Perintah Maut Karya Buyung Hok Bagian 9
"Aku tahu." berkata Yen Yu San. "Tapi ada sesuatu yang mengherankan, bisakah aku minta penjelasannya ?"
"Penjelasan bagaimana yang lo-enghiong kehendaki ?"
"Janji dimalam ini adalah urusan pribadi. Mengapa tayhiap menalangi dan mengeluarkan rencana, apa maksud tujuan yang sebenarnya?"
"Maksud lo-enghiong, perjanjian dimalam ini adalah urusan pribadi ?"
"Memang urusan pribadi."
"Salah." berkata orang itu.
"Paling2 menyangkut urusan benteng penganungan jaya dan partai Ngo-hong-bun."
"Masih kurang tepat!"
"Dimana letak kekurangan tepatannya?" bertanya Yen Yu San.
Orang itu berkata: "Urusan dihari ini se-olah2 hanya menyangkut urusan partai Ngo-hong-bun yang menculik nona Cin Siok Tin, se-olah2 hanya urusan partai Ngo-hong-bun dengan benteng Penganungan Jaya. Sebetulnya tidak demikian..."
"Aku tidak mengerti." berkata Yen Yu San.
"Baiklah. Kalau tidak dikasih sedikit penjelasan, mungkin lo-enghiong masih kurang yakin. Pertemuan lo-enghiong hanya lembaran pertama dari rangkaian jahat partai Ngo hong-bun. Singkatnya, bukanlah hanya menyangkut bangun runtuhnya benteng penganungan jaya, atau bisa tidaknya datuk barat menancap kaki. Dan berkembangan berikutnya. Tapi hal ini juga mempunyai hubungan erat dengan ketiga datuk persilatan lainnya, kalau saja lo-enghiong mengalami kegagalan, berarti diturut hancur pula usaha datuk persilatan lainnya, gagal pula usaha Siauw-lim-pay dan Ngo-bie-pay untuk menenangkan rimba persilatan dari kekacauan !"
"Begitu hebat? Begitu panjang?" Yen Yu San masih ragu2.
"Untuk jelasnya...." tiba2 orang itu terhenti. "Nah ! Mereka sudah datang ! Lain kali saja, boanpwee beri penjelasan yang lebih terperinci."
Mereka ber-cakap2 dengan gelombang tekanan suara tinggi, masing2 menyalurkan suara dengan tenaga dalamnya ditujukan kepada telinga orang yang bersangkutan. Tidak bisa didengar oleh orang ketiga.
Sampai disini, percakapan terhenti. Yen Yu San memasang kuping panjang2, masih tidak terdengar sesuatu yang mencurigakan, bagaimana orang itu mengatakan mereka sudah datang?
Menggunakan mata Yen Yu San celingak celinguk mencari rombongan yang dimaksud.
Betul saja ! Dari jauh tampak didalam kegelapan malam bintik2 yang bergerak, semakin lama semakin besar itulah gerak beberapa orang yang bergerak datang.
Hati Yen Yu San memuji kehebatan mata orang yang misterius itu, ia baru melihat bintik2, tapi si orang misterius sudah menyebutnya lebih dahulu. Suatu tanda kalau mata orang tersebut lebih lihay.
Bukan matanya saja yang lebih lihai, ilmu meringankan tubuhnya pun hebat. Otaknya luar biasa. Yen Yu San mengakui bahwa ia tidak unggulan.
Tidak lama, orang2 yang datang itu sudah terpeta jelas, jumlahnya enam orang.
Orang yang didepan adalah seorang kakek berpakaian putih, hidungnya bengkung. Itulah Kwee hu-huat dari partai Ngo-hong bun.
Dibelakang Kwee hu-huat turut serta empat orang, masing2 mengenakan pakaian merah, putih, hijau dan hitam, juga mengenakan kerudung muka yang sama warna, mereka adalah lengcu Panji Merah, Lengcu Panji Putih, Lengcu Panji Hijau dan lengcu Panji Hitam.
Seorang lagi adalah komplotan mereka, orang ini berbadan tinggi dan besar, kekar dan kuat, mengenakan pakaian warna biru, mempunyai bentuk potongan yang seperti Yen Yu San, berjenggot panjang seperti Yen Yu San, wajahnya belum terlihat, karena orang ini menggunakan tutup kerudung muka. Ya ! Ditempat itu, kecuali Kwee hu-huat, kelima orang lainnya menutup wajah2 mereka !
Yen Yu San tidak kenal kepada Kwee hu-huat, tapi ciri2 keempat macam warna pakaian orang yang datang itu membuatnya menduga, kalau ia sedang menghadapi anak buah perintah maut.
Begitu Kwee hu-huat berenam tiba, tidak jauh dari pohon tempat persembunyian Yen Yu San dan si tokoh misterius, tiba2 muncul dua bayangan hitam, memberi hormat kepada Yen Yu San dan berkata:
"Hamba A Coan dan A Tek memberi hormat kepada Kwee hu-huat."
Munculnya kedua bayangan yang bernama A Tek dan A Coan itu membuat Yen Yu San terkejut, kedua orang tadi sudah bersembunyi dirimba, mengapa dia tidak bisa mengetahui kapan datangnya dua orang itu? Beruntung Yen Yu San berbicara dengan si tokoh misterius secara menyalurkan suara dengan gelombang tekanan tinggi. Sehingga tidak bisa terdengar oleh kedua orang tadi.
Kwee hu-huat mengulapkan tangan, ia bertanya kepada A Coan dan A tek, katanya:
"Kalian mendapat tugas jaga ditempat ini, apa ada sesuatu yang mencurigakan?"
"Tidak ada." hampir berbareng A Coan dan A Tek menjawab.
"Cukup !" berkata Kwee hu-huat. "Kalian boleh kembali menjalankan tugas masing2."
A Coan dan A Tek mengundurkan diri, lenyap pula dibalik semak2 itu.
Kwee hu-huat memandang langit, mengurut jenggot dan berkata:
"Waktu baru saja kentongan dipukul satu kali, Yen Yu San sangat sok, tidak mungkin datang pagi2."
Diatas pohon, hati Yen Yu San berkata:
"Orang ini betul2 bisa menyelami sifat dan adat2ku, kalau bukannya ada seorang misterius yang memancing aku ke tempat ini, pasti harus menunggu tepat jam dua baru aku datang."
Tiba2.... Dari jauh terdengar suara ketoprakannya kaki kuda, memang seekor kuda tunggangan meluncur datang, diatas kuda itu bercokol seorang, menuju ke arah Kwee hu-huat si penunggang kuda lompat turun dan berkata: "A Guk memberi hormat kepada Kwee hu-huat."
Kwee hu-huat memandang orang itu dan bertanya: "Apa Yen Yu San sudah berangkat?"
A Guk menjawab: "Baru saju hamba menerima laporan burung pos yang mengatakan Yen Yu San masih menenggak arak dirumah makan Kie-biao. Masih belum berangkat."
"Bagus." berkata Kwee hu-huat. "Terus awasi dirinya, begitu ada gerakan, segera beri laporan."
Orang itu mengiyakan, lalu melompat keatas kuda tunggangannya dan meluncur pergi lagi.
Yen Yu San menjadi heran, sudah terang ia tidak berada dirumah makan itu, mengapa orang tadi mengatakan masih menenggak arak seorang diri?
Pengalaman Yen Yu San juga pengalaman diplomatik ulung, berpikir sebentar dan ia bisa menduga sesuatu. Oh, ternyata orang misterius itu pula yang memegang lakon, pantas saja dia menyuruh aku keluar dari pintu belakang. Ternyata diapun sudah menyediakan komplotannya yang menyamar menjadi diriku, entah sandiwara apa pula yang hendak dipertontonkan?
Untuk memastikan dugaannya, menggunakan seluruh gelombang tekanan tinggi, Yen Yu San bertanya kepada si orang misterius di sebelah pohon: "Hei, apa tayhiap yang menyuruh orang menyamar menjadi diriku ?"
Terdengar suara jawaban si orang misterius : "Kalau tidak menggunakan taktik ini, bagaimana bisa mengakali mereka ?"
Tidak jauh dibawah Yen Yu San dan orang misterius itu, berdiri Kwee hu-huat dan empat lengcu Panji berwarna beserta seorang berkerudung pula. Ini waktu tiba2 Kwee hu-huat mendongakkan kepala dan berkata keras : "Yen Yu San !"
Yen Yu San kaget, tubuhnya ber-goyang2, hampir ia jatuh dari atas pohon, sangkanya Kwee hu-huat sudah mengetahui kalau dia bersembunyi diatas pohon.
Dan ini waktu, dari semak lompat keluar seorang yang mengenakan jubah biru, orang yang mempunyai jenggot dan dedak perawakan seperti Yen Yu San membungkukkan badan, ia segera menyahut: "Hamba siap !"
Yen Yu San yang diatas pohon menjadi bingung, ia bergumam : "Masih ada lagi orang yang bernama Yen Yu San? Oh ! Ternyata si jubah biru itu mempunyai nama yang sama dengan namaku."
Kwee hu-huat memandang ke si jubah biru dan berkata :
"Apa lengcu Panji Putih sudah menjelaskan urusan2 berikutnya ?"
"Sudah." berkata si jubah biru.
Kwee hu-huat menganggukkan kepala, ia sangat puas, dan ia berkata :
"Nah ! Kau boleh bersembunyi dibelakang pohon, nanti sesudah berhasil membunuh Yen Yu San, kau harus segera pergi ke kota Kim-leng, menggantikan kedudukan dirinya !"
"Baik." orang yang mengenakan jubah biru itu segera mengundurkan diri, menghilang dari pandangan mata.
(Bersambung 13) *** Jilid 13 MENGIKUTI percakapan sampai disitu kemarahan Yen Yu San me-luap2, dengan mengertek gigi otaknya bekerja :
"Apa yang dikatakan oleh orang misterius tadi menjadi kenyataan. Komplotan jahat dari partai Ngo-hong-bun ini hendak mencelakakan diriku. Ternyata sudah menyiapkan orang untuk menyamar menjadi diriku. Bah ! Hendak kulihat bagaimana kalian mengerjai diriku ?"
Tidak lama kemudian, lagi2 terdengar derap kaki kuda mendatangi, itulah seorang anggota partai Ngo-hong-bun, lompat turun dan memberi laporan :
"Lapor kepada Kwee hu-huat, Yen Yu San sudah meninggalkan rumah makan. Sedang menuju ke tempat ini."
Kwee hu-huat menganggukkan kepala, suatu tanda bahwa ia mengerti.
Sesudah memberi laporan, orang tersebut mencongklang kudanya, dan mengundurkan diri.
Kwee hu-huat memandang kearah empat panji berwarna, ia berkata :
"Nah ! Sudah waktunya membuat persiapan, urusan boleh diserahkan kepada lengcu Panji Putih. Yang lain2nya boleh bersembunyi."
Sesudah berkata seperti itu, Kwee hu-huat mengajak Lengcu Panji Hijau, lengcu Panji Merah dan Lengcu Panji Hitam mengundurkan diri, bersembunyi di-semak2. Membiarkan lengcu Panji Putih menghadapi Yen Yu San.
Tentu saja Yen Yu San yang akan datang hanya seorang Yen Yu San imitasi tiruan, Yen Yu San yang asli berada tidak jauh dari atas kepala mereka.
Yen Yu San memasang mata lebar2, dari posisi yang diambil oleh lengcu panji putih, mudah untuk dibayangkan apa akibatnya kalau dia yang menghadiri pertemuan ini.
Disana hanya Lengcu Panji Putih seorang, tapi begitu masuk, maka dari keempat penjuru berlompatan dan disergap musuh, kalau dia kurang siap siaga pasti celaka !
Dari atas pohon, Yen Yu San bisa menyaksikan persiapan2 dari orang2 Ngo-hong-bun itu. Demikian juga si orang misterius diatas pohon satunya lagi, tentu bisa mengetahui persiapan mereka. Tapi Yen Yu San palsu yang masih berada jauh disana belum mengetahui akan adanya perangkap tentunya mudah terjebak.
Mengingat keamanan orang yang memalsukan dirinya, Yen Yu San menoleh ke arah pohon bersembunyinya si orang misterius, dengan menggunakan gelombang tekanan tingginya ia bertanya :
"Bu-beng tayhiap, bagaimana memberi kisikan kepada kawanmu?"
Bu-beng tayhiap berarti pendekar tanpa nama.
Tidak ada jawaban ! Yen Yu San berkerut alis. Mungkinkah si orang misterius sudah pergi ? Karena itu ia memanggil sekali lagi :
"Bu-beng tayhiap !"
Masih tidak ada jawaban. Betul2 orang misterius itu sudah pergi ! Tentunya memberi tahu rencana komplotan partai Ngo-hong-bun kepada kawannya, agar Yen Yu San palsu kedua lebih ber-hati2 tidak terjerumus ke dalam perangkap musuh.
Yen Yu San memuji ilmu meringankan tubuh si orang misterius itu, betul2 hebat ! Tanpa diketahui olehnya, tanpa diketahui oleh beberapa orang yang berada dibawahnya, ia bisa meninggalkan pohon tempat persembunyiannya.
Yen Yu San pernah berjanji kepada si orang misterius, ia tidak akan menggagalkan rencana manusia aneh itu, dia diam diatas pohon. Memperhatikan gerak-gerik lengcu Panji Putih di bawah.
Lengcu Panji Hijau, Lengcu Panji Merah, dan Lengcu Panji Hitam, Yen Yu San palsu dan Kwee hu-huat sudah bersembunyi dibalik semak2 dalam kegelapan malam.
Detik2 yang tegang berlalu.
Waktu segera mendekati jam dua pagi, suasana hening dan sepi, hanya tampak lengcu Panji Putih yang berjalan mundar mandir dibawah pohon.
Diwaktu yang seperti inilah terdengar derap suara langkah kaki kuda, tujuannya adalah rimba itu.
Lengcu Panji Putih yang menunggu kedatangannya, Kwee hu-huat yang bersembunyi dibalik semak2, dan Yen Yu San yang bersembunyi diatas pohon sudah menduga akan kehadiran Yen Yu San imitasi.
Betul saja ! Suatu bayangan meluncur datang, jenggotnya panjang, menggembol pedang, lompat turun dari kuda tunggangan, berjalan ke arah yang ditunjuk.
Orang itu juga berupa si Hakim bermuka merah, Yen Yu San !
Lengcu Panji Putih telah menyongsong kehadirannya, memberi hormat dan berkata :
"Yen tayhiap betul2 menepati janji, sudah lama kami tunggu ditempat ini."
Yen Yu San imitasi masih duduk diatas kuda tunggangannya, dengan suara geram membentak:
"Tuan inikah yang menantang diriku kemari?" kini ia lompat turun dari kuda tunggangannya.
Yen Yu San asli yang nongkrong diatas pohon dalam hati tertawa geli. Katanya berpikir :
"Siapa orang ini ? Pandai sekali dia membawa diriku, heh! Sampaipun logat2 suaranyapun mirip."
Terdengar suara lengcu Panji Putih : "Aku adalah lengcu Panji Putih dari golongan Perintah Maut!"
Yen Yu San imitasi membentak: "Dimana ketua golonganmu ?"
Lengcu panji putih berkata: "Akulah yang diutus untuk berbicara dengan Yen tayhiap."
Yen Yu San imitasi mengeluarkan suara dihidung, ia berkata: "Oh! Ketua kalian mempunyai kedudukan yang sangat tinggi? Memandang rendah diriku, heh?"
Yen Yu San asli yang nangkring diatas pohon tertawa geli, ia berpikir :
"Apa yang disuarakan oleh orang itu adalah suaraku, kalau aku yang menghadapi mereka, aku juga berkata seperti itu."
Terdengar suara lengcu Panji Putih berkata: "Yen tayhiap jangan berkata seperti itu."
"Mengapa ?" bentak Yen Yu San. Lengcu Panji Putih berkata:
"Rimba persilatan dimasa ini telah berada dibawah tangan Ngo hong bun, dan kami mendapat tugas didaerah ini, tentu saja kami yang keluar berbicara dengan Yen tayhiap."
"Bah ! Aku sudah lama tidak dengar nama pantai Ngo-hong-bun."
"Yen tayhiap kurang pengalaman," berkata lengcu panji putih.
"Apa kalian yang sudah menculik Cin Siok Tin ?"
"Bukan menculik," berkata lengcu Panji putih. "Hanya menjamu untuk beberapa hari. Kami jamin, nona Cin Siok Tin berada dalam keadaan sehat walafiat."
"Katakan maksudmu !" bentak Yen Yu San.
"Partai Ngo-hong-bun tampil kembali sebagai salah satu partai besar, karena itu Ngo-hong-bun ingin berkuasa diatas takhta, kami mendapat tugas untuk bicara langsung dengan Yen tayhiap, bisakah Yen tayhiap bernaung di bawah panji kebesaran kami ?"
"Maksudmu, hendak menaklukkan benteng Penganungan Jaya?"
"Yen tayhiap harus ingat kepada keselamatan nona Cin Siok Tin," lengcu Panji Putih memberi ancaman.
Yen Yu San bergeram : "Eh, mau menekan orang ? Biar kucekuk dulu barang lehermu, sesudah itu, baru aku mencari pemimpin golonganmu."
"Mau mencekuk batang leher orang?" lengcu Panji Putih juga tertawa dingin. "Boleh ! Mari kita main2 untuk beberapa jurus. Batang leher siapa yang akan dicekek ?"
*** Bab 41 LENGCU PANJI PUTIH tidak perlu gentar kepada keangkeran Yen Yu San, walau si hakim bermuka merah terkenal lama di rimba persilatan. Hal ini bisa dimengerti, karena bala bantuan yang masih cukup banyak.
Alis dan jenggot Yen Yu San kembaran ber-kibar2, kemarahannya semakin meningkat, ia membentak :
"Bah ! Mentang2 menjadi anggota Ngo-hong-bun, berani petantang petenteng di hadapanku? Sini ! Keluarkan senjatamu, kalau tidak kutunjukkan, kau tidak tahu sampai dimana lihainya benteng Penganungan Jaya."
"Mau main senjata ? Boleh !" Lengcu Panji Putih mengeluarkan pedang dan ia menantang, "Yen tayhiap hendak ber-main2. Silahkan. Silahkan keluarkan senjata."
Yen Yu San imitasi itu tertawa ngakak, ia berkata:
"Puluhan tahun aku berkelana dirimba persilatan, belum pernah menggunakan senjata untuk melawan cecunguk yang tidak ternama."
Yen Yu San asli yang mendengar ucapan tekebur seperti itu, hatinya menjadi bangga. Ia menganggukan kepala beberapa kali.
Lengcu Panji Putih melintangkan pedang didada, ia berkata:
"Kalau Yen tayhiap kukuh tidak mau menggunakan senjata, baik, boleh menyerang dahulu."
Ilmu kepandaian lengcu Panji Putih juga bukan ilmu kepandaian biasa, maka ia tidak segan berhadapan dengan seorang ternama yang seperti Yen Yu San.
Yen Yu San imitasi berkata:
"Aku tidak menggunakan senjata juga tidak akan menyerang lebih dahulu. Jangan banyak mulut! Lekaslah mulai !"
"Baik," berkata lengcu Panji Putih, "Yen tayhiap adalah jago kawakan. Tentu tidak mau menyerang orang lebih dahulu. Awas ! Aku menyerang !"
Tangan si lengcu Panji Putih tersentak, membuat dengungan suara pedang, terlihat kilauan cahaya yang terang menembusi kegelapan, menyerang dan membacok kearah Yen Yu San imitasi.
Gerakan dan serangan lengcu panji putih memang hebat, suatu tanda kalau orang inipun memiliki ilmu kepandaian yang lihai.
Yen Yu San imitasi tertawa, "Serangan yang bagus !" ia mengeluarkan pujian. Tubuhnya tidak menyingkir, juga tidak mengelakkan datangnya bacokan pedang, tangannya terangkat, memapaki serangan itu.
Inilah cara2 pertahanan yang luar biasa, dengan tangan hendak melawan pedang, kecuali meremehkan ilmu kepandaian lawan, juga mengagulkan diri sendiri.
Gerakan pedang si lengcu Panji Putih memang cepat, gerakan tangan Yen Yu San palsu lebih cepat lagi, disaat tangan dan pedang beradu, dibalikkannya cepat, trang, punggung pedang terpukul pergi dan gagallah serangan lengcu panji putih.
Yen Yu San asli yang menonton jalannya pertandingan terkejut, "Eh, ilmu silat apakah ini ?" ia mengeluh didalam hati.
Pedang lengcu Panji Putih dipukul pergi tangannya kesemutan, hampir tidak kuat memegang senjata itu. Cepat2 lompat ke belakang, membuat posisi baru.
Yen Yu San imitasi tidak membiarkan lawan itu mencari kedudukan yang lebih baik, ia tertawa panjang, membayangi gerakan lawannya, ia menubruk kedepan, mulutnya membentak:
"Nah ! Terima pukulanku !"
Dengan tangan kiri Yen Yu San imitasi ini memukul lengcu Panji Putih.
Lengcu Panji Putih mengalami kegagalan, ia kalah gesit karena itu harus mundur kebelakang, kini diuber pula kedepan, kemarahannya me-luap2, pedangnya di-sentak2 menusuk dan menyabet.
Yen Yu San imitasi tidak memandang mata pada ilmu kepandaian tadi, tangannya masih diluruskan, lagi2 kejadian aneh, tangan Yen Yu San yang membentur pedang tidak terluka, karena ia memapaki datangnya punggung pedang menyentilnya pergi.
Terdengar dengungan pedang yang terpukul, tubuh lengcu Panji Putih terpental ke belakang termundur lagi sampai lima langkah, baru ia bisa berdiri tetap.
Yen Yu San imitasi tidak mengejar, ia tertawa berkakakan dan berkata:
"Huah, huah, huah...bagaimana ilmu pukulanku?"
Dua kali gempuran membuat lengcu Panji Putih mundur sampai dua kali, kedudukannya sudah berada di posisi didepan rimba dimana terpasang perangkap, tapi Yen Yu San yang berada didepannya tidak mengejar.
Mengetahui belum berhasil memikat hati lawannya untuk memasuki basis perangkapnya, Lengcu Panji Putih membentak : "Biar aku mengadu jiwa."
Pedangnya dilengkungkan, menubruk kembali, menabas, membacok, menusuk dan menancap, terjadi kilatan sinar pedang memecah kegelapan, berbayang2 banyak perobahan mengurung Yen Yu San ditengah.
Diterjang seperti tadi, Yen Yu San imitasi termundur juga selangkah.
Lengcu Panji Putih meneruskan penyerangan2nya, mengurung Yen Yu San imitasi kedalam cahaya kilauan pedang.
Tiba2... terdengar suara lengkingan panjang, dari kurungan bayangan pedang tadi, si Yen Yu San imitasi berhasil mencelat keluar tapi ia tidak meneruskan pertempuran itu, berdiri dengan ringan, dengan congkak membentak :
"Nah ! Sudah kau saksikan, kalau aku mau membunuh dirimu, terlalu mudah, bukan ? Hayo ! Suruh pemimpinmu keluar !"
Lengcu Panji Putih tidak kena gertakan, walau ilmu kepandaiannya bukan tandingan Yen Yu San itu, tokh ia tidak mau mundur. Kini menerjang lagi berulang kali, malah makin nekad dan semakin cekatan.
Yen Yu San menghadapi setiap serangan dengan situasi yang tenang, satu saat ia menyentil ujung pedang seraya membentak :
"Lepas !" Tring...... Pedang Lengcu Panji Putih terpental keatas, inilah kejadian yang sudah berada dibawah perhitungan. Setelah mengukur ilmu kepandaian penjabat ketua Penganungan Jaya Yen Yu San, hal itu sudah pasti terjadi.
Lengcu Panji Putih membalikkan badan, meninggalkan pedangnya, meninggalkan Yen Yu San imitasi, ia masuk kedalam rimba melarikan diri.
"Selamat tinggal !" Sebelum bayangan itu lenyap lengcu Panji Putih masih sempat mengeluarkan suara cemoohan.
"Tunggu dulu !" Yen Yu San imitasi membentak, tubuhnya juga melejit, memasuki rimba jebakan.
Wah ! Menerjang api kematian !
Yen Yu San asli yang sembunyi diatas pohon terkejut, hatinya berpikir :
"Sudah tahu kalau di dalam rimba itu ada persembunyian musuh, mengapa dia masuk juga?"
Diatas pohon Yen Yu San sudah bisa membedakan, Yen Yu San yang di bawah adalah jelmaan si orang misterius tadi. Ilmu silatnya memang tinggi, bagaimana ia menghadapi kepungan musuh2 dari Perintah Maut ?
Betul saja ! Terjadi perubahan yang luar biasa.
Lengcu Panji Hijau, Lengcu Panji Merah, lengcu Panji Hitam dan Kwee hu-huat yang bersembunyi dibalik rimba bergerak, terjadi suara bentakan2, terjadi desingan2 senjata rahasia, semua ditujukan ke arah orang misterius yang menyamar menjadi Yen Yu San.
Berbareng, terdengar suatu lengkingan panjang yang menyayatkan hati, suatu tubuh yang mumbul keatas gemeletuk, tubuh itu jatuh ditanah. Terjadi korban !
Kejadian tadi berlangsung sangat cepat, Yen Yu San asli menjadi tertekan, sangkanya tentu si orang misterius yang dibokong musuh, kakinya bersiap untuk lompat turun, melihat situasi keadaan.
Tiba2 disaat ini, terdengar lagi dengungan suara si orang misterius yang seperti semut.
"Sudah lupa kepada janji Loenghiong ?"
Rasa kaget Yen Yu San lebih2 lagi, ternyata si orang misterius memiliki ilmu silat yang begitu tinggi, jelas sudah dilihat olehnya bagaimana Yen Yu San imitasi itu masuk ke dalam rimba, dengan cara bagaimana pula sudah nangkring diatas pohon disebelah? Betul2 menakjubkan!
Perkembangan berikutnya lebih mengherankan Yen Yu San lagi, terdengar Kwee hu-huat tertawa seram berkata:
"Lekas tanam orang ini !"
Terdengar suara keresak keresek, tak lama muncul lengcu panji putih, lengcu panji merah, lengcu panji hijau dan lengcu panji hitam.
"Liok hiangcu kau boleh beri perintah untuk Yen Yu San pergi." berkata Kwee hu-huat.
Ternyata lengcu Panji putih she Liok !
"Baik," lengcu panji putih membungkukkan badan menerima perintah.
Kwee hu-huat mengurut jenggotnya dan berkata :
"Sampai disini, urusan untuk tahap pertama sudah beres, kalian boleh kembali ke masing2 tempat."
Tubuh Kwee hu-huat melejit, meninggalkan keempat lengcu panji berwarna.
Lengcu Panji merah, lengcu Panji hitam juga berangkat.
Gerakan mereka gesit2, hal ini mengejutkan Yen Yu San asli yang masih sembunyi diatas pohon, yang sudah disaksikan bukan saja lengcu Panji putih yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, ketiga Panji lainnyapun demikian juga. Begitu juga Kwee hu-huat, memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat.
Tampak lengcu Panji putih, sesudah mengantar kepergian Kwee hu-huat dan ketiga lengcu lainnya, lengcu panji putih memasuki rimba, ia berteriak : "Dimana Han Sie Yong?"
Dari balik semak2 rimba sebelah kanan terdengar suara yang menyahut: "Hamba sudah berada disini."
Han Sie Yong adalah nama dari orang yang berkerudung mengenakan jubah biru itu, orang yang siap memalsukan Yeu Yu San, cepat2 ia menghampiri lengcu Panji Putih dan memberi hormat.
Memandang kearah orang berkerudung Han Sie Yong, lengcu panji putih berkata:
"Yen Yu San sudah berhasil disingkirkan. Mulai saat ini, kau adalah si Hakim bermuka merah Yen Yu San! Tidak perlu menggunakan tutup kerudung muka lagi."
Han Sie Yong membungkukkan setengah badan, mencopot kerudung mukanya.
"Aaaaa....." Seorang wajah Yen Yu San lagi berada di tempat itu !
Tentu saja perkembangan sampai disini tidak mengejutkan Yen Yu San lagi, adanya Yen Yu San dirumah makan adalah kawan si orang misterius, Yen Yu San yang menempur lengcu panji putih adalah si orang misterius pribadi, dan Yen Yu San imitasi yang di bawah ini pula adalah samaran Han Sie Yong.
Disana hadir keempat manusia yang menggunakan wajah Yen Yu San. Tiga manusia imitasi dan seorang Yen Yu San asli.
Rencana apa yang hendak digunakan oleh partai Ngo-hong-bun menggunakan wajah Yen Yu San ?
Mudah diterka, Dengan menyamar menjadi seorang Yen Yu San, berarti benteng penganungan Jaya sudah terjatuh kedalam tangan mereka.
Beruntung Yen Yu San asli masih bersembunyi diatas pohon, dia bisa menonton adanya sandiwara2 itu.
Dibawah Yen Yu San asli, Yen Yu San palsu sedang ber-hadap2an dan Lengcu Panji Putih, terdengar perintah lengcu Panji Putih :
"Nah! Kau boleh ajak Cin Siok Tin kembali menunggu perintah dikemudian hari."
"Baik." Han Sie Yong yang menyamar menjadi Yen Yu San itu menerima perintah.
Lengcu Panji Putih sudah membuat segala persiapan, maka ia bertepuk tangan tiga kali. Itulah code2 rahasia.
Suara tepukan itu bergema jauh, maka jauh didepan mereka tampak api penerangan yang berkelap kelip.
Itulah sambutan dari kode rahasia !
Menunggu lagi beberapa saat, empat orang berpakaian abu2 menggotong sebuah tandu lari ke arah mereka. Sebentar kemudian, tandu itu sudah berada didepan mata mereka.
*** Bab 42 TERDENGAR SUARA lengcu Panji Putih tertawa berkakakan, ia memandang Han Sie Yong dan berkata :
"Yen tayhiap, sudah kujanjikan kalau kami menjamin keselamatan nona Cin Siok Tin, nah! Itulah nona Cin Siok Tin !"
Kain tandu tersingkap, dari sana loncat keluar seorang gadis berpakaian merah, itulah putri tunggal Datuk Barat Cin Jin Cin, namanya Cin Siok Tin.
Han Sie Yong memberi hormat kepada lengcu Panji Putih dan berkata :
"Lengcu betul2 seorang yang boleh dipercaya, dengan ini aku mengucapkan banyak terima kasih."
"Dia membawakan lakon Yen Yu San !
Diatas pohon, Yen Yu San asli tertawa dingin !
"Sandiwara yang baik ! Kalian pandai bermain eh?"
Cin Siok Tin segera melihat hadirnya sang paman, tentu saja ia tidak tahu kalau itu paman palsu, ia lari dan menubruk ke arah Yen Yu San imitasi, ia berteriak: "Paman Yen Yu San....."
Han Sie Yong menyambut kedatangan Cin Siok Tin, merangkulnya, bagaikan seorang paman yang betul2 mengasihi, mengelusi rambut gadis itu dan berkata: "Kau tidak menderita sesuatu?"
Dari kedua kelopak mata Cin Siok Tin mengucur tetesan2 bening, ia menangis dan menunjuk ke arah lengcu panji putih, berkata kepada Han Sie Yong: "Mereka semua adalah perampok2......"
Dengan tertawa lengcu Panji Putih berkata:
"Maaf ! Sebelum kami mendapat penyelesaian, nona menjadi tamu agung kita, kini urusan sudah beres, harap jangan taruh dalam hati."
Sesudah itu, ia memberi hormat kepada Han Sie Yong dan berkata :
"Yen tayhiap, kuharap saja bisa memegang janji, mulai saat ini, partai Ngo hong-bun dan benteng Penganungan Jaya tetap bekerja sama."
Tanpa menunggu jawaban Han Sie Yong, lengcu Panji Putih mengajak ke empat anak buahnya yang menggotong joli tadi berangkat dan meninggalkan Cin Siok Tin.
Han Sie Yong menowel janggut sang keponakan, ia berkata : "Siok Tin, mari kita berangkat pulang."
Cin Siok Tin meng-edip2kan matanya, menunjuk kearah lenyapnya bayangan rombongan lengcu panji putih dan bertanya.
"Paman Yen Yu San, dari golongan manakah orang2 itu ?"
Han Sie Yong mengurut2 jenggot berkata : "Mari kita kembali dahulu !"
Disaat itu, lengcu Panji putih sudah menyiapkan kuda tunggangan untuk Cin Siok Tin. Maka Han Sie Yong menaiki kuda merah milik Yen Yu San, Cin Siok Tin menaiki kuda putih yang ditinggalkan oleh partai Ngo-hong-bun, ber-sama2 meninggalkan Tay-biao-hong.
Menyaksikan kepergiannya manusia palsu itu, Yen Yu San hendak membuka suara. Tapi dicegah oleh suara kecil dari orang misterius dari sebelah pohonnya:
"Lo-enghiong, belum waktunya bergerak."
Yen Yu San tertegun sebentar, dengan gelombang tekanan suara tinggi, ia bertanya:
"Mungkinkah masih ada komplotan penjahat bersembunyi?"
"Betul," berkata orang misterius itu. "Dari enam anak buah lengcu Panji Putih, mereka hanya berangkat empat orang, masih ada dua yang belum pergi!"
"Apa kita harus menunggu kepergian mereka?" bertanya Yen Yu San.
"Tentu." "Sampai kapan kita harus menunggu?"
"Sabarlah sebentar. Tidak lama lagi."
Yen Yu San berkata: "Bu-beng tayhiap, terima kasih kepada bantuanmu, tapi komplotan penjahat sudah menyamar menjadi diriku, mereka membawa keponakan muridku itu."
Orang misterius berkata : "Jangan khawatir, kujamin nona Cin Siok Tin bisa balik kedalam tangan lo-enghiong."
Yen Yu San bertanya lagi : "Masih ada sesuatu yang membingungkan, bisakah enghiong memberi tahu sesuatu keterangan ?"
"Tentang apa?" jawab orang misterius.
"Siapakah orang yang menjadi korban tangan mereka ?" tanya Yen Yu San.
Si orang misterius tertawa kecil dan bertanya : "Bagaimana dugaan lo-enghiong ?"
"Tidak tahu." berkata Yen Yu San. "Tindak tanduk tayhiap memang misterius sekali."
"Lo-enghiong memuji. Sebentar lagi akan terbukti siapa orang itu. Untuk sementara tidak kujawab dahulu....."
Disaat mereka sedang ber-cakap2 ini, tentu saja dengan gelombang suara tekanan tinggi, terdengar suara gemeresek mencelat dua bayangan meninggalkan rimba, dua bayangan itupun turun gunung. Mereka adalah dua orang anggota lengcu Panji Putih.
"Oh !" Yen Yu San mengeluarkan keluhan napas lega. Beruntung ia tidak ter-gesa2, nyatanya lawan sangat ber-hati2, gerak-gerik komplotan Ngo-hong-bun itu memang hebat, lengah berarti kehancuran.
Sampai disini, terdengar lagi suara si orang misterius: "Lo-enghiong, mari kita berangkat pulang !"
Dari pohon sebelah, lompat turun seorang, itulah seorang misterius dengan wajah Yen Yu San.
Yen Yu San masih menguatirkan keponakan perempuannya, ia juga lompat turun, berjalan berendeng, kedua wajah Yen Yu San itu turun gunung.
Tidak lama kemudian, mereka sudah berada tidak jauh dari kota Kim-leng.
Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Disaat ini si orang misterius yang masih menggunakan wajah Yen Yu San menudingkan telunjuk ke arah suatu tempat, ia berkata:
"Lo enghiong, lihat ! Mereka menunggu di sana!"
Yen Yu San asli melongok kearah tempat yang ditunjuk, betul saja, dimuka rumah makan disana tertambat dua ekor kuda, berwarna merah dan seekor kuda putih. Yang merah adalah kuda tunggangannya, yang putih adalah kuda yang disediakan oleh partai Ngo-hong-bun yang khusus untuk Cin Siok Tin.
Yen Yu San berpikir, "Eh, mengapa mereka berhenti disini, tidak langsung memasuki kota?"
Mereka menghampiri kuda itu, dalam rumah makan terdengar suara seorang gadis yang garing merdu: "Paman Yen Yu San, apalagi yang harus ditunggu ditempat ini ?"
Itulah suara puteri benteng Penganungan Jaya Cin Siok Tin.
Terdengar suara Yen Yu San yang dicetuskan oleh Han Sie Yong: "Kita harus menunggu mereka."
"Siapa orang yang ditunggu?" bertanya nona Cin Siok Tin.
Han Sie Yong menunjuk dan berkata: "Nah ! Mereka sudah datang."
Han Sie Yong menggunakan wajah Yen Yu San, maka Cin Siok Tin memanggil paman kepadanya.
Dari luar rumah makan itu, muncul dua orang Yen Yu San.
Kini hadir 3 wajah Yen Yu San.
"Ha, ha, ha." terdengar suara Yen Yu San yang disebelah kiri. Inilah Yen Yu San imitasi, ia berkata kepada Han Sie Yong, "Saudara Goan, banyak menyusahkan dirimu. Sudah waktunya kita berangkat."
Han Sie Yong juga tertawa, ia mencelat meninggalkan rumah makan, ber-sama2 si orang misterius meninggalkan tempat itu.
Han Sie Yong dipanggil saudara Goan?
Yen Yu San ditinggalkan terlongong-longong berpikir beberapa waktu, akhirnya ia sadar, orang yang dipanggil saudara Goan ini orang yang telah menyamar menjadi Han Sie Yong. Orang ini pula yang menyamar menjadi dirinya dirumah makan.
Dan orang misterius adalah komplotannya dua Yen Yu San.
Sekarang, Yen Yu San sudah mendapat gambaran yang lebih dalam. Tentunya orang she Goan inilah yang menyamar menjadi dirinya, menunggang kuda merah menuju ke arah Tay-biao-hong, itu waktu si orang misterius meninggalkan tempat persembunyian di atas pohon, tentu turun gunung mengambil kuda, menyamar pula menalangi dirinya menepati janji.
Orang she Goan segera membekuk batang leher Han Sie Yong yang sembunyi, diangkatnya keatas pohon, menunggu si orang misterius menguber lengcu Panji Putih, dengan kecepatan yang tiada tara telah menukar Han Sie Yong menjadi Yen Yu San, maka dilemparkannya tubuh Han Sie Yong menjadi sarang senjata rahasia.
Han Sie Yong asli menjadi korban senjata rahasia kawan sendiri.
Dan orang she Goan ini menyamar menjadi Han Sie Yong.
Dugaan2 Yen Yu San memang tidak meleset jauh. Karena itu segera ia berteriak : "Hei, jiwie tayhiap tunggu dulu !"
Tapi si orang misterius dan si orang she Goan sudah lenyap jauh, mereka tidak menghiraukan panggilan itu.
Cin Siok Tin masih bingung menghadapi kedua Yen Yu San, baru sekarang ia menghampiri sang paman asli, ia berkata : "Hei, berapa banyak paman Yen Yu San, siapa pula kedua orang itu?"
Yen Yu San tertawa menyengir, mempaparkan kedua tangan berkata : "Aku sendiripun tidak tahu siapa kedua orang itu."
Nona Cin Siok Tin menjebikan bibir, dengan kolokan dan manja ia berkata : "Ah, paman Yen Yu San selalu menganggap aku masih kanak2, banyak sekali yang disembunyikan."
*** Bab 43 KINI SADARLAH DIA, Yen Yu San yang satu inilah Yen Yu San asli.
Yen Yu San tertawa, memberi hiburan kepada sang keponakan berkata : "Siok Tin, kapankah aku membohongi dirimu ?"
Cin Siok Tin semakin manja, ia berkata :
"Yang seorang menggunakan wajah paman, yang seorang lain juga berwajah paman, sesudah menolong diriku dari tangan penjahat, kita mau menunggu orang disini, ternyata dua orang berwajah sama lagi yang datang, mereka berkomplot, kalian datang ber-sama2. Mengapa bisa tidak kenal kepada mereka. Aku tidak percaya."
Yen Yu San mengurut-urut jenggot, dengan pelahan2 berkata :
"Betul2 aku tidak tahu, siapa dan bagaimana asal usul mereka? Masih dalam suasana teka teki. Mari kita pulang, nanti saja aku ceritakan."
Dengan bujukan2 akhirnya Cin Siok Tin yang manja mau mengerti.
Yen Yu San mengajak putri ketua Penganungan Jaya ini balik kembali ke kota.
Didepan rumah penginapan, seorang pelayan menyambut kedatangan mereka : "Lo-enghiong, nona sudah kembali ?"
Yen Yu San menganggukkan kepala, memasuki kamar2 yang mereka pesan.
Yen Siu Hiat dan anak buah benteng penganungan jaya tidak tidur, begitu melihat kedatangan Yen Yu San, semua orang bersorak.
Dengan girang Yen Siu Hiat berkata: "Jiesiok, kau berhasil menolong nona Cin Siok Tin dari tangan mereka ? Bagaimanakah tokoh2 partai Ngo-hong-bun itu?"
Berulang kali Yen Yu San menggelengkan kepala, inipun suatu tanda bahwa dia pun tidak mengerti jelas. Memandang ke arah Yen Siu Hiat dan bertanya :
"Siu Hiat, pemuda sastrawan yang bernama Lie Siauw San itu masih berada dirumah penginapan ?"
Wajib curiga kepada pemuda itu !
Yen Siu Hiat tertegun, hatinya ber-pikir2, mengapa sang jiesiok segera menanyakan seorang pemuda sastrawan yang baru dikenal ? Ia biasa menghormati paman itu, segera menjawab :
"Sudah kusuruh Beng Hu yang menjaga, Beng Hu melihat dua kali, pemuda she Lie itu sudah tidur."
Yen Yu San bertanya lagi : "Apa kau sudah melihat sendiri ?"
Yen Siu Hiat berkata : "Pintu dan jendela didepan dan belakang sudah dipasang orang. Keponakanmu tidak melihat sendiri."
Yen Yu San mengeluarkan suara dengusan dari hidung, suatu tanda bahwa tidak puas pada sikap Yen Siu Hiat.
Tiba2 Cin Siok Tin turut bicara: "Paman Yen Yu San, ada urusan apa dengan Lie Siauw San yang kau tanyakan? Dan siapa orang itu?"
Yen Yu San berkata : "Aku mempunyai kecurigaan besar, kalau si orang misterius mempunyai hubungan erat dengan pemuda sastrawan yang mengaku Lie Siauw San ini."
Cin Siok Tin bertanya lagi : "Maksud paman, mereka dari komplotan penjahat?"
"Bukan." Yen Yu San menggelengkan kepala.
Yen Siu Hiat sudah membawakan cangkir teh, diserahkan kepada Yen Yu San, dan ia bertanya.
"Bagaimana pengalaman jiesiok tadi ?"
Berulang sampai tiga kali Yen Yu San menarik napas, dengan lesu ia berkata :
"Pengalamanku dimalam ini adalah pengalaman yang tergetir, belum pernah aku menemukan kejadian yang seperti ini dan belum pernah kubayangkan pada sebelumnya."
Sepasang sinar mata jeli Cin Siok Tin memandang kearah Yen Yu San, ia berkata : "Paman Yen Yu San, hayo ! Ceritakan pengalaman tadi."
Per-lahan2 Yen Yu San berkata : "Orang yang menolong dirimu dari kaum penculik itu bukanlah aku."
"Aku tahu." berkata Cin Siok Tin. "Tentunya dua orang yang menyamar menjadi paman tadi, bukan?"
Yen Yu San tertawa dan berkata: "Ya! Orang yang menyamar menjadi diriku lebih dari dua orang, masih ada dua wajah Yen Yu San lainnya, itulah komplotan penjahat yang bernama Han Sie Yong, jumlah Yen Yu San palsu ada tiga orang. Ditambah aku yang asli, wajah Yen Yu San total jendral 4 lembar!"
Hati Cin Siok Tin tercekat, ?a berteriak: "Begitu banyak yang menyamar menjadi paman Yen Yu San?"
"Ya." Yen Yu San menganggukan kepala. "Terus terang kuceritakan, kepergianku tadi bukan berusaha. Aku hanya menjadi seorang penonton."
Semakin lama, perasaan heran Yen Siu Hiat semakin menjadi, ia berkata: "Tentunya ada musuh pula dari kaum penculik itu?"
"Paman Yen Yu San," Cin Siok Tin juga turut bicara, "Lekaslah, ceritakanlah !"
Yen Yu San mengeringkan minumannya kemudian ia bercerita dari asal mula, sehingga terakhir berhasil membawa Cin Siok Tin pulang.
Sepasang mata Cin Siok Tin ter-putar2, ia berkata :
"Dari cerita paman Yen Yu San tadi, si orang misterius memiliki ilmu kepandaian tinggi. Hebat sekali."
"Ya," berkata Yen Yu San mengelus jenggot, "Ilmu kepandaian orang ini mungkin berada diatas ketua partai Siauw-lim-pay Tay ciok taysu."
"Bagaimana kalau dibandingkan dengan ilmu kepandaian paman Yen Yu San ?" bertanya Cin Siok Tin.
Yen Yu San menyengir, "Aku mana bisa ditandingkan dengan dirinya." ia berkata.
Cin Siok Tin meng-geleng2kan kepala berkata :
"Bohong ! Menurut keterangan ayah ilmu kepandaian paman sudah mencapai taraf tertinggi, kecuali dua tiga orang, tidak ada yang bisa menandingi lagi."
"Dan orang misterius ini termasuk salah satu dari orang yang berada diatas diriku."
"Aku tidak percaya." berkata Cin Siok Tin.
Dengan sungguh2 Yen Yu San berkata : "Sungguh !"
"Suatu saat, akan kujajal orang itu," berkata Cin Siok Tin.
"Kau jangan mencoba menjajalnya." Yen Yu San menggelengkan kepala.
Yen Siu Hiat turut bicara : "Jiesiok curiga kalau si orang misterius adalah samaran Lie Siauw San ?"
Yen Yu San ragu2 untuk beberapa waktu, ia berkata :
"Inilah kecurigaanku, munculnya Lie Siauw San ini sangat mendadak, ia pandai membawa diri, dedak dan potongan badan mereka agak bersamaan, tapi...."
Yen Siu Hiat segera berkata : "Biar kulihat, apa dia masih tidur di-sana."
Cepat2 Yen Yu San mencegah dan berkata : "Jangan ! Kalau betul samarannya, dia pun sudah kembali. Mengapa harus diganggu lagi? Sudahlah! Kalian boleh tidur."
*** Hari kedua, baru saja Lie Siauw San selesai bercuci muka, terdengar derap langkah kaki cepat, kemudian berhenti didepan pintu.
"Tok ! Tok ! Tok !" terdengar suara ketukan. "Apa saudara Lie Siauw San sudah bangun?"
"Siapa ?" bertanya Lie Siauw San.
Tampak pintu terdorong, seorang sastrawan berdiri disana, itulah si sastrawan besi Yen Siu Hiat, memberi hormat dan berkata: "Selamat pagi !"
"Oh !" Lie Siauw San tidak mencela kecerobohan orang yang mendorong pintu mendadak, "Selamat pagi, silahkan duduk !"
Yen Siu Hiat berkata : "Kemarin pamanku mendapat kecocokan dengan saudara Lie Siauw San. Karena itu pagi-pagi memberi perintah kepadaku untuk memberi tahu, mengajak makan sebentar. Takut kalau saudara ada urusan dan keluar, maka pagi2 datang mengganggu."
"Tidak apa." berkata Lie Siauw San. "Paman saudara adalah tokoh rimba persilatan yang ternama, kalau ada panggilan, tentu wajib menerima panggilan. Apa lagi berupa undangan makan, lebih2 tidak bisa diabaikan."
Yen Siu Hiat mengajak Lie Siauw San meninggalkan kamar itu, orang yang dicurigai tidak memperlihatkan tanda2 lain, hal ini semakin menyulitkan Yen Siu Hiat.
Mereka tiba ditempat Yen Yu San, si-jago tua bangkit berdiri, tertawa berkakakan dan berkata: "Selamat pagi, saudara Lie Siauw San."
Lie Siauw San membalas hormat itu, "Selamat pagi."
Disebelah Yen Yu San duduk seorang gadis, inilah putri ketua Penganungan Jaya Cin Siok Tin.
Sambil menunjuk ke arah si gadis, Yen Yu San berkata : "Mari kuperkenalkan, itulah putri ketua kami, nona Cin Siok Tin."
Lie Siauw San menganggukkan kepala, memberi penghormatan kepada gadis itu.
Setelah itu Yen Yu San menunjuk ke arah Lie Siauw San berkata : "Inilah saudara Lie Siauw San."
Cin Siok Tin juga membalas hormat.
"Silahkan duduk !" berkata Yen Yu San, ia sedang menyelidik gerak prilaku dan suara nada Lie Siauw San.
Lie Siauw San membawakan sikapnya yang biasa, se-olah2 tidak tahu kalau dirinya itu sedang mendapat sorotan.
Yen Yu San mengadakan perjamuan makan.
Sesudah mereka ber-cakap2 kebarat dan ketimur, Yen Yu San berkata :
"Nona Cin Siok Tin inilah yang baru saja lolos dari tangan kaum penjahat, baru saja pulang kembali."
"Lotiang mempunyai nama besar dalam kalangan rimba persilatan, betapapun beraninya kaum penjahat itu, tentulah mereka tidak berani tidak mengembalikan nona Cin dengan selamat, hal ini sudah didalam perhitungan."
Yen Yu San masih memperhatikan gerak-gerik Lie Siauw San yang dicurigakan, ia hendak mencari persamaan2 suara2 Lie Siauw San dengan suara si pendekar misterius tadi malam. Tapi tidak mudah untuk menemukan persamaan2 tersebut, suaranya berbeda.
"Ha, ha." Yen Yu San tertawa. "Ada sesuatu yang saudara Lie Siauw San tidak tahu, kemenangan kami malam hari bukan atas kekuatan ilmu silatku, kami mendapat bantuan dan dukungan tokoh silat hebat. Semalam disini telah terjadi sesuatu."
"Terjadi sesuatu?" berkata Lie Siauw San kaget, "Apakah yang terjadi ? Boan-seng tidur terlalu pulas. Tidak mendengar suara apa2."
Yen Yu San tertawa dingin, hatinya bergumam : "Masih hendak berlagu ? Huh ! Hendak kulihat, sampai dimana kau bisa ber-pura2."
Dan sambil berpikir begitu, Yen Yu San berkata : "Kejadian bukan disini....."
Dan diceritakan jalannya keanehan2 sehingga Cin Siok Tin berhasil diterima pulang dengan selamat.
Lie Siauw San mendengar dengan penuh minat, menunggu sampai Yen Yu San selesai bertutur, kemudian berkata :
"Betul tokoh silat yang misterius, lo-tiang mempunyai pengalaman luas, mungkinkah tidak bisa melihat jurus2 tipu silatnya dari aliran mana ?"
Sepasang mata Yen Yu San bersinar terang, hatinya bergumam : "Nah ! Akhirnya beber juga penyamaranmu. Seorang sastrawan mana mungkin bisa mengetahui tentang jurus2 tipu silat?"
Memperhatikan Lie Siauw San beberapa waktu, Yen Yu San berkata : "Aku belum bisa menduga asal usul pendekar misterius itu, tapi yang menjadi kawan seperjoangannya adalah seorang she Goan, dia memanggil dengan sebutan saudara Goan. Didalam rimba persilatan, orang she Goan tidak terlalu banyak. Kalau saja bisa menyelidiki asal usul kawannya itu, tidak sulit menyelidiki asal usulnya pula."
Hati Lie Siauw San tercekat, mulutnya melompong.
Hal ini tidak lepas dari penilaian Yen Yu San, ia berkata lagi.
"Menurut keterangan Yen Siu Hiat, tadi malam diatas wuwungan kamar saudara seperti ada bayangan bergerak, itu waktu aku belum kembali, Siu Hiat menyuruh orang membikin penyelidikan..."
Rasa kaget Lie Siauw San semakin menjadi, cepat2 ia bertanya : "Apa berhasil menemukan sesuatu ?"
Yen Yu San berkata: "Gerakan bayangan itu terlalu gesit, sekali berkelebat, diapun lenyap."
Lie Siauw San meng-gosok2 kedua tangannya, me-remas2nya pula, sesudah itu ia berkata :
"Mungkinkah bayangan dari komplotan penjahat?"
Yen Yu San tertawa, dengan bangga ia berkata : "Dan waktu itu akupun kembali. Perselisihan yang tidak terlalu jauh. Menurut dugaanku, pendekar misterius yang membantu itu juga mengambil rumah penginapan yang sama......."
Lie Siauw San tertawa nyengir dan berkata :
"Rumah penginapan ini cukup luas, banyak kamarnya. Orang2 dari beberapa golongan bisa saja menetap disini. Kalau ada jago silat yang lihay, tentu tidak sangat mengherankan. Sukur saja kalau ada seseorang yang selalu bersedia membuat pembelaan."
"Oh ! Begitu ?" berkata Yen Yu San. "Kalau penilaianku tidak salah, saudara Lie Siauw San juga mengerti sedikit ilmu silat."
Lie Siauw San tertegun untuk beberapa waktu, kemudian ia tertawa ngakak, katanya:
"Inilah penilaian yang kurang tepat, boan-seng hanya mempelajari ilmu yang tercatat didalam buku pelajaran biasa saja. Tidak ada hubungannya dengan ilmu pedang dan golok."
Sedari tadi, Cin Siok Tin memperhatikan gerak-gerik Lie Siauw San, sepasang mata si gadis belum pernah lepas dari wajah pemuda itu, sekarang ia tertawa dan turut serta didalam perdebatan itu katanya: "Saudara Lie Siauw San, apa hanya buku buku pelajaran biasa saja yang dibaca?"
"Tentu saja hanya pelajaran biasa." jawab Lie Siauw San.
"Aku tidak percaya." berkata Cin Siok Tin. "Biasanya penilaian paman Yen Yu San itu belum pernah meleset."
"Uh......." Lie Siauw San gelagapan.
Cin Siok Tin menoleh kearah Yen Yu San dan berkata:
"Paman Yen Yu San, apa kau tidak bisa membedakan suara orang?"
Muka Cin Siok Tin tertuju kearah Yen Yu San, secara diam2 tangannya merogoh kantong, secepat itu pula dikibaskan kearah Lie Siauw San, sebatang jarum halus meluncur kearah alis si pemuda sastrawan.
Yen Yu San menjadi kaget, cepat2 ia berteriak: "Jangan !"
Disaat Yen Yu San hendak menepuk jarum itu, ia sudah terlambat !
Dengan sangat kebetulan pada saat jarum menyambar alisnya, Lie Siauw San mengangkat cangkir teh, menenggaknya sambil menundukkan kepala, demikianlah serangan jarum Cin Siok Tin lewat beberapa dim di daun telinga. Langsung menoblos tembok, ia nyaris dari bahaya kematian.
Dari teriakan Yen Yu San tadi, Lie Siauw Sian juga terkejut, tangannya menjadi gemetaran cepat2 ia berteriak : "Ada apa ?"
Cin Siok Tin menjebikan mulutnya yang kecil mungil, ia tidak puas atas teriakan sang paman, katanya manja : "Paman Yen Yu San, mengapa kau bingung tidak keruan, aku hanya hendak menjadikannya sebagai kelinci percobaan."
*** Bab 44 SEOLAH-OLAH tidak tahu kalau jiwanya itu terancam bahaya maut, Lie Siauw San memperlihatkan rasa bingungnya yang tidak terhingga, ia bertanya lagi : "Lotiang ada urusan apakah ?"
Yen Yu San menarik napas lega, tanpa disadari oleh orang yang bersangkutan, Lie Siauw San berhasil menolong jiwa sendiri. Karena itu cepat2 ia berkata :
"Keponakanku ini memang ada sedikit nakal, ia hendak menjajal, apa betul2 kau tidak berkepandaian silat."
"Oh...jangan! Jangan!" berkata Lie Siauw San. "Mana boleh di-coba2? Betul2 boanseng tidak berkepandaian silat."
"Karena itulah aku melarang ia menjajal lagi," berkata Yen Yu San.
Cin Siok Tin menoleh kearah Yen Siu Hiat, ia berkata :
"Yen-toako, apa yang semalam dikatakan oleh paman Yen Yu San, bukankah saudara Lie Siauw San ini mempunyai dedak perawakan yang sama dengan tokoh misterius yang pernah menolongnya?"
Sambil berkata seperti itu, tidak henti2nya Cin Siok Tin meng-edip2kan mata.
Yen Siu Hiat masih belum mengerti akan makna arti putri ketua Penganungan Jaya itu, ia tertegun beberapa saat.
Cepat2 Lie Siauw San berkata : "Masakan seorang sastrawan tolol yang sepertiku ini hendak di-banding2kan dengan seorang jago hebat?"
Cin Siok Tin tidak menggubris ucapan Lie Siauw San, ia cepat berkata :
"Hayo! Coba katakan, apa yang paman Yen Yu San ceritakan?"
Yen Siu Hiat berkata: "Menurut keterangan jie-siok, dedak perawakan si pendekar misterius agak mirip dengan saudara Lie Siauw San."
Lie Siauw San tertawa tawar, menyeringai dan berkata:
"Keterangan itu memang masuk diakal, lotiang tentu bisa membedakan, kalau pendekar misterius itu mempunyai dedak perawakan yang mirip dengan boan-seng, hal itu tidak akan salah lagi. Boan-seng percaya. Tapi...bentuk2 tubuh dan dedak perawakan orang, belum tentu harus berbeda, orang yang mempunyai dedak perawakan hampir sama dengan dedak perawakan boan-seng bukan satu saja, belum tentu boan-seng seorang."
Cin Siok Tin menoleh kearah Yen Yu San, ia mendesak :
"Paman si pendekar misterius apa tidak mempunyai ciri2 lain ?"
"Kukira hanya dedak perawakannya yang hampir sama." jawab Yen Yu San.
"Apa kau yakin bukan saudara Lie Siauw San ?"
Cin Siok Tin tidak mau menyerah kalah.
"Memang mirip sekali." berkata Yen Yu San, "Tapi saudara Lie Siauw San sudah menyangkal. Kukira betul2 bukan dia."
Cin Siok Tin tertawa ewah, dengan nakal dan binal ia berkata :
"Aku bisa membuktikan bahwa pendekar misterius itu adalah jelmaan saudara Lie Siauw San."
Mata Yen Yu San terbelalak, ia bertanya. "Maksudmu ?"
Cin Siok Tin memandang kearah Lie Siauw San, ia berkata :
"Kalau bukti sudah berada didepan mata, kuharap saudara tidak membuat penyangkalan."
"Silahkan." berkata Lie Siauw San menantang.
"Menurut cerita paman, si pendekar misterius pernah bersembunyi disuatu pohon tinggi ber-sama2 paman bukan?"
"Pohon itu tentu sangat besar dan tinggi." berkata Cin Siok Tin lagi.
"Ya." "Itulah pohon tua yang sudah berumur ratusan tahun."
"Ngg......" Cin Siok Tin semakin puas, ia berkata :
"Maka keadaan pohon itu bukan pohon biasa, sebuah pohon yang tak pernah terpijak binatang atau manusia manapun juga, tentu banyak lumutnya, betapa hebat ilmu kepandaian si pendekar misterius, lama kelamaan, lumut2 itu bisa saja nyangkut beberapa......."
Sengaja atau tidak disengaja, mata Cin Siok Tin memeriksa kearah sepatu Lie Siauw San.
Tepat ! Penilaian seorang wanita memang banyak mempunyai keistimewaan. Karena itulah, pandangan Yen Yu San dan Yen Siu Hiat juga ditujukan kearah sepatu Lie Siauw San. Betul saja ! Dibagian pinggiran sepatu itu terdapat lumut-lumut hijau.
Lie Siauw San menundukkan kepala memandang sepatu tersebut, mulutnya berteriak :
"Aaaah.....oh.......lumut hijau ini yang nona maksudkan? Disaat aku jalan diluar kota, sebelum memasuki rumah penginapan pernah terpeleset, maka terdapat cepretan2 lumut."
Yen Yu San sudah memastikan, kalau pemuda misterius yang menolong dirinya adalah sastrawan muda yang mengaku bernama Lie Siauw San ini, tapi caranya tidak sekasar Cin Siok Tin, berbeda dengan cara Cin Siok Tin, ia tidak mau membuat orang semakin canggung, karena itu tertawa puas dan diam saja.
Cin Siok Tin tidak mau menyerah seperti pamannya, mulutnya digigit keras2, ia berkata lagi:
"Satu fakta lain yang tidak bisa disangkal."
Lie Siauw San mulai kewalahan, ia memandang gadis pandai itu.
Cin Siok Tin berkata : "Paman Yen Yu San, disaat si pemuda misterius mengejar lengcu Panji Putih memasuki rimba, pernah terjadi hujan senjata gelap, bukan ? Nah ! mungkinkah kalau beberapa senjata gelap itu menyangkut di-baju2nya ?"
Hal itu mungkin saja terjadi !
Lie Siauw San masih mengenakan pakaian panjang yang kemarin, ia duduk tidak jauh dari Yen Yu San, maka baju panjang itu ber-kibar2, betul saja, dibeberapa tempat tertembus oleh senjata2 yang halus.
Bukan Cin Siok Tin saja yang bisa melihat adanya tanda2 itu, Yen Yu San juga bisa melihat adanya lubang2 kecil tertembus oleh jarum2 halus senjata rahasia.
Lie Siauw San memang lihai, dalam keadaan yang terjepit seperti itu, tokh ia masih mau menyangkal, katanya : "Nona Cin Siok Tin, masih ada sesuatu yang kurang diperhatikan olehmu."
"Dibagian mana?" bertanya Cin Siok Tin.
Lie Siauw San berkata : "Menurut cerita Yen lotiang, si pendekar misterius telah keluar, dirinya menempur musuh, ia mengenakan pakaian panjang biru, tapi aku tidak mengenakan pakaian itu."
Cin Siok Tin berkata : "Tidak guna untuk memperdebatkan warna pakaian, dalam malam gelap, warna2 pakaian itu mudah disarukan. Biru atau hijau, putih atau kelabu, sepintas selalu hampir sama saja ! Apalagi orang pun mudah menggunakan pakaian rangkap, bukan? Bisa saja seseorang mengenakan pakaian hijau didalam, mengenakan pakaian biru diluar ?"
Menghadapi seorang gadis pandai yang seperti Cin Siok Tin, Lie Siauw San tidak berdaya, mengangkat pundak berkata :
"Kalau nona Cin hendak memaksakan aku sebagai seorang pendekar, apa boleh buat. Sebagai seorang sastrawan tolol yang sepertiku, sangat senang sekali mendapat pujian2 yang seperti itu."
"Tidak menyangkal lagi, bukan?" berkata Cin Siok Tin.
"Kalau betul2 pendekar misterius itu adalah jelmaan boan-seng, buat apa disangkal?" berkata Lie Siauw San.
"Itulah. Bagaimana harus menyangkal? Akui saja." berkata Cin Siok Tin.
"Sayang sekali." berkata Lie Siauw San. "Boan-seng bukanlah pendekar misterius itu."
Sesudah mana ia menoleh Yen Yu San, mulutnya ber-gerak2, menggunakan gelombang tekanan suara tinggi, suaranya yang hanya bisa ditangkap oleh Yen Yu San seorang, ia mengucapkan beberapa patah kata, kata2 ini tidak bisa ditangkap oleh Cin Siok Tin, juga tidak diketahui oleh Cin Siok Tin, karena mulut Lie Siauw San tidak tertujukan kepadanya.
Mendengar suara yang seperti semut itu wajah Yen Yu San tertegun.
Cin Siok Tin hendak memaksakan Lie Siauw San agar mengakui penyamarannya. Disaat ini Yen Yu San sudah mengulapkan tangan, ia berkata :
"Siok Tin, sudahlah ! Kukira pendekar misterius berkepandaian silat tinggi itu bukanlah jelmaan saudara Lie Siauw San. Kalau betul sebagai jelmaannya, mengapa ia harus menyangkal terus menerus ? Sudahlah ! Tidak perlu kita berdebatan."
Nada suara Yen Yu San berubah, berubah karena sudah mendengar suara2 yang seperti semut halus tadi.
Kalau sebelumnya ia memihak kepada Cin Siok Tin, kini ia memihak kepada Lie Siauw San.
Cin Siok Tin menjadi heran, ia memandang kearah sang paman, dengan tidak mengerti berkata: "Eh, bagaimana paman bisa merubah haluan ?"
Yen Yu San tidak menjawab teguran Cin Siok Tin, menoleh kearah Yen Siu Hiat dan berkata:
"Siu Hiat, beritahu kepada tuan pengurus, semua rekening saudara Lie Siauw San ini masukkan ke dalam rekening kita, dan jangan lupa, minta tambahan arak dan makanan lagi."
Yen Siu Hiat menerima perintah, ia meninggalkan meja perjamuan.
*** Bab 45 "OH !" berkata Lie Siauw San.
"Mana boleh ? Jangan...."
"Aku paling tidak suka kepada orang yang banyak mengunakan peradatan." berkata Yen Yu San.
Lie Siauw San bungkam. "Sudahlah, kita makan minum lagi," berkata Yen Yu San.
Apa boleh buat, Lie Siauw San harus menerima kebaikan2 itu.
Makan dan minum lagi beberapa waktu, tiba-tiba Lie Siauw San seperti teringat sesuatu, ia berkata : "Oh......"
"Ada apa?" bertanya Yen Yu San.
"Pagi2 sekali, boanseng menemukan sesuatu....."
"Apakah yang saudara temukan?" bertanya Yen Yu San.
"Sebelumnya," berkata Lie Siauw San perlahan, "Bisakah boanseng mendapat sedikit keterangan ?"
"Keterangan apa ?"
"Untuk mengirim dan menerima berita, apakah benteng Penganungan Jaya menggunakan burung merpati ?"
Yen Yu San berkerut alis, lagi2 suara yang mengandung kemisteriusan. Dari mana Lie Siauw San tahu kalau benteng Penganungan Jaya menggunakan burung merpati sebagai penyebar dan penerima berita ?
Karena mengingat bahwa pemuda ini telah menolong dirinya, Yen Yu San tidak perlu sungkan2 lagi, ia menganggukkan kepala dan berkata :
"Saudara memang hebat ! Tepat ! Kadang kala benteng Penganungan menggunakan burung merpati sebagai penyebar dan penerima berita."
Lie Siauw San bertepuk tangan dan berkata : "Nah ! Tepat. Tidak salah lagi !"
"Dari mana saudara bisa menduga kalau kami menggunakan burung merpati ?" bertanya Yen Yu San.
Dengan tenang, sepatah demi sepatah Lie Siauw San berkata :
"Boanseng tidak biasa bangun siang, setiap pagi sebelum matahari terbit, boan-seng gerak jalan, hari ini tidak terkecuali, disaat boanseng jalan2, tiba2 terbang mendatangi seekor burung merpati, keluarnya dari deretan kamar lotiang, dari burung inilah pula terjatuh sebuah bungbung kecil. Boanseng segera menduga kepada surat2 penting, dari arah dan datangnya burung merpati ini, boanseng menduga kepada burung merpati benteng Penganungan Jaya. Betul2 saja burung merpati kepunyaan lotiang."
Dengan heran Yen Yu San berkata : "Eh! Kita tidak melepas burung merpati. Darimana pula munculnya burung itu?"
Lie Siauw San berkata : "Boanseng takut surat itu dipungut orang yang tidak wajib memungut. Demikianlah maka boanseng bawa surat itu kalau saja lotiang membacanya pasti tahu isi berita."
Dari dalam saku bajunya, Lie Siauw San menyerahkan sebuah tabung kecil.
Yen Yu San menerima tabung itu, alisnya berkerut semakin dalam, ia berkata : "Tabung ini bukanlah milik benteng kami."
Lie Siauw San tertawa dan berkata :
"Terbang burung merpati dari daerah sini, walau bukan burung merpati benteng penganungan Jaya, mungkin sedikit banyak ada hubungan dengan benteng lotiang, apa salahnya memeriksa."
Anjuran Lie Siauw San mengandung arti dalam. Yen Yu San bisa menerima, menganggukkan kepala berkata : "Betul juga."
Membuka tabung itu, Yen Yu San bisa membaca isi surat, wajahnya berubah.
Apa yang tertulis pada catatan2 itu adalah keterangan jelas dan terperinci dari jalanannya pertempuran2 dimalam hari, itulah surat laporan kepada partai Ngo-hong bun, tentunya dari salah satu dari anggota Perintah maut.
Tidak ada tanda tangan. Hanya menggunakan code-code, code itu menggunakan tanda Duta Keliling, tulisan itu mungil dan baik, tulisan dari buah tangan wanita.
Tanpa melepas surat laporan sang Duta Keliling kepada partai Ngo-hong-bun, Yen Yu San mematung di tempat.
Lie Siauw San bertanya : "Lotiang, apa yang tertulis disana ?"
Yen Yu San menyerahkan laporan itu dan berkata : "Lihatlah !"
Lie Siauw San menerima surat itu, dan ia mulai membaca dengan teliti, sesudah selesai membaca, mendongakkan kepala dan memandang Yen Yu San, dengan tertawa ia berkata:
"Ahh, inilah jalannya kejadian dimalam hari. Tentunya surat lotiang untuk ketua benteng Penganungan Jaya. Sangat beruntung sekali jatuh ditangan boanseng, sehingga rahasia tidak jatuh ke tangan orang lain, kalau saya lotiang mau mengirim lain burung merpati, tentu beres."
Yen Yu San meng-geleng2kan kepala dan berkata:
"Lote bukan orang dari rimba persilatan, tidak begitu mengetahui selak seluk diantara golongan kita. Inilah surat laporan untuk Ngo-hong-bun."
Dengan membelalakkan mata, Lie Siauw San berkata :
"Eh, mengapa lotiang mau mengirim surat laporan kepada partai Ngo hong-bun? Ha, hua, haaa....boanseng mengerti, tentunya lotiang hendak meng-olok2 partai tersebut, hendak mencemoohkan mereka. Rencana memalsukan pengurus Benteng Penganungan Jaya mengalami kegagalan !"
(Bersambung 14)
Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
*** Jilid 14 LAGI2 Yen Yu San bergeleng kepala, ia berkata :
"Surat ini bukan surat laporanku, inilah surat laporan dari anak buah mereka kepada pucuk pimpinannya."
"Oh! Begitu?" Akhirnya Lie Siauw San seperti mengerti. "Didalam rumah makan ini masih ada anggota musuh ?"
"Ya !" Yen Yu San menggebrak meja. "Masih ada musuh didalam selimut."
Ini waktu Yen Siu Hiat turut bicara.
"Jiesiok, mungkinkah pembicaraan kita dapat ditangkap mata2 musuh ?"
Sepasang alis Yen Yu San ber-kerut2 dalam2, ia sedang memecahkan problem yang tersulit. Dari mana pihak musuh bisa menangkap pembicaraan2 itu dengan jelas ?
Lie Siauw San masih membolak-balik surat laporan itu, ber-geleng2 sebentar, ia mengemukakan pendapat :
"Dari corak dan bentuk tulisan ini, boan-seng kira adalah tulisan seorang wanita, mungkinkah musuh menyuruh mengutus seorang gadis menyelinap kesini ?"
Sedari tadi, Cin Siok Tin tidak turut ambil bagian, tiba2 saja ia berkata : "Dugaan saudara Lie Siauw San memang tepat !"
Lie Siauw San menjadi heran, ia menoleh dan memandang gadis itu, kemudian bertanya :
"Apa nona Tin sudah tahu siapa yang menggunakan nama samaran Duta Keliling itu ?"
Cin Siok Tin tertawa manis, ia berkata : "Tentu saja aku tahu."
Lie Siauw San semakin heran, ia bertanya : "Ternyata nona Cin sudah mengetahui adanya komplotan ini?"
Yen Yu San juga memandangnya dengan tegang, ia bertanya: "Siok Tin, siapa mata2 musuh?"
Menunjukkan jarinya ke hidung sendiri, Cin Siok Tin berkata: "Itulah aku !"
"Kau ???" Wajah Yen Yu San berubah.
Dengan ber-sungguh2, dengan membawakan sikapnya yang keren, Cin Siok Tin tiba2 berkata:
"Yen tayhiap, apa kau kira aku ini betul-betul keponakanmu yang bernama Cin Siok Tin ?"
Menengok kearah puteri Penganungan Jaya itu, Yen Yu San menganggukkan kepala dan berkata:
"Ya ! Seharusnya aku bisa menduga, kau adalah samaran dari orang2 partai Ngo-hong bun."
"Tepat !" Si gadis menganggukkan kepala. "Sayang sekali! Pikiranmu itu bekerja terlalu lambat, sudah terlambat!"
Lie Siauw San memperlihatkan sikapnya yang bingung, memandang kearah Cin Siok Tin dan bertanya: "Nona berpihak kepada musuh?"
Meng-geleng2kan kepala beberapa saat Lie Siauw San berkata lagi:
"Tidak mungkin, tidak mungkin... masa seorang putri benteng Penganungan Jaya mengabdi kepada kepentingan musuh?"
"Hie hie hie..." Cin Siok Tin tertawa ngikik, "Kalian sudah terlambat, otak kalian bekerja terlalu lamban."
"Apa yang terlambat ?" bentak Yen Yu San.
Ia sudah siap untuk meringkus gadis ini, gadis musuh yang diselundupkan dengan wajah Cin Siok Tin.
Tanpa gentar oleh kewibawaan Yen Yu San, gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu berkata:
"Minuman yang kalian minum telah kutaburi dengan racun, racun2 itu kusimpan dijari kuku, tiada warna, tiada bau dan tiada asap, kalian sudah keracunan, jangan harap bisa bergerak."
"Kau ....kau...." Lie Siauw San memperlihatkan wajah yang gugup.
"Tidak percaya ?" berkata Cin Siok Tin palsu. "Cobalah !"
"Nona," berkata Lie Siauw San.
"Aku tidak mempunyai permusuhan denganmu, mengapa turun tangan begitu jahat ?"
Si gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu menoleh kearah Lie Siauw San, dengan ekor matanya yang dingin berkata : "Kau turut serta didalam persengketaan ini, salahmu sendiri, kalau kau sampai celaka."
Tiba2 terdengar suara Yen Yu San yang galak tertawa besar dan berkata :
"Budak hina, kau kira aku orang apa, mana bisa ditipu olehmu ?"
Mulut Yen Yu San dipentangkan, dari sana menyembur arak dan makanan, ditujukan kearah gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu.
Inilah orang yang menggunakan nama samaran Duta Keliling dari partay Ngo-hong bun ! Orang yang diselundupkan kedalam organisasi Benteng Penganungan Jaya.
Semburan Yen Yu San meluruk kearah si Duta Keliling Ngo-hong-bun.
Hal ini mengejutkan gadis tersebut, ia memiringkan tubuh, dengan maksud mengelakkan semburan hujan arak tadi. Gerakannya memang hebat. Dengan lincah arak itu berhasil dielakkan.
Yen Yu San mengibaskan lengan baju menutup jalan lari musuhnya. Serta merta ia berteriak: "Siu Hiat, jaga pintu, jangan biarkan dia melarikan diri."
Secepat itu pula, sreet, Yen Siu Hiat telah mengeluarkan pedang, ia mengundurkan diri dan menjaga dipintu. Dengan ewah ia berkata :
"Perempuan jalang, arak yang sudah kau taburi racun itu tidak pernah kuminum, kita telah mengetahui penyamaranmu, hayo ! menyerah !"
Lie Siauw San tertawa nyengir, ia ber-teriak2 :
"Nona....nona...eh ! Bagaimana dengan keadaanku ? Mereka tidak pernah minum arak beracunmu, hanya aku seorang diri saja yang."
Sambil mengoceh kian kemari, tangan Lie Siauw San mengambil cawan arak kembali, kroook, ia mengeluarkan arak yang sudah diminum tadi, memenuhi cawan, tidak lebih tidak kurang, pas satu cawan.
Sepasang mata gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin ber-kilat2, dengan dingin dan meng-angguk2kan kepala, ia berkata : "Dugaanku tidak salah ! Kau adalah orang berkerudung dimalam hari!"
Lie Siauw San adalah si pendekar misterius yang pernah menolong Yen Yu San dari kesusahan.
Dengan tertawa Lie Siauw San berkata : "Mata nona memang hebat. Tapi nona sudah terlambat."
Yen Yu San tertawa berkakakan dan berkata :
"Lote, kau memang hebat ! Kalau bukan dengan pesanmu tadi, aku bisa mengambil langkah ceroboh. Hampir saja kita tidak berhasil menangkap mata-mata musuh."
"Maaf !" berkata Lie Siauw San. "Untuk menghadapi musuh didalam selimut, terpaksa mengambil langkah-langkah yang seperti tadi."
Disaat Lie Siauw San dan Yen Yu San ber-cakap2, gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu bergerak, secepat kilat sudah berada didepan Yen Siu Hiat, menyerang dan membentak :
"Minggir !" Yen Siu Hiat selalu bersiap siaga, pedangnya dijatuhkan, menyabet kearah gadis tersebut.
Luar biasa ! Luar biasa cepat gerakan Yen Siu Hiat, lebih luar biasa cepat lagi dari gerakan si gadis, tanpa disangka, bayangannya lenyap mendadak, tangannya masih menjulur, kini menepuk kearah pundak Yen Siu Hiat.
Hal ini membingungkan Yen Siu Hiat, untuk mengelakkan serangan itu memang agak sulit, terpaksa dan apa boleh buat, ia lompat kesamping, dan itulah maksud dan tujuan si gadis, maka ia bisa bebas lompat meninggalkan ruangan tadi.
Jangan terlalu cepat bergirang hati ! Si gadis menjadi gelagapan karena ada sesuatu bayangan yang menghadang didepan, disaat ia mementang lebar2 kedua matanya, itulah si pemuda sastrawan tolol Lie Siauw San yang sudah melintang, jaraknya begitu dekat, hampir saja mereka saling tumbuk.
Gerakan Lie Siauw San tiada tara, terlalu cepat, inilah yang membingungkan si gadis samaran.
Si gadis juga memiliki ilmu kepandaian hebat, tangannya berputar, kelima jari disentilkan, bagaikan bunga bwee menyodok kearah dada Lie Siauw San.
Gerakannya seperti gerakan biasa, cukup indah dan sangat menarik, tapi itulah ilmu kepandaian yang tercatat didalam pusaka goa siluman, ilmu kepandaian ganas yang bisa menghancurkan urat nadi.
Lie Siauw San tertawa ringan, katanya:
"Ilmu kepandaian dari pusaka goa siluman! Hei, nona cukup kejam !"
Tangan kirinya dijulurkan, siap memegang pergelangan tangan si gadis.
Orang yang memalsukan Cin Siok Tin adalah gadis muda belia, tentu saja tidak membiarkan tangannya yang putih mulus dipegang oleh tangan laki2, ditarik kembali, ia mengelakan cengkeraman.
Gerakan Lie Siauw San cukup lincah, selalu membayangi serangan lawan.
Gadis itu adalah akhli waris penghuni goa siluman, tujuh kali mengelak dan tujuh kali pula ia menotok ke-bagian2 yang lemah.
Betapa cepatpun gerakannya, ia belum berhasil melepaskan diri, Lie Siauw San memiliki gerakan yang lebih cepat dan mengubah jurus2 yang tadi cepat seperti hendak memegang pergelangan tangan orang, membayanginya dan mengelakkan serangan.
Setiap serangan gadis seperti datang menyodorkan diri !
Gadis ini mengenakan kedok kulit tipis, didalam kemarahan yang meluap-luap, wajahnya tidak memperlihatkan perobahan.
Lie Siauw San memaparkan kedua tangan, dilintangkan dan berkata.
"Lebih baik nona tau diri. Marilah kembali atau terpaksa dan apa boleh buat kuringkus secara paksa!"
Si gadis memperlihatkan matanya yang mendelik, ia berkata marah, "Baiklah! Aku menyerah."
Tapi menyerahnya gadis ini bukan menyerah tanpa syarat, tiba2 sang tangan terayun, senjata rahasia menyerang Lie Siauw San.
"Ett," tangan Lie Siauw San telah menangkap datangnya senjata rahasia itu, dengan dingin ia berkata: "Lebih baik nona tahu diri, jangan sekali2 mengulang permainan yang seperti ini."
Gadis itu memperhatikan Lie Siauw San beberapa waktu, ia berkata :
"Baiklah. Tapi ingat ! Putri ketua benteng Penganungan Jaya masih berada di tangan kami."
Lie Siauw San berkata : "Dikarenakan adanya putri Penganungan jaya itu berada dipihakmu, maka kami memaksa kau masuk kembali."
Demikianlah, gadis itu digiring masuk.
Dibawah kurungan Lie Siauw San, Yen Yu San dan Yen Siu Hiat, gadis itu tidak berdaya.
Yen Yu San membentak : "Dibawa kemanakah Cin Siok Tin ?"
"Tentu saja dimarkas partai," jawab gadis itu.
"Dimana markas partai kalian?" tanya Yen Yu San.
"Markas partai masih bersifat sementara. Dimana pimpinan kami berada itulah markas partai."
"Dimana sekarang pemimpin kalian berada ?" bertanya Yen Yu San.
"Tidak tahu." jawab si gadis.
"Eh, tidak mau bicara ?" Yen Yu San mengancam.
"Kecuali pemimpin Ngo-hong-bun, tidak ada orang yang tahu dimana markas partai berada." jawab si gadis.
"Siapa nama pemimpinmu ?" bertanya Yen Yu San.
"Kau kira, bisa kuberitahu ?" jawab si gadis menantang.
*** Bab 46 "EHEM.....didalam keadaan seperti ini, masih berani kau tidak mau berterus terang ?"
Disaat ini, Lie Siauw San turut bicara.
"Ia memang tidak perlu bicara, aku tahu dimana markasnya, aku tahu dimana dan siapa nama pemimpinnya."
Yen Yu San menoleh kearah Lie Siauw San dan bertanya : "Lote tahu siapa pemimpin mereka?"
"Seorang bertopeng perunggu yang bernama Sam-kiongcu." jawab Lie Siauw San.
Gadis yang tertawan itu terbelalak, memandang kearah Lie Siauw San dan berteriak : "Ih, siapa kau ?"
Si gadis heran atas reaksi Lie Siauw San yang begitu kontras, jawaban Lie Siauw San yang begitu tepat.
Lie Siauw San tertawa, ia berkata berkelakar, "Aku she Lie namanya Siauw San. Sudahkah nona ketahui bukan ?"
Si gadis menundukkan kepala, ia harus mengakui kesalahannya. Tapi ia memang bersifat kepala batu, memandang kepada Yen Yu San dan Lie Siauw San, ia bertanya : "Apa maksud kalian?"
"Apa maksud Ngo-hong-bun menangkap Cin Siok Tin, begitu pula tujuan kita."
"Hmmm...." Lie Siauw San berkata : "Untuk pertanyaan ini, aku bisa memberi kepastian. Jawaban sangat singkat, ialah: Sebelum nona Cin Siok Tin bisa kembali, untuk sementara kau adalah wakilnya."
Gadis tersebut tertawa dingin tanpa membawakan sikap gentar ia berkata :
"Hendak menggunakan diriku ditukar dengan Cin Siok Tin. Huh ! Jangan mengimpi."
Lie Siauw San tertawa berkata :
"Biar bagaimana, kau adalah orang yang terdekat dengan Sam-kiongcu, sedikit banyak harus mengetahui partai Ngo-hong-bun, kukira kau harus maklum."
Wajah gadis tersebut berubah, ia membentak: "Kalian hendak menyiksa orang?"
Lie Siauw San tertawa tawar, katanya:
"Rencana partai Ngo-hong-bun sudah bukan rahasia lagi. Aku tahu lebih banyak dari apa yang hendak kau katakan. Tidak guna mengompres. Hanya dengan sepucuk surat, kukira Sam-kiongcu bersedia menukar Cin Siok Tin dengan dirimu."
Gadis yang menggunakan wajah Cin Siok Tin ini memandang lawan2nya yang tangguh, ia berkata lagi: "Bagaimana rencanamu untuk melepas diriku?"
Lie Siauw San berkata: "Sebelum nona Cin Siok Tin yang asli balik kembali, Cin Siok Tin palsupun tidak apalah. Kau boleh menjadi raja untuk beberapa hari."
Disamping mereka, tidak henti2nya Yen Yu San menganggukkan kepala, menyetujui dan memuji jawaban2 Lie Siauw San. Ia tidak mengemukakan komentar. Gadis yang memalsukan Cin Siok Tin itu bertanya lagi : "Kalian tidak takut aku melarikan diri ?"
"Inilah yang kukawatirkan." berkata Lie Siauw San. "Tapi tidak apa, untuk sementara aku bisa menotok jalan darahmu, seperti ini !"
Cees.......cret....... Hanya beberapa ketokan jari, Lie Siauw San telah menutup peredaran jalan darah si gadis.
Gadis itu menggigil dingin, memandang Lie Siauw San dengan sinar mata gemas, ia berkata dengan suara ancaman:
"Lie Siauw San, pada suatu hari kau akan bisa merasakan pembalasanku, itu waktu jangan harap kau bisa lolos dari kekejamanku."
Lie Siauw San tidak takut segala ancaman, ia berkata:
"Tunggu saja sampai itu waktu, tapi sekarang kau sudah jatuh ditangan kami, jangan men-coba2 untuk membebaskan totokan itu karena bisa merusak urat nadi dan menghancurkan hari depanmu."
Gadis tersebut menundukkan kepala, dia harus menyerah.
Lie Siauw San menoleh dan memandang Yen Yu San, ia bertanya:
"Apa ada anggota wanita lain yang menyertai rombongan benteng Penganungan Jaya ?"
"Ada." jawab Yen Yu San, "Seorang dayang perempuan yang bernama Kui Hoa. Ia memang disediakan untuk menyertai dan melayani Cin Siok Tin."
"Sukurlah," berkata Lie Siauw San, "Tolong lotiang beri tugas kepada Kui Hoa untuk menemani nona ini."
Si gadis yang memalsukan Cin Siok Tin mengeluarkan suara dengusan dari hidung ia berkata :
"Huh ! Mengapa kau tidak bicara berterus terang, menyuruh Kui Hoa meng-amat2i diriku?"
Yen Yu San sudah menoleh kearah Yen Siu Hiat, ia memberi perintah : "Panggil si Kui Hoa."
Yen Siu Hiat mengiyakan perintah paman itu, ia mengundurkan diri.
Tidak seberapa lama kemudian, Yen Siu Hiat balik kembali, dibelakangnya turut serta seorang dayang perempuan yang berbaju hijau, umurnya diperkirakan diantara delapan belasan. Gadis ini segera memberi hormat kepada Yen Yu San dan berkata : "Ada sesuatu yang Kui Hoa harus kerjakan ?"
Yen Yu San mengurut jenggot, mendekati Kui Hoa dan membisiki.
Kui Hoa menoleh ke arah Cin Siok Tin, meng-angguk2kan kepala dan berkata : "Hamba tahu."
Lie Siauw San menoleh kepada Cin Siok Tin dan berkata : "Nona manis, silahkan balik ke kamar."
Maka dengan digiring oleh Kui Hoa, sang nona manis itu menuju ke kamar Cin Siok Tin.
Sesudah kepergian mereka, lagi2 Yen Yu San mengurut jenggot, ia berkakakan dan berkata :
"Lote, hebat ! Kau betul2 hebat. Ternyata kau telah mengetahui betul selak beluk keadaan partai Ngo-hong-bun. "
"Hanya kebetulan saja," Lie Siauw San merendah diri.
Yen Yu San menatapnya dalam2 dan bertanya :
"Siapakah yang menjadi pimpinan tertinggi partai Ngo-hong-bun ? Siapa pula Pemimpin golongan Perintah Maut ?"
Lie Siauw San berkata : "Pemimpin golongan Perintah Maut bernama Suto Cang. Golongan Perintah Maut telah menggabungkan diri dengan partai Ngo-hong-bun. Dan orang yang mengepalai partai Ngo-hong-bun bernama Toa kiongcu. Dibantu oleh Sam-kiongcu."
"Apa lote bisa menceritakan sedikit tentang mereka ?" bertanya Yen Yu San.
Lie Siauw San tertawa nyengir, jawabnya : "Hanya didalam suatu kebetulan, boanseng bisa menyelidiki dan mengetahui hal ini, sedangkan asal usul Sam-kiongcu dan Toa-kiongcu, boanpwe masih belum jelas. Burung merpati yang boanseng tangkap itu masih berada dikamar boanseng, ada baiknya kalau diserahkan kepada lotiang, besar sekali kegunaannya."
Dengan tertawa besar Yen Yu San berkata : "Sudah berada didalam dugaanku, kalau burung merpati itu sengaja ditangkap olehmu."
Kemudian ia menoleh dan memberi perintah kepada Yen Siu Hiat : "Su Hiat, lekas ambil burung merpati itu."
"Burung merpati diikat pada tiang jendela." tambah Lie Siauw San.
Yen Siu Hiat segera menjalankan perintah untuk mengambil burung merpati dari partai Ngo hong-bun.
Sambil menunggu kembalinya Yen Siu Hiat, Lie Siauw San dan Yen Yu San merundingkan acara selanjutnya, taktik perang untuk menghadapi partai Ngo-hong bun.
Tidak lama kemudian, Yen Siu Hiat balik kembali dengan burung merpati di tangan.
Yen Yu San sudah mengeluarkan alat2 tulis dan kertas, diserahkan kepada Lie Siauw San. Dengan mengikuti dan mencontoh tulisan2 gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu, Lie Siauw San memberi laporan palsu, digulungnya kembali surat kecil itu, dimasukkan kedalam tabung, dan diikat kembali ke kaki burung merpati.
Burung merpati itu dilepas, gibrik2 sebentar, membelah angkasa meninggalkan mereka. Dengan tujuan markas partai Ngo-hong-bun.
Sesudah selesai dengan pekerjaan2 tadi, Lie Siauw San memberi hormat dan meminta diri.
Yen Yu San telah mendapat kisikan-kisikan dan petunjuk2 yang penting, ia mengantarkan Lie Siauw San. Membisiki sesuatu ditelinga Yen Siu Hiat.
Wajah Yen Siu Hiat berubah, dengan ragu2 bertanya : "Jiesiok, apa berita ini bisa dipercaya?"
"Tentu saja." berkata Yen Yu San. "Lekas kerjakan !"
"Baik." Yen Siu Hiat meninggalkan sang paman.
Sesudah itu, Yen Yu San meng-urut2 jenggot, ia segera keluar dan memanggil, "Dimana Beng-bu ?"
"Siap !" seorang laki2 dari benteng Penganungan Jaya berlari masuk. "Apa congkoan ada lain perintah ?"
Yen Yu San memberi perintah: "Beritahu kepada semua orang, kita siap berangkat."
Laki2 yang bernama Beng-bu itu mengundurkan diri.
Kini Yen Yu San telah mempernahkan orang2nya, menuju ke kamar Cin Siok Tin, disini seorang anggota partai Ngo-hong-bun yang menyamar menjadi putri penganungan jaya masih dikawal oleh Kui Hoa.
Melihat sang pengurus benteng datang, cepat2 Kui Hoa menyambut dan berkata: "Congkoan!"
Yen Yu San memberi perintah: "Lekas ber-siap2, kita segera berangkat."
Gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu memandang Yen Yu San dan bertanya: "Hendak kemana kau bawa diriku ?"
"Akan kuantar ke suatu tempat yang baik." berkata Yen Yu San.
Sesudah itu ia melirik ke arah Kui Hoa memberi perintah agar Kui Hoa ini memayang dan mengawal orang tawanannya.
Kui Hoa mengerti, segera sesudah ia memberesi perbekalan mereka, menggandeng tangan orang tawanannya dan berkata : "Nona, biar hamba membantu kau berjalan."
Tidak menunggu kerelaan Cin Siok Tin palsu, dengan setengah menyeret Kui Hoa mendorongnya.
Gadis itu beradat keras, mengibaskan diri dan membentak: "Tidak perlu kau pepayang, aku bisa berjalan seorang diri."
Sepasang sinar mata Yen Yu San memancarkan kemarahan, ia membentak:
"Lebih baik nona tahu diri, aku bukanlah seorang yang mudah diperlakukan seperti itu."
Mendapat dukungan pengurusnya, Kui Hoa tidak sungkan2 lagi menyeret dan mendorong gadis tersebut, dianggap seperti majikan sendiri, mereka berjalan bersama-sama: "Lebih baik hamba yang membantumu."
Mereka keluar dan sesudah membikin perhitungan makan dan sewa kamar, tiba diluar dipenginapan, disana sudah tersedia kereta.
Beng-bu bekerja gesit, segera membuka pintu kereta, membiarkan Kui Hoa yang memayang gadis tawanan itu menaiki kereta.
Kuda tunggangan Yen Yu San yang berwarna merah sudah tersedia, begitu mengetahui mereka sudah menaiki kereta, dengan sekali congklang, Yen Yu San berangkat.
Iring2an benteng Penganungan jaya meninggalkan rumah penginapan.
*** Iring2an kereta dari rombongan benteng Penganungan jaya menuju kearah vihara Ciok- cuk-am.
Beberapa saat kemudian kereta mereka tiba ditempat tujuan.
Didepan pintu vihara, Yen Yu San menoleh kearah Beng-bu dan berkata: "Beritahu kedatangan kita."
Beng-bu menunggang seekor kuda yang berwarna putih, ia adalah anak buah Yen Yu San yang boleh dipercaya, kini ia lompat turun dari kuda tunggangan, berjalan kearah pintu dan mengetuk pintu vihara.
Beberapa saat kemudian, pintu terbuka per-lahan2, satu kepala nongol disana, itulah kepala Liauw-in-nikouw, murid kesayangan Put-im Suthay.
Tidak menunggu teguran, Beng-bu berkata :
"Tolong beritahu kepada ketua vihara bahwa Pengurus benteng Penganungan Jaya Yen Yu San beserta rombongan berkunjung datang."
Liauw-in-nikouw segera mengenali orang-orang dari benteng Penganungan Jaya, dan dia juga melihat hadirnya si Hakim bermuka merah Yen Yu San, cepat2 membuka pintu memberi hormat dan berkata : "Silahkan masuk !"
Beng-bu segera lari kearah kereta, membuka pintu. Disana Kui Hoa sudah memayang orang tawanannya turun dari kereta.
Yen Yu San segera memberi perintah kepada rombongannya.
"Kecuali Kui Hoa bersama nona Cin Siok Tin, yang lain2 tunggu saja disini."
Maka dengan mengajak Kui Hoa dan Cin Siok Tin palsu, Yen Yu San memasuki vihara Ciok-cuk-am.
Liauw in nikauw segera mempernahkan mereka diruang tamu, memberi hormat dan berkata :
"Silahkan tunggu sebentar, biar kami beritahu kepada suhu."
*** Bab 47 KEPERGIAN Liauw in nikauw tidak terlalu lama, Put-im suthay tampil ditempat itu, tangannya me-megang2 biji tasbih, wajahnya dingin dan kaku, ia merangkap kedua tangan memberi hormat dan berkata : "Omitohud, sudah lamakah Yen tayhiap menunggu ?"
Yen Yu San membalas hormat itu, dia berkata : "Rombongan kami sedang sengaja membikin kunjungan ke sini."
Put im taysu menoleh kearah Cin Siok Tin palsu, menudingkan jarinya dan bertanya: "Siapa nona ini ?"
"Putri ketua kami." jawab Yen Yu San.
Cin Siok Tin palsu itu tiba2 turut menyelak bicara, dengan dingin berkata :
"Mengapa Yen Tayhiap membohongi orang dan membohongi diri sendiri, terus terang saja beritahu kepada nikouw tua, aku adalah Duta Keliling dari partay Ngo hong-bun dan aku menjadi orang tawanan."
Liauw In yang menyertai Put-im-suthay tertegun, dengan heran memandang kearah Cin Siok Tin imitasi.
Wajah Put-im-suthay yang kaku dan dingin menoleh kearah Yen Yu San, dengan nada yang tak sedap ia bertanya : "Yen tayhiap, siapa orang ini ?"
Dengan canggung sekali Yen Yu San terpaksa berkata : "Betul2 dia adalah anggota partay Ngo-hong-bun yang sudah jadi tawanan."
Dengan tidak puas, Put-im-suthay membikin teguran : "Tadi dikatakan sebagai putri ketua Benteng Penganungan Jaya Cin Siok Tin?"
"Benar !" Yen Yu San memberi pembelaan, "Ceritanya sangat panjang, putri ketua kami telah menjadi orang tawanan partai Ngo-hong-bun. Dan orang ini telah memalsukannya, dan dapat diketahui oleh kita....."
Wajah Put-im Suthay semakin masam, ia membentak : "Apa maksudmu menggiringnya ke tempat ini? Apakah hendak mencari putri ketua kalian yang hilang itu? Eh ! vihara Ciok-cuk-am tidak ada hubungan dengan partai Ngo-hong-bun, Yen tayhiap salah alamat."
Beginilah kira2 sikap dan tabiat Put-im Suthay, mau menang sendiri, sombong dan angkuh, tidak perduli berhadapan dengan si hakim bermuka merah Yen Yu San yang ternama, tidak perduli orang dari benteng Penganungan Jaya, tidak segan2 lagi ia menceplos.
Yen Yu San tertawa berkakakan, dengan sabar ia berkata : "Oh ! Suthay salah menduga maksud baik pihak kita."
"Katakan maksud baik itu!" berkata Put im Suthay singkat.
Yen Yu San berkata: "Kedatanganku ke tempat ini adalah membawa berita penting, ada sesuatu yang mau dirundingkan."
"Soal apa yang mau dirundingkan?" bertanya Put-im suthay.
Yen Yu San menunjuk kearah Cin Siok Tin, sesudah itu baru berkata:
"Maksudku, orang tawanan ini hendak dititipkan sebentar, sesudah itu..."
"Tidak bisa." Put-im suthay menolak. "Vihara Ciok-cuk am tidak menerima tamu, kalau yang mau dirundingkan oleh Yen layhiap itu menyangkut urusan orang tahanan, aku menolak. Jangan terlalu lama disini !"
Inilah pengusiran ! Yen Yu San menyabarkan diri, ia mempunyai adat yang boleh dikata beringas dan cepat marah, tapi disini masih ada orang yang lebih cepat marah darinya. Didalam soal ini, ia harus menyerah kepada Put-im suthay. Sedapat mungkin menyabarkan diri, ia berkata:
"Kedatanganku ke tempat ini, adalah menyangkut lain urusan yang lebih penting."
"Urusan penting yang bagaimana ?" suara Put-im Suthay begitu kurang menyedapkan.
"Tidak baik bicara ditempat ini," berkata Yen Yu San, "Adakah tempat yang lebih tenang ?"
Put-im Suthay memandang sang tamu itu beberapa waktu, dengan setengah terpaksa ia menganggukkan kepala, katanya : "Baiklah. Mari kita ke belakang."
Sesudah itu Put-im suthay berbalik badan, meninggalkan Yen Yu San cs, dan berjalan ke belakang.
Yen Yu San lebih kenal kepada sifat2 Put-im suthay, ia tidak menganggap perlakuan itu sebagai kekurang ajaran, memandang kearah Kui Hoa dan berkata : "Kui Hoa, kalian berdua disini saja."
Inilah suatu pesan agar Kui Hoa bisa mengawasi sang orang tawanan dengan lebih teliti.
Sesudah memberi pesan tadi, Yen Yu San mengejar Put-im suthay, menuju ke arah ruang belakang.
Put-im suthay mengajak Yen Yu San ke suatu tempat ruangan yang agak kecil, disana terdapat sebuah meja dan dua bangku, dia menyilahkan tamunya duduk.
Liauw in nikauw segera membawakan teh untuk Yen Yu San.
Memandang hadirnya Liauw in nikauw, hati Yen Yu San tergerak, ia berkata:
"Suthay, bisakah kau memberi perintah kepadanya untuk menjaga dipintu?"
Jawaban Put-im suthay sangat singkat, katanya :
"Ciok cuk-am selalu aman. Hanya ada seorang nenek tua tukang sapu dan muridku ini. Jangan takut pembicaraan didengar oleh orang lain."
Yen Yu San berkata: "Urusan ini terlalu besar. Lebih baik kita ber-hati2."
Put-im suthay berkerut alis dan berkata :
"Hei, orang menggembar-gemborkan si hakim bermuka merah begini jago, karena adanya kau duduk sebagai pengurus benteng Penganungan Jaya, maka partai itu juga disegani orang, berapa gelintir orang yang berani menempur Hakim bermuka merah, tidak disangka, apa yang digembar-gemborkan orang itu sangat jauh dari kenyataan, pembicaraan mereka itu ber-lebih2an."
Inilah suatu penghinaan, mencemoohkan si Hakim bermuka merah Yen Yu San yang mempunyai nyali kecil.
Yen Yu San hanya tertawa meringis, dengan menyabarkan diri berkata :
"Urusan ini menyangkut hari depan rimba persilatan, juga menyangkut vihara Ciok cuk-am, kemudian Ngo-bie-pay dam Siauw-lim-pay.."
Hati Put-im suthay mulai tergerak, ia bertanya : "Begitu hebat? Baiklah! Liauw-in, jaga dipintu, tidak perduli siapa, jangan kasih mereka masuk."
Kata yang terakhir ditujukan kepada Liauw-in-nikauw.
Terdapat sedikit perobahan pada wajah Liauw in-nikauw. "Baik," ia menjawab perintah sang guru. Meninggalkan ruangan itu pergi ke pintu, menjaga sesuatu yang tidak diinginkan.
Sesudah selesai dengan Liauw-in-nikauw, Put-im suthay berkata : "Nah! Kita sudah boleh mulai, bukan?"
Per-lahan2 Yen Yu San berkata : "Duduk persoalan dimulai dari munculnya sesuatu partai yang bernama partai Ngo-hong-bun."
"Partai Ngo-hong-bun ?" Put-im suthay berkerut alis. "Partai apakah yang menamakan partai Ngo-hong-bun ?"
Yen Yu San berkata : "Aku sendiripun masih gelap. Adanya partai yang bernama partai Ngo-hong-bun lebih berbahaya dari golongan Perintah Maut. Sebelumnya mana kutahu kalau ada sesuatu golongan yang bernama partai Ngo-hong-bun. Jangan coba meremehkan kekuatannya. Hanya salah satu cabang partai Ngo-hong-bun, golongan yang bernama Perintah Maut memiliki empat Lengcu Panji berwarna, tiap lengcu panji memiliki ilmu kepandaian silat tinggi........"
Tiba2 Put-im suthay memotong pembicaraan, katanya:
"Yen tayhiap telah membuktikan sendiri ? Atau hanya mendengar cerita orang saja ?"
Perintah Maut Karya Buyung Hok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Inilah pengalaman2ku semalam." berkata Yen Yu San.
Sesudah itu diceritakan bagaimana golongan Perintah Maut telah menculik Cin Siok Tin, inilah yang menyebabkan Yen Yu San mengundurkan diri didalam persengketaan Kang Han Cing.
Dijelaskan pula secara terperinci, bagaimana ia ditantang oleh partai Ngo-hong bun, bagaimana ada seseorang yang memalsukan dirinya, bagaimana Lie Siauw San membantu menangkap Cin Siok Tin palsu, dan berikutnya.
Put im suthay berpikir sebentar, baru mengajukan pertanyaan:
"Dari keterangan Yen tayhiap, partai Ngo-hong-bun memiliki jago2 kelas satu, Suto Cang dan keempat lengcu panji berwarna itu berkepandaian silat tinggi, tentu bukan ilmu silat kampungan, dari ilmu silat golongan manakah ilmu kepandaian mereka itu ?"
Yen Yu San berkata : "Aku sudah tua. Sulit membedakan aliran dari mana."
Put-im suthay bertanya lagi.
"tentang sastrawan muda yang bernama Lie Siauw San, ilmu kepandaiannya juga hebat, mana mungkin seorang biasa, apa Yen tayhiap bisa menduga asal usulnya ?"
Rasa tinggi hati Yen Yu San hampir tertekan, ia harus mengakui kekalahannya, menggeleng-gelengkan kepala dan menarik napas.
"Ilmu kepandaian sastrawan muda yang bernama Lie Siauw San itu terlalu liehay, jauh berada diatas diriku."
"Bagaimana kalau dibandingkan dengan bocah yang memalsukan Kang Han Cing beberapa hari yang lalu?" Bertanya lagi Put-im-suthay.
Yen Yu San sulit memberi jawaban, berkemak-kemik beberapa saat, baru ia menjawab :
"Kedua2nya berada diatas diriku. Entahlah."
Put-im suthay bertanya lagi :
"Yen tayhiap mengatakan kita hendak merundingkan sesuatu, urusan apakah yang hendak dirundingkan ?"
Dengan bersungguh2 Yen Yu San berkata :
"Baru saja aku mendapat info rencana partai Ngo-hong-bun, sesudah memalsukan diriku, langkah berikutnya, mereka menghantarkan kelenteng Ceng-lian-sie dan Ciok-cuk-am, suthay dan Ciok-Sim taysu adalah dua tokoh yang mereka harus coret dari....."
"Bagus !" Put-im suthay mengebrak meja. "Biarkan saja mereka datang, hendak kulihat, apa yang mereka bisa lakukan?"
"Sabar," berkata Yen Yu San, "Menurut rencana mereka, hanya Ciok Beng taysu yang diberi kesempatan hidup."
"Huh ! Mengapa ?" bertanya Put-im suthay. "Takut sama Siauw lim sie?"
"Bukan itu." berkata Yen Yu San. "Hanya disebabkan oleh unsur lain, beberapa hari yang lalu kita telah mencegah Kang Han Cing, dan pernah cekcok mulut dengan orang2 dari Partai Baru. Disinilah kehebatan Ngo-hong-bun. Dengan menyarukan diri sebagai orang2 dari Partai Baru dan memberi kesempatan kepada Ciok Beng taysu memberi laporan, Siauw lim pay akan bentrok dengan partai baru, Siauw lim pay dan Ngo-bie-pay pasti menjatuhkan kemarahannya kepada partai baru. Dan akan terjadi pertarungan besar-besaran, partai Ngo-hong-bun akan bisa menarik keuntungan dari kekeruhan itu."
Put-im suthay bisa diberi mengerti, berulang kali ia menganggukkan kepala :
"Memang rencana luar biasa, tentunya Yen tayhiap mendapat info dari si pemuda sastrawan yang bernama Lie Siauw San itu ?"
"Ya," Yen Yu San menganggukkan kepala, "Lie Siauw San mendengar keterangan tadi dari perintah2 Sam-kiongcu."
"Kapan gerakan partai Ngo-hong-bun untuk menjalankan rencananya ?" bertanya Put-im suthay.
"Pada malam ini." berkata Yen Yu San.
*** Bab 48 "BAGUS." berkata Put-im suthay. "Hendak kulihat, sampai dimana tingginya ilmu kepandaian silat mereka."
"Hari ini Kwee hu-huat mengajak empat panji berwarna, sesudah menghancurkan Ceng-lian-sie....."
"Mereka menyerang Ceng-lian-sie lebih dulu ?" bertanya Put-im suthay.
"Apa suthay bisa berpeluk tangan ?"
"Tentu saja tidak." jawaban Put-im suthay spontan.
Yen Yu San berkata : "Mereka telah merencanakan gerakan masak2, jumlah partai Ngo-hong-bun tidak sedikit. Karena itulah aku tidak bisa berpeluk tangan, aku juga harus menempur mereka, tapi bagaimana dengan orang tawanan perempuan itu ? Bisakah dikirim untuk sementara ?"
"Baiklah." Put-im suthay akhirnya ngalah, "Tinggal saja disini."
"Terima kasih sebelumnya." berkata Yen Yu San.
"Kapan kita menuju ke Ceng-lian sie ?" bertanya Put-im suthay.
Yen Yu San berkata : "Partai Ngo-hong bun belum tahu kalau Yen Yu San itu Yen Yu San asli, sangka mereka adalah samaran dari Han Sie Yong. Karena itu berita ini, kita berangkat tepat pada waktunya, jam dua, bagaimana ?"
"Baiklah." Put-im suthay setuju. "Makanlah disini dahulu, kemudian kita sama2 berangkat."
Sesudah itu Put-im suthay memanggil Liauw in : "Liauw in, siapkan makanan."
Liauw in nikauw berdiri di pintu, semua percakapan dari Yen Yu San dan gurunya dapat ditangkap, mendapat perintah tadi, segera ia membungkuk dan menyiapkan makanan.
Yen Yu San dan Put im suthay merencanakan, bagaimana mereka akan menghadapi partai Ngo-hong-bun dan melanjutkan perundingannya.
Tidak lama kemudian, Liauw-in balik kembali dan menyatakan kalau makanan sudah tersedia.
Alhasil, terjadi persepakatan, Put-im suthay setuju memberikan bantuan kepada Ceng-lian-sie, apalagi ada kelebihan tenaga dari si hakim bermuka merah Yen Yu San, siapa yang harus mereka takutkan?
Putusan berikutnya adalah mereka tidak menggunakan banyak tenaga, Put im suthay dan Yen Yu San berdua sudah cukup. Meninggalkan beberapa orang-orang benteng penganungan jaya dengan maksud agar orang2 itu bisa membantu Kui Hoa mengawasi orang tawanannya.
Ketua vihara Ciok-cuk-am Put-im suthay bersama Hakim bermuka merah Yen Yu San meninggalkan tempat itu, menuju ke arah kelenteng Ceng-lian-sie.
*** Dengan Beng-bu sebagai pemimpin utama benteng Penganungan Jaya, membuat penjagaan divihara Ciok-cuk-am.
Kui Hoa dan Liauw-in nikauw mengawasi orang tawanan mereka.
Sebelum berangkat, Yen Yu San meninggalkan pesan kepada Beng-bu agar mereka bisa ber-hati2 karena itulah penjagaan tidak pernah lengah!
Para jago benteng Penganungan Jaya bersembunyi di-semak2 gelap, mengawasi keadaan disekitar vihara Ciok-cuk-am.
Dibelakang vihara, tiga baris ruangan2 terang benderang.
Disalah satu ruangan itu, terdapat tiga wanita, mereka adalah Kui Hoa, Liauw-in nikauw dan Duta Keliling Ngo-hong-bun yang sudah tertawan.
Tiga perempuan muda yang cantik jelita. Masing2 memikirkan urusan sendiri, tidak seorangpun yang bicara.
Waktu2 yang tegang berlalu....
Beberapa lama kemudian, tiba2 saja Liauw In nikauw berjalan mundar-mandir, ia berpantun:
"Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali."
Eh! Seorang biarawati juga melagukan dendang asmara cinta ?
Kalau saja ditempat indehoy, suara itu akan mendapat sambutan spontan dari sang pria, jawabannya sangat mudah.
Dan kini juga ada jawaban-yawaban suara keluar dari mulut Cin Siok Tin palsu :
"Dimana adanya orang kita, disitulah musuh mati."
Jawaban yang tidak sesuai dengan jawaban aslinya !
Pantun cinta kasih remaja ini diselewengkan ?
Kui Hoa tidak mengerti akan adanya penyelewengan2 pantun itu, tapi sebagai seorang pelayan dari benteng Penganungan jaya yang terkenal, pengalaman Kang-ouwnya cukup kuat. Dia bisa menangkap sesuatu yang kurang beres, hatinya tergerak, memandang ke arah Liauw-in nikauw, juga kearah orang tawanannya, ia bertanya :
"Hei apa yang sedang kalian permainkan ? Aku tidak mengerti."
Liauw in nikauw yang tadinya sedang berhadapan dengan Cin Siok Tin palsu itu tiba2 menolehkan kepala, memandang ke arah Kui Hoa dan menjawab :
"Tentu saja kau tidak bisa mengerti."
"Kalian seperti......" Kui Hoa tidak meneruskan suaranya.
"Ya !" berkata Liauw in nikauw. "Kami adalah satu golongan. Tentu saja kau tidak mengerti."
"Satu golongan? Ah.....kau...." hati Kui Hoa tercekat. Dia tersadar, hatinya semakin was2.
Liauw in nikauw tertawa cekikikan, katanya : "Baru mengerti? He, he......"
"Apa kau bukan murid Put-im suthay?" berteriak Kui Hoa.
"Siapa yang bilang bukan murid Put-im suthay ! Sayang sekali ! Nenek tua itu lebih goblok sepuluh kali dari dirimu."
Sreet......Kui Hoa mengeluarkan pedang, mundur ke belakang dua langkah, ia membentak: "Berani kau berhianat ? Kau membangkang perintah guru sendiri ?"
Liauw in nikauw berkata :
"Tidak lama lagi dunia ini akan berubah menjadi dunia partai Ngo-hong-bun. Dan kau menyebut2 nama Put-im suthay, tidak guna, he, he, lebih baik menyerahlah. Ayo ! ber-sama2 meninggalkan tempat ini, mungkin kami bisa memberi pengampunan kepada dirimu."
Kui Hoa melintangkan pedang didepan dada, dengan dingin ia berkata :
"Kalian mengimpi ! Disekeliling tempat ini masih banyak orang benteng penganungan jaya, hanya sekali teriak, mereka bisa mengepung kalian."
Liauw in nikouw tidak menjadi gentar ia berkata : "Mereka ? Huh! Tidak satupun yang kupandang mata."
Secepat itu pula tangan Liauw in nikouw bergerak, dari sana melepus segumpalan asap putih, menyerang kearah Kui Hoa.
Kui Hoa sudah siap sedia, menyabetkan pedang dan mengelak kesamping, tapi terlambat ! Semacam bau harum semerbak menyerang hidungnya, kedua kakinya menjadi lemas, gedubrak.ia jatuh dan tidak sadarkan diri.
Ternyata Liauw-in nikauw adalah satu komplotan dengan partai Ngo-hong-bun ! Jatuhnya Kui Hoa sudah berada didalam perhitungan. Tanpa menoleh lagi, ia membungkukkan badan dan memberi hormat kepada Cin Siok Tin dan berkata: "Hamba Sim Siang memberi hormat kepada Sie-cia."
Sie-cia berarti utusan partai. Orang yang memalsukan kedudukan Cin Siok Tin itu mempunyai kedudukan diatas Liauw-in nikauw. Dia adalah Duta Keliling!
Sang utusan partai segera bertanya: "Kau menjadi anggota dari mana?"
"Anak buah lengcu panji hijau," jawab Sim Siang.
Cin Siok Tin palsu berkata:
"Jalan darah2ku telah ditotok oleh Lie Siauw San, ilmu silatku tidak bisa digunakan. Lekas gendong diriku meninggalkan tempat ini. Sebentar malam, kita berkumpul dikota Kui-lian-sha. Disana masih banyak orang kita."
"Baik." Liauw-in nikauw menerima perintah. Menoleh kearah Kui Hoa dan bertanya: "Bagaimana mempernahkan dirinya?"
"Aku takut ia membocorkan rahasia," berkata utusan partai Ngo-hong-bun itu. "Malam ini adalah malam yang menentukan, jangan takut. Ceng-lian-sie, Ciok-cuk-am dan segala tetek bengeknya, tidak satupun yang bisa lolos dari kematian. Orang kita sudah siap membereskannya. Lekas kita berangkat."
"Baik." Liauw in nikauw sudah membuka jubahnya, mengikat rambutnya yang panjang mendekati Cin Siok Tin siap untuk digendong dan dibawa lari.
Tiba2.... "Mau lari? Hei....." Itulah suara ketua Vihara Ciok-cuk-am Put-im suthay !
Wajah Liauw in nikauw berubah, tapi ia sangat pandai membawa diri, se-olah2 tidak terjadi sesuatu ia bersorak girang : "Ah...suhu sudah balik kembali !"
Terdengar desiran suara angin, didepan pintu sudah bertambah dua orang, yang satu adalah Put-im suthay, satunya lagi adalah si Hakim bermuka merah Yen Yu San.
Wajah Put-im suthay ditekuk masam2, galak dan beringas, memandang Liauw-in nikauw, ia membentak : "Murid durhaka, masih berani memanggil suhu kepadaku ?"
Liauw-in nikauw membuka mulut, katanya :
"Apa suhu batal pergi ke kelenteng Ceng lian-sie? Mengapa begitu cepat kembali? Suhu marah kepada siapa?"
Dengan senyum yang menarik, Liauw in nikauw memberi hormat kepada Pui-im suthay, mendatang semakin dekat.
Menyaksikan adanya adegan yang seperti itu, hati Yen Yu San menjadi terkejut, ia bergumam: "Wanita luar biasa. Ketenangan patut dipuji."
Tentu ada sesuatu yang diandalkan oleh Liauw in nikauw, karena itu Yen Yu San segera memberi peringatan : "Suthay, awas obat bius racun jahat !"
Terdengar suara bentakan Put-im suthay yang marah sekali : "Biar kuhajar mampus."
Berbareng dengan ucapannya tangannya terayun, memukul Liauw in nikauw.
Kalau saja pukulan itu mengenai sasaran, bisa saja batok kepala Liauw in nikauw menjadi hancur, hal ini maklum, mengingat betapa sakit hatinya seorang guru dipermainkan oleh murid sendiri, murid yang dibina sedari kecil.
Liauw in nikauw melentirkan kaki, mengelakan pukulan Put-im suthay tadi, ia sudah berada disebelah sisi sang utusan partai Ngo-hong-bun, dengan perlahan bertanya :
"Bagaimana kalau melepas tanda bahaya minta pertolongan ?"
Cin Siok Tin palsu bergoyang kepala berkata :
"Tidak perlu ! Mereka tidak berani mengganggu selembar rambutku. Lekas kau lari, meninggalkan tempat ini !"
"Baik." Liauw in nikauw menganggukkan kepala, melejit dan hendak lari dari tempat itu.
Put-im suthay sudah mengirim pukulannya yang kedua, ia tidak memberi kesempatan banyak kepada sang murid durhaka, kali ini Liauw-in nikauw mengelak sambil membentak : "Nenek tua, jangan katakan aku kurang ajar."
Sebutan panggilan guru dirubah menjadi nenek tua. Inilah suatu pendurhakaan !
Wajah Put-im suthay berubah, dengan kemarahan yang me-luap2 membentak :
"Murid durhaka, aku tidak mau menjadi orang kalau tidak mem-beset2 kulitmu."
Dengan tenang Liauw in nikauw membalas : "Nenek tua, apa betul kau kira aku takut kepadamu ?"
Betul saja ! Kini Liauw in nikauw membikin serangan balasan. Mengelak dan entah dengan cara bagaimana, tangannya tertojos kedepan, mengarah dada Put-im suthay.
*** Bab 49 BERBEDA dengan hari2 biasa, Liauw in nikauw mengubah gerak permainan ilmu silat, lincah dan gesit, suatu saat ia melewati pertahanan sang guru, melesat keluar. "Suhu." katanya tertawa. "Selamat tinggal."
Yen Yu San hendak turut ambil bagian dalam pencegatan itu, tapi tidak berhasil, betul2 ia jatuh pamor, sebagai pengurus Benteng Penganungan Jaya ia tidak berdaya mencegah kepergian Liauw in nikauw, itulah gerakan terhebat dan tercepat, memang pandangan Yen Yu San luar biasa, hatinya tercekat dan bergumam : "Mungkinkah gerakan ilmu silat pusaka dari goa siluman ?"
Kalau betul apa yang dipermainkan oleh Liauw in nikouw adalah permainan ilmu silat pusaka dari goa siluman, hal itu betul-betul sulit untuk ditandingi.
Kemarahan Put im suthay tidak tertahan, ia gagal membekuk batang leher sang murid, Liauw in nikouw sudah lari jauh karena itu ia mengejar dan berteriak : "Murid durhaka, masih mau lari ?"
Terjadi pengejaran, tapi Liauw in nikouw mempunyai gerakan yang lebih cepat dan lebih gesit dari sang guru, sebentar lagi ia akan lepas dari pandangan mata semua orang, berlompat dari satu genting ke lain genting rumah.
Tiba2...... Rasa girang Liauw in nikouw yang baru saja lolos dari bekukan sang guru lenyap mendadak, didepannya menghadang sesuatu bayangan, "Jangan ter-buru2 !" demikian bayangan itu mencegah.
"Aaaaa......" Liauw in nikouw tercekat, bletak .... Tanpa bisa dielakkan ia terpukul jatuh. Gedubrak. Liauw ia nikouw tidak bangun kembali, jatuh menggelinding dari atas wuwungan rumah.
Put-im suthay hanya bisa turut menyaksikan adanya bayangan itu, tapi ia belum melihat jelas orang yang membantu dirinya menangkap Liauw-in nikauw, karena itu ia berteriak: "Pendekar dari mana yang datang ?"
Yen Yu San segera mengenali suara si pendekar ajaib Lie Siauw San. Karena itu ia menalangi menjawab: "Itulah suara Lie Siauw San. Dia sudah pergi jauh."
Put-im suthay mengeluarkan dengusan dari hidung ia berkata: "Lie Siauw San yang pernah kau ceritakan itu."
Yen Yu San menganggukkan kepala.
Liauw in nikauw meringkuk dan menggeletak di tanah, tidak berdaya lagi.
Put-im suthay menoleh kearah murid durhaka itu, kemarahannya merangsang kembali, tangannya terayun, memukul batok kepala sang murid sambil membentak: "Murid durhaka, terima kematianmu."
Disaat ini Yen Yu San menyodorkan tangan, suatu kekuatan meluncur mencegah terjadinya pembunuhan, ia berteriak: "Suthay, tunggu sebentar !"
Put-im suthay mendelikkan mata, mempelototkan dan tidak puas kepada Yen Yu San, ia membentak: "Apa yang harus disayangkan? Mengapa kau membela seorang murid pendurhaka?"
Dengan suara perlahan Yen Yu San berkata: "Menurut hematku, orang ini sudah bukan muridmu lagi."
Put-im suthay tertegun sebentar, diperhatikannya sekali lagi, itulah wajah Liauw in nikauw, pakaian Liauw in nikauw dan bentuk tubuh Liauw in nikauw, mengapa dikatakan bukan Liauw in nikauw ?
Diulang kembali ingatan2nya, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh sang murid bukanlah gerakan-gerakan tipu silat yang diberikan olehnya, gerakan-gerakan itu sangat aneh dan cepat, jauh berada diatas daripada ilmu kepandaian yang dimiliki oleh Ngo-bie-pay. Ilmu kepandaian hebat.
"Baiklah." akhirnya Put-im suthay mau mengalah. "Mari kita seret kedalam memeriksa dirinya."
Dengan sekali tenteng, Put-im suthay membawa Liauw in nikauw kedalam ruangan dalam. Dengan penuh kebencian dibantingnya tubuh tadi, kemudian menyeret sebuah bangku duduk didepannya, memperhatikan dan memandang beberapa saat, segera ia membentak :
"Hei, bagaimana bisa terjadi hal ini ?"
Gedubrak...... Pantat anak buah Ngo-hong-bun ini membentur lantai, dia meringis kesakitan, tapi memuaskan hatinya, ia tidak mau menyembah kepada Put-im suthay. Dia sangat keras kepala. Walau jalan darahnya telah ditotok, ia tidak berusaha untuk memperbaiki posisi itu.
"Ayo !" bentak Put-im suthay. "Mengaku !"
"Huh !" nikouw palsu itu mengeluarkan suara dengusan.
"Nama aslimu Sim Siang, bukan ?" bentak Put-im suthay. "Kau adalah anak buah dari lengcu panji hijau."
Sim Siang mengubah wajah menjadi Liauw in nikauw, karena itu dialah yang memfitnah Kang Han Cing dahulu. Sim Siang menyibakkan rambutnya, dengan dingin berkata :
"Ternyata kau sudah mengikuti semua percakapan kami tadi, apa lagi yang harus ditanya ?"
"Aku hendak mendapat keterangan dari mulutmu." berkata Put-im suthay.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana ?" bertanya Sim Siang menantang.
Pok.... tangan Put-im suthay terayun, menempeleng pipi Sim Siang yang berani memalsukan muridnya itu.
"Inilah akibatnya !" berkata Put-im suthay. "Kau akan merasakan yang lebih hebat lagi."
*** Bab 50 DARAH MERAH meleleh keluar dari mulut Sim Siang, pukulan Put-im suthay tidak kepalang tanggung, itulah pukulan yang terberat. Tapi Sim Siang berkepala batu, dengan geregetan ia berkata :
"Kau memang berani. Nenek kropot, walau pasang pedang dileherku, jangan harap kau bisa mendapat keterangan."
"Kau kira aku tidak berani ?"
Betul2 Put-im suthay siap mengambil pedangnya.
Sim Siang melirik dengan ewah, ia berkata :
"Tentu saja kau berani. Memang kau seorang pemberani. Aku sudah jatuh ke dalam tanganmu, mau menempeleng, mau membunuh, inilah hak kepribadianmu. Yang penting, ingatlah baik2, kau nenek tua ini tidak mungkin hidup sampai matahari menyingsing."
Put-im suthay mengeluarkan suara lengkingannya yang menyeramkan, ia berkata : "Nah! Akan sedikit2 kukuliti dagingmu."
Sumpah Palapa 5 Dewa Arak 48 Tenaga Inti Bumi Anggukan Sapi Betina 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama