Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong Bagian 7
Dalam waktu singkat mereka sudah melewati seratus jurus lebih. Selama itu si Mesum cuma menyaksikan jalannya pertempuran kedua orang itu dengan hati yang berdebar keras, karena selama itu dia merasa ikut dan ngeri kalau membayangkan, tidak lama lagi tidak perduli si kakek atau si nenek yang menang, dia akan dijadikan santapan, dagingnya akan di makan oleh manusia sadis itu.
Si nenek suatu kali melihat kesempatan. Dia membentak nyaring, tangannya seperti akan di tarik pulang, padahal hanya tipuan. Karena tangannya itu hanya berputar sedikit saja, kemudian menghantam lagi.
Si kakek tidak menyangka si nenek bisa melakukan tipuan seperti itu. Dia tercekat dan berseru kaget. Namun memang pada dasarnya dia liehay, cepat sekali dia bisa menghindarkan.. Hanya saja, si nenek tidak mau melepaskannya, maka segera meyusuli lagi. Sekali ini si kakek hanya bisa mengelak tidak terpukul telak namun pundaknya kena terserempet. Itu saja cukup membuat si kakek jadi terpental, bergulingan di lantai.
Si nenek girang, dia melompat ke dekat si kakek.
Sedangkan muka kakek itu jadi pucat.
"Tahan!" Serunya.
Si nenek menahan tangannya yang tengah meluncur, dia mengawasi bengis.
"Hemm, kau hendak meminta ampun?!"
Si kakek menyeringai, mukanya meringis menahan sakit.
"Kalau memang kau ingin membunuhku... bunuhlah! Aku tidak akan minta ampun. Aku cuma ingin mengingatkan kau...kalau aku mati tentu kau pun tidak akan luput dari kematian !"
Muka si nenek berobah pucat.
"Hemm, kau licik!!" Dia mengeluh dengan sikap penasaran. "Kalau memang aku tidak takut Kauwcu menghukumku, tentu akan kubunuh kau sekarang juga !"
Si kakek tertawa bergelak, dia bangun berdiri. Mukanya masih agak pucat dan diapun masih meringis menahan sakit.
"Sekarang," kata kakek itu. "Kita sudah saling mengukur tenaga dan kepandaian, memang kau sudah melebihi aku, walaupun aku hanya kalah seurat. Tapi aku harus mengakui kemenanganmu itu! Nah, kita tidak perlu bertengkar lagi, lebih baik kita memasak bocah itu dan memakannya bersama-sama? Bagaimana? Kau tentu tidak keberatan jika membagi sepotong dua potong daging bocah itu kepadaku?!"
Si nenek terdiam sejenak.
"Bagaimana ?!" desak si kakek, dia tampak mulai gelisah lagi, kaiena dia kuatir kalau kalau si nenek menolak permintaannya tersebut, tentu mereka akan terlibat pertempuran yang seru pula. Si nenek mengangguk.
"Baiklah...!!" Katanya kemudian. "Kalau hanya untuk sepotong dua potong aku berseida membagi....tapi ingat, hati bocah itu untukku!"
Si kakek tersenyum... "Kau memang cukup baik hati !" Katanya sambil menyeringai. "Sekarang aku ingin pergi memasak air!"
"Jadi sejak tadi kau belum masak air ?!"
"Belum ....!" Menyeringai si kakek yang segera memutar tubuhnya dan pergi.
Si Mesum menggigil ketakutan. Hatinya ciut sekali. Sekarang dia sudah memperoleh kepastian bahwa si nenek dan si kakek memang dua orang manusia pemakan daging manusia.
Si nenek menghampirinya. "Kau sudah menyaksikan bukan pertempuran kami tadi, cucuku ? Seru tidak?!" Tanya si nenek menyeringai.
Si Mesum mengangguk saja, tenggorokannya dirasakan kering tidak ada sepatah perkataan yang bisa keluar dari mulutnya.
"Hemm, kau senang tidak tinggal di sini?!" Tanya si nenek lagi. "Cucuku, kau jangan kuatir kalau ada orang yang mau mengganggumu, maka aku akan melindungimu!!"
Kembali si Mesum hanya mengangguk. Bocah ini merasa percuma saja menanyakan pada si nenek, apakah si nenek dengan si kakek pemakan daging manusia, karena nenek itu akan menyangkal. Sedangkan tadi jelas jelas dia sudah menyaksikan dan mendengar, si nenek dan si kakek saling merebutkan bagiannya, untuk memakan daging dan hati serta isi perutnya.
Hemm...Si nanek tua itu tersenyum dengan menyeringai menyeramkan. "Cucuku... aku akan membuat kau menjadi raja di tempat Iini ! si kakek juga harus menghormatimu.. .!"
Si Mesum masih tetap tidak bisa memberikan jawaban, dia cuma mengangguk saja.
Si nenek memperhatikan si Mesum, hal ini membuat si Mesum tambah ketakutan, karena dia melihat sinar mata si nenek tajam sekali, seakan juga seseorang yang tengah memperhatikan seekor kambing yang hendak dibelinya, gemuk atau tidak binatang yang akan dibelinya,? Dan membayangkan itu, hati si Mesum tambah ciut juga takut dia akan dipotong, dibinasakan, kemudian dimasak dan dagingnya akan dijadikan santapan si nenek dan si kakek. Aduhhh betapa mengerikan sekali ! Dan keringat dingin mengucur deras dari sekujur tubuh si bocah.
Sedangkan si nenek telah telah pergi ke dekat pintu, kemudian berseru keluar; "Hai kakek gila, apakah airnya sudah mendidih?"
"Sudah!!" Terdengar suara seruan si Kakek dari tempat yang terpisah tidak begitu jauh.
Si nenek tampak girang. Dia menghampiri si Mesum.
"Cucuku, mari kau ikut nenekmu .... aku akan mempertunjukkan sesuatu kepadamu."
Lutut si Mesum terasa lemas dan goyah, dia menggigil ketakutan dan lemas sekali, hatinya berdebar keras bukan main. Namun bocah ini berusaha memaksakan diri untuk berdiri. Sedangkan pikirannya bekerja keras, karena dia tengah memikirkan, dengan cara dan jalan apa dia bisa melarikan diri dari si nenek ini.
Si nenek berjalan di depan, sedangkan si Mesum mengikuti di belakangnya.
Tapi si Mesum tidak berani coba coba melarikan diri. Walaupun dia sudah memperoleh didikan Li Put Hweshio tentang ginkang, yaitu ilmu berlari cepat, namun tetap saja dia tidak akan bisa meloloskan diri dari si nenek, yang ginkangnya hebat sekali. Begitu si nenek mengetahui dia melarikan diri dan mengejarnya, si Mesum akan mudah sekali di tangkapnya.
Karenanya juga, si Mesum hanya mengikuti si nenek dengan sepasang lutut yang lemas tidak bertenaga dan putus asa. Hanya hatinya semakin berdebar, membayangkan, betapa sebentar lagi dia akan di masak oleh si nenek dan si kakek.
Waktu itu si nenek mengajak si Mesum ke dapur yang besar sekali. Tampak di dalam dapur itu menyala api yang besar di atas tungku dan juga terdapat kuali yang sangat besar.
Muka si Mesum tambah pucat. Di dalam kuali itu air bergolak mendidih.
Di dalam kuali itulah nanti si Mesum akan dimasak oleh si nenek dan si kakek.
Terbayang akan hal itu, diam-diam tubuh si bocah menggigil, dia merasakan lututnya semakin lemas. Saking katakutan, si bocah jadi jatuh terduduk.
Sebetulnya si Mesum seorang anak pemberani, dia tidak takut mati. Cuma saja yang membuat dia merasa takut dan ngeri, mengetahui dirinya akan dimasak dan nanti dagingnya akan dimakan ! Oooo, betapa mengerikan sekali !
Di saat itu tampak si nenek sudah menoleh. Dia heran melihat si bocah jatuh duduk.
"Cucuku, kenapa kau?!" Tanyanya dengan sikap manis penuh perhatian.
Tenggorokan si Mesum terasa kering, sampai dia menelan liurnya beberapa kali. Dia gugup bukan main. Dia tergagap tidak bisa menjawab pertanyaan si nenek.
"Tenanglah!" Kata nenek tua tersebut. "Tenanglah! Memang di tempat ini kurang menggembirakan! Sebentar lagi tentu kita akan keluar untuk menghirup udara segar...!!"
Si kakek yaog melihat si nenek sudah datang, segera menghampiri. Di tangannya membawa sebilah golok yang besar.
"Sudah siap? Aku boleh menyembelihnya?!" Tanya si kakek dengan suara mengandung kegembiraan, dia juga menjilati bibirnya berulang kali.....
"Ya.... kita sudah boleh mulai! Dia sudah lemas tidak bertenaga. Mari, aku yang memegangi, kau yang menyembelihnya!" Kata si nenek.
Semangat si bocah jadi terbang meninggalkan raganya, dia merasa lemas bukan main karena ketakutan yang sangat. Namun, justru rasa takutnya itu sudah membangkitkan tenaga yang entah datang dari mana, karena tahu-tahu si bocah sudah bangun dan berlari sekuat tenaganya.
Si nenek terkejut. "Hai cucuku.... kau mau pergi kemana?!" Dia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya seketika melesat mengejar.
Memang ginkang si nenek luar biasa, hanya dalam waktu beberapa detik dia sudah bisa, mengejar dan berada di belakang si bocah. Tangannya diulurkan mencengkeram pundak si bocah.
Ciut hati si bocah, si Mesum sudah mengeluh juga. Dia mengetahui si nenek akan mencengkeram baju di bagian punggungnya, dia berusaha mengelakkannya, namun tidak memberikan hasil apa-apa.
Tentu saja dengan mudah dia dibekuk si nenek, Muka si Mesum jadi pucat pias. "Nenek.... kakek.... aku... aku jangan di makan!!" Saking takutnya si Mesum sudah berseru.
"Kalau memang kau ingin membunuhku, bunuhlah!! Tapi janganlah aku dimasak dan daging tubuhku dimakan."
Si nenek tersenyum. "Siapa yang mau memakanmu, cucuku?!" Katanya dengan suara sabar. Dan Si Mesum yang punggungnya kena dicengkeram oleh si nenek tidak bisa meronta, tenaganya habis, sebab si nenek sudah mencengkeram jalan darah tertentu yang membuat bocah itu habis tenaganya. Tangan si nenek yang satunya juga sudah mengusap-usap kepala si bocah dengan sikap penuh kasih sayang.
"Cucuku, kau jangan bicara yang bukan-bukan!! Baiklah!! Kau mungkin letih, sekarang kau beristirahatlah dulu, tidurlah dulu...!"
Sambil berkata begicu, si nenek merebahkan tubuh si Mesum di lantai. Dia memegang kepala si bocah sedikit diangkat naik, sehingga lehernya itu dongak dan tampak jelas sekali, menghadap keatas.
Hati si Mesum semakin ciut saja oleh perasaan takutnya.. Bayangkan saja, tampaknya dia akan di sembelih oleh si kakek dan si nenek seperti juga menyembelih seekor ayam, yaitu lehernya yang dipotong.
Si Mesum mengeluh, dia berdoa tidak berhentinya didalam hatinya. Keringat dingin juga sudah mengucur membasahi tubuhnya.
Si kakek sambil tertawa-tawa sudah menghampiri dengan sebatang golok terhunus, golok itu juga mengerikan sekali, karena golok itu tajam berkilauan.
"Siap nenek pikun ?!" Tanya si kakek.
"Perlahan-lahan, jangan mengejutkan cucu ku! Kalau kau menimbulkan suara gaduh, nanti cucuku terbangun dari tidurnya !" Menyahuti si nenek tenang sekali.
Si kakek tertawa hahahahaha tidak hentinya, dengan sikap kegirangan bukan main. Dia berjongkok disamping si Mesum, goloknya sudah diangkat dan golok itu berkilauan.
Mengeluh si Mesum, karena tampaknya memang sadah tidak ada harapan lagi baginya untuk meloloskan diri dari si nenek dan si kakek
Golok si kakek akan menggorot lehernya, darah akan segera menyembur keluar dan dia akan berkelejatan seperti seekor ayam yang baru saja digorok lehernya,
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh si Mesum. Dia berdoa tidak hentinya, karena teringat betapa sebentar lagi tubuhnya akan di bacok-bacok dalam potongan kecil-kecil, kemudian dimakan oleh si nenek dan si kakek dengan nikmatnya.... setelah dagingnya itu dimasak !
Menggidik dan mual perut si bocah. Dia mau muntah, karena dia juga merasakan jijik sekali, membayangkan seorang manusia makan daging manusia.
Si kakek memang sudah tidak sabar, dia sudah mengangkat goloknya dan hendak menggorok leher si bocah yang menantang.
Tapi..., belum lagi mata golok itu mengenai leher si bocah, di saat itulah terdengar teriakan halus "Tahan!!"
Si kakek jadi menahan goloknya di tengah udara dan menoleh. Begitu juga si nenek.
Keduanya jadi mengeluarkan seruan kaget dan heran, mereka segera berlutut.
"Kauwcu....!" Panggil mereka dengan sikap menghormat, mengangguk-anggukkan kepala mereka.
Si Mesum dilepaskan begitu saja. Tidak buang-buang waktu si Mesum bangun dan berusaha melarikan diri. Tapi dia tidak tahu ke mana dia harus melarikan diri, karena di pintu berdiri seorang gadis, yang tadi dipanggil oleh si nenek dan si kakek dengan Kauwcu, ketua sebuah perkumpulan
Gadis itu sangat cantik, senyumnya manis usianya sangat mudah belia. Tapi, mengapa justru si kakek dan si nenek tampaknya begitu takut dan jeri pada sigadis ini ?
Si gadis cantik sudah berkata dengan suara yang halus "Apa yang tengah kalian lakukan?!"
"Kami.... kami tengah bergurau !" Kata si kakek dengan sikap gugup.
"Benar Kauwcu.,.. kami tengah bergurau saja!!" Kata sinenek ikut nimbrung, dan nyengir.
Muka si gadis tampak muram, senyumnya seketika lenyap.
"Hemmm, jadi sekarang kalian mulai belajar untuk berdusta, heh ?!" Tanya si gadis dengan suara yang dingin.
Si kakek dan si nenek jadi kaget dan ketakutan, mereka tetap berlutut dan malah sekarang mengangguk anggukkan kepala mereka berulangkali, hampir saja jidat mereka menghantam lantai.
"Kami mana berani berdusta pada Kauwcu? Kami mana berani !"Kata mereka serentak.
Tapi waktu iiu si gadis jelita sudah berkata dengan suap yang tawar. Dia bilang :"Hemm, tapi kenyataannya kalian memang sudah mendustai aku.."
"Sungguh Kauwcu.... kami tidak berani berdusta pada Kauwcu!!"
"Sungguh?" "Sungguh, Tidak bohong!"
Ditegasi seperti itu, baik si nenek maupun si kakek, jadi bimbang sendirinya.
"Jawab ! Benarkah kalian tidak berdusta padaku ?!"
Didesak seperti itu, baik si nenek maupun si kakek jadi ragu-ragu.
"Hemmm. sekarang akui saja bahwa kalian memang telah mendustai aku bukan ?!" Desak Kauwcu itu lagi.
Kembali si nenek dan si kakek mengangguk, "Benar....benar Kauwcu... ampunilah kami !" Kata mereka berbareng. "Kami.... kami memang benar-benar harus dihukum, karena kami telah mendustai Kauwcu... !"
"Hemm, entah untuk yang berapa kalinya kalian mendustai aku ! Kalian selalu meminta pengampunan dan bersumpah tidak akan berdusta lagi, tapi sekarang buktinya, kalian sudah mendustai aku lagi...!"
"Kami bersumpah lagi, tidak akan mendustai Kauwcu di waktu waktu mendatang ?!" Teriak st kakek dengan suara nyaring, karena dia gugup dan ketakutan sekali.
"Benar Kauwcu, di waktu-waktu mendatang kami tidak berani mendustai lagi !" Ikut bicara si nenek.
"Hemmm, sungguh ?!"
