Ceritasilat Novel Online

Pedang Iblis Langit 3

Pedang Iblis Langit Karya O K L Bagian 3


dari aneka warna. Kedua matanya bercahaya menunjuk
kegembiraannya pada hari ulang tahunnya ke 71 itu.
Disebelah kanannya duduk Siok Hoat Jin Mo, dan disebelah kiri
Shin Soan Cu Kat. Diantara para tamu terlihat juga Kim Gin Kong
Cu dari propinsi Yunnan, dan seorang gadis yang jelek berusia lebih
kurang 15 tahun.
Hun-tai-sian-cu, puteri Ngo Lee Koay-sauw, duduk dibelakang
ay ahnya dengan wajah bermuram durja.
Para tamu menikmati makanan dan arak yang harum semerbak
dipesta itu. Tiba-tiba seorang pesuruh lari masuk keruangan pesta
menghampiri Ngo Lee Koay-sauw dan melaporkan sesuatu.
Setelah mendengar laporan itu, Ngo Lee Koay-sauw menanya
dirinya sendiri :
"Sebetulnya siapakah Kauw-hoa-kiam-kek ini? Ia telah berhasil
melalui dua pintu gerbang diatas puncak."
Tak lama kemudian seorang pesuruh masuk membawa sepucuk
surat. Setelah membaca surat itu Ngo Lee Koay-sauw berseru "Hei!
Nyalinya besar sekali! Mereka berani datang masuk kemulut
macan!"
Hun-tai-sian-cu terkejut dan menanya "Ayah ! Siapa yang telah
datang?!"
Sambil bersenyum ayahnya menyahut :
"Tok-bok-sin-kai dan Cit-su-sin-cek. Mereka adalah dua dari
ketiga Bu Lim Sam Sin."Pedang Iblis Langit - 3 36
Jawaban itu meredakan kegelisahan sigadis, namun ia masih
khawatirkan akibat jotosan Tai-im-ciang. Song Lim masih
menderita. Satu hari sudah lewat, dan Song Lim hanya dapat hidup
dua hari lagi jika tak tertolong dengan obat yang mujizat. Ia
menghampiri Siok Hoat Jin Mo tanpa menghiraukan akibatnya dan
memohon :
"Paman, apakah kau dapat memberikan aku obatmu yang
mukjizat ?"
Siok Hoat Jin Mo yang masih menderita karena satu tangannya
tertabas putus oleh pedang Thian-mo-kiam Song Lim sedang
minum arak sepuas-puasnya untuk melupakan perasaan nyeri dari
tangannya itu. Ia menyahut:
"Untuk apa obat itu?"
"Paman tak usah menanya, berikanlah aku sedikit saja"
"Oho! Aku perlu mengetahui. Kau dapat minta lain barang tanpa
kesukaran, tetapi untuk obat mujizatku, aku perlu menanya.
Mungkin kau mau berikan obatku kepada sibocah she Song"
sahutnya itu diucapkan dengan lantang, dan dapat didengar oleh
Kim Gin Kong Cu yang sedang mencari Song Lim.
Sigadis yang mukanya jelek juga terkejut mendengar nama Song
Lim disebut.
Hun-tai-sian-cu tak mendesak lagi. Ia duduk kembali
ditempatnya.
Pada saat itu, kedua tamu yang ganjil sudah masuk kedalam
ruangan pesta. Begitu masuk kedalam ruangan pesta, mereka
melihat di sekelilingnya. Ketika tak melihat Song Lim, mereka lalu
menghampiri Ngo Lee Koay-sauw dan menjura seraya berkata :
"Selamat! Selamat hari ulang tahun"
"Kami telah datang terlambat, dan kami minta maaf!"Pedang Iblis Langit - 3 37
Shin Soan Cu Kat dan Siok Hoat Jin Mo merasa gelisah
menghadapi kedua tamu yang ganjil itu, karena mereka dua-duanya
pernah dipecundangi.
Tetapi jago-jago ada yang lain yang tak mengenal mereka merasa
tersinggung melihat mereka datang dengan pakaian yang kotor dan
mesum. Satu diantara mereka tiba-tiba mengejek :
"Hei! Dari mana datangnya dua pengemis ini?! Rupanya mereka
sengaja datang kepesta ini untuk minta makan. Terapi sebelum
mereka diberi makan, aku ingin mengajar adat sedikit !"
Ucapan itu adalah suatu tantangan. Cit-su sin-cek tertawa gelakgelak dan menanya :
"Siapakah jago silat yang sudi mengajar adat kepada kami?"
"Aku bernama The Yong, jago silat pedang bunga sakura!"
"The Yong? Jago silat pedang bunga sakura? Aku belum pernah
dengar nama itu! Aku tak sudi bertarung melawan Bu Beng Siauw
Cut (Orang yang tak terkenal)! Biarlah Pang-cu-mu saja yang
melawan aku!"
Sahutan itu membikin semua terperanjat. Mereka melihat orang
cacad berani melantang Ngo Lee Koay-sauw. Menurut pendapat
mereka, orang cacad itu sudah bosan hidup.
Sebaliknya Ngo Lee Koay-sauw menjadi pucat mukanya. Ia tidak
menyahut dan tidak bergerak dari tempat duduknya. Tetapi The
Yong meloncat keluar dan berdiri menghadapi Cit su-sin cek seraya
membentak:
"Hei, orang cacad! Kau rupanya pandai membual! Sekarang aku
yang mengajar adat kepadamu!"
"Apakah kau sudah bosan hidup? Ayoh! Kembali ke tempat
dudukmu!" Cit-su-sin-cek balas membentak.
"Diatas puncak ini, kau tak dapat membual!"
"Oho! Jika kau mendesak ayohlah mulai menyerang!"Pedang Iblis Langit - 3 38
Maka dengan pedang Bwee-hoa-kiam, The Yong menusuk.
Terlihat ujuog pedang itu berputar-putar menyilaukan mata
sebelum menusuk lawan.
Sementara itu, tanpa disuruh, Tok-bok sin-kai duduk dimeja Kim
Gin Kong Cu dan makan hidangan dengan lahapnya. Ia tidak tidak
menghiraukan pertarungan yang berlangsung antara The Yong dan
kawannya.
Tusukan The Yong diegosi dengan mudah saja. Cit-su-sin-cek
belum mau mengganyang lawannya. Ia hanya meloncat-loncat
mengegosi semua serangan, sehingga pertarungan dapat
berlangsung beberapa jurus.
Pada saat itu seorang pesuruh masuk melaporkan kepada Ngo
Lee Koay sauw bahwa Song Lim sudah dapat melalui pintu gerbang
yang ketiga. Laporan itu diterima oleh Ngo Lee Koay-sauw dengan
cermas.
Song Lim alias Kauw-hoa-kiam-kek adalah jago silat yang baru
berkecimpung dikalangan Kang-ouw, tetapi ia selalu bermusuhan
terhadap partai Ceng-goan-pang.
Ngo Lee Koay-sauw pernah mengutus jago-jago silat yang lihay
seperti Shin Soan Cu Kat dan Siok Hoat Jin Mo mengganyang jago
muda itu, namun tiap-tiap utusannya kembali tanpa hasil. Song Lim
merupakan satu duri didalam jantungnya. Maka ia bermaksud
merebut pedang Thian-mo-kiam dari Song Lim dan
mengembalikan pedang itu kepada Ban-kiap-mo-kun, untuk
seterusnya bersama-sama Ban-kiap-mo-kun menjagoi dikalangan
Bu-lim.
Hun-tai-sian-cu sudah mendengar laporan itu. Song Lim masih
perlu melalui pintu gerbang Ceng-coa-koan dan Ngo-lang-koan dan
ia yakin bahwa Song Lim mampu melalui dua pos itu.
Hanya ia masih gelisah karena ia belum berhasil mengambil obat
mujizat dari Siok Hoat Jin Mo untuk Song Lim.Pedang Iblis Langit - 3 39
Sementara itu Kim Gin Kong Cu selalu mengawasi gerak-gerik
Siok Hoat Jin Mo. Iapun memperhatikan kantong yang berisi obat
mujizat itu yang diikat ditali pinggang.
Semenjak Song Lim jatuh terjerumus kebawah jurang, Kim Gin
Kong Cu telah berusaha mencari pemuda itu, dan selalu memikiri
nasibnya. Lalu ia mendengar kabar bahwa Song Lim akan
menerobos masuk ke gedung markas partai Ceng-goan-pang. Maka
tanpa menghiraukan perjalan yang jauh ia telah datang kemarkas
partai itu.
Begitu tiba didaerah telaga Tong-teng, ia menyuruh empat
gorillanya mencari Song Lim, sedangkan ia sendiri pergi ke gedung
markas Ceng-goan-pang.
Ceng-goan-pang tidak bermusuhan terhadap Kim Gin Kongcu,
puteri dari raja muda propinsi Yunnan. Kecantikan dan kekayaan
puteri itu membikin orang-orang Ceng-goan-pang memberi
pelayanan yang luar biasa kepadanya.
Hanya mereka tidak mengenal gadis jelek yang juga datang
memberi selamat kepada Ngo Lee Koay-sauw.
Marilah kita tengok Song Lim yang telah berhasil melalui pos
ketiga dan sambil menunggangi gorilla meneruskan perjalanannya
kepos ke 4 ialah pintu gerbang Ceng-coa-koan.
Koan Houw, pemimpin penjaga pos itu, sudah mengatur
perangkap untuk menjebak Song Lim.
Ketika Song Lim dan gorillanya menghampiri, Koan Houw
meniup seruling bambu memanggil ular-ularnya. Song Lim turun
dari gorilla, dan dengan pedang Thian-mo-kiam ia berhasil
membunuh tiap-tiap ular yang datang menyerang.
Sementara itu gorilanya berjingkrak-jingkrak dan meraung.
Entah kapan seekor gorila lain telah datang, dan menerkam Koan
Houw dari belakang. Lalu bangkainya dilempar. Ular-ular yangPedang Iblis Langit - 3 40
membaui darah dan isi perutnya Koan Houw yang tewas dengan
mengerikan segera mengerubuti bangkai itu.
Sekarang Song Lim disertai dengan dua gorila. Mereka terus
menuju ke pos terakhir ialah pintu gerbang Ngo-leng-koan.
Didalam ruangan pesta, The Yong masih bertarung melawan Citsu sin-cek. The Yong adalah salah satu dari 10 jago-jago silat yang
dipercayai menjaga gedung markas. Ia jarang keluar berkelana,
maka ia tak berpengalaman.
Setelah bertarung 20 jurus, ia merasa tak lagi dapat meneruskan.
Pada saat itu seorang rekannya berseru:
"Saudara The! Kau mundurlah! Perkenankan aku Kim Kong Shin
Siu si Tinju baja yang menggempur sipincang!"
SAMBIL berseru Kim Kong Shin Siu meloncat menggantikan The
Yong.
The Yong meloncat mundur, tetapi Cit-su-sin-cek membentak
"Hei! Kau mau lari kemana?! Rasakan jotosan Cit-su-ciang ini!"
Nama Cit-su-ciang mengejutkan para penonton, tetapi akibat
jotosan geledek itu membikin mereka semuanya terpesona.
The Yong menjerit dan terlempar beberapa meter jauhnya dan
tak berkutik lagi! Bahkan Kim Kong Shin Siu juga terdorong jatuh
dan terluka parah didalam tubuh.
Tok-bok-sinkai melirik ke kawannya dan memanggil :
"Hei! Apakah kau tidak merasa lapar? Ayoh! Lekas kesini
sebelum aku sikat habis semua makanan diatas meja ini!"
Cit-su-sin-cek belum kepingin makan, ia merasa gembira sekali
melihat hasil latihannya yang tekun dari tinju Cit-su-ciang selama
beberapa belas tahun. Ia mengangkat lengannya dan ingin menjotosPedang Iblis Langit - 3 41
kearah Kim Kong Shin Siu, tetapi Ngo Lee Koay sauw sudah
meloncat menghadapinya.
"Ilmu silat Cit-su-sin-cek betul-betul hebat!" kata Ngo Lee Koay
sauw. "Tidak heran tawaranku selalu ditolak. Kali ini kau datang
kesini hanya untuk memukul mati orang-orangku, seolah-olah tiada
orang dapat mengajar adat kepadamu! Sekarang kau minumlah
beberapa cangkir arak sebelum aku mengajar adat kepadamu!"
"Ha, ha, ha!" tertawa Cit-su-sin-cek seraya menyahut:
"Aku datang kesini dengan maksud menguji ilmu tinjumu Ngolee-ciang (Tinju kilat) dihadapan para jago silat. Jika Pangcu sudi
membuktikan keampuhan tinju ini, aku sungguh merasa beruntung
sekali! Ha, ha, ha!"
Lalu ia menghampiri rekannya. Tok-bok-sin-kai. Ia kecewa
melihat semua makanan dan arak telah disikat bersih. Melihat itu
Ngo Lee Koay-sauw segera menyuruh orangnya menyediakan
makanan dan arak lagi.
Makanan dan arak disediakan, Siorang ganjil makan dan minum
dengan nikmatnya.
Kim Gin Kong Cu yang duduk disatu meja hanya memperhatikan
suara disekitar tempat itu. Tak lama kemudian ia mendengar suara
meraung gorilanya. Ia menjadi gembira, karena mengetahui bahwa
gorilanya telah berhasil mencari Song Lim.
Kemudian dua ekor gorila menyelusup datang dan bersembunyi
dibawah panggung tanpa dilihat oleh orang, karena semua
perhatian dicurahkan kepada Cit-su-sin-cek dan Ngo Lee Koaysauw yang segera akan mengadu silat.
Justru pada saat itu terbang melayang melalui puncak gunung
itu seekor burung rajawali.
Seorang pesuruh berlari masuk untuk melaporkan bahwa Kauwhoa-kiam-kek telah berhasil menerobos pos yang ke?5.Pedang Iblis Langit - 3 42
Ngo Lee Koay-sauw perintahkan kedua pembantu utamanya siap
siaga. Maka Siok Hoat Jio Mo dan Shin Soan Cu Kat bangun untuk
perintahkan orang-orang Ceng-goan-pang siap-siaga ditempat
masing-masing.
Tak lama, kemudian orang yang menjaga diluar pekarangan
berteriak :
"Kauw hoa-kiam-kek telah tiba!"
Pada saat itu Siok Hoat Jio Mo melihat gorila yang bersembunyi
dibawah punggung. Ia menjotos kearah satu gorila dengan tinju
kirinya. Hembusan angin jotosan itu membikin gorila itu jatuh
tertelentang.
Gorila itu bangun dan menerkam, maka terjadilah pertarungan
antara Siok Hoat Jin Mo dan gorila itu.
Ngo Lee Koay-sauw merasa heran darimana datangnya gorila
itu, dan mengapa diatas seekor burung rajawali itu menukik dan
menyambar sesuatu.
Banyak orang berseru :
"Hai Burung rajawali sakti! Burung itu telah membawa pergi
kitab Pek Yok Gi Ci!"
Gorila yang bertarung melawan Siok Hoat Ji Mo berhasil
merebut kantong yang berisi obat, dan ia ingin menyerahkan
kantong obat itu kepada majikannya. Hanya berulang kali ia
terdorong mundur oleh Siok Hoat Jin Mo. Ia menjadi beringas. Ia
mencabut sebatang kayu yang besar dan mengemplang lawannya.
Siok Hoat Jin Mo belum lenyap herannya melihat gorila itu
mengunakan batang kayu itu sebagai senjata, ketika gorila yang lain
datang menyarang dengan sebatang kayu yang besar.
Ngo Lee Koay sauw jadi gelisah. Ia menghampiri Kim Gin Kong
Cu dan menanya "Mengapa kau tidak melarang gorila-gorila itu
menyerang orang-orangku. Partai Ceng-goan-pang tak pernah
bermusuhan terhadap ayahmu, atau kau sendiri"Pedang Iblis Langit - 3 43
Kim Gin Kong Cu menjadi malu. Ia bersiul dan kedua gorilanya
segera lari keluar dari tempat tersebut meninggalkan Siok Hoat Jin
Mo yang sudab termengih-mengih.
Burung rajawali menukik dan merebut kantong yang berisi obat
dari gorila itu. Kim Gin Kong Cu terperanjat, dan merasa masgul
sekali.
Hun tai-sian cu yang juga melihat kantong obat itu direbut
burung rajawali merasa sangat pedih hatinya.
Sigadis yang mukanya jelek menonton semua kejadian itu tanpa
memperlihatkan perubahan sikap. Ia bersenyum ketika melihat
Song Lim datang menunggangi seekor gorila masuk kepekarangan
gedung markas.
Suasana menjadi gaduh dengan pertarungan antara The Yong
melawan Cit-su-sin-cek, lalu tampak meloncat Kim Kong Shin Siu
yang ingin membantu The Yong, lalu pertarungan Siok Hoat Jin Mo
melawan dua gorila, dan akhirnya direbutnya kantong obat dari


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gorila oleh burung rajawali, suasana segera menjadi sepi dengan
datangnya Song Lim.
Orang-orang dari Ceng-goan-pang lekas-lekas menyalakan obor
disekitar panggung, untuk mengaju silat, sehingga dimalam yang
gelap itu disekitar panggung keadaan terang benderang.
Ngo Lee Koay-sauw yang sudah mengenal Kim Gin Kongcu yang
selalu dikawal oleh 4 gorilanya, segera mengambil kesimpulan
bahwa Song Lim erat hubungannya dengan Kim Gin Kong Cu
setelah melihat Song Lim menunggangi seekor gorila gadis itu.
Namun sebagai orang yang mengerti peraturan Bu lim, ia
perintahkan orang-orangnya menyediakan makanan dan arak
untuk Song Lim yang baru datang itu.
Song Lim meloncat turun dari gorila dan setelah mendengar Ngo
Lee Koay-sauw perintahkan orang-orangnya menyediakan
hidangan dan arak untuknya, ia terperanjat.Pedang Iblis Langit - 3 44
"Bukankah aku datang sebagai musuh? Mengapa aku
diperlakukan sebaga tamu ?" katanya dalam hati.
Ia juga melihat Hun tai-sian-cu dengan wajahnya yang sedih. Ia
yakin ia akan meoghancurkan hatinya gadis itu bila ia bertarung
melawan ayahnya. Tetapi ia tak dapat mengingkari janjinya
dihadapan arwah guru dan ibu-gurunya.
Kim Gin Kong Cu yang sudah datang dari tempat jauh untuk
menjumpai Song Lim lalu memanggil :
"Adik! Mari sini!"
Song Lim menoleh, melihat puteri itu. mengbampiri. Ia merasa
gembira sekali melihat puteri itu duduk disatu meja bersama-sama
Tok-bok-sin-kai dan Cit-su-sin-cek yang sedang makan dan minum
sepuas-puasnya.
"Locianpwee" kata Song Lim sambil menjura menghaturkan
hormat kepada kedua orang ganjil itu.
Tegurnya tidak digubris oleh kedua kakek itu, ia merasa cemas
dan khawatir jika kedua kakek itu telah minum arak yang dicampuri
dengan bubuk obat bius.
"Cici, apakah kau datang untuk menonton keramaian ?"
tanyanya kepada Kim Gin Kong Cu.
"Aku telah mendengar bahwa Kauw-hoa-kiam-kek akan datang
ke markas partai Ceng-goan-pang dan menantang Pang-cunya
berduel. Disamping itu kebetulan sekali Pang-cu itu juga merayakan
hari ulang tahunnya yang ke 70. Atas perintah ayahku untuk datang
memberi selamat kepada Pang-cu itu dengan hasrat menjumpai
kau, aku telah datang kesini." sahut Kim Gin Kong Cu sambil
bersenyum.
"Oh... aku menghaturkan banyak terima kasih atas pertolongan
dan perhatian Cici.."
"Tetapi ketika kau dilempar kebawah jurang oleh Ban-kiap-mokun, siapakah yang telah menolongmu ?"Pedang Iblis Langit - 3 45
"Yen Giok Ceng, anak perempuan dari sikakek sakti yang
terkenal dengan julukan Sam Kee Lojin!"
"Sam Kee Lojin??"
"Apakah kau kenal beliau ?"
"Tidak ! Hanya aku pernah mendengar ayahku bercerita tentang
Sam Kee Lojin itu."
Percakapan itu didengar oleh sigadis jelek. Semenjak Song Lim
datang, gadis jelek itu telah memperhatikan tiap gerak-geriknya.
Song Lim juga terkejut melihat gadis jelek itu.
"Hm .." katanya dalam hati. "Gadis jelek ini mempunyai bentuk
tubuh seperti Yen Giok Ceng, hanya mukanya jelek sekali.."
Sigadis jelek merasa juga bahwa ia diperhatikan oleh Song Lim
ia bahkan sengaja menoleh kejurusan lain."
Kim Gin Kong Cu mendekati Song Lim dan berkata :
"Aku telah mendengar bahwa kau telah kena jotosan Tai-imciang. Apakah betul?"
Song Lim mengangguk.
Kim Gin Kong Cu terkejut, begitupun Tok-bok-sin-kai dan Citsu-sin-cek.
Tok-bok-sin-kai berkata "Bocah, aku akan mengambil obat
untukmu!"
"Locianpwce! Obatnya telah direbut oleh burung rajawali!" kata
Kim Gin Kong Cu.
"Ya, aku telah menyuruh gorilaku merebut obat itu dari Siok
Hoat Jin Mo, tetapi direbut lagi oleh burung rajawali."
Song Lim merasa gembira mendengar kabar itu. Ia yakin bahwa
obat itu telah direbut oleh Thiat-ji sin-tiauw (Rajawali sakti
bersayap besi), dan iapun yakin obat itu segera diserahkan kepada
Yen Giok Ceng.Pedang Iblis Langit - 3 46
Betul saja tak lama kemudian ia melihat seekor burung rajawali
terbang melayang diangkasa. Kemudian satu benda jatuh ke dalam
pangkuan sigadis yang duduk disatu meja bersama-sama mereka.
Kim Gin Kong Cu melihat bahwa benda itu adalah kantong yang
berisi obat untuk menolong Song Lim.
"Hai! Berikan katnong itu kepada aku!" serunya cepat.
Permintaan itu ditolak oleh si gadis jelek yang lalu menyahut:
"Aku yang memperoleh benda ini dari atas. Mengapa aku harus
menyerahkan padamu?"
Kim Gin Kong Cu menjadi gusar. Song Lim lekas-lekas
meredakan dengan berkata:
"Cici, sudahlah! Mengapa kau mau berkelahi karena urusan
sekecil ini?"
Pada saat itu Hun-tai sian-cu datang menghampiri, dan dengan
nada yang ramah ia berkata kepada si gadis jelek:
"Adik, berikanlah obat itu kepada Song Taihiap. Jika ia tidak
makan obat itu, ia akan binasa."
Sigadis jelek menyahut:
"Inilah caranya orang memohon sesuatu! Jika aku dipaksa untuk
memberikannya, aku pasti tak merasa senang."
Kim Gin Kong Cu menjadi malu. Ia tak dapat menerima kata-kata
itu dihadapan banyak orang.
"Hm. . . . apakah kau mengetahui kau berhadapan dengan
siapa?!" tanyanya keras.
Sigadis jelek menyerahkan kantong itu kepada Song Lim seraya
berkata:
"Ambilah!"
Tetapi Siok Hoat Jin Mo meloncat mencegah.
"Itu milikku! Serahkan kepadaku!" teriaknya.Pedang Iblis Langit - 3 47
Sigadis jelek membentak sambil kebat lengan bajunya. Siok Hoat
Jin Mo jatuh terguling dari kebatan lengan baju itu.
Perbuatan itu menakjubkan semua orang, termasuk Ngo Lee
Koay-sauw. Jika dengan satu kebatan lengan baju, gadis cilik itu
dapat membikin jago silat kelas utama jatuh tergulin, bagaimana
jika gadis cilik itu bertarung dengan jotosan dan totokan?
Kim Gin Kong Cu tak dapat bicara lagi setelah melihat kehebatan
sigadis jelek itu. Iapun merasa puas setelah melihat obat ditangan
Song Lim.
Sigadis jelek menantang Kim Gin Kong Cu "Heil Apakah kau
sudah puas sekarang?"
"Hm. . . . apakah aku takut menghadapi ilmu Hut-Yiu sin-kang
(ilmu kebatan sakti). Ayoh! Kita naik keatas panggung mengadu
silat!" tantang Kim Gin Kong Cu.
Song Lim sudah makan obat segera berdiri diantara kedua gadis
itu. Ia berkata:
"Adik, Cici, sudahlah! Janganlah berkelahi karena aku!"
Sementara itu burung rajawali terbang melayang lagi diatas
seolah-olah menanti perintah dari seorang tertentu.
Song Lim yang sudah sembuh dari penderitaan, akibat jotosan
Tai-im-ciang Siok Hoat Jin Mo, segera naik keatas panggung.
Segera Shin Soat Cu Kat meloncat keatas panggung dengan pecut
Liong coa-piao.
Song Lim menghadapi lawannya dan menanya:
"Aku datang untuk membikin perhitungan atas dimusnahkannya
desa dilembah Hui-thian-kok!"
"Hei! Jika kau seorang laki-laki, kau tak perlu datang membawa
gorila!"
"Gorila itu tak akan membantu aku bila kita bertarung diatas
panggung ini!" lalu ia turun dari panggung untuk mengusir gorilaPedang Iblis Langit - 3 48
Pada saat itu, Cit-su-sin-cek yang sudah menjadi mabok berteriakteriak:
"Oho! Aku sudah makan sayuran lezat dan minum arak yang
harum dari Pang-cu.. . . sekarang aku minta diajari beberapa jurus
ilmu silat. . . ." Lalu iapun berjalan menghampiri panggung.
Ngo Lee Koay-sauw segera maju, dikawal oleh 9 jago-jago silat
kelas utamanya yang segera mengurung Cit-su sin-cek. Satu dari
jago silat itu maju menghadapi dan membentak si cacad:
"Hei! Aku kira Pang-cu kami tak perlu melawanmu karena aku
sendiri dapat mengganyangmu!"
Sebelum Cit-su-sin-cek menyahut, Tok-bok-sin-kai maju dan
menyahut:
"Ha! Anjing yang mana mau bertarung melawan saudaraku?
Hei! Lo-koay (Saudara tua) serahkan anjing itu kepadaku!"
9 jago silat itu segera mengurung sipengemis picek. Di waktu
orang-orang memperhatikan pertarungan yang segera akan
berlangsung, sigadis jelek mengambil kesempatan untuk berlalu.
Song Lim yang berjalan kembali kepanggung menjumpai gadis
cilik itu. Gadis itu menghampiri dan menegur:
"Lim koko!" Song Lim terkejut. Ia sudah merasa bahwa gadis itu
adalah Yen Giok Ceng, kekasihnya. Hanya itu waktu gadis itu
sengaja membikin mukanya kelihatan jelek dengan memakai bubuk
berwarna cokelat kehitam-hitaman sehingga sukar dikenali.
Yen Giok Ceng segera mengajak Song Lim pergi duduk di atas
satu dahan pohon untuk menonton pertarungan antara kedua Bu
Lim Sam Sin melawan orang-orang dari Ceng-goan-pang.
Terdengar Ngo Lee Koay-sauw berkata dengan lantang:
"Aku Ngo Lee Koay-sauw ? telah berkecimpung dikalangan
Kang-ouw selama hidupku, sehingga aku telah menciptakan banyak
musuh! Hari ini aku berusia genap 70 tahun, dan masuk keusia 71!Pedang Iblis Langit - 3 49
Aku sudah tua, dan orang tua akan lekas mati. Maka aku sengaja
mengadakan pertemuan ini agar siapa saja yang merasa menjadi
musuhku dapat maju membikin perhitungan! Ia berhenti sejenak
untuk melihat semua orang disekelilingnya dan melanjutkan:
"Sebelum kita bertarung aku harus menitik beratkan bahwa tiaptiap hutang jiwa atau hutang darah yang dibuat olehku, akulah yang
bertanggung jawab! Aku minta setelah perhitungan ini, segala
hutang darah dan hutang jiwa tidak diteruskan kepada anak-anak
cucu atau keturunanku! Aku. . . situa-bangka ini mempunyai hanya
satu anak prempuan, dan anakku itu akan meneruskan usahaku
memimpin partai Ceng goan-pang, karena ia adalah ahli warisku
satu-satunya!"
SETELAH berkata itu, ia panggil puterinya untuk naik keatas
panggung. Lalu ia menyerahkan lambang partai yang dibuat dari
sepotong mas kepada Hun-tai-sian-cu pteri tunggalnya. Puterinya
menerima lambang partai sambil menangis tersedu-sedu.
Ucapannya Ngo Lee Koay-sauw telah didengar jelas oleh Song Lim
maupun Yen Giok Ceng; dan adegan menyerahkan pucuk pimpinan
juga telah dilihat oleh semua orang disitu.
Dengan nada yang sedih Song Lim berkata:
"Ceng-moy, dalam penghidupan, penderitaan yang terhebat
ialah jika kita berpisah dengan orang yang kita cintai. . . ."
Yen Giok Ceng menghibur.
"Lim koko, dalam keadaan sekarang ini, kau jangan bersedih hati
Kau harus melaksanakan tugasmu dengan tabah. Tetapi. . . . jika kau
menghadapi Ngo Lee Koay-sauw, kau harus waspada ! terhadap
jotosan Ngo-ke-ciang (Tinju kilat). Tinju Gin-kong-ciang (Tinju
sinar perak) yang ayah telah ajari kepadamu lebih lihay. Kau dapat
melancarkan tinju itu untuk melawan Ngo Lee Koay sauw."Pedang Iblis Langit - 3 50
Song Lim belum pernah melancarkan tinju Gin-kong-ciang. Sam
Kee Lojin, gurunya pernah memperingatinya bahwa tinju Gin-kongciang itu hanya dapat dilancarkan diwaktu sangat terdesak, dan
bahwa tinju tersebut akan menjadi lebih hebat diwaktu badai
mengamuk. Setelah diperingati oleh kekasihnya itu, ia yakin ia
dapat melawan Ngo Lee Koay-sauw.
Sementara itu diatas panggung, Tok-bok-sin-kai bertempur
melawan pembantu-pembantu Ngo Lee Koay-sauw, dan Cit-su sincek bertarung melawan Ngo Lee Koay-sauw dilapangan. Orangorang Ceng-goan-pang menjaga tempat itu dengan tertib.
"Lim koko," kata Yen Giok Ceng. "Jika kau dapat mengalahkan
Ngo Lee Koay-sauw, kau akan termashur!"
"Tetapi aku tak berhasrat menjadi termashur. Aku hanya ingin
menunaikan tugas. Setelah tugasku selesai, kita dapat pulang ke
desa Yen-kia-cung dan aku tak mau menghiraukan lagi urusanurusan di kalangan Kang-ouw!"
"Jika Koko dapat berbuat demikian, aku merasa puas. ... hanya
aku khawatir kita tak dapat memperoleh hasil yang diinginkan."
Angin gunung meniup keras sekali. Awan yang menutupi
bintang-bintang tertiup hebat, lalu hujan turun dengan kilat dan
suara guntur menderu-deru.
Obor-obor di sekitar panggung telah tertiup padam. Suasana
menjadi gelap. Beberapa orang membawa tahang yang dibuat dari
tembaga yang berisi minyak Tong. Minyak itu dibakar dan
menerangkan suasana.
"Ceng Moy, kau pulanglah. Jika aku bertarung, aku tentu dapat
menjumpai kau lagi." kata Song Lim dengan nada yang sedih.
"O.... tidak ! Aku akan diam disini menonton kau bertempur, aku
duduk menunggu sampai kau kembali dengan kemenangan."
Dengan hati yang berat Song Lim meninggalkan gadis itu duduk
diatas dahan pohon, ia lari menghampiri panggung.Pedang Iblis Langit - 3 51
Diatas panggung pertempuran berlangsung dengan dahsyat.
Tok-bok sin-kai telah memukul roboh lima lawan. Ia masih harus
melawan empat jago silat dan Shin Soan Cu Kat. Ia kelihatannya
sudah sangat letih.
Song Lim meloncat keatas panggung dan membentak Shin Soan
Cu Kat :
"Hei! Shin Soan Cu Kat! Kau harus membayar hutang jiwa dan
darah dari lembah Hui-thian-kok!"
Shin Soan Cu mencabut pecut Liong-coa-pian keatas dan
menyahut :
"Anjing kecil! Riwayatmu akan tamat pada malam ini !"
Dengan pedang Thian-mo-kiam, sabatan itu ditangkis.
Pertarungan mati-hidup segera berlangsung.
Pertarungan antara Ngo Lee Koay-sauw dan Cit-su-sin-cek juga
berlangsung dengan hebat dan dahsyat selama 20 jurus.
"Pang-cu! Mengapa kau tidak melancarkan tinju Ngo leciyiaug?
I* teriak ry?t-au*sin-cek.
^ Ngo Lee Koay-sauw h ani a bersenyum Tinju Ngo-lee-ciang
yang sudah sangat terkenal dikalangan Kang ouw, hanya mereka
belum menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa lihay tinju
itu. Semua mata diarahkan ke pertarungan antara kedua guru silat
yang masing-masing mempunyai jotosan maut.
Hujan turun makin deras, angin meniup makin hebat, guntur
bergemuruh makin sering. Pertempuran sudah menjadi tiga
kelompok, Tok-bok-sin-kai melawan 4 jago silat, Song Lim melawan
Shin Soan Cu Kat. Cit-su sin-cek melawan Ngo Lee Koay-sauw.


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hun-tai sian-cu menonton dengan gelisah sekali, dan mukanya
menjadi makin pucat. Dengan memegangi lambang partai, ia
mencurahkan pethatiannya kepada Song Lim yang bertarung
melawan Shin Soan Cu Kat. Iapun kadang-kadang melihat ayahnya,
tetapi ia yakin bahwa ayahnya akan dapat mengganyang lawannya.Pedang Iblis Langit - 3 52
Sigadis jelek, atau Yen Oiok Ceng, juga sudah datang ke tempat
pertempuran itu dan memperhatikan jurus-jurus yarg dilancarkan
oleh Ngo Lee Koay-sauw.
Kim Gin Kong Cu juga sudah berdiri dekat panggung dengan 4
gorilanya berdiri dibelakangnya sebagai pengawal-pengawal.
Shin Soan Cu Kai bertarung sambil sebentar-sebentar tertawa
gelak-gelak seolah-olah ia sudah yakin akan menang.
Diwaktu badai makin menghebat, Ngo Lee Koay-sauw juga
bertarung makin beringas, ia melancarkan jotosan-jotosan Ngo leeciang bertubi-tubi tiga kali sehingga Cit-su-sin-cek terdesak, dan tak
berdaya lagi melancarkan jotosan Cit-su-ciang.
Tiba-tiba Ngo Lee Koay sauw berteriak keras, terlihat ia
melancarkan jotosan Ngo lee-ciang lagi.
Cit-su-sin-cek terdorong dan jatuh terguling-guling.
Ngo Lee Koay-sauw mengawasi lawannya jatuh terguling-guling
sampai tak berkutik, lalu ia berjalan kembali ketempat duduknya
dengan sikap yang tenang.
Dalam kegaduhan badai dan pertarungan itu, para penonton
hanya dapat melihat Ngo Lee Koay-sauw duduk di tempat
duduknya. Mereka tidak mendengar jeritan Cit-su-sin-cek yang
dipukul dengan jotosan Ngo-lee-ciang.
(Bersambung Jilid ke 4)Pedang Iblis Langit - 4 0Pedang Iblis Langit - 4 1
PEDANG IBLIS LANGIT
(Thian Mo Kiam)
Oleh : O.K.L
Jilid ke 4
OK-BOK SIN-KAI mendorong 4 lawannya lalu loncat
turun menghampiri Cit-su-sio-cek yang sudah tak
bernyawa. Ia menangis tersedu-sedu. Ia mengangkat
mayat kawannya itu dan membawanya pergi.
Siok Hoat Jin Mo tiba-tiba berseru :
"Hei! Pengemis bau! Bukankah kau juga ingin merasai jotosan
Ngo-lee-ciang?!"
"Aku akan datang untuk membikin pembalasan. Dalam jangka
waktu tiga tahun, aku akan datang kembali membikin pembalasan!"
sahut sipengemis picek.
"Oho ! Markas Ceng-goan-pang bukan tempat sembarangan.
Kau sudah datang, tetapi kau tak dapat keluar dengan mudah.
Sekarang kau dapat merasakan jotosan Tai-im-ciang!"
Ngo Lee Koay-sauw berteriak :
"Lepaskan dia ! Biar dia pergi membawa bangkai kawannya !"
Siok Hoat Jin Mo tak berani membangkang. Namun ia
mengancam:
"Hm .. . kau beruntung dibebaskan oleh Pang-cu. Tetapi. . lain
kali, bila aku menjumpai kau, jangan harap kau bisa luput lagi!"
Tok-bok sin-kai tidak menghiraukan lawannya itu. Ia lalu
berkata kepada Song Lim :
"Anak ! Aku harus berpisah. Aku akan datang kembali membuat
pembalasan!"Pedang Iblis Langit - 4 2
Song Lim yang sedang bertarung melawan Shin Soan Cu Kat
merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ia melirik sejenak dan
melihat sipengemis picek memanggul Cit-su-sin-cek pergi.
Kelengahan itu digunakan oleh Shin Soan Cu Kat untuk
melancarkan serangannya. Tar! Tar! pecutnya melampaui suara
gaduh badai, dan juga membikin Song Lim tersadar bahwa ia
sedang melawan satu musuh yang Iihay dan kejam. Dengan jurus
Cun-yap-sai-tee atau Hujan musin semi membasahi bumi. Terlihat
pedang Thian-mo kiam berseliweran, lalu menusuk jantung Shin
Soan Cu Kat! Satu jeritan terdengar, lalu darah menyembur keluar
dari dada Shin Soan Cu Kat, dan ia menjadi bangkai ! Setelah
membunuh mati Shin Soan Cu Kat, Song Lim menghampiri Ngo Lee
Koay-sauw.
Hun-tai-sian-cu terkejut sehingga lambang partai jatuh dari
pegangannya.
"Anak! Mengapa kau jatuhkan lambang partai itu?" tanya Ngo
Lee Koay-sauw.
"Ayah, dia ..."
"Dia siapa? ?"
Sang puteri belum menyahut ketika Song Lim sudah berdiri
dihadapan Ngo Lee Koay-sauw. Ia menjura seraya berkata :
"Pang-cu!"
Ngo Lee Koay-sauw mengelus-elus janggotnya sambil
mengawasi Song Lim dari kepala sampai ke kaki.
"Kau telah menerobos masuk kemarkasku pada malam ini
dengan maksud membikin perhitungan dengan aku, apakah
betul!?" tanyanya.
"Betul! Malam ini aku datang untuk membikin perhitungan yang
lama. Partai Ceng-goan-pang telah berbuat sewenang-wenang
dikalangan Kang-ouw, perbuatan-perbuatan yang terkutuk itu tak
dapat dibiarkan merajalela."Pedang Iblis Langit - 4 3
"Kau memegang pedang Thian-mo-kiam. Dengan pedang itu kau
bermaksud menyapu bersih orang-orang dikalangan Kang-ouw,
lalu menjadi jago! Aku juga telah mengetahui bahwa kedatanganmu
malam ini karena ingn memperhitungkan hutang darah dari
lembah Hui-thian-kok. Tetapi aku harus menjelaskan bahwa
peristiwa dilembah tersebut, aku tidak turut-campur !"
"Ha! Kau dapat menipu orang lain dengan keteranganmu itu!
Siapa yang bakar lembah Hui-thian-kok ? Siapa yang membunuh
Cai Lian Sian Cu? Apakah perbuatan-perbuatan yang terkutuk itu
bukan dilakukan oleh orang-orang Ceng-goan-pang? Disamping itu,
siapa yang memusnahkan desa Yen-kia-cung dikaki puncak Cuiyun-leng dipegunungan Oey-san ?"
Ngo Lee Koay-sauw mengerutkan keningnya dan menanya :
"Siapa yang memberikan pedang Thian-mo-kiam padanu?"
"Pedang Thian-mo-kiam ini sebetulnya bukan milikku, tetapi
juga bukan milikmu. Mengapa kau mau usil? Aku akan melawan
kau tanpa menggunakan pedang ini!" Tantangan itu telah didengar
oleh banyak orang. Mereka merasa heran mengapa Song Lim berani
melawan Ngo-Lee-Koay-sauw yang belum pernah kalah tanpa
senjata.
Berkata degitu Song Lim lalu melemparkan pedang Thian-mokiam, tetapi bersamaan dengan itu, seorang yang berjubah merah
tiba-tiba loncat dan merampas pedang itu yang kemudan
dibawanya kabur. Song Lim terkejut, ia melihat orang yang
mengambil pedang itu adalah Heng Hoat Ci Su, orangnya Ban-kiap
mo-kun. Banyak orang mengejar Heng Hoat Ci Su dengan Siok Hoat
Jin Mo berlari paling depan.
"Hei! Pedang Thian-mo-kiam sudah menjadi hadiah pada
pertarungan silat dimalam ini. Kau tak dapat bawa lari!" teriak Siok
Hoat Jin Mo.
Heng Hoat Ci Su menyahut sambil berlari :Pedang Iblis Langit - 4 4
"Pedang Thian-mo-kiam adalah milik Ban-kiap-mo-kun! Aku
ditugaskan untuk merebut kembali !"
Tetapi orang-orang Ceng Goan Pang tak mau mengerti. Mereka
mengejar terus.
Heng Hoat Ci Su dapat melarikan diri dengan cepat, dan para
pengejar tak berhasil menangkap dia. Namun mereka mengejar
terus.
Tak lama kemudian terdengar suara jeritan yang mengerikan
Diangkasa terlihat bururg rajawali tengah melayang-layang.
Dimedan pertempuran terlihat Kim Gin Kong Cu menghampiri
Song Lim dan berkata :
"Adik! Pedang Thian-mo-kiam tak dapat dilepaskan begitu saja.
Ay oh, kita berlalu dari sini!"
Song Lim Yang sudah bertekad membikin pembalasan, dan
sudah menghadapi Ngo Lee Koay-sauw, tak mau mundur lagi. Ia
menyahut :
"Cici, tiap-tiap orang menpunyai cita-cita. Tekadku sudah tak
berubah ! Aku harus bertarung melawan Pang-cu itu atau . . . mati!"
"Adik. Aku mungkin tak bisa hidup jika kau mati . . . Jika kau
bertekad melawan, akupun tak mau meninggalkan tempat ini!"
"Tetapi . . . Cici tak dapat berbuat demikian! Kau mempunyai
urusan sendiri kau tak usah menghiraukan urusanku ..."
Kim Gin Kong Cu sudah mengengetahui kelihayan jatosan Ngolwe-ciang yang mungkin tiada taranya, merasa cemas. Ia tak
berhasil mendesak Song Lim berlalu, dan ia sungkan meninggalkan
Song Lim yang ia sangat cintai itu. Ia hanya menarik napas dan
bermaksud membantu bila perlu.
Ngo Lee Koay-sauw segera perintahkan agar panggung itu
disiapkan untuk ia bertarung melawan Song Lim. Semua orang
berdiri jauh dari panggung. Yang berdiri dekat panggung hanyaPedang Iblis Langit - 4 5
Hun-tai sian-cu, Kina Gin Kong Cu, dan sigadis jelek atau Yen Giok
Ceng.
"Anak, kau pergilah dari sini !" katanya Ngo Lee Koay-sauw.
"Ayah ... dia ..." puteri itu tak dapat meneruskan. Ia memandang
Song Lim, lalu menatap ayahnya. Kemudian ia menangis tersedusedu.
Ngo Lee Koay-sauw juga mengusir Kim Gin Kong Cu dan Yen
Giok Ceng dengan berkata :
"Hei ! Kamu juga lekas berlalu dari sini !"
Yen Giok Ceng menyamar sebagai gadis jelek menyahut dengan
tabah :
"Aku bukan orang partai Ceng-goan-pang! Kau tak berhak
mengusir aku !"
Melihat gadis cilik yang begitu tabah, Lee Koay-sauw tertawa :
"Ha, ha, ha! Bocah, mengapa kau berani membangkang terhadap
aku, si-tua-bangka? Ayoh, mundurlah agar kau tak terluka !"
"Justru orang tua harus memperhatikan anak-anak! Kau
mengaku sudah tua, tetapi kau masih mau bertarung melawan
anak-anak ! Song Lim pantas menjadi buyutmu!"
"Tetapi . . . bukan aku yang menantang !"
Hun-tai sian-cu segera menyusut air matanya, dan berlalu. Tibatiba, entah dari mana, jalan mendatangi seorang tua yang berjubah
kuning.
Melihat orang tua itu, Hun-tai sian-cu berseru :
"Paman !" ia lari kedalam pelukannya orang tua itu dan
menangis tersedu-sedu lagi!Pedang Iblis Langit - 4 6
PEDIH sekali hati Ngo Lee Koay-sauw melihat bahwa puterinya
selalu membela Song Lim.
Sementara itu diatas panggung masih berdiri tegak Song Lim
seorang.
"Song Tayhiap, pertarungan kali ini kita tangguhkan saja dulu!"
kata Ngo Lee Koay-sauw.
"Mengapa ?"
"Menurut pendapatku, kau masih perlu banyak belajar ilmu silat
sebelum kau mampu melawan aku !"
"Aku telah melalui segala rintangan untuk datang mengempur
kau. Jiga kau takut melawan aku, sebagai seorang pemimpin, kau
harus bunuh diri !"
Sebetulnya Ngo Lee Koay Sauw sudah mengetahui bahwa
puterinya telah jatuh cinta kepada Song Lim. Oleh karena itu ia
merasa sungkan membunuh pemuda itu dengan tinju Ngo-leeciang. Tetapi setelah ditantang, ia terpaksa harus menghadapinya.
Tiba-tiba ia loncat melancarkan jurus Kim-pao-In-cauw (Macan
tutul menyakar) dengan langan kirinya, dan tinju kanannya siap
memberikan pukulan maut.
Song Lim berhasil mengegosi cakaran, namun ia terpaksa harus
meloncat mundur mengelakkan serangan-serangan selanjutnya. Ia
kerahkan tenaga saktinya Hian-thian-sin-kang untuk balas
menyerang. Terlihat ia meloncat-loncat dengan lincah mencari
kesempatan atau lowongan untuk melancarkan jotosan Gin-kongciang.
Pertarungan berjalan dengan dahsyat, dan ditonton dengan hati
berdebar-debar. Pada suatu saat tinju Ngo-lee-ciang dan tinju Gin
kong ciang beradu. Dua-duanya terdorong mundur, lalu jatuh
duduk. Semua penonton terkejut. Lalu sikakek berjubah kuning lari
menghampiri Ngo Lee Koay-sauw disertai oleh Hun-tai sian-cu.Pedang Iblis Langit - 4 7
Setelah memeriksa tubuh Ngo Lee Koay-sauw, berubah wajah
kakek berjubah kuning itu. Ia menarik napas seraya berkata kepada
Hun-tai sian-cu.
"Hiaaiii. . . ayahmu sudah mati!"
Hun-tai sian-cu memeluk ayahnya dan menangis sedih. Seluruh
tubuhnya Ngo Lee Koay-sauw telah menjadi matang biru. Sikakek
berjubah kuning segera mengangkat Hun-tai sian-cu dan
membawanya pergi. Sambil menatap Kim Gin Kong Cu, Song Lim
menanya :
"Apakah aku masih hidup ? "
"Ha! Siapa bilang kau tewas? Hanya aku khawatir kau terluka
setelah menangkis serangan tinju Ngo-lee-ciang tadi" sahut Kim Gin
Kong Cu dengan cemas.
"Aku kira aku tidak terluka. Bagaimana keadaan Ngo Lee Koaysauw ?"
"Ia telah tewas !"
Song Lim menarik napas, dan menjadi pucat.
"Dik, mengapa kau tidak merasa girang setelah berhasil
membunuh musuhmu?" tanya Kim Gin Kong Cu.
"Taci, puteri Ngo Lee Koay-sauw telah dua kali menolong jiwaku.
Kali ini, aku telah membunuh ayahnya. Bukankan itu suatu
perbuatan yang tak mengenal budi?"
Yen Giok Ceng yang berdiri dibelakang Kim Gin Kong Cu selama
itu segera maju dan menyerahkan pedang Thian-mo-kiam kepada
Song Lim seraya berkata :
"Song Tayhiap, terimalah ini !"
"Terima kasih." sahut Song Lim terharu. Tanpa pamit lagi Yen
Giok Ceng lalu berlalu dari tempat itu.
Sebagai seorang wanita Kim Gin Kong Cu mengerti akan sikap
Yen Giok Ceng itu. Ia bersenyum dan berkata kepada Song Lim.Pedang Iblis Langit - 4 8
"Aik, galis Yen merasa iyemburu. Apakah kau kenal dia siapa?"
"Aku .... aku kenal dia, tetapi.." sahut Song Lim gugup.
"Sudahlah . . . jangan kau meneruskan, aku mengerti. Dik, aku
harus pulang kepada ayahku. Aku harap dapat membujuk ayahku
untuk membantu kau."
"Terima kasih. Banyak urusan belum selesai, maka aku juga
terpaksa harus berpisah dari Taci disini." sahut Song Lim, yang
segera meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan perjalannya ke
barat-laut.
Pada suatu hari ia tiba dikota Giok-bun-koan dan menginap
disuatu rumah penginapan. Pada esok harinya ia berlalu belum jauh
ia berjalan keluar dari rumah penginapan itu ketika ....
"Hei! Kemana kau mau lari?"
Ia berhenti dan menoleh kebelakang. Hun-tai sian-cu tengah
mengejar dia dengan pedang terhunus, disertai sikakek yang
berjubah kuning.
"Siocia, aku menyesal sekali telah memukul mati ayahmu, dan


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku rela dihukum!" kata Song Lim sambil menghadapi gadis yang
beringas itu.
Tiba-tiba gadis itu menusuk kearah dada Song Lim. Sikakek
merintangi sambil membentak :
"Jangan membalas dendam !"
Meskipun lengan gadis itu didorong oleh sikakek, namun ujung
pedang telah menggores juga dada Song Lim yang segera jatuh
pingsan.
Entah berapa lama Song Lim berada dalam keadaan tak sadar.
Ketika siuman ia menemui dirinya berada diatas sebuah tempat
tidur.
"Siocia, apakah aku tidak terbunuh mati?" tanya Song Lim
dengan sedih.Pedang Iblis Langit - 4 9
"Song Tayhiap, apakah kau masih membenci aku ?" tanya Huntai sian-cu.
"Meskipun kau telah membunuh mati aku dengan dengan
pedangmu, aku tak dapat niembencimu. Aku terhutang budi
terhadapimu."
"Aku tak harus menusuk kau. Beruntung sekali pamanku
berusaha merintangi. Pamanku telah memberitahukan bahwa
ay ahku yang mendesak kau melancarkan tinju mautmu . . . ."
"Siocia , . . aku mengerti mengapa kau merasa menyesal telah
berusaha menusuk aku . . . ."
Song Lim tak dapat meneruskan perkataannya, karena Hun-tai
sian-cu telah merangkulnya Mereka saling merangkul dengan
mesra dan baru melepaskan diri ketika sikakek berjubah kuning
masuk kedalam kamar itu.
"Song Tayhiap." kata sikakek, "Wan Ji telah sadar dari
kekeliruannya. Aku telah menasehatkan agar dia jangan
mendendam terhadapmu . . ."
Song Lim bangun dari tempat tidur dan membungkukkan tubuh
menghaturkan hormat kepada kakek itu seraya berkata :
"Locianpwee, adik Wan patut membunuh aku, karena aku telah
membunuh ayahnya. Aku ..."
"Tidak ! Tidak !" sikakek memotong. "Budi harus dibalas, tetapi
kejahatan harus dibasmi. Hanya dikalangan Kang-ouw, banyak
orang tak dapat membedakan budi dan dendam, kebaikan dan
kejahatan. Oleh karena itu banyak orang telah berbuat keliru. Aku
sudah berusia lanjut, maka aku harus berbuat sesuatu sebelum aku
meninggalkan dunia ini. Aku tak dapat berdiri berkecak pinggang
jika melihat kekeliruan. Ayah Wan Ji telah melancarkan jotosan Ngo
lee-ciang sehingga kau terdesak untuk melancarkan jotosan Ginkong-ciang-mu. Dengan mata kepala sendiri aku menyaksikan
Hanya. . . haaaii . . . karena kitab Pek Yok Gie Ci, dua saudara salingPedang Iblis Langit - 4 10
bermusuhan. Akupun tengah menyelidiki jejak Siong Kang Tayhiap
yang nasibnya masih merupakan suatu teka-teki . .. ."
"Locianpwee, siapakah Siong Kang Tayhiap itu?" tanya Song
Lim. "Siong Kang Tayhiap adalah pemilik kebun Pek Bee Song Yan.
Pada 50 tahun yang lalu, bersama-sama Yen Gie dari pegunungan
Oey-san, Ngo Lee Koay sauw dan Tien Hai Kiauw Liong dari
Propinsi Yunnan mereka terkenal sebagai Kang Ouw Su Gie (Empat
Pendekar dari rimba persilatan). Pada 13 tahun yang lalu, dikebun
Pek Bee Song Yan itu telah berjangkit wabah penyakit yang
berbahaya, dan katanya Siong Kang Taybiap dan semua anggota
keluarganya mati diserang penyakit itu"
Hun-tai sian-cu campur bicara :
"Paman. Bukankah ayahku pernah bilang batwa Siong Kang
Tayhiap bukan mati diserang penyakit, tetapi dibunuh orang ??"
Sikakek melotot dan membentak :
"Wan Ji ! Jangan sembarangan bicara! Kematian Song Kang
Tayhiap masih tetap merupakan suatu teka-teki. Soal itu sangat erat
hubungannya dengan kalangan Bu-lim ! Jika kau sembarangan
bicara, kau dapat menimbulkan salah-paham sehingga lebih banyak
pembunuhan akan terjadi."
Disebutnya kitab Pek Yok Gie Ci telah membikin Song Lim
menceritakan kisahnya ketika ia menyatroni daerah Ban-kiap-ku
mo. Lalu sikakek berkata lagi :
"Akupun pernah mendengar bahwa kitab Pek Yok Gie Ci telah
jatuh kedalam telaga didaerah pegunungan Thian-mo-san, tetapi
hingga dewasa ini belum ketahuan kitab tersebut siapa yang miliki."
"Locianpwee, apakah Kang Ouw Su Gie masih berada didunia
ini?" tanya Song Lim.
"Setelah memperoleh kabar bahwa Siong Kang Tayhiap telah
meninggal dunia, aku segera pergi ke kebun Pek Bee Song Yan iniPedang Iblis Langit - 4 11
untuk menyelidiki. Akupun tak menemui siapapun. Yen Gie dari
pegunungan Oey-san juga ketahuan jejaknya. Hanya Tien-hai
kiauw-liong masih hidup dan tinggal terpencil disuatu pegunungan.
Kau sudah sembuh, maka seleiaikanlah urusanmu. . . . jika kau ada
waktu, dapat datang ke kebun Pek Bee Song Yan. Aku dan Wan Ji
akan menanti kedatanganmu disini!"
Lalu sikakek memerintakan Hun-tai sian-cu untuk menyerahkan
pedang Thian-mo-kiam kepada Song Lim.
Gadis itu pergi mengambil, tetapi ia kembali dengan wajah
pucat. "Paman, pedangnya Song Tayhiap telah dicuri orang!"
Sikakek berjubah kuning terkejut, ia segera pergi keluar.
Melihat kegelisahannya Hun-tai sian-cu, Song Lim menghibur:
"Siocia pedang Thian-mo-kiam sebetulnya bukan milikku. Jika
pedang itu tercuri. ya . . . sudahlah."
"Song Tayhiap, aku menjadi gelisah karena khawatir jika pedang
tersebut dicuri oleh orang yang jahat ..." sahut Hun-tai sian-cu.
Lalu sikakek datang kembali. Sambil menggeleng-geleng
kepalanya ia berkata : .
"Aneh ! Siapakah gerangan orang itu yang berani datang ke
daerah kebun Pek Bee Song Yan ini untuk mencuri pedang Thianmo-kiam?"
"Locianpwee, sudahlah." hibur Song Lim.
Sikakek berpikir sejenak sebelumnya berkata :
"Ya .. aku minta kau datang kemari lagi setelah kau pergi
kepegunungan Hoa-san Aku ada urusan untuk berunding dengan
kau."
Hun-tai sian-cu berkata :
"Paman, apakah aku dapat menyertai Song Tayhiap pergi
kepegunungan Hoa-san?"Pedang Iblis Langit - 4 12
"Jangan, Song Tayhiap akan segera datang kembali kesini.
Menurut pendapatku, lebih baik kita pergi kepegunungan Kun-san
untuk membersihkan partai Ceng-goan-pang"
Hun-tai sian-cu mengangguk, dan menyahut :
"Baiklah, kita berangkat besok."
Demikialah Song Lim minta diri, lalu pergi kepegunungan Hoasan untuk bersembahyang dihadapan kuburan gurunya dilembah
Hweethian-kok di pegunungan tersebut.
Kemudian ia menuju kembali kepegunungan Kun-san. Selama
dua hari ia menempuh perjalannannya, dan pada hari ketiganya ia
masuk ke sebuah rumah makan.
Didepan rumah makan itu terlihat lima ekor kuda yang dijaga
oleh seorang. Ketika ia masuk, ia melihat lima jago silat sudah
menempati dua meja. Maka ia mengambil meja yang masih kosong.
Lalu terdengar seorang jago silat yang berwajah kehitamhitaman berkata kepada pelayan.
"Hei ! Lekas sediakan hidangan dan arak karena harus segera
menuju kepegunungan Kun-san"
DISEBUTNYA Kun-san menarik perhatian Song Lim yang segera
menanya :
"Tayhiap, apakah kalian ingin pergi kepegunungan Kun-san?"
Siwajah hitam menatap Song Lim sejenak. Lalu ia menyahut;
"Ya, apa perlunya kau menannya?"
"Aku telah mengetahui bahwa pegunungan Kun-san adalah
daerah partai silat Ceng-goan-pang. Kalian rupanya adalah orang
dari partai itu?"Pedang Iblis Langit - 4 13
"Betul! Hanya sekarang nama partai kami telah diubah menjadi
Ceng-hong-pang, karena pemimpin kami yang sekarang adalah
seorang wanita. Kami perlu lekas pergi ke markas untuk memenuhi
panggilan peminpin yang baru itu."
Ketika mereka tengah bercakap-cakap, tiba-tiba berjalan masuk
seorang ganjil yang sikapnya sangat menarik perhatian semua
orang. Sambil tertawa siwajah hitam menegur :
"Locianpwee, Tai San Ngo Liong (Lima naga dari pegunungan
Tai-san) berada disini. Mari kita bersama-sama minum arak!"
Orang ganjil itu menyahut dengan geram :
"Apakah kamu ingin pergi kepegunungan Kun-san ?!"
Siwajah hitam yang bernama Ciam Ceng Ci alias Hui Thian Liong
(Si-naga terbang) mengangguk dan menanya :
"Apakah Locianpwee juga ingin pergi kepegunungan itu?"
Orang ganjil itu menyahut dengan nada yang mengejek. "Kamu
tak perlu kesitu. Apakah kau tidak mengetahui bahwa partai Cenggoan-pang sekarang dipimpin oleh seorang wanita? Masa kita yang
lebih tua dan lebih lihay ilmu silat kita harus tunduk kepada seorang
wanita ?!"
Sahutan itu menyinggung perataan Song Lim. Namun Ciam
Ceng Ci berkata :
"Locianpwee keliru. Sebelum Pang-cu kami, Ngo Lee Koay-sauw,
meninggal dunia, beliau telah mengumumkan bahwa jika ia mati,
maka pimpinan partai akan dipegang oleh Hun-tai sian-cu,
puterinya. Pengumuman itu merupakan juga satu perintah yang
harus ditaati. Jika Locianpwee tidak tunduk terhadap Hun-tai siancu, itu berani Locianpwee membangkang atau berontak!"
Peringatan itu membikin siorang ganjil menjadi bisu. Lama juga
ia baru dapat berkata "Jika aku tidak mau tunduk terhadap
pemimpin wanita itu, siapa yang dapat melarang?!"Pedang Iblis Langit - 4 14
"Oho! Peraturan partat harus ditaati, dan Kami Tai San Ngo
Liong berkewajiban menghukum orang-orang Ceng-goan-pang
yang membangkang !" ancam Ciam Ceng Ci.
Siorang ganjil yang berkenal dengan julukan Siok Hoat Jin Mo
(Iblis berambut panjang) tertawa gelak-gelak dan meloncat keluar.
Kelima Tai San Nyo Liong mengejar. Song Lim juga turut mengejar.
Siok Hoat Jin Mo yang dulunya menjadi pemimpin cabang dari
partai Ceng-goan-pang memiliki ilmu silat yang lihay. Ia sangat
memandang rendah kelima Tai San Ngo Liong itu yang hanya
menjadi pemimpin-pemimpin ranting.
"Hei! Pemberontak !" seru Ciam Ceng Ci "Kemana kau mau lari?"
Siok Hoat Jin Mo berbalik dan berdiri tegak menghadap Ciam
Ceng Ci. Lalu secepat kilat ia melancatkan tinju Tai-im- ciang (Tinju
maut.) Ciam Ceng Ci mengegos dan segera menyerang dengan jurus
Ngo-ing-pok-sit atau Burung elang menyambar mangsa. Terlihat
kaki kanannya menendang serentak dengan satu sodokan tinju
kanan.
Sambil menggeram Siok Hoat Jin Mo mengelit dan secepat kilat
membetot betis lawannya dengan jurus Hai-tee-to-gwat atau
menyodok bulan dari dasar laut!
Satu jeritan yang mengerikan terdengar ketika Ciam Ceng Ci
terlempar dan terbantng ditanah.
Kun Thian Liong si Naga menyapu jagad dan Yun Tiong Liong si
Naga awan terapung segera menyerang dengan golok terhunus
setelah saudaranya terpelanting.
Siok Hoat Jin Mo loncat mundur menggelakan serangan, golok
untuk melancarkan jotosan-jotosan mautnya. Kun Thian Liong dan
Yun Tiong Liong terdampar mundur oleh hembusan angin jotosan
itu.Pedang Iblis Langit - 4 15
Soog Lim tak dapat menanti lagi. Setelah mengerahkan tenaga
saktinya ia segera menyodok dengan kedua tinjunya. Siok Hoat Jin
Mo menggerakkan tubuhnya dan berkelit.
"Hei, Siok Hoat Jln Mo! Apakah kau kenal Kauw-hoa-kiamkek?"
tanya Song Lim.
Nama itu sudah terkenal, Siok Haat Jin Mo tiba-tiba menjadi
gentar. Namun, ia mengejek :
"Kau membantu Hun-tai sian-cu? Seekor kodok ingin memiliki
rembulan ? Ha, Ha !"
Ejekan atau hinaan itu membikin Song Lim sangat gusar. Secepat
kilat ia loncat dan menyodok lagi dengan jurus Kian-kun-cit atau
ilmu jari sakti.
Sodokan itu mengenakan dada Siok Hoat Jin Mo yang hanya
menjerit sekali untuk jatuh tersungkur dan menjadi mayat.
Pertarungan yang berjalan hanya beberapa jurus itu sangat
mengagumkan kelima Tai San Ngo Liong. Mereka segera datang
menghaturkan hormat dihadapan Song Lim seraya berkata:
"Song Tayhtap, kami sangat berterima kasih atas bantuan kau
ini. Jika Tayhiap kebetulan lewat dipegunungan Tai-san, sudilah
sekiranya mampir dimarkas kami ?"
Song Lim bersenyum dan setelah mereka kembali kerumah
makan untuk bersantap bersama-sama, mereka lalu berpisahan.
Demikianlah, dengan bantuan sikakek berjubah kuning, Hun-tai
sian-cu dapat memegang tampuk pimpinan partai silat Ceng-hongpang.
Disamping itu sikakek juga memberi petunjuk-petunjuk
kepadanya, dan setelah yakin bahwa Hun-tai sian-cu dapat
memimpin partainya dengan baik, ia pergi untuk mencari pedang
Thian-mo-kiam.Pedang Iblis Langit - 4 16
Dalam perjalanannya ke kebun Pek Bee Song Yan, Song Lim
harus melalui pegunungan Kun-san. Ketika hampir tiba di markas
partai Ceng-hong-pang, ia mendengar suara gaduh yang timbul dari
pertemputan. Ia lekas-lekas menghampiri dan melihat Hun-tai
sian-cu dan lima jag0-jago silatnya tengah bertarung melawan
orang-orang dari Ban-kiap-ku-mo.
Terdengar pemimpin rombongan Ban-kiap-ku-mo itu
membentak Hun-tai sian-cu :
"Hei. Pang Cu! Kami akan segera berhenti menyerang jika
pedang Thian-mo-kiam dikembalikan !"
Tanpa banyak bicara lagi Song Lim segera melancarkan jotosan
ke orang-orang Ban-kiap-ku-mo. Pertarungan segera berlangsung
dengan seru dan hebat. Tetapi orang-orang dari Ban-kiap-ku-mo
bukan tandingan Song Lim yang bertarung dengan sengit sekali.
Maka setelah beberapa jurus, mereka semua telah dipukul atau
disodok mati satu demi satu.
Pertempuran itu disaksikan dengan perasaan kagum oleh orangorangnya Hun-tai sian-cu.
Song Lim melihat kearah bangkai-bangkai musuhnya, lalu
berkata kepada Hun-tai sian-cu :
"Siocia.."
Ia tak dapat meneruskan, karena Hun-tai sian-cu sudah
membentak :
"Apa Siocyia ? Aku harus bunuh kau karena kaulah yang pukul
mati ayahku !"
Song Lim terkejut tetapi ia segera dapat melihat bahwa Hun-tai
sian-cu tengah bersandiwara. Ia segera meloncat pergi sambil
berseru:
"Siocia, aku sungkan bertempur melawan seorang wanita. Nah
selamat tinggal !"Pedang Iblis Langit - 4 17
"Hei! Jahmam ! Kemana kau mau lari?" bentak Hun-tai sian-cu


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil mengejar.
Kejar mengejar terjadi dan tak lama kemudian mereka tiba
dikebun Pek Bee Song Yan. Hun-tai sian-cu tak dapat menahan
asmaranya. Ketika mereka masuk kedalam rumah ditengah-tengah
kebun tersebut, ia peluk Song Lim dengan mesra.
Song Lim balas memeluk gadis itu, dengan mesra.
"Wan Moy, kau sudah terkenal sebagai seorang Pang-cu yang
lihay."
"Ya, aku harus berterima kasih kepada paman Ouw Tiong Kie,
kakek yang selalu berjubah kuning dan yang telah menyadarkan."
"O ya . . . kemanakah paman Ouw Tiong Kie itu?"
"Ia telah pergi mencari pedang Thian-mo-kiam."
"Aku kira pedang Thian-mo-kiam tidak dicuri oeh orang-orang
dari Ban-kiap-ku-mo. Barusan mereka datang kemarkas Cenghong-pang, karena mereka menduga pedang tersebut berada di
markasmu"
"Siapa yang mencuri pedang itu lalu ?"
Disini mereka terkejut mendengar suara derap-kaki orang
berlari-lari.
Hun-tai sian-cu lekas-lekas keluar untuk menyelidiki.
"Siapa mereka itu? !" tanya Song Lim.
"Orang-orangku.."
"Suruh mereka masuk saja."
"Tolol! Mereka masih memandangmu sebagai musuh besar dari
partai Ceng-hong pang. Kau harus berlagak bertarung beberapa
jurus diluar. Kemudiin kau dapat melarikan diri !"
"Baiklah."
"Tetapi ., kapan kau datang kembali kesini?"Pedang Iblis Langit - 4 18
"Setelah aku berhasil merebut kembali pedang Thian-mo-kiam"
Maka dengan siasat yang diusulkan oleh Hun-tai sian-cu, Song
Lim dapat melarikan diri. Ketika orang-orang dari Ceng-hong-pang
datang, Hun-tai sian-cu berlagak bersikap kecewa karena tak
berhasil mengganyang Song Lim. Sambil berlagak masgul ia
mengajak orang-orangnya kembali kemarkas Ceng-hong-pang di
pegunungan Kun-san.
Song Lim berlari-lari dengan pesat dengan tujuan mencari
pedang Thian-mo-kiam. Ia berjalan ke suatu hutan pohon bambu
dan menjumpai seorang kakek dan seorang nenek yang sangat
lanjut usianya. Kakek itu tercengang ketika melihat wajah Song Lim.
Tanpa merasa ia berseru :
"Coba lihat! Putera pemilik kebun Pek Bee Song Yan telah
datang"
Sinenek meneliti wajah Song Lim sejenak. Ia lalu berkata :
"Siohiap, silahkan duduk. Tetapi dimanakah saudara
prempuanmu ?"
Sikap dan pertanyaan kedua kakek dan nenek itu membikin Song
Lim terheran-heran. Ia dianggap puteranya sipemilik kebun Pek Bee
Song Yan atau Siong Kang Tayhiap. Maka ketika dapat kesempatan
berbicara, ia lekas-lekas berkata:
"Lo pek, Lo-popo, kamu keliru! Aku bukan putera dari Siong
Kang Tayhiap. Aku hanya kebetulan lewat disini. Aku telah
mendengar bahwa Siong Kang Tayhiap telah meninggal dunia
diserang wabah penyakit pada 13 tahun berselang."
"Oh .... itu hanya cerita orang. Aku kenal betul Siong Kang
Tayhiap, karena kita pernah ditolong oleh beliau . . ." kata sikakek.
"Wajah Siohiap mirip aekali dengan wajah Siong Kang Tayhiap.
Siong Kang Tayhiap dan istrinya mati .... dibunuh orang."
"Lo-pek, sudahlah Aku bukan putera dari Siong Kang Tayhiap.
Aku minta diri saja!" sahut Song Lim yang segera berjalan pergi kePedang Iblis Langit - 4 19
kuburan Siong Kang Tayhiap. Ia terkejut ketika melihat Hun-tai
sian-cu tengah mendatangi.
"Wan-moy, mengapa kau datang ke kuburan ini?" tanyanya
dengan heran tercampur girang.
"Aku datang untuk bersembahyang dihadapan arwah Paman
Song"
"Apa?! Apakah Siong Kang Tayhiap she Song??"
Hun-tai sian-cu mengangguk.
"Apakah kau tidak mengetahui hal itu?" tanyanya.
"Tidak."
"Lim Ko, aku memperoleh kabar bahwa pedang Thian-mo-kiam
telah direbut oleh seorang wanita yang bertopeng. Lihiap itu telah
memperdalam ilmu silatnya dengan mempeladiari kitab Thian-mokeng, sehingga ia terkenal dengan julukan Thian-mo-tok-li. Ia
sekarang tengah berusaha menggempur Ban-kiap-mo-kun!"
"Jika demikian, kitab Thian-mo-keng milik Toa Pei Shin Ni
direbut oleh Thian-mo-tokli ?"
"Siapa Toa Pei Shin Ni itu?"
Song Lim lalu menceritakan jejak daripada biarawati tersebut
yang bersama-sama Tok-bok-sin-kai dan Cit-su-sincek terkenal
dengan julukan Bu Lim Sam Sin dan mengakhiri ceritanya dengan
berkata:
"Wan moy, aku harus pergi mencari pedang Thian-mo-kiamku.
Apakah kau mengetahui dimana kini Thian-mo-tok-li?"
"Lim Ko, mengapa kau begitu tergesa-gesa ingin pergi mencari
Than-mo-tok-li?"
"Pedang itu besar artinya. Dengan pedang itu mungkin aku dapat
menumpas semua musuh-musuh yang telah membunuh guru dan
ibu guruku! Aku berjanji akan kembali mencarimu disini lain
tahun."Pedang Iblis Langit - 4 20
"Lim Ko, aku harap kau dapat menjaga diri, Aku akan
menantikanmu disini."
Demikianlah kedua kekasih itu berpisahan dengan hati yang
berat.
DICERITAKAN bahwa setelah kembali dari markas Ngo Lee
Koay-sauw dipegunungan Kun-san, Yen Giok Ceng terus pulang
kekampung halamannya dan menantikan kedatangannya Song Lim.
Tetapi Song Lim yang sangat dirindukannya tak kunjung datang.
Pada suatu pagi ia meratap : "Lim Koko, kau sudah harus datang
.... tetapi kau belum juga datang"
Ratapan itu dapat didengar oleh ayah angkatnya Sam Kee Lojin
"Ceng Ji, apakah kau menanti kedatangan Song Lim?" tanya kakek
itu dengan nada yang lemah-lembut.
"Haaiii. . .. musim bunga sudah lewat, tetapi aku belum melihat
bayangannya ...."
"Mungkin ia masih mempunyai banyak urusan. Kau harus sabar.
Cobalah lihat Thiat ji-sin-tiauw itu. Bukunkah tampaknya burung
itu telah melihat sesuatu yang mengembirakan ?"
Gadis itu menatap ke jalan disebelah kejauhan, dan tak lama
kemudian ia melihat seorang sedang mendatangi.
Sam Kee Lojin bersenyum ketika menyaksikan gadis itu
dirangkul dengan mesra oleh satu pemuda, karena pemuda itu
adalah Song Lim.
"Ceng moy, kau baik-baik saja .... !" tanya Song Lim.
"Lim Koko .... Lim Koko ."
Lalu Song Lim berlutut dihadapan Sam Kee Lojin seraya berkata:
"Suhu."Pedang Iblis Langit - 4 21
Sikakek menyuruh bangun dan mengajaknya duduk.
"Ceay Ji. Mungkin Lim Ko-mu belum makan. Ayoh, sediakan
hidangan" kata si kakek.
Sambil makan bubur Song Lim menceritakan kisahnya semenjak
ia berlalu dari rumah gurunya. Ia tak lupa menceritakan tentang
pedang Thian-mo-kiam dan kitab Thian-mo-keng yang telah
direbut oleh seorang Lihiap bertopeng, dan juga terbunuhnya Ngo
Lee Koay-sauw terpukul jolosan Gin-kong-ciang.
Sam Kee Lojin mendengar kisah itu dengan prihatin, dan
kadang-kadang wajahnya memperlihatkan kecemasannya.
"Suhu, apakah Siong Kang Tayhiap she Song?" tanya lagi Song
Lim. Sikakek mengangguk dan berkata:
"Anak, kau boleh tinggal sementara waktu disini, karena esok
aku harus pergi dan akan kembali setelah lewat lebih kurang
sebulan"
Mendengar perkataan ini Yen Giok Ceng lekas-lekas berkata:
"Ayah, mengapa kau sering kali keluar ?"
"Haaii .... kau masih muda, kau tak mengetahui apa-apa, Song Ji
akan mendampingimu disini, dan kau tak akan merasa kesepian."
Maka pada esok paginya Sam Kee Lojin meninggalkan tempat
bersemayamnya untuk pergi entah kemana.
Sebetulnya San Kee Lojin pergi kesuatu telaga di lembah
pegunungan Thian-mo-san untnk mencari kitab Pek Yok Gie Ci
yang telah dijatuhkan oleh Thiat-jie-sin-tiauw.
Setibanya ditelaga Thian-lie di lembah gunung Thian-mo-san,
Sam Kee Lojin menyelam kedalam telaga tersebut untuk mencari
kitab Pek Yok Gi Ci. Ia berusaha mencari tetapi hampa belaka. Ia
menimbul dari permukaan air telaga untuk beristirahat.Pedang Iblis Langit - 4 22
Maka setelah menyelam beberapa kali lagi tanpa hasil kakek itu
pulang ke kampung halamannya dengan perasaan masgul.
Ia disambut dengan mesra oleh Yen Giok Ceng dan Song Lim
Pada malam harinya sikakek menceritakan kisahnya ia pergi ke
telaga dilembah pegunungan Thian-mo-san untuk mencari kitab
Pek Yok Gi Ci dan mengakhiri kisahnya dengan berkata:
"Hiaiii . . . karena kitab Pek Yok Gi Ci itu, saudara menjadi
musuh, kawan menjadi lawan dan banyak pembunuhan yang keji
telah dilakukan! Misalnya gurumu, Hian Tian Kiam Sin dan istrinya.
Mereka dianiaya lalu dibunuh karena mereka dianggap memiliki
kitab tersebut."
Yen Giok Ceng maupun Song Lim terharu melihat sikap, sikakek
yang menyatakan penyeselannya. Sesaat kemudian terdengar Song
Lim berkata :
"Suhu, pedang Thian-mo-kiam telah dicuri oleh Thian-mo-tokli. Menurut kabar, kitab catatan ilmu-ilmu silat Thian-mo-keng;
milik Toa Pei Shin Ni juga telah direbut oleh Lihiap itu. Apakah Suhu
mengetahui dimana tempat bersemayam Lihiap itu ?"
"Apa perlunya kau mencari dia?" tanya Sam Kee Lojin.
"Jika kedua benda tersebut jatuh kedalam tangan orang yang
jahat, maka lebih banyak pembunuhan akan dilakukan!"
"Hm .... aku mengagumi keluhuranmu Kau telah berusaha
menumpas musuh-musuh yang telah membunuh guru dan ibu
gurumu. Apakah kau mengetahui bahwa gurumu itu telah terbunuh
karena beliau adalah kawan karib ayahmu?"
"Apakah guruku terbunuh karena ia membela ayahku?!"
"Ya kau dapat katakan demikian. Gurumu berusaha
melindungimu dan kakak prempuanmu!"
"Aku mempunyai kakak brerapuan?!"Pedang Iblis Langit - 4 23
"Betul. Hian Thian Kiam Sin, gurumu telah berhasil menolong
kamu berdua dari pembunuhan ketika ayahmu dibunuh !"
"Siapakah ayahku ?"
"Siong Kang Taihiap!"
"Siong Kang Tayhiap, pemilik kebun Pek Bee S0ng Yan ?"
"Betul. Ayahmu bernama Song Jin Sim. Ia selalu suka menolong
orang yang difitnah atau diperlakukan sewenang-wenang. Ia
berwatak luhur dan oleh karena itu ia terkenal dangan julukan
Siong Kang Tayhiap (Pahlawan besar dari propinsi Ouw-lam).
Bersama-sama Yen Gie dari pegunungan Oey-san, Ngo Lee Koaysauw dari pegunungan Kun-san dan Tien Hai Kiauw Liong dari
propinsi Yunan mereka terkenal sebagai julukan Kang Ouw Su Gie.
Karena kitab Pek Yok Gi Ci, empat kawan karib itu saling
bermusuhan bahkan saling membunuh. Ya ... Song Jin Sim,
ay ahmu, telah terbunuh, Ngo Lee Koay-sauw juga terbunuh oleh .
kau! Tien Hai Kiauw Liong yang bijaksana telah mengasingkan diri.
Ia itu adalah ayahnya Kim Gin Kongcu dan saudara sepupu Ngo Lee
Koay-sauw!"
"Dan Yen Gie adalah Suhu sendiri!"
Sam Kee Lojin mengangguk dan berkata:
"Anak , kau sudah memiliki ilmu silat yang lihay sekali. Jika kau
beruntung dapat memperoleh kitab Pek Yok Gi Ci itu, aku hanya
harap kau dapat membunuh biang-keladi dari semua pembunuhan
ini!"
"Suhu, siapa gerangan biang keladinya??"
"Ban-kiap-mo-kun ! Dialah yang memimpin pembunuhan
ay ahmu, lalu Hian Tian Kiam Sin, gurumu dan isrinya. Ngo Lee
Koay Sauw dan orang-orangnya hanya merupakan pembantupembantunya. Ia tengah berusaha merebut pedang Thian-mo-kiam
untuk membasmi aku, Bu Lim San Shin ialah Tok bok-Sin-kai. Cit
Su-Sm-Cek dan Toa Pei Shin Ni!. Thian mo-tok-li adalah kakakmu,Pedang Iblis Langit - 4 24
yang sebetulnya menadi murid kesayangan Toa Pei Shon Ni. Jangan
lupa, kau juga sudah menjadi serupa duri didalam jantung Ban-kiap
mo-kun"
Song Lim beringas mendengar keterangan itu, dan ia berjanji
pergi mencari kitab Pek Yok Gie Ci, lalu mencari Thian-mo-tok-li
agar mereka dapat bersarma-sama pergi menyatroni Ban-kiap mokun untuk membikin perhitungan.
Sikakek memberitahukan letaknya telaga dimana kitab Pek Yok
Gi Ci telah dijatuhkan oleh Thiat-ji-sin-tiauw dan juga tempat
bersemayamnya Thian-mo-tok-li sebelum Song Lim berangkat
untuk melaksanakan tugasnya yang sangat berat itu.
Meskipun telah tersiar kabar bahwa kitab Pek Yok Gi Ci telah
dijatuhkan oleh Thiat-ji-sin-tiauw kedalam telaga Thian-ti di
lembah pegunungan Thian-mo-san, namun hanya sedikit orang saja
yang berani menyelam kedalam telaga tersebut untuk mencarinya.
Sam Kee Lo Jin juga telah berkali-kali berusaha menyelam dan
mencarinya tanpa hasil. Ban-kiap-mo-kun terus menerus mengirim
orang-orangnya untuk mencarinya, juga tanpa hasil.
Pada suatu hari Song Lim telah tiba di tepi telaga itu. Suasana
disekitarnya sunyi-senyap. Setelah menanggalkan pakaiannya ia
lalu menyelam kedalam telaga itu. Dengan pesat ia menyentuh
dasar telaga.
Ia dapat melihat mulut sebuah goa didasar telaga itu. Ia
menghampiri dan melihat seekor ular yang panjang, besar dan
bersisik merah tengah menjaga mulut goa itu.
"Hai! Ular bersisik merah, kawanku ! Mengapa ia berada didasar
telaga ini ?" ia berkata dalam hati.
Rupanya ular itu mengenali. Ia menghampiri dan mendorong
Song Lim dengan kepalanya. Song Lim hanya menuruti dorongan
ular itu. Ia terdorong masuk kedalam lorong goa dan akhirnya
melihat sebuah kotak yang dibuat dari batu pualam. Ia ambil kotakPedang Iblis Langit - 4 25
itu, lalu keluar dan berenang keatas permukaan air. Bukan main
girangnya ketika ia membaca empat huruf PEK YOK GI CI diatas
kotak tersebut. Buru-buru ia pakai pakaiannya dan mencari tempat
yang tersembunyi dikaki gunung itu.
Dengan hati berdebar-debar ia baca kitab tersebut yang
tersimpan baik didalam koiak dari halaman pertama sampai
halaman terakhir.
"Hai, jika aku dapat berlatih menurut petunjuk-petunjuk yang
tercatat didalam kitab ini, aku yakin dapat membasmi Ban-kiap-mokun !" katanya dalam hati.
Meka dengan pikiran itu Song Lim bertekad mempelajari dan
berlatih ilmu-ilmu silat menurut petunjuk kitab tersebut dikaki


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gunurg yang terpencil itu. Tiga bulan telah lewat, dan ketika ia
selesai belajar dan berlatih, ia merasa bahwa jiwa raganya
bertambah sehat dan kuat. Lalu ia musnahkan kitab itu.
Langkah kedua yang harus ditempuh ialah mencari Thian-motok-li, kakak prempuannya, yang bersemayam tidak jauh dari
markas Ban-kiap-mo-kun.
Pada suatu malam ketika ia tengah berjalan dilembah
pegunungan tidak jauh dari markas Ban-kiap-mo-kun, ia
mendengar suara orang bertengkar, ia menghampiri dan melihat
dibawah sinarnya bulan seorang gadis berbaju biru tengah
dikurung oleh beberapa belas orang.
"Tnian-mo-tok-li!" kata orang yang memimpin rombongan yang
mengulung gadis itu "Hanya dalam beberapa bulan saja, kau telah
membunuh lagi beberapa orang-orang kami. Apakah kau kira tiada
orang yang dapat menghukum kau ? !"
"Beritahukan kepada Ban-kiap-mo-kun bahwa bukan saja aku
akan mengganyang orang-orangnya, tetapi pada suatu hari aku
akan datang menyeretnya untuk dipenggal kepalanya dengan
pedang Thian-mo-kiam ini !" sahut Thian-mo-tok-li dengan girang.Pedang Iblis Langit - 4 26
Song Lim tak dapat melihat tegas wajah kakak perempuannya
yang sudah terpisah dari dia beberapa belas tahun dan yang ia tak
ingat lagi, karena ketika ibu-ayahnya dibunuh, mereka masih kecil
sekali.
"Rupanya kau baru mau menutup mulutmu jika ditoyor dengan
toya ini?" bentak pemimpin rombongan itu seraya menyodok
dengan toyanya.
Sodokan itu ditangkis dengan pedang yang tiba-tiba jadi putus.
Kesempatan yang baik itu tidak disia-siakan oleh Thian-mo-tok-li
yang terus loncat menusuk. Satu jeritan yang mengerikan
terdengar, dan pada saat itu Thian-mo-tok-li diserang oleh tidak
kurang dari 15 orang! Tetapi pedang Thian-mo-kiam dapat
mengirim mereka semua keakherat hanya dalam beberapa jurus
saja.
Song Lim mengagumi kelihayan kakak perempuan itu. Setelah
pertempuran selesai, ia menghampiri dan memuji: "Song siocia,
lihay betul ilmu silatmu!"
Thian-mo-lok li tercengang ketika ditegur oleh satu pemuda
yang ia tidak kenal dan yang mengetahui she nya. Ia menatap Song
Lim sejenak dengan tajam dan membentak :
"Siapa kau ?! Mengapa kau mau turut-campur urusanku?!"
"Aku bukan turut-campur, aku hanya memuji kelihayanmu."
"Hm .... tetapi lebih baik kau enyah dari sini!"
Song Lim bersenyum seraya menyahut:
"Aku sungkan berlalu."
Tiba-tiba Thian-mo-tok-li berjingkrak dan menjerit. Song Lim
merasa heran dan menanya:
"Siocia, mengapa kau??"Pedang Iblis Langit - 4 27
"Haaii.... aku disambit dengan jarum beracun! Semua ini karena
kau turut campur !"
"Kau kena disambit dimana ??"
"Dipunggungku ! Aku .... aku merasa tubuhku mulai menjadi
lumpuh"
"Siocia.... aku dapat menolong kau !? kata Song Lim sambil lekaslekas menangkap tubuh gadis itu yang sudah mulai terkulai
dihadapannya. Kemudian sambil memeluk gadis itu ia berkala:
"Siocia! Siocia! Apakah kau kenal aku?!"
Dengan kedua mata terbelalak, gadis itu menatap Song Lim.
"Aku adalah adikmu yang bernama Song Lim! Pada kira-kira 14
tahun yang lalu, kau dan aku nyaris dari pembunuhan .... kau adalah
kakak prempuanku!"
Gadis itu memaksakan diri untuk bersenyum dan menyahut
dengan lemah :
"Dik .... aku juga berusaha mencarimu, ambillah pedang ini,
musuh kita adalah .... Ban-kiap-mo-kun ...." Setelah berkata
demikian, Thian-mo-tok-li menarik napas dan menjadi pingsan.
Song Lim berusaha menolong tetapi hampa. Ia melihat
disekitarnya dan menyaksikan empat orang sudah mengurung dia.
"Siapakah yang telah menyerang gadis ini dengan jarum beracun
secara keji?" membentaknya beringas.
"Anjing kecil ! Apakah kau kira kau dapat menjual lagak
dihadapan kami?!" sahut salah seorang.
"Apakah kau yang menyambit tadi ?!"
"Betul! Aku yang sambit dia dengan Tok-si-tin (Jarum maut)"
Tanpa bicara lagi, Song Lim loncat menusuk orang yang keji itu
dengan Thian-mo-kiam. Tusukan yang secepat kilat itu tak dapatPedang Iblis Langit - 4 28
dielakkan lagi, orang tersebut tewas seketika sendangkan yang lain
segera melarikan diri.
Dengan bati yang pedih Song Lim memanggul tubuh kakak
perempuannya dan membaawanya kerumah Sam Kee Lojin, yang
menyambutnya dengan cemas.
Setelah Thian-mo-tok-li diletakkan diatas tempat tidur, Sam Kee
Lojin menanya:
"Sudah beberapa lama ia pingsan ??"
"Semenjak kemarin malam. Ia disambit dengan jarum Tok-sitin."
Sam Kee Lojin merabai denyutan urat nadi dipergelangan tangan
gadis itu, Lalu menggeleng-geleng kepalanya seraya berkata :
"Haa . . mungkin ia agak sukar ditolong .... Ia betul kakak
perempuanmu yang bernama Song Hui Eng. Tetapi .... Ceng ji
Cobalah kau pergi masak daun obat Hut-seng-cauw. Mungkin ia
masih dapat ditolong."
Yen Giok Ceng segera pergi mengambil daun obat tersebut yang
lalu dimasaknya dengan seksama. Setelah obat dimasak, maka
sikakek menuang air obat itu kedalam mulut Thian-mo-tok-li.
"Ya . . ., sekarang ia dapat tidur, dan aku yakin bahayanya telah
lewat." akhirnya sikakek berkata.
Song Hui Eng alias Thian-mo-tok-li telah luput dari maut berkat
pertolongan Yen Gie alias Sam Kee Lojin. Setelah beristirahat
beberapa hari, iapun dapat bangun dalam keadaan sehat.
Song Hui Eng dan Song Lim adalah putri dan putra Song Jin Sim
alias Siong Kang Tayhiap. Song hui Eng telah diketahui oleh Toa Pei
Shin Ni yang merawat, mendidik dan mengajari ilmu silat sampai ia
menjadi dewasa. Ketika Ban-biauw Lie-ni mencuri kitab Thian-mokeng, dialah yang berhasil merebut kitab itu. Ia tak dapat
mengembalikan kitab tersebut, karena gurunya telah pergi dari
kuilnya justru untuk mencari kitab tersebut. Dari Toi Pei Shin Ni iaPedang Iblis Langit - 4 29
mengetahui bahwa orang-orang yang membunuh ibu-ayahnya
adalah orang-orang dari Ban-kiap-ku-mo.
Ia juga mengetahui bahwa adik laki-lakinya masih hidup, hanya
ia tak mengenali adik itu lagi. Ia yakin ia akan dapat mengganyang
Ban-kiap-mo-kun bila ia berhasil memiliki pedang Thian-mo-kiam,
dan setelah ia mahir dalam ilmu silat yang ia pelajari dari kitab
Thian-mo-keng.
Demikianlah dengnan dua senjata yang ampuh ? ilmu-ilmu silat
Thian-mo-keng dan pedang Thian-mo-kiam ? ia mulai berkelana
dalam usahanya mengganyang Ban-kiap-mo-kun dan antekanteknya. Pada waktu itu ia tidak mengetahui bahwa Kauw-hoakiam-kek atau Song Lim yang telah menjotos mati Ngo Lee Koaysauw adalah adik kandungnya. Kegembiraannya tak dapat
dilukisksn dengan perkataan selelah ia siuman dan mulai sembuh
dan mengetahui bahwa Song Lim adalah adik kandungnya.
Maka pada suatu hari, ketika mereka berada diluar bersamasama, ia berkata:
"Dik, aku sudah sembuh betul. Selama beberapa tahun yang lalu,
aku berusaha sendirian saja. Kini, kita berdua dapat bersama-sama
mengganyang musuh-musuh kita."
Song Lim menahut sambil bersenyum :
"Cici, aku juga mempunyai pendapat serupa. Disamping mencari
musuh-musuh kita, aku harus membalas budi kasih banyak orang..
Sam Kee Lojin dan putri Kim Gin Kong Cu yang pernah menolong
jiwaku, dan juga Hun-tai sian-cu yang pernah menolong jiwa-ku
meskipun ayahnya adalah musuh kita."
"Budi-kasih itu kau tak dapat lupakan. Sebagai turunan Siong
Kang Tayhiap, kita harus membuktikan bahwa kita juga orang yang
luhur dan budiman. Maka aku menyarankan agar kita berangkat
besok membikin perhitungan terhadap Ban-kiap-mo-kun."Pedang Iblis Langit - 4 30
Song Lim hanya mengangguk, dan pada esok harinya setelah
minta diri terhadap Sam Kee Lojin dan cucunya, mereka berangkat
menuju ke markas Ban-kiap-mo-kun.
Berita tentang Song Lim dan Thian-mo toi-li yang berhasrat
mengganyang Ban-kiap-mo-kun dan antek-anteknya tersiar dengan
cepat sekali. Tetapi tiada seorang yang mengetahui bahwa Song Lim
telah berhasil memperoleh kitab Pek Yok Gie Ci dan memiliki ilmu
silat yang tiada taranya.
Berita tersebut telah terdengar oleh Tok-bok-sin-kai sipengemis
picek dan Hun-tai sian-cu pemimpin partai Ceng-hong-pang.
Mereka semua juga telah menyiapkan segala sesuatu pergi ke
markas Ban-kiap-mo-kun untuk mengganyang jahanam itu.
Ketika Song Lim dan Song Hui Eng hampir tiba dimarkas Bankiap-mo-kun, mereka menjumpai Tok-bok-sin kai dan Hun-tai siancu yang memimpin beberapa jago-jago silat kelas wahidnya.
Pertemuan itu sungguh sangat mengembirakan mereka semua.
"Kita harus waspada jika menerobos masuk ke markas Ban-kiapmo-kun" kata sipengemis picek. "Cobalah lihat bendera-bendera
yang beraneka warna disekitar kaki gunung didepan kita. Aku yakin
dibawah tiap-tiap bendera telah ditempatkan penjaga-penjaga."
Semua orang menoleh ke kaki gunung dan melihat benderabendera berkibar disekeliling kaki gunung. Mereka terus maju
menghampiri bendera yang terdekat, dan ketika mereka hampir
tiba, seorang jago silat yang bertubuh tegap meloncat keluar
menghadapi mereka dengan pedang terhunus.
"Oko! Tok bok sin-kai, pemimpin partai Ceng-hong pang. Kauwhoa-kiam kek, dan .... Thian-mo-tok-li! Apakah kalian datang untuk
menghaturkan selamat kepada pemimpin kami?" tegur jago silat itu
dengan nada mengancam.
Tok-bok-sin-kai menyahut sambil bersenyum dingin:
"Betul! Kami datang uatuk menonton keramaian"Pedang Iblis Langit - 4 31
"Tetapi untuk menemui pemimpin kami, kamu harus melalui
pos yang terdepan ini!" Lalu berjalan keluar dari semak belukar
kira-kira tiga puluh jago silat, dan mereka berdiri dengan sikap
menantang.
Song Lim tak dapat menahan gusarnya melihat sikap antekantek Ban-kiap-mo-kun itu. Ia tampil kemuka dengan pedang
Thian-mo-kiam dan berkata :
"Kami datang untuk menjumpai Ban-kiap-mo-kun! Untuk
keselamatan kamu semua, aku menasehatkan agar kamu tidak
merintangi!"
"Hoho ! Orang lain dapat digertak, tetapi aku Thio Kie tak gentar
menghapimu !"
Song Lim loncat menusuk dengan jurus Tok-coa-pun-tok atau
Ular berbisa menyemburkan racun. Terlihat pedang berkelebat, dan
terdengar suara baja beradu ..Maka dalam sekejap saja tempat
tersebut sudah menjadi medan pertempuran yang maha hebat. Thio
Kie dengan lebih kurang 50 jago-jago silat melawan Song Lim dan
kawan-kawannya yang berjumlah 15 orang semuanya.
Song Lim hanya perlu menggempur Thio Kie, karena kawankawannya dapat melayani jago-jago silat lainnya. Pertempuran
berlangsung cepat sekali, dan jeritan yang mengerikan tak terhentihenti terdengarnya.
Tetapi Thio Kie tak dapat melawan Song Lim, dan mati tertusuk
jantungnya setelah bertempur 20 jurus. Demikianlah pos terdepan
telah dilewati setelah Song Lim dan kawan-kawannya membunuh
mati Thio Kie dan orang-orangnya.
Perjalanan dilanjutkan, dan mereka mulai mendaki lereng
gunung untuk mencapai puncak Ban-mo-hong.
Mereka tiba didekat puncak itu diwaktu malam. Dari kejauhan
sudah tampak banyak lilin besar dan obor yang menyala dan
menerangi puncak tersebut.Pedang Iblis Langit - 4 32
Sebuah panggung yang khusus dibangun untuk bersembahyang
telah dikitari banyak orang. Mereka adalah jago0jago silat dan
pemimpin-pemimpn besar partai silat dari berbagai cabang yang
telah datang kesitu atas undangan Ban-kiap-mo-kun.
Puncak Ban-mo-hong sangat tinggi, menjulang melewati awan
dan diselubungi salju dimusim dingin. Puncak itu sukar didaki
karena pohon-pohon rotan dan pohon berduri yang tumbuh hampir
diseluruh lereng gunung itu. Tetapi bagi jago-jago silat yang
memiliki ilmu meringankan tubuh, rintangan-rintangan tersebut
tidak lagi dihiraukan.
Patut diketehui bahwa Kim Gin Kong Cu, putri Tien Hai Kiauw
Liong yang terkenal dengan nama Ouw Hai Ong dipropinsi Yunnan
juga sudah datang.
Tak lama kemudian terdengar genta dipalu satu kali. Lalu
muncul lima orang yang sudah lanjut usianya dan berjubah merah
dengan gambar batok kepala manusia di dada jubah mereka
masing-masing. Kelima kakek itu menghadapi satu tahang poslen
yang berisi darah. Didepan tahang itu, tampak sebuah pendupaan
menyala berkobar-kobar. Kelima kakek itu bergiliran bakar ujung
pedangnya kedalam api pendupaan setelah mencelup pisau pedang
kedalam darah ditahang poslen.
Genta dipalu satu kali lagi yang dibarengi dengan munculnya
seorang kakek berjubah biru keatas panggung.
"Bunuh harimau untuk dambil darahnya guna upacara
sembahyang!" seru kakek berjubah biru itu dengan lantang. Hampir
bersamaan dengan seruan itu, dua orang yang bertubuh tinggi
besar segera menggotong seekor macan yang terikat ke-empat
kakinya keatas panggung. Setelah macan itu diletakan dihadapan
kelima kakek yang berjubah merah, maka macan itu dipenggal
kepalanya oleh kakek kesatu. Dengan satu sabetan saja maka
putuslah kepala macan itu sambil melepaskan raungan seram.Pedang Iblis Langit - 4 33
Darah yang mengucur keluar dari leher macan itu segera
ditampung dalam tahang poslen.
"Kini darah biruang diperlukan !" seru sikakek berjubah biru.
Dan segera dua orang menggotong seekor biruang hitam keatas
panggung. Biruang itu juga diikat erat-erat keempat kakinya.
Dengan satu tusukan biruang itu ditusuk jantungnya. Darah
muncrat keluar selagi biruang itu meraung hebat sebelum menarik
napas yang penghabisan. Darahnya juga dimasukan kedalam
tahang poslen.
Kakek yang ketiga memenggal kepalanya seekor monyet, yang
keempat menusuk jantung seeker srigala, dan akhirnya sikakek
yang kelima harus mengambil jantung satu manusia.
Tiba-tiba gema dipalu tiga kali, lalu lima orang yang berseragam
hitam meloncat naik keatas panggung dan berdiri dibelakang kakek
yang kelima itu.
Sementara itu semua orang menunggu dalam suasana
ketegangan. Siapakah gerangan yang akan disembeleh ?
Genta dipalu tiga kali lagi. Lalu terdengar seruan yang
mengguntur : "Pemimpin besar Ban-kiap-mo-kun akan tampil
diatas panggung!"
Sejenak kemudian, sesosok bayangan hitam berkelebat, dan


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan cepat sudah berdiri diatas panggung menghadapi tahang
poslen. Dialah seorang kakek yang berwajah seram, bertubuh kurus
jangkung dan kedua matanya bersinar tajam.
"Aku Ban-kiap mo-kun!" seru kakek itu mengguntur. Aku telah
bersemayam diatas puncak Ban-mo-hong dipegunungan Thian-san
ini sehma 15 tahun. Malam ini aku telah undang banyak kawan
untuk menyaksikan upacara sembahyang. Sebagaimana telah
diketahui, pedang Thian-mo-kiam telah direbut oleh orang, dan
entah berada ditangan siapa! Malam ini aku akan menyembah
pedang Ban-leng-kiam buatanku sendiri, yang pasti akan dipakai
untuk menumpas musuh-musuhku yang telah merebut kitab PekPedang Iblis Langit - 4 34
Yok Gie Ci!" Ia bertenti sejenak dan mengacungkan sebilah pedang
agar dapat diperhatikan oleh para hadiri.
"Marilah kita mulai dengan upacara ini!" sambungnya.
Kelima kakek yang berjubah merah, disertai kelima orang yang
berseragam hitam segera berdiri mengitari tahang poslen.
"Bawa keatas panggung orang yang harus diambil jantungnya !"
seru sikakek berjubah biru.
Tiba-tiba saja Ban-kiap-mo-kun terkejut ketika satu bayangan
hitam yang besar menerkam dari atas. Dengan cepat ia meloncat
mundur pada saat seekor burung yang besar sekali menyambar dan
ingin mencengkeram pedang yang dipegang olehnya sehingga
burung itu luput merebut pedang Ban-leng-kiam.
"Haai! Itu pasti Thiat-ji-sin-tiauw dari Yen Gie !" Ban-kiap-mokun berkata dalam hati. "Mengapa burung itu tiba-tiba muncul lagi
dipuncak Ban-mo-hong ini? Apakah Yen Gie sudah datang juga?"
Entah kapan tempat disekitar panggung sembahyang sudah
bertambah banyak orang. Bahkan Ouw Hai Ong sendiri sudah
datang keatas puncak tersebut.
Para hadirin juga mengawasi burung rajawali yang sudah
terbang di awang-awang itu. Lalu Song Lim mengalihkan
pandangannya kearah Ban-kiap-mo-kun. Ia menghampiri
panggung dan membentak: "Hei! Ban-kiap-mo-kun. Kau bukan saja
telah membunuh guruku, tetapi juga ayahku!"
Ban-kiap mo-kun terperanjat, namun ia menyahut:
"Aku sudah membunuh banyak orang ! Mungkin juga aku segera
akan membunuh kau ! Ha, ha, ha !"
"Jahanam!" Song Lim membentak lagi dan sekonyong-konyong
saja ia sudah menjotos pemimpin yang lalim itu.Pedang Iblis Langit - 4 35
Ban-kiap-mo-kun tidak berusaha menangkis hembusan angin
jotosan itu. Ia hanya melangkah kesamping dan berdiri lagi dengan
tenang.
Tok-bok-sin-kai, sipengemis picek, maju kedepan dan berseru
"Hei, Ban kiap-mo kun! Kau telah membunuh sewenang-wenang !
Dosamu sudah selebar jagad ! Kali ini kau harus membayar hutang
jiwa itu dengan jiwamu sendiri!"
"Ha ! Ha! Pengemis picek! Rupanya kau sudah bosan hidup"
sahutnya sambil menjotos kearah Tok-bok-sin-kai yang jadi
terpental dan terguling hanya terkena hembusan angin jotosannya.
Song Lim tak dapat tinggal diam lagi, ia meloncat keatas
panggung dan menyerang dengan pedang Thian-mo-kiam. Segera
keadaan menjadi kacau. Pertempuran diantara rombengan Song
Lim dan orang-orang Ban-kiap-mo-kun telah terbit, sedangkan para
undangan mulai melangkah mundur menonton dengan hati
berdebar-debar.
Tiba-tiba entah dari mana, seorang wanita yang bertopeng kain
sutera hitam loncat naik keatas panggung dan menyerang. Ban-kiap
mo-kun lekas-lekas berbalik dan menutuk Lihiap itu.
Tusukan tadi hebat sekali. Lihiap itu menjerit sambil jatuh
tersungkur dekat Song Lim. Dengan susah-payah ia buka topengnya
dan berseru :
"Adik Lim, aku Ban-biauw Li-nie menyesal sekali tak dapat
membalas budimu menurut kehendakku. Selamat tinggal." hanya
itu saja yang masih bisa diucapkan, setelah itu ia menarik napasnya
yang pengabisan.
Dalam kesibukan bertarung Song Lim masih dapat mendengar
ucapan itu. Ia sangat terharu menyaksikan pengorbanan wanita itu
yang pernah tergila-gila terhadapnya.Pedang Iblis Langit - 4 36
Setelah Sam Kee Lojin tiba diatas puncak itu dan melihat
pertempuran telah berlangsung, ia berseru dengan suara yang
lantang :
"Kalian Tayhiap ! Song Lim alias Kauw-hoa-kiam-kek adalah
putera Siong Kang Tayhiap yang dianiaya dan dibunuh oleh
jahanam itu! Ayoh, kita beramai-ramai mengganyang jahanam itu!"
Sam Kee Lojin mengajak para jago silat mengganyang Ban-kiatmo-kun karena yakin jahanam itu memiliki ilmu silat yang tiada
taranya. Seruan itu memperoleh sambutan hangat, karena Siong
Kang Tayhiap terkenal sebagai seorang pendekar yang luhur dan
budiman.
Song Lim bersikap lengah ketika mendengar ucapan Ban-biau
Lie-ni. Satu jotosan dari Ban-kiap-mo-kun telah mendorongnya
jatuh kebawah panggung.
Ban-kiap-me-kun loncat turun dan menerkam dengan jurus Panliong-can-kiauw atau Membuka ombak menangkap naga.
Tidak percuma Song Lim belajar dan berlatih ilmu silat dari Pek
Yok Gi Ci. Secepat kilat ia berguling mengelakkan terkaman maut
dengan jurus Lan-lu-kun-sa atau Keledai berguling diatas lumpur.
Ban-kiap-mo-kun terkejut menyaksikan terkamannya gagal
melumpuhkan lawannya.
"Ha! Lihay betul anjing ini! Apakah ia telah berhasil menemui
kitab Pek Yok Gie Ci ?" katanya dalam hati.
Pada saat itu Thian-mo-tok-li sudah menyerang dengan pedang
terhunus. Ban-kiap-mo-kun berbalik dan menangkis tusukan maut
itu dengan satu sabetan hebat dengan pedang Ban-leng-kiam.
"Siapa kau?!" tegurnya beringas.
"Thian-mo-tok-li, puteri Siong Kang Tayhiap yang telah kau
bunuh dengan keji !"Pedang Iblis Langit - 4 37
Ban-kiap-mo-kun tertawa gelak-gelak dan dengan tiba-tiba saja
ia sudah menyerang dengan gencar.
Song Lim sudah dapat bangun lagi. Ia khawatir jika kakak
prempuannya tak dapat melawan jahanam itu. Sambil
mengerahkan tenaga saktinya Hian Thian Sin Kang, ia terpaksa
melancarkan jurus Siok-tee sin-kang (Ilmu sakti menyelamatkan
tubuh) dan mengirim tinju Gin-kong-ciang.
Bnn-kiap-mo-kun sudah mengetahui kelihayan tinju Gin-kongciang. Secepat kilat ia meloncat kebelakang dan menghentikan
serangannya terhadap Song Hui Eng.
Tiba-tiba Ban-kiap-mo-kun meraung, dan dari empat penjuru
meloncat keluar berpuluh-puluh jago silat yang segera menghajar
orang-orang Song Lim. Sam Kee Lojin dan Yen Giok Ceng tak dapat
menonton lagi. Mereka turun tangan membantu.
Song Lim bertempur seperti srigala yang kelaparan, dan sikap
itu mengandung banyak resiko. Pada suatu kesempatan Ban-kiapmo-kun berhasil mengirim jotosan Cui-hong-ciang atau Tinju angin
puyuh dengan tinju kirinya.
Song Lim berusaha menangkis dengan lengan kirinya pula.
Tetapi jotosan itu hebat sekali, ia kehilangan keseimbangan, lalu
terhuyung dan jatuh tertelentang.
Song Hui Eng terkesiap. Dengan nekad ia menusuk punggung
Ban-kiap-mo-kun. Tusukan maut itu memaksa Ban-kiap-mo-kun
berbalik dan menangkis.
Sam Kee Lojin loncat dan mengirim tinju Gin-kong-ciang kearah
tubuh Ban-kiap-mo-kun. Hembusan angin tinju itu mendorong
Ban-kiap-mo-kun jauh kebelakang, dan memberi kesempatan
kepada Song Hui Eng mencari lowongan menyerang lagi.
Sementara itu Yen Giok Ceng menyeret Song Lim ketempat yang
lebih aman, dan berusaha menolongnya.Pedang Iblis Langit - 4 38
Kim Gin Kong Cu terkejut. Ia segera mengajak empat gorilanya
untuk menjaga Song Lim yang tengah ditolong.
Disekitar panggung pertarungan berlangsung terus, dan pihak
rombongan Ban-kiap-mo-kun lebih unggul.
Pada saat itu satu bayangan hitam raksasa berkelebat. Banyak
orang menengadah dan melihat Thiat-ji sin-tiauw tengah menukik
sambil mengebaskan sayapnya dengan keras sekali sehingga angin
menghembusnya membuat banyak orang tersapu jatuh.
Burung raksasa itu menukik terus dan menyambar Ban-kiapmo-kun yang berusaha melawan dengan serangan-serangan
pedang Ban-leng-kiam. Dengan demikian Song Hui Eng dan Sam
Kee Lojin masih dapat melawan.
Marilah kita tengok Song Lim yang telah dirobohkan oleh Bankiap-mo-kun, dan tengah ditolong oleh Yen Giok Ceng. Beberapa
menit kemudian, ia mulai siuman.
Meskipun ia merasakan tubuhnya nyeri dan sakit, ia paksakan
diri untuk bangun dan melihat Yen Giok Ceng dan Kim Gin Kong Cu
tengah menolongnya.
"Terima kasih." katanya. "Aku kira aku sudah bisa bertarung
lagi."
"Lim Ko, lebih baik kita mundur saja. lukamu sangat parah. Kita
dapat kembali mengganyang Ban-kiap-mo-kun lain kali."
"Betul.!" sambung Kim Gin Kong Cu. "Lebih baik kita mundur
demi keselamatanmu."
"Tidak! Aku tak sampai hati membiarkan kakak prempuanku
dan kawan-kawanku menjadi korban jahanam itu !" sahut Song Lim
dengan tegas. Demikianlah dengan tekad membalas dendam yang
kuat ia maju lagi. Bahunya yang sebelah kiri dirasakan sakit. Ia
mengerahkan tenaga saktinya Hian-thian-sin-kang dan pelahanlahan nyeri dibahunya lenyap.Pedang Iblis Langit - 4 39
Segera seorang dari Ban-kiap-mo-kun menyerarg Song Lim
sambil membentak :
"Hei! Kali ini kau pasti takkan lolos dari puncak Ban-mo-hong !"
Song Lim menginsyafi bahwa ia tak dapat bersikap lengah lagi.
Ia bertekad melancarkan tinju Gin-kong-ciang, maka ia selalu
menangkis serangan-serangan pedang musuhnya dengan pedang
Thian-mo-kiam agar ia memperoleh kesempatan untuk
menjotoskan tinju kirinya.
"Hei! kau sudah terluka, maka lebih baik serahkan saja pedang
Thian-mo-kiam itu padaku sebelum kau mati konyol !" bentak
orang Ban-kiap-mo-kun dengan congkak.
Song Lim tidak menyahut. Sambil mengerlak gigi ia
mengimbangi serangan-serangan yang gencar dari lawannya.
Tiba-tiba..
"Tang!"
Pedang beradu, dan tinju Gin-kong-ciang menonjok kepala
lawan itu. Lawan itu terpental dan jatuh seperti sekarung beras
ditanah tak bernapas lagi !
Pertarungan itu disaksikan oleh Yen Giok Ceng dan Kim Gin
Kong Cu dengan perasaan cemas, dan mereka lega ketika lawannya
Song Lim terpukul mati.
Tetapi dengan cepat mereka sudah dikurung rapat oleh orangorang Ban-kiap-mo-kun denan siasat perangkap Cap-pwee-kian-sucui-ceng atau Perangkap 18 iblis perengut nyawa.
Perangkap tersebut ternyata membingungkan kedua gadis
tersebut. Song Lim dengan pedang Thian-mo-kiam selalu gagal
menerobos keluar dari perangkap itu. Kim Gin Kong Cu dan Yen
Giok Ceng bersikap agak hati-hati. Akhirnya Kim Gin Kong Cu
bersiul, dan empat gorilanya segera menyerang 18 orang itu. Jeritan
tak hentinya terdengar, dan dalam sekejap saja perangkap yangPedang Iblis Langit - 4 40
merupakan kurungan seperti pagar dapat ditobloskan setelah 18
orang Ban-kiap-mo-kun itu ditusuk atau ditabas dengan pedang.
Setelah keadaan itu berubah, rombongan pihak Song Lim yang
semula agak terdesak mulai maju dan lebih unggul setelah
perangkap Cap-pwee-kian-su cui-ceng itu tertumpas.
Song Lim juga melihat Toa Pei Shin Nu, biarawati dari kuil Cupei-yam, dan Ouw Tiong Kie tengah membantu mengganyang
orang-orang dari Ban-kiap-mo-kun.
Dalam keadaan hiruk-pikuk sekonyong-konyong terdengar
teriakan yang hebat dari Sam Kee Lojin. Teriakan itu menakjubkan
sekali sehingga pertarungan tiba-tiba jadi berhenti, dan semua
orang mencurahkan perhatiannya kearah Sam Kee Lojin.
Dengan tenang Song Lim menghampiri Ban-kiap-mo-kun dan
sambil menuding jahanam itu ia membentak :
"Hei! Ban-kiap-mo-kun! Aku datang untuk membalas dendam.
Kau telah membunuh guru dan ibu guruku ! Kau juga telah
membunuh ayah dan ibuku !"
Tudingan itu ia barengi dengan satu jotosan Gin-kong-ciang ke
dada Ban-kiap-mo-kun.
Jotosan secepat kilat itu yang dilancarkan dengan ilmu Sok-teesin-kang dari kitab Pek Yok Gi Ci tak terduga. Ban-kiap-mo-kun
meringis dan jatuh tertelentang.
Orang-orangnya terkejut, tetapi mereka segera maju menyerang
Song Lim.'' Beberapa orang, lekas-lekas mengangkat Ban-kiap-mokun dan membawanya pergi. Suasana menjadi sangat kacau ketika
beberapa puluh macan datang menerkam kawan dan lawan di
sekitar panggung sembahyang itu.
Song Lim dengan pedang Thian-mo-kiam, Kim Gin Kong Cu
dibantu dengan empat gorilanya, Sam Kee Lojin, Yen Giok Ceng
Ouw Tiong, Toa Pei Shin Ni dan Hun-tai sian-cu menjadi sibuk
menghadapi macan-macan yang beringas karena kelaparanPedang Iblis Langit - 4 41
disamping mereka juga harus melayani orang-orang dari Ban-kiapmo-kun yang berjumlah beberapa ratus orang.
Banyak macan maupun orang-orang Ban-kiap-mo-kun tewas
terbunuh sehingga tempat itu menjadi berserakan dengan mayatmayat.
"Kemana perginya Ban-kiap-mo-kun ? Jahanam itu jangan
sampai lolos!" Sam Kee Lojin memperingati Song Lim.
Seperti orang yang baru tersadar dari mimpi, Song Lim
celingukan mencari musuh besarnya itu. Lalu seperti seekor
banteng yang mengamuk, ia membuka jalan dengan pedang Thianmo-kiam.
Disuatu bagian dari gelanggang pertarungan itu, Tok-bok-sinkai, upengemis picek, masih bertempur melawan Heng-hoat-ci-su
pemimpin upacara sembahyang tadi. Dimalam yang agak gelap dan
suasana gaduh, mereka harus bertempur dengan waspada.
Heng-hoat-ci-su melancarkan jotosan-jotosan bertubi-tubi
sehingga Tok-bok-sin-kai tak berdaya untuk balas meeyerang.
Tiba-tiba Heng-hoat-ci-su berteriak keras, terlihat ia loncat
menerkam, lalu menendang dengan jurus Nu-lu tit-houw atau
Keledai beringas menendang harimau.
Sipengemis picek kena tendang lambungnya, ia menjerit dan
terpental untuk kemudian jatuh tertelentang.
Ouw Tiong Kie mendengar jeritan itu, dan segera datang
menggempur Heng-hoat-ci-su. Tidak percuma Ouw Tiong Kie
menjadi raja muda di propinsi Yunnan. Di samping walaknya yang
luhur dan sikapnya yang sopan, ia memiliki ilmu silat setaraf
dengan Ban-kiap-mo-kun. Tentu snja Heng-hoat-ci-su dapat
diganyang dengan cepat dan mudah. Satu jotosan Tiat-cui-pa-ciong
atau Palu besi mengnempur tembok yang dilancarkan dengan cepatPedang Iblis Langit - 4 42
dan tepat telah memukul hancur kepala tangan-kanan Ban-kiapmo-kun itu, ia hanya menjerit sekali, dan menjadi mayat dengan
otak berantakan.


Pedang Iblis Langit Karya O K L di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diceritakan bahwa Song Lim terus maju membuka jalan untuk
mencari Ban-kiap-mo-kun. Setelah ia berhasil masuk kedalam
sebuah bangunan yang menjadi markas Ban-kiap-mo-kun, dan
selelah berhasil membunuh beberapa jago silat yang menjaga
rumah itu.
Suara tertawa yang seram terdengar, dibarengi dengan
munculnya seseorang yang memang sedang dicarinya.
"Hei! Ban-kiap-mo-kun !" seru Song Lim beringas. "Sekalipun
kau lari keujung langit, aku pasti dapat mencarimu !"
"Ha, ha! Kau jangan membual! Kali ini kau akan merasakan
pedang Ban-leng-kiam" bentak Ban-kiap-mo-kun dengan napsu
membunuh.
Song Lim menggertak giginya. Tiba-tiba tampak dalam
khayalnya betapa kejam jahanam yang telah membunuh beberapa
banyak orang hanya untuk menjagoi di rimba persilatan. Seluruh
tenaganya sudah disiapkan untuk menghadapi musuh besarnya itu.
Ban-kiap-mo-kun tertawa berkakakan, lalu dengan secepat kilat
ia menusuk kearah muka Song Lim.
Song Lim menangkis, dan kedua pedang mereka berada
mengeluarkan suara yang nyaring dan kembang api yang
melenyapkan sukma. Kedua petarung itu terdorong mundur, dan
Song Lim sekonyong-konyong kejeblos kebawah. Ia telah menginjak
perangkap yang memang dimaksud untuk menjerumuskannya.
Dibawah gemuruh suara tertawa jahanam itu, tubuh Song Lim
meluncur terus kebawah tanpa ia dapat menahan. Meskipun ia
berusaha menjambret-jambret dengan harapan memegang sesuatu
yang dapat menahan jatuhnya, namun tubuhnya meluncur terusPedang Iblis Langit - 4 43
kebawah untuk kemudian terbanting diatas lantai dalam suatu
kamar yang besar.
Dengan susah-payah ia bangun dan merasakan kepalanya
pusing. Ia memeriksa sekujur tubuhnya dan mengetahui ia hanya
mengalami sedikit cedera, tangan maupun kakinya tidak terkilir,
tetapi ia kini terkurung dalam satu kamar batu yang kokoh sekali.
Beberapa kerangka manusia tampak berserakan didalam kamar itu.
Jahanam itu sengaja memasang perangkap dan telah
menjerumuskan banyak musuhnya. Baru saja ia berusaha mencari
jalan keluar ketika dari beberapa lubang-lubang kecil asap kuning
menyembur masuk dan menyumbat napasnya.
Ia mulai batuk-batuk, dan tak lama kemudian pintu kamar
terbuka, dam diluar kamar tampak Ban-kiap-mo-kun menyeringai
dengan pedang Ban-leng-kian terhunus. Secepal kilat ia menyambit
Song Lim dengan pedang itu. Song Lim terkejut, tetapi depgan cepat
ia melangkah kesamping dan .... CLEP ! Pedang itu menancap di
dinding kamar.
"Ban-kiap-mo-kun !" bentak Song Lim. "Bersiaplah untuk
membayar hutang-hutangmu !"
"Senjata apakah yang ingin kau pakai untuk membereskan
sengketa kita?!" tantang Ban-kiap mo-kun.
"Kau dipersilahkan menggunakan pedang Ban-leng-kiam. Aku
akan membunuh kau dengan pedang Thian-mo-kiam !"
Ban-kiap mo-kun tertawa gelak-gelak, ia yakin dengan ilmu silat
Pek Yok Gi Ci dan pelang buatannya sendiri ia dapat membunuh
lawannya. Ia dipersilahkan mencabut pedangnya di dinding, yang
nancap lalu ia mulai menyerang.
Demikianlah pertarungan antara hidup dan mati terjadi. Kedua
lawan itu bergerak dan bertempur dengan beringas, dan tiap-tiap
jurus yang dilancarkan adalah jurus-jurus simpanan dan jarang
dipergunakan karena dahsyatnya.Pedang Iblis Langit - 4 44
Pada suatu ketika Ban-kiap-mo-kun melancarkan tiga tusukan
dengan gencar sekali, dan tampak Song Lim menari-nari
mengelakan serentetan serangan itu. Satu jotosan Gin-kong-ciang
yang sekonyong-konyong dilepaskan mendorong Ban-kiap-mo-kun
dan membenturkan tubuhnya ditembok kamar yang luas itu.
"Hai .... apakah anjing ini juga telah berhasil mempelajari jurus
ilmu silat dari Pek Yok Gie Ci?? Mengapa beberapa jurus tusukan
pedangku yang ampuh gagal menusuk dia??" katta jahanam itu
dalam hati.
Song Lim tak memberikan kesempatan lagi. Ia melancarkan lagi
jotosan-jotosan Gin-kong-ciang sambil menggunakan ilmu Sok-tee
sin-kang untuk mengelakkan serangan-serangan pedang lawannya.
Sewaktu-waktu tampak ia mengkerat seperti seekor kura-kura
untuk kemudian menerkam seperti seekor harimau yang lapar.
Untuk mengimbangi serangan-serangan jotosan Gin-kong-ciang
yang bertubi-tubi, Ban-kiap-mo-kun juga menggunakan jurus Shinim-lu-yun atau Bayangan ajaib lenyap didalam awan.
Saat-saat yang tegang betul-betul dirasakan oleh mereka berdua
yang sudah nekad dan kalap. Tiga-puluh jurus telah lewat, dan tibatiba terdengar pekikan panjang serta lantang :
"S a a a t t ! ! !"
Apakah yang telah terjadi?
Song Lim maupun Ban-kiap-mo-kun berdiri tegak ditengahtengah gelanggang pertarungan itu. Mereka terbelalak saling
mengawasi; lalu darah tampak menetes dan seterusnya mengucur
dari dada Ban-kiap-mo-kun yang tidak lama kemudian roboh
terjungkal.
Pada suatu detik, ujung kedua pedang saling menusuk lawan,
tetapi tusukan pedang Thian-mo-kiam yang dilancarkan dengan
bantuan tenaga sakti Hian-thian-sin-kang menusuk satu perPedang Iblis Langit - 4 45
sepuluh detik lebih cepat daripada tusukan pedang Ban-leng-kiam,
dan tusukan maut itulah yang mengirim jahanam itu keakherat!
Tanpa berkesip Song Lim melangkah satu tindak, mengangkat
pedang Thian-mo-kiam dan menabas putus leher Ban-kiap-mokun. Ia tertawa sejenak, lalu berseru :
"Suhu, Subo! Hucin (ayah! ) Bucin (ibu), Aku ? Song Lim telah
menunaikan sumpahku untuk membalas dendam! Jahanam yang
telah membunuh sewenang-wenang telah aku bunuh !"
Setelah tertawa lagi, baru ia memungut kepala Ban-kiap-mokun. Ia menjinjing kepala itu dan mencari jalan keluar.
Ditengah jalan ia disambut oleh Kim Gin Kong Cu yang diikuti
oleh empat gorilanya.
"Lim Tee (adik Lim) kau tidak apa-apa ??" tanya puteri mutiara
itu cemas.
"Tidak ! Jahanam ini telah aku penggal kepalanya!" sahutnya
sambil memperlihatkan kepala Ban-kiap-mo-kun yang masih
mengucurkan darahnya.
Lalu dengan dipimpin oleh Kim Gin Kong Cu, Song Lim dapat
berjalan keluar dari kamar yang merupakan perangkap tadi, dan ia
disambut dengan meriah diluar.
"Selamat !" seru Sam Kee Lojin, lalu ia menangis. Lalu dengan
suara yang parau dan terputus-putus ia menceritakan kisahnya :
"Ban-kiap-mo-kun adalah adik kandungku !"
Pembukaan kisah itu membikin semua pendengar terperanjat,
dan tidak sedikit yang menarik napas tercengang.
"Pada kira-kira 20 tahun yang lalu dikalangan Bu Lim telah
berkecimpung Kang Ouw Su Gie (empat pendekar dari rimba
persilatan) Kang Ouw Su Gie itu terdiri dari Song Jin Sim alias Siong
Kang Tayhiap, Ouw Yong alias Ngo Lee Koay-sauw, Ouw Tiong Kie
alias Tian Hai Kiauw Liong dan Yen Gie aku sendiri yang terkenalPedang Iblis Langit - 4 46
dengan julukan Sam Kee Lojin (Sikakek dari sungai Sam kee). Kami
merupakan empat pendekar dikalangan kang-ouw, dan kami juga
menjadi kawan yang akrab. Kami masing-masing mempunyai ilmu
silat maha tinggi dengan masing-masing mempunyai keistimewaan
atau jurus pukulan yang ampuh. Misalnya Song Jin Sim memiliki
ilmu silai pedang Kauw-hoa yang menurut pendapatku sukar dicari
taranya. Ilmu silat pedang serupa ini juga dimiliki oleh Hian Thian
Kiam Sin, kawan karibnya Song Jin Sim yang kemudian menolong
Song Lim dan Song Hui Eng, ketika Song Jin Sim dikeroyok dan
dibunuh oleh gerombolan yang dikepalai oleh Ban-kiap-mo-kun dan
Ngo Lee Koay-sauw. Ouw Yong alias Ngo Lee Koay-sauw memiliki
tinju Ngo-lee-ciang (Tinju geledek). Ouw Tiong Kie alias Tien Hai
Kiauw Liong memiliki ilmu Hui-put-liu-heng atau ilmu
meringankan tubuh ajaib. Ouw Tiong Kie itu adalah saudara
sepupunya Ouw Yong alias Ngo Lee Koay-sauw dan aku sendiri
memiliki tinju Gin-kong-ciang atau Tinju sinar perak. Pada suatu
ketika, kami bersama-sama telah menemukan kitab Pck Yok Gie Ci
didekat pegunungan Thian-san. Kami berjanji mempelajari dan
berlatih ilmu-ilmu silat yang tercatat didalam kitab tersebut. Kami
juga setuju mempelajari kitab tersebut bergiliran menurut hasil
undian. Dari hasil undian, Song Jin Sim berhak memiliki kitab itu
untuk dipelajari, lalu aku, Ngo Lee Koay-sauw dan Ouw Tiong Kie.
Tetapi haaiii .... mulai saat itu, kami mulai saling curiga mencurigai
dan saling iri hati. Ketika kitab tersebut berada ditangan Song Jin
Sim, Ngo Lee Koay-sauw telah bersekongkol dengan Ban-kiap-mokun ? ialah Yen Lee, adik kandungku! Kedua jahanam ini telah
berusaha dengan keji dan jahat mengeroyok dan akhirnya
membunuh Song Jin Sim setelah Song Jin Sim keburu menitipkan
kiiab Pek Yak Gie Ci itu kepada Hian Thian Kiam Sin. Tetapi .. . Hian
Thian Kiam Sin yang berhasil menolong Song Lim dan Song Hui Eng
dari pembunuhan kejam itu kemudian dibunuh juga oleh mereka
setelah menyerahkan kitab tersebut kepida Yen Tiang To, putera
tunggalku. Tanpa pandang bulu, adikku yang durhaka itu juga
membunuh puteraku! Setelah itu aku mengasingkan diri, begituPedang Iblis Langit - 4 47
juga Ouw Tiong Kie. Aku mengasingkan diri kepegunurgan Oey-san
Pada kira-kira 18 tabun yang lalu, ketika aku berkelana, aku
kebetulan melewati dusun. Satu keluarga Yen yang terdiri dari 36
jiwa telah dibunuh entah oleh siapa dan sebab apanya. Dalam
perjalananku selanjutnya, aku menemukan seorang bayi
perempuan, tidak jauh dari dusun dimana keluarga Yen telah
dibunuh. Karena merasa kasihan, aku lalu membawa bayi itu
ketempat bersemayamku. Bayi itu adalah Yen Giok Ceng itu"
katanya sambil menunjuk kepada puteri angkatnya lalu ia
meneruskan :
"Ouw Tiong Kie alias Ouw Hai Ong, ayahnya Gin Kim Kong Cu,
juga mengasingkan diri ke propinsi Yunnan, menanti kesempatan
membikin pembalasan yang setimpal. Dialah yang membujuk kalian
keatas puncak ini sekarang untuk bersama-sama mengganyang
jahanam Ban-kiap-mo-kun! . Ya .... Ban-kiap-mo-kun yang
durhaka telah dipersilahka oleh Ngo Lee Koay-sauw meminjami dan
mempelajari kitab tersebut. Pada kira-kira tiga tahun yang lalu
ketika Ban-kiap-mo-kun tengah menyembahyangi pedang Thianmo-kiam, kitab itu telah dirampas oleh rajawali bersayap besi
kepunyaanku yang kemudian menjatuhkan kedalam telaga Thiantie. Tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa sangat adil, kitab tersebut dapat
dicari oleh Song Lim . .. dan Song Lim berhasil membunuh jahanam
itu!"
Song Lim berkata dengan ramah :
"Suhu, tanpa ajaran Suhu, jahanam itu tak dapat dihadapi
dengan tinju Gin-kong-ciang, dan tanpa bantuan kalian,
Locianpwee akupun tak berdaya menghadapi jahanam yang lihay
itu . ."
Toa Pei Shin Ni berkata:
"Song Tayhiap, tanpa kau, kamipun tak dapat mengganyang Ban
kiap-mo-kun.."Pedang Iblis Langit - 4 48
Semua orang memuji kelihayan maupun keluhurannya Song
Lim. Sementara itu Yen Giok Ceng menatap Song Lim dengan
sorotan mata yang penuh arti. Sikap ini telah diperhatikan oleh Kim
Gin Kong Cu maupun Hun-tai sian-cu, dan mereka segera mengerti
bahwa di antara Song Lim dan Yen Giok Ceng telah terjalin suatu
asmara yang murni dan suci.
Dengan perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata Song
Lim menghaturkan terima kasihnya kepada tiap-tiap pembantunya
dan dengan perasaan berat mereka berpisahan setelah Sam Kee
Lojin mengantar sebagai berikut:
Ouw Tiong Kie mengajak puterinya (Kim Gin Kongcu) pulang ke
propinsi Yunnan, Toa Pei Shin Ni mengajak muridnya (Song Hui
Eng) pulang kekuilnya, dan Song Lim bersama-sama Yen Giok Ceng
diajak pulang ke pegunungan Oey-san. Tok-bok-sin-kai berjanji
akan mengunjungi mereka semua.
Ditengah perjalanan Song Lim terkenang akan peristiwaperistiwa pada masa yang lampau ....
Selama hidupnya ia kerapkali mengalami kesedihan, hilang
harapan serta kekosongan jiwa, disamping bahaya-bahaya maut
yang ia sering hadapi dan pengalaman-pengalaman getir
menghadapi orang-orang yang keji dan jahat.
Biang keladi dari semua, pembunuhan sewenang-wenang sudah
mati terbunuh, dan ia sudah memenuhi tugasnya membalasdendam.
Demikianlah, sambil menoleh ke peristiwa-peristiwa yang
lampau, tanpa terasa Song Lim bersama kekasihnya dan gurunya
telah tiba di kampung halaman mereka di lembah pegunungan Oeysan. Rajawali bersayap besi sudah lama menanti kedatangan mereka.
Yen Giok Ceng adalah orang yang paling gembira, karena idamanidamannya telah terwujud, dan ia yakin ia akan dapat hidup bahagiaPedang Iblis Langit - 4 49
didampingi Song Lim yang tampan serta luhur, dan ayah angkatnya
yang selalu menuang kasih sayangnya kepadanya.
T A M A T
Tiga Dara Pendekar 6 Fear Street - Cowok Misterius The Knife Dendam Dan Asmara 2

Cari Blog Ini