Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane Bagian 3
"Untung Saja kami bisa mengatakan 'tidak" tanpa berbohong, sebab kau tahu kan Larry ke sana sebelum itu, dan bukan saat pencurian tejadi! Tapi biar begitu perasaan kami tetap saja tidak enak .Kami terpaksa mengakui bahwa lap itu memang milik ibu kami. Tapi kami tidak berani mengatakan bahwa Larry membersihkan kaca jendela-jendela Pondok Hollies dua hari sebelum perampokan terjadi. Kami terus saja berkeras mengatakan bahwa pagi hari itu kami tidak mambersihkan jendela di sana."
"Dan Pak Goon terus saja ngotot dan mengatakan,
"Kalau begitu bagaimana lap kulit ini bisa sampai ada di semak-semak dalam kebun rumah itu?" kata Larry.
"Sikapnya curiga sekali tadi. Benar benar tidak enak hatiku karenanya. Entah bagaimana nanti jika Ayah pulang lalu
mendengar urusan ini dari Ibu. Pasti aku dan Daisy akhirnya akan terpaksa mengaku bahwa akulah yang konyol dan menyamar menjadi tukang membersihkan kaca Jendela beberapa hari sebelum perampokan itu terjadi di Pondok Hollies. Ayah pasti menganggap aku benar-benar sudah sinting'"
"Kurasa aku bisa membereskan urusan ini," kata Fatty sambil bangkit.
"Aku akan ke Pak Goon sekarang "
"Membereskan?" tawa Larry bingung
"Bagaimana caranya?"
"Kebetulan aku tadi mendatangi tukang yang waktu itu datang ke sana." kata Fatty menjelaskan.
"Namanya Glass. Cocok Sekali tukang membersihkan kaca bernama Glass."
Tapi anak-anak tidak _ada yang tersenyum mendengar leluconnya itu.
"Yah, pokoknya orang itu mengatakan bahwa ia memang membersihkan kaca-kaca jendela Pondok Hollies pagi itu. Lalu ketika sudah selesai ia masuk untuk mengambil upah. Cucu laki-laki tua itu ada di sana, katanya Kalau tidak salah, sedang menyetrika tirai. Wanita muda itu yang menyerahkan uang pembayaran upah pada Pak Glass."
"Wah untunglah kalau begitu," kata Larry yang kini nampak sedikit lebih cerah.
"Jika itu diketahui Pak Goon. mungkin ia tidak lagi terus mencoba memaksaku mengaku bahwa akulah tukang yang pagi itu datang ke sana Sungguh. Fatty, aku sampai merasa bahwa Pak Goon beranggapan akulah yang mencuri uang itu."
"Maaf ya, Larry," kata Fatty ikut menyesal.
"Nah, aku berangkat saja sekarang untuk mendatangi Pak Goon "
Ia berangkat bersama Buster. Keempat temannya yang ditinggalkan kini tidak begitu kecut lagi seperti tadi.
"Yuk, kita keluar," kata Daisy sambil berdiri.
"Perasaanku tertekan kalau di sini terus. Enaknya kita makan eskrim saja sekarang. Es krim merupakan obat mujarab terhadap segala hal yang menyebabkan perasaan tidak enak!"
Sementara itu Fatty langsung menuju ke rumah Pak Goon.
Ia menarik napas lega ketika melihat sepeda polisi desa itu ada di luar. Bu Mickle datang membukakan pintu.
"Pak Goon ada, Bu?" tanya Fatty.
Bu Mickle mengangguk dan menyuruhnya masuk ke kamar kerja .Bert yang kecil dan kerempeng berdiri di serambi dalam sambil melirik lirik
"Halo, Kurus!" sapa Fatty sambil menoleh
"AWAAASSS!"
Walau Fatty sendiri yang sebenarnya mengatakan. '
'Awas!". tapi kedengarannya seperti dari arah belakang Bert.
Suara itu persis seperti yang pernah didengarnya beberapa hari yang lalu.
Sambil terpekik Bert cepat-cepat menoleh ke belakangnya. lalu pergi dari situ.
Dalam kamar kerja tidak ada orang. Mata Fatty bersinar-sinar ketika terlihat olehnya lap kulit ini Bu Daykin tersampir pada sebuah kursi. Dengan suara pelan Fatty berkata pada Buster.
"He Buster! Lihat apa itu? Ayo. sambar! Sikat saja!"
Buster tidak menunggu disuruh dua kali.
Dengan gembira diterkamnya lap yang terbuat dari kulit itu. Ia menggigit dan menarik-narik benda itu berkeliling ruangan sambil menggoyang goyangkannya. seakan-akan lap itu seekor tikus yang harus dibunuh.
"Bawa ke luar, Buster." kata Fatty.
Buster menurut.
Lap itu dibawanya lari ke halaman depan.
Anjing kecil itu menggeram geram dengan galak.
Sekitar setengah menit kemudian Pak Goon datang.
Wajahnya berseri seri.
Ia merasa menang.
Hahh! Sekarang Larry dan Daisy benar-benar berada dalam keadaan Sulit.
Jadi ternyata Larry yang membersihkan kaca-kaca jendela di Pondok Hollies. ya?
Kalau begitu ia termasuk salah satu tersangka yang datang pagi hari saat perampokan terjadi.
Nah apa kata ayah anak itu nanti?
Tapi kesenangan Pak Goon agak menyusut kemudian. itu disebabkan oleh Fatty.
"Pak Goon," kata anak itu
"Mungkin ada gunanya Anda ketahui bahwa pagi ini aku sudah menanyai tukang membersihkan jendela yang membersihkan jendela jendela Pondok Hollies pagi hari ketika perampokan itu terjadi. Orang itu bernama Glass. Tinggalnya di desa ini juga di North Street No. 62 "
"Apa?" kata Pak Goon kaget
"Menurut katanya tadi. ia membersihkan kaca-kaca jendela di sana. lalu setelah itu masuk ke dalam untuk mengambil upahnya. Cucu laki-laki tua itu dilihatnya sedang menyetrika di sana. Wanita muda itu yang menyerahkan uang pembayaran upah padanya. Tukang itu mustahil bisa mencuri apa-apa sementara wanita muda itu ada di situ. Jadi kurasa tukang itu tidak perlu kuperhatikan lebih lanjut. Nah bagaimai perasaan Anda mengenai penyelidikanku itu tadi. Pak Goon?"
Perasaan Pak Goon?
Ia marah sekali. Dengan cepat ia menoleh ke kursi di mana ia tadi meletakkan lap kulit yang ditemukannya di kebun Pondok Hollies. Akan disodorkannya barang bukti itu ke depan mata Fatty.
Ia ingin tahu eh, mana lap itu tadi?
Kenapa tidak ada lagi di kursi?
"Anda mencari sesuatu, Pak Goon?" tanya Fatty dengan sopan
"Lap kulit itu," kata Pak Goon yang mulai nampak gelisah
"Kenapa tahu-tahu tidak ada lagi di sini? Ke mana perginya?"
"Aduh, asal jangan diambil Buster saja tadi," kata Fatty berlagak iku bingung.
"Itu suara di luar, menggeram-geram. Coba Anda lihat sebentar!"
Pak Goon menjenguk ke luar lewat jendela.
Dilihatnya lap itu sudah sobek-sobek dipermainkan Buster. Takkan ada yang masih mengenali bahwa itu sebenarnya lap kulit untuk membersihkan kaca jendela
"Aduh, anjing itu'" tukas Pak Goon.
Nadanya begitu gemas, sampai Fatty pun kaget mendengarnya.
"Nantilah. akan kumarahi dia," kata Fatty sambil melangkah ke luar.
"O ya, apakah Anda tidak ingin mengucapkan terima kasih atas keteranganku bahwa tukang membersihkan jendela itu bernama
Pak Glass, Pak Goon?"
Dari mulut Pak Goon terlontar satu-satunya bunyi yang dapat keluar saat itu.
"Hahh!"
DI TEMPAT PENJUALAN ESKRIM
Dari rumah Pak Goon, Fatty dengan segera kembali ke rumah Pip. Tapi anak-anak tidak ada lagi di situ.
"Kurasa mereka pergi makan eskrim," kata Bu Hilton
"Kalau tidak salah, aku tadi mendengar salah seorang dari mereka berkata beggtu!"
'Terima kasih, Bu," kata Fatty sambil berpaling.
Saat itu ia sangat menginginkan sepedanya. Berjalan kaki pulang-balik seperti itu, lama kelamaan bisa kurus tubuhnya nanti.
"Saya akan menyusul mereka ke sana."
Buster berjalan mengikutinya.
Di moncongnya masih ada sepotong lap kulit yang di-"bunuh"-nya tadi.
Kelihatannya bangga sekali. seperti pahlawan menang berperang!
Fatty mampir di toko yang menjual alat-alat rumah tangga untuk membeli lap kulit yang baru.
Lap itu tidak murah.
Ia harus membayar enam belas shilling untuknya.
Dimasukkannya lap itu ke kantung.
Kini ia menuju ke tempat tukang susu yang juga menjual esknm.
Keempat temannya ternyata masih ada di situ .Mereka senang sekali ketika melihat Fatty masuk dengan wajah berseri-seri
"Beres?" tanya Bets tidak sabar.
Fatty mengangguk, lalu memesan es krim .Untuk anak-anak yang lain masing-masing semangkuk, sedang untuk dirinya sendiri dua.
Teman-teman kan sudah lebih dulu makan semangkuk!
"Aku tadi ke Pak Goon," katanya
"Padanya kuceritakan bahwa aku tadi pagi mendatangi tukang membersihkan jendela yang sebenarnya .Pak Goon jengkel sekali mendengarnya!"
"Terang dong!" kata Larry.
"Soalnya. ia kan udah senang sekali sebelumnya. karena mengira berhasil memojokkan diriku sebagai salah seorang
tersangka. Tapi bagaimana dengan lap kulit itu? Barang itu masih ada padanya. Ia pasti akan ke rumah malam ini untuk mengacung acungkannya di depan ayahku sambil ribut ribut."
"Coba kemari sebentar, Buster." kata Fatty .Anjing kecil itu datang menghampiri sambil mengibas-ngibaskan ekor.
Ia masih menggonggong sobekan lap yang dicabik-cabiknya di rumah Pak Goon tadi.
"Wah wah wah Buster tadi rupanya mengambil lap itu dari kantor Pak Goon lalu merobek robeknya sampai habis," kata Fatty dengan sikap serius.
"Itu potongannya yang terakhir. Buster?"
"Guk," gonggong Buster.
Dilepaskannya potongan lap yang ada di moncongnya.
Dengan segera Larry memungut potongan itu.
"Ya, betul." katanya sambil memperhatikan.
"Lihatlah' Di sudut ini masih nampak secuil sisa nama keluarga kami _ Dayk! Kau ini memang anjing yang paling pintar. paling bandel, tapi juga paling manis di dunia, Buster!"
"Sudah sepantasnya jika ia dihadiahi eskrim dua mangkuk sekaligus!" kata Daisy menyatakan kesenangan hatinya
"Wah_ Fatty -aku tidak tahu bagaimana caramu melakukannya. tapi tak ada yang bisa menandingimu dalam membereskan persoalan, langsung saja.."
"Dengan gagah berani menantang mara bahaya, tanpa gentar sedikit pun juga." sambung Fatty sambil nyengir.
"Tapi terus terang saja ya. aku tadi benar-benar cemas. Soalnya, Pak Goon memegang sesuatu yang sangat menyulitkan kedudukan kita. Kau dan Daisy bisa kena marah habis habisan, Larry dan itu karena kesalahanku."
"Tapi kini Pak Goon tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kan?" kata Bets senang
"Ia sudah tahu siapa tukang sebenarnya yang datang pagi itu karena kau mengatakan itu padanya sedang lap kulit yang merupakan tanda bukti yang bisa menyulitkan Larry tidak ada lagi padanya."
"Tinggal Ibu saja yang rugi," kata Larry.
"Lap kulitnya tak mungkin kembali lagi."
"0 ya, hampir saja aku lupa," kata Fatty sambil mengeluarkan lap yang baru dibelinya tadi dari kantung dan melemparkannya ke arah Larry.
"Nih hadiah untuk ibumu'" ,
"Aduh, terima kasih" kata Larry bergembira
'Ibu pasti senang sekali, sehingga takkan menyinggung nyinggung tentang tuduhan Pak Goon itu lagi."
"Bilang saja Pak Goon ternyata keliru," kata Fatty.
"Eh. Fatty! Aku dan Pip kemarin petang berjumpa dengan pesuruh toko itu ketika ia datang mengantarkan belanjaan ibu," kata Bets.
"Bagus " kata Fatty.
"Bagaimana ceritanya?"
"Saat itu aku dan Pip bersepeda bolak balik di jalan masuk ke rumah, menunggu kedatangannya," kata Bets bercerita.
"Akhirnya ia datang, naik sepeda. Pip cepat-cepat mengempiskan ban sepedanya sedikit sebelum anak itu memasuki pekarangan kami. Lalu Pip berseru memanggilnya, untuk meminjam pompa "
"Ide yang bagus," kata Fatty memUji
"Lalu kalian tentunya mengobrol sebentar dengan dia. Apa saja ceritanya"
"Tidak banyak," kata Bets.
"Sekarang giliranmu bercerita, Pip."
"Aku bertanya apakah ia juga melayani langganan yang tinggal di Pondok Hollies, di mana terjadi perampokan beberapa hari yang lalu," kata Pip
"Wah, ia langsung asyik. menceritakan semua yang diketahuinya. Tapi sebenarnya tidak banyak yang bisa diceritakan olehnya."
"Coba kau ulangi," kata Fatty.
"Siapa tahu. barangkali ada saja yang berguna."
"Yah. katanya ia mengetuk pintu depan sambil berseru menyebutkan siapa dia, seperti yang biasa dilakukannya." kata Pip.
"Dari dalam rumah terdengar orang berseru menyuruhnya masuk. Karenanya ia lantas masuk"
"Siapakah yang ada di dalam saat itu?" tanya Fatty.
"Laki laki tua itu, yang sedang mendengarkan radio yang disetel keras sekali," kata Pip
"Lalu seorang wanita muda, cucu laki-laki tua itu. Katanya, wanita itu menyapa si Tua dengan sebutan "Kakek". Ia sedang sibuk menjahit sesuatu yang berwarna hijau. Pesuruh toko yang masuk disuruhnya mengeluarkan barang-barang belanjaan dari keranjang dan menaruh semuanya di tempat penyimpanan makanan. Hal itu dilakukan oleh pesuruh toko."
"Cuma itu saja yang dialaminya di sana," kata Bets menyela.
"Ia masih ikut mendengarkan siaran radio selama beberapa saat. Sesudah itu pergi lagi."
"Itu betul. Pak Henri mengatakan bahwa anak itu agak lama juga ada di dalam," kata Fatty.
"Jadi itu rupanya yang menyebabkan. Nah, ternyata ia pun tidak mungkin orang yang mengambil uang itu, karena bukankah cucu laki laki tua itu juga ada di sana."
"Jangan-jangan wanita muda itu sendiri yang mengambil." kata Larry.
"Peluang baginya cukup besar!"
"Betul! Tapi di pihak lain, kenapa ia mengambil justru saat pagi itu. ketika kelihatannya banyak yang datang?" kata Fatty
"Lagi pula, hal itu akan lebih jelas kita ketahui apabila kita sudah menanyainya. Wanita itu kelihatannya orang yang baik hati, karena mau begitu repot mengurus akeknya. Tapi siapa tahu.?"
Fatty mengambil buku catatannya lalu dibukanya pada halaman di mana tercatat daftar para tersangka
"Banyak juga yang sudah bisa kita coret sekarang." katanya.
Ia mencoret catatan tentang pesuruh toko. Setelah itu tukang membersihkan jendela. Catatan mengenai wanita dengan majalah juga dicoret olehnya
"Eh orang itu pun sudah kauselidiki rupanya," kata Pip tertarik.
"Sudah." kata Fatty, lalu menceritakan pengalamannya.
Ia juga bercerita bahwa Pak Goon salah duga mengira bahwa wanita yang memakai mantel merah serta topi hitam dengan hiasan bunga nawar itu pasti wanita tua yang datang ke tempatnya, untuk menawarkan karcis lotre Pasar Amal serta meramal nasibnya dengan jalan membaca guratan telapak tangan. Diceritakannya pula bahwa Pak Goon datang ke rumahnya, lalu menanyakan pada ibunya apakah ia bisa berbicara sebentar dengan wanita tua itu!
Anak-anak terpingkal-pingkal mendengar cerita Fatty.
"Bukan main! Ketika menyamar, kau mengatakan padanya bahwa kau tinggal di rumah Bu Trotteville selama tiga minggu -lalu Pak Goon beranggapan bahwa kalau begitu wanita aneh itu pasti masih ada di rumahmu," kata Bets sambil cekikikan
"Lalu, apa kata ibumu?"
"Tentu saja Ibu membantah." kata Fatty.
"Kasihan Pak Goon _ia bingung sekali kelihatannya! Tidak, Buster, kau tidak boleh minta eskrim lagi! Tadi itu kan sudah dua mangkuk sekaligus. Tidak tahu. ya?"'
"Buster hebat menghancurkan lap kulit itu!" kata Larry.
Ditepuk tepuknya kepala anjing kecil itu.
"Harus kuakui, itu cara yang bagus sekali untuk menyingkirkan 'eh, anu apa sih yang hendak kukatakan, Fatty?"
"Cara bagus Untuk menyingkirkan bukti yang memberatkan," kata Fatty dengan segera.
"Sekarang siapa saja yang masih tersisa dalam daftar para tersangka?" kata Daisy sambil melongokkan kepalanya ke arah buku catatan. melewati lengan Fatty.
"Geser sedikit lenganmu, Fatty! Ah jadi laki-laki dengan tas, naik mobil bernomor ERT 100. Ya, betul! Aku sudah mencari ke mana-mana, tapi tak kulihat mobil bernomor begitu. Bagaimana jika kita sekarang berjalan-jalan sambil meneliti lebih lanjut? Menurutku, orang itu pasti di sini tinggalnya."
"Baiklah, kalian saja yang pergi mencari. Sementara itu aku akan mendatangi keponakan yang selalu necis itu, untuk menyelidki kenapa ia
pagi itu datang ke rumah pamannya," kata Fatty.
"Menurut keterangan, ia cuma sebentar saja di sana. Tapi mungkin kalian masih Ingat bahwa ia kemudian muncul lagi, ketika kita sedang mendengar laki-laki tua itu berkeluh kesah tentang uangnya yang hilang dicuri orang."
"Ya, betul. Dan saat itu cucu laki-laki tua itu sudah tidak ada lagi disana," kata Pip.
"Di mana tempat tinggal keponakan itu?"
"Pak Henri sudah mengatakannya padaku," kata Fatty sambil membalik balik halaman buku catatannya.
"Ini dia' Laki laki tua itu yang mengatakannya pada Pak Henri, karena Pak Henri bermaksud menghubungi sanak keluarganya untuk memberi tahu. Keponakan itu tinggal di desa Marlow, di Spike Street No. 82. Rupanya ia dan cucu laki-laki tua itu sama-sama tinggal di Marlow. tapi pada alamat yang berlain-lainan."
"Kapan kau mau ke sana? Hari ini juga?" tanya Daisy.
"Bagaimana kalau kami semua juga ikut?"
Fatty mempertimbangkan permintaan itu sesaat.
"Baiklah Kurasa itu ada baiknya." katanya kemudian
"Kemungkinannya Pak Goon sudah menanyai kedua orang itu, dan jika mereka kini melihat aku datang lalu bertanya-tanya lagi. ada kemungkinannya mereka merasa tidak senang. Tapi jika kita datang beramai-ramai dengan sikap ingin tahu yang biasa biasa saja, bisa saja kita lebih berhasil."
"Aku tidak bisa pergi sebelum makan siang," kata Daisy.
"Larry Juga begitu. Soalnya ada bibi
kami yang akan datang nanti .Tapi kalau setelah pukul tiga siang, bisa! Kami akan datang naik sepeda. Kita berkumpul di depan rumahmu saja Fatty. Di Marlow kita nanti minum teh, di restoran kecil yang apik itu, yang terletak di High Street "
"Baiklah! Jadi soal itu beres," kata Fatty sambil menyimpan buku catatannya
"Yuk, kita berangkat untuk mencari mobil yang nomornya ERT 100."
Setelah membayar mereka keluar. Buster masih saja menggongong potongan lap kulit, menggeram setiap kali berpapasan dengan anjing lain.
"Jangan begitu, Buster," kata Fatty memarahi
"Kausangka ada anjing lain yang mau merampas potongan kulit yang bau itu darimu?"
Setiap mobil yang lewat atau mereka lewati diperhatikan dengan cermat. Tapi tak satu pun yang nomornya dimulai dengan huruf-huruf ER .Anak-anak itu pergi ke tempat parkir mobi. Setiap kendaraan yang ada di situ diperiksa .Hal itu menimbulkan kecurigaan tukang parkir yang menjaga di situ.
"Kalian ini mencari apa di sini?" serunya.
"ERT," jawab Fatty singkat.
"Apa itu?" balas tukang parkir.
"Aku belum pernah mendengar ada barang yang namanya begitu. Pokoknya di sini tidak ada' Sekarang pergi!"
"Katanya memang benar," kata Fatty lesu
"Sama sekali tak namnak nomor ERT di sini."
"He, itu kan Pak Goon!" kata Bets dengan tiba-tiba, ketika mereka berjalan meninggalkan tempat parkir.
"Mungkin ia juga sedang mencari cari ERT."
"Kurasa tidak. Ia punya cara lain untuk mengetahuinya." kata Fatty
"Polisi selalu bisa melacak pemilik mobil yang mana pun juga apabila sudah mengetahui nomornya. Dan Pak Henri pasti sudah menyebutkan nomor itu padanya. Pak Goon pasti sudah mendului kita dalam melacak orang dengan tas yang datang naik mobil ERT 100 itu "
Buster melesat lari ke jalan sambil menggonggong gonggong begitu ia melihat Pak Goon lewat naik sepeda. Pak Goon mengayunkan kakinya hendak menendang anjing kecil itu, sehingga nyaris saja ia terjatuh.
Pak Goon yang hampir terjatuh. bukan Buster
"Anjing sialan!" teriak polisi desa itu sambil mengayuh sepedanya cepat cepat meninggalkan tempat itu
"He, Buster! Kau meninggalkan potongan tanda bukti yang memberatkan," kata Fatty mengecam sambil menuding cabikan lap kulit yang jatuh dari moncong Buster, ketika anjing kecil itu menggonggongi Pak Goon.
Buster datang kembali lalu memungutnya dengan sikap patuh.
Kemudian anak anak pulang.
Mereka mampir sebentar di rumah Larry .Sebuah mobil nampak diparkir di jalan masuk.
"He. siapa ini yang datang?" kata Larry
"Bibi Elsie. ya? Tak mungkin .ini bukan mobilnya"
Saat itu seorang laki-laki muncul menurun tangga depan rumah.
Ia menenteng tas berwarna coklat.
"Ah. Dokter Holroyd rupanya," kata Daisy
"Selamat pagi, Pak Dokter' Bagaimana keadaar juru masak kami sekarang?"
"Lumayan," kata dokter itu. Ia memandang anak-anak sambil tersenyum.
"Kalian kelihatannya sehat-sehat semuanya!"
Sambil berkata begitu ia masuk ke dalam mobil. Mesinnya dihidupkan, dan kendaraan itu meluncur ke luar dari pekarangan rumah Larry. Saat itu Bets berteriak sambi menuding,
"ERT? ERT 100! Lihatlah! Itu. ERT 100!"
Anak-anak yang lain memandang ke arah mobil yang pergi.
Ternyata memang benar
Mobil dokter itu bernomor ERT 100!
"Aduh. sementara kita sibuk mencarinya ke mana-mana sepanjang pagi, ternyata kendaraan itu ada di sini." kata Fatty.
"Laki-laki membawa tas kenapa tak terpikir selama ini bahwa orang itu mungkin dokter?"
"Rupanya kita ini tidak secerdas yang kita sangka," kata Daisy
"Bets hebat. karena dialah yang melihat!"
"Apakah kau akan menanyainya. Fatty?" tanya Pip.
"Tidak, karena rasanya ia takkan bisa memberi keterangan yang membantu penyelidikan kita," jawab Fatty.
"Dan ia pun mustahil yang mencuri uang itu! Semua orang kan kenal Pak Dokter
Holroyd' Kurasa waktu itu ia ke sana untuk memeriksa kesehatan laki-laki tua itu, lalu kemudian pergi lagi dengan mobilnya. Walau begitu kita perlu merasa malu karena tidak langsung melihat nomor mobil itu tadi!"
"Nah, itu Bibi Elsie datang! Cepat, Larry, sebentar lagi kita makan. Yuk, cuci tangan dulu,
" kata Daisy dengan tiba-tiba, karena saat itu ada mobil kecil merayap masuk ke pekarangan rumah.
"Sampai nanti, ya"'
Daisy dan Larry bergegas-gegas masuk ke rumah, sementara anak anak yang lain berjalan dengan santai ke jalan.
"Yuk, Fatty, kami pulang dulu," kata Bets.
"Nanti pukul tiga kita berkumpul lagi di depan rumahmu!"
PENYELIDIKAN BERLANJUT
Tepat pukul tiga siang semua sudah hadir di depan pagar rumah Fatty .Buster tentu saja tidak ketinggalan.
"Ia terpaksa ikut dalam keranjang nanti,
" kata Fatty.
"Desa Marlow terlalu jauh dari sini. Pasti ia terlalu capek jika harus lari terus dengan kakinya yang pendek-pendek itu. Ayo naik, Buster!"
Buster senang dibonceng dalam keranjang.
Ia duduk dengan lidah terjulur ke luar.
Tubuhnya terlambung-lambung setiap kali sepeda melewati bagian yang kurang rata.
Buster aksi sekali saat itu.
Setiap anjing yang berpapasan dipandangnya dengan sikap merendahkan.
Jarak dari Peterswood sampai Marlow sekitar lima kilometer. Perjalanan bersepeda ke sana menyenangkan. karena cuaca musim semi saat itu cerah sekali.
Setiba di desa tujuan, mereka menanyakan letak jalan yang bernama Spike Street. Ternyata jalan 'tu terletak di daerah yang bagus dan menuju ke sungai.
Rumah No. 82 terletak paling ujung.
Halamannya landai Sampai ke tepi air .
Kelima remaja itu turun dari sepeda masing masing.
"di sandarkan saja ke tembok ini," kata Fatty
'Lalu kita lihat saja, apakah kita nanti berjumpa dengan keponakan itu. Namanya Wilfrid King. Kita tahu bagaimana tampangnya. karena waktu itu sudah pernah berjumpa dengannya."
Mereka berjalan dengan santai, menyusur tepi luar tembok yang membatasi bagian depan pekarangan rumah No. 82.
Mereka sampai di suatu jalan kecil yang mengarah ke sungai. Jalan itu dimasuki, sementara perhatian mereka terarah ke halaman rumput yang melandai sampai ke tepi air.
Tak ada seorang pun yang kelihatan di situ. Anak-anak berjalan terus sampai di tepi sungai. lalu berdiri di pinggir air .
Tiba-tiba Fatty menyenggol Daisy yang berdiri di sampingnya. Sebuah perahu terapung apung dekat tempat mereka berada. Dalam perahu itu ada seorang laki-laki muda bertampang agak masam, dengan celana panjang kelabu disetrika licin serta baju wol berwarna kuning. Orang itu berbaring dalam perahu sambil membaca.
"Itu dia, Wilfrid," kata Fatty dengan suara pelan.
"Yuk, kita sapa dia. Kita pura-pura heran melihatnya ada di sini. Lalu kita ajak dia mengobrol sebentar. Ingat, kita kebetulan saja melihatnya. Kita sekarang ini sedang melancong ke sungai untuk menikmati cuaca cerah!"
Tapi sementara itu Wilfrid sudah melihat mereka.
Ia menatap mereka dengan heran.
"Bukankah kalian yang mendengar pamanku berteriak-teriak minta tolong waktu itu?" tanyanya
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, betul! Anda kan Wilfrid, ya?" balas Fatty berseru pura-pura heran.
"Tidak kami duga akar bertemu dengan Anda di sini. Kami ini sedang melancong kemari, karena cuaca begini cerah. Sayang kalau mendekam di rumah terus."
"Kalian sudah berjumpa dengan polisi goblok itu?" tanya Wilfrid.
"Tadi ia kemari. Aki ditanyainya macam macam! Seolah-olah aku ini yang merampok Paman!"
"Ah! Jadi Pak Goon tadi kemari?" kata Fatty
"Ceritakan dong, apa saja yang dilakukannya tadi. Kami juga beranggapan bahwa ia agak konyol. Tapi keterlaluan menyangka Anda bisa sampai hati merampok paman sendiri. Kasihan dia, ya! Aku ingin tahu, siapa sebetulnya yang melakukannya."
"Yah," kata Wilfrid dengan tampang seperti mengetahui sesuatu.
"Bagaimana?" tanya Larry dengan segera.
"Ah. tidak. Cuma polisi itu takkan mampu melihat apa-apa. walau ada di depan hidung." kata Wilfrid.
"Tadi kukatakan padanya bahwa aki sudah berulang kali mendesak Paman agar mau menyimpan uangnya di bank. Menaruh di rumah kan besar sekali risikonya! Lagi pula pagi itu kelihatannya banyak yang datang ke rumahnya. Dan di antara mereka cukup banyak yang mungkin mencuri uang itu"
"Itu memang betul," kata Fatty.
"Memang saat itu banyak yang keluar-masuk rumah. Tapi selama
itu cucunya hampir selalu ada di dalam, sibuk bekerja .Ia mungkin akan bisa menyingkirkan sangkaan yang ada terhadap sebagian besar orang yang ketika itu datang ke sana."
"Betul! Misalnya saja, aku," kata Wilfrid
"Marian ada di dalam ketika aku datang. Marian itu cucu pamanku. Aku tidak bisa cocok dengannya. Karena itu aku tidak lama-lama di sana. Bayangkan, ia menghendaki agar aku ikut membantu bekerja di situ. Aku disuruhnya memasangkan tirai! Karenanya aku pergi saja lagi,"
"Pokoknya ia bisa menyingkirkan Anda dari daftar para tersangka, seperti kata Anda tadi," kata Fatty.
"Aneh ! hampir semua bisa dibebaskannya dari sangkaan. Mungkin kecuali Pak Dokter sedang dia tentu saja tidak termasuk yang perlu dicurigai."
"Begitu, ya?" kata Wilfrid berminat.
"Jadi kalian punya daftar orang-orang yang tersangka? Mestinya aku juga tertera di dalamnya, ya?"
"Anda bisa dicoret apabila Marian bisa memberi keterangan yang memuaskan," kata Fatty sambil menyodorkan daftar itu pada Wilfrid.
"Wah! Ada enam orang tertera di sini," kata laki laki muda itu sambil meneliti daftar.
"Yang lain sudah dicoret semua. kecuali aku dan Marian."
"Betul Dan karena Anda mengatakan bahwa Marian bisa membebaskan diri Anda, nama Anda pun nanti akan segera dicoret pula dari situ," kata Fatty.
"Mungkin Marian sementara ini sudah
didatangi Pak Goon, dan nama Anda sudah dicoret dari daftarnya."
"Marian kebetulan pergi hari ini." kata Wilfrid lagi.
"itu sudah kukatakan tadi pada polisi itu, jadi kurasa ia belum berjumpa dengannya. Eh, kalau begitu kami semua akan dicoret _ kecuali satu."
"Ya, kecuali satu orang." kata Fatty sambil memperhatikan Wilfrid yang saat itu sedang merenungi daftar yang dipegang.
"Ngomong ngomong, Anda tahu di mana paman Anda menyembunyikan uangnya?"
Air muka Wilfrid berubah.
Ia nampak marah
"Tidak, aku tidak tahu," tukasnya
"Ia tidak mau mengatakannya padaku. Coba ia mau, kan bisa kuambil lalu kumasukkan ke bank. Tapi sekarang sudah terlambat. Ada yang sudah lebih dulu mengambil."
"Anda kira-kira tahu siapa orang itu?" tanya Fatty dengan sambil lalu.
Wilfrid nampak ragu sejenak.
"Kalau tahu pasti tidak!" jawabnya kemudian.
"Tapi lebih baik aku tidak mengatakan apa-apa lagi. Kalian memang masih anak-anak, tapi kan bisa saja mengoceh yang bukan bukan nanti."
"Ya, itu bisa saja," kata Pip, yang mulai tidak senang melihat laki laki muda itu.
Semua merasa dengan jelas bahwa Wilfrid menganggap Marian yang mencuri uang itu.
Tapi menurut perasaan mereka sendiri Wilfrid pasti tak segan-segan melakukannya apabila ia mendapat kesempatan baik!
"Eh, kita harus pergi nih," kata Fatty sambil melihat arlojinya.
"Nah, mudah-mudahan saja Marian nanti menyingkirkan sangkaan terhadap diri Anda -karena itu penting bagi Anda sendiri!"
Fatty mengajak teman-temannya kembali ke tempat sepeda-sepeda mereka tadi ditaruh .Dari situ mereka menuju ke restoran kecil di mana mereka sudah merencanakan akan minum teh sore itu. Dalam perjalanan ke situ tak seorang pun yang berbicara.
Mereka memasuki ruangan restoran yang masih kosong.
Saat itu memang masih agak dini untuk minum teh.
Mereka duduk di suatu tempat, lalu mulai berembuk dengan suara pelan
"Tak mungkin Wilfrid yang mencuri uang itu. Jika ia tidak cocok dengan Marian, pasti cucu laki-laki tua itu takkan mau melindunginya jika Wilfrid secara terang-terangan mengambil uang itu di depan hidungnya."
"Jadi bukan Wilfrid pencurinya," kata Pip.
"Kalau begitu siapa?"
"Kelihatannya Marian," kata Fatty.
"Sehabis ini kita mendatanginya. Tapi yang masih tetap belum kumengerti ialah kenapa keesokan malamnya segala perabot diangkut pergi dari sana. Sampai pusing aku memikirkan soal itu. Tapi masih juga belum berhasil kucocokkan dengan potongan potongan gambar yang selebihnya."
"Aku juga begitu." kata Daisy.
"Mebel laki laki tua itu kan barang murahan Kalau dijual, paling-paling dapat berapa! Atau mungkin pencuri
itu mengira masih ada uang di dalamnya? Ah, sudahlah aku menyerah. Misteri ini benar benar membingungkan!"
Sehabis minum teh anak-anak berangkat menuju ke tempat tinggal Marian.
Mudah mudahan saja ia ada di rumah, pikir mereka.
"Nah, kita sudah sampai." kata Fatty beberapa saat kemudian.
"Marlin Street, rumah nomor lima . Eh, ini kan rumah penginapan!"
Katanya itu memang benar.
Rumah di depan mana mereka saat itu berada merupakan losmen yang terawat rapi.
Anak-anak menekan bel yang ada di samping pintu.
Seorang wanita setengah umur datang membukakan.
"Marian King ada, Bu?" tanya Fatty.
"Kalau ada, bisakah kami bertemu sebentar dengannya?"
"Kurasa ia belum kembali," kata wanita setengah umur itu.
"Sebentar. akan kulihat dulu .Kalian tunggu saja di ruang duduk!"
Anak-anak masuk beramai-ramai.
Di ruang duduk ada seorang wanita berumur lanjut yang sedang membaca. Wanita itu menganggukkan kepala ke arah mereka sambil tersenyum.
"Kalian hendak menjumpai seseorang di sini?" tanyanya
"Betul," Jawab Fatty
"Kami ingin bicara sebentar dengan Marian King, jika ia kebetulan ada."
"Ah_ Marian!" kata wanita tua itu.
"Anak itu baik hati! Baik pada ibunya, pada kakeknya, dan juga ,
pada orang-orang jompo seperti aku ini. Marian memang anak manis "
"Kami tahu bahwa ia biasa membantu kakeknya." kata Fatty.
Ia merasa senang, karena bisa memperoleh keterangan sedikit mengenai diri wanita muda itu.
"Ya. memang. anak itu selalu ingat pada kakeknya." kata wanita tua itu.
"Ia biasa membawakan makanan masakannya sendiri. Ia Juga yang mencuci dan menyetrikakan .Anak itu memang sangat cermat' Ketika terakhir kalinya ia pergi ke sana, ia mengatakan padaku bahwa ia hendak mencuci lalu menyetrikakan tirai tirai untuk kakeknya. Benar-benar baik hati anak itu karena laki-laki tua itu sebenarnya tak bisa melihatnya lagi!"
"Ya, ia memang sudah mencuci dan menyetrikanya." kata Daisy.
Ia teringat pada cerita pesuruh toko tentang hal itu.
"Rupanya ia sayang sekali pada kakeknya, ya?"
"0 ya!" jawab wanita tua itu.
"Ia sangat sayang padanya. Tak enak perasaannya karena orang tua itu hidup seorang diri di sana. Dan kini kudengar bahwa uang simpanan laki-laki tua itu dirampok orang! Marian pasti bingung sekali!"
Fatty merasa heran.
Kenapa wanita yang membukakan pintu tadi belum muncul lagi?
Jangan-jangan Ia lupa bahwa mereka menunggu!
Fatty memutuskan untuk memeriksa sebentar. Ia menyelinap dari kamar duduk, masuk ke gang.
Didengarnya suara orang di ujung gang itu.
Ia menuju ke sana .Ternyata ada yang menangis di situ
"Aku bingung memikirkan Marian! Mula mula ketika polisi itu datang, aku sudah mengatakan bahwa ia sedang pergi. Lalu kini datang pula anak-anak itu' .Di mana Marian sebetulnya? Sudah dua hari ia menghilang. Pasti orang akan menyangka bahwa ialah yang mencuri uang itu! Begini ini bukan kebiasaan Marian. Aduh mudah-mudahan saja ia tidak apa-apa!"
Kemudian Fatty mendengar suara lain membujuk orang yang sedang menangis itu.
"Yah, Anda lakukan sajalah apa yang Anda anggap sebaiknya dilakukan. Aku yakin Marian itu anak yang baik. Sedang mencuri uang kakeknya yeng begini malang -itu omong kosong.Menurutku, sebaiknya Anda menelepon polisi untuk melaporkan bahwa ia hilang. Sungguh, kalau aku jadi Anda, itulah yang akan kulakukan!"
"Tapi nanti ia disangka minggat dengan uang itu! Itu pasti akan dimuat dalam koran," kata orang yang menangis
"Marian, anakku yang satu satunya, yang begitu baik budi!"
Dengan diam-diam Fatty kembali ke kamar duduk .
Pikirannya kacau.
Kejadian itu sama sekali tak terduga-duga olehnya.
Ke manakah Marian?
Mungkinkah ia minggat melarikan uang kakeknya?
Semua kelihatannya berpandangan baik tentang dirinya.
Tapi kalau begitu kenapa ia pergi dengan diam diam'?
Ketika sudah masuk lagi di kamar duduk, Fatty berbisik sebentar pada anak anak yang lain.
"Kita tidak perlu lebih lama lagi menunggu di sini," bisiknya.
Lalu ia berpaling pada wanita tua yang ada di situ.
"Jika wanita tadi kembali, tolong katakan bahwa kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi Tolong ya, Bu!" katanya sopan
Wanita tua itu mengangguk.
Ia senang melihat anak-anak yang bertingkah laku begitu sopan
"Jangan bicara dulu sekarang," kata Fatty pelan pelan sambil berjalan ke luar bersama yang lain lainnya.
"Tapi aku ada kabar baru."
Tanpa berbicara kelima remaja itu menaiki sepeda masing-masing, lalu mengayuhnya pergi meninggalkan desa Marlow .Ketika sudah sampai di jalan luar desa yang sepi, Fatty turun dari sepedanya.
Anak-anak yang lain ikut turun.
Mereka menyandarkan sepeda masing-masing ke pintu pagar yang ada di dekat situ.
Kemudian semua mengerumuni Fatty.
Mereka heran melihat wajah anak itu begitu serius
"Marian menghilang," kata Fatty
"Aku tadi mendengar ibunya mengatakan begitu. Ia bingung sekali, karena takut jangan-jangan anaknya lari membawa uang kakeknya. Ia juga cemas memikirkan apa yang akan tertulis dalam koran apabila diketahui bahwa gadisnya itu menghilang. Nah, bagaimana pendapat kalian?"
"Wah!" kata Larry.
"Kalau begitu, kelihatannya memang dialah yang mengambil uang itu. Karena
kan dia yang paling banyak kemungkinannya bisa mengorek rahasia dari kakeknya _ misalnya saja di mana laki-laki tua itu menyembunyikan uangnya."
"Ya, kelihatannya memang tidak ada alasan lain kenapa ia menghilang," kata Fatty.
"Yah, kita tidak bisa melangkah lebih jauh dalam menghadapi misteri ini, selama Marian belum muncul lagi. Ada dua hal penting yang tidak kita ketahui. Apa sebabnya dan ke mana Marian pergi, lalu apa sebabnya dan ke mana segala perabot laki-laki tua itu diangkut orang. Misteri ini benar-benar termasuk yang paling membingungkan di antara yang pernah kita hadapi."
"Ya, memang. Dan aku yakin takkan ada orang lain yang mampu menyelidikinya sampai tuntas, walau orang itu juga mengetahui segala hal yang sudah berhasil kita selidiki sampai sekarang," kata Pip.
"Yuk, kita pulang saja sekarang. Tidak ada lagi yang masih bisa kita kerjakan di sini sekarang."
Anak anak pulang ke Peterswood dengan perasaan kecewa dan bingung.
Yah! mungkin jawaban yang paling gampanglah yang kemudian akan ternyata benar.
Marian menghilang karena melarikan uang simpanan kakeknya!
Tapi _kalau begitu bagaimana dengan segala mebel yang dicuri malam-malam itu?
Apakan itu juga perbuatan Marian?
Benar benar membingungkan!
Anak-anak sudah putus asa
"Misteri ini terlalu misterius'" kata Bets.
"Pak Goon pasti takkan mampu membongkarnya!"
Bab 19 PENEMUAN LUAR BIASA
Malam itu Fatty nampak sangat diam.
Anak-anak berkumpul iagi di gudang Fatty.
Bets merangkul lengan Fatty.
"Ada apa. Fatty? Ada yang kau khawatirkan?"
"Bukan khawatir, tapi bingung" kata Fatty.
"Sungguh, tak bisa kubayangkan bahwa Marian bisa sampai hati merampok kakeknya sendiri yang begitu disayangi. Tapi di pihak lain aku Juga merasa yakin bahwa tak mungkin Wilfrid yang mengambil uang itu. Bukan itu saja -ia bahkan sama sekali tidak tahu di mana uang itu semula disimpan."
"Kalau begitu ada orang lain-orang ketujuh yang sama sekali tidak kita ketahui?" tanya Larry
"Kemungkinan itu juga sudah terpikir olehku," kata Fatty.
"Mungkin ada orang yang pagi hari itu menyelinap masuk lewat belakang, lalu pergi lagi tanpa ketahuan. Pak Henri bisa melihat setiap orang yang datang lewat depan. Tapi bagian belakang rumah tidak bisa dilihatnya."
"Ya, itu betul." kata Daisy.
"Lagi pula, kurasa mungkin saja bahwa ia tidak terus-menerus memandang ke luar jendela."
"Betul," kata Fatty.
"Tapi menurutku kalau ada orang lain masuk, laki laki tua itu pasti mengatakannya. Pak Henri sudah menanyainya secara terperinci, dan ia yakin bahwa tidak ada orang lain datang."
"Yuk, kita main kartu saja sekarang," kata Pip.
Ia agak bosan berbicara terus tanpa hasil.
"Kalian sajalah yang main. Aku ingin berpikir," kata Fatty.
"Aku sudah tidak tahu akal lagi saat ini .tapi menurutku ada satu petunjuk yang bisa menjelaskan kejadian misterius ini!"
"Yah yang jelas. uang itu lenyap," kata Pip.
"Begitu pula halnya dengan Marian. itu kan mencurigakan!"
"Mungkin uang itu masih ada di Pondok Hollies," kata Bets.
"Di salah satu tempat yang belum diperiksa siapa pun juga."
"Aku sudah mencari ke segala sudut," kata Fatty.
"Rumah itu kan kecil sekali. Tak ada tempat untuk menyembunyikan sesuatu, kalau cerobong asap serta bawah lantai tidak ikut diperhitungkan. Di sana sudah tidak ada mebel lagi sekarang. Yang tinggal hanya tempat tidur, sebuah kursi, serta meja kecil di ruang belakang. Lalu lampu. tungku pendiangan..."
"...dengan sekat pelindung bara." sambung Daisy.
"Dan juga tirai jendela," kata Bets.
"Kurasa orang-orang yang mengangkut pergi segala perabot itu terpaksa membiarkan tirai-tirai tergantung menutup jendela, karena khawatir kalau Pak
Goon lewat lalu menyorotkan senternya ke dalam. Kalau tirai ikut diambil, pasti ia dengan segera akan melihat keadaan kamar yang kosong sama sekali "
"Sudahlah, kita main kartu saja sekarang." kata Pip.
"Aku tahu kapan aku harus menyerah. Ada sesuatu yang aneh dalam kejadian ini. dan itu tidak kita ketahui."
Tahu tahu Fatty nyengir.
"Betul!" katanya.
"Kurasa kau benar, Pip! Ada beberapa potongan gambar teka-teki ini yang belum berhasil kita temukan. Jadi bukan tidak cocok, tapi belum kita temukan. Sini, biar aku saja yang mengocok, Pip. Kau tidak pernah beres kalau mengocok kartu."
Ketika teman-temannya kemudian pulang,
Fatty ikut mengantar sebentar bersama Buster.
Malam itu indah sekali.
Dan besok cuaca nampaknya akan cerah kembali.
Mereka berjalan menggerombol.
Ketika membelok di tikungan. tahu-tahu menubruk sesosok tubuh gendut
"He! Hati-hati sedikit kalau berjalan'"
Suara itu mereka kenal baik.
"Selamat malam, Pak Goon," sapa Fatty
"Sedang berjalan-jalan, ya? Bagaimana, sudah berhasil membongkar misteri itu?"
"Tentu saja!" balas Pak Goon.
"Itu sama sekali bukan misteri -jika yang kaumaksudkan urusan di Pondok Hollies. Soalnya gampang sekali. Pelakunya Marian. cucu laki laki tua Itu."
Fatty melongo
"Apa maksud Anda?" tanyanya.
"Masa dia yang mengambil uang itu?"
"Tunggu saja sampai kau membaca dalam koran besok pagi,
" kata Pak Goon dengan sikap puas.
"Kalian sangka kalian ini cerdik. ya? Kalian keliru sangka!"
"Lalu. kalau begitu uangnya sudah ditemukan?" tanya Fatty
"Kalian lihat sajalah," kata Pak Goon lagi.
"0 ya setelah kupikir-pikir, kalian tahu-menahu tidak tentang wanita yang datang meramalkan nasibku waktu itu?"
Sikap Pak Goon begitu menakutkan sehingga menyebabkan Bets cepat-cepat berlindung di belakang Larry.
"Nanti dulu ! wanita yang mana maksud Anda?" tanya Fatty, seolah-olah banyak yang pernah meramalkan nasib Pak Goon.
Polisi desa itu mendengus.
"Kau ini menyebalkan'" tukasnya.
"Tapi sekali ini aku yang menang. tahu? Baca saja dalam koran besok pagi!"
Setelah itu ia pergi dengan sikap puas.
Sedang Fatty mengerang
"Kurasa polisi gendut itu mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui. Sialan! Aku takkan dapat memaafkan diriku jika ia nanti ternyata lebih berhasil daripada kita. Kelihatannya memang Marianlah pencuri uang itu."
"Perkiraanku juga begitu, karena tahu tahu saja ia menghilang," kata Pip.
"Mungkin sementara ini ia sudah ditemukan, termasuk pula uang yang dicuri."
"Kita tunggu saja apa yang ditulis dalam koran besok pagi." kata Fatty
"Nah. sampai di sini saja aku mengantar kalian. Sedih juga rasanya mengetahui misteri sudah berakhir, sementara kita masih kelabakan di tengah-tengahnya "
Bets meremas lengan Fatty untuk menghiburnya
"Mungkin nanti akan ada kejadian lain lagi," kata anak itu
"Siapa tahu, kan?"
"Kemungkinannya kecil sekali," jawab Fatty.
"Nah, sampai besok sajalah kalau begitu'"
Pagi-pagi keesokan harinya.
Fatty sudah turun, karena ingin cepat-cepat membaca koran. Pada halaman pertama tidak ada kabar yang menarik perhatiannya .Kabar itu ditemukannya di bagian tengah, diberi judul dengan huruf besar-besar
GADIS LENYAP
MENYUSUL UANG YANG HILANG
Beritanya menuturkan kejadian uang laki-laki tua yang hilang dari Pondok Hollies, lalu perabot yang secara tiba tiba diangkut orang, disusul lagi oleh peristiwa lenyapnya Marian, cucu laki laki tua itu!
Dalam berita itu tidak dikatakan bahwa Marian yang mengambil uang itu. Tapi orang yang membacanya pasti akan menarik kesimpulan
sendiri bahwa wanita muda itu menghilang setelah mengambil uang serta perabot rumah kakeknya
"Sekarang Marian pasti akan diburu buru," kati Fatty dalam hati
"Kurasa ibunya melaporkan tentang lenyapnya gadis itu pada polisi- atau yang lebih mungkin lagi, Pak Goon yang mengorek hal itu dari ibunya kemudian melaporkannya. Huhh! kenapa aku tidak bisa lebih cerdik dalam menangani misteri ini! Aku merasa pasti aku tak menyadari adanya sesuatu, semacam petunjuk, yang mungkin merupakan kunci yang bisa menyelesaikan segala persoalan sekarang ini."
Fatty meletakkan koran kembali ke meja, lalu berpikir-pikir.
"Sebaiknya aku pergi sekali lagi ke Pondok Hollies" katanya kemudian.
"Untuk yang terakhir kali. Aku ingin tahu, mungkin di sana nanti akan timbul pikiran bagus. Aku sendiri saja ke sana. tanpa anak-anak. Buster saja yang kuajak."
Ia berangkat naik sepada.
Tidak lama kemudian ia sudah sampai di Holly Lane. Ia menuju ke Green Trees untuk menanyakan anak kunci pintu depan yang ternyata masih ada pada Pak Henri.
"Laki-lalu tua itu sudah ada di Marlow sekarang," kata orang Prancis itu.
"Ia dijemput kemarin malam."
"Wah, kalau begitu ia pasti ribut ketika menanyakan di mana Marian, lalu memperoleh jawaban bahwa cucunya itu menghilang," kata Fatty.
"Sini, kuberitahukan sesuatu yang dikatakan laki-laki tua itu padaku," kata Pak Henri setengah babisik
"Katanya Marian tahu di mana uangnya disimpan. Ia sendiri yang mengatakan pada wanita itu, dengan janji bahwa Marian tidak akan bercerita pada orang lain mengenainya."
Fatty mengeluh.
"Kalau begitu kelihatannya .Marian satu-satunya yang tahu. Wah, gawat juga keadaan beginya sekarang. Tapi kalau memang dia yang mengambil, ini memang hukuman yang setimpal baginya! Bolehkah saya meminjam anak kunci rumah sebelah sebentar, Pak? Saya ingin melihat-lihat untuk terakhir kalinya di sana."
Dengan anak kunci yang diperolehnya dari Pak Henri, Fatty masuk ke Pondok Hollies.
Rumah itu gelap, karena Semua jendela tertutup tirai.
Fatty menyalakan lampu.
Tapi keadaan di situ tetap saja remang-remang.
Karenanya ia menyingkapkan tirai agar cahaya matahari bisa masuk.
Saat itu Fatty teringat bahwa Marian mencuci lalu menyetrika tirai-tirai pagi itu, ketika kakeknya menyadari bahwa uangnya lenyap.
"Tak mungkin ia masih mau melakukan itu, jika ia berniat hendak mencuri uang kakeknya lalu melarikan diri," pikir Fatty.
"Itu kan tidak masuk akal. Ah, bukan itu saja -segala-galanya tidak bisa kumengerti!"
Fatty berdiri sambil memandangi tirai hijau yang ada di depannya.
Tangannya memegang pinggiran yang menjulur dari tepi atas jendela sampai hampir
menyentuh lantai.
Pinggiran yang dijahit itu terasa kaku.
Fatty menggosok-gosok pinggiran itu dengan Jari-jarinya.
"Aneh," gumamnya, lalu meraba pinggiran itu pada bagian yang agak lebih tinggi. Kemudian pindah ke bagian dasar tirai. Ia menggosok-gosok dengan jari sambil mendekatkannya ke telinga.
Ia mendengar bunyi gemerisik pelan .
Tahu tahu Fatty nampak bersemangat sekali.
"Uang itu kutemukan! Kurasa aku berhasil menemukan uang yang hilang itu1 Wah. benar benar mujur aku ini!"
Diambilnya pisau saku dari kantung, lalu dilepaskannya jahitan pinggir bawah tirai sampai ia bisa memasukkan dua jarinya ke dalam.
Ia merogoh-rogoh, sampai menyentuh sesuatu yang rasanya seperti kertas.
Ia menarik barang itu dengan hati-hati ke luar.
Dan begitu sudah kelihatan, ia bersiul pelan. Jari-jarinya menjepit selembar uang bernilai satu pound.
Agak dekil kelihatannya tapi masih tetap satu pound.
"Jadi di sini rupanya Marian menyembunyikan uang itu -'supaya tidak bisa ditemukan oleh Wllfrid yang mulai menduga bahwa laki-laki tua itu menyembunyikan uangnya dalam perabot. Mungkin Wilfrid sebelumnya mengancam akan mencari pagi itu. apabila Marian sudah pergi. Karenanya Marian lantas membuka jahitan tepi tirai yang sedang disetrika, lalu menjahitkan uang simpanan ini di dalamnya. Bukan main akalnya!"
Tepi tirai yang terjahit penuh berisi lembaran uang pound.
Fatty menimbang-nimbang, diapakan sebaiknya uang itu.
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dikeluarkan semua?
Jangan, nanti ia sendiri yang akan mengalami kesulitan.
Uang itu pasti aman di tempat itu, karena selama itu tidak ada yang menduga jadi kemungkinannya akan tetap tidak ada yang tahu bahwa uang yang dikira lenyap sebenarnya terselip dalam bagian tepi tirai.
"Lagi pula, takkan ada orang datang lagi kemari," kata Fatty.
"Akan kupastikan bahwa takkan ada orang yang bisa masuk!"
Fatty meninggalkan rumah kecil itu setelah mengunci pintu depannya.
Anak kunci dikantunginya.
"Anak kunci ini tidak akan kukembalikan. Kukatakan saja pada Pak Henri bahwa aku sendiri yang menyimpannya, sambil meminta padanya agar berjaga-jaga untuk melihat kalau ada orang datang dari depan. Kurasa Wilfrid juga punya anak kunci pintu itu. Tapi ia takkan datang lagi. Begitu pula halnya dengan Marian."
Perasaan Fatty saat itu sangat bergelora sehingga sulit rasanya tidak bercerita pada orang lain.
Penemuan uang secara tak tersangka-sangka itu dengan tiba-tiba menyebabkan berbagai hal kini menjadi jelas.
Marian ternyata bukan mengambil uang itu.
Ia menyembunyikannya dalam jahitan tirai agar tidak bisa ditemukan oleh Wilfrid apabila ia datang mencari. Kakeknya pun tidak diberi tahu, karena
Marian khawatir kalau-kalau Wilfrid nanti memaksa laki-laki tua itu membocorkan rahasia.
Sedang laki-laki tua itu yang mencari uangnya setelah Marian pergi pagi itu mengira uang itu dicuri orang!
Sekarang apa sebabnya Marian menghilang?
Bukan karena ia mengambil uang
Ia kan tidak mengambilnya.
Apakah Wilfrid ada sangkut pautnya dengan lenyapnya Marian?
Kini sudah bisa dianggap pasti bahwa Wilfrid yang datang malam malam dengan kendaraan pengangkut lalu membawa pergi segala perabot rumah kakeknya.
Untuk apa?
Mungkin karena sebelumnya Marian sudah bersumpah-sumpah mengatakan bahwa uang itu tidak ada padanya, melainkan masih ada di Pondok Hollies.
"Kini potongan-potongan gambar sudah mulai cocok," kata Fatty pada dirinya sendiri dengan perasaan gembira.
"Kalau saja aku bisa berhasil menemukan Marian atau segala perabot itu! Mungkinkah perabot laki laki tua itu masih ada dalam kendaraan yang dipakai untuk mengangkut? Mestinya berbahaya sekali bagi Wilfrid serta pembantunya untuk menurunkan barang barang itu di tempat mana pun juga. Kalau ditaruh di rumahnya, orang rumah pasti akan merasa curiga apabila tahu tahu ada mebel bertumpuk-tumpuk di pekarangan atau di dalam rumah Jadi mungkin dibiarkannya saja ada di dalam truk."
Tiba-tiba timbul pikiran lain
"Mungkin keluarga Wilfrid berusaha di bidang jasa, mengangkut barang pindahan!" pikir Fatty
lagi. "Mungkin saja mereka memiliki truk-truk pengangkut yang besar besar, dan segala mebel itu ada dalam salah satu kendaraan itu . Wah, itu harus cepat-cepat kuselidiki'"
Fatty bergegas pulang Cepat Cepat!
Masih ada kemungkinan baginya untuk mendului Pak Goon dan membongkar misteri itu sampai tuntas sebelum Marian ditangkap!
Bab 20 PENGALAMAN MALAM HARI
Begitu sampai di rumah, Fatty cepat-cepat mengambil buku telepon.
Ia hendak melihat keterangan mengenai orang yang bernama King di desa Marlow.
Apakah orang itu mempunyai perusahaan pengangkutan?
Fatty merasa yakin bahwa dugaannya itu pasti tepat .
Cepat ...mana King?
Ternyata agak banyak juga nama King yang tertera dalam buku telepon A King. Alec King, Bertram King, Claude King Ny D. King... jari telunjuk Fatty menelusuri nama nama "King" sampai pada yang terakhir.
Ia kecewa sekali .
Tak seorang pun di antara mereka merupakan perusahaan pengangkutan. Ia melihat "King" yang tukang daging dan tukang roti. Tapi tidak ada yang mempunyai perusahaan pengangkutan .Fatty menatap daftar nama-nama itu dengan lesu.
"Coba kuteliti kembali, sekali ini dengan lebih cermat," katanya dalam hati.
"Nah, kumulai saja sekarang! A. King. Alec King. Bertram King, tukang daging. Claude King, dokter gigi. Nyonya D King.
Edward King. King, Kandang Kuda. Henry King _eh, nanti dulu! Kandang kuda!
Ini dia! Betul, ini dia jawabannya!
Kandang berarti kuda, sedang kuda berarti gerobak pengangkut kuda sedang gerobak kuda berarti kendaraan yang bisa dipakai untuk mengangkut mebel'
Ya, betul, aku berhasil!"
Fatty melemparkan buku telepon ke lantai, laki menandak nandak sepanjang serambi. Buster mengejarnya kian kemari sambil menggonggong gonggong. Anjing kecil itu bergembira, karena tahu bahwa tuannya juga sedang gembira sekali
Tahu-tahu Bu Trotteville muncul dari ruang duduk.
"Frederick? Kenapa sih kau ini? Aku Sedang ada pertemuan diruang duduk. Kenapa justru saat ini kau harus bertingkah seperti Indian menang perang?"
"Wah, maaf, Bu," kata Fatty .
Ibunya dihampiri lalu dipeluknya.
"Aku baru saja menemukan sesuatu yang sangat penting. Karena itu aku bergembira. Maaf ya, Bu'"
"Kalau mau menandak-nandak, sana pergilah ke gudangmu," kata ibunya.
"0 ya, Jangan lupa bahwa kakekmu nanti datang dengan kereta pukul sebelas. Kau harus menjemputnya."
Fatty menatap ibunya dengan kecut.
"Aduh, sampai lupa aku tentang itu. Wah, Bu, aku tidak bisa menjemput Kakek. Maaf, Bu!"
"Kau harus menjemputnya. Frederick," kata Bu Trotteville.
Ia kaget mendengar penolakan anaknya.
"Aku sedang sibuk dengan rapat ini. Lagi pula.
kau biasanya kan selalu menjemput kakekmu. Ia kan cuma sehari saja di sini. Tidak pantas apabila kau malah pergi keluyuran. Kau kan tahu bahwa ia akan datang."
Fatty mengeluh
"Memang aku sudah tahu. tapi kemudian lupa, Bu. Sungguh! Bukannya aku tidak suka menjemput atau menemaninya .Bahkan sebaliknya, aku suka sekali! Tapi kebetulan saat ini ada urusan yang penting sekali. yang tidak bisa diundurkan."
"Apa boleh buat, urusan itu harus menunggu dulu, atau kau minta saja larry atau Pip menggantikan dirimu," kata Bu Trotteville dengan tandas_ lalu berbalik masuk ke ruang duduk
Fatty menatap Buster yang terkulai ekornya mendengar nada suara Bu Trotteville yang tandas tadi.
"Sekarang habis perkara!" kata Fatty lesu
"Tepat ketika aku akhirnya berhasil menemukan sesuatu yang jelas. Edward King, Kandang Kuda King, Marlow. Itu dia potongan gambar yang selama ini kucari-cari .Tapi aku tidak bisa mencocokkannya sekarang. karena Kakek akan datang. Aduh, kenapa ia harus datang hari ini?"
Fatty sangat sayang pada kakeknya.
Tapi benar-benar sial bahwa ia hari itu harus menjemput ke stasiun lalu menemani sepanjang hari.
"Mebel kakek Marian pasti ada dalam gerobak tempat kuda," kata Fatty pada Buster.
"Mungkin sebentar lagi akan ditemukan. Tapi aku ingin bahwa aku yang menemukannya, Buster! Pak
Goon pasti kaget sekali apabila aku tahu-tahu menunjukkan di mana uang dan mebel laki laki tua itu!"
Sesaat Fatty menimbang-nimbang apakah sebaiknya ia menelepon Larry atau Pip untuk menceritakan penemuannya itu pada mereka.
"Ah. lebih baik jangan," katanya kemudian.
"Jika aku menyuruh mereka pergi ke Marlow dan di sana mencari gerobak tempat kuda yang berisi mebel, jangan Jangan mereka nanti melakukan kekonyolan sehingga segala-galanya buyar lagi. Tidak! Rencanaku terpaksa kuundurkan dulu sampai nanti malam."
Menjelang pukul sebelas Fatty pergi ke stasiun untuk menjemput kakeknya yang kemudian ditemani sepanjang hari.
"Ada misteri yang baru lagi?" tanya Kakek dengan Sinar mata jenaka.
"Tentunya sekarang sedang sibuk-sibuknya, ya? Yah, berjaga-Jaga sajalah. jangan sampai polisi gendut itu siapa sih namanya? Coop?"
"Goon," kata Fatty.
"Ah ya, betul, Goon Nah, jangan sampai Pak Goon bisa menduluimu!"
"itu tak mungkin," kata Fatty sambil nyengir.
"Nantilah, akan kuceritakan urusannya apabila Kakek kemari lagi "
Pukul enam sore Fatty mengantar kakeknya ke stasiun.
Setelah itu ia bergegas gegas ke rumah Pip.
Untungnya Larry dan Daisy Juga ada di situ.
Bets senang sekali melihat Fatty datang.
"Kau kelihatannya bersemangat sekali, Fatty." katanya.
"Ada sesuatu yang terjadi?"
"Banyak," kata Fatty lalu menceritakan segala galanya' bagaimana ia menemukan lembaran uang dalam jahitan pinggir tirai, lalu gagasannya mengenai kendaraan pengangkut yang kini diperkirakannya mungkin gerobak untuk mengangkut kuda. dan begitu pula tekadnya untuk pergi malam itu ke Marlow. mencari gerobak kuda yang penuh berisi mebel!
"Aku ikut." kata Larry dengan segera
"Kau dan Larry boleh ikut," kata Fatty
"Mula mula kita menonton film dulu. Lalu apabila sudah benar-benar gelap. kita mulai mencari gerobak kuda itu'"
"Kenapa aku dan Daisy tidak boleh ikut?" tanya Bets
"Jangan! Ini bukan pekerjaan anak perempuan," kata Fatty
"Sayang, Bets, tapi kau Juga tidak bisa ikut menonton Filmnya baru selesai apabila sudah malam. sedang kalian berdua kan tidak bisa menunggu sampai kami bertiga kembali. Siapa tahu, mungkin saja akan lama sekali kami pergi "
"Baiklah kalau begitu." kata Bets.
"Tapi ini benar-benar asyik? Kau pintar sekali, Fatty! Bayangkan, bisa-bisanya pikiranmu sampai ke pinggiran tirai."
"Aku tidak berpikir ke Situ sebenarnya." kata Fatty dengan jujur.
"Kebetulan saja aku meraba rabanya. Aku heran, kenapa rasanya yah., agak kaku! Tapi penemuanku ini berarti bukti bahwa
Marian tidak bersalah .Ia sama sekali tidak mengambil uang itu melainkan hanya menyembunyikannya saja, supaya jangan diambil Wilfrid'"
"Tapi kalau begitu kenapa ia kemudian menghilang?" tanya Daisy.
"Entahlah! itu potongan teka-teki yang sampai sekarang belum berhasil kucocokkan ke mana mana," kata Fatty mengaku
"Tapi setidak tidaknya penyelidikan kita sudah mengalami kemajuan."
Setelah makan malam yang agak lebih sore dan biasanya, Fatty berangkat dengan sepeda ke Marlow, bersama Larry dan Pip.
Buster tidak diajak karena anjing tidak diperbolehkan masuk ke gedung bioskop.
Anjing kecil itu melolong sedih ketika melihat Fatty berangkat.
Film malam itu bagus sekali.
Ketiga anak laki-laki itu menonton dengan asyik.
Apalagi ditambah dengan bayangan bahwa setelah itu mereka akan melakukan pelacakan.
"Aku sudah tahu di mana kandang kuda itu," kata Fatty ketika berada di luar lagi sesudah film selesai.
"Aku menelepon ke sana. Orang yang menerima mengira aku hendak menyewa kuda. Tempatnya bukan di tepi sungai, tapi di atas bukit."
Ketiga remaja itu bersepeda dengan tenang, menyusur jalan pedesaan.
Beberapa saat kemudian Fatty membelok ke kanan memasuki jalan terjal mendaki bukit.
"Kita harus lewat sini," katanya.
"Nah, bulan sudah terbit sekarang. Syukurlah, jadi kita tidak perlu bergelap gelap nanti."
Kemudian mereka terpaksa turun dari sepeda, karena jalan yang dilewati semakin bertambah terjal.
Di depan nampak jalan masuk ke kanan.
Mereka memasuki jalan itu.
Sepeda-sepeda ditinggalkan tersandar ke pagar semak.
Di dekat situ nampak bayangan beberapa bangunan. Terdengar Suara kuda terbatuk
"Mestinya inilah kandang kuda yang kita cari," kata Fatty setengah berbisik.
"Kita harus berjalan di tempat gelap. Dan jangan bersuara keras."
Kelihatannya tidak ada siapa-siapa di sekitar situ.
Pintu-pintu kandang tertutup semua.
Sekali-sekali terdengar bunyi kaki kuda dihentakkan ke lantai.
Seekor di antaranya meringkik pelan.
"Di mana tempat penyimpanan gerobak gerobak mereka?" tanya Fatty berbisik-bisik
"Aku tidak melihat satu pun di sini."
"Lihatlah di sana ada jalan lagi yang lumayan lebarnya,
" kata Pip pelan.
"Mungkin tempatnya di arah sana."
Mereka menyusur jalan yang lebar Itu.
Tiba-tiba bulan muncul dari balik awan.
Cahayanya yang terang menampakkan setiap alur yang ada di jalan.
Tiba-tiba Fatty berhenti.
"Lihatlah! Kalian lihat bekas ban itu? Tidakkah sama polanya dengan yang kusalin dalam buku catatanku? Kau mestinya tahu, Larry! karena kau juga menyalinnya dari catatanku!"
"Ya, memang sama,
" kata Larry sambil mengeluarkan salinannya.
Diambilnya senter untuk menerangi gambar pola itu, walau sinar bulan sebenarnya sudah cukup terang
"Ya, betul betul sama. Bagus! Jadi kita ternyata sudah menemukan jejak pelacakan yang tepat. Rupanya Wilfrid memakai sebuah gerobak kuda untuk mengangkut barang-barang dari Pondok Hollies kemudian dibawa kemari."
Jalan yang mereka lalui lumayan juga panjangnya. Akhirnya mereka sampai di tepi sebuah lapangan. Di tempat itu tidak ada kuda. Tapi beberapa ekor nampak di lapangan yang agak jauh dari situ. "
"Lihatlah' Gerobak-gerobak kuda, begitu pula beberapa truk!" kata Pip sambi menuding.
Benarlah! Di satu sudut lapangan itu terdapat sekumpulan gerobak yang biasa dipakai untuk mengangkut kuda . Ketiga remaja itu datang menghampiri tempat itu
"Kita periksa dalam semua gerobak ini," kata Fatty.
Ada empat gerobak di situ, dan tidak satu pun yang dikunci.
Anak anak menyorotkan senter mereka ke dalam.
Mereka sangat kecewa, karena ternyata semua kosong.
Paling paling yang nampak hanya sedikit jerami.
Fatty agak bingung
"Sekarang kita periksa roda-rodanya." katanya kemudian
"Cari gerobak yang bannya masih agak baru dengan pola terlihat jelas."
Tapi gerobak-gerobak yang ada di situ tidak satu pun yang masih baru bannya.
Sedang pola bunga
ban masing-masing juga tidak seperti yang dilihat Fatty di tempat becek di depan pekarangan Pondok Hollles
Ketiga remaja itu berpandang-pandangan
"Bagaimana sekarang?" tanya Pip.
"Kita lagi lagi menghadapi jalan buntu!"
"Kita lihat-lhat saja di sekitar sini." kata Fatty.
"Barangkali Wilfrid menaruh gerobak berisi mebel itu di salah satu tempat yang tersembunyi."
Mereka lantas mulai mencari.
Padang yang luas dilintasi.
Di seberangnya ada hutan kecil.
Fatty melihat ada jalan sempit yang menuju ke semak-semak .
Ditelusurinya jalan itu .
Tahu-tahu ia sampai ke suatu bagian yang agak becek.
Jejak ban nampak jelas di situ.
Anak anak langsung melihat bahwa pola bunganya persis seperti yang mereka cari-cari selama ini!
Fatty mengeluarkan buku catatannya untuk meyakinkan.
"Betul! Ini dia yang kita cari! Nah, sekarang kita sudah menemukan jejak yang benar!"
Mereka mengikuti jalan sempit di tengah semak hutan.
Tidak lama kemudian mereka melihat sebuah gerobak kuda berukuran agak kecil di tempat yang lapang di tengah hutan.
"Warnanya cocok. Coklatl" kata Fatty
"Dan lihatlah di sisi belakang sini ada goresan. Rupanya bagian inilah yang menyerempet tiang lampu!"
Anak-anak mencoba membuka pintu gerobak.
Ternuaata terkunci.
"Sudah kusangka,
" kata Fatty.
"Tolong junjung aku sebentar! Aku ingin mengintip ke dalam lewat jendela itu .Sialan senterku jatuh!"
Ia memungutnya kembali lalu menyalakannya.
Setelah itu Pip dan Larry menjunjungnya supaya ia bisa mencapai jendela gerobak.
Fatty melihat bahwa kaca jandela itu sudah pecah berantakan.
Ia menyorotkan senternya ke dalam.
"Ya, mebel itu ada di dalam!" serunya ke bawah dengan suara lirih
"Semuanya ada. He apa ini?"
Sebelum ia sempat melanjutkan kalimatnya, terdengar suara orang menjerit di dalam gerobak.
Pip dan Larry kaget setengah mati, sehingga mereka melepaskan Fatty yang langsung jatuh berdebam.
Sekali lagi terdengar suara menjerit, disusul oleh rintihan
"Tolong? Tolong! Aduh, tolong aku!"
"Siapa itu?" bisik Pip ketakutan
"Rupanya ada orang di dalam .Yuk, kita cepat-cepat pergi dari sini!"
"Jangan." kata Fatty.
"Aku tahu siapa yang di dalam itu. itu Marian! Aduh, rupanya ia dikurung di sini. bersama segala mebel itu!"
Bab 21 MARIAN
Fatty mengetuk-ngetuk puntu yang terkunci
"'Jangan takut." katanya
"Mungkin kami bisa menolong."
Sesaat tidak ada jawaban.
Tapi kemudian terdengar suara gemetar dari dalam gerobak.
"Anda siapa?"
"Cuma tiga anak laki-laki saja," kata Fatty
"Anda Marian?"
"Betul. Tapi dari mana kau bisa mengetahuinya? Sudah lama aku terkurung di sini. Wilfrid yang melakukannya -orang jahat itu!"
"Wah'" kata Fatty.
"Lalu, sudah berapa lama Anda ada di dalam situ?"
"Rasanya seperti sudah berhari-hari," kata Marian
"Aku tidak tahu pasti. Bisakah kau menolong aku keluar?"
"Kurasa aku bisa mendobrak pintu ini," jawab Fatty.
"Sayang lubang jendela begitu kecil! Coba lebih besar. Anda akan bisa keluar lewat situ."
"Aku memecahkan kacanya dengan harapan akan terdengar orang," kata Marian yang malang itu.
"Aku juga berteriak-teriak, sampai habis suaraku. Tapi tetap saja tidak ada yang mendengar. Rupanya Wilfrid jahat itu menyeret gerobak ini dengan kuda ke tempat yang sunyi "
"Tunggulah sebentar. nanti Anda kukeluarkan,
" kata Fatty.
Ia mengeluarkan sebuah tempat yang terbuat dari kulit. Di dalamnya terdapat berbagai alat yang bermutu.
Ukurannya serba kecil, tapi kuat sekali.
Diambilnya salah satu alat. lalu mulai mengutak-utik pintu depannya.
Tidak lama kemudian terdengar bunyi seperti ada yang lepas atau patah.
Fatty menggerakkan pegangan pintu. Ternyata daun pintu kini dapat dbuka.
Seorang gadis muncul di ambangnya .
Mukanya pucat pasi.
Ia tersenyum. sementara air matanya bercucuran
"Terima kasih," katanya.
"Aku menderita sekali selama ini. Apa yang menyebabkan kalian datang kemari malam-malam?"
"Wah. ceritanya panjang sekali," kata Fatty
"Sebaiknya Anda kami antarkan saja dulu pulang ke rumah. Ibu Anda sudah bingung sekali memikirkan nasib Anda. Dan bagaimana dengan makanan? Mudah mudahan saja Anda diberi makan dan minum selama dikurung di sini "
"Kalau soal itu, cukup banyak yang disediakan Wilfrid di sini,
" kata Marian.
"Tapi aku tidak mampu makan banyak banyak. Wilfrid itu jahat sekali"
"Memang," jawab Fatty sependapat.
"Kurasa ia tentunya tidak henti-hentinya mendesak Anda agar
mau mengatakan di mana kakek Anda menyimpan uangnya, ya?"
"Dari mana kau mengetahui segala hal ini?" tanya gadis itu dengan heran.
"Tapi itu memang benar. Wilfrid banyak utangnya. Ia meminta uang pada pamannya jadi pada kakekku. Tapi Kakek tidak mau memberi. Wilfrid marah sekali karenanya. Ia tahu bahwa Kakek menyembunyikan uangnya di salah satu tempat. Ia bertanya padaku, di mana tempat uang itu disembunyikan."
"Dan Anda mengetahuinya?" tanya Fatty
"Ya," jawab Marian.
"Kakek pernah mengatakannya padaku beberapa waktu yang Ialu. Tapi aku pun sering melihatnya merogoh rogoh bagian bawah beberapa kursi apabila ia mengira aku sedang tidak ada. Rupanya ia hendak memeriksa apakah uangnya masih ada. Tapi soal itu tak pernah kuceritakan pada siapa-siapa."
"Anda ingat pagi itu, ketika Anda mencuci tirai-tirai jendela?' kata Fatty lagi.
"Apakah ketika Wilfrid muncul saat itu ia bertanya lagi pada Anda tentang uang itu?"
"Betul," jawab Marian.
"Aku bilang padanya bahwa aku tahu di mana uang itu disimpan, tapi itu takkan kukatakan pada orang Jahat seperti dia! Ia mengatakan bahwa ia ingin meminjam sedikit saja, yang kemudian pasti akan dikembalikan. Tapi aku kenal watak Wilfrid. itu takkan dilakukannya'"
"Lalu." kata Fatty, meminta Marian meneruskan cerita.
"Nah, pagi itu ia lantas mengatakan begini 'Baiklah, Marian. Nanti kalau kau sudah pergi, aku akan datang lagi untuk mencarinya di mana-mana. Aku pasti berhasil menemukan uang itu" Begitu katanya mengancam. Aku sangat cemas, jangan jangan ia nanti benar benar berhasil "
"Karenanya Anda lantas mendapat akal bagus. Anda menyembunyikan uang simpanan kakek Anda dengan jalan menjahitkannya ke dalam lipatan tepi tirai!" kata Fatty
Marian terpakik karena kaget.
"Bagaimana kau bisa tahu? Tapi kan tidak karena sudah ditemukan oleh Wilfrid? Aduh, aku cemas terus selama terkurung di sini. Aku ingin bilang pada Kakek agar jangan bingung apabila tidak bisa menemukan simpanannya. karena sudah kuamankan ke tempat lain. Tapi aku tidak sempat lagi mengatakannya."
"Anda tidak perlu cemas. uang itu masih aman dalam lipatan tirai." kata Fatty.
"Itu tempat penyembunyian yang bagus sekali' Sekarang soal lain Anda tahu sebabnya, kenapa Wilfrid kemudian mengangkuti segala perabot kakek Anda?"
"Sore itu Wilfrid mendatangi aku di tempat tinggalku," kata Marian
"Katanya ketika ia datang ke Pondok Hollies, dijumpainya Kakek sedang berkeluh kesah dan menangis karena uangnya lenyap. Wilfrid menuduh bahwa akulah yang mengambil. Katanya aku akan diadukannya ke polisi jika tidak mau membagi uang itu dengannya!"
"Wah manis sekali watak Wilfrid itu'" kata Fatty
"Aku bersumpah-sumpah mengatakan bahwa uang itu tidak ada padaku. tapi masih ada di rumah Kakek. Di ruang duduk, di suatu tempat yang takkan mungkin bisa ditemukannya," kata Marian.
"Kukatakan pula bahwa aku berniat mengambilnya keesokan hari dan menaruhnya di bank, supaya tidak bisa diapa-apakan lagi oleh Wilfrid."
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"O, jadi begtu duduk persoalannya," kata Fatty.
"Lalu ia datang malam-malam dengan gerobak kuda ini dan kemudian mengangkut segala perabot yang ada di ruang duduk. Rupanya ia bermaksud untuk memeriksa mebel-mebel itu satu per satu dengan tenang. sampai uang itu ditemukan."
"Betul. Tapi ia tetap saja tidak berhasil karena uang itu tersembunyi dalam tirai .Sedang tirai-tirai itu tidak ikut diangkutnya," kata Marian lagi
"Ketika segala mebel sudah dibongkarnya tanpa berhasil menemukan uang itu, aku lantas dipancingnya datang kemari lalu dijebloskan ke dalam. Sedang pintu kemudian dikuncinya dari luar."
"Untuk apa ia berbuat begitu?" tanya Fatty bingung
"Saat itu Wilfrid sudah marah sekali. sampai kelihatan seperti orang gila," kata Marian.
Gadis itu gemetar ketika mengingat kembali saat-saat itu
"Katanya aku harus menunjukkan di mana uang itu disimpan dalam mebel Atau jika aku ternyata berbohong, aku harus mengatakan di mana aku menyimpannya di rumahku.Sejak itu aku
terkurung di sini. Aku menjerit dan berteriak-teriak. tapi tidak pernah ada orang datang. Setiap hari Wilfrid kemari untuk menanyakan apakah uang itu ada padaku, atau kalau tidak, mengatakan di mana uang itu disembunyikan .Ia benar-benar sudah sinting!"
"Memang begitu kelihatannya." kara Fatty.
"Tapi sudahlah, sekarang semuanya akan beres lagi .Anda kami antarkan pulang sekarang, dan besok kita akan menangani Wilfrid bersama-sama. Usahakan agar Anda besok datang ke Pondok Hollies, sekitar pukul setengah sebelas. Kami akan sudah ada di sana, kemudian Anda keluarkan sendiri uang simpanan kakek Anda dari dalam lipatan tirai"
"Ya, itu harus kulakukan," kata Marian.
"Tapi dari mana kau bisa mengetahui segala hal ini? Aneh tahu-tahu kalian bertiga muncul malam malam begini disini, lalu kau menceritakan segala hal tadi pedaku'"
"Sekarang ikut sajalah ke tempat kami menaruh sepeda tadi," kata Fatty sambil membimbing Marian.
"Sambil berjalan akan kuceritakan kenapa kami sampai bisa tahu artinya sebanyak yang memang kami ketahui. O ya, Larry tolong catatkan nomor gerobak ini. ya!"
Marian diajak ketiga remaja itu berjalan melewati kandang-kandang kuda yang sunyi sepi saat itu, menuju ke tempat di mana sepeda-sepeda tadi ditinggalkan. Sambil berjalan Fatty sibuk bercerita,
sementara Marian mendengarkan dengan perasaan heran.
"Kasihan Kakek'" kata gadis itu.
"Ia pasti bingung sekali. Tapi tak apalah, karena ia akan biasa lagi Jika uangnya sudah kembali.Kalian bertiga ini benar-benar hebat bisa berhasil mengetahui segala-galanya. Lebih hebat daripada polisi!"
Fatty mengantarkan Marian sampai di rumahnya .
"Sekarang sebetulnya belum begitu larut." kata Fatty.
"Pukul sebelas saja belum! Lihatlah jendela samping itu masih terang. Kubunyikan bel sebentar, ya supaya pintu dibukakan untuk Anda'"
"Jangan! Aku hendak masuk lewat pintu samping supaya orang di dalam tidak ribut melihat aku muncul." jawab gadis itu.
Tiba-tiba ia merangkul Fatty
"Kau hebat sekali! Besok pagi pukul setengah sebelas aku pasti muncul di rumah Kakek. Aku akan membawa gunting untuk membedah jahitan tepi tirai!"
Setelah itu Marian bergegas pergi.
Fatty menunggu sampai terdengar pintu samping ditutup lagi dengan pelan .Setelah itu barulah ia Juga pergi.
"Kita berhasil," katanya dengan puas pada Larry dan Pip yang menunggu di luar pagar
"0 ya!" kata Larry.
"Wah. aku tadi takut sekali ketika mendengar Marian tiba tiba menjerit, sehingga kau kulepaskan. Fatty. Sakit ya, jatuhmu tadi?"
"Ah, itu kan tidak apa apa!' kata Fatty.
"Bukan main pengalaman kita malam ini! Siapa yang akan mengira bahwa Wilfrid bisa sampai hati mengurung Marian dalam gerobak tadi! Rupanya ia sudah sangat terdesak sehingga bisa berbuat bagitu. Tapi sekarang pemuda yang selalu berdandan rapi itu akan menjumpai kesulitan besar'"
"Biar saja. itu kan salahnya sendiri!" tukas Pip
"Tapi kalau Marian, menurutku dia itu gadis yang baik. Aku tak pernah beranggapan bahwa ia mungkin mencuri uang kakeknya? "
Ketiga remaja itu kini cepat-cepat bersepeda pulang, Pip mulai merasa tidak enak.
"Wah, sekarang aku juga akan mengalami kesulitan, karena selama ini masih keluyuran di luar rumah," katanya.
"Aku juga. apabila orang tuaku tidak kebetulan pergi malam ini," kata Larry.
"Kau enak, Fatty! ayah dan ibumu kelihatannya tidak pernah mengatakan apa-apa."
"Aku kan lebih tua daripada kalian," kata Fatty,
"dan pikiranku juga sudah lebih matang! Tapi jika kau nanti kena marah, Pip. bilang saja bahwa tadi terjadi sesuatu yang tak tersangka-sangka. Sekarang kau belum bisa mengatakan lebih lanjut, tapi besok pagi segala galanya pasti beres .Bilang saja begitu pada ayah dan ibumu jika mereka nanti marah!"
"Baiklah," kata Pip.
"Tapi kau sendiri, apa yang akan kaulakukan sekarang? Tidak, tidak usah
bilang, kurasa . aku sudah tahu. Kau akan menelepon Komisaris Jenks!"
"Betul! Kau jadi juara kelas kali ini. Pip!" kata Fatty bercanda
"Yah, di sini kita harus berpisah. Jadi sampai besok pagi pukul setengah sebelas di Pondok Hollies. Jangan lupa mengajak Daisy dan Bets!"
Sesampai di rumah Fatty menyimpan sepedanya dulu di gudang, lalu masuk ke dalam lewat pintu samping.
Orang tuanya saat itu sedang main kartu di ruang duduk.
Bagus! dengan begitu ia juga tidak mau mengganggu mereka. Ia akan menelepon Pak Komisaris dengan pesawat yang ada dalam kamar tidur ibunya, dan bukan dari serambi dalam, supaya bisa berbicara dengan lebih leluasa
Fatty berjingkat-jingkat menuju kamar tidur ibunya, lalu menutup pintu dari dalam.
Diangkatnya gagang telepon dan diputarnya nomor Kantor Polisi Pusat
"Ya, di sini Kantor Polisi."
"Komisaris Jenks ada, Pak?" tanya Fatty pada petugas yang menjawab
"Kalau tidak, akan kutelepon dia di rumahnya. Ini urusan penting!"
"Pak Komisaris sudah pulang. Kuberikan saja nomor rumahnya." kata petugas itu.
"Nomornya, Banks 00165."
"Terima kasih," kata Fatty.
Kemudian diputarnya nomor yang disebutkan petugas itu tadi.
Rupanya Komisaris Jenks belum tidur, karena ia langsung menjawab.
"Ya, ada apa?"
"Di sini Frederick Trotteville. Pak," kata Fatty.
"pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat atas pengangkatan Anda."
"Terima kasih. Frederick," kata komisans itu,
"tapi kau menelepon selarut ini kan tidak hanya untuk mengatakan itu saja. Betul, kan?"
"Betul. Pak," kata Fatty.
"Saya juga hendak mengatakan bahwa kami ikut menangani kasus Pondok Hollies."
"Kasus Hollies? Ya, ya, aku tahu laki-laki tua yang kehilangan uangnya karena dicuri orang. lalu perabotnya diangkut pergi, sedang cucunya menghilang. kasus itu kan, maksudmu?"
"Tepat, Pak," kata Fatty
"Dan kami..."
"Nanti dulu," kata Pak Komisaris,
"biar aku mencoba menebak Frederick! Kalian berhasil menemukan uang dan mebel yang hilang, begitu pula gadis itu Betul tidak?"
"Ya, memang betul, Pak," kata Fatty sambil tertawa
"Dari mana Anda tahu?"
"Dua hari yang lalu ada laporan dari Pak Goon .Pada kesempatan itu ia menyampaikan keluhan bahwa Frederick Trotteville mengganggu pekerjaan penegak hukum," kata Komisaris Jenks sambil tertawa kecil.
"Aku lantas menduga bahwa itu berarti pengusutan kalian berjalan lebih lancar. Pak Goon waktu itu juga menyatakan keyakinannya bahwa gadis cucu laki-laki tua itu minggat dengan -membawa lari uang yang dicurinya. Pak Goon
bermaksud langsung menangkap gadis itu apabila sudah diketahui di mana ia berada."
"Jadi begitu pendapat Pak Goon? Ia keliru," kata Fatty.
"Bisakah Anda besok pagi datang ke Pondok Hollies, Pak? Begitulah. sekitar pukul setengah sebelas. Saat itu urusan ini akan sudah kami bereskan!"
"Baiklah, aku akan datang." kata Pak Komisaris.
"Aku memang berniat hendak ke sana untuk melihat perkembangan pengusutan. Aku agak kaget juga ketika mendengar kabar bahwa gadis itu secara tiba-tiba saja lenyap, karena menurut apa yang kudengar mengenainya, ia gadis yang baik hati. Mudah mudahan saja kau benar-benar bisa membuktikan bahwa ia tidak bersalah, Frederick."
"Ya, mudah-mudahan saja, Pak," kata Fatty dengan sikap hendak merendah
"O ya anu _ apakah Pak Goon besok juga akan turut hadir di sana?"
"Tentu saja! Nantilah, akan kuberi kabar padanya." kata Pak Komisaris.
"Yah, sebetulnya kenapa segala urusan yang menyangkut desa kalian tidak kami serahkan saja padamu untuk ditangani, Frederick? Kelihatannya kau pasti mampu. Bagaimana kabar Bets? Apakah ia juga ikut dalam penyelidikan sekarang ini?"
"0 ya, kami semua ikut, Pak," kata Fatty.
"Baiklah kalau begitu, Pak! Besok pagi pukul setengah sebelas kami akan sudah menunggu di Pondok Hollies. Selamat malam. Pak!"
Fatty menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dengan Sikap puas. Hampir saja ia menandak-nandak dalam kamar itu.
Tapi tiba-tiba ia teringat bahwa saat itu ia ada dalam kamar ibunya. Dan kamar itu letaknya tepat di atas ruang duduk. Pasti orang tuanya kaget sekali apabila tiba-tiba dari atas kepala mereka terdmgar bunyi "gedebak-gedebuk'. seperti ada gajah sedang berpesta!
Karenanya Fatty lantas pergi ke kamar tidurnya dengan tenang,
Bab 22 PERTUNJUKAN YANG MENARIK!
Keesokan paginya agak banyak juga orang berdatangan ke Pondok Hollies.
Fatty, Larry. Daisy, Pip, dan Bets datang paling awal.
Fatty membuka pintu depan rumah dengan anak kunci yang masih dipegangnya.
Pak Henri yang duduk di belakang jendela rumah sebelah melihat mereka datang.
Tidak sampai dua menit kemudian ia sudah menyusul
"Selamat pagi'" sapanya
"Kau waktu itu tidak mengembalikan anak kunci padaku. Frederick! Pemuda keponakan yang punya rumah ini siapa ya namanya _?"
"Wilfrid," kata Fatty.
"Ya, betul -Wilfrid. Nah, Wilfrid jengkel ketika mengetahui bahwa anak kunci itu tidak ada padaku. Katanya ia lupa membawa anak kunci yang ada padanya. Ia ingin masuk untuk melihat apakah semuanya beres di dalam."
"Begitu katanya, ya," kata Fatty.
"Kurasa ia pasti hendak mencari sekali lagi. Untung saja tidak jadi. "
"Katanya ia akan datang lagi" kata Pak Henri
"Bagus!" kata Fatty.
"Makin banyak yang muncul, makin baik. Anda juga jangan pergi dulu.
Sebentar lagi akan ada keramaian di sini. Anda pasti bisa asyik .Bagaimanapun, Anda kan juga mengambil bagian dalam urusan ini, hampir sejak awalnya."
"Tentu saja aku mau tinggal," kata Pak Henri berseri seri.
"Nah siapa lagi yang datang itu?"
"Itu Marian!" kata Fatty lalu melesat ke pintu untuk menyongsong.
Gadis itu kini nampak sudah jauh lebih segar.
Ia tersenyum ke arah semua yang ada disitu .Kemudian dilihatnya keadaan ruangan yang kosong
"Aneh kelihatannya, tanpa mebel" katanya .
Pandangannya beralih ke tirai-tirai yang tergantung di jendela.
Ia menjamah salah satu tepinya .
Fatty memandangnya sambil tersenyum
"Bagus sekali jahitan pinggirnya, ya?" katanya penuh arti.
"Marian, sebaiknya Anda duduk saja dulu di kamar belakang sampai kami memanggil Anda nanti. Aku ingin menampilkan Anda sebagai __ yah, katakanlah sebagai kejutan!"
"Baiklah. aku ke belakang sekarang" kata Marian.
"Tapi pintu akan kubiarkan terbuka secelah. Aku ingin mendengar segala pembicaraan yang berlangsung "
"Aduh. Fatty! kau Sibuk mengatur seolah olah akan ada pertunjukan," kata Bets sambil cekikikan
"Memang begitu kenyataannya. Sebentar lagi akan ada pertunjukan di sini." kata Fatty
"Nah, siapa itu yang datang?"
Pak Goon! Nampak tampangnya agak heran ketika ia menghampiri jalan masuk .
Polisi desa itu
turun dari sepedanya, yang kemudian disandarkannya pada tembok rumah.
Fatty pergi membukakan pintu
"Selamat datang." sapanya.
Pak Goon menatapnya sambil cemberut
"Mau apa kau di sini?" tukasnya.
"Ayo pergi' Sebentar lagi Pak Komisaris akan datang kemari khusus untuk berunding dengan aku tentang kasus ini. Aku sudah siap dengan segala catatanku. Ayo. cepat pergi dari sini! Dan jangan kaubiarkan anjingmu itu mengendus endus mata kakiku, Jika kau tidak ingin dia kuadukan pada Pak Komisaris nanti "
"Duduk, Buster'" kata Fatty.
Ia berpaling lagi pada Pak Goon
"Wah, banyaknya catatan Anda, Pak Goon! Pekerjaan hebat! Jadi misteri itu telah Anda selidiki sampai tuntas?"
"Kejadian ini sama sekali tidak merupakan misteri bagiku," kata Pak Goon dengan sikap merendahkan.
"Gadis itu minggat dengan membawa uang serta perabot kakeknya. Sebentar lagi aku pasti akan berhasil menangkapnya.Aku sudah mendapat informasi di mana ia kini berada."
"O ya?" kata Fatty pura-pura berminat.
"Masih di sini-sini juga?"
Pak Goon mendengus.
"Tidak, Jauh sekali dari sini. Tapi aku tidak mau mengatakan apa-apa lagi. Percuma saja mencoba mengorek keterangan dariku! Aku nanti akan berembuk dengan Pak Komisaris tentang urusan
ini. Kau sudah harus pergi dari sini sebelum ia datang. Cepat, pergi!"
"Itu Pak Komisaris." kata Fatty.
Sebuah mobil dinas yang mulus dan berwarna hitam berhenti di depan pintu pagar.
Komisaris Jenks turun diikuti oleh seorang detektif berpakaian preman.
Bets melesat ke luar' menyongsong orang yang sangat disenanginya itu. Pak Komisaris menjunjung anak itu tinggi-tinggi.
"Wah, ini kan Bets! Apa kabar? Halo, Daisy bagaimana keadaanmu sekarang? Halo Larry, Pip, Frederick! Kalian kelihatannya begitu berseri-seri semuanya."
"Saya tadi sudah mengatakan Anda sebentar lagi datang. tapi mereka tetap saja tidak mau pergi, Pak," kata Pak Goon. ia mengatakan begitu dengan maksud agar Komisaris Jenks mengerti, lalu menyuruh kelima remaja itu pergi.
Tapi Pak Komisaris sama sekali tidak melakukannya.
Ia hanya bertanya siapa Pak Henri.
Fatty menjelaskan
Pak Goon menggerak-gerakkan catatannya sambil mendehem-dehem. Pak Komisaris berpaling dan menatapnya dengan tajam
"Ada sesuatu yang hendak kaukatakan, Goon?"
"Ya anu --yah, tentu saja ada, Pak." kata Pak Goon dengan sikap agak tersinggung
"Saya rasa Anda tentunya ingin bicara dengan saya mengenai urusan Pondok Hollies ini. Pak. Apabila Anda sekarang menyuruh anak-anak ini pergi dulu..."
"Tidak! Mungkin mereka nanti bisa mengatakan sesuatu yang akan membantu tugas kita, Goon," kata atasan polisi desa itu.
"Bahkan mungkin pula mereka mengetahui beberapa hal yang sama sekali tidak kita duga!"
Dari tampang Pak Goon nampak jelas bahwa ia menyangsikan kemungkinan itu.
"Urusan ini sebenarnya sepele saja, Pak," katanya.
"Seorang gadis jahat yang mencuri uang kakeknya serta melarikan segala perabot, lalu ia sendiri menghilang."
"Eh, kusangka gadis itu dikenal berwatak sangat baik, Goan." kata Pak Komisaris.
"Gadis baik seperti dia tidak mungkin dengan tiba tiba saja berbuat Jahat. Lagi pula, dari mana kita tahu pasti bahwa ia yang mencuri uang itu?"
"Memang bukan dia," kata Fatty.
"Tidak ada yang mencuri uang itu"
"Kau sinting," tukas Pak Goon.
Ia lupa bahwa atasannya ada di situ.
"Kalau tidak ada yang mencuri, lalu mana uang itu sekarang?"
"Disembunyikan gadis itu," kata Fatty.
"Ia khawatir bahwa Wilfrid--jadi keponakan laki laki tua itu, Pak Komisaris --merampasnya jika tidak ditaruh di tempat yang benar-benar aman."
"Hahh!" tukas Pak Goon.
"Omong kosong! Aku baru mau percaya jika kau tunjukkan di mana ia menyembunyikannya'."
"Boleh saja," kata Fatty sambil menghampiri tirai. Ia menyelipkan ibu jari dan telunguknya ke dalam lipatan pinggir yang jahitannya sudah
dilepaskan olehnya sehari sebelumnya. lalu mengeluarkan selembar uang yang terselip di situ.
Uang itu ditunjukkannya pada Pak Goon. Pak Henri, serta Komisaris Jenks.
Semua menatap dengan heran.
Pak Goon melongo
"Lihatlah uang satu pound?" kata Fatty.
Dikeluarkannya seleebar lagi dari dalam jahitan, seolah-olah sedang main sulap.
"lipatan pinggir tirai ini penuh dengan lembaran uang _ tempat penyembunyian yang hebat sekali. Pak Goon, Anda mestinya masih ingat bahwa pagi hari saat perampokan terjadi, Marian jadi gadis itu sedang menyetrika tirai, kan? Nah, ketika itu Wilfrid datang kemari. Ia mengancam akan mencari simpanan laci-laki tua itu sampai dapat ---begitu gadis itu pergi. jika ia tidak mau menyerahkannya saatitu juga padanya...."
"Gadis itu takut kalau-kalau laki-laki muda itu berhasil, dan karenanya mengeluarkannya dari tempat penyembunyian yang lama yang entah di mana letaknya lalu menjahitkannya ke dalam lipatan tirai," kata Pak Komisaris.
'Gadis itu ternyata banyak juga akalnya."
Pak Goon meneguk ludah beberapa kali, karena tidak bisa mengatakan apa-apa. Pak Henri tertawa senang.
"Bagus sekali," katanya dengan logat Prancis yang kentara sekali.
"Dan sekarang kau akan mengatakan di mana'segala mebel yang hilang itu, ?"
"Hahh!" tukas Pak Goon.
Ia tidak bisa menahan kejengkelannya terhadap Fatty.
"Apa katamu, Goon?" tanya atasan polisi desa itu.
"Bisakah kau mengatakan di mana barang barang itu?"
"Tidak, Pak. Tapi orang lain juga tidak ada yang bisa," kata Pak Goon.
"Tidak ada yang melihat ketika barang-barang itu dibawa pergi. begitu pula siapa yang mengambil dan dibawa ke mana. Saya sendiri sudah mencari sampai ke mana-mana!"
"Bagaimana, Frederick? Bisakah kau memberi keterangan mengenai hal-hal yang disebutkan Pak Goon ini?" tanya Komisaris Jenks.
"Bisa. Pak," jawab Fatty.
"Wilfrid datang malam-malam kemari bersama seorang teman, lalu mengangkut mebel mebel itu satu per satu ke luar "
"Hahh!" dengus Pak Goon lagi.
"Mendengar bualanmu itu, seakan-akan kau ada disini waktu itu!"
"Kebetulan memang begitulah kenyataannya." kata Fatty.
"Barang-barang itu dibawa pergi dalam gerobak yang biasanya dipakai untuk mengangkut kuda. Berapa nomor gerobak itu, Larry?"
"OKX I43," kata Larry sambil melihat catatannya.
"Ya, betul," kata Fatty lagi
"Dan sekarang barang-barang itu masih ada di dalamnya, walau keadaannya sudah berantakan. Gerobak itu disembunyikan dalam suatu hutan kecil dekat kandang kuda perusahaan King di desa Marlow.
Saya kapan saja bersedia mengantar Anda ke sana, Pak Goon."
"Baiklah! Jadi uang berhasil kautemukan, begitu pula perabotnya. Tapi gadis itu masih tetap lenyap!" kata Pak Goon
"Sedang aku sudah mendapat keterangan, di mana ia sekarang berada!"
"Wah, hebat dong, Pak Goon," kata Fatty
"Coba katakan di mana menurut Anda ia sekarang berada. Nanti kukatakan, dimana menurutku ia ada saat ini."
"Menurut keterangan yang kuperoleh, gadis itu lari ke seberang laut-ke Irlandia," kata Pak Goon.
"Dan aku mendapat keterangan bahwa ia ada di kamar sebelah," kata Fatty sambil nyengir.
"Marian! Datanglah kemari!"
Sekali lagi Pak Goon melongo.
Sementara Marian masuk dengan sikap malu-malu.
Pak Henri berseru heran.
Sedari tadi ia sudah bertanya-tanya
dalam hati, siapa wanita muda itu.
Sebelumnya ia baru sekali melihatnya.
Karenanya ia tidak ingat lagi. Sedang Komisaris melirik sebentar ke arah detektif bawahannya yang nampak tercengang, lalu mengedipkan mata.
"Asyik sekali pertunjukan ini!" katanya.
Detektif itu mengangguk sambil nyengir.
Ia melangkah ke depan untuk mengajukan beberapa pertanyaan
pada Marian.
Ke manakah ia sewaktu menghilang?
Dan apa yang menyebabkan ia pergi?
Detektif itu dengan sigap mencatat semua jawaban yang
diberikan, sementara Pak Goon mendengarkan dengan takjub.
"Jadi kalau begitu ketiga anak laki laki ini yang kemarin malam menemukan Anda terkurung dalam gerobak kuda?" tanyanya meminta penegasan.
"Dan kerabat Anda sendiri yang bernama Wilfrid yang mengurung Anda di situ?"
"Nanti dulu!" seru Pak Goon.
"Anda mengatakan anak anak ini menemukannya dalam gerobak kuda. Bagaimana mereka bisa mengetahui bahwa ia ada disitu? Apa sebabnya itu tidak diberitahukan pada saya?"
"Frederick meneleponku kemarin malam," kata atasannya
"Tindakannya tepat, karena ada saja kemungkinan bahwa Anda tidak mau mempercayainya. Goon. "
Pak Goon terperangah .
Mukanya menyadi ungu.
Ia memalingkan diri, memandang ke luar lewat jendela .
Huhh, anak itu!
Anak sialan!
"Dan sekarang tinggal sahabat kita -Wilfrid -saja yang masih kurang untuk melengkapi pertunjukan asyik ini," kata Pak Komisaris.
"Tapi kurasa bahkan kaupun tidak mampu mengusahakan agar ia muncul di sini, Frederick "
Fatty baru saja hendak mengatakan dengan agak kecewa bahwa ia memang tidak bisa .
Tapi saat itu didengarnya bunyi pintu pagar dibuka lalu ditutup kembali.
Fatty memandang ke arah depan .
Dan ia melihat Wilfrid!
Wiltrid datang karena hendak sekali lagi mencari cari uang kakek Marian.
Ia bergegas gegas
masuk ketika melihat pintu depan terbuka. Kakinya melangkahi ambang dan tertegun seketika itu juga.
Dengan langkah santai detektif bawahan Pak Komisaris beranjak ke sisinya
"Wah! Ada apa ini'" kata Wilfrid heran
"Ada sesuatu yang terjadi, ya?"
Saat itu barulah dilihatnya Marian ada di situ.
Muka Wilfrid langsung pucat.
"Marian! Kenapa kau ada d sini?" katanya terbata-bata.
"Kaukira aku masih ada dalam gerobak itu, ya?" tukas Marian.
"Kau keliru, nyatanya aku ada di sini sekarang! Aku datang untuk mengambil uang Kakek yang kusembunyikan waktu itu _ itu. di sana, dalam lipatan pinggir tirai itu! Kau tidak bisa mengambilnya lagi sekarang, untuk membayar segala utangmu!"
Wilfrid hanya bisa memandang dengan kecut, sementara Marian menarik uang itu selembar demi selembar dari dalam lipatan.
Laki-laki muda berpakaian rapi itu mengusap keningnya. Tahu tahu ia meloncat mundur ke arah pintu.
Pasukan Mau Tahu 11 Misteri Di Holly Lane di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi detektif yang mengawasinya lebih sigap.
Lengan Wilfrid dicengkeram dengan jari jari yang kokoh seperti baja.
"Jangan pergi dulu, Wilfrid," kata Pak Komisaris.
"Masih banyak pertanyaan yang ingin kami ajukan padamu."
Nada suara pejabat polisi itu berubah .
Tidak lagi terdengar riang dan ramah, seperti kalau sedang berbicara dengan anak-anak.
Bets bergidik sedikit.
Pak Komisaris sahabat baik mereka.
Tapi bagi orang-orang seperti Wilfrid ia lawan yang tegar Keras dan tak kenal damai.
Wilfrid berdiri lesu di depan Pak Komisaris .
Muka laki-!aki muda itu pucat pasi.
Sedang tubuhnya gemetar dari ubun ubun sampai ke ujung kaki.
"Johns," kata Pak Komisaris pada detektif yang mencengkeram Wilfrid,
"anda disini dulu bersama Pak Goon untuk memeriksa tahanan kita. Setelah itu giring dia ke kantor polisi. Sejam lagi aku kembali "
"Baik, Pak," kata Detektif Johns.
Pak Goon menggumam, tapi tidak ada yang menangkap kata-katanya.
Tapi itu tidak penting, karena memang tidak ada yang memperhatikan.
Kasihan Pak Goon, kelihatannya lesu sekali sementara Pak Komisaris pergi bersama anak anak serta Marian
Pak Henri ikut keluar.
Di pintu pagar ia mengucapkan selamat berpisah
"Saya ingin cepat cepat bercerita pada Kakak." katanya
"Mampir lagi ya, begitu kalian punya waktu. Au remix!"
"Ke mana kita ini?" tanya Bets sambil menggelantung pada lengan Pak Komisaris yang kekar.
"Bukankah di dekat sini ada tempat yang menjual eskrim dan kue makron?" kata pejabat polisi itu .
"Aku tadi sarapan pagi sekali. Lagi pula aku jarang bertemu dengan kalian! Pagi ini semua akan kutraktir -termasuk Marian! Ia kelihatannya perlu diisi sedikit perutnya. Tentunya Anda
kelaparan sewaktu terkurung dalam gerobak kuda itu, Marian!"
"Saya waktu itu tidak berselera. Pak," Jawab Marian
"Tapi sekarang saya sudah biasa lagi. Begitu pula ibu saya, ia begitu lega ketika melihat saya muncul kembali. Jika tidak ada ketiga anak laki-laki ini, mungkin saya masih tetap terkurung di sana sekarang!"
"Nah. ini dia tempat yang kumaksudkan," kata Komisaris Jenis.
Ia berhenti di depan toko pembuat Susu.
"Ya, makron terenak yang pernah kumakan datangnya dari tempat ini. Yuk, kita masuk!"
Wanita pemilik toko itu tercengang melihat begitu banyak tamu datang serempak.
Tujuh orang sekaligus, ditambah dengan seekor anjing kecil.
Anjing itu juga ikut dihitungnya. karena ia tahu bahwa Buster gemar sekali makan kue makron serta menjilat es krim
"Kue makronnya, Bu, dua puluh satu potong. Eh, maaf, Buster maksudku dua puluh empat," kata Pak Komisaris.
"Dan eskrim delapan mangkuk untuk babak pertama. Lalu limun untuk semua -kecuali anjing ini "
"Baik, Pak," kata wanita itu lalu bergegas pergi.
Sesaat kemudian ia sudah kembali, membawakan limun
"Yang lainnya menyusul "
Komisaris Jenks mengangkat gelasnya
"Kita minum menyambut saat Frederick Trotteville nanti menjadi tangan kananku," katanya.
Muka Fatty memerah karena bangga.
Semua meneguk limun masing-masing.
setelah itu Fatty yang mulai mengangkat gelas.
"Kita minum untuk menghormati calon atasanku, Komisaris Jenks!"
Semua minum lagi.
Kini hanya gelas Pak Komisaris saja yang masih ada isinya sedikit. .
"Sayang ah, kalau diminum begitu saja," katanya.
"Nah, sekarang aku minum untuk menghormati Pasukan Mau Tahu! Semoga masih banyak misteri yang akan kalian temukan!"
Ya, betul !
Misteri yang sangat misterius!
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://ceritasilat-novel.blogspot.com
Sampai jumpa di lain kisah ya !!!
Situbondo,14 September 2018
Terimakasih
TAMAT Hijaunya Lembah Hijaunya 17 Pendekar Slebor 08 Pengejaran Ke Cina Pertunangan Berdarah 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama