Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung Bagian 5
Hwe Pek It bukan anak kemarin sore sebab
gerakannya Song Sam Ceng itu sudah dia
kenali hendak menyerang dirinya. Ia melompat
jauh beberapa tombak ke dalam rimba.
"Ha ha ha " ia tertawa. "Song Sam Ceng,
kau hanya dilahir saja bermuka manis, tapi
dalam hatimu menyimpan kekejaman dan
ketelangasan tiada taranya. Lihat di bahumu,
kau sudah mengerahkan tenaga dalammu untuk
menyerang aku dengan telapak tanganmu yang
membinasakan. Apa kau kira aku tidak tahu?
Ah Song Sam Ceng, kau keliru kalau mau kau
anggap aku bisa dibinasakan olehmu dengan
begitu saja."
Hwe Pek It tidak dapat meneruskan
bicaranya karena tiba-tiba memegangi sikunya
yang kesakitan. Ia sadar bahwa dirinya sudah
kena dibokong senjata gelap. Selagi ia
meringis-ringis kesakitan tiba-tiba Song Sam
Ceng membentak:
"Hey, siapa bersembunyi di dalam rimba?"
Segera terdengar jawaban yang berbicara
pada Hwe Pek It:
"Orang she Hwe jangan sembarangan main
gila. Tahukah kau sudah terkena jarum yang
berbisa? Kalau kau semakin marah, semakin
cepat jiwamu melayang. Dalam Si leng cee
mana dapat orang mengingkari janji, apalagi
terhadap Lengcu tangsi naga. Kau dapat
bertahan dari senjata gelapku itu dalam
sepuluh hari lamanya. Cepat-cepat kau pergi 339
ke puncak Kiu hoan san untuk mencari bunga
Siang lan yang masih kuncup untuk memunahkan
bisa yang sudah menjalar dalam tubuhmu.
Kalau kau berajal, itu bukan urusanku."
Hwe Pek It bukan main gusarnya. Sayang ia
tak berdaya. Sambil menekan-nekan sikunya
yang sakit ia berkata dengan gusar.
"Senjata gelapmu kalau sampai tidak
membinasakan jiwaku, pasti dikemudian hari
ada hitungannya. Nah beritahukan namamu!"
Orang itu tertawa bergelak-gelak. "Oh
sungguh kecewa kau sebagai Lengcu dari
tangsi Naga tidak bisa mengenali pemilik
dari jarum sakti itu. Kalau kau hendak
menuntut balas, kau boleh datang di markas
besar di Cei Tiok san mencari aku."
Kemudian tidak terdengar lagi suaranya
hingga Hwe Pek It meninggalkan tempat itu.
Song Sam Ceng merasa heran. Ia kepingin
tahu siapa orang itu. Ketika ia hendak
membuka mulut bertanya, tiba-tiba muncul
dari dalam rimba seorang tua berusia kirakira lima puluh tahun. Song Sam Ceng pikir
orang itu tentu bukannya musuh. Maka ia
memberi hormat sambil memperkenalkan diri
dan menanyakan nama orang tua itu.
"Song Lengcu, aku Auw yang Ti sudah
menyepi lima belas tahun lamanya di goa It
Goan. Tidak heran kalau tidak dikenali
olehmu." 340
Song Sam Ceng terkejut endengar jawaban
si orang tua. Ia telah mendengar Ho Ceng Bu
untuk mengundang orang tua itu. Sekarang
dengan tiba-tiba sudah muncul di depannya.
Sungguh hal itu membuat ia girang bukan
main.
"Sudah lama aku mendengar akan kehebatan
ilmu silat Huw yag toako." Ia berkata. "Aku
memang sudah lama ingin berjumpa dengan kau,
tapi karena diganggu banyak urusan saja maka
saban kali batal. Aku ada menyuruh Ho Ceng
Bu untuk mengundang padamu. Apalagi kau
datang karena undanganku itu? Barusan saja
toako datang?"
"Memang begitu." jawab Ouw Yang Ti.
Ketika aku menerima suratmu, malam itu juga
aku dengan Ho Ceng Bu telah berangkat ke
markas Cui tiok san. Barusan aku sampai
telah menyaksikan Hwe Pek It berontak karena
gara-gara adiknya yang dikurung di dalam
tangsi Garuda. Menggunakan kesempatan Ho
Ceng Bu yang bertempur dengan Hwe Pek It,
maka aku datang sembunyi di sini, perlunya
untuk menewskan si orang she Hwe "
"Orang itu sudah memutuskan sumpah angkat
sodara," memotong Song Sam Ceng "Betul ada
berbahaya sekali untukmarkas kita. Tapi kau
setelah melukai dengan senjata gelap, perlu
apa kau menolong dirinya menunjukkan supaya
dia pergi ke Kui hong san mencari kembang
untuk obatnya?" 341
Auw yang Ti tertawa panjang mendengar
pertanyaan Song Sam Ceng.
@Song Lengcu," katanya, "Aku cepat turun
gunung perlunya supaya dapat membantu
dengan cepat kau naik menjadi rajanya rimba
persilatan. Di puncak Kiu hoa san mana ada
kembang begituan. Hanya ada sebuah goa yang
didiami oleh si orang hutan bertangan satu
yang ganas. Kalau dia tidak tahan karena
bisanya jarum beracun dia akan mati di
tengah jalan. Sebaliknya kalau dia dapat
sampai dipuncaknya Kiu hoa san dia toh mati
oleh si orang hutan. Dengan demikian, kau
tak usah turun tangan sendiri. Musuh sudah
mati bukan?"
Song Sam Ceng girang sambil anggukanggukkan kepalanya. Tangannya diulur
menepuk-nepuk bahunya, "Auw yang Toako,
dengan datangnya kau membantu markas kami,
terang kami seperti harimau yang tumbuh
sayap. Kemudian Auw yang toako boleh
menunjukkan ilmu-ilmu silat Auw yang toako
yang tinggi. Aku akan mengangkat Auw yang
toako menjadi lengcu dari tangsi Naga
sebagai pengganti Hwe Pek It. Dengan bantuan
Auw yang toako, aku percaya maksud kita
tercapai untuk menjadi kepala dari rimba
persilatan!"
Auw yang Ti menjawab dengan merendahkan
diri. Berdua sambil berjalan bercakap-cakap. 342
Tak lama mereka sudah sampai di markas
besar dimana Ho Ceng Bu datang menyambut dan
melaporkan peristiwa yang terjadi dalam
markas Si leng cee.
Bagaimana sebenarnya Hwe Pek It dari
tangsi Naga Sakti berontak? Pembaca dapat
mengikuti kisahnya di bawah ini:
Si leng cee dibentuk oleh empat orang,
yaitu Song Sam Ceng, Hwe Pek It, Pho Kun
Peng dan Gan Su Nio. Mereka membentuk partai
baru itu dengan rencana hebat akan
mengandung pengaruh sehingga partai-partai
persilatan lainnya menjadi tunduk. Empat
orang itulah bersumpah mengangkat saudara
satu dengan lainnya. Ialah sehidup sejiwa
senang susah bersama-sama.
Tahun bertenu tahun benar saja, benar
saja oleh karena kegiatannya empat orang itu
yang bersatu hati, Si leng cee telah
menonjol diantara partai-partai persilatan.
Si leng cee yang terdiri dari empat tangsi
masing-masing ada kepalanya sendiri (Leng
cu) yaitu tangsi Garuda dikepalai oleh Song
Sam Ceng, tangsi naga oleh Hwe Pek It,
tangsi Kalajengking oleh Pho Kun Peng dan
tangsi Hong oleh Gan Su Nio.
Song Sam Ceng dan Pho Kun Peng adalah
murid-murid dari Thian lam Siang koay
merupakan suheng dan sute. Yang paling
tinggi kepandaiannya diantara Lengcu itu 343
adalah Song Sam Ceng. Belakangan ketika
melihat partainya mendapat kemajuan pesat
dan pentang pengaruh beritu rupa. Song Sam
Ceng perlahan-lahan lalu unjuk pengaruh
hingga dirinya merupakan kepalanya boleh
dibilang diantara empat tangsi itu.
Kekuasaan dari kepala masing-masing tangsi
dengan tentu dibatasi olehnya. Tidak heran
kalau orang-orang bawahannya Song Sam Ceng
banyak yang ugal-ugalan mengandalkan
pengaruh dari majikannya. Mereka suka
berbuat sewenang-wenang diluaran. Hingga
nama Si leng cee yang semula begitu tersohor
dan dibuat jeri belakangan dibenci dan
dikutuk oleh jago-jago dalam rimba
persilatan.
Pho Kun Peng yang menjadi Lengcu dari
tangsi Kalajengking kelakuannya buruk, jahat
hatinya dan kejam. Dengan menyender pada
suhengnya Song Sam Ceng punya pengaruh ia
bikin Lengcu dari dua tangsi lainnya yaitu
tangsi Naga dan tangsi Burung Hong agar
menaruh perindahan pada dirinya.
Pengaruh Song Sam Ceng dan Pho Kun Peng
alama-lama menjadi semakin besar dalam Si
leng cee sehingga Hwe Pek It hanya namanya
saja sebagai kepala tangsi Naga sebab
kekuasaan boleh dikatakan di tangannya Song
Sam Ceng dan Pho Kun Peng. Hatinya orang she
Hwe ini perlahan-lahan menjadi tawar.
Apalagi ketika Hwe Siok Lang adiknya
bersama puterinya ada menemaninya sepuluh 344
hari lamanya dalam tangsinya telah memberi
bisikan padanya tentang tidak bagusnya nama
Si leng cee diluaran dan mengharap supaya
Hwe Pek It lekas undurkan diri, jangan
sampai kerembet-rembet dapat nama rusak
hatinya menjadi kusut.
Jilid 10
KETIKA adiknya telah berlalu dari
tangsinya, ia telah mempertimbangkan
nasehatnya Hwe Siok Tang. Diam-diam ia
merasa duka sebab apa yang dikatakan oleh
adiknya mungkin ada betul. Juga ia merasa
dalam tangsinya makin hari makin tidak betah
karena romannya Song Sam Ceng seperti sudah
jemu padanya.
Pada suatu malam, dalam pikirannya yang
ruwet, ia telah hiburkan hatinya dengan
membaca pelajaran ilmu silat. Ia duduk
sendirian dalam kamar bukunya. Tiba-tiba
pinti kamar terpentang seperti didorong oleh
tenaga yang kuat. Suatu benda yang merupakan
anak panah meluncur persis jatuh di atas
mejanya.
Hwe Pek It terkejut bukan main. Ia cepat
ambil anak panah itu. Ternyata ada
bertuliskan : "Hwe Siok Teng dengan
puterinya ditahan di tempat ini." 345
Ia meneliti anak panah itu yang terbuat
dari bambu merah yang terdapat di tangsi
?Garuda? ditanam di belakang sebuah kuil.
Dilain tempat tidak ada macam bambu
semikian. Hwe Pek It jadi berpikir. "Aku
sudah mengantar Jite dan keponakanku sampai
sepuluh li jauhnya, apa bisa jadi mereka
dikurung di tempat itu? Ia ingat Pho Kun
Peng yang jahat. Dia itu tidak memandang
pada persaudaraan, kalau mau membikin celaka
orang terus saja melakukannya.
Ia cepat mengambil keputusan untuk
menyelidiki kabar disamping oleh anak panah
tadi. Ketika ia berjalan sampai di depan
gedungnya Song Sam Ceng, tiba-tiba dicegat
oleh tiga Hiocu dari tangsi kalajengking.
Mereka adalah tiga bersaudara she teh yaitu:
teh Hoa Beng, teh Hou Liang dan teh Hoa Kok.
Mereka semua adalah anak buahnya Pho Kun
Peng yang sangat dipercaya dan mereka
hatinya amat jahat dan kejam.
The Hoa Beng yang tertua ada menjadi
kepalanya. Ia berjuluk si ?Iblis Pencabut
Nyawa?. Hwe Pek It ketika melihat mereka
hatinya sudah seratus persen percaya akan
berita yang dikirim dengan perantaraan anak
panah.
Dengan tertawa-tawa teh Hoa Beng
menyahut:
"Oh Lengcu dari tangsi Naga. Apakah
hendak menemui Song dan Pho Lengcu? Sayang 346
sekali mereka ada urusan penting dan sampai
kini belum kembali."
Hwe Pek It juga tertawa. "Ya aku juga
tidak hendak menemui kedua Lengcu itu, hanya
berhubung dengan malam ini bulan sangat
terangnya, jalan-jalan mengikuti maunya sang
kaki mengajak kemana. Barusan aku ada timbul
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pikiran melihat-lihat pemandangan di
belakang Si leng cee, dimana ada ditanam
bambu merah. Tapi kenapa kalian juga ada di
sini?"
Si Iblis Pencabut Nyawa teh Hoa Beng
dengan suara tenang menjawab:
"Maaf Lengcu, kebetulan Ho Hiocu dari
tangsi Garuda tidak ada, semuanya sedang
menjalankan tugas. Kami bertiga ditugaskan
untuk menjaga disitu. Mereka memesan bahwa
tempat ditempat yang Lengcu maksudkan ada
tersimpan rahasia yang tidak boleh
dikunjungi orang tanpa diketahui oleh Song
Lengcu dan Pho Lengcu!"
Dari jawaban ini, Hwe Pek It sudah bisa
menduga bahwa betul adiknya ada dikurung di
tempat itu. Katanya dalam hati.
"Ya teh Hiocu, kau maksudkan kau hendak
melarang aku masuk di pekarangan itu bukan?"
The Hoa Beng jadi serba salah. Ia
tundukkan kepalanya sejenak.
"Kami tiga bersaudara tidak menghalangi
Lengcu tapi apa mau karena mendapat perintah 347
dari sebelah atasan. Ho hiocu baru saja
pulang, apakah Lengcu suka menanti sebentar
disini, aku akan melaporkan padanya supaya
Lengcu dapat bersama-sama dengan Ho Hiocu
masuk ke dalam."
Hwe Pek It tidak senang karena pikirannya
betul-betul sekarang ia tidak punya wewenang
maka dengan gusar ia berkata :
"Tempat ini ada kami berempat Lengcu yang
menciptakannya, tapi tidak disangka aku Hwe
Pek It tidak boleh berjalan-jalan di
tempatnya sendiri. Ho Ceng Bu itu orang
macam apa? Kalian melihat dia, terang kau
orang tidak memandang padaku!"
Melihat Lengcu dari tangsi naga itu
sangat marah, maka teh Hoa Beng berkata:
"Baiklah, aku dengan samte masuk menemani
Lengcu dan Jite menunggu di luar!" sambil
matanya memberi isyarat kepada teh Hoa
Liang, "Jite harus baik-baik kau menjaga
sendirian di sini!"
Mereka bertiga terus masuk ke dalam
gedung Song Sam Ceng.
Hwe Pek It dalam hati berpikir kalau is
sudah menolong adik dan keponakannya, ia
akan memutuskan perhubungan sebagai saudara
angkat dengan Song Sam Ceng dan Pho Kun
Peng. Selanjutnya ia akan cuci tangan dan
mengasingkan diri di pegunungan, tidak ingin
turut campur lagi urusan dunia kangouw. 348
The Hoa Liang sementara itu telah mencari
Ho Ceng Bu untuk melaporkan tentang
kunjungannya Hwe Pek It. Kebetulan Ho Ceng
Bu bersama-sama Auw yang Ti lagi jalan-jalan
melihat sekitarnya markas sehingga teh Hoa
Liang harus mencari-cari dulu, baru
diketemukan.
Mendengar laporannya teh Hoa Liang, Ho
Ceng Bu lalu menanyakan pikirannya Auw yang
Ti bagaimana baiknya untuk mengatasi
peristiwa itu.
Setelah berpikir sejenak, Auw yang Ti
pikirannya, "Hmm! Keadaan sudah jadi begini,
sebaiknya kita basmi saja semuanya supaya
tidak meninggalkan bibit bencana di kemudian
hari. Nah sekarang Ho laote dan teh Hiocu
pergi kesana untuk membikin selesai urusan.
Kalau Hwe Pek It dapat dibikin sabar itu
lebih baik, tapi kalau dia berkeras sehingga
terjadi pertempuran kita sikat saja
semuanya. Karena aku tidak kenal dengan Hwe
Pek It maka aku dengan diam-diam saja
bersembunyi membantu."
Ho Ceng Bu dan teh Hoa Liang pikir itulah
jalannya baik, maka mereka berdua lantas
meninggalkan Auw yang Ti. Belum mereka
berjalan sepuluh tombak, tiba-tiba mendengar
bentakan Hwe Pek It yang menerjang keluar
dari belakang gedungnya Song Sam Ceng dengan
badan berlumuran darah. 349
The Hoa Beng memang jahat dan kejam, maka
pada waktu ia berjalan bersama adiknya
mengantar Hwe Pek It ke tempat tahanan,
diam-diam sudah menyiapkan senjata gelapnya
ialah senjata beracun dan lembing kebil.
Ketika sampai di tempat tahanan, kenyataan
orang-orang dalam kamar itu sudah tidak ada
lagi. Hwe pek It hanya mendapatkan sepotong
kain yang berkibar-kibar di atas bambu
bertuliskan ?Dari Siok Tang?. Ia berdiri
bengong.
The Hoa Beng melihat itu lantas memberi
isyarat pada adiknya untuk turun tangan.
Seketika itu senjata gelap dari kakak
beradik itu menyerang ke belakang kepalanya
Hwe Pek It. Jago dari tangsi Naga ini tidak
begitu empuk sebagaimana diduga semula sebab
semua senjata gelap itu dapat dikelit. Malah
senjata lembing yang dipukul balik, satu
diantaranya telah menembus dadanya teh Hoa
Kok yang coba ngiprit menelad engkonya yang
sudah ngiprit lebih dulu. Kontan seketika
itu ia rubuh dan binasa. teh hoa Beng
dikejar oleh Hwe Pek It. Setelah dekat,
dengan tenaga keras ia mengirim serangan
sehingga bahu kanannya teh Hoa Beng terlepas
dari tubuhnya. Tentu saja ia jatuh di tanah
dengan mandi darah. Hwe Pek It yang sudah
menjadi sangat gemas sudah lantas
menghampiri dan menghajar batok kepalanya
hingga pecah berantakan. Kemudian ia kembali
ke tempat tahanan tadi untuk menyelidiki 350
lebih jauh. Ternyata pada sepotong kain yang
dikibarkan pada ujungnya bambu itu ada
tulisan lengkap berbunyi :
AKU DENGAN SOAN JI DICULIK DAN DITAHAN
DISINI. SYUKUR TADI MALAM ADA BINTANG
PENOLONG, DENGAN DIAM-DIAM TELAH
MELEPASKAN KAMI BERDUA. TAHUN DEPAN,
BULAN TIGA TANGGAL TIGA, PADA TEPAT
WAKTUNYA BO YONG KANG DAN LI CONG BUN
MEMBUAT PERHITUNGAN DALAM MARKAS SI
LENG CEE, AKU AKAN DATANG UNTUK BELAJAR
KENAL DENGAN PHO KUN BENG.
HARAP TOAKO BERHATI-HATI! SONG SAM CENG
DAN PHO KUN PENG ADA MEMBENCI TOAKO.
Hwe Prk It menghela napas setelah membaca
surat tersebut.
Pikirnya kini ia sudah tak dapat menjadi
Lengcu lagi di tangsi Naga. Ia tidak perlu
menantikan pulangnya mereka pula. Lebuh baik
sekarang meloloskan diri dari cengkramannya
mereka. Diam-diam ia merasa sedih karena
sudah sepuluh tahun berkumpul dan berjuang
bersama-sama untuk memanjukan partainya,
sekarang ternyata dua orang itu telah
berlaku kejam dan tak memandang mata
padanya.
Semakin dipikir hatinya Hwe Pek It
semakin marah. Ia meninggalkan tempat itu
dengan pakaian berlumuran darahnya teh Hoa
Liang. 351
"Hwe Lengcu." kata teh Hoa Liang dengan
hormat. "Buat apa sampai begini marah? Toako
dan samte ada dimana? Kenapa mereka tak
muncul bersama-sama lengcu?"
"Hmm!" Hwe Pek It menggeram. "Mereka
berdua sangat jahat, telah membokong aku
dengan senjata gelapnya, sudah tentu aku tak
memberi ampun lagi dan mereka berdua aku
sudah binasakan!"
The Hoa Liang terkejut, air mukanya
berubah marah. Dengan air mata bercucuran ia
cabut golok gergajinya dan menyerang Hwe Pek
It. Tapi serangannya dipunahkan oleh tenaga
telapakan tangannya Ho Cong Bu hingga ia
sempoyongan dan rubuh di tanah. Sementara
itu Ho Cong Bu berkata pada Hwe Pek It:
"Oo Hwe Lengcu, jangan marah dulu. Dua
orang itu memang berdosa besar dan pantas
mendapat kematiannya. Tapi Song Lengcu belum
pernah perlakukan tidak baik padamu. Oh itu
dia Song Lengcu sudah pulang!"
Hwe Pek It tidak mengira kalau Ho Ceng Bu
akan memukul teh Hoa Liang.
Mendengar Song Sam Ceng sudah pulang,
maka teh Hoa Liang cepat bangkit dan
melarikan diri. Tak tahunya Hwe Pek It yang
sudah marah padanya tak memberikan jalan
hidup. Orang she Hwe itu maju beberapa
tindak, badannya berputar. Satu pukulan
kosong dari jarak jauh sudah cukup membuat 352
orang she teh itu menjerit dan rubuh binasa
seketika itu juga.
"Ho Ceng Bu, kau ini hanya bermulut manis
dan mudah ketawa, tapi hatimu lebih jahat
dari seekor srigala. Dengan mengandalkan pad
rombongan penjahat, kau terus membuat celaka
orang. Kini jiwamu tidak akan lolos dari
tanganku!"
Ho Ceng Bu tak menjawab.
Justru sikapnya orang she Ho itu membuat
darahnya Hwe Pek It meluap. Ia gerakkan
tangannya menyerang ke arah Ho Ceng Bu, tapi
dengan lincah diegos oleh lawannya Ho Ceng
Bu tidak balas menyerang. Ia hanya menjaga
dirinya saja menantikan cukongnya sendiri
yang nanti turun tangan. Satu kali mereka
telah beradu tangan. Hwe Pek It telah
tertolak mundur tiga tindak.
Hwe Pek It terkejut sejenak, setelah
bertempur enam tujuh jurus Hwe Pek It tahu
akan tenaganya lawan sampai dimana. Maka
dengan tertawa ia berkata:
"Ho Ceng Bu, aku kira kau ikut Song Sam
Ceng sudah belajar ilmu silat yang sangat
ajaib, tidak tahunya kepandaianmu hanya
disitu-situ saja. Jangan menyesal, terpaksa
aku melanggar pantangan membunuh untuk
mengirim jiwamu ke akherat menemani tiga
saudara teh yang sudah menunggu di sana" 353
Seiring dengan ditutupnya kata-katanya,
Hwe Pek It telah mengerahkan tenaga dalamnya
yang hebat menyerang Ho Ceng Bu. Pertempuran
kali ini ada kesudahannya, sebab setelah
enam tujuh jurus berlalu tulang bahunya Ho
Ceng Bu sudah terpukul kesakitan dan ia
numprak di tanah. Kini ia terpaksa hanya
menantikan kematiannya.
Hwe Pek It dengan tertawa-tawa puas
menghampiri akan menamatkan akan riwayatnya
si orang she Ho. Tetapi pukulannya ternyata
dipunahkan oleh seorang Tosu dan seoranh
Hweshio. Ialah It Pek Tojin dan To Kek
Hweshio. Berbareng Ho Ceng Bu bergulingan
untuk menyelamatkan dirinya tapi tidak urung
batu dan pasir yang kena angin pukulannya
Hwe Pek It telah pada beterbangan dan
memukul pada badannya.
Hwe Pek It saktu itu sudah melihat
disekitarnya sudah berdiri tiga Hiocu, yaitu
Hiocu dari tangsi Naga, Kalajengking dan
Hong, semuanya pada memberi hormat pada Hwe
Pek It dan pada berdiri tegak tidak berkata
apa-apa.
Hwe Pek It berkata, "Kalian dengan
menurut aturan markas ada menghormati
padaku. Aku juga ingat sudah sepuluh tahun
lamanya kita galang gulung maka aku dapat
mengampuni jiwanya Ho Ceng Bu.
Kalau lain kali ketemu aku, dia masih
belum berubah jiwa srigalanya dan mengganas 354
kepada sesamanya aku tidak akan mengampuni
lagi dan nyawanya akan aku cabut tanpa
memandang pada siapapun juga."
Setelah berkata-kata ia lantas
meninggalkan tempat itu lari ke gedungnya di
tangsi Naga dalam mana ia memilih barangbarang yang ia suka untuk dibawa keluar dari
markas itu. Ia sudah tidak menghiraukan
dengan kedudukannya sebagai Lengcu dari
tangsi naga.
Ia keluar dengan tergesa-gesa. Ditengah
jalan ia kesomplokan dengan Song Sam Ceng
dan dilukai oleh jarum beracunnya Auw yang
Ti sebagaimana dituturkan disebelah atas.
DALAM omong-omong dengan Auw yang Ti,
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Song Sam Ceng menyatakan pikirannya tidak
habis mengerti dengan cara bagaimana Lengcu
dari tangsi Naga telah mendapat tahu halnya
Hwe Siok Tang dan puterinya akan dikurung
dalam tangsi Garuda.
"Ha ha ha, Hwe Lengcu, memang hal itu
perlu diselidiki." jawab Auw yang Ti. Hwe
Pek It sudah kena jarum beracun, rasanya tak
mungkin dia bisa hidup. Sekarang perlu kita
selidiki orang-orang diantara kita sendiri."
"Bagaimana toako pikir baiknya kita
bertindak?"
"Kita harus mencari tahu siapa yang sudah
membocorkan rahasia ditahannya Hwe Siok 355
tang. Kalau dalam markas kita ada
bersembunyi penghianat itu lebih berbahaya
dari musuh kita sebelah luar"
"Aku pikir juga begitu," memotong Song
Sam Ceng. Kita hendak memperbaiki markas
kita, maka tidak boleh seorangpun yang tidak
bersatu hati. nah Ho Ceng Bu akan aku
tugaskan untuk menyelidiki penghianat itu.
Kalau kau sudah ketemukan dan kau tidak
sempat melaporkan dulu padaku, kau boleh
sesuka hatimu mengambil keputusan.
Aku beri kau kekuasaan penuh untuk
bertindak dan belakangan baru lapor."
Ho Ceng Bu telah terima perintah smbil
anggukkan kepala.
"Masih ada lagi Hwe Lengcu." kata Auw
yang Ti tertawa.
"Soal apa itu?" tanya Song Sam Ceng.
"Soalnya adalah jalanan ke tempatnya Hwe
Siok Tang ditahan itu, bukankan ada diatur
menurut rencana, sehingga tidak gampanggampang orang dapat masuk kedalam tanpa
kesasar putar-putar lebih dulu?"
Song Sam Ceng anggukkan kepala.
"Nah mengapa Hwe Siok Tang dengan
puterinya begitu gampang meloloskan diri?"
"Aku juga ada memikirkan kejadian itu." 356
"Sekarang mari ajak aku melihat keadaan
jalanan ke tempat tahanan itu supaya aku
dapat melihat dan mempelajarinya."
Song Sam Ceng lalu mengajak
Auw yang Ti mengajak melihat-lihat sampai
ditempat Hwe Siok Tang ditahan. Tidak jauh
dari kamar tahanan itu tampak bangkainya teh
Hoa Kek dan teh Hoa Beng masih menggeletak.
Song Sam Ceng lalu menyuruh anak buahnya
untuk mengubur sua mayat itu.
Auw yang Ti dengan teliti telah
mempelajari keadaan disitu.
Tidak lama mereka telah kembali ke gedung
Song Sam Ceng dimana dua orang itu sambil
minum teh telah bercakap-cakap pula.
"Hwe Lengcu," tiba-tiba Auw yang Ti
berkata sambil tertawa. "Siapa yang membuat
jalan rahasia itu? Sebab menurut pendapatku,
orang yang membuatnya ada sangat bodoh.
Jalanan yang diatur demikian untuk orang
yang mengerti ilmu silat tinggi, orang tidak
ada susahnya untuk dipecahkan rahasianya.
Maka tidak heran kalau Hwe Siok Tang sudah
dapat meloloskan dirinya.
Song Sam Ceng tidak menjawab, tampak
mukanya berubah seperti yang merasa jengah.
Auw yang Ti mengerti kalau jalanan rahasia
itu dibuat menurut rencananya Song Sam Ceng.
Untuk membikin supaya orang tidak merasa
jengah lebih lama maka Auw yang Ti dengan 357
ketawa telah berkata, "Hwe Lengcu, sekarang
jalanan rahasia itu sudah dipecahkan orang.
Coba nanti aku yang atur. Tanggung orang
bisa masuk namun tidak bisa keluar. Caranya
aku mengatur jalanan rahasia itu adalah
menurut teorinya dari Cu Kat Kong Beng yang
termasyur di jaman Sam Kok."
Song Sam Ceng girang mendengar bicaranya
Auw yang Ti.
"Auw yang toako, kau baik sekali. Aku
akan merasa berterima kasih kalau kau sudi
membuang waktu untuk mengaturnya. Mari kira
lihat lagi. Kau boleh memberitahukan padaku
cara bagaimana kau hendak mengaturnya.
Auw yang Ti ketawa, lalu bangkit dan
berjalan keluar bersama-sama Song Sam Ceng.
Di luar tiba-tiba ia merandek, lalu balik
lagi ia menghadap sebuah pohon yang tumbuh
tidak jauh dari tempat berdirinya.
"Sahabat, diwaktu malam yang sunyi
telahdatang bertemu dengan diam-diam,
sesungguhnya kaurang baik kalau tidak ada
penyambutan. Maka aku mewakili tuan rumah
untuk menyuguhkan air teh kepadamu"
Seiring dengan kata-katanya Auw yang Ti
telah ramah untuk menyuguhkan air teh itu
meluncur seperti ada tangan yang
memeganginya. Air tehnya tak setetespun ada
yang tumpah hingga membuat Song Sam Ceng
yang menyaksikannya amat merasa kagum dengan 358
tenaga dalamnya sang sahabat yang demikian
hebat.
Lalu terdengar seorang yang tertawa gelak
disusul oleh lompatannya sesosok bayangan
dari atas pohon. Ia ia menyambuti cangkir
teh tadi dengan seenaknya saja dan
setetespun tidak kelihatan airnya tumpah. Ia
mengirim balik cangkir itu sambil berkata:
"Seorang laki-laki sejati tidak nantinya
menerima air dari sumber penjahat. Sekalipun
merasa haus. Nah aku kembalikan tehmu ini!"
Ho Ceng Bu yang ada turut menemani Ouw
yang Ti dan Song Sam Ceng bercakap-cakap,
mau unjuk aksinya di depan dua orang itu.
Ketika cangkir meluncur ia coba menyambuti
tapi apa lacur ia yang masih belum sembuh
lukanya kena dihajar oleh Hwe Pek It tidak
tahan dengan tenaga sambaran cangkir itu
sehingga seketika air teh dalam cangkir
sudah muncrat kena mukanya.
