Ceritasilat Novel Online

Menebus Dosa 6

Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa Bagian 6


Koo Lok menggelengkan kepalanya. Yu Khim Cu menghela napas dan berkata, "Aku adalah
seorang wanita yang berpikiran sempit, bersifat serakah, jika bersama mereka
bersuamikan seorang laki-laki, aku tidak mau, aku cuma ingin cinta suamiku untuk aku
sendiri."
Koo Lok diam, Yu Khim Cu berkata pula, "Oleh karena itu, maka aku harus
meninggalkanmu, kau nanti akan dapat mengerti bahwa cintaku padamu tidak kalah
besarnya daripada cinta Lie Siao Cie dan lain-lainnya."
Itu memang kenyataan yang sebenarnya, juga merupakan suara dari hati nuraninya
sendiri. Ia mencintai Koo Lok, itu tidak bisa disangkal tapi ia mengerti bahwa ia tidak
cocok dan tidak dapat menyesuaikan dirinya untuk bersuamikan seorang lak-laki dengan
beberapa wanita, karena hatinya sempit.
Setelah hening agak lama, ia baru berkata, "Manusia kadang-kadang memang aneh, kau
mungkin akan bertanya, kalau benar cintaku demikian besar terhadap dirimu, mengapa
tidak mau tinggal bersama-sama? Jawabanku adalah, Aku nanti akan menderita, seperti
juga ketika aku meninggalkanmu untuk pertamakalinya. Cuma sekarang aku mengerti, aku
harus pergi, pergi ke tempat tersembunyi di gunung Oey San!"
"Aku tidak tahu apa yang aku harus katakana terhadapmu!"
"Aih! apa juga sudah tidak perlu dikatakan lagi, apa yang sudah berlalu, biarlah
tinggal berlalu, beberapa puluh tahun kemudian, kita semua sudah menjadi tua bangka,
segala kejadian luar biasa di masa yang lampau, biarlah akan menjadi suatu kenangkenangan dalam hidup kita di dunia yang fana ini!"
"Bukankah ini berarti bahwa aku telah merusak penghidupanmu.................."
"Tidak, aku pernah mencintai kau, juga pernah dicintai, meskipun cinta itu tidak
sehat tapi aku merasa bangga. Nanti kalau hati dan perasaanku sudah tenang kembali,
mungkin aku bisa menikah."
"Kau akan menikah?"
"Bisa, aku bisa menikah lagi, aku toh tidak bisa menjadi gadis sampai
tua..............."
"Apa orang lain bisa memberi kebahagiaan padamu?"
"Aku toh bisa menjadi seorang isteri yang baik, akan kuberikan kepada lak-laki
yang memberi keberntungan dan kebahagiaan bagi diriku, Aku akan melupakan segala apa
yang telah terjadi untuk menghadapi kenyataan. Kau bisa mengerti bahwa dalam hatiku
meski masih ada bayanganmu atau tidak, tapi aku harus berbuat demikian, benar tidak?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok cuma bisa mengangguk saja. Dengan menindas perasaannya sendiri, Yu Khim Cu
berkata pula,"Kalau aku pada suatu hari benar-benar akan menikah, aku nanti akan kirim
surat undangan padamu, harap kau datang turut menghadiri upacara pernikahanku."
Ucapan itu terputus oleh suara isak tangis yang tidak dapat ditahan lagi. Koo Lok
sangat terharu, dengan jantung berdebar keras ia pentang kedua lengannya memeluk
tubuh Yu Khim Cu, dan berkata dengan suara parau, "Adik Cu, mengapa kau harus
menyiksa dirimu sendiri?"
Yu Khim Cu diam saja, ia membiarkan dirinya dipeluk erat oleh kekasihnya, hanya
perasaannya saja yang tak terkendalikan, air mata tidak dapat dicegah lagi terus mengalir.
Koo Lok akhirnya menciumnya lagi. Yu Khim Cu malah balas memeluk erat, ciuman itu
meski merupakan suatu penderitaan hatinya, tapi pada saat itu bagi ia dirasakan sangat
perlu baginya. Itulah ciuman yang terakhir, ciuman perpisahan, Di dalamnya terkandung
suara hati mereka, mungkin akan tergores dalam hati masing-masing untuk selama
lamanya.
Lama sekali, baru mereka memisahkan diri, Koo Lok kembali memeluk dengan
kalap, ia berkata, "Adik Cu, jangan kau tinggalkan aku..........................."
Yu Khim Cu tetap membiarkan dirinya dipeluk, tapi mulutnya tidak menjawab perkataan
Koo Lok. Ia seolah-olah memberitahukan pada dirinya sendiri, bahwa setelah saat yang
berbahagia ini berlalu, ia tidak akan kembali lagi.
"Adik Cu, apa kau tidak menerima permintaanku ini?................"
la tetap membisu, tetap rebahkan kepalanya dalam pelukan Koo Lok, agaknya hendak
mencari sedikit hiburan bagi hatinya, yang sedang merana........................
Lama sekali, ia baru mendorong Koo Lok, di parasnya terkilas nampak selapis perasaan
yang menunjukkan keteguhan hatinya, kemudian ia berkata, "Berkumpul dalam waktu
yang sangat singkat dengan segala kehangatan yang kau berikan padaku, sudah cukup
bagiku untuk menjadi kenang-kenangan selama hidupku. Perjalanan asmara kita sudah tiba
dipersimpangan jalan yang masing-masing harus kita pilih sendiri untuk mencapai tujuan
masing-masing di kemudian hari. Kau pergilah!"
"Adik Cu, benarkah kau hendak pergi?"
"Ya, aku sudah berkata, semua kejadian berkesan di masa yang lalu, selamanya
akan tergores dalam hati sanubariku. Nanti setelah kita sama-sama tua, kalau kita
mengenangkan kembali kisah percintaan ini, kita juga akan bisa tersenyum sendiri!"
Koo Lok tundukan kepala, tidak berkata apa-apa. Yu Khim Cu tertawa menyeringai, ia
berkata, "Pulanglah, aku akan mengingat apa yang kau berikan padaku, aku tidak akan
melupakanmu, bahkan tetap akan mengenang dirimu, harap kau baik-baik mencintai
semua wanita yang kau harus cintai."
"Aku bisa!"
"Kalau begitu, sekarang aku hendak pergi!"
"Adik Cu, harap baik-baik menjaga diri!"
"Begitu juga dengan kau!" Dengan demikian, mereka akhirnya telah berpisah.
Ketika Lie Siao Cie melihat Koo Lok kembali seorang diri, lantas bertanya, "Kenapa
kembali sendiri, dia?"
"Sudah pergi!"
"Mengapa kau tidak menahannya?"
"Ia telah memilih jalannya sendiri, ia memang benar, sekalipun ia bersama-sama
kita, belum tentu bisa hidup bahagia."
Lie Siao Cie menghela napas. Tiat-khim Tohcu mengawasi Koo Lok sejenak lalu berkata,
"Koo siaohiap, apakah Boreka Salju berdiam di lembah ini?"
"Ya, mari aku antar kau menemuinya."
Rombongan orang itu lalu memasuki lembah patah hati. Di tengah perjalanan, Lie Siao Cie
mendadak berkata, "Engko Lok, ada satu hal yang hendak kuberitahukan
padamu.....".............."
"Ada apa?"
"Encimu rupa-rupanya telah jatuh cinta kepada Lo Kie,"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apa?"
Mendengar hal itu, Koo Lok seolah-olah seperti disambar petir, dengan suara gemetar ia
bertanya, "Apa yang kau katakan?"
"Apa kau tidak mendengar jelas?"
Koo Lok benar-benar tidak seperti percaya ucapan Lie Siao Cie, ia merasa heran
bagaimana encinya mendadak bisa jatuh cinta kepada Lo Kie.
Ini merupakan persoalan yang sangat pelik, karena Lo Kie sudah mengatakan padanya,
setelah semua tugasnya selesai, ia akan bunuh diri di depan kuburan Chie Pocu, untuk
menebus dosanya, bagaimana encinya dapat mencintainya?
"Apa ucapaamu ini benar?" tanya Koo Lok.
"Apa aku perlu harus membohongi kau?"
Saat itu, ia memang melihat encinya jalan bersama-sama dengan Lo Kie, mereka
nampaknya rukun sekali. Wajah Koo Lok berubah seketika, diam-diam berpikir, tidak
nyana Lo Kie bisa memikat hati encinya, kalau begitu aku harus membinasakannya.
Sementara itu, ia sudah tiba di pintu gua, Koo Lok merandak dan berkata kepada Tiatkhim Tohcu, "Locianpwee, inilah tempatnya, mari kita masuk."
Sehabis berkata ia lalu berjalan lebih dulu. Dari dalam gua terdengar suara Boneka Salju,
"Siapa?"
"Locianpwee, aku Koo Lok!"
"Koo siaohiap, apa dia juga pulang?"
Mendengar pertanyaan itu, Koo Lok terperanjat ia tidak menyangka Boneka Salju sudah
mengetahui kepulangan Tiat khim Tohcu. Siapakah yang memberitahukannya?
Tiat-khim Tohcu segera menyahut, "Adik Ceng aku sudah pulang!"
Dengan cepat mereka sudah berada didalam gua. Boneka Salju masih tetap duduk
di kursinya Tiatkhim Tohcu ialu berkata dengari suara parau, "Adik Ceng, aku.........
membuat kau menderita!"
Di mata sBoneka Salju tampak basah dengan air mata ia berkata, "Aku tidak menyangka
kau bisa pulang?"
Mereka lantas berpelukan. Kedua-duanya mengucurkan airmata. Sepasang kekasih yang
tidak beruntung itu, akhirnya telah bertemu lagi. Koo LoK yang menyaksikan adegan
yangmengharukan itu, menghela napas perlahan. Suara helaan napas itu dapat didengar
oleh mereka berdua, dengan muka merah si Boneka Salju lantas berkata, "Lihat, kita
sudah tua semuanya, masih berlaku seperti anak-anak muda, Koo siaohiap silahkan
duduk!"
"Tidak usah, locianpwee, aku hendak pergi lagi!"
"Kau telah bawa kembali kebahagiaanku, bagaimana kau tidak memberi
kesempatan padaku untuk mengucapkan terimakasih padamu?"
"Tidak usah berlaku merendah, locianpwee ada satu hal yang aku tidak mengerti,
aku ing in minta keterangan padamu."
"Urusan apa? Apakah kau ingin tanya bagaimana aku tahu dia juga pulang,"
"Ya!"
"Muridku yang memberi tahukan padaku."
"Muridmu? Siapa?"
"Pho Siao Go."
Mendengar jawaban itu, Koo Lok hampir melompat melesat dari tempat berdirinya, ia
sungguh tidak menduga, bahwa murid Boneka salju ini adalah Pho Siao Go.
Kalau begitu, orang yang mencuri Buku Hitamnya itu juga Pho Siao Go. Berpikir sampai di
situ, diam-diam hatinya merasa khawatir, jika Pho Siao Go berhasil mencuri tipu pukulan
yang terakhir dari buku tersebut maka kepandaiannya akan lebih tinggi setingkat dari
dirinya.
Mendadak ia ingat ucapan Pho Siao Go yang terakhir, ".................. kalau ada
waktu luang aku akan mencarimu lagi............"
Perbuatannya pada gadis itu, apakah bisa dilupakan begitu saja oleh gadis itu ? Apakah ia
tidak akan mencarinya untuk membuat perhitungan?https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Si Boneka Salju yang menyaksikan Koo Lok berdiri termenung, diam-diam merasa heran,
maka lalu bertanya, "Apa kau tidak percaya?"
"Bukan tidak percaya, aku hanya merasa bahwa hal ini di luar dugaanku. Nah, sekarang
boanpwee minta diri."
Tanpa menunggu jawaban tuan rumah, Koo Lok sudah berjaian keluar. Tiba di satu
tikungan jalan dalam gua, tiba-tiba terdengar suara tawa dingin.
Dalam gua itu sedikit gelap, di samping kaget, Koo Lok juga merasa cemas.
"Siapa?" ia menegur.
"Aku!" terdengar suara jawaban dengan nada dingin ketus.
Koo Lok sudah menduga siapa oraagnya, yang bukan lain Pho Siao Go.
"Kau Pho Siao Go?" ia bertanya.
"Benar."
"Kau......... mau apa?" tanpa sadar Koo Lok mundur dua langkah.
"Mau apa? Perhitungan kita toh belum dilakukan!"
"Waktu di pulau Sam seng-to........."
Pho Siao Go perdengarkan suaranya yang dingin, "Di sana ada banyak orang, kalau ada
orang bertanya padaku, mengapa aku bertempur denganmu, bagaimana aku harus
menjawab?"
Koo Lok kini baru sadar, pantas gadis itu dulu nampaknya begitu sabar, seperti belum
pernah terjadi apa-apa...............
"Apa kau kira aku takut padamu?" kata Koo Lok.
"Sudah tentu kau tidak takut, tahukah kau bagaimana hari ini aku hendak
menghadapimu?"
"Paling banyak mati. Kalau kau tidak ingin aku mati, bukankah itu lebih mudah
diselesaikan?"
Sementara itu, ia sudah kembali masuk kedalam gua lagi. Tapi mendadak kepalanya
dirasakan sakit, karena gua itu sudah tertutup, hingga kepalanya membentur batu. Ia
kerutkan keningnya, tangannya membesut kepalanya, ternyata sudah basah karena darah.
SAMBIL perdengarkan suara tawa terkekeh-kekeh Pho Siao Go berkata, "Koo Lok,
kenapa kau begitu gelisah? Kalau kepalamu pecah terbentur batu jangan salahkan aku,"
"Kau sebetulnya mau apa?" tanya Koo Lok yang sudah mulai gusar.
"Kau nanti mengerti sendiri."
Koo Lok berpikir, mundur sudah tidak ada jalan, lebih baik maju untuk keluar, tapi,
berjalan belum sepuluh tombak, kembali menemukan jalan buntu.
Ia tidak menyangka bahwa dalam gua itu diperlengkapi demikian rupa, dan kini ia sudah
berada di dalam kamar tertutup.
"Apa perbuatanmu itu terhitung perbuatan seorang gagah?" Koo Lok menegur.
Lalu terdengar suara Pho Siao Go, yang entah dari jurusan mana.
"Perbuatanmu dulu terhadap diriku, apakah terhitung juga perbuatan seorang
gagah?"
"Kalau begitu, kau hendak menyekap aku dalam gua ini? Kalau kau mempunyai
kepandaian, kau lekas unjukkan diri, kita bikin perhitungan secara lak-laki..............."
Belum selesai ucapan Koo Lok, hembusan angin dari satu serangan tangan sudah
menyerang belakang kepalanya. Ia terperanjat, dengan cepat balas menyerang. Tapi
sebelum serangannya itu berhasil mengenai sasarannya, serangan Pho Siao Go yang kedua
sudah meluncur lagi, bahkan lebih hebat dari yang pertama.
Ia balikan badan dan balas menyerang.
Suara benturan hebat terdengar, batu hancur berhamburan, tapi tidak kelihatan bayangan
Pho Siao Go. Ternyata serangan Koo Lok tadi mengenai batu yang menutup gua.
Koo Lok merasa telah dipermainkan, bukan kepalang mendongkolnya.
Sambil kertak gigi ia berseru, "Pho Siao Go, kalau kau permainkan aku seperti ini, aku
akan bunuh diri dalam gua suhumu ini."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Ia lantas mendengar suara jawaban.Pho Siao Go, "Kau tidak berani, sebab kau masih
belum berhasil dengan tugasmu hendak membunuh Giok-bin Thian-cun."
Itu memang benar, Pho Siao Go mengetahui hal itu, yang justru merupakan kelemahan
Koo Lok, maka ia ingin mempermainkannya sepuas-puasnya.
Sebelum Koo Lok berhasil membunuh mati musuh besarnya, sudah tentu tidak akan bunuh
diri.
Dengan demikian, Koo Lok juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba, pintu masuk
yang tertutup batu besar itu diketuk orang, kemudian terdengar suara Lo Kie, "Heran,
mengapa gua ini tidak ada jalan masuknya?"
Koo Lok yang mendengar suara itu lantas berseru, "Jieko, pintu masuk itu disumbat oleh
orang!"
"Siapa yang menyumbatnya?"
"Bukan Tiat-khim Tongcu, juga bukan Si Boneka Salju."
"Jadi oleh siapa?"
Saat Koo Lok hendak menjawab, dari belakang kepalanya mendadak dirasakan ada orang
yang memukul. Ia terperanjat dan membalikan badannya untuk balas menyerang.
Serangannya kali ini membentur serangan lawannya, darah Koo Lok dirasakan bergolak,
kakinya tidak bisa berdiri tegak, hingga sempoyongan mundur sampai lima tindak.
Dalam waktu sangat singkat, serangan kedua sudah tiba memukul dirinya. Ia tidak keburu
menyingkir, hingga serangan itu mengenai telak di dadanya, darah hidup menyembur
keluar dari mulutnya
Terdengar pula suara Pho Siao Go, "Aku sudah berhasil menuntut balas, sekarang kau
boleh keluar."
Koo Lok pesut darah yang mengalir dari mulutnya, tapi tidak gerakkan kakinya, karena ia
merasa baru pertama kali ini ia benar-benar telah dipecundangi.
Terdengar pula suara Pho Siao Go, "Kenapa, kau benar-benar tidak mau pergi?"
Kedua mata Koo Lok nampak basah dengan airmata, ia menyesali perbuatannya terhadap
Pho Siao Go.
Akhirnya ia menyatakan penyesalannya itu, "Nona Pho, aku menyesal
terhadapmu!"
"Soal menyesal sudah merupakan soal yang sudah berlalu."
"Nona Pho, aku akan mengawini kau sebagai istriku yang sah!"
"Mengapa?"
"Karena aku sudah permainkan dan menghinamu, semoga untuk selanjutnya aku
bisa menebus dosa terhadapmu!"
"Terima kasih atas kebaikanmu, aku seorang perempuan yang sanggup menerima
segala penderitaan, tentang ini, kau boleh legakan hatimu!"
"Tapi, aku akan merasa menyesal untuk selama-lamanya terhadap perbuatanku
itu."
"Itu tidak perlu, biar bagaimana perkara yang sudah lalu toh tinggal berlalu,
pergilah!"
Koo Lok tertawa sinis, perlahan-lahan berjalan menuju ke mulut gua, benar saja, pintu
gua yang tadi tertutup sudah terbuka.
Baru berjalan beberapa tindak, ia berpapasan dengan Lo Kie, Lo Kie lantas bertanya,
Samtee, barusan suaranya perempuan siapa?"
Koo Lok tidak menjawab, ia ingat persoalan lain.
"Jieko, aku hendak tanya padamuu!"
"Ada urusan apa?"
"Aku tania padamu, kabarnya kau telah mencintai enciku?"
Lama Lo Kie tidak bisa menjawab, ia hanya mengawasi Koo Lok dengan sinar mata heran.
Tanpa sadar ia mundur satu tindak kemudian baru menjawab, "Samtee, tentang
ini................"
"Apa ini itu..................."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Samtee tentang ini........kau tidak akan mengerti, aku sudah mengambil keputusan untuk
mati, bagaimana bisa mencintai encimu? Hanya encimu yang jatuh cinta
padaku.........samtee, penderitaan dalam bathinku, cuma kau yang tahu dan mengerti,


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apalagi terhadap Kho Pek Giok, aku juga belum ada penyelesaian apa-apa!"
Itu memang sebenarnya, Koo Lok dapat memahami. Ia mempunyai perasaan yang tebal,
tapi tidak berani memberikan perasaan cintanya kepada wanita yang ia cintai.
Hati Koo Lok lantas lemas, ia berkata, "Jieko, aku cuma tanya saja, jangan sampai enci
menderita asmara lagi, ia seorang perempuan yang tidak beruntung!"
"Aku mengerti!"
Koo Lok sendiri juga merasa sedih memikirkan nasib saudara angkatnya itu, ia tepuk-tepuk
pundak Lo Kie seraya berkata, "Jieko mari kita pergi!"
Dua sahabat itu lalu keluar dari dalam gua, Lie Siao Cie, Koo Peng dan Liauw Leng Leng
melihat tanda darah di mulut Koo Lok, maka lantas bertanya hampir berbareng, "Kau
kenapa?"
"Karenakurang hati-hati, telah kebentur, tapi tidak apa-apa!"
Lie Siao Cie pesut bekas darah di bibir Koo Lok, lalu berkata dengan nada suara rendah,
"Engko Lok, aku tahu dalam hatimu banyak yang kau pikirkan, cuma kau tidak mau
mengatakannya."
"Di kemudian hari kau akan tahu sendiri, mari kita jalan."
Mereka berenam lalu berjalan meninggalkan gua itu.
Sepanjang jalan tidak banyak yang mereka bicarakan, kebanyakan cuma diam membisu.
Mendadak terdengar suara Koo Peng yang berjalan di depan, "Apa katamu?"
Koo Lok dan Lo Kie terkejut, mereka melihat paras Koo Peng yang pucat pasi, sedangkan
Lo Kie menunjukkan sikap yang sangat masygul.
Koo Lok diam-diam terkejut, ia tahu bahwa Lo Kie pasti telah memberitahu kepada
Koo Peng bahwa ia tidak dapat menerima cintanya, atau membohongi perasaannya sendiri.
Ucapan itulah yang telah melukai perasaan dan menimbulkan kemarahan Koo Peng.
Lo Kie berkata dengan suara perlahan, "Aku tidak mencintaimu!"
"Kau tidak mencintai aku? Kalau begitu kau sengaja permainkan perasaanku?" Koo
Peng berkata dengan sikap kalap.
Hati Lo Kie merasa pilu, hampir saja ia mengucurkan air mata, dan terpaksa menjawab
sambil kertak gigi.
"Tidak!"
Tubuh Koo Peng gemetar, katanya sambil kertak gigi, "Kau seorang laki-laki yang
tak mempunyai perasaan, kau ternyata mempermainkan perasaanku, aku hendak
membunuhmu!"
Dengan cepat tangannya sudah bergerak menyerang Lo Kie. Koo Peng pernah mengalami
kegagalan asmara, setelah bertemu dan bergaul dengan Lo Kie? hatinya telah tergoda,
hingga ia jatuh cinta tapi kini ternyata akan mengalami kegagalan pula untuk kedua
kalinya, entah apa yang akan terjadi bagi dirinya.
Lo Kie tidak ingin memikat hati gadis itu, tapi karena seringnya bergaul, akhirnya Koo Peng
sendirilah yang jatuh cinta padanya.
Kini mendadak Lo Kie memberitahukan padanya bahwa ia tidak cinta, bagaimana ia tidak
bersedih dan kalap? Ia anggap bahwa semua laki-laki tipis perasaannya.
Serangan Koo Peng itu sungguh hebat, tapi L Kie tidak menyingkir atau berkelit, ia
membiarkan dirinya diserang,
"Bluk" serangan itu mengenai dengan tepat, darah segar menyembur dari mulut Lo
Kie, badannya terpental dan jatuh roboh di tanah. Serangan Koo Peng yang kedua sudah
akan dijatuhkan lagi, mendadak dicegah oleh Koo Lok, "Enci, dengar dulu perkataanku!"
Tapi Koo Peng sudah tidak keburu menarik kembali serangannya, hingga Koo Lok terpaksa
menyambut serangan tersebut.
Tapi luka dalamnya masih belum sembuh, maka setelah menyambut serangan tersebut,
mulutnya kembali menyemburkan darah segar dan mundur sepuluh tindak lebih, hampirhampir tidak dapat berdiri,https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Paras Koo Peng pucat pasi, sikapnya menakutkan.
"Adik, apa kau juga membantu orang lain menghina aku?" bentaknya dengan nada
kalap.
Koo Lok pesut darah yang mengalir di mulutnya, lalu berkata sambil menghela napas,
"Enci, kau tidak akan dapat memahami dirinya....................."
Hatinya merasa sangat berduka, ia tidak tahu bagaimana harus memberitahukan nasib Lo
Kie yang buruk itu pada encinya. Koo Peng tertawa sinis, kemudian berkata, "Mengapa aku
tidak dapat memahami? Kalian laki-laki persis seperti binatang yang suka mempermainkan
dirinya wanita!"
"Tidak enci, dia memang tidak dapat mencintaimu!"
"Kenapa? Apa dia sudah beristeri?"
Lo Kie bangun, matanya mengembeng air, ia berkata sambil kertak gigi, "Samtee, kau
beritahukanlah tentang keadaanku!"
Koo Lok lantas berkata, "Enci, kalau Lo jieko tidak dapat menerima cintamu, karena dia
sudah hampir binasa!"
"Apa? Dia sudah mendekati ajalnya?"
"Ya, dia sudah hampir mati........." Koo Lok lalu menceritakan semua yang telah
terjadi pada diri Lo Kie, lalu ia bertanya, "Nah coba kau pikir, apa dia dapat
mencintaimu?"
Mendengar penuturan adiknya, Koo Peng menangis tersedu sedu, ia tahu bahwa Lo Kie
mencintai dirinya, siapa nyana ia kini harus menghadapi nasib lebih buruk lagi.
Dengan air mata bercucuran, Lo Kie menepuk pundak Koo Peng seraya berkata, "Adik
Peng, sekarang kau tentunya sudah mengerti keadaanku,"
"Tidak perduli bagaimana, aku tetap mencintaimu........." jawabnya dengan suara
terisak-isak.
"Tapi ajalku sudah dekat......... nanti setelah Koo Lok sudah berhasil membunuh
Giok bin Thiancun, itu berarti juga hari kematianku."
Dengan menindas perasaan hatinya, Koo Peng lalu berkata, "Lo Kie, maafkan aku tadi
telah menyerang dirimu!"
"Aku tidak menyalahkanmu!"
Koo Peng menghela napas dalam."Lo Kie, nanti kalau kau benar-benar harus
menunaikan janjimu, aku akan menemanimu di samping kuburanmu untuk selamalamanya, setiap hari aku akan bercerita untukmu, aku akan menceritakan hal-hal yang
menggirangkan hatimu.................."
"Adik Peng. kau jangan berkata lagi.........."
"Apa nona Kho sudah mengetahui urusan ini?"
"Dia tak tahu, biar saja jangan sampai ia tahu, sebab kalau tidak, dia tidak sanggup
menerimanya, mungkin bisa gila. Adik Peng, setelah aku nanti meninggal, kau boleh
menikah."
"Menikah?" Koo Peng tertawa kecut, "orang yang kucinta sudah mati semua,
mungkin ini sudah menjadi takdirku, setelah kau meninggal, mungkin aku bisa berdiam di
depan kuburanmu selama sepuluh atau duapulub tahun selanjutnya, lantas mensucikan
diri............"
Sangat menyedihkan nasb gadis itu, dalam usia yang masih muda sekali, sudah dua kali
gagal dalam asmara.
"Aih, itu semua adalah nasib, dalam perjalanan hidupku yang masih pendek ini,
kenapa selalu tergoda oleh asmara saja?........." kata Koo Peng.
"Adik Peng, aku harap kau dapat mengerti keadaanku." kata Lo Kie.
"Ya, aku mengerti, bagaimanapun juga aku tidak akan melupakanmu."
"Terima kasih atas cintamu.........tapi aku merasa menyesal, aku telah membuat
kecewa hati dua gadis, mereka mencintai aku, tapi, dengan bagaimana aku harus
membalas cinta mereka? Aih, terpaksakubalas nanti di lain penitisan.................."
"Ya, dilain penitisan......................,"
Koo Lok lantas berkata, "Sudahlah, mari kita berangkat."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kemana kita pergi?" tanya Lo Kie.
"Kalian pulang ke Thian-mo-kiong, aku hendak mencari Giok-bin Thian-cun
"Kalau begitu, sebaiknya aku berjalan bersamamu!" kata Lo Kie.
"Baik juga, nah, mari kita jalan!"
Kiu-cong-thian letaknya di salah satu tempat tersembunyi, di gunung Keng-san
tidak mudah dicari. Koo Lok dan Lo Kie hari itu telah tiba di luar Kiu-ciong-thian. Tempat
itu merupakan sebuah gua, ketika Koo Lok melongok ke dalam, keadaan dalam gua terang
benderang bagaikan diwaktu siang hari. Di atas mulut gua terdapat tulisan tiga huruf
besar, "KIU CIONG THIAN."
Lama Koo Lok berdiri di depan mulut gua, kemudian ia keluarkan suara bentakan. Tapi
tidak ada jawaban dari dalam gua tersebut.
Koo Lok berkata, "Aku sudah datang, apa kau kira aku tidak berani menerjang masuk?"'
Sehabis berkata ia lantas melompat masuk ke dalam gua. Berjalan kira-kira sepuluh
tombak lebih, Koo Lok ternyata keluar lagi melalui lobang lain, di depan lobang gua
nampak sebuah lembah, di dalam lembah kembali nampak satu gua lagi.
Dari satu gua ke gua lain, Koo Lok telah melewati lima gua yang keadaannya serupa, ia
mengerti bahwa gua demikian semuanya berjumlah sembilan buah. Dan setiap menembusi
gua itu, akan nampak lembah, nama Kiu-ciong-thian itu, mungkin didapatkan dari keadaan
ajaib yang diciptakan oleh alam ini, (Kiu ciong-thian berarti langit berlapis sembilan).
Dengan tidak takut sama sekali, Koo Lok berjaian terus hingga tiba ke gua ke tujuh.
Mendadak ia mendengar suara orang tertawa dingin. Seorang aneh berpakaian warna
hitam, berdiri di depannya. Koo Lok mundur dua tindak, kini ia dapat kenyataan bahwa
orang yang berpakaian warna hitam itu ternyata salah seorang dari dua orang aneh yang
dulu bawa Giok-bin Thian-cun.
Orang aneh itu lantas perdengarkan suaranya. "Kau bisa masuk ke gua Kiu-ciong-thian,
barangkali tidak bisa keluar lagi."
"Apa Giok bin Thian-cun ada?" Koo Lok balas bertanya.
"Sudah lama menantikan kedatanganmu,"
"Kau menyingkirlah!"
Orang aneh itu berjulukan "setan rambut panjang" salah satu dari tiga manusia buas dari
Biauw-kiang, dua diantaranya sudah binasa di tangan Koo Lok.
Mendengar perkataan Koo Lok, setan rambut panjang lantas menyahut sambil tertawa
dingin, "Kau telah membinasakan dua saudaraku, sampai saat ini aku belum bisa membuat
perhitungan dengan hutang ini!"
"Apa kau juga ingin menjual jiwa untuk Hu Pek?"
"Begitulah."
"Kalau begitu kau boleh coba!"
Dalam gusarnya, Koo Lok lantas melancarkan satu serangan hebat. Setan rambut panjang
itu yang sudah bertekat hendak menuntut balas atas kematian dua saudaranya, ketika
diserang oleh Koo Lok bukannya menyingkir atau berkelit, sebaliknya malah maju
menyambut serangan tersebut,
Koo Lok yang sudah mendapat warisan kepandaian ilmu silat dari buku hitam,
sangat hebat kekuatan yang dilancarkan dalam serangannya itu. Walaupun Setan rambut
panjang itu terhitung salah satu tokoh rimba persilatan kenamaan, juga tidak sanggup
menahan serangan tersebut. Maka akhirnya ia terpental mundur sampai sepuluh tindak
lebih, baru bsa berdiri lagi. Tapi dalam waktu sangat singkat, serangan Koo Lok yang
kedua sudah meluncur keluar.
SETAN rambut panjang itu tidak menduga bahwa dalam waktu demikian singkat,
kekuatan dan kepandaian Koo Lok sudah mencapai taraf demikian tinggi. Ia tidak berani
menyambut lagi serangan anak muda yang kedua itu, dengan terbirit-birit melompat
mundur untuk melarikan diri
Larinya Setan rambut panjang itu diluar dugaan Koo Lok, ia tidak mau mengerti, sambil
membentak, "Kau hendak lari kemana?" kakinya lantas bergerak untuk mengejar.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Lo Kie yang menyaksikan itu lantas berseru, "Samtee, tunggu duiu!"
Koo Lok berhenti dan Lo Kie sudah menyusul, kemudian ia berkata, "Samtee, kita tidak
boleh berlaku gegabah."
"Kenapa?"
"Samtee, dalam lembah ini nampaknya sangat berbahaya,"
"Apa kita tidak usah masuk lagi?"
Lie Siao Cie yang saat itu jagu sudah memburu, lantas berkata, "Bukan begitu
maksudnya engko Lok, gua Kiu-ciong-thian ini adalah ciptaan alam, keadaan dan letaknya
sangat strategis, ini merupakan tempat paling baik untuk menjebak musuh, sekarang kita
dalam keadaan gelap, sebaliknya musuh dalam keadaan terang, ia mengetahui setiap
gerak gerik kita, tadi kita tidak tahu di mana adanya musuh kita bersembunyi. Jika Giokbin Thian-cun menggunakan siasat licik dan rendah, jiwa kita mungkin berada dalam
bahaya besar."
Ko Lok kerutkan keningnya, dalam hati berpikir, itu memang benar, jika dalam gua itu ada
pesawat rahasianya, atau ada obat peledaknya, benar-benar kita tidak berdaya".............
"Menurut pikiranmu, bagaimana kita harus bertindak?" tanya Koo Lok.
"Aku sendiri juga belum mendapatkan akal, cuma, sebaiknya kita berlaku hatihati,"
Lo Kie lantas berkata, "Samtee. menurut pikiranku, sebaiknya kita yang masuk dulu, jika
ada terjadi apa-apa, hal ini..............."
Koo Lok lantas memotong. "Jiko, jangan, kewajiban menuntut balas bagi suhu ini, adalah
tugasku, sekalipun aku harus berkorban jiwa, aku tidak akan menolak."
Lo Kie menghela napas dan berkata, "Itu memang benar, tapi, jika terjadi
kesalahan"............."
"Jiko, aku ucapkan terima kasih atas perhatianmu, tapi kau tahu sendiri, aku tidak
boleh membiarkan kau mati untukku, lagi pula Kiu ciong-thian tokh bukan sarang naga,
soal mati hidup, masih terlalu pagi untuk dibicarakan,"
Sehabis berkata, ia lantas lompat melesat ke dalam gua. Setelah melalui gua ketujuh, ia
memasuki gua kedelapan. Selagi berjalan, dua hembusan angin mendesaknya.
Serangan menggelap secara tiba-tiba ini, andaikata Koo Lok kurang cepat menyingkir,
pasti mengenai dengan tepat.
Selagi ia melompat mundur, serangan kedua sudah menyusul dengan kecepatan luar biasa.
"Menyerang secara menggelap, apakah itu perbuatan orang gagah!" Koo Lok
keluarkan suara bentakannya. Lalu menyambut serangan tersebut. Sementara itu, dua
bayangan orang dengan kecepatan bagaikan kilat menerjang Koo Lok.
Menghadapi serangan ganas itu, mau tidak mau Koo Lok harus mundur untuk menghindar.
Pada saat itu, Lo Kie juga sudah menyerbu, dengan cepat sudah melancarkan serangan
sampai lima kali.
Dengan datangnya Lo Kie, Koo Lok mendapat kesempatan untuk mundur, dan kemudian
melancarkan serangannya.
Kini Koo Lok sudah dapat melihat dengan tegas, bahwa orang yang menyerang secara
pengecut itu adalah dua manusia aneh dari Biauw-kiang itu.
Karena mengetahui bahwa serangannya itu tidak berhasil, dua manusia aneh itu lantas
kabur.
Gua kedelapan dan kesembilan, merupakan tempat terpenting bagi Kiu Ciong Thian,
karena setelah melewati gua kedelapan, gua kesembilan itulah tempat kediaman Giok-bin
Thian-cun. Oleh karena itu, maka dalam gua kedelapan itu dilengkapi pesawat rahasia
yang tidak mudah dilalui.
Koo Lok dan Lo Kie meski mengetahui keadaan disitu sangat berbahaya, tapi mereka tetap
mengejar dua setan yang berusaha hendak kabur itu.
Tapi selagi bergerak, lantas disambut oleh peluru besi yang menyambar ke arah mereka.
Koo Lok dan Lo Kie menangkis peluru itu dengan tangan sambil lompat mundur.
"Hu Pek, apa kau masih terhitung orang gagah? Mengapa melakukan perbuatan pengecut!
Kalau kau memang seorang laki-laki, keluarlah!" Koo Lok menantang.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Tapi Giok-bin Thian-cun tidak menjawab. Koo Lok semakin penasaran, sambil
memaki, "Dasar bajingan!" ia menerjang maju lagi. Tapi mereka segera disambut lagi oleh
peluru besi yang menyambar bagaikan hujan.
Koo Lok dan Lo Kie tidak hentikan gerakannya, sambil membentak keras masing-masing
melancarkan serangan untuk menyampok peluru-peluru yang datang menyambar itu.
Setelah berhasil mengelakkan diri dari sambaran peluru besi itu, Koo Lok semakin berani ia
maju terus diikuti oleh Lo Kie. Serangan peluru besi itu mendadak berhenti, ketika dua
pemuda itu baru berdiri, dari depan tiba-tiba terdengar suara orang ke tawa dingin.
Setelah itu, kembali terdengar suara keresekan, wajah Koo Lok berubah, dari tempat ia
berdiri, tiba-tiba menyambar dua butir batu.
Koo Lok dan Lo Kie terperanjat, mereka balas menyerang sambil lompat mundur tiga
tindak.
Tapi baru saja mereka berdiri, kaki mereka merasa licin, hingga terpeleset jatuh.
Untung mereka berkepandaian tinggi, dengan cepat ia melompat ke belakang dengan cara
jumpalitan. Dengan demikian, mereka tidak sampai rubuh di tanah. Ternyata tempat
mereka berdiri tadi sudah amblas ke dalam,
Kedua-duanya menarik napas lega, hanya dalam hati mengeluh, sungguh berbahaya,
"Giok-bin Thian-cun anggap dirinya orang kuat nomor satu, ternyata seorang pengecut,"
kata Lo Kie.
"Mungkin kita masih akan menjumpai banyak kesulitan..............." kata Koo Lok.
"Siao Cie, kalian jangan ikut, biarlah aku bersama Lo Jieko saja yang masuk." kata
Koo Lok.
"Tidak, kita akan ikut kalian........." jawab Lie Siao Cie.
"Terlalu besar bahayanya, aku tidak suka kalian menempuh bahaya, kalau kau
tidak dengar kataku, aku akan merasa tidak senang."
Le Siao Cie tidak berdaya, terpaksa bersama lain-lainnya mundur ke gua kedelapan,
Koo Lok bersama Lo Kie lalu masuk ke gua kesembilan. Baru berjalan kira-kira dua tombak,
Koo Lok mendadak merandak, wajahnya berubah.
"Samtee, ada apa?" tanya Lo Kie. Koo Lak tidak menjawab, matanya membelalak
dan pasang telinga............
Lo Kie juga merasa bahwa keadaan dalam gua itu agak aneh, seperti sedang bergerak......
"Jieko, lekas mundur.........!" kata Loo Kie.
Hampir berbareng pula saat itu, mendadak terdengar suara gemuruh, batu besar di atas
kepala mereka mendadak rubuh hendak menindih mereka. Jatuhnya batu besar itu
sedemikian pesat, baru saja Koo Lok dan Lo Kie bergerak, batu sudah menggelinding turun
dengan cepatnya.
"Jieko, lekas turun tangan........." kata Koo Lok yang segera turun tangan
menyerang batu-batu yang menggelinding turun itu.


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apa mau dikata batu-batu itu menggelinding cepat sekali, hingga tidak ada tempat lagi
untuk sembunyikan diri.
Dalam cemasnya, Koo Lok melontarkan serangan sambil melesat ke suatu tempat yang
luang. Batu besar itu jatuh ke tempat itu mendadak terdengar suara jeritan tertahan yang
keluar dari mulut Lo Kie.
Koo Lok terperanjat, karena ia melihat badan Lo Kie terpental jatuh.
Sambil kerahkan seluruh kekuatan tenaganya Koo Lok menerjang ke arah Lo Kie.
Sementara itu, batu-batu besar terus menggelinding mengancam dirinya. Perbuatan Koo
Lok itu seolah olah seperti mencari mati sendiri, tapi jika ia tidak menolong Lo Kie, Lo Kie
pasti akan mati tertindih oleh batu-batu besar itu.
Meski ia berhasil menyambar tubuh Lo Kie, tapi beberapa buah batu sempat mengenai
dirinya...........
Gerakan Koo Lok cukup tangkas dan gesit, tapi betapapun tinggi kepandaiannya, untuk
menghadapi batu-batu besar yang menggelinding turun sedemikian banyak, juga tidak
berdaya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Demikianlah, sebuah batu menimpa kepalanya, hingga kepalanya dirasakan puyeng,
kemudian badannya lantas rubuh......... Lie Siao Cie dan lain-lainnya lantas menjerit
ketakutan.
Koo Lok dan Lo Kie keduanya lantas rubuh di mulut gua, sekujur badannya mandi darah.
Sesosok bayangan hitam mendadak meluncur keluar dari dalam gua, hendak menyerang
Koo Lok secara pengecut.
Lie Siao Cie dan lain-lainnya yang masih dalam keadaan kaget, hampir tidak lihat
datangnya bahaya, yang mengancam diri Koo Lok itu.
Bayangan hitam itu yang bukan lain daripada Setan rambut panjang, selagi mengayun
tangannya mendadak terdengar suara bentakan Koo Peng, "Kau cari mampus........."
Gadis itu segera turun tangan untuk menyerang setan rambut panjang yang hendak berlaku
curang.
Serangan itu sangat hebat, Setan rambut panjang terpaksa melompat mundur, tapi
ia masih penasaran, dengan nekad ia melancarkan serangannya yang kedua.
Setan rambut panjang itu ternyata memandang rendah lawannya, ia tidak tahu bahwa
kepandaian dan kekuatan Koo Peng tidak di bawah Koo Lok,
Ketika serangan Setan rambut panjang tiba, ia tarik tangannya, badannya maju setindak,
tangan kirinya diayun, melakukan serangan dengan gerak tipu tangan sakti.
Gerakan itu banyak mengandung perubahan yang sukar diduga, Setan rambut panjang
hanya dapat lihat berkelebatnya banyak bayangan tangan yang berubah menjadi banyak
rupa gerak tipu serangan, menyerang dari berbagai sudut.
Selagi Setan rambut panjang dalam keadaan ripuh dan sudah dibikin hampir tidak berdaya
oleh Koo Peng, mendadak terdengar suara bentakan, "Berhenti!"
Suara itu dibarengi oleh munculnya seorang yang segera menyerang Koo Peng. Koo
Peng sudah berlaku nekad, meski sudah tahu bahwa serangan itu akan mengenai dirinya,
tapi ia tidak menyingkir, ia masih tetap melanjutkan serangannya.
Lie Siao Cie yang melihat saudaranya dalam bahaya, lantas turun tangn menyerang orang
yang datang belakangan itu.
Jika Lie Siao Cie tidak turun tangan pada waktu yang tepat, Koo Peng pasti akan
terluka ditangan orang yang melakukan serangan secara licik itu.
Pada saat itu, suara jeritan ngeri keluar dari mulut Setan Rambut panjang, yang ternyata
sudah remuk kepalanya, dan jiwanya melayang seketika itu juga.
Koo Peng dengan mata beringas mengawasi musuh yang datang belakangan bentaknya dengan suara keras, "Kau juga tinggalkan jiwamu!"
Tangannya melancarkan serangan pula kepada orang tersebut. Orang itu tidak
menduga Koo Peng turun tangan sedemikian cepat, dalam kagetnya, ia lantas tarik mundur
dirinya. Koo Peng tidak mengejar, ia membiarkan orang itu kabur. Ketika menyaksikan Koo
Lok dan Lo Kie, lantas mengucurkan airmata...... Lie Sieo Cie menangis semakin sedih,
lalu diikuti oleh yang lainnya. Koo Peng lantas berkata sambil kertak gigi, "Tidak usah
menangis, bawa mereka keluar!"
Dalam lembah di luar goa, nampak sinar matahari yang sudah doyong ke barat.
Setelah Koo Peng memberi pertolongan pada adiknya, Koo Lok perlahan-lahan mulai
sadar..................
Koo Lok hanya pingsan karena kepalanya tertimpa batu besar, tapi tidak
mempengaruhi tenaga dalamnya.
Setelah menggoyang-goyangkan kepalanya, ia segera melihat encinya sedang menolong Lo
Kie. Ia menghela napas, sementara itu Lie Siao Cie lantas bertanya padanya, "Engko Lok,
apa kau merasa baikan?"
"Aku tidak apa-apa, jika kekuatan kita tidak cukup sempurna, pasti sudah mati
dibawah hujan batu besar itu!" jawab Koo Lok sambil menganggukkan kepala.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Koo Lok lalu menceritakan semua yang dihadapi barusan, kemudian berkata dengan
suara gemas, "Sungguh tak disangka Giok-bin Thian cun benar-benar orang yang tak tahu
malu!"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Lo Kie yang mendapat pertolongan dari Koo Peng juga sudah mendusin, Cuma karena
lukanya lebih berat, untuk sementara belum bisa berbicara.
Koo Peng yang sekaligus menolong dua orang, telah mengeluarkan banyak tenaga, hingga
sekujur badannya nampak basah oleh keringat.
Koo Lok lalu berkata kepada Lie Siao Cie, "Siao Cie, kau coba beri pertolongan lagi pada
Lo jieko"
Setelah mendapat pertolongan lagi dari Lie Siao Cie, kekuatan Lo Kie mulai pulih kembali,
Koo Lok yang menyaksikan keadaan demikian lantas berkata padanya, "Jieko, aku merasa
tidak enak terhadapmu..."
"Mengapa samtee berkata demikian"
"Sebab, kalau bukan karena aku, bagaimana kau bisa terluka demikian parah?"
"Menang atau kalah, dalam medan peperangan merupakan soal biasa, lagi pula
kalau tidak lantaran aku, kau juga tak akan terluka!" jawab Lo Kie sambil tersenyum
pahit.
"Jieko, sungguh tidak nyana di dalam gua itu dilengkapi pesawat sedemikian lihai,
kalau bukan karena terlalu gegabah. juga tidak sampai mengalami nasib seperti ini!"
"Gua kedelapan saja sudah demikian hebat apa lagi gua yang kesembilan, entah
dilengkapi dengan pesawat rahasia apa lagi?"
"Benar!"
"Heran, mengapa hingga saat ini Giok bin Thian cun masih belum unjukkan muka?
Apakah sebabnya?"
"Susah dimengerti!"
"Kita beristirahat dulu sebentar, nanti masuk lagi,"
Keduanya lalu duduk bersemedi, setelah badannya segar kembali, ia lantas bangun. Koo
Lok lalu berkata, "Aku ingin melihat permainan apa lagi yang akan dipertunjukkan oleh Hu
Pek!"
Selagi Koo Lok hendak bergerak, tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki orang. Semua
orang yang mendengarnya kaget.
Sementara itu, suara tindakan kaki itu makin lama makin dekat dan makin nyata, hingga
semua mata ditujukan ke gua ketujuh.
Koo Lok sudah siap dan maju mendekati mulut gua sambil menegur, "Siapa?'*
Suara kaki itu mendadak berhenti, tapi tidak lama, suara itu terdengar lagi,
setindak demi setindak menghampiri Koo Lok. Perasaan semua orang menjadi
tegang........
"Siapa?" kembali Koo Lok menegur.
"Aku!" terdengar jawaban dari sana. Ternyata suara seorang wanita. Selagi Koo Lok
masih berada dalam keheranan, seorang wanita berbaju hitam sudah berdiri
dihadapannya.
Terkejut bukan main Koo Lok setelah mengetahui siapa adanya wanita itu, begitu pula Lo
Kie. "Ka......u, nona Kho!" Koo Lok berkata dengan suara gelagapan.
Lo Kie juga lantas berkata dengan muka terheran-heran, "Adik Jie, bagaimana kau bisa
datang kemari?"
Wanita itu memang benar adalah Kho Pek Jie. Munculnya Kho Pek Jie secara mendadak
benar-benar diluar dugaan Koo Lok dan Lo Kie.
Sedang sikap yang diunjukkan oleh Kho Pek Jie, diam-diam juga mengherankan Koo Lok
dan Lo Kie. Di atas parasnya yang masih bersifat kekanak-kanakan dan putih bersih,
terkilas suatu perasaan amarah yang meluap-luap.
Sambil tertawa dingin ia berkata, "Apa kalian tak menyukai kedatanganku?"
Koo Lok dan Lo Kie merasa gelagat tak baik, Koo Lok lalu bertanya, "Nona Kho, apa arti
perkataanmu ini?"
Sinar mata Kho Pek Jie tertuju pada Lo Kie, ia berkata sambil tertawa sinis, "Kau tentunya
belum melupakan aku Kho Pek Jie?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Perubahan sikap Kho Pek Jie ini, membuat Lo Kie tak habis pikir, hingga seketika berobah
wajahnya, ia berkata dengan suara agak gemetar, "Adik Jie, bagaimana aku dapat
melupakanmu? Ada apa sebenarnya?"
"Mengapa? Aku tokh datang untuk menengokmu.................."
"Bagaimana kau tahu aku ada di sini?"
"Benar, hampir saja aku menubruk tempat kosong, jika bukan seorang nona yang
memberitahukan bahwa kau datang kemari, aku sudah pergi ke pulau Samsengto..............."
"Ada keperluan apa kau mencari aku?"
"Untuk membunuhmu!"
Jawaban itu membuat Lo Kie terperanjat, ia mundur tiga langkah. Semua orang tak
habis mengerti, entah apa sebabnya nona itu datang secara mendadak dalam keadaan
seperti orang gila. Kho Pek Jie mendadak tertawa tergelak-gelak, suara tawanya itu
kedengaran menyeramkan.
"Adik Jie, mengapa kau tertawa?"
"Karena cintaku padamu, setiap hari aku berdiam di gunung In bu nia menantikan
kedatanganmu........................."
"Adik Jie, aku tahu bahwa aku berbuat salah terhadap dirimu............"
"Lo Kie, karena kau, aku telah menderita sekian lamanya, kau ingat diriku atau
tidak? Ha hahaaaa........." Kho Pek Jie kembali perdengarkan suara tawa yang amat aneh.
"Adik Jie, karena selama ini aku terlalu sibuk, hingga tidak bisa pulang untuk
menjengukmu."
"Terlalu sibuk?" katanya sambil tertawa dingin, "benar, dulu aku memang berpikir
demikian, tapi sekarang, aku mengerti, bahwa kau telah sibuk karena bercumbucumbuan!" Sehabis berkata, kembali ia perdengarkan tawanya yang aneh.
"Adik Jie, bagaimana kau dapat mengucapkan perkataan demikian?"
"Apa perkataanku salah? Kau manusia yang lupa budi, sesudah mempunyai kekasih
yang baru, lantas melupakan yang lama, sekarang aku bunuh kau!"
SEHA?lS berkata ia lantas bergerak menerjang Lo Kie sambil menyerang secara
kalap. Perbuatan Kho Pek Jie yang melampaui batas itu, benar-benar mengejutkan Lo Kie,
ia segera menyingkir menghindari serangan itu, mulutnya berseru, "Adik Jie, dengarlah
dulu keteranganku!"
Kepandaian Kho Pek Jie memang bukan tandingan Lo Kie, bagaimana ia dapat
menyerangnya? Ketika mendengar perkataan Lo Kie, ia lantas menghentikan serangan dan
berkata sambil tertawa dingin, "Keterangan apa? Coba kau jelaskan!"
"Siapa yang memberitahukan padamu kalau aku mempunyai kekasih baru?"
"Apa kau kira aku tak bisa mengetahui? Seorang nona berambut panjang yang
memberitahu aku, kalau bukan dia yang memberitahu aku, aku pasti masih tertipu olehmu
untuk selama-lamanya........."
Berkata sampai disitu, ia lantas menangis dengan sedihnya. Koo Lok segera mengerti
duduknya perkara, Kho Pek Jie pasti turun gunung untuk menyusul Lo Kie, sedianya tentu
akan menuju ke pulau Sam seng to, tapi di tengah jalan ia berjumpa dengan Pho Siao Go.
Pho Siao Go tentunya yang memberitahukan pada Kho Pek Jie, bahwa Lo Kie sudah
mempunyai kekasih baru, karena terluka hatinya, hingga Kho Pek Jie menjadi kalap.
Pada saat itu, Koo Peng segea menghampiri Kho Pek Jie dan berkata padanya,
"Nona Kho, kau jangan salah paham......"
Kho Pek Jie memandangnya sejenak, lantas bertanya dengan nada dingin, "Kau siapa?"
"Aku........." Koo Peng bingung, ia tidak bisa menjawab.
"Katakan kau siapa?"
"Aku sahabatnya Lo Kie!"
Sepasang mata Kho Pek Jie memancarkan sinar tajam memandang Koo Peng, kemudian ia
perdengarkan suara tawa dingin, sikapnya mengejek.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Lo Kie nampaknya sudah jengkel, ia membentak dengan suara keras, "Adik Jie, mengapa
kau tidak mau dengar perkataanku?"
Suara tawa Kho Pek Jie, bahkan semakin menjadi-jadi dan akhirnya berubah menjadi suara
tangisan yang menyayat hati.
"Adik Jie, apa kau sudah gila?" bentak Lo Kie. Dan dalam sengitnya, tangannya
lantas diayun menampar pipi Kho Pek Jie. Ditampar demikian. Kho Pek Jie lantas berhenti
menangis. Lo Kie tidak menarik kembali tangannya, ia mengawasi Kho Pk Jie dengan hati
mendelu seolah-olah merasa heran, mengapa ia bisa turun tangan menampar kekasihnya.
Paras Kho Pek Jie pucat pasi, matanya beringas, hingga nampak sangat menakutkan.
"Kau pukul aku?.."....." ia mengguman sendiri.
"Maafkan aku tidak sengaja"...." kata Lo Kie sambil mengucurkan air mata. Kho
Pek Jie tidak berkata apa-apa, airmata mengalir deras sekali. Kemudian ia berkata dengan
hati pilu. "Aku salah......... aku salah mencintai dirimu .........aku selalu
menanti.........menantikan kedatanganmu, tapi sekarang kau anggap aku seperti
sampah......... kau ternyata tidak mencintai aku sedikitpun juga..........maka lebih baik
aku mati saja"............."
Sambil menjerit ia lantas lari keluar melewati jalan semula. Koo Lok yang
menyaksikan keadaan demikian, lantas membentak dengan suara keras, "Nona Kho, apa
kau sudah gila?"
Dengan cepat ia sudah merintangi berlalunya nona itu, tapi saat itu Kho Pek Jie sendiri
seperti orang gila, matanya dan pikiran sudah gelap.
"Kau jangan merintangi aku," ia berteriak dengan suara keras. Kemudian
menghujani Koo Lok dengan serangan tangannya.
Koo Lok tidak menduga Kho Pek Jie akan menyerangnya, dengan tangan kanan ia
menyambut serangan tersebut.
Kekuatan Kho Pek Jie sudah tentu bukan tandingan Koo Lok, maka ia lantas mundur
sempoyongan hingga tiga empat tindak, baru bisa berdiri tegak. Parasnya tampak semakin
menakutkan, dengan suara keras ia berkata, "Bunuhlah aku...... biar bagaimana aku tokh
akan mati................ "
Bagaikan harimau terduka, ia menerjang Koo Lok dengan kalap..................
"Nona Kho, mengapa kau tidak mau mendengar perkataanku?............" Koo Lok
berseru dengan perasaan cemas. Kho Pek Jie agaknya tidak perdulikan ucapan Koo Lok, ia
masih tetap menyerang dengan kalap.
Koo Peng yang menyaksikan keadaan ini, airmatanya meleleh turun, batinya merasa pilu,
katanya, seolah-olah kepada dirinya sendiri, "Semua salahku......... aku telah melukai
hatinya......... tidak disangka cintanya demikian agung dan murni..............."
Lie Siao Cie yang mendengar itu lantas berkata, "Suhu, bagaimana hal ini dapat
disesalkan? Aihl"
Koo Peng tidak menjawab, ia menghampiri Kho Pek Giok, tangannya bekerja cepat, ia
menotok jalan darah tidur di badan Kho Pek Jie.
Hanya terdengar suara keluhan tertahan dari mulut Kho Pek Jie, kemudian menggeletak di
tanah.
Perlahan-lahan Koo Lok menyingkir, katanya sambil menghela napas,
"Kasihan..............."
"Semua lantaran aku......... kalau bukan karena aku, bagaimana dia bisa berolah
demikian rupa?" kata Koo Peng.
Lo Kie berdiri tegak bagaikan patung, ia tidak tahu harus berbuat apa. Koo Lok
lantas berkata padanya, "Jieko, bukalah totokannya, kau ceritakan dengan baik keadaan
yang sebenarnya."'
"Mungkin tidak mudah."
"Biarlah aku saja yang menceritakan." kata Koo Peng.
Koo Lok dan Lo Kie anggukan kepala, Koo Peng lalu membuka totokan Kho Pek Jie.
Kho Pek Jie mendusin, ia membuka matanya yang lemah, dengan perasaan heran
memandang senua orang yang ada di situ, airmatanya mengalir deras.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Peng berkata dengan suara parau, "Nona Kho, apakah kau telah mendengar perkataan
nona rambut panjang itu yang mengatakan bahwa Lo Kie sudah mempunyai kekasih baru."
Kho Pek Jie anggukan kepala. Koo Peng berkata pula, "Nona Kho, kau jangan dengar mulut
orang itu, semua tidak ada, Lo Kie tidak mencintai aku, aku juga tidak
mencintainya............"
Berkata sampai di situ, hatinya merasa pilu, hingga perkataan selanjutnya tidak bisa
keluar lagi dari tenggorokannya.
Kho Pak Jie lalu bertanya, "Apakah kau Koo Peng?"
Koo Peng menganggukkan kepala, matanya berkaca-kaca. Ia mengerti bagaimana perasaan
seorang yang telah gagal dalam asmara, karena ia sendiri pernah mengalaminya. Meski ia
mencintai Lo Kie, tapi demi kepentingan Kho Pek Jie, di hadapan rona yang masih putih
bersih ini, ia terpaksa harus mendusta.
"Nona rambut panjang itu berkata bahwa kalian saling mencintai........." kata Kho
Pek Jie. Mendengar perkataan itu, hati Koo Peng seperti diiris-iris, ia pesut air matanya
dan berkata, "Itu hanya ucapan iang mengandung maksud jahat, karena orang lain tahu
kau mencintai Lo Kie, maka ia sengaja hendak merusak keberuntunganmu!"
"Apa benar?"
"Emmm, kalau tidak percaya kau boleh tanyakan padanya!"
Kho Pek Jie setengah percaya setengah tidak, hatinya merasa bimbang. Kemudian ia
berpaling dan bertanya kepada Lo Kie, "Engko Lo, apakah itu benar?"
"Benar!"
Kho Pek Jie nampak tersenyum........."Apa aku tadi telah salah faham?" tanyanya.


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maka itu, aku katakan kau terlalu banyak pikiran, dan hampir saja terjadi satu
peristiwa........................"
Kho Pek Jie tiba-tiba berbangkit dan melesat menubruk Lo Kie, kemudian memeluknya dan
berkata sambil menangis tersedu-sedu. "Engko Lo, aku bersalah terhadapmu, aku salah
faham terhadap dirimu, tapi......... semua itu karena terpaksa, sebab aku cinta padamu,
aku selalu menantikan kedatanganmu, aku takut kehilanganmu............ orang
mengatakan kau mempunyai kekasih baru, bagaimana aku tidak bersedih
hati...............?"
Lo Kie mengelus-elus rambut dan kepalanya, ia juga mengalirkan air mata, bagaimana ia
dapat memberitahukan kepada gadis yang masih suci ini. tentang maksudnya hendak
pergi.........mati, untuk menebus dosanya?
Cintanya yang begitu besar dan agung, tidak akan mendapat balasan dirinya untuk selamaIamanya.
Sekalipun Lo Kie sudah berangkat ke alam baka, arwahnya juga tidak akan bisa
tenang. Yang lebih menyedihkan ialah, niatnya yang menakutkan itu sekali kali tidak boleh
diberitahukan padanya, sebab kalau tidak, Kho Pek Jie akan turut pergi dengannya.
Kesedihan Lo Kie memang keluar dari hati sanubarinya, sebab gadis yang masih suci dan
putih bersih ini akan mengorbankan segala-galanya untuknya.
Kho Pek Jie berkata pula, "Engko Lo, apa kau tidak dapat memaafkan aku?"
Lo Kie terkejut dari kedukaannya, katanya dengan suara lemah lembut, "Aku tidak akan
menyalahkan kau."
"Apa kau masih tetap cinta padaku seperti sedia kala?"
"Masih, legakan hatimu!"
"Engko Lo......... aku sangat gembira mendengar keteranganmu ini."
Lo Kie memandang paras Kho Pek Jie, yang unjukkan senyum manis, hatinya semakin
sedih.
"Engko Lo, kau tokh tidak akan tinggalkan aku lagi, bukan?'* tanya Kho Pek Jie.
"Tidak!"
"Jika kau tidak mencintai aku," katanya sambil mengawasi Koo Peng, "kalau kau
mencintai enci Koo, aku juga tidak keberatan, aku akan tetap mencintaimu."
Koo Peng lantas menyahut sambil tersenyum pahit, "Kembali kau banyak pikiran."
"Tidak, kata-kataku ini memang sesungguhnya."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Engko Lo milikmu, siapapun tidak ada yang akan merebutnya,"
Kho Pek Jie berjalan menghampiri Koo Peng, sambil memegang tangannya ia berkata,
"Enci Koo, maafkan aku............!"
"Bagaimana aku dapat salahkan kau? Legakan hatimu!"
"Enci Koo, kau baik sekali."
Sifatnya yang masih kekanak kanakan, menggerakan hati Koo Peng, diam-diam memuji
keagungan cinta gadis itu.
"Kau juga demikian!" sahutnya.
Di dalam suasana tegang di lembah Kiu-ciong-thian telah terjadi adegan asmara
yang mengetuk hati setiap orang, hingga merupakan suatu intermeso dalam urusan sangat
gawat itu.
Setelah semua beres, Koo Lok lantas berkata, "Jieko, mari kita pergi."
Lo Kie anggukkan kepala, keduanya lantas berjalan menuju ke gua sembilan. Kho Pek Jie
bertanya, "Engko Lo, engko Sim (ia masih belum tahu Koo Lok yang sudah menjadi seorang
she Koo), kalian hendak kemana?"
"Mereka hendak membunuh penjahat, kita menunggu di sini saja, mereka akan
segera kembali."
"Ow!" kata Kho Pek Jie sambil anggukkan kepala, kemudian berkata kepada Lo Kie
dan Koo Lok, "Kalian harus berlaku hati-hati!"
Lo Kie dan Koo Lok anggukan kepala, lalu berjalan menuju ke gua sembilan.
Koo Lok seperti ingat sesuatu, lalu berkata, "Jieko, Kho Pek Jie datang kemari, tentunya
atas petunjuk orang......... .."
"Barangkali Pho Siao Go yang tunjukkan."
"Mungkin, mengapa ia memberitahukan kepada Kho Phek Jie tentang urusanmu
itu? Hampir saja terbit onar."
"Barangkali ia tidak sengaja Samtee, boleh aku tanya padamu, kau dengan Pho Siao
Go, agaknya pernah terjalin hubungan tidak biasa?"
Koo Lok terkejut, "Tidak!"
"Benar?"
Koo Lok untuk sesaat berdiam, kemudian baru menghela napas.
"Samtee," kata Lo Kie, "sebenarnya apa yang telah terjadi atas kalian berdua?
"Kalau tidak ada apa-apa, mustahil Pho Siao Go demikian benci padamu?"
"Bagaimana jieko tahu kalau ia membenci aku?
"Samtee, pengetahuan dan pengalamanku lebih banyak darimu, urusan sekecil ini,
bagaimana aku tidak tahu?"
Koo Lok terpaksa menceriterakan apa yang telah terjadi atas diri mereka tatkala berada di
pulau Sam-seng-to. Setelah mendengar penuturan itu, Lo Kie berkata dengan hati
terkejut.
"Samtee, urusan ini bisa membawa akibat tidak baik!"
"Bagaimana Jieko bisa berpikir sampai di situ?" tanya Koo Lok kaget.
"Samtee, ketika Pho Siao Go datang ke gunung In-bu nia mencari pusakamu, ia
sudah unjukkan sikap yang telah jatuh cinta padamu, dan kau kembali menghinanya
sedemikian rupa, urusan ini rasanya tidak akan berakhir demikian mudah"
"Kau pikir apa lagi yang akan terjadi?"
"Ada dua kemungkinan, pertama secara aktif, mungkin ia masih akan mencari kau
untuk menuntut balas dendam............"
"Dan yang kedua?"
"Ini lebih menakutkan, ia tokh tidak akan menikah denganmu, maka tinggal satusatunya jalan ialah............"
"Jalan apa? kematian?"
"Untuk mati barangkali masih belum mungkin, ia pasti akan menagih lebih banyak
darimu, jalan yang ia tempuh itu akan membuat kau menyesal untuk selama-lamanya dan
kalau dugaanku tidak keliru, pada akhirnya ia akan cukur rambut untuk mensucikan
diri..............."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Apa......?" tanya Koo Lok kaget, "Kau katakan ia akan menjadi nikow?"
"Jika ia hendak menuntut balas dendam, inilah jalan yang paling baik yang akan ia
tempuh, dengan demikian, berarti kau akan menderita bathin untuk selama-lamanya."
Wajah Koo Lok berubah ketika mendengar perkataan itu, kenyataannya memang begitu, ia
akan menagih lebih banyak darinya.
Jika benar-benar akan terjadi demikian, entah bagaimana dengan Koo Lok? Bukankah ini
berarti bahwa ia telah merusak keberuntungan seorang gadis? Sudah tentu batinnya akan
turut menderita atas kecerobohanya.
DENGAN suara gemetar ia berkata, "Jiko, kau pikir harus apa yang harus aku perbuat?"
"Cuma satu jalan, kau harus menikahinya!"
"Apa? Aku harus menikahinya?"
"Kecuali itu, sudah tidak ada jalan."
"Tapi aku tidak mencintainya, dan ia juga tidak bersedia menjadi isteriku."
"Cinta bisa dipupuk dengan waktu, lagi pula kalau kau menikahinya, berarti kau
sudah memenuhi kewajibanmu atas kecerobohanmu terhadapnya."
Koo Lok terdiam, ia tidak berkata apa-apa, ia sungguh tidak menduga bahwa perbuatan
ceroboh yang dilakukannya tempo hari, telah berakibat sedemikian buruk sehingga ia tidak
dapat memperbaikinya.
"Nampaknya memang cuma begitu," akhirnya ia berkata sambil menghela napas.
Sembari berjalan, mereka sudah tiba lagi ke dalam gua, jalan gua itu hampir tertutup oleh
tumpukan batu yang rubuh tadi. Dengan sangat hati-hati mereka berjalan menyusuri
lorong dalam gua, tapi tidak menemukan apa-apa yang luar biasa.
Kini mereka sudah keluar dari gua kedelapan, dan mulai menuju ke gua sembilan, jika
sudah melalui gua kesembilan ini, segera dapat menemukan Giok-bin Thian-cun.
Perlengkapan dalam gua kedelapan sudah sedemikian hebatnya, kalau gua kesembilan itu
dilengkapi lebih banyak pesawat rahasia, itu sudah pasti.
Lo Kie bertanya kepada Koo Lok, "Apakah kita harus menerjang masuk begini saja?"
"Apa masih ada lain jalan yang lebih baik?"
"Kalau begitu mari kita mulai." Keduanya lantas bergerak menuju ke gua ke
sembilan.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dingin. Mendengar suara itu,
Koo Lok dan Lo Kie berhenti bertindak, sebab suara tawa itu datangnya dari luar gua.
Koo Lok berpaling memandang keadaan sekitarnya, tapi apa yang dilihatnya hanya tebing
gunung dan lembah yang luas, tidak nampak bayangan seorangpun juga. Koo Lok diamdiam merasa heran, maka ia lantas bertanya dengan suara agak gemetar, "Siapa?"
"Apa kalian hendak memasuki gua itu dengan cara begitu saja?" terdengar suara
pertanyaan yang tidak kelihatan bayangannya.
Suara itu yang ternyata dating dari atas tebing setinggi kira-kira beberapa puluh
tombak, di sana berdiri seseorang, Koo Lok terperanjat, ia segera bertanya, "Kau siapa?"
"Jangan khawatir, aku bukan Giok-bin thian-cun.
Mendengar suara itu, Koo Lok sudah tahu siapa orangnya, yang bukan daripada Pho Siao
Go. "Kau adalah.................."
"Mengapa? baru beberapa hari tidak bertemu, apa suaraku sudah kau lupakan!"
Koo Lok terheran-heran, ia sungguh tidak menyangka bahwa Pho Siao Go akan muncul di
situ.
"Kau sebenarnya hendak berbuat apa?" ia bertanya,
"Jangan khawatir, kau tak usah takut padaku " jawabnya sambil tertawa, "cuma,
jika kalian masuk begitu saja, nanti tidak akan bisa keluar lagi."
"Menurut pikiranmu bagaimana?"
"Datanglah ke tempatku ini."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok tidak segera menjawab, dalam hatinya berpikir, kedatangannya ini mungkin tidak
mengandung maksud jahat, apabila aku masuk secara gegabah, memang benar-benar
sangat berbahaya............................
Sebelum ia memberi jawaban, Lo Kie sudah berkata, "Samtee, akal Pho Siao Go ini benarbenar kita bisa jalankan, memanjat tebing gunung memang cara yang paling baik!"
Koo Lok pikir itu memang benar, tapi setelah menyaksikan keadaan tebing itu, ia segera
berkata sambil kerutkan keningnya, "Tapi, tebing gunung itu, tingginya tidak kurang dari
tiga puluh tombak, bagaimana kita dapat memanjatnya?"
Lo Kie pikir itu memang benar, tebing yang begitu tinggi, bagaimana harus memanjat?
"Itu memang benar......"jawab Lo Kie.
Pho Siao Go yang berdiri di atas tebing gunung, agaknya dapat melihat sikap kedua
pemuda itu yang menunjukkan kesukaran, maka lantas berkata, "Apa kalian tidak melihat
tambang itu?"
Mendengar ucapan itu, keduanya terperanjat, tatkala mereka mencari-cari, benar
saja di antara batu-batu terjal yang terdapat di tebing gunung itu, terdapat sebuah
tambang.
Dalam hati Koo Lok merasa bersyukur, Lo Kie lantas berkata, "Nampaknya ia datang
hendak membantu kita!"
"Tentang ini, sesungguhnya diluar dugaanku."
"Naiklah, Samtee!"
Perasaan duka mendadak timbul dalam hati Koo Lok, ia berkata sambil unjukkan senyum
pahit, "Jieko, aku harus memberitahunya, bahwa aku hendak menikahinya."
"Boleh!"
Mereka mulai memanjat tebing menggunakan tambang yang menggelantung dari atas
tebing, hingga sebentar saja sudah tiba di atas.
Paras Pho Siao Go kini tidak mengunjukan kemurungan seperti yang sudah-sudah malah
sebaliknya, ia nampak sangat gembira, mukanya berseri seri.
Koo Lok mengawasinya dengan perasaan heran, ia bungkam dalam seribu bahasa.
Lo Kie yang lebih dulu membuka suaranya, "Nona Pho, terima kasih atas petunjukmu, jika
tidak, pasti kita sudah menerjang masuk ke dalam gua sembilan.
"Itu berarti kalian tidak bisa keluar lagi."
Lo Kie memandang Koo Lok dan berkata sambil tertawa, "Samtee, mengapa kau bungkam
saja?"
Koo Lok unjukkan senyum pahit, katanya. "Aku benar-benar tidak tahu harus berkata
apa?"
Pho Siao Go tertawa hambar, kemudian berkata, "Apakah kau masih ingin mencari aku
untuk membalas dendam?"
"Membalas dendam? Mengapa aku harus membalas dendam padamu?"
"Karena aku pernah memukulmu."
"Itu semua sudah berlalu."
"Apa yang sudah berlalu tidak usah kita bicarakan? Baiklah kalian berjalan dari sini,
nanti akan tiba di gua kesembilan, di sana kalian akan menjumpai Giok-bin Thian-cun."
"Mengapa kau bisa datang kemari membantu aku?"
Pho Siae Go untuk sesaat tercengang, kemudian unjukkan senyuman hambar, baru
menjawab, "Sebab aku hendak membayar hutangku yang sudah memukulmu!"
"Bagaimana kau bisa tahu kalau kita masuk ke gua sembilan nanti tidak akan bisa
keluar lagi?"
"Apa kau tidak percaya?"
"Bukan tidak percaya, aku cuma merasa heran bagaimana kau bisa tahu di dalam
ada pesawat rahasianya?"
"Ibuku pernah berkata, di dalam gua itu bukan saja penuh pesawat rahasia,
bahkan, jika kalian masuk ke dalam gua di bagian yang terpenting pintu gua yang
menembus satu sama lain segera tertutup sendirinya, apakah kalian bisa keluar?"
Keterangan itu membuat Koo Lok terkejut wajahnya segera berubah.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kalau begitu kita harus mengucapkan terima kasih padamu!" ia berkata dengan
sejujurnya,
"Itu tidak perlu, nah pergilah!"
Koo Lok anggukan kepala, bersama Lo Kie lalu menuju ke jalan yang ditunjuk oleh Pho Siao
Go. Tiba-tiba ia berhenti dan berjalan kearah Pho Siao Go. Pho Siao Go lalu bertanya
padanya, "Koo Lok apakah kau masih membutuhkan bantuanku?"
"Tidak, aku hanya hendak menceritakan sesuatu urusan padamu....................."
"Urusan apa?"
"Aku ingin mengambil kau sebagai isteriku!"
"Apa?" tanya Pno Siao Go kaget"Apa yang kau katakan?"
"Aku ingin kau menikah denganku."
Mendengar perkataan itu Pho Siao Go tertawa terkekeh kekeh. Perbuatannya itu telah
membuat bingung Koo Lok.
"Kenapa kau tertawa? Apa kau anggap lucu? Aku berkata sejujurnya."
Pho Siao Go berhenti,tertawa, ia memandang Koo Lok sekian lama lalu berkata, "Koo Lok
aku tanya padamu, mengapa kau hendak menikahi aku?"
"Sebab.............................."
"Sebab kau dulu pernah perlakukan diriku secara kurang sopan?"
"Kau tidak usah pikirkan masalah itu, urusan sekecil itu untuk apa dibicarakan lagi?
aku seorang wanita yang berani berbuat juga sanggup terima segala
penderitaan....................."
"Tapi....................."
"Apa kau merasa bersalah terhadap hati nuranimu? Ini tidak perlu, selanjutnya kau
dapat memahami keadaanku, sekarang pergilah."
"Apakah kau tidak suka menikah denganku?"
"Ya, aku tidak suka, lagi pula antara aku dengan kau juga merupakan musuh!"
"Musuh?"
"Ibuku mati ditanganmu, meski ibuku itu karena harus menebus dosanya terhadap
ayah bundamu, tapi dalam hidupku aku selalu ingat peristiwa ini, sama juga denganmu
sendiri, yang selalu ingat bahwa ayah bundamu mati ditangan ibuku,"
"Oleh karena itu, maka kau tidak suka menikah denganku."
"Faktor yang paling utama, apa sebabnya aku tidak suka menikah denganmu,
rasanya kau tidak sulit untuk mengerti sendiri, sebab kau tokh tidak cinta padaku."
Perkataannya itu bagaikan suara geledek di siang hari, mata Koo Lok terbuka lebar
memandangnya.
Pho Siao Go berkata pula, "Pergilah! oh ya, simpan tambang itu, mungkin nanti ada
gunanya!"
Koo Lok mengerti, bahwa ia tidak membohonginya, juga tidak boleh berbuat demikian,
dalam hatinya, memang benar tidak ada bayangan nona itu.
Kalau ia ingin menikahinya, itu semata-mata karena soal tanggung jawab atau kewajiban
sebagai laki-laki yang pernah mempermainkan nona itu, tapi didalamnya tidak terdapat
rasa cinta, yang ada hanya bayangan kebencian.
Apakah juga demikian bisa membawa keberuntungan? Sudah tentu tidak!
Ia tidak bisa menyangkal bahwa itu suatu kenyataan, juga tidak perlu membantah
hakekatnya terhadap Lie Siao Cie dan Liauw Leng leng ia juga tidak mengandung rasa
cinta.
Satu-satunya wanita yang ia cintai adalah Chie-Siok Hun, tapi gadis itu kini sudah
sucikan diri menjadi nikow, sudah tentu tidak bisa menikahinya lagi. Selain Chie Siok Hun,
hanya Gin-hui yang kebagian cintanya yang tulus.
Pho Siao Go berkata sambil tertawa, "Kau harus pergi, di sana masih menanti tugasmu
yang masih belum kau selesaikan!"
"Ya, aku harus pergi!"
Ia menggumam sendiri, dengan menindas perasaan dukanya, ia menggulung tambang untuk
dibawa, lalu memandang Pho Siao Go sejenak kemudian perlahan-lahan meninggalkannya.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Lapat-lapat ia masih mendengar suara helaan nafas Pho Siao Go. Koo Lok berjalan
menghampiri Lo Kie, Lo Kie lalu bertanya, "Bagaimana?"
"Ia tak suka." jawab Koo Lok sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Dengan tak terduga-duga Pho Siao Go sudah berada didamping mereka, lalu berkata, "Ya,


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku tak suka, Koo siangkong, sebelum aku pergi, ada sesuatu yang ingin aku beritahukan
padamu, jika kalian nanti sudah berhasil membunuh mati Giok bin Thian cun, jangan jalan
melalui gua kesembilan!"
Perhatian yang diperlihatkan oleh Pho Siao Go itu, membuat tergerak hati Koo Lok, ia
anggukan kepalanya dan berkata, "Kita akan berbuat seperti apa katamu." Pho Siao Go
unjukkan senyumannya, katanya pula, "Aku tak menyangkal bahwa aku pernah
mencintaimu, karena aku pernah berikan cintaku, sekarang sudah seharusnya
memperhatikan keselamatanmu, untuk se]anjutnya, kita mungkin tidak mudah untuk
bertemu lagi.............."....*'
Berkata sampai disitu, Koo Lok dan Lo Kie melihat sepasang mata Pho Siao Go
berkaca-kaca......, tapi ia berkeras hati mencegah mengalirnya air mata.
Koo Lok bertanya dengan perasaan heran, "Selanjutnya sulit berjumpa lagi? Kau.......
hendak kemana?"
"Aku tak akan membunuh diri, kau tak usah khawatir, Koo siaohiap, sampai ketemu
lagil" Sehabis berkata, ia lantas membalikkan badannya dan menghilang. Koo Lok tidak
mencegah, sebetulnya, ia memang tak perlu mencegahnya. Ia tahu benar, sekalipun ia
mencegah, juga tak akan berhasil. Ia cuma bisa tertawa getir, lalu berkata pada Lo Kie,
"Jieko, mari kita pergi!"
Lo Kie mengangguk, dan berkata, "Semoga ia tak akan membenci lebih dalam
terhadapmu!"
"Aku tak akan memperhatikan itu semua!"
Dua kawan itu sama-sama tertawa masam, dalam gelombang asmara, mereka boleh dikata
hampir serupa pengalamannya. Dengan menindas perasaan dukanya, mereka melanjutkan
perjalanannya untuk menuntut balas terhadap Giok-bin Thian-cun.
Jika bukan Pho Siao Go yang memberi petunjuk, Koo Lok dan Lo Kie pasti sudah menerjang
masuk ke gua sembilan, jika hal itu telah terjadi, sudah tentu pengharapan mereka untuk
keluar lagi dengan selamat sedikit sekali.
Sebentar kemudian, dua orang itu sudah tiba di lain ujung dari gua kesembilan itu,
ketika mereka melongok ke bawah, segera terlihat keadaan tempat yang serupa dengan
keadaan di gua kedelapan. Dua sahabat itu selagi memandang ke bawah tiba-tiba
terdengar suara orang berkata, "Bu-siong-ko, apa dia tidak berani masuk?" Terdengar pula
suara yang menjawab, "Belum tentu!"
Koo Lok dan Lo Kie mengawasi ke arah datangnya suara itu, segera mereka melihat
Bu-siong-ko sedang pasang mata ke arah gua yang kesembilan.
Sedangkan Giok bin Thian-cun nampak mondar mandir di lembah, sikapnya nampak sangat
tegang dan tak tenang. Wajah Koo Lok segera berobah, ia berkata dengan suara perlahan,
"Jieko, kita lompat turun!"
Berbareng pada saat itu, keduanya lantas melompat melesat bagaikan burung
melayang, terus menuju ke hadapan Giok-bin Thian-cun.
