Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 10

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 10


1295 kepala, Tan Hoo juga melihat dan terkejut oleh
kehebatan Chi Koan maka wakil dari Heng-san
ini berkelebat lagi dan Sin-sian-hoan-engnya
dikeluarkan lebih hebat dari empat tosu berikat
kepala kuning.
"Wut-wutt!" bayangan tosu itu menyambar dua
kali. Ia melepas serangan tapi ditarik lagi
karena Chi Koan mengelak dan mundur
menjauh, diganti dengan sapuan kaki dan
sebentar kemudian lima tusukan jari susulmenyusul menyambar Chi Koan. Cakar Naga
yang dulu pernah dipakai Siang Kek maupun
Siang Lam di Go-bi kini tiba-tiba diperlihatkan,
cepat dan bertubi-tubi dan Chi Koan kaget
melihat lawan yang lebih tangguh. Bajunya
tahu-tahu robek terkena cakar lima jari itu.
Amatlah cepatnya! Dan ketika tahu-tahu ia
sudah terdesak dan mendapat tekanan berat,
tosu itu mengelilingi tubuhnya dengan Dewa
1296 Menukar Bayangan maka apa boleh buat Chi
Koan membentak dan mengeluarkan Lui-thianto-jitnya itu, Kilat Menyambar Matahari.
"Tosu bau, beritahukan dulu siapa kau. Atau
nanti aku tak mau bertanding!"
"Keparat, kau berhadapan dengan wakil Hengsan, bocah. Pinto adalah Sin Gwan Tojin.
Sekarang hadapi pinto dan coba perlihatkan
ilmu-ilmumu apakah pantas menantang
sesepuh Heng-san!"
**SF**
(Bersambung jilid 17)
Bantargebang, 06-09-2018,20:54
1297 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 17
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1298 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 17
CHI KOAN terkejut. Si tosu sudah beterbangan
dengan pukulan menyambar-nyambar dan Luiyang Sin-kang serta Cakar Naga demikian
cepat menyerangnya susul-menyusul. Antara
gerak yang satu dengan gerak yang lain
amatlah cepatnya karena kecepatan tosu itu
memang luar biasa. Baru sekarang Chi Koan
tahu bahwa inilah kiranya wakil Heng-san, sute
dari Tan Hoo Cinjin dan samar-samar ia ingat
siapa kiranya tosu ini, yang dulu juga pernah
ke Go-bi namun tidak semenonjol Tan Hoo
1299 ataupun mendiang To Hak Cinjin, ketua Hengsan lama. Dan ketika apa boleh buat ia harus
bergerak cepat dan kembali tusukan Cakar
Naga merobek bajunya, suara memberebet itu
disusul oleh sorak-sorai murid-murid Heng-san
maka Chi Koan merah mukanya dan
membentak mengeluarkan ilmu kepandaiannya
pula. Bayangan lawan yang naik turun
menyambar-nyambar ?iiringi jejakan kakinya
yang kuat ke bumi, berkelebat dan terbang
pula menyambar-nyambar mengikuti lawan.
Lalu ketika pukulan demi pukulan juga
menghantamnya demikian dahsyat, tosu itu
mempergunakan Lui-yang Sin-kangnya dan
Ngo-liong-jiauw (Cakar Lima Naga) mendadak
Chi Koan sudah mainkan Lui-thian-to-jitnya
dan dengan Cui-pek-po-kian dan Thai-san-apting dia menangkis dan membalas.
"Des-dess-plakk!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Murid-murid Heng-san terguncang. Sin Gwan
Tojin terlempar sementara pemuda itu juga
tergetar, maju terhuyung lagi dan kini
membalas dan lawan berjungkir balik
menangkis. Pertandingan yang sudah seru
menjadi lebih seru lagi karena Chi Koan
menggereng dan mengejar lawan. Dan ketika
Sin Gwan terkejut namun dapat menolak
pukulan Chi Koan, tergetar dan bertanding lagi
maka dua orang itu sudah bergerak serangmenyerang dan pukulan atau tangkisan silih
berganti.
"Duk-plak-plakk!"
Pertandingan menjadi tegang. Anak-anak
murid yang semula bersorak dan menjagoi
jago mereka mendadak kini diam dan tak
bersuara. Kini dalam setiap tangkisantangkisannya selalu Sin Gwan Tojin tertolak
mundur. Tosu itu tergetar dan terhuyung1301 huyung. Lui-yang Sin-kang, dan Cakar
Naganya, tak mampu menembus kekebalan
Chi Koan dan inilah yang mengejutkan si tosu.
Ia kaget dan heran tapi selanjutnya ia ditekan
dan didesak pukulan-pukulan lawan. Cui-pekpo-kian melindungi pemuda itu sementara
pukulan-pukulan Thai-san-ap-tingnya kian
berat menindih kepala. Thai-san-ap-ting atau
Gunung Thai-san Tindih Kepala ini benar-benar
tepat dengan ilmunya. Dorongan atau pukulan
telapak pemuda itu membawa deru angin kuat
di mana si tosu merasa tertekan, tertindih.
Tapi melihat bahwa pemuda itu kiranya hanya
mengeluarkan ilmu-ilmu yang ini saja, sebagai
orang berpengalaman tahulah Sin Gwan Tojin
bahwa Chi Koan tak memiliki ilmu lain, pemuda
itu hanya mengandalkan dua ilmu ini dan tiga
dengan ilmu meringankan tubuhnya, Chi Koan
berkelebatan luar biasa cepat dengan Luithian-to-jitnya makea tosu itu membentak dan
1302 sekali tangannya bergerak ke belakang tahutahu ia telah mencabut tongkat panjang,
tongkat beronce.
"Anak muda, ilmu silatmu tak banyak ragam.
Kau hanya m?ngandalkan itu-itu saja. Bagus,
hati-hati pinto mencabut senjata!"
"Ha-ha!" Chi Koan tertawa bergelak, sombong.
"Kau boleh mengeluarkan semua senjatamu,
Sin Gwan Tojin. Dan coba kalahkan aku
biarpun ilmuku hanya ini-ini saja!"
"Baik, kau sombong seperti gurumu. Awas....!"
tosu itu mengeluarkan pekik dahsyat, tongkat
dilepas dan tiba-tiba menyambar Chi Koan
dengan gaya tongkat terbang. Tongkat benarbenar terbang dan lepas dari tangan tosu ini.
Dan karena itulah Hui-thian Sin-hoat atau Silat
Sakti Tongkat Terbang dan yang
menggerakkan kali ini adalah langsung tokoh
1303 Heng-san sendiri, bukan anak-anak muridnya
maka Chi Koan terkejut juga dan menangkis.
"Plakk!"
Tongkat membalik dan menyambar kepalanya
lagi! Chi Koan terkejut dan menolak tapi
tongkat ganti menyambar tubuhnya yang lain.
Dan ketika berturut-turut tongkat itu mematuk
atau menyambar bagai ular hidup, pemuda itu
berubah maka lawan tertawa bergelak dan
mengejeknya, Hong-thian-lo-tee dikeluarkan
pula sebagai pengiring dari Lui-yang Sin-kang
dan pukulan-pukulan Cakar Naga.
"Ha-ha, bagaimana, anak muda? Kau puas?"
Chi Koan terkejut sejenak. Setelah dia mampu
mendesak dan menekan lawan dengan
dorongan-dorongan Thai-san-ap-ting maka dia
agak sombong dan lengah. Dia menganggap
1304 lawannya tak mungkin bertahan lagi dan Chi
Koan bangga. Ia lupa bahwa sebagai wakil
Heng-san tentu lawannya itu bukan sembarang
lawan, pasti memiliki ilmu-ilmu lain sebagai
cadangan. Dan ketika benar saja ilmu itu mulai
dikeluarkan dan tongkat menyambar-nyambar
mengacau perhatiannya, ditolak tapi kembali
lagi dan menyerang bagian-bagian lain
tubuhnya, menggigit dan tentu saja membuat
Chi Koan marah maka pemuda ini berseru
nyaring dan teringat tongkat empat tosu
berikat kepala merah, yakni adik-adik
seperguruan Sin Gwan Tojin yang merupakan
tokoh ketiga. Dan begitu ia teringat ini dan
melihat itulah silat tongkat terbang yang sama
gayanya, ia meniup dan mengerahkan khikang
maka tongkat membalik bertemu tiupan Chi
Koan yang dahsyat.
"Wusshhhhh......!"
1305 Ini tak disangka. Sin Gwan Tojin tadi belum
melihat permainan mulut Chi Koan dan kini
begitu menerima hembusan mendadak saja ia
berteriak. Bukan saja tongkatnya tetapi iapun
tertiup mundur. Bahkan, anak-anak murid
yang lain terpelanting dan roboh berteriakteriak. Semua orang kaget! Dan ketika Chi
Koan tertawa bergelak dan tongkat terbang
menghantam ke belakang, menghajar tujuh
orang murid di sana maka mereka itulah yang
menjadi korban dan roboh pingsan dengan
kepala benjol sebesar bola ping-pong!
"Tak-tak-takk!"
Serangan atau jitakan tongkat ini hebat sekali.
Sin Gwan Tojin yang menggerakkan tentu saja
mainkan tongkat itu dengan tenaga yang besar.
Tak ayal, begitu membalik maka anak-anak
muridnyapun roboh. Tapi karena ini adalah
hembusan pemuda itu dan Sin Gwan kaget
1306 melihat tiupan dahsyat Chi Koan, tak
disangkanya pemuda itu memiliki khikang luar
biasa maka ia bergulingan dan murid-murid
dibentak mundur agar menjauh, begitu pula
Tan Hoo Cinjin yang melihat kehebatan Chi
Koan.
"Mundur.... mundur.... semua mundur!"
Chi Koan tertawa bergelak. Sekarang Ia pulih
lagi dan kepercayaan dirinya bertambah besar.
Benar, ia masih dapat bertahan dan tak perlu
ia takut oleh macam-macam ilmu silat lawan.
Dan ketika ia mengejar dan Sin Gwan Tojin
bergulingan meloncat bangun, Chi Koan
berkelebat dan tiba di dekatnya maka pemuda
ini melepas Thai-san-ap-ting dan tangan
kirinya menampar dengan Cui-pek-po-kian.
"Dess!"
1307 Sang tosu menangkis dan berseru tertahan.
Kedudukannya masih buruk karena ia baru
saja melompat bangun, Chi Koan demikian
cerdik tak mau kehilangan kesempatan. Dan
ketika tosu itu terpental dan terlempar kembali,
terguling-guling maka selanjutnya Chi Koan
mengejar dan menghantam lagi. Gerakan Luithian-to-jit nya sungguh menandingi Sin-sianhoan-eng namun pukulannya Thai-san-ap-ting
maupun Cui-pek-po-kian terasa berat bagi tosu
ini. Sin Gwan mengelak tapi tetap juga kena
gempur. Dan ketika untuk ketiga kalinya ia
mencelat dan tak diberi kesempatan membalas,
Chi Koan benar-benar tak mau lawannya
berdiri tegak maka si tosu jatuh bangun namun
Chi Koan kagum juga karena Sin Gwan tak
segera roboh. Tosu itu tak mampu membalas
dan ia menjadi bulan-bulanan pukulan lawan.
Meskipun jatuh bangun dan ah-uh-ah-uh
menderita kesakitan wakil ketua Heng-san ini
1308 tangguh juga. Tapi karena lama-lama ia bakal
terluka dan Tan Hoo Cinjin tentu saja tak mau
membiarkan sutenya celaka maka tiba-tiba


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketua Heng-san ini bergerak dan membentak
Chi Koan.
"Anak muda, berhenti!"
Murid-murid Heng-san bersinar. Mereka sudah
gelisah dan mau maju tapi menunggu
komando sang ketua. Kini sang ketua sudah
maju dan jari telunjuknya mencicit menyambar
Chi Koan. Sinar putih panas menuju pundak
pemudai ini dan Chi Koan terkejut. Dan ketika
ia mengelak namun sinar putih itu mengejar, ia
membalik dan menangkis maka Cui-pek-pokian bertemu Tit-ci-thian-tung yang hanya
dipelajari kakek ini
"Crat!" lelatu bunga api muncrat di udara. Chi
Koan terhuyung tapi lawan juga tergetar
1309 mundur, jari sakti itu bertemu pukulan sakti
dan dua-duanya sama membelalakkan mata.
Bunga api itu hilang dan lenyap setelah
mengepulkan asap. Hebat. Dan ketika kakek
ini kagum namun Chi Koan tertawa bergelak,
marah, maka pemuda yang sudah membalik
itu berseru, di sana Sin Gwan Tojin sudah
meloncat berdiri dan gemetaran mengusap
keringat, selamat dari tekanan Chi Koan.
"Ha-ha, boleh maju sekalian, Heng-san-paicu.
Ayo keroyok dan tandingi aku!"
"Hm, luar biasa sekali. Hebat. Kau anak muda
yang mengagumkan!" Tan Hoo Cinjin berseru
dan mengibaskan lengan, masing-masing
sudah berhadapan. Kau luar biasa dan hebat,
Chi Koan. Tapi kau tak boleh mengganggu sute
pinto. Hayo, lawanlah pinto dan tandingi Tit-cithian-tung!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ha-ha, itu Jari Sakti Tuding Ke Timur? Bagus,
aku sudah mendengar dari suhu, tapi katanya
milik si tua bangka Siang Kek dan Siang Lam
Cinjin. Kiranya sudah diwariskan kepadamu,
bagus, maju dan mari kita bertanding!"
"Hm, pinto akan merobohkanmu. Tapi kalau
kau mau menyerah baik-baik biarlah pinto tak
usah menurunkan tangan kejam!"
"Tangan kejam? Ha-ha, kau tak dapat
mengalahkan aku, Tan Hoo Cinjin. Kau boleh
lihai tapi aku lebih lihai lagi. Justeru kalau kau
mau tunduk dan berlutut di kakiku maka kau
tak akan kubunuh. Atau nanti kuhajar seperti
sutemu tadi!"
Tan Hoo mendelik. Omongan si pemuda malah
membakar telinganya dan sebagai ketua Hengsan tentu saja ia terhina. Pemuda tu harus
dihajar. Maka begitu membentak tiba-tiba ia
1311 menggerakkan jarinya lagi dan sinar putih
meluncur.
"Kau anak kurang ajar.... crit!"
Chi Koan mengelak. Ia telah merasakan dan
tertawa bergelak diserang Tit-ci-thian-tung. Ia
tak takut dan sudah waspada. Dan ketika si
tosu menggerakkan tangannya lagi dan suara
mencicit mengejarnya ganas, menuju matanya
maka ia merunduk dan tangan kanan
mendorong dengan Thai-san-ap-ting, tadi
sudah mencoba dengan Cui-pek-po-kian.
"Dess!" dan.... hasilnya sama-sama
menggembirakan. Ia terhuyung dan lawan
tergetar mundur dan dari adu tenaga itu
tahulah dia bahwa ia sedikit di atas lawan. Ia
berada di pihak yang bertahan dan ternyata ia
mampu menahan. Kalau ia terhuyung itu
adalah lumrah, tenaga lawan jauh lebih kuat
1312 karena dibantu kedudukannya yang
memungkinkan. Dan ketika ia terkekeh dan
tiba-tiba melejit dengan Lui-thian-to-jitnya,
berkelebat dan tahu-tahu di belakang ketua
Heng-san ini maka Chi Koan membalas. Ia
sekarang mendahului dan lawan sebagai pihak
bertahan. Dan ketika si tosu menangkis tapi
terpental ke belakang, terbukti bahwa
sinkangnya masih menang setingkat maka Tan
Hoo berseru keras dan ketua Heng-san itu
cepat menggerakkan jarinya ke kiri kanan. Chi
Koan sudah menyerangnya bertubi-tubi dan
pukulan atau sambaran Thai-san-ap-ting
menderu dari mana-mana. Dua orang ini tibatiba sudah saling berkelebatan dan bayangan si
tosu tampak sibuk menangkis dan menghalau.
Tapi ketika tetap saja ia terpental dan Tit-cithian-tung kalah seusap menghadapi Thai-sanap-ting, perlu diingat bahwa tenaga Chi Koan
sudah dikuras untuk menghadapi Sin Gwan
1313 Tojin dan lain-lainnya tadi maka ketua Hengsan ini membentak dan tangan kirinya cepat
mencabut tongkat dan mainkan Hui-tung Sinhoat, tangan kanan masih menuding ke sana
ke mari dengan jari telunjuk mempergunakan
Tit-ci-thian-tung.
"Plak-plak-critt....!"
Muka si tosu segera berobah. Dengan Tit-cithian-tung ternyata kurang dan kini dibantu
tongkatnya masih juga ia tergetar. Hebat
pemuda ini! Dan ketika tosu itu berseru
panjang dan lengkingan atau pekikannya
menyuruh waspada yang lain, dia berkelebatan
dan membayangi bayangan Chi Koan yang
sudah naik turun menyambar-nyambar maka
dua orang itu sudah bertanding dan silih
berganti mencoba kepandaiannya dengan seru.
"Duk-plak-plakk!"
1314 Chi Koan tergetar dan teruyung mundur. Sang
ketua mainkan tongkat lebih lihai daripada Sin
Gwan Tojin dan si pemudapun meniupkan
hembusan khikang ke tongkat itu. Tidak
seperti sutenya yang tadi melepas dan
menerbangkan tongkat adalah Tan Hoo Cinjin
memegang dan mencengkeramnya erat-erat.
Dia khawatir tongkat itu dipukul balik dan
terbang mengenai murid-murid sendiri.
Kejadian seperti sutenya tadi tak mau diulang.
Dan ketika tongkat di tangan kiri sementara
jari telunjuk menuding dan mencicit
menghadapi Chi Koan, adu tenaga dan
kecepatan benar-benar terjadi di sini maka Chi
Koan mendapat kenyataan bahwa lawan lebih
lihai daripada tadi. Ketua Heng-san ini lebih
tenang dan mantap dibanding sutenya,
kepandaiannya juga setengah tingkat
dibanding Sin Gwan. Namun karena ia
menghadapi gabungan dua ilmu sakti dari Go1315 bi, dengan tangan kiri Chi Koan mainkan Cuipek-po-kian sementara dengan tangan kanan
ia mendorong dan melepas pukulan-pukulan
Thai-san-ap-ting, Chi Koan berseri dan gembira
bukan main maka sedikit tetapi pasti ia mulai
dapat mendesak lawan. Tit-ci-thian-tung,
tudingan jari sakti yang semula ditakutinya itu
kini berani diterima dengan tubuhnya. Chi
Koan ingin menguji kekebalan Cui-pek-po-kian
dan ternyata dapat. Dua kali ia tertusuk tapi
dua kali itu pula ia hanya tergetar. Ia hanya
tersengat rasa panas tapi setelah itu hilang.
Tertawalah pemuda ini mengejek lawan. Dan
ketika ia membalas dengan Thai-san-ap-ting
dan lawannya selalu terhuyung mundur, tidak
jauh tapi cukup memberi tahu bahwa Tan Hoo
tak kuat, Chi Koan girang sekali maka pemuda
ini tak mengkhawatiri tongkat di tangan si tosu
karena nanti kalau beterbangan ia akan
meniup dan menghembus dengan khikangnya.
1316 "Ha-ha, ayo Tan Hoo Cinjin. Keluarkan semua
kepandaianmu!"
Tosu ini merah. Ia telah mainkan Tit-ci-thiantung dan silat tongkat Hui-tung Sin-hoat.
Semua tak berguna banyak tapi ia masih
mempunyai ilmu-ilmu lain. Dan ketika ia
membentak dan merobah gerakannya, jari
telunjuk menuding dengan Tit-ci-thian-tung
tapi jari-jari lain mengerahkan Lui-yang Sinkang, ilmu listrik itu maka Heng-san-paicu ini
juga menendang dan bergerak dengan ilmu
silat Hong-thian-lo-tee.
"Jangan sombong, mendesak belum berarti
menang, anak muda. Pinto belum kalah dan
belum roboh!"
"Ha-ha, memang benar. Tapi setelah itu pasti
roboh... dess!" Chi Koan menangkis tendangan
Hong-thian-lo-tee, membungkuk dan saat itu
1317 tongkat di tangan lawan bergerak menyambar
kepalanya. Jari telunjuk dan jari lain juga
bergerak dengan Tit-ci-thian-tung dan pukulan
Lui-yang Sin-kang, hebat tosu ini, Dan ketika
Chi Koan menangkis namun serangan lain
menghantam dan mengenainya maka pemuda
itu terhuyung dan hampir saja terpelanting.
"Ha-ha, bagaimana, anak muda. Apakah kau
dapat merasakannya?"
"Hm, jangan girang. Aku tidak roboh!" Chi
Koan berseru, mukanya sedikit merah. "Kau
boleh hebat, Tan Hoo Cinjin, tapi tak mungkin
kau mengalahkan aku!" dan bergerak lagi
dengan dorongan-dorongan tangannya, Thaisan-ap-ting menyambar sementara Cui-pekpo-kian juga melindungi dan bertahan maka
serangan si tosu yang beruntun hanya
menggetarkan sejenak tubuh pemuda ini. Tan
Hoo memang hebat dan memang hanya tosu
1318 ini saja yang mampu menggerakkan satu
tangannya dengan dua pukulan sekaligus, Titci-thian-tung dan Lui-yang Sin-kang. Sutenya,
Sin Gwan, delum mampu melakukan itu tapi
itupun sebenarnya sudah cukup hebat bagi
tosu-tosu Heng-san ini. Mereka sudah
merupakan orang-orang pilihan dan karena
hebatnya Cui-pek-po-kian dan Thai-san-ap-ting
itu saja yang membuat ketua Heng-san ini
penasaran. Ia seakan membentur tembok. Dan
ketika kembali pukulan-pukulannya tak
mempan merobohkan lawannya itu, Chi Koan
hebat luar biasa dengan kekebalannya maka si
tosu terdesak ketika Chi Koan kembali
membalas.
Chi Koan tak lagi mau menerima pukulanpukulan lawan dan berkelebatan mengerahkan
ginkangnya. Kilat Menyambar Matahari, ilmu
meringankan tubuhnya itu, dipakai untuk
1319 menghindar dan dari situ ia membalas dan
melakukan tamparan-tamparan. Dan karena
Thai-san-ap-ting yang dimilikinya itu sudah
setingkat dengan gurunya, pemuda ini hanya
dapat dikalahkan dengan Hok-te Sin-kun maka
Tan Hoo tiba-tiba terdesak karena pukulan
atau dorongan pemuda itu selalu membuatnya
terhuyung-huyung. Tongkat dipakai menangkis
tapi tertolak kuat. Tit-ci-thian-tung dipakai
menusuk tapi malah tertekuk. Dan ketika tosu
itu kebingungan harus dengan ilmu apa ia
merobohkan lawannya ini, pucat dan kecewa
maka saat itulah Chi Koan berkelebat dan
menghantam perutnya.
"Heng-san-paicu, terimalah pukulanku!"
Tosu ini berubah. Ia sedang dalam posisi buruk
karena tadi terhuyung ke depan. Ia
menghantam tapi lawan berkelit. Dan ketika ini
ia menerima pukulan dan tak ada jalan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menangkis kecuali dengan memalangkan
tongkat dan menudingkan Tit-ci-thian-tung
maka tosu itu menangkis.
"Bress!" dan ia terlempar. Tongkatnya patah
dan Chi Koan terbahak mengejar, berseru lagi
melepas Thai-san-ap-ting dan ketua Heng-san
ini mengeluh. Ia bergulingan tapi tetap dikejar.
Dan ketika ia harus melempar tubuh ke sana

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sini tak sempat meloncat bangun, Chi Koan
kembali mencapai posisinya seperti ketika tadi
menekan Sin Gwan, sutenya, maka sebuah
pukulan mengenai tubuh laki-laki ini dan sang
ketua mencelat. Sebentar kemudian
keadaannya sama seperti adik seperguruannya,
murid-murid terbelalak dan bak-bik-buk
pukulan menghajar ketua Heng-san ini. Namun
karena ia kuat dan masih juga bergulingan,
sama seperti Sin Gwan Tojin tadi maka wakil
Heng-san menjadi marah dan membentak
1321 maju, empat sutenya juga bergerak
menyerang, disusul puluhan anak-anak murid
yang juga sudah tak dapat menahan diri ingin
menyelamatkan ketuanya.
"Bocah, hentikan keganasanmu!"
Chi Koan tertawa tapi menghentikan tawanya
mendengar deru angin yang dahsyat. Tiba-tiba
dari mana-mana menyambar hujan serangan
tapi yang paling hebat adalah Sin Gwan Tojin
dan empat orang adik seperguruannya, tosutosu berikat kepala merah itu, tokoh-tokoh
nomor tiga dari Heng-san. Dan ketika Chi Koan
membalik dan menangkis semua serangan ini,
yang lain-lain tak sempat dan dibiarkan
mendarat maka Chi Koan terpelanting dan
kaget serta marah.
"Heii.... des-des-dess!"
1322 Lima batang tongkat menghajar disusul
senjata-senjata lain. Semua marah dan
menerjang tapi di sana Tan Hoo Cinjin sudah
berseru agar murid-murid yang lain mundur.
Ketua Heng-san ini sudah dapat meloncat
bangun dan bantuan adik-adiknya tadi
menyelamatkan. Ia menggigil melihat
kedahsyatan anak muda ini. Tapi membentak
menyuruh anak-anak mundur, ia berkelebat
dan membantu lima adiknya maka Chi Koan
dikeroyok dan dihujani enam serangan dari
tokoh-tokoh kelas satu sampai tiga.
"Siancai, bocah ini benar-benar berbahaya.
Robohkan dia, dan tangkap!"
"Tidak, biar kita bunuh dia, suheng. Kita telah
?ihina dan diejeknya habis-habisan!"
"Benar," tosu bertahi lalat di sudut mulutnya
berseru. "Tak ada ampun untuk bocah
1323 semacam ini, suheng. Biarlah kita bunuh dan
pasang kepalanya di gerbang Go-bi!" dan Chi
Koan yang dikeroyok dan menghadapi
bayangan berkelebatan yang bukan main
banyaknya, masing-masing orang seakan
menjadi sepuluh maka Tan Hoo berseru agar
pemuda itu ditangkap saja, tidak dibunuh.
"Kita masih harus melapor kepada supek. Kita
tangkap dan hadapkan dia kepadanya. Biarlah
supek yang menentukan!"
Dan ketika adiknya yang lain mengangguk dan
sadar, omongan ketua harus diturut maka Chi
Koan kewalahan mendapat serangan bertubitubi. Lain tadi lain sekarang. Ia sudah
dikerubut enam tokoh Heng-san yang
berkepandaian tinggi. Yang tertinggi tentu saja
Tan Hoo Cinjin itu, baru kemudian sutenya
nomor satu, Sin Gwan Tojin. Dan karena
empat sutenya yang lain juga tokoh-tokoh
1324 andalan dan mereka sudah di atas kelas ratarata, hanya karena Cui-pek-po-kian dan Thaisan-ap-ting nya itu Chi Koan mampu bertahan
maka pemuda ini tak dapat membalas dan
sibuk mengelak atau menangkis.
Lima tongkat terbang berseliweran naik turun
dan pukulan-pukulan Twi-hong-hok-san juga
menyambar-nyambar. Dan karena masingmasing tosu itu berkelebatan dengan Sin-sianhoan-eng mereka, ilmu meringankan tubuh
milik Siang Lam dan Siang Kek Cinjin sendiri,
dedengkot Heng-san maka Chi Koan
kewalahan karena meskipun dia memiliki Luithian-to-jit tapi menghadapi enam bayangan
yang serempak beterbangan itu susah juga
baginya mengikuti. Satu Lui-thian-to-jit
dikeroyok enam Sin-sian-hoan-eng, siapa tidak
puyeng. Dan ketika benar saja Chi Koan
mengumpat dan mengutuk lawannya, mencaci1325 maki maka lima tongkat menggebuk tubuhnya
dan meskipun ia tidak roboh namun pemuda
ini terhuyung-huyung dan sempoyongan. Ia
mendelik dan anak-anak murid Heng-sanpun
bersorak. Sekarang mereka bertepuk tangan.
Dan ketika Tan Hoo mengajak sutenya
menusuk dengan Tit-ci-thian-tung, di antara
mereka berenam hanya mereka berdualah
yang mempelajari imu itu maka Sin Gwan
mengangguk dan tadi menyesal kenapa tidak
cepat-cepat mengeluarkan ilmunya itu,
meskipun tetap saja seorang lawan seorang ia
masih bukan tandingan pemuda ini.
"Tusuk kedua matanya. Pergunakan jari sakti
Tit-ci-thian-tung!"
Chi Koan terkejut. Ia mendengar bunyi
mencicit dan tahu-tahu dua sinar putih
menyambar dari kiri kanan. Sin Gwan, yang
tadi tak mempergunakan ilmu itu kini tiba-tiba
1326 menyerang dengan Tit-ci-thian-tung. Dan
ketika tongkat di tangan empat tosu yang lain
disuruh menusuk telinga atau mata pemuda ini,
tiba-tiba wajah Chi Koan menjadi sasaran
maka pemuda ini kaget dan marah besar.
"Tan Hoo, kau licik. Mana itu kegagahanmu
sebagai ketua Heng-san?"
"Hm, ingat tadi sesumbarmu sendiri. Tadi kau
sombong menyuruh kami mengeroyok, bocah.
Dan sekarang berkaok-kaok memaki kami.
Mulut apa ini!"
"Ah, tapi aku hanya menyuruh kau dan sutemu
yang bau itu maju. Bukan empat tosu yang lain
ini!"
"Mereka juga sute-suteku, bukan murid. Kau
robohlah dan jangan banyak bicara lagi....
critt!" dan tusukan jari maut yang mengenai
1327 dahi dan hampir saja menyambar mata Chi
Koan membuat pemuda ini berteriak dan
melempar tubuh bergulingan. Sekarang ia
dicari kelemahannya dan kelemahannya itulah
yang dicecar. Tongkat dan jari semua
menyambar mata, bukan main. Dan karena ia
harus melindungi matanya dan bagian lain
menjadi lemah, terbuka, maka enak saja kaki
dan tendangan mendarat empuk. Chi Koan
jatuh bangun dan diam-diam menyesal.
Memang, ia tadi sesumbar dengan mengatakan
sute ketua Heng-san ini maju, tak tahu bahwa
empat orang itupun adik-adik seperguruan
ketua Heng-san ini. Dan ketika apa boleh buat
dia harus menghadapi dan bergulingan ke sana
ke mari, keadaan berbalik maka Chi Koan tak
mampu berbuat banyak dan menjadi bulanbulanan enam tokoh ini. Ia boleh hebat dan
kebal tapi sepasang mata atau lubang
hidungnya itu tak mungkin kebal. Ia ketanggor.
1328 Dan karena bagian inilah yang selalu diincar
dan Chi Koan repot melindungi, ia menyesal
maka tubuhnya sakit-sakit dihajar tongkat dan
tendangan. Namun pemuda ini tetap hebat. Ia
hanya kesakitan saja tapi tak roboh. Cui-pekpo-kiannya itu melindungi dan diam-diam
enam tokoh Heng-san itu kagum. Kalau bukan
pemuda ini tentu sekarat paling sedikit pingsan.
Namun karena hajaran itu terjadi bertubi-tubi
dan lama-lama daya tahan pemuda ini
menurun, Chi Koan baru menguasai dua ilmu
Go-bi itu saja maka ketika daya tahannya
menurun ia mandi keringat dan mengeluh.
Pakaiannya robek-robek dan nyaris hancur.
Anak murid bersorak dan telinga pemuda ini
mengiang-ngiang. Ia letih. Dan ketika ia benarbenar lunglai dan kehabisan tenaga, satu
sabetan tongkat mengenai belakang kepalanya
maka pemuda ini terguling dan roboh tak
bergerak, pingsan.
1329 Chi Koan bukan pingsan oleh pukulan itu
melainkan pingsan karena habisnya tenaga
yang terkuras. Ia telah bertanding dan
menghadapi banyak musuh berturut-turut.
Semua kagum. Tapi karena ia adalah musuh
dan terlebih dari Go-bi, musuh besar mereka
maka Tan Hoo Cinjin berhenti bergerak dan
menotok. Dalam keadaan begitu pemuda ini
sudah benar-benar tak berdaya, meskipun
kekebalannya masih bekerja karena tadi
seorang murid mencoba membacok namun
pedangnya terpental, bacokan dari rasa gemas!
"Tak usah dibunuh, kita tangkap saja. Bawa dia
kepada supek dan biarkan supek yang
menentukan hukuman!"
Semua murid mengangguk. Sekarang ributribut itu selesai dan Chi Koan diikat seperti
babi. Bukan tali yang dililit melainkan rantai,
rantai besi. Dan ketika bekas pertempuran
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
dibersihkan dan Tan Hoo bersama kelima
sutenya naik ke puncak maka tawanan ini
diserahkan kepada dedengkot Heng-san yang
telah buta.
**SF**
"Ugh... apa ini? Siapa yang kalian bawa?"
demikian Siang Kek cinjin menyambut ketika
enam bayangan berkelebat dan memasuki
pertapaannya. "Aku mendengar ribut-ribut di
tempat kalian, Tan Hoo. Apa yang terjadi dan
siapa yang membuat onar?"
"Maafkan kami," Tan Hoo Cinjin berlutut dan
lima sutenya sudah menjatuhkan diri. "Kami
membawa tawanan penting, supek. Kami ingin
supek yang memberikan hukuman dan
keputusan!"
1331 "Nanti dulu. Aku tadi mendengar deru pukulan
Cui-pek-po-kian dan Thai-san-ap-ting. Apakah
orang dari Go-bi?"
"Benar..."
"Dan dia Beng Kong si keparat?"
"Bukan," Tan Hoo melirik adik-adiknya, sedikit
cemas, tapi juga kagum. "Kau hebat sekali
dapat mendengar suara pukulan itu, supek.
Memang benar musuh dari Go-bi tapi bukan
Beng Kong Hwesio."
"Ah-ah, siapa kalau begitu. Aku mendengar
pukulannya begitu hebat dan sama dengan
Beng Kong Hwesio dulu!"
"Ini muridnya, supek, anak yang masih muda.
Ia Chi Koan..."
1332 "Chi Koan?" kakek itu tertegun. "Bocah haram
dari mana? Aku tak pernah mendengar
namanya. Kenapa kalian bawa ke sini?"
"Maaf," Tan Hoo agak merah. "Meskipun tak
terkenal tapi ia hampir mencelakai kami, supek.
Aku dan Sin Gwan sute serta yang lain-lain
nyaris roboh...."
"Aku tahu itu, dan kalian lalu mengeroyok.
Kukira tadi Beng Kong Hwesio!"
"Bukan, ia hanya muridnya. Tapi betapapun
kami mampu merobohkannya. Kalau supek
mau melihat silahkan...."
Belum habis kata-kata ini tiba-tiba si renta
sudah menyambar. Meskipun kedua matanya
tak mampu melihat namun Siang Kek Cinjin
memiliki daya dengar yang tajam. Bukti bahwa
deru pukulan Cui-pek-po-kian maupun Thai1333 san-ap-ting yang dapat didengar menunjukkan
ketajaman telinga kakek ini. Dan karena ia
tahu di mana Tan Hoo Cinjin meletakkan
pemuda itu, bergerak dan sudah menyambar
maka Chi koan yang pingsan tiba-tiba menjerit
dan sadar dicengkeram bahunya. Rasa sakit


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menusuk tulang justeru membuatnya siuman.
"Aughhhh...!"
Kakek itu mendengus. Ia melihat rantai
melibat-libat dan membuka matanya lebarlebar. Manik putih di tengah mata itu
membelalak, mengerikan. Dan ketika ia
memeriksa dan meremas sana-sini, memijat
dan meremukkan tulang-tulang pemuda itu
maka kakek ini terkejut dan kagum. Hawa
sakti melawan dan menolak remasannya.
1334 "Hebat.... anak muda ini hebat. Ia telah
memiliki kepandaian setingkat gurunya enam
tahun yang lalu. Ah, celaka!"
Tan Hoo Cinjin terkejut. Supeknya itu meraung
dan tiba-tiba menangis. Dan ketika Chi Koan
dilempar den dibanting di sana, di sudut guha
maka si kakek mengguguk dan berulang-ulang
mengatakan celaka.
"Aduh, sial kita ini, Siang Lam.... sial. Hengsan sungguh sial...!"
Tan Hoo dan kelima sutenya saling pandang.
Mereka jadi heran dan terkejut kenapa supek
mereka itu berulang-ulang mengatakan sial, di
samping celaka. Tapi karena supek mereka
mengguguk dan mereka tak berani
mengganggu, biarlah menangis dan nanti
ditanya kalau sudah reda maka enam tosu itu
mendelong saja melihat supek mereka itu
1335 mengguguk dan tersedu-sedu. Tangis
memilukan dan amat sedih terdengar di sini.
Berulang-ulang kakek itu meratapi dirinya.
Tapi ketika ia mendongak dan mencelat
mencengkeram Tan Hoo, tangis terganti
bentakan maka semua terkejut melihat wajah
kakek ini yang merah terbakar.
"Tan Hoo, apakah hanya seorang ini saja yang
datang ke Heng-san. Apakah tak ada muridmurid Go-bi yang lain yang datang?"
"Tak ada," sang tosu meringis dan menahan
sakit, cengkeraman itu sanggup meremukkan
sebongkah batu besar. "Hanya anak ini yang
datang, supek. Ada apakah? Kenapa kau
menangis.... begitu sedih?"
"Keparat, tolol! Kau tak mengerti? Heh, kalau
seorang murid saja tak mampu kau kalahkan
lalu bagaimana dengan Beng Kong Hwesio
1336 sendiri, Tan Hoo? Apakah otakmu tidak berpikir
bahwa dia pasti lebih lihai lagi? Ah, serasa siasia kalau begini maksudku. Aku menggembleng
kalian tapi musuh juga semakin maju. Aku
khawatir balas dendam kita gagal!"
Tan Hoo Cinjin tersentak. Cengkeraman
sekarang dilepaskan dan ia tertegun. Kelima
sutenya juga tertegun dan tahulah mereka kini
apa kiranya yang menjadi sebab supek mereka
itu menangis menggerung-gerung. Kiranya
khawatir oleh kenyataan itu. Tapi ingat bahwa
di Go-bi yang hebat hanya Beng Kong dan Ji
Leng Hwesio saja, si pertapa, Ji Beng sudah
tiada dan tewas enam tahun lalu maka tosu ini
berkata dengan wajah bersinar-sinar,
"Supek, barangkali betul wawasanmu. Tapi ada
yang terlewat. Bukankah tidak semua murid
Go-bi harus dan akan selihai pemuda ini?
Bukankah hanya Beng Kong dan gurunya saja
1337 yang sakti? Teecu masih menaruh harapan.
Bukankah sesungguhnya kemajuan kita sudah
diakui oleh sahabat-sahabat dari Kun-lun
maupun Hoa-san?"
"Hm!" kakek itu tertegun, kening berkerut, lalu
membelalak. "Kun-lun dan Hoa-san memang
mengakui kemajuan kita, Tan Hoo, tapi musuh
kita adalah Go-bi. Kalau dugaanmu betul tentu
saja benar, tapi untuk ini aku ragu. Bagaimana
kalau mereka menggembleng pula muridmuridnya selihai bocah ini?"
"Tak mungkin. Bocah ini kesayangan Beng
Kong Hwesio seorang, supek. Teecu ingat
bahwa dia inilah bocah yang dulu membuat
gara-gara di Go-bi. Dia inilah yang dulu
mendatangkan Tujuh Siluman Langit dan awal
gegernya Bu-tek Cin-keng. Bocah ini hanya
murid tunggal Beng Kong, murid semata
wayang!"
1338 "Kalau begitu selamat, tapi harus dicari
kebenarannya dulu. Coba kau pergi ke Go-bi
dan bawa seluruh anak murid Heng-san. Beri
tahu Beng Kong bahwa muridnya ada di sini
dan ketika dia keluar gempurlah Go-bi. Biar
aku menghadapinya di sini!"
"Apa?"
"Kau bawa seluruh murid Heng-san, Tan Hoo.
Gempur seisi Go-bi dan hancurkan mereka.
Tapi biarkan Beng Kong keluar dulu dan
berhadapan dengan pinto!"
"Supek hendak menghadapi seorang diri?"
"Memangnya kenapa?"
"Ah, berbahaya, supek. Kau bisa terbunuh!"
"Ha-ha, itu yang kucari. Eh, tubuh tuaku ini tak
mati-mati, Tan Hoo. Daripada mati digeragoti
1339 penyakit lebih baik mati di tangan Beng Kong
Hwesio. Aku lebih puas mati begini daripada
menunggu kematian secara sia-sia. Aku ingin
mati secara gagah. Tapi meskipun mati aku
merasa puas karena tentu kau di sana juga
menghancurkan Go-bi, ha-ha-heh-heh!"
Tan Hoo Cinjin tertegun. Tiba-tiba dia mengerti
apa yang dimaui supeknya ini. Lawan terkuat
hendak dipancing sementara itu lawan-lawan
yang lemah dihancurkan. Dia sendiri juga
sangsi apakah mampu menghadapi Beng Kong.
Muridnya saja begitu hebat dan baru dapat
dirobohkan setelah dikeroyok enam.
Bagaimana kalau misalnya pemuda ini dibantu
murid-murid Go-bi umpamanya, atau Beng
Kong yang datang bersama adik-adik
seperguruannya yang lihai. Tentu mereka
kerepotan dan belum tentu menang. Dan
karena kata-kata supeknya itu ada benarnya,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
biarlah yang terkuat dipancing sementara dia
dan seluruh murid-murid Heng-san dapat
mencoba diri, menggempur dan mengobrakabrik Go-bi maka tosu ini mengangguk-angguk
tapi bagaimana dengan supeknya di situ. Dia
khawatir dan terus terang cemas. Dulu berdua
dengan Siang Lam Cinjn saja supeknya ini
hampir tak dapat merobohkan Beng Kong.
Seorang lawan seorang jelas supeknya itu
bukan tandingan. Tapi karena jalan keluar ini
yang terbaik, supeknya ingin mati secara
gagah maka Tan Hoo Cinjin lalu tak
mempunyai pilihan lagi dan berkata,
"Baiklah, aku memenuhi permintaanmu, supek.
Tapi apakah tak ada yang menemanimu kalau
kami harus pergi semua?"
"Tidak..... tidak! Kalian semua harus berangkat,
Tan Hoo, tak usah menemani aku di sini.
Biarkan Beng Kong berhadapan dengan aku
1341 tapi sebaliknya kalian semua dapat
mengkonsentrasikan diri menghancurkan Gobi!"
"Baiklah, kalau begitu teecu bersiap-siap.
Kapan harus berangkat...?"
"Besok! Lebih cepat lebih baik!" sang kakek
memotong, wajahnya berseri-seri. "Jangan
tunda-tunda lagi kepergian kalian, Tan Hoo.
Sikat dan bunuh habis hwesio-hwesio itu.
Keroyoklah Ji Leng kalau ia keluar!"
Tan Hoo Cinjin mengangguk sekali lagi. Ia
telah mendapat perintah dan ini harus
dijalankan. Tosu itu mundur dan bersama
adiknya ia keluar guha. Dan ketika di luar ia
menarik napas dalam-dalam sementara Sin
Gwan dan empat sutenya juga menarik napas
dalam-daiam maka Heng-san disiapkan dan
1342 bagai bala tentara siap perang hari itu juga
ratusan murid Heng-san bersorak.
Saat itu adalah saat yang ditunggu-tunggu tapi
tak ada seorang muridpunyang diberi tahu
bahwa kepergian merekaini sekaligus
mengorbankan sesepuh mereka. Go-bi akan
dikeluarkan seekor singanya sementara Hengsan akan mengorbankan tokoh tuanya. Itu
perhitungan yang sudah diperhitungkan pula
oleh sesepuh mereka. Memang lebih baik mati
sebagai seorang gagah daripada mati karena
diserang penyakit, apalagi bagi seorang kakek
macam Siang Kek Cinjin yang berilmu tinggi itu,
yang sudah biasa malang-melintang dan
mempunyai nama besar. Alangkah
memalukannya kalau mati seperti seekor tikus
yang terbuntu liangnya. Jauh lebih baik dan
membanggakan kalau mati dalam pertempuran.
Dan karena Tan Hoo juga berpikiran begitu dan
1343 apa boleh buat dia harus membiarkan
supeknya maka keesokannya sebelum
berangkat ia minta diri dan menemui supeknya,
kelima adiknya yang lain juga ikut.
"Kami telah siap, dan kami akan berangkat.
Mohon doa restu supek dan maafkan bahwa
kami harus membiarkan supek seorang diri di
sini."
"Ha-ha, jangan khawatir. Kalau aku mati Beng
Kong juga mati, Tan Hoo. Aku telah
mempersiapkan sesuatu dan kalau guha ini
tertutup jangan dibuka lagi."
"Maksud supek?"
"Tempat ini akan menjadi kuburan bagiku dan
Beng kong. Aku telah memasang dinamit!"
"Ah, dan bocah ini?"
1344 "Ha-ha, dia juga akan mengantar gurunya ke
akherat, Tan Hoo. Aku akan mengajaknya
serta menghadap Giam-lo-ong!"
Kakek itu tertawa tergelak-gelak. Tan Hoo
terbelalak dan Chi Koan yang meringkuk di
sudut juga pucat. Anak muda itu melotot tapi
urat gagunya ditotok. Chi Koan tak mampu
bicara. Namun ketika tosu ini menarik napas
dalam dan mengangguk-angguk, kiranya
supeknya itu akan meledakkan guha kalau tak
mampu mengalahkan lawan, sikap yang
dipujinya juga maka dia berkata,
"Baiklah, supek. Kalau begitu Beng Kong
benar-benar akan mengalami kematiannya di
sini dan selamat tinggal. Kami akan
menghancurkan Go-bi dan berangkat!"
"Ya, pergilah. Berangkatlah. Tapi awas,
sembunyikan diri dan jangan sekali-kali
1345 menyerang Go-bi kalau hwesio keparat itu
belum keluar, belum ke sini!"
"Ya, kami mengerti, supek. Selamat tinggal."
Enam tosu itu keluar. Tan Hoo Cinjin
mencucurkan air mata karena begitu ia keluar
begitu juga ia maklum bahwa itulah pertemuan
terakhirnya dengan sesepuhnya ini. Pikiran dan
hatinya gundah namun semua tak dapat ditarik
mundur. Ia harus memimpin murid-murid
Heng-san dan Go-bi harus dihancurkan.
Supeknya menjadi tumbal dan pengorbanan itu
tak boleh sia-sia. Dan ketika lima sutenya juga
mencucurkan air mata karena itulah
pertemuan terakhir mereka dengan supek
mereka, rencana hebat telah mulai dijalankan
maka tiba di markas mereka saling cengkeram
dan berbisik,
1346 "Supek siap mengorbarkan diri. Dan kita harus
siap menghancurkan Go-bi. Mari, jangan siasiakan pengorbanan supek, sute. Kita
berangkat dan pimpin anak-anak murid Hengsan!"
Lalu mengangguk dan saling cium senjata,
dengan itulah mereka menyerang Go-bi maka
hampir limaratus orang anak murid Heng-san


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersorak turun gunung.
Baru kali inilah dalam sejarah dunia kang-ouw
ada partai persilatan besar menyerang partai
persilatan besar lain dengan seluruh kekuatan
yang ada. Heng-san tak meninggalkan seorang
anak murid pun di puncak dan mereka benarbenar menyerang secara penuh. Dapat
dibayangkan hebatnya. Dan ketika mereka
melewati pegunungan Hoa-san dan di sini adikadik seperguruan Tan Hoo Cinjin meminta agar
suheng mereka menghampiri tokoh-tokoh Hoa1347 san, membujuk dan meminta mereka
bergabung pula ternyata Ko Pek Tojin dan
Tujuh Malaikat Hoa-san sebagai tokoh-tokoh di
situ menerima ajakan ini. Tidak kepalang
tanggung, mereka mengerahkan pula semua
murid yang ada. Murid Heng-san dan murid
Hoa-san bergabung dan bukan main ramainya
mereka itu. Riuh-rendah bersahut-sahutan
membuat gunung bergetar seakan runtuh. Dua
partai besar menjalin kekuatan menjadi satu
dan ancaman bagi Go-bi bertambah lagi. Partai
itu menghadapi bahaya besar. Dan ketika ini
masih ditambah lagi dengan niat membujuk
Kun-lun, sahabat satunya yang dulu juga
disakiti Go-bi ternyata di sini dua kekuatan
besar itu gagal membujuk.
Kim Cu Cinjin, yang menjadi ketua dan
menggantikan mendiang suhengnya Kiam Leng
Sianjin ternyata tak berani mengambil
1348 keputusan seorang diri. Di Kun-lun tinggal
seorang tokoh tua yang keberadaannya masih
?isegani, yakni Kun-lun Lojin yang dulu juga
tak mau diajak Siang Kek maupun Siang Lam
menggempur Go-bi. Dan ketika Kim Cu Cinjin
tertegun dan menerima sahabat-sahabatnya,
seribu anak murid dibiarkan di bawah gunung
maka tosu itu mengurut-urut jenggot
pendeknya berkata,
"Kami di sini tentu saja girang sekali. Tapi
pinto tak berani mengambil keputusan karena
di sini masih tinggal susiok kami Kun-lun Lojin.
Biarlah sahabat-sahabat menunggu di sini dan
pinto sendiri yang akan menghadap dan minta
keputusannya."
Tan Hoo Cinjin dan Ko Pek Tojin menunggu.
Mereka sendiri titip salam untuk sesepuh Kunlun itu dan berseri-seri penuh harap. Tapi
ketika tak lama kemudian Kim Cu Cinjin
1349 muncul dengan wajah muram, pandang
matanya tak gembira maka pengganti Kiam
Leng Sianjin itu minta maaf.
Ternyata, Kun-lun tak diperkenankan ikut-ikut
menggempur. Urusan lama dianggap sudah
berlalu dan kalau Go-bi tidak mengganggu
mereka maka Kun-lun juga diam. Kakek itu
bahkan menegur Kim Cu kenapa hendak
mengobarkan bara api yang sudah padam. Dan
ketika tamu-tamu itu tertegun dan kecewa,
Kun-lun dianggap pengecut maka Tan Hoo
maupun kawan-kawannya kembali turun.
Kim Cu mengantar dan berulang-ulang tosu ini
minta maaf. Tapi karena Heng-san maupun
Hoa-san tahu bahwa itu bukan kesalahan Kim
Cu, di atas ketua ini masih ada sesepuh yang
lebih tingi maka Ko Pek maupun Tan Hoo
hanya berkata,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Tak apalah, kami mengerti. Hanya kami agak
merasa heran bagaimana Kun-lun Lojin yang
berkesaktian tinggi ternyata bernyali kecil.
Kami tak menyalahkanmu, Kim Cu-toheng.
Hanya kami terkejut atas watak sesepuhmu itu.
Dua kali ia menolak bergabung. Dulu dengan
Siang Kek dan Siang Lam locianpwe sekarang
dengan kami sendiri. Orang dapat salah paham
mengatakannya pengecut!"
Kim Cu Cinjin terpukul merah. Ia tak dapat
menjawab karena kenyataannya begitu.
Susioknya memang bisa disangka pengecut,
padahal ia adalah seorang berilmu tinggi. Dan
ketika ia membiarkan saja sahabat-sahabatnya
berlalu, barisan besar itu tak bersama anakanak murid Kun-lun maka bukan hanya Kunlun Lojin yang dikutuk melainkan juga murid
dan ketuanya sendiri disumpah-serapahi!
1351 "Kun-lun memang pengecut. Dari dulu tetap
pengecut! Uh, kalau Kim Cu Cinjin mau
menggerakkan anak-anak muridnya bukankah
tetap bisa? Atau jangan-jangan tosu itu yang
pengecut, atau murid-murid Kun-lun juga
pengecut. Bah, menyebalkan sekali manusiamanusia Kun-lun itu!"
Sumpah dan serapah ini menyahut dari mulut
ke mulut. Murid-murid Hoa-san dan Heng-san
juga saling mengumpat dan kegagalan di Kunlun benar-benar terasa mengecewakan. Tapi
begitu tamu-tamu itu pergi Kim Cu Cinjin
malah ?ipanggil susioknya lagi, mendapat
teguran lebih keras. Diserang dari muka dan
belakang!
"Kau bodoh dan tak berwibawa. Kenapa harus
lapor dan tanya kepadaku? Jelek-jelek kau
seorang ketua, Kim Cu. Tanpa bertanya
kepadakupun seharusnya kau dapat menjawab.
1352 Urusan itu sudah lewat enam tahun lebih, dan
kalau dipikir-pikir kesalahan terletak pada
kalian juga. Coba seandainya kalau dulu kalian
tak ikut-ikutan memperebutkan kitab,
bukankah tak bakal ada kejadian ini. Aku
sudah memberi tahu berulang-ulang agar yang
lewat biarlah lewat. Kun-lun bukannya takut
melainkan menjaga diri. Kalau kita diganggu,
nah, barulah kita maju. Tapi kalau kita lebih
dulu nengganggu ya kita harus menarik diri
dan tahu keadaan. Pinto tidak takut kepada
siapapun biarpun itu Beng Kong atau Ji Leng
Hwesio. Tapi jangan kita yang lebih dulu mulai
karena itu berarti kita salah!"
Kim Cu mengangguk-angguk. "Teecu hanya
sungkan kepada sahabat-sahabat sendiri
susiok, sengaja ke sini agar kelihatan sungguhsungguh berusaha," tangkisnya.
1353 "Tapi mereka bisa salah paham kepadaku.
Mengira pinto penakut atau pengecut. Kau
melempar kesan buruk!"
"Maafkan teecu, susiok. Lain kali tak akan
teecu ulangi."
Kim Cu Cinjin keluar. Ia menjadi lebih murung
lagi karena kena dampratan ulang. Gara-gara
para tamu tak diundang ia mengalami sial.
Sungguh celaka. Dan ketika ia masuk dan
kembali ke kamarnya, bersamadhi, maka
diam-diam ia menyuruh dua orang muridnya
memonitor keadaan.
"Kalian ikuti dan lihat dari kejauhan. Laporkan
kepadaku apa yang terjadi dengan serbuan
besar-besaran itu. Awas, jangan tahu siapapun
apalagi susiok. Hati-hati dan jalankan tugas
kalian dengan baik!"
1354 Dua murid itu mengangguk. Mereka terbelalak
dan kaget juga melihat gabungan besar muridmurid Hoa-san dan Heng-san. Tapi begitu tahu
bahwa mereka hendak menyerbu Go-bi,
meleletkan lidah maka dua murid ini berdebar
dan mereka tegang sekali, pergi dan tentu saja
ingin menonton dari jauh dan tugas itu justeru
menggirangkan hati. Meskipun tegang tapi
peristiwa ini menarik. Dua partai besar telah
bergabung dan akan menyerang partai besar
lainnya. Dan begitu mereka berangkat
melaksanakan tugas maka di tempat lain Chi
Koan cemas dan berdetup-detup karena Siang
Kek Cinjin memasang dan memenuhi guha itu
dengan tak kurang dari seratus dinamit yang
sanggup menggugurkan gunung!
"Heh-heh, ajalku akan tiba. Tapi kepergianku
akan diiring dua anak-anak yang baik dan
termasuk pilihan dari Go-bi. Heh-heh,
1355 bagaimana pendapatmu, anak muda? Bicaralah,
sekarang hanya kita berdua di tempat ini!"
Siang Kek membuka dan membebaskan
totokan Chi Koan, totokan urat gagunya itu
karena totokan atau ikatan lain tentu saja
tetap dibiarkan begitu dan Chi Koan langsung
berteriak. Yang pertama kali dilakukan adalah
berteriak. Pemuda ini melampiaskan
kemarahannya dengan berteriak. Guha
tergetar tapi kakek itu terkekeh kekeh. Senang
sekali. Dan ketika gaung teriakan itu lenyap
dan Chi Koan mendelik maka sekarang pemuda
ini memaki-maki.
"Siang Kek Cinjin, tua bangka keparat. Kenapa
kau tidak membunuhku sekarang dan
menyiksaku seperti ini? Aku tidak takut
kematian, buta jahanam. Ayo kau bunuhlah
aku dan jangan menunggu sampai guruku
1356 datang. Nanti akan kuberi tahu ia bahwa di sini
banyak dinamit!"
"Heh-heh, begitu mudah? Bodoh, tolol dan
goblok. Sebelum gurumu itu ke mari maka
mulutmu akan kututup lagi, anak muda.
Seperti ini.... tuk!" Chi Koan terkatup lagi,
mulutnya terkunci namun sejenak kemudian
kakek itu membukanya lagi, membebaskan
urat gagunya. Dan ketika kakek itu terkekehkekeh karena Chi Koan terkejut, terbelalak,
maka kakek itu berseru bolehlah pemuda itu
menjerit-jerit lagi.
"Ayolah, tempat ini sunyi. Berteriak-teriaklah.
Aku ingin nyanyianmu ini mengiring sebelum
kita sama-sama mampus!"
Chi Koan lemas. Ia ternyata dipermainkan dan
tentu saja tak lagi mau berteriak-teriak.
Teriakannya itu dianggap perwujudan rasa
1357 takut dan kakek itu senang. Padahal, dia tidak
takut melainkan dicekam kecemasannya
bagaimana kalau nanti guha itu diledakkan.
Guha itu akan runtuh dan dia akan terkubur
hidup-hidup. Sama-sama mati kok rasanya
kematian yang macam ini mendirikan bulu
roma. Dia tidak takut mati melainkan ngeri dan
semata merasa seram oleh bayangan
runtuhnya guha. Kakek ini keji sekali dengan
sengaja mengubur diri hidup-hidup. Dia sih,
sudah tua. Renta dan memang sudah
waktunya masuk kubur. Tapi dirinya? Ah,
bukankah masih muda dan sedang nikmatnikmatnya menikmati hidup? Dan
membayangkan guha akan diruntuhkan dan
gurunya tak mungkin lolos, guha itu cukup
dalam dan tak ada waktu meloncat keluar,
dinamit akan bekerja dan mereka semua pasti
terkubur tiba-tiba Chi Koan yang biasanya tak
mengenal takut dan pemberani ini kuncup juga.
1358 Chi Koan hampir menangis tapi bukan oleh
ketakutannya melainkan oleh kemarahannya.
Siang Kek Cinjin dapat melakukan apa saja
yang dia tak dapat menolaknya. Dan ketika
kakek itu berseru agar dia menjerit atau
berteriak lagi, melolong-lolong maka pemuda
ini diam saja dan menutup mulut. Siang Kek
tertegun tapi tertawa. Dan ketika untuk ketiga
kalinya pemuda itu tak mau bersuara, ia
menyambar dan mencengkeram maka Chi
Koan berjengit.
"Heh-heh, kusuruh kau berteriak maka
haruslah berteriak. Ayo, menyanyi yang
merdu!"
Kakek itu menusuk jalan darah di leher kanan.
Jalan darah ini adalah jalan darah yang
menimbulkan rasa terbakar kalau ditusuk.
Jangankan ditusuk, digencet perlahan saja
sakitnya sudah bukan main dan Chi Koan
1359

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasakan itu. Dia menjerit dan berteriak
ketika jalan darah ini ditusuk. Tapi ketika ia
diam lagi setelah si kakek menarik tangannya,
menusuk dan menjerit lagi maka kakek itu
terkekeh-kekeh ketika pemuda ini dibuat
kesakitan dan menjerit atau meraung-raung.
"Heh-heh, bagus.... bagus. Ayo berteriak dan
menjeritlah kuat-kuat, anak muda. Ayo
perdengarkan suara merdumu!"
Chi Koan menjerit dan berteriak. Ia benarbenar melolong-lolong karena jari-jari kakek
itu menusuk tajam. Dilepaskan dan ditusuk lagi
dan tentu saja Chi Koan mandi keringat. Ia
memaki-maki namun si kakek tertawa gembira.
Siang Kek Cinjin mendapat kepuasannya
karena inilah murid tunggal Beng Kong Hwesio,
musuh yang paling dibencinya. Dan ketika
sehari itu Chi Koan disiksa secara hebat,
pingsan dan siuman tapi pingsan lagi maka tiga
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
hari tiga malam pemuda ini merasakan
penderitaannya yang amat dahsyat. Siang Kek
tidak hanya menusuk jalan darah yang
membuatnya serasa terbakar dan berjengit
tapi juga jalan-jalan darah lain, seperti
misalnya Im-hoan-hiat yang membuat tubuh
menggigil beku atau Ta-leng-hiat yang
membuat tubuh serasa gatal diserbu ribuan
semut merah. Chi Koan disiksa dan Siang Kek
yang menjadi keji terkekeh-kekeh puas.
Dendam memang membuat orang menjadi keji
dan berubah wataknya. Tapi ketika pada hari
keempat kakek itu menghentikan siksaannya
karena Chi Koan semalam tak sadarkan diri, ia
tak diberi makan maupun minum yang tentu
saja membuat tubuhnya lemas maka kakek itu
melempar anak muda ini ke sudut dan tertawa
dingin duduk bersila.
"Hm, baik. Istirahat dulu, besok lagi."
1361 Chi Koan benar-benar pesakitan yang
menderita. Ia benar-benar mencari penyakit
dan hari itu belum sadarkan diri juga. Tapi
karena ini menguntungkannya karena Siang
Kek tak menyiksanya lagi, kakek itu
bersamadhi dan duduk menyeringai menunggu
Beng Kong Hwesio.
**SF**
Mari kita lihat keadaan di Go-bi. Sesuai
rencana, seribu lebih murid-murid gabungan
Hoa-san dan Heng-san disuruh bersembunyi
ketika Sin Gwan Tojin menuju pintu gerbang
perguruan itu. Dari jauh wakil Heng-san ini
sudah melihat pintu gerbang yang terbuka,
dijaga empat hwesio muda dan karena Go-bi
tak ada lagi yang mengganggu maka partai
persilatan ini dibuka seperti biasanya dan
kegiatan sehari-hari terlihat sebagaimana
biasanya.
1362 Murid-murid di dalam melakukan tugasnya
menyapu dan membersihkan halaman yang
luas. Ada yang mengisi bak-bak air dan ada
pula yang membersihkan undak-undakan batu.
Semua bekerja. Pelataran luas itu tampak licin
dan bersih dan tak ada satupun yang
menyangka bahwa kelak pelataran ini akan
bergenang darah. Go-bi, yang tenang dan
tenteram memang tidak menduga datangnya
bahaya itu. Murid-murid Heng-san dan Hoa-san
yang besar jumlah tu bersembunyi jauh di
dalam hutan di luar gurun yang melingkupi
partai persilatan ini. Hawa panas seperti biasa
tapi kebetulan waktu itu musim hujan mulai
tiba. Tiga hari ini Go-bi disiram tetes-tetes
lembut dan udara sedikit hangat. Dan karena
Sin Gwan tak mau menonjolkan diri, dia harus
berhati-hati untuk tidak bertemu Beng Kong
Hwesio maka begitu tiba di pintu gerbang ia
segera menyelinap dan menyisir ke kiri.
1363 Di sini ada umbul-umbul merah kuning biru
sebagaimana biasanya tanda adanya sebuah
perguruan silat. Dan karena umbul-umbul atau
bendera kecil panjang itu terletak persis di tepi
pagar dalam, Sin Gwan meloncat dan ringan
berjungkir balik maka ia sudah hinggap di
sebuah dari tiga umbul-umbul itu. Dipilihnya
yang merah dan secepat itu juga ia
mengeluarkan kertas putih, menancapkannya
dengan pisau lalu merobek bagian atas umbulumbul itu sampai ke tengah. Dengan begini
bendera itu menggelantung panjang dan kertas
putih yang ditancapkan terlihat jelas. Beberapa
hwesio terlihat jauh di sana dan tosu ini
tersenyum puas, berkelebat dan turun lagi dan
tak lama kemudian terdengar pekik atau
seruan heran murid-murid Go-bi. Mereka
melihat umbul-umbul yang robek itu dan juga
kertas putih dibawahnya, menggelantung dan
dihampiri dan bukan main kagetnya mereka
1364 melihat tulisan Sin Gwan. Tosu itu memberi
tahu bahwa Chi Koan, murid Beng Kong, ada di
Heng-san. Sedikit robekan baju Chi Koan
ditancapkan di surat ditusuk pisau kecil. Dan
ketika ribut-ribut itu didengar yang lain dan
Pat-hwesio muncul, inilah orang termuda dari
Pat-kwa-hwesio yang lihai maka murid Ji Beng
Hwesio ini bertanya.
"Apa yang terjadi? Ada apa ribut-ribut?"
Murid yang menemukan lalu menunjukkan itu.
Surat itu ditunjukkan dan robekan baju Chi
Koan juga diperlihatkan. Dan begitu melihat
begitu pula hwesio ini tertegun.
"Hm, Chi Koan tertangkap di Heng-san? Biar
saja, tak usah digubris!"
Murid-murid Go-bi melengak. Mereka heran
akan jawaban ini tapi yang mengerti
1365 mengangguk-angguk. Seperti diketahui, Chi
Koan tak disenangi paman-paman gurunya ini
dan karena itu tak usah heran mendengar
jawaban itu. Pat-hwesio maupun suhengnya
yang lain-lain juga tak menyenangi Chi Koan.
Ini gara-gara sikap Beng Kong Hwesio yang
jumawa itu. Maka menyuruh murid
memperbaiki umbul-umbul itu dan merobekrobek surat, tidak menghiraukan
pemberitahuan ini Pat-hwesio meninggalkan
tempat itu dan Sin Gwan Tojin melotot!
"Wah, tidak digubris? Celaka, biar aku kembali
dulu dan lapor kepada suheng!"
Tosu ini berkelebat. Ia telah memperhatikan
gerak-gerik itu dan kecewa bahwa surat
pemberitahuannya tak digubris. Ia salah
sangka dengan menganggap Go-bi akan
membalas. Dan ketika ia tiba di tempat kawankawannya dan di sana suhengnya itu serta
1366 yang lain-lain berseri, menunggu, maka
mereka juga melengak mendengar laporan Sin
Gwan Tojin ini.
"Celaka, pinto gagal. Pinto terpaksa kembali
agar kalian tidak menunggu terlalu lama. Surat
itu tidak digubris!"
"Tidak digubris? Tidak digubris bagaimana?
Apakah Beng Kong Hwesio membiarkan murid
kesayangannya dibunuh?"
"Bukan begitu. Yang keluar adalah orang
termuda dari Pat-kwa-hwesio, suheng. Dan dia
inilah yang merobek-robek surat itu dan
menyuruh-biarkan Chi Koan!"
Semua terbelalak. Mereka heran dan
tercengang sekali mendengar ini. Sungguh tak
diduga. Tapi Tujuh Malaikat Hoa-san yang
tertawa mendengar itu tiba-tiba berseru,
1367 "Hm. ini sentimen pribadi. Kalau begitu mari
meluruk saja dan kita serbu musuh kita itu.
Atau kita berdelapan malam nanti merobekrobek bendera Go-bi dan canangkan tantangan
resmi!"
"Jangan," Tan Hoo Cinjin menggeleng. "Yang
kita perlukan adalah keluarnya Beng Kong
Hwesio, jit-wi-totiang (tujuh sahabat). Kalau ia
masih di dalam dan kita serbu sia-sialah
perjuangan kita nanti. Kita tak perlu
berspekulasi dengan adanya hwesio itu di sana.
Ia harus keluar dan setelah itu kita masuk!"
"Tapi surat kita tak digubris!"
"Masih ada jalan. Seorang di antara kita biarlah
masuk dan menyerahkan surat tantangan
langsung kepada Beng Kong. Suruh ia ke
Heng-san!"
1368 "Hm, siapa berani?" Tujuh Malaikat Hoa-san
tiba-tiba keder, teringat pengalaman pahitnya
enam tahun lalu. "Hwesio itu akan marah dan
yang datang nanti dibunuh, Heng-san-paicu.
Atau kau sendiri barangkali berani!"
"Suheng adalah seorang ketua, masa ia harus
langsung berhadapan!" Sin Gwan tak setuju,
menolak dan membela suhengnya dan para
sutenya mengangguk. Adalah terlalu rendah
kalau seorang ketua lalu harus seperti kurir
pula, menantang. Dan karena omongan Hektosu tadi tak diterima, tosu bermuka hitam dari
Tujuh Malaikat Hoa-san ini memang terlalu
enak bicara maka tosu itu bertanya bagaimana
kalau begitu. Dia terus terang berkata bahwa
dia jera berhadapan dengan Beng Kong Hwesio.
"Tak usah malu-malu, pinto pernah kalah. Dan
tentunya pinto tak mau menelan hinaan lagi
1369 kalau harus sendirian memberikan surat
tantangan kita!"
"Hm, barangkali adikku Sin Gwan Tojin berani
melaksanakan tugas ini, sekalian menjajal
kepandaian Pat-kwa-hwesio di dalam, kalau
dipaksa. Bagaimana, sute, kau berani?"
Tosu ini mengerutkan kening. "Kalau melihat
kepandaian sendiri rasanya pinto tak perlu
takut menghadapi Pat-kwa-hwesio itu.
Bukankah pinto sudah maju pesat? Tapi karena
Beng Kong belum pinto rasakan sendiri
kehebatannya, hanya melalui muridnya itu
pinto dapat meraba-raba apakah tidak
sebaiknya pinto dikawal untuk sekedar
berjaga-jaga. Bagaimana kalau dengan
saudara-saudara dari Hoa-san ini?"
"Ah, jangan," Ko Pek Tojin kali ini campur
bicara. "Tujuh Malaikat Hoa-san telah dikenal
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Beng Kong Hwesio, Sin Gwan toheng.
Sebaiknya yang lain saja yang tidak dikenal.
Kau tidak dikenal meskipun duduk sebagai
wakil ketua Heng-san!"
"Hm, begini saja," Tan Hoo Cinjin mengangguk
mengerti, itu memang benar. "Biarlah kau
bersama empat sute yang lain, sute. Kalian
berlima tak begitu dikenal Go-bi meskipun dulu
pernah ke mari. Serahkan saja surat tantangan
dan katakan bahwa bocah itu di tangan supek.
Sebut saja diri kalian sebagai murid-murid
biasa di Heng-san sehingga tidak terlalu
mencurigakan!"
"Baiklah." Sin Gwan Tojin mengangguk. "Apa
boleh buat aku harus masuk, suheng. Kalau
tidak begitu rasanya tidak ada sambutan. Hm,
bagaimana dengan empat sute ini?"
1371 Empat tosu berikat kepala merah mengangguk.
Diam-diam mereka penasaran juga melihat
betapa ditakutinya Beng Kong Hwesio itu.
Hanya dengan keroyokan orang-orang dari
Hoa-san ini berani maju. Tapi karena supek
mereka juga pernah kalah dan mereka harus
menerima mandat, perintah itu harus
dijalankan maka yang bertahi lalat di sudut
berseru,
"Kita sudah di sini, tentu saja kita harus maju.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baik, aku siap berangkat, suheng. Mari
berangkat!"
Sin Gwan mengangguk. Di hadapan Tujuh
Malaikat Hoa-san mereka dapat mengangkat
harga diri mereka sendiri. Mereka tak perlu
takut-takut karena jelek-jelek mereka adalah
orang-orang berkepandaian, apalagi mereka
hanyalah diutus dan sebagai utusan tentunya
mereka tak boleh diganggu. Dan ketika Sin
1372 Gwan mengangguk dan berkelebat pergi,
empat adiknya mengikuti maka Hek-tosu dan
saudara-saudaranya agak semburat, malu.
"Paicu, harap diketahui bahwa kami bukanlah
terlalu takut. Tapi tentu janggal kalau kami
orang-orang dari Hoa-san tiba-tiba harus
mencampuri urusan anak itu yang tidak ada
sangkut-pautnya dengan Hoa-san.
"Aku mengerti," Tan Hoo Cinjin mengangguk,
tidak kecewa. "Dan seharusnya memang begitu,
jit-wi-totiang. Atau nanti rencana kita buyar
dan musuh dapat mengetahui kehadiran kita."
Mereka lalu menunggu. Pihak Hoa-san lega
setelah tidak adanya salah paham. Dan ketika
mereka memandang kepergian Sin Gwan Tojin
dan keempat adiknya, lenyap dan hanya
merupakan titik kecil di gurun maka tosu dan
1373 empat adiknya ini sudah tiba di depan pintu
gerbang.
Mereka tentu saja disambut dan dipandang
dengan alis berkerut oleh hwesio-hwesio Go-bi.
Tapi melihat Sin Gwan Tojin membawa
bendera putih, tanda utusan maka penjaga
bertanya dari mana dan mau apa kedatangan
mereka.
"Pinto dari Heng-san, ingin menghadap yang
terhormat ketua Go-bi!"
"Ah, Heng-san? Jadi kalian...."
Pertanyaan itu dihentikan. Empat penjaga tibatiba saling pandang dan curiga. Baru saja
bendera mereka dirobek-robek orang Heng-san,
dan sekarang muncul orang Heng-san! Tapi Sin
1374 Gwan yang melihat gelagat tak menyenangkan
tiba-tiba berkata sekali lagi agar mereka, para
utusan, ditemukan dengan ketua Go-bi.
"Kami utusan, minta menghadap. Sampaikan
saja kepada ketua kalian karena ada hal
penting yang harus kami sampaikan!"
Empat hwesio itu kalah suara. Mereka memang
harus menerima utusan dan masalah tadi
biarlah diurus oleh para pimpinan mereka. Tapi
karena mereka harus melapor dan lima orang
itu tak boleh masuk, apa boleh buat Sin Gwan
harus menunggu dengan mendongkol maka
dua di antara empat hwesio itu masuk dan
hwesio-hwesio yang lain berdatangan dan
secara tidak kentara mengepung.
"Siapa sahabat-sahabat kita ini. Tampaknya
utusan?"
1375 Begitu mereka berbasa-basi. Sin Gwan
langsung saja diperkenalkan tapi begitu ia
diketahui segera murid-murid Go-bi itu
berkerut. Ah, Heng-san rupanya. Padahal baru
saja panji-panji mereka dirobek orang Hengsan! Tapi karena seperti yang lain mereka juga
diam menanti, para pimpinan di dalam sedang
diberi tahu maka semua berkerut tak senang
dan Sin Gwan tak acuh dan diam-diam geli.
Dialah yang tadi membuat gara-gara. Kalau dia
mau, para hwesio ini agaknya dapat didorong
minggir, berkelebat dan masuk tapi biarlah dia
menunggu sejenak. Dan ketika tak lama
kemudian dua hwesio penjaga keluar kembali,
di atas tangga pendopo dalam muncul Pathwesio dan dua saudaranya yang lain maka
dengan bergegas hwesio penjaga itu berseru
agar lima tosu ini datang dan menyambut tiga
hwesio di atas pendopo sana.
1376 "Kalian diterima, masuklah. Tapi ketua
agaknya tak ada!"
Sin Gwan berdetak. Mendengar Beng Kong tak
ada tiba-tiba dia menjadi gembira. Kalau
begitu malah kebetulan! Tapi karena dia orang
berpengalaman dan omongan ini siapa tahu
bohong, orang-orang berkedudukan biasanya
begitu maka memberi isyarat empat adiknya
dia mulai memasuki gerbang perguruan Go-bi
itu. Dan begitu ia masuk begitu pula hwesio di
kiri kanan bergerak! Mereka ini seperti
mengiring tapi sesungguhnya mengepung. Itu
tanda kewaspadaan! Tapi karena tosu ini
tenang-tenang saja dan dia tersenyum
mengejek, bendera putih tetap di tangan maka
tak lama kemudian dia sudah berhadapan
dengan tiga hwesio yang bukan lain adalah
Pat-hwesio dan Jit-hwesio serta Liok-hwesio,
tiga dari delapan hwesio sakti!
1377 "Kami dari Heng-san ingin menghadap yang
terhormat ketua Go-bi!"
Begitu Sin Gwan Tojin mengerahkan tenaganya
agar didengar sampai jauh ke dalam. Sengaja
ia berkata begitu untuk menguji omongan
hwesio penjaga tadi. Kalau Beng Kong ada di
dalam tentu ia keluar, tapi kalau tidak maka
berarti ia benar-benar sedang tak ada di situ.
Dan ketika ia membungkuk sementara Pathwesio dan dua suhengnya terkejut, suara tosu
ini nenggetarkan dinding maka Liok-hwesio,
orang tertua di situ mengebutkan ujung lengan
bajunya.
"Omitohud, sahabat-sahabat dari Heng-san
rupanya. Ada apa, membawa keperluan apa
kalian datang?"
"Kami datang membawa surat tantangan.
Sesepuh kami Siang Kek Cinjin menangkap
1378 seorang anak muda bernama Chi Koan dan
katanya murid Beng Kong lo-suhu yang
terhormat. Beng Kong lo-suhu diminta datang
ke Heng-san kalau ingin membebaskan
muridnya. Inilah surat tantangan itu!"
**SF**
(Bersambung jilid 18)
Bantargebang, 10-09-2018,17:43
1379 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 18
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 18
SIN GWAN TOJIN menyerahkan surat panjang
beramplop tebal. Dia tak perduli wajah
berubah dari tiga hwesio di atas pendopo ini,
juga hwesio-hwesio lain. Pat-hwesio yang
hendak menyimpan masalah itu tiba-tiba
ditelanjangi. Suara tosu itu bergetar dan
masuk sampai jauh ke dalam, tembus.
Suaranya penuh getaran khikang dahsyat dan
inilah pameran tenaga sakti. Dan ketika ia
terbelalak sementara dua saudaranya di kiri
kanan terkejut, tosu itu menyerahkan surat
1381 maka berkelebatlah bayangan dan seorang
hwesio tinggi besar muncul, matanya melotot
lebar dan tahu-tahu sudah di depan Sin Gwan
Tojin dan sute-sutenya ini.
"Siapa yang mencari pinceng. Ada apa dengan
murid pinceng Chi Koan?"
Sin Gwan Tojin dan empat sutenya terkejut.
Meskipun Sin Gwan telah pernah bertemu
hwesio ini dan tahu siapa Beng Kong Hwesio
namun mau tak mau ia tergetar dan mundur
setindak. Empat sutenya, yang baru kali ini
bertemu dan melihat Beng Kong Hwesio tibatiba tersentak dan mundur dua tindak.
Perbawa atau pengaruh hwesio itu besar sekali.
Baru sekarang inilah mereka berhadapan
dengan orang yang dicari-cari, Beng Kong yang
telah mengalahkan supek mereka Siang Kek
maupun Siang Lam Cinjin. Dan karena hwesio
itu juga mengerahkan tenaga saktinya ketika
1382 muncul, menandingi dan bahkan menindih
suara suheng mereka Sin Gwan Tojin maka
empat tosu Heng-san terkejut dan berubah
wajah mereka. Pucat! Wajah dan bentuk tubuh
Beng Kong Hwesio memang luar biasa. Hwesio
ini seperti raksasa di antara sekalian hwesiohwesio Go-bi, tubuhnya bak gunung dengan
leher beton yang kuat, tanda seorang ahli silat
gwakang maupun lweekang dan tentu saja
empat orang itu berubah. Tapi ketika suheng
mereka batuk-batuk dan menenangkan
keadaan, kehadiran Beng Kong Hwesio
memang menggetarkan maka tosu itu coba
menenangkan saudara-saudaranya de ngan
membungkuk dan menjawab pertanyaan
hwesio ini.
"Siancai, pinto yang mencari dan ingin bertemu
denganmu, Beng Kong lo-suhu. Pinto datang
sebagai utusan Heng-san untuk memberi tahu
1383 sesuatu kepadamu. Muridmu berada di sana,
mengacau dan ditangkap supek kami Siang
Kek Cinjin. Kalau kau mau datang dan
membebaskannya maka silahkan datang dan
bebaskanlah muridmu."
"Hm, kau siapa?"
"Pinto Sin Gwan Tojin..."
"Yang bersuara nyaring tadi?" pertanyaan itu
cepat, memotong jawaban.
"Benar, pinto yang bersuara nyaring tadi.
Sengaja bersuara sedikit keras agar didengar
lo-suhu karena seorang murid berkata bahwa
ketuanya tak ada di tempat."
"Hm!" suara atau pandang mata hwesio ini
tajam berkilat-kilat, mencorong. "Dan kau
mengantar surat? Berikan, biar kubaca!"
1384 Bentakan terakhir itu ditujukan kepada Pathwesio yang menerima surat. Sebenarnya
hwesio ini hendak menyimpan surat itu tapi
sang ketua terlanjur muncul. Beng Kong marah
memandangnya karena surat tak cepat-cepat
diberikan. Dan karena memandang rendah
utusan ini, tak tahu bahwa sang utusan adalah
wakil ketua Heng-san sendiri, kepandaiannya
sudah tinggi maka Beng Kong merobek dan
langsung membaca surat itu. Dan begitu
membaca iapun mendelik.
"Keparat, kurang ajar jahanam. Berani benar
Siang Kek Cinjin menawan murid pinceng dan
kini menantang menyuruh datang. Eh, siapa
takut? Baik, katakan kepada sesepuhmu bahwa
aku akan datang, tosu busuk. Dan kau tak
perlu lagi lama-lama di sini. Pergilah!" Beng
Kong mengebutkan lengan dan serangkum
angin menyambar dahsyat ke arah Sin Gwan
1385 Tojin dan empat sutenya itu. Surat tantangan
telah diberikan dan Beng Kong yang berwatak
pemarah menjadi gusar. Ia memaki dan
melayangkan pukulannya. Dan karena Sin
Gwan berada paling depan dan tentu saja tosu
ini tak mau celaka, kebetulan iapun ingin
menjajal kehebatan hwesio ini maka Sin Gwan
menangkis dan di belakangnya empat sutenya
juga berseru keras menghalau angin kebutan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. "Bress!"
Mereka semua terlempar. Empat tosu di
belakang Sin Gwan malah menjerit dan mereka
terbanting muntah darah. Mereka tak tahu
bahwa Beng Kong Hwesio mengerahkan
ilmunya Hok-te Sin-kun, tadi sekedar
mengebut tapi begitu ditangkis tiba-tiba ia
menjadi marah, menambah tenaganya dan Sin
Gwan yang kaget merasa betapa angin
1386 pukulannya membalik tiba-tiba melempar
tubuh dan bergulingan. Sute-sutenya terlalu
sembrono dengan menghalau dan menolak
sambaran hwesio itu dengan pengerahan
tenaga sekuatnya. Maksud mereka hendak
mementalkan hwesio itu paling tidak
membuatnya terhuyung. Tapi begitu mereka
terlempar karena yang dihadapi adalah Hok-te
Sin-kun, pukulan Penakluk Dunia maka mereka
menjerit dan terbanting muntah darah. Mereka
belum pernah menyaksikan kehebatan hwesio
ini, lain dengan Sin Gwan yang pernah dan
tahu kelihaian hwesio itu. Maka begitu merasa
tak kuat dan terus melempar tubuh
bergulingan, tidak seperti keempat sutenya
yang mencoba bertahan dan nekat menambah
tenaga maka Hok-te Sin-kun menghantam
mereka dan pukulan atau tangkisan mereka
yang membalik membuat empat tosu itu luka
1387 dalam. Dan mereka seketika kaget dan pucat
serta merintih-rintih.
"Huakk!"
Darah segar kembali terlontak. Mereka
berempat tumpang-tindih tapi Sin Gwan Tojin
sudah berseru keras mengebutkan bendera
putihnya. Ia berteriak bahwa mereka hanyalah
utusan dan tak pantaslah seorang ketua
menyerang mereka, apalagi ketua Go-bi yang
dimalui dan ternama. Dan ketika Beng Kong
tertawa bergelak dan membiarkan tosu itu
menotok keempat saudaranya, cepat
mengeluarkan obat penawar dan menolong
saudaranya maka Beng Kong berseru agar
mereka minggat.
"Salah kalian sendiri, kenapa melawan. Hayo,
pergi dan enyahlah dari Go-bi. Pinceng akan
melayani surat tantangan ini!"
1388 Sin Gwan dan adik-adiknya pucat. Kalau saja
tak melihat kepandaian hwesio itu barangkali
tosu ini akan bergerak dan melakukan
perlawanan. Tapi dia telah merasakan
kehebatan Beng Kong Hwesio. Dengan sekali
kebutannya saja masih juga dia terlempar,
padahal dia telah menambah ilmu
kepandaiannya enam tahun ini. Dan karena
bukan pula tugasnya menghadapi hwesio itu,
hwesio ini dipersiapkan untuk supeknya di sana
maka selesai menolong keempat sutenya tosu
inipun bangkit berdiri dan menjura, diam-diam
ngeri juga melihat kesaktian lawan. Beng Kong
Hwesio benar-benar kosen!
"Lo-suhu, tugas kami telah selesai dan biarlah
kami mohon diri. Kami akan pulang dan
melapor kepada ketua dan supek kami."
1389 "Ha-ha, pulanglah, pergilah. Lebih cepat lebih
baik. Siapa tahu nanti tak keburu dan kalian
pulang tinggal nama. Enyahlah!"
Sin Gwan Tojin menahan kemendongkolannya.
Tidak dulu tidak sekarang masih juga hwesio
ini menunjukkan kesombongannya yang besar,
congkak! Tapi karena dia tahu diri dan sekali
bukan tugasnya untuk menghadapi hwesio ini,
dia hanya utusan dan harus pulang sebagai
utusan maka dia mengangguk dan pergi
meninggalkan tempat itu. Dan begitu ia pergi
begitu pula Beng Kong Hwesio menghadapi
tiga adik seperguruannya ini.
"Sute, kenapa kalian menyembunyikan ini.
Kenapa tidak segera memberi tahu pinceng
dan keluar sendiri. Apakah kalian sanggup
menolong Chi Koan kalau sampai terjadi apaapa?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Maaf," Liok-hwesio yang kali ini bicara,
mewakili dua adiknya. "Bukan maksud kami
untuk meninggalkan dirimu, suheng. Melainkan
semata karena kami pikir tak pantaslah kalau
suheng turun tangan langsung. Apalah
gunanya kami kalau semua urusan harus kau
tangani, apalagi hanya menyambut utusan.
Maafkan kalau kami telah membuat
kekeliruan."
"Hm!" hwesio itu mereda kemarahannya, tak
tahu bahwa Liok-hwesio melindungi saudarasaudaranya. "Begitukah? Baik, kalau begitu
benar, sute. Tapi sekarang kalian harus
menjaga tempat ini karena pinceng akan ke
Heng-san!"
"Suheng akan ke sana?"
"Kenapa tidak? Kalian tak mampu menolong
Chi Koan, Siang Kek Cinjin keparat
1391 menangkapnya. Pinceng akan menghajar
kakek itu!"
"Kalau begitu kami tahu diri, harap suheng
berhati-hati namun sebaiknya kalau kepergian
ini diberitahukan pula kepada empat suheng
yang lain."
"Mereka datang!" hwesio itu berseru. "Itu
mereka, sute. Lihat!"
Benar saja, empat dari Pat-kwa-hwesio yang
lain muncul. Mereka adalah Ji-hwesio dan adikadiknya sampai saudara kelima, keenam dan
ketujuh sampai delapan sudah ada di situ. Dan
ketika mereka berkelebat dan berdiri di situ
maka mereka bertanya apa yang terjadi.
Getaran suara dari Sin Gwan Tojin tadi
sebenarnya memasuki telinga mereka pula.
1392 "Utusan Heng-san datang, menyampaikan
pesan dan tantangan kepada Beng Kong
suheng. Chi Koan ditangkap di sana." begitu
Liok-hwesio memberi keterangan, mendahului
adik-adiknya. Dan begitu mereka tertegun
maka Ji-hwesio batuk-batuk.
"Begitukah?"
"Ya, dan sekarang Beng Kong suheng hendak
ke sana, suheng. Kita diminta menjaga partai
dan agaknya suheng mau berangkat."
"Betul," hwesio tinggi besar ini langsung
mengangguk. "Pinceng akan mengambil dan
membebaskan murid pinceng, sute. Sekalian
menghajar kakek tua bangka itu dan kalian
hati-hatilah menjaga partai!"
"Suheng mau berangkat sekarang?" Ji-hwesio
bertanya, alis semakin tebal berkerut. "Kalau
1393 begitu hati-hati, suheng. Dan maaf bahwa
agaknya muridmu itu telah mulai membikin
ulah. Omitohud, semoga tak berkepanjangan!"
Beng Kong Hwesio tertawa mengejek. Ia tentu
saja tak menghiraukan kata-kata sutenya ini
karena tahu sutenya tak ada yang cocok
dengan muridnya. Kalaupun baik maka itupun
hanya luarnya. Tapi karena ia tak perduli dan
Chi Koan dapat menghadapi paman-paman
gurunya ini, ia harus membebaskan dan cepat
menolong muridnya maka hwesio itu berkata
bahwa ia pergi. Dan begitu selesai bicara
begitu pula ia lenyap dari depan adik-adik
seperguruannya ini.
"Sute. pinceng tak mau berlama-lama. Jaga
baik-baik tempat kita dan mungkin empat lima
hari pinceng sudah pulang!"
1394 Ji-hwesio mengangguk. Enam saudaranya yang
lain diam saja dan satu sama lain berkerut alis.
Mereka menahan marah karena lagi-lagi Chi
Koan membuat ulah. Dan yang membuat hati
panas, suheng mereka Beng Kong Hwesio itu
begitu memperhatikan. Anak yang terlalu
dimanja begini bakal besar kepala. Bakal
sombong dan tinggi hati saja. Tapi karena itu
urusan suheng mereka dan bukan mereka, lagi
pula memang hanya suheng mereka itu saja
yang dapat menyelesaikan, Siang Kek amatlah
hebat dan dedengkot Heng-san itu tak ada
tandingan maka begitu merangkapkan tangan
merekapun lalu membalik dan bersenandung
doa dengan suara lirih.
Tujuh hwesio ini tak bisa berbuat apa-apa
namun Ji-hwesio, orang tertua, tiba-tiba
merandek. Hwesio itu seakan mendengar
keliningan dan tertegunlah dia. Tapi ketika
1395 suara itu hilang dan enam saudaranya yang
lain heran, sejenak mereka juga mendengar
keliningan itu namun lenyap maka hwesio ini
berubah memandang enam adiknya.
"Kalian mendengar sesuatu?"
"Ya, keliningan...."
"Ada apakah?"
"Entahlah, tapi sudah tak ada lagi, suheng.
Agaknya kebetulan tertiup angin."
"Omitohud, mudah-mudahan betul begitu. Tapi
pinceng tiba-tiba tak enak! Eh, kalian merasa
sesuatu, sute?"
"Tidak."
1396 "Tapi aku berdebar," Sam-hwesio tiba-tiba tak
nyaman. "Pinceng seakan menerima firasat tak
baik tapi entahlah apa itu."
"Benar," sang kakak berseru. "Pinceng juga
begitu, sute. Omitohud, mari kita ke ruang
sembahyang dan semua berdoa!"
Lima yang lain ikut-ikut tak enak. Mereka
tertegun mendengar kata-kata dua suheng
mereka ini. Maka bergegas dan berliam-keng
(membaca doa) lirih mereka pun lalu masuk
dan menuju ke ruang sembahyang. Dan begitu
mereka bersila maka mendung di atas Go-bi
memang tiba-tiba muncul!
**SF**
Ribuan pasang mata melihat berkelebatnya
bayangan hwesio tinggi besar itu di atas gurun.
Sin Gwan Tojin, dan empat sutenya yang
1397 sudah kembali di tempat rombongannya dan
lewat jalan lain membuat Beng Kong Hwesio
sedikit heran. Ia terbang di atas gurun namun
lima utusan itu tak nampak. Sama sekali ia tak
mengira bahwa para utusan itu sesungguhnya
masih di sekitar Go-bi, bahkan bersembunyi
dan siap bergerak dengan seribu anak-anak
murid dua partai perkumpulan besar,
menyerang dan menghancurkan Go-bi. Dan
ketika ia mengerahkan ilmu lari cepatnya dan
Lui-thian-to-jit membuat sepasang kaki hwesio
ini tak menginjak tanah, semua kagum dan
mendecak maka Tan Hoo Cinjin sendiri
bersinar-sinar memuji hwesio itu, lawan berat
yang bukan tandingannya.
"Hebat, ia benar-benar terbang di atas gurun.
Lihat, dan kecepatannya luar biasa sekali. Aih,
Beng Kong memang benar-benar manusia sakti,
sute. Dan supek bakal menghadapi orang
1398 sehebat ini. Ah, pinto ngeri membayangkan
akibatnya. Kita seolah memberi tumbal!"
"Hm," Ko Pek Tojin dari Hoa-san mengangguk
"Pinto juga mengagumi kepandaiannya, Cinjin.
Dan sayang bahwa orang sehebat itu amatlah
kejam dan berwatak sombong. Aneh bahwa Ji
Leng Hwesio mempunyai murid seperti itu!"
"Dan Beng Kong sekarang mempunyai murid
seperti pemuda bernama Chi Koan itu. Dan
guru serta murid sama-sama sombong pula.
Siancai, semoga pengorbanan Siang Kek
locianpwe berguna bagi ketenteraman dunia!"
Pek-tosu, satu dari Tujuh Malaikat Hoa-san
menggeleng dan menarik napas dalam-dalam.
Dia memuji tapi juga menyayangkan. Dan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika dia merangkapkan tangan menghargai
pengorbanan sesepuh Heng-san, Sin Gwan dan
suhengnya menitikkan air mata tiba-tiba dua
orang itu mengepal tinju dan mendesis.
1399 "Kami dari Heng-san memang siap
mengorbankan apapun asal hwesio keparat itu
dapat kami bunuh. Semoga pengorbanan
supek tak sia-sia!"
"Dan sekarang," Ko Pek Tojin bertanya,
"apakah langsung kita menyerbu, Cinjin? Atau
menunggu sampai hwesio itu benar-benar
menghilang?"
"Pinto rasa biar menunggu dulu sehari. Tak lari
gunung dikejar," kali ini Pek-tosu berkata,
mengemukakan pendapatnya. "Pinto khawatir
siapa tahu hwesio itu belum jauh benar dan
kembali ke Go-bi."
"Benar," Tan Hoo mengangguk. "Pinto juga
berpikir begitu, totiang. Lebih baik sabar sehari
dan biarkan hwesio itu jauh dulu."
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Tapi anak murid tak sabar!" Hek-tosu kali ini
berseru, dialah tokoh yang paling berangasan
di antara Tujuh Malaikat Hoa-san. "Pinto
sendiripun sudah ingin menggebuk dan
menghajar hwesio-hwesio sombong dari Go-bi,
Cinjin. Apakah tak menunggu dua tiga jam saja
lalu bergerak dan menyerang. Pinto ingin
melihat kehancuran Go-bi!"
"Tidak," Tan Hoo Cinjin ternyata menggeleng.
Pinto menetapkan biarlah besok pagi-pagi kita
menyerbu, totiang. Beri kesempatan dulu
kepada anak-anak murid kita mengaso
sementara Beng Kong Hwesio sudah benarbenar jauh."
"Kalau begitu pinto harus menahan sabar,"
tosu ini menggedrukkan kakinya. "Baiklah,
pinto bersabar dan biar besok menyerbu!"
1401 Begitulah, mereka lalu menunggu dan melihat
lenyapnya bayangan Beng Kong Hwesio di luar
gurun. Beng Kong yang heran dan merasa
ganjil tak menemukan lima orang utusan itu
menganggap kemungkinan besar bersembunyi.
Sebenarnya dia ingin melihat mereka lagi dan
memberi pelajaran, paling tidak memotong
telinga mereka sebagai pelampias marah. Di
Go-bi tak mungkin dia lakukan tapi di luar
tentu hal ini dapat dikerjakannya. Ini karena
mereka sudah bukan sebagai utusan dan orang
yang menerima utusan lagi, melainkan sebagai
orang biasa di mana masing-masing dapat
melampiaskan permusuhan mereka. Kalau
Beng Kong Hwesio menemukan Sin Gwan Tojin
dan keempat sutenya ini, di hutan umpamanya,
tentu hwesio itu akan memotong sebelah
telinga masing-masing. Tadi Beng Kong
sempat terkejut oleh kelihaian Sin Gwan
namun karena lawan terlempar dan
1402 bergulingan, sementara empat yang lain
terluka maka hwesio ini memandang rendah
dan tetap tak memandang sebelah mata. Dia
sama sekali tak menduga bahwa Sin Gwan
adalah justeru wakil ketua Heng-san. Kabar
atau perubahan-perubahan di Heng-san
memang tak didengar lagi oleh Go-bi. Go-bi,
dengan Beng Kong sebagai pimpinannya
menganggap rendah semua partai-partai lain.
Dan karena memang selama ini sudah tak ada
lagi musuh yang mengganggu, Tujuh Siluman
Langit dikabarkan tewas sementara orangorang dari partai lain tak mengutik-utik lagi
masalah Bu-tek-cin-keng maka Beng Kong tak
waspada akan bahaya yang mengancam
partainya. Dia juga tak waspada akan bahaya
terhadap dirinya sendiri, maut yang mengintai
berupa ledakan granat di gua sesepuh Hengsan. Bahwa kakek yang amat benci kepadanya
itu siap mati bareng dengan meledakkan guha
1403 yang akan menjadi ajang pertandingan mereka.
Dan ketika hwesio congkak itu meluncur
dengan kesaktiannya yang luar biasa, Luithian-to-jit yang benar-benar membuat
tubuhnya seakan kilat menyambar matahari
maka keesokannya pintu gerbang Go-bi
digetarkan oleh sorak-sorai seribu lebih muridmurid Hoa-san dan Heng-san.
Pagi itu, setelah membiarkan anak-anak
muridnya beristirahat dan melepaskan lelah
maka Tan Hoo Cinjin memberi aba-aba untuk
berangkat. Mereka sudah yakin bahwa Beng
Kong Hwesio tak mungkin kembali. Hal itu
benar karena hwesio itu memang telah menuju
Heng-san dan meneruskan perjalanannya.
Kekhawatiran Beng Kong akan keselamatan
murid tunggalnya membuat hwesio itu ingin
cepat-cepat bertemu dedengkot Heng-san. Dia
tak takut atau gentar karena kini dia telah
1404 memiliki Hok-te Sin-kun. Tanpa ilmu ini pun
dia dulu mampu menandingi Siang Kek Cinjin
maupun Siang Lam Cinjin, apalagi sekarang.
Dikeroyok duapun dia tak takut. Kalau perlu,
semua murid dan tokoh-tokoh Heng-san juga
akan dihadapinya. Boleh, dia tak gentar dan
tak perlu gentar! Namun ketika hwesio itu
tersenyum-senyum dan mendengus penuh
ejekan, meluncur dan menuju Heng-san maka
justeru partainya sendiri diserbu oleh seluruh
kekuatan Heng-san dan Hoa-san. Gabungan
dua partai persilatan besar!
Tan Hoo, diiringi sutenya Sin Gwan dan empat
sutenya yang masih sering-sering memegangi
dadanya, bekas pukulan Beng Kong masih
belum pulih benar pagi itu sudah bergerak dan
menuju pintu gerbang. Tujuh Malaikat Hoa-san
ada di sampingnya dan Ko Pek Tojin sebagai
ketua Hoa-san juga di belakang Tan Hoo Cinjin
1405 ini. Mereka berangkat begitu terang tanah. Dan
begitu seribu orang bersorak-sorai maka Go-bi
tergetar dan seolah dipukul palu godam di
mana pagi itu pintu gerbang yang masih
tertutup digedor-gedor.
"Heiiii.... mana keledai-keledai gundul dari Gobi. Ayo, bangun dan terimalah kematian!"
Para hwesio penjaga tersentak. Mereka yang
tadinya lenggut-lenggut di dalam pintu
gerbang tiba-tiba saja seakan dilontarkan dari
mimpi indah. Pintu yang terbuat dari kayu
tebal berlapis baja, keempat siku-siku pintu itu
memang diperkuat dengan plat-plat baja tebal
digedor-gedor dengan ramainya. Hiruk-pikuk
dan sorak-sorai di luar sungguh mengejutkan.
Dan ketika mereka berlompatan bangun
namun empatbelas orang tahu-tahu telah
melayang dan melewati pintu gerbang, turun
dan berdiri di hadapan mereka maka penjaga
1406 itu tersentak karena lima dari orang-orang ini
adalah utusan Heng-san yang kemarin datang
dan sekarang sudah kembali lagi. Itulah Tan
Hoo Cinjin dan lima sutenya serta Ko Pek Tojin
dan Tujuh Malaikat Hoa-san.
"Buka pintu, dan kalian pergilah!"
Sin Gwan, yang ada di samping ketuanya tibatiba membentak dan mengebutkan lengan.
Sekarang dia tak perlu bersungkan-sungkan
lagi karena kedatangannya memang untuk
bermusuhan. Dia dan lain-lain memang datang
untuk membunuh. Tapi karena yang dihadapi
hanya hwesio-hwesio penjaga, yang tentu saja
bukan lawannya maka dia mengebut dan
membuat empat hwesio itu terlempar. Mereka
menjerit dan berteriak keras sementara
hwesio-hwesio lain yang sedang menyapu dan
membersihkan halaman tertegun. Empat belas
tosu yang datang melewati pintu gerbang dan
1407 turun dengan amat cepatnya jelaslah bukan
tosu-tosu biasa. Dan ketika mereka terbelalak
melihat Sin Gwan Tojin, orang yang kemarin
menjadi utusan maka mereka semakin menjadi
kaget lagi karena tosu itu membentak dan
melempar empat saudara mereka. Hwesio
penjaga yang berteriak dan menumbuk dinding
mengaduh. Mereka dapat bangun berdiri lagi.
Tapi ketika Hek-tosu membentak dan orang
dari Tujuh Malaikat Hoa-san ini mencabut
pedangnya, menusuk dan berkelebat empat
kali berturut-turut maka empat hwesio itu
roboh dan menjerit oleh tikaman maut.
"Crep-crep-crep!"
Pintu gerbang bersimbah darah. Empat hwesio
itu roboh dan darah mereka muncrat
membasahi pintu gerbang ini. Semalam
mereka menjaganya tapi kini tiba-tiba maut
datang menjemput. Begitu cepatnya! Tapi
1408 ketika Hek-tosu tertawa bergelak dan
menendang gembok di tengah-tengah, gembok
itu hancur dan pintu itu terbuka maka bagai air
bah saja seribu orang menyerbu ke dalam. Sin
Gwan Tojin dan suhengnya mengerutkan
kening tapi empat penjaga sudah terlanjur
binasa.
"Hek-totiang, biarkan anak-anak murid dengan
anak-anak murid. Kita mencari tokohtokohnya!"
"Ha-ha!" tosu itu tertawa bergelak. "Ini untuk
pembakar semangat, Cinjin. Masa anak buah
kita tak perlu dibakar dan diberi pertunjukan
menarik. Percayalah, pinto selanjutnya mencari
tokoh-tokohnya dan anak-anak dengan anakanak..... wut-cring-cringg!" tosu itu berkelebat
dan menangkis toya dan senjata gelap yang
menyambar. Anak-anak murid Go-bi, yang
terkejut dan kaget melihat semuanya itu tiba1409 tiba sudah berlarian mencari senjata masingmasing. Mereka kaget oleh serbuan ini dan
pembunuhan yang terjadi di pintu gerbang
amatlah mengejutkan. Bagai setan-setan haus
darah saja tiba-tiba mereka diserbu, semua
kaget tapi juga marah. Dan ketika genta
dipukul gencar dan tanda bahaya milik
perguruan ini menggetarkan seisi gurun, yang
tidur berlompatan dan yang masak
berhamburan, semua terpekik dan mencari
senjata masing-masing maka serbuan besarbesaran ini sungguh mengejutkan Gobi dan
Pat-kwa-hwesio yang menjadi pimpinan
pengganti segera mendapat laporan. Mereka
semalam suntuk tak tidur karena terus berdoa
di ruang sembahyang. Keliningan yang
kemarin mereka dengar sungguh mengecutkan
perasaan. Dan pagi itu seorang anak murid
sudah tergopoh di pintu ruang sembahyang,
menggigil, pucat.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Suhu, kita diserbu besar-besaran oleh anak
murid Heng-san dan Hoa-san. Kita dihantam.
Mohon petunjuk dan harap suhu menolong!"
Ji-hwesio dan enam saudaranya kaget. "Hengsan? Hoa-san?"
"Beb... benar...!" anak murid itu gugup. "Hengsan dan Hoa-san, suhu. Utusan yang kemarin
ke sini kini datang lagi!"
"Omitohud...!" Ji-hwesio mencelat bangun,
tiba-tiba berkelebat dan keluar. "Mari kita
tengok, sute. Ada apa sesungguhnya
gerangan!"
Enam hwesio yang lain membelalakkan mata.
Mereka tak kalah terkejut mendengar ini dan
bagai disambar petir saja mereka sudah
berkelebatan keluar. Sorak dan riuh gaduh di
luar kini terdengar, pekik dan jerit kematian
1411 juga melengking. Dan ketika tujuh hwesio


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pimpinan ini terbang keluar, pendopo sudah
diserbu dan crang-cring-crang-cring suara
pertempuran mengingatkan mereka akan
peristiwa enam tahun yang lalu maka Ji-hwesio
dan enam sutenya terbeliak melihat betapa
seribu lebih anak-anak murid Heng-san dan
Hoa-san menyerbu tempat mereka. Bendera
atau panji-panji dari dua partai persilatan
besar itu berkibar dan diayun ke sana-sini
untuk menyerang pula, menusuk atau
menyodok tiada ubahnya toya panjang.
"Omitohud... Thian Yang Maha Agung!" Jihwesio mengeluarkan puja-puji. "Ah, mana
tokoh-tokohnya, sute. Mana ketua Heng-san
dan Hoa-san?"
"Kami di sini." sebuah seruan tiba-tiba
menyambut. "Selamat pagi, jit-wi lo-suhu. Dan
maaf bahwa kalian terlambat datang!"
1412 "Ah!" Ji-hwesio dan adik-adiknya membalik,
empat belas bayangan berkelebatan dan tahutahu berdiri di pendopo luas itu, pendopo
agung. Lalu begitu mereka berhadapan dan
Hek-tosu tertawa bergelak maka tosu inilah
yang lebih dulu berseru,
"Pat-kwa-hwesio, kami datang untuk menuntut
balas. Nah, terang-terangan saja kami ingin
membunuh kalian!"
"Omitohud," Ji-hwesio terbelalak tapi sudah
dapat menguasai rasa kagetnya. "Kalian,
totiang. Bagus sekali. Elok benar bahwa pagipagi sudah melakukan serbuan tanpa
pemberitahuan lebih dulu. Dan kau, hmm.....!"
hwesio itu berkilat memandang Sin Gwan Tojin.
"Siapa sebenarnya kau ini, totiang. Kau
memperkenalkan diri sebagai Sin Gwan Tojin
tapi sepak terjangmu tidak seperti layaknya
orang beragama. Omitohud!"
1413 "Pinto tak memalsu nama," tosu ini bergerak
dan sudah berhadapan dengan lawannya. Pinto
benar Sin Gwan adanya, Ji-hwesio. Dan
tentang siapa sebenarnya pinto maka baiklah
pinto katakan terus terang bahwa pinto adalah
wakil ketua Heng-san. Tan Hoo Cinjin adalah
suheng pinto!"
"Omitohud, Tan Hoo Cinjin telah pinceng kenal,
tapi kau.... ah, ingat sekarang. Kau dulu
pernah datang ke sini tapi masih bukan
sebagai seorang tokoh. Dan kau bersama
seluruh kekuatan rupanya datang ingin
menghancurkan Go-bi, padahal kemarin...."
"Ha-ha!" Hek-tosu kali ini bicara kembali,
memotong. "Suhengmu Beng Kong Hwesio
memang kami singkirkan agar kita dapat
berhadapan, Ji-hwesio. Nah, jelas agaknya
kenapa pagi ini kami semua menyerang Go-bi!"
1414 "Omitohud! Jadi kalian....?"
"Benar, tak usah tedeng aling-aling. Suhengmu
adalah tokoh terkuat di sini, dan kami tak ingin
berhadapan. Biarlah dia menghadapi Siang Kek
Cinjin dan Heng-san siap mengorbankan
puteranya yang terbaik untuk api dendamnya
yang membara!"
"Maksudmu?"
"Maaf," Tan Hoo kini bicara, matanya tajam
bersinar-sinar. "Supek kami Siang Kek Cinjin
ingin bertempur mati hidup dengan suhengmu,
lo-suhu. Dan kami diperintahkan ke sini untuk
membayar hutang lama. Bersiaplah, kau boleh
memilih di antara kami dan ingin kulihat
apakah tanpa Beng Kong Hwesio Go-bi dapat
bertahan!"
1415 Ji-hwesio marah bukan main. Sekarang
sadarlah dia apa kiranya arti dari semuanya itu.
Suhengnya bagai singa dikeluarkan kandang
sementara anak-anak singanya siap dibunuh
dan digebuk mampus. Go-bi benar-benar
menghadapi ancaman bahaya. Tapi karena dia
bukanlah hwesio penakut dan mati hidup
bukanlah soal, dia harus berani membela
perguruannya maka begitu membentak iapun
langsung mengayunkan lengannya ke arah Tan
Hoo Cinjin ini, biang dari segala biang yang
dianggap paling bertanggung jawab.
"Tan Hoo Cinjin, pinceng siap membela Go-bi.
Marilah.... mari main-main dan coba kau bunuh
pinceng!"
Tan Hoo Cinjin berseri-seri. Inilah kesempatan
baginya menjajal ilmu. Enam tahun dia
digembleng dan segala macam hwesio tak
perlu ditakutinya lagi, kecuali Beng Kong
1416 Hwesio itu. Maka begitu diserang dan
serangkum angin dahsyat menyambarnya dari
tangan lawan, Ji-hwesio jelas melepas pukulan
berat maka dengan cepat iapun menangkis dan
langsung mengeluarkan Lui-yang Sin-kangnya,
ilmu listrik.
"Clap!"
Ji-hwesio berteriak dan membanting tubuh
dengan kaget. Percikan kilat listrik menyambar
dari lengan ketua Heng-san-pai itu dan
pukulannya yang tersedot dan hendak dihisap
tiba-tiba menyadarkan hwesio Go-bi ini akan
bahaya yang lebih besar. Dia terkejut dan
karena itu cepat membuang dan melempar
tubuh ke kiri. Dan ketika hwesio itu
bergulingan meloncat bangun sementara
pukulan lawan meluncur terus, menghantam
dinding pendopo maka terdengar ledakan keras
1417 di mana dinding itu terbakar, hangus. Persis
bagai dijilat halilintar!
"Ha-ha!" ketua Heng-san tertawa dan girang
bukan main. Ji-hwesio ini ternyata "kecil"
baginya. "Lihat dan rasakan kepandaianku, Jilo-suhu. Mari maju dan marilah kita main-main
lagi!"
Enam saudara Ji-hwesio yang lain terkejut.
Mereka tiba-tiba melihat betapa hebat dan
lihainya sute dari mendiang To Hak Cinjin ini.
Dulu, To Hak Cinjin sendiri imbang dengan
mereka, dengan selisih tipis untuk mendiang
ketua Heng-san-pai itu. Maka begitu melihat
suheng mereka melempar tubuh bergulingan
dan Tan Hoo Cinjin ini demikian hebatnya, ilmu
listrik yang dulu dimiliki To Hak Cinjin itu kini
rupanya diperdalam dan sudah mencapai
tingkat mengagumkan, tak tahu bahwa ini
berkat didikan Siang Kek Cinjin sendiri,
1418 dedengkot yang langsung menggembleng
ketua Heng-san itu maka baik Ji-hwesio
maupun adik-adiknya kaget sekali.
"Ha-ha, bagaimana!" Hek-tosu terbahak dan
kagum melihat kelihaian sahabatnya ini. "Kalau
takut menghadapi Heng-san-paicu boleh kau
maju dan hadapi aku, Ji-lo-suhu. Aku juga
gatal dan ingin membalas sakit hatiku dulu!"
"Srat!" sebagai jawaban Ji-hwesio tiba-tiba
mencabut toyanya, senjata andalan. Enam
saudaranya juga bergerak dan tahu-tahu
membentuk lingkaran. "Siapapun lawan kami
bukan soal, Hek-totiang. Tapi kalian tentu tahu
bahwa Pat-kwa-hwesio biasanya maju
berbareng, baik menghadapi seorang lawan
atau seratus lawan. Nah, majulah dan pinceng
bertujuh biar merasakan kembali kehebatan
kalian semua!"
1419 Hek-tosu terbelalak. Ia tiba-tiba memandang
enam saudaranya dan tiba-tiba mereka sama
mengangguk. Di situ ada tujuh hwesio
sementara mereka tujuh orang tosu. Sebelum
Heng-san-paicu menunjukkan kebolehannya
biarlah mereka lebih dulu maju. Dan karena di
Gobi masih ada "dedengkotnya" yang belum
keluar, yakni Ji Leng Hwesio si pertapa sakti
maka Hek-tosu tertawa bergelak dan sebelum
Tan Hoo Cinjin menghadapi lawannya iapun
sudah mencabut pedang dan enam saudaranya
berkelebatan maju
"Ha-ha, bagus tantanganmu, Ji-lo-suhu. Dan
biar kami Tujuh Malaikat Hoa-san main-main
dengan kalian. Mari, kita bergebrak dan ini
tentu adil!"
Tujuh hwesio itu menggetarkan toya. Melihat
bahwa lawan yang maju adalah tujuh tosu dari
Hoa-san, bukan Heng-san maka masingPDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
masing sudah memberi isyarat dan kerlingan
mata. Di luar jerit pekik kesakitan masih
terdengar silih berganti. Pendopo tergetar oleh
teriakan atau raungan mereka itu. Dan ketika
masing-masing sudah siap dan Pat-kwa-hwesio
tentu saja membentuk barisan pat-kwa-tin
(segi delapan) yang sayangnya hanya bisa diisi
oleh mereka bertujuh, karena saudara mereka
tertua lenyap entah ke mana maka Tujuh
Malaikat Hoa-san juga bersiap-siap dan Sin
Gwan Tojin serta suheng atau sutenya mundur.
Hek-tosu bersikap cerdik dengan cepat-cepat
menghadapi tujuh orang hwesio ini. Di
samping tentu saja sungkan kalau segala
sesuatu harus diselesaikan pihak Heng-san
maka sebenarnya tosu ini secara cerdik
"memasang" Sin Gwan Tojin untuk
menghadapi pertapa sakti Ji Leng Hwesio. Dan
di situ ada pula ketua serta pembantupembantu ketua Heng-san. Dengan adanya
1421 Tan Hoo Cinjin dan keempat sutenya berikat
kepala merah, meskipun mereka belum
sembuh benar dari bekas luka pukulan Beng
Kong namun diharapkan tokoh-tokoh dari
Heng-san itu mampu menghadapi Ji Leng
Hwesio. Kalaupun kurang, tentu anak-anak
murid mereka dapat mengeroyok. Semua
sudah dipersiapkan demi menghancurkan Go-bi.
Maka begitu Hek-tosu berhadapan dan
mengejek lawannya ini, dulu Pat-kwa-hwesio
pernah terdesak dan hampir kalah di tangan
mereka, kalau saja Beng Kong tidak membantu
maka tosu muka hitam ini tiba-tiba berseru
keras dan pedangnya bergerak menusuk Jihwesio, orang pertama dari Pat-kwa-hwesio.
"Keledai gundul, awas dan waspadalah akan
serangan pinto. Sekarang kita mulai dan mari
bergebrak!"
1422 Hek-tosu menyerang. Orang pertama dari
Tujuh Malaikat Hoa-san ini langsung
mengeluarkan ilmunya Hoa-san Kiam-sut
(Silat Pedang Hoa-san), pedang menusuk
kemudian menyontek dari bawah ke atas.
Serangannya cepat dan kuat, juga berbahaya.
Tapi ketika Ji-hwesio mengelak dan menggeser
kedudukannya, saudaranya nomor dua
menangkis dan yang nomor tiga serta empat
menggantikan posisi menyerang tosu itu,
mereka sudah bergeser dan saling menjaga
serta menyerang dari arah berlainan tiba-tiba
saja Hek-tosu bukan lagi berhadapan dengan
Ji-hwesio melainkan dengan saudarasaudaranya yang lain. Dan begitu mereka itu
bergerak dan menangkis serta menyerang tosu
ini maka Ji-hwesio tahu-tahu sudah berada di
belakang dan toyanya menyambar belakang
kepala Hek-tosu.
1423 "Crang-crangg!"
Hek-tosu terkejut dan mengelak serta
menangkis. Dia yang tadi dalam posisi
menyerang tiba-tiba sudah berbalik dan ganti
menghadapi serangan, tidak tanggungtanggung melainkan sekaligus tujuh hwesio
lihai. Tapi karena enam saudaranya yang lain
juga sudah bersiap dan mereka itu tentu saja
tidak membiarkan Hek-tosu celaka, mereka
inilah yang membantu dan menangkis atau
menghalau toya-toya di tangan tujuh hwesio,
membentak dan berkelebat maju maka tujuh
hwesio Go-bi tiba-tiba sudah berhadapan dan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saling serang dengan tujuh tosu Hoa-san!
"Cring-cring-cranggg.....!"
Selanjutnya bentakan dan makian terdengar di
situ. Masing-masing hwesio, juga masingmasing tosu tiba-tiba sudah berkelebatan
1424 dengan cepat. Mereka silih berganti menyerang
atau menangkis yang lain dan pertempuran di
atas pendopo ini menjadi seru dan tegang.
Empat sute Sin Gwan yang menonton menjadi
berdebar tapi Sin Gwan dan suhengnya
tenang-tenang saja. Sebagai orang-orang yang
memiliki kepandaian lebih tinggi maka Sin
Gwan maupun suhengnya melihat bahwa
dalam gebrak-gebrak pertama ini pertempuran
berjalan imbang. Tujuh hwesio dari Go-bi
bermain tangkas dan kuat. Namun karena
tujuh tosu dari Hoa-san bergerak cepat dan
cekatan, pedang di tangan mereka naik turun
mainkan Hoa-san Kiam-sut maka tujuh toya
kuning di tangan para hwesio tertolak dan
tergetar. Masing-masing sama pandai tapi
kemudian Hek-tosu mengeluarkan bentakan
nyaring merobah gaya permainannya. Hoa-san
Kiam-sut, yang tadi dimainkan, mendadak
menjadi gerakan silang-menyilang mirip sudut
1425 lima bintang yang menyambar-nyambar. Tan
Hoo Cinjin mengangguk-angguk dan ketua
Heng-san ini tersenyum. Itulah Jit-seng-kiam
atau Pedang Tujuh Bintang yang dikeluarkan
barisan tujuh Hoa-san ini. Dan ketika bentakan
atau seruan nyaring tadi dikuti geserangeseran kaki dari keenam adiknya yang lain,
Hek-tosu memberi aba-aba untuk
mengeluarkan Jit-seng-tin (Barisan Tujuh
Bintang) maka berkelebatanlah tujuh orang
tosu itu dengan gerak cepat luar biasa
menindih dan menekan toya.
"Awas!" Ji-hwesio berseru dan berubah. "Hatihati, sute. Lawan mengeluarkan Jit-sengkiam!"
Enam hwesio yang lain mengangguk. Barisan
pat-kwa-tin tiba-tiba dihadapi jit-seng-tin.
Mereka dirangsek dan didesak sedemikian rupa
di mana mula-mula mereka masih mampu
1426 bertahan. Tapi karena ada satu barisan kosong
yang tak terjaga mereka, yakni yang
seharusnya ditempati suheng mereka yang
pergi entah ke mana maka barisan atau
tempat inilah yang sekarang diterobos Tujuh
Malaikat Hoa-san. Mereka dulu sudah pernah
bertanding dan gara-gara kosongnya satu
barisan inilah maka Pat-kwa-hwesio terdesak
hebat. Segi delapan yang hanya diisi tujuh
orang itu saja tentu berat untuk dicarikan
penggantinya. Masing-masing harus
melakukan pekerjaan ekstra untuk menutup
yang lowong ini. Tapi karena tak mungkin
mereka harus terus-menerus menutup lubang
ini, lawan yang dihadapi adalah lawan yang
mengenal kelemahan mereka maka begitu
Silat Tujuh Bintang dikeluarkan dan Hek-tosu
serta sute-sutenya mencecar bagian yang ini
maka tujuh hwesio benar-benar repot
1427 membendung dan menghalangi terobosan
lawan.
Satu lubang dari delapan lubang yang kosong
ini benar-benar tak disia-siakan oleh Hek-tosu
dan adik-adiknya. Mereka telah mengenal
kelemahan ini dan pengalaman dulu membuat
mereka lebih pintar lagi. Tak heran, begitu
mereka merobah ilmu pedang maka lubang
atau kekosongan inilah yang dicecar. Mereka
hendak masuk dan harus masuk kalau ingin
merobohkan lawan. Dan ketika Ji-hwesio pucat
karena bertubi-tubi tujuh orang tosu itu
hendak memasuki lubang ini, ganti-berganti
mereka mempertahankan diri maka Hek-tosu
yang gembira melihat sibuknya tujuh hwesio
itu berseru agar yang lemah dulu dirobohkan.
"Putar posisi, banting melingkar. Pinto di depan
dan kalian melindungi!"
1428 Seruan atau aba-aba itu tak dimengerti Jihwesio. Tapi enam tosu yang mengangguk dan
berseri mendengar itu tiba-tiba berbalik.
Mereka sekonyong-konyong merobah arah dan
mendadak Hek-tosu kini di belakang. Dengan
begini ia tak lagi menghadapi Ji-hwesio
melainkan Pat-hwesio, hwesio termuda. Dan
karena hwesio ini adalah yang terlemah dan
dialah yang hendak dirobohkan dulu, hwesio
itu kaget dan berseru keras maka Hek-tosu
tertawa bergelak menusukkan pedangnya ke
dada hwesio ini.
"Mampuslah!"
Enam hwesio yang lain terkejut. Hek-tosu tibatiba berada di belakang dan kini menyerang
saudara mereka termuda itu. Keadaan berubah
demikian cepat dan sadarlah mereka kini apa
artinya seruan atau aba-aba tadi. Kiranya
mereka yang lemah akan ditikam lebih dulu.
1429 Kalau begini maka berbahayalah keadaan.
Mereka secara berturut-turut bisa dirobohkan
dari yang terlemah dulu. Maka mengetahui
bahaya dan maksud lawan, Ji-hwesio
membentak dan berseru keras iapun tiba-tiba
menggerakkan toyanya dan lima saudaranya
yang lain juga bergerak tapi enam tosu yang
lain sudah melindungi suheng mereka itu. Hektosu diserang oleh enam batang toya tapi adikadiknya sudah menjaga dan memperhitungkan
ini. "Cret.... cring-crang-dess!"
Akal atau gerak cepat Hek-tosu berhasil. Ia
telah dilindungi saudara-saudaranya dan
hwesio termuda dari Pat-kwa-hwesio itu
mengaduh. Pundaknya tertusuk dan bobollah
kini sebuah lubang lagi. Pat-hwesio terhuyunghuyung. Dan ketika Hek-tosu tertawa bergelak
dan menyerang lagi, hwesio itulah yang diteter
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
maka Pat-hwesio mengelak namun ujung
pedang kembali mengenai bahunya, terhuyung
dan diserang lagi dan hwesio ini terpelanting
mempertahankan diri. Ji-hwesio dan adikadiknya terbelalak tapi mereka itu dihadang
enam tosu adik-adik Hek-tosu, menggeram
dan Pat-kwa-tin hancur berantakan. Dan ketika
akhirnya Pat-hwesio roboh dan menjerit, toya
terlepas dari tangannya maka satu tusukan
maut menghunjam di dada hwesio termuda itu.
"Crep!"
Habislah riwayat hwesio ini. Pat-hwesio
mendelik namun roboh dengan luka di dada,
terguling dan tewaslah satu dari delapan
hwesio Go-bi ini. Dan ketika di sana Ji-hwesio
membentak dan mengayun toyanya dari kiri ke
kanan, adik-adiknya juga mata gelap dan
marah sekali maka tosu termuda dari Tujuh
1431 Malaikat Hoa-san ini ganti menerima
kemplangan.
"Omitohud, kalian telah membunuh sute
pinceng. Rasakan!"
Jit-tosu atau orang termuda dari Tujuh
Malaikat Hoa-san menghadapi kemarahan
orang pertama Pat-kwa-hwesio ini. Dia
menangkis tapi kalah kuat dan toya
menyambar dadanya. Saudara-saudaranya
yang lain menghadapi hwesio-hwesio yang lain
pula dan benturan tenaga di antara dua
senjata tadi membuat pedangnya terpental.
Sekarang barisan pat-kwa-tin pecah-belah
seperti halnya jit-seng-tin pula, meskipun
keunggulan di pihak tosu-tosu Hoa-san ini
karena satu di antara tujuh hwesio telah roboh.
Dan ketika toya menyambar sementara tosu ini
tak sempat mengelak, langsung menerima
1432 gebukan maka tosu itu menjerit dan terlempar
bergulingan.
"Dess!"
Daya tahan atau sinkang di tubuh Jit-tosu ini
masih mengagumkan. Ia masih dapat
bergulingan meskipun terhantam telak.
Amukan dan tenaga Ji-hwesio tadi memang
dahsyat, seharusnya Hek-tosulah yang
menerima itu. Tapi ketika Ji-hwesio mengejar
dan hendak menghabisi lawannya, dia pun
ingin membunuh orang termuda sebagaimana
saudara mudanya dibunuh, ternyata Hek-tosu
berkelebat dan menolong adiknya itu.
"Ji-hwesio, masih ada aku di sini!"
Pedang di tangan Hek-tosu menangkis toya di
tangan lawan. Pedang dan toya sama-sama
terpental dan tosu termuda itu meloncat
1433 bangun. Ia terhuyung dan merasakan
sesaknya napas tapi dapat berlega hati.
Suhengnya telah menolong. Dan ketika enam
saudaranya yang lain telah maju kembali,
melawan enam hwesio di sana maka iapun
meloncat lagi dan membantu saudarasaudaranya.
Payahlah keadaan enam hwesio ini. Tadi di
kala mereka masih sama-sama bertujuh saja
keunggulan berada pada pihak lawan. Kini
setelah satu di antara mereka roboh dan harus
menghadapi musuh yang masih lengkap, Jittosu diminta mengeroyok hwesio nomor tujuh
maka hwesio nomor tujuh itu menghadapi
tekanan berat, dikeroyok tosu nomor enam
dan tujuh berbareng, meskipun tosu yang
nomor tujuh ini masih seringkali harus
menyeringai dan menahan sesaknya napas.
Tapi karena mereka adalah tosu-tosu tangguh
1434 dan pat-kwa-tin cerai-berai, padahal di situlah
kekuatan hwesio-hwesio Go-bi ini maka tiga
puluh jurus kemudian hwesio nomor tujuh ini
juga roboh. Ia tewas tertusuk lehernya dan Jihwesio semakin membelalakkan mata. Dulu,
ketika mereka juga terdesak dan hampir
dikalahkan Tujuh Malaikat Hoa-san ini masih
ada suheng mereka Beng Kong Hwesio yang
menolong. Kini suheng mereka itu tak ada
sementara di sana masih ada Tan Hoo Cinjin
dan sute-sutenya. Kebinasaan bakal
menjemput mereka dan bayang-bayang dewa
maut sungguh tampak di depan mata. Jihwesio melengking dan memutar toyanya
dengan dahsyat. Dan ketika mereka tinggal
berlima sementara anak-anak murid juga
berjatuhan, murid-murid Go-bi rata-rata
dikeroyok dua atau tiga maka hwesio ini putus
asa dan beberapa detik kemudian terdengar
jeritan saudaranya yang lain. Apa yang terjadi?
1435 Kiranya robohnya hwesio keenam. Benar
seperti dugaan hwesio ini bahwa Hek-tosu dan
adik-adiknya akan membantai dari bawah.
Mereka akan membunuh mulai dari yang lemah
dulu, dari bawah ke atas. Dan ketika tiga
Rose At Second Sight 4 Wiro Sableng 071 Bujang Gila Tapak Sakti Rajawali Hitam 6

Cari Blog Ini