Ia sangat malu telah gagal mau mengunjuk
aksinya. Sama sekali ia tidak menduga kalau
orang yang mengirim pulang cangkir teh itu
bertenaga demikian besar.
Matanya mengawasi pada dua orang tadi. Ia
tidak kenal, wajahnya kehijau-hijauan dan
banyak perontolan bekas jerawat. Tapi orang
yang turun belakangan dari pohon berdiri
dibelakangnya, orang tadi ia kenali sebab
orang itu adalah orang yang telah membikin 359
onar dalam kuil Rawa naga di gunung Hud
leng.
Song Sam Ceng sementara itu juga
mengenali tapi ia tidak kenal dengan seorang
kawannya yang bermuka kehijau-hijauan jelek.
Mengetahui bahwa dua orang itu bukan orang
sembarangan maka Song Sam Ceng telah
melarang orang-orangnya untuk turun tangan
secara ceroboh. Dua orang itu tak lain
daripada Bo yong Kang dan Li Cong Bun.
Mereka masih tetap mengubah wajahnya dengan
obat hadiah dari si Iblis Beracun Se bun Pa.
Seperti diketahui Bo yong Kang dan Li
Cong Bun telah menguntit perjalanannya Song
Sam Ceng. Ketika ia masuk dalam markas Si
leng cee di Cui tiong san mereka melihat
keadaan di situ sibuk dan wajah dari setiap
orang nampak gelisah. Mereka lalu
menyelidiki tempat ditahannya Hwe Siok Teng.
Ternyata orang itu dan putrinya telah
ditolong orang. Sedang Hwe Pek It, Lengcu
dari tangsi Naga sudah meninggalkan
tangsinya tidak mau berurusan lagi dengan Si
leng cee.
Mereka dengan berani telah ke tangsi
Garuda dengan maksud untuk mencari Ho Ceng
Bu untuk menuntut balas. Mereka telah
mengumpat diatas pohon, tapi siapa nyana
perbuatan mereka itu tidak bisa lolos dari
matanya Auw yang Ti yang lihai. 360
Ketika telah berhadapan dengan kawanan
penjahat itu, Li Cong Bun telah berkata,
"Song Lengcu, selamat ketemu lagi. Aku
setelah bertempur di puncak Hud leng telah
berjanji akan menemui kau lagi bukan? Malam
ini aku datang, pertama untuk minta kembali
sepotong ikat pinggangku. Kedua karena dalam
Si leng cee telah ada lowongan Lengcu aku
harap kau suka berikan padaku lowongan
Lengcu dari tangsi Naga itu. Tentu kau tidak
akan keberatan bukan?"
Song Sam Ceng tidak menjawab. Ia kerutkan
alisnya sejenak, kemudian tertawa bergelakgelak. Tetapi sebelumnya Song Sam Ceng
membuka suara Auw yang Ti mendahului
berkata, "Hai kalian berdua jangan main
sandiwara disini. Siapa begitu bodoh kena
dikelabui oleh kalian? Sekarang katakan
dengan si Iblis Beracun Se bun Pa itu ada
punya hubungan apa?"
Bo yong Kang dan Li Cong Bun kaget sekali
mendengar bicaranya Auw yang Ti yang
demikian jitu. Betul-betul orang lihai,
pikirnya. Sebelum mereka menjawab mereka
telah berkata pula:
"Sahabat, obat merubah muka dari Sebun Pa
itu boleh mengelabui orang lain, tapi aku
tidak. Menurut kabar, tahun depan ada dua
orang bernama Bo yong Kang dan Li Cong Bun
yang akan datang kesini, apakah bukannya
kalian berdua?" 361
Song Sam Ceng terkejut karena dua orang
itu yang merupakan musuh ada mengikuti
dirinya dari puncak Hudleng sampai di
markasnya. Ia tahu mereka adalah muridnya
?Dwi Tungal?.
Di lain pihak Ho Ceng Bu terkejut karena
ia ingat tempo hari di kuil Rawa naga
mengadu kekuatan dengan Li Cong Bun, ia
telah jadi pecundangnya hingga sampai
sekarang masih keder terhadap Li Cong Bun.
Bo yong Kang mendengar bicaranya auw yang
Ti merasa sangat heran orang she Auw yang
demikian tajam matanya. Mengetahui dirinya
ada menggunakan obat Se bun Pa untuk merubah
mukanya. Mendapat bantuan orang semacam Auw
yang Ti benar-benar Sileng cee sangat mujur
seolah-oleh harimau tumbuh sayap.
Mengetahui bahwa dirinya telah dikenali,
maka mereka tidak perlu bersandiwara lagi.
Dengan tenang Bo yong Kang dan Li Cong Bun
sambil bergandengan berjalan masuk ke
ruangan tamu dari tangsi Garuda. Setelah
kedua pihak saling memberi hormat, Bo yong
Kang berkata:
"Sahabat Auw yang, pandanganmu memang
sangat tajam. Kami berdua memang tidak salah
adalah Bo yong Kang dan Li Cong Bun.
Kedatangan kami adalah hendak menemui Lengcu
dari tangsi Garuda."
"Ha ha ha." Auw yang Ti tertawa, "Bagus,
memang kalian harus berkenalan satu sama 362
lain dahulu, supaya dalam pertemuan tahun
depan kalian tidak ragu-ragu lagi mengenali
satu dengan lainnya."
Sementara itu Song Sam Ceng sudah maju
dan perkenalkan diri. Mereka tampak tidak
seperti musuh. Kedua pihak kelihatan gembira
dan pada ambil tempat duduk menghadapi meja
panjang. Rupanya ruangan itu digunakan juga
sebagai tempat rapat.
Sebentar saja pelayan-pelayan telah
menyiapkan hidangan dan minuman di atas
meja. Setelah air teh hangat ditenggak oleh
masing-masing, tiba-tiba Song Sam Ceng
bicara:
"Bo yong Tayhiap, kau dengan aku baru
sekarang ketemu untuk mana aku merasa sangat
girang. Ketika pertama kali kalian datang di
sini ialah ditetapkan tanggal tiga bulan
tiga tahun depan akan dibereskan dendaman Li
siauhiap dan orangku Ho Ceng Bu disini.
Tapi aku merasa heran di puncak Hud leng
dalam kuil rawa naga Li Siauhiap dari sebab
apa telah mengintip pertemuan rahasia
uurusan markas kami? Selainnya itu kalian
juga malam ini datang dengan diam-diam dalam
markas kami Cui tiok san ini apakah maksud
kalian? Apakah cara kedatangan yang demikian
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu ditempatnya orang boleh dinamakan
perbuatannya seorang pendekar? Perbuatan
kalian itu seolah-olah tidak memandang
sebelah mata kepada aku si orang she Song!" 363
Bo yong Kang mendengar teguran Lengcu
dari tangsi garuda tertawa bergelak-gelak.
"Song Lengcu," katanya. "perkataanmu
memang benar, tapi aku ingin menanya. Dari
sebab apa Lengcu dari tangsi Kalajengking
memerintahkan cabang-cabang dari Si leng cee
untuk mengambil kepalaku? Siapa orang yang
dapat memenggal kepalaku orang itu bukan
saja mendapat hadiah 1sepuluh kati emas,
tapi juga pangkat Hiocu. Apakah perbuatan
seperti itu seorang pendekar?"
Song Sam Ceng tak bisa menjawab.
"Song Lengcu," berkata pula Bo yong Kang.
"Peristiwa di Hud leng itu hanya dengan cara
kebetulan saja. Kami berdua datang malam ini
adalah hendak minta penjelasan dari Lengcu,
kenapa orang-orang Sileng cee terus menerus
ingin mencelakakan dalam sepanjang
perjalanan kami? Kami tidak keberatan
tanggal yang sudah dijanjikan diundurkan
jika dari pihak Si leng cee ada mempunyai
halangan. Sebaliknya jika mau dimajukan,
sekarang juga kami sudah bersedia untuk
mengiringi kemauan pihak Si leng cee !"
Bo yong Kang bicara dengan suara nyaring.
Song Sam Ceng dan Auw yang Ti hanya saling
pandang tidak membuka suara.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Setelah berhenti sejenak, Bo yong Kang
meneruskan bicaranya: 364
"Kami taat kepada guru-guru kami untuk
menjadi pendekar yang budiman, menolong yang
lemah membasmi yang jahat. Maka untuk
membasmi kejahatan, kami sudah
mempertaruhkan jiwa kami untuk melakukannya.
Meski untuk itu menempuh rintangan yang
berbahaya memasuki goa harimau atau terjun
ke laut. Dengan sepasang kepalan dan sebilah
pedang kami akan menerjang semua rintangan
dan membasmi kejahatan."
Song Sam Ceng dan Auwyang Ti berubah
mukanya, ketika mendengar bicaranya Bo yong
kang yang dianggapnya sangat sombong. Tapi
mereka tak menyela bicaranya si ?Pelajar
Hati Besi? yang meneruskan :
"Antara kita berdua pihak sebenarnya
bukan hanya mengenai Li Cong Bun dan Ho Ceng
Bu. Aku bicara terus terang bahwa Si leng
cee sejak berdiri sampai sekarang telah
melakukan perbuatan yang mengingkari hukum
alam. Banyak kejahatan dan kekejaman telah
diperbuat, hingga siapa saja yang mendengar
namanya Si leng cee tak satupun yang tidak
menggelengkan kepala dan merasa seram. Pada
bulan tiga tanggal tiga tahun depan kami
datang kemari lagi adalah pertama hendak
membereskan hutang jiwa Ceng Bu dan kedua
untuk membikin jernih rimba persilatan yang
selama ini telah dibikin keruh oleh sepak
terjangnya Si leng cee!"
Song Sam Ceng tidak bisa menjawab
bicaranya Bo yong Kang yang boleh dibilang 365
semuanya masuk diakal. Auw yang Ti
sebaliknya setelah tersenyum lalu berkata:
"Bo yong laote, kau benar-benar adalah
seorang laki-laki sejati. Kau bicara dengan
tidak pakai tedeng aling-aling. Apa yang kau
katakan memang ada yang benar terjadi. Tapi
ketahuilah bahwa perbuatannya Lengcu dari
tangsi Kalajengking itu adalah diluar
tahunya Song Lengcu yang waktu itu ada
bepergian mengunjungi suhunya di Han Lam.
Ketika Song Lengcu pulang dan mengetahui hal
itu, ia telah memberikan teguran pedas
kepada Lengcu dari tangsi Kalajengking. Nah
sekarang kau berjumpa dengan Song Lengcu
boleh berunding dalam pertemuan tahun depan
dipihak siapapun yang mengalami kerugian tak
boleh menyesal. Aku menjamin pada kau, mulai
saat ini sampai tahun depan bulan tiga
tanggal tiga tak seorangpun dari pihak Si
leng cee yang akan mengganggu padamu. Kau
boleh bebas berkecimpungan dalam dunia
kangouw tanpa ada halangan dari Si leng cee.
Kalau sampai ada gangguan pula, tanpa
memandang kedudukan dari Lengcu sampai anak
buah biasa oeh Lengcu akan diberi hukuman
yang setimpal. Tapi ingat, kalau kalian
masuk lagi kemari dengan cara menggelap atau
tidak datang pada waktu yang sudah
dijanjikan tahun depan, bukannya aku berkata
sombong, kalian kemana saja pergi tak akan
terlolos dari si orang she Auw yang!" 366
Song Sam Ceng tertegun menyaksikan Auw
yang Ti mengambil putusan demikian cepat dan
tepat sekali. Bo yong Kang dilain pihak
berpikir, "Apakah mungkin nasibnya Si leng
cee masih belum waktunya ambruk? Sebenarnya
Si leng cee sudah lemah karena Lencu
Kalajengking dan Lengcu Hong sudah bentrok,
tambahan pula Lengcu dari tangsi naga juga
sudah berontak. Kini mendapat bantuannya si
orang she Auw yang Ti yang selain cerdik dan
pandai,ilmu silatnya sangat tinggi, apa
mungkin Si leng cee akan terhindar dari
bahaya keambrukan?
Bo yong Kang sedang terlelap dalam
pikirannya. Auw yang Ti dilain pihak memberi
isyarat kepada Song Sam Ceng.
"Oh ya, Bo yong Tayhiap dan Li Siauhiap,
meski sudah dua kali datang kesini, tetapi
aku hitung seperti aku Song Sam Ceng baru
ketemu satu kali. Tadi kalian datang, kami
tak menyambut dengan hormat, aka kini mau
berlalu sepantasnya aku, Auw yang toako dan
Ho Ceng Bu mengantar pada kalian."
Bo yong Kang hanya tersenyum. Kemudian
mereka berlima keluar dari ruangan.
Sepanjang perjalanan keluar dari tangsi
Garuda Song Sam Ceng telah memberikan
keterangan ini dan itu mengenai keadaan
disitu kepada dua tetamu yang tidak diundang
itu. 367
Bo yong Kang dan Li Cong Bun diam-diam
mempunyai anggapan bahwa Song Sam Ceng ini
diluarnya saja bermuka manis budi, akan
tetapi hati dan batinnya sangat jahat dan
kejam. Orang yang mempunyai hati demikian
memang pantas untuk menjadi kepala kawanan
penjahat.
Setelah berasa diluar markas besar Si
leng cee itu, ketika satu sama lain
mengambil selamat berpisah, tiba-tiba Auw
yang Ti berkata,
"Oh ya, kalian berdua memakai obat
mengubah air muka aku menduga tentu kalian
ada dari partai si Iblis Beracun Se Bun Pa.
iblis tua itu masih ada hutang lama padaku,
maka kalau kalian berjumpa padanya, tolong
Bo yong Tayhiap memberitahukan, kalau dia
ada waktu, sukalah ia datang padaku disini
untuk membereskan hutang lama itu."
"Tentu akan kami sampaikan pesanan Auw
yang toako." Jawab Bo yong kang.
Sebenarnya Bo yong Kang hendak
memberitahukan kematiannya si iblis beracun
itu akan tetapi tidak jadi.karena dia ingat,
kalau diberitahukan tentang hilangnya jago
racun ini dari dunia ini, niscaya Auw yang
Ti dan kawan-kawannya menjadi lebih dapat
hati karena tidak ada musuh kuat yang
dipandangannya.
Paman dan keponakan itu lalu meneruskan
perjalanannya. 368
Berjalan kira-kira duapuluh li mereka
berhenti sejenak. Bo yong Kang sambil
geleng-geleng kepala tertawa, berkata pada
keponakannya:
"Bun jie, sungguh lucu perjalanan kita.
Semua yang dimaksud sia-sia saja. Seperti
yang hendam menolong Gan Sunio sudah
didahului oleh Tiat Bok Taysu yang
menolongnya. Kemudian kita mau menolong Hwe
Siok Tang, juga sudah keburu ditolong orang
lain. Ha ha ha kau pikir lucu tidak?"
Li Cong Bun juga tertawa mendengar
pamannya berkelakar. Ketika kita menyatroni
Si leng cee, tampak mereka terkejut dengan
kedatangan kita. Aku kagum dengan Auw yang
Ti. Siapa dengan lontaran cawan araknya yang
dibarengi dengan tenaga dalamnya yang mahir,
benar-benar sangat lihai. Dia sebenarnya
sudah menyepi sepuluh tahun lamanya, tapi
heran dia mau datang membela Si leng cee
yang sudah mau ambruk. Betul-betul Bun jie
tahun depan kita akan menghadapi musuh kuat
dan harus kita mencari bantuan. Demikian Bo
yong Kang menyampaikan pendapatnya.
Li Cong Bun angguk-anggukkan kepala.
"Memang orang itu ada sedikit a lot
ditempurnya," jawabnya. "Bukan hanya cerdik
otaknya, ilmu silatnya tinggi juga, dia
sangat teliti. Pkir saja, kita telah
mengubah air muka kita demikian bagusnya.
Dia masih bisa menebak keadaan diri aslinya 369
dan mengatakan kita enggunakan obatnya Se
bun Pa. tapi susiok jangan kuatir, dengan
Pedang Pusaka Penaklub Iblisku dapat
melawannya.
Bo yong Kang kerutkan alisnya mendengar
bicaranya Li Cong Bun yang paling belakang,
"Bun jie," katanya. "waktu kita di rumah
baru Se bun Pa, kau mendengar kata-kata
Sebun Pa amat memuji bahwa seorang yang
jalan jahat dapat berbalik menjadi orang
baik-baik. Kita jangan mengadu kepandaian
kita yang tinggi dan tajamnya pedang untuk
sewenang-wenang membunuh sesama manusia
sebab itu sangat tidak baik."
Li Cong Bun mengerti barusan ia bicara
kesalahan, ia lalu alihkan pembicaraan ke
jurusan lain.
"Ya, susiok, kita sudah berjanji dengan
Auw yang Ti dan Song Sam Ceng untuk masingmasing tidak menghindari dan melanggar apa
yang sudah dibicarakan bukan? Nah, sekarang
muka kita tidak karuan macam. Sebaiknya
susiok lekas kasi keluar obat memulihkan
muka asli kita supaya diperjalanan kita
tidak membuat orang yang melihat kita merasa
aneh."
Bo yong Kang tersenyum, ia anggukanggukkan kepalanya. Dari sakunya kemudian
mengeluarkan obat pemberian Se bun Pa.
masing-masing menelan sebutir pil. Benar
saja obat itu sangat manjur, sebab dalam 370
sekejapan saja muka mereka berubak kemuka
aslinya.
Li Cong Bun saat itu teringat akan
kudanya, si Api kuda susioknya dan si Angin
dan kudanya si Burung Hong Kumala Gan Su Nio
si Kemala manis ada dititipkan ditempatnya
It Ceng Lojin. Ia berkata pasa pamannya.
"Bo yong susiok, sekarang kita sudah
tidak ada urusan lagi. Perjalanan kita untuk
pertemuan di markas besar Si leng cee masih
ada empat bulan lagi waktunya. Sekarang apa
tidak lebih baik mengambil kuda kita untuk
jalan-jalan ke Lam hay, dimana kita bisa
ketemu enci Gan yang sudah delapan tahun
tidak ketemu?"
Bo yong Kang mendengar disebutnya nama si
nona baju putih, tanpa merasa ia memegang
pedang lemas pemberian si nona tempo hari.
Ia jadi bengong sejanak.
Sebentar kemudian kelihatan geleng-geleng
kepala.
"Bun jie, kau ingat kuda ?Naga? yang
ternama paling lama umurnya hanya tigapuluh
tahun kudaku si Angin dan si Api kudamu
pemberian Thio pepe. Meskipun tenaganya
sangat kuat kalau kita hitung-hitung masih
berapa lama lagi dapat kita pergunakan? Aku
pikir tempat It Ceng Tojin di gunung Tong
kong san adalah suatu tempat yang sunyi dan
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
aman, biarkan saja kuda kita itu hidup
disana tak usah menghamba lagi pada kita." 371
" Habis, susiok apa tidak mau ke Lam
hay?" nyeletuk Li Cong Bun.
"Aku sebenarnya sangat memikirkan pada
nona Gan, cuma saja seumur hidup tidak bisa
bicara secara mesra terhadap seorang
perempuan, maka aku tidak bisa mengeluarkan
kata-kata yang membuat perkenalan kita
menjadi lebih dekat. Cuma menurut katanya
kedua suhu kita, suhunya nona Gan seorang
yang bertabiat sangat aneh ganjil. Pada
tigapuluh tahun yang lampau, dia pernah
bersumpah tidak mau menginjak pula Tionggoan
(Tiongkok), juga melarang orang sembarangan
menginjak tempatnya.
Kali ini dia mengetahui muridnya telam
mendapat perlakuan yang tidak baik dari Pho
Kun Peng, tentu dia sangat marah. Seandainya
kita kesana lantas menimbulkan kesalahan
sedikit saja tentu akan terjadi bentrokan
dan ini tentu adalah tidak enak untuk nona
Gan yang derba salah untuk mengatasi "
"Habis susiok tidak mau menemui enci Gan?
kembali Li Cong Bun menyela.
"Bukan begitu," jawab Bo yong Kang.
"Biauw Hoat Sin ni gurunya nona Gan kini
sudah menaruh dendam pada Si leng cee, maka
tahun depan dalam pertempuran kita di markas
besar kawanan penjahat itu menurut dugaanku,
bukan saja Bwe Hoat Sin ni dan Nona Gan yang
akan datang, tetapi juga Hwe Siok Tang
dengan puterinya juga tentu datang. Malah 372
bukan mustahil Hwe Pek It yang terkena jarum
beracunnya Auw yang Ti jikalau tidak binasa
tentu juga akan muncul untuk menuntut balas.
Nah pada saat itu kawan karib dan musuh
besarnya pada berkumpul, bukankah itu ada
baik?"
Bo yong Kang berhenti bicara dan
memandang pada keponakannya yang berdiri
bengong mendengarkan bicaranya sang paman.
Ketika diawasi sang paman Li Cong Bun
seperti tersadar lalu menanya, "Habis
menurut pikiran susiok sekarang kita harus
kemana?"
"Sekarang baiknya kita berkelana
dikalangan kangouw untuk berbuat kebaikan
menundukkan kawanan penjahat, setelah itu
baru kita memikirkan rencana kita kemudian."
jawab pamannya.
"Li Cong Bun sangat memuji pikirannya
sang paman, siapa tidak karena dirinya
sendiri telah menyampingkan kepentingannya
orang banyak. Maka setelah dia anggukanggkukkan kepalanya dengan tersenyum ia
menanya,
"Bo yong Susiok, kau sudah berkeputusan
demikian, sekarang kita harus pergi kemana
dulu?"
"Di sekitar propinsi Ouw Lam ini ada
banyak pendekar aneh dan ganjil." Jawabnya.
"Sekarang sebaiknya kita bikin perjalanan ke 373
selatan. Kita melihat-lihat terlebih dahulu
pemandangan dengan awan nan indah diangkasa
disuatu tempat yang dinamai ?Awan Impian?
kemudian menikmati kegaiban alam berubah
serentetan goa-goa dan telaga Tong leng yang
indah permai. Bagaimana kau pikir?"
Li Cong Bun sangat girang, sungguh
menarik sekali bicaranya sang paman itu.
Sambil tertawa girang cepat-cepat ia
berkata. "Mari, mari kita menuju kesana!"
Tempat yang dinamai ?Awan Impian? itu
dulunya merupakan dua sungai, adanya
diantara dua propinsi Ouw Pak tapal batas
sungai besar daerah selatan dan utara. Yang
disebelah selatan sungai itu dinamai
?Impian? dan yang disebelah utaranya ?Awan?.
Oleh jalannya waktu yang berabad-abad kedua
sungai itu telah menjadi satu hingga
dinamakan ?Awan Impian? sejak dahulu
pemandangan disitu ada sangat permai dan
menawan hati hingga sampai sekarang juga
keadaannya tampak tidak berubah.
Hari sudah dekat tahun baru, maka hawanya
amat dingin.
Ketika mereka sampai di telaga ?Merah?
merasa perutnya lapar. Mereka mampir pada
salahsatu rumah makan dimana mereka sambil
menikmati pemandangan indah telah menangsal
perutnya. Matanya Li Cong Bun sejak tadi
telah mengawasi saja ke telaga. Tiba-tiba
kedengaran ia berkata, "Bo yong susiok, coba 374
kau lihat itu orang di pinggir telaga. Sudah
lama aku melihat ia sedang mengail ikan.
Hawa begini dingin, bagaimana telaga itu
bisa ada ikannya?sungguh lucu orang itu."
Bo yong Kang berpaling ke jurusan yang
ditunjuk oleh keponakannya.
"Bun jie," katanya sambil tersenyum. "Kau
keliru, aku juga ingat sajaknya Lauw Cu Haow
yang terkenal dengan : SEORANG TUA MENAIKI
PERAHU MENGAIL IKAN DI SUNGAI DINGIN
BERSALJU. Apalagi kalau dilihat ait dalam
telaga itu masih belum membeku menjadi es.
Meskipun hawa amat dingin, ikan-ikan amsih
lahapnya terhadap umpan-umpan yang lezat.
Tapi bagaimanapun juga kita masih penasaran,
maka sebaiknya kita hampiri orang itu untuk
menanyakan apa-apa yang dapat membuat kita
puas."
"Mari, mari kita kesana!" Li Cong Bun
mengajak.
Keduanya lalu keluar dari rumah makan
setelah keduanya membayar barang makanan
yang disikatnya barusan. Ketika mereka jalan
hampir dekat, tiba-tiba Li Cong Bun tertawa
geli sehingga membuat Bo yong Kang merasa
heran.
"Bun jie, kau kenapa?" tanyanya.
"Bo yong susiok, ada-ada saja
penglihatan. Masalah seorang Hweshio yang
mengail di pinggir telaga itu, coba kau 375
lihat! Bukankan seorang hweshio dilarang
makan atau membunuh barang berjiwa, tetapi
kenapa ia mengail ikan? Ha ha ha betulbetul menggelikan hati."
"Ha ha ha.. betul betul menggelikan
hati."
Bo yong Kang juga merasa heran. Mereka
datang mendekati dan berdiri di belakangnya
si hweshio beberapa lamanya, ternyata
pelampung kail tidak juga kelihatan
bergerak. Tiba-tiba Li Cong Bun menanya,
"Taysu, kau mengail waktu udara demikian
dinginnya, apakah hanya untuk mencari
hiburan saja?@
Perlahan-lahan hweshio itu memalingkan
kepalanya. Ketika sepasang mata kebentrok
tampak keduanya menjadi kaget. Begitu juga
dengan Bo yong Kang.
Hweshio itu lalu melemparkan kailnya lalu
bangkit, kemudian tertawa gelak-gelak.
"Aku kira siapa, tidak tahunya Bo yong
sicu dan Li Siauhiap yang datang. Bagaimana
sejak perpisahan, apakah kalian baik-baik
saja?" hweshio itu menanya.
Li Cong Bun sudah mengenali hweshio itu
tapi ia masih ragu-ragu.
"Taysu ini siapa?" tanyanya.
"Ha ha ha ha..," hweshio itu tertawa
lagi. "Li Siauhiap, masih tidak mengenali 376
aku? Di puncak Mo hun leng gunung Koa cong
san kita pernah bertempur bukan?. Bo yong
sicu berhati baik dan menasehati aku agar
dari kejahatan berbalik menjadi orang baik,
maka aku yang dulunya bernama San hoa Bu
dengan julukan si Kipas Maut, sekarang
menjadi hwesho dengan nama Bu Hwe. Mungkin
kalian tidak mengenali aku, coba lihat ini
benda dulu tanda mata dari Bo Yong sicu!"
sambil berkata ia mengaluarkan bokhi kecil
yang dibikin dari kipas mautnya oleh Bo yong
Kang dengan menggunakan ilmu tenaga lunak
dan keras.
Berdua kini tak sangsi lagi bahwa hweshio
didepannya itu benar adalah si Kipas Maut
Sun Hoat Bu. Mereka sama sekali tidak
mengira bahwa Sun Hoat Bu benar-benar telah
mentaati nadehatnya buat menjadi orang baik.
Pertamuan itu menggirangkan kedua pihak.
Tidak henti-hentinya Sun Hoat Bu alias Bu
Hwe Hweshio menghaturkan terima kasih kepada
Bo yong Kang sehingga sekarang ia telah cuci
tangan dari orang jahat dan berubah menjadi
orang yang beragama.
"Pertemuan ini sangat menggirangkan,"
kata Bu Hwe Hweshio. "Marilah kalian berdua
mampir di tempatku untuk kita bercakapcakap." Ia mengundang sambil punggut alat
pengailnya. Li Cong Bun yang awas dapat 377
melihat alat kail itu tidak ada alat kail
ikannya, hanya tali saja dengan pelampung.
"Hei, alat pengail ini tidak ada
kailannya, cara bagaimana taysu dapat
mengail ikan?" Li Cong Bun menanya dengan
heran.
Bu Hwe Hweshio menghela napas, sambil
berjalan ia menjawab.
"Li Siauhiap belum tahu bahwa setelah aku
mengasingkan diri disini betul-betul insyaf
bahwa nama besar dan kemuliaan di dunia itu
hanya merupakan awan dan hidup manusia hanya
sebagai impian saja. Kalau bisa hidup tenang
mensucikan diri menebus dosa dari perbuatanperbuatanku yang lampau aku sudah merasa
sangat tenang dan tenteram. Sayang sekali
dalam minggu-minggu ini ketenteraman
pikiranku terganggu oleh perbuatannya anak
buah dari Si leng cee di telaga Merah yang
menindas pada penduduk disekitarnya. Mau
tidak mau aku lantas turun tangan untuk
menolong mereka yang kena tertindas dan
menempur kawanan anak buah Si leng cee itu.
Cuma saja kini aku kuatir kalau diriku
dikenali oleh salah satu diantaranya
pemimpin cabang itu pasti akibatnya akan
tidak enak untuk diriku. Maka sejak itu
pikiranku enjadi tidak tenang. Aku pokiran
ingin pindah, tetapi sang hati tak dapat
meninggalkan tempat disini yang permai
dengan pemandangan. Aku tidak tahu dimana
sebenarnya di dunia ini ada tempat yang 378
tenang tenteram dan selamat untuk diriku
mengasingkan diri?"
"Taysu, kenapa kau mesti pindah? Memang
tempat ini sangat cocok untuk Taysu
menjalankan ibadat." kata Li Cong Bun yang
tidak tahu kemana juntrungannya perkataannya
Bu Hwe Hwishio.
"Ya, telaga merah telah menimbulkan
urusan," jawab Bu Hwe Hwishio menghela
napas. "Kalau tidak pindah tentu orang-orang
dari pusat Si leng cee akan datang dan
membuat perhitungan. Aku bukannya takut mati
tapi karena tidak ingin lagi mencampuri
urusan dunia maka aku segan untuk menyambut
kedatangan mereka.
"Taysu, kau keliru," kata pula Li Cong
Bun. "Aku setuju kau merubah perbuatanmu
dari orang jahat menjadi orang baik dan
mensucikan diri akan tetapi aku tidak setuju
mempunyai semangat oleh karenanya menjadi
mati. Kita orang-orang yang mempunyai ilmu
silat harus mempunyai semangat yang tetap.
Mempunyai keinginan membela kebenaran dan
menumpas kejahatan. Kini banyak orang
menderita oleh tindasannya kawanan orang
jahat dan kejam. Mana bisa kita sebagai
orang yang hendak membela keadilan tinggal
berpeluk tangan saja melihat? Tidak, aku
tidak setuju sebagai orang gagah kau tak mau
sumbangkan tenagamu untuk membela keadilan.
Jangan kau baru saja ceburkan diri kedalam
kalangan orang beribadat. Sedang akupunya 379
Taysu Pek Bu Jin juga hatinya masih
bergelora untuk menumpas kejahatan!"
Berbicara mengenai kemungkinan Thian lam
Siang koay (Sepasang siluman dari Thian lam)
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gurunya Song Sam Ceng dan Pho Kun Peng turun
tangan dalam rimba persilatan untuk membantu
murid-muridnya, Bo yong Kang menerangkan :
"Tentang itu tidak harus kita kuatirkan.
Karena dengan turunnya mereka, juga kita
punya dua gurupun Ceng Leng Cinjin dan Bu Ju
Taoso tak akan tinggal diam!"
Demikian mereka bercakap-cakap berjalan
telah sampai di tempatnya Bu Hwe Hwishio.
Ternyata itu bukan merupakan satu kuil,
hanya sebuah rumah gubuk biasa. Didalamnya
tidak ada patung untuk dipuja, juga tidak
ada meja sembahyang dan lilin. Hanya di
tanah ada bantalan buat orang berlutut dan
pada dinding ada tertulis perkataan Buddha.
Bo yong Kang dan Li Cong Bun disilahkan
duduk di kursi sementara Bu Hwe Hwishio
sendiri duduk diatas bantalan sembahyang.
Sejurus kemudian Bu Hwe Hwishio tertawa
berkata, "Aku masuk menjadi Hweshio, dalam
rumah ini tak ada patung untuk dipuja. Aku
harap kalian tak menertawakan kelakuanku
ini."
"Tak perlu adanya patung, asal hati kita
bersujud dan tulus hati memuja Sang Buddha
tentu sembaahyang kita setiap kali akan
diterima. Aku turut bergirang Taysu telah 380
mengambil tindakan tepat ini untuk menebus
dosa yang lampau." Demikian Bo yong Kang
menyatakan pikirannya.
Selagi mereka bercakap-cakap dengan
gembira, tiba-tiba sebatang anak panah
meluncur dari sebelah luar dan menancap pada
huruf Buddha yang ada di dinding.
Anak panah itu berbentuk kepala ular,
dilepas oleh seorang yang berada di atas
pohon yang tumbuh tak jauh dari gubuknya Bu
Hwe Hwishio sebab kelihatan pohon itu masih
bergoyang-goyang. Rupanya baru saja orang
yang bersembunyi itu meloncat turun dan
melarikan diri.
Li Cong Bun yang melompat keluar mengejar
sia-sia saja. Ketika balik lagi ke dalam
mereka mencabut anak panah tadi yang membawa
sehelai kertas bertuliskan : Sam Hoat Bu,
Hiocu dari tangsi ?Kalajengking?. Lekas
pulang sekarang. Kalau membangkang sebentar
malam jam tiga Lengcu akan memberi hukuman."
Li Cong Bun tiba-tiba berkata, "Bo yong
susiok, tempo hari di gunung Lam in tong
kita dengar Pho Kun Peng pergi ke gunung Ko
le kang untuk menemui gurunya dan mengambil
senjata wasiat yang dinamai ?Tiga Pusaka
Thian Lam?, tetapi kenapa mendadak dia sudah
ada di sini?" 381
"Tidak salah omonganmu." jawab Bo yong
Kang. "Tetapi sejak itu sampai sekarang
sudah lama juga, tentu dia sudah kembali dan
dalam perjalanan kita dengan dia ketemu di
sini. Kita harus menolong Bu Hwe Hweshio,
sekalian kita mau tahu kelihayannya ?Tiga
Pusaka Thian lam itu!"
Bu Hwe Hwishio sejak tadi mendengarkan
paman dan keponakan itu bicara telah
mengerutkan alisnya. Ia tertawa kemudian
berkata:
"Ya, banyak terima kasih atas perhatian
kalian berdua. Pada masa lampau aku menjadi
Hiocu dari tangsi Kalajengking dalam Si leng
cee. Setelah pertempuran di Mo han leng di
gunung Koa cong san menurut pantas aku harus
melaporkan kesudahannya pekerjaanku. Setelah
itu aku baru mengundurkan diri. Tetapi aku
telah melarikan diri, tak memberikan
laporan, maka aku punya pekerjaan sebenarnya
belum selesai. Persoalan demikian memang tak
pantas, maka malam ini aku akan menghadap
sendiri, persoalannya kalian tidak perlu
campur tangan. Setelah aku menyesaikan
persoalan kepada Pho Kun Peng, barulah aku
membikin pemberesan dengan dia sebagaimana
mestinya, kalau tidak begitu, selamanya
hatiku tidak bisa tenteram."
Bo yong Kang mendengarkan itu anggukanggukkan kepalanya. 382
"Taysu," katanya. "Memang sikapmu itu aku
sangat puji, Cuma saja kau menghdapi si
Kalajengking licik dan kejam, sama juga kau
mengantarkan diri kepada binatang harimau.
Aku pikir itu tidak baik, maka biarlah aku
dengan Ceng Bun bersembunyi untuk
membantumu. Kau jangan kuatir, semua akan
beres."
Bertiga setelah makan malamm Bo yong Kang
dan Li Cong Bun siap-siap menyembunyikan
diri, sedang Bu Hwe Hwishio bersemedi
menunggu kedatangannya Pho Kun Peng. Betul
saja ketika jam tiga tepat ada orang yang
menggunakan ilmu mengirimkan suara jarak
jauh yang mengatakan: "Sun Hoat Bu besar
benar nyalimu! Kau telah mengingkari
peraturan kita maka kau harus terima
binasa!"Bo yong Kang menarik tangannya Li
Cong Bun diajak keluar rumah menuju ke dalam
rimba. Dari jauh mereka lihat di pinggir
sungai ada tiga orang berdiri. Satu yang
dikiri memegang gaetan, yang sebelah kanan
memegang golok gergaji dan yang di tengah
berdiri bertangan kosong.
Keadaan saat itu ada sunyi senyap. Dengan
perlahan-lahan dan tenang Bu Hwe Hwishio
keluar dari gubuknya menghampiri Pho Kun
Peng dan dua kawannya. 383
Melihat Bu Hwe Hwishio ketika sampai di
depannya tidak memberi hormat, si
Kalajengking telah menegur.
"Hei Sun Hoat Bu! Benar benar kau sudah
makan nyali beruang barangkali makanya kau
besar kepala. Lengcu dari tangsi
Kalajengking ada di sini, kenapa kau tidak
memberi hormat untuk menerima hukuman?"
"O mi to hud!" Bu Hwe Hwishio kat sambil
rangkap kedua tangannya di dada. Kenapa kau
begitu tergesa-gesa? Aku sekarang sudah
masuk menjadi Hweshio. Selainnya pada Sang
Buddha aku tidak memberi hormat yang begitu
tinggi. Kau menyuruh aku menerima hukuman,
sebenarnya aku telah berbuat kesalahan apa?"
Jilid 11
MAJU SETINDAK:
"Aku ini An Toa hay," katanya. "Aku
bertugas menghukum semua anak buah Si leng
cee yang melanggar aturan. Kau masih
bertanya apa lagi..?" ia memalingkan
kepalanya pada Pho Kun Peng dan menanya:
"Pho Lengcu, orang ini Sun Hoat Bu,
setelah kalah bertempur terus melarikan diri
membikin malu saja pada markas kita. Hukuman 384
cincang mati apa akan dilaksanakan disini
saja?"
Pho Kun Peng diam sejenak, kemudian
sambil goyang-goyang tangannya berkata.
"Hmm.. ! Nanti dulu, aku mau ajukan
pertanyaan padanya!" berbareng menghadapi Bu
Hweshio dan berkata, "Sun Hoat Bu, kau ini
adalah persaudaraan dari ?Tiga Siluman Tay
Ouw? Sejak kau masuk dalam markas kami, aku
Pho Kun Peng telah memperlakukan kau dengan
sangat baik dan hormat. Pertempuran kalah
menang sudah menjadi kebiasaan dalam dunia
persilatan. Tapi aku tidak mengerti dari
sebab apa kau setelah kalah tidak mau
memberikan laporan, sebaliknya telah
melarikan diri? Juga akan kematiannya dua
saudara kau itu ditangannya Bo yong kang dan
Li Cong Bun seolah-olah kau tidak ambil
pusing sama sekali. Kau terus saja tinggal
di sini. Kau pura-pura menjadi Hweshio, apa
perbuatanmu itu bisa disebut pantas?"
Bu Hwe Hwishio tidak menjawab, hanya
sepasang tangannya dirangkap didepan
dadanya. Mulutnya mengeluarkan kata O mi to
hud tidak henti-hentinya.
Pho Kun Peng melihat sikapnya Bu Hwe
Hwishio demikian semakin marah.
"Hmm! Kau kalah dan melarikan diri,"
kata pula Pho Kun Peng. "Karena aku
memandang kita sudah lama berkumpul, maka
aku tidak mengambil tindakan apa-apa. 385
menurut pantas setelah kau masuk menjadi
hweshio, tak lagi campur urusan dunia. Tapi
herannya kenapa kau masih memusuhi anak
buahku di telaga merah?"
Bu Hweshio masih terus membisu.
"Sun Hoat Bu," melanjutkan Pho Kun Peng.
"Kau sudah banyak membuat kesalahan, bahkan
panahku kau anggap sepi. Betul seperti
katanya An Toa Hay barusan, kau seharusnya
dihukum cincang. Tapi mengingat kau dan aku
sudah bergaul lama, maka jika kau suka balik
lagi padaku akan aku hapuskan semua
kesalahanmu itu. Kau sudah berkumpul lama
denganku tentu kau sudah tahu adat tabeatku.
Nah pilihlah satu antra dua, Mau kembali ke
tangsi Kalajengking atau mau binasa dibawah
golok?"
Kalau tadi Bu Hwe Hwishio merem melek
mendengarkan bicaranya Pho Kun Peng setelah
Lengcu dari tangsi Kalajengking itu
mengakhiri omongannya telah membuka lebar
matanya danmenjawab:
"O mi to hud! Sun Hoat Bu adalah dulu
yang bertempat dipuncak Mo hun leng gunung
Koa Cong San, tetapi yang sekarang berdiri
di depanmu adalah Bu Hwe Hwishio. Semua
sudah berubah, lain dulu lain sekarang. Apa
yang sudah kejadian pada waktu yang lampau
aku sudah tak pikirkan lagi. Lebih baik kau
tak bicarakan urusan kangouw didepannya
seorang hweshio seperti aku!" 386
Pho Kun Peng tak marah mendengar
bicaranya Bu Hwe Hwishio, sebaliknya malah
ia tertawa gelak-gelak sambil berpaling
kepada An Toa hay ia berkata:
"Lihat, apa yang dia kata tadi tidak ada
gunanya. Biarpun Kwn Im yang bertangan
seribu dan Jie Lay Hud yang dapat menolong
semua manusia, mereka tak bisa menolong
orang ini dari hukuman cincang! Ha ha ha
ha..!"
"O mi to hud!" kedengaran Bu Hwe Hwishio
berkata pula, "Aku tahu ada mereka, tapi aku
tak takut ada hukuman mereka asal aku dapat
makan setan. Nah, Pho Kun Peng, kau jangan
banyak omong yang tidak berguna. Aku lebih
baik mati untuk mengakhiri dosa-dosaku yang
lampau daripada ikut kau lagi untuk menumpuk
dosa!"
Pho Kun Peng tertawa gelak-gelak.
"Hoat Bu, Hoat Bu." katanya. "Kau mau
makan setan? Oh aku baru dengar seorang
hweshio mau makan setan. Nah aku ada
mempunyai banyak darah, daging yang kau
dapat makan sampai kenyang, makan hayo
makanlah! Ha ha ha An Toa Hay, terlebih
dahulu potonglah bahunya! Ia teriaki
algojonya.
An Toa hay menerima perintah, lantas
gerakkan golok gergajinya untuk menebas
kutung bahunya Bu Hwe Hwishio yang saat itu 387
sama sekali tidak bergerak dan tampak
tenang-tenang saja menghadapi bahaya maut.
Ketika golok itu turun menebas, urung
sendirinya karena An Toa Hay dibikin kaget
oleh teriakannya Pho Kun Peng.
"Hei didalam rimba ada sapa?"
Berbareng dua bayangan orang tampak
meluncur terus didepannya An Toa Hay.
Dengan menggunakan jari Sakti, salah satu
dari dua bayangan itu telah menyentil golok
gergajinya An Toa Hay sehingga patah dua.
Tentu saja kejadian ini membuat si algojo
ketakutan. Dengan muka pucat telah melarikan
diri.
"Lihay!" diam-diam Pho Kun Peng memuji
orang yang menyentil golok tadi. Ketika ia
memperhatikan lebih jelas, ternyata dua
bayanga itu adalah musuh besarnya yaitu Bo
yong kang dan Li Cong Bun.
Yang menyentil golok tadi adalah Bo yong
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kang.
"Hmm..!?" ia menggeram, "Pantas Sun Hoat
Bu kepala batu, tidak tahunya ada bersandar
pada kalian berdua? Dulu dalam tangsi Naga
lantaran Hwe Lengcu mencegah tidak jadi kita
bertempur, kebetulan kita sekarang bertemu,
aku si orang she Pho kepingin belajar kenal
dengan si Pelajar Hati Besi!" 388
Bo yong Kang tahu bahwa musuhnya itu
belum pulang ke markasnya, tentu ditangannya
ada membawa Tiga Pusaka Thianlam yang ampuh.
Li Cong Bun sangat benci pada Pho Kun
Peng, saat itu ia sudah menghunus pedangnya
tpi Bo yong Kang mencegah, "Bun jie, biarlah
kali ini aku yang turun tangan."
Pho Kun Peng paling jerih denga Pedang
Penakluk Iblis Li Cong Bun, maka hatinya
lega ketika melihat Li Cong Bun masukkan
pula pedangnya dalam warangkanya.
Ia tidak takut menghadapi pedangnya Bo
yong Kang yang dia anggap tidak seampuh
seperti pedangnya Li Cong Bun.
"Pho Kun Peng!" bentak Bo yong Kang. "Kau
adalah srigala bermuka manusia, kejam dan
buas. Aku tidak mau rewel lagi, katakanlah
kau mau bertempur menggunakan senjata atau
bertangan kosong?"
"Dengan senjata pedang..!" jawabnya
tengik sambil mengeluarkan senjata pedang
kecil yang panjangnya hanya beberapa kaki
saja.
Bo yong Kang melihat pedang itu demikian
hatinya tercekat. Biasanya pedang kalau
semakin pendek semakin berbahaya. Apa itu
adalah salah satu senjata ampuh dari tiga
pusaka Thian lam? Kalau benar tentu yang
dinamai ?Pwdang Berbisa?. Demikian Bo yong 389
kang menduga-duga kemudian menghunus pedang
panjangnya ?Pedang Swastika (To lo kiam).
"Aha..! kau menggunakan Pedang Berbisa
satu diantara tiga senjata ampuh dari Thian
lam untuk melawanku? Nah mulailah. Kenapa
belum menyerang?" Bo Yong kang berkata
sambil mengawasi pada pedang pendek di
tangannya Pho Kun Peng.
Si Kalajengking Pho Kun Peng terkejut. Ia
heran o yong Kang dapat mengenali pedang
pusakanya. Tapi pikiran ia mesti menang
dalam pertandingan itu maka ia tidak ambil
pusing bahwa Bo yong Kang sudah tahu
pedangnya itu. Dengan jumawa ia berkata:
"ha ha ha.. bagus, kau sudah kenali
pedangku. Jangan jerih, paling-paling kau
hanya kuat sepuluh jurus saja menandingi aku
lantas akan menjadi korbannya pedangku yang
ampuh!"
Berbareng ia menyerang dengan tipu silat
?Bidadari Menarik Selendang?, gayanya indah
menarik.
Bo yong Kang siap sedia dengan pedang
didepan dadanya.
Pho Kun Peng diam-diam menertawakan Bo
yong Kang hanya tahu namanya pedang tetapi
tidak thu keajaibannya sampai dimana. Karena
pedang pendek itu, selain tajam juga ada
mengandung air racun. Kalau alat yang
menyimpan air racun itu ditekankan lantas 390
meluncur air racunnya itu keluar sejauh
beberapa kaki, kalau kena tubuh, kontan
orang yang terkena akan mati. Air berbisa
itu kalau sudah dipergunakan tiga kali sudah
habis dan harus diisi pula baru dapat
digunakan lagi. Gurunya pernah memesan,
?kalau tidak sangat terpaksa, air racun itu
tak boleh digunakan misalnya menghadapi
musuh yang sangat lihai, sukar merebut
kemenangan, air beracun itu baru boleh
digunakan?.
Setelah berubah gaya serangannya, Pho Kun
Peng ulur dari tangannya hendak menotok pada
bahu kanannya Bo yong Kang yang memegang
pedang. Bo yong Kang tersenyum lalu
pindahkan pedang ke tangan kiri sedang
tangan kanannya mengirim serangan dengan
gaya Nelayan Menebarkan Jala, itulah
serangan dengan tenaga keras, disambut pula
oleh Pho Kun Peng dengan tenaga keras.
Ketika kedua tenaga itu beradu tampak Bo
yong kang mundur beberapa tindak dan Pho Kun
Peng melihat itu lantas tertawa nyengir,
hatinya kegirangan.
"Ayya! Tidak nyana si Pendekar hati Besi
tenaganya hanya segitu saja..!" Pho Kun Peng
menyindir, "Tidak perlu pakai Tiga pusaka
Thian lam juga maksud akan tercapai." Air
mukanya tiba-tiba tampak bengis. Sambil
memekik ia melompat ke udara . kemudian ia
mengirim serangan dahsyat kepada musuhnya. 391
Bo yong Kang barusan hanya pura-pura saja
kena digetarkan oleh serangan Pho Kun Peng,
justru ia membuat si Kalajengking menjadi
kegirangan dan mengira benar-benar tenaga Bo
uong Kang hanya segitu saja.
Tidak tahunya ketika ia melesat ke udara
dan menyerang si Pelajar hati Besi telah
menemui sasaran kosong malah bagi dirinya
begitu ia turun di tanah, disampingnya telah
berdiri Bo yong Kang yang membarengi
serangan ke bahunya. Suara pletak terdengar.
Tulang bahunya si Kalajengking telah patah.
Hingga ia bergulingan di tanah.
Bo yong Kang berpaling kepada
keponakannya. "Bun jie, orang yang galak
seperti harimau itu aku sudah kasi
bagiannya. Dia mau mencincang Bu Hwe Hwishio
sekarang dia boleh rasakan perbuatannya yang
kejam dan telengas!"
Li Cong Bun hanya tersenyum sebagai
jawabannya.
Pho Kun Peng sudah bangun lagi, menyerang
dengan beringas. Kali ini Bo yong Kang tidak
kasih hati.ia menangkis dengan tenaga
delapan bagian, hingga si Kalajengking
mundur beberapa kaki. Dengan pedangnya Bo
yong kang balas menyerang.
Menghadapi pedang musuh yang panjang. Si
Kalajengking Pho Kun Peng tidak berani alpa.
Ia mengerahkan semangat dan unjuk kegesitan 392
lompat sana sini menghindari serangan Bo
yong kang.
Betul-betul hebat ilmu pedangnya Bu Ju
Taoso ?Naga MencengkramMustika? sebab dalam
sekejap saja Bo yong kang menggunakan ilmu
pedang itu telah mengurung si Kalajengking
sehingga kelihatannya susah bernapas.
Pertandingan sudah berjalan sepulih jurus
lebih. Si Kalajengking nekat lalu
mengeluarkan salah satu tipu yang lihai dari
?Serangan Siluman dari Thian lam? untuk
menerobos keluar dari kurungan. Pedang
pendeknya berkilat-kilat kehijau-hijauan
dalam kurungan sinar pedang Bo yong kang.
Melihat itu, Bo yong Kang ubah ilmu
serangannya dengan ?Pedang Pengejar Sukma?
dari Ceng Leng Cinjin. Lebih hebat lagi
gerakannya ilmu pedang ini, maka Pho Kun
Peng jadi gelisah. Pikirannya kalau tidak
menggunakan ?Tiga Pusaka Thian lam? cara
bagaimana ia dapat keluar dari kurungan ilmu
pedangnya Bo yong kang/
Serangan Bo yong kang yang bertubi-tubi
benar-benar sukar disingkirkannya. Ia
keluarkan ilmu tipuan yang dinamai Angin
Puyuh meniup rumput. Ia jatuhkan diri
bergulingan dibarengi dengan kegesitannya
yang luar biasa meraba kakinya yang lawan
kemudian menggempur antara bagian pinggang
dan bahu lawan. Tapi ini hanya gerakan purapura saja sebab setelah ia mendapatkan 393
kesempatan lolos dari kepungan lantas
tubuhnya melesat tinggi kemudian turun di
depannya Bo yong Kang lagi hingga Bo yong
kang menjadi heran.
Heran karena musuh bukannya kabur setelah
lilos dari kurungan sinar pedangnya, tapi
ini malah maju. Ia curiga pedang pendek
musuh ada apa-apanya yang berbahaya maka ia
tidak berani gegabah menyerang lagi.
Si Kalajengking Pho Kun Peng berdiri
sambil nyengir, ia goyang-goyang pedang
pendeknya deakan-akan orang yang mengocok
botol obat. Rupanya dengan gerakan itu ia
sedang membuat air racun berkumpul di ujung
pedangnya dan tinggal alat rahasianya akan
meluncur keluar menyerang musuhnya. Ia sudah
menduga pasti bahwa jiwanya Bo yong Kang
tidak akan ketolongan.
Mukanya si kalajengking yang licik licin
cengar cengir mencurigakan sang lawan. "Bo
yong Kang, ilmu pedangmu memang tinggi. Nah
coba sekarang kau sambut seranganku dengan
gaya ?Tali Pengikat Sukma?, hati-hati!" kata
si Kalajengking, berbareng ia menyerang
lawannya.
Bo yong Kang tidak mengetahui pedang
pendek itu veracun. Ia melayani musuh dengan
anteng-anteng saja. Tiba-tiba Pho Kun Peng
mengarahkan ujung pedangnya pada dada dan
perutnya lawan. Sambil tertawa si
Kalajengkng telah menekan alat rahasia di 394
pedang pendeknya. Sebentar saja lantas
meluncur air racun yang berbau amis.
Bu Hwe Hweshio yang memperhatikan gerak
geriknya si Kalajengking merasa curiga, maka
ia kisiki Li Cong Bun untuk menolong
pamannya jika menghadapi bahaya. Maka begitu
si Kalajengking meluncurkan air beracunnya,
tepat biji caturnya telah membentur ujung
pedang hingga jadi sedikit miring dan air
racun itu tidak mengenai sasarannya.
Bo yong Kang sangat kaget, ia tertegun
ketika melihat rumput-rumput yang terkena
air racun itu pada hangus. Ia jadi gusar
sekali tapi sebelum ia buka suara, Li Cong
Bun sudah lompat melesat dan turun
didepannya Pho Kun Peng dengan pedang
terhunus hingga si Kalajengking kaget dan
mundur beberapa tindak.
Li Cong Bun sudah sangat marah, maka dua
orang anak buahnya si Kalajengking seketika
itu juga telah menjadi korban pedang
pusakanya. Mereka tidak berkesempatan untuk
membela diri karena serangan Li Cong Bun
cepat laksana kilat.
Si Kalajengking melihat maksud jahatnya
digagalkan, dua anak buahnya dalam sekejap
dibinasakan oleh Li Cong Bun, bukan main
marahnya. Tapi kemarahan itu tidak
diunjukkna pada air mukanya. Malah
kedengaran ia tertawa bergelak-gelak yang
tidak enak sekali didengar oleh telinga, 395
sampai binatang-binatang dalam rimba sampai
lari serabutan.
Diam-diam ia menyiapkan dua senjata
pusakanya yang lain yaitu ?bom api? dan
?tali urat naga?. Panjangnya kira-kira satu
kaki. Pada ujung tali dipasang kepala naganagaan. Senjata ini bisa dimainkan secara
lemas dan keras. Tidak mempan oleh segala
senjata tajam digunakan khusus untuk menotok
jalan darah dan merampas senjata.
Sambil pegangi senjata tali pusaka itu,
si Kalajengking tidak memperhatikan Li Cong
Bun. Ia hanya menghadapi Bo yong Kang dan
berkata:
"Bo yong Kang, apakah kau hendak
mengandalkan orang banyak menjatuhkan aku?
Kalau seorang laki-laki, mari kau hadapi aku
dengan senjata taliku ini, aku mau lihat
sampai dimana kepandaiannya yang disebut
pendekar jempolan!"
Li Cong Bun sudah sangat mendongkol
hatinya, telah mendahului pamannya menjawab
dengan kata-kata kasar.
?Hei, aku kira tadinya Si leng cee ada
gedungnya setan dan gerombolan siluman yang
menakutkan. Tidak tahunya hanya orang
semacam kau ini saja yang tidak tahu malu,
jahat, kejam dan hidung lagi. Aku merasa
sayang pedangku dipakai menyentuh lehermu
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang kotor, maka aku mau melesat budi, 396
sekarang kau boleh berlalu, aku ampunkan
jiwamu!"
Si Kalajengking merasa sangat dihina
sekali oleh kata-katanya Li Cong Bun.
Pikirnya ia harus melepaskan senjata. Tiga
pusaka Thianlan sekaligus, baru hatinya
menjadi puas. Sebab diantaranya orang tiga
itu sedikitnya dua sudah harus binasa
ditangannya.
Ia terus memajukan senjata talinya.
Disampingnya ia bersiap dengan dua senjata
ampuh lainnya untuk mengambil korban.
Bo yong Kang dan Li Cong Bun melihat si
kalajengking memainkan talinya betitu saja
tidak bergerak menyerang maupun mundur.
Mereka tidak tahu apa sebenarnya maksud Pho
Kun Peng itu. Lalu Li Cong Bun menanyakan
pada si hweshio anmun ia sendiri menjawab
tidak tahu.
Menggunakan kesempatan tiga orang itu
pasang omong, si Kalajengking lantas
menyerang dengan ?Bom Apinya? kepada Bo yong
Kang dan Bu hweshio dan senjata talinya
meluncur pada Li Cong Bun.
Melihat tali itu meluncur ke arahnya, Li
Cong Bun sudah siap sedia menutup semua
jalan darahnya terhadap kemungkinan yang
tidak enak.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Pedangnya dilintangkan untuka
menyampok sesuatu senjata rahasia. 397
Senjata tali itu ketika berada di atas
kepala Li Cong Bun mendadak telah meledak
dan sepuluh jarum emas menyambar ke berbagai
bagian tubuhnya Li Cong Bun siapa lalu
memutar pedangnya untuk melindungi diri,
jarum-jarum yang tersampok dan jatuh di
tanah telah meledak lagi dan menyebarkan
jarum-jarum emas lembut dan berbahaya sekali
bagi korbannya.
Bo yong Kang dilain pihak telah diserang
oleh ?bom api?. Ia tidak tahu sampai dimana
berbahayanya benda itu, maka dengan
pedangnya hendak menangkis tapi urung ketika
mendengar teriakan, Bo yong sute, cepatcepat kau menyingkir, benda itu tak dapat
disentuh!"
Berbareng dengan itu, satu benda empuk
seperti kapas telah menyambuti ?bom api?
itu. Ketika beradu, bom api telah meledak.
Apa mau pecahan apinya akibat ledakan tadi
beberapa keping diantaranya telah menyambar
pada Bu Hwe hweshio hingga lengannya satu
putus oleh karenanya. Bo yong Kang sendiri
telah melompat jauh. Ketika mendengar
teriakannya orang tadi yang ia kenali
suaranya siapa yang datang menolong dirinya.
?Tiga Pusaka Thian lam? sebenarnya ada
tiga macam senjata ampuh yang khusus dibuat
gurunya Song Sam Ceng dan Pho Kun Peng ialah
untuk dipakai pada pertemuan dengan Bo yong
kang tahun depan bulan tiga tanggal tiga. 398
Kini senjata itu telah digunakan oleh
Pho Kun Peng sebelum waktunya dan justru
semuanya telah menemui kegagalan, bukan main
si Kalajengking merasa cemas hatinya. Ia
sangat gemas kepada orang yang menggagalkan
usahanya. Ketika ia mencari tahu siapa
adanya orang itu, matanya bentrok dengan
Tiat Bok Taysu yang tempo hari juga telah
menggagalkan niatnya untuk merusak
kehormatannya si Burung Hong Kemala Gan Su
Nio. Memang baik peruntungannya Gan Su Nio,
kebetulan sekali ada muncul Tiat Bok Taysu
yang turun tangan menolongnya. Kalau tidak
tentu kehormatannya dinodai. Buat dirinya
seorang perempuan seperti Gan Su Nio mana
dapat menanggung malu. Tentu ia akan
membunuh diri daripada pasrah menjadi
isterinya si Kalajengking yang jahat dan
licik.
Si kalajengking rada jerih berhadapan
dengan Tiat Bok Taysu, maka ia hanya bisa
sesumbar. "Tiat Bok, kau sudah beberapa kali
membikin gagal usahaku. Sakit hati ini tidak
akan hapus kalau tidak dicuci oleh darahmu,
maka aku mengundang kau untuk datang tahun
depan tanggal tiga bulan tiga ditempatku.
Aku mau lihat apakah kau bisa lolos atau
tidak dalam pembalasanku.."
Sehabisnya berkata, si Kalajengking
lantas meninggalkan tempat itu menghilang
dalam rimba yang lebat. 399
Dihati Bo yong Kang kegirangan sebab kini
ia tahu bahwa Tiat Bok Taysu bukan lain
orang daripada suhengnya sendiri ialah Teng
Goan murid dari supeknya. Berseri-seri ia
memburu pada Tiat Bok Taysu. Tangannya
dipegang erat-erat dan menyatakan rasa
girang dan rindunya terhadap suheng yang
baik hari itu.
"Aku kira siapa, banyak waktu aku
pikirkan, tidak tahunya Tiat Bok Taysu
adalah suheng sendiri. Kau baik sekali
suheng, sebab kalau tidak kau teriaki tadi,
tentu aku bentur senjata si jahat itu dengan
pedangku dan aku bisa mati konyol. Terima
aksih suheng."
"Sute, kenapa kau berkata begitu?" kita
adalah orang sendiri, sepantasnya saja
tolong menolong. Bukankah aku ada janjikan
padamu kalau waktuku mengijinkan aku akan
turun tangan membantu padamu. Sute,
bagaimana dengan pelajaranmu?"
Bo yong Kang dengan ringkas telah
menuturkan perjalanannya, kemudian mendapat
didikan lebih jauh dari supeknya dan Ceng
Leng Cinjin.
"Kepandaianku dibanding dengan dulu,
memang sekarang ada lumayan juga," akhirnya
ia berkata merendah sambil tersenyum.
"Bagus bagus." kata Teng Goan sambil
angguk-anggukkan kepala. "Mana Cong Bun
sekarang?" 400
"Cong Bun, lekas datang kemari menemui
suheng!" Bo yong kang teriaki keponakannya
siapa dengan cepat sudah datang
dihadapannya.
Cong Bun berseri-seri menjura di depan
Tiat Bok Taysu.
"Suheng, selamat bertemu. Semoga suheng
semuanya sehat dan bahagia."
Teng Goan alias Tiat Bok Taysu tersenyum,
matanya tajam memandang wajahnya Cong Bun
yang tampan dan keren. Kemudian ia manggutmanggut.
"Dia sudah besar." Katanya seperti
berkata pad diri sendiri. Cong Bun gagah dan
mantap hatinya. Semoga dengan kepandaianmu
yang tinggi itu kau tidak salah
menggunakannya. Harus bisa menahan napsu
membunuh. Kita perlu menginsyafkan pikiran
orang dari jahat menjadi baik, sebelum kita
turun tangan membunuh!"
"Terima kasih atas nasehat suheng," jawab
Ceng Bun. Diam-diam ia merasa berterima
kasih pada suhengnya itu sebab sampai
sebegitu jauh memang napdu membunuhnya besar
sekali, hampir-hampir ia tidak bisa
kendalikan kalau tidak ad Bo yong Kang yang
mengingatinya.
Sebenarnya siukur dari umur, Teng Goan ad
lebih tua jauh dari Li Cong Bun dan
pantasnya menjadi susiok. Tapi dalam 401
tingkatan perguruan mereka boleh dikatakan
ada sama derajat. Teng Goan murid Bu Ju
Taoso dan Li Cong Bun murid Ceng Leng Cinjin
dan Bu Ju Taoso juga. Begitu juga dengan Bo
yong Kang sudah terlebih dahulu ia memanggil
susiok maka panggilan pada Bo yong Kang tak
diubah. LI Cong Bun menghormati bukan dari
tingkatan perguruan. Hanya dari tingkatan
porang tuanya almarhum ialah Bo yong Kang
adalah adik angkatnya Li Hoay Bin ayah Cong
Bun. "Aah ..!" tiba-tiba Teng Goan seperti
kaget. "Kita keenakan bicara. Siapa itu
taysu disana?" sambil tangannya menunjuk
pada Bu Hwe hweshio yang rebah dengan
berlumuran darah pada lengannya yang kutung.
Bo yong Kang dengan ringkas telah
menceritakan siapa adanya Bu Hwe hweshio.
Mari kita pergi lihat!" mengajak Teng Goan.
Mereka sebentaran saja sudah merubung
dirinya Bu Hwe hweshio. Teng Goan telah
mengeluarkan obatnya untuk menolong
menghentikan darah segar yang keluar terus
dari lengannya yang luka.
Kalau tadi Bu Hwe tampak payah benar dan
keluar rintihan tertahan lantaran sakit pada
lukanya, kini setelah makan obatnya Tiat Bok
Taysu tampak ada segaran.
Ia membuka matanya dan melihat pada tiga
orang yang merubung pada dirinya. 402
Ia tidak mengeluarkan kata-kata hanya
menghela napas beberapa kali.
"Taysu," kata Teng Goan tiba-tiba. "Harap
kau tidak sesalkan aku, sebab semua itu
adalah kesalahanku. Aku tergesa-gesa
memuhankan serangan senjata jahat dari si
Kalajengking. Tak tahunya pecahannya bom api
itu telah mengenai lengan Taysu sehingga
menjadi cacat."
Bu Hwe hweshio geleng-gelengkan
kepalanya.
"Bukannya itu aku buat susah
hati."jawabnya perlahan. Aku sejak diberi
jalan hidup oleh Bo yong Tayhiap dan insyaf
atas perbuatanku yang salah, aku sudah tak
hiraukan lagi jiwaku. Hari ini aku
kehilangan lenganku satu, memang ada baik
sekali, hitung-hitung tanda dari kelakuanku
yang jahat diwaktu dahulu. Yang membuat aku
susah hati adalah dari sebab dalam dunia ini
terus saja kacau, tidk ada damainya. Si leng
cee sudah lama melakukan kejahatan, menutur
pantas sudah waktunya partai itu ditumpas
musnah. Tapi Pho Kun Peng si Kalajengking
jahat itu telah mendapat lagi senjata yang
demikian ampuhnya, maka tahun depan dalam
pertemuan Bo yong tayhiap dan kawan-kawan
dengan Si leng cee pasti menemui kesukaran
karena itu.."
Ia berhenti sejenak, seolah-olah untuk
mengumpulkan napasnya lagi. 403
"Tapi aku percaya, kejahatan yang
merajalela yang dilakukan oleh Si leng cee
itu akan dapat dimusnahkan oleh kedua
pendekar yang budiman seperti Bo yong
Tayhiap dan Li Siauhiap.."
Kembali Bu Hweshio berhenti, matanya
menatap pada Teng Goan yang ketika itupun
mengawasi padanya dengan perasaan kasihan.
"Aku ini seorang yang banyak dosa, aku
kuatir kalau menjadi orang suci tak akan
diterima oleh sang Buddha, maka aku mohon
pertolongan supaya aku diperbolehkan
mengikut Taysu sehingga aku mendapat
bimbingan yang tepat dan hatiku tidak merasa
sangsi sangsi lagi diriku sudah berobah
menjadi orang beribadat."
"Mengingat akan penuturannya Bo yong kang
tentang dirinya Bu Hwe hweshio, Teng Goan
diam sejenak sebelum menjawab perkataanya.
Kemudian sambil tertawa berkata:
"Taysu, aku girang kau dapat merubah diri
dari jahat menjadi baik. tak usah kau begitu
merendah. Kita menjadi kawan saja sudah
cukup."
Kepada Bo yong kang Teng Goan berkata:
"Sute, aku sudah menolong Gan Su Nio dan
dikirim pulang ke Lam hay, kau menjadi
girang bukan?" 404
Bo yong kang menatap wajahnya suheng yang
bergurau tampak air mukanya kemerah-merahan,
hanya bisa berkata, "Terima kasih suheng"
"Nah sekarang aku mau cerita padamu."
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkata pula Teng Goan. "Penting yang kau
harus ketahui adalah tabiatnya Biau Hoat Sin
ni yang aneh. Aku mengantarkan nona Gan
hanya sampai di tepi pulau sebab aku tidak
ingin kepentrok dengan niko tua itu. Maka
itu aku harap sute suka bersabar ia menemui
dulu Gan Su Nio karena Biauw Hoat Sin ni
tidak suka kuilnya didatangi oleh lelaki.
Aku sebenarnya sedang meyakinkan ilmu
Kebuddhaan, tapi karena gara-gara urusan kau
jadi terlambat aku meyakinkan. Nah sekarang
aku mau balik ke Heng san. Pada tahun depan
pertemuan kalian di Si leng cee aku sudah
campur lagi..!"
Ia kemudian menghampiri mayat dua orang
yang dibunuh oleh Li Cong Bun, sambil
menunjuk dua mayat itu ia berkata.
"Anak Bun, kau membunuh dua orang jahat
ini sudah sepantasnya. Tapi aku harap
selanjutnya sukalah kau memberi kelonggaran
kepada para korban pedangmu yang tajam,
kalau mereka masih bisa dibujuk untuk
kembali ke jalan yang baik itu adalah sangat
baik. sebisa-bisanya kita harus menghindari
sesuatu pembunuhan tanpa memberi kesempatan
kepada si jahat untuk kembali menjadi orang
baik-baik." 405
Li Cong Bun merah selembar mukanya, ia
jengah mendengar kata-katanya Teng Goan yang
tajam menusuk akan tetapi adalah suatu
nasehat yang baik sekali untuk ia gunakan
sebagai pegangan dalam mengumbar napsunya
membunuh.
Sementara itu Teng Goan alia Tiat Bok
Taysu lantas berpaling pada Bu Hwe hweshio
dan menanyakan bagaimana pikirannya sekarang
siapa telah menjawab.
"Rasa sakit dilenganku yang kutung
setelah mendapat obatmu sudah jadi sembuh.
Kini aku rasanya tidak mempunyai keinginan
apa-apa, rasanya pikiranku kosong"
"Ha ha ha, Taysu," Teng Goan berkata
pula. "Meskipun kita hidup menjadi seabad,
toh akhirnya kita akan menemui hari akhir
kita. Lihatlah itu Raja, Perdana Menteri,
Puteri elok jelita, dan semua pendekar
ulung, semua tidak dapat mengecap
penghidupannya yang kekal, akhirnya mereka
akan menemui ajalnya dan masuk ke lubang
kubur. Kita manusia, apa yang diharap dan
diburu? Semuanya itu kosong. Tidak ada
ketenangan dan ketenteraman hati selama kita
terlibat dalam suasana keruh oleh kejahatan
dan perbuatan sewenang-wenang maka itu
paling baik kita menyepi di pegunungan. Jauh
dari napsu serakah, jauh dari segala
gangguan, kita dapat menikmati pemandangan
alam dengan penuh girang dan bahagia,
sementara kita menantikan waktu untuk 406
dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa Nah
marilak ikut aku jalan-jalan ke Heng san.
Sebaiknya kau menemani aku mengasingkan
diri. Disini sudah bukan tempatmu lagi.."
Setelah berkata, Tiat Bok Taysu telah
menarik tangannya Bu Hwe hweshio. Dalam
sekejapan saja orang berilmu itu telah
menghilang didalam rimba yang lebat setelah
mengulapkan tangannya pada Bo yong kang dan
Li Cong Bun sebagai tanda pamitan.
Li Cong Bun melihat Tiat Bok Taysu dengan
ilmu meringankan tubuhnya yang luar biasa
begitu gesit menghilang didalam rimba diamdiam mengagumi orang punya kepandaian yang
tinggi. Tadinya ia anggap orang yang paling
tertinggi kepandaiannya tidak tahu orang
lain lebih tinggi dari padanya. Ia menghela
napas sendiri pikirnya kepandaian itu betulbetul susah diukur dan dibuat sombong.
Bo yong Kang mendengar bicaranya Tiat Bok
Taysu tadi merasa cemas dalam hatinya karena
sang suheng itu tahun depan tak dapat
membantu padanya. Sedangkan ia justru ia ada
memerlukan bantuan untuk menghadapi jagojago Si leng cee. Setelah bengong sekian
lamanya ia lalu mencabut pedangnya yang
menancap di tanah. Berdua lalu mengubur
mayatnya An Toa hay dan kawannya dengan hati
duka.
Kemudian mereka meninggalkan tempat itu
jalan ke pinggir telaga merah. 407
Selama berjalan, Bo yong Kang tidak
berkata apa-apa. Pikirannya dibikin gegetun
oleh pengalamannya yang saban-saban
terhindar dari bahaya maut. Coba barusan
kalau tidak ada suhengnya yang turun tangan
menolong, entah bagaimana dengan dirinya?
Tentu sudah hancur berkeping-keping menjadi
korbannya bom api dari si Kalajengking Pho
Kun Peng. Sementara menanti waktunya
bertempur di gunung Cui tiok san, tiba-tiba
kini ia tidak tahu harus menuju kemana?
Li Cong Bun yang melihat pamannya membisu
seperti memikirkan jalan buntu telah berkata
dengan tertawa. "Bo yong susiok, pada waktu
Se bun Pa meninggal dunia bukankah dia
memesan supaya kita suka damai pada Ko ceng
cu di Lo san Se bun Ceng yang telah membunuh
adiknya? Nah sekarang kita lebih baik pergi
kesana. Pertama kita mencari Ko Cengcu,
menyampaikan permintaannya Se bun Pa. kedua,
kita bisa sekalian mampir pada Thau Pang
Totiang di Bu Tong san. Juga kita boleh
mencari Touw Peng si Pendekar Pedang Thian
Liong. Mereka itu ada semuanya berjanji
tahun muka dalam pertempuran kita di Si leng
cee akan memberikan bantuannya. Jangan ada
mereka mempunyai kemampuan silat tinggi,
asal saja dapat bantu semangat saja kepada
kita, bukankah itu ada baik?"
Bo yong Kang seperti sadar dari impiannya
ketika mendengar bicaranya sang keponakan. 408
Ia angguk-anggukkan kepalanya, "Mari kita
pergi kesana!" katanya.
Mereka lalu bikin perjalanan ke propinsi
An Hui. Ketika mereka sampai di La san
tempatnya Ko Ching telah disambut oleh tuan
rumah dengan kegirangan. Ko Ching yang masih
dalam kedukaan karena kematiannya sang adik
telah ditamat oleh Toaw Peng sahabatnya yang
paling dekat untuk bantu menghiburnya. Maka
paman dan keponakan itu tidak usah mencaricari Toaw Peng lagi sebab kebetulan ia masih
berada di tumahnya Ko Ching.
Berempat berkumpul dengan sangat gembira.
Masing-masing telah membicarakan
perjalananya selama berpisah. Seetelah lama
mereka bicara Bo yong Kang lalu timbulkan
urusannya Se bun Pa yang minta didamaikan
urusannya Se bun Ceng.
Tidak dinyana mendengar bicaranya Bo yong
Kang, jago dari gunung Lo san itu telah
tertawa bergelak-gelak.
"Ya Bo yong ko," katanya setelah
menghabiskan tertawanya. "Soal adiaku itu
tidak perlu diusik-usik lagi, aku sudah
cukup mengerti. Seperti itu si Iblis Beracun
yang sangat ganas kejam, dalam kesadarannya
sudah bisa berbalik menjadi orang baik baik
keponakannya juga tentu begitu adanya.
Kalian benar, mereka paman dan keponakan itu
dapat menjadi orang baik-baik aku juga tidak
akan mengingat lagi soal kematian adikku." 409
Bo yong Kang mendengar bicaranya Ko Ching
bisa tahu halnya Se bun Pa yang telah insyaf
dari orang jahat berubah menjadi orang baik.
Ia ingat betul ketika Se bun Pa minum racun
dan mengaku dosanya, tidak ada lain orang
kecuali dirinya dan Li Cong Bun yang
menghadapinya.
Maka dalam herannya ia menanya pada Ko
Ching cara bagaimana ia dapat tahu bahwa Se
bunPa telah berbalik menjadi orang baikbaik?
"Soalnya ada sederhana saja," jawab tuan
rumah. "Pada bulan yang lalu ada seorang
Hwesshio berlengan satu datang kesini.
Ketika bertemu muka aku mengenali wajahnya,
akan tetapi lupa dimana pernah bertemu
dengannya. Akhirnya dia yang memperkenalkan
namanya bahwa dia adalah Se bun Ceng yang
dengan si Martil Emas telah membuat onar di
Lo san dan membunuh adikku."
"Saat itu bukan main kagetku lantas aku
mencabut pedang dan lantas menerjang serta
membunuh padanya untuk membalas sakit hati
atas kematian adikku. Tapi dia telah goyanggoyang tangannya supaya aku jangan terburu
napsu dan minta aku mendengar dulu apa yang
dia mau ceritakan."
"Aku terpaksa bersabar, dia menerangkan
bahwa pamannya Se bun Pa telah mengubah
mukanya menjadi Lam Thiam Gie dan menolong
dia dari kemurkaan orang banyak waktu 410
menewaskan adikku yaitu dengan jalan
berpura-pura menotok jalan darahnya yang
berbahaya. Sejak itu Se bun Ceng telah
berdiam dalam rumah batu di puncak Cit cui
hong. Dia tahu apa yang pamannya bicarakan
dengan kalian berdua. Se bun Pa amat percaya
dan mengagumi perbuatan-perbuatan mulia dari
kalian berdua, maka dia teelah membuka
rahasia dirinya dengan tidak sungkan lagi"
"Aku tidak melihat ada Se bun Ceng."
memotong Bo yong Kang dengan keheranheranan.
"Bo yong ko." Meneruskan Ko Ching.
"Itulah karena Se bun Ceng berada di luar
rumah mencuri dengar pembicaraan. Dia tahu
pamannya ada minta perantaraan kalian berdua
untuk mendamaikan denganku pada Se bun Ceng
itu maka ia datang terlebih dahulu dari
kalian. Dia minta ampun, untuk kesalahannya
itu bersedia menerima hukuman jikalau aku
masih penasaran dan tidak suka
mengampuninya."
"Habis paman telah memberi ampun
kepadanya?" nyeletuk Li Cong Bu.
Ko Ching tertawa. "Dia kata bahwa dia
sudah masuk menjadi orang beribadat untuk
menebus dosanya. Aku lihat memang benar
airmukanya berubah menjadi sabar, maka
setelah aku menghela napas aku telah
menyatakan menghapuskan segala dendaman.
Mendengar putusanku dia tidak mengucapkan 411
terima kasih, dia hanya merangkap kedua
tangannya di dada dan berdoa ?O mi to hud?
lantas dia minta aku antarkan untuk menengok
pada kuburannya adikku. Di depan kuburan dia
kemak-kemik seperti yang berdoa untuk
beberapa lamanya. Pada saat dia hendak
berlalu, aku menanyakan tempat tinggalnya
kini dan dia mengatakan bahwa dia masih
tetap tinggal dipuncak Kiu hoa san. Disana
dia menjalankan ibadah sebagai hweshio
sampai dia mati katanya dia tidak akan
pindah dari tempatnya itu."
Ceritanya Ko Ching telah membuat Bo yong
Kang dan Li Cong Bun sekarang terang akan
duduknya urusan dan merasa puas. Kemudian
mereka telah merundingkan tentang rencana
pertempuran di gunung Cui tiok san nanti.
Mereka mengerti bahwa dalam Si leng cee
ada jago-jago kuat seperti Song Sam Ceng,
Pho Kun Peng dan Ho Ceng Bu, bahkan
belakangan mendapat bantuan auw yang Ti yang
cerdik dan ilmu silatnya sangat lihai.
Lantaran mana, meski merasa bahwa pihaknya
sendiri juga terdiri dari bukan orang-orang
sembarangan, tetapi untuk menyerbu begitu
saja kesana mereka masih ragu-ragu untuk
memperoleh kemenangan. Mereka setuju, selama
beberapa bula belum sampai pada waktunya
pertemuan itu berlatih dengan giat,
memperhebat kepandaiannya masing-masing,
supaya pada waktunya dipakai, kepandaiannya
itu dapat digunakan dengan leluasa. 412
Kalau Bo yong Kang dan kawan-kawan hendak
berlatih dan memperkuat diri, ternyata di
pihaknya Si leng cee juga telah diatur
persiapan yang hebat.
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dibawah pimpinannya Auw yang Ti yang
cerdik dan hebat ilmu silatnya, Si leng cee
telah mengalami perubahan besar-besaran
hingga kawanan penjahat itu bukan main
girangnya. Song Sam Ceng tidak hentihentinya mengumpak-umpak kecerdikannya Auw
yang Ti. Bahkan telah menawarkan pangkat
Lengcu dari tangsi naga yang lowong, tapi
Auw yang Ti telah menolak kedudukan mulia
itu. Ia usul supaya kedudukan kepada Ho Ceng
Bu, seorang yang sudah banyak jasanya untuk
Si leng cee dan juga orang she Ho itu
merupakan orang lama.
**** Dua saudara Li yang dikirimkan ke
propinsi Ouw lam dan Kiang si untuk
mengundang dua jago kuat dalam rimba
persilatan kebetulan telah sampai dan
melapurkan hasil pekerjaannya kepada Song
Sam Ceng.
Cocok dengan dugaannya Bo yong Kang. Si
Lutung Sakti Thian Tiang Khian telah menolak
mentah-mentah undangannya Song Sam Ceng.
Sedangkan si Rase Genit Pho Sam Jun di
gunung Kauw lo san dalam propinsi Kiang si,
benar saja seperti dugaannya Bo yong Kang
bahwa ia telah menerima baik undangan itu 413
dan terus berangkat meninggalkan tempatnya
untuk menghamba pada Si leng cee.
Song Sam Ceng yang terus membujuk Auw
yang Ti supaya menerima jabatan Lengcu dari
tangsi naga, telah ditolak oleh orang she
Auw yang itu, maka kedudukan itu akhirnya
diberikan kepada Ho Ceng Bu, sedangkan
lowongan dari tangsi Burung Hong diberikan
kepada si Rase Genit Pho Sam Jun.
Jabatan penting sebagai penasehat umum
telah diterima baik oleh Auw yang Ti. Jadi
dalam segala urusan penting dan rahasia,
harus Song Sam Ceng berunding dulu dengan
Auw yang Ti sebelum mengambil keputusan. Ho
Ceng Bu dari pangkat Hiocu dari tangsi
Garuda telah naik pangkat tinggi menjadi
Lengcu dari tangsi Naga. Namun itu dari
sebab pertolongannya Auw yang Ti. Maka ia
sangat berterima kasih sekali kepada Auw
yang Ti. Selanjutnya mereka menjadi sahabat
karib.
Auw yang Ti sebagai penasehat umum telah
mengajukan usulnya supaya dalam Si leng cee
diadakan perubahan besar-besaran jika mau
menjagoi dikalangan rimba persilatan. Untuk
mencapai maksud itu bukan saja diadakan
penguatan disebelah dalam,tapi juga diluaran
harus bisa merebut simpati rakyat. Suatu
undang-undang keras harus dibuat ialah
siapa-siapa yang melanggar undang-undang
keras harus dihukum sebagaimana layaknya.
Ini untuk mencegah penyelewengan yang 414
dilakukan oleh anak buah Si leng cee yang
tidak bertanggung jawab. Mereka yang sudah
dibenci oleh kalangan kangouw harus
diberhentikan. Dengan perubahan yang
demikian hebat pasti ada harapan Si leng cee
akan merebut lagi simpatinya rakyat dan
dapat hidup makmur tanpa dapat gangguan dari
orang-orang gagah yang menentang kejahatan.
Song Sam Ceng sudah percaya betul seratus
prosen kepada Auw yang Ti, maka dengan
sangat girang ia terima baik usulnya Auw
yang Ti dan minta orang she Auw yang itu
mengatur bagaimana baiknya. Tindakan segera
dijalankan oleh Auw yang Ti yang sementara
itu sudah mengatur ?jalan rahasia? untuk
masuk ke ruang tahanan. Telah melaporkan
pada Song Sam Ceng hasil pekerjaannya. Ketua
umum dari Si leng cee dengan diiringi oleh
Auw yang Ti, Ho Ceng Bu dan lain-lainnya
orang penting dalam markas Si leng cee telah
melakukan peninjauan pada hasil pekerjaannya
Auw yang Ti. Tapi memang benar hebat
bikinannya Auw yang Ti karena orang bisa
masuk tetapi tidak dapat keluar lagi dari
jalan rahasia itu. Dibanding dengan
ikinannya Song Sam Ceng tempo hari, jauh
bedanya hingga Song Sam Ceng tidak
berhentinya memuji-muji atas kecerdikan
otaknya Auw yang Ti.
Kalau Auw yang Ti repot mengatur
persiapan untuk menghadapi pertempuran besar
sementara si Kalajengking Pho Kun Peng enak- 415
enakan saja bermain asmara dengan si Rase
Genit Pho Sam Jun.
Sejak gagal mendapatkan dirinya Gan SU
Nio, si Burung Hong Kumala yang cantik
jelita. Si Kalahengking menjadi sangat cemas
hatinya. Ia pusing kepala untuk dapat
melepaskan rindunya pada seorang yang
menarik hatinya. Banyak perempuan di dalam
markasnya tidak ada yang menarik betul
perhatiannya, hanya buat main-main saja
dengan tidak mendapatkan kepuasan.
Adalah ketika si Rase Genit datang,
benar-benar Pho Kun Peng jadi mabuk oleh
kecantikannya Pho Sam Jun. bermula
berkenalan mereka dapat mengunjuk perasaan
sungkan-sungkan dan masing masing pada
menjaga kehormatan diri. Akan tetapi setelah
beberapa hari Pho Sam Jun dalam markas,
segera juga timbul hubungan yang sangat
akrab diantara mereka.
Susah untuk mencari Pho Kun Peng di
tangsi Kalajengking, sebab boleh dikatakan
setiap waktu ia tak dapat berpisah dengan si
Rase Genit. Ia selalu berada di tangsi Hong.
Pho Sam Jun selannya mempunyai wajah yang
cantik jelita, tubuhnya yang lemah gemulai
menggairahkan juga sangat ahli membakar hati
korbannya. Tidak heran kalau si Kalajengking
sudah jadi mabuk betul-betul oleh suara
merdu merayu dari si Jelita Pho Sam Jun. 416
Si Garuda Hitam Song Sam Ceng sebagai
suhengnya si Kalajengking bukan tidak tahu
perbuatannya sang sute yang sudah tergilagila begitu kepada si Rase Genit, akan
tetapi ia tidak bisa mencegah. Karena ia
bukan saja sangat sayang kepad sutenya itu,
juga ia merasa bahwa Pho Kun Peng berbuat
demikian adalah untuk melampiaskan rindunya
kepada Gan Su Nio yang gagal didapatnya.
Sering ia menghela napas sendirian
memikirkan sutenya. Kini sudah dekat
waktunya pertandingan besar dalam markas
itu, tapi Pho Kun Peng masih enak-enakan
saja seakan-akan ia melupakan kepada
pernajnian dengan Bo yong Kang itu.
Dilain pihak, Bo yong Kang telah
memikirkan Biauw Hoat Sin ni gurunya Gan Su
Nio. Katanya saja nikow tua itu adatnya
ganjil dan aneh, tapi mengetahui bahwa
muridnya telah dibuat sewenang-wenang oleh
orang kelihatannya diam-diam saja, sama
sekali tidak ada reaksinya.
Pikir Bo yong Kang, kalau orang tua itu
mau bikin sudah begitu saja, terang dalam
pertemuan bulan tiga tanggal tiga nanti,
Biauw Hoat Sin ni tidak akan muncul. Ini
sudah tentu berarti kurangnya seorang tokoh
terkuat di pihaknya.
Jalannya hari cepat sekali.
Segera sudah sepuluh hari lagi saja
pertemuan di gunung Cui tiok san. 417
Song Sam Ceng merasa girang bahwa
pihaknya cukup kuat. Ia dapat memastikan
pihaknya akan memperoleh kemenangan gilang
gemilang. Setelah pertemuan itu, selanjutnya
Si leng cee boleh mementangkan sayap dan
menjagoi di kalangan rimba persilatan.
Perubahan dalam Si leng cee sudah diatur
demikian rapih. Untuk membersihkan bahwa Si
leng cee sudah ?bersih? maka rintanganrintangan yang biasa diadakan oleh Si leng
cee untuk orang mencapai markas besar, kini
sudah dihapuskan. Sejarak sepuluh li dari
tempatnya markas di Gunung Cui tiok san pada
banyak tempat ditaruh orang untuk menyambut
tamu-tamu atau lebih tepat dikatakan musuhmusuhnya.
Dibelakang gedung Song Sam Ceng yang luas
lebar menghadapi jalan rahasia telah
dibangun dua buah gubuk dan sebuah panggung
berkelahi (Luitay). Setiap pagi dan sore Auw
yang Ti dan Song Sam Ceng mengadakan
pemeriksaan sendiri dengan teliti di sekitar
tempat itu.
Pada suatu pagi, tepat lagi empat hari
pertemuan diadakan, Auw yang Ti dan Song Sam
Ceng setelah mencuci muka lantas seperti
melakukan pemeriksaan di tempat itu. Ini
kali mereka menemui hal yang tidak didugaduga matanya terbelalak ketika melihat pada
tiang itu ada berkubar sepotong kertas,
entah siapa yang menancapkan disitu. 418
Dalam penasarannya, Song Sam Ceng segera
enjot tubuhnya mengambil kertas itu.
Ternyata kertas itu sepucuk surat, yang
menggambarkan prihal kedatangan musuhmusuhnya. Seketika itu wajahnya Song Sam
Ceng telah berubah.
"Song Lengcu, kau kenapa?" tanya Auw yang
Ti tertawa melihat si Garuda Hitam seperti
yang merasa cemas hatinya.
"Auw yang toako, kau bacalah surat ini!"
jawabnya sambil menyerahkan surat tersebut.
Surat itu berbunyi:
Song Lengcu,
Kau boleh bersiap-siap kedatangan Bo
yong Kang dan Li Cong Bun. Selainnya
membawa banyak kawan dari dunia
persilatan, juga akan muncul si
Garuda Bersayap Hwe Siok Tang
bersama Hwe Giok Soan.
Perlu Lengcu ketahui juga bahwa Gan
Su Nio dengan gurunya Biauw Hoat Sin
ni dari Lam hay tidak ketinggalan
akan muncul dalam pertemuan.
Entah siapa yang menulis surat itu karena
tidak dibubuhi tanda tangan.
Bagaimanapun juga, Song Sam Ceng merasa
tergetar hatinya melihat diantaranya yang 419
datang adalah Biauw Hoat Sin ni dari Lam
hay. Itu nikow tua yang sangat susah diajak
urusan dan kepandaiannya justru yang paling
tinggi lihai diantara yang disebut dalam
surat tersebut.
Ia belum mendapat kabar tentang gurunya
Thian lam Siang koay, apakah dua orang itu
akan datang membantunya. Gurunya berada di
gunung Kole kang dalam propinsi Hun lam.
Jaraknya sangat jauh sedang waktunya ada
sangat mendesak, maka kalau mau mengabarkan
pada mereka itu tak mungkin dapat ditempuh
dengan mudah atau akan terlambat. Kini,
keadaan sudah mendesak begitu rupa, apa
daya?
Setelah memikirkan sejenak Song Sam Ceng
lantas unjuk ketawanya yang aneh.
Dalam pikirannya sudah didapat suatu
keputusan ialah jikalau terpaksa karena tak
dapat manandingi musuh-musuhnya, ia akan
ambil tindakan kejam yang tiada taranya.
Kiranya hanya diketahui dirinya sendiri
dan Auw yang Ti dalam suatu tempat rahasia
telah disimpan obat pasang ialah semacam
dinamit. Song Sam Ceng menanam barang-barang
itu ditempat tetamu disekitar panggung
ilitay. Jadi jika seandainya obat pasang itu
diledakkan sekelompok tetamu itu yang akan
menjadi korbannya. Sedang orang-orangnya
sendiri, siang-siang akan dibisiki untuk 420
menyingkir dari bahaya yang maha dahsyat
itu. Dengan tidak ragu-ragu lagi maksud itu,
setelah mendapat persetujuan Auw yang Ti
telah dikerjakan. Beberapa anak buahnya yang
berjasa turut menanam secara rapi benda
dahsyat itu, bukannya satu persatu diberi
hadiah, tapi sebaliknya satu demi satu telah
dibunuh mati. Kekejaman dilakukan karena
Song Sam Ceng kuatir kalau mereka dikasi
Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hidup bisa membocorkan rahasia.
Pada suatu sore, selagi Auw yang Ti
dengan Pho Kun Peng berunding tentang
penyambutan tetamu, ada seorang anak buahnya
yang melaporkan tentang datangnya dua Hiocu
ialah Tiauw Hun dan Tiauw Cian. Kedatangan
mereka sungguh kebetulan sudah tentu ada
sangat menggirangkan pada Pho Kun Peng dan
teman-temannya karena saat itu ada
dibutuhkan orang-orang kuat untuk menyambut
tetamu atau lebih tepat musuh Si leng cee.
Seperti pembaca tentu masih ingat, dalam
suatu pertandingan di tangsi Naga atas
anjurah si Kalajengking Pho Kun Peng. Tiauw
Hun telah dikerjai ilmunya Li Cong Bun,
ialah menggetarkan otot-otot dengan tenaga
dalam yang hebat, sehingga Tiauw Hun yang
mau mencengkram dirinya Li Cong Bun dengan
sepuluh kuku jarinya yang runcing dan
The Heike Story 11 Jaksa Pao Dalam Paku Maut Jejak Di Balik Kabut 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama