Ceritasilat Novel Online

Hadiah Membawa Bencana 4

Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung Bagian 4


malam kalian berdua datang ke tempat itu
untuk beristirahat barang satu dua hari."
Bo yong Kang tertawa. "Ya, toako sudah
lama tidk pulang, memang seharusnya rumah
itu dilihat. Kami berdua sudah tentu
sebentar malam akan datang kesana."
jawabnya.
"Aku membangun rumah itu sebenarnya
bermaksud kalau-kalau ada orang kangouw yang
kesasar, dapat meneduh disitu untuk 255
sementara." kata Lam Thiam Gie. "Perhubungan
kita masih belum lama berkenalan, rasanya
sangat erat. Maka sebentar malam aku ingin
mengatakan apa-apa kepada kalian berdua yang
keluar dari hatiku pribadi. Harap kalian
jangan lupa datang."
Lam Thiam Gie setelah tertawa lantas
memajukan kudanya dan pergi naik ke puncak
Cit Cui Ku hong.
Setelah Lam Thiam Gie pergi jauh, Li Cong
Bun menanya pada pamannya, Sebenarnya apa
yang hendak dikatakan oleh orang tua itu.
Bo yong kang hanya mengatakan boleh jadi
orang tua itu akan memberi nasehat kepada
mereka berdua.
Menantikan sang malam tiba, paman dan
keponakan telah melewatkan waktunya dengan
jalan-jalan menikmati pemandangan yang
permai dan sunyi tenteram disekitarnya
tempat itu.
Setelah sang malam tiba, mereka lalu
bedal kudanya naik ke puncak dimana Lam
Thiam Gie membangun rumahnya. Ketika mereka
sampai, benar saja disitu ada sebuah rumah
dari batu, keadaannya sangat tenteram,
disamping rumah ad kelihatan air terjuh yang
menarik sekali. Dipintu rumah sudah
menantikan Lam Thiam Gie menyambut mereka
dengan muka tertawa-tawa.
Berdua setelah masuk kedalam dilihat
diatas sebuah meja batu sudah diatur barang 256
hidangan dan minuman. "Lam toako, kau
tergesa-gesa pulang lebih dulu rupanya
hendak menyiapkan barang makanan untuk kami
berdua, ha ha ha ha" Bo yong Kang bergurau.
Lam Thiam Gie dengan ramah mempersilakan
mereka berdua duduk di atas kursi batu.
Tetapi sebelum duduk, Bo yong Kang dan Li
Cong Bun terbelalak matanya berdiri bengong
ketika melihat di sudut dari ruangan itu
terlihat sebuah peti mati.
Lam Thiam Gie tertawa bergelak melihat
kelakuannya dua orang itu.
?Bo yong hiante dan Li hiantit, tentu
kaget melihat ada peti mati di sini. Mari..
mari kita lihat..!" ia mengajak tamunya.
Bo yong Kang dan Li Cong Bun mengikuti
Lam Thiam Gie.
Tuan rumah segera membuka tutup peti
mati, benar saja didalamnya tidak ada
mayatnya, hanya ada kasur, bantal dan
selimut lengkap seolah-olah itu adlah tempat
tidur.
Setelah menutup lagi peti tadi, Lam Thiam
Gie ajak dua sahabatnya menghampiri meja
hidangan lagi, dimana mereka berkumpul duduk
dengan muka berseri-seri.
"Lam toako, barusan aku kira ada isinya
maka dalam hati merasa heran, siapa yang
telah meninggal dan belum dikebumikan 257
jenasahnya? Tetapi sekarang setelah
mengetahui kosong, hatiku merasa lega. Tapi
toako, sebenarnya peti itu tempat apa,
didalamnya aku lihat ada bantal dan kasur
seperti biasa ditiduri orang? Demikian Bo
yong Kang menanya.
Lam Thiam Gie tertawa riang. Ia
mempersilakan dua sahabatnya tenggak araknya
kemudian ia berkata, "Bo yong Hiante memang
benar, peti mati itu adalah tempat tidur
orang dan orangnya adalah aku sendiri. Aku
di beberapa tempat sunyi dan permai ada
membangun lima buah rumah yang masing-masing
dilengkapi dengan peti mati tempat aku tidur
dan tutupnya adalah merupakan kelambunya.
Aku biasa kalau tidur dalam peti suka aku
kunci rapat-rapat. Maklumlah aku sudah tua,
kalau kebetulan ajalku sampai, pikirku aku
sudah berada dalam peti tak usah mereporkan
orang lain pula.
"Toako, kau terlalu.!" Menyela Bo yong
Kang. Lam Thiam Gie tertawa.. bukankah itu
ada baiknya? Aku sudah tidak punya sanak
famili yang dapat mengambil tahu
kematianku.. ya..ya aku dalam beberapa
tahun belakangan ini telah insyaf akan
perbuatanku yang tidak benar"
Bo yong Kang dan Li Cong Bun heran
mendengar perkataannya Lam Thiam Gie.
Sementara itu Lam Thiam Gie nampak menghela
nafas beberapa kali. 258
"Eh aku jadu lupa," katanya gembira lagi.
"Mari.. mari kita minum. Aku menyuguhkan
kepada kalian arak baik sebagai tanda ikatan
persahabatan dalam perjalanan kita selama
beberapa waktu berselang."
Ia kelihatan repot menuangkan arak di
cawan dua tetamunya. Bertiga tampak gembira
menenggak arak dengan dantapan sekadarnya.
Tba-tiba Lam Thiam gie pejamkan matanya
sejenak setelah ia menenggak arak paling
belakang. Ketika ia membuka lagi matanya,
kelihatan ada perubahan yang tidak disangkasangka. Tampak matanya guram entah kenapa.
SEBAGAI seorang tua yang sudah banyak
pengalaman ingin aku memberikan satu dua
patah kata kepada kalian berdua, entah
apakah kalian keberatan atau tidak?"
katanya.
"Oh tidak malah kami berdua akan merasa
sangat berterima-kasih akan nasehat dari
toako. Silakan bicara!" Bo yong Kang
menjawab dengan girang.
Setelah batuk-batuk sebentar Lam Thiam
Gie berkata:
"Ilmu silat kalian tidak mengecewakan,
malah jaarang mendapat tandingan pada masa
sekarang. Cuma pengalaman kalian masih belum
banyak. Bo yong hiante sebenarnya kau sudah
merantau di banyak tempat seterusnya
berhati-hati dalam segala hal. Apalagi 259
mengingat pada tahun depan tanggal tiga
bulan tiga akan melakukan pertempuran di Ciu
Tiok san. Musuhmu itu sangat jahat dan
kejam, tidak mau mengalah. Mereka banyak
akal liciknya, seharusnya kau menjaga
kewaspadaan dan jangan pandang enteng kepada
mereka!"
Bo yong Kang heran mendengar bicaranya
Lam Thiam Gie.
"Hei.. toako, pertemuan di Cui tok san
itu nanti, bukankah sudah berjanji akan
membantu kami, kenapa toako bicara
demikian?"
Lam Thiam Gie menghela napas, "Bo yong
hiante memang katamu itu betul. Tapi ya
udara tak dapat diramalkan bakal terang atau
hujan. Demikian juga dengan manusia ada
malang dan mujurnya pada saat yang tidak
diketahui. Menurut dugaanku, umurku tak
sampai pada tahun depan musim semi. Karena
disepanjang jalan pergaulan kita amat erat
maka aku tidak boleh tidak aku harus membuka
suatu rahasia kepada kalian.
Bo yong Kang tidak mengerti kemana
juntrungan bicaranya sang sahabat itu
sedangkan Li Cong Bun yang mendengar Lam
Thiam Gie berkata hendak membuka rahasia,
diam-diam dalam hatinya menanya, kau hendak
membuka rahasia apa?
Sebelum Lam Thiam Gie melanjutkan
bicaranya, Li Cong Bun bertanya, "Lam pepe, 260
rahasia apakah itu yang hendak diberitahukan
kepada kami?"
Lam Thiam Gie tersenyum. "Li hiantit
sabar sedikit." katanya. "Harap kalian
berdua jangan kaget. Coba pikirkan, kalian
datang keselatan untuk menempuh perjalanan
ribuan li jauhnya. Sudah berapa kali kalian
menghadapi bahaya maut?"
Berbareng ia lalu menuangkan arak dari
poci ke tanah, segera arak itu tampak
mendidih.
Paman dan keponakan itu sangat kaget
melihat kejadian demikian, mereka mengira
bahwa mereka telah minum arak beracun yang
dapat membikin hangus dan putus usus-usus.
Wajah mereka berubah seketika. Pucat dan
merasa sangsi.
Lam Thiam Gie mengetahui alam pikirannya
dua orang itu, maka sambil tersenyum ia
berkata:
"Kalian jangan kaget. Tunggu setelah
sulapanku selesai barulah mengajukan
pertanyaan." sambil berkata ia membuka tutup
poci arak. Ternyata di dalamnya ada dua
tempat ialah arak biasa dan arak beracun
yang sangat keras.
Bukan main Bo yong kang dan Li Cong Bun
kagetnya. Sebelum mereka mengajukan
pertanyaan. Lam Thiam Gie sudah ambil cawan
arak paman dan keponakan dan dituang isinya 261
ke tanah, ternyata tidak berdidih seperti
tadi. Tetapi ketika arak dalam cawannya
sendiri yang barusan diminum, ketika dituang
telah bergolak mengeluarkan asap seolah-olah
arak itu ada apinya.
Setelah bengong sejenak menyaksikan
kejadian itu, mereka jadi kaget dengan tibatiba sebab mereka mengerti kalau Lam Thiam
Gie telah meminum arak yang ada racunnya.
Mereka cepat berdiri. Li Cong Bun cepat
keluarkan tanduk badak dinginnya untuk
memunahkan racun.
"Lam popo," kat Li Cong Bun sambil
menyodorkan benda pemunah racun. "Kau
isaplah benda ini untuk memunahkan racun
dalam dirimu. Barang ini adalah pemberian
dari Tay supek Bu Ju Taoso, sangat manjur.
Seharusnya pepe tidak berlaku begini rupa.
Kenapa kau mendadak seperti yang sudah bosan
hidup?"
Bo yong kang repot mengambil air yang
dengan tanduk badak dingin yang digerus itu
dapat diminumkan kepada si korban untuk
memunahkan racun yang bekerja di dalam
perutnya.
Lam Thiam Gie amat berterima kasih atas
kecintaan dua sahabat itu, tapi ia gelangkan
kepala kemudian berkata:
"kalian adalah sangat baik, aku
mengucapkan terima kasih atas perhatian itu. 262
Tetapi bukannya tanduk badak dingin yang
dapat memunahkan racun dalam perutku. Aku
masih mempunyai benda yang amat mengherankan
untuk kalian lihat! Nah, kaian pada ambil
tempat duduk lagi."
Bo yong Kang dan Li Cong Bun menurut,
masing-masing pada duduk di kursi pula.
Ia tertawa getir, kemudian tangannya
meraba kupingnya, dicopot ditaruh ditelapak
tangannya diperlihatkan kepada dua orang
itu. Mereka sangat terkejut melihat kuping
yang dicopot.
Lantas saja Bo yong Kang ingat akan itu
bingkisan yang membawa bencana hingga Li
Hoay Bin ayahnya Li Cong Bun mati konyol.
Dalam keragu-raguan darahnya mendidih, ia
berteriak kerass, "Kau. Apakah kau si
Iblis."
Tapi perkataannya belum habis mendadak
terdengar suara berisik dari terdengarnya
barang berat. Beberapa lingkaran baja telah
keluar dari dinding rumah dan meringkus
paman dan keponakan itu sebelum mereka dapat
bergerak.
Itulah Lam Thian Gie alias Cian tok Jin
mo (si Iblis Beracun) yang cepat memencet


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

alat rahasia yang terdapat dibawah meja
untuk meringkus orang yang hendak membalas
dendam pada dirinya. 263
Terlihat dirinya dalam keadaan tidak
berdaya, dalam kuasa musuh besarnya, paman
dan keponakan itu merasa sangat cemas. Tapi
Bo yong Kang mencoba berlaku tenang ingin
melihat perkembangan lebih jauh atas
perbuatannya si Iblis Beracun maka ia
mencegah ketika Li Cong Bun mau obral
caciannya.
Lam Thiam Gie mengambil kedok yang berbau
obat lalu dipasang di wajahnya. Ia menekannekan sejenak lalu membukanya lagi.
Lalu tertawa gelak-gelak menghadapi Bo
yong Kang. "Bo yong tayhiap jangan gelisah,
apakah kau masih mengenali kepadaku ini?"
Ternyata wajah Lam Thiam Gie telah
berubah menjadi si Iblis Beracun uang Bo
yong kang kenali benar. Dalam hati ia
mengeluh.
"Ya, Se Bun Pa." bo yong Kang kemudian
berkata dengan suara tenang. "Aku sangat
memuji akan kecerdikanmu, sehingga aku dan
keponakanmu jatuh dalam kekuasaanmu. Cuma
saja aku merasa heran. Kita dari An hui
berjalan bersama-sama. Boleh dikatakan kita
berkumpul bersama-sama dalam pergaulan yang
sangat erat. Kenapa waktu itu kau tak turun
tangan dan baru sekarang dalam rumah batu
ini kau membuka rahasia dan menunjukkan muka
aslimu? Tolong jelaskan maksudmu sebenarnya
bagaimana? Supaya dengan keteranganmu itu 264
kami berdua mati tak membawa rasa
penasaran!"
Li Cong Bun yang dilarang memaki-maki
iblis tua itu, lalu templekkan kemarahannya
kepada lingkaran-lingkaran baja yang
meringkus dirinya. Ia kerahkan sepenuh
tenaganya, tapi sia-sia daja karena
lingkaran-lingkaran itu selain menekan jalan
darahnya juga ia menjepit pinggangnya sangat
teguh kokoh. Ia boleh dikatakan susah
berkutik.
Ketika mendengar bicaranya Bo yong Kang,
tiba-tiba Lam Thiam Gie yang sekarang sudah
kembali menjadi si Iblis Beracun Se bun Pa
telah mengucurkan air matanya.
Bo yong Kang dan Li Cong Bun menjadi
sangat heran, kenapa Iblis Berbisa yng
sangat kejam yang membunuh orang dengan tak
berkedip kini telah mengucurkan air mata
kesedihan?.
"Kalian jangan salah mengerti mendapat
perlakuan ini. Aku Sebun Pa. kalau memang
bermaksud jahat, ditengah perjalanan saja
aku habisi jiwa kalian tnpa mesti menunggu
sampai saat ini. Aku meringkus kalian adalah
karena kuatir nanti kalian terburu nafsu dan
menempur diriku sebelum aku dapat berbicara
dengan jelas tentang maksudku yang
sebenarnya."
Bo yong Kang tenang-tenang saja
mendengarkan. Sedang Li Cong Bun diliputi 265
oleh perasaan ragu dan sangat penasaran
tidak bisa menelan mentah-mentah bicara
musuh besarnya yang ada di depan matanya.
"Seprti kalian lihat," kat pula si Iblis
Beracun. "Aku telah menenggak arak beracun,
tapi untuk membuat bekerjanya racun
perlahan, aku terlebih dahulu telah menelan
pil hingga dapat menahan jiwaku tamat sampai
aku habis bercerita kepada kalian tentang
permusuhanku dengan Li Hoay Bin."
Si Iblis Beracun menghela napas dan
terbatuk-batuk sebentar kemudian meneruskan
bicaranya.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Aku karena amat jahat dan kejam, maka
dalam kalangan kanouw orang memberi aku nama
si Iblis Beracun. Waktu itu aku malang
melintang berbuat kejahatan dengan tidak
mendapat halangan apa-apa. Tapi pada suatu
hari aku telah bertemu dengan Li Hoay Bin
yang hendak membasmi kejahatan. Waktu itu
dengan manis Li Hoay Bin meminta aku
membuang segala adat jahatku dan kembali ke
jalan yang baik, tapi mana aku dapat
menerima nasehatnya itu, sebab waktu itu aku
sedang jumawanya dan tidak melihat mata
terhadap siapapun juga, karena kepandaianku
yang kuanggap sangat tinggi dan aku pandai
membuat ragun."
"Kau jadi bertempur dengan ayahku bukan?"
menyela Li Cong Bun. 266
"Betul!" jawabnya. "Karena kita tidak
mendapat kecocokan maka kita telah bertempur
untuk menetapkan siapa yang lebih unggul.
Akhirnya, Li Hoay Bin telah memberi padaku
satu tanda mata, ialah sebelah kupingku kena
ia kupas. Li Hoay Bin telah mengampuni dan
melepas aku. Setelah ia memberi nasehat
supaya aku merubah kelakuanku menjadi orang
baik-baik. Tetapi hatiku yang tidak mau
mengalah dan besar kepala telah membuat aku
mendendam hati kepada Li Hoay Bin yang
semestinya aku berbuat kebaikan seperti apa
yang dinasehatkan oleh si orang she Li.
Sejak saat itu aku telah mencari segala akal
untuk melakukan pembalasan. Sampailah pada
hari itu, ketika Li Hoay Bin yang merayakan
hari ulang tahunnya yang ke limapuluh, aku
telah mengirim bingkisan maut yang
menyebabkan orang she Li itu melayang
jiwanya."
"Hmm..! Li Cong Bun menggeram, matanya
melotot beringas, ia sudah kepingin hajar
saja orang tua yang kejam itu dan mengirim
jiwanya ke akherat, akan tetapi apa yang
bisa ia perbuat? Karena ia masih teringkus
oleh beberapa lingkaran baja yang membuat ia
tidak bisa berkutik untuk meloloskan
dirinya. Cuma dalam hatinya saja ia sangat
mendendap.ia tidak berani mencaci sesuka
hatinya karena waktu ia mau mebuka mulut
sudah dilarang oleh kedipan Bo yong Kang 267
susioknya. Terpaksa ia membisu dengan hati
mendidih.
Bo yong tayhiap dan Li siauhiap, tentu
kalian menduga bahwa aku merasa kehilangan
ats kematian musuh yang membuat aku
kehilangan sebelah telingaku.
"Terang. Iblis kejam. Kau tentu
berjingkrakan setelah membunuh ayahku. Kalau
kau seorang laki-laki, bebaskan aku. Kita
berhadapan untuk menentukan siapa boleh
hidup dalam dunia ini!" demikian Li Cong Bun
berkata. Rupanya ia sudah tidak bisa menahan
amarahnya yang meluap-luap.
"Sabar dulu Li siauhiap!" kata si Iblis
Bercun, mukanya tertawa tetapi sudah nampak
hilang cahayanya. "Aku sudah bertekad bulat
untuk menebus kematiannya Li Hoay Bin, aku
harus mati."
Bo yong Kang melengak keheranan. Si Iblis
mau ambil tindakan pendek?
Jilid 8
SEBELUM ia membuka mulut menanya si Iblis
Beracun telah meneruskan bicaranya.
"Tidak betul aku kegirangan seperti yang
dikatakan Li Siauhiap tadi. Sebab ketika aku
tidak berlalu jauh dari rumahnya Li Hoay 268
Bin, kalau tidak boleh dikatakan aku telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri
ketika Li Hoay Bin membuka bingkisanku dan
kemudia ia bergemetaran rebah melayang
jiwanya. Menyaksikan kejadian itu hatiku
sangat duka. Aku pergi dari rumahnya Li Hoay
Bin dengan hati yang sangat menyesal atas
perbuatanku itu."
"Ya, kau menyesal, apakah ada gunanya?"
menyela lagi Li Cong Bun yang sudah tidak
tahan yang sudah tidak tahan lagi membendung
amarahnya. "Ayahku tidak bisa hidup lagi
karena kemenyesalanmu itu. Dia sudah mati
dan kau harus mengganti jiwanya, kau
mengerti!"
Si Iblis Bercun tidak marah dijengekjengeki Li Cong Bun, ia kelihatan tenangtenang saja malah tersenyum.
"Li Siauhiap, perkataanmu memang betul,"
ia berkata pula. "Aku setelah itu lalu
menyekap diri lama juga di tempatku di Kiu
hoa san. Belakangan ketika aku menemukan
sebuah kitab ilmu silat yang ajaib,
pikiranku berubah. Pikirku, aku menyekap
diri terus menerus berduka atas kematiannya
Li Hoay Bin, apa gunanya? Lebih baik aku
meyakinkandengan baik-baik kitab ilmu silat
itu. Setelah mahir, aku boleh keluar lagi di
kalangan kangouw. Tapi kali ini aku muncul
bukan untuk berbuat kejahatan lagi sepperti
yang lampau. Demikian aku mewujudkan angananganku itu, Cuma saja untuk menyelesaikan 269
urusan dengan Li siauhiap aku belum mendapat
jalannya. Aku sangat menyesal"
"Menyesal.. menyesal!" Li Cong Bun
kembali menyela. "Aku sudah bilang tidak ada
gunanya! Iblis kau. Lekas lepaskan aku untuk
mengambil juwamu!" teriak Li Cong Bun.
Bo yong Kang geleng-geleng kepala
mendengar keponakannya sangat gusar.
"Li Siauhiap, kau sabar dulu." jawab
Iblis Beracun. Ia tetap tenang bicaranya dan
tak marah atas kata-katanya Li Cong Bun yang
menusuk hati. "Aku memang harus mati tetapi
aku tidak mau mati ditangan orang lain."
"Jadi kau mau mati bagaimana?" tanya Bo
yong kang.
"Aku mau mati atas perbuatanku sendiri,
kalian sebentar lagi buktikan. Kini kalian
jangan ganggu penuturanku dulu, sebab nanti
tak dapat mempertimbangkan keputusan secara
adil."
Bo yong Kang setelah memberi isyarat pada
keponakannya, menjawab, "Silakan!"
"Aku dengan secara kebetulan telah
berjumpa dengan kalian di telaga Cauw cow,
terus aku mengikuti kalian. Kalian tidak
tahu aku siapa, yang dikenal bahwa aku ini
aku bernama Lam Thiam Gie bukan? Selama
perjalanan kita bertiga, aku selalu membantu
kalian. Perbuatan-perbuatan kalian yang aku
saksikan selama itu diam-diam membuat aku 270
memuji tinggi jiwa kependekaran kalian.
Setelah aku pikir matang-matang, aku
mengambil kesimpulan untuk membuka rahasia
di dalam rumah ini siapa diriku, mengaku
dosaku dan menebus dosaku dengan kematian"
Bicara sampai disini, ia berhenti batukbatuk sebentar dan matanya tampak seperti
lampu kekurangan minyak, mukanya pucar dan
badannya bergemetaran.
Seolah-oleh ia sudah tak tahan akan
bekerjanya racun dalam perutnya. Perlahanlahan ia mengeluarkan satu botol warna putih
dari sakunya. Setelah dikocok sebentar lalu
diminumnya saat itu tangannya menekan perut
dan matanya dipejamkan seperti dedang
mengulpulkan tenaga baru.
Bo yong Kant terharu menyaksikan keadaan
Iblis Beracun, sedang Li Cong Bun yang
barusan meluap-luap amarahnya, kini melihat
keadaan Se bun Pa yang sudah dekat mati
hatinya juga merasa tak tega.
Ia bengong ketika melihat Bo yong kang
dari sela-sela matanya ada menetes air mata.
"Lam toako, jadi itu kejadian di Mo Leng
hong ada perbuatanmu yang menolong kami
berdua? Pelayan-pelayannya Gui Ang Siauw
yang jatuh bergelian perutnya sakit apa kau
yang melakukan?"
Lam Thiam Gie alias si Iblis Beracun
menganggukkan kepala dan tersenyum getir. 271
"Tapi Lam toako, bagaimana itu kejadian
di goa Sian Jin Tong?" tak mungkin kau yang
menjadi tengkorak hidup, karena waktu itu
ada bersama-sama kami," kata pula Bo yong
kang yang terheran-heran atas perbuatan si


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Iblis Beracun yang misterius yang ia tak
dapat mengenalnya kalau dirinya sendiri tak
membuat pengakuan.
Se bun Pa tertaw mendengar kat-katanya Bo
yong kang.
"Bo yong Tayhiap, memang benar yang
memegang peranan waktu itu bukan aku."
"Siapa?"
"Se bun Ceng, keponakanku."
"Yang di atas menara?"
"Juga Sebun Ceng."
"Yang berkedok dabn berpakaian hitam di
Mo leng Hong?" nyeletuk Li Cong Bun.
"Dia Se bun Ceng." jawabnya.
Bo yong Kang menggeleng-geleng kepala,
"Lam toako, hebat betul kau membawa
peranan.memang kalau kau mau, kami berdua
tidak bisa apa-apa terhadap kau yang
demikian lihai."
"Aku hanya akan hidup beberapa jam lagi.
Sebelum ajalku sampai aku ingin menyatakan
isi hatiku yang sejujurnya. Kita bermula
sebagai musuh besar, belakangan menjadi 272
sahabat erat, sungguh ini tidak dapat aku
lupakan. Tapi aku sudah bertekad bulat,
bahwa hanya dengan kematianku Li Siauhiap
baru merasa puas untuk menagih hutang jiwa
ayahnya padaku, bukankah begitu Li
Siauhiap?" Se bun Pa menanya dengan
senyumnya yang sudah layu.
Li Cong Bun tidak mengatakan apa-apa.
Kemudian si Iblis Beracun ulurkan tangannya
kebelakang lalu duduk. Darimana ia ambil
potongan lengan manusia yang darahnya masih
menetes. Dengan bercucuran air mata ia telah
berkata:
"Ya, aku sejak kecil tidak punya sanak
saudara dan hanya keponakanku Se bun Ceng
sejak kecil mengikuti aku. Ia telah kena
pengaruh kejahatan dan kekejamanku, mka ia
malang melintang berbuat kejahatan tanpa ada
yang berani menghalang-halangi. Radi siang
ia datang kemari. Aku sudah minta dia
merubah perbuatannya untuk kelanjutan
hidupnya. Ia ada sangat sayang dan
menghormat kepadaku, maka tanpa ragu-ragu ia
telah menerima baik nasehatku. Malah segai
tanda bahwa ia tidak akan membikin kapiran
pesanku dia telah menebas kutung lengannya
ini sebagai bukti atas sumpahnya dia."
Si Iblis beracun tidak dapat meneruskan
bicaranya, karena tenggorokannya seperti
tertutup saking sedihnya. Mau atau tidak, Bo
yong kang dan keponakannya menyaksikan 273
kejadian itu telah pula meneteskan air
matanya sedih.
Sejenak keadaan kamar itu menjadi sunyi
senyap.
"Bo yong Tayhiap." tiba-tiba si Iblis
Beracun memecahkan kesunyian. "Aku harap
kalian berdua jikalau di belakangan kali
berjumpa dengan keponakanku itu, dukalah
memberi nasehat supaya dia betul-betul
kembali ke jalan yang baik. Kalau dia dapat
berbuat demikian, roh ku di alam baka juga
akan merasa sangat girang dan merasa
berterima kasih atas kalian punya bantuan"
Tampak Se bun Pa benar-benar sudah sangat
lelah.
Bo yong kang membisu, matanya mengawasi
pada keponakannya seolah-olah menanya pad
pikirannya sang keonakan yang tersangkut
langsung dalam dendaman hati hendak menuntut
balas akan kematian ayahnya. Li Cong Bun
tundukkan kepalanya. Ia seperti yang sedang
memikirkan jalannya kehidupan manusia. Tibatiba ia angkat kepalanya dan berkata nyaring
: "Ya, berul seperti ujarnya Sang Buddha,
kita meletakkan pisau terus menjadi dewa.
Apakah dendaman itu tak dapat dihilangkan?
Nah Se bun Pa, sejak saat ini aku hapuskan
dendam hati padamu. Aku tak akan menuntut
balas lagi, legakan hatimu! Sekarang yang 274
penting harus menolong memunahkan racun yang
kau telah minum tadi."
Bo yong Kang endengar perkataannya Li
Cong Bun, mukanya seketika telah berubah
menjadi terang. Ia sendiri memang diam-diam
sudah menghapuskan niatnya untuk menuntut
balas kepada si Iblis Beeracun itu yang
keadaanya sudah dekat mati, tapi ia tidak
mau menyatakan itu karena kuatir akan
mentinggung perasaannya Li Cong Bun yang
tersangkut langsung dalam menuntut balas
itu. Kini ia mendengar sendiri Li Cong Bun
menghapuskan dendam hatinya. Tentu saja ia
menjadi girang. Sementara si Iblis Beracun
juga tampak tersenyum-senyum puas.
Li Siauhiap, pernyataanmu itu membuat aku
sangat girang. Selama tiga puluh tahun ini,
belum pernah aku menunjukkan wajahku yang
asli. Tapi sekarang, dimana ajalku dekat
sampai, aku mau unjukkan kepada kalian
berdua..."
Ia berkata sambil loloskan kedok kulit
tipisnya yang menutup wajahnya yang asli,
segera Bo yong kang dan Li Cong Bun terlihat
didepannya ada seorang tua bermuka putih
pucat. Rupanya tak kena sorot matahari untuk
sekian lama. Begitu welas asih roman itu,
hingga Bo yong Kang dan Li Cong Bun
terpesona beberapa lamanya. Diam-diam dalam
hatinya menanya, apakah dia si Iblis Beracun
yang kejam telengas? Kenapa mukanya tak
bengis dan menakutkan? 275
Pada wajah yang welas asih, putih
kepucat-pucatan itu. Dipelipisnya keluhatan
tand cap sebagai orang buangan pemerintah.
Melihat Bo yong Kang mengawasi pada tand
itu, dengan sedih ia berkata :
"Bo yong Tayhiap, kau tentu heran tanda
cap orang buangan pada pelipisku ini."
sambil meraba pada pelipisnya. "Kau nanti
tak heran kalau sudah dapat tahu bagaimana
asalnya aku mendapat cap itu. Dulunya aku
adalah seorang pendekar yang memusuhi
pembesar-pembesar bejat yang biasanya
nyeleweng. Dalam suatu peristiwa aku telah
kena ditangkap. Mereka telah memberikan
tanda pada pelipisku sebagai orang jahat.
Belakangan ketika aku bisa meloloskan diri,
aku telah membuat pembalasan dan menyikat
habis-habisan para pembesar yang menyeleweng
itu. Seterusnya aku telah melakukan berbagai
kekejaman di berbagai tempat, hingga aku
tergolong dalam kalangan orang berjalan
hitam."
Tiba-tiba Sebun Pa memegangi perutnya
dengan muka meringis-ringis menahan sakit.
"Nah, racun dalam perutku sudah bekerja
hebat. Aku akan lekas meninggalkan dunia
yang fana ini. Dan ini..!" sambil
menunjukkan sejilid kitab, "Adalah Kitab
ratusan obat bisa yang aku ketemukan dalam
sebuah jurang dari gunung Kauw lo san.
Lantaran aku hafal betul dengan isinya buku
itu, maka orang telah memberi julukan padaku 276
si Iblis Beracun. Supaya kitab ini tak jatuh
pada orang yang tidak bertanggung jawab
seperti aku dulu, maka didepan kalian
sebelum aku mati, aku hendak membakarnya"
Sebun Pa tampak sudah tidak tahan dengan
mendidihnya racun dalam perutnya yang telah
memutuskan usus-ususnya. Sambil membakar
buku obat racun itu, tangannya memegangi
perutnya. Mukanya sudah jangan ditanya lagi.
Sangat pucat dan keringatnya membasahi
seluruh tubuhnya.
"Lam toako, lekas lepaskan kami. Kau
jangan berbuat begitu. Kau harus hidup terus
untuk memberi contoh untuk orang-orang yang
melakukan kejahatan dan mereka sadar sebelum
bencana menimpa dirinya.. lekas Lam toako!"
Bo yong kang kelihatan sangat gugup melihat
si Iblis Beracun sudah hampir mendekati
kematiannya.
Li Cong Bun juga kelihatan gelisah tapi
tidak berdaya karena lingkaran baja masih
menguasai didinya.
Se bun Pa yang keadaanya ingat dan tidak,
masih dapat memencet perkakas rahasia yang
membuat Bo yong Kang dan Li Cong Bun
terlepas dari ringkusannya lingkaran baja
yang kuat itu.
Terus mereka memburu pada si Iblis
Beracun yang sudah sangat payah. 277
Bo yong Kang memberikan totokan pada
jalan darahnya supaya Sebun Pa ingat lagi
akan dirinya tapi itu hanya untuk sementara
waktu saja.
Li Cong Bun ingat akan obat Bun mia Leng
tan dari Bu U Toato. Tanpa ragu-ragu lagi ia
keluarkan dari sakunya dijejalkan pada
mulutnya Se bun Pa.
Se bun Pa ketika membuka matanya nampak
disisinya ada Bo yong Kang dan Li Cong Bun,
dengan penuh rasa kuatir mulutnya tersenyum
getir. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan
dua buah botol, "Boyong Tayhiap," katanya
dengan suar perlahan. "Ini ada dua botol
obat untuk merubah muka. Yang berwarna hijau
untuk merubah dan yang putih untuk
memulihkan wajah yang asli. Mungkin dalam
perjalananmu ada memerlukan, bawalah! Aku
sudah sela mat .. ting.."
Terputus-putus bicaranya dan itu ada
menjadi tanda bahwa malaikat elmaut sudah
tidak sabaran menunggu si Iblis Beracun yang
banyak rewel.
Cian tok Jim mo atau si Inlis Bercun
telah mangkat.
Dengan air mata bercucuran duua orang
pendekar itu telah merawat dengan baik
jenazahnya Se bun Pa dimasukkan ke peti
tempat ia biasa tidur. Tidak dikebumikan
supaya Se bun Ceng besok lupa datang
menjenguk jenazah sang paman. 278
Di depan peti mati Se bun Pa mereka
bernanji akan menghapuskan permusuhan dengan
Se bun Ceng. Jikalau dikemudian hari Se bun
Ceng benar-benar telah berubah menjadi orang
baik-baik, mereka akan memberikan bantuan
manakala diperlukan oleh keponakannya itu.
Mereka tinggal semalam lagi di rumahnya
Se bun Pa. pada keesokan harinya pagi-pagi
mereka naik kudanya lagi turun gunung Cit
cui san yang berpuncak sangat indah menarik.
Berjalan belum lama, Bo yong Kang melihat
kudanya Se bun Pa ada mengikuti dari
belakang.
Hatinya terharu lalu hentikan kudanya
sampai pada kuda Se bun Pa datang mendekat.
Sambil mengelus-elus lehernya Bo yong
Kang berkata, "Majikanmu dusah meninggal
dunia, kini kau boleh sesukamu menjelajah
dalam gunung ini asal saja kau bisa menjaga
diri, jangan sampai kau diterkam binatang
buas. Bo yong Kang menutup perkataannya
sambil menepuk pantatnya, kuda Se bun Pa
seperti mengerti bicaranya orang, setelah
ditepuk ia lantas berjingkrak dan meringkik
kemudian lari meninggalkan tempat itu ke
arah utara.
Ketika Bo yong Kang dan keponakannya
sedang bengong mengawasi perginya kuda Se
bun Pa, tiba-tiba terdengar suara kaki kuda
dari jurusan tenggara yang lari nendatangi
dengan kecepatan kilat. Bo yong Kang pasang 279
kupingnya, ia seperti mengenal kuda siapa
yang datang itu.
"Bun jie, aku seperti kenali suara lari
dan meringkiknya kuda itu, coba kau
dengarkan!" kata Bo yong Kang kepada
keponakannya.
Sebentar kemudian Li Cong Bun melihat
dari jurusan tenggara mendatangi seekor kuda
putih yang tengah lari sendirian tidak ada
yang menunggangi.
"Hei, Bo yong susiok, kuda itu bukannya


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuda si enci baju putih pada delapan tahun
yang lalu kita bertemu dia..?" serunya.
Bo yong Kang melihat memang benar kudanya
si nona baju putih, tapi heran kemana
penunggangnya si cantik menarik?
Tidak ayal lagi Bo yong Kang lalu keprak
kudanya sendiri menyusul. Ketika mendengar
ringkiknya kuda Bo yong Kang, kuda si nona
yang mengenali telah hentikan larinya,
sambil putar tubuhnya lalu datang
menyongsong Bo yong Kang.
Cepat Bo yong kang turun dari
tunggangannya, ia mencekal les kuda si nona.
Sambil menepuk-nepuk beberapa kali dengan
penuh kasih sayang. Tiba-tiba Bo yong kang
melihat binatang itu dekat bagian
kempolannya seperti terbacok pedang. Ketika
ia memeriksa benar saja kuda putih itu luka. 280
Hati Bo yong Kang gelisah. Pikirnya, kuda
itu lari sendirian tanpa penunggangnya,
pasti majikannya telah mendapat halangan.
Oleh karena kuda itu tidak bisa diajak
bicara maka Bo yong Kang kebingungan
sendiri, kemana ia akan mencari si nona yang
tentu berada dalam bahaya.
Li Cong Bun sementara itu sudah sampai.
Melihat pamannya bengong sambil memeluk
lehernya si kuda putih, diam-diam ia dapat
menebak apa yang sedang dipikirkan sang
paman. Ia turun dari kudanya menghampiri.
"Bo yong susiok, kenapa susiok jadi
terbengong-bengong. Kita haris mencari si
enci baju putih sebab tentu dia ada dalam
kesulitan."
"Bun jie, kemana kita harus mencarinya?"
"Susiok ini aneh, kuda tidak bisa bicara,
akan tetapi ia mengerti seperti manusia.
Maka kit lepaskan saja ia lari, nanti kita
buntuti, tentu ia akan ajak kita ke tempat
majikannya yang terhalang."
"Bun jie, kau sungguh pintar." jawab sang
paman lega.
"Mri kita lekas pergi!" kata Li Cong Bun
yang lantas kedut les kudanya dan lantas
lari pesat mengikuti si kuda putih.
Bo yong Kang juga cepat naiki kudanya
menyusul. 281
Benar saja kuda putih yang membawa berita
itu telah balik lagi ke jurusan darimana ia
sudah lari mendatangi. Ia seperti mengerti
bahwa sekarang ia ada membawa bala bantuan
maka ia lari terus sebagai penunjuk jalan
kepada Bo yong Kang dan Li Cong Bun.
Disepanjang jalan, sang paman tidak lupa
mengulangi pujiannya atas pikirannya sang
keponakan yang pintar, hingga mau tidak mau
Li Cong Bun jadi geli sendiri di dalam
hatinya.
Mengenangkan pertemuannya tempo hari
dengan si nona baju putih, Bo yong Kang
merasakan seperti pertemuan itu berbayang di
depan matanya ia ingat bagaimana si nona
sesudah pergi meninggalkannya telah balik
kembali dan menjajal kepandaiannya yang
waktu itu memang belum mahir. Si nona telah
menasehati agar ia belajar lagi lima tahun
baru datang menyatroni Si leng cee.
Sepanjang melamun dan larikan kudanya
dengan pesat mengikuti si kuda putih, tanpa
terasa perjalanan sudah sampai di gunung
Tong hong san dalam propinsi Hek kian. Kuda
si nona terus naik ke puncak. Setelah berada
di suatu tempat yang cukup tinggi tiba-tiba
ia berhenti dan berjingkrak meringkik.
"Sudah sampai. Bun jie mari, kita cari
tahu" kata Bo yong Kang sambil turun dari
kudanya diikuti oleh Li Cong Bun. 282
Mereka melihat ke sekitar tidak jauh dari
mereka. Berdiri mereka telah melihat satu
bangunan klenteng (kuil). Mereka lalu
berjalan menghampiri, ketika sampai disambut
oleh seorang Tosu tua yang air mukanya manis
budi.
Dengan tertawa ia bertanya, "Sicu berdua
betul-betul hebat, gunung Tong kong san ini
dikitari oleh banyak jalanan yang jelek dan
becek, tapi tanpa menghiraukan itu semua
sicu berdua telah datang di sini. Boleh
pinto mendapat tahu maksud kedatangan
kalian! Apakah memang hanya untuk bertamasya
saja datang ke sini?"
Bo yong Kang melihat Tosu itu amat sopan
santun dan manis budi lalu memperkenalkan
namanya dan Li Cong Bun. Tosu itu juga
memberkenalkan namanya It Ceng To jin dan
dalam kuil itu sebagai kepalanya.
Dengan manis budi mereka diundang masuk
oleh It Ceng Tojin. Dalam ruangan tetamu,
sambil makan kue mereka bercakap-cakap.
Tiba-tiba It Ceng menanya pad pokoknya
urusan:
"Bo yong sicu berdua datang disini sudah
tentu ada urusan penting, sebab pinto dapat
melihat dari air muka kalian, sebenarnya ada
urusan apa?"
"Totiang harap maafkan, kami tidak ingin
memutar-mutar bicara. Terus terang saja mau 283
menanyakan apakah si nona Gan Su Nio, kepala
Si leng cee bagian tangsi Burung Hong
Kumala ada dalam kelenteng ini?" Li Ceng Bun
mendahului Bo yong kang menjawab.
It Ceng Taysu kaget mendengar pertanyaan
itu. "Li sicu, aku seumur hidup tidak punya
sangkut paut dengan Si leng cee, mana bisa
nona Gan Su Nio ada datang ke sini. Mungkin
Li sicu merdua salah alamat."
Bo yong Kang ketika mau membuka mulut,
tidak jadi, karena It Ceng Tojin berkata
lagi, "Oh ya, pinto kemarin baru pulang
habis mencari obat-obatan. Tidak tahu apa
yang terjadi pada hari-hari belakangan ini.
Kalau sicu suka, baiklah sicu berdua
menginap buat beberapa hari, menanti
pulangnya pinto punya sute, mungkin dia
dapat memberi keterangan."
Sehabis berkata ia menoleh kepada
pelayannya, kepada siapa ia menanyakan
tentang sutenya apakah sudah pulang atau
belum.
Ternyata sang sute sudah pulang kemarin
malam dengan naik kuda putih. Baru ia turun
tiba-tiba kuda itu telah melarikan diri. Ia
sangat gemas dan mengejarnya. Sampai saat
itu ia masih belum pulang.
It Ceng mendengar keterangan itu, tibatiba wajahnya berubah. Ia menggerendeng 284
sendirian, "Sute disini sudah lama menjadi
tosu, tapi hati jahatnya ternyata belum
tercuci bersih. Kelakuannya masih seperti
dulu lagi. Apakah lantaran dia akan timbul
huru-hara lagi?"
"Sicu berdua mencari nona Gan tentu ada
sebab-sebabnya. Bolehkah pinto mendapat
tahu, nati kita pecahkan persoalanya
bersama-sama." kata It Ceng Taysu.
BO yong Kang yang berhati tenang lantas
menjawab,
"Nona Gan dengan kami berdua adalah
sahabat karib. Kebetulan ketika kami berdua
di puncak Cit cui san ketemu dengan kuda
tunggangannya lari sendirian. Melihat itu,
kami menduga bahwa majikannya mendapat
halangan. Maka setelah kami memeriksa kuda
itu yang ternyata telah mendapat luka dari
bacokan pedang, lalu kami mencari tahu
dimana majikannya berada. Kuda itu sangat
pintar dan mengerti maksud orang, maka ia
sudah mengajak kami berdua ke sini. Untuk
membuktikan sebaiknya kuda itu dipanggil!"
Setelah berkata, Bo yong Kang menyuruh Li
Cong Bunmemanggil kuda tersebut.
Li Cong Bun keluar, lari ke tempat
tinggi, dimana ia keluarkan siulan nyaring.
Tidak lama kemudian dari kejauhan
mendatangi kuda putih, merah dan hitam.
Tiba-tba dari satu jalanan kecil Li Cong Bun 285
melihat ada muncul seorang yang berpakaian
tosu mencegat larinya si kuda putih sambil
membentak, "Kuda celaka, akhirnya kau toh
balik lagi?"
Tosu itu menutup bicaranya sambil
mengirim pukulannya hingga Li Cong Bun
kaget. Jaraknya si kuda putih jauh juga,
maka ia tidak keburu memotong. Ia lalu
keluarkan biji caturnya. Disentilkan
melewati hidungnya si tosu, yang jadi kaget
dan mundur lagi.
Seketika ia sedang memikirkan siapa yang
telah mengirimkan senjata gelap kearahnya.
Tiba-tiba si kuda putih sudah berjingkrak
sambil mengeluarkan suara ringkikannya
hendak menubruk si tosu.
Hati sang tosu mendelu si kuda melawan
dirinya, maka ia cepat mundur beberapa
langkah, kemudian mau mengayun tangannya
mengirim pukulan, tapi pukulan itu ditarik
pulang, karena dari sebelah belakang Li Cong
Bun dengan tertawa dingin ia bertanya,
"Apakah kau yang bernama It Beng Tojin?"
Dalam kaget It Beng Tojin cepat putar
tubuhnya. Kiranya yang menanya itu hanya
seorang pemuda berusia lima belas enam belas
tahunan. Lantas saja ia membawa sikapnya
yang sombong dan angkuh, "Ya betul, aku It
Beng Taysu. Kau murid siapa dan datang ke
sini ada urusan apa?" tanyanya. 286
Li Cong Bun melihat sikapnya It Beng
Tijin ada beda jauh dengan It Ceng yang
ramah tamah. Caranya ia menjawab pertanyaan
orang ada begitu kasar, maka Li Cong Bun
juga banyak rewel. Sambil menunjik pada kuda
putih, ia berkata:
"Kuda ini lagi baik-baik, kenapa kau mau
mencegat dan memukulnya?"
Bo yong Kang dan It Ceng Tojin mendengar
ringkikannya kuda putih juga pada keluar
melihat. Tampak Cong Bun sedang bertengkar
dengan seorang tosu tinggi besar.
It Beng Tojin yang ditegur Li Cong Bun
merasa tidak senang.
"Hei, kau bocah darimana begitu kasar?
Memangnya kuda putih ini milikmu?"
Kalau bukan milikmu perlu apa kau ambil
peduli? Kau rupanya adalah seorang tosu
jahat tukang penganiaya kuda, makanya juga
aku lihat kau main pukul saja."
It Beng Tojin yang beradat berangasan,
seketika itu menjadi sangat marah mendengar
bicaranya Li Cong Bun yang tidak sedap untuk
didengar telinganya.
"Setan kecil, kau jangan berdusta di
depanku. Kau mana ada harga untuk memiliki
kuda putih ini. Kau tahu bahwa kuda putih
ini adalah miliknya Nona Gan" 287
Kata-katanya belum habis sudah dipotong
oleh Bo yong Kang yang sementara itu bersama
It Ceng Tojin sudah sampai di situ. "katamu
meng betul, sekarang kudanya ada di sini,
orangnya ada dimana?"
It Beng Tojin tidak menjawab, matanya
melotot mengawasi Bo yong kang.
Ketika ia mau membuka mulut ia didahului
oleh It Ceng Tojin "
"Sute, selama aku setengah tahun tidak
ada di sini mencari bahan obat-obatan, kau
rupanya melupakan bahwa dirimu sudah menjadi
orang beribadat, terus bikin hubungan dengan
Si leng cee. Kita yang memeluk agama harus
mentaati ajaran Buddha, jangan campur-campur
urusan kejahatan, sebab kita kelak akan
mendapat hukuman dan menjadi musuhnya
seluruh pendekar kangouw yang membela
keadilan. Dia sicu ini adalah Bo yong Kang
Tayhiap dari Liauw leng dengan Li Siauhiap
keponakannya di sini mencari nina Gan, maka
jikalaukau mengetahui dimana adanya nona Gan
baik kau memberitahukan kepada Bo yong
Tayhiap."
In Beng Tojin yang mendengar bicara


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suhengnya, seolah-olah ada berpihak kepada
tetamuya, hatinya merasa tidak senang.
Mukanya seketika sudah berubah merah, ia
mundur dua tiga langkah sembari mengawasi
pada Bo yong Kang dan Li Cong Bun. 288
"Suheng, bicaramu barusan sama sekali
salah." katanya. "Kita berkepandaian ilmu
silat tinggi, perlu apa menyembunyikan diri
di pegunungan yang sepi ini? Kalau kau
menyepi, aku tidak bisa berkata apa-apa,
tapi aku akan balik ke dunia yang ramai.
Tiga bulan yang lalu aku sudah bertemu
dengan seorang kawan lama. Dengan
perantaraannya aku diberi jabatan dalam
markas Si leng cee. Di situ aku banyak kawan
yang berilmu silat tinggi yang dapat
mengguncangkan dunia persilatan. Aku pikir
ilmu silatku cukup tinggi dalam markas Si
leng cee tentu ada gunanya."
"Sute, kau . "
"Tunggu dulu aku bicara habis, suheng.
Kau tahu Po Kun Peng dari tangsi Klajengking
ada memuji-miji tinggi kepandaianmu. Dia
minta aku untuk mengundang suheng
menggabungkan diri dengan Si leng cee. Kita
suheng dn sute dapat bekerja pada satu
majikan, bukankah itu ad baiknya? Sama-sama
kita menciptakan kesenangan dunia. Untuk apa
kita gadangin segala kuil borok dan setiap
malam hanya terdengar suaranya binatangbinatang liar daja dalam pegunungan yang
sunyi ini"
"Sute kau nganglong, kau harus jawab
bicaraku semula. Lekas katakan pada dua
tetamu kita dimana adanya nona Gan Su Nio?" 289
It Beng Tojin tertawa bergelak-gelak,.
"Kalau tetamu ini bisa menjatuhkan aku dulu
dalam suatu pertandingan aku nanti akan
memberitahukan dimana adanya nona Gan."
It Ceng Tojin mendelu melihat sutenya
kepala batu.
Li Cong Bun sudah tidak sabaran
kelihatannya, tapi Bo yong Kang dengan
kedipan matanya mencegah ia bergerak dahulu.
It Ceng Tojin sebenarnya mau marah tapi
tidak enak bertengkar dengan sutenya di
depan tetamunya yang baru dikenal maka
terpaksa ia unjuk wajah yang tenang-tenang
saja. Setelah menghela napas ia berkata
pula:
"Y sute sebenarnya kita bersaudara
bukannya dari satu perguruan. Karena pad
tahun yang lampau kita mempunyai satu tujuan
maka kita sudah berdiam dalam kuil ini
menjadi tosu. Aku tidak bisa membuang
waktuku yang sudah mengasingkan diri sepuluh
tahun lamanya. Jikalau kau mau ambil
tindakan menurut napsu hatimu sendiri, itu
terserah kau, aku tidak dapat menghalanghalangi. Cuma aku mau tahu soalnya nona Gan
Su nio itu. Bila mengukur ilmu silatmu, kau
bukannya tandingannona Gan Su Nio dari
tangsi Hong dalam Si leng cee. Maka aku
percaya tentu kau sudah menggunakan senjata
gelapmu lagi yang kau sudah bersumpah tidak
akan menggunakannya lagi, betul tidak? Apa 290
kau tidak takut dengan pengaruhnya Sileng
cee?"
It Beng melihat suhengnya seperti yang
bertentangan pikiran dengannya, maka setelah
ia diam sejenak lalu memperdengarkan
ketawanya bergelak-gelak.
"Suheng, meskipun Sileng cee merupakan
satu markas besar, empat tangsi didalamnya
ada memegang kekuasaan. Aku termasuk dalam
tangsi Kalajengking dengan Pho Kun Peng
sebagai kepalanya, maka aku tak takut
berbuat dosa kepad Si leng cee karena
perbuatan yang sudah aku lakukan terhadap
nona Gan adalah atas perintahnya Pho Lengcu.
Aku merubuhkan nona Gan Su Nio memang ada
menggunakan obat pulasnya yang manjur. Kalau
tidak mana dapat aku menjatuhkan padanya.
Saat ini barangkali nona Gan sudah berada
disampingnya Pho Lengcu ha..ha..ha.."
Mendengar bicaranya It Beng Tojin, bukan
main Bo yong Kang marahnya sampai badannya
gemetaran. Meskipun demikian, ia masih dapat
menahan amarahnya dn kembali mengedipi Li
Cong Bun supaya jangan turun tangan dulu.
Mendengar penuturannya It Beng Tojin,
kini Bo yong kang mengerti Pho Kun Peng yang
membenci dirinya begitu hebat. Sepanjang
jalan-jalan sejak ia meninggalkan tangsi Hwe
Pek It, terus menerus diganggu dan mau
dibikin celaka oleh orang-orangnya she Pho.
Sampai sebegitu jauh perbuatan itu hanya 291
merupakan teka-teki yang tak dapat
dipecahkan oleh Bo yong Kang. Sekarang ia
tahu sebab musababnya Pho Kun Peng memusuhi
dirinya karena orang she Pho itu menyintai
nona Gan Su Nio. Ia rupanya gemas pada Bo
yong Kang yang sudah merebut hatinya si nona
baju putih yang telah lama menjadi idaman
hatinya.
Bo yong Kang yang sudah menjadi meluap
kemarahannya, tidak bisa menahan sabar lagi.
Ia bertindak menghampiri It Beng Tojin telah
berkata padanya:
"Bo yong sicu, jangan turun tangan dulu.
Aku masih ada urusan sedikit hendak
diselesaikan dengan sute angkat yang tidak
berguna ini!"
Pendekar dari Liauw tog itu tidak jadi
melampiaskan amarahnya. Ia mundur lagi dan
mempersilakan It Ceng Tojin maju mendekati
sutenya.
Dari sakunya tosu tua itu telah
mengeluarkan sebilah pisau kecil,
dilemparkan pada It Beng Tojij sambil
berkata, "Nah sute, sesuai dengan janji kita
tempo hari, lantaran kau menggunakan lagi
obat pulasmu yang berbahaya itu,
persaudaraan angkat kita putus sampai di
sini. Silakankau memotong bajuku!"
"Oo waktu itu aku mengasingkan diri,
memang tak perlu menggunakan obatku itu.
Tetapi sekarang aku keluar lagi berkecimpung 292
dalam kalangan kangouw aku membutuhkan
senjata gelapku itu. Dalam perebutan
keunggulan, obat demikian sangat dibutuhkan.
Sekarang karena mengungkat-ungkat janji kita
setahun yang lalu, aku juga tak keberatan
untuk memotong bajumu, sebagai tanda
persaudaraan kita putus!"
Berbareng lantas ia memotong ujung
jubahnya It Ceng Tojin.
It Beng Tojinsangat licik dan telengas.
Diam-diam ia telah menyiapkan tenaga dan
membokong It Ceng tojin dengan pukulan
mengarah dada.
It Ceng Tojin sampai mundur lima langkah
kemudian ia memuntahkan darah segar dari
mulutnya terus rubuh pingsan.
Li Cong un memburu memberikan pertolongan
pad tosu tua itu.
Melihat suhengnya sudah dirubuhkan, It
Beng Tojin tertawa bengis.
Tosu tua keparat, kini tahu sutemu punya
lihai, mulai dari sekarang kuil ini pindah
menjadi miliknya Si leng cee."
Setelah berkata demikian, ia putar
tubuhnya menghadapi Bo yong Kang.
"Hmm!" ia menggeram. "Kau dengan Gan Su
Nio memangnya ada hubungan apa? kamu juga
mencari mati datang di goa Thian ceng kok
ini. Siluman tua keparat sudah kena pukulan 293
telapak tanganku yang sahsyat, mana bisa dia
hidup lagi. Anak kecil itu percuma sana
memberikan pertolongannya. Kau panggil dia
kemari supaya tidak berabe dan sekaligus
membereskan kalian berdua!"
Bo yong Kang kali ini betul-betul tidak
mau kasih hati lagi tosu murtad itu menjual
lagaknya. Dengan hebat ia mengirim tiga
serangan telapak tangannya hingga si tosu
murtad telah terdesak mundur.
Bertempur belum berapa gebrakan, sikunya
It Beng Tojin sudah kena dikuasai oleh Bo
yong kang. "Tosu murtad, betul betul kau
telah rusak nurani membentur batu. Tadi
dengan tangan kiri ini kau telah membunuh
suhengmu. Sekarang tangan kiri ini akan
kubikin remuk." berbareng terdengar suara
?pletak? patah tulang tangannya It Beng
Tojin telah dibikin patah oleh Bo yong kang.
It Beng menjerit kesakitan, kemudian
rubuh di tanah. Supaya tosu itu tidak kabur,
maka Bo yong Kang menotok jalan darah di
bagian kakinya hingga kedua kakinya
dirasakan lemas dan sulit digerakkan. Ia
rebah dengan menderita kesakitan karena
tulang tangan kirinya dipatahkan tadi.
Sementara itu Bo yong Kang menghampiri Li
Cong Bun yang sedang repot menolong It Ceng
Tojin yang masih pingsan.
"Bagaimana, apakah dia tidak berbahaya
lukanya?" tanya Bo yong kang. 294
"Aku sudah memberikan pertolongan,
keadaannya sudah tidak berbahaya lagi. Cuma
masih perlu jalan pernapasannya dipulihkan.
Harapsuiok menolongnya."
Dua orang itu turun tangan bersama
menotok dan memijit-mijit jalan darah paling
penting untuk membikin si korban menjadi
sadar pula. Tak lama kemudian It Ceng tojin
dapat membuka matanya. Ia melihat Bo yong
Kang dan Licong Bun berada di sisinya.
Lantas saja ia mengira dua orang itu yang
memberi pertolongan kepadanya. Maka ia
lantas mengucapkan terima ksihnya. Disamping
itu ia menanyakan prihal sutenya itu
bagaimana?.
Bo yong Kang menghibur tosu tua itu,
"Totiang buat apa memanggil dia sute lagi?
Dia adalah seorang jahat dan kejam. Sekarang
dia masih rebah ditanah. Aku masih perlu
menanyakan tentang Gan Lihiap. Eh, Bun jie,
coba kau tanyakan padanya dimana adanya enci
Gan biar totiang ini aku pondong ke dalam"
Bo yong Kang mengakat tubuhnya It Ceng
Tojin dan dipondong ke dalam kuil.
Direbahkan di atas pembaringannya. Sementara
Li Cong Bun telah menghampiri It Beng Tojin.
Dengan kakinya ia menendang tubuhnya
sehingga terbukalah totokannya. Ia lantas
berdiri sambil mengeluh kesakitan.
Dengan ujung pedang mengancam didadanya
It Beng Tojin, Li Cong Bun menanyakan dimana 295
adanya Gan Su Nio. Ternyata It Beng Tojin
masih belum kapok karena madih dapat menjual
muka bengisnya di depan Li Cong Bun.
"Bocah." kata It Beng menghina, "Kau kira
dengan pedangmu itu dapat menggertak aku?
Hmm kau jangan ngimpi. Kau akan mati,
markas Sileng cee akan mencari kau untuk
mencincang tubuhmu menjadi bergedel!"
"Tosu murtad, apa kau kira tidak bisa
membikin kau bicara..ha..ha..ha"
"Bocah setan, kau jangan banyak lagak.
Cobalah, aku tidak nanti akan gentar barang
serambut oleh gertakan sambal kau!"
Li Cong Bun tidak banyak bicara lagi.
Secepat kilat ia menyerang dan menootok
jalan darahnya yang terpenting sehingga
seketika itu It Beng Tojin merasakan seperti
tubuhnya digigit ribuan semut gatal. Lantas
saja ia bergulingan sambil menjerit-jerit
dan keringatnya keluar menetes-netes sebesar
kang kedele.
BO YONG KANG yang sementara itu sudah
datang di situ, melihat It Beng Tojin masih
membandel, lalu berkata:
"Kau masih belum mau cerita? Baik, aku
mau lihat, apakah kau masih tahan atau
tidak. Sebentar aku akan menotok di lima
jalan darahmu yang terpenting yang akan
membuat kau menderita dalam tujuh hari.
Merasakan tubuhmu panas seperti digarang 296
semut dan usus-ususmu seperti digoreng.


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu semua menjadi pecah. Dari
tubuhmu akan mengalirkan darah hitam pada
lima lubang dan kau akan binasa amat
sengsara!"
It Beng Tojin terkejut, ia memang tahu
ada lima totokan yang berbahaya itu, maka
seketika itu hatinya menjadi ciut lalu
meratap minta diampuni.
"Hmm!" Li Cong Bun menggeram, "Aku kira
tadinya benar-benar kau adalah seorang yang
kuat yang tahan penderitaan. Nah, Bo yong
susiok, sekarang aku buka totokanku. Kalau
sebentar dia masih membandel. Kau boleh
menotok dengan ilmu yang dikatakan tadi.
Kita lantas tinggalkan padnya, jangan ambil
pusing lagi!"
It Beng Tojin setelah dibuka totokannya
dan jalan darahnya mengalir sebagaimana
biasa lagi lalu bangkit dan berkata, "Si
Burung Hong Kumala sekarang ada di taman di
puncak gunung tertinggi dari gunung Tay hun
san di pinggir Rawa Naga."
Bo yong Kang dan keponakannya saking
mengawasi. Mereka percaya dengan keterangan
si tosu.
Bo yong Kang kaget melihat Li Cong Bun
menghunus pedangnya. Tapi ternyata ia tidak
melakukan pembunuhan. Hanya menggunduli
kepalanya si tosu sembari berkata, 297
"Kau seorang tidak berbudi, setelah masuk
dalam gerombolan Si leng cee lantas membunuh
suhengmu padahal kau sudah mengangkat
saudara sekian lama. Kau seorang jahat. Aku
gunduli kepalamu supaya kau insyaf atas
perbuatanmu dan kembali ke jalan yang baik.
Kalau dibelakang hari aku ketemu kau berbuat
jahat, aku tidak akan ampuni jiwamu. Nah
sekarang kau boleh angkat kaki."
It Beng Tojin dengan kepala digunduli dan
menderita sakit pada tangan kirinya yang
dipatahkan oleh Bo yong Kang, seketika itu
telah angkat kali dan menghilang di dalam
rimba yang lebat.
Diam-diam Bo yong Kang pikirkan kelakuan
sang keponakan. Tadinya Li Cong Bun sangat
telengas dan tidak mengenal ampun. Sesuai
dengan apa kata Ceng Leng Cinjin dan Bu Ju
supeknya bahwa Cong Bun adalah seorang
pemberani membasmi kejahatan. Tetapi setelah
mendapat pengalaman dikurung dalam kamar
batu dan menyaksikan Se bun Pa yang berjuluk
si Iblis Beracun, menyaru sebagai Lam Thiam
Gie dan telah dipakai pegangan oleh Li Cong
Bun dalam perjalanan hidup selanjutnya.
Buktinya It Beng Tojin yang jahat itu dapat
ia ampuni.
Demikian ketika mereka kembali ke dalam
kuil mereka dapati It Ceng Tojin kelihatan
sudah baikan. Itu menyatakah bahwa obat yang
diberikan kepadanya sangat manjr. Meskipun
begitu, menurut mereka, It Ceng Tojin harus 298
beristirahat setengah bulan lamanya baru
bisa pulih seperti semula.
Mendengar bahwa It Beng Tojin diberi
jalan bidup. IT Ceng Tojin sangat girang dan
memuji atas perbuatan sangat bijaksana dari
Li Cong Bun yang memberi kesempatan untuk
orang berbaik pikir dari jalan jahat kembali
ke jalan baik.
It Ceng Tojin bilang untuk menolong Gan
Su Nio perlu membawa pemunahnya obat pulas
dari It Beng Tojin membuat Bo yong Kang
merasa sangat menyesal ia tidak minta dari
si tosu murtad itu. Kalau mau disusul jug
sulit, mau disusul kemana, sedang menolong
Gan Su Nio juga sangat penting.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Bo yong Kang minta ditunjukan di sebelah
mana leteknya tempat yang dikatakan oleh It
Beng Tojin dimana adanya Gan Su Nio ditahan.
"Gunung Tay han san itu juga dikenal
dengan nama Hud leng." menerangkan It Ceng
Tojin. Ia letaknya berendeng dengan gunung
Tong kong san ini. Pada puncak yang
tertinggi ad sebuah rawa yang terkenal
dengan nama ?Rawa Naga? rawa itu sangat
dalam. Di tepi rawa ada bangunan kuil kuno,
Gan Lihiap mungkin dia ditahan dalam kuil
tersebut. Kau kelihatan sangat tergesa-gesa
mau menolong Gan Lihiap, maka kalau menempuh
jalanan besar akan terlalu jauh. Lebih baik
kalian memotong jalanan dari sini menuju
keselatan sedikit kesebelah barat, besok 299
petang tentu kalian dapat sampai ditempat
itu."
Mereka telah mendapat petunjuk It Ceng
Tojin lalu berpamitan. It Ceng tidak dapat
mengantar tamunya karena ia belum bisa turun
dari pembaringannya.
Benar saja seperti apa yang dikatakan It
Ceng Tojin mereka telah sampai di tempat
yang dimaksud. Dengan tidak susah payah
mencari lagi. Tiba-tiba Bo yong Kang
mendengar Li Cong Bun menyatakan pikirannya.
"Bo yong susiok, disepanjang jalan kit
diintai oleh mereka. Kali ini kita lebih
baik jangan terang-terangan tetapi dengan
diam-diam melakukan penyelidikan untuk
mendapat tahu tempat tahanannya enci Gan
sebelah mana, baru kita turun tangan.
Bagaimana pikiran susiok?"
"Memang pendapatmu baik sekali," jawab Bo
yong Kang. "Kini sebaiknya mencari tempat
untuk beristirahat dulu, sebentar malam baru
kita mendaki bukit dan melakukan
penyelidikan."
Berdua mereka mencari tempat untuk
beristirahat, kebetulan mereka dapatkan
sebuah goa kecil yang cocok untuk mereka
gunakan beristirahat.
Kasihan Bo yong Kang yang sangat
memikirkan akan nasibnya Gan Su Nio, tampak
sangat gelisah. Tidak dapat beristirahat 300
dengan tenang. Siang itu dirasakan olehnya
berlalu dengan sangat lambat.
Akhirnya sang petang tiba. Mereka lalu
keluar dari goa. Dengan menggunakan ilmu
lari cepatnya, dala sekejap saja telah
sampai di puncak bukit, dimana mereka benar
saja menemukan sebuah rawa. Tidak jauh dari
situ ada bangunan kuil. Diatas pintunya ada
tertulis ?Kuil Naga?.
Mereka mencari keterangan tanpa hasil
prihal dirinya Gan Su Nio, tapi ada kabar
uang menarik pula bagi mereka. Menurut
katanya seorang tosu. Dari kuil itu besok
malam dalam kuil itu ditempat ruangan besar
akan diadakan rapat kilat dibawah pimpinan
tertinggi dari Si leng cee.
Tambak banyak anak buahnya Si leng cee
sudah menyiapkan segala-galanya untuk
kebutuhan musyawarah penting itu.
Bo yong Kang dan Li Cong Bun terpaksa
harus menunggu sampai besok malam,
menyatroni lagi tempat itu untuk mencari
tahu tentang dirinya Gan Su Nio dan
menyelidiki soal apa yang akan dibicatakan
dalam rapat kilat itu. Mereka telah
mengambil keputusan tidak akan pertempur
kalau tidak terpaksa.
Supaya wajahnya tidak dikenali. Maka Bo
yong Kang dan Li Cong Bun telah menggunakan
obatnya si Iblis Beracun Se Bun Pa untuk
merubah muka asli. Ketika masing-masing 301
sudah berubah wajahnya satu dengan lainnya
dengan meminjam penerangan rembulan saling
lihat. Keduanya jadi tertawa geli. Memang
manjur sekali obat it, sebab wajahnya Li
Cong Bun yang tampan telah berubah menjadi
kuning kepucat-pucatan seperti orang yang
berumur empat puluh tahun. Sedangkan Bo yong
Kang berubah wajahnya menjadi amat jelek
berwarna hijau dan banyak jerawatan.
Pada saat itu sudah ramai dengan orangorang yang berkumpul dalam kuil itu.
Menggunakan kerampatan orang tidak
melihat perbuatannya, Bo yong Kang dan Li
Cong Bun menyelinap ke belakang kere yang
berada tidak jauh dari tempat dimana rapat
itu hendak diadakan.
"Bun jie," kata Bo yong Kang dengan suara
perlahan. "Semua yang berkumpul tentu ilmu
silatnya tinggi-tinggi. Kita datang hanya
untuk mengetahui hal rahasia, bukannya untuk
bertempur, maka kalau nati ada kejadian yang
tidak terduga, misalnya kau sampai harus
bertempur, kau jangan mencari kemenangan,
kau harus mengalah dan turun gunung aku
menunggu di goa yang siang tadi kita
mengaso. Aku sendiri akan diamdiam disini
untuk mendengar apa yang mereka bicarakan
dalam rapat kilat itu."
Li Cong Bun anggukkan kepala tanda ia
mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang
paman. 302
Tiba-tiba terdengar suara pertanda prihal
kedatangan kepala dari mereka berkumpul.
Suara yang ramai tadi mendadak menjadi sirap
semuanya menantikan dua orang ke ruangan
rapat. Ketika mereka muncul, ramai-ramai
pada berangkat memberi hormat dengan
mengeluarkan suar seruan ?SAT?!
Setelah mengambil tempat duduknya, salah
satu dari dua orang itu telah berkata :
"Ya, Hoat Goan Taysu, rapat ini adalah
sangat penting. Maka bukan saja orang luar
tidak boleh masuk, malah orang sendiri dari
berbagai tangsi kita, tanpa ada panggilan,
dilarang naik ke puncak sini. Harap Taysu
mengerti dan sudilah kiranya mengatur
penjagaan disekitar tempat ini.
Bo yong Kang tadinya mengira yang
memimpin pertemuan itu adalah si
Kalajengking Pho Kun Peng, tetapi bukan dia
suaranya memerintah tadi tidak ia kenal.
Hoat Goan Taysu sebagai kepala dari kuil
?Rawa Naga? juga merangkap menjadi orang Si
leng cee lantas menjawab dengan suara
nyaring.
"Lapor pad Lengcu Hoat Goan sudah
memerintahkan empat murid kepala untuk
melakukan penjagaan."
"Bagus, bagus," terdengar pula orang tdi
berkata, "Aku minta pada Empat Pendekar dari
Tay heng bantu menjaga, harap sekalian 303
berhati-hati sebab rapat ini ada penting
dirahasiakan terhadap siapapun juga.
Silahkan!"
Empat orang diantara orang yang berkumpul
itu telah bangkit dari duduknya. Setelah
manggut memberi hormat yang tadi bicara lalu
ke,uar dari ruangan itu untuk melakukan
kewajibannya.
Orang yang memberi perintah itu tampaknya
sangat berwibawa, maka Bo yong Kang meskipun
tidak melihat dengan mata kepala sendiri
karena kealingan kere, ia dapat menduga
bahwa yang berkata-kata itu adalah Song Sam
Ceng, kepala dari markas besar Si leng cee,
orang yang paling tinggi ilmu silatnya dari
empat kepala tangsi dalam Si leng cee.
Dengan perlahan-lahan Bo yong Kang berkata
pada keponakannya, "Bun jie orang itu tentu
tidak salah lagi adalah si Garuda Hitam Song
Sam Ceng. Kepalanya Si leng cee. Rapat kilat
ini dikepalai olehnya, tentu adalah sangat
penting. Maka diam-diam kau harus pasang
telinga supaya dapat menangkap semua apa
yang mereka bicarakan."
Li Ceng Bub hanya angguk-anggukkan
kepala.
Orang itu memang benar Song Sam Ceng, dan
ia terdengar telah bicara lagi.
"Si leng cee sejak didirikan sampai
sekarang telah mengalami kemakmuran. Sangat
berpengaruh dan ditakuti oleh banyak patrai- 304
partai persilatan. Apa mau pada delapan
tahun berselang Ho Ceng Bu telah menanam
bibit permusuhan dengan keluarga Li Hoay Bin


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di Lam Co Si. ?Pelajar Hati Besi? Bo yong
Kang telah membawa anak tunggalnya Li Hoay
Bin yang bernama Li Cong Bun meloloskan diri
dari kebinasaan. Mereka berdua kemudian
selama delapan tahun telah mendapat
bimbingan BU JU Taoso dan Ceng Leng Cinjin.
Mereka telah mendapat kepandaian cukup
tinggi rupanya. Sebab belum lama ini dengan
berani telah datang di gunung Cui tiok san
tempat markas besar kita, menantang
bertanding dengan Ho Ceng Bu. Kebetulan Ho
Ceng Bu tidak berada dalam tangsi maka Hwe
lengcu dari tangsi naga telah diminta datang
kembali tahun depan tanggal tiga bulan tiga
untuk melakukan pertandingan."
Orang-orang yang hadir pada diam, tak
seorangpun yang berani menyela bicaranya
Song Sam Ceng yang berwibawa itu.
"Mereka ada sangat sombong," melanjutkan
Song Sam Ceng, setelah sejenak ia mengawasi
pada semua hadirin. "Di Mo hun jong, cabang
kita, mereka telah merusak hingga banyak
jiwa telah binasa karenanya. Diantara dua
saudara dari ?Tiga Pendekar Tay ouw? telah
turut binasa. Maka untuk pertempuran tahun
depan harus kita bersiap sedia untuk
menghadapi mereka."
Song Sam Ceng berhenti sebentar
bicaranya. setelah kerutkan alisnya ia 305
meneruskan, "Menurut kekuatan kita sekarang
ini, kita sudah unggul dari segala partai
lainnya dalam rimba persilatan, maka kita
tidak takut Bo yong kang dan Li Cong Bun
bahkan gurunya walaupun datang ialah Bu Ju
Toato dan Leng Ceng Cinjin kita juga tidak
takut. Kita juga bissa minta bantuan guruguru kita untuk menghadapinya. Cuma saja,
untuk bicara terus terang, kita kini ada
bahaya keambrukan."
Semua hadirin kaget mendengar Song Sam
Ceng bicara sampai disitu. Satu dengan
lainnya saling pandang, seolah-oleh ingin
mengutarakan pikirannya tetapi tidak berani
mengeluarkannya di depan kepala Si leng cee
yang sangat berpengaruh itu.
"Saudara-saudara sekalian," kata pula
Song Sam Ceng sambil unjuk ketawa getir.
Kita menghadapi bahaya keambrukan bukannya
pihak luar, tetapi karena perbuatan orangorang kita sebelah dalam. Si leng cee ketika
didirikan semua taat menjalankan tugasnya
masing-masing. Hekerja dengan sepenuh tenaga
untuk kemajuannya perkumpulan. Akan tetapi
sekarang setelah berpengaruh bukannya
dipupuk supaya lebih subur lagi malah
perlahan-lahan menjadi meroyan. Orang Si
leng cee sekarang banyak yang berhati
bengkok, tidak satu hati seperti permulaan.
Apa heran kalau Si leng cee sekarang tengah
menghadapi keambrukan? Hei Ceng Bu Hiocu,
kau sudah mengikuti aku sekian tahun 306
lamanya, bagaimana dengan pengetahuanmu
tentang apa yang kukatakan baru ."
Jilid 9
HO CENG BU dengan suara gemetar menjawab,
"Pikiran Lengcu memang benar!, tapi .
Bicaranya belum lampias, tiba-tiba Song Sim
Ceng membentak:
"Hei, siapa yang dibelakang kere itu?"
Semua orang terkejut, matanya pada
mengawasi ke arah kere itu.
Li Cong Bun kertak gigi ketika namanya Ho
Ceng Bu disebut. Ia sangat gemas pada musuh
besarnya itu yang membunuh ibunya. Lantaran
beradunya gigi, maka suaranya dapat
ditangkap oleh Song Sam Ceng yang lihai.
Mengetahui bahwa dirinya tidak bisa
sembunyi terus, maka Li Cong Bun keluar
menunjukkan diri.
"Ha..ha..ha.." ia tertawa tengal!
"Barusan aku lewat di gunung Hud leng ini,
dan melihat-lihat pemandangan di Rawa Naga,
tidak disangka telah berjumpa dengan kalian
orang-orang dari Si leng cee yang terkenal
dalam dunia kangouw mengadakan rapat di
sini. Tadi aku mendengar bahwa kalian
mengalami kesulitan. Untuk itu aku dapat 307
mengatasi asal saja kalian suka memberikan
kedudukan Lengcu padaku.
Li Ceng Bun bicara sambil menyapu
wajahnya sekalian hadirin. Yang duduk di
tengah-tengah tentu adalah Song Sam Ceng,
kepalanya lancip, lehernya melesak, tangan
dan kakinya pendek seperti kura-kura,
disebelah kirinya ada duduk seorang yang
kepalanya seperti macan tutul, matanya
seperti alap-alap, usianya kira-kira lima
puluh tahun. Dia itu adalah Ho Ceng Bu,
wakil pimpinan dari tangsi Garuda dan
pembunuh ibunya.
Melihat musuh besarnya, Li Cong Bun sudah
tidak tahan, dengan marahnya ia lantas turun
tangan.
Sementara itu Song Sam Ceng melihat Li
Cong Bun muncul dari belakang kere merasa
heran, karena wajah anak muda itu tidak
seimbang dengan badannya. Mukanya seperti
yang sudah banyak umur, tapi badannya agak
sangat kuat. Anak muda itu berdiri di sana
seperti memandang enteng pada semua yang
hadir disitu.
Diam-siam Sog Sam Ceng menggunakan
kepandaiannya untuk mencari tahu, apakah
selainnya orang yang muncul dari belakang
kere itu masih ada yang lainnya pula?. 308
Ia memberi isyarat pada Ho Ceng Bu untuk
menyambut tamu yang tidak diundang itu. Dia
lalu bangkit berdiri menghampiri Li Cong
Bun. "Sahabat," ia berkata. "Kau rupanya sudah
makan hati beruang dan menelan nyali
harimau, makanya begitu berani di depannya
kepala dari Si leng cee menjual lagak. Kau
sebetulnya siapa? Coaba kasitau namamu
sebelum tuan rumahmu Ho Hiocu turun tangan
untuk memberi hajaran pada kau si orang
liar."
Ho Ceng Bun diam-diam girang hatinya
karena yang melayani dirinya adalah orang
she Ho yang ia arah sudah lama. Ia maju
lebih dekat sambil tepuk-tepuk dadanya. Li
Cong Bun menjual lagak di depan Ho Ceng Bu,
katanya, "Ho Hiocu, sebenarnya kau tidak
perlu tahu siapa aku? Yang penting adalah
markasmu yang sudah lama mendapat nama akan
ambruk. Kecuali aku yang menolongnya, tidak
ada lain orang yang dapat mempertahankan
kebangkrutan partaimu. Memang kalau tidak
ditunjukkan bukti, kau tidak akan percaya
pada kepandaianku maka itu kau boleh coba.
Mari, marilah kita mengadu tenaga. Bukankah
kau yang bergelar ?Si Telapakan Tangan
Sakti?. Aku kepingin coba menyambut
seranganmu yang lihai itu."
Song Sam Ceng setelah menyelidiki
mendapat kepstian tidak ada orang lain pula,
lalu perhatiannya ditumpahkan pada Li Cong 309
Bun, siapa ia anggap benar-benar sangat
tabah hatinya. Didepan jago-jago terkenal ia
masih bisa unjuk kesombongannya, pasti ia
bukannya orang sembarangan. Siapakah dia
itu? Pikirnya sebentar kalau ia melihat
caranya sitamu tak diundang itu melakukan
pukulannya lantas bisa diketahui ia
sebenarnya ada keluaran partai mana.
"Hei, Ho Hiocu, kau jangan anggap enteng
pada orang itu. Kau harus menempur dengan
sekuat tenagamu supaya ia kenal dengan
?Telapak Tangan Sakti? mu!"
Melihat kesombongan Li Cong Bun, tambahan
pula mendapat seruan dari atasannya supaya
ia menggempur musuhnya tidak tanggungtanggung maka seketika itu Ho Ceng Bu telah
mengerahkan tenaganya sampai sembilan
bagian.
"Orang edan" teriaknya dengan murka.
"Meskipun kau ada manusia dari baja aku akan
menggempur sampau hancur padamu!" seiring
dengan kata-katanya dengan gerakan ?Samudera
menimbulkan gelombang? terdengar suara
?wut..!? dibarengi angin santer ia mengirim
serangan telapak tangannya mengarah pinggang
Li Cong Bun.
Melihat datangnya serangan Li Cong Bun
tertawa gelak-gelak, tapi diam-diam ia
mengerahkan tenaga dalamnya yang ampuh.
Dalam selimut pukulan Siauw Lim si, ia
menangkis serangan musuh hingga Ho Cong Bu 310
terpental sejauh lima enam kaki. Matanya
melotot penuh rasa heran mengawasi pada
lawannya. Ia rasakan tangannya yang kanan
bukan main sakitnya. Li Cong Bun Juga tidak
menang begitu saja sebab ia rasakan tenaga
lawan ada besar, hingga merasakan jalan
darahnya mendidih.
Ho Cong Bu sejak melakukan pembunuhan
dalam rumah Li Hoay Bin insyaf bahwa Bo yong
Kang yang menjadi saudara angkatnya Li Hoay
Bin akan menuntut balas dikemudian hari
bersama-sama dengan anaknya si orang she Li,
maka ia sudah gunakan waktunya selama
delapan tahun untuk terus menerus melatih
diri mempertinggi kepandaiannya.
Untuk itu ia sering dibawa oleh Song Sam
Ceng ke tempat gurunya di gunung Ko le kang
dimana ia mendapat petunjuk bukan hanya dari
gurunya Song Sam Ceng tapi juga dari gurunya
Pho Kun Peng sebab kedua orang itu selamanya
tinggal berduaan tidak suka berpisahan.
mereka itu adalah Thian lam Siang koay
(Sepasang Siluman dari Thian lam) terkenal
hebat ilmu silatnya di kalangan rimba hijau.
Li Cong Bun sekarang sadar perlunya
berhati-hati menghadapi musuh kuat seperti
tadi ia memandang remeh serangannya Ho Ceng
Bu, kemudian kenyataannya ada hebat sekali
hingga ia rasakan darahnya mandek mengalir,
dadanya sesak. Ia lalu mengatur pernapasan
sebentar. Sedangkan Ho Ceng Bu yang mendapat
luka parah merasa ragu-ragu untuk turun 311
tangan kedua kalinya.kalau ia berhasil,
kalau gagal ia tidak tahu akan nasibnya
dilihat dari beradunya tenaga tadi, tenaga
sang lawan lebih unggul dari tenaga dalamnya
sendiri.
Selagi dalam sangsi ia lihat Song Sam
Ceng menggapai dan ia suruh ia duduk mengaso
sementara. Kepala Si leng cee itu telah
berdiri menghambiri Li Cong Bun dan berkata
dengan suara yang aneh.
"Sahabat, gerakan barusan menangkis
pukulan sungguh mengagumkan aku sayang di
balik itu kau menyembunyikan apa-apa.
Sebaiknya kau tidak berlaku pengecut
menyembunyikan asal-usulmu. Kalau kau
berterus terang, kau boleh duduk di samping
diriku."
Song Sam Ceng bicara dengan menggunakan
ilmu ?Suara Setan Menyapa Sukma? yang
membikin anak buahnya merasa heran dan lucu
karena Song Sam Ceng menggunakan suara
demikian baru mereka dengar sekarang.
Sebaliknya Li Cong Bun dan Bo yong Kang yang
mendengar suara itu sangat kaget karena
mereka mengetahui kalau orang yang
mengeluarkan suara itu tak mahir betul
tenaga dalamnya pasti akan diserang secara
mudah oleh musuhnya.
Song Sam Ceng menggunakan ilmu ini
pertama untuk menyerang pada Li Cong Bun dan
kedua untuk mencari tahu apa didalam sepuluh 312
tombak masih ada orang lagi yang bersembunyi
atau tidak. Ketika ia melihat Li Cong Bun
tidak terkena pengaruhnya suara iblis yang
menakutkan itu, pikirnya ilmu itu sia-sia
saja dikeluarkan. Song Sam Ceng diam-diam
kemudian berkata, "Sebagai ke Bun pikirnya
ia tak dapat menyerang dengan akal muslihat,
harus ia menyerang dengan tenaga sejati.
Tiba-tiba ia mendengar Li Cong Bun tertawa


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergelak.
"Song Sam Ceng." Ia kemudian berkata,
"Sebagai kepala dari Si leng cee kau memang
perlu mempunyai kepandaiain seperti yang
diunjukkan tadi. Tetapi kau mungkin belum
tahu bahwa aku justru kepala dari sekalian
setan siluman dan hantu-hantu dalam gunung,
maka suaramu tadi mana bisa membuat aku
menjadi ketakutan. Kalau kau mau lihat
permainan seperti yang kau maksudkan, dengan
hanya batuk dan dehem saja aku dapat
menggetarkan angkasa raya dan dalam kemah
ini mungkin semua benda akan rubuh oleh
karenanya. Kau tak percaya? Coba kau
saksikan dengan mata kepalamu sendiri"
Li Cong Bun benar-benar hebat menjual
lagaknya. Tetapi memang sebenarnya ia
mempunyai kepandaian yang demikian sebab
segera ia buktikan dengan suara batukbatuknya kemudian berdehem beberapa kali
hingga hadirin jatuh bangun dan pada
ketakutan, sebab rumah itu menjadi tergetar,
tiang-tiang bergerak dan wuwungan rumah 313
seakan-akan mau rubuh tak tahan oleh getaran
suaranya Li Cong Bun yang dahsyat.
Li Cong Bun menggunakan Ilmu ?Raungan
Singa Menggetarkan Sngkasa?
Hanya Song Sam Ceng dan Ho Ceng Bu yang
tidak terpengaruh oleh demonstrasi tenaga
dalam Li Cong Bun yang hebat iru. Ilmunya
kelihatan dapat menindih ilmunya Song Sam
Ceng lalu maju dan menghampiri lalu berdiri
tegak sejarak satu tombak dari Li Cong Bun,
sambil menjura ia berkata:
"Kau betul-betul berilmu tinggi, silakan
masuk untuk bercakap-cakap!" ia mengundang
tetapi sebenarnya ia mengirim serangan yang
dinamai ?Memukul Udara Kosong?. Hanya
tangannya menjura dari kejauhan tapi ada
mengandung serangan tenaga yang hebat, tidak
kelihatan menyerang pada musuh. Semula Li
Cong Bun tidak apa-apa, tetapi ketika tenaga
serangan itu ditambah mau tak mau ia mundur
tiga tindak.
Li Cong Bun jadi mendongkol. Seketika itu
ia meraba pedangnya, ia mau menghunus, tapi
urung ketika ia ingat ia harus bisa menahan
napas berhubung dengan pentingnya mencari
Gan Su Nio disembunyikan dimana?
Sebagai gantinya pedang berkilat di
tangan Li Cong Bun dengan suara hormat telah
berkata kepada Song Sam Ceng. 314
"Sahabat kepala dari Si leng cee tidak
keliru kalau orang mengatakan tentang
kelihaianmu. Nah sekarang kau hendak
mengadakan rapat, silakan diteruskan aku
tidak akan merecoki lagi. Nanti ada waktunya
kita bertemu di gunung Cui ciok san. Selamat
tinggal, sampai ketemu lagi"
Li Cong Bun tutup kata-katanya dengan
badannya melesat ke angkasa, berlalu dari
tempat itu. Perbuatan mana membuat Sam Aong
Ceng sangat mendongkol. Karenanya seketika
itu ia juga telah melesat mengejar Li Cong
Bun. "Perlahan dulu sahabat!" serunya. "Kau
sudah datang seenak hati, sekarang mau
berlalu begitu saja, benar-benar kau tidak
memandang mata pada kami. Keluar dari rawa
naga ini begitu gampang, seperti yang kau
duga sahabat!"
Seiring dengan kata-katanya, jari-jarinya
cemacan diulur, mencengkram pada pinggang Li
Cong Bun.
Anak muda itu memang sudah
memperhitungkan bahwa kabyrnya tentu akan
dikejar oleh orang kuat dari Si leng cee. Ia
berlagak pilin ketika pinggangnya mau
dicengkram oleh jari-jarinya Song Sam Ceng
yang runcing. Tapi ketika sudah begitu dekat
jari-jari itu menyentuh bajunya, ia
keluarkan ilmunya ?Burung Bangau Meluncur Ke 315
kolam?, hingga cengkraman musuh mencengkram
angin.
Berbareng ia telah menotolkan kakinya,
badannya melesat lagi sejauh tiga tombak,
tapi Song Sam Ceng tidak mau ketinggalan.
Iapun loncat melesat menyusul jejak Li Cong
Bun. Mereka jadi kejar-kejaran dengan sangat
hebat sekali.
Ketika dua jago itu saling lari, Ho Ceng
Bu berkata pada kawan-kawannya menyatakan
pikirannya:
"Dunia ini amat lebar dan besar, kita
orang-orang Si leng cee jangan enak-enakan
dan menganggap diri sudah kuat. Lihatlah itu
orang tadi yang membuat onar, ilmunya amat
tinggi dan ilmu lari cepatnya pun sangat
bagus. Begitu indah ia mempertunjukkan
kegesitannya naik-turun. Sungguh aku baru
menyaksikannya sekarang. Aku rasa meskipun
Lengcu sendiri yang menguber padanya,
rasanya amat sukar untuk menangkapnya."
Dalam ruangan itu ramai orang
membicarakan bahaya sitamu aneh dan
Lengcunya yang mengejar. Sapu pihak bilang
Lengcunya akan berhasil, stu pihak
mengatakan tetamunya tak akan kecendak dan
dapat ia tangkap.
Diam-diam Bo yong Kang dalam
persembunyiannya mendengar mereka bercakapcakap. Hatinya bersyukur bahwa keponakannya
kini sudah dapat memperhitungkan untung 316
ruginya dalam menghadapi musuh. Ia harap
saja Li Cong Bun tidak berubah pikirannya.
Mendadak disitu tempat ia unjukkan nafsu
bertempurnya dan berkelahi dengan Song Sam
Ceng. Sebab kalau kejadian, gagallah
rencananya mendapat tahu apa yang
dirundingkan dalam rapat kilat itu.
Tidak lama tampak Song Sam Ceng sudah
berjalan masuk sambil mencekal ikat
pinggang, mukanya kelihatan lesu. Orang
banyak menyambut dengan tidak mengeluarkan
kata apa-apa.
Setelah duduk di kursinya Song Sam Ceng
berkata, "Aku tidak nyana orang itu ada
tinggi ilmu silatnya. Ketika aku mengejar,
ia berhenti menanti kedatangan orang untuk
bertempur. Dalam tiga jurus aku bertempur,
aku hanya berhasil merampas ikat pinggang
ini. Ia benar-benar sangat lihai. Setelah
tiga jurus, ia tidak mau meneruskan
pertempuran dan lari turun gunung dengan
cepat sekali. Meskipun aku sudah keluarkan
ilmu lari cepatku yang istimewa, ternyata
ilmu larinya tidak berada disebelah bawahku
sebab terus ia tidak dapat dicandak."
Song Sam Ceng menghela napas sejanak, ia
berdiam kemudian berkata pula.
"Orang itu amat hebat ilmu tenaga dalam
dan ilmu silatnya, maka Si leng cee sangat
membutuhkan orang macam demikian. Kalau bisa
orang itu kita taklukkan hingga menjadi 317
pembantu kita yang berharga. Kalau sampai
tidak bisa, terpaksa kita harus singkirkan
dirinya, sebab ia merupakan lawan kuat yang
tidak dapat dipandang enteng."
Mereka yang mendengar hanya angguk-angguk
kepalanya. Tidak ada satupun berkata
mengeluarkan pendapatnya. Rupanya mereka itu
herih terhadap kepala Si leng cee yang
sangat tersohor itu.
"Nah sekarang aku ada banyak urusan yang
hendak dirundingkan untuk mana tidak boleh
sembarangan orang dengar. Aku persilakan
semua saudara keluar kecuali Ho Ceng Bu dan
saudara Li dari Koan tiong boleh diam terus
untuk aku ajak berunding. Harap sekalian di
luar melakukan penjagaan dengan hati-hati.
jangan sampai ada musuh menerobos ke dalam
tanpa diketahui. Semua tidak boleh
meninggalkan pos nya sebelum memberi sandi
dengan kibaran bendera Bong Sembilan
Naga."
Kecuali Song Sam Ceng, Ho Ceng Bu dan dua
saudara Li dari Loan tiong, semuanya pada
bangkit dari duduknya meninggalkan ruangan
rapat itu.
Setelah melihat semua sudah berlalu,
lantas ia bicara kepada tiga orang yang
hadir disitu.
"Sejak aku pulang menemui suhu di gunung
Ko le kong, aku mendapat tahu kalau Bo yong
Kang dan Li Cong Bun telah menetapkan waktu 318
bulan tiga tanggal tiga tahun depan akan
mengunjungi pula marksa kita di gunung Cui
tiok san untuk membuat perhitungan. Memang
betul mereka berdua adalah murid-murid dari
Bu Ju Toato dan Ceng Leng Cinjin untuk mana
harus kita bersiap-siap melindungi nama baik
perkumpulan kita."
"Mereka datang hendak mencari aku bukan?"
Ho Ceng Bu menyela.
"Memang begitu adanya. Tetapi mereka
sesumbar akan memusuhi Si leng cee sebab
mereka anggap perkumpulan kita adalah
perkumpulan orang-orang jahat. Jadi mereka
memusuhi kau sama juga memusuhi perkumpulan
kita bukan?"
Ho Ceng Bu anggukkan kepalanya.
"Selainnya itu, kita menghadapi soal lain
lagi, ialah Hwa Sok Tang yang berjuluk si
?Naga Bersayap? sejak meninggalkan markas
kita di Cui tok san telah menimbulkan
perubahan dalam kalangan pendekar di kangouw
mereka tampaknya sangat membenci kepada
kita. Ketika hal ini diketahui oleh Pho Kun
Peng Lengcu ia amat marah. Diam-diam diluar
tahunya Lengcu dari tangsi ?Naga? yang sudah
menjadi suhengnya Hwe Siok Tang, dengan
membawa tujuh pembantunya yang tinggi ilmu
silatnya telah pergi ke propinsi Kang Souw
dan menangkap Hwe Siok Tang bersama putrinya
mereka sekarang ada dikurung dalam tangsi
Garuda. Sebenarnya Lengcu dari tangsi 319
Kalajengking itu terburu napsu tindakannya.
Oleh karenanya aku jadi serba salah untuk
memutuskannya. Mau membunuh Hwe Siok Tang
dengan puterinya tidak berani, mau
melaporkan juga tidak berani. Hal ini kalian
lebih baik rahasiakan, sebab kalau
kedengaran oleh Lengcu dari tangsi Naga mana
mau mengerti sutenya kita bikin punya suka"
Ho Ceng Bu dan dua saudaranya Li diam
saja tidak mengatakan apa-apa. Ketika Song
Sam Ceng menghentikan bicaranya dan menghela
napas beberapa kali.
"Soal lain lagi adalah soal yang lebih
sukar pula untuk diatasi. Makanya aku ajak
kalian rapat untuk mencari suatu pemecahan
agar urusan dapat berjalan rapi dan tidak
menerbitkan bencana akan perkumpulan kita."
Demikian Song Sam Ceng meneruskan bicaranya.
Mukanya tampak geram.
Ho Ceng Bu dan dua yang lainnya terkejut
mendengar suaranya Song Sam Ceng. Juga Bo
yong Kang tidak terkecuali. Ia ini dengan
bernafsu pasang kupingnya untuk mencuri
dengar apa yang dikatakan lebih jauh oleh
Song Sam Ceng.
"Ya, Pho Kun Peng, suteku itu sebenarnya
paling pandai mengatur urusan, akan tetapi
aku heran kenapa dia mengabaikan urusan
besar? Sudah lama dia jatuh cinta kepada Gan
Su Nio dari tangsi ?Hong?. Pikirnya dengan
perlahan-lahan dia akan menyatakan cintanya 320
pada nona Gan, tetapi siapa tahu ketika Bo
yong Kang muncul, si nona kelihatannya ada
jatuh hati pada si orang she Bo yong itu.
Ketika aku dengan Ho Ceng Bu menemui suguku
di gunung Ko lo kang, dalam tindakan hendak
menyingkirkan saingannya Pho Kun Peng telah
menyiarkan maklumat kepada siapa saja yang
dapat membawa kepalanya Bo yong Kang dan Li
Cong Bun akan diberi hadiah besar dan
diangkat menjadi Hiocu. Dia sendiri lalu
menyusul Gan Su Nio ke Lam hay dengan
pikiran akan menjebak Gan Su Nio supaya
jatuh dalam kekuasaannya. Ketika aku pulang,


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku mendengar akan maksudnya yang tidak baik
itu. Maka aku menyusul untuk memberi nasehat
supaya ia urungkan maksudnya. Tapi aku
menyesal tak dapat menjumpai dia. Belakangan
aku tahu bahwa Gan Su Nio katanya sudah
dibikin pingsan dengan obat pulas. Bersama
Pho Kun Peng berada dalam goa yang amat
rahasia di Gunung Lam in long dalam propinsi
Ce lam. Setelah mendengar itu ingin mencegah
perbuatan suteku itu, tapi rasanya sudah
terlambat. Si nona tentu sudah diganggu
kehormatannya. Sekarang bagaimana pikiran Ho
hiocu?" ia menanya kepada Ho Ceng Bu.
"Lengcu," jawab Ho Cong Bu. "menurut
pikiranku, Gan Su Nio adalah seorang gadis
yang keras hati dan kepandaiannya tinggi.
Rasanya tidak akan gampang-gampang
menyerahkan dirinya kepada Pho Kun Peng,
Lengcu, apalagi kalau dia sudah siuman, 321
jangan harap Pho lengcu dapat meraba
dirinya."
Song Sam Ceng angguk-anggukkan kepalanya.
Kelihatannya ia setuju dengan pikirannya Ho
Cong Bu. "Setelah kita bertindak salahharus
kita teruskan tindakan kita itu, jangan
sungkan-sungkan lagi."
"Kau pikir bagaimana jalan untuk
mengatasinya?"
"Ya Lengcu.. tapi..!" Ho Ceng Bu tak
dapat meneruskan bicaranya.
Song Sam Ceng mengerti kesukaran apa yang
hendak dikatakan oleh Ho Ceng Bu.
"Ya, aku tahu apa yang hendak kau
katakan, Cuma kau sungkan mengeluarkannya.
Kita harus bertindak maju. Seperti kau
barusan kata, buat apa kau harus ragu-ragu
untuk mengucapkan apa-apa. Aku tahu
kepandaiannya Gan Su Nio tinggi, ilmu
pedangnya sangat hebat. Kecuali aku, tidak
ada orang yang dapat mengalahkannya dalam
markas kita. Gurunya adalah Biauw Hoat Sin
ni dari Lam hay yang tabiatnya aneh. Orang
tua ini dengan Bu Ju Toato dan Ceng Leng
Sinjin merupakan ?Tri Tunggal? dalam rimba
persilatan. Karena muridnya diperlakukan
tidak beres dalam markas kita tentu Biau
Hoat Sin ni tidak tinggal diam. Oleh karena
itu Si leng cee akan bermusuhan dengan nikow
tua itu. Mungkin dia akan dibantu oleh dua
kawannya Bu Ju Taysu dan Ceng Leng Cinjin. 322
Tapi kita tak takut sebab kita juga bisa
minta bantuan guru-guru kita yang sudah lama
mengasingkan diri"
"Lengcu.." tiba-tiba satu dari dua
bersaudara Li itu menyela, "Lengcu barusan
bilang sukar untuk diselesaikannya. Apakah
tidak lebih baik berdamai saja?"
"Ha ha ha ha " Song Sam Ceng tertawa.
"Siapa bilang urusan tidak dapat
diselesaikan, Cuma pikiranmu tak seperti Ho
Ceng Bu yang sangat sempurna. Nah, Ho Hiocu,
kau ceritalah menurut pikiranmu bagaimana,
apakah sepikiran denganku?"
Ho Ceng Bu tertawa nyengir, ia bangga
mendapat pujian dari orang atasannya.
"Menurut pikiranku, Lengcu kasitahu pad
Pho Lengcu. Jikalau dia sudah mencapai
maksudnya, baik dia jangan injak dua perahu,
Gan Su Nio baik disingkirkan jiwanya,
kemudian kita siarkan bahwa nona itu telah
dibunuh oleh Bo ong Kang. Kalau sudah
kejadian demikian, tentu si Nikow siluman
dari Lam hay akan menjadi sangat gusar dan
mencari Bu Ju Toato dan Ceng Leng Cinjin
untuk diajak perhitungan. Ini bukankah
mendapat dua keuntungan tidak terduga? Sebab
kalau mereka bertempur mati-matian,
kesudahannya kita yang mendapat keuntungan
ialah kita minta bantuan suhu Lengcu untuk
menumpas itu tiga siluman tua. Dengan
demikian, kita jadi menjagoi lagi dalam 323
kalangan rimba persilatan tanpa ada apa-apa
yang menghalangi. Bagaimana pendapat ini,
baik atau tidak?"
Song Sam Ceng bertepuk tangan. Mukanya
berseri-seri gembira. "Ho hiocu, bukan saja
aku mupakat, tapi pikiranmu itu ada
bersamaan dengan pikiranku juga. Selain kita
selesaikan juga jiwanya Hwe Sok Tang dan
puterinya kita bereskan sekalian. Dengan
demikian adi kita menyingkirkan bibit-bibit
penyakit hingga kita dikemudian hari dapat
dengan sesuka hati berkuasa dalam rimba
persilatan."
Setelah berkata demikian, Kepala Si leng
cee itu merogoh keluar dari sakunya 3tiga
pucuk surat. "Nah, kalau begitu Si leng cee
akan kehilangan dua Lengcu dari tangsi
?Hong? dan ?Naga?, seharusnya disiapkan
orang yang akan menggantikannya, supaya
diwaktu Bo yong Kang dan Li Ceng Bu datang
kita sudah lengkap lagi dengan empat kepala
tangsi menghadapiya. Ini ada tiga pucuk
surat yang akan minta kalian bertiga
menyampaikannya. Yang satu dibawa oleh Ho
Hiocu, untuk Auw yang Ti yang tinggal
menyepi di goa It Goan di gunung Sian san,
dan dua surat lainnya dibawa oleh dua
saudara Li untuk Thian Tiang Kian alias si
Lutung Sakti di Lok yang dan si Rase Genit
Pho Sam Jun di Kiang si. Harap kalian
bertiga suka bujuk mereka supaya mereka
dapat bergabung dengan Si leng cee, karena 324
dengan bantuan mereka perkumpulan kita akan
menjadi sangat kuat."
Mereka bangkit dari tempat duduknya
masing-masing untuk menjalankan tugasnya.
Sebelum berangkat Song Sam Ceng telah
memesan:
Apa yang kita bicarakan barusan adalah
sangat rahasia. Hati-hati jangan sampai
bocor. Ho Hiocu, sekarang kau boleh
mengibarkan bendera bunga naga semilan
supaya yang mengikuti rapat dapat bubaran.
Kau dapat menjalankan tugasmu, aku tunggu
kabar di markas kita cunung Cui tiok san!"
Bo yong Kang ditempat mengumpat telah
mendengar semua pembicaraan rencana keji
itu, hatinya amat puas. Tiba-tiba hatinya
amat gelisah memikirkan Gan Su Nio dalam
cengkramannya Pho Kun Peng.
Menggunakan kesempatan selagi orang
ramai-ramai bubaran, ia menyelinap dan lari
turun gunung menemui Li Cong Bun di tempat
yang sudah dijanjikan.
Berdua dengan tidak banyak cakap lalu
menuju ke Ceng kiang selatan. Dalam
perjalanannya Bo yong Kang baru menceritakan
apa yang ia dengar dalam rapat rahasia dari
penjahat itu. Lalu diambil keputusan lebih
dahulu menolong Gan Su Nio di gunung Lam in
tong. Kemudian Cui tiok siok san untuk
menolong Hwe Siok Tang dan puterinya. 325
Mereka telah melakukan perjalanan tanpa
henti. Belakangan Li Cong Bun menyampaikan
pendapatnya untuk istirahat dahulu,
menghilangkan rasa letih dan mengumpulkan
semangat. Kemudian beru perjalanan
diteruskan. Apalagi mereka masih belum tahu
dimana letaknya gunung Lam in tong itu.
Bo yong Kang tidak keberatan. Mereka lalu
berhenti menghampiri sebuah pohon besar
kemudian enjot tubuhnya hingga di atas dahan
dimana mereka duduk mengaso.
Mereka ganjal perutnya dengan rangsum
kering lalu bersemedi beberapa lamanya.
Setelah merasakan seluruh badannya mulai
segar lagi, mereka pada membuka matanya,
saling pandang sambil tersenyum.
Pada saat mereka hendap melompat turun
dari atas pohon, terlihat oleh Li Cong Bun
di atas satu puncak seperti ada bayangan
yang lari seperti angin, berlari dipinggiran
jurang. Ketika ditegasi ia ternyata adalah
Song Sam Ceng ketua dari Si leng cee.
"Bo yong susiok, itu apa bukannya Song
Sam Ceng?" ia bertanya pada pamannya.
"Bo yong susiok, lebih baik kita jangan
bertempur. Kita ikuti saja kemana dia
menuju. Nanti kita bisa tahu dimana adanya
enci Gan."
Bo yong Kang anggukkan kepalanya. 326
Mereka lalu menguntit dengan hati-hati
sekali, karena mereka tahu kepandaiannya
orang yang dikuntit itu adalah sangat
tinggi.
Tidak lama mereka kehilangan orang yang
dikuntitnya.
Mereka melengak sejenak tapi tidak putus
asa, sebab kemudian mereka meneruskan
perjalanannya mencari sekeliling tempat tadi
Song Sam Ceng telah menghilang. Tidak
beberapa lama mereka sudah dapat menemui
sebuah goa yaitu goa rahasia yang dimiliki
oleh Song Sam Ceng dan Pho Kun Peng berdua.
Itu adalah sebuah goa besar entah
bagaimana keadaan didalamnya?
Tak jauh dari mulut goa kira-kira sepuluh
tombak, ada sebuah batu besar dibelakang
mana mereka dapat bersembunyi untuk
mengawasi gerak-geriknya Song Sam Ceng lebih
jauh.
Tiba-tiba Song Sam Ceng muncul di mulut
goa, matanya celingukan. Ia melihat sejarak
beberapa tombak jauhnya ada pohon yang
bergoyang-goyang. Dikiranya itu adalah musuh
yang menguntit, maka ia mengirim serangan
yang dahsyat sekali. Segera terdengar suara
menjerit. Tubuhnya Song Sam Ceng enteng
seperti burung telah meluncur ke tempat tadi
suara menjerit keluar. 327
Apa yang dilihat? Ternyata itu bukannya
manusia, hanya seekor srigala yang ketakutan
lari sembunyi ketika Bo yong Kang dan Li
Cong Bun enjot tubuhnya bersembunyi di
belakang batu besar tadi.
Setelah mengetahui bukannya orang yang ia
hajar tadi ia merasa lega hatinya, ia lantas
lompat lagi ke mulut goa, terus masuk ke
dalamnya.
Ditengah jalan tiba-tiba ia diserang oleh
suatu serangan yang hebat sekali, hingga
cepat ia mengerahkan tenaganya untuk
menyambut dan balas menyerang. Suara jeritan
ngeri lantas terdengar. Itulah suaranya Pho
Kun Peng.
Song Sam Ceng amat kaget.
"Suheng, kenapa kau menyerang aku?" tanya
Pho Kun Peng dengan suara lemah.
"Tapi kenapa kau menyerang aku?" berbalik
menanya Song Sam Ceng.
Dua-duanya telah menegur satu sama lain
dengan lucu sekali kelihatannya.
Pho Kun Peng tertawa lemah, tubuhnya
limbung, tangannya cepat-cepat memegangi
dinding goa. Tidak lama ia telah
menyemburkan darah segar dari mulutnya.
Melihat sutenya dalam keadaan demikian
Song Sam Ceng tercekat hatinya. Ia menduga
tentu ada terjadi apa-apa yang tidak beres 328
dengan dirinya sang sute, apalagi sute itu
telah kena pukulannya yang hebat, terang ia
tidak kuat mempertahankan dirinya lagi.
Perlahan-lahan Pho Kun Peng telah rubuh
pingsan.
Song Sam Ceng menolong sang sute dan
diletakkan pada sebuah batu besar. Memberi
pil nya untuk mencegah lukanya menjalar pada
bagian dalam. Kemudian ia meijat-mijat pada
beberapa bagian jalan darahnya Pho Kun Peng.
Bo yong Kang dan Li Cong Bun dengan hatihati sekali telah sudah datang lebih dekat
dan dapat melihat kejadian itu.
Diam-diam Bo yong Kang merasa bersyukur
sebab Gan Su Nio tentu sudah ditolong oleh
seorang pandai maka keadaannya Pho Kun Peng
jadi demikian rupa.
Dengan pertolongannya Sang suheng
perlahan-lahan Pho Kun Peng dapat membuka
matanya. Ia girang melihat Song Sam Ceng ada


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di sisinya.
"Sute kau kenapa? Sebetulnya kau sudah
ketemu siapa sampai mendapat luka parah
begini rupa? Apa Bo yong Kang yang datang
menolong sumoy?"
Song Sam Ceng hujani adik seperguruannya
dengan serentetan pertanyaan.
Pho Kun Peng tampak sudah mulai sembuh
tapi belum kuat. Ia perlu beristirahat untuk
beberapa waktu lamanya untuk dapat 329
mendapatkan kembali kekuatan dan tenaganya
seperti biasa. Mendengar suhengnya
menghujahi pertanyaan, kelihatan ia menghela
napas.
"Suheng," ia akhirnya berkata. "Aku
sungguh malu kalau mengingat akan
kegoblokanku. Bicara terus terang, aku sudah
lama aku ada hati pada sumoy. Belakangan
dengan munculnya Bo yong Kang, aku lihat
hatinya sumoy tertarik oleh orang she Bo
yong itu. Aku tidak mau kehilangan orang
yang aku cintai, maka pikiran gila telah
timbul dalam hatiku. Aku pikir akan
mencemari dulu kehormatan sumoy. Kalau sudah
ada kejadian begitu, bagaimanapun juga sumoi
akan menerima nasib menjadi istriku."
Pho Kun Peng berhenti sebentar, matanya
menatap wajah suhengnya. Takut kalau-kalau
suhengnya itu marah dan menyalahkan
perbuatannya.
Tapi Song Sam Ceng diam saja sehingga Pho
Kun Peng dapat meneruskan ceritanya dengan
hati lega.
"Ketika aku tahu sumoi pergi ke Lam Pay
untuk bersujud pada suhunya, diam-diam aku
menyusul dengan It Beng Tojin, seorang bekas
bajak laut di sekitar propinsi Hok kian yang
sekarang menjadi orang kita. Aku beruntung
dapat menjumpai sumoi di perjalanan dan
dengan pertolongan obat pulas dari It Beng
Tojin beruntung aku dapat membuat sumoi tak 330
sadarkan diri, terus aku bawa kemari. Siapa
tahu, mesti kelihatan tak sadarkan diri,
badannya tak dapat bergerak tapi semangatnya
masih hidup. Aku tidak tega dan ragu-ragu
menodai kehormatannya. Kemudian pikirku
kalau tidak keraskan hati dan berlaku tega
akan gagal rencanaku. Demikian, barusan ini
aku coba bertindak seperti yang kupikirkan,
tapi apa mau dikata, sebelum aku berhasil
dengan maksudku, tiba-tiba di mulut goa ada
yang berkata, "Omitohud!" Aku kaget karena
suara itu dikeluarkan dengan tenaga dalam
kuta hingga dapar membikin pengang telinga
yang mendengar. Ia menggunakan ilmu ?Raungan
Singa?. Aku yang mengganggu dirinya sumoi
lalu keluar melihat. Ketika sampai di mulut
goa tiba-tiba ada satu benda bundar
menyerang dan aku menyambuti. Ketika
diperiksa, ternyata itu ada benda miliknya
Tiat Bo Taysu. Aku seketika itu marah-marah
dan memaki-maki padanya. Aku mengatakan
tidak seharusnya orang beribadat berkeliaran
dan mencari urusn di hutan. Aku tidak takut
pada bundaran dan pada ?raungan singa? nya.
Bagaimana dia jawab? Katanya orang harus
berbuat baik pada sesama supaya mendapat
berkah. Ketika dia sedang ngoceh lalu aku
menyerang dengan tenaga kombinasi lunak dan
keras menggunakan kedua telapak tanganku,
tetapi dia tidak bergerak sedikitpun. Malah
aku rasakan tiba-tiba tenagaku telah
dipunahkan oleh suatu tenaga yang tidak
kelihatan, hingga aku rasakan terbalik jalan 331
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
darahku. Ketika itu aku lihat wajahnya
berubah pucat dan aku mau menyerang lagi,
tapi dia sudah bergerak lebih dulu mengirim
serangan hebat dengan telapak tangannya.
Meskipun aku dapat menangkisnya tapi
mendapat luka parah di dalam. Ketika untuk
kedua kalinya ia menyerang, badanku menjadi
limbung dan dengan sekejap sudah memondong
sumoi dibawa pergi."
"Sebelum meninggalkan mulut goa dia telah
berkata bahwa sumoi akan diserahkan pada
gurunya Biauw Hoat Sin ni di Lam hay. Ia
akan memberitahukan tentang kejadisn itu dan
gurunya tentu akan datang untukmembuat
perhitungan. Aku tidak ambil pusing
bicaranya sebab ketika itu aku sedang
rasakan kesakitan dan mataku berkunangkunang. Ketika aku mulai segaran mendadak
aku mendengar ada suara yang bertindak
masuk. Aku kira si kepala gundul kembali
lagi maka aku mengirim serangan hebat. Tidak
tahunya suheng yang datang dan aku kena
pukulan suheng hingga muntah darah"
Song Sam Ceng terkejut mendengar
keterangan sang sute yang panjang lebar.
Setelah manggut-manggut sambil kerutkan
alisnya ia berkata:
"Sute, kau biasanya sangat cerdik, tapi
kali ini kenapa egitu tolol? Daging sumoi
belum kau makan, sudah mendapat bahaya maut
begitu rupa. Kau tahu itu Biau Hoat Sin ni 332
kalau benar-benar memusuhi kita, sangat
sukar untuk melayaninya. Sebab dia amat
lihai. Kalau dia turun tangan sendiri, entah
bagaimana dengan nasibnya marksa besar kita
di Cui tok san. Lagian kau mencari urusan,
kau tidak membinasakan Hwe Siok Tang dengan
puterinya akan tetapi ditahan di belakang
kuil. Hal ini kalau diketahui oleh jiko mu,
pasti dia akan memutuskan persaudaraan
angkatnya dengan kau. Bo yong Kang dan Li
Cong Bun jika mengetahui hal ini juga mereka
bisa datang kesini dengan tidak menunggu
lagi pada waktu yang dijanjikan. Kau
mengerti?"
Pho Kun Peng kelihatan terima salah. Ia
tidak memberikan penyahutan atas teguran
suhengnya yang ia amat hormati dan takuti.
Setelah menghela napas, Song Sam Ceng
meneruskan bicaranya.
"Sungguh sayang, dengan susah payah kita
membangun markas kita, dalam sekejap bisa
hancur lebur karena serbuan musuh-musuh kuat
dari sebelah luar."
"Suheng, aku terima salah." Jawab Pho Kun
Peng sambil tundukkan kepala.
"Sekarang urusan sudah sampai begini
jauh. Yang dikuatirkan adalah kedatangannya
Biauw Hoat Sin ni yang tidak ada yang bisa
menandingi kepandaiannya dalam markas kita.
Nah sekarang kau kelihatannya sudah mulai
sembuh, juga tidak ada urusan apa-apa lagi. 333
Sekarang baik kau pergi ke gunung Ko lo
kang, melaporkan pada dua guru kita duduknya
urusan dan minta dua orang tua itu punya
pendapat bagaimana baiknya. Kau tidak perlu
kembali ke markas besar kita lagi. Menurut
pikiranku, dua orang tua itu tentu akan
bersedia turun tangan untuk membalas dendam
kepada Tei Tunggal itu."
"Baik, aku akan pergi menemui insu."
jawab Pho Ken Peng.
Song Sam Ceng melihat wajahnya Pho
seperti mengandung hawa marah yang besar
maka sebelum ia berangkat telah dinasehati.
"Sute, tidak baik kau mau menuruti napsu
amarahmu. Kali ini kau pergi ke gunung Ko le
kang, sangat penting. Cepat-cepat pergi dan
lekas-lekas pulang. Hati-hati di jalan.
Kalau ketemu dengan Biauw Hoat Sin ni sebab
kalau ada apa-apa dan terjadi dengan orang
lihai itu. Janga timbulkan peristiwa yang
bujan-bukan dalam perjalanan pulang ke
gunung Cui liok san mengerti? Eh jangan
lupa minta itu ?Tiga Pusaka Thiansan pada
suhu untuk kita menghajar musuh!"
Pho kun Peng angguk-anggukkan lagi
kepalanya.
Berdua kemudian telah berpisah. bo yong
Kang dan Li Cong Bun ketika mereka sudah
pergi jauh lalu masuk ke dalam goa. Setelah
memeriksa keadaan disekitarnya Bo yong Kang
menghela napas. 334
"Bun jie, It Beng Tojin yang kita sudah
ampuni itu telah mendustai kita, hingga kita
berputar-putar mencari tempat yang
ditunjukkannya. Syukur Gan Su Nio telah
ditolong oleh Tiat Bok Taysu, tapi
sebenarnya dia itu dari partai mana? Kita
dapat mengalahkan Pho Kun Peng, tetapi kalau
bertanding dengan dia belum tentu kita dapat
menjatuhkannya."
Bo yong Kang nampak tidak senang sebab belum
tahu akan nasibnya Gan Su Nio yang dibawa
oleh Tiat Bok Taysu yang ia belum kenal.
"Bo yong susiok," kata Li Cong Bun. "Taysu
itu adalah musuhnya Si leng cee. Kelak kita
akan berjumpa dengan dia. Sekarang kita
tidak perlu memikirkan hal itu. Keta perlu
bertindak cepat dalam tindakan kita
selanjutnya. Apakah kita pergi menolong Enci
Gan dulu atau mau pergi menolong Hwe Tayhiap
dengan putrinya itu yang sekarang dalam
sarang penjahat atau kita mencegah itu tiga
utusan yang meminta bala bantuan memanggil
Auw yang Ti, Thian Tiang Kian dan Po San
Jun?"
"Yah," kata Bo yong kang, menurut
pendapatku, Gan Su Nio sudah lolos dari
bahaya dan diantar oleh Liat Bok Taysu ke
Lam hai, tidak perlu kita pikirkan lagi. Itu
tiga orang yang dipanggil. Auw yang Ti
berada diantara orang-orang jalan hitam dan
putih, ilmu silatnya lihai, kalau sampai dia
menerima undangan, kita tambah lagi seorang 335
musuh yang kuat. Letak tempatnya berdekatan
dengan gunung Hud leng. Maka surat yang
disampaikan oleh Ho Ceng Bu tentu sudah
sampai padanya, kita tidak dapat
mengejarnya."
"Thian Tiang Kian?" nyeletuk Li Cong Bun.
"Orang she Thian yang bergelar si Lutung
Sakti itu sifatnya sangat sombong. Mungkin
dengah hanya surat saja dia akan menolak
undangan. Pho Sam Jun yang dikenal
julukannya si Raja Genit dan cabul, banyak
lelaki cakap menjadi korbannya. Ia menumpuk
dosa sudah banyak. Maka aku harap tahun
depan musim semi bisa berhadapan dengan
perempuan celaka ini di markas besar Si leng
cee. Supaya aku dapat pindahkan jiwanya ke
akherat menemui Giam Lo Ong (Raja Akherat).
Sekarang paling perlu kita menolong Hwe
Tayhiap dan puterinya. Kita jangan bertempur
di sana. Hanya kita memberikan pertolongan
secara diam-diam saja. Biarlah musuh tahu
kepandaian kita sangat tinggi, bisa keluar
masuk da;am markas penjahat sesuka hati
kita. Bagaimana pikiranmu?"
Li Cong Bun acungkan jempolnya. "Kau
benar-benar bisa memperthitungkan urusan,
susiok. Mari kita berangkat mengikuti
jejaknya Song Sam Ceng yang sedang menuju
kesana!" 336
Paman dan keponakan langsung meninggalkan
tempat itu.
Mereka lupa akan halnya Pho Kun Peng yang
pergi ke gunung Ko le kang untuk menjumpai
Thian Lam Siang Koay (Sepasang siluman dari
Thian lam)
Song Sam Ceng disepanjang jalan berpikir
semua sudah diatur beres. Hwe Siok Tang
dengan putrinya akan disingkirkan jiwanya.
Jetenya (Hwe Pek It) dari tangsi naga, kalau
tahu kejadian itu akan dibasmi sekalian. Ada
kemungkina Bo yong kang dan Li Cong Bun
datang ke markasnya dengan tidak menurut
janji, maka ia percepat perjalanannya.
Ketika dia sampai di gungung Ong bu hanya
tinggal beberapa li saja untuk sampai ke
markas besar di Cui tiok san, ia sudah dapat
melihat gelagat tidak baik bahwa dalam
markasnya sudah timbul huru-hara.
Waktu keadaan sudah petang, tiba-tiba ada


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesosok bayangan mendatangi dari sebelah
barat dan lantas menyerang pada dirinya Song
Sam Ceng, "Pada malam yang gelap ini, kau
dengan tergesa-gesa lari. Ada kejadian apa
dalam markas kita?"
Orang yang dipanggil Jite itu adalah si
Naga Sakti Hwe Pek It Lengcu dari tangsi
Naga dan orang kuat kedua dari Si leng cee.
Matanya Hwe pek it penuh dengan sorot
kegusaran, wajahnya sangat bengis, seantero
bajunya penuh dengan darah. Ia menghentikan 337
larinya sejenak sepuluh tindak dari tempat
Song Sam Ceng berdiri.
"Lengcu tangsi Garuda!" kata Hwe Pek It
dengan suara dingin. "Kau sudah tahu
duduknya urusan, buat apa kau masih banyak
pura-pura? Hmm, aku tidak nyana si orang she
Hwe mendapat perlakuan begini rupa. Untuk
apa kita menjadi saudara angkat?"
Seiring dengan kata-katanya Hwe Pek It
talah merobek baju dan dilemparkannya pada
Song Sam Ceng.
Inilah tanda bahwa persaudaraan mereka
telah putus.
Song Sam Ceng tahu bahwa kalau saat itu
ia melepaskan Hwe Pek It, berarti bahwa ia
melepaskan harimau ke gunung. Dikemudian
hari tentu akan menjadi bibit bahaya. Maka
seketika itu timbullah pikiran jahatnya
hendak membinasakan Hwe Pek It.
Mulutnya masih keluarkan perkataan akhir,
tapi diam-diam ia mengerahkan tenaganya
untuk menyerang pada Hwe Pek It.
"Jite, kau jangan salah mengerti. Kita
bersaudara sudah sepuluh tahun lamanya.
Kalau ada kesalahan apa-apa sebaiknya kta
berdamai. Kalau aku bersalah aku akan terima
dan bagaimana aku akan dihukum aku juga
bersedia menerimanya."
Ia berkata sambil bertindak maju
mendekati. Tenaganya sudah dikerahkan. 338
Tumpahan Darah Di Supit 3 Kisah Masa Kini Karya Dirgita Devina Mas Rara 2

Cari Blog Ini