Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 19

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 19


Kong-susiok?"
"Kau tak sabaran," kakek itu tertawa.
"Dengar dan lihat saja apa yang terjadi, Peng
Houw. Tapi kau benar, yang kumaksud adalah
paman gurumu itu, Beng Kong. Waktu itu ia
amat disayang kakek gurumu sementara
gurumu sendiri kurang. Murid nomor dua ini
dinilai lebih cakap dan pandai mengambil hati.
Dan ketika kata-kataku dirasa menyinggung
2574 hatinya, Go-bi-paicu marah-marah maka ia
menantangku untuk bertaruh!"
"Ah, dan Sian-su menanggapi?" Kim Cu kali ini
memotong.
"Tidak, aku hanya tersenyums saja, Cinjin, dan
kebetulan waktu itu supekmu ada di sana. Gobi dan Kun-lun memang saling berkunjung."
"Hm, kemudian bagaimana?" Peng Houw
tertarik, terbawa cerita ini. "Apa yang kau
katakan, Sian-su, dan bagaimana kemudian
kata-kata guruku."
"Ia memaki-maki aku, menantang. Aku tidak
melayaninya kemudian aku pergi...."
"Ah, supek bercerita bahwa Sian-su diserang.
Ji Leng lo-suhu terbanting dan roboh!"
2575 "Hm, mungkin saja. Aku tak tahu. Yang jelas
aku tak menyambuti namun beberapa hari
kemudian kami bertemu lagi, supekmu juga
ada di sana."
Peng Houw kagum. Gurunya, dedengkot Go-bi
ternyata roboh sendiri menghantam kakek ini.
Dan melihat betapa kakek itu tak menanggapi
kata-kata Kim Cu, bersikap merendah dan
pura-pura tak tahu maka ia semakin kagum
saja kepada kakek dewa ini. Pantas kalau
gurunya menaruh kagum dan hormat yang
tinggi!
"Lalu bagaimana?" dia bertanya. "Apa kata
suhu, Sian-su. Apakah ia menyerangmu lagi?"
"Aku diserang dengan kata-kata, tetap diajak
bertaruh. Tapi aku mengelak dan tidak
meladeni. Hm, waktu itu Ji Leng lo-suhu
mabok dan lagi senang-senangnya terbawa
2576 kesombongan." kakek ini menarik napas dalam
dan tersenyum penuh maklum, terkenang dan
teringat peristiwa itu dan Peng Houw serta dua
temannya seolah menyaksikan. Mereka
membayangkan betapa waktu itu Ji Leng
Hwesio memang masih belum tua benar,
barangkali baru empat puluhan dan itu usia
relatif muda bagi seorang pemimpin partai,
apalagi sebesar Go-bi. Dan ketika mereka
mengangguk-angguk dan menyatakan tahu,
bertanya lagi maka kakek itu melanjutkan,
"Go-bi-paicu (ketua Go-bi) marah berat oleh
kata-kataku dulu. Ia benar-benar tersinggung.
Dan ketika pada perjumpaan kedua kalinya ia
menantang untuk membuktikan benar tidaknya
kata-kata itu maka ia bersumpah tak mau
melihat dunia lagi kalau muridnya yang
disayang, Beng Kong, benar-benar membawa
petaka dan berwatak buruk!"
2577 "Hm, dan itu yang membuat Ji Leng lo-suhu
lalu mengasingkan diri, bertapa!" Kim Cu Cinjin
mengangguk-angguk.
"Benar, Cinjin, tapi aku tak maumembuatnya
marah lagi. Sebenarnya bukan maksudku
untuk membuat marah siapapun, karena
kebetulan waktu itu Ji Leng lo-suhu sedang
mencari sebutir mutiara hidup!"
"Ah, apa maksudnya, Sian-su?" Peng Houw tak
tahan.
"Artinya waktu itu dua sahabat itu sedang
mencari sebuah kebenaran. Mereka bicara
tentang kehidupan, membuka isi kitab-kitab
suci dan masing-masing belajar menemukan
sesuatu. Kalau saja tidak karena ini tentu aku
juga tak muncul."
2578 "Hm, menarik sekali. Pinto jadi teringat bahwa
mula-mula kejadian itu memang berasal dari
sini. Mendiang supek pernah berkata bahwa
waktu itu Ji Leng lo-suhu dan ketua kami
membuka-buka isi kitab, mencari makna
tentang sebuah kejujuran!"
"Bagus, betul itu. Dan apa kata supekmu,
Cinjin. Coba katakan!"
"Mereka berdua menemukan bahwa kejujuran
adalah segala-galanya. Kejujuran adalah kunci
keberhasilan hidup. Karena sekali orang tidak
jujur maka jalan menuju kesucian mulai
dihancurkan!"
"Hm, anak muda ini barangkali dapat bicara
sedikit tentang isi kitab yang pernah
dihapalnya. Hayo, baca sebuah ayat tentang ini
Peng Houw. Coba kami dengar!"
2579 Peng Houw terkejut. Waktu itu ia sedang asyik
menikmati pembicaraan Kim Cu Cinjin dengan
kakek dewa ini, terkejut ketika tahu-tahu
dituding. Tapi mengangguk dan teringat
sebuah ayat dari kitab suci Dhammapada,
tentu saja yang ada hubungannya dengan ini
maka dia mengangkat muka berseru lantang,
"Teecu teringat mendiang suhu mencorat-coret
sebuah ayat dari ayat 9 bab 19. Barangkali ini
yang suhu maksud. Biarkan aku membacanya,
Sian-su dan maaaf kalau keliru!" lalu
mengerahkan ingatan melihat kakek itu
mengangguk pemuda inipun membaca, nyaring:
Bukanlah dengan menggundul kepalanya
orang yang suka menyeleweng
tak berdisiplin, suka berbohong
akan menjadi seorang bhiku.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Bagaimana mungkin seseorang yang
penuh
keinginan dan kelobaan akan dapat
menjadi seorang bhiku?
"Bagus, ha-ha.. memang betul!" kakek itu
tertawa. "Betul apa yang kau baca, Peng Houw.
Memang dari sinilah mula-mula kejadian ini
berawal. Gurumu mendiang Ji Leng lo-suhu
memang membaca itu. Tepat. Tapi bagaimana
pendapatmu apakah itu salah atau tidak?"
"Tidak!"
"Dan kau, Kim Cu totiang?"
"Juga tidak, Sian-su, ayat itu tidak salah!"
"Artinya?"
2581 "Seseorang yang penuh kelobaan dan
keinginan memang tak mungkin membersihkan
hatinya. Ia tak mungkin dapat menuju
kesucian!"
"Bagus, dan kau, Peng Houw?"
"Sama dan sependapat, Sian-su. Orang yang
penuh keinginan dan loba tak mungkin jujur.
Ia tak dapat memiliki sorga!"
"Bagus, dan kalian sependapat kalau masingmasing ketua kalian sama-sama menghargai
dan mengagungkan kejujuran? Salahkah bila
dikatakan bahwa kejujuran itu mutlak
diperlukan?"
"Tentu saja, Sian-su. Tanpa kejujuran tak
mungkin orang lain percaya!" Peng Houw dan
Kim Cu Cinjin hampir serentak bicara.
2582 "Tapi kenyataannya," kakek itu tertawa. "Tidak
semua kejujuran disukai orang Kim Cu Cinjin.
Dan gara-gara inilah Go-bi-paicu marah besar
kepadaku Ha-ha!"
Dua orang itu terkejut. Peng Houw dan Kim Cu
Cinjin terbelalak dan mereka melihat betapa
kakek itu tiba-tiba tertawa besar, senang dan
rupanya begitu gembira hingga dua orang ini
tertegun. Mereka tercengang, juga kaget. Tapi
ketika kakek itu berhenti tertawa dan tiba-tiba
mengusap dua titik air matanya, Peng Houw
bengong maka Kim Cu Cinjin berseru,
"Sian-su, tak mungkin kejujuran ditolak orang.
Tak mungkin sebuah kejujuran membuat orang
marah. Pinto tak mengerti bagaimana ini dan
dapatkah kau jelaskan?"
"Hm, tentu akan kujelaskan, dan kalian
dengarlah. Dua orang ketua kalian itu sedang
2583 asyik bicara tentang sebuah kejujuran, dan itu
benar. Tapi ketika aku masuk dan nimbrung
bicara tiba-tiba saja patokan yang mereka buat
dilanggar sendiri oleh Go-bi-paicu, dihancurkan.
Aku tahu akan hal ini tapi sengaja kulakukan,
demi menyadarkan ketua Go-bi itu."
"Hm, apa maksud Sian-su?" Peng Houw kini
bertanya, "aku jadi bingung akan arah katakatamu, Sian-su. Bolehkah aku tahu?"
"Baik, dengarkan. Di dalam kitab apa pun, di
jaman apapun semua orang tentu setuju
bahwa kejujuran haruslah dimiliki seseorang
apabila dia ingin hidup bersih dan agung.
Kejujuran adalah kunci hidup, begitu katanya.
Tapi harap dimaklumi saja bahwa tidak semua
kejujuran harus dimiliki atau dilepas begitu
saja!"
2584 Peng Houw mengerutkan kening, tak setuju.
"Jadi maksud Sian-su bahwa seseorang boleh
sewaktu-waktu tidak jujur?"
"Tergantung keadaannya, anak muda. Apakah
saat itu kejujuran itu diperlukan atau tidak.
Sebab kenyataannya tidak semua orang bisa
dan pasti dapat menerima kejujuran ini."
"Ah, tak mungkin, membingungkan! Aku tak
percaya bahwa ada orang yang tidak suka
akan kejujuran!"
"Tapi gurumu telah membuktikan itu. Dan aku
kena semprot habis-habisan!" kakek itu
tersenyum.
"Kena semprot? Mendiang guruku tak
menerima sebuah kejujuran?"
2585 "Hm," kakek itu menoleh, tertawa lembut.
"Coba kau yang lebih tua merenungkan ini,
Kim Cu Cinjin, barangkali kau dapat
menangkap lebih baik daripada anak muda itu.
Cobalah!"
Kim Cu Cinjin bingung. Ia terkejut dan merah
padam mendengarkan ini. Ia juga merasa
ganjil bahwa kejujuran harus "disesuaikan
keadaan". Apa artinya ini, apa maunya! Tapi
karena kakek itu adalah seorang manusia bijak
dan ia adalah kakek dewa yang tentu tidak
main-main, janggal juga mendengar kejujuran
tak dapat diterima ketua Go-bi maka tosu itu
mengingat-ingat dan memeras otaknya,
mencari dan merenung apakah kira-kira yang
hendak dimaksudkan kakek itu. Masa orang
diharuskan tidak jujur, boleh bohong dan
sebangsanya itu padahal kitab-kitab sucipun
tidak menganjurkan! Dan ketika ia mengingat2586 ingat namun bingung tidak menemukan, di
sana Peng Houw juga penasaran maka tosu ini
menggeleng, menarik napas dalam, merasa
gagal.
"Pinto tak menemukan apa yang seharusnya
pinto temukan. Pinto tetap berpendapat bahwa
kejujuran disuka orang!"
"Bagus, dan kau, Peng Houw?"
"Sama, Sian-su. Di mana-mana orang suka
kejujuran!"
"Ha-ha, dan kau, nona?"
"Aku, eh....." Li Ceng terkejut. "Sama dengan
mereka, Sian-su. Tak mungkin ada orang tak
suka orang lain jujur!"
"Ha-ha-ha, kalian terjebak, tertipu!
Kenyataannya tidak seperti yang kalian
2587 bayangkan, anak-anak. Ada kejujuran yang
tidak dapat diterima orang, dan itu adalah
fakta! Aku sengaja menemui Go-bi-paicu itu
agar ia tak terbius oleh pendapat dan
ketentuan umum ini. Bahwa ada ketentuan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'khusus' yang harus disadari dan dimengerti.
Atau kalian bakal mengalami sesuatu yang
tidak enak yang membuat kalian tak enak tidur
tak enak makan!"
Tiga orang itu terkejut. Tawa dan kata-kata
nyaring kakek ini membuat mereka semakin
penasaran saja, Peng Houw bahkan bangkit
berdiri dan mengepal tinju. Ia berpikir kakek
ini hendak menyesatkan. Tak mungkin ada
kejujuran yang tak disuka orang lain. Bohong!
Tapi ketika sebuah tangan mencekal lengannya
dan Kim Cu Cinjin mengedip, memberi tanda
maka pemuda itu disuruh duduk lagi
sementara Bu-beng Sian-su seakan tak perduli.
2588 "Duduklah, tenanglah. Tentu kakek ini akan
memberitahukan kita apa maksudnya.
Tenanglah, Peng Houw, pinto juga penasaran
tapi pinto percaya kakek ini bicara serius
sungguh-sungguh. Kita dengarkan saja dan
apa kata akhirnya nanti. Itu yang penting!"
Peng Houw sadar. Ia cepat duduk kembali dan
matanya yang bersinar-sinar menembus kabut
halimun di wajah kakek itu, gagal. Ia
penasaran sekali tapi kagum bahwa cahaya
yang memancar di tubuh kakek itu semakin
kuat saja, mencorong dan semakin berkilauan,
bagai dibungkus cahaya gaib. Kakek ini
rupanya berasal dari Langit, bukan bumi! Dan
ketika ia mendecak sementara dua temannya
juga takjub, getaran kuat mulai terasa dan
kepala mereka tiba-tiba seakan disusupi hawa
aneh, hangat dan lebih terang tiba-tiba kakek
itu berseru,
2589 "He, kau, nona. Baca dan suarakanlah dengan
lantang syair di depan Peng Houw!"
