Ceritasilat Novel Online

Misteri Di Holly Lane 2

Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane Bagian 2


"Aku mendengar ada orang berteriak dalam rumah itu!" katanya.
"Kedengarannya seperti memanggil-manggil polisi!"
"O ya? Yuk, kita periksa ke dalam,
" ajak Fatty.
Kelima anak itu berbondong bondong masuk. Fatty menuju ke pintu depan.
Pintu itu tertutup.
Dari arah dalam rumah terdengar suara serak berteriak-teriak,
"Polisi! Panggil polisi!"
"Ada apa di sini?" kata Fatty
"Sebaiknya aku masuk saja untuk memeriksa!"
Bab 9 LAKI-LAKI TUA DALAM RUMAH KECIL
Pintu depan tertutup.
Fatty pergi ke salah satu jendela lalu mengintip ke dalam, diikuti anak anak yang lain
Jendela itu bertirai hijau yang disingkapkan ke samping supaya cahaya matahari bisa maSuk ke dalam.
Di tengah ruangan ada sebuah kursi bersandaran lengan. Seorang laki-laki yang kelihatannya sudah tua duduk di situ. Ia memukul mukulkan tangannya ke sandaran lengan sambii berteriak teriak,
"Polisi! Polisi' Panggil polisi'" teriak orang itu
"Orang itulah yang kulihat kemarin ketika aku membersihkan kaca jendela di sini." kata Larry
"Kenapa dia? Kenapa memanggil-manggil polisi?"
Semua mengintip ke dalam memperhatikan laki laki tua itu. Ia memakai mantel kamar di luar piamanya, serta topi tidur yang merosot agak miring di atas kepalanya yang botak.
Dagunya ditumbuhi janggut. sedang lehernya dibalut syal yang diikatkan secara longgar. Dekat tungku penerangan ada sebuah kursi roda. Di atasnya terhampar selimut yang tergeser seperti
hampir Jatuh.
DI atas rak dekat situ terdapat sebuah pesawat radio kecil yang bisa dijangkau oleh laki-laki tua itu.
Radio Itu disetel nyaring.
"Rupanya ada sesuatu yang menyebabkannya berteriak-teriak," kata Fatty.
"Kita lihat saja, apakah pintu depan terkunci "
Mereka kembali ke pintu depan.
Fatty memutar pegangannya.
Seketika itu juga pintu terbuka
Anak-anak masuk beramai-ramai.
Buster pun ikut masuk.
Laki-laki tua itu tidak mendengar maupun melihat mereka. ia tetap duduk di kursi sambil memukul mukulkan tangan ke sandaran serta berteriak teriak memanggil polisi
Ia terloniak kaget ketika Fatty datang menghampiri dan menyentuh lengannya .
Pak Tua itu berhenti berteriak.
Ia terkejap menatap Fatty dengan matanya yang berair. Tangannya diulurkan, meraba-raba jas Fatty.
"Siapa ini? Polisi? Kau siapa?"
"Saya tadi mendengar Anda berteriak-teriak, lalu masuk untuk memeriksa," kata Fatty.
Ia berbicara dengan lantang.
"Apakah yang terjadi? Mungkin kami bisa menolong."
Kelihatan jelas bahwa mata laki laki tua itu sangat rabun Ia berusaha mengenali sosok tubuh anak-anak yang mengerumuninya.
Matanya terpicing
Ia menggigil, lalu merapatkan mantel kamar menyelubungi tubuhnya.
"Sebaiknya Anda kembali saja ke dekat pendiangan,
" kata Fatty
"Tolong bimbing lengannya yang satu, Larry. Kita bersama-sama
menuntunnya ke kursi roda itu. Rupanya orang ini baru saja mengalami kejutan yang luar biasa. Lihatlah. tubuhnya menggigil. Tolong matikan radio itu, Bets'"
Laki-laki tua itu membiarkan dirinya dituntun ke kursi roda .Sesampai di situ ia duduk sambil menghela napas panjang .ia diam saja sementara Daisy mengatur letak bantal-bantal serta selimut untuk menyelubungi dirinya.
Ia memicingkan mata, berusaha melihat anak-anak
" Kalian ini siapa? Tolong panggilkan polisi, " kata laki-laki tua itu.
Suaranya bergetar.
"Ada apa sih?" tanya Daisy.
Tapi rupanya laki-laki tua itu tidak mendengarnya .Karena itu Daisy mengulangi pertanyaannya sekali lagi dengan suara lebih lantang
"Ada apa? Uangku hilang" jawab laki-laki tua dengan suara melengking tinggi.
"Semua uangku lenyap! Bagaimana nasibku sekarang?"
"Bagaimana Anda bisa tahu uang Anda hilang?" kata Fatty dengan lantang
"Apakah Anda tidak menyimpannya di bank, atau di tabungan pos?"
"Bank?! Aku tidak percaya pada bank!" seru laki-laki tua itu berkeluh-kesah
"Uangku kusembunyikan di tempat yang tak mungkin diketahui orang lain. Tapi sekarang tahu-tahu tidak ada lagi!"
"Di mana Anda menyembunyikannya?" tanya Larry.
"Apa? Apa katamu?" seru laki-laki tua itu sambil menempelkan tangan ke belakang telinga.
"Lebih keras kalau bicara!"
"Aku tadi mengatakan, Di mana Anda menyembunyikannya?" seru Larry mengulangi pertanyaannya.
Laki-laki tua Itu menggelengkan kepala. sementara air mukanya berubah
"Takkan kukatakan pada kalian." katanya misterius.
"Tidak. itu rahasiaku! Aku menyimpannya di tempat yang tak mungkin diketahui orang. Tapi sekarang tahu-tahu lenyap!"
"Katakanlah di mana Anda menaruhnya waktu itu. supaya kami bisa mencarikan." kata Daisy dengan suara keras .
Tapi laki-laki tua itu lebih keras lagi menggelengkan kepalanya.
"Panggilkan saja polisi'" katanya
"Uang dua ratus pound hilang lenyap! Seluruh tabunganku! Polisi pasti akan bisa mengembalikannya. Kalian panggil polisi!"
Fatty sama sekali tidak berniat memanggil Pak Goon.
Kalau polisi desa itu datang, pasti mereka akan disuruhnya pergi.
Mereka takkan diperbolehkannya ikut membantu .Pak Goon pasti akan sok sibuk. mengatur ke sana dan ke sini sehingga penyelidikan malah kacau sebagai akibatnya
"Kapan Anda tahu bahwa uang itu hilang?" tanya Fatty pada laki-laki tua itu
"Baru saja," jawab orang itu.
"Kira-kira sepuluh menit yang lalu. Aku tadi hendak mengetahui apakah masih ada tapi ternyata lenyap! Aduh, aku ini orang miskin kenapa ada yang sampai hati merampokku? Panggilkan polisi!"
"Ya_ nanti kami panggilkan." kata Fatty menenangkan.
"Kami ingin tahu. kapan saat terakhir Anda melihat uang Anda itu.Masih ingat tidak?"
".Tentu saja ingat," tukas laki laki tua itu sambil membetulkan letak topi tidurnya.
"Tapi aku tidak melihat, karena aku sudah hampir buta. Aku merabanya. Uang itu masih ada."
"Kapan itu?" tanya Fatty dengan sabar.
"Kemarin malam," jawab laki-laki tua itu.
"Kurasa waktunya sekitar tengah malam .Aku sudah berbaring di tempat tidur. Tapi aku tidak tertidur. karena memikirkan uangku. Aku ini sendiri saja di Sini, sejak anak perempuanku pindah. Nah, aku lantas turun dari tempat tidur lalu pergi kemari untuk memeriksa uangku. Ketika kuraba raba ternyata masih ada."
"Begitu," kata Fatty
"Jadi pencurinya mengambil antara saat itu dan sekarang. Tadi ada orang datang kemari?"
"Ya. Ya, tentu saja." kata laki laki tua itu
"Tapi pikiranku kacau, jadi tidak ingat siapa saja yang datang. Kecuali cucu perempuanku yang biasa datang setiap hari untuk membantuku membersihkan rumah. Cucuku itu baik hati .Selain dia, ada pula tukang jualan yang datang .Selebihnya aku tidak ingat lagi. Panggilkan polisi' Mereka pasti bisa mencari siapa yang mengambil uangku'"
Setetes air mata mengalir dari sudut matanya, mengalir membasahi pipi.
Bets merasa kasihan padanya.
Laki laki tua yang malang -hidup
seorang diri dan kini bingung karena uangnya hilang.
Di manakah uang itu?
Betulkah dicuri orang, atau ia saja yang lupa di mana tempat menaruhnya?
Sayang ia tidak mau mengatakan apa apa mengenai hal itu'
"Kita terpaksa memberi tahu Pak Goon," kata Patty pada anak-anak yang lain
"Sayang! mungkin kita sendiri bisa membereskan urusan ini, jika diberi kesempatan "
Tiba-tiba terdengar langkah orang datang di luar
Siapakah itu?
Pintu diketuk keras-keras .
Anak anak menoleh.
Mereka melihat pegangan pintu bergerak .
Pintu terbuka dan seorang laki laki melangkah masuk .Orang itu tertegun ketika melihat anak anak ada di situ .Buster menggonggong
"Halo,"
Sapa orang itu .
Ia masih muda dan berpakaian rapi .
"Siapa kalian ini? Kalian sedang mengunjungi pamanku? Apa kabar, Paman?"
"Kaukah Wilfrid?" kata laki laki tua itu sambil menggerakkan tangannya ke depan, seakan-akan mencari di mana orang yang baru masuk itu.
"Uangku hilang, Wilfrid'"
"Apa? Hilang? Apa maksud Paman?" tanya Wilfrid bertubi-tubi
"Nah. apa kataku waktu itu' Kan sudah kubilang, nanti Paman dirampok orang jgka uang Paman tidak mau kusimpankan di bank!"
"Uangku hilang," kata pamannya berulang ulang sambil menggoyang goyangkan tubuh
"Paman menyimpannya di mana?" tanya Wilfrid sambil memandang berkeliing
"Kurasa bukan hilang. tapi Paman saja yang lupa di mana
menaruhnya.
Mungkin dalam cerobong asap _atau di bawah papan lantai?"
"Aku tidak mau bilang pada siapa siapa," kata laki-laki tua itu.
"Aku Ingin dipanggilkan polisi! Aku capek. Aku ingin uangku kembali dan aku ingin polish datang."
"Kami bisa meneleponkan polisi supaya datang jika itu yang Anda inginkan," kata Fatty.
"Kulihat diluar ada kawat telepon menuju ke rumah sebelah. Kurasa pemilik rumah itu pasti mau meminjamkan teleponnya sebentar "
"Apa sebetulnya yang kalian cari di sini?" tanya Wilfrid dengan tiba-tiba
"Kami tidak mencari apa-apa. Kami tadi kebetulan lewat di sini. Karena mendengar Pak Tue ini berteriak-teriak. kami lantas maSuk untuk memeriksa," kata Fatty.
Ia merasa lebih baik tidak usah menceritakan bahwa Larry sebetulnya hendak mencari lap yang ditinggalkannya dalan semak sehari sebelumnya.
"Pokoknya kami akan menelepon sekarang. Polisi sebentar lagi pasti akan sudah datang."
Bets meminta diri pada laki laki tua itu.
Tapi yang diajak bicara tidak mendengarnya, karena sibuk berkeluh-kesah pada dirinya sendiri.
"Uangku hilang lenyap' Bagaimana aku sekarang?"
Anak-anak pergi ke luar bersama Buster.
Mereka menuju ke Jalan, menyusur pagar sampai ke pintu pagar rumah sebelah.
Itulah Green Trees yang
pernah mereka datangi untuk mengantar orang asing yang semula dikira Fatty.
Mereka menuju ke pintu depan yang dicat biru.
Fatty menekan bel.
Seorang wanita berwajah ramah datang membukakan.
Wajahnya kelihatan sangat Prancis.
Fatty langsung menduga wanita itu pasti saudara laki laki yang mereka antarkan ke situ
"Maaf, Bu, bolehkah saya meminjam telepon sebentar?" tanya Fatty dengan Sopan.
"Laki laki tua yang tinggal di rumah sebelah ini uangnya dirampok orang. dan kami hendak memanggilkan polisi."
Wanita itu nampak kaget.
"Perampokan? Di rumah sebelah? Aduh. kasihan laki-laki tua itu' Ya, ya, tentu saja kau boleh memakai teleponku. Masuklah."
Bahasa Inggris-nya lancar sekali, tapi dengan logat asing yang tidak begitu terdengar.
Ia mirip sekali dengan saudara laki-lakinya, yang juga bertubuh montok.
Ia mendului anak-anak masuk ke sebuah kamar yang terletak di sebelah serambi dalam. Dekat jendela ada sebuah bangku panjang. Seorang laki laki berbaring di atas bangku itu.
Terdengar suaranya batuk-batuk.
Orang laki-laki itu menoleh ketika anak-anak masuk.
"Henri," kata wanita itu padanya,
"anak-anak ini hendak meminjam telepon sebentar. Kau tidak keberatan. kan?"
"Masuk sajalah." kata laki-laki itu .
Tiba-tiba sikapnya memandang berubah.
"Ah'" katanya.
"Anak-anak ini rasanya sudah pernah kulihat sebelum ini. Nest-ce pas? Ya, kan?"
"Betul," kata Fatty
"Kami mengantarkan Anda kemari ketika Anda menanyakan di mana rumah yang namanya Green Trees. Masih ingat tidak?"
"Ya. betul Grintriss," kata laki-laki itu tersenyum.
Tampangnya kelihatan lain sekali saat itu, karena tidak lagi memakai mantel tebal, syal, serta topi yang dibenamkan dalam-dalam menutupi kepalanya.
Ia kelihatan lebih muda dan ramah.
Ia batuk-batuk lagi.
"Maaf ya, aku terpaksa berbaring terus. Aku agak kurang sehat"
"Ya, tentu saja," kata Fatty.
"Mudah mudahan Anda tidak marah bahwa kami langsung masuk saja _ tapi laki-laki tua yang tinggal di rumah sebelah mengatakan bahwa uangnya dirampok, dan kami hendak memanggilkan polisi untuknya."
Sambil bicara, Fatty mengangkat pesawat telepon lalu memutar nomor kantor polisi Saat berikut terdengar suara orang menjawab.
Suara yang dikenal baik oleh Fatty.
"Ya, di sini P.C. Goon' Siapa yang menelepon?"
P.C. merupakan huruf-huruf singkatan Police Constable, yang berarti 'Agen Polisi".
"511 . di sini Frederick Trotteville," kata Fatty agak ragu.
"Saya hendak melaporkan bahwa..."
Kalimatnya terpotong suara dengusan dari seberang sambungan, disusul bunyi pesawat
telepon dibanting.
Hubungan terputus.
Pak Goon memutuskan pembicaraan dengan marah .Fatty hanya bisa melongo sesaat
"Astaga! Aku belum sempat mengatakan apa-apa. tahu-tahu gagang pesawat sudah dibanting Pak Goon!" katanya
"Kurasa ia masih marah karena urusan Buster tadi. Tapi baiklah, kucoba sekali lagi"
Sekali lagi ia memutar nomor telepon kantor polisi desa. dan sekali lagi terdengar suara Pak Goon lewat sambungan
"Saya ingin menyampaikan laporan, Pak Goon," kata Fatty.
