Ceritasilat Novel Online

Sabuk Kencana 13

Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung Bagian 13


Sebaliknya Gong Yu segera menjerit kaget, serunya :
"Aah, saputangan itu milik adik Wan ! dari mana kau dapatkan benda itu ?"
"Soal ini lebih baik kau tanyakan sendiri kepada sucimu !" Hoo Thian Heng sambil melirik sekejap kearah istrinya.
"Siauw Bin Loo sat" Poei Hong segera mengerling sekejap kearah suaminya sambil mengomel :
"Huuuh, kau si ular malas sial aku kawin dengan dirimu! bukan saja harus berkeliaran dalam dunia persilatan bahkan dianggap sebagai corong untuk berbicara."
Hoo Thian Heng angkat bahunya menunjukkan sikap apa boleh buat.
Terpaksa Poei Hong melanjutkan:
"Adik Yu, tahukah kau apa sebabnya pada hari ini kami ajak dirimu datang kepuncak gunung Moe Co san ini ?"
Gong Yu gelengkan kepalanya tanda tidak mengerti.
"Aaaah.." Poei Hong menghela napas panjang. "Kemarin aku serta toa suhengmu telah pergi kesana! Sapu tangan itu justru kami dapatkan diatas puncak gunung tersebut, pada batu puncak gunung tadi kami temukan juga retakan baru yang merekah besar sekali, bawah tebing merupakan sebuah jurang yang curam dan dalam. Sedang dasar jurang merupakan sebuah lembah terpencil yang penuh dengan alang2 setinggi manusia. Setelah kami lakukan pemeriksaan yang seksama akhirnya ditemukan juga bekas tanda2 yang menunjukkan ada seseorang pernah terjatuh dari atas tebing dan tepat jatuh diatas rumput yang tebal, karena aku serta suhengmu takut kau merasa pukulan batin yang berat, maka sampai sekarang peristiwa ini baru kuceritakan, karena itulah ini hari sengaja kami ajak kau datang kemari agar kau bisa mengetahui sendiri duduk perkara yang sebenarnya."
Sastrawan yang berbaju biru Hoo Thian Heng menghela napas panjang, ujarnya menyambung perkataan istrinya :
"Sayang kedatangan kami rada terlambat satu langkah !"
"Huuuh, semuanya ini gara2 si pelayan rumah makan yang bekerja seenaknya sendiri, untuk pesan beberapa macam sayurpun harus menunggu sampai beberapa jam," gerutu Poei Hong, "Kalau tidak kedatangan kami tentu akan lebih pagian, bukan saja Suma cianpwee tidak sampai menemui kesulitan bahkan persoalan yang menyangkut diri Wan-moay pun bisa dibikin jelas !"
Mengungkap kembali soal ayahnya almarhum Suma Ci Yan yang duduk disamping tak dapat menahan rasa sedihnya lagi tanpa terasa air mata jatuh berlinang dengan derasnya.
"Oleh karena itu..." ujar Hoo Thian Heng kembali. ''Wan Hiang sumoay pastilah sudah lari kepuncak tebing Mo-Co-san dalam gusar dan mendongkolnya, disitu ia mendapat kecelakaan dan terjatuh kedalam jurang sehingga mengakibatkan otaknya cedera. Dalam keadaan hilang ingatan itulah dia pasti sudah ditangkap orang2 perkumpulan Yoe Leng Kauw yang diberi julukan sebagai putri istana emas."
Ia merandek sejenak untuk tukar napas lalu terusnya:
"Maka tenaganya lantas dipergunakan oleh orang2 dari perkumpulan iblis itu untuk menjagal para jago dari kalangan lurus. Dengan kepandaian silat yang dimiliki serta ketajaman pedang Muni Kiamnya sudah pasti tak seorang pun yang sanggup melawan dirinya, kalau peristiwa ini tidak dicegah, sukar untuk dibayangkan bagaimana nanti jadinya."
Berbicara sampai disini ia melirik sekejap kearah Gong Yu, lalu katanya lebih jauh:
"Dewasa ini orang yang sanggup menaklukkan dirinya mungkin hanya adik Yu seorang, sedang diapun berada didalam kepungan para anggota perkumpulan Yoe-Leng Kauw yang berakal licik dan berhati kejam, dibawah pe?ngawasan yang ketat serta rencana yang sempurna, apakah mereka rela membiarkan dirimu berjumpa dengan adik Wan ? lagipula dia seorang yang telah kehilangan ingatan tapi ilmu silatnya masih tetap utuh. Sute, aku hendak memperingatkan dirimu, seandainya kalian sampai bertemu maka kau harus bertindak lebih hati-hati, sebab dalam keadaannya sekarang mungkin adik Wan tengah untuk turun tangan keji terhadap dirimu sebaliknya sudah tentu kau tak bakal bertindak demikian. Sedikit saja kau meleng maka bukan saja na?sib Para jago dari kalangan lurus yang ada di kolong langit bakal hancur berantakan bahkan keselamatanku serta sucimu pun bakal sangat berbahaya, mengertikah kau ?"
Gong Yu tidak menyangka kalau kejadian itu dapat berubah jadi begini serius, maka setelah mendengar perkataan dari kakak se?perguruannya dengan sikap menghormat ia menjawab :
"Siauw-te pasti akan ingat selalu pesan dari suheng !"
Keesokan harinya dengan upacara yang amat sederhana jenasah Suma Boe Yoet dikebumikan diluar kota Lam Kang, sebuah batu Bong Pay pun berdiri di depan gundukan tanah baru itu.
"Dewasa ini persoalan paling penting yang harus kita kerjakan adalah melepaskan suara dan memberitahu kepada semua pemimpin jago dari kalangan lurus untuk segera menghindarkan diri apabila berjumpa dengan dua orang gadis muda yang muncul secara berba?reng!" kata Siauw Bin Loo sat Poei Hong.
Sedikitpun tidak salah, setelah kabar itu disiarkan maka jumlah korban yang berjatuhan pun semakin berkurang secara drastis.
Hari itu ketika mereka tiba dikota Gak Yang, secara kebetulan sekali disuatu persimpangan jalan telah berjumpa dengan kakek huncwee dari gunung Bong san, Tong Soe Kiat si nelayan sakti dari sungai Gwa Kang serta Tauw Khie si pedang tunggal dan Sian Hee San.
Rombongan orang tua ini sama-sama mera?sa amat bersedih hati, tapi peristiwa sudah berlangsung jadi begini, apa gunanya mereka salahkan diri Gong Yu ?
Untung beberapa orang ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pelbagai perguruan serta partai kenamaan dalam dunia persilatan, setelah kabar ini disampaikan kepada mereka, maka setiap jago Bu-lim dari kalangan lurus yang menemukan dua orang gadis berwajah cantik melakukan perjalanan bersama segera jauh-jauh menyingkir.
Diikuti mereka memperoleh kabar yang mengatakan bahwa ada sepasang gadis kembar seringkali bermunculan didaerah sekitar pro?pinsi Koei Chiu. Dengan berdasarkan petunjuk itulah semua orang lantas mengambil kesimpulan bahwasanya markas besar perkumpulan Yoe-Leng Kauw pastilah didaerah sekitar situ.
Tetapi orang dalam jumlah banyak justru malah merepotkan, maka diputuskanlah si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng, Siauw Bin Loo-sat Poei Hong serta pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu mendapat tugas berangkat menyelidiki persoalan ini dengan jalan menyaru, sementara sepasang kuda Giok Say-coe tersebut untuk sementara waktu diti?tipkan dirumah penginapan dalam kota Gak Yang.
Sedangkan Si kakek huncwee dari gunung Bong san, si nelayan Sakti dari sungai Goan Kang serta si pedang tunggal dari Sian Hee san bertugas menghubungi orang orang dari sembilan partai besar serta lima manusia aneh dari kolong langit yang kini tinggal They Coe Tin Ceng, Soat san Seng Nie serta Pa Gak Teh Khek untuk berkumpul dikota Koei Yang Hoe dipropinsi Koei Chiu sebelum bulan sembilan hari Thiong Yang.
Mereka bertekad untuk tidak bekerja kepalang tanggung lagi, para gembong iblis itu harus dibasmi sampai keakar akarnya, sebab kalau tidak akan meninggalkan bibit bencana belaka.
Baiklah untuk sementara waktu kita tinggalkan beberapa orang jago tua ini.
Sementara itu dijalan raya yang menghubungkan Propinsi Ouw Lam dan Koei Chiu muncul sebuah kereta kuda, sang kusir adalah se?orang pemuda berkulit hitam dan bercodet diatas pipinya.
Tak usah diterangkan lagi ketiga orang itu bukan lain adalah Gong Yu, Hoo Thian Heng serta Poei Hong yang sedang menyaru.
Tampak si anak muda bermuka codet itu ayun cambuk kudanya ketengah udara .. Taar ... kuda kurus kering yang menghela kereta itu segera berlari cepat, tapi belum lama kemudian larinya kian lama kian perla?han kembali.
Mula-mula seringkali kedapatan manusia-manusia misterius yang berkelebat lewat dari sisi kereta mereka sambil memperhatikan isi kereta tersebut.
Si kakek tua yang ada didalam kereta setiap kali berjumpa dengan kejadian seperti ini ten?tu segera berteriak dengan suara yang parau :
"Hey Liong Sam, sebetulnya kereta kuda macam apa sih keretamu ini . huhh lambatnya melebihi rangkakan siput, kalau dua hari lagi belum sampai juga dikota Koei Yang. Hmm, hati-hati kau, ongkos keretamu akan kupotong tiga bagian."
Si nenek tua itu lebih-lebih payah lagi, se?panjang jalan dengan wajah murung ngomel terus tiada hentinya.
Kadangkala Liong Sam membantah juga dengan nada tidak puas:
"Jangan menghina kereta kudaku ini, kau tahu sepasang kudaku ini kuda mustika dari luar perbatasan, perjalanan yang ditempuh kudaku dalam sehari mungkin baru akan ditempuh siput dalam sepuluh tahun, kau berani bertaruh?"
Si kakek dalam kereta cuma bisa garuk2 kepala sambil menghela napas tiada hentinya.
Per-lahan2 manusia misterius yang mengawasi terus kereta kuda itu pun mulai mengendor dan akhirnya tidak ambil perhatian.
Tetapi penyakit dari kereta itu sungguh banyak sekali, kalau bukan rodanya rusak, as nya harus dibetulkan, kalau tidak terpaksa kuda?nya harus dipaku kembali. Sepanjang jalan entah harus berhenti beberapa kali, perjalanan pun semakin lambat.
Padahal dalam kenyataan dengan menggunakan kesempatan itulah mereka bertiga menyelidiki tingkah laku serta gerak gerik manusia berbaju hitam yang sering ditemui ditengah jalan.
Makin kedepan mereka berjalan makin banyak manusia berbaju hitam yang mereka te?mui, dalam keadaan begini mereka bertiga semakin berhati2 lagi dalam tindak tanduknya.
Terdengarlah sepanjang jalan orang orang itu membicarakan situasi Bu lim dengan seenaknya sendiri, dikatakan semua ciangbunjien dari sembilan partai besar hanya gentong2 nasi belaka, lima manusia aneh dari kolong langit yang kini tinggal tiga orang diibaratkan katak dalam tempurung bahkan ada pula yang berkata :
"Aku dengar katanya si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng serta si iblis berwajah riang Poei Hong pun telah menyembunyikan diri bagai cucu kura kura !"
Mendengar perkataan itu si nenek tua yang ada didalam kereta merasa sangat gusar, tapi si kakek segera menuwil ujung kakinya dengan sepatunya memberi tanda agar ia bersabar.
Demikianlah kereta kuda merekapun berlari dengan lambatnya menuju kearah Ma Ciang Peng lalu berbelok kesebelah Selatan.
Ketika sang surya telah tenggelam dibalik gunung, sampailah mereka dikota Tok Im, sebuah kota keresidenan yang penting diwilayah propinsi Koei Chiu, suasana kota itu ramai sekali.
Ketika menginap di sebuah rumah penginapan dalam kota Tok Im tersebut, mendadak si nenek tua jatuh sakit, mungkin hal ini disebabkan perjalanan yang sangat jauh. Siapapun tak akan menaruh perhatian pada si pemuda berkulit hitam yang menjadi kusir itu. Ketika kentongan kedua telah tiba, mendadak tampak sesosok bayangan hitam melayang turun dari atas benteng kota dan laksana kilat meluncur kedepan.
Bayangan hitam itu langsung berkelebat menuju ke tebing Pek Yang Gay diatas gunung Im Boe san.
Udara sangat gelap gulita, tiada bintang maupun rembulan yang menghiasi angkasa, yang ada hanya awan gelap yang mencekam seluruh jagad.
Dengan pandangan yang tajam se-olah2 berada ditempat terang saja, dengan gampang sekali bayangan hitam itu berhasil melampaui pelbagai penjagaan dan menyusup keatas tebing Pek Yan Gay tersebut.
Ketika tiba diatas tebing ia segera menyembunyikan diri dibelakang batu cadas, tapi sewaktu dilihatnya puncak tebing itu kosong melompong tiada bangunan rumah apapun jua ia jadi tercengang, pikirnya:
"Yoe-Leng-Kauw berada disini, kenapa tidak nampak bangunan rumah ditempat ini?"
Belum habis ia berpikir tiba2 dari tempat kejauhan berkumandang datang suara ujung baju tersampok angin, dalam waktu singkat orang tadi sudah melayang turun diatas puncak.
Ternyata orang itu bukan lain adalah seorang perempuan cantik serta seorang lelaki berusia empat puluh tahunan.
Gong Yu kenali perempuan cantik itu sebagai "Piauw Biauw Hujien" Moe Yoe Yauw sedangkan sang pria bukan lain adalah pengkhianat dari partai Ciong Lay Pay si burung walet ditengah mega yang kini telah berubah julukan sebagai si setan gantung putih Khong It Hoei.
Sambil menyadarkan diri kedalam pelukan Khong It Hoei, terdengar Mo Yoe Yauw menggerutu:
"Huuu, si manusia tolol berotak udang itu benar2 menggemaskan sekali, sudah bagus2 menjabat sebagai Yoe Leng Kauwcu...eeeeee! tahu2nya kedudukan itu diserahkan kepada si rase genit sialan tersebut. Hmmm, setiap kali teringat akan persoalan ini hatiku jadi khekinya bukan kepalang. Coba kau raba perutku.... hampir saja meledak saking dongkolnya !"
Perempuan ini benar benar tidak tahu malu, ia benar benar tangkap tangan Khong It Hoei dan segera dirabakan kebagian bawah perutnya, bawah gaun bajunya disingkap.
