Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra 3

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying Bagian 3


Beng To.
"Setelah dipakai apakah kemudian dikembali kan kepada
lawan?"
"Setelah habis dipakai mana mungkin masih ada sisa
tenaga untuk dikembalikan? Apa lagi setelah tenaga dalam
orang itu disedot hingga habis paling sedikit keadaan lawan
sudah seperti orang cacat, walaupun kau mengembalikan
tenaga dalam-nya kembali kepadanya, dia tidak akan bisa
menerimanya kembali!"
"Apakah berubah seperti orang tua ini?" tanya Pei-pei
sambil melihat ke arah Tong Pek-coan.183
"Sebenarnya dia bisa saja merasa nyaman tapi dia
menolak mengeluarkan ilmu lweekangnya, aku tidak bisa
berbuat apa-apa, terpaksa menyuruh Suhu menggunakan
guna-guna memancing tenaga dalamnya keluar."
"Kalau dia menolak kita bisa mencari orang lain!" kata
Pei-pei.
"Orang yang kubutuhkan bukan orang biasa, dia harus
seorang pesilat tangguh yang mempunyai ilmu lweekang
tinggi. Pesilat tangguh seperti dia, mencari satu pun harus
dengan susah payah!"
"Kalau dia menolak..."
"Terpaksa dipaksa!" kata Beng To sambil tertawa,
"sebenarnya siapa yang rela menyerahkan tenaga dalamnya
yang sudah susah payah di latih selama puluhan tahun
kepada orang lain!"
Pei-pei terus menatap Beng To dengan pandangan aneh,
walaupun dia mempunyai ilmu tinggi tapi pengalamannya
kurang juga karena dia adalah seorang putri, tidak pernah
meninggalkan perbatasan Biauw, mengenai masalah baik
dan jahat, dia tidak terlalu dalam mengetahuinya.
Di depan mata tampak yang satu gurunya sedang yang
satu lagi adalah kakaknya. Sepanjang hidupnya dia tidak
merasa kalau mereka berbuat kesalahan, sekarang setelah
mendengar semua penjelasan guru dan kakaknya, dia
merasa semua itu masuk akal, hal inilah yang membuatnya
merasa aneh!184
Wan Fei-yang melihatnya, diam-diam menarik nafas,
akhirnya dia tidak tahan dan berkata:
"Itu sifat seorang perampok!"
"Bisa dikatakan seperti itu!" kata Beng To.
"Tapi kalau kau berdiri di pihak seorang pesilat, dia harus
melakukan hal seperti ini, untuk membaktikan kalau ilmu
silat jenis ini benar-benar ada, dia harus melebarkan
ilmunya."
"Apakah tetua tidak merasa semua ini terlalu egois?"
Wan Fei-yang melihat Sat Kao dengan serius.
"Kalau aku egois, aku tidak akan menerima murid
kemudian mengajarkan ilmu ini kepadanya!" jawab Sat Kao.
Wan Fei-yang tidak bisa berkata lagi dia hanya tertawa
kecut.
"Pengalamanmu di dunia persilatan sangat sedikit karena
itu kau tidak bisa menerimanya, tapi aturan itu berada di
hati setiap orang..." kata Wan Fei-yang.
Sat Kao menggelengkan kepala:
"Mempunyai hak adalah aturan umum, seperti Bu-tongpai yang telah mengambil Thian-can-sin-kang dan
menjadikan ilmu itu menjadi miliknya."
"Ini mungkin kesalahan perguruan kami, tapi kami sudah
menggubah rumus Thian-can-sin-kang sehingga tidak perlu
mengorbankan orang lain lagi.,."
"Maksudmu, kalau kami pergi ke Bu-tong-pai, mereka
akan memberi tahu cara berlatih Thian-can-sin-kang?185
Apakah betul Bu-tong-pai bisa mempunyai jiwa yang begitu
besar?" tanya Sat Kao.
"Asal tujuan kalian benar, aku percaya..."
Sat Kao tertawa dan memotong:
"Apakah tujuannya benar atau tidak, itu hanya kata-kata
dari satu pihak, kau hanya bisa percaya saja!"
Wan Fei-yang terdiam lagi, dia teringat dulu di Bu-tongpai dia pernah menjadi seorang kuli dan dihina!
Sat Kao menatapnya dan berkata:
"Ilmu silat tidak bisa diduakan, di Bu-tong-pai orang yang
seperti kau sepertinya tidak ada!"
"Memang tidak banyak, tapi tetap ada!" kata Wan Feiyang.
Kouw-bok dan Pek-ciok Tojin adalah orang seperti itu,
tapi murid Bu-tong yang lain apakah ada yang seperti
mereka?
Sat Kao tertawa lagi, lalu mengganti topik pembicaraan:
"Orang yang mati di tangan Beng To seperti mati karena
Thian-can-sin-kang. Maka perkumpulan dan teman dari
orang-orang yang mati itu mencari Bu-tong-pai, dan mereka
memaksamu harus mencari tahu bukan?"
"Benar..." jawab Wan Fei-yang, dia berkata kepada Beng
To, "sebenarnya Tuan tidak perlu sampai membunuh!"
"Awalnya aku tidak bisa menguasai diri dan tidak
mempunyai cara lain, kalau kau mengira aku sengaja
memindahkan malapetaka ini ke bahumu, kau salah!"186
"Thian-can-sin-kang dari Bu-tong-pai belum lama
muncul, setelah Beng To dicurigai sebagai Wan Fei-yang,
kami baru menaruh perhatian."
"Kami sudah terpikir kalau kau akan datang kemari,
hanya saja tidak menyangka, kau akan datang begitu cepat,
ini di luar dugaan kami!"
"Aku sudah datang maka aku harap hal ini bisa
dibereskan!"
"Dengan cara apa kau bisa membereskan semua ini?"
tanya Beng To.
"Mengaku kalau semua ini adalah hasil perbuatanmu
kepada khalayak dunia persilatan, kau harus jujur!"
"Aku memang berniat seperti itu!" kata Beng To.
"Kapan?"
"Sekarang..." jawab Beng To.
Wan Fei-yang terpaku. Pei-pei merasa terkejut juga
senang melihat Beng To:
"Kami sudah menyalahkanmu!"
"Aku tinggal di sini pun tidak ada artinya lagi!" kata Beng
To. "Apakah karena kau sudah menguasai ilmu seperti Thiancan-sin-kang itu?" tanya Wan Fei-yang secara tiba-tiba.
"Kau datang pada saat yang tidak tepat, kalau tidak, kau
pasti bisa mencegatku!"
"Kau kira Thian-can-sin-kang yang kau miliki ini tidak
terkalahkan oleh siapa pun dan tidak perlu
mengkhawatirkan sesuatu?"187
"Itu sudah terbukti!" jawab Beng To begitu yakin.
"Walau bagaimana aku tidak perlu menjelaskan lebih
detail lagi. Teman-teman dunia persilatan pasti akan tahu
bahwa pembunuhnya bukan aku!"
"Aku tidak ingin memalsukan identitasmu, orang curiga
kepadamu tidak ada hubungannya denganku!" kata Beng To.
"Sebelum berhasil kau tidak ingin orang lain tahu
identitasmu yang sebenarnya supaya tidak muncul kesulitan
di kemudian hari!"
"Aku memang tidak takut direpotkan, tapi aku tetap
tidak mau semua itu mengganggu laju karirku!"
"Takutnya setelah diumumkan kau akan menemui
banyak rintangan, apakah kau sudah siap menghadapinya?"
"Harus melihat bagaimana reaksi mereka, kalau tahu
mereka bukan lawanku, tapi tetap tidak mau tunduk
terpaksa aku membuka puasa untuk tidak membunuh!"
"Lalu apa tujuanmu?"
"Dulu apa cita-cita Tokko Bu-ti dari Bu-ti-bun?"
"Tidak terkalahkan dan menjadi pemimpin dunia
persilatan."
"Apakah itu juga cita-citamu?" tanya Wan Fei-yang lagi
sambil menarik nafas.
"Tidak ada hal yang lebih berarti dari pada tujuan itu,
orang Han selalu menganggap remeh suku Biauw dan
mengira suku Biauw adalah suku terbelakang..."
"Mungkin hanya sebagian suku Han saja..."188
"Kau bukan orang suku Biauw jadi kau tidak
merasakannya, aku lihat kau pertama kali datang kemari dan
kau sama sekali tidak tahu bagaimana orang suku Han
bergaul dengan orang suku Biauw, orang Han selalu
menjebak gadis Biauw, menipu mereka."
"Dan kau berhasil, sampai-sampai adikku..." kata Beng
To sambil tertawa
"Koko..." Pei-pei berteriak.
Pei-pei menghentakkan kaki tapi dia terlihat tersenyum,
Beng To tertawa:
"Adik, nasibmu sungguh baik, tidak salah mencari orang.
Walaupun dia tidak segagah dan seperkasa seperti kakakmu
ini tapi dia adalah pesilat nomor satu di dunia persilatan
Tionggoan."
"Tapi mengapa kau galak kepadanya!" tanya Pei-pei
pelan.
Mata Beng To berputar:
"Tenanglah, apakah aku yang menjadi kakakmu tidak
bisa melihat bahwa kau benar-benar menyukai Wan Feiyang?"
"Pantas orang Han selalu mengatakan bahwa
perempuan selalu mementingkan keluarga suami, belum
menikah pun kau sudah..."
"Koko..."
"Marga Wan, apa pendapatmu?"
"Kau bertanya kepadaku..."189
"Aku lihat kau bukan orang bodoh, kau seharusnya
mengerti maksudku!"
"Kita sudah menjadi satu keluarga, apakah harus saling
membunuh?"
Wan Fei-yang terpaku di sana, Beng To berkata lagi:
"Aku berpikir, kau mempunyai Thian-can-sin-kang dan
itu tidak mudah diperoleh, asal kau tidak membuatku repot,
aku tidak akan membuatmu sulit!"
Wan Fei-yang ingin mengatakan sesuatu tapi Beng To
sudah berkata lagi:
"Yang pasti lebih baik kita bekerja sama!"
Sat Kao mendengar semua percakapan itu, dia segera
menyela:
"Kalau kalian bekerja sama tidak ada yang bisa
mengalahkan kalian di dunia ini."
"Wan-toako, setuju lah!" bujuk Pei-pei.
Wan Fei-yang tertawa dengan kecut, bertanya:
"Kalau orang Tionggoan tidak bisa menerimanya,
bagaimana caramu menghadapinya?"
Beng To bersikap meremehkan:
"Aku akan membunuh mereka satu per satu, sampai
mereka semua tunduk kepadaku!"
Wan Fei-yang menggelengkan kepala, Sat Kao berkata:
"Aku tidak pernah melihat ada orang yang tidak takut
mati!"
"Kau salah, Sat Lo-cianpwee!"
Wan Fei-yang menatap Tong Pek-coan.190
Wajah Sat Kao terlihat marah. Sewaktu dia akan
mengatakan sesuatu, Beng To sudah menyela:
"Marga Tong ini sudah tua, mungkin dia sudah bosan
hidup..."
Dia tidak meneruskan kata-katanya, dia seperti tidak
punya cukup alasan dan sepertinya dia tiba-tiba teringat
sesuatu.
"Orang seperti ini di antara sepuluh ribu tidak ada satu!"
kata Sat Kao.
"Tapi di depan mata sudah ada 2 orang Tionggoan dan
kedua-duanya sudah..." kata Wan Fei-yang.
"Apakah kau juga bosan hidup?" tanya Beng To
memotong.
"Ini bukan masalah bosan atau bukan."
"Apakah kau berniat berseberangan denganku?"
"Kalau kau menjadikan orang Tionggoan sebagai musuh,
aku adalah salah satunya, aku tidak bisa berpangku tangan
hanya melihat saja!"
"Apakah kau mendengar ucapannya?" Beng To melihat
Pei-pei.
"Sepertinya dia juga salah!"
"Aku yakin kau akan berpihak kepadaku dan menasihati
dia," kata Beng To tertawa dengan dingin.
Pei-pei menggelengkan kepala, dia ingin mengatakan
sesuatu. Beng To sudah mengayunkan telapaknya, tenaga
besar menghantam Pei-pei. Pei-pei merasa nafasnya sesak
nafas, dia pun mundur!191
Beng To melayangkan tangan ke arah Wan Fei-yang:
"Ayo...."
"Apakah kau sudah mengambil keputusan?"
Wan Fei-yang tetap bertanya.
"Ucapan seorang laki-laki yang sudah keluar tidak akan
ditarik kembali, kau masih menunggu apa lagi?" bentak Beng
To. Sat Kao tiba-tiba tertawa:
"Aku belum pernah melihat ada orang sebodoh ini, dia
harus tahu, dia tidak akan bisa melawanmu!"
"Aku tidak melarang adikku menyukai orang bodoh
seperti ini!"
"Dari mana kau tahu kalau dia bodoh?" Tanya Pei-pei.
"Ilmu silat yang kita latih adalah sejenis, tapi dia masih
seperti manusia biasa, coba lihat aku..."
Dari tadi Pei-pei sudah memperhatikan kulit Beng To
yang berbeda. Sekarang setelah dilihat dengan teliti, dia
mulai merasakan hatinya menjadi dingin.
Beng To mengatur nafas, otot di tubuhnya terus
bergetar, dengan dingin dia berkata:
"Mungkin inilah kehendak Langit, setelah orang Bu-tongpai mencuri ilmu ini mungkin merasa bersalah sebab tidak
seluruh ilmunya berhasil dicuri mereka!"
"Ilmu lweekang Mo-kauw tidak mudah diberhentikan!"
kata Sat Kao.
Wan Fei-yang menggelengkan kepala:192
"Ilmu lweekang Mo-kauw berbeda dengan ilmu


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lweekang perguruan lurus, ilmu itu terlalu kejam, Couw-su
tidak ingin melukai orang yang tidak bersalah maka Thiancan-sin-kang diperbaikinya lagi. Berlatih Thian-can-sin-kang
tidak perlu melukai orang karena cara berlatihnya tidak
sama maka hasilnya pun berbeda"
"Apakah itu benar?" Sat Kao setengah percaya.
"Kalau begitu, mungkin perlu dicoba, kalau bertarung di
dalam gua aku yang akan beruntung, karena aku sangat
hafal dengan tempatnya, jika kau kalah pasti tidak akan
menerimanya!"
"Bagaimana kalau bertarung di luar gua? Atau kau mau
memilih sendiri tempat dan waktunya?"
Setiap perkataan Beng To terdengar selalu penuh
keyakinan bisa menang. Sat Kao berseri-seri dia juga merasa
bangga terhadap muridnya.
Dari menemukan rahasia ilmu lweekang, sampai memilih
Beng To menjadi murid yang belajar ilmu ini, telah membuat
Sat Kao menghabiskan banyak jerih payah. Keberhasilan
Beng To adalah panen terbesar baginya.
Wan Fei-yang tampak berpikir sebentar baru menjawab:
"Di luar gua."
Kemudian dia meletakkan kedua tangannya di pundak
Tong Pek-coan.
Beng To tertawa dingin:
"Tenanglah, aku tidak akan membunuh dia, sepertinya
kau benar-benar orang yang menjaga keadilan, dirimu pun193
belum tentu bisa dilindungi, masih memperhatikan orang
lain!"
Wan Fei-yang mengangguk:
"Kalau aku kalah, aku tidak akan bisa membawanya
pergi!
"Kau tidak kemari pun aku akan tetap akan
mengantarkan dia kembali ke Tong-bun, tidak perlu
mengkhawatirkan orang tua ini!"
Sorot matanya terlihat khusus, walaupun Wan Fei-yang
mengawasi, dia tidak tahu apa alasannya.
Kedua tangan Beng To dibuka, seperti seekor kelelawar
terbang keluar gua. Kepompong yang sudah mengering
terjatuh dari tubuhnya, setelah terjatuh kepompong itu
segera menciut.
Sat Kao berseri-seri, dia terbang ikut di belakang Beng
To. Lonceng bersinar emas terus berdentang, rambut yang
panjang terus melayang. Dilihat dari arah mana pun dia tidak
seperti seorang manusia, benar-benar seperti siluman.
Wan Fei-yang belum bergerak. Pei-pei sudah menarik
tangannya:
"Apakah benar kau ingin bertarung dengan Kokoku?"
"Tidak ada cara untuk membereskan masalah ini!"
"Aku harus melakukan apa lagi? Berdiri di pihakmu atau
di pihak Kokoku?"
Wan Fei-yang hanya bisa tertawa dengan kecut, dia tidak
bisa menjawab.194
Di dasar danau terdapat banyak batu besar yang
bermunculan ke permukaan. Beng To menunggu di salah
satu batu besar itu.
Sat Kao duduk bersila di atas sebuah batu lain. Dia
membawa sebuah genderang berbentuk aneh. Melihat Wan
Fei-yang keluar dari gua, dia seperti tidak sengaja memukul
dengan pelan genderang itu 3 kali.
Suara genderang terdengar sangat berat, jantung terasa
berdebar-debar. Sorot mata Wan Fei-yang menatap ke arah
genderang itu.
Sat Kao segera berkata:
"Tenanglah, aku jamin pertarungan ini pasti dilakukan
dengan adil!"
"Karena kau yakin kalau muridmu yang akan menang?'
"Walaupun Mo-kauw dipandang rendah dan keji, tapi
dibanding Bu-tong-pai mencuri ilmu Mo-kauw kemudian
menampilkannya dengan wajah baru dan menamakannya
Thian-can-sin-kang, sekarang menghadapi ilmu Iweekang asli
dari Mo-kauw, aku yakin kau pasti yang akan kalah!"
"Kalau kau mau berlutut memohon ampun, mungkin aku
akan melepaskanmu!" kata Beng To sambil tertawa.
"Koko..."
Mata Beng To berputar:
"Maksudku dengan melepaskan dia adalah pada bagian
ilmu silat, biasanya orang Tionggoan selalu kasar dan tidak
tahu aturan, kalau dia mempunyai ilmu tinggi dan ingin
tinggal di perbatasan Biauw, itu bukan hal gampang, lebih195
baik dia menjadi orang biasa. Dan dia bisa menemanimu
seumur hidup!"
"Tapi dia tidak akan hidup senang atau bahagia!"
"Sekarang kakak juga tidak merasa senang atau
bahagia!" kata Beng To sambil tertawa, dia melambaikan
tangan kepada Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang melayang di atas air dan turun di atas batu
tidak jauh dari Beng To.
Melihat gaya melayang Wan Fei-yang tampak ilmu
silatnya memang tidak rendah!
Setelah turun Wan Fei-yang tidak bergerak tapi dilihatlihat lagi seperti sedang bergerak.
Mata Beng To tampak bercahaya, kemudian dia
membentak, batu besar yang diinjaknya segera pecah
berantakan seperti dibom!
Beng To terjatuh, tapi dia melayangkan tangannya. Batubatu yang hancur itu menyatu kembali dan terbang
menerjang ke arah Wan Fei-yang.
Semua terjadi begitu tiba-tiba dan mengguncangkan
bumi. Pei-pei belum pernah melihat keadaan begitu
mencengangkan dia terkejut dan berteriak.
Sat Kao pun seperti terkejut, apa yang Beng To lakukan
memang di luar dugaannya.
Sikap Wan Fei-yang masih terlihat seperti biasa, kedua
tangannya menyambut batu yang menyerangnya.
Gerakannya sangat cepat, batu-batu hancur itu dicengkeram
dan dikumpulkannya, walau pun tidak bisa kembali ke196
bentuk semula tapi sudah berkumpul menjadi sebongkah
batu, dia melempar batu itu ke dalam air, batu itu hancur.
Tawa Sat Kao berhenti.
Wan Fei-yang seperti tidak pernah terjadi sesuatu, dia
tetap melihat wajah Beng To. Setelah dia melempar batu itu
dia pun mundur, sekarang dia duduk di atas sebuah batu
besar melihat cara Wan Fei-Yang menangani serangannya.
Permukaan air kembali tenang. Wajah Wan Fei-yang
tetap tidak terjadi perubahan, dia bersiap menyambut
serangan Beng To berikutnya.
Tiba-tiba Beng To membentak, dia terbang meninggalkan
batu tempat di mana dia duduk dan menerjang ke arah Wan
Fei-yang.
Batu besar itu seperti diikat oleh sesuatu, menempel di
kedua kaki Beng To, Beng To berputar, batu besar itu pun
ikut berputar.
Beng To berputar semakin cepat di tengah udara, batu
itu pun ikut berputar dengan cepat, kemudian batu itu
terlepas dan terbang ke arah Wan Fei-yang.
Melihat batu besar itu datang-menyerang, kedua tangan
Wan Fei-yang seperti gelombang terus bergerak, dan
mengeluarkan suara PIUHU!
Batu besar terlepas dari putaran gasing. Beng To
mengikuti arah putaran batu bersalto ke belakang, kedua
telapaknya terus menghantam batu besar. Batu besar itu
sudah mendekati kedua telapak tangan Wan Fei-yang.197
Batu datang dengan kuat dan cepat, ditambah kedua
telapak tangan Beng To yang menghantam, yang pasti
tenaga yang dihasilkan semakin besar.
Ke dua tangan Wan Fei-yang bergantian menyambut, 36
jurus tangan kosongnya sudah dikeluarkan, setiap kali
menepuk batu besar yang datang kakinya tenggelam
sedalam 1 inchi.
Sampai pukulan terakhir tubuhnya sudah menekuk.
Setiap kali menepuk batu besar disingkirkannya ke
samping, sedikit demi sedikit hingga yang terakhir, batu itu
terbang keluar dan jatuh ke dalam air.
Karena batu itu berputar-putar baru terjatuh maka tidak
terjadi cipratan air. Sebelum masuk ke dalam air, air tampak
berputar-putar, sampai batu-batu itu masuk, air masih terus
berputar.
Pusaran air semakin kencang juga mengeluar kan suara
aneh.
Sat Kao dan Pei-pei merasa hati mereka bergetar dan
mata mereka tidak berkedip, kedua orang yang bertarung
tidak seperti bertanding ilmu silat terlihat mirip dengan ilmu
sulap iblis.
Beng To masih berputar, akhirnya seperti gurdi
menancap ke arah kepala Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang ikut berputar tapi dengan arah
sebaliknya.Tubuh Beng To bersiap menancap tapi segera
berubah menjadi seperti dinding tidak terlihat dan berhenti
di tengah-tengah udara, dia bersiul keras. Di udara dia198
merubah gerakan sampai 7-8 kali, akhirnya dia pun turun.
Sewaktu turun kedua telapak tangannya segera menepuk,
putaran air seperti disayat-sayat menjadi ratusan lembar air
dan air itu pun saling menabrak.
Air bermuncratan ke atas membuat suatu pemandangan
indah.
Sebelah kaki Beng To menginjak air yang bermuncratan
itu. Dia bisa naik pada ketinggian yang sama dengan Wan
Fei-yang. Dia segera mendekat, menghantam Wan Fei-yang
dengan telapaknya. Di tengah-tengah telapaknya terlihat
bercahaya.
Kedua telapak tangan Wan Fei-yang pun dibalik, di
tengah telapaknya seperti ada cahaya berkedip, dia
menyambut kedua telapak tangan Beng To yang datang
menyerangnya.
Tampaknya mereka sudah mulai mengerahkan Thiancan-sin-kang, saat kedua telapak tangan mereka bentrok,
tidak ada suara yang keluar dan tanpa bersuara tangan
mereka berpisah kembali. Tapi di celah antara kedua telapak
tangan mereka terlihat ada serat benang dan benang itu
terlihat saling menyambung, cahaya terus berkelebatan.
Sewaktu kedua telapak tangan mereka berpisah, benang
sutra dari jaring laba-laba seperti ditarik panjang, memang
mirip tapi dari warnanya terdapat perbedaan.
Thian-can-sin-kang dari telapak tangan Beng To
berwarna perak keabu-abuan, sedang serat yang
menyambung ke arah Wan Fei-Yang hampir transparan.199
Ke dua telapak tangan Beng To terlihat maju dan
mundur. Gerakan Wan Fei-yang pun sama. Telapak tangan
mereka menempel lagi. Beng To berteriak:
"Thian-can-sin-kang yang bagus..."
Tapi Wan Fei-yang tidak mengeluarkan suara sedikit pun,
keadaan seperti ini jika dia tidak mengakui Thian-can-sinkang berasal dari Bu-tong, melain kan dari ilmu lweekang
Mo-kauw, sudah tidak akan bisa lagi.
Di pinggir Sat Kao berdiri marah, berteriak:
"Bunuh bocah dari Bu-tong-pai itu!"
Suaranya baru selesai, Wan Fei-yang dan Beng To
bersama-sama membentak, bersama-sama meninggalkan
batu besar itu dan mendarat di atas batu lainnya yang
berjarak 3 tombak dari tempat tadi.
Baru saja Mereka mendarat, batu besar itu sudah
meledak, mereka naik lagi dan berputar di udara seperti
kincir angin.
Setelah berputar Sat Kao memang bisa menghitung
berapa kali mereka berputar. Wajahnyapun ikut berputar dia
adalah seorang pesilat tangguh, yang pasti dia bisa melihat
sebagaimana jauh jarak ilmu silat ke dua orang itu.
Ternyata Beng To bukan tandingan Wan Fei-yang!
Sat Kao merasa yakin, sorot matanya terus berkelebat,
seperti sedang mencari-cari jalan lain.
Wan Fei-yang dan Beng To berputar, akhirnya mereka
bersama-sama terjatuh ke dalam air, dan telapak tangan200
mereka bisa berpisah, mereka bersama-sama menepuk ke
dalam air.
Tubuh mereka sudah separuh tenggelam. Tepukan itu
membuat tubuh mereka naik lagi dan mereka meloncat ke
atas sebuah batu.
Suara genderang mulai terdengar saat itu. Wan Fei-yang
melihat Sat Kao memukul terus genderang yang diletakan di
pangkuannya, sikapnya pun mulai terlihat aneh.
Wan Fei-yang tidak tahu apa kegunaan genderang itu,
tapi dia segera menghubungkannya dengan guna-guna.
Suara genderang itu membuat hatinya jadi tidak tenang.
Sebaliknya Beng To malah terlihat semakin bersemangat.
Dia menginjak permukaan air sekali lagi dan menyerang ke
arah Wan Fei-yang. Sepasang tangannya terus bergoyanggoyang ke atas dan ke bawah.
Wan Fei-yang mengatur nafasnya supaya hatinya
kembali tenang, kemudian kedua telapak tangannya
menyambut telapak tangan Beng To.
4 buah telapak bentrok lagi, tetap tidak ada suara yang
keluar. Kali ini Wan Fei-yang tergetar hingga terbang, dia
terbang ke belakang sebuah batu.
Beng To mengejarnya dan mendarat di atas batu besar
itu. Dia seperti anak panah terus meluncur ke arah Wan Feiyang.
Dua telapak Wan Fei-yang memukul air, membuat air
muncrat dan menjadi tiang air, dia mengikuti arus air itu
naik.201
Kedua telapak tangan Beng To sudah tiba di depannya,
Wan Fei-yang membalikkan telapaknya menyambut
serangan ke dua telapak tangan Beng To, lalu dia naik lagi.
Tubuhnya naik sambil menyerang. Beng To menyambut
serangan Wan Fei-yang dan tubuhnya tenggelam ke dalam
air. Lalu Wan Fei-yang pun meluncur ke dalam kolam, tapi
dia melihat di permukaan air banyak terdapat laba-laba
beroman manusia, baik yang besar maupun yang kecil
tampak sedang merayap.
Laba-laba itu seperti keluar dari dalam air juga seperti


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah ada di sana sebelumnya, hanya saja mereka baru
muncul sekarang.
Dengan dingin Sat Kao menatap Wan Fei-yang. Tidak
diragukan lagi laba-laba itu dia yang memanggilnya keluar,
tujuannya adalah membantu Beng To.
Memang Wan Fei-yang tidak takut seperti saat masuk ke
dalam gua, tapi tetap berusaha menghindar pada laba-laba
beroman manusia, keada an seperti itu cukup membuat
Beng To jadi berada di atas angin.
Bisa dikatakan Beng To menguasai ilmu lweekang Mokauw karena dibantu laba-laba itu.
Walau pun laba-laba menggigit tubuhnya tidak akan
terjadi sesuatu padanya, apa lagi tubuhnya bisa
mengeluarkan semacam bau yang membuat
Laba-laba senang mendekatnya tapi tidak sampai
melukainya.202
Sampai-sampai dia bisa menggunakan laba-laba itu
menyerang musimnya.
Sat Kao sangat mengerti keadaan ini maka dia terus
memukul genderangnya, dia menunggu Wan Fei-yang
mendekati air, dia akan mengatur laba-labanya menyerang
Wan Fei-yang.
Terlihat Wan Fei-yang akan terjatuh ke dalam air, Sat Kao
memukul genderang, Beng To sudah bersiap-siap, memilih
posisi tepat untuk menyerang.
Suara yang menyuruh laba-laba menyerang juga sebagai
isyarat rahasia, Wan Fei-yang sangat mengerti jelas.
Waktu itu Beng To tampak sedikit ragu-ragu, dia bisa saja
tidak menerima semua itu tapi akhirnya dia tetap harus
menerimanya.
Dari pertarungan tadi dia sadar masih bukan tandingan
Wan Fei-yang, jika dilihat banyak orang mungkin dia akan
kabur terlebih dulu. Kelak baru kembali lagi untuk bertarung
dalam menentukan siapa yang menang atau kalah, tapi di
sini hanya ada mereka berempat.
Di antara ke empat orang itu hanya Wan Fei-yang yang
merupakan orang luar, jika terjadi sesuatu tidak akan sampai
tersebar keluar.
Dia masuk ke dalam air, di dalam air dia bergeser sejauh
1 tombak, menunggu Wan Fei-yang diserang oleh laba-laba
setelah itu baru dia akan menyerang secara tiba-tiba dari
dalam air.203
Akhirnya Wan Fei-yang turun ke dalam air, tapi tubuhnya
sudah berputar dan di atas air dan timbullah pusaran air.
Laba-laba terdorong keluar dari pusaran air, kesempatan
ini digunakan Wan Fei-yang untuk masuk ke dalam air.
Saat pusaran air mengecil, laba-laba kembali datang dari
segala penjuru, dengan cepat mereka berkumpul, mereka
membentuk sarang laba-laba yang sangat besar.
Karena setiap laba-laba membawa benang sarang labalaba, mereka bisa menganyam sarang di atas permukaan air
dan tidak tenggelam.
Wajah Sat Kao terlihat cemas, dia sadar kalau semua
laba-laba itu tidak akan bisa mendekati Wan Fei-yang,
semua tidak ada gunanya.
Tiba-tiba dia melihat sorot mata Pei-pei yang penuh
curiga menatapnya.
"Suhu, ini tidak adil bagi Wan Fei-yang!"
"Diam!" bentak Sat Kao.
Pei-pei ingin lagi mengatakan sesuatu, dia melihat di
permukaan air semua laba-laba itu berhenti merayap,
mereka kembali tenang, terlihat Wan Fei-yang dan Beng To
sudah bersiap-siap bertarung kembali.
Wan Fei-yang sudah punya perhitungan bahwa Beng To
akan menyerangnya kembali, karena itu setelah masuk ke
dalam air dia segera beijalan ke tepi, bersamaan waktu dia
membuat gelombang air mendorong ke arah Beng To.
Beng To menyerang Wan Fei-yang tapi meleset,
sedangkan air sudah datang menimpanya, terpaksa Beng To204
mundur, dia tahu air yang datang menghampirinya tidak
akan berbahaya, hanya saja cukup mengganggunya.
Saat dia mundur penglihatannya jadi terganggu, jaraknya
dengan Wan Fei-yang semakin menjauh, bahaya yang
datang pun sudah pasti berkurang.
Wan Fei-yang tidak mengejar Beng To, dia tetap berada
di dalam air, berdasarkan pengalamannya saat menghadapi
musuh, dia tahu ilmu silat Beng To masih lebih rendah
darinya.
Sat Kao membantu menyerang dengan guna-guna semua
itu sudah membuktikan, tapi kalau menginginkan Beng To
mengaku kalah, itu bukan hal yang gampang.
Dari sikap Beng To mengijinkan Sat Kao ikut campur,
Wan Fei-yang sudah bisa memastikan dia tidak akan mau
kalah begitu saja, dan dengan segala cara akan mendapatkan
kemenangan.
Dia tidak takut tapi dia harus memikirkan cara-cara untuk
mengatasinya. Air danau yang dingin cukup bisa membuat
hati siapa pum merasa tenang. Wan Fei-yang terlihat sangat
tenang, sebaliknya Beng To terlihat cemas. Sejak dia terpilih
menjadi murid Sat Kao, dia selalu giat belajar.
Kalau berhasil dia akan menjadi orang nomor satu di
dunia ini, baginya itu adalah hal yang sangat besar.
Setelah dia menghancurkan kepompongnya, ilmu
silatnya sudah hebat, sekarang Tong Pek-coan pun ini bukan
lawannya. Seperti kata Sat Kao tadi dengan ilmunya dia205
sudah bisa mendapat kedudukan penting jika dia berkelana
di Tionggoan.
Baginya itu adalah hal yang sangat menyenangkan,
begitu ilmu lweekang dari pesilat-pesilat tangguh berhasil
disedot olehnya dan sekali lagi dia keluar dari
kepompongnya bukan hanya Sat Kao saja yang
menganggapnya hebat, dia sendiri pun sudah menganggap
dia bisa menjadi nomor satu di dunia ini.
Tapi begitu kepompongnya pecah, orang pertama yang
ditemuinya sudah sangat tangguh dan ilmu silat orang itu
satu aliran dengannya.
Asal dia bisa mengalahkan Wan Fei-yang, dia akan
menjadi terkenal, sayangnya ilmu silat Wan Fei-yang masih
berada di atasnya.
Untung di sini adalah wilayah suku Biauw dan tempat
terlarang bagi suku Biauw, Selain Wan Fei-yang tidak ada
orang lain, jadi kalau dia kalah hal ini tidak akan tersebar
luas.
Maksudnya adalah asal mereka bisa mengalahkan Wan
Fei-yang dengan cara apa pun tidak akan ada yang tahu.
Sekarang Wan Fei-yang masih berada di dalam air.
Air danau itu memang dingin tapi kobaran api
kemarahan Beng To masih menyala, akhirnya dia mendekati
Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang mulai bergeser.
Sat Kao melihat dengan jelas, kedua tangannya masih
terus memukul genderang, suara genderang semakin keras.206
Dia tahu kalau suara genderangnya tidak akan bisa
masuk ke dalam air. Tapi di hadapan Beng To bisa memaksa
Wan Fei-yang keluar dari dalam air, dengan begitu laba-laba
bisa merayap ke tubuh mereka. Asal saja Wan Fei-yang
tergigit, menang atau kalah segera bisa diketahui.
Pei-pei terlihat sangat tegang, dia juga merasa aneh,
Wan Fei-yang bisa bertahan lama di dalam air. Dia tidak tahu
bahwa sewaktu Wan Fei-yang berlatih Thian-can-sin-kang
semua organ dalam nya hampir tidak berfungsi dan dia
dalam keadaan mati suri.
Pei-pei tahu kalau Wan Fei-yang dan Beng To sudah
bersiap akan bertarung lagi, dia ingin melarang mereka tapi
tidak terpikir caranya.
Akhirnya Wan Fei-yang dan Beng To berhenti melangkah,
Di danau mulai berombak. Sosok Wan Fei-yang dan Beng
To di mata Pei-pei dan Sat Kao semakin tidak jelas, dari
dalam danau terjadi pusaran air lagi. Beng To dan Wan Feiyang yang bertarung di dalam air menghilang di depan mata
mereka.
Mereka hanya lihat air danau yang terus bergoyanggoyang.
Sat Kao masih terus memukul genderangnya, matanya
tidak berkedlip sekejap pun dia terus melihat ke dalam air.
Dia juga menunggu Wan Fei-yang muncul dari dalam danau.
Pusaran air semakin mengencang tapi tiba-tiba berhenti,
suara besar keluar dari sana. Tiang air yang tinggi dan besar207
melesat keluar, tiang air itu tingginya beberapa depa
kemudian meledak dan teijadilah hujan besar.
Suara genderang tertutup oleh suara ledakan, maka
semua laba-laba terlepas kontrol dari suara genderang Sat
Kao. Kemudian Wan Fei-yang dan Beng To terapung di atas
permukaan air, ke dua telapak tangan mereka masih
menempel, belum ketahuan siapa yang dan kalah siapa yang
menang.
Karena suara genderang tertutup oleh suara ledakan
tadi, Sat Kao terlihat marah, perhitungannya meleset semua,
dan terjadi peristiwa di luar dugaannya, dia sadar laba-laba
tidak akan bisa membantunya lagi, dia segera mengambil
keputusan, melihat Wan Fei-yang muncul ke permukaan air,
dengan cepat dia meloncat ke sana, genderang aneh itu
dilemparkan, kedua lengan bajunya berkibar. Binatang
beracun berwarna-warni segera menutupi kepala Wan Feiyang.
"Awas..." teriak Pei-pei.
Dengan hati-hati Wan Fei-yang menggunakan kedua
telapaknya untuk menekan, dia terbang melayang mengikuti
arah permukaan air. Beng To malah terbang dengan arah
terbalik, dia menabrak batu yang berada sejauh 3 tombak
darinya.
Serangga beracun milik Sat Kao meleset, dia bersalto di
atas dan mengejar Wan Fei-yang, kedua telapaknya ikut
menyerang ke arah kepala Wan Fei-yang.208
Wan Fei-yang bersalto, di tengah-tengah udara dia
menyambut ke dua telapak tangan Sat Kao dan menginjak
permukaan air terus menerjang ke depan.
Mereka beradu telapak tangan sampai 18 kali dan
keduanya mendarat di atas sebuah batu besar.
Wan Fei-yang lebih awal mendarat kemudian dia
mengumpulkan tenaga dalamnya, dengan Thian-can-sinkangnya segera menghantam keluar. Sat Kao segera tergetar
dan darah menyembur keluar dari mulutnya.
Di tengah udara dia berteriak:
"Beng To..."
Beng To sudah terjatuh di atas batu besar, dia berusaha
berdiri, dari sudut mulut masih terlihat darah menetes.
Melihat Sat Kao terjatuh ke dalam air dia tidak bisa berbuat
apa-apa.
Tadinya Sat Kao ingin Beng To membantu supaya saat dia
terjatuh ke dalam air tidak dengan cara memalukan seperti
itu. Kalau Beng To tidak terluka parah ini adalah pekerjaan
yang mudah dilakukan, tapi begitu melihat Beng To tidak
bereaksi, dia sadar Beng To bukan hanya kalah di tangan
Wan Fei-yang, dia juga sudah terluka berat.
Bersamaan waktu itu dia jatuh ke dalam air.
* * *209
BAB 6
Air danau terasa dingin, hatinya lebih dingin lagi begitu
dia mengumpulkan tenaga dalamnya berturut-turut
sebanyak 3 kali, tenaganya baru saja sedikit terkumpul, dia
sudah terapung di atas permukaan air.
Pei-pei meloncat mendekatnya:
"Koko!" dia ingin melihat keadaan kakaknya dengan
teliti.
Beng To berteriak:
"Pergi kau..." lukanya memang lumayan berat jadi
suaranya tidak sekuat tadi.
"Dari awal aku sudah tidak setuju kalau kalian
bertarung..." sahut Pei-pei.
"Diam..." Beng To berteriak histeris, "pergi kau..."
kemudian dia melayangkan telapaknya untuk menampar.
Otomatis Pei-pei menghindar kemudian dia meloncat ke
arah Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang masih berdiri di atas batu besar itu dan
tidak bergerak sama sekali. Begitu Pei-pei mendekatinya
segera berkata:
"Berjanjilah jangan melukai kokoku lagi!"
"Aku memang tidak berniat untuk melukainya, tapi aku
tidak bisa memilih jalan yang lebih baik!"
"Apakah benar? Aku tidak salah lihat, kau orang yang
baik!"
Dia berkata lagi:210
"Koko, kau tidak perlu khawatir, Wan-toako tidak akan
melukaimu!"
"Pergi kau, jangan sembarangan bicara!" Beng To
membentak dengan marah.
Pei-pei merasa disalahkan, dia melihat Wan Fei-yang lagi.
Sorot mata Wan Fei-yang dan Pei-pei beradu, dia
menarik nafas di dalam hati, ini bukan kejadian pertama
yang dilihatnya, dia juga merasa aneh mengapa gadis-gadis
yang baik, di sisi mereka selalu dikelilingi oleh orang-orang
berhati jahat.
Sat Kao turun ke sisi Beng To, dia tampak basah kuyup.
Dalam keadaan seperti itu kewibawaannya masih tidak
menghilang dan bertanya:
" Apakah keadaanmu baik-baik saja?"
"Aku tidak tahu mengapa tenaga dalamku tiba-tiba tidak
bisa terkumpul!" tanya Beng To.
"Mungkin sutra beracun dari Thian-can-sin-kang sudah
masuk ke dalam tubuhmu dan mungkin saja sudah
menghambat jalan darahmu..."
Wajah Beng To berubah:
"Satu-satunya rencana terbaik adalah meninggalkan
tempat ini untuk sementara waktu, jika aku tidak mati kita
akan membuat perhitungan dengannya di kemudian hari!"
jelas Sat Kao lagi.
Sat Kao segera mencengkeram genderang aneh itu,
seperti suara hujan lebat dipukulnya genderang itu.211


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Laba-laba segera naik merayap ke atas batu di mana
Wan Fei-yang dan Pei-pei sedang berdiri, benar-benar
menjijikkan.
Wan Fei-yang membentak keras, suaranya menutup
suara genderang Sat Kao. Semua laba-laba itu segera
berhenti merayap.
Sat Kao berteriak aneh, genderang dilempar ke atas dan
dia mengeluarkan kepalannya menghantam, suara
genderang kembali berbunyi dengan dahsyat.
Darah mengalir dari mulutnya, terlihat dia dengan sekuat
tenaga menghantam genderang itu dan sudah
menghamburkan banyak tenaga dalam, dia sudah terluka
dalam.
Semua laba-laba terlihat lebih bergairah lagi, Wan Feiyang mengambil nafas dalam-dalam. Sekali lagi membentak
sangat keras, suaranya benar-benar menggetarkan langit
dan bumi, langit seperti bisa terbelah. Suara genderang
tertutup oleh suara keras itu, laba-laba itu berhenti merayap
lagi. Lalu tempa ragu-ragu lagi dengan kedua lengan bajunya
Wan Fei-yang menyapu laba-laba yang sedang merayap naik,
laba-laba itu meledak di tengah-tengah udara hancur
berkeping-keping.
Sat Kao benar-benar orang keji, genderangnya dilepas
dan meledak di tengah-tengah udara. Asap tebal keluar dari
dalam genderang yang pecah itu, dan dengan cepat asap
menyebar. Dia dan Beng To berada dalam kurungan asap itu.212
Kedua telapak Wan Fei-yang kembali dikibaskan, asap
semakin cepat menyebar hingga ke permukaan air.
Wan Fei-yang tidak menyerang, dia berdiri di atas batu
dan mendengar.
Dalam kepulan asap mereka menghilang tanpa
mengeluarkan suara sedikit pun. Setelah itu Wan Fei-yang
baru menghembuskan nafas lega.
Jika Sat Kao dan Beng To keluar dari balik asap dan
menyerangnya, terpaksa dia harus membalas. Sat Kao sudah
terluka, jika lukanya bertambah lagi, mungkin dia akan mati.
Bagaimana dia harus menjelaskannya kepada Pei-pei.
Pastinya Pei-pei sangat khawatir, dengan termangu dia
melihat ke arah permukaan air yang penuh asap.
Akhirnya asap pun menghilang tertiup angin gunung.
Beng To dan Sat Kao sudah meninggalkan tempat itu.
Mereka berdua kabur dengan cara memalukan, mereka
melewati gunung dengan kelelahan dan kehabisan tenaga.
Keadaan Sat Kao lebih baik dari Beng To, dia masih bisa
memapah Beng To berjalan melewati gunung dan lembah.
Tubuh Beng To terlihat sangat lemah, perasaan kecewa terus
menyerangnya.
"Suhu, tampaknya aku sudah tidak kuat lagi.." Beng To
berkata demikian.
"Jangan sembarangan bicara, hanya sedikit kegagalan itu
wajar!"
Sat Kao sangat mengerti jalan pikiran Beng To.
"Tenagaku benar-benar sudah tidak bisa terkumpul..."213
"Tenanglah! Pernafasanmu tidak teratur aku akan
membantumu mengatur nafas dan tenaga!"
"Apakah masih bias?" Beng To merasa curiga.
"Ilmu lweekang dari Mo-kauw tidak akan begitu
gampang putus dan selesai begitu saja!" Sat Kao berkata
dengan penuh percaya diri.
Mata Beng To terlihat bercahaya lagi.
"Butuh berapa lama baru bisa pulih kembali?"
"Tidak akan lama!"
Dia sama sekali tidak tahu seperti apa luka Beng To? Tapi
dari nada bicaranya terdengar dia begitu yakin.
Wajah Beng To terlihat sedikit tenang, dia memang
punya pikiran yang cepat, tapi dengan pola pikir Sat Kao
yang sangat dalam pasti berbeda jauh.
Dia menarik nafas:
"Aku yakin bisa menjadi orang nomor satu di dunia
persilatan!"
"Kalah atau menang adalah hal biasa, tidak perlu ditaruh
di dalam hati!"
"Mengapa Thian-can-sin-kang bisa mengalahkanku?"
"Karena pengalaman dan waktu untuk berlatih ilmu itu,
sebentar lagi mungkin saja kau bisa menang darinya!" kata
Sat Kao.
"Semua gara-gara Pei-pei, kalau tidak, mana mungkin
Wan Fei-yang akan kemari!" kata Beng To.
"Mungkin orang itu bernasib baik!"214
"Kalau tidak karena nasibnya memang baik!" kata Beng
To dengan suara kecil, "kalau nasibnya buruk, mana mungkin
dia bisa sukses menguasai Thian-can-sin-kang dan menjadi
pesilat nomor satu di dunia persilatan!"
"Bagaimanapun juga kita harus meninggalkan tempat ini
untuk sementara waktu, setelah lukamu sembuh baru kita
susun rencana lain."
"Sepertinya kita akan sulit berdiri dalam barisan pesilat
di dunia persilatan Tionggoan!" terlihat sorot mata Beng To
sedikit ragu, "Tong Pek-coan sudah dibawa pergi, rahasia
kita akan terbongkar, kalangan persilatan Tionggoan akan
membuat perhitungan dengan kita..."
"Aku rasa kau seperti sangat menyukai Tong Pek-coan!"
Beng To terdiam, Sat Kao tertawa:
"Tidak apa! Apa pun yang kau lakukan aku akan tetap
mendukungmu karena aku membutuhkan murid yang berani
melakukan tindakan!"
Beng To tertawa, tiba-tiba dia teringat pada Tong Ling,
dia tidak tahu mengapa perasaannya kepada gadis itu begitu
berkesan. Hal ini telah dilihat Sat Kao, dia pun hanya bisa
terdiam dan menarik nafas panjang.
Sekarang mereka berdiri di sisi sebuah jurang, walaupun
jurang itu tidak begitu dalam, tapi tetap sulit untuk turun.
Sat Kao mengatur nafas, organ dalamnya segera terasa sakit,
apakah ilmu silatnya telah musnah?
Beng To melihatnya:
"Suhu, apakah lukamu berat!'215
"Kita benar-benar sedang sial hingga bisa seperti ini!" Sat
Kao menarik nafas panjang.
"Hutang ini harus dibayar!" Beng To marah.
"Sekarang kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat
ini!" dia segera memeluk Beng To, lalu berbaring di bawah
dan menggulingkan diri ke bawah gunung.
Ini adalah satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk
meninggalkan tempat itu.
Beng To mengerti tapi tetap saja dia merasa ingin
tertawa. Dulu mereka bisa terbang dan berlari, gunung yang
tinggi dianggap sebagai dataran rendah, jurang seperti ini
tidak mereka anggap sulit sedikit pun.
Yang paling berpengaruh menggunakan cara ini turun
gunung yang terluka tentu saja Sat Kao.
Sedangkan dia tidak akan terluka, Sat Kao sudah dalam
keadaan tersiksa, walaupun dia tidak bersuara tapi dari
wajahnya yang penuh tanah dan bajunya compang-camping,
keadaan itu cukup membuatnya terlihat sangat memalukan.
Sampai di dasar jurang, mereka masih terus berguling
dan berhenti, lalu berdiri. Sat Kao segera memapah Beng To
berdiri.
"Kalian sedang apa?" terdengar suara dari samping
mereka.
Karena suara itu begitu tiba-tiba terdengar, Sat Kao
sangat terkejut hingga berteriak, juga mundur 3 langkah.
Suara asing tapi orang yang datang tidak asing bagi Beng
To.216
... Tong Ling, dia hampir berteriak memanggil namanya.
Orang yang tiba-tiba muncul memang Tong Ling, dia
benar-benar hebat bisa mencari hingga kemari.
Melihat orang yang tidak dikenal datang, Sat Kao sudah
bersiap-siap untuk bertarung tapi segera dilarang oleh Beng
To. Refleknya sangat cepat, dia tahu kalau Beng To melarang
melakukan sesuatu pasti ada alasannya maka hawa
membunuhnya pun segera menghilang.
"Nona, tolonglah kami!.." akhirnya Beng To keluar suara.
Hal ini benar-benar membuat Sat Kao terkejut dan
merasa aneh, tapi dia tidak berkata sepatah katapun.
"Apa yang terjadi?" tanya Tong Ling.
Beng To menunjuk ke atas jurang.
"Kami dirampok penjahat, setelah mereka mengambil
uang dan harta kami mereka masih ingin membunuh kami
untuk menutup mulut, maka kami menggulingkan diri ke
dasar jurang baru bisa terlepas dari mereka."
Setelah itu dia bernafas ngos-ngosan. Semua itu bukan
pura-pura nafasnya memang sudah sulit diatur.
Mata Tong Ling berputar:
"Tidak disangka di sini ada orang yang jahat dan kejam
juga, sekarang aku yang harus mengurus semua masalah
ini!"
Tong Ling melempar sebungkus obat luka untuk Beng To:
"Oleskan obat itu di atas luka kalian supaya tidak terjadi
infeksi, kalian tunggu aku di sini, aku akan ke atas dulu217
menangkap para penjahat itu supaya harta dan uang kalian
bisa diambil kembali!"
Obat itu segera diambil Beng To terus men rus
mengucapkan terima kasih. Tong Ling tidak berkata apa-apa
lagi, seperti seekor burung walet terbang ke atas jurang.
Beng To terus melihat Tong Ling sampai sosok Tong Ling
tidak tampak lagi. Baru melihat bungkusan obat itu. Sat Kao
ikut melihat, dia hanya menarik nafas, sekarang dia baru
membuka suara:
"Ilmu meringankan tubuh gadis itu benar-benar bagus!"
Beng To seperti terbangun dari mimpi:
"Ilmu senjata rahasianya lebih bagus!"
"Apakah dia orang Tong-bun?"
"Cucu perempuan Tong Pek-coan!"
"Mengapa dia bisa datang kemari?"
"wan fei-yang bisa datang kemari, orang-orang
Tionggoan lainnya bisa kemari juga, sepertinya bukan hal
aneh!"
"Betul..." Sat Kao menarik nafas, "untung dia tidak
mengenalimu!"
"Saat masuk Tong-bun, untung aku menutup wajahku!"
Beng To menarik nafas, dia seperti kehilangan sesuatu.
Malam itu dia ingin membuka penutup wajahnya supaya
ong Ling bisa melihatnya dengan jelas. Kalau hal ini terjadi
apa yang akan terjadi berikutnya?
Sat Kao bisa menilai ekspresi seseorang, dia pun mulai
mengerti, sambil tersenyum berkata:218
"Kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini!"
"Jika dia bertemu dengan Wan Fei-yang semua rahasia
ini akan terbongkar!" kata Beng To sambil menatap ke atas
jurang.
Suaranya rendah lalu menggeser kakinya, tapi sosok
Tong Ling tetap berada di dalam hatinya.
Sewaktu Tong Ling bertemu dengan Wan Fei-yang, dia
masih berada di atas batu besar di danau itu, Pei-pei berada
di pangkuannya.
Awalnya Tong Ling tidak tahu kalau orang itu adalah Wan
Fei-yang, dia berlari ke sana kemudian setelah dekat dia
baru melihat dengan jelas kalau orang itu adalah Wan Feiyang dan Pei-pei yang ada dalam pangkuannya, dia segera
berhenti melangkah.
Wan Fei-yang terlihat sedikit terkejut.
"Ternyata kau!"
"Tentu saja aku, kau mengira karena aku tidak dibawa
jalan olehmu maka aku akan tersesat?"
Saat Tong Ling bicara dengan Wan Fei-yang tapi matanya
terus melihat Pei-pei.
"Siapa dia?" tanya Pei-pei kepada Wan Fei-yang.
"Namaku Tong Ling, aku adalah teman baik Wan-toako!"
jawab Tong Ling.
Pada kata 'Wan-toako' dan 'teman baik' nada bicaranya
lebih ditekankan.
Tapi Pei-pei seperti tidak memperhatikannya, dia
menjawab:219
"Aku adalah calon istri Wan-toako..."
"Mengapa bisa terjadi?" tanya Tong Ling setengah
berteriak.
"Tentu saja setelah masuk ke daerah ini..."
"Cepat sekali...." Tong Ling menatap Wan Fei-yang,
"kau kemari untuk mencari pembunuh atau mencari
istri?"
Wan Fei-yang tidak menyangka kalau nada bicara Tong
Ling begitu pedas, dia merasa malu dan tidak bisa
menjawab.
"Apakah dari dulu kalian sudah saling kenal?"
"Dia kemari dan bertemu denganku!"
"Berapa lama?" Tong Ling tertawa.
Tong Ling menatap Wan Fei-yang:
"Orang-orang menyebut kau adalah Tay-enghiong,
ternyata tidak salah!"
Wan Fei-yang berpikir: perempuan, itu akan bertambah
hebat lagi!'
Tong Ling menyindir.
Wan Fei-yang hanya bisa tertawa kecut.
Tong Ling bertanya kepada Pei-pei:
"Kata orang, perempuan suku bangsa Biauw selalu
menggunakan guna-guna, dengan guna-guna apa hingga
membuat pahlawan hebat ini begitu cepat menyukaimu?"
"Aku tidak menggunakan guna-guna..."
"Kalau begitu, pada pandangan pertama dia langsung
jatuh cinta padamu?" tanya Tong Ling tertawa dingin.220
"Aku tidak tahu siapa dia, tapi aku semakin cinta
padanya!" kata Pei-pei, "aku belum pernah melihat di dunia
ini ada orang begitu baik!"
Apa yang Pei-pei pikirkan langsung diutarakan.
Dengan aneh Tong Ling berkata:
"Itu artinya kau bertepuk sebelah tangan!"
"Aku tahu, suatu hari nanti dia akan suka kepadaku, aku
rela menunggu dia!"
"Kau gadis tidak tahu malu!"
"Apakah aku salah?"


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Masuk ke dalam pelukan seorang laki-laki, itu saja
sudah salah!"
"Tapi aku merasa aku tidak bersalah, aku harus menikah
dengannya..." kata Pei-pei.
Tong Ling menjadi marah:
"Berbicara dengan orang dari suku tidak berbudaya
memang sulit! Wan Fei-yang, apa yang akan kau lakukan?'
"Aku melakukan hal yang memang pantas aku lakukan!"
"Seperti berpacaran dengan perempuan ini?"
Wan Fei-yang tertawa kecut, dia ingin menga takan
sesuatu tapi Tong Ling sudah berkata lagi:
"Mana penjahatnya? Mereka ada di mana?"
"Penjahat apa" tanya Wan Fei-yang dengan aneh.
"Kau hanya senang dengan hal pencabulan, ada penjahat
yang menodong dan merampok pun kau tidak pedulikan!"
Tong Ling menyindir lagi.221
"Inilah tempat terlarang bagi suku bangsa Biauw, mana
mungkin ada perampok di sini, pasti kau salah lihat.." sela
Pei-pei.
"Apa yang kau tahu?"
"Perintah ayahku tidak boleh dilanggar dan tidak ada
yang berani melawan perintah ayahku!"
"Siapa ayahmu?"
Pei-pei masih belum sadar kalau kata-kata Tong Ling
menyerangnya.
"Beliau adalah raja di sini!"
Tong Ling terpaku tapi segera membentak:
"Wan Fei-yang, sebentar lagi kau akan menjadi menantu
seorang kaisar, selamat ya!"
Wan Fei-yang memotong:
"Siapa yang memberitahu padamu di sini ada
perampok?"
"Tentu saja dari orang yang telah dirampok!"
"Seorang pemuda dan seorang orang tua berambut
kumis panjang hingga terjulur ke bawah dan di tubuhnya
tergantung banyak lonceng?"
"Apakah penjahat itu dirimu?"
Wan Fei-yang mengangguk. Tong Ling terpaku, dia sudah
terpikir jika penjahat itu adalah Wan Fei-yang, dua orang
yang mengaku dirampok itu pantas dicurigai.
Akhirnya Tong Ling tersadar bahwa dua orang tadi
memang tidak seperti orang kebanyakan: 'Aku memang
menaruh curiga pada mereka!"222
"Yang satu adalah dukun di sini juga tetua Mo-kauw di
sini!"
"Yang satu lagi siapa?"
"Dia adalah Kokoku!"
"Pangeran di sini!" kata Tong Ling tertawa dingin, "tapi
kelihatamnya begitu kewalahan, dia tidak mirip seorang
pangeran!"
"Dia terpukul Wan-toako hingga terluka."
"Apa kali karena dia tidak setuju kalau adik
perempuannya menikah denganmu, maka kalian bertengkar
dan akhirnya dia yang terluka?"
"Tidak begitu.." kata Pei-pei.
"Siapa yang berbicara denganmu, aku tidak pernah
melihat ada gadis seperti dirimu, kakak sendiri terluka pun
dibiarkan begitu saja, malah bermesraan dengan orang yang
telah melukai kakaknya!"
"Kau tidak mengerti!"
"Hal yang sudah terjadi tidak akan bisa membohongimu,
orang yang membunuh orang-orang dunia persilatan
bernama Beng To dan ternyata Beng To adalah Kokonya!"
jelas Wan Fei-yang.
Reaksi Tong Ling sangat cepat, dia segera berkata:
"Karena menyukai gadis ini maka kau mengajarkan ilmu
Thian-can-sin-kang kepadanya"
"Aku baru pertama kali ke mari, bagaimana aku
mengajarkannya, apa lagi dia berlatih ilmunya bukan ilmu223
Thian-can-sin-kang melainkan semacam ilmu lweekang Mokauw!"
Dengan penuh rasa curiga Tong Ling melihatnya
kemudian Wan Fei-yang menjelaskan lagi:
"Ilmu lweekang Mo-kauw berbeda sekali dengan ilmu
Thian-can-sin-kang, dia mengandalkan guna-guna untuk
membantu kemajuan ilmu silatnya kemudian dengan Ih-hoaciap-bok, ilmu lweekang dari pesilat tangguh lain disedot ke
dalam tubuhnya!"
"Apakah karena itu dia menculik kakekku?"
Wan Fei-yang mengangguk:
"Kakekmu berada di dalam gua itu!"
"Apa?" Tong Ling tampak terkejut, dia segera berlari
masuk ke dalam gua.
"Hati-hati, ada laba-laba beroman manusia!" Wan Feiyang dan Pei-pei mengejarnya dari belakang.
Tapi laba-laba itu sudah pergi karena genderang Sat Kao
tadi, jadi Tong Ling bisa dengan mudah masuk ke dalam gua.
Tong Pek-coan terlihat masih duduk, walaupun dia sudah
disiksa hingga keadaannya tidak keruan tapi Tong Ling masih
bisa mengenalinya.
"Kongkong..." Tong Ling memanggil.
Tong Pek-coan mulai tersadar, dia berusaha membuka
matanya:
"Apakah Ling-ji?"
"Ling-ji tidak berguna, sampai sekarang baru bisa kemari
hingga membuat keadaan Kongkong menjadi seperti ini!"224
Tong Ling benar-benar tidak tega melihat Kongkongnya.
"Ini bukan salahmu!" suara Tong Pek-coan terdengar
sangat rendah tapi tetap teratur:
"Malam itu Kongkong sudah salah paham kepada Wan
Fei-yang, kalian pasti sudah membuat Wan Fei-yang repot,
kau harus memberi tahu mereka kalau orang yang
menculikku bukan Wan Fei-yang, melain kan orang Biauw
bernama Beng To!"
"Aku akan melakukannya!" jawab Tong Ling. Dia
menatap Wan Fei-yang masuk ke dalam gua.
"Lo-cianpwee..." Wan Fei-yang jongkok di sisinya, dia
langsung menekan jalan darah Tong Pek-coan ingin
mengalirkan tenaga dalamnya kepada Tong Pek-coan, tapi
Tong Pek-coan menolaknya:
"Jangan sia-siakan tenaga dalammu, tenaga dalamku
sudah tersedot semua, nadi-nadiku sudah ditutup oleh
benang laba-laba beracun, hidupku tidak akan lama lagi!"
"Kongkong, kau tidak akan mati!" Tong Ling berteriak.
"Anak bodoh..." kata Tong Pek-coan sambil tertawa,
"Kongkong sudah tua dan sudah sepantas-nya mati!"
"Mengapa kau masih bengong di sana!" Tong Ling
membentak Wan Fei-yang.
"Aku selalu mengajarkan kepadamu, jika berbicara
dengan orang lain harus sopan!"
"Mengapa dia berpangku tangan hanya melihat saja?"
"Tidakkah kau dengar, tadi aku sudah berpesan agar
jangan menyia-menyiakan tenaga dalamnya?" Tong Pek-225
coan tertawa kepada Wan Fei-yang, "cucuku dari kecil sudah
terlalu disayang olehku maka kelakuannya seperti ini, jangan
salahkan dia!"
Wan Fei-yang menggelengkan kepala:
"Aku mengerti, dia hanya mengatakan apa adanya,
sebenarnya tidak berniat jaliat!"
"Apakah pada pertarungan tadi kau yang menang?
Apakah Beng To kabur bersama gurunya?"
Wan Fei-yang mengangguk, Tong Pek-coan tertawa:
"Dari awal aku sudah tahu kalau kau bukan orang yang
kejam, tapi kau masih terlihat muda!"
Dia tidak sadar apa akibatnya melepaskan harimau
pulang ke hutan, bencana apa yang akan datang di kemudian
hari yang tidak kunjung habis.
"Kongkong tidak tahu, adik perempuan Beng To adalah
calon istri Wan Fei-yang!"
Tong Pek-coan mengangguk:
"Aku sudah tahu, dia adalah gadis yang baik" Tong Ling
tercengang dia menatap Pei-pei: "Aku tidak percaya!"
Tong Pek-coan tidak melayaninya, dia terus menatap
Wan Fei-yang.
"Jangan membunuh Beng To, bunuhlah Sat Kao!"
"Apakah kalau tidak ada Sat Kao, Beng To tidak akan bisa
berlatih ilmu lweekang Mo-kauw?" tanya Wan Fei-yang.
Tong Pek-coan menggelengkan kepala: "Sebenarnya
Beng To tidak terlalu jahat, Sat Kao lah orang yang
mempunyai ambisi jahat dan bersifat kejam!"226
"Oh..." tapi Wan Fei-yang tidak melihatnya. "Melihat
matanya saja sudah bisa terlihat!" Tong Pek-coan terengahengah, "orang-orang Mo-kauw selalu ingin melewati batas,
sebelum ini mereka sudah membawa banyak kerepotan bagi
dunia persilatan Tionggoan kadang-kadang malah
mendatangkan bencana!"
"Aku pun pernah terpikir akan hal itu, Beng To
membunuh banyak pesilat Tionggoan bukan karena niat dari
dirinya sendiri!"
Tiba-tiba Tong Pek-coan menarik nafas panjang:
"Kita kembali ke pembicaraan semula, kalau bukan
karena Beng To juga bersifat iblis, dia tidak akan mau
bekerja sama dengan Sat Kao, selanjutnya apa yang harus
kita lakukan, kau harus mengambil keputusan sendiri!"
Wan Fei-yang mengangguk. Tong Pek-coan berpesan
kepada Tong Ling:
"Jalanmu masih panjang, jika aku mati nanti kuburkan
saja aku di sini..."
"Kongkong..." Tong Ling berteriak.
Tong Pek-coan tertawa:
"Orang sudah mati jika dikubur akan tenang, kalau kau
anak baik jangan membuat arwahku nanti tidak tenang!"
Setelah itu, nafasnya putus tubuhnya melengkung
seperti udang kering, kulitnya pun mengering.
Awalnya Tong Ling masih termangu-mangu, lalu baru
menangis sejadi-jadinya.227
Sewaktu mengebumikan kakeknya terlihat mayat
kakeknya mulai membusuk, rupanya Tong Pek-coan tahu
racun laba-laba ini sangat jahat, jasadnya tidak bisa dibawa
ke Tionggoan dan setiap saat bisa membusuk.
Akhirnya Tong Ling mengerti alasan mengapa Tong Pekcoan tidak mau dikubur di Tionggoan. Setelah merasa sedih,
kemarahannya pun muncul, semua kemarahan
dilampiaskannya kepada Pei-pei.
Gerakannya sangat cepat dan tiba-tiba Wan Fei-yang
sendiri pun tidak sempat mencegah. Tangan kecilnya dibalik
sebuah pisau tipis sudah berada di depan tenggorokan Peipei! Pei-pei terkejut dan perlahan mundur, Tong Ling tertawa
dingin:
"Kalau kau bergerak, pisauku akan menggorok lehermu!"
Tangan yang memegang pisau menghalangi jalan
mundur Pei-pei.
"Apa maksudmu?" tanya Pei-pei.
"Di mana kakakmu bersembunyi?"
"Aku tidak tahu..."
"Kalau kau tidak memberitahu, aku akan membunuhmu
sekarang!"
"Dia benar-benar tidak tahu!" sela Wan Fei-yang.
"Kau kenal dia berapa lama, apakah kau tahu semuanya
dengan jelas?" tanya Tong Ling.
"Mana ada tempat berlatih ilmunya yang lebih rahasia?"
kata Wan Fei-yang.228
"Sekarang dia sedang mencari tempat untuk
memulihkan lukanya, apakah selain gua ini tidak ada tempat
yang lebih rahasia?" tanya Tong Ling.
"Sekalipun ada, kalau Pei-pei tahu pun tidak akan mau
mengantar ke sana, apakah kau tidak takut Pei-pei akan
membawa kita ke sana?"
"Sampai kakak kandungnya pun berani dikhianati, adik
seperti ini memang jarang ada!" Tong Ling tertawa didingin.
"Dia tidak berniat jahat dan tidak terpikir akibatnya akan
berat seperti ini, aku pun tidak pernah menjelaskan
kepadanya!" kata Wan Fei-yang.
"Kalau begitu, peralat saja dia!" usul Tong Ling.
Wan Fei-yang merasa malu, Pei-pei malah membelanya:
"Wan-toako bukan orang seperti itu, sebenarnya dia
tidak sengaja melukai Kokoku, dia hanya ingin Kokoku jangan
sampai melukai orang lain lagi, aku juga seperti itu."
"Kalau begitu, cepat beritahu tempat di mana Kokomu
bersembunyi, biar aku sendiri yang ke sana untuk
membunuhnya!" nada bicara Tong Ling sangat dingin.
"Kalau kau berniat seperti itu, walaupun aku tahu
tempatnya, aku tidak akan memberitahumu!"
"Kalau begitu, kau tidak menginginkan nyawamu lagi?"
Wan Fei-yang tertawa:
"Dia hanya berkata asal-asalan, kau juga bukan orang
yang tidak tahu aturan dan sembarangan membunuh!"
"Aku mempunyai cara tertentu supaya dia mau bicara!"229
"Mengapa tidak tanya saja kepadaku?" usul Wan Feiyang.
"Kau tahu juga? Kau tahu dari mana?" tanya Tong Ling.
"Ilmu yang dilatihnya adalah ilmu lweekang Mo-kauw
dengan ilmu Ih-hoa-ciap-bok, menyedot tenaga dalam dari
pesilat tangguh lain, sekarang dia sedang terluka, dia butuh
lebih banyak tenaga dalam dari orang lain untuk mengobati
dan memulihkan lukanya, di daerah suku Biauw ini memang
ada pesilat tinggi tapi tidak banyak, jadi dia harus ke
Tionggoan lagi!"
"Apakah kau tahu kalau Tionggoan itu sangat luas?"
tanya Tong Ling.
"Bagaimanapun itu arah tujuannya tetap, dia tidak akan
berputar-putar di daerah suku Biauw!" kata Wan Fei-yang.
"Baik! Kita segera kembali ke Tionggoan, dengan cara
apa pun kita harus mencari Beng To!" kata Tong Ling.
"Aku ikut!" kata Pei-pei segera.
"Buat apa kau ikut kami? Apakah kau senang melihat
kakakmu mati di tangan orang lain!" tanya Tong Ling.
Pei-pei menatap Wan Fei-yang:
"Aku akan ikut dia ke mana pun dia pergi!"


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa maksudmu?"
"Ini adalah aturan suku Biauw."
"Ku kira itu hanya alasanmu saja, kau ingin mencari
kesempatan mendekati Wan-toako!"
"Aku mendekatinya pun pantas, tidak perlu mencari-cari
alasan, apakah kau lupa aku adalah calon istrinya?"230
"Kurasa cintamu hanya bertepuk sebelah tangan!"
Pei-pei menatap Wan Fei-yang lagi, Tong Ling segera
bertanya:
"Wan-toako, apakah seperti itu?'
Wan Fei-yang tampak berpikir sebentar:
"Ini adalah masalah pribadi..."
Tong Ling memotong:
"Apakah kau mempunyai rahasia yang sulit diutarakan?
Apakah siluman kecil ini memakai cara tidak benar..."
"Aku punya cara tersendiri untuk mengatasi masalah ini
dan tidak ada hubungannya dengan Nona!" kata Wan Feiyang.
"Aku hanya khawatir kau akan dihina" Tong Ling pelanpelan berkata lagi, "kalau kau tidak suka, aku tidak akan
bicara tentang hal ini lagi!"
"Apakah kau harus ikut dengan kami?" tanya Wan Feiyang kepada Pei-pei.
"Menurut kata orang-orang, Tionggoan adalah tempat
bagus, aku ingin berjalan-jalan ke sana, kesempatan ini tidak
akan kusia-siakan!" jawab Pei-pei.
"Bagaimana dengan ayahmu..."
"Ayah terlalu banyak urusan, kami kakak beradik tidak
akan dikhawatirkan, dia pun tidak pernah mengurus kami!"
"Kau ikut kami juga ada kebaikannya sebab kami butuh
orang yang bisa berkomunikasi dengan orang Biauw supaya
tidak terjadi masalah!"
"Lebih baik dibunuh saja!" sela Tong Ling lagi.231
Wan Fei-yang melihatnya, dia segera menutup mulutnya,
dia sendiri jadi bingung mengapa sekarang dia begitu takut
Wan Fei-yang marah.
Pei-pei juga melihatnya:
"Sebenarnya Kokoku orang baik!"
"Dia sudah membunuh banyak orang, kau masih
mengatakan dia orang baik, berarti orang baik seperti dia
benar-benar banyak!" Tong Ling tertawa dingin.
"Mungkin itu adalah ide guruku!"
"Apakah dia boneka yang bisa diatur-atur oleh orang lain
dan tidak mempunyai pendirian sendiri?" Tong Ling tertawa
dingin.
Pei-pei tidak bisa menjawab, Wan Fei-yang mulai berpikir
apa yang Tong Ling katakan tadi memang masuk akal.
Tidak diragukan lagi, Pei-pei adalah gadis lembut,
walaupun Tong Ling bersifat keras tapi dia juga mempunyai
sisi lembut.
Maka dua gadis itu berjalan berbarengan. Jika mereka di
depan Wan Fei-yang tidak terlihat ada masalah, tapi di balik
semua itu kelembutannya sudah tidak ada, yang ada mereka
saling tidak mau mengalah dan saling menjegal lawan untuk
mendekati Wan Fei-yang.
Tong Ling yang menjadi inisiatif karena dia tidak rela
melihat Pei-pei menempel terus pada Wan Fei-yang.
Walaupun dia tahu perempuan dari suku Biauw sangat
bebas perilakunya dan tidak banyak aturan kaku.232
Awalnya Pei-pei tidak memperhatikan sikap Tong Ling,
dia mengira Tong Ling hanya ingin melampiaskan dendam
kepada kakaknya melalui dirinya tapi lama kelamaan dia
sadar bukan seperti itu.
Dia juga melarang Tong Ling mendekati Wan Fei-yang,
percekcokan pun mulai terjadi.
Wan Fei-yang melihat mereka dan mengerti, hanya saja
dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, sebab dia tidak
berpengalaman menghadapi perempuan, sekalipun ada
yang berpengalaman menghadapi 2 gadis seperti mereka
pasti akan angkat tangan.
Yang satu menguasai ilmu senjata rahasia yang sangat
tinggi, lahir di Tong-bun sebuah perkumpulan yang sangat
terkenal, dan dia juga ditunjuk oleh Tong Pek-coan menjadi
pemimpin Tong-bun.
Hubungan mereka memang kakek dan cucu, tapi seorang
Tong Pek-coan demi masa depan Tong-bun tidak akan
sembarangan mencomot seseorang menjadi pemimpin. Dia
pasti tahu sampai di mana ilmu silat Tong Ling.
Mengenai Pei-pei, dia menguasai ilmu guna-guna tapi dia
gadis yang baik, dia tidak akan menggunakan ilmu
perdukunan yang jahat untuk mencelakakan orang.
Masalahnya dia tidak tahu kalau ilmu perdukunan ini mana
yang jahat dan yang mana yang tidak jahat, sebelumnya dia
tidak pernah mencelakakan orang, dia tidak tahu dalam
keadaan apa ilmu guna-gunanya baru boleh digunakan.233
Sebenarnya 2 orang gadis ini sangat berbahaya, mereka
sangat lihai, jika mereka bertarung akibatnya benar-benar
tidak bisa dibayangkan, tapi kalau tidak bisa saling
mengendalikan diri akibatnya mereka pasti akan bertarung.
Sepanjang jalan Tong Ling selalu menyindir, Pei-pei pun
tidak mau kalah.
Tapi yang pertama menyerang malah Pei-pei, ini di luar
dugaan Wan Fei-yang, dia tidak keburu menghalangi mereka
karena dia tidak mengerti apa isi hati Pei-pei dan tidak
mengerti ilmu perdukunan dia tidak tahu kapan Pei-pei akan
menyerang Tong Ling.
Pei-pei mulai memakai guna-gunanya, saat itu mereka
sedang makan malam.
Tapi Tong Ling adalah pesilat tangguh ahli senjata
rahasia, pengamatannya sangat jeli. Begitu mangkok nasi
diangkat, dia melihat sebutir nasi di dalam mangkoknya
terus bergerak.
Pertama dia mengira dia telah salah melihat, tapi begitu
melihat lagi dengan teliti dia baru sadar kalau dia tidak salah
lihat. Nasi di dalam mangkok itu segera dibuang ke bawah
meja.
Wan Fei-yang segera melihat sikap Tong Ling yang aneh,
sorot matanya mengawasi gerakan mangkok dan bertanya:
"Ada apa?"
Kata-kata baru terucap keluar, dia melihat butiran nasi
aneh itu. Sumpit yang ada di tangan Tong Ling segera234
digunakannya untuk mengorek-ngorek nasi itu, dia segera
berteriak terkejut.
Di dalam tumpukan nasi terlihat beberapa puluh ekor
ulat kecil berwarna abu keputihan, mata ulat-ulat itu
berwarna abu, kaki mereka sangat banyak, kalau tidak dilihat
dengan teliti tidak akan bisa membedakannya.
Kaki-kaki kecil ulat-ulat itu terus bergerak-gerak tapi
tubuh mereka tidak bergeser dengan cepat. Warna ulat-ulat
itu hampir sama dengan warna butiran nasi, maka sulit
membedakan apa lagi kalau sudah tertutup oleh nasi.
Jika ulat-ulat dan nasi itu dimakan dan masuk ke dalam
perut, apa yang terjadi kemudian kita tidak akan tahu, tapi
melihat ulat-ulat kecil itu cukup membuat bulu kuduk
berdiri.
Mata Tong Ling segera berputar:
"Pelayan!" dia berteriak.
Seorang pelayan segera datang menghampiri, Tong Ling
ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Tapi Wan Feiyang sudah bertanya terlebih dulu:
"Siau-ko, nasi dan sayur kami apakah sudah lengkap?"
Pelayan itu tertawa:
"Tidak lama lagi, Tamu boleh makan dulu, pesanan
berikutnya segera akan diantar!"
Tong Ling terpaku, dia melihat Wan Fei-yang, Wan Feiyang tertawa:
"Kita akan menginap di sini, makan malam dengan waktu
yang agak lama pun tidak masalah!"235
Tong Ling ingin bertanya tapi Wan Fei-yang sudah
menunjuk mangkok nasi, dia segera melihatnya ternyata
ulat-ulat kecil itu sudah tidak ada, dia terpaku lagi.
Ulat-ulat itu datang cepat, pergi pun cepat. Di dalam
mangkok tidak terlihat ada ulat, dia tidak bisa marah lagi.
Pelayan itu sudah pergi. Tong Ling menatap Wan Feiyang:
"Apakah mataku yang sudah rusak?"
Wan Fei-yang menggelengkan kepala:
"Coba kau lihat lagi!"
Begitu Tong Ling melihat mangkok nasi itu tampak ulatulat kecil itu muncul lagi. Akhirnya dia melihat Pei-pei yang
duduk di sisinya dan dari tadi tidak bereaksi apa-apa.
"Apakah kau yang menaruhnya?" suara dan wajah Tong
Ling mulai melotot dengan perasaan tidak suka.
"Betul! Aku yang menaruhnya!" Pei-pei mengakuinya.
"Benda apa itu?"
"Ku..." Pei-pei tidak merasa bersalah.
"Dari awal aku sudah tahu kau adalah siluman kecil yang
sering menggunakan ilmu hitam, kau berhati jahat dan selalu
mencari kesempatan ingin mencelakaiku!"
"Ku ini..."
Tong Ling memotong:
"Untung aku mengetahuinya, kalau makhluk makhluk ini
dimakan panca inderaku akan keluar darah dan aku akan
mati seketika!"
Pei-pei menggelengkan kepala:236
"Ku ini hanya untuk menakut-nakuti setelah
memakannya pun tidak akan terjadi apa-apa!"
"Berarti seperti cairan penghancur mayat, setelah
disiram tulang pun akan hancur dan tidak tersisa apa-apa!"
kata Tong Ling.
"Maksudku, ulat-ulat itu hanya untuk menakut-nakuti
setelah dimakan ulat-ulat itu akan mati, tapi manusia tidak
akan merasakan yang tidak enak!"
"Kau kira aku percaya pada kata-katamu?" bentak Tong
Ling kepada Pei-pei.
"Dengan Ku, kakakmu sudah membuat Kong kongku
meninggal, kau ingin menggunakan Ku membuat celaka aku,
kalian kakak beradik bukan orang baik-baik, masih mengaku
orang baik!"
"Aku tidak mau bicara denganmu lagi!"
"Tentu saja sebab kau sudah berbuat salah, Wantoako..." Tong Ling melihat Wan Fei-yang, "dari awal aku
sudah mengatakan kau sudah salah menilai orang!"
"Aku percaya apa yang dikatakannya tadi!" kata Wan Feiyang.
"Bukti sudah ada di depan mata, kau sendiri juga
melihatnya, mengapa masih membelanya?"
"Kalau dia benar-benar ingin kau makan nasi tadi, ulatulat yang ada di dalam nasi itu tidak akan bergerak!"
"Ulat-ulat itu memang selalu bergerak!" Tong Ling
tertawa dingin.237
Kata-katanya baru terucap keluar, dia melihat ulat-ulat
yang ada di dalam nasi semua berhenti bergerak seperti
menjadi kaku.
"Jika aku menyuruh mereka tidak bergerak, paling sedikit
kau akan makan sesuap!" bela Pei-pei.
"Sembarangan bicara!"
"Semua adalah sebenarnya!" jawab Pei-pei.
"Aku tidak akan makan sesuap nasi pun, kalau aku telah
memakan..." nada bicara Tong Ling makin meninggi. Orangorang yang ada di rumah makan itu terus melihat ke arah
mereka. Wan Fei-yang melihatnya, dia tidak bisa berbuat
apa-apa.
"Seharusnya aku tidak banyak bicara, apakah benar,
Wan-toako?" tanya Pei-pei.
Wan Fei-yang hanya menarik nafas dan tidak bersuara.
Pei-pei berkata kepada Tong Ling:
"Karena Wan-toako, aku jadi mengenalmu..."
"Apa hubungannya Wan-toako mengenalku denganmu?"
"Karena aku adalah calon istrinya!"
"Itu hanya keinginanmu, tidak ada yang mengakuinya!"
"Asal Wan-toako mengakuinya, itu sudah cukup!" Pei-pei
mendekati Wan Fei-yang, "aku tidak akan melakukan hal-hal
yang tidak kau sukai!
Wan Fei-yang hanya bisa menarik nafas panjang, Pei-pei
berkata lagi:
"Tapi marga Tong ini benar-benar membuatku repot!"
"Apa yang kau katakan tadi?" bentak Tong Ling.238
"Kalau sepanjang peijalanan kau tidak cerewet dan tidak
membuatku tersinggung, mana mungkin aku akan memakai
guna-guna?"
"Aku punya kebebasan, apakah setiap perkataanku harus
ada ijinmu?"
"Tapi kau selalu menyindirku!"
"Siapa suruh kau ingin menjatuhkan reputasiku?"
"Kaulah yang selalu menjatuhkan reputasiku!"
"Kau adalah musuh keluargaku!"
Pei-pei tidak bisa menjawab apa yang dilaku kan Beng To
kepada kakek Tong Ling membuat Pei-pei merasa bersalah.
"Aku hanya menggeretkan mulut tidak menggerakkan
tangan, sedangkan kau sudah menggerakkan tangan,
terpaksa aku juga harus menggerakkan tanganku!"
Tangan kanannya melayang, beberapa butir senjata
rahasia dilemparkan ke arah tangan dan pundak Pei-pei.
Walaupun sasarannya bukan nadi penting tapi cukup
membuat siapa pun terkejut.
Pei-pei ingin menghindar tapi Wan Fei-yang sudah
mengayunkan tangan untuk menyambut senjata itu.
Tong Ling melempar untuk kedua kalinya, Wan Fei-yang
tetap menyambutnya.
"Wan-toako, minggirlah, hari ini aku harus memberi
pelajaran kepada dia!" Tong Ling bersiap-siap untuk
melempar lagi.239
Pei-pei bersembunyi di balik tubuh Wan Fei-yang- Karena
tidak ada cara lain Tong Ling hanya bisa menghentakkan kaki
dan marah-marah:
"Siluman kecil, kalau kau pemberani, jangan
bersembunyi di balik Wan-toako!"
"Wan-toako tidak suka kalau kita bertarung, jangan
membuatnya repot!"


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau hanya tidak berani menyambut senjata rahasiaku!"
"Walaupun aku tidak bisa menyambut senjata
rahasiamu, tapi sebelum senjata rahasiamu mengenai-ku,
guna-gunaku sudah melekat di tubuhmu!"
"Baiklah! Keluar dari sini, aku ingin tahu dengan cara apa
kau menabur guna-guna itu ke tubuhku?"
Baru saja kata-katanya habis, tiba-tiba dia merasa di
tangannya seperti ada sesuatu, begitu melihatnya, dia
segera berteriak.
Karena tangannya penuh dengan ulat kecil-kecil yang
sedang merayap. Ulat-ulat kecil itu saat berada di dalam
mangkok nasi tidak begitu kentara, sekarang setelah
merayap di tangannya, dia bisa melihat dengan jelas.
Memang tidak terlihat kalau ulat-ulat itu jahat, tapi begitu
melihat banyak ulat yang sedang merayap di tangannya
membuatnya geli dan merasa jijik. Ini pertama kalinya Tong
Ling mengalami kejadian seperti ini, dia tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Wan Fei-yang melihat Pei-pei dan
membentak:
"Pei-pei..."240
"Wan-toako..." Pei-pei menunduk.
"Jangan main-main lagi, cepat tarik kembali gunagunamu!"
Pei-pei melihat Tong Ling, mulutnya bergerak-gerak dan
ulat-ulat yang sedang merayap di tangan Tong Ling segera
pergi. Sekarang Tong Ling baru melihat ulat-ulat kecil itu
mempunyai sepasang sayap tembus pandang.
Setelah melihat serangga-serangga itu pergi, dia baru
bisa menghembuskan nafas tapi senjata rahasia yang ada di
tangannya sudah dilemparkan ke arah Pei-pei.
Wan Fei-yang sekali lagi menyambut:
"Nona Tang, demi diriku, cukup sampai disini!
"Kalau kami terus bertarung apa yang akan kau
lakukan?" tanya Tong Ling tiba-tiba.
"Tentu saja Wan-toako akan berada di pihakku, lalu kami
akan memberi pelajaran kepadamu!" sela Pei-pei.
"Wan-toako adalah pendekar dari perguruan lurus, mana
mungkin dia akan membantu orang yang sering
menggunakan guna-guna dari Mo-kauw?"
"Aku tidak pernah menggunakan guna-guna untuk
mencelakakan orang, aku bukan iblis, kalau bicara hati-hati,
jangan menyerangku lagi!"
Tong Ling diam-diam meletakkan ke dua tangannya di
bawah, dia sudah memegang senjata rahasia, setiap saat
bisa melemparkannya. Entah Wan Fei-yang melihatnya atau
tidak.241
"Kalau kalian terus begitu, biar aku saja yang pergi!" kata
Wan Fei-yang marah.
"Kalau kau tidak ikut campur itu lebih baik, aku
mempunyai cara tertentu menghadapi siluman kecil ini,"
kata Tong Ling.
"Wan-toako, kau mau ke mana?" tanya Pei-pei.
"Kemana pun aku bisa pergi, asal tidak usah melihat
kalian lagi!" jawab Wan Fei-yang.
"Tidak..." Pei-pei dan Tong Ling bersama-sama berteriak.
Akhirnya mereka mengerti alasan Wan Fei-yang pergi.
"Aku harus mengikutimu!" kata Pei-pei.
"Kau tidak tahu malu!" Tong Ling marah, tangannya
mulai melayang.
Pei-pei tidak takut:
"Silakan lemparkan senjata rahasiamu, biar aku ambruk
karena senjata rahasiamu, aku tidak mau Wan-toako sedih!"
Tong Ling segera menurunkan tangannya:
"Kau benar-benar jahat, kau ingin membuat Wan-toako
membenciku, aku tidak akan terpancing olehmu!"
Kepala Wan Fei-yang seperti akan terbelah menjadi dua.
Masalah paling sulit adalah menghadapi gadis, dari awal
dia sudah tahu, tapi inilah pertama kali dia mengalami
keadaan seperti ini.
Pei-pei segera kembali ke tempatnya mengambil
mangkok dan sumpit. Tong Ling juga duduk kembali di
tempatnya, dia melihat nasi yang ada di dalam mangkok,242
bulu kuduknya merinding lagi, dia seperti melihat ada ulat
yang sedang merayap di dalam nasi.
"Kau mulai lagi!" Tong Ling berteriak lagi.
"Apa maksudmu dengan mulai lagi?"
"Jangan begitu tegang!" mata Wan Fei-yang terlihat
berputar.
Tong Ling baru bisa menghembuskan nafas karena di
tangannya memang tidak ada apa-apa.
Wan Fei-yang meminta semangkok nasi lagi. Itu
membuat Tong Ling merasa tenang dan lebih kagum
kepadanya.
Pastinya makan malam kali ini berada dalam suasana
tidak enak. Setelah makan Wan Fei-yang baru merasa
tenang. Dia mengira tidak akan ada masalah yang muncul
lagi, tapi masalah muncul di waktu dia sedang berpikir.
Kamar hanya ada 2, satu untuk Wan Fei-yang, satu lagi
untuk Tong Ling dan Pei-pei. Biasanya dua gadis berada
dalam satu kamar tidak akan terjadi masalah, tapi sewaktu
tidur Pei-pei malah lari dan masuk ke kamar Wan Fei-yang.
Saat Pei-pei datang ke kamar Wan Fei-yang, Tong Ling
mengikuti dari belakang. Dia memang selalu mengawasi Peipei tapi bukan masalah guna-guna.
Pei-pei sudah berjanji tidak akan menggunakan gunaguna lagi, supaya Wan Fei-yang tidak membencinya. Tong
Ling sangat tenang mengawasi pei-pei karena dia tidak ingin
Pei-pei mendekati Wan Fei-yang.243
Maka begitu Pei-pei meninggalkan kamar, dia segera
mengejarnya dari belakang.
Baru saja Wan Fei-yang membuka pintu kamarnya dan
Pei-pei sudah menerjang masuk, dia ingin bertanya tapi Peipei sudah menutup pintu, sebelum ditutup Tong Ling sudah
melangkah masuk supaya pintu tidak bisa ditutup.
"Ada apa kau kemari?" tanya Pei-pei.
"Kalau kau sendiri kemari ada apa?" Tong Ling balik
bertanya.
"Aku datang untuk melayani Wan-toako, ini adalah
kebiasaan bangsa kami!" jawab Pei-pei.
"Aku rasa itu hanya kebiasaan dari dirimu sendiri!"
"Apakah kau lupa aku adalah calon istrinya, melayaninya
adalah tanggung jawabku!" Pei-pei menjawab dengan serius.
Tong Ling tertawa dingin, Pei-pei segera membereskan
ranjang Wan Fei-yang, dia tidak mengeluarkan suara, juga
tidak melayaninya.
Tong Ling menatap Wan Fei-yang, dia tidak bereaksi
sama sekali, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Wan Fei-yang memang sedang berpikir. Masa lalunya
memang sangat pahit, tapi dia selalu mengingatnya.
Akhirnya Tong Ling tidak tahan lagi, dia berteriak:
"Wan-toako..."
Wan Fei-yang seperti terbangun dari mimpi:
"Ada apa?"
Tong Ling melihat Pei-pei:
"Kau benar-benar menerima layanannya?"244
"Melayani atau tidak, kukira tidak ada salahnya!" kata
Wan Fei-yang.
"Kalau begitu, aku juga akan melayanimu!" dia
melangkah ke depan Pei-pei dan merebut selimut yang ada
di tangan Pei-pei.
"Apa hubunganmu dengannya?"
"Teman..." Tong Ling tertawa dingin, "aku tidak akan
seperti kau memaksa mengakui diri jadi calon istrinya."
"Kalau begitu, keadaan kita tidak sama, jangan terus
mengikutiku, aku melakukan apa yang pantas kulakukan!"
"Siapa bilang aku tidak boleh melakukan semua ini, Wantoako pun tidak melarangku, kau yang cerewet!"
"Kalau dia tidak menganggap semua ini masalah, aku
juga akan seperti itu, apa yang kulakukan tidak ingin
membuatnya marah, aku harus melaksanakan
kewajibanku!"
"Apa yang akan kau lakukan?" Tong Ling melotot,
matanya penuh dengan kobar permusuhan.
"Apa yang akan kulakukan itulah kewajibanku, tidak ada
hubungannya denganmu!"
"Apa yang akan kau lakukan, aku juga bisa
melakukannya!" kata Tong Ling.
Pei-pei menatapnya, diam-diam dia mundur ke sisi Wan
Fei-yang, kemudian membalikkan tubuh memunggungi Wan
Fei-yang.
Sewaktu Tong Ling melihat perbuatan Pei-pei, dia
tampak bengong, kemudian berteriak:245
"Apa maksudmu?"
Reaksi Tong Ling membuat Wan Fei-yang merasa aneh.
Pei-pei tidak menjawab, dia membalikkan tubuh, kedua
tangannya terjulur ke bawah lalu diangkat, baju atasnya
segera terlepas, muncullah dua buah gunung yang montok
dan indah, putih seperti giok.
Ini benar-benar di luar dugaan Wan Fei-yang. begitu
melihat, dia segera mengalihkan sorot matanya.
"Inilah tugas seorang istri!"
"Kau tidak tahu malu!"
Pei-pei ingin mengatakan sesuatu. Wan Fei-yang segera
membentak:
"Cepat pakai bajumu!"
"Wan-toako..." Pei-pei masih ragu.
Tong Ling menyela:
"Orang terpencil tidak berbudaya, tidak bisa berubah,
gampang memperlihatkan bagian tubuh, sedikit rasa malu
pun tidak ada!"
"Sekarang atau nanti sama saja, aku tetap akan menjadi
istrinya..."
"Cepat pakai bajumu!" bentak Wan Fei-yang.
Pei-pei mengambil kembali bajunya yang terjatuh. Kata
Tong Ling:
"Kalau Wan-toako tidak menyukaimu, percuma saja kau
berupaya dengan segala cara!"246
Sambil berkata dia mendekati Wan Fei-yang. Pei-pei
merasa cemas, dengan tubuh telanjang dia segera mendekat
dan ingin memeluk Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang selalu menoleh ke tempat lain, tapi dia
masih merasakan Pei-pei mendekatinya. Dari sudut matanya
dia melihat dada Pei-pei yang putih, dia segera bergeser
sambil mengebutkan lengan bajunya.
Pei-pei terbanting ke tempat tidur karena kebutan
lengan baju Wan Fei-yang, dia merasa kesal karena
disalahkan, air matanya pun mengalir keluar. Saat itu tibatiba dia melihat ada laba-laba beroman manusia.
Laba-laba sebesar kacang kedelai tapi bukan berwarna
hitam, melainkan berwarna putih keabuan dan hampir
tembus pandang.
Pei-pei segera termangu setelah tahu ada laba-laba
beroman manusia, dia juga tahu apa kegunaan laba-laba
jenis ini.
Wan Fei-yang dan Tong Ling tidak melihat ada laba-laba
itu, walaupun mereka melihatnya, pereka tidak akan terlalu
memperhatikannya.
Pei-pei mengenakan bajunya kembali, diam-diam
melihat ke mereka berdua lalu menunduk dia berjalan
melewati mereka, membuka pintu dan keluar dari kamar.
Wan Fei-yang masih berdiri termangu. Begitu pintu
tertutup, dia baru menghembuskan nafas panjang. Apakah
masalah ini bisa diselesaikan dengan baik? Kalau tidak, apa
yang harus dia lakukan?247
"Aku harus memberi pelajaran kepadanya agar kelak dia
tidak akan membuat masalah yang memalukan!" kata Tong
Ling, "aku benar-benar tidak pernah melihat ada gadis yang
tidak tahu malu seperti dia!"
Akhirnya Wan Fei-yang membuka suara:
"Dia hanya gadis polos, apa yang dia lakukan dan
pikirkan langsung dilakukan, dia bukan gadis jahat!"
"Kakak dan gurunya saja orang jahat, apa yang disaksikan
atau didengar adalah kejahatan..."
"Dia seperti apa, aku yakin kau bisa melihatnya sendiri!"
kata Wan Fei-yang.
Tong Ling terdiam sambil menggigit bibir.
Wan Fei-yang melanjutkan lagi:
"Jumlah orang baik tidak banyak, kita mengenalnya,
seharusnya kita menghargainya!
"Aku tahu dia gadis baik-baik, tapi aku tidak terima..."
Tong Ling tidak meneruskan kata-katanya.
"Hampirilah dia dan hibur dia demi aku!"
"Kalau aku tidak setuju, kau pasti akan pergi ke sana, aku
akan berusaha menasihatinya, tapi akibatnya seperti apa,
aku tidak akan bertanggung jawab!"
Wan Fei-yang tertawa kecut. Asal kedua gadis itu tidak
saling menyerang, dia sudah merasa cukup puas.
Kalau perlu, mungkin dia akan pergi karena orang baik di
dunia sudah tidak banyak, mengapa harus membuat mereka
sedih?248
Tong Ling kembali dengan cepat, katanya Pei-pei tidak
ada di kamarnya. Wan Fei-yang tidak merasa terkejut, Tong
Ling merasa karena terguncang maka Pei-pei pergi, setelah
kemarahannya mereda tentu akan kembali. Tapi semalam
sudah berlalu Pei-pei masih tidak muncul.
Saat dia meninggalkan tempat ini saat itu adalah malam
hari, tidak ada seorang pun yang melihatnya pergi, maka
sulit melacak jejaknya.
Wan Fei-yang merasa bingung.
Waktu sudah semakin mendesak mereka harus mencari
sendiri, terlambat sehari pun sudah tidak bisa.
Satu-satunya yang membuat tenang adalah ilmu silat
Pei-pei cukup tinggi, selain itu dia mengerti ilmu guna-guna
untuk menjaga dirinya, jadi tidak akan terjadi masalah.
Awalnya Tong Ling merasa sangat senang karena
kepergian Pei-pei tapi setelah melihat Wan Fei-yang gelisah
seperti itu, dia pun ikut terganggu. Sebenarnya Tong Ling
tidak berhati jahat, tapi begitu melihat Pei-pei mendekati
Wan Fei-yang, rasa cemburunya segera muncul maka katakata yang keluar selalu terbawa emosi.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Laki-laki atau perempuan sulit terlepas dari fasa tertarik
dan tidak bisa berjiwa besar dalam masalah cinta.
Saat ini Pei-pei sedang berada di sebuah kamar rahasia di
sebuah tempat sembahyang. Tempat sembahyang seperti ini
banyak terdapat di wilayah suku Biauw tapi yang megah dan
besar sangat sedikit.249
Tempat ini berada di salah satu tempat sembahyang,
tempat ini dibangun dan diawasi oleh Sat Kao. Di bawah
tempat sembahyang itu ada sebuah terowongan rahasia dan
bisa menembus ke sana-ke-mari.
Kalau Wan Fei-yang mempunyai banyak waktu, dia tidak
akan sulit mencari Pei-pei dan akan menemukan tempat ini,
tapi ruangan rahasia atau jalan rahasia tetap ada
penghalangnya.
Ruangan rahasia atau jalan terowongan itu pasti
mempunyai tempat masuk atau keluar, dan itulah celahnya.
Beng To dan Sat Kao berada di dalam sana untuk
memulihkan luka-luka mereka, walaupun luka dalam Sat Kao
sangat berat tapi setelah beristirahat dan berobat, dia sudah
bisa berjalan dengan lancar dan tenaga dalamnya pun pelanpelan mulai pulih kembali.
Dia terluka seperti luka biasa, asal ada waktu untuk
beristirahat dia bisa cepat pulih.
Keadaan Beng To tidak sama, dia sangat percaya diri
bahwa dia bisa menang, maka dia menyerang dengan sekuat
tenaga, sehingga tenaga untuk menyerang sangat besar,
maka tenaga balik Wan Fei-yang menyerang semua jalan
darah di tubuhnya.
Memang nadinya tidak tergetar hingga putus, tapi luka
akibat getaran tidak berbeda jauh dengan nadi yang tergetar
hingga putus. Tenaga dalamnya tergetar hingga terpencar,
walaupun dia masih mempunyai sisa tenaga tapi tetap sudah
tidak bisa berkumpul lagi.250
Sat Kao berusaha membuat tenaga dalamnya bisa
berkumpul kembali.
Tapi dia tidak menjelaskannya dengan detail, dia
berusaha menutupi keadaan sebenarnya. Dia takut Beng To
akan menelantarkan dirinya sendiri dan tidak berniat untuk
maju. Mencari orang sebagai pengganti Beng To, sama sekali
tidak membuatnya percaya diri, tapi jika ada yang cocok dia
tetap akan siap!
Tapi selain Beng To rasanya tidak ada orang yang cocok
lagi. Beng To bukan hanya harapannya juga harapan dari
Mo-kauw. Apakah Mo-kauw bisa terkenal di Tionggoan?
Semua harus melihat tekad Beng To.
Jadi selama masih ada sedikit harapan, dia tidak akan
melepaskan, dia akan berusaha menolong Beng To.
Sampai saat ini luka Beng To sudah jauh lebih baik. Sat
Kao hanya khawatir Beng To akan patah semangat. Ilmu
Iweekang yang Beng To latih adalah ilmu Iweekang aliran
Mo-kauw. Sebenarnya dengan ilmu lweekangnya dia bisa
mengobati lukanya, dan ilmu Iweekang Beng To kebanyakan
didapatkan dari hasil Ih-hoa-ciap-bok. Jika bisa mendapatkan
orang yang cocok tidak sulit untuk memulihkan tenaga
dalam-nya yang sudah lenyap.
Masalahnya Sat Kao sendiri juga terluka, jika ingin
mencari seorang lawan yang mempunyai tenaga dalam kuat
lalu dengan ilmu Ih-hoa-ciap-bok, digunakan oleh Beng To,
dia tidak sanggup.251
Tapi Sat Kao berusaha dan melihat-lihat di mana ada
pesilat seperti itu. Akhirnya dia melihat Wan Fei-yang, Tong
Ling, dan Pei-pei. Diam-diam dia mencari kesempatan
melumpuhkan Wan Fei-yang, tapi kesempatannya tidak ada,
dia malah melihat Pei-pei masuk ke kamar Wan Fei-yang.
Pei-pei bisa mendekati Wan Fei-yang, kalau dia bisa
membantu mereka meringkus Wan Fei-yang, itulah hal yang
bisa membuatnya senang.
Sat Kao melepaskan laba-laba kecil berwarna abu
keputihan. Walaupun laba-laba itu kecil tapi merupakan
bibit laba-laba langka, bisa mengirim informasi sangat tepat.
Begitu melihat laba-laba itu Pei-pei sudah tahu Sat Kao
berada di sekitar sini, dia juga mengkhawatirkan luka Beng
To, maka dia pun keluar mencari mereka.
Dari luar luka Beng To tampak tidak apa-apa, setelah Peipei melihat keadaan Beng To, dia merasa agak tenang dan
ingin kembali ke sisi Wan Fei-yang.
SatKao mengijinkan dan mengemukakan permintaannya,
agar sewaktu Pei-pei mendekati Wan Fei-yang menggunakan
guna-guna untuk memikat Wan Fei-yang.
Pei-pei segera menggelengkan kepala, dia tidak lupa
pada pesan Wan Fei-yang dan dia siap menunggu.
"Mungkin kau bisa bersabar menunggu tapi jangan lupa
di sisi Wan Fei-yang ada Tong Ling..." kata-kata Sat Kao
menggetarkan hati Pei-pei.
Dengan penuh rasa percaya diri Pei-pei menjawab:
"Wan-toako tidak akan menyukainya!"252
"Kalau dia tidak suka, mengapa membiarkan gadis itu
berada di dekatnya?"
Pei-pei harus mengakui kata-kata Sat Kao masuk akal, Sat
Kao pandai menilai reaksi seseorang, dia berkata lagi:
"Gadis itu pintar bermain taktik, dia ingin mengusirmu
dan merebut Wan Fei-yang dari sisimu!"
"Aku tidak akan gampang tergeser!"
"Tapi dia dengan segala upaya akan berusaha menggeser
dan menyerangmu, apakah kau tidak sadar?" Sat Kao
menaruh curiga.
"Wan-toako adalah orang yang mengerti aturan!"
"Tapi mereka sama-sama dari suku Han, lebih gampang
berkomunikasi. Jika ada masalah Tong Ling hanya butuh satu
kalimat untuk menjelas-kannya sedangkan kau butuh 10
kalimat!"
Pei-pei mengangguk, Sat Kao berkata lagi:
"Aku melihat dia lebih pintar bicara dibandingkan
denganmu, kalau kalian bersengketa yang kalah pasti dirimu,
di depan Wan Fei-yang kau akan terlihat lebih jahat!"
Pei-pei memang tidak tahu seperti apa perasaan Wan
Fei-yang, tapi setelah Sat Kao berkata seperti itu dia baru
merasa khawatir. Sat Kao yang jahat sudah melihat reaksi
Pei-pei, dia berkata lagi:
"Suku bangsa Han sangat menepati janji, apa lagi Wan
Fei-yang adalah orang terkenal, jika dia telah menjanjikan
sesuatu kepada Tong Ling. kau tidak akan mempunyai
harapan lagi!"253
"Tapi..." Pei-pei ingin mengatakan sesuatu.
"Masuk desa harus mengikuti aturan di sana, setelah
keluar desa keadaan akan berbeda lagi, hal seperti ini
bukankah sudah ada banyak contoh?"
"Tapi Wan-toako bukan orang seperti itu!" walaupun
Pei-pei berkata seperti itu tapi nada bicaranya mulai sangsi.
Sat Kao yang berpengalaman bisa melihatnya dengan jelas,
dia berkata lagi:
"Kau siap menanggung resiko ini, aku tidak akan bisa
membantumu lagi!"
Pei-pei berpikir sebentar:
"Apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Aku sudah menjelaskannya bukan!"
"Apakah benar-benar harus memakai guna-guna?"
"Asal dia mengijinkanmu mendekatinya, itu sudah ada
cukup, ilmu silatnya memang tinggi asal dia tidak waspada
kepadamu, masukkan ulat ke dalam tubuhnya itu
sebenarnya tidak sulit?"
"Aku tidak mengerti!"
"Guna-guna yang kau pilih semacam guna-guna yang
bisa membuat dia lupa segalanya dan bisa membuatnya
hidup sampai tua di perbatasan Biauw, untuk menemanimu
seumur hidup!"
"Aku tidak mempunyai jenis guna-guna seperti ini..."
"Aku bisa memberikan kepadamu dan cara menguasai
guna-guna ini tidak rumit!"
Akhirnya Pei-pei mengerti juga:254
"Setelah dia terkena guna-guna ini apakah dia akan
terluka?"
"Tidak, hanya saja pola pikirnya menjadi sederhana,
setelah itu dia hanya akan setia kepadamu!"
"Maksudnya, kalau aku tidak mau dia kembali ke
Tionggoan, dia pasti tidak akan pulang ke Tionggoan?"
"Itu sudah pasti, selamanya dia akan tinggal di
perbatasan suku Biauw!"
"Tapi dia pendekar terkenal di Tionggoan!"
"Seorang pendekar pasti akan berkelana dan kau tidak
bisa seterusnya mengikuti dia, lebih-lebih sulit menerima
jika dia ke mana-mana akan menabur cinta!"
Pei-pei menundukkan kepala. Sat Kao masih terus
memutar lidahnya yang seperti tidak bertulang:
"Pertama, Tong Ling saja sudah cukup membuatmu
kalang kabut, kalau ditambah dengan perempuan lain,
seumur hidup kau tidak akan bisa hidup tenang!"
Pei-pei mengangguk:
"Kalau menyuruhnya tinggal di perbatasan Biauw, sangat
tidak menguntungkan karena ilmu silatnya"
Sat Kao tertawa:
"Setelah terkena guna-guna pola pikirnya bisa kita
kuasai, ilmu silatnya pun tidak terganggu, kau tetap bisa
membuat ilmu silatnya maju, dengan ilmu silatnya yang
tinggi itu seharusnya dia bisa berkembang di perbatasan
Biauw ini!"
"Setelah itu apa yang harus kulakukan?"255
"Tentang dia kau yang mengaturnya, kau bisa
membuatnya mengabdi kepada orang suku Biauw dan
membuat kebaikan untuk orang suku Biauw!"
Sat Kao menarik nafas:
"Kalian suku Biauw selalu dianggap rendah oleh suku
Han, setelah ada Wan Fei-yang yang berilmu tinggi di sini,
dia pasti akan membantu kalian menaikkan derajat kalian.
Semua itu asal kau bisa mengaturnya!"
Tampaknya Pei-pei mulai tertarik.
Sat Kao melihatnya:
"Untuk kakakmu juga ada kebaikannya!"
"Apa kebaikannya?"
"Setelah Kokomu pulih, dia akan berjaya di Tionggoan
dan tidak akan terkalahkan!"
"Ilmu silat Koko katanya sangat tinggi, tapi dia di bawah
Wan-toako, kalau Wan-toako tidak berada di Tionggoan
maka Tionggoan pasti akan berada dalam genggamannya!"
"Betul, Kokomu dari suku Biauw, di Tiong-goan atau di
daerah Biauw pesilat tangguh sama-sama dari suku Biauw,
bukankah itu adalah suatu kebanggaan bagi orang Biauw?"
Pei-pei terdiam, Sat Kao berkata lagi:
"Tidak perlu banyak berpikir lagi!"
Pei-pei masih terdiam.
"Demi suku Biauw, kau harus melakukannya!"
Pei-pei masih berpikir. Sat Kao sudah mengeluarkan
sebuah kotak kecil dari balik bajunya dan berkata:256
"Kalau serangga biasa dengan ilmu lweekang Wan Feiyang, sulit untuk masuk ke dalam tubuhnya, hanya dengan
induk serangga ini..."
"Induk serangga?"
"Hanya dengan induk serangga ini baru berguna!" Sat
Kao membuka kotak yang terbuat dari batu giok, di
dalamnya terdapat seekor ulat kecil transparan dalam
keadaan telungkup!
Sat Kao melayangkan kotak itu dengan pelan, induk
serangga itu jatuh di atas telapak tangannya, dari luar terihat
tidak ada keistimewanya, kalau tidak dilihat dengan teliti
tidak akan bisa melihat keberadaan sesungguhnya.
Pei-pei pun terkejut:
"Apakah ini induk serangga yang tadi Suhu maksud?
Sepertinya tidak ada keistimewaannya!"
"Jika kau ingin mendapatkan Wan Fei-yang dan hati Wan
Fei-yang, induk serangga ini sangat berguna!"
Pei-pei melihat ke kiri dan ke kanan:
"Bentuknya sangat lucu!"
Bentuk induk serangga itu seperti diukir dari batu
transparan, tidak buruk, sama sekali tidak menjijikan!
Semakin dilihat Pei-pei semakin menyukai-nya, dia
bertanya:
"Suhu, apakah induk serangga ini untukku?"
"Kalau kau mengambil untuk melayani Wan Fei-yang,
silakan!"
"Melayani?" Pei-pei mengerutkan alis.257
Kata-kata Sat Kao membuatnya merasakan aura
permusuhan.
Sat Kao sadar dia telah salah bicara, dia segera berkata:
"Maksudku dengan melayani sebenarnya adalah
merawat!"
"Seperti apa merawatnya?" tanya Pei-pei.
"Biarkan dia memakan induk serangga ini, sepertinya
tidak akan sulit bagimu untuk melakukannya!" kata-kata Sat
Kao sangat ringan dan lembut!
"Asal dia sudah memakannnya, dia akan menjadi
milikmu, tidak ada yang bisa merebutnya dari sisimu!"
"Apakah Tong Ling juga tidak akan bisa?"
"Sudah pasti, siapa Tong Ling itu? Dia bukan orang
penting!"
Terlihat sudut mulut Pei-pei terangkat dan dia tertawa.
"Orang yang lebih sulit dari Tong Ling masih sangat
banyak!" kata SatKao.
"Sebenarnya dia tidak jahat kepada orang Biauw, dia
hanya berprasangka, mungkin semua ini ada hubungan
dengan kematian kakeknya!" Pei-pei tetap mempunyai sisi
baik.
"Walaupun bukan karena kakeknya, dia tetap akan
memandang remeh kepada orang Biauw!" Sat Kao tertawa
dingin, "Didepan matanya, kau tidak pantas berpasangan
dengan Wan Fei-yang, walau pun dia sendiri tidak tahu
apakah Wan Fei-yang suka atau tidak kepadamu!"
Pei-pei mengangguk, Sat Kao berkata lagi:258
"Tidak diragukan lagi Wan Fei-yang sangat
menyukaimu!"
"Maksud Suhu..."


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau dia tidak menyukaimu, dia tidak akan
membiarkanmu ikut, yang pasti Tong Ling tidak suka
karenanya, maka dia berusaha merusak hubungan kalian!"
"Betul seperti itulah Tong Ling!"
"Kalau begitu, tunggu apa lagi?" tangannya melayang.
Induk ulat itu sudah dikembalikan ke dalam wadah. Ulat itu
seperti bukan ulat hidup.
Sat Kao menyerahkan kotaknya pada Pei-pei:
"Menguasai induk serangga ini tidak perlu dengan benda
khusus, cangkang kerang yang biasa kau pakai saja itu sudah
cukup, setelah berhasil langsung bawa Wan Fei-yang ke
perbatasan Biauw!"
"Masih ada banyak hal di Tionggoan yang harus dia
bereskan!" Pei-pei belum mau menerima kotak dari giok itu.
"Beng To akan membantu membereskan masalahnya,
dia sudah menjadi orang Biauw! Dia harus mengurus
masalah orang Biauw dulu!" Sat Kao tertawa lagi.
"Kecuali kalau kau tidak menyukainya dan tidak peduli
gadis lain mengambilnya dari sisimu, kalau tidak, kau tidak
perlu banyak berpikir lagi, karena ini bukan masalah rumit!"
Sekali lagi kotak giok itu diserahkannya kepada Pei-pei,
kali ini Pei-pei mau menerimanya.
Induk serangga itu tetap terlihat lucu, sampai sekarang
Pei-pei tidak merasa jijik, semakin dilihat dia merasa semakin259
senang dan semakin suka, dia percaya induk serangga itu
akan menghubungkan dia dan Wan Fei-yang selamalamanya.
Dia memang tidak berpengalaman, dia tidak tahu bahwa
dunia ini banyak terdapat orang jahat, dia juga tidak tahu
seperti apa kehidupan di dunia ini, kecuali cinta masih ada
banyak hal yang lebih penting.
Benda yang terlihat lucu dari luar, belum tentu benarbenar lucu. Seperti semacam bunga yang ada di daerah
Biauw bunga yang paling beracun. Bunga itu berwarna-warni
saat mekar dan sangat indah, siapa pun akan menyukainya,
tapi jika ter-kena kulit akan membuat daging membusuk dan
tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya.
Jadi begitu bunga beracun itu terlihat yang lain akan
menghindarinya, karena dari luar terlihat jelas, tidak seperti
induk serangga itu, dia akan men-dengar perintah dan
setelah masuk ke dalam tubuh seseorang baru berguna.
Sampai sekarang Beng To tetap berpikiran, apapun harus
diukur berdasarkan kepentingan suku Biauw. Sat Kao
melihat jelas hal ini, maka dia pun tidak tergesa-gesa. Siapa
pun Beng To, asal dia mengaku dia adalah murid dari Mokauw, itu sudah cukup.
Hanya Beng To yang bisa membuat Mo-kauw jadi
terkenal, dia tidak peduli apa yang akan dilakukan Beng To.
Dia berada di daerah Biauw, dia mengerti sifat orang
Biauw, ambisi Beng To sangat besar, tapi ada batas-batas
tertentu, dia sudah lama menyayangkan hal ini.260
Mo-kauw dari barat akan membuat dunia kacau, tapi
Beng To hanya ingin menguasai dunia persilatan saja, dia
tidak akan melakukan masalah besar supaya dunia menjadi
kacau dan bergejolak.
Bagi orang persilatan merebut kekuasaan adalah hal
yang sangat membanggakan, tapi pikiran mereka terbatas.
Orang persilatan bisa berdiri terus. Pemerintah jarang
bertanya-tanya, asalkan sikap mereka tidak kelewatan.
Mo-kauvv berasal dari negari barat memiliki agama di
luar bangsa. Baru mulai ingin menguasai dunia persilatan,
sebelum berhasil dia hanya berpikir semua baru dimulai,
bukan hal yang aneh.
Keserakahan seseorang biasanya karena dia telah
berhasil dan bertambah hebat.
Keserakahan Beng To belum cukup besar, begitu juga Sat
Kao. Maka di masa depan belum terlihat bahaya dari
mereka.
Pengalaman Wan Fei-yang pun masih sangat dangkal, dia
tidak bisa melihat kejadian sebenarnya, apa lagi Pei-pei.
Orang seperti mereka boleh dikatakan tidak
berpengalaman, di dunia persilatan tidak banyak orang
seperti mereka, tapi apakah sekarang dengan pengalaman
dangkal tidak akan mengalami hal seperti ini juga? Orang
harus bisa bertumbuh menjadi dewasa.
Di malam yang sama, tapi bagi Wan Fei-yang tidak sama,
bukan karena malam ini dia sudah meninggalkan tempat
orang Biauw, sehingga dia bisa kembali lagi ke tempat orang261
Han dan dia merasa akrab dan hangat, tapi dia malah
merasa kebingungan sebab belum tentu dia bisa bertemu
dengan Pei-pei lagi!
Selama beberapa hari ini tidak terlihat Pei-pei, walaupun
Wan Fei-yang selalu berhati-hati dan teliti dalam mencari.
Pastinya Tong Ling melihat sikap Wan Fei-yang yang
berbeda, dia juga mengerti apa yang sudah terjadi. Gadis
ceroboh tapi dalam perasaan cinta dia menjadi sensitif,
sebagai pesilat tangguh dalam senjata rahasia dia
mempunyai mata jeli, perubahan sikap Wan Fei-yang tidak
bisa lolos dari pengamatannya.
Sebenarnya Tong Ling tidak terlalu membenci Pei-pei
tapi begitu melihat Pei-pei mendekati Wan Fei-yang, dia
menjadi marah.
Selama beberapa hari tidak melihat Pei-pei, sebenarnya
dia merasa khawatir, dia pernah merasakan kesepian dan
kebingungan tapi begitu terpikir Pei-pei menghilang masih di
daerah Biauw, tempat di mana Pei-pei sangat hafal,
ditambah lagi dia adalah seorang putri, pasti tidak akan
mengalami hal yang merepotkan, dia baru merasa sedikit
tenang.
Dia ingin dengan alasannya mencoba menasihati Wan
Fei-yang, tapi begitu melihat Wan Fei-yang seperti tidak
bersemangat dan masa bodoh, api kecemburuannya segera
muncul. Kata-katanya yang sudah ada di depan bibir,
ditelannya kembali.262
Pastinya semakin jauh dari wilayah Biauw, dia akan
merasa semakin tenang, dia tidak percaya Pei-pei yang
bertubuh lemah bisa mencari mereka sampai ke Tionggoan.
Dulu Tong Pek-coan selalu mengajarkan agar dia jangan
salah perkiraan dan meremehkan musuh. Di depan musuh
dia tidak ragu-ragu lagi, dia melakukan semuanya dengan
baik, tapi tetap saja dia meremehkan Pei-pei, karena dia
tidak menganggap Pei-pei adalah musuh. Dia tidak tahu
dalam medan percintaan dan dalam medan pertarungan
sebenarnya tidak jauh berbeda!
Walaupun dia adalah seorang gadis, kadang-kadang
karena perasaan cintanya dia akan menjadi kuat!
Tapi Tong Ling sama sekali tidak berpengalaman, sampai
sekarang laki-laki yang bisa membuatnya tertarik hanya Wan
Fei-yang.
Sewaktu Pei-pei berada di sisi Wan Fei-yang, dia hanya
ingin dia sendiri yang diperhatikan oleh Wan Fei-yang,
makan atau tidur pun tidak enak. Setelah Pei-pei
meninggalkan mereka, dia baru merasa tenang, dia pun
tidak mengganggu Wan Fei-yang lagi.
Malam ini sewaktu Pei-pei kembali, Tong Ling sudah
tertidur dengan nyenyak.
Apakah ini malapetaka baginya atau malapetaka bagi
Wan Fei-yang?
Pei-pei sangat berhati-hati, dia berusaha tidak membuat
Tong Ling terbangun, jadi dia tidak melewati kamar Tong
Ling.263
Dia juga tidak mengetuk pintu kamar Wan Fei-yang, dia
mendorong jendela di kamar Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang segera terbangun, begitu melihat yang
masuk adalah Pei-pei, dia malah bengong.
Tidak diragukan lagi semua ini di luar dugaan Wan Feiyang.
Jari telunjuk Pei-pei segera diletakkan di mulut memberi
isyarat agar Wan Fei-yang jangan bersuara.
Wan Fei-yang tahu karena di sebelah kamarnya adalah
kamar Tong Ling, walaupun dia tidak bersuara tapi dia
tertawa kecut.
Melihat Pei-pei telah kembali dia sangat senang, tapi
begitu memikirkan masalah yang akan muncul kemudian, dia
bingung lagi.
Dia sama sekali tidak menyangka kesulitan yang akan
datang bukan dari Tong Ling, kesulitan ini bukan
menyangkut masalah perasaan yang sedehana, melainkan
suatu malapetaka. Malapetaka yang akan langsung
mengancam keselamatan nyawa nya.
Pei-pei seperti seekor kucing masuk ke kamar Wan Feiyang, diam-diam menutup jendela, lalu masuk ke dalam
pelukan Wan Fei-yang.
Waktu itu Pei-pei hanya menangis dan mata nya sudah
berkaca-kaca.
Melihat mata Pei-pei tampak berkaca-kaca, tanpa terasa
Wan Fei-yang memeluknya, dia sadar kalau dia sekarang264
mendorong Pei-pei jauh-jauh, itu adalah tindakan yang
sangat kejam.
Wan Fei-yang tidak tahu berpelukan seperti ini bukan
hanya dia saja yang terhanyut, Pei-pei pun bisa teijerumus
dan keadaan tidak akan tertolong.
Pei-pei yang berada dalam pelukan Wan Fei-yang, terus
mengeleng-gelengkan kepala, air matanya dengan cepat
mengalir membasahi baju bagian dada Wan Fei-yang.
Sebenarnya dia ingin menangis sepuas-puasnya, tapi dia
takut membuat Tong Ling yang ada di kamar sebelah
terbangun.
Wan Fei-yang merasakan gejolak hati Pei-pei juga
merasakan bajunya basah karena air mata Pei-pei, tapi dia
tidak merasakan induk serangga itu.
Induk serangga itu sedang merayap keluar dari dalam
lengan baju Pei-pei, sambil merayap warna tubuhnya
mengikuti warna keadaan di sekelilingnya. Induk ulat begitu
kecil ditambah bisa berubah warna, benar-benar sulit
dibedakan, apa lagi Pei-pei sedang menangis tersedu-sedu.
Ilmu silat Wan Fei-yang memang sangat tinggi, reaksinya
pun cepat, jika saat itu ada yang menyerang dengan senjata
rahasia atau dengan cara lain, dia tetap bisa
menghadapinya, tapi jika serangan dilakukan dari pihak Peipei, belum tentu dia bisa menghindar.
Jika Pei-pei ingin membunuhnya benar-benar sekarang
adalah kesempatan baik. Tapi yang pasti, saat muncul aura265
membunuh, sedikit atau banyak, Wan Fei-yang pasti akan
merasakannya.
Tapi sekarang yang dia rasakan hanyalah kekesalan hati
Pei-pei karena disalahkan oleh Tong Ling.
Ternyata induk serangga itu sudah tahu apa tugasnya,
dia meloncat dan merayap di tubuh Wan Fei-yang. Posisi
induk serangga itu saat meloncat atau merayap sangat aneh,
seperti berubah menjadi binatang jenis lain.
Wan Fei-yang tidak melihatnya dia membelai rambut
Pei-pei:
"Ke mana kau pergi selama beberapa hari?"
Begitu dia membuka mulut untuk bicara induk serangga
itu berhenti merayap tapi tubuhnya akan menekuk, seperti
anak panah siap meluncur keluar.
Waktu itu Wan Fei-yang sedang mengatakan 'ke mana',
serangga itu sudah meluncur masuk ke dalam mulut Wan
Fei-yang.
Perasaan Wan Fei-yang waktu itu seperti ada seekor
nyamuk terbang masuk ke dalam mulutnya, dan tiba-tiba
saja dia merasa ada bahaya menghampirinya.
Waktu itu pun mulutnya terasa kaku, rasa berikut
menjalar ke seluruh tubuh.
Pei-pei memang tidak melihat reaksi di wajah Wan Feiyang, tapi dari reaksi tubuh Wan Fei-yang, dia sudah tahu
bahwa induk serangga itu sudah masuk ke dalam tubuh Wan
Fei-yang, dia menengadah untuk melihat lebih jelas.266
Wan Fei-yang menatap Pei-pei, dari sikap-nya dia seperti
ingin menyampaikan sesuatu tapi sepatah kata pun tidak
bisa keluar, hanya sorot matanya yang tadinya terlihat lincah
sekarang seperti membeku.
"Wan-toako..." Pei-pei memanggil.
Wan Fei-yang mendengar panggilan itu kedua alisnya
berkerut, dia seperti ingin menatap Pei-pei lebih jelas, tapi
dengan cepat dia melonggar-kan pelukannya.
Tapi sorot mata kaku dan beku itu mulai berubah dia
terlihat lincah lagi, tapi tidak setajam tadi, matanya seperti
tertutup oleh kabut tipis, dan dia terlihat linglung.
"Wan-toako..." sekali lagi Pei-pei memanggil.
Reaksi Wan Fei-yang sekali ini berbeda dibandingkan
tadi, kedua tangannya bertambah erat memeluk Pei-pei, lalu
mencium mulut Pei-pei, leher, juga dadanya.
Pei-pei merasa terkejut sekaligus senang dan malu.
Pei-pei jadi mengerti induk serangga itu sudah mulai
melakukan tugasnya, dia juga tahu apa yang akan dilakukan
Wan Fei-yang, dia sudah siap, tapi sewaktu hal ini datang dia
tetap merasa bimbang.
"Suhu tidak berbohong kepadaku..." pikiran ini baru
muncul. Pei-pei merasa Wan Fei-yang sudah membuka baju
bagian dadanya, dia merasa malu dan menoleh ke arah lain.
Sebelumnya dia pernah membuka baju di depan Wan
Fei-yang. Memang saat itu dia ingin bersaing dengan Tong
Ling, waktu itu dia sedang marah, maka dia tidak merasakan
apa-apa, sekarang hanya ada mereka berdua, dia tahu apa267
yang akan dilakukan Wan Fei-yang, dia tetap merasa
bingung.
Dia meronta, rontaan ini semakin membuat Wan Feiyang bersikap kasar dan gila.
Akhirnya Pei-pei telanjang bulat dan digendong ke
ranjang.
Sekarang pikiran Wan Fei-yang sudah terbakar oleh
nafsu birahi, tidak ada hal lain yang dipikirkannya.
Induk serangga itu memang sudah mulai bekerja,
serangga lain tidak akan bisa berbuat seperti induk serangga
ini, serangga ini bisa menguasai pikiran Wan Fei-yang, selain
itu bisa menggali nafsu paling primitif manusia, nafsu birahi
yang tersimpan di dalam semua orang. Pei-pei pun tidak
terkecuali, nafsu birahi Pei-pei tergali oleh Wan Fei-yang, dia


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lupa pada semua hal, dia menikmati nafsu birahi sepuasnya.
Suara dengusan ke dua orang ini membuat Tong Ling yang
ada di kamar sebelah kamar jadi terbangun, dia berdiri di
depan jendela, dia menggigit bibirnya sampai berdarah.
Suara mereka memang tidak terlalu besar, tapi
pendengaran Tong Ling sangat tajam, mana mungkin dia
tidak akan mendengarnya? Apa lagi setiap saat dia selalu
waspada dengan kedatangan Pei-pei, dia ingin mencari tahu
bagaimana keadaan Wan Fei-yang.
Selama beberapa hari ini Pei-pei menghilang, Tong Ling
tetap mengkhawatirkan dia. Dia sendiri juga tidak tahu
mengapa dia bisa seperti itu.268
Dia pergi ke kamar Wan Fei-yang, tapi semua itu sudah
terlambat.
Dia adalah seorang gadis, dia tidak mengerti apa yang
telah terjadi antara Pei-pei dan Wan Fei-yang. Tadinya dia
ingin menendang pintu kamar, tapi dia masih berusaha
menahan diri. Setelah lama berpikir dia melubangi kertas
jendela untuk mengintip situasi di dalam kamar, setelah
cukup lama ragu-ragu dia memutuskan untuk melakukan
pengintaian.
Astaga...! Wajahnya segera menjadi merah dan
jantungnya berdebar-debar. Dia cepat-cepat memalingkan
wajahnya melihat ke tempat lain.
Dalam hati dia berteriak:
"Wan Fei-yang, ternyata kau bajingan!' bibirnya di gigit,
air matanya pun segera menetes.
Terdengar suara Pei-pei yang sedang terbawa
kemikmatan surga dunia. Tong Ling benar-benar tidak tahan
melihat mereka, dia meng-hentakkan kaki dan pergi dari
sana.
"Aku tidak sudi melihatmu lagi!' Tong Ling terus
berteriak di dalam hati, sambil berjalan air matanya pun
tidak terbendung lagi.
Sebelumnya tidak pernah ada lawan jenis yang bisa
menarik perhatiannya, lebih-lebih di sukainya. Wan Fei-yang
adalah laki-laki pertama yang menarik perhatiannya, apa
sebabnya dia sendiri pun tidak tahu.269
Cinta memang aneh, kalau bisa melihat perubahannya,
di dunia ini tidak akan banyak laki-laki atau perempuan yang
mabuk cinta.
Mungkin ini adalah kehendak Langit, akhirnya Wan Feiyang tidak bisa lari dari malapetaka ini.
Sewaktu Wan Fei-yang bangun, hari sudah terang, dia
masih dalam keadaan telanjang, begitu juga Pei-pei.
Pei-pei belum bangun, melihat Pei-pei dalam keadaan
tertidur pun tampak dia masih merasakan kelembutan
cintanya.
Begitu melihat Pei-pei telanjang bulat, Wan Fei-yang
tampak terkejut, nafsu birahinya mulai terbakar lagi.
Dia ingin mendekati Pei-pei lagi, tapi kali ini dia berusaha
menekan nafsu birahi ini, kemudian dia melihat tetesan
darah di atas seprai.
"Mengapa bisa terjadi seperti ini?" Wan Fei-yang
menggelengkan kepala. Apa yang terjadi semalam, mulai
berkelebat dalam pikirannya satu persatu. Akhirnya dia
teringat ada nyamuk yang masuk ke dalam mulutnya.
"... guna-guna!" kata-kata ini muncul di otak Wan Feiyang.
Pertama kali saat dia bertemu Pei-pei, Pei-pei di gua itu
pernah meniup cangkang kerang untuk menguasai
sekelompok ulat yang merayap ke tubuhnya. Tujuannya
adalah memaksa Wan Fei-yang untuk menerima cintanya,
tapi terakhir dia menarik ulat-ulat itu kembali ke sarangnya
karena nasehat Wan Fei-yang.270
Dia melihat kejujuran Pei-pei tapi apa alasan yang
membuatnya berubah?
Kemudian dia teringat Pei-pei meninggalkannya selama
beberapa hari juga teringat pada Tong Ling, dia tertawa
kecut.
Pei-pei pergi karena Tong Ling, itu pikiran Wan Fei-yang,
sebenarnya itu hanya salah satu alasannya. Kalau bukan
karena petunjuk Sat Kao, walaupun Pei-pei marah kepada
Tong Ling, dia akan tetap akan berada di sisi Wan Fei-yang.
Anak gadis paling sensitif mengenai masalah percintaan,
Pei-pei pasti pernah berpikir kalau semua itu hanya akalakalan Tong Ling, maksudnya adalah supaya dia
meninggalkan Wan Fei-yang.
Teringat pada Tong Ling, Wan Fei-yang terpikir lagi, jika
Tong Ling melihat kejadian tadi, apa reaksinya?
Dia tidak tahu bahwa Tong Ling sudah melihat semuanya
dan dengan marah sudah meninggalkan tempat itu.
Melihat Pei-pei yang telanjang, dia mulai merasa panas
dan darahnya bergejolak kembali, dia merasa aneh karena
bisa mempunyai perasaan seperti itu. Wan Fei-yang masih
mengira semua itu karena guna-guna yang belum bersih
yang ada di dalam tubuhnya ditambah lagi Pei-pei telanjang
di depan matanya.
Diam-diam dia menarik selimut untuk menutupi tubuh
Pei-pei yang telanjang, kemudian dia duduk bersila di atas
ranjang untuk mengatur nafas.271
Saat nafasnya diatur tidak terasa ada perasaan lain dan
tidak ada perbedaan apa pun, Wan Fei-yang baru merasa
tenang.
Dia melihat Pei-pei tetap terasa nafsu birahinya bergolak
kepada Pei-pei, hanya saja tidak sekuat tadi. Perasaan
seperti ini tidak pernah dirasakannya sebelumnya, dia
menganggap semua itu hanya reaksi biasa dari seorang pria,
tapi dia harus mengakui kalau Pei-pei benar-benar seorang
gadis cantik dan menarik!
Yang tidak dia sukai adalah Pei-pei menggunakan cara
seperti ini untuk memikatnya. Tapi dia memaafkan perilaku
Pei-pei karena mencintainya.
Never Too Far 2 Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Siluman Bukit Menjangan 1

Cari Blog Ini