Ceritasilat Novel Online

Menebus Dosa 4

Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa Bagian 4


Dua Kao lie yang lain juga lantas bergerak menyerang Lo Kie dan Bangkai Berjalan.
Selagi pertempuran dalam tiga rombongan berlangsung, tiba-tiba terdengar suara orang
berkata, "Tahan!"
Suara itu mengejutkan orang-orang yang sedang bertempur, hingga mereka lantas mundur.
Tapi mereka ternyata tidak melihat apa-apa yang tampak hanya bergoyangnya daun-daun
pohon dan desiran angin yang bertiup keras .
"Siapa?"Lo Kie menegur dengan suara dingin.
Dari dalam rimba terdengar suara jawaban, "Siehay Seng kun, sebelum aku unjukkan diri,
aku hendak tanya padamu, apa maksudmu muncul lagi di dunia Kang ouw?"
Mendengar pertanyaan itu, Sie hay Seng kun tercekat, ia segera menjawab sambil tertawa,https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apakah kau kenal denganku?"
"Kalau tak kenal, perlu apa bertanya padamu?"
"Kalau begitu, kedatanganmu ini karena aku?"
"Begitulah, aku hanya ingin tahu, untuk apa kau muncul lagi di dunia Kang-ouw?"
"Ini apa yang dibuat heran? Pertama, sudah tiga tahun lamanya aku tidak muncul di
dunia Kang-ouw, maka kemunculanku kali ini hanya ingin melihat lihat saja, dan kedua,
aku ingin menyelidiki kematian Jie Bun Kie, sebetulnya ditangan siapa?"
"Kalau begitu, persahabatanmu dengan Jie Bun Kie cukup erat?"
"Benar."
Tiba-tiba terdengar suara tertawa bergelak gelak, kemudian terdengar katakatanya.
"Bagus sekali kau Sie-hay Seng-kun, kau tentunya tidak akan lupa, sepuluh tahun
lebih berselang, kau pernah............."
Mendengar itu, muka Sie-hay Seng-kun segera berubah, lalu memotongnya, "Pernah apa?"
"Antara kau dengan aku, sama-sama mengetahui peristiwa yang sudah lalu ini,
perlu apa harus diumumkan? Sie-hay Seng-kuB, katanlah, betul atau tidak?"'
Muka Sie-hay Seng-kun pucat, ia mundur terhuyung-huyung, peristiwa yang disebutkan
oleh suara yang tidak kelihatan orangnya itu, agaknya mempengaruhi hatinya.
Bangkai Berjalan dan Lo Kie yang menyaksikan keadaan demikian, serentak tergerak hati
mereka, seolah olah hendak menghadapi suatu bencana luar biasa.
Sie-hay Seng kun setelah dapat menenangkan pikirannya, lalu berkata pula, "Perkataanmu
ini benar-benar membuat orang tidak mengerti..............."
"Tidak mengerti? Hahaha! Kang Jie Sie, aku tanya padamu, siapakah orang yang
bernama Go Giok Seng itu?"
Mendengar pertanyaan ini, jantung Sie-hay Seng-kun berdebar keras, wajahnya
nampak semakin pucat, katanya dengan suara gemetar, "Numpang tanya, mengapa kau
tahu namaku dan nama Ngo-gak Lojin?"
"Kang Jie Sie, apa kau kira bahwa orang yang tiga tahun berselang itu sudah mati?"
Mata Sie-hay Seng-kun memancarkan sinar yang menakutkan, bentaknya dengan suara keras, "Kau siapa?"
Mendadak ia bergerak, dengan kecepatan bagaikan kilat melompat menerjang
kearah suara itu. Tindakan Sie hay Seng-kun itu segera disusul oleh Lo Kie dan Bangkai
berjalan.
Tiga orang itu sudah berada kira-kira sejauh tigapuluh tombak, suara dengan nada amat
dingin itu tiba-tiba terdengar dibelakang mereka, "Kang Jie Sie, perlu apa kau gelisah?"
Sie-hay Seng kun tidak bersuara, ia cuma bisa berdiri terkesima. Lo Kie yang menyaksikan
itu, lalu bertanya padanya, "Locianpwee, siapakah orang yang tidak mau unjukkan muka
itu?"
"Tidak tahu............"jawabnya sambil geleng kepala.
Terdengar suara dengan nada yang amat dingin, "Sekalipun dia tahu, apa dia mau
memberitahukan pada kalian?"
Sie hay Seng-kun seorang tokoh yang terkenal, dipermainkan demikian rupa, cuma bisa
mendongkol dan cemas, tapi ia tidak berdaya, maka akhirnya balik lagi ke tempatnya
semula.
"Locianpwee, serahkan Koo Lok padaku" kata Lo Kie. Sie-hay Seng-kun lalu
serahkan Koo Lok pada Lo Kie, kemudian ngeloyor pergi.
Lo Kie melihat muka Koo Lok pucat pasi, mulutnya terkancing, Ia lalu berkata sambil
kerutkan keningnya. "Nampaknya sangat parah,"
"Kekuatan tenaga dalam Giok-bin Thian cun sangat hebat, kalau Koo Lok tidak
mempunyai kekuatan yang seimbang, barang kali sudah melayang jiwanya "sahut Bangkai
berjalaa,
"Apakah ia masih bisa ditolong?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Tentu saja,"jawabnya Bangkai Berjalan, lalu mengeluarkan sebutir pil dan
dimasukkan ke dalam mulut Koo Lok, kemudian menepuk jalan darah dan badan pemuda
itu, Tiba-tiba terdengar suara tawa dingin, tiga wanita dari Sam-seng-to itu melayang
turun ke depan Lo Kie dan Bangkai berjalan.
"Kalian mau apa?" tegur Lo Kie dingin,
"Karena luka Koo Lok tidak enteng, kita anggap tidak jujur kalau bertempur lagi
dengannya, maka sekarang kita hendak pulang menyampaikan kabar kepada Nio-nio, jika
dalam tiga hari Koo Lok tidak datang ke lembah Pek-kut-kok, kita akan musnahkan partai
In-san-pay." Kata To kao-lie, dan kemudian berlalu bersama kedua kawannya.
Lo Kie kini bisa menarik napas lega, sementara itu nampak Sie-hay Seng-kun balik
kembali maka Lo Kie lalu bertanya padanya, "Locianpwee, apakah sudah bisa ketemukan
orang itu?"'
"Belum,"jawabnya Sie hay Seng-kun sambil gelengkan kepaja.
"Apa kau mempunyai permusuhan dengannya?"
"Tidak tahu."
"Locianpwee, coba ingat-ingat lagi, tigapuluh tahun berselang, siapa yang telah
bermusuhan dengan kau, apakah kau juga tidak dapat mengingat lagi?"
"Tidak."
"Apakah kedatangan orang itu sengaja mencari locianpwee?"
"Mungkin,"
Meski Lo Kie tidak tahu siapa orang yang tidak mau unjukkan muka itu, tapi dari air
muka dan sikapnya Sie hay Seng kun, ia dapat menduga bahwa ada hal-hal yang luar biasa
yang akan terjadi atas tokoh kenamaan iIni. Sambil kerutkan keningnya ia bertanya,
"Apakah Giok bin Thian-cun sudah dibawa pergi oleh kambratnya?"
"Ya, ia sudah dibawa ke kediamannya di Kiu Cion thian oleh dua manusia aneh itu.
Dalam pertandingan itu tadi, belum dapat kepastian siapa yang menang dan siapa yang
kalah, tapi sudah cukup untuk menggetarkan Giok-bin Thian-cun, nampaknya orang kuat
nomor satu itu untuk selanjutnya tidak akan keluar lagi dari tempat kediamannya di Kiuciong-thian.
"Apakah Koo Lok tidak bisa mencarinya?"
"Mencarinya? Sulit, meski Kiu-ciong thian tidak bisa dikatakan sebagai tempat yang
mendapat julukan "sebagai gua harimau atau sarang naga,"
"Koo Lok belum bisa menuntut balas dendam, ia pasti akan mencarinya walaupun
sampai ke ujung langit."
Selagi Sie-hay Seng-kun hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara keluhan
tertahan yang keluar dari mulut Koo Lok, ternyata ia sudah siuman kembali. Ia
memandang disekitarnya sejenak, lalu bertanya kepada Lo Kie, "Jiko, aku......... sudah
mati atau belum?"
Ia tertawa menyeringai katanya, "Samtee, apa kau sedang mengigau? Kalau kau sudah
mati, apakah kau dapat melihat kita?" Koo Lok tertawa, kemudian berkata, "Pertandingan
ini sesungguhnya diluar dugaan."
"Juga diluar dugaan kita semua orang,"
"Dan, dimana sekarang Giok-bin Thian-cun?"
"Ia juga terluka parah, kini sudah dibawa pulang ke Kiu-ciong-thian oleh dua orang
aneh."
"Sekalipun Kiu-ciong-thian itu bagaikan rimba pedang atau bukit golok, aku akan
mengobrak abriknya!"
"Samtee, Sam seng Nio nio masih menantikan kedatanganmu di lembah Pek-kutkok,"
Mendengar perkataan itu wajah Koo Lok lantas berubah, ia segera melompat
bangun, tapi mendadak dirasakan sakit ulu hatinya, maka ia lantas rebah lagi.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Ia tidak tahu bahwa lukanya kali ini sangat parah, meski sudah makan obat dan dibantu
oleh kekuatan tenaga dalam oleh Bangkai Berjalan, tapi kekuatan tenaganya masih belum
pulih seluruhnya.
"Samtee, lukamu masih belum sembuh betul bagaimana kau boleh bergerak?"
berkata Lo Kie.
KOO LOK tertawa menyeringai katanya dengan suara gemetar, "Guna menuntut
balas dendam sakit hati ayah bundaku biar bagaimana aku pasti akan pergi, ke lembah
Pek-kut-kok......................."
"Tapi lukamu belum sembuh betul!"
"Jieko, di sini letaknya tidak jauh dengan In-san-pay, apa kau suka gendong aku
kesana supaya aku dapat mengaso dengan tenang satu hari saja mungkin aku sudah bisa
bergerak."
Lo Kie anggukan kepala, ia lalu gendong Koo Lok bersama Bangkai Berjalan dan Sie-hay
Seng-kun berjalan menuju ke Insan pay.
Pertempuran yang mendebarkan hati telah berlalu, meskipun sudah lewat, tapi
belum berakhir. Satu hari kelak, kedua musuh besar itu pasti akan bertemu kembali dalam
satu medan pertempuran untuk menentukan siapa yang lebih unggul.
Tiba di In-san-pay, mereka disambut oleh Kow-tok-cu. Di sana Koo Lok dirawat oleh
Lo Kie, Sie-hay Seng kun dan Bangkai Berjalan secara bergilir. Cepat sekali Koo Lok pulih
kembali tenaganya dan bisa tidur nyenyak.........
Lo Kie bertiga masing-masing mengaso di kamarnya. Sie-hay Seng-kun teringat ucapan
orang itu. Apa kau kira bahwa orang yang pada tigapuluh tahun berselang itu sudah
mati................
la seperti ingat diri seseorang, maka tanpa sengaja sudah keluarkan seruan, "Apakah
mungkin..............."
Lo Kie yang baru melangkah keluar dari pintu kamarnya, ketika mendengar
perkataan itu lantas merandak dan bertanya, "Mungkin apa?"
Sie hay Seng-kun terperanjat, ia unjukan, tawa getir, lalu menjawab, "Tidak apaapa.................."
Lo Kie meski merasakan adanya perubahan sikap dari tokoh kenamaan itu, tapi ia tidak
dapat menduga siapa ada orang yang tidak mau unjukkan muka dengan nada suaranya
yang amat dingin itu. Dan apa hubungannya dengan Sie-hay Seng-kun...............?
Lo Kie keluar dari kamarnya, di ruangan tamu ia disambut oleh Kow-tok-cu yang
segera menghujani pertanyaan, "Lo siaohiap, bagaimana dengan keadaan Koo
Ciangbunjin?"
"Kita bertiga akan membantunya sekali lagi, mungkin bisa sembuh betul.
Locianpwee, dalam pertandingan itu, meski Koo Lok dan Ciok-bin Thian-cun sama-sama
terluka, tapi permusuhan ini masih belum berakhir, Koo Lok pasti masih hendak pergi ke
Kiu-ciong-thian untuk mencari musuhnya itu lagi. Dua hari lagi Koo Lok masih hendak pergi
ke lembah Pek-kut-kok untuk menepati janjinya dengan Sam-seng Nio-nio, nampaknya
lebih berbahaya dari pada kunjungannya ke Kiu-ciong-thian nanti."
"Dan bagaimana pikiran Lo siaohiap?"
"Harap kau segera kirim orang ke Thian-mo kiong untuk memberitahu Thian-mo
Kiongcu dan encinya Koo Lok,jika mereka ada waktu luang, supaya pergi ke lembah Pekkut kok!"
"Tentang ini sudah tentu aku akan segera lakukan, sekarang harap siaohiap
mengaso dulu, besok kita bicarakan lagi."
Malam telah larut, keadaan diluar kuil gelap gulita, kecuali cahaya binatang kunangkunang dan cahaya bintang di langit, tak nampak apapun......
Entah berapa lama Koo Lok sudah tidur, ia telah mendusin. Teringat pertempurannya
dengan Giok-bin Thian-cun, hatinya masih berdebar.
Ia terkenang kembali apa yang sudah terjadi, mengingat masa yang akan datang,
tanpa terasa ia telah menghela napas.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Tiba-tiba satu suara halus menegur padanya, "Tuan masih muda, kenapa menarik napas
panjang pendek?"
Koo Lak terperanjat, ia lalu berpaling, dan segera melihat bahwa di sisi tempat tidurnya
duduk satu bayangan hitam. Ia segera melompat bangun, tapi satu tangan menekannya,
kemudian terdengar pula suara seorang wanita,
"Luka tuan masih belum sembuh betul, bagaimana boleh bergerak sembarangan."
Koo Lok kini dapat melihat bentuk tubuhnya yang langsing dan rambutnya yang panjang
hingga menutupi kedua pundak wanita itu, yang duduk di pinggir pembaringannya tanpa
bergerak.
"Kau siapa?" tegur Koo Lok.
"Aku adalah manusia, sudah tentu bukan setan," jawabnya sambil tertawa riang.
"Ada perlu apa kau datang kemari?"
"Perlu apa?" wanita itu balas bertanya sambil tertawa getir, "kau tak usah
khawatir, karena aku tiada maksud hendak membunuhmu. O ya, siapa namamu? Koo Lok?"
"Benar!"
"Tuan Koo, harap kau suka maafkan kedatanganku di waktu tengah malam buta ini,
sehingga mengganggu tidurmu yang nyenyak. Aku sudah merasa puas dapat berbicara
sepatah dua dengan kau, maka aku hendak minta diri!"
Sehabis berkata, wanita itu bergerak dan sebentar sudah menghilang. Koo Lok goyanggoyangkan kepalanya, ia mengira sedang mimpi, tapi ketika ia gigit jarinya, ternyata
terasa sakit, hingga ia dapat kepastian bahwa itu bukanlah impian, melainkan suatu
kenyataan, Tapi, siapakah wanita itu?.....................
Esok harinya.................. Koo Lok ternyata sudah sembuh, ia lalu pamitan dengan
Kow tok-cu untuk pergi ke lembah Pek-kut-kok. Kejadian aneh yang dialami semalam,
tidak berani ia katakan kepada Lo Kie, Sie-hay Seng-kun dan Bangkai Berjalan.
Sikap Sie-hay Seng-kun masih nampak murung ia nampaknya ingat kejadian tigapuluh
tahun berselang, maka ia khawatirkan sesuatu kejadian yang menakutkan benar-benar
akan terjadi.
Dengan cepat rombongan Koo Lok sudah tiba di lembah Pek-kut-kok. Keadaan di
lembah itu masih tetap sunyi sepi Koo Lok dengan wajah beringas berseru kearah lembah,
"Sam-seng Nio-nio, kau telah membinasakan ayah bundaku, kalau aku tidak bisa
cincang dirimu menjadi berkeping-keping, aku bersumpah tidak mau menjadi orang lagi!"
Dengan cepat ia lantas melompat melesat ke dalam lembah itu. Kedatangan Koo
Lok itu disambut oleh suara tawa dingin, tapi tak kelihatan orangnya. Koo Lok menjadi
sengit, bentaknya dengan suara keras, "Jangan banyak tingkah sambutlah ini." Bagaikan
kilat ia melesat kearah itu sambil melontarkan satu serangan dari jarak jauh.