Li Ceng terkejut. Ia juga tegang dan tertarik
sekali mengikuti pembicaraan ini, diam-diam
juga tak sependapat bahwa kejujuran ada yang
tak disukai orang. Barangkali hanya orang gila
yang bersikap seperti itu! Tapi ketika ia
ditunjuk sementara syair di depan Peng Houw
dan suhengnya masih terbentang, ia
menunduk maka bagai dikendalikan pengaruh
gaib cucu Lo Sam ini membaca syair itu,
lantang, penuh kekuatan:
Merajut benang berwarna-warni
pilih yang putih hitam pun jadi
asal senang diri sendiri
jujur dan budi apalah arti
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Gampang ditelan tak gampang hancur
ada peristiwa di gurun Go-bi
kalau nasib lagi tak mujur
sudah amat bersakit hati!
"Ha-ha, bagus, cocok. Sekarang coba
renungkan sekali lagi barangkali kalian dapat
menemuken sesuatu yang penting dalam syair
ini!" kakek itu berseru.
"Hm!" Kim Cu Cinjin memeras otaknya lagi,
dipaksa. Sudah berkali-kali kubaca, Sian-su,
tapi biarlah kucoba."
"Aku juga," Peng Houw mengangguk, "juga
sudah kubaca berulang-ulang, totiang. Tapi
rasanya tetap bodoh aku ini!"
2591 "Sementara aku tak mengerti, masih bingung,"
Li Ceng membelalakkan mata, baru kali itu
membaca dan gadis yang selesai bersuara
lantang ini bersinar-sinar. Ia tertarik tapi tak
mengerti arah tujuan itu, juga karena belum
matang benar pengalaman batinnya. Maka
ketika ia terbelalak sementara dua temannya
berpikir keras, Kim Cu Cinjin adalah orang
tertua di situ maka tosu yang mulai mendapat
petunjuk dan mendengar kata-kata Sian-su
tadi mendadak menepuk dahinya.
"Ah, ketemu. Barangkali ketemu!"
"Apa itu?" kakek ini berseri tertawa. "Katakan
kepada kami, Cinjin, barangkali kau benar."
"Pinto tak yakin, tapi barangkali saja cocok.
Maksud pinto, eh..... Go-bi-paicu kurang tahu
budi. Diberi tahu yang baik malah marahmarah. Ia sombong dan terbawa rasa benarnya
2592 sendiri. Syair itu menekankan pada
ketidakjujuran, tak mau jujur terhadap diri
sendiri!"
"Ah, melenceng, separoh benar. Justeru
kebalikannya, Cinjin. Syair ini bicara tentang
kejujuran, ha-ha!"
Muka tosu itu merah. "Kalau begitu... kalau
begitu pinto tak sanggup!"
"Ha-ha, coba kau, anak muda. Sudah kuberi
petunjuk yang jelas. Syair ini bicara tentang
kejujuran, bukan ketidakjujuran. Cobalah
kauamati dan-tangkap itu!"
Peng Houw semburat. Agak merah mukanya
mendengar kata-kata Kim Cu Cinjin tadi.
Gurunya dinyatakan sombong dan kurang tahu
budi! Tapi karena pembicaraan berkisar pada
syair dan siapapun dapat saja menyimpulkan,
2593 tadi kakek itu sudah sedikit bercerita maka ia
memeras otak namun masih juga merasa
gagal, berat.
"Teecu tak sanggup, dan teecu tak berani
menjelek-jelekkan guru sendiri, biarpun itu
telah lewat!"
"Ha-ha, kalau begitu macet. Kau tak akan
pernah dapat belajar. Baik, kau saja, Cinjin.
Coba kuberi petunjuk lagi akan ini. Dengar,
maaf aku hendak mengungkit sedikit masalah
pribadimu, masa mudamu. Bolehkeh
kulanjutkan?"
Tosu ini tergetar, berubah. "Maksud Sian-su,
kau..... kau hendak bicara apa?"
"Masa silammu yang hitam, Cinjin, bolehkah
kuteruskan?"
2594 Tosu ini pucat. Tiba-tiba ia berubah hebat dan
tampak betapa sejenak ia menegang. Tosu itu
merah hitam, lalu pucat lagi. Namun ketika ia
menggigil dan mengepal tinjunya, mengangkat
dada maka ia mengangguk. "Silakan, Sian-su!"
Kakek itu tersenyum. Ia menggeleng dan
menarik napas dalam, tidak jadi. Dan ketika ia
menoleh pada Li Ceng dan ganti bertanya
bolehkah ia sedikit bicara tentang kehidupan
pribadi gadis itu maka Li Ceng terkejut,
berdesir.
"Sian-su hendak bicara apakah? Rasanya aku
tak mempunyai sesuatu yang kelam, penting."
"Betul, kau tidak, nona. Tapi ibumu....."
Li Ceng menjerit. Tiba-tiba ia tersentak dan
meloncat bangun, otomatis menghentikan
kata-kata kakek itu. Dan ketika kakek itu
2595 tersenyum dan tidak jadi melanjutkan katakatanya lagi, ia memang mencoba maka gadis
ini menggigil dan menolak.
"Tidak... tidak, aku tidak bersedia!"
Dan gadis itupun menangis. Peng Houw
tertegun namun Kim Cu Cinjin mendekati
sumoinya ini, mengelus dan menyuruhnya
duduk. Dan ketika tosu itu juga menggigil dan
gemetar tak keruan, wajahnya pucat dan
merah berganti-ganti mendadak tosu ini
menganguk-angguk.
"Sian-su, aku sudah mengerti. Pinto mengerti!"
Peng Houw dibuat tertegun lagi. Belum hilang
rasa herannya kepada Li Ceng mendadak ia
bengong memandang tosu ini. Begitu cepatnya
Kim Cu Cinjin menyatakan mengerti setelah
dua kali berturut-turut kakek dewa itu
2596 bertanya kepada temannya. Dan ketika ia
terbelalak dan heran, bagaimanakah
sebenarnya jawaban itu maka kakek ini berdiri
dan tertawa.
"Kalau begitu tak perlu lagi aku di sini. Kau
dapat menjelaskan kepada kawan-kawanmu."
"Tidak, nanti dulu!" tosu itu berseru.
"Betapapun kehadiranmu kuperlukan, Sian-su,
untuk memperjelas dan mempermatang
masalahnya. Anak-anak ini penting!"
"Hm, kalau begitu baiklah. Tapi katakan
sampai di mana pengertianmu tadi. Bicaralah."
"Pinto... pinto seperti mendiang Go-bi-paicu.
Ternyata tanpa sadar juga bersikap seperti itu.
Ah, pinto nyaris khilaf, Sian-su, tapi beribu
terima kasih bahwa kau menyadarkannya!"
2597 Luar biasa, tosu ini tiba-tiba berlutut dan
mengangguk-anggukkan kepalanya. Peng
Houw yang merasa belum mendapat jawaban
menjadi semakin menjublak saja oleh
semuanya ini. Ia benar-benar heran, terkejut.
Namun ketika kakek itu menggerakkan tangan
dan tosu itu terangkat naik maka kakek ini
berkata,
"Sudahlah, mendapatkan kesadaran berarti
sedang menuju kepada kehidupan yang lebih
baik, Cinjin, bangkit dan duduklah dan kita
lanjutkan pembicaraan ini." Lalu memandang Li
Ceng kakek itu berkata, "Dan kau, tak perlu
khawatir, nona. Aku hanya mencobamu saja.
Aku tak akan bicara tentang itu seperti juga
aku tak akan bicara tentang kisah lama
suhengmu."
Li Ceng masih menangis. Ia terpukul dan
begitu terkejut oleh kata-kata Bu-beng Sian-su
2598 tadi dan Peng Houw semakin melebarkan mata
saja. Ia penasaran melihat semuanya ini. Ada
apa dengan Kim Cu Cinjin dan ibu gadis itu.
Ada apa dengan mereka. Tapi Li Ceng yang
rupanya tak kuat tiba-tiba bergerak dan
memutar tubuhnya, lari pergi.
"Sian-su, aku tak dapat mengikuti ini. Maaf,
aku pergi!"
Kakek itu mengangguk-angguk. Senyum iba
membayang dan rasa ingin tahu Peng Houw
menjadi lebih besar lagi. Kalau Li Ceng sampai
tak tahan tentu ada sesuatu yang menarik,
amat menarik! Tapi ketika ia terbelalak dan
memandang kepergian gadis itu maka Kim Cun
Cinjin menarik napas dalam dan bicara lirih,
"Ah, semakin mengokohkan pengertianku saja.
Semakin mendalamkan pelajaran batin. Tak
heran kalau Go-bi-paicu juga bersikap seperti
2599 itu, Sian-su. kejujuran macam ini sungguh
berat diterima!"
"Hm, apa yang totiang dapat? Bagaimanakah
semuanya ini? Aku jadi bingung dan semakin
tak mengerti, totiang. Bolehkah aku tahu dan
dapatkah kau menjelaskannya?" Peng Houw
tak tahan.
"Pinto memang akan bicara, dan sebaiknya
mulai dari diri pinto dulu. Hm, inti syair itu
telah kudapat, Peng-siauwhiap. Dan Sian-su
memang betul. Pinto menyerah!"
"Apa yang kau dapat?"
"Kenyataan hidup yang pahit, sebuah kejujuran
yang tak dapat diterima...."
"Eh!" Peng Houw terkejut. "Kau juga tak
menerima sebuah kejujuran totiang?
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Maksudmu kau menolak kejujuran ini? Kau
gila?"
"Hm, tidak gila, tapi semua dari kita
kebanyakan akan bersikap seperti ini. Dalam
hal ini, kejujuran seperti itu memang amat
kumusuhi, kubenci!"
Peng Houw mencelat. Ia sampai berseru keras
mendengar dan melihat betapa tosu itu
menolak kejujuran. Sikap dan kata-katanya
tegas, wajah itupun merah dan keras. Padahal
baru saja ia dan tosu ini sama-sama
mengagungkan dan menghargai kejujuran.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka ketika ia terduduk lagi dan
membelalakkan mata lebar-lebar, janganjangan kakek dewa itu memberikan pengaruh
sesat maka Peng Houw menuding dan
menggigil,
2601 "Totiang, kau... kau dan aku baru saja samasama mengagungkan sebuah kejujuran.
Kenapa tiba-tiba sekarang kau berbalik sikap.
Tidak waraskah kau?"
"Hm, tenanglah. Untuk kejujuran yang ini
memang kutolak keras, siauwhiap, kubenci.
Dan kaupun tentu sependapat karena hampir
semua dari kita bersikap seperti itu."
"Tak mungkin! Aku tak percaya!"
"Baik, tapi kau akan membuktikan," dan ketika
pemuda itu gemetar dan terbelalak
memandangnya, Peng Houw seakan disengat
listrik maka tosu ini batuk-batuk dan
membungkuk di depan kakek dewa itu,
bertanya, "Bolehkah pinto teruskan....?"
2602 "Ha-ha, teruskanlah," kakek itu tertawa,
"jangan buat pemuda ini penasaran, Cinjin.
Agaknya kartu memang sudah harus dibuka!"
Peng Houw melotot. Tawa kakek itu seakan
membuatnya panas, Kim Cu Cinjin rupanya
sudah masuk perangkap. Tapi ketika kakek itu
tenang-tenang saja dan tidak perduli
kepadanya, bersikap biasa dan wajar adalah
Kim Cu Cinjin ini membalik dan
menghadapinya lagi.
"'Peng-siauwhiap, tahukah kau masa silamku?"
Peng Houw tertegun. Sama sekali tak
disangkanya bahwa pertanyaan kakek itu
adalah awal mula percakapan. Dia ditanya
tentang masa lalu kakek ini. Tapi karena dia
tak tahu dan juga tak ingin tahu, itu adalah
pribadi tosu itu maka Peng Houw menggeleng,
menjawab,
2603 "Kupikir tak perlu aku tahu. Urusan itu adalah
pribadimu, totiang, aku tak tahu, dan tak ingin
tahu!"
"Salah, kalau begitu jawaban ini tak akan
muncul. Inti syair tak akan keluar."
"Maksudmu?"
"Kau harus tahu tentang pinto, siauwhiap,
masa lalu pinto."
"Apakah ada hubungannya dengan ini?"
"Jelas, bahkan berhubungan erat. Dan ibu Li
Ceng tadi juga tersangkut."
"Ah!" Peng Houw membelalakkan mata. "Kau
serius, totiang? Kau bersungguh-sungguh?"
"Orang setua pinto tak perlu main-main,
siauwhiap. Untuk apa?"
2604 "Hm, baiklah!" Peng Houw penasaran juga.
"Baiklah kukatakan aku tak tahu masa lalumu,
totiang. Kalau kau hendak bercerita silakan.
Yang jelas aku tak memaksamu!"
"Pinto tahu, dan harap diketahui saja bahwa
dulunya pinto bukan orang baik-baik. Di masa
muda pinto telah tiga kali pinto melarlkan isteri
orang!"
