njatalah kelihatan bahwa
penjakitnja itu berat adanja. Seketika lamanja segala
sesuatu djadi katjau, kedua anak itu berdiri melihatlihat dengan perasaan tjemas dan kuatir.
35 Beberapa waktu kemudian setelah bapa
dibaringkan ditempat tidur, Paul berkata.
?Ibu," katanja, ?bagaimana dengan lampu V'
?Pergilah dan lihat," katanja; ?saja tidak dapat
pergi sekarang."
Lalu Paul dan Reine keluar dari kamar. Dengan
perlahan-lahan mereka memandjat tangga jang
tjuram, gelap, dan dingin itu.
Malam sudah turun. Angin ribut sedang mulai
timbul; awan-awan jang gelap mulai menutupi bulan.
Dibawah mereka ombak jang besar-besar menderu
atas batu-batu jang tjuram, lalu djatuh kembali keatas
lautan jang sedang mengamuk.
Lampu menara itu ada menjala, tetapi rupanja
ada jang tidak berdjalan semestinja. Lautan jang
sekelih'ngnja ada gelap gulita, dan tjahaja besar dari
lampu menara itu terpantjar kearah daratan.
?Reine!" Paul memanggil, tudung lampu tidak
berputar. Kapal-kapal tidak akan pernah melihat
tjahaja menara"
?Dapatkah kamu mendjalankan mesin lampu
itu?" tanja Reine.
?Saja akan tjoba," kata Paul.
Paul sudah melihat bapanja mendjalankan
mesin itu berkali-kali, dan ia merasa dapat
mendjalankannja. Tetapi dengan segera pula ia
36 mengetahui ada kerusakan. Satu bahagian dari mesin
itu sudah patah, dan iapun tidak dapat membetulkannja.
?Apa daja kita V' tanja Reine.
?Masih ada mesin lain jang didjalankan oleh
tangan," kata Paul.
?Tetapi ta' dapat kamu memutarnja sendirian."
?Tidak, tetapi kita berdua dapat," kata Paul.
?Ingatlah, Reine. kitalah anak-anak terang."
?Saja akan menolong kamu," kata Reine.
Keduanja dengan segera pergi kepada mesin
tangan itu lalu memutarnja. Tudung lampu itu mulai
berputar, lalu mereka pun merasa gembira. Kapalkapal akan melihat tjahaja lampu itu.
Berdjam-djam lamanja kedua anak itu bekerdja
terus. Tidak ada malam sepandjang malam jang satu
itu. Tangannja jang ketjil itu mulai letjet dan sakit.
Lengannja jang ketjil itu bertambah-tambah penat.
Menit rasanja seperti djam dan djam rasanja seperti
tahun. Mereka merasa begitu penat sehingga mereka
menangis sementara memutar mesin tangan itu.
Diluar menara angin ribut menderu dan mengamuk
dengan hebatnja. Didalam kamar dibawah menara,
bapanja sedang sakit keras dan ibunja sedang
menangis karena dukatjitanja. Tetapi kedua anak
terang itu terus mendjalankan mesinnja dengan tidak
berhenti-henti. Mereka memutar terus, meskipun
37 badannja sudah amat penat dan hatinja amat sedih,
sampai fadjar sudah menjingsing disebelah Timur dan
mereka tahu bahwa usahanja sudah selesai.
Kapal-kapal melihat sinar menara itu pada
malam jang gelap gulita itu. lalu mengutjapkan
terimakasih kepada Allah. Tetapi mereka tidak pernah
tahu apa jang sudah djadi pada menara itu. ataupun
tentang keberanian dua anak ketjil jang setia kepada
tugas jang diserahkan kepada mereka.
?Maka sama seperti Paul dan Reine
memeliharakan tjahaja lampu menara sepandjang
malam jang gelap gulita pada ketika angin ribut itu,
demikianlah Allah mau supaja tiap-tiap anakNja
memeliharakan sinar tjintaNja bertjahaja kepada
dunia jang dingin dan gelap gulita. Makin gelap tempat
sekeliling kita. makin teranglah harus sinar kita
bertjahaja. Makin hebat angin ribut, makin tetaplah
pula sinar kita itu bertjahaja. Dukatjita ataupun
kelelahan sekali-kali tidak boleh mematikan sinar itu.
Ada banjak kapal jang lewat, memandang kepada kita
untuk penghiburan dan pimpinan dan persahabatan.
Maka kita jang mendjadi anak-anak terang mesti
selalu membikin lampu itu bertjahaja sepandjang
malam." kata nenek.
Bara Api PAK," Amat berseru, ketika pulang berlari-lari
dari sekolah, ,,si Badu itu adalah anak jang paling nakal
disekolah."
38 ?Wah, mengapa dia, 'nak T' kata bapa. ?Aduh,
bukan main djahatnja, pak. Ia selalu memberikan
nama jang bukan-bukan kepada saja. dan apa sadja
jang saja buat dikatakannja djelek atau tolol, dan ia
selalu menghasut-hasut anak-anak jang lain melawan
saja dengan tjerita-tjerita bohong."
?Ah, betulkah begitu T' tanja bapa. ?Barangkali
tidak sampai begitu hebatnja."
?Sungguh, 'pak," kata Amat. ?Dan lebih tjelaka
lagi, saja tidak mau diperlakukannja demikian lebih
lama lagi. Meskipun ia lebih besar, saja akan berkelahi
dengan dia besok."
?Amboi, bukan main," kata bapa sambil
tersenjum. ?Saja harap kamu akan beritahukan
kepadaku kapan kamu akan bertindju dengan dia.
supaja saja dapat mengumpulkan sisa-sisanja."
?Tentu tidak akan ada jang tinggal daripadanja
sedikit-pun," kata Amat sambil mengepal-ngepal
tindjunja.
?Aduh, apakah kamu akan menelan dia mentah
mentah?" Amat tertawa.
?Mat," kata bapa, ?saja tahu akalnja bagaimana
kamu dapat membalas anak nakal itu."
?Bapa dapat T' tanja Amat dengan girangnja.
?Bagaimana tjaranja, pak ?"
?Maukah kamu menimbunkan bara api diatas
kepalanja?"
39 ?Apa sadja pak," sahut Amat. ?Apa sadja."
?Kalau begitfi saja akan tjahari resepnja dahulu,
supaja kamu dapat membUatnja."
Dengan berkata begitu bapa pergi kemedja
tulisnja lalu mengambil satu buku. Setelah membukabuka buku itu sebentar, iapun mendapat halaman jang
ditjaharinja.
..Ah. inilah dia." katanja. ..Tjobalah dengar,
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mal: 'Kalau musuhmu lapar, berilah makan akan dia;
kalau ia haus, berilah minum akan dia, karena dengan
berbuat demikian engkau akan menimbunkan bara api
diatas kepalanja." Rum 12:20.
?Aduh, "pak." kata Amat, ?itu tidak baik; saja
lebih suka bertindju dengan dia."
?Tetapi," kata bapa, ?ini djauh lebih baik. Kalau
kamu bertindju dengan dia, ia tidak akan merasa
begitu sakit; tetapi dengan djalan begini kamu
menimbunkan bara api diatas kepalanja. Kamu akan
membakar dia sampai hangus.'
?Memang bagus !" kata Amat. ?Tetapi tjara
melakukan-nja saja tidak suka."
?Kenapa tidak mau tjoba ?" tanja bapa. ?Apakah
salah-nja kalau kamu tjoba ini lebih dahulu sebelum
mengadjak dia bertindju."
?Barangkali." kata Amat. ?Barangkali, saja akan
pikirkan hal itu lebih dahulu."
40 Amat memikir-mikirkan pituah bapanja itu, dan
tidak berapa lama kemudian terdjadilah beberapa
peristiwa.
Esok paginja dalam perdjalanan kesekolah,
Amat pun bertemulah dengan Badu jang sangat
dibentjinja itu.
?Sial betul," kata Badu ketika ia dapat menjusul
Amat. ..Saja terlambat bangun, dan tidak sempat
makan pagi. Saja kira kamu sudah makan sampai
kenjang betul."
?Tidak makan pagi !" kata Amat dengan manis.
?Kamu tentu sudah lapar betul. Lebih baik kamu
makan saja punja roti ini. Memang, saja makan
kenjang betul tadi pagi, saja pikir kamu mesti makan
rotiku ini.".
Badu sangat terperandjat seolah-olah ada jang
menindju dia diantara kedua matanja. Mula-mula ia
melihat kepada Amat dan kemudian kepada
bungkusan rotinja.
?Kamu bohong," katanja.
?Sungguh, bukan bohong." kata Amat. ?Ini dia,
makanlah."
?Saja beruntung sekali. Terimakasih." kata Badu
sambil menerima bungkusan roti itu lalu mulai makan.
?Tetapi kamu-pun tentu mau makan djuga sedikit,
bukan V' 41 Amat mengambil sepotong, dan keduanja
berdjalan bersama-sama kesekolah sambil makan.
?Aduh panas betul pagi ini," kata Badu setelah
mereka berdjalan beberapa djauh. ?Tjoba kalau kita
dapat minuman dimana-mana."
?Minum V' tanja Amat. ?Tjoba saja ingat,
dimana kita dapat minum. Saja pun mau minum
djuga."
?Sajang sekali kita tidak dapat limonade
diwarung sana." kata Badu.
?Baru, saja ingat," kata Amat. ?Saja kebetulan
membawa v.uang setalen. Marilah kita pergi
kewarung itu."
?Saja tidak suka mengambil uangmu itu," kata
Badu. ?Lebih baik saja tunggu sampai kita nanti
disekolah."
?Ah, tidak mengapa, marilah ikut saja," kata
Amat. Kita akan minum seorang segelas limonade.
Enak, bukan V'
Lalu keduanja masuk kewarung itu dan membeli
satu botol limonade, seorang segelas, dan setelah itu
mereka berdjalan tjepat-tjepat kesekolah.
Tengah hari ketika Amat pulang dari sekolah,
bapanja sudah menunggu dia didepan rumahnja.
?Djadikah kamu bertindju V' tanja bapanja.
?saja harap kamu menang."
42 ?Saja menang 'pak." kata Amat dengan muka
jang berseri-seri. ?Baru sadja saja membakar dia
sampai hangus."
?Kamu bakar dia sampai hangus ? Kamu bikin
apakah V' tanja bapa.
?Saja hanja buat seperti jang bapa suruh. Saja
berikan ia makan dengan saja punja roti. saja beri ia
minum limonade.
dan ? iapun berubah dengan tiba-tiba. Bukan
main tjepatnja berubah sikapnja terhadap saja
sepandjang hari. Kami seolah-olah sudah mendjadi
sahabat lama."
?Bagus sekali! Baiklah begitu, 'Mat!" kata bapa.
?Saja harap kamu akan selalu menang begitu dalam
perdjuangan hidupmu."
Tentang Kebersihan
OEKOLAH hanja dibuka setengah hari lalu
Solaiman dan O teman-temannja pergi ramai-ramai
bermain-main di-park. Mereka semua membawa
makanan jang dibungkus dalam kertas, dan setelah
bermain-main sepuas-puasnja segala ma-tjam
permainan jang mereka ketahui, duduklah mereka
diba-wah satu pohon beringin lalu makan segala
makanan jang telah dibungkus oleh ibunja masingmasing untuk dibawa kesekolah pada pagi itu.
Makanan itupun dengan segera habis, maka
oleh karena tidak mengetahui apa jang akan dibuatnja
43 lebih djauh, mereka mulai melempari satu sama lain
dengan kulit pisang dan kulit djeruk, dengan demikian
mentjerai-beraikan djuga kertas pembungkus
makanannja itu berkeliling.
Dengan tiba-tiba datanglah seorang-orang tua
dari belakang pohon beringin itu. Ia rupanja hendak
melalui anak-anak muda jang sedang bermain-main
itu, tetapi ia telah mengindjak satu kulit pisang
sehingga iapun djatuh dengan hebatnja.
Solaiman dengan tjepat melontjat kepada orang
tua itu lalu berusaha sekuat-kuatnja menolong dia
berdiri kembali.
?Saja harap bapa tidak kena bentjana apa-apa,"
katanja. ?Saja pikir tidak," djawab orang tua itu. ?Sedikit
kaget* sadja. Saja pikir saja mau duduk ditempatmu
sebentar, kalau saja boleh."
Solaiman menolong dia kepada tempat duduk
itu, dan anak-anak jang lain pun berdiri Berkeliling
untuk melihat apakah orang tua itu dapat tjelaka atau
tidak. ?Saja pikir saja tidak apa-apa," katanja, ?tetapi
saja sudah makin tua. dan kedjadian seperti ini adalah
sangat berbahaja bagi orang jang setua saja. Sungguh
malang sekali karena
orang banjak tidak begitu berhati-hati dengan
kulit pisangnja. bukan ?"
44 ?Ja, Pak," sahut Solaiman, tetapi dengan
pemandangan jang mengandung kesalahan kepada
teman-temannja.
?Saja harap anak-anak sekalian
membuangkan kulit pisang sembarangan."
djangan ?Ja pak," kata Solaiman dengan muka kemerahmerahan.
?Tidak mengingat orang lain, bukan?" kata
orang tua itu seterusnja.
?Rupanja begitu," kata Solaiman.
?Kalau sadja orang mengingat akan kesakitan
jang dise-babkannja kepada orang-orang lain, saja
merasa pasti mereka itu tentu tidak akan berbuat
demikian."
?Tentu tidak," sahut Solaiman.
?Tjobalah lihat kertas jang berhamburan ini,"
kata orang tua itu. ?Tentu sudah ada orang malas dan
jang tidak berhati-hati datang ketempat ini."
?Ja pak," kata Solaiman, karena tidak ada lagi
jang dapat dikatakannja.
?Kalau sadja," kata orang tua itu seterusnja,
?kalau sadja orang suka memikirkan tentang orangorang lain, tentulah mereka tidak akan membiarkan
sampah jang seperti ini begitu sadja, bukan ?"
?Tidak pak," sahut Solaiman merasa makin tidak
enak. 45 ?Tahukah kau 'nak," kata orang tua itu, ?inilah
satu taman jang permai, tetapi kalau semua orang
membuangkan sampah begitu rupa seperti ini, rasanja
tidak ada gunanja kita datang kemari. Kalau kiranja
seluruh taman penuh dengan segala kertas
pembungkus, kulit djeruk, dan kulit pisang, saja pikir
anak-anak tidak akan mau bermain-main disini, betul
apa tidak ?"
?Tidak, pak," sahut Solaiman dengan anak-anak
jang lain bersama-sama.
?Anak-anak, saja sudah merasa lebih kuat lagi.
Terimakasih karena sudah menolong saja. Saja pikir
saja akan berdjalan lebih djauh. Nak. disini saja berikan
kepadamu apa-apa. untuk membelikan gula-gula."
Dengan berkata demikian, ia memberikan uang
satu rupiah kepada Solaiman sehingga anak muda itu
merasa heran, dan kemudian iapun pergi.
Anak-anak itu memandang satu sama lain.
..Saja pikir orang tua itu akan marah kepada
kita." kata se-orang.
,.Ia tidak melihat kita." kata jang lain.
..Djangan kamu pikir begitu," kata Solaiman.
?Saja per-tjaja ia telah melihat segala apa jang kita
buat."
46 ?Bagaimanapun, baik betul hati orang tua itu."
kata seorang lagi.
?Dan saja suka betul kepada apa jang
dikatakannja itu." kata Solaiman. ?Semuanja
dikatakannja dengan manis."
?Benarlah." kata seorang anak jang lain. ?Saja
tidak mau lagi membuangkan sampah sekeliling
tempat ini."
?Saja pun merasa begitu," kata Solaiman, dan
dengan itu iapun mulailah memungut sampah jang
telah dibuangkan-nja dengan tidak berhati-hati
tahadi. Heran, anak-anak jang lain, berbuatlah seperti
Solaiman. Sedang mereka berbuat demikian, tiada
seorang pun jang bitjara, tetapi dalam beberapa menit
sadja segala kulit pisang, kulit djeruk. dan kertaskertas pembungkus sudah dikumpulkan dan
dimasukkan kedalam salah satu tempat sampah jang
ada ditaman itu.
?Saja berdjandji," kata Solaiman ketika ia
mengadjak teman-temannja membeli gula-gula
dengan uangnja jang satu rupiah itu, ?kita tidak akan
mengotorkan tempat ini lagi.'
?Tentulah tidak !" berseru anak-anak jang lain.
Dan mulai daripada waktu itu mereka selalu
memperhatikan kebersihan kalau datang ditaman itu.
Bermimpi 47 KITA sudah mendengar banjak dari hal Minah.
Tabiatnja kurang baik bukan? Tiap-tiap hari ia selalu
marah-marah sadja. Sesungguhnja hal jang demikian
djarang sekali dapat dilihat. Kalau tidak disuruh
mengatur medja pada waktu pagi, ia merengut; kalau
ia dikasih bubur ganti roti, ia memontjong-kan
mulutnja; kalau Tatang diberikan lebih banjak susu
dari-padanja, ia mengatakan bahwa hal itu tidak adil.
Dan begitu seterusnja sepandjang hari.
Waktu satu-satunja apabila Minah kelihatan
senang adalah ketika ia dibolehkan membuat sesuka
hatinja. Kalau ada orang jang mengganggu
permainannja ? wah. lebih baik djangan kita
mendengar apa jang dia katakan.
Minah seringkah bermain pop-popan, dan inilah
jang paling disukainja.
Pada ketika itu datanglah Tatang. ?Tolong ikat
saja punja sepatu, Minah," katanja. ?Ogah," kata
Minah. ?Saja banjak pekerdjaan. Kamu harus tunggu.
Kamu selalu minta orang lain mengikat sepatumu."
Tatang terus menangis, lalu berlari memberi
tahukan hal itu kepada ibu.
Beberapa menit kemudian djendela dapur
terbuka, dan ibu mengeluarkan kepalanja.
?Minah, tjoba dulu pergi kewarung membeli
rempah-rempah."
48 ?Aduh !" Minah berteriak. ?Saja mesti
selamanja pergi kewarung. Ta' boleh aku senang
bermain-main."
Tetapi Minah pergi djuga. bersungut-sungut
pada diri-nja sendiri sepandjang djalan. Rupinja ia lupa
bahwa ibu ..selamanja' mengurus sesuatu buat Minah,
mulai dari pagi sampai djauh nalam.
Ketika bapa pulang dari pekerdjaannja pada
waktu sore, Minah -sedang mentjat gambar-gambar
dalam satu buku.
Hai, Minah," bapa memanggil. ?Tjoba bawa
kemari saja punja sandal, ja saja punja anak manis.
?Aduh!" Minah mengeluh lagi. ?Saja selamanja
harus membawa sesuatu. Sepandjang hari saja telah
membawa barang-barang. Saja tidak boleh mendapat
sedikit waktu untuk mentjat gambar-gambar ini."
?Oh, mentjat gambar, he V' kata bapa, jang
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah mengetahui betul-betul tabiat Minah jang
djelek itu. ?Tidak apa; saja akan ambil sendiri."
Lalu bapa pergi mengambil sandalnja sendiri,
dan kemudian membawakan satu begitu rapat kepada
satu bahagian badan Minah sehingga ia mendjerit. Hal
ini dibuatnja agar Minah djangan lupa, dan setelah
mengenakan sandal itu dua tiga kali, Minah disuruh
masuk kekamarnja.
49 Sudah barang tentu Minah pergi djuga
kekamarnja, menangis sekuat-kuatnja, dan merasa
lebih marah daripada sediakala. Ia memikirkan
bagaimana tjaranja supaja ia lari dari rumah itu
kepada satu tempat dimana ia tidak akan disuruhsuruh lagi oleh orang-orang lain. Pikiran itu agak
menjenang-kan hatinja, maka sementara ia masih
berpikir-pikir tentang pelarian itu iapun tertidur.
Sementara ia tidur usahanja hendak lari itupun
diterus-kannja. Ia mengambil tjelengannja, pergi
diam-diam keluar, lalu naik bus menudju ke-station.
Disana ia membeli kartjis, lalu pergi kepada satu
tempat dimana ada satu kapal besar. Minah naik kapal
itu, dan tidak lama kemudian kapal itupun berangkat.
Lama betul mereka dalam perdjalanan itu, dan
achirnja sampailah mereka dalam satu negeri jang
permai dimana tiap-tiap orang boleh melakukan apa
jang dia suka. Minah pun keluar dari kapal itu, dan
tidak lama kemudian kapal itupun pergi pulang.
Beberapa waktu lamanja Minah merasa senang
sekali. Tetapi penduduk negeri itu aneh sekali. Minah
tidak mengenal barang seorang pun. sehingga tidak
lama kemudian iapun merasa kesepian. Semua orang
bekerdja untuk keperluannja sendiri, dan Minah
mendapat kenjataan bahwa seorang pun tidak ada
jang mau membuat sesuatu bagi dia. Pada ketika itu
Minah pun kepingin betul hendak melihat ibunja.
Tetapi orang banjak itu memberitahukan kepadanja
50 bahwa ia tidak bisa pergi, karena kapal tidak akan
datang beberapa tahun lagi.
Setelah lewat beberapa tahun datanglah kapal
itu. lalu Minah dengan terburu-buru masuk kedalam.
Ia telah merasa kesepian, dan hatinja amat rindu
hendak pulang melihat ibu dan bapa serta kakak dan
adiknja sekali lagi.
Tidak lama kemudian sampailah ia kerumah,
lalu iapun hendak masuk dari pintu depan, Dipikirnja
hendak mengagetkan ibunja. Tetapi seorang njonja
jang tidak dikenal datang kepintu itu. Si Minah lalu
merasa heran dan takut.
?Apa ibu tidak diTumah?" ia tanja.
?Ibu? ibu siapa?" tanja njonja itu.
?Ibuku!" Minah berteriak dengan kerasnja,
sambil berusaha hendak mendorong njonja itu.
?Ia tidak ada disini," kata njonja itu. ?Njonja jang
biasa tinggal disini sudah lama mati. Ia merasa susah
karena kehilangan seorang anaknja perempuan."
?Ibu mati!" Minah menangis. ?Bapaku dimana?"
?Sudah pindah. Saja tidak tahu dimana ia tinggal
sekarang." kata njonja itu.
?Saja punja adik? dimana dia ?"
?Adikmu? Barangkali kamu punja abang. Ia
sudah besar dan sudah pergi pula."
51 ?Aduh ! Aduh !" Minah menangis dengan sedih.
?Mereka semua sudah pergi ! Aduh, mengapa saja
pergi lari ! Kalau sadja mereka pulang kembali saja
akan lebih tjinta kepadanja! Saja tidak akan pernah
marah-marah lagi kepada mereka. Ibu, ?bu lekaslah
pulang!"
?Hai, hai, apa suara ribut-ribut ini V' kata bapa,
lalu mengguntjangkan Minah supaja ia bangun.
?Oh, betulkah ini bapa? Saja senang sekali bapa
ada disini. Dimana ibu ? Baikkah ibu V'
?Tentu sadja," kata bapa, ?ia sedang masak
didapur."
?Saja merasa senang sekali," kata Minah. ?Saja
mesti pergi dan lihat ibu sekarang djuga. Minah segera
melompat dari tempat tidurnja, memeluk bapanja,
mentjiumi adiknja, lalu berlari kedapur memeluk
ibunja sekuat-kuatnja.
Kemudian iapun mentjeriterakan segala
perkara jang sudah djadi dalam mimpinja itu, dan
berdjandji akan berusaha sekeras-kerasnja mendjadi
seorang anak jang baik dan menurut.
Ibu jang kelaparan
PADA satu hari ketika hari besar anak-anak
berkumpul di-rumah dengan Bapa dan Mama.
Sebetulnja mereka hendak pergi berdjalan-djalan,
tetapi berhubung dengan turun hudjan. maksud itu
52 tidak djadi. Lalu kata bapa, ?lebih baik kita bertjerita
untuk membuang-buang waktu."
Mereka memandang satu. sama lain, lalu ada
jang bertanja siapakah jang lebih dahulu bertjerita.
?Saja membatja satu tjerita jang luar biasa
beberapa hari jang lalu tentang seorang ibu jang
hampir mati kelaparan," kata bapa.
?Apa ibu itu tinggal dalam satu pulau jang tidak
ada makanan?" tanja Tatang.
?Apa ia tinggal dalarr satu rumah dimana si bapa
sedang menganggur dan tidak ada uang masuk ?"
tanja ibu.
?Bukan, ibu tersebut tinggal dalam satu rumah
besar dalam bahagian kota jang terbaik. Si bapa
beroleh gadji besar, dan dalam rumah itu ada banjak
anak-anak jang kuat dan sehat," sahut bapa.
?Tetapi bapa bilang si ibu sudah hampir mati
kelaparan, bagaimana bisa djadi?" kata Solaiman.
?Tetapi sebenarnjalah ibu itu hampir mati," kata
bapa, ?beginilah tjeritanja."
A Pada satu hari anaknja perempuan jang paling
besar melihat bahwa ibunja kurang sehat, lalu ia
mengadjak ibunja itu pergi kedokter. Apakah anakanak kira dikatakan oleh dokter kepadanja ?
53 Kata dokter, ?Ja nona, ibumu sedang kelaparan.
Pulanglah kerumah dan perhatikan."
Kelaparan ! Anak gadis itu hampir tidak dapat
pertjaja Kelaparan, sedang begitu banjak makanan !
Bagaimanakah jang demikian bisa djadi ! ! Mustahil!
Tetapi anak perempuan itu menurut djuga
nasihat dokter lalu mengamat-amati keadaan di.unvah. Apakah anak-anak pikir dilihatnja ?
Muja-mula ia mendengar dan memperhatikan
adik adiknja pada waktu makan. Ibu membawa
makanan kemedja. Dengan segera kedengaranlah
suara jang amat ribut.
?Saja tidak suka ini," kata seorang. ?Saja tidak
suka itu," kata jang lain, ?Saja mau itu, jang enak
disana," kata seorang lagi. ?Kamu dapat lebih besar
dari saja." kata jang keempat.
Sungguh memusingkan betul sual-djawab anakanak itu, sehingga ibu jang merasa kesal mendengar
persungutan anak-anaknja. memberikan semuanja
jang paling baik daripada per-sediannja. Bagi dia hanja
tinggal sisa-sisa jang tidak disukai oleh jang lain-lain:
Begitulah ia hidup dari bekas-bekas anak-nja, dan
hampir mati kelaparan agar supaja anak-anaknja
merasa senang.
Anaknja jang paling tua itu memperhatikan
keadaan tersebut beberapa waktu lamanja, lalu iapun
mulailah bitjara; ia memberitahukan segenap isi
rumah apa ia pikir tentang mereka itu. Tahukah anak54
anak, bahwa semuanja mengatakan mereka tidak
pernah memperhatikannja dahulu ! Masing-masing
ada begitu kepingin hendak memperoleh apa jang disukainja bagi dirinja sendiri, sehingga mereka tidak
pernah berpikir tentang ibu.
Tetapi sekali mereka insjaf apa jang sedang
djadi, segala sesuatu lantas berobah. Semuanja samasama mengatakan, ?Tentu sadja, ibu mesti mendapat
jang paling baik daripada semuanja. Ibulah jang
bekerdja paling keras, djadi ibu patut diberi makan
sebaik-baiknja."
Demikianlah ibu jang hampir kelaparan itu
achirnja memperoleh apa jang patut baginja. Ia selalu
didahulukan ganti dibelakangkan. Anak-anak melajani
dia ganti ia melajani
anak-anak. Kepadanja diberikan kursi jang
paling senang ganti dibolehkan duduk pada kursi jang
paling keras. Kepadanja diberikan makanan jang
paling enak ganti sisa-sisa makanan setelah orangorang lain sudah kenjang.
Begitulah ibu itu mulai mendjadi sehat kembali;
dan saja merasa pasti bahwa tiap-tiap orang dalam
keluarga itu merasa lebih gembira setelah tidak
mementingkan kepentingan dirinja sendiri lebih
djauh. ?Tetapi saja kepingin tahu." kata bapa, ?berapa
banjak ibu sekarang sedang hendak mati kelaparan,
sedangkan pada-nja ada makanan berkelimpahan !"
55 ?Betapa bagus kalau semua anak-anak suka
memeriksa bagaimana keadaan ibu mereka." kata ibu
pula. M asini Kemarau
U UDJAN masih terus turun. Ibu mengambil satu
surat kabar l 1 jang terletak dirak madjallah. ?Disini
ada satu tjerita jang baik sekali, tjoba dengarkan saja
batja," kata ibu. Semua anak-anak memasang
telinganja sedang Tatang mendorongkan dirinja pada
kursi itu. ?Ada gambarnja, 'bu?" katanja.
?Tidak ada," sahut ibu, ?awas kepalamu supaja
ibu dapat batja."
?Apa nama tjerita itu, 'bu?" tanja Minah. ?Pada
Waktu Musim Kemarau," sahut ibu.
Reine haus betul. Setetes air pun tidak terdapat
dimana-mana. Sudah beberapa waktu lamanja hudjan
tidak turun. Sedikit awan pun tidak kelihatan dilangit,
dan matahari Afrika jang panas itu sudah
menghanguskan seluruh negeri beratus-ratus paal
luasnja. Segala sungai dam anak sungai sudah kering,
dan achirnja sumur jang dekat rumah 'pak tani itupun
sudah kering pula.
Bapa Reine sudah habis akal. Ia telah bekerdja
keras bertahun-tahun lamanja mendirikan rumahnja
dan mengerdja-kan tanahnja. Tetapi sekarang rupanja
ia akan kehilangan segala hasil keringatnja itu. Tanamtanamannja sudah mulai laju, dan lebih tjelaka lagi,
56 lembunja pun sudah hampir mati karena haus, dan air
pun tidak ada. Apakah jang harus ia buat ?
Setelah mengumpulkan segenap anggota
keluarganja, ia memberitahukan bagaimana sukar
keadaan mereka pada waktu itu, dan ia bermaksud
hendak meminta kepada Tuhan Isa ?upa/a
mendatangkan hudjan.
Dengan begitu mereka semua berlutut ? ibu.
bapa. Reine. dan adiknja perempuan jang masih ketjil
? lalu mereka minta doa seperti mereka belum
pernah minta doa dahulu. Bapa dan ibu, dua-dua
minta doa dengan tekun supaja bagaimanapun Isa
suka mengirimkan hudjan dan menjelamatkan
tanaman mereka dan menghidupkan lembunja
semua. Ketika sampai giliran Reine untuk minta doa, ia
tidak hanja mengatakan apa jang sudah dikatakan
oleh ibu dan bapanja. Ia berkata, ..Ja, Tuhan Isa, kalau
Tuhan tidak mengirimkan hudjan, saja mohon Tuhan
kirim air kepada kami punja sumur."
Bapa tersenjum, karena tidak masuk diakalnja
bagaimana air datang kesumur itu, kalau tidak ada
hudjan. Tetapi Reine tidak berpikir "begitu. Ia pertjaja
bahwa Tuhan Isa dapat mengadakan segala perkara;
maka setelah mereka habis minta doa, ia mengatakan
bahwa ia merasa pasti Tuhan akan m e nd jawab
doanja. 57 Bapa dan ibu mengurus kewadjibannja masingmasing sekeliling rumah, tetapi Reine dengan segera
pergi keluar. Ia berlari-lari kesumur hendak melihat
apakah jang Tuhan Isa mau buat.
Ia menarik lalu mendorong tutup sumur itu.
sehingga ia dapat memasukkan kepalanja hendak
melihat kebawah. Tetapi sumur itu dalam sekali dan
lagi gelap sehingga ia tidak dapat melihat suatu apa. Ia
mengambil satu batu ketjil lalu mendja-tuhkannja
kedalam sumur itu. Kemudian ?
..Tjempelung !"
Reine terus lari kerumah dengan setjepattjepatnja.
..Tuhan Isa telah mengirim air'!' ia berseru.
..Tuhan Isa telah mengirim air itu"!
Bapa mula-mula tidak mau pertjaja, tetapi pergi
djuga ia kesumur itu berlari-lari hendak melihat, dan
ibu serta penger-dja-pengerdja mereka datang dari
belakang. Ia mendjatuhkan satu batu jang lain
kedalam sumur itu. lalu kedengaranlah pula bunji
tjempelung.
Satu saat kemudian ia pun mendjalankan
pompa, dan dari dalam sumur itu keluarlah air jang
djernih dan sedjuk.
Alangkah senangnja hati mereka itu semua !
Betapa ber-terimakasih mereka itu sekalian ! Tahukah
anak-anak. mulai dari waktu itu sampai sekarang,
58 sumur tersebut belum pernah kering. Tentu sadja ada
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang jang berkata. ,,Hal itu kebetulan sadja." Tetapi
Reine jang ketjil itu mengetahui lebih baik. Ia bilang
Tuhan Isa telah mengirim air kedalam sumur itu
sebagai djawab kepada permintaan doa seorang anak
ketjil. ?Saja pertjaja Reine itu betul adanja." kata ibu
menutup tjerita itu.
Dua Anak Jang Baik Hati
DISINI ada lagi satu tjerita," kata Solaiman.
?Rupanja tjerita ini mengenai Hari Natal, dan terdjadi
di Eropah. Namanja, ?Dua Anak jang Baik Hati."
.*. Rupanja ada satu rahasia sekeliling satu rumah
seorang pendeta. Supaja lebih tepat, rahasia itu
adalah sekeliling ga-rage (tempat penjimpanan mobil).
Adapun garage itu dahulu dipakai sebagai
kandang kuda. Kamar itu besar, terang, lagi hangat.
Disatu podjok ditempatkan mobil pendeta, dan podjok
jang lain dipakai sebagai tempat permainan Jane, Bob,
dan Kiki. Kiki itu seekor andjing.
Itu waktu sudah hampir penghabisan bulan
December, dan sebagaimana biasa masing-masing
orang sedang membi-tjarakan hadiah Hari Natal. Jane
dan Bob kepingin hendak mendapat begitu banjak
rupa barang sehingga sukarlah bagi mereka untuk
memutuskan barang mana jang mereka paling
59 perlukan. Lalu mereka pergi ketempat permusjawaratannja hendak memutuskan soal itu. Pendeta
selalu sadja pergi mengundjungi permusjawaratan,
maka anak-anaknja berpikir baik kalau mereka
berbuat begitu djuga.
?Saja tidak tahu," kata Bob. ?Ketika bapa
membeli mobil ini, ia bilang tidak ada lagi uangnja
tinggal untuk membeli hadiah Hari Natal."
?Ah, saja masih punja beberapa pop." kata Jane,
?tetapi saja harus mendapat satu pop jang baru.
karena pop jang saja sukai betul sudah kehilangan
rambutnja, dan matanja pun telah masuk kedalam."
?Kalau begitu kamu minta satu pop," kata Bob.
?Tetapi bagaimana dengan saja? Saja tidak tahu mau
minta apa. Saja telah mendapat kereta api komplet
dengan locomotief dan relnja, perahu, dan barangbarang jang lain djuga. Apakah lagi jang saja harus
minta, saja sendiri tidak tahu."
?Sepatu saldju." kata Jane. ?Ingatkah kamu
sepatu jang kita lihat ditoko minggu jang lalu, jang
bapa bilang ada terlalu mahal ?"
?Tjukuplah sekian; sekarang tulislah surat
kepada Sin-ter Kias. Kita tidak boleh minta terlalu
banjak. djangan2 kita tidak dapat apa-apa."
Keduanja membikin satu medja dari satu tong
jang tua dan sepotong papan, lalu Jane duduk hendak
menulis suratnja kepada Sinter-Klaas itu. Surat itu
sudah ditulisnja sampai kepada ?sepatu saldju" ketika
60 papan itu terbalik, dan botol tinta djatuh kelantai dan
tumpah. ?Oh, Kiki nakal," kata Jane.
?Kiki tidak apa-, ia hanja menendang botol itu,"
Bob tertawa. ?Barangkali iapun mau mendapat satu
hadiah."
?Ah, ja, kita sudah lupa pada Kiki." kata Jane.
?Mari kita minta satu ikat leher jang baru buat dia.
Tetapi sebetulnja ia tidak patut dapat hadiah setelah
menumpahkan tinta diatas lantai. Lihatlah pula! Saja
punja surat sudah penuh titik-titik tinta! Andjing
nakal!"
Meskipun begitu Jane menuliskan djuga satu
permintaan buat Kiki. lalu mendatangani surat itu.
Tetapi titik-titik tinta itu lama baru kering; lalu ia
meninggalkannja disana dengan kesal.
?Mari kita tanja ibu apa kita boleh pergi kepasar
melihat-lihat barang-barang jang ditoko," katanja.
?Marilah," kata Bob. lalu mereka pergi, diikuti
oleh Kiki.
Ibu berkata ja. lalu mereka pun segeralah pergi
kepasar. tidak bosan-bosannja melihat segala barang
jang bagus-bagus jang dipertundjukkan ditoko-toko.
Dipasar itu ada satu tempat dimana anak-anak
suka pergi, karena mereka dibolehkan masuk kedalam
dan berdjalan berkeliling dengan tidak ada orang jang
melarang. 61 Dengan perlahan-lahan mereka berdjalan
keliling sampai mereka tiba pada satu bahagian
dimana ada mobil-mobil ketjil dan binatang-binatang
jang memakai roda. serta seorang pu teri radja naik
satu kereta jang ditarik oleh kuda.
?Lihatlah," kata Bob, ?mobil sana sama tjapnja
dengan bapa punja."
?Ja," kata Jane. ?dan kuda sana adalah serupa
dengan kuda jang saja dapat tahun jang lalu. Lihat,
senapang sana sama betul seperti kamu punja."
?Ja," kata Bob, ?ingatkah kamu ketika saja
mendapat satu gadjah jang beroda seperti jang
disana?"
?Lutju benar binatang itu!" sahut Jane.
?Sekarang salah satu kakinja sudah tidak ada lagi."
Sementara mereka sibuk bertjakap-tjakap,
lambat laun mereka merasa bahwa ada djuga seorang
anak ketjil dengan adiknja perempuan jang melihatlihat barang-barang jang dilihatnja itu.
?Lihat, Elsie." kata anak lelaki itu. ?suka aku
mendapat mobil sana!"
?Aduh, Jack!" kata perempuan itu ?lihatlah poppop jang bagus-bagus itu! Dan puteri radja dalam
kereta itu. Alangkah tjantiknja dia!"
?Sajang sekali," kata Jack, ?kita tidak akan
mendapatnja. Barang-barang begitu hanjalah buat
anak-anak orang jang kaja."
62 ?Saja tahu," Elsie menarik nafas pandjang.
?tetapi sungguh aku suka mendapat satu pop jang
bagus seperti itu."
?Ja, tetapi harganja lima rupiah," kata abangnja.
?dan kita tidak berani membelandjakan uang sebanjak
itu buat membeli pop. kalau kita punja uang sebanjak
itu sekali pun."
Perempuan ketjil itu merasa sedih sampai
keluar air raa-tanja.
?Saja tahu." katanja, berusaha menghilangkan
air matanja.
?Tidak mengapa, Elsie," kata abangnja dengan
lemah lembut; ?nanti kalau saja sudah besar saja akan
pergi bekerdja dan mendapat tjukup uang untuk
membelikan kamu pop jang paling baik diseluruh
dunia. Pertjajalah pada saja.*'
Pada saat itu. Jane jang sudah dapat mendengar
pertja-kapan kedua anak itu lalu menoleh kebelakang
dan melihat muka Elsie jang bertjutjuran air mata itu.
Ia hanja melihat sebentar sadja. dan keduanja samasama membalikan matanja dengan segera, tetapi hati
Jane sudah terharu sekali dengan kasihan.
?Aduh Bob," ia berbisik, ?saja mau menangis."
?Wah, djangan menangis disini," kata Bob.
63 ?Tetapi, Bob, tidakkah kamu dengar apa jang
mereka baru katakan? Saja tidak tahu kalau ada orang
jang begitu miskin. Lihatlah, bagaimana djelek pakaian
mereka itu."
?Mari kita pergi," kata Bob.
Ia menarik tangan Jane dan mengadjak dia
kepada kamar jang lain.
?Bob," kata Jane, pikirannja bekerdja dengan
tjepat, ,,ta dapat saja lupa muka perempuan jang
miskin itu. Tidakkah kita dapat berbuat apa-apa .??"
?Tetapi mereka sudah pergi," sahut Bob, bukan
dengan kasar, melainkan dengan sedikit perasaan
kurang sabar.
?Ajuh, Bob, mari kita ikut mereka itu," kata Jane.
dalam hatinja timbul satu maksud jang besar sekali;
?mari kita ikut mereka itu dan tjahari dimana mereka
tinggal."
Bob selalu bersedia mengikuti kemauan Jane,
dan tahulah ia apabila adiknja mengadakan sesuatu
maksud, lebih baik ia menurut sadja.
Dengan tjepat mereka berputar lalu menjusul
Jack dan Elsie sementara mereka keluar dari pintu
toko itu. Mereka mengikuti kedua anak itu dari
belakang, melalui satu djalan kepada djalan jang lain,
sampai achirnja tibalah mereka pada bahagian kota
jang amat miskin. Mereka melihat Jack dan Elsie
masuk kedalam satu gubuk, jang Bob dan Jane pikir
64 tidak pantas kalau disebutkan kandang ajam sekali
pun ..Aduh kasihan!" perkataan itu keluar dari mulut
Jane. ..Tjobalah pikir kalau mesti tinggal dalam rumah
jang seperti itu! Nomornja, berapa? Dua puluh enam."
?Ada kemungkinan mereka tidak mendapat
hadiah Hari Natal disana," kata Bob.
?Saja rasa tidak, dan muka anak perempuan itu
manis sekali." kata Jane.
Satu djam atau lebih kemudian Jane dan Bob
sudah pulang kembali dalam garage itu. Sepandjang
djalan Jane telah menjempurnakan satu rentjana.
Barang-barang jang diminta-nja tadi dalam suratnja
itu dilupakan semata-mata, oleh karena pikiran baru
jang telah timbul dalam hati mereka itu.
Soal jang besar jaitu bagaimana mendapat
tjukup uang sebelum Hari Natal tiba, supaja
rentjananja itu berhasil. Bapa dikerubungi dengan
permintaan mendapat permisi membersihkan mobil
? dengan uang sekian. Ibu mendapat segala matjam
pertolongan jang didesakkan kepadanja. Sedikit demi
sedikit uang mereka makin bertambah-tambah.
?Dingin betul malam ini," kata Jack waktu ia dan
Elsie serta kedua adiknja berkerumun dekat api
dapurnja jang ketjil di Djalan Mill No. 26. Itu waktu
sudah malam Hari Natal.
65 ?Setengah orang
sekarang," kata Elsie.
tentu berpesta-pesta
?Kamu masih terus mengingat-ingat barangbarang jang kita lihat ditoko itu," kata Jack.
?Ja," kata Elsie. ?Bukankah bagus-bagus
semuanja? Apa kamu masih ingat kedua anak-anak
jang ada disana ketika kita melihat segala pop dan
mobil itu? Alangkah manisnja muka anak perempuan
itu! Saja kepingin kalau bertemu dengan dia satu kali
lagi kelak."
?Tentu kamu tidak dapat berbuat begitu," kata
Jack. ?Tentu pada malam ini ia sedang berpesta-pesta
pada satu tempat, pakaiannja bagus-bagus seperti
puteri radja jang kita lihat itu, dan makan kueh-kueh
jang enak-enak."
Tempat itu djadi sunji, sedang pipi Elsie mulai
basah lagi. ?Apa itu?" Jack berseru. ?Mobil-mobil tidak
biasa datang ketempat ini pada waktu malam."
?Dan andjing pun menggonggong dipintu." kata
Elsie. ?Ada apa ini?"
Tok-tok-tok-tok-tok!
Jack melontjat hendak membuka pintu, dan
segeralah masuk dua anak jang gembira, berpakaian
pakaian panas dan membawa banjak bungkus66
bungkusan. Muka mereka kemerah-merahan karena
hawa jang sedjuk dan bersinar-sinar karena kesukaan,
sementara keliling mereka melontjat-lontjat satu
andjing ketjil jang gembira pula. jang seolah-olah sama
gembiranja seperti kedua anak itu, dan berusaha
hendak me-ngatjau-balaukan semua orang.
?Wah, kalau bukan perempuan jang tersenjum
kepada saja ditoko itu," Elsie berseru. ?Bagaimana
kamu tahu kami tinggal disini?"
..Lihatlah." kata Jane, ?disini saja bawa
beberapa daripada barang-barang jang kamu ingin
hendak mendapat itu. Kami telah menjimpan uang
untuk membelinja sedjak kami melihat kamu. Ibu
telah mengirimkan bungkusan ini buat dimakan esok
hari. Selamat Hari Natal kepada kamu semua ? dan ?
tabe."
Elsie sekarang bertjutjuran air matanja, bukan
main suka hatinja. Segala perkara itu melebihi apa
jang diharapnja. Ia memeluk Elsie, sambil melambailambaikan tangannja ia berlari menudju mobilnja.
?Terimakasih ?" Jack hendak mengatakan
sambil mengikut mereka itu keluar.
?Selamat malam," Jane dan Bob berteriak.
?Gong-gong-gong," Kiki menggonggong.
?Bot-bot-bot,"
mobilnja. kata bapa dengan tuter Lalu mereka itupun pergi.
67 Pada waktu pagi, meskipun oleh kesukaan dan
kesibukan maksud mereka jang besar itu mereka
sudah lupa memasukkan suratnja jang didalam garage
itu ke-post. Jane mendapat dekat tempat tidurnja satu
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pop jang djauh lebih bagus
daripada jang ia berani harap. Bob mendapat
sepatu saldju-nja dan barang-barang jang lain lagi;
sedangkan Kiki pun mendapat satu ikat leher -jang
baharu. ?Hai, tjobalah beritahukan kepadaku," kata
bapa, ?bagaimana Sinter Klaas mengetahui barang
jang :a harus kiBerbagai Tjerita Binatang
qIAPA lagi jang mempunjai tjerita buat kita?"
tanja bapa. ^ Tidak ada jang mendjawab, kareria
biasanja mereka mengharap bapa bertjerita.
..Kalan begitu marilah kita semua berusaha
memikirkan tjerita binatang jang paling baik pernah
kita dengan." katanja. ?Saja mempunjai satu tjerita
tentang singa."
?Singa?" Amat berseru, lalu duduk. ?Ajuh, 'pak."
?Tjerita ini bukanlah terdjadi di Afrika atau
India, melainkan di Inggeris."
?Singa dikurung, kalau begitu," kata Minah.
?Tidak," kata bapa, ?itulah sebabnja ditjeritakan
orang. Memang singa itu tadinja ada dalam kurungan
68 dan sedang dipertundjukkan pada satu tempat
keramaian; tetapi dengan tiba-tiba, ketika pintu
kurungan itu dibuka, singa itu melon-tjat sekuatkuatnja, dan sebelum pendjaga dapat berbuat apaapa, singa itu sudah berlari setjepat-tjepatnja
ketengah-te-ngah kota."
?Aduh, ngeri betul!" ibu hampir berteriak;
?tjoba kalau hal itu terdjadi disini didepan rumah
kita!"
?Sungguh ngeri betul,"
kata bapa. ?Bagaimanakah rasanja kalau bertemu dengan seekor
singa jang mengaung berlari-lari pada djalan besar
dengan setjepat-tjepatnja?"
?Lantas apa djadi, 'pak?" tanja Solaiman.
?Beberapa orang berani mengedjar singa itu
sampai ke-tempat pekuburan. Dimulut singa itu ada
satu buntalan, lalu pendjaga singa itu, seorang jang
berani, memikir bahwa buntalan itu ada seorang anak
ketjil, menjerbu kepada singa itu dengan maksud
hendak menjelamatkan anak jang didalam buntalan
itu. Orang itu mendapat luka-luka banjak ditjakar
singa, pakaiannja kojak-kojak, tetapi dalam
pergelutan itu singa pun ditangkap kembali dan
terpaksa melepaskan buntalan itu."
?Bagaimana dengan anak ketjil itu?" tanja ibu.
?Bukan anak ketjil. rupanja buntalan itu hanja
terdiri dari kain-kain jang sudah tua," sahut bapa.
69 ?Oh !" ibu menarik nafas pandjang.
?Berani betul orang itu menangkap seekor singa
sendirian dengan tiada mempunjai senapang," kata
Solaiman. ?Memang," kata bapa, ?dan kita semua
haruslah berusaha supaja^ berani seperti orang itu,
meskipun boleh djadi kita tidak akan pernah
menangkap singa. Sekarang siapa lagi jang punja
tjerita ?"
?Saja, 'pak," kata Umar. ?Ketika kami pergi
ketaman binatang kemaren dulu, kami telah melihat
satu pemandangan jang paling aneh. Didalam satu
kolam ketjil ada satu badak jang besar sekali, dengan
anaknja berenang-renang sekeli-lingnja."
?Belum pernah saja melihat anak baji sebesar
itu." kata Minah dengan gelinja.
?Djangan ganggu tjerita orang," kata Umar.
?Sebaaai-mana saja hendak katakan tadi, tepat pada
waktu badak dan anaknja sedang bermain-main
didalam kolam itu, tetangganja, tuah Zirafah,
menondjolkan kepalanja tinggi diatas pagar besi itu.
Saja tidak tahu apa jang dikatakannja, tetapi saja pikir
ia berkata, 'Selamat pagi, njonja Badak; saja harap
kamu berdua sehat-sehat sadja.'"
?Betapa baik kalau kita mengetahui apakah
betul binatang-binatang dapat berkata kepada satu
sama laih seperti itu," kata bapa. ?Alangkah banjak
70 roatjamnja binatang-binatang adjaib jang didjadikan
Allah ! ?Bitjara tentang taman binatang," kata paman,
?Saja teringat satu tjerita pendek tentang seekor
gadjah. ..Teruskanlah," kata bapa.
..Sebagaimana kita tahu," kata paman,
?sebahagian besar diantara gadjah jang dipelihara
dalam taman-taman binatang datangnja dari India atau Afrika, tetapi
hanja sedikit orang jang insjaf betapa berat
pekerdjaan membawanja dari tempat jang begitu
djauh. Gadjah ada begitu berat dan begitu susah
bergerak sehingga susah sekali mengurusnja."
?Berapakah beratnja satu gadjah V' tanja Umar.
?Diantara empat sampai enam ribu kilo. atau
lebih laqi." kata paman.
?Gadjah jang dalam tjerita ini beratnja 4,500
kilo beratnja.
..Namanja Minie, dan selalu ia membikin susah
kalau hendak dikeluarkan dari kapal. Ia diikat dengan
tali jang kuat-kuat sekeliling badannja. lalu ia diangkat
keatas dengan pertolongan kran kapal. Tetapi Minie
tidak suka diperlakukan demikian. Menggeruh dengan
sekuat-kuatnja, ia berontak dan menendang-nendang
serta bergelut-gelut hingga ia hampir terlepas
daripada tali-temali itu dan tergantung-gantung
71 diudara sedia hendak djatuh. Tiap-tiap orang sudah
menjang-ka gadjah itu akan djatuh terpelanting
kebawah, tetapi orang jang mendjalankan kran itu
bekerdja dengan tjepat-tjepat lalu menurunkan
gadjah itu. Minie sampai ditanah kepalanja kebawah
ditengah-tengah beberapa balok besi."
?Adakah Minie mendapat luka-luka V' tanja
Minah. ?Tidak seberapa, barangkali karena kulitnja jang
tebal itu/ Untunglah begitu, karena gadjah terkenal
dengan inga-tannja jang tadjam dan lama, karena ada
djuga gadjah jang membalaskan kebadjikan dan
kekedjaman lama setelah orang-orang lain sudah lupa
akan hal itu. Tentu sadja tidak ada orang bermaksud
hendak berbuat kedjam kepada Minie, tetapi hal
itupun tidak diketahuinja. Sudah barang tentu baik
kalau kita selalu berbuat kebadjikan kepada binatangbinatang, dan terutama kepada gadjah."
..Saja pun ada tjerita binatang." kata ibu setelah
paman berhenti.
..Bagus !" semua orang berseru.
..Tentang apa, 'bu V' tanja Amat.
?Tjerita ini adalah darihal seekor kutjing dan
seekor andjing. Biasanja kutjing dan andjing
membentji satu sama
lain sedjak lahirnja. Baru sadja kcmaren saja
melihat seekor kutjing jang belum berumur 6 minggu
72 menundjukkan giginja dengan segenap buluhnja
berdiri kepada seekor andjing jang sedang berusaha
hendak bersahabat dengan dia. Bahkan di-gigitnja
pula lidah andjing jang sial itu.
?Tetapi tjerita ini adalah tentang persahabatan
jang sungguh diantara seekor kutjing dan seekor
andjing. Kedua binatang itu telah besar bersamasama, dan tidak dapat dipisahkan lagi. Apa jang ada
pada jang satu ada djuga pada jang lain,'tepat seperti
kanak-kanak. Kalau jang satu beroleh ni'mat. jang lain
harus mendapat serupa itu pula, dan keduanja suka
melontjat hendak menangkapnja bersama-sama kalau
jang punja mereka berkata. ?Satu-Dua-Tiga." Pada
satu hari hanja untuk bermain-main sadja, nona jang
empunja kedua binatang itu menjediakan makanannja
diatas satu medja dipekarangan belakang, dan
membikin keduanja makan sebagai tamu undangan
Pop Beruang. Masing-masing duduk diatas kursi, dan
makanan pun disadjikan pada piring jang diletakkan
diatas taplak medja. Tentu sadja tidak memakai
sendok dan garpu, dan sepandjang pengetahuan saja.
mereka tidak lebih dahulu mengutjapkan doa atau
bismillah. Si kutjing agak kurang tahu adat, karena ia
menempatkan dua kakinja diatas medja makan; tetapi
boleh djadi kakinja itu di-sangkanja tangan. Si andjing
berlaku sopan betul dan duduk diam-diam sepandjang
makan itu, dan bersantap sebagaimana patut."
?Dapatkah kami berbuat seperti itu, 'ibu V' tanja
Amat. 73 ?Dan medjanja memakai taplak medja ?" tanja
Minah. ?Biarlah ibu menghabiskan tjeritanja dahulu."
kata bapa.
?Ja," kata ibu. ?apa jang saja mau katakan jaitu.
alangkah senangnja dunia ini kalau semua anak-anak.
laki-laki dan perempuan, dapat beladjar supaja baik
dan menaruh kasihan kepada satu sama lain seperti
kutjing dan andjing dalam tjerita ini !"
Satu lagi tjerita hari Natal
OAJA masih ada lagi satu tjerita," kata ibu.
Nama.tjerita ini ..Teresina." Tjerita inipun adalah
tentang Hari Natal, dan barangkali kedjadian di
Amerika."
A ?Aduh, d jarum ini!" kata Dorothy. ,,Ta' dapat
saja memasang tali."
?Tidak mengapa," kata Sylvia, mendjahit
dengan gem-biranja. ?pikirkan sadjalah tentang Hari
Natal, apabila segala pakaian jang bagus-bagus sudah
selesai, dan kita boleh membawa Marguerita dan
Roxana berdjalan-djalan dalam keretanja jang baru."
?Dan Teresina," kata Dorothy. ?Ia hams
mendapat tempat duduk jang paling baik. Tahukah
kamu. saja tidak pertjaja pernah ada pop jang lebih
tjantik daripada saja punja Teresina. Rambutnja ada
74 begitu bagus. Mukanja pun ada begitu tjantik sehingga
saja tidak bo.saii7bosan mentji-umnja."
?Ja," Sylvia menjatakan persetudjuannja.
..memang Teresina tjantik betul. Kamu beruntung
sekali mendapat dia. Tjoba kalau bibi mengirimkan
pop seperti itu pada saja."
Teresina mendengarkan perkataan itu dengan
teliti dari tempat duduknja diatas lantai, dan merasa
sombong dengan dirinja sendiri.
Tahukah kamu."
Dorothy meneruskan
perkataannja. ?sebabnja saja tidak suka kepada Kitty
Larson adalah karena ia selalu mengatakan apa-apa
tentang Teresina kalau saja melihat dia."
?Apakah jang kamu harapkan Y' kata Sylvia. ?Ibu
bapanja orang miskin. Apakah dikatakannja tentang
kamu paling belakang Y'
?Ah, tidak apa-apa, tetapi ia membikin saja
marah. Kamu masih ingat bahwa hudjan mulai turun
ketika saja belan-dja kemaren, bukan ? Kebetulan ia
lewat, dan berkata kepada temannja, 'Kalau pop itu
saja punja, saja akan mendjaganja lebih baik daripada
itu !' Seolah-olah saja tidak dapat mengurus saja punja
pop ! Betapa baik kalau ia memperhatikan usahanja
sendiri dan mengurus popnja sendiri."
?Bagaimana
boleh," kata Sylvia, ia hanja
mempunjai pop-pop jang djelek, kotor, dan berkaki
satu. Kalau saja, tentu saja buangkan kedalam tempat
sampah." ?Saja pun djuga," kata Dorothy.
75 Pada waktu itu pintu depan pun terbuka dengan
berdentam.
?Tentu ibu pulang," kata Sylvia.
Betullah ibu, dan beberapa saat kemudian
ibupun masuk kedalam kamar itu dengan tergesagesa, dan terharu-biru.
?Aduh, aduh!" katanja lalu mendudukkan
dirinja pada satu kursi, ?hampir sadja kami tjelaka
dengan adikmu tahadi."
?Mengapa, apa telah djadi, ibu Y' keduanja
berseru. ?Saja sedang menjeberang djalan sambil
mendorong adik dalam gerobaknja, ketika ada orang
berteriak, 'Awas !' Lalu saja berhenti ditengah-tengah
djalan itu. Satu mobil membelok lewat kami,
tergelintjir. lalu menubruk seorang anak ketjil. Saja
merasa menjesal betul akan kedjadian itu."
?Kasihan," kata Sylvia, ?ibu harus berbaring
dengan segera."
?Barangkali lebih baik," kata ibu. ?Djagalah
adikmu, tidurkan ia dahulu."
Kedua perempuan itu membuat apa jang
disuruh oleh ibunja lalu ibu pergi kekamarnja hendak
berbaring.
Segala perhatian terhadap pop dan pakaian
dengan segera dilupakan oleh keduanja karena kabar
76 jang menggentarkan itu. Betapa senang hati mereka
itu karena adiknja tidak mendapat tjelaka ! Teresina merasa iri hati
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika melihat bagaimana kedua gadis itu memelukmeluk adiknja.
?Saja harap anak jang menjelamatkan adik itu
tidak mendapat luka parah," kata Sylvia.
?Saja harap djuga," kata Dorothy. ?Tjobalah
pikir, hal itu djadi dekat kepada Hari Natal, Sedih betul,
bukan V' Pada esok harinja ketika masih pagi-pagi betul,
ibu pergi kerumah sakit untuk melihat bagaimana
keadaan anak jang tjelaka itu. Lama sekali baru ia
pulang, dan anak-anak pun mulai merasa takut kalaukalau ia mendapat tjelaka pula. Mereka baru sadja
melihat dari djendela ketika didengarnja bunji kaki
berdjalan dipekarangan rumah.
?Saja sudah pergi kerumah sakit, dan dari sana
saja pergi melihat ibu anak jang tjelaka itu," kata ibu.
?Apakah anak itu luka parah."
?Tidak begitu; dan lagi ia bukan anak laki-laki,
melainkan seorang anak perempuan. Ia mendapat
luka pada kepa-lanja, tetapi beberapa hari lagi lukanja
itu tentu akan sembuh, la bilang hatinja takut adikmu
akan tergiling sehingga ia lupa akan dirinja sendiri, lalu
berteriak sekuat-kuatnja."
?Siapa namanja, 'bu V' tanja Sylvia.
77 ?Kalau saja tidak salah, perempuan itu
mengatakan Ca-therine," kata ibu.
?Aduh bagus benar !" kata Dorothy.
?Tidak mengapa namanja itu," kata ibu. ?ia
seorang anak jang baik, dan kamu harus melihat
rumahnja ! Kita wadjib menolong mereka itu. Ada
beberapa anak dalam keluarga itu, sedangkan bapanja
pun menganggur. Saja pikir mereka tidak punja uang.
dan ibunja merasa sedih betul dan menangis ketika
kami bitjarakan tentang kesusahan jang baru itu."
?Kita dapat buat apa bagi mereka itu?" tanja
Sylvia. ..Saja sudah berbuat satu perkara," kata ibu.
?Apakah itu. 'bu V' tanja kedua anak gadis itu
bersama-sama.
..Ketika ibu jang malang itu memberitahukan
kepada saja kesukarannja, dan ia tidak ada harapan
hendak memberikan apa-apa kepada anak-anaknja
pada Hari Natal, saja sudah mengundang mereka itu
semua datang makan dalam rumah ini."
?Saja pikir itu baik sekali, 'bu !" kata kedua gadis
itu. ?Ja. dan saja pun beritahukan kepada
perempuan ketjil itu bahwa ia boleh mengundang
enam orang sahabatnja jang paling rapat supaja turut
datang. Kita nanti tentu akan ramai betul."
?Saja pikir djuga," kata Dorothy. ?Kita harus
mengadakan persediaan jang banjak buat mereka itu
78 hadiah-hadiah dan banjak bungkusan gula-gula dan
katjang dan buah-buah. dan lain-lain lagi."
?Dapatkah bapa berpakaian seperti Sinter-Klaas
Y' tanja Sylvia.
?Satu pikiran jang bagus sekali", kata ibu. ?Saja
pikir kita akan meriah betul. Apakah kita tidak akan
sediakan makanan satu kerandjang besar buat mereka
itu pada Hari Natal pagi Y'
?Tentu sadja, marilah !" kata Sylvia. ?Saja tentu
merasa girang menolong untuk menjediakannja."
Begitulah mereka mulai mengadakan
persediaan. Tidak banjak lagi waktu jang tinggal
sebelum pesta itu, jang akan diadakan dua hari
sebelum Hari Natal. Dorothy dan Sylvia menuliskan
satu daftar hadiah-hadiah jang mereka perlukan, dan
alangkah senangnja hati mereka itu ketika pergi
ketoko hendak membeli barang-barang itu! Sudah
barang tentu ibu banjak menolong dengan uang jang
tidak sedikit, tetapi mereka pun menjumbang djuga
dari tjelengannja. Makin dekat hari pesta itu. makin
sibuklah mereka itu dan memikirkan segala matjam
perkara jang mereka dapat buat untuk tamu-ta-munja
jang miskin itu.
?Tahukah kamu," kata Sylvia pada satu sore,
?saja sudah berpikir-pikir apakah tidak baik kita
memberikan Marguerita dan Roxana kepada dua dari anak-anak
perempuan jang ketjil itu."
79 ?Tentu susah sekali." kata Dorothy. ?Tetapi saja
pikir mau djuga saja memberikannja. Tentu sadja saja
tidak akan memberikan Teresina. Itu tidak dapat saja
berikan."
?Tentu sadja tidak," kata Sylvia, ?Tetapi kita
dapat membikin Marguerita dan Roxana sebagai
hadiah istimewa."
?Saja mau kalau kamu mau," kata Dorothy.
?Baiklah," kata Sylvia, lalu hadiah itupun
disediakan.
Sementara itu perempuan jang tjelaka itupun
sudah disuruh pulang dari rumah sakit. Sesampainja
dirumah, didapatnja semua orang sedang merasa
gembira membitjarakan undangan jang ta' disangkasangka itu. Sudah barang tentu mereka semua
berusaha membersihkan diri dan pakaiannja sebisabisa-nja untuk pesta itu. Catherine sendiri pergi
mengundang
6 orang sahabatnja,
dan memberitahukan kepada mereka itu supaja bersedia
turut pergi. Masing-masing sahabatnja itu merasa
senang sekali, karena semuanja adalah dari keluarga
jang agak miskin, dan rasanja sudah lama mereka itu
meresa bahwa Hari Natal itu sudah mendjadi hari
biasa sadja.
Achirnja hari pesta itupun tibalah. Satu mobil
datang mengambil anak-anak miskin itu; bukan main
ramainja mereka sepandang djalan sampai kerumah
dimana pesta itu akan diadakan! Ibu sudah berdiri
80 dipintu untuk menjambut mereka itu, dan iapun
memberikan satu pelukan jang agak keras kepada
perempuan jang dibalut kepalan ja. membawa dia
kepada kursinja dimedja jang besaT itu.
Dorothy dan Sylvia masih dalam kamarnja
berpakaian ketika tamu-tamu itu sampai, tetapi
dengan segera pula mereka keluar, penuh
kegembiraan dan ingin melihat tamu-tamunja jang
tjilik itu. Mereka bersalam-salaman berkeliling,
membilang selamat datang kepada semua anak-anak
itu. ?Mana anak ketjil jang menjelamatkan adik V'
tanja Sylvia.
..Dikamar makan dengan ibu." ada orang jang
memberi, tahukan.
Dorothy dan Sylvia lari dengan anak-anak jang
lain mengikuti mereka. Anak perempuan jang masih
dibalut kepa . lanja berdiri dengan ibu dihudjung
kamar makan.
Tiba-tiba mereka berhenti.
?Bukan barangkali." Dorothy berbisik kepada
Sylvia. ?Saja pikir betul," Sylvia berbisik pula. ?Tetapi
kita harus membilang selamat datang kepadanja."
?Marilah." ibu memanggil, ?marilah datang
bertjakap-tjakap dengan anak perempuan jang ?"
Ibu tidak sempat menghabiskan perkataannja.
karena anak-anak itu kenal satu sama lain.
81 ?Kalau bukan Kitty Larson !" Kata Dorothy
dengan kuat. ?Kami sudah sering melihat dia dahulu.
Ibu tidak pernah beritahukan kepada kami bahwa
ialah anak perempuan itu ! Ibu bilang namanja
Catherine."
?Memang betul," kata perempuan itu. ?Tetapi
mereka memanggil saja Kitty."
?Kami merasa senang kamu sudah datang
kemari," kata Sylvia. ?dan terimakasih banjak sudah
berteriak dan menjela-matkan adik, dan barangkali
ibu pun djuga."
Setelah itu mereka mulai makan, dan alangkah
meriahnja mereka itu sekalian ketika makan itu !
Anak-anak jang miskin itu belum pernah mengalami
satu ketika jang begitu gembira sepandjang umur
hidupnja. Hajija Dorothy sadjalah jang tidak begitu
gembira seperti jang lain-lain. Tidak lama kemudian
iapun keluar dengan diam-diam dari medja makan dan
pergi kedalam kamar jang lain beberapa menit
lamanja. Ketika ia datang kembali, iapun lebih gembira
kelihatan.
Dengan lekas waktu itu lalu. Achirnja
kedengaranlah orang mengetuk pintu dengan kuatkuat, dan segeralah masuk ?Sinter-Klaas" membawa
satu karung besar pada bahunja. Tidak terkatakan
teriak kegembiraan ketika ia membagi-bagikan
82 hadiah-hadiah jang bagus jang telah disediakan oleh
Dorothy dan Sylvia !
..Sekarang.'" kata Sinter-Klaas. ketika ia
mengeluarkan bungkusan terachir dan jang terbesar
dari dalam karungnja lalu membukakannja pula.
..inilah satu hadiah istimewa untuk satu gadis ketjil
jang istimewa pula. Maukah Kitty Larson berdiri
sebentar?"
Kitty berdiri, dengan matanja terbelalak.
?Suruh ditunggunja dahulu !" Sylvia berbisik
kepada Dorothy. ?Ada kesilapan barangkali. Hentikan
dia dulu sebelum terlalu lambat."
?Biarkanlah," kata Dorothy. ?Memang saja
sengadja. Saja menggantinja tadi pada waktu makan."
Pertjakapannja itu diganggu oleh Kitty.
?Oh. terimakasih banjak. terimakasih banjak."
katanja. ?Sungguhkah kamu mau memberikan dia?"
?Kamulah jang punja dia, dengan segenap hati
kami," kata Dorothy sambil mentjoba-tjoba
tersenjum, meskipun sebetulnja air matanja sudah
hampir bertjutjuran. Pop itu Teresina adanja.
85 Tiga Njanjian Jang Amat Merdu
KITA sudah mendengar berbagai matjam
tjerita." kata bapa. ?Saja pikir kita tidak akan dapat lagi
pergi ber-djalan-djalan, karena hudjan masih turun
83 dan hari pun sudah terlalu siang. Saja mau tjeritakan
tentang tiga njanjian jang amat merdu."
?Dapatkah kami mendengar njanjian itu?" kata
anak-anak bersama-sama.
?Kamu dapat kalau kamu duduk diam-diam dan
tidak berbisik-bisik."
Sekarang biarkanlah pikiranmu mundur
kebelakang djauh kepada zaman dahulukala sebelum
kamu lahir, sebelum bapa lahir, sebelum nenek lahir.
sebelum ada mobil atau bus atau rumah atau geredja,
ja, sebelum ada andjing atau kutjing atau kuda,
bahkan sebelum ada kembang atau pohon kaju. Maka
ditengah-tengah kesunjian dan kegelapan, marilah
kita berdiri dengan diam diri dan hormat serta melihat
Allah men-djadikan dunia ini.
Dengan tiba-tiba satu Suara, hebat dan merdu,
berdengung melalui angkasa: ?Hendaklah ada
terang!" Kegelapan segera lenjap, dan tjahaja terang
bersinar diatas satu laut jang lagi tiampur baur. Sekali
lagi kedengaran Suara itu. lalu langit pun diadakan,
tanah darat timbul dari air itu, rumput2 tumbuh diatas
pegunungan dan lembah, dan pohon-pohon kaju
tumbuh ? pohon appel. pohon djeruk. pohon nangka,
dar segala pohon-pohon jang indah-indah didalam
hutan. Suara itu kedengaran sekali lagi. maka ikan-ikan
pun kelihatan di-laut, dan segala matjam binatang
84 didjadikan didarat ? lembu, domba, kambing, singa,
harimau, gadjah, dan zirafah
Semuanja djadi dengan sekonjong-konjong,
bukannja berdju-ta-djuta tahun seperti dikatakan
setengah orang, melainkan tiap-tiap usaha kedjadian
itu diselesaikan dalam satu saat sadja. Sementara
Suara itu bersabda, bumi menjambut, menjata-kan
dalam sempurnanja hikmat dan kuasa Allah.
Achirnja dunia ini dirupakan Allah mendjadi
satu tempat kediaman jang amat indah, mempunjai
berbagai danau dan sungai jang permai, pohon-pohon
jang tinggi-tinggi serta kembang jang bagus-bagus.
Terlalu mulia sekali tempat itu, ketika baru didiadikan
Allah ! Saja kepingin sekali melihatnja waktu baru
didjadikan, apakah kamu tidak begitu djuga? Sungguh
mesti enak rasanja buah appel jang terdapat pada
pohon appel jang pertama itu, dan djuga buah-buah
jang lain-lain ! Dan betapa elok rupanja segala
kembang jang halus-halus, bunga mawar, bakung, dan
lain-lain.
Njanjian jang Pertama
Setelah segala sesuatu sudah selesai dan
rupanja pun amat permai sebagaimana Allah jang
disurga mau membuat-nja. Ia pun bersabda : ?Baiklah
kita mendjadikan manusia atas peta dan teladan kita."
Kemudian daripada lebuh tanah, dengan kuasa
mendjadikan jang adjaib, Allah mendjadikan manusia
Gembira Karya Oom Arthur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
85 jang pertama, laki-laki dan perempuan, nenek-mojang
segala manusia jang ada dalam dunia ini. Allah tidak
mendjadikan mereka lebih dahulu seperti monjet,
sebagaimana dikatakan oleh setengah orang, dan
kemudian membiarkan mereka bertumbuh-tumbuh
mendjadi manusia. Itulah tjerita palsu, jang
ditjeriterakan oleh orang-orang jang tidak pertjaja
pada Perkataan Allah dan jang menjangsikan
kuasaNja. Tidak, ?Didjadikan Allah akan manusia itu
atas petaNja, jaitu atas peta Allah didjadikanNja ia."
Kemudian, dengan tiba-tiba, ketika laki-laki dan
perempuan jang hidup itu berdiri, mulia, dan elok,
serta melihat dengan mata jang gembira dan girang
tempat tinggal jang Allah telah sediakan bagi mereka
itu. segenap surga menjanji
bertampik surak. Dengan perhatian jang besar
sekali malaekat-malaekat telah mengamat-amati tiaptiap langkah dalam proses kedjadian. dan sekarang
pada saat jang amat mulia, terharu dengan keheranan
dan ketakutan akan kuasa Allah jang maha besar,
mereka dengan serentak menjanjikan njanjian pudjipudjian. ?Segala bintang fadjar menjanji ramai-ramai
dan segala anak Allah pun bersurak-surak."
Dapatkah kamu mendengar mereka itu
menjanji? Alangkah njaringnja bunji suara mereka itu
mendengung dilangit dan menderu sekeliling awanawan! Naik dan turun sementara angin melajangkan
njanjian jang merdu itu kesana kemari, makin lama
makin njaring dan makin dalam dan makin ramai
86 ketika memuntjak kepada kesudahannja dan mereka
itu menjanji: ?Sutji.sutji, sutjilah Tuhan serwa sekalian
alam; maka segenap bumi pun penuhlah dengan
kemuliaanNja."
Beberapa lama malaekat-malaekat itu menjanji
saja tidak tahu. tetapi saja merasa pasti bahwa apabila
Adam dan Hawa kemudian berbuat salah, dan dosa
pun masuk merusakkan tempat tinggalnja jang permai
itu, malaekat-malaekat itu pasti sudah menangis
dengan terketjewa. Maka sementara mereka melihat
penduduk dunia ini makin lama makin bertambah
djahat dan makin tidak menurut ketika waktu makin
berdjalan. dukatjita mereka itu tentulah tidak terduga
dalamnja. Tidak lagi ada sukaria didalam surga, dan
penghiburan mereka satu-satunja adalah terdapat
dalam perdjandjian bahwa pada satu hari kelak
Pemimpin mereka jang kekasih akan turun ke-dunia,
dan setjara bagaimana mereka tidak tahu, mendapat
kembali jang sudah hilang itu lalu membalikan hati
manusia kepada Allah.
Empat ribu tahun lalu. Satu waktu jang amat
lama sekali, bukan? Seringkah saja bertanja dalam hati
apakah waktu sedemikian dirasa lama oleh malaekatmalaekat. Barangkali lama djuga. Bagaimana pun
seringkah mereka tentu bertanja dalam hati tjara
bagaimana dan kapankah djandji itu akan digenapkan.
Achirnja saat jang penting, jang telah mereka rindukan
dan tunggu-tunggu begitu lama. tibalah. Dengan
87 tertjengang dan amat heran mereka melihat
Pemimpinnja turun kedunia, bukan dengan kuasa dan
kemuliaan besar, melainkan sebagai anak baji, jang
akan bertambah besar seperti seorang anak ketjil
ditengah-tengah anak-anak ketjil, sebagai seorang
manusia ditengah-tengah manusia. Mereka tidak
dapat mengerti akan hal itu. tetapi jakinlah mereka
bahwa dja-lanNja itulah jang paling baik.
Njanjian Jang Kedua
Dengan hasrat jang besar sekali mereka
mengikuti segala seluk-beluk rentjana Pemimpinnja
itu. Dipimpin oleh malaekat Djibrail, mereka
berkumpul sekeliling kota Baitlehem dalam pasukan
berpuluh-puluh ribu, dan ketika kabar jang amat luar
biasa itu tersiar ditengah-tengah pasukan jang
berdjuta-djuta dan jang sedang menunggu-nunggu itu
bahwa Isa achirnja sudah lahir, hati mereka itu
digentarkan oleh kesukaan. Mereka harus
memberitahukan hal itu kepada sesuatu orang; lalu
mereka turun dengan sekonjong-konjong kepada
beberapa gembala jang tinggal dipadang, jakni orangorang jang masih bangun pada waktu itu.
?Djangan kamu takut," kata malaekat Djibrail.
?karena sesungguhnja aku mengkabarkan kepadamu
suatu kesukaan besar, jang akan djadi bagai segala
bangsa. Bahwa pada hari ini dalam negeri Daud telah
djadi bagimu Djuruselamat, jaitu al-Maseh Tuhan itu."
Maka dihadapan mata gembala
tertjengang-tjengang
itu tampaklah jang satu 88 pemandangan tentara surga jang amat mulia, dan
pada pendengarannja berdengunglah bunji njanjian
malaekat jang merdu seperti belum pernah didengar
oleh manusia jang fana. Sedjak dunia ini didjadikan
belum pernah ada njanjian pudji-pudjian jang
demikian memenuhi mahligai kemuliaan.
?Segala kemuliaan bagai Allah dalam tempat
jang tinggi, dan salam diatas bumi; keridlaanNja akan
manusia."
?Kemuliaan! Kemuliaan!" dapatkah kamu
mendengar mereka itu menjanji? Betapa lagu jang
merdu itu bergema dari gunung kegunung dan berdengung terus
sampai diangkasa jang sedjauh-djauhnja! ?Kemuliaan!
Kemuliaan!" Makin lama makin njaring suara pudjipudjian itu, sampai seolah-olah segenap surga dan
dunia ini mesti mendengarnja. Kemudian makin lama
makin muram dan lebih muram lagi kelihatan
pemandangan itu, lalu gembala-gembala itu
ditinggalkan sendirian dengan domba-dombanja dan
segala bintang-bintang seperti mulanja.
Dua ribu tahun telah lalu sedjak waktu itu. Dua
ribu tahun! Betapa lama malaekat-malaekat itu harus
menunggu untuk melihat kegenapan mimpi mereka
itu! Tuhan Isa tidak menjelamatkan dunia ini dengan
tiba2, sebagaimana, barangkali, mereka telah harap.
Ia tidak menjatakan Dirinja sebagai radja lalu
memerintahkan diatas dunia. Sebaliknja Ia
membolehkan Dirinja disalibkan. Maka sepandjang
89 waktu itu malaekat-malaekat itu terpaksa berdiam diri
dan melihat Pemimpin mereka jang kekasih itu
dinistakan dan diolok-olok dan disiksakan lalu
dibunuh. Berapa kali mereka sudah merindu hendak
bertindak dan melepaskan Dia daripada musuhmusuh-Nja! Dan pada satu ketika apabila Ia
memberitahukan kepada orang banjak bahwa Ia,
kalau kiranja Ia suka, dapat memanggil dua belas
legiun orang malaekat untuk menolong Dia, betapa
rindu mereka itu supaja Ia mengutjapkan permintaan
jang demikian!
Tetapi tidak, Tuhan Isa menjerahkan DiriNja
disalibkan dan mati, karena tahulah Ia bahwa itulah
hargaNja dosa. satu-satunja djalan untuk membawa
manusia kembali kepada Allah.
Berkali-kali pada waktu Isa masih muda. Ia
memberitahukan kepada murid-muridNja bahwa
setelah mengadakan pengorbananNja, Ia akan
meninggalkan mereka itu dan datang kembali satu
hari kelak dikemudian hari. Bahkan Ia pun
memberitahukan beberapa tanda-tanda jang akan
djadi untuk memberitahukan kepada mereka itu
apabila kedatanganNja itu sudah dekat. Saja merasa
pasti bahwa malaekat-malaekat itu mendengarkan
dengan sungguh-sungguh tiap-tiap perkataan itu, dan
mereka telah selalu terkenang kepada perdjandjian
tersebut dalam hatinja. Selama dua ribu tahun
jang sudah lalu mereka itu telah mengamat-amati
tanda-tanda jang sudah didjandjikan itu, dan telah
90 merindu akan hari apabila Tuhan dan Allahnja akan
datang kembali kedunia ini dan menjem-purnakan
rentjanaNja jang adjaib untuk keselamatannja.
Njanjian Jang Ketiga
Satu hari kelak, dan rasanja tidak akan lama lagi.
Tuhan Isa akan datang kembali; maka apabila Ia
datang, diberitahukan kepada kita. ..segala
malaekatNja jang sutji" akan datang sertaNja. Tentu
akan hebat betul pemandangan itu! Barangkali kamu
sekalian dan saja masih hidup kelak dan dapat melihatnja. Siapa tahu, bukan? Maka kemudian, kalau
kita telah hidup baik, kita ?akan diangkat . . . akan
bertemu dengan Tuhan diangkasa." Kamu barangkali
hampir merasa kegemparan saat itu sekarang, bukan?
Setelah itu, bersama-sama dengan segala malaekat,
kita akan pergi kesurga melihat segala barang-barang
jang baik jang telah disediakan Allah bagi segala orang
jang tjinta kepadaNja.
Maka pada hari jang amat mulia itu akan
terdengarlah pada telinga kita satu njanjian merdu
jang belum pernah kita dengar.
Dengarlah ! Itulah njanjian kemenangan dari
malaekat-malaekat. Itulah njanjian jang mereka telah
lama sekali menunggu-nunggu
hendak menjanjikannja. Perasaan mereka jang sudah
tertahan-tahan begitu lama achirnja akan meluap
dalam biduan jang amat besar itu. Dengarlah! Lagu
jang merdu itu sedang bertiup kepada kita meskipun
sekarang ini djuga : ?Segala sjukur dan hormat dan
91 kemuliaan dan kuasa kiranja bagi Tuhan, jang duduk
diatas arasj. dan bagai Anak Domba itu selamalamanja."
?Selama-lamanja!" Segala djenang surga
berdengung dengan njanjian pudji-pudjian. Tuhan Isa
telah beroleh kemenangan dalam peperangan
melawan dosa dan penjakit dan kematian. Segala
sesuatu jang djahat dan kedjam telah dilalukan dan
dibinasakan. Selama-lamanja segala perkara akan
tinggal tetap permai, tiap-tiap orang akan tetap
berbahagia. Tidak akan pernah lagi ada perbantahan
atau perkelahian atau perkataan jang tidak baik.
Selamanja dan pada segala waktu akan selalu ada
perdamaian dan kesukaan dan kesenangan. Selamalamanja Tuhan Isa akan bersama-sama dengan anakanakNja dan mereka itu dengan Dia.
Tidakkah kamu rindu hendak turut menjanjikan
njanjian jang amat merdu itu, dan tinggal dalam
tempat kediaman jang mulia itu? Saja amat rindu
sekali. Marilah kita bersama-sama bersedia hendak
pergi kesana, maukah kamu sekalian? Kalau begitu
wadjiblah kita selalu bersedia supaja djangan
ketinggalan apalbila Tuhan Isa datang.
92 PERNYATAAN
File ini adalah sebuah usaha untuk melestarikan bukubuku novel Indonesia yang sudah sulit didapatkan di
pasaran dari kemusnahan, dengan cara mengalih
mediakan menjadi file digital.
File ini dihasilkan dari konversi foto menjadi teks yang
kemudian di kompilasi menjadi file PDF.
Tidak ada usaha untuk meraih keuntungan finansial
dari karya-karya yang coba dilestarikan ini.
CREDIT untuk :
? Awie Dermawan, beliau adalah sumber utama
dari foto koleksi Batara ini.
? Grup Kolektor E-Books
D.A.S 93 Eng Djiauw Ong 23 Saksi Bisu Dumb Witness Karya Agatha Christie Kisah Bangsa Petualang 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama