Ceritasilat Novel Online

Kesan Misterius 2

Nancy Drew Kesan Misterius Bagian 2


kunjungannya berserta teman-temannya telah banyak pengalihan
perhatian yang menggembirakan.
Pembicaraan berkisar masalah yang luas dan jauh dengan
banyak saran dan pendapat maupun obrolan dan celoteh yang segar.
Kemudian koki rumah menghidangkan makanan kecil sebagai
penutup pertemuan malam itu, dan pada waktu para tamu
meninggalkan tuan rumahnya, jam menunjukkan menjelang setengah
sebelas malam.
*************
"Orang itu benar-benar menyenangkan untuk berada di
sekitarnya," kata Bess. "Aku suka kepadanya."
"Aku pun suka," kata George. "Kukira perkara-perkara
pencurian karya cipta orang lain itu adalah lebih banyak omong
kosong, bukan begitu Nancy? Ia rupanya begitu besar bakatnya untuk
melakukan sesuatu yang demikian hina!"
Nancy agak sedikit malu dan enggan untuk mengemukakan
pendapatnya sendiri tentang Dallas Curry yang kurang menyukai.
Tetapi ia pun mengakui bahwa perasaannya tentang dia semakin
membaik daripada sebelumnya.
Keesokan harinya, Nancy tidur sampai siang. Ketika ia sarapan,
Kepala Polisi McGinnis meneleponnya dari Markas Besar. "Kami
memperoleh pemberitaan arus balik dari perusahaan-perusahaan
taksi," ia melaporkan.
"O yaa," kata Nancy ingin tahu. "Apakah seseorang
pengemudinya ingat seorang penumpang yang mirip Clare Grant?"
"Tidak. Engkau ingat meminta seorang wanita yang
menumpang entah di Possum Road atau di mana saja di pinggiran
kota River Heights, bukan? Satu-satunya yang dekat ke sana adalah
seorang wanita muda yang naik taksi di terminal bis sekitar jam lima
tigapuluh pagi dan menuju ke lapangan terbang. Tentu saja, pangkalan
taksi itu adalah sekitar delapan atau sepuluh blok dari pinggir kota,
dan ciri-ciri wanita itu pun tidak cocok dengan Clare Grant."
Nancy kecewa, tetapi berkata sopan: "Baiklah, terimakasih,
pak. Rupanya cukup berharga pencarian itu, walaupun tidak terbayar
jerih payahnya."
"Ayo bertaruh. Justru itulah jalannya bagi banyak perkara
kejahatan agar dapat dipecahkan, Nancy. Seperti kauketahui, harus
sabar menelusuri semua kemungkinan-kemungkinan."
Hanya beberapa menit setelah ia menggantungkan teleponnya,
ada panggilan telepon lagi. Kali ini yang menelepon adalah Carson
Drew. "Penyelidik pribadiku baru saja menelepon aku dan melaporkan
tentang Pamela Kane, Nancy," katanya.
"Haa, kerja yang cepat, ayah! Apa mereka mendapatkan
kesulitan?"
"Sedikitpun tidak. Mereka menemukan pesawat yang
ditumpanginya dan memperoleh keterangan bahwa pemesanan tempat
itu dilakukan lewat sebuah kantor perjalanan di Los Angeles. Ternyata
kantor perjalanan itu memberikan alamatnya."
"Apakah penyelidikanmu juga melakukan pengecekkan?"
"Ya, ingat! Engkau katakan bahwa Pamela Kane dan Clare
Grant tinggal sekamar? Sejak Clare pindah ke Timur, ternyata Pamela
membagi kamar dengan dua orang wanita muda. Salah seorang di
antaranya masih tinggal di Los Angeles, tetapi yang lain baru-baru ini
juga pergi ke Timur. Dia juga seorang penari, bernama Sylvia Salmo.
Ia pergi ke New York untuk berusaha mendapatkan pekerjaan di
Broadway."
"Baik." Untuk sejenak Nancy mencerna berita itu sambil
berdiam, lalu berkata. "Baiklah, jadi penyelidikmu tidak menjumpai
sesuatu yang mencurigakan dari Pamela?"
"Tidak, kecuali bahwa dia adalah kawan Clare Grant yang
datang kemari untuk mengunjungi dia."
"Baiklah, ayah! Terimakasih atas bantuanmu. Sampai ketemu
pada makan malam nanti."
Setelah meletakkan telepon, Nancy membahas langkah yang
berikut. Barangkali akan berfaedah untuk kembali kepada peristiwa
menghilangnya Clare Grant, untuk melihat apakah ada petunjuk yang
masih segar yang muncul.
Setelah berbicara beberapa kata dengan Hannah, ia kembali ke
balik kemudi mobil sedan sportnya yang biru dan mengeluarkannya
dari dalam garasi, untuk kemudian menuju ke Possum Road. Tidak
lama kemudian ia mengebel rumah keluarga Fyfe. Pamela sendiri
datang membukakan pintu.
"Oh, Nancy! Aku senang engkau kemari," ia berseru dan
membimbingnya masuk ke ruang tamu yang kosong. "Aku ingin
memperlihatkan sesuatu kepadamu!"
"Apa itu?"
"Ya, aku sedang memeriksa semua barang milik pribadi Clare,
dan berharap barangkali menemukan sesuatu yang dapat memberikan
petunjuk apa yang terjadi padanya, dan aku menemukan secarik kertas
dengan nomor telepon di atasnya."
Pamela lalu mengambil kertas itu dari atas meja dan
memeganginya dengan gambaran wajah yang penuh harap ingin tahu.
Nancy melirik ke nomor di atasnya. "Hmm, sebuah lambang
wilayah 212. Itu berarti nomor untuk New York City."
"Kaupikir itu penting?"
"Ada suatu jalan untuk mengungkapnya. Bolehkah aku pinjam
telepon?"
"Silakan!" Pam memberikan gerak isyarat ke sebuah telepon
warna putih di tas meja dekat sebuah kursi malas.
Nancy menuju ke sana mengambil gagang pesawat telepon dan
memutar nomornya. Hanya terdengar bel sekali saja. Kemudian mata
Nancy membelalak heran ketika memperoleh jawaban.
"Di sini Oliver Snell!"
12 Petunjuk yg sukar dimengerti
Oliver Snell!
Nancy terpekur sejenak mendengar nama dan suara untuk
mengenali, kemudian denyut jantungnya meningkat cepat. Dengan
tenang ia meletakkan pesawat penerima. Kabut muram menyelubungi
wajahnya. Apa hubungan antara Clare Grant dengan kepala urusan seni
dari perusahaan periklanan Marcy Joplin?! Memang benar bahwa tata
susun Patung Liberty iklan dengan model Clare itu adalah salah satu
yang ditutuhkan dicuri Dallas Curry, tetapi iklan itu tidak ada
hubungan sama sekali dengan perusahaan Oliver Snell.
Pikiran Nancy itu diganggu oleh suara Pamela. "Siapa itu,
Nancy?" ia mengulang bertanya. "Mengapa telepon kaugantungkan
lagi?"
"Sebab orang yang menyahut terlihat dalam perkara lain yang
aku tangani!" jawab Nancy. "Namanya adalah Oliver Snell! Ia
ditempatkan di perusahaan periklanan di New York." Dengan singkat
Nancy menceritakan kepada Pamela perkara hukum yang didakwakan
kepada Dallas Curry dengan dugaan pembajakan tata susun iklan di
tiga buah majalah.
"Tetapi apakah engkau tidak ingin menanyakan kepadanya
tentang Clare dan menemukan apakah ia tahu sesuatu mengenai
menghilangnya?" Pamela mencela dengan emosional.
"Ya, pasti aku lakukan," kata Nancy, "dan aku bermaksud ....
tetapi bukan lewat telepon, dan juga tidak sebelum aku
memikirkannya masak-masak. Memang barangkali akan membantu
untuk menggali sedikit tentang latar dari informasi sebelum aku
mengadakan pendekatan kepada tuan Snell."
Ia menjelaskan bahwa apabila hendak melakukan penyelidikan
misteri, ia biasanya berpendapat untuk lebih baik menanyai para saksi
mata dengan tatap muka, dalam usaha untuk mengamati bagaimana
reaksinya sehingga dapat melanjutkan dengan mempertimbangkan dan
menilai apakah mereka itu mengatakan yang benar ataukah tidak.
"Begitu juga," Nancy menambahkan dengan muka masam,
??kadang-kadang adalah lebih bijaksana untuk tidak bertepuk sebelah
tangan lebih dulu. Kalau Oliver Snell tidak mengetahui bahwa nomor
teleponnya itu ditemukan di tempat Clare Grant, maka ia tidak akan
berhati-hati dan berjaga-jaga, dan barangkali ia akan berkata sedikit
lebih bebas."
Pamela mengangguk cemas. "Ya, aku tahu yang
kaumaksudkan, dan dapat dimengerti. Baiklah. Tetapi usahakan,
bicaralah dengan dia, Nancy. Bagaimana pun, aku rasa bahwa usaha
itu barangkali akan sangat penting."
"Jangan khawatir," Nancy meremas-remas tangan wanita itu
menenangkan, "aku berjanji akan mencek dan menemukan apakah
Snell ada sangkut-pautnya dengan menghilangnya Clare. Apabila aku
berhasil mengetahui sesuatu, aku akan memberitahumu secepatnya."
Nancy segera meninggalkan rumah keluarga Fyfe dengan
helaan napas dalam yang melegakan. Ia menemukan kegugupan
Pamela dengan cara mengomel namun mendatangkan pemikiran yang
sungguh-sungguh dalam misteri yang dicobanya untuk dipecahkan;
Begitu pula ia ingin sekali segera melakukan pengejaran terhadap
jalur penyelidikan yang baru yang muncul di sekitarnya.
Daripada pulang ke rumahnya sendiri, Nancy menuju ke Ashton
University, yang menempati daerah masyarakat kecil dengan nama
yang sama, tidak jauh dari River Heights. Semalam, sementara
memikirkan teka-teki mengenai keadaan menyedihkan yang menimpa
Dallas Curry, Nancy teringat pernah membaca, di Universitas Ashton
ada seorang profesor psikologi kenamaan, Dr. Hugh Jaffee, yang
menghabiskan sebagian liburan musim panasnya dengan mengadakan
percobaan-percobaan bersama para mahasiswa yang berminat dan
berkemauan.
Jaffee telah menerbitkan sejumlah masalah tentang kebiasaan
khusus dalam tingkah laku dan pikiran seseorang yang kabur yang
nampaknya tidak dapat diuraikan secara ilmiah. Karena
kemasyurannya sebagai peneliti ahli di bidang psikologi, Nancy
memutuskan untuk meminta pandangannya tentang perkara Curry.
Walaupun kemungkinan ia membuka titik terang pada misteri ini
nampak kecil sekali, Nancy berpikiran tidak akan melewatkan jalanjalan yang dapat memberi keterangan dan petunjuk.
Ketika ia meminta keterangan di kantor universitas, Nancy
diberi tahu bahwa sang Profesor itu hadir dan sangat senang untuk
bertemu dengan dia. Mengikuti petunjuk petugas, ia berjalan tidak
jauh untuk sampai ke bangunan dari batu merah yang ditutupi
tumbuhan merambat dan menjadi tempat Jurusan Psikologi.
Sampai di sana seorang mahasiswa sudah menunggu di lorong
masuk yang membawanya ke sebuah ruangan besar. Di ruangan itu
belasan anak muda, lelaki dan perempuan usia kuliah dan mengenakan
pakaian musim panas yang sederhana, duduk sendiri-sendiri di sudut
yang berbentuk segitiga. Mereka memakai alat pendengar dan mulut
mereka bergerak-gerak sambil membaca buku dengan suara lantang.
Dr. Hugh Jaeffee yang berdiri ternyata seorang laki-laki
bertubuh kecil, kurus, berambut abu-abu, namun bersemangat yang
tidak ada taranya serta bergairah besar dalam karyanya. Ia lalu
berjalan hilir-mudik di ruangan besar tersebut, dengan jelas tengah
berpikir dalam-dalam hingga tidak menghiraukan suara-suara para
mahasiswa yang sedang membaca buku dan dari waktu ke waktu
menuliskan sesuatu di atas sebuah buku catatan.
Beberapa lama kemudian ia melihat Nancy. Kemudian matanya
diangkat ke atas dan mendatanginya dengan kaki terseret-seret untuk
menyambut tamunya dengan jabatan tangan yang cepat.
"Aah, nona Drew! Betapa senangnya bertemu denganmu secara
pribadi. Aku telah banyak membaca mengenai bakat-bakatmu dalam
memecahkan berbagai misteri yang menarik."
"Aku pun telah membaca tentang kemasyuran anda, Dr. Jaffee,"
jawab Nancy dengan tersenyum. "Itulah sebabnya aku datang kemari.
Aku harapkan anda dapat membantu dalam memecahkan suatu
perkara."
"Sungguh-sungguh? Baiklah, aku hanya psikolog, bukan
detektif, nona Drew. Tetapi aku akan senang membantumu kalau
dapat!"
Dengan melemparkan pandangan dan isyarat gerak kepada para
mahasiswa di sudut-sudut ruangan itu, ia melanjutkan kata-katanya:
"Barangkali kita lebih baik bicara di kantor pribadiku, di sana kita
dapat mendengar dengan jelas hasil pemikiran kita masing-masing."
Ketika mereka berjalan menuju ke pintu masuk pada ujung
ruangan, Nancy mengajukan sebuah pertanyaan dengan hati-hati.
"Mereka itu sedang mendengarkan apa?"
"Sebuah rekaman suara yang membaca buku pelajaran sejarah,
meskipun bahannya tidak menjadi masalah. Sasaran dari percobaan ini
adalah untuk mengetahui berapa banyak dari masalah yang
disampaikan melalui alat pendengar dapat disimpan di dalam bawah
sadar seseorang mahasiswa."
Ketika ia membukakan pintu agar Nancy masuk, Dr. Jaffe
melanjutkan kata-katanya. "Aku tambahkan, kualitas nada dari suara
itu rendah dan lembut. Setiap lengkingan suara harus mendapat
perhatian sepenuhnya . . . yang tentu saja, akan merusak tujuan
percobaan ini seutuhnya."
Saat mereka telah duduk dengan enak di kantor pribadi
profesor, Nancy menjelaskan kesulitan yang dialami Dallas Curry. "Ia
sangat cemas, Dr. Jaffee, dan bersumpah tidak bersalah," ia
mengakhiri. "Sekalipun seseorang tidak mempercayainya, tidak ada
alasan sedikitpun mengapa ia harus melakukan sesuatu yang begitu
hina. Hasil karyanya sendiri dihargai sangat tinggi serta begitu banyak
dituntut baginya untuk sedekar menjiplak hasil cipta orang lain.
Dapatkah anda memberikan penjelasan lain dari apa yang terjadi?"
Dr. Jaffee mendengarkan dengan tekun dan penuh perhatian
tentang cerita Nancy. Ia meneruskan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada Nancy. Kemudian ia duduk diam sejenak dengan
kepala menunduk berpikir dan jari-jemarinya menggaruk dagunya.
"Aku tidak sepenuhnya yakin akan dapat membantumu, Nona
Drew," akhirnya ia memberikan ulasannya. "Aku membatasi diriku
mengatakan begitu, meskipun engkau telah menceritakan semuanya
itu, kedengarannya seolah-olah seperti ada kebocoran pengamanan di
salah satu jalur dari proses pemindahan gagasan atau pikiran yang
tidak wajar."
"Jadi anda percaya bahwa Dalas Curry itu berdusta?"
Jaffee mengerutkan dahi dan menggelengkan kepala. "Sama
sekali tidak. Tetapi aku menduga bahwa barangkali ia pernah melihat
atau pernah diperlihatkan kepadanya sekilas tata susun iklan
saingannya pada satu dan lain waktu, dan yang tidak diingatnya lagi.
Oooo, banyak catatan-catatan dari perkara-perkara yang terkenal, yang
dalam kenyataannya ada dua atau lebih orang-orang yang berpikiran
sama, dan masing-masing tidak menyadari akan yang lain."
Dr. Jaffee melambaikan tangannya di udara. "Seperti misalnya
Darwin dan Wallace. Keduanya pada waktu yang sama muncul
dengan teori evolusinya. Tetapi aku menyangsikan bahwa itulah yang
terjadi dengan tuan Curry."
Nancy mengangguk, sedikit kecewa.
"Juga, tentu saja," profesor itu melanjutkan, "dalam bidang
parapsikologi, yang mempelajari tanggapan di luar pancaindera,
seperti telepati dan sebagainya, para pengamat mencoba menerangkan
sejumlah kejadian-kejadian secara kebetulan yang aneh yang
seringkali muncul. Tetapi sejauh ini sesuatu yang pasti belum dapat
dibuktikan. Baiklah aku pikirkan lebih lanjut, nona Drew, dan nanti
aku akan meneleponmu apabila aku memperoleh jawabannya."


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nancy mengucapkan terimakasih, lalu memberikan nomor
teleponnya dan kemudian pergi. Dalam perjalanan pulang, ia
memutuskan untuk bersantai dan menikmati hari dengan matahari
yang bersinar cerah, untuk sementara melupakan kedua perkara yang
membuat hatinya jengkel. Tetapi pikiran lain tiba-tiba muncul yang
nampaknya amat berharga untuk dikerjakan.
Sementara Hannah menyiapkan makan siang, ia membaca
rubrik film dan kritik sandiwara dalam surat kabar River Heights.
Dengan informasi yang didapatkannya ia dapat menelepon dan bicara
dengan produser Perfect Strangers di New York. Ini adalah sandiwara
dari Broadway di mana Clare diharapkan akan memegang peran
utamanya. Produser, Barry Coe, ternyata seorang yang periang dan
peramah. "Tentu saja, nona Drew, aku sangat senang dapat bertemu
engkau petang nanti, kalau bersedia."
"Terimakasih, anda baik hati. Aku akan datang," jawab Nancy.
berbesar hati.
Ketika ia meletakkan telepon, Bess dan George memanggil dari
pintu gerbang. "Hai, Nancy! Kami datang menjemputmu untuk makan
siang!"
Nancy tertawa ketika ia membuka kunci pintu kasa. "Maaf,
Hannah telah menyiapkan perapian. Ayo masuklah dan makan
bersama!"
"Baik, engkau yang mengajak kami, jadinya," kata Bess, sambil
mengisutkan hidung dan menghirup aroma yang lezat menghembus
dari arah dapur.
George berkecap-kecap. "Aku juga. Aku tak mau ketinggalan.
Terimakasih, Nancy!"
"Dengar, aku akan putarkan kaset video misterius yang pernah
kuberitahukan kepada kalian. Kalian berdua menonton dan aku akan
siapkan meja makan."
Kedua gadis itu ingin membantu, tetapi Nancy menolaknya.
Maka sementara meja makan disiapkan di kamar makan yang
menyenangkan dan terang, Nancy membantu Hannah sampai ke
hidangan yang terakhir. George dan Bess menyaksikan pemutaran
kaset musik rock di layar televisi di ruang tamu.
Sesudah siap semuanya, sambil melahap hamburger dan selada,
ketiga gadis itu membicarakan tentang kaset video. Tetapi kedua gadis
temannya itu sama-sama bingung seperti juga Nancy, tidak tahu siapa
pengirimnya.
"Barangkali ada sangkut-pautnya dengan perkara Dallas Curry."
Nancy berpikir keras. "Kalau tidak, mengapa ia mengirimkan kasetkaset itu tanpa nama?"
"Berbicara tentang Dallas Curry," kata George sambil bersandar
ke muka, "bagaimana pikiranmu, Nancy?" Apa ia bersalah atau
tidak?"
"Aku bertanya-tanya hal yang sama," gumam Bess sambil
menyedot teh esnya.
"Waah, itu adalah perubahan dalam sikap!" Nancy membuat
pertanyaan yang mengejutkan. Kukira kalian berdua yakin bahwa ia
tidak bersalah."
"Memang, aku pun mengira kita bertiga yakin," Bess mengakui.
"Tetapi hari ini aku agak menyangsikan."
"Aku pun begitu," George menimpali. "Ia memang
menyenangkan untuk didengarkan, tetapi fakta adalah fakta. Kalau ia
tidak membajak hasil cipta orang lain, bagaimana engkau dapat
menerangkan pemunculannya dengan karya cipta yang sama?"
Kedua teman Nancy mengajak untuk berenang bersama di
kolam renang perkumpulan daerah itu sesudah makan siang, tetapi ia
menolak. "Aku mempunyai janji di New York petang ini dengan produser
Broadway,? ia mengemukakan alasannya dengan tersenyum.
"Nancy! Apakah itu berarti engkau telah memutuskan untuk
main di atas panggung?" Bess memekik.
"Ya Allah, tidak! Aku hanya ingin bicara kepadanya tentang
Clare Grant," jawab Nancy.
"Oooo," kata Bess, menurunkan nada suaranya, atas nama
George yang berkecap-kecap keras.
"Bila ada waktu kalian berdua boleh ikut," Nancy meneruskan
dengan lirikan mata penuh harap dari yang satu ke yang lain.
George menggelengkan kepala dengan rasa menyesal, dan
menjelaskan bahwa ia telah berjanji membantu bagian penerangan
pada pertunjukkan konser musik rock setempat malam ini di
Riverview College. Sedang Bess sangat tertarik dengan tawaran
Nancy. "Satu-satunya masalah ialah," kata Bess sambil melihat-lihat
pakaian sepan yang dikenakannya serta tas pantainya. "Aku harus
berganti pakaian dulu."
"Gampang!" kata Nancy tersenyum. "Kita bisa mampir sebentar
di rumahmu dalam perjalanan ke lapangan terbang."
Selesai makan siang serta membersihkan meja makan, kedua
gadis itu mengambil tas cangklong mereka yang berisi pakaian
renang, lalu ke luar menuju ke mobil Nancy. Beberapa menit
kemudian Nancy menurunkan George di kolam renang perkumpulan
daerah, untuk kemudian terus ke rumah keluarga Marvin. Bess
membutuhkan waktu lebih cepat dari biasanya untuk berganti pakaian,
suatu prestasi yang dicatatnya dengan rasa bangga.
Nancy menyeringai, tetapi kemudian perasaan tidak enak
menghantuinya, yang memberitahukan kepadanya bahwa suatu
petunjuk penting sedang memandang tepat ke wajahnya.
Tetapi apa itu?
13 Gambar Kartun yang Manis
Setelah mendarat di New York, kedua gadis itu mengambil
taksi ke gedung pertunjukkan di mana Nancy dijanjikan bertemu
dengan produser Barry Coe.
Orang itu membuktikan secara pribadi sama ramahnya seperti
suaranya melalui telepon. Ia sedang di tengah-tengah pemilihan
pemain-pemain percobaan untuk sandiwaranya musim gugur, dan
sedang duduk santai di atas tempat duduk di tengah-tengah gang,
ketika Nancy diantarkan kepadanya oleh salah seorang pembantunya.
Sangat mengherankannya, Nancy baru tahu bahwa produser itu tidak
tahu sama sekali tentang menghilangnya Clare Grant sebelum ia
meneleponnya.
"Itu disiarkan dalam berita televisi, dan aku kira juga di semua
surat kabar New York," kata Nancy.
Barry Coe mengangkat bahu menggelikan dan merentangkan
kedua tangannya. "Selalu berada di pertunjukkan, betapa aku tidak
tahu apa-apa. Aku akan beristirahat sebentar menikmati terbenamnya
matahari Hindia Barat dan segera terbang kembali sebelum tengah
malam. Setelah itu tidak ada acara lain kecuali pertemuan-pertemuan,
pembicaraan telepon, dan percobaan-percobaan. Bagaimanapun juga
aku sangat tergugah rasa ingin tahuku. Maka ceritakan perkara itu
kepadaku."
Nancy menceritakan ringkasan peristiwa menghilangnya Clare
Grant. "Itu benar-benar aneh," Coe mengernyitkan dahi dan
menggelengkan kepala. "Aku hampir tidak tahu apa yang
membuatnya demikian."
"Baiklah. Aku mengenal dia sudah sejak ia muncul dalam The
Mandrake Root. Aku yang memimpin sandiwara itu, kau tahu. Pada
waktu itu Clare masih segar-segarnya keluar dari bangku kuliah.
Seorang aktris muda yang amat berbakat."
"Aku mengerti mengapa anda merencanakan memberinya dia
peran utama dalam sandiwaramu yang baru Perfect Strangers. "
Barry Coe memandang keheranan. "Dari mana engkau tahu?"
"Dari seorang kawannya. Bukankah itu benar?"
"Yaa, belum pasti sebetulnya, bahkan tidak mungkin. Clare
memang seorang aktris yang baik, tetapi"
Coe memutuskan ucapannya dan mengelus-elus dagunya dan
termenung. "Yaah, aku tidak pasti bahwa dia orangnya yang tepat
untuk peran itu. Sekarang ini aku harus katakan bahwa ia menempati
urutan kedua atau ketiga dalam pilihan sebagai pemegang peran
utama."
"Oooo." Tiba-tiba saja Nancy menyadari bahwa hal inilah
yang menyebabkan Clare Grant menjadi sedih, suatu bentuk perasaan
cemas yang dirasakan Pamela dalam pembicaraan telepon mereka. Di
pihak lain, hal ini hampir tidak dapat menjelaskan adanya ancaman
yang disebutkan Pamela.
Ketika Nancy menyebutkan hal ini kepada Barry Coe, dia tidak
tahu apa yang membuat Clare menyerah, putus asa. Suatu ilham yang
tiba-tiba muncul membuat Nancy bertanya kepada produser itu apakah
ia telah diperkenalkan kepada Sylvia Salmo, kawan sekamar Pamela,
yang baru-baru ini datang ke New York.
"Benar, dia dan Clare datang kemari bersama-sama untuk
masuk dalam bisnis pertunjukan," Coe menyahut. "Mereka adalah
teman-teman akrab, keduanya amat tertarik akan permainan sandiwara
panggung."
"Tetapi Sylvia mempunyai kelebihan dalam hal menyanyi dan
menari, selain bermain sandiwara. Cita-citanya adalah pemain komidi
musik."
"Apakah anda mendengar kabar dari dia baru-baru ini?"
"Tidak, bahkan aku tidak tahu kalau ia ada di New York. Tetapi
jika ia ada di sini, dan engkau berusaha mencarinya, aku anjurkan
untuk mencarinya ketempat kerjanya."
"Di mana itu," kata Nancy.
"Ada sebuah komidi musik berjudul Moonglow yang kini
tengah dibuat," Barry Coe memberitahukannya. "Jika Sylvia ada di
kota, itu akan mudah sekali, ia akan segera datang begitu ada
panggilan, kau tahu. Maksud panggilan untuk pemilihan pemain, di
mana para penari dicoba untuk barisan paduan suara."
"Bagaimana tepatnya aku dapat mengetahuinya?"
"Tanyakan saja pada Duane Weis. Dialah yang memimpin
Moonglow. " Coe lalu mengambil buku catatan dan pena dan
menuliskan sesuatu yang diserahkannya kepada Nancy. "Di sana ada
nama dan nomor teleponnya. Bicaralah lewat telepon dengannya dan
katakan kepadanya bahwa aku yang menganjurkan untuk
berhubungan dengan dia."
"Akan kulakukan," Nancy berkata dengan berterimakasih.
"Terimakasih untuk bantuanmu, tuan Coe."
"Aku senang. Percayalah kepadaku."
Ketika Nancy hendak berangkat, tiba-tiba produser itu
memperingatkannya. "Omong-omong, pernahkah engkau melihat
Clare Grant di panggung?"
"Tidak, aku ingin melihatnya," jawab Nancy. "Aku telah
melihat potretnya beberapa kali."
"Yaah, jika engkau ingin melihat bagaimana rupanya, ada
sebuah karikaturnya di rumah makan Lily. Dinding rumah makan itu
dihiasi dengan berbagai karikatur dari aktris-aktris dan aktor-aktor
serta orang-orang show-biz. Mereka pun memasang gambar Clare
ketika membintangi The Mandrake Root. Ia mempunyai gaya yang
elok sekali, dalam melenggokkan kepalanya, kira-kira begini . . . . "
Barry Coe menirukan sebuah adegan yang lucu, yang membuat Nancy
dan Bess tertawa.
"Kalian lihat sendiri karikaturnya di rumah makan Lily engkau
akan tahu apa yang aku maksudkan."
"Baik, dan sekali lagi terimakasih, tuan Coe."
Setelah meninggalkan gedung pertunjukan, Nancy pergi ke
sebuah telepon umum di lobby sebuah gedung perkantoran. Ia
mencoba memutar nomor Duane Weiss, tetapi hanya memperoleh
jawaban petugas telepon yang tidak dapat mengatakan kepadanya
kapan Weiss dapat dihubungi.
Dengan kecewa Nancy menggantungkan kembali telepon dan
mempertimbangkan langkah berikutnya. Sebuah pikiran muncul
bahwa jika Sylvia Salmo datang ke New York untuk mencari
pekerjaan di bidang show-biz, ia ingin sekali bicara dengan
perwakilan pertunjukan sandiwara. Daripada membuang waktu petang
itu, ia memutuskan untuk pergi mencari dalam buku pedoman telepon
daftar perwakilan pertunjukan sandiwara di halaman kuning.
Tetapi setelah menelepon dua perwakilan, Nancy menghela
napas. Sewaktu ia menelepon dijawab oleh sekretaris dengan ketus
yang menyatakan tidak tahu, begitu mengetahui bahwa Nancy bukan
langganan ataupun produser. Jelas bahwa mereka tidak ingin
menyulitkan diri sedikit pun dengan mencari nama Sylvia Salmo
dalam berkas-berkas di kantor.
"Nampaknya seperti aku harus melakukan cara kekerasan,"
katanya kepada Bess. Setelah menulis sejumlah nama-nama
perwakilan dan alamat-alamatnya yang ada di sekitar situ hingga
dapat dicapai dengan berjalan kaki. Nancy menyeringai.
"Bagaimana keadaan kakimu?" ia bertanya kepada temannya.
"Kita harus mengadakan perjalanan penyelidikan."
"Kita harus?" kata Bess mengerutkan dahi pura-pura bingung.
"Ya, ya, itulah harga yang harus kita bayar untuk menjadi detektif
yang baik," Ia tertawa bergelak.
Pada kunjungan yang sia-sia ke kantor yang ketiga, Nancy
sudah mulai kehilangan kepercayaan dirinya, lalu kedua gadis-gadis
itu berhenti di toko obat dan Nancy kembali berusaha untuk menemui
Duane Weiss lewat telepon, dan lagi-lagi sia-sia.
Pikiran Nancy pada akhirnya beralih ke makan, dan ia tidak
dapat mengelak ketika tiba-tiba Bess mengatakannya. "Aku sudah
lapar," keluhnya. "Mari kita pergi ke tempat makan yang sangat
menarik."
Wajah Nancy bersirat menyala. "Dan aku tahu tempat itu....
rumahmakan Lily!"
Setelah mereka menyelesaikan kunjungan ke berbagai
perwakilan pertunjukkan sandiwara, Nancy mengarahkan tujuannya
ke rumahmakan. Hanya beberapa menit lewat jam enam ketika
mereka tiba di sana. Pada jam sesore itu hanya ada beberapa pesantap
malam saja, tetapi para pengunjung River Heights banyak yang
tertarik karena mereka berusaha untuk mengenali tokoh-tokoh besar
dalam sandiwara yang karikaturnya menghiasi dinding rumahmakan
tersebut. Di antara karikatur-karikatur itu adalah Clare Grant. Gambar itu
melukiskan wanita itu dengan senyumnya yang lebar sambil
melenggokkan kepala seperti yang ditirukan Barry Coe, begitu pun
raut mukanya, sedang tangannya yang satu diletakkan di pinggang
sementara tangan yang lain mengusap rambutnya yang halus itu
sampai ke tengkuknya.
"Kau tahu, Bess. Amat lucu," Nancy merenungkan, "tetapi aku
mempunyai perasaan seperti pernah melihat dia sebelumnya, . . .
orangnya yang kumaksudkan."
"Barangkali engkau melihat dia berkeliling-keliling di sesuatu
tempat ketika ia datang ke River Heights, namun tidak mengenalinya
pada waktu itu," Bess mengingatkan.
