Pencuri Hati Karya Rara El Hasan Bagian 2
" Untuk apa kamu menanyakan hal itu." Sahut sesillia meminta penjelasan.
" Kamu ingat surat perjanjian yang sudah kamu tanda tangani." Kali ini ekspresi Lusiano berubah serius.
" Tentu saja." Tukas sesillia sekedarnya.
" Ok... Dua hari lagi kamu harus ikut aku pers comfres, beberkan semua mengenai pernikahan, hingga perceraianmu, bawa bukti- bukti yang ada." Ujar lusiano
dengan ekspresi wajah datar, Jika seperti ini Lusiano benar-benar bisa mengintimidasi sesillia.
" Maksudnya apa ini lusiano? Apa untungnya untukmu? Kamu juga tidak mengenal mantan suamiku." Sahut Sesillia tidak suka..
" Aku mengenal Hendra, Hendra adalah Rival bisnisku, ia berusaha menghancurkanku dengan cara licik dan sekarang aku akan menghancurkannya dengan cara yang
sama." Ujar Lusiano emosional.
" Jadi kamu mengenal Hendra, tapi kenapa kamu seakan tidak mengenalnya dulu." Sentak sesillia mulai emosi juga.
" Kamu sudah menandatangani surat perjanjian itu Sesillia, ingat salah satu isi poinnya, kamu harus mengikuti semua kemauanku." Ujar Lusiano sedikit menenangkan
diri sendiri. " Sesillia bangkit dari tempat duduknya, menatap Lusiano kecewa. Tanpa diduga, air mata mengalir membasahi pipinya, ternyata kebaikan Lusiano ada maksudnya,
tidak ikhlas dari hati. " Jangan berharap Lusiano! Aku tidak akan menuruti kemauanmu dan satu lagi, aku tidak mau ada urusan lagi dengan Hendra" Ujar Sesillia, kemudian pergi
meninggalkan Lusiano. " Sesillia, sesillia......" Panggil Lusiano, tetapi tidak diindakan oleh Sesillia.
Sesillia mempercepat langkahnya, Lusiano menguikuti dibelakangnya. Ia tidak mau laki-laki itu memaksanya melakukan hal itu. Ia tidak mau kehilangan Siena,
ya! Saat pengacara Hendra datang kerumah sakit dulu, pengacara itu mengacam sesillia agar tidak mengatakan pada Siapapun bahwa ia mantan istri Hendra,
kalau tidak Siena akan diambil paksa oleh Hendra. Memang dari dulu pernikahannya terkesan sembunyi-sembunyi, Hendra pun tidak pernah membawa sesillia kekantornya
atau mengenalkannya pada teman-teman hendra. Dua hari yang lalupun Sesillia baru tahu kalau rumah yang dulu ditempati hendra dan dirinya sudah dijual.
Sekarang ia tidak tahu hendra dan istri barunya tinggal dimana.
Air mata terus mengalir dari pelupuk mata sesillia, Ia mengira suatu saat Lusiano bisa memiliki perasaan yang sama seperti dirinya, tapi sepertinya tidak
mungkin, Lusiano hanya menggunakannya sebagai alat Bisnis.
" Sesillia!" Teriak Lusiano.
Sesillia semakin memepercepat langkahnya, bahkan terlihat sedikit berlari. Sakit, kenapa hatinya terasa begitu sakit, perasaan cinta yang baru saja muncul,
sepertinya harus segera dibinasakan. Sesillia berlari tanpa arah, ia pun tak menyadari telah melangkah ketengah jalan.
" Sesillia! Awas!" Teriak Lusiano.
Sesillia tersadar, ia menoleh kesamping Kanannya, seketika matanya membelalak sempurna.
" AAAAAAAAAAAAAAAAAA."
" BRUUUUAAAAKKKK."
Sebuah mobil pick up menabrak tubuh sesillia kencang, tubuh wanita itu terpelanting cukup jauh, sesillia langsung tak sadarkan diri, dengan darah keluar
dari hidung dan keningnya, Keadaan semakin mencekam ketika Siena bayi Sesillia menangis amat kencang, darah segar juga keluar dari kepala bayi kecil itu.
?Lusiano tersentak kaget, segera Lusiano berlari menghampiri sesillia, melihat kondisi wanita yang dikenalnya itu begitu mengenaskan. Air mata menetes
dari mata Lusiano, baru kali ini Lusiano menangisi seorang wanita, kecuali Ibunya. Selain Lusiano, orang-orang yang disekitar juga mulai berdatangan melihat
kondisi Sesillia. Seorang wanita mengambil Siena dari gendongan sesillia yang sudah tidak sadarkan diri, Lusiano mengangkat kepala sesillia, mengoyangkan
tubuhnya pelan. " Sesill." Panggil Lusiano.
" Pak, sepertinya tangan bayi ini patah." Ujar wanita yang menggendong Siena. Lusiano membelalak, segera mendekati wanita itu melihat Siena, benar saja
tangan kanan Siena sepertinya patah. Tanpa banyak bicara lagi Lusiano meminta wanita itu membawa Siena ke mobilnya sedangkan Lusiano menggendong tubuh
sesillia. " Pak saya akan ikut, untuk menjaga istri dan putri bapak, bapak konsentrasi menyetir saja." Ujar wanita yang mengenakan baju pelayan restoran itu.
" Terima kasih ibu." Ujar Lusiano sembari menyetater mobil,? setelah itu Lusiano melajukan mobilnya cepat mencari Rumas sakit terdekat.
Lusiano cemas, ia terlihat khawatir. Ia terus berdoa dalam hati untuk keselamatan Sesillia.? " Tuhan, selama ini memang aku sudah sangat jauh darimu, tapi
izinkan aku untuk memohon padamu hari ini, selamatkan mereka, selamatkan Sesillia dan si kecil Siena." Doa yang begitu ikhlas dan sepenuh hati.
**** Chapter 13 Sesillia bangun dengan rasa sakit teramat dikepala, ia mengedarkan pandangannya kesekitar, sebuah ruangan cukup besar, didominasi warna putih dan bau karbol
sedikit menyengat, ruangan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Rumah sakit, ini seperti dirumah sakit, terakhir kali yang ia ingat sebuah mobil menabrak
tubuhnya dan Siena, Siena? Raut wajah sesillia seketika berubah cemas, dengan cepat ia turun dari ranjang, berjalan menuju pintu. Ia harus menemui dokter
atau orang yang telah menolongnya tadi untuk menanyakan keadaan seina, karena ia tidak menemukan satu orang pun diruangan ini
Sesillia membuka kenop pintu, kemudian menoleh kekanan dan kekiri apakah ada orang disekitar sini. Ternyata sama saja, tidak ada orang satu pun.
Dengan kaki sedikit pincang karena luka cukup lebar dipahanya, Sesillia berjalan menyusuri lorong rumah sakit.
tak jauh dari ruangannya tadi? sesillia melihat lusiano berdiri di depan ruang icu, laki laki itu sedang mengobrol dengan seorang? dokter. Sesillia mendekati
mereka, membuat lusiano dan dokter itu kaget.
"Sesillia, kenapa ada disini, kamu harus istirahat." Ujar lusiano sembari melingkarkan lengannya kepingang sesillia, menahan tubuh sesillia yang terhuyung-huyung.
" jangan sentuh aku!" Tukas sesillia sinis. Lusiano membelalak dan segera melepaskan rangkulannya.
" dimana siena!" Tanya sesillia pada lusiano.
" diruang ICU, dokter lukman ini yang menangani siena." Sahut lusiano. Membuat sesillia segera mengalihkan pandangan ke dokter yang ada didepannya.
"dok, bagaimana keadaan siena putri saya." Ujar sesillia cemas.
" maaf bu, keadaan anak anda cukup kritis, seepatnya ia harus di operasi, karena tulang di pergelangan tangannya bergeser. " ujar dokter lukman. Bagai
disambar petir disiang bolong, berita itu begitu menohok hati sesillia, kondisi tubuhnya yang sudah lemah kini bertambah semakin lemah. Seperti tak sanggup
merima kenyataan tubuh sesillia jatuh terkulai tak sadarkan diri, untung saja lusiano sigap menangkap tubuh sesillia, Hingga tak sampai jatuh ke lantai.
?????????????????????????????????? ****
Lusiano menuggu sesillia di ruangannya, sudah dua jam lebih wanita itu tak kunjung bangun. Lusiano merebahkan tubunya diatas sofa, berniat tidur? ketika
teriakan sesillia, membangunkannya.
Sesillia bangun menggeragap, napasnya memburu, keringat mengucur deras dari keningnya, lusiano segera menghampir sesillia, mengusap usap punggung wanita
itu menenangkan. " kamu kenapa sesillia?" Tanya lusiano cemas.
" aku bermimpi melihat makan dengan batu nisan bertuliskan nama seina."ujar sesillia dengan napas tersengal sengal.
" mungkin mimpi itu hadir karena kamu terlalu khawatir."? Sahut lusiano mencoba untuk menenangkan sesillia yang begitu ketakutan.
" apa kamu tahu beraba biaya untuk operasi siena." Tanya sesillia.
" menurut dokter lukman kurang lebih sepulih juta." Ujar lusiano membuat sesillia tercengang.
" lusiano aku mau membeberkan semua? tentang hendra, asal siena bisa dioperasi hari ini juga." Ujar sesillia yakin, kini giliran lusiano yang tercengan
dengan penuturan sesillia.
" kamu yakin? Serius?" Tukas lusiano memastikan.
" iya, segera lakukan sebelum aku berubah pikiran lagi." Ujar sesillia datar. Lusiano tersenyum bahagia, ternyata cukup mudah merubah pendirian wanita ini.
" oke oke... aku ke administrasi sekarang." Tukas lusiano semangat, kemudian ia segera keluar ruangan meninggalkan sesillia yang mulai menangis, entah
keputusan yang baru saja diambilnya benar atau salah, yang ada terpenting sekarang seina bisa segera sembuh.
Sesellia turun dari ranjang, kemudian mengganti baju pasien dengan pakaian yang dikenakannya tadi, maxi putih dengan bercak darah dibeberapa bagian. setelah
itu ia memutuskan menyusul lusiano ke loket administrasi.
Belum sampai ke loket administrasi, lusiano terlihat menghampirinya.
" lusiano, bagaiman sudah?" Tanya sesillia. Ekspresi wajah lusiano seketika berubah kesal, ia mencekal pergelangan tangan sesillia halus.
" apa apaan kamu ini, kenapa pakai baju ini, kamu itu masih harus banyak istrahat." Tukas lusiano kesal.
" aku tidak apa apa lusiano, aku semakin merasa kesakitan jika harus tidur tiduran di kamar, sedangkan anakku sedang bergelung dengan maut." Teriak sesillia
sesenggukan karena air mata terus mengalir dari matanya, seperti tak ada habisnya tuh .
Lusiano terdiam, ia menjadi iba melihat sesillia, padahal selama ini dimata lusiano sesillia merupakan wanita dengan kepribadian tenang dan selalu tersenyum,
tapi wanita disepannya sekarang, bukan seperti.sesillia yang dikenalnya, wanita didepannya ini begitu kacau.
Lusino menarik tubuh sesillia kedalam pelukannya, memeluknya erat, membiarkan wanita itu menangis di bahunya.
Setelah beberapa detik berpelukan, lusiano melepaskan pelukannya,sembari menatap sesillia lekat lekat.
" ya sudah, kita ke ruang ICU, proses operasi siena mulai berjalan." Ajak lusiano yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia.
" tapi tunggu sebentar disini ya, aku selesaikan administrasi? perawatanmu dulu." Ujar lusiano menambahi. Lagi lagi sesillia hanya mengangguk, ia memilih
pergi? dan duduk diruang tunggu? loket administrasi rumah sakit, menunggu lusiano dalam diam, ia sibuk dalam pemikirannya sendiri, tatapannya terlihat
begitu kosong. " ayo sesillia."? Ajak lusiano sembari meraih pergelangan tangan sesillia, menuntunnya menuju ruang ICU.
**** Lampu ruang ICU masih berwarna merah, menunjukkan bahwa proses operasinya belum selesai. Lusiano dan sesillia duduk dikursi tunggu didepan ruang ICU. Lusiano
hanya diam termenung, berbeda jauh dengan sesillia, yang terlihat komat kamit ber dzikir. Untuk kali ini sesillia tidak terlihat menagis lagi, ia lebih
tenang, mungkin ia berpikiran dengan menagis pun tak ada gunanya, Semua sudah terlanjur terjadi, yang bisa sesillia? lakukan hanya berdoa dan terus berdoa.
" lusiano , aku mau sholat isya dulu. Nitip seina ya." Ujar sesillia beranjak berdiri.
" iya sesillia, nanti kalau sudah ada kabar, aku jemput." Sahut Lusiano? membuat sesillia tersenyum penuh rasa terima kasih.
Sesillia melangkah menuju masjid rumah sakit, mengambil air wudhu dan segera menunaikan sholat isya. Setelah sholat, sesillia berdoa dan berdzikir. ia
hanyut dalam doa, air mata menetes terus menerus, kedua tangannya menegadah,menyerahkan semua keputusan pada Allah, tuhan pemilik kehidupan.
**** Chapter 14 Sesillia kembali ke rumah sakit, melangkahkan kakinya cepat menuju ruang ICU tempat Siena putri tercintanya menjalani proses operasi. Sesillia melambatkan
langkahnya ketika mendekati ruang ICU, Proses operasi belum selesai rupanya, cukup lama, tapi semoga proses operasinya berjalan dengan lancar. Sesillia
melihat Lusiano tertidur dikursi tunggu, Laki-laki itu pasti kelelahan, seharian menunggui dirinya dan Siena tanpa istirahat. Sesillia duduk dikursi sedikit
menjauhi Lusiano, Ia kembali hanyut dalam Dzikir dan doa.
" Sesillia?" Panggil Lusiano membuat sesillia reflek menoleh kearahnya, ternyata laki-laki itu sudah bangun. Lusiano merenggangkan otot-otot tubuhnya, tidur
dikursi besi memang cukup menyakitkan. Ia menguap beberapa kali, menandakan bahwa ia masih mengantuk.
" Maaf aku ketiduran." Ujar Lusiano yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh sesillia.
" Sejak kapan kamu ada disini." Tanya Lusiano. Sedari tadi Lusiano terus yang berbicara, tapi malah di? acuhkan oleh Sesillia.
" Sudah Sholatnya." Tanya Lusiano lagi.
" Sudah, operasinya lama ya?" Ujar sesillia baru menjawab, padahal lusiano sudah berkali-kali bertanya.
" Sabar." Tukas Lusiano sekenanya.
Sepuluh menit kemudian, akhirnya lampu Ruang ICU berubah menjadi hijau, dokter Lukman keluar dari dalam ruangan dengan senyum kelegaan terpatri diwajahnya.
Sesillia dan Lusiano segera menghampiri dokter lukman, rasa pengharapan dan khawatir yang berlebihan terlihat dari ekspresi wajah sesillia.
" Bagaimana dok keadaan putri saya." Tanya sesillia to the poin.
" Alhamdullilah, operasinya berjalan dengan lancar. Putri ibu sudah melewati masa kritisnya, besok pagi sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat." Ujar dokter
Lukman dengan seyum yan terus terkembang.
" Alhamdulillah." Ujar sesillia, sembari melepaskan napas lega, plong rasanya.
" Terima kasih dokter Lukman." Lusiano mengulurkan tangan, memberikan ucapan terima kasih pada dokter yang telah menyelamatkan nyawa Siena itu.
" Sama-sama pak., kita harus bersyukur? pada Allah, saya hanya perantara" Ujar dokter Lukman sembari menjabat tangan Lusiano.
" Iya Dok." Tukas Lusiano singkat.
" Kalau begitu saya permisi dulu ya." Sahut dokter lukman, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
" Alhamdullilah, ya Allah terima kasih." Ujar sesilli lebih pada diri sendiri disertai hembusan napas lepas, serasa semua beban dihatinya lepas seketika.
Lusiano kembali duduk di kursi tunggu sedangkan sesillia memilih berdiri, mengintip kedalam ruang ICU,dari kaca kecil dipintunya. Waktu terus bergulir,
malam juga semakin larut, rasa kantuk mulai menggelayuti mata Lusiano, tapi tidak dengan sesillia,sedikitpun ia tidak merasa lelah ataupun mengantuk. Lusiano
melihat jam dipergelangan tanggannya, pukul 10 malam rupanya, Lusiano berdiri, menghampiri sesillia, kemudian memeggang pundak wanita itu, membuat sesillia
berbalik badan menghadapnya.
" Sill, aku pulang dulu ya, ambil baju ganti buat Siena sama kamu." Ujar Lusiano halus.
" Iya Lusiano, maaf aku merepotkanmu terus." Sahut Sesillia dengan ekspresi wajah tak enak.
" Sudahlah, tak masalah." Ujar Lusiano dengan senyum simpulnya. " Aku pulang ya." Timpal Lusiano lagi sembari mengusap bahu sesillia pelan.
" Iya hati-hati." Ujar sesilli mengakhiri.
Lusiano berlalu meninggalkan sesillia seorang diri dirumah sakit. Sesillia cukup bersyukur bisa mengenal Lusiano, ya walaupun laki-laki itu pemaksa, suka
seenaknya sendiri, jika tidak ada Lusiano, mungkin sesillia sudah hidup dan tidur dipinggiran jalan. Tapi, ia sudah menyetujui permintaan lusiano yang
satu itu, mudah mudahan saja tidak terjadi apa-apa nantinya.
"Kruyuk." Perut sesillia berbunyi nyaring, tanda cacing cacing diperutnya minta diberi makan. Ia memutuskan pergi ke kantin rumah sakit, memesan nasi goreng
dan duduk disamping kaca, kantin rumah sakit terdapat dilantai tiga, dari tempat duduknya saat ini ia bisa melihat jalanan diluar sana dari balik kaca.
Sesillia sedang asyik menikmati nasi goreng dimulutnya, ketika sura laki-laki yang dikenalnya membuatnya kaget dan meringsut ketakutan.
" Wow! Jangan ketakutan seperti itu Sesillia." Ujar Laki-laki itu.
" Robi? Kenapa kamu ada disini?" Tanya Sesillia sembari memasang ancang-ancang untuk pergi.
Duduklah, selesaikan makananmu, tenang saja aku bukan orang jahat, Percayalah." Ujar robi meyakinkan. Sesillia kembali duduk, walau dengan wajah parno'nya.
" Apa aku boleh duduk disini." Ujar Robi menanyakan. Sesillia hanya mengangguk mempersilahkan.
" Siapa yang sakit sesillia? Kalau aku sedang menunggu adikku yang terkena tipus." Tukas Robi menjelaskan, dasar SKSD, sapa juga yang tanya.
" Putriku." Ujar sesillia singkat. Robi melonggo sempurna, ia tak menyangka ternyata wanita yang menarik perhatiannya ini sudah menikah, seketika ekspresi
wajahnya berubah kecewa. " Kamu sudah menikah?" Tanya Robi lagi.
" Iya dulu." Tukas sesillia singkat, lagi-lagi jawaban yang membuat dahi robi mengernyit. " Aku sudah bercerai." Ujar sesillia menimpali. Robi menghebuskan
napas lega, entah mengapa kabar itu membuatnya senang.
" Oh begitu." Sahut robi sembari menelisik penampilan sesillia, ia terkejut saat melihat beberapa noda darah di baju wanita itu. " Bajumu penuh noda darah
sesillia?" Ujar Lusiano sembari menunjuk ke baju sesillia. Sesillia melihat kebajunya, ternyata benar banyak bercak darah.
" Tadi pagi aku kecelakaan." Ujar sesillia singkat.
" Tapi Kamu tidak apa apa kan sesillia." Tanya Robert lagi. Raut wajahnya terlihat khawatir.
"Tidak apa-apa, hanya robek dipelipis dan sudah dijahit. Putriku yang parah, tulang dipergelangan tangannya bergeser."Ujar sesillia dengan raut wajah begitu
sedih. " Yang sabar ya, sekarang bagaimana keadaan putrimu?" Tanya Rober ingin tahu.
" Alhamdullilah proses operasinya berjalan dengan lancar." Ujar Sesillia dengan seulas senyum terukir diwajahnya.
" Syukurlah." Sahur Robi cepat.
Sesillia dan Robi terlibat percakapan ringgan, lumayan bisa jadi teman untuk melewati malam yang terasa begitu panjang.
**** Lusiano melajukan mobilnya kencang, jalanan sudah sepi, mungkin karena sudah dini hari juga.
Ia memarkir mobil Honda citynya di? area parkir rumah sakit dan segera masuk menuju ruang ICU dilantai dasar. Saat sampai didepan ruang ICU, lusiano tak
melihat sesillia disana, kemana wanita itu. Apa mungkun ia kekantin? Iya mungkin saja, mengingat saat ditaman tadi pagi sesillia hanya makan sedikit, pasti
sekarang ia merasa lapar.
Segera ia melangkahkan kakinya menuju lantai tiga, tempat dimana kantin rumah sakit berada. Lusiano mengedarkan pandanganya, mencari keberadaan sesillia
dikantin yang cukup besar ini, dan perhatiannya tertuju pada seorang wanita yang sedang duduk disamping jendela menggenakan baju maxi berwarna putih, benar
kan, sesillia ada sini, tapi wanita itu tidak sendiri, ia bersama seorang laki-laki, dan siapa laki-laki itu.
Rasa tidak suka tiba-tiba muncul mengelayuti perasaan Lusiano, ia seperti tidak ikhlas jika melihat Sesillia dengan laki laki lain. Ekspresi wajahnya berubah
kesal, dengan langkah panjang ia menghampiri meja sesillia, mebuat sesillia dan Robi kaget.
" Sudah makannya." Tanya Lusiano datar.
" Su.. dah." Sahut sesillia terbatah-batah, benar-benar mengintimidasi aura Laki-laki ini.
" Ayo kembali." Tukas lusiano sembari menarik tangan sesillia, mengajaknya pergi. Sesillia pun tak menolak, ia menuruti kemauan laki-laki itu.
" Sesillia mau kemana?" Tanya Robi yang juga ikut berdiri.
" Aku duluan ya, terima kasih sudah menemaniku." Sahut sesillia, sembari berlalu pergi, mengikuti langkah Lusiano.
Lusiano tak berbicara sepata katapun, ia focus dengan jalan didepannya, ekspresi wajahnya pun terlihat begitu kesal. Sesillia mengernyitkan dahi, kenapa
laki-laki didepannya ini, sifatnya mirip bunglon, cepat berubah-ubah. Sesillia berusaha melepas genggaman tangan Lusiano, laki-laki ini menggengam pergelangan
tangannya terlalu kencang, sedikit sakit
" Lusiano, lepas! sakit." Pinta sesillia, wajahnya mengerut erut menahan sakit.
" Diam siput!" Ujar Lusiano, membuat sesillia sebal.
" Kamu itu, dasar aneh." Celetuk sesillia.
Lusiano dan sesillia sampai didepan ruang ICU, mereka duduk dikursi tunggu, kurang dua jam lagi, Siena sudah bisa dipindahkan keruang rawat inap.
"Jangan sembarangan ngobrol sama orang yang tidak dikenal siput."Tukas lusiano, tanpa melihat sesillia sedikitpun.
"Kata siapa aku tidak menegenalnya, dia pelang-." Seketika sesillia terdiam, ia menutup muutnya dengan kedua tangan. Lusiano langsung memandang sesillia,
memicingkan mata, menelisik, seperti ada yang disembunyikan.
" Kamu mengenalnya? Kenal dimana? Setahuku kamu jarang keluar rumah?" Tanya Lusiano curiga. Sesillia menundukkan kepala, meremas remas tangannya menandakan
bahwa ia sedang cemas. " E...ee.....e..."
" Ibu sesillia, silahkan putrinya sudah bisa dipindahkan." Ujar seorang suster tiba-tiba. Sesillia menghela napas lega, suster itu jadi dewi penolong,
kalau suster itu tidak datang, sesillia tidak tahu harus pakai alasan apa ke Lusiano mengenai pekerjaannya.
Sesillia beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi menghampiri ranjang dorong siena, Putri kecilnya itu terlihat sedang tidur, begitu tenang. Sesillia
mengantar Siena keruang rawat inap. duduk disamping ranjangnya seraya mengusap kepala siena yang sudah ditumbuhi rambut dengan begitu sayang.
*** Chapter 15 Lusiano masuk kedalam ruangan, mendekati Sesillia, dan berdiri disamping wanita itu.
" Sesillia." Panggil Lusiano, seketika membuat sesillia menoleh kearahnya.
" Hmm." Jawab sesillia sekenanya.
" Bagaimana keadaan Siena?" Tanya lusiano sembari memandang siena yang sedang tertidur. Ia memegang kedua bahu sesillia, seakan menyalurkan kekuatan, menguatkan.
" Alhamdulillah, kata dokter jika kondisinya terus membaik mungkin dua hari lagi bisa dibawa pulang." Ujar Sesillia menjelaskan.
" Syukurlah." Sahut Lusiano senang.
" Lusiano, kamu kan harus masuk kantor, pulanglah, biar aku saja yang seina." Ujar sesillia mengusulkan, memang Lusiano belum istirahat sama sekali, hari
ini juga hari senin, Lusiano harus bekerja.
" Baiklah aku pulang, tapi ingat siput, kamu tidak boleh berbicara dengan orang lain dirumah sakit ini, mengerti, termasuk orang yang dikantin? tadi."
Ujar Lusiano sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
" Memang kenapa?" Tanya sesillia heran.
" Ini perintah siput, tidak ada bantahan. Ingat poin diperjanjian, kamu harus mematuhi semua omangannku, paham." Sahut Lusiano, seenak hatinya.
" Kapan kamu tidak bertindak seenak hatimu Lusiano." Ujar sesillia, sembari menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri tatkala melihat sifat lusiano yang
pemaksa. " Hm.." Tukas lusiano diiringi senyum seringainya. Kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan. ???????????????????????????????????????????????????????????
??????????????????????????????????????????????????????????? ****
" Tok..Tok.." Sesillia menoleh kearah pintu, mendengar suara pintu diketuk. Sesillia beranjak dari tempat duduknya, melangkah kerah pintu dan membuka kenop pintu, mendapati
seorang wanita yang dikenalnya berdiri didepannya.
" Tania." Ujar Sesillia kaget.
" Sesillia." Sahut Tania dengan senyum sapaan.
" Kamu disini?" Tanya sesillia sembari memiringkat badan mempersilahkan Tania ?masuk.
" Aku dengar dari tukang kebun dirumah Lusiano, katanya kamu dan Siena kecelakaan, jadi besok paginya aku kesini." Ujar Tania menjelaskan.
" Iya, aku tidak apa apa Tania, tapi siena, tulang dipergelangan tangannya bergeser. Jadi dia harus dioperasi." Tukas Sesillia panjang lebar.
" Terus bagaimana keadaan si cantik ini." Ujar Tania sembari menciumi pipi kanan dan Kiri Siena bergantian.
" Alhamdullialah Operasinya lancar, dan keadaan Siena berangsur-angsur membaik." Tukas Sesillia sembari mendekati Tania.
" Lusiano dimana?" Tanya Tania sembari mengedarkan? pandangannya kesekitar.
" Baru saja aku suruh pulang, kasihan dia semalaman menunggui kami, apalagi ia harus bekerja pagi hari ini." Jawab sesillia sembari mengembangkan senyum
simpul. Entah setiap menyebut nama Lusiano, detak jantungnya berdetak sedikit cepat dan ribuan kupu-kupu seakan memenuhi perutnya. Sepertinya benar, perasaan
yang dirasakannya ini adalah perasaan orang yang sedang jatuh cinta. Seketika pipi Sesillia memerah ketika memikirkan hal itu.
" Kamu cukup bisa merubah kepribadian Lusiano ya Sill." Ujar Tania membuat Sesillia mengernyitkan dahi penuh pertanyaan.
" Maksudnya Tania?" Tanya Sesillia.
" Iya, sebelum bertemu denganmu, Lusiano itu terkenal cuek, galak, dan apatis sama orang. Dia jarang bersosialisasi dengan penghuni kompleks yang lain,tapi
setelah kamu datang, sifat Lusiano sedikit berubah. Ia jadi sering menyapa orang-orang di kompleks ini jika kebetulan lewat atau bertemu mereka." Ujar
Tania panjang lebar. Sesillia terdiam, ia seperti sibuk memikirkan sesuatu. Benarkah seperti itu? Benarkah Lusiano berubah karena dirinya? Lagi-lagi pipi sesillia memerah.
Kali ini lebih merah dari sebelum-sebelumnya.
" Sesillia kamu? sakit? Wajahmu merah sekali." Ujar Tania, membuat sesillia salah tingkah.
" Ah..tidak Tania, mungkin udara disini panas, jadi aku kepanasan." Sahut Sesillia, sembari mengipas tubuhnya dengan tangan.
" Yang benar saja kamu ini Sill, Ac-nya saja nyala."Tukas Tania sembari terkekeh pelan. Mampus, alasan yang salah, dasar Sesillia, cari alasan ya tidak
dikira-kira dulu. " Anu..Itu." Ujar sesillia bingung.
" Iya sudah, tidak usah dipikrin. Kamu sudah sarapan." Tanya Tania lagi.
" Belum Tania." Jawab sesillia jujur.
" Iya sudah, aku bawa makan tapi dimobil, biar aku telepon supirku surung nganterin kesini ya?" Ujar Tania. Yang disahuti dengan anggukan kepala oleh sesillia.
Tak berselang lama, supir Tania datang dengan? dua kotak nasi. Mereka sarapan pagi bersama.
Setelah puas menjeguk Siena Tania pamit undur diri pada Sesillia, hari juga mulai siang, suaminyapun segera pulang untuk istirahat makan siang.
" Sill aku pulang dulu ya, udah siang. Mas Rudi juga sebentar lagi pulang." Ujar Tania.
" Iya Tania, terima kasih ya sudah repot repot menjeguk Siena." Sahut sesillia dengan wajah bahagia. Ternyata masih ada orang yang perhatian sama Siena.
" Sama ?sama sesillia. Oh ya, aku udah bilang ke melani kalau kamu tidak masuk kerja beberapa hari ini karena Siena sakit, dan Melani mengizinkan." Ujar
Tania membuat sesillia tersenyum lega.
" Ya Allah Tania terima kasih sekali, kamu terlalu banyak membantuku, terimakasih." Ujar Sesillia sembari memegang tanggan Tania. Sedangkan Tania hanya
mengangguk dan melemparkan senyum tulusnya.??????????????????????????????????????????????????????????? ***
Chapter 16
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lusiano berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan menenteng keranjang buah untuk sesillia. Dan beberapa mainan untuk si kecil siena.
Lusiano masih mengenakan pakaian kantor lengkap, setelah dari kantor ia langsung ke rumah sakit? tanpa pulang terlebih dulu.
Lusiano semakin mempercepat langkahnya ketika mendekati ruang rawat inap siena. Tapi langkahnya terhenti ketika didapatinya seorang laki laki yang pernah
ia lihat dengan sesillia di kantin kemarin, berdiri didepan pintu. Laki laki itu seperti ragu ragu untuk mengetuk pintu ruang inap siena.
" heh! Buat apa kamu disini?" Tukas lusiano sinis sembari menepuk bahu laki laki itu cukup kencang.
robi tersentak kaget, seketika membalikkan badan, mendapati lusiano berdiri dengan ekspresi? tak sukanya.
" kamu." Ujar robi sembari menunjuk lusiano dengan jari telunjuknya. " kamu laki laki waktu itu." Ujar robi lagi menambahi.
" ya.. kenapa?"? Tanya Lusiano sembari berkaca pinggang.
" tidak, aku ingin menjenguk? putri sesillia. Benarkah ini kamarnya." Ujar robi menanyakan.
" Siena belum bisa diganggu."? Sahut lusiano ketus.
" kenapa begitu, bukannya ini masih jam besuk." Protes robi menanyakan.
" aku ayahnya siena, jadi aku berhak membatasi siapa yang boleh bertemu siena." Tukas lusiano? sedikit meninggi.
" kamu, mantan suami sesillia?" Tanya? robi dengan dahi mengerut. Sedangkan Lusiano semakin membelalakan mata, laki laki ini juga tahu sesillia sudah bercerai?
Dasar siput, otaknya kosong. Masa sampai urusan pribadi diceritakan ke orang yang baru dikenal.
" kata siapa? Aku masih suami sesillia, kamu jangan ngomong seenaknya. " ujar lusiano, sembari meletakkan keranjang buah ke tanah dan melingkis lengan
bajunya hingga siku. "Wow wow.. slow slow bro.? Sesillia yang cerita, katanya dia sudah bercerai, sorry kalau gitu."? Ujar robi kemudian.
" sampai saat ini, aku masih suami sha sesillia ulfa, jika kamu tidak mau berakhir di penjara, karena merebut istri orang, sebaiknya kamu pergi, dan jangan
perlihatkan lagi batang hidungmu didepanku, mengerti." Ujar lusiano mulai emosi.
" baiklah, niatku kesini hanya ingin? mengunjugi putri sesillia,? bukan cari perkara. Permisi."? Sahut robi, kemudian berlalu pergi meninggalkan lusiano.
" hei! Tunggu." panggil Lusiano, membuat robi berhenti dan berbalik memandang lusiano. Melihat laki laki itu berhenti, lusiano berjalan mendekati robi,
dengan ekspresi tak sukanya.
Yang masih terlihat jelas diwajah tampannya.
" apa lagi?" Tanya robi dengan wajah kesal.
" itu untuk siena." Ujar lusiano sembari menunjuk boneka ditangan robi.
" oh.. iya. Tolong berikan siena, dan.bilang pada sesillia kalau ini dari aku, robi." Tukas robi sembari menyerahkan boneka yang dipegangnya pada lusiano.
" ya, pergilah." Ujar lusiano, sembari menghentakkan tangannya ke udara, mengusir laki laki asing itu.
Lusiano berbalik,pergi meniggalkan? robi yang masih berdiri ditempatnya. Sedangkan robi, melihat lusiano, laki laki yang mengaku suami sesillia itu menghilang
dibalik pintu ruang inap siena. Ia menghela napas? berat, sesillia, ia kira wanita itu berbeda dengan wanita wanita yang dikenalnya, ternyata sama, sama-sama penipu dan pintar berbohong. Entah kenapa rasanya begitu kecewa, ya memang ia mulai menaruh hati pada sesillia, tapi pada sesillia yang polos dan
bersahaja, bukan sesillia tukang tipu seperti kenyataannya sekarang.
Lusiano masuk keruang inap siena, mendapati sesillia sedang menimang putri kecilnya itu dengan hati-hati.? Lusiano meletakkan barang bawaannya keatas meja
kemudian pergi mendekati sesillia.
" aku bawakan mainan plus buah buat kamu dan siena." Ujar lusiano halus.
" terima kasih." Sahut sesillia dengan senyum khasnya.
" oh ya, boneka itu aku temukan didepan pintu." Ujar lusiano sembari menunjuk boneka panda warna cream dari robi tadi.
" dari siapa?" Tanya sesillia penasaran.
" tidak tahu." Sahut lusiano cepat sembari mengelus lembut pipi siena. Duh, kelihatan seperti keluarga harmonis, lengkap! Ada istri anak suami, paket koplit,
tinggal ke pak penghulu saja, selesai.? " bagaimana keadaan siena?" Tukas lusiano menambahi.
" alhamdulilah besok sudah boleh pulang."? Sahut sesillia dengan senyum sumringah.
" syukurlah." Tukas lusiano dengan senyum kelegaan.
Sesillia membalikkan badan, berhadapan langsung dengan lusiano. ternyata laki laki didepannya ini masih menggenakan? jas kantornya.
" kamu belum pulang lusiano." Tanya sesillia.
" belum siput, aku langsung kemari." Sahut lusiano dengan ekspresi wajah datarnya.
" kenapa sih kamu selalu memanggilku dengan Sebutan siput. " tukas sesillia manyun.
" otakmu lamban berpikir seperti siput. " ujar lusiano santai sembari berlalu mendekati sofa dan membaringkan tubuhnya disana.
Sesillia mengeleng gelengkan kepalanya. Kenapa bisa bisanya ia menyukai? laki laki seperti ini. Mungkin ia harus pergi ke pskiater. siapa tahu saraf diotaknya
ada yang kongslet. ?????????????????????????????????????? ****
"Lusiano bangun...bangun.." ujar sesillia membangunkan lusiano.
"Hmmm." Sahut lusiano malas, ia bangun dari tidurnya, duduk bersandar dikepala sofa dengan mata masih terpejam.
" aku mau sholat maghrib dulu, jagain siena ya." Ujar sesillia meminta tolong.
" ya pergilah." Tukas lusiano masih memejamkan mata.
sesillia mengangguk , meninggalkan kamar pergi ke masjid? menunaikan ibadah sholat maghrib.
**** Chapter 17 Siena sudah boleh pulang hari ini, kata dokter Lukman, kondisinya berangsur angsur membaik, tapi tetap disarankan untuk rawat jalan.
Lusiano meletakkan tas berisi baju ganti sesillia dan siena diatas ranjang. Kemudian berlalu pergi meninggalkan sesillia didalam kamar sendirian. Sesillia
melihat kepergian Lusiano dengan senyum kagum, kagum akan kebaikan laki-laki yang telah banyak menolongnya itu. Sesillia merebakan tubuh mungil siena keatas
ranjang, kemudian ia juga ikut merebahkan tubuhnya yang terasah lelah disamping siena, memandangi wajah mungilnya dan tersenyum bahagia setelahnya. Putri
kecilnya ini tumbuh dengan sehat, pipinya chubby kemerahan, begitu menggemakan.
Untunglah Siena tidak sering menangis lagi sekarang, mungkin pergelangan tangannya sudah tidak terasa nyeri, kemarin saat selesai operasi, siena sering
rewel, membuat sesillia kewalahan. Kata dokter lukman, rewelnya siena itu wajar, mungkin siena merasakan nyeri dipergelangan tangannya. Tapi jika boleh
memilih, sesillia lebih memilih ia yang ada diposisi siena, bukan malaikat kecilnya, betapa menderitanya, Anak sekecil itu harus menanggung rasa sakit?
yang orang dewasa saja belum tentu kuat.
?Sesillia menguap beberapa kali, matanya berair, ia benar-benar lelah dan mengantuk, perlahan lahan kelopak matanya tertutup tanpa diperintah, hebusan
napas teratur mulai terdengar, menandakan bahwa sesillia tengah tertidur lelap.
Lusiano Mendaratkan tubuhnya keatas ranjang, sejak kapan wanita siput itu mulai menggangu pikirannya. Wanita siput ceroboh, kenapa lusiano bisa mengatakan
sesillia cereboh, wanita mana yang bisa menceritakan perihal hidupnya pada orang asing, orang yang baru dikenalnya, kalau bukan wanita ceroboh, hanya siput
aneh itu yang bisa melakukannya. Sesillia juga wanita aneh, ingat pertama kali pertemuannya dengan lusiano, lusiano-lah yang menyelamatkan si siput gila
itu dari niat bodohnya terjun dari lantai enam kantornya, setelahnya malah minta ditampung dirumahnya, Benar-benar absurd.
Tapi sesillia juga yang merubah kepribadiannya, kemana lusiano yang keras, dingin dan pemarah? Huh! entahlah, diotaknya sekarang penuh dengan sesillia
sedang tertawa, sesillia tersenyum, sesillia marah dan sesillia menagis. Wanita itu berhasil membauat lusiano jadi laki-laki sok baik, bagaimana tidak,
dulu lusiano tidak akan luluh, walaupun ada wanita menanggis sesenggukan didepannya, tapi kali ini, ia begitu tidak tega melihat sesillia menangis, satu
tetes air mata turun dari pelupuk mata sesillia, sama seperti satu belati menohok hatinya.
" Drrt...Drt.."
Gadget lusiano bergetar nyaring diatas nakas, segera ia meraih gadget itu dan mengangkatnya.
"Ya...." Jawab lusiano datar.
" Bos, saya sudah mengurus semuannya, dua hari lagi kita sudah bisa conferensi pers." Sahut suara disebrang sana.
" Bagus usahakan semua infotainment datang." Ujar lusiano, dengan senyum sinisnya.
" Siap bos." Sahut laki-laki itu dan Lusiano memutus sambungan teleponnya kemudian.
Meletakkan lagi gadgetnya diatas nakas. Senyum licik dan penuh kemenangan terlihat jelas diwajahnya, benar-benar laki-laki yang menakutkan, ia rela melakukan
apapun demi membalas sakit hatinya, ibarat semut, lusiano adalah semut yang akan mengigit jika diinjak, ia tidak mudah dikalahkan dan tidak mudah dihancurkan.
" Hendra, its show time. Usahakan malam ini kamu benar-benar tidur dengan nyenyak, karena dua hari lagi aku pastikan, kamu tidak akan bisa tidur nyenyak."
Ujar lusiano ketus. Lusiano beranjak turun dari ranjang, mendekati nakas, membuka lacinnya dan mengambil sebatang? rokok dari dalam sana. Lusiano membakar ujung rokok, menghisapnya
kuat dan menghembuskannya santai secara berulang kali. Kebiasaan buruk Lusiano, ia akan merokok jika sedang memikirkan ide licik, bahkan ia? bisa menghabiskan
berbatang-batang rokok, sampai ide licik itu benar-benar matang. Sisi kelam kepribadian lusiano, yang tidak diketahui siapapun kecuali Nikol.
"Tok..Tok," "Lusiano bangun, kamu tidak bekerja hari ini." Ujar sesillia sembari mengetuk pintu kamar Lusiano.
Lusiano terbangun dari tidurnya, menggeliat sembari menatap jam diatas nakas. " Jam 8!" Mata? lusiano seketika terbuka, ia buru-buru turun dari ranjang,
hari ini ada metting pagi, apalagi dengan menanam saham asing.
"Bukk." Suara benda jatuh terdengar nyaring, lusiano tersungkur dilantai dengan selimut melilit ditubuhnya, rupanya saat turun tadi, ia tidak sadar kalau
selimut masih membelit tubuhnya erat, alhasil terjadilah insiden jatuh itu. Lusiano berusaha berdiri, dengan mengusap-usap bahunya yang sedikit sakit berulang
kali, ia pergi kekamar mandi dan mandi dengan cepat, alias mandi bebek. Kemudian segera mengenakan kemeja putih, celana bahan warna abu-abu dan jas warna
senada, ia membuka laci tempat menyimpan dasi, mencari dasi instan, maklum lusiano tidak bisa memakai dasi manual, hahaha, bos kok tidak bisa pakai dasi.
Astaga! Lusiano menepok dahinya, ternyata dasi instannya belum dicuci semua, karena sesillia dirumah sakit jadi dasi-dasinya masih dibiarkan kotor. Tidak
ada pilihan lain, lusiano meraih dasi manual dan memasangnya sebisanya saja, alahasil, usaha keras lusiano membentuk dasinya tidak bisa disebut dasi, tapi
lebih mirip simpul hasduk pramuka anak sd, hihihih.
?Lusiano meraih tas kerja dan segera keluar kamar turun kelantai satu, mungkin pagi ini ia juga tidak sempat sarapan, waktunya tinggal 30 menit lagi. Lusiano
meraih sepatu dari rak sepatu dan membawanya keruang tamu, ia duduk disofa sembari mengenakan kaos kaki hitamnya.
" Sesillia!" panggil lusiano sembari memasang sepatu.
Sesillia yang medengar namanya dipanggil, segera menghimpiri lusiano diruang tamu dengan secangkir kopi ditangannya.
" Ini kopinya Lusiano." Ujar sesillia. Lusiano melirik sesillia sembari tersenyum puas.
" Bagus, kamu mulai pintar sekarang siput, letakkan kopi itu dimeja." Perintah lusiano yang dituruti oleh sesillia dengan meletakkan kopi lusiano diatas
meja. Setelah selesai memasang sepatu, lusiano mengambil cangkir kopi itu dan meneguk isinya. Ketikotaka dirasa kopi didalam cangkir sudah habis, lusiano
beranjak dari tempat duduknya dan berlalu pergi menuju pintu.
" Lusiano berhenti." Pinta sesillia ketika lusiano akan membuka pintu. Lusiano membalikkan badannya, mendapati sesillia yang berjalan mendekatinya. Sesillia
meminta lusiano sedikit merendah, ia melepas ikatan dasi lusiano, dan memasangkannya lagi dengan benar. Perlakuan manis yang biasa dilakukan seorang istri
saat suaminya akan berangkat bekerja. Lusiano tertegun, baru kali ini ia diperlakukan seperti ini, detak jantungnya mula berpacu kencang, rasa aneh juga
mulai dirasakan timbul dari hatinya.
" Sudah, sekarang kamu sudah boleh berangkat." Ujar sesillia sembari mengembangkan senyum ramanya, membuat ia terlihat semakin cantik. Lusiano hanya mengangguk
cepat dan berlalu pergi hilang dibalik pintu rumah.
Sesillia berlalu menuju lantai dua, masuk kedalam kamar Lusiano, mengambil semua pakaian kotor Lusiano untuk dicuci. Baju kotor lusiano benar-benar banyak,
untung nyucinya pakai mesin cuci, coba pakai tangan, bisa mretel tulang-tulang sesillia.
Sebelum meninggalkan kamar Lusiano, sesillia melihat-lihat barang-barang lusiano, laki-laki ini penyuka miniature mobil mini ternyata, lihat saja satu lemari
berisi miniature mobil semua. Sebuah foto seorang wanita tersimpan rapi didalam figura diatas nakas disamping tempat tidur, foto yang menarik perhatian
sesillia untuk mengambilnya, sesillia meraih figura itu, ia melihat siapa wanita yang ada didalam foto. Alangkah terkejutnya saat mengetahui siapa wanita
didalam foto itu, ia mengenalnya. Nikol, itu foto nikol istri hendra, tapi kenapa lusiano memiliki foto wanita itu, ada hubungan apa ia dengan Nikol. Seketika
hati sesillia terasa begitu sakit, kenapa wanita ini, kenapa wanita ini selalu ada disekitar orang-orang yang dicintainya, Sesillia meletakan kembali figura
foto itu dan keluar dari kamar Lusiano cepat.
Sesillia sibuk dengan pemikirannya, ia cemburu, kenapa lusiano menyimpan foto Nikol, apa dulu mereka pernah memiliki hubungan, atau? Ah, sesillia tidak
mau terbebani dengan pemikiran pemikiran itu. Lebih baik ia berkonsentrasi dengan siena, dengan kesehatan putrinya, jika Allah memberikan jodoh untuknya,
pasti orang itu akan datang suatu saat dan jika Lusiano memang jodohnya, Allah juga akan menyatukan mereka.
?" Ting Tong." Bel rumah lusiano berbunyi nyaring, sesillia meninggalkan kegiatan mencucinnya dan berlalu membuka pintu rumah.
" Tania." Ujar sesillia setengah berteriak.
" Hai cantik." Sahut Tania sembari memeluk sesillia.
" Ayo masuk..masuk Tania." Ujar sesillia sembari menghalau tetangganya itu masuk.
Tania duduk disofa, menunggu sesillia yang sedang pergi ke dapur membuatkan minum.
" Dapat salam dari rosella Sill." Ujar Tania memberitahu, bersamaan dengan sesillia kembali dari dapur dengan segelas lemonet segar untuk Tania.
" Waalaikum salam,? aku tidak enak Tania, baru bekerja sehari sudah izin beberapa hari." Sahut Sesillia sembari duduk disamping Tania.
" Tidak apa-apa, rosella juga mengerti Sill." Tukas Tania.
" Tapi besok aku sudah bisa masuk Tan, titip Siena ya." Sahut sesillia meminta tolong.
" Iya, kamu jangan khawatir. Dan bagaiman kondisi si kecil hiperaktif itu?" Ujar Tania ingin tahu.
" Alhamdulilah sudah sehat Tan." Sesillia menyungingkan senyum bahagia. Mungkin karena kesehatan siena yang sudah pulih, membuat sesillia lebih tenang.
" Oh ya! Lusiano sudah tahu kamu bekerja?" Tanya Tania sembari meneguk lemonet buatan sesillia.
" Belum Tania, belum saatnya." Sahut sesillia dengan raut wajah cemas.
" Nanti kalau waktunya tepat, lebih baik cerita Sesillia." Tukas Tania menyarankan.
" Insyaallah Tania." Tukas sesillia lemah.
Tania meletakkan gelas lemonet keatas meja, kemudian beranjak berdiri, mengajak sesillia juga berdiri.
" Aku pengen lihat sikecil dong." Pinta Tania memohon.
" Boleh, mari." Sahut sesillia, kemudian menuntun tangan Tania untuk naik kelantai atas menuju kamar Siena.???????????????????????????????????????????????????????????????????????
??????????????????????????????????????????????????????????? ****
" Ting Tong." Suara bel berbunyi lagi, dan kira-kira siapa yang datang, sepertinya hari ini kupu kupu yang masuk kedalam rumah lebih dari satu. Hihihi...
Habis banyak banget yang bertamu.
" Sill. Ada tamu, bukain gih, mungkin Lusiano." Tukas Tania yang sibuk bermain dengan Siena. Sesillia mengangguk dan segera turun dari ranjang, membuka
puntu kamar dan menuju lantai satu, membuka pintu rumah.
" Assalamualaikum. Cari siapa Ibu?" Tanya sesillia ketika melihat ?seorang wanita? Paruh baya be berdiri didepannya.
" Waalaikum salam, kowe sopo Nduk?" wanita itu berbalik bertanya pada sesillia.
" Saya, pembantu disini Buk." Sahut sesillia sopan.
" Opo bener kamu pembantu, ealah alah, kok yo cantik cantik dadi pembantu, jadi mantuku wae." Celoteh? wanita itu antusias. Menantu? Maksudnya? Sesillia
mengernyitkan dahi bingung, siapa wanita ini? Kalau dilihat lihat dari logat bicaranya seperti orang jawa tengah.
"Siapa Sill yang datang?" Tanya Tania dari dalam, ia menghampiri sesillia dengan Siena digendongannya.
" Anu, ini ada tamu." Ujar sesillia, ketika Tania sudah disampingnya.
"Kanjeng ibu." Ujar Tania senang saat melihat wanita paruh baya itu.
"Tania, kamu Tania toh nduk?" Sahut wanita itu sumringah.
" Iya kanjeng ibu, saya Tania." Ujar Tania mengiyakan.
Sesillia semakin bingung, Tania mengenal wanita ini, siapa sebenarnya Wanita didepannya ini?
Tania melirik kearah sesillia, menyadari kebingungan diwajah wanita disebelahnya ini, memang Sesillia tidak mengenal siapa kanjeng ibu. yang sesillia tahu,
Lusiano hidup sendiri dirumah sebesar ini.
" Ini kanjeng ibu Suharti, ibu kandung Lusiano." Tukas sesillia yang berhasil membuat sesillia menganga tak percaya. Jadi ibu Lusiano seorang wanita Indonesia
asli, pantas Lusiano beragama muslim, dari ibunya toh ternyata.
" Aku Suharti cah ayu, namamu sopo?" Tanya Suhartini pada Sesillia,
" Saya Sesilli Ulfa kanjeng ibu." Sahut sesillia halus dan sopan.
" Ayu tenan jenengmu nduk, sama seperti orangnya." Puji Suhartini membuat sesillia tersipu malu.
" Kamu tahu apa yang dikatakan kanjeng ibu sesillia?" Tanya Tania penasaran ketika sesillia terlihat memahami apa yang dikatakan Kanjeng ibu.
" Pemilik panti asuhanku dulu orang Jogjakarta Tania, tiap hari beliau berbicara dengan bahasa jawa, jadi aku bisa sedikit-sedikit mengerti kalau ada orang
yang berbicara dengan bahasa jawa." Sahut sesillia menjawab rasa penasaran ?Tania.
" Jadi begitu, pantas kamu paham." Ujar Tania yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia.
" Mari kanjeng ibu, masuk." Ajak sesillia sembari meraih koper Suharti.
Sesillia, Tania dan Suharti masuk kedalam rumah, Tania dan Suharti duduk disofa ruang tamu, sedangkan sesillia pergi kedapur membuatkan minuman untuk para
tamunya. " Lho, kamu sudah punya anak toh nduk." Tanya suharti pada Tania, ketika melihat Tania menggendong Siena. Tania melihat Siena digendongannya kemudian tersenyum
sedih. " Oh bukan kanjeng ibu, Ini Siena anak Sesillia." Sahut Tania, membuat Suharti kaget.
" weladalah, sesillia muda itu sudah menikah toh?" Tanya Suharti semakin penasaran.
" Belum Kanjeng Ibu." Jawab Tania Jujur.
" lah terus? Opo jangan-jangan iki anak hasil kecelakaan Lusiano sama Sesillia, seperti yang banyak ibu lihat di tivi-tivi itu." Ujar Suharti dengan wajah
memucat, takut apa yang dipikirkannya benar-benar terjadi.
" Hahah... buka juga kanjeng Ibu, mana mungkin wanita alim seperti sesillia mau sama Lusiano, apalagi sampai Hamil diluar nikah." Cetus Tania sembari terkekeh
pelan penuh nada ejekkan.
" Ojo ngono, gitu-gitu, Lusiano iku kakak ?dari suamimu lho!" Ujar Suharti mengingatkan.
"Lusiano sepertinya tidak menganggap kami ini saudaranya kanjeng ibu." Tukas Tania sembari menciumi Siena yang ada digendongannya dengan lembut.
" Yo kamu harus bisa ngerti, hubungan suamimu dan Lusiano itu belum bisa akur." Ujar Suharti sembari menghela napas berat.
" Lebih tepatnya Lusiano yang memusuhi kami kanjeng ibu, Mas Rudi sudah berusaha mendekati Lusiano, sampai-sampai ia memilih rumah disamping rumah Lusiano,
Tapi ya seperti itu, lusiano menganggap kami orang lain." Ujar Tania dengan raut wajah sedih yang begitu ketara.
" Mungkin Lusiano masih menganggap Rudi itu hanya adik tiri Baginya." Sahut Suharti dengan ekspresi wajah tak kalah sedih seperti Tania.
" Ya, walaupun adik tiri, tapi mereka kan sudah disatukan menjadi satu keluarga kanjeng ibu." Ujar Tania semakin bertambah kesal.
" Kamu harus menja-." Ucapan Suharti terhenti ketika melihat sesillia datang dari dapur ?dengan dua cangkir tea hangat diatas nampan. Suharti terus mengamati
pergerakan wanita itu, benar kata Tania, sesillia benar-benar anggun, figure yang cocok untuk mendampingi Lusiano.
Setelah meletakkan tea keatas meja, sesillia berniat meninggalkan ruangan, ketika suara kanjeng ibu memintanya duduk bergabung dengannya dan Tania.
" Kamu sudah menikah cah ayu?" Tanya Suahrti tiba-tiba membuat Tania dan Sesillia tertegun. Tania tak menyangkan bahwa mertuanya itu memiliki rasa penasaran
yang cukup tinggi, sedangkan sesillia juga tak menyangka Ibu Lusiano akan menanyakan hal itu.
"Suu..sudah kanjeng Ibu." Ujar Sesillia ragu.
" Lho, kata Tania kamu belum menikah. Kalau kamu sudah menikah Lah, mana suamimu. Mosok ya membiarkan istrinya yang bekerja." Celotah Suharti tidak suka,
suami macam apa yang mebiarkan istrinya kerja dengan membawa bayi.
" Saya sudah bercerai kanjeng ibu." Ujar sesilli pelan, Suharti terkejut. Wanita semuda ini sudah menjadi janda, suami macam apa yang rela meninggalkan
istri secantik dan seanggun ini.
" Kasihan sekali kamu nduk, tapi apa ya pantes wanita secantik kamu jadi pembantu. Sekarang kamu sudah sendiri, piye kalau aku lamar kamu buat Lusiano."
Celoteh Suharti membuat Sesillia membelalak, terdiam, spicles..komplit, mimpi apa ia semalam.
" Saya setuju kanjeng ibu, Sesillia wanita yang pas buat Lusiano. Kalau Tania cerita pasti Kanjeng ibu kaget. beberapa minggu ini,semenjak ada sesillia
?Lusiano sering menjawab kalau Tania ajak bicara dan Lusiano lebih sering tersenyum. Biar Tania jadi mak comblang mereka." Tukas Tania semangat, ia mengedip-kedipkan
matanya berkali-kali menggoda sesillia.
" Aduh, saya tidak sebaik yang diceritakan kanjeng ibu, saya hanya wanita yatim piatuh, tentu saja tidak cocok bersanding dengan putra kanjeng ibu." Ujar
sesillia membantah apa yang dikatakan Tania.
" Kamu itu yo jangan merendah gitu, aku ini ora lihat seseorang dari kastanya, ya walaupun aku masih ada keturunan darah biru, tapi kalau aku suka ya suka
saja, ora ono iku istilah ora sederajat. Aku hidup sudah 58 tahun, sudah puas makan asam garam kehidupan, jadi aku tahu mana yang beneran baik dan mana
yang getok-getokan alias palsu." Tukas Suharti panjang lebar. Sesillia hanya terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Suharti yang juga melihat kebungkaman
dimulut Sesillia, hanya tersenyum simpul kemudian beranjak berdiri.
" Yowes, aku tak istirahat dulu yo, biarin koperku disana, nanti Suruh Lusiano yang bawa kekamarku yo cah ayu sesill." Ujar Suharti memberi tahu. Sesillia
mengangguk menyanggupi. " Oh ya Sesillia kamar Lusiano sebelah mana?" Tanya Suharti pada sesillia.
" Oh, dilantai dua, dan satu-satunya yang memiliki pintu berwarna cokelat Kanjeng Ibu." Balas sesillia sembari berdiri berniat menegantar. " apa mau saya
antar Kanjeng Ibu?" Ujar sesillia menimpali.
" Tidak perlu sesillia." Ujar Suharti, sembari berjalan meninggalkan ruang tamu dan pergi kekamar Lusiano.
**** Chapter 18 Lusiano hendak pergi kekamar mandi ketika ia mendengar suara pintu ruangannya dibuka kasar, sontak hal itu membuatnya urung masuk kedalam kamar mandi dan
lebih memilih kembali ke meja kerjanya. Vanilla sekretarisnya terlihat berdiri didepan meja kerjanya, dengan beberapa berkas dipelukannya.
" Letakan berkas-berkas itu diatas meja." Pinta Lusiano, yang langsung dituruti oleh vanilla.
" Pak tadi Ibu datang kemari." Ujar Vanilla, membuat Lusiano mengernyitkan dahi.
"Ibu?" Sahut Lusiano menanyakan.
" Ibu Suharti." Tukas Vanilla berhasil membuat lusiano tersentak kaget dan segera berdiri dari tempat duduknya.
" Kanjeng Ibu kemari, dimana?" Sahut Lusiano ?sembari celingukan.
" Tadi pagi-pagi sekali Ibu kesini, tapi bapak belum datang, kata beliau, mau kerumah bapak saja kalau begitu." Ujar Vanilla semakin membuat mata Lusiano
membelalak. Tanpa menunggu penjelasan dari Vanilla, Lusiano menyambar jas kerjanya yang tersapir dikepala kursi tempat duduknya kemudian berlari menuju
pintu. " Bapak mau kemana?" Tukas Vanilla ketika melihat atasannya itu ingin meninggalkan ruangan.
" Pulang." Sahut Lusiano singkat.
" Lho pak setelah ini ada metting dengan pemegang saham dari jepang." Ujar Vanilla dengan nada serius.
" Cancel." Tukas Lusiano yakin, tanpa melihat wajah Vanilla dan langsung pergi meninggalkan ruangan.
Lusiano mengemudikan mobilnya cepat, ibu lusiano itu memiliki sifat yang sama persis dengan Lusiano, apapun yang dikatakan? wanita paruh baya itu tidak
bisa dibantah, ia sangat kekeh dengan pendiriannya, sangat sulit untuk digoyahkan.
Mobil sport lusiano terparkir rapi digarasi rumahnya, dengan cepat ia berlari masuk kedalam rumah, mendapati sesillia dan Tania sedang asyik mengobrol
diruang tamu. " Mas Lusiano." Ujar Tania terkejut. Tak jauh berbeda dari sesillia, ia langsung memandang kearah Lusiano.
" Mana Ibu?" Tanya Lusiano datar, Tania berdiri dan menghampiri kakak iparnya itu perlahan ?lahan.
" Di..di kamarmu mas." Jawab Sesillia ragu-ragu.
Lusiano segera naik kelantai atas, dengan Tania dan Sesillia yang mengekor dibelakangnya. Tania dengan wajah khawatirnya berharap tidak terjadi apa-apa
antara Lusiano dan Suharti. Sedangkan Sesillia yang tidak tahu menahu apa yang terjadi, hanya memandang raut wajah? dua orang yang dikenalnya itu begitu
aneh, sepertinya Tania sangat mengenal Lusiano, dan Lusiano, apa tingkat kesintingan laki-laki itu semakin bertambah. Masa ada seorang anak yang terlihat
tidak suka ketika orang tuannya berkunjung, harusnya ia bersyukur, masih memiliki orang tua yang bisa disayangi. Bebeda dengan dirinya yang tidak dapat
merasakan kasih sayang orang tua sejak kecil.
" Mas." Ujar Tania sembari menahan pergelangan tangan Lusiano, raut wajah Tania semakin terlihat cemas, mungkin apa yang ditakutkannya akan terjadi sebentar
lagi. " Ini bukan urusanmu, urus saja Rudi suamimu." Tukas Lusiano geram sembari mengentakan pergelangan tangannya membuat pegangan Tania terlepas. Sesillia
tersentak kaget, ia semakin tidak mengerti, ada hubungan apa sebenanya Tania dengan Lusiano, dan kenapa Lusiano terlihat begitu membenci Tania.
" Mas, kanjeng ibu baru datang, mungkin beliau sedang istrahat." Ujar Tania mengiba. Lusiano semakin? geram dengan Tingkah wanita didepannya ini.
" Sesillia ajak wanita ini pergi, dan siapa yang menyuruhmu memperbolehkan orang lain masuk ke rumahku tanpa seizinku." Tukas Lusiano memerintah.
" Tapi Lusiano-." Sahut Sesillia membantah semakin membuat Lusiano emosi.
" Kamu mau malam ini tidur dikolong jembatan Sesillia." Ancam Lusiano,membuat sesillia bergidik ngeri.
"Ti...tidak Lusiano." Sahut sesillia terbatah-batah.
" ya sudahlah sesillia, kita turuti saja kemauan lusiano, ayo kita kekamarmu saja." Ajak Tania sembari mengiring tubuh sesilli pergi menjauhi Lusiano.
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lusiano membuka kenop pintu, mendapati Ibunya tengah asyik membaca majalah diatas ranjang. Lusiano lebih memilih duduk di sofa dibandingkan duduk diatas
ranjang bersebalahan dengan Ibunya.
" Berhentilah bersikap kasar pada Tania Lusiano." Ujar Suharti tanpa menggalihkan pehatiaan dari majalah fashion yang dibacanya.
" Itu bukan urusanmu, mereka bukan keluargaku." Sahut Lusiano ketus. Suharti menutup majalah yang dibacanya, meletakkannya diatas meja, kemudian duduk
ditepi ranjang menghadap anak semata wayangnya itu
" Kamu tidak boleh menghakimi mereka karena kemarahanmu padaku Raden." Ujar Suharti menasehati.
" Mereka memang bukan saudaraku, apalagi Rudi, dia bukan adikku, jadi kalau kanjeng Ibu memintaku berbaik hati pada mereka, jangan harap aku akan melakukannya."
Tukas Lusiano datar, sepertinya Lusiano menyimpan sakit hati yang begitu dalam.
" Oh ya, pembantumu itu cantik sekali, lebih cocok jadi mantu ibu." Ujar Suharti menggoda.
" Jangan mengalihkan pembicaraan kanjeng ibu." Sahut Lusiano, sembari berdiri dan berjalan mendekati jendela.
" Aku ini ora mengalihkan pembicaraan Raden, ingat umurmu, sudah sepatutnya kamu ini menikah." Ujar Suharti, lebih terdengar seperti pengharapan.
" Aku bukan kanjeng Ibu, Yang lebih memilih menikahi tukang kebun rumah kita dijogja setelah ayah meninggal." Tukas Lusiano emosional.
" Ternyata kamu masih mempermasalahkan hal itu." Ujar Suharti sembari menghampiri Lusiano dan memegang bahu laki-laki itu.
" Tentu saja, sampai kapanpun seorang bawahan akan tetap jadi bawahan dan tidak mungkin bisa menjadi majikan." Tukas Lusiano membuat Suharti geram.
" Siapa yang mengajarimu berpikiran seperti itu Lusiano, Ibu tidak pernah mengajarimu membedakan orang dari kastanya." Ujar Suharti tak menyangka, putra
yang sangat dibanggakannya ternyata memiliki sifat buruk seperti ini.
" Keadaan yang mengajariku ibu, Lihat! Bawa apa tukang kebun itu saat menikah denganmu, sekarang anaknya bisa dengan mudah duduk dikursi perusahaan tanpa
bersusah payah sepertiku." Tukas Lusiano sembari mengarahkan jari telunjuknya kearah kanan, tepat dimana Rumah Rudi dan Tania berada.
" Lusiano! Jaga ucapanmu! Ibu sudah membagi perusahaan itu rata, kamu sendiri yang tidak mau menerimanya." Ujar Suharti Emosi.
" Aku tidak ingin duduk dalam satu perusahaan dengan anak kesayanganmu itu." Sahut Lusiano sembari pergi meninggalkan kamar.
" BRAAK." Suara pintu dibanting terdengar membuat Suharti tersentak kaget, sejurus kemudian air mata jatuh membasahi wajahnya yang mulai keriput dibeberapa
tempat. Lusiano memilih pergi meninggalkan rumah, memacu mobilnya dengan kecepatan 200km/jam. Ia frustasi, bukan ia marah pada ibunya, tapi lebih pada dirinya
sendiri yang memiliki sifat tidak mudah menerima kenyataan yang sudah terjadi. Kenyataan, dimana ia selalu disakiti oleh wanita-wanita yang disayanginya.
Mobil lusiano berlalu menuju puncak bogor, ia membutuhkan udara segar, membutuhkan hawa dingin untuk mencairkan otaknya yang memanas.
" Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa." Teriak Lusiano Keras, saat ini ia berada dibelakang villa miliknya, Tak ada orang yang melihat, hanya ia seorang diri yang berada
disini. Lusiano mengusap wajahnya frustasi, Wanita yang dipanggilnya Ibu itu benar-benar menggoreskan luka yang lebar ?dan teramat dalam dihatinya, wanita
yang tega menjalin hubungan dengan laki-laki lain setelah kematian Ayahnya. Kenyataan yang benar-benar menohok hati dan pikirannya. Seharusnya ibunya itu
tidak perlu menikah lagi jika ia benar-benar mencintai mendiang suaminya, tapi tidak, wanita itu tidak betah lama-lama hidup menyendiri.
**** Tania dan sesillia segera berlari kekamar Lusiano ketika mendegar deru mobil Lusiano pergi meninggalkan rumah, Raut wajah Tania terlihatbegitu panik, ia
cukup tahu bagaimana sifat Ibu dan anak itu, sama-sama keras.
Tania membuka kenop pintu, mendapati Suharti terduduk di lantai, berurai air mata, Tania segera menghampiri Suharti, sedangkan sesillia lebih memilih tercengang
dan tetap berdiri diambang pintu, ia begitu kaget dengan pemandangan yang tersaji didepan matanya, apa Lusiano bertengkar dengan Ibunya?.
" Ya Allah kanjeng ibu. Apa yang terjadi?" Tanya Tania sembari membantu Suharti berdiri dan mengajaknya rebahan diatas ranjang.
" Lusiano masih membenciku Tania, aku ini Ibu yang gagal." Tukas Suharti menyalahkan dirinya sendiri.
" Itu tidak benar kanjeng Ibu, Kanjeng ibu orang tua yang baik." Sahut Tania berniat menenangkan.
" Setelah hampir lima tahun kukira Lusiano sudah bisa memaafkanku, tapi nyatane ora Nduk." Tukas Suharti semakin terisak.
Tani mengusap kening ibu mertuannya, berusaha meredakan kekalutan hati yang dirasakannya.
" Kanjeng Ibu Istirahat saja ya, tidak usah dipikirkan, nanti biar Tania dengan mas Rudi yang berusaha berbicara dengan Lusiano." Ujar Tania, membuat seulas
senyum terkembang diwajah Suharti.
" Bujuk kakak iparmu ya Nduk." Pinta Suharti, kemudian memejamkan mata mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.
" Insyaallah Kanjeng Ibu." Sahut tania sembari menaikan selimut, menghangatkan tubuh Ibu mertuanya itu.
Tania berlalu menghampiri sesillia yang berdiri diambang pintu, menghalaunya dan menutup pintu kamar. Tania berjalan mendahului sesillia dengan beribu
pemikiran, bagaimana cara membuat Lusiano dan Kanjeng Ibu akur kembali.
Sesillia mencekal lengan Tania, terlalu banyak yang ingin ia ketahui, walaupun ia hanya orang asing, tapi ia paling tidak bisa melihat seorang Ibu menangis.
Apalagi membiarkan seorang anak yang sudah dibesarkandengan susah payah bertindak semenah-menah pada Ibunya.
Tania berhenti berjalan, berbalik badan memandang sesillia dengan wajah berkaca-kaca menahan air mata, setelah itu menghambur kepelukan Sesillia dan menangis
tersedu-sedu setelahnya. " Jika kamu tidak keberatan, kamu boleh berbagi cerita denganku." Tukas Sesillia, membuat Tania melepaskan pelukannya dan mengajak sesillia keruang tamu.
" Sekarang ceritakan apa yang mau kamu ceritakan." Ujar sesillia sembari mengusap bahu Tania menenangkan.
" Sebenarnya mas Rudi, suamiku adalah adik tiri Lusiano." Tukas Tania, membuat sesillia menutup mulutnya dengan telapak tangannya menahan agar tidak berteriak
ketika? mendengar penjelasan Tania. " Kanjeng Ibu, menikah dengan pak Sudar ayah mas Rudi yang notabenya adalah tukang kebun keluarga Lusiano dijogja."
Ujar Tania menambahi. " Jadi karena itu ia seperti membenci kamu dan kanjeng ibu?" Tukas sesillia menanyakan.
" seperti yang kamu lihat Sesillia, maka dari itu aku dan Suamiku jarang sekali berkunjung kerumah ini, dulu sebelum kamu datang kerumah ini, hubungan
kami dengan Lusiano sepertinya tidak akan bisa diperbaiki, tapi kenyataanya tidak, hubungan kami masih bisa diperbaiki, kamu sudah sedikit merubah kepribadian
Lusiano Sesillia, dulu untuk menyapaku saja ia enggan, tapi sekarang, bahkan ia mau menjawab pertanyaan yang kuajukan." Ujar Tania panjang lebar, membuat
sesillia tersipu malu karena dipuji seperti itu.
" Sebegitu bencikah Lusiano padamu dan Suamimu." Tanya sesillia lagi.
" Iya Sesillia, tapi aku juga tidak bisa menyalahkan Lusiano sepenuhnya, menurut cerita pak Sudar ayah Rudi, keluarga Gilbret merupakan keluarga yang sangat
harmonis. Lusiano adalah anak semata wayang mereka, mungkin kalau diibaratkan hubungan cinta Kanjeng Ibu dengan suaminya Gilbret bak Romeo dan Juliet jaman
modern. Ketika Gilbret meninggal dunia karena serangan jantung lima tahun lalu, Kanjeng Ibu begitu terpuruk, ia tidak mau keluar rumah. Karena tak tega
melihat majikannya begitu terpuruk, pak sudar berusaha membuat majikannya itu kembali seperti sebelum ditinggalkan Gilbret, karena itensitas pertemuan,
dan mereka merasa saling cocok membuat benih cinta tumbuh diantara mereka. Belum sampai seratus harinya Gilbret, Kanjeng Ibu memutuskan menikah dengan
pak sudar, pasti keputusan itu ditentang Lusiano. Yang pertama, pak sudar hanya seorang tukang kebun, yang kedua Lusiano tidak mau ada laki-laki yang menggantikan
ayahnya dan masuk kedalam keharmonisan keluarganya." Cerita Tania panjang lebar, kali ini raut wajah sesillia berubah iba, iba pada kedua orang yang sebenarnya
saling menyayangi tapi harus bermusuhan karena ego mereka masing-masing.
" Setelah itu apa yang terjadi Tania?" Tanya Sesillia semakin penasaran.
" Lusiano sangat membenci orang-orang yang ada didalam rumah itu termasuk mas Rudi dan aku yang dimintak kanjeng Ibu tinggal dirumah yang begitu besar,
setelah mereka menikah. Setiap malam, kanjeng Ibu dan Lusiano selalu adu mulut, hingga suatu malam, Lusiano memutuskan pergi dari rumah dan pindah ke Jakarta."
Ujar Tania mengakhiri ceritanya. Sesillia kembali memeluk Tania, membuat wanita itu merasa tenang.
??????????????????????????????????????????????????????????? ****
Hari mulai malam, Lusianopun tak kunjung pulang, mungkin jika Kanjeng Ibu masih ada dirumahnya, maka Lusiano tak akan mau pulang.
" Sill, lebih baik kanjeng ibu biar tinggal dirumahku untuk sementara waktu." Ujar Tania memeri tahu.
" Itu terserah kamu saja Tania, aku tidak memiliki hak melarang atau apapun." Sahut Sesillia dengan senyum terukir diwajahnya.
Tania menganggukan kepala kemudian naik ke lantai dua untuk menjemput Suharti. Sesillia menghembuskan napas berat, benar-benar hari yang berat. Pantas
saja Tania cukup mengenal Lusiano, ternyata ia Adik Ipar Lusiano, dan Kanjeng Ibu? Ha! Terlalu banyak masalah dalam keluarga ini.
Tania turun menghampiri Sesillia, dengan Suharti disampingnya, kemudian Tania berniat mengambil koper yang masih tetap berada didalam ruang tamu sejak
tadi siang, melihat hal itu, sesillia segera membantu membawakan koper Suharti tapi dicegah oleh Tania.
" Biar aku saja yang membawanya. Kamu dirumah saja, Siena tidak ada yang menjaga." Ujar Tania yang dijawab angukan kepala oleh Sesillia. Tania kemudian
berlalu pergi meninggalkan rumah, meninggalkan sesillia yang terus memandangi punggung kedua orang itu hingga menghilang dibalik pintu.
**** Chapter 19 "saya terima nikah dan kawinnya sesillia ulfa binti sidarta dengan mas kawin tersebut tunai." Ujar lusiano lantang dan lancar.
" bagaimana para saksi? sah?" Tanya penghulu.
"sah!" ujar semua orang yang ada dalam ruangan.
" alhamdulillah." Ucapan syukur terlontar dari bibir sesillia dan lusiano bebarengan.
" ting tong" suara bel rumah terdengar nyaring. Sesillia terbangun dari mimpi indahnya, ternyata eh ternyata, ijab qobulnya hanya mimpi. Penonton kecewa
deh. Sesillia menyambar qimar instan di sampingnya dan segera turun untuk membuka pintu. Lusiano berdiri didepan pintu dengan wajah yang teramat kusut, ibarat
baju ni, muka lusiano mirip baju yang diremes remes terus nggak disetrika, kebayang kan hancurnya kayak gimana. Lusiano masuk kedalam rumah, masuknya pakai
nubruk badan sesillia yang jelas jelas berdiri didepannya, haduh lusiano lusiano orang segede itu masih juga ditabrak. Sesillia mengekor dibelakang lusiano,
walaupun ia hanya babu alias pembantu, laki laki yang satu ini perlu dikasih tahu, sikapnya pada suharti ibu kandungnya? sudah keterlaluan.
" lusiano, kamu membuat ibumu menangis." Ujar sesilli kecewa, bayangkan.? Ah nggak mau bayangin.?? Hehehe...... bagaimana bisa laki laki yang mulai dicintainya
memiliki tabiat cukub buruk, pusing pala sesillia.
" itu bukan urusanmu sesillia." Tukas lusiano datar.
" memang bukan urusanku, tapi aku paling tidak suka melihat seorang anak tega menyakiti ibunya, apapun itu alasannya." Ujar sesillia panjang lebar, sudah
seperti ustadzah.. lusiano menghentikan langkahnya, berbalik dan memandang wajah mengesalkan pembantunya itu.
" kamu tidak tahu apa apa! Alangkah bagusnya kamu diam saja, dan tak perlu ikut campur. " tukas lusiano, kali ini terdengar mengancam.
" kamu bukan sungokong yang lahir dari batu, kamu dilahirkan dari rahim seorang ibu dengan taruhan nyawa." Ujar sesilli membuat amarah lusiano tersulut
lagi. " siput tak tahu terima kasih , kamu itu hanya pembantu, dan aku sudah berjasa memungutmu dari jalanan, jadi aku tegaskan sekali lagi, jangan pernah campuri
urusanku." Sahut lusiano kasar. Sesillia terdiam, ia disadarkan akan status dan kedudukannya, pembantu, iya ia hanya seorang pembantu, sampai kapanpun
tetap jadi pembantu. Lusiano berbalik dn berniat pergi meninggalkan sesillia, tapi ia urungkan dan kembali menatap sesillia lekat lekat.
" besok kita pers confres, jangan sampai ada bukti yang tertinggal." Ujar lusiano membuat sesillia terkejut, ya.. jumpa pers itu, ia sudah memiliki perjanjian
dengan lusiano mengenai hal itu, jadi jumpa persnya besok. Terlalu cepat menurut sesillia, ia perlu meneguhkan hati dan pendiriannya.
" jadi besok ya?" Tanya sesillia memastikan.
"Iya dan kamu tidak boleh menolaknya, ingat kamu sudah menyetujuinya." Ujar lusiano, kemudian melanjutkan langkah kakinya ke kamar.
Sesillia tidak bis tidur semalaman, ia memikirkan jumpa pers besok pagi, apa yang akan dilakukannya ini benar atau tidak, ia dihantui rasa ketakutan dalam
dirinya sendiri. " brak.. brak" lusiano memukul pintu kamar sesillia berkali kali, sesillia mengalihkan pandangannya ke arah pintu, Tapi tak ada pergerakan yang dilakukannya,
ia tetap duduk diatas ranjang dan tak berniat sedikitpun membukakan pintu.? Lusiano melihay jam dipergelangan tanannya, jumpa persnya setegah jam lagi,
tapi wanita siput satu ini tak kunjung keluar dari kamar. Karena tak sabar dan didorong rasa kesal, lusiano nekat membuka pintu kamar sesillia, membuat
wanita itu tersentak kaget, bagaimana tidak kaget, ia belum mengenakan jilbab, memperlihatkan rambut panjangnya yang teturai sebahu.
"astaga! Kamu belum siap siap, dasar siput bodoh, lihat ini jam berapa." Tukas lusiano sembari menunjukkan jam tangannya pada sesillia.
" bagaimana kamu bisa masuk?" Tanya sesillia gugup, sembari meraih jilbab diatas nakas.
" bagaimana aku bisa masuk? Salahkan kecerobohanmu yang tidur dengan tidak mengunci pintu kamar." Ujar lusiano semakin kesal. Sesillia terdiam, ia berusaha
mengingat ingat, ternyata benar yang dikatakan lusiano, sangking panik dan bingungnya ia lupa mengunci pintu kamarnya semalam.
" malah bengong, cepat mandi, jumpa pers tinggal tiga puluh menit." Ujar lusiano memerintah.
" iya sebentar." Sahut sesillia tak bergeser sedikitpun dari tempat duduknya.
Lusiano mendekati sesillia, membuat wanita itu meringsut ketakutan.
" apa yang mau kamu lakukan?" Tanya sesillia sembari menutupi dadanya dengan kedua lengannya.
" memandikanmu, jika kamu tidak segera mandi, aku yang akan memandikanmu." Ujar lusiano dengan wajah menggodanya.
" tidakkkk." Jerit sesillia sembari turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi.? Lusiano terkekeh pelan, kemudian menghampiri siena yang tertidur
pulas diatas ranjang, seraya menggendongnya.
" siput, siena aku titipkan tania, cepatlah aku tunggu diteras." Tukas lusiano setengah berteriak dan berlalu pergi meninggalkan kamar.
Sesillia sudah segar, ia mengambil dokumen dokumen penting yang ia simpan didalam koper dan memindahkannya kedalam tas selempang kecil, maxi brokat warna
pich ia pilih untuk dikenakan ke acara jumpa pers sebentar lagi, bukan baju yang mewah, tapi cukup layak digunakan untuk bertemu khalayak banyak. Sesillia
melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, pikiran dan hatinya beradu, devil dan agel di samping kanan kirinya berebut memberi pengaruh. Sesillia membuka
kenop pintu, berjalan menyusuri teras rumah dan menuju jalan raya, lusiano laki laki itu menunggu didepan mobil sport mewahnya dengan setelan kemeja putih
dan celana bahan, melekat sempurna ditubuhnya? ditubuhnya.
" cepat masuk." Perintah lusiano ketika sesillia sudah berdiri didepannya.
" iya." Ujar sesillia singkat. Lusiano berjalan menuju sisi pintu kemudi, masuk kedalam mobil dan mulai menghidupkan mesin mobil. Sesillia mengencangkan
sabuk pengamanya, kemudian duduk dengan tenang, dan pastinya dalam kebungkaman. Mobil sport itu melaju cukup kencang meninggalkan kediaman lusiano dan
menuju gedung grahadi untuk pers confres.
**** Sesillia gugup, puluhan orang duduk didepannya, suara jepretan kamera terdengar begitu horror , kilatan blitz kamera juga membuat adrenalinya semakin bertambah.
WAjah orang orang didepannya ini begitu menyeramkan, seperti srigala siap memangsa buruannya.? Keringat dingin mulai mengucur deras dari kenangnya, ia
semakin gugup tatkalah lusiano mulai membuka pembicaraan.
" selamat pagi, terima kasih para rekan rekan wartawan media cetak maupun media elektronik sudah mau menyempatkan waktu hadir disini.
Pasti kalian bertanya tanya, apa tujuan saya mengundang kalian semua kesini, tujuan saya hanya satu menolong wanita disamping saya memperoleh hak dan pertanggung
jawaban dari seseorang." Ujar. Lusiano membuka percakapan.
" pertanggung jawaban siapa? Anda ?" Celetuk salah satu wartawan tidak sabaran.
" tentu saja bukan, wanita disamping saya ini bernama sesillia ulfa mantan istri hendra.siantanu? pengusaha sukses di indonesia." Sontak penuturan lusiano
itu menimbulkan keributan para wartawan, mereka berebut mengajukan pertanyaan pada lusiano.
" kalian bisa tenang!" Ujar pengacara lusiano meredakan keributan didalam ruangan.
" kami hanya memperbolehkan satu wartawan untuk bertanya mewakili yang lain." Ujar lusiano menegaskan, membuat kondisi yang sudah sedikit terkendali kembali
ricuh dan ramai. " tenang! " teriak pengacara lusiano lagi. Para wartawan itu kemudian diam,menuruti perintah pengacara lusiano.
" kalian mau terima atau saya hentikan pers confres ini." Tukas lusiano mengancam.
Para wartawan akhirnya berembuk menentukan perwakilan, seorang pria berambut panjang dengan kaca mata mines ditunjuk oleh wartawan wartawan yang lainnya
untuk mewakili. " baik, silahkan mas? " ucapan lusiano terhenti.
"Arman." Ujar laki laki itu.
" baiklah silahkan bertanya langsung pada sesillia." Ujar lusiano sembari memandang wajah? sesillia yang mulai memucat.
" kamu tidak apa apa sesillia ?" Tanya lusiano pelan. Sesillia menggelengkan kepala memberi jawaban, ia menarik napas panjang, memandang? horror wartawan
yang bernama arman itu. " siapa nama anda?"
" sesillia ulfa."
" apa benar anda mantan istri hendra siantanu? pengusaha terkenal itu."
" lebih tepatnya mantan istri."
" apa anda tidak berbohong? Setahu kami hendra baru saja menikah dengan nikol artis muda yang sedang naik daun. Apa anda istri sirihnya?"
" tidak, saya istri resmi."
" apa anda bisa memberikan bukti."
sesillia menunjukkan salinan? buku nikahnya dan surat cerai kepada para awak media. Lagi lagi bunyi dan kilatan blitz kamera membuat sesillia ketakutan,
mungkin setelah ini ia bisa fobia terhadap kamera.
" Sebelum menikahi istri yang sekarang ia sudah pernah menikah dengan anda, berarti hendra menyembunyikan pernikahan kalian?"
" iya." " apakah anda tahu nona sesillia alasan mantan suami anda menyembunyikan pernikahan kalian?"
" tidak." " karena alasan apa, anda dan hendra bercerai."
" saya tidak tahu, setelah.saya melahirkan ia melanyangkan gugatan cerai padaku."
" anda memiliki anak dengan hendra?"
"Iya." " laki laki atau perempuan."
" perempuan." " siapa nama putri anda?"
" maaf saya tidak bisa memberi tahu."
" kenapa anda merahasiakan nama anak anda? Takut hendra akan mengambilnya."
" tidak." " tujuan kami? mengadakan pers confres ini untuk menunjukkan bahwa hendra yang selama ini kalian kenal baik dan dermawan kenyataanya tidak sebaik yang
kita dan kalian semua bayangkan, semua yang ia lakukan hanya pencitraan. Dan sesillia ini salah satu korban kebengisannya, pasti masih banyak sesillia
sesillia lain diluar sana." Ujar lusiano mengambil alih pembicaraan, kemudian berdiri dan mengajak sesillia juga berdiri lalu pergi meninggalkan ruangan
dengan penjagaan ketat, para wartawan yang belum puas mengajukan pertanyaan, berusaha terus bertanya dan meminta lusiano serta sesillia kembali.
**** Chapter 20 Lusiano menuntun sesillia yang berjalan sedikit sempoyongan, ia bahagia, karena setelah ini nama baik Hendra Siantanu yang selalu dibanggakan orang-orang
di negri ini, akan hancur dalam hitungan jam, siapa suruh berurusan dengan Lusiano, sehebat apapun ia, tidak akan mampu dan sanggup menandinggi kecerdikan
otak Lusiano. Sesillia sebisa mungkin menahan air mata, rasanya luka lama yang sudah ditambal kokoh ini terbuka dan terganga lebar, ia tidak boleh menangis, ia sudah
berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menangisi Hendra mantan suaminya. Tapi, terlalu banyak kenangan-kenangan indah bersama laki-laki biadab itu, walaupun
luka yang ditorehkan juga cukup besar dan menyakitkan, madu cinta pernah direngkuh sesillia hingga membuahkan Siena buah hati mereka.
" Siput ayo masuk, kenapa masih berdiri disitu." Ujar Lusiano, tatkala melihat sesillia masih terdiam didepan hotel dan tak kunjung masuk mobil.
" Tin..Tin..." Karena tak sabar, Lusiano membunyikan klakson mobilnya berkali-kali. Sesillia tersentak kaget, ia memandang Lusiano heran, bukan heran tapi
bingung, Lusiano sudah ada didalam mobil, sejak kapan? Berarti dirinya dari tadi melamun? Melihat Lusiano semakin tak sabar, terbukti dengan klakson yang
bertoet-toet semakin keras, Sesillia mengangguk, dan segera masuk kedalam mobil.
" Jangan sok terbebani seperti itu." Ujar Lusiano mencibir.
" Jangan sok tahu." Sahut sesillia ketus.
" Ya... ya.. ya... ternyata siput sepertimu bisa terbebani dengan persoalan hidup juga." Ujar Lusiano, berbarengan dengan senyum seringainya yang teramat
menyebalkan. " Aku bukan drama king sepertimu, setiap keputusan yang aku lakukan harus melalui pertimbangan yang matang, agar tidak merugikan siapapun." Tukas sesilli
datar. Lusiano terkekeh pelan, membuat sesillia memicingkan mata menelisik pada laki-laki itu.
" Kamu merasa merugi telah melakukan hal ini?" Tanya Lusiano lagi-lagi mencibir.
" Bukan aku yang merugi, tapi kamu yang membuatku rugi." Sahut sesillia membuat Lusiano membelalakan mata.
" Hai! Kamu sendiri yang menawarkan keputusan itu." Ujar Lusiano memaparkan.
" Ya, dan sepertinya aku menyesali keputusan itu." Sahut sesillia sedih.
" Sudah terlambat nona siput, semua sudah terjadi, dan setelah ini aku yang akan menuai buahnya..hahaha." Sontak perkataan lusiano itu membuat sesillia
emosi, ternyata laki-laki disampingnya ini pintar memanfaatkan kesempatan, dan dirinyalah yang menjadi upan dalam permasalahan lusiano dan Hendra.
" Entah sebesar apa dendam-mu pada Hendra, tapi sepertinya kita sudah impas, dan Lusiano, setelah ini mungkin aku akan keluar dari rumahmu." Tukas Sesillia.
Lusiano menginjak pedal rem cepat, membuat mobil sportnya berhenti mendadak. Matanya membelalak sempurna, tatapanya penuh pertanyaan.
" Jatah kerjamu masih satu minggu lagi siput." Ujar Lusiano menjelaskan.
" Ya aku tahu, tapi sudah cukup aku tinggal bersama orang macam dirimu lusiano, laki-laki abnormal yang gila." Tukas sesillia. Lusiano tersulut emosi,
wanita ini tak tahu terima kasih sekali.
" Hei! Aku sudah banyak membantumu, kenapa kamu bisa menyebutku laki-laki gila! Ingat jadi apa kamu tanpaku." Ujar Lusiano berapi-rapi, tapi bukan malah
takut sesillia tetap tenang dan santai.
" Terima kasih kamu telah menolongku selama ini, tapi sepertinya lebih baik aku tidur di emperan toko atau kolong jembatan dari pada hidup serumah dengan
orang yang selalu menjadikan orang-orang disekitarnya pelampiasan dan boneka, hidupmu tak pernah bahagia Lusiano, kamu tak pernah bersyukur dengan apa
yang kamu dapat, ingatlah kamu masih memiliki tuhan." Tukas sesillia, membuat Lusiano tertegun, benarkah ia seperti yang dikatakan sesillia, benarkan hidupnya
penuh kepalsuan, benarkah ia tidak pernah merasakan bahagia. Lusiano tetap bergeming, ia lebih memilih konsen dengan jalan raya didepannya, tak memperdulikan
lagi wanita disampingnya ini.
Tak butuh waktu lama, mobil sport Lusiano masuk kedalam garasi, hari ini ia mengambil cuti kerja, tak masalah lagi pula dia bosnya. Tanpa ba bi bu be bo,
sesillia segera masuk kedalam rumah meninggalkan Lusiano dengan segala pikiran di otaknya, tadi sesillia bilang akan pergi dari rumah ini, apa yang dikatakanya
benar? atau hanya gertakan karena emosi?
Lusiano berjalan mendekati pagar rumah, berniat menutupnya ketika tiba-tiba Tania menahan ujung pagar dengan raut wajah emosi, ha! Kenapa hari ini orang-orang
pada emosional, memang hari ini hari emosi? Sepertinya tidak ada, hari emosi, atau gara-gara ini satu april? Semua orang pada april moob, kayaknya juga
tidak. " Kamu semakin keterlaluan Lusiano. Bisa-bisanya kamu memanfaatkan Sesillia untuk menjatuhkan orang lain." Tukas Tania emosi.
" Ini lagi, jangan ikut campur!" Balas Lusiano menegaskan.
" Sepertinya hati nuranimu sudah membeku, tidak memikirkan bagaimana perasaan orang lain." Ujar Tania sembari menunjuk Lusiano.
" Ini sudah menjadi perjanjian antara aku dan sesillia." Tukas Lusiano sembari menepis tangan Tania.
" Ya.. hidupmu selalu penuh dengan perhitungan, sampai menolong orang pun harus mendapatkan imbalan sesuai kemauanmu." Sahut Tania sembari berkaca pinggang,
ia benar-benar tak tahan menahan emosi lagi, kakak iparnya ini benar-benar keterlaluan.
" Pulanglah, aku capek." Ujar Lusiano sembari menutup pintu pagar, menguncinya dan berlalu masuk kedalam rumah, meninggalkan Tania yang masih berdiri diluar
rumah dengan heran, heran karena laki-laki itu tak kunjung sadar, semoga saja Allah segera menyadarkan akal sehatnya.
**** Lusiano masuk kedalam rumah, perutnya mulai lapar, tapi tak ada satupun makanan yang tersaji di atas meja makan. Ia mencari keberadaan sesillia memintanya
untuk memasakkan makanan, diketuknya pintu kamar sesillia cukup kencang, tapi tak ada jawaban berarti dari dalam, tetap hening, membuat lusiano tak sabaran.
" Sesillia apa yang sedang kamu lakukan didalam? Cepat keluar buatkan aku sarapan!" Tukas Lusiano dengan nada suara meninggi.
" Kreek" pintu terbuka menampakan sosok sesillia dengan wajah pucatnya.
" Ada apa Lusiano?" tanya sesillia lemah.
" Cepat masak, perutku sudah lapar." Jawab Lusiano sembari memegangi perutnya.
" Beli saja ya, kepalaku pusing Lusiano." Ujar sesillia sembari memutar tubuhnya berniat masuk kamar lagi, tapi dengan cepat lusiano mencekal lengan sesillia
dan memaksanya kedapur. " Enak saja, kamu harus memasak." Tukas Lusiano memaksa.
Sesillia menuruti kemauan laki-laki itu, mengekor dibelakang Lusiano, sembari memijat pelan kepalanya yang berdenyut-denyut semakin kecang, terasa begitu
sakit, Kali ini semakin bertambah sakit, pandangannya mulai kabur dan kakinya juga terasa lemas, susah menopang berat tubuhnya sendiri. Tiba-tiba saja
kegelapan itu menyongsongnya, membuatnya tak sadarkan diri, jatuh bersandar pada punggung Lusiano.
***
Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Chapter 21 Lusiano mengantar dokter adi keluar dari kamar sesillia, berhenti didepan pintu mengobrol sejenak.
" bagaiman keadaannya?" Tanya lusiano ingin tahu.
" pembantumu ini memiliki tekanan darah tinggi lusiano, tidak boleh banyak memiliki pikiran berat." Ujar.dokter adi memberitahu.
" terima kasih ya adi." Tukas lusiano sembari menepuk bahu dokter adi.
" jangan lupa obatnya diminum tiga kali sehari ya."ujar dokter adi mengakhiri.
Lusiano mengantar dokter adi keluar rumah, tak disangka tania ada didepan pintu berniat memencet bel rumah lusiano.
" dokter adi?" Ujar tania ketika melihat sosok dokter keluarganya itu.
" hai tania lama tidak bertemu." Tukas dokter adi menimpali. " sudah punya momongan sekarang." Tanya dokter adi menimpali.
" oh bukan." Jawab tania ketika dokter adi mengira siena yang ada digendongannya ini sebagai buah hatinya. " ini anak sesillia, pembantu lusiano." Ujar
tania menegaskan. " oh... aku sarankan kamu jaga dulu saja, pembantu lusiano sedang sakit." Tukas dokter adi mengingatkan, tania mengernyitkan dahi tak percaya, sesillia
sedang sakit? " sesillia sakit?." Tanya tania memastikan.
" iya, ia memiliki tekanan darah tinggi." Jawab dokter adi. Sontak membuat tania memicingkan mata ke arah lusiano penuh tuduhan. Kemudian segera masuk
kedalam rumah ketika selesai berpamitan pada dokter adi. Tania seger naik kelantai atas menuju kamar sesillia, melihat kondisi wanita yang sudah menjadi
sahabat terbaiknya itu. Ia duduk ditepi ranjang, memegang kening sesillia, memastikan suhu tubuhnya, ternyata cukup hangat.? Tania iba melihat sesillia,
ia berharap suatu saat allah akan melimpahkan kebahagiaan berlimpah pada wanita yang sedang terbaling lemah diatas ranjang ini.
Tania melihat pergerakan jari- jari sesillia, wanita itu mulai siuman, dan benar- benar sadar ketika kelopak matanya perlahan terbuka.
" sesillia." Panggil tania hanya sekedar memastikan.
" tania." Balas sesillia dengan mata berkaca kaca.
" bagaimana keadaanmu?" Tanya tania memastikan.
"Masih sedikit pusing tania." Jawab sesillia sekenanya.
Seketika suasana didalam kamar menjadi hening, sampai sesillia mengajukan pertanyaan lagi.
" tania, apa kamu sudah melihatnya." Tanya sesillia dengan wajah pucatnya, yang kini semakin pucat, memperlihatkan bahwa si pemilik sedang terbebani pemikiran
berat. " jika yang kamu maksud, jumpa pers tadi pagi? Ya aku lihat di infotainment." Jawab tania iba dan kecewa, iba melihat kondisi sesilli, kecewa melihat akal
picik kakak iparnya. " entah kenapa setelah itu, perasaanku jadi tak tenang, aku takut hendra marah dan bisa berbuat diluar dugaanku, bahkan berpikiran mencelakai siena. Aku
takut tania, hanya siena harta berhargaku saat ini." Ujar sesilli berurai air mata.
" semoga saja yang kamu takutkan tidak akan pernah terjadi, dan sesillia, jika aku boleh memberi usulan, sebaiknya? sudah saatnya kamu keluar dari rumah
ini, aku merasa lusiano kakak iparku itu semakin keterlaluan, sepertinya juga tidak waras."? Tukas tania panjang lebar.
" aku juga sempat berpikiran seperti itu tania, tapi...... aku lama tidak bekerja, tabunganku tidak bakal cukup untuk menyewa rumah." Ujar sesillia sedih.
" jika hanya itu yang jadi masalah, kamu jangan khawatir, aku bisa membantumu. Tinggal kapan kamu bisa keluar dari rumah ini." Ujar tania menanyakan.
"aku terikat perjanjian denan lusiano tania, bagaimana caranya bisa keluar rumah ini dengan mudah, apalagi selama sebulan ini lusiano memilih membawa pekerjaan
kantornya ke rumah." Ujar sesillIa sedih.
" Aku punya rencana yang pastinya akan berhasil." Tukas tania semangat.
" apa?" Tanya sesillia ingin tahu, sembari bangun dari tidurnya.
"? jadi begini rencananya." Ujar tania dengan gaya bak detektiv.
??????????????????????????????????????? ****
" sayang." Ujar melani sembari bergelung dipelukan hendra.
" apa sayang." Balas hendra sembari menciumi wajah melani.
" tadi pakai pengaman kan?." Tanya melani memastikan.
" iya, kenapa?" Tukas hendra mengernyitkan dahi.
" aku sih tidak masalah hamil, tapi istrimu, bagaimana." Ujar melani sembari memajukan bibirnya kesal.
" iya sayang."? Tukas hendra sembari mencubit? gemas hidung melani.
" tapi aku kagum banget sama kamu sayang."? Ujar melani berbinar.
" hmmm.." jawab hendra singkat.
" ya, reputasimu selalu baik dan bagus, kamu pintar membangun image hendra." Ujar melani.
" otakku tak sebebal lusiano mantan pacarmu itu." Sahut hendra meremehkan. Melani bangun dari tidurnya, turun dari ranjang dan mengenakan pakaiannya lagi.
" tapi kamu tidak boleh meremehkannya, lusiano juga laki laki yang licik." Ukas melani, sembari mengenakkan hotpantsnya.
Hendra mengerutkan dahi, tidak biasanya melani mengungunggulkan lusuano, biasanya wanita ini selalu meremehkan rival bisnisnya itu.
" tidak biasanyan kamu mengunggulkannya, apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku." Ujar hendra turun dari ranjang, menghampiri melani, memerlihatkan
tubuh telanjangnya. Tatapannya begitu mengintimidasi, membuat melani kesulitan menyusun alibi.
" ti..ti...tidak ada hendra." Ujar melani takut. Hendra menjambak rambut melani, hingga membuat wanita itu mendonggak.
" katakan, apa yang kamu sembunyikan." Gertak hendra.
" sumpah, tak ada hendra." Tukas melani berusaha mengelak.
" seperinya kamu tak sayang nyawa ibumu dirumah sakit ya." Ancam hendra membuat melani membelalak kaget dan ketakukan.
" jangan hendra, kumohon." Tukas melani begitu mengiba.
" kalau begitu katakan, apa yang aku tidak tahu." Paksa hendra.
" baiklah tapi lepaskan dulu, kepalaku mulai sakit."? Pinta melani, yang diturui oleh hendra. Melani mengelus dn merapikan rambutnya, kemudian menarik
napas panjang dan mulai bercerita.
" beberapa hari yang lalu, lusiano datang ketempatku dan memaksaku berbicara mengenai foto rekaya itu." Ujar melani, menundukkan wajah, tidak berani menatap
hendra secara langsung. "Kamu memberi tahu, aku otak dibalik semua itu?" Tanya hendra? sudah bisa menebak.
" iya, dia mengancan nyawaku." Ujar melani membela diri.
" plak"? suara tamparan terdengar kencang, diiringi tumbangnya tubuh melan ke lantai, sangking keras tamparan hendra, membuat melani? pingsan.
Hendra membuang ludah kearah melani kemudian berlalu pergi meninggalkan apartement wanita itu, membiarkan si pemilik kediaman tetap diposisinya.
Hendra melajukan sedan mercinya menuju kantor, sepertinya ia salah mempercayakan tugas semudah ini pada wanita bodoh itu, wanita yang bisanya cuma? memuaskan
napsu? laki laki, Tak becus diberi tanggung jawab.
Hendra menghentikan mobilnya didekat kantor, kenapa kantornya penuh dengan wartawan, ada apa sebenarnya? Hendra mendial nomer asistenya, memghubungi, menanyakan
apa yang terjadi. " lina apa yang terjadi? Kenapa banyak wartawan didepan kantor"
" boss belum lihat berita di televisi?"
" berita apa?" " lebih baik boss lihat sendiri saja, maaf boss, saya harus membantu menghalau wartawan yang berusaha masuk."
" ya." Hendra menutup ponselnya, dan segera menyalakan televisi mini didalam mobilnya, alangkah terkejutnya, semua stasiun televisi menanyakan taiping
acara jumpa pers lusiano dan...... wanita itu, hendra sangat mengenal wanita itu, ia sesillia, mantan istrinya, bagaimana bisa ia mengenal lusiano, dan
apa yang mereka lakukan. Oh astaga! Pantas saja para wartawan menyerbu kantornya dan berusaha mencari dirinya, benar benar bajingan lusiano itu.
Hendra mengacak rambutnya frustasi, ia memukul sekali setir mobilnya, dan meneriakkan teriakkan kesal. Setelah kemudian melajukan mobilnya lagi menjauhi kantor.
*** Chapter 22 Ponsel lusiano berdering nyaring, dengan segera diraihnya ponsel itu dan? berbincang langsung? dengan orang yang meneleponnya.
" Hallo" " Bapak, ibu ada disini, beliau mengumpulkan karyawan wanita untuk diseleksi menjadi calon istri anda." Ujar vanilla sekertarisnya.
" Apa!!!!" teriak lusiano sangking terkejutnya.
" Bapak segera kesini, kalau tidak kondisi kantor semakin tidak kondusif pak." Pinta vanilla khawatir. Sekarang siapa yang tidak mau menikah dengan lusiano,
ketika tahu suharti mengadakan audisi untuk mencari calon mmenantunya, dijamin para wanita dikantor itu memilih meninggalkan pekerjaannya, dan mengikuti
audisi. " baik, saya akan kesana." Tukas Lusiano, kemudian menutup sambungan telpon, meraih jas kerjannya dan pergi keluar rumah menuju kantor.
Tania yang saat lusiano pergi dari rumah sedang berada didalam dapur, tertawa penuh kemenangan. Rencananya ini berhasil, suskses besar. Dengan segera,
ia pergi kekamar sesillia, memberi tahu bahwa rencananya berjalan dengan mulus.
" Sesillia, rencana kita berhasil." Ujar Tania senang, ketika masuk kedalam kamar sesillia.Sesillia yang sedang bermain dengan siena, langsung menanggapi
tak kalah sumringah juga.
" Benarkah? Syukurlah." Ujarnya lega.
" Sekarang,lekas kemasi barang-barangmu, waktu kita tidak banyak." Tukas Tania menyuruh. Sesillia segera turun dari ranjang, mengambil tas pakaian dan
memasukkan pakaian-pakaianya kedalam tas.
" Apa keplamu masih terasa pusing sesillia?" Tanya Tania sembari bermain-main dengan siena.
" Alhamdullilah sudah mendingan ." Jawab sesillia, tanpa meninggalkan aktifitas melipatnya.
" Kalau begitu bawa juga obatmu." Pinta Tania, yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia.
Setelah selesai berkemas, mereka bergegas meninggalkan rumah, supir Tania sudah menunggu didepan rumah lusiano. Tania masuk terlebih dahulu kedalam mobil,
sedangkan sesillia masih sibuk memandangi rumah lusiano untuk terakhir kalinya, rumah yang menjadi saksi tumbuhnya cinta dihati sesillia, cinta yang? tak
mungkin didapat dan harus dibuang jauh-jauh.
" Sill, ayo!" Panggil Tania, ketika sesillia tak kunjung pergi dari tempatnya berdiri. Sesillia menoleh, memandang Tania yang mengetuk-ngetuk jam tangannya,
memberi tanda. Sesillia bergegas masuk kedalam mobil, dan mobil mereka segera melaju pergi meninggalkan rumah lusiano.
Didalam mobil tak banyak yang mereka bicarakan, sesillia lebih memilih diam, begitupun Tania, ia tak berusaha mengajak sesillia bicara, ia amat mengert
bagaimana perasaan sesillia saat ini, tak bisa dipungkiri, dari cara sesillia memandang lusiano, berbicara dengan laki-laki itu, sepertinya sesillia mulai
menaruh hati pada kakak iparnya. Tapi Tania tak mau meanyakan hal itu, biarlah itu jadi urusan mereka berdua saja.
??????????????????????????????????????????????? ****
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai disebuah rumah, tak terlalu bagus tapi sangat asri dan indah, rumah yang
memiliki teras besar, bergaya kuno, penuh dengan tanaman-tanaman yang tumbuh subur, dengan sebuah ayunan dari karet ban dan meja serta kursi kayu di sudut
teras menambah kesan nyaman.
Tania mengajak sesillia turun, masuk kedalam teras rumah, dan duduk sejenak disana, menikmati pemandangan.
" Ini rumahku Sesillia, dulu aku tinggal disini dengan ibuku, tapi beberapa tahun yang lalu ibuku meninggal." Ujat Tania menceritakan.
" Aku turut sedih, maaf Tania." Tukas Sesillia tak enak hati.
" 'Sudahlah, aku? sudah ikhlas, Allah lebih sayang pada? ibu." Ujar Tania lagi.
"Iya, kamu benar sekali." Ujar sesillia menyetujui.
" kamu bisa tinggal disini sesillia, tenang saja rumah ini tak berhantu, karena sepeninggal ibu, pak parmin dan mbok tija selalu merawatnya."Ujar Tania
panjang lebar. " Lusiano?" Tanya sesillia.
" Apalagi, disini tak ada hantu lusiano." Ujar Tania sembari tertawa.
" Bercanda kamu, maksudku apa lusiano tahu rumah ini?" Tanya sesillia memastikan.
" Jangan khawatir, lusiano tak tahu rumah ini, jadi kamu aman disini." Jawab Tania, melegakan perasaan sesillia yang cemas.
" Baiklah-baiklah sudah cukup ngbrolnya nona-nona." Ujar suara perempuan dari dalam rumah.
" Mbok tija."Tukas Tania, sebera berdiri dan berniat memeluk mbok tija.
" Jangan memelukku non, nanti tumpah tehnya." Ujar mbok tija melarang.
" Opss." Celetuk Tania, membuat mbok tija geleng-geleng kepala
Mbok tija meletakkan dua cangkir teh hangat keatas meja, Tania kembali duduk, dan langsung menyeruput teh buatan mbok tija.
" Oh, ya mbok, kenalkan ini sesillia, ia akan tinggal disini untuk sementara waktu, Tania nitip ya mbok." Ujar Tania.
" Siap non." Sahut mbok tija.
" Iya sudah kalau begitu, aku harus segera kembali, agar lusiano tidak curiga, biar mbok tija yang mengajakmu berkeliling ya." Ujar Tania sembari berdiri,
sesillia ikut berdiri juga, mendekati Tania, menjabat tangan sahabatnya itu.
" Terima kasih Tania." Tukas Sesillia tulus.
" Sama-sama, apa aku masih bisa mengunjungi siena?" Pinta Tania, sembari mengelus pipi siena dalam gendongan sesillia.
" Tentu saja, kapanpun yang kamu mau." Ujar? sesillia.
" Wah terima kasih, baiklah aku pamit dulu ya, semoga betah disini. Assalamualaikum." Pamit Tania.
" Waalaikum salam." Jawab sesillia.
Tania pergi meninggalkan meninggalkan rumah, ia berjalan mendekati mobil, masuk kedalam, dan melambaikan tangan tanda perpisahan, setelah itu berlalu pergi.
" Baiklah nona sesillia, aku akan mengantarmu kekamar, setelah itu kita berkeliling." Ajak mbok tija,sesillia mengangguk dan mengekor dibelakang wanita
paruh baya itu. Mereka berhenti didepan sebuah ruangan dengan pintu kayu berwarna putih, mbo tija membuka pintu, memperlihatkan sebuah ruangan tertata
rapi, sebuah kamar yang memperlihatkan pemiliknya masih berusia remaja.
" Nah, ini kamarnya Non, dulunya ini kamar non Tania, sekarang anda bisa tinggal disini." Ujar mbok tija. Sesillia masuk kedalam kamar, meletakkan siena
Mutiara Hitam 7 Pendekar Hina Kelana 4 Tiga Iblis Pulau Berhala Jennings Si Iseng 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama