Ceritasilat Novel Online

Rahasia Bukit Iblis 2

Rahasia Bukit Iblis Oleh Kauw Tan Seng Bagian 2


apamu ?"
Padri itu menyawab : "Hutang jiwa !"
Sambil mengucap demikian, ia memendekkan tubuhnya,
canangnya menghantam pedang Lim Lam. Buru2 Lim Lam
menghindarkan pedangnya, tetapi sudah tidak keburu,
dirasakannya ada suatu tenaga besar menindih pedangnya
terus kebawah, maka terbukalah penyagaannya, mulai dari
bagian dadanya.
Lie Kie nampak gelagak tidak baik, segera menyabet
dengan Kim Lian Cie-nya dari sebelah menyerang bahu si
padri, padri itu tidak balik menyerang hanya miring berkelit,
palu canangnya diangkat, cepat luar biasa, menotok jalan
darah Hwa Kay Hiat dibagian dada Lim Lam.
Jalan darah Hwa Kai Hiat adalah mengenai bagian dalam
rongga dada, sangat berbahaya. Pedang Lim Lam tertekan
canang padri, jika ia ingin menghindarkan bahaya, maka ia
harus melepaskan pedangnya, pada saat yang sangatberbahaya itu, Lie Kie yang nampak Lim Lam sukar
menghindarkan bahaya lalu berseru:
"Kakak Lam lepaskanlah pedang !"
Lim Lam berbuat seperti yang dianjurkan Lie Kie, maka
kelima jari tangannya, membuka, pedang jatuh kebawah
dengan menerbitkan suara gemerincing, Lim Lam sendiri pun
melompat balik kebelakang, walaupun begitu cepat
gerakannya, masih juga dirasakannya samberan angin palu
canang yang sangat kencang mengenai mukanya sehingga ia
merasa pedih.
Setelah ia melompat dan melihat kearah Lie Kie, maka
nampaklah, bahwa Lie Kie menggetarkan tangan kanannya,
jari2nya memencet tambang pengikat Kim Lian Cie, maka
lebih dari seratus buah Kim Lian Cie segera lepas
beterbangan, tersorot oleh sinar mata hari bergemerlap
sangat bagusnya. Segumpal Kim Lian Cie terbang keangkasa,
tidak mengarah tubuh si padri melainkan setelah Kim Lian
Cie2 itu membubung keatas kira2 setinggi tiga kaki, barulah
meluncur turun se-akan2 sebuah jalan besar mencakup
seluruh tubuh padri itu. Inilah tipu pukulan Kim Lian Cie yang
dinamakan Thian Hwa Lan Tui atau bunga bertaburan jatuh
dari langit, salah satu tipu pukulan Lim Lian Cie yang sangat
istimewa. Pada masa yang lampau ayah Lie Kie, menggunakan
tipu pukulan yang istimewa ini didaerah propinsi Siam Say,
dalam saat yang pendek saja, sudah dapat mengalahkan Siam
Say Ngo Pa, yaitu lima jagoan didaerah Siam Say, dan
karenanya namanya membubung tinggi termasyur di-mana2.
Kiranya padri itu mengetahui akan hebatnya serangan ini,
maka ia tidak mengejar lagi Lim Lam, kedua matanya
membelalak lebar2. Lengan kanannya memancang, segera
terdengarlah suara:
"Tang-tang-tang" be-runtun2 puluhan kali, maka pukulan
Kim Lian Cie yang meluncur tepat diatas kepalanya pertama
terpukul jatuh, dan Kim Lian Cie lainnya yang menyerangbagian tengah dan bagian bawah, dihantam dan ditutupnya
dengan canang-nya yang dibulang-balingkan kekanan dan
kekiri, sehingga suara "tang-tang-tang" terdengar tiada
henti2nya, bagaikan petasan berondongan menggema
diangkasa.
Tidak antara lama ratusan Kim Lian Cie itu sudah tertangkis
semua, masih ada sepuluh lebih biji teratai emas tersentuh
oleh canangnya, ia pukulkan palunya kepada canang itu
sehingga kesemuanya terbang melesat kearah Lie Kie,
berbareng itu ia membentak: "Kukembalikan padamu !"
Lie Kie tidak mengetahui hebatnya serangan itu, bahkan ia
anggap sangat kebetulan baginya, karena ia sedang
membutuhkan Am Gie itu untuk dipergunakan pula.
Ia menyodorkan tangannya untuk menangkap Kim Lian Cie
itu, ia tak menyangka-nya bahwa pembalikan Kim Lian Cie
oleh padri itu, walau nampaknya tidak menggunakan tenaga
besar, tetapi sebenarnya tenaga dalamnya sudah menyalur
kepada Kim Lian Cie.
Lie Kie dengan jari tengah dan telunjuknya menjepit Kim
Lian Cie yang terdepan, terang2 bahwa ia dapat
menangkapnya dengan cepat, tetapi Kim Lian Cie itu
membawa tenaga yang besar, sehingga terdorong kedepan
dan melincir keluar. Lie Kie terkejut dengan segera
menundukkan kepalanya, maka Kim Lian Cie itu menyerempet
lewat konde rambutnya sehingga terlepas dan rambutnya
riap2. Setelah itu Kim Lian Cie yang belakangan pun sudah
sampai, Lie Kie tidak berani menyambutnya pula, ia menjejak
tanah dan tubuhnya membubung naik sehingga tujuh atau
delapan kaki tingginya baru dapat ia menyelamatkan dirinya.
Sekarang Lim Lam dan Lie Kie ke-dua2nya sudah
kehilangan senjatanya. Lim Lam insyaf bahwa ia bukan
tandingan si padri, ia pun tidak tahu tipu apa yang di gunakan
padri itu. Dalam hatinya mendadak mendapat akal, ia berseru:"Hweeshio, kau ini orang atau setan ?"
Benar juga padri itu melengak dan berkata: "Kaulah setan
!" balas padri itu.
Lim Lam segera berkata pula: "Ayahku setelah pertemuan
orang2 gagah dipuncak gunung Thay San, sudah tidak muncul
lagi, banyak orang didunia Kangouw menyiarkan berita bahwa
ia sudah meninggal dunia, mengapa kau tak mencarinya pada
enam tahun yang lampau ? Mengapa kaupun tahu bahwa aku
tinggal disini ?"
Padri itu melengak pula, lalu berkata: "Ayah ? Lim Pek Sin
sudah meninggal dunia ? Omong kosong, aku tahu gerakgeriknya sangat sembunyi2, pernah ia mengatakan, jika
hendak membalas sakit hati, maka setelah lewat enam tahun
ia menyusul aku mencarinya disini. Dimana aku bertemu dan
apa yang ia kerjakan, aku sudah angkat sumpah, aku tak
dapat memberitahukan kepadamu!"
Kini Lim Lam dan Lie Kie sudah mengetahui bahwa padri ini
walau ganjil rupanya dan sikapnya sangat menyeramkan,
tetapi ada hakekatnya ia adalah seorang yang kasar, maka
berkatalah Lim Lam: "Bagaimana sebutan nama padrimu ?"
Padri itu menyawab: "Aku disebut orang See Hong
Hweeshio."
Lim Lam dengan Lie Kie saling pandang memandang, kedua2nya tidak ingat bahwa dikalangan Bu Lim ada orang yang
disebut See Hong Hweeshio.
Lim Lam berkata: "Ayahku tiada dirumah, sedang ibuku
Tiat Pek Sian Ko pun tengah bepergian, setelah kau tidak
hendak mengatakan sebabnya menanam sakit hati pada
waktu yang lampau, kalau begitu tunggulah setengah bulan
lagi kau datang kembali !"
See Hong Hweeshio berkata dengan marahnya: "Tahun itu
Lim Pek Sin ............"Dikiranya Lim Lam padri itu hendak menceritakan apa yang
terjadi enam tahun yang telah lampau, maka dalam hatinya
timbul rasa gembiranya, tapi tak disangkanya baru saja padri
itu mengatakan setengah patah kata mendadak berhenti lagi.
Maka kedua orang itu merasa kecele.
Tiba2 Lie Kie matanya mengerling, didalam hatinya
mendapat suatu akal dan berkata: "See Hong Hweeshio,
apakah kau bertemu Cit So Kiam dibawah bukit Mo Gay ?"
See Hong Hweeshio berkata: "Dibawah gunung apa?"
"Dibawah bukit Mo Gay !" jawab Lie Kie.
See Hong Hweeshio berkata: "Aku tak perduli bukit IBLIS
(MO GAY) atau bukit SETAN (KUI GAY), Lim Pek Sin ambil
kesempatan sewaktu aku tidak ada dirumah, ia telah
membunuh tiga orang muridku, mencuri mustika gunungku,
masakan soal ini dibikin sudah saja ? Kalian menggunakan
kata2 yang muluk2 dan manis pun tak dapat mengelabui aku.
Anak kecil, kau ikut aku, budak ini tinggal dirumah untuk
memberi kabar pada Lim Pek Sin !"
Mendengar perkataan itu Lim Lam mengetahui bahwa itu
adalah suatu alamat jelek baginya, ia hendak menempurnya,
tapi sudah pasti ia bukan tandingan padri itu, maka satu2nya
jalan baginya hanya dengan mencari akal, maka berkatalah ia:
"See Hong Hweeshio, kau hendak suruh aku mengikuti kau
kemana ?"
See Hong Hweeshio tersenyum iblis seraya berkata: "Jauh
sekali ! Tiba disana kau akan mengetahuinya sendiri, mengapa
tanya ini-itu !"
Sehabisnya berkata begitu, ia segera menghampiri Lim
Lam, tangannya menjulur maka canangnya sudah sampai
dibelakang punggung Lim Lam, mencegat jalan mundurnya,
sementara itu tangan kanannya diangkatnya dan menotok
jalan darah Joan Hiat dibagian pinggang Lim Lam,Terhalang jalan mundurnya sudah tentu Lim Lam tak dapat
mundur, maka tubuhnya jadi lemas.
See Hong Hweeshio ambil kesempatan ini mencangkupkan
canangnya, tangan kanannya disodorkan pula, maka tahu2
Lim Lam telah terjepit diantara ketiaknya.
Lie Kie nampak Lim Lam tertangkap sangat risau hatinya, ia
mengambil batu diatas tanah, segera ia menghujani si
Hweeshio dengan batu2 itu, tetapi See Hong Hweeshio sudah
lari dengan tertawa panjang, sungguh datangnya tak tersangka2, perginya-pun tak dapat di-duga2 lebih dahulu. Lie
Kie mana mau sudah saja, ia terus mengejarnya dibelakang,
tapi sesudah mengejar puluhan kaki jauhnya, ia jauh
ketinggalan tak dapat menyandaknya lagi. Namun terus ia
mengejarnya. Demikianlah kejar-mengejar, dengan tidak
terasa sudah lewat lohor, Lie Kie merasa lelah dan tidak dapat
bertahan pula, tetapi kawannya masih ditangan padri itu
belum dapat dibebaskan, pasti tak dapat sudah begitu saja,
maka walaupun napasnya sudah sengal2, masih saja ia
paksakan diri untuk mengejarnya.
Mereka kejar-mengejar terus, setengah jam telah
dilewatkan pula, mendadak See Hong Hweeshio menghentikan
tindakan kakinya, dimana tangan diayunkannya, maka
beberapa sinar hijau melesat susul-menyusul terbang
mengarah tubuh Lie Kie.
Lie Kie sama sekali tidak menduga bahwa padri itu akan
berbuat demikian, sedangkan kedua orang itu jaraknya hanya
puluhan kaki saja, ia tidak keburu menghentikan lari kakinya,
maka masih saja lari enam tujuh langkah kaki kedepan,
menampak sinar hijau yang melesat begitu pesat, meski ia
buru2 berkelit kesebelah, namun bahu dan bagian pahanya
berbareng ia rasakan kesemutan, tubuhnya lemas dan jatuh
menyusruk ditanah.
See Hong Hweeshio berkata dengan suara nyaring:
"Andaikata aku tak memerlukan kau, untuk memberi kabar,saat ini kau sudah siang2 pulang ke rachmatullah. Jika Lim
Pek Sin pulang, beritakanlah, suruh dia menolong anaknya
didalam batas waktu satu bulan, jika ia dalam batas waktu itu
tidak juga datang, maka hutang ayah, anaknya-lah yang
melunasi, waktu itu jangan menyalahkan aku berlaku kejam."
Hati Lie Kie sangat gelisah dan tidak dapat ber-kata2, ia
ternganga untuk sesaat, dan kemudian menangis menggerung2.
See Hong Hweeshio tak menghiraukannya pula, tengah
hendak membalik tubuh dan meninggalkannya, atau
mendadak terdengar suara derapnya kaki kuda dengan
mengepulkan debu tengah mendatangi.
Mata Lie Kie sangat tajam, ia lantas dapat mengenali
bahwa orang tua yang duduk diatas kuda itu ialah ayahnya,
yaitu Lie Tay Heng, maka ia berhenti menangis serta berteriak
sekuat tenaga serunya: "Ayah !"
Lie Tay Heng pergi kekota Siang Yang untuk mencari Lo
Gek si Louw Pan Hidup. Setibanya dikota Siang Yang, Lo Gek
sedang ber-kemas2 akan pindah tempat tinggal dengan
keluarganya untuk menghindari Tiat Pek Sian Ko mencarinya.
Setelah mendengar penuturan Lie Tay Heng bahwa orang
yang dilihatnya didalam kamar Tiat Pie Sian Ko itu sebenarnya
hanyalah patung tanah liat belaka,maka hatinya merasa lega.
Mengingat bahwa hal ini, iapun tersangkut persoalannya,
maka mendengar permintaan Lie Tay Heng untuk menutup
pintu melenyapkan bekas, maka malam itu juga ia berangkat
dengan Lie Tay Heng untuk mengejar waktu, kebetulan
setibanya disini mereka bersua dengan Lie Kie yang terluka
serta kehabisan tenaga, berada didalam keadaan yang sangat
payah.
Diatas punggung kuda Lie Tay Heng mendengar suara
panggilan puterinya, maka terkejut sangatlah dalam hatinya,
segera kedua pahanya menjepit erat2 pada perut kuda.Kudanya memang kuda pilihan dan kuat larinya, begitu
terjepit perutnya maka berlarilah baagikan angin cepatnya
menuju kearah dimana Lie Kie rebah.
Kim Lian Cie Lie Tay Heng telah lama berkecimpung
dikalangan Kangouw, melihat keadaan Lie Kie serupa itu,
maka tahulah ia, bahwa Lie Kie dan Lim Lam telah mendapat
kekalahan besar dari si padri itu, maka tangannya meraba
kepinggangnya, berbareng dengan melompatnya ia dari
kudanya, tahu2 seutas sinar emas gemerlap sepanjang tujuh
kaki, menyabat kearah pinggang si padri. Sigapnya gerakan
serta cepatnya serangan, sungguh tiada bandingannya.
See Hong Hweeshio terkejut, ia segera melintangkan
canangnya, dan terdengarlah suara "trang" yang dahsyat, See
Hong Hweeshio terpaksa mundur dua langkah karena
goncangan bentrokan kedua senjata itu.
Sebaliknya Lie Tay Heng sedikitpun tidak bergeming,
bagaikan gunung tegak berdiri diatas tanah. Selanjut-nya
dengan melangkah majukan kakinya, terdengarlah suara:
"Srak" dan sinar emas itu melurus bagaikan tombak, menotok
lengan kanannya See Hong Hweeshio.
See Hong Hweeshio terkejut, dengan kakinya membuka
keluar, maka Lim Lam terlepas jatuh. Iapun melompat
mundur.
Lie Tay Heng mengejar pula beberapa langkah, dengan
menggunakan ujung kakinya ia menotok pinggang Lim Lam
sehingga terbukalah jalan darah yang tertotok si padri tadi.
Berbareng dengan itu tangannya pun tidak berani
melambatkan gerakannya, digulungnya rangkaian Kim Liari Cie
yang panjangnya tujuh kaki itu, lalu lengannya menekan
kebawah, menyerang serta menotok jalan darah Thian Tut
Hiat musuh.
See Hong Hweeshio nampak orang datang2 mendadak
menyerang ia be-runtun2, sedang ia pun merasakan tenaga-dalam musuhnya yang baru ini melebihi tenaganya sendiri, tak
sempat ia banyak bicara lagi. Ia memendekkan tubuhnya
sedikit serta mengambil kedudukan dalam bentuk pat-kwa
bagian tengah yaitu Tiong Kiong dan diteruskannya jalan
kepintu Ang Mui, serta canangnya ditabaskan miring.
Lie Tay Heng adalah seorang yang berilmu tinggi serta
besar nyalinya, mendapat serangan itu, sama sekali tidak
pandang sebelah mata. Ia membentak dengan keras; katanya:
"See Hong Hweeshio, kau tidak mensucikan diri di dalam


Rahasia Bukit Iblis Oleh Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

klenteng didaerah Tibet, sebaliknya datang kesini untuk apa ?"
Sambil berkata Kim Lian Cie Lie Tay Heng menangkis
tabasan canang si padri itu secara miring pula. Pinggiran
canang si padri itu tajamnya bukan buatan, maka begitu
berbentrok dengan Kim Lian Tiei itu, tali yang merangkaikan
Kim Lian Cie itu tertabas putus, sehingga ada puluhan Kim
Lian Cie atau biji teratai emas berhamburan jatuh ditanah.
Lie Tay Heng berseru: "Bagus !" dan digetarkannya
pergelangan tangannya. Maka berbareng dengan gerakan itu,
Kim Lian Cie yang tidak kurang tiga ratus buah jumlahnya itu.
berhamburan serentak keangkasa.
See Hong Hweeshio menggeram serta melompat tinggi,
tetapi pergelangan tangan kanannya, sudah terkena sebuah
Kim Lian Cie, dan terdengar suara "trang", canangnya terlepas
dan terjatuh ditanah.See Hong Hweeshio bukan main marahnya, ia berseru:
"Tunggu dua tahun lagi, pasti aku minta pelajaran pula !"
Berbareng dengan ucapannya itu ia menjejak tanah
melompat serta lari kearah kuda Lie Tay Heng dan lompat
keatas punggung kuda itu terus melarikannya secepat angin.
Lo Gek yang berniat menangkapnya sudah tiada keburu,
malah hampir saja ia terkena samberan pemalu canang yang
dihantamkan, ia hanya dapat mengawasinya Hweeshio itu
pergi.Setelah jalan darahnya terbuka kembali, Lim Lam lalu
menghampiri Lie Kie. Nampak bahwa lukanya tidak begitu
berat.
Senjata rahasia yang melukainya, adalah semacam paku
segi tiga, dan sudah dicabut Lie Kie sendiri. Ia nampak See
Hong Hweeshio sudah pergi jauh, maka bertanya pada Lie Kie
Heng katanya: "Lopek, apakah kenal dengan Hweeshio itu ?
Menurut katanya, ayahku pada enam tahun yang lampau
pernah membunuh muridnya, dan mencuri mustikanya !"
Lie Tay Heng melengak, sesaat kemudian ia berkata:
"Adakah peristiwa semacam ini ?"
Lim Lam berkata: "Ya, padri ini justru datang untuk mencari
balas !"
Lie Tay Heng berkata: "Kita .pulang dulu, nanti kita
bicarakan pula !"
Lo Gek memberikan kudanya untuk ditunggangi Lie Kie,
dan ia sendiri dengan Lie Tay Heng dan Lim Lam bertiga lalu
mengiringi dari belakang. Hari sorenya mereka sudah sampai
dirumah Lie Tay Heng.
Setelah beristirahat sebentar maka Lie Tay Heng berkata:
"Padri itu tidak ternama dikalangan Kangouw, selamanya
mengasingkan diri digunung Bu Beng San didaerah perbatasan
propinsi Tibet. Aku sendiripun hanya sekali pernah mendengar
orang membicarakan hal yang bersangkutan dengan padri ini.
Oleh karena senjata yang dipergunakan-nya sangat ganjil dan
aneh sekali didunia tiada keduanya, maka begitu melihat
lantas aku dapat ketahui dia siapa. Mustika jang termasyhur
digunung Bu Beng San itu adalah sebutir mutiara yang
dinamai Ciauw Ya Cu atau mutiara yang dapat menerangi
diwaktu malam. Walaupun mutiara itu sangat berharga, tetapi
bagi orang2 didalam dunia persilatan, tiada gunanya. Jika Lim
Pek Sin masih berada didunia ini, untuk, apa ia pergi ketempat
sejauh itu melulu merampok mutiara itu ?"Keempat orang ber-sama2 menggunakan pikirannya, untuk
memecahkan soal ini, tetapi kesemuanya akhirnya tak dapat
juga menyingkap tabir rahasia ini.
Lo Gek merasa hatinya tidak tenteram, ia ingin segera
menyelesaikan tugasnya, maka buru2 ia pergi kerumah Lim
Lam, dan membetulkan kamar Tiat Pie Sian Ko, ditutupnya
sebagai semula, serta mengapur lagi pada tempat2 yang lecet
kapurnya, sehingga semua tiada menunjukkan bekas2 yang
mencurigakan orang, dan setelah selesai semuanya lalu minta
diri kepada mereka.
Nampak semua masih juga belum dapat menemukan
tanda2 atau petunjuk2 yang dapat menyingkap tabir rahasia
mengenai diri Lim Pek Sin serta tingkah laku Tiat Pek Sian Ko,
maka dalam beberapa hari be-runtun2 Lim Lam dan Lie Kie
bersama memikirkan untuk memecahkan arti maksud daripada
sebelas huruf yang mereka ketemukan pada kamar Tiat Pie
Sian Ko beberapa hari jang lampau itu.
Lie Tay Heng pun ikut ambil bagian dalam pembahasan itu.
Mereka bertiga memeras otak masih juga tak terpikirkan apa
maksudnya.
Begitulah sang waktu telah lewat dengan pesatnya, tahu2
sudah sampai bulan enam tanggal muda, menurut biasa Tiat
Pie Sian Ko dalam waktu satu bulan akan sudah pulang. Lim
Lam menjadi gelisah, kerumah Lie Kie pun ia tidak berani
pergi.
Pada suatu pagi, ketika ia masih tidur, tiba2 terdengar
pintu depan bersuara, karena kagetnya ia lompat bangun dan
mengintip dari celah2 pintu, nampak ibunya dengan
membungkukkan pinggangnya, menggunakan tongkat,
setindak demi setindak masuk kerumah.
Lim Lam buru2 membukakan pintu dan berkata: "Ibu sudah
kembali ?" Sambil berkata begitu, ia melihat keluar pintu, tidak
nampak lain orang lagi.Lim Lam jadi tertekan hati-nya, dan berkatalah didalam
hatinya: "Kakak ketiga benar2 tidak kembali pula !"
Tiat Pie Sian Ko dengan tak pernah mengangkat kepala
terus memasuki kamarnya sendiri, dibukanya pintu kamar,
setelah ia masuk, maka pintu itu menjeblak menutup pula, ia
terus mengeram diri didalamnya.
Hati Lim Lam dak-dik-duk ber-debar2, ia meng-harap2
bahwa ibunya tak akan mengetahui, hal pernah ada orang
memasuki kamarnya.
Begitulah setelah lewat kira2 lebih dari setengah jam belum
juga ada hal2 yang lain dari biasanya, maka barulah hatinya
jadi merasa lega.
Ia mengetahui bahwa setelah ibunya masuk kekamar, jika
hari belum petang, maka sukar akan melihatnya keluar lagi.
Maka dengan jalan meng-indap2 keluar pintu, ia pergi
kerumah Lie Kie.
Sebaliknya Lie Kie pun sudah memperhatikan, bahwa Tiat
Pie Sian Ko hari ini mestinya pulang dan siang2 sudah
mengunggu. Maka begitu melihat Lim Lam datang, ia lalu
menanya: "Bagaimana, apakah ibumu sudah kembali ?"
Lim Lam menganggukkan kepalanya.
Bertanya pula Lie Kie: "Dan Sha-komu ?" (Sha-ko kakak
yang ketiga).
"Tidak kembali, hanya ibu seorang diri." Jawabnya Lim
Lam. Lie Kie nampak Lim Lam menunjukkan wajah sedih, lalu
berkata: "Aku tak percaya bahwa ibu kandung sendiri mau
mencelakai anaknya sendiri. Mungkin ia membawa mereka
ketempat seorang yang berilmu tinggi untuk belajar ilmu
silat."Lim Lam menghela napas seraya katanya: "Tetapi aku lihat
waktu pergi ia riang gembira, sebaliknya diwaktu pulang,
paling sedikit satu bulan ia tidak ber-kata !"
Lie Kie berkata: "Ya, siapa mengetahui akan halnya ? Boleh
jadi ia merasa lelah karena perjalanan yang sukar serta jauh
itu."
Mereka berdua sedang ber-cakap2, Lie Tay Heng
mendengar suara Lim Lam pun keluar. Setelah mengetahui
apa yang dibicarakan, maka alisnya mengkerut lalu berkata:
"Hal ini melainkan dapat kita menangi sampai hari raya Peh
Cun (atau hari raja Toan Ngo) pada tahun depan. Pada waktu
itu kami ayah berdua anak, pasti akan membayanginya dari
belakang, untuk mengetahui apa yang sebenarnya ia lakukan
!"
Lim Lam berkata: "Lopek, aku berpendapat See Hong
Hweeshio itu adalah suatu petunjuk yang berharga, semenjak
ayah menghilang tanpa karena, hanya ia seorang yang pernah
menemuinya. Lagi pula ayah telah menyanjikannya bertemu
disini, mestinya ia pikir setelah lewat enam tahun, soalnya
akan sudah dapat diselesaikan. Apakah tidak demikian
pendapat Lopek ? Mengenai apa yang dikerjakan oleh ayah,
tidak ada orang yang dapat mengetahuinya."
Mendengar akan uraian Lim Lam itu, dalam hati Lie Tay
Heng memuji akan kecerdasannya. Maka berkatalah ia:
"Benar seperti apa katamu. Tidak hanya begitu saja Tiat Pie
Sian Ko tiap tahun pergi sekali, mungkin juga untuk
menjumpai ayahmu, jikalau bukan demikian, mengapa
ayahmu dapat mengetahui kalian pindah disini ?"
Demikianlah setelah diperbincangkan, rupanya hal itu agak
ada gambarannya. Lie Kie tak sabaran, maka ia berkata:
"Ayah, kita berdua sebaiknya pergi kegunung Bu Beng San
didaerah perbatasan Tibet untuk mencari See Hong Hweeshio,
dan menanyakan halnya kepada padri itu !"Lie Tay Heng berdiam sesaat, kemudian ia berkata:
"Baiklah, kita berangkat dalam beberapa hari ini, dan kau Lim
Lam, ber-hati2lah dirumah. Mengingat akan kepribadian Lim
Pek Sin, yang meskipun terhadap orang yang membelalakkan
mata kepadanya, ia pasti membasminya juga, agaknya ada
sedikit keterlaluan. Tetapi hal2 yang rendah serta memalukan,
pasti ia tidak sudi melakukannya. Kini ia mempunyai hal2 yang
tidak ingin diketahui orang, sebaliknya kau pun jangan
sembarang memikirkan hal yang tidak2 !"
Tergeraklah hati Lim Lam setelah mendengar perkataan itu.
Ia pikir dalam hatinya, betul ia pernah beberapa kali menduga2 ayah bundanya sedang melakukan hal2 yang klewat
batas. Ia merasa jengah dan merah wayahnya, maka buru2 ia
berkata: "Dengan sendirinya aku akan berbuat apa yang
dikatakan Lo-pek !"
Mereka bertiga ber-cakap2 pula untuk beberapa saat
kemudian, Lim Lam yang kuatir ibunya mencari ia, untuk
disuruh mengerjakan sesuatu, tidak berani berdiam lama2
disitu, ia lalu minta diri untuk pulang kerumah-nya. Ia
menyekap diri didalam kamar merenungkan segala sesuatu.
Yang per-tama2 muncul dalam otaknya adalah kesebelas
huruf yang mereka temukan didalam kamar ibunya tempo
hari.
Kini ia mengasah otaknya untuk menyusun suatu gambaran
peristiwa, dan dapat me-ngira2 bahwa ayahnya telah
menemukan barang apa, dan mengusahakan sedapat
mungkin untuk memperoleh barang itu, sehingga
menyebabkan selama puluhan tahun terakhir ini tidak muncul
lagi didunia persilatan.
Menurut perkataan See Hong Hweeshio, maka mustikanya
yang berharga itu adalah mutiara yang bersinar didalam gelap.
Mengingat akan artinya ini, mestinya mutiara itu adalah
mutiara yang bersinar diwaktu malam dan yang harga-nya
tiada tara mahalnya.Menurut pantas, ilmu silat ayahnya yang sudah mencapai
tingkatan demikian tinggi, semestinya sudah dapat
menganggap harta mustika sebagai tanah lumpur saja,
mengapa masih tidak menghiraukan jarak yang begitu jauh,
dan memerlukan pergi kegunung Bu Beng San didaerah
perbatasan Tibet untuk merampok barang mustika tersebut.
Dari sini sudah dapat diketahui kegunaannya yang istimewa
dari barang itu. Apakah tidak boleh jadi kalau apa yang ia
kerja-kan itu dilakukan dibawah tanah, atau didalam lubang
gunung, sehingga memerlukan sinar yang dipancarkan dari
mutiara itu ? Akan tetapi kesebelas huruf yang di-ketemukan
itu apa pula artinya ?
Sampai disitu maka lamunannya lantas menemui jalan
buntu. Malam itu la berpikir bolak-balik sehingga jauh malam,
yang membikin ia esok harinya terlambat bangun.
Mata hari sudah naik tinggi, ia baru membuka pintu, ibunya
justru baru pulang dari luar. Lim Lam menanak nasi untuk di
daharnya sendiri, dalam hatinya teringat kepada Lie Kie, maka
setelah bersantap pagi ia buru2 pergi kerumah Lie Kie, tetapi
ia hanya nampak pintu yang sudah ditutup dan terkunci dari
luar.
Ia maju melihatnya dan mendapatkan bahwa di-celah2
pintu terselip sehelai kertas. Diambilnya, dan dibentangkannya
kertas itu, yang ternyata ditinggalkan oleh Lie Kie, dalam
mana ditulis bahwa untuk menghindarkan perhatian Tiat Pie
Sian Ko, mereka sudah berangkat malam2 untuk mencari See
Hong Hweeshio, sambil men-dengar2 kabar didalam dunia
Kangouw yang mengenai seluk-beluknya Twat Beng Tui Hun
Cit So Kiani Lim Pek Sin. Terpaksa Lim Lam pulang dengan
hati hampa.
Beberapa hari ber-turut2 keadaan Lim Lam masih seperti
sedia kala, hanya ia bangun agak lebih pagi untuk dapat
bertemu dengan ibunya.Oleh karena ingin mengetahui lebih banyak hal2 yang
sesungguhnya, maka Lim Lam terus-menerus menggunakan
alasan menanyakan soal ilmu persilatan dan ber-cakap2
dengan ibunya, yang menyawabnya seperti biasa, tetapi
mengenai lain2 hal, sepatah katapun tidak di-sebut2-nya. Ia
tampak ibunya acapkali menunjukkan wajah yang sedih,
memang sesungguhnya wajah mukanya sudah nampak tidak
bersinar, kini ditambah pula oleh perasaan sedih, maka
wayahnya terlebih suram lagi, oleh karena itu Lim Lam pun
tak berani hanya bicara, hanya dengan tekun berlatih ilmu
silatnya.
Mengingat akan sukarnya melukiskan keadaan dengan
berbareng, maka terpaksa kita tinggalkan dahulu keadaan Lim
Lam dengan ibunya se-hari2.
Marilah kita mengikuti perjalanannya Kim Lian Cie Lie Tay
Heng ayah berdua puterinya. Mereka malam itu meninggalkan
rumah kediamannya, pada esok malamnya tibalah mereka
dikota Siang Yang.
Kota Siang Yang adalah sebuah kota penting dalam
propinsi Ouw Pak, maka sedari dulu sudah tersohor akan
keramaian dan keindahannya.
Ditambah dengan keadaan alamnya yang me-lingkar2 dan
menonjol-nonjol naik turun bagaikan naga terbang dan
harimau jongkok, sangat penting serta strategis untuk
pertahanan, maka didalam masa peperangan kota itu selalu
menjadi rebutan.
Pada jaman dahulu sewaktu tentara Mongol dibawah
pimpinan Khublai Khan, yaitu pangeran yang keempat dari
Jengis Khan, pernah dua kali menyerang kota Siang Yang dan
mengalami perang sengit, baru setelah lewat beberapa tahun,
ia dapat menduduki kota Siang Yang, dari sini dapat
dibuktikan betapa penting-nya kota itu.Setelah Lie Tay Heng bersama Lie Kie tiba dikota itu,
sedianya mereka hendak mencari Lo Gek Si Louvv Pan Hidup,
tapi kemudian berganti pikiran, menganggap lebih baik jangan
merecokinya, maka mereka lalu mencari rumah penginapan
untuk menginap, dan makan santapan malam disitu juga. Lie
Tay Heng mengingat bahwa perjalanannya kali ini akan
menempuh puluhan Lie jauhnya, maka tak dapat tidak mereka


Rahasia Bukit Iblis Oleh Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus mempunyai tunggangan yang kuat untuk menggantikan
tenaga kakinya. Berpikir sampai disini, maka ia segera keluar
kamar menemui pemegang uang serta berkata :
"Tuan kasir, kami hendak menempuh perjalanan jauh,
disini ada uang perak lima puluh tail, tolonglah Tuan suruh
pegawaimu untuk belikan dua ekor kuda yang bagus, uang
selebihnya tuan boleh ambil sebagai ongkos minum arak."
Pada jaman dahulu harga barang sangat murah, uang
perak lima puluh tail hampir dapat dipergunakan untuk ongkos
penghidupan selama satu tahun, maka pemegang uang yang
menampak Lie Tay Heng begitu loyal, dengan sendirinya
wayahnya penuh dengan senyuman, dan ber-kali2
menyanggupinya. Dengan segera ia mencarinya sendiri.
Tengah Lie Tay Heng hendak beristirahat ke-kamar,
mendadak terdengar perkataan seorang tua diselingi helaan
napas katanya: "Heh, sukarlah waktu sekarang ini hendak
mencari kuda bagus dikota Siang Yang ini !"
Lie Tay Heng memandang kearah datangnya suara tadi,
maka nampaklah orang yang berkata itu, yakni seorang
prajurit yang sudah tua, kurang lebih enam puluh tahun
usianya kumisnya sudah putih, dia agaknya sudah mabuk
karena minum arak. Duduk dihadapan orang tua itu seorang
laki2 setengah tua, melihat akan pakaiannya, se-akan2
pesuruh keluarga orang berada.
Ketika itu ia sudah membuka mulutnya menyambung
perkataan si orang tua tadi katanya:"Empek, Yu, apakah katamu itu berarti semenjak dicuri-nya
kuda kuning digedung perdana menteri itu, maka seluruh kota
Siang Yang ini tak dapat di cari pula seekor kuda bagus yang
dapat menempuh jalanan seribu Lie sehari ?"
Prajurit tua itu menggebrak meja sehingga menerbitkan
suara keras dan menarik perhatian orang2 yang berada
dirumah penginapan itu, ia mengangkat cawan araknya sekali
diteguknya araknya hingga habis, dan dengan wajah yang
sangat gembira ia berkata: "Begitulah !,"
"Empek Yu, ceritakanlah bagaimana jalannya peristiwa
pencurian digedung Siang-hu (gedung perdana menteri)
malam itu." kawan2nya meminta.
Prajurit tua itu meneguk pula arak setegukan, setelah mana
barulah ia berkata:
"Lim Siang Kok (perdana menteri she Lim) mendampingi
kaisar dan telah mengabdi kepadanya selama duapuluh tahun
lebih, setelah usianya sudah lanjut baru ia minta berhenti dan
pulang kerumahnya. "Laote, kau seharusnya mengetahui,
didalam masa duapuluh tahun lebih menyabat pangkat Siangkok, dengan sendirinya kantongnya pun penuh dengan harta
benda, tetapi ada dua benda yang walaupun ada uang juga
tak dapat membelinya. Kedua benda itu ialah pertama kuda
upeti dari negeri Tay Wan Kok, yaitu kuda kuning yang dapat
menempuh perjalanan ribuan Lie jauhnya, yang kedua adalah
sebuah kapak."
Ketika ia menutur sampai disini, mendadak ada orang
tergelak tertawa seraya katanya: "Empek tua, sebuah kapak
harganya hanya tiga puluh uang kecil, kita mudah sekali
membelinya, empek mau berapa buah, nanti aku belikan !"
Semua orang ber-gelak2 karena mendengar perkataan itu.
Sebaliknya Lie Tay Heng tergerak hatinya, maka ia mencari
tempat duduk, dan menanya pelayan rumah penginapan
mengenai siapa adanya si orang tua itu.Ia diberitahukan pelayan itu, bahwa orang she Yu itu,
adalah penyaga pintu gedung perdana menteri she Lim itu,
sesuatu orang muda semua menyebutnya empek Yu, orang2
tua semua menyebutnya Yu si tua. Lie Tay Heng
menganggukkan kepala untuk menyatakan bahwa ia sudah
mengerti maksudnya.
Si empek Yu itu nampak ia ditertawai orang, maka matanya
membelalak seraya berkata: "Kalian tahu apa? Kapak itu
disebut orang kapak Liok Ting Hu, malaikat Liok Ting Liok Kak
membuka gunung, memecah batu, cerita itu apa kalian tak
tahu ? Kapak itu gunanya seperti itu !"
Lie Tay Heng mengingat2, benar juga, ia pernah
mendengar cerita bahwa, kapak Liok Ting Hu itu tajamnya
dapat digunakan untuk mencincang emas.
Orang2 dikalangan persilatan ada yang menginginkan
kapak itu dengan menempuh bahaya masuk keistana untuk
mencurinya, tapi kalau bukan terluka, tentu tidak ada hasilnya
sama sekali.
Tidak tahu-nya kapak itu berada disini. Lie Tay Heng
walaupun selamanya berlaku jujur, tetapi mengingat bahwa
benda mustika dikalangan Bu Lim tersimpan dalam gedung si
orang kaya raya, sama juga dengan men-sia2kan barang.
Maka sambil terus mendengari ia sambil menetapkan suatu
rencana, yakni nanti petang ia ber-sama2 anaknya akan
menyelusup kegedung Siang-kok-hu (gedung perdana
menteri) untuk mencuri kapak Liok Ting Hu itu. Tetapi setelah
ia mendengarkan terus, ia seperti diguyur air dingin !
Si empek Yu berhenti sebentar lalu meneruskan ceriteranya: "Kedua benda mustika itu semua hadiah daripada
kaisar yang sekarang bertahta, tidak di nyana bahwa pada tiga
tahun yang lalu, pada bulan dua belas, telah kedatangan
seorang pencuri berkedokkan muka, kedua mustika itu di
curinya sekaligus !"Pikir Lie Tay Heng dalam hatinya, entah siapa orang Bu Lim
yang telah mendahuluinya ! Dan mengapa selama ini tiada
orang yang me-nyebut2 kejadian ini?
Oleh karenanya ia terus memasang telinga untuk
mendengari cerita seterusnya. Mendadak empek Yu ini
meletakkan cawan araknya serta menyingkap bajunya bagian
atas, dan tertampaklah tubuhnya yang kurus kering dan
tulang iganya yang menongol, setelah itu ia berkata: "Lihat !
Betapa hebatnya kepandaian si pencuri berkedok itu !
Tangannya memegang pedang panjang, sekelebatan saja
sudah menjadi tujuh buah pedang, kala itu aku menyaga
pintu, sedangnya aku hendak berteriak, ia sudah
menggerakkan tangannya be-runtun2, aku di-tusuknya tujuh
kali !"
Lie Tay Heng ikut orang banyak menjenguk dan melihat
dada si empek Yu itu, betul juga bagian dadanya nampak
tujuh buah bekas luka sebesar ibu-jari, bentuknya seperti
bintang tujuh dilangit.
Lie Tay Heng merasa gembira didalam hatinya, ia tidak
nyana dikota Siang Yang ini menemui hal yang kebetulan
seperti ini, sehingga ia tidak perlu menempuh perjalanan jauh
lagi !
Rupanya empek Yu ini gembira sekali, ia turunkan bajunya
pula seraya berkata: "Tahukah kalian sudah ? Dikolong langit
ini siapa yang mempunyai kepandaian setinggi ini ? Maka tidak
dapat disalahkan, bahwa guru silat yang didalam kalangan
Kangouw mempunyai nama yang harum, yaitu Tiat Pian Gin
Kauw Poan Ngo Ya, yang menggunakan cambuk besi yang
bergait perak itu, begitu bergebrak, belum juga sampai dua
jurus sudah berada dibawah angin, kedua senjata didalam
tangannya sudah terlepas semuanya. Entah si pencuri
berkedok itu mengatakan apa, maka Poan Ngo Ya segera
membantunya mencari kapak Liok Ting Hu itu, dan akhir-nya
membantunya pula menuntun kuda Ng Piauw Ma si kudakuning itu, serta dengan hormatnya ia mengiringi-nya keluar
pintu !"
Menutur sampai disini, lalu ada orang yang menyelak
menjeletuk katanya: "Kalau begini, masih ada mukakah Poan
Ngo Ya akan terus melanjutkan tugas pekerjaan-nya ?"
Empek Yu berkata: "Sudah tentu malu sekali, maka esok
harinya ia segera ber-kemas2 pergi. Kami berdua bersahabat
erat sekali, menjelang perginya, ia masih mengundang aku
minum arak. Ia berbisik katanya: 'Yu-ya, pendekar semalam
masih terhitung pemurah hati. Andaikata tidak, maka pedang
panjangnya begitu digerakkan, jangankan kau seorang Si Tua
She Yu, meskipun sepuluh orang seperti kau ini pun, sudah
siang2 menemui malaikat Giam Lo Ong diakhirat !', kala itu
dadaku sedang sakitnya, mulanya kuhendak mencari kawan
untuk membalas sakit hati, tetapi setelah mendengar
penuturan Poan Ngo Ya, maka walaupun kepalaku dipanggal, aku tak berani membangkitkan amarahnya !" Sehabis
berkata begitu, ia meng-geleng2kan kepala, meleletkan
lidahnya. Ia meng-goyang2kan gucil araknya yang sudah
kosong, kemudian ia merapikan pakaiannya segera akan
meninggalkan tempat itu. Lie Tay Heng ingat pribahasa jaman
dulu yang mengatakan bahwa: Di carinya ke-mana2 sehingga
sepatu besi rusak tak dapat juga menemukannya. Tapi kalau
berjodoh maka penernuannya akan mudah sekali.
Pepatah ini mirip sekali dengan keadaannya sekarang ini.
Artinya ia sudah cari-cari kabar tentang jejak lalunya Lim Pek
Sin, sebegitu jauh masih tidak dapat kabar beritanya. Tapi kini
dengan tidak disangka dan disengaja ia dapat mengetahuinya. Pikirnya ketika ini tak dapat dilewatkan dengan begitu saja,
maka ia buru2 membungkukkan tubuhnya seraya berkata
kepada si orang tua itu:
"Yu-ya dikamar-ku masih ada arak serta sayurnya, apakah
Yu-ya sudi memberi muka padaku untuk menemani minum ?"Si empek Yu mendengar bahwa masih ada arak untuk
diminumnya, segera menoleh kebelakang, nampak roman
muka Lie Tay Heng, maka ia jadi sangsi dan berkata: "Tuan
tamu, rasanya asing sekali pertemuan kita ini !"
Lie Tay Heng tersenyum katanya :"Di empat penjuru
lautan, semua terhitung saudara, untuk apa mengatakan kenal
baik atau asing ?"
Si empek Yu ini sangat gembira didalam hatinya, lalu
berkata: "Kalau begitu baiklah, dengan demikian aku akan
merecokinya saudara minum tiga cawan arak !"
Demikianlah ia lalu menghampiri Lie Tay Heng dan duduk
disebelah mejanya. Lie Tay Heng segera menyuruh pelayan
rumah penginapan untuk menyiapkan arak sayur teman
minum arak.
Setelah itu ia berkata lagi: "Yu-ya, katamu pada tiga tahun
yang lampau dalam gedung Siang-kok-hu kehilangan mustika,
apa Yu-ya tidak salah ingat mengenai waktu terjadinya ?"
Si empek menyawab: "Tak mungkin aku salah ingat.
Kejadian itu sebenarnya baru dua tahun tujuh bulan lamanya
!"
Lie Tay Heng berkata: "Perampok besar itu bukankah
seorang yang jangkung kurus serta putih kulit muka-nya?
Si empek Yu menyawab: "Wajah mukanya aku tidak dapat
lihat nyata, tapi tubuhnya memang jangkung."
Lie Tay Heng berpikir: "tubuhnya jangkung dan dapat
menggunakan pedang sehingga didalam suatu gerakan tangan
berubah menjadi tujuh buah pedang agaknya, maka dibawah
kolong langit ini selain Twat Beng Tui Hun Cit So Kiam Lim Pek
Sin, masih ada siapa lagi ? Pukulan yang dilakukannya
terhadap si empek Yu ini, justru ilmu pukulan Cit So Kiam
yang teristimewa, yang dinamakan Cit Cee Pwan Gwat atau
bintang tujuh mengawasi rembulan, si empek Yu dengansendirinya tidak dapat mengetahuinya. Sebaliknya orang itu
yang disebut Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo, adalah seorang
kenamaan dan terkenal ulung didunia Kang-ouw, mendengar
namanya Lim Pek Sin, kecuali ia sudah tidak sayang jiwanya,
mana berani bertempur dengannya ? See Hong Hweeshio
pernah bersua sekali dengan Lim Pek Sin pada enam tahun
yang telah lampau, ia sendiri oleh karena ini sudah menempuh
perjalanan jauh untuk menanyakan se-jelas2nya. Kini setelah
mengetahui dua tahun lebih pada masa yang lampau Lim Pek
Sin masih muncul dikota Siang Yang. Maka gunung Bu Beng
San yang letaknya jauh di tapal batas daerah propinsi Tibet itu
boleh tak usah pergikan. Agaknya daripada si empek Yu ini,
juga tak dapat ia korek rahasia apa2 lagi, kalau ia hendak
mengetahui se-jelas2nya, sebaiknya ia menanyakan pada Tiat
Pian Gin Kauw Poan Ngo. Orang itupun ternama, tetapi entah
sekarang tinggal dimana." Oleh karena memikir demikian,
maka ia lalu menanyakan kepada si empek Yu.
Si empek Yu menjawab: "Aku tidak tahu, hanya mendengar
katanya, semenjak peristiwa itu ia sudah tidak dapat
berkeliaran dikalangan Kangouw lagi, terpaksa ia pulang
kekampung halamannya untuk bercocok tanam !"
Lie Tay Heng segera menanyakan dimana kampong
halaman Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo itu.
Si empek Yu berpikir untuk beberapa saat, kemudian
dengan menggebrak meja ia berkata: "Ia pernah memesan
wanti2, tidak boleh diberitahukan kepada orang lain, tetapi
terhadap aku bersimpati, tak menjadikan halangan aku
memberitahukannya. Ia berdiam dibawah gunung Bu Tong
San didistrik Cing Hong Tin. Dari sini tidak jauh jaraknya,
hanya memerlukan perjalanan dua hari. Saudara pergi kesana
dan menanya2, kau akan dapat ketahui dengan jelas tentang
ini !"
Didalam hati Lie Tay Heng sangat gembira, setelah bercakap2 ketimur dan kebarat, maka si empek Yu itu sudahmenjadi sinting sangat, kepalanya diletakkan di-atas meja, lalu
tidur dengan mengeluarkan suara dengkurnya. Lie Tay Heng
kembali kekamarnya, lalu ia menceritakan apa yang
didengarnya dari si empek Yu kepada anak perempuannya.
Lie Kie pun merasa sangat gembira, dianggapnya setelah
bertemu dengan Poen Ngo akan menjadi jelas semua2nya.
Malam itu mereka berbolak-balik senantiasa tidak dapat
tidur dengan enak. Keesokan harinya .maka mereka
menunggang kuda yang di carikan pengurus rumah
penginapan, mereka menuju kesebelah barat. Malam itu
mereka bermalam disebuah kota kecil dan keesokan harinya
melanjutkan perjalanan pula.
Pada hari itu juga mereka telah tiba dikota distrik Ceng
Hong Tin, setelah ber-tanya2, maka mereka peroleh segala
penunjukan mengenai tempat tinggal Tiat Pian Gin Poan Ngo.
Kemudian tibalah mereka ditempat yang dituju, dan
nampak tiga buah rumah atap. Lie Tay Heng memusatkan
tenaga-dalam pada bagian pusatnya serta berseru: "Apakah
sahabat She Poan dirumah ?"
Pintu terbuka berbareng dengan suara itu, tetapi tiada
orang keluar, tengah Lie Tay Heng Merasa heran, atau
terdengarlah suara "WUT" samberan angin, berbareng dengan
samberan angin itu nampak sebuah Kiu Ciat Tiat Pian atau
carnbuk besi beruas Sembilan bergerak dengan cepat
menotok perutnya. Ia tidak tahan akan hawa marahnya, maka
ditekannya pergelangan tangannya orang itu serta ditangkap
dan ditarik cambuknya, maka terdengarlah suara "Brak" dan
orang itu jatuh ditanah, carnbuk besinya sudah berganti
tangan.Lie Tay Heng menatapnya, kiranya orang itu adalah anak
yang berusia belasan tahun, alisnya bagus, dia sedang
merayap bangun dengan wayahnya merah, karena rasa


Rahasia Bukit Iblis Oleh Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malunya. Lie Tay Heng pun sudah menduga mestinya suatu
anak yang berbuat nakal.
Benar saja dari dalam terdengar suara orang berkata: "Ang
Jie, tak boleh kau berbuat nakal !" Dan keluarlah seorang
berkumis kira2 lima kaki tingginya, nampak roman Lie Tay
Heng berdua anaknya jadi melengak.Lie Tay Heng buru2 mengangkat tangan memberi hormat
dan berkata: "Telah lama. aku mendengar akan nama Poanheng yang termasyur, Siauw-tee Lie Tay Heng, dan ini anak
perempuanku Lie Kie namanya."
"Kiranya Tayhiap Kim Lian Cie, entah angin apa yang
meniup dan menyebabkan Tay-hiap datang kemari sehingga
tembok yang berantakan bersinar gemerlapan." Tuan-rumah
membalasnya dengan hormat.
Lie Tay Heng berbicara terus terang tanpa tedeng aling2,
katanya: "Mendengar kabar, kira2 pada tiga tahun yang
lampau, Poan Heng pernah bertemu dengan Twat Beng Tui
Hun Cit So Kiam Lim Pek Sin, benarkah hal yang demikian itu
?"
Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo segera nampak berubah
wayahnya, beberapa saat kemudian baru dapat kembali
menjadi tenang dan berkata:
"Lie Tay-hiap silahkanlah ambil tempat duduk, jika kepada
orang lain aku si Poan Ngo pasti takkan mengatakan
riwayatnya peristiwa itu. Lie Heng adalah pendekar besar
dikalangan Bu Lim, didepan orang yang terang aku tidak ingin
membohong, aku benar2 pernah bertemu dengan Lim Pek
Sin."
Lie Tay Heng bersama Lie Kie sama2 mengambil tempat
duduk. Lie Kie buru2 menanya: "Kini ia dimana, apakah tuan
mengetahuinya ?"
Poan Ngo meng-geleng2kan kepalanya seraya berkata:
"Itulah aku tidak tahu. Pada tiga tahun yang lampau aku
bekerja pada keluarga Lim, mendengar ada suara ribut
dihalaman, maka segera aku mengambil senjata lompat
keluar, maka nampaklah seorang yang menggunakan pedang
panjang, dimana ia maju tiada orang dapat mencegah. Hanya
dua jurus aku bertempur dengannya, aku mengalami
kegagalan dan dikalahkannya, orang itu berkata disampingtelingaku, katanya: "Poan Ngo-heng, aku adalah Cit So Kiam
Lim Pek Sin, kau dan aku sama2 orang dalam kalangan Bu
Lim, mengapa kau menjual jiwa untuk orang kaya ? Aku
sekarang sangat membutuhkan kapak Liok Ting Hu untuk
dipakai, pernah tiga kali aku masuk ke istana dengan tanpa
hasil paling akhir baru aku dapat dengar dari pengurus gudang
bahwa kapak Liok Ting Hu itu berada dirumah Lim Siang-kok,
jika kau dapat membantuku sedikit, pasti aku takkan
melupakannya !' Aku mengetahui bahwa orang yang aku
hadapi itu adalah Twat Beng Tui Hun Cit So Kiam yang selama
ini tidak muncul, sudah tentu aku tak dapat berbuat apa2,
dengan sendirinya aku membiarkan apa yang ia inginkan.
Nampaknya urusannya sangat ter-gesa2, setelah mengambil
kapak Liok Ting Hu, masih ia hendak pinyam Ngo Piau'w Ma,
dan kabur seperti angin kearah utara.
Sudah tentu aku tak berani menanyakan-nya kemana ia
akan pergi, serta apa gunanya ia mengambil kapak Liok Ting
Hu. Lim Pek Sin seorang yang sangat ganas dan banyak
curiga, ia tidak menginginkan orang mengetahui urusannya.
Maka siapa berani menanyakannya ? Kali ini Lie Tay-hiap
datang kemari, apakah karena mendengar bawelnya Si Tua
She Yu ? si tua itu asal ada tiga cawan arak masuk
kemulutnya, apa saja ia berani mengatakannya ?"
Mendengar akan perkataan itu, maka Lie Tay Heng
mengerti bahwa Poan Ngo tidak senang atas kedatangannya
itu, andaikata bukan ia yang mempunyai nama harum
dikalangan Kang-ouw, mungkin kedatangannya ini akan tidak
dibukakan pintu, sekaligus artinya tidak akan ditemuinya,
maka dari sini ia mengetahui bahwa walaupun ia menanyakan
terus pun tidak akan mendapat hasil apa2.
Maka setelah memuji anak yang tadi memukul dengan
cambuk besi itu, ia lalu minta diri untuk berlalu.
Ayah berdua anak saling berunding, menganggap bahwa
setelah Lim Pek Sin meninggalkan kota Siang Yang dan pergikearah utara, dan mereka sendiripun tidak mempunyai urusan
apa2, mengapa tidak mengambil kesempatan ini pergi pesiar
kedaerah utara untuk sekalian mencari tahu mengenai
jejaknya Lim Pek Sin.
Tetapi setelah mereka berpesiar selama dua bulan lebih,
dan berjalan sampai didaerah tembok besar dan berbalik
kembali, sedikitpun mereka tidak mendengar berita apa2,
maka dengan perasaan lesu mereka pulang ketempat
tinggalnya.
Baru saja mereka tiba dirumah, Lim Lam sudah siang2
menunggu dengan perasaan gelisah. Setelah menanya kisah
perjalanan mereka, dan mengetahui masih ada ujung
pangkalnya mengenai urusannya. maka ia rasakan seperti
juga kehilangan apa2.
Lie Tay Heng berkata:
"Hian-tit, (artinya kemenakan yang bijak) hal ini dapat
dikatakan sudah ada bentuk gambarannya. Mestinya ayahmu
itu setelah pertemuan di-puncak gunung Thay San tahun itu,
menemukan entah apa pada suatu tempat dan karenanya
perjanjian tahun kedua itupun tak keburu ia penuhinya.
Setelah itu dalam masa puluhan tahun ini, ia senantiasa
memeras otak dan tenaga untuk menghadapi persoalan ini.
Aku berani katakan bahwa, jika bukannya ibumu harus
menyaga kalian berempat saudara, tentunya ibumupun harus
menemaninya dan tinggal bersama. Kakakmu pergi tidak
kembali, tentulah ia diwajibkan membantu ayahmu
menyelesaikan pekerjaan ini. Pada hari raya Peh Cun di lain
tahun kami ayah berdua anak pasti membuntuti kalian dengan
diam2 dari belakang untuk mengetahui apakah sebenarnya
yang telah terjadi."
Lim Lam pikir perkataan Lie Tay Heng sangat beralasan,
lagi pula mengingat perkataan "memeras otak dan tenaga"
yang terdapat dalam sebelas huruf itu juga cocok dengan
tafsiran itu.Diduganya tulisan itu tentunya ditulis oleh ibunya diwaktu
iseng tiada kerjaan. Setelah menulis ia pun tidak menghendaki
diketahui oleh orang lain, tetapi toh diluar kehendaknya,
kertas itu tidak terbakar habis, tetapi karena tiada
mengandung banyak arti didalamnya, maka lalu dibiarkan
begitu saja.
Demikianlah jika ada peristiwa ceritanya menjadi panjang,
sebaliknya jika tidak lewat dengan pesatnya, ceritanyapun
singkat. Sang waktu lewat dengan pesatnya, sekejap saja satu
tahun telah dilampaui.
Didalam masa satu tahun itu perhubungan Lim Lam dengan
Lie Kie semakin erat, diantara bunga2 mekar atau dibawah
sinar bulan purnama senantiasa terdapat bayangan mereka
berdua merajut asmara, dan didalam hati mereka masing2
telah terlukis gambaran wajah orang yang di cintainya.
Pada suatu malam hari, sepasang merpati ini sedang duduk
berdampingan, terdengarlah Lie Kie berkata dengan suara
bisik2:
"Engko Lam, hari ini sudah tanggal satu bulan lima, empat
hari lagi akan tibalah Go-gwee Ce Go atau hari raya Peh Cun.
Apakah ada tanda2 bahwa ibumu akan bepergian ?"
Mendengar perkataan itu, Lim Lam lebih mendekat
duduknya dengan Lie Kie. Ia ingat bahwa nanti setelah lewat
empat hari lagi ia akan berpisah dengan Lie Kie, maka didalam
hatinya timbul rasa enggan berpisah. Akhirnya ia berkata juga:
"Sama dengan keadaan tiga tahun yang lampau, sekarangpun
ia tengah ber-kemas2."
Lie Kie berkata: "Baiklah, kami pasti menguntitnya
dibelakang kalian."
"Hanya yang kuharapkan jangan sampai dapat menerbitkan
kesalah fahaman." Lim Lam memohon.Lie Kie menjebikan bibirnya seraya berkata: "Takut apa,
orangpun hanya mendengar namanya Tiat Pie Sian Ko, tetapi
betapa ilmu sebenarnya, siapa yang pernah melihatnya ?"
Terkejut Lim Lam mendengar perkataan Lie Kie itu, maka
buru2 ia membekap mulut Lie Kie seraya berkata : "Adik Kie,
jangan kau sembarang kata." Lie Kie ter-kekeh2, selanjutnya
keduanya membungkem.
Kim Lian Cie Lie Tay Heng sudah berketetapan akan
mengikuti perjalanan Tiat Pek Sian Ko.
-o0o))dw((o0oPada malam hari menjelang hari raya Peh Cun, benar saja
Tiat Pek Sian Ko memanggil Lim Lam masuk kedalam kamar
berdinding besinya. Lim Lam melihat kesekitar kamar itu,
maka keadaannya masih serupa dengan tempo hari, yaitu
selain daripada patung lainnya tidak ada apa2nya lagi.
Tiat Pie Sian Ko duduk bersila dilantai, sambil menghela
napasnya ia berkata: "Lam Jie (anak Lam) selama beberapa
tahun terakhir ini, tentulah didalam hatimu mencela ibumu
yang sepak terjangnya mencurigakan serta mengandung
rahasia, tidakkah begitu ?"
Perkataan itu dikatakannya dengan penuh keramahtamahan.
Selama hidupnya Lim Lam belum pernah mengalami ibunya
begitu manis budi terhadap ia. Dengan tidak terasa timbul
dalam hati nuraninya hubungan erat antara ibu dan anak.
Maka berkatalah: "Mana berani anak mencela ibu ?"
Tiat Pie Sian Ko berkata: "Lam Jie, kau tak usah
menyembunyikan rasa hatimu ! Diantara kalian berempat
saudara, sedari masih kecil sudah nampak bahwa kaulah yang
paling cerdas. Sebenarnya apakah persoalan-nya aku dan
ayahmu, sekarang ini belum waktunya aku menerangkankepadamu. Harus di jaga bahwa sebelah tetangga mempunyai
telinga. Kamarku ini berdinding besi, tahukah kau ?"
Lim Lam tidak berani berterus terang, maka dengan
membohong ia menyawab bahwa ia tidak mengetahui-nya.
Tiat Pie Sian Ko berkata: "Ayahmu mempunyai terlampau
banyak musuh didalam kalangan Kangouw, maka terpaksa
harus ber-jaga2. Aku berdua ayahmu suatu waktu juga
bertindak sangat keterlaluan. Semua musuh2 membenci kami
sampai didalam sungsum tulang2nya. Walaupun selama
puluhan tahun ini, kami tidak memperlihatkan muka didalam
dunia Kangouw. Tetapi orang2 didunia Kangouw terhadap
permusuhan takkan mereka lupakan ayahmu ............. ah !
Malam ini kau tidurlah lebih siang daripada biasanya, esok
pagi2 sekali, kita akan menempuh perjalanan, ditengah jalan
jangan banyak ber-kata2. Juga jangan bertanya akan pergi
kemana, mengertikah kau ?"
Lim Lam hanya mengiakan saja, tidak berani mengatakan
sesuatu.
Didalam dugaan Lim Lam dan Lie Kie serta Lie Tay Heng,
bahwa Lim Pek Sin masih hidup, maka Lim Lam sedikitpun
tidak merasa sedih. Tetapi sekembalinya didalam kamar
sendiri, ia ingat pada huruf "Sembahyang" yang terdapat
dalam sebelas huruf itu. Maka hatinya kembali menjadi tidak
tenang. Pikirnya jika orang masih hidup, mengapa memakai
huruf "Sembahyang" ?
Karena ini, maka semalaman ia tidak dapat tidur. Pada esok
harinya, hari belum lagi fajar, pintu kamarnya sudah di-gedor2
oleh ibunya.
Ia tampak ibunya mengenakan pula pakaian serba hitam,
nampaknya se-akan2 ia adalah seorang wanita dusun. Siapa
yang sangka ia justru seorang pendekar wanita yang namanya
menggetarkan seluruh dunia Kang-ouw ?Melihat Lim Lam sudah bangun dari tidurnya, maka Tiat Pie
Sian Ko mendesaknya buru2 cuci muka dan bersisir, setelah
mana kedua orang menggunakan ilmu mengentengkan tubuh,
tidak menunggu matahari terbit sudah berjalan dua tiga puluh
Lie. Disana sudah tersedia sebuah gerobak beroda satu. Tiat Pie
Sian Ko bercokol diatasnya dan Lim Lam disuruhnya
mendorong,
Lim Lam berkata: "Ibu, mendorong gerobak kecil semacam
ini, dapatkah kita menempuh jalan jauh ?"
Tiat Pie Sian Ko mengkerutkan kedua alisnya, matanya
bersinar berpengaruh serta membentaknya dengan suara
perlahan katanya:
"Cukuplah kau dorong saja, mengapa banyak tanya,
apakah kau menghendaki musuh kita melihat sepak terjang
kita ?"
Lim Lam tak berani membantah, tetapi didalam hatinya
sangatlah rasa herannya, ia tidak mengerti mengapa ibunya
begitu takut kepada musuh2nya.
Segera setelah itu, terdengarlah suara "kikok, kikok" bunyi
gerobak didorong. Ditambah pula pakaian kedua orang itu
sedemikian rupanya, sehingga meskipun orang yang sudah
ulung didunia Kangouw melihatnya, akan mengira bahwa
mereka itu adalah orang dusun yang hendak pergi kekota.
Se-kali2 tak diduganya bahwa sebenarnya mereka adalah
keluarga orang gagah didalam dunia persilatan. Tiat Pie Sian
Ko bercokol diatas gerobak menutup matanya berlagak tidur.
Begitulah mereka telah melalui pula puluhan Lie, Lim Lam
menengok kebelakang, nampak Lie Tay Heng berdua anak
perempuannya mengikuti dari kejauhan, maka ia melambaikan
tangannya. Tetapi sungguh bukan main tingginya ilmu Tiat Pie
Sian Ko, gerakan tangan Lim Lam itu segera juga dirasai oleh-nya, maka berkatalah ia kepada anaknya: "Lam Jie, apakah
dibelakang ada orang yang mengikuti kita ?"
Terkejutlah Lim Lam mendengar pertanyaan itu, tangannya
gemetar sehingga hampir saja gerobak yang di dorongnya itu
miring kesebelah. Tetapi Tiak Pek Sian Ko sebaliknya tidak
ber-kata2 lagi, bagaikan tiada terjadi sesuatu.
Dalam hati Lim Lam berkebat-kebit karena rasa takutnya,
tetapi hari hingga malam, Tiat Pie Sian Ko tidak ber-kata2 lagi,
maka Lim Lam pun jadi tenteram hatinya. Malam hari itu
mereka mencari rumah penginapan.
Tidak antara lama Lim Lam segera dapat mendengar Lie
Kie di jalan besar ber-kata2 dengan suara keras. Dengan
demikian, ia ingin diperhatikan oleh Lim Lam.
Begitulah ber-turut2 hingga beberapa hari, mereka selalu
mengarah keutara, menilai akan jarak jauhnya jalan yang
akan ditempuh, mengingat bahwa setiap kali ibunya pasti
pulang setelah pergi selama satu bulan, maka tempat yang
dituju itu mestinya takkan memakan waktu dua puluh hari
lamanya. Entah tempat apakah yang menjadi tujuan ibunya itu
? Dilain pihak Lie Tay Heng berdua anaknya kalau tidak
dibelakang tentu didepan mereka, senantiasa mengikuti
perjalanannya. Hari itu mereka sudah tiba didaerah tapalbatas propinsi Soa Sai, sudah lewat setengah bulan mereka
bepergian, rasanya tempat tujuannya sudah tidak jauh lagi.


Rahasia Bukit Iblis Oleh Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lie Tay Heng berdua anaknya dengan pesat menunggang
kuda melewatinya.
Tiat Pie Sian Ko dengan mendadak saja bertanya: "Lam Jie,
kenalkah kau laki2 dan perempuan yang lewat tadi ?"
Lim Lam terkejut pula, ia menyawab dengan se-tengah2
kata: "Seperti sudah pernah melihatnya entah di-mana."Tiat Pie Sian Ko sambil tertawa menyindir berkata: "Anak
anjing sangat besar nyalinya, berani menguntit perjalanan
kita. Apakah kau tidak mengetahuinya ? Didepan sana ada
suatu tempat bernama Thio Kee Pacu, keadaannya sangat
sepi sunyi, bagus sekali suruh mereka datang untuk menjadi
mangsanya anjing hutan !"
Hati Lim Lam makin terkejut, iapun tidak leluasa untuk
mengatakan bahwa perbuatan mereka itu ada sangkutpautnya dengan ia sendiri, juga tidak dapat ia pergi kedepan
untuk memberi kisikan kepada Lie Tay Heng berdua agar
mereka berlaku hati2, ia hanya menjadi lebih gelisah didalam
hatinya sendiri. Dari wajah ibunya sewaktu ber-kata2, yang
menunjukkan roman geregetan, maka diketahuinya bahwa
ibunya sudah merasa benci bahwa perjalanannya dikuntit
orang.
Didalam hati Lim Lam dak-dik-duk ber-debar2 dan tidak
dapat mengambil suatu ketetapan, hanya ia berharap Lie Tay
Heng dan Lie Kie berdua dapat menghindarkan bahaya.
Tiat Pie Sian Ko ber-kali2 mendesak Lim Lam mempercepat
jalannya. Sungguh setindak demi setindak Lim Lam senantiasa
ter-kejut2 rasa hatinya, Selewatnya sebuah bukit tanah
tertampaklah bukit yang banyak batunya.Ia nampak Lie Tay Heng berdua Lie Kie membiarkan
kudanya jalan per-lahan2, maka didalam hatinya merasa akan
celaka, tak mengerti ia mengapa Lie Tay Heng yang terhitung
seorang ulung dikalangan Kangouw, menguntit orang dengan
menyolok mata demikian ?
Tiat Pie Sian Ko nampak dua orang didepan, ia tertawa
menyindir, suaranya tajam sekali, ternyata suara itu
dikeluarkan dengan mengerahkan tenaga-dalamnya dapat
mencapai jarak jauh. Lie Kie baru saja berkelana didunia
Kangouw, ia menoleh kebelakang. Tiat Pie Sian Ko mengayuntangannya, Lim Lam sungguhpun berada didekatnya, tidak
juga mengetahui gerakan lengan ibunya, tahu2 dua sinar
hitam melesat keluar.
Kedua tunggangan Lie Tay Heng dan Lie Kie yang berada
diantara jarak tiga empat puluh kaki itu, mendadak berdiri dan
meringkuk keras, hampir saja kedua orang yang
menunggangnya bercokol terjatuh kebawah. Setelah mana,
kaki belakang kedua kuda itu, membengkok dan tidak dapat
berdiri lagi.
Lie Tay Heng telah puluhan tahun berkelana didunia Kangouw, ketika nampak kudanya mendadak berdiri, maka tahulah
ia bahwa kudanya terserang orang dengan sembunyi, segera
ia membentak dengan suara rendah: "Kie Jie, lekas jalan
mengikuti aku !"
Meski perlahan suaranya Lie Tay Heng, tetapi Tiat Pie Sian
Ko sudah dapat mendengarnya. Ia tertawa menyindir dengan
sikap seram:
"Bangsat tua, ingin kabur-pun sudah terlambat, besar sekali
nyalimu, apa maksudmu menguntit perjalanan Sian Ko-mu ?"
Lie Tay Heng dikalangan Kang-ouw bukannya seorang yang
tidak ternama, kali ini jika lari sungguh memalukan, maka
terpaksa ia kembali. Ini membuatnya Lim Lam jadi sangat
gelisah.
Baru saja habis perkataannya, kedua tangan Tiat Pie Sian
Ko sudah mengayun be-runtun2, dua gumpulan sinar hitam
melesat, segumpal mengarah Lie Tay Heng, segumpal lagi
mengarah Lie Kie.
Lie Kie tidak mengetahui hebatnya senjata Tiat Pie Sian Ko,
pikir dalam hatinya bahwa ayahnya termasyur sebagai ahli
senjata rahasia, apakah anehna segumpal sinar hitam ?Tetapi Lie Tay Heng sebaliknya tahu akan hebatnya senjata
itu, menampak Lie Kie pasang kuda2 siap akan
menyanggapinya, segera ia berseru:
"Kie Jie, lekas berkelit !" Walaupun begitu, ia tahu bahwa
anaknya bersifat kepala batu, pasti tidak akan menurut
kata2nya, ia berkuatir sangat dan seketika itu tak dapat ia
memikirkan akan keselamatan dirinya, maka ia melompat dan
menyerang Lie Kie dengan Pek Khong Ciang-nya, sehingga Lie
Kie terdorong terpental sejauh puluhan kaki, terhindar dari
bahaya serangan senjata rahasia itu.
Tetapi justru oleh karena ini, tubuh Lie Tay Heng sendiri
berada diantara dua gumpalan sinar hitam. Betapa pesat
jalannya jarum terbang itu, sedetik untuk berpikirpun sudah
tidak ada.
Masih untung bahwa Lie Tay Heng sudah ulung dalam
medan pertempuran, setelah telapak tangannya mendorong
Lie Kie, maka lengannya membalik dan dengan tangan kirinya
serentak berbareng menepak, sehingga mengeluarkan dua kali
suara "wut-wut".
Dengan datangnya angin serangan telapak tangan itu,
jarum2 terbang itu telah dibuat berpencaran, walau demikian,
di waktu jarum terbang itu dihamburkan,
Tiat Pie Sian Ko telah mengerahkan tenaga dalamnya yang
telah mencapai puncak kesempurnaannya, sehingga tenaga
itu dapat menyalur kedalam jarum2 terbang itu, maka angin
yang keluar dari telapak tangan Lie Tay Heng, meskipun dapat
membuyarkannya, tetapi jarum2 itu tidak segera jatuh
kebawah hanya setelah buyar berkumpul pula. Tiat Pie Sian
Ko nampak bahwa jarum2-nya telah berkumpul pula, ia segera
mengerahkan tenaga dalamnya sambil menepak keudara,
jarum2 itu mendapat dorongan dari tenaga Pek Khong Ciang
Tiat Pie Sian Ko, maka lajunya bertambah pula.Lie Tay Heng nampak gelagat jelek, lalu berpikir.
Seandainya ia menggunakan ilmu Pek Khong Ciang-nya pula,
itu akan berarti adu tenaga telapak tangan, umpama kata
tenaganya seimbang pun, tetapi Tiat Pie Sian Ko toh masih
menang diatas angin, karena ia mempunyai jarum terbang
yang jadi pelopornya, dapat juga melukai tangannya. Maka ia
tidak ingin adu tenaga, ia hanya buru2 mencabut rangkaian
Kim Lian Cie yang sampai tujuh kaki panjangnya.
Digetarkannya pergelangan tangannya, maka
melempanglah rangkaian Kim Lian Cie itu bagaikan sebuah
tombak saja.
Ditotolnya Kim Lian Cie itu, berbareng dengan itu tubuhnya
melesat keatas sehingga sepuluh kaki tingginya, karena itu
dua buah gumpalan jarum terbang itu menerobos dibawah
kakinya dan terus jatuh ditanah.
Tiat Pie Sian Ko adalah seorang ahli, nampak Lie Tay Heng
sekali turun tangan nampak cahaya ke-emas2an bergemerlap,
se-akan2 sebuah cambuk lemas, tetapi dengan meminyam
tenaga menotol ketanah ia telah dapat melompat setinggi
sepuluh kaki, maka tahulah ia siapa adanya orang itu. Ia
tunggu sampai Lie Tay Heng sudah turun ditanah, maka
berkatalah ia dengan disertai suara ketawa sindirannya:
"Kukira siapa, tidak tahunya Kim Lian Cie Lie Eng-hiong.
Tetapi mengapakah berbuat sembunyi2 seperti ini. Orang
telah meninggal tetapi masih juga di cari tulang-belulangnya
untuk melampiaskan niat napsunya, begitulah maksudnya ?"
Mendengar akan kata2 itu, Lie Tay Heng jadi tidak dapat
mengerti. Dalam hatinya ia berpikir, terang2 bahwa pada tiga
tahun yang lampau Lim Pek Sin masih hidup, mengapa Tiat
Pie Sian Ko menyebut perkataan "Tulang-belulang" ? Pada
saat itu tidak tahu ia mesti menyawab bagaimana baiknya.Tiat Pie Sian Ko nampaknya ter-bengong2, mengira bahwa
dengan diam2 ia telah mengakuinya, maka timbullah hawa
amarahnya, yang sangat, tangannya menekan pada gerobak.
Sebenarnya kedua tangan Lim Lam berpegang pada kedua
pegangan gerobak itu, kini karena tekanan tangan Tiat Pie
Sian Ko itu, mendadak terasa ada suatu tenaga yang besar
membentur datang, dan kedua tangannya membelah keluar,
diiuar kemauannya sendiri, tubuhnya-pun terpental jatuh pada
jarak dua tiga langkah jauh-nya.
Dengan terdengarnya suara gemertak, maka gerobak yang
beroda tunggal itu sudah hancur ber-keping2.
Tiat Pie Sian Ko sendiripun melompat setinggi sepuluh kaki,
lalu turun berdiri tegak ditanah.
Berhadapan dengan Lie Tay Heng sejarak sepuluh kaki
jauhnya, ia membentak dengan tajamnya, katanya:
"Orang she Lie, hari ini jika masih ada kau maka tiadalah
aku !"
Berbareng habisnya perkataan itu, tangan kanannya mengayun, telapak tangannya dari atas menyerang kebawah,
kelima jarinya membengkok bagaikan kaitan, mencakar
datang.
Mendengar serangan yang membawa angin santer itu, tak
berani Lie Tay Heng mengadu tenaga, maka lengan kirinya
membuat garis setengah lingkaran, di halaunya serangan itu.
Tiat Pie Sian Ko berseru:
"Bagus," tangan kanannya mendadak menepok lengan
kirinya, dengan menerbitkan suara:
"Wut", sudah terlepas dari bahunya, terus menyerang Lie
Tay Heng. Gerakan tipunya ini sungguh di luar dugaan orang ?
Betapa tidak ? Masakah lengan orang dapat dengan begitu
saja dipergunakan sebagai senjata ?Kiranya lengan kirinya itu bukan lengan yang wajar, hanya
terbuat daripada besi, karena dimasa mudanya, ia bertempur
dengan musuh dan kehilangan sebelah tangan, lalu dibuatnya
suatu rangka dari besi sebagai gantinya. Sebutan Tiat Pie Sian
Ko, yaitu Dewi Kayangan Berlengan Besi itupun didapatnya
oleh karena ini.
Tipu yang digunakan itu disebut Siu Lie Kun yaitu mujijat
didalam lengan baju.
Entah sudah berapa banyak orang gagah yang terluka
dengan cara demikian.
Lie Tay Heng pun tidak terkecuali, ia tidak keburu membuat
penyagaan. Walaupun begitu, tidak sia2 pengalamannya
puluhan tahun didunia Kang-ouw yang ia telah dapatkan itu,
ialah menghadapi segala sesuatu yang tidak pernah diduga2nya semula dengan tenang. Maka dengan tipu Tiat Poan
Kio (memasang jembatan besi), tenaganya dipusatkan pada
kedua kakinya, tubuhnya melenggak melengkung kebelakang
serata pahanya, dapatlah ia mengelakkan serangan yang
mendadak itu.
Iapun telah menduga pasti bahwa, setelah Tiat Pie Sian Ko
mengalami serangan yang gagal itu, mesti menyusul jurus
dengan serangan lain, maka lengannya menyampok dengan
tubuhnya tidak diangkat naik lagi.
Rangkaian Kim Lian Cie sepanjang tujuh kaki itu sudah
menyambar keatas, berbentrok dengan tangan besi Tiat Pie
Sian Ko yang sudah ditekankan kebawah untuk menyerang
perutnya itu.
Dengan menerbitkan suara gemerincing, rangkaian Kim
Lian Cie itu sudah melibat lengan besi dengan tiga balutan.
Tiat Pie Sian Ko nampak senjatanya dilibat oleh Kim Lian
Cie, ia mengerahkan tenaganya untuk menariknya kebelakang.Karena tarikan ini, justru tubuh Lie Tay Heng dapat ditarik
bangun. Tiat Pie Sian Ko hendak menarik terus, maka ketika
kaki Lie Tay Heng belum dapat berdiri tetap, ia lalu menarik
lengan lawannya.
Lie Tay Heng sudah menduga akan adanya gerakan ini,
maka ia pun menggunakan tipu Cian Kin Tui, yaitu
memusatkan tenaganya pada kedua kakinya berdiri tegak
ditanah agar tubuhnya tidak tertarik rubuh.Meski demikian, ia agak sedikit lengah, rangkaian Kim Lian
Cie itu tergetar dan membentur kepada dirinya sendiri.
Dalam hati Lie Tay Heng memuji kehebatan Tiat Pie Sian
Ko yang benar2 tidak hanya nama kosong belaka. Ia sendiri
pun lalu menyalurkan tenaga dalamnya kepada Kim Lian Cie,
dan pergelangan tangannya dibalikkan, dengan begitu ia
menahan tenaga membaliknya Kim Lian Cie tadi.
Tengah ia hendak mengutarakan maksud kedatangannya
itu, ia merasa juga, bahwa dengan diam2 menguntit diluar
tahunya orang itu pun suatu tingkah laku yang tidak pantas,
maka rasanya ia sukar sekali untuk membuka mulutnya.
Dengan kesangsiannya itu, mendadak serangan Tiat Pie Sian
Ko sudah tiba lagi.
Dengan orang yang berilmu tinggi bertempur, se-kali2 tidak
boleh lengah. Lie Tay Heng menotolkan ujung kakinya ketanah, tubuhnya melesat kesamping, digerakannya rangkaian
Kim Lian Cie-nya dan melayani-nya dengan mantap.
Tubuh Tiat Pie Sian Ko ramping dan kecil, gerak-an2nya
sangat lincah, lompat naik dan turun dengan gesitnya, lengan
besi yang di pergunakannya pun begitu hebat sehingga
seumpama malaikat dan setan pun tidak berani munculkan
diri.
Dengan mengambil keuntungan dari senjatanya yang
panjang itu, Lie Tay Heng baru dapat melayaninya dengan
berimbang. Sebentar sadia kedua orang itu sudah bertempur
sampai tiga puluh jurus.
Tiat Pie Sian Ko mendadak berseru nyaring katanya:
"Lim Jie, gunakanlah ilmu pedang Cit So Kiam Hoat,dan
bunuhlah budak perempuan itu, jejak perjalanan kita tak boleh
diketahui oleh orang lain ! Jika kau tidak membunuhnya,
tulang-belulang ayah mu pun tak dapat tertaram dengan
tenteram, jerih payahku untuk melindungi-nya yang sudahpuluhan tahun itu, tidak boleh dirusak dengan waktu sehari
saja !"
Mendengar seruan itu, Lim Lam tidak tahu harus berbuat
bagaimana baiknya. Dengan menerbitkan suara gemerincing,
ia mencabut pedangnya, tetapi ia maju mundur tidak dapat
bertindak.
Mendengar keterangan Tiat Pie Sian Ko bahwa Lim Pek Sin
sudah meninggal semenjak puluhan tahun yang telah lampau,
dan gerak-geriknya yang sangat mengandung rahasia itu
semua dimaksudkannya untuk melindungi tulang-belulang Lim
Pek Sin saja.
Pada masa hidupnya mereka suami-isteri saling mencintai,
maka setelah meninggalnya suaminya, ia berbuat yang
sedemikian itu tidaklah mengherankan orang.
Akan tetapi bilamana benar Lim Pek Sin telah meninggal
dunia semenjak puluhan tahun yang lalu, bagaimana dengan
See Hong Hweeshio dan Tiat Pian Gin Kouw, dua orang yang
pernah bertemu dengan Lim Pek Sin itu ? Apakah mereka
bersua dengan setan ? See Hong Hweeshio tidak bertemu
sendiri dengan Lim Pek Sin, ini dapat juga dibuat alasan,
tetapi Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo toh berhadapan sendiri
dengan Lim Pek Sin, bagaimana sebenarnya ini ? Karena
lamunan ini, gerakan Li? Tay Heng dengan sendirinya menjadi
lambat,
Tiat Pie Sian Ko begitu ada kesempatan lantas menyerang.
Langsung kedada Lie Tay Heng. Rangkaian Kim Lian Cie ada
diluar, tak dapat segera ditarik pulang, terpaksa ia menangkis


Rahasia Bukit Iblis Oleh Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan tangan kirinya, tetapi belum juga pukulan itu terhalau
atau sudah terdengar suara "Sret", baju serta kulit dan daging
tangan Lie Tay Heng terpapas sepotong dan darahnya
mengucur keluar.Nampak ayahnya terluka, Lie Kie bergelisah didalam
hatinya, maka digerakkannya senjatanya dan maju membantu
ayahnya.
Tiat Pie Sian Ko yang dikerubuti berdua, semakin hebat dan
seru serangannya.
Ilmu silat Lie Kie masih jauh ketinggalan tingkatnya,
perbuatannya itu bukan saja tidak dapat membantu pada Lie
Tay Heng, sebaliknya malah membuat Lie Tay Heng memecah
perhatiannya, sehingga belum lewat sepuluh jurus lagi, sudah
nampak banyak kelemahannya,
Lie Kie terlebih jelek lagi keadaannya, banyak sekali
menunjukkan keadaan yang sangat berbahaya.
Nampak keadaan begitu hati Lim Lam jadi sangat gelisah,
karena sudah sangat kepepet, terlepaslah katanya dengan
berseru:
"Ibu, jangan berkelahi terus, semua orang sendiri !"
Tiat Pie Sian Ko tercengang dan lompat mundur tiga kaki
dan berkata: "Apa katamu ?"
Baru sadarlah Lim Lam bahwa ia telah kelepasan kata,
maka ia tidak berani bersuara lagi, karena takutnya.
Lie Tay Heng menggunakan ketika ini membuka mulutnya
dan berkata: "Tiat Pie Sian Ko, aku yang rendah pernah
bertemu dengan Lim-heng dipuncak gunung Thay San
puluhan tahun yang telah lampau, sedari waktu itu aku sudah
mengakuinya dia sebagai pendekar yang besar pada zaman
ini, selanjutnya walaupun kami belum pernah bersua pula,
tetapi jika ada orang yang hendak memusuhinya, aku yang
rendah pasti tidak setuju dan menentangnya !"
Kata2 itu di ucapkan Lie Tay Heng dengan setulus hatinya,
disertai nama harumnya dikalangan Kang-ouw, maka hati Tiat
Pie Sian Ko menjadi pilu dan berkata: "Sayang ia sudah siang2
menjadi badan halus !"Lie Tay Heng terkejut dan berkata: "Bilamanakah ia
berpulang ?"
"Sesudah pertemuan dipuncak Gunung Thay San." Jawab
Tiat Pie Sian Ko.
Lie Tay Heng ter-heran2 seraya berkata: "Tiga tahun yang
lampau, digedung Lim Siang-kok dikota Siang Yang ..."
Tiat Pie Sian Ko tidak menunggu habisnya perkataan Lie
Tay Heng, segera memotong katanya: "Kim Liah Cie, kau
bersumpahlah !"
Lie Tay Heng tercengang dan bertanya: "Apa katamu ?"
Tiat Pie Sian Ko berkata: "Jika kau membocorkan rahasia
apa yang kau lihat serta dengar, kau takkan mati secara wajar
! Kau ketahui, dikala Pek Sin masih hidup, terlampau banyak
musuhnya, belakangan namanya yang makin memuncak
sebagai pohon besar mendatangkan angin besar. Sebelum dan
sesudah pertemuan dipuncak gunung Thay San, ia sudah
merasa walau ia sendiri tidak mencari musuh pun, sebaliknya
musuh akan mencari ia. Ia berkelana, seharipun tak dapat
tinggal tenteram dirumah. Biarpun kau dapat tinggal dengan
menyembunyikan diri ditempat yang sunyi, namun orang akan
dapat menggunakan segala akal menempuh segala jalan
untuk mencarinya. Sekarang ia sudah meninggal. Semasa aku
masih hidup dan keempat anak masih di-dunia, haruslah di
jaga tulang belulangnya terpendam dengan tidak terganggu,
agar supaya dapat tidur se-lama2nya dengan tenang dibawah
tanah. Kim Lian Cie, pengharapanku yang sedikit ini tentunya
kaupun akan memakluminya bukan ?" perkataan yang terakhir
ini telah dikeluarkannya dengan nada yang sedih.
Mengingat pada waktu pertemuan dipuncak gunung Thay
San, dimana Lim Pek Sin memintanya Lie Tay Heng jangan
ikut turun tangan, maka sesungguhnya sudah menunjukkan
wajah menyesal serta bosan akan cara hidup dalam kalanganKangouw yang saling balas membalas dendam tiada henti2nya
itu. Karena mengingat akan hal itu, maka ia lalu mengeluarkan
kata sumpah-nya, setelah itu iapun menyuruh Lie Kie
meneladani apa yang ia perbuat.
Nampak persoalannya sudah agak terang, dan hampir
dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi, diantara kata2
sebelah huruf dulu itu, selain perkataan "Dibawah bukit Mo
Gay" yang belum jelas artinya, semua sudah mendapat
tafsirannya, maka Lim Lam yang memang cerdas itu, lalu
dapat menebak bahwa huruf "Kati" itu sebenarnya adalah
belahan dari huruf "Sin" yang sudah terbakar sebagian.
Kiranya ibunya sudah percaya bahwa Lie Tay Heng adalah
orang baik2, maka dengan menggunakan kesempatan yang
bagus ini Lim Lam berkata pada ibunya: "Ibu, tahukah kau
bahwa Lie Lopek telah menjadi tetangga kita selama enam
tahun ini ?"
Mendengar perkataan itu, Tiat Pie Sian Ko menatap wajah
Lie Kie seraya berkata: "Kiranya itu sebabnya, maka waktu
kusuruh kau turun tangan, lama juga kau tidak mau
bergerak."
Lim Lam berdua Lie Kie menjadi jengah dan wayahnya
menunjukkan roman ke-merah2an.
Tiat Pie Sian Ko berkata: "Jalanlah !" Maka keempat orang
ber-sama2 jalan menuju kegunung Ngo Tay San. Tengah hari
mereka sudah tiba dibawah kaki gunung.
Ditengah di jalan Lim Lam ingin menanya ibunya, tetapi
nampak wajah ibunya yang sedih itu, ia tidak berani
mewujudkan niatnya.
Setelah mendaki gunung, mereka lalu mengambil jalan
kecil. Pada waktu magrib sudah tiba ditempat yang sama
sekali tiada jalanannya.Justru pada waktu itu, ada dua orang pencari kayu bakar
turun gunung, nampak kedatangan Tiat Pie Sian Ko berempat
jadi melongo terkesima.
Setelah Tiat Pie Sian Ko berempat sudah pergi jauh, maka
salah seorang pencari kayu itu berkata: "Yang seorang tadi,
bukankah Kuan Im Po Sat yang datang kesini tahun yang lalu
? Lihatlah pohon yang patah itu masih tetap disitu !"
"Benar, yang tua itu mestinya dewa Tay Pek Kim Che, dan
sepasang pemuda-pemudi itu tentulah Kim Tong dan Giok Lie.
Kita dapat menyaksikan wajah dewa2, sungguh besar rejeki
kita. Hayo, bersujudlah !"
Berempat mereka membelok kesuatu sudut batu gunung,
tak lama kemudian terlintanglah sebuah jurang yang dalam,
dan diseberangnya ada sebuah lamping gunung yang curam.
Tiat Pie Sian Ko berkata: "Itulah lamping gunung Pit Mo
Gay digunung Ngo Tay San !"
Semua mengira bahwa disitu adalah jalan buntu, tetapi Tiat
Pie Sian Ko sebaliknya lompat langsung ke-depan. Jurang itu
kira2 tiga puluh kaki lebarnya, meskipun dengan cara
melompat jauh dapat mencapainya, namun pada lamping
gunung itu tiada tempat menginyakan kaki, entah bagaimana
setelah tubuhnya Tiat Pie Sian Ko menurun kira2 sepuluh kaki
jaraknya, tak diketahui lagi orangnya sudah tiba dilamping
sana, ujung kakinya di-lonjorkan untuk membuka serumpun
rotan kering, nampaklah undakan batu.
Jika dilihat dengan teliti, maka rumpunan rotan kering itu,
serumpun berada disebelah kiri, serumpun disebelah kanan,
jika tidak disingkap oleh Tiat Pie Sian Ko lebih dahulu, siapa
pun tak dapat mengetahui bahwa disitu ada undankan batu
untuk menempatkan diri.
Tiat Pie Sian Ko terus jalan menurun dituruti oleh ketiga
orang lainnya, setelah jalan kira2 dua jam lamanya, barulah
tiba dilembah gunung.Dan mendadak terlihat sinar terang, ada keluar tiga orang
menjemput mereka sambil berkata: "Ibu dan Sie-tee sudah
tiba ? Eh, mengapa ada lain orang ?"
Lim Lam mengarahkan pandangannya kepada mereka,
ternyata mereka itu bukan lain daripada ketiga orang
kakaknya.
Dibawah lembah gunung itu ada sebuah lobang besar,
dibagian atas lobang itu terselip sebutir mutiara terang.
Tiat Pie Sian Ko menunjuk mutiara itu seraja berkata :
"Itulah barangnya See Hong Hweeshio digunung Bu Beng San
yang telah aku ambilnya, pada enam tahun yang lampau,
dengan meminjam nama suamiku untuk mengambilnya."
Sehabis berkata begitu ia menunjuk pula kepada jalan
gunung yang menurun itu seraya berkata:
"Setelah Pek Sin meninggal, aku selalu tak dapat lupakan
dia, sehingga aku jatuh sakit karena terlampau sedih. Diwaktu
tidur aku sering2 kaget dan bangun dari mimpi dan mengigau
tidak karuan.
"Swat Sam Liok Mo atau Enam Iblis dari gunung Swat San,
walaupun menyebabkan Pek Sin meninggal dunia karena
kehabisan tenaga, tetapi mereka pun satu persatu tiada yang
dapat meninggal secara wajar.
"Didalam kalangan Kang-ouw dapat dikatakan tiada
seorang pun yang mengetahui bahwa Lim Pek Sin sudah
meninggal dunia.
"Aku sendiri terlebih lagi tidak mengingini diumumkannya
berita mengenai kematian suamiku itu. Oleh karenanya
rumahkupun kubuat daripada besi, untuk menghindari orang
mencuri dengar suara ngigauku. Ah, sakit hati Lim Pek Sin,
jika hendak dibuat perhitungan, kami masih dapat mencari
guru atau murid2 Swat San Liok Mo untuk memberes-kannya.Sebaliknya merekapun mestinya telah memeras otak,
menggunakan segala daya upaya untuk mencari kami.
"Tetapi aku sudah tidak mempunyai niatan membuat
perhitungan semacam ini. Setelah Pek Sin mendapat luka,
terus-menerus ia rebah tujuh hari tujuh malam baru
meninggal dunia.
"Dan selama tujuh hari tujuh malam itu ia sudah dapat
menembusi segala perasaan cinta atau sakit hati, suka atau
duka orang hidup didunia ini, setelah ia mewariskan inti-sari
ilmu pedang Tiit So Kiam Hoat, ia lalu menutup mata untuk
se-lama2nya. Karena hendak menghindari mata dan telinga
orang, maka aku hanya berani membawa seorang anak
setahun sekali kesini. Kim Lian Cie, perkataanku habislah
sudah sampai disini, kata2 sumpah yang telah kau ucapkan
tadi harap selalu mengingatnya !"
Maka didalam alam pikiran Lie Tay Heng berkelebat suatu
pandangan, bahwa selama hidup Twat Beng Tui Hun Cit So
Kiam Lim Pek Sin malang melintang didunia Kang-ouw, ia
dapat berbuat se-mau2nya, tetapi pada akhirnya ia pun
menyadari segala rasa cinta dan kebencian dialam dunia ini
semua hanyalah kosong belaka, karenanya ia tidak ingin
menyuruh anak2nya mencari balas. Tetapi lain orang lain
pikiran, maka tidak dapat dipastikan apakah musuh2nya tidak
akan menuntut balas ?
Nampaknya kecuali mereka tidak keluar dari lembah
gunung ini untuk selama-lamanya, maka suatu waktu pasti
akan tidak dapat menghindari berhadapannya mereka yang
saling bermusuhan itu.
Dan pertikaian akan dapat timbul pula. Mengingat akan hal
ini Lie Tay Heng jadi menghela napas panjang seraya berkata:
"Sian Ko, legakanlah hatimu, aku berjanji takkan memboorkan
meski sepatah katapun, lagi pula anak perempuan ..........."Tiat Pie Sian Ko berkata: "Aku sudah melihatnya, aku tidak
cari mereka tapi mereka pasti akan mencari-ku, kepandaian
menyaga diri tak boleh tidak harus di yakini. Kelak setelah
Lam Jie belajar ilmu pedang Cit So Kiam Hoat dua tahun
kemudian, pasti kuperkenankan dia kembali kepada anak
perempuanmu."
Mendengar perkataan ini wajah Lim Lam dan Lie Kie
masing2 menjadi merah karena jengahnya. Tetapi mengingat
bahwa sesudah lewat dua tahun mereka akan dapat
berkumpul pula, maka rasa hati mereka pun menjadi
tenteram.
Lie Kie menundukkan kepala tidak ber-kata2, sedang Lie
Tay Heng sebaliknya lantas berkata: "Kie Jie, mari kita berlalu
!"
Terpaksa Lie Kie dengan hati yang berat meninggalkan
orang yang di cintainya, mereka mendaki gunung melalui jalan
yang tadi mereka lalui, setelah mereka lewat, maka tingkatan
batu itu menutup pula, sehingga sedikitpun tiada
menunjukkan bekas2nya.
Dalam perjalanan turun gunung Ngo Tay San itu, dalam
alam pikiran Lie Tay Heng masih tetap membayangkan
keadaan dunia persilatan yang menakutkan.
Walaupun seorang gagah perkasa sebagai Lim Pek Sin,
sampai pada akhirnya setelah ia meninggal dunia toh masih
memerlukan anggota keluarganya berkebat-kebit hati-nya,
barulah kuburannya dapat diamankan.
Mengingat akan hal ini tiada henti-hentinya ia menghela
napas merenungkan nasib penghidupan orang.
TAMAT
-o0o))dw((o0o-PENGUMUMAN
Cerita Pendekar* Dataran Tinggi seharusnya terdiri dari 4
(empat) jilid, jadi bukan 14 (empat belas) jilid sebagaimana
tertera didalam keterangan kami yang terdahulu. Dengan ini
kesalahan itu kami benarkan, harap para pembaca menjadi
maklum hendaknya.
Terima kasih, Penerbit.
Akan terbit:
Bunga Melur Dari Indragiri
Benarkah seorang yang telah mati dapat hidup kembali?
Mengapa dia disebut sebagai gadis Mysteri?
Jawabannya akan saudara dapati dalam cerita:
Inilah sebuah cerita drama yang dalam bahasa asli-nya
(bahasa Tionghoa) telah berhasil mengikat hati banyak
penggemar, sebuah cerita yang telah dibaca oleh puluhan ribu
orang, kini sengaja kami terbitkan dalam bahasa Indonesia
yang baik, terpelihara dan enak dibaca. Diselingi pula oleh
sepuluh gambar isi yang sedap dipandang-mata dan tak
membosankan. Jangan saudara lewatkan cerita sebaik ini
dengan begitu saja!
Saduran: Kwee Swie Tiap
III : Siauw
Susah bagi saudara menjumpai cerita sehebat dan begitu
menarik serta enak dibaca seperti cerita:
Telah terbit jilid pertama dan ke-2, jilid-jilid selanjutnya
segera menyusul.
Omslag : Depan-belakang. 3 warna indah menarik,
di vernis diatas kunstdruk 150 gram.Hiasan dalam: 8 lukisan indah mengesankan.
Harga : Rp. 26,?
Malaikat Dan Iblis 4 Kibot 02 Misteri Kapal Tua My Name Red 11

Cari Blog Ini