"Apa?"
"Dengarlah, pinto serius, siauwhiap. Pinto
bersungguh-sungguh kalau pinto katakan
bahwa dulunya pinto bukanlah orang baik-baik.
Di masa muda pinto telah melarikan tiga kali
isteri orang, pinto perusak rumah tangga!"
"Tapi kau seorang tosu, pendeta!"
2605 "Dulunya belum, tapi setelah bertemu
mendiang supek dan dibawa ke sini maka pinto
berubah. Itu masa lalu pinto yang hitam!"
Peng Houw terbelalak. Sama sekali tak
disangkanya bahwa orang yang sekarang
memimpin Kun-lun ini dulunya seorang jahat.
Hampir tak dapat ia percaya. Tapi karena tosu
itu sudah menjadi baik dan selama inipun ia
tak melihat sesuatu yang buruk maka Peng
Houw berkata, tak perduli,
"Baik, tapi masa lalumu sudah habis, totiang,
Kau sudah berubah. Lalu apa hubungannya ini
dengan itu?"
"Erat, ah, erat, siauwhiap. Erat sekali. Tapi
tidak ingin tahukah kau akan ibu Li Ceng itu?"
2606 "Hm," Peng Houw merah padam. "Bukan
watakku untuk mengetahui dan membicarakan
pribadi orang lain, totiang. Untuk apa lagi ini?"
"Kau harus tahu, agar kau mengerti. Atau kau
tak akan mengerti sama sekali akan maksud
Sian-su yang utama!"
Peng Houw membelalakkan mata. Untuk
kesekian kalinya lagi ia melotot memandang
tosu ini, tapi karena dikatakan ada
hubungannya dengan itu maka ia mengangguk
juga, meskipun diam-diam tak senang, merasa
kurang puas.
"Baiklah, katakan sekali lagi, totiang. Tapi
setelah itu cukup dan jangan bicara tentang
pribadi orang lain!"
2607 "Pinto tidak bermaksud membicarakannya
untuk tujuan yang buruk. Pinto justeru hendak
membuka matamu agar sadar, melek!"
"Baik, totiang, katakan!"
"Hm, ibu Li Ceng juga bukanlah wanita baikbaik seperti pinto dulu. Kalau pinto suka
melarikan isteri orang dan merusak rumah
tangga adalah ibu gadis itu suka meninggalkan
suami dan mencari pemuda-pemuda tampan,
rumput-rumput segar!"
"Apa?"
"Maaf, duduklah kembali, Peng-siauwhiap.
Inilah kenyataan hidup yang pahit bagi kami.
Ada hal-hal tak menyenangkan yang kalau
dibicarakan memang menimbulkan sakit dan
penolakan!"
2608 "Hm!" Peng Houw gemetar, tak menyangka.
"Ceritamu mengejutkan, totiang. Tapi apa
hubungannya ini. Untuk apa semua itu kau
bicarakan?"
"Kau tak mengerti juga? Bodoh! Kepalamu
terlampau panas, siauwhiap. Kau terbawa
emosimu sendiri. Dengar dan camkan ini
bahwa sesungguhnya KEJUJURAN YANG
MENYAKITKAN tak dapat diterima. Nah, jelas
atau tidak!"
Peng Houw terhenyak. Ia sampai terkejut
kepalanya membentur pohon di belakang,
berdenyut dan sejenak berkunang namun pulih.
Ia begitu kaget dan tersentak oleh geraman
tosu itu. Ia terbelalak. Lalu ketika ia merasa
melayang-layang betapa ibu kekaslhnya adalah
seorang wanita yang suka memburu rumputrumput segar, ibu Li Ceng suka meninggalkan
2609 suami dan tidak setia maka tosu itu
melanjutkan, juga penuh geram.
"Lihat dan dengar bagaimana perasaanmu
kalau seseorang bicara jujur tapi menyakitkan,
Peng-siauwhiap. Apakah kaupun dapat
menerima kejujuran ini meskipun itu fakta.
Lihat dan rasakan bagaimana kalau seandainya
Sian-su tadi menelanjangi aku habis-habisan.
Lihat dan dengar bagaimana perasaan Li Ceng
kalau Sian-su tadi jadi menceritakan itu.
Apakah tidak tercabik-cabik?"
Peng Houw mengangguk-angguk. Tiba-tiba
saja ia sadar bahwa memang tidak semua
kejujuran dapat diterima orang. Kalau itu
menyakitkan, merobek, jelas akan ditolak. Ah,
siapa dapat menerima kejujuran macam ini,
meskipun itu jujur! Dan ketika ia menganggukangguk dan mengerti, perih dan luka bahwa
ibu dari kekasihnya ternyata bukan wanita
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
baik-baik maka Peng Houw membuktikan
bahwa iapun merasa sakit, pedih! Ada
semacam perasaan luka tertusuk mendengar
itu, padahal itu tidak menyangkut dirinya
langsung. Peng Houw sekararg dapat
merasakan bagaimana seandainya kenyataan
itu langsung dialami. Tentu pedih dan sakit,
luka! Maka mengangguk dan buram
memandang ke depan, air mata tiba-tiba
meleleh maka Peng Houw mendengar lagi tosu
Kun-lun itu bicara, melanjutkan.
"Begitu juga dengan mendiang suhumu. Boleh
jadi ia amat menyayangi murid, Pengsiauwhiap. Boleh jadi ia lebih mencintai Beng
Kong daripada Lu Kong. Tapi begitu seseorang
meramal dan membuktikan muridnya durhaka
maka hwesio itupun tak kuat. Ia tak dapat
menerima kejujuran ini, karena kejujuran itu
menyakitkan. Dan karena itu menyakitkan
2611 maka sebagian besar dari kita tentu menolak.
Jadi tidak salah kalau Sian-su mengatakan
bahwa ada sebuah kejujuran yang tak dapat
diterima manusia, dan itu adalah kejujuran
yang menyakitkan!"
Peng Houw merasa melayang-layang. Ia masih
terbawa oleh cerita tentang ibu Li Ceng tadi. Ia
masih tertusuk dan pedih. Pantas kalau gadis
itu tak kuat dan pergi. Dan ketika ia meleleh
dan semakin buram, air mata itu lebih deras
mengalir maka Peng Houw tak mendengar lagi
kata-kata dan seruan tosu itu. Betapa Kim Cu
Cinjin menelanjangi diri sendiri, betapa tosu itu
menelanjangi ibu Li Ceng dan Ji Leng Hwesio.
Dan ketika tosu itu juga menelanjangi orangorang lain, sebagian besar dari mereka maka
Peng Houw berkedip-kedip dan duduk bagaikan
patung melihat tosu itu berhadapan dengan
Bu-beng Sian-su. Kakek dewa itu tersenyum2612 senyum dan sesekali mengangguk,
menceritakan bahwa manusia sering "merajut"
benang hidup yang berwarna-warni. Kalau
tidak mendapatkan yang putih hitampun jadi.
Kalau yang baik tidak ada jelekpun boleh! Dan
ketika semua itu berlanjut dengan tingkah laku
manusia yang cenderung mementingkan diri
sendiri, tak perduli jujur dan budi maka
pembicaraan ditutup dengen pesan sederhana.
"Kejujuran tentu disuka semua orang,
kejujuran adalah mutiara hidup yang tentu
disenangi siapa saja. Tapi kalau kejujuran
sudah bersifat menyakitkan, betapapun
jujurnya maka kejujuran macam begini
ternyata gampang ditelan tapi tak gampang
dihancurkan. Orang boleh bicara gembargembor tentang kejujuran, tapi begitu diserang
oleh kejujuran macam ini maka ternyata tak
2613 semua orang bisa menerima dan itu sudah
tidak jujur lagi. Munafik!"
"Jadi apa yang harus dilakukan, Sian-su?"
"Melihat dan mengawasi diri sendiri,
mengontrol ketidakjujuran kita. Kalau dulu Ji
Leng Hwesio mau jujur dan bersikap apa
adanya tentu tak mungkin timbul peristiwa
semacam ini yang bakal berlarut-larut,
menyeret orang lain dan merugikan orang lain
pula."
"Pinto melihat, pinto mengerti..." tosu itu
mengangguk-angguk. "Kalau sudah begini
tentu tak akan ada apa-apa lagi, Sian-su. Kita
benar-benar jujur lahir batin. Pinto amat
berterima kasih!"
"Hm, sekarang kita lihat anak muda itu,
apakah ia jujur atau tidak!"
2614 Peng Houw tak mendengar ini. Ia masih
terbawa oleh lamunannya sendiri dan
mendelong, mata kosong ke depan sementara
pikiran melayang-layang tak keruan. Ia benarbenar terkejut dan terguncang oleh berita Li
Ceng tadi, ibunya. Hampir tak percaya namun
cerita itu sudah didengar. Dan ketika ia juga
tak tahu betapa dua orang itu sudah tak


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada di depannya lagi, Sian-su lenyap
sementara Kim Cu Cinjin bergerak turun
gunung, terhuyung namun berseri-seri dalam
kelelahannya maka Peng Houw tiba-tiba sadar
ketika ayam jantan berkokok.
Pagi menjelang tiba dan semalaman ia di
puncak. Berbagai perasaan mengaduk hatinya,
ia bingung. Namun ketika seseorang
memanggil-manggilnya dari bawah dan
berlarian mendaki puncak, matahari mulai
2615 terbit di ufuk timur maka Peng Houw terkejut
melihat seorang tosu berlutut di depannya.
"Siauwhiap, tolong.... cepat tolong. Cengsumoi hendak pergi dan meninggalkan Kunlun!"
"Li Ceng...?"
"Benar, siauwhiap, semalaman ia menangis,
tiada henti. Kami mencari-cari Kim Cu-suheng
namun baru tadi ia muncul. Ia mencegah
sumoi namun tak berhasil. Sumoi hendak pergi,
tak akan kembali!"
Peng Houw terkejut. Bagai disentak tiba-tiba ia
sadar apa sebabnya. Tentu karena ibunya itu,
kisah yang buruk! Dan ketika tosu itu
berulang-ulang membenturkan dahinya
mengiba-iba, menyuruh Peng Houw cepat
2616 turun maka pemuda ini berkelebat dan lenyap
meninggalkan tosu itu, murid Kun-lun.
"Siauw-heng, biar kulihat ia!"
Tosu itu girang. Ia adalah sute termuda dari
Kim Cu Cinjin dan segera mendengar
segalanya. Li Ceng yang menangis semalaman
dilaporkan. Dan ketika Kim Cu tertegun dan
menarik napas dalam, maklum bahwa
sumoinya malu dan berduka berat maka tosu
ini cepat menyuruh sutenya ke atas memanggil
Peng Houw. Li Ceng berkelebat dan keluar di
kaki gunung, dicegat. Ujian bagi Peng Houw
untuk menentukan sikap!
"Tak usah malu dan justeru tabahlah. Ada
pinto di sini, sumoi. Tak ada manusia yang
luput dari kesalahan. Bersabarlah, lihat
bagaimana reaksi Peng Houw karena
betapapun ia calon jodohmu, calon suamimu!"
2617 "Tidak... tidak! Biarkan aku pergi, suheng,
biarkan aku meninggalkan Kun-lun. Aku tak
kuat oleh cerita ibu. Apa kata Peng Houw nanti,
jangan-jangan ia menganggapku seperti ibuku
pula!"
"Hm, lain orang lain pula hatinya. Lain kulit lain
pula jiwanya. Kau dan ibumu berbeda, sumoi.
Kau dibesarkan dan hidup di samping ayah dan
kakekmu laki-laki. Meskipun ayahmu
meninggal namun didikan kau terima dari
kakekmu, Lo-susiok. Biarkan Peng Houw
datang dan apa katanya nanti!"
"Tidak, aku tak mau. Aku malu, berat sekali.
Biarkan aku pergi dan jangan dicegah lagi!"
gadis itu meronta dan terbang ke bawah, lepas
dari cekalan suhengnya dan saat itu bayangan
putih menyambar. Peng Houw datang dan
berkelebat meluncur. Dan ketika Kim Cu cepat
menyelinap dan mendengar panggilan pemuda
2618 itu, Li Ceng tancap gas dan malah
mempercepat larinya maka di bawah gunung,
di mulut hutan Peng Houw tiba-tiba berjungkir
balik dan menangkap gadis ini, menyambar
pundaknya."
"Ceng-moi, berhenti. Tunggu dulu!"
Li Ceng terkejut. Ia marah kenapa suhengnya
menahan hingga Peng Houw menyusul, kalau
tidak tentu ia sudah pergi. Maka membentak
dan memutar tubuhnya, menendang dan
melepaskan diri dari cengkeraman itu gadis ini
menampar Peng Houw.
"Lepaskan aku, jangan ditahan. Pergi!"
Namun Peng Houw berkelit dan menarik tubuh
ini. Ia tidak melepaskan hingga si gadis
terbawa, tendangan luput dan otomatis tertarik
ke depan. Dan ketika Peng Houw mendekap
2619 tubuh itu dan meringkus kaki tangannya, Li
Ceng tak dapat bergerak maka pemuda ini
menggigil berseru,
"Ceng-moi, aku telah menetapkan keputusan
hati. Kau tak boleh pergi, kecuali kau menolak
cintaku!"
"Apa?"
"Benar, kau tak boleh pergi, Ceng-moi, kau
harus bersamaku. Atau aku tak akan
melamarmu kalau kau memang tidak
mencintaiku!"
Gadis itu menggigil. "Tapi... tapi ibuku....."
"Yang kucinta adalah kau, Ceng-moi, bukan
ibumu, bukan siapapun! Aku tak perduli ibumu
dan persetan kata orang lain akan ibumu!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Gadis itu mengguguk. Peng Houw bicara begitu
sungguh-sungguh karena menjelang pagi
memang ia telah menemukan jawabannya itu.
Ia mencinta Li Ceng, bukan ibunya. Dan
karena gadis itu bukanlah orang lain dan ia
tetap Li Ceng adanya, gadis yang selama ini
dikenal baik dan tak pernah cacad maka Peng
Houw sadar bahwa semua yang bukan gadis
itu harus disingkirkan. Justeru ia harus beriba
hati kepada kekasihnya ini. Justeru cintanya
harus kian mendalam. Maka ketika ia memeluk
dan ketat mendekap gadis itu, tak mau
kehilangan maka Li Ceng tersedu-sedu dan tak
ayal lagi merobohkan tubuhnya di dada
pemuda ini, mengeluh dan merasa bahagia dan
Peng Houw secara gemetar menyatakan
cintanya, menyatakan kesungguhannya.
Bahwa yang dicinta adalah gadis itu, bukan
ibunya, bukan pula orang lain. Dan ketika Peng
Houw mengusap dan gemetar meraba
2621 punggung ini, mengecup keningnya maka Li
Ceng tersentak dan seketika mengangkat
mukanya.
"Kau.... kau tak sengaja...?"
"Tidak, kali ini kusengaja, moi-moi, kusengaja.
Marahlah dan biar kubuktikan cintaku yang lain
lagi!" dan ketika Peng Houw menunduk dan
mencium bibir itu, tak tahan dan bersikap
berani maka pemuda itu menunggu tamparan
atau caci maki lagi, nekat namun Li Ceng
malah roboh. Gadis itu menyambutnya dengan
keluh dan isak girang, setengah tertawa
setengah menangis dan Peng Houw yang tidak
ditampar lagi tentu saja semakin berani.
Seluruh cintanya ditumpahkan di sini, dicium
dan dilumatnya bibir merah itu habis-habisan,
Li Ceng tersedak. Namun ketika gadis ini
terbelalak melihat bayangan shengnya, Kim Cu
Cinjin keluar dan melengos ke puncak tiba-tiba
2622 gadis ini meronta kaget dan menampar pipi
Peng Houw.
"Jangan gila, ada orang.... plak-plak!"
Peng Houw terkejut. Kekasih meronta dan
melepaskan diri, berkelebat dan memutar
tubuh sambil memaki-maki. Dan ketika Peng
Houw membalik namun bayangan tosu itu
lenyap ke puncak, tersenyum-senyum maka
Peng Houw merah padam karena lupa diri dan
tak tahu keadaan. Ia tertegun namun tentu
saja mengejar kekasih, Li Ceng diteriaki. Dan
karena gadis itu memasuki hutan dan
dikhawatirkan meninggalkan Kun-lun, Peng
Houw cemas maka ia meloncat dan dilihatnya
sang kekasih menyeberang keluar.
"Ceng-moi, tunggu. Jangan pergi....!"
2623 Li Ceng mempercepat larinya. Ia malu bukan
main oleh kehadiran suhengnya tadi dan diamdiam memaki Peng Houw. Tak dapat disangkal
bahwa ia merasakan kebahagiaan besar ketika
dicium Peng Houw, bukan di kening melainkan
di bibir. Ah, nikmatnya itu! Ia mabok, ia
merasa betapa semua bulu romanya berdiri
namun nikmatnya bukan main. Baru kali itu
Peng Houw menciumnya, mesra, penuh
kesungguhan dan kasih sayang. Dan karena
getaran kasih pemuda itu membuat seluruh
bulunya merinding, ia seakan terbang ke sorga
maka alangkah kagetnya ia ketika tiba-tiba
sang suheng tersenyum-senyum dan melengos
ke puncak. Li Ceng merah padam dan malu
bukan main. Peng Houw sembrono sekali, di
luar hutan ia mencium. Maka menampar dan
memutar tubuh, berkelebat meninggalkan
pemuda itu Li Ceng memasuki hutan namun
berbelok dan menuju pinggang gunung. Ia
2624 sengaja berkelak-kelok dan Peng Houw tak
segera menangkapnya, pohon-pohon besar
menghalang. Namun ketika ia naik ke pinggang
gunung di balik Kun-lun, Peng Houw tak
terdengar teriakannya lagi tiba-tiba gadis ini
kecewa dan berhenti.
Aneh, cucu Mutiara Geledek ini tiba-tiba sedih.
Ia tak senang kenapa Peng Houw tak
memanggil-manggilnya lagi, kemana pemuda
itu. Apakah sudah tak cinta! Dan ketika ia
terisak celingukan ke sana ke mar?, memanggil
Peng Houw secara lirih tiba-tiba Peng Houw
menyambarnya dari atas dari sebuah batu
hitam.
"Aku di sini, moi-moi. Kau ternyata
menungguku juga, ha-ha!"
Gadis itu terkejut. Ia merah padam dan
berkelit namun tertangkap juga, marah namun
2625 pandang mata Peng Houw penuh geli.
Sesungguhnya pemuda ini sudah ada di situ
sejak tadi, pura-pura menghilang dan melihat
bagaimana reaksi gadis itu. Maka melihat cucu
Mutiara Geledek ini celingukan dan berhenti
mencari-cari, tak tahu bahwa orang yang dicari
ada di atasnya maka Peng Houw tak kuat lagi
dan menyambar ke bawah. Peng Houw
akhirnya tahu bahwa kekasihnya ini pura-pura
marah saja, ia girang dan tentu saja berani
turun. Dan ketika ia memeluk dan
mendaratkan ciuman lagi, tak ada orang di situ
maka Li Ceng meronta dan pura-pura menjerit.
"Jangan gila, ada orang...!"
"Ha-ha, orang siapa. Hayo di tempat ini sunyi
dan siapa yang melihat!"
Gadis itu mengeluh. Peng Houw menciumnya
lagi dengan mesra hingga lagi-lagi bulu
2626 tubuhnya merinding semua. Heran, ia
mengalah saja. Mungkin karena rasa nikmat itu.
Dan ketika ia menggelinjang dan Peng Houw
mengusap dan mengelus punggungnya lagi,
untuk kesekian kali gadis ini terkejut maka
Peng Houw berbisik bahwa ia minta tampar.
"Aku sengaja, aku senang sekali mengusap
dan mengelus-elus punggungmu. Hayo,
tamparlah aku, moi-moi. Aku sengaja.....!"
Gadis itu geli. Dia melihat Peng Houw berbisikbisik namun mata itu terpejam. Lucu! Maka
ketika ia terkekeh dan Peng Houw terkejut
membuka matanya, Li Ceng terpingkal maka
gadis itu menuding.
"Kau...., kenapa seperti monyet mencium
terasi? Ada apa bulu matamu bergetar-getar?
Ihh, lucu melihatmu, Peng Houw. Bulu matamu
2627 kiyer-kiyer (bergetar-getar) seperti dirubung
lalat, hi-hik!"
"Dan kau..." Peng Houw tak dapat menahan
geli, "... cuping hidungmu kembang-kempis,
moi-moi. Hidungmu seperti diraba-raba buntut
tikus. Ha-ha, kaupun lucu. Lebih lucu daripada
aku!"
"Tidak, napasmu mendengus-dengus seperti
diburu kereta!"
"Napasmu juga!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak, tidak mungkin!"
"Mungkin!"
"Tidak mungkin!"
"Ha-ha...! dan ketika Peng Houw menyambar
dan memeluk kekasihnya ini, gemas maka
2628 pemuda itu sudah melarikannya ke atas. Li
Ceng menjerit-jerit namun tak diperdulikan,
Peng Houw terus saja menuju atas. Dan ketika
ia terkejut Peng Houw membawanya ke tempat
para pimpinan maka Peng Houw berhenti
ketika bertemu Kim Cu Cinjin, tosu itu terkejut
dan heran. Li Ceng terbelalak dan merah
padam, meronta namun Peng Houw
menjepitnya kuat.
"Totiang, anak nakal ini hendak kuserahkan
padamu. Kurung dia baik-baik, jangan sampai
lari. Aku akan datang bersama para susiok
melamarnya!"
Tosu itu tertawa, "Siauwhiap berhasil
menangkapnya?"
"Benar, totiang, dan hampir saja luput. Eh, ikat
dia dan jangan sampai lari. Susah aku
menangkapnya nanti!"
2629 Semua tosu tertawa lebar. Tentu saja mereka
tahu ikatan perjodohan ini dan Kim Cu
Cinjinpun tertawa bergelak. Apa yang dikata
Peng Houw benar, pemuda itu harus kembali
dan membawa paman-paman gurunya untuk
melamar. Mereka di Kun-lun akan menunggu.
Dan ketika Li Ceng sadar dan semburat
mukanya, sudah dilepas maka gadis itu
memaki Peng Houw berkelebat keluar, malu.
Hari itu Peng Houw benar-benar bahagia. Kim
Cu Cinjinpun juga bahagia. Dan ketika pemuda
itu pamit untuk pulang, datang dan kembali
dengan lamaran maka tosu ini menjura dan
memberi selamat jalan, menyinggung sedikit
tentang wejangan Bu-beng Sian-su.
"Siauwhiap tak lupa akan kenangan di atas
puncak, bukan? Siauwhiap benar-benar dapat
menerima sumoiku lahir batin?"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Ah, tentu, totiang. Hidup jujur memang harus
menerime segala-galanya, termasuk yang
pahit itu. Bukankah tidak jujur lagi kalau kita
menolak itu. Kejujuran yang menyakitkan
harus belajar kita terima, meskipun sakit. Tapi
bukankah itu bukan dilakukan Li Ceng?"
"Benar, hanya ibunya. Tapi sewaktu-waktu kita
pribadi dapat menerimanya langsung, siuwhiap,
entah sekarang atau kapan."
"Aku sudah siap. Kalau itu datang akan
kuawasi dan kuterima. Asal jujur, biarpun
kejujuran itu menyakitkan aku akan menerima.
Sudahlah, totiang, selamat tinggal dulu.
Sampai jumpa lagi!"
Tosu itu mengangguk. Ia berseri dan kagum
bahwa secepat itu Peng Houw mampu
mematangkan batinnya. Tak heran pemuda itu
adalah murid Ji Leng Hwesio yang sakti! Tapi
2631 ketika Peng Houw berkelebat turun gunung dan
siap ke Go-bi tiba-tiba gadis baju merah itu
muncul. Li Ceng mengusap air matanya.
"Peng Houw, kau.... kau tak lama, bukan?"
Peng Houw tertegun, menyambar lengan yang
gemetar ini. "Kau... kau tidak sembunyi di
kamar? Kau di sini?"
"Aku menunggumu, Houw-ko, berpesan agar
tidak lama-lama di Go-bi."
"Apa?"
"Aku tidak ingin lama-lama kau di Go-bi...."
"Tidak, bukan itu. Sebutanmu tadi! Ah
bagaimana kau memanggilku, moi-moi? Houwko (kanda Houw)? Ha-ha, ini baru sorga! Aduh,
kau membuatku mabok, Ceng-moi. Coba sebut
sekali lagi dan biar aku mendengarnya!"
2632 Li Ceng tersipu. Memang ia telah merobah
panggian dan suaranya yang begitu mesra dan
lembut membuat Peng Houw mabok. Pemuda
itu tertawa bergelak. Dan ketika ia meraih dan
memeluk tubuh ini, Li Ceng terisak maka gadis
itu mengangkat muka berseru gemetar, air
mata bercucuran, penuh bahagia,
"Houw-ko, jangan lama-lama. Aku
menunggumu.....!!"
Peng Houw berbuncah kebahagiaan. Entah
siapa yang lebih dulu mencium karena masingmasing tiba-tiba saling menunduk. Bibir itu
bertaut dan saling tangkap, bergetar dan lekat
penuh madu-madu cinta. Lalu ketika keduanya
merasa mabok dan melayang-layang, Peng
Houw mempererat pelukan dan sadar lebih
dulu maka pemuda itu melepaskan kekasihnya
dengan wajah berseri-seri, melompat dan
pulang ke Go-bi sementara Li Ceng
2633 melambaikan tangannya. Gadis itu bercucuran
air mata, bahagia, berkali-kali menyebut nama
Peng Houw dengan suara gemetar dan mesra.
Namun ketika bayangan pemuda itu lenyap di
bawah gunung, gadis ini membalik dan
melompat ke kamarnya maka asyik-masyuk
dua muda-mudi ini sampai di sini saja.
Pembaca akan menemui mereka lagi dalam
kisah berikut: KABUT DI TELAGA SEE-OUW.
Dan karena kisah ini sudah berakhir penulis
mohon diri. Salam bahagia!
**SF**
T A M A T
Bantargebang, 26-09-2018, 11:34
Pedang Langit Dan Golok Naga 40 Satria November Karya Mia Arsyad Goa Terkutuk 2

Cari Blog Ini