Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra 6

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying Bagian 6


Mereka mengaku sedang sial karena Hoa-san-pai
menjadi sasaran pertama Beng To, tujuan Beng To adalah
menunjukan ilmu silatnya untuk mencari nama, maka dia
tidak melarang berita ini disebar luaskan.
Setelah mendengar Hoa-san-pai mengalami musibah,
musuh-musuhnya pasti akan datang untuk mengambil
kesempatan menyerang mereka, maka selain murid-murid
Hoa-san-pai yang masih setia dan siap sehidup semati
dengan Hoa-san-pai, kalau tidak, siapa yang berani kembali
ke Hoa-san-pai?
Murid-murid yang setia semua sudah mati di bawah kaki
Beng To.
Berita ini dengan cepat tersebar luas, semua
perkumpulan di Tionggoan sudah tahu, Beng To bertambah
gagah, orang-orang Biauw pun berubah jadi pesilat-pesilat
tangguh yang sanggup melawan ratusan orang.
Ada yang mengatakan bahwa Beng To dalam satu jurus
berhasil membunuh Kiam-sianseng, dan murid-murid Hoasan-pai hampir mati semua.
Tapi ada juga yang menaruh curiga apalagi orang-orang
yang mengenal dan berteman dengan Kiam-sianseng,
mereka mengaku orang yang sanggup membunuh Kiamsianseng tidak diragukan lagi pasti seorang pesilat tangguh,
dia secara terang-terangan menantang para pesilat
Tionggoan dan pasti memiliki tujuan tertentu.145
Siapa korban berikut Beng To? Tidak ada seorang pun
yang tahu, perkumpulan yang berada di dekat Hoa-san-pai
sudah siap siaga dan memerintahkan murid-murid mereka
yang berada di luar untuk segera kembali ke perkumpulan
mereka.
Dari Ceng-sia-pai, Giok-koan Tojin, Siauw-lim-pai, Pek-jin
Taysu, Bu-tai-san, Bok Touw-toh, Tai-ouw-sui-cai, Liu Sianciu, Tong-teng-kun-san Ci-liong-ong, Tiam-jong-pai, Thi Gan,
enam orang yang namanya terkenal di dunia persilatan,
membawa beberapa pesilat tangguh datang ke Bu-tong-san.
Karena waktu yang mereka sepakati dengan Wan Feiyang sudah hampir habis.
Mereka sudah tahu bahwa Hoa-san-pai sudah
dihancurkan oleh seorang pesilat tangguh dari Mo-kauw
yang bernama Beng To, mereka memilih pemimpin lain
karena Kiam-sianseng sudah tewas di tangan Beng To,
karena itu mereka membatalkan tujuan mereka ke Hoa-san
untuk melihat keadaan, sebab mereka tahu kalau mereka
pergi ke sana, tidak akan ada gunanya dan mereka juga tahu
orang yang bernama Beng To menggunakan ilmu silat sejenis
Thian-can-sin-kang.
Dari kabar yang mereka dengar, Beng To sudah mengaku
bahwa dulu orang yang membunuh banyak pesilat tangguh
dari semua perkumpulan adalah dirinya dan tidak ada
hubungannya dengan Wan Fei-yang. Sekarang Wan Fei-yang
pun sudah roboh di tangan Beng To.
Thian-can-sin-kang dari Bu-tong sebenarnya mencuri dari
ilmu lweekang Mo-kauw, berita ini pasti akan bocor, setelah
mendengar kabar ini, Giok-koan Tojin, Pek-jin Taysu, dan Bok
Touw-toh jadi mengerti mengapa Wan Fei-yang bisa begitu
yakin memberi tahu mereka dan meminta mereka untuk146
kembali lagi ke Bu-tong-san sesuai dengan waktu yang telah
disepakati.
Di mata mereka, Wan Fei-yang sudah tahu bukan dia
yang melakukannya dan ingin mencuci bersih namanya
setelah mereka pergi dia menemui Kouw-bok yang
mengetahui rahasia Thian-can-sin-kang, dia pun mencari
tahu dan pergi ke perbatasan suku Biauw.
Mereka tidak salah menilai Beng To.
Beng To secara terang-terangan telah membuka rahasia
bahwa Bu-tong-pai mencuri ilmu lweekang Mo-kauw,
setelah itu dia akan ke Bu-tong-pai untuk membuat
perhitungan.
Jadi karena itu mereka langsung datang ke Bu-tong-san
menunggu kedatangan Beng To.
Tentu saja Bu-tong-pai telah mendengar kabar itu,
kebanyakan murid-murid Bu-tong-pai masih bisa menjaga
ketenangan, beberapa kali mereka mendapat bencana besar
membuat mereka lebih tegar, mengenai Thian-can-sin-kang
yang katanya dicuri dari Mo-kauw, mereka merasa terkejut.
Selain ketua Bu-tong-pai, Pek-ciok Tojin yang
mengetahui tentang Thian-can-sin-kang dengan jelas adalah
Kouw-bok, karena itu mengenai kepergian Wan Fei-yang ke
perbatasan suku Biauw, dia menjadi sangat khawatir.
Wan Fei-yang memang sudah menguasai Thian-can-sinkang tapi lawan pun menguasai ilmu sejenis, dan asal muasal
ilmu iblis itu walaupun beraliran sesat, entah sampai dimana
kekuatannya? Apakah berada di atas Thian-can-sin-kang?
Tidak ada seorang pun yang tahu, sebab ilmu iblis itu baru
sekarang muncul.147
Kouw-bok tidak merasa yakin, walaupun dia
berpengalaman di segala bidang, dia tidak tahu Thian-cansin-kang dengan detil, apalagi ilmu iblis itu.
Saat Pek-ciok Tojin datang kepadanya, dia sedang
bersemedi di kamar Yan Cong-thian dulu. Hari sudah sore,
semenjak dia kembali ke Bu-tong-san dia selalu mengajarkan
ilmu silat kepada murid-murid Bu-tong-pai dengan teliti.
Semua ilmu silat milik Bu-tong-pai pun dikuasainya dengan
lancar, dia juga bisa mengerti perubahan-perubahannya, dia
mengajarkannya dengan pas.
Sebenarnya dia juga sudah berusaha, ilmu silat muridmurid Bu-tong diajarkan olehnya, bisa dikatakan mereka jadi
mengalami kemajuan pesat.
Setelah melalui beberapa bencana, sisa murid-murid Butong tidak diragukan lagi adalah murid-murid yang setia dan
mereka sudah bertekad ingin menguasai ilmu silatnya dan
mengabdikan diri pada Bu-tong-pai.
Kesuksesan Wan Fei-yang bagi mereka merupakan
semacam rangsangan kecuali merasa bangga mereka juga
merasa senang.
Inilah hal yang membuat Kouw-bok senang, karena itu
dia pun semakin bersemangat mengajari mereka. Setiap kali
kembali ke kamarnya untuk beristirahat, dia merasa
tubuhnya lelah, Pek-ciok Tojin sangat mengerti keadaannya,
maka tidak pernah mengganggunya, memang sejak Bu-tongpai kedatangan orang-orang yang dipimpin Kiam-sianseng
untuk menanyakan tindakan Bu-tong sampai saat ini mereka
terlihat tenang, seperti tidak ada masalah yang terjadi.
Kouw-bok sangat mengerti isi hati Pek-ciok Tojin,
sekarang kedatangan Pek-ciok Tojin ke kamarnya karena dia
mengetahui sesuatu dan segera terpikir pada Wan Fei-yang.148
Apakah telah terjadi sesuatu pada Wan Fei-yang?
Melihat sikap Pek-ciok Tojin, Kouw-bok tahu bahwa ini
bukan berita yang bagus dan dia tetap merasa curiga.
Dengan ilmu silat Wan Fei-yang, siapa yang tidak bisa dia
hadapi?
Kouw-bok sepertinya tetap tidak tahu, dia membiarkan
Pek-ciok Tojin menceritakan kabar yang telah dia dengar
dengan jelas, mendengar bahwa Wan Fei-yang telah
dikalahkan Beng To, dia mulai bereaksi.
Selesai bercerita, Pek-ciok Tojin menarik nafas dan
berkata:
"Tecu datang saat Susiok-kong sedang beristirahat.."
Kouw-bok segera memotong:
"Semua sudah terjadi, tahu sekarang atau nanti sama
saja!"
"Katanya Beng To dengan orang-orangnya sedang
menuju Bu-tong-san."
"Hutang lama memang sudah waktunya
diperhitungkan."
"Maksud Susiok-kong, kita akan menunggu kedatangan
mereka ke Bu-tong-san?"
"Kalau kita mujur ini bukan bencana, kalau bencana kita
tidak akan sanggup menghindar lagi!"
Pek-ciok Tojin mengangguk:
"Orang yang bernama Beng To sudah mengatakan akan
membuat perhitungan dengan Bu-tong-pai, bila kita
menghindar terus, mungkin nanti sulit untuk berdiri di dunia
persilatan..."
00 - ? - 00149
BAB 12
"Pepatah mengatakan: Karena nama kosong maka kita
harus memikulnya dengan susah, demi nama kosong ini
murid-murid Bu-tong-pai harus menghadapi musibah besar
lagi!"
Pek-ciok Tojin terdiam, Kouw-bok menarik nafas lagi:
"Untuk kalangan persilatan, masalah di luar kemauan
mereka, maka pepatah seperti ini punya alasan yang kuat!"
Dia bertanya lagi:
"Giok-koan Tojin, Pek-jin Taysu serta yang lain
seharusnya sudah tiba!"
"Ada kabar yang mengatakan bahwa mereka sedang
dalam perjalanan kemari!"
"Kabar mengenai Beng To sudah tersebar luas, mereka
seharusnya tahu, Wan Fei-yang sudah dijadikan kambing
hitam, jadi semua ini tidak ada hubungan dengan Bu-tongpai!"
"Mereka pasti ingin mencari Beng To untuk membuat
perhitungan!"
"Para tetua itu masing-masing mempunyai pendapat,
mereka sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah,
setelah tahu duduk persoalannya, mereka tidak akan
berpangku tangan begitu saja!" kata Pek-ciok Tojin.
"Karena mereka masing-masing mempunyai pendapat,
mereka pasti akan datang, tapi mungkin masalah akan
datang lebih dulu, mereka akan menunggu kita yang
membuat perhitungan terlebih dulu dengan Beng To, setelah
itu baru mencari Beng To untuk membuat perhitungan lagi!"
"Tidak mungkin!" Pek-ciok Tojin menundukkan kepala,
"Bu-tong-pai secara berturut-turut sudah mengalami150
musibah, kalau bukan karena Wan Fei-yang, saat mereka
datang kemari sudah..."
"Karena menguasai Thian-can-sin-kang, Wan Fei-yang
menjadi tersohor juga membuat Bu-tong-pai terkenal, tapi
karena Thian-can-sin-kang disalahartikan, maka Fei-yang
pergi ke wilayah suku Biauw untuk mencari tahu kenyataan
sebenarnya..." Kouw-bok menarik nafas panjang dan
melanjutkan lagi:
"Apakah semua ini karena spekulasi?"
"Kalau dikatakan..." kata Pek-ciok Tojin.
Kouw-bok menyela:
"Aku mengerti maksudmu, karena Bu-tong-pai dituduh
telah mencuri Thian-can-sin-kang untuk menguasai dunia
persilatan, kalau Thian-can-sin-kang tenggelam lagi
sepertinya itu sangat masuk akal, dulu aku pernah bicara
kepada Fei-yang, yang penting Bu-tong-pai tidak
menggunakan Thian-can-sin-kang melakukan kejahatan di
dunia persilatan..."
"Tapi keinginan Langit tidak bisa di duga, maka ada hal
lain yang harus dipertimbangkan!"
Pek-ciok Tojin mengangguk, Kouw-bok menyi pitkan
matanya, dia pun tidak bisa berbuat apa-apa, lalu berkata:
"Fei-yang adalah orang baik, apakah menjadi orang baik
tidak akan panjang umur?"
"Wan Fei-yang orang yang sangat baik hati, tadinya dia
melakukan pengobatan di kaki gunung untuk penduduk di
sekitar ini, dan dia ingin melakukannya seumur hidup..."
jelas Pek-ciok Tojin.
"Orang persilatan tetap orang persilatan," Kouw-bok
bertanya, "apakah murid-murid Bu-tong yang ada di atas
gunung telah diberitahu mengenai masalah ini?"151
"Tecu memberanikan diri menyuruh mereka memilih,
yang ingin tinggal atau ingin pergi dari Bu-tong-san, silahkan
mereka yang mengambil keputusan!
"Baik..." Kouw-bok mengangguk, "mereka masuk Butong-pai dan belajar ilmu silat Bu-tong-pai, tapi mereka tidak
perlu demi Bu-tong-pai sampai harus menjual nyawa!"
"Tapi mereka lebih memilih tinggal di Bu-tong-san!" jelas
Pek-ciok Tojin.
"Baik juga!" Kouw-bok tertawa, "memang jika ingin pergi
dari Bu-tong-san mereka pasti sudah pergi dari dulu!"
"Tecu pun berpikir demikian!" kata Pek-ciok Tojin.
"Menurut berita yang kudapatkan, Beng To datang ke
Hoa-san membunuh Kiam-sianseng serta murid-murid Hoasan-pai hingga tidak ada satu pun yang tersisa, apakah
berarti Hoa-san-pai telah musnah?"
"Kabar yang Tecu dengar pun seperti itu..."
"Kalau itu benar, kabar tidak akan datang begitu cepat
karena Beng To ingin membuat namanya tersohor dan
dikagumi orang-orang, bila dia ganas dan kejam itu tidak
mengherankan!"
"Bagaimana ilmu silat Kiam-sianseng?" tanya Kouw-bok
lagi.
"Giok-koan Tojin, Pek-jin Taysu dan lain-lain menganggap
Kiam-sianseng pemimpin mereka, dia adalah salah satu dari
beberapa pesilat tangguh yang ada sekarang ini, yang pasti
dari generasi tertinggi!"
Kouw-bok menggelengkan kepala:
"Yang ingin aku ketahui kemampuan ilmu silatnya
sampai sejauh mana?"
"Tecu tidak tahu. Kalau tidak salah dia sudah 20 tahun
lebih tidak bertarung!" jawab Pek-ciok Tojin.152
"Berarti ilmu silatnya tidak terlalu bagus!" Kouw-bok
menarik nafas lagi, "sebenarnya percuma aku bertanya
sebab Fei-yang pun kalah dari Beng To, dari sini dapat
diketahui ilmu silat Beng To sudah mencapai tahap
tertinggi!"
"Apakah kepandaian Wan Fei-yang berada di posisi
tertinggi di Bu-tong-pai?" tanya Pek-ciok Tojin.
"Buat apa kau bicara berputar-putar? Langsung saja pada
topik yang ingn kau tanyakan, di antara aku dan Wan Feiyang siapa yang ilmu silatnya lebih tinggi."
"Tecu tidak berani!" kata Pek-ciok Tojin gugup.
"Aku bukan lawan Wan Fei-yang!" Kouw-bok mengaku


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan jujur, "sebab Wan Fei-yang menguasai Thian-can-sinkang!"
Pek-ciok Tojin mengangguk, Kouw-bok melanjutkan lagi:
"Sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk bicara
seperti ini, tapi kalau dikatakan lebih awal atau nanti pun
sama saja, kenyataan adalah kenyataan, ilmu silat kalah dari
orang lain bukan hal yang buruk!"
Pek-ciok Tojin mengangguk:
"Tecu hanya curiga Thian-can-sin-kang Beng To dengan
Thian-can-sin-kang Wan Fei-yang..."
"Wan Fei-yang kalah di tangan Beng To, dengan aturan
yang semestinya, kita menduga Wan Fei-yang kalah dalam
teknik, hanya saja Beng To dari Mo-kauw."
"Apakah dalam pertarungan itu ada jebakan atau ada
alasan lain? Tidak ada seorang pun yang tahu, Wan Fei-yang
mempunyai kepandaian yang hebat, tapi dia bersifat jujur,
bila dia dijebak dia tidak akan sadar!"
"Itu yang Tecu khawatirkan!"153
"Bila Wan Fei-yang jatuh ke tangan lawan, perubahan
yang terjadi pada ilmu silat Beng To seperti apa pun tidak
akan aneh!"
"Tecu tidak mengerti!" kata Pek-ciok Tojin.
"Ilmu Iweekang Mo-kauw katanya hasil dari Ih-hoa-ciapbok, mengambil tenaga dalam milik orang lain disedot ke
dalam tubuhnya, kemudian dimanfaatkan, kita dari Bu-tongpai justru merasa cara ini terlalu licik maka mencari
alternatif lain, iblis-iblis dari Mo-kauw tidak akan
melepaskan jalan pintas ini, sebelumnya sudah banyak
pesilat tangguh Tionggoan yang dibunuh, aku yakin semua
karena alasan ini!"
"Kalau sampai Wan Fei-yang jatuh ke tangan Beng To..."
Pek-ciok Tojin tampak terkejut.
"Dia tidak akan menyia-nyiakan tenaga dalam Wan Feiyang yang kuat, apalagi ilmu silat mereka mempunyai dasar
yang sama, keuntungan yang didapat pasti sangat banyak!"
Kouw-bok menghela nafas:
"Harap saja dugaan Tecu salah!" begitu selesai bicara di
depannya terdengar suara, Pek-ciok Tojin dan Kouw-bok
tampak terkejut.
Karena di sana adalah tempat terlarang selain ada hal
yang penting yang harus dilaporkan kalau tidak, dilarang
untuk memukul gentong.
Bu-tong-pai selalu mendapat musibah, kalau terjadi ini
pasti bukan hal yang baik.
"Apakah Beng To begitu cepat tiba?"
Kouw-bok seperti mengerti Pek-ciok Tojin, dia berkata
dengan santai:
"Kapan pun dia datang sama saja!"
"Tecu terlalu tegang!" kata Pek-ciok Tojin terpaku.154
"Tegang bukan hal yang buruk!"
Sewaktu mereka sedang bicara, ada dua murid Bu-tongpai berumur separo baya berada di luar kamar, tidak
menunggu mereka membuka suara, Pek-ciok Tojin sudah
bertanya dengan terburu-buru:
"Apa yang terjadi?"
"Pek-jin Taysu dari Siauw-lim-pai, Giok-koan Tojin dari
Ceng-sia-pai..."
"Apakah mereka sudah tiba?" tanya Pek-ciok Tojin.
"Mereka sedang menunggu di ruangan..." kedua murid
Bu-tong-pai itu tampak begitu ketakutan.
"Masih ada sisa waktu satu hari lagi sebelum tiba batas
waktu yang telah ditentukan, tidak disangka mereka semua
sudah tiba dulu!"
"Lapor Ketua, yang datang hanya Giok-koan Tojin serta
murid-murid dari Pek-jin Taysu!"
"Mengapa bukan sejak tadi dikatakan dengan jelas?"
seru Pek-ciok Tojin.
"Kau yang tidak memberi waktu pada mereka untuk
menjelaskannya!" kata Kouw-bok sambil menggelengkan
kepala, "pikiranmu sedang kacau, jadi bukan salahmu juga!"
Pek-ciok Tojin tertawa kecut:
"Tecu yang salah!"
"Ini bukan suatu kesalahan dan hal seperti ini tidak
pantas kau katakan," Kouw-bok menggelengkan kepala,
"sebagai ketua perkumpulan kau harus punya wibawa
seorang pemimpin!"
Pek-ciok Tojin ingin mengatakan sesuatu, Kouw-bok
sudah melambaikan tangannya:155
"Kita ke ruang depan untuk melihat..." baru saja katakatanya selesai, dia turun dari ranjang dan mengambil
sebuah tongkat bambu lalu melangkah keluar kamar.
Pek-ciok Tojin dengan cepat mengikuti dari belakang,
kedua murid Bu-tong-pai itu dengan cepat mengikuti
pemimpin mereka.
Melihat Kouw-bok, Giok-koan Tojin dan Pek-jin Taysu
merasa aneh, sebab mereka belum pernah melihat orang
tua ini juga tidak tahu bahwa Bu-tong-pai masih punya
generasi tua. Dari sikap Pek-ciok Tojin yang penuh dengan
rasa hormat, tidak diragukan lagi urutan generasi orang tua
ini berada di atas Pek-ciok Tojin.
Giok-koan Tojin To-jin melihat Pek-jin Taysu yang berada
di samping, lalu berkata:
"Generasi atas Bu-tong-pai masih ada siapa lagi?"
"Pinceng tidak tahu."
"Apakah Taysu tidak mempunyai bayangan sama sekali?"
"Tidak ada!" Pek-jin Taysu mengawasi Kouw-bok lagi.
Giok-koan Tojin mengangkat bahu:
"Bu-tong-pai selalu membuat orang-orang bingung dan
selalu begitu terus!"
Setelah Kouw-bok duduk, dia melihat Giok-koan Tojin:
"Bagaimana keadaan gurumu, apakah beliau baik-baik
saja?"
Giok-koan Tojin tampak terkejut, dia melihat Pek-ciok
Tojin, Kouw-bok tertawa dingin:
"Aku bertanya kepadamu!"
"Aku?"
"Apakah Sian-in Cinjin bukan gurumu?" Giok-koan Tojin
benar-benar terkejut, Sian-in Cinjin adalah gurunya tapi
sudah meninggal 20 tahun yang lalu, sekarang di Ceng-sia-156
pai generasi dialah yang tertua. Selama 10 tahun ini tidak
ada seorang pun yang menanyakan keadaan gurunya,
sekarang tiba-tiba saja ada yang berkata seperti itu, hingga
dia merasa aneh, Pek-ciok Tojin yang berdiri di sisi juga
merasa aneh dan menyela:
"Dia dari Ceng-sia-pai, Giok-koan Tojin!" Kouw-bok
dengan dingin berkata:
"Aku hanya tahu dia murid Sian-in Cinjin." Dengan
bingung Giok-koan Tojin melihat Kouw-bok, lalu bertanya:
"Apakah Lo-cianpwee sahabat dari almarhum guruku?"
Kouw-bok berkata dengan penuh keharuan: "Apakah
Sian-in Cinjin telah meninggal?" "Sudah hampir 20 tahun..
Kouw-bok hanya bersuara "Oh!" setelah itu baru
menatap Giok-koan Tojin lagi:
"Kau juga sudah menjadi seorang tua!"
"Siapa sebenarnya Lo-cianpwee?" tanya Giok-koan Tojin,
rambut dia semua sudah memutih, di dunia persilatan
generasinya sangat tinggi, orang yang usianya lebih tua
darinya bisa dihitung dengan jari, tapi orang tua ini
walaupun dia sudah berusaha mengingat-ingat tapi sama
sekali tidak ada bayangan, tapi Kouw-bok pun sepertinya
sedang bercanda.
"Lo-cianpwee..." terpaksa dia memanggil.
Mata Kouw-bok tampak berkedip:
"Bekas luka di dahimu, kau ingat karena apa?"
Giok-koan Tojin mengelus dahi sebelah kanan, di sana
memang ada bekas luka berbentuk bulan, seperti bekas
gigitan dan sangat jelas.
Pikirannya kembali menggali ke beberapa puluh tahun
yang silam, dia berkata dengan pelan:
"Itu pemberian dari Yan-suheng!'157
"Waktu itu Yan Cong-thian dan kau masih kecil,
walaupun bertarung secara persahabatan tapi kalian
menyerang secara serius!"
Giok-koan Tojin berteriak:
"Anda adalah orang yang membantu menahan serangan
pedang dari Yan-suheng, apakah Anda adalah Pui Siok-siok
yang menolongku waktu itu?"
"Tetapi aku tetap terlambat sedikit, kalau saat itu tidak
segera menolongmu, sekarang ini mana mungkin aku bisa
mengenalimu si anak kecil itu?"
Giok-koan Tojin terpaku, kejadian itu sudah berlalu
puluhan tahun berlalu, dia seperti bermimpi, Kouw-bok
terlihat terharu.
Pek-jin Taysu yang berdiri di sampingnya tampak
terkejut, Giok-koan Tojin terlihat agak tenang, baru
bertanya:
"To-heng, Lo-cianpwee ini adalah..."
Giok-koan Tojin berteriak:
"Beliau adalah Bu-tong-thi-han (Laki-laki berhati besi dari
Bu-tong-pai), Pui Bu-ki!"
Pek-jin Taysu seperti teringat sesuatu, tapi Kouw-bok
sudah berkata lagi:
"Pui Bu-ki sudah tidak ada..."
Tiba-tiba Giok-koan Tojin seperti sadar, dia berteriak:
"Kouw-bok Cinjin..."
Kouw-bok tertawa terbahak-bahak.
"Daya ingatmu tidak jelek!"
"Saat muda Boanpwee pernah datang ke Bu-tong-san
mengunjungi Lo-cianpwee, tapi..."
"Aku sedang menyembunyikan diri!" kata Kouw-bok
sambil mengibaskan rambut panjangnya, "karena158
menyembunyikan diri, aku bisa melepaskan banyak masalah
yang merisaukan hati juga bisa melepaskankan kebajikan
dan dendam dunia persilatan, hingga aku bisa bertahan
hidup sampai setua ini!"
"Almarhum guruku pernah mengatakan kalau dunia
persilatan sangat berbahaya tapi kalau sudah masuk dunia
persilatan ingin menarik diri pun bukan hal yang mudah!"
kata Giok-koan Tojin.
"Orang persilatan akhirnya pun akan mati di dunia
persilatan juga!" kata Kouw-bok menghela nafas, "seperti
aku yang sudah tua ini dan sudah menyembunyikan diri
sejak lama, tapi pada akhirnya aku harus keluar juga!"
"Kata-kata Lo-cianpwee terlalu berat..."
"Menjadi seorang angkatan tua pasti ada kebaikannya,
kalau mengatakan buruk kepada dirinya sendiri, malah
dianggap merendahkan diri!" Kouw-bok berkata dengan
nada haru.
Giok-koan Tojin tidak bertanya terus, terhadap angkatan
tua yang pernah menolongnya dulu, tidak diragukan lagi dia
memang selalu terkenang dan berkesan baik.
Pek-jin Taysu adalah seorang hweesio, tentu saja
adatnya lebih tenang, Kouw-bok melihat mereka dan
bertanya:
"Apakah kalian sudah tahu masalah Wan Fei-yang?"
"Menurut gosip dunia persilatan, dia mati di tangan Beng
To, tapi Boanpwee merasa, pemuda itu seharusnya tidak
berumur pendek!"
"Apakah kau bisa Kua-mia (meramal)?" tanya Kouw-bok.
"Boanpwee tidak begitu mengerti, jadi tidak merasa
begitu yakin!" kemudian Giok-koan Tojin berkata lagi, "dulu
di antara kami ada sedikit kesalah pahaman..."159
"Aku tidak menyalahkan kalian, selama beberapa tahun
ini Thian-can-sin-kang hanya muncul dari Bu-tong-pai, dan
pada generasi sekarang hanya Fei-yang yang menguasainya,
sebelum Beng To muncul secara terang-terangan, kalau
tidak mencurigai Fei-yang siapa yang akan kalian akan
curigai?"
Giok-koan Tojin berpikir sebentar, lalu menatap Kouwbok, sebelum membuka suara, Kouw-bok malah sudah
bertanya:
"Dulu apakah kau tahu bahwa Thian-can-sin-kang seperti
yang tersebar di dunia persilatan berasal dari ilmu lweekang
Mo-kauw?"
"Maafkan Boanpwee yang tidak sopan!" Giok-koan Tojin
adalah orang yang blak-blakan, tapi di depan Kouw-bok,
hatinya yang dipenuhi dengan beban tidak berani
sembarangan bicara.
Kouw-bok mengerti jalan pikirannya, dengan tenang dia
berkata:
"Ini adalah sebuah kenyataan, tapi bila mau menuntut
dengan keras, tidak bisa juga, ilmu dari Mo-kauw itu secara
terang-terangan terukir di sebuah tugu di daerah Biauw, dan
bercampur dengan ilmu guna-guna, maka tidak semuanya
milik Mo-kauw."
"Ilmu lweekang Mo-kauw dan ilmu guna-guna adalah
ajaran iblis dan sesat, aku kira..." kata Giok-koan Tojin.
Kouw-bok menjawab dengan dingin:
"Memang ilmu lweekang dari Mo-kauw ini dicampur
dengan ilmu guna-guna, tapi saat di Bu-tong-pai semua
sudah diubah, cara berlatih dengan perkumpulan lurus
lainnya tidak berbeda jauh!"160
"Boanpwee tidak berani menaruh curiga atas apa yang
Lo-cianpwee katakan..."
"Berarti kau masih punya sedikit rasa curiga, tapi itu
bukan salahmu!" kata Kouw-bok lalu bertanya lagi, "aku
ingin bertanya, apakah ada murid Bu-tong-pai setelah
menguasai Thian-can-sin-kang melakukan kejahatan?"
"Tidak ada!" jawab Giok-koan Tojin dengan tulus.
"Lalu apa bedanya dengan perkumpulan lurus?" Kouwbok menarik nafas lagi, "murid Bu-tong-pai, Wan Fei-yang
setelah menguasai Thian-can-sin-kang tidak pernah
mencelakai kalangan persilatan, malah menolong orang yang
sedang menghadapi bahaya juga memapah orang yang
lemah!"
"Boanpwee mengerti!"
"Menurutku kau belum mengerti, kalau tidak, kau tidak
akan datang dengan berkelompok ke Bu-tong-san untuk
mencela dan menunjuk dosa-dosa Wan Fei-yang!"
Dengan cepat Giok-koan Tojin menjelaskan:


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebab orang yang mati itu seperti mati karena Thiancan-sin-kang!"
"Tapi kalian tidak memikirkan sifat Wan Fei-yang dan
bagaimana cara dia menghadapi orang!"
"Kami pemah memikirkannya!"
"Tapi kalian ingin memperalat kepandaian Wan Fei-yang
untuk membantu kalian mencari penjahatnya!" Kouw-bok
tertawa dingin, "tidak diragukan lagi itu adalah cara yang
sangat baik!"
Wajah Giok-koan Tojin terlihat malu, Pek-jin Taysu
akhirnya bicara:
"Maafkan Pinceng menyela, kalau bukan karena terlalu
mirip dengan Thian-can-sin-kang, kami tidak akan161
menyulitkan Wan Fei-yang, sebenarnya kami juga tidak salah
sasaran, setelah bertemu dengannya, kami baru tahu apa
yang sebenarnya terjadi dan dia mencari sampai ke daerah
Biauw!"
Itu karena aku belum meninggal, sehingga Wan Fei-yang
tahu ternyata Thian-can-sin-kang masih ada banyak rahasia
yang belum tersingkap, sebelumnya dia tidak tahu apa-apa."
Kouw-bok tertawa dingin lagi:
"Seperti yang kalian katakan, memang kalian tidak salah
sasaran, kalau tidak, dia tidak akan jauh-jauh mencariku
untuk menanyakannya dengan jelas!"
"Inilah suatu rahasia, Bu-tong-pai tentu tidak akan
mengumumkan ke seluruh dunia, Bu-tong-pai hanya ingin
menyelesaikan secara pribadi, kami ingin membantu pun
tidak bisa!" kata Pek-jin Taysu.
"Kau adalah hweesio yang pengertian!" tiba-tiba Kouwbok menggelengkan kepala dengan terharu, "kalau mengadu
kelincahan lidah, Wan Fei-yang menghadapimu seorang saja
sudah sulit apalagi masih ada yang lainnya! Mana mungkin
tidak akan membuatnya terjebak?"
Pek-jin taysu terpaku, dia melihat Giok-koan Tojin, Giokkoan Tojin hanya bisa tertawa kecut, dia terpaksa mengakui
bahwa pada mulanya dia memang sengaja membuat Wan
Fei-yang masuk jebakan dan menyetujui mengejar
pembunuh sebenarnya.
Kouw-bok berkata lagi:
"Sebenarnya tidak ada hubungan sedikit pun dengan
Wan Fei-yang, tapi dia malah harus memikulnya sendiri,
sekali berjanji beratnya seperti memikul banyak emas,
walaupun mati tidak akan menyesal, Bu-tong-pai bisa punya
murid seperti dia merupakan kebanggaan kami!"162
Pek-jin Taysu berkata lagi:
"Seharusnya dia menjelaskan kepada kami dan bersamasama mencarinya ke daerah Biauw untuk mengetahui
kenyataan sebenarnya!"
"Salah, seharusnya dia diam-diam mengendalikan tenaga
untuk mendorong, akhirnya orang yang bernama Beng To itu
akan muncul!" Kouw-bok berkata sambil melihat Pek-ciok
Tojin, "tapi kita harus menunggu selama 2-3 bulan, padahal
kita tidak bisa menunggu lama-lama!"
"Karena kami sama-sama ingin tahu apakah benar ada
orang yang telah berlatih dan menguasai ilmu iblis itu?" kata
Pek-ciok Tojin.
"Sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kita!" kata
Kouw-bok, "apa alasannya, kita sendiri tahu dengan jelas!"
Pek-ciok Tojin mengangguk, kata Kouw-bok sambil
tertawa kecut:
"Karena kita percaya pada ilmu silat Wan Fei-yang dan
yakin tidak ada masalah yang tidak bisa dibereskan, kita
semua harus bertanggung jawab atas kematiannya!"
Pek-ciok Tojin menundukkan kepala, akhirnya Pek-jin
Taysu berkata:
"Sebenarnya kami pun bermaksud seperti itu ingin
meminjam kepandaian Wan Fei-yang..."
"Taysu lebih jujur!" kata Kouw-bok, kemudian dia
melanjutkan, "apakah tujuan kalian datang kemari?"
"Dengan kebiasaan Mo-kauw, kalau tidak kami tidak
yakin dia tidak akan bertindak, bila sudah bertindak harus
sampai mati baru berhenti, setelah peristiwa Hoa-san-pai,
mungkin Bu-tong-pai adalah tujuan mereka berikutnya!"
"Mereka menyerang Hoa-san-pai, Boanpwee percaya
mereka ingin memamerkan kekuatan dan wibawa Beng To,163
dengan alasan Bu-tong-pai berutang dan minta membayar
kembali, karena dari cara mereka membuka rahasia Thiancan-sin-kang, bisa dibayangkan!"
"Kalau begitu, kalian datang untuk menonton
keramaian?" tanya Kouw-bok sambil tertawa dingin.
Giok-koan Tojin menjelaskan:
"Beng To pernah memberi tahu janji pertemuan antara
kami dengan Wan Fei-yang, kalau ada beberapa orang dari
beberapa perkumpulan datang ke Bu-tong-san, dia tidak
akan melepaskan kesempatan memamerkan wibawa dan
kekuatannya, maka kami mengambil kesempatan ini untuk
mengadu kepandaian!"
Pek-jin Taysu menyambung:
"Mo-kauw sudah beberapa kali mendatangi dunia
persilatan Tionggoan, karena kekompakan perkumpulan silat
di Tionggoan mereka kalah dan mundur dari Tionggoan, kali
ini pun tidak terkecuali!"
"Begitukah?" tanya Kouw-bok.
Pek-jin Taysu melafalkan bacaan Budha:
"Pinceng sudah berpesan kepada para murid Siauw-limpai yang ikut kemari untuk kembali ke Siauw-lim, dan minta
para pesilat tangguh Siauw-lim-pai datang kemari untuk
membantu!"
Giok-koan Tojin ikut bicara:
"Murid-murid Ceng-sia-pai pasti setelah mendapat kabar
sedang menuju Bu-tong-san!"
Akhirnya wajah Kouw-bok terlihat tenang, dia
mengangguk:
"Baguslah, dunia persilatan sudah lama tidak ramai
seperti ini!"164
"Asalkan dunia persilatan Tionggoan bersatu Mo-kauw
pasti akan gagal..." kata Giok-koan Tojin.
"Mungkin kali ini agak berbeda!" kata Kouw-bok.
"Lo-cianpwee terlalu mengangkat tinggi Mo-kauw!" kata
Pek-jin.
"Berdasarkan tindakan Mo-kauw yang kutahu, pada
akhirnya akan bertarung secara serabutan, sebab pesilat
mereka tidak ada yang sanggup menangani tugasnya secara
mandiri dengan pesilat tangguh yang tidak terkalahkan,
apalagi dunia persilatan menolak kata sepakat dengan cara
saling mengalah!" kata Kouw-bok.
"Kali ini pun kami tidak akan berkompromi!" kata Giokkoan Tojin.
"Tapi mereka sudah mempunyai pesilat tangguh yang
sangat lihai!"
"Beng To? Tapi dia hanya sendiri!"
"Demi berlatih ilmu iblis itu Beng To sudah banyak
membunuh pesilat tangguh, para pesilat yang terbunuh itu
menurut Pek-ciok Tojin adalah orang-orang yang sanggup
menangani pekerjaan secara sendiri dan mandiri, maka sisa
pesilat yang ada di Tionggoan dengan kondisi seperti
sekarang sudah tidak banyak lagi!"
Pek-jin Taysu dan Giok-koan Tojin harus menyetujui
pendapat Kouw-bok.
Kouw-bok menatap mereka:
"Seperti apa ilmu silat Fei-yang, aku sendiri pun belum
tahu, tapi melihat sifatnya aku percaya dia bukan tipe orang
yang memperebutkan nama dan kekayaan!"
"Memang dia bukan tipe orang seperti Tokko Bu-ti, Bu-tibun (perkumpulan tidak terkalahkan) didirikan Tokko Bu-ti,
dia menantang semua pesilat tangguh dunia persilatan dan165
tidak terkalahkan, banyak kalangan mengira dia benar-benar
tidak terkalahkan!" kata Giok-koan Tojin.
Pek-ciok Tojin menyela:
"Memang semenjak dia mendirikan Bu-ti-bun, selain
perkumpulan kami, perkumpulan lain punya dendam atau
tidak, setiap 10 tahun sekali diadakan pertarungan, pada
pertarungan terakhir dia mencari masalah dengan dunia
persilatan dan tidak ada seorang pun yang berani
menghadapi Bu-ti-bun!"
"Tapi akhirnya dia kalah oleh Wan Fei-yang, singkat
cerita apakah Wan Fei-yang pantas dikatakan tidak
terkalahkan di dunia ini?"
Giok-koan Tojin mengangguk:
"Menurut gosip dunia persilatan, Wan Fei-yang adalah
pesilat muda yang selama ratusan tahun ini tidak
terkalahkan!"
Tiba-tiba Kouw-bok berkata:
"Di mata kalian ini hanya sekedar gosip belum tentu
benar!"
"Pertarungan antara Wan Fei-yang dan Tokko Bu-ti
katanya tidak ada yang menyaksikan!" kata Giok-koan Tojin.
Dengan santai Kouw-bok berkata:
"Walau bagaimana pun di atas langit masih ada langit, di
atas manusia masih ada manusia lainnya, kenyataan
membuktikan ilmu silat Beng To berada di atas Wan Feiyang!"
"Mo-kauw adalah perkumpulan sesat, pertarungan yang
terjadi pun belum tentu akan berjalan adil, mungkin Beng To
memenangkannya dengan cara licik!" kaa Giok-koan Tojin.166
"Kabar akan datang lebih jelas, jika benar ilmu silat Beng
To sangat tinggi dan tidak ada yang bisa mengalahkannya..."
kata Kouw-bok,
"Kita bersatu..." kata Pek-jin Tojin.
"Kalau dia menantang kita satu persatu, dan berhasil
mengalahkan kita satu persatu bagaimana?" tanya Kouwbok. Pek-jin Taysu terpaku.
Kouw-bok menarik nafas:
"Setelah beberapa kali Mo-kauw kalah dari pesilatpesilat Tionggoan dan tahu memilih cara apa yang cocok
untuk mengalahkan pesilat-pesilat Tionggoan, akhirnya
mereka memerlukan seorang pesilat tangguh!"
"Menurut kabar, pertarungan yang terjadi di Hoa-san
hanya Beng To yang bertarung!" kata Giok-koan Tojin.
"Dari sini dapat diketahui jiwa pahlawan seseorang
seperti kertas, bagaimana dengan pesilat tangguh
Tionggoan?"
"Apakah harus dengan jumlah banyak orang menyerang
dia yang seorang diri?"
Pek-jin Taysu dan Giok-koan Tojin tertawa kecut.
Kouw-bok berkata lagi:
"Kabarnya orang yang bernama Beng To hanya
membawa orang-orang dari suku Biauw!"
Giok-koan Tojin mengangguk:
"Kami sudah menyuruh orang untuk mencari tahu,
kabarnya sampai saat ini belum ada orang-orang dari Mokauw yang muncul!"
"Apakah mereka masih menyimpan rencana busuk
lainnya? Dan sedang menunggu kesempatan lain?" Kouwbok menundukkan kepala.167
Giok-koan Tojin mulai melihat keresahan
Kouw-bok, dia berkata:
"Lo-cianpwee tidak perlu merasa khawatir..."
Kouw-bok memotong:
"Apakah kalian dulu pernah ikut dalam pertarungan
antara pesilat Tionggoan dengan Mo-kauw?"
"Waktu itu Boanpwee masih kecil!"
"Waktu itu pun Pinceng hanya seorang hweesio kecil!"
Pertarungan antara Mo-kauw dengan dunia persilatan
Tionggoan sudah berlangsung beberapa puluh tahun yang
lalu, hanya orang seumur Kouw-bok dan berhasil menjadi
seorang pesilat tangguh baru bisa punya kesempatan untuk
ikut!
Kouw-bok melihat Pek-jin Taysu dan Giok-koan Tojin, lalu
menarik nafas:
"Pantas kalian begitu optimis!"
Dengan aneh Giok-koan Tojin bertanya:
"Memangnya keadaan dulu seperti apa?"
"Awalnya keadaan ilmu silat Tionggoan seperti sepiring
pasir, begitu setiap perkumpulan merasa di ambang bahaya,
mereka baru mau bekerja sama tapi Mo-kauw telah
menyusun rencana, maka pertarungan kali itu dimenangkan
dengan susah payah. Boleh dikatakan semua itu karena
faktor keberuntungan, yang terluka dan yang mati sangat
banyak, setelah sekian lama baru bisa kembali normal,
dengan kejadian sebelumnya tidak ada perbedaan."
"Maksud Lo-cianpwee mengenai kekompakan dunia
persilatan?" tanya Giok-koan Tojin.
"Sekarang pun masih seperti dulu!" Kouw-bok menarik
nafas.168
"Mo-kauw hanya terdiri dari satu perkumpulan tentu
lebih kompak..." kata Giok-koan Tojin k lagi.
"Salah! Mo-kauw terdiri dari 10 perkumpulan dari barat,
tapi mereka sangat kompak!"
"Katanya di tanah barat mereka pun seperti itu, setiap
tahun pasti akan memilih sebuah tempat dan saling
berunding serta bertanding, yang menang akan merasa
bangga, yang kalah pun tidak akan merasa itu adalah sebuah
penghinaan!" kata Kouw-bok.
"Kalau itu kenyataan, rasanya untuk mencapai tujuan
seperti itu bukan hal yang mudah!" kata Giok-koan Tojin.
"Lihatlah dunia persilatan Tionggoan yang sudah
terkenal, mereka selalu bersembunyi karena takut kalah dan
ambruk, ingin bertukar pikiran dan bertukar ilmu, itu hal
yang tidak mungkin, kalau saling sikut itu sudah tidak aneh!"
Giok-koan Tojin dan Pek-jin Taysu mengangguk, ternyata
dunia persilatan Tionggoan tetap seperti itu, tidak terjadi
perubahan.
Kata Kouw-bok:
"Kabarnya setiap perkumpulan Mo-kauw ilmu mereka
selalu maju pesat, mungkin alasannya karena mereka bisa
menyerap kelebihan ilmu silat Tionggoan kemudian
mengubahnya, tapi kita para pesilat Tionggoan selalu
menganggap ilmu silat Mo-kauw adalah ilmu sesat dan tidak


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

patut dilihat, maka keadaan kita semakin buruk!"
"Untuk pertama kalinya kami mendengar komentar
seperti itu!" Giok-koan Tojin menarik nafas.
"Sebenarnya semua itu sangat beralasan, kalau dunia
persilatan menginginkan nama perkumpulan nya naik paling
sedikit ilmu silat mereka harus ada kemajuan," kata Pek-jin
Taysu.169
"Tidak mungkin, perkumpulan mana yang mau
menerima kelebihan ilmu silat suku Biauw?" Kouw-bok
menarik nafas panjang.
"Pendapat Lo-cianpwee memang tepat..."
"Tapi aku pun baru mengerti mengenai alasan ini."
Kemudian dia tertawa kecut, kalau dia tidak berkepala
batu dia tidak akan mempertahankan prinsipnya dan
bersembunyi di dasar gunung selama beberapa puluh tahun.
Giok-koan Tojin tidak tahu mengenai hal ini, maka dia
tidak mengerti apa yang dipikirkan Kouw-bok tapi Pek-ciok
Tojin mengerti, dia memotong:
"Sekarang kalau kita memperbaiki, apakah sudah
terlambat?"
"Yang takut tidak akan mau memperbaiki, yang mau
diperbaiki tidak akan terlambat!" Kouw-bok tertawa kecut,
"berpikir memang mudah, tapi prakteknya berbeda!"
Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha:
"Pinceng setuju dengan perubahan ini tapi aku tidak bisa
mengambil ketentuan dan nanti setelah kembali ke Siauwlim-si, aku akan membicarakan masalah ini kepada para
tetua di Siauw-lim-si!"
"Boanpwee pun harus mendapatkan persetujuan dulu
dari para tetua Ceng-sia-pai!" kata Giok-koan Tojin.
"Apakah kalian tidak mempunyai rasa percaya diri untuk
menyakinkan mereka?" tanya Kouw-bok.
Pek-jin Taysu membaca bacaan Budha lagi, Giok-koan
Tojin menarik nafas:
"Tampaknya butuh waktu yang lama!"
Kouw-bok tertawa dingin:
"Angkatan tua seperti mereka sangat keras kepala dan
sepanjang tahun tinggal bersembunyi di gunung dan mereka170
tidak tahu jelas keadaan sekarang, ingin menasihati mereka
tidak mudah malah cenderung sulit!"
"Asalkan kita terus berusaha pada akhirnya akan
berhasil, kita akan menanamkan pola pikir seperti ini kepada
murid-murid kami..." kata Giok-koan Tojin.
Tiba-tiba dia berhenti bicara, sebab tidak terasa telah
mengungkapkan kekhawatiran yang bercokol di dalam
hatinya. Ternyata dia tidak percaya diri bisa menasihati para
tetuanya, hanya berharap pada generasi yang lebih muda.
Kouw-bok lebih terharu dibandingkan Giok-koan Tojin,
dia menarik nafas panjang:
"Sepertinya sudah tidak bisa melihat hari-hari seperti itu
lagi, hanya berharap hari-hari seperti itu datang tidak terlalu
lama!"
Kemudian dia berkata:
"Lebih baik kita bersiap-siap, menghadapi kedatangan
Mo-kauw!"
"Kecuali kalau dia tidak punya niat menguasai Tionggoan,
kalau tidak, dia pasti akan datang pada saatnya!" kemudian
dia menusuk lurus tongkat bambu yang dipegangnya dan
berkata:
"Walau bagaimanapun orang pertama yang menerima
pertarungan adalah orang dari Bu-tong-pai!"
"Tenanglah, Lo-cianpwee, kami akan berbuat sekuat
tenaga mendukung Bu-tong-pai!"
Kouw-bok terdiam, dengan terharu menatap Giok-koan
Tojin.
Orang-orang ini berusaha memperalat Wan Fei-yang
berarti ilmu silat mereka di bawah Wan Fei-yang, sedangkan
Wan Fei-yang bukan lawan Beng To, apakah orang-orang
akan seperti itu juga?171
Apakah Langit iri kepada orang berbakat? Orang baik
jarang ada yang panjang umur. Teringat pada Wan Fei-yang
hati Kouw-bok benar-benar seperti daun yang layu.
0-0-0
Wan Fei-yang masih berada di ruang rahasia di tempat
sembahyang, bila ada orang datang, lalu melihat keadaannya
sekarang, mereka tidak akan mengenalinya. Sekarang dia
tidak seperti seorang manusia, seperti hidup dan seperti
mati.
Sebab tubuhnya sudah terbungkus dalam kepompong
ulat sutera. Kalau di tempat terang mungkin jelas terlihat
bahwa di dalam kepompong bersembunyi seseorang. Di
kamar rahasia itu hanya ada sebuah lampu tempel yang
selalu menyala dan sekarang sudah padam, di bawah cahaya
redup benar-benar sulit melihat benda yang ada di dalam
kepompong.
Kepompong itu tidak sekuat kepompong yang benar,
begitu kecil, hanya berupa selapis lapisan tipis, bila disentuh
mungkin bisa hancur.
Perubahan seperti itu terjadi untuk kedua kalinya.
Pertama sewaktu dia berlatih Thian-can-sin-kang dan Sen
Man-cing menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh Wan Feiyang. Tenaga dalam yang berada di tubuh Sen Man-cing
sudah tidak ada gunanya malah menjadi beban, setelah
dialirkan ke tubuh Wan Fei-yang, tenaga dalam itu menjadi
kekuatan yang dahsyat. Bisa membantu Wan Fei-yang
melancarkan aliran darah ke semua nadi dan tidak berhenti.
Awalnya dia hanya pelan-pelan masuk ke dalam keadaan
hibernasi, tenaga dalam yang keluar dari tubuhnya,172
kemudian menjadi benda seperti kepompong, mungkin
benda itu bisa melindunginya, tapi efeknya tidak akan keluar
paling sedikit dilihat dari luar akan seperti itu.
Saat pertama kali dan sekarang ini dia tidak sampai
diserang, semuanya dalam keadaan tenang dan kepompong
itu pun berhasil dibuat.
Tapi kulit kepompong sekarang ini dengan kepompong
saat pertama mengalami perbedaan. Waktu itu seperti
kepompong ulat biasa, kali ini kepompong mengeluarkan
cahaya berwarna kuning muda, kepompong ini seperti
dianyam oleh sutera berwarna kuning menjadi kepompong
emas.
Di ruang rahasia itu tidak ada angin, tapi kepompong
emas itu terus bergerak-gerak, gerakannya tidak seperti
tertiup angin dan tidak terjadi di bagian tertentu, hampir di
semua bagian kepompong, terlihat berirama.
Sebelumnya Wan Fei-yang sudah tersadar. Tapi matanya
tetap terpejam, sewaktu dalam keadaan hibemasi, dia
bernafas melalui kulit, alat pernafasannya setelah dia
tersadar baru berfungsi dan melakukan tugas sebagaimana
mestinya.
Perubahan yang terjadi tampak begitu alami, Wan Feiyang sendiri pun merasa tidak ada masalah dengan
perubahannya, dia hanya merasa sekarang dia sudah
menjadi seperti dewa melayang di dunia dewa! Tidak terasa
tubuh yang berat, tidak merasa ada yang mengekang.
Di sekelilingnya tampak kosong. Kekosongan ini biasanya
digunakan oleh seorang pertapa hingga bisa mencapai tahap
seperti ini. Ada orang yang seumur hidupnya tidak bisa
mencapainya, ada yang bisa mencapai tahap ini hanya
sebentar, atau melewati nya dengan sangat cepat.173
Sekarang Wan Fei-yang berada dalam keadaan pikiran
kosong sampai akhirnya Beng To muncul.
Awalnya hanya berupa titik hitam dan muncul dari
kejauhan, tapi semakin lama semakin cepat mendekati Wan
Fei-yang.
Akhirnya sudah berada di depan Wan Fei-yang dengan
jarak 10 tombak.
Wajah Beng To terlihat bengis dan jahat, dia tertawa
terbahak-bahak, kemudian sorot matanya seperti kilat,
tawanya seperti guntur, pikiran yang masih kosong segera
menghilang dan berubah menjadi merah darah, api besar
dari segala penjuru datang membakarnya.
Sepasang tangan raksasa milik Beng To mencengkeram
Wan Fei-yang kemudian dengan cepat membungkusnya.
Waktu itu terjadi kegelapan total, tidak ada yang bisa
dilihat Wan Fei-yang, tapi dia merasakan tekanan yang kuat,
maka dia pun meronta dan berteriak.
Tentu saja semua itu hanya ilusi, Wan Fei-yang terkejut
dan segera tersadar karena ilusi menakutkan itu, matanya
segera membuka dengan lebar, tenaga di dalam tubuhnya
segera melayang keluar, dia membentak.
Kepompong yang membungkus pun segera
digetarkannya hingga pecah dan hancur berkeping-keping,
Wan Fei-yang yang ada di dalam kepompong tampak berdiri
tegak.
Dia segera mengerti apa yang terjadi, hatinya terus
bergejolak, seperti ingin menangis.
Dulu dia terluka berat bukan hanya sekali dua kali,
bahkan dia pernah hampir mati, tapi dia masih mempunyai
sedikit kesempatan untuk hidup kembali.174
Kali ini setelah masuk masa hibernasi (Tidur panjang) dia
mulai menduga semua itu karena perubahan Thian-can-sinkang dan dia mempunyai perasaan untuk hidup, tapi
perasaan seperti itu sudah sangat jauh, sekarang boleh
dikatakan dia tidak ingat lagi.
Dia tidak menangis, tapi matanya tampak berkaca-kaca,
sorot matanya melihat mayat Pei-pei.
Mayat Pei-pei masih tetap di tempat tadi. Tapi sekarang
hanya tinggal tulang belulang, katanya orang yang
memelihara guna-guna setelah meninggal harus cepat-cepat
dibereskan kalau tidak ulat dan serangga peliharaan mereka
akan berbalik menggigit tuannya sampai mati dan tidak
bersisa.
Melihat tumpukan tulang belulang putih itu, Wan Feiyang sempat membayangkan wajah Pei-pei, dia mengenang
masa lalu akhirnya air matanya pun menetes.
Wan Fei-yang adalah seorang yang perasaan, Pei-pei
bersamanya hanya dalam waktu yang singkat, tapi dia
adalah gadis yang paling akrab dengannya, karena Pei-pei
dia masuk ke dalam jebakan, tapi Pei-pei sama sekali tidak
sadar karena dia sendiri ditipu dan diperalat Sat Kao, tapi
terakhir demi dirinya Pei-pei harus mengorbankan
nyawanya.
Gadis yang begitu baik berakhir seperti itu, siapa pun jadi
terharu, masalah seperti ini sudah beberapa kali terjadi pada
Wan Fei-yang, maka Wan Fei-yang tidak merasa bahwa
hidup ini tidak perlu dicurigai, tidak karena itu dia berubah.
Dia rela menerima nasib mengaturnya, karena dia
mengerti semua ini, manusia tidak akan bisa melawan atau
menolaknya.175
Kalau orang baik harus meninggal, dia lebih memilih
meninggal dan tidak akan menyesal.
Dia memegang pintu rahasia yang sudah dirusak oleh
Beng To, dia berniat membuka pintu itu, dengan kepandaian
Wan Fei-yang sekarang ini, itu hal yang mudah dilakukan.
Dia merasa tenaga dalamnya lebih kuat dibandingkan
dulu. Apakah karena ada kemajuan, dia sendiri tidak tahu,
tapi dia mulai memperhatikan kulit tubuhnya, kulitnya
mengalami perubahan besar, menjadi bersih dan berkilau,
sangat enak dan nyaman dilihat.
Perubahan aneh dari Thian-can-sin-kang membuatnya
merasa aneh dan terkejut, akibat terjadinya perubahan ini
membuatnya terharu.
Setelah keluar dari lorong bawah tanah, dia melihat
tempat yang dirusak Beng To dan melihat dinding yang
roboh, serta Tong Ling yang terkapar di belakang dinding di
kamar rahasia.
Racun yang keras kabarnya merupakan obat pengawet
yang sangat bagus, mayat Tong Ling tidak rusak, malah
terlihat seperti masih hidup, hanya saja kulit tubuhnya
berubah menjadi ungu kehitaman yang terang, seperti
patung manusia yang diukir di atas kayu.
Melihat sepasang mata Tong Ling, Wan Fei-yang bisa
merasakan hati Tong Ling yang belum mati, dia tambah
terharu.
Matanya yang melotot dengan lebar terlihat di bola
matanya kalau dia marah dan sedih, dia tampak putus asa.
Tidak ragu lagi, Tong Ling adalah gadis yang baik, karena
ingin menolongnya, malah dia yang celaka.
Tidak hanya terharu, Wan Fei-yang pun merasa
menyesal.176
Sudah berapa lama Wan Fei-yang berada di sini? Dimana
sekarang Beng To berada? Dan sudah membuat pekerjaan
apa saja?
Akhirnya Wan Fei-yang keluar dari tempat sembahyang
itu. Tempat sembahyang itu tidak terlihat ada orang Biauw
yang pernah datang ke sana, Wan Fei-yang memutar sekali
tempat sembahyang itu akhirnya dia mengambil keputusan
untuk menghancurkan tempat sembahyang itu.
Baginya hal yang mudah setelah melihat tempat itu
runtuh menjadi puing-puing, melihat serpihan tembok
menjadi sebuah kuburan besar, dia baru meninggalkan
tempat itu. Entah kapan dia akan kembali tapi walau
bagaimanapun dia tidak berharap ada orang yang
menemukan mayat Pei-pei dan Tong Ling.
Sebelumnya dia tidak merasakan seperti apa mempunyai
nyawa yang pendek, kali ini perasaaan itu muncul lebih keras
lagi.
Pagi hari, kabut belum sirna, matahari tampak sudah
terbit di ufuk timur, kabut itu di bawah siraman sinar
matahari berapa lama bisa bertahan?
Nyawa pun seperti kabut, tiba-tiba Wan Fei-yang
merasakan perasaan seperti ini, dia teringat pada gurunya,
guru sekaligus ayahnya, Ci-siong Tojin pernah mengatakan,
dia berharap Wan Fei-yang dalam kehidupannya yang
pendek ini bisa melakukan hal-hal yang berarti.
Hal apa yang dilakukan yang baru berarti? Sampai saat
ini Wan Fei-yang masih merasa curiga, tapi sekarang dia tahu
apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
Angin pagi terasa dingin, yang dirasakan Wan Fei-yang


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukanlah dingin melainkan rasa dingin seperti es.177
Selama beberapa tahun ini dia sudah terbiasa mengalami
kesepian yang kental, dia juga terbiasa berjalan tanpa
pendamping maka perasaan sepinya sudah bisa diatasinya.
Tapi sekarang ini dia mulai merasakan kesepian, dan
perasaan ini lebih kuat.
Setelah Beng To menghancurkan Hoa-san-pai, pedang
Kiam-sianseng dipatahkan karena orangnya pun sudah
meninggal. Beng To marah karena Bu-tong-pai telah mencuri
ilmu lweekang dari Mo-kauw dan sekarang dia membawa
para pesilat dari Mo-kauw ke Bu-tong-san untuk membuat
perhitungan atas hutang lama...
Kabar ini akhirnya terdengar ke telinga Wan Fei-yang,
mungkin kabar yang beredar dibesar-besarkan dari
kenyataan sebenarnya tapi bagi Bu-tong-pai semua tidak
menguntungkan mereka.
Belum jauh meninggalkan tempat sembahyang, kabar
dunia persilatan dengan cepat tersebar, tapi sampai ke
tempat ini pun butuh beberapa hari, apakah sekarang Beng
To sudah pergi ke Bu-tong-san? Apa yang akan dia lakukan
terhadap Bu-tong-pai?
Wan Fei-yang terpaksa melakukan perjalana siang dan
malam, dia tetap berharap saat dia pulang nanti di waktu
yang tepat dan bisa menghadang pembunuhan yang
dilakukan Beng To terhadap Bu-tong-pai.
Karena menyimpan harapan maka dia bisa berjalan
sangat cepat sambil diliputi kecemasan.
Manusia hidup di dalam harapan, jika sebuah harapan
hilang bisa muncul harapan lain, jika tidak ada harapan siapa
yang bisa bertahan hidup?
Bok Touw-toh dari Bu-tai-san, ketua Tai-ouw-sui-cai, Liu
Sian-ciu, ketua Tong-teng-ouw Ci-liong-ong, ketua Tiam-178
jong-pai, Thi Gan, akhirnya tiba di Bu-tong-pai, mereka
masing-masing membawa murid dengan jumlah yang
lumayan banyak.
Kemunculan Kouw-bok membuat mereka terkejut, tapi
mereka tidak seperti Giok-koan Tojin, yang menaruh sikap
sangat hormat kepada Kouw-bok. Kouw-bok memang tidak
mempunyai nama populer walaupun ada hanya sedikit. Tapi
setelah lama waktu berlalu dan menghilang, mereka terkejut
ternyata di Bu-tong-pai masih ada pesilat tangguh dari
generasi atas, maka mereka tidak berani bersikap kurang
ajar.
Di mata mereka kemampuan silat Pek-ciok Tojin masih
tidak sejajar dengan mereka, mereka berharap Kouw-bok
mempunyai ilmu tinggi dan bisa membantu mereka
membereskan Beng To.
Kehancuran Hoa-san-pai dan kematian Kiam-sianseng
membuat semua orang terkejut, begitu tahu Wan Fei-yang
kalah di tangan Beng To, mereka menduga kembali
kemampuan silat Beng To, kalau satu lawan satu mereka
tidak percaya diri bisa unggul. Melihat Kouw-bok tampak
begitu tenang seperti tidak ada yang di khawatirkan. Mereka
secara tidak sadar menggantungkan harapan kepada Kouwbok, yang pasti mereka akan mendukung Kouw-bok sebagai
orang pertama yang menentang Beng To.
Sedangkan mengenai asal usul Thian-can-sin-kang yang
berasal dari Mo-kauw tampaknya mereka tidak tertarik.
Bu-tong-pai adalah perkumpulan lurus, walau pun setiap
murid Bu-tong-pai menguasai Thian-can-sin-kang tidak
membuat mereka terancam. Tapi kedatangan Mo-kauw
membuat mereka tidak nyaman dan merasa jiwa mereka
terancam.179
Dulu saat Mo-kauw menyerang dunia persilatan sehingga
mendatangkan musibah, kejadian itu sudah tercatat.
Sekarang dengan kehancuran Hoa-san-pai merupakan bukti
yang bisa dilihat langsung.
Tidak ada masalah yang lebih penting dibandingkan
melawan Mo-kauw, dulu gerakan Mo-kauw gagal karena
kekompakan dunia persilatan Tionggoan, kali ini pun tidak
terkecuali.
Mereka sangat percaya diri setelah mendengar Kouwbok menjelaskan situasinya, mereka mengaku bila bertarung
sendiri-sendiri belum tentu bisa menang dari Beng To.
Mereka juga menaruh curiga apakah Beng To sanggup
mengalahkan mereka satu per satu. Apakah yang datang
hanya Beng To sendiri yang merupakan pesilat tangguh atau
ada yang lainnya? Apakah para pesilat Mo-kauw akan datang
dan mendukung Beng To?
Mereka tidak mendapatkan kabar mengenai Mo-kauw
hanya mendapat kabar mereka sepenuh tenaga akan
mendukung Beng To.
Kabar seperti ini semakin santer terdengar, para pesilat
tangguh yang datang dari perkumpulan lurus terus
berdatangan ke Bu-tong-san, banyak kabar buruk yang
mereka bawa.
Walaupun demikian, di Bu-tong-san masih terdengar
tawa lepas.
Orang yang tertawa lepas ada yang memang sejak lahir
seperti itu, ada yang sengaja tertawa karena ingin
membangkitkan semangat.
Di luar Bu-tong-san terlihat begitu tenang apalagi
sebelum kedatangan Beng To.180
Menurut orang-orang sebelum badai datang biasanya
langit terlihat lebih tenang dari biasanya.
Waktu perjanjian antara Wan Fei-yang dan sekelompok
orang seperti Giok-koan Tojin dan lain-lain telah tiba. Wan
Fei-yang tidak muncul, itu sudah dalam dugaan mereka,
semua merasa kehilangan, apalagi murid-murid Bu-tong-pai,
Pek-ciok Tojin dan Kouw-bok lebih-lebih merasakannya.
Matahari sudah bersinar di atas gunung di Sam-goankong. Semua orang berkumpul di depan Sam-goan-kong,
kabar sudah menyebar Beng To sudah berada di kaki gunung
Bu-tong-san dan sedang bersiap-siap. Pagi ini orangorangnya naik gunung maka suara lonceng peringatan sudah
terdengar, tidak ada seorang pun yang merasa terkejut, tapi
tetap saja merasa jantung berdebar kencang.
Suara lonceng terus berdentang dari jauh mendekat,
Beng To akhirnya muncul juga.
Dia duduk di atas orang-orang yang menggotongnya,
berbaju dan berjubah merah, rambut panjangnya diikat ke
belakang tertiup angin sehingga berkibar, terlihat kuat dan
berwibawa.
Tempat di mana dia duduk adalah pundak orang, tampak
tempat duduknya telah dipersiapkan dan tampak mewah,
orang-orang suku Biauw itu terlihat semakin bersemangat.
Selain orang-orang suku Biauw masih ada sebagian orang
dunia persilatan Tionggoan yang masuk Mo-kauw, mereka
memang mempunyai nama jelek.
Orang-orang itu tidak sanggup membuat kacau dunia
persilatan tapi mereka sudah melakukan banyak kejahatan.
Mereka juga berniat membuat dunia kacau, setelah
kesempatan datang tentu saja mereka tidak akan
melepaskan kesempatan ini.181
Setelah mendengar Beng To akan bertarung dengan
semua perkumpulan dunia persilatan Tiong-goan, mereka
tertarik dan merasa senang. Maka mereka pun datang dari
semua penjuru, lalu bergabung di bawah pemimpin Beng To.
Mereka senang mendengar Hoa-san-pai telah hancur,
mereka lebih senang saat mendengar Wan Fei-yang telah
meninggal. Di dalam hati mereka Wan Fei-yang
melambangkan kebenaran dan Wan Fei-yang adalah orang
nomor satu di dunia persilatan Tionggoan.
Mereka tidak pernah melihat Mo-kauw tapi pernah
mendengar nama mereka, sangat cocok dengan pola pikir
mereka, asalkan bisa mengalahkan semua perkumpulan
besar Tionggoan, bisa membuat para iblis sukses, mereka
sudah merasa puas.
Tentu saja Beng To tidak menolak mereka yang ingin
bergabung, dia ingin melebarkan sayapnya, dia menerima
mereka untuk menambah kekuatannya. Dia duduk di atas
pundak orang-orang Biauw. Otomatis dia terlihat sangat
berwibawa. Dia tidak perlu mengeluarkan apa pun, tapi
mendapatkan perasaan seperti ini sudah membuatnya
sangat senang.
Karena orang-orang itu terus membuatkan jalan
untuknya, maka dia bisa menghindari banyak kesulitan
sepanjang jalan, sehingga Beng To merasa lebih nyaman.
Mereka terus menjilatnya, sepanjang jalan mereka tidak
hanya mengatur jalan, mereka pun memberikan kehidupan
mewah untuk Beng To.
Beng To tidak pernah menikmati fasilitas seperti ini, dia
jadi bertambah bersemangat untuk menguasai dunia
persilatan dan dia mendengar setelah berhasil menguasai
dunia persilatan dia masih akan menikmati banyak hal-hal182
seperti ini, maka semangatnya semakin berkobar dan
tekadnya semakin kokoh.
Dulu Sat Kao memang sudah pernah memberikan
petunjuk, tapi Sat Kao bukan orang Tiong-goan, mengenai
dunia persilatan Tionggoan dia tidak begitu mengerti, dan
tujuannya hanya ingin membuat perkumpulannya berjaya,
tidak ada tujuan lainnya.
Setelah Giok-koan Tojin melihat orang-orang aliran sesat
itu, kekhawatirannya bertambah lagi.
Apa yang mereka lakukan dia sangat hafal, apalagi
setelah bergabung dengan Beng To, dia tidak merasa aneh,
yang aneh adalah mereka melakukannya dengan cepat.
Bahaya sudah ada di depan mata.
Beng To berhenti di depan Kouw-bok, oranr-orang suku
Biauw berteriakan.
Pertama-tama Ci-liong-ong yang memberikan reaksi, dia
berkata dengan pelan:
"Apa yang mereka teriakan?"
Thi Gan dari Tiam-jong-pai segera menjawab sambil
tertawa:
"Itulah teriakan untuk memamerkan kekuatan dan
wibawa, tidak sulit untuk dipelajari!"
Ketua Tai-ouw segera menyambung:
"Mendengar kata-kata Lo-te tadi, apakah kita akan
tunduk kepada mereka?"
Thi Gan tertawa:
"Bila ingin tunduk, lebih baik kepada Anda, setiap hari
masih bisa makan kepiting gemuk hasil tangkapan Tai-ouw!"
Ci-liong-ong menyambung:183
"Kepiting Tong-teng-ouw tidak buruk, bila bosan dengan
kepiting Tai-ouw, Anda boleh datang ke Tong-teng-ouw, ke
tempatku!"
Thi Gan tertawa:
"Tampaknya marga Thi masih mempunyai daya tarik,
baru membuka suara sudah membuat banyak orang
memperhatikan kata-katanya."
Baru selesai bicara, Beng To sudah berteriak:
"Siapa yang mewakili Bu-tong-pai?"
Sebenarnya dia tidak sengaja berteriak dengan kuat, tapi
suaranya bisa membuat semua orang yang ada di sana
mendengar dengan jelas.
Tawa Thi Gan segera membeku, sebagai seorang pesilat
tangguh, mana mungkin tidak mendengar teriakan itu, ilmu
lweekang Beng To benar sudah mencapai tahap sangat
tinggi.
Pesilat lainnya merasa jantung mereka berdebar
kencang, mereka sudah mendengar Hoa-san-pai
dihancurkan, mereka masih tidak percaya, mereka mengira
semua itu hanya gosip, memang gosip terkadang dibesarbesarkan, tapi itu hanya sebagian, dengan kekalahan Kiamsianseng oleh orang seperti Beng To, bukan hal aneh.
Wajah Kouw-bok tampak datar, dia hanya menatap Beng
To, semua sorot mata melihat Kouw-bok, melihat tongkat
bambunya sudah dikeluarkan.
Bekas rautan di tongkat bambu itu masih terlihat jelas,
berarti belum lama diraut, dan bentuknya tampak sedikit
aneh, semua untuk keleluasaan berilmu silat.
Dia tinggal di dasar lembah dalam waktu yang sangat
lama, tentu saja dia menguasai ilmu silat yang bermacammacam dan bisa digabung-gabungkan. Semua jurus bisa184
digunakan untuk menghasilkan kekuatan besar. Pek-ciok
Tojin bisa melihat sewaktu Kouw-bok sedang mengajar
murid-murid Bu-tong-pai, saat dia membuat tongkat seperti
itu, Pek-ciok Tojin merasa aneh, dalam hatinya dia berkata
seharusnya Kouw-bok tidak perlu menggunakan senjata lagi.
Tapi setelah tongkat itu selesai diraut, Pek-ciok Tojin baru
mengerti, dan tahu bahwa ilmu silat Bu-tong-pai masih
banyak perubahannya karena itu Pek-ciok Tojin jadi tambah
percaya diri.
Ilmu tongkat yang sudah digubah Kouw-bok, membuat
semua murid Bu-tong terpesona melihat gerakannya,
tongkat itu bisa bergerak hingga 13 kali perubahan.
Perubahan jurus-jurusnya bisa menambal kekurangan
tenaga dalam, tampak Kouw-bok berpikiran seperti itu juga.
Ini adalah pertarungan terakhirnya, maka dia siap
mempertaruhkan segalanya. Maka dia menguras pikiran dan
akan mengeluarkan semua ilmu silatnya. Sebelum membuat
tongkat itu dia sudah memilih berbagai macam senjata, tapi
tidak ada yang cocok dan terakhir setelah diubah-ubah baru
tongkat bambu ini yang sesuai dengan keinginannya.
Dengan tongkat di tangannya membuat dia percaya diri.
Dia mengerti bahwa rasa percaya diri ini melambangkan
sesuatu bila tidak ada rasa percaya diri, keberanian untuk
bertarung pun tidak ada.
Kouw-bok maju 3 langkah, dia menunjuk Beng To dengan
tongkatnya:
"Di Bu-tong-san orang yang mengambil keputusan harus
orang Bu-tong-pai!"
"Apakah kau adalah pemimpin Bu-tong-pai, Pek-ciok
Tojin?" tanya Beng To.185
"Pinto ada di sini!" Pek-ciok Tojin menjawab dari tempat
jauh.
Beng To tidak melayani Pek-ciok Tojin, dia bertanya
kepada Kouw-bok:
"Kau siapanya Bu-tong-pai?"


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Namaku Kouw-bok..."
Mata Beng To tampak berputar, lalu melihat orang-orang
yang ada di sekeliling yang berekspresi terkejut, dia merasa
aneh dan bertanya:
"Kayu apa pun boleh (Kouw artinya kayu yang sudah
lapuk), yang penting kau bisa mewakili orang lain."
"Masih harus melihat hal lain..."
Beng To tertawa terbahak-bahak:
"Dunia persilatan Tionggoan masih seperti sepiring pasir,
tidak bisa dipersatukan!"
Dengan tenang Kouw-bok berkata:
"Untuk sebagian orang yang otaknya sederhana, yang
pasti semua itu sama, tidak ada bedanya!"
Beng To terpaku:
"Kau adalah seorang tua bangka yang pandai bicara,
akulah orang yang kau maksud berotak sederhana, tujuanku
hanya ingin menguasai dunia persilatan Tionggoan, sekarang
aku ingin membicarakan tentang hal ini!"
"Apakah hanya bicara saja?"
"Kalau bisa bicara mengapa tidak? Paling sedikit aku bisa
mengirit tenaga!"
"Apa maumu?" tanya Kouw-bok.
"Memilihku sebagai pemimpin dunia persilatan,
memberiku sebuah gedung besar!" Beng To seperti dengan
enteng mengucapkan, "bila gedung itu sudah jadi, dan aku
sudah menjadi pemimpin dunia persilatan, semua orang186
harus datang untuk memberikan ucapan selamat kepadaku,
nanti setiap tahun di hari yang sama, kalian harus menyuruh
orang mengantarkan hadiah untukku, tapi tenang saja, kalau
tidak ada hal penting aku tidak akan membuat kalian
kesulitan!"
Kouw-bok sama sekali tidak memberikan reaksi, semua
orang terdiam karena semua itu sudah ada dalam pikiran
mereka, maka mereka tidak merasa aneh.
Beng To menunggu sebentar, melihat semua orang tidak
ada seorang pun yang mengeluarkan pendapat. Dia segera
tertawa:
"Kalau kalian diam, berarti hal ini akan dijalankan seperti
yang kukatakan!"
"Lelucon seperti ini jarang ada kesempatan bagi kami
untuk mendengarkannya, maka reaksi kami lamban, ingin
tertawa pun tidak sempat, yang pasti reaksi yang lainnya
pun sama!"
Kouw-bok baru berhenti bicara, Giok-koan Tojin dan
yang lain segera tertawa terbahak-bahak, mereka benarbenar tidak menyangka Kouw-bok ternyata penuh rasa
humor.
Ci-liong-ong tertawa dan berkata kepada Liu Sian-ciu
yang ada di sisinya:
"Jahe tua tetap yang paling pedas!"
"Aku rasa Beng To tidak akan kuat mendengar tawa ini!"
kata Liu Sian-ciu.
Benar saja, wajah Beng To segera berubah murung:
" Baiklah, kita tidak perlu bicara lagi!"
Dengan santai Kouw-bok berkata:
"Masakah ini tidak bisa dibereskan hanya dengan
bicara!" tongkat yang ada di tangannya segera diletakkan di187
bawah, "Merebut kekuasaan dunia persilatan bila tidak
dengan kekuatan, dulu belum ada sekarang pun tidak
mungkin ada!"
"Tujuanku adalah tidak ingin membuat semua orang
malu, jadi kalau kalian tidak sudi menerima kebaikanku, aku
tidak bisa berbuat apa-apa!"
"Kau bisa menghancurkan Hoa-san-pai mana mungkin
kau peduli pada perkumpulan lain di dunia persilatan
Tionggoan?"
"Itu berbeda!"
"Kalau Hoa-san-pai tidak dihancurkan, semua orang tidak
akan peduli padaku, tapi aku memilih Hoa-san-pai bukan
karena alasan lain, hanya karena Hoa-san-pai sedang
bernasib sial!"
"Seharusnya kau memilih Bu-tong-pai!" kata Kouw-bok.
"Awalnya aku bermaksud seperti itu, tapi Bu-tong-san
terlalu jauh, aku tidak sempat!" Beng To tertawa lagi.
"Apalagi aku yakin setelah aku mengalahkan Wan Feiyang itu sudah cukup!"
"Apa benar Wan Fei-yang mati di tanganmu?"
"Ilmu silatnya sudah menyebar ke mana-mana, dan dia
sudah seperti orang cacat, di dalam tubuhnya masih ada
induk serangga yang akan terus menggerogoti rohnya,
dengan demikian apakah masih ada kesempatan untuk
hidup?"
"Apa maksudmu dengan induk serangga?" tanya Kouwbok. "Diberitahupun kau belum tentu mengerti, lebih baik
tidak usah dibicarakan!" kata Beng To.
"Dari awal aku sudah curiga Mo-kauw seperti kalian pasti
akan menggunakan cara licik menyerang Wan Fei-yang..."188
Beng To baru sadar dia sudah salah bicara, dengan cepat
dia membela diri:
"Dengan kemampuan ilmu silatku sekarang, Wan Feiyang bukan tandinganku lagi, untuk apa menggunakan cara
licik, induk serangga masuk ke dalam tubuhnya dengan
bebas, itu tidak perlu dirisaukan!"
"Apa yang kau katakan kami terpaksa harus
mempercayainya!" Kouw-bok terpaksa menjawab seperti
itu. Apa yang sebenarnya terjadi dia tidak tertarik, dia hanya
ingin tahu hidup dan matinya Wan Fei-yang.
Oooo oooO189
BAB 13
"Kalian jangan lupa. Thian-can-sin-kang milik Bu-tong-pai
adalah ilmu yang dicuri dari ilmu lweekang Mo-kauw, kalau
sudah diadu akan tahu mana yang bagus dan mana yang
jelek!"
"Ilmu lweekang Mo-kauw mengandalkan ilmu guna-guna
dan menyedot tenaga dalam orang lain menjadi miliknya
sendiri. Thian-can-sin-kang milik Bu-tong-pai sudah
mendekati ilmu-ilmu perkumpulan lurus, orang yang berlatih
Thian-can-sin-kang mengandalkan usaha sendiri dan tidak
usah melanggar aturan langit!"
Sebenarnya Kouw-bok tidak terlalu mengerti ilmu Thiancan-sin-kang, karena itu dia mengatakan Thian-can-sin-kang
harus mengandalkan kekuatan sendiri, tapi Beng To tidak
mengerti, sambil tertawa dingin berkata:
"Walau bagaimana pun Thian-can-sin-kang adalah ilmu
lweekang Mo-kauw!"
"Memang kenyataannya begitu!" Kouw-bok
mengangguk, "di antara murid-murid Bu-tong-pai hanya
Wan Fei-yang yang berhasil menguasai ilmu ini. Kau sudah
mengambil ilmu Wan Fei-yang lalu menanamkannya di
tubuhmu sendiri, jadi kita tidak saling berhutang!"
Beng To memotong:
"Aku datang bukan untuk membuat perhitungan, kalau
tidak, perkumpulan pertama yang harus dihancurkan adalah
Bu-tong-pai, aku datang kemari karena di sini banyak orang
penting dunia persilatan Tionggoan, setahuku mereka bisa
mewakili perkumpulan mereka, kesempatan seperti ini tidak
banyak!" berhenti sebentar tanyanya lagi, "Apakah kalian
tertarik berbicara denganku?"190
"Katanya orang Biauw bersifat terbuka dan selalu terus
terang, Tuan bukan tipe orang seperti itu, kau orang yang
pelupa!"
Beng To terpaku lalu tertawa:
"Benar, tadi aku yang tidak mau mengobrol dengan
kalian, tapi ada satu hal yang harus aku jelaskan!"
"Sebelum kau bertanya, tidak ada yang tertarik dengan
apa yang akan kau katakan!"
"Tidak disangka, usiamu sudah tua tapi masih bisa
berkata dengan jujur dan terus terang!"
"Apalagi anak muda, tentunya harus lebih jujur dan terus
terang!" Kouw-bok menunjuk Beng To dengan tongkatnya.
"Bagaimana denganmu dulu?" tanya Beng To.
"Aku yakin semua orang tidak ada yang setuju!" kata
Kouw-bok.
Tentu saja semua setuju dengan perkataannya, sorot
mata Kouw-bok jatuh ke wajah Pek-ciok Tojin. Pek-ciok Tojin
segera maju selangkah dan berkata:
"Murid..."
Baru saja kata 'murid' diucapkan, Kouw-bok segera
memotong:
"Kalau aku roboh, kau harus bisa mengambil
keputusan..." wajah Pek-ciok Tojin berubah, kata-kata Kouwbok sudah jelas, dia siap bertarung dengan Beng To hingga
titik darah penghabisan. Giok-koan Tojin mendengar
semuanya, terhadap tetua Bu-tong-pai ini dia jadi
bertambah hormat.
"Kau adalah ketua perkumpulan, kau harus tahu apa
yang harus kau lakukan!" kata Kouw-bok.
"Murid mengerti..." Pek-ciok Tojin menarik nafas.191
Tongkat Kouw-bok diayunkan, dia meloncat tinggi,
layaknya seekor burung, naik dan turun secara alami, tidak
diragukan lagi ilmu lweekangnya sudah mencapai tahap
yang tinggi.
Bersamaan waktu Beng To meloncat meninggalkan bahu
orang-orang Biauw-nya. Di tengah udara dia tampak
berputar dengan pose yang sangat indah. Gerakannya lancar
dan penuh dengan tenaga, tempat yang di mana dia lewat
tampak debu dan tanah beterbangan.
Setelah melakukan gerakan sebanyak 18 kali, dia baru
mendarat, dia turun di depan Kouw-bok dengan jarak 10
depa, orang-orang dari aliran sesat bersorak-sorak, sampai
Beng To menginjak tanah mereka baru berhenti bersorak.
Walaupun tidak ada sorakan keadaan Beng To tetap
menarik perhatian Kouw-bok dan lain-lain, mereka tahu
Beng To sengaja memamerkan kekuatan dan wibawanya,
tapi melihat dia begitu kuat dan gagah perkasa, mereka tidak
bisa berkata apa-apa.
Tongkat Kouw-bok menunjuk Beng To:
"Ilmu yang bagus!"
"Apakah kau menerima kekalahanmu?"
"Orang Biauw tetaplah orang Biauw!" Kouw-bok tetap
menunjuk Beng To dengan tongkatnya.
"Kalian selalu menganggap rendah orang orang Biauw,
hari ini aku akan menunjukan pada kalian bahwa orang
Biauw tidak sebodoh yang kalian kira selama ini!"
Tiba-tiba Kouw-bok menarik nafas, dia tidak bermaksud
seperti itu, karena Beng To sangat lancang, orang memuji
bagus dia segera menganggap orang itu telah mengakui
kekalahannya, tidak bisa menerima kerendahkan hatinya.192
Maka kalimat itu bisa terucap keluar, setelah merasa
bersalah tidak ada kesempatan untuk memperbaikinya.
"Karena kau sudah tua, aku akan mengalah tiga jurus!"
"Sudah lewat dari 3 jurus!" kata Kouw-bok.
Beng To terpaku, kemudian tertawa keras, dia langsung
menyerang dan Kouw-bok melayang menyambut
serangannya, di tengah udara tongkat sudah digerakkan, 6
jurus inti sari ilmu silat Bu-tong-pai dan perubahan
tongkatnya segera dikeluarkan, tongkat dan orang seperti
menyatu.
Sasaran tongkat adalah tempat-tempat penting di tubuh
Beng To dan serangannya sangat tepat. Tenaga dalam Kouwbok dilancarkan terus menerus melalui tongkat itu, asal
terkena pukulan tongkat
Kouw-bok walaupun tenaga dalam Beng To bisa
melindungi tubuhnya, tetap saja akan cedera.
Jelas sekali, Kouw-bok ingin bertarung mati-matian,
maka seluruh tenaga dalamnya dikerahkan. Dia berharap
bisa menyelesaikan pertarungan ini dalam waktu yang
singkat.
Orang-orang yang berkerumun di sana, semua terkejut
melihat kemampuan silat Kouw-bok. Tidak terkecuali Beng
To, dia merasa Kouw-bok adalah seorang pesilat tangguh
yang pertama ditemuinya.
Perubahan jurus tongkatnya benar-benar membuat mata
orang-orang di sana berkunang-kunang dan membuat siapa
pun tidak bisa menduga arahnya.
Murid-murid Bu-tong-pai yang menonton, matanya tidak
berkedip sedetik pun, ada yang melihat seperti tergila-gila
dan mabuk, mereka hafal dengan jurus-jurus yang dipakai193
oleh Kouw-bok. Tapi mereka tidak menyangka, jurus-jurus
itu bisa dipakai secara bervariasi.
Tentu saja Pek-ciok Tojin pun sangat mengerti, dia
adalah pemimpin Bu-tong-pai, walaupun belum menguasai
semua ilmu silat Bu-tong-pai, tapi dia sudah membaca
semua buku mengenai inti sari ilmu silat Bu-tong. Sebab
hanya seorang pemimpin baru berhak melakukan hal ini.
Di juga tahu, tongkat itu dibuat sendiri oleh Kouw-bok,
sekarang dia bisa melihat dengan jelas kegunaan tongkat itu.
Semakin dilihat dia merasa semakin khawatir, sebab
perubahan jurus tongkat Kouw-bok sudah mencapai titik
terakhir, tapi Beng To masih bisa meng hadapi Kouw-bok
dengan tenang.
Giok-koan Tojin dan yang lainnya bermata jeli dan
berpengalaman banyak, mereka menonton pertarungan
dangan mata tidak berkedip. Walaupun merasa terkejut
dengan perubahan jurus tongkat Kouw-bok, mereka juga
melihat ancaman dari tongkat Kouw-bok kepada Beng To
semakin melemah. Tapi mereka tidak melihat ada keanehan
apa dari ilmu silat Beng To.
Dua jurus telapak Beng To tidak terlihat rumit, malah
cenderung terlihat sederhana, tapi dia mampu di saat yang
tepat mencegat serangan Kouw-bok.
Tongkat Kouw-bok selalu mendekati jalan darah Beng To
tapi sekarang serangan itu menjadi melamban. Dia
sepertinya tahu Beng To akan mencegatnya, maka dia
terpaksa mengubah jurusnya, menyerang ke tempat lain,
dengan harapan bisa mendapatkan peluang lebih bagus.
Tapi kejadian sebenarnya bukan seperti itu. Tongkat
Kouw-bok sama sekali tidak bisa menyerang masuk, baru


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan mendekat, segera diusir oleh tenaga dalam Beng To.194
Tenaga dalam itu sebenarnya tidak kuat juga tidak
mengumpul, seperti benang laba-laba, hanya begitu
serangan mendekat terasa serangannya dililit, maka Kouwbok dengan terpaksa menarik mundur tongkatnya.
Sedikit banyak Kouw-bok mengetahui kekuatan Thiancan-sin-kang. Perubahan ini pasti mendekati perkiraannya,
kalau sudah terlilit sulit untuk melepaskannya, dan Beng To
akan mengambil kesempatan ini untuk masuk!
Setelah ratusan jurus berlalu hati Kouw-bok mulai terasa
dingin, dia mulai merasa Beng To seperti laba-laba besar
yang diam di sarangnya. Jika ingin mengalahkan dia harus
menghancurkan sarangnya terlebih dulu. Tapi berresiko
dililit oleh sarang laba-laba itu, malah kalau tidak berhatihati dia akan terperosok masuk ke dalam lilitan sarang labalaba dan menunggu untuk dibunuh.
Kouw-bok merasa rasa ingin matinya semakin lama
semakin dekat. Pertemuan ini seperti sebuah jarum tajam
yang menusuk hatinya yang terdalam, membuatnya merasa
dingin juga sakit. Dia membentak dengan suara besar!
Bumi dan langit seperti akan pecah oleh bentakannya.
Dia terbang, tongkat dan tubuhnya seperti sebuah anak
panah terus melesat ke arah dada Beng To.
Sarang laba-laba itu seperti sudah tertusuk dan terbuka,
maka tongkatnya bisa langsung mengancam keselamatan
Beng To.
Tapi perasaan seperti itu hanya sebentar, tiba-tiba dia
merasa tongkatnya tidak hanya tidak bisa menusuk masuk,
malah tongkat dan dirinya bersama-sama sudah dililit oleh
sarang laba-laba, dia melihat tongkatnya sudah berada
dalam genggaman Beng To dan dijepit dengan kuat.195
Sekali lagi dia membentak, semua tenaga dalamnya
dialirkan ke tongkatnya, dengan seluruh kekuatan dia
menusuk Beng To. Saat itu dia merasa ada tenaga besar
menghisapnya melalui tongkat, sekali dia mengangkat
tenaga dalamnya, segera terasa tenaga dalamnya diikat dan
dibawa kembali oleh tenaga yang menghisapnya.
Jalannya tenaga dalamnya seperti masuk ke lautan luas.
Dia segera mengerti apa yang terjadi, dia berteriak:
"Kau sudah berlatih hingga tahap Pek-coan-cu-hai!"
(Beratus dataran berkumpul di laut).
Tanpa menunggu jawaban Beng To dia membentak lagi,
dia mengeluarkan ilmu Sin-liong-si-sui (Naga sakti menghisap
air), berusaha menghisap kembali tenaga dalamnya yang
sudah keluar.
Sin-liong-si-sui adalah ilmu Iweekang Bu-tong-pai yang
sulit dipelajari, karena sulit dipelajari setelah menguasai
jurus ini pun jarang digunakan maka murid-murid Bu-tongpai tidak tertarik berlatih ilmu ini. Ilmu ini dilatih Kouw-bok
saat dia berada di dalam lembah, karena bosan dan tidak
ada pekerjaan, maka dia melatih semua kepandaiannya,
termasuk ilmu Sin-liong-cu-hai. Bisa dikatakan dia adalah
murid Bu-tong-pai yang paling menguasai ilmu ini.
Sewaktu berada di dalam lembah dengan ilmu ini dia
mengerahkan tenaga dalamnya menghisap ikan sampai
keluar dari dasar danau, dia sendiri pun mengira ilmu ini
tidak ada gunanya, tidak disangka hari ini dia mempunyai
kesempatan menggunakannya.
Hisapannya benar-benar berhasil, maka tenaga
dalamnya dengan cepat di tarik kembali. Karena bangga dan
puas diri gerakan tubuhnya berubah menjadi enteng.196
Wajahnya pun tersenyum tapi semua itu hanya berlangsung
sebentar kemudian membeku kembali.
Sebab tenaga dalam yang kembali bukan sedikit dan
perlahan melainkan bergelombang. Awalnya seperti
mengalir lama-lama bergolak dan bertentangan, saling tarik
menarik!
Kouw-bok sadar dia tidak akan bisa menerima tenaga
dalam yang berkumpul dan saling tarik menarik seperti ini,
segera dia mengambil keputusan, dengan kedua tangannya
dia menggetarkan tongkat dan berencana mundur. Ini
adalah hal yang sangat mudah dilakukan. Tapi di antara
keduanya ada tongkat, di tongkatnya seperti ada banyak
benang yang tidak terlihat dan saling mengikat. Walaupun
dia sudah meronta untuk melepaskan diri tapi sudah
terlambat sedikit.
Tongkatnya seperti sudah dipasang alat peledak setelah
disulut akan meledak dan akan hancur menjadi serpihan.
Tubuh Kouw-bok tergetar dan terhuyung-huyung,
telunjuk, ibu jari, dan jari tengahnya hampir putus karena
tergetar, dia bersiul, tubuhnya bergerak seperti kincir angin,
berputar-putar di udara lalu menerjang ke arah Beng To.
Beng To tidak menghindar, kedua telapaknya diturunkan,
tubuh Kouw-bok yang masih berputar-putar segera berhenti.
Kedua kakinya yang masih berputar berada di tangan Beng
To, bersamaan waktu siulannya berhenti, tubuh bagian atas
Beng To berputar, sedang tangan kirinya sudah menempel di
atas kepala Kouw-bok.
Lalu kedua tangan Beng To menepuk, tubuh Kouw-bok
terbanting, tangan kirinya menancap ke dalam tanah sampai
pergelangan tangannya, kaki kanan Beng To menginjak
pundak Kouw-bok dan bertanya:197
"Apakah kau menerima kekalahanmu?"
Kata-katanya baru selesai, tubuh Kouw-bok berputar,
tangan kanannya menyabet ke tenggorokan Beng To, jurus
yang dipakainya tidak ada dalam catatan ilmu silat. Karena
tubuhnya berputar tangan kirinya pun putus karena terpilin,
tapi jurus ini bisa dikeluarkan dengan sempurna.
Jurus ini benar-benar membuat Beng To terkejut, tapi
reaksinya pun sangat cepat, kedua tangannya segera
menghantam tangan kanan Kouw-bok.
Tangan Kouw-bok hancur, lengannya terlepas dari bagian
pundak sebab pukulan Beng To menggunakan kekuatan
penuh.
Saat kedua telapaknya menghantam, tenaga dalam yang
memenuhi tubuhnya, keluar melalui tangan kanannya,
tangan kiri Kouw-bok yang diinjak Beng To sekarang
semuanya sudah melesak masuk ke dalam tanah. Tenaga
dalam yang masih masuk ke dalam tubuh Kouw-bok,
menghantam organ dalam Kouw-dok sehingga hancur.
Darah muncrat keluar dari mulutnya dia langsung mati
seketika.
Akhirnya semua berakhir seperti itu. Yang pasti semua
itu di luar dugaan Beng To. Setelah menghancurkan Hoa-sanpai, dia tidak berniat membunuh lagi karena dia berpikir,
kalau semua pesilat tangguh terbunuh hingga habis, menjadi
nomor satu di dunia pun tidak akan ada artinya lagi.
Jika dia bukan orang yang menyukai keramaian, dia tidak
akan muncul dengan cara sepert ini.
Yang pasti dia berpikir bila dia banyak membunuh, lawan
akan merasa benci dan sedikit banyak akan mengganggunya
saat dia menguasai dunia persilatan.198
Keberanian Kouw-bok bukan hanya Beng To yang merasa
ini di luar dugaannya, semua orang yang ada di sana pun
merasa seperti itu. Saat itu suasana menjadi hening, entah
karena terkejut atau karena alasan lain.
Pek-ciok Tojin yang pertama yang bereaksi, dia segera
berkata:
"Ketua Bu-tong-pai ingin minta pelajaran!" kemudian dia
mengeluarkan pedang dari sarungnya, tangan kiri
memegang pedang lalu maju ke depan.
Sorot mata Beng To jatuh ke wajah Pek-ciok Tojin, sikap
gilanya muncul lagi, sambil tertawa dia berkata:
"Apakah di Bu-tong-pai tidak ada pesilat tangguh lainnya
lagi?"
Pek-ciok Tojin menekan kemarahannya. Dia menunjuk
Beng To dengan pedangnya:
"Silakan..." jurus pedang segera diperagakan itulah jurus
Bu-tong-pai yang murni, sebab dia mempelajari ilmu
pedangnya dengan tekun maka begitu diperagakan sudah
terlihat kegagahannya.
Beng To melayang mundur dan bertanya:
"Bagaimana perbandingan antara ketua Hoa-san-pai dan
ketua Bu-tong-pai?"
Pek-ciok Tojin tidak menjawab, kegagahan ilmu
pedangnya bertambah nyata, dia mengejar Beng To tapi
selalu dalam jarak setengah kaki.
"Kiam-sianseng bukan lawanku, apalagi kau!" kata Beng
To. Walaupun Beng To sedang bicara tapi jarak mereka tidak
berubah. Beng To mulai melayang, Pek-ciok Tojin ikut
meloncat, jurus pedangnya terus berubah, 13 kali199
pedangnya menyerang. Setiap kali menyerang selalu
mengarah tempat lemah di tubuh Beng To.
Tubuh Beng To selalu ada kelemahan bila pedang Pekciok Tojin masuk pasti akan membuat nyawa Beng To
terancam, tapi jarak setengah kaki tidak bisa diperpendek
lagi.
Tubuh Beng To terus berputar naik mengikuti jurus
pedang, ke kiri atau ke kanan, terkadang saat tubuhnya di
udara tampak ringan seperti kapas, seperti terapung di
awan, seperti karena dikejar oleh pedang Pek-ciok Tojin dia
memang menjadi seperti itu.
Giok-koan Tojin dan yang lainnya melihat situasi yang
terjadi, mereka meneteskan keringat dingin, di tengah udara
Beng To seperti tidak menggunakan tenaga sama sekali.
Dan juga terlihat begitu tangannya terulur dia bisa
mencengkeram tubuh Pek-ciok Tojin dan langsung mencabut
nyawanya. Saat Beng To ber-tarung dengan Kouw-bok. Yang
mana yang kuat dan yang mana yang lemah tidak terlihat.
Begitu Pek-ciok Tojin menghadapi Beng To yang bagus
dan yang buruk segera terlihat. Sebab ilmu silat mereka
terlalu jauh, Pek-ciok Tojin sangat mengetahui hal ini. Maka
sewaktu tangan kanan Beng To menekan ke atas kepalanya,
dia tidak merasa semua itu di luar perkiraannya. Tenaga di
dalam tubuhnya bersamaan waktu menyebar, jurus
pedangnya pun terhenti bukan untuk menyerang, tapi
tenaga untuk mengangkat pedang sudah tidak ada.
Saat pedangnya terjulur ke bawah, semangat
berjuangnya pun ikut runtuh, bukan karena dia tidak punya
keinginan untuk melawan melainkan karena jarak ilmu
silatnya terlalu jauh. Tubuh Beng To sama sekali tidak
terkena serangan pedangnya, bagaimana mereka bisa200
bertarung? Hanya sedikit tenaga yang bisa terkumpul di
kedua kakinya, dia mempunyai perasaaan bila Beng To ingin
membuatnya berlutut dia lebih memilih kedua kakinya
dipatahkan atau mati di sana.
Beng To menekan kepala Pek-ciok Tojin dengan
tangannya, dia seperti seekor capung yang sedang terbang,
dia memang bermaksud menyuruh Pek-ciok Tojin berlutut
untuk mengikis semangat para pendekar. Tetapi dia juga
melihat perasaan Pek-ciok Tojin seperti itu maka dia tidak
memaksa, hanya bertanya:
"Apakah kau menerima kekalahanmu?"
Pek-ciok Tojin diam, dia harus mengakui kalau ilmu silat
Beng To berada di atasnya, sudah menguasai ilmu silat
begitu tinggi memang membuat siapa pun akan kagum.
Tetapi dalam situasi seperti ini, mana mungkin dia akan
berkata seperti itu.
Walaupun senjata sudah dipegang di tangan, muridmurid Bu-tong-pai tidak berani bergerak. Giok-koan Tojin
dan yang lainnya pun tidak berani berbuat apa-apa, secepat
apa pun gerakan mereka tetap akan kalah dari Beng To.
"Apa pun yang terjadi, kau harus mengakui kalau kau
telah kalah di tanganku!" kata Beng To kepada Pek-ciok
Tojin.
"Bila ingin membunuhku, sekaranglah saatnya!" Pek-ciok
Tojin tertawa dingin.
"Di saat gedung diresmikan, aku masih butuh para
pemimpin perkumpulan datang untuk memberikan selamat
kepadaku!" Beng To tertawa, dia turun dari atas tubuh Pekciok Tojin, kemudian mengangkat Pek-ciok Tojin membuat
posisi kepala Pek-ciok Tojin di bawah dan kaki di atas.201
Orang-orang suku Biauw dan golongan sesat bersoraksorak atas kemenangan Beng To. Ilmu silat Pek-ciok Tojin
memang tidak bagus tapi dia tetap seorang pemimpin Butong-pai. Pertarungan ini dimenangkan Beng To dengan
indah.
Dalam suara sorakan itu terlihat tangan Beng To
mendorong Pek-ciok Tojin sehingga posisi Pek-ciok Tojin
kembali ke tempatnya.
Setelah Pek-ciok Tojin terlepas dari pengaruh Beng To, di
tengah udara dia memberontak, tapi tubuhnya tetap tidak
bisa dikuasai. Tubuhnya berbalik dan tepat berada di
tempatnya tadi. Dengan wajah menghadap ke arah Beng To,
hanya kedua kakinya sedikit lagi akan menginjak tempat di
mana tadi dia berdiri tadi. Ini saja sudah membuatnya malu,
dan membuat semua pendekar terkejut.
Murid-murid Bu-tong-pai berdatangan untuk memapah
Pek-ciok Tojin, Pek-ciok Tojin tampak berdiri dengan tenang
di sana, dia melambaikan tangan:
"Aku tidak apa-apa!"
Sekarang tenaga dalamnya sudah terkumpul, setelah
mengatur nafas tidak ada yang tidak terasa tidak nyaman.
Beng To seperti tahu dan berkata:
"Tenang saja, aku tidak melukaimu!"
Pek-ciok Tojin menatap Beng To, dia tidak tahu harus
berkata apa.
Kata Beng To:
"Biasanya ketua sebuah perkumpulan adalah orang yang
ilmu silatnya tertinggi di perkumpulannya, mengapa ketua
Bu-tong-pai bukan Wan Fei-yang atau Kouw-bok yang tadi?"
Pek-ciok Tojin merasa sedih, bukan karena ilmu silatnya
lebih rendah dari Kouw-bok atau Wan Fei-yang melainkan202
karena terharu. Karena Bu-tong-pai sudah beberapa kali
mengalami musibah, para pesilat tangguh Bu-tong-pai
banyak yang terluka dan gugur, maka dengan kemampuan
ilmu silatnya yang hanya sampai di sana, dia bisa menjadi
seorang ketua.
Giok-koan Tojin menyela:


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Setiap perkumpulan mempunyai aturan dalam memilih
ketua mereka, hal ini tidak ada hubungannya dengan Mokauw!"
"Aku hanya merasa aneh, siapa berikutnya! Kau?" Beng
To tertawa.
"Pinto Giok-koan Tojin!"
Giok-koan Tojin mencabut pedangnya.
"Giok-koan Tojin dari Ceng-sia-pai!"
Pedangnya tidak diragukan lagi pedang yang bagus.
Begitu dia mencabut pedang dari sarungnya, tampak sinar
terang dan berkilau, sahut Giok-koan Tojin:
"Harap kau mengeluarkan senjatamu!"
Dia adalah pesilat dari kalangan lurus, begitu tangannya
memegang senjata tajam, dia tidak mau mengambil
keuntungan pada saat musuh tidak memegang senjata.
Tapi Beng To hanya tertawa:
"Dengan kemampuan ilmu silatku, kau masih mengira
aku butuh pecahan tembaga dan rongsokan besi?"
"Pedang yang ada di tanganku ini bukan pedang biasa,
dia keras dan tidak terpatahkan, Ceng-sia-pai terkenal
dengan ilmu pedangnya..."
"Silahkan kau memakai pedang itu!"
"Aku sudah menjelaskan, aku tidak ingin mengambil
keuntungan darimu!"203
"Walaupun pedangmu kuat, asal aku menggunakan
pedang apa pun, pedangmu pasti akan putus!"
"Ayo..." Beng To memberi isyarat.
Giok-koan Tojin mengangkat pedangnya, pedang itu
seperti bertambah terang, Beng To melihat nya dan berkata:
"Pedang itu benar-benar pedang bagus, hanya sayang
aku tidak menguasai ilmu pedang yang bagus, kalau tidak,
aku akan tertarik pada pedangmu!"
Giok-koan Tojin membentak, pedang dan tubuhnya
terbang ke arah Beng To, ilmu pedang Ceng-sia-pai terkenal
karena tubuhnya yang ringan, sekarang Giok-koan Tojin
benar-benar seperti seorang dewa.
Beng To melihat ilmu pedang tosu ini lebih bagus
dibandingkan ilmu pedang Pek-ciok Tojin.
Dia memang berkata seperti itu tapi sepertinya terjadi
sesuatu, sepasang tangannya terjulur ke bawah hingga Giokkoan Tojin mendekat.
"Awas pedang!" Giok-koan Tojin adalah orang lurus,
tidak lupa memperingati Beng To.
"Aku tidak buta!" Beng To menyambut serangan Giokkoan Tojin kedua tangannya menepuk, tapi tidak terdengar
suara sedikit pun.
Jarak masih jauh, tapi Giok-koan Tojin sudah merasakan
kekuatan telapak Beng To. Perasaannya seperti ada ribuan
atau puluhan ribu tekanan, tapi tidak terkumpul menjadi
satu, dia belum pernah menyentuh tenaga seperti ini, bisa
dikatakan belum pernah terdengar, rasa terkejut
membuatnya gentar.
Dia mulai merasakan tekanan angin pukulan dengan
berat ribuan bahkan puluhan ribu kati, kekuatan ini melilit204
pedangnya, ilmu pedang yang tadinya ringan dan melayang
sekarang berubah menjadi lamban.
Benar-benar seperti sulap, sekarang dia jadi mengerti,
tadi pada awalnya Kouw-bok bertarung dengan lancar,
kemudian menjadi lamban dan tidak bertenaga semua
karena tekanan yang tidak terlihat.
Pikirannya segera berputar, pedangnya segera
digerakkan, dia berusaha menepis tekanan ini dan menepis
Beng To.
Kalau benda tidak berbentuk ditepis dengan pedangnya
yang tajam, itu sangat mudah, tapi sekarang yang terjadi
adalah pertarungan tenaga dalam, walaupun pedangnya
sangat tajam, percuma saja.
Pedang mengeluarkan cahaya berkilau tapi hanya bisa
berkilau di depan Beng To sebanyak 3 kali. Orang yang tidak
tahu akan mengira Giok-koan Tojin sedang memamerkan
kepandaiannya. Orang yang bisa melihat akan terkejut
karena tenaga dalam Beng To begitu kuat. Ci-liong-ong (Raja
naga ungu) bisa melihatnya, Pek-jin Taysu menarik nafas:
"Tidak disangka pemuda ini begitu kuat!"
Liu Sian-ciu ikut nimbrung:
"Giok-koan Tojin memang mempunyai senjata tajam,
tapi jika tenaga dalamnya seimbang, dia bisa menang, jika
tidak sulit untuk mengembangkan kemampuannya!"
Ci-liong-ong menggelengkan kepala:
"Orang menggunakan tenaga dalam sebagai senjata
sangat banyak, tapi mereka tidak sekuat dia!"
"Pedang Giok-koan Tojin sama sekali tidak bisa
mendekatinya, itu saja sudah membuatnya tidak
terkalahkan!" kata Liu Sian-ciu.205
"Kalau tidak terkalahkan bukan berarti dia akan
menang!" Ci-liong-ong memang tidak ingin mengatakannya
tapi dia sudah kelepasan bicara akhirnya malah tertawa
kecut.
Semua orang merasa hati mereka menjadi berat.
Hati Giok-koan Tojin serasa tenggelam, perubahan ilmu
pedangnya sudah mencapai tahap terakhir, tenaga yang
tidak terlihat tetap tidak bisa diatasi, malah dia merasa
kakinya seperti menginjak lumpur, setelah perasaan seperti
itu muncul, jurus pedangnya pun ikut berhenti.
Inilah reaksi orang yang masuk ke dalam lumpur, setelah
merasa terkejut dan kacau kemudian akan kembali tenang.
Katanya bila sudah muncul perasaan seperti itu, semakin
meronta akan semakin tenggelam dan tidak bisa bergerak,
kemungkinan gerakan akan lebih lamban.
Giok-koan Tojin mulai merasa pedang di tangannya tidak
begitu berat lagi, dengan cepat dia menarik pedangnya
kembali.
Begitu pedangnya bergerak, perasaan kaki yang seperti
masuk ke lumpur terasa lagi, dan lebih hebat, kemudian
Giok-koan Tojin memperhatikan wajah Beng To, tampak dia
sedang tertawa dan sikapnya penuh dengan ejekan.
Waktu itu Beng To membuka suara:
"Aku rasa lebih baik pedang itu kau lepaskan dan kau
mengaku kalah!"
Giok-koan Tojin tampak terkejut dan marah, pedang
dicabut, terlihat Beng To bergeser ke depan. Seperti tertarik
pada ilmu pedang Giok-koan Tojin.
Inilah kesempatan Giok-koan Tojin mengeluarkan ilmu
pedangnya menyerang Beng To. Jarak antara Beng To dan
pedangnya sangat dekat.206
Ilmu pedang Giok-koan Tojin sudah berada pada tahap
pedang dan tubuh menyatu, berarti pedangnya bisa berjalan
dulu, sayang sekarang pedangnya dililit oleh tenaga tidak
terlihat.
Waktu itu dia mempunyai suatu perasaan aneh, dia
melihat kedua tangan Beng To mendekati pedangnya,
asalkan bisa memutar tangannya dia bisa menepis putus
kedua tangan Beng To. Tapi pedang yang dipegangnya
seperti diganduli ribuan kati benda, tenaganya sudah siap
tapi bergerak dengan lamban.
Akhirnya pedangnya bisa diputar balik, hanya saja dia
kalah cepat dari kedua tangan Beng To, sabetan pedangnya
tidak mempan, malah dijepit oleh kedua tangan Beng To.
Dia merasakan ada tenaga dalam yang mengalir ke
pedangnya sehingga pedang seperti terjepit oleh dua ekor
kepiting baja.
Beng To tetap bicara dengan tenang:
"Giok-koan Tojin, kau sudah kalah!"
Giok-koan Tojin membentak, tangan kirinya segera
memegang pedang, dia mendorong pedangnya, pedang
bertambah berkilau, kedua tangan Beng To menjadi terang,
cahaya yang berkilau membuat hati siapa pun menjadi
dingin.
Di sana seperti ada sesuatu, tapi Giok-koan Tojin tidak
bisa melihatnya dia hanya merasa nafasnya sesak.
Kedua tangan Beng To masih maju, Giok-koan Tojin
melihatnya mendekat, tapi dia tidak merasakan apa pun dia
merasa ada tenaga tidak terlihat jatuh ke atas tubuhnya.
Tampaknya dari awal memang sudah ada dan sudah
melingkupi Giok-koan Tojin, karena itu dia merasa nafasnya
menjadi sesak. Sekarang benda itu seperti bertambah berat,207
jika orang biasa dari tadi sudah roboh. Karena Giok-koan
Tojin pernah berlatih ilmu kura-kura beristirahat, maka dia
bisa bertahan. Tapi sampai kapankah dia bisa bertahan? Dia
sendiri tidak tahu hanya terpikir kalau kematian Kouw-bok
begitu menyedihkan tapi terlihat gagah.
Beng To terus mengawasi perubahan sikap Giok-koan
Tojin, akhirnya dia menggelengkan kepala:
"Kalian para orang tua jika tidak diberi pelajaran tidak
akan mau menundukkan kepala!"
Kata-katanya terhenti, kedua tangannya di longgarkan,
Giok-koan Tojin segera merasa terlepas dari tekanan, baru
saja jurus-jurus pedangnya siap digunakan, tapi tubuh dan
pedang seperti terbawa oleh tenaga tidak terlihat, terbang
ke atas, dia bersiul panjang, kemudian kedua tangannya
terus berputar, setelah tubuhnya berputar-putar di udara,
akhirnya jurus pedangnya bisa diperagakan, tenaga tidak
terlihat bisa ditepis hingga terbelah, tubuh dan pedang
akhirnya mendapat kebebasan.
Kenyamanan yang dirasa tidak terlukiskan, Giok-koan
Tojin bersiul panjang di udara dia terus berputar, kemudian
seperti seekor burung dia pun turun.
Ci-liong-ong dan yang lainnya menyaksikan semua itu,
mereka bersorak.
Bersamaan waktu itu kedua tangan Beng To bertepuk,
tenaga dalam Beng To gelombang demi gelombang
menerjang Giok-koan Tojin yang sedang turun dari atas.
Giok-koan Tojin menyambut tenaga tepukan Beng To,
satu demi satu lalu berhenti, siulannya pun terputus,
tubuhnya terangkat oleh keluatan telapak Beng To sehingga
dia naik lagi ke atas.208
Kemudian Beng To meloncat, sekali lagi menepuk
tangannya, tenaga dalam yang kuat terus menerjang Giokkoan Tojin, tubuh Giok-koan Tojin naik lagi ke atas hingga 3
kali.
Tenaga dalam Giok-koan Tojin berada di bawah Beng To,
apalagi di tengah udara dia tidak punya kesempatan untuk
mengeluarkan tenaganya, maka perbedaannya pun semakin
jauh. Tubuh Giok-koan Tojin semakin naik, apa yang Beng To
inginkan dia tidak tahu dan tidak bisa berbuat banyak.
Tubuh Beng To jungkir balik di udara, kedua tangannya
secara bergantian mendorong, yang satu mendorong ke
bawah yang satu lagi mendorong Giok-koan Tojin, hanya
sekejap sudah membuat tubuh Giok-koan Tojin naik setinggi
10 tombak, orang orang Biauw dan golongan sesat jadi
bersorak-sorak, Ci-liong-ong dan Pek-ciok Tojin sudah tidak
bisa tertawa, wajah mereka berubah terus.
Apa yang sedang diperbuat Beng To, mereka tidak
mengerti, mereka hanya tahu bila Giok-koan Tojin sampai
terbanting ke bawah, tentu akan berakibat fatal.
Setelah sampai pada ketinggian 5 tombak Beng To baru
turun, gayanya saat turun tidak begitu indah, tapi tidak
diragukan lagi sangat tenang dan tanpa mengeluarkan suara.
Saat itu juga Giok-koan Tojin turun, dia turun dengan
keadaan kalang kabut, ilmu meringankan tubuhnya
sebenarnya bagus tapi terjatuh dari tempat setinggi itu
belum pernah dialaminya, ditambah terganggu tenaga
dalam Beng To, tubuhnya jadi tidak bisa bergerak dengan
leluasa. Karena gugup pedangnya otomatis menunjuk ke
bawah.209
Pedang turun terlebih dulu, tubuhnya mengikuti dengan
kencang, dengan kemampuan ilmu silatnya asal ada peluang
luncuran tubuhnya tentu bisa diperlambat.
Sewaktu dia sedang berpikir, Beng To sudah melayang
dan kedua tangannya menghantam, dia tidak akan bisa
menghindari serangannya, yang membuatnya menyesal dia
tidak punya kesempatan menyambut serangan.
Ci-liong-ong dan yang lainnya melihat dengan jelas. Tapi
mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka melihat Beng To
menyerang Giok-koan Tojin.
Anehnya serangan ini tidak mengeluarkan suara, Giokkoan Tojin jelas-jelas dihantam oleh telapak Beng To tapi dia
tidak bereaksi apa pun, hanya terlihat tubuhnya bergulingguling seperti sebuah bola yang padat akhirnya dia turun
dengan posisi berdiri.
Wajah Giok-koan Tojin terlihat murung tapi dia tampak
tidak terluka, dia juga bisa berdiri dengan tegak lalu menarik
nafas panjang:
"Tenaga dalam orang ini tidak terukur, aku bukan
lawannya, pantas Wan Fei-yang bisa kalah darinya!"
Ci-liong-ong dan Pek-jin Taysu baru merasa tenang,
sebab Giok-koan Tojin terlihat tidak kurang sesuatu, tidak
ada yang terluka sedikit pun.
Pek-jin Taysu tertawa kecut:
"Dia sengaja memamerkan kepandaiannya!"
"Dia ingin menunjukan bahwa kemampuannya sudah
mencapai tingkat seperti itu, kita tidak bisa berkata apa-apa
lagi!" kata Ci-liong-ong.
Tiba-tiba Liu Sian-ciu bertanya kepada Giok-koan Tojin:
"Menurutmu, kalau kita bergabung, apakah kita bisa
mengalahkan dia?"210
Tanpa berpikir lagi Giok-koan Tojin langsung berkata:
"Bertarung satu lawan satu pada akhirnya mungkin akan
berakhir seperti diriku, seharusnya aku tidak berkata seperti
ini, tapi tenaga dalam orang itu benar-benar tidak terukur,
kita tidak bisa mendekatinya sama sekali, punya senjata di
tangan pun percuma, kalau kita bergabung dan
menyerangnya, mungkin tenaga dalamnya tidak akan bisa
menguasai ke seluruh penjuru, tapi mungkin..." Giok-koan
Tojin berhenti bicara.
Kata Liu Sian-ciu:
"Jika bergabung kita mungkin kita bisa mengalahkan dia,
tapi itu baru kemungkinan, walau bagaimana nama kita akan
tercoreng, sebab dengan jumlah banyak menghadapi lawan
yang berjumlah sedikit, nama kita jadi tidak enak untuk


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disandang!"
"Aku sudah terpikirkan akan hal ini!" kata Giok-koan
Tojin, "saat Mo-kauw menyerang Tiong-goan, selalu berhasil
dikalahkan oleh pesilat Tiong-goan, maka mereka akan
bersama-sama menyerang terlebih dulu!"
"Itu karena setiap kali menyerang satu lawan satu, lebih
banyak kalahnya dari pada menangnya, maka dengan
terpaksa mencoba-coba dulu, tapi keada an sekarang sangat
berbeda," Ci-liong-ong tertawa kecut, "dengan adanya Beng
To yang begitu kuat, mana mungkin mereka tidak akan
memperalatnya?"
"Benar..." jawab Pek-jin Taysu, dia teringat pada
perkiraan Kouw-bok, Giok-koan Tojin pun demikian.
Dia menarik nafas:
"Perkumpulan bisa melakukannya tapi kita tidak, kalau
tidak, di dunia ini tidak akan ada berbedaan antara yang
sesat dan yang lurus," lalu dia melanjutkan lagi, "lawan211
datang dengan jantan menantang kita, kita pun harus
dengan jujur menyambut tantangan mereka!"
"O-mi-to-hud!" Pek-jin Taysu melantunkan bacaan
Budha, sorot mata Giok-koan Tojin menatap Pek-jin Taysu,
dia menggelengkan kepala:
"Tadi aku hampir mati!"
Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha lagi:
"Kalau keahliannya tidak setinggi lawan, kalah adalah hal
biasa, itu bukan suatu penghinaan, hanya saja kita sudah
tua, mungkin tidak akan mengalami kemajuan lagi!"
"O-mi-to-hud..." sekali lagi Pek-jin Taysu melantunkan
bacaan Budha, dia sangat emosi.
Giok-koan Tojin kalah dalam pertarungan ini, l lalu
berpikir untuk bergabung dan menyerang Beng To, cara ini
bagi orang lain lebih terpikir lagi.
Tawa Beng To memecah keheningan:
"Berikutnya siapa?"
"Pek-jin Taysu dari Siauw-lim-pai..
Pek-jin Taysu membawa singkupnya dan mendekati Beng
To. "Menurut kabar Siauw-lim-pai mempunyai 72 ilmu
istimewa yang sangat terkenal, hari ini aku senang punya
kesempatan menyaksikannya," kata-kata Beng To terdengar
sangat sungkan, tapi tidak terlihat dari sikapnya.
"72 jurus Siauw-lim, aku hanya mempelajari 45 jenis
saja," singkup Pek-jin Taysu mulai bergerak, jurus 'Kang-mocap-pwee-sut' sudah dikeluarkan (18 jurus penakluk iblis).
Singkup tidak setajam pedang Giok-koan Tojin, tapi
beratnya 10 kali lipat dari pedang Giok-koan Tojin.
Disapukan oleh kedua tangan Pek-jin Taysu, gerakannya
cepat dan menimbulkan gelombang keras, tempat yang212
dilewatinya tampak debu dan tanah beterbangan dengan
hebat, sungguh membuat siapa pun jadi gentar.
Tapi senjata apa pun bagi Beng To tidak ada bedanya.
Sesudah Pek-jin Taysu menyerang hingga jurus ke-9, singkup
sudah tidak bergerak dengan leluasa, akhirnya dia mengerti
apa yang dikatakan Giok-koan Tojin 'tidak terukur' sekarang
dia pun harus mengakui bahwa benar-benar tidak terukur.
Singkup sudah tidak bisa digunakannya lagi. Selain hanya
menghabiskan tenaga dalam, dia merasa tidak ada gunanya.
Tapi ingin membuang singkup itu pun bukan hal yang
mudah. Kekuatan tidak terlihat dari Beng To seperti
mengikat kedua tangan dan singkup itu. Akhirnya singkup
berhasil ditancapkan ke tanah, baru kekuatan itu menghilang
dan bisa bertarung dengan tangan kosong.
Tenaga dalamnya segera disalurkan ke jari tengah tangan
kanannya, kemudian diringi 'Say-cu-houw' (auman singa) jari
tengahnya menunjuk dada Beng To.
'Say-cu-houw' dan 'Kim-kong-ci' (Jari Kim-kong) adalah
salah satu dari 72 jenis ilmu istimewa Siauw-lim, ilmu ini sulit
dilatih dan sulit berhasil sampai tahap memuaskan jika
bukan karena Pek-jin Taysu luar biasa sabar, dia tidak akan
melatih kedua jenis ilmu ini. Pek-jin Taysu bisa melatih
kedua ilmu ini sampai tingkat atas.
Auman itu membuat angin dan awan seperti ikut
terkejut, Beng To juga terpaku, saat itu Kim-kong-ci segera
menyerang Beng To.
CES CES terdengar, Pek-jin Taysu merasa tenaga dalam
Beng To yang keluar, terpecah oleh kekuatan Kim-kong-ci
nya.213
Tapi perasaan Beng To sangat tajam, reaksinya pun
sangat cepat, segera tangan kanannya mengepal, dia
menyambut Kim-kong-ci yang menyerangnya.
Kepalan tangan kanannya dijulurkan, warnanya putih
tidak seperti kulit manusia biasanya, tidak diragukan lagi
semua tenaga dalamnya sudah ter kumpul di sana.
Arah Kim-kong-ci milik Pek-jin Taysu tidak berubah dan
menusuk kepalan tangan kanan Beng To, Pek-jin Taysu tahu
jika dia menyerang bagian lain tentu akan lebih baik
hasilnya. Tapi dia juga tahu Beng To akan merobah gerakan
dengan cepat, akhirnya Kim-kong-ci tetap akan mengenai
kepalan Beng To, Pek-jin Taysu juga tahu semakin lama
bertarung kekuatan Kim-kong-ci akan semakin melemah.
Sewaktu dia sedang berpikir, jari dan kepalan tangan
sudah mengenainya, tapi dia melihat jarak jarinya dengan
kepalan Beng To masih ada 3 inchi lagi.
Kemudian jarinya merasa seperti mengenai sebuah
benda kuat dan liat. Pek-jin mengeluarkan aumannya dan
Kim-kong-ci bisa masuk sedalam 1 inchi lagi.
Bersamaan waktu Beng To pun membentak, kemudian
kepalan tangan kanannya didorong ke depan, dia memang
tidak pernah berlatih Say-cu-houw tapi tenaga dalamnya
sangat kuat, bentakannya menggetarkan langit dan bumi,
bahkan bisa menutupi auman Pek-jin Taysu.
Bersamaan waktu tubuh Pek-jin Taysu tergetar oleh
kepalan tangan Beng To hingga terdorong sejauh 2 depa.
Kepalan tangan kiri Beng To menusul menghantam, kedua
kepalan tangannya silih berganti menghantam sebanyak 7
kali dan membentak beberapa kali, memaksa Pek-jin Taysu
mundur hingga 10 depa. Suara yang keluar besar dan kuat,
tidak ada yang bisa menandingi.214
Pek-jin Taysu mundur dan terus mundur lagi. Karena
kekuatan tenaga dalam Beng To, Kim-kong-ci tidak bisa
dikeluarkan kedahsyatannya, dia menarik nafas panjang,
Beng To tidak menyerang lagi, terlihat dia tertawa:
"Apakah Taysu mengaku kalah?"
"Terimalah jurus kakiku 'Kwan-im-cu'!" (Kaki Kwan-im),
Pek-jin Taysu mengangkat kaki kirinya, dia berdiri dengan
sebelah kakinya, melayang ke atas, kemudian kaki kanannya
menendang Beng To.
Kwan-im-cu termasuk salah satu dari 72 jurus Siauw-limsi, kekuatannya berada di atas Kim-kong-ci, bila tidak punya
tenaga dalam yang kuat, tidak akan bisa memperagakan ilmu
ini. Yang pasti sekarang Pek-jin Taysu tidak menyimpan
semua perubahan Kwan-im-cu dia sudah bergerak tidak
tanggung-tanggung di tengah udara. Ketika tendangan
belum habis tendangan kedua sudah dikeluarkan secara
berturut-turut sebanyak 36 kali, menyerang dari seluruh
penjuru yang berbeda. Ada serangan kosong ada yang isi,
siapa pun sulit untuk menduganya.
Beng To pun tidak bisa menduga serangannya, tapi
tenaga dalamnya terus berputar, tubuhnya seperti
dibungkus oleh sebuah kantong kuat dan berangin,
tendangan Pek-jin dari arah mana pun baginya tidak ada
bedanya.
Begitu pun bagi Pek-jin Taysu, setelah tendangannya
habis, tidak menunggu Beng To datang membalas langsung
kembali ke tempat semula.
"Apakah kepandaian Taysu hanya begitu saja?" kata
Beng To tertawa215
Pek-jin Taysu melantunkan bacaan Budha: "Kang-mocap-pwe-sut, Kim-kong-ci, Say-cu-houw, Kwan-im-cu, sudah
kukeluarkan, tapi kau lihat sendiri hasilnya seperti ini!"
"Tidak disangka Taysu mau bicara jujur!" Pek-jin Taysu
melantunkan bacaan Budha lagi, dia berkata kepada Ci-liongong dan Liu Sian-ciu:
"Seumur hidupku pertama kali aku bertemu dengan
pesilat yang begini tangguh, tenaga dalamnya kuat dan
aneh, dia tidak bergerak tapi saat kita ingin mengerahkan
tenaga dalam untuk melindungi tubuh kita, ternyata tidak
mudah. Apalagi dia bisa setiap saat mengatur tenaga
dalamnya menyerang kita!"
"Apakah kita harus menerima kekalahan ini?" tanya Ciliong-ong.
Pek-jin Taysu menggelengkan kepala:
"Aku mendukung semua orang bergabung dan bertarung
dengannya, mungkin ada salah satu dari kita bisa melihat
diamana kelemahannya!" Ci-liong-ong tertawa:
"Maksudku pun seperti itu, dia tidak memakai senjata
tapi bisa mengalahkan kita, dia juga tidak terlihat lelah, dan
tampak dia juga belum mengeluarkan seluruh tenaganya,
hanya dengan ini saja dia sudah bisa menyombongkan
dirinya, kita harus mengakui kepandaian kita masih berada
di bawahnya, melihat keadaannya kita masih harus
bertarung sekali lagi, bila kita bisa mendapatkan
kelemahannya, itu lebih bagus!"
Pek-jin melantunkan bacaan Budha, Ci-liong-ong berkata:
"Sekarang giliran naga malas meluruskan otot-ototnya!"
Baru saja kata-katanya habis, seluruh tubuhnya sudah
mengeluarkan bunyi berderak seperti kacang goreng, semua
orang tahu bahwa dia berlatih ilmu 'Cap-sa-tay-po' dan216
sudah mencapai taraf golok dan tombak tidak bisa
menembus tubuhnya. Tenaga dalamnya sudah mencapai
tingkat ke-12, dia bisa melukai orang dengan daun atau
bunga, baginya keahlian seperti ini hanya masalah kecil.
Dari awal dia sudah ingin mencoba bertarung ilmu
lweekang dengan Beng To tapi Ci-liong-ong memang bersifat
malas, melihat ada orang yang berebut ingin bertarung
dengan Beng To, dia lebih suka melihat saja dari pinggir, dan
melihat seberapa kuat Beng To sebenarnya.
Hingga saat ini dia belum bisa melihat dan merasa
menyesal mengapa bukan dia yang pertama yang bertarung
dengan Beng To, kalau saja dia yang pertama bertarung, itu
akan lebih meringankannya, dan rasa percaya dirinya lebih
tinggi.
Tapi sekarang rasa percaya dirinya sudah hilang walau
dia tetap akan berusaha, tidak percaya diri bukan berarti
tidak mempunyai peluang,
Karena itulah tawa dan gerakannya terlihat malasmalasan.
Baru melangkah satu langkah, Thi Gan dari Tiam-jong Pai
berkata:
"Lebih baik kau perhatikan dulu, biar aku yang bertarung
dulu!"
Dia segera meloncat keluar, saat Ci-liong-ong
melihatnya, dia tertawa:
"Semua orang tahu ilmu meringankan tubuh Tiam-jongpai paling bagus, aku ingin merebut pun tidak akan bisa!"
Kalimatnya belum selesai, Thi Gan sudah melewati
kepala Beng To, tangannya memegang sepasang Yan-leng-to
dan terjulur ke bawah. (Pisau berbentuk bulu ekor burung
walet).217
Pisau itu benar-benar seperti ekor burung walet begitu
tipis seperti kertas khusus untuk memecahkan tenaga
dalam.
Thi Gan selalu memperhatikan Beng To, juga
memperhatikan saat Giok-koan Tojin bicara kepada Pek-jin
Taysu, satu-satunya kesimpulan yang dia dapatkan adalah
tenaga dalam Beng To sangat kuat dan berada di puncaknya.
Jika ingin mengalahkan dia harus menghancurkan kantong
pelindungnya, saat Kim-kong-ci dan Sau-cu-houw keluar
secara tiba-tiba hampir membuat Pek-jin Taysu berhasil tapi
akhirnya tetap kalah, bagi Thi Gan bukan karena kepandaian
Pek-jin Taysu kurang bagus, melainkan karena Kim-kong-ci
nya kurang tajam dan kurang cepat.
Kalau gerakannya lebih cepat ditambah dengan adanya
senjata tajam, mungkinkah bisa berhasil mengalahkan Beng
To? Thi Gan pun tidak tahu, tapi dia percaya kegunaan
sepasang Yan-leng-to nya dan tentu saja percaya pada
kecepatannya.
Waktu itu dia merasa tenaga dalam Beng To dan tenaga
pisaunya dengan cepat terpisah dan pisaunya bisa menepis
kepala Beng To, tapi itu hanya sebentar, kemudian perasaan
itu sudah menghilang.
Sebab begitu Yan-eng-to bertemu dengan tenaga yang
kuat langsung mental, begitu mental gerakan tubuhnya jadi
terganggu, tadinya Yan-leng-to bisa bergerak maju dan lurus,
sekarang menjadi miring dan terbang ke atas.
Sewaktu dia turun, dia melihat sepasang pisau nya
seperti telah tertempel sesuatu, hingga pisau itu menjadi
gelap. Dia terkejut, dari sudut matanya dia melihat Beng To
sudah berlari ke arahnya.218
Kecepatan Beng To masih berada di atasnya, ketika
sepasang pisau menyambutnya, saat itu Beng To sudah
menghampiri Thi Gan. Tenaga kuat segera datang
menerjang.
Sepasang pisau itu dengan cepat diayunkan, tapi tenaga
dalam yang datang menerjang membuat tubuhnya menjadi
miring, Beng To pun lewat di sisinya, Thi Gan menyapu ke
belakang dengan pisaunya, tapi tenaga besar sudah
mengenai pinggangnya, membuat tubuhnya naik.
Di udara dia merubah gerakan sebanyak 7 kali, tiba-tiba
dia melihat Beng To di atas kepalanya, tubuhnya sudah
berubah secara total, tapi Beng To belum merubah
gerakannya, dari belakang Beng To menepuk punggungnya.
Tepukan ini sangat keras hingga Thi Gan berteriak,
tubuhnya berguling-guling di udara, lalu terbanting ke
bawah ke tempat di mana dia berdiri tadi. Giok-koan Tojin
dan Pek-jin Taysu dengan cepat berlari ke tempat Thi Gan
jatuh, dengan baju yang digulung mereka mengangkat tubuh
Thi Gan yang terbanting. Thi Gan turun dengan cara
berguling-guling, wajahnya benar-benar terlihat marah,


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua pisaunya dimasukkan ke dalam sarungnya, sepatah
kata pun tidak terucap keluar.
Ci-liong-ong mengerutkan alisnya:
"Lo-te..."
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan..." kata Thi Gan
sambil marah, "orang itu sengaja memamerkan kepandaian
dan kekuatannya, hanya ingin mempermalukan kita di
hadapan banyak orang."
Ci-liong-ong tersenyum:219
"Sekarang aku mengerti, jika tenaga dalam seseorang
sangat dalam maka ilmu meringankan tubuhnya pun pasti
bagus!"
"Prinsip apa itu?" tanya Thi Gan tertawa dingin.
"Aku tidak bisa ilmu meringankan tubuh maka tidak akan
mengerti seperti dirimu, tapi aku percaya dengan tenaga
dalam ada hubungannya!"
Thi Gan terdiam, Ci-liong-ong melihat Liu Sian-ciu:
"Kalau kau mau keluar duluan, aku tidak akan
menentang!"
Liu Sian-ciu menggelengkan kepala:
"Aku belajar ilmu silat terlalu banyak tapi tidak ada yang
Rumah Gema 4 Perkampungan Misterius Seri Pendekar Cinta 4 Karya Tabib Gila Mayat Kesurupan Roh 1

Cari Blog Ini