"Kiranya memang begitu."
Setelah menikmati kelezatan makan malam dan makanan
pencuci mulut yang mewah, kedua gadis itu menyisihkan waktu
luangnya untuk melihat-lihat pajangan toko-toko yang berderetan di
Fifth Avenue. Kemudian mereka mengambil taksi ke lapangan
terbang untuk pulang.
Ketika mereka berada kembali di dalam mobil Nancy, yaitu


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah mendarat di River Heights, Bess melihat ke jam tangannya.
"Kita masih sempat melihat sebagian dari konser rock, kalau engkau
tertarik, Nancy."
"Mengapa tidak?. . . Tetapi biar aku menelepon ayah lebih dulu,
dengan demikian ia tahu di mana aku berada."
***********
Rombongan pemusik sedang bergaya meraung-raungkan
musiknya pada tingkat yang dapat menjebolkan gendang telinga,
namun konser itu hidup dan warna-warni, dan Nancy menikmati
sepenuhnya. Dari waktu ke waktu, mereka dapat melihat sekilas
George. Ia sedang membantu seorang gadis lain memainkan lampulampu panggung ke arah teman pria gadis itu yang sedang merekam
video konser tersebut.
Akhirnya Nancy dan Bess bertemu dengan ketiganya, dan anak
pemuda yang telah menyelesaikan rekaman videonya membalas
memperkenalkan mereka kepada rombongan pemusik rock
universitas.
Hari telah menjelang larut malam, Nancy dan Bess kembali ke
mobil di tempat parkir. Gadis itu membuka kunci pintu penumpang
untuk Bess, yang lalu membungkuk dan membukakan pintu
pengemudi dari dalam. Begitu Nancy membuka pintu, terjadilah
sebuah ledakan kuat.
14 Sekejap Mata
Keduanya, Nancy dan Bess tergoncang dan tertegun oleh bunyi
ledakan yang datang dengan tiba-tiba. Sebuah nyala memercik di
dalam ketika pintu itu dibuka, dan waktu Nancy pulih kembali dari
rasa terkejut, ia melihat bahwa temannya masih menggigil ketakutan.
"Yaa - alaaah! A - apa yang terjadi, Nancy?"Ia menggigil. "Momobil meledaak?"
"Tentu saja tidak, anak pandir!" kata Nancy, tertawa menutupi
rasa takutnya sendiri. "Kalau meledak, apa kita masih ada dan saling
omong-omong? Tetapi kukira kita tidak apa-apa,bukan?"
Bess mengangguk, suaranya hilang untuk sementara, ia
terengah-engah dan mengumpulkan keberaniannya kembali. "Y-yaa.
Setidak-tidaknya begini rupanya." Ledakan itu mengundang orangorang berdatangan untuk melihat apa yang terjadi, tidak saja dari
sekitar tempat parkir, tetapi juga dari dalam gedung pertunjukan. Di
antara orang-orang yang menonton itu hadir George dan gadis yang
ditolongnya dalam permainan lampu dan teman pria gadis yang
tersebut belakangan, yaitu Pete Dornek.
"Apa yang terjadi, Nancy?" tanya George cemas.
"Ada sebuah letusan keras ketika aku membuka pintu, hanya itu
yang dapat kukatakan. Oo, oo, tunggu sebentar!" Nancy
membungkukkan badannya untuk dapat melihat lebih jelas ketika
matanya yang tajam melihat sesuatu di lampu besar yang memperjelas
tempat parkir. "Ada beberapa utas kawat yang di ikatkan ke dasar
pintu!"
Peter Dornek melangkah maju dan berlutut lalu memandang
dengan tajam serta meraba-raba di bawah mobil. Tidak lama
kemudian ia memegang cabikan petasan.
"Inilah jawabannya. Berapa anak pintar menanamkan petasan
sebesar buah ceri di bawah mobilmu yang dihubungkan dengan suatu
kumparan dari batu baterai, yang dapat memercikan bunga api, jika
aliran itu terpasang. Ketika kau buka pintu petasan itu meletus."
Sesuatu reaksi suara tertawa gelisah dan beberapa pernyataan
bergurau dari antara para penonton timbul. Nancy merasa tidak begitu
senang namun memaksakan dirinya untuk tertawa.
"Terimakasih, Pete. Tenang hatiku mengetahui bahwa tak
seorang pun bermaksud sungguh-sungguh untuk mencelakakan kami."
Ketika ia menjalankan mobilnya keluar dari tempat parkir
bersama Bess, segera sesudah itu Nancy teringat pada pernyataan
pelayan pompa bensin tentang betapa mudahnya bagi seorang ahli
untuk membongkar mobil yang terkunci. Barangkali seorang
mahasiswa yang suka berolok-olok telah memilih sebuah mobil secara
serampangan yang banyak diparkir, dan menanam sebuah petasan di
bawahnya untuk menakut-nakuti pemiliknya setelah konser. Di pihak
lain seorang anggota komplotan yang jahat mungkin mencari
kesempatan untuk memasang lebih banyak ranjau-ranjau yang
mematikan.
Apakah ini merupakan suatu cara memperingatkan Nancy untuk
tidak meneruskan usaha penyelidikan menghilangnya Clare Grant atau
misteri yang bertalian dengan perkara atas diri Dallas Curry?
Bess Marvin nampaknya mengerti apa yang sedang berkecamuk
dalam pikiran gadis itu. "Apakah petasan itu hanya untuk bergurau,
Nancy?" ia bertanya dengan mata membelalak sebagai ungkapan
kecemasan pada wajahnya yang ayu.
"Itulah yang justru membuat aku heran, Bess," lalu Nancy
berkecap-kecap. "Apa pun maksudnya, aku menyebutnya suatu nasib
baik!"
Bess memandang keheranan. "Engkau bersungguh-sungguh?"
"Tentu saja. Itulah jawaban yang diberikan untuk sebuah
pertanyaan yang telah menggangguku sepanjang hari ini."
Ketika Nancy memulai perjalanannya ke New York setelah
makan siang, ia telah dihantui kesulitan oleh perasaan bahwa suatu
petunjuk penting selalu membayang di wajahnya, dan tidak
dikenalinya. Kini ia tahu apa kesulitan yang menghantuinya itu.
Dugaannya tentang sebuah petasan yang meletus dengan tiba-tiba
ketika ia sama sekali tidak menyadarinya bahwa petasan itu telah
ditanam di bawah mobilnya, dan ini telah membangkitkan perasaan
baru . . . ialah kerisauan batin, mental.
Nancy mengelak dari pertanyaan Bess lebih lanjut, ia lebih suka
menunggu sampai dapat mencek teorinya.
*************
Setelah sarapan, keesokan paginya, Nancy kembali
mengendarai mobilnya menuju ke Universitas Asthon untuk
membicarakan masalah lain dengan Profesor Jaffee. Ia menerima
Nancy dengan hangat di kantor pribadinya.
"Menurut pengertianku mengenai eksperimen yang anda adakan
kemarin," Nancy memulai, "Anda sedang melakukan percobaan untuk
mengetahui berapa banyak mahasiswa-mahasiswa itu ingat akan apa
yang didengarnya lewat alat pendengar, sementara perhatian mereka
dengan sengaja diarahkan ke buku yang sedang mereka baca."
Jaffee mengangguk. "Benar begitu! Suatu jumlah mengejutkan.
Sayang hasil dari percobaan itu belum semua masuk, tetapi bila
mereka diberikan serangkaian uji pertanyaan tentang apa yang telah
mereka dengar, mereka semua membuat nilai-nilai tinggi."
"Sungguh mengagumkan," kata Nancy, matanya berbinar
tertarik. "Sekarang katakan kepadaku, Dr. Jaffee, apakah hal itu
mungkin pula dilakukan dengan penglihatan selain dengan
pendengaran? Dengan kata lain, dapatlah suatu kesan terbentuk pada
bawah sadar seseorang melalui apa yang diperoleh lewat penglihatan
matanya, selain lewat pendengaran telinganya?"
"O ya, ya. Tentu. Itu semua adalah contoh-contoh apa yang oleh
para ahli psikologi di sebut tanggapan luhur. "
Profesor itu lalu menjelaskan bahwa cara yang biasa untuk
melakukan percobaan dengan cara yang dapat dilihat adalah
pandangan sekilas di atas layar film untuk saat yang sangat pendek.
Ini dapat dilakukan sementara seseorang menonton sebuah film.
Gangguan itu muncul secepat kilat sehingga seseorang tidak akan
sadar bahwa hal itu telah terjadi. Meksipun demikian dalam bawah
sadar seseorang masih ingat pandangan yang mengambang.
"Tambahan pula bahwa seluruh sasaran itu sangat banyak
terjadi di udara," Jaffee meneruskan dengan berkecap-kecap.
"Beberapa ahli psikologi bahkan tidak suka membicarakannya, karena
hal itu mengundang banyak pertanyaan yang menyulitkan. Misalnya,
pemerintah dapat menggunakan tanggapan luhur itu untuk tujuantujuan propaganda, untuk mempengaruhi pandangan umum. Dan tentu
saja, para pemasang iklan menggunakan itu untuk menarik orangorang agar mau membeli barang-barang yang mereka jual. Maka
perusahaan-perusahaan periklanan mendapatkan banyak gangguan
tentang hal itu. Perusahaan periklanan ini takut kalau orang-orang
mulai cemas terhadap tanggapan luhur ini. Orang-orang akan marah
dan curiga tentang berbagai jenis iklan."
Nancy mengangguk penuh pikiran dan menjelaskan apa yang
telah menyebabkan ia datang kembali ke kantor profesor tersebut.
Mula-mula ia menceritakan tentang kaset video yang misterius yang
dikirimkan kepadanya tanpa nama dan alamat.
"Setelah aku menonton video kaset di layar televisi, aku lalu
merasa tidak menyukai Dallas Curry sebelum aku pernah
menjumpainya .... dan aku bukan mau percaya bahwa ia bersalah
dengan menjiplak hasil karya orang lain tanpa terlebih dulu
mendengarkan fakta- faktanya."
Tetapi sikap kedua teman-temannya, demikian Nancy
melanjutkan, ternyata sebaliknya. Mereka mulai dengan menyukai
Dallas Curry dan percaya bahwa ia tidak bersalah. "Tetapi setelah
mereka melihat kaset video, kemarin, pandangan mereka jadi berubah.
Mereka juga mulai berfikir bahwa kemungkinan Dallas Curry
bersalah. Apakah ini juga termasuk dalam tanggapan luhur, yang
disebabkan oleh sesuatu dari kaset video?"
Dr. Jaffee menganguk dengan tegas. "Ya, menilik kata-katamu.
Aku katakan bahwa itu mungkin."
"Dan apakah mungkin Dallas Curry telah ... ya, katakanlah
?direncanakan untuk dijebak? untuk menjiplak tata susun iklan ciptaan
orang lain dengan cara begitumaksudnya dengan cara tanggapan
luhur?"
Jaffee mengernyitkan dahi dan memukul-mukul bibir
bawahnya. "Agak sulit menjawabnya. Tetapi jika dilakukan dengan
ahli mungkin juga itu benar. Mengapa kau tanyakan itu?"
"Karena beberapa orang yang tak dikenal telah mengirimkan
pula kaset-kaset video lewat pos!"
**********
Setelah meninggalkan kantor profesor tersebut, Nancy mampir
ke telepon umum kampus dan menelepon George Fayne. "Apakah
engkau mengira bahwa kawanmu yang merekam kaset video konser
rock semalam itu kiranya bersedia melakukan sesuatu bagiku?" tanya
Nancy. "Jangan aneh-aneh, tentu saja ia bersedia," jawab George.
"Mengapa?"
"Aku ingin agar ia mengurangi kecepatan kaset video yang
engkau dan Bess lihat di rumahku dan memeriksanya, bagian per
bagian. Apakah ia dapat melakukan itu?"
"Tentu, kukira bisa. Ia bekerja di Studio TV Universitas.
Mereka memiliki segala macam peralatan di sana."
"Bagus! Dan aku minta pula agar semua kaset-kaset video yang
diterima lewat pos oleh Dallas Curry diperlambat kecepatannya."
"Baik. Aku akan panggil Pete dan memberitahu dia bahwa
engkau akan datang," kata George. "Barangkali dia ada di studio
sekarang ini, menyunting kaset yang direkamnya dari konser."
"Terimakasih," kata Nancy dan menggantungkan telepon.
Ketika ia kembali menuju ke mobil, semangatnya berkobar-kobar.
Sebelum ia meninggalkan kantor Jaffe, sang Profesor itu telah berjanji
untuk mengumpulkan beberapa keterangan tertulis mengenai
tanggapan luhur dan mengirimkan kepadanya untuk dibaca. Dan,
beruntung ia berhasil menganalisa kaset video itu sebelum hari
berlalu. Jantung Nancy memukul-mukul keras karena perasaan gembira
bahwa paling tidak pemecahan satu dari kedua misteri akan
terjangkau.
15 Persoalan Janji-Janji
Nancy mengemudikan mobilnya dengan tangkas ke jalan
masuk, kemudian melompat turun dan masuk ke dalam rumah dengan
langkah-langkah ringan. Semakin cepat ia menyerahkan kaset
videonya kepada Pete Dornek di Studio TV Universitas, semakin
besar harapan, apakah dugaannya itu benar . . . dan kini firasatnya
tidak pernah sekuat sekarang ini.
"Hanya sebentar saja di rumah, sayang?" kata Hannah Gruen
dan tersenyum dari dapur sambil mengusap-usap tangannya pada rok
kerjanya. "Aku ada berapa suruhan untuk diantarkan, Hannah, maka
jangan ganggu untuk makan sebentar . . . terima kasih!"
Nancy mengambil kaset video musik rock-nya dari atas meja di
ruang tamu dan dimasukkannya ke dalam tas cangklongnya.
Kemudian ia pergi ke telepon dan memutar nomor Dallas Curry.
"Hai, di sini Nancy Drew," katanya ketika jurupotret itu sendiri
yang menyahut. "Apakah aku boleh meminjam kaset-kaset video
misterius yang pernah kau tunjukkan untukku dan teman-temanku?"
"Tentu saja boleh."
"Ah, sungguh baik! Apakah tidak menyusahkan kalau kuambil
sekarang?"
"Baik sekali. Engkau pun akan menyenangkan hatiku apabila
mau makan siang bersamaku," Dallas mengundangnya. "Aku merasa
sangat capek kalau sendirian. Takashi ingin menggembirakan hatiku.
Ia mengatakan akan memasak hidangan istimewa untuk makan siang."
Nancy berkecap-kecap. "Kedengarannya amat menyenangkan,
aku menerima undanganmu."
Seperempat jam kemudian jurupotret yang ramah, berkulit
coklat terbakar matahari, datang menyambut ketika Nancy memarkir
mobilnya di jalan masuk yang lebar dan teduh di bawah pepohonan.
Jurupotret itu mengenakan kemeja sutera terbuka di lehernya dan
celana panjang kain linen warna putih.
"Nancy, engkau tidak tahu betapa senangnya aku bertemu
denganmu."
Barangkali karena sambutannya yang riang, Nancy merasakan
bahwa undangannya itu adalah untuk menghilangkan perasaan
tertekan. "Sungguh menyenangkan berada di sini dan melihat betapa
indahnya tempatmu ini di siang hari," Nancy menanggapi.
"Ya, sangat indah, bukan?" gumamnya bangga sambil
memandangi sendiri rumahnya dan keadaan di sekitar dengan rumput
yang hijau zamrud dan pepohonannya yang rindang. "Dan karena
sekarang ini hari cerah, kita akan makan-makan di emper terbuka di
pekarangan belakang."
"O, betapa indahnya!"
Dallas Curry menawarkan Nancy untuk bergandengan tangan,
membimbingnya berjalan di jalan setapak dari batu ampar yang teduh
dengan tanaman bunga-bungaan, berkelok-kelok di antara pohonpohon dan semak-semak, menuju belakang rumah yang terang oleh
sinar matahari.
"Oh, oh, betapa semerbak baunya!" Nancy menghirup napas
dalam-dalam. "Apakah anda juga jurutaman selain jurupotret? "
"Tidak . . . tetapi barangkali saja kelak, kalau aku tidak menang
dalam perkara ini, serta menjernihkan nama baikku. Karena tidak ada
sesuatu yang lain yang dapat kukerjakan."
"Ayolah kita berdoa bersama-sama dan berharap
memenangkannya!"
Nancy tergoda hatinya untuk mengatakan kepadanya tentang
petunjuknya yang baru dan penuh harapan, tetapi dengan hati-hati ia
memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa sampai ia tahu apakah
hasilnya dapat menguatkan firasatnya ataukah tidak.
Dalam pada itu Curry membuka pintu pagar emperan yang
bertirai, di mana terdapat kursi-kursi dan sofa yang empuk
menyenangkan, lalu mempersilahkan tamunya untuk duduk bermalasmalasan. Di sebuah sudut, sebuah meja telah diatur dengan alat-alat
makan dari perak yang mengkilap serta gelas-gelas.
"Ya Allah, melihat semua itu membuat perutku jadi lapar
meskipun makanannya belum dihidangkan."


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau akan semakin lapar kukira, nanti kalau sudah
dihidangkan. Takashi adalah jagoan masak di dapur."
Curry membantu Nancy ke sebuah kursi, lalu ia sendiri ikut
duduk. "Omong-omong, Takashi sangat senang, seperti juga aku,
engkau mau datang makan siang. Ia mengatakan aku telah begitu lama
bermuram menyendiri."
Segera koki yang berjas putih itu muncul sambil membungkuk
dan tersenyum dan mulai menghidangkan makanan Jepang, daging
sapi dan makanan hasil laut yang lezat cita-rasanya. Nancy
menemukan dirinya penuh selera dan menikmati setiap suap makanan.
Kini jelaslah dari ucapan-ucapan Dallas Curry bahwa tuduhan
membajak yang tidak menyenangkan dan perkara terhadapnya yang
diajukan oleh perusahaan Marc Joplin telah menyebabkan terhentinya
secara mendadak dari penugasan pekerjaan profesionalnya. Hal ini
menyebabkan ia tidak mendapat panggilan telepon dari majalahmajalah dan perusahaan periklanan, bahkan dari teman-teman serta
kenalan-kenalan, yang rupanya telah menyisihkan dia karena peristiwa
yang memalukan m-ngenai skandal pencurian tata susun iklan.
Selagi santapan itu berlangsung, Curry semakin bertambah
riang berkat kepandaian Nancy dalam pembicaraan yang hidup dan
menyenangkan, bahkan sampai seusainya makan siang jurupotret itu
meminta dengan sangat agar Nancy menunda keberangkatannya
pulang dengan mengajaknya melihat berapa hasil fotonya yang bagusbagus, yang digantungkan di dinding rumahnya. Di antaranya fotofoto perang dari masa ia menjadi wartawan foto perang dan
pemotretan mode yang mengagumkan dengan tata warna penuh,
gambar-gambar yang dibesarkan dari gambar cerita Clare Grant ketika
ia masih seorang pendatang baru yang paling muda dan berbakat dan
belum memenangkan nama tenar di panggung sandiwara Broadway.
Salah satu foto yang membangkitkan minat memperlihatkan Clare
yang bergambar secara dramatis serta menonjol dengan penampakan
seperti dinding menara sebuah puri.
"Di mana gambar ini diambil?" tanya Nancy. "Di Inggriskah?"
Dallas tersenyum. "Tidak! Di Westchester Country, New York.
Itu yang disebut ?kebodohan? di bidang seni bangunan. Engkau tahu
apa artinya?"
"Ya, mari aku lihat . . . sebuah bangunan yang nampak aneh
yang barangkali tak ada gunanya sedikit pun!"
"Tetapi! Orang-orang kaya kadang-kadang membangun gedung
untuk sedekar kesenangan. Satu atau dua abad yang lalu, banyak
terdapat di Inggris atau di Eropa, dan ada juga beberapa di sini.
Beberapa bangunan itu dirancang agar nampak seperti reruntuhan
bangunan kuno Yunani atau Romawi. Dan yang ini nampak seperti
puri dari abad pertengahan."
"Tentunya sungguh-sungguh sebuah pemandangan?" Nancy
memberikan komentarnya.
"Ya, tempat yang menyenangkan. Digunakan sebagai panggung
topi jerami pada waktu pengambilan gambar."
Tiba-tiba Nancy mematahkan jari-jarinya hingga berbunyi. "Itu
mengingatkan aku akan sesuatu, tuan Curry, yang justru hendak
kutanyakan kepadamu."
"Begitukah? Dan panggil aku pada nama depan, Dallas, tanpa
embel-embel tuan Curry," katanya tertawa.
"Baiklah," kata Nancy tersenyum. "Aku menganggap
kebanyakan dari tata susun iklanmu dipotret dalam,. . . yah, semacam
kerahasiaan, bukan?"
Jurupotret itu mengangguk. "Sejauh dimungkinkan. Setiap
perusahaan dan kliennya berusaha untuk memegang rahasia dari
kampanye iklan sebelum dilancarkan."
"Lalu dari mana datangnya foto yang tersobek-sobek dari tata
susun Patung Kemerdekaan, yang pernah kukatakan kepadamu
ditemukan dalam hutan di belakang rumah keluarga Fyfe?"
Dallas Curry mengernyitkan dahi dan mengusap rahangnya
penuh pikiran. "Tunggu, ya ... . aku ingat sekarang. Aku kirimkan
kepada Clare pribadi sebuah gambar. Kupikir itu akan memberikan
tambahan atas pekerjaan peragawatinya."
"Dan apakah Clare bergaul rapat dengan masyarakat orangorang periklanan pada waktu itu?" Nancy terus bertanya. "Atau
barangkali berjanji dengan sebuah perusahaan periklanan?"
"Ya, tentu. Ia sering kali muncul dalam pertemuan-pertemuan
perusahaan periklanan. Setelah ia tidak pernah mendapatkan pekerjaan
bermain sandiwara, baru ia beralih ke pekerjaan peragawati untuk
nafkahnya."
"Jadi kalau begitu itu hal itu menjadi jalan bagi seseorang
dalam usaha periklanan untuk dapat melihat tata susun iklan Patung
Kemerdekaanmu sebelum diterbitkan," Nancy meminta penjelasan.
"Maksudku orang itu telah mengundang Clare Grant, atau datang
menjemputnya untuk suatu janji dan melihat foto yang kau berikan
kepadanya."
Mata Curry melotot. Jelas sekali ia terkejut oleh saran-saran
Nancy. "Masyaalah, tak pernah terpikir olehku!"
"Dapatkan anda ingat janji Clare dengan seseorang dari salah
satu perusahaan-perusahaan dengan siapa anda mendapatkan
kesulitan?" tanya Nancy.
Terjadi keheningan yang lama. Dallas Curry mengernyitkan
dahi, lalu menggelengkan kepala, jengkel. "Kau tahu, Nancy, aku
yakin melihat dia bersama dengan seseorang seperti katamu, tetapi
aku tidak ingat siapa orangnya."
Nancy menunggu penuh harap, tetapi sia-sia. Akhirnya Curry
menyerah dan mengangkat tangan tidak berdaya. "Tak ada guna.
Siapa pun orangnya, nama maupun wajah tidak mau muncul dalam
ingatanku."
"Baiklah, berusaha terus mengingatnya, dan apabila anda ingat
siapa orangnya itu, tolong beritahu aku. "Sambil tersenyum Nancy
menambahkan. "Dan sekarang aku ingin pulang, Dallas. Terimakasih
atas undanganmu dan Takashi yang telah menyiapkan makan siang
yang sangat lezat."
Dallas Curry terus mengumpulkan kaset-kaset video yang
diterimanya tanpa nama dan alamat si pengirim.
Nancy memasukkan kaset-kaset itu dalam tas cangklongnya,
dan setelah mengucapkan selamat tinggal, ia menuju ke mobilnya.
Ketika ia hendak menjalankan mesin mobilnya, jurupotret itu
berlari-lari menjumpainya.
"Sekarang aku ingat dengan siapa Clare mendapatkan janji!"
serunya. "Aku merasa pasti bahwa ia sekali atau dua kali bersama
dengan seseorang bernama Ted Yates!"
Nancy tersentak dengan gembira ketika disebut nama yang
tercatat dalam ingatannya. Ted Yates adalah salah satu dari orangorang yang ditemuinya di Stratton Agency.
16 Tersangka Tiga Serangkai
"Terimakasih, Dallas," kata Nancy. "Informasi ini mungkin
sangat penting." Dengan melambaikan tangannya, ia menjalankan
mobilnya penuh harap memikirkan apa yang telah diketahuinya.
Ketika ia mengunjungi Stratton Agency, penerima tamu perusahaan
itu pertama-tama mempertemukannya dengan pelaksana yang
mengerjakan iklan Kesatria Meja Bundar bagi kepentingan
langganannya pemilik pabrik perabotan rumah. Pelaksana yang
ternyata bertubuh kecil, berkulit gelap dan berpakain rapi ini adalah
Ted Yates. Pelaksana ini mengatakan kepada Nancy agar lebih baik
bicara langsung dengan kepala perusahaan, tuan John Stratton.
Barangkali, kini Nancy berpikir, Yates telah sengaja mengelak untuk
bicara dengannya, takut kalau ia tahu perkenalannya dengan Clare
Grant. Ketika Nancy tiba di Riverview College, ia memarkir mobilnya
di tempat petasan itu meledak malam sebelumnya. Seorang
mahasiswa mengantarkannya ke Studio TV Universitas. Ia bertemu
Pete Dornek bersembunyi di ruang kerja studio, dikelilingi oleh layarlayar monitor dan peralatan optik dan elektronik yang digunakannya
untuk menyunting hasil rekaman konser rock semalam.
"Apa ada petasan-petasan lain yang tersembunyi dan meledak?"
orang itu menggodanya dengan menyeringai.
"Tidak ada kecuali yang engkau temukan di bawah mobilku,
terimakasih atas kebaikanmu," Nancy berkecap. "Sesungguhnya aku
memerlukan bantuanmu lagi, kalau engkau ada waktu luang."
"Maksudmu untuk mencek kaset-kaset video misterius yang di
sebutkan di telepon? Pasti, aku akan senang melakukannya. Apa
sebenarnya yang harus kucari?"
"Sesuatu yang sebenarnya tidak termasuk dalam pita kaset.
Kaset-kaset itu berisi serangkaian musik, seperti dikatakan George
kepadamu, tetapi aku mempunyai perasaan sesuatu telah diselipkan di
sana sini, barangkali sesuatu yang muncul di layar sebagai kilasan."
Nancy lalu menjelaskan apa yang baru saja diketahuinya
tentang tanggapan luhur dari Profesor Jaffee. Pete Dornek
mengangguk. "Ya, aku pernah mendengar itu dilakukan orang, tetapi
aku belum pernah menghadapi contoh yang sebenarnya. Apa yang
engkau minta aku lakukan adalah sangat menarik, Nancy. Akan
kukerjakan sekarang juga."
Nancy mengucapkan terimakasih dan kembali ke mobilnya.
Pikirannya telah disibukkan oleh langkah-langkah berikutnya dalam
penyelidikan. Jika kaset video itu benar-benar telah dipalsukan dengan
cara yang dicurigainya itu, hanya dapat diartikan satu hal, bahwa
seseorang dengan sengaja telah berusaha untuk menjebak Dallas
Curry dan meruntuhkan nama baiknya. Tetapi siapa ... . ?
Selagi Nancy bergerak pergi dari Riverview College, ia
memutuskan bahwa tempat yang paling mungkin untuk melakukan
penyelidikan terhadap orang yang melakukan kejahatan itu adalah
salah satu dari ketiga perusahaan periklanan yang telah menuntut
Dallas Curry bersalah melakukan pembajakan tata susun iklan.
Dan kiranya baik kalau aku mulai memeriksa Ted Yates, begitu
pikir Nancy. Apabila ia mengadakan janji dengan Clare Grant, ia
tentunya dengan mudah melihat salinan foto Patung Kemerdekaan,
tata susun iklan yang menjadi penyebab segala kesulitan. Dan yang
menyangkut pelaksana untuk langganan Stratton Agency, yaitu
perusahaan perabotan rumah, maka pelaksana itu merupakan orang
yang pertama yang terlibat dalam penyiapan Kesatria Meja Bundar,
tata susun iklan kedua yang dijiplak.
Tanpa beristirahat Nancy langsung menuju ke Possum Road.
Hanya ada seorang saja yang mungkin dapat mengatakan sesuatu
tentang perkenalan Clare Grant dengan Ted Yates. Dan orang itu
adalah Pamela Kane.
Nancy memarkir mobilnya di jalan masuk rumah keluarga Fyfe
dan membunyikan bel. Pamela Kane yang ingin sekali mengetahui
berita yang baru membukakan pintu dan membawa Nancy memasuki
ruang tamu. Tetapi ketika disebutkan nama Ted Yates, Pamela hampir
merasa terhina menolak dugaan bahwa orang itu dan Clare pernah
terlibat dalam percintaan.
"Tetapi Dallas Curry mengatakan pernah melihat mereka
bersama-sama," Nancy mengemukakan.
"Itu tidak membuktikan bahwa mereka mengadakan janjian.
Pada suatu pertemuan mungkin sekali Clare melakukan pembicaraan
dengan banyak orang," Pamela berdalih.
Ia berhenti sebentar dan mengernyitkan dahi untuk mengingatingat, lalu menggelengkan kepala. "Tidak, dengan sejujurnya, Nancy.
Clare dan aku seringkali berhubungan lewat telepon, dan kadangkadang kami mengobrol panjang pada waktu malam, dan jika ia
mengadakan janji dengan orang yang bernama Ted Yates, aku pasti
akan mendengar tentang orang itu. Tetapi aku sama sekali tidak
pernah ingat ia menyebutkan nama itu."
"Kalau begitu dengan siapa ia mengadakan janji?" tanya Nancy.
"Adakah janji-janji itu dengan sebuah nama tertentu yang kauingat?"
"Pasti ada, setidak-tidaknya satu nama!" Pamela menyatakan.
"Sebenarnya aku hendak meneleponmu, kalau engkau tidak mampir
kemari sekarang ini."
Wanita muda yang berkacamata dan berambut pirang itu
mengatakan bahwa sejak menemukan nomor telepon Oliver Snell di
antara surat-surat pribadi Clare Grant kemarin itu, ia telah memutarmutar otaknya, berusaha untuk mengingat kenapa nama Snell begitu
berarti bagi Clare.
"Dan lalu datang saatnya, Nancy nama itu dengan tiba-tiba
muncul dalam ingatanku! Mereka pasti pada suatu waktu sangat dekat
satu dengan yang lain."
Nancy memandang tajam ke arah pemberi informasi itu. "Apa
yang membuat engkau berpikir demikian, Pamela?"
"Sebab mereka untuk sementara waktu terus-menerus
mengadakan janji! Aku ingat Clare berkata kepadaku demikian dan
membicarakan tentang dia. Kecuali itu, untuk apa ia memiliki nomor
teleponnya? Itulah satu-satunya yang kutemukan di antara barangbarang milik Clare."
Nancy memainkan bibir bawahnya dengan penuh pikiran.
"Engkau mungkin benar. Aku sungguh-sungguh bermaksud mengikuti
dia dan berusaha mengenalnya lebih baik, Pam."
Nancy meninggalkan rumah keluarga Fyfe. Dalam pikirannya ia
mempunyai sebuah rencana tertentu. Ia hendak menyelidiki pihakpihak yang bersalah. Untuk sementara waktu kecurigaannya yang
paling menonjol adalah terhadap ketiga perusahaan periklanan.
Aku akan memeriksa Ted Yates tanpa menghiraukan apa yang
dikatakan Pamela, pikir Nancy berkeputusan. Kalau ia lupa sebutkan
nama Oliver Snell sampai muncul nomor telepon di antara barangbarang milik pribadi Clare Grant, bagaimana Pamela begitu yakin
nama Ted Yates tidak terselip dalam ingatannya? Betapa pun, Dallas
Curry yakin telah melihat Ted Yates bersama Clare. Dari situ sudah
cukup bagi Nancy untuk membuatnya menjadi titik pijak.
Ketika tiba di rumah, Nancy mendudukan dirinya di sebuah
kursi empuk dekat pesawat telepon yang ada di ruang tamu. Ia hendak
melakukan pembicaraan dengan perusahaan periklanan Stratton di
New York. "Minta bicara dengan tuan Stratton," ia berkata atas jawaban
penjaga telepon perusahaan tersebut.
Pembicaraan berikutnya di ujung lain adalah Sekretaris Stratton.
"Bolehkan aku tahu, engkau hendak bicara masalah apa?" Sekretaris
meminta dengan nada angkuh.
"Jurupotret Dallas Curry. Dan dakwaan bahwa ia membajak
tata susun iklan perusahaanmu."
Nancy akhirnya mendapatkan sambungan, dan Stratton bicara
agak kasar.
"Aku pikir kita telah meliput semua sampai ke dasarnya ketika
engkau datang menemuiku hari Selasa yang lalu, nona Drew."
"Terimakasih atas waktu dan kehormatan yang diberikan;
kepadaku, tuan Stratton," remaja putri itu berkata dengan sopan.
"Tetapi beberapa informasi baru yang muncul sangat berharga untuk
dibicarakan. Iklan perusahaan perabot rumah Kesatria Meja Bundar
adalah tuan Ted Yates yang bertugas mempersiapkan tata susun
iklannya, bukan?"
Setelah hening sejenak, Stratton menjawab pendek: "Benar."
"Kemudian dapatkah engkau mengatakan kepadaku sesuatu
tentang diri tuan Ted Yates?"
Kembali hening sejenak. Lalu Startton mengatakan: "Nona
Drew, aku telah menceritakan kepadamu bahwa salinan tata susun
iklan itu tercuri oleh seseorang yang melakukan pembongkaran di
perusahaanku. Pembongkaran itu pasti dilakukan oleh orang luar, dan
tidak seorang pun di perusahaanku telah melakukannya. Aku yakin
itu. Oleh karena itu, aku tidak melihat suatu alasan untuk
membicarakan masalah Ted Yates denganmu, khususnya sejak
perkara pelanggaran kode etik telah berada di bawah pertimbangan
Dewan Periklanan. Maafkan aku, aku sedang sibuk sekarang ini."
Dengan ucapan selamat tinggal ia menggantungkan kembali
teleponnya.
Nancy menarik napas pendek dan menekan tombol untuk
memutar nomor lain. Rencana serangan permulaannya menjadi
pincang dan pikirannya mandek. Meskipun begitu ia meneruskan


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk memutar nomor Marc Joplin, Inc. New York.
Celakanya, panggilan telepon ini pun tertumbuk pada sambutan
dingin. Tidak saja kepala perusahaan itu menolak untuk mengatakan
kepada Nancy sesuatu tentang Oliver Sneell, sambutan pun
menunjukkan sikap bermusuhan. Ketika Nancy mencoba untuk
meyakinkan dia bahwa satu-satunya minatnya ialah menemukan
kebenaran tentang pembajakan tata susun iklan misterius, pelaksana
itu membentak: "Faktanya sudah tetap, nona Drew, ayahmu adalah
penasehat hukum lawan dalam perkara hukum yang kami nantinatikan. Tempat yang pantas untuk menyelesaikan perselisihan ini
tidak lain adalah di pengadilan, dan itulah tempat dari apa yang
hendak kami lakukan. Selamat tinggal!"
Dengan tidak menentu, Nancy memutar telepon perusahaan
periklanan yang ketiga, Darby & Wallace, yang pertama-tama ia
kunjungi di New York. Pelaksana perusahaan, Wakil Direktur tuan
Knapp, tetap sopan dan terbuka seperti pertemuan mereka pada hari
Selasa. Nancy sangat bersyukur atas kenyataan ini, meskipun ia
menyadari bahwa ini mungkin paling tidak sebagian disebabkan rasa
penyesalan dan malu atas kelakuan yang tidak menyenangkan dari
Rick Hyatt.
"Bagaimana aku dapat menolongmu, nona Drew?" ia bertanya
Nancy menjelaskan seperti yang telah ia lakukan pada
pembicaraan telepon yang terdahulu, yaitu bahwa ia berusaha untuk
dapat mengetahui lebih banyak tentang pembajakan tata susun iklan
dan orangnya yang telah menciptakan.
"Dalam hal kami, yang dimaksudkan adalah Roscoe Leff,
bukan?" tuan Knapp meminta keterangan.
"Ya, tuan. Apakah ia selalu bekerja untuk Darby & Wallace
sejak awal masuk usaha periklanan?"
"Yaa . . benar, kecuali untuk satu waktu yang pendek beberapa
tahun yang lalu," Knapp membetulkan ucapannya sendiri. "Untuk
sebentar ia meninggalkan kami dan memulai usaha periklanannya
sendiri, tetapi itu tidak diteruskannya."
"Apa yang telah terjadi?" tanya Nancy.
"Yaah, ia terlalu mengharapkan bantuan keuangan dari Murdo
Chemical. Pemasok itu akan memberikan suatu keuntungan yang
besar dan menempatkan perusahaannya dalam sekali mendayung
menjadi besar,. . . tetapi celakanya malah macet. Maka segera ia
datang dan meminta kembali bekerja dengan kami," Knapp
menjelaskan.
"Oo, begitu." Kemudian Nancy menanyakan beberapa
pertanyaan lagi, lalu mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal.
Dengan mengernyitkan dahi berpikir keras, ia meletakkan
kembali teleponnya. Apa yang didengarnya dari pembicaraanpembicaraan telepon adalah terlalu sedikit. Namun sesuatu petunjuk
tetap berharga untuk diikuti.
Latihan berpikirnya tiba-tiba diganggu oleh suara gesekan pada
kasa-kasa pintu depan. Kemudian menggema panggilan George Fayne
yang riang gembira.
"Eh, Nancy! . . . Tunggu sampai engkau melihat siaran berita."
17 Kesan-Kesan Rahasia
Nancy bergegas mengajak temannya masuk. "Ada apa,
George?" tanyanya.
"Banyak! Aku baru saja mendapat berita telepon dari Pete
Dornek, dan dia mengatakan bahwa dugaanmu benar, Nancy!"
"Jadi sesuatu telah diselipkan di dalam kaset video?"
"Betul! Ia telah berhasil menemukan setengah losin jebakanjebakan mengerikan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
lagu rock, dan ia bahkan tidak dapat menganalisa semuanya."
Nancy menjadi tidak sabar ingin mengetahuinya. "Dapatkah
kita pergi ke sana dan melihat-lihat apa yang telah ditemukannya?"
"Aku takut engkau tidak akan berani memintanya," kata George
dengan berkecap-kecap. "Ayo berangkat!" Kedua gadis itu melompat
menuju ke mobil Nancy, yang segera menderu menuju ke Riverview
College. Pete Dornek menyambut mereka ketika mereka tiba di studio
TV dan mengajak mereka ke ruang kerja.
"Aku telah mengambil semua jebakan-jebakan itu di sebuah
kaset lain. Kukira itu akan membuatmu terkejut, Nancy!"
Ia lalu menekan beberapa tombol dan memutar nomor-nomor
pada papan pengontrol dan menunjuk ke sebuah layar monitor.
Keduanya, Nancy dan George, menarik napas pendek-pendek melihat
huruf-huruf yang muncul di layar:
DALLAS CURRY ADALAH SEORANG PENIPU
DAN PENCURI
Lagi Pete menakan tombol dan sebuah jebakan lain muncul.
DALLAS CURRY MENCURI KARYA CIPTA
ORANG LAIN
Sejenak kemudian, ia menekan tombol yang berisi jebakan lain.
CURRY BERSALAH-BERSALAH-BERSALAH.
Jantung Nancy memukul keras. Meskipun ia telah
mengharapkan pita begitu gamblang pada waktu dipertunjukkan di
depan matanya, ia sampai susah bernapas karena mendongkol dan
marah. "Ini benar-benar licik dan keji," ia berseru. "Betapa ganas dan
curang caranya untuk menjatuhkan nama baik orang!" Pikirannya
pendapatnya sendiri tentang Dallas Curry pun dipengaruhi secara
begini, membuat Nancy semakin marah.
George setuju sepenuhnya. "Siapa pun yang telah berbuat itu
tidak waras," gadis berambut gelap itu mengemukakan.
"Ya, itu belum semua," kata Pete Dornek, "meski jebakanjebakan yang telah kau lihat itu adalah yang paling mengejutkan.
Omong-omong, semua jebakan itu pun diselipkan dalam kaset video
yang kauterima, Nancy dan barangkali lebih banyak lagi yang belum
kutemukan. Tetapi selipan-selipan itu sama sekali berbeda dengan
kaset video yang kau terima dari Curry. Semuanya itu bergambar yang
tidak dapat kumengerti, tetapi barangkali engkau mengerti."
Pete lalu mempertunjukkan sebuah gambar Kesatria dalam
pakaian zirah duduk di meja bundar, yaitu tata susun iklan kedua yang
dituduhkan dijiplak oleh Dallas Curry.
"Lebih kurang delapan atau sembilan jebakan seperti ini
diselipkan dalam salah satu pita kaset," Pete mengulas. Kemudian ia
menekan tombol untuk mempertunjukkan sebuah jebakan lain di atas
layar, kali ini wajah-wajah peragawati yang dilapiskan di atas kebun
bunga-bunga. Ini adalah tata susun yang diajukan dalam perkara
hukum. "Aku temukan gambar ini timbul dan timbul lagi dalam pita
kaset Curry yang lain, kata Pete.
Nancy mendesah dan menggelengkan kepala.
"Aku masih tidak mau percaya, tetapi ini pasti akan
menjernihkan kesulitan yang dialami Dallas Curry."
Misalnya, setelah Curry memutar kasetnya yang pertama
berkali-kali, Nancy menjelaskan kepada Pete dan George lukisan
Kesatria Meja Bundar akan terpateri dalam-dalam di bawah sadar
Curry. "Maka kalau ia dipesan untuk menciptakan sebuah iklan bagi
pemilik pabrik perabot rumah," ia meneruskan," karya cipta inilah
yang akan muncul."
Cara yang sama telah pula digunakan untuk menipu dia
membajak tata susun iklan kosmetika dengan wajah-wajah peragawati
yang ditumpangi di atas dasar bunga-bungaan.
"Apa kau pikir bukti-bukti ini cukup untuk menjernihkan
namanya?" tanya George gembira.
"Kuharap begitu," jawab Nancy. "Ayah akan dapat menjawab
pertanyaanmu itu lebih baik dari aku, tentunya. Tetapi aku tidak akan
berhenti sampai di sini, bagaimanapun George. Aku bermaksud untuk
menemukan siapa yang bertanggung jawab untuk seluruh rencana
jahat dan tak berperasaan!"
Pete Dornek sekarang baru sepenuhnya menangkap perkara
misteri dari Nancy yang mengagumkan. Ia menjanjikan untuk
menyelesaikan analisa pita-pita kaset yang mencurigakan itu sebelum
ia kembali mengedit pita kasetnya sendiri dari rekaman konser rock
semalam. "Pekerjaan itu memakan waktu," ia menambahkan, "aku harus
memutar ulang setiap pita, sedikit demi sedikit dalam putaran lambat,
lalu berhenti pada setiap jebakan yang diselipkan, dengan demikian
aku dapat merekamnya dalam pita tersendiri. Tetapi itu kuselesaikan
malam nanti."
"Terimakasih , Pete," kata Nancy. "Bantuanmu itu benar-benar
penting untuk memecahkan perkara ini."
George ada janji dengan pacarnya, Burt Eddleton, pada jam
empat tigapuluh petang, maka Nancy menurunkannya di rumah
keluarga Fayne sebelum pulang. Setelah memarkir mobilnya di jalan
masuk beberapa menit kemudian, Nancy dikejutkan oleh Pamela Kane
yang sudah menunggunya di ruang tamu.
"Hai, Pam!" remaja putri berambut pirang kemerahan itu
menyambut. "Benar-benar membuatku terkejut senang. Apakah
engkau memperoleh petunjuk baru mengenai menghilangkan Clare?"
"Tidak, tetapi aku telah banyak memutar otak berpikir, Nancy,
yaitu sejak kita membicarakannya awal siang ini. Aku bertambah
yakin bahwa Oliver Snell bagaimanapun terlibat."
Nancy berdiri dengan menatap tamunya yang berambut pirang
dan merenungkan pernyataannya yang meyakinkan.
"Dan engkau mendasarkan ini pada kekuatan dari apa yang
telah kau ceritakan kepadaku, yaitu bahwa dia dan Clare mengadakan
janji dan engkau menemukan nomor teleponnya di antara barangbarang milik Clare?"
"Apa itu tidak cukup?" tanya Pamela. "Siapa lagi yang kita
ketahui yang lebih pantas berhubungan dengan dia sebelum
menghilang?"
Nancy lambat-lambat mengangguk dan berpikir keras. "Ya,
mungkin engkau benar tentang hal itu." Dalam hal itu ia telah
berkeputusan untuk kembali pergi ke New York, apabila ia berharap
dapat menemukan salah seorang karyawan dari ketiga perusahaan
periklanan berada di belakang rencana untuk menjebak Dallas Curry.
Sekarang, rupanya Pamela mendesak untuk segera menghadapi
Oliver Sneell. "Apa tepatnya yang ada dalam pikiranmu?" Nancy
menanyainya. "Aku ingin bertemu dengan dia dan bicara segera
kepadanya. Dapatkah engkau mengatur kita bertiga makan siang
bersamanya?"
Lagi-lagi Nancy mengangguk setelah berpikir sejenak. "Ya
barangkali. Bagaimanapun tidak ada salahnya untuk berusaha."
"Kalau begitu cobalah, Nancy!"
"Baik." Nancy berjalan melintas dan duduk dekat telepon di
ruang tamu. Ia lalu memutar nomor telepon Oliver Snell yang dibawa
Pamela dalam dompetnya, langsung ke kantor.
Ketika Snell menyahut dan mendengar suara Nancy Drew pada
ujung lain dari telepon, jawabnya sangat dingin. "Tuan Joplin
mengatakan kepadaku tentang panggilan teleponmu awal siang ini,
nona Drew. Pasti engkau maklum mengapa aku lebih baik
memutuskan pembicaraan sekarang ini dan mengantung kembali
telepon ini."
"Ya, aku maklum, tuan Snell," katanya tenang. "Tetapi sesuatu
yang baru muncul yang mungkin sangat penting, dan wajarlah, kupikir
anda memperoleh kesempatan untuk mengatakan kepada dia pada sisi
yang mana anda berada."
"Siapa yang kau maksudkan dengan ?dia??"
"Seorang wanita muda bernama Pamela Kane. Ia mengatakan
bahwa anda dan dia barangkali saling berteman baik."
"Dan kenapa barangkali?"
"Kukira, aku lebih suka meminta nona Kane mengatakannya
sendiri kepadamu," jawab Nancy. "Apakah ada waktu luang untuk
makan siang bersama besok, tuan Snell?"
Hening sejenak, tegang. Nancy dapat memahami perasaan yang
saling bertentangan dalam hatinya, meski di telepon dengan keinginan
tahu melawan kecurigaan dan kebencian. Akhirnya keinginan tahu
memenangkannya. "Baiklah," katanya merengut. "Di mana kau ingin
bertemu?"
"Di mana pun yang dianggap paling tepat dan paling pantas,
tuan Snell. Bagaimana pun anda tahu rumahmakan di tengah-tengah
kota Manhattan lebih baik daripadaku."
"Hmm. Baik." Snell menyebutkan nama sebuah rumahmakan
dan menyarankan untuk bertemu pada jam duabelas tigapuluh, lalu
menggantung kembali teleponnya.
Nancy meletakkan teleponnya, dan memutar tubuhnya menuju
ke Pamela dengan tersenyum. "Semuanya beres," katanya.
"Hebat sekali, Nancy!" kata Pamela bersinar-sinar.
**********
Pada waktu ayahnya, Carson Drew, pulang ke rumah petang itu,
Nancy telah memperoleh laporan lebih jauh tentang pita-pita kaset
dari Pete Dornek. Ia mengatakan bahwa ia menemukan lebih banyak
jebakan-jebakan yang diselipkan seperti yang telah dipertontonkannya
kepada Nancy dan George, tetapi tanpa gambar tata susun Patung
Kemerdekaan. Nancy menceritakan kepada ayahnya berita yang
menggembirakan itu.
"Sungguh mengagumkan, sayang! Itu adalah berita paling baik
yang kudengar sejak Dallas Curry meminta aku menangani perkara
ini." Pak Drew bergairah. "Sebenarnya apabila kita dapat membujuk
Profesor Jaffee untuk membuktikan mengenai tanggapan luhur
sebagai seorang saksi ahli, maka ini sudah cukup untuk memenangkan
perkara hukum kita. Tentu saja, perkara kita ini akan lebih kuat lagi
apabila kita mengetahui siapa yang ada di belakang rencana ini."
"Itu adalah langkah berikutnya yang aku kerjakan, ayah."
Nancy menceritakan kepadanya apa yang telah diketahuinya dari
kepala perusahaan Darby & Wallace mengenai Roscoe Leff, tentang
usahanya yang tidak berhasil dalam memenangkan iklan bagi
kepentingan Murdo Chemical. "Itu tidak banyak artinya sebagai
petunjuk, tetapi kesempatan baik untuk lebih mengenal Leff. Ayah
telah banyak menangani perkara dari Murdo Chemical Corporation,
bukan begitu, ayah?"
"Ya, pabrik utama mereka adalah tepat sesudah Hillport, kau
tahu. Dan Direktur perusahaan itu sering makan siang di River
Heights sini. Di situlah aku untuk pertama kali bertemu dengan dia."
"Dapatkah ayah mengatur bagiku untuk bertemu dengan dia?"
tanya Nancy.
"Hmmm . . ya, aku akan berusaha sebaik-baiknya, sayang . . .
walau harus kukatakan bahwa ia adalah seorang yang amat sibuk."
Nancy sudah puas untuk membiarkannya sampai di sini, karena
ia tahu bahwa tugas pelayanan Carson Drew sangat dihargai oleh para
kliennya. Ia merasa yakin bahwa Direktur Murdo Chemical
Corporation akan memenuhi permintaan pengacara terkenal tersebut.
Selain itu makan siang esok hari bersama Oliver Snell sangat
menarik pula.
**********
Keesokan pagi, selagi Nancy sarapan, ia mendengar Hannah
mengobrol dengan tukang pos di pintu depan. Beberapa menit
kemudian pembantu rumah yang sangat ramah itu memasuki kamar
makan dengan antaran pos pagi.
"Ada surat untukku, Hannah?" tanya Nancy dari balik cangkir
kopinya. "Ada, sayang . . . sebuah paket yang nampaknya agak penting!"
18 Sepasang Musuh
Dengan tidak sabar Nancy mengambil paket itu dari tangan


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hannah. Kiriman itu dibungkus karton manila yang direkat dengan
lak, dan ia dapat menduga isinya sekaligus setelah melihat nama
pengirimnya di salah satu sudut.
Prof. H. Jaffee, Departemen Psikologi, University Ashton.
Dugaannya itu menjadi kenyataan ketika ia membuka amplop
dan membaca surat di dalamnya.
Yth. Sdri. Nancy Drew.
Inilah bahan-bahan mengenai tanggapan luhur yang telah
kujanjikan kepadamu.Aku percaya engkau akan tertarik dan banyak
dibantu. Tetapi apabila engkau memerlukan lebih banyak informasi,
silakan menemui aku tanpa merasa ragu-ragu.
Hormat dariku, Hug Jaffee.
Surat itu dijilid dalam sejumlah artikel mengenai tanggapan
luhur, jelas fotokopi dari berbagai terbitan ilmiah. Nancy merasa
yakin bahwa ia akan mendapatkan sesuatu yang menarik dan melihat
ke depan untuk membacanya. Ternyata amat berguna dan diperlukan
untuk merebut hati hakim dan dewan juri dalam menyelesaikan
ketidaksalahan Dallas Curry.
Tetapi pada saat itu, Nancy hanya mempunyai sedikit waktu
atau bahkan tidak ada luang. Ia harus menjemput Pamela Kane di
rumah keluarga Fyfe di Possum Road segera setelah sarapan,
kemudian pergi ke lapangan terbang River Heights. Keduanya telah
mengatur untuk mengambil penerbangan ulang-alik terdekat ke New
York City.
"Omong-omong, aku akan pergi sampai jauh malam, Hannah,"
kata Nancy ketika ia meletakkan cangkir kopinya dan melap bibirnya
dengan sehelai serbet.
"O, sayangku, aku akan kehilangan engkau," kata Hannah,
berhenti sebentar ketika berjalan ke dapur. Ia berusaha sekuatnya
untuk tidak nampak seperti orangtua yang gelisah, walau Nancy tahu
bahwa pembantunya yang keibuan itu selalu merasa cemas kalau ia
pergi sampai jauh malam.
"Aku tidak sendirian," kata Nancy, melompat bangkit dari kursi
untuk memberikan pelukan mesra kepada pembantu rumahnya. "Aku
akan pergi bersama Pamela Kane, maka kita akan dapat saling
memasang mata satu dengan yang lain."
"Di mana engkau akan tinggal, sayang? Pada Bibi Eloise?"
"Barangkali tidak. Pam mengatakan ia akan menyediakan
segalanya, maka aku akan meneleponmu dari New York dan
memberitahumu dan ayah."
"Benar, ya, Nancy!"
"Aku berjanji, Hannah!"
Nancy berlari tergesa-gesa ke atas hendak mandi dan
berpakaian. Setengah jam kemudian, setelah menyelipkan beberapa
barang-barang ke dalam tas untuk bermalam, lalu meninggalkan
rumah dengan sebuah kecupan selamat tinggal kepada Hannah Gruen.
***********
Jam sebelas pagi ia dan Pamela menyembunyikan diri di Drury
Lane, sebuah hotel kecil yang murah di jantung wilayah kesenian
Manhattan, di mana Pamela pernah tinggal sebelumnya. Sementara
temannya menyegarkan badan dan memperbaiki tata rias wajahnya,
Nancy menelepon ke rumah di River Heights dan mengatakan kepada
Hannah di mana mereka tinggal.
Empat puluh menit lagi, kedua gadis itu menyewa sebuah taksi
menuju ke rumah makan yang telah disebutkan Oliver Snell. Lalu
lintas di tengah kota seperti biasanya sangat ramai pada jam-jam
tersebut. Walau demikian jam belum menunjukkan angka duabelas
seperempat ketika mereka sampai di rumah makan.
Nancy agak terkejut karena Oliver Snell telah tiba lebih dulu
dan telah menunggu kedatangan mereka di sebuah meja terpencil di
sudut. Snell bangkit dan menyambut mereka dengan pandangan ingin
tahu kepada kawannya.
"Pamela, inilah tuan Oliver Snell," Nancy memperkenalkan
mereka, kemudian menggumam sebagai balasan kepada bagian seni
perusahaan. "Nona Pamela Kane. Ia dari California dan sedang
berkunjung ke Timur."
"Ya," kata Snell ketika berjabatan tangan. Ia menambahkan
ketika mereka duduk. "Aku tahu bahwa engkau dan aku sama-sama
mempunyai teman, nona Kane."
"Benar," kata Pamela dengan senyum menantang. "Clare
Grant."
Suatu pandangan terkejut melintas di wajah Snell. "Aktris muda
yang menghilang."
Ketika ia berbicara, pandangan terkejutnya berubah menjadi air
muka yang tidak dapat diartikan oleh Nancy. Apakah itu kebingungan
atau kelegaan, atau barangkali suatu kewaspadaan?
"Pamela mengatakan kepadaku," kata Nancy, "bahwa anda dan
nona Grant pada suatu waktu bersahabat sangat akrab."
Oliver mengernyit. "Aku mengajaknya makan malam sekali
atau dua kali, kalau itu yang kau maksudkan."
"Clare dan aku adalah sahabat lama," Pamela menyatakan.
"Sebenarnya kami pernah sekamar waktu di Los Angeles. Setelah
Clare kembali ke Timur, kami masih berhubungan dan mengadakan
pembicaraan telepon dua atau tiga kali seminggu. Ia sering
membicarakan tentang anda, tuan Snell . . . dari apa yang ia katakan,
aku mendapatkan kesan yang pasti bahwa anda telah banyak
mengadakan janji dan bukan hanya sekali dua kali." Pamela berkata
dalam nada yang hampir merupakan tuduhan dan wajah Snell
memerah karena malu.
"Pada makan malam itu, nona Kane, aku membawa Clare ke
sebuah pertunjukkan Broadway. Pada waktu yang lain kami
menghadiri sebuah pesta perusahaan dan berakhir dengan makan
malam bersama. Kalau kami mengadakan janji-janji yang lain pada
dua peristiwa tersebut, aku bahkan tidak mengingatnya."
Pembicaraan itu disela oleh seorang pelayan yang datang
melayani pesanan mereka. Sesudah itu, Nancy mengusahakan untuk
menurunkan tekanan suasana dengan mengalihkan sasaran
pembicaraan dan obrolan tentang masalah-masalah yang lebih ringan,
seperti misalnya sandiwara-sandiwara Broadway sekarang ini yang
dibacanya, dan satu di antaranya ketika Ned Nickerson membawa dia
melihat sebuah pertunjukan matine.
Kemudian ketika mereka mulai makan siang, pada waktu Nancy
merasa bahwa Snell sudah cukup santai dan tidak lagi berhati-hati,
dengan tiba-tiba Nancy berkata: "Pernahkah anda melihat iklan Patung
Kemerdekaan yang dituduhkan kepada Dallas Curry sebagai telah
menjiplak dari sebuah tata susun iklan Darby & Wallace?"'
Snell nampak menjadi kaku dan melepaskan kilatan pandangan
kecurigaan kepada remaja putri berambut pirang keemasan. "Tentu
saja aku melihatnya. Pada waktu ini demikian pula setiap orang-orang
periklanan lain di New York. Yaitu apa yang menjadi awal dari
seluruh kekotoran yang memalukan di mana Curry sendiri terperosok
ke dalamnya. Apa katamu?"
"Apakah anda tahu," tanya Nancy, "bahwa Clare Grant adalah
peragawati yang dipotret untuk tata susun versi tuan Curry?"
"Tentu saja," bentak Oliver Snell. "Sejak aku kenal Clare dan
membawanya beberapa kali, seperti yang baru saja kukatakan
kepadamu, aku hampir tak dapat berbuat apa-apa untuk
mengakuinya."
"Apakah anda tahu bahwa Dallas Curry mengirim kepadanya
sebuah salinan foto itu, segera setelah ia memotretnya?"
"Tidak, aku tidak tahu. Untuk apa aku harus mengetahuinya?"
Snell bertanya dalam bertahan.
Nancy mengangkat bahu. "Jika anda mengadakan janji dengan
Clare dua kali, anda barangkali pernah datang menjemputnya. Dan
apabila foto itu tergeletak sembarangan di apartemennya, tentunya
anda telah melihatnya."
Oliver Snell memandang marah kepada gadis remaja itu. "Jadi
itukah sebabnya anda mengatur makan siang ini? Biarlah aku
mengatakan kepadamu, nona Drew, bahwa aku tidak pernah berada di
tempat Clare Grant. Ia tinggal di sana di bagian kota East Village, di
ujung Manhattan, berseberangan dengan rumahku. Pada waktu itu aku
membawa dia ke pertunjukkan Broadway, kami bertemu di rumah
makan setelah bekerja, maka kami dapat makan lebih awal tanpa
terburu-buru dan banyak berbincang untuk saling mengenal. Pada
kejadian lain, kami bertemu dl pesta perusahaan dan pergi ke sebuah
rumah makan setelah pertemuan, begitulah kami pertama-tama saling
mengenal."
Pamela Kane menggelengkan kepala menyangsikan, seakanakan tidak percaya. "Itu pasti tidak cocok ketika Clare melukiskan
hubunganmu itu kepadaku. Seperti telah kukatakan kepadamu, ia
mengatakan bahwa anda telah mengadakan sejumlah janji."
"Aku tidak peduli bagaimana ia berkata kepadamu," Snell
menjawab dengan pedas menjengkelkan. "Aku katakan kepadamu
yang sebenarnya."
"Jika anda tidak pernah datang ke aparteman Clare," Pamela
bertahan, "bagaimana anda tahu ia ada di East Village?"
"Sebab ia mengatakannya kepadaku, itulah sebabnya," Snell
berpaling dengan pandangan marah kepada Nancy. "Dan, aku
tambahkan, nona Drew, bahwa kalau aku melihat foto Patung
Kemerdekaan, itu tidak mempunyai arti sedikitpun bagiku. Baik aku
maupun perusahaan di mana aku bekerja tidak ada hubungannya
dengan tata susun itu, kemudian ataupun kelak."
"Itu kata-katamu, tuan Snell," Pamela menyatakannya dengan
senyum dingin." Tetapi kenyataannya bahwa tata susun itu kini
menjadi bukti dalam perkara hukum yang menggemparkan itu. Dan
Clare Grant yang dipotret untuk tata susun itu telah menghilang. Anda
rupanya adalah satu-satunya matarantai kedua perkara itu. Apakah
pernah masalah itu terpikir olehmu?"
Oliver Snell memandang keduanya, geram dan sangat
tergoncang pada saat yang sama. Ia membuka mulut seakan-akan
meledak dalam amarah, namun segera terkatup lagi. "Pikirlah dulu
kalau berkata nona Kane," bentaknya. "Begitu pula kamu, nona
Drew!"
Suasana waktu makan yang tersisa sangat tegang dan janggal.
Nancy heran, kini Pamela merobah suasana dan mulai mengobrol
hampir-hampir bercumbu genit dengan kepala bagian seni perusahaan
periklanan tersebut. Begitu pun Snell, bingung dan kehilangan akal
menghadapi caranya yang berubah lain. Dalam satu hal Nancy
memperhatikan orang itu sekarang memandangi wanita muda
berambut pirang tersebut.
Ketika makan siang itu menjelang berakhir, Snell meneguk
kopinya dan cepat bangkit tanpa menunggu kedua gadis itu selesai
memakan makanan pencuci mulut. Ia menarik keluar dompetnya lalu
meletakkan beberarapa lembar uang di atas meja.
"Ini untuk membayar makanan dan tip pelayan. Maaf aku
kembali ke kantor sekarang," katanya, lalu berjalan keluar rumah
makan. Nancy menghela napas dan memandang Pamela dengan
senyum menyesal. "Yaah, apa ada manfaatnya? Apa yang dapat kita
ketahui dari makan siang ini?"
Pamela mengangkat bahu dan menganggapnya seperti angin
lalu. "Kukira, kita banyak mengacaukan hatinya, bukan? Dan kalau
kita ceritakan kepada polisi dan media massa apa yang baru saja
kukatakan kepadanya, kubayangkan aku telah lebih banyak lagi
mengaduk-aduk masalahnya."
"Maksudmu mengadakan wawancara mengenai masalah itu?"
Nancy bertanya heran.
"Tentu saja, mengapa tidak? Tetapi, kupikir-pikir, sebaiknya
dimulai dengan memberitahu Police Department New York."
"Pasti, polisi River Heights telah menghubungi New York
mengenai peristiwa menghilangnya Clare," Nancy memperingatkan
dengan lembut.
"Mungkin saja," kata Pamela. "Tetapi, aku yakin dapat
mengambil langkah-langkah lebih maju lagi bila pergi ke Markas
Besar Polisi secara pribadi. Itu termasuk pula beberapa tindakan
terhadap kawan kita Oliver Snell. Paling tidak dia akan turut didengar
keterangannya oleh polisi, kalau kau mau tahu!"
Sayang Pamela telah menumpahkan es krim ke pakaiannya.
Maka Nancy lalu memutuskan lebih dulu pulang ke hotel sebelum
pegi ke kantor polisi.
Sementara ia berganti pakaian, telepon kamar berdering. Nancy
yang menyahut dan mendengar suara ayahnya.
"Bagaimana keadaan di New York, sayang?" tanya Carson
Drew. Nancy berkecap tak acuh. "Kukira lebih baik menunggu sampai
penyelidikan kulanjutkan untuk dapat menjawab pertanyaan ayah.
