Ceritasilat Novel Online

Hadiah Membawa Bencana 7

Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung Bagian 7


turunkan padaku?" kembali Li Cong Bun
berkata.
"Ah kau ini anak kecil. Orang masih sibuk
dengan kesudahan pertandingan barusan, sudah
merengek-rengek tentang ilmu pedang. Tentu
akan kuturunkan padamu, sebegitu lekas aku
menemui suhu untuk dapat perkenannya." sahut
Gan Su Nio dengan sikap bergurau tapi
suaranya ramah tamah.
"Bun jie, kouw-kouw masih cape bagaimana
kau masih terus mengerecoki?" menegur Bo
yong Kang.
Li Cong Bun tertawa nyengir. Lagaknya
masih seperti kekanak-kanakan.
"Bo yong ko," kata Gan Su Nio sambil
membereskan rambutnya yang kusut. "Aku hanya
membereskan Pho Kun Peng terhadap siapa aku
ada menaruh dendam atas perbuatannya tempo 506
hari padaku. kini dia sudah binasa, maka
dalam urusannya Si leng cee selanjutnya aku
tak ikut campur. Aku sudah sepuluh tahun
lebih membantu Si leng cee dan kalau
sekarang ikut membasmi, rasanya hati tak
enak. Aku sudah berjanji pada suhu
selekasnya urusan membasmi Pho Kun Peng
beres, aku selekasnya pulang. Maka sekarang
aku harus cepat-cepat pulang. Harap Bo ong
ko tidak kecil hati, aku tak dapat lama-lama
disini."
Si nona menatap wajahnya Bo yong Kang
yang cakap tampan, air mukanya tampak
berduka. Setelah menghela napas kemudian ia
berkata, "Bo yong ko, kau belum tahu adatnya
suhu yang sangat aneh. Biarlah kita berpisah
sekarang aku di Lam hay, sukakah?"
Bo yong Kang mengangguk, "Tentu."
katanya. "Asal urusan Bun jie sudah beres,
aku sudah tidak punya urusan apa-apa lagi.
Tentu aku dengan Bun jie akan menyambangi
kau di sana. Tapi, eh"
Bo yong Kang tidak meneruskankatakatanya.
Si gadis tersenyum. Otaknya yang cerdik
mengerti apa yang dimaksudkan oleh lanjutan
kata-katanya sang kekasih.
Ia tersenyum "Eh kenapa?" tanyanya halus.
"Bukan begitu," sahut Bo yong Kang.
"Sekiranya aku dengan Bun jie kesana, apakah 507
suhumu nanti tidak akan marah? Sebab
kabarnya dia punya kediaman tidak boleh
diinjak oleh orang laki-laki, apa betul?"
Si nona unjuk senyumnya manis. "kau
jangan kuatir, itu adalah urusan kecil, aku
yang nanti mengurusnya sampai suhu tidak
jadi marah."
Bo yong Kang tertawa. "Nah baiklah kalau
begitu."
"Sekarang aku mohon diri." Kata Gan Su
Nio. Bo yong Kang mengangguk, tapi air mukanya
mengunjukkan rasa duka untuk perpisahan itu.
Si nona mengerti sebab ia juga tak puas
dengan pertemuan yang sebentar itu, tapi apa
mau dikata, ia harus keraskan hati karena
mengingt suhunya ada sangat bengis dan aneh
adatnya.
"Sampai kita bertemu di Lam hay, Bo yong
ko" kata pula si nona sambil perlahan
meloloskan tangannya yang dipegang erat oleh
sang kekasih.
Li Cong Bun hanya tersenyum melihat
kelakuannya dua orang itu.
"Gan kouw-kouw, kau jangan lupa buat
turunkan pada Bun jie ilmu pedangmu
tigabelas gerakan pedang ajaib. 508
"Tentu" jawabnya, lantas ia enjot
tubuhnya yang langsing ceking sudah tak
kelihatan lagi didepannya Bo yong Kang.
Jago Liauw tong itu berdiri bengong
mengawasi bayangan si nona yang lenyap.
Hatinya seperti kosong terbawa oleh si
cantik yang ayu merayu.
Tiba-tiba ia merasakan ada angin pukulan
yang menyerang dari belakangnya, ia cepat
berkelit.
Itulah pukulan Song Sam Ceng yang maha
dahsyat.
Si Garuda Hitam melihat kematiannya Pho
Kun Peng adik seperguruannya yang
disayanginya itu ada demikian mengenaskan
lantas saja amarahnya telah meluap dari
batasannya. Ia menghampiri Bo yong Kang.
Dengan tak berkata-kata lantas saja
menyerang jago Liauw tong dengan tenaga
pukulan yang hebat. Untung saja Bo yong kang
berkepandaian tinggi. Ia tidak sampai kena
dibokong begitu saja oleh si Garuda Hitam.
Bagaimanapun ia merasa terkejut ketika ia
melihat tenaga pukulan Song Sam Ceng yang
hebat dan menciptakan sebuah lubang besar
dan batu serta pasir disekitarnya pada
beterbangan diudara.
Song Sam Ceng memang mempunyai satu ilmu
pukulan Gledek. Orang yang terkena
pukulannya ini akan menjadi hancur lebur 509
tubuhnya, jangan harap bisa kenali lagi.
Ilmu ini jarang ia gunakan kecuali
menghadapi musuh berat, ia tidak mau
mengeluarkan pukulannya yang dahsyat itu.
Kali ini, karena ia sudah marah betul
melihat adik seperguruannya binasa maka ia
sudah tumplak kemarahannya pada Bo yong
Kang. Karena sebab ini ia yang dianggap
menjadi gara-gara sehingga Pho Kun Peng
menemui ajalnya di tangan Gan Su Nio.
Untuk melayani pukulan Gledek dari si
Garuda Hitam, bo yong Kang telah keluarkan
ilmu simpanannya yaitu tenaga sakti dari
Ceng Leng Cinjin, sementara itu Auw yang Ti
telah bertindak mengatur orang-orangnya.
"Ho Lengcu," ia berkata pada Ho Ceng Bu.
"Saat kita mengatur orang-orang kita untuk
mengepung dan membinasakan pada mereka, kau
lekas-lekas suruh orang menyampaikan suratku
pada Li Cong Bun. Kau sendiri lekas-lekas
masuk ke goa yang aku beritahukan padamu.
Disana kau menunggu sampai pertempuran
disini sudah selesai baru keluar lagi.
Dengan begitu dirimu bukan selamat?"
Ho Ceng Bu menurut, lalu ia menyuruh anak
buahnya menyampaikan suratnya Auw yang Ti
kepada Li Cong Bun. sementara itu ia
menanya, "Auw yang ko, kau sendiri bagaimana
menyelamatkan dirimu?"
Auw yang Ti tersenyum. "kau cepat-cepat
meninggalkan tempat ini. Untuk diriku 510
sendiri aku sudah mempunyai akal untuk
menyelamatkan diri. Sekarang keadaan sangat
berbahaya, maka kalau kau tidak lekas-lekas
pergi nanti jadi terlibat dan bisa-bisa
jiwamu akan melayang dengan Cuma-Cuma!"
"Setelah melihat Ho Ceng Bu sudah
berlalu, Auw yang Ti lantas mengibarkan
?lengki? (bendera perintah). Perlahan Hiocu
dari Si leng cee pada datang berkumpul di
sebelah barat panggung luitay. Kepada mereka
Auw yang Ti berkata:
"Sekalian Hiocu, Si leng cee sekarang
tenggah menghadapi mati hidupnya. Dua Lengcu
dari tangsi Kalajengking dan Hong sudah
mati. Sekarang kita menghadapi musuh, belum
tahu menang atau kalah. Pribahasa mengatakan
memelihara tentara ribuan hari tapi
dipakainya hanya beberapa jam saja. Sekarang
ada saatnya kalian membalas budi. Sekarang
kita menghadapi Bo yong Kang dan kawankawannya yang berilmu silat tinggi. Meskipun
kita mempunyai banyak orang tentu tidak
terluput banyak yang binasa. Kehidupan
kalian adalah penting maka aku juga tidak
ingin memaksa. Siapa yang tidak berani
bertempur boleh undurkan diri dan pergi dari
sini. Sebaiknya siapa yang membunyai nyali
boleh tinggal. Sebentar kalau sudah menerima
perintah dari aku, baru kalian menyerbu
untuk kepentingan kita semua dan Lengcu yang
berbudi!" 511
Puluha Hiocu itu pikirannya beda-beda.
Ada yang memikir melihat ketuanya itu suka
melakukan perbuatan yang melanggar hukum,
satu waktu markasnya pasti akan mengalami
kehancuran oleh serbuan musuh. tapi karena
mereka mersa butang budi terhadap sang
kepala mereka mau berkorban untuk membela Si
leng cee sampai disaat terakhir maka mereka
tak mau pergi. Sebaliknya ada juga yang
kebiasaannya berbuat ugal-ugalan dan hanya
mencari kesenangan dan keselamatan merasa
sayang jiwanya kalau menjadi korban karena
membela Si leng cee. Setelah berunding
dengan kawan-kawannya yang satu haluan
mereka ini lantas pada pergi meninggalkan
markas Si leng cee.
Auw yang Ti hitung-hitung hanya tigabelas
orang yang setia kepada Si leng ce. Untuk
mana Auw yang TI lantas menjamu dengan arak
pada ketigabelas orang itu sebagai
penghargaan atas kesetiaan mereka.
Dalam perjamuan arak itu Auw yang Ti
berkata, "Sekalian Hiocu aku merasa girang
sekali atas kesetiaan kalian. Nah sekarang
aku mewakili Song Lengcu menjamu kalian
sebagai tanda penghargaan. Sebentar kalau
kalian sudah minum arak segar, boleh siapsiap menanti aku punya perintah untuk
menyerbu musuh!"
Auw yang Ti sambil berkata, menghampiri
Hiocu satu-satu untuk menuangkan arak dari 512
poci ke dalam cawan cawan arak dari tiga
belas Hiocu itu.
Mereka minum dengan gembira dan
menyatakan kerelaannya untuk berkorban
membalas budinya Song Lengcu yang sangat
menghargai kepada diri mereka.
Semuanya angkat sumpah untuk matimatian
membela Si leng cee. Malah Auw yang Ti
sendiri ikut serta bersumpah demikian.
Song Sam Ceng sementara itu pikirannya
sudah keruh betul. Biasanya ia sangat
cerdik. Inilah disebabkan kematian beberapa
pembantunya dan markasnya terancam bahaya
kemusnahan. Maka selama bertempur dengan Bo
yong Kang ia sudah tidak menghiraukan
dirinya lagi. Ia main hantam kromo dengan
pukulannya yang dahsyat hingga batu dan
pasir pada beterbangan di udara.
Pertandingan Bo yong Kang melawan Song
Sam Ceng benar-benar hebat.
?Pukulan Gledek? Song Sam Ceng telah
disambut oleh ?Tenaga Sakti? Bo yong Kang.
Terang mereka ada sama tandingan dan
kuatnya. Serangan-serangan yang dilancarkan
dengan tenaga dalam menimbulkan angin
gemuruh yang menyeramkan.
Menghadapi musuh telengas dan lihai,
timbul lagi Bo yong Kang punya adat yang
angkuh dan berangasan sebagai si ?Pelajar
Hati Besi?. Satu kali dua tenaga kekuatan 513
mereka beradu. Masing-masing mundur beberapa
tindak. Saking dahsyatnya mereka punya
tenaga kekuatan, dapat dibuktikan bekasbekas kakinya menginjak tanah dalam sekali.
Pertempuran berjalan sangat seru. Song
Sam Ceng matanya merah dan darahnya bergolak
menahan kegusarannya yang meluap-luap. Bo
yong Kang juga tidak mau unjuk kelemahannya.
Serangannya yang berat tetap dilancarkan.
Dua-duanya telah mengeluarkan tenaga
berlebihan. Tidak heran kalau jalannya
pertandingan makin lama makin lambat.
Keduanya telah merasa letih dan napasnya
sesak. Tidak begitu gesit lagi bergeraknya
seperti semula. Mulutnya masing-masing
mengeluarkan darah. Kini mereka bertempur
perlahan hanya menantikan siapa yang lengah
saja akan jadi korban lawannya.
Hwe Pek It dan kawan-kawannya di sebelah
kanan panggung luitay sudah siap sedia akan
menghadapi segala kemungkinan.


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Li Cong Bun melihat pamannya sudah
kecapaian ingin menggantikan sang paman tapi
ia tidak berani turun tangan karena pamannya
paling tidak suka kalau dirinya dibantu oleh
orang lain.
Keduanya kelihatan sudah kehabisan tenaga
tapi tidak mau menghentikan pertandingannya.
Rupanya mereka sudah bertekad bulat untuk
bertanding sampai mati. 514
Tepat pada saat itu Auw yang ti habis
mengucapkan restunya kepada sekalian Hiocu
yang hendak membela Si leng cee. Ia berkata
pada Song Sam Ceng.
"Song Lengcu, berhenti dulu. Apa kau lupa
di suatu tempat kita ada menyimpan apa?"
Song Sam Ceng mendengar itu lantas ingat
dengan dinamit yang harus diledakkan.
Pikirnya, kenapa aku begitu goblok menempur
musuh mati-matian. Sedangkan menggunakan
dinamit tidak harus keluarkan tenaga
sedikitpun juga? Berpikir demikian, ia lalu
melompat mundur dari kalangan perkelahian.
"Bo yong Kang, kau tunggu sebentar di
sini. Aku ada senjata yang akan digunakan
untuk menghabisi jiwamu. Kalau nanti aku
bertempur tidak dapat menang juga, aku
dengan rela akan membubarkan SI leng cee!"
"Hmm.!" Menggeram Bo yong Kang sebagai
jawabannya.
Li Cong Bun melihat pertempuran itu amat
hebatnya, dalam hati sudah merasa kuatir
dud-duanya akan binasa. Maka ketika melihat
mereka berhenti bertempur, cepat ia memburu
pada pamannya dan berkata pada Song Sam
Ceng:
"Hei, Song Sam Ceng apalagi kepandaian
yang akan dikeluarkan? Cepat cepat
dikeluarkan di depan tuan kecilmu supaya kau
bisa mati meram!" 515
Sebenarnya itu adalah tantangan penuh
hinaan, tapi Song Sam Ceng tidak jadi gusar.
Malah dengan muka tebal ia menyengir
tertawa. Ia putar tubuhnya pergi ke tempat
rahasia, dimana ada disimpannya dinamit.
Ditengah jalan merasa mulutnya asin-asin.
Itulah darah. Cepat-cepat ia mengeluarkan
pil dari sakunya lalu ditelannya. Ia melirik
pada Auw yang Ti sejenak, setelah itu ia
lari ke tempat rahasia tadi.
;I Cong Bun mengeluarkan pil nya,
diberikan dua butir kepada Bo yong Kang,
kemudian mereka jalan menghadapi tempat
duduknya lagi.
Sementara itu Hwe Pek It dan Hwe Siok
Tang baru saja sampai di tempatnya Bo yong
kang hendak memberi hiburan, tiba-tiba
melihat belasan Hiocu telah dikerahkan oleh
Auw yang ti hendak menerjang kepada mereka.
Mereka mendatangi dengan teriak-teriak,
"Bunuh mati musuh..! Bunuh mati musuh..!"
Li Cong Bun tertawa. Melihat mereka
mendatangi lalu berkata kepad Hwe Pek It dan
adiknya :
"Hwe pepe berdua harap menemani Bo yong
susiok. Baik beristirahat disebelah timur
panggung luitai saja. Biarlah penjahatpenjahat yang mengingkari janji ini aku yang
sapu semuanya"
Ia bangkit dan menghunus pedangnya
menyongsong kedatangannya kawanan penjahat 516
yang membawa macam-macam senjata. Dengn
tidak tanggung-tanggung sekaligus Li Cong
Bun telah memainkan Ilmu Pedang Pengejar
Sukma dikombinasikan dengan Ilmu Pedang
Swastika. Ia putar pedang pusakanya ?Pedang
Penakluk Iblis? yang ampuh hingga tubuh anak
muda itu seakan-akan dibungkus oleh
bianglala yang indah sekali, susah musuh
mendekatinya.
Pertama-tama yang menerjang adalah Dua
Saudara Li. Mereka menyerang dengan
senjatanya, tahu-tahu ketika senjata mereka
beradu dengan senjatanya Li Cong Bun telah
pada putus melayang di udara. Berbareng
orangnya juga telah rubuh binasa karena
lehernya terbabat oleh Pedang Penakluk Iblis
yang sangat tajam.
Sementara pedangnya Li Cong Bun masih
mencari-cari korbannya. Anak muda itu
dibikin heran oleh musuh-musuhnya yang pad
rubuh dengan sendirinya saling menggeletak
di atas tanah. Apa sebabnya? Betul betul
telah mengherankan Li Cong Bun.
Ia lalu memeriksa sekalian korban itu,
diantara lima yang mati karena pedangnya
tapi delapan yang rubuh tidak mendapat luka
apa-apa. Mereka rubuh pingsan.
"Hei, apa artinya ini? Li Cong Bun
bertanya pada dirinya sendiri.
Li Cong Bun lalu menghampiri Bo yong Kang
dan kawan-kawannya yang sudah pindah duduk 517
di sebelah timur panggung luitay. Ia ingin
melaporkan kejadian barusan yang
mengherankan, akan tetapi tiba-tiba Hwe Pek
It berkata,
"Hmm.! Pho Kun Peng sudah mati, Song Sam
Ceng sudah kabur. Semua sisa penjahat itu
sudah ditaklukkan oleh Li hiantit. Semua
sudah selesai. Nah sekarang lohu minta Li
hiantit membebaskan pada Ho Ceng Bu..!"
Li Ceng Bun terkejut mendengar disebutnya
nama Ho Ceng Bu. Justru kedatangannya ke Si
leng cee itu yang terutama adalah urusan
dendam pada Ho Ceng Bu. tapi kemana perginya
musuh mesarnya itu? Ia melihat bagian barat
panggung luitay bukan saja musuh besarnya
sudah tidak kelihatan mata hidungnya malah
Auw yang Ti juga entah kemana perginya.
"Tidak, tidak Hwe pepe," kata Li Cong
Bun. "Aku tidk bisa membebaskan musuh
seorang besarku, aku harus memenggal
kepalanya baru puas. Kita harus mencari
sampai dapat, sedang itu Auw yang Ti si
licin juga harus dibnasakan supaya tidak
meninggalkan bibit bencana dikemudian hari."
Hwe Pek It tersenyum mendengar bicaranya
anak muda itu yang gagah dan mantap.
"Li hiantit, mari duduk kita omong-omong.
Halnya Ho Ceng Bu jangan kau selempang. Dia
tidak bisa lolos dari tempat ini. Tentang
Auw yang Ti, setelah kita duduk omong-omong,
nanti akan aku terangkan." 518
Li Cong Bun merasa heran dengan
perkataannya si Naga Sakti Hwe Pek It,
pikirnya tentu ada udang dibalik batu,
makanya orang tua itu bicara tentang Auw
yang Ti tersenyum-senyum saja. Ia lalu
menurut dan duduk diantara mereka.
Sambil melihat surat untuk Li Cong Bun
kepada Hwe Siok Tang, si Naga Sakti berkata:
"Jie-te, kau boleh menceritakan Auw yang
ti kepada Bo yong kang dan Li hiantit.
Markas ini sekarang sudah tidak ada
kepalanya. Aku kuatir menjadi kalut, maka
aku akan menentramkan dulu mereka."
Setelah berkata begitu kemudian ia
meninggalkan Bo yong Kang dan kawan-kawannya
untuk membereskan anak buahnya Si leng cee
yang kehilangan kepalanya supaya mereka
tidak menerbitkan huru-hara yang tidak
diingini.
Bo yong Kang dan lain-lainnya pun merasa
setuju dengan tindakannya si Naga Sakti,
sebab dalam urusan anak buah Si leng cee
adalah si Naga Sakti yang paling tepat turun
tangan membereskannya.
Setelah Hwe Pek It berlalu, lantas Hwe
Siok tang menceritakan kisah Auw yang Ti
yang telah membantu Si leng cee.
Kiranya Se Bun Pa alias si Iblis Beracun
di dalam peti matinya tidak jadi binasa oleh
arak beracun karena ia telah tertolong oleh 519
pil mujijat dari Bu Ju Toato yang diberikan
oleh Li Cong Bun ketika ia mendekati mati.
Perlahan-lahan dalam peti ia merasakan
tenaganya pulih kembali. Araknya yang sangat
beracun dalam perutnya dirasakan hilang
musnah. Ia heran sebab dapatkan dirinya
tidak jadi mati. Ketika ia hendak bangun,
kepalanya terbentur tutup peti hingga ia
kaget dan akhirnya ia tertawa sendiri.
"Aku.. aku tidak jadi mati" ia
menggerutu sendirian.
Kemudian keluar dari peti mati itu yang
memang tidak dipantek, maka gampang saja ia
sudah keluar. Ia sangat berterima kasih
kepada Bo yong kang dan Li Cong Bun yang
sudah menolong jiwanya. Ia mau mengejar,
tapi pikirnya kapiran sebab dua orang itu
tentu sudah berjalan jauh.
Untuk menemui mereka baru bisa nanti
bulan tiga tanggal tiga akan datang di
markas besar Si leng cee di gunung Sui tiok
san untuk membuat perhitungan yang sudah
dijanjikan. Pikirnya ia harus membalas budi.
Bagaimana akalnya supaya ia dapat menolong
mereka dengan cepat?.
Untuk menantikan waktu bulan tiga tanggal
tiga masih lama. Pikirnya baik ia selama
waktu itu berkeliaran ditempatnya yang
menyepi di gunung Hud leng yang letaknya
tidak jauh dari Cui tiok san. Perlahan-lahan
ia berunding dengan Auw yang Ti mencari 520
jalan bagaimana baiknya untuk menolong Bo
yong Kang dan kawan-kawannya sebagai
pembalasan budi untuk pil yang diberikan
oleh Li Cong Bun kepadanya sehingga jiwanya
tidak sampai binasa.
Terus Se bun Pa berangkat ke tempatnya
Auw yang Ti.
Berdua memang ada kenalan lama. Tentu
saja pertemuan itu menggirangkan hati
masing-masing. Terutama Auw yang Ti amat
gembira mendengar pengakuannya Se bun Pa
bahwa ia sekarang sudah berubah haluan dari
orang jahat menjadi orang baik-baik.
Auw yang Ti memberi nasehat kepada
kawannya supaya setelah menjadi orang baikbaik jangan berubah pada pikirannya. Terus
berdiam ditempatnya menyepi menjalankan
kebaikan kepada umat sesamanya.
Dalam omong-omong selanjutnya Se bun Pa
menyatakan pikirannya.
"Ya, semua keinsyafan dari dosa-dosaku
terdahulu harus ada penebusannya bukan?
Kalau hanya insyaf dan tidak menebus dosa
akan lebih berat dosa itu dipikilnya. Semua
kesalahanku itu sudah aku bayar lunas, tapi
hanya kedosaanku terhadap Li Hoay Bin, meski
aku sudah membayar dengan jiwaku, ternyata
aku masih berhutang budi kepasa anaknya yang
bernama Li Cong Bun. Aku ingin membalas
budinya, maka pada saat ia dan pamannya Bo
yong Kang tahun depan datang di markas Si 521
leng cee untuk bertanding, aku harus datang
menolong mereka membubarkan perkumpulan
penjahat itu. Setelah maksudku terkabul,
tidak lupa aku padamu dan datang pula disini
untuk bersama-sama dengan kau menyepi di
sini."
"Bagus, bagus," kata Auw yang Ti tertawa
sambil angguk-anggukkan kepalanya.
"Auw yang, pada masa ini kawanan penjahat
merajalela, hingga rakyat jelata menderita
karena gangguan mereka. Dimana sekarang ada
tempat yang aman? Hmm auw yang heng, kau
jangan kira tempat ini tidak disatroni
kawanan penjahat. Kau kira sudah aman? Sudah
membuat jalan rahasia untuk menyelamatkan
diri? Tidak bisa. Kawanan penjahat yang
kejam akan datang mencari seteru dengan kau.
Kecuali kalau kau bersedia dimintai tenagamu
untu memperkuat pekerjaan kejahatan."
Auw yang Ti tertawa bergelak-gelak.
"Se bun Pa," katanya. "Hatimu belum
bersih, jangan melemparkan kotoran itu
dibadanku, aku sudah sepeluh tahun lamanya
menyepi disini. Nama Auw yang Ti sudah tidak
terkenal lagi, siapakah orang yang akan
mencari-cari aku? Ha ha ha ha!"


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua teman karib itu bersenda gurau.
Sedang enaknya mereka tiba-tiba ada
pelayannya Auw yang Ti melaporkan bahwa ada
utusan dari Si leng cee membawa surat dari
Song Lengcu untuk Auw yang Ti. 522
Mendengar ini, Se bun Pa tertawa gelakgelak dengan tiba-tiba.
"Nah apa aku kata barusan? Apa tidak
benar perkataanku tadi? Auw yang heng, orang
dari jauh-jauh datang untuk mengundang kau.
Apakah kau bersedia untuk pergi?"
Auw yang Ti setelah tersenyum menjawab
dengan bersajak:
"Sinar kunang-kunang mana dapat
dibandingkan dengan sinar rembulan? Burung
Hong mana dapat terjatuh di gerombolan
anjing!"
Se bun Pa mendengar jawabannya yang
berupa sajak itu yang indah dan dalam
artinya, ia menjadi girang.
"Nah, ini bagus," katanya. "Kalau kau
tidak mau, ini ada kesempatan buatku untuk
bertindak membalas budi orang. Apakah kau
sudah berjumpa dengan salah seorang dari Si
leng cee?"
Auw yang Ti menjawab sambil tertawa,
"Hmm! Selama sepuluh tahun, temanku hanya
sekitar tempatku ini, baik yang berjiwa
maupun tidak berjiwa. Asap dan awan sebagai
kawan di udara, binatang dan burung sebagai
kawan di daratan. Tidak ada yang datang
mengaduh tempatku yang tenteram, tenang.
Mana aku bisa kenal dengan orang-orang Si
leng cee. Dari sikapmu, aku tahu kau akan
menggunakan namaku mengacau di Si leng cee." 523
"Tebakanmu memang benar Au yang heng.
Hayo kau ambil bajumu, biar aku yang
melayani orang Si leng cee. Inilah ada satusatunya jalan yang paling baik untuk aku
membalas budi anaknya Li Hoay Bin untuk
menghancurkan Si leng cee."
"Celaka punya teman begini." Auw yang Ti
bergurau. "Baru saja darah panasku
mendingin, kini kau sudah bermaksud hendak
membuka pembunuhan lagi."
Se bun Pa tertawa gelak-gelak. "Auw yang
heng, ini kebetulan aku datang dan mau
mewakili kau, kalau tidak, hmm.. mana dapat
kau meloloskan diri tekanannya kawanan
penjahat dari Si leng cee?"
Auw yang Ti geleng-geleng kepalanya. Ia
terus masuk kedalam mengambil pakaian untuk
dipakai oleh Se bun Pa. Memang perawakannya
sama maka pakaian si orang she Auw yang yang
sudah mengasingkan diri itu pas betul ketika
dikenakan oleh Se bun Pa si Iblis Beracun.
Sementara Auw yang Ti masuk kedalam, ia
sudah mengubah mukanya meniru mukanya Auw
yang Ti dengan pertolongan obatnya yang
ajaib hingga Auw yang Ti kaget ketika
melihat wajahnya sang teman sudah berubah
mirip dengan wajahnya sendiri.
"Se bun Pa, benar tepat aliasmu si Iblis
Beracun Auw yang Ti bergurau sambil
tertawa. 524
Sembari salin pakainnya, Se bun Pa
menyahut, "Auw yang heng, kau jangan gegabah
mengatakan demikian sebab sekarang aku sudah
tidak menjadi iblis lagi. Apa kau tidak
percaya kawanmu menjadi orang baik-baik??
Auw yang Ti tertawa bergelak-gelak
kemudian pergi keluar menemui Ho Ceng Bu.
Sambil menjura Ho Ceng Bu memperkenalkan
diri lalu menuturkan maksudnya pada Auw yang
Ti palsu bahwa ia datang membawa suratnya
Song Lengcu untuk mengundang jago yang telah
mengasingkan diri itu buat diajak bersamasama berjuang memperkuat Si leng cee.
"Ho Hiocu," kata Auw yang Ti setelah ia
menghela napas. "Aku sebenarnya sudah bosan
dengan penghidupan dalam dunia ramai, maka
juga sudah mengasingkan diri disini sepuluh
tahun lamanya. Aku sudah biasa dengan
kesunyian, mana dapat aku menyesuaikan diri
pula membantu Song Lengcu? Harap saja kau
tidak kecil hati. sudilah menyampaikan pada
Song Lengcu aku punya permintaan maaf bahwa
aku tak dapat meluluskan undangannya"
Auw yang Ti palsu berkata sambil membaca
suratnya Song Sam Ceng.
Kepalanya diangguk-anggukkan persis
seperti lagaknya tuan rumah.
"Auw yang ko," sahut Ho Ceng Bu yang
tidak enak hatinya mendengar si jago tua
yang sudah mengasingkan diri menolak 525
undangannya. "Song Lengcu ada sangat
menghargai padamu, hendak mengangkat kau
sebagai orang yang terdekat dalam
pekerjaannya, maka sayang sekali kalau kau
menolaknya."
"Aku sudah tidak mempunyai keinginan yang
bukan-bukan lagi Ho Hiocu."
Tapi Ho Ceng Bu sudah tidak mau mendengar
dengan begitu saja, maka ia telah mainkan
lidahnya yang tajam untuk membujuk pada Auw
yang Ti menjawab dengan menghela napas.
"Baiklah kalau begitu. Asal aku sudah
membereskan Si leng cee sampai kembali
namanya termasyur dan dimalui oleh lain-lain
partai dalam dunia persilatan, aku akan
kembali ke tempat yang tenteram ini.
selanjutnya aku harap kalian tidak akan
mengganggu ketenanganku lagi!"
Ho Ceng Bu dengan girang berjanji.
Katanya, "Sudah tentu. Maksudnya Song Lengcu
yang terutama adalah memberikan bantuan Auw
yang ko untuk mengusir musuh yang akan
mengacau dalam markas Si leng cee. kalau
sudah tercapai maksud itu, terang Song
Lengcu tidak akan keberatan untuk mengantar
Auw yang ko kembali ke tempat tinggalmu yang
tenteram tenang di sini.
Demikianlah mereka telah mendapat
persetujuan satu dengan yang lain. Auw yang
Ti palsu alias Se bun Pa tidak menanti 526
sampai besok, malam itu mereka telah
berangkat menuju Si leng cee.
Ho Ceng Bu bukan main girangnya ia telah
berhasil mengundang orang pandai.
Dalam markas Si leng cee, Se bun Pa telah
bekerja. Perama-tama ia telah menolong Hwe
Pek It, yang ia pura-pura hajar dengan jarum
beracunnya untuk mengelabuhi matanya Song
Sam Ceng yang saat itu hendak bertempur
dengan Hwe Pek It. Dengan kelakuan dan
sikapnya yang sungguh-sungguh Se bun Pa
dalam markas Si leng cee mendapat
kepercayaan penuh dari Song Sam Ceng, maka
dia enak saja mengatur persiapan untuk
membantu Li Cong Bun dan kawan-kawan.
Hwe Pek It memang betul-betul telah pergi
ke Niu hosan seperti yang dikatakan oleh Auw
yang Ti palsu alias Se Bun Pa. tapi dianya
tidak mendapatkan kembang yang dikatakan
oleh Se bun Pa. Hanya bertemu dengan Se bun
Ceng, keponakannya Se bun Pa.
Se bun Ceng kaget ketika mendapat tahu
bahwa jarum yang melukai Hwe Pek It itu
adalah jarum senjata rahasia pamannya.
Cepat-cepat ia gunakan mulutnya menyedot
keluar sebab jarum itu memang bukan jarum
beracun, maka setelah dikeluarkan Hwe Pek It
rasakan tangannya sudah sembuk kembali
seperti biasa.
Hwe Pek It baru tahu bahwa orang yang
telah menolong padanya adalah Se Bun Pa 527
ketika ia menuturkan pada Se bun Ceng
kejadiannya dalam markas Si leng cee.
"Pamanku kalau begitu telah hidup
kembali. Ia dulu memang orang jahat dan
kejam, tapi belakangan sudah menjadi orang
baik. Dengan adanya dia di Si leng cee tentu
dia mau membantu pada Bo yong Kang dan Li
Cong Bun dalam pertempuran nanti bulan tiga
tanggal tiga."
"Hei, barusn kamu bilang pamanmu mati
hidup kembali, bagaimana bisa begitu?"
menyela Hwe Pek It.
Se bun Ceng tertawa gelak-gelak. Ia lalu
menceritakan pada Hwe Pek It bagaimana
pamannya telah binasa dengan minum racun
untuk menebus dosanya telah membunuh mati
ayahnya Li Cong Bun. Kejadian di rumah batu
di puncak gunung Cu cui hong telah
diceritakan pada Hwe Pek It panjang lebar.
Malah dirinya sendiri kini juga hanya
mempunyai satu lengan karena ingin menebus
dosa kejahatan dan kembali menjadi orang
baik-baik.
Setelah mendengar penuturannya Se bun
Ceng barulah Hwe Pek It mengerti duduknya
perkara. Ia bukan main girangnnya sebab ia
sudah memastikan akan kehancurannya Si leng
cee kalau ada Se bunPa yang menjadi penyakit
disebalah dalam.
Hwe Pek It seterusnya tinggal bersama Se
bun Ceng di Kiu Hoa san menanti tepat 528
waktunya sepuluh hari lagi waktu
pertandingan. Ia akan turun gunung bersama
Se bun Ceng untuk membantu Se bun Pa, sebab
kalau sekarang sekarang ia pergi menemui Se
bun Pa, rahasia bisa menjadi bocor dan tidak
enak buat Se bun Pa menjalankan peranannya
dalam Si leng cee.
Se bun Pa alias Auw yang Ti palsu sudah
dapat memastikan bahwa Si leng cee mudah
dihancurkan oleh Bo yong Kang dengan kawankawannya, tapi apa mau dikata beberapa hari
sebelum pertempura ia mendengar akan
datangnnya tigabelas hweshio kosen dari Si
Hek dikepalai oleh paman-paman gurunya empat
orang menjadi semuanya ada tujuh belas orang
jagoan dari Si Hek yang akan membantu Si
leng cee.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
berhubung dengan urusnnya Pedang
Penakluk Iblis yang dimiliki oleh Li Cong
Bun ialah pedang warisan Tay Han Sin ni.
Se bun Pa menjadi gelisah karenanya.
Sebab dengan turunnya tujuh belas hweshio
ini, berarti tidak ada harapan kawanan
pendekar membasmi Si leng cee. pikirannya,
yang penting membereskan dulu dendaman Li
Cong Bun pada Ho Ceng Bu lainnya nanti boleh
dipikirkan lagi. Maka ia telah mencari akal
untuk menahan enam belas hweshio yang masih
ad dalam perjalanan sebab satu diantaranya
Li Bu Taysu sudah datang terlebih dahulu di
markas Si leng cee.
Dengan mencampur obat bius dalam arak, ia
telah membikin Bo yong Kang dan kawan-kawan 529
telah tidur kepulasan setelah kenyang makan
dalam rumah penginapannya di desa kecil
limapuluh li jauhnya dri markas Si Leng Cee.
ia telah pinjam pedangnya Li Cong Bun dan
diberikan kepada Se bun Ceng untuk memikat
itu kawanan hweshio keluar dari Si Hek.
Benar saja ketika pedang tersebut
diperlihatkan didepan mereka telah
dibenarkan bahwa pedang itu adalah miliknya
Tay Han Sin ni. Mereka mencoba untuk
merampasnya tetapi Se bun Ceng yang cerdik
sudah bisa meloloskan diri kabur dengan
pedang itu. Mereka mengejar dengan
menggunakan ilmu meringankan tubuh, tapi
ternyata ilmunya Se bun Ceng ada tinggi,
tidak gampang-gampang dapat disusul.
Dengan begitu, mereka sudah dapat
dipancing ke tempat yang jauh dari markas Si
leng cee, sehingga dalam pertandingan di
markas besar Si leng cee, kecuali Li Bu
Taysu tidak ada lagi hweshio kosen dari Si
Hek yang turut turun tangan.
Pedang Penakluk Iblis ditengah jalan
telah diberikan kepada Hwe Pek It oleh Se
Bun Ceng supaya diserahkan kembali pada Li
Cong Bun. Tidak heran ketika Li Cong Bun
terheran-heran ketika melihat pedangnya itu
berada pada Hwe Pek It pada sebelum pedang


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu dikembalikan.
Pertempuran antara Hwe Siok Tang dan Auw
yang Ti di atas luitay, hanya sandiwara
belaka dari mereka, karena yang menjadi Auw 530
yang Ti adalah Se bun Pa dan mereka telah
bermufakat terlebih dahulu bagaimana mereka
dapat mengelabuhi matanya Song Sam Ceng yang
cerdik dan licik.
**** Penuturannya Hwe Siok Tang tentang siapa
Auw yang ti dari Si leng cee membuat semua
orang menjadi sangat kagum akan sepak
terjangnya Se bun Pa. betul dia ada manusia
aneh yang sulit diukur kecerdikannya,
disamping mahir menggunakan seribu macam
racun.
"Ha ha ha." Demikian kedengaran Touw
Peng Tojin tertawa. "Aku sekarang tahu
bagaimana orang-orang tadi tanpa kena
disentuh pedangnya Li hiantit sudah pada
rubuh terlebih dahulu. Kiranya semua telah
minum arak yang dicampuri obat bius terlebih
dahulu. Benar-benar perbuatannya Se bun Pa!"
"Tapi kemana sekarang orang satu itu?!"
nyeletuk Ko Ching.
"Kini urusan Si leng cee dianggap sudah
beres maka dia lantas sudah mengundurkan
diri tidak lagi menemui kita orang"
"Mana bisa sudah selesai?" nyeletuk Li
Cong Bun dengan wajah gusar. "Itu Song Sam
Ceng kemana? Dia itu Ho Ceng Bu musuh
besarku mana bisa meloloskan diri didepan
hidungku begitu saja? Aku harus mencari 531
padanya untuk membalas dendam atas kematian
ibuku!"
"Bun jie," kata Bo yong Kang sabar.
"Tentang Song Sam Ceng rasanya memang dikasi
lolos dengan sengaja supaya dia melaporkan
diri pada Thian lam Siang Koay dan membikin
dua siluman itu panas hatinya sehingga
keluar dari sarangnya. Ini memang baik sebab
kita bisa bekerja tidak tanggung-tanggung
untuk membasmi kejahatan. Dan siluman itu
memang harus disingkirkan dari dunia, barula
rimba persilatan akan merasa tenteram
karenanya. Sedang itu Ho Ceng Bu, kau jangan
gelisah sebab itu Se bun pepemu tentu tidak
melupakan padamu dia sudah disediakan
perangkap dan orang she Ho itu akan
diberikan padamu sebagai hadiah."
Li Cong Bun sangsi mendengar bicaranya
sang paman. Selagi ia berpikir, mendadak Hwe
Siok Tang mengeluarkan sepucuk surat dari
sakunya sambil menyerahkan itu pada Li Cong
Bun ia berkata:
"Li hiantit, ini ada surat dari orang
suruhannya Ho Ceng Bu. Kalau sudah baca
isinya terus bisa tahu pembalasan seorang
yang menanggung budinya yang besar."
"Semula Li Cong Bun ragu-ragu menerima
surat itu yang dikatakan pesuruh Ho Ceng Bu,
dikuatirkan akan membokong dirinya dengan
racun. Tetapi ketika melihat pada sampulnya
ada perkataan, "Disampaikan kepada Li 532
Hiantit," sepintas lalu ia tahu ada
tulisannya Se bun Pa, dengan tidak ragu-ragu
lagi ia menerimanya dan dibaca bunyinya :
"Li Hiantit, dengan pertolongan obatmu
yang mujijat, aku tidak jadi binasa.
Hidupnya lagi jiwaku berarti bahwa aku ada
menanggung budimu besar sekali. Maka aku
telah berkeputuan tetap meskipun telah
menempuh jalan yang bagaimana sukarnya juga
aku harus membalas budimu yang besar itu.
Mengingat Si leng cee telah banyak
membuat susah rakyat jelata dan kau hendak
membalas dendam kepada Ho Ceng Bu yang
menjadi salah satu orang kuat dalam Si leng
cee, aku telah mencari akal cara bagimana
aku bisa masuk dalam Si leng cee untuk
membantu kau. Aku telah beruntung bisa
menyaru menjadi Auw yang Ti sahabatku ketika
ia tidak sudi diundang oleh Song Sam Ceng.
Prihal kisahku ini kau bisa dengar lebih
dari Hwe Tayhiap tak usah aku menceritakan
lagi disini.
Menurut perhitunganku, kalau membaca
surat ini, Si leng cee sudah dibereskan oleh
kalian. Nah, sekarang cepat-cepat kau pergi
ke tempat rahasia, dimana kau akan menemukan
sebuah kursi batu. Kau putar ke kiri tiga
kali ke kanan satu kali dan kekiri lagi tiga
kali lantas akan terbuka sebuah goa dimana
kau dan pamanmu akan menjumpai sumbanganku
yang berharga untukmu. 533
Ingat, setelah kalian membikin pembalasan
di Si leng cee, jangan lengah terhadap
kawanan hweshio dari Si Hek. Aku melihat Li
Bu Taysu telah meluncurkan panah isyarat
panggilan untuk kawan-kawannya, maka tidak
lama lagi mereka akan berkumpul dan mencari
kau yang memiliki Pedang Penakluk Iblis
miliknya Tay Han Sin ni.
Song Sam Ceng telah meloloskan diri,
pasti dia pulang ke tempat gurunya Thian lam
Siang koay untuk minta bantuan. Dia bercitacita dalam waktu sepuluh tahun lagi akan
membangun markasnya kembali di Cui tiok san.
Sebaiknya hal ini jangan dipandang sepi. Bo
yong laote harus melapor pada Bu Ju Toato
dan Ceng Leng Cinjin. Jangan lupa untuk
minta bantuannya juga dari Biauw Hoat Sin ni
di Lam hay. Semua ini harus dikerjakan
siang-siang supaya jangan kesusu jikalau
Song Sam Ceng datang dengan bala bantuannya.
Menurut pandanganku, meskipun kawanan
penjahat dari Si leng cee sudah ditumpas,
tapu hawa jahat masih melayang-layang. Malah
tidak lama lagi akan timbul huru-hara besar
dengan munculnya Thian lam Siang koay.
Sampai disini saja aku menulis, harap
kalian selamanya bahagia dan dapat mencapai
cita-cita kalian untuk membela keadilan dan
membasmi penjahat.
SE BUN PA 534
Setelah membaca surat tersebut, Bo yong
Kang mendadak tertawa dan berkata pada
keponakannya, "Bun-jie, nah ramalanku tidak
salah lagi. Se bun pepe punya hadiah itu
tentu bukannya lain daripada Ho Ceng Bu."
Li Cong Bun masih belum mau percaya. Bo
yong Kang dengan masih tertawa-tawa lalu
mengajak kawan-kawannya untuk masuk ke
tempat rahasia yang disebutkan dalam surat.
Ternyata dalam kamar rahasia itu keadaannya
sudah morat marit. Kursi meja pada sungsang
sumbal, banyak perabotan sudah pada hancur.
Yang mengagetkan ada sumbu dinamit yang
sudah basah. Inilah tentu ada pekerjaannya
Se bun Pa yang menolong mereka punya jiwa.
Bo yong Kang melihat itu telah menghela
napas. Semua kawannya juga pada kerutkan
alisnya. Seakan-akan yang merasa gegetun
dengan sepak terjangnya Se bun Pa yang luar
biasa misterius. Kedapatan suratnya Se bun
Pa yang memberi nasehat supaya Song Sam Ceng
membuang pikiran jahatnya dan melarikan
diri. Rupanya keadaan yang berantakan dalam
kamar rahasia itu adalah perbuatannya Song
Sam Ceng yang menjadi ngamuk sendirian
setelah melihat sumbu dinamit sudah dibuat
tidak berdaya oleh Se bun Pa. buat ia tidak
ada lain jalan karena tidak bisa
membinasakan musuh-musuhnya dengan dinamit
itu daripada melarikan diri, kalau tak mau 535
tertangkap hidup-hidup oleh musuhnya yang
berjumlah banyak.
Meneliti soal dinamit yang sudah dibuat
basah sumbunya, Bo yong Kang dan kawankawannya diam-diam pada mengucapkan doa
syukur kepada Se bun Pa, sebab kalau tidak
ad orang ajaib itu, terang mereka akan
menjadi korban kekejamannya Song Sam Ceng
yang akan meledakkan bahan peledak yang
sangat dahsyat itu.
Tiba-tiba Thouw Peng Tojin merangkapkan
tangannya berdoa.
"Syukur Tuhan telah melindungi kita."
kemudian ia berkata kepada kawan-kawannya:
"Tuhan telah memasukkan Se bun Pa ke
dalam markas ini untuk menolong kita, kalau
tidak, ah bagaimana jadinya dengan tunuh
kita semua? Pasti hancur lebur tak dapat
dikenali orang lagi, sungguh buas dan kejam
Song Sam Ceng."
Li Cong Bun yang sudah pingin ketemu
musuh besarnya, ia tidak ambil pusing apa
yang diperbincangkan oleh teman-temannya
saat itu. Terus saja ia menghampiri kursi
itu dan memutar-mutarnya menurut petunjuk Se
bun Pa. segera terbuka tempat mengumpat Ho
Ceng Bu.
Orang she Ho itu ketika masuk ke dalam
goa rahasia itu, tiba-tiba kaget karena ia
lupa menanyakan bagaimana jalannya untuk ia 536
bisa keluar menembus ke rimba sebab
keadaannya dalam goa itu sangat gelap. Ia
coba mendorong pintu jalan masuknya yang
menggunakan sepenuh tenaganya. Sia-sia saja
ia tak bisa keluar dari tempat itu. Hatinya
jadi gelisah.
Kini mendadak pintu keluar mendadak
terbuka dengan sendirinya. Dikiranya Auw
yang Ti yang membukanya, tidak tahunya
ketika menerobos keluar ia sudah dikurung
oleh musuh-musuhnya diantaranya Li Cong Bun
yang mengawasi padanya dengan mata berapiapi. Ia jadi bingung. Pikiran pendek
berkelebat dalam otaknya. Ia lebih baik
membunuh diri sendiri daripada sebentar
jatuh ditangan musuh dan mati dengan
mengalami banyak penghinaan. Memikir kesitu
ia telah berkata nyaring:
"Hmmm! Kalian tidak usah bersandarkan
pada jumlah banyak. Satu laki-laki berani
berbuat tentu berani menanggung akibatnya.
Nah lihatlah aku si orang she Ho akan
memecahkan kepalanya untuk membuat lunas
hutang jiwa selama delapan tahun ini!"
Setelah berkata, segera ia akan
membenturkan kepalanya pada dinding batu,
tapi perbuatan nekatnya itu dicegah oleh Li
Cong Bun yang berkata padanya,
"Orang she Ho, kau jangan meluncurkan
perkataan yang bukan-bukan. Aku mencari kau
selama ini untuk menuntut balas atas ibuku 537
yang kau binasakan. Bukannya hendak
mengandalkan orang banyak untuk mengakhiri
riwayatmu. Seorang laki-laki, aku sendiri
yang akan menghadapi kau. Aku tidak akan
menggunakan ilmu silat lain, kecuali ilmu
silat ayahku yang diwariskan padaku ialah
Ilmu Pedang Kembang Bwe, supaya ibuku di
alam baka akan menjadi tenang anaknya sudah
menuntut balas dengan ilmu silat warisan
orang tuanya. Selain itu, supaya kau mati
juga puas diantar oleh ilmu pedang warisan
ayahku, bukan?" kemudian Li Cong Bun balik
tubuhnya menghadapi kawan-kawannya dan
berkata:
"Paman-paman sekalian, Aku Li Cong Bun
sudah delapan tahun lamanya memendam dendam
ibuku yang telah dibunuh oleh orang she Ho
ini. Sekarang orang yang dicari sudah
berdiri didepan mataku. Aku harus dengan
kekuatan dan kebisaanku senditi membunuhnya.
Harap sekalian tidak turut campur tangan .
kalau seandainya aku kalah bertanding,
jangan ganggu pada dia, biarlah lepaskan dia
sesukanya mau pergi kemana saja. Tapi selama
itu aku akan belajar lebih tekun, kemudian
aku akan mencarinya lagi untuk membuat
perhitungan. Kini silakan kalian
meninggalkan ruangan.
Bo yong Kang dengan kawan-kawan tidak
meragukan akan kepandaiannya anak muda itu,
maka semuanya kemudian meninggalkan ruangan
itu sambil ketawa gelak-gelak. 538
Dan musuh besar sekarang ada berhadaphadapan.


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Ceng Bu memegang erat-erat sepasang
poan koan pitnya. Ialah semacam alat menulis
yang biasanya khusus untuk menotok jalan
darah musuh. Dilain pihak, Li Cong Bun sudah
siap dengan pedang kembang bwee warisan
ayahnya menunggu musuh menyeang.
Matanya Ho Ceng Bu jelilatan. Ia tadinya
pikir dirinya mesti mati, tetapi ketika
melihat pada bagian sebelah timur dari
ruangan hatinya ada harapan untuk bisa
meloloskan diri. Ini karena disitu penjagaan
dilakukan oleh Hwe Giok Soan dan Ko Ching
yang dianggap Ho Ceng Bu adalah yang paling
lemah diantara musuh-musuhnya yang mengurung
dirinya.
Lalu ia siap dengan serangan. Senjata
poan koan pit nya dimainkan dengan cara
menyerang bertubi-tubi dari segala jurusan.
Hebat serangannya, akan tetapi semua itu
hanya diganda tertawa oleh Li Cong Bun.
Sekali Li Cong Bun berputar pedangnya
dengan gerak tipu yang lincah dan manis
sekali. Segera juga telah terdengar suara
tring trang tring dari beradunya senjata.
Anak muda itu tidak hanya gunakan pedangnya
tapi juga tenaga dalamnya disalurkan ke
pedang hingga gayanya nampak mengagumkan
kepada siapa yang melihat. 539
Pertandingan boleh dikata ramai. Ho Ceng
Bu pertahankan dirinya, sedangkan Li Cong
Bun sangat bernapsu untuk memenggal
kepalanya sang musuh besar. Ketika kehabisan
tipu serangannya dengan poan koan pit, Ho
Ceng Bu gunakan telapak tangannya yang hebat
yang mengangkat namaya sampai mendapat
julukan si?telapak Tangan Sakti?.
Ketika ujung pedangnya Li Cong Bun mau
menusuk perutnya. Ho Ceng Bu gunakan poan
koan pitnya untuk menotok jalan darah si
anak muda. Tapi serangan ini setelah datang
dekat, dengan manis dikelit oleh Li Cong
Bun. Pedangnya berbareng mengeros pahanya si
orang she Ho hingga ia loncat mundur.
Melihat darah ngucur dari paha lawannya
Li Cong Bun mengeram seperti singa yang
kelaparan. Hatinya marah bercampur sedih
ingat kepada ibunya.
"Orang she Ho, kau ganti jiwa ibuku!"
bentaknya.
Berbareng dengan itu ia ubah serangan
pedangnya menjadi lebih cepat dan lebih
ganas. Ho Ceng Bu pikirannya sudah tidak ada
di pertempuran. Ia ingin lekas-lekas angkat
kaki melarikan diri. Satu saat ia menangkis
pedangnya Li Cong Bun, kemudian melontarkan
sepasang koan pit nya seperti senjata gelap
hingga Li Cong Bun repot menangkisnya.
Kesempatan itu digunakan oleh Ho Ceng Bu
untuk lompat melesat ke jurusan timur yang 540
direncanakan dalam hatinya. Siapa tahu
disitu sekarang bukannya Hwe Giok Soan dan
Ko Ching yang berdiri, akan tetapi Bo yong
Kang yang ia paling takuti.
Ia jadi bengong berdiri. Sebelum ia tahu
akan nasibnya akan bagaimana, pedangnya Li
Cong Bun sudah menebas batang lehernya
hingga kepalanya berpisah dari tubuhnya.
Kiranya Li Cong Bun yang melihat musuhnya
kabur lalu lompat mengejar. Begitu sampai
dekat musuhnya tidak ampun lagi ia mengayun
pedangnya hingga Ho Ceng Bu tamat riwayatnya
saat itu juga.
Ketika Ho Ceng Bu bermain matanya
jelalatan memandang ke jurusan Hwe Giok
Soan, dengan tersenyum lantas Bo yong Kang
curiga hatinya. Penjahat ini mungkin akan
melarikan diri dan mengambil jalan dimana
Hwe Giok Soan dan Ko Ching menjaga, sebab
bagian ini ada sangat lemah.
Lantaran kecurigaan itu, maka Bo yong
Kang bertukar tempat dengan mereka sebelum
si penjahat dapat melarikan diri. Sedangkan
ia repot mengelakkan serangannya li Cong Bun
yang bertubi-tubi.
Itulah nasibnya si orang she Ho yang
jahat dan telengas. Kejahatannya sudah
meluap dari takaran, maka juga maksudnya
sudah kena ditebak lebih dahulu oleh Bo yong
kang. Coba kalau Bo yong Kang tidak curiga,
terang ia bisa meloloskan diri dan Li Cong 541
Bun harus mencari-carinya lagi, entah ketemu
atau tidak.
Sambil memunggut kepalanya Ho Ceng Bu
yang darahnya berketel-ketel, Li Cong Bun
menangis. Ingat akan ibunya tercinta yang
telah dibunuh mati oleh musuh besarnya itu
yang kepalanya sekarang ada ditangannya.
Bo yong Kang dan kawan-kawan menghibur
hatinya Li Cong Bun. Terutama Hwe Giok San
kelihatannya amat memperhatikan pada si anak
muda. Malah si nona juga mengeluarkan air
mata menangis ketika Li Cong Bun masih juga
melampiaskan kesedihannya dengan menguras
air matanya.
Kepalanya Li Cong Bu dibungkus oleh Li
Cong Bun, untuk dipakai sembahyang di depan
kuburan orang tuanya.
Bo yong Kang setelah melihat semua
tugasnya telah selesai, maka dengan
tersenyum telah menghadapi semua kawankawannya. "Saudara-saudara sekalian,"
katanya sambil memberi hormat. "Disini aku
Bo yong kang dan Li Cong Bun keponakanku
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
saudara-saudara sekalian yang dengan tidak
menghiraukan jiwa sendiri bisa binasa telah
membantu turun tangan membasmi kejahatan.
Kini Si leng cee telah diselesaikan , tapi
Song Sam Ceng dapat meloloskan diri. Tentu
dia akan mengundang gurunya Thian lam Siang
koay untuk merebut pulang pengaruhnya. Juga 542
soalnya kawanan Hweshio dari Si Hek juga
tidak boleh kita anggap sepi. Mereka
bermaksud merampas Pedang Penakluk Iblis
dari Tay Han Sin ni yang kini dimiliki oleh
Ceng Bun. Tentu mereka berdiri di pihak Song
Sam Ceng. Dari sebab itu aku telah membawa
kepalanya Ho Ceng Bu untuk bersembahyang di
kuburan ayah dan ibunya Li Cong Bun.
Seterusnya akan pulang ke Pek Thian san
untuk melaporkan urusan ini kepada supekku
Bu Ju Toaso dan kepada gurunya Cong Bun Ceng
Leng Cinjin sekaligus minta petunjuk
bagaimana baiknya untuk mengatasi itu semua.
Nah sampai disini saja kami mengambil
selamat berpisah dari kalian semoga satu
saat dapat bertemu kembali."
Semua orang sepakat Bo yong kang akan
melaporkan urusan hebat itu kepasa Bu Ju
Taoso dan Ceng Leng Cinjin, sebab kalau
benar-benar Thian lam Siang koay keluar dri
sarangnya dan mengaduk ketenangan dunia
kangouw, sudah tidak ada tandingannya lagi
kalau tidak Dwi Tunggal itu turun tangan.
Hwe Giok Soan kelihatan sangat berat
untuk berpisah dengan Li Cong Bun. Mereka
lama bercakap-cakap. Si pemuda berjanji akan
berjumpa lagi nanti manakala urusannya sudah
beres.
Bo yong Kang dan Hwe Siok Tang menonton
dua orang muda itu kasak-kusuk saling
berpandangan dengan mesra. Mereka kelihatan 543
setuju betul kalau dikemudian hari mereka
menjadi pasangan dalam hidupnya.
Demikianlah kawanan pendekar itu setelah
berjabat tangan satu dengan yang lain dan
berjanji akan berjumpa lagi nanti telah
mengambil jalan sendiri-dendiri pulang ke
tempatnya masing-masing dan juga yag telah
merantau di sungai telaga (kang-ouw).
Hanya Hwe Pek It yang tinggal terus
mengurus markas Si leng cee yang sekarang
dia bersihkan dari segala hawa jahat dibantu
oleh adiknya Hwe Siok Tang dan keponakannya
Hwe Giok Soan.
**** DI LAUTANLam hay ada banyak terfapat
pulau-pulau. Diantara pulau-pulau itu ada
sebuah pulau kecil yag istimewa dimana telah
dibangun kuil dengan Siauw Cauw in yang
menjadi tempat pengasingan dari Biauw Hoat
Sin ni. Pemandangannya disitu ada lebih
permai dari pulau lainnya. Batu-batunya
beraneka warnanya. Puncak gunung megah curam
dan air terjen bergelora seakan-akan
menerobos awan. Di sekitar kuil banyak
ditanami pohon. Bangunannya sederhana.
Keadaan disitu rasanya sunyi dan tenang.
Sepanjang hari hanya yang terdengar burung
berkicau dan bergeloranya ombak laut.
Keadaan yang sunyi tenang ini kadangkadang diramaikan oleh suaranya ?bokhi? dan 544
suara orang membaca doa keluar dari dalam
kuil.
Suasana yang tenteram dan subyi itu
memang cocok unruk tempatnya orang-orang
pandai yang mengasingkan dirinya, menjauhkan
diri dari keduniawian yang penuh keserakahan
dan penderitaan.
Pasa bulan lima hawa udara sengang
panasnya. Pasda suatu pagi-pagi dibawah
puncak gunung diatas sebuah batu besar ada
duduk seorang nona elok yang umurnya kirakira empat puluh tahun. Ia duduk disitu
termenung murung seperti ada apa-apa yang
dipikirkannya. Alisnya yang lentik menari
saban-saban dikerutkan.
Siapakah nona yang sedang termenung
murung itu?
Ia bukan lain dari si burung hong kumala
Gan Su Nio.
Ia telah mengenangkan masa yang lampau,
hatinya yang suci murni tak kunjung padam
menantikan kunjungan kekasihnya Bo yong Kang
yang berjanji akan menyambanginya ke pulau
itu. Jilid 15 545
IA MEMBAYANGKAN bagaimana dalam waktu
sepuluh tahun ia membantu Si leng cee.
Sebenarnya ia tidak tega dengan musnahnya Si
leng cee.
Tiba-tiba hatinya gemas, kalau mengingat
akan perbuatannya si Kalajengking Pho Kun
Peng yang membuat dirinya hampir-hampir saja
ternoda. Sebaliknya ia merasa puas ketika
mengingat ia sudah membalas dendam pada
orang jahat itu yang telah binasa di
panggung luitay.
Sayang ia harus taaat kepada janjinya,
begitu lekas membereskan Pho Kun Peng lantas
kembali ke pulaunya, hingga pertemuan dengan
Bo yong Kang menjadi sangat pendek. Sampai
waktu itu sudah dua bulan lewatnya
terjadinya pertempuran besar-besaran dalam
markas Si leng cee. Menurut pantas pemuda
pujaan sudah datang mengunjungi pulaunya
kalau diingat akan janjinya Bo yong Kang
berjanji setelah menemani Li Cong Bun
bersembahyang di kuburan ayah ibunya, dengan
keponakannya itu akan jalan-jalan
menyambangi si nona.
Meskipun mereka tidak terang-terangan
berjanji akan sehidup semati, tapi dengan
gerak gerik lamparan senyuman dan kerlingan
matanya satu sama lain sudah tentu akan
mengerti tentang maksud yang terkandung
dalam hati masing-masing. 546
Inilah yang menjadi pengganggu Gan Su
Nio, bahwa Bo yong Kang tentu akan datang
menemuinya di pulau itu.
Gan Su Nio sebenarnya adalah seorang
wanita yang tahu harga diri, tidak gampanggampang terpincuk oleh sembarangan laki-laki
walaupun laki-laki itu mempunyai paras
tampan dan cakap tapi ia tidak tahu sejak
bertemu dengan Bo yong Kang hatinya hatuh.
Ia menyadari betul bahwa ia ada menyinta
pemuda yang gagah dan tampan itu dan percaya
penuh bahwa pilihannya atas pemuda itu tepat
betul.


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Entah sudah beberapa pagi dan sore ia
saban-saban berada di atasnya batu besar itu
sambil matanya memandang ke tepi laut
mengharap-harap kedatangan pemuda pujaannya.
Hatinya sudah mulai kesal dan cemas.
Pagi-pagi ketika ia tengah melamun
semangatnya melayang jauh, tiba-tiba ia
mendengar suara kliningan daru kuil. Itulah
tandanya bahwa ia dipanggil oleh gurunya.
Dalam kaget ia tergesa-gesa pulang ke kuil.
Ia dapatkan gurunya tengah bersemedi di
ruangan sembahyang di tempatnya biasa.
Ia datang menghampiri dengan hormatnya ia
berdiri tak jauh dari gurunya.
Sebentar kemudian sang guru membuka
matanya dan menanya: 547
"Su Nio, sejak kau pulang habis membasal
dendam, aku perhatikan setiap pagi dan sore
mesti kau berada di tepi seakan-akan yang
menantikan sesuatu. Siapa sebenarnya yang
kau nanti?"
Gan Su Nio merah mukanya. Ia membisu atas
ertanyaan sang guru.
"Hmm," Biau Hoat Sin ni berkata pula, air
mukanya seperti yang menyesalkan muridnya.
"Aku tahu apa yang kau tunggu, tentu itu
anak muda yang menjadi buah hatimu yang
bernama Bo yong Kang betul?"
Gan Su Nio yang semula mambisu, tapi
setelah ditegaskan lagi oleh gurunya ia baru
anggukkan kepala dengan tidak mengucapkan
kata apa-apa.
"Su Nio, sebenarnya bagaimana tampan dan
gagahnya si Bo yong Kang itu sehingga
keluhatannya kau begitu tergila-gila? Kau
jangan sembarangan menyintai laki-laki yang
belum dikenal hatinya. Lihat aku jadi begini
lantaran lelaki yang tidak setia, sampai aku
bersumpah tidak meu menginjakkan kaki di
Tionggoan. Kau adalah muridku satu-satunya.
Kalau dapat jodoh pemuda yang benar-benar
menyintaimu, aku yang menjadi guru akan
merasa bersyukur dan turut bahagia."
Gan Su Nio masih tak menjawab. Tangannya
memainkan ujung bajunya. 548
"Tunggu dulu, aku akan melihat Bo yong
Kang itu orang macam apa? kalau pemuda itu
memang ada harganya untuk menjadi kawan
hidupmua, aku nanti tetapkan perjodohanmu.
Dia sudah berjanji padamu akan datang
disini, tetapi sampai sekarang masih belum
kelihatan batang hidungnya, apa dia sudah
lupa padamu?"
Gan Su Nio angkat mukanya menatap wajah
sang guru sesaat, lalu tunduk lagi.
"Nah aku kasi waktu waktu dalam tiga
bulan sejak hari ini dia harus sudah datang.
Kalau lewat waktu itu dia datang, jangan
harap dia bisa masuk ke kuil ini. Meskipun
dia merangkak-rangkak memberi hormat padaku,
tidak akan kuijinkan dia masuk disini!"
demikian dia memberi keputusan, wajahnya
terlihat marah.
Gan Su Nio tahu betul sifatnya Bo yong
Kng yang jujur dan setia. Melihat gurunya
yang marah itu, ia takut nanti menimbulkan
urusan yang tidak diingini maka sambil
menundukkan kepalanya ia berkata:
"Hh suhu, Bo yong kng adalah seorang
lelaki yang jujur dan polos, tak bisa jadi
ia mengingkari janjinya.mungkin ia mendapat
halangan yang tidak terduga, makanya sampai
sekarang dia belum muncul!"
"Hmm! Biau Hoat Sin ni mengejek. "Kau
bilang dia berilmu gaib dari Bu Ju Toaso dan
Ceng Leng Cinjin, masa tak bisa menaklukkan 549
satu Song Sam Ceng. Dan apa itu tentang
hweshio Si Hek?"
Gan Su Nio diingatkan tentang hweshio
dari Si Hek, hatinya menjadi kuatir. Kawanan
hweshio itu ada tujuh belas orang. Kalau
benar mereka semua datang bagaimana Bo yong
Kang dan Li Cong Bun hanya berdua menempur
mereka yang semuanya berkepandaian tinggi?
Suhu, Bo yong kang dan Li Cong Bun
bermusuhan dengan kawanan hweshio itu adalah
gara-gara kitab Lam hay pay." kata Gan Su
Nio. "Hei, kenapa partai kita kau bawa-bawa??
tanya sang guru.
Gan Su Nio lalu menuturkan pad gurunya
panjang lebar tentang Pedang Penakluk Iblis
miliknya Tay Han Sin ni jatuh di tangan Li
Cong Bun dan kawanan hweshio itu hendak
merampas dan Li Cong Bun dipandang sebagai
musuhnya karena dianggap menjadi ahli
warisnya Tay Han Sin ni itu dengan Pedang
Penakluk Iblis ditangannya.
"Yah meskipun Tay Han Sin ni itu ada
menjadi suciku tapi banyak orang tidak
mengetahuinya. Kalau kawanan hweshio Si Hek
itu tidak tahu diri, kita seharusnya tidak
boleh membiarkan Li Cong Bun dinuat punya
suka dan bisa binasa karena gara-gara Pedang
Penak Luk Iblis. Nanti kalau sudah tiba
saatnya, kau boleh bawa wasiatku To wa Kim 550
leng, perlihatkan pada mereka dan minta
pereka datang disini berkumpul!"
Gan Su nio mendengar bicaranya sang suhu
mau turut campur dalam Pedang Penakluk
Iblis, hatinya sangat gembira. Sejak saat
itu ia melatih dirinya sungguh-sungguh untuk
dikemudian hari dipakai dalam pertempuran
melawan kawanan hweshio dari Si Hek membantu
Bo yong Kang dan Li Cong Bun.
Selain itu ia tidak lupa setiap pagi dan
sore duduk di atas batu besar memandang ke
tepi laut menantikan kedatangannya sang
jantung hari. Saban melihat perahu, hatinya
girang, mengira Bo yong Kang yang datang.
Tapi semuanya selalu membuat cemas hatinya.
Pada suatu hari ia melihat perahu yang
dikayuh cepat sekali menuju ketempatnya.
Hatinya Gan Su Nio berdebar-debar. Tapi yang
keluar dari perahu adalah seorang hweshio,
membuat hatinya kembali kecewa. Air mtanya
mengembeng kemudaian mengalir pada kedua
pipinya. Ia sedih memikirkan kemungkinan
lelaki pujaannya ada mendapt halangan.
Tapi hweshio itu jalan mendatangi
kearahnya. Ia mengawasi, hatinya kaget
seperti ia pernah kenali mukanya hweshio
itu. Memang ia harus kenali hweshio itu,
sebab ia bukan lain dari Teng Goan Hweshio
alias Tiat Beng Taysu yang pernah menolong
dirinya dari cengkramannya Pho Kun Peng. 551
Cepat ia lari menyambut. Gan Su Nio
pikir, kedatangannya hweshio itu tentu ada
hubungannya dengan dirinya Bo yong Kang.
Girang mereka bertemu kembali. Sebelum
Teng Goan berkata, Gan Su Nio sudah
mendahului, "Teng Goan suheng.. oh..
suheng.. bagaimana dengan No yong ko..?
"Nona Gan jangan kuatir," memotong Teng
Goan Hweshio. "Sute walaupun mendapat luka
tapi tidak membahayakan dirinya."
"Hei, suheng.. kenapa bisa begitu?" si
nona menanya dengan perasaan tidak enak.
"Nona Gan, Bo yong Kang telah mendapat
luka dibokong oleh Cio kui Pek bin dalam
pertempuran dengan kawanan hweshio Si Hek
itu Li Cong Bun diculik berikut pedangnya
sekalian. Kita harus buru-buru menolongnya.
Mari kau antar aku menemui gurumu. Aku akan
melaporkan urusan ini kepadanya.
Gan Su nio tidak ayal lagi mengajak
suhengnya menemui sang guru.
Setelah berada di dalam kuil, menghadap
di depan Bwe Hoat Sin ni, tiba-tiba sang
guru menegur muridnya, "Hai Su Nio, kau
bawa-bawa seorang lelaki ke dalam kuil ini,
siapa dia? Tanpa ijin masuk jangan harap
orang bisa keluar dengan bernyawa daari
sini!"
Teng Goan Hweshio mendengar kata-kata itu
cepat memberi hormat dan berkata: 552
"Maaf untuk kedatangan teecu tanpa minta
ijin terlebih dulu. Aku adalah muridnya Bu
Ju Taoso dari Hong san bernama Teng Goan,
disuruh datang kemari untuk menyampaikan
kabar penting kepada susiok."
"Hmm.." kedengaran Biauw Hoat Sin ni
menggeram.
Gan Su Nio cepat menyela, "Suhu, dia
adalah Teng Goan Suheng yang tempo hari aku
ceritakan padamu sudah menolong diriku dari
cengkeramannya si Kalajengking Pho Kun Peng.
Suhu, suheng mau menyampaikan kabar Bo yong
Kang terluka parah dan Ceng Bun dengan
Pedang Penakluk Iblisnya telah diculik oleh
kawanan hweshio dari Si Hek. Sekarang
bagaimana kita harus bertindak? Oh suhu"
Si nona kelihatan sangat gugup.
Biauw Hoat Sin ni terkejut, ia tidak
mengira urusan sudah kejadian begitu cepat
dari dugaannya sendiri. Ia berkata pada Teng
Goan hweshio sambil tertawa:
"Aku dengan gurumu memang adalah sahabat
karib. Aku sebenarnya bukan mau menyulitkan
kau datang kemari.ini karena aku dulu pernah
bersumpah, bukan hanya tidak akan menginjak
tanah Tionggoan lagi. Bahkan kuilku ini
tidak kuijinkan lelaki sembarangan datang di
sini. Karena muridku ini, maka semua
pantangan itu kini aku batalkan. Nah kau
dari jauh-jauh datang kesini. Duduklah dan 553
kau boleh menuturkan apa yang akan kau
sampaikan padaku."
Teng Goan Hweshio tak sungkan-sungkan
lalu ambil tempat duduk, kemudian
menceritakan maksud kedatangannya.
Ada tiga soal yang hendak dilaporkan oleh
Teng Goan Hweshio, Kesatu, menceritakan
tentang Bo yong Kang dan Li Cong Bun setelah
membasmi penjahat di Liu ciok san. Dalam
perjalanan pulangnya untuk sembahyang di
kuburan ayah bundanya, Li Cong Bun dengan
kepalanya Ho Ceng Bu telah dicegat di Kao
lan pleh kawanan hweshio dari Si Hek dan
merebut Pedang Penakluk Iblis. Bo yong Kang
dan Li Cong Bun mati-matian bertempur
melawan tujuh belas hweshio Si Hek. Terang
mereka tak bisa merebut kemenangan. Bo yong
Kang yang bermaksud melaporkan hasil
perjalanannya kepada Bu Ju Toato dan Ceng
Leng Cinjin di Pek thian san seluruh
kepandaiannya untuk meloloskan diri dari
kepungan. Setelah bertempur sengit akhirnya
ia dapat merubuhkan tiga hweshio yang
membuat ia bisa meloloskan diri dengan luka
parah didadanya karen dibokong oleh Cio hud
Pek kun.
Li Cong Bun sementara itu sudah
ditangkap.
Mereka tak menguber pada Bo yong Kang,
meninggalkan perkataan bahwa sampai tanggal
sembila bulan sembilan mereka tanggung 554
jiwanya Li Cong Bun dan pedangnya tak
diganggu, tapi selewatnya itu, Li Cong Bun
akan dipakai barang sembahyang(disemblih)
untuk menyembahyangi roh nya Hoat Goan Taysu
dan pedangnya akan dilehur menjadi berupa
senjata Hoat Goan Taysu yang dulu digunakan
bertempur denga Tay Han Sin ni.
Maka sebelum tanggal sembilan bulan
sembilan itu, siapa yang ada hubungannya
dengan peristiwa Tay Han Sin ni boleh datang
di Kuil Naga Emas di Si Hek untuk bertempur
dan mengambil kembali orang tawanan dan
pedangnya.
Mendengar penuturannya Teng Goan hweshio,
wajah Biauw Hoat Sin ni berubah sebentaran,
matanya menyinarkan kegusaran, "Yah sekarang
masih bulan lima, masih ada wktu untuk kita
berunding menyerang kesana. Sekarang hal
Kedua, kau ceritakan bagaimana?" kata nikow
yang beradat aneh itu.
"ya. Itu soal Kedua." jawab Teng Goan
Hweshio. "Ada halnya dua saudara Hwe yang
terkenal dengan julukan Thian lam Siang


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koay. Kini sudah muncul lagi dalam dunia
kangouw. Mereka telah mengirim undangan
kepada Tri Tunggal ke gunung Heng san supaya
pada permulaan tahun depan berkumpul di
gunung puncak Tay san yang tertinggi."
Biauw Hoat Sin ni angguk-anggukkan
kepalanya. 555
"Yah, itu dua saudara she Hwe ketika
bertempur di gunung Tay san, dulu karena
Ceng Leng Cinjin berkasihan tidak sampai
mereka kena dibinasakan oleh pedangnya.
Mereka telah kabur dan sembunyikan diri di
perbatasan propinsi. Hal ini sudah lama
berlalu, memang mungkin kalau dua saudara
dhe Hwe itu muncul lagi dan mengunjuk
tantangan untuk membalas kekalahannya tempo
hari. Nah suhumu sudah mengatur rencana
bagiamana untuk menghadapinya?"
Teng Goan Hweshio menjawab bahwa urusan
ini supaya diputuskan oleh Biauw Hoat Sin
ni. "Huh ! Sahabat Bu Ju terlal merendahkan
diri," kata Biauw Hoat Sin ni. "Baiklah,
nanti aku akan berunding dengan Bu Ju dan
Ceng Leng. Sekarang soal nomor tiga itu
apa?"
"Soal yang ke Tiga," kata Teng Goan
Hweshio dengan sungguh-sungguh, Ketika Thian
lam Siang koay menempelkan surat undangannya
di gunung Heng san, selain ada panah Pek Kut
Kiam dan panji perintah Ko Lo Leng milik
mereka, ada kedapatan juga panji Merah ?
Putih. Diatasnya ada disulam sekuntum bunga
Tho dan bambu. Sesudah suhuu memeriksa panji
itu lalu suhu memerintahkan aku ke sini
untuk diunjukkan pada susiok, sebab susiok
yang dapat mengenal panji itu katanya." 556
Setelah ia berkata, Teng Goan lalu
mengeluarkan panji merah putih itu dari
sakunya dan diserahkan kepada Biauw Hoat Sin
ni. Agak gemetar tangannya Biauw Hoat Sin ni
ketika menerima panji itu.
Peristiwa yang lampau telah terbayang
lagi didepan matanya, mulutnya menggerutu
pada dirinya sendiri, "Hmm! Betul-betul tak
terduga bahwa manusia anjing itu masih
hidup. Aku kira dua anjing jantan dan betina
itu sudah mampus kena senjata wasiatku ?To w
Kim leng? di gunung Cit lian san puncak bo
hong tauw. Sekarang panji Tow tiok ini
muncul lagi berarti si anjing jantan Leng
Hong Tiok dan si anjing betina Pit Tho Hoa
tentu sudah muncul untuk menuntut balas
kekalahannya tempo hari. Aha jadi aku kalau
menginjak Tionggoan karena ada kedua anjing
itu tidaklah aku mengingkari janjiku yang
lampau. Baiklah aku dengan dua kawanku Tosu
Bu Ju dan Ceng Leng mempertunjukkan pula
ilmu silat supaya iblis-iblis itu tahu
kelihaiannya Tri Tunggal.
Sampai disini Biau Hoat Sin ni mengawasi
Teng Goan Hweshio.
"Teng Goan, pada saaat kau berangkat dari
sana, apa suhumu tidak memesan dimana kita
akan berjumpa untuk berunding?"
"Suhu sudah berangkat ke perbatasan Si
Hek," jawab Teng Goan Hweshio. "Suhu kuatir 557
kawanan Hweshio itu mengingkari janjinya dan
mencelakai Cong Bun. Waktu ini aku kira Suhu
dan Ceng Leng supek serta Bo yong sute masuk
ke utara Si Hek. Meskipun kawanan hweshio
itu sangat tinggi-tinggi ilmu silatnya, tapi
dengan adanya penjagaan suhu dan Ceng Leng
supek dan Bo yong sute, rasanya tak kuatir
Cong Bun dapat bahaya apa-apa. sekarang
hanya menunggu susiokbo disana untuk turut
berunding mendamaikan supaya kedua pihak
dapat damai dan tidak terus menerus
bermusuhan."
"Ya sahabat BU Ju betul-betul ada welas
asih. Kita hanya kuatirkan kawanan hweshio
itu kepala batu. Keinginan membalas
dendamnya tak dapat hilang. Nah kalau begitu
baiklah aku nanti berangkat dengan Su nio.
Selambatnya dua tiga hari ini meninggalkan
tempatku untuk pergi ke perbatasan Si Hek.
Apa kau mau berangkat bersama-sama kami atau
kau berangkat terlebih dulu!"
"Menurut kata suhu," jawab Teng Goan
Hweshio, "Kalau supek sudah melihat panji
merah putih, tentu susiok akan pergi ke
Tionggoan. Suhu ada menantikan susiok di
perbatasan. Kata suhu, setelah aku
menyampaikan kabar pada susiok harap pergi
ke Cui Tiok san untuk mengabarkan pada Hwe
Pek It supaya dia waspada dan siap sedia,
karena Song Sam Ceng akan merebut pulang
markasnya, maka sekarang aku tidak boleh
ayal-ayalan harus lekas-lekas pergi kesana." 558
Biauw Hoat Sin ni sambil menggelenggelengkan kepala tersenyum telah berkata,
"Suhumu benar-benar pintar, dia tahu
sebabnya aku tidak mau menginjak Tionggoan
lagi. Dengan mengunjukkan panji merah putih
itu, dia percaya aku akan berubah pikiran
dan memang itu tepat sekali. Nah Su Nio,
suhengmu lalu lantas pergi menunaikan
tugasnya, lekas kau antar padanya mewakili
aku!"
Gua Si Nio cepat bangkit dari duduk. Teng
Goan Hweshio setelah mohon diri pada Biauw
Hoat Sin ni diantar oleh Gan Su Nio keluar
dari kuil menutut ke tepi laut dimana
perahunya ada menunggu.
Sepanjang jalan Gan Su Nio memikirkan Bo
yong Kang.
"Suheng, apakah kau lihat sendiri lukanya
Bo yong ko? Luka parahnya sampai bagaimana
sih?" demikian ia menanya dengan tidak
sungguh-sungguh lagi kepad Teng Goan
Hweshio.
Teng Goan Hweshio merasa kasihan pada Gan
Su Nio yang mengajukan pertanyaan dengan
berlinang air mata.
"Nona Gan," jawabnya menghibur, "Kau
jangan kuatir, legakan hatimu karena sute
sekarang sudah selamat. Mula-mulanya memang
mengerikan. Prihal perampasan ?Pedang
Penakluk Iblis? itu kami ketahui setelah 559
mendapat laporan dari si ?Singa Emas? Thio
Tit Yan. Katanya sute dibokong Cio hud Pek
han. Dalam kedaan payah karena luka-lukanya
ia lari ke tempatnya Thio Tit Yan di lembah
Seng Leng, tapi ditengah jalan ia sudah
rubuh dan lupa orang. Untung diketahui oleh
Thio Tit Yan yang kebetulan waktu itu dalam
perjalanan pulang dari Si Hek. Ia ditemani
oleh Tio It Hong, seorang yang pandai dalam
hal obat-obatan. Tapi toh pertolongan yang
diberikan pada sute tidak menolong. Dalam
bingungnya, Thio Tit Yan telah membawa sute
ke Pek Thian san, dimana Ceng Leng supek
segera menggunakan tenaga dalamnya yang
sakti membikin lancar jalan darahnya sute,
sebab kalau tidak, sute bisa melayang
jiwanya. Selanjutnya ia diberi obat mujarab
untuk memulihkan tenaganya. Sekarang
keadaannya sudah seperti sedia kala. Nanti
dalam perjalanan kesana tentu aku akan
bertemu sute. Aku sebagai suhengnya merasa
girang melihat kalian berdua bersahabat
karib, semoga kalian berdua bisa hidup
bahagia"
Gan Su Nio selama mendengar penuturannya
Teng Goan Hweshio air matanya terus
bercucuran, sangat sedih mendengar
penderitaan yang dialami oleh kekasihnya.
Sampai ia lupa mengucapkan terima kasih atas
ucapan Teng Goan Hweshio yang paling
belakang mengenai kebahagiannya dengan Bo
yong kang. 560
Teng Goan Hweshio lantas meninggalkan si
nona. Dengan beberapa kali lompatan saja
lantas ia sudah sampai di tepi laut
menghampiri perahunya.
Gan Su Nio juga melesat mengikuti
jejaknya sang suheng.
Maka ketika Teng Goan Hweshio sudah naik
di perahunya, si nona pun berada tak jauh.
Teng Goan Hweshio melambai-lambaikan
tangannya sambil berkata,
"Nona Gan, harap kau mengikuti suhumu ke
Si Hek, jangan sampai menumpahkan darah.
Senjata-senjatanya yang dapat menumpahkan
darah sebaiknya disimpan saja supaya kita
dapat mendamaikan urusan secara lancar dan
permusuhan dapat dihapuskan."
Gan Su Nio tidak menjawab nasehatnya sang
Suheng, hanya ia anggukkan kepalanya tanpa
disadari. Karena pikirannya terus melayang
memikirkan sang pujaan hati. Ia ukir diotak
itu nama Cio Hud Pek Hun yang membokong Bo
yong Kang untuk ia kemudian menuntut balas.
Ketika Gan Su Nio balik pula ke kuil, ia
lihat gurunya bengong sambil mengwasi panji
merah putih di tangannya. Si nona lalu duduk
disampingnya sang guru dan menanyakan soal
panji merah putih itu ada hubugan apa dengan
suhunya.
Biau Hoat Sin ni menghela napas panjang.
Alisnya sebentar-sebentar dikerutkan. Masa 561
yang lampau seakan-akan terbayang di depan
matanya. Lama ia dalam keadan demikian,
akhirnya ia menuturkan kisahnya pada sang
murid.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Kiranya Biauw Hoat Sin ni dulunya bernama
Hui Ngo Soan, orang telah emberi gelaran
padanya Peng Sin lihiap. Ia telah berkenalan
dengan seorang pendekar muda bernama Leng
Hong Tiok, dan berkelana bersama dalam
kalangan kangouw. Mereka adalah pasangan
yang setimpal hingga banya membuat iri
banyak wanita dalam dunia persilatan. Pada
saat mereka hendak merayakan pernikahannya,
tiba-tiba Hui Ngo soan diserang sakit keras
hingga beeberapa tahun terus berbaring di
tempat tidur. Leng Hog Tiok sementara itu
terus malang melintang di dunia kangouw tapi
sering-sering datang menengok Hui Ngo Soan.
Suatu ketika mendadak Leng Hoang Tiok tidak
muncul-muncul menengok dirinya hingga tengah
tahun lamanya hal mana membuat Hui Ngo Soan
menjadi tidak enak hati kueatir kekasihnya
mendapat halangan dalam berkelananya didunia
kangouw.
Ketika baru saja ia sembuh tidak bisa
menahan sabar lagi lantas dengan menunggang
kuda membuat penyelidikan hal kekasihnya
itu. Ketika sampai di propinsi Kuang Tung
telah menemui kekasihnya itu sedang
bergandengan dengan seorang wanita bernama
Pit Tho hoa. Saat itu mereka sedang 562
berjalan-jalah di tepi laut menikmati
pemandangan nan indah.
Hatinya Hui Ngo Soan menjadi panas. Ia
memang seorang nona keras hati, maka
seketika itu ia panggilLeng Hong Tiok untuk
ditanyai keterangannya.
Leng Hong Tiok kaget menjumpai Hui Ngo
Soan di tempat itu dengan tiba-tiba. Ia
memberi isyarat pada Pit Tho Hoa untuk
menunggu dan ia sendiri menghampiri Hui Ngo
Soan. Kepada nona Hui, pemuda itu telah
berdusta, katanya dia di suatu tempat di
Leng san telah dikepung kawanan penjahat
hingga ia mendapat luka-luka parah dan
hampir mati. Untung ada Pit Tho Hoa yang
datang menolong dan merawat dirinya sampai
sembuh. Tidak nyana setelah sembuh Pit Tho
Hoa telah menyatakan cintanya dan ingin
menjadi isterinya, hingga Leng Hong Tiok
tidak bisa menolak karena hutang budi atas
pertolongannya wanita itu. Keduanya telah
menetapkan hari nikahnya, maka Leng Hong
Tiok minta kepada Hui Ngo Soan tidak
memikirkan lagi tentang dirinya.
Hui Ngo Soan anggap itu pantas, maka Hui


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ngo Soan tidak mau memutuskan jodoh mereka
kelihatannya hidup bahagia.
Tapi apa mau dikata, Pit Tho Hoa dengan
tiba-tiba dari belakang telah menekap
matanya Hui Ngo Soan hingga si nona
kelabakan. Leng Hong Ciok tak dikira telah 563
berbuat kejam karena lantas turun tangan
menyerang pada Hui Ngo Soan. Setelah nona
Hui dibikin tak berdaya dengan totokan
lantas dicemplungkan ke laut.
Tapi rupanya Raja Akherat belum
menerimanya, karena belum sampai waktunya ia
mati. Sebab ketika ia mendusin dapatkan
dirinya tidak berada di dasar laut atau
dalam perut ikan tetapi didalam kuil dan
mendengarkan kepala kuil bersama muridnya
tengah sembahyang dan membaca kitab suci.
Hui Ngo Soan lantas ingat dirinya tentu
telah ditolong oleh mereka, kalau tidak
terang ia sudah binasa dan menghadap raja
akherat.
Cepat-cepat ia turun dari pembaringan dan
ikut sembahyang. Minta kepada Ceng Lan Taysu
kepala kuil agar dia diterima menjadi
muridnya.
Permintaan telah diterima baik dan
namanya Hui Ngo Soan diubah menjadi Biauw
Hoat. Kepala kuil itu ada berilmu silat
tinggi, maka dalam kuil itu Hui Ngo Soan
telah melatih diri dalam ilmu silat tinggi.
Pada suatu hari Ban hoat yang terkenal
dengan Tay han Sin ni, telah meninggalkan
kuil pergi ke barat daya. Tidak lama
kemudian Ceng Yan Taysu yang sudah berusia
lanjut telah mangkat hingga dalam kuil itu
tinggal Biauw Hoat sendirian yang berkuasa. 564
Pikirnya, sebelum ia menetap dalam kuil
itu, ia harus mencari musuh-musuhnya dulu
untuk menuntut balas akan kekejamannya
mereka baru hatinya puas dan setelah itu
baru menjadi orang suci.
Biauw Hoat begitu mengambil keputusan
lantas berangkat meninggalkan kuilnya
mencari musuhnya meninggalkan Tionggoan.
Kebetulan sekali justru Leng Hong Tiok dan
Pit Tho Hoa sedang bersiap-siap hendak
mendirikan partai yang diberi nama Thio Tok
Im yang pay. Biauw Hoat lantas satroni
tempatnya Leng Hong Tiok dan Pit Tho Hoa.
Dalam pembukaan partai itu Biauw Hoat
mengamuk dan merubuhkan enam belas orang
lebih hingga Leng Hong Tiok suami isteri
melihat Hui Ngo Soan hidup lagi dan ilmu
silatnya jauh lebih tinggi dari biasanya,
menjadi ketakutan dan angkat kaki melarikan
diri, tidak berani menempur pada Ngo Hui
Soan alias Biauw Hoat.
Terus suami isteri itu dikejar sampai
tiga tahun lamanya. Pengejaran ketika sampai
di gunung Cit lian san puncak Ba hong tow
yang tertinggi mereka menemui jalan buntu.
Setelah Biauw Hoat mencaci maki kekejaman
mereka, ia tidak memberi kesempatan lagi.
Dengan senjata wasiatnya Te wa Kim leng ia
bikin suami isteri itu jatuh kedalam jurang
yang curam. 565
Sejak saat itu Biauw Hoat teruskan
menjadi nikow dan bersumpah tidak akan
menginjak Tionggoan lagi karena disana ada
kenang-kenangan yang tak enak bagi dirinya.
Karena bencinya pada Leng Hong Tiok yang tak
mempunyai perasaan sebagai manusia, maka ia
jadi benci sama semua laki-laki di dunia ini
dan melarang orang laki-laki menginjak
pulaunya.
**** GAN SU NIO sangat tertarik oleh penuturan
gurunya maka dari tadi ia tidak menyela.
Tapi ketika gurunya berhenti menutur, tibatiba ada kelebat suatu pikiran di benaknya.
"Suhu, kau tentu tahu siapa aku ini dan
dimana ayah bundaku?" ia menanya.
Biauw Hoat Sin ni goyang-goyang kepala.
Setelah menghela napas, ia menyahut:
"Sungguh Su Nio, aku tidak tahu siapa
ayah bundamu. Aku menemukan kau, tapi tak
tahu siapa yang membuangnya. Hanya pada kain
gendongan aku ketemukan sebilah pedang Tiauw
heng Giok pek ialah pedang lemas yang kau
berikan pada Bo yong kang. Aku karena
kasihan maka aku memelihara kau dalam kuil
ini sehingga dewasa seperti sekarang ini.
Gan Su Nio berduka mendengar keterangan
sang suhu.
Siapa ayahnya dia dimana ibunya ia tak
tahu. Ia adalah anak yang dibuang dan 566
dipunggut oeh Biauw Hoat Sin ni dan dari ini
ia tak tahu siapa dirinya dan dari keturunan
siapa?
Melihat murisnya berduka, Biauw Hoat Sin
ni menghibur.
"Su Nio, kau jangan buat sedih. Suaranya
darah tak dapat dibendung, maka suatu waktu
kau akan temui orang tuamu. Nah coba kau
mantu pikir, Panji Merah Putih ini bersamaan
dengan dengan tanda rahasia dari Thian lam
Siang koay. Apakah benar suami istri Leng
Hong Tiok dan Pit Tho Hoa itu masih hidup
setelah jatuh ke jurang yang dalam bukan
main?"
Gan Su Nio tidak menyahut.
"Ah tidak peduli bagaimana halnya," kata
pula Biauw Hoat Sin ni, "Denganmunculnya
kembali panji ini, berarti aku sudah
hilangkan janjiku untuk tidak menginjak lagi
Tionggoan. Perjalanan ke Si Hek itu amat
jauh, maka dari sekarang kau harus sudah
bersiap-siap dan besok pagi kita boleh
berangkat."
Mendengar kata-kata ?besok pagi? akan
berangkat, hatinya si nona menjadi
kegirangan. Sebab itu berarti ia lekas akan
ketemu lelaki pujaannya. Oleh karenanya soal
dirinya siapa dan siapa pula orang tuanya
yang membikin ia berduka menjadi lupa sama
sekali. 567
Terus ia ke belakang, berbenah apa yang
perlu dibawa buat besok pagi.
Biauw Hoat Sin ni melihat Gan Su Nio
kegirangan ia menggeleng-gelengkan kepalanya
sambil tersenyum lalu berkata pada dirinya
sendiri, "Hmm.. anak perempuan ini aku yang
memelihar dan mendidik, aku ini sama seperti
juga ibunya. Ia meski tabiatnya angkuh,
tampaknya ada mempunyai cinta yang murni.
Mudah-mudahan ia akan hidup berbahagia
dengan kawan hidupnya. Eh tapi aku harus
periksa dulu pujaannya yang bernama Bo yong
kang itu, sebab aku kuatir ia akan mengalami
nasib seperti diriku."
Barang-barang yang perlu dibawa sudah
rapi disiapkan oleh Gan Su Nio, maka pada
keesokan harinya pagi-pagi sekali Biauw Hoat
Sin ni kelihatan berhenti sejenak dan
menghela napas. Ia memandang ke sekitarnya
pulau, lalu berkata pada muridnya, "Su Nio,
aku sudah lima puluh tahun lebih menyepi di
sini, keadaan ternyata tidak ada
perubahannya, masih tetap seperti dahulu
kala. Entah bagaimana dengan nasibnya
manusia. Aku banyak kawan di Tionggoan,
apakah mereka masih pada ada atau sudah
mendahului aku mangkat ke dunia baka?"
Semikianlah guru dan murid itu menaiki
perahu telah melakukan perjalanannya ke Si
Hek. Lebih dahulu menemui Bu Ju dan Ceng
Leng di perbatasan untuk berunding bagaimana 568
caranya akan diambil tindakan untuk menolong
Li Cong Bun.
**** KUIL ?NAGA EMAS? di Si Hek itu pada jaman
keranaan Goan dinamai ?Oa Si Cang?. Pada
masa kerajaan Cang telah dibagi dua, yang
terdepan dinamai ?Cian Cang? dan yang
belakang ?Hauw Cang?. Kuil itu bangunannya
besar dan megah letaknya di pinggir gunung
yang dikelilingi air. Bentuknya indah, sukar
dicati tandingan, dekat dengan ko;am A ju
Ta ti yang permai pemandangannya.
Kuil ?Naga Emas? ini merupakan gudangnya
dari ilmu silat di Si hek.
Pada masa itu dalam kuil tersebut yang
ilmu silatnya tertinggi ada empat hweshio
yaitu : Pei Hud Kun Han, Cui Hud Biauw Hun,
Cio Han Pek Hie dan Ie Hud Ang Hun. Di bawah
mereka ada tigabela hweshio kosen yang pakai
huruf Li didepannya. Diantara ?Empat Dewa?
(satu Buddha) jadi adalah Pei Hud Kun Hun
yang selain ilmunya paling tinggi juga
umurnya paling tua.
Pada suatu hari ketika empat hud itu
sedang berunding tiba-tiba datang seorang
hweshio berbaju abu-abu dari kuil itu
menghadap mereka memberi laporan bahwa Biauw
Hoat Sin ni dengan muridnya Gan Su Nio telah
sampai di Si Hek dan sepertinya akan masuk
ke Si Hek. Laporan ini telah diterima oleh 569
mereka dengan tidak mengunjuk reaksi apaapa. Setelah menyuruh hweshio yang melapor
tadi berlalu, Cio hud Pek hun berkata pada
Pei hud Kun han.
"Kita merampas ?Pedang Penakluk Iblis?
dari tangannya Li Cong Bun dan menahan
orangnya di tempat kita adalah bermaksud
membalas dendam kepada Tay Han Sin ni
siluman yang menang bertanding di Pek thian
san tempo hari sehingga kita memikul malu
besar.
Li Cong Bun itu adalah muridnya Ceng Leng
dan itu Bo yong Kang yang kena kuhajar
adalah sutitnya Bu Ju. Kalau dua setan itu
datang kemari membuat onar memang ada
alasannya. Tapi itu Biau Hoat Sin ni dengan
menempuh perjalanan ribuan li tergeda-gesa
membawa muridnya datang kemari ada urusan
apa? apa mereka kira dengan nama Tri Tunggal
dapat menaklukkan dunia kangouw? Apa mereka
kir tidak ada yang berani menandinginya?"
Pei hud Kun han yang bermuka kuning
kurus, mengangkat kedua bahunya sambil
tersenyum berkata:
"Ya memang kita Empat Hud dari kuil Naga
Emas tak usah takuti mereka tapi tiga setan
tua itu namanya sudah termasyur dikalangan
sungai telaga (kangouw) tentu ada mempunyai
kepandaian tinggi, maka itu kita tak boleh
memandang enteng pada mereka. Kalau Biauw 570
Hoat dari Lamhay datang tentu Bu Ju dan
Ceng Leng tidak akan ketinggalan. Kita harus
berjaga-jaga berjaga-jaga terhadap serangan
berterang maupun bergelap. Mulai hari ini
kedua sute Biauw Hun dan Pek Hun harus
sering-sering berada di Pagoda Gledek untuk
menjaga Li Cong Bun jangan sampai kena
dibawa lari oleh orang luar yang datang
menolongnya. Buat Pedang Penakluk Iblis
tentu aman sebab ia berada dibadanku. Nah
Ang Hwe sute, kau lekas pergi ke Si Kiang
untuk menyambut tetamu. Kau jangan
perluhatkan muka kurang senang, kalau bisa
kau boleh cuga mencoba-coba keliahaiannya si
nikow tua dari Lam hay itu.
Mendengar begitu teliti sang toako
mengatur urusan, Pek Hun telah tertawa
bergelak.
"Toako, aku tak nyana kau begitu bagus
mengaturnya," ia kata. "Baik aku dengan jiko
menjaga Li Cong Bun. Kalau benar tiga setan
tua itu datang, dengan kepandaian kita yang
belum menemukan tandingan, akan kita pukul
mundur mereka. Aku mau lihat mereka bisa
apa? ha ha haa .."
Kun Hun tersenyum, "Sam te sebaiknya kita
jangan sombong, sebab pribahasa mengatakan
?Diatas Langit Masih Ada Langit? maka orang
yang berkepandaian tinggi, akan ada yang
lebih tinggi. Jadi kita jangan pandang
rendah mereka. Harap kedua sute suka
menjalankan tugas dan memimpin orang-orang 571


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita untuk menempur itu tiga setan tua dari
Tionggoan!"
Demikian seterusnya mereka telam
merundingkan daya upaya buat menangkis
kedatangannya orang kuat dari luar.
Sementara itu Biauw Hoat Sin ni dengan
muridnya dalam perjalanan sudah mendapat
kabar bahwa Kuil Naga Emas sudah bersiapsiap untuk menyambut kedatangan mereka.
Ketika mereka masuk dalam daerah Si kiang,
suasana yang dihadapinya sungguh tak enak.
Tak peduli di rumah makan, penginapan
maupun kuil-kuil, tampaknya gerak geriknya
mereka diawasi benar, bahkan selama berjalan
saja mereka dikuntit oleh beberapa orang
hweshio dari Si Hek. Benar-benar pengaruhnya
Empat Hud dari kuil Naga Emas itu besar.
Mengalami suasana demikian Biauw Hoat Sin
ni merasa sangat geli.
Pada waktu berjalan mereka sampai di
perbatasan Si Hek dan Si Kiang sang waktu
menunjukkan sudah tengah hari. Mereka telah
menemukan satu kuil yang bangunannya sangat
bagus tapi pintunya ditutup rapat-rapat.
Keadaan di situ amat sunyi, memang cocok
untuk orang beribadat menjalankan
ibadatnya. Ketika mereka sudah berada di
depan pintu kuil, tiba-tiba Gan Su Nio
berkata: 572
"Hei, kenapa pintu kuil ini sepi-sepi
saja, memangnya tidak ada penghuninya? Aku
merasa cutiga, coba aku ketuk pintunya."
Biauw Hoat Sin ni tertawa.
"Hmm.!" Ia menggeram perlahan. "Aku
dimasa lampau dengan mengandalkan pedang
yang kau bawa-bawa, entah sudah berapa
banyak membikin tewas jiwanya kawanan
penjahat. sekarang dengan sengaja kita
keluar dari Lam hay. kau mau masuk
kedalamnya juga tidak ada halangan. itu
Tigabelas hweshio kosen rasanya tidak
gampang-gampang memberi jalan secara mudah
kepada kita, tentu kita akan menghadapi
pertempuran. Nah kau coba ketuk pintunya dan
masuk ke dalamnya. Apakah yang mereka bisa
bikin terhadap kita?"
Mereka lalu berjalan melalui undakundakan batu menghampiri pintu. Gan Su Nio
segera mengetuknya, akan tetapi lama tidak
kedengaran ada orang yang akan membuka pintu
hingga nona Gan tidak sabaran. Ia memanjat
tembok, ternyata pintu kuil itu diselarak
dari sebelah dalam.
Melihat hal yang mencurigakan itu, Gan Su
Nio berkata pada gurunya:
"Suhu, kuil yang begitu besarnya kenapa
bisa diselarak dari sebelah dalam? Aku tidak
percaya didalamnya tidak ada orangnnya.
Apakah tidak lebih baik aku dan suhu samasama memasuki kuil ini." 573
Biauw Hoat Sin ni tidak menjawab.
Badannya melesat menghampiri GanSu Nio.
Kemudian mereka dengan melewati tembok,
sudah bisa masuk ke dalam kuil besar itu.
Menyaksikan keadan yang serba rapi dalam
kuil itu. Biauw Hoat Sin ni merasa kagum.
Patung-patungnya juga kelihatan hidup.
Pada saat mereka hendak berlutut di
depannya sebuah patung yang dipuja dalam
kuil itu, tiba-tiba mendengar seperti orang
berkata dan tertawa:
"Ha ha ha ha betul mengherankan. Patungpatung yang berdarah daging tidak dihormati,
malah menghormati patung yang dibikin dari
tanah lempung. Punya mata tapi buta, punya
teling seperti tuli, maka apa kepandaian
kalian jauh-jauh datang dai Lam hay? dimana
kemahiran kalian?"
Biauw Hoat Sin ni terkejut mendengar
orang mencemooh dirinya.
"Hei, siapa yang berani mengeluarkan
perkataan tidak sopan dihadapan Biauw Hoat
Sin ni? Katanya nyaring.
Tak kedengaran ada yang menjawab. Gan Su
Nio sementara itu sudah meneliti darimana
keluarnya suara tadi.
Disitu ada belasan patung berbaris rapi.
Memang patung-patung sukar membedakan yang
mana patung manusia yang mana patung bikinan
dari tanah lempung. 574
Si nona curiga pada patung yang ke
sembilan dihitung dari kiri. Ia tak berani
turun tangan karena masih menyangsikan
pendapatnya sendiri.
Matanya Biauq Hoat sin ni yang tajam
mengawasi patung itu. Tiba-tiba tertawa
dingin dan berkata pada muridnya.
"Su Nio, coba kau serang matanya patung
yang ke tiga dihitung dari kiri!"
Gan Su Nio baru mau bergerak, tiba-tiba
patung yang dimaksud telah tertawa gelakgelak dan turun menghampiri pada mereka.
Ternyata hweshio yang menyamar menggunakan
jubah merah perawakannya gemuk pendek.
Sambil merangkap kedua tangannya dan
menundukkan kepala tanda hormat. Perkataan
?O mi to hud? telah meluncur dari mulutnya.
(G S)
"HEY, kau ini sebagai hweshio seharusnya
membaca kitab suci di dalam kuil,? kata Gan
Su Nio yang tidak sabaran. "Bukannya disini
main dandiwara menyaru jadi patung. Apakah
maksudmu? Bukankah kau adalah hweshio
kiriman dari Naga Emas?"
Setelah tertawa gelak-gelak hweshio jubah
merah itu menjawab: 575
"Hmm, rimba persilatan di Tionggoan juga
ad sama aturannya. Di sini kalau tanpa
ijinnya Empat Hud dari Kuil Si Hek . kalau
kalian mau memaksa juga, jangan menyesal
kalau sang maut akan merenggut jiwa kalian.
Nah sekarang sudah diberitahukan, maka masih
belum kemalaman di jalan kalau kalian
sekarang pergi dari sini!"
Gan Su Nio tersenyum manis, "Kau aneh,"
katanya. "Manusia bebas untuk menjunjung
tempat dimana juga untuk menikmati
pemandangan yang indah. Bukan saja di
perbatasan sini saja kami datangi tapi kami
juga akan mengunjungi kuil ?Naga Emas? yang
katanya sangat indah bangunannya dan
pemandangan di sekitarnya amat permai. Jadi
kami bebas untuk kemana saja. Tapi kau ini
hweshio dari mana lantas mengadakan larangn,
apa sih kepandaianmu untuk mencegah
perjalanan kami?"
"Perantara Hud couw yang mulia tak dapat
ditentang," jawab si hweshio jubah merah
dengan nada dingin. "Apa kau mau
mengandalkan nama tersohor dari Tri Tunggal
hendak menentang peraturan hukum kami? Kau
tahu kau dipandang oleh kami orang hanya
bagai kunang-kunamg. Tidak percaya? Nah
rasakan serangan telapakan tanganku yang
lihay."
Setelah berkata ia mengkerutkan bahu
kanannya, terus menyerang dengan tenaga
angin dahsyat ke arah dada si nona hingga 576
Gan Su Nio amat gusar lalu menggunakan
tenaganya sembilan bagian untuk menangkis
hingga si hweshio amat kaget. Ia terdorong
mundur sampai beberapa tindak.
Si nona yang merasakan tenaga si hweshio
hanya sebegitu saja, lantas tertawa
mengejek, "Aku kira berapa besar tenaganya
orrang kuil naga emas, tidak tahunya hanya
segini saja."
"Hmm..!" kedengaran suara orang memotong
bicaranya dari belakang.
Gan Su Nio menoleh, tampak satu patung
yang berubah jadi manusia maju ke depan.
Hweshio ini mengenakan jubah kuning,
lehernya panjang, matanya besar dan kulitnya
kemerah-merahan. Dilihat gerakannya, hweshio
ini tentu ada lebih tinggi kepandaiannya
dari hweshio jubah merah tadi.
Kali ini Biauw Hoat Sin ni yang menegur,
"Kamu sebagai hweshio melakukan perbuatan
macam ini apa artinya? Kalau mau menghalanghalangi perjalanan kami lebih baik terangterangan saja. Kau menyaru sebagai patung,
apakah perbuatan itu tidak berdosa?"
"Aku adalah Hud! Hud ialah aku! Kau
sebagai nikow tua apakah belum tahu? Tidak
pantas kau digolongkan dalam Tri Tunggal.
Nah baik sebagai tuan-tuan rumah, aku akan
mengiringi apa yang kau katakan tadi. Dalam
ruangan ini adalah tempat suci, marilah ikut
aku untuk bertempur di luar!" 577
Setelah berkata ia enjot tubuhnya melesat
keluat melalui dinding yang berlobang bulat
dan berdisi di lapangan menantikan Biauw
Hoat Sin ni.
Gan Su Nio melihat kepandaiannya hweshio
itu tertegun karenanya.
"Suhu," ulutnya nyeletuk. "Hweshio itu
telah menggunakan Tenaga Gaib Mengkerutkan
Tulang untuk menerobos lubang dinding tadi.
Betul-betul mengagumkan. Dia sebenarnya ada
berkedudukan apa di Kuil Naga Emas? Pantas
Bo yong ko mendapatkan luka dikeroyok mereka
dan Li Cong Bun dirubuhkan, diculik bersama
pedangnya. Hweshio di perbatasan memang
lihai."
Biauw Hoat Sin ni tertawa mendengar
bicaranya Gan Su Nio.
"Pada masa dahulu." Ia kata. "Semua
hweshio Si Hek kalau metantau, pasti
mengenakan baju kuning. Tapi kalau mau
membedakan tingkat derajat dalam partainya,
yang berbaju kuning paling tinggi, baju
merah kedua dan paling rendah yang berbaju
abu-abu. Hweshio yang barusan menggunakan
ilmu menrkeretkan tulang-tulang tentu adalah
salah satu dari Empat Hud dalam kuil Naga
Emas. Ia mengajak kita bertempur tentu ada
mempunyai kepandaian silat yang tinggi.
Biarlah dia aku yang melayani dan kau boleh
melayani si hweshio baju merah aku lihat
kepandaiannya selisih tak banyak dari kau." 578
Keduanya melesat keluar. Di lapangan
sudah menunggu hweshio dengan congkaknya.
Gan Su Nio tidak sabaran, ketika menghampiri
sejauh enam tujuh tindak dari dua hweshio
tadi, ia telah menunjuk kepad si hweshio
jubah kuning dan menanya.
"Hei kau ini bukannya yang dipanggil Cio
Hud Pek Hun?"
Si hweshio jubah kuning tak menjawab,
kawannya yang mewakili menjawab.
Hud ada di gunung Leng san, kau tidak
boleh sembarangan menemuinya. Benar-benar
kau lucu. Tadi di dalam ruangan kita sudah
bergebrak sebentar, nah kini aku meminta
pelajaran lebih jauh. Kalau kau dapat
menangkan sepasang senjataku ini, aku akan
antar kau ke Leng san!" ia berkata sambil
menunjukkan sepasang senjatanya berbentuk
pentungan lonjong dan bergigi macam gergaji.
Gan Su Nio juga tidak banyak rewel ia
juga menghunus pedangnya untuk melayani
musuhnya yang sombong itu. Mereka bertempur
ramai sekali, suara beradunya senjata
membuat semangat berkelahinya masing-masing
pihak terbangun.
Hweshio jubah merah bernama Li Jen,
salahsatu dati tiga belas hweshio kosen dan
dalam Naga Emas barisan huruf Li dia boleh
dikatakan yang terpandai ilmu silatnya. 579
Tapi menghasapi Gan Su Nio yang
melayaninya dengan lincah dan berat
tekanannya membuat si hweshio jubah merah
menjadi kaget juga. Ia tek menyangka nona
secantik itu yang usianya ditaksir baru tiga
puluh tahun ada mempunyai kepandaian yang
tinggi. Maka ia tak berani unjuk kesombongan
lagi, ia melayani si nona dengan berhatihati.
Satu kali ia mengerahkan seluruh
tenaganya dipusatkan pada senjatanya dan


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang dengan dahsyat. Gan Su Nio tidak
berkelit dari serangan itu. Dengan gaya
serangan ?Wanita Penenun Gerakkan Alat
Tenun?, pedangnya menusuk diantara sepasang
senjata musuh. Li Jun kaget dan mundur
beberapa tindak. Ia tak kira serangannya
dengan gaya serangan ?Nona Cantik Menutup
Pintu? dapat dipunahkan dengan mudah oleh
Gan Su nio. Ia paling mahir dengan ilmu
serangan itu. Kalau ia berhasil, pedang
musuh akan tergencet diantara sepadang
senjatanya. Sekali ia menggetarkan
senjatanya itu dengan tenaga dalam, kalau
tidak pedang musuh patah, sedikitnya akan
terlepas dari cekalannya karena tak tahan
dengan pengaruh getarannya tadi. Ia tak
menyangka Ga Su Nio akan memunahkan
serangannya dengan mengirim tusukan diantara
dua senjatanya yang hendak menggencet
pedang. Coba ia tak trik mundur serangannya, 580
niscaya ia akan disate oleh pedangnya si
nona.
Gan Su Nio melihat musuhnya mundur ia
merangsek dan mengirim pula beberapa tusukan
yang berbahaya. Tapi Li Jen juga bukan orang
lemah. Ia putar sepasang senjatanya untuk
menyampok pergi pulang pedang si nona yang
saban-saban hendak mengarah jalan darahnya
yang berbahaya.
Li Jeng perlahan-lahan jadi kesal karena
semua serangnnya tak menemukan sasarannya,
malah ia jadi terdesak oleh si nona. Satu
kali ia dapat kesempatan untuk membentur
pedangnya si nona hingga patah, tapi
mendadak dirasakan bahunya kesemutan dan ia
tak dapat menggunakan senjatanya lagi.
Ternyata sepintas lalu tangannya Gan Su
Nio yang lihai dapat menotok jalan darahnya
di bahu si hweshio, selanjutnya si nona
telah membuka kelima jarinya hendak
menyengkram dadanya musuh sehingga si
hweshio sudah ketakutan tak bisa
menghindarkan diri dari bahaya itu. Terpaksa
ia memejamkan matanya menanti kematiannya,
tapi rupanya Gan Su Nio tak mau mencari
musuh maka ia tarik kembali tangannya.
Sembari tertawa dingin berkata, "Hmm! Karena
aku ingat kau muridnya sang Buddha maka aku
tak mau ambil jiwamu. Tapi ingat, jikalau
dalam perjalanan kami selanjutnya, kau coba
mencari-cari seteru lagi, jangan sesalkan 581
kalau kami tak dapat memberi ampun lagi
kepadamu!"
Li jen hweshio bukan main malunya, tapi
ia sudah tidak punya nyali untuk melawan si
nona. Kejadian ini dapat disaksikan oleh si
hweshio jubah kunging tapi ia tak datang
membantu kawannya. Ia maju setindak
menghadapi Gan Su Nio dan berkata setelah
bergelak tertawa.
"Yah, nona sudah tidak mau mengambil
jiwanya hweshio dari kuil Naga Emas, aku
disini mengucapkan banyak terima kasih!"
Ia sambil menjura memberi hormat. Justru
saat itu si nona barusaja memasukkan
pedangnya dalam sarungnya. Ia tidak
menjuranya si hweshio itu ada mengandung
serangan yang tak kelihatan.
Tahu bahwa tenaga si hweshio ada sangat
dahsyat, kalau ia menyambuti dengan
kekerasan juga tidak akan menguntungkan
baginya, maka ia berkelit sedikit kesamping
hingga serangan dahsyat si hweshio jubah
kuning telah mengenai tempat kosong.
"Ha ha ha, betul-betul murid Lam hay
sangat libay!" si hweshio jubah kuning
tertawa memuji setelah menyaksikan
serangannya tidak mendapatkan apa-apa. "Nah,
sampai di sini saja kit berkenalan, lain
kali kita dapt bertemu lagi." Sambil berkata
ia menarik Li Jen hweshio lalu berjalan
menuju belakang kuil. 582
Gan Su Nio panas batinya, seketika itu ia
hendak mengejar pad kepala gundul itu tapi
Biauw Hoat Sin ni mencegah.
"Su Nio, biarkan mereka berlalu, apakah
takut kau mendapat gangguan mereka lagi?"
Gan Su Nio urungkan mengejarnya. Ia
berpaling kepada suhunya sambil tertawa
berkata, "Aku kira semua hweshio dari kuil
Naga Emas lihai-lihai. Tidak tahunya ada
sama saja dengan itu Li Bu Taysu yang
menjadi tetamu Si leng cee. Tapi itu
hweshio jubah kuning ada mempunyai
kepandaian yang berarti juga, apa suhu tahu
siapa dia?"
"Menurut kabar, yang menjadi ketua kuil
Naga Emas ada empat Hud ialah Pei, Cui, Cio
dan Ie. Kebiasaan kalau bicar didahului oleh
tertawa yang terus menerus. Mungkin hweshio
jubah kuning tadi adalah Cio Hud atau Ie
hud, memang ilmu silatnya amat tinggi.
Sebaiknya kau pakai baju kulit ikan yang aku
berikan padamu. Perlu untuk menjaga
kemungkinan yang tidak enak."
"Suhu, baju itu benar-benar amat ampuh.
Pada waktu aku bertempur di markasnya Si
leng cee sudah menolong aku menghindarkan
aku dari senjata gelapnya si Kalajengking
Pho Kun Peng ialah air beracun yang
disemburkan dari ujung pedang. Maka sejak
kita meninggalkan kuil aku terus memakainya.
Suhu jangan kuatir!" 583
Sang guru unjuk senyumannya sambil
angguk-anggukkan kepalanya.
"Ya memang kita tidak berniat membuat
celaka orang katanya, "Tapi harus kita
waspada dalam pernalanan kita ini. Kita
sudah menempuh perjalanan ribuan li jauhnya,
tempat tempat yang kita lewati semua ada
asing bagi kita. Harus kita menjaga diri,
coba saja pikir, belum masuk ke Si Hek sudah
banyak mendapat halangan di perjalanan. Kita
masih belum bertemu dengan Bu Ju dan Ceng
Leng. Apakah mereka sudah masuk ke Si Hek
atau belum, merupakan pertanyaan. Ada
kemungkinan mereka telah bertemu dengan
?Empat Hud? dari kuiil ?Naga Emas?"
Gan Su Nio yang diajak bicara tidak bisa
memberi jawaban apa-apa. karena pikirannya
telah melayang pada kekashnya yang sampai
saat itu masih belim dijumpainya.
"Pikirku, lebih baik kita langsung saja
menuju kuil Naga Emas dan menerangkan disana
bahwa tujuan kedatangan kita hendak meminta
pulang pedangnya Tay Han Sin ni dan
kebebasan Li Cong Bun. Kalau mereka mau
membalas dendam, boleh ditujukan kepada
kita. Sebab kitalah yang lebih tepat
bertanggung jawab untuk urusannya suci."
Demikian Biauw Hoat Sin ni melanjutkan
bicaranya.
Gan Su Nio pikir, urusan lebih cepat
diselesaikan memang ada lebih baik menemui 584
Bu Ju Toato adalah soal yang kedua, yang
penting harus ketemu dengan Ceng Leng Cin
jin yang merawat Bo yong Kang. Pikirnya
kalau dapat lekas-lekas menyelesaikan urusan
pedang dnan Li Cong Bun ia akan terus ke
gunung Pek Thian san untuk menemui jantung
hatinya.
Berdua lalu meninggalkan kuil itu
melanjutkan perjalanannya. Ketika hari sudah
mulai malam, mereka sampai di sebuah desa
kecil dibawahnya kaki gunung. Mereka tak
bisa dapat tempat menginap karena semua
rumah penginapan sudah penuh.
Diam-diam Biauw Hoat Sin ni merasa heran.
Desa yang sekecil itu tidak boleh jadi penuh
dengan tetamu kalau bukannya orang-orangnya
kuil Naga Emas yang telah mencari gara-gara
membikin susah kepada mereka.
Biarlah tidak dapat tempat menginap ia
dengan muridnya boleh mencari suatu tempat
di pegunungan untuk beristirahat bersemedi.
Mereka telah meneruskan perjalanan ke gunung
dimana mereka menemukan sebuah pohon besar
dan diatas pohon itu mereka telah
beristirahat.
Tidak jauh dari situ ada sebuah kuil,
seorang hweshio tampak keluar membawa
kentongan meronda. Sambil membunyikan
kentongan tangannya hweshio itu mendekati
pohon besar dimana guru dan murid itu pada
beristirahat. Mereka tidak mempedulikan 585
kepada hweshio itu, sebaliknya si hweshio
itu juga tidak mengambil pusing. Cuma ketika
si hweshio itu melewati pohon, ia telah
mengeluarkan kata-kata menyindir.
Tiba-tiba disatu jalan tikungan ada
terdengar pula kentongan meronda. Kali ini
bunyinya kentongan itu nyaring benar.
Jilid 16
Biauw Hoat Sin ni lalu turun dari pohon
meneruskan perjalanannya. Ketika mereka
berjalan berbelok tiga kali lantas ketemu
dengan dua hweshio. Satu diantaranya adalah
si hweshio jubah kuning yang tadi siang
telah minta maaf pada Gan su Nio. Ia tengah
menghadapi sebuah kentongan besar yang berat
sekali rupanya.
Gan Su Nio meluap amarahnya tapi Biauw
Hoat Sin ni mencegah muridnya bertindak
sembarangan. Mereka terus berjalan. Ketika
mereka sampai pada jarak beberapa tombak
lagi dari si hweshio jubah kuning mendadak
Biauw Hoat Sin ni dan muridnya mendengar
hweshio itu berkata. Setelah tertawa
bergelak-gelak.
"Sebenarnya aku tak tega kalian berdua
akan membuang jiwa di tempat orang lain, 586
maka dengan baik aku nasehati supaya kalian
berdua balik lagi saja. Kalau Lam hay Lo ni
sudah banyak tahun menjadi nikow tapi basih
belum tahu soal selamat dan bahaya betulbetul mengherankan!"
Biauw Hoat Sin ni mendengar bicaranya si
hweshio jubah kunging ditujukan kepadanya
lalu menjawab: "Hmm! Kau dengan tujuh belas
orang mengerubuti Bo yong kang dan Li Cong
Bun apakah tidak malu dengan perbuatan
kalian itu? Aku berdua datang di sini terus
terang kukatakan aku akan membereskan
urusannya Tan Hay Sin ni. Dari pihak kamu
orang, apa tidak ada jagoannya untuk bertemu
dengan aku si nikow tua?"
"Hmm! Hweshio jubah kuning keluarkan
suara dari hidungnya.
"Sebagai laki-laki sejati tidak
seharusnya kalian membuat sulit aku dengan
muridku dengan jalan sembunyi-sembunyi,
sebab ini adalah suatu perbuatan pengecut
yang tak tahu malu!" demikian Biauw Hoat Sin
ni berkata.
"O mi to hud!" berkata si hweshio jubah
kuning. "Lam hay tujuh belas orang melawan
dua orang, kami tidak membikin celaka Li
Cong Bun. Dia masih ada di tempat kami dalam
keadaan segar bugar. Kalau belum sampai
batas waktu tanggal sembilan bulan sembilan,
aku tanggung jiwanya Li Cong Bun tidak
mendapat gangguan apa-apa. sedang itu Bo 587
yong Kang, hmm..! dia sudah melukai tiga
kawan kami, maka kami telah melakukan
hajaran supaya dia tahu rasa.."
"Hei!" menyela Gan Su Nio. "Bukankah yang
melukai Bo yong Kang adalah kau sendiri?"
"Aha, kau burung Hong Kemala, sebenarnya
derajatmu belum pantas berunding dengan kami
?Empat Hud?. Kalau kamu mau membalas dendam
halnya Bo yong kang, tunggu aku selesaikan
dulu pembicaraanku dengan suhumu!" ia
berpaling kepada Biauw Hoat Sin ni, lalu
berkata, "Sebetulnya hal ini bukan urusan
kau, lebih baik kau jangan turut campur."
"Hei, mana boleh begitu." Menyela Biauw
Hoat Sin ni, "Kalian sebenarnya merampas dan
menculik orang ada mempunyai maksud apa?"
"Untuk membalas dendam atas kematiannya
Hoat Goan Taysu dibawah pedangnya Tay Han


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin ni." jawab si hweshio jubah kuning
dengan sikap sombong.
"Oh kalau begitu, kau harus membalas
dendam padaku. Mereka tidak ada sangkut
pautnya dengan peristiwa itu. Tay Han Sin ni
adalah suciku dan kedatanganku khusus untuk
mengurus hal itu. Sedang muridku Gan Su Nio
adahal hendak bikin perhitungan dengan orang
yang telah melukai Bo yong Kang. Nah
sekarang katakan kau ini Co hud apa Ie hud?"
Hweshio jubah kuning itu tertawa
bergelak-gelak. 588
"Ha ha ha ha.. inilah yang dinamai ular
cari penggebug. Aku adalah Ie Hud Ang Hun.
Kami tidak tahu bahwa kau Lam hay Lo ni ada
satu partai denga Tay Han. Sekarang sudah
terang siapa yang harus bertanggung jawab,
maka itu Li Cong Bun akan kami bebaskan dan
Pedang Penakluk Iblis harus kami tahan, nah
sekarang aku pulang untuk memberitahukan hal
ini tapi terimalah kentongan besi ini.!"
Setelah berkata hweshio jubah kuning itu
telah melemparkan benda yang beratnya ribuan
kati ke arah Biauw Hoat Sin ni dan Gan Su
Nio. Saat itu sebenarnya Gan Su Nio hendak
mengejar si hweshio jubah kuning, tapi kaget
karena melayangnya kentongan besi ke
arahnya. Biauw Hoat Sin ni suruh muridnya
Lukisan Horor 5 Baby Sitter Club 5 Dawn Dan Tiga Pengacau Inferno 10

Cari Blog Ini