"Harap datang ke rumah yang namanya Hollies di Holly Lane. Ada perampokan di rumah itu, Pak!"
"Kalau kau masih saja nekat dengan omong kosongmu. nanti kau kulaporkan ke Kantor Pusat," bentak Pak Goon.
"Aku tidak mau kaupancing untuk hal yang bukan-bukan. sementara kau menyelinap kemari dan mengurung kucingku dalam gudang lagi. Ya, aku..."
"Aduh, Pak Goon _ Ini bukan main-main," seru Fatty
"Sungguh, ini "
Pak Goon sudah membanting gagang teleponnya lagi. Fatty meletakkan pesawat yang dipinjamnya sambil memandang teman-temannya dengan alis terangkat.
"Pak Goon sudah sinting rupanya," katanya.
"Dia mengira aku mempermainkannya. Sekarang bagaimana?"
"telepon saja Komisaris Jenks," kata Daisy mengusulkan.
"Cuma itu yang masih bisa kita lakukan. Fatty!"
"Baiklah, aku akan meneleponnya," kata Fatty
"Biar tahu rasa Pak Goon nanti!"
Bab 1O PAK GOON DATANG MEMERIKSA
Fatty menelepon Kantor Pusat Polisi di kota, lalu minta disambungkan dengan Komisaris Jenks.
"Ia sedang keluar," jawab polisi yang menerima.
"Siapa ini?"
"Eh di sini Frederick Trotteville," kata Fatty.
Ia agak kecewa karena tidak bisa berbicara dengan Pak Komisaris.
"Saya hanya ingin menyampaikan laporan bahwa ada perampokan di sebuah rumah yang dikenal dengan nama Hollies di Holly Lane, desa Peterswood. Pak Tua yang kena rampok meminta pada saya agar memanggil polisi."
"Kalau begitu kau harus menghubungi polisi di desamu," kata petugas yang menerima.
"Saya sudah mencoba," kata Fatty,
"tapi anu saya tidak eh tidak berhasil.Bagaimana jika Anda yang menghubungi dari sana?? "
"Baiklah, akan kucoba," kata petugas itu.
"Jadi ada perampokan rumah yang dikenal dengan nama Hollies Holly Lane Peterswood. Beres. Dan namamu _?"
"Frederick Trotteville," kata Fatty
'Ah, ya sekarang aku ingat lagi! Kau kan
kenalan Pak Komisaris?" kata petugas tadi dengan nada bertambah ramah.
"Baiklah, serahkan saja urusan ini padaku "
Dengan begitu pesawat telepon di rumah Pak Goon berdering lagi.
Sekali lagi polisi desa itu datang untuk menerima pembicaraan .Dengan sikap marah disambarnya gagang pesawat, karena ia yakin bahwa yang menelepon pasti Fatty lagi.
"Halo! Halo! Siapa ini?" bentaknya.
"Di sini Kantor Pusat."
kata petugas yang tadi ditelepon oleh Fatty dengan nada heran.
"Di situ P.C. Goon? Seorang remaja bernama Frederick Trotteville baru saja..."
"Hahh!"
Dengusan itu terlontar dari mulut Pak Goon.
"Bagaimana?" kata teman bicaranya dengan nada lebih heran lagi.
"Tidak, saya cuma terbatuk sedikit," kata Pak Goon
"Ada apa dengan anak itu?"
"Ia menelepon untuk melaporkan peristiwa perampokan di sebuah rumah yang dikenal dengan nama Hollies, Holly Lane Letaknya di daerah wewenang Anda." kata petugas Kantor Pusat
Pak Goon ternganga.
Jadi Fatty tadi ternyata tidak bermaksud mempermainkannya!
Rupanya benar-benar telah terjadi perampokan
Huhh! Anak itu benar-benar menyebalkan.
Mempermainkan dirinya serta Bert dan juga kucingnya _ serta berhasil mengambil Buster lalu kini menemukan peristiwa perampokan!
Anak gendut itu benar-benar menjengkelkan.
Huhh! "Anda masih ada di sana?" kata petugas tadi agak tidak sabar
"Apa kata saya tadi sudah dicatat semua?"
"Eh ya. ya, sudah," kata Pak Goon sambil buru-buru membuat catatan
"Terima kasih! Baiklah, saya akan segera ke sana!"
"Jangan sampai tidak'" kata petugas itu dengan nada kesal. lalu memutuskan hubungan.
Pak Goon masih menatap gagang pesawat di tangannya sesaat sebelum juga menaruhnya kembali.
Sekarang ia kena marah, karena menyebabkan Fatty terpaksa menelepon Kantor Pusat.
Kenapa ia tadi tidak mau mendengarkan ketika anak itu meneleponnya?
Pak Goon mengeluarkan sepedanya sambil berseru pada Bu Mickie,
"Aku pergi sebentar. kira-kira selama setengah jam. Ada urusan penting. Tolong siapkan makan siang sementara itu!"
Anak-anak belum pergi dari rumah sebelah ketika Pak Goon datang naik sepeda ke Hollies. Mereka asyik mengobrol dengan saudara laki-laki wanita yang tinggal di Green-Trees.
Laki-laki itu bernama Henri Croaer.
Mereka menceritakan segala hal yang mereka alami dengan laki-laki tua di rumah sebelah padanya.
"Dari tempatku berbaring ini aku bisa melihat pintu pagar depan.Serta jalan masuk ke rumah sebelah," kata Henri.
"Aku sengaja meminta pada kakakku agar menaruh bangku ini di sini karena pemandangan dari tempat ini bagus .Lagi pula aku bisa melihat orang yang lalu-lalang di jalan."
Anak-anak memandang ke luar jendela
"Kalau begitu Anda mestinya melihat kami masuk tadi," kata Fatty.
"O ya, tentu saja," kata Henri.
"Pertama-tama aku melihat anak ini siapa namanya? o ya, Larry -aku melihatnya memasuki pekarangan -tapi tahu-tahu lari lagi ke luar. Sesudah itu kalian beramai-ramai masuk, menuju ke pintu depan rumah "
Muka Larry memerah.
Mudah-mudahan saja Henri tidak menanyakan kenapa ia memasuki pekarangan rumah itu. Kalau itu sampai ditanyakan, ia akan repot berusaha menjelaskan bahwa ia meninggalkan lap pembersih kaca dalam semak semak di situ!
Untung saja saat itu kakak orang Prancis itu masuk. Nama wanita itu Bu Harris.
Suaminya. Pak Harris, orang Inggris.
Pak Harris saat itu tidak ada di rumah. Bu Harris datang membawa kotak berisi coklat _buatan Prancis yang sangat enak
"Wah, terima kasih," kata DaiSy sambil mengambil sebuah.
Anak-anak yang lain tentu saja tidak mau ketinggalan .Ketika mereka sedang asyik menikmati coklat itu, tahu-tahu Henri berseru sambil menuding ke luar,
"Lihatlah polisi sudah datang!"
Anak-anak ikut memandang ke luar.
Benarlah!

Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pak Goon nampak berjalan memasuki pekarangan rumah sebelah sambil menuntun sepedanya.
Pintu depan rumah terbuka dan pemuda yang bernama Wilfrid muncul di ambangnya.
Pemuda itu
mengatakan sesuatu pada Pak Goon. Sesudah itu mereka berdua masuk ke dalam
"Nah sekarang Pak Tua itu mungkin merasa puas," kata Fatty.
"Wah, bukan main enaknya coklat ini. Di sini tidak ada coklat seperti ini, Bu Harris."
"He, kita harus pergi sekarang," kata Pip setelah melihat ke arlojinya sebentar.
"Tahu tidak, sekarang sudah hampir pukul satu siang? Cepatnya waktu berlalu. Ibu tadi mengatakan pukul lima kita harus sudah ada di rumah. Ayo, cepatlah sedikit, Bets " . '
Kelima remaja itu minta diri pada Henri serta kakaknya.
"Lain kali datang lagi, ya," ajak Bu Harris.
"Henri sudah bosan karena tidak ada yang menemani. Sebelum ini ia sakit keras, dan sekarang datang kemari untuk memulihkan kesehatannya. Kalian datang lagi, ya?"
"Baiklah," kata Fatty.
Dalam hati ia berharap semoga tidak terlintas dalam pikiran Pak Goon untuk mendatangi Henri serta kakaknya. untuk menanyakan apakah mereka melihat ada orang datang ke rumah sebelah tadi pagi
Soalnya, agak repot juga nantinya apabila harus menjelaskan alasan kedatangan Larry tadi ke sana.
Fatty mengumpat dalam hati.
Lap sialan!
Tapi di pihak lain, apabila Larry tidak ke sana untuk mencarinya, ia takkan mendengar teriakan laki-laki tua itu.
"Aduh _aku sampai lupa mencari lap pembersih kaca itu," kata Larry saat itu.
"Aku ini
memang konyol! Sebentar. aku akan menyelinap ke sana untuk mengambilnya."
"Jangan!" larang Fatty dengan tegas.
"Biarkar saja di sana. Kan repot kalau Pak Goon tahu tahu muncul lalu menanyakan kau sedang berbuat apa di situ. Nanti saja kaucari, apabila Pak Goon sudah pergi lagi."
Fatty berpikir-pikir dalam perjalanan pulang.
Kenapa laki laki tua itu tidak mau mengatakan di mana ia menyimpan uangnya?
Itu kan konyol karena mungkin saja ia keliru tempat ketika mencari tadi. Mungkin saja simpanannya itu masih ada di salah satu tempat.
Hanya ia saja yang lupa tempat itu
"Menurut Larry ketika ia pertama kali datang ke sana untuk membersihkan kaca jendela, ia melihat laki-laki tua itu merangkak-rangkak di lantai sambil meraba raba sisi bawah mebel" pikir Fatty
"Kenapa ia berbuat begitu? Jangan-jangan ia suka memindah-mindahkan simpanannya itu dari tempat satu ke tempat yang lain! Atau mungkin juga uangnya dipecah-pecah menjadi beberapa bagian lalu disembunyikan di berbagai tempat. Ini mungkin saja! Yah, ini sebenarnya bukan misteri melainkan perampokan biasa saja. Pak Goon pasti dengan segera akan berhasil menangkap pelakunya. Ia tinggal menanyakan siapa saja yang datang ke rumah itu pagi ini, lalu mengusut mereka satu demi satu "
Sorenya polisi desa itu datang ke rumah orang tua Fatty.
Pada Jane yang membukakan pintu ia
mengatakan ingin bertemu dengan Fatty.
Jane menyilakannya menunggu di kamar kerja.
"Polisi gendut itu ingin bicara sebentar denganmu. Frederick." kata Jane.
"Mudah-mudahan bukan karena Buster lagi!"
"Guk," gonggong anjing kecil itu sambil meloncat loncat mengelilingi Jane.
Fatty bimbang sesaat. apakah sebaiknya mengajak Buster menemui Pak Goon atau tidak.
Akhirnya diputuskan untuk mengajaknya saja. agar polisi desa itu tidak terlalu bertingkah
Fatty masuk ke ruang kerja bersama Buster. Dilihatnya Pak Goon tegak di dekat jendela.
Kening polisi desa itu berkerut.
Rupanya sedang jengkel karena sesuatu hal.
Kejengkelan ttu nampak bertambah ketika Buster datang lalu mengendus endus tumit sepatunya.
"Sini, Buster," kata Fatty.
"Silakan duduk, Pak Goon. Ada perlu apa?"
Pak Goon berpaling dengan cepat, sementara tatapan matanya masih tetap terarah pada Buster.
Huh. anjing itu!
Apakah Bert yang sialan itu
kemarin malam mengurungnya dalam gudang, atau tidak?
Pak Goon masih saja tidak berhasl mengorek keterangan dari anak itu sekarang.
Pak Goon menghenyakkan diri ke kursi, lalu mengeluarkan buku catatannya yang tebal.
"Aku datang sehubungan dengan peristiwa perampokan itu," katanya.
"Aku tidak bersalah. Pak," kata Fatty dengan manis.
"Aku berani bersumpah, aku..."
"Aku tahu bahwa kau tidak bersalah dalam urusan ini," tukas Pak Goon.
Tapi dari tatapan matanya nampak bahwa ia menginginkan sebaliknya.
"Yang ingin kuketahui adalah bagaimana kau bisa sampai ada di dekat situ ketika laki-laki tua itu menjerit-jerit tak keruan?"
"Bukan tak keruan, Pak" kata Fatty membetulkan.
"Ia berteriak-teriak memanggil polisi!"
"Hahh!" dengus Pak Goon.
"Kau tahu apa yang kumaksudkan. Aku heran kenapa apabila terjadi sesuatu. kalian selalu saja ada di dekatnya. Mengintip-intip .Memata-matai .Merintangi hukum!"
"Kalau Anda datang ini cuma untuk mengatakan itu saja, lebih baik kupersilakan pergi dari sini," kata Fatty sambil bangkit dari duduknya.
"Maksudku. bagiku gampang saja untuk mendatangi Pak Komisaris siang ini, lalu melaporkan segala-galanya pada atasan Anda itu Aku sama sekali tidak berniat merintangi tugas polisi. Bahkan sebaliknya. aku ingin membantu! Bukan salah kami jika saat itu secara kebetulan kami ada di sana. Nah. sampai lain kali, Pak Goon."
Pak Goon nampak kaget melihat sikap Fatty yang begitu tegas.
"Tunggu, tunggu duduklah dulu," katanya dengan nada suara diramahkan
"Aku tadi cuma hendak menyatakan keherananku, kenapa kalian kelihatannya selalu saja hadir jika ada sesuatu yang terjadi. Aku kan boleh saja bilang begitu?"
"Tapi Anda tadi berbicara tentang mengintip dan memata-matai." kata Fatty
"Yah maklumlah. pikiranku saat ini agak kacau." kata Pak Goon.
Ia mengusap keningnya dengan sapu tangan yang lebar
"Kita lupakan saja yang tadi itu. Aku tidak ingin menanyaimu, tapi peraturan harus ditaati. Yang paling tidak kuingini hari ini adalah berjumpa lagi denganmu. Tapi aku harus mengajukan beberapa pertanyaan padamu karena kau sama teman temanmu bisa dibilang yang paling dulu ada di tempat kejadian."
"Silakan bertanya." kata Fatty.
"asal jangan bertele-tele karena masih banyak yang harus kulakukan."
Pak Goon tak memperhatikan sindiran itu. Ia mulai mengajukan serangkaian pertanyaan seperti saat Fatty berada di tempat kejadian bersama teman-temannya. lalu apakah terlihat orang lain di sana. keadaan di ruangan tempat laki-laki itu berada. serta kata-kata yang mungkin diucapkan korban perampokan.
Segala pertanyaan itu dijawab secara ringkas dan Jujur oleh Fatty.
Dalam hati' ia merasa lega karena ternyata sedikit pun tak terlintas dalam pikiran polisi desa itu untuk menanyakan urusannya bersama teman-teman untuk datang ke rumah itu.
Pak Goon menduga bahwa mereka saat itu kebetulan saja lewat di sana.
"Cuma itu saja yang ingin kutanyakan." kata Pak Goon kemudian.
Dalam hati Fatty memujinya.
Tak ada hal yang mungkin penting yang tidak ditanyakan polisi desa itu.
Pak Goon memandang Fatty.
"Eh _kau sendiri apakah kau sudah memunyai gagasan tertentu mengenai kejadian ini?" tanya polisi desa itu.
"Sudah, Pak," jawab Fatty.
"Menurutku, sama sekali tidak sukar mengetahui siapa pelakunya .Bukankah laki laki tua itu tadi sudah menyebutkan .Siapa saja yang datang ke sana pagi ini?"
"Yah. orang itu kelihatannya masih kacau pikirannya," kata Pak Goon.
"Bisa saja yang disebutkannya orang-orang yang datang kemarin .Maklumlah, ia sudah tua. Jadi lumrah jika pelupa! Aku takkan heran apabila uang simpanannya itu nanti ternyata masih tersembunyi di salah satu tempat di sana .Yah hm bagaimana pendapatmu mengenai kejadian ini?"
Tapi Fatty tidak berniat membantu Pak Goon.
Ia teringat lagi bahwa polisi desa itu memberi uang pada Bert untuk membantunya menangkap Buster.
Fatty berdiri dengan cepat.
Ia tidak ingin lebih lama melihat Pak Goon.
Polisi desa itu dipersilakannya pergi.
Biar saja Pak Goon menyelidiki sendiri.
Yang jelas, Fatty sama sekali tidak berniat membantunya!
Bab 11 MINUM TEH Dl RUMAH PIP
Pukul setengah empat sore itu anak-anak berkumpul di rumah Pip, Bu Hilton mengatakan bahwa mereka boleh ikut minum teh di situ.
Pip dan Bets disuruh pergi ke tukang roti untuk membeli roti dan kue kue.
Keduanya kembali dengan makanan sekeranjang penuh yang kemudian diatur di atas piring-piring besar. Semuanya diletakkan di atas meja, siap untuk dimakan nanti.
"Kenapa sekarang kalian sudah menaruhnya di depan hidung kita?" kata Daisy sambil mengerang
"Coba lihat kue makron itu begitu lezat dan kenyal kelihatannya. Hmm, tak tahan lagi aku melihatnya!"
"Dan itu. kue jahe itu belum lagi kue berisi buah ini,
" kata Larry sambil menunjuk-nunjuk
"Hidangan sore di rumah kami rasanya tak pernah sesedap di sini, Pip'"
"Ah, ibu royal begini kan hanya kalau ada tamu." kata Pip
"He, Buster-untukmu tadi juga kubelikan makanan kesukaanmu. Roti biskuit yang ditaburi daging komet. Nih, cium saja baunya!"
Buster mengendus biskuit yang disodorkan.
Tahu-tahu lidahnya terjulur dengan cepat ke luar dan kue itu lenyap dengan sekali kunyah!
"Aduh, Buster! Tidak tahu adat," kata Fatty
"Mana pernah kau melihat tuanmu berbuat begitu?"
Anak-anak tertawa semuanya.
Pip mengambil kartu lalu mengocoknya, sementara Fatty bercerita tentang kunjungan Pak Goon ke rumahnya
"Aku heran melihatmu," kata Pip.
"Bisa bisanya tetap bersrkap sopan padanya, padahal kau tahu bahwa ia bersiasat untuk membuat Buster harus dibunuh."
"Terus terang saja. aku tadi tidak begitu sopan terhadapnya." kata Fatty dengan jujur.
"Tapi di samping itu aku agak khawatir Juga, jangan-jangan ia bertanya kenapa kita sampai ada di sana. Dan kau sebaiknya cepat cepat saja mengambil lap pembersih kaca itu, Larry. Ada saja kemungkinan bahwa Pak Goon memeriksa dalam kebun di sana lalu menemukan barang itu"
"Aduh. betul juga." kata Larry
"Ibu juga sudah beberapa kali menanyakannya. Aku harus cepat cepat mengambilnya. Sebenarnya aku berniat membeli yang baru saja. Tapi ketika aku pergi melihat ke toko bersama Daisy, ternyata yang berukuran besar harganya sekitar lima belas shilling. Lima belas Shilling bayangkan! Menurutku. itu sudah keterlaluan namanya."
"Biar aku saja yang mengambilkannya dari tempat itu," kata Fatty.
"Tapi tidak siang ini. Nanti malam saja, jika sudah gelap"
"Aku juga tidak berniat mengambilnya siang ini juga," kata Larry agak tersinggung
"Aku belum segoblok itu! Tapi terus terang saja syukurlah jika kau mengambilkannya untukku, karena bagiku tida begitu gampang menyelinap pergi malam malam .Kalau bagimu mudah, karena kau bisa saja mengajukan alasan hendak mengajak Buster berjalan jalan sebentar "
"Aku memang biasa keluar sebentar setiap malam, sebelum pergi tidur." kata Fatty.
"Nantilah kuambilkan lap itu, lalu kuantarkan ke tempatmu besok."
"Apakah kita masih akan mendatangi laki-laki tua itu lagi?" tanya Daisy.
"Apakah urusan ini akan kita anggap suatu misteri walau cuma misteri sepele saja dan kita selidiki siapa pelakunya? Atau kita biarkan Pak Goon saja yang menangani
dan kita tidak ikut melakukan penyelidikan?"
"Yah_menurutku tidak banyak yang misterius dalam kejadian ini," kata Fatty
"Kemungkinannya uang itu masih ada di tempat semula dan laki-laki tua itu saja yang lupa di mana tempatnya. Atau
kalau memang dicuri. maka pencurinya tahu di mana uang itu disembunyikan .Jadi menurutku, pelakunya hanya mungkin salah seorang dari keluarganya sendiri. Yah. kejadiannya memang sangat sederhana sebenarnya. Lagi pula setelah mengalami kejadian dengan Buster, aku tidak ingin
berurusan lagi dengan Pak Goon. Melihat tampangnya saja pun aku tidak kepingin lagi"
"Baiklah Kalau begitu urusan ini kita pandang bukan misteri." kata Daisy.
"Kita tunggu saja sampai muncul kejadian yang benar-benar merupakan misteri. Tapi aku tadi masih hendak mengatakan bahwa orang yang mestinya tahu pasti. Siapa saja yang datang ke rumah laki-laki tua itu tadi pagi adalah Pak Henri, orang Prancis itu. Ia kan sepanjang hari berbaring di bangku panjang. Dari tempat itu ia bisa melihat setiap orang yang lewat. Dan dari situ nampak jelas pintu depan rumah sebelah "
"Ya, betul juga katamu itu," kata Fatty
"Ialah yang pertama-tama harus ditanyai untuk memperoleh keterangan. Tapi kurasa lebih baik urusan itu kita serahkan sapa pada Pak Goon. Terus terang saja, aku agak khawatir kalau ada yang bertanya tanya tentang tukang cuci kaca jendela yang kemarin datang ke sana. Siapa tahu. mungkin saja ada yang melihat Larry di sana. Kan tidak enak jika penyamarannya itu sampai ketahuan."
"Dari semula aku sudah menganggap tugas itu konyol." kata Larry.
"Kan sudah kukatakan waktu itu."
"Sudahlah, kita lupakan saja hal itu," kata Fatty
"Nah giliran siapa membagi kartu sekarang' Kita masih sempat bermain satu kali lagi."
Sementara anak-anak asyik bermain kartu. tahu tahu Buster mendapat akal bagus.
Bagus bagi dirinya sendiri, tentunya!
Anjing bandel itu melihat
bahwa jika ia naik ke atas kursi dengan mudah ia akan bisa mencapai piring berisi biskuit yang tersedia untuknya.
Dan itu langsung dilakukan olehnya. ia naik ke atas kursi, lalu melahap biskuit yang ada di piring tanpa ketahuan oleh siapa pun juga. Setelah semuanya habis ia turun lagi dengan diam diam. lalu berbaring dengan tenang di samping Bets.
"Manis sekali Buster kali ini," kata Bets sambil menepuk-nepuk aniing itu
"Padahal biasanya ia suka konyol sekali kalau kita sedang asyik bermain kartu dan tidak sempat memperhatikannya . Pernah kartu-kartu yang sedang kupegang berhamburan karena ditabrak olehnya Ya kan,_ Buster?"
"Guk," genggong Buster pelan.
Anjing bandel itu agak merasa bersalah sekarang Larry menggelitik perutnya. Tapi Buster tidak meloncat bangun lalu berlari-lari seperti biasanya.
Tidak! Dibiarkannya saja Larry menggelitiknya.
Larry merasa heran, lalu mengamat-amati Buster.
"Kenapa ekormu tidak kaukibaskan kian kemari?" katanya.
"Kenapa dia tenang sekali. ya? Kenapa kau, Buster?"
Ekor Buster tetap saja tidak mengibas kian kemari.
Bets mulai khawatir.
"Jangan-jangan dia sakit!" katanya.
"Ayo bangun, Buster Anjing manis! Ayo, kibaskan ekormu!"
Buster berdiri.
Tapi kelihatannya lesu sekali.
Kepala dan ekornya menunduk.
Anak-anak langsung sibuk memperhatikan dirinya. Anjing itu dielus elus, dipeluk, dan ditepuk tepuk.
"Kenapa dia. Fatty?" tanya Bets cemas.
"Barangkali kita perlu membawanya ke dokter hewan!"
"Kita coba saja memberinya sepotong biskuit kesukaannya." kata Fatty.
Ia bangkit sambil memandang ke arah meja tempat makanan.
Langsung nampak piring biskuit yang sudah licin tandas!
"Aduh, Buster! Anjing rakus! Kau ini memalukan aku saja! Sana, berdiri di pojok!"
"Apa kesalahannya?" seru Bets kaget,
Sementara Buster berjalan dengan lesu ke sudut kamar. lalu duduk di situ sambil menghadap ke dinding.
"Ia tadi menghabiskan biskuitnya ketika kita sedang asyik bermain." kata Fatty.
"Aku sana sekali tidak mendengar bunyi kunyahannya. Ya, kan? Hih, anjing nakal! Tidak, Bets jangan kaudatangi dia! Coba lihat piring yang di sebelah tempat biskuitnya tadi. Kelihatannya ada beberapa kue yang sempat dijilatnya pula di situ!"
"Kalau begitu Buster bukan sakit, tapi nakal," kata Bets.
Ia berniat akan memberikan kue kue yang sudah dijilat tadi pada anjing itu.
Bets memang sayang sekali pada Buster.
Tapi ia juga memarahinya.
Buster mengeluarkan suara seperti keluhan, sementara kepalanya ditundukkan semakin rendah
"Jangan kalian perhatikan dia," kata Fatty.
"Sebentar lagi ia pasti pura-pura menangis. kalau kita masih saja membicarakan dirinya."
Buster harus tetap berada di pojok. sementara anak-anak pindah ke meja untuk menikmati hidangan yang tersedia di situ.
Asyik sekali mereka makan dan minum.
Bets agak kurang hati-hati.
Ia menumpahkan selai arbei yang agak encer sehingga mengotori taplak yang putih bersih
"Dasar anak jorok," kata Pip memarahi adiknya
"Sana ambil lap untuk membersihkannya "
"Tidak perlu lap. Kujilat saja sampai bersih, seperti anjing," jawab Bets.
Dan itu benar-benar dilakukannya.
Anak-anak yang lain tertawa melihatnya setelah itu suasana makin lama makin bertambah kocak dan ramai.
Semua makan sambil bergurau dan tertawa-tawa. Pip begitu asyik tertawa sampai Ia terjungkir dari kursinya.
Sebuah piring berisi kue yang sudah diiris-iris ikut tertarik dan jatuh menimpanya.
Pintu kamar terbuka dan Bu Hiiton menjengukkan kepala ke dalam.
"Bunyi apa itu tadi?" tanyanya.
"Ada yang jatuh? Aduh. Pip' Kenapa kau berbaring di lantai? Lihatlah. kue-kue bertumpahan menimpamu. Ayo, Bangun! Masa tuan rumah begitu!"
Buster menoleh.
Ketika melihat ada kue-kue berserakan di lantai. ia hendak meninggalkan pojok kamar.
Barangkali saja.
"Tidak, Buster? Kue-kue ini bisa kami sendiri yang memakannya. karena lantai di Sini bersih," kata Pip.
Ia melirik ke pintu.
"Ibu sudah pergi lagi? Wah aku memang harus lebih bersikap sebagai tuan rumah, ah! Bagaimana, kita ijinkan Buster
meninggalkan pojoknya sekarang? Menurutku. ia pasti sudah benar-benar menyesal."
Setelah itu anak-anak bermain-main lagi.
Asyik sekali mereka sehingga waktu berlalu dengan tidak terasa
"Wah, sudah hampir pukul tujuh!" seru Fatty ketika ia memandang jam yang ada dalam ruangan itu.
"Kalian kan makan malam pukul tujuh, Pip?"
"Ya, betul," jawab Pip sambil cepat cepat berdiri.
"Maaf ya. tapi kalian harus pulang sekarang
karena kami berdua masih harus mandi dulu. Kalian tahu kan. di sini segala galanya harus pada waktunya Sebentar lagi gong akan sudah berbunyi memanggil kami makan. Kalian keluar sendiri, ya?"
Anak-anak yang lain turun ke tingkat bawah lalu keluar lewat pintu samping. Di luar sudah mulai gelap
"Sayang saat ini tidak ada misteri yang kita hadapi." kata Larry sambil menyalakan lampu
sepedanya.
"Rasanya asyik jika sedang sibuk melakukan pengusutan."
"Siapa tahu. mungkin ada juga yang muncul nanti, " kata Fatty.
"Lampumu beres, Daisy? Kalau begitu kita pulang saja sekarang."
Di pojok jalan mereka berpisah. Fatty menguap lebar-lebar .Malam sebelumnya Ia kurang tidur, karena gelisah memikirkan Buster. Tidak heran jika saat itu ia sudah mengantuk sekali.
"Ah. lebih baik aku cepat cepat saja tidur malam ini." kata Fatty pada dirinya sendiri.
Orang tuanya heran ketika melihat Fatty yang biasanya masih bangun sampai larut malam, saat itu pukul sembilan kurang seperempat sudah mengucapkan selamat tidur lalu naik ke atas bersama Buster.
Fatty mandi dulu.
Setelah itu ia naik ke pembaringan dengan membawa buku. Ia membaca baca sebentar.
Tahu tahu sudah terlelap, tanpa sempat mematikan lampu lagi.
Pukul sebelas malam seisi rumah sudah berbaring di tempat tidur masing-masing .Lampu lampu sudah dipadamkan semua, kecuali yang di kamar Fatty.
Buster yang selama itu berbaring dengan tenang tiba-tiba bergerak.
Ia merasa heran.
Kenapa Fatty tidak mengajaknya ke luar untuk berjalan jalan Sebentar?
Anjing kecil itu melompat naik ke tenpat tidur. menyebabkan Fatty kaget dan terbangun
"Aduh, kau rupanya yang membangunkan aku." kata Fatty sambil menegakkan tubuh
"Kusangka ada perampok! Pukul berapa Sekarang? Wah, sudah hampir Setengah dua belas. Kau kan tidak minta diajak jalan-jalan sekarang? Aku tidak mau. Masa sudah selarut begini masih ingin jalan-jalan. Aku ingin tidur."
Tangannya meraih tombol lampu untuk memadamkannya.
Tapi saat itu Ia teringat pada sesuatu yang menyebabkannya mengumpat dalam hati.
"Sjalan! Aku lupa mengambilkan lap untuk Larry! Sialan!"
Fatty berpikir-pikir sejenak .Lap itu harus diambilnya, karena ia sudah berjanji pada Larry.
Lagi pula lap itu penting sekali artinya.
Fatty turun dari tempat tidur, lalu cepat cepat berpakaian.
"Kita hanya sebentar saja pergi." katanya pada Buster
"Kita hanya mengambil lap itu saja. lalu kembali lagi!"
Ia sama sekali tidak menduga apa yang akan terjadi kemudian!
Bab 12 KEJADIAN ANEH
Dengan hati hati sekali Fatty menyelinap turun, diikuti oleh Buster.
Anjing kecil itu selalu tahu kapan saatnya ta tidak boleh ribut.
Ketika menuruni tangga. ia bahkan hampir-hampir tak menarik napas!
"Kita keluar lewat pintu samping, Buster," bisik Fatty .
Buster mendului berjalan lewat gang samping .Fatty membuka pintu samping dengan hati-hati, lalu menutupnya kembali ketika sudah berada di luar. Ia kemudian menuju ke pintu kebun sebelah belakang bersama Buster, dan dari situ menyelinap menuju ke jalan.
Buster merasa senang.
Asyik rasanya pergi sendiri malam-malam bersama Fatty .Saat itu segala macam bau rasanya lebih jelas tercium daripada saat siang hari.
Bayang-bayang pun nampak lebih mengasyikkan.
Buster melompat dan menjilat tangan Fatty
"Kita pergi ke rumah yang diberi nama Hollies," kata Fatty padanya.
"Di sana kta harus mengambil sesuatu untuk Larry. Jika aku tak berhasil
menemukannya nanti, kau harus membantuku mengendus-endus sampai ketemu, ya!"
"Guk!" gonggong Buster dengan gembira, lalu lari mendului.
Ke sini lalu ke situ, membelok di tikungan. lalu melewati tiang listrik. Di desa kecil itu lampu jalan dipadamkan kalau sudah tengah malam.
Setelah itu keadaan menjadi gelap gulita.
Saat itu langit mendung sekali.
Awan tebal melayang rendah.
Fatty merasakan tetesan air hujan mengenai tangannya.


Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia meraba kantung untuk meyakinkan bahwa ia tadi tidak lupa membawa senter. Jalanan gelap sekali pada bagian yang tidak diterangi lampu jalan.
Ya! ia memang tidak lupa membawa senter'
"Aku nanti memerlukannya apabila sudah masuk ke kebun rumah itu," kata Fatty dalam hati.
"Tanpa senter takkan mungkin aku bisa menemukan lap itu."
Ketika ia membelok masuk ke Holly Lane, tahu-tahu lampu jalan padam semua.
Tepat tengah malam!
Fatty mengambil senter lalu menyalakannya .Dalam kegelapan seperti saat itu ia tidak bisa melihat apa apa kalau tidak dibantu dengan sinar senter.
Kini ia sampai di depan pintu pagar rumah kecil yang dituju.
Rumah itu gelap sama sekali .Fatty berdiri sebentar di tempat itu.
Ia memasang telinga.
Ia tidak mendengar apa-apa.
Jadi ia bisa masuk lalu mencari dengan aman.
Pintu pagar dibuka lalu ditutup kembali dengan hati hati. Fatty menyusur jalan masuk ke rumah
bersama Buster. Kemudian membelok ke samping, menuju ke arah semak yang terdapat di dekat situ.
Senter dinyalakan lagi, lalu ia mulai mencari.
Lap pembersih kaca itu tidak kelihatan di mana-mana.
Fatty mengumpat-umpat dalam hati. Ia sampai ke pagar yang membatasi kebun rumah kecil itu dengan kebun tempat tinggal Bu Harris, kakak Pak Henri.
Ia berdiri Sebentar di situ sambil menimbang-nimbang.
"Barangkali lap itu diterbangkan angin ke seberang pagar," katanya bertanya tanya dalam hati.
"Ah, mustahil. Lap dalam keadaan basah kan berat. Dan ketika Larry mencampakkannya, lap itu pasti masih basah! Tapi di pihak laln mungkin juga kemudian kering kena angin lalu diterbangkan."
Fatty memanjat pagar, masuk ke kebun rumah sebelah. Dengan bantuan sinar senter ia mencari cari di situ. Tempat itu jauh lebih rapi kalau dibandingkan dengan kebun rumah yang ditinggali laki-laki tua itu.
Fatty mulai bingung.
Ke mana sih lap sialan itu?
Jangan jangan sudah lebih dulu ditemukan Pak Goon?
Fatty cepat-cepat memadamkan senternya ketika mendengar bunyi mobil datang mendekat.
Ia hendak menunggu sampai kendaraan itu sudah lewat, kemudian melanjutkan pencarian
Tapi mobil itu tidak lewat .
Mesinnya tiba-tiba tidak kedengaran lagi.
Seolah-olah berhenti tidak jauh dari situ.
Kening Fatty berkerut .
Apa sebabnya mobil itu tidak langsung membelok ke salah satu
pekarangan rumah lalu masuk ke garasi?
Bukankah saat itu sudah lewat tengah malam?
Kemudian ia ingat bahwa di seberang Jalan ada rumah dokter. Mungkin Pak Dokter pulang sebentar untuk mengambil sesuatu. Mungkin ia hendak pergi lagi untuk mendatangi orang sakit.
Fatty menunggu sambil berjongkok di balik sebuah semak, didampingi oleh Buster.
Ia sama sekali tak mendengar bunyi langkah orang berjalan. Tapi kemudian ia merasa seperti menangkap bunyi "gedebuk" pelan.
Eh bukankah itu bunyi napas tersengal-sengal?
Fatty heran.
Bunyi-bunyi yang didengarnya itu rasanya datang dari tempat yang lebih dekat.
Bukan dari arah rumah Pak Dokter.
Jangan Jangan mobil tadi berhenti di depan rumah laki laki tua itu. Tapi kalau itu benar.apakah yang sedang terjadi saat itu?
Fatty merayap kembali ke pagar yang memisahkan kedua kebun. Ia memanjat ke Seberang. Buster dijunjungnya dan diletakkannya dengan hati-hati di tanah yang termasuk kebun rumah sebelah.
"Ssst!" desis Fatty pada Buster.
"Kau harus diam sekarang!"
Buster berdiri seperti patung.
Ia menggeram sebentar, seperti hendak menyatakan keheranannya.
Tapi sesudah itu Ia diam. Sementara itu Fatty menyelinap maju di antara semak belukar yang ada di situ
Tiba-tiba ia berhenti, karena melihat sinar Senter bergerak-gerak setinggi pinggang menyusur Jalan
masuk. Rupanya ada orang datang membawa Senter.
Orang itulah yang terdengar bunyi napasnya tadi. Rupanya Ia juga memakai sepatu bersol karet karena langkahnya sama sekali tak terdengar!
Tiba-tiba terdengar suara orang berbisik-bisik .
Eh, kalau begitu yang datang itu lebih dan seorang!
Siapakah mereka?
Mau apa mereka datang begitu malam?
Kan bukan hendak menculik laki laki tua itu?
Kening Fatty berkerut.
Sebaiknya diperiksa dulu keadaan laki-laki tua yang malang itu. Orang itu tidurnya di kamar belakang rumah kecil itu. karena di ruang itulah Larry melihat ada tempat tidur.
"Jika aku sekarang menyelinap ke belakang lalu di sana menyorotkan senterku ke dalam, mungkin aku bisa melihat apakah. Ia ada disitu atau tidak." katanya dalam hati.
Fatty menyelinap kembali di antara Semak semak. sampai ke bagian belakang rumah.
Dilihatnya jendela di situ terbuka.
Ia baru saya hendak menyorotkan senter ke kamar ketika tiba-tiba mendengar sesuatu.
Bunyi orang mendengkur.
Dengkurannya keras sekali.
Kalau begitu laki laki tua itu ternyata tidak apa-apa. Fatty masih berdiri sesaat di depan jendela sambil mendengarkan. Setelah itu ia menyelinap kembali ke depan, lewat di antara semak belukar. Ia ingin sekali melihat apa yang sedang terjadi saat itu!
Didengarnya bunyi pintu depan ditutup pelan pelan. Terdengar pula suara orang batuk dengan
hati-hati. Tapi telinganya tak menangkap bunyi orang berjalan menuju pintu pagar sebelah depan.
Fatty berdiri mematung sambil memasang telinga.
Beberapa saat kemudian terdengar lagi bunyi pintu ditutup.
Mungkin pintu mobil.
Ya betul, itu bunyi pintu mobil. Saat itu Juga terdengar bunyi mesin kendaraan dihidupkan, dan mobil itu nampak meluncur di Jalan. Fatty bergegas ke pagar depan lalu menyorotkan senternya ke arah kendaraan yang pergi itu. Tapi ia hanya sempat melihat bayangan gelap saja. Ia sama Sekali tidak melihat nomor kendaraan itu
"Aneh," pikir Fatty
"Apakah yang diambil oleh orang-orang tadi? Atau mungkin mereka datang untuk membawa sesuatu kemari? Coba kuintip sebentar ke dalam lewat Jendela sebelah depan."
Tapi jendela di situ tertutup tirai hijau yang tebal .Sedikit pun tidak nampak celah di situ, lewat mana ia mungkin bisa menyorotkan senternya ke dalam .fatty pergi ke pintu depan lalu mencoba membukanya.
Tapi tidak bisa.
Pintu itu sekarang terkunci.
Kejadian itu benar-benar misterius.
Mau apakah orang orang yang datang tadi?
Fatty pergi lagi ke belakang rumah, lalu mengintip ke dalam lewat jendela yang terbuka. Ia bahkan memberanikan diri menyorotkan senternya ke arah bunyi dengkuran.
Ya, betul-laki-laki tua itu tidur pulas di pembaringannya .
Topi tidurnya tergeser miring.
Di samping tempat tidur ada sebuah kursi serta meja berukuran kecil. Selain
itu kelihatannya tidak ada apa-apa lagi dalam kamar itu.
Fatty memadamkan senternya, lalu kembali ke depan. Ia agak bingung memikirkan apa sebaiknya yang dilakukan sekarang.
Ia tidak ingin membangunkan laki-laki tua yang sedang pulas itu, karena pasti orang itu akan kaget sekali jika dibangunkan secara tiba-tiba. Dan apa yang harus dikatakan oleh Fatty mengenai orang orang yang tadi datang?
Laki-laki tua itu pasti akan sangat ketakutan sampai takkan bisa tidur lagi.
"Kurasa soal itu terpaksa kutangguhkan sampai besok pagi saja," kata Fatty pada dirinya sendiri
"Yang jelas. aku takkan menelepon Pak Goon mengenainya. Ia takkan mau percaya. Kecuali itu mungkin saja ada penjelasan yang sederhana mengenai kedatangan mereka tadi. Lagi pula aku tidak melihat alasan kenapa aku tidak bisa mengundurkan persoalan sampai pagi nanti"
Fatty pergi dari situ, diikuti oleh Buster.
Ia masih agak menyangsikan ketepatan tindakannya meninggalkan laki laki tua itu seorang diri sementara ada orang-orang datang lalu pergi lagi tengah malam!
Sesampai di rumahnya sendiri.
Fatty menyelinap masuk kembali lewat pintu samping. Bersama Buster Ia naik ke tingkat atas. Fatty berjalan berjingkat-jingkat agar jangan sampai ada yang terbangun.
Begitu masuk di kamar, Buster langsung meringkuk dalam keranjang tempat
tidurnya. Detik berikutnya anjing kecil itu Sudah pulas.
Fatty masih bangun selama beberapa menit. Ia memikirkan kejadian yang baru saja dialami.
Tapi tahu-tahu .
Ia pun sudah ikut tertidur seperti Buster. Ketika bangun kembali, hari sudah agak siang . Ia terbangun karena mendengar bunyi gong memanggilnya sarapan pagi. Fatty cepat cepat melompat turun dari tempat tidur
"Wah, rupanya aku sudah mengantuk sekali tadi malam," katanya pada diri sendiri.
Ia menyenggol Buster dengan kakinya sambil berkata,
"Ayo bangun, Pengantuk! Kau ini sama payahnya seperti aku!"
Selama beberapa saat setelah itu ia sibuk mengenakan pakaian' sehingga lupa pada kejadian yang dialaminya saat tengah malam.
Tapi ketika sedang memasang dasi, tiba tiba ia teringat kembali.
Ia tertegun.
"Huahh tadi malam itu benar-benar terjadi atau cuma mimpiku saja? He, Buster ingatkah kau bahwa kita berjalan-jalan tengah malam tadi? Kalau kau ingat. artinya kejadian itu benar-benar kualami."
Buster masih ingat.
Anjing kecil itu menggonggong sekali Sebagai tanda mengiakan. lalu meloncat naik ke tempat tidur Fatty yang hangat
"Ayo, turun," kata Fatty.
"Jadi kejadian tadi malam itu memang benar-benar terjadi, ya? Aneh juga urusannya. Bagaimana jika kita segera ke rumah itu lagi setelah selesai sarapan nanti. untuk
melihat apakah ada sesuatu yang tajadi di sana? itu kalau memang ada kejadian apa-apa "
Sehabis sarapan Fatty mengambil sepedanya .Ia bersepeda dengan santai, sementara Buster berlari lari di samping.
"Lari lari begitu baik untukmu, Gendut," kata Fatty ketika melihat Buster berlari dengan napas terengah-engah
"Apa Sebabnya kau selalu bertambah gendut selama aku pergi bersekolah? Tidak bisa jalan-Jalan sendiri, ya?"
Buster terlalu sibuk mengatur napas, sehingga tidak mampu menggonggong lagi untuk menjawab. Sementara itu mereka sudah hampir sampai di tempat tujuan.
Fatty membelok masuk ke Holly Lane, lalu menuju ke rumah kecil yang sudah beberapa kali didatangi selama itu.
Pintu depan rumah itu tertutup. Tapi tirai hijau yang kemarin malam ditutup rapat, kini nampak terdorong ke samping.
Fatty memandang ke dalam.
Ia ingin tahu apakah semuanya beres di situ.
Ia terkejut sekali ketika melihat Pak Goon ada dikamar depan itu. Polisi desa itu bersikap sok penting seperti biasanya. Bersamanya nampak pula Pak Henri, dari rumah sebelah. Tapi laki laki tua yang menghuni rumah itu sama sekali tidak kelihatan! _
Tapi yang paling mengejutkan Fatty adalah bahwa kamar itu kosong melompong!
Sepotong perabot pun tak nampak di situ, termasuk permadani yang kemarin masih terhampar dilantai.
Sementara Fatty masih berdiri sambil melongo di depan jendela, tahu-tahu Pak Goon berpaling dan melihatnya di situ. Pak Goon menghampiri jendela, lalu membukanya dengan tampang masam.
"Lagi lagi kau ada di sini! Mau apa kemari? Orang lain belum ada yang tahu tentang kejadian ini!"
"Kejadian apa?" tanya Fatty.
"Tadi pagi sekitar pukul tujuh "
Pak Henri hendak memberi penjelasan, tapi cepat-cepat dipotong oleh Pak Goon.
Ia tidak ingin Fatty ikut mengetahui urusan itu.
Anak itu selalu saja ingin tahu!
Hhh' Tapi Fatty bukan termasuk orang yang cepat mundur. Ia harus tahu apa yang telah terjadi di situ. Ia cepat cepat berbicara dalam bahasa Prancis pada Pak Henri, meminta agar orang itu memberi penjelasan dalam bahasa itu pula.
Jadi sementara Pak Goon hanya bisa mendengus-dengus sambil menarik tampang cemberut, Pak Henri memberikan keterangan dalam bahasa Prancis pada Fatty.
Ternyata pukul tujuh pagi itu ia tiba-tiba terbangun karena mendengar Suara orang berteriak-teriak. Kamar tidurnya menghadap ke rumah kecil di mana mereka saat itu berada. Tapi mula mula ia bersikap tak peduli. dan bahkan tidur kembali.
"Tapi ketika aku kemudian bangun lagi, suara yang mula-mula membangunkan aku masih saja terdengar," katanya dalam bahasa Prancis yang meluncur dari mulutnya dengan cepat.
"Berteriak
teriak terus! Aku lantas cepat-cepat berpakaian lalu pergi ke sini untuk memeriksa."
"Lalu?" tanya Fatty.
"Ternyata laki-laki tua itu yang berteriak teriak," kata Pak Henri, masih dalam bahasa Prancis.
"Pintu terkunci dari dalam. Aku meminta padanya agar pintu dibuka. Begitu masuk kemari aku langsung melihat bahwa kamar ini kosong sama sekali. Yang tinggal cuma tirai saja yang ditutup rapat, sehingga dari luar orang tidak bisa melihat ke dalam. Rupanya laki-laki tua itu tadi pagi bangun lalu masuk kemari Ketika melihat kamar ini kosong, ia lantas menjerit jerit minta tolong!"
"Misterius!" kata Fatty dengan nada heran.
Dilihatnya Pak Goon menoleh ke arahnya dengan cepat.
"Nah, Pak Goon --ternyata kita sekarang berada di tengah suatu misteri yang baru. Ada petunjuk yang mungkin sudah Anda temukan?"
Bab 13 PETUNJUK SERTA SEJUMLAH TERSANGKA
Pak Goon tidak ingin disindir-sindir Fatty saat itu .Soalnya ia benar-benar bingung menghadapi kejadian aneh itu. Sama sekali tidak ada petunjuk yang bisa dijadikan pegangan!
Ia bahkan sama sekali tidak bisa membayangkan tentang kapan, bagaimana dan untuk apa segala perabot diangkut pergi dari kamar itu!
"Ayo pergi!" bentaknya terhadap Fatty.
"Ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengat dirimu. Ini urusan polisi. tahu!"
"Aku hanya ingin melihat, bagaimana keadaan laki-laki tua yang malang itu," kata Fatty.
Ia menerobos lewat Pak Goon. menuju ke kamar belakang.
Pak Goon merengut, lalu memandang ke sekeliling kamar dengan sikap bingung. Tak ada sepotong perabot pun yang masih tertinggal di situ. kecuali tungku pendiangan yang dibiarkan menyala sepanjang malam, lalu sebuah lampu serta tirai hijau yang tergantung di depan jendela. Untuk apa sebenarnya segala perabot yang semula ada di Situ diambil?
Harganya kan tak seberapa'
Sementara itu Fatty berusaha meminta keterangan dari laki laki tua yang hampir-hampir menangis karena kagetnya
"Mula-mula uangku lalu kini seluruh perabotan," keluh orang itu.
"Seluruh uang simpananku. dan sekarang mebelku' Bagaimana aku sekarang?"
"Anda sama sekali tidak mendengar apa-apa?" tanya Fatty.
"Tidak' Sedikit pun tak ada yang kudengar," kata laki-laki tua itu .Fatty tidak melanjutkan pertanyaannya, karena nampak jelas bahwa orang itu sedang bingung sekali sehingga tak mungkin sanggup memberi jawaban yang beres
Pak Goon membuat beberapa catatan dalam buku hitamnya.
"Aku harus tahu alamat cucu perempuannya," kata polisi desa itu.
"Ia harus datang untuk mengajak laki-laki tua ini ke rumahnya. Kini ia tidak bisa lagi tinggal seorang diri di sini. karena sudah tidak ada perabotan lagi. He, Pak! Di manakah tempat tinggal cucu perempuan Anda?"
"Tinggalnya di desa Marlow, di Marlins Grove nomor 5," kata laki-laki tua itu.
"Tapi aku tidak mau disuruh ke sana. Tempat itu penuh dengan perempuan tua yang rewel. Kerja mereka tidak henti-hentinya menggerutu dan mengomel saja. Aku tidak mau disuruh pindah ke sana!"
"Tapi Anda tidak bisa tinggal sendirian di sini tanpa perabot sama sekali!" Pak Goon mengatakannya sambil berteriak.
Sebabnya karena laki laki tua itu tuli. Tapi juga karena Pak Goon marah!
"Janganlah dia dibentak bentak begitu," kata Fatty yang melihat laki laki tua itu agak mengkerut ketakutan.
Pak Henri menyentuh bahu Pak Goon.
"Kakakku sangat baik hati," kata orang Prancis itu dengan bahasa Inggris patah-patah
"Ia punya kamar tidur cadangan. Orang tua ini bisa tidur di situ sampai cucunya datang."
"Ya, begitu pun bisa juga," kata Pak Goon sambil mengantungi buku catatannya.
"Nanti tolong kuncikan pintu rumah ini. ya! Aku harus pergi sekarang juga untuk melaporkan urusan ini selengkapnya pada atasanku. Benar-benar aneh! Aku tidak bisa melihat ujung-pangkalnya. Mula mula uang, lalu Sekarang perabotan!"
Pak Goon menoleh ke arah Fatty
"Dan kau lebh baik pulang saja sekarang." kata polisi desa itu
"Tak ada urusanmu untuk ikut campur di sini. Selalu saja mengintip intip urusan orang lain' Entah apa saya yang menyebabkanmu datang kemari pagi ini. Yang jelas, di mana ada kerepotan, pasti kau juga ada!"
Agak repot juga menjelaskan pada laki laki tua yang sedang gemetar itu bahwa orang-orang dari rumah sebelah bermaksud menolongnya.
Tapi akhirnya ia mengerti Juga.
Dan kelihatannya
Ia mau saja dititipkan di situ.
Kemudian Pak Henri pergi ke sebelah Untuk mengatakan hal ini pada kakaknya.
Tukang kebun disuruhnya datang untuk membantu Fatty membawa laki-laki tua itu ke sebelah
Mereka berdua menggendongnya ke sana, di mana Bu Harris yang baik hati dengan segera memasukkannya ke tempat tidur yang hangat.
"Akan kubiarkan ia berbaring sampai sanak keluarganya ada yang datang." kata wanita itu.
"Aku juga tak berkeberatan untuk mengantarkannya dengan mobil ke Marlow. Luar biasa sekali kejadian itu -segala perabotnya diambil malam malam. Aku sedikit pun tidak mendengar apaapa'"
Setelah itu Fatty kembali ke rumah kecil itu untuk melakukan penelitian dengan cermat.
Ia juga bingung seperti Pak Goon.
Tak ada keraguan lagi bahwa lakilaki tua itu menyembunyikan uang simpanannya dalam mebel. Mungkin juga di beberapa tempat sekaligus.
Tapi uang itu sudah hilang!
"Jadi untuk apa perabotannya diambil?' tanya Fatty dalam hati.
"Kita harus menyelidiki urusan ini. Mestinya di sini ada beberapa petunjuk yang bisa dijadikan pegangan. Dan semua yang datang kemari sejak kemarin pagi sampai saat ia mengetahui uangnya lenyap harus dimasukkan dalam daftar para tersangka "
Fatty meneliti kamar tidur.
Tempat tidur yang ada di situ sederhana sekali bentuknya .Terbuat dari besi, dengan per kawat yang biasa. Tidak mungkin bisa disembunyikan uang di situ. Kasurnya tipis dan nampak terbuat dari bahan murah. Uang bisa saja disembunyikan di situ. Tapi di pihak lain rasanya mustahil _ karena setiap kali
tempat penyimpanan itu diperiksa oleh laki-laki tua itu, kemudian ia harus menjahitnya lagi. Padahal matanya kan sudah sangat rabun.
Di samping itu sama sekali tidak kelihatan bekas bekas jahitan pada kasur itu. Benang jahitannya sudah dekil sekali, seperti sudah sejak bertahun-tahun tidak pernah dibersihkan.
Bantal yang ada di situ tipis dan keras.
Fatty membuka sarungnya lalu meneliti jahitan bantal.
Tidak! Di situ pun tidak nampak bekas jahitan yang masih baru
Kini Fatty mengalihkan perhatiannya pada papan lantai. Tidak nampak tanda-tanda sedikit pun bahwa ada papan yang pernah dilepaskan.
Semua masih terpaku seperti semula.
Tempat cerobong asap juga tak mungkin dipakai untuk menyembunyikan uang itu, karena pipa asap dari tungku terpasang persis sekali di situ
"Benar-benar membingungkan! Untuk apa ada orang mau repot-repot datang kemari tengah malam dan membawa pergi semua perabot, jika uang simpanan itu sudah dicuri sebelumnya?" kata Fatty pada dirinya sendiri
"Kecuali ya, kecuali Jika yang mengambil itu merasa yakin bahwa uang itu masih tersimpan dalam salah satu mebel! Datang lalu mencari dengan cermat dianggap terlalu besar risikonya. Karena itu lantas diangkut saja semua perabot yang ada di sini, supaya bisa diperiksa dengan tenang di tempat lain."
Fatty merenungkan kemungkinan itu sejenak.
"Ah mana mungkin. Itu kan konyol! Tapi di
pihak lain, segala kejadian ini pun memang konyol. Bagaimana pendapatmu, Buster? Bukankah ini misteri yang konyol?"
"Guk guk," gonggong Buster untuk mengiakan.
Ia tidak begitu tertarik pada rumah itu.
Sama sekali tak ada bau yang menarik.
Bau tikus saja pun tidak'.
Ia menggaruk-garuk kaki Fatty, mengajaknya pergi dari situ.
"Ya deh, kita pergi sekarang," kata Fatty.
"Aku harus mengunci pintu dulu. Anak kuncinya kutitipkan saja pada Pak Henri."
Setelah mengunci pintu, ia masuk ke kebun untuk mencari lap yang waktu itu dicampakkan Larry ke situ.
Mungkin ketemu, karena hari sudah terang.
Tapi lap itu tetap saja tidak ada. Kini ia hanya bisa berharap semoga Larry takkan mengalami kesulitan karenanya.
Fatty menuju ke rumah sebelah setelah menaruh secarik kertas ke daun pintu rumah kecil itu. Pada kertas itu dituliskannya pemberitahuan yang mengatakan bahwa anak kunci ada di rumah sebelah. itu untuk cucu laki-laki tua itu. jika ia datang nanti.
Bu Harris membukakan pintu untuk Fatty dan menyilakannya masuk.
"Kami sedang minum kopi" kata wanita itu.
"Kau ikut minum, ya? Adikku juga ingin bicara denganmu."
Fatty pun ingin bicara dengan Pak Henri .Menurutnya perlu sekali disusun daftar orang
orang yang kemarin dilihat Pak Henri datang ke rumah sebelah. Satu dari mereka mestinya pencuri yang mengambil uang laki-laki tua itu.
Pak Henri dengan senang hati menuturkan apa saja yang diketahuinya. Seperti Fatty, ia pun sangat tertarik pada kejadian aneh itu. Ia sudah menyusun daftar nama yang dibuatnya dengan rapi. Ditunjukkannya daftar itu pada Fatty.
Fatty melihat bahwa ada enam orang tertera di situ.
Mereka adalah.
1. Wanita membawa seberkas koran atau majalah.
2. Tukang membersihkan kaca jendela.
3. Pesuruh toko bahan makanan
4. Laki laki naik mobil.
Membawa semacam tas. Nomor mobil ERT 100
5. Laki-laki berpakaian rapi. Masih muda. Hanya sebentar saja di situ.
6. Wanita muda. Kunjungannya cukup lama
Fatty menyimak daftar itu sekali lagi
"Banyak juga yang datang," katanya
"Mengecek mereka semua bukan urusan yang bisa dianggap gampang. Tapi mungkin laki laki tua itu bisa memberikan bantuannya sedikit."
"Ia mengatakan bahwa cucunya yang perempuan datang untuk membersihkan rumah," kata Pak Henri.
"Jadi mestinya dialah wanita muda yang kucatat sebagai nomor enam itu. Lalu lakilaki tua itu mengatakan pula bahwa keponakan laki-lakinya juga datang. Tapi pikirannya kacau sekali.
Orang-orang selebihnya tidak bisa diingat lags olehnya. Kalau kau mau, aku masih bisa, memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai daftar ini. Misalnya saja wanita yang datang membawa koran atau majalah. ia memakai mantel merah serta topi dengan mawar merah "
"Ya, perincian seperti itu besar sekali gunanya," kata Fatty.
"Bagaimana dengan pesuruh toko bahan makanan?"
"Ia datang naik sepeda. Anaknya berambut merah. Pada sisi depan keranjang barang nampak tulisan 'Welburn'." kata Pak Henri lagi.
Ia rupanya memiliki kemampuan pengamatan yang sangat cermat!
"Anda bisa melihat atau tidak, apakah pada ember atau sepeda tukang membersihkan kaca. tertulis salah satu nama?" tanya Fatty.
Dalam hati ia geli.
Pasti tukang itu heran ketika melihat kaca-kata jerdela di Hollies sudah bersih berkilauan, karena sudah dibersihkan oleh Larry.
Pak Henri ternyata tidak melihat tulisan sama sekali. Tapi menurut dugaannya, orang itu juga biasa membersihkan jendela di rumah kakaknya.
Itu bisa ditanyakan pada Bu Harris.
"Yah, kita bisa menyelidiki mereka ini satu demi satu, untuk mengetahui apakah di antara mereka ada yang mungkin mengambil uang itu," kata henri.
"Tapi kurasa pesuruh toko bisa kita coret dari daftar ini."
"Wah. jangan," bantah Pak Henri.
"ia cukup lama yuga berada dalam rumah. Jadi bisa saja ia yang mengambil."
"Hm! Kalau begitu mungkin saja. Setiap orang yang ada dalam daftar ini perlu kita teliti," kata Fatty.
"Yah, sekarang akan kudatangi teman teman agar mereka ikut membantu .Kelihatannya mereka nanti harus melakukan penyelidikan seperti detektif sejati'"
Setelah itu Fatty mengobrol sebentar dengan Pak Henri sambil minum kopi .Pak Henri sudah berbaring lagi di bangku panjang. Batuknya mulai kambuh lagi
"Itu cuma karena syarafnya yang agak tegang saat ini," kata Bu Harris


Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebetulnya ia sudah bisa dibilang sembuh. Kau bisa kapan saja datang kemari untuk menanyainya. Teka-teki begini sangat digemarinya'"
Fatty pergi setelah minta diri.
Ia pulang berjalan kaki.
Di tengah Jalan barulah teringat olehnya bahwa ia datang naik sepeda.
Di mana sepeda itu ditaruhnya tadi?
Ia'mengingat-ingat sebentar.
O ya, di Hollies!
Ia kembali ke rumah itu untuk mengambil sepedanya, yang kemudian dituntun ke jalan.
Saat itu terlintas suatu pikiran dalam benaknya. Ia teringat pada mobil yang tadi malam datang untuk mengangkut segala perabotan itu.
Mestinya kendaraan itu diparkir di situ. Di jalan, di sisi luar pagar rumah kecil itu. Kendaraannya pasti
semacam truk. Kendaraan yang lebih kecil tak mungkin bisa mengangkut semuanya sekaligus!
Fatty memperhatikan jalan tempat ia saat itu lewat.
Kondisi jalan itu tidak baik.
Bagian disekitarnya bahkan berlumpur.
Di tempat itu tampak jelas bekas ban mobil
"Nah'" kata Fatty
"Ternyata kemampuanku sebagai penyelidik agak mundur akhir-akhir ini.
"Nyaris saja aku lupa memeriksa jejak ban mobil!
ternyata ada langsung di depan hidung!"
Jejak itu besar dan lebar.
Ban mobil biasa tidak
mungkin meninggalkan bekas selebar itu. kata Fatty dalam hati .Kelihatannya lebih cocok kalau bekas ban truk pengangkut barang yang kecil.
Ia mengeluarkan buku catatannya, lalu membuat gambar pola ban yang nampak dalam tanah yang embek.
Kemudian ia mengukur Jejak itu serta mencatat ukurannya.
Dari bentuk pola yang masih licin, Fatty menarik kesimpulan bahwa ban itu nasih baru.
Mungkin itu bisa menolongnya dalam penyelidikan selanjutnya
Dekat tempat itu ada tiang listrik .
Perhatian Fatty tertarik pada suatu tanda yang nampak pada tiang itu, berupa goresan lurus berwaama coklat pada tiang yang dicat putih.
Fatty memperhatikan goresan itu.
"Kemungkinannya truk itu menyenggol tiang pada bagian ini." pikirnya.
"Yah. lebih baik kubuat saja catatan mengenainya"
Dalam buku catatannya Fatty menulis bahwa mobil pengangkut yang dipakai pencuri mungkin
berwarna coklat, sedang pada spatbor-nya ada goresan pada posisi setinggi kira-kira setengah meter dari tanah.
"Mudah-mudahan dengan begini penyelidikan nanti bisa bertambah lancar,
" katanya pada diri sendiri.
Ia menutup buku catatan dan memasukkannya lagi ke dalam kantung. Kemudian ia bersepeda pulang, dengan Buster dalam keranjang di depan.
Fatty berniat akan memanggil para anggota Pasukan Mau Tahu untuk menghadiri rapat siang itu.
Kejadian yang dialami laki-laki tua itu ternyata memang suatu misteri!
Dan perlu sekali diselidiki karena yang tersangka pelakunya banyak!
"Untung aku kemarin malam datang untuk mencari lap yang ketinggalan itu,
" katanya pada diri sendiri sambil bersepeda terus.
"Coba aku tidak datang lalu mendengar suara-suara itu dan pagi ini datang lagi untuk memeriksa, Pak Goon pasti akan asyik sendiri dengan misteri ini. Ia takkan mau mengatakan apaapa pada kita. Tapi sekarang aku tahu lebih banyak daripada dia!"
Bab 11 FATTY BERCERITA
Pukul tiga siang itu anak-anak berkumpul dalam gudang di kebun belakang rumah Fatty.
Fatty sendiri sudah lebih dulu ada di situ. Di atas bangku dekat salah satu dinding terletak beberapa lembar catatan yang ditulis dengan rapi. Ketika anak-anak yang lain datang. ia sedang membaca-baca catatannya itu.
Teman-temannya nampak bersemangat.
Fatty sudah mengatakan lewat telepon bahwa kini benar benar ada suatu misteri, dan semua ingin mendengar keterangan yang lebih lanjut mengenai hal itu.
"Saat ini sudah tersebar desas-desus yang macam-macam, Fatty," kata Larry.
"Betulkah kemarin malam-malam ada orang mengangkut pergi segala perabot dari Pondok Hollies dan laki-laki tua yang tinggal di situ dijumpai terkapar di lantai karena bahkan tempat tidurnya pun diambil pencuri?"
Fatty tertawa.
"Dari mana saja asalnya cerita seperti itu?" katanya.
"Kalau soal seluruh perabotan diangkut
pergi, itu benar. Tapi sementara pencurian berlangsung, laki laki tua itu tetap tidur dengar tenang di tempa tidurnya .Itu sama sekali tak disentuh para pencuri. Mereka bekerja dengan begitu hati-hati sampai laki-laki tua itu sama sekali tidak mendengar apa apa. Ia mendengkur terus sampai pagi "
"Dari mana kau bisa mengetahuinya? Kau kan tidak ada di sana"' kata Pip dengan nada agake mencemoohkan.
"Kau keliru' Kebetulan saat itu aku ada di situ,?" kata Fatty.
Anak anak yang lain menatapnya dengan mulut ternganga karena heran.
"Kau ada di sana? Tadi malam_ ketika segala perabotan diangkut pergi?" kata Larry kemudian
"Kalau begitu mengapa kau tak berusaha mencegah?"
"Karena aku sama sekali tidak tahu bahwa ada yang diambil," kata Fatty menjelaskan
"Saat itu gelap gulita. Tambahan lagi mereka bekerja secara diam-diam, tanpa menimbulkan suara sedikit juga. Tapi biarlah kuceritakan kejadiannya secara berurutan . Sebetulnya banyak sekali yang terjadi, dan kita perlu melakukan penyelidikan guna mengetahui apa sebetulnya yang menjadi persoalan "
"Baiklah' Tapi masih ada yang hendak kutanyakan sebelum kau mulai bercerita,
" kata Larry.
"Berhasilkah kau menemukan lapku? Ibu tadi pagi berulang kali menanyakannya."
"Sayang tidak," kata Fatty.
"Sudah kucari ke mana-mana, tapi tetap saja tidak ada .Mudah
mudahan saja tidak lebih dulu ditemukan Pak Goon "
"Ah. paling paling ia akan mengira itu kepunyaan orang yang biasa membersihkan di rumah itu." kata Daisy
"Kita bilang saja pada Ibu agar membeli yang baru Larry "
"Sialan" umpat Larry.
"Idemu itu sungguh sungguh konyol. Fatty _ menyuruhku membersihkan kaca-kaca Jendela rumah itu"
"Memang! Tapi jangan lupa. karenanya kita sekarang menemukan misteri baru," kata Fatty
"Mulainya sejak kau melihat laki-laki tua itu merangkak di lantai sambil meraba raba kursi demi kursi, Lalu disambung ketika kita kembali untuk mengambil lap saat mana kita mendengarnya berteriak-teriak memanggil polisi "
"Betul juga katamu." kata Larry.
"Baiklah. kalau begitu kukatakan bahwa itu ide konyol yang kemudian ternyata membawa akibat yang menguntungkan bagi kita. Tapi ide itu sendiri tetap konyol"
Fatty cepat cepat menukar pokok pembicaraan, ia mengambil kertas-kertas catatannya
"Sekarang dengar baik baik," katanya
"Aku sudah menyusun ringkasan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai sekarang. Gunanya supaya kita mendapat gambaran yang jelas mengenainya. Aku akan membacakannya dulu. Setelah itu disambung dengan diskusi tentang petunjuk-petunjuk, orang orang yang termasuk dalam daftar tersangka Lalu
kita mengatur rencana kerja. Bagaimana sudah siap semua?"
"Siap! Kedengarannya asyik juga urusannya," kata Pip, lalu duduk dengan santai di atas sebuah peti.
"Nah_ bersiap-siaplah sekarang untuk memakai otak kalian," kata Fatty.
"Kau juga harus mendengarkan dengan tenang, Buster. Aku merasa terganggu jika kau masih terus saja mengendus endus mencari tikus di sudut situ. Ayo. duduk!"
Buster duduk dengan telinga diruncingkan ke depan. seolah-olah sudah siap untuk mendengarkan. Sementara itu Fatty cepat cepat meneliti catatannya sebentar.
"Misteri dimulai ketika Larry datang ke Pondok Hollies untuk membersihkan kaca-kaca jendela di sana" katanya kemudian
"Di rumah itu ia melihat seorang laki-laki tua merangkak di lantai sambil
meraba raba mebel yang ada dalam kamar. Kini kita tahu bahwa saat itu ia hendak meyakinkan bahwa Simpanannya masih aman di tempat penyembunyiannya. Uangnya yang hilang dua ratus pound. Mungkin seluruhnya disembunyikan dalam salah satu kursi atau bangku, atau barangkali juga dipecah-pecah dan ditaruh di berbagai tempat. Mungkin dalam semacam kantung yang sengaja dibuat pada tempat yang tersembunyi di bawah
kursi. Atau kursi kursi."
"Aku jadi teringat lagi!" kata Daisy secara tiba-tiba.
"Maaf jika aku memotong. Fatty, tapi wanita yang selalu datang untuk membersihkan rumah kami bercerita bahwa ia kenal laki-laki tua itu sejak mudanya. Katanya, laki laki itu dulunya
tukang jok kursi. Jadi ia pasti tahu bagaimana caranya membuat kantung kantung tersembunyi
dalam mebel."
"Informasimu itu menarik, Daisy," kata Fatty.
"Sangat menarik! Itu perlu kucatat "
Daisy kelihatan senang
"Itu termasuk petunjuk pula. kan?" katanya.
"Walau cuma sepele sekali"
"Segala petunjuk yang bisa dikumpulkan ada gunanya untuk menyibakkan misteri ini," kata Fatty
"Aku selalu memandang misteri sebagai semacam teka-teki dalam bentuk gambar yang terpotong potong. Potongan-potongan itu sendiri mungkin tak ada artinya. Tapi kalau sudah dihubung hubungkan secara benar. barulah nanti nampak gambar yang sebenarnya. Baiklah sekarang kulanjutkan ceritaku."
"Kami siap mendengarkan," kata Bets senang
"Nah selanjutnya kita sampai pada saat ketika kita beramai-ramai menemani Larry mencari lap yang ditinggalkannya di sana," kata Fatty meneruskan cerita.
"Saat itu kita mendengar laki-laki tua itu berteriak-teriak memanggil polisi. Ia merasa yakin bahwa malam sebelumnya uang simpanannya masih ada di tempat semula. Tapi paginya tahu-tahu sudah hilang! Tapi ia baru tahu mengenainya ketika paling sedikit ada enam orang datang ke rumahnya dengan berbagai alasan"
"Kalau begitu keenam orang Itu temasuk mereka yang tersangka, sampai kita buktikan kebalikannya." kata Larry.
"Beres! Siapa saja mereka itu?"
"Tenang, tenang," kata Fatty menyebarkan.
"Jangan suka memotong terus Buster! Duduk di pojok situ sama sekali tidak ada tikus!"
Buster duduk.
Tapi dari tampangnya nampak jelas bahwa ia merasa lebih tahu daripada Fatty, kalau urusannya mengenai tikus .
Kalau mengenai pencurian, itu lain perkara!
"Waktu itu kita sampati pada penilaian bahwa kejadian itu merupakan perampokan biasa saja, dan kita beranggapan bahwa Pak Goon sendiri pasti akan bisa menanganinya" kata Fatty.
"Tapi seperti sudah kukatakan, tadi malam aku ke sana lagi untuk mencari lap itu. Aku tiba di sana ketika kendaraan yang dipakai para pencuri datang untuk mengangkut perabot yang dikeluarkan dari ruang depan rumah"
"Luar biasa!" kata Larry yang tetap saja tidak bisa menahan diri untuk tidak memotong cerita Fatty.
Fatty meneruskan penuturan mengenai apa yang dilihatnya saat itu.
"Sebetulnya aku sama sekali tidak melihat apa-apa," katanya.
"Bahkan baru pagi ini aku tahu bahwa orang-orang yang datang itu membawa pergi segala perabot yang ada di situ. Aku tidak tahu jenis kendaraan yang mereka pakai. Sangkaanku saat itu mereka datang dengan mobil biasa."
"Mula-mula kukira mereka hendak menculik laki laki tua itu. Tapi kemudian aku melihat dan juga mendengarnya tidur pulas di tempat tidurnya. Di kamar belakang"
"Lalu menurut dugaanmu saat itu, apa sebetulnya yang sedang terjadi?" tanya Pip.
"Aku sama sekali tidak tahu!" kata Fatty
"Aku hanya mendengar beberapa benturan pelan. napas terengah-engah, serta suara berbisik-bisik Sesaat. Segala-galanya terjadi dengan begitu cepat' Nah kemudian timbul gagasan pada diriku untuk kembali ke sana pagi ini .Maksudku untuk melihat barangkali saja ada sesuatu yang bisa kutemukan .Begitu aku tiba di sana, aku kaget sekali "
"Apa sebabnya?" tanya Bets.
"Aduh, asyik sekali pengalamanmu. Fatty!"
"Soalnya aku melihat Pak Goon ada disana, dan tentu saja laki-laki tua itu .Begitu pula Pak Henri, orang Prancis yang waktu itu kalian sangka aku yang sedang menyamar Kalian kan tahu. ia tinggal di tempat kakaknya yang bersebelahan rumah dengan laki laki tua itu. Tadi pagi-pagi sekali Pak Henri mendengar orang itu berteriak-teriak lagi. Ia datang untuk melihat lalu cepat-cepat menelepon polisi."
"Wah, kalau begitu Pak Goon cepat sekali kali ini," kata Larry.
Ia agak kecewa
"Betul! Tapi aku datang segera setelah dia," kata Fatty.
"Sesaat aku hanya bisa melongo saja ketika melihat bahwa segala perabot dalam kamar depan tidak ada lagi .Tentu saja aku langsung sadar apa
yang telah terjadi. karena aku mendengar orang-orang yang datang tengah malam mengangkut segala-galanya. Tapi tentu saja itu tak kuceritakan pada Pak Goon'"
"lalu. apa yang terjadi setelah itu?" tanya Bets.
"Tidak banyak lagi. Pak Goon pergi. meninggalkan aku dan Pak Henri bersama laki laki tua itu .Kakak Pak Henri mengatakan bahwa ia bisa meminjamkan kamar pada laki laki tua itu, sampai ada keluarganya datang menjemput. Laki-laki tua itu sekarang ada di rumah Bu Harris. Kemudian aku sempat memeriksa rumah kecil itu dengan cermat. Tapi aku tak menemukan apa-apa di situ yang bisa dipakai sebagai petunjuk. Aku lalu mendatangi Pak Henri lagi. Ia memberi daftar orang orang yang kemarin dilihatnya datang ke rumah kecil itu. Tentu saja mereka itulah para tersangka dalam kejadian ini '
"Kalau begitu kita teliti mereka," kata Larry.
Tapi Fatty belum selesai dengan ceritanya.
"Aku hanya menemukan satu petunjuk saja," katanya menyambung,
"tapi ada kemungkinan sangat penting artinya."
Diceritakannya tentang jejak ban kendaraan yang nampak Jelas bekasnya pada tanah becek di depan Pondok Hollies, sambil menunjukkan pola ban itu yang digambarnya dalam buku catatan.
"Menurutku, kendaaan itu pasti mobil pengangkut barang berukuran kecil," katanya menarik kesimpulan
"Soalnya, jarak antara roda depan dan belakang sedikit lebih jauh dibandingkan
dengan jarak itu pada mobil sedan yang besar. O ya _dan kemungkinannya kendaraan itu berwarna coklat. Pada tiang listrik dekat situ kutemukan bekas goresan berwarna coklat, seolah-olah spatbor kendaraan itu terserempet ke situ "
"Jadi kelihatannya kita harus meneliti para tersangka," kata Larry
"Kecuali itu juga mencari kendaraan pengangkut barang berwarna coklat yang bannya mungkin masih baru dan bunganya berpola tertentu. Kurasa sebaiknya kita semua menyalin gambar polamu itu, Fatty. Kan menjengkelkan kalau menemukan kendaraan pengangkut barang berwarna coklat dengan ban baru tapi pola bunganya tidak bisa kita cocokkan karena tidak punya gambarnya'"
"Betul! Nah, kalau begitu kalian salin saja gambar dalam buku catatanku ini." kata Fatty.
"Aku akan terus dengan daftar orang orang yang tersangka, lalu kita bicarakan. Sambil mendengar, kalian bisa saja menyalin gambar."
Setelah itu Fatty membacakan daftar keenam orang tersangka,
"Pertama wanita membawa seberkas koran atau majalah. Ia memakai mantel merah serta topi hitam berhiaskan bunga mawar. Kedua tukang membersihkan kaca jendela. Ketiga pesuruh dari toko Welbum. Anaknya berambut merah, dan agak lama juga berada dalam rumah itu. Keempat laki-laki membawa tas. Ia datang naik mobil bernomor ERT 100 Kelima laki-laki muda berpakaian rapi. Ia datang cuma sebentar saja .Lalu
keenam _ wanita muda yang lama sekali ada di dalam rumah. "
"Wah, panjang juga daftarnya." kata Larry
"Dan di antaranya ada tukang pembersih kaca. Aku ingin tahu. apakah orang itu melihat betapa bersihnya kaca-kaca jendela di tempat itu!"
"itu juga sempat terpikir olehku." kata Fatty sambil tertawa
"Aku berniat hendak berbicara dengan laki-laki tua itu mengenai para tersangka ini. Mungkin saja ia bisa menambahkan beberapa petunjuk tentang mereka. Setelah itu kita akan mulai meneliti orang orang itu "
"Aduh! itu yang paling tidak kusukai." keluh Bets
"Aku paling tidak bisa kalau disuruh menyelidiki."
"Ah. siapa bilang" bantah Fatty
"Lagi pula, bukankah ibumu juga biasa berbelanja di toko Welbum? Kau tunggu saja di rumah sampai pesuruh toko itu datang, lalu kau ajak dia mengobrol. Itu bisa kau kerjakan bersama Pip!"
"Setuju!" kata Bets.
Ia merasa lega karena akan dibantu abangnya
"Lalu bagaimana dengan wanita yang membawa majalah? Mungkinkah itu adik Bapak Pendeta? Kan mungkin saja ia datang mengantarkan Berkala Gereja'"
"Ya, itu mungkin saja. Aku bisa menyelidikinya dengan mudah," kata Fatty
"Ibuku kenal baik padanya Akan kutanyakan, apakah ia kemarin pagi datang ke Pondok Hollies untuk mengantarkan majalah itu Jika betul dia yang datang, tentu saja mustahil ia yang melakukan. Tapi di pihak lain,
kita tidak bisa mengabaikan yang mana pun juga sebelum terbukti bahwa ia tak bersalah."
"Kita juga perlu mencari mobil yang bernomor ERT 100," kata Pip.
"Aku ingin tahu siapa laki-laki muda itu, begitu pula wanita muda yang begitu lama berada dalam rumah."
"Kemungkinannya ia cucu laki-laki tua itu " kata Fatty.
Ia menutup buku catatannya
"Ia biasa datang ke sana untuk menbersihkan rumah. Nah, Pip dan Bets, kalian berdua yang menangani tersangka yang pesuruh toko Welbum. Larry, selesaikan menyalin gambar pola bunga ban itu, lalu bagi bagikan pada semuanya. Aku akan berusaha mencari keterangan lebih lanjut mengenai keenam orang ini. Daisy. kau ajak Buster berjalan-jalan sambil memasang mata .Siapa tahu. kau nanti melihat mobil yang kita cari. Ingat nomornya ERT 100." '
"Beres!" kata teman-temannya serempak sambil bangkit dari tempat duduk masing masing.
Wah, ini benar-benar asyik .
Ada misteri yang sangat misterius!
Siapakah pencuri di antara keenam tersangka itu?
FATTY MULAI MENYELIDIKI
Fatty langsung mendatangi Pak Henri.
Kakak orang itu, Bu Harris. senang setelah melihat Fatty datang. Fatty selalu sopan terhadapnya, dan wanita asal Prancis itu suka melihat remaja yang berkelakuan sopan.
Tak lama kemudian Fatty sudah duduk di sisi pembaringan Pak Henri,
"Kau datang ini karena ada beberapa pertanyaan yang ingin kauajukan'?" kata orang itu dalam bahasa Perancis
"Kita berbicara dalam bahasa Prancis saja, ya _ karena bagiku lebih gampang, sedang bahasa Prancis-mu lancar sekali' Seperti anak sana saja! Kau benar benar serba bisa'"
Fatty mendehem-dehem.
Dalam hati ia sependapat dengan Pak Henri.
Tapi tentu saja itu tidak dikatakannya secara terang-terangan.
Malu. ah' "Aku hanya hendak menanyakan beberapa hal tentang keenam orang yang tertera dalam catatan Anda," katanya
"Ha! Pak Goon pun mengartikan pertanyaan yang macam-macam" kata Pak Henri
"Orangnya konyol tapi pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan baik sekali. Polis kalian benar-benar terlatih guna menangani urusan begini rupanya "
"Wah," kata Fatty.
Ia kecewa mendengar bahwa Pak Goan ternyata juga mempunyai gagasan baik untuk menanyai Pak Henri.
"Sialan! Yah, apa boleh buat. Pak Henri di antara keenam orang yang ada dalam catatan itu, siapa saja yang masuk ke dalam rumah?"
"Semuanya." Jawab Pak Henri.
"Rupanya pintu depan rumah sebelah saat itu tidak terkunci, karena semua langsung masuk."
"Apa? Semuanya? Jadi tukang pembersih kaca Juga masuk?" kata Fatty dengan heran
"Ya, dia juga." kata Pak Henri.
"O ya, menurut kakakku. orang itu pula yang biasa membersihkan jendela rumah sini. Ia kemarin membersihkan di sini dulu. lalu setelah itu pergi ke rumah sebelah "
"Menurut kakak Anda, jujurkah orang itu?" tanya Fatty.
"Sangat jujur," jawab Pak Henri
"Dan kerjanya juga baik. Tapi sebaiknya kaudatangi saja dia lalu kautanyai. Frederick."
"Memang begitu niatku." kata Fatty.
"Itu sudah pasti! Tapi Anda juga menyebut-nyebut tentang wanita yang datang membawa majalah atau koran. Kurasa dia itu mungkin adik Bapak Pendeta yang datang mengantarkan Berkala Gereja "
"Bagitu? Aku tidak melihat majalah atau koran apa yang dibawa." kata Pak Henri.
"Tapi kalau melihat potongan wanita itu, dugaanmu tadi bisa
saja benar .Wanita itu juga masuk ke rumah. Tapi hanya sebentar saja "
"Bagaimana dengan laki-laki muda berpakaian rapi yang Anda lihat hanya Sebentar saja masuk?" tanya Fatty lagi
"Orang itu datang lagi ketika kau ada di sana," kata Pak Henri
"Kau juga melihatnya. Dandanannya rapi sekali. Ia tidak mengatakan siapa dia padamu?"
"Astaga! Itu kan keponakan laki laki tua itu!" kata Fatty.
"Aku ingat. ia menyapa laki-laki tua itu dengan sebutan "Paman". Jadi ia Juga datang ke sana pagi itu sebelum kami datang, kemudian setelah kami pergi. Hmm. itu perlu diperhatikan! Akan kuselidiki di mana tempat tinggalnya Aku harus mendatanginya guna mengajukan beberapa pertanyaan padanya."
"Lalu wanita muda yang ada dalam daftarku _dia itu mestinya cucu laki laki tua itu yang biasa ke sana untuk membantu membersihkan rumah dan memasak," kata Pak Henri.
"Selain itu ada pula laki-laki yang datang naik mobil. itu kan semuanya? Nah siapa di antara mereka yang paling kaucurigai?"
"Aku belum tahu," jawab Fatty
"Sungguh, saat ini aku belum bisa mengatakannya. Yang paling tidak kucurigai, wanita yang membawa majalah. Tapi ia pun perlu diteliti. Payahnya. Pak Goon sementara ini mungkin juga sudah melakukan penelitian. Itu akan menyukarkan aku. Maksudku, polisi berhak menanyai orang -tapi aku tidak!"
Saat itu Bu Harris masuk
"Kau ikut minum teh di sini. ya?" katanya mengajak Fatty.
"Aku Sedang menyiapkannya "
Dengan rasa menyesal Fatty menggeleng
"Wah. sayang sebetulnya saya mau sekali. Tapi saya harus mengadakan penyelidikan sebelum terlalu Jauh didului Pak Goon "
Fatty minta diri dengan sopan. lalu meninggalkan rumah Bu Harris. Saat itu pukul lima kurang seperempat. Rumah Bapak Pendeta tidak begitu jauh dari situ.
Fatty berpikir. apakah sebaiknya ia mampir di sana sebentar mungkin saja adik Bapak Pendeta ada di situ.
Dengan cepat ia bersepeda menuju ke rumah Bapak Pendeta. Ketika tiba di sana ia melihat seseorang sedang berlutut di kebun sambil mencabuti tumbuh tumbuhan liar.
Wah. nasibnya sedang mujur!
Itu kan adik Bapak Pendeta
Fatty turun dari sepedanya, lalu menghampiri wanita yang sedang sibuk bekerja itu. Wanita itu menoleh ketika mendengar Fatty mengucapkan selamat sore padanya.
Wanita itu kenalan baik Bu Trottevrile. Orangnya bertubuh kecil mungil dan berwajah ramah
"Ah, kau rupanya yang datang, Frederick!" sapanya.
"Ingin bertemu dengan Bapak Pendeta?"
"Tidak, sebetulnya saya ingin bertemu dengan Anda. Bu," kata Fatty.
"Sebentar saja. Soalnya mengenai lakilaki tua malang itu, yang uang Simpanannya dicuri orang. Saya bersama temanteman kebetulan paling dulu datang menolongnya
ketika ia menyadari kehilangan itu. Dan. "
"Ya. aku juga kaget dan prihatin mendengar kabar itu," kata adik Bapak Pendeta
"Aku masih datang ke tempatnya kemarin pagi untuk mengantarkan Berkala Gereja. Cucu perempuannya yang biasa membacakan untuknya, karena matanya sendiri sudah sangat rabun. Ketika aku datang. ia sedang duduk dengan santai di kursinya sambil mendengarkan radio .Pesawat itu disetel nyaring Sekali. sampai aku nyaris tidak bisa mendengar kata-kataku sendiri ketika berbicara dengannya."
"Saat itu adakah sesuatu yang kelihatannya mencurigakan bagi Anda?" tanya Fatty
"Ketika kami datang, kami tidak melihat barang sesuatu yang aneh di Situ."
"Tidak. semua kelhatannya seperti biasa," kata wanita berwajah ramah itu.
"Aku hanya sebentar saja di situ. Menyerahkan majalah, mengobrol sedikit lalu pergi lagi. Tapi itu juga salahnya sendiri, kenapa uang disimpan di rumah. Tentu saja sangat menggiurkan bagi orang yang ingin mencurinya."
"Betul." kata Fatty sependapat.
"Terima kasih, Bu, atas keterangan yang Anda berikan. Saya rasa takkan banyak membantu penyelidikan kami -tapi siapa tahu "
"Dari mana kau tahu bahwa aku kemarin datang ke sana?" tanya wanita itu tiba-tiba dengan heran.
"Saya mendengarnya dari orang lain." jawab Fatty sambil memalingkan arah sepedanya.
"Terima kasih, Bu. Salam saya pada Bapak Pendeta Serta istrinya!"
"Satu sudah bisa dicoret dari daftar para tersangka." kata Fatty pada dirinya sendiri sambil bersepeda pergi
"Dari semula aku sudah merasa yakin bahwa wanita yang datang membawa majalah itu pasti adik Bapak Pendeta .Pokoknya jelas sekali bahwa ia tidak ada sangkut pautnya dengan uang yang hilang itu. Ia tadi tidak mengatakan apakah Pak Goon sudah datang menemuinya. Kurasa belum .Karena kalau sudah .Pasti tadi dikatakan padaku. Kusangka Pak Goon mestinya buru-buru datang untuk menanyai, walau ia pun pasti tahu bahwa mustahil adik Bapak Pendeta yang mencuri uang itu "
Tapi pikiran Pak Goon sama sekali tak terarah pada adik Bapak Pendeta.
Keterangan mengenai wanita membawa majalah menyebabkan Pak Goon teringat pada orang lain.
Mantel merah serta topi hitam dengan hiasan mawar?
Nah rasanya petunjuk itu sesuai dengan ingatannya tentang wanita yang menjual karcis lotre serta meramal nasibnya dengan jalan melihat guratan pada telapak tanqan. Wanita yang mengatakan melihat remaja gendut yang pasti Fatty _ pada guratan tangannya, dan Juga melihat ada misteri yang akan muncul!
"Urusan membaca garis garis tangan itu pasti tidak cuma begitu saja," kata Pak Goon pada dirinya sendiri.
"Tidak, pasti jauh lebih daripada itu! Aku tidak mengatakan bahwa wanita yang membaca tanganku itu ada sangkut _pautnya dengan pencurian uang, tapi aku yakin dialah
wanita dengan majalah atau koran yang datang ke Pondok Hollies kemarin pagi. Jadi sebaiknya kudatangi saja dia untuk kutanyai. Mungkin pada kesempatan itu ia nanti juga bisa meramal nasibku yang selanjutnya. Mungkin saya ia bisa mengatakan lebih banyak tentang misteri yang dilihatnya ada pada guratan telapak tanganku'"
Kasihan Pak Goon, ia sama sekali tidak menduga bahwa wanita yang menjual karcis lotre padanya itu sebetulnya Fatty yang menyamar!
Karenanya dengan harapan besar ia bersepeda menuju ke rumah orang tua Fatty .Bukankah wanita yang pintar meramal itu mengatakan bahwa ia menjadi tamu di rumah Bu Trotteville selama tiga minggu?
Dengan begitu ia pasti masih ada di sana!
Saat itu Fatty baru saja kembali dan sedang mencuci tangan di kamar mandi.
Ia heran ketika lewat jendela dilihatnya Pak Goon naik sepeda memasuki pekarangan rumah.
Mau apa polisi desa itu datang?
Fatty cepat-cepat mengeringkan tangannya, lalu bergegas turun dan masuk ke ruang duduk.
Ibunya sedang duduk sambil menjahit di situ.


Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jane masuk hampir pada saat yang bersamaan dengan Fatty
"Ada Pak Goon, Nyonya," kata Jane.
"Katanya ia ingin bicara sebentar "
Kening Bu Trottevrlle langsung berkerut.
Ia tidak suka pada Pak Goon
"Silakan dia masuk kemari," katanya.
"Jangan pergi. Frederick. Mungkin ini ada hubungannya denganmu."
Pak Goon masuk dengan topi dinas di tangan. Ia selalu bersikap sopan sekali apabila berhadapan dengan Bu Trotteville
"Eh -selamat petang, Nyonya," katanya.
'Saya ingin bertanya, apakah saya bisa berbicara Sebentar dengan nyonya yang menginap di sini"
Bu Trotteville mengangkat alisnya dengan heran
"Saat ini tidak ada yang menginap di sini," katanya.
"Kenapa Anda mengira begitu?"
Kini Pak Goon yang tergagap.
"Tapi _ tapi bagaimana mungkin tidak ada?" tanyanya terbata-bata
"Ia wanita itu. ia datang ke rumah saya beberapa hari yang lalu dan menjual karcis lotre Pasar Amal seharga lima Shilling pada saya. Katanya ia kenalan baik Anda dan menginap di sini selama tiga minggu! Saya ingin bertemu dengannya, karena ada beberapa pertanyaan yang perlu saya ajukan padanya. Menurut dugaan saya. ia salah seorang yang datang ke Pondok Hollies. Anda tentunya tahu bahwa di situ terjadi peristiwa perampokan pada pagi hari ketika laki-laki tua yang tinggal di situ mengetahui bahwa uangnya hilang."
Fatty cepat-cepat berpaling dan menyodok nyodok api di pendjangan agar Pak Goon serta ibunya tidak melihat bahwa ia nyengir.
Asyik, Pak Goon ternyata mengira bahwa salah seorang tersangka itu wanita bermantel merah yang datang ke rumahnya untuk menjual karcis lotre.
Padahal itu Fatty yang menyamar!
"Sungguh, Pak Goon, aku tidak bisa mengerti apa sebabnya wanita itu mengatakan ia menginap di sini." kata Bu Trotteville
"Aku sama sekali belum pernah mendengar tentang dia!"
"Tapi wah. bagaimana ini ia menjual karcis ini pada saya dengan harga lima Shilling" kata Pak Goon panik
"Bayangkan. lima Shilling! Jadi karcis ini palsu?" sambungnya sambil menyodorkan karcis itu pada Bu Trottevrlle
"Tidak, ini karcis asli," jawab ibu Fatty setelah memperhatikan karcis itu sekilas.
"Aku juga menjual karcis-karcis yang sejenis dengannya."
"Wanita itu juga meramal nasib saya lewat guratan tangan," keluh Pak Goon.
"Dan semua yang dikatakannya memang benar."
Ia tertegun. Tidak! lebih baik tidak diceritakannya pada Bu Trotteville tentang remaja gendut yang disebut Sebut wanita itu
Fatty terbatuk-batuk sambil menutupi mukanya dengan sapu tangan. Ibunya menoleh ke arahnya dengan jengkel
"Sana, pergilah minum air segelas." tukas Bu
Trottevrlle pada Fatty. lalu berpaling lagi pada Pak Goon
"Sayang aku tidak bisa membantu, Pak Goon tapi sungguh aku tidak punya teman yang suka berkeliaran meramalkan nasib orang. Rupanya ada yang _ yah. yang memperdayai Anda. Tapi karcis yang Anda pegang itu kan asli, bukan palsu. Jadi Anda masih punya harapan di Pasar Amal nanti "
Pak Goon memperdengarkan suara aneh .Setengah mendengus dan setengah mengeluh. Ia minta diri lalu melangkah tersaruk-saruk menuju pintu.
Siapakah wanita bermantel merah itu?
Berani benar orang itu _ mengatakan macam macam hanya supaya ia mengeruk kantung untuk memberi karcis lotre!
Membuang-buang uang saja .
Tapi di pihak lain, wanita itu juga memperingatkan dirinya tentang remaja bertubuh gendut!
Lagi pula ia pun tahu bahwa sebentar lagi akan muncul suatu misteri.
Aneh. Benar-benar aneh!
Fatty muncul di serambi dalam ketika Pak Goon hendak ke luar.
"Sudah mau pergi lagi, Pak Goon?" katanya
"Sini. saya antar sampai di luar. Aneh ya, kenapa wanita tak dikenal itu mengatakan bahwa ia menginap di sini! 0 ya. ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan penyidikan Anda menghadapi misteri yang baru ini? Kejadian itu jelas merupakan misteri! Pasti Anda sudah banyak menemukan petunjuk mengenainya!"
Pak Goon menatap Fatty dengan tampang masam
"Ya, memang." katanya
"Dan beberapa di antaranya pasti menyebabkan kau merasa kurang enak! Sudah kukatakan dulu bahwa kapan-kapan kau pasti akan salah langkah!"
"Apa lagi maksud Anda?" tanya Fatty heran.
"Lihat sajalah nanti." tukas Pak Goon dengan kasar.
Fatty membukakan pintu, menyilakan Pak
Goon keluar .Polisi desa itu berjalan ke luar dengan langkah digagah gagahkan.
"O ya. Pak Goon." seru Fatty dengan sopan ketika Pak Goon sudah hendak pergi dengan sepedanya.
"Apakah wanita yang meramalkan nasib Anda itu memperingatkan Anda tentang seorang remaja bertubuh gemuk? Ia memperingatkan Anda, kan? Nah, ikutilah nasihatnya. Hati hati terhadap remaja itu!"
Fatty menutup pintu kembali, membiarkan Pak Goon berdiri di luar dengan tampang bingung
Wah! Dari mana Fatty tahu bahwa wanita itu meramal nasibnya dan melihat ada remaja gendut yang harus dihadapi dengan sikap berjaga-jaga?
Pak Goon sampai pusing memikirkannya.
Tapi ia tetap tidak berhasil menemukan Jawabannya!
TUKANG MEMBERSIHKAN KACA JENDELA
Fatty merasa tidak sempat berbuat apa apa lagi saat itu. karena hari sudah terlalu petang. Ia merencanakan besok paginya pertama-tama akan mendatangi tukang membersihkan kaca jendela dulu. Sesudah itu sekitar pukul sepuluh ke rumah Pip untuk mengadakan perembukan lagi dengan teman-teman.
Mungkin saat itu sudah ada yang bisa dilaporkan anak anak
"Setelah itu aku akan mencari laki laki muda keponakan laki-laki tua itu." kata Fatty dalam hati
"Aku juga perlu bicara dengan cucunya. Mungkin saat itu persoalan ini akan sudah agak jelas. Uhh bayangkan, Pak Goon bisa meleset begitu jauh dugaannya dan pergi kemari untuk mendatangi seorang wanita yang sebenarnya sama sekali tidak ada. Kasihan Pak Goon ia menemukan potongan gambar yang tidak cocok dengan teka teki yang harus dikerjakan!"
Fatty memutuskan akan mendatangi tukang membersihkan kaca keesokan paginya dengan memakai pakaian usang .Ia akan pura-pura minta nashat tentang bagaimana caranya memulai
pekerjaan sebagai pembersih kaca .Mungkin orang itu bisa dipancing untuk berbicara dengan lebih leluasa apabila ia tidak merasa sedang diselidiki.
"Sebaiknya aku menemuinya pagi-pagi sekali, sebelum ia pergi bekerja." pikir Fatty.
Pada juru masak di rumah, ia meminta agar disediakan sarapan pagi satu jam lebih cepat dari biasanya.
Keesokan paginya Fatty turun ketika Jane masuk ke kamar makan sambil membawa baki berisi sarapan untuknya.
Gadis itu tercengang ketika melihat pakaian yang dikenakan Fatty.
"Astaga! Kau ini mau menjadi tukang membersihkan cerobong asap, ya?" kata Jane.
"Dari mana kau memperoleh pakaian usang sedekil itu? Awas, jangan sampai ayahmu melihat kau dalam keadaan begitu!"
"Tenang-tenang sajalah." kata Fatty santai, lalu mulai sarapan.
Sambil makan ia membaca catatannya,untuk menyimak segala fakta yang tercatat mengenai peristiwa pencurian uang serta pengangkutan segala perabot dari Pondok Hollies.
Sayang masih tetap belum diketahui di mana barang-barang itu kini berada. Coba kalau diketahui itu pasti akan sangat mempermudah urusan yang dihadapi!
Alamat tukang pembersih kaca sudah diketahuinya dari kakak Pak Henri '
"Tinggalnya di North Street, rumah nomor enam puluh dua, " kata Fatty membaca catatannya.
"Itu di ujung sana desa. Yah. aku berangkat saja sekarang ke sana."
Fatty tidak pergi naik sepeda. Sepedanya kelihatan terlalu mahal .Tak mungkin ada pemuda yang ingin bekerja membersihkan kaca memiliki sepeda sebagus itu. Karenanya Fatty terpaksa berjalan kaki.
Buster diajaknya ikut.
la memerlukan waktu sekitar dua puluh menit untuk mencapai alamat itu. Rumah No 62 tidak besar tapi rapi. Di atap nampak terpasang antena televisi.
Rupanya lumayan juga penghasilan yang bisa diperoleh dengan membersihkan kaca jendela rumah-rumah orang. Fatty langsung menuju ke pintu belakang rumah itu.
Seorang laki-laki duduk di ambang pintu. Ia sedang membersihkan sepatu.
Orang itu menoleh ketika mendengar Fatty datang. Fatty memandangnya sambil nyengir ramah.
"Halo! Ada perlu apa?" tanya laki-laki itu
Kelihatannya ia ramah.
"Aku cuma ingin menanyakan apakah Anda bisa memberi beberapa petunjuk tentang pekerjaan Anda." kata Fatty.
"Aku kepingin juga melakukannya jika ada yang mau mengajari!"
Fatty berbicara dengan suara yang dikasarkan, supaya dikira ia sudah lebih dewasa daripada yang sebenarnya.
laki-laki itu memperhatikan Fatty dari ubun ubun sampai ke ujung kaki
"Kalau potonganmu sih. boleh juga," katanya kemudian.
"Bisa saja aku mengambilmu sebagai pembantu.Kapan kau bisa mulai bekerja?"
"Wah, masih agak lama juga." kata Fatty cepat-cepat.
Dalam hati ia merasa agak heran.
Begitu gampang rupanya mendapat pekerjaan.
Ia lantas mengajukan beberapa pertanyaan, seperti berapa harga tangga, apakah bisa dibeli yang bekas, dan apakah lap kulit empuk yang khusus untuk membersihkan kaca mahal harganya.
"Begini sajalah." kata laki laki itu
"Jika kau ingin bekerja sebagai tukang membersihkan kaca, bekerja saja denganku sebagai pembantu. Kau tidak perlu pusing-pusing memikirkan tangga dan lap kulit segala .Semua kusediakan apabila kau bekerja sebagai pembantuku .Sekarang pulang saja dulu dan pikirkan masak masak. Lalu nanti bilang bagaimana keputusanmu."
"Baiklah! Terima kasih." kata Fatty.
"Eh, ngomong ngomong Anda dengar tidak tentang peristiwa perampokan di Pondok Hollies?"
"Tentu saja!" jawab laki laki itu sambil mengambil sepatu yang satu lagi untuk dibersihkan.
"Pagi itu aku masih ke sana untuk membersihkan kaca. Tapi aneh sudah sebulan tidak datang, tapi kaca-kaca jendela di rumah itu berkilauan bersihnya! itu kukatakan pada laki-laki tua itu ketika aku masuk untuk mengambil upah. Saat itu mcunya ada di Situ. Wanita muda itu sedang nenyetrika tirai. Ia kelihatannya heran melihat aku tertawa satu atau dua hari sebelumnya sudah
datang tukang pembersih kaca lain, tapi orang itu sama Sekali tidak menerima upah "
Keterangan itu didengar oleh Fatty dengan penuh minat. Dalam hati ia berharap semoga Pak Goon tidak timbul kecurigaannya apabila mendengar tentang tukang pembersih kaca yang satu lagi itu
"Apakah polisi sudah menanyai Anda tentang kemungkinan bahwa Anda melihat sesuatu yang luar biasa pagi itu. ketika Anda datang ke sana?" tanya Fatty.
"Tidak, aku belum didatangi polisi," kata laki-laki itu
"Tak ada yang perlu kutakutkan. Sudah bertahun-tahun lamanya aku bekerja membersihkan jendela rumah orang, dan semua kenal padaku. Lagi pula mustahil aku yang mengambil uang itu. karena saat itu cucunya ada di sana. sedang menyetrika!"
"Ya, betul! Dengan begitu Anda tidak termasuk orang yang tersangka,
" kata Fatty.
Dalam hati ia mencoret orang itu dari daftar para tersangka.
"Yah, aku harus pergi sekarang. Terima kasih atas nasihat Anda tadi .Jika aku memutuskan menjadi pembantu Anda. aku nanti kemari untuk memberitahu!"
Tukang membersihkan kaca jendela itu melambaikan sikat sepatu ke arahnya.
Fatty pagi ke depan.
Di situ dilepaskannya Buster yang tadi diikatkan ke pagar.
Fatty sibuk berpikir.
Apa sebabnya Pak Goon tidak datang untuk menanyai laki laki tadi?
Kan ia punya waktu untuk itu. Atau mungkin ia tidak tahu tukang mana yang datang ke Pondok Hollies?
Yah. pokoknya Fatty kini sudah selangkah lebih maju daripada Pak Goon.
Ia sudah bisa mencoret satu lagi dari daftar para tersangka.
Ia tiba di rumah Pip beberapa saat setelah pukul sepuluh. Anak anak yang lain sudah berkumpul semua. Mereka duduk duduk sambil menunggu kedatangannya di kamar tempat Pip dan Bets bermain main.
Ketika Fatty masuk, ia terkejut melihat tampang mereka yang kecut
"Eh! Ada apa ini?" tanya Fatty heran.
"Bets, tampangmu kelihatannya seperti sudah hampir menangis!"
"Aduh. ada kejadian yang tidak enak, Fatty," kata Daisy.
"Benar benar tidak enak! Pak Goon menemukan lap yang ditinggalkan Larry di pekarangan Pondok Hollies. Payahnya. nama kami tertulis di situ. Ibu selalu menuliskan nama "Daykin" pada semua kain dan lap di rumah kami!"
"Aduh!" keluh Fatty
"Coba dari semula itu sudah kuketahui -takkan kubiarkan lap itu tergeletak begitu lama di sana!"
"Yah, yang jelas sekarang kita terjerumus ke dalam kesulitan," kata Larry.
"Sekali lagi aku terpaksa mengatakan bahwa gagasanmu waktu itu benar-benar konyol, menyuruhku menyamar menjadi tukang membersihkan kaca jendela. Kini Pak Goon melihat nama keluarga kami tertulis pada lap sialan itu. Ia tahu, namaku Larry Daykin .
Karenanya ia langsung menarik kesimpulan bahwa di antara kita berlima ada satu yang iseng, dan dialah tukang pembersih kaca yang datang pagi hari ketika pencurian uang itu terjadi!"
"Waduh!" kata Fatty.
Ia duduk terhenyak.
"Gawat Juga urusannya!"
Ditatapnya wajah anak anak yang lesu.
"Apakah ia kemudian datang ke rumah kalian dengan lap itu?"
"Tentu saja," kata Larry
"Dan yang lebih parah. lap itu kemudian dibawa pergi lagi sambil mengatakan bahwa itu tanda bukti."
"Aku dan Larry tadi dipanggilnya masuk dan ditanyai apakah kami yang membersihkan jendela Pondok Hollies pagi-pagi dua hari yang lalu." kata Daisy
Menyelamatkan Pesawat Pemalite 1 Pendekar Sakti Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sadis 3

Cari Blog Ini