Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung Bagian 10
"Apakah ada kejadian yang begitu aneh?" tanya In In kemudian. "Mengapa kau tak menangkap saja orang itu ? "
Han Han jadi heran juga melihat ketenangan si gadis she Thio itu. Tadinya dia menduga sedikit banyak dia akan melihat perobahan wajah In In, tetapi ternyata gadis itu tenang sekali.
Han Han jadi menceritakan pengalamannya semalam. Tetapi dia tak menyinggung-nyinggung ketika dia mengetuk kamar si gadis dan si gadis tak ada.
"Mengapa kau tak membangunkan aku, Lao-tee ?" tanya Thio In In setelah Han Han selesai dengan ceritanya.
"Aku tak ingin mengganggumu, cie-cie!" menyahuti Han Han cepat. "Dan, kurasa soal itu soal kecil yang tak ada artinya. mungkin juga orang bertopeng itu sedang menyelidiki seseorang, sehingga dia mengintai setiap kamar .....!"
In In mengangguk. "Mungkin juga begitu !" katanya sambil tersenyum. "Ob, ya, pagi ini juga kita mengunjungi Wong Loo-cianpwee ?"
Han Han mengangguk. "Ya ..... kita mengunjungi hari ini dan mungkin selama menunggu tibanya hari perayaan ulang tahun Wong Loo-cianpwee itu, kita akan tinggal di rumahnya selama beberapa hari !"
Setelah bercakap-cakap sesaat lamanya, Han Han kembali ke dalam kamarnya untuk membereskan barang-barangnya, karena mereka telah memutuskan hari ini juga mengunjungi gedung Wong Tie Hian, itu jago kawakan dari Kang-lam .....!
Setelah sarapan pagi, Han Han dan In In melakukan perjalanan, waktu mereka meninggalkan rumah penginapan, hujan salju masih turun cukup deras dan untuk menghindarkan hawa dingin mereka memakai mantel yang tebal .....
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
WAKTU Han Han dan ln In sampai di gedung Wong Tie Hian, temyata gedung jago she Wong yang besar itu telah banyak kedatangan tamu-tamu undangan. Kedua muda-mudi ini disambut oleh beberapa orang pelayan, yang membawa mereka menemui jago she Wong itu.
Waktu bertemu dengan Wong Tie Hian, Han Han dan nona Thio memperoleh kesan jago tua she Wong itu sangat ramah sekali, juga memperlakukan mereka baik sekali. In In dan Han Han masing-masing diberi sebuah kamar, karena pada saat itu Thio In ln telah berpakaian seorang gadis dan tidak menyamar lagi,
Sorenya, Han Han menemui In In, mereka menuju ketaman belakang gedung itu, karena di ruangan tengah sedang berkumpul jago-jago silat dari berbagai golongan.
"Cie-cie ..... aku kagum pada sikap yang diberikan oleh Wong Loo cian-pwee!" kata Han Han waktu mereka duduk di bawah pohon yang tumbuh di dekat empang. "Walaupun dia dari tingkatan yang lebih tua dan lebih tiggi, toh dia tak angkuh dan melayani kita dengan ramah-tamah." In In mengangguk.
"Tetapi Lao-tee ..... aku melihat ada sesuatu yang mengganggu ketenangan Wong Loo-cianpwee !" kata si gadis. "Perasaanku mengatakan bahwa Wong Loo-cianpwee sedang menghadapi kesulitan."
"Eh ...... akupun melihatnya begitu, Cie-cie !" menyahuti Han Han, membenarkan perkataan encie-angkatnya itu. "Kulihat di samping tertawanya yang manis, wajahnya diliputi oleh kabut gelap. Kesulitan apakah yang kiranya sedang dihadapi oleh Wong Loo-cianpwee?"
Si gadis she Thio mengangkat bahunya. Dia juga tertawa.
"Entahlah ..... tak sopan kalau kita menanyakan langsung pada Wong Loo-cianpwee." Menyahuti gadis she Thio ini. Pertama kita di sini hanyalah tamu, kedua kita dari tingkatan muda, sehingga Wong Loo-cianpwee akan tersinggung kalau kita menanyakan kesulitan yang sedang di hadapinya itu langsung padanya ..... !"
Han Han mengangguk membenarkan, baru saja dia ingin berkata lagi, tampak mendatangi dua orang pelayan. Begitu sampai di depan Han Han dan In In, kedua pelayan rumah tangga Wong Tie Hian, membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada muda-mudi ini.
. "Jie-wie Siauw-hiap " kata salah seorang pelayan setelah itu. " Worg Loo-ya mengundang kalian ke ruangan tengah untuk menghadiri pesta makan .....!"
Han Han mengiyakan, dia juga mengucapkan terima kasihnya pada kedua pelayan itu. Lalu In In dan anak muda she Han mengikuti kedua pelayan itu menuju ke ruangan tengah.
Di ruangan tengah yang lebar itu telah berkumpul banyak sekali orang-orang dari rimba persilatan. Han Han dan In In diantar oleh salah seorang di antara kedua pelayan itu ke kursi yang masih kosong. Suara berisik memenuhi ruangan tersebut.
Tamu-tamunya Wong Tie Hian terdiri dari berbagai golongan, dan kalau dilihat cara berpakaian mereka, Han Han dan nona Thio dapat menentukan, bahwa mereka adalah golongan Pek-to dan Hek-io, juga ada golongan dari Boe soe, para pengawal, juga orang-orang dari Piauw-kiok ..... semuanya mempunyai wajah yang bermacam ragam juga.
Tak lama duduk di ruangan itu, Han Han dan Thio In In melihat Wong Tie Hian keluar dari balik tirai memasuki ruang tengah itu. Dia memilih kursi di-tengah-tengah yang khusus memang disediakan untuk tuan rumah. Sebelum duduk, Wong Tie Hian menjura kepada orang banyak sambil berkata : "Terima kasih atas kesediaan dan kecintaan dari saudara-saudara sekalian padaku orang she Wong ini! Sebetulnya Lohu tak ingin mengganggu saudara-saudara sekalian dengan persoalan yang sedang Lohu hadapi, tetapi karena urusan itu di luar dari batas kepantasan dan peraturan wajar yang berlaku di dalam kalangan rimba persilatan, maka Lohu ingin meminta pertimbangan saudara-saudara dan juga sebagai saksi dari persoalan yang sedang Lohu hadapi ini .....!"
Setelah berkata begitu, Wong Tie Hian menyapu seisi ruangan dengan kilatan mata yang tajam sekali, kemudian dia melanjutkan perkataannya lagi: "Dan sebelum Lohu menceritakan persoalan yang sedang Lohu hadapi itu, maka mari kita sama-sama makan dulu mencicipi ala kadarnya makanan yang dapat kami sajikan untuk para saudara sekalian!" setelah berkata begitu, Wong Tie Hian mengulapkan tangannya, maka bermunculanlah para pelayau dengan di tangan membawa santapan.
Semua orang-orang gagah yang berada di dalam ruangan itu sudah lantas bersantap dengan suara yang berisik, ada yang menceritakan pengalamannya pada kawan mereka, ada yang tertawa-tawa, ada pula yang meributi persoalan ilmu silat- .....!
Han Han dan Thio In In juga bersantap tetapi mereka bersantap sedikit sekali, karena mereka tak bernafsu, mereka lebih banyak mendengarkan cerita-cerita dari para jago rimba persilatan yang duduk berdekatan dengan mereka. Malah, salah seorang jago yang berpakaian seperti seorang sastrawan telah berkata sambil tertawa; "Kau tahu Sam-ko .....pada malam itu disebabkan wajah si budak cukup caatik; maka aku tak sampai hati membunuhnya ..... !" terdengar yang lainnya tertawa, sedangkan In In menunduk malu. "Dan ..... " menyambungi orang itu lagi. "Disebabkan tindakanku yang lemah dipengaruhi oleh paras cantik, hal itu menyebabkan diriku hampir celaka ! "
"Kenapa?" tanya seorang yang berpakaian baju Ka-she, baju Hwee-shio, kepalanya licin kelimis, dia bertanya sambit tertawa, "Kau dihajarnya sampai mengulun memanggil-manggil ibumu ?"
Si sasterawan tertawa keras, wajahnya berubah merah, rupanya dia malu.
"Kau salah duga. Tay-soe .....!" katanya cepat, "Jangankan dia dapat menghajarnya, sedangkan untuk menyentuh bajuku saja ia tak bisa ! Malah yang membikin hatiku jadi panik pada saat itu, ialah budak itu menangis sambil bergulingan ..... coba kalian pikir, pusing tidak ?"
Si pelajar bertanya, sambil tertawa wajahnya menunjukan keseriusan, orang-orang yang mendengarnya jadi berdiam diri sambil mengawasi kelanjutan perkataan si sasterawan. Tetapi pelajar itu berdiam diri saja, sehingga salah seorang yang tak bisa menguasai perasaannya, jadi bertanya : "Lalu bagaimana ?!"
Ditanya begitu si sasterawan tertawa.
"Ya sudah ..... budak itu digendong ibunya !" menyahuti kemudian.
Orang itu jadi melengak begitupun yang lainnya.
"Heh, digendong ibunya ?" tanya orang tadi bertanya dengan heran.
Si pelajar mengangguk. "Ya ..... karena budak itu baru berumur empat tahun !' menyahuti si pelajar sambil tetap tertawa.
"Setan !" memaki orang yang tadi bertanya dengan mendongkol. Sedangkan yang lainnya telah tertawa gelak-gelak, begitu juga Han Han dan In In, merekapun tertawa. Suasana di dalam pesta makan itu sangat ramai dan meriah sekali.
Dan, setelah semuanya selesai makan minum sepuasnya, ruangan itu dirapihkan kembali oleh pelayan-pelayan keluarga Wong, kemudian jago she Wong yang menjagoi daerah Kang-lam tersebut berdiri dari duduknya berkata lagi dengan suara yang cukup jelas : "Para Eng-hiong yang berkumpul di sini untuk menghadiri pesta ulang tahun Lo-hu tiga hari yang akan datang, Lohu ucapkan dan doakan agar Thian membalas budi kebaikan kalian ! Dan, saat ini Lohu akan menjelaskan sesuatu'dalam ulang tahun Lohu yang keenam puluh tujuh, dan agar saudara-saudara para orang gagah memberikan penilaian atas peristiwa yang telah menimpa keluarga Lohu !" Setelah berkata begitu Wong Tie Hian membungkukkan tubuhnya menjura pada orang ramai untuk menyatakan terima kasihnya, kemudian baru menyambung perkataannya lagi : "Dan, Lohu kira, para orang gagah yang hadir pada saat ini akan memberikan pertimbangan yang benar-benar adil bagi Lohu dan bagi orang yang telah mengirimkan surat ancaman pada Lohu !" kemudian Wong Tie Hian bertepuk tangan, tampak seorang pelayannya menghampiri dengan cepat, di tangan pelayan itu membawa sebuah kotak, di kala tutup kotak itu dibuka, jago she Wong telah mengambil sepucuk surat yang dikeluarkan dan dibukanya.
"Lihatlah saudara-saudara, inilah surat ancaman dari Pek Bwee Kauw, yang meminta agar Lohu bertekuk lutut dan bekerja sama di bawah perintah Kauw-coe perkumpulan itu yaitu Thio See Ciang !" teriak Wong Tie Hian dengan muka merah padam, rupanya dia gusar sekali. Juga sambil berkata, Tie Hian menggoyang-goyangkan surat yang ada di tangannya.
Terdengar beberapa orang berseru murka, juga tadi pelajar yang duduk di dekat Han Han suka berguyon, telah menghajar meja di depannya dengan gusar.
"Orang she Thio itu benar-benar tak tahu tinggi langit dan dalamnya bumi !" teriak pelajar itu. "Mari kita beramai-ramai menghajarnya !"
Wong Tie Hian sendiri telah berseru menenangkan keadaan, kemudian berkata lagi "Dan, seperti saudara-saudara ketahui, aku orang she Wong telah hampir sepuluh tahun mengundurkan diri dari rimba persilatan dan menyimpan pedang ..... dan juga tak ingin mencampuri pergolakan-pergolakan di dunia persilatan itu ..... tetapi surat ancaman orang she Thio ini keterlaluan, diapun mengancam, kalau aku tak mau menuruti permintaannya untuk memasuki perkumpulannya itu, yaitu Pek Bwee Kauw, maka keluarga Lohu seluruhnya akan dibasmi, dari yang kecil sampai yang besar, dari binatang ayam sampai keanjing, tak ada satupun yang diberi hidup !" dan waktu mengucapkan kata-katanya itu, kumis jenggot Wong Tie Hian bergerak-gerak memperlihatkan kemarahan dan kegusaran yang bergolak di dalam hatinya.
Han Han sendiri yang mendengar bahwa yang mengancam Wong Tie Hian agar bertekuk lutut dan memasuki perkumpulan Pek Bwee Kauw itu adalah Thio See Ciang, itu musuh besarnya, maka hati Han Han pun tergoncang, darahnya bergolak hebat, tanpa disadarinya ia menggebrak meja.
"Orang she Thio berikut Pek Bwee Kauwnya itu memang harus dihancurkan !" teriak Han Han sengit. "Tak guna kita membiarkan mereka hidup terus ..... terlampau banyak kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan !"
Thio In In terkejut waktu Han Han menggebrak meja, dan lebih kaget lagi si nona Thio waktu anak muda she Han itu berteriak dengan suara yang kuat. Ditariknya ujung baju Han Han dan waktu anak muda she Han tersebut menoleh, si gadis menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan alisnya.
"Kenapa, cie-cie ?" tanya Han Han heran, sedangkan tamu-tamu undangan Wong Tie Hian lainnya masih berteriak-teriak dengan suara yang berisik.
"Mengapa kau ikut-ikutanan berteriak begitu macam ?" tanya Thio In In dengan roman tak senang. "Bukankah kita datang kemari hanya sebagai tamu undangan belaka? Untuk apa kita ikut mencampuri urusan mereka ?!"
"Tetapi perbuatan Thio See Ciang melampaui batas !" menyahuti Han Han cepat, tetapi segera dia seperti menyadari sesuatu, dia merasakan ada kejanggalan dan keganjilan di diri In In, katanya kemudian :
"Dan ..... mengapa cie-cie tak ingin mencampuri urusan ini ?"
In In menghela napas. "Bukan aku tak ingin mencampuri urusan ini, Lao-tee !" menyahuti si nona Thio. "Tetapi kau harus ingat, persoalan Wong Loo-cian-pwee adalah persoalannya sendiri sedangkan orang-orang Pek Bwee Kauw belum mengganggunya, untuk apa kita menambah suasana bertambah keruh dengan memanas-manaskan Wong Loo-cian-pwee ? Bukankah lebih baik kita memberikan pandangan-pandangan agar Wong Loo-cian-pwee bisa mengambil jalan keluar yang damai dan tak manimbulkan pertumpahan darah?!"
Han Han jadi melengak sesaat, tetapi kemudian dia membenarkan perkataan si gadis dengan menganggukkan kepalanya.
"Kau betul Cie-cie !" katanya dan dia jadi tak ikut berteriak-teriak lagi.
