Ceritasilat Novel Online

Tapak Tangan Hantu 19

Tapak Tangan Hantu Karya Batara Bagian 19


dilawan karena amat jahat dan keji. Ingat tengkorak atau tulang-belulang di pohon besar itu!"
Bi Hong mengangguk-angguk. Tentu saja ia memuji pemuda ini karena tak terpengaruh sama sekali
oleh hubungan keluarga atau darah itu. Selama ini yang ia ketahui adalah Majikan Hutan Iblis itu adalah
murid Te-gak Mo-ki, kedudukannya sebagai adik seperguruan tapi merupakan suheng (kakak) bagi Sin Gak.
Janggal dan aneh kalau sute dan suheng adalah cucu dan kakeknya. Tapi karena sebut-menyebut itu tak
berarti lagi bila melanggar kebenaran, mereka adalah pendekar yang harus membasmi kejahatan maka
ketegasan dan sikap Sin Gak membuat Bi Hong kagum.
"Siapapun adanya dia maka dia adalah iblis. Coba ingat ketika dia membunuh ibuku, pantaskah
seorang paman membunuh keponakannya? Tapi aku bergerak bukan berdasarkan dendam, Bi Hong,
melainkan semata membela kebenaran menumpas kejahatan. Sudah terlalu banyak orang itu membuat dosa!"
"Ya, aku tahu. Dan sekarang lihat ayahmu membelok di situ!" Bi Hong menghentikan percakapan
ketika tiba-tiba dia menuding. Mereka telah tiba di taman margasatwa di mana geraman singa atau harimau
mendirikan bulu kuduk. Di balik kerangkeng atau jeruji-jeruji besi tampaklah hewan-hewan buas tangkapan
istana. Ini adalah hasil perburuan kaisar dan para pengawalnya, dipelihara dan sewaktu-waktu diambil kalau
kaisar menghendaki santapan istimewa, daging harimau umpamanya, atau singa jantan. Dan ketika Sin Gak
berhenti melihat ayahnya berhenti maka mereka sudah berada di sebuah rumah kosong yang daun pintunya
tertutup rapat. Di tembok sebelah kiri terdapat tulisan "Rumah Hantu" dengan goresan besar-besar, begitu
pula di pintu atau pilar merah di teras depan.
"Beranikah kau mengintai ke atas, sang ayah berbisik ketika sang putera digapai mendekat. "Aku
ingin mengelilingi tempat ini sampai pintu besar, Sin Gak, dan kau periksalah dari atas genteng apa isi dalam
rumah ini."
"Hm, ayah seperti bertanya kepada anak kecil saja," Sin Gak tersenyum. "Kenapa tidak berani dan
harus takut, ayah? Baik aku ke atas dan kau putarilah rumah ini kalau menemukan sesuatu!"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
464 Giam Liong tersenyum. Bulan di atas mereka tertutup awan sejenak dan tempat itupun gelap.
Memasuki rumah ini berarti melompati pagar kawat sebagai batas pengaman, mereka telah melewati itu dan
melihat keadaan rumah ini memang cukup menyeramkan. Sepasang pohon besar di depan rumah
bergemeratak ditiup angin dingin, ujung ranting dan daun-daunnya bergesek menimbulkan bunyi setan.
Mirip suling maut atau rintahan dedemit. Namun karena mereka bukanlah orang-orang penakut dan hawa
dingin rumah itu dibuang dengan kibasan lengan baju maka Sin Gak sudah menghilang karena pemuda itu
sudah berada di atas meletakkan kaki di atas genteng berwarna hitam.
"Kratakk-brukkk!"
Tempat yang diinjak pemuda itu roboh. Tanpa disangka-sangka dan tak menduga bahwa genteng yang
diinjak begitu tua dan rapuh maka Sin Gak terjeblos ke bawah berseru kaget. Pemuda itu tak mengerahkan
Bu-bian-kangnya karena tidak menghadapi musuh, hanya menginjak ringan akan tetapi bangunan tua itu
roboh. Bersamaan ini terdengar raung dan pekik singa. Tempat itu hanya beberapa tombak saja dari
kerangkeng besi yang mengurung binatang buas itu. Dan ketika Sin Gak terkejut terjeblos ke bawah maka
dari kiri kanan menyambut sinar-sinar hitam menyambar tubuhnya, cepat luar biasa.
"Plak-plak-plak!" untunglah pemuda ini bermata tajam dan kedua tangannya menampar benda-benda
hitam itu. Tujuh panah beracun dan tiga tombak panjang patah-patah, Sin Gak mengeluarkan keringat dingin
karena tak menyangka serangan itu. Namun baru saja kakinya menginjak lantai dingin sekonyong-konyong
terdengar suara gemuruh dan....... terbukalah lantai itu menerima tubuhnya.
"Sin Gak!" Bi Hong berkelebat dan melihat pemuda itu di kegelapan yang pekat. Isi rumah ini tak tahu
apa namun hawanya dingin menyeramkan. Ketika genteng rumah ambruk dan Sin Gak terjeblos ke bawah
maka gadis ini sudah memanggil dan berseru cemas. Ia tadinya berada di luar berjaga-jaga, maksudnya
menunggu pemuda itu memberi laporan. Tapi begitu genteng dan segalanya berdebum, ia berkelebat
menyusul pemuda itu maka di saat itu ia melihat lubang hitam menerima kekasihnya.
"Rrrtttt!" Bi Hong melepas tali hitam dan cepat sekali membelit tubuh Sin Gak. Hampir saja pemuda
ini menampar tali menyangka serangan. Akan tetapi ketika Bi Hong mengeluarkan seruan dan benda itu jelas
berasal dari tangan si gadis, saat itu Sin Gak terjeblos masuk maka tertahanlah tubuhnya dan sekali Bi Hong
menyentak pemuda itupun berjungkir balik menyelamatkan diri.
"Keluar!"
Akan tetapi kejadian tidak berhenti hanya sampai di sini. Begitu lantai membuka mendadak meja kursi
menyambar-nyambar. Di sudut ruangan itu ternyata terdapat empat meja dan empat kursi, letaknya
berhadapan dan di ujung meja atau kursi ini tertancap sebilah belati tajam. Bagai digerakkan tangan setan
benda-benda ini melayang ke tengah, menuju ke lubang yang merupakan sumur itu. Akan tetapi karena Sin
Gak sudah disendal ke atas dan pemuda itu berjungkir balik pula maka terdengar benda patah ketika meja
dan kursi itu saling hantam.
"Brakkk!"
Rupanya ada karet lentur di kaki meja kursi itu. Mereka tertarik ketika lubang sumur terbuka, sepintas
seperti digerakkan tangan setan dan tak aneh kalau orang biasa bakal mati kaku. Orang lihaipun bakal
terancam bahaya kalau mampu meloncat keluar. Benda-benda itu sengaja dipasang kalau seseorang bisa
menyelamatkan diri dari sumur jebakan. Dan ketika Sin Gak memaki merasa marah maka Bi Hong
melepaskan talinya pemuda itu meloncat turun.
Akan tetapi kejadian belum habis. Bi Hong yang lega melihat Sin Gak selamat sekonyong-konyong
dikejutkan teriakan di luar rumah. Giam Liong si Naga Pembunuh berseru keras, mengejutkan mereka
hingga dua muda-mudi ini berkelebat menuju asal suara. Namun ketika mereka menabrak seutas tali setinggi
dada, tak terlihat karena terlindung gelapnya malam maka sepasang pohon besar roboh menimpa mereka.
Tali itu dilkatkan di sana dan entah bagaimana pohon yang tampaknya tegar itu rapuh.
"Awas!"
Sin Gak menyabetkan jarinya menghantam tali itu. Untunglah mereka orang-orang kuat hingga tak
sampai terluka. Namun karena tabrakan itu terjadi dengan kuat dan pohon berdebum menimpa maka Bi
Hong melengking mendorongkan tangannya ke depan.
"Bummm!" pohon miring dan tumbang, jatuh di sebelah kanan dua orang muda ini Bi Hong maupun
Sin Gak meloncat ke kiri. Mereka marah sekali karena maklum bahwa semua ini bukan kebetulan belaka,
seseorang telah menjebak mereka dan menyambut. Dan ketika terdengar teriakan lagi di dekat mereka, Sin
Gak berkelebat melihat ayahnya maka dua singa jantan menyerang ayahnya disusul harimau dan hewan-Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
465 hewan buas yang keluar dari kerangkengnya. Pintu-pintu jeruji terbuka serentak.
"Keparat!" Giam Liong membentak dan membabat singa jantan itu. "Majikan Hutan Iblis ada di sini,
Sin Gak, ia membuka semua kerangkeng besi. Awas, mereka lari!"
Sin Gak tertegum Ayahnya mencabut Golok Maut dan sekali babat robohlah dua singa itu. Akan tetapi
karena dari kanan kiri menyambar binatang-binatang lain, tempat itu menjadi gaduh maka kejadian ini mirip
ketika dulu si Naga Pembunuh mengejar Siauw Hong. Si banci itu waktu itu juga lari ke situ dan Majikan
Hutan Iblis malah berada di sini, membunuh Yu Yin dan membantai orang-orang kang-ouw.
"Crat-crat!"
Sin Gak ngeri melihat ganasnya sang ayah. Sepasang harimau jantan dan betina yang menyerang pula
disambut bacokan miring, kepala binatang itu belah. Namun karena tempat itu dipenuhi lalu-lalangnya
binatang berlarian, suara auman dan pekik gentar berbaur menjadi satu maka istana terkejut dan tampaklah
bayangan para penjaga di luar kawat berduri.
"Maling.... pengacau! Ada pembuat onar!"
Sin Gak menyambar ayahnya. Bi Hong berkelebat dan tampak bingung karena dari luar taman
muncullah puluhan obor menerangi tempat itu. Para penjaga berteriak-teriak sementara sebatang panah api
tiba-tiba menyambar. Cepat dan kuat sekali panah ini menyambar Giam Liong, di tangkis akan tetapi
pendekar itu terpelanting. Dan ketika Sin Gak terkejut melihat panah kedua maka ia melompat dan
menangkis serangan berbahaya ini.
"Plak!"
Gaduh dan ramainya tempat ini membuat Giam Liong tak mendengar kekeh tawa ditahan. Ia baru
terhuyung bangun ketika puteranya menangkis panah kedua. Sin Gak tergetar dan kaget karena iapun
terdorong. Dan ketika pemuda itu terbelalak melihat sepasang mata berkilat, lenyap dan menghilang di balik
punggung penjaga maka Bi Hong berseru kaget karena panah yang ditangkis Sin Gak terpental dan jatuh
menimpa rumah tua itu.
"Kebakaran, rumah itu terbakar!" Giam Liong membelalakkan mata. Ia tak melihat apa yang dilihat
puteranya, sosok mata berkilat yang menghilang di balik punggung penjaga itu. Dan ketika Sin Gak
berkelebat mengejar pemilik mata itu maka ia berseru agar ayahnya dan Bi Hong kembali saja ke tempat
Yauw-ongya.
"Jahanam itu rupanya berada di sini. Keluar dan cepat kembali di rumah Yauw-ongya, jangan terlihat
pengawal!"
Akan tetapi ratusan orang telah berada di sini. Api yang membakar rumah itu membuat suasana
terang-benderang, Giam Liong segera dikenal. Dan ketika pengawal terkejut melihat dirinya, berteriaklah
mereka menyebut si buntung itu maka hujan tombak dan panah berapi kembali menyambar.
"Naga Pembunuh! Dia Naga Pembunuh!" Giam Liong mengerutkan kening. Ia telah dikenal pengawal
dan mereka menyerangnya. Hewan-hewan buas digebah. Dan ketika mereka berlarian dan masuk ke
kandang, ributlah tempat itu maka Bi Hong menyambarnya dan berkata,
"Sin Gak menyuruh kita kembali, biar paman ikut aku!"
Naga Pembunuh terkejut. Jantungnya berdesir ketika tiba-tiba tubuhnya terbawa naik dan melayang
ringan. Bagai hantu saja gadis ini melewati orang-orang itu, mempergunakan Bu-bian-kang atau Ilmu Tanpa
Bobot hingga dengan mudah Bi Hong membawa temannya. Dan ketika semua membalik dan berteriakteriak, mereka bukan pengawal di tempat Yauw-ongya maka datangnya Naga Pembunuh menimbulkan
guncangan hebat karena mereka tahu siapa si buntung yang lihai ini. Bi Hong menghindar cepat ketika golok
dan tombak menyambar mereka. Semua senjata runtuh dan patah-patah. Namun ketika mereka keluar dan
Giam Liong minta dilepaskan maka gadis itu melayang turun berkata cemas,
"Paman sudah dikenal, apakah sebaiknya tidak berpamit saja pada Yauw-ongya. Kita jelas dianggap
pengacau, paman, dan ke mana Sin Gak meninggalkan kita!"
"Tidak, tak perlu lari. Justeru di tempat Yauw-ongya kita aman, Bi Hong. Di sana kita dapat
menerangkan baik-baik. Tak usah khawatir, Sin Gak pasti datang!
Akhirnya Bi Hong menurut. Di belakang mereka api bertambah besar, raung dan lolong binatang buasKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
466 riuh sekali. Akan tetapi begitu mereka berkelebat di gedung ini tiba-tiba pengawal menyambut dan Ge-busu
menyerang amat marah.
"Pembunuh! Ia datang dan kembali lagi. Awas, tangkap dan serang Naga Pembunuh ini, anak-anak,
jangan biarkan ia lolos!" Giam Liong terkejut dan menangkis tusukan Ge-busu itu. Komandan ini membawa
golok lebar dan melihat Giam Liong langsung saja ia menyerang.. Dari dalam rumah terdengar jerit dan
tangis histeris. Dan ketika golok terpental dan Bi Hong tertegun, semua tiba-tiba berbalik dan menyerang
mereka maka gadis itupun tak luput dari sasaran dan hujan tombak atau golok menimpanya pula.
"Keparat, apa yang terjadi. Kenapa kau menyerang dan menyebutku pembunuh, Ge-busu. Mana
Yauw-ongya dan biarkan aku bertemu!" Giam Liong membalik dan menangkis hujan serangan lain ketika
komandan itu terpelanting ditangkis. Anak buahnya menyerang dari kiri kanan dan membuat sibuk. Akan
tetapi ketika laki-laki gemuk itu membentak dan menyerang lagi, Yauw Kam tiba-tiba muncul di pintu
mendadak putera Yauw-ongya itu menuding.
"Orang she Sin, kau benar-benar keji. Kau pantas berjuluk Naga Pembunuh. Kenapa kau bunuh ayah
ibuku dan biarlah aku mengadu jiwa!" pemuda yang tidak bisa silat itu tiba-tiba melempar pot bunga dan
turun dari tangga batu menyerang Giam Liong, memaki dan membentak sementara pengawal berseru
mencegah. Tanpa takut ini-Itu pemuda itu menubruk terus, entah dari mana ia sudah menyambar sebuah
golok bengkok. Ini adalah senjata seorang pengawal yang roboh ditangkis pendekar itu, goloknya mencelat
dan bengkok menghantam tembok. Lalu ketika pemuda itu kalap dan memaki-maki, tertegunlah Giam Liong
maka hampir saja tusukan pemuda itu mengenai matanya.
"Plak!" Giam Liong menangkis dan pemuda itu terbanting. Hanya dengan sekali pukul mencelatlah
golok itu. Tapi ketika Giam Liong hendak mendekati pemuda ini dan menyambar bajunya, marah dan kaget
maka para pengawal yang salah sangka sudah membentak dan menyerangnya lagi.
"Awas, lindungi Yauw-kongcu. Ia akan dibunuh!" Giam Liong menjadi geram. Untunglah Bi Hong
berkelebatan bagai walet menyambar-nyambar, menotok dan merobohkan mereka dan terpelantinglah
pengawal-pengawal itu tanpa dapat melompat bangun lagi. Mereka merintih dan tertotok dan gadis ini
berseru agar Giam Liong memasuki rumah. Dan ketika pendekar itu berkelebat dan Bi Hong menyusul maka
di kamar dalam di mana jerit tangis dan teriakan terdengar terpakulah pendekar ini melihat Yauw-ongya
suami isteri mandi darah dengan luka tusukan dalam.
"Ongya!"
Semua menoleh dan membelalakkan mata. Yauw Hui, puteri pertama Yauw-ongya tiba-tiba menjerit
melihat pendekar ini. Giam Liong yang bergerak dan berlutut memeriksa korban tiba-tiba disambar kaki
kursi, gadis itu memekik dan menghantam pendekar ini. Namun ketika kursi patah-patah sementara Giam
Liong menggigil tak apa-apa, sama sekali tak memperdulikan gadis itu dan Bi Hong menyambar dan
mencengkeram gadis ini maka Naga Pembunuh itu terbelalak karena luka tusukan jelas adalah luka tusukan
golok.
"Jahanam!"
Bentakan atau seruan itu mengejutkan semua orang. Giam Liong membalik dan meloncat bangun dan
saat itu muncullah Tien Tien. Gadis ini datang terlambat setelah ayah ibunya terbunuh, karena Bi Hong tadi
menotoknya agar tidur pulas. Dan begitu gadis ini melihat ayah ibunya dan menjerit melihat Giam Liong
tiba-tiba ia melengking dan menubruk Giam Liong.
"Pembunuh!"
Giam Liong menangkis dan menangkap gadis ini. Tentu saja ia marah karena semua orang
menyangkanya pembunuh. Tahulah dia siapa yang melakukan perbuatan itu, siapa lagi kalau bukan Majikan
Hutan Iblis Yu Bin. Maka ketika ia mendorong dan melepaskan gadis itu, berkelebat dan melengking maka
pendekar itu lenyap dan Bi Hong juga melepaskan Yauw Hui menyusul Naga Pembunuh itu.
"Jangan salah sangka, paman Giam Liong tidak membunuh siapapun. Orang lain yang membunuh
ayah ibu kalian itu!"
"Keparat, jahanam!" dua gadis itu mengejar berteriak-teriak. "Kalau bukan pembunuh tak perlu lari,
orang she Sin, dan kau gadis siluman pembela iblis keji itu!"
Bi Hong hampir marah dan membalik menampar gadis ini. Mereka melemparkan apa saja ke arah
mereka dan sapu serta botol melayang bertubi-tubi. Pelayan dan para dayang juga menjerit dan memakimaki. Namun karena Giam Liong sudah keluar lewat pintu depan dan Bi Hong tak ingin ada apa-apa denganKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
467 ayah kekasihnya itu maka ia mengerahkan ilmunya meringankan tubuh dan sekali berkelebat lenyap
meninggalkan ruangan dalam itu.
Akan tetapi di luar gedung sudah menunggu puluhan bahkan ratusan orang. Berita pembunuhan
Yauw-ongya menyebar cepat dan pengawal istana bergabung. Dari mereka yang melihat dan mengejar Naga
Pembunuh di taman margasatwa segera menyebar bahwa Naga Pembunuh berbuat kekacauan. Ia membakar
dan melepas kerangkeng-kerangkeng binatang, lari dan membunuh Yauw-ongya pula. Maka ketika semua
mengejar dan marah mendengar itu, dulu laki-laki itu juga pernah mengacau istana maka kenangan buruk
yang pernah ditinggalkan Giam Liong bangkit lagi dan orang mudah percaya akan apa yang dilakukan.
Tiga ratus pengawal bersenjata lengkap mengepung ketat gedung Yauw-ongya. Pasukan berkuda juga
disiapkan bila laki-laki itu lari. Maka begitu Giam Liong muncul dan panah menyambar lebih dulu maka
Naga Pembunuh ini terbelalak dan menangkis dengan marah.
"Plak-trak-tak!"
Akan tetapi serangan tidak berhenti sampai di sini. Sadar bahwa si buntung itu bukan orang
sembarangan tombakpun menyambar susul-menyusul. Pisau dan golok terbang juga tak mau kalah. Dan
ketika hujan serangan itu menyibukkan pendekar ini maka Giam Liong mencabut goloknya dan sekali sinar
golok melebar membungkus dirinya maka semua senjata patah-patah dan cahaya gemerlapan menyertai
golok ini. Golok Maut!
"Minggir atau kalian mampus. Aku tidak membunuh Yauw-ongya!"
"Bohong, pembunuh! Kalau kau tidak membunuh ayahku kenapa kau meninggalkan tempat ini, Naga
Pembunuh. Kau berhutang dua jiwa dan tidak berperikemanusiaan. Serang dan bunuh dia, mana puteranya
Sin Gak!" Yauw Kam, pemuda yang kalap itu membentak-bentak di balik punggung Ge-busu. Pengawal
itulah yang pertama kali melihat kematian ayahnya, mendobrak pintu karena mendengar ribut-ribut akan
tetapi ayah ibunya sudah terkapar mandi darah. Celakanya sebelum pangeran ini tewas ia megap-megap
menyebut nama Giam Liong, maksudnya hendak memanggil dan bertanya di mana pendekar itu tapi Gebusu salah terima. Ia menganggap bahwa Naga Pembunuh itulah yang membuat bencana. Maka ketika Gebusu berteriak dan memanggil anak buahnya, gegerlah tempat itu maka Giam Liong dijadikan sasaran dan
gedung Yauw-ongya menjadi ribut.
Giam Liong sendiri tak tahu apa yang terjadi karena ketika ia menuju taman margasatwa maka
seseorang berkelebat memasuki kamar pangeran ini. Yauw-Ongya suami isteri hampir terlelap ketika tubuh
mereka diguncang-guncang. Seseorang berkedok dan mengenakan jubah hitam tertawa aneh, menyuruh
mereka bangun. Dan ketika Yauw-ongya meloncat berseru kaget sekonyong-konyong sebuah sinar
berkelebat dan menusuk dadanya.
"Kau membuka rahasiaku, terimalah kematianmu. Orang berdosa patut menerima hukuman, Yauw
Bun, berangkatlah ke akherat dan terimalah ini!"
Yauw-ongya menjerit dan roboh. Ujung sebatang golok menusuk cepat dan ia terjengkang. Hui Kiok
terpekik dan menubruk suaminya. Dan ketika laki-laki itu terkekeh sementara Hui Kiok tiba-tiba sadar dan
membalik maka nyonya itu menyambar kursi dan menghantam pembunuh ini.
Akan tetapi apa artinya perlawanan wanita itu terhadap lawan. Ia ditangkis terpelanting dan menjerit
menyambar kursi lain, sia-sia dan ribut-ribut itu didengar Ge-busu. Dan ketika pengawal itu berteriak-teriak
sementara si pembunuh menyeringai kejam, tangannya bergerak dan robohlah wanita itu dengan dada
berlubang maka bagai hantu malam saja laki-laki berkedok ini melayang dan lenyap lewat jendela, Ge-busu
mendobrak hanya untuk melihat majikannya terkulai berlumuran darah.
Jilid XXXIII
"PEMBUNUHAN........ pembunuhan.....!"
Teriakan atau seruan Ge-busu ini mengejutkan yang lain-lain. Pengawal berhamburan dan saat itu
Yauw-ongya menggapai-gapai. Dengan suara terputus ia bertanya tentang Giam Liong, akan tetapi karena
komandan itu gugup dan tidak berpikir panjang maka ia menangkap bahwa yang dimaksud majikannya
adalah si pembunuh itu. Giam Liong yang membunuh majikannya.
"Baik, hamba akan cari orang itu. Akan hamba kepung dan tangkap si Naga Pembunuh itu, ongya.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
468 Akan kami laporkan ke istana!"
"Dia...... dia..... Giam Liong......"
"Ya-ya, Naga Pembunuh itu, Giam Liong. Akan hamba cari dan tangkap dia, ongya. Dia mencelakai
paduka. He, cari dan tangkap orang itu dan tolong panggilkan tabib Yo-siok!"
Demikian terburu-buru dan gugup komandan pendek gemuk ini hingga ia berlarian ke sana ke mari.
Anak buahnya sudah berdatangan dan tentu saja merekapun mendengar kata-kata itu. Semua orang menjadi
marah dan Giam Liong disangka pembunuhnya. Tapi ketika mereka mencari dan si buntung itu tak ada, juga
anak dan gadis cantik itu maka mereka terkejut dan menyambut ketika justeru pendekar itu datang dan


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali ke gedung. Alangkah beraninya!
Namun mereka bukan apa-apa bagi pendekar ini dan Bi Hong. Giam Liong benar-benar terkejut ketika
Yauw Kam dan anak-anak perempuan Yauw-ongya memaki-makinya. Mereka begitu marah dan menyebut
ia pembunuh. Namun karena kesalahpahaman sedang terjadi dan susah menjelaskan itu di saat seperti itu
maka pendekar ini sudah keluar akan tetapi terbelalak karena gabungan pasukan istana menunggunya di
depan. Tak kurang dari tiga ratus orang!
Akan tetapi Bi Hong mendahului ayah kekasihnya ini. Giam Liong sudah mencabut Golok Maut dan
sekali ia mengeluarkan itu biasanya tak pernah golok kering. Golok Maut itu akan bersimbah darah dan
membawa bencana. Maka ketika Bi Hong berkelebat dan menangkis semua senjata penyerang maka gadis ini
menampar dan meraup serta mengembalikan semua panah api atau golok terbang. Hal ini mengejutkan
pengawal dan belasan di antara mereka berteriak kaget. Bahkan kuda tungganganpun meringkik panjang.
Panah atau huito-huito kecil itu terpental dan menancap di tubuh, masing-masing, dua di antara sekian
banyak kuda tertancap pantatnya. Maka ketika mereka meloncat dan kabur dengan pekik kesakitan, tuannya
berteriak kaget maka mencongklangnya dua kuda ini menepis pengawal yang tak mau diterjang.
"Heii, minggir. Awas......!"
Bi Hong mempergunakan kesempatan ini. Terjangan dua kuda disusul kelebatnya bayangan gadis itu,
juga si Naga Pembunuh. Giam Liong ditarik dan disentak gadis ini mengikuti larinya dua kuda itu. Dan
ketika tangan gadis ini menghalau dan masih menangkis semua senjata lawan, Giam Liong juga memutar
Golok Mautnya menangkis serangan yang lain maka dalam gemasnya Naga Pembunuh ini membabat bahu
seorang pengawal yang kebetulan paling dekat. Celaka sekali justeru Ge-busu.
"Golok ini harus diberi minuman dulu, biar aku memberinya sekedar pelepas haus..... crat!" gumpalan
daging itu meloncat tinggi disusul pekik pemiliknya. Darah memuncrat dan Ge-busu tentu saja melempar
tubuh berguliagan. Ia memaki-maki. Namun ketika ia meloncat bangun lawan sudah lenyap, pintu gerbang
diterjang dan semua minggir maka dua orang ini menempel larinya kuda yang kabur tak keruan. Pemiliknya
terlempar dan jatuh terbanting berteriak-teriak, bukan oleh kalapnya kuda melainkan justeru oleh bayangan
si Naga Pembunuh di belakang mereka itu.
"Keparat, jahanam terkutuk. Biar aku mampus kalau isteri mudaku sudah nenek-nenek!"
Dua orang itu melempar tubuh mereka hingga babak-belur lecet-lecet. Bi Hong marah namun geli
mendengar kata-kata pengawal itu, dasar lelaki. Dan ketika ia menarik dan terus membawa lari temannya ini
maka Bi Hong menuju pintu utara namun tiba di sana pintu gerbang ditutup. Berlapis orang menjaga dan
menyambut mereka.
"Itu, awas gadis itu. Naga Pembunuh di belakangnya!"
"Benar, serang dan hujani panah, kawan-kawan. Jangan biarkan menerobos!"
Bi Hong tertegun dan memutar tubuhnya. Lapis demi lapis di pintu gerbang utara ini terlalu banyak
sekali. Tak kurang dari sebelas lapis dengan masing-masing dijaga lima puluh orang. Dan karena bukan
maksudnya untuk membuka jalan darah, ia cemas sekali merasakan tangan Naga Pembunuh yang gemetar
tak tahan maka ia memilih untuk lari dan menuju pintu lain.
"Untuk apa berputar. Sikat dan bunuh mereka, Bi Hong. Biarkan aku menerjang!
"Tidak, paman tak boleh mencelakai mereka. Pengawal itu hanya orang-orang suruhan, paman, bukan
musuh kita. Masih, ada tempat lain dan kita menuju pintu gerbang timur!"
Akan tetapi sama saja. Di tempat ini, entah bagaimana telah berkumpul ratusan orang menunggu
mereka. Di sini mereka bersorak dan berteriak-teriak melihat gadis dan temannya ini. Panah dan hujanKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
469 tombak kembali menyambar. Akah tetapi ketika Bi Hong mengebut dan meruntuhkan semua itu, berbalik
dan menuju pintu selatan maka gadis ini mulai berkerut karena di sinipun kedatangan mereka telah ditunggu.
"Itu, awas si Naga Pembunuh. Mereka datang!"
Bi Hong membalik dan menuju pintu gerbang barat. Di sini tiba-tiba ia merasa bahwa punggungnya
diikuti seseorang. Giam Liong mulai tak sabar dan menggeram-geram. Dan ketika mereka tiba di barat
namun sama saja, delapan penjuru telah dikepung maka Naga Pembunuh melepaskan dirinya dan saat itu
sesosok bayangan tinggi besar berkelebat.
"Ha-ha, ke mana kalian lari. Di sini atau di sana sama saja, Bi Hong, menyerahlah dan kalian akan
ditangkap baik-baik meskipun telah membunuh Siauw-ongya!"
Bi Hong terkejut. Thai Bang Kok Hu, raksasa muda itu muncul di antara pengawal yang berteriakteriak. Lari ke pintu barat sama saja bagi mereka, bahkan pasukan di pintu timur dan selatan juga mengejar,
begitu pula yang ada di utara. Dan ketika di sini seribu orang mengancam mereka, tak ada jalan lain kecuali
menerobos dan membuka jalan darah maka gadis itu mengerutkan kening karena temannya telah menerjang
dan menyambut orang-orang itu. Thai Bang Kok Hu menghadangnya dan tak mungkin ia mencegah ayah
kekasihnya itu.
"Paman, jangan membunuh. Robohkan dan lukai saja!"
"Ha-ha, semakin besar dosanya. Dia akan ditangkap dan dirobohkan pengawal, Bi Hong, dan akan
semakin berat kalau membunuh lagi. Biarlah ia menghadapi pengawal dan kau menghadapi aku..... wut!"
sepasang telapak lebar raksasa ini menyambar dan Bi Hong berkelit. Ia tak mungkin lagi mencegah
temannya karena Naga Pembunuh membentak dan menggerakkan goloknya itu. Giam Liong sudah marah
sekali dikepung demikian banyak orang. Dan ketika ia berkelit namun dikejar lagi, akhirnya menangkis dan
sama-sama terhuyung maka Naga Pembunuh membabatkan goloknya dan seorang musuh roboh.
"Crat!"
Pinggang orang itu putus. Teriakan ngeri membuat yang lain terkejut akan tetapi pria ini sudah
menerjang dan berkelebat membelah kepungan. Tanpa ampun lagi Naga Pembunuh memutar dan mengayunayunkan goloknya itu. Dan ketika sinar beringas dan hawa kekejaman tak dapat dicegah lagi, Golok Maut
semakin bersinar di tangan tuannya maka setiap mencium darah golok itu semakin terang dan berseri-seri,
mengkilap.
"Majulah, dan semua akan kubunuh. Ayo halangi aku dan jangan lari, tikus-tikus busuk. Siapa bilang
aku membunuh Yauw-ongya!"
Gentar dan mundurlah orang-orang itu melihat kelebatan golok. Di tangan Naga Pembunuh golok ini
seakan hidup dan menyatu dengan pemiliknya. Darah yang memuncrat terhisap kering. Golok tetap bersih
dan malah berkilauan. Akan tetapi karena komandan dan para perwira membentak dari belakang, mereka
berteriak-teriak sambil melepas serangan dari jauh maka anak buah terpaksa maju lagi dan inilah makanan
empuk bagi Giam Liong, sampai akhirnya belasan laki-laki berseragam baju besi meloncat dan
mengepungnya. Merekapun memakai topi besi dan itulah pasukan khusus istana, Hek-eng-bu-su (Pengawal
Garuda Hitam).
"Sin-taihiap, kau melanggar perjanjian kita. Kau menarik omonganmu sendiri. Menyerahlah baik-baik
atau kami mengepungmu mati hidup!" satu di antara pasukan berseragam itu berseru dan menyabet dengan
golok bertangkai panjang. Inilah pimpinannya bernama Hek-eng-sin-busu, seorang perwira kelas tinggi dan
kedudukannya setingkat dengan panglima muda. Ia kenal baik dengan pendekar itu dan Giam Liong
mengerutkan kening. Dulu ia pernah berjanji untuk tidak mengacau lagi, apalagi membunuh dan
merobohkan pengawal kerajaan. Akan tetapi karena ia dikepung dan diserang dari delapan penjuru, tak
merasa bersalah dan tidak mulai dulu maka ia membentak bahwa lawanlah yang tidak menepati janji.
"Aku diserang dan harus membela diri. Kalian yang memaksa aku berbuat begini, Hek-eng-sin-busu.
Aku tak membunuh siapapun apalagi Yauw-ongya. Ia sahabatku!"
"Hal itu dapat diusut. Menyerahlah baik-baik dan kami akan memperlakukanmu sebagaimana
biasanya menangkap terdakwa. Jangan melawan, Sin-taihiap. atau kami merobohkanmu..... trang-crak!"
golok bertemu golok dan senjata di tangan laki-laki itu putus. Bukan hanya golok melainkan tangkainya
pula, nyaris mengenai pergelangan Hek-eng-sin-busu ini hingga perwira itu berteriak. Ia melepaskan
senjatanya karena Golok Maut demikian tajam meneruskan gerakan, menyambar menuju ke bawah dan
dilemparnya tubuhnya bergulingan. Dan ketika sekejap itu saja ia kehilangan senjata maka teman-temannyaKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
470 yang lain tak kalah kaget karena sekali dibabat saja tombak atau pedang mereka kutung semua.
"Minggir, hati-hati. Ambil senjata baru!"
Tanpa diperintah lagi mereka bergulingan menyelamatkan diri. Golok di tangan Naga Pembunuh itu
berkelebatan dengan sinarnya yang menyilaukan, untunglah pasukan menyerang lagi dan panah serta senjata
lain berhamburan. Dan ketika pendekar itu menangkis dan semua patah-patah maka Giam Liong telah
mendekati pintu gerbang siap untuk membuka dan keluar.
"Awas, jangan sampai lolos. Lepaskan panah api!"
Giam Liong menggeram. Hek-eng-sin-busu telah menyerangnya lagi dan panah-panah api menyambar
dari segala penjuru. Bukan puluhan melainkan ratusan. Dan ketika tak mungkin semua ditangkis runtuh
maka satu dua mengenai tubuhnya dan pakaian pendekar ini terbakar.
"Keparat!" Giam Liong melengking dan semakin beringas. "Kubunuh tikus-tikus busuk. Jangan
bersikap licik dan kukembalikan panah kalian!" Naga Pembunuh mempergunakan punggung golok untuk
mementalkan panah-panah itu dan mencelatlah mereka menuju pemiliknya. Jerit dan pekik kesakitan
terdengar. Dan ketika beberapa di antaranya terbakar pula maka mereka berlarian dan mencebur ke dalarn
air. Bi Hong memperhatikan semua itu dengan cemas. Ia sudah menghadapi lawannya yang tertawa-tawa
ini dengan berkelebatan mengelak dan membalas. Kian-kun-siu, ilmu andalannya menghalau semua
pukulan-pukulan lawan. Akan tetapi ketika Thai Bang Kok Hu mengerotokkan sepuluh ruas jarinya dan
muncullah uap merah berbau amis maka gadis ini terkejut karena lawan mengeluarkan ilmunya yang
berbahaya yang disebut Mo-hiat-hu-kut-tai-hoat (Ilmu Darah Iblis Pembusuk Tulang).
"Plak-dukk!" pukulan itu menggetarkan tubuhnya dan lengan yang bertemu jari-jari raksasa itu berbau
amis. Bau ini menempel dan tentu saja membuat Bi Hong jijik, ia mual dan muak. Dan ketika ia membentak
dan mengerahkan Bu-bian-kangnya untuk berkelebatan menyambar-nyambar maka ia tak mau bersentuhan
lagi dengan tubuh lawan yang amis itu. Lawan tergelak-gelak.
"Ha-ha, ayo. Sambut dan terima pukulanku, suciku yang manis. Kita lihat siapa yang unggul dan akan
memperoleh kemenangan. Kali ini aku bersungguh-sungguh!"
"Jangan sombong, tutup mulutmu. Tak kunyana kau berada di sini, Kok Hu. Kalau begitu semuanya
ini sudah kalian rencanakan. Mana Yu Bin dan kenapa ia tak keluar mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Kau dan temanmu membunuh Yauw-ongya!"
"Ha-ha, pembunuh itu si Naga Pembunuh. Kau dan orang tua itu memasuki istana tanpa ijin, Bi Hong,
ini saja sudah cukup untuk menangkap kalian. Tak perlu kau membela temanmu itu dan justeru menyerahlah
baik-baik daripada aku merobohkanmu dan membuatmu malu. Di sini tak mungkin kau lolos!"
"Tutup mulut, jangan cerewet!" dan Bi Hong yang berkelebatan cepat memutari lawan tiba-tiba
mendaratkan sebuah tamparan ketengkuk raksasa ini, licin dan meleset dan ia terkejut karena itulah Hek-bekang. Ilmu Belut ini membuat si raksasa terhuyung sedikit namun tidak apa-apa, ia licin dan kebal. Dan
ketika raksasa itu tertawa dan membalik serta membalas maka Bi Hong menghindar dan berkelebatan lagi
memukul sana-sini. Bu-bian-kangnya kelewat cepat dan gerakan tubuhnya yang melayang-layang benarbenar seakan tanpa bobot.
"Plak-plak!" Untuk kesekian kalinya lagi ia marah. Pundak dan punggung itu licin sekali dan
pukulannya meleset. Biarpun begitu si raksasa terhuyung juga, bahkan hampir terjelungup. Hal ini tidak aneh
karena jari yang lentik halus itu sesungguhnya terisi sinkang kuat sekali. Meskipun tidak roboh akan tetapi
raksasa ini kesakitan, kulitnya pedas dan panas. Dan karena ia tak dapat membalas gadis itu sudah
berkelebatan lagi, menggeram dan menggerak-gerakkan kedua lengannya mendorong dan menerkam namun
Bi Hong tak mau beradu kulit maka pemuda ini memaki-maki sementara diam-diam ia gelisah tak tahu ke
mana Sin Gak.
Pemuda ini tak muncul juga dan aneh bagi sang ayah. Giam Liong diam-diam mengharap puteranya
itu karena dengan bantuan puteranya tentu musuh cepat dipukul mundur. Ia sendiri tak takut keroyokan itu
akan tetapi gelisah juga. Kalau terus begini ia bakal melakukan pembunuhan besar-besaran. Hek-eng-sinbusu akhirnya terluka oleh sabetan goloknya, begitu juga beberapa perwira yang dikenal namun mereka itu
berteriak-teriak menyuruh pasukan maju. Luka di tubuh mereka justeru membuat mereka ini marah,
hilanglah kesabaran Hek-eng-sin-busu dan dipanggillah pasukan berkuda itu. Dan ketika pasukan ini
menerjang dan Giam Liong terkejut maka ringkik dan derap mereka mengganggu pandangannya. SebentarKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
471 kemudian ia dikepung puluhan kuda hingga tak mampu melihat ke depan.
"Crat-crat!"
Kaki kuda menjadi sasarannya terpelanting akan tetapi dari celah-celah ini rnenyambar hujan senjata
yang lain. Giam Liong melindungi tubuhnya dengan sinkang dan pedang atau tombak terpental. Akan tetapi
karena panah api terus mengganggu dan ia tak mungkin mengelak maka bajunya habis terbakar dan ia
setengah telanjang. Naga Pembunuh tinggal berpakaian robek-robek, lucu, namun juga menyedihkan.
Akhirnya Giam Liong menyambar seekor kuda. Dengan bentakan dan kemarahannya ia melayang dan
membacok penunggangnya. Belum apa-apa sang penunggang menjerit dan melempar tubuh bergulingan.
Dan ketika ia turun dan ganti di pelana maka si buntung ini menjepit perut kuda menerjang pasukan.
"Minggir, atau kalian mampus!"
Hek-eng-busu dan lain-lain terkejut. Mereka tak menyangka Naga Pembunuh merampas seekor kuda,
tandangnya tentu saja semakin mengerikan dan putaran goloknya begitu cepat. Kini dengan leluasa pria itu
menerjang ke sana ke mari. Dan ketika semua mundur dan pasukan panah cerai-berai, Giam Liong
menerjang mereka ini akhirnya terbuka sebuah lubang dan pintu gerbang ditinggalkan pemiliknya.
"Bi Hong, kita keluar!" Gadis itu menoleh. Naga Pembunuh telah tiba di tempat ini dan sekali ia
menggerakkan goloknya maka gembok besar putus terbabat, begitu tajam golok itu. Dan ketika Giam Liong
menggerakkan goloknya lagi dan pintu menjadi hancur maka si buntung ini meloloskan diri akan tetapi Bi
Hong justeru mendapat tambahan lawan baru, Giok Cheng!
"Bagus, gadis ini memang sombong. Mari kubantu kau merobohkannya, Thai Bang Kok Hu, dan biar
pekerjaanmu cepat selesai!" bayangan hijau menyambar dan Giok Cheng, gadis atau murid nenek Hek-i
Hong-li itu muncul. Ia berkelebat dengan ikat pinggangnya dan Bi Hong terkejut mendengar ledakan. Tahutahu dari samping kirinya ia diserang, telinga kiri menjadi sasaran dan tentu saja ia terkejut dan mengelak.
Akan tetapi ketika ia dikejar dan senjata itu bagai ular hidup, menyambar dan membuat ia marah maka ia
menangkis dan Giok Cheng terpental namun Thai Bang Kok Hu tertawa bergelak, mendapat kesempatan.
"Ha, sumoiku yang manis kiranya, murid sukouw (bibi) Hek-i Hong-li. Bagus, serang dan robohkan
gadis ini, Giok Cheng Aku telah mendengar tentang dirimu dari suteku Yu Bin..... wut-plak!" Bi Hong
menjadi gugup dan menangkis serta menolak pukulan raksasa muda ini. Lengannya harus bersentuhan lagi
dan ia tergetar. hidungnya ditutup. Bau amis membuat ia serasa muntah. Dan ketika ia sudah diserang lagi
dan Giok Cheng meledak-ledakkan senjatanya itu maka puteri ketua Hek-yan-pang ini tertawa dingin.
Matanya penuh kebencian dan marah memandang Bi Hong.
Bi Hong terdesak dan membelalakkan mata. Untunglah dengan Bu-bian-kang ia bergerak ke sana ke
mari menghindari pukulan-pukulan berbahaya. Giok Cheng berkelebatan mempergunakan Coan-po-ginkangnya, tak mau kalah namun harus mengakui bahwa ilmu meringankan tubuhnya itu setingkat di bawah
Bu-bian-kang. Ilmu Tanpa Bobot ini membuat Bi Hong melayang-layang seringan kapas, kini setiap pukulan
membuat gadis itu terdorong dan sulit disentuh. Namun karena Thai Bang Kok Hu ada di situ dan raksasa ini
mengejar dan mencegat sana-sini maka Bi Hong tak dapat keluar ketika Giam Liong telah lolos dan
membuka pintu gerbang.
"Heii....!" pendekar itu berseru. "Siapa lawanmu, Bi Hong. Keluar dan cepat ke sini!"
"Dia Giok Cheng!" gadis itu berseru. Dia datang dan menghalangiku, paman. Pergilah dan cari Sin
Gak dan suruh ia cepat ke mari!"
"Bagus, Sin Gak... Sin Gak! Kau tak malu merampas milik orang, Bi Hong. Wanita macam apa kau
ini. Cih, aku akan membunuhmu sebelum Sin Gak datang...... wiirrr-plak!" ikat pinggang menyambar dan Bi
Hong mengelak akan tetapi pukulan Thai Bang Kok Hu menderu. Disuruh menangkis yang mana tentu saja
ia memilih Giok Cheng. Bi Hong jijik bersentuhan dengan raksasa muda itu. Maka ketika ia menangkis dan
mengelak pukulan di belakang, pukulan raksasa itu meledak dan menghantam pecah tanah berlubang maka
Giok Cheng terhuyung sementara Bi Hong merah padam.
"Hm, cinta membuatmu buta. Dulu kau sendiri yang memutuskan hubunganmu, Giok Cheng, kenapa
marah-marah. Aku tak merampasnya dan silakan ambil kembali kalau Sin Gak mau!"
"Kau pengganggunya, kalau tak ada kau tentu aku tak memutuskan hubunganku. Mampuslah, Bi
Hong, kau siluman betina perampas kekasih orang!"
Bi Hong mengelak dan semakin merah namun ia memaklumi sikap gadis ini. Terbukalah matanyaKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
472 betapa ego menggelapkan puteri ketua Hek-yan-pang ini. Di bawah didikan dan watak Hek-i Hong-li tak
aneh kalau Giok Cheng berubah. Seharusnya sebagai puteri seorang pendekar macam Pek-jit-kiam Ju-taihiap
ia berwatak baik dan halus, tapi Giok Cheng sekarang bukan Giok Cheng puteri Ju-taihiap. Gadis yang ada
ini duplikat Hek-i Hong-li dan semuanya mirip nenek itu. Maka ketika ia menarik napas panjang namun
mengelak dan menangkis serangan lawan akhirnya ia merasa tak ada gunanya melayani gadis itu. Giok
Cheng sedang cemburu dan panas terbakar.
"Bi Hong!" tiba-tiba bentakan Naga Pembunuh terdengar lagi. "Keluarlah dan tinggalkan mereka. Aku
tak dapat meninggalkanmu!"
"Paman cari Sin Gak," gadis itu berseru. "Mereka mengepung dan menutup jalan keluarku, paman.
Dalam waktu singkat tak mungkin aku mampu. Pergilah dan selamatkan dirimu dan cari Sin Gak!
Giam Liong bingung. Ia memutar kudanya menghadapi pintu gerbang dan ragu untuk masuk kembali.
Pasukan berteriak-teriak tapi pintu gerbang yang sempit tak leluasa menyerang pendekar itu. Giam Liong
membacok dan hanya melukai daun pintu selebar tubuhnya. Maka ketika Bi Hong mendapat lawan baru dan
ia terkejut karena itulah Giok Cheng tiba-tiba mendengar desing sebuah anak panah dan sinar hitam
menyambar lehernya.
"Trangg!" ia menangkis akan tetapi telapaknya beset. Golok hampir saja terlepas dan ia terkejut bukan
main. Dan ketika ia menoleh dan melihat sesosok bayangan hitam di sana, di dekat hutan kecil maka
menyambar sinar kedua dan bersamaan itu terdengar seruan puteranya,
"Awas, ayah!"
Naga Pembunuh menangkis akan tetapi kali ini goloknya mencelat. Panah hitam menyambarnya kuat
dan itu kiranya Majikan Hutan Iblis. Di bawah bayang-bayang rembulan bersinar buram ia melihat laki-laki
itu. Tawa dingin terdengar kemudian lenyap. Dan ketika ia tertegun sementara puteranya lenyap lagi maka
pintu gerbang dibuka lebar-lebar dan pasukan menyerbu keluar.
"Naga Pembunuh, menyerahlah. Kami akan mintakan ampun di hadapan sri baginda apabila kau
menyerah baik-baik"
"Hm, kalian tikus-tikus keparat," Giam Liong manyambar dan memungut goloknya lagi, telapak
terasa pedih. "Tak perlu minta ampun kalau merasa tak bersalah, Pu-ciangkun. Maju dan siapa takut
menghadapi kalian!"
Pasukan berteriak ketika si buntung itu menerjang dan memapak mareka. Tanpa gentar atau takut
sedikitpun Giam Liong menyerbu mereka, golok menusuk dan membabat dan robohlah mereka yang ada di
depan. Pendekar ini tak mau meninggalkan Bi Hong sendirian. Dan ketika pasukan cerai-berai sementara Bi
Hong membelalakkan matanya maka gadis itu berseru agar orang tua itu tak perlu masuk lagi.
"Aku harus menolongmu, aku harus membantumu. Kalau mereka ini mengeroyokmu biarlah satu di
antaranya bagianku, Bi Hong, jelek-jelek aku memiliki kepandaian juga meskipun tidak setinggi kalian!"
"Tidak, jangan ke sini. Cari dan temukan Sin Gak, paman. Aku dapat menghadapi mereka!"
"Anak itu baru saja lewat, ia mengejar Majikan Hutan Iblis. Sudahlah tak perlu kau mencegah karena
aku tak perlu takut terhadap tikus-tikus ini..... sing-crat!" seorang berteriak dan roboh terjungkal dan dengan
kudanya Giam Liong terus maju. Ia tak mau memperdulikan seruan Bi Hong dan gadis itu harus keluar
bersamanya, atau biar mereka sama-sama di situ dan ia akan menghadapi Giok Cheng. Giam Liong menjadi
marah dan ingin menegur gadis ini kenapa mempersulit persoalan. Thai Bang Kok Hu adalah pemuda jahat
dan tak pantas gadis itu membantu musuh. Tapi ketika ia menerjang dan masuk kembali tiba-tiba Pu

Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ciangkun memberi aba-aba agar menjepret kuda. Tiga panah meluncur dan Giam Liong tak dapat mencegah
ini, perut dan kaki kuda tertembus. Dan ketika binatang itu roboh dan ia terpaksa berjungkir balik maka Naga
Pembunuh ini marah.
"Bagus, aku dapat mencari yang lain. Bunuh dan robohkan semua kuda di sini, ciangkun, dan jangan
kira aku tak dapat mendekati gadis itu!" Naga Pembunuh berkelebat dan merampas kuda lain ketika
pemiliknya berteriak dan melempar tubuh babak-belur. Golok berkelebat dan siapa tak takut itu. Dan ketika
dengan kuda baru Giam Liong menerjang lagi maka Pu-ciangkun memberi aba-aba agar binatang itu dipanah
pula. Naga Pembunuh jauh lebih berbahaya kalau di atas kuda.
"Sing-trakk!" Giam Liong harus meruntuhkan panah-panah itu kalau tak ingin kudanya menjadi
korban. Akan tetapi karena hujan serangan masih terus menuju dirinya dan ia harus melindungi pula
akhirnya kuda kedua roboh dan meringkik. Tujuh panah menancap dan Giam Liong turun berjungkir balik.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
473 Pria ini menjadi merah kehitam-hitaman, menerjang dan mencari kuda yang lain dan baru setelah berganti
enam kali ia berhasil mendekati Bi Hong. Dan ketika di sini ia menendang kuda itu dan menyerang gadis ini
maka Giok Cheng terkejut dan mengelak, mukanya berubah.
"Tak pantas kau membantu jahanan ini. Pemuda itu sahabat Majikan Hutan Iblis, Giok Cheng, dan
laki-laki itu telah membunuh nenekmu. Biarlah kau hadapi aku dan kau atau aku yang roboh!"
"Paman, jangan ikut campur. Aku berurusan sendiri dengan Bi Hong!" gadis itu terkejut, mengelak
dan dikejar lagi dan akhirnya ia menghantam pergelangan lawan dengan ujung ikat pinggangnya. Mudah saja
bagi gadis ini menghadapi Giam Liong, kepandaiannya sudah di atas pendekar itu dan Naga Pembunuh
terhuyung Tapi ketika Giam Liong maju lagi Giok Cheng terisak maka pendekar iti membentak bahwa
bukan saatnya melepaskan urusan pribadi.
"Aku tahu maksudmu, tapi bukan sekarang saatnya. Tinggalkan Bi Hong atau kau berhadapan dengan
aku...... singgg!' Golok Maut menyambar dan Giok Cheng tak berani menyambut. Biarpun ia dapat
menangkis akan tetapi tak mungkin ikat pinggangnya mampu menghadapi golok ampuh itu. Golok itu
ciptaan Mo-bin-lo saudara Mo-bin-jin, ketajamannya luar biasa tapi yang lebih lagi adalah perbawanya yang
ganas. Golok itu haus darah. Maka ketika ia mengelak dan menangis merasa sakit akhirnya iapun berkelebat
dan meninggalkan pertandingan.
"Baiklah, kau membela gadis ini, paman, sikapmu pilih kasih. Aku akan melaporkannya kepada ibu
tapi lain kali tak akan kuampuni siluman betina itu!"
"Heii....!" Kok Hu terkejut. "Ke mana kau, Giok Cheng, bantu aku merobohkan gadis sombong ini.
Aku suhengmu!"
"Suheng gombal!" Giok Cheng menumpahkan marah. "Kalau kau pemuda baik-baik tak seharusnya
membantu Majikan Hutan Iblis, Kok Hu. Dia pembunuh nenekku dan awas kau!"
Kok Hu melotot lebar. Ia akan tertawa ketika tiba-tiba gadis itu mengibaskan lengannya. Sambil
berlari Giok Cheng menghamburkan Touw-beng-tok-ciam (Jarum Penembus Roh), belasan jumlahnya dan
berkeredep menyerang tubuhnya dari bawah ke atas. Dan ketika ia berteriak tentu saja mengebut, saat itulah
Bi Hong bernapas lega maka gadis ini berseru perlahan dan tahu-tahu lenyap di belakang pemuda tinggi
besar ini, menampar kepala.
"Kaupun selalu curang dan licik kepadaku. Terimalah ini, Kok Hu, dan nanti kita bertemu lagi......
plak!" raksasa itu terpelanting dan mengaduh-aduh akan tetapi Bi Hong tidak mengejar atau melepas
serangan lagi. Gadis ini berkelebat menyambar si Naga Pembunuh. Dan ketika ia meloncat dan mendorong
ke kiri kanan maka musuh terbanting dan terlempar ke sana-sini.
"Tak perlu kita di sini lagi. Giok. Cheng menuruti perintahmu, paman, mari kita cari Sin Gak dan biar
tikus-tikus busuk ini kembali pulang!"
Dorongan atau kibasan Bi Hong adalah Kian-kun-siu (Sapu Jagad). Masih dalam batas pengendalian
dan tidak terlalu keras gadis itu meroboh-robohkan pengawal. Ini saja sudah membuat mereka kesakitan dan
menjerit. Dan ketika Giam Liong juga mengayunkan Golok Mautnya membuat giris, Bi Hong berkelebat
mempergunakan Bu-bian-kangnya maka tak ada yang mampu mengejar apalagi mencegahnya. Bi Hong lolos
di pintu gerbang dan Giam Liong lega. Dua orang ini tak menghiraukan pengawal yang berterlak-teriak dan
jatuh bangun menyerang di belakang. Dan ketika mereka berhasil meninggalkan tempat itu dan lolos dengan
selamat maka Giam Liong menunjuk hutan kecil di depan.
"Tadi Sin Gak di sana, bersama Majikan Hutan Iblis itu!"
"Baik, kita kejar. Tapi simpan kembali golokmu itu, paman. Mengerikan sekali."
"Hm, golok ini semakin ampuh jika menghirup banyak darah musuh. Tanganku masih berat dan
enggan memasukkannya, Bi Hong, biar saja nanti."
"Tidak, tak ada lagi musuh di sini. Paman masukkan golok itu karena aku tak tahan perbawanya yang
menyeramkan. Ia Golok Iblis!"
"Baiklah, tapi kalau ada musuh jangan salahkan aku, Bi Hong. Di sampingnya aku merasa tenang dan
aman!"
Bi Hong merinding. Ia seram dan ngeri karena golok yang sudah bersimbah darah itu tetap kering dan
bersih. Semakin meminum darah segar seakan bertambah cemerlang dan ampuh saja. Hawa dingin golok ituKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
474 yang membuatnya tak suka. Maka ketika ia menyuruh simpan dan golok lenyap di belakang punggung
mereka berdua sudah memasuki hutan kecil itu dan tertegun tak melihat siapa-siapa di sini.
Dua jam gadis itu memutari hutan dan celingukan namun Sin Gak tak ada. Dan ketika pagi mulai tiba
dan Giam Liongpun cemas mendadak berkelebat bayangan orang dan Han Han serta isterinya muncul.
"Han Han !"
"Giam Liong!" Dua bersaudara itu girang. Mereka sudah saling sambar namun Giam Liong melihat
wajah saudaranya yang pucat. Tang Siu tiba-tiba menangis. Dan ketika Bi Hong tertegun dan tak enak
bertemu dua orang ini maka Han Han bertanya apakah mereka bertemu Giok Cheng.
"Aku mendengar ribut-ribut, katanya Yauw-ongya tewas. Aku percaya bukan perbuatanmu, Giam
Liong, dan tahukah kau di mana puteriku Giok Cheng!"
"Hm, semalam di pintu barat, sekarang sudah pergi. Ada apa dan kenapa wajahmu pucat, Han Han,
isterimu juga menangis."
"Ayah...... ayah........!" nyonya itu tiba-tiba mengguguk. "Ayah ditangkap jahanam itu, Giam Liong.
Kami mencari Giok Cheng agar menolong kakeknya!"
"Apa, ayah ditawan Majikan Hutan Iblis?"
"Benar," Han Han lesu dan mengangguk, tinjupun dikepal. "Ayah dibawa dan ditangkap jahanam ini,
Giam Liong. Kami sudah mencarinya di Hutan Iblis namun kosong. Kami mendengar ribut-ribut di kota raja
kemudian mengikutinya, dan kami akhirnya mendengar pembunuhan Yauw-ongya itu."
"Benar, keparat terkutuk. Aku disangka membunuhnya, Han Han, padahal mana mungkin. Dia paman
isteriku Yu Yin, masa aku demikian gila!"
"Tapi Ge-busu mendengar itu
"Maksudmu?"
"Sebelum ajal Yauw-ongya menyebut-nyebut namamu."
"Ah, tentu mau memanggil aku, tapi waktu itu aku ke taman margasatwa. Pantas kalau aku dituduh
dan sekarang aku mengerti kenapa kesalahpahaman itu terjadi!" Giam Liong menepuk dahinya sendiri dan
mengertilah dia kenapa tiba-tiba dirinya diserang dan dituduh pengawal itu. Sekarang ia paham kenapa seisi
rumah memaki-maki. Dan ketika ia menceritakan itu kepada Han Han dan pendekar ini mengangguk-angguk
maka Han Han menarik napas dalam, sejak mula memang tak percaya kalau Giam Liong membunuh
pangeran itu.
"Hm, benar, dan aku juga merasa aneh. Pantas kalau kau dituduh karena Yauw-ongya menyebutnyebut namamu. Tentu pangeran itu bermaksud memanggilmu namun Ge-busu salah paham, Giam Liong
Sekarang di mana puteramu dan, eh...... mana pula Bi Hong!"
Giam Liong terkejut. Sibuk bercerita sendiri tiba-tiba mereka kehilangan gadis itu. Diam-diam Bi
Hong berkelebat menghilang setelah ia mendengar ditangkapnya Ju-taihiap. Maka ketika semua terkejut
namun Ju-hujin justeru merasa girang maka nyonya ini berkata biarlah tak usah menghiraukan gadis itu.
"Tadi aku sempat melihatnya, tapi karena ia tak pamit dan pergi begitu saja biarlah ia pergi. Sekarang
bagaimana dengan ayah dan mana pula si Giok Cheng itu. Ia meninggalkan rumah tanpa pamit!"
Giam Liong tertegun, sementara Han Han mengerutkan kening.
"Anak itu tak enak kami berada di sini, Giam Liong. Maaf bila kami mengganggu."
"Tidak, tidak, tak apa," Giam Liong cepat menguasai hatinya lagi meskipun diam-diam kecewa.
"Isterimu benar, Han Han. Kita harus mencari dan menyelamatkan ayah. Kalian tak akan menemukannya di
Hutan Iblis karena tempat itu memang sudah kosong. Aku dan Sin Gak juga ke sana tapi hanya bertemu Thai
Bang Kok Hu itu."
"Siapa Thai Bang Kok Hu itu."
"Murid Mo-bin-jin, orang kedua Ngo-cia Thian-it!"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
475 "Ah, jadi murid-murid Ngo-cia Thian-it keluar semua? Bagaimana pemuda itu?"
"Lihai dan tinggi besar, seperti raksasa. Aku tak mampu menahan pukulannya ketika ia menyerang.
Anak-anak muda sekarang hebat-hebat dan kita ini rasanya begitu renta!"
Giam Liong menceritakan sedikit tentang pemuda raksasa ini dan Han Han maupun isterinya
terbelalak. Kalau Naga Pembunuh merasa jerih seperti itu dapat dibayangkan betapa lihai dan hebatnya
pemuda itu. Namun karena puteri mereka sendiri juga sudah menjadi seorang dara lihai yang kepandaiannya
di atas mereka sendiri maka Han Han mengangguk-angguk dan menjadi muram.
"Lengkaplah sudah pewaris Lima Rasul. Kita orang-orang tua bukan apa-apa lagi dibanding anak-anak
muda itu, Giam Liong, tapi betapapun tak boleh kejahatan sewenang-wenang di depan kita. Kita tak perlu
takut membela kebenaran, betapapun hebatnya musuh!"
"Aku tidak takut, hanya merasa ngeri saja. Raksasa itu jelmaan gurunya, Han Han, melihat pemuda ini
seperti membayangan orang kedua Ngo-cia Thian-It itu. Hidungnya pesek dengan bibir tebal tapi
kesaktiannya luar biasa."
"Hm, sekarang bagaimana dengan ayah, juga Giok Cheng!"
"Tentu saja kita cari, dan bagaimana kalau Giam Liong ikut bersama kita."
"Aku tak keberatan," Giam Liong mengangguk, tak mungkin mengharap Bi Hong lagi kalau gadis itu
tidak muncul atas kehendaknya sendiri. "Mari kita berangkat, Han Han. Tapi coba ceritakan bagaimana ayah
tertangkap!"
"Baiklah, mari kita bicara sambil jalan." lalu ketika pendekar ini berkelebat menyambar lengan
isterinya maka kisah singkat diceritakan sambil mencari kakek itu atau Giok Cheng.
-0- Hek-yan-pang sudah pulih lagi sejak Giok Cheng dan Su Giok menghalau Majikan Hutan Iblis. Jutaihiap, yang pulang setelah bepergian sana-sini tentu saja girang bertemu cucu perempuannya itu, Sekian
lama mereka berpisah, sekian tahun kakek dan cucunya tak bertemu. Dan ketika pendekar itu tahu betapa
lihainya gadis ini maka Ju-taihiap bangga akan cucu satu-satunya ini.
Akan tetapi ia mengerutkan kening ketika mendengar bentrokan dengan keluarga Naga Pembunuh.
Han Han menceritakannya dengan jujur dan apa adanya, tidak mengurangi atau menambahi. Dan ketika jago
pedang yang hampir enampuluh tahun ini menarik napas dalam-dalam maka ia kecewa kenapa Giok Cheng
terburu-buru seperti itu, juga sang menantu yang tampaknya membela anak perempuannya itu.
"Seharusnya puterimu dan isterimu tak perlu secepat itu. Anak muda memang cepat terbakar dan
cemburu. Bukankan semuanya dapat dibicarakan baik-baik, Han Han, apalagi kalau Sin Gak segagah dan
sehebat itu. Mencari pemuda seperti ini tidak gampang, apalagi murid Ngo-cia Thian-it. Ah, Giok Cheng
menuruti kemarahannya saja dan menyesal ia nanti. Masa memutuskan secara sepihak!"
"Itulah, tapi aku dan Giam Liong masih dapat berunding, ayah, maksudku aku ingin tetap menjalin
perjodohan itu dan mempererat hubungan persaudaraan. Hanya ibunya itu yang gampang tergosok dan
kelewat sayang anak. Omongan Giok Cheng diterimanya begitu saja."
"Hm, sekarang di mana Naga Pembunuh itu, juga Sin Gak."
"Mereka pergi......"
"Ya-ya, aku tahu. Maksudku ke mana ia pergi mungkinkah disuruh kembali lagi. Aku ingin bicara
empat mata dengannya!"
Han Han mengerutkan kening. "Tentunya ke Hutan Iblis, bukankah musuh kita itu masih hidup."
"Kalau begitu bagaimana jika kau mengejarnya sebentar, atau aku saja yang ke sana."
"Tidak, ayah baru datang. Kau beristirahat dan biar di sini saja, ayah, aku dapat melakukan pekerjaan
itu."
"Baiklah, dan panggil isterimu, lalu Giok Cheng."Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
476 "Ayah mau apa."
"Sekedar memperlengkap keterangan. Mungkin ada apa-apa yang tidak diberitahukan isterimu
kepadamu."
"Hm, isteriku selalu terbuka. Kupikir tak mungkin ada yang disembunyikan, ayah, tapi baiklah
kupanggil dia."
"Dan Giok Cheng belakangan saja, jangan bersamaan!"
Han Han mengangguk dan keluar. Tak lama ia sudah kembali dengan isterinya itu dan sang nyonya
tampak cemberut. Tentu saja wanita ini sudah diberi tahu bahwa pembicaraan akan berkisar pada masalah
perjodohan itu, antara Giok Cheng dengan Sin Gak. Dan ketika Ju-taihiap berdehem melihat wajah
menantunya ini maka iapun mulai bicara kalem kenapa persoalan itu bisa hancur.
"Kudengar kau membela puterimu Giok Cheng, sekarang hubungan dengan keluarga Sin buruk. Coba
apa alasanmu membela puterimu, Tang Siu, tidakkah sekedar menurutkan nafsu marah belaka."
"Siapa tak akan marah!" nyonya itu berseru dan langsung saja berapi. "Pemuda itu pacaran dengan
wanita lain, gak-hu. Bukankah ia tahu bahwa Giok Cheng calon jodohnya. Tak seharusnya pemuda itu
membakar Giok Cheng dengan sikap seperti itu. Aku membela puteriku karena tanda-tanda seperti itu bukan
calon suami yang baik!"
"Tapi katanya gadis itu dengan Sin Gak teman biasa saja."
"Ah, biasa apa. Duduk mereka mepet-mepet, gak-hu, sikap merekapun mesra. Bagiku tak usah
dilanjutkan dan biar cari yang lain saja!"
"Nah," Han Han memotong dan memandang ayahnya itu. "Isteriku ini keras dan selalu begitu, ayah,
padahal Giok Cheng ternyata mencintai Sin Gak. Hanya karena panas dan terbakar ia buru-buru memutuskan
itu, ibunya tergosok."
"Eh, ibu mana tak menghiraukan tangis anaknya. Aku wanita, suamiku, kami sama-sama perempuan
dapat menghayati cemburu tidak seperti laki-laki. Betapapun aku juga tak senang Sin Gak berdua-duaan
dengan wanita lain, sama tak senangnya kalau kaupun didekati atau mendekati wanita lain!"
"Eh-eh, omongan apa ini. Aku tak ikut-ikut, niocu, kita bicara soal anak-anak muda."
"Sama saja, kalian membicarakan Giok Cheng. Dan karena ia wanita maka aku jadi tersinggung!"
"Sudahlah, aku mengundangmu bukan untuk bertengkar. Aku tidak menyuruh kau memusuhi
suamimu sendiri, Tang Siu, hanya ingin mendengar dan melengkapi keterangan tentang cucuku Giok Cheng,
tidak lebih."
"Maaf," wanita itu menunduk. "Aku emosi, gak-hu. Entahlah aku mudah meledak kalau diajak bicara
tentang Sin Gak. Ia kuanggap tak tahu diri, sudah ditunangkan masih juga bergaul dengan wanita lain?"
"Hm, mereka saudara seperguruan, bukan orang lain pula. Kalau mereka bercakap-cakap dan tampak
akrab tentunya wajar, menantuku. Hanya kalian atau Giok Cheng yang mungkin kelewat perasa, begitu saja
cemburu."
"Tidak, mereka lebih dari sekedar teman. Aku menyaksikan sendiri mereka berpegangan tangan, gakhu, pandangan mereka mesra. Berani sumpah mereka itu saling jatuh hati. Sin Gak tak kuat imannya sedang
gadis bernama Bi Hong itu siluman betina pengganggu kebahagiaan orang lain!"
Ju-taihiap dan puteranya saling pandang. Sedetik saja mereka sudah tahu bahwa pembicaraan tak akan
berakhir dengan baik, ini karena wanita itu terlalu bernafsu dan emosi. Maka tersenyum dan menganggukangguk akhirnya kakek itu memberi isyarat agar Han Han membawa isterinya keluar saja.
"Baiklah, cukup. Kalau begitu bocah itu yang memang tak tahu diuntung. Kurang ajar dia."
Aneh, Tang Siu bersinar-sinar. Wanita ini gembira bahwa ayah mertuanya akhirnya setuju dengan
pandangannya. Sin Gak memang kurang ajar, salah-salah di kelak kemudian hari menjadi pemuda mata
keranjang! Maka ketika ia tersenyum dibawa suaminya, merasakan kemenangan maka giliran Giok Cheng
dipanggil kakeknya itu.
"Cucuku yang manis, ceritakanlah kekurangajaran Sin Gak kepadaku di sini. Aku heran ibumu begituKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
477 marah-marah, tentu pemuda itu kelewat menyakitimu."
Giok Cheng mengguguk. Ayahnya keluar dan ia sendirian saja dengan kakeknya itu. Nada dan bicara
kakeknya sudah berpihak kepadanya. Maka ketika ia seakan didukung dan sikap kakeknya bernada membela
langsung saja ia menubruk dan menangis di kaki kakeknya ini.
"Kong-kong benar, Sin Gak memang terlalu. Ia mempermainkan dan menyakiti aku, kong-kong.
Dia...... dia bermesraan dengan gadis lain!"
"Hm, ayah ibumu sudah bercerita. Tapi katakanlah apakah tak ada lagi cinta di hatimu. Benarkah
perasaanmu sudah lenyap melihat kekurangajaran pemuda itu."
"Aku..... aku......" gadis ini semburat. "Kalau saja ia tak melakukan itu tentu aku tak akan marah,
kong-kong. Tapi ia berbuat seperti itu!"
"Jadi kau akan menerimanya kalau pemuda itu tak menyakiti hatimu? Kau tak menolak kalau kongkongmu mengusahakan perjodohanmu pulih kembali?"
Giok Cheng terkejut, membelalakkan mata. Akan tetapi ketika ia mengeluh dan tak menjawab maka
gadis ini menyembunyikan lagi mukanya di kaki kakeknya itu. Sekejap saja jago tua ini tahu bahwa cucunya
masih mencintai Sin Gak!
"Kau adalah cucuku satu-satunya," sang kakek mengelus. "Kebahagiaan atau kesusahanmu tentu ikut
kurasakan, Giok Cheng, kembalilah dan biar kubicarakan ini dengan ayahmu, tapi diam dan jangan bicara
banyak dengan ibumu."
Gadis itu melompat keluar. Ia malu dan jengah sekali akan tetapi untunglah kakeknya bukan orang
yang suka menggoda. Tak dapat disangkal bahwa diam-diam ia amat mencintai Sin Gak. Cinta itu bermula
ketika ia merasa tak menang menghadapi pemuda itu, kepandaiannya ternyata kalah matang. Tapi ketika
tiba-tiba muncul si Bi Hong itu dan betapa dua orang itu tampaknya sudah kenal akrab, panaslah hatinya
maka ia cemburu dan merasa terbakar. Kalau saja tak ada Bi Hong di sana!
Aneh, cinta memang aneh. Kalau saja murid Hek-i Hong-li ini tak bertemu Bi Hong mungkin cintanya
biasa-biasa saja terhadap Sin Gak. Tapi begitu ada saingan dan ia merasa diacuhkan mendadak bergolaklah
darah yang mendidih dan ingin merebut Sin Gak, apabila pemuda itu adalah calon jodohnya sejak kecil.
Apa-apaan si Bi Hong itu, enak saja merampas kekasih orang. Tapi ketika Sin Gak meninggalkannya
dan intim dengan gadis itu mendadak saja Giok Cheng bergemuruh dan ia benar-benar tak rela kalau Sin Gak
galang-gulung dengan gadis berbaju hitam putih itu, apalagi ternyata gadis itupun lebih unggul darinya.
Ilmunya seusap di atas, sama dengan Sin Gak!
Giok Cheng benar-benar terbakar dan sejak itu ia gelisah sendirian. Acapkali didalam kamarnya ia
bercermin, cantik manakah dirinya dengan Bi Hong. Dan ketika ia tak mau kalah dan banyak orang
mengatakan ia cantik, cuping hidung itu berkembang-kempis maka ia mendengus bahwa ia tak kalah dengan
Bi Hong.
"Mana kekuranganku dibanding gadis itu. Paling-paling ilmu silatku selislh sedikit, suci, karena Bi
Hong dan Sin Gak memiliki Bu-bian-kang. Kalau subo sudah memberikan ini kepada kita maka
kepandaiankupun setingkat. Sombong benar gadis itu!" Giok Cheng pernah bicara kepada sucinya dan Su


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok tentu saja mengangguk-angguk. Ngo-cia Thian-it adalah orang-orang sejajar dan tak ada di antara
mereka yang unggul atau lemah. Tingkat kepandaian mereka imbang. Maka ketika hanya untuk ilmu
meringankan tubuh ini mereka kalah, subo mereka belum mengajarkan maka gadis baju merah itu berkata
bahwa ia akan pulang dan protes.
"Kau benar, subo lupa. Kita hanya belum mendapatkan ilmu itu, sumoi, kalau sudah maka tingkat kita
tentu sama. Guru kita saja sejajar!"
"Ya, dan gadis itu sudah sombong bukan main. Kalau aku sudah memiliki Bu-bian-kang pula akan
kuajak ia bertanding mati hidup!"
Giok Cheng termenung lagi di depan cermin. Sucinya membelanya dan ia merasa lega. Tapi karena
sang suci sudah pergi dan ia sendirian bersama ayah ibunya maka ia bimbang dan gelisah kalau teringat
hubungan Sin Gak dengan Bi Hong. Haruskah ia gigit jari? Dapatkah ia mencari pengganti Sin Gak?
Rasanya tak dapat. Maka ketika kakeknya memanggil dan ada secercah harapan di situ, ia mulai berseri
maka di ruang depan ayahnya berhadapan dengan kakeknya itu.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
478 "Kau benar, Giok Cheng masih mencintai Sin Gak. Kemarahan dan kebencian gadis itu hanya semata
cemburu, Han Han bukan karena tiadanya cinta. Isterimu tak dapat membedakan ini dan menganggap
puterimu sudah tak mau lagi menyambung ikatan jodoh. Ia diam dan malu-malu ketika kutanya tadi. Kalau
tidak setuju tentu langsung menolak."
"Kalau begitu apa yang hendak ayah lakukan."
"Kucari Giam Liong dan kubujuk agar puteranya menyambung ikatan jodoh itu, kecuali...... kecuali
kata-kata isterimu benar dan pemuda itu jatuh cinta kepada wanita lain!''
"Ya, kalau ini yang terjadi maka salah kita, ayah, maksudku Giok Cheng dan ibunya itu. Mereka
terlalu keras."
"Hm, kuharap tidak begitu, dan aku pergi sendiri!"
"Sebaiknya ayah tinggal di sini saja.........."
"Tidak, mungkin memandang mukaku anak itu mau melunak hatinya, Han Han, jelek-jelek iapun telah
disakiti isterimu."
Han Han tak dapat membantah. Sebenarnya dia ingin pergi mewakili tapi kalau ayahnya ingin bertemu
dan bercakap-cakap dengan Giam Liong tentu saja ia tak dapat menolak. Justeru itu lebih baik, siapa tahu
Giam Liong dan puteranya melunak. Maka ketika sang ayah pergi dan Han Han menyertakan seorang murid
untuk teman perjalanan Ju-taihiap tertegun dan tentu saja mula-mula tak setuju.
"Apa-apaan ini, kenapa dikawal!"
"Tidak, bukan begitu. Murid ini hanya untuk suruhan kalau ada sesuatu yang penting, ayah, siapa tahu
di perjalanan menemukan berita atau hal-hal penting."
"Hm, baiklah, tapi lucu rasanya disertai pembantu!" jago tua itu akhirnya menerima setelah Han Han
berkata bahwa ayahnya sekarang sudah tua, tidak seperti dulu ketika muda dan sedang kuat-kuatnya. Siapa
tahu di perjalanan masuk angin, sang murid dapat disuruh memijit-mijit, atau kerokan! Dan ketika pendekar
itu tertawa dan berangkat maka Han Han lega karena sesungguhnya ia mengkhawatirkan Majikan Hutan
Iblis itu. Betapapun yang satu ini belum terselesaikan dan tuntas!
Benar saja, belum tiga hari datanglah murid pelayan itu. Hek-yan-pang menjadi kaget ketika dengan
bersimbah darah murid ini jatuh terhuyung. Ia terbata-bata mencari Han Han, tubuhnya penuh luka-luka dan
pakaian serta wajahnya penuh darah. Dan ketika semua menjadi kaget dan Han Han berkelebat muncul, Giok
Cheng tak ada di rumah maka murid itu tersungkur di ruang depan.
"Taihiap........ lo-taihiap, ia...... ia bertemu celaka, pangcu. Kami bertemu iblis jahanam itu....!"
"Apa yang terjadi, kapan terjadinya!" Han Han menyambar dan memeriksa murid akan tetapi
wajahnya terkesiap. Di samping luka juga terdapat bintik-bintik merah seperti gigitan semut berbisa. Murid
itu berkelojotan dan tampaknya susah payah menceritakan keadaannya. Dan ketika ia berhasil sementara
nyonya rumah berkelebat menyusul maka Tang Siu terpekik melihat murid ini luka-luka, sendiri.
"Mana gak-hu, mana ayah!"
"Taihiap...... lo-taihiap, ia..... ia dibawa Majikan Hutan Iblis, hujin. Kami bertemu dan lo-taihiap
roboh. Hamba dibiarkan hidup untuk melaporkan ini.....!"
"Keparat, bedebah jahanam. Kapan dan di mana terjadinya itu, Ek Siok. Apa yang ia lakukan kepada
gak-hu!"
"Hanya ditangkap, lalu dibawa entah ke mana. Hamba....... hamba tak dapat berbuat apa-apa dan
maafkan hamba....."
Murid itu roboh dan terguling. Ia sempat menunjuk-nunjuk ke selatan lalu sekarat dan
menghembuskan napasnya yang terakhir. Ju-hujin melengking. Dan ketika murid yang lain menangis dan
berteriak pula maka Han Han tertegun dan isterinya tiba-tiba berkelebat keluar.
"Manusia iblis, keparat kau!"
"Niocu!" Han Han bergerak dan menyambar isterinya ini. Nyonya itu kalap dan meronta-ronta akan
tetapi sekali Han Han menepuk tengkuknya maka sang isteri roboh. Dalam keadaan seperti itu lebih baikKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
479 isterinya pingsan. Dan ketika berkelebat dan kembali ke dalam maka ia mencari puterinya namun baru
diketahuinya bahwa Giok Cheng pergi tanpa pamit, tak tahu bahwa semalam sucinya datang ke situ dan
memberi tahu betapa Sin Gak dan Bi Hong bermesra-mesraan di Hutan Iblis!
"Ke mana Giok Cheng, ke mana nona!"
"Tak ada, semalam pergi. Kami hanya sempat melihat bayangannya, pangcu, setelah itu tak tahu."
Han Han gelisah dan marah. Dalam saat seperti itu seharusnya puterinya ada di tempat. Giok Cheng
itulah yang dapat diandalkan. Namun karena puterinya pergi dan ia bergegas serta buru-buru maka ia
menyadarkan isterinya lagi dan ternyata isterinya sudah tahu bahwa puteri mereka pergi.
"Su Giok membawanya semalam, katanya sebentar. Aku tak tahu dan tak dapat mencegah mereka."
"Dan ayah diculik! Celaka, kita harus bergerak cepat, niocu. Kita ke Hutan Iblis karena ke mana lagi
dibawa kalau bukan ke sarangnya!"
Wanita itu tersedu-sedu. Tentu saja ia marah dan cemas teringat kematian gak-bonya (ibu mertua)
dulu. Kalau Han Han tidak mencegahnya mungkin ia sudah terbang meninggalkan Hek-yan-pang. Dan
ketika dengan bergegas suami isteri itu meninggalkan markas, Han Han menyambar Pek-jit-kiamnya dan
tertegun memandang Pedang Matahari itu maka ia sadar dan merasa sebuah kesalahan telah dilakukan tanpa
sengaja.
"Ah, Pek-jit-kiam masih di sini, seharusnya ia dibawa ayah!"
Namun semua tak dapat ditunda-tunda. Han Han lupa bahwa pedang itu seharusnya dibawa ayahnya.
Dalam keadaan terburu-buru ia kelupaan membawa itu, ayahnya juga rupanya tak berpikir terlalu jauh dan
hanya ingin mengejar si Naga Pembunuh Giam Liong. Urusan Giok Cheng mengancam keselamatan orang
tua itu sekarang. Maka ketika ia berkelebat dan meninggalkan Hek-yan-pang sambil berpesan kepada para
murid untuk berhati-hati maka hari itu juga Han Han mencari ayahnya dan akhirnya bertemu Giam Liong di
hutan kecil itu.
-0- "Begitulah," Han Han mengakhiri ceritanya. "Ayah diculik Majikan Hutan Iblis ini, Giam Liong, dan
kami telah ke sana tapi tempat itu kosong. Kami mencari lagi dan akhirnya mendengar peristiwa di kota raja
itu, bertemu denganmu dan, sekarang kita di sini."
"Hm, kenapa ayah keluar," Giam Liong mengerutkan kening, Han Han belum bercerita jelas karena
sang isteri ada di situ.
"Ia berburu dan ingin mencari daging harimau, Giam Liong. Katanya sudah lama ingin menikmati itu
untuk mempertahankan kebugaran tubuh. Ayah akhir-akhir ini sakit-sakitan, sering masuk angin."
"Hm, aneh, kenapa tidak menyuruh orang lain saja. Bukankah banyak murid di sana."
Han Han mengedip. Terpaksa ia harus berterus terang dan untuk ini tiba-tiba menyuruh isterinya
menyiapkan makanan. Mereka berada di luar hutan dan duduk di bawah sebuah batu besar. Pohon di dekat
mereka merupakan peneduh dan tempat itu enak. Seekor kelinci hutan tiba-tiba meloncat. Dan ketika Tang
Siu berkelebat namun binatang itu menyelinap bersembunyi maka di sinilah Han Han berbisik secara hatihati, betapapun tak mau harga diri keluarganya hancur.
"Ayah mencarimu," katanya perlahan. "Dan ingin membicarakan masalah Giok Cheng."
Giam Liong terkejut, mengerutkan kening.
"Hm, agaknya aku harus mewakilinya, Giam Liong, biarlah kukatakan bahwa seperti keinginanku
dulu urusan jodoh ingin disambung. Giok Cheng, ia...... ia mencintai Sin Gak. Kemarahan dan emosinya
dulu semata berdasar cemburu. Kakeknya ingin memulihkan dan membahagiakan cucunya. Tapi, hmm.....
kami juga ingin memastikan bagaimanakah sebenarnya puteramu Sin Gak itu. Maksudku apakah
hubungannya dengan Bi Hong biasa-biasa saja atau serius!"
Giam Liong berdetak, merasa harus buka kartu pula. Dan karena ia orang jujur yang menyukai
keterbukaan maka ia menjawab dengan hati-hati pula, "Han Han, maafkan sebelumnya. Aku pribadi belum
mengetahui perasaan Sin Gak tapi sejak kekasaran anak isterimu dulu tampaknya puteraku beralih perhatian.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
480 Hubungannya dengan Bi Hong memang semakin dekat, tapi aku pribadi tak banyak mencampuri. Kalau kau
ingin tahu ini dengan jelas tentu saja harus bertanya kepada Sin Gak."
"Aku bukan ayahnya."
"Maaf, aku yang bertanya. Tapi karena ia tak ada di sini maka aku tak tahu bagaimana sesungguhnya,
kecuali bahwa mereka akrab dan mungkin cenderung ke sana."
Han Han menahan perihnya hati. "Mereka telah saling mencinta?"
"Baiklah kukatakan di sini. Sin Gak sedang menjajaki cintanya, Han Han, kepada siapakah ia
menjatuhkan pilihan. Menurutku ketentunn terakhir belum terjadi, tapi kalau puterimu tak memutuskan
hubungan itu dan marah-marah kemungkinan Sin Gak patuh kepada omongan kita. Semua menjadi berubah,
namun urusan ini kuserahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan. Bukankah mereka itu yang nanti
mengalami."
"Hm," Han Han sedikit terhibur, secercah harapan timbul. "Kalau Sin Gak belum memutuskan
pilihannya berarti ada harapan perjodohan ini disambung. Giam Liong, tapi kalau ia mencintai Bi Hong tentu
Giok Cheng harus tahu diri, betapapun keluarga kami tak boleh mendesak-desak."
"Maaf, keluarga Ju dan Sin bukanlah orang lain lagi. Kita tetap dekat meskipun tali perjodohan tak
tersambung, Han Han. Kita tetaplah saudara!"
"Ya, terima kasih. Tapi, hmm.... sudahlah, isteriku datang." Han Han tak meneruskan kata-katanya
karena sesungguhnya perih juga kalau Sin Gak terlepas dari tangannya. Pengganti pemuda itu tak ada.
Alangkah tepat dan membahagiakan kalau pemuda itu dapat menjadi menantunya. Tak ada pemuda sehebat
itu! Dan ketika sang isteri kembali dan Tang Siu membawa dua ekor kelinci gemuk maka nyonya ini sudah
menyiapkan api unggun dan Han Han membantu isterinya memanggang sarapan pagi itu.
Dua laki-laki ini bersikap biasa-biasa saja dan Ju-hujin tak melihat perobahan yang menyolok, padahal
diam-diam sang suami khawatir dan cemas memikirkan nasib puterinya itu, perjodohannya dengan Sin Gak.
Dan ketika semua selesai dan melanjutkan perjalanan lagi maka Giam Liong bertanya ke mana mereka
sekarang.
"Bagaimana pendapatmu," pria itu balik bertanya. "Mungkin kau yang lebih tepat, Giam Liong. Coba
katakan ke mana kita pergi."
"Sebaiknya ke Hutan Iblis saja....."
"Tempat itu kosong. Tak ada penghuninya di sana, Giam Liong. Percuma!" Ju-hujin memotong.
"Hm, itu kemarin. Sekarang belum tentu, Tang Siu, betapapun kupikir tempat itu harus didatangi lagi.
Sin Gak mengejar musuhnya itu, tentu akhirnya ke sana. Tapi kalau kalian berpikir lain terserah."
"Benar, sekarang ada perobahan. Anak-anak muda itu telah bermunculan di sini, niocu, bahkan Giok
Cheng juga semalam di kota raja. Coba kita ke sana dan mari berangkat. Perhitungan Giam Liong rasanya
tak meleset."
Bergeraklah mereka itu. Han Han berdebar merasa sesuatu dan entah kenapa tiba-tiba ia menjadi
tegang. Setelah sarapan mendadak saja ia merasa telinga kirinya berdengung. Lalu ketika telinga kanan juga
berdengung dan berkerutlah alisnya maka dalam waktu bersamaan si Naga Pembunuh juga berhenti.
"Ada apa," sang nyonya bertanya.
"Hatiku berdebar. Aku tak enak dan merasakan sesuatu yang lain, Tang Siu, tiba-tiba aku cemas
kepada Sin Gak. Ia seakan memanggil-manggil."
"Aku juga. Rasanya telingaku mendengar suara Giok Cheng, Giam Liong, perasaanku juga tak enak!"
"Kalau begitu mari kita pergi. Jantungku serasa berdentang-dentang!" Giam Liong tak menunggu
waktu lagi dan tiba-tiba berkelebat. Serentak dengan ini Han Hanpun mengangguk, pendekar itu menyambar
lengan isterinya dan bergeraklah ia menyusul si buntung itu. Lalu ketika mereka berendeng dan Tang Siu
diseret suaminya maka wanita itu berseru agar tak perlu terburu-buru.
"Kakiku, aduh.... kalian ini seperti dikejar setan, Han Han. Ada apa dan pelan sedikit. Tak lari gunung
dikejar!"Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
481 "Aku mengikuti Giam Liong. Ia begitu cepat dan terbuiru-buru, niocu, tentu ada apa-apa."
"Tapi kakiku...... ah!" Han Han mengangkat isterinya ini dan tiba-tiba sang isteri berseru terkejut
karena kini dengan kecepatan tinggi Han Han melayang di atas permukaan tanah. Mempergunakan ilmu
meringankan tubuhnya tingkat tinggi jago muda Hek-yan-pang ini melesat. Naga Pembunuh telah jauh di
depan. Dan ketika Han Han berhasil menyusul sementara isterinya tak berteriak-teriak lagi maka dua orang
ini bergerak bagai siluman dan Giam Liong sekejap melirik saudaranya ini. Masing-masing ternyata telah
menangkap firasat bahaya akan putera-puteri mereka.
"Han Han, aku semakin tak enak!"
"Ya, aku juga. Anak-anak itu, ah....... pasti ada apa-apa."
Lalu ketika keduanya menambah kecepatan dan menyambar bagai iblis kesiangan maka perjalanan
yang seharusnya ditempuh beberapa hari itu berlangsung hanya seperempatnya saja. Pek-jit-kiam di
punggung jago Hek-yan-pang ini berketrik sementara Golok Maut di belakang Naga Pembunuh juga
berbunyi aneh. Bunyi-bunyian itu jelas bukan karena gerakan tubuh melainkan isyarat rahasia akan
datangnya bahaya. Sesuatu yang mencekam tengah terjadi. Dan ketika dua orang ini tak berhenti dan Juhujin lelah di bahu suaminya maka pagi berikutnya ketika pohon besar di tengah Hutan Iblis terlihat dari
kejauhan maka bersamaan itu terdengar lengking dan pekik gegap-gempita. Bagai terjadinya perang raksasa
tampaklah bayangan menyambar-nyambar, hitam putih dan merah serta hijau. Di atas hutan itu terdapat
kepulan asap aneh, sebentar membentuk bayangan manusia lalu sekejap kemudian seperti seekor binatang
atau anjing. Hal itu diiringi bentakan dan benturan tenaga sakti. Dan ketika dua orang ini terbelalak dan cepat
mengerahkan sinkang melindungi isi dada dari seruan atau pekik melengking-lengking itu maka Ju-hujin
mengeluh dan ia tiba-tiba roboh. Lengking atau suara itu ternyata merupakan serangan tenaga sakti yang
amat hebat sekali. Nyonya ini jatuh terduduk.
"Niocu.....!"
"Han Han!"
Han Han tak jadi menyambar isterinya ini. Tang Siu duduk bersila dan cepat mengerahkan tenaga
batinnya menahan suara-suara dahyat itu. Gempuran khikang (suara sakti) amatlah hebatnya hingga Hutan
Iblis berderak-derak. Di angkasa, di atas hutan itu sambar-menyambar enam bayangan yang amat cepatnya.
Han Han terbelalak ketika mengenal bahwa satu di antara bayangan itu adalah Giok Cheng. Bayangan hijau
itu ternyata puterinya. Dan ketika ia terbelalak mengenal bayangan merah, Su Giok maka ia tertegun karena
bayangan putih dan hitam ternyata adalah Sin Gak dan Bi Hong yang dikeroyok oleh empat orang termasuk
laki-laki berjubah hitam dan seorang pemuda tinggi besar yang baru kali itu dilihatnya.
"Majikan Hutan Iblis!"
"Ya, dan itu Thai Bang Kok Hu. Itulah murid Mo-bin-jin!"
"Tapi...... tapi Giok Cheng bergabung dengan orang-orang itu. Ah, ia mengeroyok Sin Gak dan Bi
Hong. Giam Liong, keparat bocah ini!"
"Ia lebih banyak menyerang Bi Hong, dan Sin Gak....... ah, ia menghadapi Majikan Hutan Iblis dan Su
Giok!"
Jilid XXXIV
DUA orang itu pucat. Han Han dan Giam Liong melihat betapa putera-puteri mereka bertanding
dahsyat di puncak Hutan Iblis. Pohon-pohon tinggi menjadi pijakan mereka dan di situlah kaki mereka
bergerak naik turun, sebentar seperti belalang meloncat-loncat tapi tak jarang pula menyambar dan bergerak
bagai burung besar. Kaki mereka seakan tak menginjak pucuk dedaunan karena setiap menyentuh sudah
melompat lagi, berkelebatan, cepat dan luar biasa hingga tubuh mereka lenyap menjadi bayang-bayang putih
hitam dan merah hijau. Tepukan atau ledakan asap hitam menggelegar dahsyat menggetarkan seluruh isi
hutan. Dua pendekar ini mencoba bergerak maju akan tetapi tertahan. Di depan mereka seakan menghembus
tembok tenaga yang amat kuat, begitu kuat hingga menyesakkan napas, Dan ketika dua orang ini tertegun
dan terkejut bukan main, hawa pukulan di atas hutan menyambar mereka maka Han Han duduk bersila dan
Giam Liong mengikuti pula, cepat mengerahkan sinkang menahan gelombang dahsyat itu.
"Pertandingan itu terasa sampai sini. Kita tak dapat maju kalau angin pukulan kuat itu tak berkurang,Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
482 Giam Liong, satu-satunya jalan berhenti dan menonton dari sini."
"Ya, dadaku ampeg. Angin pukulan itu kuat sekali dan kita akan celaka kalau menerjang. Bersila dan
kerahkan tenaga sakti, Han Han, lindungi isterimu karena ia pucat!"
Han Han terkejut. Sang isteri bergoyang-goyang dan akhirnya roboh. Lengking dan pekik dahsyat itu
semakin menjadi-jadi, telinga dan jantung bergetar hebat. Dan ketika ia mundur dan menahan isterinya,
ternyata sudah pingsan maka Han Han berjengit ketika ledakan bagai petir meledak seakan di sisi telinganya.
"Dar!"
Cepat pendekar ini menghimpun tenaga sakti. Ia menutup kedua telinga dan memusatkan semua
perhatian ke titik samadhi. Pori-pori dan lubang lain ditutup. Lalu ketika pendekar ini berhasil menenangkan
hatinya dan tubuh tidak bergoyang-goyang lagi maka pertandingan di atas Hutan Iblis itu "dilihat" melalui
mata batinnya.
Han Han tertegun. Di atas pepohonan tak jauh dari pohon yang paling tinggi berkelebat enam
bayangan yang bergerak amat cepat. Hanya dengan mata batin ia dapat mengikuti mereka itu, dengan mata
biasa tentu pusing. Dan ketika ia melihat betapa dua di antara enam bayangan itu beterbangan menangkis dan
mengelak empat bayangan yang lain maka pendekar ini mengeluh karena Giok Cheng, puterinya
mengeroyok Bi Hong dengan pemuda tinggi besar yang lebih mirip raksasa muda dengan hidung pesek dan
bibir tebal.
"Thai Bang Kok Hu...!" Han Han teringat cerita Giam Liong akan raksasa muda itu. Ia berkerut
kening memperhatikan raksasa ini dan mukanya tiba-tiba gelap. Wajah yang kasar dan mata yang melotot
lebar itu cukup jelas membayangkan watak pemiliknya. Serangan-serangannya kasar dan buas, sepak
terjangnya liar akan tetapi harus diakui dahsyat dan berbahaya sekali. Pukulannya menderukan angin kuat.
Dan ketika raksasa itu tergelak-gelak dengan suaranya yang menggetarkan hutan, kasar dan buas maka Han
Han maklum bahwa pemuda ini memang pantas sebagai pemuda urakan tapi lihai bukan main.
"Giok Cheng!" tiba-tiba pendekar itu membentak. "Siapa kawanmu yang buruk itu. Tak pantas kau
bersahabat!"
"Dan kau," Giam Liong tiba-tiba juga mengeluarkan suaranya yang kuat berpengaruh, menembus
segala angin pukulan bersiutan. "Tak pantas bergabung dengan Majikan Hutan Iblis, Su Giok. Ingat betapa
kedua orang tuamu dibunuh!"
Gadis-gadis itu terkejut. Giok Cheng, yang menyambar-nyambar dan beringas menyerang Bi Hong
rupanya tak tahu bahwa sang ayah tiba-tiba ada di situ. Dia asyik sekali menerjang lawannya ini, dibantu
Thai Bang Kok Hu. Maka ketika suara ayahnya menggetarknn tempat itu sampai di atas, terbelalaklah dia
maka tiba-tiba serangannya agak mengendor namun saat itu si raksasa berseru menggetarkan menindih suara


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han Han.
"Hei, tak perlu perhatikan yang lain. Serang dan robohkan gadis ini, sumoi, lalu pemuda itu. Jangan
kendor dan hiraukan yang lain-lain!"
Akan tetapi gadis baju hijau ini terlanjur terkejut. Ia mengurangi serangan-serangannya kepada Bi
Hong dan gadis itu bernapas lega. Tekanan dua orang ini berat sekali dan hanya karena Bu-bian-kangnya ia
mampu mengelak dan menghindar. Kian-kun-siu, kibasan Sapu Jagadnya terpental. Dua lawan memang
lebih kuat daripada seorang. Maka ketika gadis itu mundur memanggil ayahnya, di saat yang sama Su Giok
juga tertegun oleh seruan Giam Liong maka gadis ini terbelalak mengendorkan tekanannya terhadap Sin
Gak. "Heh!" Majikan Hutan Iblis tiba-tiba mengebut dan mendorong. "Suara orang lain jangan
didengarkan, Su Giok. Robohkan dulu pemuda ini baru yang lain belakangan!"
Akan tetapi gadis itu termakan. Semula ia begitu gencar dan gigih menyerang Sin Gak. Rasa
penasarannya membuat ia tak mau sudah. Tapi ketika Giam Liong mengingatkan itu dan kematian ayah
ibunya terbayang di depan mata tiba-tiba gadis ini membalik dan...... iapun membentak laki-laki berjubah
hitam itu.
"Benar, kau berhutang jiwa keluargaku. Seharusnya aku berurusan dahulu denganmu, manusia
jahanam. Buka kedokmu dan perlihatkan mukamu!"
Laki-laki itu terkejut. Ia yang semula menekan dan mendesak Sin Gak tiba-tiba menghadapi pukulan
Su Giok. Gadis baju merah itu menyerangnya dengan Toat-beng-liong-jiauw-kang (Kuku Naga PencabutKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
483 Nyawa), cepat dan tak diduga karena mereka semula berdampingan. Maka ketika sepuluh jari itu menyentuh
mukanya dan ia mengelak serta menangkis selanjutnya gadis ini menyerangnya dan sudah melepas
cengkeraman atau guratan yang semuanya amat berbahaya dan memecah konsentrasinya.
"Keparat!" laki-laki itu membentak. "Urusan kita diurus belakangan, Su Giok, pemuda ini lebih
berbahaya dibanding lain-lainnya. Jangan ngimpi dengan membunuhku cintamu akan diterima Giam Liong,
ayah dan anak sama-sama mempermainkan wanita!"
Gadis itu terkejut. Sejenak ia mengendorkan serangan dan mukanya berubah, hasutan itu rupanya
termakan. Namun ketika Giam Liong berseru bahwa urusan pribadi kalah oleh urusan yang lebih besar maka
gadis itu terguncang lagi.
"Kematian ayah ibumu jauh lebih hebat. Tak ada gunanya menyenangkan diri sendiri kalau arwah
orang tuamu masih penasaran di sana, Su Giok. Tindas kepentingan pribadi dan utamakan baktimu kepada
ayah ibumu!"
Gadis itu membentak lagi. Tiba-tiba ia menerjang lebih sengit, dan kali ini kemarahan dan
kebenciannya benar-benar meledak. Omongan Giam Liong menusuk perasaannya daripada omongan lakilaki berjubah hitam itu. Maka ketika ia melengking dan berkelebat menyerang lawannya, sepuluh jarinya
mencuatkan kuku panjang maka Majikan Hutan Iblis menggeram dan tiba-tiba mengebutkan lengannya ke
arah Giam Liong menonton. Percik-percik merah rmenyambar si buntung itu amat ganasnya, Ang-su-giat
(Semut Merah Beracun).
"Awas, ayah!" Giam Liong tak mungkin menyelamatkan diri dari serbuan ratusan semut-semut api ini.
Binatang itu dikebut dari sebuah kantung dan melayang bagai pernik-pernik gemerlapan. Tubuhnya tertimpa
cahaya matahari dan indah menyilaukan. Namun karena di balik keindahan ini terdapat maut yang amat
mengerikan, Sin Gak berseru sambil mengebutkan lengannya pula maka sekelompok semut-semut itu
dihembus dan hancur menghantam pohon di sebelah pendekar buntung ini.
"Wuutttt!" sisa hawa panas masih dirasakan pendekar itu. Giam Liong berdesis mengusap keringat
dan biarpun ia dapat menghindarkan diri namun tak mungkin semua itu dielak. Seekor dua Ang-su-giat pasti
mengenai tubuhnya. Maka ketika ia menggigil namun marah bukan main, betapapun ia tak takut sedikitpun
maka di sana Su Giok sudah berkelebatan menyerang lawannya tak menghiraukan lagi bujukan atau hasutan.
Gadis ini benar-benar membayangkan kematian ayah ibunya yang amat mengerikan. Majikan Hutan Iblis
itulah pembunuhnya. Maka ketika ia melengking dan terus melepas cengkeraman dan guratan, sementara di
sana Sin Gak bernapas lega maka Bi Hong berhadapan satu lawan satu dengan sutenya yang amat lihai itu,
murid Mo-bin-jin yang sepak terjangnya buas dan liar.
"Plak-dukk!" pukulan gadis itu melenceng bertemu Hek-be-kang. Ilmu Belut Hitam yang dipunyai
lawannya ini membuat raksasa muda itu terkekeh-kekeh. Namun ketika membalas dan bertemu Kim-kongciok (Ilmu Arca Emas) maka tubuh gadis itupun tak bergeming dan Bi Hong tertawa mengejek.
"Hm, pukulanmu kurang kuat. Ayo serang lebih hebat, Kok Hu, mana kekuatanmu!"
Raksasa ini menggeram. Akhirnya ia membalas dan menyerang lagi namun gadis itu berkelebat
mengandalkan Bu-bian-kangnya. Ilmu Tanpa Bobot ini benar-benar luar biasa hingga gadis cantik itu lenyap,
tahu-tahu muncul di belakang tengkuknya dan menyambarlah tamparan amat kuat. Namun ketika Bi Hong
mendesis bertemu Hek-be-kang itu, mental maka lawan ganti mengejek dengan tawa bergelak. Selanjutnya
mereka bertanding lagi, sementara Giok Cheng melayang turun menghadapi ayahnya. Di sini sang ibu
siuman dan kontan nyonya itu membentak puterinya kenapa tidak menyerang Majikan Hutan Iblis itu. Dan
ketika Giok Cheng tertegun bahwa kakeknya tertawan, laki-laki itulah penangkapnya maka gadis ini menjadi
merah dan sang ibu menudingkan telunjuknya.
"Lihat, jahanam itu sudah di situ. Apalagi yang kau tunggu, Giok Cheng, hajar dan robohkan dia.
Rampas kembali kakekmu!"
"Tapi........ tapi Bi Hong.......!"
Sang ibu tertegun, kening berkerut. Akan. tetapi sebelum bicara maka Han Han maju dengan sikap
keren, kewibawaannya sebagai ayah tampak. "Giok Cheng, Bi Hong adalah urusan yang lain lagi,
keselamatan. kakekmu lebih penting. Kalau kau mendahulukan kepentingan pribadi melupakan kakekmu
maka kau bukan seorang anak yang baik. Kami bukan lawannya, kaulah tandingannya dan rampas kembali
kakekmu, atau aku tak akan mengampunimu karena ini dosa besar yang tak dapat diterima lagi."
"Baik!" gadis itu melompat, tahu-tahu terbang ke atas pucuk-pucuk daun itu. "Akan kuhajar danKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
484 kuminta kakekku sekarang, ayah. Biarlah urusan Bi Hong diselesaikan nanti!"
Yang berubah tentu saja Majikan Hutan Iblis itu. Setelah Su Giok menyerangnya dan iapun harus
mengelak dan menangkis pukulan Sin Gak maka ia terdesak dan tertekan hebat. Giok Cheng tiba-tiba
menyambar maju, siapa tidak kaget. Maka ketika ia berteriak mendapat pukulan muka belakang, juga kiri
dan kanan maka laki-laki itu terbanting dan terhempas jatuh ke bawah.
"Desss!"
Giok Cheng dan sucinya mengejar. Sin Gak tertegun dan tentu saja menarik pukulannya, bukan
maksudnya untuk mengeroyok dan menekan lawan yang tidak kuat. Tapi ketika ia mengerutkan kening
melihat jatuhnya lawan tiba-tiba Majikan Hutan Iblis itu membentak,
"Giok Cheng, Su Giok, kalian jangan main-main kepadaku. Aku menawan Pek-jit-kiam Ju-taihiap,
kalau kalian mengeroyokku aku akan membunuhnya!"
"Jangan banyak cakap!" Giok Cheng membentak dan mencabut ikat pinggangnya, meledak dan
menyambar telinga kiri lawan. kau mengganggu kakekku maka aku siap mengadu jiwa, manusia busuk.
Serahkan dia kepadaku dan kau kuampuni!"
"Hm, kau sumoiku, yang muda harus turut yang tua. Aku tak mengganggu sama sekali kakekmu, Giok
Cheng, membawanya hanya sekedar untuk menundukkan kekerasan hatimu. Kalau kau mau membantu aku
dan merobohkan dua anak muda itu maka kakekmu bebas!"
"Dan bagaimana dengan hutang jiwa keluargaku!" Su Giok mencelat dan menyambar muka Majikan
Hutan Iblis, sepuluh kukunya menggurat panjang. "Kalau kau dapat mengembalikan mereka akupun mau
mengampuni nyawamu, manusia busuk. Tapi bagaimana sekarang mampukah kau mengembalikan mereka!"
"Tunggu..... bret!" laki-laki ini mengelak, kancing bajunya terbabat. "Urusan itu mudah, Su Giok. Aku
siap mengembalikan mereka asal kau membantuku dulu membunuh anak-anak muda ini. Mereka lebih
berbahaya!"
"Omongan bohong!" gadis itu melesat dan menyambar lagi. "Yang mati tak mungkin hidup, jahanam
keparat, kecuali kau menyusul mereka di alam baka........ bret-plak!" lawan menangkis dan gadis ini terpental
sementara Majikan Hutan Iblis tiba-tiba berkemak-kemik. Entah apa yang dikehendaki mendadak saja ia
berseru melontarkan sesuatu ke atas. Segumpal asap hitam meledak. Dan ketika ia membentak bahwa ayah
ibu gadis itu ada di situ, hidup tiba-tiba Su Giok menghentikan serangan dan menjerit.
"Lihat, mereka ada di sini. Nah, aku mengembalikannya kepadamu, Su Giok, bantu aku dan kita
robohkan pemuda dan gadis itu!"
Bukan hanya Su Giok, Giok Cheng dan Han Han serta Giam Liong dan Ju-hujin juga terkejut. Mereka
melihat di angkasa tiba-tiba muncullah sepasang lelaki perempuan melambai kepada Su Giok. Itulah suami
isteri Su Tong dan Bhi Li, sepasang pendekar yang dulu menjadi sahabat mereka ayah ibu Su Giok. Tapi
ketika terdengar lengking tinggi membuyarkan asap hitam, pekik atau suara Sin Gak yang mengandung
tenaga sakti maka pemuda itu mengebut seraya membentak,
"Bohong, itu hanya sihir. Lihat tak ada apa-apa di sini kecuali sepasang daun itu, enci Giok, jangan
terkecoh dan mau ditipu!"
Lenyaplah bayangan lelaki perempuan itu. Sebagai gantinya dua daun kering melayang-layang jatuh
ke tanah, hangus. Lalu ketika gadis itu membentak dan marah sekali maka laki-laki jubah hitam itu mendelik
kepada Sin Gak.
"Keparat, jahanam kau, Sin Gak, menyusullah ibumu!"
Sin Gak mengelak ketika sekantung semut api berhamburan menyambarnya. Ia mengebut dan
menghancurkan semut-semut itu. Dan ketika Su Giok melayang dan menerjang lagi maka Giok Cheng juga
menyambar dan berkelebat marah.
"Penipu, licik dan curang. Sekarang kami tak mempercayaimu, manusia busuk, serahkan kakekku atau
aku mengadu jiwa denganmu!"
Laki-laki itu berkelit dan membalas. Sin Gak memandang sekejap lalu melompat ke arah Bi Hong.
Dan ketika Thai Bang Kok Hu terkejut melihat majunya pemuda ini maka Bi Hong menjadi girang.
"Sin Gak, jahanam ini mengandalkan Hek-be-kangnya.. Coba kau berikan Pek-mo-in-kangmu dan akuKolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
485 menghajarnya dengan tamparan-tamparanku!"
Sin Gak mengangguk. Ia berkelebat dan hawa dinginpun meluncur, kedua tangan mendorong dan
bekulah udara oleh Pek-mo-in-kang yang amat kuat. Thai Bang Kok Hu menggigil, bajunya berkeriputkeriput. Lalu ketika ia terkejut keringatnya beku maka Hek-be-kang tiba-tiba kosong tak dapat dipakai lagi.
"Des-plak!"
Tengkuk dan pundaknya tertampar. Raksasa ini terpelanting dan berteriak, kulitnya tak dapat licin lagi
dibekukan Pek-mo-in-kang itu. Dan ketika ia bergulingan melempar tubuh ke sana-sini maka Bi Hong
terkekeh-kekeh mengejarnya. Si raksasa memaki-maki.
"Heh, curang, licik. Kalian beraninya mengeroyok aku, Bi Hong. Coba satu lawan satu!"
"Hm, akal busuk. Tadi kau mengeroyokku diam saja, Kok Hu, sekarang berkaok-kaok kayak ayam
kehilangan induknya. Hayo terima pukulanku dan tunjukkan kelicinan tubuhmu itu...... bak-bukk!" Bi Hong
melepaskan tamparannya dan raksasa ini bergulingan memaki-maki. Tamparan gadis itu tidak membuatnya
roboh akan tetapi membuat kulit tubuhnya pedas dan sakit-sakit. Ia memiliki kekebalan namun tertembus
juga, betapapun sinkang yang dimiliki gadis itu cukup kuat dan tak jauh dengan sinkangnya sendiri. Maka
ketika Sin Gak mengejarnya juga dan mendesak raksasa ini, Sin Gak lega bahwa Su Giok dan Giok Cheng
tak mengeroyoknya lagi maka pertandingan berubah dengan pihak Majikan Hutan Iblis menghadapi mereka
berempat.
Akan tetapi itu tidak lama. Majikan Hutan Iblis yang gusar dikeroyok dua tiba-tiba berkelebat
menghilang, ia menyelinap dan memasuki semak-semak belukar. Dan ketika Su Giok maupun Giok Cheng
mengejarnya tak mau sudah, membentak maka tiba-tiba lelaki itu muncul lagi dengan mencengkeram
seseorang sambil tertawa dingin.
"Bagus, pukullah orang ini dan aku akan memakainya sebagai tameng!"
Giok Cheng menjerit. Ju-taihiap kakeknya tiba-tiba diputar tangan laki-laki itu menangkis pukulan
mereka. Tentu saja ia berteriak menarik pukulan. Tapi ketika sucinya terlanjur menusuk dan Toat-bengliong-jiauw-kang mengenai kaki, untunglah sebagian dari tenaga sudah dihilangkan maka Ju-taihiap
mengeluh dan gadis baju merah itu terpekik menarik serangannya.
"Ha-ha!" Majikan Hutan Iblis tertawa-tawa. "Ayo serang dan desak aku, anak-anak. Bunuh orang ini
dan kalian jangan menyalahkan aku!"
"Terkutuk, curang!" Giok Cheng menjerit. "Lepaskan kakekku, manusia siluman. Mari bertempur
secara jantan!"
"Hm, kalian sendiri tak jantan. Kau mengeroyokku, Giok Cheng, merusak persahabatan. Aku
membebaskan kakekmu asal kau membantu aku menghadapi muda-mudi itu. Ingat, Bi Hong musuhmu. Ia
merebut kekasihmu Sin Gak!"
Gadis ini terbakar. Omongan ini memang tajam akan tetapi Giok Cheng masih ingat diri, diserangnya
itu. Akan tetapi ketika tubuh kakeknya dipakai menangkis dan ia menjerit menarik serangan maka laki-laki
itu terkekeh dan Giok Chengpun bingung.
"Serang, ayo serang lagi. Hajar dan bunuh kakekmu ini, Giok Cheng, perbuatanmu lebih jahat
daripada aku!"
Gadis itu melengking-lengking. Akhirnya ia berkelebatan dan mengitari laki-laki ini sampai akhirnya
bujukan atau kata-kata lawannya memerahkan telinga. Ia mulai digosok dan dihasut tentang Bi Hong. Dan
ketika di sana Bi Hong begitu mesra mendampingi Sin Gak, terkekeh dan mengejek Kok Hu tiba-tiba lelaki
itu berkata terakhir kalinya. Ju-taihiap tertotok, urat gagunya dilumpuhkan.
"Aku tak berkepentingan dengan kakekmu, hanya janjimu. Nah, ia akan kubebaskan asal kau hadapi
gadis itu bukan sebagai membantu Kok Hu melainkan semata menukar tawanan ini. Jangan hadapi aku dan
hadapilah musuh utamamu itu. Jangan biarkan ia bermesraan dengan Sin Gak, setuju atau tidak."
Giok Cheng merah padam melihat kenyataan itu. Kalau saja Bi Hong tak terkekeh-kekeh dan begitu
mesra di dekat Sin Gak barangkali hatinya tak begitu panas terbakar. Ditambah omongan dan ajakan ini tibatiba saja ia melengking, Dan ketika ia mengangguk dan laki-laki itu tertawa aneh, sekali lagi minta ketegasan
maka Giok Cheng hilang kejernihannya dibakar cemburu.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
486 "Baik, lepaskan kakekku. Aku akan menghadapi Bi Hong. Sekarang jangan banyak bicara atau aku
membunuhmu!"
"Wut!" bersamaan itu Ju-taihiap dibebaskan, langsung ditangkap gadis ini. "Kau sudah berjanji, Giok
Cheng, seumur hidup tak boleh ditarik lagi. Terimalah kakekmu dan jangan ganggu aku!"
Su Giok terkejut. Ia membentak mencegah sumoinya akan tetapi gadis itu telah terbang menyambar Bi
Hong. Giok Cheng berteriak kepada ayahnya untuk menerima kakeknya itu. Dan ketika Han Han tertegun
menerima ayahnya, Giok Cheng melengking dan menerjang Bi Hong maka gadis itu berkata bahwa ia telah
membebaskan kakeknya.
"Sekarang ayah jangan menghalangi aku, kong-kong telah kuselamatkan. Aku akan membuat
perhitungan dengan gadis itu dan jangan aku diganggu!"
Bi Hong tentu saja terkejut. Ia sedang enak-enaknya mempermainkan Thai Bang Kok Hu, raksasa itu
jungkir balik menerima pukulannya. Maka ketika Giok Cheng tiba-tiba menyambar dan tanpa ba-bi-bu lagi
menerjang dan membentaknya kontan iapun terkejut dan kaget.
"Heii, apa ini....... plak-dukk!" dua lengan bertemu sama kuat dan masing-masing pemiliknya terpental
dan terhuyung. Lengan-lengan halus itu sama-sama terisi tenaga sinkang. Tapi ketika Giok Cheng melotot
dan menerjang lagi maka gadis ini menggirangkan Thai Bang Kok Hu yang merasa mendapat bala bantuan.
"Ha-ha, bagus. Begitu seharusnya, sumoiku yang manis. Kau membantuku dan kita beradu punggung
layani lawan-lawan kita ini."
"Tutup mulutmu, aku tak membantumu. Aku menghadapi lawanku semata sebagai penukar kakekku,
Thai Bang Kok Hu, jangan bicara macam-macam atau nanti aku menyerangmu!"
"Weh?!" si raksasa terbelalak. "Begitu kiranya? Yu-sute membebaskan kakekmu? Bagus, ha-ha, sama
saja. Sekarang lawan kita seorang lawan seorang, sumoi, Bi Hong atau Sin Gak sama saja. Heh, ayo maju
dan kita bertanding lagi!" raksasa itu meloncat dan tangannya menderu menyambar Sin Gak. Pemuda ini
terkejut dan sedang mengerutkan keningnya melihat Giok Cheng menyerang Bi Hong. Tak ada lagi yang
mampu mencegah mereka. Tapi ketika ia menangkis dan berkelebat marah tiba-tiba pemuda ini menyambar
Giok Cheng berseru pada Bi Hong,
"Hong-moi, kita bertukar lawan. Serahkan dia kepadaku dan kau hadapilah Kok Hu!"
Kejadian berlangsung cepat. Sin Gak mendorong dan menarik Bi Hong sementara tangannya yang lain
menangkis pukulan Giok Cheng. Gadis itu terpental. Dan ketika Giok Cheng membelalakkan mata melihat
Sin Gak melindungi Bi Hong tiba-tiba ia menjadi kalap dan berseru melengking, panas hatinya.
"Bagus, semakin manja. Biarkan kami wanita dengan wanita, Sin Gak, kalian laki-laki dengan lakilaki. Atau boleh kau gantikan dia dan kau atau aku mampus........... wiirrrr-plakk!" ujung ikat pinggang
meledak ditangkis Sin Gak namun pemuda itu sudah mendorong Bi Hong. Gadis ini terhuyung. Akan tetapi
ketika Sin Gak melayani Giok Cheng dan ia tak mungkin mengeroyok maka Kok Hu yang girang
ditinggalkan Sin Gak menyambar Bi Hong. Gadis itu lebih ringan daripada Sin Gak, meskipun bukan berarti
ia mampu mengalahkan.
"Bagus, kau dengan aku. Ha-ha, sepadan sudah, suci. Sin Gak dengan Giok Cheng dan kau dengan
aku. Mari, mari main-main lagi dan jangan cemburu melihat kekasihmu berduaan dengan sumoi!"
"Tutup mulutmu!" Bi Hong mengelak dan membalas. "Kau dan Sin Gak bagai bumi dengan langit,
Kok Hu, seribu kalipun masih juga kalah tampan. Jangan kira aku takut dan mari kuhadapi kau!"
Si raksasa tertawa bergelak. Yang tambah panas tentu saja Giok Cheng, terang-terangan Bi Hong
memuji Sin Gak, padahal gadis itu untuk mengejek lawannya yang bermuka buruk. Maka ketika Giok Cheng
melengking dan menyambitkan jarum-jarum pencabut nyawanya, Touw-beng-tok-ciam maka Sin Gak
menangkis dan melindungi kekasihnya, hal yang membuat gadis itu semakin naik pitam.
"Bagus, kau sudah begitu tergila-gila kepada siluman betina itu. Sekarang kau atau aku mampus, Sin
Gak, tak kuat hidup kalau terhina begini!"
Sin Gak berdebar mengerutkan keningnya. Tak dapat disangkal kemarahan dan kebencian sumoinya
ini, akan tetapi karena di balik itu ia melihat cinta asmara yang berapi-api, bak gunung bergemuruh maka
pemuda ini merasa iba dan kasihan juga.Kolektor E-Book
TAPAK TANGAN HANTU
BATARA
487 "Giok Cheng, aku tak ingin kalian saling bunuh. Kalian sama-sama wanita gagah. Kalau hendak
bermusuhan maka musuh kita adalah Majikan Hutan Iblis itu, juga Kok Hu. Merekalah orang-orang jahat
yang seharusnya kau musuhi."
"Tak perlu menggurui, aku tahu baik buruk, Sin Gak. Biarkan aku menghadapi Bi Hong atau aku
mengadu jiwa denganmu!"
"Hm, Bi Hong bukan musuhmu, kau salah. Musuh kita adalah dua orang jahat itu, Giok Cheng,
sadarlah dan putar haluan. Urusan kita dapat dibicarakan baik-baik."
"Baik-baik? Huh, kau menyakiti hatiku. Aku sudah mendapatkan kong-kong dan janjiku harus
berjalan. Minggir dan biarkan Bi Hong melawanku atau kau atau aku mampus!"
Sin Gak kewalahan. Sekarang mereka berkelebatan cepat tapi masing-masing berganti lawan. Kini
terjadi perpecahan lagi di mana enam orang dengan tiga pertandingan. Su Giok bertanding hebat dengan
Majikan Hutan Iblis itu, sementara Bi Hong menghadapi Kok Hu dan dia sendiri dilabrak gadis baju hijau
yang marah ini. Giok Cheng menyerang sambil menangis. Dan karena dari tiga pertempuran ini tentu saja
Sin Gak mengalah, yang di hadapi adalah puteri pamannya Han Han maka ia mengelak dan membalas ala
kadarnya saja, terdesak dan dilihat Bi Hong dan gadis itu panas. Entah mengapa sikap ini menimbulkan
kecemburuan Bi Hong, mencoba ditahan tapi akhirnya tak kuat. Sin Gak terpelanting oleh ledakan ikat
pinggang yang membuat pipinya tergurat, darah mengalir. Dan ketika pemuda itu main mundur dan


Tapak Tangan Hantu Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sempoyongan bingung, Bi Hong membentak tiba-tiba gadis itu meninggalkan lawan dan menyambar Giok
Cheng.
"Manusia tak tahu diri. Kalau Sin Gak menghadapimu sungguh-sungguh tak mungkin kau
melukainya, Giok Cheng, baik hadapilah aku dan kita wanita sama wanita!"
"Ha-ha!" Thai Bang Kok Hu melihat kesempatan. "Kalau aku sendirian biarlah kubantu suteku, Bi
Hong, bertengkarlah dan selesaikan urusan kalian!"
Su Giok terkejut. Ia mati-matian mempertahankan diri dan perlahan tetapi pasti terdesak. Ternyata
sendirian saja menghadapi manusia ini ia kalah seusap. Sayang ia tak memiliki Bu-bian-kang. Maka ketika si
raksasa menyambar maju dan ia terkejut gadis itupun menjerit dan terbanting, melempar tubuh bergulingan
"Sin Gak, bantu Su Giok. Jangan biarkan ia celaka!" Sin Gak bingung. Waktu itu ia melerai Bi Hong
akan tetapi gadis ini balas membentaknya. Sorot kemarahan dan cemburu panas membakar. Dan ketika ia
terkejut oleh seruan ayahnya maka benar saja Su Giok bergulingan dikejar dan dikeroyok dua orang itu. Kok
Hu tak malu-malu membantu. Akan tetapi Sin Gak mencoba lagi membujuk.
"Bi Hong, kalian bukan orang-orang jahat. Musuh kita adalah dua orang itu. Hentikan pertikaian ini
dan robohkan dulu Majikan Hutan Iblis itu!"
"Aku ditantang Giok Cheng. Pergi meninggalkannya sama dengan mencoreng muka, Sin Gak, biarkan
ia kuhadapi dan kau hadapilah musuhmu itu. Kau lebih berkepentingan."
Sayap Sayap Terkembang 18 Trio Detektif 40 Misteri Reuni Berandal Cilik Sepasang Ular Naga 3

Cari Blog Ini