Ceritasilat Novel Online

Naga Merah 12

Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 12


sendiri.
Sudah jelas bahwa jalinan cinta yang tidak wajar ini tidak
mungkin terwujud tapi tidak mungkin kadang-kadang bisa
terjadi secara tidak terduga.
Mereka telah berpelukan demikian hangatnya sehingga
melupakan urusan dan tugas didepan matanya .... seolah-olah
dunia ini hanya mereka yang punya.
Apakah wanita itu sengaja memikat Tan Liong? Mungkin
juga sebab jikalau tidak, mereka tidak seharusnya terjerumus
dalam jurang asmara yang kurang wajar ini.
Mendadak butiran air mata berlinang dalam kelopak mata
wanita cantik baju merah itu dan mengalir turun di kedua
pipinya ....
Menangis karena girang atau ada sebabnya, Hanya ia
sendiri yang bisa menjawab.
Sejenak kemudian wanita itu tiba-tiba mendorong tubuh
Tan Liong dan berkata dengan sedihnya.
"Tan Liong, kita tidak seharusnya berbuat seperti ini .... "
Tan Liong mengawasi paras wanita itu yang sudah basah
dengan air matanya.
"Kau .... menangis ....? Kenapa ....? "
Wanita itu mengusap kering air matanya, ia cuma unjukkan
senyumnya.
"Ya, aku menangis .... "
"Kenapa.... aku tokh cinta kepadamu? "
"Cinta aku? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu mendadak tertawa seperti orang gila ....
Hati tan Liong bercekat, tanyanya,
"Kau kenapa? "
"Kita tak boleh saling mencinta, tahukah siapa aku? "
"Tidak tahu, sukakah kau memberitahukan padaku? "
Wanita baju merah menggelengkan kepala sambil tertawa
getir,
"Tahukah kau berapa usiaku? "
"Tidak tahu, suka kau beritahukan? "
Kembali wanita itu menggelengkan kepala sambil tertawa
getir,
"Dikemudian hari kau akan tahu sendiri." Ia ketawa sinis
dan berkata pula seolah-olah terhadap diri sendiri, "Tak
seharusnya kita saling mencinta.... ya tidak seharusnya
memang .... "
Tan Liong menyambung dengan suara perlahan,
"Tapi aku cinta padamu. "
"Cinta aku? Ini tidaklah wajar, aku tidak boleh berbuat
demikian .... anak tolol pergilah! "
Dengan napas memburu Tan Liong kembali menubruk dan
memeluk wanita cantik itu.
Wanita itu meski mengerti bahwa percintaan mereka tak
mungkin terwujud tapi ia tak menolak, ia tetap membiarkan
dirinya dipeluk erat-erat oleh Tan Liong.
Jika Tan Liong mengerti siapakah wanita cantik berbaju
merah yang sedang dipeluknya itu, mungkin ia akan mati
semaput.
Mereka telah terjerumus dalam satu percintaan yang tidak
wajar. Sifat kejantanan Tan Liong telah membangkitkanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan remajanya .... ia telah lupa bahwa usia remajanya
itu, baginya sudah tak mungkin kembali lagi ....
Ia benar-benar sudah mabuk, lupa daratan ....
Apa sebab ia bisa jatuh cinta kepada Tan Liong? Dalam hal
ini sudah tentu ada sebab-sebabnya.
Mendadak wanita cantik itu berkata sambil mendorong
tubuhnya dari pelukan Tan Liong.
"Sembunyi, ada orang datang! "
Tan Liong terperanjat, matanya mencari-cari tapi tak
seorangpun kelihatan.
"Benar ada orang datang, mereka sudah berada ditempat
sejauh setengah lie dari sini. " berkata si wanita baju merah.
Tan Liong terkejut. "Ditempat sejauh setengah lie,
bagaimana kau dapat dengar? "
"Ya, maka kau harus pergi, tentang Yao lie lu, aku hendak
tolong padanya. "
"Tidak, aku akan bunuh mati padanya, aku tak dapat
melepaskannya. "
Wanita baju merah itu berdiam sejenak, dengan sikapnya
yang seperti mengandung pengaruh besar ia berkata,
"Aku suruh kau pergi, kau harus pergi. "
"Aku tidak dapat meninggalkan kau! "
"Kau nanti akan bisa melupakan dengan sendirinya,
sekarang aku suruh kau pergi maka kau harus menurut. "
Tan Liong benar-benar menurut apa katanya, ia rupanya
tidak berdaya menghadapi wanita aneh itu. Suara yang keluar
dari mulutnya wanita cantik baju merah ini sungguh aneh
agaknya mengandung kewibawaan luar biasa sehingga Tan
Liong tidak berani menentang dan berlalu meninggalkannyaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam otak Tan Liong masih tetap terbayang parasnya
wanita cantik baju merah itu. Pertemuannya yang sangat
singkat itu seolah-olah satu impian belaka yang ia tidak dapat
lupakan untuk selama-lamanya.
Untuk pertama ia jatuh cinta kepada seorang wanita, tapi
cinta itu sangat tidak wajar ....
Tiba-tiba terdengar suaranya wanita cantik itu yang
memanggilnya.
"Tan Liong, kau tunggu dulu aku berikan sesuatu benda. "
Tan Liong balikkan badannya, wanita cantik itu ulurkan
tangannya dan berikan Tan Liong sebatang tumbuhan yang
mirip dengan rumput tetapi bukan rumput seraya berkata.
"Barang ini sangat berguna bagi kau simpanlah baik-baik
barang ini, nah pergilah. "
Tan Liong mengawasi padanya dengan mulut bungkam
beberapa kali tampak ia hendak membuka mulut tapi tiada
suatu perkataan keluar dari mulutnya.
Wanita cantik itu berkata pula sambil tertawa getir,
"Pergilah, urusan ini biarlah tersimpan dalam lubuk hati
masing-masing untuk selama-lamanya. Jika kau tak pergi
sekarang, selamanya aku tak bisa bertemu lagi denganmu. "
Perkataan ini benar-benar mempunyai pengaruh luar biasa.
Tan Liong segera putar tubuhnya dan dengan cepat berlalu.
Setelah Tan Liong berlalu, wanita cantik itu kedipkan bulu
matanya yang panjang dua tetes air matanya keluar.
Ia berkata kepada dirinya sendiri, "Orang lain tak akan
memahami, juga tak akan mengerti. "
Tan Liong berjalan seperti orang linglung. Ia tidak tahu
telah berbuat apa. Semula ia hendak membunuh Yao lie lu
tetapi karena munculnya wanita cantik berbaju merah yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat aneh itu ia telah mengingkari janjinya sendiri terhadap
Im yang Ie su, dengan demikian ia telah melakukan satu
perbuatan yang sukar dimaafkan.
Tapi ia seperti masih belum sadar, sebab bagi wanita yang
ia telah cintakan dengan sungguh hati sejak kekasihnya yang
pertama telah menikah ia dapat melakukan sesuatu yang tidak
terduga.
Ia berjalan perlahan-lahan namun demikian ia masih belum
kehilangan seluruh akal sehatnya, mendadak ia teringat
dirinya Yao lie lu yang besar sekali hubungan keselamatan
dengan dunia Kangouw, hatinya bercekat.
Hakekatnya dengan adanya wanita cantik berbaju merah
itu ia juga tidak dapat membunuh Yao lie lu.
Diwajahnya terlintas suatu perasaan menyesal, ia tanya
kepada dirinya sendiri, untuk apa itu? Untuk wanita cantik
baju merah itu.
Akhirnya ia telah berjanji kepada diri sendiri. Jika benar
bangkai berapi itu nanti mengganas, terpaksa aku akan
menggunakan kekuatan dan kepandaianku sendiri untuk
memusnahkannya. Dengan demikian barulah aku tidak
menjadi orang berdosa bagi dunia Kang-zsouw.
Karena itu hatinya agak terhibur ia mempunyai keyakinan
untuk membasmi bangkai berapi, sebab dihadapan wanita
cantik baju merah itu ia tidak berdaya turun tangan
menghabiskan jiwa Yao lie lu.
Ia tertawa sinis, semangatnya mendadak terbangun meski
ia tidak tahu namanya wanita cantik itu tapi ia percaya ia akan
dapatkan dirinya.
Ia tertawa girang karena hatinya gembira tapi ia mendadak
hentikan ketawanya sebab dari jauh ia telah dapat lihat dua
bayangan orang yang lari menuju ke gunung Kui leng san.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong mulai berpikir sebab semula ia tidak perhatikan
tapi kini ia mendadak ingat wanita cantik baju merah itu,
kepandaiannya sesungguhnya luar biasa tingginya.
Ia kini mulai memikirkan dirinya wanita cantik baju merah
itu, sebab di dalam dunia Kangzsouw pada dewasa itu orang
yang berkepandaian demikian tinggi jumlahnya tidak
seberapa. Kepandaian Hiat hun Koay po, boleh dikata sudah
menjagoi rimba persilatan tapi suruh ia mengetahui ada
berapa orang ditempat sejarak setengah lie jauhnya ia juga
belum mampu.
Mendadak ia ingat dirinya seseorang .... teringat dirinya
orang itu wajahnya pucat seketika.
Mulutnya kemak kemik berkata kepada dirinya sendiri.
"Tidak mungkin, tidak mungkin ia .... "
Sepasang matanya terbuka lebar, sekujur badannya mulai
gemetar. ....
Sebab orang yang ia kini teringat itu adalah orang yang
menduduki kedudukan petama dalam urutan Bu lim Sam cu,
Hiat im cu.
Badannya sempoyongan ia seperti merasa bahwa satu
kejadian menakutkan akan terjadi diatas dirinya. ....
Namun ia masih coba menghibur diri sendiri seolah ia
mengharap wanita cantik baju merah itu bukan itu orang yang
ia jumpai.
Ya, ia harap wanita cantik baju merah itu bukan Hiat-im cu
sebab Hiat im cu ada satu nenek yang usianya sudah hampir
70 tahun sedang wanita cantik baju merah itu tampaknya baru
berusia kira-kira 27 atau 28 tahunan juga belum dapat
dipastikan Hiat im cu itu wanita atau pria.
Memikir demikian hatinya mulai lega. Pada saat itu, dua
orang yang ia lihat itu tampak semakin dekat, maka denganTiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat ia sembunyikan diri kebelakang sebuah pohon besar.
Dua orang itu sudah berada tiga tombak didekat dirinya.
Ketika matanya dapat lihat siapa adanya dua orang itu,
wajahnya berubah seketika, karena dua orang itu bukan lain
daripada Siao hun lie dan Say phoa an.
"Manisku, aku hendak naik ketebing Kui leng sam, sebentar
akan kembali, kau tunggu di sini! "
Say phoa an angguk kepala Siao hun lie lalu lari ke atas
tebing.
Tan Liong terperanjat. Tok Gan Lokoay melatih ilmu
bangkai berapi agaknya ada hubungan erat dengan Thian
seng hwee.
Ia lalu lompat keluar dari tempat sembunyinya dan
memanggil Say phoa an.
Ketika melihat Tan Liong, Say phoa an terperanjat,
katanya,
"Kau .... mengapa kau berada di sini? "
"Kedatanganku ini karena hendak membunuh mati Yao lie
lu, tapi ia sudah dibawa kabur oleh lain orang, apakah kau
hendak ke lembah Kui in kok? "
"Benar. "
"Kalau begitu, apakah tahu Tok gan Lokoay melatih ilmu
bangkai berapi itu ada hubungannya dengan Thian seng
hwee? "
"Tidak salah. Tok gan Lokoay sudah menjadi anggauta
Thian seng hwee. "
Tan Liong berjingkrak, jika Thian seng hwee dapatkan ilmu
bangkai berapi, dengan mudah saja ia dapat menguasai dunia
Kangouw.
Lama ia berdiri tertegun, baru berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu kau baru dapat menolong keluar dirinya Chio
bin Ie hiap dalam tempo empat hari. Kau dengan dia pulang
kegunung Ciong lam san. Aku hendak pulang untuk
membunuh mati semua orang Thian seng hwee yang berada
digunung itu. "
"Tuan tak usah kuatir, aku tak akan terlantarkan
kewajibanku. "
Tan Liong angguk-anggukkan kepala dan berkata,
"Kalau begitu aku sekarang hendak pergi. "
Dengan cepat Tan Liong bergerak, dalam waktu sekejap
mata saja sudah berada tiga tombak lebih jauhnya, ia sudah
berada lagi digunung Ciong lam san.
Tiba di atas gunung, tiba-tiba terdengar suara saling
bentak, bercampur suara wanita,
Tan Liong terperanjat, diatas gunung bagaimana ada suara
wanita saling bentak?
Ia percepat gerak kaki sebentar saja sudah berada di luar
kuil ketika matanya menyaksikan apa yang telah terjadi
wajahnya berubah seketika.
Disitu ternyata telah terjadi pertempuran antara Teng Chun
Kiok, Hoan Giok Hoa, Chie Peng dan Chie Cui disatu pihak dan
orang-orang Thian seng hwee dilain pihak. salah seorang dari
rombongan orang Thian seng hwee berkata dengan
sombongnya,
"Hai, kalian beberapa anak perempuan benar-benar terlalu
berani mati datang ke gunung Ciong lam san membuat onar.
Ciong lam pay sudah musnah. Oey Bwee Cian telah
menghilang entah kemana perginya. Kalau kalian tidak lekas
enyah dari sini, apakah ingin jadi bangkai keleleran diatas
gunung Ciong lam san? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian seng hwee ada permusuhan besar denganku, kalau
aku tidak membunuh kalian bagaimana aku dapat
melampiaskan sakit hatiku? " jawab si nona baju merah Teng
Chun Kiok dengan nada dingin. Kemudian dengan kecepatan
bagaikan kilat ia bergerak menyerang orang-orang Thian seng
hwee. Lalu terdengar suatu jeritan ngeri, dua diantara yang
diserang sudah rubuh menggeletak di tanah.
Dari empat wanita itu adalah Teng Chun Kiok yang
berkepandaian paling tinggi dalam waktu sekejap mata saja ia
sudah berhasil membunuh mati tiga orang lihai dari Thian
seng hwee.
Tan Liong perlahan-lahan tundukkan kepala, wanita-wanita
yang mencintakan dirinya kini sudah berada di atas gunung


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciong lam san semuanya, kecuali Yao lie lu.
Ia ketawa kecut seakan-akan teringat sesuatu, juga seperti
menemukan sesuatu
Suara saling bentak dan suara jeritan ngeri memasuki
gunung Ciong lam san seolah-olah diliputi oleh kabut hitam
dan mengerikan. ...
Kekuatan dari orang-orang yang terpilih anggota Thian
seng hwee ini, sebetulnya sangat hebat walaupun empat
wanita itu mempunyai kepandaian ilmu silat sangat tinggi juga
tidak sanggup melawan begitu banyak orang.
Maka sebentar kemudian mereka sudah terkurung rapat
dan sudah mulai kewalahan.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian bukan
kepalang kagetnya. Pikirnya, "Kalau sekarang ini aku tidak
lantas turun tangan mereka pasti akan tertangkap atau
terbinasa ditangan orang-orang Thian seng hwee. "
Ia tidak berani berlaku ayal lagi dengan cepat ia meluncur
dan turun ditengah orang-orang yang sedang bertempur itu
serta menyerang dengan kedua tangannya. ...Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang datang secara tiba-tiba seolah-olah malaikat
datang dari langit ini mengejutkan empat wanita itu dengan
cepat lantas undurkan diri.
Tiga puluh orang-orang Thian seng hwee yang mengepung
nona baju merah berempat dalam keadaan kesima, serangan
Tan Liong yang mengandung hawa panas dan dingin, sudah
dilancarkan berulang-ulang.
Serangan luar biasa ini sebentar saja sudah meminta
korban sepuluh lebih orang-orang Thian seng hwee.
Tan Liong yang sudah kalap turun tangan secara tanpa
ampun lagi. sambil melancarkan serangannya yang hebat itu,
mulutnya berseru,
"Aku akan suruh kalian menggeletak menjadi bangkai di
atas gunung Ciong lam san ini! "
Berbareng dengan seruannya itu, kembali sudah ada tujuh
orang binasa.
Pembunuhan secara gila ini telah terulang lagi diatas
gunung Ciong lam san. Dalam tempo sekejap mata saja sudah
ada dua puluh orang yang roboh menjadi bangkai. sisanya
yang masih hidup tak lebih dari sepuluh orang.
Pembunuhan secara kalap yang dilakukan oleh Tan Liong
itu, bukan saja membuat jeri sisa orang-orang Thia seng hwee
tetapi juga mengejutkan empat wanita itu.
Sisa orang-orang Thian seng hwee itu karena tahu Tan
Liong terlalu tangguh, semua ingin kabur.
Diwajahnya Tan Liong yang jelek tiba-tiba terkilas
napsunya membunuh. Ia membentak dengan suara dingin.
"Kalian siapapun jangan harap bisa lolos dari tanganku. "
Mendadak dibelakangnya terdengar suara orang berkata
dengan dingin.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku justeru ingin lihat kau orang macam apa begitu berani
mati membinasakan anak murid perkunpulan kita. .... "
Suara itu disusul oleh melayang turunnya sesosok
bayangan orang dihadapan Tan Liong.
Tan Liong mundur dua tindak ketika ia mengawasi siapa
orangnya yang begitu jumawa itu, seketika lantas naik pitam.
Orang yang berada didepannya itu ternyata adalah Koan
Beng.
Koan Beng ketika menatap wajah Tan Liong juga lantas
mudur dua tindak.
Ia kaget bukan karena mengenali Tan Liong melainkan
karena dapat melihat wajah yang jelek dan menakutkan.
Dulu ketika Koan Beng memecut dan membikin rusak
wajah Tan Liong, ia tidak perhatikan wajah itu berubah
bagaimana macamnya, apalagi semua orang Thian seng hwee
pada kala itu sudah menganggap bahwa Tan Liong sudah
mati.
Terdengar suara ketawanya Koan Beng seperti mengejek,
"Kiranya hanya satu bocah jelek saja, tadinya aku kira ada
seorang raksasa yang berkepala tiga dan berlengan enam. "
Sikapnya orang she Koan itu ada begitu menghina dan
tidak pandang mata orang.
Didalam otak Tan Liong pada saat itu mendadak terbayang
kembali apa yang dialami ketika wajahnya dipecut sehingga
rusak oleh Koan Beng, tidaklah heran kalau amarahnya lantas
memuncak. sambil kertak gigi ia berkata,
"Tidak perduli kau siapa, aku akan bunuh mati padamu. "
Sehabis berkata tangan kirinya lantas bergerak,
serangannya Im ciang yang mengandung hawa dingin lantas
meluncur keluar.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi serangan Tan Liong meluncur keluar, seorang wanita
telah berseru mencegah padanya,
"Harap tuan suka tahan dahulu .... "
Suara itu dikenali oleh Tan Liong sebagai suaranya Cu Lian,
maka terpaksa ia tarik kembali serangannya.
Benar saja, Cu Lian sudah memburu dan berdiri
dihadapannya.
Tan Liong tertegun. Ia mundur setindak.
Suasana digunung Ciong lam san mendadak menjadi
gawat. Sisa orang-orang Thian seng hwee yang masih hidup
dengan berbaris rapi, berdiri dibelakang Koan Beng.
Setelah munculnya Cu Lian, Tan Liong pelan-pelan
undurkan diri, ia alihkan pandangannya. Ia tidak tega hati
untuk menyaksikan terulangnya kembali kejadian yang amat
menyedihkan ......
Sepasang mata tengah mengawasi gerak geriknya dengan
perasaan jemu. Itu adalah matanya Teng Chun Kiok.
Tan Liong tertawa sinis, ia mengerti apa yang sedang
dipikirkan oleh nona baju merah itu. Sedang dalam hatinya
berpikir, "Aku tokh tidak mengemis cintamu, mengapa kau
benci aku? .... Ada satu hari, aku nanti suruh kau tahu bahwa
aku ialah Tan Liong. "
Pada saat itu Cu Lian sudah menghampiri Koan Beng
dengan paras pucat pasi.
"Koan Beng, kau coba membikin celaka diriku, tapi aku
sekarang masih belum mati. Sudah tiba saatnya untuk bikin
perhitungan. "
Cu Lian bukan tidak tahu bahwa kepandaiannya sendiri
masih belum mampu menghadapi Koan Beng tapi, karena
Koan Beng hampir membuat ia binasa maka selama masih
bernyawa, ia tidak mau sudah terhadap bekas suaminya itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun ia harus binasa ditangan Koan beng, ia juga
merasa lebih baik dari pada menyaksikan perbuatan jahat
yang dilakukan oleh orang yang pernah menjadi suaminya itu.
"Aku tidak bunuh mati kau perempuan cabul ini sudah baik.
Kalau kau memang harus mencari mati sendiri biarlah
sekarang aku kirim kau ke akhirat untuk menjumpai Tan
Liong. "
Pedang berkilauan sudah berada dalam genggaman tangan
Koan Beng.
Tan Liong perlahan-lahan pejamkan matanya, hatinya
merasa pilu, hampir ia tidak bisa bernapas. Peristiwa rumah
tangga ini bukankah karena gara-garanya?
Perlahan-lahan ia meninggalkan tempat itu .... badannya
gemetaran sedang mulutnya kemak kemik berkata kepada
dirinya sendiri.
"Adik Lian...., maafkan aku .... aku adalah seorang yang
berdosa .... "
Ia terus gerakkan kakinya berjalan keluar.
Dibelakangnya, ada delapan pasang mata mengawasi
dengan mata tanpa berkedip, mereka itu adalah Teng Chun
Kiok, Hoan Giok Hoa, Chie Peng dan Chie Cui.
Mereka semua mengawasi belakang Tan Liong, gerak-gerik
dan jalannya itu agaknya tidak asing bagi mereka .... di dalam
otak mereka. Dengan berbareng telah terbayang bayangan
Tan Liong. ....
"Enci Teng, terlalu mirip dengan dia .... " demikian Hoan
Giok Hoa berkata.
Ucapan itu mengejutkan tiga wanita lainnya. Si nona baju
merah itu lantas menyahut,
"Ya, ia sangat mirip dengan dia. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkinkah itu dia? " kata pula Hoan Giok Hoa.
"Tidak mungkin, dia, tokh sudah meninggal dunia. "
Suara bentakan Koan Beng terdengar pula, kali ini Cu Lian
nampaknya sudah berlaku nekad, maka juga tidak mudah bagi
Koan Beng melukai dadanya ....
Tan Liong yang mendengar bentakan itu, seolah
mendengar suara ledakan bom.
Ia cuma merasa bahwa airmata sedang mengalir keluar
dari kedua matanya .... pandangan matanya samar-samar ....
Ia angkat tangan mengusap airmatanya, ia telah dapatkan
Im yang Ie su dan Oey Bwee Cian berdiri dihadapannya.
Dua orang itu sedang mengawasi padanya dengan penuh
keheranan.
Im yang Ie su matanya beralih ke medan pertempuran
sejenak, ia tersenyum dan kemudian berkata,
"Kapan kau kembali? "
"Barusan ini. " jawab Tan Liong.
"Kau sedang memikirkan apa? Yao lie lu sudah mati atau
belum? "
Tan Liong gelengkan kepala, dalam otaknya terbayang
paras wanita cantik baju merah. Ia seperti seorang yang
bersalah tidak berani memandang Im yang Ie su lagi.
Im yang Ie su mendadak dapat lihat kelakuan kalap Cu Lian
yang bertempur mati-matian melawan Koan Beng orang yang
pernah menjadi suaminya, mendadak ia mengerti apa
sebabnya Tan Liong sedemikian berduka.
Maka ia berkata sambil ia menghela napas,
"Sudah lalu, apa perlunya kau pikirkan? Apa yang sudah
lalu biarlah akan terukir dalam hatimu untuk selama-lamanya."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong menganggukkan kepalanya sambil ketawa getir.
"Ya, aku harus melupakannya .... "
"Kau tidak berjumpa dengan Yao lie lu? "
"Sudah! "
"Kenapa kau tidak bunuh mati padanya. Ia tokh ada
hubungan sangat erat dengan keselamatan dunia Kangouw
...."
"Aku tidak bisa turun tangan. "
Im yang Ie su menghela napas.
"Itu memang sudah kuduga. Aih, asmara .... sungguh
menakutkan, untuk selanjutnya terserah apa yang kau hendak
lakukan .... "
"Aku dapat membasmi bangkai berapi. "
"Kau hendak membasmi bangkai berapi ini tidak ubahnya
bagaikan mimpi ditengah hari, biar bagaimana kau dikemudian
hari pasti akan menghadapi. Kau nanti akan tahu sendiri
betapa hebatnya ilmu itu, sekarang ini rasanya terlalu pagi
untuk dibicarakan. "
Pada saat itu mendadak terdengar suara jeritan dari mulut
wanita, ternyata Cu Lian sudah terluka tangan kanannya.
Im yang Ie su berkata kepada Tan Liong,
"Kau harus ganti kekasihmu membunuh pemuda itu
daripada membiarkan mereka hidup mengancam didunia
Kang-zsouw, lebih baik singkirkan nyawanya. "
"Aku harus bunuh mati padanya? "
"Ya, ia sudah bejat moralnya, tidak tertolong lagi, meski
tidak bisa turun tangan tapi kau harus membantu Cu Lian,
pergilah! "
"Tidak, tidak, aku tidak bisa menjadi orang berdosa. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak usah bunuh dengan tanganmu sendiri, ditempat
pertempuran sebelah kiri kira-kira sepuluh tombak jauhnya,
disitu ada terdapat sebuah jurang. Kau boleh desak
kepadanya agar ia loncat jatuh kebawah. Pergilah! Kalau tidak
kau nanti menyesal terhadap Cu Lian. "
"Kalau begitu baiklah! "
"Ya, apalagi kau harus balas dendam menuntut sakit
hatimu! "
Dimatanya Tan Liong mendadak memancarkan sinar
menakutkan, katanya dengan suara perlahan,
"Ya, aku harus balas dendam. "
Dengan cepat ia telah bergerak ke depan Koan Beng dan
membentak dengan suara keras,
"Koan Beng, kau binatang bekedok manusia tidak dapat
dibiarkan hidup ... "
Kali ini, benar-benar sudah bernapsu hendak membunuh
Koan Beng. Setelah melancarkan serangan tangan kanannya,
kembali dengan kecepatan bagaikan kilat melancarkan tangan
kirinya.
Serangan yang amat dahsyat ini, terpaksa Koan Beng harus
mundur beberapa tindak! Tan liong terus mendesak dan
kembali melancarkan serangan Im yang thian-tee ciang,
sedang mulutnya bersuara,
"Koan Beng, isterimu bersetia padamu, sebaliknya kau
fitnah kepadanya berlaku serong terhadap dirimu, apa kau
masih pantas disebut manusia?.... "
Kemarahan yang begitu hebat telah meluap-luap sebagai
arus badai. Jika Tan Liong bukan seorang baik dan jujur Koan
Beng sudah pasti akan binasa dibawah tangannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hawa dingin yang keluar dari serangannya membuat Koan
Beng menggigil, kemudian hawa panas membuat dirinya
seperti dijebloskan dalam kuali panas.
Hawa dingin dan panas itu. membuat tidak berdaya. Ia
tidak tahu entah ilmu apa yang digunakan oleh pemuda wajah
jelek itu.
Cu Lian perlahan-lahan undurkan diri, ia menangis dengan
sedih. Mata Teng Chun Kiok berempat semua tujukan kearah
Tan Liong. Mereka memandang dengan tanpa berkedip,
pikirannya bekerja keras.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan riuh, sisa-sisa orangorang Thian seng hwee mendadak membuka serangan,
dengan serentak menyerbu Tan Liong.
Tepat pada saat itu tiba-tiba terdengar pula suara bentakan
Im yang Ie su,
"Kalian enyah dari sini! "
Tangan kanannya telah bergerak, satu kekuatan aneh telah
mendesak mereka balik kembali.
Saat itu Tan Liong sudah desak Koan Beng ketepi jurang,
lima tindak lagi ia akan terjatuh ke dalam jurang.
Tan Liong keluarkan bentakan keras, kembali mendesak
dengan serangan hanya dua tindak lagi. Koan beng tidak ada
tempat untuk jejak kaki.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suasana mendadak menjadi gawat, semua orang yang
menyaksikan pada tahan napas.
Tan Liong mengerti apabila ia melancarkan serangan lagi,
Koan Beng pasti akan terjerumus kedalam jurang dalam
keadaan tidak bernyawa. Mendadak hatinya lemas, ia tidak
tega turun tangan.
"Kong Beng, kau ingin mati dibawah tanganku atau ingin
lompat kedalam jurang? " demikian ia menanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Koan Beng menghela napas panjang, ia mengerti bahwa ia
sudah tiada harapan lagi ia memandang wajah Tan Liong yang
jelek mendadak ia seperti ingat sesuatu lalu berkata dengan
perasaan kaget.
"Kau .... kau .... kau adalah .... "
Tan Liong terperanjat, sebelum Koan Beng melanjutkan
kata-katanya ia telah membentak,
"Koan Beng, lekas lompat. "
Lalu ayun tangan kanannya, medorong dengan ilmunya
Yang ciang.
Diantara suara jeritan yang mengerikan, sesosok bayangan
manusia meluncur turun ke bawah jurang.
Setelah mulai reda marahnya, Tan Liong tertegun hatinya
pilu hingga dengan tanpa dirasa airmatanya turun mengalir.
Sesosok bayangan kecil langsing berjalan menuju ketepi
kurang dimana Koan Beng tadi jayuh. ....
Tan Liong menyaksikan kedatangan Cu Lian, lantas
berkata,
"Nona Cu, aku menyesal terhadap kau .... "
Air matanya mengalir semakin deras. ....
Menyaksikan keadaan pemuda wajah jelek itu paras Teng
Chun Kiok mendadak berubah, ia merasa bahwa tetesan air
mata Tan Liong itu seolah-olah jatuh ke dalam lubuk hatinya
hingga parasnya pucat bagaikan mayat kepalanya seperti
dikemplang, ia ingat sesuatu sekujur badannya lantas
menggigil. ....
Cu Lian menanya dengan suara sedih,
"Apa dia .... telah mati .... ?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, dia sudah mati, aku yang mendesak mati padanya ...."
jawab Tan Liong dengan suara serak.
Cu Lian tertawa bergelak-gelak,
"Matilah .... matilah semua .... kekasihku mati .... suamiku
mati ..... Ya Tuhan, apa yang aku masih punyai? .... Segalagalanya sudah habis. .... "
Kalau kita dengar dengan seksama itu bukan suatu ketawa
melainkan ratap tangis dari seorang yang patah hati, patah
pengharapan. ....
Memang kekasihnya Tan Liong sudah mati dan suaminya
Koan Beng telah pergi meninggalkan padanya mungkin juga
untuk selama lamanya.
Hidup apa artinya baginya?
Mendadak ia gerakkan badannya dan terjun kedalam
jurang ia hendak mengakhiri hidupnya.
Semua orang yang menyaksikan perbuatan nekad itu pada
berseri kaget, mereka tak menduga kalau Cu Lian mengambil
tindakan nekad sekalipun Tan Liong sendiri juga tak terkecuali.
Dalam keadaan sangat berbahaya itu, mendadak sesosok
bayangan hitam dengan kecepatan bagai kilat telah menarik
kembali tubuh Cu Lian yang hendak lompat terjun ke jurang.
Bayangan hitam yang merampas kembali nyawa Cu Lian
dari tangan maut ternyata ia adalah Im yang Ie su.
Cu Lian yang ditarik keatas oleh Im yng Ie su mula-mula
terkejut, kemudian menangis.
"Kenapa kau menolongku? Aku ingin mati saja ...."
demikian ratapnya.
Tan Liong amat berduka ia mengawasi Cu Lian dengan
perasaan pilu, air matanya mengalir membasahi mukanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita yang merupakan kekasih pertamanya itu, pernah
mempunyai segala-galanya, tapi kembali kehilangan segalagalanya dan sekarang ia telah menjadi demikian rupa,
bagaimana Tan Liong tidak berduga?
Sambil kerutkan keningnya Im yang Ie su berkata,
"Mengapa kau ingin menghabiskan nyawamu? "
"Diatas dunia ini aku ada merupakan seorang yang sudah
tidak mempunyai apa-apa lagi, apa artinya aku hidup ....?
Kekasih ... suami .... semua sudah pergi .... pergi ke alam
baka, untuk apa aku hidup? "
Suara yang menyayat hati itu sangat memilukan bagi siapa
yang mendengarnya.
Suasana digunung Ciong lam sa dalam waktu sekejap mata
saja diliputi oleh kabar kedukaan. Air mata turun seperti hujan
gerimis di malam hari. ....
Terutama Chie Peng dan Chie Cui yang mengalami nasib
hampir serupa lebih hebat penderitaannya.
Im yang Ie su lalu berkata,
"Tapi kau masih mempunyai anak. "
"Anak? "
Dengan mata sayu ia memandang Im yang Ie su. Im yang
Ie su berkata pula,
"Ya, meski dalam hidupmu kau telah kehilangan segalagalanya, tapi kau masih ada mempunyai anak dan anak itu
membutuhkan kau, membutuhkan rawatanmu. "
Ci Lian mendadak tersadar dari kedukaannya. Yah, ia ada
mempunyai seorang anak. Ia tidak boleh membiarkan anak itu
menjadi piatu untuk menanggung dosa yang ia sendiri belum
pernah lakukan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia lalu hapus kering air matanya lalu berkata dengan suara
perlahan.
"Ya .... aku masih mempunyai anak .... aku akan didik
padanya baik-baik ...."
Akhirnya ia tersenyum .... entah senyuman derita atau
bahagia.
Pada saat itu Im yang Ie su dengan sorot mata dingin
menyapu orang-orang Thian seng hwee lalu ia berkata,
"Kalian ingin mampus atau masih ingin hidup?"
Sisa orang-orang Thian seng hwee itu seperti baru tersadar
dari rasa takutnya, satu diantara mereka lantas menjawab.
"Ingin mampus atau hidup apakah kau mempunyai hak
untuk menentukannya? "
"Kalau kalian ternyata masih belum bisa mengerti terpaksa
aku mengiringi kehendak kalian itu .... "
Dengan cepat orang tua itu bergerak menerjang orangorang Thian seng hwee sambil melancarkan serangan!
Pada saat itu Cu Lian sudah menyingkir ia berjalan melalui
depan Tan Liong.
Tan Liong lalu berkata padanya dengan suara perlahan,
"Nona Cu, harap maafkan padaku. .... aku tidak tahu
bagaimana harus kukatakan padamu." Cu Lian mengawasi
sepasang mata Tan Liong yang masih ada bekasnya airmata
lalu menjawab,
"Tuan tidak perlu berduka, ia memang sudah sepantasnya
mendapat kematian. "
Tan Liong diam, ia mengawasi berlalunya Cu Lian dengan
hati pilu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia kertak gigi kendalikan perasaannya yang bergolak hebat.
Ia ingin memberi hiburan pada bekas kekasihnya yang tidak
beruntung itu tapi itu tidak mungkin. Ia tidak boleh
memberitahukan padanya bahwa ia adalah Tan Liong, juga
tidak boleh membangkitkan rasa cinta mereka yang sudah
lama terpendam dalam hatinya.
Meski ia sendiri masih mencintakan padanya tapi cinta
kasih antara mereka dimasa yang silam, biar bagaimana cuma
seperti mekarnya bunga dewijayakusuma yang tidak lebih
beberapa jam saja dan esok paginya sudah menjadi layu ....
apa yang tertinggal dalam diri mereka cuma merupakan satu
impian buruk.
Cu Lian .... biar bagaimana pernah menjadi kekasihnya
yang pertama, cinta pertama tidak mudah dilupakan, maka ia
masih cinta padanya itu tidak dapat disangkal lagi tapi ia
mengerti tidak boleh diutarakan di luar.
Akhirnya Cu Lian perlahan-lahan meninggalkan tempat
tersebut dengan tindakan kaki yang amat berat.
Diantara suara bentakan terdengar suara Chie Cui yang
memilukan.
"Enci, ia sungguh tidak beruntung. "
Chie Peng anggukkan kepala dan berkata,
"Ia memang tidak beruntung. Kalau arwah Tan Liong di
alam baka mengetahui entah bagaimana perasaannya. "
Tan Liong yang mendengar pembicaraan kakak beradik itu
air matanya hampir keluar tapi ia tindas perasaannya, hingga
air mata itu tidak sampai keluar.
Chie Cui agaknya masih belum mengetahui kalau Cu Lian
pernah menjadi sahabatnya Tan Liong, maka ia lantas tanya,
"Apa ia juga sahabat perempuannya engko Liong? "
Chie Peng anggukkan kepala sambil ketawa getir,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, ia adalah kekasih pertamanya Tan Liong kecuali dia
tidak ada perempuan kedua yang .... "
"Ong locianpwee bukankah pernah berkata bahwa ia cinta
kepada kita? "
"Mungkin iya, tapi itu bukan cinta yang sebenarnya. Cinta
itu lain sifatnya, karena ia berterima kasih padaku yang aku
sudah menolong jiwanya. Tan Liong telah mencinta kita.
Semula ia tidak memberikan Lam kek Sian ong membawa kita
pergi untuk dijadikan umpan ikan, itu disebabkan karena jika
kita sampai binasa. Mungkin ini juga boleh dikatakan cinta.
Tapi kita mengerti Tan Liong tidak pernah mencintakan wanita
yang keduanya. Ia kecuali merasa kasihan kepada kita, tidak
timbul rasa cinta yang setulusnya terhadap kita tapi sebaliknya
bagi kita yang sungguh hati cinta padanya. Kalau hari ini kita
telah mengalami nasib seperti ini, bukankah serupa saja
dengan Cu Lian? "
-o0o0dw0o0oJILID KE : 27
"ENCI , jika ia tidak, mati, apa ia bisa cinta kita lagi ?"
"Cinta kepada kita ?" Chie Peng ketawa menyeringai,
"Sekalipun dia masih hidup dan masih cinta kita, tapi dengan
apa kita harus balas cintanya? "
"Dengan hati kita. "
"Hati? Memang dalam hati kita masih ada rasa cinta, tapi
itu mungkin diwujudkan sebab antara cinta dan kesucian
seorang wanita tidak dapat dipisah-pisahkan. "
"Tapi justeru karena ia hingga kita korbankan kehormatan
kita."
"Bukan begitu, meski pengorbanan itu kita lakukan karena
dia, dan walaupun dia masih tetap mencinta kita, tapi kitaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga tidak dapat memaafkan diri kita sendiri, lagipula kita
sendiri yang rela berkorban sehingga kehilangan kehormatan
kita."
"Hanya aku yang rela merendahkan diriku sendiri, tapi tidak
demikian dengan enci. Enci tokh korbankan kesuciannya justru
karena hendak menolong jiwanya."
"Aku, .... itu memang benar, tapi ah! Perlu apa kita
mengenangkan segala urusan yang sudah lalu? .... "
Chie Cui mengawasi Chie Peng .... akhirnya ia menghela
napas.
Semua pembicaraan antara dua saudara itu telah masuk
didalam telinga Tan Liong untuk sesaat lamanya ia telah
lupakan dirinya sendiri, dimana sekarang berada. ....
Penderitaan yang satu baru saja berlalu datang lagi lain
penderitaan hingga ia tidak mampu bergerak, nampaknya
seperti berhenti ia ingin segera kabur dari situ kalau bisa
kabur kelain dunia. ....
Ia berdiri gemetaran .... seperti seorang tawanan yang
mendengar putusan hukuman mati.
Suara saling bentakan telah berhenti. Sisa-sisa orang Thian
seng hwee telah binasa ditangan Im yang Ie su seluruhnya.
Suasana tegang akhirnya telah berlalu diganti dengan
suasana kedukaan dan kesunyian.
Disitu ada berdiri delapan orang .... dua laki-laki enam
perempuan. Semua bungkam seperti patung, entah apa yang
sedang dipikirkan?
Malam makin larut, kecuali suara tindakan kaki ronda
malam yang kadang-kadang terdengar dari kuil, tidak
terdengar suara apa-apa lagi, kalau ada itu hanya suara
jatuhnya daun-daun yang tertiup angin malam.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Tan Liong balikkan badan, matanya mengawasi
bayangan Cu Lian. Ia ingin memanggil padanya, tapi banyak
perkataan agaknya terkandas dalam tenggorokannya. Ia tidak
tahu bagaimana harus membuka mulutnya.
Diam-diam ia telah berjanji kepada dirinya sendiri, "Tan
Liong, Cu Lian sesungguhnya tidak beruntung, untuk
selanjutnya kau harus baik-baik mencintai dirinya. "
Dalam otaknya mendadak terbayang-bayang wanita yang
kedua, itu adalah raut muka wanita cantik setengah umur
berbaju merah. Seketika itu juga tubuhnya gemetaran.
Ia tidak menyangkal bahwa ia memang cinta Cu Lian, tapi
cintanya itu kini seperti sebuah lukisan yang sudah luntur
warnanya itu kini kembali disepuh oleh warna baru yang indah
menarik.
Warna itu jauh berbeda dengan warna biasa membuat
terpesona tergila-gila .... Wanita cantik baju merah itu telah
memberi harapan baru baginya. Bayangan itu dalam waktu
singkat sudah masuk ke dalam lubuk hatinya.
Ketika bayangan itu lenyap dari dalam otaknya, ia bergidik,
karena merasa malu terhadap Cu Lian.
Suara helaan napas berat telah memecahkan suasana
kesunyian, kemudian terdengar suaranya Im yang Ie su.
Semua orang itu menyadarkan semua orang yang masih
dalam lamunannya masing-masing. Oey Bwee Cian telah
bergerak menghampiri Teng Chun Kiok dan berkata padanya.
"Enci Baju Merah, sungguh tidak disangka kalian bisa
datang lagi ke gunung Ciong lam san. Oey Bwee Cian karena
sedang menghadapi kesulitan partai, hingga tak bisa keluar
menyambut, disini aku ucapkan terima kasihku. "
Si nona baju merah itu lantas menjawab sambil tersenyum,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perlu apa ciang bun jin merendahkan diri, justeru kitalah
yang berlaku lancang, dan kita belum sampai minta maaf
terhadap ciang bun jin. "
"Kalau begitu, marilah kita ke kuil untuk mengaso. Ciong
lam pay tidak sampai runtuh. Semua adalah jasanya sahabat
ini. Oey Bwee Cian tidak tahu entah bagaimana untuk
menyatakan terima kasih padanya .... " kata-katanya itu


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditunjukkan kepada Tan Liong.
Tan Liong berpaling, ia tidak berani ngawasi Oey bwee
Cian, sebab sibar matanya ternyata mengandung arti.
Dalam hati Tan Liong mengerti bahwa sinar mata itu ada
mengandung arti lebih dari pada persahabatan biasa. Mungkin
dapat dikata, itu adalah permainannya cinta.
Oey Bwee Cian memang benar-benar jatuh cinta pada Tan
Liong, ini kedengarannya memang aneh. Tan Liong yang
mukanya sudah berubah begitu buruk dan menakutkan
bagaimana Oey Bwee Cian jatuh cinta padanya?
Dalam mata Oey Bwee Cian meski diluarnya Tan Liong
kelihatan jelek, tapi dalam hatinya justru baik serta berbudi
luhur. Ia anggap keluhuran budinya itulah yang menutupi
kejelekannya.
Selain dari pada itu yang terpenting ialah karena Tan Liong
tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, telah berdaya keras agar
Ciong lam pay bangun kembali.
Perasaan bersyukur dan terima kasih terhadap perbuatan
Tan Liong yang mulia itu, akhirnya membangkitkan cinta
terhadap pemuda wajah jelek itu.
Sementara itu, cinta yang didasarkan oleh rasa terima kasih
dan kasihan ini, bisa berjalan langgeng atau tidak? Hal ini
sudah tentu tidak dapat diduga oleh siapapun juga.
Kecantikan Oey Bwee Cian telah menggiurkan hati setiap
pria, sudah tentu tidak kecuali bagi Tan Liong.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi kecantikan Oey Bwee Cian berbeda dengan kecantikan
wanita cantik baju merah, sebab keindahan bentuk badan dan
raut muka yang ada pada diri wanita cantik baju merah itu,
tidak terhadap pada Oey Bwee Cian.
Memang, diantara gadis remaja dan wanita muda yang
boleh dikata sudah matang segala-galanya, tidak boleh
disamakan. andaikata Tan Liong sudah biasa bergaul dengan
banyak wanita muda, mendadak bergaul dengan gadis remaja
sudah tentu ia merasa beda dan timbul rasa suka padanya.
Oleh karena dalam kehidupan dimasa lampau Tan Liong
banyak bergaul dengan gadis remaja, maka keindahan bentuk
badan wanita cantik yang sudah matang itu telah menarik
perhatiannya.
Oey Bwee Cian memang cantik, tapi dalam mata Tan Liong
sudah dianggap biasa. Oleh karenanya, maka lantas ia
berpaling tidak berani bentrok dengan pandangan mata Oey
Bwee Cian.
Ia takut akan terjebak oleh asmara untuk yang ketiga
kalinya.
Oey Bwee Cian senyum getir, ia alihkan pandangan
matanya dari Tan Liong, lalu berkata pilu,
"Dia ada seorang berhati mulia. "
Kata-katanya itu diucapkan dengan suara perlahan tapi
justru keluar dari hati nuraninya, yang dapat didengar oleh
siapapun juga.
"Apa, dia berhati mulia?" menanya Teng Chun Kiok, si nona
baju merah.
"Ya, mungkin tidak bisa dicari yang keduanya."
"Apa kau anggap bahwa kemuliaan hatinya itu dapat
menutupi wajahnya?"
"Lebih dari cukup."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku sebaliknya tidak beranggapan demikian, apa
yang aku butuhkan ialah orang yang berwajah tampan ....
seperti Tan Liong umpamanya!"
"Tapi Tuhan perlakukan umatnya tidak adil, meski Tan
Liong tampan wajahnya, namun ia ada laki-laki yang tipis
pengharapannya.... "
"Aku suka diperlakukan tawar olehnya, juga tidak
mempunyai suami berwajah jelek. "
Oey Bwee Cian kerutkan keningnya, ia mengerti bahwa
antara nona baju merah ini dengan ia sendiri, ada mempunyai
perbedaan sifat yang sangat berlainan, kalau berdebat terus
sudah tentu tidak ada habisnya.
Maka ia cuma tersenyum sebagai gantinya jawaban.
"Kalau begitu , mari kita naik keatas, malam sudah larut! "
Nona baju merah itu anggukkan kepala. Ia mengawasi Chie
Peng dan berkata,
"Nona Chie, kita terpaksa mencekoki nona Oey. "
Dalam hati Chie Peng mendadak timbul semacam perasaan
ia teringat dirinya dan diri adiknya yang sudah kehilangan
kehormatannya karena membela jiwa Tan Liong hingga ia
anggap tiada harganya untuk berada bersama-sama dengan
gadis-gadis remaja yang masih putih bersih itu.
Perasaan rendah diri timbul secara mendadak maka ia
lantas unjukkan ketawa getir dan sambil gelengkan kepala ia
menjawab,
"Tidak, kita masih perlu melanjutkan perjalanan kita. "
Jawaban ini bukan saja mengejutkan Teng Chun Kiok dan
Oey Bwee Cian tapi juga mengherankan Tan Liong.
"Kalian semula bukankah berkata hendak mencari Oey
ciang bun jin? " berkata si nona baju merah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, tapi sekarang kita sudah tidak perlu lagi. " jawabnya
Chie Peng.
"Kenapa? "
"Tidak apa-apa, sebab aku tidak suka mengenangkan
kembali apa yang telah terjadi di atas gunung Ciong lam san
pada masa yang lampau. "
Si nona baju merah anggukkan kepala.
"Apa mesti berangkat sekarang juga? "
"Ya, sekarang. "
Oey Bwee Cian mendadak berkata,
"Nona Chie, kalian tidak boleh pergi. Kalian tokh sudah ada
di gunung Ciong lam san, sudah seharusnya kalau memberi
kesempatan kepadaku untuk berlaku sebagai tuan rumah.
Jikalau tidak entah bagaimana nanti Oey Bwee Cian harus
menderita pikiran. "
"Kita juga mengharap supaya dapat beristirahat dengan
tenang untuk beberapa hari di atas gunung guna
mengenangkan sedikit kenang-kenangan lama .... tapi kita
tahu bahwa dengan demikian akan menambah penderitaan
batin kita. "
Ia berdiam sejenak, kemudian berkata pula sambil ketawa
getir,
"Kita haturkan terima kasih atas kebaikanmu, lain waktu
saja kita nanti akan berkunjung lagi. "
Hati Oey Bwee Cian merasa cemas, katanya pula,
"Tidak. Kalian tidak boleh berlalu demikian tidak pandang
sahabat. Apakah Oey Bwee Cian berlaku salah terhadap
kalian? "
"Tidak, ciang bun jin jangan salah paham. Kau
menghendaki kita berdiam disini untuk menambah kedukaanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan penderitaan batin? Atau membiarkan kita berlalu supaya
terbebas dari penderitaan itu? "
Perkataan itu membuat Oey Bwee Cian bungkam, dengan
perasaan heran ia berkata pula,
"Kalau begitu, Oey Bwee Cian juga tidak berani memaksa,
biar bagaimana aku akan tetap ingat kalian."
"Kita juga akan selalu ingat padamu, kalau begitu biarlah
kita berangkat sekarang. "
Sambil mengawasi Tan Liong ia berkata,
"Tuan, lain waktu kita berjumpa lagi .... "
Sehabis berkata mendadak ia merasa tidak asing dengan
Tan Liong, tapi ia tidak banyak pikir lagi, dengan cepat ia
balikkan badannya dan berlalu bersama adiknya.
Mendadak Tan Liong memanggil,
"Nona Chie, .... "
Dengan cepat ia lantas menyusul.
Chie Peng berpaling dan menanya,
"Tuan, ada urusan apa? "
Tan Liong tertegun. mulutnya hanya dapat mengeluarkan
perkataan,
"Aku ...."
Lantas tidak dapat melanjutkan lagi, agaknya hendak bicara
banyak, tapi ia tak tahu bagaimana harus memulainya.
Memang sesungguhnya menghadapi dua jelita yang pernah
menolong jiwanya sehingga terjerumus ke kenistaan, ia harus
berkata sesuatu pada mereka.
Tapi sebagai orang yang hendak ditinggalkan, ia cuma
merasa bahwa ia harus mengantarkan penyesalannya yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguh-sungguh atau menjelaskan kepadanya sendiri, tapi ia
tidak mengeluarkan sepatah katapun juga.
Ia cuma dapat mengawasi mereka dengan mata sayu,
agaknya ingin menjajaki hati mereka .... memahami isi hati
mereka .... dan jiwa mereka yang masih putih bersih.
Chie Peng tersenyum untuk kedua kalinya ia menanya,
"Tuan ada urusan apa? "
"Ow , ow, tidak .... tidak ada. "
"Jika tidak ada urusan apa-apa, kita hendak pergi .... "
Dari wajah Tan Liong, Chie Peng bisa dapat lihat, bahwa ia
sebetulnya ingin bicara sesuatu, tapi ia mengerti bahwa
pemuda itu tidak dapat membuka mulutnya.
"Bolehkah aku antar kalian? " berkata Tan Liong dengan
suara perlahan.
"Kita tidak sanggup menerima budi tuan, tak usah saja. "
"Kalian keberatan aku antar? "
"Bukan begitu maksudku, benar-benar kita tidak sanggup
menerima budi tuan. "
"Aku sendiri yang suka antar, aku merasa harus antar
kalian sampai ke bawah gunung, ini juga merupakan
kewajibanku. "
Chie Peng kembali tersenyum, katanya,
"Kalau begitu kita telah membikin repot tuan. "
Tiga bayangan orang tampak turun dari gunung dengan
tindakan perlahan-lahan. Tatkala Tan Liong balikkan badan,
paras Teng Chun Kiok kembali menjadi pucat, tiba-tiba ia
mendapat kenyataan bahwa pikirannya terhadap pemuda itu
mungkin keliru. Keadaan Tan Liong terhadap Cu Lian sudah
menggerakkan hatinya, ia anggap pemuda wajah jelek iniTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau bukan Tan Liong kenapa ia berlaku demikian terhadap
Cu Lian?
Kecuali Tan Liong yang bisa berlaku demikian, orang lain
tidak nanti akan kucurkan air matanya dihadapan Cu Lian ....
Dan kini selagi kedua saudara Chie hendak berlalu agaknya
ingin berkata banyak, tapi tidak bisa keluar dari mulutnya ....
Dan mengapa pula ia ingin antar sendiri dua gadis itu sampai
kebawah gunung?
Kalau bukan karena Tan Liong menanggung hutang budi
atau bersalah terhadap mereka, kenapa ia gelagapan
dihadapan Chie Peng?
Teng Chun Kiok ada salah satu gadis cantik, setelah
berpikir demikian, ia lantas anggap bahwa dirinya mungkin
telah melakukan sesuatu kekeliruan yang besar.
Matanya terus memandang ke badan belakang Tan Liong,
sedang parasnya semakin lama semakin pucat .... dan
badannya lantas gemetar .... sebab bayangan belakang itu
adalah bentuk badan Tan Liong.
Tan Liong tidak dapat lihat sikapnya si nona baju merah itu,
ia mengantar dua saudara Chie sampai ke bawah gunung
Ciong lam san. ....
Ia berjalan dengan mulut membisu, sedang otaknya terus
berpikir .... ia pikirkan semua kejadian hari ini .... juga
mengenangkan semua kejadian dimasa lampau ....
Angin gunung meniup wajahnya, malam benar-benar
dingin.
Kecuali suara meniupnya angin malam dan tindakan kaki
mereka bertiga, sudah tidak terdengar apa-apa lagi. ....
Lama sekali baru terdengar suara Chie Peng yang
memecah suasana sunyi itu,
"Mengapa tuan hendak mengantar kita? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong tersadar dari lamunannya, sesaat tampak
terperanjat, lama baru menjawab,
"Hanya sekedar memenuhi kewajiban dari tuan rumah. "
"Hanya itu saja? "
"Ya! "
"Barangkali tidak demikian sederhana! "
Tan Liong berpaling menatap paras Chie Peng, karena
tampak nona itu tersenyum manis ia juga lantas tersenyum
dan berkata,
"Ya, mungkin tidak sedemikian sederhana dan kalau ada,
lain waktu itu kalian adalah kekasih Tan Liong. "
"Kekasih, kekasih Tan Liong? " demikian Chie Peng berkata
sambil tertawa kecut. "Perlu apa tuan menyebut namanya.
Tan Liong tokh sudah meninggal dunia? "
"Ya, ia sudah meninggal, jika ia belum meninggal apa
kalian bisa mencintainya lagi? "
Chie Cui mendadak nyeletuk,
"Bisa, kita bisa mencintainya. "
Chie Peng mengawasi adiknya sejenak, lantas berkata
sambil ketawa getir,
"Adikku bisa tapi aku tidak. "
"Kenapa? "
"Sebelum kau memahami keadaan kita, perlu apa kau
harus membicarakan persoalan kita yang sudah lalu? "
Tan Liong menghela napas, "Dikemudian hari aku dapat
memahami kau! "
Chie Peng mendadak menatap wajah Tan Liong dengan
penuh arti.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau mengerti keadaanku? "
"Ya. "
"Setelah kau mengetahui, kau nanti akan menyesal dan
bahkan mungkin akan memaki kita wanita rendah. "
"Tidak mungkin. "
Chie Peng menghela napas, "Kau bisa, sebab kau bukan
orang luar biasa, kau bukan dewa! "
Tan Liong bukan tidak mengerti maksud perkataan Chie
Peng, maka dalam hatinya lantas berpikir, jika Chie Peng tidak
jemu wajahku yang buruk ini, aku harus mencintainya, karena
ia pernah menolong jiwaku, cintanya kangzusi terhadap diriku
lebih dalam dan lebih agung dari yang lain, ia tak segan-segan
mengorbankan kesuciannya dan kehormatannya seumur
hidup. Ia telah melakukan pengorbanan yang hanya untuk
menukar selembar jiwaku ....
"Sekalipun kalian sudah pernah bersuami, tapi
pandanganku terhadap kalian juga tak akan berubah."
demikian ia berkata.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi kita lebih rendah daripada wanita yang sudah
bersuami. "
"Itu karena kalian merasa rendah diri ....? "
"Ini bukan rendah diri, karena aku sudah bukan gadis lagi,
aku sendiri yang rela berbuat rendah diri, aku telah serahkan
kehormatanku kepada orang yang aku cintai. "
Chie Peng mengira bahwa perkataannya itu pasti akan
mengejutkan pemuda berwajah buruk itu, tapi Tan Liong
sebaliknya malah tersenyum sembari berkata,
"Kehormatan dan keberuntungan seorang wanita, sudah
tentu ada hubungan erat, tetapi menurut anggapanku untuk
sesuatu sebab sehingga perlu mengorbankan kehormatannya,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hati dan jiwa itu masih putih bersih, dan jiwa yang
putih inilah yang tidak boleh kita abaikan begitu saja. "
Perkataan itu sesungguhnya diluar dugaan Chie Peng, ia
memandang padanya dengan mata terbuka lebar, tidak tahu
bagaimana harus menjawabnya.
Tan Liong berkata pula,
"Nona Chie, kau ada seorang wanita yang berjiwa agung
dan putih bersih, tidak peduli kapan saja, sekalipun sampai
dunia kiamat, penilaianku terhadap dirimu ini tidak berubah."
"Apa benar .... ?"
"Sudah tentu benar."
Mereka kembali berada dalam keheningan.
Akhirnya Chie Peng kembali hentikan kakinya sambil
menatap Tan Liong lalu berkata,
"Beritahukan padaku apa sebabnya kau hendak
mengantarkan kita? Jangan membohongi aku, aku sudah tahu
pasti ada sebabnya. "
Ditanya demikian hati Tan Liong bercekat katanya,
"Aku tadi tokh sudah katakan, aku hanya sekedar untuk
memenuhi kewajibanku sebagai tuan rumah. "
Jawaban ini sangat mengecewakan Chie Peng, ia
mengharap supaya Tan Liong mengatakan bahwa ia cinta
padanya.
Pikiran itu barusan saja timbulnya karena ia anggap Tan
Liong sesungguhnya ada orang yang berhati mulia, ia dapat
memaafkan dirinya yang sudah kehilangan kehormatannya ini
adalah suatu pikiran yang tidak dapat dipunyai oleh laki-laki
lainnya.
Memikir demikian Chie Peng pura-pura mendongkol,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau bohong. "
"Aku .... tidak .... "
"Orang kata hatimu mulia kiranya kau juga pandai
membohong. Aku bukan seorang yang gampang ditipu,
pulanglah tuan! "
Tan Liong dengan perasaan mendelu mengawasi paras
Chie Peng yang nampaknya mendongkol.
"Kau tidak perlu aku antar sampai bawah gunung? "
"Kalau kau membohong tak usah saja. "
"Aku .... Aku .... " Tan Liong gelagapan.
"Kau, kenapa? Katakanlah. "
"Aku tidak berani mengatakan. "
"Urusan apa sebetulnya? Mengapa kau tidak berani
mengatakannya? "
Dalam hati Tan Liong bepikir, aku harus beritahukan
padanya bahwa aku cinta padanya, apa yang ia berikan
padaku rasanya belum terbalas hanya dengan jalan mencintai
dirinya saja ....
Meski hatinya berpikir demikian tapi mulutnya mengatakan,
"Aku tidak pantas mengucapkan perkataan seperti ini! "
Hati Chie Peng berdebar.
"Tapi aku ingin kau mengatakannya! "
"Aku .... aku .... "
"Benar benar seperti anak gadis, perkataan apa
sebetulnya? Kenapa gelagapan? "
"Aku cin .... ta padamu! "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati Chie Peng hampir loncat keluar, jantungnya
bergoncang keras dengan paras terheran-heran ia
memandang Tan Liong.
Tan Liong dengan perasaan menyesal lalu berkata pula,
"Aku tahu diriku tidak pantas untukmu .... tapi kau suruh
aku berkata ..... "
"Tidak .... tidak apa .... " karena kegirangan ia tidak tahu
bagaimana harus mengutarakan isi hatinya.
Tapi Chie Cui lantas nyeletuk,
"Kau tidak pantas menjadi kekasih suciku. "
Chie Peng goyangkan tangannya mencegah Chie Cui
mengucapkan pendapatnya, lebih lanjut lalu menanya,
"Adik, aku cinta dia, Kau tentunya tidak menentang bukan
....? "
Chie Cui terperanjat. katanya,
"Enci, kau cantik .... "
"Aku tahu, adik, apa kau tidak setuju aku cinta padanya? "
"Enci, apa itu benar? Benarkah kau cintakan padanya? "
"Apakah itu perlu main-main? Aku tidak menipu padanya.
Ia adalah seorang yang berhati mulia. "
Dengan perasaan terheran-heran sang adik memandang
encinya, ia benar-benar tidak percaya kalau encinya itu bisa
jatuh cinta kepada lelaki aneh yang berwajah jelek dan
menakutkan itu.
"Adik, katakanlah. " kata pula Chie Peng sambil tersenyum.
"Ini ada urusanmu sendiri, perlu apa tanya padaku? "
"Kau tokh tidak akan tertawakan aku? "
"Tidak, enci. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Chie Peng mengawasi Tan liong diparasnya terlintas suatu
perasaan malu yang selamanya itu belum pernah ia rasakan.
"Apa perkataanmu ini ada sesungguhnya? "
Sebagai jawaban Tan liong telah menubruk dan memegang
lengan Chie Peng.
Tan Liong ingin supaya hati Chie Peng yang selama ini
telah beku, hidup lagi. Gadis yang korbankan kehormatannya
semata-mata hendak menolong jiwa kekasihnya ini, biar
bagaimana ia harus balas dengan kecintaan yang setimpal.
Chie Cui yang menyaksikan pemandangan itu pelengoskan
kepalanya, ia takut melihat wajah Tan Liong yang
menakutkan? Ataukah adegan ini membangkitkan luka dalam
hatinya?
Tan Liong dan Chie Peng berpelukan dengan mesra, lama
sekali mereka baru berpencar lagi.
Sambil mengawasi Tan Liong, Chie Peng berkata.
"Benarkah kau akan cintakan aku untuk selama-lamanya?
Kau tidak pandang rendah diriku?"
"Tidak, aku bukan lelaki semacam itu .... aku bisa
mencintakan kau untuk selama-lamanya. Aku tidak dapat
melupakan kau cuma .... "
"Cuma apa? "
"Jangan lupa iblis dalam hatimu? "
"Iblis? .... Iblis apa? " tanya Chie Peng tidak mengerti.
"Bayangan Tan Liong."
"Apa kau kira aku tidak dapat melupakan dirinya? " tanya
Cie Peng sambil tersenyum.
"Ya. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bisa lupakan, aku tidak akan memikirkan dia lagi aku
cuma pikirkan kau."
"Benarkah perkataanmu ini? "
"Emmh. "
"Bagaimana andai Tan Liong muncul lagi? "
"Aku tidak akan perdulikan lagi, aku akan
meninggalkannya. "
"Andaikan aku adalah Tan Liong? "
Chie Peng terkejut, dengan tanpa pikir lagi ia lantas
menjawab,
"Aku bisa membunuh kau. "
"Bunuh aku? "
"Tidak salah, sebab dia itulah yang menyakiti hatiku. "
"Menyakiti hatimu? "
Tan Liong benar-benar tidak dapat memahami perkatan
Chie Peng itu.
Sesungguhnya memang tidak mengerti, apa sebabnya Chie
Peng harus membenci dirinya.
"Ya, andaikata kau adalah Tan Liong tidak seharusnya kau
menipu cintaku lagi, sebab aku tidak cinta padanya, kecuali ia
berubah menjadi orang lain. Kau pikir, jika kau adalah Tan
Liong dan menipu lagi, betapa pilunya hatiku? Maka aku
hendak membunuh mati kau. "
Tan Liong lantas mengerti, maka ia lantas berkata sambil
tertawa,
"Apa kau anggap mungkin aku ini Tan Liong? "
"Aku tidak tahu, sebab suaramu, gerak gerikmu
perawakanmu mirip sekali dengan dia. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak mungkin aku ini dia. Dia tokh sudah mati, lagi pula
Tan Liong tidak seperti aku jeleknya. "
Lama Chie Peng memandang Tan Liong baru berkata,
"Kau kata kita ini gila atau tidak? "
"Gila? "
"Ya, kita sudah saling mencinta tapi siapa namamu aku
malah belum tahu. "
"Oh, nama tokh tidak begitu penting dengan soal saling
mencinta. .... "
"Tapi kan aku harus tahu, sebab aku akan mengingat
namamu itu selalu. "
"Aku .... bernama Sim Heng Jin"
"Heng Jin? "
"Kenapa? Tidak enak didengar? "
"Terlalu ganjil dan agak menjemukan, rubah saja menjadi
Heng Chin. "
"Kalau kau menghendaki begitu, baiklah. Kau panggil aku
Heng Chin saja! "
"Nona Chie, pada nanti tanggal delapan bulan ini sukakah
kau datang kegunung Ciong lam san lagi? "
"Ada urusan apa? "
"Tidak ada urusan apa-apa, hanya pada tanggal sembilan
bulan ini, Ciong lam pay akan mengadakan upacara
pengangkatan ketuanya. Ada banyak hal yang minta
bantuanmu nanti! "
"Baiklah, dan sekarang kau boleh pulang kita hendak
pergi?"
Chie Peng mendadak ingat sesuatu, ia lalu berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engko Sim, aku hendak beritahukan padamu sesuatu hal
kau dengan Oey Bwee Cian tidak boleh terlibat dalam asmara
lagi! "
Tan Liong terperanjat, katanya.
"Oey Bwee Cian? Apa ia bisa cinta diriku yang jelek ini? "
"Hmm! Aku telah dapat lihat itu. Ia cinta padamu, cuma .. "
ia tersenyum, "Aku hanya main-main saja, aku tidak bisa
cemburu, kau boleh cinta padanya. "
Sehabis berkata ia lantas berlalu bersama adiknya.
Bayangan Chie Peng lenyap dari dalam otaknya, terbayang
lagi bayangan wanita kedua ....
Itu adalah bayangannya wanita cantik baju merah.
Kembali ia bergidik bayangan wanita cantik setengah umur
itu seperti hantu setiap waktu muncul dalam otaknya. ....
Kesan wanita cantik setengah umur itu dalam sekali
melekat dihatinya. Ia tidak mengerti mengapa wanita
setengah umur itu memberikan kesan demikian dalam
baginya.
Ia ketawa geli sendiri, ia tidak menyangkal bahwa ia telah
jatuh cinta kepada wanita setengah umur itu, tapi siapakah
dia? Apakah benar Hiat im cu yang kenamaan itu?
Berpikir sampai disitu, hatinya kembali bergidik, hingga
badannya gemetaran.
Wanita cantik baju merah setengah umur itu memang ada
kemungkinan benar adalah Hiat im cu, sebab meski ia ada
seorang wanita yang sudah berusia tujuh puluh tahun lebih
tapi umpama mempunyai ilmu rawat diri, untuk pertahankan
muka dan bentuk badannya seperti seorang baru berusia
duapuluh tujuh duapuluh delapan tahun sesungguhnyalah
bukanlah soal sulit.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi, ya Tuhan! Apakah benar-benar ia telah jatuh cinta
kepada satu nenek-nenek.
Ia pernah beritahukan kepda dirinya sendiri ini tidak
mungkin. Dan boleh jadi Hiat im cu itu adalah laki-laki, biar
bagaimana ia harus bikin jelas soal itu, mungkin Im yang Ie su
atau Teng Chun Kiok mengetahui tentang diri atau riwayat
Hiat im ci.
Setelah berpikir demikian ia lantas lari balik keatas gunung
Ciong lam san.
Pada saat itu, dipekarangan luar kuil Ciong lam san masih
terlihat dirinya empat wanita, mereka mengawasi kembalinya
Tan Liong. Dalam hati masing-masing seolah-olah sedang
memikirkan sesuatu.
Oey Bwee Cian yang lebih dulu membuka mulut, menegur
Tan Liong,
"Mereka sudah pergi? "
"Sudah. "
Mendadak dibawah gunung tampak beberapa bayangan
orang berpakaian kuning, lari keatas gunung bagaikan
terbang, hingga sebentar kemudian sudah berada didepan
Oey Bwee Cian.
Salah satu diantaranya adalah Ciancu bagian hukum, Lie
Tiauw Yang. Disampingnya juga terdapat enam jago Ciong
lam pay dan lain-lainnya. Begitu melihat Oey Bwee Cian
mereka lantas berlutut memberi hormat.
Oey Bwee Cian melihat sebagian besar anggota Ciong lam
pay sudah kembali, hatinya merasa girang. Ia berkata kepada
mereka.
"Silahkan susiok sekalian bangun. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka lantas bangun dan berdiri berderet disamping.
Ketika lihat bangkai orang-orang Thian seng hwee yang
berserakan di tanah, tampaknya pada kaget.
Im yang Ie su ketika dapat lihat Say thio koay Lie Bun
Ching, kepala rombongan dari tujuh jago Ciong lam pay,
lantas berkata sambil tersenyum,
"Lie Thio koay, apa kau masih kenal dengan aku si orang
she Souw? "
Lie Bun Ching memandang Im yang Ie su ia terperanjat,
kemudian berkata sambil ketawa,
"Hai! Im yang si setan tua, kiranya adalah kau? "
"Benar, ini adalah aku. "


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi, kau masih hidup? "
"Apa kau suruh aku terjun kelembah Pek kut gam? "
"Tidak, tidak, aku hanya mengira kau sudah mati saja. "
Oey Bwee Cian lantas berkata,
"Jika bukan Locianpwee ini partai kita entah bagaimana
nasibnya, susiok belum mengucapkan terima kasih padanya. "
Lie Bun Ching memang sudah lama kenal Im yang Ie su.
Meski perjumpaan mereka sangat jarang tapi persahabatan
sangat erat. Ketika mendengar perkataan Oey Bwee Cian, Lie
Bun Ching lantas berkata sambil ketawa,
"Tidak kukira, kau setan tua ini masih dapat memberikan
bantuan besar kepada Ciong lam pay kali ini, setidak-tidaknya
aku harus menyediakan sepuluh kati arak. "
"Sepuluh kati arak? Aaaah, Lie loheng kau sesungguhnya
terlalu pelit .... " jawabnya Imyang Ie su sambil ketawa
bergelak-gelak.
"Baiklah, bagaimana kalau dua puluh kati? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang tua itu saling berkelakar, hingga suasana
berubah reda, semua orang mendengar mereka bicara tentang
arak, lantas pada ketawa tergelak-gelak.
"Lie loheng, terima kasih kalian itu bukan kau ucapkan
kepadaku, melainkan kepada muridku ini. "
Sehabis berkata, matanya ditujukan kepada Tan Liong,
semua murid Ciong lam pay juga pada mengawasi Tan Liong.
Lie Bun Ching diam-diam berpikir, apa yang dikatakan oleh
Kwee Yan Sian, ternyata tidak salah, orang ini benar-benar
menakutkan.
Karena ia ada sahabatnya Tan Liong, juga ada membawa
panji Ciong lam pay, apalagi juga telah banyak membantu
partai, sudah tentu menjadi seorang yang banyak berjasa
terhadap partai Ciong lam pay, seharusnya diperlakukan
secara terhormat.
Oleh karena itu maka ia lantas memberi hormat kepada
Tan Liong seraya berkata,
"Harap maafkan aku siorang she Liu yang mata sudah
lamur, hingga tak tahu kedatangan tuan. Atas kealpaanku ini,
disini aku menghaturkan maaf. "
"Locianpwee tak perlu banyak peraturan, aku tak sanggup
menerima. " jawabnya Tan Liong sambil tersenyum.
"Numpang tanya, adakah tuan yang suruh menyampaikan
perintah kepada kita supaya segera kembali kegunung? "
tanyanya Lie Bun Ching dengan laku hormat.
"Benar. "
"Aku siorang she Lie dan semua anggauta Ciong lam pay
disini menunggu perintah lebih jauh. "
"Murid-murid Ciong lam pay yang lainnya apa mereka
sudah dapat tahu berita ini? Apa mereka sudah berangkat
kembali kegunung?Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku si orang she Lie telah terima laporan dari Kwee Yan
Sian, bahwa tuan sudah mewakili Ciang bun jin untuk
memerintahkan kita agar segera kembali keatas gunung,
murid-murid yang lainnya, aku sudah titahkan beberapa puluh
orang untuk menyampaikan perintah ini, aku yakin dalam
beberapa hari ini mungkin akan kembali kegunung semuanya."
Tan Liong anggukkan kepala dan berkata,
"Apakah kalian tahu, apa sebabnya aku minta kalian
pulang? "
"Justeru inilah yang kita ingin mendapat penjelasan. "
"Aku telah menerima pesan Ciang bun jin kalian Tan Liong,
untuk membantu wakil pejabat Ciang bun jin kalian nona
Bwee Cian mengadakan upacara pengangkatan resmi jabatan
Ciang bun jin yang akan didapat olehnya. Upacara ini akan
diadakan pada tanggal sembilan bulan ini maka kalian harus
pulang dan berkumpul semua. "
Perkataan ini mengejutkan semua anak murid Ciong lam
pay, Lie Bun Ching berkata pula,
"Upacara pengangkatan Ciang bun jin? "
"Tak salah, dalam partai tidak boleh terlalu lama tiada
kepalanya, sehingga dihina oleh partai-partai persilatan
lainnya, oleh karenanya maka sebelum meninggal dunia, telah
pesan aku agar menyelesaikan soal ini. "
Ucapan Tan Liong sebelum meninggal dunia ini, didalam
telinga Im yang Ie su merupakan suatu lelucon, hingga diamdiam merasa geli, tapi ia tahu bahwa Tan Liong ada
mempunyai kesukarannya sendiri, maka ia tidak berkata apaapa. "Tuan telah menerima pesan Ciang bun jin kita untuk
membantu wakil pejabat Ciang bun jin menjabat jabatan
tersebut, tapi nanti apabila Thian seng hwee. .... "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Urusan ini sudah dipikir masak-masak, tuan-tuan tidak
usah kawatir. Say Phoa an dalam waktu beberapa hari ini
sudah akan kembali ke gunung, apa sekarang Thian cu bagian
pengurus keluar masuknya orang ada di sini? "
"Ya, masih ada lain urusan, belum bisa pulang, ada urusan
apa tuan minta ia datang? "
"Kapan kiranya ia bisa pulang? "
"Paling lambat besok bisa tiba. "
Tan Liong berpikir sejenak, lantas berkata pula, "Kalau
begitu, angkat semua bangkai ini kedalam ruangan hukum. "
Lie Bun Ching agaknya tidak mengerti maksud Tan Liong,
maka ia menanya,
"Semua bangkai dipindah keruang hukum? "
"Ya! "
Semua orang yang berada disitu juga tidak mengerti apa
sebabnya Tan Liong suruh pindahkan bangkai-bangkai orang
Thian seng hwee itu kedalam ruangan hukum? Tapi tiada
seorangpun yang berani menanya.
Lie Bun Ching berpikir, sejenak kemudian mengawasi
semua murid murid Ciong lam pay seraya berpikir,
"Saudara-saudara bawalah semua bangkai ini kedalam
ruangan hukum. "
Semua anak murid Ciong lam pay lantas bergerak
melakukan pekerjaan memindahkan semua bangkai itu
kedalam ruangan hukum.
Im yang Ie su berkata kepada Lie Bun Ching,
"Lie loheng, mari kita pergi setelah menghabiskan dua
puluh kati arakmu, kita nanti mengobrol lagi. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lie Bun Ching tersenyum, ia berjalan ke dalam kuil bersama
Im yang Ie su.
Oey Bwee Cian mengawasi Teng Chun Kiok sejenak lalu
berkata,
"Mari kita jalan. "
Teng Chun Kiok menganggukkan kepala dan berkata, "Kau
pergi dulu bersama nona Cu ada sedikit urusan aku hendak
tanya tuan ini. "
Oey Bwee Cian mengawasi Tan Liong sambil tersenyum
sungguh amat menggiurkan hingga Tan Liong tidak berani
memandangnya.
Oey Bwee Cian lantas berkata,
"Aku jalan dulu tuan. "
Tanpa menunggu jawabnya Tan Liong ia sudah pergi
bersama Cu Lian.
Setelah Oey Bwee Cian berlalu, Teng Chun Kiok berkata
kepada Tan Liong sambil mengawasi padanya dengan mata
tajam.
"Tuan, ada sedikit urusan aku hendak menanyakan
padamu. "
"Ada urusan apa, silahkan nona utarakan. "
"Kau sebetulnya siapa? "
Tan Liong terperanjat, sejenak ia berdiam lalu ia
menjawab,
"Aku? Apa maksud nona menanyakan soal ini? "
"Apa maksudnya? " Teng Chun Kiok ketawa dingin, "Aku
ingin tahu siapa kau? "
"Aku tak mengerti maksudmu. "
"Kau bernama siapa? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teng Chun Kiok benar-benar pasang mata, agaknya hendak
menembusi hati pemuda itu.
Tan Liong meski dalam hati terperanjat, tapi diluarnya
tampak tenang-tenang saja.
"Aku tidak berkewajiban untuk memberi tahukan padamu. "
Paras si nona mendadak berobah, dalam hati ia berpikir,
kalau bukan karena aku anggap kau Tan Liong, sesungguhnya
aku tidak sudi berbicara denganmu ....
"Mungkin untuk pertama kali aku salah melihat orang. "
"Salah lihat orang? "
"Benar, aku telah salah lihat orang, sebab kau adalah Tan
Liong. " Ia berdiam sejenak, kemudian berkata pula dengan
suara bengis, "Jawab, kau Tan Liong atau bukan? "
Tan Liong tertawa terbahak-bahak, perbuatannya itu
membuat si nona baju merah itu merasa bingung, ia tidak
tahu harus berbuat apa.
"Bagaimana nona bisa kata aku adalah Tan Liong? Apa aku
ada mirip dengan dia? Atau nona jatuh cinta padaku? "
"Tidak tahu malu! Kau tidak katakan dirimu sendiri pantas
atau tidak kalau menjadi kekasihku. Kalau kau berani berkata
lagi yang bukan-bukan, awas aku nanti akan memaki kau. "
"Kalau memang aku tidak pantas menjadi kekasihmu,
mengapa kau anggap aku Tan Liong? Andaikata benar aku
Tan Liong, apa yang bisa kau perbuat? "
Pertanyaan itu membuat si nona bungkam dengan
perasaan bingung. Ia memandang Tan Liong seolah-olah
perkataan Tan Liong itu telah melukai hatinya.
Lama sekali ia baru bisa berkata lagi,
"Jika kau benar Tan Liong, aku akan bunuh diri. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bunuh diri? " Tan Liong terkejut. "Mengapa kau hendak
bunuh diri? "
"Sebab aku telah salah lihat orang, aku juga tidak cinta kau
apa artinya aku hidup? "
Tan Liong kerutkan keningnya.
"Nona, harap legakan hatimu, aku bukan Tan Liong, aku
adalah sahabatnya, kau tidak perlu bersusah hati atau
membunuh diri. "
"Kalau begitu, kenapa ketika kau bisa kucurkan airmata
didepan Cu Lian? Kenapa kau turut merasa sedih? Kecuali Tan
Liong buat orang lain tidak nanti akan berlaku demikian. "
Tan Liong diam-diam berpikir. Teng Chun Kiok benar-benar
ada seorang berpikiran halus, ia dapat menyelami perasaan
orang lain.
Ia lalu balas menanya,
"Apakah nona ada seorang berhati baja sehingga tidak
turut merasa berduka atas nasib yang menimpa nona Cu Lian
itu? "
"Tapi sikap tuan ada jauh berbeda dengan orang lain. "
"Mungkin ia betul! " Tan Liong ketawa getir. "Ia cinta Tan
Liong dan Tan Liong pun cinta padanya, ia telah mendapatkan
seorang suami yang tidak baik hingga akhirnya diterlantarkan.
Seorang wanita yang diterlantarkan oleh suaminya cukup
menimbulkan rasa kasihan. Tan Liong sebelum menutup mata
pernah berpesan padaku supaya baik-baik melindunginya
meski suaminya ada seorang jahat yang tidak dapat diampuni
lagi kejahatannya, namun mengingat nasib istrinya sebetulnya
tidak perlu sampai diambil jiwanya. Tapi akhirnya ia tokh mati
ditanganku ini berarti bahwa akulah yang merusak
keberuntungan seumur hidupnya .... "
Nona baju merah itu mengangguk,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu apa perlunya kau harus mengantar dua
saudara Chie sampai kebawah gunung? Sebelum mereka
meninggalkan kau agaknya ada banyak perkataan yang
hendak kau ucapkan kepada mereka tapi kenapa kau tidak
mampu mengutarakannya?
Kecuali Tan Liong yang tahu bahwa ia ada menanggung
budi dan berhutang pada mereka, sehingga berlaku demikian
terhadap mereka. Untuk orang lain tidak nanti berlaku
demikian. "
"Chie Peng yang hendak menolong selembar jiwa Tan Liong
telah mengorbankan kehormatannya. Cinta kasih yang
sedemikian agung tidak terdapat pada diri lain gadis, maka
sebelum meninggal Tan Liong telah berpesan padaku, supaya
aku dapat menghibur luka dalam hatinya maka aku tidak
boleh tidak dengan menggunakan alasan hendak
mengantarkan mereka untuk menghiburnya. "
Jawaban itu meski tidak memuaskan hati Teng Chun Kiok
tapi ia juga tidak dapat berbuat apa-apa.
"Nona masih ingin tahu apa lagi? "
"Sudah tidak ada apa-apa lagi. Ada satu hari aku akan
dapat mengatakan, kau sebetulnya siapa. Selain daripada itu
aku juga akan pergi lagi kebelakang gunung tempat
perkumpulan Thian seng hwee untuk melihat dalam kuburan
Tan Liong ada bangkainya Tan Liong atau tidak. "
Perkataan itu mengejutkan Tan Liong. Jika benar si nona
baju merah itu membongkar kuburannya maka rahasianya
pasti akan terbuka.
Bukan main kagetnya Tan Liong bahwa ia tahu benar
karena si nona baju merah ini dapat melakukan apa yang ia
ucapkan jika ia tahu bahwa dirinya belum mati sungguh hebat
akibatnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memikir demikian dengan tanpa sadar dirinya lantas
gemetaran ....
Ia mengawasi si nona dengan bingung, sepatah
perkataanpun tidak keluar dari mulutnya.
Teng Chun Kiok mengawasi sikap Tan Liong lalu berkata
sambil ketawa dingin.
"Jika bangkai Tan Liong tidak terdapat dalam kuburan ini
ada satu bukti bahwa kau adalah Tan Liong. "
"Nona tidak dapat mengatakan demikian, jika bangkainya
dicuri orang bagaimana?
"Siapa sudi mencuri bangkainya? Say phoa an melihat
sendiri ia dimasukkan dalam liang kubur, aku kira tidak ada
orang yang mau mencuri bangkainya. "
Tan Liong benar-benar kali ini tidak bisa menjawab,
"Mengapa tuan gelisah! " tanyanya si nona sambil ketawa
hambar "Urusan ini cepat atau lambat tokh akan diketahui
juga, kini aku juga hendak mencari nona Oey Bwee Cian,
besok aku hendak berangkat ke Thian seng hwee. "
Sehabis berkata ia lantas ajak Hoan Giok Hoa pergi
menjumpai Oey Bwee Cian.
Tan Liong berpikir, karena urusan sudah menjadi begini,
kawatir juga tidak ada gunanya biarkah aku menantikan
perkembangannya lebih jauh.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak ia seperti ingat sesuatu maka lantas memanggil
si nona,
"Nona, harap tunggu sebentar! "
Teng Chun Kiok berpaling dan menanya,
"Ada urusan apa? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah nona ada muridnya Hiat im cu kepala dari Bu lim
Samcu? "
"Tidak salah! kenapa? "
"Maafkan kelancanganku, numpang tanya, suhumu itu lakilaki ataukah wanita? "
"Apa perlunya tuan menanyakan soal ini? "
"Aku .... hanya ingin tahu saja." jawabnya Tan Liong
gelagapan.
"Kalau kau tidak menerangkan sebabnya, aku tidak mau
memberitahukan. "
Tan Liong tidak bisa menjawab, Bagaimana ia dapat
memberi tahukan perkenalannya antara ia dengan wanita
cantik baju merah itu?
"Lelaki atau perempuan, tak ada hubungannya dengan kau
perlu apa tanya-tanya? " berkata Teng Chun Kiok dingin.
Setelah itu ia melanjutkan jalannya dengan Hoan Giok Hoa.
Tan Liong menghela napas panjang. Ia masih coba hibur
diri sendiri, bahwa wanita cantik setengah umur itu bukanlah
Hiat im cu. Tuhan tidak mungkin permalukan dirinya begitu
rupa, jika benar wanita cantik setengah umur itu adalah Hiat
im cu dan ia telah jatuh cinta padanya, bagaimana ia bisa
tancap kaki lagi di dunia Kangouw?
Saat itu sudah menjelang pagi hari, semua murid Ciong lam
pay termasuk Oey Bwee Cian sudah berkumpul di ruangan
tamu Khun hiong thian menantikan Tan Liong.
Tatkala Tan Liong tiba di situ, Oey Bwee Cian lantas
menanya padanya.
"Oey Bwee Cian bersama anak murid Ciong lam pay disini
menunggu kedatangan tuan entah masih ada pesan keperluan
apa? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak ada urusan apa-apa lagi liatwie boleh mengaso,
urusan lain besok kita bicarakan lagi. " jawabnya Tan Liong.
Semua murid Ciong lam pay ketika mendengar perintah itu,
lantas pada undurkan diri.
Terdengar suaranya Oey Bwee Cian pula,
"Tuan semalam suntuk belum tidur tentunya sudah letih.
Oey Bwee Cian harus memberi kesempatan kepada tuan dan
nona-nona sekalian untuk mengaso. "
Ia lalu ajak Hoan Giok Hoa, Teng Chun Kiok dan Cu Lian
kekamar belakang. Tan Liong melihat Im yang Ie su masih
belum pergi, lantas mendapat satu pikiran, ia menghampiri
padanya dan berkata dengan suara pelahan,
"Locianpwee, aku ingin meminta pertolongan locianpwee. "
"Ada urusan apa kau katakan saja! "
Tan Liong lalu menuturkan pertemuannya dengan Teng
Chun Kiok dan maksud nona itu hendak kelembah Lui in kiok
untuk menggali kuburan Tan Liong. Im yang Ie su lantas
mengerti maka ia lalu berkata sambil senyum.
"Oleh karena itu, maka kau lantas minta aku berusaha
supya rahasia itu jangan smpai terbongkar? "
"Ya, locianpwee boleh lantas kebelakang gunung mencari
satu bangkai manusia bikin rusak wajahnya dan ganti
pakaiannya dengan pakaian warna abu-abu, lalu letakkan
dalam peti mati yang bekas kupakai, sudah tentu ia tidak
dapat mengenalinya .... "
"Aku tahu, aku juga hendak pulang, urusan ini serahkan
saja padaku sekarang kau pergilah mengaso dulu, jika ada
waktu pada hari upacara pengangkatan ketua aku nanti akan
datang lagi, nah sekarang aku pergi dulu .... ".
Tatkala Oey Bwee Cian keluar lagi dan tidak dapatkan Im
yang Ie su ia terkejut. Tan Liong lalu memberitahukanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
padanya bahwa Im yang Ie su karena ada urusan ia pulang
lebih dahulu.
"Kalau begitu mari aku antar kau pergi mengaso, kau
tentunya juga sudah letih. "
Mereka berjalan berendeng menuju ke kamar belakang.
Oey Bwee Cian setiap menoleh mengawasi Tan Liong
dengan sinar matanya yang menarik, pandangan mata itu
membuat Tan Liong berdebaran.
Ia mendadak teringat ucapan Chie Peng ketika hendak
meninggalkan padanya .... Ia tertegun, dengan tak sadar ia
menoleh dan memandang Oey Bwee Cian sinar matanya yang
bening, parasnya yang cantik manis, si nona itu membuat
jantungnya bergoncang keras.
Tiba didepan sebuah kamar Oey Bwee Cian berhenti lalu
mendorong pintu kamar seraya berkata,
"Kau tidurlah disini. "
Tan Liong anggukkan kepala. "Aku telah membikin banyak
repot ciang bun jin, hatiku sungguh merasa tidak enak. "
"Jika bukan kau, entah bagaimana nasibnya Ciong lam pay?
Budimu ini tidak akan kulupakan untuk selama-lamanya. "
"Ciang bun jin tidak usah begitu merendah, aku telah
menerima pesan sahabat, sudah tentu harus kulakukan,
urusan sekecil ini, apakah artinya? "
"Setelah upacara nanti, apa tuan suka tinggal di gunung
Ciong lam san? "
"Aku masih ada sedikit urusan, mungkin tidak ada tempo
.... "
-o0o0dw0o0o-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID KE : 28
''Bolehkah kiranya aku minta tuan untuk tinggal beberapa
hari saja?"
Tan Liong angkat kepala, ia telah kebentrok dengan sinar
mata bercahaya dari sepasang mata Oey Bwee Cian, ia telah
melihat sesuatu, akan tetapi....., ia tidak berani mencoba lagi.
"Katakanlah !" demikian Oey Bwee Cian mendesak.
"Kau, ... percuma saja minta aku tinggal .... sebab aku
masih ada urusan ...."
"Jikalau aku menghendaki kau tinggal? "
"Kau .... "
"Ya .... aku .... "
Oey Bwee Cian mendadak lompat menubruk dan memeluk
diri Tan Liong seraya berkata, "Aku cinta padamu .... "
Tindakan Oey Bwee Cian yang tidak terduga ini, benarbenar mengejutkan Tan Liong. Ia hampir tidak mau percaya
bahwa ada suatu kenyataan Oey Bwee Cian satu gadis cantik
jelita telah jatuh cinta seorang laki-laki yang buruk wajahnya.
.... Ia tidak tahu bagaimana harus berbuat, hingga cuma dapat
memandang Oey Bwee Cian dengan mulut ternganga.
Meski jantung Tan Liong tergoncang hebat, perasaannya
bergolak tapi ia tidak berani balas memeluk, sebab ia tidak
suka melakukan satu kesalahan lagi.
"Apa kau tidak cinta aku.... ?" Tanya Oey Bwee Cian lirih.
Tan Liong memandang paras Oey Bwee Cian yang cantik,
akhirnya perasaannya yang selama ini masih terkendalikan....
telah meledak ....!
Ia balas memeluk tubuh si nona demikian erat seolah-olah
takut terlepas lagi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama, baru terdengar suara Tan Liong,
"Nona Oey, maafkan aku, aku telah menghina kau .... "
"Tidak, aku cinta padamu. "
"Kau tidak bisa cinta diriku, hanya untuk membalas budiku
terhadap Ciong lam pay baru kau cinta aku .... ini bukan cinta
sewajarnya .... melainkan karena kasihan .... kasihan karena
bentuk mukaku .... "
"Tidak, " berseru Oey Bwee Cian. "Kau tidak boleh demikian
menghinaku. Aku cinta dirimu yang mulia, bukan cinta
wajahmu .... "
Ia telah menangis benar-benardengan sedihnya ....
Tan Liong menarik napas dan berkata,
"Tidak mungkin, disini setidaknya ada terkandung perasaan
terima budi .... "
Oey Bwee Cian mendadak angkat kepala dan berkata,
"Aku cinta kau dengan setulus hatiku, kau demikian
menghina aku, aku terpaksa mati untuk membuktikan
perkataanku ini supaya kau tahu bahwa Oey Bwee Cian bukan
semacam perempuan yang hanya cinta laki-laki tampan .... "
Sehabis berkata ia benar-benar lantas berlalu. Tan Liong
tidak mengira kalau Oey Bwee Cian bisa jatuh cinta kepada
dirinya, dengan demikian ia lantas gelisah.
"Ciang bun jin aku percaya padamu .... kau kembalilah .... "
Oey Bwee Cian balikkan badannya dan menanya,
"Benarkah kau percaya aku? "
"Aku percaya sepenuhnya. "
"Benar? "
Tan Liong anggukkan kepala. Mendadak ia menanya,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Andaikata aku berubah menjadi laki-laki tampan apa kau
masih akan tetap mencintai aku? "
Pertanyaan ini membuat Oey Bwee Cian melongo.
"Jika kau berobah tampan aku tidak menjumpai kau lagi. "
"Kenapa? "
"Aku cuma inginkan kau seperti sekarang ini sebab dengan
demikian orang lain tidak akan merampas kau. Jika kau
berubah tampan aku akan tinggalkan kau untuk selamalamanya. "
"Oh .... "
Kembali Oey Bwee Cian jatuhkan dirinya dalam pelukan
Tan Liong ....
Malam telah berakhir, matahari pagi mulai memancarkan
sinarnya menyinari seluruh jagat.
Hanya dalam waktu satu malam saja Tan Liong telah
mendapatkan cintanya dua wanita, cinta yang setulus hati ....
sebab mereka tidak pandang wajah Tan Liong yang jelek.
Satu persoalan yang lebih penting kini telah mengganggu
Tan Liong ia harus balik ke wajahnya yang semula. Atau tetap
begitu jelek untuk selama-lamanya.
Ia telah berhadapan dengan dua kenyataan, jika ia balik
kembali kepada asalnya ia bisa dapatkan cintanya Hoan Giok
Hoa, Teng Chun Kiok, Chie Cui dan Yao lie lu tapi Oey Bwee
Cian dan Chie Peng akan meninggalkan padanya.
Jika ia tetap seperti dalam keadaan sekarang ia bisa
dapatkan dirinya Oey Bwee Cian dan Chie Peng tapi akan
kehilangan empat wanita yang lainnya. ....
Ini merupakan suatu persoalan yang amat pelik. Ia tidak
dapat memecahkannya maka ia cuma bisa serahkan kepada
nasib. ....Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu dia mendusin dari tidurnya matahari sudah naik
tinggi.
Sedang si nona baju merah Teng Chun Kiok sebelum ia
bangun dari tidurnya sudah berada di tanah kuburan
dibelakang gunung lembah Lui in kok.
Waktu tengah hari Tiancu Kwee Yan Sian sudah balik
kembali kegunung, Tan Liong perintahkan padanya supaya
empat puluh mayatnya orang-orang Thian seng hwee
dimasukkan dalam peti mati yang telah dibikin.
Ketika Tan Liong perintahkan orang-orang Ciong lam pay
masukkan mayat orang-orang Thian seng hwee kedalam peti
mati hal ini membuat semua orang Ciong lam pay merasa
terheran-heran mereka tidak mengerti apa maksudnya.
Tanggal enam bulan Sembilan murid murid ciong lam pay
yang sudah dibubarkan oleh Oey Bwee Cian, telah kembali
semuanya keatas gunung, bersedia menghadiri upacara
pengangkatan ketua.
Tidak antara lama, Say Phoa an dan Chio bin Ie hiap juga
sudah balik ke gunung Ciong lam san. Tan Liong sangat
girang. ia bersama Oey bwee Cian serta enam jago yang
lainnya menyambut diluar pekarangan.
Tan Liong haturkan terima kasih pada Chio bin Ie hiap yang
sudah menolong jiwanya ia perlakukan tabib kenamaan itu
dengan menghormat sekali. Iapun merasa girang bahwa Say
phoa an ternyata tidak mengecewakan pengharapannya.
Karena Chio bin Ie hiap sudah diberi keterangan oleh Tan
Liong, maka ia tidak menyebut padanya Ciang bun jin lagi.
Sambil tersenyum ia berkata,
"Bocah, sungguh tidak mengira kau masih hidup, benarbenar Tuhan telah melindungimu. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau bukan Locianpwee yang menolong jiwa boanpwee,
mungkin boanpwee tidak bisa hidup sampai hari ini, maka
budimu ini .... "
"Apa .. budi segala? Bukankah kau juga menolong jiwaku? "
Selagi Tan Liong hendak menjawab, Say phoa an sudah
berlutut dihadapan Oey Bwee Cian seraya berkata,
"Teecu hunjuk hormat kepada Ciang bun jin .... " belum
sampai melanjutkan ucapannya, air matanya sudah mengalir
turun.
Oey Bwee Cian dan enam jago Ciong lam pay sudah dapat
dengar dari Tan Liong tentang peranan Say Phoa an yang
pura-pura main cinta dengan siao hun lie supaya dapat
menolong dirinya chio bin Ie hiap dan mengambil obat
peledak.
kini ketika melihat keadaan say phoa an, jangan kata oey
bwee Cian yang juga lantas surut mengucurkan air mata,
sekalipun enam jago Ciong lam pay dan lainnya juga turut
merasa sedih.
Dengan suara serak Oey Bwee Cian berkata,
"Cit siok, silahkan bangun .... aku , aku tahu kau banyak
menderita. Ciong lam pay bisa bangun lagi seperti hari ini jasa
Cit siok yang paling besar. "
Chio bin Ie hiap lalu berkata sambil kerutkan keningnya,
"Sudah, sudah. Kalau bicara lagi nanti semua akan hujan
tangis. "
Semua orang yang mendengar ucapan orang tua itu pada
tertawa.
Chio bin Ie hiap berkata pula kepada Tan liong.
"Untuk apa kau menghendaki obat peledak? "
"Entah Locianpwee ada mempunyai obat itu atau tidak? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah tentu ada, kau lihat dalam kantong ini apa? "
Tan Liong coba mencari-cari, benar saja ditangan Say Phoa
an ada membawa sekantong obat peledak. Didalam girangnya
ia lantas berkata,
"Locianpwee, bagaimana kekuatannya obat peledak ini? "
Chio bin Ie hiap tertawa bangga,
"Obat peledak ini telah kubuat dengan menggunakan
bahan dari biang belerang yang sudah tua sekali usianya,


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pembuatannya saja sudah memakan waktu empat puluh
tahun lamanya, kekuatannya meski belum dapat dibandingkan
dengan bom Pek lek tannya Pek lek cu, tapi kalau
menggunakan sepuluh buah kekuatannya tak kalah dengan
Pek lek tan. "
"Benar? "
"Lohu selamanya belum pernah membohong. Kalau orang
yang minta, aku nanti tak mau berikan. "
Sambil mengawasi murid Ciong lam pay Tan Liong berkata,
"Aku sedia obat peledak ini adalah untuk menjaga orangorang Thian seng hwee, kalau datang nanti hari upacara
pengangkatan ketua. Karena kalau kita tak siap sedia,
kedatangan mereka secara mendadak itu mungkin kita sulit
melawannya sehingga menjadi bahaya lagi bagi Ciong lam
pay. "
Ia berdiam sejenak. Kemudian berkata pula,
"Terhadap Ciong lam pay hendak melakukan upacara
pengangkatan ketua dan kematian orang-orangnya empat
puluh orang itu. Thian seng hwee tak boleh tidak pasti sudah
dapat dengar. Dengan demikian maka mereka pasti akan kirim
orang-orang yang lihai untuk menyerbu secara besar-besaraan
lagi, apalagi Say phoa an telah berhasil menolong dirinya Chio
bin Ie hiap locianpwee, mereka pasti akan merasa curiga. "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak ada jawaban dari mereka. Mereka sesungguhnya tidak
menduga bahwa persiapan pemuda buruk itu ada sedemikian
rapi. suasana tampak hening, semua mata dutujukan kepada
Tan Liong.
Lalu Tan Liong berkata pula,
"Maka dari itu kita harus tanam obat peledak dibawak kaki
gunung Ciong lam san ini. Begitu melihat orang-orang Thian
seng hwee datang menyerbu kita lantas gunakan obat peledak
untuk menyambut kedatangan mereka! "
Thio koay lie Bun Ching lantas berkata,
"Tapi siapa yang ditugaskan untuk menyundut obat peledak
itu? "
"Aku sudah minta pertolongan seseorang, ia nanti akan tiba
pada saatnya, Sekarang biarlah aku periksa keadaan dibawah
gunung, tolong Chio bin Ie hiap locianpwee yang menanam
obat peledak. "
Chio bin Ie hiap anggukkan kepalanya.
Tan Liong bersama Oey Bwee Cian dan tujuh jago Ciong
lam pay turun kebawah gunung, mereka memasang obat
peledak dijalan-jalan penting yang menuju keatas gunung.
Tan Liong juga pesan semua anak murid Ciong lam pay
supaya rahasia itu jangan sampai bocor, jikalau tidak, akan
membawa akibat sangat hebat. Karena urusan ini ada
menyangkut nama baiknya Ciong lam pay, maka meski Tan
Liong tidak memberi peringatanpun mereka juga mengerti
sendiri.
Kembali keruangan tamu, hari sudah sore setelah dahar
malam, Tan Liong perintahkan Kwee Yan Sian datang
keruangan tamu. Ia perintahkan melarang segala orang keluar
masuk tempat-tempat penting di gunung itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama itu, perhubungan antara Tan Liong dan Oey Bwee
Cian, sudah tentu makin erat sedang si nona baju merah yang
melakukan perjalanan ke lembah Lui in kiok, benar saja telah
menemukan peti mati Tan Liong yang masih berisi mayatnya.
Maka, ia telah dapat kenyataan bahwa Tan Liong benarbenar sudah mati.
Tan Liong sering menghibur Cu Lian. Selama beberapa hari
itu Cu Lian jarang bicara, ia benar-benar sangat menderita. Ia
sekarang menjadi seorang yang sudah tak mempunyai apaapa lagi, kecuali anaknya Ie Liong, yang memberi hiburan bagi
hatinya yang luka.
Sang waktu berlalu dengan tanpa terasa, tanggal sembilan
akhirnya tiba.
Partai Ciong lam pay tampak amat sibuk dan riang gembira,
bagi semua anak murid Ciong lam pay sudah tentu hari itu
merupakan suatu hari yang amat penting.
Partai Ciong lam pay sejak meninggalnya Yo Swie Peng
yang tanpa diketahui dimana mayatnya, telah menjadi suatu
partai yang tak mempunyai ketua. Ayah Oey bwee Cian yaitu
Oey Jit Hie, juga cuma merupakan wakil pejabat ketua saja.
Dan setelah Oey jit Hie menutup mata, jabatan itu jatuh
ditangan Oey Bwee Cian.
Hari itu semua anak murid Ciong lam pay sudah berkumpul
dalam ruangan Tiang gie tian, untuk menghadiri upacara
bersejarah itu.
Tan Liong kawatir orang-orang Thian seng hwee akan
menggunakan kesempatan itu datang menyerbu kegunung,
maka pada sehari sebelumnya, ketika Chie Peng dan Chie Cui
tiba diatas gunung telah minta pada mereka untuk menjaga
obat peledak. Apabila melihat orang-orang Thian seng hwee
datang segera meledakknanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentang kematian empat puluh lebih orang-orangnya dan
tentang pengangkatan ketua partai Ciong lam pay, sudah
tentu diketahui oleh Thian seng hwee, maka pada tanggal
sembilan hari itu, juga mengirim lima puluh lebih orangorangnya yang terpandai untuk menyerbu gunung Ciong lam
san. Dengan demikian, maka gunung Ciong lam san dengan
sendirinya telah diliputi suasana gawat.
Di dalam ruangan Tiang gie tian, meski semua anak murid
Ciong lam pay diliputi perasaan riang gembira, namun tampak
sunyi dan khidmat.
Upacara itu akan dilakukan pada jam tiga siang.
Menjelang jam tiga siang, Oey Bwee Cian dengan diantar
oleh Tan Liong, Lie Bun Ching, Li Tiauw Yang dan tujuh jago
dari Ciong lam pay memasuki ruangan upacara.
Ketika Oey Bwee Cian memasuki ruangan tersebut, semua
anak murid Ciong lam pay pada berdiri memberi hormat. Oey
Bwee Cian setelah melakukan upacara sembahyang di
hadapan meja leluhur dan couwsunya lantas duduk di atas
kursi ketua.
Karena saat itu panji partai masih berada ditangan Tan
Liong, maka ia juga duduk diatas kursi yang disediakan untuk
tempat yang harus menyerahkan panji tersebut.
Menurut tingkatan, adalah Li Tiauw Yang yang menjadi
Tiangcu bagian hukum yang tertinggi tingkatannya, maka ia
yang bertindak selaku ketua dalam upacara tersebut.
Berdiri diatas panggung, Li Tiauw Yang sambil memandang
semua anak murid Ciong lam pay lalu berkata,
"Saudara-saudara semua duduklah! "
Mendengar perkataan itu, semua anak murid yang semula
pada berdiri lantas duduk ditempatnya masing-masing,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Tiauw Yang berkata pula,
"Jabatan ketua partai kita, selama empat puluh lima tahun
ini telah lowong sebab sejak menghilangnya ketua partai kita
yaitu almarhum Yo Swie Peng siansu, panji partai kita juga
turut menghilang sehingga tidak dapat dilakukan upacara
serah terima secara resmi. Oey Jit Hie suheng meski untuk
sementara menjabat kedudukan tersebut dan yang kemudian
jatuh dipundak Oey Bwee Cian, hingga hari ini partai kita
merupakan satu partai yang tidak ada ketuanya yang resmi.
Sejak partai kita didirikan oleh couwsu kita, hingga kini
sudah mempunyai riwayat tidak kurang dari beberapa ratus
tahun. Selama itu, nama partai kita dapat disejajarkan dengan
partai-partai Siao Lim pay, Bu tong pay dan lain-lainnya.
Tapi sejak Yo Siansu menghilang, partai kita mulai mundur.
sudah tentu ini disebabkan karena tiada ada ketuanya, tapi
sebab yang utama ialah pertempuran antara partai kita
dengan partai Ngo bie pay, yang mengakibatkan runtuhnya
banyak tenaga lihai, sehingga partai kita menjadi seperti
sekarang ini.
Belum lama berselang Thian seng hwee telah menganggap
partai kita sebagai satu partai kecil yang tak berarti, hingga
hendak digabung menjadi satu, untung Tuhan masih
melindungi kita, dalam saat genting itu telah muncul ketua
kita untuk generasi kedelapan. Tan Liong. Ia ada membawa
panji partai kita, dan untuk menolong partai kita dari
keruntuhan sudah seharusnya ia menjabat kedudukan ketua
untuk generasi ke delapan.
Tapi sayang Tan Liong yang berusaha hendak menolong
partai kita dari cengkeraman tangan Thian seng hwee
akhirnya ia gugur ditangan perkumpulan tersebut, hal ini
sesungguhnya merupakan suatu kerugian besar bagi partai
kita. Ketua kita Tan Liong sebelum menutup mata, telah
menyerahkan panji partai kita kepada sahabat ini dan beliauTiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpesan supaya Oey Bwee Cian menjabat ketua untuk
generasi kedelapan.
Kalau partai kita masih berdiri sampai sekarang ini,
saudara-saudara tentunya semuanya sudah tahu itu adalah
berkat bantuan tenaga dari sahabat kita ini. Ia bukan saja
membasmi semua orang-orang Thian seng hwee yang
jumlahnya empat puluh jiwa yang ditugaskan untuk
menguasai partai kita, bahkan telah menolong jiwa Ciang bun
jin kita nona Oey Bwee Cian serta mengatur upacara
pengangkatan ketua kita.
Jika tidak ada dia Ciong lam pay mungkin sudah bubar,
maka sahabat ini tidak salahnya kalau kita anggap sebagai
orang yang paling berjasa bagi partai kita .... "
Bicara sampai disitu Li Tiauw Yang tampaknya sangat
terharu sambil memandang Tan Liong sejenak ia berkata pula,
"Selanjutnya, nanti setelah Oey Bwee Cian menjabat
kedudukan ketua, harap saudara-saudara suka mencintai
Ciong lam pay seperti dulu, tetap membantu ketua kita yang
baru melakukan tugasnya. Jika saudara-saudara masih ada
persoalan yang ingin dibicarakan, harap segera dikemukakan."
Pertanyaan Li Tiauw Yang itu ternyata tidak ada yang
menyambut. Enam ratus lebih anak murid yang hari itu dalam
upacara tersebut semua pada diam.
Li Tiauw Yang dengan sinar mata tajam mengawasi semua
anak murid itu sejenak lalu berkata,
"Jika saudara-saudara sudah tak ada usul apa-apa, sukalah
saudara-saudara turut perintah ketua generasi ke delapan
partai kita. "
"Teecu semua mentaati pimpinan, jika ada yang melanggar
peraturan partai, kami rela menerima hukuman .... " demikian
terdengar suara riuh dari murid-murid yang hadir.
Li Tiauw Yang tersenyum kemudian berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih atas bantuan saudara-saudara semua,
sekarang waktunya telah tiba, maka upacara serah terima ini
akan dimulai. "
Sehabis berkta ia segera mengundurkan diri bersama tujuh
jago Ciong lam pay.
Tan Liong lantas berdiri, dari dalam bajunya ia
mengeluarkan panji partai. Para hadirin pada berdiri memberi
hormat.
Tan Liong tancapkan panji kepercayaan di atas meja
sembahyang, setelah itu ia kembali ketempat duduknya.
Setelah Oey Bwee Cian hendak berdiri, mendadak dari luar
terdengar suara orang ketawa aneh, sesosok bayangan
manusia, dengan cepat melayang terus ke dalam ruangan
upacara.
Kedatangan orang secara mendadak itu bukan saja
mengherankan Tan Liong, tapi juga mengejutkan semua anak
murid Ciong lam pay.
Orang yang baru datang itu ternyata mempunyai tiga mata.
Li Tiauw Yang dan Lie Bun Ching ketika melihat datangnya
orang itu, tampaknya juga terperanjat. Mereka buru-buru
maju memberi hormat seraya berkata, "Teecu hunjuk hormat
kepada Susiok! "
Orang bermata tiga itu lantas menjawab sambil ketawa
dingin,
"Jiwi tidak usah banyak memakai peraturan, sungguh tidak
mengira pada hari terpenting ini hampir saja aku tak keburu
hadir. "
Sikapnya yang sangat jumawa dari orang bermata tiga itu
Tan Liong yang menyaksikan wajahnya lantas berubah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Tiauw Yang dan Lie Bun Ching tampaknya sangat cemas,
pada saat itu orang bermata tiga itu sudah berjalan
menghampiri meja sembahyang.
Say phoa an segera lompat maju dan berjata dengan suara
gusar,
"Jisusiok, sekarang hendak dilakukan upacara serah terima
jabatan ketua, susiok seharusnya bantu jaga ketertiban,
jangan sampai terjadi heboh. "
Orang bermata tiga itu perdengarkan suara dingin
kemudian berkata,
"Apa? Apakah kau tidak ijinkan aku datang? "
"Bukan begitu, hanya .... "
"Hanya takut kalau aku mengacau upacara ini? "
Kala itu ia sudah naik keatas mimbar, mata menyapu
semua anak murid Ciong lam pay lalu berkata dengan nada
suara dingin,
"Tidak disangka semua anak murid partai kita hari ini
berkumpul disini seluruhnya, ini paling baik. Aku dengan
seorang diri merantau diluar sudah enam puluh tahun lebih
lamanya, hingga hampir saja tidak keburu menghadiri hari
penting ini! "
Sehabis berkata ia perdengarkan pula suara ketawa yang
aneh. ...
Dengan sinar mata dingin Tan Liong mengawasi orang
bermata tiga itu. Dalam otaknya mendadak teringat sesuatu
.... wajahnya mendadak berubah, lalu menanya kepada salah
satu dari tujuh jago.
"Numpang tanya siapa orang itu? "
"Orang ini adalah sute Yo Swie Peng siansu, dia bernama
Hoan Bun Liang, gelarnya iblis bermata tiga, dia selalu beradaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
di luar saja, tidak disangka hari ini mendadak dia datang ke
gunung. .... "
Mendengar disebutnya nama Iblis bermata tiga, wajah Tan
Liong berubah seketika, sebab dalam pesan Yo Swie Peng ada
pernah kata bahwa Iblis bermata tiga ini bersama Tan Liok lie
yang mencelakakn dirinya. ....
Ingat pesan tersebut, ia lantas ambil keputusan hendak
menyingkirkan jiwa Iblis mata tiga itu.
Iblis bermata tiga sangat jumawa dan tidak pandang mata
kepada siapapun juga, sudah tentu tidak tahu kalau ada orang
yang mengincar dirinya. Ia malah masih berkata dengan suara


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantang.
"Semua anak murid Ciong lam pay yang berada di sini,
siapa diantara kita yang tingkatnya paling tinggi? "
Li Tiauw Yang segera menjawab dengan perasaan kurang
senang,
"Sudah tentu susiok yang tingkatnya paling tinggi, tapi
susiok sudah lama meninggalkan partai kita hingga berarti
sudah keluar .... "
"Kapan aku pernah keluar dari partai Ciong lam pay?
Karena suheng Yo Swie Peng sudah meninggal dunia, maka
kedudukan ini sudah tentu disarankan padaku. Oey Bwee Cian
ada seorang wanita, bagaimana bisa menyambut kedudukan
penting ini .... ? "
Sebelum iblis mata tiga itu melanjutkan ucapannya
mendadak terdengar suara bentakan bagaikan geledek,
"Iblis mata tiga, tutup mulutmu .... "
Suara itu bukan saja menggetarkan semua anak murid
Ciong lam pay, tapi si Iblis mata tiga sendiri juga terperanjat!
Suasana menjadi kalut, semua anak murid Ciong lam pay
yang ada disitu pada terkejut,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Iblis bermata tiga mengawasi Tan Liong sejenak, lalu
berkata dengan sombongnya.
"Bocah jelek, kau siapa? Mengapa begitu berani mati di
hadapanku? "
Tan Liong berdiri perlahan-lahan nafsunya membunuh
semakin besar,
"Iblis mata tiga, harap kau segera keluar dari sini .... "
Ucapan Tan Liong kembali mendebarkan semua anak anak
murid Ciong lam pay. Mereka sesungguhnya tidak sangka
pemuda wajah jelek itu berani mengusir keluar si iblis bermata
tiga.
"Keluar dari sini? " balas menanya si iblis mata tiga sambil
ketawa besar, "Dengan hak apa kau mengusir? "
"Apakah saudara-saudara tahu bagaimana Yo Swie Peng
menemukan ajalnya .... ? "
Tidak ada jawaban dari semua anak murid Ciong lam pay.
Mereka hanya memandang Tan Liong dengan sinar mata
keheran-heranan.
Tan Liong berhenti sejenak lalu berkata pula,
"Tentang peristiwa ini, kecuali ada dalam buku catatan,
ternyata semua anak murid Ciong lam pay tidak satupun yang
tahu! "
Ia lalu berpaling dan mengawasi Iblis mata tiga dengan
sinar mata dingin kemudian berkata pula,
"Si iblis bermata tiga karena hendak merebut kedudukan
ketua, ia telah menggunakan akal busuk mencelakakan diri Yo
Swie Peng. "
Perkataan Tan Liong ini kembali menghebohkan ruangan
upacara, sedang iblis bermata tiga juga lantas berubah
wajahnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara-saudara jangan berisik. Urusan ini aku yang akan
membereskan, sekarang aku hendak bunuh mati iblis bermata
tiga ini. "
Sehabis berkata dengan kecepatan bagaikan kilat ia
menyergap iblis mata tiga dan menyerang dengan tangan
kanannya.
Suasana menjadi gawat, semua anak murid Ciong lam pay
gempar.
Tan Liong menyerang dengan menggunakan ilmunya Yang
ciang yang mengandung hawa panas, hingga hawa panas itu
dengan cepat sudah menyerbu diri si iblis mata tiga.
Iblis bermata tiga itu karena mengandalkan kepandaiannya
sendiri yang sangat tinggi semula tak pandang mata Tan Liong
yang dianggapnya masih bau pupuk bawang, maka ketika Tan
Liong melancarkan serangannya, ia lantas menyambuti
dengan tangan kanan juga ....
Siapa tahu ketika serangan mereka beradu, hawa panas
telah menyerang ulu hatinya, dalam kagetnya buru-buru
lompat mundur. Tan Liong tak memberi kesempatan padanya
untuk mundur. Sambil keluarkan bentakan nyaring, ia
menyerang lagi dengan tangan kirinya yang mengandung
hawa dingin.
Diserang secara demikian iblis bermata tiga itu benar-benar
tak sanggup bertahan, seketika itu juga lantas jatuh roboh
ditanah.
Kembali Tan Liong ayun tangan kanannya menyerang si
iblis mata tiga yang sudah rebah ditanah.
Mendadak terdengar suara jeritan. "Ayah! "
Tapi suara itu datangnya terlambat, karena serangan Tan
Liong sudah membikin batok kepala Iblis mata tiga itu hancur
berantakan dan mati seketika itu juga.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesosok bayangan putih segera menubruk mayatnya iblis
bermata tiga sambil berteriak. "Ayah ....! " dan kemudian
menangis tersedu-sedu.
Tan Liong mundur dua tindak, matanya segera dapat lihat
siapa adanya bayangan putih itu seketika itu ia lantas roboh
ditanah.
Bayangan yang menubruk mayat si iblis bermata tiga itu
bukan lain daripada Hoan Giok Hoa ....
Otak Tan Liong mau pecah, matanya berkunang-kunang
sekujur badannya dirasakan dingin.
Sungguh tidak disangka-sangka si iblis bermata tiga Hoan
Bun Liang itu ternyata adalah ayahnya Hoan Giok Hoa.
Ini kembali merupakan suatu penderitaan batin yang
sangat hebat bagi Tan Liong.
Dalam ruangan upacara saat itu menjadi heboh, apa yang
mengejutkan dan membuat heran semua orang Ciong lam pay
dalah kepandaian Tan Liong yang dalam beberapa jurus saja
sudah membikin tamat riwayatnya iblis bermata tiga.
Ratap tangis Hoan Giok Hoa, telah membuat suasana
upacara itu diliputi oleh kesedihan. Tapi bagi Tan Liong
setelah berpikir masak-masak dapat menguasai kembali
perasaannya.
Meski tidak seharusnya ia membinasakan ayahnya Hoan
Giok Hoa, tapi dalam pesan Yo Swie Peng yang mengatakan
dengan tegas, tidak boleh tidak ia harus melaksanakan
pesannya itu.
Matanya lalu menyapu anak murid Ciong lam pay lalu
memandang Hoan Giok Hoa yang masih menangis sambil
memeluki tubuh ayahnya. Ia menghela napas lalu berjalan
menghampiri Li Tiauw Yang dan berkata padanya.
"Locianpwee, sekarang sudah tiba saatnya atau belum? "Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Tiauw Yang melihat cuaca lalu menjawab,
"Belum"
"Kalau begitu, upacara ini dapat dilakukan tepat pada
waktunya. "
Saat itu Hoan Giok Hoa mendadak lompat bangun dan
menerjang Tan Liong seraya berkata,
"Laki-laki buruk rupa, kembalikan nyawa dari jiwa ayahku! "
Tangannya lalu diayun, menyerang Tan Liong.
Tan Liong tidak menduga Hoan Giok Hoa akan menyerang
padanya dengan secara mendadak, dalam kagetnya ia lantas
lompat mundur beberapa tindak untuk menghindarinya.
Juga pada saat itu Hoan Giok Hoa melancarkan
serangannya, sesosok bayangan merah dengan kecepatan
bagaikan kilat melayang terus keruangan upacara.
Bayangan merah itu bukan lain daripada si nona baju
merah Teng Chun Kiok.
Serangan Hoan Giok Hoa yang mengenakan tempat
kosong, tampaknya sangat penasaran, ia maju menerjang lagi
dengan beruntun melancarkan serangaannya sampai tiga kali.
Tata tertib upacara telah menjadi kalut. Sikap anak murid
Ciong lam pay tampak sangat gelisah, beberapa diantaranya
sudah lari keluar.
Oey Bwee Cian yang menyaksikan keadaan demikian,
parasnya juga berubah, ia tidak menduga bahwa pada hari
yang sangat penting itu bisa timbul keributan tersebut.
Kita balik lagi pada Hoan giok Hoa yang menyerang Tan
Liong secara kalap, walaupun serangannya cukup hebat tapi ia
masih tidak berdaya. Tan Liong tidak mau balas menyerang
hanya dengan jalan mundur dan mengelak, ia hindarkanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap serangan si nona. satu waktu ia desak mundur Hoan
Giok seraya berkata,
"Nona Hoan, kau dengarlah keteranganku. "
Hoan Giok Hoa yang sudah kalap, mana mau dengar
keterangan Tan Liong? Maka ia lantas membentak,
Kembali ia menyerang bertubi-tubi.
Tan Liong hilang sabarnya, terpaksa ia balas menyerang
dengan ilmu Im ciang.
Hoan Giok Hoa tiba-tiba merasa dingin sekujur badannya,
parasnya lantas berubah, kakinya gemetaran dan akhirnya
roboh ke tanah.
Hati Tan Liong merasa sedih, hampir saja ia menubruk
tubuh Hoan Giok Hoa untuk memberitahukan padanya bahwa
ia sendiri adalah Tan Liong.
Mendadak terdengar suaranya si nona baju merah,
"Tuan, kau sungguh kejam. "
Mendengar perkataan si nona baju merah Tan Liong
menjawab dengan bernada suara dingin.
"Si iblis bermata tiga ada seorang jahat yang tidak dapat
diampuni lagi dosanya, sudah seharusnya diberi hukuman
mati. Bagaimana aku bisa dikatakan kejam? "
"Tan Liong, kau tak usah mengelabuhi mata orang lagi
terhadap gadis yang cinta dirimu dengan tulus hati mengapa
kau berlaku begitu kejam? Apalagi dia dengan kau sudah ada
hubungan suami isteri. "
Ucapan si nona baju merah itu bukan saja mengejutkan
hati Tan Liong tapi juga Oey bwee Cian yang mendengarnya
lantas pucat rupanya.
Dengan cepat Tan Liong sudah dapat menguasai
perasaannya. Jawabnya dengan nada suara dingin,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa artinya perkataan nona ini? Siapa yang kau
maksudkan dengan Tan Liong? "
"Kau. " Sahutnya sambil tertawa seperti orang gila. "Tan
Liong, kau jangan menipu orang lagi, dengan agungkan ilmu
Im yang Thian tee ciang kau telah membinasakan dirinya
Cong hay Seng kun, dengan ilmu itu pula membunuh mati
Hoan Bun Liang apakah ada Tan Liong kedua? "
Tan Liong benar-benar terperanjat ia memandang si nona
Matahari Esok Pagi 20 Detektif Stop - Teror Melanda Kelas 9a Petualangan Manusia Harimau 9

Cari Blog Ini