Sedangkan Wong Tie Hian pada saat itu telah berkata lagi: "Dan, di saat para Eng-hiong sedang berkumpul. Maka Lohu ingin minta pertimbangan para Eng-hiong untuk menghadapi Thio See Ciang dan anak buahnya, yaitu orang-orang Pek Bwee Kauw .....!"
"Kita gempur saja beramai-ramai, Wong Loo-cian-pwee !" teriak salah seorang.
"Kita hajar mampus orang she Thio itu !" teriak salah seorang lagi.
"Terima kasih !" teriak Wong Tie Hian sambil membungkukkan tubuhnya menjura pada orang-orang ramai. "Lohu merasa terharu melihat kecintaan dari saudara-saudara sekalian .....terima kasih !" dan berulang kali orang tua sheWong itu membungkukkan tubuhnya menyatakan terima kasihnya. "Tetapi Lohu masih memikirkan, apakah terhadap Thio See Ciang kita perlu menghadapinya dengan cara berunding untuk memberi pengertian padanya ?!"
"Kalau memang dapat diberi pengertian, kita tak perlu mengganggu pihak Pek Bwee Kauw, tetapi kalau Thio See Ciang berkeras mengancam Wong Loo-cianpwee, maka mau atau tidak kita harus menggempur orang she Thio itu berikut perkumpulan Pek Bwee Kauwnya !" dan yang berkata begitu adalah si pelajar yang dudak di dekat Han Han.
"Benar'" gemuruh suara orang ramai yang membenarkan perkataan si-sasterawan.
Baru saja Wong Tie Hian ingia membuka mulut lagi tiba-tiba datang seorang pelayan yang membisikkan sesuatu di tepi telinga Wong Tie Hian. Semua orang melihat wajah tua she Wong itu berulang kali berubah, sampai akhirnya, tampak Wong Tie Hian menggebrak meja sambil bertanya pada pelayannya; "Di mana orang itu sekarang ?!"
"Dia menunggu di luar, kalau memang Wong Loo-ya ingin menemuinya, maka Siauwjin akan segera membawanya menghadap !"
"Suruh dia masuk !" perintah Wong Tie Hian dengan suara yang dingin. "Aku ingin melihat orang-orangnya Pek Bwee Kauw itu sebetulnya terdiri dari jago-jago yang bagaimana sih sampai mau mementang sayap begitu lebar ?"
Si pelayan mengiyakan, kemudian dia keluar lagi. Waktu pelayan itu sedang pergi keluar, orang-orang yang hadir di ruangan tersebut melihat wajah Wong Tie Hian merah padam, seperti sedang murka benar.
Tak lama kemudian, pelayan itu memasuki ruangan lagi mengiringi dua orang, dan begitu dua orang tersebut memasuki ruangan, Han Han jadi mengeluarkan seruara tertahan, matanya menatap bengong kepada kedua orang itu- ......
Kenapa ? *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
TERNYATA kedua orang yang diiringi oleh pelayan keluarga Wong adalah Thian-san Sian-eng, yaitu Auw-yang Boen dan Sung Ming. Kedua orang im melangkah memasuki ruangan itu dengan langkah kaki yang angkuh dan langsung menuju ke tempat di mana Wong Tie Hian sedang berdiri dengan mata mencilak. Waktu melewati deretan orang banyak yang menjadi tamu undangan Wong Tie Han, Auw-yang Boen dan Sang Ming memandang mereka dengan tatapan mata yang meremehkan,
Kedatangan kedua orang inilah yang mengejutkan Han Han, berbareng juga menggembirakan sekali. Karena, Auw-yang Boen dan Sung Minglah yang telah memerintahkan anak buahnya untuk menyamar sebagai seorang tabib dan memperdayakan Khu Sin Hoo untuk memburuh Han Han. Maka sekarang, dengan kedatangan Thian-san Sian seng kepesta Wong Tie Hian, Han Han mempunyai kesempatan untuk menghajar kedua jago dari Thian-san itu .....!
Karena perasaannya itu, mata Han Han jadi mencilak luar biasa, dia juga mendengus berulang kali, sehingga In In yang melihat kelakuan anak muda she Han itu jadi heran.
"Kenapa kau, Lao-tee ?" tegur si gadis.
Han Han jadi tersadar dengan cepat dia menoleh sambil tertawa pada In In.
"Kedua orang itu adalah musuhku, maka dengan kedatangan mereka kemari, berarti aku tak usah bersusah payah mencarinya ! Bukankah hal itu harus dibuat gembira ?" menyahuti si anak muda.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) JILID XI WAJAH nona Thio jadi berubah geram, dia tak berkata lagi, hanya menundukkan kepalanya.
Tampak Auw-yang Boen dan Sang Ming telah menghampiri tempat Wong Tie Hian dengan sikap mereka yang angkuh sekali. Kedua orang Pek Bwee Kauw ini seperti juga tidak memandang sebelah mata pada orang-orang yang ada di situ, yang menatap mereka dengan sorot mata memusuhinya.
Dengan mengeluarkan suara mendengus Auw-yang Boen merogo sakunya mengeluarkan segulungan surat, kemudian diserahkan kepada Wong Tie Hian sambil katanya tawar : "Kauw-coe Thio See Ciang memerintahkan kepada kami untuk menyampaikan surat ini kepada Wong Loo-cianpwee!"
Tetapi walaupun Auw-yang Boen memanggil Wong Tie Hian dengan sebutan Wong Loo cianpwee, namun dia tidak memberi hormat dan sikapnya kurang ajar sekali.
Wong Tie Hian memandang tak senang kepada kedua anak muda anak buahnya Pek Bwee Kauw tersebuat. Tetapi karena surat telah diangsurkan padanya, dia juga meberimanya.
Dibukanya gulungan surat itu, dan begitu dia membaca se saat, tampak: wajahnya berubah-rubah, sebentar berubah merah padam dan sebentar lagi berubah biru kehijau-hijauan. Janggut dan kumisnya tampak bergerak-gerak memperlihatkan bahwa dia sedang murka.
"Brakkk !" tiba-tiba dia menghajar meja sebelum dia membaca selesai surat itu.
"Kurang ajar!" teriaknya dengan suara mengguntur, "Suruh orang she Thio itu datang kemari ! Biar kubunuh dengan tanganku !"'
Sang Ming dan Auw-yang Boen ketawa dingin, tawar sekali sikap mereka, malah kedua anak buah Pek Bwee Kauw ini tak memperlihatkan sikap tak takut mereka.
"Kami tak mengetahui persoalannya, kami hanya diperintahkan membawa surat itu kepada Loo-cianpwee, maka jika sekiranya. Loo cianpwee mempunyai pesan apa-apa kepada Kauw-coe kami, silahkan sebut saja, nanti kami akan menyampaikannya !" kata Sang Ming dengan suara yang tawar.
Wajah Wong Tie Hian merah padam, dia murka sekali, matanya berulang kali mencilak.
"Hmmm, kalian orang-orang Pek Bwee Kauw terlampau meremehkaa aku siorang tua she Wong !" katanya dengan suara yang keras yang mengguntur. "Tetapi kalian jangan harap aku akan bertekuk lutut kepada Kauw-coe-mu itu, beritahukan kepadanya, kalau memang dia ingin merasakan kelihaian golokku, datanglah kemari agar nanti dia bisa mengenal adat sedikit .....!" dan berkata begitu, Wong Tie Hian mendengus berulang kali, mungkin dia saking murkanya tak bisa berkata banyak-banyak.
Sung Ming ketawa tawar. "Kami kira Thio Kauw-coe mengenal akan adat dan kesopanan, lihatlah, bukankah Thio Kauw-coe mengindahkan Wong Loo-cianpwee dengan mengirimkan surat yang mengusulkan agar kita mengambil jalan damai saja ? Kalau memang hal itu tidak memuaskan hati Loo-cianpwee, kami pihak Pek Bwee Kauw juga tak berkata apa-apa" Dingin sekali suara Sung Ming, malah yang hebat, dia bersikap angkuh sekali.
Wajah Wong Tie Hian jadi berubah semakin merah padam.
"Kurang ajar!" teriak Wong Tie Hin dengan murka benar. "Kalian anggap apa aku ini?"
"Kami tahu Wong Loo-cianpwee adalah seorang jago yang disegani dan kami bukan menjadi tandingan Wong Loo-cianpwee, kalau memang Wong Loo-cianpwee tak puas akan isi surat itu atau usul Thio Kauw-coe, Wong Loo-cianpwee bisa saja menghubungi Kauw-coe kami!"
Sengaja Auw-yang Boen berkata begitu-karena dia memang mengetahui bahwa dirinya berdua bukan menjadi lawan Wong Tie Hian, apalagi mengingat banyak orang-orang gagah yang menjadi kawan Wong Tie Hian, dan lagi mengingat baayak orang gagah yang menjadi tamu dari jago tua itu.
"Hmmm ..... karena orang-orang Pek Bwee-Kauw hanya merupakan kera-kera yang mencari lubang kubur!" kata Wong Tie Hian dengan mendongkol. "Katakan nanti kepada Kauw-coe kalian, aku orang tua she Thio lebih baik mati daripada harus bertekuk lutut kepada orang sebangsa dia!"
Sung Ming dan Auw-yang Boen ketawa dingin.
"Jangan Wong Loo-cianpwee mencaci Pek Bwee Kauw." kata Auw-yang Boen tawar. "Kalau memang Wong Loo-cianpwee mencaci perkumpulan kami, berarti Loo-cianpwee memang memilih jalan kekerasan dan kami juga dapat bertindak dengan jalan lain ! Namun mengingat Wong Loo-cianpwee merupakan seorang jago yang cukup kosen serta mempunyai banyak pengalaman, maka Kauw-coe kami telah mengundang Loo-cianpwee untuk menjadi orang kami. Tak kami duga ternyata tanggapan Loo-cianpwee sangat picik sekali."
"Brakkk!" terdengar orang memukul meja waktu Auwyang Boen berkata, dibarengi oleh berkelebatnya sesosok tubuh yang gesit sekali.
"Orang-orang Pek Bwee Kauw, selama kalian masih ada, dunia tak akan aman!" bentak sosok tubuh yang melompat kedekat Wong Tie Hian. Dan waktu semua orang mengawasi, ternyata anak muda itu seorang pelajar, yang berpakaian serba putih, yang tadinya duduk di belakang Han Han dan Thio In In. Wajahnya juga bengis menatap Sung Ming atau Auwyang Boen bergantian. "Wong Loo-cianpwee, kau mundur saja, biarlah aku Ciang Lie Sioe-chay yang menghadapi kedua kera ini."
Wajah Wong Tie Hian masih merah padam, rasa murkanya belum lenyap. Tetapi melihat Chiang Lie Sioe-chay yang mau menghadapi kedua utusan Pek Bwee Kauw itu, dia jadi mengangguk dan duduk di tempatnya kembali!
Pada saat itu Auwyang Boen dan Sung LMing telah mengawasi Ciang Lie Sioe-chay dengan tatapan mata bengis. Mereka tak senang dan tersinggung melihat persoalan mereka dicampuri oleh pelajar ini.
"Hmmm ..... kalian orang-orang Pek Bwee Kauw!" bentak Ciang Lie Sioe-chay pada saat itu setelah melihat Wong Tie Hian duduk kembali di tempatnya. "Kalian terlalu menghina orang ! Malah kami juga telah mendengar tentang perbuatan-perbuatan kalian yang melampaui batas dan sering melanggar liang-sim, maka hari ini biarlah aku Ciang Lie Sioe-chay memberikan sedikit pelajaran pada kalian, agar lain kali kalian tak terlalu memandang remeh kepada orang lain !" dan setelah berkata begitu, mata Ciang Lie Sioe-chay mencilak bengis, memang sejak kedua orang Pek Bwee Kauw itu memasuki ruangan tersebut, Ciang Lie Sioe-chay telah mendongkol dan murka, apa lagi melihat Wong Tie Hian membaca surat yang dibawa oleh Thian-san Sian-eng itu dan wajah Wong Tie Hian jadi berubah merah padam serta murka sekali, maka Ciang Lie Sioe-chay telah dapat menerka apa isi surat itu.
Pada saat itu Auwyang Boen dan Sung Ming juga sangat mendongkol, mereka merasa seperti tidak dipandang sebelah mata oleh pelajar yang mau mencampuri urusan mereka. Dengan mendengus, Sung Ming mendelik kepada pelajar itu.
"Kau pelajar bau, apakah kau teiah mengukur kepandaian kau sehingga kau berani pentang bacot di muka Harimau !" kata Auwyang Boen tawar.
Ciang Lie Sioe-chay ketawa tawar.
"Pada Macan yang sesungguhnya Hak-seng, murid, memang jeri, tetapi terhadap macam kalian yang ternyata hanyalah Macan ompong, apa yang harus dibuat jeri ? Bukankah dengan sekali membalikkan telapak tangan saja kalian akan dapat kubunuh dan kubereskan dengan mudah, sehingga tidak merepotkan Wong Tie Hian ? "
Wajah Sung Ming dan Auwyang Boen jadi berubah merah padam, tubuh mereka jadi agak menggigil, saking murkanya.
"Kurang ajar kau pelajar bau !" bentak Auwyang Boen dengan suara mengguntur. "Apakah kau telah mempunyai cadangan nyawa tujuh sehingga sekarang kau tak takut mampus? Hmm, kalau memang kau kenal gelagat, lebih cepat lebih baik lagi kau menggelinding dari hadapan kami, dari hadapan Thian-san Sian-eng! Ini hanya nasehatku, maka cepat-cepatlah kau menggelinding sebelum kami Thian-san Sian eng menggempur mampus pada kau !"
Ciang Lie Sioe-chay ketawa mengejek, sikapnya tak kalah angkuhnya dengan Thian-san Sian-eng itu.
"Kalian adalah bangsa kurcaci, dan sekarang kau mau mementang bacot selebar-lebarnya, apakah kau tidak takut ditertawakan oleh orang-orang gagah ?!" bentak palajar itu dengan suara yang mengguntur.
Thian-san Sian-eng ketawa dingin, malah Auw-yang Boen telah berkata dengan suara yang mengandung kemarahan : "Kami adalah utusan Pek Bwee Kauw, kalau memang kalian mau menghina kami dengan mengandalkan jumlah yang banyak, silahkan ! Kami tak nantinya takut mati !"
Wajah si pelajar jadi berubah merah.
"Siapa yang akan menghina kalian dengan mengandalkan jumlah yang banyak?!" tegurnya tak senang. "Aku yang akan menghadapi kalian, bukankah dengan begitu kalian baru puas ?!"
Auwyang Boen dan Sung Ming ketawa dingin lagi.
"Majulah !" bentak Sung Ming. "Mati tak menjadi soal bagi kami, tetapi apakah semua ini telah dipikirkan matang-matang oleh orang she Wong itu ?!" dan setelah berkata begitu, Sung Ming menoleh menatap Wong Tie Hian yang kala itu sedang menatapnya dengan mata mendelik. Pandangan Sung Ming jadi bentrok dengan pandangan Wong Tie Hian, dan Sung Ming jadi gugup tak keruan melihat cahaya mata jago tua yang berkilat tajam itu, tetapi untuk menutupi kegugupannya itu, dia jadi mendengus berulang kali.
