Ceritasilat Novel Online

Prahara Di Gurun Gobi 3

Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara Bagian 3


akhirnya menerjang keranjang dan terjadilah
perang!"
299 "Perang?"
"Ya, perang mulut. Antara aku dengan Chi
Koan. Perbuatanku akhirnya ketahuan dan Ji
Beng susiok-kong marah besar. Tapi karena
aku hanya merasa dititipi dan barang haram itu
kepunyaan Chi Koan maka dialah yang
kutuding tapi kami sama-sama menerima
hukuman!"
"Hm-hm, menarik sekali. Kau dan Chi Koan
rupanya sudah biasa cekcok!"
"Bukan hanya cekcok, melainkan juga
berkelahi!"
"Hm, betul. Dan lalu bagaimana, Peng Houw.
Kau dihukum kakek gurumu itu?"
"Betul, tapi Chi Koan juga mengikuti. Suhu dan
susiok akhirnya bertanding!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Wah, kenapa begitu? Gara-gara sama-sama
membela murid?"
"Benar , totiang. Susiok memang membenciku
sejak dulu. Entah kenapa dia selalu tak suka
kepadaku."
"Aku tahu," sang tosu menarik napas dalam.
"Tentu karena melihat perbedaan watak kalian,
Peng Houw. Bahwa kau baik sementara
muridnya tidak. Barangkali itu!"
"Ah, kami sama-sama murid Go-bi, totiang,
mestinya kami sama-sama mendapat pelajaran
agama. Baik atau tidak mestinya masingmasing tahu. Tapi yang jelas Chi Koan
memang nakal dan kurang disuka para suheng
di sana."
"Nah, ini kalau begitu!" sang tosu
mengangguk-angguk. "Muridnya tak disuka
301 sementara dirimu disuka, Peng Houw. Hal
seperti ini memang dapat membangkitkan rasa
benci di hati susiokmu itu karena kau rupanya
disuka banyak orang!"
"Ah, aku tak merasa apa-apa. Aku hanya
semata menjalankan perintah agama. Suhu
mengajariku agar tidak sombong dan nakal!"
"Kau anak sederhana," Giok Kee Cinjin meraih
dan mengelus kepala anak in?. "Watak baik
yang tidak dibuat-buat beginilah yang selalu
mengharukan orang, Peng Houw. Pinto sendiri
terharu dan suka kepadamu!"
Peng Houw terharu. Dipeluk dan diusap seperti
itu sungguh mengingatkan dia akan mendiang
suhunya sendiri. Dalam saat-saat tertentu Lu
Kong Hwesio juga mengelusnya seperti itu.
Tapi ketika dia terisak dan berkaca-kaca, Giok
302 Kee Cinjin sadar dan cepat melepaskannya
maka tosu itu tertawa.
"Eh, ceritamu belum selesai, Peng Houw.
Ceritakan bagaimana selanjutnya!"
"Selanjutnya Kwi-bo dan Coa-ong itu datang,"
Peng Houw juga sadar, menahan air matanya.
"Dan di sinilah terjadi keributan itu, totiang.
Coa-ong membunuh guruku!"
"Hm, bagaimana mereka datang. Kenapa suhu
dan susiokmu tidak tahu!"
"Mereka datang seperti iblis, tahu-tahu sudah
ada di ruang Api. Dan karena saat itu suhu
maupun susiok bertanding sengit, mereka
sudah bertempur tiga hari tiga malam maka di
saat seperti itulah Coa-ong membunuh suhu!"
303 "Bagaimana kakek ular itu membunuh
gurumu?"
"Dia melepas ularnya, totiang. Dan suhu
menjerit!"
"Hm, Coa-ong memang kakek siluman yang
selalu berbuat curang. Apakah kau tidak ingin
membalasnya? Apakah kau tidak sakit melihat
kematian gurumu?" tosu ini tiba-tiba
mengangguk-angguk, bersinar memandang
bocah itu. "Di dunia in? banyak orang jahat dan
curang, Peng Houw. Dan kita memang harus
berhati-hati!"
"Aku tahu, dan aku tentu saja sakit hati!"
"Kalau begitu bagaimana caramu membalas
dendam, padahal selama ini kau tidak bisa
silat!"
304 Peng Houw tertegun. Diajak masuk ke soal
silat tiba-tiba dia menjadi merah. Giok Kee
Cinjin memandangnya penuh arti dan senyum
kakek itu memaksanya semburat. Tapi ketika
Giok Kee Cinjin menepuk pundaknya dan
bertanya apakah dia mau belajar silat, dari si
tosu maka Peng Houw berseri namun tiba-tiba
mengerutkan kening.
"Aku tentu saja ingin belajar silat. Tapi aku tak
dapat menjadi muridmu, totiang. Aku telah
menjadi murid Go-bi!"
Sang tosu tertegun. "Maksudmu? Kau tak suka
ilmu silatku?"
"Tidak... tidak. Hanya aku tak dapat
menyebutmu suhu. Guruku hanya Lu Kong
Hwesio itu, atau tetua-tetua Go-bi!"
305 "Aneh," sang tosu menjadi heran. "Pinto tak
mengerti jalan pikiranmu ini, Peng Houw. Apa
sebenarnya yang kau maksud!"
"Begini," Peng Houw tiba-tiba bersinar
matanya. "Mati hidup aku telah dibesarkan di
Go-bi, totiang. Dan untuk itu tentu saja aku
telah berhutang budi kepada Go bi. Kalau aku
menjadi murid orang lain dan lalu
meninggalkannya begitu saja bukankah aku
seolah melupakan Go-bi? Aku tak dapat
melakukan itu. Kalaupun aku menjadi muridmu
maka kematian guruku tak dapat kubalas
sebagai murid Go-bi, melainkan murid orang
lain. Dan ini yang membuat aku keberatan!"
"Hm!" sang tosu berseri-seri, kembali bersinar
wajahnya, cerah. "Kau kiranya anak yang amat
berbakti, Peng Houw. Sungguh bahagia
gurumu mendapat murid seperti kau ini. Kau
306 bocah yang selalu mengingat kebaikan dan
budi orang lain!"
"Tentu saja!" Peng Houw berseru lantang.
"Budi dan kebaikan orang tua tak dapat
dilupakan, totiang. Tanpa mereka tak mungkin
aku hidup. Keberadaanku ini adalah atas jasa
mereka!"
"Baik, baik..., kau benar. Kalau begitu
bagaimana sekarang? Bukankah kau tak
menolak pelajaran silat pinto?"
"Aku tak menolak, tapi lebih baik
kuberitahukan di depan bahwa aku tak dapat
menyebutmu suhu (guru)!"
"Ha-ha, sebutan itu hanyalah sebutan, Peng
Houw. Lebih baik begini daripada diaku guru
tapi sang murid tak berbakti. Ha-ha, pinto
kagum. Kau boleh menganggapku begitu dan
307 hubungan kita sebagai sahabat dengan teman
karibnya. Pinto tak keberatan!"
Peng Houw girang. "Totiang benar-benar
serius?"
"Wah, pinto lebih dari serius, Peng Houw. Pinto
benar-benar rela menurunkan kepandaian
kepadamu, tanpa pamrih!"
"Terima kasih, kalau begitu aku sudah tak ada
ganjalan lagi," dan Peng Houw yang berlutut
serta mengucap terima kasih lalu ditarik dan
disuruh bangun berdiri.
"Cukup... cukup, tak perlu terima kasih. Pinto
yang harus berterima kasih bahwa pinto
dipertemukan dengan seorang anak sepertimu
ini!" dan tertawa melempar anak itu ke atas
sang tosu berjungkir balik dan sudah turun di
mulut gua. "Peng Houw, sekarang juga pinto
308 ingin memberimu pelajaran silat. Apakah kau
suka?"
Peng Houw berseri-seri. "Tentu saja suka,
totiang. Tapi apakah aku mampu?"
"Kau pasti mampu!"
"Tapi aku belum memiliki dasar-dasar ilmu
silat..."
"Ha-ha, kauw-koat (dasar-dasar ilmu silat)
dapat sekarang juga kau pelajari Peng Houw.
Lihat ini dan mari mulai!" dan ketika Peng
Houw tertegun dan membelalakkan mata, sang
tosu menggeser dan menutup kakinya dengan
cepat tosu itu berkata, nyaring, "Ini adalah
pembukaan pertama dari ilmu silatku Soanhoan-ciang (Kibasan Angin Taufan). Sekali kau
mahir dan dapat memilikinya maka apa pun
dapat kau terbangkan dari sini. Lihat....
309 wherr!" sang tosu mengibas dan
menggerakkan ujung bajunya ke kiri. Peng
Houw yang ada di sebelah kiri tiba-tiba
terangkat naik dan berteriak kaget. Dan ketika
anak itu terlempar dan terpental tinggi, sang
tosu tertawa bergelak dan menggerakkan
tangannya yang lain maka Peng Houw sudah
naik turun diayun gelombang pukulan yang
dahsyat, tak pernah jatuh kembali ke bumi.
"Ha-ha, lihat. Ini Soan-hoan-ciang yang
kumiliki, Peng Houw. Gunungpun dapat
kuterbangkan dari sini... blarr!" dan sang tosu
yang bergerak dan mengibas sebuah batu,
yang meledak dan mencelat ke atas tiba-tiba
sudah dipermainkan dan naik turun bersama
Peng Houw. Anak itu sendiri masih
dikendalikan pukulan tangan kanan sang tosu,
sementara tangan kiri terus bergerak-gerak
mempermainkan batu besar itu. Peng Houw
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
sering terpekik karena batu itu acap kali naik
turun di atas kepalanya, menimpa. Tapi ketika
batu tertahan dan mumbul lagi tak jadi
menimpa, Peng Houw sendiri naik turun dan
akhirnya beterbangan mengelilingi batu ini
maka anak itu bersorak, lupa kepada rasa
takutnya.
"Ha-ha, nikmat, totiang. Aku seperti Superman.
Ah, biar kutangkap batu itu dan kupeluk!"
namun ketika Peng Houw menyambar dan
hendak memeluk batu ini, yang berputaran dan
mengelilingi tubuhnya pula tiba-tiba dia
berseru kecewa karena batu itu bergerak dan
melejit ke arah lain. Giok Kee Cinjin tertawatawa mempermainkan tenaga saktinya. Peng
Houw dan batu itu seolah dua sekawan yang
saling berkejaran, masing-masing mau
ditangkap namun yang lain selalu melejit
mendahului. Dan ketika dua menit Peng Houw
311 beterbangan dan meluncur seperti burung,
naik turun dan melayang-layang tak
menyentuh bumi maka Giok Kee Cinjin berseru
keras.
"Cukup, turunlah, Peng Houw. Awas batu itu...
bumm!" Peng Houw terkejut berseru tertahan,
jatuh dan terbanting lembut sementara batu
besar yang tak ditahan lagi itu berdebuk dan
menggetarkan tanah. Suaranya persis gajah
bengkak yang jatuh dari langit, Peng Houw
sampai terpental dan jatuh meringis. Namun
ketika Giok Kee Cinjin berkelebat dan
mengusap pantatnya, anak itu tertawa maka
Giok Kee juga tertawa.
"Ha-ha, menyenangkan sekali. Aku belum
pernah melihat ilmu seperti ini. Agaknya
totiang benar-benar lihai!"
312 "Hm, memiliki Soan-hoan-ciang tak cukup
setahun dua tahun, Peng Houw. Pinto sendiri
mewarisinya belasan tahun!"
"Wah, tak apa. Menuntut ilmu membutuhkan


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengorbanan, totiang. Dan akupun siap
berkorban. Tapi aku ingin melihat ilmumu
menghilang!"
"Menghilang? Maksudmu ginkang? Ha-ha,
inipun akan kuberikan kepadamu, Peng Houw.
Dan lihat ini.... wut!" dan sang tosu yang
berkelebat dan tahu-tahu lenyap di depan si
anak tiba-tiba berseru agar Peng Houw
mencari.
"Temukan pinto, ayo kejar!"
Peng Houw mencari. la melihat si tosu
berkelebat ke belakang tapi ketika menoleh ke
belakang si tosu tak ada, berputar tapi si tosu
313 berkelebat lagi di sebelahnya, begitu cepat.
Dan ketika empat lima kali Peng Houw tak
mampu menangkap karena bayangan Giok Kee
Cinjin demikian pesat dan luar biasa maka
Peng Houw pening dan belum apa-apa sudah
merasa terputar tak mampu mengikuti.
"Aku tak sanggup, tak mampu mencari..."
"Bodoh, lihat ke kiri dan ke kanan, Peng Houw.
Kejar dan tangkap pinto. Ayo, pinto hendak
memberimu pelajaran ginkang (ilmu
meringankan tubuh)!"
Peng Houw terbelalak. Tiba-tiba dia bangkit
semangatnya mendengar bahwa si tosu
hendak memberi pelajaran ilmu meringankan
tubuh. Dan karena si tosu akhirnya bergerak
tak begitu cepat dan mampu dikuti matanya,
Peng Houw tertawa dan bergerak mengejar
maka Peng Houw berseru meloncat tinggi.
314 "Baik, kau di sini, totiang. Awas, aku
menangkapmu!"
Namun Giok Kee Cinjin terkekeh. Cepat seperti
siluman ia lenyap lagi, Peng Houw terkejut.
Namun ketika ia berseru memberi tahu dan
anak itu melihatnya, Peng Houw bergerak dan
mengejar lagi maka mulailah dua orang itu
bermain kejar-kejaran dengan pihak si tosu
yang berusaha hendak ditangkap. Peng Houw
berkali-kali gagal namun anak itu tak putus asa.
Giok Kee Cinjin berseru agar Peng Houw
bergerak lebih cepat lagi, anak itu disuruh
mempergunakan ujung kakinya. Dan ketika
Peng Houw bergerak dan terus bergerak, si
tosu tertawa-tawa maka hari itu Peng Houw
dilatih ginkang dengan jalan melemaskan jarijari kakinya. Peng Houw mandi keringat dan
sehari itu tak mampu ia menangkap lawan.
Tapi ketika hari demi hari dilalui lagi dan Peng
315 Houw merasa gembira, latihan ini seperti
mainan anak-anak yang main tangkap maka
sebulan kemudian Peng Houw sudah memiliki
jari-jari yang ringan di mana ujung kakinya
melekat seperti jari atau kaki seekor kucing.
Setahun kemudian mampu berkelebatan cepat
seperti gurunya namun masih belum mampu
menangkap ujung bajunya. Peng Houw
berusaha keras dan baru setelah dia dilatih di
atas batu-batu licin, di sebuah sungai yang
deras serta diberi alat pemberat di bawah
kakinya maka pada tahun kedua anak ini
berhasil menangkap ujung baju gurunya. Tapi
itu baru ujung baju! Peng Houw penasaran dan
baru pada tahun kelima ia mampu menangkap
gurunya itu. Dan ketika Peng Houw sudah
berusia empat belas tahun dan Giok Kee Cinjin
juga memberinya ilmu pukulan Soan-hoanciiang, Peng Houw dilatih menggeser dan
316 merapatkan kakinya dengan cepat maka pagi
itu anak ini berlatih di muka gua.
"Satu... dua... kiri... kanan.... haiittt!" Peng
Houw melakukan pukulan-pukulan miring.
Sang tosu berdiri di luar gua dan Giok Kee
Cinjin tersenyum-senyum. Tosu ini tampak
puas dan berseri, jenggot panjangnya lupa
dicukur dan berdirilah tosu itu menonton. Peng
Houw melakukan gerakan mengulang-ulang.
Dan ketika pagi itu guru dan murid berlatih
bersama, Peng Houw tekun mengulang-ulang
pukulannya maka Giok Kee ingin menguji
dengan menuding sebuah batu sebesar anak
itu. "Coba lakukan pukulan ke batu itu. Kibas dan
angkat dengan Soan-hoan-ciang Peng Houw.
Sanggup atau tidak!"
317 "Satu... dua... kiri... kanan.... haiittt!" Peng Houw
melakukan pukulan-pukulan miring. Sang tosu berdiri di
luar gua dan Giok Kee Cinjin tersenyum-senyum.
318 Peng Houw mengangguk. Tanpa banyak cakap
ia membalik dan membentak melepas
pukulannya. Dan ketika batu itu terangkat dan
naik ke atas maka Peng Houw bersorak.
"Dapat! Lihat, totiang. Aku mampu
mengangkat batu ini!" namun ketika batu
berdebum dan pecah di tanah, Peng Houw
berseri namun sang tosu menggeleng maka
Giok Kee Cinjin berseru.
"Tidak benar. Batu tak boleh jatuh begitu saja,
Peng Houw. Kau harus mengendalikannya dan
memutarnya dulu seperti pinto. Lihat, kau
terlampau membuang tenaga tak
menyisakannya untuk mengendalikan batu itu...
wut!" dan batu lain yang diangkat dan diputar
tosu ini akhirnya melayang dan beterbangan
seperti dulu, mengaung dan menderu-deru dan
Peng Houw tertegun. Dia teringat bahwa dalam
membuktikan Soan-hoan-ciangnya tadi ia
319 terlampau bernafsu. Soan-hoan-ciang tak
boleh dikeluarkan semua karena harus ada
sebagian yang disisakan, yakni untuk
mengendalikan atau menguasai lawan di udara.
Dan ketika Peng Houw sadar dan gurunya
tertawa, Giok Kee berhenti dan membiarkan
batu turun perlahan-lahan maka tosu itu
berseru,
"Lihat dengan mampu mengendalikan tenaga
maka batu juga dapat kita atur turunnya, Peng
Houw. Tak usah keras-keras dan cukup seperti
ini... bluk!" dan batu yang jatuh seperti
semangka lepas, halus dan tak pecah membuat
Peng Houw kagum dan berserl-seri.
"Hebat, yang begitu belum mampu kulakukan,
totiang. Tapi kalau memutar dan menahannya
di udara barangkali aku sanggup!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Cobalah, ulang sekali lagi!" dan Peng Houw
yang bergerak dan mengangkat batu itu, batu
yang baru dipakai gurunya tiba-tiba berseru
keras dan mengulang pengendalian Soanhoan-ciangnya. Dengan petunjuk dan seruan
gurunya akhirnya anak ini berhasil. Namun
ketika ia mencoba meletakkan atau
menurunkan batu secara perlahan-lahan
ternyata batu itu tak mau dan hancur
berkeping-keping.
"Bress!"
Peng Houw kecewa. la ditertawai gurunya
namun Giok Kee Cinjin berseru kagum. Tosu
itu berkata bahwa kemajuan Peng Houw sudah
hebat, umur empat belas tahun saja sudah
mampu menguasai setengah dari seluruh
Soan-hoan-ciang. Dan ketika Peng Houw
tertegun namun tak puas, gurunya berkelebat
321 dan tertawa di kejauhan sana maka gurunya
itu berkata,
"Peng Houw, pinto sendiri melatih Soan-hoanciang hampir dua puluh tahun, mana bisa sama?
Tapi kau yang baru lima tahun sudah mampu
menguasainya separuh berarti sudah hebat,
anak baik. Teruskan berlatih dan barangkali
lima tahun lagi semua ilmu itu kau warisi!"
"Lima tahun? Begitu lama? Tidak, aku akan
mempersingkatnya, totiang. Aku akan
berusaha dua atau tiga tahun saja!"
"Ha-ha, terserah dirimu, Peng Houw. Hanya
ketekunan dan kerajinanmu yang akan
menentukan. Pinto sendiri tak terlalu
bersemangat seperti kau!"
Peng Houw berkelebat. Akhirnya dia
mengangkat dan mencoba lagi, batu yang lain
322 diambil. Dan ketika Peng Houw berlatih dan
terus berlatih, waktu demi waktu lewat dengan
cepat maka Giok Kee Cinjin maupun anak ini
sama-sama tak tahu adanya perobahan di luar.
Bahwa selama lima tahun itu terjadi perobahan
besar-besaran, terutama di Go-bi. Dan ketika
Peng Houw melatih Soan-hoan-ciangnya
sementara Giok Kee Cinjin bersamadhi di
dalam gua, tempat yang jauh dari keramaian
dunia maka dunia kang-ouw diguncang oleh
tewasnya Ji Beng Hwesio, wakil ketua Go-bi
yang amat lihai!
**SF**
Mari kita kembali ke sini. Marilah kita tengok
keadaan di Go-bi setelah larinya Coa-ong dan
Kwi-bo. Sebab ketika dua tokoh sesat itu
dikalahkan Ji Beng, wakil Go-bi yang lihai maka
323 berturut-turut Go-bi didatangi atau disatroni
tamu-tamu tak diundang masalah Bu-tek-cinong. Dan ini semua tentu saja gara-gara dua
orang itu!
Bu-tek-cin-ong, kitab menggetarkan yang tibatiba mencuat ke permukaan dunia kang-ouw
itu tiba-tiba menjadi bahan bembicaraan
hampir semua orang. Tua muda meluruk ke
Go-bi, hartawan atau jembel mendadak
berdatangan seperti kumbang-kumbang yang
mendengar lezatnya madu. Tapi karena Go-bi
bukanlah partai sembarangan dan kewibawaan
para hwesio di sini tetap terjaga baik, tak
seorangpun begitu saja dapat masuk dengan
mudah maka sebagian besar dari mereka diusir
atau disuruh pergi baik-baik.
"Kami ingin menghadap ketua. Kami ingin
bertemu yang terhormat Ji Leng Hwesio."
324 "Maaf," serombongan orang itu ditampik
belasan hwesio yang berjaga. "Kami semua tak
dapat meluluskan permintaan kalian, cuwienghiong (tuan-tuan yang gagah). Ketua kami
sedang mensucikan diri dan tak mau
diganggu."
"Kalau begitu kami bertemu saja dengan wakil
ketua Go-bi!"
"Benar," yang lain tiba-tiba berseru serempak.
"Ketua Go-bi boleh juga menemui kami, siauwsuhu. Kami ada keperluan penting yang amat
mendesak!"
Para hwesio tertegun. "Apa keperluan kalian,"
yang memimpin bertanya, alisnya mulai
berkerut. Nada orang-orang itu seakan
memaksa. "Wakil ketua kami juga sedang
sibuk, cuwi-enghiong. Kalau tidak untuk urusan
325 yang betul-betul penting tentu tak berani kami
menyampalkan."
"Katakan saja bahwa kami ingin melihat kitab
maha-rahasia Bu-tek-cin-keng. Kami ingin tahu
tentang kitab peninggalan Maharaja Cin itu!"
Para hweslo terkesiap. "Apa?"
"Benar, siauw-suhu, Beritahukan maksud kami
dan kami tentu akan bersikap baik-baik kepada
kalian!"
"Atau kami akan memaksa!" seseorang tibatiba mengancam, tak sabar. "Beritahukan Ji
Beng Hwesio, keledai gundul. Atau kami
menerjang masuk!"
Hwesio pemimpin tiba-tiba marah. Dia
mendelik namun orang itu, pengemis
bertongkat hitam tiba-tiba tertawa dan
326 mengetrukkan tongkatnya. Batu yang diketruk
tiba-tiba hancur dan dengan sombong
pengemis ini tertawa pongah. Dan ketika yang
lain juga mulai riuh dan gaduh, apa yang


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilakukan pengemis itu membakar semangat
maka hwesio pemimpin membentak sambil
menggetarkan toya panjangnya.
"Siapa kau, kenapa berlagak sombong?"
"Ha-ha, aku Hek-tung Lo-kai. Datang secara
baik-baik namun kalian keledai-keledai muda
rupanya terlalu macam-macam hingga
membuat aku tak sabar lagi. Lihat, dan
tanyakan mereka, Teman-temanku juga tak
sabar, hwesio tengik. Panggil Ji Beng Hwesio
atau ketua kalian ke mari!"
"Wut!" hwesio pemimpin tiba-tiba bergerak dan
mengayunkan toyanya. "Kau terlalu congkak
dan memandang rendah aku, Hek-tung Lo-kai.
327 Coba terima ini dan apakah mulutmu sebesar
kepandaianmu.... trakk!" tongkat menangkis,
si pengemis terhuyung tapi hwesio itu juga
terdorong tiga tindak. Dan ketika teriakanteriakan riuh semakin ramai karena orangorang itu bersorak menyoraki si hwesio Go-bi,
yang terlihat sedikit kalah tenaga maka hwesio
itu gusar dan meloncat kembali memutar
toyanya.
"Hek-tung Lo-kai, kau kiranya berkepandaian
juga. Tapi sambut lagi toya ini dan mari
bergebrak sejurus dua.... wut-wut!" toya
bergerak dan mengelilingi si Hek-tung Lo-kai,
sebentar kemudian sudah menderu-deru dan
otomatis yang lain-lain mundur. Hek-tung Lokai diserang tapi pengemis ini tenang saja
mengelak ke sana ke mari, kepandaiannya
ternyata cukup tinggi. Dan ketika dia tertawa
dan si hwesio terus merangsek, pengemis itu
328 mengejek maka satu sapuan toya dikemplang
tongkat dari arah kanan.
"Trangg!"
Hwesio itu terpelanting. Ternyata Hek-tung Lokai menang tenaga dan mulailah pengemis itu
membalas. Si hwesio bergulingan namun Hektung Lo-kai tak memberinya kesempatan
bangun. Akibatnya diseranglah hwesio itu
dengan gerakan tongkat yang menggebu-gebu,
gencar. Dan ketika hwesio itu kewalahan dan
Hek-tung Lo-kai ternyata setingkat lebih tinggi
dibanding lawannya maka hwesio itu mulai
menerima gebukan-gebukan.
"Ha-ha, kau lihat kepandaian tuan besarmu,
keledai gundul. Lihat apakah mulutku sebesar
kepandaianku.... buk-bukk!" si hwesio dihajar
dan mengaduh bergulingan, toya menangkis
namun tongkat menyelinap lebih cepat, empat
329 kali memberi gebukan dan sekali, malah
menyodok mengenai dada, hampir saja ke ulu
hati! Dan ketika hwesio yang lain terkejut dan
marah, pemimpin mereka kalah tinggi maka
dua di antaranya bergerak dan mengayunkan
toya.
"Berhenti, jangan mencelakai suheng kami!"
"Ha-ha, mau mengeroyok? Bagus, boleh maju,
keledai-keledai tolol. Hek-tung Lo-kai tak takut
dan boleh kalian mengerubut tuan besarmu!"
Dua hwesio itu marah. Sebenarnya mereka
hanya menghalangi si pengemis itu agar tak
melakukan desakan lagi, suheng mereka
tampak kewalahan. Tapi ketika tongkat
menyambar dan justeru mengancam kepala
mereka, dua hwesio ini membentak maka
hamp?r berbareng mereka menangkis dan Hektung Lo-kai tergetar mundur.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Tranggg...!"
Si pengemis kalah kuat. Berhadapan dengan
dua murid Go-bi sekalgus tiba-tiba membuat
kedudukannya lemah. Dua hwesio itu memang
seusap saja di bawah pemimpinnya. Dan
karena mereka sudah diserang dan hwesiohwesio muda itu naik darah, mereka cepat
marah maka begitu lawan terhuyung dan
terkejut membetulkan letak kaki maka mereka
bergerak dan maju membalas, suheng mereka
sudah bangun di sana!
"Suheng, pengemis ini harus diberi pelajaran.
Biar kami melayaninya!"
Hek-tung Lo-kai sibuk. Tiba-tiba dia terkejut
bahwa dua hwesio ini mengurungnya dari
segala penjuru. Main bersama ternyata
membuat mereka lebih lihai, amat lihai! Dan
karena Hek-tung Lo-kai memandang rendah
331 dan terlanjur mengeluarkan kata-kata besar,
menyuruh dua orang itu mengeroyok maka
begitu dikeroyok dan diserang dari kiri dan
kanan tiba-tiba pengemis ini kewalahan dan
sebatang toya mengenai pundaknya.
"Bukk!"
Hek-tung Lo-kai berteriak kesakitan. Dia
terhuyung dan toya yang lain ganti menyambar,
dielak tapi toya pertama itu mengejarnya dan
menggebuk lagi. Dan ketika toya kedua
ternyata memang bertugas sebagai
pengganggu, toya pertama itulah yang bekerja
dan naik turun menyambar-nyambar maka
pengemis ini menerima hujan gebukan dan
bersoraklah hwesio-hwesio yang lain yang
melihat kemenangan saudaranya. Maklumlah,
mereka juga hwesio-hwesio muda yang
gampang terbakar dan terbawa nafsunya
sendiri!
332 "Bagus, bagus.... hajar dia, Chit-suheng.
Gebuk pantatnya dan sodok lubang hidungnya
itu, ha-ha!"
"Ya, dan puntir kumisnya yang pongah itu.
Tarik telinganya dan suruh dia mencium bumi!"
Para hwesio bersorak dan riuh. Hwesio-hwesio
muda itu tak melihat kilatan mengancam dari
tiga orang di pihak lawan, kawan-kawan si
Hek-tung Lo-kai itu. Dan ketika mereka
berteriak dan riuh mentertawakan Hek-tung
Lo-kai, yang jatuh bangun, maka tiga orang ini
bergerak dan tiba-tiba membentak maju ke
depan. Golok mendesing mencari darah!
**SF**
(Bersambung jilid 5)
Bantargebang, 29-08-2018,17:19
333 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 5
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
334 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 5
"KALIAN hwesio-hwesio curang. Mundur... cratcrat!" dua hwesio itu tiba-tiba berteriak, lawan
membantu temannya dan lukalah pundak
mereka oleh bacokan golok. Tiga orang maju
berbareng dan terkejutlah hwesio-hwesio lain
oleh ulah tiga orang ini. Dan ketika mereka
menyuruk dan menyerbu masuk, Hek-tung Lokai yang kepayahan di sana dibantu tiga lakilaki ini maka terbaliklah keadaan karena dua
335 hwesio itu tiba-tiba sudah dihajar dan diserang
hujan golok.
"Curang, ini anjing-anjing yang curang....!"
para hwesio muda berteriak dan berseru marah.
Mereka kaget dan juga marah karena dua
saudara mereka yang terhuyung dan sudah
terluka tiba-tiba masih juga dirangsek atau
didesak. Mereka tak menduga masuknya tiga
orang itu karena memang tak memperhatikan,
perhatian sedang tercurah kepada Hek-tung
Lo-kai yang sombong dan tadi minta dikeroyok.
Maka begitu tiga laki-laki bergolok itu
menyerbu dan mereka setingkat dengan Hektung Lo-kai, yang berdiri dan terkekeh-kekeh
di sana maka tentu saja mereka terkejut dan
coba mengelak namun tak sanggup, golok
mengenai pundak dan muncratlah darah segar
oleh serbuan tiga orang ini. Darah itu seakan
memancing nafsu membunuh karena tiga laki336 laki itu tiba-tiba tak sabaran lagi menyerang
lawannya, dua hwesio muda itu diserang dan
dihujani tikaman-tikaman golok. Dan karena
mereka kalah lihai karena tiga laki-laki itu
ternyata memang hebat, hwesio muda ini tak
sanggup maka mereka bercucuran darah
ketika golok menyambar punggung atau
lengan, membuat teman-teman mereka yang
lain berang dan menyerbulah anak-anak murid
itu ke arah tiga laki-laki ini. Mereka belasan
orang sementara laki-laki ini hanya bertiga.
Tentu saja repot! Dan ketika tiga orang itu
repot dan satu di antaranya berteriak kena
kemplangan toya, roboh dan retak kepalanya
maka rombongan tamu berbalik menjadi
marah dan ganti menyerbu. Masuk dengan
suara riuh!
"Curang... curang. Hwesio-hwesio Go-bi
ternyata curang. Serang mereka, kawan-kawan.
337 Bantu Hek-tung Lo-kai dan teman-teman kita
ini!" dan ketika rombongan tamu menyerbu
sambil mencabut senjata, keadaan menjadi
gaduh dan pekik atau jerit kesakitan tentu saja
terdengar, suasana sungguh kacau maka
belasan hwesio itu sudah bertempur dengan
belasan tamu. Go-bi tiba-tiba menjadi ribut
dan keadaan sungguh mendebarkan. Toya
bertemu golok atau pedang dan muncratlah
bunga-bunga api berpijaran di udara. Dan
ketika perang campuh terjadi di situ dan ributribut di pintu gerbang ini didengar para hwesio
yang lain, di pintu dalam, maka mereka
meluruk dan tertegun serta terbelalak melihat
perkelahian itu, adu kepandaian keroyokan!
"Berhenti! Apa yang terjadi ini!" seorang
hwesio membentak dan coba melerai. Dia
adalah hwesio tingkat empat karena hwesio di
situ adalah dari tingkat lima dan enam. Tapi
338 begitu dia berkelebat dan membentak dengan
toyanya, bermaksud melerai tiba-tiba Hek-tung
Lo-kai yang penasaran dan sudah memulihkan
diri mendadak mengayun tongkatnya dan
tertawa menyeramkan, langsung menerjang!
"Hwesio bau, tak usah banyak cakap. Kami
sedang mencari darah dan serahkan
kepalamu!"
Hwesio ini tentu saja marah. Dia datang untuk
mencari keterangan tapi tiba-tiba dihantam
tongkat. Dan karena suasana panas di tempat
itu mudah menular, orang akan cepat naik
darah melihat kerabat atau sanak saudara
diserang musuh, maka hwesio inipun juga
membalik dan toya di tangan langsung
menggempur serangan tongkat.
"Trakk!"
339 Dua-duanya terpental. Hwesio itu dan
lawannya ternyata setingkat, tenaga mereka
sama besar. Dan karena hwesio ini marah
diserang tanpa alasan, lawan berjungkir balik
dan terkekeh menyeramkan maka hwesio itu
menyambut ketika Hek-tung Lo-kai sudah
menyerangnya kembali. Hwesio-hwesio lain
yang sudah berdaltangan dan melihat itu
sama-sama tertegun, mereka bingung. Tapi
karena Hek-tung Lo-kai dapat dilayani hwesio
ini dan hwesio itu berseru agar mengusir


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perampok, begitu hwesio itu menyebut lawanlawannya maka hwesio Go-bi yang ada di
bagian dalam ini menyerbu dan membantu
saudara-saudara mereka, yang tambak
terdesak.
"Hajar mereka. Lempar dan kalau perlu
bunuh!"
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Keadaan semakin kacau, Hwesio baru yang
berdatangan ini tidak lagi bertanya-tanya.
Mereka sudah melotot melihat saudarasaudara mereka yang berjatuhan, apalagi
ketika seorang hwesio menggelinding
kepalanya dibabat golok, putus tanpa ampun
lagi. Dan karena semuanya itu benar-benar
membuat darah mendidih dan mereka inipun
juga hwesio-hwesio yang masih muda, gagah
dan tangkas maka begitu membentak
merekapun langsung menghantam dengan
gerakan membunuh!
"Sikat mereka, basmi habis!"
Rombongan tamu terkejut. Mereka dianggap
perampok dan hwesio-hwesio yang marah
menggerakkan toya dengan kepandaian
mengejutkan. Mereka lebih lihai dan lebih
tinggi daripada hwesio penjaga pintu gerbang,
karena mereka memang murid-murid tingkat
341 empat yang berdatangan dengan gusar. Dan
begitu mereka menyerbu dan kaki atau tangan
bergerak cepat, toya menyambar atau
menderu seperti angin puyuh maka seorang di
antara lawan terbabat kepalanya disapu
senjata panjang itu.
"Crat!"
Kepala menggelinding pergi. Dua orang tewas
dengan masing-masing sama kehilangan satu.
Satu di pihak Go-bi dan satu di pihak tamu.
Dan ketika yang lain menjadi marah dan
berteriak membalas maka pertempuran
menjadi lebih hebat karena orang-orang itu
ternyata orang-orang nekat yang tidak kalah
garang. Mereka berani mati dan maksud tujuan
mencari Bu-tek-cin-keng tiba-tiba berobah
menjadi mencari darah! Mereka haus dan
seperti serigala kelaparan yang saling
berteriak-teriak mencari mangsa sendiri. Dan
342 ketika semuanya itu menjadikan pertempuran
semakin ramai, hiruk-pikuk dan gaduh luar
biasa maka sebentar saja belasan orang roboh
dan delapan di antaranya mandi darah dengan
kaki atau tangan putus. Baik hwesio-hwesio
Go-bi maupun para tamu sama-sama beringas
dan tak mau memberi ampun. Mereka tiada
ubahnya harimau-harimau kelaparan yang
menuntut darah atau nyawa. Namun ketika
hanya orang-orang terkuat saja yang mampu
mengatasi lawan-lawannya dan tinggal empat
pasangan saja yang masih bertempur dengan
sengit berkelebatlah sebuah bayangan dan
Beng Kong Hwesio, hwesio tinggi besar itu,
muncul.
"Berhenti, apa yang kalian lakukan ini!"
Hwesio itu menggerakkan jubah dan meniup
seperti angin kencang. Hanya hwesio inilah
merupakan murid yang terpandai di Go-bi
343 setelah Lu Kong tewas. Maka begitu dia
membentak dan muncul, menggerakkan ujung
jubahnya dengan dahsyat tiba-tiba delapan
orang itu terlempar dan mereka berteriak
karena tak dapat menguasai diri lagi.
"Heiii.... bres-bress!"
Orang-orang itu terkejut. Mereka melihat
datangnya hwesio tinggi besar ini dan Hektung Lo-kai, pencari gara-gara segera pucat
mukanya melihat siapa yang datang. Dia
belum pernah berhadapan dengan lawannya ini
namun perawakan serta nama hwesio ini sudah
didengar. Beng Kong memang hwesio tinggi
besar yang satu-satunya ada di situ, gagah dan
berperawakan tegap, seperti jenderal Kwan
Kong. Tapi karena ia tak mau dianggap takut
dan membentak meloncat bangun, tongkat
bergetar siap menyerang maka ia memaki
344 lawannya itu, tiga temannya yang lain juga
sudah bergulingan meloncat bangun.
"Siapa kau, apakah Beng Kong Hwesio yang
sombong dan pongah!"
"Hm, pengemis busuk. Pinceng benar adanya,
Lo-kai. Dan kau tentunya Hek-tung si Tongkat
Hitam. Apa maksudmu datang ke mari dan
kenapa membuat ribut di Go-bi!"
"Kebetulan, aku dan kawan-kawan ingin
bertemu Ji Leng Hwesio, Beng Kong. Mana
gurumu dan biar kami bertemu. Murid-murid
Go-bi yang tengik ini menyerang dan tak tahu
diri menyambut kami!"
"Mereka membunuh saudara-saudara kita!"
seorang di antara para hwesio membentak.
"Hek-tung Lo-kai dan kawan-kawannya ini
345 datang mengacau, suheng. Mereka ingin
menemui suhu untuk Bu-tek-cin-keng!"
"Hm!" Beng Kong terkejut, alisnya yang tebal
dan hitam berkerut. "Untuk urusan itu kalian
datang, Hek-tung Lo-kai? Dan kalian berani
menyerang serta membunuh anak-anak murid
Go-bi? Omitohud, lancang sekali. Pinceng tak
dapat membiarkan ini!" dan membentak tak
memberi kesempatan lawan menjawab tibatiba hwesio itu bergerak dan menampar Hektung Lo-kai. Pengemis ini membuatnya marah
dan Hek-tung Lo-kai terkejut karena melihat
cahaya membunuh pada mata lawannya itu.
Dan ketika ia berkelit namun angin tamparan
masih menyambar, mengejar, maka pengemis
itu berteriak menggerakkan tongkat.
"Krakk!"
346 Tongkatnya patah. Hek-tung Lo-kai menjerit
dan tentu saja ia kaget bukan main. la tak tahu
bahwa Beng Kong mempergunakan Thai-sanap-tingnya (Gunung Thai-san Menindih Kepala).
Maka begitu ia menangkis dan tongkat patah
menjadi dua, sang pengemis berteriak dan
melempar tubuh ke kiri maka tamparan itu
mengenai tanah di belakangnya dan
meledaklah suara keras seperti benda
disambar petir. Pengemis ini terkejut dan
melempar tubuh meloncat bangun untuk
akhirnya berdiri terbelalak di sana, pucat. Tapi
ketika ia mendengar tawa dingin lawannya dan
Beng Kong Hwesio mengejek menghina maka
pengemis itu marah dan mencabut golok
pendeknya. lapun masih mempunyai senjata
lain di samping tongkatnya itu, senjata
cadangan kalau tongkat hancur. Dan begitu ia
berteriak dan memaki lawannya, tinggi dan
marah maka Beng Kong Hwesio sudah
347 diserangnya bertubi-tubi dengan ganas dan
gencar. Tiga yang lain menonton di pinggir dan
Beng Kong Hwesio hanya mengelak ke sana ke
mari. Hwesio tinggi besar itu tidak kelihatan
takut apalagi gentar, sinar matanya bahkan
menyorotkan ejekan. Hwesio itu telah tahu
kepandaian lawan dan kini menghadapi
serangan golok itu dengan elakan-elakannya
yang cepat. Gerakannya mengagumkan dan
Hek-tung Lo-kai sendiri terkejut, kagum. Tapi
ketika tujuh serangan dihindari tanpa dibalas
dan Beng Kong tiba-tiba berseru keras
mendadak hwesio itu menyambut sebuah
bacokan dengan dua jari telunjuk.
"Crep!"
Golok tiba-tiba terjepit. Hek-tung terpekik
karena dua jari lawan sudah menjepit atau
menangkap goloknya. Jari-jari itu tidak terluka
apalagi buntung. Dan ketika dia berkutat
348 namun sang hwesio mengeluarkan tawa dingin,
jari itu menekuk dan menggeliat tiba-tiba golok
melengkung dan bengkok serta akhirnya putus.
"Krekk!"
Sang pengemis sungguh kaget. la tak mengira
bahwa tenaga dalam lawannya itu mampu
menekuk golok pendeknya yang terbuat dari
baja, patah dan bengkok seperti terbuat dari
lempung saja. Dan ketika ia berteriak dan
kaget, kaki hwesio itu bergerak maka
pengemis ini terlempar dengan paha kanannya
patah. Beng Kong melakukan sapuan yang
disebut Tendangan Gunung, tak dapat diterima
lawan dan terbantinglah pengemis itu sambil
menjerit keras. Dan ketika Hek-tung
mengaduh-aduh dan para murid bersorak,
Beng Kong berkelebat dan mengejar lawan dan
tiba-tiba jubah hweslo itu bergerak dan
berturut-turut kaki atau pergelangan tangan
349 pengemis itu patah. Beng Kong menghajar
lawannya dan terkejutlah yang lain oleh
kekejamannya ini. Hwesio itu telengas! Namun
ketika mereka bergerak dan membentak maju,
marah menolong pengemis itu maka Beng
Kong membalik dan menyambut mereka,
ujung jubahnya lagi-lagi bergerak.
"Plak-plak-plak!"
Tiga orang itu terbanting. Mereka menjerit dan
mengaduh-aduh pula seperti Hek-tung Lo-kai.
Dan ketika Beng Kong berkelebat dan tertawa
dingin maka berturut-turut tiga orang itu
dibuat patah-patah kaki atau tangannya.
Hwesio ini sungguh kejam dan empat anak
murid Go-bi membelalakkan mata. Mereka
terbelalak tapi segera tertawa-tawa melihat
kelakuan suheng mereka itu. Empat orang itu
memang orang-orang yang pantas dihajar,
kalau perlu dibunuh. Dan ketika empat orang
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
itu menjerit dan dipatah-patahkan kaki
tangannya, Beng Kong bertindak sadis maka
seorang di antara hwesio berteriak, membakar,
"Suheng, bunuh saja mereka itu. Tampar
kepalanya!"
"Atau berikan kepada kami dan biar masingmasing dari kami membunuh mereka!"
"Benar, biarkan kami membalas sakit hati
murid-murid Go-bi, suheng. Toya kami siap
mencari darah dan mari ramai-ramai
menghabisi mereka!" namun ketika muridmurid Go-bi itu berseri dan bersorak-sorai,
sikap mereka sungguh tak pantas sebagaimana
layaknya seorang hwesio mendadak berkesiur
angin dingin dan empat orang hwesio itu
terlempar sementara Beng Kong sendiri
terpelanting dan berseru kaget.
351 "Omitohud, sungguh tak pantas. Berhenti!" dan
ketika Ji Beng muncul dengan marah,
mengebut dan melempar murid-muridnya itu
maka wakil Go-bi ini telah berdiri dengan muka
merah padam, malu dan juga gusar melihat
tingkah murid utamanya.
"Beng Kong, apa yang kau lakukan ini? Kenapa
menyiksa lawan sampai seperti ini? Hukuman
apa yang ingin kau terima?"
"Maaf," Beng Kong Hwesio meloncat bangun,
pucat namun tidak gentar. "Mereka ini orangorang yang patut dihajar, susiok. Mereka
membunuh-bunuhi murid-murid Go-bi. Lihat
mayat-mayat di sana itu dan apakah tidak
pantas aku menghajar mereka?"
"Hm, apa yang terjadi. Kenapa banjir darah
dan terjadi bunuh-membunuh ini? Pinceng
mohon penjelasan!"
352 Beng Kong bersinar-sinar. Cepat dan tidak
takut segera ia memberi tahu bahwa Go-bi


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedatangan pengacau-pengacau. Murid-murid
terbunuh dan mereka itulah buktinya. Dan
ketika hwesio ini menuding dan menyatakan
marahnya, tak takut kepada susioknya itu
maka dia berkata, "Orang-orang ini bukan
manusia, melainkan iblis. Mereka memaksa
hendak bertemu suhu untuk urusan Bu-tekcin-keng. Apakah susiok dapat menerimanya
kalau Go-bi diinjak-injak? Apakah susiok tidak
akan melakukan hal yang sama kalau aku
menghajar mereka ini? Go-bi bukan untuk
dihina, susiok. Dan suhu pasti sependapat
dengan aku. Mereka ini tak pantas diampuni!"
"Benar," empat murid di sana menggigil,
mendapat isyarat Beng Kong Hwesio untuk
bicara. "Mereka ini pengacau-pengacau yang
tak pantas diampuni, susiok. Mereka
353 membunuh murid-murid Go-bi dan Hek-tung
itulah biangnya!"
"Hm, pinceng sudah mendengar. Tapi kalian
tak boleh menyiksa musuh!"
"Kami terbakar, susiok, dan untuk ini kami
mengaku salah. Tapi sikap kami adalah untuk
membela Go-bi!"
"Hm, pinceng tahu. Tapi betapapun tetap tak
pantas menyiksa musuh. Sudahlah, biarkan
mereka pergi dan jangan diganggu lagi. Kalau
ada apa-apa harap pinceng diberi tahu!"
"Kalau begitu susiok jangan bersembunyi
saja," Beng Kong memprotes, tak perduli
pandang mata susioknya yang melebar. "Kalau
ada apa-apa cepat kau keluar, susiok. Atau
bakal ada kejadian seperti ini lagi dan jangan
salahkan aku!" dan membalik berkelebat pergi
354 tiba-tiba Beng Kong meninggalkan susioknya
dengan uring-uringan. Hwesio ini marah
karena di depan yang lain-lain dia dilempar,
perbuatan itu menyakitkan. Dan ketika Ji Beng
terbelalak namun tertegun teringat suhengnya,
ketua Go-bi yang menjadi guru murid
keponakannya itu maka hwesio ini meramkan
mata dan menahan kemarahan.
"Omitohud, anak-anak muda sekarang
sungguh kurang ajar. Kalian pergilah, dan
bawa teman-teman kalian yang tewas!" dan
menyuruh murid yang lain membersihkan
mayat di situ, juga anak-anak murid Go-bi
yang terluka maka Ji Beng Hwesio menggigil
menahan marah. Dia melihat Hek-tung Lo-kai
dan tiga temannya itu pergi dengan susah
payah. Mereka gentar melihat hwesio renta ini,
setelah tadi melihat kepandaian Beng Kong
Hwesio yang jauh di atas mereka. Apalagi wakil
355 ketua Go-bi yang tampaknya lemah namun
memiliki sinar mata mencorong itu! Dan ketika
semua berangkat dan Hek-tung Lo-kai
membawa teman-temannya yang luka atau
tewas, Go-bi kembali tenang maka tak dinyana
beberapa hari kemudian muncul tiga tokohtokoh Hoa-san dan Kun-lun serta Heng-san,
berikut anak-anak murid mereka.
"Kami ingin mencari Beng Kong Hwesio atau Ji
Beng Hwesio. Suruh mereka berdua keluar
atau kami melabrak masuk!"
Anak-anak murid tertegun. Mereka tak tahu
siapa itu kecuali sikap dan dandanan para
tamu. Mereka menggelung rambut ke atas dan
itu jelas adalah kaum tosu, pengikut agama To.
Dan ketika mereka terkejut dan marah, nama
dua pimpinan mereka disebut-sebut dengan
suara kasar maka penjaga pintu gerbang, yang
kini diwakili murid-murid tingkat empat
356 membungkuk dan hati-hati bicara, meskipun
muka menunjukkan kemendongkolan dan
merah, sudah dipesan oleh Ji Beng Hwesio
bahwa tak boleh sembarangan menyambut
tamu dengan kasar.
"Maafkan kami semua. Siapakah para totiang
ini dan dari mana kalian berasal? Ada apa
mencari suheng kami yang utama atau wakil
ketua Go-bi? Bolehkah menyebut urusannya?"
"Pinto dari Hoa-san, Ko Pek Tojin. Datang
untuk menuntut tanggung jawab kenapa Go-bi
menghina seorang murid kami!"
"Dan aku dari Kun-lun, Kim Cu Cinjin. Datang
juga untuk menuntut tanggung jawab kenapa
Go-bi membunuh dua orang murid kami!"
357 "Dan kami dari Heng-san, menuntut balas
untuk kematian tiga orang murid kami dari
kekejaman Go-bi!"
"Ah-ah!" para hwesio terkejut. "Cuwi totiang
dari Hoa-san dan Kun-lun? Juga dari Heng-san?
Omitohud, kami semua tak merasa melakukan
sesuatu yang salah terhadap partai-partai
kalian, cuwi totiang. Sungguh heran kalau tibatiba kalian semua kini datang untuk menagih
jiwa. Siapa yang terbunuh dan siapa pula yang
membunuh. Kami dari Go-bi tak pernah
melakukan itu!"
"Cerewet!" seorang tosu tiba-tiba mencabut
pedang dan membentak. "Panggil saja Ji Beng
Hwesio atau Beng Kong Hwesio, keledaikeledai gundul. Atau pinto akan membungkam
mulutmu dan kami semua menerjang masuk!"
358 "Benar," yang lain tiba-tiba juga berseru,
tangan siap mencekal gagang senjata. "Panggil
dua keledai itu, hwesio-hwesio bau. Atau kalian
kami sikat dan tak dapat banyak cing-cong
lagi!"
"Omitohud, sobat-sobat dari Heng-san dan
Kun-lun sungguh kasar. Kami jadi tak dapat
menerima ini tapi baiklah kalian tunggu di sini.
Pinceng akan melapor!" dan pimpinan murid
yang hampir tak dapat menahan marah,
membalik dan buru-buru meninggalkan tempat
itu lalu menyuruh saudara-saudaranya untuk
berjaga. Dia teringat ancaman dari wakil ketua
Go-bi bahwa apapun tak boleh membuat ribut,
atau dia bakal dihukum berat dengan dibuang
dari Go-bi, ilmu-ilmunya akan dilumpuhkan.
Maka begitu dia pergi dan melapor ke dalam,
saudara-saudaranya disuruh menunggu maka
di sini terjadi hal tak diduga karena para tosu
359 itu tiba-tiba membuat ulah. Tiga pimpinan
mereka yang tak sabar dan dipaksa menunggu
tiba-tiba menghampiri kepala singa-singaan di
atas pintu gerbang, seorang di antaranya
bahkan menyambar toya seorang anak murid
Go-bi dan menekuk-nekuknya menjadi tujuh
potong, dengan gerakan luar biasa cepat. Dan
ketika murid-murid Go-bi terkejut dan berseru
mundur, muka berubah, maka pengikut
mereka yang ada di belakang bersorak riuh,
melihat Tan Hoo Cinjin dari Heng-san
mengeremus hancur sepasang kepala singa
dengan sebelah kepalannya.
"Bagus hebat sekali. Ha-ha, kau luar biasa,
Hoo-toheng. Tenaga dalammu kuat
HALAMAN 23, 24 HILANG
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
ka pengikut yang lain bersorak dan bertepuk
riuh.
"Bagus.... bagus, Hoo-toheng. Sikat dan bunuh
saja hwesio bau itu!"
Murid-murid Go-bi marah. Mereka siap
bergerak ketika tiba-tiba wakil pimpinan
mereka berseru untuk menahan diri. Wakil
pimpinan itu mengingatkan ancaman Ji Beng
Hwesio kalau mereka membuat ulah,
maklumlah, mereka memang tak boleh
membuat ribut dengan tamu, Siapa pun tamu
itu. Tapi ketika orang-orang dari Hoa-san dan
Kun-lun berteriak menyoraki mereka, berkata
bahwa mereka adalah pengecut-pengecut yang
tak berani menghadapi lawan maka hwesiohwesio muda ini terbakar.
361 "Ha-ha, teman sendiri roboh dibiarkan,
sungguh tak memiliki rasa persaudaraan!"
"Apalagi kalau Go-bi yang roboh, tentu mereka
sudah menghilang!"
Dan ketika kata-kata yang lebih panas lagi
terdengar di situ dan para hwesio ini mendelik,
toya gemetar di tangan maka pengikutpengikut Heng-san bersorak.
"Heii, kalian berlutut di depan Hoo-toheng.
Atau nanti Hoo-toheng menghajar kalian
seperti teman kalian itu!"
"Keparat!" wakil pimpinan tak dapat menahan
diri. "Tutup mulut kalian, tosu-tosu bau. Atau
pinceng tak menghormati tamu dan menghajar
kalian agar tahu sopan!"
362 "Ah-ah, keledai-keledai ini pandai memaki.
Kalau begitu jangan-jangan Ji Beng Hwesio
atau Ji Leng Hwesio mengajarinya untuk
memaki!"
Hwesio pimpinan itu membentak. Tiba-tiba ia
tak kuat karena murid Heng-san itu
menghinanya tertawa-tawa. Dia diejek
sementara saudara-saudaranya yang lain juga
tak tahan dan menghentakkan toya hingga
tanah bergetar. Dan ketika ia maju melompat
menyodokkan toyanya bermaksud menghajar
tosu dari Heng-san itu untuk tutup mulut t?batiba lawan malah menyambut dan toya yang
menderu dikelit lalu dibabat.
"Tranggg..!"
Toyanya putus. Sang hwesio kaget karena
lawan ternyata memiliki tenaga dan senjata
lebih kuat. Kalau pedang itu tajam tapi sinkang
363 tak lebih tinggi tentu tak mungkin toyanya
putus. Ini menunjukkan lawan lebih lihai! Dan
ketika ia terpekik karena pedang bergerak
melingkar maka tak dapat dicegah lagi
pundaknya terbabat setelah senjatanya tadi
putus se`bagian.
"Crat!"
Hwesio ini roboh. Segebrakan saja murid
tingkat empat dari Go-bi itu mengaduh-aduh,
Lawan dari Heng-san ternyata lebih tinggi.
Namun ketika ia terlempar dan terlepas
toyanya, saudara-saudaranya yang lain marah
maka mereka itu sudah membentak dan
menerjang maju, mengeroyok tosu yang
merobohkan wakil pimpinan ini.
"Ha, hwesio-hwesio Go-bi tukang keroyok.
Pantas, kalau begitu biar kuberi pelajaran dan
mari lihat kepandaian tuan besarmu.... crang364 crangg!" toya dari tujuh orang hwesio itu
ditangkis, terpental dan bertemu sebuah
tenaga yang kuat dan tosu dari Heng-san ini
tiba-tiba berkelebatan tertawa-tawa. Dia
mengejek hwesio-hwesio itu sebagai tukang
keroyok, teman-temannya bersorak
menyetujui. Tapi ketika tujuh hwesio itu
tergetar dan maju kembali, berkata bahwa
lawan juga boleh mengeroyok maka sute dari
Tan Hoo Cinjin ini membentak dan melarang
teman-temannya maju.
"Tak usah maju.... tak usah maju. Kalau
keledai-keledai gundul ini hanya sebegini saja
kepandaiannya pinto sanggup merobohkan.
Lihat, mereka akan kupukul mundur.... crangcrangg!" dan murid-murid Go-bi yang benar
saja terhuyung dan terdorong oleh kilatan
pedang tiba-tiba menggigit bibir karena
dikeroyok tujuh ternyata lawan dari Heng-san
365 itu kuat. Wakil pimpinan yang luka dan
terhuyung di sana mendelik, dia marah namun
mengakui kelihaian lawan. Tapi melihat
saudara-saudaranya terdesak dan dikelilingi
bayangan pedang yang menyambar-nyambar,
tosu itu mengejek bahwa kepandaian Go-bi
sungguh rendah maka hwesio inipun
menguatkan diri dan menyambar toya yang


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain untuk menerjang maju, membantu
saudara-saudaranya.
"Kami memang murid-murid yang hanya
tingkat empat. Tapi kami siap mati kalau
dihina... wut-wut!" dan toyanya yang bergerak
menderu-deru, ganas dan coba membongkar
bayangan pedang lalu disusul oleh tujuh
hwesio yang lain yang juga berseru sama.
Mereka marah kepada lawan dari Heng-san ini
yang demikian sombong, tak tahu bahwa itulah
Siu Gwan Tojin yang menjadi sute dari Tan Hoo
366 Cinjin, murid-murid utama dari Heng-san,
tentu saja lihai. Dan ketika tosu itu tertawa
dan memutar pedangnya lebih cepat, lawan
dikelilingi sinar pedang yang naik turun
ternyata tosu ini mampu menghadapi
keroyokan delapan lawannya tanpa susah.
Pedang di tangannya sering mendorong dan
membuat terpental.
"Ha-ha, boleh tambah lagi kalau kurang. Mari...
mari pinto robohkan semua hwesio-hwesio Gobi. Ha-ha, jangan-jangan Ji Beng Hwesio atau
Ji Leng Hwesio juga hanya bernama kosong
belaka.... crang-crangg!" tosu itu mengerahkan
tenaganya, membacok putus empat dari
delapan toya dan empat murid Go-bi itu
terpekik. Mereka roboh ketika pedang masih
terus bergerak, menyambar dan mengenai
lengan atau pundak mereka. Dan ketika empat
yang lain terkejut dan terbelalak marah, ketua
367 dan wakil ketua mereka dihina maka Siu Gwan
Tojin bergerak lenyap dan tiba-tiba sepasang
kakinya muncul menghantam dada empat
orang lawan terakhirnya ini.
"Des-des-dess!"
Empat orang itu muntah darah. Mereka
terbanting dan wakil pimpinan pingsan. Dia
tadi terluka dan kini semakin payah saja. Dan
ketika tosu itu tertawa bergelak menyelesaikan
pertandingannya, sombong dan pongah karena
lawan demikian empuk maka berkelebat
delapan bayangan dan tujuh hwesio sekitar
empat puluhan tahun telah berdiri di depannya
merangkapkan tangan. Hwesio-hwesio berikat
pinggang hitam!
"Omitohud, banyak terima kasih atas
pelajaranmu kepada murid-murid kami, Siu
368 Gwan totiang. Tapi tak sepantasnya tamu
merobohkan tuan rumah!"
Tosu ini tertegun. Di depannya telah berdiri
delapan orang hwesio itu, sikapnya angker dan
pandang mata penuh wibawa, jelas lain dengan
hwesio-hwesio tingkat empat yang
dirobohkannya ini. Dan ketika tosu itu terkejut
dan mundur, bersiap diri maka dia melirik
kepada suhengnya siapakah delapan hwesio
yang baru datang ini. Karena suhengnya
mungkin mengenal.
"Hm, kami mencari Ji Beng Hwesio atau Beng
Kong Hwesio. Siapa kalian dan murid-murid
tingkat berapa?"
Tan Hoo Cinjin kiranya tidak mengenal. Tosu
itu maju mengganti sutenya dan kini bersama
kawan-kawan dari Hoa-san dan Kun-lun ia
bersiap-siap. Sekali lihat segera mereka tahu
369 bahwa yang datang ini bukanlah hwesio-hwesio
biasa. Itu calon-calon lawan yang tangguh.
Dan ketika tosu-tosu dari Hoa-san atau Kunlun juga mengangguk, saling maklum maka
hwesio terdepan yang tadi mewakili temantemannya itu menjawab.
"Kami murid-murid tingkat dua, Pat-kwahwesio (Hwesio Segi Delapan). Barangkali
nama kami tak dikenal dan tak sesohor cuwi
sekalian. Kami murid-murid langsung dari Ji
Beng suhu yang kalian cari-cari!"
"Ah, Pat-kwa-hwesio? Murid-murid Ji Beng
Hwesio? Bagus sekali, panggil gurumu itu atau
Beng Kong Hwesio keluar. Kami ada urusan
penting!" Tan Hoo Cinjin, yang sejenak terkejut
tapi mendengus rendah lalu membentak
hwesio-hwesio itu. Dia mendengar nama
Hwesio Segi Delapan ini sebagai tokoh-tokoh
andalan Go-bi, kalau mereka itu dipertukan.
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tapi karena nama hanyalah nama dan
kepandaian mereka belumlah pernah dilihat,
apalagi dirasakan maka Tan Hoo Cinjin
menganggap rendah dan tak memandang
sebelah mata. Di situ banyak teman-temannya
dan tak perlu dia takut. Jauh-jauh meluruk ke
Go-bi memang untuk menuntut balas! Maka
ketika dia berkata mengejek dan tidak
kelihatan takut, nama besar Go-bi setingkat
dengan Kun-lun atau Heng-san maka dia
berkata congkak dan tak memandang mata
hwesio-hwesio itu. Tan Hoo Cinjin percaya diri
sendiri dan itu cukup. Pat-kwa-hwesio boleh
marah kalau mau marah! Tapi ketika hwesio
itu tersenyum tenang dan menganggukkan
kepalanya, sikapnya berwibawa dan tidak
terbawa emosi maka hwesio itu bertanya apa
keperluan mereka.
371 "Omitohud, totiang membawa dendam
permusuhan. Apa kiranya urusan itu dan
seberapa penting kiranya. Pinceng tentunya
boleh tahu."
"Hm, kami ingin bertemu langsung dengan
Beng Kong Hwesio atau Ji Beng Hwesio, losuhu. Kalau ada mereka biarlah kau dengarkan
maksud kedatangan kami!"
"Pinceng adalah murid Ji Beng-suhu, dan Beng
Kong adalah suheng kami dari supek (pak-de)
Ji Leng. Kiranya totiang tak perlu takut
mengatakannya kepada pinceng untuk pinceng
dengar."
"Takut? Ah, pinto tidak takut. Baiklah, kau
boleh dengar tapi cepat laporkan ini kepada
yang bersangkutan!" dan Tan Hoo Cinjin yang
marah serta terbakar oleh lawan, lupa bahwa
keadaan tiba-tiba menjadi terbalik segera
372 menerangkan bahwa kedatangannya adalah
untuk menuntut balas, menuntut tanggung
jawab Go-bi. "Tiga murid kami terbunuh di sini,
dan untuk itu sekarang kami datang!"
"Omitohud, siapa yang terbunuh? Murid-murid
Heng-san?"
"Ya, dan kami juga, Pat-kwa-hwesi. Kami dari
Hoa-san menuntut tanggung jawab kenapa Gobi berani menghina seorang murid kami!"
"Dan kami dari Kun-lun menagih dua jiwa yang
terbunuh di sini. Pinto Kim Cu Cinjin!"
Pat-kwa-hwesio terkejut. Tiga orang itu susulmenyusul memberi tahu bahwa anak-anak
muridnya terbunuh di situ, tiga dari Heng-san
dan dua dari Kun-lun. Entah bagaimana
dengan yang dari Hoa-san itu. Tapi batukbatuk menjura dalam-dalam hwesio ini berkata,
373 "Cuwi totiang, kalian semua rupanya salah,
salah alamat. Kaml tak merasa kedatangan
anak-anak murid seperti yang kalian bicarakan
tadi dan belum pernah Go-bi membunuh!"
"Bohong! Kalau begitu bagaimana dengan Hektung Lo-kai dan kawan-kawannya itu? Apakah
mereka tidak terbantai di sini?"
"Omitohud!" Pat-kwa-hwesio kembali berseru.
"Itu pengacau-pengacau liar yang tidak ada
hubungannya, cuwi totiang. Mereka terbunuh
karena mereka juga membunuh!"
"Tapi orang yang kalian bunuh itu adalah anakanak murid kami. Orang yang kau sebut
pengacau-pengacau liar itu adalah murid-murid
Heng-san dan Kun-lun serta Hoa-san! Apakah
ini tidak ada hubungannya?"
Sang hwesio tertegun.
374 "Jawab!" Tan Hoo Cinjin kini berapi-api.
"Pembantaian yang kalian lakukan itu harus
ada yang bertanggung jawab, Pat-kwa-hwesio.
Dan karena itu sekarang kami datang. Mereka
tak akan mengganggu kalau tidak diganggu.
Mereka bukan pengacau-pengacau liar!"
"Hm!" sang hwesio mulai berkernyit dahi.
"Kiranya ini yang kalian maksud, cuwi totiang.
Kalau begitu sungguh menyesal bahwa muridmurid macam itu kalian biarkan saja berbuat
kurang sopan di tempat orang lain. Pinceng
jadi kecewa bahwa kalian tak dapat mendidik
murid dengan baik!"
"Apa? Kau menyalahkan kami? Eh, jangan
kurang ajar, Pat-kwa-hwesio. Mereka baik-baik
ke sini mau menemui ketua Go-bi. Tapi mereka
kalian bunuh. Jangan menyalahkan kami!"
375 "Benar," Ko Pek Tojin juga berseru. "Mereka
datang bukan untuk membuat ribut, Pat-kwahwesio. Tapi mereka kalian sambut dengan
toya dan golok. Kalian kejam!"
"Dan Go-bi berhutang dua jiwa kepada Kunlun," Kim Cu Cinjin menyambung. "Untuk
inipun pinto harus menuntut tanggung jawab!"
"Omitohud... omitohud...!" Pat-kwa-hwesio
merangkapkan tangan berulang-ulang. "Kalian
semua tidak benar, cuwi totiang. Kalian
terbawa emosi. Coba kalian renungkan apakah
pantas murid-murid kelas rendahan begitu
mencari yang terhormat ketua Go-bi.
Bukankah seharusnya hanya pemimpin atau
ketua-ketua Kun-lun atau Heng-san sendiri
yang pantas melakukan itu. Pinceng tetap
menyalahkan kalian yang tak dapat mendidik
murid!"
376 "Kau menyalahkan kami? Ah, sungguh
sombong. Tidak bertanggung jawab!" dan Tan
Hoo Cinjin yang tiba-tiba berkelebat dan
rupanya paling berangasan mendadak sudah
melepaskan pukulannya ke hwesio lawannya
itu. Dia marah karena tiba-tiba dibalik, mau
tidak mau memang harus mengakui bahwa
tidak pantaslah murid-murid rendahan dari
Heng-san mau bertemu yang terhormat ketua
Go-bi, karena ketua itu sudah memiliki
kedudukan tinggi dan hanya ketua atau
pimpinan Heng-sanlah yang pantas minta
bertemu. Itu dapat diartikan bahwa Heng-san
kurang nenghormat Go-bi. Tapi karena bicara
tentang ini bakal memojokkan pihaknya dan
tentu saja tosu itu tak mau, membentak dan
menyerang lawannya maka Pat-kwa-hwesio
tiba-tiba bergerak dan tujuh yang lain serentak
mundur di kiri atau kanan dan belakang
tubuhnya.
377 "Plak-dess!"
Tan Hoo Cinjin terpental. Tosu itu berteriak
karena tiba-tiba sepasang lengan yang kuat
menahan pukulannya, Hwesio itu lain dengan
hwesio tingkat empat dan dia terlempar! Dan
ketika tosu itu berjungkir balik dan melayang
turun, hwesio lawannya tak bergeming dan
tersenyum tenang maka lawannya itu berseru,
"Omitohud, ada urusan bisa diselesaikan, Tan
Hoo totiang. Ada persoalan bisa dibicarakan.
Mari bicara baik-baik dan jangan
melampiaskan hawa nafsu amarah!"
"Bedebah, siapa takut kepadamu? Aku datang
untuk menuntut balas, Pat-kwa-hwesio. Kalau
kau menyalahkan aku dan teman-temanku dari
Hoa-san dan Kun-lun maka kau menantang
kami semua dan aku tak mau sudah. Bagus,
kau hebat tapi pukulanku belum semua
378 kukeluarkan, Mari bertanding dan lihat ini!"
dan Tan Hoo Cinjin yang bergerak dan
menyerang kembali, gusar, sudah melengking
panjang mengulang pukulannya. Dia
penasaran kenapa dia terpental. Maka begitu
menerjang dan membakar kawan-kawannya


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lain, membawa-bawa Kun-lun dan Hoasan yang disalahkan hwesio itu maka tosu ini
berkelebat dan menyerang dengan pukulanpukulannya yang dahsyat. Angin pukulannya
menyambar-nyambar dan hwesio itu bergerak
mengelak ke sana-sini. Tapi ketika lawan
bergerak kian cepat dan apa boleh buat dia
harus menangkis, pertemuan tenaga yang
sebenarnya tak dikehendaki maka hwesio
inipun mendesah dan melakukan itu.
"Dukk!"
Tan Hoo Cinjin lagi-lagi terpental. Tosu ini
kaget dan pucat mukanya karena dari
379 sepasang lengan hwesio itu tiba-tiba muncul
tenaga yang amat dahsyatnya. Tujuh hwesio
yang lain bergerak dan mereka itu tiba-tiba
berpegangan tangan, yang terdepan
memegangi jubah suhengpya dan jadilah Patkwa-hwesio membentuk barisan. Dan ketika
dia melengking namun tujuh hwesio itu ikut
berputaran cepat, yang tertua selalu dipegangi
atau digenggam ujung jubahnya maka hwesio
inipun bergerak mengikuti dan mendadak
delapan orang itu naik turun bagai gelombang
yang menghadapi serangan badai.
"Des-dess!"
Tan Hoo Cinjin kian terpental tinggi. Dia kaget
karena tenaga delapan orang tiba-tiba seakan
bersatu dan menyambut seranganserangannya itu. Dia tak tahu bahwa inilah
kehebatan Pat-kwa-hwesio. Berhadapan
dengan satu orang atau seratus orang sama
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
saja, mereka sudah bergandengan tangan dan
dari gandengan itulah mengalir tenaga sinkang
yang disalurkan ke saudara yang diserang. Dan
karena Tan Hoo Cinjin menyerang pemimpin
mereka dan pemimpin itulah yang kini
dijadikan pusat pertahanan, masing-masing
mengerahkan sinkang dan menyalurkannya ke
situ maka begitu Pat-kwa-hwesio menangkis
kian kuat maka lawan terpental kian tinggi saja.
Tan Hoo Cinjin kaget karena tujuh hwesio yang
lain hanya bergerak-gerak berputaran saja, tak
ikut menyerang karena mereka itu hanya
mengikuti pimpinannya saja. Tapi karena dari
tujuh hwesio itu mengalir tujuh sinkang yang
amat kuat, hwesio tertua mengatur dan
mengendalikannya sesuka hati maka Tan Hoo
Cinjin akhirnya memekik-mekik karena merasa
seperti berhadapan dengan siluman!
381 "Curang, kotor dan busuk! Kalian
mengeroyok!"
"Hm, pinceng tak mengeroyok," hwesio tertua
berkata tenang, terus bergerak ke sana ke
mari dan menangkis. "Yang berhadapan hanya
kau dan aku, totiang. Kami tidak mengeroyok
meskipun tujuh saudaraku ikut berputaran."
"Tapi aku serasa menghadapi delapan orang
Pinto kalian tipu!"
"Kalau begitu suruh saudara-saudaramu yang
lain maju, atau kau hentikan serangan ini dan
kita tak perlu bermusuhan..."
"Ah, omongan busuk!" dan Tan Hoo Cinjin
yang akhirnya berteriak dan mencabut
pedangnya tiba-tiba membacok dan menusuk
dengan jurus-jurus cepat. Tosu ini marah dan
bingung karena tuduhannya memang tak
382 berbukti. Tujuh hwesio yang lain hanya
mengikuti suhengnya saja dan dia berhadapan
satu lawan satu. Namun karena tenaga lawan
kian kuat saja dan dia terpental semakin tinggi,
tadi malah terpelanting dan mendapat malu
maka tosu ini menerjang dengan senjatanya.
Gerakannya cepat dan pedangnyapun lenyap.
Dan ketika tosu ini berkelebatan bagai burung
menyambar-nyambar, bayangannya naik turun
bagai burung menerkam mangsanya maka Patkwa-hwesio berseru perlahan dan ujung lengan
jubahnya tiba-tiba meledak dipakai menangkis
pedang.
"Trangg!"
Tan Hoo Cinjin lagi-lagi kaget. Ujung jubah itu
mengeras dan tiba-tiba memukul pedangnya,
persis logam dengan logam. Dan ketika tosu
itu berteriak keras namun lawan berseru agar
dia mundur, jubah tiba-tiba dipelintir
383 membentuk tongkat maka pedang patah untuk
kedua kalinya ketika diadu lagi.
"Aku tak mau sudah, boleh kita mengadu jiwa
atau... aihhh!" Tan Hoo Cinjin menjerit bagai
kambing kebakaran jenggot. Pedangnya patah
dan ujung jubah masih menyelinap untuk
menghantam pundaknya, kecil saja tapi tosu
itupun berteriak dan terbanting roboh. Dan
ketika saudara-saudaranya yang lain terkejut
dan orang-orang dari Kun-lun maupun Hoa-san
terkesiap kaget, Pat-kwa-hwesio sungguh lihai
maka Siu Gwan Tojin berseru tertahan
menggerakkan kakinya, berkelebat ke arah
sang suheng, yang roboh dengan muka pucat.
"Bagaimana dengan suheng, apa yang luka!"
"Augh, terkutuk..!" tosu ini bangkit terhuyung,
dibantu sutenya. "Kita mendapat malu, sute.
Tapi pinto akan mengadu jiwa lagi. Bagaimana
384 dengan saudara-saudara kita dari Hoa-san dan
Kun-lun itu. Apakah mereka takut menghadapi
Pat-kwa-hwesio?"
Ko Pek Tojin dan Kim Cu Cinjin merah
semburat. Mereka sadar setelah teman mereka
itu roboh. Tapi berkelebat dan menghampiri
pula buru-buru mereka itu berkata, "Harap
Hoo-toheng jangan salah paham. Kita datang
ke sini satu tujuan. Kalau kau merasa hwesio
itu terlalu kuat biarlah pinto yang maju!"
"Dan aku juga tidak takut," Ko Pek Tojin
membangkitkan harga diri. "Kami tadi tak mau
keroyokan, toheng. Kalau kau mendapat malu
biarlah kita sekalian hadapi hwesio-hwesio itu!"
"Tak usah menambah permusuhan," Pat-kwahwesio tiba-tiba berkata maju, mengebutkan
jubahnya. "Pinceng minta maaf untuk urusan
ini, cuwi totiang, Kalau Hoo-totiang tak
385 menyerang pinceng duluan tentu pinceng tak
akan menyambut. Maaf, sebaiknya urusan ini
dihabisi..."
"Dan dua jiwa dari Kun-lun dibiarkan begitu
saja?" Tan Hoo Cinjin tiba-tiba berseru, buruburu menjawab agar tosu-tosu dari Kun-lun itu
ingat. "Tak gampang seperti kata-katamu, Patkwa-hwesio. Karena Kun-lun sama dengan
Heng-san yang tak takut hanya melihat
kepandaian atau kelihaian seseorang. Di
tempat kami juga masih ada tokoh-tokoh lain
yang akan menuntut tanggung jawab!"
"Benar," Kim Cu Cinjin terbakar. "Kami dari
Kun-lun tak akan sudah begitu saja, Pat-kwahwesio. Kecuali ketua Go-bi datang dan minta
maaf ke Kun-lun!"
"Ya, dan juga kalian di sini. Semua harus
berlutut dan minta maaf!" Siu Gwan
386 menambahi, tahu maksud suhengnya dan
membakar hati teman-temannya. Api yang
sudah disulut harus terus ditiup, kalau perlu
semakin kencang! Dan ketika benar saja
teman-temannya mengangguk setuju namun
muka delapan hwesio itu merah terhina maka
yang tertua dan tadi bersikap sabar tiba-tiba
mula garang.
"Cuwi totiang, kalian terlalu. Apa yang kalian
minta jelas tak dapat dituruti. Baiklah, apa
mau kalian dan pinceng siap melayani!"
"Kalau begitu kau menantang. Kim Cu toheng
atau Ko Pek toheng tentunya tak perlu takut
kepadamu, termasuk aku..!" dan Siu Gwan
Tojin yang berkelebat dan menggantikan
suhengnya lalu meminta teman-temannya
untuk maju menyerang. Lawan telah
menantang dan menolak keinginan mereka.
Pat-kwa-hwesio tentu saja tak mau diinjak387 injak harga dirinya. Dan begitu Siu Gwan
menyerang sementara Tan Hoo cepat
menyambar pedang baru dan berseru pada dua
rekannya dari Kun-lun maupun Hoa-san agar
tak takut menghadapi hwesio-hwesio itu maka
Kim Cu maupun Ko Pek juga bergerak dan
mencabut pedangnya.
"Pinto tidak takut, hanya coba menawarkan
cara terbaik bagi hwesio-hwesio ini kalau
mereka tidak sombong. Mari, kita ditolak, Hootoheng. Dan itu sudah merupakan hinaan....
singg!" dan pedang yang bergerak dan
langsung menyambar tenggorokan tiba-tiba
membuat kening Pat-kwa-hwesio berkerut
karena keadaan sudah tak mungkin diperbaiki
lagi. Apa yang terjadi sudah harus diselesaikan,
orang-orang ini membawa adatnya sendiri.
Dan ketika ia mengelak namun pedang
mengejar, dari arah kiri Siu Gwan juga
388 menggerakkan pedangnya namun sang hwesio
mengibas maka dua pedang itu terpental
ketika bertemu sebuah kekuatan dahsyat yang
membuat mereka masing-masing terkejut.
"Plak-plak!"
Dua tosu itu terbelalak. Sekarang mereka
merasakan seperti apa yang tadi dirasakan Tan
Hoo Cinjin, sinkang luar biasa yang dipunyai
hwesio ini. Namun ketika mereka melihat tujuh
hwesio kembali bergerak dan bergandengan
tangan, tidak menyerang melainkan
memegangi ujung baju saudaranya tertua
maka dua tosu itu membentak dan Siu Gwan
sudah menyerang hwesio di sebelah kiri,
disusul kemudian oleh berkelebatnya bayangan
Ko Pek Tojin yang menghantam hwesio di
sebelah kanan.
389 "Kita serang mereka satu per satu, Kim Cutoheng. Awas jangan biarkan berkumpul dan
menjadi satu!"
Kim Cu Cinjin mengangguk. Sebentar
|kemudian dia sadar bahwa rupanya pusat
kekuatan itu ada pada gabungan delapan
hwesio ini. Mereka harus diporak-poranda
namun kenyataannya tidak gampang, kareha
begitu mereka diserang dan para hwesio
berseru keras mendadak mereka juga
mengebutkan jubah dan kain lebar yang
grombyongan itu mengeluarkan tiupan dahsyat.
"Pat-kwa-tin, kita bentuk Pat-kwa-tin (Barisan
Segi Delapan)..!" hwesio tertua, yang menjadi
pemimpin dan aba-aba tiba-tiba berkata pada
saudara-saudaranya agar membentuk
lingkaran segi delapan. Mereka tak lagi berada
di kiri kanan muka belakang melainkan samasama di lingkaran pat-kwa. Hwesio tertua tak
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
lagi sebagai ujung tombak melainkan bersamasama menghadapi lawan-lawannya itu. Dan
begitu delapan orang ini berputaran dengan
tetap sebelah tangan yang lain bergandengan,
Kim Cu dan lain-lain terkejut karena musuh
tiba-tiba juga berganti-ganti, sebentar hwesio
pertama dan sebentar kemudian hwesio kedua
maka berturut-turut delapan orang hwesio itu
silih berganti melayani lawan mereka dan Kim
Cu maupun yang lain menjadi bingung dan
buyar konsentrasinya.
"Busyet, mereka ini licik. Kita diajak berputarputar!"
"Benar, dan kita bisa pusing, Kim Cu-toheng.
Awas tipuan mereka dalam barisan Pat-kwa-tin
(Barisan Segi Delapan)!"


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Atau kita keroyok saja. Mereka ini tangguh!"
391 "Benar, yang lain-lain maju dan serbu...!" dan
ketika Tan Hoo member? aba-aba dan juga
masuk ke dalam, para pengikutnya tiba-tiba
menyerang atau menyergap Pat-kwa-tin ini.
Para hwesio tidak berubah kecuali
pemimpinnya berseru agar putaran lebih
dipercepat lagi. Dan ketika delapan orang itu
bergerak dan naik turun menahan gelombang
serangan, jubah atau kebutan-kebutan lebar
meledak bertemu hujan senjata maka para
tosu tertegun karena para hwesio itu telah
membentengi diri mereka sedemikian rapat
dan kuatnya.
"Jangan membunuh, jangan menurunkan
tangan besi. Robohkan saja mereka dan tak
perlu dendam!"
Kim Cu dan lain-lain merah padam. Mereka
marah mendengar seruan hwesio pemimpin itu
dan membentak namun bertemu tembok
392 pertahanan yang amat kuat. Dan karena
mereka sendiri terpental atau terhuyung
ditangkis delapan hwesio ini maka jangan
tanya lagi pengikut-pengikut mereka yang
kepandaiannya jauh di bawah. Mereka itu
terbanting dan kebutan atau tamparan jubah
membuat mereka berteriak. Sekejap saja tibatiba sebelas orang mengaduh-aduh, kaki atau
tangan mereka patah. Dan ketika Kim Cu
mendelik sementara Ko Pek dan Hoo Cinjin
menjadi marah, melengking dan berkelebatan
dengan pedang di tangan maka Pat-kwahwesio melayani dan mereka bergerak
berganti-ganti menghadapi Kim Cu Cinjin dan
kawan-kawannya itu. Sebentar hwesio pertama
bertemu Kim Cu Cinjin tapi sebentar kemudian
sudah diganti oleh adik-adik atau saudaranya
yang lain. Tangan yang sebelah tetap
bergandengan namun justeru dari situlah inti
kekuatan pokok Pat-kwa-tin. Imu ini ciptaan Ji
393 Beng Hwesio dan tentu saja lihainya bukan
main. Dan ketika sebelas orang kembali roboh
sementara Kim Cu dan teman-temannya pucat,
belum juga mampu membobol pertahanan
delapan hwesio ini maka hwesio pemimpin
kembali berseru agar pertikaian itu disudahi.
"Cukup... cukup. Pinceng minta disudahi saja
dan cuwi enghiong harap berhenti menyerang!"
Namun mana tosu-tosu ini mau dibujuk?
Selama pedang belum mendapatkan sasaran
tak mungkin mereka mau sudah. Tiga tosu
utama ini marah dan penasaran karena belum
sekalipun juga senjata mereka itu menyentuh
tubuh lawan. Jangankan kulitnya, ujung
bajunya saja tak dapat disentuh! Dan karena
semua ini membuat mereka naik pitam dan
mata gelap maka Kim Cu Cinjin tiba-tiba
melepaskan pukulan Khong-san-jeng-kin
dengan tangan kirinya.
394 "Dess!"
Para hwesio terkejut. Khong-san-jeng-kin
(Gunung Kosong Berkekuatan Seribu Kati)
tiba-tiba membobol pertahanan. Tosu itu
memang lihai namun hwesio pemimpin berseru
dengan teriakan Tong-tee-kang (Suara
Getarkan Bumi), menyadarkan saudarasaudaranya dan bergeraklah kembali delapan
hwesio itu memperbaiki pertahanan. Dan
ketika Khong-san-jeng-kin hanya sejenak saja
mengejutkan mereka karena hwesio-hwesio ini
telah mencengkeram lebih erat tangan
saudara-saudara yang lain, bantu-membantu
mengalirkan sinkang maka Kim Cu Cinjin
kecewa ketika untuk kedua kali pukulannya itu
tak membawa hasil.
"Dess!" para hwesio telah bertahan. Tosu ini
mengumpat namun hwesio kepala berseru
kepadanya agar tidak melepas pukulan itu lagi,
395 atau pukulan bakal membalik dan kesalahan
jangan ditimpakan kepada hwesio-hwesio Gobi itu. Dan ketika Kim Cu menjadi marah
karena hal ini dianggap hinaan, dikira dia takut
maka tosu itu membentak melepas pukulannya
lagi, pedang juga menyambar dari kanan ke
kiri.
"Jangan mengancam. Pinto tak kenal takut,
Pat-kwa-hwesio. Biarpun pinto mampus pinto
tak usah gentar!" dan Kim Cu Cinjin yang
berang melepas serangan tiba-tiba malah
mengerahkan segenap tenaganya untuk
membuktikan omongan lawan. Dia tak mau
digertak dan tentu saja tak mau percaya. Dan
ketika pukulan menyambar cepat sementara
hwesio kepala mengerutkan keningnya,
langsung menghadapi sendiri lawannya yang
nekat ini maka apa boleh buat dia memapak
396 dan ujung lengan jubahnya tiba-tiba pecah
menyambut dua pukulan itu.
"Des-dess!"
Kim Cu Cinjin menjerit. Benar saja dia tertolak
ketika pukulannya itu menghantam dahsyat.
Sebuah tenaga besar menerimanya dan tenaga
itu jauh lebih kuat daripada tenaganya sendiri.
Hwesio tertua "menyedot" tenaga adik-adiknya
untuk dipakai menyambut Khong-san-jeng-kin,
tentu saja hebatnya bukan main dan Kim Cu
Cinjin mendelik, terkejut dan terlempar bagai
layang-layang putus talinya. Dan ketika tosu
itu berdebuk dan muntah darah, roboh, maka
Kim Cu Cinjin luka berat dan pedangnya putus
menjadi dua.
"Omitohud...!" hwesio tertua mengucap pujapuji. "Maafkan pinceng, saudara-saudara.
Pinceng telah memberi peringatan namun Kim
397 Cu totiang tak menggubris. Mohon yang lain
menghentikan serangan atau akan mengalami
nasib sama!"
Ko Pek Tojin dan Tan Hoo Cinjin gentar.
Mereka pucat melihat robohnya rekan mereka
itu namun masing-masing malu untuk mundur.
Barangkali, yang terbaik adalah mengadu jiwa.
Dan ketika mereka melengking dan Hoo Cinjin
membentak menyelinapkan pedangnya, tangan
kiri bergerak dari samping tiba-tiba tosu inipun
melepas pukulan sakti, To-tiu-san
(Merobohkan Gunung).
"Dess!"
Hwesio ketiga yang menyambut. Tosu itu
mengira bahwa kalau dia berhadapan dengan
hwesio yang lebih muda barangkali
keadaannya tidaklah semenyedihkan seperti
Kim Cu Cinjin itu. Dia telah membuktikan
398 berkali-kali bahwa hwesio pemimpin itu
memang hebat, sinkang dan tangkisantangkisannya selalu membuatnya terpental.
Tapi begitu dia ditangkis hwesio nomor tiga
dan kekuatan hwesio itu sama seperti
suhengnya maka tosu ini mencelat dan cepat
melempar tubuh berjungkir balik.
"Jangan mengira pinceng bohong. Harap
jangan diulangi!"
Tan Hoo Cinjin merah mukanya. Dia mendapat
kenyataan bahwa sinkang para hwesio itu
setingkat. Mereka rata-rata hebat dan
terkejutlah dia oleh kenyataan itu. Tapi karena
seseorang tiba-tiba tertawa dan tawa itu
memerahkan telinganya, entah tawa siapa
maka tosu ini membentak dan menerjang lagi.
"Pinto tak takut!" seruan itu membuat hwesio
pemimpin mengerutkan kening. "Pinto boleh
399 mampus dan mati di sini, Pat-kwa-hwesio. Tapi
ketua dan tokoh-tokoh Heng-san yang lain tak
akan membiarkan kematian pinto secara siasia!" dan pedang serta pukulan yang kembali
menyambar-nyambar akhirnya diturut Ko Pek
Tojin yang melihat benarnya kata-kata itu,
terbukti dari seruannya.
"Benar, pinto juga tak takut mati, Hoo-toheng.
Kalau pinto mati tentu ketua Hoa-san atau
yang lain-lain pasti akan menuntut balas!"
Pat-kwa-hwesio serba salah. Mereka tertegun
oleh kata-kata itu karena benar saja para
ketua Hoa-san atau Kun-lun dan juga Hengsan menuntut balas. Keadaan bisa bertambah
besar dan ini sebenarnya tidak dikehendaki.
Dan ketika dua orang itu kembali menerjang
dan Siu Gwan Tojin membentak membantu
suhengnya maka delapan hwesio saling
pandang dan sang suheng tiba-tiba berseru,
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
"Pak-te harap ke dalam. Laporkan kepada suhu
dan biarkan kami bertujuh!"
"Baik," seorang di antara mereka tiba-tiba
keluar. "Aku akan ke dalam, suheng. Tapi
bereskan mereka ini dan kalau perlu sedikit
keras!"
"Pinceng akan mengatur itu. Beri tahu suhu
dan cepat suruh ke mari!"
Hwesio itu keluar. Dia adalah Pak-te (saudara
ke delapan) yang merupakan orang termuda di
antara Pat-kwa-hwesio. Hwesio ini sudah
mengebutkan jubahnya dan lolos dari sebuah
serangan, menarik lepas gandengan tangannya
dan berkelebatlah dia ke dalam. Dan ketika
tujuh hwesio itu melayani lawannya dan Ko Pek
maupun Hoo Cinjin menggeram karena tak
juga mampu mengalahkan lawan, Pat-kwahwesio masih hebat meskipun berkurang satu
401 orang maka saat itu terdengar suara-suara
gaduh dan dari luar muncul ratusan orang
yang berteriak-teriak. Persis gerombolan liar!
"Bunuh hwesio-hwesio Go-bi. Cincang mereka
itu!"
Hwesio kepala terkejut. Dia menoleh dan
berubah mukanya melihat bermacam-macam
orang mendatangi tempatnya. Dia sedang
menahan Kim Cu dan tosu-tosu lain ini
bersama adik-adiknya, menunggu suhunya
datang karena tak ingin menanggung resiko.
Maka begitu orang-orang itu berteriak dan
mereka berhamburan memasuki pintu gerbang,
yang saat itu dijaganya bersama enam orang
adiknya maka Twa-hwesio atau hwesio kepala
ini tersentak karena seperti perampok atau
gerombolan buas orang-orang itu menerjang
dirinya dan puluhan senjata hiruk-pikuk
402 bergemerincing menyambar seperti mahlukmahluk kesetanan.
"Heiiii....!"
Bentakan atau seruan itu lenyap ditindih sorak
gegap-gempita. Orang-orang itu menyerbu dan
Pat-kwa-hwesio tentu saja terkejut bukan
maim karena seperti hujan saja mendadak
puluhan senjata tajam beterbangan ke arah
diri dan enam adiknya. Para tosu dari Hengsan dan Hoa-san juga terkejut dan mereka
menerima pula hujan serangan ini, tentu saja
mengelak dan berteriak karena ratusan orang
itu tak pandang bulu. Mereka tadinya dikira
menyerang hwesio-hwesio Go-bi tapi para
tosupun ternyata juga ikut diserbu. Orangorang itu rupanya hantam kromo, siapa saja di
depan dia itulah yang diserang! Dan ketika Hoo
Cinjin maupun Ko Pek Tojin berseru keras,
membalik dan menangkis serangan itu maka
403 benturan senjata tak dapat dihindarkan lagi
dan empat di antara mereka menjerit kena
senjata gelap.
"Cring-crang-cringgg...!"
Ko Pek dan Hoo Cinjin terlempar bergulingan.
Mereka mendapat serbuan dahsyat dan lawan
bagaikan raksasa bangun tidur, tenaganya
demikian mengerikan dan dua tosu itu tentu
saja merasa mengkirik. Senjata yang ditangkis


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

amat banyak dan mereka tak kuat, jumlah
musuh seperti pasukan siluman dan tokoh dari
Heng-san maupun Hoa-san itu menyelamatkan
diri bergulingan. Dan ketika mereka tertegun
karena empat saudara mereka roboh, tewas
diinjak-injak ratusan orang ini maka Pat-kwahwesio dan saudara-saudaranya juga
kerepotan diserang demikian banyak orang.
"Biadab, omitohud..... sungguh biadab sekali!"
404 Orang-orang itu tertawa bergelak. Mereka tak
memperdulikan seruan Pat-kwa-hwesio itu
karena begitu hwesio-hwesio itu terpukul
mundur, ratusan orang ini seperti badai yang
sedang gila-gilanya maka mereka itu maju dan
menyerang lagi. Golok dan pedang
beterbangan dilepas dari tangan dan tujuh
hwesio itu tiba-tiba mencabut toya semuanya,
senjata yang tadi belum dikeluarkan ketika
menghadapi rombongan Kim Cu Cinjin. Dan
begitu toya diputar serta tangan erat
bergandengan, sinkang dialirkan bersatu
kekuatan maka ratusan senjata itu terpental
dan orang-orang terpekik karena tujuh hwesio
ini tiba-tiba seperti tujuh tembok baja yang tak
dapat ditembus.
"Aihhh... crang-crang-cranggg!"
Senjata patah-patah. Golok dan pedang yang
berseliweran menghujani hwesio-hwesio ini
405 tiba-tiba mendapat perlawanan hebat. Mereka
kalah oleh gabungan tenaga tujuh hwesio ini
dan bergeraklah Pat-kwa-hwesio mempercepat
putaran. Gerakan itu membuat lawan terkejut
karena tiba-tiba pusing dan bingung. Dan
ketika mereka tertegun dan di saat itulah
lawan membentak, Pat-kwa-hwesio
menyambarkan toyanya masing-masing maka
tujuh orang menjerit karena terlempar.
"Des-des-dess!"
Lawan tiba-tiba panik. Mereka melihat tujuh
hwesio ini bergerak berseliweran, cepat dan
ringan dan tahu-tahu toya kembali menggebuk
atau menghantam mereka. Dan ketika tujuh
orang kembali roboh dan gerombolan itu pucat,
terpukul mundur mendadak terdengar seruan
agar mereka maju kembali dan sinar-sinar
hitam sekonyong-konyong menyambar tujuh
hwesio ini.
406 "Jangan takut, maju. Robohkan mereka dan
kita temui Ji Leng Hwesio untuk meminta kitab
Bu-tek-cin-keng.... ser-ser-ser!"
Pat-kwa-hwesio terkejut. Mereka tak tahu
siapa yang berseru itu tapi sinar-sinar hitam
yang menyambar mereka haruslah ditangkis.
Mereka menggerakkan toya dan sinar-sinar
hitam ini bertemu senjata di tangan. Tapi
ketika sinar-sinar itu terpental tak runtuh ke
tanah, menyambar atau menusuki tubuh
mereka maka Pat-kwa-hwesio berteriak keras
dan apa boleh buat tangan kiri mereka
bergerak menampar benda-benda ini, yang
ternyata jarum-jarum halus yang luar biasa
banyaknya.
"Ha-ha, masuk. Cepat serbu!"
Pat-kwa-hwesio berubah. Mereka tiba-tiba
telah saling melepaskan gandengan karena
407 menampar jarum-jarum itu. Mereka telah
dipaksa melepaskan tangan kiri untuk
menghalau sinar-sinar hitam ini, yang sebagian
masih menancap dan melubangi ujung jubah
mereka. Dan ketika kesempatan itu
dipergunakan musuh untuk kembali menyerbu,
barisan Pat-kwa-tin telah pecah gara-gara
serangan jarum hitam itu maka hwesio
pemimpin berteriak agar saudara-saudaranya
kembali menyatukan tangan. Tetapi terlambat.
Para penyerbu telah masuk dan sinar-sinar
hitam kembali berhamburan dari segala
penjuru. Barisan Pat-kvwa-tin dipecah belah
dan terkejutlah tujuh murid Ji Beng Hwesio itu
karena musuh yang liclk telah menghancurkan
kehandalan mereka. Dan ketika apa boleh buat
mereka harus berkelebatan sendiri-sendiri,
masing-masing menggerakkan toya dan ujung
lengan jubah maka sinar-sinar hitam
menghilang untuk sekejap.
408 "Des-des-dess!"
Tujuh hwesio ini memang hebat. Mereka
adalah murid-murid Ji Beng Hwesio yang
kepandaiannya amat mengagumkan. Mereka
berkelebatan dan berseru keras menghalau
musuh-musuh yang di depan. Dan ketika
musuh berteriak tapi yang lain maju mengganti,
Pat-kwa-hwesio bertanding secara perorangan
maka musuh porak-poranda namun panahpanah berapi mendadak menyambar mereka
dari segala penjuru.
"Jangan takut, mereka dapat dikacau!"
Tujuh hwesio ini terbelalak. Mereka mendengar
seruan yang lagi-lagi dikenal suaranya tak
dikenal orangnya. Panah-panah api itu
meluncur dan tentu saja ditangkis. Tapi ketika
panahnya meledak dan dari balik api yang
padam itu memuncrat puluhan sinar-sinar
409 hitam, lagi-lagi jarum itu maka Pat-kwa-hwesio
memekik dan mereka marah bukan main.
"Omitohud, hina dan licik.... crik-crik-crik!"
sinar-sinar itu dikebut, lenyap dan runtuh
namun orang-orang itu sudah menyerbu lagi.
Mereka mendapat kesempatan ketika para
hwesio ini sibuk menghadapi panah-panah api,
juga jarum-jarum hitam yang benar-benar
mengacaukan konsentrasi itu. Dan ketika Patkwa-hwesio berteriak karena sibuk dan
terdesak, seseorang mengacau di balik sana
maka satu di antara mereka tiba-tiba kena
tombak dan terhuyung mengeluarkan seruan
tertahan.
"Chit-sute (adik ke tujuh) terluka. Awas dan
lindungi dia!"
Twa-hwesio, hwesio pemimpin, terkejut dan
membelalakkan matanya. Dia terkejut karena
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
adiknya termuda kena serangan tombak. Tapi
baru dia berkata begitu mendadak adiknya
nomor enam juga berteriak dan roboh kena
golok terbang. Entah siapa yang menyambit!
"Augh!"
Hwesio ini tertegun. Sekejap saja dua adiknya
tiba-tiba roboh tak dapat meneruskan
perlawanan. Mereka jatuh terduduk dan dua di
antara mereka dalam bahaya. Dan ketika dia
terbelalak dan memutar toyanya, kencang,
maka dua teriakan terdengar lagi dan Ngo-te
(saudara ke lima) serta Su-te (ke empat)
terjengkang kena hui-to!
**SF**
(Bersambung jilid 6)
Bantargebang, 29-08-2018,21:36
411 PRAHARA DI GURUN GOBI
JILID 6
* * * Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis :
Yanes & Antonius S.
* * * Percetakan & Penerbit
U.P. DHIANANDA
P.O. Box 174
SOLO 57101
412 PRAHARA DI GURUN GOBI
Karya : Batara
Jilid 6
"AIHHH... keparat!" hwesio tertua lupa dir?.
Hwesio ini membentak dan melengking karena
tiba-tiba dari enam orang saudaranya
mendadak empat sudah roboh terluka. Mereka
bertujuh tinggal bertiga dan tentu saja hwesio
itu marah bukan main. Dan ketika dia
membentak dan mengayunkan toyanya ke kiri
kanan, menyergap bagai elang haus darah
tiba-tiba delapan orang roboh dengan kepala
hancur, kena sapuan toyanya itu.
413 "Mundur, atau pinceng membunuh!"
Yang lain terkejut. Hwesio yang murka itu
berobah menjadi ganas, kembali menyergap
dan robohlah tujuh orang oleh sapuan toyanya
yang dahsyat. Dan ketika dua hwesio yang lain
juga membentak dan mengikuti suhengnya,
berkelebatan dan menyambar-nyambar tibatiba tiga orang hwesio ini menjadi algojo yang
keras dan tidak kenal ampun. Puluhan tubuh
malang-melintang namun tiba-tiba terdengar
suara ser-ser dua kali. Yang pertama
menghamburkan belasan jarum-jarum hitam
sementara yang kedua puluhan jarum-jarum
merah, hitam dan merah silih berganti. Dan
ketika semua itu menyambar tiga hwesio ini
dan hweslo ketiga mengeluh tertahan,
menyampok namun tertancap sebatang jarum
maka hwesio itu terhuyung dan jatuh terduduk,
Seluruh tubuh tiba-tiba gatal dan merah
414 terbakar. Jarum yang menancap demikian
lembut dan kini memasuki aliran darahnya!
"Augh, seseorang mencurangi pinceng. Awas
musuh yang amat berbahaya!"
"Ha-ha!" sebuah suara terdengar
menyeramkan, lagi-lagi suara tanpa rupa itu.
"Mampus kalian, hwesio-hwesio Go-bi. Ayo
serbu dan serang mereka. Maju lagi!"
Hwesio tertua pucat. Dia melihat adiknya
nomor tiga itu menggigil dan menggaruki
seluruh tubuhnya, semakin digaruk semakin
gatal tapi juga panas. Saudaranya itu
mengeluh dan akhirnya bergulingan ke sana ke
mari, berteriak-teriak. Tapi ketika dia
membentak dan berkelebat mau menolong,
ratusan orang itu tertegun tapi tiba-tiba sadar
mendadak mereka berteriak dan menyerbu lagi.
415 Suara tanpa rupa itu benar-benar pendorong
atau pemimpin di balik layar.
"Betul, serang mereka lagi. Bunuh!"
Twa-hwesio melotot. Dia dihadang puluhan
senjata ketika mendekati adiknya nomor tiga
itu, tentu saja membentak dan menggerakkan
toyanya dengan dahsyat. Dan ketika puluhan
orang itu mencelat terlempar, hwesio ini
benar-benar luar biasa maka Ji-hwesio,
saudaranya nomor dua juga sudah diserbu dan
dikeroyok lagi, hwesio nomor tiga berteriakteriak dan berkelojotan seperti cacing di atas
wajan panas!
"Aduh, keparat.... tolong.... tolong pinceng!"
Namun tak ada yang menolongnya. Jarum
halus itu menyusup semakin cepat dan
sebentar kemudian sudah mendekati jantung.
416 Twa-hwesio dan Ji-hwesio dikeroyok banyak
orang dan mereka itupun marah sekali
membabat atau mengemplang lawan dengan
toya mereka yang ampuh. Tapi ketika puluhan
tubuh kembali roboh dan banjir darah terjadi di
gerbang Go-bi, keadaan sungguh mengerikan
sekali, mendadak terdengar kesiur angin
lembut dan sebuah sapaan atau teguran
mendahului semuanya itu.
"Omitohud, biadab dan sungguh tak mengenal
aturan sekali. Berhenti dan jangan
membunuh!"
Orang-orang itu berteriak. Mereka tahu-tahu
terlempar dan mencelat ke sana-sini ketika
sebuah angin dahsyat mengangkat dan
melempar mereka. Seorang hwesio renta


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendadak muncul di situ dan jubahnya yang
gerombyongan dikibaskan dua tiga kali.
Tampaknya biasa-biasa saja namun buktinya
417 puluhan atau ratusan orang itu terbawa naik.
Dan ketika mereka berpelantingan dan jatuh
berteriak kesakitan, berdebuk atau terbanting
dengan keras maka semua pucat melihat
hwesio renta itu, yang sudah berdiri dan
mengusap hwesio nomor tiga.
"Ji Beng Hwesio...!"
"Wakil ketua Go-bi!"
Semua gentar. Puluhan atau ratusan orang itu
mendadak jerih memandang hwesio renta ini.
Semua melihat bahwa dengan gerakan biasa
saja hwesio itu telah mencerai-beraikan
puluhan orang. Begitu mudah namun mereka
tak mampu bangkit berdiri karena pantat atau
punggung mereka sakit-sakit. Kebutan jubah
itu telah membuat lumpuh pertandingan! Dan
ketika hwesio itu mengangguk dan bersinarsinar memandang puluhan orang itu, matanya
418 mencorong dan mengeluarkan wibawa yang
besar maka Twa-hwesio dan Ji-hwesio yang
terhuyung dan roboh terduduk cepat-cepat
bangkit berdiri dan berlutut di depan hwesio
renta ini, karena itulah guru mereka!
"Ampun...!" Twa-hwesio menggigil dan
meratap. "Teecu telah melakukan pembunuhan,
suhu. Tapi teecu terpaksa dan dipaksa keadaan.
Teecu tak mampu mengendalikan diri!"
"Hm, apa yang terjadi. Bagaimana semuanya
ini!"
"Kami kedatangan saudara-saudara dari Hoasan dan Kun-lun..." Twa-hwesio merintih,
menerangkan. "Tapi tahu-tahu muncul ratusan
orang ini suhu. Dan kami tahu-tahu diserbu!"
"Benar," Ji-hwesio juga menyambung
suhengnya. "Orang-orang liar ini menyerbu
419 dan mengeroyok kami, suhu. Kami tak dapat
berbuat apa-apa dan dipaksa menyambut!"
"Dan mana saudara-saudara dari Kun-lun atau
Hoa-san itu?"
"Mereka pergi," Twa-hwesio mendadak
tertegun. "Tadi mereka ada di sini!"
"Benar," sesosok bayangan berkelebat, disusul
oleh bayangan-bayangan lain, puluhan atau
ratusan murid-murid Go-bi. "Mereka itu pergi,
suhu. Dan inilah apa yang teecu laporkan tadi!"
Pat-hwesio, hwesio ke delapan, tiba-tiba
muncul di situ. Dia tadi masuk ke dalam
diperintah suhengnya, melapor tapi keadaan
sudah berobah demikian cepat dengan
datangnya orang-orang liar itu. Dan ketika
orang-orang itu melihat munculnya ratusan
murid-murid Go-bi, tak kurang dari dua ratus
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
maka mereka itu tiba-tiba gentar dan satu
demi satu pergi secara diam-diam!
"Heii, kalian jangan lari!" Twa-hwesio
membentak dan marah, tentu saja berang
karena setelah membuat onar tiba-tiba mereka
itu pergi. Begitu enaknya! Tapi ketika hwesio
ini berkelebat dan hendak menghadang, marah
kepada orang-orang itu ternyata suhunya
memanggil dan Ji Beng Hwesio berseru,
"Biarkan mereka itu. Tak guna mengurusi
cecunguk-cecunguk kecil!"
"Tapi mereka ini pengacau-pengacau liar,"
Twa-hwesio tertegun. "Mereka ini harus
ditangkap dan dihukum, suhu. Mereka telah
mengacau!"
"Tidak, biarkan saja," sang suhu mengebutkan
jubah. "Ada yang lebih penting dari segalanya
421 ini. Pinceng belum tahu pemimpinnya dan
ceritakan siapa yang menggerakkan orangorang itu!"
Twa-hwesio sadar. Tiba-tiba dia teringat dan
celingukan ke sana ke mari namun suara tanpa
rupa itu tak ada. Benar, ada seseorang yang
menggerakkan orang-orang itu. Ada dalang di
balik layar yang membuat ratusan orang itu
datang dan mengacau! Dan ketika hwesio ini
tertegun sementara saudaranya juga mengerti
dan mencari-cari, gagal dan merah padam
maka Ji Beng Hwesio bertanya apa yang
mereka cari-cari.
"Teecu mencari-cari orang yang menjadi
perusuh di antara semua kejadian ini. Ada
seseorang yang memimpin tapi tidak
menampakkan diri!"
422 "Benar, dan dialah yang melukai sam-sute
(adik ketiga) sampai menderita seperti itu,
suhu. Kalau suhu tidak datang barangkali teecu
berdua juga menjadi korban!"
"Omitohud, pemilik jarum merah dan hitam
itu?"
"Benar."
"Sudah pinceng duga. Pentolan-pentolan kaum
sesat! Ah, sekarang masuk saja ke dalam,
Twa-ceng. Bawa saudara-saudaramu yang lain
dan tutup pintu gerbang selama seminggu.
Pinceng tak memperkenankan dibuka kalau
tidak ada perintah. Omitohud, Tujuh Siluman
Langit benar-benar mulai mengacau!"
"Tujuh Siluman Langit?"
423 "Hm, tak usah bertanya. Bawa dan tutup pintu
gerbang, Twa-ceng. Bawa saudara-saudaramu
dan suruh yang lain mengubur atau merawat
yang luka-luka!"
Twa-hwesio terkejut. Dia berobah mendengar
kata-kata gurunya dan saudara-saudaranya
yang lain terbelalak. Tujuh Siluman Langit?
Pantas! Tapi siapa di antara tujuh siluman itu
yang datang? Kwi-bo atau Coa-ong? Rasanya
bukan. Suara itu bukan suara Coa-ong dan
juga Kwi-bo. Mereka merinding namun
kemarahan tiba-tiba membakar lagi. Namun
karena sang suhu sudah memerintahkan
mundur dan adik mereka nomor tiga sudah
ditolong suhu mereka, disedot dan ditarik
keluar jarumnya maka empat saudara yang
lain juga digotong dan dibawa masuk. Mereka
luka-luka dan puluhan mayat yang ada di situ
diangkat dan dimasukkan ke dalam lubang
424 yang telah dibuat. Dan ketika pintu gerbang
juga sudah ditutup dan dipalang dari dalam,
Go-bi menyatakan tak menerima tamu maka
suasana di perguruan ini benar-benar suram
dan penuh tanda berkabung. Bendera atau
umbul-umbul hitam ?ipancangkan di temboktembok gerbang, tinggi dan memberi tahu
kepada dunia luar bahwa Go-bi sedang
bersuasana duka, tak menerima siapapun dan
juga tak mengijinkan siapapun untuk keluar.
Para murid membaca liam-keng dan dengung
atau suara orang membaca kitab ini terdengar
di mana-mana. Ada yang membaca doa untuk
arwah leluhur dan ada pula yang membaca doa
untuk keselamatan diri sendiri. Sekali di tengah
malam seluruh murid ditarik ke Ruang Genta
untuk membaca kitab suci, memohon ampun
dan keselamatan Go-bi secara umum. Tentu
saja suaranya menyeramkan karena pukulan
genta dan dengung yang membaca kitab
425 disusul oleh kepulan asap hio yang harum
menyengat, diiring suara jengkerik atau
serangga malam yang seolah merupakan
musik sendiri. Musik binatang-binatang jalang
yang tak mau kalah dengan manusia! Dan
ketika hari ke lima Go-bi berdengung dalam
doa-doa, setiap malam genta dan ketrik bunyi
tasbeh susul-menyusul, tak ada habisnya maka
tiba-tiba menjelang senja enam orang tosu
telah berdiri di pintu gerbang minta dibukakan
pintunya. Pintu gerbang itu setinggi lima meter!
"Siancai, pinto mohon ijin masuk. Harap para
saudara di dalam membukakan pintu!"
Pintu gerbang tergetar. Seorang di antara para
tosu itu yang mengetukkan tongkatnya
mendadak membuat suara dinding berderak
mengejutkan. Para murid yang tak menjaga
tempat itu dan berada di ruang dalam tiba-tiba
terperanjat. Seruan atau suara di luar itu
426 terdengar tiga kali berturut-turut dan tiga kali
itu pula pintu gerbang yang kokoh diketuk
menggetarkan. Suaranya sampai ke dalam dan
dinding tembok seakan dipukul benda keras,
amat menggetarkan! Dan ketika murid-murid
tertegun namun beberapa di antaranya
meloncat dan berlari mendekati pintu,
membuka lubang kecil dan mengintai maka
tertegunlah dia melihat enam tosu itu, tak
mengenal siapa mereka.
"Omitohud, Go-bi sedang tak menerima tamu.
Siapakah kalian dan apakah tidak melihat
bendera hitam di atas tembok!"
"Siancai!" sepasang mata berkilat bertemu
dengan mata anak murid yang mengintai di
lubang kunci ini, mata yang membuat anak
murid itu terkejut. "Pinto dari Hoa-san dan
Kun-lun, saudara muda, juga Heng-san yang
427 ingin bertemu dan menghadap ketua Go-bi.
Tolong beritahukan dan buka pintu!"
"Hoa-san? Kun-lun?"
"Ya, kami dari sana. Datang jauh-jauh ingin
menemui ketua atau wakil ketua Go-bi yang
terhormat!"
"Ah, kami sedang tak menerima tamu. Lagi
pula sudah mulai malam. Besok saja kalian
datang setelah hari ke delapan!"
"Siancai, kami jauh-jauh tak mengetahui
tutupnya pintu gerbang ini, saudara muda,
terlanjur ke mari dan tentu saja tak mungkin
menarik keinginan kami. Tolong beri tahu
kepada yang terhormat ketua Go-bi atau wakil
ketuanya!"
428 "Kami tak dapat meluluskan permintaan ini,"
sang hwesio muda mendongkol. "Kami sudah
memberi tahu bahwa Go-bi sedang tutup tak
menerima tamu dan kalian kembali saja!"
"Hm, hwesio mana yang berani bicara seperti
ini kepada yang terhormat ketua Hoa-san?
Kalau tidak bisa diajak bicara baik-baik lebih
baik kau tinggal di sini saja, berteriak dan
panggil saudara-saudaramu!" seorang tosu
bermuka merah tiba-tiba membentak dan tidak
sabar. Dia menepuk pintu gerbang yang tebal
itu dan mendadak hwesio muda ini menjerit.
Dia tersengat arus listrik dan tahu-tahu
tubuhnya menempel. Dan ketika tiga yang lain
juga begitu dan meronta-ronta dengan muka
histeris, pucat dan berteriak-teriak maka para
hwesio yang ada di dalam segera berhamburan
dan menarik tangan atau pundak temannya ini.
Tapi celaka. Begitu mereka memegang begitu
429 pula tubuh mereka terhisap dan tersedot arus
panas yang memancar di pintu gerbang itu.
Tosu muka merah ini bukan lain adalah ketua
Heng-san yang berangasan, To Hak Cinjin. Dan
karena orang-orang Heng-san memang
terkenal berdarah panas dan cepat marah,
seperti juga Tan Hoo Cinjin dan murid-murid
yang lain maka begitu hwesio muda itu
menyambut tak bersahabat tiba-tiba saja tosu
ini gusar dan langsung menepuk pintu gerbang
yang kokoh. Dari telapak tangannya muncul
semacam arus listrik dan kontan saja yang ada
di dalam terpekik, kena sengat dan menempel
tak dapat melepaskan diri. Dan ketika saudarasaudaranya yang lain terkejut dan ingin
menolong, menarik atau membetot hwesiohwesio muda itu mendadak merekapun
tersengat dan belasan orang tiba-tiba menjerit
dan meronta-ronta di balik pintu gerbang.


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
Tangan atau kaki mereka lekat satu sama lain
diserang tepukan sakti ketua Heng-san.
"Aduh, tobat... tolong!"
"Augh, mati aku. Tolong, para suheng. Di luar
ada enam tosu siluman!"
Go-bi geger. Menjelang senja itu tiba-tiba
perguruan ini kembali digemparkan oleh
peristiwa baru. To Hak Cinjin tersenyumsenyum puas sementara hwesio-hwesio di
dalam mendapat "pelajaran". Mereka itu
berteriak-teriak dan yang lain meluruk dengan
kaget, bingung dan tak berani memegang
karena begitu dipegang tentu mereka
tertempel pula. Persis rang kena strom! Dan
ketika tosu itu terbahak-bahak sementara dua
temannya yang lain mengerutkan kening dan
tampak tak enak, perbuatan itu membuat
keributan maka tosu berhidung mancung tiba431 tiba berseru dan memukul perlahan pintu
gerbang.
"Maaf, mereka cukup menderita, Heng-sanpaicu (ketua Heng-san). Pinto kira cukup dan
biarkan mereka melapor ke dalam.... plak!"
lima jari tosu itu menggetarkan dinding,
mengeluarkan tenaga lembut yang tiba-tiba
menghilangkan pengaruh listrik itu. Dan ketika
hwesio di dalam terlepas dan jatuh saling
tindih, mereka pucat dan gentar maka tosu
berhidung mancung itu berseru, "Tolong
beritahukan bahwa kami ketua-ketua Heng-san
dan Hoa-san serta Kun-lun ingin bertemu.
Laporkan ketua kalian dan buka pintu
gerbang!"
Para hwesio terkejut. Setelah mereka terlepas
dari pukulan sakti To Hak Cinjin tiba-tiba
mereka berubah wajah dan memandang satu
sama lain. Yang mencelakai mereka itu ketua
432 Heng-san padahal di situ masih ada ketuaketua Kun-lun dan Hoa-san. Dan ketika
mereka ribut-ribut namun berlarian menjauh,
hajaran To Hak Cinjin membuat mereka ngeri
maka semuanya ke dalam dan melapor kepada
pimpinan atau orang-orang yang mereka
anggap tokoh-tokoh Go-bi, kebetulan bertemu
Pat-kwa-hwesio.
"Suheng, celaka. Enam orang tamu menyatroni
tempat kita dan mereka minta bertemu ketua!"
"Hm, siapa mereka?" Twa-hwesio terkejut,
tujuh saudaranya yang lain juga membuka
mata, mereka sedang bersamadhi.
"Mereka adalah ketua-ketua Hoa-san dan Kunlun, juga Heng-san!"
"Kun-lun-paicu dan Hoa-san-paicu?"
433 "Benar, dan Heng-san-paicu, suheng. Ketua
Heng-san itu menyengat kami dengan pukulan
listriknya. Banyak saudara yang celaka!"
"Benar, dan mereka minta dibukakan pintu
gerbang. Kami bingung dan mohon petunjuk!"
"Hm, kalian mundur. Biar aku menyambut dan
yang lain memberi tahu suhu!" Twa-hwesio
bergerak, kaget dan seketika bangun berdiri
dan cepat memerintah dua saudaranya untuk
memanggil suhu mereka. Yang datang adalah
ketua-ketua partai terkenal dan tentu saja
mereka tak boleh main-main. Twa-hwesio
segera teringat peristiwa lima hari yang lalu
dan tergetarlah hwesio ini oleh kedatangan
tamu, Tentu untuk urusan dulu! Dan ketika
hwesio ini memberi tanda dan berkelebat
keluar, dua saudaranya mencari atau memberi
tahu suhu mereka maka enam dari delapan
Hwesio Segi Delapan ini sudah ada di pintu
434 gerbang, menyambut tapi tetap di balik pintu,
lubang kecil dibuka.
"Omitohud, selamat datang yang terhormat
sam-wi-pangcu (tiga ketua) dari Heng-san dan
Hoa-san serta Kun-lun, Kami Pat-kwa-hwesio
mohon maaf karena tak tahu!"
"Heh, kalian Pat-kwa-hwesio?" To Hak Cinjin
tiba-tiba berseru mendahului, melotot dan
marah melihat murid-murid Ji Beng Hwesio ini.
"Kalau begitu cepat buka pintu. Pinto To Hak
Cinjin ingin bicara dengan kalian!"
"Maaf, kami sedang menunggu suhu. Yang
terhormat Heng-san-paicu harap bersabar."
"Apa, bersabar? Setelah kalian muncul di sini?
Heh, menghormati Go-bi pinto tak
menghancurkan pintu gerbang ini, Pat-kwa435 hwesio. Cepat kalian buka pintu atau pinto
menggedornya!"
Benar saja, pintu gerbang tiba-tiba digedor.
Lubang kecil yang tak memuaskan ketua Hengsan-pai tiba-tiba dikorek dan melebar, kayunya
hancur dan seketika itu juga menganga
sebesar kepala manusia. Dan ketika Twahwesio terkejut sementara adiknya terbelalak
dan marah, pintu digedor hingga berderak
engselnya maka Ji-ceng melangkah dan
berseru menegur lawan,
"Omitohud, pinceng heran melihat ini, Hengsan-paicu. Masakah seorang ketua bersikap
kasar seperti bajak laut. Mohon paicu bersabar
dan setelah suhu datang tentu pintu akan
dibuka secara baik-baik!" Hwesio ini
menggerakkan tangannya, menutup daun
jendela kecil tapi sebenarnya mengerahkan
tenaga mendorong balik pukulan atau gedoran
436 itu. Tapi ketika To Hak Cinjin berseru keras dan
semakin berang, diri sendiri disamakan dengan
seorang bajak maka ketua Heng-san itu
membentak dan pukulan dari dalam
disambutnya dengan sentakan listriknya.
"Siancai, sungguh kurang ajar. Murid kelas
rendahan berani menghina pinto. Awas, pinto
ingin mengajar adat kepadamu!" Ji-ceng
terkejut, gerbang yang tebal dan kokoh
mendadak menjadi panas luar biasa dan aliran
listrik tegangan tinggi, tiba-tiba muncul di situ,
menyengat atau menyambar lengannya, yang
sedang menutup atau mendorong daun pintu
kecil. Dan begitu hwesio ini berteriak dan
terkejut, serangan Heng-san-paicu itu memang
hebat sekali maka lengan hwesio ini tertempel
dan tersedot tak dapat dilepaskan.
"Aiiihhhhh....!"
437 Seruan kaget itu mengguncang saudarasaudaranya yang lain. Lima hwesio melihat Jiceng meronta-ronta dan berteriak keras,
mukanya pucat dan sekujur tubuh pun tibatiba berkeringat deras. Dan ketika Ngo-ceng
serta Sam-ceng tak kuat menahan, berseru
keras, tiba-tiba keduanya melompat maju dan
menarik atau membetot suheng mereka itu.
"Jangan...!"
Namun terlambat. Twa-hwesio, yang tahu dan
kaget mencegah tiba-tiba melihat saudaranya
ketiga dan lima sudah maju menolong. Mereka
itu menarik atau menyambar lengan suheng
mereka itu. Tapi begitu dipegang dan ditarik
mendadak keduanya berteriak kaget dan
tersedot pula, meronta-ronta.
"Aihhhh, ilmu iblis. Tolong...!"
438 Twa-hwesio kaget. Dia dan saudaranya nomor
empat dan enan terbelalak dengan muka
berobah. Saudara-saudaranya itu baru saja
sembuh setelah ditolong guru mereka, yakni
ketika terluka dalam serbuan orang-orang liar
itu. Tapi begitu dia hendak bergerak dan
membentak Heng-san-paicu, bingung
bagaimana menolong tiga orang saudaranya
itu mendadak berkesiur angin dingin dan Ji
Beng Hwesio muncul di situ, berseru nyaring,
"Omitohud, melawan anak-anak tak ada
gunanya, Heng-san-paicu. Mohon kemurahan
hatimu dan lepaskan murid-murid pinceng....
plak-plak!" lengan atau jari-jari Ji Beng Hwesio
mencengkeram pundak murid-muridnya,
bertemu dengan tenaga listrik namun Ji Beng
Hwesio rupanya tak terpengaruh, buktinya
hwesio itu tak apa-apa dan mampu menarik
murid-muridnya mundur menjauhi pintu
439 gerbang. Dan ketika To Hak Cinjin berseru
kaget karena arus serangannya lenyap
membentur sesuatu yang kenyal, kuat namun
lemas maka tosu ini terhuyung mundur dan
sekali Ji Beng Hwesio mengebutkan ujung
jubahnya maka pintu gerbangpun terkuak
lebar-lebar.
"Siancai, Ji Beng lo-suhu sungguh lihai!"
"Omitohud, pinceng sudah tua renta, tak
memiliki kepandaian apa-apa. Selamat datang
kepada sam-wi totiang dan silahkan masuk!"
Enam orang di depan tertegun. Ketua-ketua
Hoa-san dan Kun-lun terkejut karena dengan
begitu mudahnya Ji Beng Hwesio mengambil
anak-anak muridnya. Sengatan listrik tak
dirasakan hwesio itu dan mereka kagum
karena pukulan Heng-san-paicu berhasil
dipunahkan begitu gampangnya, padahal tadi
PDF MAKER : OZ
PRAHARA DI GURUN GOBI - BATARA
PUSTAKA : KOH AWIE DERMAWAN
KOLEKTOR E-BOOK
REWRITER : SITI FACHRIAH
setiap orang tentu tersedot dan tertempel.
Ketua Heng-san itu memiliki apa yang disebut
Thi-khi-i-hiat, menempel atau menyedot habis
darah korban kalau terus disetrom. Tapi begitu
Ji Beng Hwesio mampu memunahkannya dan
Thi-khi-i-hiat tak berpengaruh aba-apa,
padahal tiga muridnya itu gosong dan pucat
kebiru-biruan maka makumlah tokoh-tokoh di
situ bahwa hwesio renta yang matanya meram
melek ini benar-benar memiliki kesaktian tinggi.
Kesaktian yang mampu mengalahkan Thi-khi-ihiat, hal yang membuat To Hak Cinjin marah
tapi juga penasaran!
"Siancai, Ji Beng lo-suhu kiranya yang datang.
Bagus, pinto memang ingin ketemu dan
menuntut perbuatan Go-bi terhadap muridmurid Heng-san!"
"Omitohud, mari silahkan sam-wi totiang
masuk ke dalam. Hari sudah terlalu senja dan
441 tak enak bicara di luar. Marilah, pinceng
persilahkan masuk dan tak apa meskipun cuwi
totiang telah membuat sedikit keributan!"
Ketua Kun-lun dan lain-lain merah mukanya.
Mereka telah dipersilahkan masuk tapi katakata Ji Beng Hwesio cukup menampar. Mereka,
ketua-ketua persilatan terkenal telah disindir
sebagai orang-orang yang tak dapat memberi
contoh yang baik, membuat ribut dan
memaksa di rumah orang. Tapi karena urusan
amatlah penting dan tiga orang ketua itu
menebalkan muka, mereka memang ingin
bertemu maka pintu gerbang ditutup ketika
enam orang tosu itu masuk ke dalam.
"Kami tak bermaksud membuat ribut, tapl
murid-murid lo-suhu yang tak segera
membukakan pintu gerbang. Harap Ji Beng losuhu maafkan karena tentu lebih tak baik lagi
442 kalau kami semua masuk dan melompati pintu
gerbang!"
"Omitohud, plnceng mengerti. Tapi harap cuwi
(anda sekalian) masuk dan mari kita bicara di
dalam, Ji Beng Hwesio mengangguk-angguk,
mengerti namun sinar matanya tetap tak
menunjukkan kegembiraannya. Pancaran tidak
senang itu terasa oleh tiga ketua di sini namun
mereka juga tidak perduli. Dan ketika tuan
rumah mengajak mereka ke dalam dan
dipersilahkan duduk, murid-murid yang lain
diusir maka Ji Beng mengucap selamat datang
dan mohon maaf bahwa sambutan amatlah


Prahara Di Gurun Gobi Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sederhana, tak sebagaimana layaknya
menyambut ketua-ketua partai terhormat.
"Go-bi sedang dilanda petaka, cuwi tentu tahu.
Harap sambutan ini tak mengecilkan hati dan
apakah maksud kedatangan cuwi."
443 "Hm, pinto datang untuk menuntut tanggung
jawab Go-bi!" To Hak Cinjin berseru
mendahului, bangkit berdiri. "Pinto ingin
bertanya kenapa Go-bi sewenang-wenang
kepada Heng-san, lo-suhu. Mohon jawaban dan
tanggung jawab lo-suhu!"
"Siancai, pinto juga begitu!" sang ketua Kunlun bangkit pula, mengebutkan ujung lengan
Istana Ular Emas 1 Wiro Sableng 139 Api Cinta Sang Pendekar Si Teratai Merah 1

Cari Blog Ini