Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 13

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 13


sesungguhnya orang ini memang hebat. Dan ia
amat bijaksana!"
"Siapakah dia?" Peng Houw tak tahan. "Teecu
jadi tertarik sekali, locianpwe. Dan adakah
kesempatan bagi teecu untuk berkenalan
dengan orang itu?"
"Hm, bisa dapat bisa juga tidak. Orang ini aneh,
dia kadang-kadang muncul kalau tidak kita
undang tapi justeru tak pernah mau datang
kalau diundang mati-matian. Pinceng tak tahu
apakah kau ada jodoh bertemu orang ini."
1719 "Siapakah dia?"
"Bu-beng Sian-su..."
"Bu-beng Sian-su (Dewa Tak Bernama)?" Aneh,
ini bukan nama, locianpwe. Itu tentu
samaran!"
"Entahlah, yang jelas namanya memang begitu,
Peng Houw. Dan orang yang sudah seperti ini
memang tak pernah mau memperkenalkan diri.
Dia misterius, serba misterius. Pinceng sendiri
tak tahu siapa dia dan dari mana asalnya!"
Peng Houw terbelalak. Kalau sesepuh Go-bi ini
sudah bilang seperti itu maka dapat
dibayangkan betapa aneh dan hebatnya Bubeng Sian-su ini. Ia tak diketahui siapa dan
dari mana pula asalnya. Adakah yang lebih
aneh dari ini? Maka takjub dan kagum
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
membayangkan manusia dewa itu. Peng Houw
berseru,
"Aneh, luar biasa sekali. Kalau begitu Bu-beng
Sian-su ini benar-benar bukan manusia!"
"Benar, dan ia juga tahu kejadian-kejadian
masa silam, Peng Houw. Peristiwa ratusan atau
ribuan tahun yang lalu."
"Apa? Memangnya ia hidup di jaman itu?"
"Pinceng tak tahu, pinceng juga tak mengerti."
"Ah, kalau begitu dia benar-benar dewa. Ini
bukan lagi manusia!"
"Pinceng juga menganggapnya begitu.
Sudahlah, kalau ada jodoh tentu kau akan
bertemu kakek ini, Peng Houw, karena itu
simpan dan jaga baik-baik syair itu. Pinceng
1721 menyimpannya di kotak emas karena barang
itu benar-benar berharga!"
Peng Houw mengangguk-angguk. Kalau
dedengkot Go-bi ini sendiri menyatakan begitu
tentu barang itu benar-benar berharga. Syair
yang tampaknya biasa dan bagus kata-katanya
ini rupanya mengandung semacam "jimat".
Kelak mungkin dia dapat mengetahui jimat itu.
Dan ketika ia menyimpan dan memasukkan ke
kantong bajunya, syair dan kotak itu diberikan
kepadanya maka Peng Houw berlutut dan
teringat harus mencari Chi Koan, menjalankan
tugasnya.
"Locianpwe, apakah masih ada lagi pesanpesan yang harus teecu ingat? Dan apakah
kepandaian teecu ini sudah cukup kuat dipakai
menghadapi Chi Koan?"
1722 "Hm, cukup, sudah cukup. Yang belum cukup
adalah pengalamanmu menghadapi kelicikan
dan kecurangannya, Peng Houw Kau terlalu
jujur dan polos dan ini yang harus kau
perhatikan. Chi Koan lebih pandai darimu,
dalam arti yang jelek. Kalau kau tidak hati-hati
dan waspada menghadapi kelicikannya maka
kau bisa celaka dan bahaya menghadapi anak
itu. Pinceng hanya hendak memberi tahu
bahwa timbalah pengalaman sebanyakbanyaknya tapi untuk ini biasanya harus ada
korban!"
"Teecu akan berhati-hati," Peng Houw
mengangguk, merasa mantap, tak takut atau
khawatir akan kata-kata terakhir itu. "Kalau
teecu dipercaya mampu menghadapinya maka
teecu akan waspada, locianpwe. Dan tentang
susiok Beng Kong Hwesio, hmm..... teecu akan
mencarinya juga."
1723 "Kau memang harus mencarinya. Getarangetaran jahat muncul di tubuh susiokmu itu,
Peng Houw, sama seperti Chi Koan yang cerdik
dan amat berbahaya itu. Karena itu kalau
sampai menghadapi mereka berdua harap hatihati dan waspadalah!"
"Teecu akan waspada," Peng Houw sekali lagi
mengangguk dan tak khawatir. "Doa dan
restumu teecu harapkan, locianpwe. Dan
terima kasih untuk kepercayaan dan budi
locianpwe yang amat besar ini!"
"Hm, pinceng memberimu ilmu karena kau
menghadapi tugas berat. Di tanganmulah nasib
Go-bi terletak. Baik, sekarang cukup, Peng
Houw. Kuberi batas waktu setahun dan setelah
itu kita tidak akan dapat berjumpa lagi. Waktu
pinceng habis!"
1724 Peng Houw terkejut. Tiba-tiba dia teringat
bahwa dia berhadapan dengan sebuah arwah.
Tadi hwesio itu berkata telah minta "ijin" untuk
berada dulu di dunia, berarti belum
sepenuhnya rohnya pergi meninggalkan bumi
ini. Dan kalau setahun itu dia belum berhasil,
hwesio ini tentu kecewa maka dia menjatuhkan
diri berlutut membenturkan jidatnya. Masih
ingin bertemu lagi sebelum gurunya ini betulbetul pergi.
"Locianpwe, teecu tak akan mengecewakan
dirimu. Mudah-mudahan sebelum waktunya
habis teecu berhasil melaksanakan tugas. Di
manakah teecu boleh menemuimu sebelum
waktu locianpwe habis?"
"Pinceng masih di sini, Peng Houw,
menunggumu di sini. Kaulaksanakanlah
tugasmu dan doa pinceng menyertaimu.
Pergilah, kau murid yang baik!"
1725 Peng Houw menarik napas dalam-dalam. Ia
terharu dan tiba-tiba menitikkan air mata
memandang hwesio ini. Kebaikan hwesio ini
sudah tak ada bandingannya lagi, ia menerima
budi yang terlampau besar. Maka mendekat
dan mencium kakek itu, menyentuh jari-jari
kakinya mendadak Peng Houw mendengar
tawa aneh dan kaki itupun lenyap. Sang
hwesio menghilang!
"Peng Houw, pinceng sudah tak berjasad lagi.
Pergilah, laksanakan tugasmu!"
Peng Houw sadar. Ia terkejut dan mengangkat
mukanya dan gurunya itu benar-benar lenyap
tanpa bekas. Yang ada hanyalah tawa dan
kata-kata itu yang segera hilang dan tak
kedengaran lagi. Dan ketika Peng Houw berdiri
dan mengusap pipinya, air matanya tadi jatuh
di situ maka ia membalik dan melangkah
1726 meninggalkan tempat itu, matanya tiba-tiba
sembab!
"Locianpwe, aku akan mencari dan
menemukan Chi Koan. Akan kurampas kembali
kitab Bu-tek-cin-keng itu. Selamat tinggal,
locianpwe, dan semoga aku sempat
menemuimu lagi!"
Peng Houw turun bukit dengan kaki gemetar.
Ia masih tak dapat menahan keharuan hatinya
bahwa hwesio itu telah meninggal. Ji Leng
Hwesio telah meninggalkan ilmu yang amat
dahsyat untuknya, Hok-te Sin-kun. Dan bahwa
hwesio itu juga telah memberikan sinkangnya
lewat batu hitam, sinkang yang meresap dan
akhirnya disedot tubuhnya maka Peng Houw
menangis dan bercucuran air mata ketika
meninggalkan guha pertapaan itu. Setahun
berada di sana sudah membuat dirinya
berbeda. Ia adalah titisan Ji Leng Hwesio yang
1727 sakti. Ia tak akan kalah dengan Chi Koan
maupun Beng Kong Hwesio sendiri, susioknya!
Dan ketika ia menuruni bukit dan memasuki
perguruan Go-bi, daerah di mana anak-anak
murid berjaga ternyata Ji-hwesio dan sutesutenya berada di situ, menunggu!
"Peng Houw, bagaimana kabarnya. Kau
tampaknya mendapat pesan dari supek!"
Dan kau menangis! Eh, ada apa, Peng Houw.
Apakah supek marah kepadamu?" Sam-hwesio,
sute dari Ji-hwesio berseru pula. Dua hwesio
ini berada paling depan dan merekalah yang
tentu saja lebih dulu menyambut. Peng Houw
terkejut dan sadar. Dan ketika ia menghapus
air matanya dan ingat bahwa rahasia gurunya
tak boleh diketahui anak murid maka dia
menarik napas dan menjura di depan dua
orang hwesio itu. Peng Houw selalu bersikap
hormat yang membuat hwesio-hwesio ini suka.
1728 "Susiok, aku menangis karena harus
meninggalkan tempat ini. Aku... aku diminta
mencari Chi Koan dan harus berpisah dengan Ji
Leng locianpwe. Inilah yang membuatku
sedih."
"Ah," hwesio-hwesio itu tersenyum, tak tahu
bahwa Peng Houw berbohong. "Kau perasa dan
lembut sekali, Peng Houw. Kalau supek
menyuruhmu pergi justeru tandanya kau sudah
hebat. Mencari Chi Koan adalah hal
berbahaya!"
"Benar Sam-hwesio lagi-lagi berseru, menepuk
pundak anak muda ini. "Kalau itu yang
diperintahkan supek berarti kebahagiaan besar
bagimu, Peng Houw. Kau sudah mendapat
kepercayaan dan bekal yang cukup!"
1729 "Tapi aku harus meninggalkan tempat ini,
berarti meninggalkan susiok pula yang harus
berjaga seorang diri..."
"Ah, itu tak perlu dipikir, Peng Houw. Ada
supek di sini. Kalau kami tak sanggup
menghadapi musuh tentu supek membantu!"
"Dan kau, hmm!" Ji-hwesio berseri dan kagum
memandang anak muda ini. Kau semakin
gagah dan tampan, Peng Houw. Kau
tampaknya lebih berotot. Matamu juga seperti
mata supek, mencorong dan seperti mata
seekor naga sakti!"
"Ha-ha, benar. Pinceng juga melihat itu namun
meskipun mencorong tapi lembut sekali, tidak
seperti Chi Koan!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ah," Peng Houw tersipu. "Kalian ada-ada saja,
jiwi-susiok. Aku bersedih sedang kalian
gembira. Aku... aku mau pamit."
"Nanti dulu. Kami menghadangmu karena ada
perlu. Kami terkejut dan selama ini bertanyatanya bagaimana sekarang keadaanmu ini,
Peng Houw, dan pinceng kebetulan ingin
menguji. Bentakan dan latihanmu yang
dahsyat di guha pertapaan membuat kamni
semua tercengang, kaget. Sekarang kami ingin
menguji dan kau rupanya mendapat warisan
sejurus dua ilmu silat tinggi dari supek!"
"Benar," anak-anak murid lain tiba-tiba
bersorak. "Kau sekarang tentu lihai sekali,
Peng Houw. Tunjukkanlah kepada kami dan
biar kami lihat!"
"Hm," Peng Houw terkejut. "Lihai? Lihai apanya?
Aku seperti dulu, para suheng. Bodoh dan tidak
1731 bisa apa-apa. Kalau Ji Leng locianpwe
memberiku sejurus dua memang benar, tapi
tak berani aku mengatakan diriku hebat. Aku
masih seperti dulu."
"Tapi kau mampu membuat kami mencelat dari
tidur, Pagi tadi semua dari kami terlempar!"
"Benar, Peng Houw. Dan angin pukulanmu
yang menderu membuat genteng dan segala
apa terbang berjatuhan. Kau sudah menjadi


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda luar biasa!"
Peng Houw semburat. Anak-anak murid
memujinya sementara susioknya nomor tiga,
Sam-hwesio, sudah menggosok dan memukulmukul telapak tangannya untuk maju
bertanding. Dia akan diuji! Dan ketika dia
mundur dan menggeleng berulang-ulang, tak
tahu bahwa selama berbulan-bulan ini para
anak murid dan susioknya menyimpan
1732 kekaguman, tadi pagi mereka tersentak dan
kaget oleh bentakannya yang dahsyat maka
Sam-hwesio sudah bergerak dan melepas
pukulan, menerjangnya.
"Peng Houw, aku dan semua orang ingin tahu.
Kau layanilah aku sebentar dan perlihatkan
kepandaianmu!"
Peng Houw mengelak dan terbelalak. Ia dikejar
namun mengelak lagi, berkelit namun Samhwesio berseru keras mencabut toya. Dan
ketika dengan senjata itu ia sudah diserang
dengan amat cepat dan bertubi-tubi, toya
menderu dan bergerak menyambar-nyambar
maka ia sudah menghadapi silat toya yang
kuat dari susioknya ini, apa boleh buat
menangkis dan Peng Houw yang belum dapat
mengira-ngira tenaganya tiba-tiba membuat
kejutan besar. Toya di tangan susioknya itu
patah dikibas, hanya dengan sekali tangkisan
1733 saja. Dan ketika hwesio itu juga terbanting
bergulingan, kaget berteriak keras maka Peng
Houw juga tertegun dan pertandingan
segebrakan ini otomatis berhenti. Peng Houw
baru bertempur sejurus!
"Omitohud..!" Sam-hwesio berteriak dan
meloncat bangun. "Kau.... ah, sinkangmu
hebat sekali, Peng Houw. Toya pinceng patah.
Tenagamu besar dan kuat sekali. Agaknya kau
harus dikeroyok!"
"Eh, nanti dulu!" Peng Houw berseru dan
melihat susioknya yang lain bergerak maju,
sudah mendapat isyarat dari Sam-hwesio ini.
"Aku... aku tak mau bertempur, susiok. Aku...
aku mau pergi!"
"Jaga ini dulu!" Ji-hwesio berkelebat dan
menyambar dari kanan, telapaknya menderu
mengeluarkan pukulan jarak jauh "Dugaan
1734 kami rupanya benar, Peng Houw. Biarkan kami
buktikan dan awas serangan berikut!"
Peng Houw mengelak dan kembali diserang. Ia
tadi menangkis sekenanya saja tapi cukup
membuat toya dan pemiliknya terlempar.
Kalau Sam-hwesio tidak membanting tubuh
bergulingan barangkali susioknya itu patah
tulang. Tangkisannya tadi ternyata terlalu kuat,
padahal ia tidak terlalu mengerahkan tenaga.
Maka sadar bahwa ia harus berhati-hati,
serangan atau pukulan Ji-hwesio tak berani
ditangkis pemuda inipun lalu berlompatan dan
mengelak sana-sini saja. Ia berseru agar
paman gurunya itu tidak mendesak dan
cukuplah di situ saja. Tapi ketika sang paman
justeru penasaran dan gemas tak mampu
memukul, Peng Houw berkelit dan memberikan
tempat kosong maka hwesio ini mencabut
toyanya pula dan saat itu Sam-hwesio dan Su1735 hwesio menerjang pula, dari muka dan
belakang.
"Peng Houw, kalau perlu kami ingin merasakan
sendiri. Kau terimalah pukulan ini dan
tangkislah seperti tadi... wut-wut!" tiga toya
menyambar dari tiga penjuru, naik turun
dengan amat cepat dan Peng Houwpun
dikurung di tengah-tengah. Apa boleh buat,
pemuda ini harus menangkis. Dan ketika ia
menggerakkan tangannya namun tangkisan
dilakukan lebih perlahan, tidak lagi seperti tadi
maka tiga orang itu terdorong dan toya mereka
melengkung, bengkok!
"Krek!"
Hampir tiga hwesio itu terjengkang roboh.
Meskipun tangkisan dilakukan perlahan dan
toya bengkok melengkung tetap saja mereka
tak dapat menahan tubuh, terhuyung dan
1736 hampir terjengkang dan cepat mereka
menggeliat membuang sisa pukulan itu. Jihwesio dan sutenya berseru kaget dan mereka
terbelalak melihat toya di tangan. Toya itu
melengkung! Namun karena belum roboh dan
ini justeru menambah kagum, Ji-hwesio
membentak dan menyerang lagi maka Peng
Houw dipaksa untuk membalas dan bergerak
pula.
"Omitohud, kau luar biasa, Peng Houw.
Sinkangmu seperti supek. Aih, robohkan kami
dan biar kami melepas kagum!"
Peng Houw bingung. Ia disuruh membalas dan
tidak mungkin berlompatan saja, para murid
mulai bersorak dan keroyokan itu rupanya
membuat gembira. Dan ketika ia benar-benar
dikepung dan toya sambar-menyambar mau
tak mau ia harus menerobos keluar maka Peng
1737 Houw berseru keras dan mengibas sambil
menambah tenaganya.
"Susiok, aku tak ingin main-main. Maaf dan
biarkanlah aku pergi... plak-plak-plak!" Peng
Houw membuat tiga orang itu terlempar dan
patah-patah toyanya. Kali ini tidak hanya
bengkok melainkan patah menjadi dua. Tiga
susioknya menjerit dan terlempar bergulingan.
Mereka tak dapat lagi menahan toya di tangan.
Telapak mereka terkelupas! Dan ketika tiga
orang itu terkejut dan bergulingan meloncat
bangun, anak murid tertegun maka Peng Houw
berkelebat dan lari keluar, menuju pintu
gerbang.
"Susiok, maafkan aku. Kukira cukup. Lain kali
kita bertemu lagi dan biarkan aku pergi!"
Tiga hwesio terkejut dan terbelalak. Mereka
kagum oleh sinkang pemuda ini dan Su-hwesio
1738 malah merintih karena perih. Telapaknya lecet,
berdarah. Namun ketika Ji-hwesio bergerak
dan berseru mengejar, Sam-hwesio juga
menyusul dan anak-anak murid bersorak maka
Peng Houw diminta berhenti namun pemua itu
sudah berada di pintu gerbang siap membuka
gelang baja. Sekali sentak saja pengganjal
pintu ini akan terbuka. Tapi ketika Peng Houw
siap menarik dan paman-paman gurunya tak
digubris, ia ingin segera keluar mendadak
terdengar suara "bluk" dan ja tuhlah seseorang
dari luar sana.
Peng Houw terkejut. Serentak ia menoleh dan
gelang baja dilepas. Ji-hwesio dan lain-lain
juga terkejut dan melihat orang itu. Dan ketika
mereka sampai dan Peng Houw tertegun maka
hampir berbareng anak muda ini berteriak
bersama paman gurunya.
"Suhu....!"
1739 "Giok Kee Cinjin!"
Peng Houw membalik dan meloncat ke tubuh
yang berdebuk ini. Kiranya itu adalah Giok Kee
Cinjin dan tosu itu berlumuran darah. Baju dan
pakaiannya basah berwarna merah. Dan ketika
Peng Houw berseru tertahan sementara Jihwesio dan lain-lain tiba di situ maka tosu ini
mengerang sementara Peng Houw sudah
mengangkat bangun tubuhnya.
"Suhu, apa... apa artinya ini? Ada apa dengan
kau?"
"Aku... oh, ahh.... pinto, uh-uhh... pinto
bertemu Chi Koan dan Tujuh Siluman Langit,
Peng Houw.... pinto.... pinto dilukai anak itu....
uh-uhh!" Giok Kee Cinjin batuk-batuk dan
sukar bicara. Tosu ini luka berat dan tadi ia
meloncat naik ke pintu gerbang, terjun dan
terbanting di situ karena pintu tertutup. Ia
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
luka-luka dan ingin masuk. Dan ketika Peng
Houw terkejut namun cepat menotok dan
memberikan pertolongan, Ji-hwesio juga
menjejalkan obat maka tosu ini megap-megap
dan menuding-nuding.
"Dia... mereka.... muncul lagi. Ah, anak
siluman itu hebat bukan main, Peng Houw.
Dia... dia sekarang semakin lihai. Pinto....
pinto...."
"Suhu tak perlu bicara," Peng Houw menekan
dan mengusap dada kakek ini, khawatir. "Kau
luka dalam, suhu, lukamu berat. Mari masuk
dan biar kutolong di dalam."
"Benar," Ji-hwesio berseru dan juga
mengangguk. "Kakek ini luka berat, Peng Houw.
Ia kehabisan darah dan tenaga. Kita, ah... kita
harus cepat menolongnya!"
1741 Keadaan menjadi berubah. Para hwesio yang
tadi gembira dan ramai mengagumi Peng Houw
kini menjadi tertegun dan kaget melihat
keadaan Giok Kee Cinjin. Tadi tosu itu
meloncat naik dan terjun dari tembok yang
tinggi. Kalau saja tidak luka tentu mampu
turun dengan baik. Tapi karena dia luka dan
darah demikian banyak membasahi tubuhnya,
hal ini jelas berbahaya maka ketika berdebuk
dan terbanting di tanah keras tosu itupun
kontan semakin parah. Tulang iganya patah
dan ketika megap-megap bicara iapun pingsan.
Tosu ini tak kuat lagi. Dan ketika Peng Houw
membawanya masuk sementara Ji-hwesio dan
lain-lain tak jadi mengganggu Peng Houw
maka pemuda itu sudah menolong gurunya
dan Ji-hwesio serta yang lain-lain sibuk
membantu.
1742 Tapi keadaan benar-benar gawat. Peng Houw
telah memberikan sinkangnya kepada tubuh
gurunya itu namun si tosu tak siuman juga.
Peng Houw khawatir sekali. Dan ketika delapan
jam tosu itu tak sadarkan diri juga, bahkan
batuk dan muntah darah maka Giok Kee Cinjin
berkelojotan dan akhirnya tewas.
"Suhu...!"
Hanya ini seruan Peng Houw. Giok Kee Cinjin
telah menghembuskan napasnya yang
penghabisan dan Peng Houw tersentak.
Gurunya benar-benar tewas dan naiklah sedusedan di dada pemuda ini. Baru setahun tidak
berjumpa tiba-tiba gurunya itu kini tewas.
Siapa tidak berduka. Dan ketika Peng Houw
mengguguk namun Ji-hwesio menepuk-nepuk
pundaknya, berdehem dan menghibur maka
Peng Houw sadar bahwa tak perlu segala air
mata itu.
1743 "Tenanglah, hidup memang begini. Mati dan
hidup silih berganti, Peng Houw. Pinceng turut
berduka atas kematian suhumu ini. Tapi tangis
melulu tak akan merobah keadaan. Kita
makamkan dia besok dan carilah musuhmu
itu!"
Go-bi berkabung, Meskipun Giok Kee bukan
tokoh Go-bi-pai namun tosu ini adalah sahabat
G0-bi yang siap membela mati-matian partai
itu. Teringat jelas di benak setiap orang betapa
tosu ini berkali-kali membela Go-bi, bahkan,
hampir terbunuh oleh musuh-musuh Go-bi
yang lihai. Maka ketika dia tewas dan
kematiannya justeru di Go-bi, sahabat yang
tak mungkin membiarkannya begitu saja maka
Go-bi menyembahyangi arwahnya dan untuk
kesekian kalinya lagi Go-bi memakamkan
seorang gagah di tempat mereka.
1744 Peng Houw tak dapat banyak bicara dan ia
benar-benar terpukul. Dulu gurunya Lu Kong
Hwesio tewas, lalu dia diambil dan dibawa tosu
ini. Dan ketika kini tosu itu tewas dan ia tak
dapat banyak berkata-kata, sekelumit


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pembicaraan yang diperoleh tak memuaskan
hatinya maka ia menjadi marah dan sakit hati
kepada Chi Koan.
Dulu, gurunya Lu Kong Hwesio juga tewas
gara-gara anak muda ini, bekas temannya
bermain. Dan sekarang, setelah mereka samasama dewasa lagi-lagi Chi Koan membuat ulah
dengan menewaskan tosu ini. Ada bekas
pukulan lima jari di dada gurunya itu, pukulan
Hok-te Sin-kun! Dan menggeram menahan
dendam, Peng Houw berlutut di makam
gurunya itu maka dia berbisik gemetar
didengar anak-anak murid Go-bi.
1745 "Suhu, aku tak tahu banyak tentang
kematianmu. Tapi kau menyebut-nyebut Chi
Koan dan Tujuh Siluman Langit. Baik, akan
kucari mereka, suhu. Dan kebetulan Ji Leng
locianpwe juga memberi tugas kepada teecu.
Tenangkanlah arwahmu di alam sana dan biar
kucari mereka!"
Lalu berlutut dan mencium makam gurunya
Peng Houw bangkit dan tampak betapa cahaya
lembut dari sepasang matanya yang kemarin
tampak sekarang sudah lenyap, terganti
dengan hawa berkobar yang membuat
mukanya kemerah-merahan. Terbakar!
"Susiok, terima kasih atas budi kebaikan kalian
menyemayamkan tubuh Giok Kee suhu di sini.
Aku tak dapat tinggal lebih lama lagi di sini dan
sekarang aku harus benar-benar pergi. Tolong
kalian jaga baik-baik tempat ini dan paling
lambat setahun aku kembali!"
1746 Peng Houw memberi hormat dan berkelebat
lenyap. Ia tahu-tahu sudah melesat di atas
kepala orang banyak dan kemudian melayang
ke tembok pintu gerbang. Tidak seperti
kemarin ketika Peng Houw berusaha
mematahkan gelang baja adalah sekarang
pemuda ini lewat dan terbang di atas tembok
yang tinggi, turun dan kemudian meluncur di
luar sana dengan amat cepatnya. Sebentar
saja ia sudah merupakan titik kecil di padang
gurun, lenyap dan akhirnya tak kelihatan lagi
karena Peng Houw sudah memasuki hutan di
depan. Dan ketika anak murid mengejar
namun tak melihat bayangan anak muda ini,
Ji-hwesio dan sutenya kagum bukan main
maka mereka mendecak dan merangkapkan
tangan.
"Omitohud, semoga kau berhasil, Peng Houw.
Pinceng mendoakanmu dari jauh!"
1747 "Benar, pinceng juga, Peng Houw. Semoga kau
berhasil melaksanakan tugas dan kembalilah
ke sini!"
Tiga hwesio pimpinan ini meloncat turun.
Mereka tadi mengejar dan juga melayang naik
ke atas tembok tinggi akan tetapi sudah
melihat anak muda itu lenyap di kejauhan sana.
Padahal, baru beberapa kejap pemuda itu
masih ada di depan mata. Dan ketika anak
murid ramai membuka pintu namun tak
melihat lagi bayangan anak muda itu maka
semua mendecak dan kagum.
Peng Houw memasuki hutan dan akhirnya
keluar di seberang sana. Cepat sekali
gerakannya bagai siluman menyambar.
Siapapun tentu terkejut dan kaget melihat
bayangannya, karena begitu menyambar ia
pun sudah melesat dan jauh di depan sana
seperti iblis. Dan ketika Peng Houw meluncur
1748 dan meninggalkan hutan, sinkang di tubuhnya
telah memberinya tenaga sedemikian besar
hingga mampu bergerak puluhan meter sekali
loncatan, jauh di atas kecepatan seekor garuda
menyambar maka pemuda ini tak sadar bahwa
ia telah benar-benar menjadi seorang pemuda
sakti.
Peng Houw tiada ubahnya Ji Leng Hwesio
sendiri karena sinkang atau tenaga sakti
hwesio itu telah diserapnya. Dedengkot Go-bi
ini telah rela mengorbankan diri demi anak
muda ini, memberikan seluruh sinkangnya
lewat batu hitam yang sekian tahun dipakainya
bertapa. Siapapun tak menyangka bahwa Peng
Houw benar-benar berubah. Hanya dalam
waktu setahun saja pemuda ini sudah setarap
Ji Leng, siapa tidak kagum! Dan ketika pemuda
itu berkelebat dan terus meluncur ke depan,
seekor burungpun tak akan mampu menang
1749 beradu cepat dengannya maka naga sakti Gobi ini, yang siap mencari dan bertarung dengan
naga sakti lain telah bertekad untuk mencari
dan menemukan musuhnya itu.
Chi Koan harus dirobohkan dan Bu-tek-cinkeng dirampas. Ia hanya ada waktu setahun
untuk bertemu lagi dengan gurunya yang
paling dahsyat, Ji Leng dedengkot Go-bi. Dan
karena kematian Giok Kee membuat Peng
Houw panas terbakar, ia marah kepada
pemuda itu maka kemarahan ini merupakan
tenaga tambahan baginya. Dusun dan kota
dilewati begitu cepat. Peng Houw menyambar
dan lenyap di antara sekelompok orang yang
terkejut, mengucek mata dan melihat namun
tak ada siapa-siapa di depan. Tadi mereka
merasa sambaran angin namun setelah itu
lenyap. Bayangan yang mereka lihat seolah
hantu saja. Beberapa wanita menjerit! Dan
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
ketika semua itu juga tak dihiraukan Peng
Houw karena ia ingin mencari dan menemukan
musuhnya, Chi Koan harus dihajar maka
pertemuan dua anak muda ini tentu bakal
menegangkan karena mereka sama-sama
seekor naga yang penuh tenaga dan
berkepandaian tinggi!
Peng Houw boleh kurang dalam keragaman
ilmu namun dia memiliki kelebihan dengan Sinliong-kangnya itu. Sinkang Naga Sakti ini,
kalau lepas kontrol akan kembali terlihat bila
Peng Houw mendengus-dengus. Dua asap
putih bergulung masuk keluar lewat lubang
hidungnya. Dan karena dedengkot Go-bi
sendiri sudah menyatakan bahwa Sin-liongkang seusap di atas Hok-te-kang, yang dimiliki
Chi Koan itu maka pertandingan di antara dua
anak muda ini bakal ramai.
1751 Tapi dapatkah Peng Houw mengalahkan Chi
Koan? Mampukah ia merobohkan pemuda
cerdik itu dan merampas kitab? Agaknya masih
harus dibuktikan. Chi Koan sekarang juga
bukan Chi Koan yang dulu karena di balik
pemuda ini muncul Tujuh Siluman Langit yang
dulu dikabarkan tewas itu. Coa-ong dan lainlain muncul kembali sebagai pembantupembantu utama pemuda ini. Dan ketika Peng
Houw mencari pemuda itu maka Chi Koan juga
mencari musuh-musuhnya dan dunia kang-ouw
kembali dibuat gempar oleh ulahnya!
**SF**
Siapapun tak menyangka bahwa pemuda
tampan yang bergandengan tangan dengan
seorang wanita cantik itu adalah pemuda yang
berkepandaian tinggi. Dan siapapun juga tak
menyangka bahwa wanita cantik itu adalah
Kwi-bo, iblis wanita yang genit dan cabul itu.
1752 Maka ketika Chi Koan berada di kota An-tien
dan memasuki sebuah restoran penuh tamu,
beberapa di antaranya orang-orang kang-ouw
dan bahkan ada wanita cantiknya maka
pasangan ini menjadi perhatian dan segera
menarik mata pengunjung yang pagi itu
menikmati sarapan mereka.
Chi Koan tampan sekali dengan baju birunya
yang disulam benang emas di pinggirnya.
Celana putihnya agak longgar dan kalau dia
berjalan maka debu dan apa saja bakal
berhamburan, termasuk ketika dia memasuki
rumah makan Toh-pe-koan dan berjalan
menuju ke tengah ruangan, membuat para
tamu yang sedang makan di bagian depan
terbelalak dan marah karena entah
beagaimana tahu-tahu kertas dan kulit pisang
mencelat dan memasuki piring mereka, yang
sedang disantap! Dan ketika Kwi-bo terkekeh1753 kekeh dan juga tak menghiraukan itu,
lengannya erat menggandeng lengan pemuda
ini maka seorang tamu berteriak dan bangkit
dari kursinya.
"He, anak muda. Butakah matamu! Berjalanlah
yang baik dan jangan biarkan ujung celanamu
menghambur-hamburkan debu!"
"Benar," tamu yang lain berseru dan bangkit
berdiri pula. "Manusia busuk dari mana ini
yang berani kurang ajar memasuki makananku
dengan kulit pisang. He, perhatikan langkahmu
itu, anak muda. Debu dan segalanya
berhamburan kau sepak!"
"Ha-ha," Chi Koan tertawa-tawa dan sudah
mendapatkan kursinya, di tengah, tak perduli.
"Kita makan di sini, Kwi-ci. Enak bebas
memandang sekeliling tapi kudengar ada dua
1754 ekor anjing menggonggong.Aih, siapa itu.
Apakah kau tidak dengar?"
"Hi-hik, biarkan saja. Kita sudah lapar, Chi
Koan. Aku tak perduli dan biar lalat atau
kecoa-kecoa busuk memasuki mulut mereka!"
"Ha-ha, begitukah? Kau senang melihat lalat
memasuki mulut anjing? Ih, ada ada sepasang,
biar kukebut!" Chi Koan menggerakkan lengan
baju dan sepasang lalat hijau terkibas. Lalat itu
mendengung lalu tahu-tahu menyambar ke kiri
kanan yang satu ke arah laki-laki tinggi besar
berwajah merah sedangkan yang lain ke mulut
orang kedua yang tadi memaki-maki Chi Koan.
Sepintas, kebutan ini seperti mengusir lalat
benar-benar. Tapi ketika lalat itu menyambar
dan memasuki mulut dua orang itu, yang tentu
saja berteriak dan melompat-lompat maka
suasana rumah makan yang tadi tenang dan
1755 sejuk sekonyong-konyong menjadi gaduh dan
hingar.
"Heiii... auph!"
"Uff... auph!"
Dua laki-laki itu tersentak. Mereka sungguh tak
menyangka dan tadi ketika melihat dua lalat
hijau mereka sudah mengelak. Tapi karena
lalat itu menyambar cepat dan mereka tak
sempat mengatupkan mulut, Chi Koan
memang kurang ajar maka dua laki-laki itu
tercekik tenggorokannya karena lalat meronta
dan lekat di anak lidah! Akibatnya mereka
mendelik dan hampir berbareng keduanya
muntah-muntah. Kotoran dan lalat itu keluar,
mati. Tapi karena ini membuat jijik pengunjung
lain, yang sedang makan maka tiga wanita
muntah-muntah dan ikut-ikutan mengeluarkan
sisa makanan mereka. Rumah makan itu ribut!
1756 "Ha-ha, selera makan jadi terganggu. Ah, ada
orang makan lalat. Hei, kita pindah ke pojok,
Kwi-cici, di situ kita bebas dan mari memesan
makanan!"
Chi Koan bangkit dan geli juga melihat dua
laki-laki itu hoak-hoek. Ia telah mengebut dua
ekor lalat tadi hingga langsung menyambar
batang tenggorok, menancap dan tak akan
keluar kalau dua laki-laki itu tidak
memuntahkannya. Dan ketika benar saja
mereka batuk-batuk dan muntah-muntah,
pengunjung lain menjadi jijik dan terganggu
maka cepat-cepat mereka memalingkan muka
dan bagi yang sudah selesai lalu buru-buru
membayar dan pergi.
Chi Koan tertawa dan melihat pemilik dan
pelayan restoran menjadi kalang-kabut. Tiga


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelayan bergegas mengambil sapu dan pasir
membersihkan muntahan itu, yang lain
1757 menggosok dan berseru berulang-ulang agar
dua tamu mereka itu jangan muntah lagi. Air
putih diberikan untuk penawar. Dan ketika
akhirnya mereka menggigil dan mengusap
mulut, melotot memandang Chi Koan yang
sudah berpindah tempat maka yang muka
merah, dengan pedang di punggung langsung
melompat dan mencabut pedangnya. Tahu
bahwa anak muda itu memang sengaja
berkurang ajar!
"Bocah siluman, kau tak tahu adat. Biarpun
cicimu cantik tapi aku bukan laki-laki murahan
yang akan dapat kau suap dengan encimu.
Mampuslah, terima pedangku!"
Chi Koan tertawa lebar. Ia sedang memilih
masakan dari buku di atas meja, tak tahu atau
barangkali tak perduli tusukan itu, yang
menuju pangkal lengan kirinya. Dan ketika
laki-laki itu tertegun karena lawan tak berkelit,
1758 duduk tenang membaca buku masakan maka
ia hendak menahan namun terlanjur marah
dan justeru menambah tenaganya.
"Krek!"
Pedang itu yang patah. Chi Koan sekarang
menoleh dan kagetlah laki-laki ini melihat
pandang mencorong dari lawannya. Chi Koan
mendengus. Dan ketika ia terhuyung mundur
namun Chi Koan memberi tanda, Kwi-bo
bergerak dan melecutkan rambutnya maka
robohlah laki-laki itu dengan kepala pecah!
Gemparlah rumah makan ini. Sekarang semua
tahu bahwa pemuda dan wanita cantik itu
kiranya adalah orang-orang ganas. Sekali
gebrakan saja mereka telah membunuh orang.
Dan ketika Kwi-bo terkekeh dan menyepak
bagai kuda, mayat itu terlempar maka laki-laki
1759 kedua yang juga maju dan hendak menyerang
tiba-tiba memutar tubuhnya dan lari.
"Iblis! Siluman! Ada orang-orang kejam!"
"Hi-hik, kau mau ke mana?" Kwi-bo berseru
dan mengambil sumpit di atas meja. "Kaupun
memaki-maki temanku, tikus busuk. Terimalah
dan mampuslah!"
Sumpit menyambar dengan kecepatan kilat.
Laki-laki itu baru saja melangkah keluar pintu
ketika tiba-tiba tersentak dan kaget, tubuhnya
berhenti mendadak dan sekonyong-konyong
iapun roboh, berteriak setelah sadar. Sumpit
menancap di punggungnya sampai tembus!
Tapi ketika ia terjerembab dan teriakan itu
mengguncangkan para tamu, semua kaget
maka laki-laki itu tewas menyusul orang
pertama.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Berlarianlah semua orang keluar. Setelah dua
jiwa melayang di situ maka orang-orangpun
panik. Mereka mendorong kursi dan
berserabutan mencari selamat, pemilik rumah
makan bahkan ngumpet disusul pelayanpelayannya. Ruangan tiba-tiba kosong, kecuali
terisi oleh Chi Koan dan Kwi-bo serta tiga
orang wanita dan seorang laki-laki gagah lain,
yang duduk di sudut dan mereka inilah yang
terbelalak dan merah mukanya, bukan takut
melainkan marah! Dan ketika semua berlarian,
namun mereka bangkit berdiri, satu di antara
tiga wanita itu membentak dan berkelebat ke
depan maka pedang di tangannya menusuk
leher Kwi-bo.
"Siluman betina, kau kejam dan telengas.
Terimalah, kaupun harus mampusl"
Kwi-bo terkejut namun terkekeh. Dia melihat
memang empat orang inilah yang sama sekali
1761 tidak bergerak keluar rumah makan. Bau
harum menyambar disusul kilatan sinar pedang
yang menusuk leher. Tapi karena wanita ini
bukan wanita biasa dan Kwi-bo miringkan
tubuh sambil menggerakkan rambut maka
senjata hitam panjang itu menjeletar dan tak
kalah menguarkan bau harumnya.
"Plak!"
Wanita itu terhuyung dan mundur setindak.
Tenaga lecutan menangkis pedangnya dan
iapun tergetar, marah membelalakkan mata
dan sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.
Tapi ketika ia hendak menyerang lagi dan maju
dengan pedang diangkat tiba-tiba kedua
temannya sudah mencekal lengannya dan
berseru,
"Sam-moi, sabar. Kita rupanya berhadapan
bukan saja seorang iblis kejam melainkan
1762 lawan yang berkepandaian tinggi. Mundurlah,
kita tanya mereka dan nanti dihajar bersamasama!"
"Benar," laki-laki di belakang berseru, iapun
sudah berkelebat dan berada di belakang
wanita-wanita ini, yang cantik dan rata-rata
berusia tiga puluhan tahun. "Mereka lihai dan
berkepandaian, Khong-tong Sam-lihiap (Tiga
Pendekar Wanita Dari Khong-tong). Hati-hati
dan jangan gegabah!"
"Hm, kalau tidak salah ini adalah sahabat Pisan-to-hiap (Golok Pembelah Gunung). Terima
kasih atas perhatianmu, taihiap, tapi jangan
khawatir, kami dapat menjaga diri!" satu di
antara wanita itu berkata, melirik dan
mengangguk dan laki-laki itu berseri dan
gembira. Kerling itu manis dan bersahabat,
dan iapun rupanya sudah dikenal. Maka
bangga dan maju melangkah lagi iapun
1763 menjura dan tampaklah gagang golok di
belakang punggungnya yang tegap.
"Lihiap sungguh bermata tajam. Benar, aku
adalah Pi-san-to si Golok Pembelah Gunung.
Kalau lihiap berani menghadapi iblis betina ini
tentu tak kuragukan. Tapi hati-hati, kawan
satunya ini rupanya lebih lihai!"
"Hm, kami tahu, tak usah kau takut!" dan
menghadapi lagi Chi Koan dan Kwi-bo segera
wanita ini membentak, suaranya sekarang
lantang galak, "Wanita keji, kenapa kau main
bunuh kepada orang-orang tak berdosa.
Salahkah mereka kalau menegur temanmu
yang tak tahu aturan. Kami Khong-tong Samlihiap tak dapat menerima ini dan paling benci
melihat orang sembarang main bunuh!"
1764 "Hi-hik, kalian, eh... Khong-tong Sam-lihiap?
Murid tingkat berapa kalian ini dengan Khongtong Lojin?"
"Kami adalah para sumoinya, murid-murid
utama Khong-tong!"
"Ah, sumoi dari tua bangka Khong-tong Lojin?
Bagus, tentu kalian lihai, bocah-bocah, tapi
jangan kalian kira aku undur menghadapi
kalian. Biarpun ketua Khong-tong sendiri aku
tak takut. Hayo, majulah, kita main-main
sebentar!" Kwi-bo meledakkan rambutnya dua
kali, nyaring menjeletar sementara Chi Koan
tersenyum dan berseri-seri. Sejak tadi ia
memandang tiga wanita cantik ini dengan mata
bergairah. Ia sama sekali tak memandang
mata Pi-san-to-hiap si Golok Pembelah Gunung
karena ia justeru kagum dan bersinar
memandang wanita-wanita ini. Ia mendengar
percakapan itu dan kiranya mereka adalah
1765 murid-murid Khong-tong-pai. Ketuanya Khongtong Lojin adalah seorang tokoh tua yang
dikenal banyak orang tapi karena kakek ini tak
mau keluar dan murid-muridnyapun jarang
yang membuat berita di luar, mereka tidak
seperti murid-murid Kun-lun atau Hoa-san
yang agresip, apalagi anak murid Heng-san-pai
maka diam-diam ia menaksir tiga wanita itu
dan ingin menjadikan mereka sebagai kekasihkekasihnya. Kwi-bo yang ada di sampingnya
dirasa mulai membosankan meskipun kadangkadang ia butuh juga, maklum, Kwi-bo adalah
wanita jago bermain cinta yang pandai
memabokkan laki-laki. Tapi karena cinta
wanita itu adalah cinta berahi, yang ini Chi
Koan bosan maka ia mengharapkan yang lain
dan kini melihat wanita-wanita itu iapun
tertarik dan kagum. Wanita yang bicara ini
dinilai amat berhati-hati namun gagah dan
berani.
1766 "Kwi-bo, jangan bunuh mereka. Aku tertarik
kepadanya dan jangan kau bersikap kasar
kepada bidadari-bidadari ini!"
"Eh," Kwi-bo menoleh, matanya melotot. "Kau
menaksir mereka? Kau jatuh hati kepada
murid-murid Khong-tong ini?"
"Ha-ha, apa salahnya, Kwi-bo. Mereka
memang cantik dan gagah sekali, terutama
yang baju hijau ini. Hm, persilakan mereka
duduk dan biar makan minum bersama kital"
"Apa?"
"Sudahlah, kau ajak mereka duduk, Kwi-bo,
atau main-mainlah bersama si jantan yang
baru saja berkokok nyaring itu. Aku ingin
menjadi sahabatnya dan kau boleh cari meja
yang lain bersahabat dengan Golok Pembelah
Tahu itu!"
1767 "Heh-heh, hi-hik!" Kwi-bo tak dapat menahan
geli dan tawa riangnya. Rasa cemburunya
mendadak lenyap. "Kau benar, Chi Koan. Ada
pria lain di sini. Aih, ia baru saja berkokok
nyaring. Barangkali, hi-hik.... barangkali saja ia
benar-benar jantan sebagaimana layaknya
seekor jago!" dan berkedip memandang Pisan-to-hiap, menoleh dan memandang wanitawanita cantik itu tiba-tiba sikap wanita ini
berubah, manis dan bersahabat. "Adik-adik,
kemarilah. Tuanmu Chi Koan ingin berkenalan.
Dan kau, hmm.... kau boleh duduk dengan aku
di meja sebelah, Pi-san-to-hiap. Kita ngobrol
dan bercakap ngalor-ngidul!"
Kwi-bo terkekeh dan senang sekali. Tadinya ia
merasa cemburu dan marah bahwa Chi Koan
tiba-tiba menaksir Khong-tong Sam-lihiap itu.
Mereka memang cantik-cantik dan tergolong
muda juga, dibanding dirinya. Tapi begitu Chi
1768 Koan menawarkan Pi-san-to-hiap dan Golok
Pembelah Gunung itu adalah laki-laki tegap
yang kelihatan jantan juga, gagah dan pernah
didengar namanya pula maka ia mendapat
pengganti dan mempersilakan tiga wanita itu
duduk di meja Chi Koan sementara ia sendiri
melenggang dan pindah tempat duduk baru di
meja sebelah!
"Hi-hik, mari, Pi-san-to-hiap.... mari bercakapcakap di sini. Biarkan teman-temanmu
bersama temanku dan kita berdua di sini!"
Laki-laki dan tiga wanita itu terkejut. Chi Koan
tidak lagi menyebut cici melainkan Kwi-bo
sebagai julukan langsung. Julukan ini tentu
saja dikenal mereka tapi sekaligus heran. Kwibo? Bukankah ini satu di antara Tujuh Siluman
Langit? Tapi Kwi-bo dikabarkan tewas, apakah
wanita ini Kwi-bo lain yang baru muncul? Atau
wanita yang coba-coba memakai gelarnya
1769 meniru mendiang Kwi-bo dari Tujuh Siluman
Langit itu? Maka heran dan terkejut
memandang Chi Koan, juga wanita itu maka
Khong-tong Sam-lihiap ini tertegun dan Golok
Pembelah Gunung juga tampak berobah dan
sedetik pucat.
Tapi mereka adalah orang-orang gagah yang
benar-benar termasuk golongan pendekar.
Golok Pembelah Gunung, pria dari daerah Honan akhir-akhir ini dikenal dalam sepak
terjangnya menghajar perampok-perampok
dan para begal. Untuk kota An-tien dan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekitarnya dia cukup dikenal, meskipun orang
hanya mendengar namanya tak tahu orangnya.
Laki-laki ini memang tidak suka bersombong
diri dan kalau ia tiba di suatu tempat biasanya
jarang orang mengenalnya, kecuali yang sudah
pernah dihajar dan mengenal goloknya. Maka
ketika tadi Khong-tong Sam-lihiap
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
mengenalnya dan laki-laki ini kagum,
pendekar-pendekar wanita dari Khong-tong itu
ternyata bermata tajam maka ketika iapun
mengenal wanita-wanita itu dan mereka juga
kagum, laki-laki ini sama tajam maka diamdiam wanita baju hijau mulai tertarik dengan
pendekar gagah ini tapi mereka terkejut
mendengar julukan yang disebut Chi Koan
kepada lawan mereka itu. Kalau ini betul Kwibo satu di antara Tujuh Siluman Langit maka
hal itu jelas tak disangka. Kwi-bo dikenal
sebagai wanita kejam di samping cabul, dan
tadi mereka juga sudah melihat kekejaman
wanita ini ketika membunuh dua laki-laki. Tapi
karena mereka ragu apakah Kwi-bo yang ini
betul Kwi-bo dari Tujuh Siluman Langit,
mereka juga belum pernah berhadapan dengan
wanita itu maka Khong-tong Sam-lihiap
menjadi marah kembali ketika diajak duduk
dan dipersilakan berkenalan dengan pemuda di
1771 depan meja itu, sementara Go-lok Pembelah
Gunung terkejut dan marah hendak diajak
duduk bersama wanita itu, yang genit
melenggang dan gaya serta kerling matanya
juga cabul!
"Eh!" pria itu dan Khong-tong Sam-lihiap
hampir serentak berseru bareng. "Kau kira apa
kami ini, iblis betina? Wanita murahan?
Keparat, kau tak perlu menyingkir dan lari
dengan memasang temanmu. Kesinilah, kau
belum mempertanggungjawabkan
perbuatanmu membunuh orang!" wanita baju
kembang, yang tadi sudah bergebrak dan
ditangkis Kwi-bo mendadak berkelebat dan
menggerakkan pedangnya. Yang baju hijau,
sang toa-c? (kakak pertama), tak dapat
mencegah lagi karena mukanyapun sudah
merah dan marah mendengar semua kata-kata
itu. Setelah tadi ia terkejut dan ragu-ragu akan
1772 julukan lawan sekarang ia marah direndahkan
begitu rupa. Wanita iblis ini tak memandang
mata, biarpun tahu ia sumoi dari Khong-tong
Lojin, ketua Khong-tong. Maka begitu adiknya
menyerang dan ia diam saja, Golok Pembelah
Gunung melotot memandang wanita itu maka
Kwi-bo sendiri terkekeh dan menggerakkan
rambut untuk menangkis, pedang dan rambut
untuk kedua kalinya kembali bertemu.
"Eh, kau bicara apa, bocah. Baik-baik kau
dipersilakan duduk dengan temanku di sana
masih juga kau memburuku di sini. Baik,
pergilah dan biarkan Pi-san-to-hiap itu di sini..
plak!" Kwi-bo kali ini mengerahkan tenaganya,
lebih kuat dari tadi dan wanita lawannya ini
terpental. Wanita itu memekik karena kalau ia
tidak melempar tubuh berjungkir balik tentu ia
bakal terbanting. Kali ini Kwi-bo memberi
pelajaran! Dan ketika ia terkejut sementara
1773 dua encinya berubah kaget, wanita itu
berjungkir balik melayang turun maka Kwi-bo
menggapai dan tertawa kepada Pi-san-to-hiap.
"Kau, ke sinilah, taihiap.... kita bicara dan
bercakap-cakap berdua. Kalau temanku tidak
melarang tentu wanita itu kubunuh!"
Pria ini terkejut. Dari gebrakan ini segera dia
tahu bahwa, iblis wanita itu hebat sekali.
Gerakan rambutnya benar-benar
mengingatkannya pada Kwi-bo tokoh Tujuh
Siuman Langit dan iapun tergetar. Tapi karena
Kwi-bo dikabarkan tewas dan wanita ini bisa
jadi Kwi-bo yang lain, orang yang muncul
belakangan dan menjiplak nama itu maka dia
menjadi marah namun sebelum ia maju tibatiba Khong-tong Sam-lihiap itu menerjang lagi
dan menyerang dengan pedangnya. Dua kali
gebrakan ini membuat wanita itu marah besar
dan sekali membentak panjang ia sudah maju
1774 menyerang lagi. Pedang di tangan diputar
hebat dan dua encinya meloncat dan berjagajaga. Agaknya, kalau adik mereka ini tak kuat
melawan musuh merekapun akan maju
mengeroyok. Mereka sama sekali tak
menghiraukan Chi Koan dan pemuda itu
menjadi mendongkol. Namun karena temannya
sudah diserang dan ia juga ingin melihat
permainan pedang wanita Khong-tong ini, Chi
Koan tersenyum dan mengetuk-ngetuk
permukaan meja maka di sana Kwi-bo
meloncat bangun dan berkelebatan melayani
lawan.
Wanita ini terkekeh-kekeh dan kursipun
disambar, dipakai untuk menangkis dan bunyi
crak-crak disusul mencelatnya potonganpotongan kayu. Kursi itu patah-patah, putus
dibacok pedang, Tapi ketika Kwi-bo melempar
kursi yang hancur ini dan bergerak naik turun,
1775 rambut menjeletar dan tangan kiri atau kanan
melepas pukulan-pukulan sinkang maka
lawannya terhuyung dan pedang tertolak oleh
pukulan atau rambut wanita ini.
"Hi-hik, bagaimana, Chi Koan. Apakah tak
boleh aku membunuh wanita ini? Ia
menggangguku, patut dihajar!"
"Ha-ha, jangan. Kau main-main saja melepas
keringat, Kwi-bo. Dorong dan suruh dia
mundur sampai tahu kelihaianmu. Aku tertarik
kepada mereka dan biar mereka tahu siapa
kita!"
"Ah, begitukah? Baik, tapi kalau kulit lecet
sedikit jangan menyalahkan aku karena
akupun harus membalas... tar!" dan rambut
yang meledak di tengah antara pukulan tibatiba mengenai pangkal lengan wanita itu
hingga lawan terhuyung, memekik dan
1776 kesakitan dan pangkal lengan murid Khongtong ini berdarah. Ia kena disabet! Dan ketika
dua encinya terkejut karena sebentar
kemudian adik mereka itu sudah terdesak dan
menggigil pedangnya, dua kali hampir terlepas
menerima tangkisan Kwi-bo maka yang baju
ungu tiba-tiba berseru keras dan menerjang
membantu adiknya itu, sang kakak yang
berbaju hijau mulai ragu bahwa jangan-jangan
wanita ini adalah benar-benar Kwi-bo tokoh
Tujuh Siluman Langit.
"Sam-moi, jangan takut. Aku datang
membantu!"
Kwi-bo segera dikeroyok. Wanita itu terkekeh
dan mengelak sana-sini sambil meledakkan
rambut. Ia terus menambah tenaganya hingga
si baju kembang terkejut, dua kali hampir
melepaskan pedang karena telapak tangan
terasa perih dan lecet. Kalau yang baju ungu
1777 tak datang membantu mungkin ia benar-benar
bakal melepaskan senjata, pedang itu hampir
tak kuat ditahan. Maka ketika encinya nomor
dua ini membentak sementara encinya baju
hijau menonton dengan muka khawatir, cemas
bahwa itu benar-benar Kwi-bo yang amat jahat
maka dua wanita itu sudah mengeroyok lawan
dan adiknya bangkit semangatnya dibantu
sang enci.
Kwi-bo tertawa dan mempercepat gerakan
tubuhnya. Setelah dia tahu bahwa lawanlawannya ini adalah para sumoi dari Khongtong Lojin tentu saja ia harus berhati-hati.
Kekeh dan tawanya sebenarnya pulasan saja,
karena iapun tak berani memandang enteng
kecuali satu lawan satu. Tapi karena yakin
bahwa ia tentu dikeroyok, kalau begini ia harus
bekerja keras maka rambutnya menjeletar1778 jeletar sementara pukulan tangannya silih
berganti menghalau lawan.
"Chi Koan, bagaimana ini. Apakah aku tak
boleh bersikap keras?"
"Hm, jangan. Mereka akan roboh di tanganmu,
Kwi-bo. Biarkan semua maju dan lihat
kepandaianmu. Jangan bersikap keras, lecutan
rambutmu sudah terlalu kuat dan tak perlu kau
khawatir!" Chi Koan tertawa, berseru sambil
terus mengagumi wanita-wanita itu dengan
mulut mendecak-decak. Pemuda ini kagum
bukan kepada permainan pedang melainkan
lekuk liku wanita-wanita itu. Setelah mereka
bergerak dan menyerang tampaklah segala
tonjolan-tonjolan. Pinggul dan buah dada
mereka bergerak-gerak, apalagi setelah
mereka mulai berkeringat dan basah. Pakaian
itu mencetak tubuh dan lekuk liku ini tak dapat
disembunyikan. Kwi-bo juga berkeringat
1779 namun bagi Chi Koan murid-murid Khong-tong
itu lebih menarik. Mereka adalah "barang" baru
dan yang baru selalu lebih segar, ini bagi lakilaki bermata keranjang. Maka ketika mereka
mengeroyok namun Kwi-bo dapat menghalau
dan meledak-ledakkan rambutnya, lawan
penasaran dan memperhebat serangan namun
justeru terpental dan terpekik bertemu tenaga
Kwi-bo maka dua murid Khong-tong itu pucat
dan mereka mulai sadar bahwa dikeroyok dua
masih belum cukup.
"Toa-ci, bantu kami. Kami ingin cepat-cepat
merobohkan wanita siluman ini!"
"Hm, kalian tak tahan?" sang toa-ci meraba
gagang pedang dan siap meloncat, melihat
bahwa dua saudaranya sering terpental. "Baik,
kita hajar siluman betina ini, ji-moi (adik
kedua). Dan tak perlu malu karena
sesungguhnya kita juga sering maju
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
berbareng.. singgg!" pedang berkilau
mengeluarkan sinarnya yang panjang, melesat
dari sarung pedang dan wanita itu sudah
bergerak menyambar bagai seekor burung
walet, cepat dan lebih kuat daripada dua
adiknya dan Kwi-bo terkejut melihat ini. Ia
sedang diserang dari kiri kanan dan tiba-tiba ia
melengking marah. Serangan itu ditangkis dan
rambut melibat pedang, menarik si baju
kembang dan ketika sang toa-ci membentak
dan menyerangnya iapun memberikan si baju
kembang ini kepada toa-ci. Lawan terkejut
karena adiknya dijadikan sasaran, menendang
dan terlemparlah adik paling muda itu dengan
tubuh berdebuk. Sang kakak merobah arah
serangan dan Kwi-bo kagum. Wanita baju hijau
ini ternyata paling lihai, mampu mengantisipasi
keadaan dengan tepat. Dan ketika di sana
adiknya bergulingan meloncat bangun dengan
muka merah padam, menabrak meja kursi
1781 yang jungkir balik tak keruan maka wanita itu
maju lagi dan Kwi-bo dikeroyok bertiga.
"Ha-ha, sekarang dirimu benar-benar
berkeringat, Kwi-bo. Hayo tunjukkan
kelihaianmu dan mainkan tarianmu yang
maut!" Chi Koan berseru dan bertepuk-tepuk
tangan. Dia tahu bahwa semuanya ragu
apakah Kwi-bo ini Kwi-bo tokoh Tujuh Siluman
Langit. Kwi-bo telah dikabarkan tewas dan
satu-satunya jalan meyakinkan mereka adalah
mempertunjukkan kepandaian asli wanita ini,
yakni Thian-mo-bu atau Tarian Hantu Langit.
Dan ketika Kwi-bo terkekeh dan maklum akan
maksud temannya, Chi Koan menyuruh dia


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengeluarkan kepandaian utama maka begitu
membentak iapun sudah meliuk dan mengelak
sana-sini dengan gerakan tari, baju dan
pakaianpun mulai dicopoti. Si Golok Pembelah
Gunung mulai melotot!
1782 "Hi-hik, baik, Chi Koan. Kalau bukan karena
kau tak mau aku bersabar-sabar. Nah, inilah
kepandaianku dan siapa ingin menonton boleh
menonton... wut-wut!" Kwi-bo melempar dan
membuang pakaiannya seperti penari telanjang.
Ia mulai mainkan Thian-mo-bu dan ilmu ini
memang mengharuskan begitu, Pemlliknya
harus berbugil ria dan pakaianpun harus
dilepas semua. Ilmu ini terutama dipakai untuk
menghadapi lawan jenis karena kaum lelaki
pasti terbeliak matanya. Tubuh seorang wanita
memang besar pengaruhnya, apalagi kalau
seperti Kwi-bo itu, yang memiliki tubuh sintal
dengan lekuk-lengkung sempurna. Chi Koan
sendiri tergerak dan tergetar birahinya,
padahal sudah berkali-kali ia menyaksikan
tubuh itu. Dan ketika di sana Golok Pembelah
Gunung berhenti detak jantungnya karena Kwibo sudah meliuk dan melolosi pakaiannya,
bugil dan mengelak serta menjeletarkan
1783 rambut dengan gaya aduhai maka laki-laki itu
menelan ludah sementara tiga wanita Khongtong menjerit dan merah padam. Jengah!
"Kwi-bo, kiranya benar kau adalah iblis wanita
itu, Aih, kau benar-benar tak tahu malu. Kau
wanita cabul. Kau.... kau menghancurkan
harkat dan nama baik wanita!" si baju hijau,
yang tak tahan dan berseru melengking disusul
adik-adiknya yang merah padam menusuk dan
membacok wanita ini. Sekarang mereka sadar
bahwa ini betul-betul Kwi-bo dari Tujuh
Siluman Langit itu. Kepandaian khas dari
wanita itu sudah diperlihatkan, yakni tariannya
yang tak tahu malu tapi hebat itu. Dan ketika
di sana Golok Pembelah Gunung menelan
ludah berkali-kali, kagum dan tergetar oleh
tubuh wanita ini maka si baju hijau melirik dan
perasaannya panas terbakar!
1784 Entah bagaimana melihat Kwi-bo sudah
mainkan Thian-mo-bu dan pria gagah itu
tampak terpesona tiba-tiba saja wanita ini
gusar. Ada semacam perasaan cemburu atau
benci. Ia marah kepada laki-laki itu, juga Kwibo si biang keladi. Maka ketika ia membentak
dan berkelebat menusuk, sebagai sesama
wanita tentu saja ia tak tergetar dan
terpengaruh oleh ilmu pemikat itu, Thian-mobu hanya efektif dipergunakan untuk laki-laki
maka Kwi-bo menangkis dan rambutnya
menjeletar melibat pedang wanita baju hijau
ini. "Plak!"
Pedang tertarik dan terlibat. Ini adalah kali
yang kesekian dari kejadian yang sama.
Wanita itu biasanya akan mampu menarik
pedangnya lagi karena dari kiri dan kanan
adik-adiknya bakal melepas serangan,
1785 mengganggu dan memaksa Kwi-bo
melepaskan pedangnya. Dan ketika benar saja
dua wanita lain menyerang Kwi-bo namun
wanita baju hijau ini tidak menarik melainkan
meneruskan gerakannya menusuk, Kwi-bo
terkejut maka wanita itu mengelak ke belakang
dan otomatis belitan rambutnyapun tertarik
dan ia menjadi marah karena lawan terus maju
dan merangsek.
"Keparat!" wanita itu membentak dan
menendang. Ia menampar dengan tangan
kirinya hingga pedang terpukul, balik
mengejutkan lawan namun tiba-tiba wanita itu
menggerakkan tangan kirinya pula
menghantam wajah Kwi-bo, jarak begitu dekat.
Dan ketika Kwi-bo menggerakkan tangan
kanannya menyambut pukulan itu, kaki
mengenai gagang pedang maka pedang
mencelat tapi tangan kiri wanita itu
1786 mencengkeram dan membetot tangan kanan
Kwi-bo, kuat sekali.
"Krek!"
Kwi-bo terbelalak. Ia tertangkap dan mereka
saling cengkeram, saat itu wanita baju hijau
berteriak pada adik-adiknya untuk menyerang
Kwi-bo, hal yang membuat wanita ini marah.
Dan ketika benar saja dua wanita itu menusuk
dan ia tak mungkin mengelak, tubuhnya
ditahan oleh jari-jari wanita ini maka Kwi-bo
menggerakkan rambutnya dan pedang kedua
diterima dengan pengerahan sinkangnya, dan
saat itu masuklah enam bayangan lain
berturut-turut.
"Plak-rrt-dess!"
1787 Wanita baju kembang mengeluh dan
terbanting. Ia didahului rambut yang tepat
menyambar pundaknya, roboh terlempar
sementara encinya nomor dua terkejut
membacok tubuh Kwi-bo yang alot, yang
melindungi dirinya dengan sinkang dan saat itu
toa-cinya membentak dan mendorong lawan.
Kwi-bo terdorong namun saat itu kakinya
mencuat menyambar kakaknya, tepat
mengenai dagu dan terjengkanglah encinya
yang tak menyangka tendangan ini. Dan ketika
dua orang roboh sementara dia tertegun, Kwibo terhuyung melotot padanya maka seorang
kakek berkalung ular terkekeh dan tahu-tahu
menotok punggungnya.
"Heh-heh, main-main apa ini, Kwi-bo. Kenapa
ayal-ayalan dan membiarkan diri dipukul anakanak ingusan.. plak!" wanita itupun roboh
menyusul saudara-saudaranya, berteriak
1788 tertahan dan kakek berkalung ular itu bergerak
dan hendak menginjak tubuhnya. Tapi ketika
Chi Koan berseru dan mengangkat tangannya,
mencegah, maka kakek itu membatalkan
injakannya dan lima orang lain sudah berada di
dalam restoran itu, bagai iblis-iblis
gentayangan.
"Coa-ong, jangan bekoar seenak perutmu.
Kalau Chi Koan tidak melarangku tentu
pukulanku yang keras akan membunuh muridmurid Khong-tong inil!"
"Ah, murid-murid Khong-tong? Bagus, tapi
mereka berhasil merepotkanmu juga!"
"Mereka sumoi-sumoi dari Khong-tong Lojin.
Tutup mulutmu kalau mengira aku lemah
menghadapi mereka!"
1789 "Ha-ha, Kwi-bo sudah naik darahnya. Sudahlah,
aku tak bermaksud merendahkanmu, Kwi-bo,
hanya tadi heran mengapa kau bersikap lunak
dan tidak seperti biasanya. Tak tahunya bahwa
murid kita Chi Koan ini yang menyuruh!" dan
membalik menghadapi kawan-kawannya yang
lain kakek berkalung ular itu berseru, "Kawankawan, kita sudah berkumpul dan lengkap di
sini. Mari duduk dan dengarkan apa kata murid
kita Chi Koan ini!"
Golok Pembelah Gunung terkejut dan pucat. Ia
sudah melihat tujuh orang berkumpul di situ
dan pemuda yang masih tenang dengan
wajahnya yang berseri-seri itu kelihatan
mengangguk dan gembira. Tiba-tiba ia pucat
karena Tujuh Siluman hidup lagi, muncul di
situ. Dan ketika ia hendak bergerak dan
menyembunyikan diri, rasa gentarnya muncul
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
mendadak wanita berkulit perunggu
mendengus dan berada di belakangnya.
**SF**
(Bersambung jilid 23)
Bantargebang, 15-09-2018,18:22
1791 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 23
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
1792 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 23
"KAU mau ke mana?"
Laki-laki ini membalik. Bagai disengat lebah
saja ia melihat wanita iblis itu berada di
belakangnya, entah kapan bergeraknya karena
tahu-tahu sudah mendengus di dekat
tengkuknya. Dan ketika ia membalik dan
otomatis mencabut golok, membabat dan
membacok maka ia berseru keras namun
lawan mendahului dan sebuah totokan di
pundak membuat ia roboh. Golok Pembelah
Gunung ini menjerit.
"Aduh!"
1793 Tong-si, wanita itu tertawa dingin dan
golokpun mencelat. Ia menyambar golok ini
dengan tangannya dan sekali ayun ia hendak
membunuh laki-laki itu. Tadi laki-laki ini
membabat dirinya dan sekarang ia hendak
membalas. Tapi ketika golok mendesing dan
terdengar kekeh serta jeletaran rambut
mendadak golok tertangkis dan Kwi-bo,
rekannya, berjungkir balik menyelamatkan
laki-laki gagah itu, hal yang membuat wanita
ini mendelik.
"Hi-hik, jangan bunuh. Ia bagianku, Tong-si,
sudah diserahkan Chi Koan kepadaku. Eitt...
jangan kalap, plak!" Kwi-bo merendahkan
tubuh dan melecutkan rambut menangkis
tusuk konde. Tong-si, lawannya marah sekali
dan tiba-tiba melepas tusuk konde menyerang
dirinya. Tusuk konde itu menyambar dan kalau
ia mengelak akan ganti mengenai si Golok
1794 Pembelah Gunung, hal yang tentu saja tak
diingini wanita ini dan Kwi-bopun menangkis,
kini untuk kedua kali menggagalkan serangan
Tong-si. Dan ketika wanita itu melengking dan
berkelebat ke depan, jarinya menggigil dan
berkerotok di depan Kwi-bo maka Kwi-bo
terkejut tapi terkekeh, melompat mundur.
"Kwi-bo, kau bohong. Serahkan korbanku atau
kau mampus!"
"Hi-hik, tidak percaya? Tanya murid kita Chi
Koan, Tong-si, dan jangan main ancam karena
kau tak mungkin mampu membunuhku, hihiik.. tar-tarr!"
Tong-si dan Kwi-bo sama-sama menunjukkan
kegarangan. Mereka berdiri berhadapan namun
Kwi-bo tentu saja tidak takut. Biarpun ada Kwibun di situ dan laki-laki ini siap membantu
isterinya namun teman-temannya yang lain
1795 ada banyak juga di situ. Ada See-tok dan Jinmo, juga Jin-touw yang pasti maju
membantunya kalau ia dikeroyok. Tapi ketika
dua wanita itu berdiri berhadap-hadapan dan
masing-masing tampak siap bertempur, tak
ada takut satu sama lain maka Chi Koan,
pemuda baju biru itu tertawa, mengulapkan
lengan.
"Sudahlah, sudah. Kalian ini selalu ingin ribut
dan tak mau akur. Kwi-bo benar, Tong-si, lakilaki itu bagiannya. Aku telah berjanji.
Lepaskanlah dia dan kalian semua duduk di


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sini."
Tong-si mengerutkan kening namun ia
membanting kaki, kesal. Chi Koan, pemuda itu,
melerainya. Kalau tidak tentu ia melabrak dan
sudah menerjang si Kwi-bo ini. Kwi-bo
dibencinya karena suka mengganggu laki-laki.
Suaminyapun tak luput dari gangguan si cabul
1796 ini, hal yang sering membuatnya gusar. Tapi
karena ada Chi Koan di situ dan siapapun tahu
bahwa pemuda itu amat lihai, dia tak mungkin
dapat menandingi maka wanita itu membalik
dan sambil menyimpan tusuk kondenya ia
mendengus.
"Huh, untung kau!"
Kwi-bo terkekeh dan mengusap punggung si
Golok Pembelah Gunung ini. Tanpa malu-malu
ia mencium pula wajah laki-laki itu, hal yang
membuat pria gagah itu semburat dan merah
jengah. Dan ketika Kwi-bo bergerak dan duduk
di dekat Chi Koan, bersebelahan mendampingi
bangga maka Chi Koan menyuruh Coa-ong
membawa dekat tiga dara dari Khong-tong itu,
meminta agar semua berkumpul di mejanya.
"Kalian hampir membuat aku tak sabar. Ke
mana saja! Eh, makanan juga hampir menjadi
1797 dingin, Coa-ong, tapi untung ka lian cepat
datang. Nah, tutup pintu restoran dan katakan
kepada pemiliknya agar tak menerima tamu!"
Coa-ong tertawa dan menyambar gadis-gadis
cantik itu. Mereka mengeluh dan seorang di
antaranya pingsan, tendangan Kwi-bo ke dagu
tadi amatlah kuatnya, untung tidak membuat
retak. Dan ketika Coa-ong melempar-lempar
tubuh itu kepada muridnya sementara ia
berkelebat menutup pintu restoran, mencari
pemilik dan ternyata pemiliknya terkencingkencing maka kakek ini menakut-nakuti
dengan ularnya.
"Heh, kau. Dengar apa kata muridku tadi.
Jangan biarkan seorang pun masuk dan
tambah masakan-masakan baru buat kami.
Mengerti?"
1798 Sang pemilik gemetaran. Coa-ong
mendekatkan ularnya yang mendesis-desis
dengan sikap buas. Kalau kakek itu tidak
memencet leher ularnya tentu pemilik restoran
itu dipagut mampus. Laki-laki gendut ini
hampir pingsan. Tapi ketika Coa-ong menjauh
dan tentu saja ia mengangguk-angguk, para
pelayannya mengumpet di sudut maka Coaong kembali ke tempatnya tapi Cian-jiu-jintouw, laki-laki berpotongan tukang kayu itu
berkelebat dan mencubit tengkuk pemilik dan
pelayan rumah makan ini.
"Heii, kalian! Dengar dulu. Kalau ada yang
coba-coba melarikan diri dari tempat ini maka
tak ada di antara kalian yang selamat. Gigitan
tungau beracunku ini akan membuat kalian
gatal-gatal sejenak. Lebih dari satu jam kalian
akan panas dingin tak keruan dan obatnya
hanya ada padaku. Nah, bekerja baik-baik dan
1799 layani kami sampai selesai, atau nanti mampus
tak mendapat obat penawar!"
Pemilik dan pelayannya menjerit kecil. Mereka
tiba-tiba saja memang merasakan gatal dan
panas di tengkuk. Semacam gigitan semut api
terasa oleh mereka. Dan ketika tubuh juga
terasa kejang namun setelah itu pulih kembali,
pemilik dan pelayannya pucat maka mereka
menggigil minta ampun dan tentu saja tak
seorangpun berani melarikan diri kalau sudah
begitu. Mereka maklum bahwa sebuah racun
jahat rupanya dimasukkan tengkuk mereka,
obatnya hanya ada pada laki-laki pendek itu.
Dan karena semua sudah mendengar siapa
adanya orang-orang ini, Tujuh Siluman Langit
yang berbahaya maka pemilik restoran dan
pelayannya tak berani melarikan diri. Mereka
diminta melayani tamu mereka itu dan delapan
orang yang sudah mengelilingi meja besar ini
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
tampak bercakap-cakap. Mereka gembira. Lalu
ketika makanan dan minuman kembali
mengalir, para pelayan hilir-mudik maka tiga
dara dari Khong-tong memaki-maki karena
yang seorang akhirnya siuman juga. Rasa
gentar terganti rasa marah biarpun mereka
tahu berada di tangan orang-orang lihai,
terutama Kwi-bo dan Coa-ong yang menawan
mereka. Chi Koan sendiri tak masuk hitungan
karena kepandaian pemuda itu belum mereka
lihat, belum mereka rasakan. Maka mendelik
melihat diri mereka telentang di lantai, orangorang itu makan maka gadis baju hijau yang
merupakan orang tertua dari Khong-tong Samlihiap ini berseru,
"Kwi-bo, wanita iblis. Bunuhlah kami! Kau
sudah merobohkan kami dan tak perlu
membuat malu. Kami sudah kalah dan
bunuhlah kami!"
1801 "Benar," wanita baju ungu, saudara kedua
berteriak tak kalah nyaring. "Kami sudah kalah
dan tak takut mati, wanita siluman. Bunuhlah
dan jangan hina kami!"
"Hi-hik, kalian melengking seperti kuda-kuda
betina yang tak sabar lagi menunggu
datangnya kuda jantan. Eh, diam mulut kalian,
Khong-tong Sam-lihiap. Kalian bukan milikku
karena sudah menjadi milik Chi Koan, muridku
ini. Kalau tidak karena dia tentu kalian sudah
kubunuh!"
"Bunuhlah, kami tak takut mampus! Bunuhlah
atau nanti kami melapor suheng kami Khongtong Lojin dan kalian tahu rasa!"
"Eh, mengancam? Hi-hiik, boleh lapor kalau
mau lapor, tikus-tikus betina. Tapi jangan
harap nama Khong-tong Lojin dapat menakut1802 nakuti kami, apalagi Chi Koan. Heh, diam dan
tutup mulut kalian atau nanti kuinjak!"
Tiga wanita itu marah-marah. Mereka masih
terus memaki-maki dan apa boleh buat Kwi-bo
menotok bawah rahang mereka. Chi Koan
memberi tanda dan mengangguk. Dan ketika
tiga wanita itu tak dapat bersuara dan Jin-touw
menyeringai maka laki-laki itu memandang Chi
Koan dengan mulut mendecak,
"Chi Koan, kau akan menikmati mereka ini
semuanya? Kau tak memberikannya kepadaku
barang seorang?"
"Ha-ha, kau juga ingin? Eh, boleh kau
menikmatinya, ngo-suhu (guru kelima), tapi
nanti kalau sudah sisaku. Mereka ini bagianku
dan akuah orang pertama yang harus
memilikinya. Kau orang tua, harus mengalah
pada yang muda!"
1803 "Ha-ha, begitu? Baiklah, kau benar, Chi Koan.
Tapi jangan tipu gurumu. Jelek-jelek aku ini
orang yang berjasa juga padamu. Kalau tidak
karena aku tak mungkin kau dapat
memperoleh Bu-tek-cin-keng!"
"Heh, besar mulut, congkak! Bukan hanya kau
yang berjasa, Jin-touw. Aku juga tak kurang
berjasa kepada murid kita Chi Koan ini. Kalau
aku tidak melindungi dan menjaganya selama
di Go-bi belum tentu ia akan seperti sekarang
ini. Kau jangan menonjolkan diri!"
"Hi-hik, sudahlah. Kenapa kalian ini selalu ribut
dan ingin menampakkan jasa? Kalau dihitunghitung akulah yang paling berjasa. Aku yang
mengeluarkan semua ide ini, kalian hanya
mendukung. Tapi aku tak pernah menonjolkan
diri dan mengingat-ingatkan Chi Koan!"
1804 "Heh-heh, Kwi-bo dan See-tok atau Jin-touw
sama-sama busuk. Kalian sebenarnya sama
saja, setali tiga uang. Kenapa ribut masalah ini?
Chi Koan hendak bicara tentang gerak langkah
kita, Jin-touw, jangan mengoceh dan duduk
serta dengarkan saja. Kita bertujuh samasama berjasa, tak usah ditonjolkan karena
murid kita sama-sama tahu. Nah, duduk dan
diam seperti anak-anak yang baik!"
Tiga orang pertama melotot dan menoleh.
Mereka itu adalah Jin-touw dan See-tok yang
mula-mula saling menonjolkan diri, lalu disusul
oleh Kwi-bo yang katanya tak ingin bicara
tentang jasa tapi justeru menonjolkan diri
sebagai yang paling berjasa. Wanita ini licik!
Maka ketika Jin-mo, kakek setinggi galah itu
menegur dan menyerang dengan kata-kata
maka Chi Koan tertawa dan mengetuk meja.
1805 Tong-si dan Kwi-bun diam saja dengan sikap
acuh, mereka tak perduli.
"Ha-ha, sudahlah, Kwi-bo. Sudahlah suhu
sekalian, aku tahu kalian semua berjasa dan
karena itu semua sama-sama mendapat
perhatianku. Jin-mo sam-suhu benar, aku
mengundang bukan untuk mendengarkan
kata-kata kalian melainkan kalianlah yang
harus mendengar kata-kataku. Nah, jangan
ribut dan ingatkah kalian apa yang hendak kita
lakukan?"
"Ke Heng-san?"
"Ke Kun-lun?"
"Ha-ha, Semua benar, suhu. Tapi kemana kita
pertama kali pergi. Orang-orang Heng-san
telah menyiksaku, mereka mempunyai hutang.
Tapi karena Kun-lun dan Hoa-san juga
1806 sahabat-sahabat mereka maka katakanlah ke
mana kita pertama kali pergi!"
"Heng-san dulu!" See-tok menggebrak meja
dan raksasa berkalung tengkorak ini berapi-api.
"Tundukkan jahanam Sin Gwan Tojin dan
suhengnya itu, Chi Koan. Buka mata mereka
bahwa kau sekarang sudah bukan kau dulu lagi.
Kau telah menguasai Bu-tek-cin-keng, ilmu
paling dahsyat di dunia!"
"Dan kami membonceng dirimu menghajar
keledai-keledai gundul itu. Hi-hiik, akan kubuat
jungkir balik orang-orang Heng-san itu, Chi
Koan. Akan kupelorotkan celana Sin Gwan dan
suhengnya agar menderita malu di hadapan
murid-muridnya. Aih, aku dapat bersenangsenang di sana!"
"Dan aku juga ingin menguji kepandaian
tokoh-tokoh Heng-san itu sekarang. Apakah
1807 benar mereka selihai mendiang Siang Kek dan
Siang Lam Cinjin!"
"Hm, kalian harus berhati-hati, suhu, apa yang
kukatakan adalah benar. Sin Gwan Tojin dan
suhengnya itu orang-orang tingkat atas. Dulu
ketika aku masih memiliki Cui-pek-po-kian dan
Thai-san-ap-ting aku belum mampu
menandingi mereka, terutama keroyokannya.
Tapi sekarang setelah aku mempelajari Bu-tekcin-keng dan ilmu dahsyat ini ingin kuuji maka
orang-orang seperti Sin Gwan Tojin dan
suhengnya itu agaknya tak perlu membuat aku
takut lagi. Tapi hati-hati dan kewaspadaan
tetap perlu kita perhatikan. Orang-orang Hengsan itu maju pesat melebihi murid-murid Go-bi.
Kalian tentu harus bekerja keras kalau tak
ingin celaka. Karena itu dekat-dekatlah
denganku dan jangan memisahkan diri terlalu
jauh!"
1808 "Hm, aku jadi gatal-gatal. Kapakku ini ingin
memenggal kepala setiap orang Heng-san, Chi
Koan. Dan kapan kita berangkat?"
"Benar, aku juga tak sabar, Chi Koan. Kapan
kita berangkat dan kita uji orang-orang itu.
Heh-heh, ular-ularku inipun agaknya sudah
kelaparan!" Coa-ong, si Raja Ular tak mau
ketinggalan. Ia mengelus-elus ularnya
sementara mata melirik tiga gadis di atas
lantai itu. Kalau Jin-touw sudah bicara tentang


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tawanan ini maka dia pun sebenarnya tak mau
ketinggalan. Coa-ong jelek-jelek juga suka
daun-daun muda, apalagi gadis-gadis secantik
dan segagah Khong-tong Sam-lihiap itu, siapa
tidak mengilar! Tapi ketika Chi Koan tertawa
dan tahu pandang mata gurunya ini,
sesungguhnya secara diam-diam ia telah
diangkat murid sejak kejadian di Go-bi dulu
maka ia berkata dan mengangkat telunjuk.
1809 "Suhu, tak usah khawatir. Kita cepat berangkat
begitu urusan selesai, Kau ingin menikmati
seorang di antara tawanan ini juga, bukan?
Nah, tunda itu. Selesaikan pembicaraan dulu
dan nanti semua mendapat bagian!"
"Heh-heh, kau tahu maksud gurumu? Pintar,
kau murid yang pintar, Chi Koan. Karena Kwibo akan bersenang-senang dengan pilihannya
tentu saja aku tak mau ketinggalan. Bagus,
terima kasih!"
Semua tersenyum. Ternyata diam-diam kakek
ular inipun terbangkit gairahnya. Biasanya Kwibo melayani mereka kalau hati sedang senang,
kalau seorang di antara mereka mampu
memberikan sesuatu yang istimewa. Tapi
karena wanita itu sudah menjatuhkan
pilihannya dan tak mungkin diganggu, masingmasing harus mencari sendiri maka adanya
tiga tawanan di situ membuat semua mengilar
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
tapi harus minta ijin dulu kepada Chi Koan,
karena pemuda itulah pemiliknya.
"Baik, sekarang bagaimana? Setujukah semua
untuk ke Heng-san dulu?"
"Setuju!"
"Akur! Aku setuju ke Heng-san dulu Chi Koan,
dan baru setelah itu menggempur Hoa-san
atau Kun-lun!"
"Juga orang-orang lain, musuh murid kita ini!"
"Bagus, kalau begitu kita sudah tetapkan
keputusan. Nah, carikan kamar untukku dan
kalian boleh teruskan makan minum!" Chi Koan
tiba-tiba bangkit berdiri, pembicaraan sudah
selesai dan Kwi-bo di sampingnya terkekeh.
Wanita inilah yang berkelebat dan masuk ke
ruang dalam, mencari kamar dan langsung
1811 pemilik restoran ditendang keluar dari
kamarnya itu, karena waktu itu sang pemilik
bersembunyi dan ngumpet memperhatikan
para tamunya itu, tamu-tamu aneh dan keji
dan betapa dia tiba-tiba merasa tengkuknya
kembali gatal. Dia teringat cubitan si tukang
kayu Jin-touw dan tepat Kwi-bo memasuki
kamarnya iapun ingin keluar, meminta obat
penawar. Maka begitu ditendang dan mencelat
keluar iapun menjerit dan mengaduh, para
pelayannya yang |ain juga lari cerai-berai takut
dihajar wanita iblis ini.
"Chi Koan, ada sebuah kamar bagus.
Masuklah!"
Chi Koan bangkit tertawa. Ia berkelebat dan
menyambar dua di antara tiga gadis tawanan,
berseru pada Coa-ong agar membawa gadis
yang ketiga pada kamar di mana Kwi-bo
berteriak. Dan ketika ia masuk dan wanita itu
1812 terkekeh binal, matanya jalang menyapu
tawanan maka iapun berseru,
"Lihat, kamar ini luas, Chi Koan. Cukupkah
untukmu dan untukku sekaligus. Kita dapat
bermain bersama!"
"Hm, kau mau mengajak aku?"
"Tidak, aku dengan kekasihku baru ini, Chi
Koan, kau dengan kekasih-kekasihmu itu. Aku
hanya numpang kamar!"
"Heh-heh, kalian mau saling tonton? Eh, aku si
tua bangka masih bersemangat, Kwi-bo. Kalau
hanya mengumpulkan penonton aku ada di
sini!" Coa-ong, yang terkekeh dan gembira
melihat itu lalu menimpali dengan suara parau.
Ia tahu kebiasaan si Kwi-bo ini namun Chi
Koan menggeleng. Ia tak ingin diganggu, ia
ingin sendiri. Maka ketika ia berkata bahwa
1813 biarlah gurunya mencari kamar lain ia tak mau
bersama maka Kwi-bo terkekeh dan berkelebat
keluar mencari kamar lain. Tidak seperti Coaong yang kecewa melempar tawanan ketiga.
"Heh, tidak jadi? Sial, tak menikmati tontonan
menarik. Baik, kau terima tawanan ini, Chi
Koan, dan ingat jangan lupa kepada gurumu!"
Kakek itu pergi dan Chi Koan menutup pintu
kamar. Khong-tong Sam-lihiap melotot dan
muka mereka merah padam. Mendengar
pembicaraan itu mereka menjadi ngeri
sekaligus marah, juga takut. Mereka akan
dipaksa pemuda ini? Lalu diberikan kepada
kakek-kakek iblis dari Tujuh Siluman Langit itu?
Mengerikan, lebih baik mati! Maka ketika Chi
Koan membebaskan totokan seorang di
antaranya dan kebetulan yang dibebaskan
adalah si gadis baju kembang, gadis termuda
maka gadis itu melompat dan langsung
1814 menerjang Chi Koan. Bentakan dan
kemarahannya melewati ubun-ubun.
"Bocah she Chi, kau mau mempermainkan
kami? Kau mau menghina Khong-tong Samlihiap? Kami boleh mati tak boleh dihina, bocah
jahanam. Kau rupanya sudah secabul Kwi-bo....
wut-dess!" pukulan itu diterima dan tidak
dielakkan Chi Koan. Pemuda ini tersenyum saja
ketika gadis termuda dari Khong-tong Samlihiap itu marah-marah, melompat dan
menerjangnya dan merasa mendapat
kesempatan karena dia seorang diri, Kwi-bo
atau guru-gurunya yang lain tak ada di situ.
Tapi ketika gadis itu menjerit dan terpelanting
roboh, tangannya bengkak maka Chi Koan
membungkuk dan menyentuh pundak wanita
ini, tertawa.
"Cici, jangan marah-marah. Aku mencintai
kalian bertiga. Kalau kau memukulku maka
1815 kau yang akan terluka sendiri. Bangunlah,
kusembuhkan!"
Benar saja Chi Koan mengusap dan
menyembuhkan bengkak ini. Dengan
sinkangnya yang tinggi mudah saja Chi Koan
menghilangkan bengkak itu. Tadi dia
melindungi diri dengan sinkang dan pukulan
gadis itu membalik, uratnya terkilir dan
bengkak itulah yang diterima. Tapi begitu
sembuh dan kaget Chi Koan mengusap
pundaknya mendadak wanita ini melompat dan
menerjang lagi. Chi Koan mengelak dan
hebatnya kedua kaki tak pernah berpindah,
pinggang ke atas bergerak sana-sini dengan
cepat hingga semua pukulan-pukulan itu luput,
menyambar angin! Dan ketika wanita itu
berteriak dan menyambar kursi,
menghantamkannya kepada pemuda itu
1816 barulah Chi Koan mendahuluinya dan menotok
roboh.
"Bluk!" wanita itu mengeluh dan dua
saudaranya yang lain terguncang. Mereka
melihat betapa hebatnya pemuda ini dan saat
itu pintu kamar dibuka. Jin-touw dan lain-lain
muncul. Lalu melihat pemuda itu
membersihkan bajunya dan bertanya apa yang
terjadi, Chi Koan tertawa maka dia mengusir
gurunya agar tidak masuk ke situ.
"Tak apa-apa, biasa. Gadis ini menyerang tapi
roboh sendiri. Kalian keluarlah, suhu, jangan
ganggu aku. Semua dapat kuatasi dan tutup
pintu kamar!"
Jin-touw dan lain-lain menyeringai. Mereka
mendengar ribut-ribut di situ dan hancurnya
kursi, datang dan melihat dan ingin tahu. Maka
diusir dan minta disuruh keluar lagi, mereka
1817 menyeringai dan berkelebat keluar Chi
Koanpun sudah sendiri lagi menghadapi tiga
tawanan.
"Kalian tak mungkin mengalahkan aku.
Jangankan kalian, guruku Tujuh Siluman Langit
juga tak dapat mengalahkan aku. Nah, kalian
dengar dan turut kata-kataku, para cici yang
manis. Aku tak mengganggu kalian dan justeru
ingin menyenangkan kalian. Apakah kalian
ingin jatuh ke tangan guru-guruku yang buruk
itu? Kalian lebih memilih tua bangka-tua
bangka daripada aku yang muda? Aku
memang jatuh cinta kepada kalian, tapi tidak
hendak memaksa dan bertindak kasar. Kalian
tak akan menyerangku lagi, bukan? Kalau
benar aku akan membebaskan kalian, tapi
kalian harus berjanji untuk bersikap manis dan
menurut semua kata-kataku. Aku tidak
memaksa!"
1818 "Bedebah, jahanam terkutuk!" gadis baju
kembang itu memaki dan membentak,
menangis. "Kau boleh bunuh kami, Chi Koan,
tapi jangan harap kami bersikap manis dan
turut semua kata-katamu. Kau boleh bunuh
kami!"
"Hm, kau terlalu pemberang, tak dapat diajak
bicara. Baik, kau diam dulu di situ dan biar
kutanya dua encimu yang lain ini," Chi Koan
tertawa dan menggerakkan jarinya. Gadis baju
kembang seketika tertotok dan bersamaan itu
dua gadis yang lain bebas. Mereka dapat bicara
dan juga melompat bangun! Dan ketika
mereka bergerak tapi gadis baju ungu
membentak dan langsung menyerang, merasa
mendapat kesempatan maka Chi Koan
mengelak dan tetap di kursinya ia menegur,
"Eh-eh, kaupun, jangan seperti adikmu.
Duduklah berhadapan dan kita bicara baik1819 baik.... wutt-wuuttt...!" pukulan luput dan
menyambar angin kosong, membuat marah
gadis baju ungu tapi ketika dia membabi-buta
menyerang lagi Chi Koan menggerakkan ujung
kakinya. Totokan lihai tepat mengenai lutut
lawannya itu. Dan ketika wanita itu menjerit
dan mengaduh, gadis yang satu tertegun dan
tak jadi menyerang, ia hendak membantu
namun kalah cepat maka Chi Koan berputar
menghadapi orang tertua dari Khong-tong
Sam-lihiap ini.
"Nah, bagaimana. Apakah masih perlu
dibuktikan lagi bahwa kalian tak mungkin
mengalahkan aku. Duduklah, cici yang baik.
Atau aku melumpuhkanmu dan kau nanti
bicara di lantai!"
Gadis baju hijau terkejut. Ia telah melihat dua
kali berturut-turut bahwa adik-adiknya tak
mampu menghadapi pemuda baju biru ini. Chi
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Koan murid Tujuh Siluman Langit ini benarbenar lihai. Ia harus cerdik. Maka menarik
napas menahan kemarahan, juga rasa gentar
maka gadis itu membentak tapi tidak sekasar
adik-adiknya,
"Kau mau bicara apa lagi. Kau telah menawan
dan merobohkan kami tapi jangan harap
Khong-tong Sam-lihiap sudi melakukan
perbuatan-perbuatan kotor. Nah, bunuh atau
keluarkan kami dari sini anak muda. Agaknya
kau tahu sikap kami dan pantang bagi kami
bersahabat dengan orang-orang sesat!"
"Ah, cici terlalu emosi. Duduk dan jangan
berdiri begitu, cici yang baik. Aku, hmm.... aku
kagum kepada kalian. Kalian benar-benar
wanita gagah. Aku ingin bicara baik-baik.
Duduklah!" Chi Koan tertawa dan pandang
matanya yang berseri membuat wanita baju
hijau itu semburat, bukan oleh malu melainkan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1821 oleh marah, juga khawatir. Tapi karena
pemuda ini mempersilahkan dan rupanya
memang ia harus bersikap baik, siapa tahu
dapat lolos dan merobohkan pemuda ini maka
ia duduk dan kursi yang disodorkan Chi Koan
disambarnya kasar.
"Apa yang mau kau bicarakan? Aku tak mau
berlama-lama dan harap cepat bicara!"
"Ha-ha, tak enak bersikap kaku begini, cici.
Marilah minum arak dulu dan perkenalkan
namamu."
"Aku tak sudi memperkenalkan diri. Kau tahu
kami adalah Khong-tong Sam-li-hiap!"
"Ah," Chi Koan menghentikan tarikan botol
araknya, yang diambil dari saku. Tapi
tersenyum dan mengangguk-angguk ia tertawa.
"Baik, baik... kupanggil kau toa-cici saja
1822 seperti adikmu tadi menyebut. Hm, kalian
keras tapi gagah, cici, dan aku ingin menjamu
kalian dengan seteguk arak. Mari minum...."
"Aku tak sudi minum. Aku tak mau!" bentakan
itu membuat Chi Koan kembali menahan botol
araknya, tertegun dan mengerutkan kening
dan tiba-tiba di kamar sebelah terdengar suara
gedobrakan dan kekeh genit. Wajah Chi Koan
berseri sementara wajah wanita baju hijau itu
semburat. Itulah suara Kwi-bo dan Pi-santohiap! Tapi ketika suara gedobrakan lenyap
terganti keluhan atau erang tertahan, lalu
kecup dan cium keras maka wanita baju hijau
ini terbakar dan rasa marahnya yang hebat
membuat ia bangkit berdiri. Cuping dan pipi
wanita itu merah terbakar!
"Orang she Chi, aku tak mau minum arak dan
tak sudi berlama-lama tinggal disini. Nah, kau
1823 mau bicara apa atau apa yang akan
kaulakukan kepada kami?"
"Ah-ah, cici tak usah marah-marah. Aku hanya
ingin menjamu kalian, cici yang baik. Minum
seteguk arak dan setelah itu kalian pergi. Masa
tawaran ini tak kalian terima dan ingin ngotot?
Aku kagum kepada kalian, dan ingin
menyatakan suka atau kagum dengan caraku,
seteguk arak!"
Wanita itu terbelalak, ganti tertegun. Dan
ketika Chi Koan mengeluarkan botol araknya
dan menuangkannya di cawan, bau harum
menyambar maka wanita ini menjadi ragu dan
memandang Chi Koan dengan perasaan tidak
percaya. Pemuda ini mau membebaskannya
setelah minum arak seteguk? Bohong ataukah
sungguh-sungguh? Dan ketika ia menghirup
bau arak yang harum dan bau itu membuatnya
mabok maka ia tertarik dan tanpa terasa
1824 bertanya, dua adiknya roboh tertotok dan tak
mampu mengeluarkan suara.
"Kau... kau mau mengeluarkan kami setelah
minum arak seteguk? Kau tidak bohong?"
"Ha-ha, kalau bohong boleh kutuk, dan
sumpahi aku, cici. Aku tidak bohong, aku
bersungguh-sungguh!"
"Hm," wanita itu mulai tergoda. Bau arak kian
harum dan bau ini merangsang indra kecapnya.
Alangkah nikmat arak itu rupanya. Tapi
terkejut bahwa jangan-jangan arak itu beracun,
ia sebenarnya tak suka arak tapi kalau seteguk
biarlah dipertimbangkan maka Chi Koan yang
tahu isi hati orang tiba-tiba mendahului
meneguk.
"Toa-cici, ini bukan arak beracun. Untuk apa
memberi racun. Kalau aku ingin membunuh
1825 kalian tentu tak perlu mempergunakan racun
segala. Lihat, aku minum!"
Wanita itu jengah. Chi Koan menenggak habis
araknya dengan sekali teguk saja. Pikirannya
terbaca. Dan karena pemuda itu benar dan tak
perlu kiranya memberi racun segala, lawan
jauh lebih kuat maka ia mengertakkan gigi dan
berseru,
"Baik, aku mau minum tapi bagaimana aku
percaya janjimu? Apa jaminanmu?"
"Ah, jaminanku adalah diriku ini, cici. Kalau
aku bohong kalian boleh serang aku dan
membunuhku!"
"Baik, berikan arakmu tapi mana pedangpedang kami?"
1826 "Ah, pedang? Senjata kalian di luar, cici, tapi
sebagai penggantinya ada ini, cundrik dan
pisau. Kalian boleh pergunakan ini kalau aku
bohong!" Chi Koan mengeluarkan benda-benda
itu, tertawa melempar ini di atas meja tapi ia
berseru ketika hendak disambar. Ia berkata
bahwa yang minum bukan hanya gadis itu
seorang, melainkan juga dua saudaranya yang
lain. Dan ketika wanita itu tertegun dan
mengerutkan alis, mengira Chi Koan mainmain maka Chi Koan bangkit tertawa.
"Yang ingin bebas adalah kalian bertiga, maka
kalian semua harus menerima seteguk arak
kehormatan dari aku. Kalau hanya kau yang
minum maka kau pula yang bebas, dua yang
lain tetap di sini. Bagaimana?"
Wanita itu gemas, melotot. "Tapi kau menotok
adik-adikku! Mana mungkin minum?
1827 Menggerakkan rahang saja tak dapat, orang
she Chi, kecuali kau membuka totokanmu!"
"Ha-ha, tentu. Aku akan membebaskan
totokanku kalau persetujuan ini diterima, cici.
Tapi agar dua adikmu tak membuat ulah maka
hanya totokan rahang itulah yang kubuka.
Nanti kalau sudah minum seteguk baru
kubebaskan sepenuhnya!"
Wanita ini meliar. Ia melihat cundrik dan pisau
di atas meja itu dan diam-diam ingin merebut.
Betapapun ia ingin lolos. Tapi karena sekali lagi
harus berhati-hati dan ia harus sabar,
kemarahan dan kebenciannya harus ditekan
maka iapun menerima, pura-pura tunduk.
"Baik, kau bebaskan adik-adikku dan biar
mereka minum!"
"Kalau mereka tidak mau?"
1828 Wanita ini tertegun.
"Ha-ha, kau dan adik-adikmu orang-orang
yang keras hati, toa-cici. Aku tak ingin
berdebat panjang masalah ini. Begini saja, kau
minum seteguk dan setelah itu berikan seteguk
kepada adikmu masing-masing seorang.
Setelah itu kalian boleh pergi dan cundrik atau
pisau ini boleh kalian ambil... Wut!" Chi Koan
melempar benda-benda itu kepada orang
tertua dari Khong-tong Sam-lihiap ini. Hal ini
diterima girang dan lengahlah kewaspadaan
wanita baju hijau itu. Dan ketika Chi Koan juga
bergerak membebaskan totokan urat gagu
adik-adiknya, benar saja dua adiknya tak mau
minum dan memaki-maki Chi Koan maka
wanita itu sudah minum seteguk dan iapun
memaksa adik-adiknya minum pula arak
seteguk. Terjadi perang mulut antara saudara
tua dengan muda. Tapi ketika dengan bengis
1829 sang cici membentak dan memarahi adikadiknya, berbisik sambil menggenggamkan
senjata di tangan mereka maka gadis baju
kembang dan baju ungu akhirnya mau dipaksa.
Mereka melihat isyarat toa-ci mereka untuk
bertempur habis-habisan kalau benar mereka
dibebaskan. Chi Koan sudah memberi senjata
dan pemuda itupun membebaskan totokan urat
gagu mereka, berarti sudah menepati janji,
meskipun sebagian. Dan ketika arak habis
diteguk dan masing-masing hanya mencecap
sedikit, arak yang keras menyengat tapi
membuat lidah mereka terasa nikmat maka Chi
Koan membebaskan totokan sepenuhnya tapi
berbareng dua gadis itu melompat bangun
mendadak merekapun terhuyung dan merasa
kepalanya pening. Rasa arak membuat mereka
ketagihan dan ingin lagi!
"Cici, awas pemuda itu bohong...!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Sam-moi, arak itu nikmat sekali!"
Dua gadis itu berkata berlainan tujuan. Mereka
sama-sama melompat bangun tapi seruan
yang keluar berbeda-beda. Dan ketika gadis
baju hijau juga terkejut karena merasa pening
dan limbung, pisau di tangannya bergetar mau
lepas maka Chi Koan tiba-tiba mendekatinya
dan memeluk!
"Cici, kau cantik dan menggairahkan sekali!"
Gadis ini kaget bukan main. Chi Koan memeluk
dan langsung mencium. Dan begitu dicium
iapun tiba-tiba roboh. Kepala berat, rasanya
bumipun ikut berputar! Dan ketika ia kaget dan
sadar karena hawa birahi tiba-tiba naik,
sentuhan dan ciuman Chi Koan tadi membuat
tubuhnya panas terbakar maka pemuda itupun
melepasnya dan ganti memeluk atau mencium
adik-adiknya.
1831 "Ji-cici, kaupun cantik! Dan kau, ah... kaupun
tak kalah menariknya, Sam-cici. Kau dan Ji-cici
serta toa-ci sama-sama cantik. Ha-ha, kalian
tentu mau menerima cintaku!"
Gadis baju hijau kaget dan berteriak. Tiba-tiba
ia sadar bahwa bukan racun yang ada di arak
melainkan bubuk perangsang. Ia minum arak
birahi. Tapi karena arak itu bekerja cepat dan
sebentar kemudian ia merasa melayang-layang,
kepala berat dan ia tak tahu apalagi yang
terjadi maka ketika Chi Koan memeluk dan
menyambar tubuhnya iapun membiarkan saja
dan, bahkan merasa nikmat berada di pelukan
pemuda, itu, menerima ciuman dan membalas
dan tubuh yang terbakar hebat rasanya ingin
didinginkan. Ia merasa begitu gerah hingga
tanpa sadar membuka kancing-kancing
bajunya sendiri. Lalu ketika Chi Koan
membantu dan ia diam saja, roboh dan tak
1832 ingat apa-apa lagi kecuali desah dan dengus
napas mereka berdua maka gadis baju
kembang maupun baju ungu juga mengalami
hal serupa. Mereka itu mabok dan roboh,
tubuh terasa panas terbakar sementara kepala
begitu berat dan pening. Mereka tak tahu apa
yang terjadi kecuali serasa melayang-layang
dalam mimpi yang indah, mengeluh dan
mendesah dan tak sadar betapa Chi Koan
ganti-berganti memeluk dan mencium mereka.
Khong-tong Sam-lihiap yang tadi galak
sekarang sudah seperti tiga ekor kucing jinak
yang membiarkan saja apa yang dilakukan
pemuda itu. Mereka bergulingan di atas lantai
bersama pemuda itu ganti-berganti, tak sadar
dan tak tahu karena masing-masing sudah
masuk dalam pengaruh arak jahat yang hebat.
Chi Koan melolohi mereka. Tapi ketika dua jam
kemudian pengaruh arak habis dan berangsurangsur mereka mendapatkan kesadaran
1833 mereka, sang cici terpekik melihat mereka
memeluk Chi Koan maka saat itu pintu dibuka
dan Pi-san-to-hiap terlempar ke dalam
bersama Kwi-bo yang terkekeh-kekeh
telanjang bulat!
"Hi-hik, layani aku lagi, anak manis.... layani
aku lagi dan mari kita tetap bercinta!"
Tiga gadis itu berteriak kaget. Mereka melihat
dan mendengar suara mengaduh dan Pi-santo-hiap ternyata merintih di dekat mereka.
Tubuh laki-laki itupun juga telanjang bulat
namun dia tampak ketakutan dan pucat, Kwibo muncul sambil membawa secawan arak.
Dan ketika laki-laki itu menggeleng sementara
gadis baju hijau dan lain-lain berseru tertahan,
jengah dan merah padam melihat merekapun
telanjang bulat maka Chi Koan yang kelelahan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan menggeletak di lantai terbangkit duduk
dan membuka mata. Iapun terkuras tenaganya
1834 melayani tiga gadis beringas yang dijadikan
korbannya.
"Heh-heh, kau sudah puas, Chi Koan? Kau
masih meram melek? Eh, bantu aku Tangkap
laki-laki itu. Ia lolos dan melarikan diri!"
Chi Koan terkejut dan membelalakkan mata. Ia
bangun setelah tadi tangannya tergeletak di
perut sam-cici, gadis baju kembang. Dan
begitu Kwi-bo masuk dan membuat kegaduhan,
Pi-san-to-hiap tampak ngeri melihat dirinya
dikejar-kejar maka gadis baju kembang yang
sadar dan terbelalak melihat Chi Koan tak
berpakaian tiba-tiba menjerit dan melompat
bangun, menerjang. Lupa bahwa iapun tak
berpakaian dan telanjang bulat!
"Orang she Chi, kau jahanam terkutuk!"
1835 Dua encinya terkejut dan sadar. Mereka juga
terkejut melihat keadaan diri mereka yang
seperti itu, melihat adik mereka menyerang
sementara merekapun cepat menyambar
pakaian sendiri, meloncat bangun dan merah
padam betapa seisi kamar tak ada yang genah!
Mereka seperti orang-orang gila yang lepas
sangkar! Dan ketika mereka juga menerjang
sementara Chi Koan mengelak dan menangkis
adik mereka, yang terjengkang dan
bergulingan maka mereka berseru melempar
pakaian adik mereka itu.
"Sam-moi, kau telanjang. Pakai dulu
pakaianmu ini!"
Gadis itu menjerit dan bergulingan meloncat
bangun. Chi Koan tertawa dan akhirnya geli,
dua gadis berikut menerjang dan marah-marah
kepadanya. Tapi karena kepandaiannya jauh
lebih tinggi dan mudah saja baginya untuk
1836 berkelit atau mengelak, tak satupun pukulan
datang menyambar maka suara ribut-ribut di
kamar itu membuat Jin-touw dan lain-lain
berkelebat datang. Kwi-bo mengejar dan
terkekeh-kekeh hendak menangkap Pi-san-tohiap. Laki-laki itu akhirnya sadar dan ngeri
oleh sepak terjang wanita iblis ini yang tak
tahu malu, cabul dan tak kenal puas dalam
mengumbar berahi.
"Kwi-bo, apa-apaan ini. Kenapa kau membuat
ribut di kamar Chi Koan?"
"Heh-heh, hi-hikk...! Korbanku lepas, Jin-touw.
Tolong kau tangkap dia dan bawa ke mari!"
"Heh, tawananmu lepas? Heh-heh, tak usah
repot, Kwi-bo. Biarkan ia pergi ada aku di sini...
ngookk!" Jin-touw tiba-tiba melayang dan
mencium pipi Kwi-bo, terkejut dan gembira
melihat Kwi-bo telanjang dan langsung saja ia
1837 mendekap dan mencium. Kwi-bo tentu saja
marah dan meronta, rambut menjeletar tapi si
tukang kayu sudah berkelit dan mengelak. Dan
ketika wanita itu memaki-maki sementara
bayangan See-tok dan lain-lain muncul, kamar
yang luas tiba-tiba menjadi sempit maka
raksasa itu juga terbeliak dan menyambar Kwibo, meremas.
"Kwi-bo, kau masih menggairahkan. Hah,
nafsu laki-lakiku jadi bangkit!"
Tapi Kwi-bo membentak dan mengelak. Ia
membuat rekan-rekannya blingsatan tapi yang
dituju adalah Pi-san-to-hiap. Ia telah memilih
laki-laki itu untuk teman bercinta, bukan Seetok atau lain-lainnya ini. Dan ketika kamar
menjadi gaduh namun Coa-ong dan Jin-mo
juga main colek, Kwi-bo marah-marah maka
Chi Koan yang berlompatan dan mengelak dari
1838 serangan-serangan Khong-tong Sam-lihiap
berseru,
"Ji-suhu, sam-suhu.... jangan mengganggu
Kwi-bo. Ambil gadis-gadis ini dan robohkan
mereka. Aku selesai!"
Bagai anjing-anjing kelaparan mendadak Jintouw dan See-tok atau Jin-mo membalik.
Mereka mendengar seruan itu dan kebetulan di
sana Kwi-bo berhasil menotok dan merobohkan
tawanan. Pi-san-to-hiap mengeluh dan
akhirnya disambar wanita itu, yang terkekeh
meloncat keluar. Dan karena masing-masing
sudah terbakar oleh tubuh Kwi-bo, kini
mendapat yang baru dan gadis-gadis Khongtong itu menjadi bagian mereka maka
ketiganya tertawa dan meloncat dahulumendahului.
1839 "Heh-heh, ini untuk kami, Chi Koan? Kau sudah
selesai? Bagus, terima kasih!"
Tiga gadis itu berteriak. Mereka disambar tiga
bayangan dan Jin-touw maupun See-tok
berkelebat menotok mereka, Jin-mo juga tak
mau kalah dan tiga gadis ini tentu saja kaget.
Chi Koan melompat mundur dan memberikan
guru-gurunya kesempatan. Dan ketika mereka
membalik dan menangkis, serangan tiga datuk
sesat itu amatlah cepatnya maka mereka yang
baru saja dilumpuhkan arak berahi tak kuat
menahan tiga serangan ini. Masing-masing
mengeluh dan roboh tertotok, tiga kakek
menyambar tubuh mereka. Tapi ketika See-tok
menangkap gadis baju hijau mendadak Coaong berkelebat dari belakang mendahuluinya,
ular di tangan kanannya, menyambar raksasa
itu sementara tangan kiri bergerak dan
menyerobot tawanan.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Heh-heh, ini bagianku, See-tok. Murid kita Chi
Koan telah memberikannya lebih dulu
kepadaku!"
Si raksasa terkejut dan berteriak. Ia kaget oleh
serangan ular dan lebih kaget lagi melihat
gadis korbannya disambar Coa-ong. Kakek itu
telah menyambar dan berkelebat keluar pintu,
lolos dan lenyap melarikan diri. Dan karena
Jin-touw paling dekat dengannya, kebetulan
menyambar gadis baju kembang maka ketika
ia membentak dan mengelak serangan Coaong iapun menotok Jin-touw dan ganti
merampas tawanan si tukang kayu itu, deru
tengkoraknya menghantam rekan.
"Jin-touw, Coa-ong menyambar makananku.
Biar kupinjam makananmu, dan nanti
kukembalikan!"
1841 Jin-touw berteriak. Ia kaget dan marah oleh
serangan See-tok dan apa boleh buat harus
menghindar dulu. Tapi ketika ia mengelak dan
tengkorak lewat di atas kepala ternyata Seetok sudah berkelebat dan membawa lari gadis
tawanannya, tertawa dan lenyap di luar pintu
dan laki-laki ini tentu saja marah bukan main,
Jin-mo sudah menyambar korbannya juga dan
lari terkekeh-kekeh, dia tak dapat ganti
mengganggu rekannya itu. Dan ketika ia
melengking dan berkelebat keluar, memaki
dan mengejar See-tok maka dua orang itu
memperebutkan tawanan dan gadis baju
kembang tentu saja roboh pingsan. Jatuh di
tangan Jin-touw atau See-tok sama saja,
keduanya sama-sama mengerikan. Dan karena
tak mungkin ia selamat dan rasa marah serta
ngerinya menjadi satu, ia roboh tak kuat maka
gadis itu pingsan dan Chi Koan tertawa-tawa
melihat sepak terjang guru-gurunya ini.
1842 "Suhu, ngo-suhu tak usah berebut.
Bergantianlah menikmati gadis Khong-tong itu.
Jangan bertengkar masalah wanita!"
Coa-ong dan Jin-mo tertawa bergelak di lain
tempat. Mereka telah mendapatkan korbannya
masing-masing dan Kwi-bun, rekan mereka
terakhir menonton saja semua itu dengan liur
berdecak. Kwi-bun atau si Pintu Setan ini tak
berani ikut-ikutan karena Tong-si, isterinya,
ada di situ. Maka ketika rekan-rekannya
mendapat bagian dan hanya iblis ini yang gigit
jari, Tong-si berkelebat dan berdiri di
belakangnya dengan sikap garang maka kakek
muka pucat itu ha-ha-he-he tak berani mainmain. Dia melirik isterinya dan berkelebat
keluar setelah teman-temannya lenyap, Tongsi mendengus dan membayangi suaminya ini.
Dan ketika semua pergi sementara Kwi-bo
sudah terkekeh membawa si Golok Pembelah
1843 Gunung, laki-laki itu dipermainkan dan dipaksa
di dalam kamarnya maka Khong-tong Samlihiap atau tiga gadis Khong-tong yang gagah
tapi bernasib sial itu harus menahan sakit dan
kemarahan di tangan lawan-awannya ini. Coaong dan Jin-mo masih berada di rumah makan
itu. Mencari kamar di belakang,
mempermainkan tawanan mereka sementara
gadis baju kembang akhirnya "dibagi" antara
See-tok dan Jin-touw, dipermainkan dan
malanglah nasib gadis ini dan agaknya di
antara mereka bertiga dialah yang paling
menderita. See-tok si raksasa tak kenal ampun
melepas nafsu binatangnya, kasar dan buas
sementara Jin-touw sedikit lembut namun tak
kenal puas. Gadis korban itu dikeroyok dan
empat kali pingsan, jatuh dan roboh setiap
melihat wajah See-tok atau Jin-touw. Dan
ketika semua selesai sementara See-tok
tertawa-tawa, Jin-touw terkekeh dan
1844 mengusap mulutnya maka gadis itu tewas tak
tahan menerima sakit. Dua manusia biadab itu
mempermainkannya tiada ubahnya binatang,
sumoi termuda dari Khong-tong Lojin ini
akhirnya mati dengan mata melotot. See-tok
menendang dan mencekiknya berulang-ulang.
Dan ketika di kamar lain terdengar rintih dan
keluh panjang, dua gadis terlempar ditendang
melalui jendela maka Jin-mo dan Coa-ong juga
terkekeh-kekeh dan kedodoran membetulkan
celana mereka.
"Puas, ha-ha.... puas, Jin-mo. Gadis pilihanku
ini belum banyak disentuh orang. Ia masih
kinyis-kinyis!"
"Dan akupun juga mendapatkan perawan
murni. Heh-heh, iapun belum pernah
berkenalan lelaki, Coa-ong, dan baru murid
kita itulah yang menjadi lelaki pertama!"
1845 "Dan kita kedua, he-heh...! Kita masingmasing mendapatkan barang yang masih baru,
Jin-mo. Sungguh beruntung dan mampu
memperkuat tenaga sinkangku!"
Dua kakek itu berkelebat dan tertawa-tawa
dengan keji. Mereka telah mempermainkan
gadis baju hijau dan ungu dan kini
membicarakannya dengan tak tahu malu.
Mereka memang iblis-iblis tak berjantung. Dan
ketika mereka memandang korban mereka
yang mengeluh dan terbanting di luar jendela,
dua kakek itu mengusap sudut bibir maka
terdengar suara berdebuk dan Kwi-bo juga
menendang Pi-san-to-hiap setelah dipakai tak
kurang dari empat jam. Laki-laki itu tampak
loyo dan pucat, kehabisan tenaga.
"Hi-hik, akupun dapat barang istimewa, Coaong. Laki-laki ini jejaka tua yang belum banyak
1846 berkenalan dengan wanita. Aih, susah aku
membimbingnya!"
"Ha, kau selesai juga? " Coa-ong tertawa,
menjilat bibir. "Kalau belum ada aku, Kwi-bo.
Ditambah sedikit lagi aku masih kuat!"
"Cih, kau tua bangka sialan. Omong besar tak
ada bukti! Heh, tak usah berlagak, Coa-ong.
Tua bangka macam kau tetap juga gampang
loyo. Kalau tidak minum arakku mana kuat?
Heii, bunuh saja mereka ini habis perkara!"
Gadis baju hijau dan gadis baju ungu
mengerang. Mereka benar-benar terhina sekali


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan kini tak perduli pakaian mereka yang
robek-robek. Punggung dan kulit pundak
mereka yang putih halus tampak berguratgurat, hasil cakaran Coa-ong ataupun Jin-mo.
Tapi ketika mereka terhuyung bangun dan Pisan-to-hiap juga mengeluh lirih, bangkit tapi
1847 jatuh lagi maka See-tok dan Jin-touw
berkelebat membawa mayat gadis baju
kembang.
"Huh, menyebalkan. Gadis ini mati dan See-tok
bermain dengan mayat! He, kau boleh terima
aku kalau kurang, Kwi-bo. Mendapatkan yang
begini akhirnya tidak menarik. Kau masih lebih
menggairahkan!"
"Ha-ha, Jin-touwlah yang kebagian mayat. Aku
masih sempat menciuminya ketika hidup, Coaong. Aku jelas mendapatkan yang hangat
sementara Jin-touw memeluk mayat dingin.
Ha-ha, tukang kayu ini memutar balik
kenyataan!"
See-tok, yang terbahak dan menyusul di
belakang Jin-touw mentertawakan temannya.
Mereka tadi berebut namun dialah yang
menikmati dulu, Jin-touw belakangan dan kini
1848 melempar mayat gadis itu dengan gemas. Dan
ketika Kwi-bo terkekeh sementara gadis baju
hijau dan ungu terbelalak, sumoi mereka tewas
dengan tubuh tidak berpakaian maka tubuh
yang sudah letih dan seolah tanpa daya
mendadak bergetar dan penuh terisi tenaga.
Keduanya meloncat bangun dan terhuyung
menubruk mayat sumoi mereka itu.
"Sumoi...!"
Keduanya mengguguk dan bertangisan. Hinaan
dan cobaan ini terlalu berat, gadis baju hijau
tiba-tiba melengking dan meloncat,
menghantam Jin-touw yang berada paling
dekat dengannya. Tapi ketika Jin-touw
mengelak dan See-tok yang berada di
belakangnya ganti menerima serangan,
raksasa itu tertawa bergelak maka hantaman
itu diterima dan sekali sambut ia menangkap
1849 dan mendorong gadis itu, mengerahkan Hektok-kangnya.
"Dess!"
Gadis itu muntah darah dan terbanting.
Keadaan sesungguhnya tak menguntungkan
dan kontan sambutan See-tok membuat ia
jatuh terduduk. Hek-tok-kang menyambut
pukulannya dan karena gadis itu habis luar
dalam, musuh amat keji maka begitu ditangkis
iapun tertolak dan jatuh terduduk, muntah
darah dan tiba-tiba mendelik. Lalu ketika ia
roboh dan terkulai, sang adik tertegun maka
gadis itu tewas dan gadis baju ungu sadar.
"Cici....!"
Selanjutnya orang-orang sesat itu terkekeh.
Mereka geli melihat gadis baju ungu menubruk
encinya yang tewas dan ketika gadis itu
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
menjerit mereka malah tertawa lantang, Seetok terbahak-bahak. Tapi ketika gadis itu
membalik dan meloncat bangun, mereka
tertegun maka gadis itu menyambar dua
mayat di situ dan menuding, muka dan
matanya merah terbakar.
"See-tok, Coa-ong! Kalian manusia-manusia
keji tak berjantung. Kalian membunuh dan
menghina Khong-tong Sam-lihiap. Baik, aku
akan pulang dan tunggu pembalasan
dendamku!"
"Ha-hah-he-heh!" Coa-ong tiba-tiba tertawa
bergelak dan terkekeh. "Kau mau lapor si tua
bangka Khong-tong Lojin? Bagus, boleh. Lapor
dan suruh suhengmu kemari nona. Aku tak
takut dan kami Tujuh Siluman Langit tentu siap
menerima tanggung jawab!"
1851 "Ha, atau kubunuh dia sekalian!" See-tok
bergerak dan tidak seperti Coa-ong. "Daripada
membiarkan penyakit lebih baik kusingkirkan
gadis ini, Coa-ong. Dan Khong-tong Lojin boleh
datang menuntut tanggung jawab.... wut!"
tangan itu bergerak, siap menghantam tapi
Jin-touw tertawa menahan. Tukang kayu ini
berseru biarlah gadis itu pulang, Khong-tong
boleh mencari mereka, Tujuh siluman Langit
tak takut. Dan ketika raksasa itu menggeram
dan tak jadi menurunkan tangan maut, Chi
Koan berkelebat dan muncul mengangguk
maka pemuda itu juga berkata biarlah gadis itu
dilepas.
"Benar, tak usah dibunuh. Kita telah
memberinya kenang-kenangan, suhu. Kalau
Khong-tong Lojin tidak datang kitalah yang
justeru datang. Lepaskan dan kita sekarang
pergi!"
1852 See-tok mundur dan tertawa meledakkan
rantai tengkoraknya. Gadis itu berapi dan
melihat Chi Koan kebenciannya semakin
memuncak, ia menggigit bibir sampai pecahpecah. Dan ketika gadis itu meloncat
membawa mayat enci dan adiknya, jatuh tapi
bangun lagi maka Chi Koan memandang Pisan-to-hiap dan senyum bibirnya menjadi
dingin.
"Laki-laki ini.... kau sudah puas bukan, Kwi-bo?
Kenapa ia dibiarkan merangkak dan melototi
kita? Aku ingin ke Heng-san. Singkirkan dia
dan lihat di luar ramai orang!"
Kwi-bo meledakkan rambut dan terkekeh.
Dialah yang mendapat tugas dan benar saja di
luar terdengar keributan. Mereka masih di
rumah makan dan pemilik serta pelayan yang
ketakutan di dalam rupanya dipanggil orang
berkali-kali, tak menjawab dan kini orang1853 orang di luar itu bersuara gaduh. Namun ketika
Tujuh Siluman Langit tak perduli dan Kwi-bo
kini melangkah mendekati Pi-san-to-hiap, lakilaki itu tampak pucat maka wanita ini meraih
dan menyambar laki-laki itu, sebuah ciuman
diberikan di pipi.
"Pi-san-to-hiap, kau telah membahagiakan aku.
Sayang, muridku tak menghendaki kau lagi.
Nah, selamat berpisah, kekasih manis, pergilah
ke neraka dan kelak tunggu aku di sana....
tar!" ciuman selesai disusul ledakan rambut.
Laki-laki itu terkejut tapi tak mungkin
mengelak. Dia habis luar dalam. Maka ketika
Kwi-bo menciumnya tapi berbareng dengan itu
rambut menyambar pelipisnya, meledak dan
laki-laki itu menjerit maka Pi-san-to-hiap pria
gagah ini terjengkang dengan kepala pecah!
"Bagus, kita pergi!" Chi Koan memberi tanda
dan acuh melihat kematian pria itu. Dia
1854 membalik dan berkelebat keluar sementara
guru-gurunya juga mengikuti. Tapi ketika
mereka membuka pintu rumah makan ternyata
pemilik dan pelayannya berhamburan.
"Taihiap, obat penawarnya...!"
Chi Koan menoleh. Dia tertegun tapi segera
mengerti. Itulah perbuatan Jin-touw gurunya
nomor lima. Tapi berbareng pemilik dan
pelayannya berteriak kepada mereka terdengar
bentakan-bentakan di depan dan puluhan
pasukan keamanan menyerbu masuk. Kiranya
rumah makan itu telah dikepung pasukan
garang yang mendengar ribut-ribut dan
pembunuhan di situ.
"Manusia-manusia iblis, menyerah dan kalian
kami tangkap!"
1855 Chi Koan tertawa. Tujuh orang menyerbu ke
dalam disusul puluhan teman-temannya yang
lain. Pasukan itu ternyata hendak menolong
pemilik rumah makan ini pula. Tapi begitu
mereka menyerbu masuk tiba-tiba Chi Koan
berkelebat dan lenyap di luar, pemilik gendut
dan pelayannya roboh menjerit-jerit,
memegangi perut mereka yang tiba-tiba
melilit-lilit.
"Aduh, tolong... jangan lari dulu!"
"Berikan obat penawar, aduh...!"
Gaduh dan hiruk-pikuk di dalam disusul
pekikan dan jerit-jerit kesakitan. Pasukan
keamanan yang tiba-tiba masuk mendadak
terkejut melihat pemuda di depan mereka
menghilang. Gerakan pemuda itu amat
cepatnya hingga mereka tak dapat mengikuti
dengan mata. Dan ketika tujuh orang tertawa
1856 berkelebat dan bagaikan iblis-iblis saja rambut
dan tongkat menghajar mereka, meledak dan
bak-bik-buk maka tujuh pengawal di depan
roboh terpelanting sementara teman-teman
mereka yang menyerbu masuk juga disambar
dan didorong angin dahsyat hingga terlempar
dan berjengkangan. Kwi-bo dan Coa-ong
menyambut pasukan keamanan itu dengan
kekeh dan pukulan mereka sementara Jin-touw
tertawa bergelak melihat pemilik dan pelayan
rumah makan roboh satu per satu. Mereka
menjerit dan mendekap perut sendiri sambil
bergulingan. Racun yang memasuki tubuh
sudah bekerja. Dan ketika sebentar kemudian
pemilik dan pelayan itu mengaduh-aduh,
menabrak meja kursi dan meremas-remas
perut sendiri akhirnya mereka kejang-kejang
dan muntah dua kali, mendelik dan
mengeluarkan cairan hitam untuk kemudian
tewas. Racun telah membinasakan mereka
1857 pada waktunya. Dan ketika Jin-touw tertawa
dan menyusul teman-temannya maka
tangannya mendorong dan para pengawal
terlempar dan terbanting dengan kaki atau
tangan patah-patah.
"Ha-ha, jangan kalian tinggalkan aku. Heii,
tunggu aku sebentar, Kwi-bo. Aku takut tikustikus galak ini.... bres-bress!" pengawal
berpelantingan dan terlempar menjerit keras.
Jin-touw berkata takut padahal pasukan
keamanan itulah yang dibuatnya gentar.
Mereka pucat dan ngeri melihat tujuh
bayangan berkelebat dan tahu-tahu mereka
terlempar dan terbanting ke kiri kanan.
Ledakan atau sambaran tongkat hanya
merupakan segunduk sinar panjang sementara
rambut Kwi-bo disangka ular terbang. Benda
ini telah meretakkan kepala beberapa orang.
Dan ketika semua jungkir balik tak keruan
1858 sementara tujuh orang itu berkelebat di luar
rumah makan, meloncat dan terbang dengan
amat cepatnya maka tinggal kengerian dan
warna pucat yang ada di situ. Pasukan
keamanan kalang-kabut dan komandannya
yang ada di belakang juga cepat melempar
tubuh menyelamatkan diri. Komandan ini tahu
adanya orang-orang lihai dan karena itu
menyuruh anak buahnya maju menyerbu, dia
sendiri mengawasi di belakang. Tapi ketika
Naga Sasra Dan Sabuk Inten 27 Wiro Sableng 182 Delapan Pocong Menari Penganut Ilmu Hitam 1

Cari Blog Ini