Ceritasilat Novel Online

Menebus Dosa 5

Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa Bagian 5


setannya?
Dengan perasaan terheran heran, perempuan itu bertanya dengan suara gemetar,
"Kau............ kau..............."
HANYA itu saja yang keluar dari mulutnya tiada perkataan lainnya lagi. Koo Lok
tertawa menyeringai katanya, "Bagaimana? Apa kau sudah melupakan orang she Koo ini?"
"Apa............... kau belum mati?"
"Ya, aku masih hidup, perhitungan manusia tidak bisa melawan takdir, aku tidak
mati, mungkin diluar dugaanmu bukan?"
"Memang benar di luar dugaanku."
"Tapi, sekarang aku menghendaki jiwamu." Koo Lok berkata dengan suara dingin,
"kau telah pancing aku naik perahu, kemudian secara diam-diam mengirim berita kepada
komplotanmu, hatimu bagaikan ular berbisa, maka orang pertama yang akan kubunuh
adalah kau."
Perempuan itu tertawa dingin, "Setelah kau membunuh aku, apa kau kira bisa kabur dari
sini?"
"Aku ingin coba."
"Kalau begitu, silahkan kau turun tangan!"
Perempuan itu lantas pejamkan matanya. Tangan Koo Lok yang menekan jalan darah
perempuan itu selagi hendak digerakkan, matanya melihat kulit putih halus tubuh
perempuan itu dalam keadaan setengah telanjang, hingga hati Koo Lok berdebar keras.
Ia sebetulnya bukan laki-laki sebangsa Don Juan yang gemar pipi licin, tapi toh tidak dapat
menahan perasaannya ketika menyaksikan tubuh si nona yang sangat menggairahkan itu.
Mendadak ia tertawa, tawa seorang yang sudah gelap pikirannya, hingga
kedengaran sangat menakutkan............ Perempuan itu mendadak membuka matanya,
dan bertanya, "Kenapa kau tidak lekas turun tangan......?"
Ia agaknya dapat melihat sinar mata Koo Lok yang menakutkan, yang sedang mengawasi
tubuhnya, ia baru tersadar jika tubuhnya dalam keadaan setengah telanjang, dalam
cemasnya ia coba menarik selimut dengan tangan kanannya, tapi Koo Lok lantas
membentak, "Tidak perlu ditutupi, aku suka kau dalam keadaan demikian."
aras perempuan itu lantas berubah, tangannya ditarik kembali, rasa takut
terbayang dalam otaknya, "Kau......... mau apa?" tanyanya dengan suara gemetar. Koo
Lok kembali perdengarkan suara tawanya yang menyeramkan, kemudian berkata,
"Sekarang aku tidak akan membunuhmu tapi, aku akan buat kau tersiksa batin untuk
selama-lamanya, sebagai pembalasan atas perbuatanmu, yang membuat aku hampir binasa
dalam laut."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
capan itu bagaikan geledek menyambar, hingga paras perempuan itu pucat
seketika, ia menjerit dengan suara tertahan, airmatanya mengalir turun.
"Kenapa kau menangis?" tanya Koo Lok sambil tertawa mengejek.
"Kau berani berbuat mesum terhadap diriku kau manusia rendah............"
Koo Lok tertawa menyeringai katanya, "Tidak perduli apa yang kau katakan, aku tetap
akan mengambil perawanmu, sesudah itu, aku akan ceburkan dirimu ke dalam laut."
Perempuan muda itu kertak gigi, mendadak ia angkat tangannya, hendak menghantam batok kepalanya sendiri.........
Tapi Koo Lok bertindak lebih cepat, ia sudah berhasil mencegah maksud nona itu.
"Kau hendak berbuat apa?"
"Mati!"
"Mati? heh, heh, perlu apa? Usiamu masih muda, bukankah sayang sekali?"
Perempuan itu pejamkan matanya sambil mengalirkan airmata.
"Aku beritahukan padamu, aku ingin supaya kau membenci aku, dan membenci
dirimu sendiri!"
Ia lalu gerakan tangan kirinya untuk menotok beberapa bagian jalan darah tubuh si nona
itu. Dengan demikian, perempuan itu tidak bisa bergerak sama sekali, ia sungguh tidak
menyangka Koo Lok bisa berbuat demikian terhadap dirinya. Dengan perasaan gemas dan
gusar, Koo Lok sudah lupa diri bahwa dengan berbuat demikian, akan membuat noda nama
haiknya sendiri.
Tangannya mulai bekerja merobek robek pakaian perempuan muda
itu..................
Perempuan itu tidak menjerit, ia mengerti, bahwa pada malam itu ia tidak akan terhindar
dari kenistaan itu. Selagi tangan Koo Lok sedang menggerayangi, di luar kamar tiba-tiba
terdengar suara Ah Cui, "Siocia, kau sedang bicara dengan siapa?"
Koo Lok terperanjat, selagi si nona hendak menjawab, mulutnya sudah ditekap oleh Koo
Lok, hingga tidak berdaya sama sekali.
Ketika tidak dapat jawaban dari nonanya, Ah Cuj terpaksa pergi lagi. Tapi dengan
adanya gangguan itu, telah membuat Koo Lok sadar dari kebinatangannya, apalagi setelah
melihat airmata si nona mengalir berlinang-linang membasahi kedua pipinya, ia lalu
undurkan maksudnya semula.
Perempuan itu mendadak membuka matanya ia mengawasi Koo Lok sejenak, lalu
bertanya, "Kau......... tidak mau............"
"Ya, aku tidak mau lagi, kau jangan takut!"
"Tapi, perbuatanmu tadi, apa bedanya dengan merampas perawanku?"
"Apa kau suka menjadi isteriku?"
"Suka!"
Jawaban itu mengejutkan Koo Lok, kare nanapsunya sudah lenyap, maka ia cnma
tertawa saja, kemudian berkata, "Tapi aku tidak suka."
Perempuan itu tertawa dan berkata, "Koo Lok, aku beritahukan padamu, bahwa aku tadi
sudah berhasil mengirim kabar rahasia, maka sebentar lagi orang-orang Sam-seng-kiong
pasti akan tiba."
Koo Lok terperanjat tanyanya, "Apa itu benar!"
"Aku tidak perlu membohongi kau, setengah jam lagi, orang-orang Sam-seng-kiong
pasti akan tiba, jika kau ingin bunuh aku, sekarang ini masih ada waktu........."
Selagi Koo Lok hendak menjawab, suara tindakan kaki riuh terdengar di luar kamar. Koo
Lok terperanjat, dengan cepat menyambar tubuh nona itu, dan diangkat tinggi-tinggi.
"Sekarang ini kalau kau hendak membinasakan diriku, ada sangat mudah sekali."
kata sinona sambil tertawa dingin. Tangan Koo Lok sudah diangkat, mendadak ia turunkan
lagi, katanya dengan nada dingin, "Aku tidak akan bunuh kau, sebab aku ingin supaya kau
membenci aku."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Setelah itu ia lemparkan diri sinona, keatas pembaringan. Selanjutnya, ia menghampiri
pintu kamar, dengan menggunakan tenaga dalam ia menggempur pintu yang kokoh kuat
itu, hingga pintu itu hancur.
Pada saat itu, tiga orang berpakaian hitam, bagaikan serigala menyerbu ke dalam,
tapi lantas disambut oleh Koo Lok, dengan satu serangan yang amat dahsyat. Suara jeritan
terdengar dua di antara orang berpakaian hitam itu sebelum mengetahui siapa orangnya
yang menyerang, sudah roboh binasa di tangan Koo Lok.
Satu di antaranya yang masih hidup, menjerit kaget, kemudian balas menyerang Koo Lok
sambil melompat mundur.
Koo Lok lantas memburu dan berseru, "Kau hendak lari kemana?"
Tangannya lalu bergerak beruntun, mengirim dua kali serangan. Tidak ampun lagi, orang
itu kembali keluarkan suara jeritan dan roboh binasa.
Secepat kilat Koo Lok sudah berada di luar kamar, tapi segera dikurung oleh
beberapa orang yang melancarkan serangan dengan tenaga dalam. Koo Lok dengan tangan
kanan menyambut serangan tersebut, hingga menimbulkan suara gemuruh, lagi-lagi pintu
kamar yang menjadi korban, hingga hancur berantakan.
Tiba-tiba terdengar suara orang menegur, "Siapa berani masuk ke kamar siocia?
kalau kau tidak serahkan diri, kita akan cincang dirimu!"
"Coba saja!" jawab Koo Lok menantang.
"Kau siapa? Beritahukan namamu."
"Kau nanti akan tahu sendiri."
Orang-orang Sam-sengkiong itu tidak berani langsung menyerbu, karena barusan ketika si
nona itu memberitakan dengan tanda bahaya rahasia, mereka lantas tahu kalau ada
kejadian luar biasa terjadi dalam itu.
Nona itu adalah putri satu-satunya Sam-seng Nio-nio, namanya Pho Siao Go, sejak
kanak-kanak ia sudah digembleng dan dididik oleh ibunya sendiri maka kepandaiannya
cuma di bawah ibunya saja, dalam Sam-seng-kiong, ia merupakan orang kuat nomor dua
sesudah ibunya, kalau ia sudah mengirim tanda bahaya, sudah tentu menjumpai musuh
tangguh.
Ketika di luar kamar tidak ada tanda apa-apa, Koo Lok lantas bertanya lagi,
"Bagaimana? Apa kalian tak berani masuk?"
Sebagai jawaban, empat erang berpakaian serba hitam lantas melompat masuk ke dalam.
"Kalian cari mampus............." bentak Koo Lok, yang segera menyambut dengan
serangan yang menggunakan kekuatan tenaga dalam, dua di antaranya lantas roboh
binasa, sedang dua yang lainnya lantas memencar kekanan dan ke kiri sambil balas
menyerang.
Saat itu, Koo Lok sudah berada di mulut pintu, serangannya yang amat dahsyat
kembali dilancarkan, setelah terdengar suara jeritan dua kali, keadaan lantas menjadi
sunyi lagi.
"Baru mampus tujuh orang, mengapa kalian tidak berani maju lagi?" ejek Koo Lok.
Orang-orang itu benar-benar tidak berani maju, karena kekuatan Koo Lok benar-benar
membikin kuncup hati mereka.
Lama suasana namak sunyi, tiba-tiba terdengar suara bentakan keras, lima orang
berpakaian hitam bagaikan angin puyuh menyerbu ke dalam kamar, tapi ternyata sudah
tidak melihat bayangan Koo Lok lagi.
Lima orang itu terperanjat, mereka cuma menyaksikan tujuh kawannya yang sudah
menjadi mayat dan siocianya yang rebah di pembaringan.
Salah satu di antara mereka lantas maju dan bertanya kepada Kiongcunya, "Kiongcu
apakah............"
Di hadapan orang-orangnya Pho Siao Go dalam keadaan telanjang, rasanya lebih
malu dari pada mati, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, maka lantas membentak sambil
kertak gigi, "Lekas bebaskan totokanku."
Orang berpakaian hitam itu lalu ulur tangannya membebaskan totokan nonanya,
Phe Siao Go cepat-cepat menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang tak terlindunghttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
itu. Kemudian ia berkata sambil tertawa dingin yang mengandung napsu membunuh, "Aku
Pho Siao Go kalau tidak bisa membalas sakit hatiku ini, aku bersumpah tak mau jadi orang
lagi..."
Orang tua berpakaian hitam itu lalu bertanya, "Kiongcu, siapakah orang itu"
"Apakah dia sudah pergi?"
"Sudah, siapakah dia?"
"Koo Lok, kalian keluarlah, aku hendak berpakaian."
Oang-orang itu ketika mendengar keterangan kiongcunya, lantas bergidik, "Koo
Lok...........?"
"Benar."
"Bukankah dia sudah hancur lebur bersama perahunya dan mati di dalam laut?"
"Dia ternyata panjang umurnya."
"Dia keluar dari mana?"
Pho Siao Go menunjuk ke jendela, kemudian berkata, "Kalian keluarlah, jaga dengan
ketat, aku akan segera datang."
Orang-orang berpakaian hitam itu lantas berlalu dari kamar. Setelah berpakaian, Pho Siao
Go buru-buru keluar dari kamarnya. Ah Cui yang masuk kedalam kamar ketika menyaksikan
mayat orangnya yang bergelimpangan di lantai, ia menjerit dan jatuh pingsan.
MARI kita kembali kepada Koo Lok, pemuda itu setelah lompat keluar melalui
jendela, ia berdiri sekian lama, kemudian balik lagi kedalam kamar Pho Siao Go. Ia tahu
bahwa dengan jalan demikian, tentunya tidak dapat diduga oleh orang Sam-seng-kiong,
sebab orang-orang itu pasti menganggap dirinya sudah kabur ke lain tempat.
Kamar itu ternyata sudah kosong, ia cuma dapatkan mayatnya orang-orang Sam-seng-kiong
yang binasa ditangannya dan Ah Cui yang rebah pingsan.
Ia terus berjalan keluar, di dalam lorong, ia melibat dua orang berpakaian hitam berdiri di
sisi lorong, agaknya sedang menjaga.
Koo Lok mengerti, jika ia hendak turun dari loteng itu, pasti lebih dulu harus
membinasakan dua penjaga itu, maka dengan berjalan mengendap-endap ia mendekati
dua orang itu, kemudian menotok dengan tiba-tiba. Tanpa mengeluarkan suara, dua orang
itu lantas roboh. Koo Lok melanjutkan perjalanannya, ketika tiba di mulut tangga, ia
segera melihat dalam ruangan besar di bawah loteng itu, lampunya terang benderang,
beberapa puluh orang berpakaian serba hitam berdiri berbaris di kanan dan di kiri, di
tengah-tengah nampak Sam-seng Nio-nio duduk di atas kursi kebesarannya, dengan diapit
oleh seorang tua kurus kering dan pendek yang juga berpakaian hitam, dan seorang tinggi
besar yang mukanya memakai kedok burung kalong, Koo Lok segera mengerti bahwa dua
pengawal itu tentunya adalah si Kalong terbang dan Hantu penghisap darah.
Pada saat itu, seorang tua berpakaian hitam dengan tergesa-gesa berjalan masuk,
kemudian berlutut di hadapan Sam-seng Nio-nio seraya berkata, "Hunjuk beritahu pada
Nio-nio!"
"Ada apa?"
"Heng-thian-mo sudah kembali dari Kiu-ciong thian."
Koo Lok terkejut mendengar disebutnya nama tempat dan nama orang itu, Hengthian-mo bukankah itu orang yang membinasakan Heng heng Sie-seng? Apa perlunya ia
pergi ke Kiu-ci-ng-thian menjumpai Giok-bin Thian-cun?
Sementara masih melamun memikirkan soal itu, tiba-tiba terdengar suara bentakan Samseng Nio-nio, "Perintahkan dia masuk!"
Orang itu menyahut 'baik' lalu berjalan keluar, sebentar kemudian, seseorang laki laki
kurus kering berkumis pendek nampak berjalan memasuki ruangan.
Orang tua itu adalah Heng-thian-mo, ia berjalan ke depan Sam-seng Nio-nio, lalu
membungkukkan badan memberi hormat seraya berkata, "Teecu menghadap Nio nio."
"Tidak usah banyak adat, silahkan duduk!"
"Kabarnya dalam istana malam ini telah terjadi sesuatu... ........?"
"Benar, tapi ceriterakan dulu bagaimana hasil perjalananmu ke Kiu-ciong-thian!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Teecu telah menerima titah Nio nio untuk menyampaikan surat kepada Giok-bin
Thian Cun, setelah tiba di tempti tersebut dan memberitahukan maksud teecu, oleh dua
orang aneh dibawa menghadap Giok-bin Thian Cun. Setelah Giok-bin Thian Cun membaca
surat Nio-nio, ia lantas berkata. Meski aku ada permusuhan dengan Koo Lok, tapi aku tidak
ingin gabungkan diri dengan Sam-seng-kiong, tolong sampaikan kepada Nio nio, Hu Pek
seorang yang kasar, tidak pantas menjabat kedudukan wakil pemimpin........."
Belum lagi selesai berbicara, tiba-tiba suara jeritan ngeri keluar dari mulutnya,
semua orang yang berada di situ terperanjat, ternyata Heng thian-mo sudah menggeletak
di tanah dalam keadaan mati batok kepalanya pecah, hingga otaknya berantakan.
Tapi pada saat robohnya Heng thian-mo, si Kalong terbang nampak melompat melesat
melalui lubang jendela di belakang pendopo. Koo Lok heran menyaksikan perbuatan
Kalong terbang itu, karena kematian Heng-thian-mo bukan perbuatannya tapi entah mati
di tangan siapa?
Tiba-tiba ia teringat Yu Khim Cu dan In-cie-houw, apakah dua wanita itu benarbenar berani menyelundup ke pulau Sam-seng-to mengambil jiwa Heng-thian-mo untuk
membalas dendam atas kematiannya Heng-heng Sie-seng?"
Selagi Koo Lok masih berpikir, si Hantu Penghisap darah juga sudah bergerak menyusul
Kalong terbang. Tiba-tiba terdengar suara Kalong terbang, "Tidak nyana kau begitu berani
mati, main gila di Sam-seng-to,"
Lalu terdengar suara seorang wanita, Sam-seng-to toh bukan sarang harimau
kenapa aku tidak berani datangi?"
Suara itu, ternyata ada suara Yu Khim Cu. Ia lalu mengambil keputusan hendak memberi
bantuan kepada mereka.
Di luar gedung, hari sudah terang. Koo Lok segera melihat Yu Khim Cu dan In-ciehouw sedang dikejar oleh si Kalong terbang dan Hantu penghisap darah. Yu Khim Cu dan
In-cie-houw nampaknya sudah mencari jalan untuk melarikan diri apa bila usahanya
membunuh Heng-thian-mo itu berhasil. Maka tatkala dikejar oleh dua pengawal itu,
mereka lantas kabur kedalam rimba.
Tapi karena orang yang mengejar makin lama makin banyak akhirnya ia terkurung
oleh orang-orang Sam seng-kiong. Yu Khim Cu dan In cie houw berlaku nekat, mereka
menyerang setiap orang dengan hebat. Si Kalong terbang lantas melompat melesat dangan
kecepatan bagaikan kilat menyerang Yu Khim Cu.
Sambil kertak gigi Yu Khim Cu menyambut serangan Kalong terbang, tapi lantas terpental
mundur oleh serangan Kalong terbang
Sebelum Yu Kim Cu berhasil memperbaiki posisinya, si Kalong terbang sudah
melancarkan serangannya lagi. Mendadak pahlawan Sam-seng-kiong itu merasa dadanya
seperti digenjot palu besar, terdengar suara keluhan tertahan, mulutnya menyemburkan
darah, badannya terbang bagaikan laying-layang dan akhirnya roboh di tanah.
Perobahan secara mendadak itu, bukan hanya mengejutkan Hantu penghisap darah, tapi
juga mengherankan Yu Khim Cu.
Selagi belum tahu siapa orang yang menyerang Kalong itu, telinga Yu Khim Cu
mendadak mendengar suara orang berkata, "Lekas buka jalan darah dan kabur kemari!"
Mendengar suara itu, semangat Yu Kim Cu bangun seketika, meski ia belum tahu kalau itu
suara Koo Lok, tapi dalam keadaan buntu, mendapat pertolongan, sudah tentu merasa
girang.
Ia lantas melompat dan lalu menyerang orang-orang baju hitam yang mengurung In
cie-houw. Serangan yang dilakukan dengan tenaga sepenuhnya itu, bukan main hebatnya,
dalam waktu singkat, beberapa orangnya Sam seng-kiong sudah roboh binasa di tangannya.
Ia lalu berseru pada ln-Cie-houw, supaya lekas kabur. Tapi saat itu Hantu penghisap darah
sudah melesat ke depan mereka dan berseru, "Kalian tiada jalan untuk kabur lagi."
Beberapa orang berpakaian hitam segera bergerak dan mendesak dua wanita itu
mundur ke tebing jurang. Karena di bawah ada jurang yang sangat curam, kecuali terjun
ke bawah jurang, sudah tiada jalan lain untuk meloloskan diri.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Yu Khim Cu yang menyaksikan keadaan demikian, lantas berkata kepada In cie-houw
dengan suara perlahan, "Apa kau sudah siap dengan tambang sutra gaitanmu?"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah!"
"Lompat!"
Cepat bagaikan kilat dua wanita itu sudah terjun ke bawah jurang. Kiranya mereka
sudah mempersiapkan jalan kabur berikut alat-alatnya.
Mari kita sekarang kembali kepada Koo Lok, setelah melihat dua wanita itu sudah
kabur, ia lantas balik ke ruangan besar lagi. Di sana Sam seng Nio nio masih duduk di atas
kursi kebesarannya, agaknya belum mengetahui kalau jiwanya sedang diancam oleh Koo
Lok. "Sam-seng Nio-nio. serahkanlah jiwamu............" terdengar suara bentakan Koo
Lok, yang segera menerjang dan menyerang Sam-seng Nio-nio.
Sam-seng Nio-nio baru mengetahui setelah mendengar suara Koo Lok, dengan cepat ia
menangkis tapi serangan Koo Lok demikian cepat hingga ia tidak berhasil dan badannya
kena serang oleh Koo Lok kemudian jatuh roboh dari kursinya, darah segar menyembur
keluar dari mulutnya.
Koo Lok masih hendak rnenyerang lagi, tiba-tiba sesosok bayangan orang dengan
kekuatan luar biasa menyerangnya. Koo Lok terkejut, ia buru-buru melompat mundur dan
segera mengetahui orang yang menyerangnya adalah Pho Siao -Go.
"Koo Lok, aku akan mengambil jiwamu!" nona itu berkata, kemudian lantas
menyerang lagi dengan dahsyat. Duapuluh lebih orang-orang berpakaian hitam muncul dari
berbagai jurusan, demikian pula si Hantu penghisap darah lantas datang menyerbu dan
mengurung Koo Lok.
Bagaikan banteng ketaton Koo Lok rnengamuk, hingga sebentar saja sudah ada
beberapa orang baju hitam roboh di tangannya. Mendadak terdengar suara bentakan, "Tahan!"
Orang-orang Sam seng-kiong yang menyerang Koo Lok, lantas berhenti dan mundur
teratur, karena suara itu merupakan satu perintah yang keluar dari mulut Sam-seng Nionio. Sam-seng Nio-nio dengan cepat sudah berhasil menyembuhkan lukanya, dengan mata beringas ia memandang Koo Lok, "Sam-seng Nio nio, hari ini adalah hari
kematianmu....................." kata Koo Lok dengan berani.
"Belum tentu siapa yang mati, tapi seorang diri kau berani memasuki ke pulau ini,
keberanianmu sesungguhnya sangat mengagumkan!" jawab Sam-seng Nio-nio sambil
tertawa dingin kemudian berkata pula, "Kau tidak mati dalam laut tapi juga tidak bisa
keluar dari puiau Sam seng-to, dalam keadaan hidup."
"Coba saja." kata Koo Lok yang segera menghampiri Sam-seng Nio-nio.
"Koo Lok, kematianmu sudah di depan mata."
Tapi sebelum Sam-seng Nio-nio menutup mulut, Koo Lok sudah lompat menyerang.
Mendadak tempat yang diinjak oleh Koo Lok amblas ke bawah, hingga ia segera
mengetahui bahwa tempat itu ada pesawat rahasianya.
Ia coba melompat sambil kerahkan seluruh kekuatannya, tapi beberapa kekuatan
tenaga dalam dirasakan menindih kepalanya, hingga ia tidak berhasil melompat keluar dan
akhirnya meluncur ke bawah.
Tahu-tahu kakinya sudah menginjak tanah, di atas terdengar suara tawa Sam-seng Nio-nio.
Koo LoK dapat melihat bahwa gua itu kira-kira sepuluh tombak dalamnya, ia lantas
berpikir, hari ini kalau tidak mati di bawah hujan anak panah, pasti akan tertangkap
hidup-hidup......
Kembali ia dengar suara Sam-seng Nio-nio, "Koo Lok sekarang kau harus percaya
kalau kau tidak bisa lolos lagi, sebelum kau mati, masih ada perkataan apa kau perlu
tinggaikan?"
Koo Lok menjawab dengan tertawa dingin, ia tidak mau melayani jago wanita itu.
Selanjutnya, papan di atas kepalanya mendadak tertutup, hingga keadaan dalam gua itu
gelap gulita.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Ko Lek terpaksa pasrah nasib. Mendadak terdengar suara keresekan, ternyata
kedua sisi dinding lubang jebakan itu telah bergerak hendak menggencet tubuhnya.
Bukan kepalang kagetnya Koa Lok, ia coba kerahkan seluruh kekuatannya untuk
mendorong dan menyerang dinding itu, tapi tidak berhasil...........................
HATINYA mulai gelisah, ia menyerang dengan hebat tapi dinding itu terus bergerak
makin lama makin rapat dengan dirinya. Ia sudah mulai terbayang kematiannya, otaknya
terbayang bayangan beberapa perempuan......................... Ia merasa sangat heran,
karena sakit hati ayah bundanya ternyata tidak terbalas.
Dinding makin merapat, lubang makin sempit, Koo Lok merasakan sulit bernapas, pelanpelan hilang ingatannya.....................
Entah berapa lama dalam keadaan pingsan, dalam keadaan samar-samar, ia
merasakan sakit di kepalanya, akhirnya ia siuman kembali.
Meski matanya sudah terbuka, tapi tenaganya sudah habis sama sekali, hingga cuma
nampak beberapa bayangan orang samar berdiri di depan matanya.................. .
Lalu terdengar suara tawa Sam-seng Nio-nio, lalu katanya dengan sangat bangga. "Mati
secara demikian, terlalu enak baginya, lempar saja tubuhnya ke dalam kolam buaya,
supaya dibuat santapan oleh binatang buaya, dengan demikian puaslah hatiku."
Setelah itu ia lalu perintahkan kepada orangnya agar melemparkan Koo Lok ke
kolam buaya. Seorang tua berpakaian hitam lantas angkat tubuh Koo Lok dan bawa keluar
ruangan pendopo. Koo Lok seperti sudah mati, ia membiarkan dirinya dibawa pergi,
"Orang tua baju hitam itu tiba di tebing jurang, setelah menengok ke bawah sejenak, lalu
lemparkan tubuh Koo Lok ke dalam jurang.
Hanya terdengar suara jeritan Koo Lok, ketika ia membuka matanya, keadaan di
sekitarnya ternyata gelap gulita, hingga ia mengira dirinya berada di neraka.
Ia coba gerakkan tubuhnya, ternyata berada di atas tempat tidur, ketika ia meraba
dengan tanannya, ternyata sangat dingin,
Mendadak ia mendengar orang bicara, "Anak muda kau dapat lolos dari tangan maut, ini
menandakan bahwa rejekimu besar sekali, aku haturkan selamat padamu."
Mendengar perkataan itu, semangat Koo Lok terbangun, tatkala ia berpaling,
ternyata di sampingnya berdiri seorang tua mukanya penuh berewok, sedang pakaiannya
compang camping.
Koo Lok diam-diam merasa heran, ia coba tanya, "Apa aku tidak mati?"
"Sudah tentu tidak!"
"Dimana sekarang aku berada?"
"Di pinggir kolam buaya."
Koo Lok segera mengerti bahwa dirinya sudah ditolong oleh orang tua itu, maka ia
lantas melompat turun dan berlutut di depan orang tua itu seraya berkata, "Terima kasih
atas pertolongan locianpwee, terimalah hormatku yang rendah ini."
Orang tua itu tertawa dan berkata, "Luka dalammu belum sembuh seluruhnya, lagi pula,
kalau kau adalah orangnya Sam-seng kiong, tidak nanti aku sudi memberi pertolongan."
"Bagaimana locianpwee tahu kalau aku bukannya orang Sam seng-kiong?"
"Pakaianmu bukan warna hitam!" sahut orang tua itu sambil menunjuk pakaian Koo
Lok. "Bagaimana hanya dengan warna pakaian saja kau dapat menentukan, bahwa aku
bukan orang Sam-seng-kiong? Apakah locianpwee pernah menjadi pengawal Sam-seng Nionio?"
"Dugaanmu tepat sekali!"
"Kalau begitu, mengapa locianpwee tidak mau keluar dari sini?"
"Keluar!"
"Ya, mengapa?"
"Mari, aku bawa kau melihat."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok lalu mengikuti orang tua itu berjalan keluar dari dalam gua yang gelap itu, segera
terdengar suara bergeraknya air. Koo Lok terperanjat, ia lantas bertanya, "Suara apakah
itu?"
Orang tua itu tersenyum, katanya, "Apa kau tak tahu kalau ini adalah kolam
buaya?"
Koo Lok baru tersadar, kiranya itu suara buaya di dalam air..................
Saat itu ia sudah berada di mulut gua, kira-kira satu tombak jauhnya dari tempat ia
berdiri, di bawahnya ada terdapat sebuah kolam besar yang penuh dengan buaya.
Binatang-binayang itu mendongakkan kepala dan pentang mulut lebar-lebar kearah
mereka, tapi karena tempat mereka berdiri setinggi satu tombak, hingga binatangbinatang itu tak berdaya.
"Ini sungguh mengerikan." kata Koo Lok.
"Jangan khawatir," kata orang tua itu sambil tersenyum, "Binatang itu tidak bisa
naik, sebaliknya adalah kau sendiri, coba pikir, dapatkah naik ke atas tebing yang sangat
tinggi itu?"
Ketika Koo Lok dongakkan kepala, mukanya pucat seketika, karena tempat dimana
ia berada keadaannya seperti sebuah sumur raksasa, sekitarnya dikelilingi oleh dinding
tinggi dan licin, tinggi dinding itu kira lima puluh tombak, jangankan manusia, burung
sekalipun juga susah keluar.
"Bukankah ini sumur raksasa ciptaan alam......?" tanya Koo Lok dengan suara
gemetar.
"Benar, apa kiranya kau bisa naik?"
Koo Lok merasa kecewa, ia gelengkan kepala.
"Itulah, jika tidak aku juga tak sampai terkurung di sini selama dua puiuh tahun
lamanya.
"Apa?" Koo Lok hampir melompat, "Sudah dua puluh tahun lamanya locianpwee
berada dalam sumur ini?"
"Benar, kau heran?"
"Kalau begitu......... dengan cara bagaimana locianpwee melewatkan waktu
sepanjang itu?"
"Mempertahankan hidupku maksudmu? Makan daging buaya."
"Makan mentah-mentah?"
"Sudah tentu kalau tidak, dari mana aku dapatkan api?"
"Apa locianpwee juga dianiaya oleh Sam-seng Nio nio?"
"Benar, setelah aku didorong ke dalam sumur oleh wanita jahat itu, semua orang
tentunya menganggap aku sudah binasa, namun aku masih hidup, hanya menunggu
kesempatan untuk menuntut balas."
Suaranya sangat mengharukan, dapat kita bayangkan bagaimana penderitaannya selama
dua puluh tahun di dalam tempat bagaikan NERAKA itu.
Orang tua itu tersenyum pahit, lalu berkata, "Dua puluh tahun, satu masa yang
cukup panjang, tapi aku tidak mati, bahkan telah berhasil melatih ilmu, maka kalau
mendapat kesempatan, aku akan cincang wanita jahat itu hingga berkeping-keping,"
"Locianpwee, aku juga hendak menuntut balas dendam padanya."
"Apa kau ada permusuhan dengannya."
"Ayahku bernama Koo Pek Ceng..............."
"Apa?" orang tua itu memotong sebelum Koo Lok memberi keterangannya,
mukanya nampak berubah.
Diam-diam Koo Lok terkejut, tanyanya dengan perasaan heran, "Locianpwee, apa kau
kenal dengan ayahku?
"Benar, aku mengenalnya, coba kau lanjutkan penuturanmu."
Koo Lok lalu menceritakan tentang kematian ayah dan bundanya serta asal usulnya sendiri.
Orang tua itu ketika mendengar penuturan Koo Lok, lantas anggukkan kepala dan berkata,
"Kiranya begitu!'"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Mengapa locianpwee sampai dianiaya oleh Sam-seng Nio-nio? Bolehkah kiranya
locianpwee memberitahukan padaku?"
Orang tua itu nampak berpikir, lama baru ia berkita, "Sebabnya aku sampai didorong oleh
wanita jahat itu ke dalam kolam buaya ini, sebagian juga karena Koo Pek Ceng."
"Karena ayahku?"
"Benar!"
"Karena apa?"
"Asmara."
Koo Lok tak mengerti, lalu bertanya, "Sebetulnya karena apa? Harap locianpwee suka
memberi penjelasan."
Orang tua itu unjukkan senyuman getir, katanya, "Kau kira aku ini siapa?"
"Mana kutahu?"
"Aku adalah suaminya Sam seng Nio-nio."
"Apa... . ......? Locianpwee adalah suaminya?"
"Benar, aku adaIah suaminya, juga merupakan Tocu dari pulau Sam-seng-to yang
sebenarnya. Dua puluh tahun lebih berselang, aku ambil Sam-seng Hui ho, Thio Bun
sebagai isteriku, sebetulnya, selama itu hidup kami sebagai suami isteri nampak rukun dan
bahagia, tapi, satu tahun kemudian, pulau ini kedatangan Koo Pek Ceng."
"Tentang ibumu Tan FTui Lan sebetulnya adalah anak muridku, ia bukan saja cantik
sifatnyapun baik. Ketika Koo Pek Ceng datang, kebetulan aku sedang sakit, Pho Bun
ternyata diam-diam jatuh cinta kepada Koo Pek Ceng..................."
"Locianpwee. tentang ini aku sudah tahu." Koo Lok memotong.
"Setelah aku sembuh, aku segera mengetahui gelagat kurang baik, orang-orangku
menjauhi aku dan hanya mendengar perintah Pho Bun, tentang ini sebenarnya aku juga tak
perduli, karena Pno Bun juga isteriku, sudah tentu aku tidak menganggap kalau kalau ia
akan merampas kedudukanku, apalagi kala itu kita sudah mempunyai seorang anak lakilaki, dan Pho Bun sedang mengandung untuk menantikan anaknya yang kedua.
"Aku kenal baik dengan Pek Ceng, juga menghargai kejantanannya, maka aku
setuju kalau ia mengawini Tan Hui Lan."
"Aku tahu Pek Ceng berkepandaian sangat tinggi, tapi sampai dimana tingginya,
aku tidak tahu dengan tepat. Pada suatu hari aku ajak dia bertanding secara
persahabatan, hingga tiga hari tiga malam lamanya kita bertanding tapi tidak ada yang
menang atau kalah. Dengan demikian, aku percaya bahwa daerah Tionggoan ternyata tidak
sedikit yang berkepandaian tinggi.
"Waktu itu anak kita yang kedua seorang bayi perempuan telah lahir, begitu pula
Tan Hui Lan, juga melahirkan anak perempuan,"
"Setengah tahun kemudian, aku mengetahui Pho Bun memancing cinta Pek Ceng
dengan berbagai cara, meski aku marah tapi karena aku tahu Pek Ceng seorang laki-laki
jujur dan bersih, sudah tentu aku tidak dapat salahkan dirinya. Aku hanya
memperingatkan isteriku sendiri..........................."
"Mungkin karena malu dan gusar, hingga ia dorong locianpwee ke dalam kolam
buaya ini?"
"Betul katamu itu."
"Sungguh tidak nyana perempuan itu sedemkian jahat dan kejam."
"Dulu aku mendapat julukan Raja air, namaku sendiri Ang Yu It, jika aku bukan
orang kuat, mungkin aku sudah binasa di sini. Kala itu aku lompat turun dan menuju
kesumur ini, yang akhirnya ternyata menolong jiwaku"
"Aku turut gemas dan penasaran!"
"Kasian aku yang mempunyai seorang puteri tapi mereka tidak tahu mempunyai
seorang ayah seperti aku ini."
Wajah Koo Lok berubah katanya, "Locianpwee anakmu sudah mati..............."
"Apa?............apa katamu?"
"Siapakah nama anakmu itu?"
"Ang Kian Jin!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Itulah........." Koo Lok lalu menceritakan bagaimana pemuda itu jatuh cinta
dengan encinya, kemudian diketahui oleh Sam seng Nio-nio, hingga kemudian ia suruh
rusak parasnya.........dan kemudian pemuda itu dibunuh oleh Koo Peng.
Mendengar penuturan itu Raja air Ang-Yu It menangis sedih, lalu berkata dengan suara
serak, "Oh Allah.........perempuan jahat itu telah membuat buyar kebahagiaan mereka,
tapi juga berarti membunuh mati anakku........."
Koo Lok terharu, ia turut mengalirkan air mata. "Locianpwee, apa kau tidak sesalkan
perbuatan enciku?"
"Aku.........bagaimana aku dapat sesalkan padanya? Dia toh.........da seorang yang
tidak beruntung."
KEMBALI hati Koo L0k dibuat terharu, orang itu ternyata tidak sesalkan perbuatan
encinya yang telah membunuh mati anaknya, karena dalam anggapannya bahwa peristiwa
itu terjadi justeru lantaran perbuatan Sam-seng Nio-nio.
"Apakah mereka tahu kalau locianpwee ayah mereka?"
"Sudah tentu tidak tahu."
"Locianpwee, jika kau nanti bisa keluar dari sini, apakah puterimu mau percaya
kalau kau adalah ayahnya?"
"Mungkin susah."
"Apakah kau dibuat celaka di sini, juga tidak seorangpun yang tahu?"
"Ya."
"Locianpwee, biar bagaimana, kita harus be rusaha supaya bisa keluar dari
sini..............."
"Sudah tentu tapi, tapi, selama dua puluh tahun ini, aku tidak dapatkan akal
bagaimana caranya supaya bisa keluar dari sini."
Dua orang itu berdiri di mulut goa sambil memikirkan, dengan cara bagaimana supaya bisa
merambat naik ke dinding licin setinggi lima puluh tombak itu?"
Hening agak lama, baru terdengar pula suara Koo Lok, "Locianpwee, dengan
kepandaianmu meringankan tubuh sekiranya bisa melompat berapa tingginya?"
"Kira-kira tiga puluh tombak."
Koo Lok mengawasi binatang buaya dalam kolam yang jumlahnya tidak kurang dari seratus
ekor, lantas berkata, "Aku dapat satu akal!"
"Akal apa?"
"Tapi akal ini entah bisa dilakukan atau tidak?......................................."
"Coba kau terangkan!"
"Bukankah kulit binatang buaya itu ulet dan kuat, kita boleh bunuh mati dan ambil
kulitnya, kemudian kita gunakan sebagai tali untuk naik keatas..........................."
"Benar..............." Raja air itu melompat kegirangan, itu satu akal sangat bagus,
dulu mengapa aku tidak dapat pikirkan itu........."
"Tapi kita tidak ada pisau atau pedang, bagaimana dapat memotong kulitnya?"
"Jangan khawatir, aku mempunyai sebilah pedang yang sangat tajam, nanti aku


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ambil!"
Raja air itu nampak sangat gembira, semangatnya terbangun, dengan cepat ia mengambil
pedangnya.
"Dan sekarang bagaimana kita harus menangkapnya?......"
"Jangan khawatir, iihat aku!"
Raja air itu lalu ulur tangan kanannya ditujukan kepada seekor buaya, kemudian
mengggentak sambil berseru, "Kena!"
Tatkala tangannya digerakkan naik, seekor buaya yang beratnya kira-kira beberapa puluh
kati sudah terangkat keatas, tersedot oleh kekuatan tenaga dalamnya.
Ilmu serupa ini yang dapat menyedot benda dari dalam air, sesungguhnya merupakan satu
kepandaian baru bagi Koo Lok, bagaimana ia tidak heran?
Saat itu tangan Raja air yang memegang pedang dengan cepat membacok kepala buaya
itu, hingga sebentar kemudian sudah menggeletak sebagai bangkai.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok yang menyaksikan itu, cuma bisa mengawasi dengan mulut menganga. Melihat
sikap K00 Lok, Raja air lantas bertanya, "Kau kenapa?"
Koo Lok agaknya baru tersadar dari kagetnya, sahutnya, "Hal ini benar-benar membuat
orang hampir tidak percaya!"
"Apa yang dibuat heran?"
"Menyedot benda di dalam air!"
Raja air itu tertawa bangga, "Tidak ada apa-apa yang aneh, sudahlah jangan banyak
melamun, marilah kita beset kulitnya."
Beberapa hari kemudian usaha mereka membuat tambang dari kulit buaya telah berhasil,
tambang itu ternyata lebih ulet dan berbeda dari tambang biasa.
Pada saat itu, di atas pulau Sam-seng to, tiba-tiba terdengar suara orang
bertempur, juga terdengar suara jeritan orang yang mengerikan.
Mendengar itu, wayah Koo Lok berubah seketika, katanya, "Locianpwee, di atas pulau
seperti sedang berlangsung satu pertempuran sengit!"
"Benar!"
"Entah dengan siapa orang-orang Sam-seng-to bertempur? Apakah tidak mungkin
ada orang yang menuntut balas dendam kepada Sam-seng-Nio-nio lagi?"
"Mungkin."
Koo Lok mendadak tersadar, maka lantas berkata, "Locianpwee, celaka............"
"Ada apa?"
"Mungkin itu orang-orangnya Thian-mo Kiong cu, sebab mereka mengira aku sudah
mati terbunuh, datang menyerbu kemari!"
"Kalau begitu, kau harus lekas naik, tambang ini sudah cukup panjang."
"Tapi, dengan cara apa supaya tambang ini dapat diikat di atas dinding? Kalau tidak
bagaimana aku bisa naik ke atas?"
Ini memang benar-benar merupakan satu masalah, dengan cara apa mereka harus
mengikat tambang itu?'
Sementara itu, suara bentakan dan jeritan terdengar saling menyusul........... Koo Lok
sangat gelisah, ia ingin segera naik ke atas. Satu jam, dua jam telah berlalu.........
Setelah tiga jam berlalu suara itu tidak be itu hebat lagi. Koo Lok dan Raja air saling
berpandangan, mendadak Koo Lok berkata, "Ah, mengapa aku tadi tidak dapat pikirkan
cara ini'"
"Cara apa?"
"Locianpwee, kau harus rela korbankan pedang pusaka ini!"
"Tidak halangan."
Koo Lok menyambut pedang yang diangsurkan oleh Raja air, kemudian ia bengkokkan
dengan kekuatan tenaga dalam sehingga merupakan gaitan. Kemudian, ujung tambang ia
ikatkan digagang pedang, lantas ia sambitkan ke atas. Dengan demikian, ujung pedang itu
menancap di dinding, cukup kuat untuk orang bergelantungan.
Koo Lok lantas berkata, "Locianpwee, sekarang boleh naik."
Raja air itu sangat girang, tapi mendadak air mukanya nampak berduka, hingga mengherankan Koo Lok.
"Locianpwee, kau kenapa?" tanyanya.
"Aku tidak mau naik lagi."
"Kenapa?"
"Aku...... aku........."
Orang tua itu agaknya hendak mengatakan sesuatu, tapi tidak tahu harus bagaimana
membuka mulut.
"Locianpwee, apakah kau tidak kepingin segera melihat putrimu?"
"Aku justru takut bertemu dengannya," sahutnya sambil menghela napas.
"Kenapa?"
"Aku takut ia tidak mau mengakui aku sebagai ayahnya, ini lebih hebat daripada
mati." Ini memang sejujurnya, jika Pho Siao Go benar-benar tidak mau mengakui Raja airhttps://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
sebagai ayahnya, hal ini bagi sang ayah, sebetulnya merupakan suatu penderitaan bathin
yang sangat berat.
"Locianpwee, nanti aku akan menjelaskan padanya tentang duduk perkara yang
sebenarnya."
"Hal ini tidak mungkin dengan sepatah dua patah kata."
"Kalau begitu, bagaimana menurut pikiran locianpwee?"
"Kau saja yang naik?"
"Dan kau?"
"Untuk sementara aku akan berdiam di sini, kau boeh tangkap anaku, kemudian
lemparkan kemari, aku akan menceritakan padanya semua apa yang lelah terjadi."
"Begitupun baik juga."
"Nah, kau naiklah, jika keadaan mendesak, kau lemparkan batu kecil kemari, aku
segera mengetahui kalau kau sedang menghadapi kesulitan, sudah tentu akan naik
memberi bantuan padamu."
"Baiklah." Koo Lok lalu merambat naik ke atas, sebentar kemudian, ia sudah
berada di atas. Cepat ia menerobos rimba dan tiba di satu tempat tidak jauh dari depan
pintu gerbang Sam-seng.kiong. Dan apa yang ia saksikan? Seketika itu darahnya lantas
mendidih.
Di tanah menggeletak seratus lebih bangkai manusia, Koo Lok menggigil, karena bangkai
itu kebanyakan adalah orang Thian-mo-kiong,
Koo Lok hendak berlalu, mendadak hentikan kakinya, karena suara rintihan seorang wanita
telah terdengar dalam telinganya......... Ia lalu berjalan menghampiri, di antara
gerombolan pohon bunga, rebah menggeletak diri seorang wanita muda berbaju putih.
Begitu melihat, Koo Lok seperti disambar geledek, ia lantas berteriak, "Gin-hui!"
Wanita yang terluka itu ternyata adalah Gin-hui. Bagaimana Koo Lok tidak berteriak?
Ia lalu berjongkok dan berkata padanya, "Adik Hui."
Mendengar panggilan itu, Gin-hui membuka matanya mulutnya mengeluarkan
perkataan terputus-putus, "Kau...... kau...... siapa.........?"
Mendengar itu, hati Koo Lok seperti diiris iris. "Adik Hui, aku adalah Koo Lok."
"Aaa! parasnya lantas berubah, suatu perasaan takut dan kaget, terlintas di
mukanya, kemudian berkata dengan snara gemetar. "Kau adalah...... engko Lok?"
"Ya.................."
"Apakah......... aku...... sedang bermimpi...
"Tidak!"
"Atau...... di...... akherat........,?"
"Tidak adik Hui, kau masih hidup."
"Masih hidup......? Jadi kau...... masih hidup.........?"
"Ya."
"Apa benar?"
Di wajahnya yang pucat pasi, nampak satu senyuman, tapi sebentar sudah lenyap
lagi, "Aku......... tidak......... percaya," demikian katanya.
"Tidak percaya? Coba kau raba tanganku."
"Sam-seng-kiong telah.................. menyiarkan berita............ tentang
kematianmu.........baiklah, coba aku raba tanganmu......"
Ia lalu ulur tangannya yang tidak bertenaga, menggenggam tangan Koo Lok, kemudian berkata, "Sekarang, aku percaya, kau masih hidup........." Sementara itu, terdengar pula
suara orang saling membentak.
"Kau datang dengan siapa?" tanya Koo Lok.
"Dengan kiongcu............ Lo Kie............Po Sian............ Ciang Kiong Kiamkhek...
...... Bangkai Berjalan......... encimu...... nona Liauw............... dan tigaratus orang
pilihan kita........."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Mendengar itu, Koo Lok terkejut, Gin-hui berkata pula, "Po Sian dau Ciang-kiong
Kiam-khek.........semua sudah binasa, di medan laga, anak buah kita juga seratus lebih
yang jatuh korban... ...... kau lekas bantu......... mereka......"
"Dan kau sendiri?"
"Kau jangan.........hiraukan aku..............."
" Tidak, adik Hui, aku tidak dapat membiar kau berada sendirian dis ini dalam
keadaan demikian rupa."
Koo Lok dengan cepat pondong tubuh Gin-hui, kemudian lari balik ke tepi kolam.
"Locianpwee, tolong kau beri pertolongan kepada nona ini........." Koo Lok berkata
lalu segera turunkan Gin-hui ke dalam sumur raksasa itu seraya berkata, "Locianpwee
kuserahkan padamu, apa dia masih dapat ditolong?"
"Aku akan berusaha sekuat tenaga!"
"Locianpwee, terima kasih kuucapkan lebih dulu."
Sehabis berkata, ia kembali lagi menuju medan pertempuran. Tiba di medan pertempuran,
ia segera melihat Lie Siao Cie, Liauw Leng-leng, Lo Kie dan Bangkai Berjalan berempat,
sedang bertempur sengit melawan Sam-seng Nio-nio, Pho Siao Go, Hantu Penghisap Darah,
Kalong terbang dan dua Kao-lie.
Keadaan Lie Siao Cie sangat payah, mulutnya mengeluarkan darah, ia terus terdesak
mundur oleh Pho Siao Go. Sedang orang Thian-mo kiong yang jumlahnya kira-kira jauh
lebih banyak.
Pada saat yang tidak terduga mendadak terdengar suara bentakan Pho Siao Go,
"Rebah!"
Sesaat kemudian, Lie Siao Cie nampak roboh di tanah. Koo Lok dengan cepat memburu
sambil berseru, "Jangan lukai dirinya!........................"
Ia melancarkan serangan kepada Pho Siao Go dan coba menyambar tubuh Lie Siao Cie.
Gerakan Koo Lok sudah cukup gesit, tapi Pho Siao Go ternyata lebih gesit, sebelum Koo
Lok berhasil menyambar tubuh Lie Siao Cie, Kiongcu itu sudah disambar oeh Pho Siao Go.
Namun demikian, serangan Koo Lek tadi juga telah mengenai punggung Pho Siao Go,
hingga terpental sejauh satu tombak, mulutnya mengeluarkan darah.
"Letakan dirinya!" bentak Koo Lok sambil menyerang. Munculnya Koo Lok dengan
tiba-tiba, benar-benar mengejutkan semua orang.
Pho Siao Go meski masih terluka, tapi ia masih bisa menyingkirkan serangan Koo Lok,
kemudian ia berkata "Koo Lok, jika kau berani turun tangan lagi, aku akan ambil jiwanya!"
Koo Lok terpaksa urungkan maksudnya hendak menyerang Pho Siao Go. Saat itu,
orang-orang yang sedang bertempur, telah berhenti semuanya, orang-orang dari kedua
pihak nampaknya dibuat heran oleh munculnya Koo Lok secara tiba-tiba.
Pho Siao Go setelah menarik napas, lalu berkata, "Benarkah kau Koo Lok...................?"
"Ya, inilah aku, apa kau kira aku bisa mati dalam kolam buaya? Aku beritahukan
padamu dengan beberapa ekor buaya saja, bagaimana dapat membinasakan diriku."
"Kau benar panjang umur."
"Pho Siao Go letakan dirinya!"
"Jika aku tak mau?" jawabnya sambil tertawa dingin.
"Aku akan ambil jiwamu."
"Barangkali kau tak dapat melakukanya."
"Apa kau benar-benar tak mau meletakannya?"
"Kalau kau mempunyai kepandaian dapat merebutnya dari tanganku, kau boleh
bawa pergi."
Bukan kepalang gusarnya Koo Lok, ia lalu melancarkan serangan sambil membentak.
BERBARENG dengan itu, Koo Peng juga dengan kecepatan bagaikan kilat Sudah
menyerang Pho Siao Go.
"Apakah kalian benar-benar indah tidak menghiraukan jiwa Lie kiongcu lagi?"
bentak Pho Siao Go. Ancaman itu ternyata membawa pengaruh, karena Koo Lok dan Koo
Peng dengan cepat sudah menarik kembali serangannya masing-masing.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Kegusaran Koo Lok memuncak. ia tak menduga Pho Siao Go telah menggunakan Lie Siao
Cie sebagai barang tanggungan untuk mengancam dirinya.
"Koo Lok, jika kau berani turun tangan, Lie kiongcu yang akan binasa terlebih
dahulu, kalau kau tidak percaya, boleh coba." kata Pho Siao Go sambil tertawa dingin.
Tiba-tiba terdengar suara Lie Siao Cie, "Koo Lok, dalam urusan sebesar ini, bagaimana kau
dapat kacaukan rencanamu hanya karena aku?"
Walaupun demikian, tapi Koo Lok tetap tidak berani turun tangan.
Pada saat itu, si Kalong terbang mendadak menghampiri Koo Lok dan melakukan
serangan sambil berkata, "Koo Lok, kau benar-benar panjang umur."
Tapi sebelum si Kalong terbang berhasil menyentuh Koo Lok, mendadak terdengar suara
bentakan Pho-Siao Go, "Tahan."
Mendengar perintah itu, si Kalong Terbang segera tarik kembali serangannya.
"Koo Lok, apakah kau tidak lekas menyerah," kata Pho Siao Go dengan suara
dingin.
"Menyerah? Hahaha, Serahkanlah jiwamu!" Selagi Koo Lok hendak menyerang,
mendadak terdengar suara Sam seng Nio-nio yang memberi perintah kepada para
pemanahnya, hingga beberapa puluh laki-laki berpakaian hitam dengan, senjata anak
panah datang mengurung.
Koo Lok dan Koo Peng terperanjat, karena mereka telah melihat dirinya dan orangorang Thian-mo kiong, yang jumlahnya Cuma tinggal tiga ratus orang.
Sam-seng Nio-nio berkata sambiI tertawa, "Koo Lok apakah kau benar-benar tidak mau
menyerah?"
Sebelum Koo Lok menjawab, mendadak didahului oleh Bangkai berjalan, yang
berkata, "Aku si tua bangka ini, akan membuat beberapa lubang di atas tubuhmu lebih
dulu."
Cepat bagaikan kilat, orang tua itu lompat melesat menyambar Sam-seng Nio nio dengan
jari-jari tangannya yang berkuku panjang itu.
Tapi sebelum berhasil menyentuh tubuh Sam Seng Nio-nio, anak panah menyambar dari
berbagai jurusan, hingga badan Bangkai Berjalanu terpental dan kemudian roboh
bermandikan darah dan tubuhnya penuh dengan anak panah.
Koo Lok yang menyaksikan kematian sahabatnya yang sangat mengerikan itu lantas jatuh
pingsan.
Dalam telinga Koo Lok samar-samar cuma terdengar suara saling bentak .....yang
kemudian lenyap lagi...............................
Tatkala sadar kembali, kepalanya dirasakan berat sekali, ia coba goyangkan
kepalanya, tempat dimana ia berada seperti terombang-ambing dalam lautan.
Ia lalu membuka matanya, orang yang pertama dilihatnya adalah Lo Kie. Hatinya
tercekat dengan cepat ia bertanya, "Jiieko, kita berada dimana?"
"Di atas sebuah kapal."
"Diatas sebuah kapal?"
Mendadak ia rasakan bahwa badannya terikat oleh tambang yang kuat, ia terkejut,
sementara itu matanya juga dapat melihat Lie Siao-Cie, Liaw Leng Leng, Lo Kie dan Koo
Peng telah dalam keadaan yang sama dengannya.
"Samtee, kau tidak boleh bergerak!" kata Lo Kie sambil tertawa getir.
Koo Lok merasa dadanya hampir meledak, ia mengawasi Lie Siao Cie yang mulutnya masih
tampak tanda darah, kemudian berkata, "Tidak nyana aku telah tertangkap lagi."
"Rasanya hari ini kita benar-benar akan menjadi umpan ikan laut." sahut Lie Siao
Ce sambil tersenyum getir.
"Aku merasa tidak enak terhadap kau, juga terhadap orang yang mati karena aku."
"Gin hui mungkin juga telah binasa." kata Lie Siao Cie sambil menghela napas.
"Mungkin tidak."
"Apa pernah lihat dia?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya......" Koo Lok lalu menceritakan pertemuannya dengan Gin hui yang dalam
keadaan luka parah, dan kemudian membawanya ke sumur raksasa dan menyerahkannya
kepada Raja Air supaya dirawat,
"Kita semua mengira kau sudah mati.........semoga si Raja Air dapat
menyembuhkan Gin-Hui......"
"Ja......apakah kalian setelah mendengar kabar kematianku, baru datang ke pulau
Sam Seng-to?"
"Benar, sungguh tidak disangka Sam-Seng-Nio-nio begitu cepat mendapat kabar,
lebih dulu ia sudah tahu hubunganku denganmu, maka ketika kita tiba di pulau itu, lantas
terkurung oleh semua anak buahnya, dengan kata lain, kita sudah masuk perangkap
mereka, yang mereka atur secara diam-diam, jikalau tidak, kita juga tidak sampai
mengalami nasib demikian"
"Semua ini adalah salahku, kalau bukan karena aku bagaimana kalian ......"
"Semua, hidup atau mati, itu semua adalah takdir Tuhan Yang Maha Ea, bagaimana
kau dapat sesalkan dirimu? Lagi pula, beberapa kali kau dalam bahaya, tapi tidak mati,
bukankah ini merupakan satu tanda bahwa kau ada seorang panjang umur dan besar
rejekinya?"
"Selain daripada itu, dalam hal penyerbuan kita ke pulau ini juga lebih dulu sudah
kita rundingkan secara seksama, apa salahnya dengan kau?" kata Lok Kie.
Koo Lok tertawa getir, kini ia telah dapat kenyataan bahwa kapalnya sedang
berlayar di lautan, makin lama makin terpisah dengan pulau Sam seng to makin jauh......
Koo Lok dan yang lainnya ternyata terikat di tiang kapal, masing-masing terpisah tiga kaki.
"Kemana sebetulnya kita hendak dibawa?" tanya Koo Lok.
"Dalam kapal ini sudah ditaruh obat peledak seribu kati, Sam-seng Nio-nio berkata
bahwa ia tidak percaya kau tidak mati dengan obat peledaknya yang pertama, maka kali
ini ia akan buat kau binasa dengan obat peledak lagi," sahut Lo Kie.
Mendengar keterangan itu, Koo Lok bergidik, "Lagi-lagi obat peledak, Sam-seng Nio-nio


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar-benar sangat jahat dan ganas, satu hari kelak aku pasti akan perlakukan dirinya
dengan cara yang sama."
"Engko Lok, ini barang kali sudah tidak mungkin lagi!" kata Lie Siao Cie sedih.
"Ya, mungkin tidak mudah lagi, dulu ia menggunakan obat peledak hendak
mengambil jiwaku, kala itu aku tidak diikat tapi sekarang."
"Engko Lok, mati atau hidup, aku sudah tidak hiraukan lagi, sebaliknya aku merasa
girang bisa mati bersama-sama denganmu............" kata Lie Siao Cie sambil mengucurkan
air mata.
"Impian kita barangkali tidak akan tercapai."
"Ya."
Lie Siao Cie mengawasi Liauw Leng-leng sejenak dan berkata sambil tertawa getir, "Nona
Liauw, kalau hari itu engko Lok mati ditanganmu, tentu tidak akan ada kejadian seperti
hari ini, betul tidak?"
"Bisa mati bersama-sama dia, aku juga rela."
Kata-kata Liauw Leng-leng mendadak berhenti, karena geledek telah menyambar,
udara mulai gelap, nampaknya hujan lebat akan turun.
BENAR saja, tidak lama berselang, hujan turun amat deras, dibarengi dengan angin
kencang dan bunyi geledek hebat. Keadaan itu serupa pada waktu untuk pertama kalinya
Koo Lok berlayar ke pulau Sam-seng-to. Air hujan telah membuat badan mereka basah
kuyup.
Pada saat demikian, dari bagian bawah kapal tersebut, mendadak muncul seorang
berpa kaian hitam, yang berkata kepada mereka sambil tertawa dingin, "Aku sudah mulai
pasang apinya, dalam tempo setengah jam, obat peledak dalam kapal ini, pasti akan
meledak, sampai ketemu lagi!"
Setelah berkata demikian, orang berpakaian hitam itu mengeluarkan sebuah benda yang
kemudian ditiup, ternyata sebuah perahu kecil yang terbuat dari bahan karet.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Orang itu letakkan perahu karet itu ke dalam air, kemudian ia melompat kedalamnya dan
sebentar saja, perahu itu sudah menghilang dari depan mata mereka.
Koo Lok dan lain-lainnya merasa kagum menyakikan benda itu, pada saat itu, benar saja
hidung mereka lantas dapat menghendus bau obat peledak dipasang.
Koo Lok lantas berkata sambil menghela na pas panjang, "Habislah!"
Sementara itu, bau obat peledak makin lama makin keras sekali.....................
Satu saja jalan bagi mereka supaya tertolong jiwanya yaitu membalikkan kapal itu, karena
jika kapal itu terbalik, obat peledaknya sudah tentu tidak bisa meledak.
Tapi, dengan cara apa mereka dapat membalikkan kapal itu? Sedang tubuh mereka terikat
semuanya.
Angin meniup semakin kencang.........hingga ombaknya juga semakin besar. Dalam
keadaan demikian, di antara gelombang air laut itu mendadak nampak sesosok bayangan
hitam yang meluncur ke arah kapal dan sebentar kemudian sudah lompat masuk ke dalam
kapal tersebut.
Koo Lok setelah mengetahui siapa adanya bayangan itu, lantas berseru dengan nada
kegirangan, "Locianpwee, tolong kita!"
Orang yang muncul secara tiba-tiba itu adalah Raja Air, yang berdiam dalam sumur
raksasa. Karena sudah satu hari satu malam ia menantikan kedatangan kabar Koo Lok,
yang akan membawa Pho Siao Go, tapi anak muda itu, ternyata tidak muncul, hingga ia
lantas menduga pasti terjadi apa-apa atas pemuda itu.
Dengan cepat ia naik ke atas pulau, segera mengetahui bahwa Koo Lok sudah
tertangkap, dan dilayarkan ke dalam sebuah kapal yang hendak diledakkan, maka ia lantas
mengejar. Begitu tiba di atas kapal, Raja Air segera mengendus bau obat peledak, maka
cepat ia lantas membuka ikatan tali Koo Lok.
Setelah Koo Lok bebas, coba gerakan tangannya, tapi ternyata masih merasa kesemutan.
"Obat itu akan meledak, lekas bantu aku membuka tali ikatan mereka!" kata si
Raja Air kepada Koo Lok.
"Tapi tanganku belum dapat digerakan," jawabnya Koo Lok. Sementara itu, si Raja
Air sudah berhasil membebaskan Lie Siao Cie, Lo Kie dan kini sedang membuka tali Liauw
Leng-leng. Koo Lok setelah dapat kesempatan untuk mengaso, juga sudah pulih kembali
tenaganya maka segera membuka tali ikatan encinya.
Semua itu dilakukan hanya dalam waktu sangat singkat, setelah semua orang bebas. Raja
Air perintahkan mereka supaya segera is terjun ke dalam perahu karet yang ia bawa dan
sudah diluncurkan ke dalam air.
Koo Lok lantas berkata sambil mendorong Lo Kie, "Jieko turunlah!"
Lo Kie segera melihat bahwa peraku karet sudah tidak bisa muat lagi, maka ia
lantas terjun ke dalam laut, tangannya memegangi perahu karet. Koo Lok lantas menyusul,
ia berbuat seperti Lo Kie, Raja Air menarik napas lega, tangannya mendorong perahu karet
itu, hingga sebentar kemudian perahu itu melesat dengan lajunya.
Setelah perahu itu berada jauh dari kapal ia baru lompat kedalam air...............
Sebentar kemudian terdengar suara ledakan. Pengaruh ledakan itu ternyata hebat,
hingga perahu karet yang ditumpangi oleh Lie Siao Cie, Koo Peng dan Liauw Leng leng
sampai terbalik.
Koo Lok kaget, ia lantas seru supaya Lie Siao Cie dan iainnya lekas berpegangan pasa
perahu karet.
Ketiga perempuan itu memang manir dalam ilmu mengentengi tubuh, meski mereka tidak
bisa berenang, tapi dengan berpegangan perahu karet, juga tidak sampai tenggelam dalam
air. Bahaya maut sudah semakin jauh, akhirnya mereka lolos dari maut. Namun itu belum
berarti bahwa mereka sudah aman, tangan maut setiap saat masih bisa mengancam lagi.
Demikianlah mereka terapung-apung di tengah lautan yang luas dan besar itu. Lo
Kie mendadak ingat sesuatu, ia lalu bertanya kepada Koo Lok, "Samtee, dimana
locianpwee yang menolong kita tadi?"
Mendengar pertanyaan itu, Koo Lak agaknya juga baru tersadar, cepat ia menjawab
dengan muka berobah.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Dia...... mungkin tidak keburu menyingkir,"
"Siapakah dia itu?"
"Cui Pa Ong Raja Air!"
"Dia.........adalah Cui-pa-ong?"
"Benar!"
"Jika dia ternyata telah mati karena menolong kita, bagaimana kita harus
mengucapkan terima kasih padanya?"
Satu hari satu malam telah mereka lewatkan dalam keadaan terombang-ambing di tengah
lautan.................. Rasa letih dan lapar mulai mengancam......
Kecuali Koo Lok, yang masih nampak bertahan, yang Iainnya nampak payah sekali.
Dalam keadaan sudah hampir putus asa, perahu itu mendadak terapung-apung
mendekati satu pulau......... Matahari bersinar cerah, pohon-pohon dan lain-lain
tumbuhan di atas pulau itu tampak dengan nyata. Bukan kepalang girangnya orang-orang
itu, semua lantas berdaya untuk mendarat ke pulau tersebut.
"Pulau ini entah terpisah berapa jauh deng n daratan Tionggoan?" tanya Lo Kie.
"Sudah tentu tiada seorangpun yang tahu," jawab Koo Lok
"Kalau begitu, bagaimana kita bisa pulang?" tanya Lie Siao Cie.
"Pulau ini sangat indah, lagi pula tenaga dan kekuatan kita belum pulih semuanya,
biarlah kita berdiam dulu untuk beberapa lama di pulau ini, nanti kita bicarakan lagi."
Semua orang anggukan kepala, suatu tanda dapat menyetujui Koo Lok. Koo Lok berkata,
"Sekarang kalian boleh tunggu aku disini, aku akan masuk kedalam rimba, untuk mencari
binatang kelinci atau binatang kecil lainnya untuk makan siang kita."
"Dengan apa kita menyalakan api?" tanya Lie Sao Cie.
"Dengan cara primitip, menggunakan batu atau kayu."
Lie Siao Cie tersenyum pahit, katanya, "Sungguh tidak disangka kita akan hidup di sebuah
pulau di tengah lautan, yang harus menurut cara hidup di jaman purbakala,"
"Jika kita bisa berdiam lama di sini, juga ada artinya." kata Liauw Leng-leng sambil
tertawa.
Sementara itu, Koo Lok sudah lari masuk ke dalam rimba. Selagi berjalan
celingukan untuk mencari mangsanya, tiba-tiba ditempat tidak jauh dari depan matanya,
tampak sesosok bayangan hitam, yang sebentar mendadak lenyap lagi. Koo Lok
terperanjat, hingga hentikan kakinya. Ia bertanya kepada diri sendiri, Apa itu? Manusia?
Sudah tentu tidak mungkin? Binatang terbang, ya, itu mungkin.".
Karena menganggap ada binatang terbang, maka ia lantas melompat melesat kearah itu.
Gerakan Koo Lok gesit sekali, dalam waktu sekejapan saja, sudah berada di tengah tengah
rimba lebat.
MENDADAK tampak pula berkelebatnya satu bayangan, dan kali ini sudah dapat
dilihat dengan nyata, bayangan itu bukannya binatang terbang, melainkan manusia.
Koo Lok hentikan kakinya, suatu pertanyaan timbul kembali dalam otaknya, dalam pulau
sunyi di tengah lautan ini ada manusianya............?"
Untuk mendapat jawaban tegas, ia lantas lompat melesat, ke arah menghilangnya
bayangan tadi. Mendadak ia merasakan hembusan angin yang menyerang dari belakang
punggungnya. Koo Lok terkejut, ia putar tubuhnya untuk menyambut serangan tersebut,
tapi ketika ia berpaling ke belakang, ternyata tidak melihat apa-apa.
Ia lantas membentak dengan suara keras, "Siapa?"
Tapi kecuali suara angin laut, tidak ada orang yang menjawab. Koo Lok terpaksa
melanjutkan perjalanannya............
Kali ini ia sudah siap, maka ketika diserang lagi untuk kedua kalinya, ia lantas menyerang
dengan tangan kanannya.
Tipuannya berhasil, berbareng dengan meluncurnya serangannya tadi, sesosok bayangan
manusia nampak terpental keluar dari tempat sembunyinya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Cepat ia melompat mendekati bayangan tadi. Orang itu belum sempat memperbaiki
kedudukannya, serangan kedua Koo Lok sudah sampai, orang itu terpaksa berseru,
"Bangsat aku akan adu jiwa denganmu!"
Ia tidak berusaha untuk menghindarkan serang Koo Lok, sebaliknya malah maju mener
Halaman 75, 76, 77, 78 ga adaaa wew,D
Han Teng Kiam nampak terkejut, "Kau adalah Koo Lok?'
"Apakah kau kenal aku?"
"Meski aku tak mengenalmu tapi namamu sangat terkenal, seolah-olah bunyi
geledek yang mengema di udara, dalam kalangan Kangouw ramai sekali tentang berita
mengenai keberanianmu melawan Giok bin Thian-cun dan menyerbu pulau Sam seng to
seorang diri saja."
"Kalau begitu, aku ucapkan terima kasih atas pujianmu, dan sebarang aku ingin
tanya padamu, apakah anakmu mempunyai seorang sahabat wanita bernama Im kao lie
yang mengabdi pada Sam-seng Nio-nio?"
"Benar!"
"Kasihan Im-kao-lie sudah meninggal..........."
"Sungguh tak disangka anakku juga mengalami nasib serupa, semoga arwah mereka
bisa menjadi suami isteri yang baik di alam baka, numpang tanya, kenapa Koo siaohiap
bisa kesasar ke pulau ini?"
Koo Lok lalu menceritakan semua pengalamannya, kemudian berkata, "Sungguh tak
disangka kita bisa berjumpa di sini, dan kini kalau ingin balik ke Tionggoan, barangkali
bukan soal susah lagi."
"Kita dapat membuat perahu kayu, tentang perjalanan di air, aku kenal betul,
selama beberapa hari ini, aku sudah coba membuat perahu semacam itu, yang
pembuatannya sudah mendekati tahap penyelesaiannya."
Demikianlah kedua orang itu akhirnya menjadi sahabat. Mereka hari itu berhasil
menangkap sembilan ekor ayam hutan dan beberapa ekor kelinci, yang segera dibawa
kembali dan kemudian perkenalkan Han Teng Kiam pada kawan-kawannya.
Malam itu, mereka dapat melewatkan waktu di pantai sambil menikmati pemandangan di
waktu senja sambil menggerogoti daging ayam hutan dan kelinci.
Tiba-tiba Han Teng Kiam berkata, "Sekarang aku mendadak ingat suatu kejadian
aneh."
"Kejadian apa?"
"Di atas pulau ini, mungkin masih ada lain orang lagi"
"Apa kau melihat di sini ada orang lain lagi?"
"Meski belum pernah melihat orangnya, tapi, setiap hari waktu matahari terbenam,
aku selalu mendengar suara kecapi yang sangat menawan bati."
"Suara kecapi?"
"Ya, suara itu kedengarannya sangat mengharukan."
Mendengar keterangan itu, semua orang nampak kaget, Koo Lok lalu bertanya, "Apa setiap
hari tepat pada waktu seperti sekarang ini........................."
Belum lagi Koo Lok menutup mulut, suara kecapi terdengar sayup-sayup dibawa oleh angin
laut ke telinga mereka...............
Semua orang terdiam, mereka pasang telinga untuk memperhatikan suara itu, yang
ternyata memang mengandung irama yang sangat menyedihkan, agaknya orang yang
memainkan alat musik itu tengah dirundung nasib malang............
Suara kecapi yanganeh. Selama mendengar dan menikmati suara kecapi itu, setiap
orang turut mengucurkan air mata.
Setelah suara kecapi itu berhenti Koo Lok lalu bertanya kepada Han Teng Kiam,
"Locianpwee, apa suara itu hanya terdengar satu kali saja?
"Tidak, kadang-kadang sampai tiga kali dengan irama itu -itu saja, dimainkan
setiap setengah jam satu kali.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Bagaimana kalau kita pergi menengok?"
Lo Kie lantas berkata, "Baiklah, kita lihat siapakah orang yang mainkan kecapi itu."
Serentak, mereka lantas bangun dan berjalan menuju kearah datangnya suara kecapi itu.
Pada saat itu, kembali terdengar suara kecapi itu, yang mengalun di udara, dengan irama
yang sama.
Koo Lok yang bergerak lebih dahulu, cepat bagaikan kilat ia melesat kearah suara
itu. Setelah melewati rimba dan bukit, tibalah di bawah tebing, saat itu, suara kecapi itu
sudah berhenti lagi.
Ketika terdengar pula suara yang ketiga kalinya, Koo Lok dapat kenyataan bahwa suara
kecapi itu datangnya dari arah bukit.
Koo Lok lompat keatas bukit yang tingginya kira-kira ada sepuluh tombak lebih.Tapi di atas
bukit itu ternyata tidak nampak bayangan seorangpun juga.
Suara kecapi datangnya dari tempat tersebut, di mana ada sebuah selokan yang
mengalirkan air jernih.
Bagaikan burung Hoo, Koo Lok melayang dan kemudian turun di sebuah batu yang terdapat
di tengah selokan itu.
Suara itu mendadak berhenti.....................
Pada saat itu Lie Siao Cie, Liaw Leng Leng, Lo Kie dan Hang Teng Kiam sudah
menyusul dan berdiri di samping Koo Lok. Mereka cuma mendengar suara gemercikan air
sungai, tidak mendengar apa-apa lagi.
Koo Lok tahu benar bahwa suara kecapi itu datangnya dari tempat tersebut, ia berdiri
lama, tapi tidak terdengar suara apa-apa.
"Apa kau tidak salah dengar?" Lo-Kie bertanya.
"Tidak mungkin, coba kita mencari dengan berpencaran, suara kecapi itu datangnya dari
sekitar sungai ini.................."
Sebelum Koo Lok berlalu, tiba-tiba terdengar suara orang bertanya dengan nada
dingin,"Siapa?"
"Kau berada di mana?" Koo Lok balas bertanya.
Tidak ada jawaban, lama baru terdengar suara orang itu, "Apakah kedatangan kalian ini
tertarik oleh suara kecapiku?"
"Benar, entah tuan orang pandai dari mana?
Jawaban yang agak ketus atau marah, terdengar pula, "Apa? Benarkah kedatangan kalian
ini lantaran suara kecapi itu tadi?
"Benar."
"Aku mainkan kecapi bukan untuk kalian dengar.
"Tapi, kita toh sudah dengar." Jawab Koo Lok sambil tertawa.
"Kalau begitu, kalian hrus mati!
"Sebabnya?"
"Sebab kalian sudah dengar suara kecapiku."
"Kita justru ingin belajar kenal dengan tuan..
"Kalau begtu kalian dengar lagi irama kecapiku yang bisa membuat orang tidur!"
BENAR saja, mereka lantas mendengar suara kecapi itu tapi ini bukan lagi itu suara yang menyedihkan, melainkan suara yang membuat orang yang mendengarkan seperti
terombang ambing dalam impian muluk, hingga akhirnya mengantuk............
Koo Lok terperanjat, ia buru-buru kerahkan kekuatan tenaganya untuk melawan pengaruh
gaib itu, tapi ternyata tidak berhasil tanpa dirasa telah tertidur............
Tatkala mendusin, mereka telah dapatkan dirinya sudah rebah di pantai. Koo Lok
yang telah mendusin, ketika menyaksikan keadaan yang lainnya yang ternyata masih tidur
nyenyak, ia terheran heran, sungguh tidak nyana suara kecapi mempunyai pengaruh
demikian gaib.
Tidak lama, semua orang mulai mendusin, ketika dapatkan dirinya berada di pantai
mereka juga terheran heran.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Tertarik oleh perasaan heran, Koo Lok bertekad hendak mencari tahu, siapakah sebetulnya
orang itu yang mainkan kecapianeh itu ? Maka ia lantas berkata kepada kawan-kawannya,
"Kalian di sini menunggu aku, aku hendak mencari tahu keadaan itu orang.."
Kembali ia balik ke sungai di atas bukit itu, begitu tiba di tempat tersebut, lantas
terdengar suara yang ketus dan dingin itu, "Perlu apa kau balik lagi? Apa ingin mencari
mampus?"
"Dengan menggunakan ilmu gaib kau menjatuhkan orang, apakah itu perbuatan
orang gagah? Kalau kau mempunyai kepandaian, silahkan keluar untuk menyambut
seranganku beberapa jurus saja," sahut Koo Lok dengan nada dingin ketus pula.
Untuk mengetahui siapa orangnya, ia menggunakan akal mengolok ngolok, supaya orang
itu menjadi gusar. Benar saja akalnya itu telah berhasil, segera terdengar suara katakata yang mengunjukkan sudah mulai terpancing.
"Bocah, berapa tinggi kepandaianmu, kau berani mengeluarkan perkataan demikian
sombong?"
"Kau keluar sendiri baru tahu!"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang itu mendadak perdengarkan saara ke tawanya yanganeh.
"Kau tertawa apa?
"Tertawakan tidak tahu diri.
Muka Koo Lok lantas berubah, katanya dengan nada suara dingin, "Kau belum bertemu
dengan aku, bagaimana mengetahui kalau aku bukan tandinganmu?
Koo Lok tidak mendapat jawaban, lama baru terdengar suaranya lagi, "Benar, sebelum
kita bertanding, siapa akan menang dan siapa akan kalah, sudah tentu belum dapat
diduga, tapi, aku yakin benar kau bukan tandinganku"
"Omong saja tidak ada gunanya, kalau kau ingin kenyataan, boleh keluar."
Belum lagi menutup mulutnya, sesosok bayangan orang, entah sejak kapan sudah berdiri di
depan matanya sejarak kira-kira tiga tombak.
Munculnya oranganeh itu tidak menimbulkan suara sedikitpun juga, benar-benar
mengejutkan Koo Lok, hingga hampir saja ia menjerit kaget.
Setelah menyaksikan keadaannya oranganeh itu, ia hampir tidak percaya bahwa itu
adalah manusia, karena orang itu rambutnya panjang tidak terurus, begitu pula kumis
dan berewoknya, pakaiannya juga tidak karuan macam, hanya sepasang matanya yang
memancarkan sinar tajam.
Keadaan orang itu mirip dengan orang hutan. Oranganeh itu perdengarkan suara tawa
dingin dan berkata, "Jangan kauanggap rupaku jelek, nanti sepuluh atau duapuluh tahun
lagi, kau sendiri bukankah akan serupa keadaannya dengan aku?"
"Apa............ kau berdiam di sini sudah duapuluh tahun lamanya?"
"Benar, malah sudah hampir tigapuluh tahun."
"Apa sebabnya?"
"Perlu apa kau ingin tahu sebabnya? Maksud kita toh cuma mengadu kekuatan."
"Tapi, kita tidak mempunyai permusuhan sebagai alasan untuk mengadu kekuatan,
apabila bertempur benar-benar, siapa terluka akan tidak baik buat kedua pihak..........."
"Kau takut............?"
"Siapa takut bukan seorang laki-laki." sahut Koo Lok sambil tertawa dingin.
Oranganeh itu tertawa terbahak bahak, lalu berkata, "Itu lah yang paling baik, nah, turun
tanganlah!"
Koo Lok benar-benar sudah tidak dapat kendalikan hawa amarahnya, ia lalu membentak
dan melancarkan serangan dengan menggunakan gerak tipu dalam BUKU HITAM.
Koo Lok tahu bahwa oranganeh itu tidak boleh dipandang ringan, maka begitu turun
tangan sudah menggunakan gerak tipunya yang paling dahsyat.
Oranganeh itu benar-benar bukan orang lemah, dengan satu tangan ia menyambut
serangan Koo Lok.
Koo Lok keluarkan seluruh kekuatannya, selagi oranganeh itu menyambut
serangannya, tangan kirinya sudah melancarkan serangannya yang kedua.
Serangan itu dapat berubah setiap saat, merupakan satu tipu serangan yang sangataneh.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Oranganeh itu agaknya tidak menduga Koo Lok turun tangan demikian cepat, maka
hatinya tercekat, ia segera berkelit, untuk menghindarkan serangan yang kedua itu,
sedang tangan kirinya dengan gerakan yang bagus sekali melancarkan serangannya yang
dinamakan angin teduh ombak tenang.
Maksud oranganeh itu cuma mendesak kembali serangan Koo Lok, siapa tahu perubahan
Koo Lok demikian cepat, selagi serangan oranganeh itu meluncur keluar, serangan Koo
Lok mendadak berubah, menyambar muka oranganeh itu.
Serangan Koo Lok semakin hebat hingga oranganeh itu tidak berdaya dan terpaksa
mundur.
Tapi oranganeh itu ternyata cukup tangguh dengan cepat ia sudah berhasil memperbaiki
posisinya, bahkan sudah bisa balas menyerang.
Pertempuran itu berlangsung sudah seratus jurus lebih, gerakan kedua belah pihak nampak sangat hebat. Tiba-tiba terdengar suara bentakan Koo Lok, ternyata mereka sedang
mengadu kekuatan tenaga dalam. Setelah kedengaran suara beradunya kedua tenaga,
keduanya lantas lompat mundur.
Muka Koo Lok pucat pasi, air peluh membasahi bayunya. Keadaan oranganeh itu serupa
dengan Koo Lok.
"Kepandaian locianpwee benar-benar hebat, cobalah sambut lagi seranganku!"
kata Koo Lok sambil tertawa terbahak-bahak. Setelah itu, ia melancarkan lagi serangannya
lagi. Oranganeh itu kali ini tidak menyambut serangan Koo Lok lagi, sebaliknya lompat
mundur sambil berseru, "Tahan dulu seranganmu, aku mengaku kalah."
Koo Lok menarik kembali serangannya dan berdiri bingung seraya berkata, "Kita masih
belum dapat keputusan, bagaimana kau sudah mengaku kalah?"
Oranganeh itu menghela napas, kedua matanya mendadak merah dan
mengeluarkan air mata katanya, "Tidak nyana sudah tiga puluh tahun lamanya aku melatih
ilmu silatku ini, tapi toh masih belum mampu memenangkan kau, maka aku mengaku
kalah."
"Bolehkah aku numpan g tanya nama Iocianpwee yang mulia?"
"Aku sudah lupa......... perlu apa kau tanya?
"Apa sebabnya locianpwee bisa berada di sini?
"Dianiaya orang, aku sebenarnya tidak menyangka bahwa sahabatku yang paling
baik, ternyata ada kandung maksud untuk mencelakakan diriku......... sudah tiga puluh
tahun lamanya, kepandaian dan kekuatan orang itu, pasti lebih tinggi dari padaku."
"Siapa musuhmu?"
"Untuk apa kau ingin tahu?"
"Belum pasti aku ingin tahu, hanya, locianpwee berada di sini sudah tiga puluh
tahun lamanya, ini berarti terpisah dengan dunia luar, sudah tentu bukan tidak ada
sebabnya...........,
Setidaknya, kau bisa berusaha supaya keluar dari sini..............."
"Keluar dari sini? Kemana?"
"Pulang ke rumahmu sendiri."
"Pulang ke rumah? Hahaha......, aku tak mengerti berenang, bagaimana aku bisa
menyingkir dari sini?"
Koo Lok pikir ucapan orang tua itu ada benarnya.Oranganeh itu berkata, "Tidak nyana
bahwa latihanku selama tiga puluh tahun itu, ternyata masih belum mampu mengalahkan
kau seorang bocah, maka tiga puluh tahun itu berarti kulewatkan dengan
percuma....................."
"Kepandaian locianpwee, sebetulnya cukup untuk menjagoi rimba
persilatan........."
"Kau bohong!"
"Aku berkata dengan sejujurnya."
"Dan kau sendiri?"
"Boanpwee tidak berani, cuma, dengan kepandaian boanpwee dalam rimba
persilatan daerah Tionggoan, masih belum menemukan tandingan yang setimpal."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Ucapan Koo Lok memang tidak berlebihan, setelah ia mempelajari ilmu silat dalam Buku
Hitam, orang kuat seperti Giok-bin Thian cun, masih belum mampu menjatuhkan dirinya
apa lagi yang lainnya.
Tapi dalam telinganya oranganeh itu, dianggapnya terlalu jumawa, maka ia lalu tertawa
terbahak-bahak kemudian berkata, "Kau ngaco belo, kau masih begini muda, sudah tidak
pandang mata orang lain, bagaimana nantinya?"
"Tapi aku bukan omong besar!"
"Bocah, aku ingin tanya padamu, kepandaianmu ini kalau dibanding dengan
kepandaian Ngo gak lojin, bagaimana?"
"Tidak usah lima puluh jurus ia sudah tak berdaya."
"Giok-bin Thian-cun?"
"Mungkin bisa bertahan lebih lama sedikit."
"Sie-hay Seng kun?"
"Tak usah dikata lagi?
Oranganeh itu agaknya dibikin jeri oleh ucapan yang sangat jumawa itu, lama baru ia bisa
berkata lagi, "Apa ucapanmu ini benar semua."
"Boanpwee tidak perlu omong besar, locianpwee jangan khawatir."
"Kalau begitu, siapa yang mampu mengalahkan kepandaianmu?
Koo Lok berpikir sejenak, baru menjawab, "Cui pa-ong."
Oranganeh itu tercengang, dengan perasaan sangsi ia bertanya, "Kalau begitu,
kepandaianku ini tentunya cukup untuk memenangkan Sie hay Seng-kun dan Ngo-gak
Lojin?"
Pertanyaan ini mengejutkan Koo Lok, ia tiba-tiba ingat diri seseorang.........ialah
suaminya Boneka salju, Tiat-khim Tongcu. Apakah yang ditu turkan oleh Boneka Salju
benarr adanya? Berpikir sampai di situ, jantungnya berdebar, apakah benar Tiat-khim
Tongcu belum mati? Apakah oranganeh ini adalah Tiat-khim Tongcu sendiri?
Oranganeh itu ketika menyaksikan sikap Ko Lok, lantas bertanya, "Pertanyaanku tadi apa
kau tak dengar?"
"Oh...... Sudah, cuma, aku ingin bertanya padamu sesuatu, bolehkah aku numpang
tanya, apakah locianpwee ini orang yang bernama Tiat-khim Tongcu?"
Wajah oranganeh itu berobah seketika, katanya, "Benar......... dulu aku memang
mendapat julukan Tiat-khim Tongcu tapi sekarang harus dirobah menjadi Tiat khim Lojin,
bagaimana kau tahu aku bernama Tiat-khim Tongcu?"
Koo Lok tidak menduga bahwa di pulau yang sunyi itu telah berjumpa dengan Han Teng
Kiam dan Tiat-khim Tongcu.
"Locianpwee, aku malah sudah bertemu dengan isterimu........." kata Koo Lok
sambil tertawa.
"Apa............ apa ia masih hidup.........? O....., ya, apakah dia sudah menjadi
isteri Kang Jie Sie?"
"Tidak.............."
"Ia benar-benar tak meninggalkan aku......... tidak percuma aku menabuh Khim
setiap malam, selama tiga puluh tahun mengenangkan dirinya..." Berkata sampai di situ,
ia tak dapat melanjutkan lagi, air matanya mengalir turun dengan derasnya.
"Benarkah locianpwee dianiaya oleh Kang Je Sie?" tanya Koo Lok sambil menghela
napas.
"Benar, dia telah kepincuk oleh kecantikan isteriku, kemudian memancing aku
untuk memancing ikan di tengah laut, kemudian ia dorong aku ke dalam laut, entah
dengan cara bagaimana mungkin aku masih belum tiba waktunya untuk mati, ketika aku
sadar, aku terdampar di pulau ini."
Penuturan itu cocok dengan penuturan Boneka Salju, maka perbuatan Sie-hay Seng-kun
terhadap kedua suami isteri itu, sudah tak perlu disangkal lagi.
"Benarkah kau sudah bertemu dengannya" tanya orang tua itu.
"Ya, betulkah ia bernama Boneka Salju?"
"Ya benar, apa dia baik-baik saja?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Dia?" Koo Lok tersenyum pahit, "dia telah dikutungi kedua kakunya oleh Kang Jie
Sie."
"Apa......?" Tiat-khim Tongcu berseru kaget.
"Cuma, Sie hay Seng kun sendiri dan Ngo-gak Lojin juga sudah binasa ditangannya."
Ia lalu menuturkan apa yang telah terjadi atas diri dua orang itu.
"Tidak nyana ia begitu setia terhadap aku, selanjutnya aku pasti baik-baik
perlakukan dirinya" kata Tiat-khim Tongcu dengan suara terisak isak.
"Ya, selanjutnya locianpwee harus baik-baik perlakukan dirinya."
"Mengapa kau bisa terdampar kemari?"
Koo Lok lalu menceritakan apa yang telah terjadi atas dirinya.
"Jika kita bisa keluar dari pulau ini, aku pasti akan membantu kau untuk membalas
dendam" kata orang tua itu.
"Terimakasih atas bantuan locianpwee, kita akan menggunakan perahu dari pohon
untuk mengarungi lautan."
PERAHU kecil yang dibuat dari potongan pohon itu telah selesai, dengan memuat
tujuh orang yang terdampar kepulau sunyi itu, mulai berlayar mengarungi lautan, menuju
ke Tionggoan.
Koo Lok dan Lo Kie pegang kemudi, Han-Teng Khiam sebagai penunjuk jalan.
Hari kedua perahu itu sudah memasuki daerah kekuasaan Sam-seng-kiong. Dari jauh sudah
nampak pulau Sam-seng-to, yang nampaknya sunyi sepi.
"Sudah tiga kali Sam-seng Nio nio membinasakan aku, tapi selalu gagal, kali ini aku
pasti akan mengambil jiwanya," kata Koo Lok.
"Koo siaohiap, kita menyerbu secara terang-terangan atau menggelap," tanya Han
Teng Kiam. Koo Lok berpikir sejenak baru menjawab, "Sebaiknya kita menyerbu secara
menggelap."
"Kalau hendak menyerbu secara menggelap, aku harus mencari tempat
tersembunyi untuk menambat perahu kita, supaya tidak dapat dipergoki oleh orang Sam
seng Nio-nio.
Perahu itu akhirnya ditambat di sebuah tempat yang banyak batu karangnya. Tujuh orang
naik ke darat, Koo Lok yang sudah pernah datang kepulau itu, segera naik keatas tebing
yang tinggi, Koo Lok terperanjat setelah mengetahui bahwa tempat di mana ia berdiri
ternyata kolam buaya.
Koo Lok ingat Cui pa-ong, maka ia lantas memanggilnya, "Locianpwee!"
Tidak lama, dari dalam gua melesat naik sesosok bayangan, yang bukan lain si Raja Air.
Koo Lok melihat si Raja air berdiri di hadapannya dalam keadaan selamat, lalu teringat
pengalamannya yang hampir binasa dalam laut, kalau tidak ditolong oleh orang tua itu,
mungkin sudah tamat riwayat hidupnya.
Semua orang yang ada di situ setelah diperkenalkan oleh Koo Lok, lalu memberi
hormat padanya. Barulah si Raja Air berkata, "Koo siaohiap, aku sudah kehilangan seorang
anak laki-laki,aku takut akan kehilangan anak perempuanku lagi, maka aku tidak berani
turun tangan, aku percaya kalian tentu mengerti isi hatiku."
"Ya.....o, yah, bagaimana dengan sahabat perempuanku itu ?......"
"Dia......masih memperlukan sedikit waktu untuk memulihkan kekuatannya, cuma,
sudah tidak ada bahaya lagi."
Mendengar keterangan itu, hati Koo Lok merasa lega. Ia mengawasi sikap si Raja Air yang
nampaknya tengah menekan perasaannya, lalu berkata padanya, "Locianpwee, lebih baik
kau turun lagi, aku akan berusaha menangkap Pho Siao Go dan membawanya kemari, biar
bagaimana aku tidak ingin kau kehilangan anak perempuanmu,"
"Terimakasih atas kebaikanmu."
Setelah si Raja Air turun lagi kedalam sumur tua, Tiat Khim Lojin lalu berkata, "Hanya
beberapa orang saja, perlu apa ditakuti, asal aku tiup lagu suruh orang tidur, sudah cukup
untuk bikin mereka tidur sembilan jam lamanya."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Meski itu satu cara yang termudah, tapi ditolak oleh Koo Lok, ia anggap dengan cara
demikian membunuh mati Sam Seng Nio nio, bukan terhitu ng perbuatan yang patut
dilakukan oleh orang gagah dan juga bukan suatu tindakan menuntut balas yang
sebenarnya.
Maka ia lantas berkata sambil gelengkan kepala. "Aku tidak ingin menuntut balas
dendam dengan cara demikian, aku menghendaki supaya Sam Seng Nio nio mati di bawah
tanganku sendiri."
Sehabis berkata ia lantas lompat melesat, menuju ke istana Sam-seng-kiong. Tindakan itu
segera diikuti oleh kawan-kawannya. Tidak lama, sudah tiba dekat istana Sam-seng-kiong
Koo Lok lalu hentikan kakinya dan berkata dengan suara pelahan, "Kalian tunggu aku di
sini sebentar, aku akan pergi menangkap Pho Siao Go, jika keadaan mendesak aku akan
bersiul sebagai tanda."
Semua kawannya menganggukkan kepala, Koo Lok baru melanjutkan perjalanannya
ke istana. Baru saja tiba di sana, telah ditegur oleh suara orang."Siapa?"
Koo Lok terperanjat, tatkala ia dongakkan kepalanya, ternyata ada seorang peronda
berdiri di sudut loteng.
Dengan cepat ia melompat melesat kearah orang itu, lalu ayun tangannya dan peronda itu
sudah mati tanpa keluarkan suara.
Koo Lok lalu melayang ke jendela kamar Pho Siao Go, tapi baru saja turun, kembali
mendengar suara menegur padanya, "Siapa?"
Ia tidak menjawab, langsung menuju ke pembaringan dan melancarkan satu serangan.
Pho Siao Go yang memang tidur nyenyak, tidak menduga di waktu tengah malam
buta ada orang datang menyerangnya.
Tapi nampaknya ia selalu waspada, sebab ketika Koo Lok melayang masuk suara hembusan
angin sudah mengejutkan dirinya. Sebagai orang Kang-ouw, ia segera tersadar kalau
dirinya sedang terancam bahaya, maka dengan sigap ia gulingkan dirinya, hingga serangan
Koo Lok mengenai tempat kosong.
Selagi Pho Siao Go hendak melompat bangun, serangan Koo Lok yang kedua sudah tiba.
Dengan demikian, hingga Pho Siao Go tidak mendapat kesempatan untuk turun tangan.
Dalam keadaan demikian, terpaksa menyambut dengan kekerasan.
Tapi ia tidak dapat menahan serangan Koo Lok yang amat dahsyat itu, hingga mundur lima
kaki, Koo Lok dengan cepat ulur tangan kirinya, dan sudah berhasil menyambar jalan
darah Kian kin-hiat. Setelah itu ia mengancamnya, "Kalau kau berani bergerak, aku akan
segera ambil jiwamu."
Pho Siao Go tidak bisa bergerak lagi. Ketika ia mengetahui siapa orang yang
menawan dirinya itu, hampir saja ia menjerit.
Ia hampir tidak percaya kepada matanya sendiri, sebab orang yang berada di depan
matanya itu ternyata adala. Koo Lok.
"Bagaimana beberapa hari tidak bertemu, apa kau sudah tidak kenali aku lagi?*
"Kau............ kau......... kembali tidak mati?"
"Benar, seperti apa katamu, aku seorang yang panjang umur."
Sekarang, sekalipun tidak percaya, Pho Siao Go juga harus percaya, kalau Koo Lok memang
masih hidup.
"Kau benar-benar panjang umur, sekarang aku sudah jatuh di tanganmu, silahkan
turun tangan!"
"Sebetulnya aku juga ingin membunuhmu, tapi sekarang tidak," kata Koo Lok
sambil tertawa dingin, kemudian menotok beberapa bagian jalan darah Siao Go dan
berkata, "Pakai bajumu!"
Pho Siao Go melengak, "Perlu apa?"
"Pergi menemui ayahmu?"*
Mendengar ucapan Koo Lok, Pho Siao Go terperanjat, tanyanya dengan terheran-heran.


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayahku? Dari mana datangnya ayahku?"
"Apa kau keluar dari batu? Itu toh tidak mungkin bukan? Lekas berpakaian, kalau
tidak, aku terpaksa bawa kau dalam keadaan demikian."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Pho Siao Go mengenakan pakaiannya. Koo Lok lalu membawanya, tapi ia tidak tahu bahwa
gadisitu sudah menggerakkan pesawat tanda bahaya dengan kakinya ketika ia mengenakan pakaian.
Koo Lok kempit tubuh Pho Siao Go lari menuju ke kolam buaya. Ketika Lo Kie dan
lain-lainnya menyaksikan Koo Lok mengempit Pho Siao Go, lantas bertanya, "Apakah gadis
ini?"
"Benar, kalian tunggu aku sebentar, aku segera kembali."
Tiba di tepi kolam buaya, wajah Pho Siao Go berubah pucat, ia bertanya, "Kau mau apa?
"Lemparkan dirimu ke dalam kolam buaya."
"Kau............"
"Pho Siao Go datang............" kata Koo Lok ke bawah gua, lalu melemparkan Pho
Siao Go ke bawah tebing. Pho Siao Go menjerit, kemudian disusul oleh suara saling
bentak, yang timbul dari mulut Sam-seng kiong...".......................
Mendengar itu, wajah Koo Lok berubah, pikirnya, "Celaka, kita sudah diketahui oleh orang
Sam-seng kiong............"
Dengan cepat ia balik kearah datangnya suara itu. Benar seperti apa yang ia duga,
beberapa puluh orang-orang berpakaian hitam, sedang bertempur sengit dengan Lo Kie
dan kawan-kawannya. Sambil membentak keras, Koo Lok melompat kedalam kalangan,
dan melancarkan serangan bertubi-tubi, sebentar saja terdengar suara jeritan ngeri
berulang-ulang.......
"Mari ikut aku........." Koo Lok mengajak kawan-kawannya. Semua kawannya
mengikuti jejak Koo Lok. Sebentar kemudian Koo Lok melompat naik ke kamar Pho Siao
Go. Koo Lok cuma tahu, bahwa dari kamar Pho Siao Go, ada satu jalan menuju ke pusat
markas Sam-seng-kiong, maka ia ingin menyerbu melalui jalan itu.
Setelah semua kawannya tiba di daiam kamar ia lantas bergerak dan sebentar kemudian
sudah tiba di atas loteng.
Dari atas ia melihat ke bawah, di ruangan pendopo saat itu nampak terang benderang
dengan penerangan api Hio. Kemudian mereka dengar suara Sam-seng Nio-nio yang
berkata, "Kau.......kau kata bocah Koo Lok itu belum mati?"
Lalu terdengar suara jawaban Kalong terbang, "Benar, aku telah menyaksikan sendiri."
"Ah, rasanya tak mungkin!"
"Nio-nio ini memang sebenarnya, barusan aku pergi ke kamar nona Pho, dia sudah
tak ada di sana."
"Apa benar?"
"Teecu tak berani berbohong, barusan orang-orang kita kembali ada beberapa
orang yang mati di tangan Koo Lok."
Sam-seng Nio-nio benar-benar merasa sangat heran hingga parasnya berubah
seketika, katanya, "Tidak kusangka Koo Lok sudah tiga kali tertangkap, aku masih tidak
bisa membinasakannya, nampaknya......... " berkata sampai di situ matanya memandang
sekelilingnya, lalu memerintahkan semua anak buahnya supaya berkumpul.
Si Kalong terbang terima baik perintah itu, selagi hendak berangkat, Koo Lok mendadak
melayang turun dari atas dan menerjang Sam-seng Nio nio sambil berseru, "Sam-seng Nionio serahkan jiwamu!"
Karena Sam-seng Nio-nio tidak menduga Koo Lok menyerang dari atas loteng, maka ketika
ia mengetahui, tahu-tahu serangan Koo Lok telah mengenai punggungnya, hingga ia roboh
mengeluarkan darah dari mulutnya.
Sementara itu, Lo Kie dan lain-lainnya juga sudah menyerbu dan menyerang pengawal
Sam-seng Nio-nio.
Koo Lok setelah berhasil merobohkan Sam-seng Nio-nio, ia tidak berani berlaku
ayal, serangan kedua lalu dilancarkan lagi, tapi pada saat itu si Kalong terbang sudah
turun tangan menyambut serangan Koo Lok.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Meski kalong terbang sudah berhasil menolong jiwa Sam-seng Nio-nio, tapi ia sendiri sudah
terkena serangan Tiat khim Tongcu yang dilancarkan dari belakang, hingga lantas roboh
sambil mengeluarkan jeritan ngeri.
Dalam ruangan yang luas itu, sekejap mata saja sudah berobah menjadi medan
perang, dua puluh orang kuat yang bertugas sebagai pengawal Sam-seng Nio-nio satu
persatu telah roboh ditangan Lo Kie, Lie Siao Cie, Koo Peng dan lain-lainnya yang
mengamuk bagaikan banteng ketaton.
Pada saat itu, di luar istana tiba-tiba terdengar suara riuh, Koo Lok melihat pintu
besar masih terbuka lebar, maka lantas minta Lo Kie supaya lekas menutup pintu, supaya
orang Sam-seng Nio-nio tidak bisa masuk untuk memberi bantuan.
Sam-seng Nio-nio yang lolos dari tangan Koo Lok, berkat pertolongan si Kalong terbang,
segera melompat bangun, dan segera dibimbing oleh Hantu pengisap darah dan Hiat-kaolie serta Tok-kao-lie.
"Sam-seng Nio-nio, hari ini kau tidak bisa lolos lagi," kata Koo Lok sambil tertawa
dingin. Dengan cepat ia sudah melancarkan serangan yang dahsyat. Hantu penghisap darah
dan dua kao lie masing-masing ayun tangan mereka, untuk menyambut serangan Koo Lok,
hingga Sam-seng Nio-nio mendapat kesempatan untuk menelan pil, guna memulihkan
kekuatannya.
Saat itu, semua pengawal Sam-seng Nio-nio sudah roboh binasa, hingga Tiat-khim
Tongcu, Koo Peng dan lain-lainnya sudah datang membantu Koo Lok.
Dengan demikian, maka si Hantu penghisap darah dan dua Kao-lie yang semula hendak
membantu Nio nionya, kini harus melayani serangan Koo Peng dan kawan-kawannya.
Pertempuran itu berlangsung tidak lama, dua kao lie sudah tak berdaya, hingga roboh
binasa hanya tinggal Hantu penghisap darah seorang diri yang masih berlaku nekad.
Sam seng Nio nio yang menyaksikan semua anak buahnya sudah habis binasa, lantas
berpi kir hendak kabur. Ia lantas melompat keluar dari kalangan dan lari ke belakang
sambil menggenggam segumpal senjata rahasianya yang ampuh, paku beracun Teng hay
ngo tok teng. Koo Lok mengejar sambil berseru, "Kau hendak lari kemana?"
Pada saat itu, senjata paku beracun sudah meluncur keluar dari tangan Sam seng Nio nio.
Koo Lok terperanjat, ia lmeompat ke samping untuk menghindari serangan itu, hingga Sam
seng Nio nio mendapat kesempatan melompat ke luar dari pintu belakang dan kabur ke
dalam rimba.
Sam seng Nio nio mengira bisa lolos, mendadak dari dalam rimba melesat keluar dua
bayangan orang yang menghadang di depannya sambil berkata, "Sam-seng Nio-nio, kau
sudah tidak bisa lolos lagi."
Kata-katanya itu dengan dibarengi suatu serangan hebat dari kedua orang itu.
Munculnya dua orang secara mendadak itu, bukan saja di luar dugaan Sam-seng Nio-nio,
tapi juga mengejutkan Koo Lok.
Untung Sam-seng Nio-nio, masih bisa berlaku gesit, ia segera berkelit dan menyingkir dari
dua serangan tersebut. Koo Lok saat itu baru tahu bahwa dua orang yang merintangi
kaburnya Sam-seng Nio-nio itu bukan lain daripada Yu Khim Cu dan In Cie Houw. Maka ia
lantas berseru, "Adik Yu, kau?"
Yu Khim Cu mengawasi Koo Lok sejenak, lantas menjawab sambil tertawa getir, "Benar!"
Pada saat itu Sam-seng Nio-nio sudah menggunakan senjata rahasianya lagi, untuk
menyerang musuhnya. Yu Khim Cu dan In Cie Houw lompat menyingkir, Sam-seng Nio-nio
segera menggunakan kesempatan itu untuk melompat kabur.
Tapi Koo Lok sudah siap sedia, maka dengan cepat sudah merintangi dengan serangannya
yang dahsyat, hingga Sam-seng Nio-nio terdesak mundur.
"Sam-seng Nio-nio, aku katakan hari ini kau sudah tidak bisa lolos lagi!" kata Koo
Lok dingin.
Dengan demikian, Sam-seng Nio nio kini sudah dikepung oleh tiga musuh besarnya,
betapapun kepandaiannya setinggi langit, ia juga tidak mampu menerobos kepungan itu
lagi, Maka ia telah mengambil keputusan hendak mengadu jiwanya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Sam-Seng Nio no, sekarang giliranku untuk bertanya padamu sebelum kau mati,
kau ingin meninggalkan pesan apa?" tanya Koo Lok, tetap dengan nadanya yang dingin.
Sam seng Nio-nio tidak menjawab, ia lantas melesat dan menyerang Koo Lok dengan
secara nekad.
Koo Lok murka, ia juga balas serangan itu secara nekad pula. Dua musuh besar itu,
kembali bertempur mati-matian.
Setelah beberapa jurus berlangsung, tiba-tiba terdengar suara seruan tertahan yang keluar
dari mulut Sam seng Nio nio, yang kemudian lantas roboh ditanah sambil mengeluarkan
darah dari mulutnya.
Koo Lok maju menghampiri, tangannya diangkat, hendak menamatkan jiwa perempuan
jahat itu.
Mendadak suara bagaikan geledek mencegahnya, "Koo Siaohiap, tahan dulu!"
Koo Lok tarik kembali tangannya, sementara itu si Raja Air sudah berdiri di hadapannya.
Munculnya si Raja Air secara tiba-tiba ini benar-benar mengejutkan Koo Lok.
"Apa locianpwee tidak mengijinkan aku membunuhnya?" tanya Koo Lok. Si Raja air
gelengkan kepala, dan menjawab sambil tertawa getir, "Koo Saohiap, jangan salah
faham......!"
"Kalau begitu.........?"
"Aku cuma ingin supaya ia tahu aku sudah mati atau belum?"
Sam-seng Nio-nio mendengar ucapan dua orang itu, lantas buka matanya, parasnya
berubah seketika, katanya dengan suara gemetar, "Kau..................?" Dari suara dan
sikapnya, nampaknya perempuan itu sangat ketakutan.
"Benar!, inilah aku, yang dulu suamimu, kau tentunya tidak menduga, kalau aku
masih hidup bukan?" jawab si Raja air sambil tertawa dingin.
Sungguhpun demikian, hati si Raja air pada saat itu sebetulnya sangat pilu, karena ia dulu
pernah tergila-gila terhadap perempuan berhati jahat itu, tapi kini, semua impian muluk
itu telah buyar tertiup angin, biar bagaimana sudah tidak bisa kembali lagi.
Sam seng Nio nio perlahan-lahan bangun, lalu berkata sambil mengawasi si Raja air,
"Tidak nyana......... aku akan mengalami nasib seperti hari ini......... suamiku, aku tahu
bahwa aku telah berbuat salah."
Si Raja air cuma tertawa dingin, jawabnya, "Semoga kau bisa menyesal!"
"Suamiku, tolonglah diriku.!" kata perempuan jahat itu, yang segera menubruk si
Raja Air, tapi si Raja air egoskan dirinya, seraya berkata, "Tidak kusangka kau juga takut
mati, hahaha, aku hampir mati ditanganmu, sebetulnya aku ingin turun tangan sendiri,
untuk membinasakan dirimu!"
"Suamiku, apakah kau tidak dapat mengampuni diriku?"
"Mengampuni? Hm! jika tidak memandang kau telah menjadi isteriku, siang-siang
aku sudah memisahkan kepalamu dari badan." Kemudian orang tua itu berkata kepada
Koo Lok, "Koo siaohiap, binasakanlah!"
Sehabis memberi perintah itu si Raja air itu pelengoskan mukanya. Koo Lok tidak terus
turun tangan, ia tahu bahwa si Raja air itu tidak tega melihat kematian bekas isterinya
itu. Setelah hening cukup lama, baru terdengar pula suara bentakan Koo Lok, "Samseng Nio-nio, serahkan jiwamu!" Ucapan itu segera disusul dengan serangannya yang
hebat, yang ditujukan kepada musuh besarnya.
Sam-seng Nio-nio pada saat itu sudah luka parah, bagaimana berani menyambut serangan
Koo Lok yang sangat hebat itu ? Ia terpaksa melompat untuk menghindari serangan itu.
Tapi sebelum berhasil menyingkir jauh, serangan kedua sudah sampai mengenai
punggungnya dengan telak, hingga perempuan jahat itu lantas roboh, mulutnya
menyemburkan darah hidup.
TATKALA serangan Koo Lok yang ketiga menyusul, batok kepala Sam-seng Nio-nio
pecah, otaknya berhamburan di tanah.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Seorang jago betina yang kejam dan jahat, yang pernah mengimpikan hendak menguasai
dunia rimba persilatan, akhirnya telah menemui ajalnya secara mengenaskan, orang cuma
sayang terhadap kepandaiannya yang luar biasa dan tidak ada taranya.
Koo Lok setelah membinasakan musuh besarnya, mulutnya berkemak kemik mendoakan
ayah bundanya, sambil mengucurkan airmata.
Si Raja Air yang menyaksikan kematian bekas isterinya, juga mengalirkan armata.
Pada saat itu, mendadak terdengar suara bentakan, "Siapa yang membunuh Nio-nio kita?"
Suara itu mengejutkan semua orang, ketika mereka berpaling, segera melihat sepasukan
tukang panah yang berdiri beberapa ratus jiwa, sudah mengurung mereka dari empat
penjuru.
Koo Lok dengan muka berubah menjawab, "Aku! kalian mau apa?" Seorang tua
berpakaian hitam lantas berkata sambil tertawa dingin, "Kau telah bunuh mati Nio-nio
kita, maka aku juga minta kalian mengganti jiwanya"
Orang tua itu setelah mengucapkan demikian, lantas perintahkan orang-orangnya supaya
siapkan anak panah.
Beberapa ratus pasukan tukang panah itu sudah siap sedia, hingga keadaan menjadi gawat.
Si Raja air mengawasi orang-orang dalam pasukan panah itu, ternyata tidak satupun yang
dikenalnya. Sebab selama dua puluh tahun itu, Sem-seng Nio-nio sudah menukar semua
orang yang lama dengan orang-orang yang baru.
Dalam keadaan yang sangat kritis itu, terdengar suara bentakan, "Lie Pa, mundur!"
154Laki-laki tua baju hitam itu, lantas berpaling dan melihat bahwa orang itu
adalah Pho Siao Go maka ia segera menyahut "Baik!" lantas tarik mundur dirinya.
Pho Siao Go tiba di kalangan, lalu mengawasi jenazah ibunya sejenak kemudian menubruk
dan menangis tersedu-sedu.
Dari ayahnya, ia sudah mengetahui bagaimana kelakuan ibunya, meski perbuatannya
sangat terkutuk, tapi ibu tetap ibu, apalagi selama hidupnya juga sayang kepadanya
bagaimana ia dapat membencinya?
Dengan bercucuran air mata, si Raja air menepuk pundaknya dan berkata, "anak, kau
tidak perlu sedih, ia harus menemui ajalnya secara demikian..............."
Pho Siao Go menindas perasaan sedihnya, dengan badan limbung memandang jenazah
ibunya.
Koo Lok lalu berkata dengan suara duka, "Nona Pho, aku harap kau suka maafkan."
Pho Siao Go tidak menjawab, ia berdiri seperti patung, seolah-olah sukmanya sudah
terbang meninggalkan raganya.
Sementara itu Gin-hui yang dirawat oleh si Raja air, juga sudah datang, ia segera
menghampiri Pho Siao Go untuk menghibur hatinya.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara orang berkata, "Teecu di sini menjemput Tohcu."
Suara itu mengejutkan semua orang, mereka segera melihat si Kalong terbang bersama
beberapa puluh anak buah Sam-seng-to berlutut di tanah.
Si Raja air tercengang ia lalu berkata, "Tohcu? Hei siluman Kalong apa kau masih
mengenal aku?*
Si Kalong terbang buru-buru menjawab, "Dua puluh tahun berselang, tohcu mendadak
menghilang, kita semua mengira tohcu sudah mangkat. Sejak saat itu, Sam-seng-Nio nio
lalu merobah sebutan To menjadi Ki-ong. Teecu tidak tahu sebab musababnya, sementara
mengenai pengabdian diri teecu kepada Sam-seng Nio-nio mohon supaya diampuni,"
Si Raja air tertawa terbahak, katanya, "Tidak nyana kau masih tidak melupakan sahabat
lama."
"Mana teecu berani?"
"Kau kembali dulu ke pusat nanti aku segera menyusulnya."
Setelah itu Kalong terbang berlalu bersama anak buahnya. si Raja air lalu menepuk
pundak Koo Lok seraya berkata, "Koo siaohiap tidak perlu bersusah hati lagi, orang yang
sudah mati tidak bisa hidup kembali!"
Rombongan orang itu ketika tiba di istana Sam seng-kiong, Pho Siao Go lalu persiapkan
hidangan makan untuk menjamu para tamunya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Dalam perjamuan itu Pho Siao Go berkata kepada Koo Lok sambil sodorkan secawan arak,
"Koo Siaohiap, terimalah hormatku ini, sekedar sebagai ucapan terima kasihku padamu
karena atas kemurahan hatimu, sehingga aku dapat pertahankan kesucianku."
Ucapan ini menggoncangkan jantung Koo Lok, karena ia segera teringat atas perbuatannya
terhadap gadis itu.....................
"Aku sudah minum kering arakku, harap Koo siaohiap juga minum kering arak itu."
kata Pho Siao Go sambil tertawa.
Koo Lok minum habis arak dalam cawannya, tapi ia tidak berkata apa-apa. Sementara itu,
Lie Siao Cie agaknya sudah melihat gelagat bahwa ucapan Pho Siao Go itu ada
mengandung arti dalam, maka ia lantas bertanya secara bisik-bisik.
"Nona Pho, dengan cara bagaimana Koo Lok melindungi kesucianmu?"
"Hal ini sudahlah tidak perlu dibicarakan lagi, baiknya kalian sudah akan
meninggalkan pulau ini, urusan ini segera akan terlupa sendiri."
"Sebetulnya urusan apa sih?"
"Urusan yang sudah lalu, apa gunanya dibicarakan? Marilah kita makan."
Lie Siao Cie meski tahu bahwa dalam hal ini pasti ada sebabnya, tapi karena orang yang
bersangkutan tidak mau menerangkan, maka ia juga tidak bisa bertanya lagi.
Hari berikutnya........................ Koo Lok dan kawan-kawannya berpamitan
dengan si Raja air, selagi hendak naik kapal mata Pho Siao Go memandang Koo Lok dengan
penuh arti, hingga membuat Koo Lok merandak.
"Koo sioahiap, kalau ada waktu, harap suka datang lagi untuk menyambangi ayah!"
kata si nona. Maksud yang terkandung dalam ucapan si nona itu, membuat Koo Lok
tercekat, seketika itu ia lantas menyahut, "Nona Pho, maafkan atas kelakuanku yang
kurang ajar terhadap dirimu!"
"Ini bukan soal maaf atau tidak naiklah ke atas kapal, kalau ada waktu nanti aku
akan mencarimu."
Setelah Koo Lok naik ke atas kapal, lalu berangkat menuju Tionggoan. Di atas kapal
Hang Teng Kiam maju ke depan Koo Lok dan berkata, "Koo siaohiap, lohu ingin minta
pertolonganmu!"
"Urusan apa?"
"Tolong tuntutkan balas dendam untuk aku karena dengan kekuatanku sendiri
masih belum mampu menandingi Chie Liong."
"Tentang ini locianpwee tidak usah khawatir lm-kao-lie dulu pernah menolong
jiwaku karena Han Su Pin mati ditangan Chie Liong sudah tentu akan aku akan
membunuhnya."
"Kalau begitu lohu ucapkan terima kasih terlebih dahulu."


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak perlu banyak peradatan, numpang tanya, apakah bekas anak buah
locianpwee ada kemungkinan mau takluk kepada Chie Liong."
"Ini mungkin, karena Chie Liong seorang yang banyak akal, licik serta berambisi
besar, aku percaya selama ini pasti sudah mendirikan partai lain."
"Nampaknya nanti akan terjadi pertempuran besar, kalau begitu lebih baik kita
mendarat di Sam-ciok kang saja."
Kapal telah berlabuh di pantai Sam ciok-kang, rombongan yang terdiri dari sembilan orang
itu lantas menuju ke pusat Pek-hay Cong-to.
Tiba di pintu tembok luar, dua laki-laki tua yang berpakaian nelayan ketika melihat
Han Teng-Kiam wajah mereka nampak berubah seketika, mereka buru-buru berlutut
seraya berkata, "Teecu hunjuk hormat kepada Tohcu"
" Tidak usah banyak peradatan, bangunlah!" jawab Han Teng Kiam.
Dua orang tua itu nampak terheran-heran dan ketakutan. Han Teng Kiam lalu bertanya
pada mereka, "Apakah kalian berdua tahu bahwa aku hampir celaka di tangan orang?"
"Teecu tidak tahu."
"Sekarang siapakah yang menggantikan kedudukanku sebagai Tohcu?"
"Chie............Chie Liong."
"Chie Liong, itu manusia berhati binatang, apa dia ada di dalam?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ada."
"Kalian minggir!"
Dua nelayan tua itu saling memandang, tidak berani bergerak, Koo Lok lalu maju
nienghampiri dan berkata kepada mereka, "Kalian tidak mau memberi jalan, apakah
hendak mencari mampus?*
"Kita datang atas perintah....................."*
"Kalian dengar perintahku atau perintah dia?" geram Han Teng Kiam.
"Sudah tentu dengar perintah Tohcu."
"Kalau kalian dengar perintahku, nah, lekas menyingkir!"
Dua nelayan tua itu tidak berdaya, terpaksa menyingkir untuk memberi mereka jalan
masuk.
BEGITU tiba di depan pintu, Han Teng Kiam cs segera dicegat oleh sepuluh orang
yang ditugaskan menjaga pintu. Sepuluh orang itu tak satupun yang Han Teng Kiam kenal,
hingga ia menduga orang-orang ini pasti orang-orang kuat yang diundang Chie Liong.
"Kalian mau apa?" tanya salah seorang.
"Lekas panggil Chie Liong keluar untuk menerima kematiannya!"
Sepuluh pengawal itu ketika mendengar ucapan Han Teng Kiam, seketika lantas marah,
satu diantaranya lantas membentak, "Bangsat! kau manusia macam apa?" tanpa memberi
peringatan orang itu lantas menyerang.
Han Teng Kiam tertawa dingin, ia sambut serangan orang itu, keduanya terpental mundur
beberapa tindak.
"Kepandaianmu boleh juga, pantas berani bertingkah di Pek-bay Cong to....." kata
orang itu.
Sementara itu, Koo Lok sudah maju ke depan para pengawal itu, lalu membentaknya,
"Kalian lebih baik memberi jalan kepada kita, jika tidak, aku nanti akan buat kalian mandi
darah di depan pintu ini."
"Bocah, berapa tinggi kepandaianmu sih?"
"Kalian benar-benar tidak mau menyingkir?"
"Kalau kau ada kemampuan, silahkan maju,"
"Kalau begitu, kalian jangan menyesal kalau aku berlaku kejam!" Ia lalu gerakkan
tangannya, dengan beruntun melancarkan serangan. Para pengawal itu tidak menduga
Koo Lok mempunyai kepandaian begitu tinggi, dengan gegabah mereka menyambut
serangan tersebut. Kontan seorang diantaranya lantas mati menggeletak. Yang lainnya
ketika menyaksikan keadaan demikian bukan kepalang kagetnya.
Pada saat itu, Han Teng Kiam sudah melompat masuk ke dalam. Lo Kie khawatir
Han Teng Kiam tidak dapat menahan serangan musuhnya, maka juga turut menyerbu ke
dalam. Sepuluh pengawal itu sudah tentu bukan tandingan Koo Lok, maka dalam waktu
sekejap mata sudah dibereskan semuanya.
Tatkala Han Teng Kiam baru melangkah ke dalam, sudah disambut oleh serangan
kekuatan tenaga dalam. Meski ia seorang yang tidak begitu tinggi kekuatan tenaga
dalamnya tapi ternyata cukup sigap reaksinya untuk menghadapi serangan gelap. Dengan
cepat ia sudah melompat mundur, menghindari serangan musuhnya.
Lo Kie yang sudah menyusul segera melancarkan serangan yang sudah cukup dikenal itu,
hingga sebentar terdengar suara jeritan ngeri, dua orang yang melakukan serangan
menggelap itu sudah roboh binasa.
Sementara itu, Koo Lok yang sudah membereskan lawannya, juga sudah berada di dalam,
mendadak ia ingat sesuatu, maka lantas berkata kepada Lie Siao Cie, "Untuk menjaga
jangan sampai Chie Liong kabur, sebaiknya kita kurung gedung ini, jaga jangan ada
seorangpun yang keluar dari sini."
Semua orang setuju usul Koo Lok itu, maka mereka lantas berpencaran untuk
mengurung gedung itu. Setelah itu barulah Koo Lok mengikuti Lo-Kie dan Han Teng Kiam.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Di ruangan tengah, beberapa puluh orang berdiri berbaris di kedua sisi, orang-orang itu
merupakan komplotannya Chie Liong, tidak heran kalau tak satupun yang dikenal oleh Han
Teng Kiam.
Beberapa puluh orang itu berdiri bagaikan patung, begitu pula wajah mereka juga kaku
dingin seperti tidak bernyawa.
"Suruh Chie Liong keluar?" kata Koo-Lok dengan nada dingin. Tapi diantara orangorang itu, tiada satupun yang menjawab.
"Apakah kalian semua gagu?"
Tetap tidak ada jawaban. Koo Lok tidak bisa mengendalikan amarahnya lagi, sambil
keluarkan suara bentakan keras, ia melancarkan dahsyat kearah orang-orang yang berdiri
bagaikan patung itu. Selagi serangan Koo Lok meluncur keluar dari tangannya, beberapa
orang bagaikan patung itu mendadak sontak bergerak dan menyerang dengan serentak
terhadap Koo Lok dan kawan-kawannya.
Koo Lok dan Lo Kie segera putar tangannya, serangan hebat yang meluncur keluar
dari tangan mereka telah mengakibatkan suara riuh dan jeritan ngeri yang keluar dari
mulut orang-orang yang tadi bungkam bagaikan patung itu.
Beberapa puluh orang meski berkelahi dengan nekad, tapi mereka bukan tandingan Koo
Lok dan Lo Kie?
Dalam waktu sangat singkat, satu persatu telah roboh bergelimpangan di tanah.
Han Teng Kiam lalu anggukkan kepala kepada Koo Lok dan berlalu hendak mencari Chie
Liong.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang keluar dari mulut Tiat Kim Cu, "Kau sudah
tidak bisa keluar lagi!"
Lalu disusul oleh jawaban, "Boleh coba saja."
Hang Teng Kiam yang mendengar suara itu, wajahnya berubah, lalu berkata kawankawannya, "Itulah Chie Liong."
Cepat ia sudah melompat kearah itu, Lo Kie dan Koo Lok mengikuti di belakangnya.
Tiba di tempat tersebut, mereka segera melihat seorang laki-laki berusia kira-kira empat
puluhan, dengan dandanan seperti pelajar sedang bertempur dengan Tiat-khim Tongcu.
Han Teng Kiam lantas berseru, "Tahan!"
Tiat-khim Tongcu dan laki pertengahan umur itu lantas melompat mundur.
Han Teng Kiam menghampiri dan menegurnya dengan suara dingin, "Chie Liong,
apa kau masih kenali aku?"
"Kau.........kau........." suara Chie Liong yang agak gelagapan setelah mengetahui
siapa yang berada di hadapannya.
"Kau tentunya tidak menduga kalau aku, yang kau lemparkan kedalam laut, pada
saat ini masih hidup dan berada dihadapanmu, bukan?"
Chie Liong benar-benar tidak menduga bahwa saudaranya yang ia lemparkan ke dalam laut
itu ternyata masih hidup.
Han Teng Kiam maju setindak lagi katanya pula, "Chie Liong, kematian sudah berada di
depan mata, kau masih ingin tinggalkan ucapan apa?"
Chie Liong pandang Han Teng Kiam dengan sinar mata gemas, mulutnya tertutup rapat.
"Aku hendak cincang tubuhmu menjadi bubur, aku baru merasa puas." berkata Han
Teng Kiam sambil kertak gigi, kemudian menghajar bekas iparnya itu.
Chie Liong menjerit, kepalanya hancur berantakan. Han Teng Kiam benar-benar
mencincang tubuh Chie Liong, sambil mulutnya kemak kemik berdoa kepada arwah isteri
dan anaknya.
Pada saat itu, Koo Peng, Lie Siao Cie dan lain-lainnya, sudah datang berkumpul di
situ.
Han Teng Kiam setelah selesai mencincang tubuh Cie Liong, lalu berkata kepada Koo Lok,
"Lohu hari ini berhasil menuntut balas, semua ini adalah atas bantuan siaohiap, maka itu,
terimalah hormat lohu!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sehabis berkata, ia lantas jatuhkan diri dan berlutut kepada Koo Lok. Koo Lok menjadi
bingung, ia buru-buru berkata sambil membimbing orang tua itu, "Locianpwee, bagaimana
boanpwee berani terima kehormatan begini besar? Silahkan bangun!"
Han Teng Kiam perlahan-lahan bangunt, setelah mengucapkan kepada yang lain-lainnya,
laju ajak para tamunya masuk ke ruang tamu, tapi Koo Lok menolak, karena ia harus
melanjutkan perjalanannya.
Han Teng Kiam tidak berdaya, terpaksa ia antar semua tamunya sampai beberapa lie
jauhnya, baru kembali ke rumahnya untuk memimpin kembali perkumpulan yang sudah
lama ia tinggalkan itu.
Koo Lok bersama kawan-kawannya melanjutkan perjalanan menuju ke lembah
patah hati. Di tengah jalan, Yu Khim Cu mendadak hentikan kakinya dan berkata, "Aku
tidak turut ke lembah patah hati."
Semua orang heran mendengar ucapan itu, Koo Lok lantas bertanya, "Kenapa?"
"Aku hendak pergi!*
Lie Siao Cie yang mempunyai perasaan halus, dapat melihat perasaan guram, yang terkilas
di paras nona itu, ia lantas bertanya, "Kau hendak kemana?"
"Balik ke gunung Oey San!"
Koo Lok terperanjat, ia bertanya, "Kau tidak suka jalan bersama kita?"
"Bukannya tidak suka" jawabnya sambil tersenyum getir.
"Kenapa?"
"Segalanya harus diakhiri," jawabnya sambil menghela napas.
"Diakhiri? Bukankah kau mencintai Koo Lok?" tanya Lie Siao Cie.
"Dulu memang pernah."
"Kenapa sekarang tidak?"
"Sekarang?" Yu Khim Cu unjukkan senyum getir, "aku tidak ingin terjerumus ke
jurang penderitaan lagi."
Kemudian ia berkata kepada In-cie-houw, "Enci, mari kita jalan," In Cie houw tercengang,
ia berkata, "Kalau kau mencintainya, mengapa kau harus meninggalkannya?"
"Yang sudah biarlah berlalu." jawab Yu Khim Cu sambil gelengkan kepala. Sehabis
berkata ia lantas berjalan pergi...
In Cie-houw mengawasi Koo Lok sejenak sambil tersenyum getir, kemudian mengikuti
Yu Khim Cu............
Koo Lok berdiri terkesima, ia tidak berkata apa-apa, mendadak ia ingat, lima tahun
berselang ketika nona itu meninggalkannya, keadaannya juga serupa dengan sekarang.
Lie Siao Cie menghampiri Koo Lok dan berkata padanya, "Engko Lok, mengapa kau tidak
panggil mereka kembali?"
"Panggil ia kembali............?"
"Ya, kau tidak boleh membiarkan mereka merana!"
"Tidak." Koo Lok gelengkan kepala, ia tidak akan kembali.
"Coba saja kau panggil!"
"Aku tidak boleh berbuat demikian, lima tahun berselang, ia telah meninggalkan
aku karena rasa bencinya, sekarang mungkin benar meninggalkan aku untuk selamalamanya, sekalipun aku minta kembali, ia juga tidak akan merobah pendiriannya."
"Aku tahu ia mencintaimu, tidak perduli bagaimana, kau harus bujuk dia supaya
kembali."
"Apa itu untuk menunjukkan perasaanku?"
"Begitulah sedikitnya."
Koo Lok terpaksa mengejar Yu Khim Cu sambil berseru, "Adik Cu!"
Yu Khim Cu berpaling, sepasang matanya mengembang air, Koo Lok terbaru, dari air mata
yang membasahi mata itu, Koo Lok dapat menduga bagaimana perasaannya nona itu, pada
saat ini tentunya sedang menderita.
"Adik Cu......" kata Koo Lok dengan suara perlahan.
"Ada urusan apa?" Yu Khim Cu balas bertanya sambl menyeka airmatanya.
"Apa kau...... benar-benar hendak pergi?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Ya......" jawabnya sambil mengangguk.
"Mengapa kau tak suka jalan bersama-sama kita?"
Air matanya kembali berlinang dikelopak matanya, jawabnya dengan suara pilu, "Aku
pernah berkeinginan hidup bersamamu............"
"Kalau begitu kau jangan pergi!"
"Itu dahulu, tapi sekarang, aku mengerti aku harus meninggalkanmu!"
"Mengapa?"
"Karena aku mencintaimu. Semula, karena aku benci padamu, hingga
meninggalkanmu, sekarang, aku meninggalkanmu karena cintaku padamu." ia tersenyum
pahit, kemudian berkata, "Selanjutnya kau akan mengerti sendiri bahwa tindakanku ini
benar."
SETIAP patah kata Yu Khim Cu, bagaikan ujung pisau menusuk kehati Koo Lok,
mengharukan dan memilukan, tapi apa daya? Yu Khim Cu melanjutkan kata-katanya sambil
tersenyum getir, "Kau tidak usah bersedih, selanjutnya kau akan melupakan sendiri apa
yang telah terjadi hari ini!"
"Aku tidak dapat melupakan, aku........ aku juga cinta padamu!"
"Engko Lok, aku ingat ketika pertamakali kau mcncium aku, tidak perduli ciuman
ini mengandung perasaan cinta atau tidak, namun aku tetap menghargainya hingga
sekarang. Aku mengerti bahwa aku tidak cocok untukmu, aku pernah berkata, karena cinta
aku meninggalkanmu, kau mengerti sebabnya?"
Manusia Aneh Dialas 4 Like The Way You Hurt Me Karya Raka Pendekar Pedang Kail Emas 4

Cari Blog Ini