Sedangkan Auwyang Boen telah membentak pelajar itu : "Kau terhitung apa di dalam keluarga orang she Wong ini ?"
"Aku adalah tamu dari Wong Loo-cian-pwee, tetapi karena kalian terlampau takabur dan menghina Wong Loocian-pwee dengan lagak tengik kalian, biarlah hari ini aku CiangTie Sioe-chay memberikan sedikit pelajaran kepada kalian !" menyahuti pelajar itu dengan suara yang tawar.
Wajah Sung Ming dan Auwyang Boen jadi berubah merah padam.
"Hmmm ..... bagus, hari ini Thian-san Sian eng dapat juga berhadapan deagan pelajar cabul seperti kau !" kata Auwyang Boen dengan suara menghina.
Wajah Ciang Lie Sioe-chay jadi berubah hebat mendengar dirinya dikatakan sebagai pelajar cabul, maka dengan suatu bentakan, dia melompat untuk mencengkeram bahu Sung Ming, sedangkan tangan kirinya telah diulurkan untuk menotok jalan darah Cie-tong-hiatnya Auwyang Boen.
Thian-san Sian-eng juga bukan termasuk manusia-manusia lemah, maka melihat Ciang-lie Sioe-chay telah membuka serangan, mereka cepat-cepat berpencar membagi posisi, kemudian memiringkan tubuh mereka sedikit, sehingga serangan Ciang Lie Sioe-chay menemui tempat kosong.
Tetapi si pelajar tak mau sudah sampai di situ saja, waktu serangannya gagal dan nencengkeram tempat kosong tak mengenai sasarannya, dia cepat-cepat membalikkan tubuhnya, kemudian membarengi dengan jejakkan kakinya, tubuhnya melambung. Di kala tubuhnya berada di tengah udara inilah Ciang Lie Sioe-chay mengadakan penyerangan berangkai, yang menghantam bahu Sung Ming dan menotok jalan darah Tie-mie hiatnya Auwyang Boen yang terletak didekat batok kepala orang she Auwyang ini.
Hebat gerakan pelajar yang menamakan dirinya Ciang Lie Sioe-chay itu, karena gerakannya itu, yang menyerang dan selalu dua jurusan kepada Thian-san Sian-eng, membikin Sung Ming dan Auwyang Boen jadi kelabakan dan gugup.
Tetapi biar bagaimana kepandaian Thian-san Sian-eng tidak lemah, dengan memutar tubuh dan menggunakan gerakan Tia Hay Cut Tong, mereka berhasil mengegoskan serangan dari si pelajar Ciang Lie.
Pada saat itu, orang-orang gagah yang berkumpul di dalam ruangan itu telah bersorak dengan suara gemuruh, malah ada yang berteriak-teriak dengan suara yang berisik agar membunuh Thian-san Sian-eng.
Hal ini membikin nyali Thian-san Sian-eng jadi pecah. Namun, untuk menunjukkan kelemahannya itu, dia tak mau, maka mereka tetap berusaha berlaku tenang.
Ciang Lie Sioe-chay telah berdiri tegak sambil tertawa mengejek.
"Apakah Thian-san Sian-eng hanya pandai melarikan diri seperti tikus?" ejeknya. "Hmmm, mana kepandaian yang diagul-agulkan oleh kalian? Mengapa selalu mengelakkan seperti kucing takut pada macan ?! Oh.o, rupanya beginilah sifat dan watak dari orang-orang Pek Bwee Kauw, hanya terdiri dari orang-orang pengecut."
Wajah Thian-san Sian-eng berubah hebat, mereka gusar sekali.
"Setan !' bentak Auwyang Boen dengan gusar. "Apakah kau pelajar cabul dapat menandingi kepandaian kami ?" dan dengan penuh kemarahan yang luar biasa, Auwyang Boen melompat menyerang dengan menggunakan jurus 'Ciang Liong Pak Hay ' dia menyerang dengan mengincar lambung si pelajar. Sedangkan Sung Ming juga telah melompat dengan kalap menyerang pelajar itu dengan menggunakan jurus 'Hek mie Lo-siang', dengan apa tangannya itu mengincer kepala Ciang Lie Sioe-chay yang mau dicengkeramnya dengan kesepuluh jarinya.
Hebat serangan dari Thian-san Sian-eng yang dilakukan dengan kalap dan sepenuh tenaga, sehingga kalau Ciang Lie Sioe-chay kurang gesit, pasti dirinya akan terluka hebat.
Tetapi Ciang Lie Sioe-chay sangat kosen, gerakannya juga gesit, di samping matanya yang tajam luar biasa.
Maka dari itu, dikala melihat Thian-san Sian-eng menyerang dirinya dengan cara menjepit, dari kiri dan kanan, dari jurusan bawah dan atas, sehingga dirinya terkurung, Ciang Lie Sioe-chay tak jeri, dia malah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya di lengannya, kakinya tegak bagaikan tertanam di lantai ruangan itu, kemudian dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, pelajar Ciang Lie ini menangkis kedua serangan Thian san Sian-eng.
"Dukkk !" terdengar suara benturan beberapa kali yang keras sekali.
Ternyata tangan Thian-san Sian-eng dan Ciang Lie Sioe-chay telah saling bentrok dengan keras sekali.
Tampak tubuh Ciang Lie Sioe-chay bergoyang-goyang, tetapi tetap tegak ditempatnya, dan berbeda dengan pelajar itu, walaupun menyerang dengan cara meegeroyok, tetapi berhubung tenaga Lwee-kang Ciang-lie Sioe-chay lebih kuat kalau dibandingkan dengan Thian-san Sian-eng, muka tampak kedua jago Thian-san itu undur beberapa langkah kebelakang dengan wajah yang pucat.
Orang-orang gagah yang berkumpul diruangan itu jadi bersorak-sorak memuji Ciang Lie Sioe-chay dan malah ada beberapa orang orang gagah yang mencaci maki Thian-san Sian-eng.
Wajah Thian-san Siang-eng jadi pucat pias waktu dia menyapu orang-orang yang berada di dalam ruargan itu dengan mata berkilat gusar. Tetapi mereka juga memaklumi, kalau kali ini dia berkeras, mereka akan mengalami kematian, karena pihak lawan terdiri dari orang-orang kuat dan tokoh-tokoh persilatan yang kosen sekali. Maka dari itu, dengan menahan perasaan gusar yang seakan mau meledakkan dada mereka. Auw-yang Boen maju selangkah dengan wajah yang menunjukkan kegusaran hatinya.
"Pelajar cabul, kali ini kami tak bisa melawan kau, tetapi tunggulah beberapa lama lagi ! " dan dia memutar tubuhnya menghadapi Wong Tie Hian, katanya : "Orang she Wong?, apakah kau memang sudah mengambil keputusan yang tetap untuk menentang Pek Bwee Kauw?!"
Wong Tie Hian mendengus. "Lebih baik kalian menggelinding pergi sebelum kalian dicincang oleh kami !" kata Wong Tie Hian dengan wajah yang merah padam karena dia sangat murka sekali. "Kami masih mau mengingat bahwa kalian adalah utusan, dan seorang utusan tak boleh di ganggu, maka kami masih menghormati peraturan itu. Tetapi kalau kalian masih juga membandel dan pentang bacot tak keruan di sini, hmmm, Lohu juga tak sungkan-sungkan membunuh kalian !" dan tegas sekali suara Wong Tie Hian, yang disambut oleh teriakan-teriakan marah dari para jago-jago yang berkumpul di situ, yang memaki Thian san Sian-eng.
Auw-yang Boen dan Sung Ming jadi berdiri dengan wajah yang pucat dan tubuh menggigil saking gusarnya.
"Baik Baik ! Kalian tentu akan merasakan akibat dari pada kelakuan kalian itu!" kata Sung Ming dengan suara yang tergetar saking gusarnya. "Tetapi ingat, kalau apa yang telah terlanjur, walaupun nanti disesalkan, toch tak akan berguna !" dan setelah berkata begitu, dia memutar tubuhnya diikuti oleh Auw-yang Boen.
"Tahan !" tiba-tiba terdengar suara bentakan yang menggeledek keras sekali.
Semua orang jadi heran dan menoleh, begitu juga Auw-yang Boen dan Sung Ming, mereka menahan langkah kaki dan memutar tubuhnya menghadapi sesosok tubuh yang baru saja melompat ke gelanggang. Waktu melihat orang itu, Thian-san Sian-eng jadi mendelik gusar, karena yang membentak itu adalah seorang anak muda.
"Bocah ! Apakah kau masih menghalang-halangi kami ?" bentak Thian-san Sian-eng gusar.
Ternyata anak muda itu Han Han, yang telah melompat dari tempat duduknya. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu jadi heran berbareng kagum melihat entengnya gerakan Han Han waktu dia melompat tadi. Hal mana membikin semua orang jadi heran, karena mereka tak mengetahui siapa sebetulnya anak muda itu.
"Hmmm, apakah kalian masih mengenali aku?" bentak Han Han dengan suara yang dingin.
Wajah Thian-san Sian-eng semakin berubah merah padam, mereka murka sekali.
"Sebangsa kau kurcaci cilik mana ada hargaaya untuk dikenal oleh kami?" bentak Auwyang Boen dengan suara yang mengejek.
Han Han ketawa dingin. "Bagus! Rupanya memang aku tak mempunyai harga untuk dikenal olehmu!" kala Han Han dingin. "Tetapi kalau menung kau mengetahui siapa diriku, hmmm, walaupun kau mempunyai kepandaian setinggi langit, toch kalian akan bertekuk lutut meminta ampun!"
Wajah Thian-sau Sian-eng jadi berubah hebat, mereka gusar sekali.
"Bocih setan, jangan kau terlampau menghina kami!" bentak Sung Ming dengan suara mengguntur. "Kalau kau memang mau membunuh kami, bunuhlah!"
"Hmmm, tak akan semudah itu untuk mampus!" ejek Han Han. "Bukankah kalian masih ingat pada Khu Sin Hoo Tay-hiap?" dan Han Han sengaja mendengus beberapa kali.
Mendengar disebutnya nama Khu Sin Hoo, wajah Thian-san Sian-eng jadi berubah hebat, mereka juga seperti orang yang kesima, dan begitu juga dengan orang-orang gagah, dan termasuk Wong Tie Hiannya sendiri, mereka jadi berpikir, apa sangkut pautnya anak muda ini deagan Khu Sin Hoo?
Sedang orang terheran-heran, Han Han telah berkata lagi :
"Hmmm ..... lima tahun yang lalu kalian pernah ditolong oleh Khu Tay-hiap, kalian diselamatkan dari tangan orang-orang Mo-in-shia, tetapi ternyata kalian benar-benar tak mengenal budi dan telah menyiksa seorang bocah yang menjadi kawan dari Khu Tay-hiap.
Wajah Thian-san Sian-eng jadi berubah hebat mendengar anak muda ini mengingatkan mereka pada peristiwa lima tahun yang lalu, di mana perahunya telah terkepung oleh perahu orang-orang Mo-in-shia.
Waktu Han Han berkata-kata, Thian-san Sian-eng juga jadi berpikir, siapa sebetulnya anak muda yang berdiri dihadapannya ini dengan gagah?
"Siapa kau, bocah?" bentak Auw-yang Boen dengan suara yang keras untuk menutupi kegoncangan hatinya dan menenangkan dirinya.
"Bukankah setelah kalian ditolong oleh Khu Tay-hiap, kalian masih berlaku kurang ajar sekali dengan menyiksa seorang bocah?" tanya Han Han lagi tanpa memperdulikan pertanyaan Auwyang Boen.
Wajah Auwyang Boen dan Sung Ming jadi semakin berubah hebat.
"Siapa kau sebenarnya ?" bentak Auwyang Boen lagi dengan suara yang keras.
"Hmm, dengan memerintahkan salah seorang anak buah Pek Bwee Kauw kau membalas budi Khu Tay-hiap dengan menyiksa bocah yang menjadi sahabat dari Khu Tay-hiap. Hukuman apa yang harus kalian terima ? " bentak Han Han lagi dengan tetap sikap mengejek.
Wajah Auwyang Boen dan Sung Ming semakin berubah hebat.
"Bocah, sebutkan namamu.'!'' bentak Sung Ming dengan tubuh tergetar menahan kemurkaannya.
Semua orang jadi mengawasi Han Han dengan berdiam diri, mereka juga heran, siapa anak muda ini sebetulnya yang telah membawa-bawa nama Khu Sin Hoo ?
"Namaku tak perlu kalian ketahui, karena kalian adalah orang-orang yang tak cukup berharga untuk mengetahui namaku !" kata Han Han mengejek.
"Bocih setan, kalau kau tetap tak mau menyebutkan namamu, akan kami kirim kau ke neraka !" bentak Auwyang Boen dengan murka.
"Apakah kalian yakin mempunyai kepandaian untuk melakukan itu ?" ejek Han Han. "Dan kukira perlu kuterangkan disini, bahwa bocah yang disiksa oleli anak buah Pek Bwee Kauw atas perintah kalian itu adalah aku sendiri ! Akulah bocah yang menjadi sahabat dari Khu Tay-hiap !"
Thian-san Sian-eng jadi mengeluarkan seruan tertahan, begitu juga dengan orang-orang yang hadir di situ. Malah Wong Tie Hian sendiri sampai berdiri dari duduknya.
"Kau ..... kau ..... kau bocah yang bersama-sama Khu Sin Hoo di perahu kami, dulu?" tanya Sung Ming dan Auwyang Boen dengan suara tergetar dan wajah pucat sekali, nyata mereka terkejut sekali. Han Han mendengus.
"Hmm ..... hari ini kalian harus menerima hukuman dariku. Coba kalau memang aku cak tertolong oleh Khu Tay-hiap lagi mungkin aku telah terbunuh oleh anak buahmu itu! Hm, hari ini walaupun kau mempunyai kepandaian untuk terbang kelangit, tak akan kulepaskan begitu saja !"
Pada saat itu, setelah mengalami kegoncangan hatinya, Thian-san Sian eng dapat menenangkannya dengan cepat.
"Bagus! Ternyata kau bocah bau yang tak mengenal mampus !" bentak Auwyang Boen dengan suara menggeledek, lalu dengan berbareng, Auwyang Boen dan Sung Ming menyerang Han Han dengan jurus silat yang telengas sekali. Sekali terhajar, pasti jiwa Han Han akan melayang menghadap Giam-lo-ong.
Semua orang yang melihat itu. jadi berseru murka dan mencaci Thian-san Sian-eng yang selalu berlaku curang dan busuk dalam melakukan penyerangan.
Tetapi Han Han sendiri sangat tenang, dia tak mengelakkan kedua serangan Auwyang Boen dan Sung Ming, malah dia memasang dirinya.
"Bukkk !" kedua tangan dari kedua orang itu menghajar tubuh Han Han keras sekali, namua tubuh Han Han tak bergeming.
Dan berbeda dengan Han Han, Auwyang Boen dan Sung Ming jadi menjerit kesakitan sambil melompat mundur beberapa tombak jauhnya, wajah mereka pucat sekali dan mereka memegangi tangan mereka yang telah membengkak merah.
"Hmmm .....!" Han Han mendengus mengejek. "Bagaimana rasanya ?"
Wajah Sung Ming dan Auwyang Boen jadi bertambah pucat, mereka heran, mengapa mereka menyerang dengan sekuat tenaganya tak membawa hasil apa-apa dan anak muda she Han itu tak terluka ? Mengapa malah tangan mereka yang membengkak merah dan menimbulkan perasaan yang sakit sekali? Mengapa? Dan Thian-san Sian-eng ini menduga Han Han menggunakan ilmu siluman.
"Hmmm ..... kalian adalah manusia-manusia yang tak mengenal budi dan di dalam kalangan rimba persilatan sangat jahat sekali !" kata Han Han. "Maka dari itu, kalian harus dilenyapkan dari muka kami !"
Dan Han Han maju setindak-setindak.
Wajah Thian-san Siang-eng jadi tambah pucat dan tubuh mereka jadi tergetar. Lenyap pula keberanian mereka dan pecah nyali mereka.
Dengan tak terduga, Sung Ming dan Auwyang Boen telah membalikkan tubuh mereka untuk kabur dan kelakuan mereka ini seperti telah dijanjikan. Semua orang gagah yang ada di ruang itu jadi murka, karena dengan berbuat begitu Thian-san Sian-eng memperlihatkan kepengecutan mereka dan tak tahu malu sekali, memalukan orang gagah.
Tetapi Han Han gesit sekali, dia dapat bergerak cepat. Waktu melihat orang membalikkan dirinya untuk kabur, Han Han membentak dengan suara yang keras tubuhnya mencelat cepat, waktu dia mengulurkan tangannya, dia dapat mencengkeram punggung kedua jago dari Thian-san itu, kemudian dengan menyempar, tubuh Thian-san Sian-eng terlempar dan ambruk dilantai dengan mengeluarkan jeritan yang keras.
Orang-orang jadi bersorak mencaci maki Thian-san Sian-eng.
Han Han telah menghampiri lagi dengan wajah yang guram, dia memang ingia memberikan pelajaran pada kedua manusia tak berbudi itu. Dihampirinya dengan langkah yang perlahan-lahan.
Thian-san Sian-eng merangkak bangun, darah telah mengucur dari hidung mereka. Wajah mereka pucat sekali dan mereka duga mereka pasti akan menemui kebinasaan di sini ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 31 DENGAN mengulurkan tangannya, Han Han bermaksud mencengkeram bahu Sung Ming dan Auwyang Boen, dia bermaksud untuk membantingnya lagi. Tetapi telah terdengar bentakan : "Tahan! " dan berkelebat sesosok tubuh. Semua orang jadi mengawasi dengan mata yang terbuka lebar kepada orang yang baru datang itu,
Han Han sendiri telah menahan kedua tangannya dan memutar tubuhnya menghadapi orang yang baru datang itu. Dilihatnya yang berdiri dihadapannya seorang berkedok, yang tak terlihat wajahnya. Dan Han Han "mengeluarkan seruan tertahan, karena orang itu adalah orang bertopeng yang malam itu mengintai kamarnya dan kamar pemuda pelajar yang satu hotel dengannya.
"Kau .....?" tanya Han Han gugup.
Orang bertopeng itu mendengus.
"Hmmm ..... lepaskanlah kedua orang ini !" kata orang bertopeng itu dingin. "Mereka adalah utusan dan seorang utusan tak boleh disiksa begitu macam !"
Han Han jadi lebih gugup lagi. Tanpa disadari, dia melirik ke tempatnya tadi duduk bersama Thio In In, tetapi nona Thio sudah tak berada ditempatnya itu. entah ke mana.
Dan, dugaan Han Han jadi bertambah keras bahwa orang bertopeng ini adalah nona Thio itu. Memang sejak di rum ah penginapan beberapa hari yang lalu, Han Han telah menduga keras bahwa orang bertopeng itu adalah nona Thio In In, namun belum terbukti, sekarang orang bertopeng itu muncul kembali di rumah Wong Tie Hian, dan nona Thio In In telah menghilang dari tempatnya duduk tadi, maka dugaan Han Han jadi tambah keras bahwa orang bertopeng ini adalah In In.
"Cie-cie ..... mengapa kau selalu mau melindungi orang Pek Bwee Kauw ini?" tegur Han Han kurang senang.
Mata orang bertopeng itu tampak mencilak.
"Siapa cie-ciemu ?" bentaknya tak senang. "Aku hanya minta melepaskan kedua orang ini, karena mereka adalah seorang utusan belaka. Kalau memang mereka mengalami sesuatu kecelakaan di tempat Wong Tay-hiap, bagaimana nanti Wong Loo-cian-pwee itu mau menaruh muka?! Hmm ..... lepaskanlah mereka !"
Han Han jadi berdiri serba salah. Sebetulnya kalau memang dia mau, dengan mudah dia dapat merabunkan orang bertopeng ini dan menghajar Thian-san Sian-eng namun Han Han takut kalau memang orang bertopeng ini adalah cie-cie Thionya, dan pasti In In akan tersinggung, sehingga hubungan mereka bisa retak. Maka itu, dengan bingung, Han Han jadi berdiri mematung memandangi orang bertopeng itu.
Wong Tie Hian sendiri yang melihat hal itu sudah lantas menghampiri.
Orang tua she Wong ini memberi hormat kepada si orang bertopeng.
"Siapakah Kie-soe ?" tanya Wong Tie Hian sambil menjura beberapa kali. "Bolehkah aku si-tua she Wong mengetahui nama besar Kie-soe ?"
Kie-soe ialah orang gagah.
Orang bertopeng itu mendengus, dia tidak membalas memberi hormat orang tua she Wong itu.
"Aku dengan kau tak mempunyai sangkut paut " menyahuti orang bertopeng itu dengan suara yang dingin. "Juga tak mempun yai hubungan dengan orang-orang Pek Bwee Kauw. Namun karena melihat bahwa kedua orang ini hanya berfungsi sebagai dua orang utusan, maka mengingat akan peraturan Kang-ouw, atau peraturan dari segala bidang, aku minta Loo-cianpwee mau menghormatinya dan membiarkan mereka berlalu tanpa kurang sesuatu. Dan aku yang rendah percaya bahwa Loo-cianpwe dan para orang- gagah yang terhormat di ruangan ini tak akan bersikap seperti seorang Siauw-coe-cang tak kenal peraturan !"
Wajah orang-orang gagah yang berada di dalam ruangan itu jadi berubah merah padam mereka mendongkol sekali, karena mereka mau dipersamakan oleh orang bertopeng itu sebagai Siauw-coet atau manusia rendah. Tetapi mereka tak berkutik dan tidak bisa berkoar, karena perkataan orang bertopeng itu sangat tajam sekali. Wong Tie Hian sendiri jadi kikuk. Cepat-cepat dia memberi hormat sambil katanya : "Sebetulnya Lohu dan para Ho han yang berada di sini, ingin membiarkan kedua manusia rendah ini berlalu, tetapi karena dia terlalu mementang bacot terlampau besar dan angkuh sekali dengan lagak mereka yang tengik, maka Lohu kira memang perlu diberi pengajaran. Ini bukan dibicarakan mengenai utusan atau bukan, tetapi mereka dapat dianggap berurusan dengan persoalan pribadi mereka yang buruk ! Coba kalau mereka memang berfungsi sebagai seorang utusan yang baik, dan hanya membawa berita untuk kami tanpa menunjukkan sikap mereka yang tengik, apakah kami akan mengambil langkah begini? Oh, tidak! Pasti tidak ! Kami pasti akan melepaskan mereka secara baik-baik! Tetapi berhubung mereka sangat takabur, lagi pula Thian-san Sian-eng terkenal sebagai manusia rendah di dalam rimba persilatan, maka Lohu kira memang pantas diberi hajaran ! Tetapi, Lohupun akan melepaskannya dengan segera !"
Orang bertopeng itu mendengus berulang kali selama orang tua she Wong itu berkata-kata. Sedangkan Han Han hanya menatap dengan pandangan mata yang tajam, seakan-akan dia mau menembusi kain penutup muka orang itu untuk mengetahui siapa sebetulnya orang di balik topeng ini !
"Wong Loo-cianpwee berbicara mengenai soal pribadi !' kata orang bertopeng itu dengan suara yang tawar. "Tetapi apakah Loo-cianpwee tak menyadari bahwa pada saat itu pada detik ini, bahwa fungsi Thian-san Sian-eng adalah seorang utusan dan sebagai pihak tuan rumah Wong Loo-cianpwee harus bisa menguasai tamu-tamu Loo cianpwee untuk memperlakukan utusan ini dengan baik !"
Wajah Wong Tie Hian jadi berubah lagi, dia tak senang berulang kali orang bertopeng ini menegur dirinya. Apa lagi memang orang bertopeng itu tak mau menyebutkan namanya memperkenalkan dirinya.
"Siapakah nama dan gelar Kie soe yang besar dan harum ?" tanya Wong Tie Hian sambil menatap tajam pada orang bertopeng itu.
Mata orang bertopeng tersebut mencilak memain, seakan-akan dia sedang ragu.
Tetapi kemudian dia tertawa dengan suara yang nyaring sekali.
"Aku tak mempunyai gelaran dan belum pernah dikenal orang !" kata orang bertopeng itu. "Kalau memang Loo-cianpwee mau mengetahui juga namaku, maka aku orang she Thio !"
Mendengar perkataan orang bertopeng itu, Han Han jadi tambah heran, dia juga bingung sekali. Dengan mengakui dirinya she Thio, bukankah mustahil bahwa orang bertopeng ini benar-benar Thio In In, karena selain suara dan bentuk tubuhnya yang sama, lagi pula In In tak berada di tempatnya, tak mungkin dia lenyap begitu saja.
Han Han jadi bingung, pihak mana harus dibelanya. Kalau memang orang bertopeng itu menang benar In In mau tak mau Han Han harus membantu orang bertopeng ini, karena nona Thio adalah Cie-cienya, seorang gadis yang telah menggoncangkan hatinya. Tetapi yang membingungkan Han Han, mengapa In In membela orang-orang Pek Bwee Kauw itu ? Lagi pula Han Han mengingatnya, tadi sebelum kedatangan Thian-san Sian-eng, di saat Han Han berteriak-teriak dengan bersemangat bersama orang-orang gagah lainnya mengutuk dan memaki Pek Bwee Kauw, mengapa In In tampaknya tak senang? Apakah nona Thio ini mempunyai hubungan dengan Pek Bwee Kauw ?!
Sedang Han Han bengong dibawa oleh arus kebingungan yang sangat, Wong Tie Hian telah berkata dengan suara yang dingin: "Jadi Kie-soe she Thio ?" dan dia mengerutkan alisnya, suaranya meninggi berwibawa. "Apa sangkutan Kie-soe dengan Thio See Ciang ?"
Orang bertopeng itu ketawa gelak-gelak dengan suara yang nyaring.
Sudah kukatakan tadi bahwa dengan kalian aku tak mempunyai sangkut paut, dan begitu juga dengan pihak Pek Bwee Kauw aku tak ada hubungan apa-apa, untuk apa kau menanya melit-melit ?" balik tanya orang bertopeng itu.
"Lohu tanya apa hubunganmu dengan Thio See Ciang ?" bentak. Wong Tie Hian dengan suara yang keras, sikapnya berwibawa sekali, matanya berkilat tajam luar biasa.
Orang bertopeng itu mendengus.
"Apakah kau seorang Tie-kwan harus bertan ya semacam itu ?" tegur orang bertopang tersebut. Tie-kwan adalah seorang hakim. "Sudah kukatakan bahwa aku tak mempanyai sangkut paut atau hubungan dengan orang-orang Pak Bwee Kauw, mau apa kau melit-melit ?!"
Wajah Wong Tie Hian jadi berubah lagi.
"Hmmm, kalau memang Thio Kie-soe ! mempunyai sangkut paut dengan orang ini, kuminta kau meninggalkan ruang ini !" kata Wong Tie Hian dingin.
"Sebelum kalian membuktikan bahwa kalian tak akan memperlakukan orang-orang ini yang menjadi utusan Pek Bwee Kauw dengan baik-baik, aku sebagai seorang yang menerjunkan diri di dalam kalangan Kang-ouw tak bisa berdiam diri melihat kalian berlaku semena-mena tak keruan !" kata orang bertopeng itu lagi.
Wajah Wong Tie Hian berubah hebat.
"Apakah Thio Kie soe tak percaya pada kata-kata Lohu ?" tanya Wong Tie Hian dengan mata mencilak dan jenggot atau kumisnya bergoyang-goyang saking murkanya.
Orang bertopeng itu ketawa dingin.
"Setiap manusia didalam dunia ini memang sulit dipercaya !" katanya dingin. "Untuk apa Wong Loo-cianpwee bertanya begitu ? Soal percaya atau tidak dipercaya oleh orang, adalah hak dari masyarakat, mau apa Wong Loo-cianpwee memaksa aku dari pihak yang muda untuk mempercayai Wong Loo-cianpwee ? Bukankah dengan begitu Wong Loo-cianpwee sama saja mau berlaku sewenang-wenang ? Hmm, kalau memang aku yang rendah dapat melihat kelakuan Wong Loo-cianpwee dan telah terbukti bahwa kejujuran dan kata-kata Wong Loo-cianpwee bisa dipegang, aku orang she Thio akan menaruh hormat dan baru mempercayaimu ! Bagaimana ? Kalian mau melepaskan kedua utusan ini atau tidak? "
Wong Tie Hian jadi murka sekali mendengar perkataan orang bertopeng itu, jenggot dan kumisnya bergerak-gerak dan mukanya merah padam. Ternyata orang terlalu memandang rendah padanya.
"Kiesoe terlalu tak memandang mata pada Lohu" kata Wong Tie Hian murka. "Sudah empat puluh tahun Lohu berkecimpung di dalam dunia persilatan dan belum pernah ada yang berlaku sekurang ajar Kie-soe! Hmm, kalau memang aku tak ingin melepaskan kedua utusan ini, apa yang akan dilakukan oleh Kie-soe!"
Hebat Wong Tie Hian ini, walaupun dia sedang murka, tokh dia masih membahasakan orang dengan sebutan Kie-soe, orang gagah, lagi pula dengan berkata begitu, Wong Tie Hian sengaja ingin memancing agar orang ini jadi terjerat dan menunjukkan kepandaiannya kalau memang mereka bertempur, dan dengan melihat ilmu silat orang, Wong Tie Hian akan dapat mengetahui murid siapa orang bertopeng ini.
Tetapi diluar dugaannya, orang bertopeng itu ketawa dingin dan menyahuti dengan kata-kata licik sekali : "Kalau memang Wong Lo-cianpwee tak mau melepaskan kedua utusan itu, akupun tak bisa berbuat sesuatu mengingat kepandaianku tak mungkin dapat menandingi kepandaian yang dimiliki oleh Loo-cianpwee, apa lagi ditambah oleh orang-orang gagah yang banyak berkumpul di sini dan lagi pula kalau kedua orang utusan Pek Bwee Kauw itu mau di bunuh pun tak menjadi urusanku, aku tak rugi apa-apa, hanya aku akan pergi keseluruh pelosok daratan Tionggoan ini dan manyiarkan peristiwa ini kepada seluruh orang-orang gagah di daratan Tionggoan ini !" dan setelah berkata begitu, orang bertopeng itu memutar tubuhnya sambil berkata : "Baiklah, aku yang rendah permisi saja untuk berlalu !"
Wong Tie Hian murka sekali, tubuhnya sampai tergetar. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia mengulurkan tangannya akan menangkap orang.
Orang bertopeng itu, yang mengaku sebagai orang she Thio mengetahui Tie Hian menyerang dirinya, dengan cepat dia menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat ke depan. Tetapi gerakannya kalah cepat dengan jago tua she Wong itu, karena dengan suara memberebet, baju didekat pundaknya robek terkena cengkeraman Wong Tie Hian.
Orang bertopeng itu mengaduh kesakitan sambil memegangi bahunya yang mungkin terluka kena dicengkeram oleh Tie Hian, dia memutar tubuhnya, sambil menahan perasaan sakit dia berkata dengan suara yang dingin: "Hmmm..... apakah Wong Tay-hiap, seorang jago yang ternama dan mempunyai kedudukan tinggi dalam kalangan Kang-ouw hanya pandai menghina orang-orang lemah dan orang-orang dari angkatan muda ?" ejeknya. "Baiklah, bunuhlah aku ! Memang seorang saksi yang mengetahui kebusukan seseorang, harus dilenyapkan, agar nama harum tetap dapat dipertahankan !" dan setelah berkata begitu, orang bertopeng itu ketawa gelak-gelak nyaring sekali.
Wajah Wong Tie Hian jadi merah padam, saking murkanya dia jadi menghajar meja.
"Brakkk !" meja itu ambruk hancur, karena Wong Tie Hian menghajar dengan menggunakan tenaga Lwee-kangnya. Dia. murka, tetapi tidak bisa melampiaskan kemurkaannya itu.
"Pergilah !" bentak Tie Hian akhirnya. "Hmmm, kalau memang aku tak mengingat bahwa besok adalah hari ulang tahunku, pasti akan kubunuh kau !"
"Bagus ! Bagus ! Rupanya hanya disebabkan hari ulang tahun yang membahagiakan itu aku dapat terlolos dari tangan maut dan terhindar dari kematian di tangan seorang gagah besar yang mempunyai nama yang harum di dalam rimba persilatan ! Bagus ! Sekarang ingat, biar bagaimana persoalan ini akan diketahui oleh para orang gagah, kalau memang kau tak membunuhku, kebusukan dari jago besar yang menpunyai nama harum Wong Tie Hian akan didengar oleh setiap kuping orang-orang gagah di daratan Tionggoan !"
"Brakkk !" Kembali Wong Tie Hian menghajar meja itu.
"Pergi!" bentaknya murka.
"Oho, aku bukan anjing yang dapat diperintahkan begitu garang !" kata si-orang bertopeng mengejek lagi. "Ayahku sendiri belum pernah memperlakukan aku begitu macam, apa lagi hanya seorang manusia busuk ! Hmmm, kemana aku suka aku dapat pergi tanpa ada yang dapat melarangnya !"
Murka sekali Wong Tie Hian, tubuhnya sampai tergetar. Begitu juga orang-orang gagah lainnya. mereka sampai berseru marah. Mereka menganggap bahwa kelakuan orang bertopeng itu keterlaluan sekali.
Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pergi ! Kalau memang kau masih mau mengacau tak keruan, aku tak akan menggunakan peraturan yang tua atau yang muda, aku akan membunuhmu!" bentak Wong Tie Hian.
"Ha, ha, ha, bunuhlah kalau memang berani melakukan hal itu, tetapi ini disaksikan oleh beratus pasang mata ! Bunuhlah! Tetapi kebusukanmu pasti tetap akan tersiar!" kata orang bertopeng itu dingin.
Wong Tie Hian jadi murka sekali, tetapi dia tak bisa melampiaskan kemurkaannya itu. Dia mendelik kearah Thian san Sian-eng yang telah merangkak berdiri.
Han Han maju menghadapi orang bertopeng itu, di hati anak muda ini telah mengambil suatu keputusan.
"Kau seorang yang betul-betul kurang ajar sekali!" bentak Han Han dengan suara yang keras. "Hmmm, terhadap orang yang tingkatan lebih tinggi dan lebih tua dari kau, tetapi kau telah berlaku begitu congkak. Biarlah aku yang menghadapimu!" dan Han Han memberi hormat kepada Wong Tie Hian: "Harap Wong Loo-cianpwee mundur dulu, tak perlu bercapai lelah merobohkan seorang monyet kecil ini!"
Wong Tie Hian memang sedang serba salah dia jadi mengangguk dan kembali ketempatnya.
Dan, orang bertopeng itu jadi mencilak matanya, sikapnya jadi agak gugup.
"Kau..... kau mau menjadi tukang pukulnya orang she Wong itu?" bentaknya dengan suara yang keras.
" Hmmm.....aku ingin melihat berapa tinggi kepandaianmu sehingga begitu berani sesumbar di hadapan Wong Loo-cianpwee?" kata Han Han dengan suara yang tetap. "Dan aku akan membuka matamu, bahwa dengan hanya menghadapi aku dari kalangan muda, kau pasti dapat dirobohkan!"
Orang bertopeng itu ketawa dingin, tetapi dengan tidak terduga dia menjejakkan kakinya untuk kabur.
Han Han memang sudah menduga bahwa orang bertopeng itu akan melakukan hal tersebut, dengan cepat dia juga menjejakkan kakinya, sekali mengulurkan tangannya, dia mau menjambret punggung orang.
Tetapi orang bertopeng itu cukup gesit dia mengegoskan dan melarikan diri pula.
Han Han mengeluarkan seruan, dia mengempos semangatnya, lalu dengan sekali menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melambung tinggi melewati orang bertopeng itu, di saat tubuhnya meluncur turun, dia mengeluarkan tangannya, menotok jaian darah Wie-tiong-hiatnya orang bertopeng itu, sehingga tidak ampun lagi, dengan mengeluarkan suara keluhan, orang bertopeng itu rubuh terjungkal di lantai.
Indah sekali gerakan Han Han itu, sehingga semua orang yang menyaksikan hal itu jadi bersorak dan memuji anak muda she Han tersebut.
Pada saat itu tubuh Han Han telah meluncur turun ke lantai, tetap di samping orang bertopeng yang terkulai di lantai dalam keadaan tertotok.
Han Han berdiri sambil ketawa dingin, dilihatnya mata orang bertopeng itu mencilak bengis, tetapi membayangkan kegugupan orang bertopeng tersebut.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
HAN HAN memutar tubuhnya menghadapi Wong Tie Hian.
"Wong Loo-cianpwee !" katanya. "Hukuman apa yang harus dijatuhkan kepada orang takabur ini ? "
Wong Tie Hian menghampiri.
"Lepaskanlah dia!" kata Wong Tie Hian. "Biar dia berlalu !"
"Tetapi kita harus mengetahui dulu siapa adanya dia !" kata Han Han. "Baiklah, sekarang biar aku mengurus kedua utusan tengik itu, nanti baru kita urus orang bertopeng ini !" dan Han Han memutar tubuhnya menghadapi Thian-san Sian-eng.
Sebetulnya, tadi waktu orang bertopeng itu membela mereka, Thian-san Sian-eng telah kegirangan, mereka yakin bahwa mereka pasti akan terloloskan dari tangan orang-orang gagah ini. Tetapi hati mereka jadi ciut dan nyali mereka benar-benar pecah waktu melihat dalam segebrakan saja orang bertopeng itu telah dapat diringkus oleh Han Han. Mereka jadi ketakutan. Maka dari itu, di saat Han Han sedang membalikkan tubuhnya, mereka telah mengambil keputusan, dengan berbareng Auwyang Boen dan Sung Ming menjejakkan kaki mereka dan kabur dengan cepat dan sekuat tenaganya kearah pintu, untuk kabur.
Tetapi Han Han mana mau melepaskan kedua orang yang pernah menyuruh orang menyiksanya ? Maka dari itu, dengan cepat tubuhnya mencelat dan dua kali jejakkan saja, anak muda she Han tersebut telah berada di belakang Thian-san Sian-eng.
"Roboh kau !" bentak Han Han sambil menghantam punggung Auwyang Boen dan dengan telak punggung Auwyang Boen kena terhajar, maka dengan mengeluarkan suara jeritan yaag menyayatkan, tubuh orang she Auwyang itu rubuh terjungkel, dari mulut memuntahkan darah segar.
Melihat keadaan Auwyang Boen, Sung Ming jadi lenyap semangatnya, terbang keberaniannya, dengan tak menoleh lagi dan tak memperdulikan keadaan Auwyang Boen yang telah rubuh terjungkel, Sung Ming mengeropos semangatnya dan melarikan diri dengan ketakutan.
Tetapi Han Han bekerja tak mau kepalang tanggung. Setelah berhasil merubuhkan Auwyang Boen, anak muda ini melompat mencelat tinggi sekali, dalam waktu singkat dia telah berada di belakang Sung Ming.
Waktu Sung Ming akan keluar dari pintu ruangan itu, dia merasakan samberan angin yang santer, hatinya jadi mencelos, karena segera juga dia mengetahui dirinya telah kecandak oleh Han Han.
Dengan mengeluarkan jeritan kalap, Sung Ming tak memperdulikan serangan Han Han itu, hanya dengan mengerahkan seluruh tenaga Lwee-kangnya di kaki, dia menjejakkan kakinya dengan ketakutan, tubuhnya mencelat pesat ke depan.
Han Han sendiri jadi memukul tempat kosong.
Tetapi anak muda she Han lihai sekali, deagan mengeluarkan bentakan, tubuhnya telah mencelat lagi, dia mengulurkan tangannya akan mencengkeram pundak Sung Ming.
Sung Ming sendiri merasakan samberan angin serangan kembali.
Cepat-cepat dia memutar tubuhnya menangkis serangan Han Han.
"Dukkk !" tangan mereka saling bentur.
Tubuh Sung Ming terpental jauh sekali.
Tetapi dengan menggunakan kesempatan sedang tubuhnya terapung itu, Sung Ming berpoksay, lalu berjumpalitan dan waktu kakinya menyentuh lantai, dia menjejakkan kakinya untuk kabur.
Han Han mendongkol melihat kelicikan orang, dia mengempos semangatnya, dengan dua kali jejakkan, dia telah dapat menyusul di belakang Sung Ming lagi.
Pada saat itu mereka telah berada di luar ruang dan orang-orang yang berkumpul di ruang itu pada keluar untuk melihat keadaan Sung Ming yang masih dikejar oleh Han Han.
Bagaikan burung Elang, Han Han mencelat dan menubruk kearah Sung Ming.
Sung Ming merasakan samberan angin serangan, dia mau menggunakan kesempatan seperti tadi.
Dia membalikkan tubuhnya sambil mengangkat tangannya untuk menangkis.
Tetapi dia jadi kecele dan hatinya mencelos dengan semangat yang terbang.
"Celaka !" keluhnya.
Karena Han Han ternyata bukan menyerang, melainkan mencengkeram. Waktu Sung Ming membalikkan tubuhnya menangkis, Han Han menarik pulang tangannya, dia membalikkan telapak tangannya, tahu-tahu jari tangannya berhasil menotok jalan darah Kay-tiong-hiatnya Sung Ming, sehingga dengan mengeluarkan seruan kaget, Sung Ming rubuh ke lantai tanpa dapat berkutik lagi !
Han Han berdiri di samping Sung Ming.
"Hmmm ..... sekarang kau mau melarikan diri kemana ? " tegur Han Han dengan suara mengejek.
Tampak Wong Tie Hian dengan diiringi oleh beberapa orang-orang gagah keluar. Han Han cepat-cepat menhampiri.
Dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Wong Loo-cianpwee, bagaimana menurut pendapat Wong Loo-cianpwee kalau kepandaian kedua orang Pek Bwee Kauw ini dimusnahkan ? " tanya Han Han.
Wong Tie Hian mengerutkan alisnya.
Sedangkan orang-orang gagah yang berdiri di belakang Wong Tie Hian sudah lantas mendahului jago she Wong itu menyetujuinya.
Akhirnya Wong Tie Hian menghela napas.
"Baiklah !" katanya perlahan. Kita melakukan ini bukan tak memandang peraturan Kang-ouw, tetapi kedua orang ini, Thian-san Sian-eng sangat jahat sekali di dalam rimba persilatan, mereka banyak sekali melakukan perbuatan-perbuatan jahat, maka dengan dimusnahkannya kepandaian mereka, berarti kita mengurangi kejahatan-kejahatan di dunia ini !"
Han Han mengangguk. "Benar !" katanya.
Dan jago-jago lain juga membenarkan.
"Siapa yang akan turun tangan memusnahkan kepandaian Thian-san Sian-eng ini ?" tanya salah seorang jago-jago di belakang Wong Tie Hian.
Wong Tie Hian menghela napas lagi.
"Bagaimana kalau Lohu minta bantuan Siauw-hiap untuk mewakili Lohu memusnahkan kepandaian kedua orang ini ?" tanya Wong Tie Hian kemudian pada Han Han.
Han Han ragu sesaat. "Benar! Memang Siauw hiap yang cocok untuk memusnahkan kepandaian kedua orang ini !" beberapa orang jago juga membenarkan.
Akhirnya Han Han menerima saran itu.
"Baiklah !" katanya sambil tertawa. "Aku akan mewakili Wong Tay-hiap "
Dan setelah berkata begitu Han Han membungkukkan tubuhnya memberi hormat, kemudian dia memutar tubuhnya menuju ke arah Sung Ming.
Walaupun tertotok jalan darahnya, tetapi Sung Ming tak mengalami luka, dia juga masih tersadar, maka mendengar bahwa Han Han akan memusnahkan kepandaian ilmu silatnya dia jadi ketakutan sekali. Matanya mencilak berulang kali, wajahnya pucat sekali.
Lebih-lebih waktu melihat Han Han menghampirinya, dia jadi ketakutan setengah mati.
"Jangan ..... jangan dimusnahkan kepandaianku!" katanya sesambatan. "Aku berjanji tak akan melakukan perbuatan jahat lagi!"
Han Han ketawa dingin. "Kata-katamu mana bisa dipegang dan di percaya?" kata anak muda she Han ini.
"Sungguh ! Demi Thian, ampunilah aku!" sesambatan Sung Ming.
Han Han mendongkol sekali melihat sikap pengecut dari jago Thian San ini.
Dengan tak berkata lagi Han Han mengulurkan tangannya untuk menotok beberapa jalan darah jago itu.
"O, jangan ....." keluh Sung Ming.
Tetapi tangan Han Han telah menotok, sehingga seketika itu juga dia mengeluh kembali dan dirasakan tubuhnya lemas. Habislah ilmu silatnya, untuk seterusnya dia akan menjadi manusia biasa, malah lebih lebih dari orang-orang yang tak mengerti ilmu silat.
"Hmmm..... kali ini kami mengampuni jiwa kalian, hanya melenyapkan ilmu silat kalian!" kata Han Han dingin setelah itu. "Tetapi kalau lain hari kutemui kalian masih berbuat kejahatan, hmmm, tak ada ampun lagi bagi kalian!"
Dan setelah berkata begitu, Han Han memutar tubuhnya. dia menuju kearah Auw-yang Boen yang masih menggeletak.
Tadi melihat Sang Ming dimusnakan kepandaian ilmu silatnya Auwyang Boen telah ketakutan setengah mati, apa lagi waktu melihat Han Han menghampiri dirinya, dia jadi ketakutan sekali.
"O Siauw-hiap.....ampunilah selembar jiwaku ini!" dia mengeluh minta dikasihani oleh anak muda she Han itu, matanya juga mencilak ketakutan.
Han Han ketawa mengejek. "Ya, jiwa kalian memang kami ampuni!" kata anak muda she Han ini dingin sekali.
"Tetapi Siauw-hiap..... jangan..... jangan memusnahkan ilmu silatku, ampunilah aku Siauw-hiap!" sesambat Auwyang Boen, malah dia menangis. "Untuk selanjutnya aku akan mengasingkan diri dan tak akan melakukan kejahatan lagi."
Han Han muak melihat kepengecutan orang.
"Hmmm. kau tak tahu malu!" kata Han Han dingin. "Apakah begini sikap seorang jago?"
"Ya, Siauw-jin memang pengecut.....!" sesambatan Auwyang Boen lagi." Ampunilah Siauw-hiap, janganlah melenyapkan ilmu silatku!"
Han Han mendengus mengejek.
Dia meugulurkan tangannya.
"O, jangan Siauw-hiap..... ! " teriak Auwyang Boen ketakutan sekali.
Tetapi Han Han tak memperdulikan teriakan Auwyang Boen, dia telah menotok beberapa jalan darah dari jago Thian-san ini, sehingga keringat berketel-ketel dari kening orang she Auwyang tersebut.
Lemaslah tubuh Auwyang Boen. Kepandaian ilmu silatnya telah musnah.
Seorang jago yang menjadi tamu Wong Tie Hian telah membuka totokan Han Han, lalu mengusir Thian-san Sianeng seperti mengusir anjing.
Dengan lesu, kedua jago yang telah musnah linu silatnya itu ngeloyor pergi.
Han Han dan Wong Tie Hian beserta jago-jago lainnya menghampiri orang bertopeng yang masih tertotok.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 32 ORANG bertopeng yang meringkuk di lantai tanpa dapat bergerak karena tertotokoleh Han Han, menatap kedatangan jago-jago itu dengan mata mencilak, tampakuya dia gugup sekali.
Han Han telah menghampiri Wong Tie Hian.
"Wong Loo cianpwee ..... orang bertopeng ini kuserahkan kepada Loo-cianpwe saja !" kata Han Han.
Wong Tie Hian mengangguk.
Dia menghampiri orang bertopeng itu.
"Apakah kau ingin menerima nasib yang sama dengan Thian-san Sian-eng, dilenyapkan ilmu silatmu?" bentak Wong Tie Hian dengan suara yang keras.
Orang bertopeng itu tidak menyahuti, dia hanya mendelik dengan gusar.
Wong Tie Hian menghampiri lebih dekat, dia mengulurkan tangannya akan membuka topeng orang.
Tetapi belum lagi dia membuka topeng itu, salah seorang pelayan keluarga Wong ini berlari-lari masuk dengan muka yang pucat.
"Wong Loo ya ..... ! Wong Loo ya !" teriak pelayan keluarga Wong sambil berlari-lari menghampiri. Wajahnya pucat sekali dan rupanya dia ketakutan sekali.
Wong Tie Hian jadi membatalkan membuka topeng orang, dia membalikkan tubuhnya dengan mengerutkan alisnya.
"Sam-jie, ada apa?" tanyanya.
"Celaka Loo-ya, orang-orang Pek Bwee Kauw telah mengurung gedung kita !" kata si pelayan dengan suara gemetar.
"Berapa banyak jumlah mereka ?" tanya Wong Tie Hian sambil mengerutkan alisnya.
"Berjumlah ribuan orang. Loo-ya !" kata si pelayan, napasnya juga memburu.
"Siapkan orang-orang." kata Wong Tie Hian.
Si pelayan mengiyakan. Semua orang-orang gagah juga bersiap-siap.
Mereka mencari tempat yang baik untuk dijadikan tempat penjagaan yang ketat sekali.
Hanya Han Han yang masih penasaran terhadap orang bertopeng itu.
Di kala semua orang berlalu, Han Han menghampiri orang bertopeng itu. Dia berjongkok di samping orang.
"Cie-cie, maafkan, aku tadi terpaksa melakukan hal kurang ajar padamu !" kata Han Han.
Mata orang bertopeng itu mendelik.
"Siapa cie-ciemu ?" bentaknya aseran.
"Biarlah kubuka totokanmu !" kata Han Han.
"Jangan sentuh diriku !" bentak orang bertopeng itu. Nyaring suaranya.
Han Han jadi melenggak. "Heh, kau tak mau dibuka totokan pada dirimu ?" tanya Han Han heran.
"Jangan sentuh diriku!" bentak orang itu lagi dengan suara aseran.
"Cie-cie, mengapa kau selalu harus merahasiakan dirimu ?'' kata Han Han lagi. "Bukalah topengmu !"
"Jangan seutuh diriku t" bentak orang bertopeng itu lagi. "Aku bukan cie-ciemu ! Kalau memang kau berani membuka topengku, biarlah aku membunuh diri dengan menggigit lidahku !"
Han Han terperanjat. Inilah hebat! Kalau dia memaksa membuka topeng orang dan benar-benar orang bertopeng ini membuktikan ancamannya menggigit lidahnya sampai purus, sampai binasa, bukankah sama juga dengan Han Han yang membunuhnya ?
Itupun masih untung kalau ternyata orang lain, tetapi kalau ternyata orang bertopeng tersebut memang benar-benar cie-cienya, bukankah hal itu akan menyedihkan dan mendukakannya.
Han Han jadi serba salah. "Bebaskan diriku !" bentak orang bertopeng itu lagi.
"Baik ! Baik !" kata Han Han cepat. Dia mengulurkan tangannya akan membuka totokan orang.
Tetapi orang bertopeng itu telah membentak lagi : "Jantan sentuh diriku !"
Han Han kembali jadi melengak, tetapi dia tersadar dengan mendongkol.
"Bagaimana aku membebaskanmu kalau memang aku tidak mengurut tubuhmu ?" tanyanya.
"Hmm ..... kalau kau sentuh diriku, akan kugigit lidahku, biarlah aku binasa! Dan kau adalah pembunuhnya !" kata orang bertopeng itu.
Han Han tambah tak mengerti.
"Mengapa kau menuduh aku yang membunuhmu kalau memang kau yang membunuh diri ? Aturan dari mana kau pakai ?" bentak Han Han mendongkol.
"Hmm ..... bukankah dengan kau menjentuh diriku maka aku akan menggigit lidahku dan aku binasa. Dan dengan kebinasaanku itu bukankah berarti disebabkan gara-garamu ? Apakah kau masih mau membantah ? "
Han Han jadi kewalahan juga menghadapi sikap orang. Dia bangkit berdiri.
"Hei bebaskan aku !" teriak orang bertopeng itu dengan suara yang nyaring.
Han Han jadi tambah mendongkol.
"Kau minta aku membebaskan kau, tetapi kau melarang aku menyentuh dirimu, mana bisa aku membebaskan kau dari totokan itu ?" kata Han Han mendelu.
Orang itu jadi mendelik dengan mata mencilak.
"Bebaskan totokanmu itu !" teriaknya.
"Baik ! Baik ! Aku mau saja membebaskan kau dari totokan !" kata Han Han sambil berjongkok lagi.
Tetapi waktu dia mengulurkan tangannya akan membuka totokan itu. Orang bertopeng itu telah membentak lagi "Jangan menyentuh tubuhku !"
Han Han benar-benar kewalahan, saking mendongkolnya, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia bangkit dan akan berlalu keluar, karena didengarnya suara ribut-ribut di luar. Dia menduga orang-orang Pek Bwee Kauw pasti telah menyerbu.
Orang bertopeng itu juga tidak memanggilnya lagi.
Begitu sampai di luar, tampak oleh Han Han, para jago undangan Wong lie Hian telah bersiap-siap akan menerima serbuan dan orang-orang Pek Bwee Kauw.
Suara ribut-ribut itu ternyata berasal dari orang-orang Pek Bwee Kauw yang mengepung gedung Wong Tie Hian.
Han Han menghampiri orang she Wong itu.
"Sudah Siauw-hiap bebaskan orang bertopeng itu?" tegur Wong Tie Hian waktu dia melihat Han Han mendatangi kearahnya.
Han Han menggeleng. "Dia tak mau tubuhnya tersentuh !" kata Han Han.
"Hah ?" Wong Tie Hian heran.
"Dia mengancam kalau memang aku menyentuh tubuhnya untuk membukakan totokannya ini, dia akan menggigit lidahnya dan binasa membunuh diri !
"Hah ?" Wong Tie Hian tambah heran.
"Ya, aneh sekali adat orang itu !" kata Han Han.
Wong Tie Hian menghela napas.
"Disebabkan diri Lohu maka telah merepotkan banyak orang-orang gagah, sehingga membikin hati Lohu jadi tak enak." kata Wong Tie Hian.
"Jangan Wong Loo-cianpwee berkata begitu!" kata Han Han cepat. "Kita sesama saudara kalangan rimba persilatan, mana bisa melihat peristiwa yang tidak adil terjadi di depan mata?"
Wong Tie Hian menghela napas lagi.
"Ya, sebetulnya Lohu sendiri juga bingung dengan cara apa harus mengucapkan terima kasih Lohu kepada Siauw-hiap dan orang-orang gagah lainnya !" Dan, Wong Tie Hian berhenti sesaat ketika didengarnya suara ribut-ribut di luar gedung, suara pekik sorak orang-orang Pek Bwee Kauw ymg mengurung gedungnya. Kemudian sambil menghela napas, dia menoleh kepada Han Han.
"Dengan Khu Sin Hoo Siauw-hiap mempunyai hubungan apa ?" tanya Wong Tie Hian kemudian kepada Han Han.
Han Han menceritakan segalanya pada jago tua she Wong ini.
"Hebat kau, Siauw-hiap !" kata Wong Tie Hian setelah selesai mendengar cerita Han Han. "Pantas saja kepandaianmu luar biasa ! Tak heran ! Karena kau mempunyai beberapa orang guru yang luar biasa sekali!"
Han Han cepat-cepat mengeluarkan kata-kata merendah.
Tetapi, berbareng dengan saat itu, terdengar suara bentakan-bentakan di luar gedung, disusul kemudian dengan suara seruling yang tertiup nyaring sekali.
"Minggir semua ! Kauw coe mau lewat !" terdengar di luar gedung orang berteriak.
Terdengar suara orang yang hiruk-pikuk itu jadi lenyap, hanya terdengar suara langkah kaki yang ramai sekali, kemudian sunyi. Yang terdengar hanyalah alunan seruling yang nyaring sekali, kadang-kadang bernada tinggi, kemudian berubah menjadi perlahan dan bernada rendah, menyedihkan pendengaran.
"Thio See Ciang telah datang sendiri ! kata Wong Tie Hian berbisik di telinga Han Han.
Han Han mengangguk. Hati anak muda she Han ini jadi berdebar keras, darahnya bergolak, karena orang she Thio itu adalah musuh besar keluarganya. Dengan tak sengaja mencarinya, dia bisa menemui musuhnya, maka dari itu dia memasang mata dengan penuh kewaspadaan. Dia sudah tak memikirkan apapun, yang ada di dalam ingatannya hanyalah akan membalas dendamnya pada Thio See Ciang!
Di antara kesunyian itu, tiba-tiba terdengar orang berteriak dengan suara mengguntur :
"Wong Tie Hian ! Kauw-coe Pek Bwee Kauw Thio See Ciang, ingin bertemu dengan kau ! Keluarlah !"
Wong Tie Hian jadi berubah tegang, dia berdiam diri sesaat, tetapi setelah menoleh kepada Han Han yang mengawasinya, dia menghela napas dan bangkit berdiri dari tempatnya. Perlahan-lahan dia menuju kearah pintu.
Han Han cepat-cepat mengikuti di belakangnya.
Begitu juga dengan jago-jago lainnya, yang sudah lantas mengikuti di belakang Wong Tie Hian.
Waktu pintu dibuka oleh pelayan keluarga Wong, ternyata di luar telah berdiri berbaris anak buah Pek Bwee Kauw, dan mata mereka umumnya memandang dengan kilatan mata yang bengis dan mengandung hawa pembunuhan.
Han Han mengikuti Wong Tie Hian sampai di muka orang-orang itu, di mana tampak seorang lelaki yang bertubuh tegap dan bermuka bengis berdiri dengan sikap yang angkuh, di belakangnya, tampak orang-orang berdiri mengiringinya.
Sedangkan pada saat itu Wong Tie Hian telah merangkapkan tangannya.
"Selamat datang Thio Kauw-coe !" katanya dengan suara yang tawar. "Lohu tak menduga sedikitpun bahwa akan menerima keberuntungan ini mendapat kunjungan Thio Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw !"
Lelaki bermuka bengis itu memang Thio See Ciang.
" Hmm ..... " orang she Thio itu mendengus, sikapnya dingin sekali, seperti juga tidak memandang sebelah mata kepada Wong Tie Hian. "Kami telah mengutus dua orang utusan, tetapi mereka tidak menerima perlakuan yang selayaknya. Sebetulnya Wong Kie-hiap keterlaluan dengan memusnakan kepandaian mereka ! Apa maksud Wong Kie-hiap sebetulnya ?!"
Hebat Kauw-coe ini, sekali bicara sudah lantas menyemprot Wong Tie Hian.
Wong Tie Hian telah ketawa dingin, sikapnyapun dingin sekali.
"Sebetulnya kami telah memperlakukan mereka cukup baik, hanya Kauw-coe salah memilih orang waktu ingin mengirimkan utusan pada Lohu ! Hmm ..... mereka terlalu takabur dan congkak serta kurang ajar sekali, itupun kalau memang Lohu tak mengingat akan hubungan kita, mungkin telah Lohu mampusi!"
Wajah Thio See Ciang berubah hebat, orang yang berdiri di belakang Kauw-coe itu juga mengeluarkan seruan gusar. Tetapi Wong Tie Hian tidak mau memperdulikan mereka.
Thio See Ciang sendiri dengan cepat dapat menguasai dirinya. Dia mengangkat tanganaya, maka suara seruan dan makian gusar dari anak buahnya jadi terhenti. Suasana jadi sunyi, tetapi tegang sekali.
"Jadi Wong Kie-hiap tetap tak mau bekerja sama dengan kami pihak Pek Bwee Kauw ?" tanya Thio See Ciang kemudian dengan suara yang tawar.
Wong Tie Hian merangkapkan tangannya lagi.
"Thio Kauw-coe harus mengerti mengenai penolakan Lohu terhadap maksud baik dari Thio Kauw-coe." kata Wong Tie Hian dengan sikap yang tenang. "Pertama mengingat usia Lohu yang telah lanjut dan lagi pula Lohu telah menyimpan pedang dan menyembunyikan nama untuk beberapa tahun lamanya, maka Lohu tak ingin mencampuri lagi segala urusau keduniawian!"
Thio See Ciang mendengus dengan muka yang tak enak dipandang.
Wong Tie Hian telah berkata lagi : "Dan, mengingat akan semua itu kuharap Thio Kauw-coe mau mengerti dan kita bersahabat saja ! Bukankah dengan jalan begitu kita akan memperoleh jalan yang sama-sama enak untuk kedua pihak ?!"
"Hmmm ..... enak sekali kau berkata, Wong Kie hiap !" kata Thio See Ciang dengan suara dingin. "Sebetuluya aku tak ingin mencari persengketaan dengan kau orang she Wong, namun kau keterlaluan dalam memperlakukan orang-orang kami. Utusan kami kau musnakan ilmu silatnya, malah menurut kedua orang utusan kami, kau orang she Wong telah sesumbar bahwa kau ingin membunuh seluruh orang Pek Bwee Kauw ! Maka dari itu, kami ingin mendapat pertanggungan jawab dari kau, orang she Wong !"
Wajafc Wong Tie Hian jadi berubah dia jadi mendongkol sekali mendengar perkataan Thio See Ciang.
"Jadi Kauw-coe tetap ingin mendesak aku ? " tanyanya dengan suara yang tawar.
"Bukan kami ingin mendesak Wong Kie-hiap, tetapi kami ingin meminta tanggung jawab Wong Kie-hiap terhadap perlakuan yang diterima oleh kedua orang utusan kami itu !" menyahuti Thio See Ciang cepat. Wong Tie Hian jadi tambah mendogkol. Dia tahu, alasan itu hanyalah merupakan alasan yang dicari-cari belaka.
"Jadi apa maunya Thio Kauw-coe ?" tanya Wong Tie Hian tawar.
"Hmmm ..... sekarang biarpun Wong Kie-hiap ingin bekerja sama dengan pihak Pek Bwee Kauw, rasanya sulit untuk diterima ! " menyahuti Thio See Ciang dengan suara yang dingin dan pandangan matanya bengis. "Dan atas penghinaan terhadap diri kedua anak buah kami yang waktu itu sengaja kami utus sebagai kurir kami, maka Pek Bwee Kauw akan meminta ganti kerugian !"
"Jadi apa maksud Thio Kauw coe? " tegur Wong Tie Hian dengan suara yang agak tergetar, karena dia sangat murka sekali dan tubuhnya juga agak menggigil, karena dia berusaha menindih perasaan gusarnya itu.
"Apakah masih perlu juga kami sebutkan keperluan kami kepada Wong Kie-hiap ? " tegur Thio See Ciang tawar. Dia juga ketawa dingin.
Wong Tie Hian menghela napas untuk menenangkan gejolak hatinya, kalau memang dia tak mengingat bahwa dia sedang berusaha mencari jalan damai, tentu dia telah menyerang orang she Thio yang menjadi Kauw-coe Pek Bwee Kauw tersebut.
"Baiklah !" kata Wong Tie Hian akhirnya. "Rupanya Pek Bwee Kauw memang sengaja mendesak Lohu demikian rupa! Tetapi, walaupun apa yang terjadi, ingin Lohu katakan disini, persoalan ini adalah-persoalan antara Thio Kauw-coe, atau Pek Bwee Kauw, dengan Lohu pribadi, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain atau keluarga Lohu, maka jika sampai terjadi sesuatu apapun, Lohu minta pihak Pek Bwee Kauw tak menyangkut pautkan persoalan ini dengan orang lain atau keluarga Lohu !"
Thio See Ciang ketawa tawar,
"Mengapa Wong Kie-hiap mempunyai dugaan sampai begitu jauh ?" tegurnya dengan suara yang dingin. "Sedikitpua kami tidak mempunyai maksud jelek kepada Wong Kie-hiap. Pun kami tak akan melukai seujung rambut Wong Kie-hiap ..... apa lagi keluarga atau kawan Wong Kie-hiap, mana kami berani untuk melukai atau mencelakainya ? Oho, kami hanya mau minta pengertian Wong Kie-hiap agar mau pindah dari daerah ini !. Daerah Kang-lam kami rasa tidak sesuai untuk tempat pengasingan Wong Kie-hiap dan kami minta Wong Kie-hiap mau mengalah sedikit pindah ke daerah lain saja !"
Wajah Wong Kie Tie Hian jadi merah padam.
Perkataan Thio See Ciang merupakan penghinaan yang paling hebat bagi dirinya.
"Hmmm ..... Thio Kauw-coe terlalu memandang rendah pada Lohu orang she Wong !" kata Wong Tie Hian dingin. "Apakah Thio Kauw-coe mengira bahwa Lohu takut menghadapi kematian ?! Hmmm, walaupun harus mampus, tetapi Lohu tak akan pindah dari daerah ini !"
Thio See Ciang ketawa besar waktu mendengar perkataan Wong Tie Hian.
"Jadi Wong Kie-hiap mau mengartikan bahwa Wong Kie-hiap tetap tak mau mengalah sedikitpun atau memberi muka sedikit kepada kami dari pihak Pek Bwee Kauw ?" tegurnya.
Wong Tie Hian mengangguk tegas.
"Ya, " dia menyahuti. "Biar apapun yang terjadi, Lohu akan tetap menetap di daerah ini !"
Suasana jadi tegang sekali, karena wajah Thio See Ciang telah berubah hebat, bengis sekali, pula banjir darah dan pertemputan hebat pasti akan terjadi serta tak bisa dielakkan lagi.
Han Han sendiri sejak melihat Thio See Ciang, darahnya telah bergolak, meluap sampai ke kepala, matanya memancar bengis memandang Thio See Ciang. Dia jadi membayangkan, betapa jahatnya orang yang ada di hadapannya ini, yang telah menghancurkan keluarganya. Maka waktu melihat Thio See Ciang terlalu mendesak Wong Tie- Hian, anak muda ini tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, dia maju ke depan dan memberi hormat kepada Wong Tie Hian.
"Wong Loo-cian-pwee, Boan pwee kira untuk menghadapi orang sebangsa kurcaci ini tak perlu terlalu sungkan." katanya dengan suara yang mengejek, yang ditujukaa kepada Thio See Ciang. Boan-pwee kira tak perlu sampai orang-orang sebangsa Pek Bwee Kauw tersebut menerima kehormatan dengan dilayani oleh Loo cianpwee, biarlah Boan-pwee yang menghadapinya sendiri ..... dan orang she Thio ini benar-benar tak mengetahui tingginya langit dan tak mengetahui dalamnya bumi ! Hari ini Boan-pwee akan membuka matanya !" dan setelah berkata begitu, tanpa menunggu persetujuan dari Wong Tie Hian, Han Han telah memutar tabuhnya.
Sejak anak muda she Han itu maju ke depan, wajah Thio See Ciang sudah tidak enak dilihat, apa lagi waktu mendengar perkataan Han Han, dia jadi murka sekali', sampai jenggot dan kumisnya bergoyang-goyang saking gusarnya.
"Orang she Thio!" bentak Han Han waktu dia telah memutar tubuhnya menghadapi Thio See Ciang. "Rupanya Thian memang adil telah mempertemukan antara kau dan aku! Hmmm ..... kau tentu ingat peristiwa enam tahun yang lalu, di mana kau telah menghancurkan sebuah keluarga, yaitu keluarga Han Swie Lim, bukan?! "
Tadinya waktu Han Han menghadap kearahnya, See Ciang ingin memerintahkan anak buahnya untuk meringkus Han Han, namun mendengar pertanyaan Han Han, dia jadi melengak, sampai akhirnya dia tersadar dengan murka.
"Benar !" dia menyahuti dengan suara aseran. "Kalau memang keluarga Han benar dihancurkan olehku, apakah kau memikirkan untuk membalas dendam ?!"
"Sedikipun tidak salah !" menyahuti Han Han berani. "Hutang uang bayar uang, hutang nyawa bayar nyawa dan sakit hati harus dibalas! Maka dari itu, tadi telah kukatakan, Thian maha adil, tanpa kucari susah-susah, kau telah datang sendiri kemari mengantarkan diri ! Hmmm ..... biar bagaimana hari ini kau jangan harap dapat meloloskan diri dari kematian di tanganku !"
"Siapa kau bocah?" bentak Thio See Ciang dengan bengis dan wajahnya berubah pucat.
"Apakah masih perlu kusebutkan?" Balik tanya Han Han.
"Hmmm ..... kalau kau tak mau menyebutkan namamu kau akan mati dengan kuburan tanpa nama!" kata Thio See Ciang mengejek, suaranya sangat bengis sekali.
Han Han tak melayani ejekan orang, dia malah telah mendengus memandang enteng kepada Kauw-coe Pek Bwee Kauw tersebut.
"Hari ini kau jangan bermimpi dapat merubuhkan aku !" kata Han Han. "Malah hari inilah kau cepat-cepat berdoa, karena sebentar lagi kau akan menemui Giam-lo-ong untuk memikul dosa-dosamu yang telah luber melewati, takaran."
"Setan! Bocah setan !" teriak Thio See Ciang gusar sekali. "Apa hubunganmu dengan Han Swie Lim ?"
"Hmm ..... " Han Han mendengus lagi. "Aku adalah, puteranya !"
Mendengar begitu, Thio See Ciang terkejut, dia sampai undur satu tindak dan memandang dengan mata mendelong kepada Han Han, seperti juga sinar matanya itu mau menembusi jantung anak muda she Han tersebut.
Han Han mendengus berulang kali, dia melihat perobahan wajah Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu.
Tetapi belum lagi dia berkata untuk mengejek Kauw-coe Pek Bwee Kauw tersebut dari belakang Thio See Ciang telah maju seseorang bertubuh tinggi besar, berkepala botak dan memakai jubah sebagai seorang pertapaan, yaitu Hwee-shio.
Hwee-shio ini memberi hormat kepada Thio See Ciang.
"Kauw-coe, biarlah Tee-coe yang menghadapinya !" kata Hwee-shio itu.
Thio See Ciang mengibaskan lengan bajunya sambil mengangguk.
"Mampusi bocah kurang ajar itu ! " perintahnya.
Si Hwee-shio mengiyakan, kemudian memutar tubuhnya menghadapi Han Han.
"Bocah, sekarang biarpun kau berlutut meminta-minta ampun kepada Kauw-coe, tetapi jiwamu tetap harus dikirim keneraka, karena kau terlalu kurang ajar !" kata si Hwee-shio dengan suara yang bengis.
Han Han ketawa mengejek. "Apakah orang semacam kau ini pantas untuk menghadapi aku ?" ejeknya. "Hu, hu, tak ada harganya sama sekali!"
Hwee-shio itu, yang menjadi anak buah Pek Bwee Kauw, jadi murka sekali.
"Bocah setan, kau tak mengetahui tingginya langit !" teriaknya. "Terimalah kematianmu ini !" dan Hwee-shio tersebut menyerang dengan mengerahkan tenaganya. Dia adalah seorang akhli Gwa-khang, akhli tenaga kasar, tenaga luar, yaitu mengandalkan tenaga jasmani menurut ukuran tubuhnya yang besar, dan setiap kali dia memukul batu gunung, pasti batu gunung itu akan hancur lebur menjadi bubuk. Maka itu, di kala dia menyerang dengan sepenuh tenaganya kepada Han Han, seorang anak muda bertubuh kecil dan kurus, dapat dibayangkan betapa hebat kesudahannya kalau sampai Han Han tak bisa mengelakkannya.
Tetapi Han Han sangat tenang sekali.
Anak muda she Han ini merasakan sambaran angin serangan si Hwee-shio sangat keras sekali.
Dengan cepat Han Han mengatur posisi kakinya, kemudian dengan mengeluarkan seruan yang nyaring, dia mencelat keatas, sehingga tangan si Hwee-shio mengenai tempat kosong dan menghajar pilar, serta pilar itu berakibat jadi hancur lebur berantakan. Waktu Han Han meluncur turun kembali, si Hwee-shio telah membalikkan tubuhnya dan mengayunkan tangannya akan menyerang lagi, tetapi Han Han lebih cepat dan gesit gerakannya.
Dengan mengebutkan lengan bajunya Han Han membentak: "Menggelindinglah kau, kerbau gundul!" dan tampak tubuh si Hwee-shio terpental kena kepretan tangan Han Han, ambruk di lantai dengan mengeluarkan jeritan yang menyayatkan, karena waktu tubuhnya terbanting, kepalanyalah yang telah membentur lantai dan disebabkan lemparan Han Han sangat keras sekali, menyebabkan kepala Hwee-shio itu jadi hancur remuk !
Semua orang yaug menyaksikan hal tersebut jadi mengeluarkan seruan kaget. Begitu juga Wong Tie Hian dan jago-jago undangannya, jadi menjerit kaget dan ngeri, tetapi kemudian mereka bersorak memuji kekosenan anak muda she Han yang luar biasa itu.
Tetapi, Thio See Ciang jadi berubah mukanya jadi pucat. Tadi dia telah melihat betapa lincahnya Han Han, dan dalam segebrakan telah dapat membunuh orangnya. Padahal, si Hwee-shio adalah tangan kanannya yang boleh diandalkan, serta kepandaiannya juga tidak lemah.
Namun, walaupun telah melihat, betapa lihainya anak muda she Han itu, tokh Thio See Ciang tidak jeri, dan malah murka sekali, sampai tubuhnya tergetar.
"Bocah busuk .!" bentaknya dengan suara yang bengis sekali. " Kau benar-benar manusia yang harus mampus! Jiwa orangku itu harus dibayar pulang kembali!"
Dan sesudah membentak begitu Kauw-coe Pek Bwee Kauw ini melompat kearah Han Han, di mana anak muda she Han itu berdiri tegak menantikan musuh besarnya ini.
Waktu mereka sudah berhadap-hadapan, mereka jadi saling mengawasi dengan mata mendelik. Napas Han Han agak memburu disebabkan darahnya yang bergolak melihat musuh besarnya ini, yang sudah berada di hadapan matanya. Pula, dia sudah mengambil keputusan, biar bagaimana dia harus membunuh orang she Thio ini.
Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thio See Ciang juga memandang Han Han dengan bengis sekali. Di hati Kauw-coe ini mengetahui bahwa Han Han sangat lihai dan dia harus berlaku waspada, harus hati-hati menghadapi anak muda yang mengakui dirinya sebagai putera Han Swie Lim, yang rumah tangganya telah dibikin berantakan oleh Thio See Ciang.
Kedua manusia ini saling berhadapan bagaikan singa yang galak sekali, bersiap-siap akan menerkam.
Semua orang yang rnenyaksikan jadi menahan napas, karena suasana sangat tegang sekali.
Han Han juga telah bersiap-siap dengan segala tenaga Lwee-kang yang dimilikinya. Dia bermaksud dengan sekali menghantam saja, Thio See Ciang akan berhasil dibunuhnya.
Thio See Ciang juga mempunyai pikiran begitu, pikiran yang sama dengan Han Han. Orang she Thio ini juga mengerahkan tenaga dalamnya ke lengan, dia bermaksud sekali menghantam, maka dia akan dapat membinasakan Han Han.
Kedua orang ini maju setindak-setindak dengan penuh kewaspadaan, karena kalau mereka lengah sedikit saja, pasti mereka akan terbinasa di tangan lawan.
Keadaan semakin tegang waktu kedua orang ini yang saling bermusuhan semakin mendekat.
Wong Tie Hian sendiri sampai menahan napasnya, dia mementang matanya lebar-lebar menyaksikan ke arah gelanggang pertempuran itu.
Juga orang-orang gagah lainnya. Dan, Wong Tie Hian berpikir sesaat ketika didengarnya suara ribut-ribut diluar gedung, suara pekik sorak orang-orang Pek Bwee Kauw yang mengurung gedungnya. Kemudian sambil menghela napas, dia menoleh kepada Han Han.
Hati orang tua she Wong itu jadi berdebar keras. Dan dia juga segera menyadari, pertumpahan darah dan pertempuran hebat tak akan dapat diatasinya.
Karena berpikir begitu dan menyadari keadaan semakin gawat, Wong Tie Hian jadi menarik napas sedih berulang kali.
Han Han telah maju selangkah-selangkah dengan tindakan yang antap, matanya juga jalang sekali memandang kearah Thio See Ciang.
Thio See Ciang juga maju perlahan-lahan mata mereka jadi saling mendelik mengawasi lawan masing-masing penuh kewaspadaan.
Tetapi di kala keadaan sedang tegang itu, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang: "Tahan dulu ! "
Han Han sangat heran mendengar teriakan itu, dia menoleh. Begitu juga Thio See Ciang.
Seorang anak muda berpakaian sebagai pelajar berusia di antara dua puluh empat tahun dan berwajah cakap sekali, mendatangi sambil mengeruti keningnya dari rombongan Pek Bwee Kauw ..... dialah yang berteriak tadi ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 33 PEMUDA yang berpakaian sebagai sasterawan itu maju menghampiri Thio See Ciang.
"Thia, biarlah anakmu yang membereskan bocah ini !" kata pemuda itu. "Tak perlu Thia-thia yang turun tangan, karena bocah itu sama sekali tak berharga untuk Thia layani ! "
Thio See Ciang mengkerutkan alisnya, tetapi kemudian mengangguk.
"Baiklah, tetapi hati-hatilah Siang-jie !" kata See Ciang kemudian.
Pemuda berpakaian sasterawan itu mengangguk, kemudian dia menghadapi Han Han,
Sedangkan Thio See Ciang telah kembali, kedekat orang-orangnya dan berdiri di situ untuk menyaksikan.
Anak buah Pek Bwee Kauw yang melihat anak muda berpakaian sasterawan itu maju untuk mewakili Thio See Ciang, semuanya jadi bersorak : "Hidup Siang Kong-cu !" teriak mereka dengan suara yang bergemuruh.
Han Han yang melihat majunya anak muda ini yang dipanggil sebagai Siang-jie oleh Thio See Ciang, jadi mengkerutkan alisnya. Dia menduga-duga siapakah anak muda ini. Tetapi kalau didengar percakapan antara anak muda itu yang memanggil. Thio See Ciang dengan sebutan ayah, Thia, mungkin juga anak muda ini putera Thio See Ciang.
"Bocah!" bentak Siang-jie dengan suara rnengejek. "Sebetulnya kau harus menerima hukuman mati ! Tetapi kalau memang kau mau meminta maaf dan cepat-cepat menggelinding pergi, dengan memandang muka Thia-thiaku, mau juga kuampuni jiwa anjingmu !"
Wajah Han Han jadi berubah merah padam, dia gusar sekali.
"Hmmm ..... sebetulnya tak pantas kau maju kemari!" ejek Han Han. "Ayahmu saja belum tentu menjadi tandinganku, apa lagi kau sebagai anak monyet yang baru lahir kemarin ! Hmmm, apakah kau maju kemari untuk mencari mampus ?!"
"Setan kau !" teriak Siang-jie dengan murka, dia tak bisa menahan menggolak darahnya mendengar perkataan Han Han. Dengan mengeluarkan teriakan yang mengguntur, dia menubruk sambil membentak ^'Mampus kau !'
Tetapi hanya menggeser kedudukan kakinya saja sedikit dan memiringkan badannya, Han Han telah dapat mengengoskan serangan Siang-jie, malah dia menurunkan tangannya sedikit, dengan menggunakan jari telunjuknya dia mendorong punggung si Siang-jie, sehingga tanpa ampun lagi sasterawan itu terjerunuk ke depan dan ambruk dengan muka mencium tanah !
Semua orang-orang Pek Bwee Kauw berseru marah waktu melihat nasib si Siang-jie itu, dan Thio See Ciang sendiri sampai mengeluarkan jeritan tertahan.
Tetapi berbeda dengan itu, Wong Tie Hian dan teman-temannya semua bersorak memuji kekosenan Han Han, dan hal ini malah menambah kegusaran Thio See Ciang saja.
Pada saat itu, si Siang-jie telah melompat bangun dengan cepat, tetapi orang-orang Wong Tie Hian yang melihat keadaan si Siang-jie yang mukanya telah kotor oleh debu dan dipenuhi oleh darah yang mengucur dari hidungnya, jadi ketawa geli. Sampai malah orang-orang Pek Bwee Kauw sendiri, yang melihat keadaan Kong-coe itu, jadi tak bisa menahan perasaan gelinya dan ketawa tertahan.
Wajah si Siang-jie merah padam.
"Bocah, akan kumampusi kau!" bentak Siang-jie dengan suara yang bengis sekali.
Han Han ketawa mengejek. "Kau jangan pentang bacot saja!" kata anak muda she Han ini. "Kalau memang mempunyai kepandaian untuk membinasakan aku, bunuhlah ! Tetapi kalau kau nanti mencium tanah lagi, jangan sesalkan aku!"
Betapa murkanya si Siang-jie itu, dia sampai berteriak kalap, kemudian dengan menjejakkan kakinya dia maju menubruk lagi.
Han Han memang telah menduga bahwa pelajar muda ini akan membawa sikapnya yang kalap, dia memang telah bersiap-siap, maka di saat melihat orang menubruk, c epat-cepat dia mengelakkan ke samping dengan menggunakan jurus "Tie Kong Pat Koay", tubuhnya melejit dengan cepat sekali, kemudian dengan sekali memutar tangannya, di kala tubuh si Siang-jie doyong agak ke depan, Han Han mendorong lagi, dan .....
"Brakkkkk ! Brukkkkk !" tubuh si Siang-jie jadi terjungkal dan malah sekarang lebih hebat lagi, dia merasakan tulang hidungnya seperti mau patah akibat terbentur lantai batu !
Thio See Ciang melompat akan menolong putranya itu.
Tetapi gerakkan Han Han lebih cepat lagi.
Belum lagi Thio See Ciang sampai di dekat anaknya, Han Han telah mengulurkan tangannya mencenykeram baju di bagian punggung dari anak muda pelajar ini. Yang lalu diangkatnya, daa juga memijit jalan darah Wie-tie-hiatnya si Siang-jie yang terletak dibagian dekat tengkuk dengan jari telunjuknya, sehingga lenyaplah tenaga si Sian-jie, yang mandah ditarik bangun oleh Han Han.
Wajah Thio See Ciang jadi pucat pias melihat si Siang-jie, yang memang benar putranya, kena ditawan oleh Han Han, dia sampai mengeluarkan seruan berkuatir.
Han Han telah memutar tubuhnya menghadapi Thio See Ciang.
"Kembali ketempatmu!" bentak Han- Han dengan suara nyaring, mukanya juga menunjukkan wibawa yang luar biasa sekali.
Thio See Ciang dan anak buahnya jadi merandek, dan orang she Thio ini mengawasi Han Han dengan mata yang bengis.
"Bebaskan Siang jie!" bentak Thio See Ciang.
"Ingat!" kata Han Han sambil tertawa mengejek. "Aku bukan anak buahmu!"
"Ya, kuminta kau lepaskan puteraku itu!" kata Thio See Ciang agak mengalah, karena dia sangat menguatirkan keselamatan puteranya itu, apa lagi dilihatnya muka Siang-jie penuh belepotan darah.
Han Han ketawa mengejek lagi, kemudian dia mendengus dengan suara yang dingin.
" Hmmm ..... pada suaramu itu masih bernada perintah !" kata anak muda she Han ini. "Mintalah secara baik-baik, nanti aku bebaskan puteramu ini !"
Thio See Ciang murka sekali mendengar perkataan anak muda she Han itu, harus diketahui dia adalah seorang Kauw-coe, yang biasa memerintah dengan tangan besi dan anak buahnya semua jeri padanya. Tak ada seorangpun yang berani kurang ajar padanya. Dan sekarang, seorang anak muda yang masih bau pupuk seperti Han Han malah berani mempermainkan dirinya dan menawan puteranya. Maka dari itu dapat dibayangkan betapa murkanya orang she Thio, dadanya dirasakan seperti mau meledak dan hampir saja dia jatuh pingsan. Saking murkanya, tubuh Thio See Ciang menggigil.
"Bagaimana ? Kau mau meminta secara baik-baik agar puteramu ini dibebaskan atau kubunuh saja ?!" ancam Han Han sambil tertawa mengejek.
Wajah Thio See Ciang jadi pucat.
Lenyap kewibawaaenya. "Ya ..... lepaskan puteraku itu!" katanya akhirnya. "Nanti aku akan meluluskan satu permintaanmu !"
"Benarkah kau berjanji akan meluluskan satu permintaanku, walaupun apa saja yang aku pinta !" tanya Han Han pula menegaskan.
Thio See Ciang mengangguk.
Han Han tertawa terkekeh.
"Apakah kau tak takut mampus?" tegur Han Han tetap tertawa, tangannya masih terus mencekal punggung putera Thio See Ciang itu.
Wajah Thio See Ciang jadi berubah mendengar pertanyaan Han Han. Dia tidak mengerti dan tidak memahami apa yang ditanyakan oleh Han Han.
"Apa maksudmu?" tegurnya.
"Apakah kau tak takut mampus?" mengulangi Han Han dengan tertawa gelak-gelak.
Tiba-tiba hati Thio See Ciang terkesiap dia jadi menggidik. Harus diketahui, seorang jago rimba persilatan, selalu memegang kata-katanya benar, dan setiap patah kata yang telah diucapkan, sukar untuk ditarik kembali. Dan disebabkan oleh hai itu, maka timbul suatu perkataan di dalam rimba persilatan : "Perkataan seorang Koag-coe tak akan terkejar oleh seribu kuda !" dan disebabkan itu pula maka Thio See Ciang jadi menggidik. Kalau memang tadi Han Han meminta dia membunuh diri, bukankah berarti dia harus melakukannya ? Bukankah perkataan seorang Kong-coe tak akan terkejar walaupun oleh seribu kuda ?! Bukankah itu berarti dia harus mengalami nasib yang konyol ? Dan dengan sendirinya, Thio See Ciang jadi menggidik.
"Baiklah! Sekarang aku tegaskan!" kata Thio See Ciang akhirnya. "Aku akan meluluskan satu permintaanmu dalam bentuk apa saja, asal yang tidak merugikan pihak kami !"
Han Han ketawa mengejek. "Hmm ..... belum lagi aku mengajukan permintaan, kau sudah memutar lidah lagi !" kata Han Han mengejek. "Apakah kata-katamu bisa dipegang?!"
Wajah Thio See Ciang jadi berubah merah padam, dia murka sekali.
"Aku belum pernah melanggar kata-kataku sendiri, belum pernah kujilat kembali kata-kata yang telah kuucapkan !" bentak Thio See Ciang gusar. "Bebaskanlah puterakku ..... dan kau akan menerima pahalanya !"
"Hmm ..... sayang aku tidak mempercayai kata-katamu !" kata Han Han dengan suara yang mempermainkan. "Dan maafkan aku tidak bisa membebaskan puteramu ini!"
Wajah Thio See Ciang jadi berubah pucat.
"Kau ..... kau ..... " katanya dengan murka dan saking murkanya dia tak bisa meneruskan kata-katanya.
Han Han ketawa gelak-gelak.
"Mengapa seorang Kauw-coe dari sebuah perkumpulan yang besar harus membawa sikap seperti orang tolol ?" ejek Han Han dengan suara yang keras. Lihatlah, bocah ini akan kumampusi, aku ingin melihat bagaimana perasaanmu melihat darah dagingmu sendiri terbinasa!"
Thio See Ciang murka berbareng ketakutan. Dia tak bisa menerjang untuk membebaskan puteranya itu, sebab kalau dia merangsek, tentu Han Han akan memijit jalan darah puteranya itu dan Siang-jie akan terbinasa di tangan anak muda she Han itu.
"Aku ..... eh jangan ..... aku akan meluluskan apa saja permintaanmu!" kata Thio See Ciang gugup sekali.
"Aku tak ada permintaan apa-apa padamu!" kata Han Han dingin. "Aku hanya ingin membinasakan puteramu ini !" dan Han Han hanya menggertak, karena di dalam hatinya dia telah mempunyai satu rencana untuk menyelamatkan keluarga Wong Tie Hian.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) JILID XII THIO SEE CIANG jadi semakin gugup.
"Kalau kau membinasakan puteraku, berarti kaupun akan terbinasa di tangan kami !" bentak See Ciang gugup,
"Hmm ..... apakah kalian mempunyai kemampuan itu untuk membinasakan diriku ?" balik tanya Han Han dengan suara yang mengejek.
Thio See Ciang benar-benar kewalahan, dan dadanya dirasakan seperti mau meledak, karena dia sangat murka sekali. Darahnya dirasakan mengalir lebih cepat dari biasanya.
"Bocah ! Apakah kau benar-benar mau mencari mampus dengan membentur Pek Bwee Kauw ? " bentak Thio See Ciang. "Kau harus mengetahui anak buah Pek Bwee Kauw tersebar di lima propinsi dan biarpun kau lari ke mana, kau akan dapat kami cari dan membubuhnya ! Cepat kau bebaskan puteraku, dan jiwamu akaa kami bebaskan !"
Han Han ketawa mengejek. "Aku akan membinasakan puteramu dengan jalan perlahan-lahan." kata Han Han yang timbul jailnya mau mempermainkan Thio See Ciang. "Pertama tama aku akan membuntungi kedua kakinya, kemudian seminggu setelah itu, aku akan membuntungi kedua lengannya, dan terakhir lagi, akan kupotong lidahnya, kupotong telinganya, kupotong lehernya ..... sehingga dia binasa dengan puas tentunya !"
Thio See Ciang jadi menggidik.
"Bangsat ! " kutuknya dengan suara yang keras dan bengis. Tetapi waktu dia teringat bahwa puteranya masih berada dalam cengkeraman orang, dia jadi bersikap lunak sedikit dan menekan perasaan marahnya itu:
"Lepaskanlah puteraku..... aku akan memberikan kau 500 tail emas !"
"Hmmm..... aku tlak membutuhkan uaag ! " kata Han Han sambit mengejek kembali, kemudian dia mengangkat tubuh Siang-jie tinggi-tinggi "Lihatlah, sekali banting, akan hancur tubuh puteramu ini !"
Inferno 8 Wiro Sableng 032 Bajingan Dari Susukan Dendam Sembilan Iblis Tua 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama