Ceritasilat Novel Online

Pencuri Hati 5

Pencuri Hati Karya Rara El Hasan Bagian 5


" kami diperintahkan untuk menangkap bapak hendra atas laporan dari bapak lusiano arifian." Nikol tersentak kaget, tubuhnya terhuyun kebelakang, hampir
jatuh. Untung saja ia berpegangan pada daun pintu. Lusiano arifian? Lusiano? Lama sekali ia tak mendengar nama itu, nama dari laki laki yang sampai detik
ini masih dicintainya. Tapi hendra? Untuk apa lusiano melaporkan hendra? Apa lusiano mengenal suaminya? Kepala nikol penuh dengan pemikiran pemikar itu,
berputar putar diotaknya bak lorong waktu, memutar kembali masa lalaunya dan masa kini secara bersamaan, membuat kepalanya seketika berdenyut denyut hebat.
" salah suami saya apa pak?"
" bapak hendra dituntut atas pencemaran nama baik dan kejahatan berencana, ini surat izin penangkapannya." Tukas salah satu polisi sembari menyodorokan
surat izin? penangkapan pada nikol.?
" bapak hendra ada bu?" Tanya polisi yang lain terlihat tak sabaran.
" aa....a...ada pak." Sahut nikol terbatah batah.
" mari antar kami menemui beliau bu." pInta salah satu polisi.? Nikol mengangguk seraya membimbing para polisi itu ke ruang kerja hendra.
" itu pak, suami saya ada didalam sana." Ujar nikol? pelan sembari menunjuk ruang kerja hendra.
" apa pintunya terkunci bu?" Tanya polisi yang sama. Nikol mengangguk membenarkan.
Para polisi itu bergerak dengan perlahan, tak menimbulkan suara derap sepatu atau bunyi? apapun. Mereka sudah sangat ahli dalam hal grebek mengrebek seperi
ini. Salah? satu Polisi yang berdiri paling dekat dengan pintu, memundurkan tubuhnya, membuat ancang ancang, bersiap untuk mendobrak pintu.
" bruak....jangan bergerak!!!!!!"
Hendra dan melani terlonjat kaget. Polisi menyongsong mereka dengan pistol teracung ditangan. Salah satu polisi? menghampiri mereka, melemparkan pakaian
mereka yang tersebar dilantai, dan memaksa mereka seger mengenakan pakaian.
Tak kalah kagetnya dengan hendra dan melani, nikolpun bak mendapat suprise yang tak terduga dari sang suami, dengan? kepala matanya sendiri, ia harus melihat
suaminya bercumbu dengan wanita lain dalam keadaan telanjang bulat didalam ruang kerjanya. Jadi suara wanita ini yang didengarnya tadi, jadi seperti ini
sifat laki laki yang dinikahinya, dan ini juga? alasannya kenapa sifat hendra berubah total padanya akhir akhir ini.
Nikol diam bak batu arca, tak menghiraukan tatapan benci yang dilemparkan hendra padanya. Peduli apa dengan laki laki itu, sepertinya nikol tak akan menyesali
tindakannya membantu polisi menemukan suaminya.
Setelah berpakaian lengkap, polisi memborgol tangan hendra dan melani, menggiring mereka pergi.
" salah saya apa pak?!!!" Protes hendra tak terima.
" anda dituntut karena telah mencemarkan nama baik dan merencanakan tindakan asusila terhadap orang lain."
" pak saya tidak bersalah!!!"? Kini giliran melani yang merontah rontah.
" kami tahu anda melani, salah satu pelaku juga." Ujar polisi yang mendorong tubuh melani. " cepat jalan!!" Bentaknya, ketika melani tak kunjung bergerak.
" wanita bedebah!!!" Rutuk hendra ketika berjalan? melewati nikol. Nikol memilih diam tak menghiraukan.
" terima kasih, atas kerja sama anda ibu....?" Tanya komandan misi.
" nikol." Jawab nikol.
" oh baiklah ibu nikol, sekali lagi kami dari pihak kepolisian mengucapkan banyak terima kasih pada anda." Ujar komandan misi lagi sembari menjabat tangan
nikol. " sama sama pak."
" baiklah kami harus pergi, selamat siang."
" siang."? Polisi terakhir keluar dari ruangan,? meninggalkan nikol seorang diri diruangan itu.
Nikol terdiam,ia shock, kenyataan pahit bertubi tubi membrondongnya. Ternyata laki laki yang dinikahinya adalah seorang kriminal dan penjahat wanita.? Dan
laki laki dalam masa lalunya, cinta pertamanya, ia mengingat lagi laki laki itu.
Diringsutkannnya tubuh mungilnya disudut ruangan, menekuk kedua kakinya, dan menangis tersedu sedu. Tiba tiba? sakit dikepalanya kembali terasa, kali ini
lebih sakit.? Nikol menyentuh lubang hidungnya, basah, darah. Lagi lagi hidungnya mengeluarkan darah. Tubuhnya pun terasa begitu lemas, nikol menyentuh
kepalanya berniat memijitnya, tapi yang ada pijitan itu malah membuat rambutnya rontok. Disandarkannya tubuhnya kedinding, meratapi kondisinya yang tak
berdaya seperi ini. *** Chapter 39 Lusiano terbangun dari tidurnya, ditegakannya punggung tubuhnya yang terasa lelah, ia mengusap pelupuk matanya yang masih terlihat mengantuk, bahkan kantong
matanya sudah begitu menghitam.
Lusiano menolehkan kepalanya, melihat sisi ranjang disampingnya yang terlihat? kosong, mungkin istrinya sudah bangun. Diedarkan pandangannya kesekitar,
melirik sekilas jam diatas nakas,mendapati jarum jam menunjukkan angka dua, berarti ini masih jam dua pagi, pikirnya dalam hati. Kembali diputarkannya
bola mata hazelnut miliknya,? menelisik kesekitar, berniat mencari keberadaan istrinya, yang ia ketahui kini sedang menidurkan? siena dengan suara merdunya.
Ia turun dari ranjang, berjalan mengendap endap tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. sembari tersenyum jahil, lusiano berniat mengagetkan istrinya dari
belakang. Tapi bukan mengagetkan, lusiano malah tertegun dengan seulas senyum terkembang di? bibirnya.
Ketika sudah berdiri tepat dibelakang sesillia, segala niat jahilnya hilang seketika, senyum itu, senyum bayi kecil itu bak malaikat, bayi kecil yang kini
sudah jadi putrinya itu, bergerak gerak dengan lucu dan mengemaskan.
Lagi lagi senyum bahagia tak lepas dari bibir lusiano, kali ini sang istri menunjukkan keahliaanya menyanyikan lagu pengantar tidur untuk siena. Tak ada
niat jahil di otak lusiano, baginya mendengarkan sesillia beryanyi, merupakan sesuatu?hal? yang jarang terjadi. Bukan karena suara sesillia jelek, suara
sesillia sangat merdu, tapi istrinya itu? hampir tak pernah beryanyi untuk siena? seperti malam hari ini.
" timang timang sienaku sayang jangan menangis bunda disini." Lagu pengantar tidur yang terdengar merdu. Sesillia melantunkan lagu itu berkali kali, mungkin
akan terus dilantunkannya sampai siena tidur.
Lusiano mendekat, merapatkan tubuhnya ke? tubuh sesillia, memeluk istrinya dari belakang dan meletakkan dagunya di atas bahu sesillia. Posisi yang sangat
disukai lusiano, karena dengan begini, ia bisa mencium aroma khas rambut sesillia dalam dalam.
Sedang sesillia, ia sedikit melonjak kaget, ketika tiba tiba lusiano memeluknya dari belakang. Ia? tak mengira jika lusiano sedari tadi berdiri dibelakangnya.
" kamu mengagetkanku lusiano." Ujar sesillia sembari mengusap dadanya, menetralkan degup jantungnya.
" maaf sayang, aku tak berniat seperti itu." Sahut lusiano sembari terkekeh pelan. Sesillia sedikit memiringkan kepalanya, membuat lusiano semakin? leluasa
meletakkan dagunya di bahu istri tercintanya itu.
" tumben kamu bangun dimalam hari sayang, membuat bundamu juga ikut ikutan bangun." Ujar lusiano berdialog dengan siena, putri kecilnya yang kini semakin
tumbuh besar. " siena ngompol ayah." Sahut sesillia, berpura pura menjadi siena.
Mendengar suara sesillia yang diperhalus bak anak kecil itu membuat lusiano terkekeh pelan, ternyata tak hanya siena yang membuatnya gemas, tapi sesillia
pun bisa membuatnya lebih gemas.
Dieratkannya lagi pelukannya dipinggang sesillia sembari menciumi pipi wanita itu berulang kali.
" mas he! Malu dilihat siena."
" siena? tambah senang kali sayang melihat ayah dan bundanya saling menyayangi seperti ini."
" oh ya!" Ujar sesillia sembari membalikkan badan, membuatnya berhadapan langsung dengan lusiano. Tangan yang tadi bebas, kini sudah melingkar cantik di
leher suaminya, sedang lusiano semakin mendorong tubuh sesillia merapat ke tubuhnya.
" uhibuka zauji" ujar sesillia lembut, tapi bahasa yang tak dipahami lusiano itu membuat dahi mengerenyit.
" apa artinya?"? Sesillia tesenyum, sembari? merebahkan kepalanya didada lusiano sebentar, kemudian mengangkatnya lagi untuk menatap mata indah milik suaminya
itu. " artinya?......" sesillia diam sejenak, senyum serigai terpatri diwajahnya. " artinya, kamu tukang mesum." Ujar, sesillia sembari melepaskan diri dan
berusaha berlari menjauh. Bukan bergerak kedepan, tubuh sesillia? malah terhuyun kebelakang, kembali keposisinya tadi. Ternyata lusiano menarik tangannya
saat ia akan pergi. Dengan cepat lusiano mengungkung tubuh sesillia amat dekat denganya, diraihnya leher sesillia mendekat kewajahnya, membuat? ciuman itu tak terelakkan lagi.
Dengan bergairah, lusiano melumat, mencecap, merasakan halus dan manisnya bibir sesillia. Sedangkan sesillia, dengan ragu ragu dan takut, perlahan ia membalas
perlakuan bibir lusiano di bibirnya dengan cara yang sama, sontak apa yang dilakukannya itu membuat lusiano memelototkan mata. Tumben tumbenan nih si sesillia
membalas ciumannya, biasanya ia hanya diam dan menerima saja perlakuan bibirnya.
Lusiano melepaskan ciumannya, ia kehabisan napas, gila! Sesillia kasar sekali, tak membiarkannya mengambil napas barang sedetikpun.? Diraihnya dagu sesillia
dan membawanya mendogak, menatap kearahnya.
" ck...ck..ck.....kamu hampir membuatku kehabisan napas sayang." Tukas lusiano,membuat sesillia kembali menunduk malu.
" sekali bergerak langsung ahli...hahaha." goda lusiano sembari terkekeh pelan, sesillia mendegus kesal, diberikannya hadiah berupa cubitan kecil di pinggang
lusiano.? " aduh....... siput! Tuh kan, sebenarnya KDRT itu pelakunya perempuan, Bukan laki laki, terbukti sekarang aku jadi korbannya. "
" enak saja!" Sesillia mendongak menampilkan ekspresi tak terima.
" hahahahaha....." lusiano tertawa terbahak bahak,? ekspresi wajah sesillia terlihat begitu lucu.
" ih ditertawakan." Rutuk sesillia sembari memukul dada bidang lusiano berulang kali.
Lusiano menghentikan tawanya, kemudian meraih kedua tangan sesillian yang terus memukul dadanya, dan? mendorong? tubuh sesillia masuk dalam dekapannya,
seraya? memeluknya erat. sesillia hanyalah wanita sederhana dan polos? yang membuat hidupnya berputar haluan 360?. Wanita yang kini singgah dan berhenti di relung hatinya. Wanita
yang selalu dilihatnya setiap ia akan? menutup? mata dan membuka matanya kembali dipagi hari.
" aku mencintaimu sesillia, sangat mencintaimu. Apapun yang terjadi nanti, berusahalah jangan menangis, karena aku tak akan bisa melihatmu menangis." Sesillia
hanya mengangguk menanggapi.
" seburuk apapun perlakuanku padamu suatu saat nanti, jangan pernah berusaha melupakanku."? Ujar lusiano lagi sembari menumpukan dagunya di puncak kepala
sesillia. " bagaimana bisa aku melupakanmu mas, sedangkan cintamu selalu ada dihatiku. Menjadi penyemangat dan pertahanan hidupku."
" benarkah? Bagaimana nanti jika aku memintamu menjauhiku." Ujar lusiano, berniat menggoda. Tapi sesillia menanggapinya serius, terbukti ia langsung melepaskan
pelukannya, dan menatap wajah lusiano lekat lekat dengan kondisi mata yang? sudah? berkaca kaca.
" apa yang kamu bicarakan mas?" Tanya sesillia, kali ini raut wajahnya terlihat? sedih.
"? bagaimana bisa aku menjauh darimu, sedangkan setiap kemanapun aku melangkah hanya wajahmu yang selalu kurindukan mas. Walaupun kamu bilang kita? tak
akan bisa bersatu lagi, aku tetap berdiri disampingmu, menunggu cintamu hadir lagi untukku."? Ujar sesillia dengan air mata yang sudah menetes deras membasahi
pipinya. Dengan cepat, lusiano menyeka air mata sesillia yang terus mengalir. Ia tak menyangka candaannya akan ditanggapi seserius ini.
" heii...hei.. sudahlah, berhenti menangis, aku hanya bercanda, mana mungkin aku memintamu menjauh. Yang benar saja, tak? akan ada? lagi wanita yang? sanggup
bertahan empat ronde jika bercinta denganku selain dirimu." Ujar lusiano sembari terkekeh pelan.
" ihh... selalu, mesum, mister mesum!!!! Awas ya!!!" Teriak sesillia sembari mengejar lusiano yang berlari meninggalkan kamar dengan cekikikan.
***** Chapter 40 Nikol tengah duduk ditepi ranjang, tatapannya melayang jauh, meninggalkan raga yang kini tak terurus lagi.
Tegur sapa dari perawatnya pun tak dihiraukannya, ia hanya melamun dan terus? melamun sepanjang hari. Terkadang hanya teriakan kesakitan yang terdengar
dari mulutnya, ketika penyakit itu mulai menyerang kepalanya.
Nikol difonis mengidap kanker otak satu bulan lalu, dan penyakit kanker yang menyerang otaknya sudah berada di stadium akhir. Memang sejak dua tahun lalu
nikol mulai merasakan ada yang tak beres dengan kepalanya, terkadang ia merasakan nyeri teramat sakit, kadang kala jika ia kelelahan, hidungnya selalu
mengeluarkan darah, dan yang lebih parah ia sering sekali pingsan, tapi semua tanda itu tak dihiraukannya. Puncaknya, saat makan malam bersama hendra satu
bulan lalu, ia pingsan dan koma hampir dua minggu, disaat itulah juga, pertama kalinya nikol mengetahui jika ada kanker dikepalanya.
Semenjak tahu ia mengidap penyakit ganas, sifat hendra berubah drastis padanya. Perhatian dan cinta yang dilimpahkannya dulu perlahan menghilang bersamaan
dengan kondisi tubuhnya yang semakin memburuk. Bahkan hendra seperti mengurungnya di rumah, terisolasi dari dunia luar. Tak ada televisi, alat komunikasi
dan lainnya, Sekalipun keluar itupun? untuk melakukan kemoterapi, hanya ada suster yang menceritakan pada nikol? bagaimana kondisi diluar sana saat ini.
Suster ana, suster yang disewa hendra untuk merawat dirinya, suster yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sekaligus sahabat.
Tapi sebetulnya, nikol beberapa tahun ini bukanlah nikol yang sebenarnya. Nikol yang sebenarnya telah pergi bersama cinta masa lalunya lusiano. Bagi nikol
lusiano bukan hanya cinta masa lalu, lusiano adalah cinta masa ramaja dan masa depannya.
Ketika? sang ayah menolak lamaran lusiano mentah mentah, disaat itulah pribadi nikol yang ceria dan cerewet? hilang seketika, berganti dengan sosok nikol
yang pemurung dan tempramental. Apalagi, ketika sang? ayah menjodohkan dan memaksanya menikah dengan hendra, semangat hidupnya sekejab? hilang.
" mbak nikol minum obatnya dulu." Bujuk suster ana sembari mencoba? mengambil kalung emas berliontin? hati dari tangan pasiennya itu.
Nikol yang menyadari suster ana ingin mengambil kalung pemberian lusiano dari tangannya, segera menepis tangan suster ana, dan menggengam kalung itu lebih
erat lagi. " Jangan sekali kali kamu menyentuh kalung ini ana!" Bentak nikol tak suka.
" maa...maaf mbk... saya hanya takut ujung liontin kalung itu melukai tangan anda." Memang benar, ujung? liontin berbentuk hati itu terlihat sedikit tajam.
" tak ada alasan, pergilah, aku malas minum obat!"
" tapi mbak, besok mbak nikol harus kemoterapi, jadi kondisinya harus stabil."
" apa pedulimu, hidupku ini sudah hancur, penyakit ini, laki laki bajingan itu, dan ayah.. mereka semua sudah merenggut hidupku!!"? Tukas nikol bersimba
air mata. " tapi mbak?" Suster ana masih terus mencoba membujuk nikol.
" aku bilang pergi!!!!!" Bentak nikol keras.
Suster ana memilih pergi,? ia tak mau kondisi kesehatan pasiennya itu semakin memburuk, karena tak bisa mengontrol emosinya.
???????????????????????????????????? ****???????????????????????????????
Sedangkan ditempat berbeda, lusiano dan rudi tengah mengantar rizal ke bandara. Karena kondisi perusahaan yang mulai membaik, rizal tak perlu lagi memantau
perusahaan lusiano dari dekat, cukup mengawasi dari jarak jauh.
" terima kasih bro, kamu telah banyak membantuku." ujar lusiano sembari memeluk rizal.
" Jangan sungkan sungkan meminta bantuanku jika kamu dalam kesulitan. " sahut rizal, sembari menepuk nepuk pundak lusiano.
"pasti, sekali lagi terima kasih."
"Ok." Tukas rizal sembari melepas pelukannya. Kemudian giliran rudi yang kini memeluk rizal.
" Jaga dirimu baik baik rudi, jaga juga kandungan tania."
" pasti, jika nanti bilqis melahirkan kabari kami ya."? Tukas rudi, yang dijawab anggukan kepala oleh rizal.
Rizal melepaskan pelukannya, meraih koper dan menyeretnya pergi.
" hati hati rizal." Teriak lusiano ketika rizal akan masuk ruang boarding.
" ok...sampai jumpa." jawab rizal sembari melambaikan tangan.
Ketika dilihatnya rizal telah masuk ruang boarding, lusiano dan rudi memutuskan untuk kembali kekantor. Kali ini rudi yang mengambil alih kemudia, ia tak
membiarkan kakak tirinya itu menyetir, bisa berabe kalau orang mengantuk disuruh menyetir.
" mas, kelihatannya kamu lelah sekali.".
" iya...hoam....aku hampir dua hari tak tidur.. hoam.." lusiano terus menguap disela sela ujarannya.
"Siena sakit? Atau pekerjaan kantor yang menumpuk."
" bukan juga." Sahut lusiano seadanya. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, memejamkan mata yang terasa pedas dan terus? berair.
" oh ya mas, bagaimana perkembangan kasus hendra."
" hmm...." sahut lusiano malas, ia teramat malas membahas apapun yang berkaitan dengan hendra.
" aku dengar dari media, mereka diganjar hukuman lima tahu penjara, benar itu?"
" hukuman yang pantas kurasa."
" semoga saja hukuman itu bisa menjerakan mereka berdua." Ujar rudi berharap.
" ya..aku harap. Tapi ada satu hal yang menganjal hatiku saat ini rudi."
" apa?" Tanya rudi cepat.
" nikol, istri hendra siantanu adalah mantan pacarku....dia..."
" cinta pertamamu?" Potong rudi sok tahu.
" begitulah, entah kenapa aku selalu memikirkannya akhir akhir ini." Lusiano mengusap wajahya cepat.
" kamu mengkhawatirkannya mas, apa kamu masih menyimpan perasaan padanya?"
" tentu saja tidak, dia sudah menjadi bagian dari masa laluku. Tapi, entah kenapa dia menghantuiku terus, apa ada hal buruk yang terjadi padanya. Apalagi
saat ini suaminya tengah mendekam di penjara."
" apa kamu sudah cerita ke sesill menegenai nikol atau tentangmu yang terus memikirkan wanita itu akhir akhir ini?"
" tidak, sesillia tidak tahu menahu tentang nikol atau siapa nikol bagiku."
" sebaiknya kamu berhenti memikirkan wanita itu, kamu sudah memiliki sesillia saat ini. Seharuanya pikiranmu hanya milik sesillia, dan tidak berhak kamu
membagi pikiranmu untuk wanita lain."
" akan ku usahakan untuk tak memikirkannya lagi rud." Ujar lusiano mengakhiri perbincangan.? Dialihkannya pandangan ke jalan raya, melihat hiruk pikuk
kendaraan dari balik?? kaca mobil. Benar apa yang dikatakan rudi. Nikol hanyala masa lalu baginya, wanita yang dicintai sekaligus menyakitinya.??????????????????????????????????
?????????????????????????????????????? ****
Herman mengusap lembut kepala putri yang sangat dicintainya itu. Setiap hari sedikit demi sedikit rambut cantiknya harus rontok karena kemoterapi.
Herman mendudukkan tubuhnya ditepi? ranjang, memudahkanya menatap wajah nikol yang selalu terlihat pucat. Ditariknya napas berat, kenapa bukan dirinya
saja yang menanggung penyakit itu,? Kenapa harus nikol, putri semata wayangnya.?
herman? memusatkan perhatiannya pada nikol yang tengah tertidur pulas. Putrinya itu tidur begitu pulas dengan memeluk sebuah bingkai foto kecil, bingkai
foto?? Dahi herman mengernyit seketika,? nikol memeluk foto siapa?
Dilandasi rasa ingin tahu yang cukup tinggi, herman mencoba mengambil bingkai foto dalam dekapan putrinya. Betapa kagetnya ia ketika mengenali foto dalam
bingkai itu. Lusiano? Ini foto lusiano putra gilbret, musuh bebuyutannya dalam dunia bisnis dulu. Sontak saja, kejadian masa lalu menyergapnya, membawanya
mengenang ke masa lima tahun lalu.
Flash back lima tahun lalu.
" ayah, ayah...." nikol masuk keruang kerja ayahnya, raut wajahnya terlihat bahagia dan tersipu sipu.
" ayah...dia sudah datang." Ujar nikol antusias.
" sopo to nduk."
" itu lho ayah, calon suamiku, dia baru saja pulang dari oxford." Nikol menarik tangan ayahnya yang tak kunjung bangkit dari tempat duduk.
" sik toh, duh..putri ayah ini suda gede, ora sabar mau nikah toh." Tanya herman menggoda. Sedang nikol mengangguk malu malu.
" yo wis ayo." Tukas herman sembari berjalan ke ruang tamu.
Dilihatnya, seorang laki laki tampan berwajah blasteran indonesia inggris tengah menunggu diruang tamu.
Laki laki itu langsung berdiri, memberi hormat padanya.
" siapa namamu?" Tanya herman santai.
" lusiano arifian." Jawab lusiano sopan.
" kata nikol kamu datang kemari berniat melamar putri cantiku ini. " tanya herman to the poin sembari melirik kearah nikol yang kini duduk disebelahnya.
" iya pak, niat saya kesini untuk melamar nikol, jika bapak menyetujuinya, secepatnya? saya akan membawa orang tua saya datang kesini, untuk melamar nikol."
" bagus... ide bagus." Ujar herman membuat lusiano dan nikol tersenyum sumringah secara bersamaan. " bawa orang tuamu kemari, siapa nama orang tuamu?"
Tanya herman. " ayah saya bernama gilbret pak, gilbret lacos." Ujar? lusiano. Seketika membuat raut wajah herman yang tadinya senang, kini berubah emosi. Perubahan yang
membuat lusiano bingung, tapi membuat nikol menyadari akan ada hal tak baik terjadi sebentar lagi.
Benar saja, herman berdiri, memandang lusiano dengan raut wajah kebencian
" pulanglah! Aku menolak lamaranmu, putriku terlalu baik untukmu." Ujar herman membuat dahi lusiano mengernyit tak paham, sedang nikol, tubuhnya sudah keringat
dingin saat ini, kenapa tiba tiba ayah nya menolak lamaran lusiano.
" tapi pak kenapa?" Tanya lusiano.
" sudah ku bilang kamu tak layak bagi putriku." Ujar herman ketus.
" tapi pak, saya sangat mencintai putri bapak." Lusiano terus mencoba.
" nikol ayo masuk."? Herman beranjak pergi meninggalkan ruangan tamu sembari menyeret nikol.
" ayah... ayah... aku mencintai lusiano ayah..." nikol berusaha menahan tubuhnya agar tak terseret olehnya.
" ayo masuk!!!!!." Bentak herman sembari menarik nikol lebih kencang.
" lusiano!!!!!!" Panggil nikol kencang.
" Nikol!!!!." Teriak lusiano sembari menggeragap bangun dari tidurnya. Sesillia yang mendengar teriakan suaminya, sontak juga ikut terbangun, seraya mengelus
dada lusiano menenangkan.
" kamu mimpi buruk lagi mas?" Tanya sesillia khawatir.
" iya..."? lusiano mengusap rambutnya frustasi, kenapa mimpi itu lagi, mimpi lima tahun lalu terulang lagi. Huh ada apa ini?
" mas tidak apa apa kan?" Tanya sesillia sembari menyodorkan air putih. " diminum dulu mas." Lusiano meraih gelas itu, meneguk isinya hingga tandas.
Dengan nafas yang masih terengah engah dan peluh yang menetes deras dari keningnya, lusiano menyikap selimut yang menutupi tubuhnya, turun dari ranjang
mengenakan sandal rumahnya, dan berniat pergi ke ruang kerjanya.
"? mas,? mau kemana?" Tanya sesillia ketika melihat lusiano mulai bergegas pergi.
" keruang kerjaku, ada pekerjaan yang harus kulakukan. Kamu tidurlah terlebih dulu." Pinta lusiano kemudian menutup pintu kamar, meninggalkan sesillia
seorang diri. Sesillia berusaha meredakan Suasana hatinya yang berkecambuk, benarkah yang didengarnya baru saja? Lusiano meneriakan nama nikol dalam mimpinya. Nikol
siapa? Nikol orang lain atau nikol istri hendra saat ini? Bukan sekali dua kali lusiano selalu terbangun dengan meneriakkan nama nikol, ini sudah yang
keempat kalinya. Beribu pertanyaan menggelayuti pikirannya,? penasaran sekaligus takut.? Ia menaruh rasa penasaran yang teramat dalam pada mimpi lusiano, Siapa sebenarnya?
wanita yang hadir dalam mimpi suaminya itu. Ia juga takut, akankah ada wanita lain yang menggantikan kedudukannya dihati lusiano saat ini.
Sesillia mulai terisak membayangkan kemungkinan kemungkianan terjelek berkaitan dengan mimpi lusiano? itu.
Tidak!! Ia tidak boleh menangis, bukankah beberapa hari lalu lusiano sudah memintanya untuk tidak menangis apapun yang terjadi. Tapi entah-lah, memikirkan
spekulasi spekulasi itu, membuat hatinya serasa diiris iris.
????????????????????????????????? ****
Lusiano membuka berangkas penyimpanannya, diambilnya sebuah kota kecil terbuat dari kayu dengan cat plitur diluarnya.? Perlahan lusiano membuka kotak itu,
menampilkan beberapa lembar foto, tutup botol, pisau kecil serta sebuah gelang dari rajutan.
Lusiano mengambil beberapa lembar foto dari dalam sana, seulas senyum terukir lebar diwajahnya ketika melihat foto kebersamaanya bersama nikol dari masa
smp hingga lulus kuliah. Nikol gadis cantik yang sudah ditaksirnya sejak kelas satu smp dan didapatkannya ketika masuk kelas 1 sma.
Dielusnya wajah nikol didalam foto itu dengan perasaan penuh kerinduan.
" kenapa kamu hadir lagi di hidupku nikol?"? Ujar lusiano pada selembar foto ditangannya.
" apa kamu sedang membutuhkanku."?
Lusiano meraih gelang rajutan dari dalam kotak, diamatinya gelang itu, ini gelang dari nikol yang diberikan padanya ketika ia berhasil? lulus dengan nilai
UN terbaik se SMA di jogjakarta. Dipasangkanya gelang itu dipergelangan tangannya, masih muat, ternyata berat tubuhnya tak banyak berubah sejak dulu.
Semalam penuh lusiano sibuk menelisik setiap lembar foto, me flash back kejadian masa? lampau saat? saat kebersamaannya dengan nikol.
? " aku ingin bertemu denganmu nikol, untuk terakhir kalinya, kita tak mungkin kembali seperi dulu, kita memiliki kehidupan masing masing saat ini." Ujar
lusiano masih dengan foto nikol ditangannya, entah benar atau tidak, ada rasa penyesalan yang terpancar jelas dari sorot mata lusiano.
Semoga saja ini bukan awal kehancuran hubungan rumah tangga sesillia dan lusiano yang baru saja dibangun dengan susah payah.
**** Chapter 41

Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesillia terbangun ketika mendengar tangis keras siena, dengan sigap ia menghampiri? dan menggendong siena dari keranjang bayinya.
" sutt..sutt..? diam sayang." Ujar sesillia sembari menepuk nepuk kaki siena halus.
Jika siena menangis seperti ini tak ada cara ampuh selain memberinya susu. Dilangkahkan kakinya cepat hendak keluar kamar, tapi tiba tiba saja langkahnya
terhenti tepat didepan pintu, diliriknya kondisi ranjangnya yang kini kosong, Ternyata semalam lusiano tidak kembali kekamar lagi, apa dia tidur di ruang
kerjanya? Entahlah yang terpenting ia harus segera turun kebawah dan membuatkan susu untuk siena. Dihebuskannya napas berat kemudian berlalu pergi meninggalakan
kamar. " duh sayang....cup cup..."? tangis siena semakin kencang, sesillia segera mengambil kaleng susu dari dalam lemari. Berniat menuangkan beberapa sendok
susu kedalam botol yang telah diambilnya tadi.
" astagfirullah, kenapa aku bisa lupa kalau susu siena sudah habis."?
Dengan masih menepuk nepuk paha siena, sesillia melangkahkan kakinya cepat ke ruang kerja lusiano, meminta tolong pada suminya itu untuk membelikan susu
untuk siena. " tok...tok.? " tak ada jawaban berarti, dicobanya lagi mengetuk pintu, tapi hasilnya sama, tetap tak ada jawaban. Akhirnya sesillia memutuskan untuk langsung
masuk, untungnya pintu tak terkunci.
Didapatinya lusiano tengah tertidur pulas? di atas kursi kerjanya, sesillia mendekatinya, berniat membangunkannya. Tapi suara tangisan siena yang mampu
memecahkan gendang telinga, membuat lusiano terbangun dengan sendirinya.
Dengan kondisi mata yang masih memerah, lusiano bangkit berdiri, menatap sesillia samar.
" ada apa sill?" Tanya lusiano sembari menguap.
" mas, susu siena habis, bisa minta tolong untuk membelikannya."
" hmm..baiklah." ujar lusiano singkat, kemudian mencium pipi sesillia sekilas dan melangkah pergi meninggalkan ruangan.
Diikutinya punggung suami tercintanya pergi, hingga menghilang dibalik pintu. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kesekeliling ruang kerja lusiano. berantakan,buku
dan berkas berkas berserakan di atas meja. sesillia menghampiri meja kerja lusiano, mengumpulkan berkas berkas serta buku yang berserakan dengan cepat,
hingga tak sengaja menyenggol sebuah kotak dan membuatnya terjatuh, alhasil isi dalam kotak itu? berserakan ke lantai.
" duh ceroboh sekali aku ini." Rutuk sesillia pada diri sendiri. Segera ia merendahkan tubuhnya, berjongkok memunguti isi kotak itu.
Dahi sesillia mengernyit, perhatiannya teralihkan pada beberapa lembar foto yang tergeletak dilantai, sepertinya ia mengenal potret orang didalam foto itu.
Didekatkannya satu foto? ke depan wajah.
Bak dihantam beton berton ton, foto itu memberinya shock jantung, bagaimana tidak, ia memang mengenal dua orang dalam foto itu, foto yang menampilkan sepasang
laki laki dan perempuan berseragam SMA? tengah? berpandangan intens, khas orang yang tengah jatuh cinta itu adalah suaminya lusiano dan, nikol istri mantan
suaminya hendra.? Merasa masih tak yakin, sesillia melihat foto foto yang lain, dan hasilnya sama, semua foto ini memperlihatkan dengan? jelas kemesraan antara lusiano dan
nikol, jadi... wanita yang selalu dipanggil oleh suaminya? dimalam hari adalah nikol istri hendra, ada hubungan apa mereka sebenarnya.
Sesillia membalik salah satu foto, seperti ada tulisan dibelakang foto itu dan benar saja, memang ada tulisannya.
Lusiano love Nikol Sekejab bulir bening menetes perlahan dari pelupuk mata sesillia, jadi benar, mereka memiliki hubungan istimewa. Tapi kenapa lusiano tak pernah bercerita,
apakah nikol terlalu berharga hingga hanya dia sendirilah yang berhak tahu tentang masa lalunya.
Dibayangi pemikiran pemikiran beragam dipikirannya, sesillia memasukkan kembali semua foto kedalam kotak, dan meletakkannya? ketempat semula. Sembari mengusap
air mata dipelupuk matanya, sesillia berjalan meninggalkan ruang kerja lusiano.
????????????????????????????????????????? ****
Mobil nikol melaju perlahan menyusuri kota jakarta, hari ini ia harus melakukan kemoterapi. Kegiatan yang sangat menyebalkan baginya, karena kemoterapi
jugalah, rambut cantiknya harus rontok tiap hari, lama kelamaan akan habis dan membuatnya botak.
Nikol duduk di kursi belakang bersama suster ana, ia sibuk mengamati liontin kalung yang dikenakannya. Ya, kalung dari lusiano itu selalu bertenger cantik
di lehernya. " pak mampir ke cafe terdekat yang menjual jus ya." Pinta suster ana.
" baik suster." Jawab supir pribadi keluaa herman.
" jus lagi ana? Aku bosan." Ujar nikol tak suka.
" mbak nikol harus minum jus ya, dari kemarin mbak tidak makan apa apa?"
" aku memang sakit ana, tapi perlakukanku selayaknya? orang normal apa tak bisa? Aku dilarang melakukan semua hal, memasak tak boleh, berenang tak boleh."
Protes nikol. " itu sudah keputusan bapak mbak."
" kenapa semua orang selalu nurut sama ayah sih, heran aku."? Nikol nembuang muka, menatap jalan dari balik kaca mobil.
Suasana dalam mobil kembali hening, hingga nikol kembali membuka suara.
" berhenti, berhenti disini, kita beli jus disitu saja." Tunjuk nikol pada deretan pedagang di salah satu taman kota.
" mbak.. beli di cafe saja, disana tidak steril."
" siapa bilang itu bukan cafe, itu cafe hanya saja mereka outdorr." Ujar nikol, kemudian turun dari mobilnya, yang diikuti suster ana dibelankangnya.
Sedang disudut lain, lusiano tengah mengendarai mobilnya santai, beberapa saat lalu, istrinya yang manjanya minta ampun itu menghubunginya, memberi tahu
kalau siena sudah berhenti menangis, jadi ia tak perlu membawa mobil ngebut ngebut. Dasar wanita itu, coba saja kalau ia tak cinta, mana mungkin ia mau
berkeliaran dipagi hari dengan piama yang masih melekat ditubuhnya.
Tanpa sengaja lusiano menoleh keluar, mendapati deretan penjual jus di depan taman kota. Wah! Sesillia kan penyuka jus alpukat, pasti wanita itu akan sangat
senang jika dibelikan jus kesukaanya. Perlahan lusiano memarkirkan mobilnya, turun dan berjalan ke salah satu penjual jus? memesan jus alpukat kesukaan
istrinya itu. " mbak jus alpukat satu ya." Ujar lusiano pada pelayan.
" baik pak." Sembari menunggu pesananya, lusiano mengedarkan pandangan kesekitar, melihat kodisi taman kota? cukup lengang, mungkin karena ini masih pagi.
Tapi tiba tiba saja pandanganya terpusat pada seorang wanita yang tengah duduk seorang diri tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Dahinya mengerut, sepertinya ia cukup mengenal perempuan itu.
"Nikol??" Ujarnya pada diri sendiri.
Tapi apa benar wanita itu nikol, jika benar itu nikol, lusiano tak pernah membayangkan akan bertemu wanita itu lagi dengan keadaan seperti ini. Wajah wanita
itu terlihat pucat,? badannya pun kurus sekali.
Tanpa diminta terlebih dahulu, kaki lusiano membawanya mendekati wanita itu, dan kini benar benar sudah berada dibelakang wanita itu, saat ini pun ia juga
yakin, bahwa wanita didepennya ini benar benar nikol.
"nikol." Panggil lusiano sembari memegang bahu wanita itu pelan.
Nikol langsung menoleh kebelakang, memastikan siapa orang yang memanggilnya.
" lusiano." Ujar nikol tak percaya.
" hai nikol." Sahut lusiano, sembari menarik satu kursi disamping nikol dan mendudukinya.
" hai..bagaimana kabarmu?" Tanya lusiano lagi ketika nikol hanya menatapnya dalam diam.
Sedang nikol, tak menyangka akan bertemu laki laki yang sangat dirindukannya, matanya berbinar bahagia, lusiano-nya kini berdiri didepannya, tak akan dilepaskanya
lagi laki laki itu untuk kedua kalinya.
" nikol." Panggil lusiano lagi sembari melambaikan tangannya didepan wajah nikol.
" lusiano, aku sangat merindukanmu." Sahut nikol, sembari menghambur ke pelukan lusiano. Membuat lusino tertegun, tak menyangka akan dipeluk oleh nikol.
Didengarnya isak tangis nikol yang terdengar samar, ada apa? Kenapa nikol menangis?. Tangannya yang tadinya diam, kini mendarat di punggung nikol, membalas
pelukan wanita itu. Membiarkan posisi mereka berpelukan untuk beberapa saat. Lusiano menutup mata, bayangan masa lalu kembali diangkat dari dalam hatinya, wanita dipelukannya
ini, adalah wanita yang berusaha dilupakannya lima tahun terakhir, wanita yang pernah menjadi tujuan masa depannya. Tanpa disadarinya, ia merengkuh nikol
erat, menuangkan rasa rindunya dulu yang kini timbul kembali.
" bagaimana kabarmu nikol?" Tanya lusiano sembari membelai Lembut rambut nikol.? Tak ada jawaban dari nikol, ia bungkam.
Lusiano memicingakan mata, benarkah yang dilihatnya ini, rambut nikol rontok,bahkan? beberapa helai tersangkut diantara jari jarinya.
" nikol kenapa rambutmu rontok sebanyak ini?" Tanya lusiano penasaran, tapi sama seperti sebelumnya, nikol memilih diam.
Sikap nikol itu membuat lusiano curiga, sepertinya ada yang tak beres. Perlahan ia melepaskan pelukan nikol, benar saja, tubuh nikol lunglai tak sadarkan
diri, dengan darah yang keluar dari hidungnya.
" nikol..nikol bangun...kamu kenapa?" Lusiano menguncang tubuh nikol pelan, berusaha membangunkan, tapi percuma, nikol tak kunjung mau bangun.
" oh shit.." rutuk lusiano, kemudian mengendong nikol dan membawanya ke mobil, lusiano menidurkan nikol di jok belakang. Sedang ia mengemudi dengan cepat
menuju rumah sakit terdekat.
Lusiano bingung, ia cemas, apa yang terjadi pada nikol? Apa wanita itu sakit?
Lusiano segera menggendong nikol turun, membawanya masuk ke dalam ruma sakit. Para suster yang sigap, segera membawa ranjang dorong mendekati lusiano dan
nikol. lusiano merebahkan tubuh niko disana, dan ikut mengiringinya menuju ruang ICU.
" bapak tunggu disini saja." Ujar salah satu suster melarang lusiano masuk.
" tapi sus?" " nanti kami kabari, bapak tunggu diluar saja."
Lusiano menarik rambutnya frustasi. Apa yang sebenarnya terjadi pada nikol. Kali ini pikirannya penuh dengan nikol dan nikol, lusiano tak mau wanita itu
kenapa kenapa. Dilemparkannya tubuhnya, hingga terduduk dikursi tunggu, ia cemas, benar benar cemas. Tapi.....
" oh astaga! Susu siena." Lusiano baru mengingat ia harus membawa pulang susu itu. Terus, siapa yang menjaga nikol. Ah! Mungkin tak masalah jika nikol
ditinggal sebentar, Ia pulang hanya menaruh susu setelah itu ia bisa kembali lagi kesini.
Dengan cepat ia melarikan tubuhnya keluar dari rumah sakit, kemudian mengemudikan mobilnya cepat menuju rumah.
?????????????????????????????????? ****
Sesillia tengah menata sarapan dimeja makan ketika lusiano masuk kadalam rumah, meletakkan kaleng susu didepannya dan berlalu naik ke kamar, setelah beberapa
menit? turun lagi dengan kemeja dan celana jeans hitam. Sesillia memandang bingung tingkah suaminya itu, kenapa? Apa yang terjadi? Tak biasa biasanya lusiano
masuk rumah tanpa salam, tanpa menggodanya, tanpa mencium pipinya pula.
Sesillia menyambut lusiano yang berjalan kearahnya dengan senyum mengembang, bukan.... lusiano bukan menghampirinya tapi hanya melewatinya.
" mas!" Panggil sesillia ketika lusiano mulai berjalan menjauhinya.
" ada apa sill?" Lusiano membalikkan badan menatap sesillia penuh pertanyaan.
" mas mau kemana? Tidak mau sarapan dulu?" Tawar sesillia.
" ke rumah sakit, sahabatku terkena musibah dan harus masuk rumah sakit." Sahut lusiano dengan raut wajah cemasnya.
" tapi makan dulu mas." Paksa sesillia.
" tidak sempat sill, nanti saja. Aku berangkat." Ujar lusiano kemudian berlalu pergi meninggalkan rumah.
Sesillia terdiam diposisinya. Siapa sahabat lusiano, wanita atau laki lakikah, kenapa juga lusiano buru buru pergi, pentingkah sahabatnya itu dibandingkan
menyantap sarapan buatannya walau sesendok saja.
" mas... ada apa denganmu?" Gumam sesillia. Kecurigaan kecurigaan tak beralasan kini menggelayut manja di relung hatinya.
Tak biasanya lusiano bertingkah seperti ini, semoga saja apa yang dipikirkanya tak akan terjadi, dan hanya menjadi perkiraan perkiraanya yang tak membawa
hasil. Sesillia mengalihkan perhatiannya, dilihatnya meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Ia menghembuskan napas berat, siapa yang akan menghabiskan masakan
sebanyak ini? Lebih baik ia sendiri segera makan, setelah itu membagikan makanan ini? kepada pengemis atau pemulung yang kebetulan lewat.
Sesillia mengambil piring dan menyendokkan sedikit nasi kedalamnya, sejak? kemarin ia tak napsu makan, mungkin ia terlalu memikirkan mimpi lusiano itu,
sampai melupakan rasa lapar yang diderita perutnya.
Disendokannya satu sendok nasi kedalam mulutnya, mengunyahnya dan menelananya. Bersamaan dengan nasi yang masuk kedalam perutnya,? perut sesillia tiba
tiba saja? terasa diaduk aduk, mual dan ingin memuntahkan nasi yang sudah ditelannya tadi.
Sesillia membawa tubuhnya kekamar mandi, memuntahkan isi perutnya kedalam wastafel, cukup banyak,ia memuntahkan makananya tak tanggung tanggung. Setelah
itu rasa lemas mulai menerjangnya. Sesillia menarik napas dan mengeluarkanya beberapa kali, mungkin ia masuk angin, atau..... sesillia memelototkan matanya,
kali ini ia melangkahkan kakinya lagi masuk kedalam kamar, melihat kalender hari subur rahimnya.
" oh..ya allah." Ujar sesillia tak percaya, benarkah ini? Ia sudah telat dua minggu, memang ia belum datang bulan lagi setelah malam pertamanya satu bulan
lalu dengan lusiano. Seketika rasa kekhawatiran akibat sikap lusiano,? berubah menjadi kebahagiaan ketika membayangkan dalam perutnya tertanam janin hasil buah cintanya dengan
lusiano. Diusapnya perut yang masih datar itu, sembari berujar..
" benarkah kamu sudah ada didalam sana lusiano junior, sepertinya bunda harus memeriksa kehadiranmu." sesillia tersenyum sumringah. Ia harus membeli tastpack,
untuk memastikan apa benar ia sedang hamil.
**** Chapter 42 5 tahun lalu. "Lusiano " panggil nikol dengan napas terengah engah.
Lusiano berdiri, merentangkan kedua tangannya, menerima pelukan nikol.
" aku merindukanmu lusiano." Ujar nikol sembari memeluk lusiano erat.
" apa lagi aku sayang." Sahut lusiano lembut.
Lusiano melepaskan pelukannya, seraya? mengajak nikol duduk dikursi taman.
" ayahmu memberimu izin kemari?" Tanya lusiano yang hanya dijawab gelengan kepala.
" kamu kabur?" " iya... ayah mengurungku dikamar, aku keluar lewat jendela, semoga saja, penjaga yang disewa ayah tidak melihatku kabur."
"? harusnya kamu tak perlu kabur. "
" kamu kira? Mana mungkin aku sanggup Tidak? bertemu denganmu sehari saja, ini sudah satu minggu setelah kamu datang ke rumah untuk melamarku."
" aku tahu, tapi bagaimana jika penjaga suruhan ayahmu tahu? Ayahmu pasti semakin membenciku." Lusiano meraih tangan nikol dan membawanya dalam genggaman
tangannya. " kita kawin lari saja bagaimana?" Tawar nikol.
" tidak nikol, itu akan membuat nama baik Orang tua kita tercemar. Apalagi saat ini aku tengah berduka, ayahku meninggal dunia dua tiga hari lalu." Wajah
lusiano berubah sedih. Tak berbeda jauh, wajah nikol pun sedih. Paman gilbret sangat baik padanya, beliau tak peduli walaupun ia anak herman.
" aku turun berduka lusiano, maaf aku tak ada disampingmu saat kamu membutuhkanku." Ujar nikol penuh penyesalan. Lusiano membelai lembut pipi kekasihnya
itu, gadis yang sangat dicintainya, napas hidupnya.
" aku mengerti sayang." Lusiano membawa nikol kedalam dekapannya lagi.
Sejenak suasanna menjadi hening, mereka berdua hanyut dalam dekapan sang rindu.
" aku mencintaimu nikol." Ujar lusiano lagi, kemudian mencium kening sesillia cukup lama dan penuh sayang.
" aku juga mencintaimu lusiano." sahut? nikol dengan mata berkaca kaca.
" oh ya aku punya sesuatu untukmu lusiano." Ujar nikol lagi sembari melepaskan pelukannya, kemudian merogoh saku celananya dan mengambil sebuah gelang
rajut dari sana. " ini sengaja aku buat khusus untukmu, semoga kamu suka ya lusiano." Nikol meraih tangan lusiano dan memasangkan gelang itu di pergelangan tangan kekasihnya
itu. Lusiano tersenyum simpul, diciumnya kening nikol sebagai tanda terima kasih.
" aku juga memiliki sesuatu untukmu." Ujar lusiano sembari meraih kotak kecil dari dalam saku celananya. Dan membukanya didepan nikol.
Nikol tertegun, dilihatnya sebuah kalung emas dengan liontin hati ditengahnya. Kalung yang sangat cantik, benarkah itu untuknya.
" astaga, cantik sekali, ini untukku?" Tanya nikol memastikan. Lusiano menangguk, mengambil kalung dalam kota itu, berdiri dan duduk dibelakang nikol.
Sedang nikol mengarahkan rambut panjangnya kedepan, memudahkan lusiano memasangkan kalung itu untuknya.
Setelah kalung itu terpasang sempurna,? nikol memegang liontin hati yang? begiti menarik perhatiannya, seraya tersenyum bahagia.
Lusiano memeluk nikol dari belakang, menumpukkan dagunya di bahu pujaan hatinya itu.
" bagaimana? Kamu? suka sayang?" Tanya? lusiano penasaran.
" suka banget, terimakasih ya." Sahut nikol sembari menikmati kemesraan diantara mereka.
"Jangan pernah pergi meninggalkanku, aku akan berusaha mencari cara agar ayahmu menerimaku." Ujar lusiano lembut. Nikol mengangguk cepat, apapun yang terjadi,
ia tak akan sanggup berpisah dari lusiano.
" percayalah, apapun yang terjadi nanti, aku akan tetap mencintaimu lusiano. Apapun yang terjadi."
" aku percaya sayang."
" nona besar!!!!"bentak seorang laki laki berbadan besar yang kini berdiri didepannya.
Sontak lusiano dan nikol menghentikan kemesraan mereka, seraya berdiri mengambila ancang ancang melawan.
Lusiano melihat empat orang laki laki berbadan besar, mengenakan baju serba hitam, berdiri mengepung mereka.
" nona besar anda harus cepat pulang, bapak masuk rumah sakit." Ujar salah satu pengawal pribadi herman.
Nikol tersentak kaget, benarkah yang mereka katakan. Ayah masuk rumah sakit? Apa penyakitnya kambuh?
" bagaimana bisa?" Tanya nikol dengan kekhawatiran membuncah.
" tadi kami menemukan bapak pingsan dikamarnya. Mari nona besar, bapak membutuhkan anda." Tukas salah satu pengawal pribadi herman.
" pergilah nikol." Lusiano melepaskan genggaman tangan nikol. Seketika nikol menoleh kearah lusiano , memperlihatkan raut wajah tak setujunya.
" pergilah nikol." Ujar lusiano lagi.
" tapi...." " ayahmu lebih membutuhkanmu sekarang."
Nikol mendesah berat, kemudian mengangguk dengan malas. Dan berlalu meninggalkan lusiano, pergi dengan pengawal pribadi ayahnya.
Lusiano menatap kepergian nikol dengan perasaan sedih, firasatnya tak enak, sepertinya hari ini menjadi kesempatan terakhirnya bertemu dengan pujaan hatinya
itu. ?????????????????????????????????????? ****
Luasiano menutup pintu kamarnya kasar.
Diseretnya koper pakaiannya dengan kasar pula.
Suharti mengikuti putra semata wayangnya itu dengan bersimbah air mata, berusaha mencegah lusiano pergi.
" berhenti raden, kamu mau kemana?" Tanya suharti sesenggukan.
" pergi, aku tak betah dirumah ini, bukankah kanjeng ibu juga sudah memiliki suami dan anak baru juga sekarang. Jadi ada atau tanpa aku dirumah ini tak
begitu berpengaruh." Sahut lusiano ketus. Suharti mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh lusiano, mencekal lengan putranya itu, agar mengurungkan niatnya.
" lepaskan!!!! Aku tak akan mau kembali lagi kerumah ini, lepaskan!!!" Ujar lusiano sembari menghentakkan tangannya, membuat cekalan suhrti terlepas. Dengan
cepat lusiano mengeret kopernya dan masuk kedalam mobil.
" raden....raden....." panggil suharti sembari mengejar mobil lusiano yang melaju meninggalkan perkarangan rumah. Usaha yang sia sia saja, sebab mobil
lusiano melaju kencang, mana mungkin suharti dapat? mengejarnya.
Lusiano melajukan mobilnya menuju taman kota, dua hari yang lalu, ia dan nikol berencana akan kabur ke surabaya, sepertinya hanya cara itu yang bisa menyatukan
mereka. Apalagi kini hubunganya dengan ibu kandungnya sedang tak baik. Bisa bisanya wanita itu menikah dengan tukang kebun dan membagi perusahaan padanya
dan rudi anak si tukang kebun itu, Gila saja, dari kere jadi kaya mendadak.
Dan bagaiman bisa, ibunya itu? begitu mudah melupakan mendiang ayahnya, menggantikan posisinya dengan laki laki yang notabenya adalah tukang kebun keluarganya,
yang sudah mengabdi? dirumahnya selama bertahun tahun.
Lusiano melihat jam dipergelangan tangannya, sudah hampir satu jam ia menunggu disini, tapi nikol tak kunjung datang.
" anda lusiano" tanya seorang wanita membuat lusiano mendongak, menatap wanita yang mengenakan baju pembantu itu.
" iya, saya lusiano."
" ini ada titipan surat dari non nikol." Wanita itu menyodorkan surat pada lusiano.
Surat? Ujar lusiano dalam hati, kenapa nikol pakai mengirimkan surat segala, tak langsung datang kemari?
" nikol dimana? Kenapa ia tak kemari?" Tanya lusiano.
" maaf saya tidak tahu, saya hanya disuruh mengantarkan surat itu, permisi." Pamit wanita, kemudian berlalu pergi.
Secepat kilat lusiano membuka surat dari nikol itu dan langsung membaca.
Aku tak tahu harus mengawalinya isi surat ini? dari mana. tapi yang pasti, Saat kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah berada didalam? pesawat penerbangan
jogjakarta- jakarta. Maaf aku tak bisa pergi bersamamu, bukan aku tak mencintaimu, tapi sepertinya cinta kita sangat sulit diperjuangkan.
Aku begitu menyayangimu lusiano, tapi aku juga menyayangi ayahku, aku tak mau kehilangan beliau, aku tak mau membuat beliau menyesal telah memiliki anak
sepertiku. Hanya beliau yang kumiliki setelah mama meninggal.
Maaf, sekali lagi maaf. Tapi kamu harus tahu, sampai saat ini hanya kamu laki laki yang ada dihatiku.
Jaga dirimu baik baik sayang, Bersamaan dengan surat ini, aku mengakhiri hubungan kita. Jika kita memang? berjodoh suatu saat nanti? kita akan dipertemukan
kembali. Nikol Hermawan Lusiano meremas surat itu dan membuangnya asal.
" arggggggg........." teriaknya emosi. Semudah itu? nikol mengatakan kata putus, semudah membalik telapak tangan. Apa ia tak memikirkan bagaimana hancurnya
hati lusiano saat ini. Lusiano mendaratkan tubuhnya di? atas kursi taman, menarik rambutnya frustasi, wajah putihnya terlihat memerah karena emosi.
" biadab, semua orang biadab......" rutuk lusiano kesal.
**** Chapter 43 Sesillia mengatur deru napasnya, detak jantungnya pun berdegup tak kalah hebonya. Dengan cepat? ia membuka bungkus pengaman tast pack, kemudian mencelupkan
testpack itu perlahan kedalam gelas yang berisi air kencingnya, dan menunggunya beberapa saat.
" bismillah.." sesillia mengangkat testpack itu perlahan lahan, tangannya gemetaran, keringat dingin pun mengalir deras dari keningnya. Diaturnya lagi
laju napasnya, apapun hasilnya nanti, ia harus tetap bersyukur, karena hasil itulah yang terbaik untuknya.
Sesillia menutup matanya ketika ujung testpack mulai terangkat. Detak jantungnya semakin berdetak tak karuan, diintipnya testpack yang kini sudah terangkat
sempurna. Terlihat dua garis merah, yang menandakan bahwa ia postif hamil.
" alhamdulilah, terima kasih ya allah." Sesillia berujar syukur, perasaan lega dan bahagia bercampur menjadi satu. Dielusnya, perut yang masih datar, yang
kini terisi oleh kehidupan janin kecil.
" tumbuhlah dengan sehat ya sayang, bunda akan menjagamu." Ujar sesillia pada perutnya.
Disimpannya testpack itu kembali ke wadahnya, ia berniat menunjukkanya pada lusiano nanti.
Tapi,? Mengingat tentang luasiano, kondisi hatinya pun kembali galau , apa yang sebenarnya terjadi, suaminya itu seperti menyimpan rahasia, sampai saat
ini pun ia masih bertanya tanya siapa sahabat lusiano, apakah? benar ia kerumah sakit, atau........ oh ya allah, ia tak boleh berpasangka buruk pada suaminya,
mungkin memang benar lusiano pergi menjaga sahabatnya bukan menemui nikol.
Diintipnya jam diatas nakas, jam 7 malam, sampai semalam ini pun tak ada tanda tanda lusiano aka pulang, apa malam ini lusiano tak akan pulang? Sesillia
melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi, kemudian duduk di tepi ranjang dengan tak henti hentinya mengelus perutnya, janin ini menjadi uforia tersendiri
baginya. Sesillia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, mencoba memejamkan mata, tapi percuma saja, pikirannya terlalu penuh dengan lusiano dan lusiano. Apalagi
pemikiran pemikiran itu semuanya tetang hal hal buruk saja.
" ya allah, sill kamu tak boleh curiga seperti ini." Ujar sesillia pada dirinya sendiri.
Diputuskannya bangun dan meraih ponsel miliknya yang tersimpan didalam laci meja, mungkin ia harus menghubungi suaminya. Di dialnya nomer lusiano dan menunggu


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawaban, nihil... hanya nada tunggu yang ia dengar. Kembali dicobanya lagi? untuk menghubungi, lagi lagi sama. Kali ini kecurigaan sesillia semakin menjadi
jadi, tak biasanya lusiano mengacuhkan teleponnya, kemana? Apa lusiano tak khawatir pada keadaannya, atau memang? sahabatnya itu lebih penting dari pada
dirinya. Saat sesillia hendak meletakkan lagi ponselnya, suara dering panggilan membuatnya urung, dilihatnya id si pemanggil, tertera nama lusiano, ini telepon
dari suaminya. Secepat kilat sesillia mengangkatnya, menyapa laki laki yang sudah ditunggunya itu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, maaf sayang aku baru saja dari kamar mandi."
" mas ada dimana? "
" aku kan sudah bilang tadi pagi, aku dirumah sakit, menjaga sahabatku."
" siapa?? Apa boleh aku tahu namanya mas?"
" untuk apa?" " hanya ingin tahu saja, jika tidak boleh juga tidak apa apa."
" nikol, nama sahabatku nikol."? Sekejab, bulir bening menetes perlahan dari pelupuk matanya, ternyata benar dugaannya, suaminya? pergi bertemu nikol, seketika
itu juga perasaannya dirundung kesedihan mendalam.
" oh...... mas tidak pulang malam ini?"
"Sepertinya tidak sill, aku tak mungkin meninggalkannya sendirian, aku harus menunggu ayahnya datang terlebih dulu. Kamu tak apa kan tidur sendiri."? Sesillia
terdiam, air matapun tak kunjung mau berhenti,? sakit, hatinya teramat sakit, membuat dadanya sesak. masihkah nikol memiliki kedudukan yang sejajar dengannya
dihati lusiano. "Sill, kamu masih disana."
" eh...iya mas..."
" apa aku boleh menutup teleponnya, dokternya sudah? keluar sill."
"Hmm...iy...iya.."
Seketika panggilannya terputus. Sesillia mendekap tubuhnya sembari terisak, ia takut, takut jika lusiano kembali pada nikol.
???????????????????????????????? ****
Ketika mendapat persetujuan dari sang istri, lusiano langsung mematikan panggilan, perasaan amat bersalah segera menggelayuti, sebenarnya ia tak tega meninggalkan
sesillia dirumah sendiri, tapi bagaimana, ayah nikol masih dalam perjalanan dari amerika. Mungkin besok pagi ia akan menceritakan semuanya tentang nikol,
termasuk hubungannya dulu, dengan begitu perasaannya akan lega, dan semoga saja sesillia bisa mengerti.
Dilihatnya dokter yang menangani nikol sudah keluar dari ruang icu, buru buru lusiano menghampirinya, menanyakan apa yang terjadi pada nikol.
" dok....bagaimana keadaannya."
" bapak harus banyak berdoa dan sabar, istri anda mengidap kanker otak stadium akhir. Kami tim? dokter sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik dan
tak bisa berbuat banyak, tapi semoga allah memberinya mukjizat." Lusiano tertegun, kanker otak? Nikol mengidap kanker otak.
"? dokter apa boleh saya menemuinya?"
" boleh silahkan."
Segera lusiano masuk kedalam ruang icu, mendapati nikol tengah terbaring tak berdaya dengan alat penunjang kehidupan terpasang dimana mana. Ia duduk disamping
ranjang nikol, mengamati wajah nikol lekat lekat. Ada perasaan tak tega, iba dan...? tak mau kehilangan, oh..perasaan apa ini.? apa?.... apa sebenarnya
sampai saat ini pun ia masih memiliki perasaan Yang sama pada nikol.
"Oh ya allah? Kenapa kita harus diperlakukan seperti ini nikol". Ujar lusiano pelan.
Lusiano meraih pergelangan tangan nikol, mengusapnya lembut, seketika kenangan kenangannya bersama nikol berputar runtut bak part film.
Tanpa disadari lusiano, pintu ruang icu terbuka, menampilkan sosok tambun herman, yang menghampirinya.?
" lusiano." Panggil herman pelan. Lusiano menoleh mendapati herman ayah nikol berdiri dibelakangnya dengan raut wajah kacaunya.
" pak herman." Sahut lusiano sembari bangkit dari tempat duduknya, tapi herman mencegahnya, meminta lusiano duduk kembali.
" kamu pasti tahu nikol mengidap kanker sakarang?" Ujar herman membuka pembicaraan.
" ya... dan kanker itu sudah berada di stadium akhir." Sahut lusiano dengan nada suara sedihnya.
" maafkan bapak nak, harusnya bapak tak memisahkan kalian berdua."
"Mungkin takdir yang memisahkan kami pak."
"Harus kamu tahu, nikol tak pernah meninggalkanmu, aku yang memintanya meninggalkanmu dengan ancaman acaman bodohku, dan aku pulalah yang memaksanya menikah
dengan laki laki bajingan itu, aku seperti ayah yang buruk, menghancurkan kehidupan putrinya sendiri." Tukas herman sembari terisak.
"Pak, sudahlah, bapak tidak salah, setiap orang tua menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya."
" karena dendamku pada ayahmu, aku mengorbankan kebahagiaan putriku."
" penyesalan tak mungkin datang diawal pak, mungkin saya dan nikol tak berjodoh."
Seketika ruangan hening......
"Aku berkonsultasi dengan dokter amerika, tapi sama, mereka tak bisa membuat putriku sembuh, nyawa putriku hanya tinggal hitungan bulan saja, sampai virus
itu menggerogoi otaknya." Kali ini isak tangisnya semakin dalam, tepancar jelas rasa takut dan putus asa dari gasture tubuh herman.
Lusiano bangkit dari tempat duduknya,? menghampii herman, dan menepuk nepuk pundak laki laki paruh baya itu, berusaha menenangkan.
"Dokter atau kitapun tak memiliki hak untuk menentukan umur seseorang, tuhan maha pemilik kehidupan yang berhak menentukan umur hambanya."
" kamu benar." Herman mengangkat wajahnya, mengusap air matanya, ia harus yakib putrinya bisa sembuh.
" kita hanya perlu ikhtiar dan berusaha pak. Tapi saya janji, apapun yang bapak butuhkan, saya siap membantu." Tawar lusiano.
" terima kasih nak, kamu memang anak baik, setelah apa yang aku lakukan padamu kamu masih berbaik hati padaku."
Lusiano mengangguk memberi persetujuan. Selama sisah malam itu lusiano dan herman menjaga nikol yang tak kunjung sadar. ????????
?????????????????????????????????????? ****
Sesillia terus saja mengusap sisi ranjang milik suaminya, ranjang yang tak pernah kosong, untuk pertama kalinya ranjang ini kosong. Rasa tak biasa begitu
ketara, rindu dan kecewa bercampur jadi satu memenuhi relung hatinya.
Waktu yang terus berputar membawa sang surya segera menampakkan wujudnya. Sesillia bangun dari tidur bohongnya, sejujurnya ia tak tidur semalaman, hanya
merebahkan diri. Dibukanya tirai kamarnya, membuat sinar matahari menerobos masuk, ia berniat keluar kamar, untuk membuat sarapan, siapa tahu suaminya
pulang pagi ini. Tapi saat ia ingin menyentuh kenop pintu, pintu itu sudah terbuka terlebih dulu, menyusul tubuh suaminya melenggang masuk dengan kondisi badan terlihat
letih. " Mas." Sapa sesillia.
Lusiano segera meraih tubuh sesillia, memeluknya sekilas, kemudian berlalu menuju ranjang, sembari melepas kemejanya dan mendaratkan? tubuh lelahnya ke
atas? ranjang. Sesillia menghampiri suaminya, duduk ditepi ranjang, sembari menatap wajah lusiano yang kini tengah tertidur.
" mas, sudah tidur." Tanya sesillia, sembari menyentuh pergelangan tangan lusiano.
" hmmm." Sahut lusiano, tanpa membuka mata.
"Sudah sarapan mas?"
"Sudah tadi dirumah sakit."
Sesillia beranjak dari tempat duduknya, pergi mengambil testpack dari dalam lemari. Ia harus memberi tahu lusiano kalau ia tengah hamil buah hati mereka.
Dilangkahkan lagi kaki mungilnya mendekati ranjang, seraya duduk di tepi ranjang, menghadap langsung pada sang? suami.
" mas, aku mau ngomong sesuatu." Ujar sesillia sembari menggoyang pelan bahu suaminya.
" ngomong apa?" Tanya lusiano tanpa berniat membuka matanya.
" bangun dulu mas." Paksa sesillia.
Lusiano membuka matanya, seraya bangun dari tidurnya. Di usapnya halus pipi sang istri sembari berujar...
" aku sudah bangun, sekarang bicaralah apa yang mau kamu bicarakan siputku sayang?"
" anu.. aku......"
" drrtttt.....drrrrt......"
Ponsel lusiano berdering? nyaring, lusiano memberi tanda pada sesillia untuk menjeda pembicaraanya. Diraihnya ponsel itu dan mengangkatnya.
" hallo." "........." " apa?!? kondisinya Memburuk? " ekspresi wajah lusiano seketika berubah cemas, berbanding terbalik dengan ekspresi wajah sesillia yang terlihat begitu
sedih, bahkan ia berusaha keras tak mengeluarkan air mata, ia tahu itu telepon dari siapa. Perlahan lahan ia memutar posisi testpack yang digenggamnya
kebelakang tubuh. Menyembunyikan benda itu dari penglihatan lusiano.
Lusiano menutup sambungan telepon, seraya menatap sesillia kembali.
" lanjutkan sill, apa yang mau kamu bicarakan, waktuku tak banyak, baru saja aku dapat kabar dari rumah sakit kondisi nikol memburuk." Lusiano berujar
dengan penuh kekhawatiran.
"tidak mas, bukan apa apa... aku hanya mau bilang, nanti siang aku mau berkunjung ke rumah tania, bolehkah."
" tentu saja, ya sudah kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi aku ke rumah sakit ya sill." Ujar lusiano sembari mengecup kening sesillia sebentar, dan
melangkah keluar dari kamar.
Sesillia tertunduk, suaminya berubah, untuk mendengarkan pembicaraannya? saja ia tak memiliki waktu.
" Sill.......". Panggil lusiano, membuat sesillia mendongak, menatapnya dengan senyum palsu.
" iya mas." " nanti tidak usah masak makan siang, sepertinya aku akan pulang sore." Ujar lusiano yang dijawab anggukan kepala oleh sesillia.? Kemudian ia berlalu keluar
kamar dengan cepat. Hati sesillia hancur sangat hancur, diambilnya lagi testpack itu dan diamatinya dengan penuh kekesalan.
" argggg......" sesillia meremas remas tastpack itu dan membuangnya sembarangan. Isak tangisnya menggemah keseluruh penjuru kamar, dilepasnya hijab yang
ia kenakan dan dilemparnya kasar.
"Rupanya wanita itu lebih penting dariku mas, tenyata kamu masih mencintainya." Teriak sesillia disela sela kekalutan hatinya.
" kamu bilang, kamu tak sanggup melihatku menangis, tetapi nyatanya kamulah yang membuatku menangis mas." Rutukan rutukan kekesalan terus meluncur dari
mulutnya. Dilemparkannya tubuhnya keatas ranjang, menumpukkan wajahnya pada bantal, dan teriasak disana penuh keputus asaan.
**** Chapter 44 Lusiano melarikan kakinya masuk rumah sakit cepat, dilihatnya herman ayah nikol tengah duduk dikursi tunggu, tertunduk lesu.
Ditepuknya pelan bahu herman, membuat laki laki itu mendongak, memperlihatkan wajah gusarnya.
" bagaimana keadaan nikol pak?" Tanya lusiano sembari duduk disamping herman.
" keadaannya memburuk, saat? kamu pulang, kondisinya langsung memburuk." Ujar herman kalut.
Lusiano berdiri, berjalan perlahan kedepan ruangan icu, mengintip kondisi nikol dari balik kaca ruangan. Beberapa dokter dan perawat terlihat hiruk pikuk
memeriksa. " kamu harus bertahan nikol." Ujar lusiano pelan.
Beberapa saat kemudian, dilihatnya salah satu dokter melangkah keluar, segera lusiano menghampiri dokter itu, begitupun juga herman, mereka ingin tahu
kondisi terkini dari nikol.
" bagaimana keadaan putri saya dok?" Tanya herman tak sabaran.
" sepertinya kehadiran sang suami? berpengaruh besar pada kondisi putri anda, putri anda seakkan tahu, jika? suaminya ada disini, alhamdulillah,? kondisinya
langsung membaik. " Ujar dokter itu sembari melirik lusiano dan menyungingkan senyum.
" maaf... saya bukan suaminya dok." Sahut lusiano cepat.
" oh.... maaf kalau begitu." Ujar dokter tak enak hati.
" baiklah kalau begitu saya permisi dulu." Pamit dokter itu.
"Apa putri saya sudah bisa dijenguk." Tanya herman meminta izin.
" boleh silahkan." Jawab dokter itu, kemudian berlalu pergi.
Lusiano dan herman langsung masuk ke ruang icu. Lusiano duduk di kursi sofa, sedang herman duduk di kursi disamping tempat tidur nikol.
Tak ada suara, hanya ada suara dari mesin pendeteksi jantung yang memenuhi ruangan.
Diraihnya pergelangan tangan putri tercintanya, dan diusapnya halus.
" nak, ini ayah, bangunlah. Sampai kapan kamu terus tertidur seperti ini, lihat disini juga ada lusiano. Jika kamu bangun, ayah janji akan merestui hubungan
kalian." Ujaran Herman itu membuat lusiano tersentak kaget, apa maksud perkataan herman? Merestui? laki laki itu pasti tahu kalau ia sudah menikah, dan Nikol sendiripun
masih memiliki suami. Lusiano membawa tubuhnya berdiri dan mendekati herman, dipegangnya bahu laki-laki itu, membuat herman menoleh seketika. Lusiano hanya menampilkan senyum
pengertiannya, mungkin Herman merasa sangat bersalah akibat perbuatannya dulu. Jadi, tak perlu juga ia mempertanyaan apa maksud perkataan herman tadi.
" Kamu dengar sendiri Nikol, aku disini, sekarang bagunlah, kamu tak ingin melihatku?" Ujar Lusiano, membuat herman tersenyum kagum. Herman kira lusiano
akan marah ketika mendengar perkataanya tadi, tapi nyatanya tidak, Lusiano malah mengiyakan.
Ketika bisa dipastikan kondisi Nikol benar-benar stabil, Lusiano undur diri, karena ia sendiri merasa lelah, butuh istirahat. Herman mengantar lusiano
hingga pintu, sedikit banyak laki-laki yang pernah dibencinya itu telah membantunya.
" Lusiano." Ujar Herman, sembari mencekal lengan lusiano, saat laki-laki itu hendak pergi.
" Aku hanya ingin, meminta maaf atas kelakuan tak baikku dulu padamu, aku juga ingin berterima kasih, kamu telah menolong nikol dan menghubungiku."
" Sama-sama pak, kebetulan saja, saat itu saya bertemu nikol ditaman."
" Sekali lagi terima kasih ya nak." Herman mengulurkan tangannya.
"Sama-sama pak, hubungi saya jika terjadi apa-apa." Lusiano menjabat tangan herman, sembari menyunggingkan senyum tulus.
Ia melenggang pergi keluar rumah sakit, dilajukkanya mobil sport barunya menyusuri jalanan ibu kota. Sesekali ia menilik jam dipergelangan tangannya, syukurlah
ia masih bisa makan siang bersama sesilli. Wanita itu, wanita yang sangat pengertian dan tak suka marah marah, beruntunglah dirinya memiliki istri macam
sesillia. Lusiano menggerakkan lehernya kekanan dan kekiri, berusaha meregangkan otot lehernya yang sedikit kaku, rasa kantuk yang dirasakan matanya pun tak tanggung-tanggung,
tidak hanya sekali dua kali ia menguap, tapi beberapa kali bahkan sering.
Ketika melewati deretan toko yang menjual aneka makanan, lusiano menepikan mobilnya, tadi pagi saat ia mau berangkat kerumah sakit, ia melarang sesillia
memasak, dan pastinya istrinya itu tak memasak apapun untuk makan siang. Dibelinya satu kotak ayam bakar dan dua cup jus alpukat, jus kesukaan sang istri,
setelah beres membayar, dilangkahkan kaki jenjangnya menuju mobil, kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan standart menembus kepadatan jalanan di
ibukota. tak sampai tiga puluh menit mobil lusiano sudah bertengger cantik didalam garasi, dilangkahkan kakinya cepat masuk kedalam rumah dengan menenteng kotak
makanan, tujuannya adalah dapur, ia harus memindahkan ayam bakar dan jus alpukat kedalam wadah, dan sesegera mungkin menyajikannya diatas meja makan.
"Nah, sekarang tinggal manggil tu si siput." Ujar lusiano, ketika ia selesai meletakkan makananya diatas meja makan.
Kaki lusiano membawa tubuhnya naik kelantai atas, menuju kamarnya yang juga kamar sesillia, dibukanya kenop pintu, mendapati seorang wanita tengah tertidur
diatas ranjang dengan posisi wajah menghadap pintu, ditemani seorang bayi kecil yang tak kalah pulasnya, tidur disampingnya.
Lusiano mendekati mereka, menyunggingkan senyum simpul, sangking pulasnya mereka tidur, tak menyadari kehadirannya dikamar ini. Lusiano mengusap pipi kemerahan
putri kecilnya dengan jari telunjuk, membuat bayi kecil itu bergerak lucu. Tawa kecil menyeruak dari mulut lusiano, siena sudah bagaikan mainan baru untuknya,
jika ia merasa lelah dan emosional, tawa dan tingkah siena dapat menguapkan semuanya.
" Ayah, menyayangimu sesillia kecil." Ujar lusiano sembari mencium pipi siena, kemudia ia beralih kesisi ranjang lain, duduk dibelakang sesillia yang tengah
memunggunginya. Dikecupnya pipi istri cantiknya itu dengan amat lembut dan mesra, tapi sepelan apapun ia memperlakukan tubuh istrinya, tetap saja sesillia akan menyadarinya,
dengan reflek bangun atau mencubitnya. Terbukti, kali ini sesillia terlihat membalikkan tubuhnya dan membuka kelopak matanya perlahan.
" Selamat siang siput." Sambut lusiano dengan ejekan sayang.
Sesillia menggeragap dan langsung menegakkan tubuhnya, ia mengusap matanya berkali kali, dan mengedip-ngedipkannya cepat, seakan tak percaya dengan apa
yang dilihatnya. " Kenapa seperti itu?" Tanya lusiano dengan dahi mengerut, lihat tingkah istrinya itu.
" mas ian?" Sesillia menanyakan apa benar sosok didepannya ini adalah lusiano suaminya.
" Iya aku lusiano, memang kamu kira siapa? setan?" Goda lusiano sembari cekikikan.
Sesillia menekuk wajahnya kesal, laki-laki didepannya ini masih bisa tertawa bahagia setelah apa yang dilakukannya.
" Tidak lucu!!" Ujar sesillia ketus, dengan kembali merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sampai menutupi wajahnya.
Lusiano memicingkan mata, apa - apaan istrinya ini, kenapa jadi tiduran lagi, tak tahu ini perut sudah keroncongan. Disibakkannya selimut yang menutupi
tubuh sesillia cepat, membuat sesillia menggerutu tak jelas.
" Kamu marah karena aku meninggalkanmu terus siput?"
" Menurutmu?" Sesillia turun dari ranjang, meraih jilbab instannya dan menggenakannya segera.
" Aku bawa makan siang untukmu, ayo makan sama-sama." Ajak lusiano, sembari mengekor dibelakang sesillia keluar dari kamar.
" Kenapa tak makan dirumah sakit saja?"
" Ayolah, maafin aku, aku sudah belikan jus alpukat juga untukmu."
" Aku tidak suka jus alpukat." Jawab sesillia sembari membuka pintu lemari es, dan mengambil air dingin dari sana, kemudian menuangkannya kedalam gelas
dan meneguknya hingga tatas.
" Sejak kapan kamu tak suka jus alpukat?"
" Sejak saat ini." Sahut sesillia semakin ketus.
" Berhentilah bertingkah seperti anak kecil." Tukas Lusiano, membuat sesillia meletakkan gelasnya kasar, kemudian membalikkan badan, menatap lusiano dengan
raut wajah kesal. " Anak kecil katamu? bukankah kamu yang bertingkah seperti anak kecil, Bukankah kamu menyembunyikan sesuatu hal dariku?"
" Apa? " Tanya lusiano tak paham.
" Oh ya, kamu tak menyadarinya? Siapa nikol!?" Sergap Sesillia, membuat lusiano terdiam, bingung mau memulai penjelasan dari mana.
" Tak bisa menjawab kan lusiano? oh.... atau biar aku saja yang menjawabnya, Nikol adalah mantan kekasihmu yang kini hadir lagi didalam hidupmu, dan tentunya
kamu masih belum bisa melupakannya sampai detik ini." Ujar sesillia berapi-api.
"Tahu apa kamu sesillia, kamu hanya orang baru dalam hidupku." Tukas lusiano mulai tersulut emosinya.
" Aku memang tahu, wanita itu selalu menghancurkan hidupku, dulu ia merebut hendra dariku, sekarang ia mau merebutmu juga, bukankah itu ciri wanita perusak
rumah tangga orang."
" Jaga mulutmu sesillia!!!" Lusiano melayangkan telapak tangannya, hendak menampar sesillia, tapi ia menghentikan tangannya tepat didepan pipi wanita itu.
" Ayo tampar, kenapa berhenti, tampar saja."
" Bukan nikol yang merusak hidupmu, tapi nasibmu yang merusaknya." Ujar lusiano, kemudian pergi kemeja makan.
sesillia mendudukkan tubuhnya, ia menumpukan wajahnya pada telapak tangannya.
" Astagfirullah, apa yang baru saja aku lakukan? Kalau begini, masalahnya tak akan selesai, malah semakin ribet... Argg... sesillia bodoh!!" Rutuknya pada
diri sendiri. Sesillia berdiri, ia harus menemui lusiano dan meminta maaf padanya, tak sepatutnya ia membentak -bentak lusiano seperti itu.
Dilihatnya lusiano tengah duduk didepan meja makan, sesillia hendak mendekat tapi diurungkannya, karena lusiano buru-buru berdiri, dengan ponsel didepan
telinganya. " Nikol memburuk lagi, baiklah saya kesana." Ujar Lusiano sembari melewati sesillia yang berdiri didepannya.
Sesillia terdiam, membatu. ia tahu pasti panggilan itu ada sangkut pautnya dengan Nikol, ia berusaha menghentikan langkah suaminya, tapi penolakan yang
ia terima, lusiano seakan tak peduli padanya, mengucapkan salam pun tidak, lusiano pergi begitu saja.
**** Chapter 45 Sesillia menghembuskan napas berat, apa benar lusiano masih mencintai nikol, terus bagaimana nasibnya setelah ini, oh ya allah! Ia kalut tadi, tak ada
maksud untuk membentak lusiano sedikitpun, tapi entah kenapa, emosi itu tiba tiba menyeruak, membuatnya tak bisa mengendalikan diri.
Wanita mana yang sanggup jika cinta dan perhatian yang khusus untuknya harus terbagi dengan wanita lain
Tak ada, tak ada yang mau.
Tapi sesillia? juga tak ingin jika rumah tangganya harus dikorbankan, cukup satu kali dan ia tak mau merasakannya lagi. Ia tak mau nasib anak yang ada
dalam kandungannya ini akan sama dengan nasib siena, ia juga tak mau, jika harus mendapat penolakan demi penolakan karena status jandanya.
Mungkin ia harus bersabar, allah tengah menguji kekokohan cintanya. Selama ia sanggup bertahan, ia akan bertahan, bukan karena ia bodoh atau tak punya
otak, tapi allah sendiripun sangat membeci? yang namanya perceraian. Dan, tak dapat dipungkiri, ia begitu mencintai suaminya, laki laki aneh yang membuatnya
merasakan apa itu perjuangan cinta, laki laki yang selalu memiliki otak mesum jika sudah bersamanya, sesillia tak akan bisa berbohong jika saat ini ia
sangat merindukan lusiano, merindukan dekapan laki laki itu.
Tapi bagaimana jika nantinya? lusiano? kembali pada nikol, pasti hanya ada dua pilihan yang harus dipilihnya, jika tidak diceraikan maka ia akan dipoligami.
Oh....pikiran apa sih ini.... pemikiran baik dan buruk ini bak devil dan angel yang mengiringinya.
Sesillia mengusap air matanya, ia harus kuat, tak boleh cengeng, ia bukan anak kecil lagi sekarang. Apapun masalah hidup yang menyongsongnya harus dihadapi
dengan ikhlas dan kepala dingin.
" Sesillia" panggil seorang laki laki membuat sesillia menoleh, dan mengembangkan senyum simpul setelahnya.
"Robi?"? Robi menyunggingkan senyum sapa seraya duduk disamping sesillia.
"Aku tak menyangka bisa bertemu denganmu lagi cantik." Goda robi.
"Aku juga tak menyangka bisa bertemu denganmu lagi, setelah...." ucapan sesillia terhenti, seketika rasa? tak enak hati begitu terlihat dari raut wajahnya.
" ah...sudahlah, aku saja sudah lupa kejadian itu." Sahut robi, ketika menyadari kegusaran hati? sesillia.
"Terima kasih robi, karenamu masalah itu bisa terselesaikan dengan baik."
"Kamu ini, terlalu banyak mengucapkan terima kasih dan maaf, apa hidupnya hanya bergulat pada terima kasih dan maaf." Sesillia terkekeh pelan ketika mendengar
perkataan robi, perkataan yang lebih terdengar seperti lelucon ditelinganya.
"Nah gitu dong, senyum... aku lihat dari tadi? kamu cemberut terus." Sesillia mencibir, laki laki didepannya ini benar benar sok tahu. Atau memang ia tahu,
karena dirinya menampakan dengan jelas wajah penuh masalah itu, semoga saja tidak.
"Apa kamu tengah mendalami peran sebagai cenayang?"
"Hahaha... tidak, aku tengah mendalami peran sebagai laki laki perebut istri orang."
"Wow, sepertinya kamu bangga dengan peran itu." Ledek sesillia.
"Ya, dalam film itu aku banyak belajar bagaimana cara merebut istri orang."
"Memang mau kamu praktekkan di dunia nyata?" Tanya sesillia ingin tahu, kali ini ia terlihat antusias, ia merasa nyaman berbicara dengan robi, laki laki
itu bisa membuatnya sedikit melupakan masalah yang ditanggungnya.
"Iya memang niatnya akan ku uji coba untuk merebut istri seseorang."
"Memang istri siapa yang mau kamu rebut?" Tanya sesillia penasaran.
"Istri lusiano arifian." Tukas robi serius.
"Oh istri lusiano arifian." Sesillia mengulangi kalimat robi baru saja, seraya mengangguk paham. Tapi tiba tiba saja ia menoleh kearah robi cepat, dengan
tatapan menuduh. Maksudnya apa? Kenapa ia ingin merebutnya dari lusiano.
" wow....wow....slow....aku barcanda sill." Ujar robi sembari cekikikan, sesilliapun melakukan hal yang sama, ia terkekeh pelan.
"Tumben kamu kesini, aku beberapa minggu syuting ditaman ini tak pernah melihatmu." Tanya robi setelahnya.
"Cari angin." Jawab sesillia sekenanya.
"Kamu tidak sedang bertengkar dengan lusiano kan?" Sesillia yang tadinya tertunduk, tiba tiba langsung mendongak cepat.
"Hah! Tidak, aku dan lusiano baik baik saja."
"Tapi kenapa matamu seperti orang habis menangis?" Ujar robi sembari menunjuk mata sesillia.


Pencuri Hati Karya Rara El Hasan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" ha..." sesillia mengusap pelupuk matanya, benarkah terlihat bengap, cepat cepat ia membuat alibi." oh...ini..ini karena aku kurang tidur saja."
" oh...... nanti kalau mau pulang aku antar ya...aku tak enak membiarkanmu pulang sendiri."
"Tak perlu robi, aku bisa pulang sendiri, lagu pula rumahku tidal terlalu jauh dari sini."
"Ayolah, hanya tumpangan apa salahnya."
"Baiklah, baiklah... kamu memang rajanya pemaksa, tapi hanya sampai depan rumah ya." Cibir sesillia.
"Hahaha... tentu, apapun yang Robi Sabian inginkan harus terpenuhi." Ujar robi sembari menepuk nepuk dadanya, khas orang tinggi hati. Sedang sesillia hanya
menggelengkan kepala sembari terus tertawa.
Sesillia melirik jam dipergelangan tangannya, pukul tiga sore, mungkin saja lusiano sudah pulang, ah! Dimanapun ia berpijak, yang ada dipikirannya hanya
lusiano dan lusiano.. kenapa lusiano sudah bagaikan nikotin? baginya.
Sesillia beranjak dari tempat duduknya, tapi baru saja ia memulai ancang ancang berjalan, tiba tiba saja perutnya serasa diaduk aduk, membuat tenggorokannya
serasa menebal. Segera dilarikannya tubuh rampingnya, ke kamar mandi taman, untung saja kamar mandi itu tak jauh dari tempatnya duduknya. Dikeluarkanya
semua isi perut yang memang tak seberapa isinya, karena sesillia sendiri jarang makan akhir akhir ini.
" huekk...huekk..." robi membelalak sempurna, suara orang muntah, apa sesillia sakit? Tadi saat sesillia tiba tiba saja lari ke kamar mandi, ia langsung
mengikutinya. Dan? disinilah ia saat ini, berdiri didepan kamar mandi menunggu sesillia keluar.
Tak lama kemudian, sesillia keluar dengan tubuh lemas dan wajah sedikit pucat, segera robi menyongsong tubuh sesillia, mengantisipasi? siapa tahu, tiba
tiba tubuh sesillia tumbang.
"Ihh... robi,berlebihan." Gerutu sesillia, saat robi merentangkan salah satu tangannya dibelakang tubuhnya.
"Kamu terlihat pucat dan lemas sill, apa tak sebaiknya kita kerumah sakit saja memeriksakannya." Sesillia menghentikan langkahnya saat mendengar ujaran
robi itu, kalau ia ke rumah sakit pasti robi akan tahu kalau ia sedang hamil, tidak! Orang pertama yang boleh tahu kalau ia sedang hamil hanya lusiano.
"Tidak perlu robi, aku baik baik saja." Sesillia
Melanjutkan lagi langkah kakinya, tapi baru beberapa langkah, tiba tiba sakit kepala yang teramat? sakit menderanya. Dengan sigap? robi menahan tubuh sesillia
yang mulai terhuyun kebalakang, apalagi siena yang menangis? semakin memperburuk keadaan.
"Sill kita ke dokter, kamu tak boleh menolak." Robi menuntun sesillia ke mobilnya, kemudian membantunya masuk kedalam mobil. Beberapa menit kemudian, mobil
robi sudah melenggang menyusuri jalanan ibu kota, mencari rumah sakit terdekat.
**** Robi yang tak pernah sekalipun menggendong bayi, kali ini harus menggendong siena, tapi untungnya ia langsung terbiasa, wah berbakat jadi ayah sepertinya.
Diamatinya wajah tenang siena, sesillia kecil, bayi ini sangat mirip dengan sesillia, sayang ia hidup dikehidupan ini, coba ia hidup di kehidupan yang
sama dengan siena, pasti siena akan dinikahinya.
ketika robi fokus dengan pengamatannya, Suara derap kaki mengagetkannya, dari ruang periksa terlihat dokter sarah, dan sesillia berjalan beriringan. Disongsongnya
tubuh sesillia seraya memberikan siena pada wanita itu, kemudian ia dan sesillia duduk di depan meja praktek dokter sarah? bersamaan.
"Selamat ya pak, anda akan menjadi ayah." Ujar dokter sarah, tanpa diminta. Mulut robi terganga lebar, ayah? Dirinya akan jadi ayah? Bukan.. bukan dirinya..
tapi lusiano, jadi sesillia hamil?
"Hamil?" Tanya robi memastikan.
"Iya pak, istri bapak tengah hamil dua minggu, harus dijaga baik baik ya, kandungan istri anda cukup lemah." Ujar dokter sarah menjelaskan.
"Oh..... saya bukan suaminya dok." Sahur robi.
"Aduh, sayang sekali, harusnya berita sebahagia ini,? lebih istimewa jika didengar bersama suami." Robi melirik sesillia, wanita itu tengah? tertunduk
dan terlihat sedih, apa yang terjadi sebenarnya?
"Kakak saya sedang keluar kota dok, jadi saya yang mengantarkan kakak ipar saya kesini." Tukas robi membuat alasan. Seketika sesillia menoleh ke arah robi,
dengan senyum penuh terima kasih. Terlalu banyak kebaikan yang dilimpahkan robi padanya.
"Baiklah kalau begitu, saya akan memberi rujukan pada dokter ani ya selaku dokter kandungan di rumah sakit ini, dan ini suplemen serta vitamin yang harus
anda tebus di apotik rumah sakit." Ujar dokter sarah sembari memberikan resep pada robi.
" terimakasih dok, kalau begitu kami permisi."
"Silahkan." Robi dan sesillia keluar dari ruang praktek dokter sarah.
"Nah ibu hamil, kamu tunggu disini saja ya, biar aku yang menebus obatnya." Robi mendudukkan sesillia dikursi tunggu, kemudian ia pergi ke apotik untuk
menebus obat. Robi menyerahkan resep pada pegawai apotik. Sembari menunggu obatnya datang, robi mengedarkan pandangannya kesekitar, dan tak sengaja ia melihat lusiano
tengah melintas didepannya. Seketika dahi robi mengernyit, apa benar laki laki? yang dilihatnya baru saja adalah lusiano, tapi untuk apa ia kerumah sakit
ini, apa sesillia yang menghubunginya.
Buru buru ia meraih obat yang disodorkan petugas, dan dengan cepat mengikuti lusiano, untung saja ia tak kehilangan jejak laki laki itu. Robi mengendap
endap bak pencuri, ia tak mau lusiano sadar bahwa dirinya tengah diikuti. Ia hanya ingin memastikan apa benar sesillia yang meminta laki laki itu kemari
atau laki laki itu memiliki tujuan lain. Dan opsi kedualah yang terjadi, terbukti lusiano tak pergi ketempat sesillia, tapi bebelok ke lorong inap dan
masuk keruang icu. Lagi lagi dahi robi mengernyit, kenapa laki laki itu masuk ruang icu, bukankah sesillia tidak dirawat disana?
Karena didasari rasa penasaran yang amat tinggi, robi mengintip aktifitas didalam ruang icu, dari balik kaca jendela. Nasib baik medukungnya, tirai kamar
itu tak tertutup sempurna, memberikan akses bebas untuknya.
"Sebentar lagi, sesillia benar benar akan jadi miliku bajingan!!!" Runtuk robi penuh kebencian. Rupanya robi menangkap basah lusiano tengah mencium kening
seorang wanita yang tengah berbaring tak berdaya di atas ranjang. dan robi sangat mengenal siapa wanita itu, wanita itu adalah nikol, rekannya di dunia
intertaint. Robi menampilkan senyun serigainya, rupanya lusiano lebih memilih menjaga wanita itu dibandingkan menemani istrinya. Kali ini sepertinya dewi fortuna berpihak
padanya, sebisa mungkin ia harus memanfaatkan kondisi ini untuk menjauhkan lusiano dan sesillia, tak peduli bagaimanapun caranya. Laki laki bajingan itu
terlalu sering menyakiti wanita yang dicintainya.
Robi kembali melangkahkan kakinya, menghampiri sesillia, wanita itu terlihat tengah bermain dengan siena. dihembuskannya napas berat, melihat sesillia
tersenyum seperti ini, serasa kakinya lembek tak bertulang, senyum wanita itu benar benar? dapat merontokkan persendiannya.
"Sill!" Panggil robi, membuat sesillia menoleh kearahnya cepat, dengan senyum manis yang semakin mempercantik parasnya.
"oh...berhentilah tersenyum seperi itu padaku sesillia, apa kamu ingin aku membawamu lari, dan menikahimu secara paksa." Sesillia langsung menurunkan bibirnya,
menghilangkan senyuman manis dari wajahnya.
"Berhenti menggodaku robi, kamu menggoda istri orang." Tukas sesillia sembari beranjak berdiri.
"Ya...yang sepertinya akan menjadi istriku tak lama lagi." Sesillia menghadiahkan cubitan kecil di bahu robi, membuat laki laki itu mengadu kesakitan.
"Sill! Cubitan tanganmu sakit sekali, dasar tangan kuli." Ujar robi, sembari terus mengusap bahunya.
"Biar saja, biar tahu rasa." Sesillia beranjak pergi meninggalkan robi, tapi tiba tiba saja robi mencekal kedua bahunya, memaksanya berhenti.
"Jangan lewat sana." Ujar robi, berhasil membuat dahi sesillia terlipat lipat.
"Kenapa?" "Ee...e...soalnya...soalnya......." robi diam, ia terlihat berpikir. "Soalnya..tadi lantainya sedang di pel, takutnya kan masih licin, jadi kita lewat
sini saja." Ujar robi, sembari menarik sesillia, berjalan ke arah lain.
Sesillia menggeleng gelengkan kepala, tingkah laki laki ini begitu lucu, tapi hanya robi lah satu satunya orang yang bisa menghiburnya saat? ini.
?????????????????????????????????????? ****
Lusiano masuk kedalam ruang icu, tadi ia meninggalkan nikol sebentar untuk sholat ashar dan makan. Saat dirumah, ia tak sempat makan, boro boro makan,
sesillia malah mengajaknya bertengkar.? Wanita itu membuatnya kesal, tiba tiba marah tanpa sebab, seperinya ia harus menarik kata katanya kalau sesillia
bukan tipe istri yang suka marah, istrinya itu cukup tempramental juga. Tapi, tahu dari mana sesillia kalau nikol adalah cinta masa lalunya, seperinya
ia harus menyelidiki, dari mana wanita itu tahu? mengenai nikol.
Lusiano duduk dikursi tepat disamping ranjang nikol, diamatinya wajah wanita itu lekat lekat.
"Hai cantik, rupanya kamu tak ingin aku meninggalkanmu ya?" Ujar lusiano sembari mengusap lembut kening nikol. Tadi saat ia pulang kondisi nikol kembali
memburuk, rupanya wanita ini tak mau ia pergi. Terbukti saat ia kembali, kondisi nikol kembali stabil.
Lusiano berdiri, mencium kening nikol cukup lama, bersamaan dengan itu, kenangan kenangan bersama nikol menyeruak kembali, seperti tontonan. Entah kenapa,
ia ingin sekali melindungi wanita ini, melindunginya seperti saat saat dulu.
"Bagunlah nikol, kamu sudah tertidur hampir dua hari, lihatlah banyak orang yang mencemaskanmu." Lusiano kembali duduk, menggengam pergelangan tangan nikol.
Dan memandang lekat lekat wajah nikol yang teramat pucat.
Lusiano merebahkan kepalanya diatas tangan nikol, dan memejamkan mata setelahnya.
Tapi tiba tiba saja lusiano menegakkan tubuhnya cepat, ia merasakan pergerakan ditangan nikol, dan benar saja, kelopak mata wanita itu juga bergerak gerak,
seperti ada respon disana. Tak lama, kelopak mata nikol membuka perlahan, menampilkan mata jernihnya dengan bola mata berwarna coklat muda yang begitu
mempesona. Lusiano tersenyum bahagia, akhirnya setelah dua hari, nikol membuka mata untuk pertama kalinya. Dengan alat penambah oksigen yang? menutupi mulutnya, nikol
berusaha berbicara, jari jarinya pun berusaha diangkatnya untuk meraih tangan lusiano.
"Jangan banyak bergerak dulu nikol, kamu harus banyak beristirahat."? Lusiano menurunkan kembali tangan nikol, kemudian mengusap rambut wanita itu lembut.
"Aku panggil dokter dulu ya."? Ujar lusiano sembari meninggalkan ruangan.
Seulas senyum terkembang dibibir nikol, semangat hidupnya tumbuh lagi, ia harus sembuh, ia ingin hidup lebih? lama lagi bersama? lusiano.
?????????????????????????????????? *****
Mobil robi berhenti tepat didepan rumah sesillia.
"Ini rumahku, terima kasih ya sudah mengantarku." Ujar sesillia sembari melepas sabuk pengaman ditubuhnya.
"Apa kamu tidak menawariku masuk?" Tanya robi basa basi.
"Maaf robi, sepertinya tidak, suamiku sedang tak dirumah, jadi aku tak bisa membawamu masuk." Sahut sesillia dengan wajah penuh penyesalan.
"Haha... aku hanya basa basi sesillia, sekarang turunlah, kamu tak mau membuat aktor tampan ini telat syuting kan."
"Tentu saja tidak, hati hati ya." Sesillia turun dari mobil, kemudian melambaikan tangannya pada robi dan mobil mewah itu melenggang pergi.
Sesillia membalikkan badan, menatap rumah besar itu dengan hembusan napas berat.
Ia melangkahkan kakinya berat masuk kedalam rumah.? Dibukanya kenop pintu dan mendapati Keadaan yang tak jauh beda, sama? seperi saat ditinggalkannya beberapa
jam lalu, sepi, tak ada tanda tanda kehidupan, mungkin lusiano belum pulang.
Direbahkannya tubuh? siena putri kecilnya ke dalam ranjang bayi, kemudian ia? pergi ke dalam ruang? penyimpanan pakaian milik suaminya. Tiba tiba saja
ia ingin sekali mencium aroma tubuh suaminya. Diambilnya salah satu kemeja milik suaminya, kemudian menyemprotkan minyak wangi milik lusiano keatas kemeja
itu.? Sesillia membawa kemeja lusiano? kedalam pelukannya, diciumnya berkali kali kemeja itu diiringi air mata yang terus menetes dari pelupuk matanya. Ia rindu,
sangat merindukan lusiano.
**** Chapter 46 Lusiano membuka kenop pintu kamarnya, mungkin sesillia sudah tidur, lampu rumah juga sudah padam semua. Diintipnya jam dipergelangan tangannya, jam 10
malam, pantas saja. Lusiano mendekati ranjang, duduk ditepi ranjang sembari melepas pakaiannya dan hanya menyisahkan boxer, kebiasaan yang? tak hilang hilang.
Dilihatnya sesillia tengah tertidur pulas, dengan posisi menghadap kesisi ranjangnya. Dahi lusiano mengernyit, sesillia seperti memeluk sesuatu, perlahan
ia mendekatkan tubuhnya? ke tubuh sesillia, ternyata benar,wanita itu tengah memeluk kemejanya. Seulas senyum terukir di wajah? lusiano, mungkin istrinya
ini teramat merindukannya, sampai kemajanya pun menjadi teman tidur.
perlahan Lusiano hendak mengambil kemeja itu, tapi reflek sesillia sungguh hebat? ia semakin memeluk kemeja itu dengan? erat.
"Jangan ambil suamiku." Gumam sesillia membuat lusiano lagi lagi mengernyitkan dahi.? Digerak gerakkan telapak tangannya didepan wajah sesillia, tak ada
respon, apa istrinya ini sedang mengigau.
Lusiano naik keatas ranjang, merebahkan tubuhnya disamping tubuh? sesillia, Diamatinya wajah mungil istrinya yang tengah tertidur pulas, sesekali usapan
lembut ia berikan pada pipi mulus sesillia dengan jari telunjuknya.
"Maaf telah menyakitimu, tapi aku sendiri bingung, bagaimana perasaanku sebenarnya padamu, aku mencintaimu sesillia, tapi aku juga merasa harus melindunginya."
Ujar lusiano pada sesillia. Mungkin ia tak akan tega berbicara ini saat sesillia terjaga.
" ia cinta masa laluku sesillia, saat ini hidupnya diambang maut. Awalnya aku berniat tak mau peduli, tapi melihat ketidak berdayaannya, aku merasa hatiku
pun ikut tak berdaya. "
Sesillia terjaga, beberapa detik lalu ia terjaga, tapi saat mendengar pengakuan lusiano, ia urung membuka mata.
"Nikol adalah wanita pertama yang mengenalkanku apa itu cinta? Dan dia jugalah yang membuatku tak pernah percaya lagi dengan yang namanya cinta." Sesillia
berusaha sekuat mungkin tak menangia, luka dihatinya kini semakin diperdalam, jadi cinta lusiano untuknya tak sebesar cinta laki laki itu pada nikol.
"Dokter memfonis umur nikol hanya tinggal hitungan bulan atau hari saja sill, izinin aku Untuk menjaganya sampai saat itu datang, walaupun kita tak berhak
menentukan umur seseorang."
Lusiano merapatkan tubuhnya ke tubuh sesillia, membawa tubuh istrinya itu kedalam dekapan tubuh atletisnya, seraya mengecup? puncak kepala sesillia berulang
kali. Sesillia membuka kelopak matanya, keinginanya untuk dipeluk lusiano kali ini tercapai, tapi mendengar pengakuan lusiano tadi, bukan suatu hal yang ia inginkan.
Air mata yang sedari tadi ditahannya, kali ini tak dapat? dibendungnya lagi, tumpah dengan dasyatnya, tapi ia berusaha agar tak terisak dan tidak membasahi
dada telanjang lusiano dengan air matanya.
Apa ia harus kehilangan pelundung dan imam rumah tangganya untuk kedua kalinya?
??????????????????????????????????????? ****
Sesillia membuka kelopak matanya, membiasakan kornea matanya dengan cahaya yang masuk. Diedarkannya pandangan kesekitar, sepi, tak ada siapapun, ranjang
disampingnya pun sudah kosong. Ia menegakkan badan, duduk diatas ranjang dengan tatapan menerawang, pengakuan lusiano semalam masih saja memenuhi hati
dan pikirannya, harus bagaimana ia menyikapi hal itu, marah, iba atau biarkan saja. Huft, biarkan sang waktu yang menjawabnya. Yang harus dipikirkannya
saat ini? adalah kesehatan lusiano junior didalam perutnya.
Sesillia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian turun dari ranjang, menghampiri keranjang bayi siena, menggendong putri kecilnya itu turun
kebawah. Sesillia pergi kedapur, hendak membuatkan susu untuk siena. Dan mengambil air dingin, untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Ia hendak membuka
lemari es, tapi sebuah kertas yang menempel di? pintunya membuat perhatian sesillia teralihkan.
diambilnya kertas itu, rupanya sebuah note, dan note ini dari lusiano.
Aku kerumah sakit, maaf tak membangunkanmu, secepatnya aku akan Pulang.
Lusiano. Sesillia terdiam, wajahnya seketika berubah sedih, ternyata memang benar, nikol lebih penting dari pada dirinya. Bahkan sampai saat ini pun lusiano tak
menyediakan sedikit waktunya untuk mendengarkan keluh kesahnya.
" ting tong." Suara bel rumah berbunyi nyaring, yang pastinya mengagetkan dan membawa sesilla keluar dari alam lamunanya. Dengan langkah malas, sesillia
membuka pintu, mendapati robi dengan dua tas belanjaan yang ukurannya lumayan besar, berdiri didepannya.
"Selamat pagi princess." Sapa? robi sembari menampilkan senyum lebar, hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Sesillia berkaca pinggang dengan satu tangannya, ini masih pagi, mana ada tamu yang bertamu pagi pagi buta seperti ini.
"Apa tidak kurang pagi kamu bertamunya?" Sindir sesillia.
"Oh benarkah?" Robi meletakkan tas belanjaanya dilantai, seraya melihat jam di pergelangan tangannya.? "Seperinya tidak, ini masih pagi, masih jam 8."
Ujar robi pura pura bodoh.
"Astaga!? di balik badanmu yang serba berotot dan besar ini, ternyata otakmu minimalis ya." Gerutu sesillia kesal.
"Hahaha... kenapa kamu serius sekali, aku hanya bercanda. Kalau tidak datang pagi pagi begini, aku tak akan sempat kemari, scadule syutingku banyak."
"Terus kalau sibuk untuk apa kamu kemari?"
"Ya, menemani seorang istri yang lagi kesepian." Ujar robi sembari menaik turunkan alisnya.
"Enak saja, kata siapa? Suamiku ada dirumah."
"Benarkah?". Robi masuk kedalam rumah tanpa dipersilahkan telebih dahulu. Sesillia menganga lebar, laki laki ini selain aneh juga tak punya sopan santun.
"Lusiano.... kamu ada didalam... hai luasiano." Panggil robi dengan kencang, bahkan hampir terdengar seperti teriakan.
"Robi..robi... hentikan."
"Kamu bohong sesillia, suamimu tak ada disini, jelas jelas aku melihatnya tadi pagi.pagi sekali ia? pergi." Sesillia lebih terperanjat lagi? mendengar
penuturan robi. "Kamu mengawasi rumah kami?" Tanya sesillia dengan nada meninggi.
"Ya....aku menunggu apa suamimu akan pergi pagi ini, ternyata iya....kemana? Bukankah ini hari minggu, bukan hari kerja juga."
"Menjeguk sahabatnya dirumah sakit." Ujar sesillia sedih.
"Pagi pagi begini, wow sahabat yang spesial tentunya." Sahut robi sembari menyunggingkan senyum serigai.
Sesillia terdiam, di dalam hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan robi, nikol, nikol adalah sahabat bahkan lebih lebih spesial dari sahabat bagi lusiano.
"Hallo...princess..melamun lagi." Robi menjentikkan jarinya didepan wajah sesillia.
"Ah....apa.....kamu bicara apa?" Tanya sesillia, ia berhasil terlihat bodoh kali ini.
"Tidak...aku tidak bicara apa apa." Sahut robi cepat.
Tiba tiba saja, Robi menarik tangan sesillia mengajak wanita itu untuk menunjukkan letak? dapur dirumah ini.
"Untuk apa kita ke dapur?" Tanya sesillia ketika mereka sudah sampai didapur.
"Untuk masak lah, masak untuk mandi." Ujar robi kesal.
"Aku sedang tak ingin memasak." Tukas sesillia malas.
"Kamu harus memasak, aku lapar sill." Robi mengusap usap perut datarnya, menunjukkan bahwa cacing diperutnya sudah berkoar koar minta diberi makan.
"Tinggal beli kan gampang, jangan menyuruhku memasak."
"Ayolah sill, jika tidak kamu akan melihatku pingsan ditelevisi."
"Terus hubungannya denganku apa?"
"Ya... aku akan bilang, istriku sesillia ulfa tidak memberiku makan." Sontak sesillia mencubit lengan robi cukup kencang.
"Aduh sill, kamu mencubitku lagi."
"Habis itu mulut kalau ngomong kayak tak ada saringannya."
"Makanya kalau kamu tidak mau aku membuat gosip, cepat buatkan aku sarapan, gampang kan?"
"Ya...ya... baiklah, kamu mau kumasakan apa?"
"Mmmm apa ya?... nasi goreng saja deh."
"Baiklah, kamu tunggu di meja makan saja, akan ku buatkan." Robi mengangguk, kemudian meninggalkan sesillia yang mulai menyiapkan bahan bahan untuk memasak
nasi goreng. Selama proses memasak yang dilakukan sesillia, tah henti hentinya robi mengamati setiap pergerakan tubuh sesillia. Andai saja, ia bisa melihat
Budi Kesatria 18 Lima Sekawan 01 Di Pulau Harta Mencari Bende Mataram 4

Cari Blog Ini