Serangan itu ternyata sangat hebat, suara jeritan ngeri menggema di udara,
kemudian disusul oleh robohnya sesosok tubuh manusia. Orang yang sial itu ternyata
adalah Cin-hay liong. Setelah Cin-hay-liong roboh binasa, terdengar pula suara seseorang
berbicara sambil perdengarkan suara tawa dingin, "Kepandaian Ciangbunjin benar-benar
sangat mengagumkan."
Sebentar kemudian, beberapa bayangan orang melayang turun di hadapan Koo Lok.
Orang-orang itu terdiri dari seorang wanita cantik berusia tigapuluh tahun, diiringi oleh
Sam-kao-lie dan seorang tua serta seorang muda. Sementara itu, Bangkai Berjalan dan Siehay Seng-kun juga sudah berdiri di belakang Koo Lok.
Suasana seketika berubah menjadi tegang.Wanita cantik itu kembali unjukkan tawa
dingin, kamudian berkata, "Apakah tuan ciangbunjin partay In-san-pay"
"Benar, juga adalah anaknya Koo Pek Ceng, kau barangkali Sam-seng Nio-nio?"
Mendengar jawaban itu, paras wanita itu nampak berubah, sedangkan laki-laki tua yang
berdiri disampingnya, lantas membentak sambil putar tongkat besinya. "Tuan bicara harus
tahu sedikit aturan!"
"Kau manusia apa? Mana kau pantas berbicara denganku?" sahut Koo Lok sambil
tertawa dingin.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apa kau cari mampus?" laki-laki tua itu gusar dan lalu putar tongkatnya
menyerang Koo Lok. Sambil tertawa dingin Koo Lok egoskan tubuhnya, dengan gaya yang
sangat manis ia elakkan serangan laki-laki tua itu, kemudian lantas menyerang dengan
tangan kosong.
Gerakan Koo Lok yang amat gesit dan cepat itu, hampir tidak dapat dilihat oleh
mata biasa, hingga laki-laki tua itu tercekat. Selagi masih terkesima, serangan tangan Koo
Lok yang hebat sekali sudah datang melanda. Untung dia sudah banyak pengalaman dan
mempunyai kepandaian tinggi, hingga dengan gerak tipu ikan tambra menyusup ke dalam
air gelombang, ia sudah berhasil singkirkan diri.
Koo Lok setelah memukul mundur laki-laki tua itu, baru berkata lagi kepada wanita cantik
penengahan itu. "Sam-seng Nio-nio serahkanlah jiwamu!"
Dengan cepat ia sudah melontarkan serangan hingga tiga kali. Laki-laki muda yang
berwajah tampan dan berdiri didampingi Sam-seng Nio-nio, cepat sudah maju menghadang
didepan Koo Lok seraya berkata, "Ciangbunjin, aku yang rendah tidak berguna, ingin lebih
dulu belajar kenal dengan kepandaiamu."
Sembari berkata, laki-laki muda itu sudah gerakkan tangannya untuk menyambut serangan
Koo Lok.
Setelah terdengar suara keras beradunya kedua kekuatan tenaga itu, laki-laki muda
tampan itu nampak terpukul mundur sampai sepuluh tindak lebih, baru bisa berdiri tegak.
"Kalau kau berani turun tangan lagi, aku akan ambil jiwamu." bentak Koo lok.
Beberapa gerak tipu yang digunakan oleh Koo Lok tadi, telah menarik perhatian Sam-seng
Nio-nio, ia benar-benar tidak percaya kalau Koo Lok mempunyai ilmu demikian tinggi,
maka lalu berkata sambil tertawa dingin, "Kepandaian ciangbunjin, benar-benar sangat
mengagumkan."
"Sam-Seng Nio-nio, aku hendak tanya pada mu, benarkah kau telah membinasakan
Tan Hui Lan?" tanya Koo Lok sambil kertak gigi.
"Mati atau tidak aku tidak dapat memastikan, cuma, memang betul ia sudah
kulemparkan kedalam laut........"
Mendengar jawaban itu, dada Koo Lok hampir meledak, katanya dengan suara dingin,


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa kau berbuat demikian padanya? Jawab!"
"Jiwa satu budak apa artinya, perlu apa dibuat heran?"
"Apa kau juga sudah membunuh mati Koo Pek Ceng?"
"Benar."
"Aku sekarang akan ambil jiwamu........." seru Koo Lok, yang segera menerjang
Sam seng Nio-nio secara kalap. Serangan Koo Lok itu demikian hebat, hingga Sam-seng
Nio-nio tidak berani menyambut sebaliknya telah melompat mundur satu tombak lebih.
Sementara itu, laki-laki muda tampan itu, sudah menyerang dengan senjata pedangnya,
mengarah bagian tengah Koo Lok.
Koo Lok sengit, bentaknya dengan suara keras, "Apa kau cari mampus?"
"Belum tentu kawan," sahutnya mengejek. "Bagus, beritahu dulu namamu!"
"Tuan besarmu belum pernah berubah nama, dari dulu sampai sekarang masih
tetap, bernama Pho Kian Jin?"
"Apa? kau bernama Pho Kian Jin?"
"Apa kau jeri...............?"
"Tutup mulut," potong Koo Lok, "hari ini kau pasti akan mati."
Koo Lok telah bertekat hendak membunuh pemuda itu, ketika mendengar
disebutnya nama itu, karena ia mendadak ingat perbuatan pemuda itu yang dulu pernah
merusak paras encinya. Lo Kie yang sejak tadi berdiri sebagai penonton, telah melompat
maju dan berkata kepada Koo Lok, "Samtee, serahkan dia padaku!"
"Jieko, pemuda ini harus kau tangkap hidup-hidup, jangan binasakan padanya!"
kata Koo Lok dengan suara pelahan. Lo Kie anggukan kepala, lalu menghampiri Pho Kian
Jin. Koo Lok lalu mengawasi Sam-seng Nio-nio, dengan mata beringas seraya berkata,
"Sam-seng Nio-nio, kau telah membunuh mati ayah bundaku, ini berarti kau telahhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
berhutang jiwa padaku, maka aku bukan saja hendak cincang tubuhmu, juga akan bikin
musnah sarangmu di pulau Sam-seng-to..............."
"Ciangbunjin, kita belum turun tangan, siapa yang akan mati, masih belum
diketahui, tapi, sebelum kita turun tangan, aku ingin berkata padamu."
"Apa yang kau hendak katakan?"
Sam-seng Nio nio tertawa menyeringai, ia tidak gusar terhadap sikap kasar Koo Lok
bahkan masih bisa berkata dengan tenang sambil tersenyum, "Usiamu masih muda sekali,
kalau kau mati ditanganku, bukankah sangat sayang.........?"
Sebelum Koo Lok menjawab, tiba-tiba terdengar suara bentakan Lo Kie yang
ternyata sudah menyerang hebat kepada Pho Kian Jin. Melihat saudaranya sudah turun
tangan, ia juga lantas bergerak menyerang Sam-seng Nio nio. Sementara itu, Bangkai
Berjalan dan Sie hay Seng kun, masing-masing lantas maju, karena ia mengerti, bahwa
kepandaian Sam seng Nio-nio mungkin lebih tinggi dari kepandaian Giok-bin Thian-cun,
maka diam-diam merasa khawatir akan keselamatan jiwa anak muda itu, hingga mereka
harus bersiap-siap, supaya bisa turun tangan memberi bantuan apabila Koo Lok ternyata
sudah keteter.
Tapi di fihak Sam-seng Nio-nio, ketiga wanita muda itu ketika melihat Bangkai
Berjalan dan kawannya maju, mereka juga bergerak merintangi dua orang tua itu.
Sementara itu, Sam-seng Nio-nio yang diserang oleh Koo Lok, tiba-tiba keluarkan suara
bentakan, badannya bergerak, bagaikan kilat cepat, kemudian melontarkan tiga kali
serangan untuk menyambut serangan Koo Lok.
Koo Lok yang menyaksikan kegesitan dan kepandaian wanita cantik itu, maka ia tidak mau
berlaku gegabah.
PERTEMPURAN itu berlangsung sangat sengit, masing-masing melancarkan
serangan-serangan yang amat dahsyat, cepat sekali sepuluh jurus sudah dilalui.
Tidak kecewa Sam-seng Nio-nio menjagoi rimba persilatan, setiap serangannya bukan saja
dilakukan amat cepat, tapi juga banyak perubahan-perubahan yang sangat aneh dan susah
diduga oleh musuhnya, hingga Koo Lok terpaksa mundur terus untuk mempelajari gerak
tipu jago wanita itu.
Sie hay Seng-kun yang menyaksikan keadaan demikian, diam-diam merasa
khawatir, jika seterusnya berjalan demikian, tidak sampai sepuluh jurus lagi, Koo Lok pasti
akan binasa ditangan musuhnya.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan seorang wanita, "Sam-seng Nio-nio benar-benar
hebat!"
Sesosok bayangan orang melayang turun di tengah kalangan, ternyata ia seorang
wanita cantik bagaikan bidadari yang baru turun dari kayangan.
Koo Lok tercengang, bersama-sama Sam seng Nio-nio segera melompat mundur, ia tak
tahu siapa wanita cantik itu? Sam-seng Nio-nio pentang lebar matanya, dengan paras
beringas ia membentak, "Apa nona hendak jual jiwa untuk Koo Lok?"
"Benar, tahukah kau siapa aku ini?"
"Harap beritahukan namamu untuk menerima kematian!"
Wanita cantik itu perdengarkan tawa dingin, ;alu berkata, "Menerima kematian?
Tentang ini, kau barangkali tidak akan mampu melakukannya, aku beritahukan padamu,
aku adalah encinya Koo Lok, juga anak perempuannya Koo Pek Ceng dengan Tan Hui Lan!"
Ucapan wanita cantik itu bukan saja mengherankan Sam-seng Nio nio, tapi juga
mengejutkan Koo Lok, ia hampir tak percaya bahwa wanita itu adalah Koo Peng, encinya
yang dulu hampir mirip dengan setan.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara saling bentak, ternyata itu ada suara Lo Kie
yang sedang bertempur dengan pho Kian Jin. Ketika Koo Peng melihat Pho Kian Jin, ia
segera berseru, "Kalian berhenti dulu!"
Lo Kie dan Pho Kian Jin yang mendengar suara itu, masing-masing lantas melompat
mundur, ketika Pho Kian Jin dapat melihat Koo Peng, wajahnya lantas berubah, katanya
dengan suara gemetar "Kau..............."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya, inilah aku, Pho Kian Jin, kau tentunya tidak menduga bukan?" jawab Koo Peng
dingin. Menyaksikan muka Koo Peng yang mengunjukkan perasaan bencinya, diam-diam ia
merasa bergidik, ia sungguh tidak menduga bahwa ditempat dan waktu seperti itu akan
berjumpa dengan Koo Peng. Dan apa yang mengherankan ialah, paras Koo Peng yang sudah
dirusaknya kini telah pulih kembali.
Koo Peng menghampiri Pho Kian Jin sambil tersenyum ia berkata, "Pho Kian Jin, kau
sungguh kejam, sudah mempermainkan diriku, kau masih tega merusak wajahku........."
berkata sampai disitu, hati nona itu merasa pilu, hampir saja ia mengeluarkan air mata?
Biar bagaimana, antara ia dengan pemuda tampan itu, dahulu merupakan sepasang
kekasih, kali ini berjumpa kembali sudah lain keadaannya, bagaimana ia tak merasa sedih?
Sambil kertak gigi ia berkata pula, "Pho Kian Jin, serahkan jiwamu!"
Hanya itu saja yang bisa ia ucapkan, lalu melancarkan serangannya dengan gerakan yang
sangat cepat. Karena merasa gemas terhadap perbuatan Pho Kian Jin yang telah merusak
parasnya yang cantik, Koo Peng keluarkan sepenuh tenaga untuk mengambil jiwa pemuda
itu. Sementara itu, Sam-seng Nio-nio mendadak mendekati Koo Lok dengan paras
beringas. Koo Lok lalu kerahkan seluruh kekuatanya, ia mendahului Sam-seng Nio-nio
melakukan serangannya. Sam-seng Nio-nio sambil menyambut serangan Koo Lok, ia balas
menyerang dengan gerak tipunya yang luar biasa.
Koo Lok tahu benar kepandaian wanita itu, maka ia lalu menggunakan ilmu pukulan dari
Buku Hitam, untuk melayani musuh yang tangguh itu.
Selagi pertempuran berlangsung sangat sengitnya, tiba-tiba terdengar suara jeritan
ngeri, ternyata Pho Kian Jin sudah roboh ditangan Koo Peng dengan kepala pecah, hingga
mati seketika itu juga. Sam-seng Nio-nio ketika melihat kematian Pho Kian Jin, yang
merupakan anaknya sendiri, hatinya sangat pilu, dalam gusarnya, ia segera rubah gerak
tipunya, secara kalap ia mencecar Koo Lok.
Koo Lok diam-diam merasa jeri, tapi ia coba melawan dengan segala tipu-tipunya
yang pernah ia pelajari dari Buku Hitam.
Mendadak terdengar suara bentakan Sam-seng Nio nio, "Koo Lok, rebahlah..............."
Di antara hembusan angin hebat yang keluar dari serangan tangannya, Koo Lok tak mampu
menguasai dirinya lagi, hingga ia roboh tersungkur di tanah.
Sie-hay Seng-kun yang menyaksikan itu, bukan kepalang kagetnya, dengan cepat ia
melompat menerjang........................
Di fihak Sam-seng Nio-nio, Im-kao-lie tiba-tiba bergerak, hingga gerakan Sie hay Seng-kun
yang hendak menyambar Koo Lok, terhalang oleh Im-kao-lie tadi.
Bangkai Berjalan mengetahui gelagat tidak baik. ia segera menyambar tubuh Koo Lok.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan Sam seng Nio nio. "Apa kau cari mampus............?"
Jago wanita itu sudah berada di depan Bangkai Berjalan, sambil melontarkan serangan
yang amat dahsyat.
Bangkai Berjalan tidak menduga Sam-seng Nio-nio dapat melancarkan serangan demikian
cepat dan dahsyat, terpaksa menggunakan tangan kiri untuk menyambut serangan
tersebut, tapi tidak urung ia sendiri yang terpental mundur beberapa langkah.
Dalam waktu secepat kiIat, Sam-seng Nio-nio sudah berhasil menyambar tubuh Koo
Lok .Lo Kie yang dapat lihat itu, segera bergerak menerjang wanita cantik itu sambil
melontarkan serangannya. Meski cukup cepat Lo Kie melancarkan serangannya, tapi
sungguh hebat jago wanita itu, dengan tangan kirinya menyambut serangan Lo Kie, sedang
tangan kanannya menyambar Koo Lok.
Lo Kie tidak menduga kepandaian wanita itu demikian tinggi, ia melompat mundur
beberapa langkah, mendadak terdengar suara Sam-seng Nio-nio "Tahan!"
Koo Peng yang menyaksikan adiknya berada ditangan musuhnya, lantas berteriak, "Samseng Nio-nio lepaskan adikku!"
Dalam gusarnya, Koo Peng tidak perdulikan nasib adiknya, lantas melancarkan serangan
dengan hebat. Dilain fihak, Sie-hay Seng-kun, Lo Kie dan Bangkai Berjalan, juga dengan
berbareng menyerang Sam-seng Nio-nio,https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sam-seng Nio-nio yang diserang dari berbagai penjuru oleh empat orang kuat,
lantas berseru dengan suara keras, "Apa kalian tidak perdulikan jiwa Koo Lok lagi?"
Sie-hay Seng-kun dan kedua kawannya, terpaksa tarik mundur serangannya.
Dengan paras bengis Sam-seng Nio-nio mengawasi Sie-hay Seng-kun bertiga, lalu berkata
sambil tertawa dingin, "Jika kalian benar-benar sudah tidak menghendaki jiwa Koo Lok,
boleh coba sekali lagi."
Semua orang terutama Koo Peng, meski sangat mendongkol, tapi karena khawatirkan jiwa
Koo Lok, yang berada ditangan wanita itu maka tiada satupun yang berani turun tangan.
"Sam-seng Nio-nio, kau hendak berbuat apa terhadap Koo Lok!" tanya Sie-hay-Seng
kun. "Mudah saja, anakku mati ditangan encinya, aku juga hendak ambil jiwanya
sebagai gantinya."
"Sam-seng Nio-nio, kau......... berani?" kata Koo Peng sengit.
"Berani atau tidak kalian boleh coba turun tangan."
Wanita cantik itu mengawasi orang-orangnya sejenak, lantas akan berlalu, tapi segera
dihalangi oleh Koo Peng, nona itu membentak, "Kau berani bawa pergi dirinya, aku akan
ambil jiwamu."
"Barangkali adikmu sendiri yang akan mati lebih dulu." sahutnya Sam-seng Nio-nio
sambil tertawa mengejek.
Koo Peng tidak berdaya, terpaksa tidak berani bergerak. Sambil tertawa dingin Sam-seng
Nio nio berkata, "Kalian semua orang-orang kuat dari dunia rimba persilatan daerah
Tionggoan, sayang Nio niomu hari ini tidak ada waktu untuk belajar kenal kepandaian
kalian satu persatu, di lain hari jika ada waktu Iuang, harap kalian suka kunjungi Samseng-to, kini Nio niomu permisi dulu."
Sehabis berkata, Sam seng Nio-nio lantas ajak orangnya hendak meninggalkan
lembah itu. Mendadak Im-kao-lie maju kedepannya seraya bertanya, "Nio-nio, apakah kita
harus pulang sekarang juga!"
"Benar, bawa pemuda ini ke pulau!"
Sehabis berkata, ia serahkan Koo Lok kepada Im-kao-lie. Dengan sikap yang sangat
menghormat Im-kao-lio sambut Koo Lok. Dengan dilindungi oleh dua kawan wanitanya dan
laki-laki tua itu, Im-kao-lie berlalu dari hadapan kiongcunya.
Secara mendadak Im kao lie melesat tinggi dan putar balik ke arah Koo Peng.
Ketiga pelindungnya itu tatkala mengetahui Iantas berseru, "Kau....."
Tapi saat itu Im-kao-lie, sudah berada di depan Koo Peng, lalu berkata padanya, "Nona,
Koo Lok kuserahkan padamu."
Perubahan secara mendadak ini, benar-benar diluar dugaan semua orang, dalam
keadaan terkesima Koo Peng sampai lupa menyambut Koo Lok.
Untung Lo Kie selalu waspada, hingga dengan cepat sudah melompat untuk menyambut
diri Koo Lok.
Sementara itu, Sam Seng Nio-nio yang sudah mengetahui apa yang telah terjadi, dengan
mata beringas lantas membentak, "Im-kao-lie kau.................."
Im-kao-lie nampaknya tidak takut, dengan unjukkan sikap menantang ia menjawab
sambil tertawa dingin, "Benar, inilah aku, tentang ini, kau tentunya tidak menduga,
bukan?"
"Im-kao-lie, aku akan ambil jiwamu." Sam seng Nio-nio berseru dengan suara
gusar.
Im-kao-iie tiba-tiba tertawa tergelak-gelak, katanya, "Sam seng Nio-nio, aku sudah berani
menolong Koo Lok, sudah tentu tidak akan hiraukan jiwaku sendiri. Sam-seng Nio-nio,
apakah kau anggap bahwa kejadian ini aneh? Hahana, kau keliru, sekarang baiklah aku
beritahukan padamu, apakah kau masih ingat, duapuluh tahun berselang, Khim-kong-cihu
berumah tangga yang terdiri dari tiga mulut, hampir seluruhnya mati ditanganmu? Jika
tidak ditolong oleh Peng-san Suat-seng, barang kali aku juga sudah mati menjadi mangsa
ikan laut. Aku adalah anak perempuan Khim-kong-cihu, yang sekarang hendak menuntut
balas dendam terhadap dirimu."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Tutup mulutmu." bentak Sam-seng Nio-nio dengan paras gusar. Im kao-lie
sebaliknya tertawa terbahak bahak dan berkata, "Sam seng Nio-nio, aku mengabdi
padamu, maksudnya adalah hendak mencari kesempatan untuk menuntut balas, sekarang
mengertikah kau?"
"Benar, aku sudah mengerti, aku kagumi keberanianmu...................."
Berbareng dengan itu, badannya lantas bergerak menerjang Im-kao-lie, sambil melancar
kan serangan ia berseru kepada dua dayangnya yang lain "Hiat dan Tok-kao-lie, tangkaplah
budak hina ini!""
SELAGI Sam-seng Nio-nio melontarkan serangan kepada Im-kao-lie, Lo Kie yang
selalu waspada lantas melompat melesat menyerang Sam seng Nio-nio berbareng juga
menyambut serangan wanita cantik itu.
Tapi nampaknya Sam-seng Nio-nio tidak hiraukan serangan Lo Kie, tangan kanannya
nampak diayun, mendadak terdengar suara jeritan Im-kao-lie, yang saat itu sudah roboh
menggelinding di tanah.
Lo Kie terkesima, Sie-hay Seng-kun dan Bangkai Berjalan juga terperanjat, ia tidak melihat
dengan tegas bagaimana Im-kao-lie roboh ditangan Sam-seng Nio-nio.
"Sam-seng Nio-nio kau sungguh kejam!" seru Lo Kie, yang segera menyerang lagi
secara bertubi tubi. Diserang secara demikian, Sam-seng Nio-nio nampak kelabakan,
hingga terpaksa melompat mundur.
Pada saat itu, Tok-kao-lie sudah bergerak hendak menyambar tubuh Im-kao-lie. Tapi
perbuatan itu dapat dilihat oleh Bangkai Berjalan yang segera merintangi.
Tiba-tiba telinga Sie-hay Seng kun menangkap satu suara halus, "Mengapa kalian tidak
lekas mundur keujung lembah.
Sie-hay Seng kun berpaling, tapi ia tidak melihat bayangan orang sama sekali, ia segera
menduga bahwa orang yang menyampaikan suara melalui telinga itu tentunya adalah si
Rase Kumala.
Dengan cepat ia mengerti maksud Rase Kumala, maka ia lantas berseru kepada
kawannya.
"Mari kita lekas pergi............."
Ia bergerak lebih dulu, sambil membawa tubuh Im kao-lie, ia melesat keujung
lembah. Bangkai Berjalan, Lo Kie dan Koo Peng juga lantas menyusul.
Sam-seng Nio-nio mendadak membentak, "Kalian hendak lari kemana?"
Dengan cepat ia mengejar sambil menyerang Lo Kie dengan tiga buah senjata rahasianya.
Lo Kie yang berkepandaian tinggi dapat merasakan sambaran angin senjata rahasia itu, ia
segera egoskan dirinya sambil melancarkan serangan.
Serangan itu telah berhasil memukul jatuh tiga senjata rahasia yang dilancarkan oleh Sam
seng Nio-nio, ia juga berhasil mendesak mundur wanita itu.
Sementara itu, Sie-hay Seng-kun Bangkai Berjalan dan Koo Peng sudah mundur sampai ke
ujung lembah, dimana terdapat banyak batu.
Selagi Sam-seng Nio-nio hendak mengejar terus, tiba-tiba hidungnya mencium bau
aneh hingga ia lantas merandak dan berseru kepada dua pahlawan wanitanya, "Lekas
mundur......"
Dengan cepat ia mundur kearah semula. Baru mundur sampai kira-kira sepuluh
tombak dari tempat itu, tiba-tiba terde ngar suara ledakan hebat. Ledakan itu ternyata
ledakan yang dipendam oleh Rase Kumala. Andai kata hidung Sam-seng Nio-nio kurang
tajam, ia bersama anak buahnya pasti akan hancur lebur tulang dagingnya.
Setelah suara ledakan itu sirap, keadaan menjadi sunyi lagi...............
Dibawah pimpinan Rase Kumala, Sie-hay Seng-kun berempat memasuki sebuah gua rahasia.
Sie-hay Seng-kun lalu menepok beberapa bagian jalan darah tubuh Koo Lok, pemuda itu
lantas mendusin dan bertanya, "Ini tempat apa?"
Sie-hay Seng-kun lalu menceritakan apa yang telah terjadi, kemudian berkata
sambil menghela napas, "Jika bukan Im-kao-lie yang menolong dirimu tanpa hiraukanhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
jiwanya sendiri, saat ini kau mungkin sudah dibawa pulang kepulau Sam-seng-to oleh Samseng Nio-nio "
"Im kao-lie menolong diriku?" tanya Koo Lok tidak mengerti.
"Benar."
"Sekarang ia ada dimana?"
"Ia rebah dipembaringan, kita justru tidak dapat mencari dimana lukanya."
Koo Lok berdiri dan berjalan menuju ke kamar, ia segera melihat Rase Kumala,
Bangkai Berjalan dan Lo Kie bertiga sedang berdiri di pinggir pembaringan dengan muka
murung. Paras Im-kao-lie nampak pucat pasi, matanya tertutup rapat, Koo Lok yang
menyaksikan keadaan demikian lantas berseru terharu, "Nona........." tapi suaranya
kandas di tengah jalan, ia tidak tahu bagaimana harus buka mulut.
"Samtee, kita tidak tahu ia luka dibagian mana.................." kata Lo Kie. "Jiko,
aku tidak dapat membiarkan ia binasa, kalau bukan lantaran aku, bagaimana ia mengalami


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nasib demikian? Jiko, tolonglah, kau berdaya menolong jiwanya!"
"Samtee, mungkin sudah tidak ada gunanya ............... cuma, aku dapat coba
menolongnya supaya ia sadarkan diri, aku ingin tahu dimana lukanya."
Setelah Lo Kie menotok beberapa bagian jalan darah nona itu, matanya nampak terbuka,
tapi kemudian dipejamkan lagi.
"Nona, aku Koo Lok telah menyusahkan dirimu..............." kata Koo Lok dengan
suara sedih. Im kao-lie tertawa menyeringai, airmatanya mengalir keluar, kemudian ia
berkata, "Aku telah lakukan dengan rela hatiku sendiri.................."
"Nona, aku numpang tanya, kau terluka dibagian mana, aku akan berusaha
menolong dirimu."
Im-kao-lie gelengkan kepalanya, jawabnya dengan suara lemah. "Aih! tidak mudah lagi,
bagian perutku sudah terkena senjata rahasianya berupa jarum beracun. Dalam waktu tiga
jam, kalau tidak minum obat pemunah yang ia buat sendiri, sekalipun dewa juga tidak
mampu menolong jiwaku lagi."
Koo Lok mendengar keterangan itu, airmata nya mengalir turun. Im-kao lie berkata
pula, "Kalau bukan karena aku terlalu keburu napsu, barangkali tidak mengalami nasib
seperti ini. Koo siaohiap, mungkin ini sudah menjadi takdirku."
Koo Lok cuma mendengar sambil berdiri seperti patung. Im-kao-lie bersenyum getir,
katanya pula, "Koo siaohiap, jika kau ingin membalas budi terhadap aku, sudilah kiranya
kau menolong aku untuk melakukan beberapa urusan"
"Urusan apa katakan saja, sekalipun terjun kelautan api, aku juga akan lakukan."
"Terima kasih kalau begitu, setelah aku meninggal bawalah jenazahku ke desa Pekkee-tin di propinsi Ciat-kang Timur, kau serahkan kepada pamanku yang bernama Pek
Heng Beng, apa kau sudi?"
"Aku pasti akan sampaikan."
"Kedua, setelah kau serahkan jenazahku pada paman, kau pergi lagi ke Sam-ciokkang, untuk mencari orang yang bernama Han Su Pin."
"Untuk apa?"
Im-kao-lie tidak lantas menjawab, pipinya nampak merah, lama baru bisa membuka
mulut, "Beritahukan padanya bahwa aku sudah mati." Hati Koo Lok tiba-tiba merasa pilu,
tanyanya, "Numpang tanya, dia itu siapa?"
"Kekasihku!" jawabnya sambil menghela napas.
"Ow! aku harus beritahukan kepada kekasih mu, bahwa kau sudah meninggal?"
"Ya, beritahukan padanya bahwa aku sudah mati............tapi sekarang, impian itu
sudah lenyap bagaikan asap tertiup angin, cintaku kepadnya akan kubawa ke liang kubur.
Kasihan kekasihku itu, ia begitu baik terhadap diriku, bagaimana aku dapat
melupakannya........................."
Ia mengucapkan kata-katanya dengan nada sangat memilukan, hingga semua orang yang
mendengarkan mengucurkan air mata.
Nona itu pesut air matanya yang membasahi kedua pipinya, lalu berkata dengan suara
lemah.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Perpisahan kita tidak dinyana akan menjadi perpisahan untuk selama-lamanya,
ah, Han-long semua cinta kasihmu akan kubawa pergi jauh, sampai bertemu lagi dilain
penitisan..."
Koo Lok lantas berkata padanya, "Nona, kau jangan putus harapan, kau dapat
disembuhkan..............."
"Dapat disembuhkan? Haha, Koo siaohiap, jangan kau membohongi aku lagi, tolong
sampaikan kepada Han Su Pin, supaya ia datang ke kuburanku............ untuk menengok
aku............"
Sampai di situ ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya lagi, karena napasnya
sudah putus. Semua orang yang menyaksikan kematian nona itu merasa sedih, hingga
untuk sekian lamanya suasana dalam gua itu penuh diliputi oleh kedukaan.
Koo Lok yang paling berduka, dengan suara pilu ia berkata, "Nona, aku akan
menuntut balas untukmu......."'
Terhadap kematian gadis yang pernah menolong dirinya, kecuali berduka apa yang ia bisa
perbuat?
Perlahan-lahan ia keluar dari kamar menuju ke dalam ruangan dalam gua itu, segera
diikuti oleh yang lainnya.
Pada saat itu, barulah Sie-hay Seng-kun menyatakan rasa terima kasihnya kepada
Rase Kumala yang sudah mengisikinya supaya mengundurkan diri kedalam gua itu.
"Semasa hidupnya, Koo Pek Ceng bersahabat erat denganku, apa lagi setelah
mendekati ajalnya, ia juga masih tidak melupakan aku, maka soal menuntut balas
dendam, sudah seharusnya aku keluarkan sedikit tenaga untuk memberi bantuan sebisa
mungkin." Kata Rase Kumala sambil tertawa.
Sie hay Seng-kun lantas berkata, "Kepandaian Sam-Heng Nio-nio, nampaknya memang
benar lebih tinggi daripada Giok-bin Thian cun, soal menuntu balas dendam ini mungkin
sulit terlaksana."
"Benar, maka dalam waktu beberapa hari ini, aku harus bisa mempelajari tujuh
bagian yang lain, barulah aku dapat melaksanakan tugas berat ini" jawab Koo Lok.
Berkata sampai di situ, ia lalu masukkan tangannya ke saku, mendadak parasnya berubah,
hampir saja ia menjerit.
Sie hay Seng kun yang menyaksikan sikap pemuda itu lantas bertanya, "Ada apa?"'
Mata Koo Lok terbuka lebar, hingga membuat Lo Kie merasa heran dan bertanya, "Samtee
apa sebetulnya yang telah terjadi?"
"Ce!aka! "jawab Koo Lok yang seolah-olah baru sadar.
"Apa yang telah terjadi?"
"Buku Hitam telah hilang."
"Apa?" tanya semua orang hampir berbareng.
Ini benar-benar merupakan satu kejadian yang sangat aneh, Buku Hitam itu tersimpan di
badan Koo Lok, bagaimana bisa terbang?
Lo Kie setelah tenangkan hatinya, bertanya pula dengan suara gemetar, "Kau katakan
bahwa Buku Hitam sudah hilang."
"Benar!"
"Rasanya tidak mungkin, coba kau, cari dengan seksama."
Koo Lok merogoh lagi ke dalam sakunya, sebentar wajahnya nampak pucat, mulutnya
menganga matanya terbuka lebar.
"Bagaimana sebenarnya?" tanya Lo Kie.
"Celaka, mutiara Thian liong Sin-cu juga turut lenyap............."
"Apa? Thian-liong Sin cu jua lenyap......."
Koo Lok merogoh lagi sakunya kemudian berkata, "Bukan saja Buku Hitam dan mutiara
Thian-liong Sin-cu, kaca cermin Giok-liong-khin juga ikut terbang!"
Ini merupakan suatu kejadian yang amat ganjil, hingga semua bertanya, "Apa? Tiga benda
pusaka itu lenyap semua?"
Koo Lok tenangkan perasaannya yang tergoncang hebat, kemudian menjawab sambil
anggukkan kepala, "Benar, tiga pusaka itu telah lenyap semua."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Siapa pencurinya?"
"Apa tidak mungkin kalau dicuri oleh Sam-seng Nio-nio?"
Lo Kie dan Sie-hay Seng-kun menyahut sambil geiengkan kepala. "Rasanya tidak mungkin,
tatkala kau tertotok roboh dan ia angkat tubuhmu, sama sekaji tidak meraba sakumu."
Dalam otak Koo Lok tiba-tiba terbayang diri seseorang wanita berambut panjang yang
muncul di tengah malam buta, tatkala ia merawat lukanya di In san pay. Ingat akan itu, ia
lantas berkata sendiri, Apakah mungkin dia?.................."
"Siapa?"
"Seorang perempuan berambut panjang......" Koo Lok lalu menceritakan apa yang
telah terjadi pada malam itu.
"Apakah kau tidak tahu siapa perempuan itu?" tanya Lo Kie.
"Tidak tahu....................."
Pada saat itu, tangan Koo Lok yang masih berada dalam saku, mendadak meraba
sepotong kertas, ia lalu keluarkan ternyata sehelai kertas tulis yang atasnya terdapat
tulisan. "Koo siaohiap, kalau kau nanti merasa kehilangan tiga benda pusakamu, kau tidak
perlu gelisah, aku hanya pinjam untuk sementara, dalam waktu satu bulan, aku nanti pasti
akan kembalikan padamu. Kalau kau tidak percaya kau boleh datang ke lembah Toantheng-kok di gunung Li-liang-san, untuk ambil kembali." Tertanda seorang wanita patah
hati.
Setelah membaca surat itu, Koo Lok terperanjat, kalau perempuan rambut panjang
itu tidak mengandung maksud jahat, apa pula maksudnya mengambil benda pusaka itu?
Ia lalu robek-robek surat itu seraya berkata, "Entah siapa perempuan yang menyebut
dirinya wanita patah hati itu? Ia mencuri tiga pusaka itu ternyata tidak mengandung
maksud jahat kalau tidak, sudah tentu ia tidak meninggalkan surat ini. Tapi tiga benda itu
penting sekali bagi usahaku untuk menuntut balas, maka tidak boleh tidak aku harus pergi
ke lembah patah hati untuk mengambil kembali, sekalian menyerahkan jenazah Im-kao lie
kepada pamannya."
"Begitupun baik." kata Sie-hay Seng-kun.
Esok harinya, empat orang itu setelah pamitan pada Rase Kumala, lalu berangkat
menuju Ciatkang Timur, untuk mencari paman Im-kao-lie.
Pek Eng Beng sangat sedih, menyaksikan jenazah dan mengetahui kematian kemenakan
perempuan itu. Koo Lok berempat sebisa bisa menghibur orang tua itu, dan berjanji untuk
menuntut balas bagi mereka. Setelah pamitan dengan Pek Eng Beng, lalu pergi mencari
Han Su Pin.
Saat itu sudah jam satu tengah malam. Depan mata terbentang sungai yang luas,
keadaan sunyi senyap. Tiba di pantai sungai, seorang laki-laki berbadan tegap,
menghampiri mereka. Koo Lok lalu bertanya padanya sambil angkat tangan. "Selamat
malam paman."
Laki-laki itu mengawasi empat orang itu bergiliran, sinar matanya berhenti memandang
Koo Lok, ia lantas balik bertanya, "Ada urusan apa?"
"Numpang tanya, apakah paman tahu bahwa disini ada seorang bernama Han-supin?"
Wajah laki-laki itu nampak berubah, tanyanya pula, "Ada urusan apa kalian mencari dia?"
"Kita telah menerima pesan seseorang, ada beberapa perkataan harus disampaikan
kepadanya."
Laki-laki itu mengamati-amati Koo Lok sejenak kemudian berkata sambil menunjuk dengan
jari tangannya. "Kau lihat, didepan itu bukankah ada terlihat sebaris rumah?"
"Benar!"
"Dibelakang sebaris rumah itu, bukankah terdapat sebuah rumah bertingkat yang
terbuat dari batu merah? Gedung itu adalah kediaman Pek-hay Cong-toh."
"Pek-hay Cong-toh?" tanya Koo Lok kaget,
"Benar, Tohcu kita berdiam disana."
"Paman, apakah Han Su pin itu adalah Pek-hay Cong-toh?"
"Bukan, dia adalah anaknya Tohcu kita."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Bolehkah aku numpang tanya, congtohmu itu bernama siapa?"
"Congtohcu kita bernama Hang Teng Kiam."
Koo Lok setelah mengucapkan terima kasih lantas lari menuju ke gedung merah itu
SEBENTAR kemudian, empat orang itu sudah tiba di luar tembok merah itu,
ternyata keadaan gedung itu sangat gelap. Pintunya yang kokoh kuat juga tertutup.
Melihat keadaan yang sunyi itu, Sie hay Seng kun lantas berkata, "Mari kita masuk
melompat pagar tembok."
Usul itu disetujui oleh yang lainnya, demikian empat orang itu segera melompat masuk
melalui pagar tombak itu. Pintu gedung itu semuanya tertutup rapat, keadaannya sunyi
senyap. Koo Lok yang menyaksikan itu diam-diam merasa bergidik.....................
Ia mengetok pintu sambil berseru, "Apakah di dalam ada orang?" Tidak ada jawaban dari
dalam.
Koo Lok kembali mengetok pintu dan memanggil. Tapi tetap tidak ada jawaban. Ia
lalu berkata kepada kawannya, "Apa di dalam gedung ini tidak ada orangnya."
"Tidak mungkin, aku khawatirkan telah terjadi apa-apa dalam gedung ini," kata
Sie-hay Seng-kun. Semua orang tercekat mendengar perkataan itu.
"Mungkin dugaan itu benar adanya." Koo Lok membenarkan dugaan orang tua itu.
"Kalau begitu, marilah kita memasuki gedung ini dengan berpencar."
"Baiklah."
Demikianlah Bangkai Berjalan, Sie-hay seng kun dan Lo Kie masuk dari belakang, sedang
Koo Lok membuka pintu depan.
Pintu itu ternyata terbuka dengan mudah, Koo Lok lalu kerahkan kekuatan ke kedua
tangannya, dengan perasaan tegang ia perlahan-lahan masuk ke dalam.
Ruangan dalam gedung itu sangat luas, di tengah-tengah ruangan yang luas itu
nampak tubuh seseorang yang menggeletak di tanah dalam keadaan berlumuran darah.
Koo Lok terperanjat, ia menghampiri jenazah itu, yang ternyata seorang pemuda berusia
kira-kira duapuluhan, wajahnya tampan, ia telah mati terbunuh dengan sebilah pedang
yang menancap di perutnya.
"Apakah pemuda ini adalah Han Sun Pin?" Koo Lok bertanya kepada dirinya
sendiri.
Ia meraba tubuh pemuda itu, ternyata masih hangat hingga ia menduga bahwa kematian
pemuda itu belum lama. Ia meninggalkan jenazah itu, lalu berjalan menuju ke ruangan
belakang....................
Tiba-tiba ia melihat bayangan seseorang yang menghilang ke tempat tiga tombak di depan
mata.
"Siapa?" Koo Lok menegur, dengan cepat ia mengejar. Hanya beberapa gerakan
saja ia sudah tiba di tempat tersebut, tidak terduga satu bayangan orang memapaki
dirinya sambil menyerang. Koo Lok terperanjat, ia buru-buru menyambut serangan itu,
tapi seketika itu ia lantas berseru, "Kau.................."
Terdengar suara orang itu, "Kau?"
Bayangan orang itu ternyata Sie-hay Seng kun, hingga keduanya saling
berpandangan, lama tidak bisa membuka mulut.
Akhirnya Sie-hay Seng-kun yang berkata, "Kita berdua hampir baku hantam sendiri. Kau
melihat orang atau tidak?"
"Barusan aku melihat bayangan seseorang yang lenyap di sini.................."
"Aku juga melihat."
"Mari kita cari lagi."
Keduanya lalu keluar dari dalam gedung, tiba di luar rumah, di tempat sejauh kira-kira
tiga tombak, tampak bayangan seseorang, Koo Lok lalu menegurnya, "Siapa?"
"Aku samtee, "jawab bayangan orang itu yang ternyata adalah Lo Kie.
Koo Lok dan Sie-hay Seng-kun menghela napas lega, mereka lalu menghampiri Lo Kie dan
bertanyak padanya, "Jiko, kau dapat lihat apa-apa atau tidak?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Tidak, barusan aku melihat berkelebatnya bayangan seseorang, tapi ketika aku
kejar lantas menghilang."
"Kita juga melihat, entah siapa yang membunuh Han tohcu itu," kata Koo Lok.
"Urusan ini tidak ada hubungannya dengan kita, tidak perlu libatkan diri dalam perkara
ini, lebih baik kita pergi saja," kata Lo Kie.
"Bangkai Berjalan mari kita pergi!" Sie-hay Seng-kun berseru kepada Bangkai
Berjalan.
Tidak lama, Bangkai Berjalan baru kelihatan muncul, ia berkata di ruangan belakang ia
telah menemukan bangkai seorang perempuan tua, selain itu ia tidak melihat apa-apa lagi.
Kita tidak perlu libatkan diri, mari kita pergi," kata Koo Lok. Dalam waktu sekejap
empat orang itu sudah lari sejauh beberapa lie. Selagi berjalan dari dalam rimba tiba-tiba
terdengar suara tawa menyeramkan.
Empat orang itu lalu berhenti, di bawah sebuah pohon besar sejauh kira-kira beberapa
tombak nampak sesosok bayangan hitam, karena terpisah agak jauh, hingga mereka tidak
dapat melihat wajah bayangan orang itu. "Siapa?" Koo Lok menegur.
Bayangan orang itu perdengarkan suara tawa dingin kemudian berkata, "Koo
siaohiap, aku kenal kau, apakah kau sudah lupa siapa aku?"
Koo Lok terperanjat ia bertanya pula, "Apakah kau orang yang mencuri tiga benda
pusakaku?"
"Benar mungkin ini diluar dugaanmu, betul tidak?"
"Numpang tanya, apa maksudmu mencuri benda pusakaku?"
"Belajar ilmu silat!"
Koo Lok terkejut, wanita itu perdengarkan suara tawanya dan berkata, "Sembilan bagian
ilmu silat yang tertulis dalam kitab Buku Hitam itu aku sudah pahami seluruhnya, benda
itu sekarang kukembalikan padamu, lebih dulu kau sambut Buku Hitam.....nah ini mutiara
Thian-liong Sin-cu...... dan inilah kaca wasiat Giok-liong-khia."
Koo Lok setelah menyambut ketiga benda pusaka itu lantas bertanya, "Apa kau
sudah tahu rahasia dalam kitab itu?"
"Sudah tentu, kalau tidak, bagaimana aku kembalikan padamu? Aku pinjam buku
Hitammu dan mempelajari ilmu silatnya, tahukah kau untuk apa itu?"
"Justru itulah yang aku ingin tahu!"
"Pertama, aku hendak membunuh tiga orang!"
"Siapa?"
"Sie-hay Seng-kun."
Jawaban ini mengejutkan semua orang, terutama Sie-hay Seng-kun, yang segera
berubah wajahnya, dengan nada gemetar ia bertanya, "Kau......... hendak membunuhku?"
"Benar."
"Ada permusuhan apa aku dengan kau?"
"Permusuhan?" jawabnya sambil tertawa dingin,
"Kang Jie Sie, bukankah aku sudah katakan, bahwa orang yang tiga puluh tahun
berselang itu masih belum mati?"
Mendengar jawaban itu, Sie-hay Seng-kun mundur sempoyongan, Bangkai Berjalan
dan lain-lainnya mengerti bahwa orang pada tiga puluh tahun berselang pasti ada
hubungannya dengan wanita itu......... atau mungkin juga ada permusuhan.
Tapi siapakah adanya perempuan itu? Tiada seorangpun yang dapat menduga. Sie-hay
Seng-kun setelah tenangkan kembali pikirannya, baru berkata pula, "Apakah kau
adalah..............."
"Aku adalah dia, kenapa? Kau benar-benar ada seorang pelupa."
Muka Sie-hay Seng-kun berubah pucat, rasa takutnya nampak tegas pada sikapnya. Bangkai


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berjalan lantas maju menghampiri dan bertanya padanya, "Siapakah wanita itu.........?"
Suara Bangkai Berjalan itu diucapkan dengan suara perlahan sekali, tapi dapat didengar
oleh wanita itu, maka lantas berkata dengan nada dingin, "Kalian ingin tahu, barangkali
Kang Jie Sie tidak suka memberitahukan pada kalian."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Bangkai Berjalan terperanjat, dengan mata bersinar ia bertanya, "Kalau begitu,
orang kedua yang kau ingin bunuh itu siapa? Dan siapa puja orang yang ketiga?"
"Kang Jie Sie tahu sendiri, tak perlu aku yang mengatakan!*'
"Orang kedua apakah bukan Ngo-gak Lojin Go Giok Seng?"sela Sie-hay Seng-kun.
"Benar."
Semua orang yang ada disitu terperanjat, sungguh tak disangKa bahwa orang yang
hendak dibunuh oleh wanita itu ternyata adalah Sie-hay Seng-kun dan Ngo-gak Lojin.
Mereka berdua merupakan tokoh-tokoh terkenal yang mendapat nama baik dari tingkatan
tua apa dosanya hingga perlu dibunuh? Pada saat itu, tiba-tiba terdengar Sie-hay Seng-kun
tertawa tergelak-gelak seraya berkata, "Lohu adalah seorang tua yang sudah mendekati
lubang kubur, apa kau kira aku takut mati?"
"Kalau toh benar ada hal mengenai persengketaan tiga puluh tahun berselang,
baiklah, aku si orang she Kang ingin belajar kenal dengan kepandaianmu."
Sehabis berkata, ia lantas menerjang kearah bayangan orang itu, sambil melancarkan
serangannya yang hebat. Bayangan orang itu melesat setinggi beberapa tombak,
bentaknya dengan nada dingin, "Kang Jie Sie, aku suruh kau membayar hutangmu tiga
puluh tahun berselang!"
Dengan gerakan yang gesit sekali, bayangan itu melayang memapaki Sie-hay Sengkun, kedua tangannya nampak bergerak-gerak, sebentar saja sudah melancarkan serangan
sampai dua belas kali.
Kecepatan bergerak wanita itu, sesungguhnya sangat mengagumkan, hingga Koo Lok dan
lain-lainnya berseru kaget, sedangkan Sie-hay Seng kun sendiri nampak keripuhan, ia
mundur terus tanpa berdaya.
Koo Lok lalu berkata pada Lo Kie, "Jieko, apakah kita perlu turun tangan membantu Siehay Seng kun?"
"Sudah tentu, Sie-hay Seng-kun pernah melepas budi tidak sedikit kepada kita, tidak
perduli apa yang akan terjadi, kita harus membantunya."
Wanita itu agaknya dapat mendengar ucapan Lo Kie, maka ia lantas berkata dengan
suara bengis, "Kalau kalian berani turun tangan membantu dia, terpaksa aku juga suruh
kalian mengalami nasib seperti dia."
SEMENTARA itu, terdengar pula suara bentakan, Sie-hay Seng-kun nampak melesat
tinggi keatas sambil melancarkan serangan. Terdengar suara bentakan Koo Lok "Aku ingin
lihat, bagaimana kau bisa berbuat terhadap kita .................."
Cepat bagaikan kilat ia melesat kearah wanita itu sambil melancarkan serangan.
Berbareng dengan serangan Koo Lok, Sie hay Seng-kun juga sudah melontarkan lagi
serangan yang lebih hebat.
Diluar dugaannya, wanita itu dengan amat lincah melesat tinggi tiga tombak, kemudian
membentak Koo Lok dengan nada dingin, "Koo Lok, apa kau benar-benar hendak
mampus?"
"Benar, tapi kau barangkali tak dapat melakukannya."
"Tidak mungkin?" sahutnya sambil tertawa dingin, "apa kau kira dengan adanya
kalian bertiga yang turut membantu, Sie-hay Seng-kun bisa lolos dari kematiannya"
"Apa kau kira sudah pasti dapat membinasakan Sie-hay Seng-kun?"
"Sudah pasti."
"Belum tentu."
"Kau ingin bukti?"
"Benar."
Baru saja Koo Lok menutup mulutnya, tangan wanita itu sudah bergerak
menyambar Sie-hay Seng-kun. Koo Lok dan Sie hay Seng-kun yang sudah siap sedia, segera
bergerak berbareng melancarkan serangannya. Gerakan Koo Lok dan Sie-hay Seng-kun
cukup gesit, tapi wanita itu berhasil menghindari serangan Koo Lok, sedang tangan
kanannya bergerak, satu kekuatan tenaga yang amat lunak telah mendorong mundur Koo
Lok hingga beberapa tindak.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok keluarkan keringat dingin, tiba-tiba terdengar suara jeritan tertahan, ternyata Sie
hay Seng-kun sudah roboh di tanah dengan mengeluarkan darah dari mulutnya,
"Kang Jie Sie, serahkan jiwamu." wanita itu berkata dengan suara dingin.
Bangkai Berjalan yang menyaksikan wanita itu hendak menyerang Sie-hay Seng-kun, lantas
melompat melesat sambil berseru, "Sambut seranganku ini..............."
Lo Kie tak mau tinggal diam, dengan gerakan bagaikan burung terbang, ia menyerang
wanita itu sampai dua kali. Tapi serangan dua orang itu segera disambut oleh kekuatan
tenaga yang tak terlihat, hingga Bangkai Berjalan dan Lo Kie terpaksa melompat mundur
sampai lima tombak jauhnya.
Pada saat itulah, wanita tersebut sudah menyambar tubuh Sie-hay Seng-kun yang
sudah tidak berdaya. Kegesitan bergerak wanita itu, hampir-hampir tidak dapat dipercaya
oleh mata manusia.
"Tinggalkan dirinya" seru Koo Lok dengan suara keras.
"Tinggalkan?" sahut wanita itu sambil tertawa dingin, sekarang kau tentunya sudah
percaya, bahwa Koo Lok tidak mampu merintangi perbuatanku, bukan?"
"Apakah kau benar-benar hendak membinasakan dirinya?"
"Apa itu perlu berbohong?"
"Kenapa?"
"Untuk menuntut balas dendam."
"Balas dendam? Mengapa kau tidak mau menerangkan, ada permusuhan apa antara
kau dengan dia?"
"Terhadap kalian, tidak perlu aku harus memberi keterangan."
"Kau bicara tanpa aturan, apa permusuhan itu tidak patut diketahui oleh orang?"
"Benar, permusuhan itu memang tidak patut diketahui oleh orang luar sekalipun
aku tidak tahu aturan, tapi kau bisa berbuat apa terhadap aku?"
"Apa kau kira di dunia ini sudah tidak ada orang lagi yang mampu merintangi
perbuatanmu ini?"
"Mungkin ada, tapi buat musuhku............termasuk kalian semua, tidak akan bisa
berbuat apa-apa terhadap aku, tidak percaya? Kalian boleh saksikan sendiri."
Koo Lok kertak gigi, tapi ia tidak berdaya menghadapi wanita licin itu.
Terdengar pula suara wanita itu dengan nadanya yang dingin, "Koo Lok, tubuh Sie hay
Seng-kun kukembalikan padamu, sambutlah baik-baik!"
Sesosok tubuh melayang kearah Koo Lok, Lo Kie dengan cepat ulur tangan untuk
menyambutnya, hampir saja ia roboh semaput, karena ia telah dapatkan tubuh Sie-hay
Seng-kun sudah dingin kaku dan mandi darah.
Wanita itu berkata pula, "Apa kalian kira perbuatanku ini kejam? Andaikata tidak
ada kejadian tigapuluh tahun berselang, sudah tentu tidak ada kejadian seperti hari ini."
"Sekalipun dosa Sie-hay Seng kun tidak dapat diampuni, kau juga tidak perlu
perlakukan dia begini kejam." kata Koo Lok.
"Kejam...............? Hahaha..............." Suara tawanya kedengaran sangat
menyeramkan...............
"Manusia memang makhluk yang kejam, mungkin tidak lama kemudian, kau sendiri
juga bisa berbuat demikian. Sudahlah, aku masih perlu Ngo-gak Lojin sampai bertemu
lagi." terdengar ucapan wanita itu yang lantas menghilang di tempat gelap.
Siapakah wanita kejam itu? Ada permusuhan apa dengan Sie hay Seng-kun dan Ngogak Lojin? Dengan perasaan terharu Koo Lok, Lo Kie dan Bangkai Berjalan mengubur Sie
hay Seng kun di tempat yang sunyi itu, kemudian masing-masing memberi hormat yang
terakhir. Koo Lok ingat kebaikan Sie hay Seng-kun yang pernah menolong dirinya, maka
dialah orang yang paling berduka di antara mereka.
"Aku harus dapat menuntut balas," katanya sambil kertak gigi.
"Samtee, jangan lupa, wanita itu sudah berhasil mempelajari seluruh kepandaian
ilmu silat yang tertulis dalam Buku Hitam itu." kata Lo Kie.
"Benar, aku juga akan mempelajari kepandaian itu baru nanti mencarinya."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Tidak disangka mereka mempunyai kepandaian luar biasa demikian rupa, bukan
saja sudah berhasil mencuri Buku Hitam dari badanmu, tapi juga sudah berhasil
mempelajari seluruh isinya hanya dalam waktu yang sangat singkat."
"Benar-benar seorang perempuan luar biasa," sahut Koo Lok yang lalu
mengeluarkan ketiga pusakanya, "aku akan mempelajari di tempat ini saja."
"Begitupun baik." Bangkai Berjalan berkata sambil menunjuk kesuatu tempat yang
tidak jauh dengan mereka.
"Kau boleh mempelajari ilmu silat itu di dalam gua itu, aku masih ada urusan,
hendak berjalan lebih dulu."
"Locianpwee hendak kemana?" tanya Koo Lok.
"Hendak mencari Ngo-gak Lojin untuk memberitahukan peristiwa ini."
"Baiklah kalau begitu."
Bangkai Berjalan lalu pamitan dengan Koo Lok dan Lo Kie, sebentar kemudian sudah
menghilang di tempat gelap. Lo Kie mendadak ingat sesuatu, ia bertanya kepada Koo Lok,
"Samtee, apa kau anggap aku perlu pulang dulu ke Thian-mo-kiong untuk memberitahukan
kepada Thian-mo Kiongcu tentang perjalananmu?"
"Boleh juga, beritahukanlah kepada mereka, bahwa dalam waktu sepuluh hari aku
hendak pergi ke pulau Sam seng-to.
"Kalau begitu, aku akan pergi dulu."
"Baiklah."
Setelah Lo Kie berlalu, Koo Lok barulah merasakan kesepian, ia juga merasa bahwa
kesepian itu sangat menakutkan............... Ia gerakkan kakinya berjalan menuju ke gua
yang ditunjuk oleh Bangkai Berjalan. Ia ingat diri Lie Siao Cie, Gin-hui, Liauw Leng-leng
dan Ya Khim Cu, ia tersenyum sendiri, dari mulutnya keluar ucapan, "Ah, perempuan."
Mendadak ia ingat kekasih pertamanya yang nasibnya tidak beruntung hingga harus sucikan
diri dalam kuil sebagai murid Buddha, Khie Siok Hun.
DALAM otaknya terbayang roman Khie Siok Hun, telinganya berkumandang suaranya
yang halus tapi memilukan hati............ Tanpa dirasa, tahu-tahu sudah tiba di depan gua.
Gua itu tidak besar, tapi ternyata dalamnya sangat bersih.
Ia membuka lembaran Buku Hitam, dengan tekun mempelajari isinya yang masih terdiri
daricenam bagian itu. Hari ketiga, setelah ia berhasil mempelajari sampai kebagian
kedelapan, ketika hendak mempelajari bagian yang terakhir, mendadak wajahnya
berubah.
Ia ingat benar bahwa Buku Hitam itu terdiri dari sembilan bagian ilmu pukulan, tapi ilmu
pukulan terakhir yang bernama 'Dunia kiamat' ternyata sudah dirobek orang.
Bukan kepalang kagetnya Koo Lok, ia segera dapat menduga bahwa bagian terahir
itu pasti sudah dirobek oleh perempuan itu. Hal itu sesungguhnya diluar dugaan Koo Lok,
ia tidak menyangka bahwa wanita itu karena hendak mencegah Koo Lok menuntut balas
padanya, telah merobek bagian yang terahir, supaya Koo Lok tidak mampu mempelajari
seluruhnya.
Pada saat itu, di luar gua tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki, maka ia lalu
bertanya, "Siapa?"
"Aku, samtee!" Sebentar lalu nampak Lo Kie masuk ke gua. Melihat Lo Kie sudah
balik, Koo Lok sangat girang ia lalu menghampiri dan bertanya, "Jieko kau pulang begini
cepat? Kau ketemu dengan Siao Cie atau tidak?"
"Sudah, mereka baik-baik saja, harap legakan hatimu, nona Lie berkata, jika kau
hendak pergi ke pulau Sam-seng-to, sebaiknya berunding dulu dengan dia."
Koo Lok anggukan kepala. Lo Kie bertanya pula, "Samtee, apa kau sudah berhasil
mempelajari seluruh ilmu silat dari Buku Hitam itu?"
"Belum!"
"Kenapa?"
"Wanita itu telah merobek lembaran yang memuat bagian terakhir ilmu silat itu,
hingga aku cuma dapat mempelajari delapan bagian."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kalau begitu, kepandaian wanita itu lebih tinggi setingkat dibanding
kepandaianmu?" "Mungkin!"
"Tidak nyana wanita itu demikian cerdik dan licin sekali, mungkin sudah tidak ada
harapan bagi kita untuk menuntut balas bagi Sie-hay Seng kun."
"Mungkin dia sendiri juga tidak mampu memahami bagian terakhir, karena itu ia
sengaja merobeknya."
"Mungkin!"
"Tidak perduli bagaimana, kita harus menuntut balas bagi Sie-hay Seng-kun, mari
kita pergi ke lembah Patah Hati untuk mencarinya."
"Baiklah, mari kita pergi."
Dalam suasana malam yang gelap, sepi dan sunyi di luar lembah Patah Hati nampak
dua bayangan orang. Bayangan orang itu ketika tiba di mulut lembah, lantas berhenti.
Tiba-tiba di belakang mereka terdengar suara orang menegur, "Siapa di sana." Dua orang
yang berdiri di mulut lembah itu terperanjat, segera mereka berpaling dan melihat di
suatu tempat beberapa tombak jauhnya, berdiri dua bayangan orang. Satu di antara dua
orang yang tersebut duluan itu lantas menjawab, "Lohu adalah Go Giok Seng jiwie entah
sahabat dari mana?"
Orang yang memberi jawaban itu ternyata adalah Go Giok Seng atau Ngo-gak Lojin,
yang Satunya lagi sudah tentu adalah Bangkai Berjalan. Dua orang yang lainnya lalu
melayang ke depan Ngo-gak Lojin, mereka bukan lain Koo Lok dan Lo Kie.
Koo Lok dan Lo Kie setelah memberi hormat kepada orang tua itu, Ngo-gak Lojin lantas
berkata, "Sungguh tidak disangka sahabat karibku di masa yang lalu, telah mengalami
nasib sedemikian mengenaskan, benar-benar sangat menyedihkan."
"Tiga puluh tahun berselang, apakah locianpwee dan Sie-hay Seng kun bermusuhan
dengan seorang wanita?" tanya Koo Lok.
"Lohu sudah tidak ingat lagi." jawabnya orang tua itu sambil gelengkan kepala.
Mendengar jawaban itu, Koo Lok melongo. "Ini benar-benar aneh, wanita itu berkata
bahwa ia hendak membunuh tiga orang........... kini Sie-hay Seng-kun sudah mati, orang
kedua itu adalah kau, dan entah siapa yang dimaksudkan dengan orang ketiga............?
Apa kau benar-benar sudah tak ingat lagi, bahwa tiga puluh tahun berselang bermusuhan
dengan siapa?"
"Tidak ingat."
"Apakah tiga puluh tahun berselang kau pernah mencelakai seorang wanita?"
"Tidak pernah."
"Kalau begitu, karena apa?"
"Entahlah."
"Sie-hay Seng-kun mati dalam keadaan mengenaskan, perbuatan wanita itu
sesungguhnya kejam sekali."
"Aku Bangkai Berjalan sudah beberapa puluh tahun lamanya bergelandangan di
dunia Kang ouw, belum tahu dari golongan mana wanita itu, begitu pula tentang
permusuhannya dengan kalian, tapi, Kang Jie Sie rupanya ingat kejadian tiga puluh tahun
berselang itu." kata Bangkai Berjalan.
"Apa dia ingat?"
"Mungk'n demikian sebab ketika ia mendengar wanita itu mengatakan bahwa orang
yang pada tiga puluh tahun berselang itu belum mati, wajahnya mengunjukkan perubahan
tidak enak."
"Oh.........!" Ngo-gak Lojin kerutkan keningnya, ia agaknya sedang mengingatingat kejadian dimasa yang lampau, apakah ia mempunyai permusuhan dengan wanita
itu............? Lama sekali ia baru berkata sambil menghela napas "Aku benar-benar sudah
tak ingat lagi"
"Kalau begitu, mari kita masuk!"
Dengan hati berat Ngo-gak Lojin anggukan kepala, setelah mengawasi Koo Lok sejenak ia
lantas berkata, "Marilah."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mereka berempat perlahan-lahan berjalan menuju ke dalam lembah. Keadaan di
dalam lembah itu ternyata jauh berbeda dengan keadaan di luar, disitu terdapat banyak
tumbuhan bunga beraneka warna, hingga memberi pemandangan alam yang menyedapkan
mata.
Tapi mereka berempat masing-masing sedang diliputi oleh berbagai pertanyaan, hingga
tidak mempunyai pikiran lagi untuk menikmati pemandangan alam yang indah itu.
Tiba-tiba telinga mereka menangkap suara orang tertawa dingin, yang keluar dari dasar
lembah. Mereka segera hentikan kakinya, Koo Lok pasang mata, mendadak ia berseru,
"Aaaa........."
"Ada apa'" tanya Lo Kie heran.
"Lihat, apakah itu?" kata Koo Lok sambil menunjuk ke depan. Kira-kira satu tombak
di depan mereka, tampak sebuah papan yang terpancang dengan tulisan yang berbunyi
SELAMAT DATANG.
Catnya nampak masih basah, ternyata baru saja ditulis oleh tangan manusia.
"Perkataan itu mungkin tidak dengan setulus hati yang menulis," kata Koo Lok
dengan tertawa.
"Apa yang dimaksudkan dengan perkataan 'selamat datang', barangkali ditujukan
kepada diriku yang datang untuk MENGANTARKAN jiwa, siapa tahu?" kata Ngo gak Lojin
sambil tertawa getir.
"Locianpwee, marilah kita masuk terus." kata Koo Lok.
Empat orang itu lalu melanjutkan perjalanannya. Pada saat itu, jauh dari tempat mereka,
kembali terdengar suara orang tertawa. Koo Lok lantas membentak dengan nada keras
"Mengapa tertawa?"
Ia lantas bergerak lari kearah suara itu. Perbuatan itu segera diikuti oleh yang
lainnya. Sebentar kemudian, Koo Lok sudah tiba di dasar lembah, di situ keadaannya
sangat berlainan, selain terdapat banyak tanaman bunga, juga terdapat banyak batu-batu
besar yang berserakan dimana-mana. Suara orang tertawa tadi, ternyata keluar dari
tempat yang banyak batu-batu itu.
Koo Lok tiba-tiba merandek, ia memandang keadaan di depannya dengan mata terkesima.
Ternyata disitu terdapat sebuah batu licin mengkilap bagaikan kaca, selain itu, juga
terdapat banyak gua dan arca, jumlahnya mungkin tidak kurang dari dua puluh.
Koo Lok kerutkan keningnya, diam-diam ia bertanya pada dirinya sendiri, Entah gua yang
mana tempat kediaman wanita aneh itu?
Ia lantas berpaling dan berkata kepada Lo Kie, "Entah di gua yang mana............"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata sampai di situ, mendadak tutup mulut, wajahnya berubah dan kakinya mundur
beberapa langkah. Lo Kie dan Bangkai Berjalan juga melihat perubahan Koo Lok itu,
tatkala mereka berpaling, ternyata Ngo-gak Lojin sudah tidak ada di antara mereka.
"Dimana Ngo-gak Lojin?" demikian Koo Lok bertanya. Pertanyaan itu menyadarkan
yang lainnya, Bangkai Berjalan lantas berkata, "Ya, kenapa dia pergi?"
"Mari kita balik mencari." kata Koo Lok.
Lenyapnya Ngo-gak Lojin secara mendadak itu, ternyata tidak diketahui oleh yang
lainnya, hal ini sesungguhnya merupakan suatu kejadian yang sangat aneh, karena dengan
kepandaian Koo Lok, Lo Kie dan Bangkai Berjalan mustahil sekali kalau tidak ada satupun
yang mengetahui.
Koe Lok dengan cepat sudah lari keluar untuk mencari orang tua itu, tapi baru saja
bergerak, suara orang tertawa dingin terdengar dari sebelah kirinya.
Koo Lok lalu menyerang dengan tangan kirinya sambil berseru "Aku akan ambil jiwa
mu..............."
Serangan Koo Lok itu telah mengenai sebuah pohon besar, hingga terdengar suara gemuruh
tapi ternyata tidak nampak bayangan seorangpun juga. Koo Lok tercengang, suara orang
itu kembali terdengar, "Aku! beberapa hari tidak bertemu, kekuatanmu ternyata sudah
banyak maju."
Di tempat sejauh kira-kira lima tombak, berdiri perempuan misterius itu,
tangannya membawa sesosok tubuh manusia. Pada saat itu Bangkai Berjalan dan Lo Kiehttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
juga sudah berada di samping Koo Lok, ketika mendengar perkataan wanita itu, wajah
mereka menunjukan perasaan gusar.
"Siapa yang kau bawa?"' tegur Koo Lok dengan suara gusar.
"Siapa lagi kalau bukan Go Giok Seng!" jawabnya sambil tertawa dingin.
"Letakan dirinya...............!" seru Koo Lok, yang segera melompat melesat
menyerang wanita itu.
"Koo Lok, kau sudah terlambat setindak, sambutlah bangkainya!" wanita itu
berkata kepada Koo Lok. Tubuh Ngo-gak Lojin benar-benar dilemparkan kearahnya dengan
kecepatan luar biasa. Tatkala Koo Lok menyambut tubuh orang tua itu, ia melihat lubang
di pelipis orang tua itu, hingga mengakibatkan kematiannya. Koo Lok menghela napas, ia
berkata sambil kucurkan airmata, "Locianpwee, kematianmu sangat
mengenaskan.............................."
Bangkai Berjalan dan Lo Kie yang menyaksikan keadaan kematian orang tua itu, juga turut
kucurkan airmata. "Tidak nyana Ngo gak Lojin benar benar mati ditangan perempuan aneh
itu........." berkata Bangkai Berjalan sambil menghela napas.
"Biar bagaimana aku harus dapat menemukan perempuan ganas itu," Koo Lok
berseru, dan segera lari ke depan gua. Bangkai Berjalan yang juga sudah murka beserta Lo
Kie, segera mengikuti Koo Lok.
Tatkala mereka tiba di depan gua, Koo Lok lantas berteriak, "Jika kau tidak mau unjukkan
diri lagi, aku akan ledakan semua gua-gua ini!"
Baru saja Koo Lok menutup mulut, lantas terdengar suara orang berkata, "Sudah
lama aku menantikan kedatanganmu di dalam gua ini, kenapa tidak mau masuk?"
" Kau berada didalam gua yang mana?" tanya Koo Lok.
"Gua keempat."
"Dihitung dari kanan atau dari kiri?"
"Dari kanan."
KOO LOK mulai menghitung dari kanan, tiba di mulut gua keempat, ia lantas
berhenti dan perlahan-lahan masuk ke dalamnya. Bangkai Berjalan dan Lo Kie mengikuti di
belakangnya dengan perasaan tegang. Berjalan kira-kira duapuluh tombak lebih, Koo Lok
merasa bahwa dalam gua itu semakin sempit, keadaannya juga lembab. Berjalan lagi kirakira satu tombak, jalanan dalam gua itu hampir tidak dapat dilalui lagi, Koo Lok mulai
curiga, apakah perempuan itu sengaja menjebak dirinya?
"Apa kau berada didalam?" Koo Lok bertanya.
"Jangan kuatir, jalan saja terus!"
Suara itu memang benar keluar dari dalam gua, maka Koo Lok terpaksa masuk
terus...... ia seperti melalui beberapa tikungan dan akhirnya tiba di suatu tempat yang
luar biasa terangnya. Sinar terang yang menyilaukan, hampir saja ia tidak dapat membuka
matanya, lama setelah kedip-kedipkan matanya. ia baru dapat melihat bahwa tempat itu
ternyata merupakan kamar batu, di dalamnya terdapat banyak mutiara, yang
memancarkan sinar berkilauan, hingga kamar itu terang benderang seperti di waktu
tengah hari
Koo Lok mulai memandang di sekitarnya, matanya segera dapat melihat di tengah
kamar itu ada seorang perempuan tua berusia kira-kira lima puluh tahun duduk di atas
kursi yang dihiasi kulit harimau. Dengaa muka berubah Koo Lok bertanya. "Kaukah yang
membunuh mati Sie-hay Seng kun, dan Ngo gak Lojin?"
"Benar..............."
Perempuan tua itu agaknya masih ingin memberikan keterangan lagi. tapi Koo Lok
yang sudah tidak dapat kendalikan hawa amarahnya, sudah bergerak dan menyerang
sambil membentak, "Aku akan ambil jiwamu."
Serangan Koo Lok itu menggunakan gerak tipu yang dipelajari dari Buku Hitam, betapa
hebatnya, kita dapat bayangkan sendiri. Tapi perempuan tua itu sambil ayunkan
tangannya ia berkata, "Anak muda, adatmu agak berangasan."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Badannya nampak tidak bergerak, tapi entah dengan cara bagaimana ia sudah menyambut
serangan Koo Lok yang sangat hebat itu dengan mudah saja.
Koo Lok tercengang. Bangkai Berjalan yang menyaksikan keadaan demikian lantas berseru,
"Coba kau sambut seranganku!"
Kontan ia lantas melancarkan serangan yang amat dahsyat kearah wanita tua itu.
Sementara itu, Koo Lok dan Lo Kie' masing-masing melancarkan serangan yang ditujukan
ke belakang punggung wanita itu.
Kekuatan dari serangan tiga orang itu, jangankan wanita itu yang mungkin sulit untuk
mengelakkan diri, sekalipun orang yang berkepandaian lebih tinggi barangkali juga sulit
untuk menyambut serangan yang dilancarkan dari tiga jurusan itu.
Dalam keadaan sangat krisis ini, tiba-tiba terdengar suara wanita tua itu, "Tuan-tuan,
tahanlah serangan kalian, aku ingin bicara sepatah dua patah."
Koo Lok bertiga mendengar perkataan itu lantas tarik kembali serangan masingmasing, dengan mata beringas mengawasi wanita itu. Wanita tua itu mengawasi ketiga
orang itu bergiliran, kemudian berkata sambil tertawa getir. "Kalian bertiga telah
bertekat, hendak mengambil jiwaku, hal ini aku sudah mengerti......"
"Apa kau suruh kita mengantapi saja perbuatanmu yang sangat ganas dan kejam
itu?" Koo Lok balik bertanya. Wanita tua itu tersenyum, bukan senyum manis, tapi
senyuman yang mengandung perasaan duka. "Mengapa kalian bertiga tidak mau duduk
dulu? Dengarkanlah pembicaraanku sampai habis." Suaranya sedikitpun tidak menunjukkan
watak kejam, sebaliknya malah lemah lembut dan sangat menarik.
Mereka lalu duduk di atas kursi di depan wanita itu. Koo Lok lantas bertanya dengan nada
suara dingin, "Numpaag tanya apa dosa Sie-hay Seng-kun dan Ngo-gak Lojin sehingga perlu
menebus dengan jiwanya?"
Wanita itu tidak segera menjawab pertanyaan Koo Lok, dengan sinar matanya yang
tajam ia menatap muka Koo Lok, kemudian balas bertanya, "Apakah kongcu bernama Koo
Lok?"
"Benar?"
Wanita itu anggukan kepala dan berkata, "Dalam kamar yang sunyi ini, kedatangan
kalian membawa hawa segar, yah, sudah tigapuluh tahun, satu masa yang cukup
panjang,...tidak terasa telah berlalu.........."
Mendengar perkataan itu. hati Koo Lok tercekat tanyanya, "Sudah tigapuluh tahun
lamanya kau berdiam di kamar batu ini?"
"Apa kau anggap waktu yang panjang?"
"Benar, masa tigapuluh tahun itu bukanlah pendek........." sahut Bangkai Berjalan.
"Namun demikian dalam kamar yang sunyi ini, aku sudah lewatkan tigapuluh tahun
lamanya, Yah, masa tigapuluh tahun itu, memang cukup panjang, hingga aku sudah lupa
bahwa didalam dunia ini masih ada orang yang hidup di dalam kamar ini.........aku juga
sudah lupa kalau aku telah melalui masa yang sangat panjang itu........... ............"
Berkata sampai disitu, mata wanita tua itu mengembang airmata, keadaannya sangat
memilukan hati.
Koo Lok bertiga sesaat itu telah lupa maksud dan tujuan mereka datang ke kamar gua itu,
hati mereka terpengaruh oleh keadaan wanita yang menyedihkan itu.
"Mengapa kau tidak mau keluar dari sini?" tanya Bangkai Berjalan.
"Keluar dari sini?........ " wanita itu mendadak tertawa terbahak-bahak. Koo Lok
yang mendengar suara tawanya, bergidik hatinya maka lantas bertanya, "Kenapa kau
tertawa?"
"Kau lihat, apa aku dapat berjalan?" wanita tua itu berkata, mendadak ia singkap
gaun bagian bawah yang menutupi bagian kakinya, ternyata sepasang kaki wanita itu telah
buntung mulai batas dengkul.
Koo Lok bertiga ketika menyaksikan keadaan demikian, dengan tanpa terasa lantas
berseru.
Wanita itu turunkan lagi gaunnya dan bertanya pula, "Dengan keadaanku seperti ini,
bagaimana aku bisa berjalan?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok bertiga sama-sama tidak menduga bahwa wanita tua itu ternyata seorang
cacat karena kedua kakinya itu tertutup oleh gaun panjangnya, maka mereka tidak
memperhatikan keadaannya. Wanita itu mengawasi sikap tiga orang yang mengunjukkan
keterkejutannya itu, lalu berkata, "Seorang yang terpisah dengan dunia luar dan hidup
menyendiri dalam gua yang tidak kelihatan sinar matahari, sesungguhnya bukanlah satu
hal yang enak, tapi, aku tidak boleh tidak harus menerima nasib ini, sebab aku tidak dapat
berjalan."
"Apa kedua kakimu itu dikutung orang?"
"Benar!"
"Kenapa dan oleh siapa?"
"Karena napsu cinta dan rasa kebencian, hingga dia turun tangan mengutungi
kedua kakiku, sementara siapakah adanya dia itu, kau tentunya dapat menduga."
"Apakah Sie-hay Seng-kun?"
"Benar!"
Koo Lok bertiga ketika mendengar jawaban itu, mereka hampir jatuh dari tempat duduk,
ini benar-benar merupakan satu hal yang hampir tidak masuk diakal.
"Apa kalian tidak percaya?"
Koo Lok agaknya ingat sesuatu lalu tanyanya, "Kau katakan bahwa kedua kakimu dikutungi
oleh Sie-hay Seng-kun sehingga tidak dapat berjalan, apakah orang yang membunuh mati
Sie hay Seng-kun dan Ngo-gak Lojin itu bukan kau sendiri yang melakukan?"
"Dugaanmu benar!"
"Kalau begitu siapa?"
"Muridku."
"Mana dia?"
"Sudah pulang."
"Sudah pulang? Apa ia tidak berdiam di sini."
"Ya, ia tak berdiam di sini, hanya setiap tiga hari sekali ia berkunjung kemari.
Kalau kalian tak percaya, baiklah aku nanti akan ceritakan terjadinya peristiwa ini."
Wanita itu beralih kepada Bangkai Berjalan, lalu bertanya padanya, "Apa tuan masih ingat
bahwa tiga puluh tahun berselang, di dunia Kang-ouw pernah muncul seorang wanita
muda, yang oleh orang-orang Kang-ouw masa itu dijuluki Boneka salju?"
Bangkai Berjalan terperanjat, jawabnya "Benar, aku memang pernah dengar......, apakah
itu adalah kau sendiri?"
"Benar, Boneka salju tiga puluh tabun berselang itu adalah aku sendiri."
"Bukankah kau sudah menikah dengan Tiat-khim Tongcu, dan kemudian
mengasingkan diri di suatu tempat tersembunyi?"
"Kala itu, apakah dalam dunia kang-ouw ada tersiar kabar demikian?"
"Benar!"
"Mungkin, itu adalah desas desus yang sengaja disiarkan oleh Kang Jie Sie. Tiga
puluh tahun berselang, percintaanku dengan Tiat-khim Tongcu, sedikit sekali yang tahu,
kala itu Kang Jie Sie jatuh cinta padaku, ketika aku kawin dengan Tiat-khim
Tongcu........."
"Apa karena cintanya tak kau balas, hingga cinta itu berubah menjadi benci, maka
Kang Jie Sie lantas menganiaya kalian suami isteri?
"Begitulah, tapi. caranya sangat halus dan licin sekali, dia telah mengajak Tiatkhim Tongcu pergi memancing ke pantai laut, dan kemudian tidak pulang lagi..............."
"Apa Kang Jie Sie telah membunuh mati Tiat-khim Tongcu?"
"Mungkin begitu, pada waktu itu, setelah Tiat-khim Tongcu menghilang, aku lantas
pergi mencari Kang Jie Sie, kutanyakan padanya tentang Tiat-khim Tongcu, tapi ia
sebaliknya malah bertanya padaku, apakah Tiat-khim Tongcu belum pulang?"
Kala itu sudah tentu aku tidak curiga kalau hilangnya Tiat-khim Tongcu itu
perbuatannya, dan dia telah unjukan belangnya, pada suatu malam, ketika hujan lebat
dan angin kencang, ia telah menotok dan kemudian ia memperkosa diriku secara
paksa............"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apakah itu benar?" tanya Bangkai Berjalan dengan wajah berubah.
"Aku bukan orang yang suka berdusta, dan kemudian, dia telah paksa aku menikah
dengannya, tapi aku setelah ternoda olehnya, mendadak merasa benci dan memakinya
sebagai binatang yang berkedok manusia. Selanjutnya, kami lantas berkelahi, tapi
kepandaianku tak mampu menandingi kepandaiannya, hingga aku kabur. Di tengah jalan,
aku berjumpa dengan Go Giok Seng dan Tan Cay, aku beritahukan kepada mereka tentang
kejadian itu, tapi mereka bukan saja tak percaya, sebaliknya malah tertawa terbahakbahak dan mengatakan aku mengaco belo. Waktu itu, KangJie Sie yang niengejarku telah
tiba, Go Giok Seng dan Tan Cay telah menyaksikan perbuatan Kang Jie Sie yang
mengutungi kedua kakiku tanpa mencegahnya. Setelah kedua kakiku buntung, Kang Jie Sie
dan Go Giok Seng bertiga mungkin menganggap aku bisa mati sendiri karena kelaparan,
maka mereka lantas tinggalkan aku begitu saja. Siapa tahu Tuhan masih melindungi
jiwaku, karena kesalahan makan buah Ajaib kakiku telah sembuh, aku lantas berusaha
untuk mencari tempat perlindungan, dengan susah payah barulah aku menemukan tempat
ini.......dan selanjutnya seperti apa yang kalian sudah lihat sendiri, di dalam gua ini telah
kubenam masa mudaku, masa bahagiaku.................."
Cerita itu benar-benar mirip dengan satu dongengan, dua tokoh terkemuka yang
mendapat nama baik dalam tingkatan tua, sungguh tak disangka telah melakukan
perbuatan yang demikian rendah dan menjijikan. Sejenak Boneka salju unjukkan tawa
getir, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Apa yang terjadi atas diriku sudah
kuceritakan semuanya, masa remajaku telah dirampas oleh Sie-hay Seng-kun secara kejam
dan tidak berperikemanusiaan, rumah tanggaku yang berbahagia telah dibikin hancur lebur
oleh laki-laki jahanam itu, apakah aku tidak boleh menuntut balas?"
"Jikalau hal itu benar, sudah seharusnya kau menuntut balas, tapi Sie hay Seng-kun
dan Ngo-gak Lojin, keduanya orang-orang terkenal dan mendapat nama baik dalam
kalangan Kang ouw, apakah benar bisa melakukan perbuatan demikian?" kata Koo Lok.
"Percaya atau tidak, terserah pada kalian, cerita ini bukanlah karanganku sendiri,
melainkan satu kisah nyata yang sebenarnya. Aku sebetulnya tidak ingin tertimpa nasib
seburuk itu, tapi semua itu telah terjadi dan kini bahkan sudah lewat sekian lama, jika
kalian tidak percaya, silahkan turun tangan dan bunuhlah aku, betapapun juga, aku sudah
menjadi orang yang tak berguna, apalagi usahaku menuntut balas dendam sudah
terlaksana, tak ada lagi yang kubuat pikiran. Dalam usiaku yang sudah mendekati liang
kubur, berdiam di sini lebih lama, sesungguhnya lebih menderita dari pada mati,"
Mungkin itu benar, seorang yang sudah cacat, memang sudah tidak mempunyai
kegembiraan untuk hidup, lagi pula hidup dalam gua yang terpisah oleh dunia luar,
siapakah yang sanggup bertahan?"
Semua orang terdiam, mereka terharu mendengarkan kisah yang menyedikan itu.
Lama sekali, baru terdengar pula suara Koo Lok yang bertanya, "Kalau begitu, siapakah
Tan Cay itu?"
"Ia juga merupakan seorang tokoh, sekarang sudah mati atau masih hidup, aku
sendiri tidak tahu, tuan-tuan kalau ingin mengambil jiwaku, itu sangat mudah sekali."
Koo Lok bertiga, tidak berani membantah uraian boneka salju, apa lagi mereka sudah
membuktikan sendiri, keadaannya yang mengenaskan, mungkin benar Sie hay Seng kun
dahulu pernah melakukan perbuatan seperti yang dituturkan oleh wanita itu.
Perlahan-lahan Koo Lok bangkit dari tempat duduknya dan berkata, "Kita percaya
ucapanmu, kini kita hendak minta diri."
Boneka salju anggukan kepala dan berkata, "Kongcu masih muda yang mempunyai hari
depan yang sangat gemilang, cuma dalam gelombang asmara, mungkin akan banyak
mengalami rintangan, harap baik-baik membawa diri, maafkan aku tidak bisa mengantar."
Tatkala Koo Lok keluar dari kamar batu itu dan mengingat akan perkataan wanita
tua yang mengandung arti dalam itu, diam-diam bergidik. Bangkai Berjalan setelah
mengubur jenazah Ngo-gak Lojin, lalu berkata kepada Koo Lok, "Numpang tanya, kau
sekarang hendak kemana?"
"Pergi menuntut balas."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ke pulau Sam seng atau lembah Kiu-ci-ong-thian?"'
"Sam seng-to."
"Ko siaohiap pergi kepulau Sara-seng-to untuk menuntut balas, lebih dulu
seharusnya mengadakan persiapan yang sempurna, kau tahu sendiri, anak buah Sam-seng
Nio-nio, masing-masing mempunyai kepandaian sangat tinggi, penjagaan pulau itu juga
sangat kuat, sekalipun kau dapat memasuki pulau itu..............."
Menurut pikiran locianpwee, bagaimana seharusnya?"
"Paling baik pulang dulu ke Thian-mo-kiong untuk berunding lebih jauh, atau
mengajak berunding beberapa tokoh terkemuka di rimba persilatan yang berkepandaian
tinggi, kemudian bersama-sama Thian-mo Kiongcu serta semua anak buahnya, dengan
demikian barangkali dapat menghaacurkan kekuatan Sam-seng Nio-nio."
"Dalam usahaku menuntut balas ini, tidak ingin aku melibatkan siapapun juga."
jawab Koo Lok, yang kemudian berpaling dan berkata kepada Lo Kie, "Jiko, aku ingin
minta pertolonganmu, harap kau balik lagi ke Thian-mo-kiong beritahukan kepada mereka
bahwa aku sudah berangkat kepulau Sam seng to."
"Ini............ apa samtee tidak suka berjalan bersama sama aku?"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak usah, aku hendak pergi sendiri."
"Kalau begitu, bagaimana kalau aku yang mengawani kau?" tanya Bangkai Berjalan.
"Terima kasih atas perhatianmu, boanpwee akan berlaku sangat hati-hati,
andaikata usahaku tidak berhasil, setidak-tidaknya juga akan dapat menyelidiki keadaan
mereka."
Bangkai Berjalan tidak berdaya, terpaksa bersama Lo Kie berangkat dulu ke Thian-mokiong.
SINAR matahari senja menyinari permukaan air yang Iuas bebas, hingga
menciptakan satu pemandangan alam yang sangat indah.
Di pantai sungai itu, berdiri Koo Lok yang sedang memandang lalu lalangnya perahu
berlayar yang menuju lautan bebas.
Ia berdiri lama sambil melamun, kemudian berjalan mendatangi tukang-tukang perahu
yang banyak terdapat di situ, kepada orang-orang itu Koo Lok menanyakan apakah ada
perahu yang berlayar ke pulau Sam-seng-to?
Salah satu nelayan lantas menjawab, "Perahu besar yang berlabuh di sebelah sana itu,
sering berlayar ke pulau Sam-seng-to, siao-ya boleh bertanya kepada juragan perahunya
sendiri."
Koo Lok ucapkan terima kasih kepada nelayan itu, kemudian menuju ke perahu
yang ditunjuk dan bertanya,
"Apakah juragan perahu ada?"
"Ada apa?" ia mendengar jawaban dari dalam perahu. Seorang laki-laki berpakaian
ringkas, berusia kira-kira limapuluh tahun, berjalan keluar dari dalam perahu dan berdiri
di hadapan Koo Lok. Koo Lok maju memberi hormat seraya berkata, "Lotiang, numpang
tanya, apakah perahu ini akan berlayar ke pulau Sam-seng-to?"
"Benar, ada keperluan apa kau tanya hal itu?"
"Jika tidak keberatan, aku ingin menumpang perahumu."
"Tentang ini............" menyesal sekali perahuku ini telah dicarter oleh seseorang,
se bentar lagi akan berangkat kepulan tersebut."
"Apakah selain perahu lotiang ini, masih ada perahu lain yang berlayar ke pulau
itu?"
"Tidak ada."
"Jadi, yang melakukan pelajaran itu hanya perahu lotiang seorang saja?"
"Benar."
"Beberapa lama kira-kira bisa tiba di pulau itu? Pulang balik kira-kira memerlukan
waktu satu hari."
"Kalau begitu, mulai besok perahumu akan kucarter, bagaimana?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Tidak bisa, karena perahu ini sudah dicarter untuk sepuluh hari lamanya."
Mendengar keterangan itu, kepala Koo Lok seperti diguyur air dingin. "Lotiang, apa
kiranya aku dapat mencarter perahu lainnya?"
"Bojeh sih boleh, cuma perahu mereka biasanya berlayar pagi hari, dan setiap
penumpang harus diajukan berbagai pertanyaan............"
"Apa kalau penumpang perahumu tidak perlu ditanya?"
Juragan perahu itu tercengang, lama baru menjawab. "Aku mempunyai tempat rahasia
untuk menambat perahuku, juga pandai mengelak dari pertanyaan Sam-seng-to."
"Apakah lotiang hendak berangkat sekarang juga?"
Halaman 75, 76, 77, 78 ga adaaaa wewP
cukuplah keinginannya untuk tidur.
Perahu itu ternyata dapat berlayar dengan cepat dan seimbang. Koo Lok menengadah dan
memandang bintang di langit, ketika menyaksikan jatuhnya sebuah bintang, ia menghela
dan berkata kepada diri sendiri, "Hidup manusia bagaikan bintang di langit, kalau jatuh
Cuma meninggalkan bayangan putih saja, yang kemudian lantas lenyap untuk selamalamanya, betapa pendeknya.....................hidup manusia.................."
Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berkata, "Sungguh satu perumpamaan
yang tepat."
Koa Lok terkejut, ketika ia berpaling di tempat sejarak kira-kira duapuluh tombak, ia
melihat sesosok bayangan hitam. Angin laut meniup rambut bayangan hitam itu, yang
ternyata sangat panjang.
Koo Lok tidak menduga bahwa perempuan itu juga berada di geladak, maka ia tidak tahu
bagaimana harus buka mulut.
Terdengar suara tawa perempuan itu, lalu disusul dengan kata-katanya. "Mesti hidup
manusia pendek, tapi sebagian besar yang sudah mati, mana ada yang meninggalkan
bayangan? Betul tidak?"
"Akupun beranggapan demikian," sahut Koo Lok. Keduanya lantas diam, agaknya
sedang terbenam dalam lamunan masing-masing, Koo Lok merasa heran, perempuan itu
tadi bukankah mengatakan hendak tidur kenapa sekarang berada di atas
geladak?........................
Lama baru terdengar pula suara wanita itu, "Kau bernama Tang Giap?"
"Benar!"
"Empatpuluh tahun usiamu?"
Muka Koo Lok merah seketika, ia tidak bisa menjawab.
"Kenapa tidak menjawab?" tegur perempuan itu sambil tertawa hambar. Koo Lok
benar-benar merasa malu, ia tidak menduga akan bertemu muka dengan perempuan itu,
bagaimana ia dapat menjawab.
"Nampaknya kau sudah empatpuluh tahun," kata perempuan itu sambil tertawa.
Muka Koo Lok semakin merah, ia mengerti telah diejek oleh perempuan itu.
"Tapi rupa-rupanya kau bisa kembali muda,"
"Aku?"
"Siapa lagi kalau bukan kau?"
"Harap maafkan atas kebohonganku."
"Mengapa harus berbohong?"
"Tentang ini...... aku sendiri juga tidak tahu apa sebabnya."
"Apa takut kalau kau sebutkan usiamu yang sebenarnya, lantas aku tidak akan
izinkan kau turut berlayar?"
"Mungkin............demikian."
Perempuan itu perdengarkan suara tawa dingin, ia bertanya pula, "Berapa sebetulnya
usiamu?"
"Hampir duapuluh."
"Namamu?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok tercekat, ia merasa bahwa perempuan itu agaknya dapat menduga isi hatinya,
maka lama ia baru bisa menjawab, "Bukankah aku tadi sudah beritahukan padamu?"
"Itu bohong!"
"Bagaimana kau tahu kalau Tang Giap itu bukan namaku yang sebenarnya?"
"Dalam usia kau telah membohong, apalagi dengan namamu?"
Koo Lok tidak mengira bahwa'wanita itu demikian licin, tanpa sadar sudah terjebak dalam
pertanyaan-pertanyaannya yang cerdik, maka terpaksa ia mengaku terus terang.
"Aku bernama Koo Lok."
"Koo Lok? Kali ini barangkali kau tak membohongi aku lagi."
"Sudah tentu."
Perempuan itu mendadak berkata dengan nada dingin, "Baiklah, nah, sekarang kau boleh
pergi."
Mendengar perkataan itu, Koo Lok terkejut, katanya, "Kau suruh aku pergi......?
Kenapa?"
"Pertama, kau terlalu licik, karena ingin turut berlayar, tanpa segan kau telah
mengarang nama palsu dan memberikan usia dua kali daripada usia yang sebenarnya.
Berdasar ini saja, sudah cukup bagiku untuk mempersilakan kau pergi dari sini."
"Dan yang kedua?"
"Kedua, kau adalah seorang yang berbahaya."
Mendengar itu, jantung Koo Lok berdebar keras katanya dengan mata terbelalak, "Aku
orang berbahaya?"
"Benar."
"Dimana bahayanya?"
"Di usia."
"Aku berbahaya dalam usiaku?"
"Dalam usia dua puluh tahun tinggal bersama-sama wanita muda, ini sangat
berbahaya. Dalam perahu ini hanya kita berdua, oleh karenanya, maka kuminta kau
pergi."
KOO LOK tertawa, tawanya itu mengunjukan kecakapan seorang laki-laki, yang
membuat ia selalu dikagumi oleh kaum wanita.
?Apa nona anggap aku orang seperti itu?"
"Siapa tahu."
"Langit dan Bumi yang mengetahuinya."
Wanita itu gusar, katanya, "Seorang yang sangat licin, kau enyah dari sini!"
Melihat wanita itu gusar, Koo Lok kerutkan keningnya dan berkata, "Nona, kita berada di
atas perahu, di bawah perahu adalah laut!"
"Terserah dengan cara bagaimana kau pergi, pendeknya, aku tidak izinkan kau ikut
dalam perahu ini!"
"Nona, kau salah, barusan kau sudah izinkan aku turut, bagaimana sekarang kau
suruh aku lompat kedalam laut?"
"Aku suruh kau pergi!"
"Tapi kau tokh tak bisa paksa aku untuk terjun kedalam laut!"
"Andai kata aku paksa kau terjun?"
"Aku tak mau."
"Tapi itu harus!"
"Apa kau paksa aku turun tangan terhadap kau?"
"Begitulah!"
"Kalau begitu, nona adalah orang Sam seng-to"
"Kalau ya bagaimana?"
"0b, kiranya begitu..............."
"Bagaimana?"
"Kau sengaja pancing aku naik perahu!"
"Kau......... ngaco belo!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sekonyong-konyong wanita itu melompat ke depan Koo Lok. Tetapi Koo Lok sudah siap,
katanya, "Kalau begitu, silakan nona turun tangan lebih dulu!"
"Kau benar-benar tidak mau terjun kedalam laut? Sekarang aku hendak paksa kau
terjun!"
"Coba aja!"
Wanita berkerudung itu lantas ayun tangannya, menyerang Koo Lok. Kecepatan wanita itu
bergerak, menunjukkan bahwa ia termasuk salah satu orang kuat dalam rimba
persijatanan. Koo Lok geser kakinya, mengelak dari serangan tersebut, ia tidak balas
menyerang.
Ketika serangan yang pertama mengenai tempat kosong, wanita itu dengan beruntun
melancarkan serangan berikutnya dengan gerak tipu yang berlainan.
Dengan menggunakan ilmu menyingkirkan serangan musuh, Koo Lok baru berbasil mengelakkan setiap serangan wanita itu.
Tiga kali serangannya mengenai tempat kosong, wanita itu nampaknya terkejut, katanya,
"Mengapa kau tak balas menyerang?"
"Aku silakan kau menyerang sampai tiga kali, karena mengingat budimu yang sudah
memberi izin padaku turut berlayar di dalam perahumu, tapi kalau nona mendesak terus,
maka jangan sesalkan kalau aku berlaku kejam!"
"Ka boleh coba balas menyerang!"
Sehabis berkata, kembali gerakan tangannya menyerang dada Koo Lok. Dengan demikian,
Koo Lok telah hilang sabarnya, maka ia lantas membentak, "Nona kau terlalu menghina
orang!"
Dengan tangan kanannya ia menyambut serangan si nona, diluar dugaannya bahwa kekuatan nona itu ternyata selisih tidak jauh dengan kekuatannya sendiri.
Ia tak berani pandang ringan lagi, dengan cepat ia melancarkan serangan yang amat
dahsyat.
Serangan itu menggunakan gerak tipu dari Buku Hitam, maka mengandung
perubahan-perubahan yang aneh-aneh, meski Koo Lok tiada maksud hendak melukai
wanita itu, tapi ia berusaha untuk membikin kuncup hati lawannya.
Diluar dugaannya, wanita itu ternyata sangat lincah, dengan cara berlompatan telah
berhasil menghindari serangan-serangan Koo Lok.
Malam makin larut, di atas perahu itu, nampak dua bayangan orang sedang bertempur
dengan sengitnya. Saat itu, tiba-tiba berkelebat sinar kilat, kemudian disusul oleh suara
geledek menyambar, dan selanjutnya hujan turun amat derasnya, hingga Koo Lok dan
wanita itu basah kuyup bagaikan ayam kecebur dalam air.
Hujan turun makin deras, angin meniup makin kencang, hingga perahu itu tergoncang
hebat terombang ambing oleh gelombang laut......
Mendadak terdengar suara bentakan wanita itu, yang lantas lompat dari kalangan.
Koo Lok pesut air hujan di mukanya dan bertanya, "Kau tak bersedia bertempur lagi?"
"Hujan begini lebat, aku tidak mau bertempur lagi denganmu, jika kau memang
tidak kandung maksud jahat, kau jangan masuk kedalam kamar."
Tanpa menunggu jawaban Koo Lok lagi, nona itu sudah lompat masuk ke daiam kamar, Koo
Lok melongo, hatinya diam-diam berpikir, kau tidak izinkan aku masuk ke kamar, apa kau
kira hujan ini dapat membetot nyawaku?
Koo Lok membiarkan air hujan membasahi dirinya, ia tetap berdiri tanpa bergeming. Kirakira setengah jam kemudian, tiba-tiba terdengar suara wanita itu, "Hei! Apa kau benarbenar tak mau masuk?"
Mendengar itu, Koo Lok dalam hati tertawa pikirnya, kau benar-benar nakal,
barusan kau tidak izinkan aku masuk kamar, kenapa sekarang kau tanya aku mau masuk
atau tidak? Oleh karenanya, maka ia tidak mau meladeni wanita nakal itu.
"Hei, kau dengar atau tidak?"
"Dengar, tapi, ditimpa air hujan setidaknya jauh lebih baik dari pada ditelan air
laut!
"Kau nanti bisa sakit."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Jangan khawatir aku cukup kuat untuk menahan serangan sakit."
"Benar-benar kau tak mau masuk?"
Koo Lok cuma perdengarkan tawa dingin tapi tak menjawab. Pada saat itu, jauh dari
permukaan laut, mendadak terdengar suara bentakan riuh, beberapa buah perahu besar
sedang berlayar sangat lajunya menuju kearah perahu yang ditumpangi oleh Koo Lok.
Koo Lok terperanjat, diam-diam hatinya berpikir, apakah itu perahunya Sam-seng-to?
Sementara itu, ia segera dapat melihat si juragan perahunya nampak merangkak keluar, ia
lalu menghampiri dan bertanya, "Perahu-perahu siapakah itu?"
Juragan perahu itu nampak kaget, ia mengawasi Koo Lok sekian lama, baru menjawab,
"Celaka!"
"Ada apa?"
"Karena angin dan hujan lebat tadi, hingga perahuku berlayar menyimpang dari
garis biasa."
Sementara itu, empat buah perahu besar sudah mendekati perahunya, di atas
perahu-perahu besar itu nampak lima laki-laki berpakaian hitam. Satu di antaranya lantas
menegur, "Perahu dari mana, begitu berani mati memasuki daerah perairan kita?"
Dengan gerak bagaikan burung terbang, laki-laki berpakaian hitam itu melayang ke atas
perahu Koo Lok.
Juragan perahu dengan cepat memberi hormat, "Ini............ "
Tapi sebelum melanjutkan kata-katanya, laki-laki berpakaian hitam itu sudah mengulur
tangannya menyambar tubuh si juragan, sebentar terdengar suara serahan tertahan, tubuh
juragan perahu itu sudah roboh di atas geladak.
Saat itu, dua puluh orang berpakaian hitam dari empat perahu besar itu, seluruhnya sudah
melompat naik ke atas perahu dimana Koo Lok menumpang. Dengan mata buas mereka
menatap muka Koo Lok.
"Kau siapa?" satu diantaranya menegur.
"Penumpang."
"Hendak kemana?"
"Apakah aku hendak kemana juga perlu memberitahukan pada kalian?"
"Benar!"
"Jikalau aku tak mau menjawab?"
"Huh, kau mempunyai berapa banyak batok kepala? Jika kau tidak menjawab, aku
akan suruh batok kepalamu pindah dari tubuhmu, kemudian, aku akan lemparkan tubuhmu
ke dalam laut untuk umpan ikan!"
"Aku justru ingin lihat dengan cara bagaimana kau hendak memindahkan batok
kepalaku" kata Koo Lok sambil tertawa terbahak-bahak.
Dua puluh orang itu dengan cepat mengurung Koo Lok. Satu diantara mereka, seorang yang
sudah agak lanjut usianya, menghampiri Koo Lok dan berkata, "Koo Lok. sebaiknya kau
menyerah."
Koo Lok terkejut, ia sungguh tak nyana bahwa orang-orang Sam-seng Nio-nio sudah
tahu jejaknya ini benar-benar diluar dugaannya. Ia lantas sadar perahu yang ditumpangi
itu kalau bukan perahunya orang-orang Sam-seng-to tentunya ada hubungan dengan pulau
itu. Kalau begitu, orang berpakaian hitam itu mengapa harus merobohkan juragan
perahunya? Mendadak ia teringat pada wanita berkerudung hitam itu.
Koo Lok amat gusar, ia menengok ke kamar wanita itu, kemudian berkata kepada
orang tua itu, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku adalah Koo Lok?"
Tanpa menantikan jawaban, Koo Lok mendadak lompat melesat sambil melancarkan
serangan, sebagai akibat dari serangan itu suara jeritan terdengar dan sesosok tubuh nampak terpental dan kemudian kecebur ke dalam lautan.
Serangan itu dilakukan dengan secara tidak terduga-duga, setelah Koo Lok berhasil dengan
serangannya tubuhnya sudah melesat ke depan kamar perempuan berkerudung itu. Ia
lantas membuka pintunya dan lompat masuk sambil berseru, "Aku hendak bunuh kau!"
Tapi, ternyata kamar itu sudah kosong, tidak nampak bayangan perempuan itu lagi.
Ia berdiri terkesima.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Di atas geladak, terdengar suara orang berkata sambil tertawa dingin, "Koo Lok hari ini


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau tidak bisa lolos lagi!"
Koo Lok mengamuk bagaikan banteng ketaton, ia gempur kamar-kamar di atas perahu
sehingga hancur lebur.
Beberapa orang Sam-seng-to, telah menyerangnya dengan kekuatan tenaga dalam, KooLok semakin kalap, sambil membentak, "Kalian cari mampus........" ia balas menyerang
hingga dua diantaranya lantas roboh binasa.
Tiba-tiba terdengar suara orang tua yang telah mengenali Koo Lok, "apakah kau
benar-benar tidak mau menyerah?"
"Siapa sudi menyerah, kalau tidak takut mati boleh maju," jawab Koo Lok tegas.
"Koo Lok, tahukah kau bahwa dalam empat perahu ini, ada seratus anak buah kita
yang pandai menggunakan senjata panah kalau kau tidak percaya, lihatlah sendiri."
Koo Lok mendengar keterangan itu hatinya merasa jeri juga, tidak perduli benar atau
bohong ucapan orang tua itu, senjata anak panah nemang merupakan satu ancaman yang
sangat besar.
Tapi, apakah ia harus menyerah? Sudah tentu tidak, sekalipun badannya harus hancur
lebur juga tidak mau menyerah mentah.
Berpikir demikian, ia lantas menjawab sambil tertawa dingin, "Apa kau kira dengan
senjata anak panah dapat menggertak aku? Hahaha kalau tidak takut mati boleh coba
maju."
"Apa kau bau mandah kalau sudah dihujani anak panah di badanmu?"
"Kalau kau mampu berbuat demikian itulah yang paling baik!" Ia tutup ucapannya
dengan satu serangan yang ditujukan kepada orang tua itu. Beberapa laki-laki berpakaian
hitam lantas maju mengepung Koo Lok sambil melancarkan serangan masing-masing.
Suara bentakan dan suara jeritan terdengar berulang di antara suara menderunya hujan
angin..................
Di atas perahu besar yang sedang berlayar di tengah-tengah lautan yang gelap
gulita dan hujan angin lebat, telah berlangsung suatu pertempuran hebat..................
Meski Koo Lok sudah berhasil merobohkan tidak sedikit musuhnya, tapi tangan maut sudah
mengancam di belakangnya.
Pada saat itu, empat laki-laki berpakaian hitam diam-diam melompat ke dalam kamar
perahu yang dindingnya sudah hancur berantakan, karena Koo Lok sedang melayani orang
yang sedang mengepung dirinya, hingga tidak dapat melihat gerakan empat orang itu.
Empat orang itu diam-diam telah meletakkan obat peledak dalam masing-masing
kamar, kemudian menyundut dengan api..................
Perbuatan itu sangat kejam, tapi mereka sudan bertekad hendak membinasakan Koo Lok
tidak perduli dengan cara apapun.
Empat orang itu setelah menyundut obat peledak, lantas melompat keluar sambil berseru,
"Lekas Kabur!"
Orang-orang itu agaknya mengerti apa maksud empat orang kawannya, maka
dengan cepat melompat ke perahunya sendiri.
Koo Lok masih mengira bahwa orang-orang itu keder, ia masih menantang
lagi.....................
Sementara itu, dari perahu musuhnya telah meluncur anak panah, beterbangan di sekitar
Koo Lok. Ia gerakan kedua tangannya untuk menyambut atau menyampok jatuh anak
panah yang datangnya bagaikan hujan itu. Kemudian ia melompat masuk ke dalam kamar
yang masih ada dindingnya.
Koo Lok telah masuk perangkap. Untung hidungnya segera mencium obat peledak,
maka wajahnya lantas berubah sambil berseru, "Celaka....................."
DALAM keadaan di sektarnya, tidak perlu ia berpikir panjang, segera melompat dan
terjun ke dalam laut.....................
Wakta badannya melayang di tengah udara, anak panah kembali menyambar dengan
derasnya, dan kemudian disusul oleh suara ledakan perahu, hingga menjadi hancur.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Bagaimana dengan Koo Lok? Hujan angin tetap mengamuk, ombak laut hampir
setinggi gunung, empat buah perahu Sam-seng kiong, dengan melawan badai yang
mengamuk hebat, coba menghampiri perahu yang sudah hancur lebur. Permukaan laut
kecuali kepingan kayu, tidak nampak apa-apa lagi.
Dalam derasnya hujan angin, terdengar suara-suara orang Sam-seng-kiong, yang sedang
ramai membicarakan nasib Koo Lok.
"Bocah itu sekalipun mempunyai otot kawat dan tulang besi, barangkali juga sudah
hanyut ditelan oleh ombak air laut," kata salah seorang diantara mereka.
"Bubar, marilah pulang untuk memberi laporan."
Empat perahu itu akhirnya berlayar menuju ke pulau Sam-seng-to. Setelah empat
perahu itu telah berlalu, di permukaan laut muncul satu kepala orang, itu adalah Koo Lok.
Air hujan menimpa mukanya, hingga sulit membuka mata. Karena ia pun pandai berenang,
maka dengan susah payah ia mencoba berenang menuju ke pulau Sam-seng-to, yang
terpisah kira-kira cuma setengah lie.
Hujan angin perlahan-lahan mulai berhenti, beberapa jam kemudian, Koo Lok sudah
berhasil mendarat di pulau tersebut.
Pulau itu meski tidak seberapa luasnya, tapi banyak tumbuh pepohonan, hingga
pemandangan alamnya sangat indah.
Tiba di pulau. Koo Lok sudah merasa letih sekali, maka ia lalu mencari tempat, untuk
sembunyikan diri dan memulihkan kekuatannya.
Sesudah mengaso cukup lama, kekuatannya pulih kembali, ia lalu keluar dari dalam rimba,
untuk mengadakan penyelidikan.
Di atas tanah yang tinggi, ia dapat melihat sebuah bangunan yang sangat megah, hingga
Koo Lok mau menduga, bangunan itu tentu adalah Sam-seng kioag, markas besarnya Samseng Nio-nio.
Koo Lok berencana akan langsung menuju ke sana, tapi kemudian ia berpikir,
perbuatannya itu mungkin akan membuat kaget mereka, hingga malah tidak
menguntungkan baginya. Ia lalu mengambil keputusan untuk memasuki Sam-seng kiong
dari jalan belakang. Istana itu ternyata dibangun di atas bukit tinggi, dindingnya licin
bagaikan kaca. Koo Lok yang menghadapi keadaan demikian diam-diam berpikir sambil
kerutkan keningnya, Dinding begini licin, bagaimana aku dapat naik!
Di atas tebing kira setinggi duapuluh tombak di atas kepalanya, ada sebuah pohon besar,
Koo Lok lalu berpikir, apabila dapat meloncat ke atas pohon itu, pasti dapat naik keatas
bukit.
Tapi apakah ia dapat mencari ke tempat itu, masih merupakan pertanyaan baginya.
Ia lalu kerahkan seluruh kekuatannya, ujung kakinya lantas menotol, bagaikan burung
bangau melesat ke atas, ia melayang ke atas pohon itu.
Setelah kakinya menginjak batang pohon, ia mengaso sejenak, kemudian melesat lagi ke
atas bukit, yang terpisah kira-kira cuma sepuluh tombak saja.
Sekarang ia dapat melihat dengan tegas, bahwa bangunan itu mirip dengan sebuah
kastil yang luasnya kira-kira sepuluh tombak persegi.
Karena ia kebetulan mengambil jalan dari tempat yang sulit ini, maka tidak menemukan
bayangan seorangpun juga, andaikata ia berjalan dari depan pasti akan menjumpai orangorang Sam-seng kiong, yang dijaga dengan kuatnya.
Melihat keadaan sunyi sepi, Koo Lok beranikan diri, perlahan-lahan berjalan ke bawah
loteng.
Setelah melewati beberapa tikungan, matanya melihat dua orang berpakaian
hitam, pedang berjalan meronda menuju ke arahnya. Koo Lok terkejut, karena sudah tidak
ada tempat lagi untuk sembunyikan diri, ia lantas lompat ke atas loteng. Baru saja tiba di
atas loteng, tiba-tiba terdengar dari salah satu dari dua orang yang meronda itu, "Siapa?"
Sang kawan ketika mendengar itu lantas bertanya, "Kau melihat apa?"
"Apa kau tadi tidak dapat melihat?"
"Tidak, lihat apa?"
"Satu bayangan hitam."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apa kau melihat satu bayangan hitam?"
"Ya!"
"Ah, kau ngaco."
"Tidak, memang benar, cuma, bayangan hitam itu bayangan orang atau binatang,
aku tidak tahu."
"Kau jangan main-main, depan istana ada seratus duapuluh orang kuat yang
menjaga, belakang istana dikitari oleh dinding yang licin setinggi beberapa puluh tombak,
Sekalipun Nio nio sendiri, juga tidak bisa naik dari belakang, apakah matamu sudah
lamur?"
"Barangkali mataku salah lihat." Dua orang itu lalu melanjutkan tugasnya...
Selagi hendak berjalan keluar, dari sebelah terdengar suara tindakan kaki yang sangat
pelahan sekali, Koo Lok terperanjat, dalam waktu yang amat singkat, suara tindakan kaki
itu sudah berada di depan pintu kamar.
Koo Lok diam-diam mengeluh, karena saat itu ia sudah dapat kenyataan bahwa dirinya
berada dalam kamar seorang gadis.
Sementara itu, di luar kamar terdengar suara seorang wanita berkata, "Siocia, mengasolah
di dalam kamar, orang she Koo itu sudah tak bisa datang."
"Ya, dia tak akan datang."
Koo Lok terperanjat, karena suara belakangan itu, ia masih kenal suaranya wanita
berkerudung di atas perahu besar itu. Darahnya lantas bergolak, ia berkata sambil kertak
gigi "Aku akan bunuh wanita itu......."
Terdengar pula suara wanita berkerudung itu, "Ah Cui, kau juga pergilah mengaso!"
"Tidak, aku akan tunggu sampai siocia sudah tidur, baru kupergi." Greeek.........
terdengar suara pintu kamar terbuka, dengan cepat Koo Lok masuk ke bawah pembaringan
untuk menyembunyikan diri, hingga ia cuma dapat melihat dua pasang kaki.
Ia mendengar suara wanita berkerudung itu, "Ah Cui, kau pergilah mengaso."
"Siocia, malam ini kau agaknya sedang memikirkan sesuatu?"
"Hus, kau ngaco belo,"
"Siocia. sudah lima tahun aku melayanimu, tentang adatmu, apakah aku tak tahu?
Sejak kapan kau pernah unjukkan muka sedih seperti malam ini? Apakah
karena..............?"
"Karena apa?"
"Aku tak berani mengatakannya."
"Budak hina, jika kau tidak berani mengatakannya, hm, aku nanti akan potong
lidahmu."
Terdengar suara tawa tertahan, "dalam hatimu mengerti sendiri, perlu apa aku katakan?"
"Apa? Dalam hatiku mengerti sendiri?"
"Nonaku yang baik, bukankah kau sudah jatuh cinta pada seorang?"
"Siapa?"
"Ah, sudahlah."
"Ah Cui, kau.................."
Terdengar suara tawa Ah Cui terkekeh-kekeh, "Nonaku yang baik, perlu apa kau cemas?"
"Bagaimana dengan itu laki-laki yang malam ini kau jumpai?"
"Siapa?"
"Itu toh, orang she Koo."
"Ah Cui, kau berani berkata sembarangan aku nanti akan robek mulutmu!"
"Ya, siocia. Tapi siocia apa sebabnya ibumu demikian benci terhadap pemudi she
Koo itu."
"Karena mereka bermusuhan."
"Kabarnya perahu yang ditumpangi oleh she Koo itu sudah meledak hingga hancur
lebur, mungkin dia sudah mati dalam laut."
"Ya," terdengar suara helaan napas.
"Ah Cui kau pergilah, aku hendak tidur."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Mungkin kau tidak bisa tidur." Lalu terdengar suara pelayan itu membereskan
tempat, dan kemudian keluar dari kamar. Perempuan berkerudung itu menutup pintu, lalu
membuka pakaian luarnya dan rebahkan dirinya di atas pembaringan.
Tapi perempuan itu rupanya tidak dapat tidur pulas, ia bolak balik tubuhnya di atas
pembaringan.
Koo Lok yang berada di bawahnya, entah berapa kali mengatakan perkataan "aku
bunuh mati kau" setelah keadaan sunyi, ia diam-diam merangkak keluar.
Ia membuka kelambu dan dapatkan perempuan itu rebah miring menghadap ke dalam,
dengan kecepatan bagaikan kilat ia ulur tangannya menotok perempuan itu.
Tapi perempuan itu sungguh lihay, ia dapat merasakan hembusan angin, hingga dengan
cepat balikan tubuhnya, selagi hendak melompat bangun, tangan Koo Lok sudah menyekap
jalan darah Bang-bun hiat, mulutnya berkata, "Kalau kau berani bergerak, jiwamu akan
segera melayang."
Kejadian itu benar-benar diluar dugaan perempuan tersebut, tatkala ia mengetahui
siapa orangnya, lantas keluarkan suara jeritan pelahan, "Aaa....................."
Sambil tertawa mengejek Koo Lok berkata, "Kau tentu tidak menduga bukan?"
Perempuan itu mengawasi Koo Lok dengan mata terbuka lebar, Koo Lok yang disangka
sudah mati dalam laut, bagaimana bisa muncul di situ secara mendadak? Apakah itu bukan
Pedang Dewa Naga Sastra 1 Mahesa Kelud - Kolam Iblis Kau Aku Dan Sepucuk Angpau 7

Cari Blog Ini