Koo Lok dan Lo Kie yang mengambil jalan melompati tebing gunung, tanpa melalui jalan
dalam goa, benar-benar diluar dugaan Giok bin Thian cun.
Giok bin Thian cun juga seorang yang cerdik, ketika mendengar desiran angin, badannya
lantas melompat mundur kebelakang sejauh satu tombak.
Koo Lok dan Lo Kie sudah berdiri di hadapannya. Wajah Giok bin Thian cun segera berubah
sedangkan Koo Lok dengan mata beringas lantas berkata dengan sikap angkuh, "Hu Pek,
dalam Kiu ciong thian, benar saja terdapat banyak pesawat rahasianya!"
Giok bin Thian cun meski dalam keadaan kaget, tapi sikapnya nampak tenang,
katanya, "Tuan bisa datang kemari melalui tebing tinggi, benar-benar diluar dugaanku!"
Koo Lok tertawa terbahak-bahak, ia lalu berkata, "Dalam gua kedelapan tidak tertindih
oleh batu besar, bagaimana kita berani memasuki gua kesembilan?"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kau benar-benar cerdik.................."
"Sekarang sudah waktunya bagi kita untuk membuat perhitungan............" kata
Giok bin Thian cun sambil tertawa dingin.
"Benar, sungguh tak kusangka kau, Hu Pek, yang menganggap dirimu sebagai orang
kuat no mor satu, juga bisa berlaku demikian pengecut dalam gua ini, kau lengkapi dengan
berbagai macam pesawat rahasia, apa ini tidak akan membuat kau kehilangan muka?"
Diejek demikian rupa oleh Koo Lok, selembar muka Giok bin Thian cun merah padam
bagaikan kepiting direbus. Dalam malu dan gusar ia lantas keluarkan bentakannya, "Koo
Lok aku sangat kagumi keberanianmu dan kecerdikanmu, yang bisa masuk ditempatku ini,
tapi kalau kau ingin keluar, itu tak mudah"
KOO LOK tertawa terbahak-bahak, kemudian ia berkata, "Antara kau dengan aku,
siapa yang akan mati dan siapa yang tinggal hidup, tidak lama lagi akan diketahui!"
Sehabis berkata, ia lalu mendekati Giok-bin Thian cun. Dalam suasana sangat gawat itu,
sesosok bayangan manusia melayang turun di hadapan Koo Lok, yang lantas membentak
dengan suara bengis, "Koo Lok, kau telah membinasakan saudaraku, dendam sakit hati ini
kita perhitungkan dulu,"
Tanpa memberi peringatan lagi, tangannya sudah bergerak melakukan serangan. Selagi
Koo Lok hendak turun tangan, Lo Kie sudah turun tangan lebih dulu, menyambut serangan
orang itu seraya berkata, "Aku layani kau lebih dulu."
Dengan mata beringas Koo Lok'memandang Giok-bin Thian-cun sejenak, lalu
berkata, "Hu Pek, mari kita mulai."
Giok-bin Thian-cu tahu keadaan hari itu gelagatnya tidak baik bagi dirinya, kalau
mengingat bahwa nama baiknya yang selama itu dapat dipertahankan, mungkin kini akan
hancur, tanpa dirasa lantas menghela napas panjang.
"Sebaiknya kau saja yang turun tangan lebih dulu!" katanya.
"Kalau begitu maaf!" kata Koo Lok, yang segera mulai serangannya lebih dulu.
Pertempuran ini merupakan pertempuran sangat penting, yang menyangkut jiwa dan nama
baik kedua fihak, maka begitu mulai, Koo Lok sudah menggunakan kekuatan sepenuhnya.
Giok-bin Thian-cun meski dalam keadaan kaget dan heran atas kekuatan Koo Lok, tapi ia
tidak sampai gugup, dengan tenang ia membalas serangan Koo Lok.
Serangan kedua pihak sama-sama cepatnya, sebentar saja, masing-masing sudah
melancarkan beberapa kali serangan hebat.
Kini Giok-bin Thian-cun baru merasakan betapa cepatnya perubahan kepandaian
Koo Lok, karena setiap kali menyerang, selalu terhalang atau dapat dielakkan dengan
sangat sempurna oleh Koo Lok, ia sungguh tidak menyangka dalam waktu demikian
'pendek, Koo Lok sudah mempunyai kepandaian demikian tinggi. Ia tahu bahwa
pertempuran hari itu, sulit baginya untuk merebut kemenangan.
Selagi pertempuran berlangsung dengan sengitnya, tiba-tiba terdengar suara
jeritan dari mulut Bu-siong-ko, yang ternyata sudah dibikin remuk kepalanya oleh Lo Kie.
Dengan kematian setan itu, keadaan Giok bin Thian cun semakin sulit, ia sudah tidak
berdaya sama sekali menghadapi serangan Koo Lok.
"Hu Pek hari ini kau tidak bisa lolos lagi dari tanganku!" demikian Koo Lok berkata,
dalam keadaan sangat berbahaya, mendadak Giok-bin Thian-cun mengadakan serangan
pembalasan secara nekad, kemudian ia berseru, "Tahan dulu.....................!"
Sehabis berkata, ia lantas melompat keluar kalangan sejauh satu tombak.
"Sebejum ajalmu sampai, apa kau ingin meninggalkan pesan?"' tanya Koo Lok
dingin.
"Benar."
"Baiklah, aku iringi kehendakmu, lekas katakan!"
Giok-bin Thian-cun unjukkan senyum getir, kemudian berkata, "Koo Siaohiap, apa yang
aku katakan kali ini, adalah dengan sejujurnya, sudah tentu dengan pengharapan supaya
kau mau percaya, Pertama, aku sayangi kepandaianmu, hingga aku tak tega hati
membunuhmu,"https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
"Kalau kau mempunyai kepandaian, boleh coba!"
"Benar, aku sekarang harus mengakui bahwa kepandaianku tidak mampu
menandingi kepandaianmu, tapi, apakah kau tahu, dalam lembah ini, aku sudah pendam
obat peledak beberapa kati banyaknya?'"
Mendengar perkataan itu wajah Koo Lok lantas berubah, lama tidak bisa menyahut.
Giok-bin Thian-tun berkata pula, "Dengan sebutir peluru berapi saja, aku sudah bisa
menyalakan sumbu api untuk meledakan obat obat peledak itu, walaupun berbuat
demikian, aku sendiri juga akan mati terpendam oleh runtuhan tanah gunung ini, tapi aku
yakin kalian tidak bisa keluar dalam keadaan hidup."
Koo Lok terperanjat, ia berkata, "Mengapa kau tidak mau meledakan obat peledak
itu? Setidak tidaknya kita toh akan mati bersama sama!"
"Ya, justru aku sayangi kepandaianmu, sama halnya seperti dulu orang-orang yang
menyayacgi kepandaianku, lagi pula nama baikku sudah ludes, mungkin aku harus
memberikan nama baikku, yang dulu kuterima dari orang lain, padamu."
Perkataannya itu diucapkan dengan sungguh-sungguh, hingga Koo Lok dan Lo Kie mau
percaya keterangan Giok-bin Thian-cun tentang obat peledak itu, tentunya bukan untuk
menggertak saja,
Giok-bin Thian-can berkata pula, "Kedua, mungkin aku memang harus mati, tapi
apa yang aku jelaskan ialah seorang yang melakukan suatu kesalahan, kebanyakan
terdorong oleh nafsu yang timbul dalam waktu sedikit, dimana otaknya sedang dipengaruhi
oleh nafsu jahat, tapi kesalahan tetap kesalahan, sekalipun yang dilakukan tanpa disadari
olehnya sendiri, masih tetap tidak dapat dimengerti oleh siapapun juga........."
Lo Kie lantas berkata, "Aku percaya ucapanmu ini."
Lo Kie dapat mengerti pikiran Giok-bin Thian-cun, karena ia sendiri dahulu juga karena
nafsunya, yang hendak mendapatkan Chie Siok Hun, sehingga melakukan suatu perbuatan
terkutuk terhadap Chie Pocu, ayah Chie Siok Hun, sehingga dikemudian hari ia harus
menebus dosanya dengan jiwanya sendiri.
Giok-bin Thian-cun unjukkan senyum getir, lalu berkata pula, "Aku pernah melakukan
banyak perbuatan baik untuk dunia rimba persilatan, ini sudah diketahui orang-orang
rimba persilatan, tidak perlu aku besar-besarkan, tapi, biar bagaimana aku pernah
melakukan suatu kejahatan, yang tidak dapat diampuni oleh siapapun juga..............
diriku ini merupakan contoh hidup, maka aku nasehatkan padamu, supaya dikemudian hari
apabila kau hendak melakukan sesuatu, pikirlah lebih dulu masak-masak, baru kau
lakukan......."
Koo Lok berkata dengan nada dingin, "Setidak tidaknya aku tidak akan berbuat
seperti kau."
"Sekarang susah dibilang, semua ucapanku ini keluar dari hati sanubariku, kau
dengar atau tidak, terserah padamu. Nah, sekarang kau boleh pergi!"
"Pergi? Aku masih belum membunuhmu." kata Koo Lok gusar.
"Tidak perlu, aku bisa turun tangan sendiri." jawab Giok-bin Thian-cun sambil
tertawa getir, kemudian dari dalam sakunya mengeluarkan sebutir peluru berapi, ia
berikan kepada Koo Lok seraya berkata, "Kalian jangan memasuki gua yang kesembilan,
lebih baik kembali melalui jalan semula, kemudian kau bidikkan peluru berapi ini pada
lubang kecil itu," tangannya menunjuk ke arah satu lubang kecil di dinding gua, "setelah
peluru itu nanti masuk ke dalam lubang itu, tempat rahasia ini akan meledak, maksudku
minta kau musnahkan tempat yang banyak dilengkapi pesawat-pesawat rahasia ini, dengan
demikian aku hendak mencegah supaya tempat ini dikemudian hari tidak digunakan oleh
orang-orang jahat untuk melakukan kejahatan....................."
Sehabis berkata demikian, ia lalu memukul hancur kepalanya sendiri dengan
kepalannya sendiri. Koo Lok dan Lo Kie berdiri terkesima, mereka tidak tahu bagaimana
perasaannya pada waktu itu. Giok-bin Thian-cun telah binasa. Meski kematian orang kuat
itu tidak ditangan Koo Lok, tapi kematian secara demikian, buat Koo Lok merupakan satu
pukulan hebat. Sebab andaikata Giok-bin Thian-cun mau, ia sebetulnya bisa mati bersamasama dengan Lo Kie.https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok memandang Lo Kie sejenak, kemudian berkata, "Dia sebenarnya orang baik
ataukah orang jahat?"
"Dia, terhadap Jie Bun Kie memang merupakan orang jahat, tapi terhadap kau
seharusnya orang baik, antara orang jahat dengan orang baik, bedanya cuma perbuatannya
yang timbul dalam waktu sedetik saja,
"Ya, dia seharusnya masih terhitung seorang baik!"
"Ah! karena satu kesalahan saja, telah membuat seorang jago rimba persilatan
kenamaan dan orang kuat nomor satu dalam rimba persilatan, benar-benar telah menutup
mata secara mengenaskan, bukankah demikian juga nasib yang akan menimpa kepada
diriku sendiri?" kata Lo Kie sambil menghela napas.
"Oleh karena ia tak mau meledakan obat peledaknya, sudah seharusnya aku
mengubur jenazahnya, di atas makamnya aku akan tulis perkataan "MANUSIA LUAR BIASA.*'
Ia lalu mebawa jenazah Giok-bin Thian-cun, setelah menanjak lagi ke jalanan yang
dilewati semula, benar saja ia mengubur jenazah bekas musuh besarnya di dalam sebuah
rimba, dengan batu nisan yang ditulis seperti apa yang ia katakan.
Setelah upacara penguburan selesai, ia bersama Lo Kie berdiri sejenak memberi
penghormatan terakhir kepada musuhnya itu, lalu melemparkan peluru berapi ke dalam
sebuah lubang kecil seperti apa yang dikatakan oleh Giok bin Thian-cun. Kemudian ia ajak
Lo Kie untuk berlalu.
Sebentar kemudian, suara ledakan hebat terdengar hingga menggoncangkan
seluruh bumi di lembah Kiu-ciong-thian yang kini telah hancur lebur.
Setelah suara ledakan itu sirap, Koo Lok dan Lo Kie sudah turun dari atas tebing dan
berjalan menuju ke gua yang kedelapan.
Di tengah perjalanan, Lo Kie berkata, "Samtee, kewajiban yang harus kau lakukan kini
sudah selesai, meski aku tidak membantu kau, tapi sudah sebulan lebih kita berkumpul
bersama, dan sekarang, kita harus berpisah kembali!"
"Jieko, kau hendak kemana?"
"Samtee, apakah kau sudah lupa, bahwa aku harus pergi ke kuburan paman Chie
untuk 'menebus dosa'. Untuk selanjutnya, kita benar-benar akan berpisah untuk selamalamanya..........." kata Lo Kie dengan air mata berlinang.
"Jieko, aku haturkan terima kasihku padamu......, aku juga menyayangkan
nasibmu........." kata Koo Lok yang juga mengucurkan air mata.
"Samtee, kau tak usah berduka, hanya ini satu-satunya jalan bagiku untuk
'menebus dosaku' di masa lampau.................."
Mereka berdua saling berpelukan sambil menangis dengan sedihnya............... Kalau mau
dikatakan bahwa jasa Lo Kie dapat digunakan untuk 'menebus dosanya', Lo Kie seharusnya
tak berdosa, tapi karena harus memenuhi janjinya yang hendak bunuh diri di hadapan
makam Chie Pocu, tidak ada jalan lain baginya selain MATI.
Setelah menangis sepuas-puasnya, Lo Kie berkata dengan suara parau, "Sebelum
aku mati, aku hendak menengok Chie Siok Hun sekali lagi, aku hendak minta maaf
padanya."
"Aku juga harus pergi menengoknya......"
Sebelum mereka berangkat, tiba-tiba terdengar suara Kho Pek Jie yang menegur, "Hei,
koko sekalian, mengapa menangis?"
Koo Lok dan Lo Kie terperanjat, sambil memandang sikap Kho Pek Jie yang masih kekanakkanakan, Lo Kie menjawab, "Kita merasa bersyukur tidak dibikin mampus oleh obat
peledak Giok-bin Thian-cun.........apa kau tak dengar ledakan hebat itu?"
"Dengar, apa orang jahat itu sudah mampus?"
"Sudah?"
"Bagus engko Lo, selanjutnya kau tentu tidak akan meninggalkan aku lagi!"
Ia tertawa girang, tertawa bahagia. Tapi, dalam hatinya yang masih putih bersih
bagaimana bisa tahu kalau laki-laki yang ia cintai itu, akan meninggalkannya untuk
selama-lamanya....................."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Rombongan Koo Lok sekeluarnya dari lembah Kiu-ciong-thian, hari sudah mulai
gelap, tapi mereka terus melanjutkan perjalanan menuju lembah Pek-kut-kok, kemudian
ke kuil Ie sim sam.
Tiba di suatu tempat tidak jauh dari lembah Pet-kut kok, Koo Lok lalu berkata pada Lie
Siao Cie dan lain-lainnya, "Kalian tunggu aku disini, kita akan pergi ke suatu tempat,
sebentar akan kembali!"
Kho Pek Jie lalu bertanya, "Engko Lo apa aku boleh turut?"
"Aku segera kembali, kau tak usah turut." Koo Lok dan Lo Kie lalu berlari menuju
ke kuil Ie-sim-sam.
Di tengah jalan, Koo Lok ingin mengucapkan sesuatu kepada Lo Kie, tapi baru berkata,
"Jieko............" tenggorokannya sudah terkancing, hingga tidak dapat melanjutkan
perkataannya.
Lo Kie lalu berkata sambil tersenyum pahit, "Samtee apa yang telah terjadi di masa yang
lampau, kita tidak perlu bicarakan lagi, untuk selanjutnya, kita harus berani menghadapi
kenyataan, di alam baka nanti aku tidak akan melupakanmu, cuma, aku merasa masih
berhutang dosa terhadap Chie Siok Hun, sebab kaIau bukan karena aku, ia tidak akan
mengalami nasib seperti hari ini, Aku telah mencelakakan dirinya, juga mencelakakan
dirimu..."
"Jieko, aku tidak bisa salahkan kau, apa yang kau berikan padaku sudah terlalu
banyak sekali."
"Chie Siok Hun mungkin tidak dapat memaafkan aku untuk selamalamanya.................."
"Mungkin bisa!"
"Aih........." Lo Kie menghela napas, "aku juga merasa berhutang terhadap encimu dan
Kho Pek Jie, samtee, nanti setelah aku pergi, apa kau suka menjaga encimu dan Kho Pek
Jie?"
"Jieko, kau jangan buat pikiran."
"Di kemudian hari, Kho pek Jie pasti akan mengetahui tentang kepergianku ini,
entah apa yang akan terjadi atas dirinya kelak?"
Ini memang benar, biar bagaimana, soal kematian Lo Kie itu nanti pasti akan diketahui
oleh tunangannya, dan jika Kho Pek Jie mengetahui hal itu, bagaimana perasaan nona itu?
Apakah akan terjadi tragedi pula atas dirinya! Kemungkinan itu ada, bahkan mungkin lebih
hebat kesudahannya...............
Lo Kie merasa menyesal terhadap mereka tapi, sudah terlambat. Tragedi juga akan
berakhir. Kejadian yang sudah lalu bagaikan impian...............impian yang indah dan
muluk, tapi, kejadian pada masa lampau yang merupakan satu kenang-kenangan manis
dalam hidupnya itu, kini akan mengikutinya ke liang kubur. Koo Lok berkata dengan suara
sedih, "Jieo, di kemudian hari, akan kuceritakan padanya persoalanmu ini, dengan jalan
sebaik mungkin, aku berharap bisa meyakinkannya supaya dapat mengerti."
"Semoga demikian!"


Menebus Dosa Lanjutan Buku Hitam Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu, keduanya sudah berada di depan pintu kuil Ie sim sam. Dalam kuil,
beberapa paderi wanita sedang berlutut di hadapan meja Budha melakukan sembahyang
malam...
Suara tetabuhan kayu 'Bokhie' yang biasa di gunakan untuk melakukan ibadat terhadap
Budha dan suara puji-pujian terdengar dari dalam kuil.....................
Dua pemuda itu berdiri lama, baru melangkah masuk ke dalam.................
Ketika berada diambang pintu, suara bunyi-bunyian itu mendadak berhenti, seorang di
antara kawanan nikow itu mendadak bangun!
Koo Lok segera memanggil, "Adik Hun!"
Nikow itu membalikkan badannya, ketika melihat Koo Lok dan Lo Kie, nampak
sangat heran, kemudian tertawa hambar dan berkata, "Kau datang lagi? ...........Koo
siecu, apa kau sudah lupa bahwa aku sekarang bernama Ngosim?"
Hati Koo Lok merasa pilu, ia menyahut dengar suara datar, "Ngo......... Sim."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Paras Chi'e Siok Hun nampak murung, ia berkata dengan suara agak gemetar, "Kalian ada
keperluan apa?" Lo Kie buru-buru menjawab, "Siok Hun, aku datang untuk minta maaf
padamu............"
"Aku sudah menjadi orang suci, tentang kejadian yang lampau, sudah kulupakan
sama sekali, kau tidak perlu lagi minta maaf padaku."
Ia lalu berpaling dan berkata kepada Koo Lok, "Koo siecu, kejadian di masa lampau
bagaikan impian, hidup manusia dalam dunia, cepat sudah berlalu, untuk apa kau musti
mencari susah sendiri? Chie Siok Hun sudah mati, untuk apa kau pikirkan dirinya?" ia
tersenyum kecut kemudian berkata, "Sebaliknya ada satu hal yang hendak kuberitahukan
padamu, apa kau kenal dengan seorang perempuan muda bernama Pho Siao Go?"'
Mendengar pertanyaan itu, hati Koo Lok hampir melompat keluar dari dalam dadanya,
tanyanya dengan suara gemetar, "Dia kenapa?"
Ngo sim tersenyum pahit sahutnya, "Ia barusan, telah mencukur rambutnya menjadi
nikow..............."
"Apa?"
Jawaban itu bagaikan bunyi geledek di tengah hari, hingga badannya limbung, sedang
mulutnya menggumam, "Ya Tuhan......... aku telah mencelakakan dirinya........."
"Tidak," kata Ngo-sim, "Koo siecu, kau tidak mencelakakan dirinya, aku mengerti
keadaan kalian, demikianlah memang seharusnya......"
"Dia berada di mana? aku hendak menengoknya............" Bagaikan orang kalap ia
lari masuk ke daiam tapi dicegah oleh Ngo-sim.
"Koo siecu, ia tidak akan menjumpaimu, apa yang sudah berlalu biarlah berlalu,
mengapa kau tidak bisa menghadapi kenyataan? Ia telah memberikan sebuah benda
kepadaku, minta aku supaya sampaikan padamu."
Ia memberikan Koo Lok sepotong kertas, Koo Lok setelah menerima kertas tersebut,
segera mengenali bahwa itu robekan kitab ilmu silat BUKU HITAM lembar kesembilan.
Ngo-sim berkata, "Gambar dari gerak tipu pukulan ini, sudah beberapa kali hendak
dikembalikan padamu, tapi selalu lupa, sekarang barang ini sudah kembali kepada yang
punya, kalian boleh pulang."
Berkata Koo Lok yang masih dalam keadaan kalap, "Tidak, adik Hun, kau harus
izinkan aku untuk menengoknya, aku tidak boleh tidak harus menengoknya........."
Sehabis berkata, ia lantas hendak menyerang Chie Siok Hun. Kedukaan hati Koo Lok sudah
tidak dapat dilukiskan, ketika mendengar berita tentang nasib Pho Siao Go, meskipun ia
tidak mencintai nona itu, tapi Pho Siao Go sampai mengalami nasib seperti hari ini,
bukankah karena kesalahan perbuatannya yang lalu?
Ia merasa berhutang terhadap nona itu, dan hutang itu tak akan terbayar untuk selamalamanya dengan tindakan Pho Siao Go yang sudah mensucikan diri itu.
Koo Lok yang masih dalam keadaan kalap, akan menyerang Chie Siok Hun, untung
perbuatannya itu diketahui oleh Lo Kie, maka ia lantas menjerit dan mencegahnya.
Tepat pada saat itu, sesosok bayangan kelabu menerjang Koo Lok sambil menolak
serangan yang keluar dari tangan Koo Lok.
Koo Lok ketika melihat siapa adanya bayangan orang itu, sekujur badannya gemetar,
mulutnya berseru, "Nona Pho............"
Bayangan kelabu itu memang benar Pho Siao Go, tapi kini ia mengenakan pakaian warna
kelabu, wajahnya nampak murung, ia berkata "Koo siecu, aku sudah ubah namaku menjadi
Ngo-ceng, kau ingin menjumpai aku entah ada keperluan apa?"
"Aku telah mencelakakan dirimu.........*'
"Tidak, Koo siecu, Budha mengutamakan sebab dan akibat, sebab yang ditanam
dimasa penitisan yang lalu, akan dipetik buahnya dalam penitisan sekarang. Ini adalah
takdir Tuhan Yang Maha Esa, jangan kau buat pikiran, Koo siecu, harap baik-baik bawa
dirimu!"
Sehabis berkata demikian ia lantas masuk ke dalam. Koo Lok masih memanggil,
"Nona Pho...." Tapi Ngo-ceng tidak menjawab, ia terus berjalan menuju ke dalam. Ngosim lantas berkata, "Koo siecu, dia tidak akan salahkan kau..."https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Koo Lok diam, airmatanya mengalir turun... Ngo-sim berkata, "Baik-baiklah mencintai
isterimu, berikanlah kebahagiaan padanya!"
Sehabis mengucap demikian, ia lantas menutup pintu. Koo Lok memanggil dengan suara
parau, "Adik Hun............"
Tapi, pintu kuil sudah tertutup rapat, orang yang dipanggil tidak muncul lagi.........
Sayup-sayup terdengar suara Ngo-sim dan Ngo-ceng yang sedang membaca doa.........
Ia ingin menangis sepuas puas-puasnya, tapi airmatanya seolah sudah terkuras kering.
Tatkala ia balik ketempatnya semula, ia baru sadar dari kesedihannya. Ia dapat menghibur
dirinya sendiri, yang lalu tinggal berlalu, untuk apa dipikirkan lagi?
Ketika Kho Pek Jie menyaksikan kedatangan mereka lantas bertanya, "Engko Sim,
kenapa kau menangis? Kalian pergi menengok siapa?"
Lo Kie ingat bahwa sudah tiba waktunya ia harus pergi, tapi, bagaimana ia harus
menerangkan kepada Koo Pek Jie? Tapi akhirnya dengan kuatkan perasaannya ia berkata,
"Adik Jie, aku hendak bertanya padamu, kau harus jawab dengan tegas!"
"Ada apa?"
Sambil kertak gigi Lo Kie berkata, "Andaikata aku tidak di sampingmu, apa kau dapat
membawa dirimu sendiri?"
"Tentu saja".... tapi kenapa kau bertanya demikian? apa kau hendak meninggalkan
aku?" Lo Kie unjukkan senyum pahit, katanya, "Bagaimana aku akan tinggalkan kau? Aku
hanya ingin bertanya saja, kau tentunya tokh bisa mengurus dirimu sendiri........."
"Sudah tentu, apa maksudmu kau ingin mengetahui itu?"
"Aku hendak pergi mencari uang, untuk kehidupan kita dikemudian hari, barangkali
cuma beberapa hari akan kembali,"
"Dimana adanya uang itu?"
"Di dalam sebuah gua di salah satu gunung, aku akan berangkat segera."
"Aku ikut."
"Tidak, aku akan segera kembali, kau pulang dulu bersama engko Koo!"
Di paras Kho Pek Jie nampak paras perasaan duka, ia bertanya, "Benarkah kau akan segera
kembali?"
Pertanyaan itu hampir membuat Lo Kie mengeluarkan airmata, tapi ia tindas perasaan
sedihnya, jawabnya, "Ya, aku akan egeras kembali............"
Sehabis berkata, ia lantas berlalu. Koo Lok dan Koo Peng mengucurkan air mata. Kemudian
dengan diam-diam Koo Peng bergerak meninggalkan rombongan Koo Lok, ia ingin
menantikan Lo Kie di tengah jalan.
Di wajah Kho Pek Jie masih terkilas senyuman bahagia, dengan suara riang dan gembira ia
berkata, "Engko Lo, harap kau lekas pulang!"
"Ya......." sahut Lo Kie.
"Engko Lo, jawablah kalau kau sudah kembali, nanti tidak akan tinggalkan aku
lagi..."
Tapi, Lo Kie tidak menjawab......... bayangannya perlahan-lahan telah menghilang dari
depan mata Kho Pek Jie.........
Koo Lok lalu mengajak ketiga bakal isterinya dan gadis yang tidak beruntung itu, pulang ke
gunung In-bu-nia.
TAMAT
Warisan Ratu Mesir 2 Raja Naga 09 Hantu Bersayap Misteri Di Holly Lane 3

Cari Blog Ini