Dan apa pula kabar dari ujung lain, ayah?"
"Yaah, sekedar catatan pendek, Nancy. Tetapi aku baru saja
mengatur wawancara untukmu dengan Eli Jaxon, Direktur Murdo
Chemical Corporation. Tapi ada suatu rintangan."
"Ada rintangan apa?"
"Senang sekali ia akan berbicara denganmu. Tetapi itu harus
dilakukan petang ini, itu kalau engkau bersedia menjumpainya. Ia
akan berangkat ke Eropa!"
"O sayang," Nancy benar-benar terpukul oleh berita itu.
"Aku aku belum dapat pastikan."
"Jika engkau mengalami kesulitan untuk datang, itu tidak ada
masalah. Murdo Chemical Corporation memiliki pesawat helikopter
perusahaan yang sekarang ini kebetulan ada di La Guardia Airport
New York. Pesawat itu sedang mengambil alat perlengkapan
perbaikan darurat untuk pabrik mereka. Kalau engkau dapat berada di
sana dalam sejam, tuan Jaxon mengatakan engkau dapat ikut terbang
ke mari dengan helikopter itu. Dan nanti kembali ke New York
menggunakan pesawat jet perusahaan bersama tuan Jaxon. Ia akan
berangkat meninggalkan pabrik sekitar jam empat tigapuluh."
"Dia sungguh murah hati! Aku akan pikirkan sejenak, ayah!"
Apa wawancara itu ada harganya untuk mengubah rencanaku
dengan tiba-tiba? Nancy merenungkannya dengan cepat. Setipis itu
harapan, sejenak semula ia berfirasat bahwa petunjuk terhadap Roscoe
Leff cukup berharga untuk diperoleh. Ia sadar bahwa tidak mungkin
dapat mendampingi Pamela Kane ke Markas Besar Polisi di New
York City. Kalau tingkah laku Pamela terhadap Oliver Snell pada
waktu makan siang tadi dipakai menjadi pedoman maka pembicaraan
dengan perwira polisi setempat untuk mendorong mereka mengambil
tindakan keras, rasa-rasanya agak sensasional.
Nancy bahkan tidak merasa pasti bahwa hasilnya akan ada
gunanya. Pamela tentunya cukup mampu berurusan sendiri dengan
polisi tanpa bantuannya.
"Baiklah, ayah," Nancy memutuskan. "Harap sampaikan
kepada tuan Jaxon bahwa aku menerima undangannya dengan senang
hati."
Pamela nampak agak jengkel mendengar Nancy merubah
rencana dan ia berusaha agar jangan berbuat begitu, sampai nanti
mereka kembali ke River Heights. Tetapi Nancy telah berkeputusan,
dan ia adalah seorang wanita muda yang memiliki pendirian tetap dan
tegas. Ia berjanji untuk bergabung kembali dengan Pamela petang itu
juga. Nancy segera berangkat ke La Guardia Airport.
Helikopter perusahaan itu mendarat di pabrik Murdo Chemical
Coporation. Ia segera diantar ke kantor Eli Jaxon.
Industriawan yang botak dan berbadan gemuk itu ternyata
seorang peramah. Ia mempersilakan Nancy duduk dan menanyakan


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimana ia dapat membantunya.
"Menurut cerita, "Nancy memulai," beberapa tahun yang lalu
seorang laki-laki bernama Roscoe Leff mendirikan sebuah perusahaan
periklanan baru dan berusaha hendak memenangkan pembuatan iklan
perusahaan ini."
Jaxon mengangguk. "Ya, memang begitu. Tetapi Leff tidak
bekerja seorang diri. Ia mendirikan perusahaannya dengan teman
usahanya."
"Sungguh?" Nancy heran. "Aku tidak mengetahuinya. Apakah
anda ingat, siapa teman usahanya itu?"
"Hhhmm. Biar kuingat-ingat dulu. Namanya pasti kutemukan
nanti."
Jaxon mengernyitkan dahinya, dan memukul-mukulkan jarinya
ke atas meja, penuh pikiran. "Shell, seperti itulah. Tidak . . . Snell,
Oliver Snell!"
Mata Nancy membelalak lebar. "Tetapi mereka gagal
mendapatkan uang darimu?"
"Benar. Dengar! Mereka mengajukan permohonan untuk suatu
kampanye periklanan yang baru dan hendak memberikan kesan yang
menguntungkan keduanya, baik terhadap aku maupun terhadap
Dewan Direktur perusahaanku."
"Lalu apa yang sebenarnya terjadi?" Nancy menanyakan.
"Ya, beberapa perusahaan periklanan lain pun ikut bersaing dan
mengajukan permohonan kepada kami.. Salah satu dari mereka datang
dengan kampanye iklan yang bunyinya betul-betul baik seperti yang
diimpikan oleh Leff dan Snell. Kami tidak dapat memadu pendapat
untuk memilih yang mana!"
"Jadi anda mengambil keputusan terhadap keduanya, tuan
Jaxon?"
"Kami memanggil seorang jurupotret kenamaan, Dallas Curry
dan menanyakan pendapatnya. Ia tinggal di River Heights, barangkali
engkau pun kenal dia. Ia juga adalah klien hukum dari ayahmu. Aku
tahu karena sebenarnya ia seorang kawan lama yang pernah memotret
pabrik kami. Ternyata ia lebih suka memilih permohonan dari
perusahaan yang lain, maka Leff dan Snell kalah."
Nancy memandang ke arah kepala perusahaan kimia, sejenak ia
nyaris kehilangan akal untuk bicara. Apa yang diceritakan tuan Jaxon
kepadanya berarti bahwa Dallas Curry telah behadapan, tidak hanya
satu, melainkan dua musuh yang berkekuatan besar.
Jelas dua musuh itu mempunyai alasan kuat untuk balas
dendam kepada jurupotret terkenal itu, karena Eli Jaxon dan Dewan
Direktur Murdo Chemical Corporation mengambil perusahaan
periklanan lain yang bukan mereka. Dallas Curry telah
menghancurkan kesempatan mereka untuk mendirikan perusahaan
periklanan baru milik mereka.
Tetapi siapa, apakah Oliver Snell ataukah Roscoe Leff, yang
menjadi otak utama dari rencana jahat untuk merusak nama baik
Dallas Curry dalam berkarya.
19 Pesan Tak Bertanda Tangan
Nancy mengucapkan terimakasih atas bantuan tuan Jaxon. Otak
Nancy masih tetap disibukkan dengan teka-teki susunan serpihan
kejiwaan. Sekarang ia menjadi yakin bahwa ia semakin mendekati
pemecahan, paling tidak satu hari dua misteri itu.
Dengan helaan napas Nancy memikirkan janjinya untuk
kembali ke New York. Memang ketika ia mula-mula menyetujui
untuk bermalam di kota, yaitu menanggapi permintaan Pamela Kane
dalam bekerjasama mencari jejak menghilangnya Clare Grant. Pada
waktu itu masalahnya memang cocok dengan rencana Nancy
melakukan penyelidikan atas ketiga perusahaan periklanan besar yang
dicurigainya terlibat dalam perkara Dallas.
Tetapi sekarang setelah merasa bahwa suatu pemecahan
terhadap perkara yang terakhir sudah di ambang pintu, maka Nancy
cenderung untuk menggunakan waktu lebih ditujukan kepada
pencarian secara umum atas petunjuk-petunjuk, dan untuk waktu ini ia
hendak memusatkan perhatiannya pada usaha menemukan siapa yang
telah menjebak Dallas Curry.
Namun ia juga tidak tega Pamela terdampar seorang diri di New
York City.
Tuan Jaxon mengatur bantuan dari bagian hubungan
masyarakat perusahaan untuk membawa Nancy melihat-lihat di
sekitar pabriknya sementara ia menyiapkan sesuatunya untuk
pekerjaannya petang itu. Tetapi yang pertama-tama dilakukan Nancy
ialah menelepon ke rumah, dari telepon pabrik itu yang ada di ruang
lobby, untuk memberitahukan Hannah segala rencananya.
"Jadi engkau ada kesempatan untuk pulang ke rumah malam
ini, bukan?" pembantu rumah itu menanyakan.
"Kuharap saja bagitu, Hannah, kalau aku dapat membujuk
Pamela Kane."
"Omong-omong George ada di sini, sayang. Kami sedang
mengobrol di lorong ketika telepon berdering."
Pikiran tiba-tiba muncul dalam otak Nancy. "O ya, Hannah.
Bolehkah aku bicara sebentar dengan dia. Barangkali ia ingin pergi ke
New York bersama aku .... itu kalau masih ada tempat dan tuan Jaxon
tidak berpikir bahwa aku telah lancang memintanya."
Ketika ia memutuskan sambungan, George sangat senang atas
tawarannya. Dan tuan Jaxon pun tidak berkeberatan membawa serta
teman Nancy dalam penerbangannya.
"Aku senang juga, sayang," kata tuan Jaxon dengan senyum
gembira ketika Nancy mengajukan permintaannya. "Masih banyak
tempat untuk penumpang lain dalam pesawat jet perusahaan kami."
George dengan tidak sabar menunggu di hanggar Murdo
Chemical Corporation ketika Jaxon dan Nancy tiba di lapangan
terbang dengan helikopter.
Pesawat jet itu telah diisi bahan bakar dan siap untuk tingggal
landas. Sesudah penerbangan pendek yang menyenangkan, pesawat
itu mendarat di La Guardia Airport di New York. Dari sana sebuah
taksi dengan cepat membawa Nancy dan George ke Manhattan. Hari
sudah menjelang senja ketika kedua gadis itu berjalan masuk ke lobby
Hotel Lane. Nancy mengambil kunci kamar dari meja petugas dan
mereka menuju ke kamar. Tetapi Pamela Kane tidak ada di tempat.
"Ia pergi ke Departemen Polisi New York." Kata Nancy dengan
seringai jengkel. "Aku tidak heran kalau ia sedang pergi ke Markas
Besar Polisi sekarang ini, mengomeli Komisaris Polisi agar berbuat
sesuatu."
Nancy menendang lepas sepatunya, berpikir bahwa mereka
dapat menggunakan waktu selagi menunggu Pamela. "Berbuatlah
seenakmu, George," katanya keras-keras. "Aku akan menelepon."
Sambil duduk di tepi salah satu ranjang, Nancy sejenak mencari
sesuatu dari dalam tas cangklongnya. Kemudian ia mengangkat
telepon kamar, meminta operator untuk sambungan luar, lalu memutar
nomor Duane Weiss, kepala bagian pemilihan pemain untuk
sandiwara musik yang akan datang, Moonglow.
Kini ia beruntung. Weiss tidak saja menyahut panggilan itu
sendiri, ia pun dengan cepat mengenali kembali Sylvia Salmo. "Tentu,
kami telah mengangkat dia untuk barisan paduan suara," katanya
gembira. "Jangan putuskan, aku akan memberitahu nomor telepon dan
alamatnya." Ebukulawas.blogspot.com
Seperti biasanya apabila sedang melakukan penyelidikan,
Nancy lebih suka pertemuan tatap muka dari pada lewat pembicaraan
telepon, dan sekarang ia nampaknya memperoleh waktu yang baik,
lalu kedua gadis River Heights itu mengambil sebuah taksi menuju ke
apartement Sylvia, yang ternyata tidak jauh letaknya di East Side.
Wanita muda yang membukakan pintu untuk sejenak terkejut
tidak dapat berbicara. Walau agak lebih tinggi dari Pamela Kane,
Sylvia Salmo pun memiliki rambut pirang dan memakai kacamata
berbingkai warna putih mutiara. Ia nampaknya agak ketakutan
sehingga kehilangan akal, hampir-hampir sangat tidak menyenangkan,
pikir Nancy, begitu mendengar maksud kunjungan remaja putri itu.
"Apa lagi yang dapat kukatakan kepadamu?" kata Sylvia dan
mengangkat bahu. "Pam tahu bahwa Clare Grant lebih baik
daripadaku." Ia bahkan tidak mempersilahkan kedua tamunya untuk
duduk dan memberitahukan bahwa ia sedang bersiap-siap untuk
sesuatu janji.
"Dia itu tidak begitu bersahabat, bukan?" Nancy memberikan
komentar ketika mereka keluar dari apartemen Sylvia.
"Seperti kau katakan sendiri," George menyetujui.
"Aku lapar," kata Nancy sambil lalu. "Bagaimana engkau?"
"Sama!"
"Bagaimana kalau kita makan di rumahmakan Lily? Di sana
terdapat gambar karikatur Clare Grant di dindingnya, dan aku ingin
melihat-lihat lagi. Apa engkau mau?"
"Aku senang juga!" seru George. "Bess telah menceritakannya
kepadaku, juga tentang karikatur-karikatur itu."
Nancy mampir ketika melewati telepon umum. "Tunggu, aku
akan menelepon hotel. Barangkali Pamela mau datang bersama kita,
kalau sudah kembali." Detektif muda itu menggantungkan kembali
teleponnya dan muncul dari bilik telepon beberapa menit kemudian
sambil menggelengkan kepalanya.
"Masih saja tidak ada jawaban dari kamar," ia melapor. "Nah,
ayolah kita berangkat."
Waktu masih terlalu dini bagi orang-orang New York untuk
makan malam. Ketika kedua gadis itu masuk ke rumah makan, hanya
sedikit pengunjungnya. Lalu Nancy memesan meja dekat karikatur
Clare Grant, kepala pelayan segera menurutinya.
George menatap gambar karikatur itu, setelah pesanan
dihidangkan. "Benar-benar manis," ia menyatakan. "Begitulah Clare
Grant, kalau itu mirip dengannya."
"Sangat mirip menurut kepala panggung sandiwara ketika ia
mengharapkan dapat diterima bermain," jawab Nancy.
Tiba-tiba ia memutuskan ucapannya. Ia mengenali wajah
terkejut yang datang dari Oliver Snell waktu mereka makan siang di
tempat ini. Pikiran tidak menentu baru saja terbayang dalam benak
Nancy. Tetapi pada saat itu nampaknya terlalu jauh untuk
menjelaskannya kepada George. Lebih baik menimbang-nimbang dan
melakukan pemeriksaan dulu, pikir Nancy.
Telah lewat kurang dari satu jam, pada waktu kedua gadis itu
selesai minum kopi dan makan makanan pencuci mulut. "Sekarang
Pam pasti sudah pulang," kata Nancy ketika mereka berangkat
meninggalkan rumahmakan Lily. Dengan cepat mereka berjalan
beberapa blok ke hotel. Tetapi Pam tidak ada di sana. Ketika Nancy
menanyakan ke petugas hotel, kepadanya diberikan kunci kamar dan
mengatakan bahwa nona Kane datang kira-kira setengah jam yang
lalu, dan menemukan sebuah nomor telepon yang membuat dia pergi
lagi. Nancy menghela napas dan berpaling ke George. "Kita tunggu
di atas saja. Tidak dikatakan berapa lama ia pergi."
Mereka pergi meninggalkan lobby menuju ke kamar
menggunakan tangga berjalan dan kemudian duduk santai di sana.
George menonton televisi. Nancy menjadi cerah ketika teringat
amplop kertas manila yang datang dari pos pagi. Kini ia
berkesempatan untuk membaca karangan-karangan tentang tanggapan
luhur yang dikirimkan oleh Profesor Jaffee kepadanya.
Ia menarik amplop itu dari dalam tasnya, lalu mengambil berkas
karangan-karangan tersebut. Ia membaringkan dirinya di atas kursi
malas dan kaki-kaki yang masih mengenakan kaus kaki itu
ditopangkannya di atas ranjang, lalu mulai membaca.
Akibat tipu-daya yang berliku-liku, terhadap Dallas dan dirinya,
Nancy merasakan tulisan-tulisan yang di-fotokopi itu sangat menarik.
Dengan cepat diikutinya tulisan yang pertama, kemudian yang kedua.
Ketika membaca tulisan yang ketiga, Nancy berkeringat dingin karena
terkejut menatap nama si penulis.
Ternyata karangan itu ditulis oleh Oliver Snell dari perusahaan
periklanan Marck Joplin. Pikirannya menjadi bingung. Tidak saja
mempunyai alasan kuat untuk melakukan balas-dendam atas Dallas
Curry, ia pun ternyata seorang ahli di bidang ilmu tanggapan luhur.
Ia teringat bagaimana Pamela Kane mengatakan telah
menemukan nomor telepon di antara barang-barang milik Clare Grant,
yaitu ancaman misterius terhadap Clare yang begitu mencemaskan
hati Pam, serta dakwaan yang berulang-ulang diucapkannya kepada
Oliver selama makan siang.
Dan tiba-tiba Nancy tahu dengan pasti, dengan sedalam-dalam
hati, mengapa Snell menatap Pamela dengan mulut ternganga karena
terkejut. Ia melompat dari kursi malasnya dan meletakkan amplop
serta karangan-karangan itu ke samping.
"Aku akan segera kembali, George. Aku turun ke lobby,"
Nancy berkata demikian selagi berjalan keluar pintu. George
melongok dari layar televisi dan mengangguk.
Di lobby, Nancy berjalan langsung menuju ke meja penerima
tamu dan menanyakan tentang pesan telepon yang diterima Pamela
pada waktu kembali ke hotel serta menunggu kedatangannya.
"Engkau memperhatikan apa yang ia lakukan ketika membaca pesan
itu?"
Penerima tamu itu mengernyitkan dahi dan mengangkat bahu.
"Hanya meremas-remas pesan itu, kukira, lalu membuangnya!"
"Dibuang di mana?"
"Itu di seberang. Di tempat abu rokok. Dapat dilihat dari sini....
itu lipatan kertas kuning!"
Nancy bergegas memungutnya, dan melicinkan lipatannya yang
kumal lalu membaca pesannya:
NONA KANE,
DATANGLAH KE MENARA JAM 08.00 NANTI MALAM.
AKU AKAN MEMBERIMU SUATU BUKTI SENSASIONAL
DALAM PERKARA CLARE GRANT. TETAPI DATANGLAH
SEORANG DIRI ATAU AKU TAK AKAN MELAYANI.
Sambil lalu, petugas penerima tamu menambahkan, "ia
berusaha untuk menyewa mobil sebelum berangkat."
"Aku juga mau menyewa mobil," kata Nancy, membuat
keputusan singkat. "Engkau dapat memesankannya untukku?"
"Tentu saja, nona Drew! Akan kuusahakan mobil itu menunggu
di pintu hotel dalam sepuluh atau limabelas menit. Ongkos sewa
setelah disetujui baru dibayar apabila mobil sudah sampai di sini."
Nancy mengucapkan terimakasih. Ia bergegas ke kamar,
jantungnya berdegup. Setelah melihat buku alamat dari dalam tas
cangklongnya, ia mengangkat telepon dan meminta hubungan luar.
Kemudian ia memutar nomor Dallas.
"Ooo, syukur anda di rumah, Dallas." ia berkata tanpa pikir
panjang." Aku tidak dapat menjelaskannya sekarang. Tetapi aku ingin
mengetahui dengan tepat lokasi menara Westchester Country .... itu
yang anda tunjukkan kepadaku di mana anda memotret Clare Grant.
Anda bilang bahwa gedung itu digunakan untuk panggung sandiwara
jerami."
Untuk sejenak ia mendengarkan dengan penuh perhatian
sebelum berkata. ?Terimakasih, Dallas! Kelak akan aku ceritakan
semuanya!"
Nancy kembali kepada temannya, yang sampai kini hanya
memandang kepadanya penuh pertanyaan karena terkejut oleh rasa
cemas Nancy maupun nada bicaranya.
"George, kita harus berangkat sekarang. Kita harus sampai di
sana secepatnya. Aku takut Pamela dalam bahaya!"


Nancy Drew Kesan Misterius di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

20 Bahaya di Atas Menara
Untunglah jam sibuk sudah lampau. Namun lalu-lintas masih
tetap ramai di jalur cepat yang menuju ke utara, dari Manhattan lewat
Bronx dan terus naik ke Westchester County.
Dalam perjalanan. Nancy menjelaskan kepada George
mengenai teorinya yang mula-mula mengejutkan George hingga sukar
baginya untuk percaya saja apa yang dikatakan temannya.
"Engkau begitu bersungguh-sungguh, Nancy!" George bernapas
pendek-pendek.
"Mau bertaruh, George? Itulah satu-satunya jawaban yang
sangat mungkin."
Nancy menimbang-nimbang untuk berhenti sebentar di sebuah
telepon di pinggir jalan. Ia bermaksud menyiagakan polisi bahwa ia
berada dalam bahaya. Tetapi setelah melihat sekilas ke jam tangannya,
ia menjadi cemas. Waktu berjalan begitu cepat, setiap menit sangat
berharga. Ia memikirkan waktu yang diperlukan untuk sampai ke
batas kewewenangan polisi, termasuk juga masalah pengenalan
dirinya, maupun usaha meyakinkan petugas kepolisian bahwa
panggilan teleponnya itu bukan kelakar anak-anak ataupun perkara
kerasukan setan. Masalah lain ialah ceritanya itu kedengaran seperti
kemustahilan, begitu pun penjelasan teorinya. Bahkan George sendiri
sulit mempercayainya.
Akhirnya Nancy tetap duduk di belakang kemudi dan
memperhatikan jalan yang dilaluinya sementara jari-jari tangannya
menggenggam erat roda kemudi, dan kakinya menekan pedal gas
sekuat ia berani menginjaknya.
Ketegangan terlihat jelas oleh George. Puluhan kilometer dari
bagian akhir perjalanan diliputi keheningan yang mencekam, di mana
kedua gadis itu duduk mematung disertai hati mereka yang
berdebaran.
?Kebodohan? seni bangunan berupa puri seperti dilukiskan
Dallas kepadanya sangat baik letaknya dan paling dekat dengan
bagian bawah pinggiran kota kecil itu. Hari menjelang remang ketika
menara itu nampak samar. Irama denyut jantung Nancy seperti
melompat-lompat ketika dilihatnya dua sosok tergoyang-goyang di
atas sandaran dinding. Sosok-sosok itu terlihat seperti berpelukan atau
berkelahi?!
Nancy menginjak rem, lalu mendorong pintu dan melompat
keluar mobil. George berbuat yang sama pula. Mereka berlari menuju
ke tangga dengan sebuah pintu dari kayu oak yang berat di dinding
depan puri. George berseru. "Bagaimana kalau pintu terkunci?!"
"Tak mungkin!" balas Nancy berteriak. "Mereka dapat masuk!"
Yakin, seyakin-yakinnya, pintu itu terbuka begitu mereka
mencobanya. Di dalamnya, di bawah kubah ruang depan dari batu
ampar, terdapat ruangan puri yang besar dengan balkon di
sekelilingnya yang nampak suram.
"Itu di seberang sana!" seru George sambil menunjuk ke sebuah
tangga batu yang melingkar di sebuah sudut, memutar naik ke atas.
Nancy tiba di sana lebih dulu, diikuti George lekat di
belakangnya. Untuk menerangi jalan, Nancy menggunakan lampu
senternya, yang tadi dengan cepat diambilnya dari laci dekat kemudi
mobil, tanpa dipikir karena kebiasaan ketika ia melompat keluar.
Dengan napas memburu dan jantung berdebar-debar, gadisgadis itu tiba di sebuah tangga kolong. Mereka mendorongnya, lalu
memanjat naik ke atap menara.
Beberapa meter dari mereka Oliver sedang terlibat perkelahian
dengan Pamela. Tangannya yang satu mencekik leher wanita muda itu
dan tangannya yang lain mencoba mendorong tubuh Pamela dengan
punggungnya ke atas sandaran dinding. Meskipun besar tubuh dan
kekuatannya berbeda jauh, namun Pamela berkelahi dengan berani.
Tetapi kacamata dan rambut palsu warna pirang terlepas dari
kepalanya, dan tangan yang mencekik leher tidak memungkinkan ia
berteriak meminta tolong.
Nancy dan George lari secepat-cepatnya untuk memberikan
pertolongan. Dengan lampu senternya Nancy memukul kepala Snell
sekeras-kerasnya. Ketika orang itu mulai goyah akibat pukulan yang
keras, George melingkarkan lengannya ke leher dan menariknya
mundur. Pamela jatuh ke dalam pelukan Nancy. Bibirnya terantuk-antuk
gemetaran dan berjuang mengembalikan pernapasannya yang
tersenggal-senggal bekas tercekik. Tidak saja kacamatanya yang
berbingkai perak mutiara, rambut palsunya pun terlepas dari
kepalanya menampakkan rambut aslinya warna gelap.
"Sudah, sudahlah! Semuanya sudah selesai," kata Nancy
setengah berteriak. "Engkau kini aman, Clare!"
*************
Kemudian, malam itu juga, Nancy berdiri berhadapan dengan
sekelompok orang-orang di ruang tamu rumahnya. Di antara orangorang itu terdapat Carson Drew dan Hannah Gruen serta temantemannya Bess, George dan Kepala Polisi Mc Ginnis serta Dallas
Curry. Gadis detektif itu baru saja bercerita tentang rencana terinci dari
Clare Grant dalam ?menghilang? dan berpura-pura memerankan diri
sebagai kawannya yang berkunjung dari California dengan nama
samaran Pamela Kane.
Nancy menjelaskan bagaimana pada hari Senin pagi, menjelang
fajar, Clare merangkak keluar dari jendela kamar tidurnya di rumah
keluarga Fyfe, lalu muncul dengan menyamar untuk meminjam
sepeda di garasi serta mengendarainya ke pompa bensin di pinggir
jalan. Di sana sepeda itu diangkat ke atas truk pikap milik pompa
bensin dan dijalankannya kembali ke Possum Road melewati jalan
bekas batu bara menuju ke dalam hutan. Pada waktu kembali, ia
mengikuti jalan yang sama. Itu dilakukannya dengan sengaja agar
kelihatannya kendaraan itu datang dan pergi dari arah Highway 19.
Sementara itu di bekas galian tambang, ia mengembalikan sepeda
yang dipinjamnya itu ke garasi sambil mencecerkan sobekan-sobekan
fotonya di dalam hutan sehingga orang-orang akan mencarinya
dengan menelusuri jalan ke bekas galian tambang. Sedang bekasbekas tapak kaki orang laki-laki yang di temukan itu telah ada
sebelumnya, mungkin bekas-bekas tapak kaki seorang nelayan.
"Tetapi bagaimana ia bisa mengambil pikap di pompa bensin?"
tanya Bess.
"Ia membuat cetakan sabun dari kunci khusus pada
kunjungannya ke pompa bensin sebelumnya," Nancy menjelaskan.
Setelah mengembalikan pikap ke pompa bensin, Nancy
meneruskan ceritanya, Clare pergi ke terminal bis di dalam kota. Dari
sana ia naik taksi ke lapangan terbang. Ia mengambil kopornya yang
sebelumnya disimpan di tempat penitipan.
Di dalam kamar rias wanita, Clare mengenakan rambut palsu
warna pirang, kacamata dan mengganti pakaian yang diambilnya dari
dalam kopor. Dengan demikian ia menyaru dalam penyamaran baru
sebagai Pamela Kane sebelum ia dengan taksi berangkat ke rumah
keluarga Fyfe.
"Nanti dulu, sayang," kata pak Drew; mengernyitkan dahi.
"Aku kira para penyelidikku telah menemukan jejaknya waktu ia
terbang kemari dari California."
"Itu kawannya Sylvia Salmo," Nancy menjelaskan. "Sementara
itu semua kawan-kawannya sekamar yang tinggal di California
disuruh memberikan keterangan demikian untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan para detektif."
Selanjutnya ia menambahkan lagi. Cairan eter yang ditemukan
di bawah jendela, omong-omong telah ditanam sendiri oleh Clare alias
Pamela pagi keesokan harinya, dalam usahanya agar lebih menyakin
aku seolah-olah Clare diculik orang."
"Ya, kini semuanya jelas," kata Dallas Curry. "Tetapi sekarang
ceritakan tentang rencana Oliver Snell untuk menghancurkan nama
baikku."
"Itu semua berawal ketika ia mengadakan janji dengan Clare
pada suatu petang, dan melihat foto tata susun iklan Patung
Kemerdekaan. Ia kirimkan sebuah sketsa kepada kawannya Roscoe
Leff, sebuah jiplakan, untuk tata susun iklan suatu model yang
diakuinya sebagai karya cipta sendiri, lalu diterbitkan mendahului
hasil karyamu."
Akal licik ini sangat mengelitik perasaan Snell, Nancy
meneruskan penjelasannya, maka ia memutuskan untuk mengulang
lagi dan memporakporandakan karir lawannya yang paling dibenci.
Mendengar bahwa Ted Yates bekerja untuk iklan perabotan rumah,
Snell menyewa seorang buaya darat untuk melakukan pembongkaran
di Stratton Agency dan melakukan pencurian. Kemudian ia selipkan
kesan-kesan dari tata susun ini ke dalam kaset video musik rock dan
mengirimkannya tanpa nama kepada Dallas Curry, disusul kemudian
dengan pengiriman kaset-kaset video lain yang sejenis. Sebagai
seorang ahli dalam ilmu tanggapan luhur, ia yakin bahwa dengan cara
ini akan terpateri dalam-dalam di bawah sadar Curry sehingga Curry
akhirnya akan menggunakan bayangan gambar yang sama untuk
?menciptakan? tata susun yang dikenal sebagai miliknya.
"Dan kemudian," kata Nancy, "Snell memimpin suatu tata
susun Wajah-Wajah di Atas Bunga-Bungaan untuk iklan kosmetika.
Lagi-lagi ia menggunakan akal liciknya dengan membuat agar
nampak sebagai karya ciptanya yang dicuri Dallas Curry."
Ia menambahkan bahwa Snell menyewa lagi buaya darat yang
sama untuk membayangi dan menanam petasan buah ceri di bawah
mobilku, dengan maksud sebagai peringatan keras agar aku lepas
tangan dari perkara. Ia juga mencuri beberapa alat radio CB pada
waktu yang sama, agar aku tidak dapat berhubungan dengan polisi
pada waktu ia membayangi. Snell kini berada dalam tahanan di
Westchester Country, sementara si buaya darat menjadi buronan polisi
New York City.
Masih banyak lagi cerita tentang Clare Grant. Clare mencurigai
Snell telah melihat foto Patung Kemerdekaan di apartemennya, dan di
belakang layar mengotaki rencana menjatuhkan nama baik Dallas
Curry. Maka Clare berusaha keras untuk terus menyamar sebagai telah
menghilang, dan dengan adanya perkara hukum terhadap Curry, ia
merasa pasti mendapat banyak penyiaran dalam TV."
"Masya-alah, apa gerangan yang membuat seorang aktris begitu
berbakat berbuat seperti itu, Nancy?" tanya Hannah.
"Aku pikir, hal itu dilakukannya dalam keadaan tersudut agar
dapat merebut peran utama dalam sandiwara yang baru. Ia
berpandangan keliru bahwa apabila ia memperoleh pemberitaan di
surat-surat kabar dalam kepala berita, maka Direktur sandiwara itu
akan lebih tertarik untuk memilihnya sebagai pemeran utama dengan
bayaran yang besar. Akhirnya ia hendak muncul dengan berpura-pura
menderita penyakit amnesia, hingga dapat mencegah pihak polisi
mencari bukti-bukti bahwa ia telah sengaja menghilang dengan tujuan
tertentu."
George Fyne dengan sembunyi-sembunyi menyeringai.
"Engkau masih belum menyebutkan bagaimana engkau sampai
kepada dugaan siapa Pamela itu sebenarnya!"
Nancy membalas dengan senyuman manis. "Begitulah cara
yang paling manis dari Clare Grant dalam bergaya, yaitu lamat-lambat
memalingkan kepala dan tersenyum mencumbu lewat sudut-sudut
bibirnya. Hanya Oliver Snell saja yang tidak terpikat gaya ini. Maka
Snell lalu memutuskan untuk menghentikan usaha Clare membuka
tabir rencana jahatnya."
Untuk sejenak Nancy merenung, ingin tahu misteri apa lagi
yang harus dipecahkan. Apakah akan sama berbahayanya?
TAMAT Garis Darah 3 Rahasia The Secret Karya Rhonda Byrne Penobatan Di Bukit Tulang Iblis 3

Cari Blog Ini