Meskipun ditempat kegelapan namun Gong Yu yang bersembunyi dibalik batu dapat melihat jelas kulit perutnya yang putih mulus.
Pada dasarnya Khong It Hoei memang seorang lelaki hidung bangor yang suka main perempuan, lagi pula dia sangat memahami keadaan lawannya, setelah tangannya merogoh kedalam celana perempuan itu tentu saja tiada kesempatan untuk ditarik keluar lagi.
Walaupun tangannya bekerja keras, mulutnyapun sempat berkata :
"Hmm, dia sih tidak lain terlalu mengandalkan kedua orang putrinya, yaitu Hoan Pek Giok si putri Bumi serta Hoan Hong Giok si putri istana emas. Sepasang kakak beradik ini memang benar-benar sudah banyak membuat jasa bagi perkembangan perkumpulan kita !"
Tiba-tiba Piauw Biauw Hujin tertawa cekikikan, sambil goyangkan pinggulnya kesana kemari makinya :
"Aduuh mak! bisa perlahan sedikit ti?dak?"
Jari tangan si setan gantung putih Khong It Hoei segera meluncur keluar dari dalam celana, dan meledaklah gelak tertawanya yang keras.
Sambil mengerling sekejap kepada kekasih gelapnya Mo Yoe Yauw berseru :
"Ayolah kita bicara yang benar, padahal si putri istana emas Hoan Hong Giok bukanlah putri kandung dari rase sialan itu !"
Gong Yu yang bersembunyi dibelakang batu segera pasang telinga dan mendengarkan dengan lebih seksama.
Sekali lagi si setan gantung putih memeluk tubuh Piauw Biauw Hujien kedalam pelukannya, dengan wajah nyengar-nyengir tengik katanya :
"Tentu saja ... sambil berbicara yang benar ... pekerjaanpun tak boleh diabaikan !"
Diikuti suara gemerisik baju disingkap ber?bunyi ditengah kegelapan, tentu saja sepasang tangan si setan gantung putih itu tak dapat tenang. Meski bekerja keras tak lupa mulutnya bertanya pula:
"Lalu siapakah dia ?"
"Lie.. Wan... Hiang !"
"Heran, bukankah dia adalah sumoay dari si pendekar tampan berbaju hijau musuh bebuyutan kita ?" tanya Khong It Hoei terce?ngang. "Darimana secara tiba tiba bisa berubah jadi putri sirase sialan itu ?"
"Mungkin disebabkan karena percekcokan dalam soal cinta. Padahal yang sebenarnya inilah hasil dari siasat keji sirase sialan itu. Ia perintahkan putrinya si putri bumi Hoan Pek Giok untuk memancing keparat cilik she-Gong itu masuk kedalam rumah penginapan, kemudian memancing pula nona Lie un?tuk menyaksikan kedua orang itu sedang bermesraan. Dalam gusarnya gadis itu lantas lari naik keatas gunung Mo-Coe-san dan dari situ ia terjun kedalam jurang. Tapi entah bagaimana jadinya ternyata ia tidak sampai ja?tuh hancur berantakan meski terjatuh dari puncak gunung, sebaliknya ingatan perempuan itu jadi hilang !"
"Ooh, kiranya begitu !"
Gong Yu yang sempat mendengarkan pembicaraan itu, sekarang baru mengerti duduk perkara yang sebenarnya.
''Hujien," mendadak terdengar Khong It Hoei berseru, "Dari mana kau dapatkan kabar berita ini ?"
"Coba terka !" Khong It Hoei segera gelengkan kepalanya berulang kali tanda tak bisa menebak.
Maka perempuan cabul itupun melanjutkan kembali, katanya :
"Itu hari kebetulan sekali Jiak Kioe Kiam Khek dari laut Tang hay sedang mencari bunga Ciong Poh Hoa berusia seribu tahun di sekitar gunung Mo Cu san, secara kebetulan ia temukan nona itu menggeletak didalam selat tersebut; mula mula dia kira nona itu adalah putri Bumi maka segera dikirim kembali keistana setan Yoe Leng Koei Hoe. Siapa sangka karena hadirnya nona itulah mengakibatkan gegernya semua Istana, ternyata telah muncul dua orang putri kembar. Tapi akhirnya sirase sialan itu kenali siapakah nona itu, mula mula dia mau bunuh gadis tersebut tapi gentar terhadap ilmu silatnya, kemudian setelah mengetahui kalau nona itu kehilangan ingatan maka muncullah satu akal dalam benaknya, ia lantas akui nona itu sebagai putrinya yang sulung dan bernama Hoan Hong Giok dengan gelar putri Istana Emas. Sejak itu harilah semua anggota perkumpulan kita dikerahkan keempat penjuru, asal menjumpai munculnya jago kenamaan dari kalangan lurus, mereka berdua segera diutus untuk membinasakan jago2 tadi."
"Demikian Thian Hong sangjien dari partai Siauw lim, Hian Cing tootiang dari partai Bu tong, Lauw Bong si dewa arak dari istana langit serta Suma Boe Yoet si pelancong yang suka berkelana telah mati binasa semua ditangannya. Andaikata suatu hari kelima jago aneh dari kolong langit dapat dibasmi habis semua, rasanya kalau tinggal si pendekar tampan berbaju hijau seorang tidak terlalu sulit untuk sekalian digulung ludas !"
"Oleh karena itulah Sin Koen merasa jasa sirase itu paling besar, maka kedudukannya secara sukarela diserahkan kepadanya!" sambung Khong It Hoei.
Sembari bercakap2 mendadak kedua orang itu berputar kebelakang sebuah batu dan lenyap.
Mula-mula Gong Yu merasa tercengang, ia segera membuntuti ketempat itu. Akhirnya ditemuilah tiang batu itu ternyata otomatis bisa buka tutup sendiri, maka segera pikirnya :
"Kalau aku tidak memasuki sarang harimau, darimana bisa menolong Wan-moay?"
Ia pun segera mendorong batu cadas tadi hingga terbuka, dibawah batu cadas tadi merupakan sebuah lorong bawah tanah yang amat panjang. Tanpa berpikir panjang ia segera melayang turun kedalam lorong tersebut.
Luas lorong itu kurang lebih lima depa dengan tinggi delapan depa, setiap jarak sepu?luh tombak terdapat sebuah mutiara berwarna hijau diatas dinding sebagai penerangan.
Dengan cepat si anak muda itu putar otak, ia merasa dalam lorong rahasia itu sama se?kali tiada terdapat tempat persembunyian, andaikata dari depan secara mendadak muncul musuh, bukankah hal ini bakal celaka?
Untung letak markas besar dari perkumpulan Yoe Leng-Kauw ini selamanya rahasia dan misterius, oleh karena itu penjagaan ditempat itu sangat kendor sekali.
Ditambah pula ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Gong Yu sudah mencapai pada taraf yang amat sempurna, oleh karena itu kecepatan geraknya di tempat kegelapan boleh dibilang laksana kilatan cahaya, sepanjang jalan meski terdapat pos2 penjagaan namun jejaknya sama sekali tidak ketahuan.
Dari kejauhan tampak Piauw-Biauw Hujien sedang menggape kearah Khong It Hoei dan bergerak menuju keistana setan Yoe-Leng Koei-Hoei.
Si pendekar tampan berbaju bijau segera mengeluarkan ilmu ginkang "Peh Teh Yoe Heng"nya untuk membuntuti Mo Yoe Yauw, saking lihaynya kepandaian tersebut hingga sama sekali tidak mengeluarkan suara sampai2 jago lihay seperti Mo Yoe Yauw pun sama sekali tidak merasa.
Setelah berbelok kekiri menikung kekanan mendadak Gong Yu temukan sebuah papan nama tergantung didepan sebuah bangunan rumah, diatas papan nama itu bertuliskan kata kata "Putri Bumi".
Dengan cepat si anak muda itu menyelinap masuk ketempat kegelapan, pikirnya:
"Tempat ini pastilah tempat tinggal dari si putri Bumi Hoan Pek Giok, kalau begitu tempat tinggal adik Wan Hiang tentu tidak jauh dari sini..."
Pada saat itulah tercium bau harum berhembus lewat, dari lorong sebelah depan berjalan datang seorang nona berbaju putih serta seorang perempuan cantik berusia setengah baya.
Perempuan itu mengenakan mahkota kebesaran diatas kepalanya, pakaian yang dikenakan adalah jubah hitam bersulamkan sembilan burung hong yang menghadap sang surya, dandanan yang begitu aneh dan lucu itu hampir saja membuat si pendekar tampan berbaju hijau yang menyembunyikan diri ditempat kegelapan tertawa kegelian, tapi untung ia sadar bahwa keadaannya sangat berbahaya dan mati hidupnya mempengaruhi kesejahteraan Bu lim, mesti geli ia hanya tertawa didalam hati saja.
Tak usah dikatakan lagi perempuan berdandan aneh itu bukan lain adalah siluman rase berwajah bunga To Hoan Soh Soh serta putrinya Hoan Pek Giok.
Setelah memegang pucuk pimpinan perkumpulan Yoe Leng Kauw, Siluman berwajah bunga To ini semakin genit dan lucu.
Terdengar ia berkata : "Giok jie, lain kali dalam melakukan pekerjaan kalian harus lebih berhati-hati dan jangan sampai meninggalkan bekas apa pun jua ! Misalkan saja peristiwa digunung Moe Co san, meskipun Siauw Yauw Loo jie berhasil dibinasakan tetapi putri kesayangannya berhasil melarikan diri, lagi pula Hong Giok tidak semestinya menggunakan pedang Muni Kiam tersebut sehingga asal usulnya ketahuan, seandainya karena peristiwa itu hingga mengakibatkan terpancing datangnya bocah she Gong itu, bukankah keadaan kita bakal berabe ?"
"Ibu !" Sahut Hoan Pek Giok sambil mencibirkan bibirnya dengan nada tidak puas. "Kenapa sih setelah kau menjabat sebagai kauwcu, nyalimu agaknya malah bertambah kecil ? Yang berhasil melihat pedang Muni kiam itu toh cuma Suma Loo jie seorang, setelah dia modar siapa lagi yang dapat bocorkan rahasia ini ?"
"Budak dungu, toh kalian tidak mengejar gadis Suma itu hingga turun gunung ? darimana kalian bisa tahu kalau ia sudah pergi jauh? Sekalipun sudah turun gunung, apakah ia tak dapat balik lagi ?"
Rupanya Hoan Pek Giok percaya bahwa dugaan ibunya tak bakal meleset, maka lantas dia berkata :
"Ibu, janganlah kau ungkap kembali persoalan ini, lain kali aku pasti akan menuruti perkataanmu dan bertindak lebih berhati hati. Eeeeei.... bukankah ayah masih dikurung? Kenapa kau tidak pergi menengok dirinya ?"
"Hmm, dia terlalu kejam, aku hendak mengurung dirinya selama hidup !" sahut siluman rase berwajah bunga To itu dengan wajah menyeringai seram.
"Kalau begitu bagaimana kalau besok pagi aku ajak adik Hong Giok untuk pergi menengok orang tua itu? toh diapun anak kandungnya."
Air muka Hoan Soh Soh seketika itu juga berobah hebat, bentaknya:
"Kalau kau berani berbuat demikian orang pertama yang akan kubunuh adalah kau sendiri !"
Selama hidup belum pernah Hoan Pek Giok menjumpai ibunya menunjukkan kegusaran seperti hari ini. Sambil menangis tersedu sedu segera lari kedalam kamarnya.
Bruuk!! pintu dibanting keras keras dan isak tangis yang menggema keluar dari balik kamarpun kedengaran semakin santer.
To Bin Yauw Hoe menghela napas panjang, ia segera berlalu dari sudut lorong lain.
Diam-diam Gong Yu menyusup keluar dari tempat persembunyian setelah bayangan tubuh perempuan itu lenyap dari pandangan, hanya dalam dua tiga belokan saja ia telah berhasil menemukan tempat tinggal si putri Istana Emas.
Tanpa menimbulkan sedikit suarapun ia dorong pintu kamar dan berjalan masuk kedalam, kamar itu nampak indah dan megah sekali, Lie Wan Hiang dengan mengenakan pakaian tidur sedang berbaring diatas pembaringan.
Gong Yu jadi kegirangan setengah mati, tak tahan serunya :
"Adik Wan !" Putri istana emas segera berpaling, menda?dak dengan alis berkerut tegurnya:
"Siapa kau? berani benar memasuki kamar tidur dari pun kuncu !"
Melihat kekasihnya sama sekali sudah tidak kenal dengan dirinya lagi, Gong Yu jadi sangat gelisah buru2 ujarnya lagi:
"Aku adalah engkoh Yu-mu, Adik Wan Hiang. Apakah kau sudah tidak kenal dengan diriku lagi?"
Setelah tempo hari dipanggil nona Lie Wan Hiang oleh Suma Boe Yoet waktu berada digunung Mo Co san, dan kini dipanggil la?gi sebagai adik Wan Hiang oleh seorang pria asing, putri Istana emas mulai sangsi dan menaruh curiga, walaupun ingatannya sudah hilang tapi kejadian selama beberapa hari terak?hir masih teringat semua dengan jelas.
Lagipula ia merasa seperti mengenal dengan pemuda ini, bahkan suara itu mendatangkan rasa mesra dan sangat dikenal olehnya membuat dia semakin bimbang lagi.
Pada saat itulah mendadak pintu dibuka orang, disusul serentetan suara teguran dingin berkumandang memecahkan kesunyian:
"Pendekar tampan berbaju hijau, kau bera?ni datang kemari, itu berarti kau hantarkan diri sendiri kedalam perangkap !"
Mendengar ucapan itu Gong Yu segera berpaling, tapi ketika dilihatnya orang yang munculkan diri didalam ruangan itu bukan lain adalah Hoan Pek Giok yang menyebabkan mereka suami istri berdua harus berpisah dengan akalnya yang licik dan membuat orang Bu lim jadi terancam jiwanya, hawa gusar yang sela?ma ini terpendam seketika meledak.
Kini mendengar pula ucapan yang begitu sombong, pemuda kita kontan tertawa seram, serunya :
"Sekalipun istana setan Yoe-Leng Koei-Hoe adalah perangkap langit jala bumi kalau aku orang she-Gong ingin datang, siapa yang be?rani melarang? aku berani datang kesini berarti sudah tak kupikirkan lagi keselamatan jiwaku ..."
Ucapan yang begitu gagah seketika membuat kedua orang nona itu diam-diam merasa kagum.
-00d0O00w0- Bab 31 SETELAH merandek sejenak, terdengar ia berkata lebih lanjut : "Nona Hoan, perbuatanmu pada hari-hari belakangan ini merupakan perbuatan terkutuk yang memancing kegusaran serta makian para jago Bu lim. Walaupun di belakang layar masih ada orang yang mendalangi peristiwa ini tapi keadaanmu jauh berbeda dengan keadaan su-moayku Lie Wan Hiang, ingatannya berada dalam keadaan tidak beres sedang kau ... kau ada gadis terkutuk penyebab dari kesemuanya ini .."
Makian ini betul-betul membuat wajah Hoan Pek Giok berubah hebat.
Dengan alis berkerut putri Bumi segera membalas dengan nada gusar :
"Pendekar tampan berbaju hijau, buat apa kau ngoceh terus ? pun Kuncu senang meli?hat siapa mati, orang itu tak akan lolos dari cengkeramanku, sekalipun lima manusia aneh dari kolong langit juga tidak terkecuali !"
"Hmm! Sekalipun ibumu sendiri siluman rase berwajah bunga To pun takkan berani bersikap jumawa seperti kau, apalagi kamu hanya seorang budak ingusan, berani benar bicara sesumbar seenaknya sendiri, hmm ! aku betul-betul merasa sayang bagi dirimu !"
"Merasa sayang ? lebih baik merasa sayanglah pada dirimu sendiri !" jengek Hoan Pek Giok dengan wajah menghina, "sudah kau pikirkan belum, justru jiwa muda yang cemerlang seperti kaulah yang patut disayangi kalau harus musnah pada saat seperti ini !"
"Sudah, lebih baik tutup bacotmu percuma beradu silat terus, bicara lebih banyakpun tak ada gunanya!"
Berbicara sampai disitu lantas menoleh ke arah putri Istana Emas dan ajaknya:
"Adik wan, tempat ini bukan tempat yang baik, sudah sepantasnya kalau kita segera tinggalkan tempat ini !"
Selama ini putri Istana Emas hanya mendengarkan pembicaraan kedua orang itu dengan mulut membungkam, meskipun ingatannya sudah hilang tapi dalam hati kecilnya ia mengerti jelas keadaan segala sesuatunya, terdengar ia bergumam seorang diri :
"Pendekar tampan berbaju hijau kok kulit badannya hitam dan wajahnya bercodet, masa begitu pantas disebut pendekar tampan ?"
Gong Yu yang mendengar perkataan itu jadi melengak, tapi segera ia tertawa terbahak bahak.
"Haaah... haaah.., haah.., tidak aneh kalau adik Wan tidak kenali diriku, ternyata aku sudah lupa melepaskan topeng yang menutupi wajahku. Nah, lihatlah wajahku yang asli !"
Berbicara sampai disini dengan cepat ia melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya sehingga muncullah seraut wajah yang tampan dan menawan hati.
Walaupun Putri Istana Emas sudah tak dapat ingat lagi siapa orang ini, tapi dari dasar hati kecilnya segera muncul suatu perasaan kasih yang amat kental membuat sorot matanya tanpa terasa menjadi luwes dan ramah kembali.
Putri Bumi yang menyaksikan kejadian ini jadi amat terperanjat, buru2 teriaknya:
"Adik Hong Giok! Jangan dengarkan ocehan ngaco belo dari keparat cilik itu, perbuatannya menyusup masuk kedalam kamar Kuncu sudah merupakan suatu perbuatan yang berdosa, apalagi ucapannya mengandung bisa ia harus segera dibunuh..."
Kekiri keparat cilik, kekanan keparat cilik, lama kelamaan hawa gusar yang bergelora dalam dada Gong Yu tak terkendalikan lagi. Weeesss ...! sebuah pukulan yang amat tajam segera dilancarkan membabat tubuh perempuan itu.
Sejak semula Hoan Pek Giok sudah mengetahui akan kelihayan serta keganasan angin pukulan dari si pendekar tampan berbaju hijau, tentu saja berada dalam keadaan begini ia tak berani menerimanya dengan keras lawan keras, buru2 badannya berkelebat kesamping menghindarkan diri dengan ilmu langkah "Yoe Hoen Biauw Ca Ci Soet" atau ilmu langkah sukma gelandangan.
"Adik Hong Giok, cepat tangkap dan bekuk keparat cilik ini, kalau tidak bila sampai ketahuan ibu, beliau pasti tak akan bersenang hati ..." seru perempuan itu memperingatkan.
Mendengar seruan itu Putri Istana Emas segera berpikir dalam hatinya :
"Aaaah benar ! Mana boleh kubiarkan seorang pemuda asing memasuki kedalam kamar pribadiku ?"
Berpikir demikian bahunya segera bergerak, jari tangannya bagaikan cakar burung elang segera mencengkeram keatas tubuh Gong Yu diiringi desiran angin tajam.
Buru buru si anak muda itu menggerakkan badannya kesamping untuk menghindarkan diri.
"Eeei ....?" mendadak Putri istana emas berseru tertahan, rupanya ia temukan kalau pihak lawanpun menggunakan gerakan tubuh yang sama dengan kepandaiannya untuk meloloskan diri.
Sementara itu sambil berkelit kesamping, kembali Gong Yu berseru dengan suara lembut :
"Adik Wan.. sumoay,..apakah kau tak dapat menilai diriku dari persamaan ilmu silat yang kita guhakan? Apakah kau tidak merasa bahwa kita berasal dari satu perguruan yang sama?"
Seruan2 yang amat jitu itu kontan membuat Putri Istana Emas terdiam kebingungan !
Putri Bumi melihat itu lalu segera berseru :
"Mana mungkin mempunyai hubungan yang erat dengan keparat cilik itu? Dia adalah seorang penipu..."
"Penipu?" gumam Putri Istana Emas dengan rada bingung dan ragu2.
"Benar, dia sedang menipu dirimu!" sahut Putri Bumi dengan suara yang tegas serta meyakinkan. "Tatkala kau kehilangan kesiap-siapannya, maka dia akan menggunakan cara yang keji untuk menyerang dirimu, kemudian membinasakan dirimu !"
Pendekar tampan berbaju hijau tahu meski pun ingatan Putri Istana Emas telah hilang, tapi terhadap dirinya gadis itu masih mempunyai satu perasaan pernah kenal dengan dirinya, tapi justru karena hasutan2 serta teriakan teriakan dari Hoan Pek Giok itulah urusan jadi semakin berabe.
Tanpa terasa timbul napsu membunuh di atas wajahnya, dengan rasa penuh kebencian bentaknya:
"Perempuan lonte! kalau ini hari aku tak berhasil membinasakan dirimu, dunia kangouw pasti akan kacau dan keadilan pasti sukar ditegakkan dikolong langit !"
Begitu ucapan terakhir meluncur keluar, bahunya telah bergerak menubruk kedepan bagaikan seekor burung rajawali.
Putri Bumi tak berani menghadapi serangan itu dengan gegabah, begitu melihat si anak muda itu menggerakkan tubuhnya, laksana kilat pula ia enjotkan tubuhnya meloncat keluar dari dalam ruangan.
Melihat tabrakannya mengenai sasaran kosong, Gong Yu segera memaki kalang kabut.
"Lonte busuk yang berhati licik, kau hendak lari kemana ?"
Sekali lagi ia meloncat kedepan untuk mengejar gadis itu.
Mendadak... tampak cahaya merah berkelebat menyilaukan mata disusul munculnya sesosok bayangan hijau, Putri Istana Emas dengan pedang Muni Kiam terhunus telah ber?diri menghadang didepan pintu, katanya:
"Seandainya mengikuti tabiatku sehari-hari, jiwa saudara pasti akan kucabut seketika itu juga. Tapi entah bagaimana terhadap dirimu aku tidak tega untuk turun tangan. Hey orang muda, lebih baik menyerahlah kepadaku dan nantikanlah hukuman yang akan dijatuhkan ibuku kepadamu !"
"Wan Hiang sumoay," seru pendekar tam?pan berbaju hijau dengan hati yang sangat gelisah. "Aku benar benar adalah kakak seperguruanmu, ayahmu adalah pemilik dari benteng Cian-Liong-Poo yang bernama Lie Kie Hwie, beliau telah dikurung oleh siluman rase berwajah bunga To didalam istana setan Yoe-Leng Koei-Hoei ini, sedang ibumu telah mati kena bubuk beracun yang disebarkan anak buah perkumpulan Yoe Leng Kauw, mereka semua adalah musuh besarmu yang harus kau bunuh dan kau basmi sampai ludas ..."
Rupanya Putri Istana Emas menaruh simpatik yang mendalam sekali dengan pemuda ini, terutama sekali mimik wajahnya dikala berbicara serta nada suaranya yang lantang, kesemuanya ini memberikan suatu perasaan se-akan2 orang itu mempunyai hubungan yang sangat intim dan akrab dengan dirinya, dan ia merasa yakin bahwa perkataan si anak muda itu bukan sengaja untuk menipu ataupun membohongi dirinya.
Tapi .. siapakah sebenarnya orang ini? Ia tak dapat memikirkannya barang sedikitpun jua. Sehingga ia akhirnya berkata:
"Kau mengatakan aku adalah sumoaymu Lie Wan Hiang, benarkah ucapanmu itu?"
Pada saat itulah didalam istana setan Yoe Leng Koei Hoe terjadi kegaduhan, bayangan setan berseliweran dimana mana, seorang perempuan berdandan sangat menyolok diiringi Putri Bumi mendadak muncul didalam ruangan itu.
"Hong Giok," terdengar perempuan itu berseru, "Semua perkataan yang diucapkan adalah ucapan ngaco belo belaka, kau harus tahu nak, dalam dunia persilatan terdapat banyak sekali kaum penipu. Anak yang baik! Kau janganlah sampai terpesona oleh rayuan2nya yang memikat hati. Ayoh cepat tangkap dirinya dan serahkan kepada ibumu !"
Berbicara sampai disitu ia lantas berpaling kearah putri Bumi dan memerintahkan kepadanya untuk kumpulkan seluruh jago lihay yang ada didalam istana setan itu untuk bersama sama menangkap si pendekar tampan berbaju hijau itu.
Dengan membawa perintah, putri Bumi Hoan Pek Giok segera berlalu dari situ, semen?tara putri Istana Emas telah melangsungkan pertarungan sengit melawan Gong Yu.
Walaupun tenaga lweekang yang dimiliki si anak muda itu jauh lebih sempurna daripada kekuatan sumoaynya Lie Wan Hiang, namun dalam pertarungan ini keadaan hanya berlangsung dalam keadaan seimbang, sebab perta?rungan ini amat mengekang kebebasannya untuk bergerak, ia takut salah bergerak sehingga mengakibatkan terlukanya gadis itu dan mem?buat dia harus menanggung penyesalan selama hidup.
Pertarungan seperti ini boleh dibilang amat rikuh dan memaksa tenaga, bagi Putri Istana Emas ia dapat menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk merampas kemenangan, sebaliknya bagi pemuda tersebut paling banter hanya bisa menggunakan kekuatannya sampai tujuh bagian belaka..
Untung sewaktu masih berada didalam lem?bah Leng lm Kok, seringkali Gong Yu bertukar pikiran dengan adik seperguruannya ini, oleh karena itu terhadap setiap unsur jurus serangan yang digunakan Lie Wan Hiang telah dipahami terlebih dahulu sebelum gadis itu selesai menggunakan jurus serangannya, oleh sebab itu setiap kali dapat berkelit atau menghindar dengan tepat.
Disamping itu iapun merasa sedih karena istri kesayangannya Lie Wan Hiang telah kehilangan ingatan sehingga terjerumus ketangan lawan, juga ia merasa bingung karena saat ini sudah terkepung didalam sarang lawan yang memiliki banyak jago lihay.
Berpikir demikian sepasang alisnya kontan berkerut, ikat pinggang kumalanya yang berwarna hijau segera dicabut keluar, dengan jurus "Giok Soe-Yauw Hong" atau pohon kumala bergoyang tertiup angin ia kunci datangnya serangan pedang Muni Kiam dari putri Istana Emas yang menggunakan gerakan "Tok Heng Ko Wan" atau Tok Heng melakukan perjalanan jauh, setelah itu bukan maju malah mundur ia tubruk keluar dari ruangan tersebut.
Melihat datangnya tubrukan, Siluman rase berwajah bunga To yang baru saja menjabat sebagai Kauwcu baru perkumpulan Yoe Leng Kauw segera menggetarkan pergelangannya menciptakan selapis bayangan bunga yang menyilaukan mata untuk menghalangi kepergian pemuda itu.
Si pendekar tampan berbaju hijau segera mendorong sepasang telapaknya kedepan, segulung angin pukulan bagaikan amukan ombak dahsyat ditengah samudra segera menghajar tubuh siluman rase itu.
Sebelum angin pukulan tiba, hawa tekanan bagaikan tindihan gunung telah menghalau datang memaksa siluman rase berwajah bunga to itu harus mengundurkan diri dengan segera.
Menggunakan kesempatan yang amat singkat itulah, si pendekar tampan berbaju hijau telah menyerobot keluar dari ruangan tersebut.
---dw--- Jilid : 22 BARU saja ia tiba diluar pintu, dari balik lorong melayang datang dua sosok bayangan hitam yang langsung menerjang kearahnya, mereka adalah "Hiong Hoen" nomor dua si kakek bisa dingin Cia Ie Chong serta "Hiong Hoen" nomor tiga si kakek racun es Chin Teng San.
Pendekar tampan berbaju hijau membentak gusar, ikat pinggang kumala ditangan kirinya segera dikebaskan ke muka dengan jurus "Lok Im Hoei Hong" atau Mega rontok tersapu puyuh, memaksa mundur ancaman dua macam senjata berbisa dari kedua orang itu, diikuti badannya berkelebat lewat. Dengan suatu gerakan yang manis ia telah ngeloyor keluar lewat celah lubang diantara kedua orang itu.
"Hiong Hoen" nomor satu, si kakek Seratus Bangkai Kiang Tiang Koei mengerti bahwa dengan andalkan kepandaian silatnya sulit untuk menghadang jalan pergi musuhnya.
Meski dimulut ia berkaok kaok kegusaran namun dengan menggunakan kesempatan setelah melancarkan sebuah babatan maut, badannya segera menyingkir kesamping memberi jalan kepada musuhnya untuk lewat.
Sambil bertempur pendekar tampan berbaju hijau mengundurkan diri terus dari kepungan lawan. Baru saja ia berhasil meloloskan diri dari kepungan ketiga orang "Hiong Hoen" tersebut kembali tubuhnya terjerumus kedalam kepungan "Pit Gan Ok Poan" atau Ha?kim kejam bermata sipit dari gunung Kouw Louw san, Say Bin Toojien dari gunung Touw san, Ang Hoat TauwTo atau pendeta beram?but merah dari Ceng Hay, "Kioe Ci Tok Kay" atau pengemis keji berjari Sembilan Kouw In dari gunung Im san serta Tay Bok Touw Eng atau burung elang botak Peng Ciam Kwee dari gunung pasir, lima orang "Lee Pok".
Dalam kenyataan ilmu silat yang dimiliki kelima orang "Hiong Hoen" tersebut hanya saja dikarenakan ketiga orang "Hiong Hoen" itu jauh lebih tua dan lagipula menggembol ben?da beracun, maka mereka diberi kedudukan yang jauh lebih tinggi.
Pendekar tampan berbaju hijau tak berani pandang rendah musuh2nya, telapak kiri melepaskan babatan maut yang gencar, ikat pinggang kumala ditangan kanannya diiringi desiran tajam bagaikan gulungan angin puyuh menyambar kesana menyapu kemari, sementara tubuhnya menerjang masuk kedalam ruangan Sin Loo Tiam.
Ruang Sin Loo Tiam adalah ruangan besar dibagian depan dari istana setan Yoe Leng Koei Hoe untuk mengadakan perundingan atau rapat anggota.
Begitu kakinya melangkah masuk kedalam ruangan tersebut, segera dilihatnya "Yoe Leng Sin Koen" Ci Tiong Kian, "Piauw Biauw Hujien" Mo Yoe Yauw, "Jiak Kioe Kiam Khek Kioe Ek serta "Tiang Coen Siancu" Siok Soat Ang telah mengepung dirinya didalam kepungan.
Sambil tertawa seram terdengar Yoe Leng Sin Koen berseru :
"Hey manusia she Gong!! Meskipun kepandaian silatmu melebihi orang lain dan kau memiliki bekal ilmu silat yang ampuh dan sakti, tetapi kalau kau ingin meloloskan diri dari kepungan kami beberapa orang .... Hmm. nantikan saja kalau sang surya terbit dari ufuk sebelah barat...Tapi seandainya kau suka takluk kepada perkumpulan kami, bukan saja kedudukan Kauwcu dari perkumpulan Yoe Leng Kauw ini dikemudian hari akan kuserahkan kepadamu, bahkan dendam kesumat serta sakit hati yang pernah kita buat pada masa yang silam kuhapuskan dengan begitu saja."
"Bukan begitu saja, bahkan Putri Bumi Hoan Pek Giok serta Putri Istana Emas Hoan Hong Giok akan sangat menguntungkan diri?mu!! Bagaimana kalau kau pikirkan dulu tawaranku ini?"
Dengan sepasang alis yang berkerut Pende?kar tampan berbaju hijau tidak buka suara ataupun menjawab.
"Adik Yu!" Tiang Coen siancu segera buka suara dengan nada yang genit. "Ucapan dari sin koen tiada jeleknya bagimu malah justru sangat menguntungkan dirimu, kabulkanlah permintaan itu..."
Pada dasarnya dalam hati Gong Yu sudah merasa amat gusar, saat ini hawa amarahnya semakin berkobar. Dengan sepasang mata yang berubah jadi merah membara, ia menghardik keras:
"Tutup mulut anjingmu !"
Suaranya keras bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong membuat hati semua orang terasa bergetar keras.
"Jiak Kioe Kiam Khek" si jago pedang bola daging dari Tang Hay merasa malam ini adalah kesempatan yang terbaik baginya untuk menuntut balas atas sebuah tendangannya waktu berada di tebing Ciat Liong Nia, ia segera tertawa seram.
"Heeeh ... heeeh ... heeeh ... anjing cilik, kalau memang kau begitu tak tahu diri, lebih baik aku sempurnakan saja dirimu agar cepat2 menjadi dewa disorga !"
Begitu mulutnya melontarkan kata2 yang terakhir, sekilas cahaya pelangi berwarna keperakan segera membelah angkasa menerjang si anak muda itu.
Begitu ia mempelopori turun tangan, sisanya yang tiga orangpun segera melancarkan pula serangan2 mautnya.
Diantara keempat orang gembong iblis itu, kalau dikatakan paling lihay ilmu silatnya adalah "Yoe Leng Sin Koen" Ci Tiang Kian serta Tiang Coen siancu dua orang, setelah itu barulah si pendekar pedang bola daging dari laut Tang Hay. Piauw Biauw Hujien Mo Yoe Yauw adalah orang yang terlemah diantara beberapa orang itu.
Gong Yu segera mempertunjukkan kelihayan dari ikat pinggang kumalanya, ditambah pula dengan keanehan serta kesaktian dari ilmu langkah Chiet Ciat Thay Nah It, dalam pertarungan itu ia tetap sempat menyerang maupun bertahan. Tetapi untuk melepaskan diri dari kepungan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang.
Luas ruangan Sin Loo Tiam tersebut luas sekali, dalam waktu singkat sudah ada empat lima puluh orang jago2 lihay dari perkumpulan Yoe Leng Kauw yang berkumpul disitu, cuma saja mereka hanya berdiri ditempat kejauhan sambil berteriak2 memberi semangat kepada jago jagonya.
Mendadak dari antara gerombolan manusia berjalan keluar masuk seorang nenek tua bongkok yang rambutnya telah beruban, sambil membawa sebuah tongkat baja Kioe Tauw Thiat Ciang, ia awasi sejenak suasana dalam kalangan pertempuran, lalu dengan hati kegirangan ujarnya :
"Keparat cilik, kau benar2 seorang bocah ingusan yang tak takut langit dan tak takut bumi, aku si orang tua tidak percaya kalau kau sanggup menahan serangan gabungan dari begini banyak jago2 lihay !"
Sambil berseru tongkat bajanya yang berwarna hitam mengkilap diiringi desiran tajam langsung dikemplang keatas batok kepala Gong Yu.
Pada dasarnya nenek tua bongkok ini mempunyai tenaga sakti yang amat besar, ditambah pula tongkat bajanya termasuk senjata kelas berat, begitu senjatanya menyapu, keluar deruan angin puyuh segera melanda keempat penjuru.
"Piauw Biauw Hujien" Mo Yoe Yauw melirik sekejap ketengah kalangan, mendadak sambil tarik kembali senjatanya ia meloncat mundur kebelakang dan berdiri disisi kalangan dengan napas terengah engah.
Rupanya ia tahu akan kekuatannya sendiri walaupun ilmu silat yang dimilikinya tidak lemah tetapi kalau ingin ditandingkan dengan pendekar tampan berbaju hijau, maka ia masih ketinggalan jauh sekali. Dari pada mengganggu gerakan yang lain maka secara sukarela ia mengundurkan diri terlebih dahulu dari kalangan.
Dengan ikut sertanya si nenek bongkok berambut putih ini, suasana dalam kalangan pertarunganpun segera berubah, daya tekanan terhadap si anak muda itupun bertambah beberapa kali lipat.
Haruslah diketahui baik "Yoe Leng sin Koen" Ci Tiong Kian, Kioe Ek, si nenek bongkok berambut putih Loo Peng Sim, semuanya merupakan jago2 lihay dari kalangan sesat yang cukup menggetarkan hati semua orang.
Sungguh tak nyana empat orang jago lihay itu pada saat ini harus berkumpul jadi satu untuk mengerubuti seorang pemuda tampan, bahkan kepungan mereka sama sekali tidak membawa hasil apapun jua, seandainya kabar berita itu sampai tersiar didalam Bu lim, tanggung nama besar mereka akan hancur berantakan tak ketolongan lagi.
Makin bertempur keempat orang gembong iblis itu merasa semakin terperanjat, dalam sekejap mata lima ratus jurus telah berlalu.
Sementara itu kauwcu baru dari perkumpulan Yoe Leng Kauw, si Siluman rase berwajah bunga To Hoan Soh Soh dengan membawa Putri Bumi serta Putri Istana Emas telah muncul dalam ruangan tersebut.
Semua anak murid perkumpulan terkecuali mereka yang sedang bertempur segera memberi hormat kepada Kauwcu berjubah hitam bersulamkan sembilan ekor burung hong menghadang sang surya itu, tidak terkecuali pula diri Piauw Biauw Hujien sendiri.
"Para Kauwcu tak usah banyak adat !" seru Siluman rase berwajah bunga To dengan suara lantang.
Sinar matanya segera dialihkan ketengah kalangan dimana pendekar tampan berbaju hijau sedang bertarung, tampaklah diatas wajahnya yang ganteng dan diliputi naptu membunuh secara lapat lapat mulai dibasahi oleh keringat.
Ditengah ancaman cahaya pedang yang berkilat dan deruan angin toya yang mendenging denging, setiap gerakan tubuhnya cepat dan lincah, setiap serangannya memaksa pihak lawan harus mundur dengan cepat, siapa pun tak berani menghadapi si anak muda itu dengan keras lawan keras.
Selama berlangsungnya pertempuran itu putri Bumi merasakan sesuatu perasaan yang sangat aneh, setiap kali sorot matanya terbentur dengan sorot mata pemuda tersebut, jantungnya segera berdebar keras, hal ini membuat dia tak berani beradu pandangan lagi dengan pihak lawan.
Kepandaian silat yang dimiliki Gong Yu memang terhitung lihay dan amat sempurna, tetapi berhadapan dengan musuh yang amat tangguh dan kesemuanya merupakan gembong gembong iblis yang merajai dunia persilatan, keadaannya keteter juga. Sekalipun ia sudah berusaha dengan pertaruhkan selembar jiwa?nya akan tetapi usahanya untuk menerjang keluar dari kepungan selalu menemui kegagalan.
Dalam hati lantas pikirnya :
"Apakah jiwaku harus dikorbankan ditempat ini juga pada malam yang ganas seperti ini?"
Berpikir demikian tanpa sadar ia himpun segenap tenaganya dan bersuit sedih berulang kali, dengan menyalurkan seluruh kekuatan tenaga "thay Sie Hian Thian Sinkang" yang dimilikinya ia terjang Yoe Leng Sin Koen.
Buru2 Rasul sakti sukma gentayangan itu gulung sepasang lengannya didepan dada kemudian kirim dua pukulan "Hian Sat Im Kang" untuk melawan ancaman lawan.
Dua gulung hawa pukulan sesat dan lurus ini segera saling membentur satu sama lainnya ditengah udara... Blaaam! Ditengah ledakan dahsyat Ci Tiong Koan segera mendapat pirasat jelek, sekalipun ia cepat tahu keadaan dan berusaha menghindar, tetapi badannya tergetar mundur juga sejauh tiga langkah kebelakang termakan oleh gulungan hawa pukulan yang amat dahsyat itu.
Sebaliknya pendekar tampan berbaju hijau hanya merasakan sepasang bahunya bergetar keras, tapi sedikit merandek itulah diserang angin tajam sudah menyapu datang dari belakang punggung. Breeet ..! bajunya segera tersambar robek jadi beberapa bagian.
Tak usah menoleh lagi, dia tahu perbuatan itu pastilah hasil pukulan dari toya besi si nenek bongkok yang berat laksana bukit.
Dalam posisi yang terjepit tiada pilihan lagi baginya untuk bertindak, Haait...! Sepasang lengannya ditangkis keatas, dengan tangan kirinya ia segera tangkis datangnya kemplangan itu, sekujur tangan kontan terasa linu dan sakit tergencet oleh hantaman tersebut.
Dalam pada itu si nenek bongkok sedang bergirang hati karena melihat kemplangan toyanya bakal mencabut jiwa pemuda itu, siapa tahu mendadak. Blaaam! se-olah2 menghantam diatas kapas yang empuk tanpa tenaga memantul, pukulannya buyar dengan begitu saja, ia jadi amat terperanjat terutama sekali ketika melihat toyanya malah menceng beberapa depa kesamping dan pergelangan tangannya terasa kesemutan.
Kedua jurus serangan itu berlangsung da?lam waktu yang amat singkat dan cepat bagaikan sambaran kilat, bukan si nenek bongkok itu saja dibikin terkesiap, sampai2 si jago pedang Bola Daging dari laut Timur serta Tiang Coen Siancu pun merasa amat terperanjat oleh cara bertarung yang mempertaruhkan jiwa itu.


Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk sesaat meskipun lengan kiri pendekar tampan berbaju hijau tak sanggup diangkat kembali saking sakitnya, tapi ia tetap berlagak pilon seakan akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, sementara keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi jidatnya.
Ditengah ketegangan mencekam seluruh ruangan itulah, mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang tiada hentinya dari luar pintu istana setan.
Dua sosok bayangan manusia laksana kilat telah menyerbu masuk kedalam ruangan itu, diiringi kilatan cahaya yang menyambar kesana kemari, begitu hebat terjangan kedua sosok bayangan manusia itu sampai2 ketiga orang "Hiong Hoen" serta ketujuh orang Lee Pok tak sanggup mempertahankan diri.
Dengan cepat semua orang alihkan sorot matanya keluar kalangan, ternyata kedua sosok bayangan manusia itu adalah sepasang suami istri yang telah lanjut usia, wajah mereka terasa asing sekali.
"Yoe Leng sin Koen" Ci Tiong Kian sekalian jadi melengak, sebelum mereka sempat berbuat sesuatu, kedua orang itu telah mulai dengan serangan2 mautnya lagi. Ikat pinggang ditangan nenek tua itu laksana seekor ular putih langsung menggulung kearah Yoe Leng Sin Koen sementara seruling kumala ditangan si kakek dibarengi dengan hembusan kipas sakti yang maha dahsyat menghalau diri Jiak Koen Kian Khek.
Dengan adanya peristiwa ini maka situasi kembali berubah, karena harus menghadapi terjangan musuh tangguh, terpaksa Jiak Kioe Khek serta Yoe Leng Sin Koen harus memisahkan diri dari kedua orang rekan lainnya untuk menghalau ancaman yang ditujukan kepada mereka.
"Bagus sekali!" mendadak terdengar si Jago pedang Bola Daging dari laut Timur itu berteriak keras. "Rupanya kau adalah si cungcu dari perkampungan Pa ln San cung, si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng. Hmm, kalau begitu tak usah lagi, si nenek tua pastilah si iblis wanita berwajah riang Poei Hong adanya. Bagus! Itulah yang dinamakan jalan kesorga sudah tersedia kalian tak mau lewat, pintu ke neraka tertutup justru kamu malah kemari!"
Baru saja perkataan itu selesai diutarakan, tiba2 dari tengah kalangan melayang keluar sesosok bayangan hitam, diantara membetot dan mengebasnya sepasang lengan bayangan tersebut, tubuh Jiak Koen Kiam Khek yang bundar bulat seperti bola itu telah menggelinding keatas tanah tiada hentinya.
Terdengar orang tua itu sambil tertawa dingin berkata :
"Lebih baik kau segera enyah dari sini! Lebih baik kurangilah lagak sokmu di hadapan siauwhiap !"
Habis berkata kembali kakinya melancarkan sebuah tendangan kilat.
Kioe Ek si Jago pedang bola daging dari laut Tang hay menjerit keras, badannya bagaikan bola yang disepak mencelat ke arah tubuh si nenek bongkok dengan kecepatan bagaikan kilat.
Si nenek bongkok dari negeri Hoe Sang itu hanya merasakan pandangan matanya jadi kabur, tahu2 segumpal bola daging telah meluncur keatas dadanya.
Dalam keadaan kaget dan gugupnya cepat2 ia bergeser kekiri untuk berkelit, tapi sayang gerakan tubuhnya itu kurang cepat Blaaak ! Tidak ampun lagi tubuhnya tertumpuk oleh benda berbentuk "Bola daging" itu dan robohlah mereka berdua diatas tanah.
Terdengar si nenek tua yang baru datang itu tertawa merdu, kemudian kepada Putri Istana Emas yang ada didalam ruangan serunya :
"Wan Hiang sumoay, ayoh cepat ikutilah sucimu Poei Hong segera tinggalkan istana setan didunia jagat ini !"
Putri Istana Emas semakin kacau lagi pikirannya, dengan perasaan bimbang dan ragu pikirnya :
"Kenapa setiap orang yang datang dari luar selalu menyebut diriku sebagai Wan Hiang? apakah namaku sebenarnya bukanlah Hoan Hong Giok...?"
Sementara dia masih berdiri melengak dan termangu mangu, siluman rase berwajah bunga To yang baru saja menduduki jabatan sebagai kauwcu perkumpulan Yoe Leng Kauw telah menghardik dengan wajah adem kaku:
"Siauw Bin Loo sat, kalau kau ingin merusak hubungan kami ibu dan anak dengan kata2 yang tidak genah itu .... Hmm! Perbuatan itu seperti juga bermimpi disiang hari bolong."
Tiba-tiba tampak si kakek tua yang baru datang itu ayunkan seruling kumalanya ke tengah udara, lalu berseru :
"Lepaskanlah mereka pada hari ini, toh hari kemudian masih amat panjang !"
Begitu selesai berkata ia segera melangkah keluar terlebih dahulu dari ruang istana setan Yoe Leng Koei Hoe tersebut diikuti si nenek tua dibelakangnya.
Dalam pada itu para jago dari perkumpulan Yoe Leng Kauw secara beruntun telah bermunculan dimana mana, sambil bersuit panjang pendekar tampan berbaju hijau segera mendorong sepasang telapaknya kedepan, segulung angin pukulan yang luar biasa dengan cepat menyongsong kedatangan orang orang itu.
Keempat orang gembong iblis itu menyadari semua sampai dimanakah kedahsyatannya angin pukulan pemuda itu, siapapun tak ingin mempermainkan keselamatan sendiri, diiringi jeritan aneh mereka sama2 menyingkir ke?samping.
Dalam sekejap mata pendekar tampan berbaju hijau telah melayang keluar dari istana setan diiringi suitan nyaring, dan didalam beberapa kali loncatan ia sudah berada diatas tebing Pek Yan Gay.
Di situ ia jumpai suheng serta sucinya sedang menggape kearahnya, maka dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh "Long Hoei Kioe Thian" atau Naga Terbang Sembilan Nirwana merekapun segera meluncur kebawah tebing menuruni bukit Im Boe san tersebut.
Beberapa saat kemudian para jago lihay dari perkumpulan Yoe Leng Kauw telah mengejar keluar dari istana mereka, tapi yang mereka jumpai hanya tanah yang kosong serta udara yang gelap belaka, tak sesosok bayangan manusiapun yang nampak.
Melihat akan hal itu, Yoe Leng Sin Koen menghela napas sedih.
"Sin Koen ! Kenapa kau harus bersedih hati karena lolosnya pendekar tampan berbaju hijau itu dari perangkap kita ?" seru Tiang Coen Siancu sambil tertawa merdu. "Toh kita sudah persiapkan umpan yang wa?ngi ditempat ini, cepat atau lambat sang ikan pasti akan terpancing juga !"
"Benar !" Jiak kioe Kiam Khek menambahkan. "Seandainya pada malam ini secara tiba2 tidak muncul si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng serta istrinya Siauw Bin Loo sat Poei Hong yang membantu, asal bergebrak dua ratus jurus lagi keparat cilik itu niscaya sudah berhasil kita bekuk batang lehernya. Sekarang apa yang bisa kita katakan lagi ? Lebih baik menanti kesempatan baik yang lain saja..."
"Apa salahnya kalau kita ber-sama2 mengejar turun kegunung ?" timbrung si nenek bongkok dari negeri Hoe sang dengan nada penasaran.
"Aaii..! dikejar kebawah gunung percuma saja," sahut Yoe Leng Sin Koen sambil menghela napas panjang. "Dengan tenaga gabungan kita berempat pun, si keparat cilik itu masih sanggup mempertahankan diri tanpa menunjukkan gejala kalah, apalagi kalau kita harus memencarkan diri, malahan mungkin kita yang bakal kena dicelakai oleh dirinya.
Daripada harus rugi dan menanggung resiko, maka aku rasa ucapan dari Siancu barusan memang tepat sekali, setelah kita mempunyai umpan yang wangi, cepat atau lambat dia pasti akan kembali lagi kesini. Mari kita bersama sama kembali dulu kedalam istana Koei- Hoe, malam ini juga kita rundingkan siasat yang bagus ....."
Selesai berbicara ia masuk lebih dahulu ke dalam gua disusul para jago yang lain.
Tebing Pek Yan Gay hanya tertinggal hembusan angin malam musim gugur yang dingin, suasana pulih kembali dalam keheningan dan kesunyian......
Fajar baru menyingsing. Udara bersih tak berawan, burung berkicau menambah semaraknya suasana dipagi hari itu. Mendadak disebuah rumah penginapan dikota Tok In telah timbul heboh, karena mereka temukan lenyapnya sepasang suami istri berusia lanjut serta seorang kusir kuda berkulit hitam.
Tapi sang pemilik rumah penginapan itu melarang para pelayannya untuk menyiarkan kabar ini sebab mereka duga beberapa orang itu pasti pergi tidak jauh atau mungkin sedang keluar kota mengunjungi sanak keluarganya, karena kereta kuda bobrok yang masih tertinggal dalam rumah penginapan itu kalau dijual masih laku lima puluh tahil perak lebih.
Baru saja matahari naik keudara, telah muncul beberapa orang lelaki kekar bermata bengis masuk kedalam rumah penginapan itu untuk mencari tahu jejak ketiga orang itu.
Merasakan keadaan yang gawat dan tidak menguntungkan, sipemilik rumah penginapan itu segera berusaha cuci tangan dengan mengatakan pernah melihat tiga orang berdandan demikian.
Sementara itu pada saat yang bersamaan, didalam benteng itu Liong Poo yang berada dikaki gunung In Boe san telah bertambah dengan hadirnya seorang tamu tak diundang.
Pemilik benteng tak ada dirumah, pelayanpun sudah kabur semua, sarang laba laba penuh diatas dinding dan debu melapisi lantai membuat suasana dalam bangunan rumah yang amat besar itu kelihatan menakutkan sekali.
Pendekar tampan berbaju hijau yang teringat kembali tiga tahun berselang dikala ia masih kecil pernah mengunjungi tempat itu, kini kembali ketempat yang sama dengan suasana yang berbeda membuat hatinya sedih dan menghela napas tiada hentinya.
la teringat akan kegagahan dari Cian Liong Kie Hwie pada waktu itu, keramah tamahan serta kasih sayang dari tuan rumah perempuan si pendekar burung hong hijau Thio Sie serta kelincahan dari Lie wan Hiang.
Siapa tahu dari kedua orang tua itu yang satu mati karena keracunan sedang yang lain tertangkap oleh siluman rase berwajah bunga To Hoan Soh Soh dan hingga kini nasibnya belum ketahuan.
Sedangkan Lie Wan Hiang ? Ia kehilangan ingatan dan tertangkap pula oleh orang orang perkumpulan Yoe Leng Kauw.
Satu keluarga yang semula hidup tenang penuh kebahagiaan, kini ternyata harus tercerai berai tidak keruan karena perbuatan dari orang orang perkumpulan Yoe Leng Kauw.
Berpikir sampat disini hawa amarahnya kontan meluap, sambil menggebrak meja yang amat tebal hingga hancur berantakan, gumamnya seorang diri:
"Seandainya aku Gong Yu tidak berhasil membasmi habis semua anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw bersumpah tidak mau jadi manusia !"
Siauw Bin Loo sat Poei Hong yang ada disamping ikut merasa berduka karena kejadian itu.
Si Sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng sendiri, walaupun menggerutu tiada hentinya, tapi karena takut siauw sutenya tak bisa menahan diri sehingga mengakibatkan kacaunya masalah besar, segera menimbrung dari samping:
"Adik Yu, kalau dibicarakan dari kekuatan yang dimiliki pihak istana setan Yoe Leng Hoe, kendati belum sanggup menandingi kerubutan para jago yang ada dikolong langit, tapi seandainya mereka bisa gunakan tenaga itu sesempurna mungkin, maka sulitlah bagi kita untuk meramalkan lebih dahulu siapa yang bakal menang dan siapa yang bakal kalah."
Berbicara sampai disini ia merandek sejenak, kemudian tambahnya :
"Misalnya saja dengan kejadian kemarin malam, andai kata para gembong iblis itu berhasil memaksa adik Wan Hiang untuk turun tangan, coba bayangkan akan berubah jadi bagaimanakah posisi kita ? Keadaan kita pada saat itu sepuluh lipat akan lebih runyam lagi. Kau harus tahu, walaupun dalam hal ilmu silat Wan-moay masih kalah jika dibandingkan dengan dirimu, tapi dengan andalkan kekuatan yang dimilikinya belum tentu kau bisa menangkan dirinya di dalam tiga lima puluh jurus, apalagi kau mempunyai rasa was was dan sangsi untuk turun tangan terhadap dirinya, didalam hal tenaga dalam kau sudah mengalami kerugian terlebih dahulu. Asalkan dia berhasil mengurung dirimu, maka untuk beberapa saat lamanya kau akan temui kesulitan untuk meloloskan diri."
"Sedangkan sucimu masih dapat mengatasi diri Tiang Coen Siancu, sebaliknya aku? Paling banter hanya bertanding seimbang dengan jago pedang bola daging itu."
"Seandainya keadaan kita tidak beruntung dan terjerumus dalam posisi seperti itu, coba pikirlah apakah kita bertiga sanggup melepaskan diri dari kepungan mereka dengan begitu saja? Memang bagi kita urusan mati hidup hanya suatu persoalan... tapi seandainya karena kejadian itu maka seluruh inti sari jago kalangan lurus yang ada didalam Bu lim jadi musnah, hingga tiada orang yang sanggup menandingi kekuatan dari orang2 perkumpulan Yoe Leng Kauw lagi, bagaimana jadinya ? Menurut pendapat siauw heng, alangkah baiknya kalau tindak tanduk kita mulai sekarang harus lebih berhati hati dan lebih direncanakan, jangan bekerja menurut napsu angkara murka serta emosi belaka."
Ucapan yang panjang lebar ini, segera membuat pendekar tampan berbaju hijau berdiri tertegun, keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
"Kalau dibicarakan soal akal muslihat," ujar Poei Hong pula. "Para anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw yang dasarnya memang licik dan banyak akal sudah pasti tak akan melepaskan posisi yang sangat menguntungkan itu dengan begitu saja, sedangkan apa sebabnya mereka tidak sampai menggunakan cara ini, aku duga hal ini tentulah mempunyai sangkut paut yang erat dengan pulihnya kembali daya ingatan Wan moay."
Mendengar sampai di sini Pendekar tampan berbaju hijau secara tiba2 teringat kembali akan tanya jawab yang dilangsungkan dengan Putri Istana Emas belum lama berselang, ia merasa hal ini membuktikan bahwa gadis itu masih mempunyai satu perasaan seakan akan pernah kenal dengan dirinya.
Maka semua peristiwa mengenai pertemuan dengan Lie Wan Hiang untuk pertama kalinya diceritakan semua tanpa ketinggalan sepatah katapun.
Selesai mendengar kisah tersebut, Hoo Thian Heng berseru tertahan dan berkata :
"Ehmmm, coba lihat ! Makanya aku merasa heran kenapa Yoe Leng kauwcu tidak menggunakan cara yang sangat baik ini untuk menggencet kita, rupanya ia sudah mengetahui juga bahwa setelah pertemuan antara dirimu dengan putri istana emas mengakibatkan perubahan pada wajah gadis itu, jadi jelas sudah karena takut daya ingatannya pulih kembali seperti sedia kala maka dia melarang adik Wan untuk munculkan diri bertempur melawan dirimu."
"Walaupun begitu," Siauw Bin Loo sat setelah termenung sejenak, "Andaikata kedua belah pihak sama sam bertindak menanggung resiko dan menggunakan siasat mengusir harimau menerkam serigala, mungkin saja mereka dapat menggunakan cara seperti ini. Seandainya usaha mereka berhasil maka dunia persilatan sejak itu hari akan menjadi kekuasaan perkumpulan Yoe Leng Kauw, sebelum dua rasul Bu lim munculkan diri. Sebaliknya kalau gagal mereka bisa segera membinasakan Lie Wan Hiang kemudian melarikan diri ketengah gunung. Andaikata demikian keadaannya bukankah kita menanggung rasa sesal sepanjang hidup?"
"Su... suci....! aa...aku aku rasa piiipihak perkumpulan Yoe...Yoe Leng Kauw,,, taa.,.tak nanti bisa mee...melakukan...nnnya... " bisik Gong Yu.
Selamanya pemuda ini selalu berbicara lancar, tapi kali ini ucapannya ternyata terputus, hal ini tidak lain lantaran hatinya sudah dibikin keder oleh dugaan sucinya mengenai siasat keji "Mengusir Harimau menerkam Srigala" tersebut.
"Menurut penglihatanku," ujar Siauw Bin Loo sat lagi tanpa berpikir kembali. "Sembilan puluh persen perkumpulan tersebut pasti akan menggunakan siasat keji ini !"
"Hong Moay !" Hoo Thian Heng yang selama ini mengikuti pembicaraan dengan membungkam berseru dengan nada cemas. "Kalau memang kau sudah tahu kalau perkumpulan tersebut bakal menggunakan siasat yang begitu keji untuk menghadapi kita, kenapa kau malahan menerobos masuk kedalam mulut harimau? Dan jauh2 dari rumah penginapan dikota Tok ln pindah kemari ?"
Siauw Bin Loo sat segera tertawa merdu.
"Aduuuh .... masa cuma persoalan inipun kau tidak mengerti, sungguh hebat amat kau ini.."
"Hong moay, aku selalu mengerti kalau kau mempunyai kecerdikan yang melebihi orang lain, sebenarnya kau punya akal bagus apa sih? Cepatlah diutarakan keluar agar semua orang mendengar!" pinta suaminya sambil melirik sekejap kearah Gong Yu adik seperguruannya.
"Cara yang memiliki sih tidak tentu musti bagus, cuma... rasanya hanya satu cara ini saja yang rasanya paling bagus untuk digunakan menghadapi orang2 dari perkumpulan Yoe Leng Kauw."
"Kaliau harus tahu, kita berdiam didalam benteng Ciang Liong Poo ini serta berdiam dikota Tok In adalah sama2 tidak tenangnya, tetapi kenapa kita musti pindah kemari dan bukannya tinggal dikota saja?"
"Setelah peristiwa yang cukup menggemparkan kemarin malam terjadi, pihak perkumpulan Yoe Leng Kauw pasti akan melakukan pencarian besar2an untuk mencari jejak kita dan benteng Cian Liong Poo inipun pasti tidak dikecualikan, tapi ditempat ini mempunyai dua macam kebaikan."
"Pertama, bangunan rumah ini adalah tempat tinggal adik Wan Hiang dikala masih kecil, umpama kata ia muncul ditempat ini kita bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk memulihkan kembali daya ingatannya, sebaliknya kalau ia tidak datang maka tempat ini boleh dikata cukup aman bagi kita."
"Menurut dugaanku pihak lawan pasti tak akan berlega hati untuk mengajak adik Wan Hiang memasuki benteng Cian Liong poo ini, asal sumoay tidak datang, maka dari kalangan perkumpulan Yoe Leng Kauw ada siapa lagi yang sanggup menandingi kekuatan Yu-te? Bukankah dengan demikian berarti keadaan kita sama halnya dengan menjaga pohon sambil menanti kelinci? Kalau pihak lawan datang seratus, kita bunuh dulu lima puluh orang diantaranya."
"Kedua, tempat ini merupakan tempat strategis yang menguasai hubungan lalu lintas menuju ke tebing Pek Yan Gay, apabila pihak perkumpulan Yoe Leng Kauw ada maksud pindah sarang ketempat lain, justru tempat inilah merupakan pos yang paling bagus untuk mengawasi gerak gerik mereka."
"Justru disebabkan sekali tepuk dapat dua hasil inilah, maka aku mengambil keputusan untuk pindah dari kota Tok In menuju kebenteng Cian Liong Poo yang terpencil dan tiada penghuni ini."
"Haaah...haaah...haaah.. itu sih cuma ilmu mengatur tentara yang tercatat diatas kertas," ejek Hoo Thian Heng sambil tertawa. "Sedangkan mengenai tepat atau tidaknya dugaanmu terhadap tindak tanduk pihak lawan, harus kita buktikan dikemudian hari !"
"Suheng, kali ini kau kalah bertaruh," mendadak Gong Yu berseru dengan alis berke?rut, "Sebentar lagi bukti yang kau inginkan segera akan tertera didepan mata !"
Baru saja ucapan itu selesai diutarakan, segera terdengarlah suara ujung baju tersampok angin mendekati benteng Ciang Liong Poo.
Ketiga orang itu dengan cepat menyembu?nyikan diri di tempat kegelapan untuk meng?hindari pemeriksaan orang.
Pada saat itulah...Sreeet! Sreeet! secara beruntun dari tembok luar benteng tersebut meluncur datang lima sosok bayangan manusia.
Begitu munculkan diri kelima orang itu segera memutar sepasang biji matanya memeriksa keadaan disekeliling tempat itu. Tampaklah suasana dalam ruangan dan kebun sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, yang nampak hanyalah bayangan pohon yang bergoyang terhembus angin.
Rupanya sang pemimpin dari kelima orang itu menggunakan kode "Lee Pok" diatas dadanya, sementara keempat orang lelaki berbaju ungu lainnya merupakan anggota anggota dari ketiga puluh enam "Yoe Leng" atau Sukma gentayangan, yakni Yoe Leng nomor sembilan belas, dua puluh, dua puluh satu dan dua puluh dua.
"Lee Pok" nomor tujuh bukan lain adalah Ang Hoat Tauw to dari propinsi Ceng Hay, pada dasarnya sebagai seorang manusia yang licik dan banyak akal bagaikan rase, lagipula sudah terbiasa melakukan kejahatan dimana2, ia berpengetahuan luas sekali.
Pada saat itu sambil berdiri ditengah kebun, perintahnya :
"Kalian semua cepat membagi diri jadi dua kelompok, dan geladah seluruh benteng ini, apabila menemukan jejak musuh segera kalian berkumpul untuk menghadapi secara bersama !"
Keempat orang itu mengiakan, dengan membagi diri jadi dua kelompok bergerak mereka berempat masuk kedalam benteng itu.
"Yoe leng" nomor sembilan belas serta "Yoe Leng" nomor dua puluh baru saja melangkah masuk keruang tengah lewat serambi samping, mendadak iganya terasa jadi kaku. Sebelum ingatan kedua berkelebat didalam benaknya mereka telah jatuh tak sadarkan diri.
Sedangkan "Yoe Leng" nomor dua puluh satu serta Yoe Leng nomor dua puluh dua yang baru saja memasuki ruangan lewat pintu samping, ternyata mengalami nasib yang sama pula.
Setengah peminuman telah lewat, namun ke empat orang "Sukma gentayangan" itu masih belum juga menonjolkan diri.
Seperminum teh kembali sudah lewat tapi nasib mereka bagaikan batu yang tenggelam didasar samudra.
Ang Hoat Touwto dari propinsi Ceng Hay ini mulai merasa tidak tentram pikirnya :
"Apakah musuh tangguh benar-benar didalam benteng ini? Umpama hal itu benar...! waaah bakal celaka, jangan dikata aku Ang Hoat Tauwto hanya seorang diri, sekali pun ada sepuluh orang macam diriku pun tak nanti bisa menandingi kelihayan dari keparat cilik berbaju hijau itu, apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Berpikir sampai disitu, iapun membatin lebih jauh:
"Bagaimana seandainya aku mengundurkan diri terlebih dahulu untuk melapori kejadian pada Kauwcu, andaikata dugaanku meleset bukankah perbuatanku ini bakal dijadikan bahan tertawaan orang lain ? Mereka pasti akan menuduh aku bernyali kecil dan takut urusan !"
Sementara hatinya masih ragu2, dan penuh diliputi kesangsian, mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang dari belakang punggungnya membuat ia jadi sangat terperanjat.
Buru-buru ia geserkan badannya berganti langkah dan melayang mundur sejauh delapan depa, kemudian menyapu seluruh kalangan dengan pandangan tajam. Tetapi ... tiada nampak sesosok bayangan manusiapun muncul disekitar sana.
Baru saja ia merasa heran dan tidak habis mengerti, dari belakang punggungnya kembali berkumandang datang suara tertawa seram.
Ang Hoat Tauwto benar benar merasakan nyalinya jadi pecah, tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang pentolan Liok lim yang punya nama besar, segera ia mundur sambil menoleh. Kali ini dugaannya tidak meleset, tepat di hadapannya telah berdiri seseorang yang bukan lain adalah musuh besarnya yang telah mengobrak abrik istana setan "Yoe Leng Koei Hoe" kemarin malam.
Ia tahu keempat "Yoe Leng" yang dibawanya pasti sudah tak berkutik lagi berhadapan dengan tiga orang musuh yang begitu dansyatnya, pendeta itu sadar bahwa dengan andalkan kekuatannya sendiri pasti bukan tandingan lawan, dari pada tertawan ditangan musuh hingga harus menanggung penghinaan dan ejekan, ia segera mengambil keputusan untuk membereskan nyawa sendiri.
Sambil meraung keras senjata Bok Hie bajanya dilontarkan keatas diikuti pukulan Bok Hie yang ada ditangan kirinya diayun kebawah, bukan musuh diserang sebaliknya ubun2 sendirilah yang dihantam dengan sekuat tenaga.
Braaak ! Darah segera muncrat keempat penjuru, batok kelapa yang hancur berantakan serta otak yang berhamburan diatas lantai, pendeta berambut merah itu menjerit ngeri kemudian badannya roboh terjengkang keatas tanah dan habis sudah riwayatnya.
Pada dasarnya raut wajah Ang Hoat Tauwto dari Propinsi Ceng Hay ini memang seram dan bengis, ditambah pula kematiannya yang begitu mengerikan membuat keadaan pendeta itu kelihatan semakin menggidikkan hati.
"Kita harus segera mengubur kelima jenasah orang ini sebaik baiknya hingga tidak sampai ketahuan pihak musuh !" ujar Hoo Thian Heng kemudian dengan suara lirih.
Beberapa saat kemudian sebuah liang kubur yang dalam dan besar telah dipersiapkan.
Terdengar Siauw Bin Loo sat berkata seraya mengerlingkan biji matanya yang jeli.
"Aku pikir pakaian yang dikenakan kelima orang itu ada gunanya bagi kita dikemudian hari, kenapa tidak kita lepaskan saja dan dipersiapkan dalam usaha kita untuk menyusup kedalam istana setan?"
Sudah tentu pendekar tampan berbaju hijau serta sastrawan berbaju biru menyetujui akan usul tersebut, maka pakaian yang dikenakan kelima orang anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw dilepaskan, kemudian sesosok demi sesosok mayat mayat itu dilemparkan kedalam liang kubur yang telah dipersiapkan.
Mendadak... terdengar suara teguran yang nyaring dan bernada serak berkumandang memecahkan kesunyian.
"Bagus! bagus sekali ! disiang hari bolong ternyata kalian telah membunuh orang dan sekarang berusaha untuk melenyapkan jejak, apakah kamu semua tidak jeri terhadap hukum pemerintah ?"
Mendengar teguran tersebut ketiga orang itu menjadi amat terperanjat, segera bentaknya nyaring.
"Jago lihay darimanakah yang telah datang? kenapa tidak segera unjukkan diri untuk bertemu ?"
Walaupun diluaran mereka berteriak demikian, dalam hati tidaklah berpikir begitu, mereka anggap markas besar perkumpulan Yoe Leng Kauw berada disekitar situ, siapa yang telah datang tak usah diragukan lagi pastilah jago lihay dari perkumpulan tersebut.
Dengan memisahkan diri jadi tiga bagian, ketiga orang itu segera meluncur kearah mana berasalnya suara tadi, sambil menubruk kemuka masing2 orang melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Angin puyuh berhembus dengan hebatnya menyapu keluar, membuat sebatang pohon song tua yang telah berusia ratusan tahun terbabat putus jadi dua bagian dan roboh ke atas tanah dengan menimbulkan suara yang amat memekikkan telinga.
Haruslah diketahui ilmu Koe Loe Sin kang dari Siauw Bin Loo sat Poei Hong, ilmu "Kian Goan Khiekang" dari sastrawan berbaju biru, serta ilmu "Lhay Sie Hian Thian sinking" dari pendekar tampan berbaju hijau merupakan ilmu sakti yang tiada taranya dikolong langit.
Tiga tahun berselang "Peng Pok Sin Mo" Loe Thiam Cong yang menyebut dirinya sebagai pemimpin dari sepuluh manusia sesatpun tak sanggup menahan sebuah hantaman dari Poei Hong pada waktu itu, apalagi saat ini mereka bertiga melancarkan serangan secara serentak, bisa dibayangkan sampai dimanakah kehebatan dari hasil pukulan mereka.
Pada saat yang bersamaan pula meluncur keluar sesosok bayangan putih menembusi angkasa, orang itu berdandan siucay dan membawa teko serta cawan teh ditangannya, selang?kah demi selangkah dengan ilmu langkah Leng Sie Poh Hoat melayang turun keatas permukaan bumi.
Begitu menyaksikan orang yang baru saja munculkan diri bukan lain adalah "Pa Gak Teh Khek" atau si jago Minum teh dari gunung Pa Gak san Louw Poet Thong, ketiga orang jago kita segera berseru kaget hampir pada saat yang bersamaan :
"Aaah, Louw cianpwee, kiranya kaulah yang sudah datang, silahkan turun kebawah!"
Berada ditengah udara Louw Poet Thong Si jago minum teh dari gunung Pa Gak San meneguk secawan teh, lalu sahutnya :
"Badanku yang tinggal beberapa batang iga ayam ini tak akan sanggup menahan pukulan maut dari kalian bertiga. waaduh ! hampir saja aku mati konyol !"
Berbicara sampai disitu badannya sudah melayang turun diatas kebun bunga di depan ruangan.
Sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng, Siauw Bin Loo sat Poei Hong serta pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu segera maju memberi hormat kepada jago tua ini.
Kiranya si jago minum teh dari gunung Pa gak san ini, sejak pertarungannya diatas gunung Soe Bong san dimana perkumpulan Yoe Leng Kauw mengalami kekalahan total lantas kembali kegunungnya di propinsi Su Cuan un?tuk memetik teh liar dan mengasingkan diri.
Suatu hari si pedang tunggal dari gunung Sian Hee san datang berkunjung, waktu itulah dia baru tahu kalau sahabat karibnya Lauw Bong Leng si dewa dari istana langit, Suma Boe Yoet si pelancong yang suka berkelana serta Thian Hong sangjien dari partai Siauw lim, Hian Cing Tootiang dari partai Bu-tong, dua bersaudara Cia dari partai Tiam-cong telah mengalami nasib jelek ditangan orang Yoe-Leng kauw.
Disamping itu diapun mendapat undangan dari rekannya itu untuk segera berangkat keperbatasan propinsi Ouw Lam dan Koei Chiu untuk bergabung dengan pendekar tampan berbaju hijau sekalian guna membasmi perkumpulan Yoe-Leng Kauw habis habisan pada bulan sembilan hari Tong Yang yang akan datang.
Mendengar sahabat karibnya menemui ajalnya ditangan musuh, Pa-Gak Teh-Khek merasa sedih bercampur gusar, maka setelah si pedang Tunggal dari gunung Sian-Hee san itu berpamitan untuk berangkat kegunung Ceng-Shia, dia sendiripun buru2 menyusul datang.
00d0Ow000 Bab 32 DITENGAH jalan mendadak satu ingatan cerdik berkelebat dalam benaknya, ia se?gera putar haluan dan berangkat menuju ke benteng Cian Liong Poo yang terletak dikaki gunung ln Boe san, sebab ia menaruh curiga terhadap daerah sekitar sana.
Siapa sangka baru saja tubuhnya memasuki benteng tersebut, segera ditemuinya para jago dari perkumpulan Yoe Leng Kauw sedang melakukan pemeriksaan terhadap benteng tersebut, diikuti bagaimana ia saksikan "Yoe Leng" nomor sembilan belas, dua puluh, dua puluh satu dan dua puluh dua tertotok jalan darah kematiannya ditangan Gong Yu sekalian, ia pun menyaksikan bagaimana "Lee Pok" nomor tujuh Ang Hoat Tauwto bunuh diri dengan menghancurkan batok kepala sendiri.
Sebagai seorang yang suka bergurau dan menggoda orang, setelah Pa Gak Teh Khek menyaksikan orang yang sedang dicarinya berada disitu, maka timbul keinginannya untuk menggoda mereka.
Begitulah dalam suatu kesempatan yang dirasakan tepat ia lantas melontarkan kata2 yang menggoda untuk mengagetkan ketiga orang jago muda itu, untung dia memiliki ilmu langkah "Leng Sie Poh" yang lihay, kalau tidak niscaya tubuhnya sudah hancur termakan oleh tenaga pukulan gabungan ketiga orang itu.
Kini setelah berjumpa dengan ketiga orang jago muda ini, dia lantas menanyakan gerak gerik dari perkumpulan Yoe Leng Kauw dimasa masa belakangan ini, oleh si iblis wanita berwajah riang maka diceritakanlah semua peristiwa yang telah terjadi.
Mendengar semua kejadian itu, dengan hati sedih bercampur gusar Louw Poet Thong segera berkata :
"Para anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw ini memang betul-betul merupakan manusia laknat berhati keji dan berakal licik, seandainya Gong sauwhiap tidak berhasil mengetahui siasat licik mereka sewaktu berada dipuncak gunung Soe Bong san tempo dulu, entah ada berapa banyak jago lihay dan ka?langan lurus yang bakal menemui ajalnya dengan sia sia. Sungguh tak nyana saat ini mereka telah menggunakan kesempatan yang baik ini untuk menggunakan titik kelemahan dari Lie Wan Hiang untuk mengacau Bu-lim .... Hmm ! Semula aku sih masih merasa terlalu keji se?andainya kalian membasmi mereka hingga ludas, tapi sekarang .. setelah menyaksikan semua perbuatan mereka, aku baru sadar bahwa tindakan kita semacam itu sebenarnya ti?dak termasuk keterlaluan !"
"Louw cianpwee," ujar pendekar tampan berbaju hijau dengan air mata bercucuran. "Wan-moay telah terjatuh kedalam jurang dari puncak gunung Mo Coe san sehingga mengakibatkan otak serta syarafnya mengalami goncangan hebat dan ingatannya hilang, apakah kau mempunyai cara atau akal untuk memulihkan kembali daya ingatnya ?"
"Cianpwee, kau harus bayangkan seandainya para anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw menggunakan tenaganya untuk melakukan pelbagai tindakan keji yang diluar peri kemanusiaan, Oooh ... betapa menakutkannya keja?dian itu. Lagipula seluruh keluarganya telah dicelakai semua oleh pihak perkumpulan Yoe Leng Kauw, ibunya si burung hong hijau Thio Sie mati dalam keadaan yang mengenaskan karena keracunan, ayahnya Cian Liong Poocu Lie Kie Hwie pun tertawan hingga kini tak ada kabar beritanya, dan sekarang ia sendiri kehilangan daya ingat dan dipergunakan te?naganya oleh pihak lawan. Louw cianpwee, dapatkah kau memberitahu kepadaku bagaimana caranya aku menolong diri Wan-moay ?"
Pa Gak Teh Khek termenung beberapa saat lamanya, kemudian menjawab;
"Aku lihat kejadian ini bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, apabila kita bermaksud melenyapkan perkumpulan Yoe Leng Kauw dari muka bumi, maka tindakan pertama yang harus kita lakukan adalah pulihkan kembali daya ingat dari Lie Wan Hiang dan untuk menyembuhkan penyakitnya itu, aku rasa ta?bib sakti yang paling lihay ilmu pertabibannya saat ini hanyalah "Say-Pian-Ciat" atau si burung Nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan seorang, aku rasa mungkin dia bisa menyembuhkan penyakit tersebut."
"Lalu si tabib sakti itu sekarang tinggal di mana?" tanya Poei Hong.
"Si burung Nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan saat ini berdiam diperkampungan Liuw Ka Cung yang terletak dibawah gunung Yang Beng san dalam bilangan propinsi Ouw Lam dan kebetulan pula loohu adalah sahabat karibnya."
"Bagaimana kalau boanpwee minta tolong kepada loocianpwee untuk ajak dirimu pergi kesitu ?"
"Baiklah, mari kita berangkat sekarang juga!"
Begitu seusai berkata ia segera berlalu terlebih dahulu disusul Gong Yu sekalian dibelakang.
Tiga hari kemudian Pa Gak Teh Khek berempat telah memasuki kota Leng Ling...
Waktu itu hari sudah mendekati magrib, mereka berempatpun segera mencari rumah penginapan dan bersantap disebuah rumah ma?kan.
Menurut pendapat sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng, ia merasa tidak pantas rasa?nya untuk mengunjungi si tabib sakti she Liuw itu dalam waktu semalam ini.
Tapi pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu serta Si iblis wanita berwajah Riang Poei Hong mengusulkan lain, mereka merasa bahwa jarak waktunya dengan hari Tiong Yang sudah semakin dekat, dalam keadaan demikian sudah sewajarnya kalau mereka gunakan setiap detik dengan sebaik baiknya.
Akhirnya si jago minum teh dari gunung Pa Gak-san-lah yang memutuskan ;
"Bagaimanapun juga si burung nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan adalah seorang jago Bu lim juga, pergi sekarang atau besok rasanya juga sama saja!"
Karena Pa Gak Teh Khek sudah berkata demikian, tentu saja usul dari Hoo Thian Heng segera tersingkirkan.
Selesai bersantap mereka berempat segera berangkat keluar dari kota Leng Ling lewat pintu sebelah Timur dan mereka langsung berangkat menuju keperkampungan keluarga Liuw di bawah kaki gunung Yang Beng San.
Jarak antara perkampungan Liuw Ka cung dengan kota Leng Ling kurang lebih ada tiga empat puluh li jauhnya, namun dengan kecepatan lari keempat orang jago lihay ini hanya seperminum teh lamanya sudah berhasil ditempuh.
Dalam pada itu bulan sedang bersinar terang, bayangan pohon bergoyang terhembus angin malam yang sejuk.
Sambil menuding sebuah perkampungan yang sederhana disebelah depan, Pa Gak Teh Khek berkata :
"Disanalah si burung nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan berdiam!"
Seraya berkata ia mendekati pintu depan dan mulai mengetuk.
Mendadak .... terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang datang dari dalam perkampungan, disusul sesosok bayangan hitam meluncur keluar dengan cepatnya.
Pa Gak Teh Khek Louw Poet Thong merasa amat terperanjat, tanpa permisi lagi ia segera melayang masuk kedalam perkampungan.
Sedangkan pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu, si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng serta si iblis wanita berwajah ri?ang Poei Hong masing-masing menggerakkan tubuhnya mengejar kearah sang pembunuh tersebut.
Dibawah cahaya rembulan, tampak sesosok bayangan hitam meluncur kedepan dengan cepatnya.
Pendekar tampan berbaju hijau segera tarik napas dalam-dalam, sambil bersuit nya?ring tubuhnya laksana anak panah yang terlepas dari busur meluncur ke muka makin cepat lagi.
Di tengah jalan mendadak bayangan hitam itu berpaling kebelakang, tapi setelah dilihatnya orang yang sedang mengejar dirinya bukan lain adalah si pendekar tampan berbaju hijau yang disegani dan ditakuti oleh setiap anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw, ia jadi sangat ketakutan dan terasa sukmanya hampir melayang dari raganya.
Tentu saja Gong Yu sendiripun melihat jelas raut wajah sang pembunuh tersebut, ditinjau dari mantel hitam bersulamkan benang perak yang dikenakan orang itu, maka pemuda kita menduga kalau dia bukan "Hiong Hoen" nomor satu pastilah "Hiong Hoen" nomor dua atau nomor tiga, pengejaranpun dilakukan semakin ketat.
Sepasang kakinya segera menjajak permukaan tanah keras, bagaikan sambaran kilat yang membelah bumi, tubuhnya meluncur semakin cepat kedepan tangannya bergetar dan langsung menyambar punggung orang berbaju hitam itu.
Kiranya orang berbaju hitam itu bukan lain adalah "Hiong Hoen" nomor tiga, atau si kakek Racun Es Chin Teng San, ia mendapat perintah dari Yoe Leng Hoan Soh Soh untuk datang kesitu membinasakan si burung nuri berpatuk tipis Liuw Goan, sebab menurut analisa dari siluman rase berwajah bunga To, hanyalah si tabib sakti ini saja yang dapat menyembuhkan penyakit dari Lie Wan Hiang.
Oleh sebab itu begitu pendekar tampan berbaju hijau bertiga telah meninggalkan istana setan Yoe Leng Koei Hoe pada malam itu, mereka segera mengadakan perundingan kilat.
Dalam rapat tersebut akhirnya ditetapkan tugas dalam pembunuhan terhadap si tabib sakti burung nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan ini diserahkan ke tangan "Hiong Hoen" nomor tiga.
Sebagai seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman luas, si kakek Racun Es Chin Teng San pun mengetahui jelas seluk beluk mengenai si burung nuri berpatuk tipis ini, ia tahu meskipun tabib sakti itu merupakan jago Bu lim tetapi kepandaian silat yang dimiliki?nya masih sanggup diatasi dengan kepandaian yang dimilikinya!
Siapa tahu baru saja usaha pembunuhan itu berhasil dilakukan, ternyata musuh tangguhnya si pendekar tampan berbaju hijau telah mengejar datang, sadarlah si kakek ini bahwa keadaannya amat berbahaya.
Mendadak ia tertawa seram, sambil tetap berlari diam2 senjata ikat pinggang bersisik emas dicabut keluar, kemudian dengan menggunakan kesempatan dikala pihak lawan sedang menubruk tiba dengan jurus "Leng-Coa-Theng Ghong" atau Ular lincah mematuk ke udara, ia hantam tubuh musuhnya itu keras2.
Pendekar tampan berbaju hijau sudah merasa amat benci dengan jago tua itu, begitu melihat datangnya serangan telapaknya dengan disertai hawa pukulan Thay-Sie Hian-Thian Sin-kang segera dibabat keluar.
Pukulan yang begitu dahsyat ini sanggup membelah sebuah batu cadas yang bagaimana besarpun, bisa dibayangkan bagaimana jadinya kalau terkena tubuh manusia.
Baru saja senjata sabuk bersisik emas dari Chin Teng San meluncurkan datang ... tiba2... Braak .....! angin pukulan yang menggulung datang bagaikan tiupan taupan itu sudah menghajar dadanya lebih dahulu, si kakek racun Es Chin Teng San segera menjerit ngeri dan tujuh lubang inderanya mengucurkan darah segar, tanpa mengucapkan sepatah katapun jiwanya sudah melayang tinggalkan raganya.
Menanti si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng serta si iblis wanita berwajah riang Poei Hong menyusul kesitu, keadaan sudah terlambat. "Hiong Hoen" nomor tiga telah putus nyawa.
"Sute !" Siauw Bin Loo sat segera menggerutu. "Kenapa sih kau bertindak begitu gegabah dan berangasan ? Kenapa tidak kau tangkap dirinya dalam keadaan hidup ? Bukankah kita bisa memaksa dahulu kepadanya untuk mengatakan gerak gerik perkumpulan Yoe Leng Kauw yang akan datang ?"
Ditegur oleh sucinya, Pendekar tampan berbaju hijau hanya bisa tundukkan kepala dengan hati menyesal.
"Orangpun sudah mati, apa gunanya disesalkan lagi !" Hoo Thian Heng segera menghibur. "Bagaimanapun juga manusia2 Hiong Hoen serta Lee Pok adalah manusia laknat yang harus dibasmi, membunuh beberapa orang diantara mereka rasanya cukup adil bagi kita.. sudahlah, tak usah kau pikirkan lagi."
"Hmm, jangan ngoceh yang tak berguna terus disini," tukas istrinya si iblis wanita berwajah riang sambil melotot sekejap ke arah suaminya. "Ayoh kita cepat kembali kedalam perkampungan, coba periksa apakah si burung nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan telah menemui bencana."
Tanpa menanti jawaban dari yang lain lagi ia segera berkelebat lebih dahulu meninggalkan tempat itu.
Terpaksa Gong Yu serta Hoo Thian Heng harus menyusul dari belakang. Dalam sekejap mata ketiga orang itu sudah tiba didalam perkampungan Liuw Ka cung.
Seorang pelayan tua segera menyambut kedatangan mereka dan dihantar menuju keruang tamu.
Cahaya lilin menerangi seluruh ruangan, tampaklah si Jago Minum teh dari gunung Pa Gak san sedang mengobati luka pukulan racun Han Peng Tok ciang yang diderita sahabat karibnya, keringat sebesar kacang kedelai telah membasahi seluruh jidatnya.
Si burung Nuri Berpatuk tipis Liuw Ci Goan masih menggeletak diatas tanah tanpa berkutik barang sedikitpun jua.
Pendekar tampan berbaju hijau mengerti, apabila ia tidak turun tangan pada saat ini, maka jiwa si tabib sakti itu pasti akan melayang, segera ia tempelkan tangannya keatas jalan darah Hian Kie hiat ditubuh sang korban sementara mulutnya berkata :
"Louw cianpwee, serahkan saja tugas ini kepada boanpwee !"
Selesai berkata hawa sakti Thay Sie Hian Thian Sinkang yang dimilikinya segera disalurkan kedalam tubuh tabib sakti itu.
Si Jago minum teh dari gunung Pa Gak san, Louw Poet Thong pun tidak sungkan2 lagi. Mendengar perkataan itu ia segera tarik kem?bali telapak tangannya dan mengundurkan diri sebab ia tahu si pendekar tampan berbaju hijau ini memiliki ilmu silat yang sangat lihay.
Sedikitpun tidak salah, dibawah pertolongan si anak muda itu dengan hawa sakti "Thay Sie Hian Thian Sinkang"nya, per-lahan2 sekujur tubuh si burung nuri berpatuk tipis yang mulai kaku karena kedinginan tadi mulai mengendor, diikuti hawa hangat mulai menyelimuti seluruh tubuhnya, denyutan nadi yang semakin lemah dan menipis tadi kian lama kian bertambah normal kembali.
Sebaliknya seluruh wajah Gong Yu telah berubah jadi merah padam, hawa panas menyelimuti sekujur badannya membuat selapis asap putih mulai mengepul dari batok kepalanya.
Sepeminum teh kemudian si Burung Nuri Berpatuk Tipis Liuw Ci Goan mulai sadar dan dapat merasakan kembali.
Dan akhirnya per-lahan2 ia buka matanya memandang sekejap sekeliling tempat itu, ketika ditemuinya seorang pemuda tampan berbaju hijau sedang duduk bersila di hadapannya sambil tangannya menempel diatas jalan darah "Hian Khie hiat" pada tubuhnya, seketika pahamlah dia darimana datangnya aliran hawa panas yang menyusup kedalam tubuhnya itu.
Ketika ia menoleh ke lain arah, tampaklah sahabat karibnya si Jago Minum Teh dari gunung Pa Gak san Kouw Poet Thong sedang goyang-goyangkan tangannya memberi tanda kepadanya untuk tak bergerak.
Ia mengangguk perlahan dan pejamkan matanya kembali, perlahan lahan hawa murni dalam tubuhnya diatur dan digabungkan dengan aliran hawa panas yang menyusup kedalam tubuhnya lewat lubang lubang pori.
Lewat beberapa saat kemudian racun hawa dingin yang menyusup di seluruh tubuh si burung nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan ini telah punah sama sekali, maka si pendekar tampan berbaju hijau pun segera tarik kembali tela?pak kirinya dan mengatur pernapasan untuk memulihkan kembali tenaga dalamnya.
Sementara itu Liuw Ci Goan telah meloncat bangun, sambil menggenggam tangan si jago minum teh dari gunung Pa Gak san, serunya dengan nada amat terharu :
"Andaikata loo-yu tidak datang secara kebetulan, mungkin selembar jiwa tua dari siauw-te telah putus sejak tadi. Budi kebaikanmu yang demikian besarnya tak akan kulupakan untuk selamanya ...."
Berbicara sampai disini sinar matanya lantas dialihkan kesamping dan memandang sekejap sepasang suami istri yang duduk disitu dengan wajah penuh senyuman, walaupun da?lam hati kecilnya ia merasa terkejut bercampur tercengang darimana datangnya dua pria seorang wanita yang begitu tampan dan can?tik, namun diluaran ia tetap berbicara dengan sopan :
"Louw heng, cepat perkenalkan mereka kepada aku orang she-Liuw !"
"Haah ...haah ... haah ... kau maksudkan ketiga orang sahabat cilik ini ?Ooh hoo ... mereka mempunyai asal usul yang besar sekali ..."
"Ehm, apakah jauh lebih terkenal daripada kau salah seorang dari lima manusia aneh ?" pikir Liuw Ci Goan dalam hati.
Belum habis dia berpikir, terdengar si jago minum teh dari gunung Pa Gak san telah memperkenalkan sambil tertawa :
"Dia adalah si sastrawan berbaju biru Hoo Thian Heng yang berhasil membinasakan dua manusia aneh dalam sekali totokan."
"Oooh ..." Burung Nuri berpatuk tipis berseru tertahan, sebelum ia sempat menyapa atau pun mengucapkan kata kata merendah, Louw Poet Thong sahabat karibnya telah ber?kata lebih jauh :
"Sedang orang ini? Dia bukan lain adalah si iblis wanita berwajah riang Poei Hong yang pernah membinasakan Peng-Pok Sin-Mo Loe Thian Cong pemimpin dari sepuluh manusia Sesat dengan sebuah pukulannya sewaktu ada diatas tebing Pek Yan Gay tiga tahun berselang, dan sekarang dia adalah Hoo Hujien !"
"Nama besar thayhiap berdua sudah lama kami dengar," buru buru Liuw Ci Goan berseru. "Kunjungan kalian kerumah gubuk kami ini sungguh membuat aku merasa amat bangga."
Dalam pada itu pendekar tampan berbaju hijau telah selesai bersemedhi, rasa lelah yang semula menyerang badan kini telah le?nyap sama sekali. Maka Pa Gak Teh Khek lantas memperkenalkan sambil menuding ke arah si anak muda itu.
"Sedangkan sahabat cilik ini ? Dia bukan lain adalah bintang cemerlang yang menyinari dunia persilatan dewasa ini, si pendekar tampan berbaju hijau Gong Yu adanya !"
"Diakah si pendekar tampan berbaju hijau itu?" pikir tabib kenamaan ini sambil melirik sekejap kearah si anak muda itu. "Aaah, benar! Rasanya cuma dia yang pantas disebut pendekar tampan !"
Manusia-manusia misterius yang selama ini menggemparkan dunia persilatan ternyata pa?da malam itu telah berkumpul semua didalam perkampungan Liuw Ka-cung bahkan menyembuhkan pula luka racun Han Peng Tok ciang yang dideritanya, saking tertegun dan melengaknya untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Terdengar Pa Gak Teh Khek berkata :
"Kalau dibicarakan dari ilmu Han Peng Tok-ciang tersebut, rasanya hanya si Loo-sam dan Biauw Ciang Su Tok si kakek siracun Es Chin Teng San saja yang berhasil melatih ilmu sesat beracun itu, entah apa sebabnya Liuw heng telah mengikat tali permusuhan dengan orang itu?"
Si Burung nuri Berpatuk tipis Liuw Ci Goan termenung berpikir beberapa saat lamanya, namun bagaimanapun juga ia belum berhasil juga menemukan apa sebabnya ia sampai mengikat tali permusuhan dengan gembong iblis itu maka seraya menggeleng sahutnya :
"Siauwte sama sekali tidak kenal orang ini, mana mungkin aku bisa mengikat tali permusuhan dengan dirinya?"
Sementara itu si pelayan tua telah datang menghidangkan air teh.
Pendekar tampan berbaju hijau termenung sebentar, tiba2 serunya : "Mungkin sekali peristiwa ini mempunyai sangkut pautnya dengan diriku......"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua orang yang berada dalam ruangan itu jadi terperanjat.
Gong Yu goyangkan tangannya melarang se?mua orang berbicara, kemudian ujarnya lebih jauh :
"Setelah adik Wan menderita sakit lupa ingatan, siapapun pasti akan mempunyai pikiran untuk berusaha mengobati sakitnya itu. Yoe Leng Sin Koen serta To Bin Yauw Hoe merupakan manusia2 licik yang berakal cerdik, ide jahat macam apapun sanggup mereka temukan, apakah tidak mungkin kalau mereka lantas mempunyai pendapat untuk memutuskan harapan kita untuk mencari tabib sakti guna menyembuhkan sakitnya itu ? karena itulah menurut dugaanku mereka lantas mengutus "Hiong Hoen" nomer tiga untuk datang kemari melaksanakan rencana jahat itu."
"Perkataan dari Sauw-hiap rasanya memang masuk diakal," sahut Pa-Gak Teh Khek setelah menghirup secawan air teh wanginya. "kalau tidak Liuw heng sebagai seorang saleh yang tidak ada ikatan dendam dengan siapapun mana bisa didatangi iblis tua itu untuk dicabut selembar jiwanya." berbicara sampai disitu ia merandek sejenak untuk tukar napas, lalu tambahnya :
"Liuw heng, kenapa tidak kau ceritakan dulu kisah pengalamanmu yang baru lewat?"
Si Burung Nuri berpatuk Tipis Liuw Ci Goan berpikir sebentar, kemudian ujarnya.
"Dikala malam hari baru saja menjelang tiba, mendadak dari luar pintu terdengar suara orang mengetuk pintu. Pelayan tuaku Shen Tiong segera buka pintu perkampungan dan bertanya hendak cari siapa. Siapa tahu si kakek bermantel hitam berkerudung hitam itu sama sekali tidak menggubris tegurannya itu, dalam sekali berkelebat bagaikan bayangan setan tahu2 dia sudah masuk kedalam ruangan tamu.
Dari desiran tajam yang dibawa orang itu siauwte segera sadar bahwa ada jago Bu lim yang telah berkunjung kemari. Menurut dugaan siauwte semula, mungkin orang ini mempunyai rekan yang terluka parah atau menderita sakit aneh dan sengaja datang kemari mohon bantuan, sebab kejadian seperti ini sudah sering kujumpai maka tindakan si orang berbaju hitam itupun tidak kuambil peduli. Siapa sangka ternyata tamu yang tak diundang ini secara kasar telah bertanya kepadaku apakah benar bernama Burung Nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan ? Berhubung sepanjang hidup siauwte tak pernah melakukan perbuatan salah yang merugikan orang, maka aku segera mengaku terus terang."
"Kembali ia bertanya kepadaku apakah pada waktu belakangan ini ada orang kangouw atau jago Bu lim yang datang minta pertolonganku. Aku lantas beritahu kepadanya bahwa ada dua orang piauwsu dari perusahaan ekspedisi Ceng Wie Piauwkiok datang minta pengobatanku karena luka terbacok, diikuti ia pun bertanya kepadaku apakah ada orang yang datang minta pertolongan untuk menyembuhkan luka didalam otak yang mengakibatkan seseorang hilang ingatannya, siauwte menjawab bahwa tiada orang semacam ini yang datang minta bantuan. Pada saat itulah aku dapat melihat jelas diatas dada orang itu bersulamkan tulisan "Hiong Hoen nomor tiga" maka aku pun lantas mengerti bahwa dia adalah anggota dari perkumpulan Yoe Leng Kauw."
"Aku tak tahu bagaimanakah perasaannya pada saat itu ketika aku menunjukkan sikap mual dan benci. Setelah lama menatap wajahku mendadak Hiong Hoen tertawa dingin.
Timbul firasat kurang baik dalam hatiku, aku lantas mendesak kepadanya yang ingin minta pertolongan darinya atau sahabatnya, atau mungkin dia ada pesan yang hendak disampaikan kepada orang yang hendak menyembuhkan luka didalam otak itu.
Namun dengan cepat si kakek berkerudung hitam itu goyangkan tangannya berulang kali sambil berkata :
"Liuw toa Kok chiu, tak usah kau berbuat demikian, sebab sejak kini dan untuk selamanya tak akan ada orang yang datang minta pertolonganmu lagi....."
Begitu selesai berbicara bayangan tangan tampak berkelebat lewat disusul berhembus segulung angin dingin menghantam dadaku.
Kejadian yang berlangsung diluar dugaan itu membuat aku jadi terkejut bercampur ngeri, tetapi angin pukulan beracun dari Han Peng Tok kang tadi telah bersarang telak ditubuhku. Aku lantas menjerit "Celaka" dan buru2 menutup seluruh jalan darahku agar hawa racun dingin itu tidak sampai menyerang kedalam isi perutku.
Dikala aku mulai tak tahan dan segera roboh terjengkang keatas tanah itulah terdengar gelak tertawa seram berkelebat lewat disusul berlalunya bayangan orang itu. Kemudian apa yang terjadi aku tidak tahu!"
"Aaaah, ternyata dugaan adik Yu tepat sekali," kata si sastrawan berbaju biru selesai mendengarkan kisah tersebut. "Dilihat dari hal ini bisa kita ketahui betapa kejam dan telengasnya hati para anggota perkumpulan Yoe Leng Kauw, bukan saja akal licik mereka banyak bahkan membuat orang tidak menyangka dan tidak bersedia."
"Tapi hitungan manusia tak bisa menangkan takdir dari Thian," sela Siauw Bin Loo sat sambil tertawa merdu. "Walaupun pihak orang orang dari perkumpulan Yoe Leng Kauw mempunyai akal licik yang beribu-ribu buah banyaknya, tetapi akhirnya usaha dari "Hiong Hoen" nomor tiga tidak berhasil juga, malahan jiwanya harus melayang ditangan kita ..."
"Poei lihiap," seru si burung nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan dengan nada kaget. "Maksudmu si Hiong-Hoen nomor tiga atau si kakek racun Es Chin Teng San telah berhasil kau lenyapkan dari permukaan bumi ?"
"Bukan aku !" sahut Poei Hong si iblis wanita berwajah riang ini sambil menuding ke arah siauw sutenya. "Sutekulah yang sudah menghadiahkan sebuah pukulan kepadanya sehingga mayatnya terpental diluar perkampungan ini !"
Mendengar ucapan tersebut si tabib sakti yang amat tersohor namanya dikolong langit ini bersyukur dan berterima kasih tiada hentinya.
"Liuw-heng," si jago minum teh dari gunung Pa Gak san Louw Poet Thong lantas berkata sambil mengelus jenggotnya. "Kita bukanlah sahabat yang barusan berkenalan, sedangkan ketiga orang sauwhiap ini pun merupakan ahli waris dari dua Rasul sakti, rasanya kau tak usah berlaku begitu sungkan-sungkan terhadap kita berempat. Bicara terus terang saja, jauh jauh dari ujung daratan kita datang kemari bukan lain adalah hendak mohon pertolonganmu, seperti apa yang diucapkan "Hiong-Hoen" nomor tiga tadi, kami datang adalah mohon pertolonganmu untuk menyembuhkan seseo?rang yang terluka otaknya karena mengalami getaran keras sehingga menyebabkan ingatannya hilang, apakah kau bisa menyembuhkan?"
0o?d:w----o0 Jilid : 23 "SOAL ini sulit untuk dikatakan," sahut si Burung Nuri berpatuk tipis Liuw Ci Goan sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Hal ini harus kuperiksa dulu sampai dimanakah taraf luka yang diderita dalam otaknya. Apakah orang itu sudah kalian bawa kema?ri ?"
"Orang yang menderita sakit adalah siauw sumoay dari ketiga orang ini, dia she Lie bernama Wan Hiang dan merupakan putri kesayangan dari Cian Liong Poocu Lie Kie Hwie."
Mengungkap soal Cian Liong Poocu si jago pedang dari partai Kun-lun yang sudah ter?sohor namanya dalam dunia persilatan ini, Liuw Ci Goan yang pernah berjumpa beberapa kali segera berseru tertahan.
Maka secara blak2an jago minum teh dari gunung Pa Gak-san pun menceritakan semua kejadian yang telah dialami mereka sehingga bagaimana caranya para anggota Yoe-Leng Kauw dengan andalkan tenaga Lie Wan Hiang melakukan pembunuhan besar2an terhadap jago jago dari kalangan lurus.
Selama Louw Poet Thong bercerita, dengan wajah murung Gong Yu menghela napas tiada hentinya, sedangkan si iblis wanita berwajah riang serta sastrawan berbaju biru mengerutkan alisnya rapat rapat.
Selesai mendengarkan kejadian itu, dengan wajah serius tabib sakti ini menghela napas panjang.


Sabuk Kencana Ikat Pinggang Kemala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Piala Api 8 Pulang Karya Leila S. Chudori The Devil In Black Jeans 5

Cari Blog Ini