"Benar Kauwcu!!"
"Bagus kalau memang demikian, Sekarang kalian harus menjawab pertanyaanku, apakah kalian tadi tengah bersiap-siap akan memasak bocah itu dan akan memakan dagingnya bukan?!"
Muka si nenek dan si kakek jadi berobah pucat, sejenak mereka ragu-ragu dan saling tatap. Mereka tampaknya bingung buat menjawab.
Akhirnya si nenek telah mengangguk.
"Be.... benar Kauwcu....!"
"Hemmm, kalau demikian berarti kalian masih memakan daging marusia...?!" Tanya si Kauwcu.
"Kami.., kami sulit sekali membuang kebiasaan kami yang satu itu, Kauwcu, harap Kauwcu mau mengampuni kami....!" Kata si nenek dan si kakek serentak.
Muka si Kauwcu jadi muram. "Sudah berulang kali kukatakan, betapapun juga aku tidak mau melihat atau mendengar lagi bahwa kalian memakan daging manusia! Tapi kalian selalu melanggar perintahku itu !"
"Lain kali kami tidak berani!!" Kata si kakek sambil memangut-manggutkan kepalanya.
"Ya, kami berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan itu!!" Kata si nenek.
"Hemmmm, sulit aku mempercayai sumpah kalian! Janji dan sumpah kalian tidak pernah kalian tepati!!"
"Tapi sekali ini kami akan berusaha menepatinya!"
"Jadi kalau nanti kalian melanggar janji dan sumpah kalian?!"
"Biarlah kami dikutuk langit dan bumi !"
"Tidakkah itu merupakan sumpah yang berat, Kauwcu !" Kata si nenek.
"Manusia-manusia seperti kalian tidak pernah takut langit dan bumi!!" Kata Kauwcu. "Dan, kalian memang sebangsa manusia yang tidak pernah tepat dengan janji maupun sumpah! Entah sudah berapa puluh kali kalian selalu bersumpah dan berjanji, tapi satu kalipun kalian tidak pernah berhasil menepati dan memenuhi janji dan sumpah kalian....!"
"Sekali ini kami bertekad untuk memenuhi dan menepati janji kami, Kauwcu!!"
"Yang terakhir kali, ya!"
"Benar Kauwcu.... yang terakhir kali!! Kalau nanti kami melakukan kesalahan dan pelanggaran lagi bagi Kauwcu, maka kami rela dihukum apa saja oleh Kauwcu !!"
Kauwcu yang masih berusia muda itu tersenyum.
"Benarkah begitu?"
"Benar Kauwcu!""
"Lalu sekarang...hukuman apa yang kalian kehendaki?!" Tanya Kauwcu itu.
Muka si nenek dan si kakek jadi berobah pucat.
"Kauwcu.... kami.... kami akan dihukum juga....!" Tanya si kakek akhirnya dengan suara tersendat-sendat.
Kauwcu itu mengangguk. "Ya ...kalian memang harus di hukum! Bukankah tadi kalian sudah melakukan pelanggaran atas laranganku?!"
Muka si nenek dan si kakek tambah pucat.. Mereka liehay dan gagah, tapi terhadap Kauwcu yang muda usia ini. tampaknya mereka mati kutu dan ketakutan sekali.
Sambil berlutut dan memanggut-manggutkan kepala karena ketakutan, baik si nenek maupun, si kakek, telah sesambatan: "Kauwcu...ampunilah kami kali ini.... kami berjanji kelak tidak akan melanggar perintah Kauwcu lagi!!. Percayalah Kauwcu...kami akan menepati janji kami!"
"Hemm ...sulit sekali aku mempercayai lagi kata-kata kalian! Janji kalian selama ini tidak pernah ditepati, karenanya, aku tidak mau menempuh risiko ! Kalian meminta pengampunan, aku sudah mengampuninya, meluluskan permintaan kalian ! Seharusnya kalian memperoleh hukuman mati!! Tapi sekarang aku telah memutuskan tidak akan menghukum mati pada kalian, memberikan kelonggaran karena kalian sudah berjanji dan bersumpah tidak akan melanggar perintahku lagi. Hmya saja. hukuman tetap harus kalian berdua! Nah sekarang kalian katakan saja sendiri, hukuman apa yang hendak kalian terima?!"
Si nenek dan si kakek jadi bingung.
"Ayo katakan, jangan bengong-bengong begitu saja !" Bentak si gadis yang walaupun masih berusia muda dan sangat cantik, ternyata merupakan seoraag Kauwcu yang besar sekali kuasa dan pengaruhnya.
Si nenek dan si kakek tambah gugup.
"Kauwcu.....!" Kata mereka berbareng sambil tetap berlutut dan memanggut manggutkan kepala mereka.."Tentu saja, jika kami disuruh pilih, kami akan memilih hukuman yang paling ringan....!!"
"Hukuman yang paling ringan?!" Suara si Kauwcu terdengar sinis mengandung ejekan.
"Ya ....benar Kauwcu!!"
"Hukuman apa yang kalian anggap paling ringan?" Menegasi Kauwcu itu dengan suara yang tawar.
"Kami kira...kami kira..." Si kakek dan si nenek saling pandang lagi mereka jadi bingung untuk menyebutkan hukuman apa yang mereka katakan piling ringan itu. Otak mereka bekerja keras, memikirkan hukuman apakah yang sekiranya tidak menyakiti dan juga tidak membuat menderita.
"Ayo cepat katakan!!" Desak Kauwcu itu. "Atau memang kalian menginginkan aku yang menyebutkan hukumannya itu?!"
Didesak begitu, sambil nyengir dan takut-takut, tampak si nenek telah bilang, dengan suara tergetar: "Kami kira...kami kira.. hukuman yang paling ringan adalah hukuman makan dan minum ...!"
Muka Kauwcu itu berobah. tapi hanya beberapa detik, lalu wajahnya jadi berseri-seri, tampak dia telah pulih kegembiraan hatinya.
"Ooooh kalian jadi menghendaki aku menghukum kalian dengan hukuman makan dan minum ?!" Tanyanya menegasi.
"Be.....benar Kauwcu!!" Mengangguk si nenek dan si kakek dengan takut-takut.
"Kalau memang hukuman seperti itu yang kalian kehendaki, akupun tidak keberatan. Boleh saja.....!!"
Maka si nenek dan si kakek jadi terang, Siapa sih yang tidak senang mendengar dirinya bebas dari hukuman yang membuat menderita dan kesakitan, malah akan dihukum makan dan minum ? Bukankah hukuman makan dan minum merupakan hal yang sangat mengasyikkan?
"Dengarlah !" Kata Kauwcu itu. "Karena kalian yang menghendaki hukuman makan dan minum, akupun tidak akan menghalanginya! Tapi kalau menurut perkiraanku, jika memang kalian di hukum sekaligus dengan makan dan minum, itu tidak adil! Itu adalah sama saja dengan dua macam hukuman ! Karenanya, aku memutuskan untuk menghukum kalian dengan minum saja! Bagaimana? Kalian setuju?!"
Si nenek dan si kakek mengangguk cepat.
"Terima kasih Kauwcu.." Kata si nenek dan si kakek serentak.
"Ini adalah permintaan kalian! Nanti hukuman dilaksanakan tanpa tawar-tawar lagi!" Kata si Kauwcu.
"Tentu Kauwcu.... tentu !" Kata si nenek berulangkali.
"Bagus! Nah, sekarang sudah boleh dilaksanakan hukuman itu!" Kata Kauwcu tersebut dengan wajah yang dingin. Dia menoleh ke arah kuali yang besar, yang di didalamnya terdapat air yang tengah mendidih, bergolak-golak.
"Kalian harus minum air itu !" Dan Kauwcu itu menunjuk kuali besar berisi air yang mendidih itu.
Muka si nenek dan si kakek jadi pucat, mereka kaget setengah mati. Lutut mereka jadi lemas, keduanya bengong saling mengawasi. Mereka juga sudah berlutut sambil memanggutkan kepalanya berulangkali. Malah si nenek sudah menangis terisak-isak!
^dewikz^ MUKA Kauwcu yang cantik jelita itu jadi muram.
"Henm, apakah kalian tidak mau mematuhi perintahku lagi?!" Tegurnya dengan suara yang dingin.
Si Kakek dan si nenek jadi ketakutan dengan muka pucat pias. malah si nenek sambil menangis terisak-isak sudah berkata: "Kauwcu ampunilah kami..... memang kami manusia manusia yang harus menerima hukuman! Tapi, kami mohon kemurahan hati Kauwcu...janganlah kami dihukum dengan hukuman seberat itu! Kami memohon agar Kauwcu mau memberikan hukuman...hukuman...!"
Balum lagi si nenek bisa menyelesaikan perkataannya, justeru Kauwcu muda yang cantik jelita itu sudah bilang: "Baiklah, kalau begitu kalian minta hukuman yang lain...yaitu hukuman mati?!"
Muka si nenek dan kakek jadi berobah tambah pucat, tubuh mereka menggigil ketakutan.
"Cepat laksanakan perintahku itu! Atau kalian menghendaki hukuman yang lebih berat lagi ?!" Tegur si Kauwcu dengan suara yang dingin.
Si nenek dan si kakek saling pandang, mereka tampak ketakutan setengah mati, dan air mata si nenek masih mengucur turun. Tapi, akhirnya mereka saling mengangguk.
"Baiklah Kauwcu !" Kata si nenek dengan suara putus asa. "Kami akan melaksanakan hukuman yang dijatuhkan pada kami!!"
"Bagus...! Cepat laksanakan ....!"
Si nenek dan si kakek telah pergi menghampiri kuali besar itu. Mereka mengambil gayung yang lumayan besar, menyendok air mendidih itu, kemudian si nenek meminumnya terlebih dulu. Seketika dia menjerit-jerit, tapi tetap gayungnya menempel di mulutnya, Dia telah minum air mendidih itu ! Ketika gayung itu di lepaskan dari mulutnya, tampak sekitar mulut itu telah melepuh terkena air panas tersebut. Muka si nenek memang buruk sekali, sekarang jadi tambah jelek saja.
Si kakek kini tiba gilirannya meminum air mendidih itu. Dia mengambil gayung yang tadi dilepaskan si nenek, kemudian meminum air mendidih itu. Sama saja seperti si nenek, mulutnya jadi melepuh, begitu juga bagian bagian lainnya di sekitar mulut lembut.
Kauwcu itu puas. "Baiklah ...!" Katanya kemudian. "Cukup kalian meminumnya satu gayung saja!! Tapi, ingat ... jika memang kalian masih tetap dengan kebiasaan kalian memakan daging manusia, di lain saat aku akan menghukum kalian dengan hukuman yang lebih berat ....!"
Si kakek dan si nenek cepat-cepat berlutut mengangguk anggukan kepala mereka berulangkali.
"Kami sangat bersyukur atas kemurahan hati Kauwcu, terima kasih Kauwcu!! Terima kasih!!"
Tampaknya memang mereka sangat bersyukur, karena mereka telah memperoleh 'pengampunan' dengan hanya meminum satu gayung air mendidih itu.
"Sekarang dengarlah baik baik!" Kata Kauwcu itu kemudian. "Ada yang ingin kutanyakan kepada kalian!"
"Silahkan tanyakan, Kauwcu!" Jawab si nenek dan si kakek serentak, padahal mereka merasakan mulut mereka rusak melepuh, lidah dan juga bibirnya, namun mereka memaksakan bicara sebaik baiknya.
"Hemm, apa hasil penyelidikan kalian tentang pedang mustika itu ?!" Tanya Kanwcu itu.
"Kami mengetahui di mana pedang mustika itu ! Di tangan si Rase Terbang .. .. !!"
"Soal adanya pedang mustika itu di tangan si Rase Terbang memang kita semua sudah mengetahuinya .... tetapi sekarang yang terpenting sekali, bagaimana pedang itu bisa masih berada di tangan si Rase Terbang, bukankah sudah berdatangan jago jago berkepandaian tinggi yang ingin merebut pedang mustika tersebut."
"Kepandaian si Rase Terbang sangat tinggi.... sudah banyak jago jago Kangouw ternama yang dirubuhkannya...!"
"Hemm, kalian tahu, mengapa aku perintahkan kalian sementara ini tidak boleh ikut ambil bagian memperebutkan pedang mustika itu dari tangan si Rase Terbang ?!"
Si nenek dan si kakek memandang sejenak Kauwcu mereka, kemudian menggeleng.
"Ampunilah kami, Kauwcu.. .kami tidak tahu ! Kemarin dulu hampir saja kami melanggar perintah itu karena kami melihat si Rase Terbang tengah bersemedi di pembaringan dalam kamar di rumah penginapannya...kami semula hendak merampas pedang itu dari tangannya. Namun dia.. nenek tua bangka sialan ini telah mengingatkan pesan Kauwcu...!"
Kauwcu itu mengangguk. "Ya. Selama lima hari ini aku perintahkan semua orang Sah Tok Kauw tidak boleh memperlihatkan diri dulu ! Alasannya, karena aku ingin melihat, masih ada berapa banyak orang gagah Kangouw yang hendak memperebutkan pedang itu...biarkan saja mereka yang muncul dalu ! Jika sudah lima hari lewat tanpa ada yang muncul, berarti memang sudah tidak ada lawan yang berarti lagi. dan kita boleh menghadapi si Rase Terbang. Dengan mengerahkan seluruh kekuatan Sah Tok Kauw, mustahil kita bisa gagal merebut pedang mustika dari tangannya, walaupun kepandaian si Rase Terbang katanya sangat tinggi .... !" Setelah berkata begitu, Kauwcu muda cantik jelita itu mendengus beberapa kali, seakan juga memandang rendah kepada si Rase Terbang,
"Terima kasih atas petunjuk Kauwcu!" Kata si nenek dan si kakek hampir berbareng.
Kauwcu itu mengibaskan tangannya.
"Pergilah kalian obati luka terbakar bibir kalian, kemudian kalian pergi menyelidiki lagi tentang keadaan si Rase Terbang ... !"
"Baik Kauwcu.. .kami segera melaksanakan perintah !" Seolah berkata begitu, si nenek dan si kakek mengangguk anggukan kepala mereka memberi hormat. Sikap mereka menunjukan bahwa mereka sangat takut din patuh sekali terhadap Kauwca yang sebetulnya masih berusia muda tersebut.
Si Mesum yang menyaksikan semua itu, jadi heran. Entah siapa Kauwcu yang masin muda belia dan cantik ini ? Diakah Kauwcu Sah Tok Kauw yang telah diceritakan Thio Kiong Yan?
Si nenek dan si kekek telah angkat kaki keluar dari kamar itu. Sebelum pergi mereka sempat melirik kepada si Mesum. Tampak mereka kecewa sekali. Kemudian mereka lenyap di balik pintu.
Si Mesum bersyukur bukan main kepada Kauwcu itu, kalau memang tadi Kauwcu ini tidak muncul, tentu dia akan direbus, dimasak oleh si kakek dan si nenek, dijadikan santapan mereka!! Untung saja, datang Kauwcu ini sehingga dia batal disembelih oleh si nenek dan si kakek.
Sedangkan Kauwcu itu sudah memutar tubuhnya, dia berdiri menghadapi si Mesum. Mukanya dingin tidak berperasaan.
Si Mesum cepat cepat berlutut.
"Terima kasih.....atas pertolonganmu Kauwcu !" Kata si Mesum kemudian dengan sikap menghormat. Tadi dia mendengar si nenek dan si kakek memanggil gadis cantik jelita ini berulangkali dengan sebutan Kauwcu, maka dia juga memanggilnya dengan sebutan Kauwcu.
"Hemm!!" Kauwcu itu mendengus dingin, tangan kanannya mengibas perlahan.
Memang perlahan sekali kibasan tangan Kauwcu itu, tapi luar biasa kesudahannya, sebab tubuh si Mesum yang tengah berlutut seketika terpental dan bergulingan di lantai.
Kaget dan kesakitan si bocah, dia cepat cepat merangkak bangun. Matanya mendelik pada si gadis jelita itu ! Seketika timbul kesan buruknya bahwa gadis jelita ini pun bukanlah sebangsa manusia baik-baik !
"Hemm !" Kauwcu itu telah mendengus lagi dengan suara yang dingin, dia juga sudah berkata dengan tawar: "Siapa namamu ?!"
Si Mesum semula menghormati dan berterima kasih kepada Kauwcu ini dia malah bersyukur dengan pertolongan yang diberikan, si Kauwcu. Tapi setelah diperlakukan kasar seperti tadi, dia malah jadi berpikir, bahwa Kauwcu ini pasti tidak akan lebih baik dari si nenek dan si kakek. Sama saja jahatnya. Malah si Mesum merasakan bahwa dia terlepas dari mulut buaya jatuh ke mulut singa. Karena itu, dia tidak menjawab pertanyaan si Kauwcu, cuma mengawasi mendelik saja ke Kauwcu itu jadi mendongkol.
"Hai, tulikah telingamu?!" bentaknya.
Si Mesum tetap berdiam diri saja.
"Hemmmm, kau memang bisu dan tuli barangkali?" Kata si Kauwcu dengan suara yang dingin. Dia segera mengulurkan tangannya
Si bocah hendak berkelit, tapi tidak berhasil..
Tahu-tahu lengannya sudah kena dicekal oleh Kauwcu itu. Begitu Kauwcu tersebut mengerahkan sedikit tenaganya, seketika tubuh si Mesum terlempar ke lantai, malah dia juga menderita kesakitan tidak kepalang, karena kepalanya jadi pusing dan pandangan matanya gelap berkunang-kunang. Untuk sesaat lamanya si bocah tidak bisa bangun dari lantai itu.
Kauwcu itu tertawa dingin.
"Kalau memang kau kurang ajar seperti tadi, akan kuhajar lebih keras lagi.. !" Kata Kauwcu itu dengan suara yang dingin mengandung ancaman buat si bocah.
Lama si Mesum rebah di lantai, dia merasakan kepalanya sakit dan pening sekait, di samping tubuhnya memang sakit-sakit.
"Ayo bangun!!" Bentak Kauwcu itu lagi. Si Mesum merangkak bangun.
"Hemm, sekarang beritahukan siapa namamu ?!!" Tanya Kauwcu itu lagi sambil mengawasi si Mesum dengan sorot mata sangat tajam. Walaupun dia memiliki wajah cantik sekali, tapi karena dia mengawasi si Mesum dengan sikap yang dingin, matanya memancarkan sinar yang tajam, maka membuat muka Kauwcu itu jadi mengerikan dan angker.
"Aku tidak mempunyai nama !" Kata si Mesum akhirnya.
"Bohong ! Kau berani berdusta di depanku. heh ? Atau memang kau hendak merasakan enaknya dipotong lidahmu ?!"
Menggidik si Mesum mendengar ancaman Kauwcu itu. Dia tahu, model Kauwcu yang seorang ini bukanlah sebangsa manusia yang baik hati, pasti semua ancamannya bisa saja dibuktikannya.
"Aku...biasanya aku dipanggil dengan sebutan si Mesum !" Kata si Mesum kemudian. "Memang sebenar benarnya aku tidak mempunyai nama. aku sendiri tidak mengetahui siapa namaku ! Aku hanya tahu semua orang memanggilku dengan sebutan si Mesum!!"
Kauwcu itu jadi heran, dia mengawasi si Mesum dengan sorot mata tajam dan dia rupanya memperhatikan juga pakaian si Mesum, dari atas kepala sampai ke ujung kaki.
"Benar-benar kau tidak mempunyai nama?!" Tanya Kauwcu itu dengan suara yang ragu ragu.
Si Mesum mengangguk. "Benar. Untuk apa aku membohongimu? Aku tidak mungkin membohongimu, kalau memang memiliki nama tentu akan kuberitahukan apa namaku sebenarnya!!"
"Hemm!" Mendengus Kauwcu itu. "Mengapa kau ditangkap si nenek dan si kakek ?!"
"Bukankah kau sendiri telah melihat bahwa mereka sangat jahat dan pemakan daging manusia ? Kau sendiri yang tadi telah menghukum mereka...?!"
"Benar ...tapi aku tidak mengetahui mengapa mereka menangkap dirimu ! Biasanya mereka menghendaki bocah-bocah yang memiliki tulang bagus, bakat yang baik dan juga murid dari seorang tokoh rimba persilatan! Tadi telah kucoba beberapa kali membantingmu, kau tampaknya tidak memiliki kepandaian yang berarti kau bocah biasa saja...maka aku jadi heran!"
Si Mesum jadi tertegun. "Benarkah itu ?!"
Kauwcu itu mengangguk. "Ya .... kalau memang bocah biasa yang hendak dijadikan korban, mereka bisa menculik setiap saat. Justeru mencari bocah yang memiliki latihan iwekang yang sulit diperolehnya!!" Setelah berkata begitu, Kauwcu itu mengawasi si Mesum, Dia bertanya lagi: "Apakah kau pernah mempelajari ilmu silat ?!"
Si bocah ragu-ragu, namun akhirnya dia mengangguk.
"Pernah....." "Siapa gurumu ?!"
"Li Put Hweshio !"
"Apa ?!" Kaget tampaknya si Kauwcu. Namun wajahnya cepat sekali pulih menjadi biasa. "Hemm!! jadi pendeta itu yang menjadi gurumu? Dia sebetulnya memiliki kepandaian yang lumayan tinggi, tapi kau ini...sebagai muridnya, mengapa tidak memiliki kepandaian yang berarti ?!"
"Aku belum lama menjadi murid Li Put Hweshio!!" Kata si Mesum. "Jadi belum memiliki kesempatan untuk mempelajari ilmu yang hebat dari guruku itu !"
"Hemmm, sekarang kau harus berdiam di sini!!" Kata Kauwcu itu.
"Apa?? Aku tidak boleh pulang ke tempat guruku ?!" Tanya si Mesum dengan hati berdebar, dia kuatir kalau kalau Kauwcu ini akan menyiksa dirinya lagi, seperti tadi.
Kauwcu itu mengangguk. "Ya.... sementara ini kau berdiam di sini, tunggulah sampai kami sudah berhasil merampas pedang mustika dari tangan si Rase Terbang, barulah kau boleh pulang ke tempat gurumu!!"
"Lalu...selama diam di sini, apa yang akan kukerjakan?!" Tanya si Mesum,
"Banyak ! Nanti kuberitahukan kalau sudah tiba waktunya!!" Jawab si Kauwcu. Dia melangkah ke pintu, tapi menoleh waktu dia tengah membuka daun pintu. Katanya lagi: "Ingat olehmu, jangan sekali-sekali coba-coba melarikan diri, karena kau akan celaka jika melakukan hal itu !"
Si Mesum diam saja. "Kau dengar tidak pesanku ?!"
"Bahaya apa yang akan kuperoleh jika coba-coba melarikan diri ?!" Tanya si Mesum.
"Banyak!! yang pasti kau akan menderita karena kau akan kami siksa sehebat-hebatnya!" Dingin sekali suara Kauwcu itu.
Menggidik tubuh si Mesum.
Ancaman Kauwcu itu bukan main-main, karena tadi dia sempat menyaksikan si nenek dan si kakek yang memiliki kepandaian begitu tinggi, telah dihukumnya dengan sadis. Kalau memang coba coba melarikan diri dan gagal, niscaya dia akan dihukum seberat beratnya oleh Kauwcu tersebut. Si Mesum jadi mengeluh sendirinya.
Kauwcu itu sudah keluar dari kamar tersebut, sambil membantingkan pintu kamar itu.
Si Mesum berdiri mematung dengan muka pucat, pikirannya jadi kalut sekali.... dia memikirkan juga, entah bagaimana kesehatan gurunya ? Bagaimana keadaan Auwyang Jin atau Thio Kiong Yan ? Karena bingung, akhirnya si bocah telah menonjoki dinding kamar itu berulangkali seperti orang kalap, namun kesudahannya dia merasakan tangannya sendiri yang sakit bukan main.
Si Mesum juga tidak bisa menerkanya, entah apa yang akan diterimanya dari si Kauwcu, yang baik atau yang buruk ? Dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan si Kauwcu terhadap dirinya di waktu waktu mendatang! Mengapa Kauwcu itu menahan dirinya ?
Lalu, kalau nanti si nenek dan si kakek datang kembali, dan melakukan penyiksaan pula, apa yang dilakukan ? Juga, jika memang nenek dan kakek itu akan menyembelihnya lagi.....!"
Teringat akan hal itu, tubuh si Mesum jadi menggidik dan hatinya tergetar ngeri. Dia benar-benar merupakan seorang anak yang malang! Selama ini, memang dia selalu menderita dan sengsara, tidak pernah dia mencicipi kegembiraan sebagai seorang anak yang baru berusia kecil dan sebetulnya belum tahu apa-apa itu....
Karena merasa perutnya lapar, sisa makanan yang tadi diberikan si nenek telah dimakan lagi oleh si Mesum.
Namun, sambil mengunyam makanan itu, justeru pikiran si Mesum menerawang tidak menentu. Mulutnya terus juga mengunyah, sedangkan pikirannya bekerja terus.....
Tengah si Mesum makan, dia teringat sesuatu.
"Hemm Thio Siangkong bilang Kauwcu dari Sah Tok Kauw sangat baik. Apakah tidak mungkin ia hanya pura-pura galak kepadaku?!" Pikir si Mesum. "Atau memang kuberitahukan kepadanya bahwa aku adalah sahabatnya Thio Siangkong ?!"
Yang dimaksudkan si Mesum dengan sebutan Thio Siangkong ttu adalah Thio Kiong Yan. Dia yakin, kalau memang dia memberitahukan Kauwcu itu bahwa dia adalah sahabatnya Thio Kiong Yan, niscaya Kauwcu itu akan bersikap lembut kepadanya....
Karena berpikir begitu, si Mesum tersenyum. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya sejenak, kemudian melahap sisa makanan dengan bernafsu sekali. Dia menantikan datangnya Kauwcu itu untuk mamberitahukan perihal dirinya dengan Thio Kiong Yan yang memiliki hubungan baik.
-dewikz^aaa- KAUWCU Sah Tok Kauw yang diharap-harapkan si Mesum ternyata tidak juga muncul. Justeru yang muncul adalah seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus, berpakaian sebagai pengemis, rambut yang awut-awutan dan di tangan kirinya membawa sebuah keranjang.
"Engkau yang bernama si Mesum ?!" Tanya pengemis kurus jangkung itu.
Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si Mesum tertegun sejenak, tapi akhirnya dia mengangguk. Dia menduga pengemis ini pasti anggota Sah Tok kauw juga, yang di perintahkan oleh Kauwcunya. Bukankah pengemis ini sudah mengetahui bahwa dia bernama Mesum ? Pasti Kauwcu Sah Tok Kauw itu yang memberitahukannya.
"Benar....!" Menyahuti si Mesum. "Memang aku yang bernama si Mesum. Apa yang Lopeh kehendaki ?!"
"Hemmm... nanti kujelaskan!" Kata si pengemis. Kemudian dia menyodorkan tangan kanannya..
"Kau pegangkan dulu ular ini!" Katanya.
Muka si Mesum jadi pucat.
"A.... apa ?!" Katanya gugup.
"Pegangkan dulu ular ini !" Perintah pengemis ini lagi.
"Gila ! Mana mungkin aku memegangi ular itu.... nanti dia menggigitku !" Kata si Mesum sambil mundur.
Pengemis jangkung kurus itu tersenyum.
"Hemmm......!" Dia mendengus. "Kau ini lucu ! Kalau memang dipatuk ular, tokh tidak apa-apa....!"
"Aku tidak mau!".
"Ayo pegangkan!"
"Tidak!! Aku tidak mau!"
Mata si pengemis mendelik. "Benar kau tidak mau memegangkan ular?!" Tegurnya dengan suara yang dingin.
Si Mesum jadi ngeri, terlebih lagi melihat mata si pengemis yang mendelik. Tapi dia takut kalau memang harus memegangi ular itu, yang pasti menggigitnya kalau dia memegangi ular tersebut,
"Taruh saja di lantai...!" Kata si Mesum pada akhirnya.
Mata si pengemis masih mendelik.
"Heran, ular ini ditaruh dilantai?!" Tanyanya. "Baik ! Baiklah ! Aku menuruti saja permintaanmu!!"
Setelah berkata begitu, si pengemis meletakkan ular tersebut dilantai. Dan ular itu, memang seekor ular yang masih hidup dan juga berukuran besar sekali, mulai melata, bergerak menghampiri si Mesum. Sebentar-sebentar lidahnya terjulur keluar !
Bukan kepalang kegetnya si Mesum.
"Lopeh....! Lopeh ! Ambil ularmu itu?!" Teriak si Mesum.
Si pengemis tertawa. "Bukankah tadi kau sendiri yang meminta aku meletakkan ular itu di lantai ?!"
"Tapi ... tapi dia menghampiri aku!!"
"Biar saja....!"
"Aduhhh, mengapa harus dibiarkan, nanti dia menggigitku!!"
"Tidak!!!" "Apanya yang tidak? Lihat saja, dia sudah menghampiri aku dan bersiap-siap hendak mematukku !"
Mendengar perkataan si bocah, pengemis itu bersiul.
Luar biasa, ular itu seperti mengerti, dia segera merobah haluannya, dia melata menghampiri si pengemis.
Pengemis itu mengulurkan tangannya.
Dengan perlahan-lahan ular itu merayap naik ke lengan si pengemis. Sedangkan si pengemis tersenyum-senyum saja.
"Lihatlah ! Dia tidak menggigitku, bukan?" Tanya si pengemis sambil tetap tersenyum. "Hemmm, akupun tidak akan digigitnya. Nah, sekarang kau kemari, pegangkan dulu ularku ini."
Si Mesum berdiri kaku di tempatnya dengan perasaan takut dan jijik. Dia melihat ular itu berukuran besar dan panjang sekali. Seumur hidupnya dia belum pernah memegang ular, karena dari itu, dia takut bukan main. Tapi dia pun kuatir kalau kalau pengemis itu, karena mendongkol permintaannya tidak dituruti, maka akan malepaskan ular itu di lantai lagi, dan ular itu akan merayap kepadanya, menggigitnya.
Akhirnya si Mesum mengeraskan hatinya.
"Biarlah! Kalau memang ular itu mengigit, paling tidak aku akan mati!" Kata si bocah di dalam hatinya; "Memang lebih bagus aku mati dari pada harus menderita terus menerus seperti ini.....!"
Karena berpikir seperti itu, si bocah jadi nekad. Dia menghampiri si pengemis.
"Baiklah Lopeh... kupegang ular itu!!" Kata si bocah sambil mengulurkan tangannya.
Si pengemis tertawa bergelak-gelak.
"Nah.... begitu dong.... ini baru disebut kau sebagai anak yang baik!!" Memuji si pengemis. Dia memberikan ularnya kepada si bocah. Si Mesum jadi menggigil takut bercampur jijik. Dia merasakan tubuh ular itu berlendir licin sekali di antara sisik-sisiknya yang kasar. Si Mesum memejamkan matanya, karena dia benar-benar tidak sanggup buat melihat ular itu, yang merayap ditangannya, dibiarkan saja, dengan melonjorkan tangannya itu.
@dewikz^aaa@ Jilid 12 SI pengemis tertawa, ia tidak memperdulikan si bocah yang tengah ketakutan dengan di tangannya melingkar ularnya itu, si pengemis telah meletakkan keranjang di tangan kirinya ke lantai, waktu dia membuka matanya. Dan melihat isi keranjang itu, si Mesum jadi menjerit. Dia kaget tidak terkira.
Apa yang dilihatnya di dalam keranjang itu ?
Ternyata isi keranjang si pengemis bukan nasi atau buah-buahan, bukan barang makanan. Melainkan puluhan ekor ular, yang begitu tutup keranjang itu dibuka, maka telah merayap melata keluar.
Menggidik tubuh si Mesum. Dia melihat ular-ular itu telah melata di lantai, menghampiri ke dirinya.
Rasanya, si Mesum hendak menjerit dan berlari sekuat tenaganya, tapi justeru dia tidak bisa melakukan hal itu, karena dia berdiri kaku di tempatnya dengan muka pucat.
"Jangan takut !" Kata si pengemis. "Mereka tidak akan mengganggumu !"
"Tapi....tapi ular ular itu beracun !" Kata si Mesum dengan perasaan ngeri dan takut.
Si pengemis mengangguk. "Benar ! Memang ular-ular itu beracun. Malah, racun ular-ular ini hebat sekali daya kerjanya....!"
Mendengar jawaban si pengemis, bukan ke palang mendongkolnya si Mesum, karena si pengemis sudah tahu ular-ularnya sangat beracun, mengapa dia justeru melepaskan ular ularnya itu, mengumbarnya ?
"Ayo.... masukkan kembali ular-ularmu itu kedalam keranjang? !" Kata si Mesum dengan ketakutan dan merasa jijik sekali, karena sudah ada seekor ular yang melata mendekati kaki kanannya.
Yang membuat si Mesum tambah kaget dan ketakutan, juga merasa jijik, ular yang melingkari lengannya sudah merayap perlahan-lahan meliliti melingkari leher si bocah.
Terbang semangat si Mesum. Sekali saja ular itu meliliti keras lehernya, berarti jiwanya akan melayang.
Si Mesum memejamkan matanya rapat-rapat. Dia sudah tidak bisa bilang apa-apa karena gugup dan takutnya.
Sedangkan si pengemis sudah tertawa. Ketika melihat keringat dingin membanjir keluar dari tubuh si Mesum, juga dia melihat muka si Mesum sudah pucat pias seperti itu, dia bersiul nyaring sekali. Suara siulnya itu seperti bergema di sekitar tempat itu.
Aneh sekali. Ular-ular itu jinak bukan main, karena binatang melata itu sudah meluncur dengan cepat, masuk kembali ke dalam keranjang yang semula menjadi tempat mereka. Bahkan ular yang seekor itu, yang melingkari leher si Mesum, telah meluncur turun, dan kemudian ikut masuk kedalam keranjang.
Si pengemis menutup lagi tutup keranjang tersebut dengan baik, sambil tertawa-tawa.
"Hemmm, mari kau duduk di dekatku!" Panggil pengemis itu ketika melihat si bocah masih berdiam diri saja di tempatnya, tanpa bisa bicara, dengan muka yang pucat pias dan juga keringat membanjir keluar dari sekujur tubuhnya.
Si bocah mengangguk. Waktu ular yang meliliti lehernya sudah maluncar turun, si bocah baru bisa bernapas lega. Tapi perasaan kaget, takut dan jijiknya belum juga lenyap.
Bahkan si bocah seakan masih merasakan lendir yang lengket dari tubuh ular yang melekat ditubuhnya, membuat dia jadi sering menggidik juga.
"Duduklah !" Kata si pengemis setelah si bocah menghampiri di dekatnya.
Si Mesum duduk di dekat si pengemis tanpa mengucapkan sepatah perkataanpun juga.
Waktu itu, tampak si pengemis dengan muka yang berseri-seri mengawasi si Mesum.
"Bagus ! Bagus ! Memang apa yang diberi tahukan Kauwcu tidak salah ! Memang kau tepat sekali!" Menggumam si pengemis. Si Mesum tidak tahu, apa maksud perkataan si pengemis dia cuma berdiam diri saja dengan kepala tertunduk.
"Hemmm," si pengemis telah tersenyum lagi. "Siapa namamu yang sebenarnya?!"
Si Mesum terdiam sejenak, menelan air ludah.
"Namaku....namaku yang sebenarnya adalah si Mesum !" Menyahuti si Mesum kemudian, suaranya masih tergetar.
"Aku tahu !" Kata si pengemis dengan suara yang nyaring. "Aku tadi pun sudah memanggil kau dengan sebutan si Mesum bukan ?!"
Si Mesum mngangguk "Benar,...benar Lopeh !!!" Dia menyahuti.
"Sekarang yang kutanyakan, siapa namamu yang sebenarnya!!"
"Tadi sudah kukatakan, Lopeh."
"Kau jangan main-main ya denganku!!" Bentak si pengemis yang jadi tidak senang. "Yang kutanyakan siapa namamu,nama yang diberikan oleh kedua orang tuamu ?!"
"Tidak ada Lopeh....!"
"Tidak ada? Jadi kau ingin mengartikan bahwa kau tidak memiliki nama lainnya, hanya si Mesum ? Begitu ?!"
"Benar Lopeh !" Mengangguk si bocah.
"Hemmm, aneh sekali!! Jadi orang tuamu yang memberikan nama seburuk itu, kepadamu ?!" Tanya si pengemis.
Si Mesum menggeleng. "Bukan !" "Bukan?!" "Ya !" "Lalu mereka memberikan nama apa padamu?"
"Aku tidak tahu, Lopek....!" Menyahuti si bocah dengan sikap yang ragu-ragu.
"Tidak tahu? Bohong !"
"Benar Lopeh .... aku tidak ingat ?!"
"Hemmmm, mengapa tidak ingat ?!"
"Entahlah ! Aku tidak ingat lagi!!"
"Nama sendiri sampai terlupa, bukankah aneh sekali ?!" Menggumam si pengemis.
Waktu itu si bocah sendiri merasa sedih. Mengapa nama sendiri sampai bisa terlupa? Juga dia tidak tahu entah siapa nama kedua orang tuanya ! Dia juga tidak teringat lagi, entah dia berasal dari mana.
Si pengemis mengawasi si Mesum. beberapa saat kemudian dia bilang lagi : "Heran, siapa kedua orang tuamu ?!"
Si Mesum menggeleng. "Tidak tahu juga ?!" Tanya si pengemis sebelum si bocah mengatakan bahwa diapun tidak tahu siapa kedua orang tuanya. Si Mesum mengangguk.
"Benar Lopeh..;.!"
Sepasang alis si pengemis jadi mengkerut "Aneh!!" Katanya dengan suara mendongkol. "Kau ini keterlaluan sekali.. Kau hendak mempermainkan aku, ya ? Sampai siapa kedua orang tuamu sendiri masa lupa juga."
Si Mesum coba menjelaskan : "Benar Lopeh.... aku tidak tahu siapa mereka.... juga aku tidak tahu berasal dari mana!!"
"Hemm, bocah!! Kau jangan main-main denganku, ya? Sekali aku marah, wahhh, kau bisa repot..."
Si Mesum meringis, dia bilang: "Aku telah bicara yang sebenarnya, sama sekali aku tidak berani mempermainkan Lopeh...!" Si pengemis berdiri.
"Baik!! Sekarang kau jawab satu pertanyaanku!" Kata si pengemis kemudian.
"Ba ...baik Lopeh !"
"Kau berasal dari mana?!" Si bocah jadi tertegun. Dia merasa takut melihat mata si pengemis yang mendelik galak.
"Tidak tahu juga?!" Bentak si pengemis waktu dia melihat si bocah terdiam dengan keragu-raguannya itu.
Si Mesum akhirnya mengangguk. "Be...benar Lopeh !" Muka si pengemis jadi merah padam.
"Hemm, kau ini keterlaluan sekali!" Katanya. Tahu-tahu tangan kanannya menampar.
Keras tamparan itu, karena tubuh si Mesum sampai terpelanting dari duduknya, terpental dua tombak lebih, tubuh si bocah bergulingan di lantai dengan menderita kesakitan.
"Ayo bicara yang benar!" Bentak si pengemis. "Aku sudah bersikap manis padamu, tapi kau hendak mempermainkan aku!!"
Si bocah merangkak bangun, dia duduk lagi. Dengan mata masih berkunang-kunang dia menjawab: "Lopeh... aku benar-benar tidak tahu ! Sungguh Lopeh .... aku tidak bermaksud mempermainkan kau....!"
"Hemm, kalau kau tidak mau bicara dari hal yang benar, akan keperintahkan ularku buat menggigitmu!"
Menggidik tubuh si bocah, hatinya tergetar.
"Lopeh.....!" Suaranya tergetar takut.
"Apa Lopeh. Lopeh, Lopeh ?!" Tanya si pengemis mendongkol bukan main. "Hemmm, bocah busuk seperti kau, yang demikian kurang ajar, tidak perlu dikasihani !"
"Tapi Lopeh..... dengarlah dulu.....sungguh Lopeh.... memang aku.... aku tidak mengetahui semuanya itu... kalau memang Lopeh tidak mempercayaiku, nanti Lopeh bisa menanyakannya kepada.....kepada....!"
Si bocah belum meneruskan perkataannya, justeru saat itu telah dibentak oleh si pengemis , "Tanya kepada siapa?!"
Si bocah ragu ragu, namun akhirnya dia menyahuti juga :"Li Put Hweshio.... dia mengetahui bahwa aku....aku memang sebenar-benarnya tidak mengetahui asal usulku....?"
"Li Put Hweshio?!"Sepasang alis pengemis itu mengkerut dalam-dalam. Dia mangawasi si bocah beberapa saat lamanya.
"Li Put Hweshio apamu ?!"
"Guruku.....!" "Gurumu ?!" Tampaknya si pengemis tambah heran.
"Be ...benar Lopeh !" Menyahuti si bccah dengan hati kecut, karena melihat mata si pengemis mendelik menakutkan.
"Apakah dia memang sebenar-benarnya gurumu ?" Bentak si pengemis lagi.
"Benar Lopeh ...memang dia guruku !" Menyahuti si bocah sambil menganggukkan kepalanya
"Hemm.aku tidak percaya !" Kata si pengemis dengan suara yang nyaring, galak sekali.
"Celaka !" Pikir si bocah. "Kalau memang dia tidak percaya aku murid Li Put Hweshio, dia akan lebih rewel lagi."
Pengemis itu sudah bilang lagi : "Li Put Hweshio seorang tokoh rimba persilatan, mustahil dia mau menerima murid semacam kau ini?!"
Si Mesum bilang cepat cepat : "Tapi memang dia sudah mengambilku menjadi muridnya."
"Hemm, kepandaian apa yang telah diajarkannya kepadamu?!" Tanya si pengemis.
Si Mesum menyebutkan nama dari jurus-jurus yang telah diajarkan oleh Li Put Hweshio. Muka si pengemis berobah, tapi dia masih tidak bisa mempercayai sepenuhnya,
"Sekarang coba kau jalankan semua ilmu yang telah diajarkan oleh Li Put Hweshio ! Hemmm, awas kau, jika nanti bisa kubuktikan kau hanya berdusta, waktu itu tidak dapat kuampuni lagi kau, akan kusuruh semua ular-ular ku buat menggigitmu...!"
Si Mesum melompat berdiri. Dia segera menjalankan semua jurus jurus ilmu silat yang pernah diajarkan oleh Li Put Hweshio.
Si pengemis memperhatikan semua gerakan dan jurus yang dibawakan si Mesum. Hatinya benar-benar heran, karena dia mengenali, bahwa semua jurus yaag tengah dimainkan oleh si Mesum memang sebenar-benarnya merupakan ilmu silat Li Put Hweshio.
Hal ini diketahui oleh si pengemis karena sebenarnya dia pernah dua kali bentrok dengan Li Pat Hweshio. Mereka pernah bertempur. Karenanya juga si pengemis bisa mengenali ilmu silat si pendeta.
"Apakah memang ilmu itu diajarkan langsung oleh Li Put Hweshio ?!" Tanya pengemis itu
Si Mesum berhenti bersilat, dia mengangguk.
"Benar Lopeh...memang Li Put Hweshio adalah guruku, dia yang mengajarkan semua ilmu silat itu padaku !"
"Baiklah ! Aku mau percaya bahwa kau adalah murid Li Put Hweshio !" Kata pengemis itu.
Senang hati si Mesum, dia jadi agak lega. Dia menyangka, dengan maunya pengemis itu mempercayai dia adalah muridnya si pendeta, tentunya sikap si pendeta akan lebih lunak dan lebih manis dibandingkan dengan tadi. Dia juga jadi bisa tersenyum kepada si pengemis.
"Terima kasih Lopeh...!" Kata si Mesum Kemudian sambil merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada si pengemis. Mata si pengemis mendelik lagi. "Terima kasih ? Terima kasih untuk apa ? Memangnya aku pernah melakukan sesuatu kebaikan untukmu ?!"
Ditanggapi seperti itu oleh si pengemis, si Mesum jadi tergagap. "Ini...ini....!!"
"Ini, ini, ini, apanya ?!" Bentak si pengemis.
Si bocah tambah gugup. "Saya terima kasih sekali karena Lopeh sudah mau mempercayai bahwa aku adalah murid Li Put Hweshio.. !"
"Hemm, tapi aku justeru ingin mengetahui siapa namamu, di mana kedua orang tuamu, dau juga siapa mereka. Di samping itu, kau berasal dari mana ?!" Kata si pengemis.
"Untuk ini...untuk ini...!" Suara si Mesum jadi tidak lancar.
"Ayo katakan yang sebenarnya !"
"Benar-benar aku tidak tahu, Lopeh !"
"Hemm, apakah memang kau sengaja hendak merahasiakan segalanya itu ?!" Bentak si pengemis.
Si Mesum menggeleng. "Kalau memang aku mengetahui siapa kedua orang tuaku, alangkah girangnya hatiku, karena aku bisa segera mencari mereka ! Namun memang sebenar benarnya aku tidak mengetahui siapa mereka dan di mana mereka berada!"
"Apakah kau lahir dari sepotong batu ?!" Mengejek pengemis itu.
Muka si Mesum bsrobah merah, dia diam saja.
"Ayo akui saja, siapa kedua orang tuamu, siapa namamu, dan kau berasal dari mana?!"
Si Mesum tambah gugup. Dia benar-benar tidak tahu, bagaimana meyakinkan si pengemis, bahwa sabenar benarnya dia tidak mengetahui siapa orang tuanya, tidak ingat namanya dan tidak tahu asal usulnya. Namun pengemis ini benar benar sulit diyakinkannya, karena tetap saja pengemis itu tidak mau mempercayai keterangannya.
Si pengemis mengawasi tajam sekali kepada si bocah.
"Bagus!! Kau rupanya jadi bisu! Tapi aku tahu, dengan cara cara apa untuk membuat kau tidak bisu lagi !" Kata si pengemis itu. Tahu-tahu, dengan gerakan yang sulit dilihat oleh si bocah, dia sudah berada di samping si Mesum. Malah, begitu tangan kanannya bergerak, dia sudah menotok salah satu jalan darah si bocah. Seketika si Mesum merasakan tubuhnya sakit-sakit, seakan jaga banyak semut yang tengah gerayangan di tubuhnya. Dia melompat-lompat, semakin lama semakin gatal dan sakit-sakit,
"Lopeh.... Lopeh... aku... aku benar-benar tidak tahu semua yang kau tanyakan itu!!" Teriak si Mesum.
Tapi pengemis itu tidak mengacuhkan si bocah, dia sudah bersiul-siul kecil, kemudian merebahkan diri di sudut ruangan itu. Dia memejamkan matanya, seakan juga dia hendak tidur.
Kasihan adalah si bocah, karena dia tersiksa sekali. Dia sudah ditotok jalan darah Yang-uh hiat-yi, maka dia tersiksa perasaan gatal dan sakit yang bukan main.
Malah, setelah menggaruk sana sini di tubuhnya, perasaan gatal dan sakit-sakit itu semakin bebat, membuat si Mesum tidak tahan lagi dan bergulingan di lantai.
Dia malah lebih menjerit-jerit, dia menangis, dia menggaruk-garuk dan juga memanggil-manggil si pengemis, agar membebaskannya dari totokan itu.
Namun pengemis itu tidak mengacuhkannya, malah telah memejamkan matanya terus, seperti tengah tidur.
Si Mesum bergulingan beberapa saat, kemudian pingsan tidak sadarkan diri.
Pengemis itu melompat berdiri. Mukanya muram sekali.
"Hemm !" Dia menggumam. "Memang tampaknya bocah ini sudah bicara dari hal yang sebenarnya.. !"
Setelah bergumam begitu, dia menghela napas dalam-dalam, mukanya tampak tambah muram.
Kaki kanan si pengemis bergerak perlahan menendang pinggang si Mesum, dan si Mesum menggeliat, dia tersadar dari pingsannya. Namun sekarang dia tidak menderita kesakitan dan gatal lagi. Hanya saja, tadi disebabkan dia menderita kegatalan dan kesakitan yang luar biasa membuat dia jadi lemas dan kehabisan tenaga, dia tidak bisa segera melompat bangun.
Pengemis itu menghela napas, katanya.
Si bocah merangkak, memaksakan diri untuk duduk. Dia merasa lemas bukan main.
"Hemm... jadi sungguh-sungguh kau tidak mengetahui siapa namamu, siapa orang tuamu dan kau berasal dan mana ?!" Tanya si pengemis kemudian sambil mengawasi si Mesum.
Si Mesum cuma mengangguk lesu.
"Baiklah, aku mau mempercayai pengakuanmu itu!! Sekarang, aku hendak memberitahukan kepadamu, bahwa aku tertarik sekali padamu... kulihat, kau memiliki bakat yang baik, juga memiliki tulang yang bagus, karenanya, aku hendak mengambil kau menjadi muridku!"
Si Mesum mengangkat kepalanya, mengawasi si pengemis.
"Lopeh...." Tapi dia ragu ragu dan tidak meneruskan kata-katanya lagi.
"Kenapa ?!" "Kukira.... kukira..." Ragu-ragu sekali si bocah untuk meneruskan kata-katanya.
"Kau kira apa ?!"Tanya si pengemis.
"Kukira.... kau akan kecewa jika memiliki murid seperti aku!!" Menyahuti si Mesum.
Muka si pengemis berobah ,
"Kenapa ?!" "Karena ...karena aku seorang anak yang sangat dungu sekali, lambat untuk menerima pelajaran, nanti maksud baikmu akan sia-sia saja Lopeh !" Menjelaskan si bocah.
"Hemmm, jadi kau sendiri yang keberatan untuk menjadi muridku dan sengaja mencari-cari alasan seperti itu ?!" Tegur si pengemis.
Si bocah jadi gugup, dia menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Bu....bukan Lopeh.... memang sebenar-benarnya aku seorang yang bodoh !"
"Aku tidak perduli apakah kau cerdas atau bodoh ! Yang terpenting aku ingin mengambil kau menjadi muridku!" Kata si pengemis "Kau mau menjadi muridku ?!"
Si bocah tidak menyahuti.
"Mengapa harus bimbang seperti itu !? Katakan, apakah kau bersedia menjadi muridku atau tidak ?!"
Didesak begitu si bocah tambah gugup, namun akhirnya dia bilang :" Aku....aku sudah punya guru, Lopeh !"
"Hemmm. Li Put Hweshio itu ?!"
"Benar, Lopeh ... bukankah setelah mempunyai seorang guru aku tidak boleh sembarangan mengangkat guru lainnya lagi?!"
Muka si peagemis jadi berobah, karena dia mendongkol sekali.
"Hemmm, kalau aku bukan sedang mempunyai urusan penting, tentu aku akan pergi memberesi si pendeta!!"
Hati si bocah jadi kaget, karena memang dia teringat betapa Li Put Hweshio tengah dalam keadaan terluka, malah terancam kelumpuhan. Kalau si pengemis pergi mencari pendeta itu, niscaya akan membuat si pendeta terancam keselamatannya.
"Jangan...jangan Lopeh!!" Kata si bocah akhirnya. "Guruku itu... guruku itu tidak tahu apa apa.... hanya saja, aku sebagai muridnya harus bertanggung jawab dan setia padanya...!"
Si pengemis mendengus beberapa kali, dia mengawasi si bocah beberapa saat, tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Si bocah jadi berdebar hatinya, dia kuatir kalau saja si pengemis menyiksanya kembali, karena mengumbar kemarahan hatinya.
"Lopeh...nanti jika aku sudah bertemu dengan guruku, akan kutanyakan padanya, apakah aku boleh mengangkat seorang guru baru... kalau memang...kalau memang....!"
"Kalau memang apanya?!"
"Kalau memang guruku mengijinkan, aku tentu bersedia mengangkat kau menjadi guruku!"
"Hemm, najis !" Tiba-tiba si pengemis berteriak begitu. Dia tersinggung sekali. "Kau kira aku ini seorang yang kelaparan untuk memiliki murid ? Walaupun aku seorang pengemis, tapi aku punya harga diri!!"
Kata-kata si bocah rupanya telah menyentuh hatinya yang jadi tersinggung.
"Kau tahu ?!" Kata si pengemis lagi. "Tidak gampang orang memohon untuk menjadi muridku ! Hemm, tanya kebetulan saja aku menyukai kau dan ingin mengambil kau menjadi muridku ! Siapa tahu, kau seorang bocah besar kepala dan bertingkah! Bukannya kau berterima kasih atas kebaikanku itu, malah kau bertingkah jual mahal.....!!"
Si Mesum tidak berani menatap si pengemis, yang tengah marah dan matanya memancarkan sinar yang tajam serta galak sekali.
"Bocah!!" Tiba-tiba si pengemis membentak. "Sekarang begini saja, aku sudah menyukaimu dan sudah memutuskan, kau harus menjadi muridku!! Mau atau tidak, tetap saja kau harus menjadi muridku !"
"Lopeh ?!" "Tidak ada tawar menawar.. kau harus menjadi muridku!!" Kata si pengemis.
Muka si bocah jadi pucat. Mana ada aturan demikian yaog tidak ada cenglienya, memaksa seseorang untuk menjadi muridnya dan mengangkat si pengemis jadi gurunya?! Tapi, si Mesum tidak berani untuk membantah, dia menunduk saja.
"Mulai sekarang, kau harus melupakan si pendeta itu!! dan selanjutnya kau menjadi muridku! Mengertikah kau?!"
"Lopeh .... sayang sekali aku tidak bisa menghianati kepada guruku dengar cara seperti itu.... aku harus setia pada guruku.....!" Kata si Mesum akhirnya.
"Hemmm, benar-benar keras kepala kau!!" Teriak si pengemis dengan suara yang nyaiing. "Aku sudah, bilang kau mau atau tidak, tetap saja kau harus menjadi muridku!!"
Si Mesum menggeleng. "Menyesal sekali Lopeh, sebelum ketemu dengan guruku, aku tidak berani menerima tawaran Lopeh, untuk mengangkat Lopeh menjadi guruku !"
"Hemmm, jadi kau menolak tawaranku itu!!" Menegasi si pengemis.
Si Mesum mengangguk dengan ragu-ragu.
"Nanti jika guruku mengijinkan, tentu aku bersedia mengangkat Lopeh menjadi guruku !"
"Tidak!" Tiba tiba si pengemis berseru begitu "Aku tidak mau buang buang waktu! Sekarang juga aku ingin mendengar jawabanmu yang pasti! Dua pilihanmu, kau mau menjadi muridku atau memang menolak tawaranku itu !"
"Lopeh....?!" Si pengemis tidak perdulikan sikap si bocah, dia meneruskan kata-katanya : "Hemmm, kalau kau mau menjadi muridku, berarti engkau akan hidup senang. Kau jangan melihat bahwa aku ini pengemis, tapi aku memiliki uang sangat banyak ! Tapi, kalau kau menolak menjadi muridku, hemmm, hemm, berarti kau mencari susah untuk dirimu sendiri! Lebih baik kau ku-mampusi saja, agar si pendeta pun tidak bisa mengambil kau sebagai muridnya!!"
Muka si Mesum berobah pucat.
"Lopeh....dengar dulu....!"
"Tidak!! Aku tidak mau mendengar alasan mu ! Aku hanya memberikan kau dua pilihan itu, silahkan kau memutuskannya sendiri!"
Benar-benar si Mesum jadi bingung.
"Kalau begitu...kalau begitu.... berikanlah waktu beberapa hari kepadaku... untuk mengambil keputusan...." Kata si bocah dengan suara tidak lancar.
Namun si pengemis menggeleng. "Tidak! Aku mau mendengarnya sekarang juga !" Katanya. "Kau terima atau menolak!"
"Tapi Lopeh....!"
"Cepat putuskan, apakah kau menerima tawaranku atau memang kau memilih mampus saja ?!"
Waktu berkata begitu, muka si Mesum tampak merah padam menyeramkan sekali.
Hati si Mesum jadi tergetar keras. Dia menyadari, pengemis ini pasti tidak main-main dengan ancaman, sekali saja dia menyatakan bahwa dia menolak tawaran si pengemis, untuk mengangkatnya menjadi gurunya, niscaya dia akan dibinasakan oleh pengemis itu. Karenanya juga, dia telah berkata dengan suara ragu-ragu : "Lopeh sebenarnya, aku sulit sekali memutuskannya sekarang!! Tapi, karena Lopeh mendesak dan memaksa aku memutuskannya sekarang, baiklah ! Perlu kuberitahukan kepada Lopeh, bahwa aku telah menjadi murid Li Put Hweshio, sebagai seorang murid, aku harus setia pada guruku...karenanya juga sebelum memperoleh ijinnya, aku tidak berani sembarangan mengangkat guru lainnya!! Lain kalau memang guruku itu mati, barulah aku bebas bisa mengangkat guru lainnya!!"
"Hemm, kau terlalu banyak bicara!!" Kata si pengemis dengan wajah yang tetap bengis. "Baiklah ! Jelasnya kau menolak tawaranku, bukan?"
Si bocah mengangguk. Dia jadi nekad.
"Benar, Lopeh ... terpaksa aku harus tetap setia kepada guruku!! Kalau memang sekali ini aku menghianati guruku, tentu kelak akupun bisa menghianati Lopeh, kalau menjadi guruku. Bisa saja aku tidak setia kepada Lopeh. Walau pun bagaimana aku harus tetap setia pada guruku....!"
Muka si pengemis merah padam.
"Baik ! Baik ! Kalau begitu kau memang mencari kematian untukmu sendiri!!"
Setelah barkata begitu, si pengemis menghampiri.
Hati si Mesum tergoncang, namun dia nekad. Dia memejamkan matanya. Di dalam hatinya dia berpikir ."Biarlah aku mati ...hemmm sekali saja dia menghajar kepalaku, berarti aku mati. Walaupun bagaimana aku harus mempertahankan kesetiaanku pada guruku ! Mana boleh aku menghianatinya....!"
Karena berpikir begitu, hati si bocah jadi lebih tenang dibandingkan dengan sebelumnya, biarpun di waktu itu dia tengah menghadapi maut.
Si pengemis menghampiri sudah dekat. Melihat si bocah memejamkan matanya seakan juga buat menerima kematian, diam-diam hatinya jadi kagum juga. Dia kagum karena kesetiaan bocah ini terhadap gurunya.
"Hemmm, Mesum !" Tiba-tiba dia memanggil dangan suara yang nyaring sekali.
Si Mesum tersentak. "Ya Lopeh?!" Tanyanya sambil membuka matanya dan mengawasi pengemis itu.
"Apakah benar benar keputusamnu itu tidak bisa dirobah lagi?!"Tanya si pengemis.
Si bocah ragu-ragu. namun akhirnya dia mengangguk.
"Ya, Lopeh....memang aku tidak bisa mengkhianati guruku....aku harus tetap setia....!" Menyahuti si bocah. Sekarang dia jauh lebih berani dari sebelumnya, malah dia menyahuti sambil tersenyum tenang, tidak takut-takut lagi seperti tadi.
Si pengemis menghela napas dalam-dalam.
"Apakah kau tidak akan menyesal ?!"
Si Mesum menggeleng, "Masih ada waktu sedikit buat kau pikir-pikir dulu tentang keputusanmu itu,...kau masih memiliki kesempatan buat merubah keputusanmu itu !" Kata si pengemis lagi.
Tapi, si Mesum tetap dengan keputusannya, karena itu dia telah menggeleng lagi sambil katanya : "Keputusanku telah tetap, Lopeh.... sungguh, walaupun harus mati, tapi aku harus mempertahankan kesetiaanku kepada guruku!!"
"Benar-benar kau tidak akan menyesal mati dengan cara seperti ini ?!" Menegasi si pengemis sekali lagi.
"Tidak Lopeh ...aku tidak akan menyesal!!" Menyahuti si bocah dengan suara yang tenang, sepasang matanya telah dipejamkan lagi.
Si pengemis habis daya untuk membujuk si bocah. Dia juga tersinggung dan mendongkol karena sikap si bocah.
"Baiklah!! Kau sendiri yang mencari kematianmu ...!" Katanya dengan suara menggumam.
Tangan si pengemis diangkatnya tinggi-tinggi dan siap menghantam kepala si bocah.
Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si Mesum tetap memejamkan matanya, walaupun hatinya agak berdebar, tokh dia sudah tetap dengan keputusannya, bahwa dia tidak akan menuruti keinginan si pengemis. Dia akan tetap setia pada gurunya, yaitu Li Put Hweshio.
Tangan si pengemis meluncur, menghantam kepala si bocah. Dia merasakan kepalanya seperti dihantam martil, seketika matanya jadi gelap, malah dia pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi, tubuhnya terkulai di lantai....
Si pengemis berdiri mematung, dia menghela napas berulangkali. Bukan main kagumnya dia menyaksikan kesetiaan yang dimiliki bocah itu, walaupun dia diancam oleh maut, tokh tetap saja dia memperlihatkan dan menunjukkan kesetiaannya itu terhadap gurunya, Li Put Hweshio ....
..dewikz.. DENGAN sikap yang hormat dan wajah yang diliputi perasaan kagum, si pengemis berlutut di hadapan Kauwcu cantik yang pernah menghukum si nenek dan si kakek.
"Dia seorang anak yang hebat, Kauwcu!" Si pengemis melaporkan apa yang telah dialaminya. "Dia tetap setia kepada gurunya...!!"
Kauwcu itu mengangguk. "Bagus! Kalau demikian, kau tentunya tertarik sekali untuk menjadikan bocah itu menjadi murid mu, Giam In Kay ?!"
Pengemis itu, mengangguk "Kalau begitu, biarlah aku pergi membunuh Li Put Hweshio ...karena bocah itu tadi bilang, kalau memang gurunya telah mampus, barulah dia akan mau menuruti perintahku, untuk mengangkat aku menjadi gurunya! Aku minta ijin dari Kauwcu !"
Si Kawucu menggeleng. "Jangan Giam In Kay!!" Katanya sambil menghela napas, barulah kemudian dia meneruskan perkataannya "Sekarang ini kau memiliki tugas yang berat. Pertama, tenagamu sedang dibutuhkan benar, untuk dalam satu dua hari lagi kita menghadapi si Rase Terbang disamping itu masih ada urusan penting, yaitu kudengar ada sepasang muda mudi, seorang gadis dan seorang pemuda, yang telah melakukan perjalanan dari Thian San..... Justeru mereka membawa semacam persoalan yang bisa menggoncangkan rimba persilatan! Mereka membawa perintah seorang tokoh rimba persilatan, dan perintah itu bisa membuat golongan hitam terdesak oleh golongan Putih....."
"Siapakah sepasang muda-mudi itu, Kauwcu?"
"Sekarang ini tidak begitu penting, tapi tidak lama lagi mereka berdua merupakan sumber dari usaha kita ini ! Di tangan mereka itulah akan terdapat keberhasilan atau keputusan Sah Tok Kauw...!"
"Mengapa begitu, Kauwcu ?!"
Kauwcu itu menghela napas dalam dalam.
"Kalau memang kita bisa menguasai dan menundukkan pemuda dan gadis itu, niscaya mereka akan membawa keuntungan tidak kecil buat kita! Pada mereka terdapat banyak rahasia rimba persilatan yang kita butuhkan !"
"Kalau begitu, biarlah aku pergi menangkap mereka berdua?" Kata si pengemis bersemangat.
"Jangan.... sudah ada orang-orang kita yang selalu mengikuti dan memperhatikan mereka ! Kau jangan kuatir Giam In Kay, mereka tidak akan lolos dari tangan kita!! Sekarang ini, yang terpenting sekali, kita harus bisa menghadapi si Rase Terbang, agar pedang mustika itu jatuh ke tangan kita! Dengan berbasilnya kita merampas pedang mustika itu, hemm, hemmm, di dalam rimba persilatan tentunya Sah Tok Kauw merupakan satu-satunya perkumpulan yang paling berpengaruh! Sekarang ini kau tenang-tenang saja membujuk bocah itu, agar dia mau menjadi muridmu ! Kau jangan mengambil sikap keras, tapi bujuklah agar dia mau tunduk padamu !"
Giam In Kay segera menjurah memberi hormat kepada Kauwcunya, dia bilang :"Terima kasih atas petunjuk yang telah diberikan Kauwcu ! Aku akan berusaha agar bocah itu mau menjadi muridku !"
"Bagus....pergilah kau mengurusnya!! Dan ingat, jangan sekali-sekali tanpa perintahku, kau pergi mencari Li Put Hweshio....!"
"Tidak Kauwcu....tentu saja aku harus mematuhi semua petunjuk Kauwcu!"Kata si pengemis.
"Bagus!! Kau pergilah mengurus bocah itu. mungkin dia sudah siuman ! Kau juga harus memberikan padanya makan dan minum yang cukup ! Dia adalah calon muridmu....!"
Si pengemis mengiyakan. dia mengundurkan diri dari hadapan Kauwcu itu....
...dewikz... SI MESUM merasakan kepalanya sakit bukan main waktu dia siuman. Betapapun juga, kepalanya yang terkena pukulan tangan si pengemis menimbulkan rasa sakit yang tidak terkira, dia merasakan kepalanya seperti bonyok dan benjol.
Si mesum tidak menyadari, kalau tadi Giam In Kay, memukul dengan merupakan tenaga dalamnya, sekarang ini dia sudah tidak hidup terus...! Justeru Giam In Kay cuma memukul tanpa mempergunakan tenaga. Waktu dia menggerakkan tangannya, di saat tangannya itu meluncur turun, hatinya diliputi oleh perasaan kagumnya terhadap kesetiaan si bocah terhadap gurunya. Maka dia menarik pulang seluruh tenaganya, walaupun tangannya menghantam kepala si bocah tidak sampai hancur remuk.
Perlahan-lahan si bocah membuka matanya, dia melihat segala apa di hadapannya seperti berputar-putar.
Pusing sekali...matanya berkunang-kunang. Waktu itu, tampak si bocah memejamkan matanya berulangkali, dia berusaha untuk memulihkan penglihatannya. Namun.... matanya tetap berkunang-kunang.
Tanpa diinginkan, waktu itu si bocah jadi mengeluh juga. Dia merebah kepalanya. Sakit sekali...
Setelah menahan sakitnya dan merangkak, si bocah berhasil untuk duduk. Dia diam sejenak. Dia mengawasi sekeliling kamar.
Tidak ada orang lain, hanya dia seorang diri di dalam kamar itu. Entah kemana perginya pengemis yang galak itu, yang mau mengangkat dia menjadi muridnya.
Si Mesum mengeluh lagi. Dia menyesal, mengapa si pengemis tidak menghantam remuk kepalanya, sehingga dia tidak perlu hidup lagi.
Sekarang, walaupun dia masih hidup, dia yakin pasti akan membuat dia menderita, niscaya akan membuat dia sengsara...
Sedang si bocah termenung dengan menahan sakit pada kepalanya, tiba-tiba pintu terbuka.
Si Mesum menoleh. Yang masuk si pengemis yang galak tadi, tetapi sekarang pengemis itu melangkah masuk ke dalam kamar itu dengan senyum yang lebar, sama sekali tidak tampak sikap galaknya.
"Eh.... kau sudah bangun dari tidurmu ?!" Tanya si pengemis sambil menutup daun pintu lagi. "Tadi kau tidur terlalu lama sekali ....!"
Si bocah jadi kecut hatinya, diam-diam dia berpikir : Entah si pengemis akan menyiksa dia dengan apa lagi!
Si pengemis menghampiri si Mesum.
"Mesum !" Kata si pengemis. "Kau benar-benar hebat!"
Si Mesum jadi heran, tercengang mendengar pujian si pengemis.
"Lopeh..." Kata si bocah, yang tidak bisa meneruskan kata-katanya, sebab dia memang bingung, tidak tahu juga apa yang harus dikatakannya.
Si pengemis duduk di depan si Mesum.
"Mesum... kau tadi telah memberitahukan segalanya dengan jujur ! Aku percaya bahwa kau tidak mengetahui siapa orang tuamu, Tidak ingat namamu dan tidak tahu asal usulmu, aku mau mempercayai..!"
"Lopeh.. apakah.. aku akan dibebaskan ?!" Tanya si Mesum kemudian dengan suara tidak lancar, hatinva terhibur juga.
Si pengemis mengangguk. "Tentu ! Tentu ! Siapa yang mau menahanmu ?! Kalau memang kau mau pergi meninggalkan tempat ini, tentu saja kau boleh pergi dengan bebas....!" Kata si pengemis.
"Ooooo, benarkah Lopeh ?!"
Si pengemis mengangguk. "Ya.... tentu saja, karena kau memang berhak pergi kemana kau mau pergi....sekarang ini, aku tidak berani menyiksamu lagi, karena aku sudah mengetahui bahwa kau adalah seorang hebat, yang selalu setia kepada gurumu !"
"Ooooo. terima kasih, Lopeh ! Terima kasih!" Berseru si Mesum, yang girang bukan main. "Maaf Lopeh, tadi aku berlaku kurang ajar dan tidak sopan padamu, karena kukira kau bukanlah seorang yang baik! Siapa tahu, ternyata kau adalah seorang yang sangat baik...!"
Si pengemis tersenyum. "Sekarang kau beristirahatlah, ..nanti aku akan ambilkan makanan untukmu !" Kata Giam In Kay.
"Oooo, jangan merepotkan Lopeh.... lihatlah itu masih ada sisa makanan !" Kata si Mesum sambil menunjuk ke tumpukan sisa makanan yang pernah diberikan si nenek tua yang pernah mau menyembelihnya.
Si pengemis tertawa. "Itu makanan yang sudah tidak sedap lagi ! Kau tunggulah sebentar! Aku akan mengambilkan makanan yang baru dan lezat-lezat untukmu !" Kata si pengemis. Malah, dia sudah melompat berdiri....dia juga sudah melangkah lebar meninggalkan kamar itu.
Si Mesum berdiam saja, dia telah tertegun oleh perubahan sikap si pengemis. Hampir saja dia tidak mempercayainya, pengemis yang semula begitu galak, sekarang jadi begitu baik. Ditunggunya kedatangan si pengemis. Memang tidak lama, karena sudah dilihatnya Giam In Kay kembali dengan kedua tangannya membawa makanan bermacam-macam dan cukup banyak.
"Ayo, dimakan !" Kata si pengemis sambil meletakkan makanan itu di depan si Mesum.
Si Mesum mengucapkan terima kasih, dia segera melahap makanan yang disediakan si pengemis.
Si pengemis itu cuma mengawasi sambil tersenyum saja, betapa si bocah makan dengan wajah berseri-seri.
"Tentunya gurumu sangat sayang padamu?!" Tanya si pengem?s lagi.
Si Mesum menunda makannya, mengangguk. "Benar Lopeh.... Menurut cerita beberapa orang rimba persilatan guruku itu adalah seorang kukoay, yang ditakuti orang, karena tangannya suka telengas. Tapi terhadapku, guruku itu sangat baik dan manis sekali sikapnya...."
"Hemm, memang tidak salah apa yang kau bilang, gurumu itu seorang yang kurang baik hatinya ! Dia sering berlaku agak kejam terhadap lawan-lawannya!"Membenarkan si pengemis.
"Jadi....memang benar guruku itu selalu bertindak kejam terhadap lawan-lawannya ?"
"Benar.,.! Dan, bolehkah sekarang kuketahui, apa saja yang diajarkannya kepadamu?!"
"Banyak. Lopeh....bermacam-macam ilmu dan jurus....." Kata si Mesum.
"Hemm apakah selama kau menjadi muridnya, kau selalu merasa senang ?!"
"Benar Lopeh!!"
"Sekarang gurumu berada di mana ?!"
Si mesum tertegun sejenak, dia tampak bimbang. Namun akhirnya dia pikir, bukankah si pengemis bersikap baik padanya, maka dia tidak pantas untuk mendustai si pengemis.
"Sekarang guruku berada di sebuah rumah penginapan!!" Menjelaskan si Mesum.
"Ya.... aneh juga !" Kata si pengemis.
Si Mesum mengawasi si pengemis.
"Apanya yang aneh, Lopeh ?!"
"Kau sudah beberapa saat berada di sini, tapi....aneh sekali mengapa gurumu tidak mencarimu ?!"
Si Mesum menghela napas dalam-dalam. Wajahnya jadi murung.
"Kenapa,, Mesum?!" Tanya si pengemis.
"Dia sedang terluka....!" Menjelaskan si Mesum. "Malah, sekarang ini entah bagaimana keadaannya.., waktu aku pergi meninggalkannya, dia tengah terancam untuk lumpuh....!"
"Oooo, jadi Li Put Hweshio tengah terluka di dalam yang berat?" Tanya si pengemis.
Si Mesum mengangguk. "Benar Lopeh....katanya kalau Suhuku itu bisa memperoleh dan memakan Swat-lian dari pegunungan Thian San, tentu dia akan sembuh dan tidak akan lumpuh!"
"Swat Lian!!" "Ya.... katanya kalau memang Swat Lian itu diperoleh, selain Suhuku tidak menjadi lumpuh, juga tidak akan kehilangan ilmu silatnya!"
Si pengemis terdiam, sepasang alisnya berkerut, seakan juga memang dia tengah memikirkan sesuatu.
Si Mesum memperhatikan si pengemis itu.
"Lopeh!?" Panggilnya.
Si pengemis menoleh. "Ya?" "Aku ingin bertanya sesuatu kepada Lopeh, apakah Lopeh mau menjelaskan atau tidak?"
"Tanyakanlah !"
"Apakah Lopeh mempunyai sahabat-sahabat yang sekiranya memiliki Swat Lian ?!"
Si pengemis tidak segera menyahuti, dia terdiam sejenak. Namun akhirnya dia bilang "Ku kira, salah seorang dari sahabatku, memiliki Swat Lian itu. Namun....ini pun tidak bisa kupastikan, apakah Swat Lian yang dimilikinya itu sudah dipergunakannya atau belum....!"
Muka si Mesum jadi berseri-seri.
"Maukah Lopeh menolongi keselamatan guruku?"
Si pengemis tersenyum. "Tentu! Tentu!! Kalau memang aku bisa menolongnya, mengapa aku tidak mau menolongnya?!"
"Oooo, terima kasih Lopeh! Terima kasih!!" Kata si Mesum, sambil menyusut minyak di mulutnya, kemudian merangkapkan kedua tangannya, memberi hormat kepada si pengemis;
Giam in Kay telah cepat cepat menolak pemberian si bocah. Dia bilang ."Jangan berterima kasih dulu....bukankah aku belum lagi bisa menolongi gurumu? Kalau nanti aku sudah menolongi gurumu, barulah di saat itu kau boleh mengucapkan terima kasih sejuta kali !"
Si Mesum tersenyum. Sekarang, hatinya jadi riang. Kesan buruknya terhadap si pengemis lenyap. Mereka bisa bercakap cakap dengan akrab.
"Mengapa Lopeh berpakaian seperti pengemis !" Tanya si Mesum sambil meneruskan makannya. "Bukankah Lopeh pernah bilang, bahwa Lopeh memiliki banyak uang ?!"
Si pengemis tersenyum. "Ini peraturan partaiku, setiap murid dan anggota dari partaiku, harus mengenakan pakaian penuh tambal sulam dan bekerja sebagai seorang pengemis !"
"Mengapa begitu, Lopeh ?!"
"Karena....memang sudah menjadi peraturan rumah tangga perguruanku, walaupun memiliki harta yang banyak dan kaya-raya, tetap saja seorang anggota dan murid dari pintu perguruan harus mengenakan pakaian penuh tambal sulam !"
"Oooo, jadi selamanya Lopeh harus berpakaian sebagai seorang pengemis ?!"
"Benar." "Kalau memang suatu saat Lopeh tidak mati menjadi pengemis lagi, bosan dan juga ingin hidup senang, apakah akan memperoleh kesulitan?"
Pengemis itu mengangguk. "Tentu saja akan menerima hukuman yang sangat berat sekali.." Menjelaskan si pengemis.
"Mengapa begitu ?"
"Karena perbuatan seperti itu sama saja dengan penghianatan terhadap pintu perguruan!! Hukumannya juga berat sekali, yaitu dibikin cacad tubuh kita, juga harus menerima hukuman dimusnahkan seluruh ilmu silatnya!"
"Begitu keraskah peraturan di pintu perguruan Lopeh ? Apa nama pintu perguruan Lopeh ?!"
Si pengemis ragu-ragu, namun akhirnya dia menyahuti juga.
"Kaypang.." "Kaypang ?" "Ya....kenapa kau tampaknya heran ?"
"Guruku pernah menceritakan bahwa Kay-pang merupakan perkumpulan pengemis-pengemis. tapi anggota-anggota Kaypang justeru banyak sekali yang jadi pendekar besar, karena hampir semua tokoh Kaypang melakukan perbuatan baik, membela yang lemah dan menindas kejahatan!! Kalau begitu....Lopeh adalah salah seorang yang sangat baik....kau adalah seorang pendekar....!!"
Si pengemis tersenyum. "Ya....memang semua orang hanya mengetahui Kaypang merupakan perguruan yang muridnya semua terdiri pengemis-pengemis miskin belaka, yang selalu di sebut-sebut sebagai pendekar...! Hemm ! Hebat ! Justeru aku tidak sependapat dengan mereka!"
"Mengapa begitu, Lopeh ?!"
"Aku justeru sudah meninggalkan Kaypang sejak lima tahun yang lalu !"
"Ooo, Lopeh sudah meninggalkan Kaypang?"
"Ya....! Kini aku sudah menjadi anggota Sah Tok Kauw!!"
"Oooo, jadi....jadi benar Kauwcu yang kemarin kemari adalah Kauwcu dari Sah Tok Kauw ?!"Tanya si Mesum.
Si pengemis tersenyum sambil mengangguk "Memang kami adalah orang orang Sah Tok Cauw ! Hemmm, dulu, waktu menjadi anggota Kaypang, aku sudah bekerja keras untuk mengangkat nama baik Kaypang, namun apa yang kuterima? Hinaan ? Mereka memfitnah aku hendak menggulingkan kedudukan Pangcu... merebut kekuasaan di Kaypang. Karena itu aku kecewa, aku meninggalkan Kaypang dan masuk sebagai anggota Sah Tok Kauw!!"
"Mungkin waktu itu terjadi salah paham diantara sesama seperguruan Lopeh ?!" Tanya si Mesum.
Si pengemis menggeleng. "Tidak......... itu merupakan persoalan yang tidak baik, dan mereka selalu ingin menyudutkan aku. Karenanya, aku telah meninggalkan Kaypang dan masuk sebagai anggota Sah Tok Kauw !"
"Namun.... Lopeh masih juga mengenakan pakaian penuh tambal sulam, sebagai..sebagai."
"Sebagai murid Kaypang? Sebagai pengemis?" Tanya si pengemis sambil menghela napas dalam-dalam
Si Mesum mengangguk. "Benar Lopeh ...!" Menyahuti si bocah.
"Ini memiliki alasan sendiri!" menjelaskan si pengemis.
"Alasan apa, Lopeh....?!"
"Karena Sah Tok Kauw memiliki peraturan, setiap anggota yang baru diterima dalam perkumpulan tetsebut, harus tetap dengan keadaannya semula, harus tetap ketika dia masih menjadi murid dari pintu perguruan asal mulanya dia belajar ilmu silat!! Karena aku berasal dan Kaypang, maka aku harus tetap sebagai pengemis. Jika ada pendeta Siauw Lim Sie yang mau masuk menjadi anggota Sah Tok Kauw, pendeta itupun harus tetap menjadi pendeta. Dengan demikian, memperlihatkan betapa Sah Tok Kauw merupakan sebuah perkumpulan besar, yang memiliki anggota dari berbagai kalangan!"
Si Mesum baru mengerti setelah menerima penjelasan itu dari si pengemis. Dia cuma mengangguk-angguk saja dan mulai meneruskan makanannya.
Si pengemis hanya berdiam diri. Barulah kemudian setelah melihat si bocah selesai makan, dia bilang : "Sekarang pergilah kau tidur.., untuk memulihkan semangatmu ! Besok ! kalau memang kau masih mau pulang kegurumu, aku yang akan mengantarkannya !"
Gembira hati si bocah. Dia mengucapkan terima kasih atas kebaikan si pengemis. Dia sekarang yakin, bahwa si pengemis bukanlah seorang yang jahat. Dia mau mempercayai janji si pengemis, bahwa besok dia akan diantarkan pulang ketempat gurunya.
Hanya ada satu perasaan yang membuat si Mesum tidak tenang. Selelah dia memperoleh kesan baik pada si pengemis, dia jadi kurang enak hati kalau menolak permintaan si pengemis agar dia mengangkat Gam In Kay menjadi gurunya.
"Tapi tetap saja tidak bisa aku menerima permintaannya untuk mengangkatnya menjadi guruku, karena akupun tidak bisa menghianati guruku, harus tetap setia! Lain kalau memang guruku sudah mengijinkan boleh mengangkat seorang guru lainnya, mungkin aku bisa mengangkat pengemis tua itu menjadi guruku!!"
Sambil berpikir begitu si Mesum memejamkan matanya. Dia coba tidur lagi. Namun tetap saja tidak bisa tertidur, pikirannya menerawang dan dia selalu teringat berbagai persoalan yarg baru dialaminya. Terlebih lagi dia sering merasakan kepalanya yang pernah terpukul oleh si pengemis, masih sakit dan dia jadi sering merubah rebahnya.
Di luar tahu si bocah sesungguhnya Giam In Kay selalu mengintai dari luar kamar. Dari cela-cela jendela dia mengawasi tingkah laku si becah. Dia sesungguhnya ingin sekali si bocah menjadi muridnya. Tapi rupanya memang tidak mudah untuk membujuk bocah itu mau menjadi muridnya,.
"Nanti pasti dia akan menjadi muridku! Biarlah! Kebetulan sekali sekarang Li Put Hweshio tengah terluka di dalam yang hebat. Besok aku akan mengantarkan bocah kembali padanya, kesempatan ini akan kupergunakan untuk meminta langsung pada si pendeta gundul itu, agar dia mau menyerahkan muridnya buat dididik olehku...!"
Setelah berpikir begitu, Giam In Kay tersenyum sendirinya, diapun terus juga mengintai ke dalam kamar di mana si Mesum berada, untuk mengetahui tingkah laku si bocah, juga untuk mengetahui apa saja yang akan dilakukan si Mesum, selama berada seorang diri di dalam kamar tersebut...
--dewikz... RUPANYA memang Giam In Kay membuktikan janjinya, yang ditepatinya, yaitu ingin mengantarkan si Mesum kembali pada gurunya Li Put Hweshio.
Tentu saja si Mesum jadi girang bukan main. Waktu si pengemis menjemputnya, dia mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya tidak terhingga.
"Apakah tidak perlu pamitan dulu pada Kauwcu Sah Tok Kauw ?!" Tanya si bocah waktu si pengemis mengajaknya untuk berlalu.
"Tidak....aku sudah memberitahukan bahwa aku ingin mengantarkan kau pulang pada gurumu!" Kata si pengemis.
Ternyata si bocah berada di rumah yang sangat luas dan besar. Karena, dengan digendong si pengemis, dia harus melewati banyak sekali kamar. Namun keadaan di situ sangat sepi sekali.
Si pengemis mengambil sikap seakan tidak mengetahui bahwa sesungguhnya si Mesum tengah memperhatikan keadaan gedung itu;
Setelah melewati tembok warna hitam yang tinggi sekali dan berada diluar gedung, si Mesum diturunkan dari gendongan si pengemis.
"Di mana penginapan tempat gurumu berada ?" tanya Giam In Kay ssmbil mengawasi si bocah.
Keruan saja si Mesum jadi bingung. "Rumah penginapan itu berada di dalam kota....entah terpisah berapa jauh diri tempat ini."
Si pengemis mengangguk. "Kalau begitu biarlah kau kugendong, agar kita bisa tiba di dalam kota lebih cepat lagi !" Kata Giam In Kay.
Si Mesum menyahuti. Pinggangnya dilingkari tangan si pengemis, tahu-tahu tubuhnya terangkat dan melayang, dibawa lari pesat sekali oleh si pengemis itu.
Diam-diam si bocah jadi kagum tidak terkira, karena si pengemis berlari seperti terbang saja.
"Hebat ginkang pengemis ini....mungkin kepandaiannya tidak berada dibawah kepandaian suhu!!" Pikir si Mesum. "Sayangnya aku sudah mempunyai guru, kalau tidak pasti aku senang sekah bisa menjadi muridnya....?"
Giam In Kay sengaja memperlihatkan kehebatan ginkangnya, dia sengaja berlari pesat, agar si Mesum mengagumi kepandaiannya, agar hati si bocah tergerak. Si pengemis juga berpikir di dalam hatinya :"Hemm, tampaknya bocah ini memang seorang murid yang cukup baik..... kalau saja pendeta gundul itu mau menyerahkannya kepadaku, agar menjadi muridku. hemm, hemm, aku sangat puas sekali!!"
Hanya saja, yang membuat si pengemis masih diliputi tanda tanya dan perasaan heran, ialah si bocah tidak mengetahui siapa orang tuanya, tidak ingat namanya dan tidak tau asal-usulnya. Entah apa yang telah terjadi pada diri si Mesum ini beberapa waktu yang lalu?
Setelah berlari cepat beberapa saat, tibalah mereka di dalam kota. Si Mesum segera mengajak si pengemis ke rumah penginapan diamana gurunya bertiga dengan Auwyang Jin dan Thio Kiong Yan berada.
Tapi betapa kecewanya si bocah, ketika tiba di rumah penginapan itu Gurunya dan Thio Kiong Yan maupun Auwyang Jin sudah tidak berada di rumah penginapan tersebut.
Bukan main sedihnya si mesum.
Si pangemis cepat-cepat menghiburnya, dia menyatakan ikut menyesal karena guru si bocah telah berangkat pergi. Padahal, di dalam hatinya si pengemis bersorak girang.
"Sudahlah Mesum, kau jangan sedih !" Hibur si pengemis sambil menepuk-nepuk pundak si bocah.
"Tapi Lopeh....kemana aku harus mencari guruku...?!" Tanya si bocah dengan suara tidak lancar karena berduka. "Dia...Suhuku juga keadaan terluka...apakah...apakah dia telah dicelakai seseorang ?!"
Si pengemis menggeleng. "Kau jangan menduga yang tidak-tidak.... gurumu liehay, walaupun dia sedang terluka, tidak mudah orang mencelakainya! Nanti aku membantumu untuk mencari gurumu!"
"Ohh....benar-benar aku selalu merepot Lopeh.."
"Tidak apa-apa.... Aku akan membantumu mengelilingi kota ini untuk mencari gurumu!"
"Terima kasih Lopeh !"
Begitulah, mereka berdua mengelilingi kota tersebut mencari jejak Li Put Hweshio.
Tapi orang yang mereka cari tidak juga berhasil ditemukan. Begitu pula Thio King Yan dan Auwyang Jin, tidak terlihat mata hidungnya.
Si Mesum jadi berduka. Entah pergi kemana ketiga orang itu ? Dan dia jadi sedih sekali, sampai menitikkan air mata.
Si pengemis menghiburnya terus, dan juga mengajak dia makan.
"Ayo, biar hati sedih, tapi kau harus makan yang cukup! "Kata si pengemis menganjurkan si Mesum agar makan dengan nafsu. "Nanti kau masuk angin dan sakit, bukankah akan lebih repot lagi?!"
Si bocah merasa berterima kasih pada Giam In Kay, dia memperoleh kenyataan pengemis ini sangat baik sekali terhadapnya.
"Kau jangan bingung. Mesum, selama belum berhasil mencari gurumu, kau boleh tinggal dimarkas Sah Tok Kauw, kukira Kauwcu Juga tidak akan keberatan mengijinkan kau tinggal bersama kami....!"
"Tapi Lopeh....apakah tidak terlalu merepotkan Lopeh ?!" Tanya si bocah.
"Tentu tidak, kalau memang akan merepotkan mengapa aku harus repot-repot menganjurkan kau tinggal bersama kami ?!"
"Terima kasih Lopeh.....!"Tapi baru saja dia berkata begitu, si bocah teringat sesuatu, Mukanya seketika jadi pucat.
"Lopeh....! "Suaranya tergetar.
"Kenapa kau, Mesum ?"
"Aku ...aku tidak jadi di markas Sah Tok Kauw ! Biarlah aku pergi sendiri mencari guru ku"
"Kenapa mendadak kau merubah keputusan mu?"
"Aku....aku takut, Lopeh ?!"
"Takut ? Takut pada siapa 7!"
"Pada seorang nenek dan seorang kakek, mereka anggota Sah Tok Kauw mereka yang menawanku, mereka yang hendak menyembelih dan memasakku, karena mereka pemakan daging manusia! Justeru aku takut, kalau aku tetap tinggal di markas Sah Tok Kauw, mereka akan coba menyembelih aku lagi."
Si pengemis tertawa bergelak-gelek. "Memang nenek dan kakek tidak tahu diri itu pemakan daging manusia, itu sudah menjadi kebiasaan mereka dan kami tidak bisa bilang apa-apa. Hanya Kauwcu kami yang bisa membendung kebiasaan mereka!! Namun sekarang ada aku di dekatmu, tentu mereka tidak berani bertindak yang bukan-bukan!!".
Si Mesum masih ragu-ragu. Si pengemis menepuk pundaknya sambil tertawa,
"Sudahlah Mesum, kau tidak perlu takut!! Kalau memang nenek dan kakek tua bangka itu berani mengganggu selembar rambutmu saja, mereka akan kuhajar mampus!! Kau percaya padaku, tidak nanti ada orang yang berani mengganggumu."
Mendengar janji si pengemis, yang memperlihatkan perhatian yang besar padanya, hati si Mesum agak tenang.
"Baiklah Lopeh....... terima kasih atas kebaikan hati Lopeh !"
"Entah sudah berapa ratus kali kau selalu mengucapkan terima kasih kepadaku....!" Kata si pengemis sambil tertawa. "Ayo.. sekarang makanlah yang kenyang, sebentar lagi kita akan mencari gurumu itu....kukira mereka belum pergi terlalu jauh !"
Si Mesum mengangguk dan mengiyakan, dia melahap makanannya dengan cepat, karena hatinya terhibur oleh janji si pengemis.
Selesai makan, memang benar-benar si pengemis mengajak si Mesum mengelilingi kota itu, bahkan mereka mencari di luar pintu kota. Namun, Li Put Hweshio maupun Thio Ki-Ong Yan dan Auwyang Jin tidak berhasil mereka temukan jejaknya. Bahkan, biarpun mereka sudah bertanya-tanya kepada orang orang yang mereka duga mungkin melihat ketiga orang yang tengah dicari mereka, namun jawabannya selalu sama, bahwa mereka tidak melihat orang yang tengah dicari si bocah maupun si pengemis.
Sebetulnya, si pengemis bukannya tidak mengetahui kepergian Li Put Hweshio, yang meninggalkan rumah penginapan itu bersama Thio Kiong Yan dan Auwyang Jin. Anak buah Sah Tok Kauw yang memang ditempatkan dirumah penginapan itu mengawasi gerak-gerik Thio Ki-Ong Yan, Auwyang Jin dan si pendeta Li Put Hweshio justeru telah melaporkan tentang kepergian si pendeta pagi tadi. Maka dari itu, kalau si pengemis sungguh-sungguh ingin mempertemukan si Mesum dengan gurunya, dia akan dapat melakukannya dengan mudah, karena dia pun sudah dilaporkan anak buah Sah Tok Kauw kemana perginya ketiga orang itu. Justeru si pengemis sengaja mengajak si Mesum mutar-mutar, pura-pura saja mencari jejak ketiga orang itu. Dan akhirnya mengajak si Mesum kembali kemarkas Sah Tok Kauw waktu hari sudah malam.
Si Mesum sudah tidak ada pilihan lagi, dia menerima ajakan Giam In Kay untuk kembali ke markas Sah Tok Kauw...
...dewi...kz... SI MESUM memperoleh kamar di sebelah kamar si pengemis. Kamar yang tidak begitu besar, tapi bersih sekali.
Malam itu si Mesum ditemani oleh si pengemis, yang bercerita tentang keadaan dunia persilatan.
Terhibur juga hati si Mesum, karena si pengemis memang memperlakukan dia sangat baik sekali
Terlebih lagi cerita si pengemis tentang dunia persilatan, yang memang menarik hati, membuat si Mesum jadi terhibur.
Malam itu si Mesum tidur agak gelisah. Dia memikirkan Li Put Hweshio, Thio Kiong Yan dan Auwyang Jin.
Benar-benar si Mesum tidak mengerti, mengapa ketiga orang itu meninggalkan rumah penginapan tersebut. Apakah memang terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan ? Bagaimana keadaan gurunya ? Apakah memang mereka sudah pergi meninggalkan kota ini ?
Banyak sekali tanda-tsnya yang muncul di hati si Mesum, namun sejauh itu tidak juka dia memperoleh jawabannya, hanyalah perasaan si bocah semakin bingung saja.
Keesokan peginya, dia terbangun dari tidurnya dengan pikiran kusut. Untung saja ada Giam In Kay yang selalu mendampingi dan berusaha menghiburnya. Tanpa terasa tiga hari si bocah sudah berada di markas besar Sah Tok Kauw tersebut. Malah, selama tiga hari kesan si Mesum terhadap diri Giam In Kay semakin baik juga.
Giam In Kay melayani semua keperluan si bocah oleh tangannya sendiri. Malah, dia telah membawa si bocah untuk bertemu dengan Kauwcu Sah Tok Kauw. menceritakan kesulitan si Mesum, betapa gurunya sudah meninggalkan kota ttu sehingga si bocah harus menumpang sementara di markas Sah Tok Kauw.
Kauwcu Sah Tok Kauw tidak keberatan dan di depan si Mesum malah sambil tersenyum lebar bilang :"Jika kau mau kumpul dengun kami sampai kapanpun juga, setahun, sepuluh tahun atau lebih lama lagi, kami tentu akan menerima dengan senang hati."
Cepat-cepat si Mesum mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati ketua Sah Tok Kauw tersebut, yang sikapnya jauh lebih manis dari sebelumnya. Mungkin juga ketua Sah Tok Kauw ini memandang muka terang si pengemis, ysng memang sangat memanjakan dan baik terhadap si Mesum.
...dwkz... GIAM IN KAY memang berhasil dengan caranya, untuk lebih mendekati jiwa si bocah dengan sikap baiknya itu. Walaupun bagaimana dia mulai bisa mempengaruhi si Mesum. Memang tujuannya satu, yaitu agar si Mesum mau menjadi muridnya.
Si Mesum sendiri memang semakin merasa berhutang budi pada si pengemis, yang setiap kali memperlakukan dia dengan sangat baik. Bahkan, selama itu si bocah berpikir, kalau memang nanti tidak bertemu gurunya lagi, dia akhirnya pasti bersedia diangkat sebagai murid oleh pengemis itu.
Hanya saja si Mesum masih ingin pergi mencari gurunya beberapa saat lagi untuk memperoleh kepastian bahwa gurunya sudah tidak bisa dicari lagi, barulah dia bersedia untuk menjadi murid pergemis itu.
Giam In Kay sendiri selalu menyatakan pada si Mesum, bahwa dia akan membantu si Mesum untuk mencari Li Put Hweshio. Hanya saja, usaha si pengemis justeru cuma buat meyakinkan si bocah, bahwa dia memang memperlakukan si Mesum dengan sangat baik sekali.
Pagi itu. justeru si pengemis bilang kepada si Mesum :"Tampaknya kau sekarang lebih banyak bersedih hati dan duduk terpekur saja..... maka kukira ada baiknya kalau kau mengawasi waktu senggangmu dengan melatih diri !"
Si Mesum merasa malu ditegur seperti itu.
"Benar juga apa yang kau bilang, Lopeh.... memang ada baiknya aku berlatih diri untuk mengisi waktu luang ini !"
"Benar ! Walaupun aku bukan gurumu, tapi karena melihat kau memiliki bakat yang baik sekali, aku bersedia mewariskan satu dua jurus ilmuku!!" Kata Giam In Kay sambil tersenyum.
Girang si Mesum mendengar maksud baik si pengamis, dia mengucapkan terima kasih. Sedangkan si pengemis sudah mulai menjelaskan beberapa jurus ilmu silatnya. Tentu saja dasar dari ilmu silatnya, agar si bocah bisa mempelajari dengan sebaik-baiknya.
Dugaan si pengemis ternyata tidak meleset, karena si bocah memang memiliki otak yang terang. Dia cerdas sekali, karena dia bisa belajar dengan baik sekali, Apa yang diajarkan Giam In Kay bisa diterimanya dengan cepat dan baik, bahkan dia lebih cepat menguasai ilmu yang diturunkan dan diajarkan Giam In Kay, dibandingkan dengan apa yang diduga Giam In Kay sebelumnya.
Si Mesum sendiri girang, karena dia tidak dipaksa untuk menjadi murid si pengemis walaupun dia diajarkan berbagai ilmu oleh Giam In Kay. Karena itu, dengan demikian berarti dia tidak perlu menghianati si pendeta Li Put Hweshio, gurunya. Dia boleh saja mempelajari ilmu silat si pengemis, bukankah ini memang atas kemauan si pengemis.
Giam In Kay sendiri yakin, bahwa pada akhirnya dia akan dapat menundukkan bocah ini, yang akhirnya pasti mau menjadi muridnya. Dia mendidiknya dengan sabar sekali.
Demikianlah, si Mesum sudah memperoleh tambahan ilmu yang baru, ilmu silat si pengemis, yang sebetulnya bukanlah ilmu yang jelek. Bahkan, dia telah menguasai beberapa Kauw-hoat atau teori ilmu silat si pengemis, yang telah di ingatnya dengan baik. Dan yang perlu dilatihnya kelak hanyalah latihan latiban belaka, agar dia bisa menguasai tetap jurus ilmu silat tersebut.
Memang pada dasarnya si bocah memiliki otak yang sangat cerdas, maka dia bisa mempelajari setiap pelajaran yang diturunkan si pengemis tanpa menemukan kesulitan apapun juga, membuat si pengemis tambah bersemangat untuk mengambil si bocah menjadi muridnya.
Selama dalam beberapa hari seperti itu, si Mesum juga sering melibat kesibukan-kesibukan di dalam markas Sah Tok Kaiiw tersebut, karena seakan juga ada sesuatu yang sangat penting tengah dikerjakan oleh orang-orang Sah Tok Kauw tersebut.
Tapi, Giam In Kay selalu memberitahukan, pada si Mesum, agar dia tidak perlu memperhatikan keadaan di markas Sah Tok Kauw dan sekitarnya, karena dia bilang, yang terpenting sekali buat si Masum ialah mempelajari semua ilmu yang diajarkannya dengan sebaik-baiknya.
Memang si Mesum mematuhi pesan Giam In Kay, dia tidak terlalu perduli dengan keadaan di sekelilingnya. Menurut si Mesum, dia memang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan orang Sah Tok Kauw, dan diapun tidak perlu mengetahui apa yang tengah mereka kerjakan.
Namun, sebagai seorang bocah yang masih besar dengan perasaan ingin tahunya, membuat dia sering menduga-duga juga, entah apa yang tengah dilakukan oleh orang orang Sah Tok Kauw. Tidak jarang, orang-orang Sah Tok Kauw tersebut memperlihatkan sikap tegang.
Malah, suatu pagi, ketika Giam In Kay tengah melatih si Mesum, seorang anggota Sah Tok Kauw sudah menemui si pengemis dan menyatakan Kauwcu Sah Tok Kauw ingin bertemu dengannya. Si pengemis segera meninggalkan si Mesum, untuk pergi menemui Kauwcunya. Cuma saja, sebelum meninggalkan si Mesum, dia masih berpesan, agar si Mesum berlatih diri dengan baik, karena tidak lama lagi dia akan segera kembali.
Memang tidak lama kemudian si pengemis sudah kembali, saat itu si Mesum tengah berlatih dengan tekun. Si bocah jadi heran melihat muka si pengemis yang murung, malah memperlihatkan ketegangan.
Si Mesum seketika menduga pasti ada sesuatu yang tidak beres, telah terjadi di tengah-tengah orang-orang Sah Tok Kauw tersebut.
"Ada apa, Lopeh....?!" Tanya si bocah. "Apakah urusan penting ?!"
Si pengemis menggelengkan kepalanya perlahan. Dia menghela napas dengan wajah yang muram.
"Untuk beberapa hari mungkin aku tidak bisa menemani kau !" Kata si pengemis. "Tapi kuharap saja kau mau berlatih terus dengan giat selama aku pergi mengurus suatu persoalan yang cukup penting!"
"Baik Lopeh....!" Mengangguk si bocah, yang tetap memanggil si pengemis dengan sebutan Lopeh. "Mudah-mudahan saja Lopeh pergi tidak lama, karena kalau aku harus diam disini seorang diri tidak ditemani Lopeh, aku.....merasa takut!!"
"Kau jangan takut, tidak ada orang yang berani mengganggumu!!" Menghibur si pengemis. "Walaupun aku tidak ada didekatmu, tapi tetap saja tidak ada orang yang berani mengganggu mu!"
"Tapi Lopeh.....si nenek dan si kakek yang pernah mau sembelih aku itu....dia....dia tentu akan menggangguku.;..!" Kata si bocah dengan sikap ragu-ragu.
Si pengemis tersenyum. "Dia tidak berada di sini! Justeru aku pergi hendak membantui mereka menghadapi seseorang... !" Menjelaskan si pengemis. Setelah meninggalkan pesan lagi beberapa patah pada si bocah, si pengemis berlalu. Si Mesum melanjutkan latihannya....
^dwkz^^aaa^^ APAKAH yang telah terjadi sehingga membuat si pengemis tampaknya jadi sibuk sekali?
Ternyata, ketika dia dipanggil menghadap Kauwcunya, dia telah memperoleh penjelasan bahwa ada lawan tangguh yang harus dihadapi oleh pihak Sah Tok Kauw. Maka Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut hendak meminta si pengemis yang menghadapi lawan yang tangguh itu. Si pengemis seketika menyanggupi.
"Musuh itu memang tangguh, karena si nenek dan si kakek pemakan daging manusia, Im Yang Siang Hiap Sepasang pendekar Positip Negatip) tidak berhasil mengatasinya..... Padahal, seperti kita ketahui Im Yang Siang Hiap merupakan orang-orang kita yang memiliki kepandaian tidak rendah...!Aku menghendaki kau pergi membantui mereka menghadapi lawan tangguh itu" Kata Kauwcu Sah Tok Kauw tersebut.
"Kalau memang aku boleh mengetahuinya, Kauwcu..... siapakah sebenarnya musuh tangguh kita itu ?!"
"Aku sendiri belum begitu jelas, tapi menurut laporan yang datang menyatakan musuh tangguh itu adalah orang Thian San....!"
"Oooo....?!" Dan si pengemis berpikir sejenak, dia memikirkan calon muridnya yang tengah berlatih, dengan kepergiannya berarti latihan calon muridnya itu, si Mesum akan tertunda beberapa hari. Tapi perintah dari Kauwcunya tidak bisa dibantahnya, dia tidak bisa membangkangnya, harus patuh dan melaksanakan perintah Kauwcunya.
"Baiklah Kauwcu....kapan aku berangkat?!" Tanya si pengemis.
"Sekarang....!" Menyahuti Kauwcu itu. Dia juga sudah memberitahukan di mana beradanya Im Yang Siang Hiap, juga dimana musuh tangguh Sah Tok Kauw itu berada. Di samping itu juga memang Kauwcu itu sudah memberikan petunjuk petunjuknya apa yang harus dilakukan si pengemis.
Demikianlah, si pengemis akhirnya berangkat, setelah menemui sebentar muridnya dan memberikan pesan agar muridnya yang tidak resmi itu, berlatih terus dengan rajin walaupun tidak didampinginya.
Si pengemis merasa heran, Kauwcunya tampak begitu tegang memberitahukan tentang adanya musuh tangguh tersebut. Apakah benar-benar musuh Sah Tok Kauw yang berasal dari Thian San tersebut merupakan seorang lawan yang terlalu tangguh dan sulit untuk dihadapi?
Dengan mengandalkan ginkangnya yang memang telah terlatih baik, si pengemis menuju ke tempat yang diberitahukan Kauwcunya, guna membantui Im Yang Sianghiap, si nenek dan si kakek yang memiliki kebiasaan sadis, yaitu sering memakan daging manusia!
Tempat yang harus didatangi si pengemis adalah kota Yu-sung-kwan, sebuah kota yang tidak begitu besar, yang terpisah hanya dua hari perjalanan. Dan dengan mengandalkan ginkangnya si pengerah sudah bisa tiba di kota itu sebelum dua hari perjalanan.
(dewikz^aaa)
Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jilid 13 YANG pertama-tama dilakukan si pengemis ialah mencari Im Yang Sianghiap. Namun dia tidak berhasil mencari ketemu kedua orang itu. Akhirnya, setelah mengelilingi kota tersebut dan masih juga tidak berhasil menemukan kakek dan nenek itu, si pengemis memutuskan dia harus istirahat dulu dan besok baru melanjutkan penyelidikannya.
Tanpa bertemunya dia dengan si nenek dan si kakek, jelas dia tidak bisa mengetahui jelas dimana musuhnya, yang dimaksudkan oleh ketua Sah Tok Kauw itu.
Giam Im Kay sepera mencari emperan toko tadi sudah tertutup karena hari sudah magrib, dia merebahkan tubuhnya di situ, tidur dengan nyenyak. Suara mendengkurnya pun terdengar keras sekali.
Malam itu sunyi sekali.... kota tersebut juga sudah sepi. Sebagai sebuah kota yang tidak begitu besar, memang penghuni kota tersebut merupakan orang-orang yang bisa hidup tenang dan tenteram, karena menjelang sore mereka sudah berada di rumah masing-masing, kumpul dengan keluarga masing-masing, untuk mengobrol dan makan minum dengan penuh kebahagiaan......
(dewikz^aaa) MALAM yang sunyi di luar kota Yu-sung-kwan. Angin berhembus cukup keras. Tidak tampak seorang manusiapun melakukan perjalanan diluar kota, memang sebagai kota kecil, Yu sung-kwan merupakan kota yang tidak begitu ramai. Rembulan bersinar setengah, tidak begitu terang.
Dalam keremangan malam, di mulut hutan kecil, tampak sesosok tubuh bergerak ringan sekali, terbungkuk-bungkuk. Malah, ketika melewati beberapa batang pohon di hutan tersebut, sosok tubuh itu telah mengeluh, seakan juga dia menderita kesakitan, juga dia merintih dengan suara tergetar. Itulah suara orang wanita.
Tidak lama kemudian, setelah sosok tubuh itu, melangkah lagi, dia kehabisan tenaga. Terjungkel di tanah. Terdengar lagi rintihannya.
Di bawah sinar rembulan yang remang-remang, memang sosok tubuh itu seorang wanita yang rambutnya riap-riapan dan pakaiannya koyak-koyak dilumuri darah. Melihat keadaannya seperti itu, jelas wanita itu sudah tetluka yang tidak ringan.
Rupanya wanita itu masih ingin berusaha untuk merangkak masuk ke dalam hutan itu, namun dan kehabisan tenaga. Maka, akhirnya dia cuma bisa mengeluh, setiap dia menggerakkan tangan maupun kakinya buat merangkak, dia menderita kesakitan yang hebat karenanya dia jadi mengeluh dan berdiam diri saja di dekat mulut hutan itu.
Cuma saja, matanya yang bersinar tajam, menunjukkan wanita ini gelisah sekali, dia rupanya kuatir kalau-kalau musuh yang telah melukainya bisa mengejarnya sampai di mulut hutan tersebut. Semula, memang dia ingin merangkak masuk ke dalam hutan dan bersembunyi di situ. Dia yakin, sekali saja dia bisa melangkah masuk ke dalam hutan tersebut, niscaya musuhnya tidak akan bisa mencari jejaknya lagi. Namun apa daya, justeru dia kehabisan tenaga.... dia sudah tidak bisa melangkah, sedangkan untuk merangkak saja pun dia sudah tidak sanggup. Hal ini membuat dia gelisah sekali,
Kalau memang sampai musuhnya muncul di saat dia tengah berada dalam keadaan seperti itu, niscaya akan membuat si wanita terancam celaka dan marabahaya yang tidak kecil.
Rembulan masih tergantung di langit, sunyi sekali di malam yang hening itu.
Wanita itu mengangkat tangan kanannya, dia menyingkap rambutnya yang turun menutupi mukanya. Ternyata wajah wanita itu cantik sekali, malah dia tampaknya berusia masih sangat muda, karena usianya mungkin baru delapan belas atau sembilan belas tahun!
Aneh sekali, di tempat yang sepi dan sunyi seperti itu, bisa terdapat seorang gadis jelita yang berusia masih sangat muda, dalam keadaan terluka parah. hal ini menimbulkan dugaan apakah dia dilukai oleh para penjahat atau pembegal dan berhasil meloloskan diri?
"Oooo, entah kemana perginya Suheng?!" Mengeluh gadis itu dengan suara perlahan. Kemudian dia merintih lagi. Dia berusaha merobek ujung bajunya, untuk membalut luka di lengannya.
Tapi usahanya itu tidak berhasil, agak sukar baginya dalam keadaan terluka seperti hendak merobek ujung bajunya. Beberapakali dia mencobanya, akhirnya dia berhasil juga. Dengan bantuan giginya yang menggigit ujung dari robekan ujung baju tersebut, untuk mengobati luka di lengannya. Dari luka di lengannya itulah paling banyak mengalir darah segar....
Si gadis berusaha merangkak lagi, agar bisa masuk kedalam hutan, dia berhasil. Tapi, hanya melewati beberapa batang pohon saja karena napasnya sudah memburu keras lagi. Kemudian dia menyenderkan tubuhnya di batang pohon itu, karena dia sudah tidak bisa merangkak lebih jauh. Ini jauh lebih baik dari sebelumnya, karena dia sudah berada di dalam hutan. Kalau memang musuh-musuhnya itu mengejar, niscaya dia bisa bersembunyi di balik batang-batang pobon itu, dengan demikian juga musuh musuhnya tidak akan melihatnya.
Siapakah gadis itu? Ternyata, dia tidak lain dari Thia Lam San, murid Thian San, yang turun gunung untuk berkelana. Dia turun gunung bersama suhengnya, yaitu Souw Cui Seng, yang kelakuannya sering agak tetolol- tololan.
Justeru Thia Lam San sudah dilukai oleh serombongan orang, yang hendak menawannya, Beruntung karena ilmunya pun tidak rendah, walaupun harus terluka cukup parah, gadis itu bisa meloloskan diri, tidak sampai kena ditawan oleh musuh-musuhnya itu.
Cuma saja, yang membuat si gadis jadi bingung, Suhengnya sudah terpencar darinya. Dia tidak tahu, entah sekarang ini Suhengnya itu berada dimana? Dia kuatir juga keselamatan Suhengnya itu, yang diduganya jangan-jangan Souw Cui Seng tidak bisa meloloskan diri dari musuh-musuhnya. Bukankah Suhengnya itu agak ketolol-tololan?
The Unpredictable You 2 Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh Karya Dianata Eka Putra Api Di Bukit Menoreh 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama